20
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
GURU SEBAGAI PEMIMPINAN PENDIDIKAN DALAM MENGEMBANGKAN ENERGI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Aminuddin Syam Dosen IAIN Imam Bonjol Padang Abstract The energy of learning education religius islamic of the student need to developed since the was a child elementry school. Teacher as the leader own a central role in developing the energy. The strategy to achieve the energy is to formulate the program, creating supporting resources, physical health, fun good relation among student and teacher, proving various types of activities and giving the experiences as the process of energy improvement. Key Words: teacher, educational leadership, learning energy, learning strategies, student. yang istimewa bahkan akan menjadi tokoh-
PENDAHULUAN Anak sekolah dasar memiliki energi
tokoh besar di muka bumi (Prayitno, 2009).
belajar dalam mempelajari pendidikan agama
Bila kita perhatikan anak belajar jalan, untuk
Islam. Energi belajar yang dimiliki anak yang
bisa berjalan sekalipun dia jatuh bangun
perlu dikembangkan (Prayitno, 2009:317)
bahkan
secara optimal. Pengembangan energi belajar
mengeluarkan darah, namun dia tidak pernah
secara optimal akan memberikan peluang bagi
mengeluh dan putus asa hingga pada akhirnya
mereka memperoleh berbagai pengetahuan dan
dia bisa berjalan. Hal ini berarti bahwa anak
keterampilan dalam pendidikan agama Islam
memiliki anak energi belajar.
yang berguna untuk kehidupan mereka. Pengembangan
energi
kadang-kadang tak jarang sampai
Ironisnya energi berlajar yang dimiliki belajar
anak belum mendapat peluang yang optimal
bermanfaat bagi anak untuk mempertebal
pengembangannya dari guru pendidikan agama
harga diri
Islam
dan kepercayaan
mereka dalam
di sekolah. Banyak guru
yang
belajar. Anak yang memiliki energi belajar
menghambat perkembangan energi belajar
yang kuat “ akan menampilkan konsep diri
anak seperti tidak memfasilitasi kreativitas
yang
anak,
positif
mengemukakan
(Curtis,1998)
yang
lain
kurang
memberikan
penghargaan
anak yang memiliki energi
terhadap karya anak, melayani energi belajar
belajar yang tinggi “ akan dapat memotivasi
anak dengan cara yang tidak baik dan tepat dan
diri mereka agar terlibat dalam aktivitas belajar
tidak melayani pertanyaan-pertanyaan
(Sue Berdekamp,1987). Begitu juga, anak
dengan baik,
yang memiliki energi belajar luar biasa akan
Kondisi
menjadi pribadi-pribadi kuat, pribadi-pribadi
memundurkan
seperti atau
seperti ini bahkan
anak
akan
mengacaukan
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
perkembanggan
energi
dalam
1. Merespon secara positif terhadap sesuatu
pembelajaran pendidikan agama Islam. Anak
yang baru, asing dan tidak biasa diling-kungan
yang pada dasarnya lincah dan ceria, kreatif
mereka, dengan mengamati secara seksama,
dan banyak bertanya menjadi berubah karena
melakukan konfirmasi dengan pihak yang
terganggu
mengetahui
perkembang
belajarnya
21
energi
belajarnya
disebabkan mendapat perlakuan yang keras
2. Memiliki kesiapan untuk menilai dan
dan bergelimang dalam hubungan sosio-
melakukan eksplorasi dan elaborasi terhadap
emosional yang tidak nyaman (Prayino, 2009).
suatu
Hal ini disebabkan karena mereka tidak mengetahui
bagaimana
memfasilitasi
pengembangan energi belajar yang anak. Sebagai akibatnya
dimiliki
stimulus
untuk
lebih
mengetahui
stimulus tersebut dengan baik (Curtis, 1988). Energi belajar anak kurang terperhatikan oleh guru di sekolah mengakibatkan
energi
energi belajar yang
belajar itu tidak berkembang secara optimal,
dimiliki anak tidak berkembang dengan baik
seperti guru tidak memfasilitasi kreativitas
dan tidak dapat mengembangkan dirinya
anak dengan baik sehingga kreativitas anak ini
secara optimal.
secara beransur-ansur redup dari diri anak. Selain itu, guru kikir dalam
memberikan
PEMBAHASAN
penghargaan terhadap karya anak, pada hal
A. Energi Belajar Anak Didik dalam
penghargaan
itu
dapat
meningkatkkan
kreativitas anak didik dalam pembelajaran.
Bentuk Ingin Tahu Setiap anak memiliki energi belajar
Begitu juga guru tidak melayani pertanyaan-
(Prayitno, 2009) termasuk anak Sekolah dasar.
pertanyaan yang diajukan oleh anak, baik
Energi belajar anak itu antara lain dalam
pertanyaan berkaitan dengan diri sendiri
bentuk rasa tahu. Anak yang memiliki rasa
maupun pertanyaan berkaitan dengan alam
ingin tahu memiliki ciri-ciri :
sekitarnya, padahal pertanyaan-pertanyaan itu
1. Merespon secara positif stimulus baru, aneh
dapat mendorong perkembangan rasa ingin
dan tidak layak dilingkungan mereka,
tahunya. Bahkan anak didik yang mendapat
2.Memiliki
tinggi untuk
perlakuan kasar dan tidak layak dari gurunya
mengetahui tentang dirinya sendiri dan ling-
di sekolah. Semuanya itu dapat mengakibatan
kungannya,
energi belajar yang dimiliki anak tidak dapat
3. Mengamati lingkungan untuk memperoleh
mengembangkan dirinya secara optimal.
keinginan
yang
pengalaman baru,
Idealnya guru pendidikan agama Islam
4. Memiliki kepedulian untuk menyelidiki
di Sekolah Dasar harus
stimulus yang ada (Hurlock, 1998).
demikian dan dapat mengembangkan energi
Rasa ingin tahu anak dapat diamati dari dua dimensi yaitu :
menghindari sikap
belajar anak didiknya. Eenegi belajar anak didik dapat dikembangan oleh guru pendidikan
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
22
agama Islam melalui asimilasi, akomodasi, dan
berupa bahwa anak tidak perlu merobah
ekuiblirium.
Asmilasi
lingkungannya untuk melakukan asilimilasi
pengintegrasian
stimulus
merupakan dengan
dan tidak perlu mengubah dirinya untuk
anak.
melakuan akomodasi. Hal ini menunjukan
proses
perubahan
bahwa bahwa anak didik memiliki energi
telah ada.
Sedangkan
belajar untuk memperoleh pengetahuan baru
equiblirium merupakan suatu keaadaan yang
melalui penafsiran terhadap suatu stimulus
seimbang, artinya anak tidak perlu mengubah
baru berdasarkan teori yang dimilikinya dan
hal-hal
membentuk
pengetahuan Akomodasi
yang
telah
merupakan
pengetahuan
yang
yang
ada
baru dimiliki
disekelilingmya
untuk
pengetahuan
baru
dengan
mengadakan asimilasi dan tidak perlu pula
melakukan inovasi terhadap pengetahuan yang
mengubah
sudah ada, dan dengan pengetahuan baru itu
dirinya
untuk
mengadakan
akomodasi(Emawulan Syaodih, 2008). Melalui asimilasi
anak dapat stabil sekalipun anak melakukan
guru memberikan
kepada anak didiknya berbagai stimulus baru sehingga
mereka
dapat
mengkontruksi
stimulus
tersebut
menjadi
asimilisai dan akomodasi. B. Energi Belajar Anak Didik dalam Bentuk Panca Daya
pengetahuan
Energi
belajar
anak
didik
dalam
berdasarkan pengetahuan yang telah mereka
pembelajaran pendidikan agama dapat pula
miliki. Pengetahuan yang
dilihat dari panca daya
diperoleh
anak
yang dimilikinya.
dengan jalan mengkontrusi sendiri akan akan
Pancadaya itu itu meliputi daya taqwa, daya
lebih berdaya guna bagi mereka karena mereka
cipta, daya rasa, daya karsa dan daya karya
mengalaminya. Energi belajar anak dapat pula
(2009).
dikembangan melalui akomodasi. Melalui
peningkatan pada diri anak dari segi religius,
akomodasi
terjadi
perubahan
yaitu
pengetahuan
pada
Perubahan
semakin banyak ibadah yang dilakukannya
tersebut dapat berupa dari tidak tahu menjadi
tidak hanya ibadah wajib tetapi juga ibadah
tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
sunat dan semakin terhias dirinya dengan
biasa menjadi biasa dan dari tidak terampil
akhlak mulia dan terpuji.
proses diri
anak.
dalam melakuan sesuatu menjadi terampil (Prayitno, 2009). Energi
belajar
semakin
dapat
pula
daya
taqwa
meningkat
terjadi
keimananya,
Daya cipta anak didik dapat pula diketahui
anak
Dengan
seuatu
dari kemampuan berpikir tentang yang
baru
dan
menghasilkan
dikembangkan melalui equiblirium. Melalui
penyelesaian masalah yang unik terhadap
equiblirium anak dapat mengambil keputusan
berbagai masalah (Rolina 2009). Dengan daya
dengan tepat berdasarkan pertimbangan yang
cipta intensitas berfikir anak terhadap sesuatu
matang dengan menggunakan pengetahuan
yang baru semakin berkembang dan semakin
yang telah ada. Keputusan tersebut adalah
meningkat, anak dapat mengetahui berbagai
23
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
fakta dan konsep yang dapat digunakan dalam
dia, akan bekerja dengan gigih, tekun, tidak
berfikir, anak mempertimbangkan sesuatu
mudah
dengan pikiran jernih dan menetapkan solusi
menghadapi kesulitan sampai kehendak yang
dari permasalahan yang dihadapinya.
diinginkan dapat diwujudkan. Jadi
Dengan seseorang,
daya
dia
kehidupannya.
rasa
akan Hal
yang
dapat
dimiliki menikmati
mengeluh
dan
putus
asa
bila
dengan
kehendak seseorang akan bekerja energik, bertanggung dan dengan penuh semangat.
ini disebaban karena
Karya
berarti
perbuatan
yang
perkembangan perasaannya dari waktu ke
membuahkan hasil (Poerwadarminta, 1976)
waktu tetap stabil, karena dia memiliki
Daya karya merupakan kemampuan yang
kemampuan sehingga semua keinginan dapat
dimiliki seseorang untuk menghasilkan sesuatu
terealisasikan. Berbeda dengan orang yang
produk berupa barang dan jasa. Dalam
tidak dapat memenuhi keinginannya baik
pendidikan karya yang dihasilkan peserta didik
karena kemampuan yang tidak memadai
dapat berupa fortopolio.
maupun karena keterbatasan sarana pendukung
peserta didik bervariasi kualitasnya ada yang
dan suasana lingkungan yang tidak kondusif
berkualitas tinggi, sedang dan rendah. Untuk
dan kendala lainnya memberikan kemungkinan
menghasilkan fortopolio peserta didik yang
terganggu perasaan bersangkutan.
berkualitas guru harus melakukan penilaian
Perasaan yang memberikan kenyamanan
fortopolio
Karya fortopolio
anak
didik
hidup itu bukan ditentukan oleh kuantitas
berkesinambungan
keinginan yang dapat dipenuhi, tetapi
oleh
sehingga pada akhirnya dihasilkan peserta
dipenuhi.
didik yang terampil dalam membuat Portofolio.
Misalnya, orang yang sering dapat memenuhi
Selain itu, untuk mendorong portofolio peserta
keinginannya tetapi tidak dapat memberikan
didik yang yang lebih baik dapat dilakukan
kenyamanan terhadap dirinya. Sebaliknya, ada
dengan
orang
mengadakan
kualitas
keinginan
yang
dapat
yang sekali-sekali
saja
memenuhi
selama
secara
memajangkan
priode tertentu
portofolio tersebut,
pameran
fortopolio,
dan
keinginannya tetapi dia memiliki perasaan
memberikan penghargaan terhadap Portofolio
puas yang luar biasa.
yang telah dibuat peserta didik.
Daya karsa merupakan kekuatan jiwa yang
mendorong
kehendak.
makhluk
Kehendak
hidup
berarti
niat
C. Energi Belajar dalam Bentuk Motivasi
untuk atau
Energi belajar dapat
pula
dilihat
pada diri anak didik dari
motivasi
yang
kemauan (Poerwadarminta, 1985). Jadi karsa
dimilikinya. Motivasi merupakan dorongan
merupakan kehendak atau kemauan yang
dalam diri seseorang untuk melakukan suatu
dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu
tindakan dengan tujuan tertentu (Hawari Akta,
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
20120.
Dengan adanya kehendak dalam diri seseorang
dimilikinya, anak akan belajar dengan inisiatif,
Dengan
motivasi
belajar
yang
24
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
intensif, gigih, percaya diri, tidak mudah
yang luar biasa. Hal ini dapat diperhatikan
mengeluh dan putus asa bila mengalami
ketika diawal-awal masuk Sekolah dasar anak
kesulitan belajar, untuk mencapai hasil belajar
belum dapat membaca dan menulis, tetapi
yang diinginan, tetapi kesulitan itu dijadikan
setelah diajar oleh gurunya satu semester atau
sebagai tantangan untuk belajar lebih giat dan
satu tahun anak telah dapat membaca dan
hati-hati.
(1996)
menulis dengan baik, bahkan menulis ide dan
motivasi
gagasannya dalam bentuk tulisan. Hal ini
AM
mengemukakan
Sardiman
orang
memiliki
menunjukan sikap:
menunjukan bahwa anak memiliki energi
1. Tekun dalam menhadapi tugas,
belajar yang hebat dalam bahasa. Curtis (1998)
2. Ulet dalam menghadapi kesulitan,
mengatakan perkembangan anak tidak hanya
3. menunujukan minat terhadap berbagai
hanya dalam pengetahuan tetapi juga dalam
masalah,
bahasa.
4. lebih senang kerja sendiri.
semakin berkembang dengan baik karena
Perkembangan
bahasa
anak
ini
Motivasi belajar yang dimiliki anak
instensitas pergaulan dengan sebayanya (Siti
merupakan modal yang sangat berharga bagi
Aisyah, 2008). Anak didik sebagai manusia
mereka untuk mencapai hasil yang lebih baik.
adalah makhluk sosial.
Karena itu sulit diharapkan keberhasilan
sosial anak didik tidak dapat hidup sendirian
sekalipun memiliki kemampuan yang baik
tetapi memerlukan interaksi sosial. Interaksi
tetapi tetapi memiliki motivasi yang rendah.
sosial
Bafadal
hubungannya dengan orang lain (Jum Anidar,
(1992)
mengatakan
betapapun
adalah
Sebagai makhluk
akatvitas
anak
tingginya kemampuan sesorang dia tidak akan
2012), seperti dengan
dapat bekerja secara propesional apabila ia
kedua orang tua dan saudara-saudaranya.
tidak memiliki motavasi yang tinggi. Hal ini
dalam
teman sebaya, guru,
Energi belajar anak didik dalam bidang
menunjukan betapa pentingnya energi belajar
bahasa ini
dalam bentuk motivasi untuk mencapai hasil
fungsi dari bahasa itu sendiri. Fungsi bahasa
belajar yang lebih baik. Karena itu guru
itu antara lain :
pendidikan agama Islam harus melestarikan
1. Fungsi informasi, yaitu
energi motviasi belajar yang telah
informasi timbal balik antara anggota kelurga
dimiliki
juga berkembang efektif karena
menyampaikan
anak sehingga intensitasnya tidak menurun.
dan masyarakat,
D. Energi Belajar Dalam Anak dalam
2. Fungsi ekspresi diri, yaitu bahasa sebagai alat untuk mengeksresikan segala sesuatu yang
Bidang Bahasa Energi belajar anak didik
ditingkat
tersirat dalam pikiran dan perasaannya.
Sekolah Dasar tidak hanya bidang pengetahuan
3. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu bahasa
tetapi juga dalam bidang bahasa. Dalam bidang
sebagai alat mengadakan interaksi dan adaptasi
bahasa ini anak didik memiliki energi belajar
sosial, ketika seseorang berada di sutau tempat
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
yang memiliki perbedaan adat, tatakrama, dan
dibandingkan
aturan-aturan
memiliki kecerdasan rendah (Ilun Mualifah,
dari
lingkungan
sehingga
dengan
bermanfaat bagi anak dalam menyesuaikan diri
dkk, 2008).
dengan
3. Komunikasi
lingkungan
masyarakat
tersebut
( Ilum Mualifah, dkk, 2008).
anak
didik
25
yang
Sebagai mana telah dikemukakan bahwa
Agar enegi belajar anak dalam bidang
anak didik sebagai makhluk sosial memerlukan
bahasa ini berkembang dengan baik di Sekolah
interaksi dengan orang lain terutama dengan
Dasar, maka guru
pendidikan agama Islam
teman sebaya. Perkembangan bahasanya anak
harus memperhatikkan faktor–faktor yang
didik sangat ditentukan oleh banyak sedikitnya
mempengaruhi perkembangan bahasa anak
interaksi dengan teman sebaya karena untuk
tersebut, antara lain
dapat berienteraksi dengan teman sebaya
komunikasi,
kesehatan, kecerdasan,
kepribadian
(Mualifah,
dkk,
memerlukan komunikasi. Oleh karena itu, guru
2008)..
Pendidikan
1. Kesehatan
memberikkan
Anak didik yang sehat secara fisik dan
Agama
Islam
kesempatan
berinisiatif
kepada
didiknya untuk lebih banyak
anak
berinteraksi
mental sangat diperlukan di Sekolah Dasar.
dengan teman sebaya dengan cara mengganti
Karena anak didik yang sehat secara fisik dan
teman tempat duduk anak sekali dalam satu
mental cendrung lebih cepat belajar berbicara
minggu atau sekali
dibandingkan dengan anak yang sakit (Ilun
sebagainya, sehingga anak terdorong untuk
Mualifah, dkk, 2008). Hal ini disebabkan
berkomunikasi dengan teman sebayanya sesuai
karena yang sehat perkembangan kognitifnya
dengan pengalaman masing, karena setiap
lebih baik sehingga lebih mampu belajar
anak memiliki pengalaman yang berbeda
berbicara dibandingkan dengan anak yang
sesuai dengan status keluarganya.
kurang sehat. Karena itu guru pendidikan
4. Kepribadian
agama Islam harus memeliahara kesehatan
dalam sebulan
dan
Anak yang fleksibel dalam menyesuaikan
anak memberikan makanan cukup empat sehat
diri dengan orang lain
lima sempurna dilengkapi dengan mineral dan
kemampuan berbicara lebih baik dibandingkan
sebagainya.
dengan anak yang kaku dalam menyesuaikan
2. Kecerdasan
diri. Anak didik yang memiliki kepribadian
Kecerdasan yang dimiliki anak merukapan karunia
dari
Tuhan
harus
dioptimalkan
cendrung memiliki
biasanya memiliki kemampuan berbicara yang lebih baik secara kuantitas
maupun secara
pengembngannya oleh guru pendidikan Agama
kualitas. Anak didik
Islam. Karena anak yang memiliki kecerdasan
berbahasa secara kuantitas artinya adalah anak
akan belajar
dan
didik yang memiliki perbendaharaan kata-kata
baik
yang banyak dan sering berbicara. Sedangkan
memiliki
berbicara
penguasaan
lebih yang
cepat lebih
memliki kemampuan
26
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
anak
didik
yang
memiliki
kemampuan
sekarang ini tidak lepas dari peniruan. Karena
berbicara secara kualitatif, artinya adalah anak
itu tidak belebihan bila dikatakan anak
didik
memiliki energi belajar sebagai peniru yang
yang lancar dalam berbicara
dan
memahmi isi pembicaraan.
hebat. Melalui peniruan ini anak Sekolah
Kekakuan berbicara pada anak didik
Dasar memiliki nilai-nilai normatif yang telah
terjadi disebabkkan dua hal yaitu : (1) anak
diepakati bersama dan berlaku di sekolah yang
didik belum dapat meninggalkan kebiasaan
diperolah dari mengamati perkataan dan
berbicara ketika masa kanak-kanak, (2) anak
perbuatan semua komunitas sekolah terutama
berbicara memiliki type egosentrik (Illun
guru
Mualifah,
itu
guru
harus
menampilkan
contoh-contoh
yang
positif
mengakibatkan terjadi kesulitan bagi anak
untuk
didik
dengan
didik melakukan penyesuaian sosial.
bermacam-macam
2008).
Kedua
hal
tersebut
Guru
mereka.
anak
Karena
mereka
termasuk
dalam
pendidikan agama Islam harus dapat mengatasi
menghadapi
kesulitan berbicara dan penyesuaian diri pada
penilaian yang baik, dengan menggunakan
anak dengan menggunkan berbagai cara,
akal
antara lain dengan mengerjakan tugas dalam
konsekuensi dari tindakan-tindakan mereka,
kelompok kecil yang harus dikerjakan secara
melakukan
bersama, misal seorang membacakan, seorang
melaksanakan dengan baik dan tepat waktu
mencatat dan seorang menjelaskan, hal ini
tugas-tugas yang diberikan guru, memiliki
dilakukan secara bergantian terkait dengan
sikap bangga terhadap terhadap pekerjaan dan
sub-sub pelajaran, atau mencari bahan yang
sekolah mereka, memperlihatan sikap posititif
sama dalam sumber yang berbeda kemudian
terhadap kegiatan belajar mereka dari pada
dirumuskan dalam satu rumusan, dan lain-lain.
kecemasan terhadap kesiltan belajar yang
Hal ini dapat membantu kesulitan anak didik
mungkin mereka hadapi, mencari pengetahuan
dalam
melakukan
sepanjang masa untuk kesuksesan hidup
penyesuian sosial karena masing-masing anak
mereka, dan sadar akan nilai ideal untuk
mendapat kesempatan untuk berbiacara dan
diwujudkan yang memberi makna dan arti
melakkukan penyesuaian sosial.
terhadap kehidupan merek.
5. Energi Belajar dalam Bentuk Peniruan
6. Energi belajar dalam Dimensi Sosial
berbicara
dan
dalam
Energi belajar anak yang
masalah
cara
sehat,
dan
sehari-hari
kesiapan
dengan
menerima
pengendalian terhadap emosi,
lain adalah
Salah satu energi belajar yang dimiliki
peniruan. Novita (2009) mengatakan “secara
anak sejak kelahirannya adalah dalam dimensi
fisikologis (manusia)
sosial.
yaitu
mengamati
anak
yang
suka meniru”,
dikatakan
Plato
(dalam
Mualifah
2008)
dan
mengatakan secara potensial (fithrah) manusia
diperbuat orang lain. Sebenarnya kehidupan
dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon
manusia
politicon). Artinya, manusia tidak dapat hidup
sejak manusia primitif sampai
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
sendirian
tanpa
bantuan
orang
lain.
27
c. Pengembangan Sikap Sosial
Perkembangan sosial merupakan kemampun
Agar anak didik dapat bergaul dalam
berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial
suatu
(Hurlok, 1978). Energi belajar anak didik
menerima dengan senang hati semua anggota
dalam aspek sosial akan berkembang lebih
kelompok sosial tersebut. Jika hal ini dapat
baik setelah anak didik masuk Sekolah Dasar.
dilaksanakan dengan baik, maka terjadi proses
Melalui pembinaan dari guru, dimensi sosial
penyesuaian oleh anak didik dengan baik dan
anak
mereka diterima dengan baik oleh anggota
ini
berkembang
menjadi
manusia
seutuhnya. Menurut Kurnia (2007), untuk dapat menjadikan anak didik menjadi manusia sosial sesuai kebutuhan
masayarakat dapat
kelompok
sosial
dia
harus
dapat
kelompok. Ketiga proses tersebut merupakan syarat agar anak dapat diterima sebagai anggota
dilakukan melalui tigas proses, yaitu:
kelompok masyarakat dimana ia berada.
a. Belajar Berprilaku yang Dapat Diterima
Apabila prilakunya tidak dapat menggambar
Secara Sosial
ketiga proses tersebut, maka anak akan
Setiap
anggota
kelompok
sosial
berkembang menjadi anak asosial.
memiliki standar prilaku yang berlaku bagi anggota
kelompoknya.
Setiap
anggota
Energi belajar anak didik dalam dimensi sosial akan berkembang dengan baik melalui
kelompok baru untuk dapat diterima di suatu
permaian.
kelompok sosial harus mempelajari kriteria
anak dapat mengembangkan sikap sosial,
dan norma yang berlaku dikelompok sosial itu.
belajar berkomunikasi, belajar mengorganisasi,
Untuk dapat menjadi anggota kelompok sosial
lebih menghargai orang lain dan perbedaan
dengan baik seorang harus merubah diri dan
menghargai kompromi dan harmoni (Nugraha
prilakunya sesuai dengan norma sosial yang
dan Rachmawati, 2008). Bila semua itu
berlaku di kelompok tersebut.
teraktulisasikan oleh anak dengan baik dalam
b. Memainkkan Peranan Sosial yang Dapat
permainan dengan teman sebayanya, maka
Diterima
pada anak sikap sosial itu akan berkembang
Untuk dapat diterima
dalam suatu
Melalui permaian energi belajar,
dengan efektif. Pengembangan bermain sosial
kelompok sosial, anak didik harus dapat
itu berlansung pada anak
melakukan perenannya agar diterima dalam
tingkatan. Pertama, bermain soltaire, yaitu
suatu kelompok sosial. Peranan itu antara lain :
bermaian dalam satu ruangan dengan tidak
(a)
saling
Menyesuaikan prilaku dengan standar
mengganggu
memperhatikan.
Kedua,
dalam bentuk pola-pola kebiasaan yang telah
pengamat. Ketiga, bermain paralel, yaitu
disetujui dan ditentukan oleh
bermain bersama dalam satu rungan dengan
kelompok.
sebagai
lima
kelompok, (b) Memainkan peran penting
anggota
bermain
dan
melalui
penonton
atau
permainan yang sama. Keempat, bermaian
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
asosiatif, yaitu melibatkan beberapa anak
7. Energi Belajar Dalam Bentuk Seni
dalam permainan namun belum terorganisir.
Salah satu energi belajar
28
yang sering
Kelima, bermain kooperatif, yaitu bermain
terabaikan pengembangannya adalah seni.
peran dalam kelompok untuk mencapai tujuan
Pada hal pengembangan seni dapat mendukung
permainan (Patmonodewo, 1995). Melalui
dalam pengembangan dalam bidang lainnya
permainan
dalam
(Anidar,
dalam
mengembangan dalam membaca, mengingat,
beberapa hal antara lain dalam kerjasama,
dan mengendalikan emosi. Melukis dapat
peduli terhadap sesama, kompetitif sehat, tidak
mengembangkan berfikir kritis, memecahkan
egois, empaty, saling harga menghargai dan
masalah, etika dan estetika. Musik dapat
homat menghormati.
mengembangkan
ini
sangat
efektif
pembentukan sikap sosial pada
Pengembangan sikap sosial pada anak
2012),
seperti
berfikir,
menyanyi
efektif
dapat
dan
psikomotorik.
didik bertujuan agar pada mereka terbentuk
8. Energi Belajar dalam Bentuk Nilai-Nilai
kompetensi sosial. Menurut Hendrick (2001),
Agamais
agar pada anak didik terbentuk kompetensi sosial ada tujuh hal
Sejak lahir anak telah membawa energi
yang perlu dilatihkan
belajar dalam bentuk nilai-nilai agamis. Setiap
kepada mereka : (1) empati, (2) berbagi, (3)
anak dilahirkan membawa fithrah (nilai-nilai
berprilaku prososial, (4) perhatian terhadap
agamis (Hadits).
orang
nilai-nilai
berkembang lebih baik setelah anak memasuki
kerjasama dan kompromi, (6) persahabatan,
pendidikan formal, yaitu Sekolah Dasar.
dan (7) hidup dalam kelompok sosial.
Karena pada pendidikan formal anak mendapat
lain,
(5)
mengajarkan
Perkembangan sosial pada anak didik di Sekolah
Dasar
kadang-kadang
terganggu
Energi belajar ini akan
arahan dan bimbingan bersifat komprehensif terhadap nilai-nilai agamis dari guru-guru
perkembangannya, karena sikap guru yang
mereka
tidak akomodatif, dan reaktif terhadap anak
ibadah, maupun akhlak karimah
tersebut, sehingga anak cendrung menyendiri,
pengetahuan, keteladan, pembiasaan, sehingga
kurang dapat bergaul dengan baik sesamanya.
energi belajar dalam bidang nilai-nilai agamis
Hal ini menyebabkan hilangnya inspiratif dan
ini berkembamg dengan baik. Energi belajar
kreatif anak didik untuk terlibat dalam
ini berkembang dengan baik selain pembinaan
permainan,
dari guru yang bersifat komplek, juga dalam
melakukan
aktivitas
secara
baik berkenaan dengan, akidah,
tertentu
bersama, bahkan dapat menurunkan semangat
hal
belajar dan prestasi belajar mereka. Dalam hal
disampaikan guru di sekolah dari pada apa
ini guru perlu memperhitungkan tindakannya
yang dikatan orang tua mereka di rumah.
secara seksama, sehinga tidakan itu tidak
Energi belajar anak didik dalam nilai- nilai
merusak sikap sosial pada anak didik.
agamis
ini
anak
lebih
berupa
percaya
melalui
keinginan
yang
untuk
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
29
keselamatan dan keinginan untuk mendapat
lingkungan berkebanglah nilai-nilai agamis
pengalaman baru (Mualifah, 2008)
dalam diri mereka baik melalui imitasi,
Pada energi belajar keinginan untuk
pembiasaan maupun melalui kisah. Sekalipun
keselamatan ini, anak melakuan perbuatan baik
mereka belum menyadai manfaat nilai –nilai
untuk menghindari sanksi yang diberikan guru
agamis itu sepenuhnya.
di sekolah atau untuk mendapatkkan pujian dari
guru.
tua
dan
guru
merupakan dasar penentu pengembangan nilai-
mengumpulkan buku teman yang berserakan
nilai agamis pada anak dimasa depannya.
karena terjatuh karena takut ditegur guru kalau
Hubungan yang kondusif antara orang tua,
tidak dibantu atau karena ingin mendapat
guru dan anak sangat menentukan terhadap
pujian dari guru. Pada tahap ini peran guru
pengajaran nilai-nilai agamis yang diberikan
sangat penting dalam pengembangan energi
mereka. Pengembangan kognitif nilai-nilai
belajar anak dalam nilai-nilai agamis, jika
agamis erat kaitannya dengan pengalaman
perlakuan guru tidak baik akan merusak
nilai-nilai agamis anak dalam kehidupannya.
berkembangnya energi belajar anak. Misalnya,
Sifat nilai-nilai agamis pada anak dapat
seorang anak lewat dihalaman sekolah melihat
dikategorikan kepada enam macam, yaitu
teman yang terjatuh dan dia tidak memberikan
unreflective (kurang mendalam/tanpa kritik),
bantuan lalu diberikan penghargaan oleh guru,
egosenteris,
“ bagus kamu tidak membantu sehingga tidak
ritualis, imitatif, dan rasa heran (Ilum
terlambat masuk kelas” maka pada diri anak
Muallifah, dkk, 2008).
yang tertanam adalah mementingkan diri
a. Unreflective (kurang mendalam/tanpa
sendiri, karena mendapat pujian dari tidak
kritik).
masuk
anak
orang
membantu
terlambat
Misalnya
Pengalaman
kelas
karena
antromorphis,
verbalis
dan
tidak
Nilai-nilai agamis yang diterima anak
memberikan bantuan. Jika energi belajar ini
belum mendalam, tetapi baru seadanya, namun
berkembang
terus yang terbentuk pada diri
mereka sudah merasa puas dengan informasi
anak didik adalah nilai–nilai religius yang
yang diterimanya tentang nilai-nilai agamis
tidak baik dalam kehidupan mereka.
tersebut.
Menurut
penelitian,
kecerdasan
Energi belajar pada anak tentang nilai-
berfikir anak mulai berkembang setelah masuk
agamis,
untuk
pendidikan formal yaitu sekolah dasar dalam
baru
bentuk pertimbangan terhadap informasi yang
pengembangannnya erat kaitannya dengan
diterimanya orang lain. Sedangkan berfikir
pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak
kritas pada anak muncul setelah anak berada
dari lingkungan terutama dari orang tua dan
di tahun terakhir di tingkat Sekolah Dasar
guru
atau umur 12 tahun sesuai dengan tingkat
nilai
memperoleh
meraka.
pengalaman
berkaitan
keinginan
pengalaman
Berdasarkan yang
ditemui
pengalamananak
dari
perkembangan usianya.
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
b. Egosenteris, Berdasarkan
30
kepada mereka. Sebenarnya Anthromophis hasil
penelitian
yang
bermanfaat bagi anak sebagai pelestari nilai-
dilakukan Piaget tentang bahasa, anak berusia
nilai
3-7 sampai 7 tahun memiliki sifat egosentris.
pengembangannya sangat ditentukan
Berbicara pada anak belum mempunyai makna
kemapuan refleksi dari anak itu sendiri.
seperti makna yang dmiliki orang dewasa. Hal
d. Verbalis dan Ritualis
ini menurut penulis berlaku juga tentang niai-
agamis
tersebut,
Nilai-nilai
agamis
namun
diperoleh
oleh
anak
nilai agamis pada anak, sekalipun mereka
sebagian bersumber dari kata-kata atau kalimat
mengatakan sesuatu atau melakukan tentang
religius yang dihafal mereka seperti menghafal
kegiatan keagamaan, namun maknanya belum
asmaul
seperti makna yang dimiliki orang dewasa.
sebahagian dari pengalaman pengamalan nilai-
Tetapi lebih menonjolkan kepentingan dirinya,
nilai agamis sesuai dengan ajaran agama yang
memandang kosep keagamaan sebagai sesuatu
diberikan guru
yang meneyenangkan dirinya. Sesuai dengan
shalat, infaq dan berdo’a.
tingkat perkembangan usia anak, pada anak
E. Strategi
usia
7-9
tahun
nilai-nlai
agamis
mulai
dikaitkan dengan kreativitas yang mereka
husna,
ayat-ayat
pendek
dan
mereka, seperti pelaksanaan
Guru
Pendidikan
sebagai
dalam
Pemimpin
Mengembangkan
Energi Belajar Anak Didik
lakukan, bersifta dan kongrit dan prinadi
Energi belajar yang dimiliki anak didik
pribadi. dan bersifat pribadi. Sedangkan pada
perlu distimulasi sejak masuk Sekolah dasar
usia anak 9-12 tahun kegiatan keagmaan yang
agar energi belajar
mereka lakukan sudah terlihat dihubungan
optimal. Anak yang memiliki energi belajar
dengan nilai-nilai Ilahiyah dan hubungan
yang tinggi akan memiliki peluang dalam
dengan manusia.
pengetahun
c. Anthromophis
memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam
dan
itu berkembang secara
keterampilan,
bahkan
Konsep anak mengenai Ilahiyah pada
melakukan kreativitas dalam mengembangkan
dasarnya bersumber dari pengalaman mereka.
energi belajar yang dimilikinya. Begitu juga
Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan
energi belajar yang dimiliki anak didik
anak kepada orang orang tua dan guru mereka
merupakan modal untuk sukses
adalah tentang “ haw dan whay “. Hal ini
melakukan sesuatu dengan baik. Guru sebagai
menunjukan usaha mereka menghubungkan
pemimpin pendidikan perlu memiliki strategi
nilai-nilai religius yang bersifat abstrak dengan
dalam mengembangkan energi belajar
pengalaman mereka yang bersfat kongrit dan
dmiliki anak didik. Strategi yang dapat
subjektif. Tuhan memberikan pahala dan
dilakukan guru sebagai pemimpin pendidikan
hukuman sering diasosiakan dengan orang tua
dalam mengembangkan energi belajar
dan guru memberikan hadiah dan hukuman
didik, antara lain :
dalam
yang
anak
31
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
Pertama, menyediakan program dalam mengembangkan
energi belajar anak didik,
a. Memperkenalkan sesuatu yang baru, b. Menyediakan lingkungan yang mempunyai
Dengan adanya program itu energi belajar
pengaruh nyata terhadap prilaku anak,
anak didik akan dapat berkembang lebih baik,
c.
serta
melakukan
akan
menimbukan
ketekunan,
Menyediakan
kesempatan
inversitigasi
bagi
anak
dalam
rangka
kesenangan dan kegairahan bagi anak dalam
mengembangkan energi belajarnya,
melakukan kreativitas dalam mengembangkan
d. Menyediakan kegiatan bervariasi bagi anak
energi belajar tersebut. Oleh karena guru
untuk melakukan kreativitas belajar, dan
sebagai
perlu
e. Menyedikan iklim yang kondusif bagi anak
memahami dengan baik energi belajar tersebut.
didik untuk mengembangkan energi belajarnya
Berikutnya, guru mendesein program
tanpa ada intervensi dari pihak guru (Audrey
pemimpin
pendidikan
yang
baik dan tepat dalam mengembangkan energi
Curtis, 1998).
belajar anak didik. Program yang dapat
Ketiga,
memelihara kesehatan anak
mengembangkan energi belajar anak didik,
baik fisik maupun mental, karena anak sehat
antara lain; (a) menyediakan fasilitas sehingga
lebih termotivasi melakukan kreativitas dalam
anak dapat melakukan kreativitas
belajar
mengembangkan energi belajarnya, seperti
dipilihnya. Program tersebut
mmberikan makanan empat sehat lima sepurna,
dapat meningkatkan kreativitas anak dan
memberikan vitamin dan mineral yang cukup
mengembangkan energi belajar mereka secara
dan
optimal,
untuk
perkembangan anak. Karena itu guru sebagai
melakukan kreativitas dalam kelompok kecil
pemimpin pendidikan perlu memperhatikan
sehingga anak lebih termotivasi dan mendapat
masalah kesehatan anak tersebut.
sesuai dengan
(b)
mendorong
anak
kesempatan dalam mengembangkan energi belajarnya,
(c)
membimbing
olah
yang
sesuai
dengan
Keempat, menciptakan hubungan yang
yang
harmonis dengan anak didik yang didasarkan
mengalami hambatan dalam mengembangan
dengan kasih sayang dan kelembutan. Karena
energi belajarnya, dan (d) Memfasilitasi anak
kasih sayang dan kelembutan
melalukan
suasana yang menyejukan
inisiatif
anak
kegiatan
sendiri
dalam
merupakan
dalam hubungan
mengembangkan energi belajarnya (Audrey
antara guru dan anak didik. Dengan kasih
Curtis,1998).
sayang dan kelembutan kedekatan hubungan
Kedua,
menciptakan lingkungan yang
mendorong berkembangnya
antara guru dengan anak didik akan terjaga dan
energi belajar
terpelihara dengan baik. Hubungan yang
anak. Lingkungan yang dapat mengembangkan
seperti ini sangat sangat produktif dalam
energi belajar anak, diantaranya :
mengembangkan energi belajar anak didik.
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
32
Kelima, memberikan peluang yang lebih luas
peran penting dalam mengembangkan energi
kepada anak didik untuk mengembangkan
belajar anak didik. Strategi
energi belajarnya secara mandiri. Pemberian
digunakan
peluang tersebut memberikan kesempatan bagi
pendidikan dalam mengembangkan energi
anak didik untuk mendapatkan pengalaman
belajar
yang berharga dalam mengembangkan energi
merumuskan program dalam mengembangkan
belajarnya.
energi belajar anak didik, (2) Menciptakan
Keenam,
oleh
anak
guru
didik,
yang dapat
sebagai
antara
pemimpin
lain
(1)
memberikan pengalaman
lingkungan yang kondusif untuk mendorong
yang kaya dan bervariasi kepada anak didik
perkembangan energi belajar anak didik, (3)
agar mereka dapat
diri
Melestarikan kesehatan fisik dan mental anak
Memberikan
secara optimal agar energi belajar anak tidak
melalui
energi
mengembangkan belajarnya.
berbagai pengalaman yang bervariasi seperti
mengalami
membawa anak ke lolasi-lokasi yang banyak
pengembangannya,
melakukan kreativitas, baik sekolah, lembaga
penghargaan terhadap kreativitas yang telah
maupun perguruan tinggi. Hal ini disebabkan
dilakukan anak dalam belajar, (5) menciptakan
anak akan mengembangkan energi belajar
iklim yang aman, tenteram dan menyenangkan
yang dimilikinya secara maksimal jika jika
dan
energi belajar itu tersalur dengan baik (S.
mengembangkan
Harold Diehl and Dalrymple, 1969).
menyesuaikan gaya belajar guru dengan gaya
Ketujuh,
menyediakan model orang
yang memiliki energi belajar
hambatan (4)
kedekaatan
anak didik
dengan energi
sehingga
dalam memberikan
anak belajarnya,
dalam (6)
menyedikan benda-
yang tinggi
benda yang beragam dan bervariasi yang
untuk mengembangkan enegi belajar anak
memungkin mekakukan kreativitas belajar
didik. Seperti mendatangkan pakar untuk
sesuai dengan pelihannya, (7) memberikan
mengembangkan energi belajar anak didik
pengalaman
sehingga anak didik mendapat pengalaman
mengembangkan energi belajarnya.
baru
bagi
anak
untuk
baru dalam mengembangkan energi belajarnya secara
maksimal. Miller mengemukakan
bahwa anak membutuhkan orang dewasa yang dapat memfasilitasi mengembangkan belajar mereka (Miller, 1969)
DAFTAR RUJUKAN Aisyah, Siti dkk. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. Aka, Hawari. (2001). Guru yang Berkarakter Kuat. Jokjakarta : Laksana
PENUTUP Setiap anak didik memiliki energi belajar dalam bentuk rasa ingin tahu, pancadaya, seni, moral dan agama. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai pemimpin pendidikan memiliki
Anidar, Jum. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini dan Permasalahannya. Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang.
Guru Sebagai Pemimpinan . . . . . (Aminuddin Syam)
Bafadal, Ibrahim. (1992). Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya Dalam membina Profsional Guru. Jakarta : PT. Bumi Aksara Guru. Barbara, J. Mathews. (1986). Learning Through An Integrated Curriculum Approaches and Guidelines. Victoria : Manistry of Education, Victoria. Bredekam, Sue. (1987). Developmentally Appriate Practice In Early Chilhood Programs Serving Chidren From Birth Through Age 8. Washington : NATYC. Curtis, Audrey (1998). A Curriculum for The Pre-School Child. London : NFERNelson Publishing. Daeng,P. Dini (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-kanak Bagian 2. Jakarta : Derpdikbud. Diehl, S. Harold and Dalrymple, Williard, (1969). Elemen of Heathfull Living. New York: MacGraw-Hill Books Company. Haditono, Siti Rahayu, dkk (1`994). Psikologi Perkembangan. Jokjakarta : Gajah Mada University Press. Hurlock, E. Elizaberth. (1988). Perkembangan Anak Jilid I (Alih bahasa oleh Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih). Jakarta : Erlangga. Kurnia, Indrawati, (2007). Pengembangan Peserta Didik. Jakarta : Depdiknas. Lein dkk (1989). Anak : Bagaimana Mengasuh Anak dan Pengaruh Anak Bagi Kehidupan Orang Tuanya (Terjemahan oleh Tugyarso). Jokjakarta : Kanisius. Mayesky, Mary. (1990). Activities Creative. New York: Delmar Publishers Inc. Regina Miler (1996). The Developmentally Aproriate Inclusive Classroom in Early Education. New York : Delmar Publis Miller, Regina. (196). The Developmentaly Apropriate Inclusive Classroom in Early Education. New York :Delmar Publisher.
33
Mualifah, Ilun, dkk. (2008). Perkembangan Peserta didik (Edisi pertama). Surabaya : LAPIS PGMI, 2008. Nugraha, dan Yeni Rachmawati. (2008). Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universitas terbuka. Novita, Susriantia. (2009). Metode Penyampaian Materi Pendidikan Agama Islam. Padang : Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang. Patmonodewo, (1995). Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta : Depdikbud. Prayitno. (2009). Pendidikan Teori dan Praksis Jilid II. Padang : Universitas Negeri Padang Press. Poerwadarminta, W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Rolina, Nelva. (2009). Pengembangan Daya Pikir dan Daya Cipta. Yokyakarta : Universitas Negeri Yokyakarta. Seefeldt, dkk (1992). Early Chilhood Education. New York : MacMillan. Shapiro, E. Laurence. (1977). Mengajarkan emosional Intelegence pada anak (Penterjemah Alex Tri Kancono)./ Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Suyono dan Hariyanto (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Syaodih, Emawulan dan Mubiar Agustian, (2008). Bimbingan dan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.