KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 1 PARUNGPANJANG
TESIS
OLEH : LITA CAHAYA PURNAMA 21140110000016
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 1 PARUNGPANJANG TESIS Dilengkapi sebagai persyaratan untuk mencapai Magister Pendidikan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
OLEH : LITA CAHAYA PURNAMA 21140110000016
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
PEDOMAN TRANSLITERASI 1. Padanan Aksara Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin: Huruf Arab
Huruf Latin
Keterangan Tidak dilambangkan
b
be
t
te
ts
te dan es
j
je
h
h dengan garis bawah
kh
ka dan ha
d
de
dz
de dan zet
r
er
z
zet
s
es
sy
es dan ye
s
es dengan garis di bawah
d
de dengan garis di bawah
t
te dengan garis di bawah
z
zet dengan garis di bawah
„
Koma terbalik di atas hadap kanan
gh
ge dan ha
f
ef
q
ki
k
ka
l
el
m
em iii
n
en
w
we
h
ha
'
apostrog
y
ye
2. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
A
fathah
I
kasrah
U
dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ai
a dan i
au
a dan u
3. Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu: Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
â
a dengan topi di atas
î
i dengan topi di atas
û
u dengan topi di atas
4. Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân
iv
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Tempat dan Tanggal lahir NIM Jurusan Fakultas
: Lita Cahaya Purnama : Jakarta, 28 Maret 1989 : 21140110000016 : Magister Pendidikan Agama Islam : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Kompetensi Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang” adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya sendiri, maka saya menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu siap dicabut gelar Magister saya.
Jakarta, Januari 2017 yang membuat pernyataan
Lita Cahaya Purnama
v
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS UNTUK PENDAFTARAN UJIAN PROMOSI TESIS
Nama Mahasiswa
: Lita Cahaya Purnama
NIM
: 21140110000016
Prodi
: MPAI
Judul Tesis
: Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang
Menyatakan mahasiswa tersebut sudah selesai penulisan Bab I, II, III, IV, V dan disetujui untuk ujian promosi tesis.
Jakarta, Januari 2017
Dosen Pembimbing
Dr. Jejen Musfah, MA NIP. 19770602 200501 1 004
vi
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS Tesis ini berjudul “Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang” telah diujikan dalam ujian hasil tesis di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari selasa tanggal 27 Desember 2016. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran-saran penguji dan dilengkapi BAB I-V, serta telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengajukan pendaftaran Ujian Promosi Tesis.
Jakarta, Januari 2017
vii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS Tesis dengan judul “Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang” yang ditulis oleh Lita Cahaya Purnama dengan NIM 21140110000016, telah diujikan pada sidang promosi tesis oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari rabu tanggal 1 februari 2017. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran-saran penguji sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Magister (S2) Pendidikan Agama Islam
Jakarta, Februari 2017
viii
ABSTRAK LITA CAHAYA PURNAMA, Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang, 2017 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang, yang mencakup kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik studi dokumentasi untuk memperoleh data yang valid tentang kompetensi afektif, kognitif, dan psikomotorik peserta didik, objek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII, Kepala Sekolah, dan Guru Pendidikan Agama Islam. Pengukuran kompetensi mengacu pada teori yang dimiliki Bloom, Anderson dan Krathwohl. Adapun hasil penelitian diketahui bahwa (1) kompetensi kognitif peserta didik hanya mampu mencapai C3 (mengaplikasikan) dan dinilai baik karena 21 orang dari 31 orang peserta didik dapat mencapai KKM, (2) kompetensi afektif peserta didik selama di kelas didapatkan bahwa peserta didik mampu mencapai pada tiga tingkatan afektif terendah, yaitu tingkatan: receiving dinilai baik, responding dinilai kurang dan valuing dinilai kurang baik, dan (3) kompetensi psikomotorik yang dilakukan pada penelitian ini, peneliti mengambil data tentang kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an, hasilnya 6 dari 31 orang peserta didik kurang mampu membaca al-Qur’an, dan 9 orang peserta didik buta terhadap huruf al-Qur’an.
Kata Kunci: Standar Kompetensi, Kompetensi Peserta Didik, Kompetensi Pendidikan Agama Islam
ix
، XII
x
ABSTRACT LITA CAHAYA PURNAMA, Students’ Competency in Learning Islamic Education at SMA Negeri 1 Parungpanjang, 2017. The purpose of this study are to analyze the students’ competency in Islamic education subject at SMA Negeri 1 Parungpanjang, which encompasses cognitive, affective, and psychomotor competency. This study is a descriptive qualitative, Techniques of data collection using observation, interview techniques, and documentation study techniques to obtain valid data on the competence of the affective, cognitive and psychomotor students, object of this study are students of class XII, Principal, and Islamic Education Teachers. Analyzing competency grade according to Bloom, Anderson, and Krathwohl theory. According to the results, it can be concluded: (1) the students are merely able to achieve three lowest cognitive competencies in learning outcome, named remember, understand, and apply and it considered good for 21 of the 31 students; (2) in affective assessment during learning process, has been obtained that the students are able to achieve three lowest phases of affective competency, named receiving is good, responding is less, and valuing is not good; (3) in psychomotor assessment is found that 6 of 31 students are lack of reciting Qur’an, and 9 of students are Qur’an illiterate.
Keywords: Competency standard, Students’ competency, Islamic education competency.
xi
KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang maha Esa yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Shalawat serta salam semoga tercurah pada Nabi akhir zaman dan kekasih Allah, Muhammad SAW, keluarga beserta sahabat dan umatnya yang mengharap syafa’at darinya sampai hari kebangkitan nanti. Penulis bersyukur karena telah menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selanjutnya dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis mengucapkan kata terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. 2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. 3. Ketua Program Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag yang telah memberikan begitu banyak saran dalam menyelesaikan tesis 4. Staf Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Muslikh Amrullah, S.Pd yang telah memberikan banyak bantuan selama proses pendaftaran sidang hingga akhir penyelesaian tesis 5. Dosen Pembimbing Tesis, Dr. Jejen Musfah, MA yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penulisan tesis. 6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama perkuliahan. 7. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Parungpanjang, Drs. Windu Sarwono, M.Pd yang telah memberikan ijin serta memberikan informasi selama penelitian. 8. Guru Pendididikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang, Abdul Haliem, M.Pd.I dan Lisyanah, S.Ag, yang telah memberikan banyak informasi dan bantuan selama proses penelitian. 9. Ibu dan Bapak tercinta, Eko Purnomo dan Nurhaenih yang tak pernah lelah untuk mendo’akan setiap waktu, dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terhadap penulis. 10. Suamiku, Taufik Hidayat, M.Pd, yang telah mendo’akan dan memberikan motivasi, serta tak pernah lelah dalam memberikan saran terhadap penulis. 11. Adik-adikku, Riana Cahaya Purnama, S.Ag, Eril Cahaya Purnama, Lenny Ariani Purnomo, dan Laila Cynthia Purnomo, yang telah menghibur dan memberikan semangat selama penulis mengerjakan tesis. 12. Kakak-kakakku, Sri Nurmalasari, SE dan Januar Syam, M.Pd yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi selama penulis mengerjakan tesis ini.
xii
13. Teman-teman Program Magister Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah berjuang bersama dalam menggapai sebuah impian serta membagi pengetahuan dan informasi yang diperlukan. Segala bantuan dan motivasi yang telah mereka berikan dengan tulus, semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda kepada mereka. Penulis masih menyadari bahwa adanya kekurangan dan keterbatasan dalam menyusun tesis ini, maka diharapkan kritik dan saran yang terbaik bagi tesis ini. Demikian, semoga tesis ini bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi para pemangku di bidang pendidikan.
Jakarta, Januari 2017
Lita Cahaya Purnama 21140110000016
xiii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................. i HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. ii PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................................. iii SURAT PERNYATAAN.......................................................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ............................................................ vi LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ....................................................................... vii LEMBAR PENGESAHAN TESIS.......................................................................................... viii ABSTRAK ................................................................................................................................. ix KATA PENGANTAR .............................................................................................................. xii DAFTAR ISI ............................................................................................................................. xiv DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1 B. Permasalahan ................................................................................................................. 6 1. Identifikasi Masalah ................................................................................................. 6 2. Batasan Masalah ....................................................................................................... 6 3. Pertanyaan Peneliti ................................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 6 E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................................................... 7 BAB A.
B.
C.
D.
E.
II KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Kompetensi .................................................................................................................... 9 1. Pengertian Kompetensi ............................................................................................. 9 2. Konsep Kompetensi Secara Luas ............................................................................. 11 3. Macam-macam Kompetensi ..................................................................................... 23 Peserta Didik ................................................................................................................. 24 1. Pengertian Peserta Didik .......................................................................................... 24 2. Karakteristik Peserta Didik....................................................................................... 24 3. Akhlak Peserta Didik ................................................................................................ 29 Pembelajaran ................................................................................................................. 30 1. Strategi Pembelajaran ............................................................................................... 30 2. Model Pembelajaran ................................................................................................. 32 Pendidikan Agama Islam ............................................................................................... 33 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................................................ 33 2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ................................................. 36 3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................................... 39 4. Alat dan Metode Untuk Mengukur Kompetensi Pendidikan Agama Islam ............. 43 5. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam .......................................... 43 Kerangka Konseptual .................................................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian .......................................................................................................... 47 xiv
B. C. D. E. F.
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 47 Instrumen Penelitian ..................................................................................................... 47 Sumber Data .................................................................................................................. 49 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................ 49 Teknik Analisis Data ..................................................................................................... 49
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian ......................................................................................................... 51 1. Gambaran Umum SMAN 1 Parungpanjang Bogor .................................................. 51 2. Temuan Lapangan Terkait dengan Kompetensi Peserta Didik ................................ 55 a. Standar Isi Sekolah .............................................................................................. 55 b. Standar Proses Sekolah ....................................................................................... 56 c. Standar Penilaian Sekolah ................................................................................... 68 d. Standar Kompetensi Lulusan Sekolah ................................................................. 70 B. Analisis Hasil Penelitian................................................................................................ 82 1. Analisis Penilaian Kognitif....................................................................................... 82 2. Analisis Penilaian Afektif......................................................................................... 87 3. Analisis Penilaian Psikomotorik ............................................................................... 94 4. Analisis Penilaian Kognitif Afektif dan Psikomotorik yang dimiliki Peserta Didik ........................................................................................................................ 97 C. Persfektif Penulis Tentang Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang .................................................. 99 BAB V. PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................................................ 101 B. Saran .............................................................................................................................. 101 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 103 LAMPIRAN .............................................................................................................................. 106
xv
DAFTAR TABEL 2.1 2.2 2.3 2.4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22
Tabel Taksonomi hasil revisi Anderson dan krathwohl ........................................................ 14 Perbandingan antara sistematika Guilford dan E. De corte pada ranah kognitif ................... 15 Perbedaan Konsep Kompetensi Antara KTSP dan Kurikulum 2013 .................................... 22 Kegiatan Inti ........................................................................................................................ 31 Kelengkapan Perangkat Pembelajaran PAI ........................................................................... 52 Data Peserta Didik Berdasarkan Agama yang Dianut ........................................................... 53 Analisis Standar Isi di SMA Negeri 1 Parungpanjang .......................................................... 55 Analisis Standar Proses di SMA Negeri 1 Parungpanjang.................................................... 56 Analisis Kelengkapan Komponen Silabus ............................................................................ 61 Analisis Kelengkapan Komponen RPP ................................................................................. 62 Analisis Proses Pembelajaran di SMA Negeri 1 Parungpanjang .......................................... 64 Analisis Standar Penilaian di SMA Negeri 1 Parungpanjang ............................................... 68 Analisis Standar Kompetensi Lulusan di SMA Negeri 1 Parungpanjang ............................. 71 SK KD Materi Pendidikan Agama Islam .............................................................................. 74 SKL yang Telah Dimiliki pada Peserta Didik Kelas XII Semester Ganjil ............................ 81 Hasil Nilai Kognitif Rata-rata Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang ....................................................................................................................... 82 Hasil Analisis Butir Soal UAS Kelas XII Semester Ganjil ................................................... 83 Hasil Nilai Kognitif UAS Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang .......... 84 Kategori Proses Kognitif Anderson dan Krathwohl.............................................................. 86 Jenis Poin Pelanggaran dan Bobot Poin di SMA Negeri 1 Parungpanjang .......................... 88 Analisis Penilaian Afektif Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang.......... 90 Kategorisasi Proses Afektif Krathwohl ................................................................................. 91 Materi Ujian Praktik Pendidikan Agama Islam Kelas XII .................................................... 94 Hasil Penilaian Psikomotorik Kemampuan Membaca al-Qur’an Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang .................................................................................... 95 Kategori proses psikomotorik Bloom.................................................................................... 96 Analisis Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik........................................................ 97
xvi
DAFTAR GAMBAR 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 3.1
Kisaran Definisi Kompetensi ............................................................................................. 10 Tingkatan taksonomi kognitif asli dan yang telah direvisi ................................................. 13 Domain Afektif................................................................................................................... 17 Domain Psikomotorik......................................................................................................... 18 Domain Iman ...................................................................................................................... 20 Kesinambungan antardomain Taksonomi Bloom dan Perspektif Pendidikan Islam .......... 21 Aspek Kompetensi.............................................................................................................. 22 Karakteristik Peserta Didik................................................................................................. 25 Tujuan Pendidikan Agama Islam ....................................................................................... 41 Kerangka Konseptual Kompetensi Siswa dalam Pendidikan Agama Islam....................... 46 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ......................................................... 50
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk membuat bangsa dan generasi selanjutnya menjadi generasi yang cerdas, menerapkan nilai-nilai agama dan mampu mengembangangkan keterampilan yang dapat meningkatkan kualitas. Pendidikan tidak hanya diberikan kepada anak-anak yang mengikuti pendidikan normal saja, tetapi bisa juga diberikan kepada remaja, dewasa, dan orang lanjut usia, dan proses pendidikan tidak hanya dilakukan pada lingkungan sekolah saja, tetapi bisa dilakukan di lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja (Sukmadinata, 2012: 1) untuk itu hendaknya setiap orang juga harus sadar akan pentingnya pendidikan bagi kehidupannya nanti, sehingga mereka tetap melakukan pembelajaran baik di lingungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, agar mereka tidak hanya mampu dalam bidang pengetahuannya saja, tetapi juga mampu memecahkan masalah yang dimiliki dan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam kehidupan seharihari. Pendidikan menurut Hamalik (2013: 3) adalah suatu proses untuk merubah peserta didik ke arah yang lebih baik agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan peserta didik tersebut, sehingga akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang baik dari dalam dirinya agar berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal, yaitu sebagai lingkungan pendidikan yang dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Lingkungan sekolah tersebut telah disusun dalam suatu kurikulum, yang dapat dilaksanakan melalui proses pembelajaran. Ki Hajar Dewantara juga menyatakan dalam kutipan Nata (2014: 18) bahwa pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin, karakter, pikiran, intelek dan tubuh anak, sedangkan menurut Soergada pendidikan adalah usaha untuk membawa masyarakat pada tujuan yang dicita-citakan. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan mengarahkan manusia untuk mengetahui tujuan hidupnya. Dengan mengetahui tujuan hidup inilah manusia dapat terhindar dari penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan. Tujuan hidup ini tertulis jelas dalam al-Quran surat al-Zariat ayat 56 sebagai berikut.
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Berdasarkan ayat di atas, tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah ini harus dilakukan dengan penuh ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt. Jadi, apaun yang dilakukan manusia harus diniatkan untuk beribadah kepada Allah swt semata. Selain dalam al-Zariat di atas, anjuran untuk mengabdi hanya kepada Allah dipertegas dalam surat al - Bayyinah ayat 5 sebagai berikut. 1
2
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. Sebagai makhluk Allah, manusia diciptakan di dunia ini semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Manusia tidak diperintahkan untuk menyekutukan Allah dan berbuat maksiat. Akan tetapi, ibadah yang dikerjakan masih belum sempurna jika tidak dilakukan dengan ikhlas. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa nilai ibadah tidak hanya diukur dari kuantitas yang telah dilakukan, tetapi dari kualitasnya. Di antara kualitas ibadah yang paling utama adalah keikhlasan untuk mencari ridha Allah Swt. Sebagai contoh, seseorang yang sering bersedekah jika sekadar berharap mendapat sanjungan dari orang lain, di hadapan Allah Swt. tidaklah bernilai. Ia tidak berhak mendapatkan balasan kebaikan dari-Nya. Berdasarkan kedua ayat tersebut, diketahui bahwa seluruh tujuan hidup manusia yang meliputi berbagai aspek adalah guna meningkatkan kualitas pengabdian kepada Allah. berkaitan dengan hal itu maka pendidikan seharusnya diarahkan untuk mencapai kepada kualitas pengabdian yang sesuai dengan ayat di atas. Selaras dengan ayat di atas, pemerintah mencoba merumuskan tujuan pendidikan secara rinci yang terdapat pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Pendidikan tidak hanya diberikan kepada anak-anak, tetapi diberikan juga kepada remaja, dewasa, bahkan orang lanjut usia. Selain itu pendidikan tidak hanya dilakukan pada lingkungan sekolah, tetapi bisa dilakukan pada lingkungan masyarakat maupun di lingkungan kerja. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan di atas, pendidikan khususnya di lingkungan sekolah mewajibkan peserta didik untuk mempelajari mata pelajaran - mata pelajaran yang sudah ditentukan. Dalam tradisi ilmiah Islam, ilmu dicari untuk dapat mencari kebenaran, yaitu dapat mencari tahu suatu hal dengan sebenar-benarnya. Untuk itu maka diperlukan pencarian yang serius akan kebenaran dan informasi, dan umat Islam juga dianjurkan untuk berdoa kepada Allah agar dapat ditunjukkan kepada kebenaran yang sebenar-benarnya, karena tidak semua yang terlihat benar itu benar, dan tidak semua yang terlihat salah itu salah (Kartanegara, 2006: 50). Salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari bagi orang muslim adalah Pendidikan Agama Islam. Secara umum tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam salaras dengan al-Qur’an surat al– Zariat ayat 56 dan al-Bayyinah ayat 5 di atas. al-Gazali dalam Sukring (2013: 27) menyatakan hal yang sama bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah, supaya
3 mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Lebih khusus Langgulung dalam Ramayulis (2015: 187) menyatakan tujuan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut. Memperkenalkan kepada peserta didik tentang dasar-dasar agama Islam, seperti akidah, ibadah serta tata cara pelaksanaannya, Membangun kesadaran pada diri peserta didik agar mencapai akhlak yang mulia, Menanamkan kesadaran kepada peserta didik agar beriman sesuai dengan rukun iman yang telah diajarkan, Membangkitkan minat peserta didik untuk menambah ilmu pengetahuan agama dan adab, Menanamkan generasi yang cinta al-Qur’an, agar peserta didik dapat membaca, memahami, dan mengamalkan setiap ajaran yang terdapat dalam al-Qur’an, Menumbuhkan kebanggaan peserta didik terhadap sejarah dan kebudayaan Islam, Membiasakan peserta didik untuk dapat mengatur emosi, dan mengajarkan kepada mereka tentang adab dan sopan santun baik di lingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan sekitar mereka, Menumbuhkan rasa kasih sayang, tolong menolong terhadap sesama muslim, bertanggung jawab dan percaya diri, Menanamkan keimanan yang kuat kepada Allah, akhlak yang mulia, serta menyuburkan hati mereka dengan zikir, takwa, dan taat kepada Allah, Menghilangkan sifat-sifat buruk yang masih terdapat pada diri peserta didik, seperti sombong, iri hati, dengki, hasad, dan khianat. Adapun tujuan dari pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan apa yang hendak atau ingin dicapai, mata pelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum untuk dapat menentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan dan guru yang menjadi sumber tujuan utama bagi para peserta didik dan mampu menulis, memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat terukur. (Hamalik, 2013: 76), hasil-hasil belajar peserta didik baiknya harus mencakup kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik, agar peserta didik tidak hanya mampu dalam pengetahuan saja, tetapi juga mempunya sikap dan keterampilan yang baik juga. Dalam proses belajar terdapat kemampuan peserta didik yang berbeda untuk menyerap ilmu pengetahuan. Hal ini melatarbelakangi perbedaan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah. Sebagian siswa lebih suka dengan guru yang cara mengajarnya mencatat hal yang penting di papan tulis, dan sebagian lainnya lebih menyukai guru yang mengajarnya dengan cara menjelaskan panjang lebar atau ceramah. (Uno, 2008: 180). Maka diperlukan kratifitas guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik, agar peserta didik tidak terkesan jenuh dan menumbuhkan minat belajar peserta didik yang tinggi. Selama proses belajar mengajar, di setiap sekolah pasti akan menghadapi peserta didik yang mempunyai masalah dalam belajar yang akan berdampak pada hasil belajar atau prestasi peserta didik. Kesulitan belajar yang dialami peserta didik dapat dilihat dari jenis kesulitan belajar, mata pelajaran yang dipelajari, sifat kesulitan dalam belajar, dan faktor yang menyebabkan peserta didik menjadi sulit belajar. (Djamarah, 2011: 234), maka peran guru sangatlah penting untuk dapat memerhatikan peserta didik secara detail yang mengalami kesulitan belajar, sehingga guru dapat membantu memberikan solusi kepada peserta didik, atau bisa dicarikan solusi yang lain dengan bantuan guru konseling. Menurut Sanjaya (2008: 52) ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap sistem pembelajaran, pertama guru, guru dikatakan dapat berhasil dalam penerapan strategi pembelajaran tergantung pada kemahiran guru dalam menggunakan metode pembelajaran teknik, taktik, dan kemampuan dalam mengajar. Kedua peserta didik,
4 peserta didik yang memiliki pengetahuan yang lebih memadai akan memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran. Ketiga sarana dan prasarana yaitu media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah yang dapat menunjang proses pembelajaran. Keempat lingkungan, sekolah yang mempunyai hubungan yang baik secara internal akan berdampak kepada motivasi belajar peserta didik. Pada dasarnya perkembangan peserta didik tergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi. Yaitu lingkungan pendidikan yang menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk melaksanakan kegiatan belajar mangajar, dan bakat yang telah dimiliki oleh peserta didik sejak lahir (Hamalik, 2013: 3). Selanjutnya, berbicara tentang kompetensi peserta didik akan berkaitan erat dengan hasil belajar. Frinch dan Crunkilton dalam Hawi (2013: 3) menjelaskan bahwa “Kompetensi yaitu penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan aspirasi yang harus dimiliki oleh peserta didik guna mencapai suatu keberhasilan dan mampu melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis tugasnya.” Dalam hal ini peserta didik diharuskan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik untuk menguasai suatu pembelajaran. Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik agar dapat dinilai sebagai bentuk hasil belajar peserta didik yang sesuai dengan pengalaman. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi peserta didik dilakukan secara objektif sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dimiliki oleh peserta didik sebagai hasil belajar (Mulyasa, 2006: 38). Sedangkan keberhasilan belajar dan mengajar menurut ajaran Islam adalah: penguasaan pengetahuan kognitif, penguasaan dari ranah afektif, kemampuan spiritual, dapat mengendalikan emosi negatif, mampu menumbuhkan kepedulian untuk mempertahankan nilai-nilai luhur, mampu menumbuhkan kepekaan sosial dalam membantu sesamanya, dan ketinggian spiritual (Nata, 2009: 319). Sejalan dengan hal di atas, kompetensi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang sudah dirumuskan dalam kurikulum 2013 yaitu sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga peserta didik menjadi kompeten dalam mengamalkan dan melaksanakan sesuatu sesuai dengan ajaran Islam. Dalam peneliti ini, Peneliti memfokuskan kajian kompetensi pada jenjang menengah atas (SMA). Adapun Standar Kompetensi Lulusan (SKL) berdasarkan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. Standar kompetensi lulusan yang telah dirumuskan oleh BSNP No 23 Tahun 2006 untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada sekolah tingkat SMA/MA/SMK/MAK adalah: a) Memahami ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b) meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna; c) berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja’ dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah; d) memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam; e)memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan di atas seharusnya peserta didik dapat memiliki pengetahuan yang bagus dan sikap yang baik. Namun demikian, data hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA Negeri 1 Parungpanjang masih jauh
5 dari harapan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal, pelanggaranpelanggaran aspek afektif cukup banyak. Pelanggaran itu diantaranya rata-rata peserta didik terlambat datang ke sekolah, tidak masuk ke sekolah tanpa keterangan, dan masih banyak peserta didik yang tidak memasukan bajunya atau tidak rapi dalam memakai seragam sekolah, khususnya peserta didik putra. Selain itu pernah beberapa kali terjadi tawuran antar pelajar dengan sekolah tetangga. Kemudian tercatat ada beberapa peserta didik yang belum bisa membaca Al-Quran dan melakukan shalat dengan bacaan yang benar, apabila dilihat dari aspek kognitif masih banyak peserta didik yang menghafal untuk menghadapi ujian tanpa memahami maksud dari pengertian suatu pengetahuan sehingga banyak peserta didik yang mengikuti remedial untuk mencapai nilai KKM. Apabila melihat secara global, ternyata tidak hanya Pendidikan Agama dan juga tidak hanya di SMA Negeri 1 Parungpanjang yang mengalami penurunan kualitas pendidikan. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) melalui PISA (Programme For International Student Assesment), dan IEA (International Association for The Evaluation of Educational Achievement) melalui TIMSS (Trends International Mathematics and Science Study) serta PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) menggambarkan bahwa untuk kemampuan berpikir, hanya 5% peserta didik Indonesia yang mampu menjawab pertanyaan yang membutuhkan pikiran mendalam. Di sisi lain, 95% peserta didik Indonesia hanya sampai di level bawah, yaitu level yang ditandai dengan kemampuan menjawab soal yang bersifat ingatan dan pemahaman. Berikut disajikan data hasil penelitian yang dilakukan PISA dari 2006 sampai 2015. Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Kognitif Peserta Didik Indonesia Berdasarkan Penelitian PISA Tahun Studi
Peringkat Indonesia
Jumlah Negara Peserta Studi
2006
50
56
2009
60
65
2012
64
65
2015
69
79
(Sumber: http://www.oecd.org/pisa) Hasil di atas memberikan gambaran kepada penduduk Indonesia bahwa ada permasalahan yang krusial di lingkungan pendidikan yang perlu secepatnya diselesaikan. Melihat kondisi di atas, peneliti merasa tergerak untuk dapat memperbaiki kondisi pendidikan khususnya pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang yang memang secara geografis dekat dengan lingkungan peneliti. Sebagai langkah awal, harus ada penelitian yang menggambarkan kompetensi peserta didik secara rill di lingkungan sekolah tersebut. Sehingga dengan adanya gambaran
6 awal, masyarakat dapat melihat permasalahan yang lebih spesifik. Oleh karena itu peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: “Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang”.
B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Kompetensi kognitif peserta didik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum menunjukkan hasil yang maksimal. b. Kompetensi afektif peserta didik yang berhubungan erat dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih lemah, contohnya perkelahian dan tindak kekerasan antar peserta didik. c. Kompetensi psikomotor dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih kurang. d. Rendahnya motivasi belajar siswa. 2. Batasan Masalah Dari beberapa identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi hanya pada kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik Pendidikan Agama Islam yang dimiliki oleh peserta didik, agar penelitian ini lebih terarah. 3. Pertanyaan Peneliti Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimana kompetensi hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang dimiliki oleh peserta didik di SMA Negeri 1 Parungpanjang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan peneliti di atas, maka peneliti menjelaskan bahwa tujuan penelitian adalah untuk menganalisis kompetensi hasil belajar peserta didik dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi teoritis dalam khasanah keilmuan terutama yang berhubungan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi Pendidikan Agama Islam peserta didik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru-guru Pendidikan Agama Islam Temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum kualitas pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membantu guruguru untuk meningkatkan kompetensi hasil belajar Pendidikan Agama Islam peserta didik. b. Bagi Sekolah Temuan penelitian ini hendaknya dapat memberikan masukan dan menjadi landasan guna memberikan dorongan, perhatian, kesempatan dan
7 memfasilitasi para pesrta didik agar dapat meningkatkan kompetensi hasil belajar peserta didik dalam Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). c. Bagi Orang Tua Siswa Penelitian ini hendaknya dapat memberikan masukan dan informasi kepada orang tua peserta didik guna membantu anaknya dalam proses belajar yang berada di luar lingkungan sekolah. d. Bagi Peneliti dan Pemerhati Bidang Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sekaligus pendorong minat untuk mengadakan penelitian atau analisis yang lebih mendalam. E. Penelitian Terdahulu yang Relevan Adapun penelitian sebelumnya yang telah membahas tentang kompetensi peserta didik sebelumnya, adalah: 1. Mukhshon Nawawi. 2009. Judul tesis :“Penilaian Kompetensi Bahasa Arab Berbasis Kelas di Madrasah”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penilaian Bahasa Arab berbasis kelas melalui upaya membandingkan berbagai komponen pembelajaran Bahasa Arab yang terdiri atas: tujuan pembelajaran Bahasa Arab yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, rencana pengajaran, kegiatan belajar mengajar, dengan menghubungkan faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi, seperti: latar belakang peserta didik, kemampuan guru, dan ketersediaan sarana. Penilaian Bahasa Arab dilakukan dalam bentuk tes dan nontes yang berupa kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, penugasan, ulangan semester, dan ulangan kenaikan kelas. Berdasarkan penelitian di atas dapat diketahui bahwa kompetensi peserta didik dapat berpengaruh sesuai dengan karakteristik peserta didik, kemampuan guru dalam mengajar, tersedianya sarana yang mendukung kegiatan pembelajaran. 2. Miftahul Huda. 2016. Judul tesis “Implementasi Evaluasi Hasil Belajar PAI Ranah Afektif di SMPN 1 Tanara Serang Banten”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa terbengkalianya penilaian pada ranah afektif akan berakibat pada kasus kenakalan remaja, oleh karena itu setiap guru harus memperhatikan ranah afektif peserta didik agar terbentuknya moral dan akhlak yang baik. Penilaian afektif yang digunakan pada sekolah ini berdasarkan dengan kurikulum 2013. Guru PAI yang memiliki kompetensi yang tinggi pada sekolah ini sudah menerapkan sistem hasil belajar ranah afektif sehingga peserta didik akan mempunyai motivasi yang tinggi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan hasil belajar ranah afektif peserta didik dapat menunjukkan pada hasil belajar psikomotorik peserta didik. Berdasarkan hasil di atas dapat dikatakan bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi afektif yang tinggi akan memiliki motivasi belajar yang tinggi pula, sehingga peserta didik tersebut dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat ke dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mumun Maemunah. 2016. Judul tesis :“Evaluasi Ranah Afektif Pendidikan Agama Islam di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penilaian guru di sekolah terhadap sikap afektif peserta didik kurang begitu diperhatikan, karena banyak peserta didik lebih banyak menguasai materi dibandingkan dengan sikap, sehingga banyak peserta didik yang dinilai berbeda dengan sikap asli yang dimilikinya. Penilaian afektif di sekolah ini mencakup
8 minat, sikap dan konsep diri, yang dibagi lagi ke dalam sikap spiritual, kejujuran, disiplin, tanggung jawab, toleransi, dan gotong royong. Penilaian afektif pada peserta didik tersebut dinilai cukup baik. Dari penelitian di atas, penilaian afektif terhadap peserta didik sudah disebutkan secara rinci sesuai indikator yang akan dinilai. Adapun guru pada sekolah tersebut menilai tidak sesuai dengan instrumen afektif yang sudah ada, sehingga masih ada guru yang menilai afektif peserta didik hanya mengandalkan pengetahuan yang dimiliki oleh guru tersebut.
BAB II KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Kompetensi 1. Pengertian Kompetensi Kompetensi berasal dari kata competence yang artinya kecakapan, kemampuan, atau wewenang. Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. Lebih dalam Mc.Ahsan dalam Mudlofir (2011: 18) mendefinisikan kompetensi kompetensi sebagai berikut. “...is knowledge, skill or abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Pengertian di atas kurang lebih dapat ditafsirkan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan atau kemampuan yang dapat dicapai seseorang yang menjadi bagian darinya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, afektif, dan perilaku psikomotor". Selain itu, The International Board of Standards for Training, Performance and Instruction (IBSTPI) memberikan definisi tentang kompetensi dalam kutipan Yaumi (2013: 83) adalah sebagai berikut. “as an integrated set of skills, knowledge, and attitudes that enables one to effectively perform the activities of a given occupation or function to th standards expected” Definisi kompetensi di atas menyatakan bahwa kompetensi merupakan integrasi keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang membuat seseorang melakukan pekerjaan dengan efektif atau sesuai dengan standar yang diharapkan. Kompetensi juga dapat dikatakan sebagai tujuan dari pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sehingga mereka mampu mengetahui suatu hal dan dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi ini meliputi kognitif, metakognitif, non-kognitif, serta keterampilan interpersonal (Wolfe & steinberg, 2014: 4). Dengan demikian tujuan atau standar kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik hendaknya mencakup kepada kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sehingga peserta didik tidak hanya mampu dalam pengetahuan saja, tetapi juga dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat ke dalam kehidupan sehari-hari. Mulyasa (2006: 37) menyatakan bahwa kompetensi ialah gabungan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang diaplikasikan pada kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik agar dapat dinilai sebagai bentuk hasil belajar peserta didik yang sesuai dengan pengalaman. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi peserta didik dilakukan secara objektif sesuai dengan kinerja, keterampilan, nilai dan sikap yang dimiliki oleh peserta didik sebagai hasil belajar . Penilaian objektif terhadap peserta didik dapat dilakukan oleh para pendidik dengan cara tes berupa tulisan atau lisan untuk mengetahui kemampuan pengetahuan, dengan observasi untuk penilaian sikap peserta didik, dan 9
10 melakukan ujian praktik guna menilai kemampuan psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik. Musfah (2011: 29) mengemukakan kompetensi merupakan kemampuan individu yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang membawa manfaat bagi dirinya serta lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu kompetensi selain mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan, tetapi tujuannya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan sekitar. Kompetensi menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Piskulich dan Peat (2016: 284) yakni hasil belajar siswa guna meningkatkan keterampilan yang dimiliki oleh setiap peserta didik, sehingga setiap peserta didik harus diberikan pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dasar yang telah dimilikinya. Dalam hal ini guru juga harus melakukan tes guna mengetahui kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik, sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi tidak hanya sekedar pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi mencakup kemampuan untuk berkomunikasi secara baik, keterampilan praktis tentang teknologi informasi, dan sikap terhadap orang-orang ketika berinteraksi. (Yaumi, 2013: 82). Kemampuan berkomunikasi secara baik juga mencakup ke dalam sikap, sehingga pengertian di atas telah mencakup kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Bila dilihat dari beberapa definisi di atas, Yaumi (2013: 84) menyatakan bahwa kompetensi mencakup kepada pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik untuk melakukan tugas yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan, seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 2.1 Kisaran Definisi Kompetensi
Pengetahuan, sikap dan keterampilan
kompetensi
Melakukan tugas atau pekerjaan
Berdasarkan standar (Sumber: Yaumi, 2013: 84) Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik bukan hanya mencakup kompetensi pengetahuan, tetapi juga harus mencakup sikap dan keterampilan. Penilaian kompetensi juga dapat dinilai dari hasil tugas yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
11 Kompetensi yang berlandaskan pendidikan agama Islam adalah pengetahuan, keterampilan serta dasar-dasar nilai ajaran Islam yang dapat diaplikasikan kepada kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan ajaran Islam (Majid, 2004: 84). Kompetensi yang berlandaskan Islam juga harus sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadist sehingga peserta didik dapat menjalankan perintah Allah, menjauhi laranganNya, dan mampu mencontoh sikap yang dimiliki Rasullullah. Sementara itu, Puskur, Balitbang, Depdiknas dalam Muslich (2009: 15) mengatakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang dapat diaplikasikan ke dalam kebiasaan berpikir dan bertindak seseorang secara konsisten sehingga menjadikan seseorang tersebut menjadi kompeten dalam berpikir dan bertindak. Selanjutnya kompetensi dalam kurikulum menurut Depdiknas (2002:1), yaitu (1) kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu dalam berbagai hal, (2) kompetensi memaparkan pengalaman belajar yang telah dijalankan oleh siswa agar menjadi kompeten, (3) kompetensi adalah hasil belajar siswa yang memaparkan mengenai hal-hal yang telah dipelajari oleh siswa dalam proses pembelajaran, dan (4) kemampuan atau keterampilan siswa dalam melakukan suatu hal harus dijelaskan secara luas sesuai dengan standar yang dapat diukur. Bila dilihat dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian kompetensi adalah kemampuan dasar seseorang atau peserta didik yang mencakup pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat diaplikasi pada cara berpikir, bertindak, dan berkomunikasi kepada orang sekitar. Kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat dinilai sebagai bentuk dari hasil belajar. 2. Konsep Kompetensi Secara Luas Gordon dalam Sanjaya (2008: 6) menjelaskan bahwa ada beberapa aspek yang terdapat dalam kompetensi yakni, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap, dan minat. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan seseorang untuk dapat melakukan suatu hal. Sebagai contoh, proses berpikir dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pemahaman (understanding), yaitu ranah kognitif dan afektif yang dimiliki oleh seseorang. Sebagai contoh, peserta didik dapat memecahkan masalah ekonomi sesuai dengan konsep ekonomi yang telah dipelajarinya. Keterampilan (skill), yaitu sesuatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan tugas yang dibebankan. Sebagai contoh, peserta didik yang terampil dalam menggunakan microscope maka dapat mengamati mikroorganisme. Nilai (value), yaitu standar perilaku yang telah menjadi bagian dari dalam dirinya yang akan terlihat dalam setiap tindakannya. Sebagai contoh, perilaku peserta didik dalam proses berpikir, keterbukaan, kejujuran, demokratis, dan kasih sayang. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau tindakan terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Sebagai contoh, reaksi yang terjadi terhadap sesuatu hal yang baru. Terakhir minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Sebagai contoh, minat peserta didik guna memperdalam materi pelajaran. Selanjutnya, Majid (2004: 85) meninjau konsep kompetensi dalam pendidikan agama Islam dari sudut pandang Al-Qur‟an, diantaranya dalam surat az-zumar: 9:
12
“(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. Apabila dilihat dari ayat Al-Qur‟an di atas maka ayat tersebut mencakup pada aspek kognitif yaitu orang berakallah yang mampu menerima dan mengetahui suatu pelajaran. Bloom dalam Muslich (2009: 16) menganalisis kompetensi menjadi tiga aspek yang mempunyai tingkatan berbeda-beda, yaitu (a) kompetensi kognitif; (b) kompetensi afektif; dan (c) kompetensi psikomotorik. Lebih rinci lagi penjelasan mengenai kompetensi menurut Benjamin S. Bloom adalah sebagai berikut. a. Kompetensi Kognitif Dalam domain kognitif, Bloom membagi menjadi enam tingkatan kognitif. Tingkatan tersebut terbagi menjadi tingkatan terendah terdiri atas pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), dan penerapan (application). Sementara untuk tingkatan tertinggi yaitu analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Pengetahuan (Knowledge) berupa kemampuan peserta didik dalam mendefinisikan, menguraikan, menghitung, mengidentifikasi, memberi tanda, mendaftar, mereproduksi, mencocokkan, menyebutkan nama, membaca, mencatat, memilih, menyatakan, dan melihat, serta dapat mengingat kembali pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Pemahaman (Comprehension) merupakan kemampuan peserta didik dalam mengklarifikasi, mengubah, menguraikan, mendiskusikan, memperkirakan, menjelaskan, menggeneralisasikan, memberi contoh, membuat pemahaman, menyatakan dengan kata-kata sendiri, merangkum, melacak dan memahami materi inti yang telah disampaikan. Penerapan (Application) merupakan kemampuan peserta didik dalam berbuat, mengatur, meniru, mengakses, mengumpulkan, menghitung, membangun, memberi kontribusi, mengendalikan, menentukan, mengembangkan, menemukan, mendirikan, mengembangkan, mengimplementasikan, memasukan, menginformasikan, menginstruksikan, mengoprasikan segala bentuk pengetahuan yang telah disampaikan sebelumnya agar dapat menyelesaikan berbagai permasalahan pada situasi yang baru. Analisis (analysis) merupakan kemampuan peserta didik dalam merinci segala bentuk informasi yang telah didapat, lalu dapat mengembangkan kesimpulan yang berbeda. Seperti, peserta didik dapat membandingkan dan memisahkan dua konsep yang berbeda. Sintesis (synthesis) merupakan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan kreativitas dan
13 keterampilan, sehingga dapat membuat sesuatu yang sangat baru. Seperti, dapat membandingkan dua karya seniman dan filosof yang berbeda, namun hidup pada masa yang sama. Terakhir, Evaluasi (evaluation) merupakan kemampuan peserta didik untuk mengukur dirinya sendiri selama menerima materi pelajaran atau informasi yang telah didapat sebelumnya. Seperti, tahapan mahasiswa yang diminta untuk menulis skripsi, tesis, maupun disertasi. Setelah Bloom membagi tingkatan kognitif menjadi enam bagian, kemudian direvisi kembali oleh Anderson dan Krathwohl (2001: 31) yang membagi menjadi enam tingkatan, dimulai dari mengingat (remember), pemahaman (understand), penerapan (apply), analisis (analyze), evaluasi (evaluate), dan mencipta (create). Perbedaan tingkatan domain kognitif antara Bloom dengan Anderson dan Krathwohl, dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.2 Tingkatan taksonomi kognitif asli dan yang telah direvisi
Evaluasi Sintesis
Mencipta mengevaluasi
Analisis
menganalisis
Penerapan
menerapkan
Pemahaman
memahami
pengetahuan
mengingat
tingkatan kognitif asli tingkatan kognitif revisi (Sumber: Kuswana, 2012: 111) Konsep taksonomi kognitif menurut Anderson dan Kratwohl dalam kutipan Kuswana (2012: 110) secara umum dibagi menjadi dua dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Adapun proses kognitif dibagi menjadi enam tahapan, yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan. Adapun untuk pengetahuan terbagi menjadi empat bagian, yaitu pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
14 Tabel 2.1 Tabel Taksonomi hasil revisi Anderson dan krathwohl Dimensi Proses Kognitif Dimensi Pengetahuan Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif
1 Mengingat
2 3 4 5 6 Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Menciptakan
(Sumber : Kuswana,2012: 112) Perbedaan antara kompetensi yang dimiliki oleh Bloom dan Anderson adalah, Bloom membagi tahapan kognitif menjadi enam tahapan dan tidak membagi ke dalam pengetahuan, sedangkan Anderson membagi menjadi enam tingkatan dengan menggunakan kata kerja, dan membagi pengetahuan ke dalam empat bagian, dan pada tahapan akhir yaitu mencipta berarti peserta didik menggunakan kompetensi kognitif dan psikomotorik. Guilford membagi domain kognitif berdasarkan urutannya menjadi dua bagian berdasarkan mengembangan skema klasifikasi yang telah dikembangkan oleh E. De Corte. Dalam Winkel (2009: 286) yakni skema pertama adalah reproduktif, meliputi (1) apersepsi berdasarkan pengamatan informasi, contohnya peserta didik dapat membedakan bentuk pulau Jawa dan Bali, (2) mengenal kembali, contohnya peserta didik dapat mengenali bentuk dan letak pulau Jawa dan Bali yang tanpa tertera nama pada peta tersebut, (3) mengingat, contohnya peserta didik dapat menyebutkan pulau-pulau yang terletak di Indonesia. Skema kedua adalah produktif, yang terbagi menjadi beberapa bagian, yakni (1) hasil proses berpikir konvergen yaitu pemecahan masalah yang sudah pasti, contohnya peserta didik dapat menyelesaikan soal matematika sesuai dengan rumus yang telah diajarkan, (2) hasil proses berpikir divergen yaitu pemecahan masalah yang belum pasti sehingga harus memerlukan berbagai macam metode, contohnya peserta didik memikirkan pemecahan masalah dalam menghadapi kepadatan penduduk, (3) hasil berpikir evaluatif yaitu mengolah atau menilai suatu hal sesuai dengan kriteria tertentu, contohnya peserta didik dapat dinilai baik apabila sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Selanjutnya, domain kognitif berdasarkan urutannya yang dikembangkan oleh E. De Corte dalam Winkel, (2009: 288) yaitu reproduksi, yang terbagi menjadi (1) apersepsi informasi, yaitu menemukan data baru yang sesuai dengan pengamatan dengan cara membandingkan, contohnya melihat atau mendengar persamaan dan perbedaan antara ejaan dan ucapan kata, (2) mengenal kembali informasi, yaitu mengidentifikasi suatu informasi yang telah dipelajari, contohnya peserta didik dapat mengenal kembali bentuk geometris pada suatu bangun, (3) mengingat informasi, yaitu mengingat kembali suatu hal atau pelajar yang telah dihafalkan sebelumnya, contohnya peserta didik dapat menceritakan suatu historis sesuai dengan tahun ketika peristiwa itu terjadi. Selanjutnya produksi, yang terbagi menjadi beberapa bagian, yakni (1) produksi informasi secara interpretatif, yaitu menjelaskan,
15 mengartikan, dan merumuskan dengan menggunakan bahasa sendiri, contohnya peserta didik dapat membaca peta geografik, serta dapat membaca tanda, warna dan bentuk pada peta, (2) produksi informasi secara konvergen, yaitu memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode dan cara yang telah dipelajari, contohnya peserta didik dapat menemukan ciri-ciri iklim di daerah tertentu sesuai dengan gejala klimatologis yang telah dipelajarinya, (3) produksi informasi secara evaluatif, yaitu memberikan penilaian terhadap suatu hal sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, contohnya peserta didik dapat menilai sebuah cerita dari berbagai sudut pandangnya, dan (4) produksi informasi secara divergen, yaitu memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode yang beragam, contohnya rencana pembangunan ekonomi suatu daerah yang berdasarkan letak geografis, dan sosial budaya daerah tersebut. Tabel 2. 2 Perbandingan antara sistematika Guilford dan E. De corte pada ranah kognitif Guilford
E. De Corte
1. Mengetahui 2. Mengingat 3. Produksi divergen
4. Produksi konvergen 5. Evaluasi
a. Apresepsi informasi b. Mengenal kembali informasi c. Mengingat informasi d. Produksi informasi secara Interpretatif e. Produksi infornasi secara konvergen f. Produksi Informasi secara evaluatif g. Produksi informasi secara divergen
Reproduksi
Produksi
(Sumber: Winkel, 2009: 287) Apabila dilihat dari proses kognitif Guilford, sebelum peserta didik dapat menyelesaikan masalah yang biasa dihadapi atau masalah yang baru, maka peserta didik harus mengetahui dan mengingat pengetahuan yang telah didapat sebelumnya, sehingga mereka dapat mengevaluasi atau dapat menilai dengan baik. Berbeda dengan E. De Corte yang menyatakan peserta didik tidak dapat menjelaskan suatu pengetahuan, memecahkan masalah sesuai dengan metode yang ada, menilai, dan memecahkan masalah yang baru, apabila peserta didik belum mampu mengetahui, mengenal dan mengingat pengetahuan yang telah dimilikinya.
16 b. Kompetensi Afektif Pada domain afektif ini, teori Bloom dalam Assegaf (2011: 84)menyarankan agar mengembangkan sikap secara luas dalam bidang psikologi. Domain afektif menyediakan kerangka berpikir bagi pengajaran, pelatihan, penilaian efektifitas pelatihan, rencana pelajaran, dan penyampaian. Dalam domain afektif, Junaidi (2013: 35) membagi menjadi beberapa tahapan dimulai dari tahapan yang paling rendah hingga tahapan yang paling tinggi. Tahapan tersebut ialah receiving, responding, valuing, organising, characteristing by value or value concept. Receiving atau attending yang berarti kepekaan peserta didik dalam menerima stimulasi yang datang dari luar, dan dapat pula diartikan sebagai kemampuan untuk memperhatikan suatu objek, contohnya: peserta didik akan segera masuk ke dalam kelas apabila melihat guru datang. Responding yang bisa dikatakan sebagai peran aktif peserta didik selama pembelajaran, contohnya: peserta didik bersedia untuk bertanya tentang materi, mendiskusikannya, dan membaca materi yang disampaikan guru tanpa harus ditugaskan. Valuing artinya penilaian atau menghargai. Penilaian atau penghargaan yang berarti memberikan nilai pada suatu kegiatan sehingga peserta didik dapat merasakan kerugian apabila tidak mengerjakan suatu kegiatan itu, contohnya: peserta didik mau membaca al-Qur‟an setiap hari karena ibadah dan akan mendapatkan pahala. Organising artinya mengatur. Organising dapat diartikan menemukan suatu nilai yang universal dalam perbedaan nilai yang ada, contohnya: dalam pembelajaran aqidah akhlak peserta mampu hidup jujur, amanah, dan adil walaupun di lingkungan masyarakatnya banyak yang tidak jujur, tidak amanah, dan tidak adil. Characteristing by Value or Value Concept yaitu nilai yang telah ada dalam peserta didik sehingga dapat mempengaruhi tingkah lakunya yang mampu membentuk karakteristik yang konsisten. Contohnya: dalam al-Qur‟an dan Hadits, peserta didik diajarkan untuk menjaga dan melestarikan lingkungannya, maka peserta didik itu akan mampu menjaga dan melestarikan lingkungannya. Bila dilihat dari pembagian aspek afektif yang dibagi oleh Bloom maka diperlukan kepekaan terlebih dahulu oleh peserta didik sehingga peserta didik dapat menemukan penilaian terhadap sikap yang dilakukan, dan apabila sikap itu baik maka peserta didik dapat menerapkan sikap baiknya ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi apabila sikap tersebut kurang baik maka hendaknya sikap itu tidak perlu diterapkan. Krathwohl juga menjelaskan mengenai domain afektif dalam kutipan Yaumi (2013: 94), yang menyatakan bahwa domain afektif berkaitan erat dengan hal-hal yang bersifat emosional, seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Domain afeksi dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu penerimaan, tanggapan, penilaian, organisasi dan tahap tertinggi yaitu internalisasi atau pembentukan pola hidup.
17 Gambar 2.3 Domain Afektif
Characteristing by Value or Value Concept
Organising and conceptualising
Valuing Responding Receiving
(Sumber: Assegaf, 2011: 84) c. Kompetensi Psikomotorik Domain psikomotorik yang dikembangkan oleh Simpson dalam Yaumi (2013: 98) mempunyai beberapa tahapan: Persepsi yang meliputi keterampilan fisik dan motorik. Contohnya: menulis dan berbicara, Kesiapan untuk bertindak baik secara fisik, mental, maupun emosional, contohnya: melakukan tindakan sesuai dengan urutan langkah-langkah, respons terbimbing yang meliputi peniruan, sistem coba dan salah, dan banyak berlatih akan menghasilkan kinerja yang baik, contohnya: dapat mengetahui isyarat tangan dari instruktur ketika mengoprasikan suatu mesin, respons biasa yaitu mempelajari kebiasaan yang akan menghasilkan suatu keterampilan yang tetap, contohnya: dapat menggunakan komputer, respons yang kompleks yang meliputi cara kerja yang cepat, akurat dan terkoordinatif, contohnya: dapat mengoprasikan komputer secara cepat dan akurat, adaptasi yang meliputi modifikasi pola gerak yang sesuai dengan persyaratan khusus, contohnya: dapat memodifikasi suatu perintah sesuai dengan kebutuhan peserta didik, organisasi yang berarti membuat pola gerak yang baru sesuai dengan masalah yang terjadi, contohnya: dapat membangun teori yang baru. Oleh karena itu peserta didik diharapkan agar mempunyai kemampuan dasar menulis dan membaca sehingga dapat mencapai kepada tahapan psikomotorik yang lebih tinggi lagi.
18 Pada domain psikomotorik ini belum tuntas dibahas oleh Bloom, maka domain ini dikembangkan dan diuraikan oleh Reynolds, tetapi domain versi Dave yang paling relevan bagi domain psikomotorik ini dimulai dari tahapan yang paling rendah sampai tertinggi, yaitu: meniru, manipulasi, ketepatan, artikulasi, dan tahapan naturalisasi merupakan tahapan tertinggi karena keterampilannya semakin alami (Assegaf, 2011: 86). Pada tahap psikomotorik ini terbagi menjadi lima tahapan, pada tahapan awal peserta didik dapat meniru dengan cara mengamati sehingga dapat mengembangkan keterampilan yang tepat dan semakin alami. Gambar 2.4 Domain Psikomotorik
Naturalization
Articulation
Precision
Manipulation
Imitation
(Sumber: Assegaf, 2011:86) Domain psikomotorik lainnya dalam kutipan Junaidi (2011: 39) terbagi menjadi enam tingkatan keterampilan, diantaranya, gerak refleks yaitu gerakan atau respons yang dilakukan dengan cepat dan tanpa sadar, contohnya: peserta didik meniru gerakan sholat atau meniru orang yang sedang membaca AlQur‟an. Keterampilan pada gerak dasar (basic fundamental movements) yaitu gerakan yang dilakukan tanpa latihan tetapi dapat diperhalus melalui praktik, gerakan ini bersifat terpola, contohnya berlari kecil waktu sa‟i, melakukan gerkan sholat seperti berdiri, rukuk, dan sujud. Kemampuan perseptual (perceptual abilities) yaitu gerakan yang lebih meningkatkan karena telah dibantu kemampuan perseptual, contohnya: peserta didik dapat melantunkan ayat Al-Qur‟an dengan merdu. Gerakan kemampuan fisik (psycal abilities) yaitu gerkan yang lebih efisien karena telah berkembang melalui
19 pembelajaran, contohnya: peserta didik dapat menahan nafas lama saat melantunkan ayat Al-Qur‟an, Gerakan terampil (skilled movements) yaitu dapat mengendalikan gerakan yang terampil, tangkas, dan cekatan dalam melakukan gerakan yang rumit, contohnya: peserta didik dapat melantunkan ayat Al-Qur‟an dengan menggunakan bermacam-macam qira’ah. Gerakan indah dan kreatif (non-discursive communication) yaitu gerakan yang dilakukan dengan cara mengkomunikasikan melalui perasaan, contohnya: peserta didik dapat berdakwah dengan menggunakan seni wayang, seni drama maupun musik. d. Kompetensi Iman, Ilmu, Amal, dan Akhlak Selanjutnya dalam Pendidikan Agama Islam, Assegaf (2011: 86) membagi menjadi empat domain yakni, iman, ilmu, amal, dan akhlak. Konsep ilmu dalam Islam memiliki kesamaan dengan kognitif, konsep amal mendekati domain psikomotorik, konsep akhlak lebih mendekati kepada domain afektif, sedangkan konsep iman adalah tambahan atau tindak lanjut dari konsep domain yang telah dijelaskan sebelumnya, karena dalam ajaran Islam orang yang berilmu sering disebut berdampingan dengan orang yang beriman. Sesuai dengan firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur‟an surat al-Mujadalah ayat 11:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Bila dilihat dari ayat di atas dikatakan bahwa Allah meninggikan orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya. Adapun yang pertama kali disebut adalah orang yang beriman terlebih dahulu setelah itu orang yang berilmu, sehingga dalam pendidikan Islam keimanan seseorang sangatlah penting agar mereka dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat sesuai dengan perintah Allah. Dalam taksonomi Pendidikan Islam, Domain iman dibagi menjadi tujuh tahapan, yaitu: kontemplasi (Tafakur), pengakuan (Tasyahud), percaya dengan bukti (Burhân), mampu membedakan kepercayaan (Furqân), yakin, ihsan, dan tahap tertinggi adalah taqwa. (Assegaf, 2011:93).
20 Bila dibandingkan dengan taksonomi yang dimiliki oleh Bloom, maka taksonomi ini membahas tentang tujuan Pendidikan Agama Islam, dimana keimanan merupakan tujuan utama dari keberagamaan seorang muslim. Dalam domain iman juga memiliki beberapa tahapan seperti halnya domain lainnya yang telah dirumuskan oleh Bloom, adapun tahapan domain iman dapat disistematisasis pada gambar berikut ini:
Gambar 2.5 Domain Iman
Takwa Ihsan
Furqân Yakin
Percaya dengan Bukti Pengakuan (Tasyahud) Kontemplasi (Tafakur) (Sumber: Assegaf, 2011:86)
Karakteristik peserta didik pada domain iman dapat dilihat oleh perilaku ketaatan dan keshalihan, keimanan juga dapat bertambah karena ibadah dan dapat berkurang karena maksiat, keimanan seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari, dan rukun iman merupakan bentuk ekspresi keyakinan seseorang (Assegaf, 2011: 97). Bila dilihat dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui, bahwa keimanan peserta didik bisa dilihat dari tingkah laku atau kompetensi afektif, dan dari ibadah yang dikerjakannya atau kompetensi psikomotorik.
21 Berikut ini merupakan keterkaitan antara taksonomi Bloom dalam perspektif Pendidikan Agama Islam. Gambar 2.6 Kesinambungan antardomain Taksonomi Bloom dan Perspektif Pendidikan Islam
Iman > Domain Emosional dan Spiritual
Amal > Psikomotorik
Akhlak > Afektif
Ilmu > Kognitif
(Sumber: Assegaf, 2011: 94) Maksud dari ilmu > kognitif adalah orang mencari ilmu tidak hanya sekedar mengembangkan pengetahuan semata, tetapi juga sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Tanda amal > psikomotorik adalah tidak hanya memiliki keterampilan semata, tetapi juga pertanggungjawaban di hadapan Allah. Tanda akhlak > afektif adalah tidak hanya mampu merespons dan menanamkan nilai, tetapi juga berusaha agar menjadi insan kamil (Assegaf, 2011: 92). Oleh karena itu dalam konsep kompetensi berawal dari keimanan, karena orang yang berilmu dan beriman biasanya disejajarkan. Selanjutnya bentuk ilmu, amal, dan akhlak yang dimiliki seharusnya dapat dijalankan bersamaan dengan iman, agar apapun yang dilakukan bisa bertujuan sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Mudlofir (2011: 18) menjelaskan beberapa aspek kompetensi yang berdasarkan dengan konsep yang dimiliki oleh Gordon, dan contoh dalam Pendidikan Agama Islam, diantaranya pengetahuan (knowledge), seperti pengetahuan peserta didik tentang tata cara melaksanakan shalat jama’ dan qasar sehingga peserta didik dapat melaksanakannya dengan baik, pemahaman (understanding), seperti pesera didik dapat memahami tata cara sholat safar dalam memecahkan masalah sholat bagi musafir, keterampilan (skill), seperti peserta didik mampu dalam melaksanakan sholat jama’ yang sesuai dengan syarat sah sholat, nilai (value), seperti perilaku peserta didik dalam melaksanakan sholat walau sedang dalam perjalanan tetapi tetap bertanggung jawab untuk melaksanakan sholat dengan baik, sikap (attitude), seperti perasaan senang, bahagia peserta didik ketika telah melaksanakan sholat walaupun dalam keadaan sulit seperti ketika berpergian, minat (interest), seperti minat peserta didik untuk melaksanakan sholat tepat waktu meski sedang dalam perjalanan.
22 Konsep kompetensi secara luas dibagi menjadi dua aspek kompetensi yaitu kompetensi yang dapat diamati dan kompetensi yang tidak dapa diamati. keterampilan hidup dalam kebiasaan atau performansi adalah kompetensi yang dapat diamati dan dapat diukur, sedangkan ada beberapa aspek kompetensi yang tidak dapat diamati atau tidak nampak. adalah, (a) pengetahuan; (b) keterampilan; (c) proses berpikir; (d) penyesuaian diri; (e) sikap; dan (f) nilai (Sukmadinata, 2012: 18). Oleh karena itu kebiasaan peserta didik dapat dinilai dari pengetahuan, keterampilan, proses dan penyesuaian yang dimiliki oleh peserta didik sehingga peserta didik yang mempunyai aspek nilai yang baik, maka akan terlihat baik juga dalam kebiasaan sehari-hari. Ketujuh aspek kompetensi di atas dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 2.7 Aspek Kompetensi
a. Performansi b. c. Penyesuaian Keterampilan Proses Pengetahuan d. Berpikir e. f. Sikap Nilai g. (Sumber: Sukmadinata, 2012: 18) Selain itu ada beberapa aspek kompetensi yang dimaksudkan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), diantaranya pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dapat terwujud pada diri peserta didik dalam kebiasaan melakukan tindakan keseharian. (Mudlofir, 2011: 20). Kompetensi yang digunakan pada penelitian ini adalah kompetensi yang terdapat pada KTSP, adapun perbedaan konsep kompetensi pada KTSP dan Kurikulum 2013, pada tingkat SMA/SMK. Tabel 2.3 Perbedaan Konsep Kompetensi Antara KTSP dan Kurikulum 2013 KTSP 2006 Kurikulum 2013 Mata pelajaran tertentu Tiap mata pelajaran mendukung semua mendukung kompetensi tertentu kompetensi (sikap, keterampilan dan pengetahuan) dengan penekanan yang berbeda Mata pelajaran dirancang berdiri Mata pelajaran dirancang terkait satu sendiri dan memiliki kompetensi dengan yang lain dan memiliki dasar sendiri kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas SMA dan SMK tanpa kesamaan SMA dan SMK memiliki mata pelajaran kompetensi yang wajib sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap (Sumber: Mulyasa, 2013: 172)
23
Penulis menyimpulkan dari beberapa konsep luas tentang kompetensi, bahwa aspek kompetensi dapat dibagi menjadi beberapa aspek, diantaranya pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap, minat. Dalam kurikulum, penilaian kompetensi siswa hanya dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kompetensi juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kompetensi yang dapat terlihat seperti perilaku, kebiasaan atau performansi, dan kompetensi yang tidak dapat terlihat seperti pengetahuan, keterampilan, proses, penyesuaian diri, sikap dan nilai. Agar peserta didik atau individu bisa dikatakan kompeten tidak hanya dengan memiliki pengetahuan saja, tetapi juga dapat berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. 3. Macam-macam Kompetensi Berdasarkan pembagian kompetensi, Majid (2002: 141) juga membagi kompetensi menjadi beberapa bagian, di antaranya (1) kompetensi lintas kurikulum, yang merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dilakukan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak yang meliputi kemampuan belajar dan keterampilan yang dimiliki. Hasil belajarnya dapat dicapai melalui pembelajaran dari semua rumpun pelajaran; (2) kompetensi tamatan, yang merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dilakukan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa melakukan suatu jenjang tertentu; (3) kompetensi rumpun pelajaran, yang merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dilakukan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa melakukan rumpun pelajaran tertentu; (4) kompetensi dasar mata pelajaran, yang merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dilakukan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan aspek atau sub aspek dari mata pelajaran tertentu; (5) kompetensi dasar, merupakan sebuah pernyataan yang diharapkan agar siswa mampu mengetahui, menyikapi, dan melakukan suatu hal; Hasil belajar, merupakan sebuah pernyataan yang diharapkan kepada siswa agar mampu menguasai sebagian atau keseluruhan kompetensi yang dimaksud. Indikator hasil belajar, merupakan kompetensi dasar yang yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai ketercapaian siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya kompetensi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kompetensi tamatan, yang merupakan kompetensi minimal siswa yang harus dicapai setelah menamatkan jenjang pendidikan tertentu; kompetensi dasar, yang merupakan kompetensi minimal siswa yang harus dicapai setelah menyelesaikan rumpun pelajaran atau mata pelajaran tertentu; kompetensi dasar, yang merupakan kompetensi minimal siswa yang harus dicapai pada setiap materi dalam satu bidang pelajaran tertentu (Saleh, 2005:176) adapun kompetensi tamatan yang dimaksud ialah kemampuan peserta didik sesuai dengan KKNI yang telah ditetapkan, kompetensi dasar mata pelajaran tertentu merupakan kompetensi lulusan yang harus dicapai peserta didik sesuai dengan mata pelajaran tertentu, dan kompetensi dasar yang dicapai pada setiap materi yaitu kemampuan peserta didik yang harus dicapai sesuai dengan tujuan yang terdapat pada setiap pembahasan dalam mata pelajaran tertentu. Berdasarkan macam-macam kompetensi yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa setiap peserta didik harus memiliki dan menguasai
24 kompetensi dasar terlebih dahulu agar dapat mencapai sebagian atau keseluruhan kompetensi lainnya.
B. Peserta Didik 1. Pengertian Peserta Didik Sebuah proses pendidikan tidak akan berjalan lancar tanpa adanya peserta didik, karena peserta didik merupakan salah satu hal yang terpenting dalam proses pendidikan selain guru, kurikulum, dan metode pengajaran. Tanpa adanya peserta didik. Guru tidak akan mungkin mengajar dan tidak akan terjadi kegiatan mengajar (Hamalik, 2014: 100). Siswa atau peserta didik dalam pendidikan Islam bisa juga disebut sebagai murîd, tilmîdz, thâlib, dan muta’allim. Murid berasal dari isim fâ’il dari kata arâda yurîdu, murîdan, yang berarti orang yang menghendaki sesuatu. Selanjutnya tilmîdz biasa digunakan bagi siswa pada tingkat sekolah pemula. Sedangkan thâlib berasal dari kata thalaba yathlubu thâliban yang berarti orang yang mencari sesuatu. Dan muta’allim berasal dari kata „allama yu’allimu muta’alliman yang berarti orang yang sedang menuntut ilmu (Nata, 2010: 174) Menurut Sukring, (2013: 90) siswa adalah manusia pemula yang masih memerlukan pembinaan, bimbingan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui proses pendidikan, agar dapat menjadi manusia yang lebih baik. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 4 menjelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Dalam undangundang dinyatakan bahwa yang disebut peserta didik merupakan masyarakat yang mengikuti proses pembelajaran secara formal, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga pendidikan tinggi. Berdasarkan beberapa pembahasan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa perbedaan murid, siswa dan peserta didik adalah, murid biasanya digunakan dalam pendidikan Islam yang artinya orang yang menghendaki sesuatu, sedangkan siswa merupakan seluruh manusia baik dewasa maupun anakanak yang sedang melakukan proses pembelajaran nonformal seperti majlis ta’lim atau dalam kursus, dan peserta didik digunakan untuk anggota masyarakat yang mengikuti proses pendidikan, yang sesuai dengan jalur, jenis, dan jenjang pendidikan tertentu.
2. Karakteristik Peserta Didik Dalam setiap proses pembelajaran, setiap guru akan menghadapi peserta didik yang mempunyai karakter yang berbeda-beda, sehingga guru harus mengetahui terlebih dahulu apa saja perbedaan karakter peserta didik sebelum melakukan proses pembelajaran. Karakteristik umum peserta didik menurut Yaumi (2013: 119) dapat dilihat dari perbedaan budaya, suku bangsa, agama, gender, dan latar belakang sosial peserta didik. Selanjutnya karakteristik khusus yang dimiliki peserta didik seperti gaya belajar auditorial, gaya belajar visual, maupun gaya belajar kinestetik, kecerdasan dan lingkungan sosial yang sangat berpengaruh terhadap proses dan
25 hasil belajar peserta didik. Karakteristik peserta didik menurut Yaumi dapat digambarkan seperti di bawah ini.
Gambar 2.8 Karakteristik Peserta Didik
karakteristik umum
umur, gender, etnik, budaya, tradisi, suku, status sosial, wilayah pengetahuan prasyarat
kompetensi awal
karakteristik peserta didik
gaya belajar
pengetahuan awal tentang topik auditorial, visual, kinestetik domain interaktif: kecerdasan verbal linguistik, interpersonal, badaniyahkinestetik
kecerdasan jamak
domain analitik: kecerdasan logismatematik, berirama-musik, naturalis domain introspeksi: kecerdasan visual, intrapersonal, eksistensial
(Sumber: Yaumi, 2013: 118) Bila dilihat dari gambar di atas maka karakteristik peserta didik dapat dibedakan secara umum, keterampilan dasar yang telah dimiliki, gaya belajar yang digunakan oleh peserta didik, dan kecerdasan jamak yang dimiliki peserta didik. Apabila dilihat dari karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, maka diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, agar peserta didik mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Menurut Abuddin Nata (2010: 175) karakteristik peserta didik dapat dibedakan sesuai dengan tingkat usia, Karakteristik peserta didik berdasarkan tingkat usia: (a) Tahap asuhan (usia 0-2 tahun) atau neonatus. Pada tahap ini seorang peserta didik belum kesadaran dan intelektual, oleh karena itu dalam Islam mempunyai beberapa tradisi agar peserta didik dapat menerima rangsangan yang bersifat biologi, diantaranya, seseorang yang baru lahir biasanya akan diberi azan pada telinga kanan dan iqamat pada telinga kiri yang berfungsi untuk membuka saraf rohani
26 agar dapat mengingat Allah, melakukan aqiqah agar menjadi anak yang shalih, serta memberikan nama yang baik, dan memberikan makanan yang sehat dan bergizi bagi peserta didik yang baru lahir; (b) Tahap jasmani (usia 2-12 tahun) atau tahap kanak-kanak. Pada tahap ini peserta didik sudah dapat dilatih, dibina, dibimbing, dan diberikan pelajaran yang sesuai dengan kemampuannya, karena pada tahap ini seorang peserta didik sudah mulai memiliki potensi biologis, pedagogis, dan psikologis; (c) Tahap psikologis (usia 12-20 tahun) tahap ini disebut tahap tamyiz atau baligh. Pada tahap ini seorang peserta didik dapat dibimbing dan dibina untuk menjalankan suatu tugas dan diberikan tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya; (d) Tahap dewasa (usia 20-30 tahun) pada tahap ini peserta didik sudah dapat menentukan masa depannya sendiri, karena pada tahap ini seorang peserta didik sudah dianggap dewasa secara biologis, sosial, psikologis, dan religius; (e) Tahap bijaksana (usia 30 sampai akhir hayat) pada tahap ini pendidikan diajarkan dengan cara mengajak mereka untuk mengamalkan ilmu, pengalaman, dan keterampilan agar bisa bermanfaat juga bagi orang lain, karena pada tahap ini sesungguhnya seseorang telah menemukan jati dirinya yang sesungguhnya (Nata, 2010: 176). Berbeda dengan teori perkembangan menurut Jean Piaget (Slavin, 2011: 45), yaitu manusia berkembang melalui empat tahapan sesuai dengan usianya, tahaptahap perkembangan yang dilalui manusia, diantaranya (a) Tahap sensorimotor (saat lahir hingga usia 2 tahun), tahap ini dinamakan sensorimotor karena pada tahap ini bayi menggunakan pancaindra dan kemampuan motoriknya guna mengenal dunia; (b) Tahap praoperasi (usia 2-7 tahun), pada tahap bayi dapat mengenal dunia dengan cara memanipulasi objek secara fisik, sedangkan anakanak pada tahap ini menggunakan simbol untuk melambangkan objek. Pemikiran anak tahap ini masih bersifat egosentris dan terpusat; (c) Tahap operasi konkret (usia 7-11 tahun) pada tahap ini anak-anak mulai dapat melihat konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah sesuai dengan objek dan situasi yang telah dikenalnya terlebih dahulu; (d) Tahap operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa) pada tahap ini anak-anak sudah memasuki awal pubertas dan mulai berkembang menjadi bentuk yang merupakan ciri-ciri orang dewasa. Berdasarkan pembahasan tentang perkembangan peserta didik antara teori Abuddin Nata dengan teori Jean Piaget, secara umum peserta didik pada tingkat SMA dilihat dari teori Nata ada pada usia 12- 20 tahun, sedangkan berbeda pada teori Piaget yang berada pada usia 11 tahun ke atas, persamaan teori tersebut apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam, anak usia SMA umumnya masih berada pada tahap tamyiz atau dewasa. Tetapi apabila dilihat dari aspek psikologi, maka peserta didik SMA belum dapat berkembang menjadi ciri-ciri orang dewasa. Tetapi, masih diperlukan bimbingan dan pembina, karena pada tahap ini anak SMA masih dalam pencarian jati diri. Peserta didik yang berada di jenjang pendidikan SMA biasanya berusia sekitar 15 sampai 17 tahun. Berikut ini merupakan aspek psikologi dan sosiologi peserta didik di SMA: a. Aspek Psikologi Oswald Kroch membagi fase perkembangan anak menjadi tiga fase, yaitu fase anak awal: usia 0-3 tahun, fase keserasian sekolah: usia 3-13 tahun, dan fase kematangan: Usia 13-21 tahun. Menurut teorinya, peserta didik SMA berada pada fase kematangan, yang berarti bahwa peserta didik sudah mulai menyadari
27 dan menyikapi secara wajar terhadap kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada dirinya, mulai dapat menghargai pendapat orang lain. Karena pada masa ini peserta didik mulai membentuk kepribadian yang menuju kepada kemantapan (Desmita, 2014: 24). Pada fase kematangan ini peserta didik sebaiknya masih diberikan arahan yang baik dari orang tua maupun guru, agar dapat mencegah perilaku menyimpang yang terjadi pada fase kematangan. Lain halnya dengan Havighurst yang menyatakan bahwa anak usia remaja SMP atau SMA dari usia 12-21 tahun, dapat dikatakan sebagai masa pencarian jati diri atau ego identity. Pada umumnya, sifat yang dimiliki pada anak usia ini adalah: Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya, Menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, Menerima keadaan fisik dan dapat menggunakannya secara efektif, Dapat mencapai kemandirian emosional, Mempersiapkan karier untuk masa depan yang sesuai dengan kemampuan dan kemauannya, Mempunyai sikap positif terhadap pernikahan, Mampu mengembangkan keterampilan intelektual dan beberapa konsep yang diperlukan sebagai warga negara, Mampu bertanggung jawab secara sosial, Mempunyai nilai dan etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku, Dapat mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas (Desmita, 2014: 37). b. Aspek Sosiologi Aspek sosiologi yang terjadi pada usia remaja atau anak SMA dalam Desmita (2014: 221) menyatakan bahwa, hubungan anak remaja dalam sosial bisa dibagi menjadi tiga bagian, pertama, hubungan dengan orang tua, umumnya anak usia remaja cenderung menghabiskan waktunya lebih banyak dengan temannya ataupun dunia luar dan hanya sedikit menghabiskan waktu dengan orang tua, sehingga membuat anak usia remaja mulai mulai berbeda pandangan dengan orang tuannya dan cenderung mempunyai keinginan untuk mengembangkan ide-ide yang dimilikinya. Kedua, hubungan dengan teman sebaya, Santrock menyatakan bahwa sebagian besar anak berinteraksi dengan teman sebayanya: 1) 10% pada usia 2 tahun; 2) 20% pada usia 4 tahun; 3) lebih dari 40% pada usia 7-11 tahun. Hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang bersifat positif. Hartup juga menyatakan bahwa pengaruh hubungan yang baik dengan teman sebaya dapat memberikan pengaruh sosial dan psikologi yang penting bagi anak usia remaja. Ketiga, Hubungan dengan sekolah, Santrock menyatakan bahwa hubungan remaja dengan berbagai peristiwa yang dialami selama berada pada lingkung sekolah akan berpengaruh terhadap perkembangannya, keyakinan terhadap kompetensi diri sendiri, berkarir, hubungan-hubungan sosial, serta dapat memahami sistem sosial yang berfungsi pada ruang lingkup keluar. Dusek juga menyatakan bahwa hubungan dengan lingkungan sekolah selain dapat membekali dengan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mampu memberikan kesempatan kepada remaja untuk tumbuh secara sosial dan emosional. Bila dilihat dari usia peserta didik pada jenjang SMA, maka didapat bahwa peserta didik lebih cenderung banyak melakukan hubungan interaksi dengan teman sebaya, maka sebagai orang tua hendaknya selalu mengawasi dan
28 memberikan nasihat kepada peserta didik agar mampu memilih teman yang dapat memberikan pengaruh yang baik bagi mereka. Karakteristik peserta didik lainnya menurut Sutirna (2013: 61) dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu faktor fisik peserta didik yang meliputi: kesehatan jasmani, pendidik harus bisa membimbing perubahan fisik yang akan terjadi terhadap peserta didik baik laki-laki ataupun perempuan agar tidak menimbulkan reaksi yang negatif. cacat fisik, pendidik harus memberikan perhatian yang khusus kepada peserta didik yang mempunyai cacat fisik, karena mereka cenderung mempunyai sifat yang rendah diri atau sebaliknya, yaitu memiliki sifat yang buruk. kesehatan, pendidik harus memperhatikan segala aktivitas peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran, karena apabila peserta didik dalam keadaan kurang sehat maka akan mengganggu kegiatan belajar peserta didik tersebut. keadaan indra, mata dan telinga merupakan alat vital yang diperlukan peserta didik untuk melihat apa yang dituliskan guru dan mendengarkan apa yang disampaikannya, oleh karena itu jika kedua indra tersebut terganggu maka akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik. Faktor intelegensi peserta didik, Faktor inilah yang sering membuat guru mengenal peserta didiknya, untuk itu seharusnya guru tidak hanya memperhatikan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah saja, tetapi juga harus mengenal siswa yang mempunyai kemampuan yang pas-pasan saja. Faktor emosional peserta didik, Guru diharapkan mempunyai perhatian yang lebih, khususnya pada peserta didik yang berada pada jenjang pendidikan menengah mempunyai masa transisi yang membuat emosinya belum stabil sehingga dapat melakukan hal-hal negatif. Faktor bakat khusus peserta didik, Guru biasanya akan lebih mengenal kepada peserta didik yang mempunyai bakat khusus, seperti bakat pada bidang akademik, yaitu matematika, IPA, atau bahasa, dan bakat bidang lainnya seperti olahraga, atau musik. Faktor budaya peserta didik, Peserta yang memiliki budaya yang khusus biasanya akan dikenal oleh gurunya, seperti peserta didik yang berasal dari Jawa akan dikenal dari namanya, dan peserta didik yang berasal dari Sumatra Utara biasanya akan dikenal karena mempunyai marga pada namanya (Surtina, 2013: 64). Faktor sosial, Seluruh peserta didik berasal dari status sosial dan ekonomi yang berbeda-beda, mulai dari status ekonomi yang tinggi, sedang, dan rendah. Maka seorang pendidik diharapkan tidak hanya mengenal peserta didik yang status ekonominya tinggi saja, yang sedang dan rendah pun tidak boleh lepas dari perhatian guru. Faktor komunikasi, Peserta didik yang aktif dalam berkomunikasi selama kegiatan belajar berlangsung biasanya akan lebih dikenal oleh gurunya. Oleh karena terdapat banyak perbedaan karakteristik peserta didik, maka guru hendaknya lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran, agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang telah ditentukan oleh standar pendidikan. c. Aspek Spiritual Selain karakteristik di atas, peserta didik juga mengalami perkembangan spiritual, atau bisa disebut Kecerdasan Spiritual (SQ), adapun kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam SQ - Spiritual Intelligence, the ultimate intelligence (2000: 1), merupakan kecerdasan yang utama guna mencapai kecerdasan lainnya, yaitu kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan spiritual juga diartikan sebagai
29 kecerdasan yang dapat digunakan untuk menghadapi dan memecahkan masalah, makna, dan nilai. Serta dapat menempatkan perilaku hidup manusia ke dalam konteks yang lebih luas. Menurut Zohar dan Marshall, seseorang dapat dikatakan memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi apabila: Fleksibilitas, Kesadaran diri, Kapasitas untuk menghadapi dan menggunakan penderitaan, Kapasitas untuk menghadapi dan menggunakan rasa sakit, Kualitas yang terinspirasi dari visi dan nilai-nilai, Enggan untuk berbuat kerusakan yang tidak bermanfaat, Cenderung melihat hubungan antara hal-hal yang beragam, cenderung untung bertanya “mengapa?”, “bagaimana jika?”, dan mencari tahu jawabannya, Bekerja untuk melawan konvensi. Karakteristik perkembangan spiritual yang dialami oleh peserta didik usia SMA yaitu mulai berusaha mencari konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Karena perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan dapat berpengaruh dari perkembangan kognitifnya (Desmita, 2014: 282). Guru hendaknya menyadari bahwa kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk mencapai kesuksesan, maka fokus pembelajaran hendaknya harus mencakup EQ dan SQ, karena pembentukan karekter peserta didik juga merupakan hal penting selain pencapaian pengetahuan peserta didik (Musfah, 2015: 99) Sesungguhnya kecerdasan spiritual sangatlah penting bagi peserta didik usia SMA, karena kecerdasan spiritual ini dapat meningkatkan keimanan dan berusaha untuk menjalankan segala hal sesuai dengan perintah Allah, dan dapat menghindar dari segala bentuk perilaku yang menyimpang. 3. Akhlak Peserta didik Asma Hasan Fahmi menjelaskan tentang empat akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kutipan Nata (2005: 134), di antaranya: sebelum menuntut ilmu, peserta didik seharusnya membersihkan diri dari segala bentuk penyakit hati dan mengubahnya kepada akhlak mulia, seperti takwa, ikhlas, rendah hati, dan ridha. Setiap peserta didik diharuskan mempunyai tujuan dalam menuntut ilmu, yaitu sebagai penghias diri dengan akhlak mulia, mendekatkan diri kepada Allah, serta menuntut ilmu yang bukan bertujuan untuk mencari harta dan kedudukan semata. Seorang peserta didik baiknya merantau guna menuntut ilmu, dan harus yakin untuk memilihi seorang guru dalam menuntut ilmu. Seorang peserta didik harus mencari keridhoan dari seorang guru untuk mengajarkan suatu ilmu dengan berbagai cara, dan harus menghormati gurunya. Akhlak peserta didik merupakan kewajiban yang harus dimiliki oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Al-Gazali membagi tujuh akhlak peserta didik yang harus dimiliki, di antaranya: agar Allah mempermudahnya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka siswa harus membersihkan diri atau menghilangkan segala macam akhlak tercela yang terdapat pada dirinya, memusatkan hatinya hanya untuk mencari ilmu semata, sehingga dapat meninggalkan segala kesenangan di dunia, menjauhkan diri dari sifat sombong dan membangkang terhadap guru selama menuntut ilmu, Selalu menghindarkan diri dari segala bentuk perselisihan antar sesama yang hanya akan menimbulkan kebingungan, menekuni dan tidak menolak terhadap suatu ilmu yang terpuji
30 sehingga siswa akan mengetahui maksudnya, Memusatkan perhatiannya lebih kepada ilmu akhirat, Mempunyai sifat yang hanya ingin mendekatkan diri kepada Allah, tanpa mengharapkan harta, kepemimpinan, dan kedudukan. Selanjutnya Abd. al-Amir Syams al-Din mengemukakan tentang akhlak siswa dalam kutipan Nata (2010: 183), yang membagi menjadi tiga hal yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu: (a) Akhlak terhadap diri sendiri, seperti berusaha menghindar dari segala perilaku tercela, mempunyai niat dan usaha yang kuat dalam mencari ilmu, selalu bersikap sederhana dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi; (b) Akhlak terhadap pendidik, seperti membantu, menghormati, memuliakan, dan menerima segala putusannya; (c) Akhlak terhadap kegiatan belajar dan mengajar, seperti selalu berusaha untuk memperdalam ilmu yang telah didapatkan sebelumnya dan berusaha dengan giat mempelajari dan mempraktikkan ilmunya. Selanjutnya, penulis menyimpulkan bahwa akhlak yang harus dimiliki
oleh peserta didik adalah, yang paling utama peserta didik harus mempunyai niat yang kuat untuk mencari ilmu, selanjutnya menghilangkan segala sifat-sifat buruk yang masih berada dalam dirinya, lalu berusaha untuk memperdalami ilmu yang didapat, terakhir peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat ke dalam kehidupan sehari-hari. C. Pembelajaran 1. Strategi Pembelajaran Pembelajaran adalah proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik, agar peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan sikap yang baik melalui proses interaksi yang dilakukan oleh guru (Rachmawati, 2016: 39) proses pembelajaran ini harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, agar peserta didik dapat memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kemampuan dasar yang telah dimilikinya. Untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang baik, maka dibutuhkan strategi pembelajaran agar peserta didik diharap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun strategi pembelajaran menurut Dick dan Carey merupakan setiap kegiatan yang terjadi pada proses pembelajaran, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sagala, 2012: 56). Dick dan Carey juga menyatakan bahwa strategi pembelajaran harus memiliki lima komponen utama dan yang harus diperhatikan, yaitu pertama, kegiatan pembelajaran pendahuluan, kegiatan pendahuluan ini di dalam RPP biasanya dikatakan apersepsi, yaitu menjelaskan kepada peserta didik tentang hubungan ilmu yang telah mereka miliki sebelumnya dengan ilmu yang akan diberikan (Uno, 2014: 4), pada kegiatan ini biasanya guru memberikan motivasi terlebih dahulu kepada peserta didik agar mengetahui manfaat pengetahuan yang akan diberikan, sehingga peserta didik dapat percaya diri untuk mempelajari, dan tidak merasa sulit dalam mempelajari ilmu tersebut. Kedua, penyampaian informasi, kegiatan ini merupakan inti atau isi pembelajaran, yaitu dengan cara memberikan informasi, konsep pembelajaran kepada
31 peserta didik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Konsep pada inti pembelajaran ini bukan saja informasi baru, tetapi bisa jadi konsep lama yang berhubungan dengan konsep-konsep lainnya, atau berupa konsep yang merupakan kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik (Yaumi, 2013: 212). Pada saat penyampaian informasi ini hendaknya guru menggunakan kemampuannya secara kreatif, agar memudahkan peserta didik dalam memahami informasi yang disampaikan pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran inti bisa dilihat sesuai tabel di bawah ini. Tabel 2.4 Kegiatan Inti
INTI
Kegiatan
Jenis Kegiatan Kegiatan Eksplorasi: 1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi 2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi multi-arah 4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran 5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan Kegiatan Elaborasi: 1. Memfasilitasi peserta didik untuk membaca, menulis, mengkaji, atau pemberian tugas, dan diskusi untuk memunculkan gagasan baru 2. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa ada rasa takut 3. Memfasilitasi peserta didik untuk kooperatif, kolaboratif, atau berkompetisi secara sehat 4. Mamfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi, menyajikan hasil kerja atau pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan 5. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (Sumber: Yaumi, 2013: 223)
Ketiga, partisipasi peserta didik, kegiatan ini memerlukan keikutsertaan aktif peserta didik, dalam kegiatan ini peserta didik dapat mempraktikkan apa yang telah didapat pada pembelajaran inti atau peserta didik dapat menjelaskan kembali tentang pengetahuan yang telah dimiliki selama pembelajaran inti. Selanjutnya peran guru memberikan umpan balik untuk mengetahui hasil belajar peserta didik (Yaumi, 2013: 213). Dalam kegiatan ini guru dapat menilai peserta didik yang aktif dan tidak aktif, karena kebanyakan peserta didik yang aktif telah memahami pengetahuan yang
32 disampaikan, dan beberapa peserta didik yang masih pasif bisa dinilai kurang mampu menguasai pengetahuan atau kurang mempercayai diri. Keempat, Tes, kegiatan ini bisa dilakukan pada saat akhir pembelajaran atau awal pembelajaran untuk mengingat pembelajaran yang telah dimiliki oleh peserta didik, tujuan dilaksanakan tes adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Uno, 2014: 7). Tes bisa dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada peserta didik dengan cara lisan, memberikan tugas, melaksanakan ujian harian atau dengan cara ujian praktik. Kelima, kegiatan lanjutan, kegiatan ini sering kali diabaikan oleh guru. Pada kegiatan ini guru dapat mengetahui kemampuan peserta didik dari hasil tes, beberapa peserta didik ada yang telah mampu mencapai tujuan pembelajaran, dan beberapa belum. Maka dalam hal ini guru harus memberikan tindak lanjut sesuai dengan hasil yang telah didapat oleh peserta didik (Uno, 2014: 7). Kegiatan ini bisa dikatakan sebagai evaluasi hasil belajar peserta didik, biasnya pada setiap sekolah dilakukan remedial apabila peserta didik belum mencapai tujuan pembelajaran, dan diberikan pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai tujuan tersebut. 2. Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut Winataputra merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan belajar dan mengajar (Sagala, 2012: 63). Model pembelajaran dapat dikatakan juga sebagai perencanaan pembelajaran, agar guru dapat memberikan pengetahuan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Ahli pembelajaran Joyce. et al, menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang berisi tentang tujuan, metode pembelajaran, hingga media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di dalam kelas (Sagala, 2012: 63) bila dilihat dari pembahasan di atas, maka model pembelajaran yang dimiliki oleh guru biasanya berupa RPP, karena di dalam RPP juga mencakup tujuan pembelajaran, proses pembelajaran media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil dalam Sagala (2012: 68), dibagi menjadi empat rumpun, yaitu: a. Model Interaksi Sosial (The Social Models of Teaching) Model pembelajaran ini lebih memusatkan kepada peserta didik agar mampu berinteraksi sosial dengan masyarakat dan dapat menumbuhkan sikap demokratis, agar peserta didik dapat menghargai pendapat orang lain (Sagala, 2012: 69) bila dilihat dari jenis kompetensi, dapat dilihat bahwa interaksi sosial adalah kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, sehingga model ini mencakup kompetensi psikomotorik. b. Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models) Model pembelajaran ini memaparkan tentang bagaimana peserta didik dapat menerima respon yang datang dari lingkungannya, kemudian mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep, dan merencanakan untuk memecahkan masalah yang ada (Sagala, 2012: 69) bila dilihat dari kemampuan
33 peserta didik dalam menerima respon, mengumpulkan data hingga memecahkan masalah yang ada, model ini mencakup kepada kompetensi kognitif peserta didik. c. Model Personal (Personal Family) Model pembelajaran ini memusatkan kepada seseorang agar dapat dapat mengembangkan hubungan yang produktif dan harmonis dengan lingkungannya. Model ini juga berkaitan dengan emosional dimana tingkah laku dan ekspresi seseorang dapat terlihat sesuai dengan perubahan lingkungan (Sagala, 2012: 77). Model pembelajaran ini sangat berpusat kepada emosional peserta didik yang mencakup tingkah laku, sehingga model pembelajaran ini mencakup pada kompetensi afektif peserta didik. d. Model Perilaku (Behavioral Model of Teaching) Model ini berpusat kepada tingkah laku peserta didik, sehingga dapat dilihat respon yang dilakukan peserta didik terhadap stimulus yang datang. Model ini menekankan kepada perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati (Rachmawati, 2016: 189) model ini mencakup kepada kompetensi afektif yang harus dimilliki oleh peserta didik. Roy Killen dalam Sanjaya (2008: 295) menjelaskan bahwa terdapat dua model dalam pembelajaran, yaitu pertama, pendekatan yang berpusat pada guru (teachercentred approaches) model pembelajaran ini yang berperan aktif dalam proses pembelajaran adalah guru, dan segala proses dikelola sepenuhnya oleh guru baik dalam penggunaan metode atau materi pembelajaran. Kedua, pendekatan yang berpusat kepada peserta didik (student-centred approaches). Model pembelajaran ini yang berperan aktif dalam proses pembelajaran adalah peserta didik, pada model pembelajaran ini peserta didik memiliki kesempatan untuk melakukan aktifitas sesuai dengan keterampilan dan minat yang dimilikinya. Bila dilihat dari kedua model pembelajaran di atas, apabila hendak melakukan pendekatan yang berpusat kepada guru, diharapkan kepada guru agar melibatkan peserta didik dalam setiap proses, sehingga peserta didik merasa tidak bosan dengan materi pelajaran yang diberikan guru. Apabila hendak menggunakan model pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, maka guru harus selalu mendampingi peserta didik agar tidak menerima pengetahuan yang salah, khususnya dalam Pendidikan Agama Islam. Kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat akan membuat peserta didik merasa mudah dan menyenangkan dalam menerima materi di kelas, oleh karena itu pemilihan model pembelajaran yang tepat akan menentukan keberhasilan pendidikan, sedangkan model pembelajaran yang kurang tepat akan membuat proses pembelajaran menjadi membosankan (Musfah, 2015: 82)
D. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pengertian Pendidikan Islam menurut Ahmad D. Marimba dalam kutipan Rahman (2001: 3) adalah bimbingan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik kepada peserta didik agar menjadi insan kamil, sedangkan Ahmad tafsir berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar dirinya dapat berkembang sesuai dengan ajaran Islam. Al-Nahlawi juga memberikan definisi yang berbeda tentang pendidikan Islam, yaitu usaha aturan sendiri dan masyarakat agar dapat masuk Islam secara keseluruhan,
34 agar mendapat kehidupan yang baik untuk diri sendiri maupun masyarakat (Rahman, 2001: 3) Pendidikan agama Islam menurut bahasa, terdapat tiga kata, yaitu: al-tarbiyah, alta’lîm, dan al-ta’dîb, namun menurut Nata (2010: 7) masih terdapat beberapa kata yang berhubungan dengan pendidikan, diantaranya al-tazkiyyah, al-muwa’idzah, altafaqquh, al-irsyad,dan al-tabyin. Kata al-tazkiyah beberapa ahli berhubungan dengan menyucikan atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat yang buruk menjadi akhlak yang baik. Sesuai pada ayat al-Qur‟an yang terdapat dalam surat al-jumu‟ah ayat dua, yang berbunyi:
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (Al- Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” Kata yuzakkihim yang artinya mensucikan mereka pada ayat di atas, menurut Quraish Shihab dapat diartikan dengan mendidik (Nata, 2010: 19). Kata al-mau’idzah yang berarti memberikan penyadaran dan pencerahan batin agar menjadi orang yang baik (Nata, 2010: 18). Sesuai dengan ayat al-Qur‟an pada surat yunus ayat 57 yang berbunyi:
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Kata al-tafaqquh dapat diartikan sebagai kegiatan pengajaran dan pendidikan ilmu agama (Nata, 2010: 22), sesuai dengan ayat al-Qur‟an pada surat at-Taubah ayat 122:
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
35 kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” Kata al-irsyad yaitu bimbingan atau pengarahan (Nata, 2010: 25), sesuai dengan ayat al-Qur‟an pada surat al-Nisaa ayat 6, yang berbunyi:
“dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya” Ayat di atas menjelakan kata lain dari al-irsyad yang dapat diartikan cerdas, atau orang-orang yang cerdas. Maka mencerdaskan seseorang merupakan suatu tugas pendidik dan pengajar. Selanjutnya al-tabyin diartikan sebagai kata yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan yang berarti menjelaskan. Sesuai dengan ayat al-Qur‟an yang terdapat pada surat an-Nahl ayat 64:
“dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” Pendidikan Agama Islam menurut Majid (2004: 132), adalah usaha pendidik melakukan berbagai macam pelatihan, bimbingan dan pengajaran agar peserta didik dapat meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ramayulis (2002: 38) mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan upaya pendidik dalam pengajaran, pembimbingan, pengasuhan, pengawasan terhadap peserta didik selama proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai-nilai Islam agar mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Selanjutnya Abuddin Nata menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam seharusnya dapat menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat, seperti pelestarian nilai, ajaran dan norma yang berlaku, dan kepentingan individu yang berhubungan dengan penyaluran hobi, minat, bakat, dan berbagai keterampilan yang dimiliki oleh individu tersebut (Nata, 2010: 32). Muhaimin dalam Minarti (2013: 27) mengartikan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai yang terkandung pada al-Qur‟an dan sunnah. Pendidikan Agama Islam dapat berwujud seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pendidik atau lembaga untuk menumbuhkembangkan ajaran
36 Islam pada diri peserta didik, adapun proses tumbuh kembang ajaran Islam pada peserta didik berupa sejarah umat Islam, baik Islam sebagai agama, ajaran, budaya, dan peradaban yang dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai saat ini. Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah proses atau usaha pendidik dalam pengajaran dan bimbingan terhadap peserta didik berupa pengetahuan, nilai-nilai keislaman yang berdasarkan pada alQuran dan Sunnah, sehingga peserta didik mempunyai keseimbangan pengetahuan dan arti hidup baik di dunia maupun di akhirat nanti. Adapun perbedaan antara Pendidikan Islam dengan Pendidikan Agama Islam adalah, pendidikan Islam adalah pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan ajarandan nilai-nilai yang terkandung dalam alQur‟an dan sunnah yang dapat diberikan dari seseorang kepada seseorang. Sedangkan pendidikan agama Islam adalah proses pendidikan yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik yang membahas tentang nilai-nilai Islam secara sub pokok pembahasan.
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dasar yang kuat dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya: a. Dasar Yuridis Menurut Zuhairin dalam Majid (2004: 132), dasar yuridis terdiri dari tiga aspek, yakni: Dasar falsafah negara Pancasila, pada sila pertama, yang berbunyi: Ketuhanan yang Maha Esa, Dasar Konstitusional, yaitu: UUD 45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya, Dasar operasional, yaitu Tap MPR No IV/MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.IV/MPR 1978 jo. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. b. Dasar Religius Menurut alim (2011: 5) pendidikan agama merupakan perintah Allah dan perwujudan ibadah kepada Allah dan dasar religius bersumber pada ajaran Islam terdapat dalam Al-Qur‟an, di antaranya: 1) Al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
37 yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.” Bila dilihat dari ayat al-Qur‟an di atas maka, Pendidikan Agama Islam harus dilaksanakan agar manusia tidak tersesat, sehingga dapat membedakan larangan dan perintah dari Allah. 2) Al-Qur‟an surat ali-Imran ayat 104:
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. Pendidikan Agama Islam juga sangat penting bagi umat Islam, agar dapat terhindar dari segala perbuatan menyimpang, dan agar manusia dapat selalu berusaha berbuat baik. 3) Sunnah Rasulullah: “sampaikanlah ajaran kepada orang lain walau hanya sedikit saja”. c. Dasar Psikologis Alim (2011: 5) menyatakan dasar psikologis berhubungan langsung dengan dasar kejiwaan. Pada hakikatnya manusia membutuhkan suasana yang tenang, hidup yang harmonis dan bahagia sehingga manusia juga harus memenuhi kebutuhan rohaninya yang berupa agama dengan cara mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini didasari bahwa dalam kehidupan keseharian manusia tidak terlepas dari hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang, frustasi, dan pertentangan batin yang membuat manusia memerlukan pegangan hidup yaitu agama. Selanjutnya Langgulung dalam kutipan Ramayulis (2015: 173) juga menjelaskan tentang dasar operasional pendidikan agama Islam, yang dibagi menjadi enam bagian, yaitu: (a) Dasar Historis, seperti undang-undang dan peraturan-peraturan yang berupa tradisi ataupun ketetapan yang menjadikan dasar persiapan pada pendidik; (b) Dasar Sosial, berupa ketetapan budaya dimana pendidikan dapat bertolak dan bergerak, seperti memindahkan budaya; (c) Dasar Politik dan Administrasi. Sebagai dasar akidah yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan dicita-citakan; (d) Dasar Ekonomi, dasar yang mengatur sebagai sumber anggaran pembelanjaan untuk memberikan keuangan, materi, dan persiapan; (e) Dasar Psikologis, dasar yang memberikan pemahaman tentang karakteristik pendidik dan peserta didik, memberikan metode yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, serta bimbingan dan penyuluhan; (f) Dasar Filosofis, dasar yang berfungsi sebagai penentu arah dan tujuan terhadap dasardasar operasional lainnya.
38
Dasar-dasar pendidikan agama Islam lainnya menurut Basri (2009: 149), yaitu: a. Al-Qur‟an Dasar yang menyebutkan bahwa al-Qur‟an merupakan dasar pelaksanaaan pendidikan agama Islam, sesuai dengan surat al-Alaq ayat 1-5:
“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Ayat di atas menjelakan tentang perintah Allah kepada Muhammad yang buta huruf untuk membaca, perintah itu tidak hanya ditujukkan kepada nabi Muhammad saja, tetapi juga bagi seluruh umat manusia, dan ayat al-qur‟an lainnya seperti pada surat Ali-Imran ayat 190:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. Ayat di atas menjelaskan tentang segala bentuk ciptaan Allah yang terdapat pada ayat-ayat kauniyah harus dibaca, diamati dan diteliti oleh manusia, agar setiap manusia mampu bersyukur terhadap ciptaan Allah. b. As-Sunnah As-sunnah merupakan dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam kedua setelah Al-Qur‟an. Dasar pelaksaan ini bertujuan agar manusia dapat mencontoh teladan nabi Muhammad SAW. seperti menanamkan sifat siddiq, amanah, fathanah, tabligh terhadap peserta didik serta dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari (Basri, 2009: 175). c. Atsar dan Ijma Sahabat Selajutnya dasar pendidikan agama Islam yaitu atsar dan ijma sahabat. Sebagaimana sejarah telah menjelaskan bagaimana para sahabat bergotongroyong dalam mendirikan masjid Nabawi yang dijadikan sebagai pusat pendidikan Islam yang berfungsi sebagai tempat penyebaran ilmu yang telah diterima dari Rasulullah SAW (Basri, 2009: 175).
39 d. Ijtihad Ulama Dasar selanjutnya berupa ijtihad ulama. Banyak para ulama terdahulu juga banyak yang membangun lembaga pendidikan dan sekolah yang berguna untuk umat Islam agar dapat keluar dari kebodohan (Basri, 2009: 175).
3. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Fungsi Pendidikan Agama Islam untuk sekolah dan madrasah menurut Majid (2004: 134) adalah sebagai berikut: (a) Pengembangan, yaitu sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut setelah orang tua dalam melakukan pembimbingan dan pengajaran terhadap peserta didik agar dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah yang telah ditanamkan terlebih dahulu pada lingkungan keluarga; (b) Penanaman nilai, yaitu sebagai dasar dan petunjuk hidup sehingga dapat mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak; (c) Penyesuaian mental, yaitu penyesuaian diri dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang berdasarkan dengan ajaran agama Islam; (d) Perbaikan, yaitu memperbaiki kekurangan, kesalahan, kelemahan peserta didik terhadap keyakinan, pemahaman, ajaran dalam kehidupan sehari-hari; (e) Pencegahan, yaitu melakukan pencegahan terhadap datangnya hal-hal negatif baik dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan perkembangan bagi peserta didik;(f) Pengajaran, yaitu melakukan interaksi pengajaran tentang ilmu pengetahuan agama umum dan fungsinya; (g) Penyaluran, yaitu menyalurkan peserta didik yang memiliki keterampilan khusus dalam bidang agama Islam, sehingga dapat berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat sekitarnya. Bila dilihat dari fungsi Pendidikan Agama Islam di atas, dapat dinyatakan berfungsi guna menanamkan keimanan peserta didik kepada Allah agar dapat melakukan segala perbuatan yang baik, dan mencegah dari perilaku yang menyimpang, dan dapat mengetahui peserta didik yang mempunyai keterampilan khusus dalam bidang agama Islam agar dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan dasar yang telah dimilikinya. Selain itu Remiswal (2013: 8) menjelakan tentang fungsi Pendidikan Agama Islam yang menurutnya adalah untuk membentuk akhlâq al-karîmah dan budi pekerti terhadap peserta didik dan memfasilitasi segala kepentingan yang menyangkut pendidikan agama Islam agar tercapai dan dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat membentuk manusia yang mampu menjalani kehidupan di dunia untuk bekal menghadapi kehidupan akhirat kelak. Dan pada umumnya fungsi pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah sebagai penyadaran, pemahaman, pemaknaan dan pemberdayaan peserta didik agar dapat menjalankan hablum minallah, hablum minannâs secara mandiri. Selanjutnya, fungsi lain pendidikan agama Islam menurut Zakiah Daradjat dalam Sukring (2013: 25) agar tujuan pendidikan agama Islam dapat berjalan secara efektif, harus berfungsi sebagai berikut: Pusat perhatian dan pedoman dalam menyusun rencana kegiatan pengajaran, Penentu arah pengajaran, Pusat dan pedoman dalam menyusun kegiatan pengajaran, Hal utama yang harus dikembangkan guna memperdalam dalam memperluas ruang lingkup pengajaran, Pedoman untuk mencegah dan menghindar dari segala kegiatan yang menyimpang. Dari beberapa pernyataan sebelumnya yang membahas tentang fungsi pendidikan agama Islam, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam di sekolah
40 berfungsi sebagai alat yang akan membawa perubahan sosial dan ekonomi, serta dapat menjawab permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk diri sendiri berfungsi sebagai penangkal kegelisahan hidup dan menjaga diri agar tidak melakukan hal-hal yang dapat menyimpang dan membahayakan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Tujuan merupakan arah yang terpenting untuk mencapai cita-cita dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam juga mempunyai beberapa tujuan. Irwan Nasotion dan Amiruddin Siahaan dalam Remiswal (2013: 7) menyatakan tujuan lain dari Pendidikan Agama Islam, yaitu tujuan hidup manusia adalah untuk mengabdi dan meengharap keridhaan Allah, tujuan ini sesuai dengan firman Allah pada al-Qur‟an surat al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. Berdasarkan ayat tersebut, maka diketahui bahwa seluruh tujuan hidup manusia yang meliputi berbagai aspek adalah guna meningkatkan kualitas pengabdian kepada Allah. berkaitan dengan hal itu maka pendidikan harusnya diarahkan untuk mencapai kepada kualitas pengabdian yang sesuai dengan ayat di atas (Remiswal, 2013: 7). Tujuan Pendidikan Islam menurut Muhammad Munir Mursi (1977: 18), adalah: mencapai manusia sempurna dengan memiliki akhlak yang baik, karena manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di bumi ini; mencapai kebahagiaan di dunia maupun diakhirat kelak; mempererat ikatan persaudaraan antara sesama muslim, mendukung sesama muslim, membantu mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapi sesuai dengan cara yang telah diajarkan dalam pendidikan Islam; mendidik manusia untuk beribadah dan bertakwa kepada Allah. Cara beribadah dan bertakwa kepada Allah itu dengan ilmu karena Ilmu merupakan jalan untuk mencapai ketakwaan yang sebenarnya agar dapat mengenal Allah. Seperti firman Allah pada surat Fathir ayat
28:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. Berbeda dengan Zakiah Daradjat yang membagi tujuan pendidikan menjadi beberapa tahap yang lain, yaitu (1) tujuan umum; (2) tujuan akhir; (3) tujuan sementara dan (4) tujuan operasional. Selanjutnya Ahmad D. Marimba membagi tujuan
41 pendidikan menjadi dua bagian, meliputi: (1) tujuan sementara yaitu tujuan yang harus dicapai pendidikan agama Islam untuk sementara, dan (2) tujuan akhir, yaitu terbentuknya kepribadian seorang muslim sesuai dengan ajaran agama Islam. (Sukring, 2013: 26). Perumusan tujuan di atas dapat dilihat dalam sistem hubungan integralistik dan holistik di bawah ini. Gambar 2.9 Tujuan Pendidikan Agama Islam
TUJUAN AKHIR
TUJUAN KHUSUS
AKHIR TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
TUJUAN SEMENTARA (Sumber: Sukring, 2013: 26) Tahapan-tahapan tujuan Pendidikan Agama Islam: a. Tujuan Akhir Jusuf Amir Feisal yang membagi tujuan pendidikan, yaitu: membentuk seorang muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdah, membentuk seorang muslim yang dapat pula menjalankan ibadah muamalah, menjadikan seorang muslim yang dapat bertanggungjawab kepada masyarakat dalam rangka bertanggungjawab kepada Allah, membentuk tenaga profesional yang terampil, mengembangkan seorang muslim menjadi tenaga ahli dalam bidang agama maupun ilmu-ilmu Islam lainnya (Sukring, 2013: 27). Bila dilihat dari tujuan akhir Pendidikan Agama Islam, maka tujuan akhir seorang muslim pada umumnya ialah agar mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat kelak, sehingga seorang muslim berusaha untuk menjalankan kebaikan sesuai dengan perintah Allah. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus Pendidikan Agama Islam bersifat relatif, sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan perubahan yang sesuai dengan tuntunan. Ali Asraf mengemukakan tentang tujuan khusus pendidikan dalam kutipan Sukring (2013: 29), adalah: mengembangkan pengetahuan spritual dan
42 pemahaman rasional tentang Islam dalam kehidupan modern, membekali peserta didik dengan pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan, lingkungan sosial, kebijakan, dan pembangunan nasional, mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam di atas semua kebudayaan yang ada, Mampu mengembangkan kemampuan kreatif, serta dapat mengetahui norma-norma Islam yang sesuai dengan ajarannya, membimbing peserta didik khususnya dalam belajar, berpikir, dan proses pemikirannya yang sesuai dengan hipotesis tentang konsep pengetahuan yang dituntut, mengembangkan wawasan peserta didik tentang proses relasional dan lingkungan yang sesuai dengan ajaran Islam. Tujuan khusus bisa digambarkan sebagai tujuan pada Pendidikan Agama Islam di sekolah bagi peserta didik, misalnya: peserta didik dapat membaca alQur‟an dengan baik, peserta didik dapat mengetahui hukum-hukum yang telah ditentukan dalam al-Qur‟an, dan peserta didik dapat berperilaku secara baik di dalam lingkungan sekolah. c. Tujuan Sementara Tujuan sementara Pendidikan Agama Islam menurut Sukring adalah tujuan praktis yang harus dicapai melalui beberapa kegiatan pendidikan yang mencakup tujuan instruksional, tujuan institusional, dan tujuan nasional (Sukring, 2013: 29). Tujuan sementara Pendidikan Agama Islam lainnya menurut Zakiah Daradjat dalam kutipan Ramayulis (2015: 188) merupakan tujuan yang diperoleh oleh peserta didik sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya yang sesuai dengan kurikulum pendidikan formal. Tujuan sementara biasanya dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terjadi pada umumnya d. Tujuan Pendidikan Agama Islam Secara Nasional Sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab II Pasal 3 dijelaskan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sukring, 2013: 29). Mengingat bahwa tujuan pendidikan biasanya dibuat oleh seorang pendidik, maka pendidik itu harus memahami tentang kurikulum, gaya belajar dan hasil belajar peserta didik, serta dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai (Ramayulis, 2015: 194). Menurut GBPP PAI dalam kutipan Muhaimin (2012: 78) bahwa pada umumnya tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, serta pengamalan peserta didik terhadap ajaran-ajaran Islam, sehingga menjadi pribadi yang beriman, bertakwa kepada Allah, serta berakhlak mulia. Dari beberapa tujuan pendidikan agama Islam di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan agama Islam agar peserta didik mempunyai ilmu yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, akhlak yang dapat mencegah diri dari segala perbuatan menyimpang. Selanjutnya tujuan akhir dari pendidikan agama Islam agar mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak.
43
4. Alat dan Metode Untuk Mengukur Kompetensi Pendidikan Agama Islam Alat dan metode yang digunakan untuk mengukur kompetensi Pendidikan Agama Islam pada peserta didik di antaranya: Nontes, yang merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui keadaan peserta didik yang diperlukan guna menilai hasil belajar peserta didik, metode yang digunakan pada nontes (Nurgiyantoro, 2010: 90), biasanya berupa: Kuesioner, atau angket yang berisi daftar pertanyaan tertulis mengenai peserta didik seperti tentang sikap atau identitas peserta didik, Pengamatan, metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, Penugasan, metode ini digunakan untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Tes, merupakan alat penilaian yang berupa instrumen yang sistematis guna mengukur kompetensi peserta didik seperti soal-soal dalam UTS, UAS, ataupun UKK, metode yang digunakan dalam tes bisa berupa soal uraian atau pilihan ganda (Nurgiyantoro, 2010: 105). Peserta didik dapat dinilai sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, untuk kompetensi kognitif dapat diukur dengan cara penilaian melalui tes tertulis seperti tugas, UTS, UAS, UKK, dan untuk mengukur kompetensi afektif bisa dilakukan dengan cara observasi atau memberi angket kepada setiap peserta didik, dan mengukur kompetensi psikomotorik, guru bisa mengadakan tes praktik untuk mengetahui kemampuan peserta didik. 5. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam Standar kompetensi lulusan yang telah dirumuskan oleh BSNP No 23 Tahun 2006 untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada sekolah tingkat SMA/MA/SMK/MAK adalah: a) Memahami ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b) meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna; c) berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja‟ dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah; d) memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam; e)memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Apabila dilakukan analisis terhadap Standar Kompetensi Lulusan di atas, dapat dilihat bahwa standar di atas kebanyakan hanya mencakup kompetensi kognitif saja, dan beberapa mencakup kompetensi afektif, sedangkan untuk kompetensi psikomotorik tidak terdapat sama sekali di dalam Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditentukan. Sedangkan Standar Kompetensi Lulusan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 pada sekolah tingkat SMA/MA/SMALB/Paket C memiliki beberapa dimensi, yaitu: a. Dimensi Sikap, Memiliki perilaku yang mencerminkan Sikap: 1)Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME; 2)Berkarakter, jujur, dan peduli; 3)Bertanggung jawab; 4)Pembelajar sejati sepanjang hayat; 5)Sehat jasmani dan rohani, sesuai
44 dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan internasional. b. Dimensi Pengetahuan, memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detail, dan kompleks berkenaan dengan: a)pengetahuan; b)teknologi; c)seni; d)budaya, dan; e)humaniora. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. 1) Faktual: pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. 2) Konseptual: terminologi/istilah dan klasifikasi kategori, prinsip, generalisasi, teori,model, dan struktur yang digunakan terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. 3) Prosedural: pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan prosedur yang sesuai berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. 4) Metakognitif: Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan menggunakannya dalam mempelajari pengetahuan teknis, detail, spesifik, kompleks, kontekstual, dan kondisional berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat, dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. c. Dimensi Keterampilan, memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: a)kreatif; b)produktif; c)kritis; d)mandiri; e)kolaboratif, dan; f)komunikatif. Melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri. Bila dilihat dari SKL Pendidikan Agama Islam pada KTSP dan Kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa, SKL pada KTSP berdiri sendiri sesuai dengan mata pelajaran masing-masing, sedangkan SKL Kurikulum 2013 saling berkaitan antara mata pelajaran. SKL KTSP lebih banyak berorientasi pada kompetensi kognitif saja, sedangkan SKL Kurikulum 2013 telah dibagi menjadi 3 dimensi dan terdapat 4 pada pengetahuan dimensi. Selanjutnya pada SKL KTSP pembahasannya kurang memberi kontribusi yang signifikan yang berdasarkan kepada kenakalan anak remaja pada saat ini. E. Kerangka Konseptual Berdasarkan dari pembahasan di atas maka setiap sekolah mempunyai masalah dengan peserta didik yang kesulitan dalam belajar, proses pembelajaran pendidikan agama Islam yang hanya berfokus pada ranah kogntif saja, sehingga menimbulkan rendahnya kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik yang dimiliki oleh peserta didik, rendahnya motivasi peserta didik untuk belajar sehingga akan menimbulkan kenakalan remaja. masalah-masalah yang telah dipaparkan sebelumnya akan berpengaruh pada rendahnya kompetensi peserta didik. Maka diperlukan peran
45 dari guru, lingkungan sekolah, dan peran orang tua dan diperlukan faktor pendukung lain seperti karakteristik siswa yang bisa dilihat dari kemampuan dasar peserta didik, gaya belajar peserta didik, tingkat kecerdasan peserta didik, faktor fisik. Pendukung lainnya bisa berupa tujuan pendidikan agama Islam yang berada di setiap sekolah, biasanya tujuan pendidikan agama Islam sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Kompetensi peserta dalam Pendidikan Agama Islam harus sesuai dengan tujuan hidup sebagai umat muslim, yaitu menjadi manusia yang beriman dan berilmu, sehingga paserta didik hendaknya memiliki kompetensi keimanan. Kompetensi keimanan peserta didik dapat dilihat melalui akhlak atau afektif, dan amal atau psikomotorik. Maka kompetensi yang harus dimiliki pada Pendidikan Agama Islam adalah kompetensi Iman, ilmu, amal, dan akhlak Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik biasanya dibagi ke dalam tiga ranah, yaitu kompetensi kognitif yang berupa pengetahuan, kompetensi afektif berupa tingkah laku atau akhlak peserta didik, dan kompetensi psikomotorik yang berupa keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik perlu menjalani beberapa tahapan untuk mencapai kompetensi tersebut sesuai dengan teori yang telah di revisi oleh Anderson dan Krathwohl pada ranah kognitif dan afektif, dan untuk teori kompetensi psikomotorik telah direvisi dan dikembangkan oleh dave berdasarkan teori yang dimiliki oleh Bloom. Kompetensi tersebut harus disesuaikan dengan Pendidikan Agama Islam, agar peserta didik dapat memperoleh pengetahuan agama Islam yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam, akhlak yang baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah dan keterampilan sehingga peserta didik mampu mengaplikasikan keterampilan yang dimiliki ke dalam kehidupan sehari-hari. Serta kompetensi yang harus dimiliki peserta didik harus sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang telah ditetapkan oleh BSNP. Dari pembahasan di atas, maka gambaran pemaparan sebelumnya dapat dibuat gambar seperti berikut ini.
46 Gambar 2.10 Kerangka Konseptual Kompetensi Siswa dalam Pendidikan Agama Islam Faktor pendukung 1. Karakteristik peserta didik 2. Tujuan pendidikan agama Islam Faktor yang melatarbelakangi
PAI yang hanya berfokus pada teori saja Rendahnya kompetensi afektif dan psikomotorik siswa Motivasi belajar yang rendah Timbulnya kenakalan remaja Siswa kesulitan belajar
Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam Pendidikan Agama Islam 1. Iman 2. Ilmu (Kognitif) 3. Akhlak (afektif) 4. Amal (Psikomotorik) 5. Afektif 6. psikomotorik Perolehan teori 1. Kognitif (Anderson & Krathwohl) 2. Afektif (Krathwohl) 3. Psikomotorik (Bloom)
Hasil yang diperoleh 1. Peserta didik mempunyai pengetahuan agama Islam sesuai dengan tujuan PAI di sekolah, 2. Peserta didik mempunyai akhlak yang baik di sekolah maupun di luar sekolah, 3. Peserta didik mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat ke dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metodologi penelitian. Adapun yang menjadi prosedur dalam penelitian ini meliputi: jenis penelitian yang digunakan, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Berikut ini adalah uraiannya. A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat. Menurut Sugiyono (2012: 15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Moleong (2014: 4), mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Lebih rinci Strinati (2007 : 34 ) mengungkapkan penelitian kualitatif yakni peneliti berupaya menggambar sedetail-detailnya data dan fakta yang telah peneliti kumpulkan di lapangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bodgan Biklen yang mengungkapkan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu 1) menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung; 2) sifatnya deskriptif analitik; 3) tekanan penelitian ada pada proses; 4) sifatnya induktif; 5) mengutamakan makna. Penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai data yang dikumpulkan secara alamiah mengenai Kompetensi peserta didik SMA Negeri 1 Parungpanjang pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Bersifat deskriptif atau sering disebut grand tour observation berarti peneliti membawa masalah yang akan diteliti, kemudian mencatat atau merekam seluruh kejadian yang dilihat atau didengar yang berkaitan dengan permasalahan yang dibawa oleh peneliti (Sugiyono, 2012: 230) B.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Parungpanjang pada kelas XII semester genap tahun akademik 2016/2017.
C. Instrumen Penelitian Sugiyono (2012: 222) menyatakan bahwa instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif analisis adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian, posisi dalam penelitian kualitatif deskritif analisis sebagai human instrumen berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan dan membuat kesimpulan atas temuan pada data tersebut. Sugiyono (2012: 224) membagi ciri-ciri manusia sebagai instrumen penelitian serupa yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakan bermakna atau tidak bermakna bagi peneliti. 47
48 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan, tidak ada instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Dengan demikian, untuk memahaminya perlu merasakannya, mengalaminya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. 5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh, sehingga dapat menafsirkan dan menghasilkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika. 6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan dan perbaikan. Dalam penelitian, instrumen digunakan untuk mendukung langkah-langkah penelitian yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Oleh karena itu, dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh instrumeninstrumen atau alat-alat pembantu berupa pedoman observasi, dan pedoman wawancara untuk memperoleh data yang valid tentang kompetensi afektif, kognitif, dan psikomotorik peserta didik. 1. Pedoman Observasi Pedoman observasi ini digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan pemahaman tentang perilaku ibadah peserta didik selama berada di lingkungan sekolah, adapun kegiatan yang diamati dalam penelitian ini adalah: a. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah, b. Tata cara peserta didik menjalankan ibadah sholat baik berjamaah maupun sendirian, c. Kegiatan keagamaan yang diikuti oleh peserta didik di sekolah. 2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara ini digunakan sebagai acuan peneliti untuk mendapatkan pemahaman tentang kompetensi peserta didik dan proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kecamatan Parungpanjang yang diperoleh dari narasumber/informan. Adapun narasumber/informan dalam penelitian ini adalah : a. Kepala Sekolah 1) Gambaran pekerjaan kepala sekolah 2) Prestasi guru PAI (kedudukan dan pangkat) 3) Motivasi mengajar guru 4) Kendala dan upaya dalam memberikan pengarahan kepada guru 5) Proses penerimaan peserta didik baru 6) Perilaku peserta didik 7) Upaya dalam menghadapi peserta didik b. Guru Pendidikan Agama Islam 1) Perencanaan pembelajaran guru (administrasi kelas). 2) Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI 3) Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
49 4) 5) 6) 7) 8)
Proses penilaian afektif siswa Proses penilaian kognitif siswa Proses penilaian psikomotorik siswa Kendala dan upaya dalam pembelajaran PAI Peserta didik
c. Peserta Didik 1) Materi Pendidikan Agama Islam 2) Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam 3) Referensi lain yang dimiliki oleh peserta didik D. Sumber Data 1. Data Primer Data utama dalam penelitian ini adalah hasil tes dan wawancara terhadap peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam, dan data lainnya berupa hasil wawancara terhadap kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam. 2. Data Sekunder Data penunjang dalam penelitian ini adalah sumber-sumber literature dan studi pustaka lain yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut merupakan nilai kompetensi peserta didik (nilai afektif, nilai kognitif, dan nilai psikomotorik) administrasi guru berupa RPP. E.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah awal dari penelitian untuk mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik studi dokumentasi. Di bawah ini, dapat dipaparkan langkah-langkah dalam pengumpulan data sebagai berikut: 1. Teknik Observasi Observasi dapat dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang akan diteliti. Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang sekolah, pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah, cara berwudhu, shalat, dan kegiatan keagamaan yang diikuti peserta didik 2. Teknik Wawancara Metode ini ditujukan kepada guru pendidikan agama Islam untuk mengetahui proses pembelajaran dan peniliaian yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, dan kepada kepala sekolah untuk mengetahui usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam proses pembelajaran 3. Studi Dokumentasi Metode ini menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa nilai raport pendidikan agama Islam peserta didik dari semester 1-4
F.
Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data lapangan model Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2012: 246) yaitu analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif. Aktivitas dalam menganalisis data yaitu:
50 1. Reduksi data (data reduction). Mereduksi data berarti, memilih, menyalin dan memfokuskan data-data yang terpenting dalam sebuah penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Penyajian Data (data display). Penyajian data adalah menyajikan data yang telah direduksi ke dalam satu bentuk tabel atau sebuah narasi dalam penelitian. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing/verification). Menarik sebuah kesimpulan dan menjawab permasalahan dari rumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya Gambar 3.1 Komponen dalam analisi data (Interactive model) Data Display
Data Collection
Data Reduction
Conclusions: Drawing/ verifying
(Sumber: Sugiyono, 2012: 247)
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang temuan yang berkaitan dengan penelitian yang ada di sekolah, mulai dari gambaran umum, standar isi, standar proses, standar penilaian dan standar kompetensi lulusan yang terjadi di SMA Negeri 1 Parungpanjang. Analisis hasil penelitian ini mencakup tentang analisis penilaian kognitif, afektif, serta psikomotorik, dan kesesuaian dengan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. A. Temuan Penelitian 1. Gambaran Umum SMAN 1 Parungpanjang Bogor Profil SMA Negeri 1 Parungpanjang Bogor, SMA Negeri 1 Parungpanjang berdiri pada tanggal 30 Juni 1997 berada di desa Jagabaya Kecamatan Parungpanjang Kabupaten Bogor. SMA Negeri 1 ini berdiri di atas sebidang tanah seluas 10000 m2 Visi SMA Negeri 1 Parungpanjang Bogor. Visi tidak lain merupakan citra moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang. Namun demikian, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional. Visi juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan: (a) potensi yang dimiliki sekolah, (b) harapan masyarakat yang dilayani sekolah.Dalam merumuskan visi, pihak-pihak yang terkait (stakeholders) hendaknya diajak bermusyawarah, sehingga visi sekolah mewakili aspirasi berbagai kelompok yang terkait, sehingga seluruh kelompok yang terkait (guru, karyawan, siswa, orang tua, masyarakat, dan pemerintah) bersama-sama berperan aktif untuk mewujudkannya. Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat: (a) filosofis, (b) khas, (c) mudah diingat. Berikut visi SMAN 1 Parungpanjang “Terwujudnya sekolah berprestasi, berbudaya, dan berwawasan global berdasarkan IPTEK dan IMTAQ pada Tuhan YME” Indikator: sukses ujian nasional, olimpiade (OSN), FL2SN, sekolah kedinasan dan PTN, berjiwa kompetitif, berkarakter daerah, nasional, dan internasional, bertindak dan bersikap didasari keilmuan, santun dalam berprilaku yang didasari nilai-nilai keagamaan. Misi SMA Negeri 1 Parungpanjang Bogor. Misi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat: (a) filosofis, (b) khas, (c) mudah diingat. Berikut visi SMAN 1 Parungpanjang yang rumusannya mengacu pada visi Pendidikan Nasional dan visi Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor: Melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, gembira dan berbobot, menciptakan budaya prestasi kerja bagi tenaga pendidik dan kependidikan, menumbuhkan semangat berprestasi bidang akademik dan non akademik bagi peserta didik, mengembangkan kecerdasan IQ (intellegence), EQ (emotional), CQ (creativity), SQ (spiritual), AQ (adversity) bagi seluruh warga sekolah, menciptakan budaya sekolah yang bersih, indah, rapih, dan unggul di lingkungan sekolah, Melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi komunikasi dan informasi, menghasilkan lulusan yang dapat diterima di PTN dan Sekolah Kedinasan, menumbuh kembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut. Tujuan SMAN 1 Parungpanjang. Tujuan umum, pada tahun 2015 - 2020 (5 tahun pelajaran): SMAN 1 Parungpanjang memiliki rata-rata peningkatan nilai UN + 1,25, 80% siswa kompeten dan mandiri dalam setiap kegiatan, juara lomba mata pelajaran tingkat kabupaten, juara dalam berbagai ekstrakurikuler (seni dan 51
52 olahraga) tingkat kabupaten, 80% siswa mampu melaksanakan ibadah dengan benar sesuai dengan ajaran agama yang dianut. Tujuan khusus, pada tahun pelajaran 2015/2016 (1 tahun pelajaran), SMAN 1 Parungpanjang memiliki : 40% siswa kompeten dan mandiri dalam setiap kegiatan, Juara lomba 1 mata pelajaran tingkat kabupaten, juara dalam 1 ekstrakurikuler (seni dan olahraga) tingkat kabupaten, 60% siswa mampu melaksanakan ibadah dengan benar sesuai dengan ajaran agama yang dianut. Personil sekolah: tenaga guru tetap (PNS) berjumlah 15 orang , tenaga guru tidak tetap (honorer) 13 orang, 83% guru berpendidikan S1, 18% guru berpendidikan S2, 95 % guru mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan, usia rata-rata guru masih muda, staf tata usaha berjumlah 3 orang. Koordinator tata usaha 1 orang. Jika dianalisis dari mata pelajaran yang diampu, ada beberapa guru yang mengajar lebih dari satu mata pelajaran, sehingga kurang fokus terhadap satu mata pelajaran saja. Guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah ini terdapat 2 guru. Guru yang berinisial AH berpendidikan S1 jurusan PAI pada Fakultas Tarbiyah di IAIN Jakarta dan S2 jurusan Supervisi di UIN Bandung. Guru yang berinisial LY berpendidikan S1 Fakultas Ushuluddin di IAIN Bandung. Kelengkapan perangkat pembelajaran yang dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Kelengkapan perangkat pembelajaran guru PAI Checklist No Perangkat Pembelajaran Tidak Ada Ada 1 Analisis Alokasi Waktu √ 2 Program Tahunan √ 3 Program Semester Gasal √ 4 Kriteria Ketuntasan Minimal √ 5 Silabus Semester Gasal √ 6 RPP Semester Gasal √ 7 Program Semester Gasal √ 8 Kriteria Ketuntasan Minimal √ 9 Silabus Semester Genap √ 10 RPP Semester Genap √ Dapat dilihat bahwa guru Pendidikan Agama Islam mempunyai perangkat pembelajaran yang lengkap, yang dapat dijadikan pedoman atau arahan pada proses pembelajaran agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, sehingga dapat menunjang proses pembelajaran dengan baik. Sarana Keagamaan Islam yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Parungpanjang yaitu memilik sebuah masjid Nahrul Ilmi yang berdiri seluas 7x7m2. Masjid ini merupaka sarana sebagai tempat melaksanakan sholat dzhuhur berjama’ah, sholat dhuha, tadarus Al-Qur’an, kegiatan ekstrakulikuler rohis, dan sebagai tempat untuk ujian praktik Pendidikan Agama Islam. Bangunan ini berdiri atas infak sukarela yang dikumpulkan oleh peserta didik pada tiap hari Jum’at, dari para pendidik dan tenaga pendidik, serta dari para donatur lainnya yang ikut berperan
53 dalam pembangunan masjid ini, agar dapat mendukung setiap prosesPendidikan Agama Islam serta kegiatan keagamaan Islam lainnya yang memerlukan tempat untuk beribadah. Karakteristik Peserta Didik pada SMA Negeri 1 Parungpanjang: kesehatan 6% gizi kurang, 88% gizi sedang, dan 6% gizi baik, prestasi peserta didik baik akademik maupun non-akademik masih cukup rendah, kegiatan ekstrakulikuler belum banyak diminati peserta didik, tingkat pemahaman keagamaan masih cukup rendah, kenakalan peserta didik hampir masih dalam batas kewajaran, motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas masih rendah, sehingga beberapa peserta didik kurang memperhatikan tentang materi yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Berikut ini merupakan data peserta didik di SMA Negeri 1 Parungpanjang tahun ajaran 2016-2017 berdasarkan agama yang mereka anut Tabel 4.2 Data peserta didik berdasarkan agama yang dianut Agama L P Total Islam 273 248 521 Kristen 4 4 8 Katholik 1 0 1 Hindu 0 0 0 Budha 2 1 3 Konghucu 0 0 0 Lainnya 0 0 0 Total 280 253 533 Orang tua peserta didik: penghasilan orang tua rata-rata di atas 1.000.000,00. Lebih dari 50% mata pencaharian orang tua wiraswasta, sisanya buruh, karyawan swasta, PNS, dan lain-lain. Perhatian orang tua terhadap sekolah masih kurang karena orang tua mereka belum memahami arti pentingnya pendidikan bagi anaknya. Kegiatan keagamaan Islam yang berada di sekolah ini yaitu ekstrakulikuler Rohis yang dilaksanakan setiap seminggu sekali, yaitu kegiatan keagamaan seperti tadarus Al-Qur’an atau membahas pengetahuan tentang agama Islam. Pada ekstrakulikuler Rohis ini juga terdapat jadwal peserta didik untuk adzan dzhuhur setiap hari sekolah, serta tadarus terpimpin yang dilaksanakan setiap hari Jum’at sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Kriteria kenaikan kelas SMA Negeri 1 Parungpanjang Bogor: dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran atau setiap semester genap. Kenaikan kelas berdasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester genap, dengan pertimbangan SK/KD yang belum tuntas pada semester ganjil, harus dituntaskan sampai mencapai KKM yang ditetapkan, sebelum akhir semester genap. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning), dimana peserta yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan KKM yang ditetapkan, maka yang bersangkutan harus mengikuti pembelajaran remidial sampai yang bersangkutan mampu mencapai KKM yang dimaksud. Artinya, nilai kenaikan
54 kelas harus tetap memperhitungkan hasil belajar peserta didik selama satu tahun pelajaran yang sedang berlangsung. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XI, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 mata pelajaran. Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XII, apabila yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 mata pelajaran yang bukan mata pelajaran ciri khas program, atau yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal pada salah satu atau lebih mata pelajaran ciri khas program. Kehadiran minimal harus 90% tidak masuk tanpa keterangan tidak boleh lebih dari 10% dalam satu tahun pelajaran. Memperoleh nilai sikap atau perilaku minimal Baik (B),.Masih memiliki bobot point minimal 75 pada buku catatan kasus di akhir tahun pelajaran, Tidak memiliki kasus berat, seperti terlibat tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau tindak kriminal lainnya. Penjurusan, waktu penentuan dan pelaksanaa penjurusan: penentuan penjurusan bagi peserta didik untuk program IPA dan IPS dilakukan akhir semester 2 (dua) kelas X, Pelaksanaan penjurusan program dimulai pada semester 1 (satu) kelas XI. Kriteria penjurusan program, meliputi: nilai akademik, peserta didik yang naik ke kelas XI dan akan mengambil program tertentu yaitu: IPA, IPS, atau Bahasa: boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling banyak 3 (tiga) mata pelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran yang bukan menjadi ciri khas program tersebut. Minat peserta didik untuk mengetahui minat peserta didik dapat dilakukan melalui angket/kuesionar dan wawancara, atau cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi minat dan bakat. Bagi peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk masuk ke semua program, diberi kesempatan untuk pindah jurusan apabila ia tidak cocok pada program semula atau tidak sesuai dengan kemampuan dan kemajuan belajarnya. Batas waktu untuk pindah program ditentukan oleh sekolah paling lambat 1 (bulan), Satuan pendidikan dapat menambah kriteria penjurusan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setiap satuan pendidikan. Kriteria kelulusan sesuai dengan keputusan Nomor 1512/BSNP/XII/2008 dan POS Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2008/2009, peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: kelulusan Ujian Nasional, peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan UN sebagai berikut: memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Kelulusan Ujian Sekolah, Memiliki nilai minimal/batas kelulusan untuk setiap mata pelajaran yang diujikan tulis maupun praktik di sekolah 6,00, kecuali Pendidkan Agama 7,50, memiliki nilai rata-rata minimal 6,00 baik untuk tulis maupun praktek. Penetapan dan pengumuman kelulusan dari satuan pendidikan: menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan, lulus Ujian Nasional.
55 2. Temuan Lapangan Terkait dengan Kompetensi Peserta Didik a. Standar Isi Sekolah Hasil analisis standar isi di SMA Negeri 1 Parungpanjang berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Tabel 4.3 Analisis Standar Isi di SMAN 1 Parungpanjang Komponen
Kerangka Dasar Kurikulum
Struktur Kurikulum
Beban Belajar
Kalender Pendidikan
Kondisi Riil 1. Lebih banyak adopsi pada contoh 2. Belum melakukan analisis SKL satdik & SKL kelompok mapel 1. Guru banyak yang merangkap mata pelajaran 2. Guru yang mengajar Mata pelajaran mulok kurang sesuai 3. Kualitas SDM tenaga pendidik masih rendah dilihat dari pengalaman mengajar 4. Kurang optimal guru BK
1. Satu jam pelajaran masih 40 menit 2. Beban guru mengajar mayoritas di atas 24 jam perminggu 3. Jumlah jam dalam satu minggu 40 jam 1. Kalender pendidikan selalu dibuat disdik propinsi 2. Hari efektif kadang tidak sesuai dengan kebutuhan mayoritasmata pelajaran 3. Banyaknya kegiatan sekolah yang diluar kalender yang sudah ditetapkan sekolah
Rencana Tindak Lanjut Melakukan analisis SKL satdik dan analisis SKL kelompok mapel
1 Mengusulkan tambahan guru pada pemerintah 2 Tambahan gedung baru 3 Pembinaan terhadap guru harus terprogram 4 Melakukan IHT 5 Pengawasan/ supervisi secara rutin terhadap guru-guru baru 6 Mendorong guru untuk mengikuti MGMP 1. Merancang pembagian tugas 2. Memberikan peraturan yang lebih tegas kepada guru yang merangkap di sekolah lain Merevisi kegiatankegiatan kurang penting melalui rapat intern
56
Standar isi yang sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 secara keseluruhan mencakup: kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah, kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Bila dilihat dari analisis di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa perlu diadakan pelatihan terhadap guru agar mampu menganalisis setiap SKL yang harus dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan materi yang diajarkan. Jika dilihat dari guru pengajar maka masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, sehingga guru akan merasa kurang percaya diri dalam mengajarkan suatu materi. Oleh karena itu baiknya guru harus berfokus pada mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. b. Standar Proses Sekolah Hasil analisis standar Proses di SMA Negeri 1 Parungpanjang berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 4.4 Analisis Standar Proses di SMA Negeri 1 Parungpanjang NO I
KOMPONEN
KONDISI IDEAL
KONDISI RIIL
TINDAK LANJUT
Dalam pengembangan silabus masih banyak guru yang belum melakukan analisisi SKKD.
Perlu diprogramkan bimbingan dan pendampinga n teknik membuat silabus mulai dari analisis sehingga menghasilkan silabus minimal hasil adaptasi dan menyesuaika
PERENCANAAN 1. Silabus
Pada Silabus harus memuat: 1. Identitas mata pelajaran ,SK KD, Kegiatan Pembelajaran, Indikator ketercapaian, Penilaian, Alokasi Waktu, Sumber/Bahan/Alat. 2. Penyusunan silabus berdasarakan hasil pemetaan Standar Isi.
Dalam penyusunan silabus masih banyak guru melalui proses mengadopsi dan adaptasi
57 NO
KOMPONEN
2. RPP
II
KONDISI IDEAL
1. RPP memuat: Identitas MP, SK, KD Indiator Pencapaian, tujuan, Alokasi Waktu, Metode Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian belajar, dan sumber belajar. 2. Pada tahapan kegiatan pembelajaran terdiri dari tahapan: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. 3. Mengacu pada prinsip-prinsip penyusunan RPP.
KONDISI RIIL silabus yang sudah ada.
n dengan karakteristik
Masih banyak guru menyusun RPP tidak melampirkan instrumen penilaian dan atau soal yang tercantum dalam RPP tidak mereprensantisi kan tujuan pada RPP.
Perlu diadakan workshop dan bimbingan pembuatan RPP
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.1 Persyaratan Pelaksanaan Rombon gan Belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah 32 peserta didik.
TINDAK LANJUT
Masih banyak jumlah peserta didik per rombongan belajar adalah 33 s/d 40, terutama di kelas X.
58 NO
KOMPONEN
KONDISI IDEAL
2.2 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Pendahuluan - Penyampaian tujuan - Motivasi Kegiatan inti - eksplorasi - elaborasi - konfirmasi Penutup - Rangkuman - Penialaian/refleks i - Umpan balik - Tugas
III
PENILAIAN HASIL PEMBELAJA RAN
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai hahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.
KONDISI RIIL
TINDAK LANJUT
Kegiatan pembelajaran tidak konsisten dengan pemetaan waktu yang direnecanakan pada RPP. Contoh: dalam pemetaan waktu pada RPP mengalokasika n waktu 15 menit, namun pelaksanaannya melampaui dari waktu yang ditetapkan, sehingga tujuan kegiatan pencapaian Kompetensi tidak tercapai.
Dalam kegiatan pembelajaran guru wajib membawa RPP sebagai kontrol dalam pelaksanaan pembelajaran.
Hasil penilaian pembelajaran tidak dilakukan analisis sebagai bahan acuan dalam program perbaikan proses pembelajaran bagi guru.
Kepala Sekolah melakukan pemeriksaan dan pemantauan perkembanga n hasil belajar peserta didik drai guru sebagai info/data ketidakberhasi lan peserta didik
59 NO
KOMPONEN
IV
PENGAWAS AN PROSES PEMBELAJA RAN
KONDISI IDEAL
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan dan hasil pembelajaran dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan
Supervisi dilaksanakan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi yang dilakukan oleh kepala atau pengawas satuan pendidikan
Pelaporan hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan
Tindak lanjut berupa penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi
KONDISI RIIL
TINDAK LANJUT
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dengan menggunakan supervisi akademik dan hasilnya dilaporkan kepada pengawas satuan pendidikan
Guru yang belum memenuhi standar diberikan teguran dan pelatihan atau penataran
Supervisi yang biasa dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru adalah dengan cara supervisi klinis
60 NO
KOMPONEN
KONDISI IDEAL
KONDISI RIIL
TINDAK LANJUT
standar, guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau penataran lebih lanjut Standar proses yang sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, mencakup: Perencanaan proses pembelajaran, mencakup (1) silabus yang memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. (2) RPP yang memuat identitas pelajaran meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan, standar kompetensi meliputi kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan atau semester pada mata pelajaran, kompetensi dasar yaitu sejumlah kemampuan yang dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran, indikator pencapaian kompetensi yaitu perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran, tujuan pembelajaran yang menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik, materi ajar yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butirbutir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi, alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar atau indikator yang telah ditetapkan, kegiatan pembelajaran yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup, penilaian hasil belajar yang disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian, sumber belajar yang berdasarkan pada standar kompetensi dan kompotensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi. Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi, serta konfirmasi dan kegiatan penutup. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya, berupa tugas, proyek atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata pelajaran.
61 Pengawasan proses pembelajaran: pemantauan yang dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan, supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan, evaluasi yang memusatkan pada keseluruhan kinerja guru, pelaporan, hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan, tindak lanjut. Berdasarkan tabel di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa masih kurangnya guru dalam menganalisis SK dan KD yang akhirnya mereka hanya mengadopsi dari SK KD yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pembuat RPP, ada beberapa guru yang belum mencantumkan metode penilaian atas soal yang mereka berikan, karena kebanyakan dari guru hanya melihat dari RPP yang telah ada, dan ketika mengadakan penelitian terdapat guru yang tidak mencapai materi sesuai dengan waktunya, karena banyaknya waktu dan kegiatan yang kurang efektif sehingga tidak tercapai SKL yang sudah direncanakan. Agar guru mempunyai standar proses yang baik maka biasa diadakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran untuk membahas tentang standar proses, seperti pembuatan RPP dan silabus. Selain itu juga ada beberapa upaya yang dilakukan di sekolah ini untuk meningkatkan kompetensi guru, dengan cara: In House Training (IHT) yaitu pelatihan yang adakan di dalam sekolah dengan cara mendatangkan nara sumber dari luar sekolah, Kunjungan ke sekolah yang lebih baik, agar bisa mendapatkan contoh cara pengajaran, atau pengelolaan dengan baik sehingga bisa diterapkan di sekolah, On yaitu dengan cara pendampingan guru dengan mendatangkan Instruktur dari luar, In yaitu guru pendamping dan instruktur bersama-sama menemukan masalah untuk dikaji dan dibahas solusinya secara bersama-sama. Sebelum memulai proses pembelajaran, peneliti menganalisis komponen silabus dan RPP yang dimiliki oleh guru. Berikut hasil analisisnya. 1) Analisis komponen silabus yang dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang Tabel 4.5 Analisis kelengkapan komponen silabus Aspek
Komponen Silabus
Keterkaitan antara komponen
Indikator Identitas/ tema pelajaran Materi pelajaran Kegiatan pembelajaran Indikator pencapaian kompetensi Penilaian Alokasi waktu Sumber data Adanya kesesuaian antara SK dan KD dalam standar isi dengan materi pembelajaran
Checklist Ada Tidak ada √ √ √ √ √ √ √ √
62 silabus
Adanya kesesuaian antara SK dan Kd dalam standar isi, materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran Adanya kesesuaian antara materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran dengan penilaian Adanya kesesuaian antara materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu Adanya kesesuaian antara materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran dengan sumber belajar
√
√
√
√
2) Analisis komponen RPP yang dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang Tabel 4.6 Analisis kelengkapan komponen RPP
Aspek
Komponen RPP
Keterkaitan antara RPP dengan Silabus
Indikator Identitas mata pelajaran Standar kompetensi Kompetensi dasar Indikator pencapaian kompetensi Tujuan pembelajaran Materi ajar Alokasi waktu Metode pembelajaran Kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, Penutup) Penilaian hasil belajar Memuat nilai karakter budaya bangsa Sumber belajar Kesesuaian SK, KD dengan indikator Kesesuaian indikator dengan tujuan pembelajaran
Checklist Ada Tidak ada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
63
A
Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan materi Keluasaan dan kedalaman materi disesuaikan dengan karakteristik peserta didik Keluasaan dan kedalaman materi memungkinkan dicapai dalam waktu yang disediakan Kesesuaian metode dengan tujuan dan materi pembelajaran Kesesuaian kegiatan dengan metode pembelajaran Kesesuaian penilaian dengan tujuan pembelajaran Kesesuaian buku ajar dengan materi pelajaran Kesesuian antara komponen RPP yang disusun dengan komponen silabus
√ √
√
√ √ √ √ √
Apabila dilihat dari kelengkapan komponen Silabus dan RPP yang dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang, maka seharusnya guru dapat menjalankan proses pembelajaran dengan sangat baik, sehingga peserta didik mempunyai kompetensi yang baik juga. Tetapi pada kenyataannya silabus dan RPP hanyalah sebagai tujuan dan arah dalam proses pembelajaran. Guru adalah peran yang sangat penting dalam setiap proses pembelajaran agar para peserta didik dapat mencapai kompetensi sesuai dengan SK KD, oleh karena itu diperlukan kreativitas dari guru pendidikan agama Islam, agar para peserta didik dapat termotivasi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Dan semua komponen saling keterkaitan, kecuali komponen keluasan dan kedalaman materi memungkinkan dicapai dalam waktu yang disediakan, karena peserta didik pada sekolah ini mempunyai masalah dalam motivasi atau semangat belajarnya Selanjutnya dilakukan Analisis proses pembelajaran dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam di kelas XII IPS 2 pada hari senin tanggal 28 November 2016 pada materi perkembangan Islam di Indonesia.
64 Tabel 4.7 Analisis proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Parungpanjang NO 1
2
CHECKLIST YA TIDAK Pengelolaan 1. Kelayakan penataan latar (setting) √ kelas pembelajaran 2. Kejelasan suara guru dalam √ pembelajaran 3. Kelayakan kebersihan dan √ kenyamanan kelas 4. Menyampaikan cakupan materi dan √ penjelasan uraian kegiatan sesuai 5. Menggunakan media berbasis √ teknologi dan informasi 6. Guru menghargai pendapat peserta √ didik 7. Guru memberikan penguatan dan √ umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung 8. Guru menyesuaikan materi pelajaran √ dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik 9. Menggunakan bahasa pengantar √ bilingual atau bahasa asing Kegiatan pembelajaran 1. Menyiapkan kondisi pembelajaran √ Pendahuluan agar peserta didik terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran 2. Mencatat kehadiran peserta didik √ 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran √ SK dan KD yang akan dicapai 4. Menyampaikan cakupan materi dan √ penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus 5. Mengajukan pertanyaan berkenaan √ dengan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik untuk mengaitkan dengan materi yang akan ASPEK
INDIKATOR
65
Kegiatan inti
dipelajari Eksplorasi 1. Membimbing peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki sesuai dengan topik/tema yang akan dipelajari 2. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan mendalam tentang topik/ tema materi yang dipelajari dari berbagai sumber belajar 3. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lainnya 4. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya 5. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran 6. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan Elaborasi 1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna 2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis 3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisi, memecahkan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut 4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√
66
3
Penutup
5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar 6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individu maupun kelompok 7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok 8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan konfirmasi 1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik 2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber 3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan 4. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar 5. Berfungsi sebagai nara sumber, pembimbing, dan fasilitator bagi peserta didik 6. Memberi peluang dan waktu yang cukup bagi setiap peserta didik dalam kegiatan tutorial untuk menguasai materi pembelajaran 1. Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran 2. Bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
67 pembelajaran yang telah dilakukan 3. Melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan 4. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 5. Melakukan perencanaan kegiatan tindak lanjut melalui pembelajaran remedial, program pengayaan, layanan konseling, atau memberikan tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik 6. Memotivasi peserta didik untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri 7. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
√
√ √
√
√
Selama proses pembelajaran berlangsung, keadaan ruang kelas tidak terlalu rapi dan bersih, karena hanya sebagian kecil peserta didik saja yang sadar akan kebersihan dan kerapihan di dalam kelas. Selama proses kegiatan pendahuluan terjadi di kelas, guru hanya menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik saat itu, tanpa menyampaikan SK, KD, dan tujuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah materi yang diajarkan selesai, dan guru juga tidak menanyakan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik yang terkait dengan materi yang akan diajarkan, sehingga guru tidak mengetahui kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik. Pada kegiatan elaborasi, guru tidak memfasilitasi peserta didik untuk pameran atau melakukan festival terhadap produk yang dihasilkan, karena kebanyakan materi Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah hanya bersifat pemahaman kognitif. Terakhir pada kegiatan penutup, guru tidak menyampaikan materi apa yang akan disampaikan oleh peserta didik pada pertemuan selanjutnya, karena ketika peneliti menanyakan kepada peserta didik tentang materi yang akan dibahas selanjutnya, kebanyakan mereka menjawab tidak tahu. Kendala yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam selama berlangsungnya proses pembelajaran adalah: 1) Rendahnya motivasi peserta didik dalam menanggapi materi yang disampaikan oleh guru 2) Masih banyak terdapat peserta didik yang buta dengan huruf al-Qur’an sehingga memperhambat materi al-Qur’an 3) Media pembelajaran yang kurang lengkap tersedia dan bahkan dalam keadaan tidak baik 4) Referensi buku pendidikan agama Islam yang kurang
68
Strategi atau upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam untuk menghadapi kendala di atas: 1) Diberikan layanan individual agar peserta didik mengerti bagaimana pendidikan buat mereka 2) Memberikan layanan individual di luar jam pelajaran berupa baca tulis alQur’an 3) Menggunakan atau mencari media pembelajaran yang lain selain media yang berada di sekolah, agar peserta didik tertarik mengikuti proses pembelajaran 4) Membantu peserta didik mendapatkan informasi tentang materi melalui internet Adapula kendala yang dihadapi oleh peserta didik selama proses pembelajaran, diantaranya: 1) Kurang mampu membaca al-Qur’an bahkan ada beberapa peserta didik yang buta huruf al-Qur’an, sehingga kesulitan dalam menerima materi 2) Terlalu banyak materi pengetahuan, sehingga peserta didik merasa bosan, dan mereka lebih berkeinginan agar diberbanyak praktik lapangan 3) Kondisi ekonomi yang rendah, sehingga beberapa peserta didik tidak mempunyai referensi lain 4) Merasa kurang diperhatikan oleh guru, sehingga peserta didik cenderung tidak perduli dalam menerima materi pelajaran 5) Metode yang digunakan kebanyakan metode ceramah sehingga mereka merasa cepat bosan. c. Standar Penilaian Sekolah Hasil analisis standar penilaian di SMA Negeri 1 Parungpanjang berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 4.8 Analisis standar penilaian di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO KOMPONEN
1
Prinsip penilaian (sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh
KONDISI IDEAL
KONDISI RIIL
Semua RPP mencantum kan kegiatan dan program penilaian
RPP yang mencantumk an kegiatan dan program penilaian sekitar 60%
RENCANA KESENJANGAN TINDAK LANJUT
Sekitar 40% RPP belum mencantum-kan kegiatan dan program penilaian
Kepala SMA melakukan supervisi dengan cara berdiskusi dan memberi contoh kepada guru-
69 dan berkesinambu ngan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel) 2
Teknik dan Instrumen Penilaian
guru yang belum mencantumkan kegiatan dan pro-gram penilaian dalam RPP Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa.
Belum ada data penelaahan instrumen penilaian hasil belajar
Belum teridentifikasi pemenuhan persyaratan subs-tansi, konstruksi, dan bahasa pada instrumen penilaian hasil belajar
Sekolah menyiapkan format penelaahan butir soal dan meminta guru melakukan telaah butir soal sebelum diujikan kepada peserta didik
Standar penilaian yang sesuai dengan permendiknas No. 20 Tahun 2007 yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Bila dilihat dari RPP yang dimiliki oleh guru di SMA Negeri 1 Parungpanjang, maka ditemukan beberapa RPP yang tidak mencantumkan penilaian yang akan dilakukan oleh guru terhadap peserta didik setelah materi yang disampaikan selesai. Penilaian yang dilakukan pada materi Pendidikan Agama Islam meliputi penilaian kognitif yang dilakukan pada saat: Ulangan harian yang dilakukan setiap selesai SK KD, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester yang dilakukan setiap enam bulan sekali, Ulangan Kenaikan Kelas yang dilakukan pada semester genap akhir, ujian sekolah, ujian akhir selain UN dalam bentuk tes kognitif atau ujian praktik. Bentuk penilaian yang biasanya di gunakan oleh guru adalah: tes tertulis yang terdiri dari soal pilihan ganda atau essai, tes lisan, Tes praktik, penugasan baik kelompok ataupun bersifat individu. Penilaian afektif yang berkaitan dengan sikap peserta didik yang ada di dalam kelas ataupun berada di luar kelas, mencakup tata tertib peserta didik yang ada di sekolah. Penilaian psikomotorik biasanya hanya dilakukan ketika semeter akhir kelas XII yang meliputi tes membaca Al-Qur’an, tata cara sholat, hafalan surat-surat pilihan dalam al-Qur’an. Ada pula penilaian tes membaca Al-Qur’an yang dilakukan pada setiap kelas dalam materi pelajaran mengenai Al-Qur’an
70 Apabila ada peserta didik yang nilainya kognitifnya tidak mancapai KKM, maka yang biasa dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam adalah: Apabila ada 75% peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM maka guru melakukan remedial, Apabila ada 50% peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM maka guru melakukan penugasan kepada peserta didik tersebut, Apabila hanya ada satu atau dua orang peserta didik, maka diberikan layanan individual. Selanjutnya bila ada peserta didik yang nilai afektifnya atau sisa poin pelanggarannya minim maka dilakukan. Apabila sisa poin mencapai 75 diberikan layanan individual, bisa dilakukan oleh guru yang bersangkutan, wali kelas ataupun guru BK. Apabila sisa poin mencapai 50 maka peserta tersebut juga diberi teguran dan pemanggilan terhadap orang tua wali peserta didik. Apabila sisa poin telah mencapai 25 maka peserta didik terancam untuk tidak dapat naik kelas. d. Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Standar Kompetensi Lulusan yang sesuai dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006, meliputi: 1) Standar Kompetensi Lulusan minimal Satuan Pendidikan (SKL-SP), dengan tujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut 2) Standar Kompetensi Lulusan minimal Kelompok Mata Pelajaran (SKLKMP), dengan tujuan: a) Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja b) Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan global c) Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial d) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat e) Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain f) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan g) Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama h) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab 3) Standar Kompetensi Lulusan minimal Mata Pelajaran (SKL-MP), dengan tujuan: a) Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi b) Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna
71 c) Berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja’ dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah d) Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam e) Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia Tabel 4.9 Analisis standar kompetensi lulusan di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO KOMPONEN
1
SKL - SP
KONDISI IDEAL
KONDISI RIIL
Meningkatkan Kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
Kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, kurang meningkatkan
RENCANA TINDAK LANJUT membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraa n, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.
2
SKL-KMP
1. Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
Pengembangan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan atau kegiatan
72
2.
3.
4.
5.
6.
7.
perkembangan remaja Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, budaya dalam tatanan global Berpartisipasi dalam penegakkan aturan-aturan sosial Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan masyarakat Menghargai perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan, dan kebugaran jasmani dalam
setiap kelompok mata pelajaran kurang sesuai dengan harapan
73
3
SKL - MP
kehidupan sesuai dengan tuntunan agama 8. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab 1. Memahami ayat-ayat alQur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembanga n ilmu pengetahuan dan teknologi 2. Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna 3. Berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja’ dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah 4. Memahami sumber hukum Islam
Pengembangan berdasarkan tujuan dan cakupan muatan atau kegiatan setiap mata pelajaran, kurang lengkap sejumlah mata pelajaran yang ada di muatan kurikulum
74 dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam 5. Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia Dari hasil wawancara terhadap guru PAI dapat dikatakan bahwa standar kompetensi lulusan peserta didik pada sekolah tersebut, dalam materi pendidikan agama Islam kurang memberikan kontribusi terhadap perkembangan sikap remaja saat ini, karena masih bersifat konseptual. Oleh karena itu tidak dapat mencegah para remaja atau peserta didik untuk menghindari kenakalan remaja saat ini, seperti tawuran, berpacaran, atau meminum minuman terlarang (Wawancara tanggal 28-11-2016). Upaya yang biasa dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk mencegah atau menghindari kenakalan remaja, biasanya diberikan nasihat sebelum memulai pembelajaran terkait dengan kenakalan remaja dan akibat yang akan terjadi. Apabila kenakalan remaja itu sudah terjadi maka dilakukan konseling pribadi terhadap peserta didik yang bersangkutan, atau bisa minta bantu kepada guru bimbingan konseling untuk diberikan arahan agar peserta didik tersebut tidak mengulangi kembali terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Adapun dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup ke dalam lima aspek, yaitu: aspek Al-Qur’an, aspek Aqidah, aspek akhlak, aspek fikih, aspek tarikh dan peradaban Islam. Aspek-aspek tersebut dibagi ke dalam beberapa pembahasan, diantaranya: Tabel 4.10 SK KD materi Pendidikan Agama Islam 1) Aspek Al-Qur’an Kelas: X Semester: 1 Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
75 Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi
Memahami al-Qur’an keihklasan beribadah
ayat-ayat tentang dalam
Kelas: X Semester: 2 Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang demokrasi
Kelas: XI Semester: 1 Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan
Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang perintah menyantuni kaum dhu’afa Kelas: XI Semester: 2 Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup
Membaca Qs. Al-Baqarah (2): 30, Qs. AlMu’minun (23): 12-14, dan Qs. Al-Hajj (22): 5 Menyebutkan arti Qs. Al-Baqarah (2): 30, Qs. Al-Mu’minun (23): 12-14, dan Qs. AlHajj (22): 5 Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam Qs. AlBaqarah (2): 30, Qs. Al-Mu’minun (23): 1214, dan Qs. Al-Hajj (22): 5 Membaca Qs. Al-An’am (6): 162-163 dan Qs. Al-Bayyinah (98): 5 Menjelaskan arti Qs. Al-An’am (6): 162-163 dan Qs. Al-Bayyinah (98): 5 Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam Qs. AlAn’am (6): 162-163 dan Qs. Al-Bayyinah (98): 5
Membaca Qs. Ali-Imran (3): 59 dan asySyura (42): 38 Menjelaskan arti Qs. Ali-Imran (3): 59 dan asy-Syura (42): 38 Menampilkan perilaku hidup demokrasi seperti yang terkandung dalam Qs. Ali-Imran (3): 59 dan asy-Syura (42): 38
Membaca Qs. Al-Baqarah (2): 148 dan Qs. Fathir (35): 32 Menjelaskan arti Qs. Al-Baqarah (2): 148 dan Qs. Fathir (35): 32 Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti yang terkandung dalam Qs. Al-Baqarah (2): 148 dan Qs. Fathir (35): 32 Membaca Qs. Al-Isra’ (17): 26-27 dan Qs. Al-Baqarah (2): 177 Menjelaskan arti Qs. Al-Isra’ (17): 26-27 dan Qs. Al-Baqarah (2): 177
Membaca Qs. Ar-Rum (30): 41-42, Qs. AlA’raf (7): 56-58, dan Qs. Shad (38): 27 Menjelaskan arti Qs. Ar-Rum (30): 41-42, Qs. Al-A’raf (7): 56-58, dan Qs. Shad (38): 27
76 Menampilkan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup seperti yang terkandung dalam Qs. Ar-Rum (30): 41-42, Qs. Al-A’raf (7): 56-58, dan Qs. Shad (38): 27 Kelas: XII Semester: 1 Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang anjuran bertoleransi
Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang etos kerja Kelas: XII Semester: 2 Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang pengembangan IPTEK
2) Aspek Aqidah Kelas: X Semester: 1 Standar Kompetensi Meningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam Asma’ul Husna Kelas: X Semester: 2 Meningkatkan keimanan kepada malaikat
Membaca Qs. Al-kafirun (109): 1-6, Qs. Yunus (10): 40-41, dan Qs. Al-kahf (18): 29 Menjelaskan arti Qs. Al-kafirun (109): 1-6, Qs. Yunus (10): 40-41, dan Qs. Al-kahf (18): 29 Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam Qs. Alkafirun (109): 1-6, Qs. Yunus (10): 40-41, dan Qs. Al-kahf (18): 29 Membaca Qs. Al-Mujadillah (58): 11 dan Qs. Al-Jumu’ah (62): 9-10 Menjelaskan arti Qs. Al-Mujadillah (58): 11 dan Qs. Al-Jumu’ah (62): 9-10
Membaca Qs. Yunus (10): 101 dan alBaqarah (2): 164 Menjelaskan arti Qs. Yunus (10): 101 dan alBaqarah (2): 164
Kompetensi Dasar Menyebutkan 10 sifat Allah dalam Asma’ul Husna Menjelaskan 10 arti sifat Allah dalam Asma’ul Husna Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam Asma’ul Husna
Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada malaikat Menampilkan contoh-contoh perilaku beriman kepada malaikat Menampilkan perilaku sebagai cerminan beriman kepada malaikat dalam kehidupan
77 sehari-hari Kelas: XI Semester: 1 Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah
Kelas: XI Semester: 2 Meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab Allah
Kelas: XII Semester: 1 Meningkatkan keimanan kepada hari akhir Kelas: XII Semester: 2 Meningkatkan keimanan kepada qadha’ dan qadar
3) Aspek Akhlak Kelas: X Semester: 1 Standar Kompetensi Membiasakan perilaku terpuji
Kelas: X Semester: 2 Membiasakan perilaku terpuji
Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasulrasul Allah Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari
Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Kitab-kitab Allah Menerapkan hikmah beriman kepada Kitabkitab Allah
Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap hari akhir Menerapkan hikmah beriman kepada hari akhir
Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha’ dan qadar Menerapkan hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar
Kompetensi Dasar Menyebutkan pengertian perilaku husnuzhzhann Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhzhann terhadap Allah, diri sendiri, dan sesama manusia Membiasakan perilaku husnuzh-zhann dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan berpergian
78 Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan berpergian Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, bertamu, menerima tamu, dan berpergian Kelas: XI Semester: 1 Membiasakan perilaku terpuji
Kelas: XI Semester: 2 Membiasakan perilaku terpuji
Menghindari perilaku tercela
Kelas: XII Semester: 1 Membiasakan perilaku terpuji
Kelas: XII Semester: 2 Membiasakan perilaku terpuji
Menjelaskan pengertian taubat dan raja’ Menampilkan contoh-contoh perilaku taubat dan raja’ Membiasakan perilaku bertaubat dan raja’ dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya orang lain Menampilkan contoh-contoh perilaku menghargai karya orang lain Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam kehidupan sehari-hari Menjelaskan pengertian dosa besar Menyebutkan contoh-contoh perbuatan dosa besar Menghindari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan pengertian adil, ridha, dan amal shalih Menampilkan contoh-contoh perilaku adil, ridha, dan amal shalih Membiasakan adil, ridha, dan amal shalih dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan pengertian dan maksud persatuan dan kerukunan Menampilkan contoh-contoh perilaku persatuan dan kerukunan Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan Dalam kehidupan sehari-hari
79 Menghindari perilaku tercela
4) Aspek Fikih Kelas: X Semester: 1 Standar Kompetensi Memahami sumber hukum Islam, hukum taklifi, dan hikmah ibadah
Kelas: X Semester: 2 Memahami hukum Islam tentang infak, zakat, haji, dan wakaf Kelas: XI Semester: 1 Memahami Islam mu’amalah
hukum tentang
Kelas: XI Semester: 2 Memahami ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah Memahami khuthbah, tabligh, dan dakwah
Kelas: XII Semester: 1
Menjelaskan pengertian isyraf, tabdzir, ghibah, dan fitnah Menjelaskan contoh perilaku isyraf, tabdzir, ghibah, dan fitnah Menghindari perilaku isyraf, tabdzir, ghibah, dan fitnah dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar Menyebutkan pengertian, kedudukan, dan fungsi al-Qur’an, al-Hadits, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam Menjelaskan pengertian, kedudukan, dan fungsi hukum taklifi dalam hukum Islam Menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan infak, zakat, haji, dan wakaf Menyebutkan contoh-contoh pengelolaan infak, zakat, haji, dan wakaf
Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam Memberikan contoh transaksi ekonomi dalam Islam Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan tatacara pengurusan jenazah Memperagakan tatacara pengurusan jenazah Menjelaskan pengertian khuthbah, tabligh, dan dakwah Menjelaskan tatacara khuthbah, tabligh, dan dakwah Memperagakan khuthbah, tabligh, dan dakwah
80 Memahami hukum Islam tentang hukum keluarga Kelas: XII Semester: 2 Memahami hukum Islam tentang waris
Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan Menjelaskan hikmah perkawinan Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di Indonesia
Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris Menjelaskan ketentuan hukum waris di Indonesia Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris di Indonesia
5) Aspek Tarikh dan Peradaban Islam Kelas: X Semester: 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah keteladanan Rasulullah periode Mekkah dalam membina umat Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah periode Mekkah Rasulullah periode Mekkah Kelas: X Semester: 2 Memahami Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah keteladanan Rasulullah periode Madinah dalam membina umat Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah periode Madinah Rasulullah periode Madinah Kelas: XI Semester: 1 Memahami Menjelaskan perkembangan Islam pada abad perkembangan Islam pertengahan pada abad pertengahan Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan Kelas: XI Semester: 2 Memahami Menjelaskan perkembangan Islam pada abad perkembangan Islam modern pada abad modern Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad modern Kelas: XII Semester: 1 Memahami Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia perkembangan Islam Menampilkan contoh perkembangan Islam di di Indonesia Indonesia Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di Indonesia Kelas: XII
81 Semester: 2 Memahami perkembangan di dunia
Islam
Menjelaskan perkembangan Islam di dunia Memberikan contoh perkembangan Islam di dunia Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia
Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap SKL yang sudah seharusnya dimiliki oleh peserta didik pada kelas XII. Tabel 4.11 SKL yang Telah Dimiliki pada Peserta Didik Kelas XII Semester Ganjil Berdasarkan Kelas
Kelas X semester 1
Kelas X semester 2
Kelas XI semester 1 Kelas XI semester 2 Kelas XII semeter 1
Kelas XII semeter 2
SKL yang harus dimiliki Al-Qur’an: Memahami ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah Aqidah: Meningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman terhadap sifat dan asmaul husna Akhlak: Berperilaku husnuzzhan Fikih: Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi Tarikh: Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah Al-Qur’an: Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang demokrasi Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada malaikat Tarikh: Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Madinah Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada rasul-rasul Allah Akhlak: Membiasakan berprilaku taubat dan raja’ Fikih: Menjelaskan hukum muamalah dalam Islam Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada kitab-kitab Allah Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada hari akhir Fikih: Memahami hukum keluarga dalam Islam Tarikh: Memahami perkembangan Islam di Indonesia Al-Qur’an: Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Aqidah: Meningkatkan pemahaman keimanan kepada
82 qadha’ dan qadar Akhlak: Meninggalkan perilaku isyraf, tabzir dan fitnah Tarikh: Memahami perkembangan Islam di dunia Setelah dilakukan pengamatan, maka peneliti menyimpulkan bahwa SKL yang mencakup materi lengkap yaitu Al-Qur’an dan hadits, aqidah, akhlak, fikih, dan tarikh hanya berada pada materi kelas X semester 1, dan hanya materi yang berkaitan dengan aqidah yang berada pada setiap SKL di setiap kelas. Standar Kompetensi Lulusan di atas hanya bersifat kognitif dan afektif. Selanjutnya peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi kognitif yang dimiliki oleh peserta didik semester 1 adalah seluruh materi yang telah diajarkan dari kelas X semester 1 sampai kelas XII semester 1, karena seluruh materi yang bersifat kognitif telah dilakukan tes tertulis yang diberikan oleh guru maupun tes yang dilakukan serempak, tes itu berupa tugas, latihan, ulangan harian, Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Kompetensi afektif yang dimiliki oleh peserta didik, seharusnya semua kompetensi yang mencakup materi akhlak dari kelas X semester 1 hingga kelas XII semester 1, karena materi akhlak telah disampaikan dan diberikan contoh bagaimana cara berperilaku oleh guru di dalam proses pembelajaran di kelas, tetapi kenyataan yang telah diamati oleh guru Pendidikan Agama Islam selama di lingkungan sekolah, masih banyak peserta didik tidak mampu menerapkan kompetensi afektif yang telah disampaikan di dalam kelas. B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Penilaian Kognitif Penilaian kognitif yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam terhadap peserta didik meliputi penilaian perorangan melalui tugas, ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian kenaikan kelas. Selanjutnya penilaian kelompok melalui tugas membuat karya ilmiah dan mempresentasikannya di depan kelas, lalu diskusi. Di bawah ini merupakan nilai rata-rata kognitif peserta didik yang diperoleh berdasarkan nilai raport dari semester 1 hingga semester 4. Tabel 4.12 Hasil Nilai Kognitif Rata-Rata Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang NO 1 2 3 4 5 6 7 8
PESERTA DIDIK AMA AMU ATA ADN ARS ANK CMY DKT
Nilai Kognitif 76 79 76 76 76 76 76 81
83 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
DKW EFJ FHN FRA HRU IBD IRL KNS KWW KNW MRR MKT MND NNG NNI PFZ RMS RNS RAR SRL SUT SDP WTN
76 83 79 77 76 76 77 79 77 77 77 85 77 82 79 77 77 79 77 80 77 78 76
Selanjutnya penilaian pada saat Ujian Akhir Semester yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 5 Desember 2016. Sebelum melakukan penilaian, maka peneliti menganalisis terlebih dahulu seluruh butir soal yang diujikan pada Ujian Akhir Semester. Tabel 4.13 Hasil Analisis Butir Soal UAS Kelas XII Semester Ganjil No
1
Kategori Soal
Berdasarkan SK, KD
Keterangan 1. 5 butir soal pilihan ganda terdapat pada SK KD kelas X semester ganjil dan genap 2. 2 butir soal essai terdapat pada SK KD kelas X semester ganjil dan genap 3. 14 butir soal pilihan ganda terdapat pada SK KD kelas XII semester ganjil 4. 7 butir soal essai terdapat pada SK KD kelas XII semester ganjil
84
2
Berdasarkan Materi
3
Berdasarkan Tingkat Kognitif
5. 1 butir soal pilihan ganda, dan 1 butir soal essai tidak terdapat dalam SK KD dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam 1. 5 butir soal pilihan ganda dan 2 butir soal essai termasuk ke dalam materi al-Qur’an dan Hadits 2. 4 butir soal pilihan ganda dan 2 butir soal essai termasuk ke dalam materi Aqidah 3. 6 butir soal pilihan ganda dan 3 butir soal essai termasuk ke dalam materi Fikih 4. 4 butir soal pilihan ganda dan 2 butir soal essai termasuk ke dalam materi Tarikh dan Peradaban Islam 5. 1 butir soal pilihan ganda dan 1 butir soal essai tidak sesuai dengan materi yang telah ditetapkan 1. Mengingat: 9 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal essai 2. Memahami: 5 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal essai 3. Menerapkan: 2 butir soal pilihan ganda 4. Menganalisis: 4 butir soal pilihan ganda
Setelah dilakukan analisis butir soal, maka peneliti menyimpulkan bahwa, dari 20 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal essai, maka terdapat 2 soal yang tidak termasuk ke dalam SK KD dan materi yang telah ditentukan berdasarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, terdapat satu materi yang tidak terdapat dalam butir soal Pendidikan Agama Islam, yaitu materi Akhlak yang membahas tentang perilaku adil, ridha, dan amal shalih, sehingga soal tidak mencapai kompetensi yang seharusnya telah ditetapkan karena tidak ada butir soal tentang akhlak Setelah dilakukan analisis butir soal Ujian Akhir Semester Kelas XII semester ganjil, maka peserta didik mendapatkan hasil nilai murni yang terdapat pada tabel di bawah ini Tabel 4.14 Hasil nilai kognitif UAS peserta didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang NO 1 2 3 4 5
PESERTA DIDIK AMA AMU ATA ADN ARS
Nilai UAS Murni 33 63 52 20 36
85 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
ANK CMY DKT DKW EFJ FHN FRA HRU IBD IRL KNS KWW KNW MRR MKT MND NNG NNI PFZ RMS RNS RAR SRL SUT SDP WTN
53 50 65 50 55 53 59 56 49 54 49 50 30 35 76 44 63 55 58 41 68 65 57 50 69 32
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori kognitif Anderson dan Krathwohl karena teori kognitif ini tidak hanya melakukan proses kognitif saja, tetapi juga dalam tingkat tertinggi proses kognitif yaitu mencipta, diperlukan kompetensi kognitif dan kompetensi psikomotorik pada peserta didik, dan pada teori ini membagi pengetahuan pada empat dimensi pengetahuan. Apabila dianalisis SK KD, maka kemampuan peserta didik dalam kompetensi kognitif hanya mencapai tiga tahap terendah sesuai dengan teori kognitif Anderson dan Krathwohl, yaitu:
86 Tabel 4.15 Kategori Proses Kognitif Anderson dan Krathwohl Kategori Proses Mengingat
Memahami
Mengaplikasikan
Menganalisis
Mengevaluasi
Mencipta
Proses Kognitif Mengenali Mengingat kembali Menafsirkan Mencontohkan mengklasifikasikan Merangkum Menyimpulkan Membandingkan Menjelaskan Mengeksekusi Mengimplementasikan Membedakan Mengorganisasi Mengatribusikan Memeriksa Mengkritik Merumuskan Merencanakan Memproduksi
a. Mengingat, contohnya: 1) peserta didik dapat menyebutkan pengertian perilaku husnuzh-zhann 2) Menyebutkan contoh-contoh perbuatan dosa besar 3) Menyebutkan pengertian, kedudukan, dan fungsi al-Qur’an, al-Hadits, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam b. Memahami, contohnya: 1) Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan infak, zakat, haji, dan wakaf 2) Menjelaskan perkembangan Islam di dunia 3) Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia 4) Menampilkan contoh-contoh perilaku persatuan dan kerukunan 5) Memperagakan tatacara pengurusan jenazah c. Mengaplikasikan 1) Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari 2) Menghindari perilaku isyraf, tabdzir, ghibah, dan fitnah dalam kehidupan sehari-hari 3) Menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah Selanjutnya apabila dianalisis dari soal Ujian Akhir Semester pada kelas XII, kompetensi kognitif dapat mencapai:
87 a. Mengingat, contoh: Terdapat pada soal essai dengan pertanyaan: “semua ciptaan Allah Swt yang lahir di dunia mempunyai hikmah. Menyadari bahwa semua perbuatan selama di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Sebutkan 4 hikmah beriman kepada hari akhir!”. b. Memahami, contoh: Terdapat pada soal essai dengan pertanyaan: “ Islam di Indonesia sangat berkembang luas di seluruh wilayah Indonesia melalui peran pedagang dan para wali songo yang berdakwah dengan berbagai car. Jelaskan 4 strategi dakwah Islam di Indonesia!” c. Mengaplikasikan, contoh Terdapat pada soal pilihan ganda dengan pertanyaan “dengan beriman kepada hari akhir, banyak hikmah yang amat berharga bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Diantara perilaku yang menunjukkan tanda-tanda beriman kepada hari akhir adalah...” A. Selalu berusaha berbuat amal baik B. Termotivasi untuk selalu bekerja keras C. Berusaha sungguh-sungguh dan menerima hasilnya D. Beribadah dan senantiasa berdo’a terus menerus E. Mengedepankan urusan-urusan yang penting d. Menganalisis, contoh: Terdapat pada soal pilihan ganda dengan pertanyaan “peristiwa luar biasa yang pasti akan terjadi dimana manusia akan dimatikan, kemudian dihidupkan dan dibangkitkan kembali untuk mendapatkan perhitungan dan pembalasan amal yang pernah dilakukannya di dunia. Itulah Hari Akhir. Yang merupakan fase-fase kehidupan akhirat adalah sebagai berikut...” A. Yaumul akhir, yaumul qiyamah, kehidupan dan kematian B. Yaumul ba’as, yaumul mahsyar, yaumul hisab, syurga dan neraka C. Alam dunia, alam kubur, alam fana, alam nyata, alam gaib D. Alam dunia, alam khayalan, alam impian, syurga dan neraka E. Alam dunia, alam kubur, alam nyata, syurga dan neraka 2. Analisis Penilaian Afektif Penilaian afektif yang dilakukan oleh guru-guru di SMA Negeri 1 Parungpanjang, bukan berdasarkan perilaku peserta didik di dalam sekolah saja, tetapi mencakup lingkungan sekolah. Sehingga penilaian afektif tergantung terhadap bobot poin pelanggaran tata tertib di SMA Negeri 1 Parungpanjang. Bobot poin pelanggaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
88 Tabel 4.16 Jenis Pelanggaran dan bobot poin di SMA Negeri 1 Parungpanjang No Jenis Pelanggaran I A. Ketertiban 1. Membuat keributan/ kegaduhan dalam kelas pada saat berlangsung kegiatan belajar 2. Masuk lingkungan sekolah dengan meloncat pagar 3. Keluar dari lingkungan sekolah dengan meloncat pagar 4. Mengotori (mencorat-coret) benda milik sekolah guru, karyawan atau teman 5. Merusak barang milik sekolah, guru, karyawan atau teman 6. Mengambil (mencuri) barang milik sekolah, guru, karyawan atau teman 7. Makan dan minum di dalam kelas saat berlangsungnya kegiatan belajar 8. Membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya 9. Membawa benda yang tidak ada kaitannya dengan proses belajar mengajar 10. Bertengkar/ pertentangan dengan teman di lingkungan sekolah 11. Pelanggaran susila/ berpacaran melebihi batas di sekolah 12. Melanggar tata tertib sekolah di lingkungan masyarakat 13. Tidak mengikuti upacara bendera tanpa alasan yang jelas B. Rokok 1. Membawa rokok ke dalam lingkungan sekolah 2. Merokok/ menghisap rokok di kelas atau di lingkungan sekolah 3. Merokok/ menghisap rokok di sekitar sekolah (ring 2) yaitu radius 500 meter dari pagar 4. Merokok di luar sekolah (ring 3) yaitu radius lebih dari 500 meter dari pagar sekolah, dan masih dalam kegiatan belajar mengajar dan menggunakan seragam sekolah C. Buku, majalah, CD porno atau kaset terlarang 1. Membawa/ membaca buku, majalah, CD porno atau kaset terlarang 2. Memperjualbelikan buku, majalah atau kaset terlarang 3. Memperjualbelikan buku, majalah atau kaset terlarang di sekitar sekolah D. Senjata 1. Membawa senjata tajam (pisau, celurit, dll) 2. Memperjualbelikan senjata tajam di sekolah 3. Menggunakan senjata tajam untuk mengancam
Bobot Poin 5 Poin 20 Poin 20 Poin 10 Poin 15 Poin 20 Poin 5 Poin 5 Poin 10 Poin 15 Poin 25 Poin 20 Poin 5 Poin 25 Poin 50 Poin 20 Poin 10 Poin
25 Poin 25 Poin 20 Poin
50 Poin 50 Poin 75 Poin
89 4. Menggunakan senjata tajam untuk melukai E. Obat dan minuman terlarang 1. Membawa obat atau minuman keras (terlarang) 2. Menggunakan obat atau minuman terlarang di dalam lingkungan sekolah 3. Memperjualbelikan obat atau minuman terlarang di kelas, di lingkungan dalam atau di sekitar sekolah 4. Menggunakan obat atau minuman terlarang di luar sekolah F. Perkelahian 1. Melakukan perkelahian antar peserta didik di sekolah atau di sekitar sekolah 2. Perkelahian yang disebabkan oleh sekolah lain/ antar sekolah 3. Perkelahian antara peserta didik dengan menggunakan senjata tajam G. Pelanggaran terhadap kepala sekolah, guru, dan karyawan 1. Disertai ancaman 2. Disertai pemukulan atau tindak kekerasan lainnya 3. Melakukan pencemaran nama baik H. Alat Komunikasi (HP) 1. Mengaktifkan/ mengadakan komunikasi pada saat mengikuti pelajaran 2. Membawa HP memuat situs gambar yang tergolong pornografi atau pornoaksi 3. Membawa/ menggunakan/ mengaktifkan rodio/earphone saat mengikuti kegiatan belajar 4. Mencontek dengan menggunakan HP dalam ulangan/ ujian II Kerajinan 1. Terlambat hadir/ terlambat masuk kelas tanpa alasan yang jelas 2. Ijin keluar kelas saat proses belajar berlangsung dan tidak kembali 3. Pulang tanpa izin 4. Peserta didik berada di luar kelas pada saat kegiatan belajar berlangsung tanpa izin 5. Alpha (tanpa keterangan) 6. Tidak mengikuti kegiatan belajar (membolos) tetapi ada di sekolah 7. Memalsukan tanda tangan orang tua pada surat izin atau surat keterangan III Kerapihan A. Pakaian
100 Poin 75 Poin 75 Poin 100 Poin 50 Poin 50 Poin 40 Poin 100 Poin
75 Poin 100 Poin 50 Poin 10 Poin 50 Poin 10 Poin 10 Poin 2 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 10 Poin 10 Poin
90 1. Memakai seragam tidak rapi/ tidak dimasukkan 2. Peserta didik putri memakai seragam yang ketat atau rok di atas lutut 3. Tidak memakai perlengkapan upacara bendera (topi) 4. Salah memakai baju seragam, rok atau celana 5. Salah atau tidak memakai ikat pinggang 6. Tidak memakai sepatu (tidak sesuai ketentuan) 7. Tidak memakai kaos kaki 8. Salah/ tidak memakai kaos dalam 9. Memakai topi yang bukan topi sekolah di lingkungan sekolah 10. Peserta didik putri memakai perhiasan berlebihan 11. Peserta didik putra memakai perhiasan atau aksesoris (kalung, gelang, anting-anting, dll) 12. Tidak memakai papan nama pada baju yang dipakai 13. Mengenakan jaket/ sweater tanpa alasan yang jelas di kelas B. Rambut 1. Panjang melampaui batas ketentuan (telinga, alis, dan kerah baju) bagi peserta didik putra 2. Dipotong/ dicukur/ dengan model tidak lazim 3. Dicat warna-warni
2 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 5 Poin 25 Poin 25 Poin 25 Poin
Setelah dilakukan pengamatan di sekolah ini, ternyata rata-rata peserta didik lebih banyak melanggar dalam hal kerajinan yaitu terlambat datang ke sekolah dan tidak masuk kesekolah tanpa keterangan, sedangkan dalam hal kerapihan masih banyak peserta didik yang tidak memasukan bajunya atau tidak rapi dalam memakai seragam sekolah, khususnya peserta didik putra. Peserta didik yang diamati oleh peneliti di kelas XII IPS 2 semester gasal atau semester 5, mempunyai sisa bobot poin sebagai berikut: Tabel 4.17 Analisis penilaian afektif peserta didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang NO 1 2 3 4 5 6 7 8
PESERTA DIDIK
SISA POIN
AMA AMU ATA ADN ARS ANK CMY DKT
24 Poin 96 Poin 64 Poin 47 Poin 61 Poin 60 Poin 82 Poin 95 Poin
NILAI AFEKTIF C A B C B B A A
91 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
DKW EFJ FHN FRA HRU IBD IRL KNS KWW KNW MRR MKT MND NNG NNI PFZ RMS RNS RAR SRL SUT SDP WTN
21 Poin 98 Poin 100 Poin 43 Poin 44 Poin 93 Poin 66 Poin 100 Poin 70 Poin 100 Poin 74 Poin 93 Poin 56 Poin 100 Poin 80 Poin 90 Poin 98 Poin 98 Poin 85 Poin 100 Poin 95 Poin 88 Poin 54 Poin
C A A C C A B A A A B A B A A A A A A A A A B
Keterangan Penilaian : 100-75 sisa poin : A 74-50 sisa poin : B 49-0 sisa poin :C Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Krathwohl karena peserta didik dalam mencapai tahap tertinggi tidak hanya menerima atau melihat informasi yang diberikan pada proses pembelajaran saja, tetapi juga diperlukan peran aktif peserta didik seperti dalam memberi tanggapan, penilaian, dan mengelola sehingga akan terbentuk karakter pribadi yang mandiri dalam memberikan pendapat, bersikap dan berperilaku, adapun kategorisasi dalam teori afektif yang dimiliki oleh Krathwohl adalah sebagai berikut. Tabel 4.18 Kategorisasi Proses Afektif Krathwohl Kategori Proses Penerimaan
Menanyakan,
Proses Afektif memilih, mendeskripsikan,
mengikuti,
92
Pemberian tanggapan
Penilaian
pengorganisasian
Internalisasi
memberikan, memegang, mengidentifikasi, meletakkan, memberi nama, menunjuk, mendudukkan, menegakkan, menggunakan Menjawab, menolong, membantu, menyesuaikan, mengkonfirmasi, mendiskusikan, menyapa, membuat label, melakukan, mempraktikkan, menyajikan, membaca, mendeklamasikan, melaporkan, memilih, mengatakan, menulis Menyelesaikan, mendemonstrasikan, membedakan, menjelaskan, mengikuti, membentuk, memulai, mengundang, bergabung, membenarkan, mengusulkan, menyimak, melaporkan, memilih, membagi, mengkaji Melekat, mengubah, menyusun, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, membela, menjelaskan, merumuskan, menggeneralisasi, mengidentifikasi, menggabungkan, memodifikasi, memerintah, mengorganisasi, mempersiapkan, menghubungkan, mensintesis Menindaki, memberi perlakuan, memperbedakan, mempertunjukkan, memengaruhi, mendengarkan, memodifikasi, mengusulkan, memenuhi syarat, mempertenyakan, merevisi, melayani, memecahkan persoalan, memverifikasi (Sumber: Yaumi, 2013: 95)
Dalam penilaian afektif ini, peneliti menggunakan teori afektif yang dikemukakan oleh Krathwohl, sehingga terdapat beberapa tahapan afektif yang dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis yang didapat selama proses pembelajaran berlangsung: a) Receiving atau kepekaan: beberapa peserta didik langsung masuk ke kelas ketika melihat gurunya datang, dan hanya ada satu orang peserta didik yang tanggap dan membuang sampah ketika melihat ada sampah yang berserakan di kelas tersebut b) Responding atau memberikan tanggapan: banyak dari peserta didik yang aktif menjawab ketika guru mengajukan beberapa pertanyaan, tetapi ada sebagian pula yang pasif c) Valuing atau penilaian: peserta didik banyak yang mau menjawab pertanyaan dari guru karena akan mendapatkan nilai tambahan Dari hasil analisis di atas dapat dikatakan nilai afektif yang dimiliki peserta didik pada kelas ini baik, karena hanya 5 orang dari 31 orang peserta didik yang mendapatkan nilai afektif C, dan masih terdapat beberapa peserta didik yang mempunyai sisa poin di bawah 50, oleh karena itu pada sekolah ini diadakan kegiatan pengembangan diri berupa konsultasi dengan guru Bimbingan Konseling
93 atau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di sekolah guna mendisiplinkan dan membina karakter peserta didik. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Pelaksanaan kegiatan pengembangan diri di bawah bimbingan konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri di SMAN 1 Parungpanjang dilakukan melalui kegiatan: Pelayanan konseling (wajib diikuti oleh semua peserta didik) Kegiatan yang dilakukan dalam bidang ini antara lain: Pengembangan karir peserta didik, Konsultasi masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, Bimbingan belajar, Bimbingan budi pekerti. Ekstrakurikuler (pilihan), meliputi: Rohis, Paskibra, Pencak Silat, Futsal, Basket, Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Kesenian Sunda, KIR, English Club, Seni Tari, Sinematografi. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti halnya pada mata pelajaran. Peneliti melakukan observasi dengan mengamati perilaku peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Mulai dari respon peserta didik ketika melihat guru masuk ke kelas, sampai kepada guru mengakhiri pertemuannya Analisis selanjutnya dengan wawancara kepada peserta didik mengenai perilaku mereka sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang mencakup materi akhlak, yaitu: berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja’ dan meninggalkan perilaku tercela seperti berlebih-lebihan, menggunakan harta tidak sesuai dengan keperluannya, dan fitnah. Pertanyaan ditanyakan kepada peserta didik tiga yang mempunyai nilai kognitif yang tinggi, sedang, dan rendah Berikut ini merupakan pertanyaan yang ditanyakan kepada mereka: a. Apabila anda melihat teman dengan gerak-gerik yang mencurigakan apa yang akan anda lakukan? (Husnuzzhan) 1) NNG: mengawasi dan memperhatikan tanpa menjudge langsung kepada teman 2) AMU: cukup tau saja 3) ANK: bertanya langsung kepada teman itu b. Apa yang akan anda lakukan jika merasa mempunyai dosa? (Taubat dan raja’) 1) NNG: memperbaiki, membersihkan diri, bertaubat agar terhindar dari kemurkaan Allah dan tidak akan mengulanginya kembali 2) AMU: Bertaubat tetapi menunggu sampai hati sudah siap 3) ANK: berdoa dan mohon ampun kepada Allah c. Apakah uang saku yang anda terima setiap hari langsung habis dalam sehari? (Isyrof) 1) NNG: selalu menyisakan, karena tidak pernah jajan 2) AMU: tergantung kebutuhan, terkadang menyisakan terkadang tidak 3) ANK: selalu menyisakan d. Apabila anda menerima beasiswa untuk sekolah, akan anda gunakan untuk apa? (tabzir) 1) NNG: digunakan untuk biaya sekolah dan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi
94 2) AMU: dipakai untuk biaya sekolah 3) ANK: diberikan untuk membantu adik-adik Setelah mengajukan beberapa pertanyaan mengenai perilaku yang mereka miliki, maka peneliti melakukan konfirmasi kepada guru dan teman terdekat mereka, maka hasil yang didapat bahwa beberapa perilaku yang dimiliki peserta didik tidak sesuai dengan materi yang telah diajarkan dan diberikan contoh, sehingga kompetensi afektif yang dimiliki oleh peserta didik cukup baik, karena tidak semua materi yang disampaikan dapat mengubah perilaku peserta didik. Kesimpulan dari analisis tersebut, ternyata ada beberapa siswa yang kurang tepat menyikapi setiap keadaan, sehingga perilaku baik tidak cukup hanya diterangkan di materi PAI saja tetapi juga harus diberikan contoh dan arahan hingga peserta didik tersebut dapat menyikapi suatu keadaan dengan tepat. Bila dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu, maka terdapat perbedaan dalam penilaian afektif peserta didik, pada penelitian yang memakai kurikulum 2013 penilaian tersebut harus sesuai dengan penilaian sikap yang telah ditetapkan, yaitu berdasarkan minat, sikap diri, sikap spiritual, disiplin, tanggung jawab, toleransi dan gotong-royong, sedangkan penilaian afektif pada penelitian ini belum terdapat pada standar karena masih menggunakan KTSP, sehingga penilaian sikap afektif sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang telah ditentukan oleh masing-masing sekolah. 3. Analisis Penilaian Psikomotorik Penilaian psikomotorik yang dilakukan oleh guru Pendidik Agama Islam biasanya dilakukan pada saat ujian praktek kelas 12 semester akhir. Penilaian psikomotorik mencakup tilawah, hafalah surat, dan praktik ibadah. Berikut ini merupakan contoh penilaian psikomotor yang akan dihadapi oleh siswa kelas 12 pada saat ujian praktik. Tabel 4.19 Materi ujian praktik Pendidikan Agama Islam bagi kelas XII NO 1
2 3
4
MATERI UJIAN Praktik Ibadah Shalat wajib Shalat dhuha Shalat jenazah Dzikir setelah shalat Tilawah Qs. Ali Imran 133-140 Qs. An-Nisa 122-127 Hafalan surat pilihan Qs. Al-Insyirah Qs. Ad-Dhuha Qs. Al-Ghasiyah
KOMPONEN PENILAIAN Bacaan
Tatacara
Adab
Tajwid
Makhraj
Adab
Tajwid
Makhraj
Adab
RATARATA
95 Qs. Al-A’la Qs. Al-Baqarah 1-5 Qs. Al-Baqarah 255 Adapun penilaian psikomotorik yang dilakukan setiap semester hanya ketika ada materi tentang ayat-ayat al-Qur’an, sehingga guru mengetahui peserta didik yang mampu membaca al-Qur’an dan yang kurang mampu. Bagi peserta didik yang masih buta huruf al-Qur’an biasanya guru pendidikan agama Islam memberikan materi tambahan di luar jam mata pelajaran, yaitu materi baca tulis al-Qur’an, tetapi kendalanya motivasi peserta didik yang masih rendah sehingga tidak banyak yang mau mengikuti materi tambahan tersebut. Berikut ini merupakan penilaian guru terhadap peserta didik mengenai kemampuan membaca Al-Qur’an pada kelas XII IPS 2. Tabel 4.20 Hasil Penilaian Psikomotorik Kemampuan Membaca Al-Qur’an Peserta Didik kelas XII di SMA Negeri 1 Parungpanjang
NO
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN
PESERTA DIDIK BAIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
AMA AMU ATA ADN ARS ANK CMY DKT DKW EFJ FHN FRA HRU IBD IRL KNS KWW KNW MRR MKT MND
CUKUP
KURANG
BUTA HURUF √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
96 √ 22 NNG NNI 23 √ 24 PFZ √ 25 RMS √ 26 RNS √ RAR 27 √ 28 SRL √ 29 SUT √ 30 SDP √ √ 31 WTN Keterangan penilaian: Buta huruf : tidak mengenal huruf al-Qur’an dan tidak memahami ilmu tajwid Kurang : < 35 : tidak lancar dan tidak memahami ilmu tajwid Cukup : 36-70 : lancar dan tidak memahami ilmu tajwid Baik : 71-100 : lancar dan memahami ilmu tajwid Penilaian psikomotorik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dimiliki oleh Bloom, karena pada teori ini dapat melibatkan ke dalam aspek kognitif, sehingga peserta didik harus mengingat, dan memahami konsep agar mampu membantu mengembangkan kemampuan pada kompetensi psikomotorik ini, adapun kategorisasi dalam teori psikomotorik Bloom adalah: Tabel 4.21 Kategori proses psikomotorik Bloom Kategori Proses Persepsi
Kesiapan
Respon Terbimbing Respon Biasa
Respon yang Kompleks
Proses Psikomotorik Memilih, mendeskripsikan, mendeteksi, membedakan, mengidentifikasi, mengisolasi, menghubungkan, menyeleksi Memulai, menampilkan, menjelaskan, berpindah, bergerak, meneruskan, bereaksi, menunjukkan, menyatakan, memegang Menyalin, menelusuri, mengikuti, memberi reaksi, memproduksi kembali, merespons Merakit, menyesuaikan, mengkonstruksi, membongkar, memamerkan, mengikatkan, memperbaiki, menggiling, memanaskan, memanipulasi, mengukur, membetulkan, mencampur, mengelola, membuat sketsa Merakit, menyesuaikan, mengkonstruksi, membongkar, memamerkan, mengikatkan, memperbaiki, menggiling, memanaskan,
97
Adaptasi Organisasi
memanipulasi, mengukur, membetulkan, mencampur, mengelola, membuat sketsa dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih akurat daripada respon biasa Menyesuaikan, mengubah, bertukar, menata kembali, mereorganisasi, merevisi, bervariasi Menyusun, membangun, menggabungkan, mengarang, mengembangkan, menciptakan, mendesain, menginisiasi, membuat (Sumber: Yaumi, 2013: 100)
Setelah melakukan analisis terhadap aspek psikomotorik, ternyata penilaian pada aspek ini hanya dilakukan pada akhir semester saja. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 31 orang peserta didik, terdapat 6 peserta didik yang mendapatkan nilai baik, 10 peserta didik mendapatkan nilai cukup, 6 peserta didik mendapat nilai kurang, dan 9 peserta didik tidak mengenal huruf al-Qur’an. Apabila dilihat dari standar kompetensi lulusan, aspek psikomotorik tidak tercantum dalam salah satu dari kelima materi tersebut. Aspek psikomotorik juga tidak diminta dalam penilaian hasil belajar peserta didik, meskipun di dalam SK KD terdapat tata cara mengurus jenazah, tabligh, khutbah, dan dakwah. Analisis penilaian psikomotorik di atas dapat dikatakan kurang, karena masih banyaknya peserta didik yang tidak dapat membaca dan buta huruf Al-Qur’an. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam telah berusaha untuk memberikan pelajaran tambahan kepada peserta didik yang kurang dan buta huruf dalam membaca al-Qur’an, salah satu kegiatannya dengan mengadakan kegiatan Baca Tulis al-Qur’an (BTQ) yang dilakukan setiap satu minggu sekali, agar peserta didik dapat mengenal huruf dalam al-Qur’an. 4. Analisis Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Peserta Didik Kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Apabila peserta didik mempunyai nilai kognitif yang tinggi, maka akan berpengaruh terhadap kemampuan afektif dan psikomotoriknya. Berikut ini merupakan tabel analisis peserta didik dimulai dari yang mempunyai nilai kognitif tertinggi hingga nilai kognitif yang terendah. Tabel 4.22 Analisis Penilaian Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik NO 1. 2. 3. 4. 5. 6.
NAMA PESERTA DIDIK MKT EFJ NNG DKT SRL AMU
KOGNITIF 85 83 82 81 80 79
KOMPETENSI AFEKTIF PSIKOMOTORIK A B A B A Buta Huruf A B A C A B
98 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
FHN KNS NNI RNS SDP FRA IRL KWW KNW MRR MND PFZ RMS RAR SUT AMA ATA ADN ARS ANK CMY DKW HRU IBD WTN
79 79 79 79 78 77 77 77 77 77 77 77 77 77 77 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76
A A A A A C B B A B B A A A A C B C C C A C C A B
C C C B C Buta Huruf K Buta Huruf Buta Huruf Buta Huruf K C C K C Buta Huruf K Buta Huruf K C K Buta Huruf B C Buta Huruf
Apabila dilihat dari tabel di atas dapat dibagi menjadi: a) peserta didik yang mendapatkan nilai 76 atau pas KKM terdapat 10 orang b) peserta didik yang mendapatkan nilai 77 terdapat 10 orang c) peserta didik yang mendapatkan nilai di atas 77 terdapat 11 orang a) analisis peserta didik yang mendapatkan nilai 76 1) mendapatkan nilai afektif A : 2 orang B : 2 orang C : 6 orang 2) Mendapatkan nilai psikomotorik B : 1 orang C : 2 orang K : 3 orang Buta Huruf: 4 orang
99 b) Analisis peserta didik yang mendapatkan nilai 77 1) Mendapatkan nilai afektif A : 4 orang B : 4 orang C : 2 orang 2) Mendapatkan nilai psikomotorik B:C : 3 orang K : 3 orang Buta Huruf: 4 orang c) Analisis peserta didik yang mendapatkan nilai di atas 77 1) Mendapatkan nilai afektif A : 11 orang B:C:2) Mendapatkan nilai psikomotorik B : 5 orang C : 5 orang K:Buta Huruf: 1 orang Jika dilihat dari analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, pada peserta didik yang mendapatkan nilai di atas 77 terdapat 1 orang peserta didik yang buta huruf pada nilai psikomotoriknya dan penilaian afektif mereka semua mendapatkan nilai tinggi. Pada siswa yang bernilai 77 ternyata tidak terdapat satu pun dari mereka yang mendapatkan nilai psikomotorik yang baik dan hanya 2 orang peserta didik yang mendapatkan nilai afektif yang kurang. Pada siswa yang bernilai 76 hanya terdapat 1 orang peserta didik yang mendapatkan nilai psikomotorik baik dan 6 dari 10 orang peserta didik yang mendapatkan nilai afektif yang baik kurang. Dalam penelitian ini, peneliti menyatakan bahwa kompetensi kognitif yang dimiliki peserta didik dinyatakan cukup baik, karena sebagian peserta didik hanya mampu mencapai KKM. Kompetensi afektif yang dimiliki oleh peserta didik di kelas ini dikatakan baik, karena hanya 5 orang dari 31 orang peserta didik yang mendapatkan nilai kurang. Kompetensi psikomotorik peserta didik dinyatakan oleh peneliti kurang baik karena masih tedapat 6 orang peserta didik yang kurang mampu membaca AlQur’an dan 9 orang peserta didik yang buta huruf Al-Qur’an. C. Persfektif Penulis Tentang Kompetensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Parungpanjang Setelah dilakukan analisis terhadap penelitian yang berkaitan dengan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hal yang harus dipertahankan dalam proses pembelajaran ini, adalah: guru Pendidikan Agama Islam hendaknya selalu berupaya mengajarkan peserta didik yang tidak mampu dan buta huruf dalam membaca al-Qur’an pada kegiatan tambahan yaitu Baca Tulis al-Qur’an (BTQ), selanjutnya dalam penilaian sikap afektif yang dilakukan oleh guru tidak hanya pada saat proses pembelajaran di dalam kelas saja, tetapi juga penilaian yang dilakukan
100 di lingkungan sekolah, dan dilakukan pula konseling pribadi pada setiap peserta didik yang menghadapi masalah untuk dicarikan solusinya, sehingga peserta didik mendapatkan nilai yang baik pada penilaian afektif. Adapun kekurangan yang dilihat dari proses penelitian ini adalah, peserta didik merasa bosan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga guru harus lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran di kelas agar lebih terasa mudah dan menyenangkan. Standar Kompetensi Lulusan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lebih banyak membahas tentang kompetensi kognitif dan afektif saja, maka baiknya Standar Kompetensi Lulusan harus mencantumkan kompetensi psikomotorik peserta didik agar peserta didik dapat melaksanakan ibadah-ibadah dengan baik sesuai dengan ajaran yang terdapat pada al-Qur’an dan Hadits.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa, Kompetensi hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Parungpanjang terbagi menjadi tiga aspek yakni, kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk ketiga kompetensi ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kompetensi kognitif peserta didik hanya mampu mencapai tingkat tiga dari enam tingkatan kognitif Anderson dan Krathwohl. Tingkatan yang dapat dimiliki peserta didik yaitu (1) mengingat dengan kemampuan peserta didik yang dapat menyebutkan kembali pengertian perilaku husnuz-zhann, (2) memahami dengan kemampuan untuk menjelaskan perkembangan Islam di dunia, dan (3) mengaplikasikan dengan kemampuan peserta didik dalam menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kompetensi afektif peserta didik selama di kelas didapatkan hasil bahwa peserta didik mampu mencapai tiga tingkatan afektif terendah, yaitu tingkatan receiving dengan melihat beberapa peserta didik yang langsung masuk kelas apabila melihat gurunya memasuki kelas dan beberapa peserta didik ada yang mengambil sampah yang berserakan di kelas, responding dengan melihat peserta didik aktif menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh guru di kelas, dan tahap valuing dengan perilaku peserta didik yang ingin menjawab karena akan mendapatkan poin tambahan yang diberikan oleh guru. Adapun perilaku negatif yang teramati selama penelitian, peserta didik banyak yang kurang disiplin waktu, kerapihan pakaian, dan motivasi belajar yang kurang. 3. Kompetensi psikomotorik peserta didik yang dilakukan pada penelitian ini, peneliti mengambil data tentang kemampuan peserta didik dalam membaca AlQur’an, penilaian kemampuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an dilakukan pada awal materi tentang Al-Qur’an, dan hasil dari data tersebut menyatakan bahwa sebagian besar peserta didik kurang mampu membaca Al-Qur’an, dan beberapa di antara meraka masih ada yang buta dengan huruf Al-Qur’an. 4. kompetensi kognitif yang dimiliki peserta didik dinyatakan cukup baik, karena sebagian peserta didik hanya mampu mencapai KKM. Kompetensi afektif yang dimiliki oleh peserta didik di kelas ini dikatakan baik, karena hanya 5 orang dari 31 orang peserta didik yang mendapatkan nilai kurang. Kompetensi psikomotorik peserta didik dinyatakan oleh peneliti kurang baik karena masih tedapat 6 orang peserta didik yang kurang mampu membaca Al-Qur’an dan 9 orang peserta didik yang buta huruf Al-Qur’an.
B. Saran Berdasarkan data dan analisis tentang kompetensi peserta didik dalam pendidikan agama Islam, maka ada beberapa saran yang diberikan kepada pihak-pihak terkait: 1. Kepala sekolah Kepala Sekolah harus menjalankan supervisi secara berkesinambungan, sehingga kualitas pembelajaran menjadi baik. 101
102 2. Guru Pendidikan Agama Islam Guru hendaknya meningkatkan mutu pembelajaran, yaitu: penggunaan metode yang beragam, memotivasi peserta didik, penilaian otentik, dan kreatif inovatif. 3. Orang tua Orang tua hendaknya mendampingi dan memotivasi anaknya untuk belajar mandiri di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Muhammad. 2011. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosdakarya Anderson, D. W., & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman Assegaf, Abd. Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam Paradigma Baru Pendidikan Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: Rajawali Pers Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia Dahar, Ratna Willis. 1996. Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Fathurrohman, Pupuh, & Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan (munandir, terj.). Jakarta: Rajagrafindo Persada Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara _______. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hanafiah, Nanang, & Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama Hasanuddin. 2012. Pengembangan Metode Pembelajaran Quantum PAI di SMAN 3 Pekalongan. Tesis. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Hawi, Akmal. 2013. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Erlangga Junaidi. 2011. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran PAI. Kementerian Agama Republik Indonesia Kartanegara, Mulyadhi. 2006. Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam. Jakarta: Baitul Ihsan Kemenristek Dikti. 2015. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. http://kknikemenristekdikti.org/ (Diakses pada 03/10/2016) Kosim, Muhammad. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Khaldun. Jakarta: Rineka Cipta Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung: Remaja Rosdakarya Le, C., Wolfe, R., & Steinberg, A. 2014. Competency Education Research Series The Past and The Promise: Today’s Competency Education Movement. http://eric.ed.gov/ (diakses pada 20/9/2016) Majid, Abdul. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya Minarti, Sri. 2013. Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoretis, Filosofis dan Aplikatif, Normatif. Jakarta: Bumi Aksara 103
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Mudlofir, Ali. 2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada Muhaimin. 2012. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya _______. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Mursi, Muhammad Munir. 1977. al-Tarbiyyah al-Islamiyyah Ushûluhâ wa Thatwaruhâ fî al-bilâdi dâr al-Arabiyyah. Kairo: Dar al-Ma’arif Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan & Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group _______. 2015. Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara Nasution. 2013. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama _______. 2009. Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group _______. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group _______. 2014. Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada Nawawi, Mukhshon. 2009. Penilaian Kompetensi Bahasa Arab Berbasis Kelas di Madrasah. Tesis. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE Piskulich, C. M., & Peat, B. 2014. Assessment of Universal Competencies Under the 2009 Standards. Journal of Public Affairs Education Vol. 20, No. 3, 2014. Diakses dari http://www.jstor.org/stable/24369804 Rachmawati, Tutik & Daryanto. 2016. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Yogyakarta: Gava Media Rahman, Abdul. Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam Tinjauan Epistemologi dan Isi Materi. http://www.karyailmiah.polnes.ac.id (Diakses pada
03/10/2016) Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia _______. 2015. Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia Remiswal & Rezki Amelia. 2013. Format Pengembangan Strategi PAIKEM Dalam Pembelajaran Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada Sagala, Syaiful. 2012. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 104
_______. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Shaleh, Abdul Rachman. 2005. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi, dan Aksi. Jakarta: Rajagrafindo Persada Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks Strinati, Dominic. 2007. Budaya Populer: Pengantar Menuju Budaya Populer. Yogyakarta: Jejak Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Suharto, Toto. 2014. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: ar-Ruzz Media Sukmadinata, Nana Syaodih, Erliana Syaodih. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Jakarta: Refika Aditama _______. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Sukring. 2013. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu Sulthani, Dinil Abrar. 2015. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Islam al-Azhar 1. Tesis. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Sutirna. 2013. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta: CV. Andi Offset Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara _______. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara _______. 2014. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara Winkel, W.S. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi Yamin, Martinis. 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Zainal, Veithzal Rivai. 2013. Islamic Education Management. Jakarta: Rajagrafindo Persada Zohar, Danah & Marshall, Ian. 2000. SQ - Spiritual Intelligence, the ultimate intelligence. http:// www.resource-arm.net/ (Diakses pada 03/10/2016)
105
Wawancara dengan Kepala Sekolah
Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
107
Kunjungan dari MUI Kabupaten Bogor
Kegiatan Tadarus Setiap Hari Jum’at
108
Kegiatan Proses Pembelajaran di Kelas
Kegiatan UAS Semester Ganjil
109
Wawancara Dengan Peserta Didik
110
Hasil Wawancara yang dilakukan dengan Kepala Sekolah Nama Kepala Sekolah : Drs. Windu Sarwono, M.Pd Tanggal wawancara : 13-12-2016 1. Bagaimana cara Bapak/Ibu memantau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru? Memantau kegiatan guru dengan melakukan supervisi akademik yang dilakukan selama satu kali persemeter, dan supervisi klinis bagi guru yang membutuhkannya. 2. Apa saja prestasi yang telah diraih oleh guru di sekolah ini? Prestasi yang diraih oleh bapak Windu Sarwono dalam perlombaan Best Practice National, meraih juara 3.
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang motivasi mengajar guru di sekolah ini? Motivasi guru cukup baik. 4. Apa saja kendala yang Bapak/Ibu hadapi dalam memberikan pengarahan kepada guru untuk memajukan sekolah? Beberapa guru ada yang langsung pulang setelah mengajar, tanpa ada sosialisasi dengan peserta didik karena faktor kendaraan. 5. Upaya apa yang dilakukan oleh Bapak/Ibu untuk meningkatkan kompetensi guru di sekolah? IHT (In House Training), MGMP, kunjungan ke sekolah yang lebih baik, program On In.
6. Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru di sekolah? Dengan mengundang peserta didik dari SMP dan Madrasah Negeri maupun swasta untuk mengikuti try out di SMA, lalu hasil yang terbaik bisa mendapatkan keringan biaya di sekolah. 7. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap perilaku peserta didik saat ini? Motivasi peserta didik untuk belajar masih sangat rendah, dan beberapa peserta didik ada yang berprilaku menyimpang.
8. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menangani peserta didik yang kurang disiplin? Diberikan arahan, diajak diskusi, apabila tidak ada perubahan maka mendapat surat panggilan orang tua. 9. Program apa saja yang telah dikembangkan dan diterapkan disekolah ini guna membina karakter dan mendisiplinkan peserta didik? Program tadarus yang diadakan setiap jum’at dan ekstrakulikuler.
10. Apa saja rencana Bapak/Ibu kedepan untuk lebih mendisiplinkan peserta didik? Agar diberikan sangsi yang tegas kepada peserta didik.
111
Hasil Wawancara yang dilakukan dengan Guru Pendidikan Agama Islam Nama Guru PAI Tanggal Wawancara
: Abdul Haliem, M.Pd.I : 28-11-2016
1.
Menurut Bapak/Ibu apakah standar kompetensi lulusan pada pendidikan agama Islam sudah memberikan kontribusi yang signifikan guna menhadapi kenakalan remaja yang terjadi saat ini? Belum memenuhi kebutuhan siswa yang sesuai perkembangan sikap, terlalu konseptual, kurang aplikatif, seharusnya dalam materi al-Qur’an lebih tepat jika membahas tentang ayat-ayat berbakti kepada orang tua dibanding dengan demokrasi.
2.
Menurut Bapak/Ibu apakah manfaat RPP dalam proses pelaksanaan pengajaran pendidikan agama Islam di sekolah? RPP seperti skenario dalam kurikulum, secara teori RPP bisa jadi bagus tetapi dalam aplikasi bisa jadi tidak sejalan. Karena yang menentukan proses pembelajaran berjalan dengan baik adalah guru, RPP hanya sebatas alat bantu pelajaran atau arah pembelajaran.
3.
Metode apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik? Metode yang digunakan tidak terlalu banyak improvisasi. Pendekatannya dengan cara memberikan anak pertanyaan untuk dijawab dan menggunakan infocus apabila ada yang perlu ditayangkan.
4.
Media apa yang biasanya digunakan Bapak/Ibu selama proses pembelajaran pendidikan agama Islam? Selain buku paket PAI, menggunakan Infocus apabila ada yang perlu ditayangkan
5.
Menurut Bapak/Ibu bagaimana motivasi belajar peserta didik khususnya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Kembali kepada latar belakang ekonomi yang masih sangat rendah sehingga sebagian besar belum menyadari arti pentingnya pendidikan.
6.
Bagaimana peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Masih harus diberikan motivasi, masih banyak yang pasif, walaupun sebagian punya potensi yang bagus.
7.
Bagaimana proses penilaian kognitif pada peserta didik? Penilaian Kognitif dilakukakn ulangan harian setiap selesai Kompetensi Dasar, UTS pada tengah Semester, UAS setiap 6 bulan sekali atau akhir semester.
8.
Bagaimana proses penilaian afektif pada peserta didik? Proses penilaian afektif dilakukan catatan pengamatan yang menonjol di kelas atau di luar kelas sesuai dengan tata tertib sekolah. 112
9.
Bagaimana proses penilaian psikomotorik pada peserta didik? Ujian Praktik yang biasanya diadakan di akhir semester VI kelas XII.
10. Apa saja kesulitan atau kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Tingginya buta huruf al-Qur’an, ketertarikan untuk belajar al-Qur’an masih rendah, 10%-20% peserta didik yang melaksanakan sholat jama’ah di sekolah dengan alasan pakaian kotor, sarana ibadah yang terbatas, dan sulitnya untuk mendapatkan air bersih untuk berwudhu. 11. Upaya apa yang telah dilakukan oleh Bapak/Ibu untuk menghadapi peserta didik yang buta huruf dalam membaca al-Qur’an? Upaya yang dilakukan dengan cara mendata peserta didik yang kurang dan buta huruf dalam membaca al-Qur’an dan memberikan kegiatan tambahan yaitu Baca Tulis al-Qur’an, atau bisa juga dilakukan pengajaran di kelas apabila materi Pendidikan Agama Islam telah selesai dan memiliki waktu yang senggang 12. Bagaimana hasil pencapaian belajar peserta didik dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam? Pencapaian hasil belajar peserta didik masih rendah karena dilatar belakangi motivasi yang rendah pula.
13. Bagaimana Bapak/Ibu memberikan evaluasi terhadap peserta didik? Dilakukan secara rutin setiap selesai perKD, apabila ada 75% di bawah KKM maka dilakukan remedial, 50% di bawah KKM diberikan penugasan, dan apabila hanya 1 atau 2 peserta didik maka diberikan layanan individual. 14. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam menghadapi kendala yang terjadi selama proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Solusinya dengan cara diadakan kegiatan ekstrakulikuler, bimbingan belajar.
15. Menurut Bapak/Ibu Bagaimana karakteristik peserta didik di sekolah? Sebenarnya masih punya peluang besar untuk membentuk karakter peserta didik. Masih banyak peserta didik yang kurang kesadaran beragama, kurang kesadaran menutup aurat, hubungan antara peserta didik laki-laki dan perempuan relatif longgar karena terbiasa berpegangan dan naik kendaraan berdua. 16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menghadapi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam? Dengan cara pendekatan personal memberikan motivasi bagaimana pentingnya belajar.
113
Hasil Wawancara yang dilakukan dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Nama Guru PAI Tanggal Wawancara
: Lisyanah, S.Ag : 28-11-2016
1. Menurut Bapak/Ibu apakah standar kompetensi lulusan pada pendidikan agama Islam sudah memberikan kontribusi yang signifikan guna menhadapi kenakalan remaja yang terjadi saat ini? Sudah memberikan kontibusi yang signifikan walaupun dalam jangka panjang. 2. Menurut Bapak/Ibu apakah manfaat RPP dalam proses pelaksanaan pengajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Sebagai arahan dan tujuan dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Metode apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik? Metode ceramah, diskusi, bermain peran seperti malaksanakan jual beli, dan penanyangan video apabila diperlukan. 4. Media apa yang biasanya digunakan Bapak/Ibu selama proses pembelajaran pendidikan agama Islam? Media yang digunakan dalam pembelajaran Buku paket, al-Qur’an, dan infocus.
5. Menurut Bapak/Ibu bagaimana motivasi belajar peserta didik khususnya dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Motivasi belajar peserta didik masih relatif rendah. 6. Bagaimana peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Beberapa peserta didik sangat aktif dalam metode diskusi.
7. Bagaimana proses penilaian kognitif pada peserta didik? Penilaian kognitif dilakukan pada saat diskusi, tugas individu, ulangan harian, UTS, dan UAS. 8. Bagaimana proses penilaian afektif pada peserta didik? Dinilai berdasarkan sikap yang dilakukan di luar kelas maupun di dalam kelas selama berada di lingkungan sekolah.
9. Bagaimana proses penilaian psikomotorik pada peserta didik? Proses penilaian psikomotorik biasanya dipakai pada saat ujian praktik akhir, tetapi juga bisa digunakan penilaian membaca al-Qur’an dalam materi al-Qur’an.
114
10. Apa saja kesulitan atau kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Kendala yang dihadapi yaitu kemampuan anak yang berbedabeda, dan media yang terbatas.
11. Upaya apa yang telah dilakukan oleh Bapak/Ibu untuk menghadapi peserta didik yang buta huruf dalam membaca al-Qur’an? Upaya yang dilakukan dengan cara memanggil peserta didik secara pribadi pada waktu istirahat untuk belajar mengenal huruf alQur’an, karena apabila hanya ikut kegiatan Baca Tulis al-Qur’an banyak peserta didik yang tidak hadir karena mempunyai kendala tempat tinggal yang jauh dan kendaraan yang jarang. 12. Bagaimana hasil pencapaian belajar peserta didik dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam? Hasil belajar peserta didik bervariasi tetapi kebanyakan yang meningkat. 13. Bagaimana Bapak/Ibu memberikan evaluasi terhadap peserta didik? Dengan memberikan remedial kepada peserta didik yang tidak mencapai KKM, dan ada tambahan poin bagi peserta didik yang aktif.
14. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam menghadapi kendala yang terjadi selama proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah? Upaya yang dilakukan dengan memberikan nasihat secara personal atau kelompok, dan pelajaran tambahan. 15. Menurut Bapak/Ibu Bagaimana karakteristik peserta didik di sekolah? Ada beberapa peserta didik yang aktif, dan beberapa ada yang kurang kreatif.
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menghadapi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam? Upaya dengan cara membantu memberikan materi tambahan, browsing, dan bisa tanya kepada guru lain.
115
Hasil wawancara yang dilakukan dengan peserta didik Nama Peserta Didik Tanggal Wawancara
: AMU : 10-12-2016
1. Apakah materi PAI dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari? Materi PAI dapat memberikan manfaat untuk mengetahui dan memperdalam materi tentang agama Islam. 2. Metode apa yang digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran? Metode yang digunakan oleh guru PAI berupa diskusi, ceramah, dan menayangkan video.
3. Apakah anda merasa kesulitan menerima pelajaran dengan metode yang digunakan? Saya merasa kesulitan karena kemungkinan kesulitan itu berasal dari diri sendiri. 4. Media apa saja yang biasa digunakan selama pelajaran berlangsung? Menggunakan infocus, buku paket PAI, dan al-Qur’an.
5. Referensi apa yang anda miliki berkaitan dengan PAI selain dari buku paket yang ada di sekolah? Selain buku paket PAI biasanya menggunakan internet untuk mencari tau. 6. Apa harapan anda terhadap guru PAI kedepannya? Harapan untuk guru PAI agar memberikan motivasi kepada siswa dan tegas selama pembelajaran PAI.
7. Apa harapan anda untuk materi PAI kedepannya? Harapan ke depannya untuk materi PAI agar materinya lebih banyak kepada praktik.
116
Hasil wawancara yang dilakukan dengan peserta didik Nama Peserta Didik Tanggal Wawancara
: ANK : 10-12-2016
1. Apakah materi PAI dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari? Materi PAI dapat memberikan manfaat untuk mengingatkan tentang dosa sehingga selalu ingat akan dosa apabila hendak melakukan hal buruk. 2. Metode apa yang digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran? Metode yang digunakan oleh guru PAI berupa presentasi, ceramah, menayangkan video, dan diskusi kelompok.
3. Apakah anda merasa kesulitan menerima pelajaran dengan metode yang digunakan? Saya merasa tidak kesulitan dalam menerima pelajaran PAI dengan metode yang digunakan. 4. Media apa saja yang biasa digunakan selama pelajaran berlangsung? Menggunakan infocus, buku paket PAI, dan al-Qur’an.
5. Referensi apa yang anda miliki berkaitan dengan PAI selain dari buku paket yang ada di sekolah? Selain buku paket PAI saya menggunakan Internet. 6. Apa harapan anda terhadap guru PAI kedepannya? Harapan untuk guru PAI tegas selama pembelajaran PAI dan diperbanyak tentang pendalaman ilmu agamanya.
7. Apa harapan anda untuk materi PAI kedepannya? Tidak perlu ada perbaikan karena dirasa sudah cukup baik.
117
Hasil wawancara yang dilakukan dengan peserta didik Nama Peserta Didik Tanggal Wawancara
: NNG : 10-12-2016
1. Apakah materi PAI dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari? Bisa, karena setiap materi mempunyai arti tersendiri bagi kehidupan pribadi saya. Contohnya: saya harus melakukan kebaikan kepada orang lain karena saya mempunyai prinsip perduli terhadap sesama. 2. Metode apa yang digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran? Metode yang digunakan oleh guru PAI metode lisan, dimana saya harus menghafal apa yang diperintahkan guru saya, ceramah, diskusi, presentasi kelompok.
3. Apakah anda merasa kesulitan menerima pelajaran dengan metode yang digunakan? Saya merasa tidak kesulitan dalam menerima pelajaran PAI karena saya memahami apa yang disampaikan oleh guru PAI. 4. Media apa saja yang biasa digunakan selama pelajaran berlangsung? Menggunakan infocus, buku paket PAI, al-Qur’an dan Internet.
5. Referensi apa yang anda miliki berkaitan dengan PAI selain dari buku paket yang ada di sekolah? Selain buku paket PAI saya menggunakan Internet dan mempunyai buku metode baghdadi agar cepat dan bisa membaca al-Qur’an. 6. Apa harapan anda terhadap guru PAI kedepannya? Harapan untuk guru PAI semoga banyak guru PAI yang dapat meningkatkan kualitas siswa, dan dapat menerapkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa.
7. Apa harapan anda untuk materi PAI kedepannya? Materinya agar lebih terbuka dalam artian memudahkan siswa untuk menyerap ilmu yang disampaikan guru.
118
Struktur kurikulum sesuai dengan alokasi waktu Kelas X Alokasi Waktu Komponen
Semester 1
Semester 2
1. Pendidikan Agama
2
2
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4. Bahasa Inggris
4
4
5. Matematika
4
4
6.
Fisika
2
2
7.
Biologi
2
2
8.
Kimia
2
2
9.
Sejarah
1
1
10. Geografi
1
1
11. Ekonomi
2
2
12. Sosiologi
2
2
13. Seni Budaya
2
2
14. Pendidikan Jasmani
2
2
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
16.
Bahasa Asing / Bahasa Arab
2
2
17. Pendidikan Lingkungan Hidup
1
1
2
2
2*)
2*)
39
39
A. Mata Pelajaran
B. Muatan Lokal / Bhs. Sunda C. Pengembangan Diri Jumlah
119
Struktur kurikulum sesuai dengan alokasi waktu Kelas XI dan XII IPA Alokasi Waktu Kelas XI
Kelas XII
Komponen Smt 1
Smt 2
Smt 1
Smt 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2
2
2
2
2. PKn
2
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4
4. Bahasa Inggris
4
4
4
4
5. Matematika
4
4
4
4
6. Fisika
4
4
4
4
7. Kimia
4
4
4
4
8. Biologi
4
4
4
4
9. Sejarah
1
1
1
1
10. Seni Budaya
2
2
2
2
11. Penjaskes
2
2
2
2
12. T I K
2
2
2
2
13. Bhs Asing / Bhs. Arab
2
2
2
2
14. Pendidikan LH
1
1
1
1
2
2
2
2
2*)
2*)
2*)
2*)
40
40
40
40
B. Muatan Lokal/B. Sunda C. Pengembangan Diri Jumlah
120
Struktur kurikulum sesuai dengan alokasi waktu Kelas XI dan XII IPS Alokasi Waktu Komponen
Kelas XI Smt 1
Kelas XII
Smt 2
Smt 1
Smt 2
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama
2
2
2
2
2. PKn
2
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4
4. Bahasa Inggris
4
4
4
4
5. Matematika
4
4
4
4
6. Sejarah
3
3
3
3
7. Geografi
3
3
3
3
8. Ekonomi
4
4
4
4
9. Sosiologi
3
3
3
3
10. Seni Budaya
2
2
2
2
11. Penjaskes
2
2
2
2
12. T I K
2
2
2
2
13. Bhs Arab
2
2
2
2
14. PLH
1
1
1
1
2
2
2
2
2*)
2*)
2*)
2*)
40
40
40
40
B. Muatan Lokal / B. Sunda C. Pengembangan Diri Jumlah
121
Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas X
Komponen
KKM
A. Mata Pelajaran
Smt 1
Smt2
1.
Pendidikan Agama
76
76
2.
Pendidikan Kewarganegaraan
76
76
3.
Bahasa Indonesia
76
76
4.
Bahasa Inggris
76
76
5.
Matematika
76
76
6.
Fisika
76
76
7.
Biologi
76
76
8.
Kimia
76
76
9.
Sejarah
72
72
10. Geografi
76
76
11. Ekonomi
76
76
12. Sosiologi
76
76
13. Seni Budaya
76
76
14. Pendidikan Jasmani
76
76
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi
71
71
16. Bahasa Arab
71
71
17. Pendidikan Lingkungan Hidup
62
62
62
62
B. Muatan Lokal / Bhs. Sunda C. Pengembangan Diri
122
Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas XI dan XII IPA KKM Kelas XI
Kelas XII
Komponen Smt 1
Smt 2
Smt 1
Smt 2
76
76
76
76
2. Pendidikan Kewarganegaraan
76
76
76
76
3. Bahasa Indonesia
76
76
76
76
4. Bahasa Inggris
76
76
76
76
5. Matematika
76
76
76
76
6. Fisika
76
76
76
76
7. Kimia
76
76
76
76
8. Biologi
76
76
76
76
9. Sejarah
72
72
72
72
10. Seni Budaya
76
76
76
76
11. Pendidikan Jas Kes
76
76
76
76
12. Teknologi Informasi dan Komunikasi
71
71
71
71
13. Keterampilan/ Bahasa Arab
71
71
71
71
14. Bhs. Sunda
71
71
71
71
15. Pendidikan Lingkungan Hidup
71
71
71
71
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama
B.
C.
Muatan Lokal
Pengembangan Diri
123
Kriteria Ketuntasan Minimal Kelas XI dan XII IPS KKM Kelas XI
Kelas XII
Komponen Smt 1
Smt 2
Smt 1
Smt 2
1. Pendidikan Agama
76
76
76
76
2. Pendidikan Kewarganegaraan
76
76
76
76
3. Bahasa Indonesia
76
76
76
76
4. Bahasa Inggris
76
76
76
76
5. Matematika
76
76
76
76
6. Sejarah
76
76
76
76
7. Geografi
76
76
76
76
8. Ekonomi
76
76
76
76
9. Sosiologi
72
72
72
72
10. Seni Budaya
76
76
76
76
11. Pendidikan Jas Kes
76
76
76
76
12. Teknologi Informasi dan Komunikasi
71
71
71
71
13. Keterampilan/ Bahasa Arab
71
71
71
71
14. Bhs. Sunda
71
71
71
71
15. Pendidikan Lingkungan Hidup
71
71
71
71
A. Mata Pelajaran
B. Muatan Lokal
C. Pengembangan Diri
124
Nama-nama guru beserta mata pelajaran yang diampu
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Nama Guru Drs. Windu Sarwono, M.Pd Maman Trilaksono, S.Pd, MM Drs. Jamaludin Sri Lestari, S.Pd, MM Abdul Halim, M.Pd.I Muhammad Muhclis, S.Pd Sri Sudarminah, S.Pd, MM Siti Mardiyah, S.Pd, MM Armelona Nelly, S.E Eni Lusiati, S.Pd, MM Dwi Bowo Susilo, S.Pd Heri Suherlan, S.Pd Suyud Kusdinar, S.Sos Desyuharna, S.Pd Irma Suryani, S.Pd Ade Siti Sahidah, S.Pd Venita Anggraeni, S.Pd Murniasih, M.Ed Titiek Setiyati, S.Pd Shella Tisna, S.Pd Ratnalia Hendarsih, S.Pd Helena Trifosa, S.Si Dini Rusfita Sari, S.Pd Kiki Muhammad Iqbal, S.Si Lely Irianti, S.Pd Lisyanah, S.Ag M. Suzaldy, S.Pd Sutinah, S.Pd Lita Yunengsih, S.Pd
125
Pelajaran yang diampu Sosiologi Fisika Bahasa Arab Matematika Pendidikan agama Islam Bahasa Inggris Matematika PKN Ekonomi Seni Budaya Penjaskes BK/ Bahasa Sunda Sosiologi Geografi Sejarah Bahasa Indonesia Biologi Bahasa Inggris Sejarah/ BK Bahasa Inggris/ Sunda Bahasa Indonesia Matematika Kimia Penjaskes Seni Budaya PAI/ B. Arab B. Indonesia/ TIK Kimia PKN
Standar Isi di SMA Negeri 1 Parungpanjang Komponen
Deskripsi
Kondisi Ideal
1. Kerangk a Dasar Kurikulu m
Memuat:
2. Struktur Kurikulu m
A.Struktur Kurikulum “Struktur Kurikulum memuat: Tingkat Sekolah” yang disusun 1. pola & susunan berdasarkan mapel kebutuhan peserta 2. kebutuhan peserta didik dan sekolah didik & satdik terkait dengan upaya 3. alokasi waktu tatap pencapaian SKL. muka Pengembangan 4. pemanfaatan 4 jam struktur kurikulum tambahan dilakukan dengan 5. jenis mapel mulok cara, antara lain:
1. Tujuan pendidikan SMA 2. Visi satuan pendidikan 3. Misi satuan pendidikan 4. Tujuan satuan pendidikan
Seluruh kerangka dasar kurikulum dikembangkan dengan acuan hasil analisis SKL satuan pendidikan & SKL kelompok mata pelajaran
Mengatur alokasi waktu pembelajaran 1. Mata pelajaran “tatap muka” 2. Muatan lokal seluruh mata 3. Kegiatan pelajaran. Pengembangan Diri Memanfaatkan 4 4. Pengaturan beban jam tambahan belajar untuk menambah 5. Ketuntatasan jam pembelajaran belajar pada mata 6. Kriteria kenaikan pelajaran tertentu kelas & kelulusan atau menambah 7. Kriteria penjurusan mata pelajaran 8. Pendidikan baru. kecakapan hidup mencantumkan 9. Pendidikan berbasis jenis mata keunggulan lokal pelajaran muatan dan global lokal dalam 126 B. KTSP memuat:
Rencana tindak Lanjut
Kondisi Riil Lebih banyak adopsi pada contoh Belum melakukan analisis SKL satdik & SKL kelompok mapel Guru banyak yang merangkap mata pelajaran Guru yang mengajar Mata pelajaran mulok kurang sesuai Kualitas SDM tenaga pendidik masih rendah dilihat dari pengalaman mengajar
Melakukan:
analisis SKL satdik analisis SKL kelompok mapel
Mengusulkan tambahan guru pada pemerintah Tambahan gedung baru
Pembinaan terhadap guru harus terprogram Melakukan IHT Pengawasan/ Kurang supervisi optimal guru secara rutin BK terhadap guruguru baru Mendorong guru untuk mengikuti MGMP
struktur kurikulum. Tidak boleh mengurangi mata pelajaran yang tercantum dalam standar isi 3. Beban Belajar
Berisi tentang jumlah beban belajar per mata pelajaran, per minggu per semester dan per tahun pelajaran yang dilaksanakan di sekolah, sesuai dengan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum.
Satu jam Merancang Beban belajar pelajaran pembagian ditentukan masih 40 tugas berdasarkan menit Memberikan penggunaan sistem Beban guru peraturan yang pengelolaan program mengajar lebih tegas pendidikan yang mayoritas di kepada guru berlaku di sekolah. atas 24 jam yang Sistem tersebut terdiri perminggu merangkap di dari sistem paket. sekoloah lain Jumlah jam Adapun pengaturan dalam satu beban belajar pada minggu 40 kedua sistem tersebut jam sebagai berikut.
Sekolah dapat mengatur alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran pada 1. Beban belajar semester ganjil dan dalam sistem paket genap dalam satu digunakan oleh tahun pelajaran sesuai tingkat satuan dengan kebutuhan, pendidikan . tetapi jumlah beban belajar per tahun 2. Jam pembelajaran secara keseluruhan untuk setiap mata tetap. pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. 3. Alokasi waktu untuk penugasan 127
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SMA 0% 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangka n potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi. 4. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. 5. Alokasi waktu untuk tatap muka adalah 1 jam pelajaran = 45 menit. 6. Jam efektif dalam satu minggu adalah 40 jam pelajaran. 7. Hari efektif untuk semester 1 adalah 117 hari dan untuk semester 2 adalah 139 hari. 4. Kalender Pendidik
Berisi tentang kalender pendidikan
Kalender pendidikan adalah 128
Kalender pendidikan
Merevisi kegiatan-
an
yang digunakan oleh sekolah, yang disusun berdasarkan kalender pendidikan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan setempat, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan aturan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.
pengaturan waktu selalu untuk kegiatan dibuat pembelajaran peserta disdik didik selama satu propinsi tahun ajaran. Hari Kalender pendidikan efektif mencakup permulaan kadang tahun ajaran, minggu tidak efektif belajar, waktu sesuai pembelajaran efektif dengan dan hari libur. kebutuhan mayoritas Setiap permulaan mata tahun pelajaran, pelajaran sekolah menyusun Banyaknya kalender pendidikan kegiatan untuk mengatur sekolah waktu kegiatan yang diluar pembelajaran selama kalender satu tahun ajaran yang sudah yang mencakup ditetapkan permulaan tahun sekolah pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Pengaturan waktu belajar di sekolah mengacu kepada Standar Isi dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, serta ketentuan dari pemerintah/pemerinta h daerah. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalender pendidikan sebagai berikut: 1. Permulaan tahun pelajaran adalah 129
kegiatan kurang penting melalui rapat intern
waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun pelajaran telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya. 2. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran. Sekolah dapat mengalokasikan lamanya minggu efektif belajar sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. 3. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri. 4. Waktu libur adalah 130
waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat kabupaten/kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus. 5. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus. 6. Libur jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun. 131
7. Sekolah-sekolah pada daerah tertentu yang memerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengatur hari libur keagamaan sendiri tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif. 8. Bagi sekolah yang memerlukan kegiatan khusus dapat mengalokasikan waktu secara khusus tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif. 9. Hari libur umum/nasional atau penetapan hari serentak untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Provinsi/ Kabupaten.
132