Peran Bantuan Langsung Masyarakat Melalui PUAP terhadap Struktur Pembiayaan dan Pendapatan Usaha Tani
PERAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT MELALUI PUAP TERHADAP STRUKTUR PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN USAHA TANI Roles of PUAP Project Direct Aid on Farm-Business Cost Structure and Income Hari Hermawan dan Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Tentara Pelajar 10. Bogor, 16114
ABSTRACT Capital has always been a crucial problem for millions of farmers. Since 2008, Ministry of Agriculture has initiated a program of Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan/PUAP or Rural Agribusiness Development/RAD that was supported by Bantuan Langsung Masyarakat/BLM or Direct Assistance to Community/DAC funding as a funding supplement to farm capital. The paper aims to elaborate the role of DAC through RAD in financial structure and farm income. The study was implemented in five Gabungan Kelompok Tani/GAPOKTAN or Farmers Group Association/FGA, recipient of DAC of RAD in Kolaka District , province of Southeast Sulawesi, in the mid-2011 through survey method. Primary data were collected through Focus Group Discussion/ FGD that involved officials and members of farmers’ group in FGA. The study concludes that: (1) The DAC of RAD has contributed to increase in productivity, value-added, comparative advantage and agricultural product exports, and even offer profitable income, (2) Despite its relatively low total amount received by farmers for their cocoa farming, the DAC of RAD funding has contributed positively to the formation of financial structure and income of cacao farming. RAD has led to increase in farm productivity and farm income. So it is reasonable to be continued. To magnify its impact, the DAC of RAD should be expanded spatially and quantitatively Key words : direct assistance to community/DAC of RAD,financial structure, agricultural income ABSTRAK Keterbatasan modal menjadi masalah paling dasar bagi sebagian besar petani. Untuk itu Kementerian Pertanian sejak tahun 2008 melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dengan dukungan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebagai tambahan modal usaha tani. Makalah bertujuan untuk mengelaborasi peran BLM melalui PUAP terhadap struktur pembiayaan dan pendapatan usaha tani. Pengkajian dilakukan di lima Gapoktan penerima BLM PUAP di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, pertengahan 2011, mengunakan metode survei. Pengumpulan data primer dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion - FGD), melibatkan pengurus dan beberapa anggota Poktan dalam lingkup Gapoktan contoh. Berdasarkan analisis data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif sederhana diperoleh gambaran berikut: (1) peran BLM PUAP mampu meningkatkan produktivitas, nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian, bahkan pada kegiatan usaha tani yang dilakukan petani mampu memberikan pendapatan yang lebih menguntungkan, (2) dalam struktur pembiayaan usaha tani kakao, total dana BLM PUAP yang diterima petani masih relatif kecil, namun berdampak positif dalam membentuk struktur
523
Hari Hermawan dan Rachmat Hendayana
pembiayaan dan pendapatan usaha tani kakao. Program PUAP berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas usaha tani serta pendapatan petani, sehingga layak dilanjutkan. Namun masih perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk memberikan dampak yang lebih besar. Kata kunci : peran BLM PUAP, struktur pembiayaan, pendapatan usaha tani
PENDAHULUAN
Upaya pemerintah mendorong usaha tani ke arah yang lebih produktif di perdesaan, terus dilakukan melalui berbagai program pembangunan. Salah satunya adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program yang secara struktural dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) ini masuk kelompok program pemberdayaan masyarakat. Dalam PUAP, pemerintah memberikan Bantuan Langsung Mandiri (BLM) Rp 100 juta kepada gabungan kelompok tani (Gapoktan), sebagai kelembagaan tani pelaksana PUAP (Kementerian Pertanian, 2011a). BLM PUAP tersebut merupakan fasilitasi bantuan modal usaha bagi petani anggota, baik pemilik, penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga tani. Untuk mencapai hasil optimal Gapoktan didampingi tenaga penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani (PMT). Dengan bantuan ini diharapkan Gapoktan mampu menjadi kelembagaan ekonomi petani yaitu kelembagaan yang dimiliki dan dikelola petani. Jenis usaha produktif yang dikembangkan mencakup: (a) kegiatan budidaya (on-farm) tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan; dan (b) nonbudidaya (off-farm) yakni industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian skala mikro (bakulan dll) dan usaha lain berbasis pertanian (Kementerian Pertanian, 2011a). Rencana Usaha Bersama (RUB) disusun berdasarkan potensi usaha agribisnis di perdesaan oleh penyuluh pendamping. RUB disusun berdasarkan usaha yang menunjang 4 (empat) sukses Kementerian Pertanian, yaitu: (a) swasembada dan swasembada berkelanjutan; (b) diversifikasi pangan; (c) nilai tambah, daya saing, dan ekspor; dan (d) peningkatan kesejahteraan petani (Kementerian Pertanian, 2011b). Secara nasional sampai tahun 2010, BLM PUAP telah mencapai sekitar 29 ribu unit Gapoktan, di 427 kabupaten/kota seluruh provinsi di Indonesia. Dana PUAP diarahkan untuk memfasilitasi inovasi teknologi, pengolahan dan pemasaran hasil. Dari sisi outcome, keberhasilan PUAP dapat dilihat antara lain meningkatnya kemampuan Gapoktan, meningkatnya jumlah petani yang mendapatkan bantuan modal usaha, meningkatnya aktivitas agribisnis, dan meningkatnya pendapatan petani (BBP2TP, 2010). Permasalahannya, sejauh manakah kontribusi dana BLM PUAP berperan mendukung permodalan usaha tani? Makalah ini bertujuan menganalisis peran BLM PUAP terhadap struktur pembiayaan dan pendapatan usaha tani kakao. Kasus pada Gapoktan yang usaha taninya berbasis komoditas kakao.
524
Peran Bantuan Langsung Masyarakat Melalui PUAP terhadap Struktur Pembiayaan dan Pendapatan Usaha Tani
METODOLOGI
Jenis dan Sumber Data Pengkajian dilaksanakan pertengahan tahun 2011, di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, pada Gapoktan PUAP berbasis usaha ekonomi produktif budidaya kakao. Penentuan Gapoktan contoh dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria Gapoktan berprestasi atau masuk kategori I (Bustaman, dkk. 2010), dengan indikator penilaian diantaranya kinerja organisasi Gapoktan, pengelolaan dan kinerja keuangan Gapoktan, serta kinerja usaha agribisnis. Lokasi Gapoktan contoh terpencar di lima desa dalam lima kecamatan (Tabel 1). Tabel 1. Gapoktan PUAP Contoh di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Gapoktan Purnama Prima Walikato Bunga Mekar Dwi Shinta Sinar Tani
Desa/ Kecamatan Lambandia / Lambandia Tasahea / Tirawuta Gunung Jaya / Ladongi Lambolemo / Samaturu Induka / Latambaga
Jumlah Poktan 7 12 5 9 11
Jumlah Anggota 125 325 117 105 200
Sumber data, selain dikumpulkan dari petani anggota Poktan pada Gapoktan contoh, juga dikumpulkan dari pemangku kepentingan, yaitu Kepala Badan Penyuluhan Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Kehutanan (BP4K), Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), penyelia mitra tani, dan penyuluh pendamping. Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion - FGD), yang masing-masing melibatkan 5 – 8 orang dalam setiap kelompok FGD. Topik diskusi terfokus pada : (1) aspek usaha tani (proses produksi, penanganan hasil, dan pemasaran hasil usaha tani); (2) pemanfaataan, cara perolehan, dan pengembalian BLM PUAP; (3) adopsi inovasi teknologi: sumber informasi, media diseminasi, dan waktu; (4) persepsi dan apresiasi petani terhadap BLM PUAP, dan inovasi teknologi. Untuk memperkaya informasi, dikumpulkan juga data sekunder terdiri dari informasi umum kondisi wilayah, keragaan Gapoktan serta informasi lain yang relevan. Data sekunder bersumber dari laporan BPTP Sulawesi Tenggara tentang perkembangan Gapoktan, laporan PMT, dan laporan Gapoktan contoh. Analisis data Untuk mengungkap peran BLM PUAP terhadap struktur pembiayaan usaha tani kakao, dilakukan pendekatan bertahap. Pertama, menampilkan struktur pembiayaan usaha tani eksisting untuk mengetahui kondisi pembiayaan usaha tani sebelum ada tambahan modal dari BLM PUAP. Kedua, struktur pembiayaan usaha tani tersebut dielaborasi lagi. Besaran dana BLM PUAP yang digunakan dalam pembiayaan usaha tani dihitung
525
Hari Hermawan dan Rachmat Hendayana
berdasarkan nisbah atau rasio dana BLM PUAP terhadap total biaya usaha tani, dengan rumus:
Dimana: A = Proporsi alokasi dana BLM PUAP (%); X = Alokasi dana BLM Subsektor (Rp.); Y = Total biaya usaha tani (Rp.). Semakin besar rasio yang diperoleh, semakin tinggi kontribusi dana BLM PUAP terhadap pembiayaan usaha tani. Ketiga, untuk mengungkap peran BLM PUAP terhadap pendapatan usaha tani, diungkap dari pendapatan setelah mendapat tambahan modal dari dana BLM PUAP dibandingkan dengan pendapatan sebelum petani mendapatkan tambahan modal dari dana BLM PUAP. Berdasarkan hasil hitungan tersebut, kemudian dihitung rasio selisih pendapatan usaha tani terhadap selisih modal usaha tani yang menunjukkan nilai Marjinal Benefit Cost Ratio (MBCR) (Swastika, 2004). Secara matematis formula perhitungannya ditampilkan sebagai berikut:
Dimana: P2 = Pendapatan petani setelah mendapatkan tambahan modal (Rp.) P1 = Pendapatan petani sebelum mendapatkan tambahan modal (Rp.) C2 = Biaya usaha tani setelah mendapatkan tambahan modal (Rp.) C1 = Biaya usaha tani sebelum mendapatkan tambahan modal (Rp.) Kaidah keputusannya, BLM PUAP dikatakan besar peranannya dalam membentuk struktur pendapatan usaha tani padi, manakala Nilai MBCR > 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Gapoktan Contoh Gapoktan yang terpilih sebagai Gapoktan contoh memiliki keanggotaan yang beragam. Dari Tabel 1, diketahui masing-masing Gapoktan beranggotakan 5 – 12 kelompok tani (Poktan), dengan total petani paling rendah 105 orang dan paling tinggi 325 orang. Kelima Gapoktan contoh ini merupakan bagian dari 323 Gapoktan yang menerima dana BLM PUAP tahun 2008.
526
Peran Bantuan Langsung Masyarakat Melalui PUAP terhadap Struktur Pembiayaan dan Pendapatan Usaha Tani
Menurut keterangan Kepala BP4K Kolaka, dana BLM PUAP di tiap kabupaten telah mengalami perkembangan, ditunjukkan oleh besaran nilai dana PUAP yang terus meningkat dari tahun ke tahun mulai 2008 – 2010. Dari total 32,3 milyar rupiah dana BLM PUAP yang disalurkan tahun 2008 berkembang menjadi 38,3 milyar rupiah pada Desember 2010 atau meningkat sekitar 18,6 persen. Proporsi peningkatan paling tinggi terjadi di Kabupaten Bombana, diikuti Konawe dan Muna. Untuk tahun 2010, kucuran dana BLM PUAP di Sultra ini meningkat lebih banyak dari tahun 2009, namun masih di bawah kucuran BLM PUAP tahun 2008. Jumlah Gapoktan yang menerima dana BLM PUAP tahun 2010 di Provinsi Sultra tercatat 243 buah atau lebih banyak 21 desa dari tahun 2009. Alokasi Dana BLM PUAP setiap wilayah kabupaten berkisar antara delapan ratus juta hingga 3,6 Milyard. Kabupaten yang menerima kucuran dana paling rendah adalah Kabupaten Bau-Bau dan paling tinggi Konawe Selatan. Jumlah Gapoktan penerima dana BLM PUAP tahun 2010 di Sulawesi Tenggara tercatat 247 Gapoktan. Dari jumlah tersebut, terdapat 4 Gapoktan gagal menerima transfer dana BLM PUAP: Gapoktan Mepokoaso Desa Kolaka, dan Gapoktan Cahaya Langgomali, Desa Langgomali (Kab. Kolaka) dan Gapoktan Wuna Jaya Desa Laworo, Kab. Muna. Menurut laporan penyelia mitra tani (PMT), realisasi penyaluran dana BLM PUAP tahun 2010 realisasi pencairan dana BLM PUAP di seluruh kabupaten, baru mencapai sekitar 50 persen (BPTP Sulawesi Tenggara, 2010) Jika ditelusuri kinerja BLM PUAP menurut kabupaten, diketahui realisasi penyalurannya paling tinggi baru mencapai 86 persen, bahkan masih terdapat tiga kabupaten yang pencairan dananya nihil, yaitu Kabupaten Bombana, Buton, dan Bau-bau. Untuk tahun 2011, pendistribusian dana BLM PUAP masih dalam proses, sehingga tidak menjadi target observasi. Jika ditinjau keseluruhan, sejak 2008 hingga 2010 Provinsi Sultra tercatat mendistribusikan dana BLM PUAP Rp 78,9 milyar, mencakup 788 Gapoktan, tersebar di 12 kabupaten/kota. Dengan asumsi setiap Gapoktan memiliki lima Poktan, dan masing-masing Poktan beranggotakan 20 orang, maka jumlah petani yang mendapatkan bantuan Dana BLM PUAP di Provinsi Sultra mencapai 315,2 ribu orang. Secara umum penerimaan dana BLM PUAP di Provinsi Sultra pada tahun 2008 – 2009 meningkat 69 persen dan dari 2009 – 2010 peningkatannya relatif lebih tinggi lagi yakni 109 persen. Rata-rata penyaluran Dana BLM PUAP sejak 2008 hingga tahun 2010 meningkat 89 persen. Masing-masing Gapoktan contoh mencairkan dana BLM PUAP dalam periode tahun yang tidak sama, yakni tahun 2008, 2009, dan 2010. Periode pencairan dana BLM PUAP yang paling banyak terjadi pada periode 2009. Dari dana yang diterima sebesar Rp 100 juta per Gapoktan, umumnya telah berkembang relatif baik, antara Rp 115 juta atau meningkat 15 persen, hingga Rp 156 Juta atau meningkat 56 persen (BPTP Sulawesi Tenggara, 2010). Pada kasus Gapoktan contoh di Kabupaten Kolaka, waktu pencairan dana BLM PUAP dalam setiap periode dari tahun 2008 hingga 2010 selalu terjadi pada bulan Desember. Artinya perlu waktu relatif panjang untuk proses pencairan dana
527
Hari Hermawan dan Rachmat Hendayana
BLM PUAP. Dalam prakteknya penyaluran dana BLM PUAP dilakukan secara bertahap. Namun umumnya tidak lebih dari tiga tahapan. Penyaluran yang terjadi pada kasus Gapoktan contoh, dari lima Gapoktan contoh itu satu diantaranya menyalurkan dana BLM PUAP dalam tiga siklus. Selebihnya melakukannya dalam dua putaran (Tabel 2). Tabel 2. Data Jumlah Anggota Penerima Pinjaman BLM PUAP No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Gapoktan Purnama Prima Walikato Bunga Mekar Dwi Shinta Sinar Tani
Jumlah Anggota Penerima Pinjaman (org) Siklus I Siklus II Siklus III Jumlah 98 125 150 373 120 122 242 110 109 219 70 75 145 65 65
Pendistribusian Dana BLM PUAP oleh Gapoktan kepada anggota dilakukan secara tidak langsung. Pengurus Gapoktan menyalurkan dana kepada Ketua Poktan, dan kemudian Poktan menyalurkan kepada masing-masing anggotanya. Dengan cara itu yang bertanggung jawab tentang penyaluran dan pengembalian pinjaman adalah ketua poktan. Distribusi dana BLM PUAP dari pusat ditransfer langsung ke rekening masing-masing Gapoktan sebesar Rp 100 juta. Pencairannya oleh Gapoktan dilakukan dalam dua tahap, masing-masing 50 juta setiap kali mencairkan dana. Pencairan dilakukan setelah pengurus Gapoktan mendapat rekomendasi pencairan dana dari Ketua Tim Teknis Kabupaten. Selisih waktu pencairan pertama dan kedua itu relatif singkat. Pencairan kedua dilakukan manakala pencairan dana yang pertama sudah dipertanggungjawabkan, artinya proses administrasi pemberian bantuan pertama telah selesai. Penyaluran dana BLM PUAP oleh pengurus Gapoktan kepada Poktan dilakukan sesuai dengan rencana usaha kelompok (RUK). Sedangkan dari Poktan kepada anggotanya didasarkan pada masing-masing petani anggota Poktan sesuai dengan RUA. Dengan sistem penyaluran ini tercipta rasa saling bertanggung jawab karena adanya transparansi antara pengurus dan anggota, baik dari segi pertanggung jawaban administrasi keuangan maupun pelaksanaan fisik dilapangan. Dalam pengembalian pinjaman berlangsung anggota menyampaikan kepada pengurus Poktan untuk diteruskan kepada pegurus Gapoktan. Pengembalian dana pinjaman sesuai dengan kesepakatan rapat anggota, yang umumnya dikembalikan pada pertengahan tahun (tanaman pangan) dan akhir tahun (tanaman perkebunan) atau dikembalikan setiap bulan (pedagang/bakulan). Besarnya jasa ditetapkan dalam rapat anggota Gapoktan. Menurut informasi dari pengurus Gapoktan contoh, besarnya jasa berkisar antara 1,5 – 4 persen perbulan tergantung usaha anggota Poktan. Dalam hal pemanfaatan jasa oleh pengurus Gapoktan, keragaannya cukup bervariasi antara Gapoktan. Umumnya 50 persen dari jasa yang diterima dikembalikan pada penambahan modal Gapoktan dalam rangka penguatan modal, dan 50 persen lagi sebagai
528
Peran Bantuan Langsung Masyarakat Melalui PUAP terhadap Struktur Pembiayaan dan Pendapatan Usaha Tani
insentif pengurus (Gapoktan dan Poktan), operasional Gapoktan, dana sosial dan pendidikan, serta dibagikan sebagai sisa hasil usaha (SHU) Pengelolaan Dana BLM PUAP Oleh Gapoktan Pengelolaan dana BLM PUAP di masing-masing wilayah diatur dalam Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang setiap tahun diterbitkan oleh Kementerian Pertanian. Pedoman umum itu memuat lampiran Peraturan Menteri Pertanian. Pengaturan dalam pengelolaan dana BLM PUAP ini dilakukan mulai dari aspek penentuan pola dasar dan strategi pelaksanaan PUAP, pengorganisasian pelaksana PUAP di berbagai tingkatan mulai pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga di level kecamatan dan desa, hingga tata cara evaluasi dan pelaporan (BBP2TP, 2009) Indikator keberhasilan pengelolaan dana BLM PUAP tersebut, ditunjukkan dari sisi output, outcome, benefit dan impact (BBP2TP, 2010). Dari sisi output, indikator keberhasilan pengelolaan dana BLM PUAP adalah: (1) tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; dan (2) terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani. Dari sisi outcome, indikator keberhasilannya antara lain di lihat dari: (1) meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; (2) meningkatnya jumlah petani, buruh tani, dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; (3) meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di perdesaan; dan (4) meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani, dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah; Sedangkan Indikator benefit dan impact, indikator keberhasilannya antara lain dilihat dari : (1) berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP; (2) berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan (c) berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan. Pengelolaan dana BLM PUAP dicerminkan oleh alokasinya terhadap Rencana Usaha Bersama (RUB). Secara global RUB Gapoktan di Sultra dibedakan dua kategori yakni RUB berbasis budidaya pertanian (on farm) dan RUB berbasis kegiatan luar pertanian (off farm). Dari laporan BPTP Sulawesi Tenggara (2010), proporsi BLM PUAP untuk kegiatan budidaya adalah dominan (76,8%). Dari kegiatan usaha budidaya tersebut urutan dari proporsi paling tinggi adalah RUB berbasis tanaman pangan, diikuti peternakan, perkebunan, dan hortikultura (Tabel 3). Pada RUB yang berbasis di luar pertanian, urutan proporsinya dari yang paling tinggi adalah usaha bakulan (pemasaran) dan industri rumah tangga pertanian. Ditinjau dari komoditasnya, usaha budidaya tanaman pangan yang paling utama adalah padi. Budidaya perkebunan komoditas andalannya kakao,
529
Hari Hermawan dan Rachmat Hendayana
peternakan adalah sapi potong, dan hortikultura berupa sayuran. Alokasi dana BLM PUAP pada Gapoktan contoh disajikan dalam Tabel 4. Tabel 3. Alokasi Dana BLM PUAP Menurut Rencana Usaha Bersama Gapoktan di Sulawesi Tenggara 2010 No 1.
2.
Alokasi BLM PUAP (Rp) Proporsi(%)
Rencana Usaha Bersama Usaha Budidaya a. Tanaman Pangan b. Hortikultura c. Peternakan d. Perkebunan Usaha Nonbudidaya a. Usaha Industri RT Pertanian b. Pemasaran/Bakulan c. Usaha Lain Berbasis Pertanian Total
6.718.719.000 1.727.298.000 5.374.470.000 4.848.978.000 18.669.465.000
27,65 7,11 22,12 19,96 76,84
1.374.985.000 2.866.325.000 1.389.225.000 5.630.535.000 24.300.000.000
5,66 11,79 5,71 23,16 100
Tabel 4. Alokasi Dana BLM PUAP Menurut Unit Usaha Produktif Proporsi Alokasi Dana (%) No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Gapoktan Purnama Prima Walikato Bunga Mekar Dwi Shinta Sinar Tani
Tan. Pangan
Perkebunan
Peternakan
Horti
Non Budidaya
50 47 -
58,5 75 20 23 100
14 -
-
41,5 11 30 30 -
Berdasarkan potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) di Gapoktan Kabupaten Kolaka, prospek pengembangan angribisnis sangat berpeluang diwilayah masing-masing Gapoktan, khususnya tanaman perkebunan (Kakao, Cengkeh, Lada, nilam, dsb). Namun demikian, akibat tidak jelasnya asal bibit dari tanaman tersebut dan terbatasnya pemeliharaan yang dilakukan, terutama akibat kekurangan modal, maka tanaman tidak berproduksi secara optimal. Sebagai contoh pada tanaman kakao, sebagian besar pohon induknya tidak jelas atau dikenal sebagai “bibit sapuan” yang umurnya sudah diatas 25 tahun, umumnya sangat rentan terhadap serangan hama penyakit, sehingga produksi terus menurun. Produktivitas kakao hanya 200 kg/ha/th dinilai sangat rendah bila dibandingkan dengan produksi nasional yang saat ini mencapai 750 kg/ha/th, dan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang sudah mencapai minimal 1.250 kg/ha/th (Dhalimi, dkk. 2011).
530
Peran Bantuan Langsung Masyarakat Melalui PUAP terhadap Struktur Pembiayaan dan Pendapatan Usaha Tani
Struktur Pembiayaan Usaha Tani Dalam kasus usaha budidaya kakao pada Gapoktan contoh, peran BLM PUAP menjadi unsur penambah modal, dana tersebut dimanfaatkan untuk menerapkan teknologi pada usaha taninya seperti untuk pembelian sarana produksi utamanya pupuk (urea, SP36, KCl), dan obat-obatan, selain melakukan pemeliharaan pada tanaman kakao secara rutin. Sehingga dengan perlakuan tersebut berdampak pada peningkatan kualitas hasil produksi menjadi lebih baik. Dalam struktur pembiayaan usaha tani, sebelum dan sesudah adanya tambahan modal usaha dari dana BLM PUAP sangat terasa perbedaannya. Secara visual, Terlihat jelas peningkatannya, khususnya pada pemakaian jumlah pupuk. Secara fisik terjadi peningkatan sebesar 25 persen untuk pemakaian pupuk, dan 66,67 persen untuk pemakaian obat-obatan. Secara nilai tidak ada perubahan, hanya terjadi perubahan pada nilai pengolahan hasil, meningkat sebesar 180,87 persen. Hal ini disebabkan adanya peningkatan hasil panen kakao. Sehingga semakin banyak hasil panen maka nilai borongan akan semakin tinggi. Dari uraian di atas, menggambarkan adanya peningkatan kemampuan daya beli petani terhadap input produksi, yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam berusaha tani. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usaha tani kakao dalam satu hektar disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Struktur Pembiayaan Usaha Tani Kakao per Hektar pada Gapoktan Contoh, 2011 No.
Pembiayaan
Input Produksi A Pupuk (karung=50kg) 1. Urea (karung/th/ha) 2. SP36 (karng/th/ha) 3. KCL (karung/th/ha) B Obat-obatan Dalfil (ltr/th/ha) C Upah Tenaga Kerja - Pemupukan (hok/th) (1ha x 4org x 4hr x 2kali) - Pemeliharaan (hok/th) (1ha x 2org x 2hr x 4kali) - Panen Raya (hok/th) (1ha x 4org x 6hr x 1kali) - Pengolahan Hasil (borongan) Jumlah
Fisik
Sebelum Nilai Jumlah
Fisik
Sesudah Nilai Jumlah
4 4 4
80.000 100.000 100.000
320.000 400.000 400.000
5 5 5
80.000 100.000 100.000
400.000 500.000 500.000
3
55.000
165.000
5
55.000
275.000
32
50.000
32
50.000
16
50.000
1.600.00 0 800.000
16
50.000
1.600.00 0 800.000
24
50.000
1.200.00 0 115.000 115.000 5.000.000
24
50.000 323.000
1.200.00 0 323.000 5.598.000
Tenaga kerja dari luar keluarga yang digunakan mulai dari pemupukan, pemeliharaan panen raya dan pengolahan hasil. Dengan upah tenaga kerja per hari sebesar Rp. 50.000. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam satu musim tanam, dikerjakan oleh 4 orang selama 4 hari, rata-rata kebutuhan pupuk dalam satu hektar masing-masing 5 karung terdiri pupuk urea, SP36, dan KCl. Satu karung setara dengan 50 kg.
531
Hari Hermawan dan Rachmat Hendayana
Pemeliharaan tanaman kakao dengan cara melakukan pemangkasan, sanitasi, dan pengendalian OPT yang bertujuan: (1) memperoleh bentuk/kerangka dasar (frame) tanaman kakao yang baik, mengatur penyebaran cabang dan daundaun produktif pada tajuk merata; (2) membuang bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki, seperti tunas, air, cabang sakit, patah, menggantung, dan cabang balik; (3) memacu tanaman membentuk daun baru sebagai sumber asimilat dan meningkatkan kemampuan tanaman menghasilkan buah; dan (4) menekan risiko terjadinya serangan hama dan penyakit (BPTP Sulawesi Tengah, 2010). Pemeliharaan ini dilakukan petani secara berkala, yakni per tiga bulan sekali dalam satu tahun. Pada saat panen raya tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 4 orang selama 6 hari kerja, sedangkan pengolahan hasil umumnya bersifat borongan. Peran BLM PUAP dalam Struktur Pembiayaan Usaha Tani Berdasarkan hasil indentifikasi terhadap kebutuhan modal untuk usaha tani kakao per hektar diperlukan dana sebesar Rp 5 juta (Tabel 5), nilai ini merupakan modal tetap (fix cost) yang harus dikeluarkan petani setiap tahun. Petani mendapatkan tambahan modal dari dana BLM PUAP cukup bervariasi yang berkisar Rp. 500 ribu – Rp. 1 juta, tergantung Rencana Usaha Anggota (RUA). Hasil wawancara diperoleh rata-rata tambahan modal per hektar sebesar Rp 598 ribu, uang ini dianggap kelompok tani sebagai hutang usaha tani anggota yang harus dikembalikan pada akhir tahun dengan jasa sebesar 1,5 persen per bulan. Jika dilihat dari total kebutuhan ditambah bantuan modal dari PUAP, maka kontribusi BLM PUAP dalam struktur pembiayaan usaha tani mencapai 11,96 persen. Dihitung dari nisbah atau rasio:
Dengan dukungan dana BLM PUAP, mampu meningkatkan produktivitas tanaman kakao petani. Kasus di Kabupaten Kolaka diperoleh rata-rata produktivitas kakao sebelum PUAP sebesar 281,67 kg/ha/th, sesudah PUAP meningkat menjadi 400 kg/ha/th. Selisih produktivitas sebesar 118,33 kg/ha/th, sehingga proporsi peningkatan produktivitas secara fisik sebesar 42,1 persen. Peningkatan produktivitas ini diiringi dengan adanya peningkatan kualitas kakao, sehingga produk akhir yang dihasilkan oleh petani anggota Gapoktan berhasil memenuhi standarisasi kualitas ekspor. Produk mereka langsung dibeli oleh perusahaan ADM Cocoa PT LTD Singapura. Setelah Menerima beberapa kali hasil panen dengan kualitas bagus maka pihak perusahaan langsung membuat kontrak kerja/kemitraan dengan Gapoktan. Perusahaan ADM Cocoa sebagai price maker, memberikan harga yang cukup kompetitif yakni sebesar Rp. 24.000 per kg. Nilai ini menurut petani cukup menguntungkan karena lebih tinggi daripada harga sebelumnya yang diterima petani hanya mencapai Rp. 18.000 per kg di pasaran lokal.
532
Peran Bantuan Langsung Masyarakat Melalui PUAP terhadap Struktur Pembiayaan dan Pendapatan Usaha Tani
Standar kualitas ekspor yang ditetapkan oleh pihak perusahaan seperti kadar kering 7-8 persen, jamur 3 persen, biji steli/biji “kempes” (menyusut) 2,5 persen, berat biji 110 per 100 gr. Kondisi ini membuat penerimaan petani kakao menjadi meningkat dari sebelumnya.
Peran Dana BLM PUAP dalam Pendapatan Usaha Tani Rata-rata penerimaan petani sebelum mendapatkan tambahan dana BLM PUAP sebesar Rp 5.160.000/ha, setelah PUAP menjadi Rp 9.160.000/ha, terjadi peningkatan penerimaan sebesar Rp 4.000.000/ha nilai ini merupakan nilai tambah dari usaha tani kakao. Sehingga proporsi peningkatan penerimaan secara finansial sebesar 77,52 persen. Dengan demikian peran BLM PUAP terhadap penerimaan usaha tani kakao secara finansial sebesar Rp 478.400 atau sebesar 11,98 persen yang diperoleh dari:
= Rp. 478.400 Sedangkan peran BLM PUAP terhadap penerimaan usaha tani kakao secara fisik sebesar 14,15 kg/ha/th atau sebesar 3,54 persen yang diperoleh dari:
= 14,15 kg/ha/th Dari selisih penerimaan Rp 4.000.000 yang diperoleh petani, harus dikeluarkan hutang atau kewajiban petani terhadap pinjaman modal usaha tani (BLM) dari Gapoktan yang komponennya terdiri pokok Rp 598.000 ditambah jasa 1,5 persen selama 1 tahun sebesar Rp 105.000, sehingga jumlah hutang sebesar Rp 705.000, yang diperoleh dari
= Rp. 705.000 Pendapatan bersih yang diperoleh petani:
533
Hari Hermawan dan Rachmat Hendayana
= Rp. 4.000.000 – Rp. 705.000 = Rp. 3.294.360 Berdasarkan perhitungan di atas, kontribusi BLM PUAP terhadap pendapatan bersih petani mencapai Rp 394.000 atau sebesar 11,96 persen, diperoleh dari:
Jumlah pendapatan bersih ini jika diasumsikan sama halnya dengan jumlah penerimaan yang mengalami peningkatan sebesar 77,52 persen, dengan demikian dapat dihitung pendapatan bersih petani sebelum PUAP sebesar Rp 1.855.768, yang secara matematis nilai tersebut diperoleh dari :
Dimana: X1 = Pendapatan bersih sebelum PUAP (Rp.) X2 = Pendapatan bersih sesudah PUAP (Rp.) A = Persentase peningkatan (%)
Sehingga nilai Marjinal Benefit Cost Ratio (MBCR) dapat dihasilkan sebesar:
Nilai MBCR sebesar 2,41 berarti setiap penambahan Rp 100.000 terhadap modal usaha tani maka akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp 241.000, dengan demikian kegiatan usaha tani ini memberikan pendapatan petani yang lebih menguntungkan.
534
Peran Bantuan Langsung Masyarakat Melalui PUAP terhadap Struktur Pembiayaan dan Pendapatan Usaha Tani
KESIMPULAN DAN SARAN Peran BLM PUAP mampu meningkatkan produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan ekspor produk pertanian, bahkan pada kegiatan usaha tani yang dilakukan petani mampu memberikan pendapatan yang lebih menguntungkan. Dalam struktur pembiayaan usaha tani kakao, total dana BLM PUAP yang diterima petani masih relatif kecil, namun berdampak positif dalam membentuk struktur pembiayaan dan pendapatan usaha tani kakao. Program PUAP dengan fasilitasi dana BLM sebagai tambahan modal usaha tani berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas usaha tani serta pendapatan petani, sehingga layak dilanjutkan. Namun masih perlu ditingkatkan dalam hal alokasi dana supaya berdampak lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA BBP2TP. 2010. Petunjuk Teknis Outcome Based Monitoring and Evaluation (OBMNE). Penerapan dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. BBP2TP. Badan Litbang Pertanian. 21 hlm. BBP2TP. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Anggaran PUAP di BPTP DIPA TA. 2009 BPTP Sulawesi Tengah. 2010. Budidaya Kakao: Peremajaan, Rehabilitasi, Pemeliharaan, Panen, Pascapanen. Balai Pengajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. BPTP Sulawesi Tenggara. 2010. Laporan Tengah Tahunan Pengembangan Usaha Agrbisnis Pertanian (PUAP) di Sulawesi Tenggara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Bustaman, S, A. Djauhari, M. Mardiharini, S.S. Tan, Wasito, Dalmadi, H. Hermawan, 2010. Laporan Hasil Pengkajian Pola dan Metode Rating Gapoktan PUAP (Katagori I, II, III) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Komoditas Unggulan (Padi, Sapi Potong, Kakao) > 20% Melalui Percepatan Adopsi Teknologi Pertanian. BBP2TP. 2010 (belum dipublikasi). Dhalimi, A, R. Hendayana, D.M. Asyad. H. Hermawan, N. Alam, 2011. Laporan Hasil Pengkajian Akselerasi Adopsi Inovasi dan Perkembangan LKM-A. BBP2TP. 2011. (belum dipublikasi) Kementerian Pertanian. 2011a. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). 41 hlm. Kementerian Pertanian. 2010b. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 20102014. Jakarta. Swastika, D.K.S. 2004. Beberapa Teknik Analisis dalam Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol. 7 No.1, Januari 2001: 90-103.
535