eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (3) 777-794 ISSN 2477-2623, ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
PERAN ASSOSIATIONS CHINA WOMAN FEDERATION (ACWF) DALAM MENGHAPUS DISKRIMINASI GENDER DI CHINA Desy Ratna Sary1 Nim. 0902045226 Abstract Discrimination gender in China is discrimination against women, especially concerning domestic violence, differences in wages, and limited access to education for women and the right to engage in politics. Factors causing the discrimination of women in China was not separated from the social cultural influence of this country. Since the time of the imperial position of women in China tend to be regarded as the inferior (weak), they are very small position to assume important positions in government and other fields. Assosiations China Woman Federation(ACWF) the first was established on 3 April 1945, which aims to protect women's rights and interests of women in promoting gender equality between men and women.The role ACWF removing discrimination gender in politics is to increase women's participation in the mission of administration, management and decision making in state and social affairs. China will be continue to implement the basic national policy of equality between men and women in the field of economics, law, administration and public opinion, to protect women's rights and interests in accordance with the law, and establish some cooperation to get achievement and success to removing discrimination gender and the development of women in China. Keywords : ACWF, Discrimination Gender on China. Pendahuluan China terletak di kawasan Asia Timur yang berbatasan dengan Teluk Korea, Teluk Bohai, Laut Kuning, Laut China Timur, Selat Taiwan, Laut China Selatan dan Teluk Tonkin, antara Pulau Hainan dan Vietnam Utara. Negara ini memiliki luas wilayah 9,6 juta km2 dengan jumlah penduduk mencapai 1.338.612.968 jiwa. Republik Rakyat China yang berdiri pada 1 Oktober 1949 adalah sebuah negara yang menganut paham komunis, sehingga segala kebijakanya harus selaras dengan kebijakan Partai Komunis China. Agama resmi di China adalah Ateis, namun Republik Rakyat China mengakui empat agama yang meliputi Buddha (6%), Tao (2%), Muslim (2%), dan Kristen (1%). Kelompok etnis di China terdiri dari Han China 91,5% dan yang lain 8,5% termasuk Zhuang, Manchu, Miao, Hui, Uighur, Yi, Tujia, Tibet, Mongol, Buyi, Dong, Yao dan 1
Mahasiswa Program S1 IlmuHubunganInternasional, UniversitasMulawarman. Email:
[email protected]
FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik,
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 777-794
Korea. Negara ini berbatasan dengan Korea Utara 1.416 km, Rusia (timur laut) 3.605 km, Mongolia 4.677 km, Rusia (barat laut) 40 km, Kazakhstan 1.533 km, Kirgistan 858 km, Tajikstan 414 km, Afghanistan 76 km, Pakistan 523 km, India 3.380 km, Nepal 1.236 km, Bhutan 470 km, Burma 2.185 km, Laos 423 km, dan Vietnam 1.281 km. (http://geograph88.blogspot.co.id/2016/04/profilnegaracina-tiongkok.html) Peranan wanita dalam sejarah pun tidak didokumentasikan dengan baik, meskipun tidak sedikit wanita yang sangat berpengaruh dalam perkembangan masa kekaisaran China. Ketika wanita masuk dalam catatan sejarah awal, sering sekali dengan alasan wanita menimbulkan masalah untuk laki-laki, atau dalam bentuk keegoisan, dan tidak sedikit yang menonjolkan kekurangan-kekurangan wanita dalam catatan sajarah China. Pada masa kekaisaran China dinasti Shang dan Zhou wanita tidak diizinkan untuk menolak perjodohan yang telah dibuat oleh keluarganya. Seorang anak perempuan harus mematuhi perintah ayahnya termasuk dalam urusan perkawinan, dan setelah menikah ia mematuhi perkataan suami, seorang wanita juga tidak memiliki hak untuk menceraikan suaminya dan menikah lagi, hal ini sangat bertolak belakang dengan hak yang dimiliki laki-laki yang dapat memiliki istri lebih dari satu orang pada masa kekaisaran China. (http://www.kompasiana.com/willyyandi/diskriminasi-perempuan-tionghoadiskriminasi-dalam-diskriminasi_54ff66d5a33311b14b50ffa1) Meskipun telah ada emansipasi dalam status wanita di China, tapi sifat diskriminasi dalam masyarakat telah membudaya dalam masyarakat China. Bahkan pada era globalisasi pun masih terdapat beberapa kesenjangan sosial antara laki-laki dan wanita terutama di daerah pedesaan. Dalam bidang pendidikan wanita China yang hidup di daerah pedesaan banyak sekali faktor yang menghambat mereka untuk bersekolah, hal ini menjadi salah satu faktor yang memperlambat pemberantasan buta aksara pada wanita-wanita di China. Dalam hubungan masyarakat, perempuan di China memiliki keterbatasan dalam ruang gerak mereka, baik dalam pendidikan, karir, dan bidang politik. Dengan alasan kurangnya biaya untuk pendidikan seorang perempuan, maka perempuan dijauhkan dari pendidikan dan menjadikan mereka sebagai pekerja domestik. Dimana wanita tidak mendapat kesempatan untuk memegang kekuasaan, bahkan apabila seorang wanita memiliki kedudukan status sosial dan rendah, mereka sama sekali tidak bisa masuk dalam bidang politik dan ekonomi. Beberapa tahun terakhir yakni pada tahun 2000an, di China masih terdapat diskriminasi perempuan terutama menyangkut kekerasan rumah tangga, perbedaan upah kerja, dan terbatasnya akses pendidikan terhadap perempuan. Diskriminasi perempuan di China ternyata tidak lepas dari pengaruh sosial-kultural negara ini. Sejak masa kekaisaran posisi perempuan di China cenderung di anggap sebagai pihak inferior (lemah), posisi mereka sangat kecil untuk mengemban posisi-posisi penting dalam bidang pemerintahan dan bidang-bidang lainnya. Menurut laporan dari My China Occupational Skill (My COS) yang merupakan sebuah lembaga survey pada bulan Februari 2014 menyebutkan bahwa kesenjangan pendapatan antar lulusan lakilaki dan perempuan meningkat sebanding dengan tingkat pendidikan mereka. Misalnya, setiap bulan laki-laki dengan pendidikan SMA/SMK sederajat mendapatkan rata-rata 210 yuan lebih dari perempuan. Laki-laki dengan gelar sarjana
778
Peran ACWF Menghapus Diskriminasi Gender di China (Desy Ratna Sary)
dilaporkan mendapatkan rata-rata 370 yuan lebih dari perempuan, dan laki-laki dengan gelar magister memperoleh rata-rata 855 yuan lebih dari perempuan. Kelompok-kelompok aktivis wanita China telah banyak membantu bagi wanita China untuk mendapatkan kebebasan berusaha dan memperoleh pendidikan. Salah satu organisasi wanita yang terkenal di China adalah Assosiation China Woman Federation (ACWF). ACWF pertama didirikan pada tanggal 3 April 1945, yang bertujuan untuk melindungi hak-hak wanita dan kepentingan wanita dalam mempromosikan penyetaraan gender antara laki-laki dan wanita. ACWF ini didirikan oleh Partai Komunis China (PKC) pada masa pemerintahan Mao, untuk memobilisasi wanita dalam pembangunan ekonomi dan reformasi sosial. Mao telah banyak membantu dalam perjuangan wanita untuk penyetaraan gender, misalnya membantu meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan wanita. Tidak sedikit yang berpendapat salah satu langkah Mao dalam penyetaraan gender wanita adalah langkah untuk melawan Partai Nasionalis pada saat itu. Apabila pada masa pemerintahan Mao kesetaraan gender terhadap wanita lebih kepada hak untuk mendapatkan pendidikan, maka untuk masa yang sekarang keberadaan ACWF juga diharapkan mampu memberikan kesempatan wanita dalam mendapat hak untuk berpolitik dan ikut serta dalam kegiatan ekonomi China. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Konsep Kelompok Kepentingan Setiap sistem politik mempunyai cara-cara tertentu di dalam merumuskan dan menanggapi tuntutan-tuntutan ataupun kepentingan-kepentingan yang datang dari masyarakatnya. Individu atau sekelompok individu di dalam masyarakat untuk menyalurkan kepentingan-kepentingannya kepada badan-badan politik atau pemerintah, antara lain melalui kelompok-kelmpok yang mereka bentuk bersama. Di dalam setiap masyarakat, sekelompok individu untuk menyalurkan atau mengartikulasikan kepentingan-kepentingannya mungkin sekali melalui struktur dan cara yang berbeda dengan cara yang ditempuh oleh sekelompok individu yang lainnya. Salah satu struktur yang menyalurkan atau mengartikulasikan kepentingankepentingan sekelompok individu tadi adalah kelompok kepentingan atau sering pula dikenal dengan sebutan interest group. Mengenai batasan atau pengertian kelompok kepentingan, Eugene J. Kolb dalam bukunya yang berjudul A Framework for Political Analysis menyatakan sebagai berikut; a collectivity of individuals who either formally organize or informally cooperate to protect or promote some common, similar, identical, or shared interest or goal. (Carlton Clymer Roode, dkk, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: Rajawali Press, 1998) Sedangkan sarjana-sarjana ilmu politik terkemuka memiliki definisi yang berbeda tentang kelompok kepentingan maskipun perbedaan ini tidak menghilangkan substansi tentang kelompok kepentingan. Beberapa definisi disampaikan sebagi berikut: 1. David B. Truman, kelompok kepentingan adalah kelompok pembagi sikap yang membuat klaim-klaim tertentu atas kelompok-kelompok dalam masyarakat dengan tindakan-tindakan tertentu terhadap instansi-insatnsi pemerintah.
779
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 777-794
2.
3.
4.
5.
Ramlan Surbakti, kelompok kepentingan ialah sejumlah orang yang memiliki kesamaan sifat, sikap, kepercayaan dan atau tujuan yang sepakat mengkoordinasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuan. Gabriel A. Almond, kelompok kepentingan adalah setiap organisasi yang berusaha mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah tanpa, pada waktu yang sama, berkehendak memperoleh jabatan publik. J. Denis Debyshire, kelompok kepentingan adalah suatu organisasi yang didirikan untuk mewakili, mempromosikan dan mempertahankan sebuah kepentingan tertentu atau sekumpulan kepentingan. Kay Lawson, kelompok kepentingan adalah suatu organisasi yang tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi kegiatan pemerintah, dengan meyakinkan orang-orang yang memiliki posisi dalam pemerintahan, agar bertindak sesuia dengan kepentingan-kepentingan kelompok.
Konsep Diskriminasi Gender Menurut kamus politik diskriminasi memiliki pengertian perbedaan perilaku terhadap sesama warga yang didasarkan pada ras, warna kulit, golongan, suku, agama, jenis kelamin, dan sebagainya. Timbulnya diskriminasi berkaitan dengan adanya pandangan tentang keistimewaan ras, suku dan sebagainya sehingga dianggap mereka lebih tinggi dari yang lainnya. Kebijakan diskriminasi dapat ditemukan dalam pemerintahan yang bersifat hetrogen. (B.N. Marbun, Kamus Politik, pustaka sinar harapan, Jakarta, 2005) Selain itu, diskriminasi juga bisa dikatakan sebagai pelayan atau perlakuan yang tidak adil terhadap individu atau kelompok tertentu didalam layanan atau perlakuan ini dibuat berdasarkan karekteristik yang diwakili oleh individu atau kelompok tertentu. Hal ini disebabkan kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Dalam pelaksanaannya diskriminasi dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Diskriminasi langsung: perlakuan yang tidak adil antara pekerja akibat langsung dari UU, peraturan atau praktek yang membuat perbedaan nyata antara pekerja atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin atau alasan lain yang dilarang, misalnya iklan kerja yang menyebutkan jenis kelamin pelamar. b. Diskriminasi tidak langsung: peraturan dan praktek yang tampak netral namun pada prakteknya menimbukan kerugian tertentu terhadap mereka dari jenis kelami, ras, warna kulit tertentu atau alasan yang dilarang. Misalnya iklan kerja yang menetapkan persyaratan tinggi tertentu yang menguntungkan salah satu gender. Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil dan seimbang yang dilakukan untuk membedakan terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Istilah tersebut biasanya untuk melukiskan, atau tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan mayoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa prilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak demokratis.Sedangkan gender adalah pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dihasilkan dari konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Secara etimologis gender berasal dari kata gender yang berarti
780
Peran ACWF Menghapus Diskriminasi Gender di China (Desy Ratna Sary)
jenis kelamin. Tetapi Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh laki-laki maupun perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang. Perbedaan perilaku antara pria dan wanita, selain disebabkan oleh faktor biologis sebagian besar justru terbnetuk melalu proses sosial dan cultural. Oleh karena itu gender dapat berubah dari tempat ketempat, waktu ke waktu, bahkan antar kelas sosial ekonomi masyarakat. Dalam batas perbedaan yang paling sederhana, seks dipandang sebagai status yang melekat atau bawaan sedangkan gender sebagai status yang diterima atau diperoleh. Mufidah dalam Paradigma Gender mengungkapkan bahwa pembentukan gender ditentukan oleh sejumlah faktor yang ikut membentuk, kemudian disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi melalui sosial atau kultural, dilanggengkan oleh interpretasi agama dan mitos-mitos seolah-olah telah menjadi kodrat laki-laki dan perempuan. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipep enelitian deskriptif, yaitu berupaya untuk menggambarkan Peran Assosiations China Woman Federation (ACWF) Dalam Menghapus Diskriminasi Gender di China pada tahun 2012-2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah, tinjauan pustaka (library research) dengan mengumpulkan data-data sekunder yang bersumber dari buku-buku, artikel, dan datadata dari internet yang tingkat kapabilitasnya terhadap permasalahan yang dihadapi dan validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.Teknik analisis data yang telah digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, yang menjelaskan kerangka pemikiran konseptual yakni teknik analisis dengan menggunakan teori. Hasil Penelitian Sejarah Diskriminasi Gender di China Diskiriminasi gender di China berawal pada masa pemerintahan feodal (551 SM-479 SM), wanita di China diminta untuk mematuhi ayahnya sebelum menikah, mematuhi suaminya selama menikah, dan mematuhi anak laki-lakinya ketika ia menjadi janda. Bentuk diskriminasi yang terjadi dalam hal ini adalah wanita sama sekali tidak memiliki hak suara dalam kehidupanya bahkan saat memutuskan suatu keputusan yang penting. Pada masa itu wanita tidak mendapat kesempatan untuk memegang kekuasaan, bahkan apabila seorang wanita memiliki kedudukan status sosial dan keluarga yang rendah mereka sama sekali tidak bisa masuk dalam ranah politik dan ekonomi. Dalam kenyataanya, pada masa feodal wanita China yang hidup di daerah pedesaan sedikit beruntung daripada wanita dari kalangan keluarga bangsawan. Wanita yang hidup dari kalangan bangsawan harus menerima kenyataan praktek pengikatan kaki (Foot Binding) sejak usia mereka 4-7 tahun, dan tradisi pengikatan kaki tersebut merupakan salah satu bentuk diskriminasi. Tradisi pengikatan kaki ini sudah dimulai lebih dari seribu tahun yang lalu yaitu pada masa dinasti Tang (618-907) dan mulai menyebar pada golongan kelas atas pada masa dinasti Song (960-1297), pada masa dinasti Ming (1368-1644) dan dinasti Qing (1644-1911). Praktek pengikatan kaki adalah tradisi untuk menghentikan pertumbuhan kaki perempuan pada zaman dahulu di China. Awal mula praktek pengikatan kaki ini
781
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 777-794
adalah pada saat seorang selir yang mengikat kakinya dan terlihat seperti bulan pada saat ia berjalan terlihat anggun dengan kakinya yang kecil. Kemudian tradisi ini turun-temurun diwariskan kepada setiap anak perempuan terutama keluarga bangsawan dan menengah keatas. Praktek ini juga menjadi salah satu ciri status sosial wanita pada masa itu, semakin kecil kaki wanita yang diikat maka akan dipandang semakin cantik dan tinggi status sosialnya. Kemudian pengikatan kaki ini menjadi salah satu syarat pernikahan untuk para wanita pada masa itu. Seorang laki-laki yang akan menikahi seorang wanita akan terlebih dahulu melihat contoh sepatu yang disulam sendiri oleh calon mempelai wanita, semakin kecil ukuran sepatu itu maka akan semakin baik. Seorang wanita yang kakinya diikat akan dinikahkan dengan seorang laki-laki yang berasal dari keluarga menengah keatas, oleh karena itu seorang anak perempuan harus diikat kakinya untuk mengangkat derajat keluarga. Pada akhirnya wanita China menyadari bahwa praktek pengikatan kaki ini tidak mendatangkan keuntungan bagi mereka, meskipun mereka tidak mengikat kaki mereka, mereka tetap saja harus tinggal dirumah, dan perkawinan mereka tetap saja diatur oleh keluarga. Pada akhirnya yang mereka dapatkan adalah penderitaan dari rasa sakit yang dirasa karena proses menghentikan pertumbuhan kaki tersebut. Pada tahun 1895, komunitas anti-pengikatan kaki mulai terbentuk di Shanghai yang kemudian menyebar kekota-kota lain bahkan sampai keluar negeri. Komunitas yang menentang tradisi ini awalnya hanya bangsa Manchu dan kelompok migran Hakka yang merupakan kelompok yang paling miskin dalam kasta sosial China. Alasan utama mereka menentang tradisi pengikatan kaki ini adalah penderitaan yang dirasakan kaum wanita seumur hidupnya, bahkan tidak sedikit yang mengancam nyawa. Namun setelah melalui proses revolusi dan perang yang terjadi di China, wanita China yang hidup dalam masyarakat yang didominasi laki-laki pun melakukan perlawanan dan perjuangan untuk penyetaraan gender antara laki-laki dan wanita. Tidak hanya dalam hubungan tidak adil antara laki-laki dan perempuan di China, tetapi juga beberapa unsur yang mengatur beberapa aspek dalam kehidupan sosial keluarga, misalnya dalam perkawinan. Perkawinan yang seharusnya dilandasi dengan cinta justru menjadi alat keuntungan finansial dan koneksi politik. Pada abad pertengahaan saat ini, perjuangan wanita China untuk keadilan penyetaraan gender telah berkembang dengan baik. Bentuk-Bentuk Diskriminasi Gender di China Pada Era Modern Sebagaimana diketahui, di China terdapat diskriminasi perempuan terutama menyangkut kekerasan rumah tangga, pembedaan upah dan terbatasnya akses pendidikan terhadap perempuan. Diskriminasi perempuan di China ternyata tidak lepas dari pengaruh sosial kultural negara ini sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Masalah ini sampai tahun 2000 belum mampu terselesaikan secara mendasar. Oleh karena itu, untuk mengatasi diskriminasi perempuan di China pemerintah ikut dalam program The Beijing Platform for Action (BPFA) pada tahun 2000 yang memiliki keterkaitan dengan program Millennium Development Goals (MDG’s). Namun, adanya program tersebut belum sepenuhnya berhasil menghapus diskriminasi gender terhadap wanita di China.
782
Peran ACWF Menghapus Diskriminasi Gender di China (Desy Ratna Sary)
Adapun bentuk-bentuk diskriminasi gender di China pada tahun 2010-2015 adalah sebagai berikut: 1. Marginalisasi Wanita Istilah ini menggambarkan rendahnya status, akses dan pengguasaan seseorang terhadap sumber daya ekonomi dan politik dalam pengambilan keputusan. Berbagai pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan wanita misalnya guru taman kanak-kanak atau sekretaris dinilai lebih rendah dibandingkan pekerjaan pria, hal ini juga berpengaruh terhadap perbedaan gaji antara kedua jenis pekerjaan tersebut. Meskipun telah di promosikan oleh pemerintah melalui media elektronik perempuan di Cina masih mengalami diskriminasi, dan sulit bagi wanita mendapatkan pekerjaan bahkan mereka memiliki gelar. Para pemilik perusahaan di China melakukan diskriminasi dengan pekerjaan yang sama tetapi wanita di bayar hanya 78% dari gaji laki-laki dapatkan.Sedangkan dalam bidang pendidikan, mayoritas wanita di China berpendikan relatif rendah, rata-rata hanya setingkat SD dan SLTP. Hanya sedikit dari mereka yang lulus SMU, dan bahkan tidak ada yang lulus perguruan tinggi atau akademi. 2.
Subordinasi Pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting dan lebih utama dibandingkan jenis kelamin lainnya. Pandangan bahwa wanita mempunyai kedudukan dan peran lebih rendah dibandingkan dengan pria telah tercipta sejak dahulu. Berbagai tradisi, tafsir keagamaan, maupun aturan birokrasi menempatkan wanita sebagai subordinasi kaum pria yang menyebabkan keterbatasan ruang gerak wanita di berbagai kehidupan. Sebagai contoh, seorang istri yang akan melanjutkan pendidikan harus meminta izin dari suaminya, sebaliknya seorang suami yang akan melanjutkan pendidikan tidak perlu meminta izin dari istrinya. Tradisi tersebut selama era modern ini masih sangat dirasakan oleh para wanita-wanita di China yang telah memiliki suami dan berumah tangga.
3.
Kekerasan Merupakan suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan fisik dapat berupa pemerkosaan, pemukulan dan penyikasaan. Kekerasan non fisik, yaitu pelecehan seksual yang menyebabkan gangguan emosional. Pelaku kekerasan mungkin saja individu di dalam rumah tangga, tempat umum, atau di masyarakat. Berdasarkan data Perhimpunan Wanita Cina "All-China Women's Federation" sepanjang tahun 2010-2015 menunjukkan bahwa, hampir 25% wanita di China pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Ini terjadi di semua lapisan masyarakat terutama wanita di kawasan pedesaan yang kerap menjadi korban.
4.
Pandangan Stereotip Merupakan citra baku tentang individu atau kelompok yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif (stereotip) secara umum melahirkan ketidakadilan gender. Salah satu stereotip yang berkembang berdasarkan pengertian gender, yaitu jenis kelamin wanita mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan berbagai ketidakadilan. Sebagai contoh, pandangan terhadap wanita yang tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang
783
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 777-794
berkaitan dengan kerumahtanggaan. Stereotip ini tidak hanya terjadi di dalam rumah tangga, tetapi juga ditempat kerja dan masyarakat, bahkan tingkat pemerintah dan negara.Menurut Undang-Undang Dasar China, wanita dan pria China memiliki hak politik yang sama derajatnya, wanita dan pria sama-sama memiliki hak memilih dan dipilih yang sama derajatnya, dan hak untuk secara sama derajatnya ikut serta dalam penanganan urusan negara dan memangku jabatan pemerintah. Namun pada kenyataannya, tingkat partisipasi politik wanita dalam Wakil Kongres Rakyat Nasional ke-10 China pada tahun 2012 masih sangat kurang, wakil wanita 604 orang yang merupakan 20,2% jumlah totalnya. Di antaranya, anggota Komite Tetap 21 orang yang merupakan 13,2% jumlah totalnya. Dalam anggota Dewan Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat ke-10, anggota wanita 373 orang ytang merupakan 11,7%. Seiring berjalannya waktu, dimana negara-negara lain sedang mengkampanyekan tentang emansipasi wanita, namun pada kenyataannya diskriminasi gender di China masih tetap terjadi diantaranya pada bidang pendidikan dan bidang politik. Dalam bidang pendidikan, diskriminasi gender terjadi disebabkan karena masih banyak wanita di China yang tidak mengenyam bangku pendidikan sehingga tingkat buta huruf pada wanita di China sangat tinggi. Di bidang politik, diskriminasi gender terhadap wanita yang terjadi di China disebabkan oleh kurangnya peran wanita dalam urusan-urusan negara serta kurangnya keterwakilan suara wanita di dalam pemerintahan. Oleh karena itu, maka terbentuklah suatu organisasi yang menyuarakan pentingnya kesetaraan gender antara wanita dan laki-laki yang diberi nama ACWF (Assosiations China Woman Federation). Keterlibatan ACWF (Assosiations China Woman Federation) Dalam Menghapus Diskriminasi Gender di China Asal mula gerakkan wanita China dalam penyetaraan gender dimulai pada tahun 1921 ketika Partai Komunis berdiri. Adanya pengaruh dunia barat dalam proses perubahan sistem pemerintahan feodal ke sistem pemerintahan republik telah menjadi suatu landasan penting bagi wanita China dalam penyetaraan gender. Hal tersebut kemudian membuat salah satu pemimpin Partai Komunis China (PKC) Mao Zedong memiliki keyakinan bahwa, untuk menilai suatu bangsa yang adil adalah dengan memberikan suatu keadilan untuk wanita. Melalui cara ini Mao berhasil menghilangkan perbedaan antara laki-laki dan wanita, dan mulai saat itu tidak sedikit wanita China yang mulai belajar disekolah, sama-sama memegang buku merah, bahkan sampai kedalam dunia politik. ACWF ini didirikan oleh Partai Komunis China (PKC) yang dipimpin oleh Mao untuk memobilisasi wanita dalam pembangunan ekonomi dan reformasi sosial. Mao telah banyak membantu dalam perjuangan wanita untuk penyetaraan gender misalnya membantu meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan wanita. Tidak sedikit yang berpendapat salah satu langkah Mao dalam penyetaraan gender wanita adalah langkah untuk melawan Partai Nasionalis pada saat itu. Namun pada kenyataanya peningkatan status terus berlangsung, hingga saat ini wanita China bebas memilih pekerjaan dan karir mereka.ACWF pertama didirikan pada tanggal 3 april 1945, yang bertujuan untuk melindungi hak-hak wanita dan kepentingan wanita dalam
784
Peran ACWF Menghapus Diskriminasi Gender di China (Desy Ratna Sary)
mempromosikan penyetaraan gender antara laki-laki wanita.(http://www.britannica.com/topic/All-China-Womens-Federation)
dan
ACWF sendiri memiliki beberapa tugas dalam pelaksanaanya yaitu: 1. Untuk menyatukan dan memobilisasi perempuan agar terlibat dalam reformasi China dan membuka program, dalam modernisasi sosialis negeri dan memajukan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial. 2. Untuk mendidik dan menawarkan bimbingan pada para perempuan untuk memperkuat semangat harga diri, kepercayaan diri, kemandirian dan selfperbaikan, untuk meningkatkan keterampilan teknis dan profesional dan untuk meningkatkan kompetensi mereka secara keseluruhan. 3. Untuk mewakili kaum perempuan dalam partisipasi dalam manajemen, pengambilan keputusan-demokratis dan pengawasan urusan negara dan masyarakat, dan dalam perumusan undang-undang, dekrit, peraturan dan kebijakan tentang perempuan dan anak, untuk mempromosikan pelaksanaan program nasional pada wanita dan anak-anak pembangunan, dan untuk melindungi hak hukum dan kepentingan mereka. 4. Untuk memberikan layanan kepada perempuan dan anak dengan memperkuat koordinasi dengan semua sektor masyarakat dan mendesak mereka untuk bekerja demi kepentingan terbaik perempuan dan anak. 5. Untuk mengkonsolidasikan persatuan di antara perempuan dari segala bangsa di China, untuk mengembangkan hubungan persahabatan dengan perempuan dan organisasi perempuan di Hong Kong Daerah Administratif Khusus, Daerah Administratif Khusus Macao, Taiwan dan dengan perempuan Tionghoa diluar negeri dan untuk mempromosikan penyebab besar reunifikasi China. Untuk aktif mengembangkan pertukaran ramah dengan perempuan dan organisasi-organisasi perempuan dari negara-negara lain untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik, persahabatan dan kerjasama, dan untuk menjaga perdamaian dunia. Peran ACWF Dalam Bidang Pendidikan Strategi yang dilakukan ACWF dalam bidang pendidikan adalah: 1. Membentuk Suatu Kebijakan Nasional Strategi nasional yang dirancang untuk pelatihan sejumlah besar tenaga terampil yang peka terhadap prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, dan tujuan utama untuk pendidikan perempuan harus diintegrasikan ke dalam program nasional untuk pengembangan pendidikan, yaitu: a. Memasukkan perspektif gender ke dalam program-program pelatihan guru selama reformasi kurikulum, pengajaran isi dan metode pengajaran, dan mendirikan kursus studi wanita, dan pembangunan yang relevan dalam pendidikan tinggi untuk lebih memperkuat kesadaran gender di kalangan guru dan siswa. Mengembangkan kebijakan yang menyediakan wanita dengan kesempatan yang sama untuk pendidikan, dan untuk mengurangi disparitas gender dalam pendidikan. b. Memperbaiki struktur distribusi gender dalam bidang studi, dengan maksud untuk mendorong perempuan mengerti teknologi yang sedang maju. c. Memastikan akses perempuan dan laki-laki untuk informasi dan kualitas sumber daya pendidikan dalam proses modernisasi teknologi pendidikan dan aplikasi informasi yang luas dalam pendidikan.
785
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 777-794
d. Meningkatkan masukan untuk pendidikan di daerah miskin, dalam rangka menciptakan kondisi yang memungkinkan perempuan yang tinggal di sana untuk mengakses pendidikan. 2.
Membuat Suatu Kebijakan di Tiap Wilayah Dalam hal ini ACWF memberlakukan dan meningkatkan hukum, peraturan dan kebijakan untuk memfasilitasi perempuan dan laki-laki dengan tingkat pendidikan yang sama. ACWF memastikan bahwa undang-undang pendidikan responsif terhadap kesetaraan gender dan pengamanan hak perempuan untuk pendidikan. ACWF berusaha mendorong siswa perempuan dari kelompok etnis di sekolah-sekolah pedalaman dengan membawa ke dalam kelompok bermain, hal ini diharapkan mampu membuat anak-anak pedesaan mengetahui keadaan negara mereka yang sangat maju.Kemudian ACWF meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan kejuruan dan pendidikan orang dewasa, memfokuskan upaya besar pada wanita pada pelatihan keterampilan kerja dan memperkuat kemampuan mereka untuk merespon perubahan pekerjaan mereka, memastikan bahwa tenaga kerja wanita yang baru dan perempuan yang dipekerjakan memiliki akses ke berbagai pendidikan. Pendidikan kejuruan nongelar dan berbagai program pelatihan ini diharapkan mampu membuat lebih banyak upaya untuk mengembangkan pendidikan menengah kejuruan di kabupaten dan di daerah pedesaan, untuk memberikan gadis lulusan SMP peluang dalam berbagai bentuk untuk melanjutkan studi mereka. Selanjutnya, ACWF mempromosikan lebih banyak perempuan untuk menerima pendidikan tinggi melalui penerapan dalam berbagai program sepanjang jalan putaran pada penyediaan dukungan keuangan untuk siswa miskin dan membantu siswa perempuan miskin menyelesaikan pendidikan mereka ke tingkat menengah atas bahkan perguruan tinggi. Hal tersebut diharapkan mampu membuat kondisi dan kesempatan bagi perempuan untuk mengakses pendidikan melalui penggunaan web yang aktif dikarenakan jarak mereka untuk menuju tempat pendidikan sangatlah jauh. Dikarenakan banyaknya kaum buta aksara pada perempuan pedalaman, ACWF berusaha mengintensifkan program keaksaraan untuk perempuan, dengan menjadikan hal tersebut sebagai prioritas utama yang diberikan kepada perempuan pedesaan. Dengan berbagai masukan dari para anggota ACWF dan kelompok perempuan yang di bawah naungan ACWF, mereka sepakat untuk pada tahun 2012 untuk memasukkan program pendidikan berorientasi kualitas bagi perempuan dalam semua aspek pendidikan formal dan non-formal serta pelatihan-pelatihan. Hal tersebut dalam rangka memelihara dan meningkatkan kemampuan siswa perempuan untuk menggunakan pengetahuan mereka untuk berinovasi dan mengasah kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan masyarakat, memperkuat kualifikasi mereka dan semangat ilmiah, dan untuk mempromosikan tingkat pendidikan perempuan pada umumnya, serta kemampuan mereka untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.
786
Pendidikan dan Pelatihan Sosial Banyak menganjurkan untuk mengatasi kesetaraan gender perlu dibentuknya suatu hukum dan peraturan yang berkaitan dengan pendidikan dalam rangka menciptakan lingkungan sosial yang memungkinkan perempuan untuk
Peran ACWF Menghapus Diskriminasi Gender di China (Desy Ratna Sary)
mengakses pendidikan. Menurut ACWF hal tersebut dirasa tidak perlu dilakukan, hal yang perlu dilakukan hanyalah mendorong dan mendukung semua sektor masyarakat untuk mendirikan sekolah-sekolah untuk menciptakan kondisi dan kesempatan bagi perempuan untuk mengakses pendidikan kemudian dilanjutkan untuk memobilisasi semua sektor masyarakat untuk terlibat dalam program keaksaraan untuk perempuan. Kesenjangan gender dalam pendidikan telah nyata menyempit, ACWF bersama pemerintah mengimplementasikan Pendidikan Wajib, hukum lain yang relevan, peraturan dan kebijakan, serta mengambil langkah-langkah praktis untuk meningkatkan pendidikan perempuan. Kemudian pemerintah bersama ACWF juga menerapkan kebijakan khusus untuk memastikan anak-anak perempuan usia sekolah menikmati akses yang sama terhadap pendidikan wajib. Berdasarkan kebijakan tersebut ACWF berhasil mengurangi tingkat buta huruf pada wanita di China sehingga kesempatan untuk menempuh pendidikan sarjana dan pasca sarjana meningkat. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar dibawah ini: Tingkat Kesenjangan Pendidikan di China
Sumber: http://www.womenofchina.cn/womenofchina/html1/1508/2989-1.htm Tingkat buta huruf wanita muda yang berusia 15 tahun ke atas pada tahun 2008 mencapai 7,4% kemudian turun menjadi 7,2% pada tahun 2012. Proporsi wanita di sekolah-sekolah di semua tingkat pendidikan secara bertahap meningkat, laki-laki dan perempuan cenderung memiliki kesempatan yang sama untuk pendidikan wajib. Pada tahun 2009 tingkat pendidikan wanita yang menempuh pendidikan sarjana sebesar 50,5% kemudian meningkat sebanyak 51,4% ditahun 2012. Ditingkat pendidikan pasca sarjana juga mengalami peningkatan yakni 47,1% di tahun 2009 kemudian meningkat sebesar 49% di tahun 2012. Pada tahun 2014, angka partisipasi sekolah dasar bersih anak laki-laki dan perempuan sama-sama 99,8%. Sekarang perempuan menikmati kesempatan yang lebih besar dalam pendidikan SMP dan menengah atas, khususnya pendidikan lebih lanjut. Pada tahun 2014, proporsi siswa perempuan di SMP adalah 46,7% dan yang di sekolah tinggi adalah 50%, di lembaga-lembaga perempuan pendidikan tinggi menyumbang
787
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 777-794
52,1% dari mahasiswa, 51,6% mahasiswa pascasarjana, dan 36,9% siswa belajar untuk Ph.D sederajat. Semakin banyak perempuan telah menerima pendidikan kejuruan dan pelatihan keterampilan berkat bantuan dari ACWF. Bantuan siswa perempuan yang menerima pendidikan kejuruan meningkat, yakni pada tahun 2014 jumlah perempuan yang menerima pendidikan menengah kejuruan akuntansi adalah 8,05 juta, 44,7% dari total dan jumlah perempuan yang belajar di sekolah menengah. Sedangkan untuk sekolah teknik adalah 3.970.000, yang merupakan 53% dari total siswa di sekolah yang sama. Di seluruh negeri, 3.460.000 perempuan telah menerima pendidikan non gelar perguruan tinggi dan lebih dari 20 juta telah menerima non gelar pendidikan menengah. Pemerintah melalui ACWF juga meluncurkan sebuah proyek untuk melatih para petani dalam teknologi baru, rencana untuk budidaya personil yang sangat terampil di samping sejumlah program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan kejuruan pekerja migran. Proyek tersebut diberi nama Action dan Project Sunshine Spring Tide, proyek tersebut diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan berbagai kelompok perempuan untuk pengembangan kejuruan mereka. Pada 2013, wanita yang berpartisipasi dalam program pelatihan keterampilan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pelatihan pemerintah menyumbang 43% dari total jumlah peserta. Wanita dari kelompok etnis minoritas, anak perempuan di daerah miskin terpencil dan kelompok perempuan lainnya sekarang menikmati akses yang sama terhadap sumber daya pendidikan. ACWF telah mengadopsi kebijakan proaktif untuk mendirikan sekolah kejuruan khusus melayani siswa etnis minoritas, dan memperkenalkan langkah-langkah preferensial untuk pendaftaran ditargetkan secara substansial untuk memperluas akses minoritas perempuan etnis ke sumber daya pendidikan dari berbagai jenis dan di semua tingkat. ACWF juga telah mengembangkan program pendidikan khusus untuk anak perempuan miskin dan anak sekolah, memastikan gadis di daerah terpencil dan daerah miskin memiliki akses yang sama terhadap pendidikan serta menekankan pentingnya pendidikan khusus untuk wanita cacat dengan mengelola segala sumber daya pendidikan dari berbagai jenis dan di semua tingkatan sehingga wanita cacat yang mengenyam pendidikan telah meningkat. Usaha yang dilakukan oleh ACWF selama ini membuahkan hasil, hal ini terlihat pada prinsip dan konsep kesetaraan gender yang secara bertahap memperluas ke dalam pengajaran dan penelitian ilmiah. Semakin banyak sekolah telah mulai memperkenalkan gagasan kesetaraan gender dalam isi dan metode pengajaran pendidikan, dan beberapa sekolah dasar dan tinggi kini menawarkan program kesetaraan gender, dan mengarahkan siswa yang lebih muda untuk berhubungan dengan ide kesetaraan gender. Kesetaraan gender juga telah diperkenalkan ke beberapa program pelatihan guru dan kursus sekolah normal dalam rangka meningkatkan kesadaran guru terhadap kesetaraan gender.Lebih banyak perempuan kini menempati posisi pengambilan keputusan dan manajemen di sekolah dan departemen administrasi pendidikan dari semua jenis dan di semua tingkatan, partisipasi perempuan dalam mengajar sangat meningkatkan manajemen dan
788
Peran ACWF Menghapus Diskriminasi Gender di China (Desy Ratna Sary)
beberapa daerah lainnya di sekolah menegah atas. Pada tahun 2014, proporsi guru perempuan di institusi sekolah menengah atas adalah 48,1%, meningkat dari 18,1% lebih tahun 1995. Studi tentang wanita terus menguat sebagai disiplin di institusi pendidikan tinggi. Saat ini, lebih dari 100 perguruan tinggi dan universitas menawarkan lebih dari 440 program studi perempuan dan kesetaraan gender, dan jumlah master program dan doktor pada studi perempuan terus berkembang. Peran ACWF Dalam Bidang Politik ACWF mengharapkan perumpuan mampu bekerja untuk meningkatkan secara bertahap dalam persentase kader perempuan di antara total angkatan kader dengan melakukan upaya untuk memastikan bahwa persentase perempuan dalam pengelolaan profesi dan sektor mana pun perempuan mendominasi sebanding dengan persentase mereka di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk memastikan persentase yang tepat bagaimana perempuan dalam anggota komite desa dan komite warga sehingga memperluas saluran untuk dan meningkatkan partisipasi demokratis perempuan. Strategi yang kemudian dibentuk oleh ACWF adalah: 1. Membentuk Peran Perempuan Dalam Politik Secara Luas ACWF berupaya mempromosikan partisipasi perempuan yang lebih luas dan lebih tinggi dalam administrasi dan manajemen dalam pengambilan keputusan pada urusan negara dan sosial, dan memperluas saluran untuk partisipasi demokratis perempuan serta sepenuhnya berusaha menjamin hak perempuan untuk berpartisipasi dalam administrasi dan pengelolaan dalam pengambilan keputusan pada urusan negara dan sosial, membimbing wanita untuk berpartisipasi menurut hukum, dalam pengelolaan urusan ekonomi, budaya dan sosial, serta meningkatkan proporsi perempuan dan partisipasi mereka dalam politik. Pemerintah seharusnya meningkatkan mekanisme kompetisi yang sama pada manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta pada mekanisme pengawasan dan pemantauan selama reformasi sistem tenaga kerja. Oleh karena itu ACWF melakukan upaya untuk menciptakan peluang kompetisi yang sama bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan manajemen. 2.
Hukum dan Kebijakan Pada Tiap Wilayah Memberlakukan dan memperkuat hukum, peraturan dan kebijakan yang mendorong partisipasi perempuan yang setara dalam pengambilan keputusan dan manajemen. ACWF juga mendorong dan membimbing perempuan untuk aktif melibatkan diri dalam kompetisi dan manajemen yang demokratis. ACWF berupaya untuk mencapai target bahwa perempuan terwakili dalam provinsi, tingkat kabupaten sesuai dengan program yang dibuat oleh departemen terkait untuk pelatihan dan seleksi kader dari kalangan perempuan. ACWF Mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah perempuan di badan terkemuka departemen pemerintah antara lain meningkatkan proporsi perempuan dalam pengelolaan profesi dan departemen yang didominasi perempuan. Upaya yang dilakukan untuk menjamin keterwakilan perempuan di tubuh dari departemen terkemuka pertama didasarkan pada pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya, kesehatan masyarakat, olahraga, keluarga berencana, urusan sipil, peradilan, tenaga kerja dan jaminan sosial.
789
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 777-794
ACWF Menjunjung tinggi prinsip “keterbukaan, keadilan, kompetisi dan memilih yang terbaik” dalam pemilihan, pengangkatan dan promosi kader dan dalam pekerjaan PNS, dan memastikan bahwa tidak ada diskriminasi terhadap perempuan. ACWF kemudian membuat upaya lebih untuk pelatihan kader dari kalangan wanita muda yang luar biasa dan memberikan prioritas kepada perempuan muda yang luar biasa dalam pemilihan kader, memastikan bahwa ada jumlah yang tepat dari kader perempuan dalam kontingen cadangan untuk berada dalam bagian dalam bidang politik di semua tingkatan. Meningkatnya tingkat politik dan pendidikan kader perempuan ini diharapkan untuk memastikan peningkatan yang signifikan dalam jumlah kader perempuan dengan pendidikan sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Upaya ACWF untuk membina dan mengidentifikasi wanita untuk posisi manajemen senior bersama dengan praktek membangun sistem perusahaan modern mendorong perusahaan milik negara untuk mengambil tindakan aktif untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk baru dari partisipasi demokratis perempuan di tingkat pengambilan keputusan dan manajemen sebagai dewan direksi, dewan pengawas dan manajer yang berusaha untuk meningkatkan proporsi perempuan dalam anggota utama di perusahaan sehingga tidak adanya diskriminasi gender dalam hal upah kerja. Perusahaan-perusahan China diminta untuk menjunjung dan memperbaiki sistem manajemen yang demokratis di suatu perusahaan, terutama staf dan pekerja dari perusahaan untuk memastikan bahwa persentase perempuan di kongres adalah sebanding dengan persentase mereka dalam jumlah total pekerja dan staf perusahaan. Tingkat Partisipasi Wanita Dalam Pembuat Keputusan di Lembaga Pemerintahan China Tahun 2012
Sumber: http://www.womenofchina.cn/womenofchina/html1/1509/2502-1.htm Berdasarkan gambar diatas tingkat persentase partisipasi wanita di China yang bekerja sebagai hakim (Judges) pada tahun 2012 adalah sebanyak 27,6 %. Sedangkan untuk jurors yang merupakan pembuat keputusan yang adil dan berimbang dalam sidang sebanyak 34,9 %. Hal ini membuktikan bahwa ACWF mampu meningkatkan partisipasi wanita di China untuk bekerja di lembaga pemerintahan China.Sejalan dengan hal tersebut, dalam proses pemilihan yang demokratis ACWF mendorong perempuan untuk menggunakan hak pilihnya dan hak mereka untuk mencalonkan diri dan untuk berpartisipasi aktif dalam pemilu dalam rangka meningkatkan partisipasi
790
Peran ACWF Menghapus Diskriminasi Gender di China (Desy Ratna Sary)
demokratis perempuan dan proporsi perempuan di dalamnya. ACWF berusaha memperluas demokrasi dengan mendorong dan mempromosikan perempuan untuk berpartisipasi dalam pembahasan dan pengambilan keputusan urusan publik untuk memastikan bahwa perempuan secara langsung menggunakan hak demokrasi mereka, memastikan bahwa direksi konferensi perwakilan perempuan dinominasikan sebagai kandidat untuk pemilihan komite desa, penduduk diaktifkan untuk bekerja sebagai anggota pada saat pencalonan mereka. Apabila perempuan mampu mencalonkan diri dan disetujui untuk ikut pemilu, sehingga ACWF memastikan peningkatan luar biasa akan terjadi dalam proporsi perempuan yang menjadi wakil suatu kongres atau lembaga pemerintahan. Seperti yang ada dalam konsep kelompok kepentingan, setiap aktivitas kelompok kepentingan, selalu bergandengan dengan isu kebijakan publik yang ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Jadi keberadaan kelompok kepentingan otomatis dengan eksistensi suatu pemerintahan dalam sistem politik. Hal ini membuktikan bahwa peran ACWF dalam menghapus diskriminasi gender di China dengan membuat suatu kesepakatan dengan Pemerintah China. Ini dapat terlihat dari program mekanisme nasional China bersama ACWF pada tahun 2011 sampai sekarang telah mempromosikan status perempuan, sepenuhnya memanfaatkan sumber daya pemerintah dan secara efektif memobilisasi sumber daya sosial, meletakkan landasan penting untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pembangunan perempuan. Selama tahun 2012-2014, mekanisme perempuan dalam bidang politik telah terus-menerus ditingkatkan untuk memungkinkan perempuan dalam memainkan peran yang sangat penting. ACWF bersama pemerintah terus meningkatkan organ-organ pemerintah untuk mempromosikan status perempuan serta memberikan suatu dukungan kepada lembaga pemerintah untuk memperluas unit anggotanya dengan membentuk segala bidang yang melibatkan perempuan seperti Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional, Kementerian Pendidikan, Kementerian Urusan Sipil, Departemen Keuangan, Departemen Sumber Daya Manusia dan Sosial keamanan, Departemen Pertanian, dan Komisi Keluarga Berencana Kesehatan dan Nasional. Hal ini diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada perempuan untuk menduduki posisi penting di setiap lembaga pemerintahan. ACWF sebagai suatu kelompok kepentingan relevan telah membentuk perempuanperempuan China memiliki suatu peran dalam setiap kegiatan politik, terlihat pada tahun 2012-2014 banyak perempuan di China yang bekerja pada instansi pemerintah. Dalam hal ini ACWF mampu memerankan perannya dalam mengahpus diskriminasi gender di tingkat kabupaten, di 31 provinsi, pada daerah otonom dan kota, perempuan-perempuan di bawah naungan ACWF membentuk jaringan multidimensi yang terkoordinasi dengan baik untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pembangunan perempuan. Upaya ACWF dalam mempromosikan perempuan untuk berkesempatan dalam bidang politik, membuat Pemerintah China telah mengembangkan dan menerapkan rencana dan program nasional untuk mempromosikan pembangunan perempuan. Fokusnya adalah dengan langkah-langkah yang lebih efektif untuk mempromosikan
791
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 777-794
pembangunan yang terkoordinasi antara perempuan, politik dan masyarakat China. ACWF telah mengeluarkan tiga program yang mencakup periode yang berbeda untuk pengembangan perempuan China, agar lebih jelas untuk mendefinisikan tujuan secara keseluruhan, bidang utama dan kebijakan dan langkah-langkah yang dapat diadopsi untuk pengembangan perempuan pada tahapan yang berbeda. Perempuan-perempuan China yang bekerja pada lembaga pemerintahan China yang berada di tingkat kabupaten di 31 provinsi, daerah otonom dan kota telah bekerja di luar program serupa untuk pengembangan perempuan untuk area dalam yurisdiksi masing-masing sehingga membentuk kerangka top-down untuk mempromosikan pembangunan perempuan di semua tingkatan. ACWF bersama pemerintah juga telah membentuk mekanisme kerja yang menampilkan kepemimpinan oleh pemerintah, kerjasama multi departemen dan partisipasi seluruh masyarakat. Dewan negara dan pemerintah daerah di berbagai tingkatan memegang pertemuan pada anak-anak dan perempuan yang bekerja secara teratur untuk membahas dan membuat rencana seperti yang telah diagendakan. Setiap tahun, Pemerintah China dan ACWF mengadakan pertemuan khusus untuk mendengar laporan dari semua unit anggota mereka, menganalisis kemajuan dalam pelaksanaan program saat ini untuk pengembangan perempuan, dan bekerja di luar langkah-langkah untuk mengatasi masalah-masalah menekan kekhawatiran untuk kelancaran pelaksanaan program. Bimbingan telah diberikan kepada pemerintah daerah secara aktif guna mengeksplorasi pembentukan sistem penilaian hukum dan kebijakan yang terkait dengan kesetaraan gender, sehingga memberikan pada sumbernya jaminan kelembagaan yang kuat untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pembangunan perempuan. Negara mendukung organisasi federasi dalam mewakili dan menjaga perempuan hak perempuan dan mempromosikan kesetaraan gender. ACWF telah memainkan peran yang semakin penting dalam melakukan studi teoritis dan melaksanakan program publisitas, pendidikan dan pelatihan dalam kaitannya dengan kesetaraan gender. Oleh karena itu, kesetaraan gender telah berangsur-angsur membaik dalam sistem statistik gender. Dimana hal tersebut merupakan sebuah sistem statistik komprehensif yang telah didirikan untuk pengembangan perempuan dan telah dimasukkan dalam statistik rutin dan survei statistik yang dilakukan oleh departemen negara dan relevansinya, kesehatan wanita, kesejahteraan dan pengembangan indikator kestaraan gender yang telah distandarkan dan ditingkatkan. Hal ini terlihat pada gambar di bawah ini: Persentase Tingkat Keterlibatan Wanita Dalam Organisasi Tahun 2012 - 2014
792
Peran ACWF Menghapus Diskriminasi Gender di China (Desy Ratna Sary)
Sumber: http://www.womenofchina.cn/womenofchina/html1/1509/2502-1.htm Gambar diatas menunjukkan bahwa tingkat partisipasi keterlibatan wanita di China dalam organisasi sosial sebesar 52%, dalam organisasi persemakmuran sebesar 56,2% dan 61,6% untuk komunitas manajemen pemerintahan. Hal tersebut menunjukkan keberhasilan ACWF dalam membantu menjadi wadah bagi perempuan-perempuan di China untuk menyampaikan aspirasi mereka dalam menghapus diskriminasi gender di China. Serta membuktikan keseriusan pemerintah China dalam penghapusan diskriminasi gender di negaranya. Kesimpulan Peran ACWF menghapus diskriminasi gender dalam bidang pendidikan adalah memastikan hak perempuan untuk wajib belajar sembilan tahun, meningkatkan angka partisipasi murni anak perempuan untuk sekolah dasar hingga sekitar 99%, tingkat menengah pertama 95%. Strategi ACWF untuk mengurangi kesenjangan antara lakilaki dan perempuan dalam pendidikan adalah untuk meningkatkan tingkat teknis dan pendidikan perempuan yang sangat penting untuk pengembangan perempuan.Peran ACWF menghapus diskriminasi gender dalam bidang politik adalah meningkatkan partisipasi perempuan dalam misi administrasi dan manajemen serta pengambilan keputusan pada urusan negara dan sosial. Meningkatkan proporsi perempuan dalam pemerintahan, melakukan upaya untuk memastikan bahwa ada lebih dari satu wanita yang mewakili pada setiap lembaga pemerintahan. China akan terus menerapkan kebijakan nasional dasar kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di bidang ekonomi, hukum, administrasi dan opini publik, melindungi hak-hak perempuan dan kepentingan sesuai dengan hukum, dan bekerja untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar dalam penyebab kesetaraan gender dan pembangunan perempuan. China bersedia untuk bekerja dengan negara-negara lain untuk mendorong semua sektor sosial untuk berkontribusi pada promosi kesetaraan gender dan pembangunan perempuan, untuk memperkuat dan memperluas kerjasama internasional, dan memberikan kontribusi lebih lanjut untuk mempromosikan kesetaraan gender di seluruh dunia. Daftar Pustaka Buku Affandi,Akhmad,dan Muh.Ihsan(Penterjemah).2003.MatinyaPerempuan: Transformasi Al-Qur’an,Perempuan dan MasyarakatModern. Yogjakarta:IRCiSod. Carlton Clymer Roode, dkk. 1998. “Pengantar Ilmu Politik”, Jakarta: Rajawali Press. Miriam Budiarjo. 1992. “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suroto dan Doddy Rudianto. 2003. “Partai-Partai Politik di Indonesia”, Jakarta: PT. Citra Mandala Pratama. TimPenulisDianRakyat.2005.EngenderingDevelopment,Pembangunan perspektifGender. Jakarta:Dian Rakyat.
Ber-
793
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 777-794
Website About us-All China Women's Federation-Women of China, (terdapat di www.womenofchina.cn/about.htm. Pada Juni 2016) ACWF, (terdapat di http://www.womenofchina.cn/about.htm. Pada Maret 2016) All About China, (terdapat di guanyuzhongguo.blogspot.com/2011/04/4-wanitatercantik-dalam-sejarah-china.html. Pada Juni 2016) All
China Women’s Federation-Education Project, http://www.womenofchina.project.cn/. Pada Juni 2016)
(terdapat
di
All
China Women’s Federation-Political Project, http://www.womenofchina.project.cn/. Pada Juni 2016)
(terdapat
di
All-China Women’s Federation, (terdapat di http://www.womenofchina.cn/. Pada Juni 2016) Diskriminasi Gender, (terdapat di http://nersstudent.blogspot.co.id/2013/11/diskriminasi-gender.html. Pada Juni 2016) Diskriminasi Perempuan Tionghoa, (terdapat di http://www.kompasiana.com/willyyandi/diskriminasi-perempuan-tionghoadiskriminasi-dalam-diskriminasi_54ff66d5a33311b14b50ffa1. Pada Maret 2016) Kedudukan Wanita Dalam Masyarakat China, (terdapat http://chikasays.blogspot.co.id/2013/03/kedudukan-wanita-dalamkehidupan.html. Pada Maret 2016)
di
Pemikiran dan Budaya Masyarakat Tradisional China, (terdapat di http://dinus.ac.id/wbsc/assets/dokumen/majalah/Pemikiran_dan_Budaya_Mas yarakat_Tradisional_Cina_dalam_Cerpen_Persembahan_Tahun_Baru_Karya _Luxun.pdf. Pada Maret 2016) Profil Negara China, (terdapat di http://geograph88.blogspot.co.id/2016/04/profilnegara-cina-tiongkok.html. Pada Maret 2016) Women and Development, (terdapat di http://www.womenofchine.org.cn. Pada Juni 2016)
794