PEPER EKOSISTEM ESTUARI
NAMA
: JONIGIUS DONUATA
NIM
: 132 385 018
KELAS
:A
MK
: EKOLOGI PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG KUPANG 2015
DAFTAR ISI Halaman COVER DAFTAR ISI ............................................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
Latar Belakang ..........................................................................................
1
2.2. Tujuan .........................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................
2
2.1.
2.1.
Penertian ekosistem ..................................................................................
2
2.2.
Kodisi linkungan estuari ...........................................................................
2
2.3.
Peranan ekosistem estuari.........................................................................
3
2.4.
Komposisi biota dan produktifitas hayati ................................................
4
2.5.
Karakterisitik (ciri-ciri) ekosistem estuari ...............................................
5
2.6.
Tipe-tipe estuari .......................................................................................
5
2.7.
Biota estuari ..............................................................................................
6
2.8.
Adaptasi organisme estuari ......................................................................
7
2.9.
Peranan ekologis estuari
Fungsi ekologis estuari .................................
8
2.10. Fungsi ekologis estuari ............................................................................
10
2.11. Sifat-sifat ekologis estuari ........................................................................
11
BAB III PENUTUP .................................................................................................
11
4.1. Kesimpulan ...................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
12
EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
i
EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Estuari merupakan tempat bertemunya air tawar dari sungai dengan air asin dari laut, sehingga perairannya menjadi payau. Estuari memiliki produktivitas yang tinggi sebagai
pendukung
kehidupan
organisme
di
dalamnya. Estuari juga
merupakan perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu yang panjang karena adanya pergantian musim. Ekosistem estuari ini dibentuk oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Keanekaragaman komponen biotik dan abiotik yang terdapat didalamnya menyebabkan terjadinya interaksi yang cukup kompleks dan menarik untuk diteliti. Namun ekosistem estuari ini ternyata tidak cukup dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan jarang sekali dibahas atau disosialisasikan, padahal ekosistem estuari ini memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.
1.2. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan peper mengenai ekosistem estuari ini adalah untuk mengetahui pengertian dari ekosistem estuari, kondisi lingkungan, peranan ekosistem estuaria, komposisi biota dan produktifitas hayati, karakteristik (ciri–ciri) ekosistem estuaria, tipe-tipe estuari, biota estuari, adaptasi organisme estuaria, peranan ekologis estuai, fungsi ekologis estuaria, da sifat-sifat ekologis estuari. .
[EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN ESTUARI Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Secara sederhana estuaria didefinisikan sebagai tempat pertemuan air tawar dan air asin (Nybakken, 1988). Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Bengen, 2002, Pritchard, 1976). Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilakan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000), antara lain: Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun air laut. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya. Tingkat kadar garam didaerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
2.2. KONDISI LINGKUNGAN Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang penting terhadapa kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat yang penting antara lain: a) Salinitas. Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan [EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
2
juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas rendah. b) Substrat. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria c) Sirkulasi air. Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut melalui arus pasang surut menciptakan suatu gerakan dan transpor air yang bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air d) Pasang surut. Arus pasang surut berperan sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai si estuaria. e) Penyimpanan zat hara. Peranan estuaria sebagai penyimpanan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani. Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara darat dan laut, estuaria mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri.
2.3. PERANAN EKOSISTEM ESTUARIA Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan organik yang terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut. Produktifitas primernya sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan karena kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton. Meski demikian, bahan-bahan organik dalam rupa detritus yang terendapkan di estuaria membentuk substrat yang penting bagi tumbuhnya alga dan bakteri, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi tingkat-tingkat trofik di atasnya. Banyaknya bahan-bahan organik ini dibandingkan oleh Odum dan de la Cruz (1967, dalam Nybakken 1988) yang [EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
3
mendapatkan bahwa air drainase estuaria mengandung sampai 110 mg berat kering bahan organik per liter, sementara perairan laut terbuka hanya mengandung bahan yang sama 1-3 mg per liter. Oleh sebab itu, organisme terbanyak di estuaria adalah para pemakan detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik menjadi unsur hara, melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain yang tercampur bersama detritus itu. Pada gilirannya, para pemakan detritus berupa cacing, siput dan aneka kerang akan dimakan oleh udang dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa tingkat trofik di atasnya seperti ikan-ikan pemangsa dan burung. Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria, bisa disimpulkan bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria cenderung bersifat terbuka. Dengan pangkal pemasukan dari serpih-serpih bahan organik yang terutama berasal dari daratan (sungai, rawa asin, hutan bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang kemudian membawa pergi energi keluar dari sistem.
2.4. KOMPOSISI BIOTA DAN PRODUKTIFITAS HAYATI Di estuaria terdapat tiga komponen fauna, yaitu fauna laut, air tawar dan payau. Komponen fauna yang terbesar didominasi oleh fauna laut yaitu hewan stenohalin yang terbatas kemampuannya dalam mentolerir perubahan salinitas dan hewan euryhalin yang mempunyai kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas yang lebar. Komponen air payau terdiri dari spesies organisme yang hidup di pertengahan daerah estuaria pada salinitas antara 5-300/00. Spesies-spesies ini tidak ditemukan hidup pada perairan laut maupun tawar. Komponen air tawar biasanya terdiri dari yang tidak mampu mentoleril salinitas di atas 5 dan hanya terbatas pada bagian hulu estuaria. Ciri khas estuaria cenderung lebih produktif daripada laut ataupun air tawar. Estuaria adalah ekosistem yang miskin dalam jumlah spesies fauna dan flora. Faunanya: ikan, kepiting, kerang dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan alga dan kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan detritus.
[EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
4
2.5. KARAKTERISTIK ( CIRI–CIRI ) EKOSISTEM ESTUARIA
1) Keterlindungan Estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung dari gelombang laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva kerang-kerangan menetap di dasar perairan. 2) Kedalaman Kedalaman estuaria relatif dangkal sehingga memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar perairan dan tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan, karena dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal). 3) Salinitas air Air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang padat. 4) Sirkulasi air Perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas menciptakan suatu sistem gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu plankton. 5) Pasang Energi pasang yang terjadi di estuaria merupakan tenaga penggerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan plangton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah. 6) Penyimpanan dan pendauran zat hara Kemampuan
menyimpan
energi
daun
pohon
mangrove,lamun
serta
alga
mengkonversi zat hara dan menyimpanya sebagai bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme hewani.
2.6. TIPE-TIPE ESTUARI Pembagian tipe-tipe estuari dapat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, kekuatan gelombang, pasang surut dan keberadaan sungai. Kuat lemahnya ketiga faktor ini tergantung dari bentuk geomorfologinya. Secara umum tipe-tipe estuari dapat dibagi menjadi tujuh tipe, yaitu: o Embayments and drown river valleys (Teluk dengan sungai dari lembah bukit) [EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
5
o Wave-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi gelombang) o Wave-dominated deltas (Delta dengan dominasi gelombang) o Coastal lagoons and strandplains (Lagun dengan hamparan tanah datar) o Tide-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi pasang surut) o Tide-dominated deltas (Delta dengan dominasi pasang surut) o Tidal creeks (Daerah pasang surut dengan banyak anak sungai)
2.7. BIOTA ESTUARI Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga komponen biota, yakni fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air payau. Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30‰. Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin) mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15‰ atau kurang. Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5‰, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria. Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 530‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut. Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis.Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu saja. Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan (Nybakken, 1988). Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies, fauna khas estuaria adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman fauna pada ekosistem-ekosistem lain yang [EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
6
berdekatan. Umpamanya dengan fauna khas sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknya dengan estuaria. Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutama salinitas, dan sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang bertanggung jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat.
2.8. ADAPTASI ORGANISME ESTUARIA Variasi sifat habitat estuaria, terutama dilihat dari fluktuasi salinitas dan suhu, membuat estuaria menjadi habitat yang menekan dan keras. Bagi organisme, agar dapat hidup dan berhasil membentuk koloni di daerah ini mereka harus memilki adaptasi tertentu. Adaptasi tersebut antara lain: 1) Adaptasi morfologis: organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus untuk menghambat penyumbatan permukaan ruang pernafasan oleh partikel lumpur; 2) Adaptasi fisiologis: berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh; 3) Adaptasi tingkah laku: pembuatan lubang ke dalam lumpur organisme khususnya avertebrata. Kebanyakan organisme yang menempati daerah ini menunjukkan adaptasi dalam menggali dan melewati substrat yang lunak atau menempati saluran yang permanen dalam substrat. Dikarenakan pantai lumpur juga agak tandus, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya organisme yang menempati permukaan daratan lumpur. Kehadiran organisme di pantai berlumpur ditunjukkan oleh adanya berbagai lubang di permukaan dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Jadi, salah satu adaptasi utama dari organisme di daratan lumpur adalah kemampuan
untuk
menggali
substrat
atau
membentuk
saluran
yang
permanen.
Adaptasi utama yang kedua berkaitan dengan kondisi anaerobik yang merata di seluruh substrat. Jika organisme ingin tetap hidup ketika terkubur dalam substrat, mereka harus beradaptasi untuk hidup dalam keadaan anaerobik atau harus membuat beberapa jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung banyak oksigen ke bawah. Untuk mendapatkan air dari permukaan yang kaya oksigen dan makanan maka muncul berbagai lubang dan saluran di permukaan daratan lumpur. Adaptasi yang umum terhadap rendahnya ketersediaan oksigen adalah dengan membentuk alat pengangkut (misalnya, hemoglobin) yang dapat terus-menerus mengangkut oksigen dengan konsertasi yang lebih baik dibandingkan dengan pigmen yang sama pada organisme lain. (Nybakken, 1982)
[EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
7
2.9. FUNGSI EKOLOGIS ESTUARIA Secara umum estuaria mempunyai peranan ekologis penting diantaranya sebagai berikut; 1) Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation); 2) Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan; 3) Sebagai tempat untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies udang dan ikan.
2.10.
PERAN EKOLOGIS ESTUARIA
Secara singkat peran ekologi estuaria yang penting adalah sebagai berikut: 1) Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuari yang jauh dari garis pantai maupun yang berdekatan denganya lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation). 2) Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan (feeding ground). 3) Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup dilepas pantai, tetapi bermigrasi keperairan dangkal dan berlindung untuk memproduksi dan/atau sebagai tempat tumbuh besar (nursery ground) anak mereka. 4) Sebagai potensi produksi makanan laut di estuaria yang sedikit banyak didiamkan dalam keadaan alami. Kijing yang bernilai komersial (Rangia euneata) memproduksi 2900 kg daging per ha dan 13.900 kg cangkang per ha pada perairan tertentu di texas. 5) Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman 6) Tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan 7) Jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industry Jumlah spesies yang mendiami estuaria sebagaimana yang dikemukakan Barnes (1974),pada umumnya jauh lebih sedikit daripada yang mendiami habitat air tawar atau air asin di sekitarnya. Hal ini karena ketidakmampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas estuaria.
[EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
8
2.11.
SIFAT-SIFAT EKOLOGIS ESTAURI Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi.
Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu. Secara umum salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung ‘terapung’ di atas air laut yang lebih berat oleh kandungan garam. Kondisi ini disebut ‘estuaria positif’ atau ‘estuaria baji garam’ (salt wedge estuary) (Nybakken, 1988). Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi berkebalikan, dan karenanya dinamai ‘estuaria negatif’. Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau. Laju penguapan air di permukaan, yang lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan mengalir ke arah laut di bawah permukaan. Dengan demikian gradien salinitas airnya berbentuk kebalikan daripada ‘estuaria positif’. Dalam hal ini, dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi perubahanperubahan salinitas dan pola persebarannya di estuaria. Pola ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria. Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat. Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari darat maupun dari laut. Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya berlangsung dengan lamban.
[EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Secara sederhana estuaria didefinisikan sebagai tempat pertemuan air tawar dan air asin. Ciri khas estuaria cenderung lebih produktif daripada laut ataupun air tawar. Estuaria adalah ekosistem yang miskin dalam jumlah spesies fauna dan flora. Faunanya: ikan, kepiting, kerang dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks. Estuaria memiliki tiga komponen biota, yakni fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air payau. Fungsi ekologis estuaria secara umum estuaria mempunyai peranan ekologis penting diantaranya sebagai sebagai sumber zat hara dan bahan organik, Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh.
[EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
10
DAFTAR PUSTAKA
Bengen DG. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan laut Serta Prinsip Pengelolaannya. PKSPL IPB. Bogor. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama http:// nurjanahstii113. blogspot.com/ 2012/12/ekosistem-estuari.html. diakses 3 july 2015 Nybakken, James. 2001. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
[EKOLOGI PERAIRAN] | Peper Ekosistem Estuari
11