Dalam Estuari Sastra "Tetes Demi Tetes Tinta Untuk Indonesia" (Kumpulan puisi) Penulis : Elaine Firdausza, dkk Penyunting : Emzy Azzam Desain Sampul : Akhi Dirman Al-Amin
Cetakan 1 : Januari 2010
Kata Mereka Tentang Buku ini : "Buku antologi puisi Give Spirit For Indonesia ini bukan sekedar kumpulan puisi, lebih dari itu buku ini adalah sebuah bentuk empati anak-anak bangsa yang sangat merindukan kebangkitan Ibu Pertiwi dari titik nadir keterpurukan. Harapan-harapan dan do'a yang terangkai dalam rangkaian kata-kata indah memberikan sebuah spirit baru bahwa esok hari kita akan mampu menatap cahaya pagi yang cerah. Tidak berlebihan kalau saya katakan bahwa antologi puisi ini adalah buku motivasi dahsyat nan puitis yang mampu menggugah jiwa pembacanya dan tentu saja buku ini patut mendapatkan apresiasi" (Miftahur Rahman el-Banjary, MA; penulis buku motivasi QM dan alumni Fak. Bahasa dan Sastra Arab di Arab League University, Cairo-Egypt) “Antologi puisi ini lahir dari sebuah bentuk kepedulian sekelompok anak bangsa atas keresahan yang dialami oleh negerinya sendiri, yang kian hari kondisinya kian memperhatinkan. Kepedulian mereka curahkan dalam bentuk bait-bait puisi yang menggugah jiwa dengan bahasa yang lugas dan bersahaja, ibarat setetes embun spirit untuk Indonesia lebih baik, sehingga antologi puisi ini perlu dibaca untuk menggugah kembali kepedulian kita pada negeri dan layak untuk diapresiasi setinggi-tingginya. (Safaruddin, MA; pemerhati sastra Timur Tengah, kandidat Doktor Fak. Sastra & Bahasa Arab di Arab League University, Cairo- Egypt) "Sebuah tulisan yang bersumberkan dari hati yang dalam. Penuh inspirasi dengan syarat makna sosial. Ditulis dari para penulis muda Indonesia. Semoga dengan adanya kumpulan puisi ini dapat mendongkrak rasa solidaritas bangsa yang akhir-akhir ini mulai hilang. Juga dapat menyelami amanat sebuah musibah yang menimpa bangsa." (Arif Friyadi, Mantan Ketua FLP Mesir dan Penulis novel Mengapung Bersama Nil) "Sepanjang tahun 2010, anak negeri ini telah banyak menguras air mata. Bencana, kemiskinan, seakan belum cukup masih ditambah pula ketidakadilan dan hukum yang dilecehkan. Meskipun begitu, usah kita terjebak dalam nestapa. Hapuslah air matamu, Cinta !" (Pipiet Senja, Novelis Indonesia) “Masih ada jiwa-jiwa murni yang mau menyampaikan kebenaran rindunya pada keindahan dan kebaikan dan tegaknya nurani. Jadi Indonesia masih ada harapan untuk berjaya di masa depan, asal jiwa-jiwa murni ini bisa berkembang melampaui cakrawala” (Mustofa W Hasyim, Penyair Senior) “Anda akan menemukan bukan hanya rangkaian kalimat indah dalam kumpulan puisi ini. Tapi anda akan menemukan banyak cinta yang membuat kita tersenyum, karena masih banyak benih-benih kasih saying yang akan terus di atas bumi yang kita cintai; Indonesia!” (Akhi Dirman Al-Amin, Novelis muda Indonesia)
“Sebagian untaian kata adalah sihir,” ujar Nabi. Dan saya menemukan sihir itu di kumpulan puisi ini; sihir bagi negeri yang memang merindukan keajaiban!" (Salim A. Fillah, penulis buku Dalam Dekapan Ukhuwah)
Kata Pengantar
Dalam Estuari Sastra "Tetes Demi Tetes Tinta Untuk Indonesia" Bismillah, tiada lelah selalu terucap pada bibir-bibir yang senantiasa lillah. Mengucap Hamdalah, lantunan puji syukur yang tiada kering selalu terulur untuk Ilahi Rabby, Pencipta segala kata dan semesta, pembuka ada dan tiada. Hamdalah yang selalu tercurah kepada Rabby Izzati penguat diri, sehingga sampai detik ini, menit ini, jam ini, hingga tahun ini kita diberikan kesempatan untuk mengukir karya lewat setitik tinta-Nya. Shalawat dan salam yang tidak pernah terhenti selalu menepi kepada Suri tauladan kita, yang mengajari ribuan kata-kata cinta, yang mengajari kita makna membaca, IQRA', Bacalah, lalu kita akan dapat menerbitkan segala celah kata dari setitik ilmu-Nya. Shalawat dan salam yang tersemat untuk laki-laki terindah sepanjang masa, Rasulullah SAW, keluarga, beserta para sahabatnya, semoga kita dapat meneladani segala tauladan mereka. Sehingga kita dapat bersikap, berucap dan berbuat mulia untuk negeri ini. Amin Ya Allah. Berbicara sastra, tentunya yang terlintas dalam benak seseorang hanyalah tulisan yang memuat banyak kata majasi, metafora serta diksi yang cenderung jlimet (baca: Sulit di pahami). Baik karya tersebut berupa novel, cerpen, prosa, sajak, puisi dsb. Dikarenakan devinisi sastra sendiri masih bersidat relative, maka tidak heran jika penafsirannya semakin beraneka ragam bentuknya. Salahsatunya seperti ungkapan seorang editor dalam sebuah buku antologi sastra baru-baru ini; Sastra merupakan sebuah seni tempat menampung segala imajinasi. Tempat menumpahkan segala macam rasa dalam diri. Dalam kamus ilmiah, sastra di artikan sebagai kitab, tulisan; karangan; buku ilmu kesusastraan. Di antara dimensi-dimensi sastra itulah kami coba tuangkan sebuah paradigma, teriakan anak bangsa dalam bentuk buku antologi ini. Karya sastra teman-teman yang terangkum disini merupakan hasil dari curahan, ungkapan perasaan batin mereka. Dan, lantaran rasa nasionalisme yang tinggi pula sekat berupa maya tidak menjadi penghalang bagi teman-teman untuk 'ber-urun rembuk' lewat sastra. Berbagai macam sisi kehidupan bangsa Indonesia, mulai dari bencana alam, kelaparan, kemiskinan, ketidak adilan, korupsi dan lain sebagainya mereka sorot secara tajam melalui 'lensa' ketulusan serta penuh kejujuran, tanpa melupakan tujuan utama terciptanya sebuah sastra; yaitu sebagai salahsatu wadah penyaluran kritik dan saran. "Manakala orang awam hanya melihat dua sisi dari keeping uang yang sama, para sastrawan mampu melihat sisi yang ketiga." Begitulah kata WS. Rendra. Akhirnya, apresiasi serta rasa terima kasih sebesar-besarnya kami ucapkan bagi semua peserta dan seluruh individu yang terlibat di dalamnya. Kami berharap pada masa-masa akan datang lahir regenerasi baru yang betul-betul mempuni dalam sastra, terutama dalam menyikapi dunia pendidikan. Jangan berhenti berkarya! Penyelenggara
Elaine Firdausza (Ida Nurul Zulaikah)
DAFTAR ISI Kata Mereka Tentang Buku ini 5 Elaine Firdausza-Kata Pengantar 7 Daftar Isi 9 Izel Muhammad-Garis Pusaran 13 Khalili Lili-Kenduri Rindu 14 Suguh Kurniawan-Ziarah Sukma 15 AF Kurniawan-PADA TIGA RAKAAT MAGHRIBKU 17 Fiq Iskandar-Dalam Perjalanan 18 Rangga Umara-Di Kota yang Luka 20 Lilin Praharani Cima-Biar Lara Melenyap 21 Ghulam Ly-Narasi Airmata Anak Bangsa 22 Hylla Shane Gerhana-Bias Asa Sang Ulayat Bestari 24 Ghulam Ly-Selongsong Asa 26 Musyfiqur Rahman-Sujudku Dalam Bisikan Doa 28 Wina Saptiani-Yakini 30 Mushashi Miyamoto-Harimau Putih Rimba Pertiwi 31 Luqman Tambusi-Purnama Menyingsing 32 Hylla Shane Gerhana-Termitidae 33 E Pul-Sanatun 34 Rinda Arsianah-Gelisah Bumi 36 Aryy Amilin-Mei Dalam Tahun 38 M. Qoyyum Mahfudhon-Aku Tak Pernah Berubah 39 Agus Sutisna-Pesona Mata Garuda 40 Aldani Putri Wijayanti-Obituari Negeriku 41 Sukma Angraini-Atensi Dibalik Cerita 42 Gerhana Biru-Generasi Sisa Bencana 43 Raffa Muhammad-Menyerak Elegi Deng an Simfoni 44 Yati Sarmi-Menjaga Setitik Cinta Dalam Derita 45 Haden Mulyono-Kala Pagi Tersenyum 46 Inggar Saputra-Seribu Mimpi, Untukmu Indonesia 47 Binta el-Mamba-Doa-Doa Pipit Mengetuk Langit 48 Lintang Syuhada-Pasrahku 49 Novie Najmi-Titik Putih Penggenggam Asa 50 Arief Rachman-Ruang Pedang 51 Irwan Kusuma-Suatu Saat Kita akan Terbangun dari Kesunyian 53 Ridan M-Sekawanan Kawan 54 Nisa Salwa-Merah Putih 55 Bambang Kariyawan-Renjis Cahaya 56 Budhi Setyawan-Jayalah Persadaku 57 Rahmat Fajar-Biografi Batu 58 Pekik Uma-Sang Jasad 59 Idrus Bin Harun-Secawan Lumpur Untuk Presiden 60 Suguh Kurniawan-Ikrar 61 Toffan Ariefiadi-Api Merapi 62 Musayka-Kabar Bencana 63 Yelna Yuristiary-Dandelion Itu Masih Berbunga 65 AF Kurniawan-Membaca Usia Airmata 67 Poetri Heriningtyas-Merajut Asa Khatulistiwa 68 Novi Drastiawati-Mawar Hitam Khatulistiwa 69 Achiem Ziem-Pesona Laut Seribu Pulau 70 Ima Urusai-Lembar Lalu 71 Sarah Nurul-Telaga Kausar Indonesia 72 Fauzia Ardiana-Kau Bukan Pemain Film Pecundang 73 Wildan Carbon-Taringmu Negeriku 74 Okti Li-Kisah Kemarin, Kini, dan Kalau 75 Panarta Romel-Serenada Asa 77 Alis Muntono-Satu Senja di Barak Pengungsian 78 Ummu Aysyi-Muhasabah Dalam Musibah 79 Ummu Aysyi-Bangkitlah 81
Putri Pinilih-Berlari Mengelilingi Antariksa 82 Nisrina Nabihah-Sepucuk Surat Untuk “Supermarket” ku 83
Sudianto-Peta Nisan Dan Pertikaian Mayatmayat Di Lahatlahat 85 Rakhmat Ari Nugraha – Meski Tlah Retak 87 M.Qoyyum Mahfudhon-Aku Tak Pernah Berubah 88 D. Dudu AR-Obat Demam Buat Zhiya 89 Deasy Lyna Tsuraya-Satu Dalam Tujuan Untuk Negeriku 90 Lukman Hakim AG-Sungai Karantang 92 Rozi Kembara-Amsal Kehilangan 95 Siti Anifatul Jumaroh-TUNAS MUNGIL 96 Nuri Aprillia Ramadhona-Demi Indonesia, Yang Kokoh Berrangka 97 Ika Wahyuni-Tunas Khatulistiwa 98 Fahmi Nuruddin-Cerita Empat Babak Tentang Luka 100 Taufik Hidayat-Cakrawala Mandala 102 Rofiqoh Asri-SCRIPT MONUMENTAL I 103 Liana Hera-Sayap-sayap Putih 104 Fran Keni-Tata Asa Bumi Pertiwi 105 Resti Ratnawati-Sang Pengkhianat Bangsa 106 Jumali-Harapan 107 Wiwi Diah Ratnasari-Bangun 108 Ziah Muharam -Cerita Akhir Padamu Derita 109 Edu Badrus Shaleh MA-Naviri Tanah Pemabuk 111 Dhieny Megawati-Nyayian Sejarah Bisu 113 Ulfah Tsabitah-Kanak-Kanak Masa Depan, Teruslah Melangkah 115 Mieny Angel-Kami Untuk Nusantara 117 Fakhirah Robbaniy-Mozaik Asa 119 Mai Hamdati-erdiri Di Atas Luka Tanah Negeri 121 Rangga Umara-Sore Tadi Kampungku Menangis 123 Syahdaka Musyfiq Abadaka-Mendayung Hujan 124 Naufal Rafi-Cahaya Lintas Zaman 125 Yuridista Putri Pratiwi-Untukmu, Dari Aku Dandellion Perunggu. 126 Eko Saputro-Merapi Di Suatu Senja 128 Syuman Saeha-1.000 Ayat 130 Hilal Ahmad-Senada Tuhan 132 Rozi Gunawansyah-Senandung Cendrawasih 133 Ibrahim Barsilai Jami-Balada Negeri Tuan Takur 135 Arfan Fahmi-Duka Tak Menghapus Cita 137 Novi Anggraheni-Saat Pagi Menjelang 138 Nurkholis Novarika-Tetes Embun Di Daun 139 Masssuha el-arief-adarus Januari 140 Kanvas Jiwa-Seuntai Hati untuk Negeri 141 Yelna Yuristiary-Almanak Karubaki Yang Runtuh 143 Nyangtu Kaleh Legowo-Negeri kampretsia 144 Ahmad Ijazi H-Menjumpa Gerhana Di Uzur Usia Peradaban 145 Kun Geia-Semoga Kalian Benar-benar Mengerti 148 Dila Saktika Negara-Negeri Kikisan Pelangi 151 Khalifa rafa Az-zahra-Di Persimpangan 152 Daffodil-Ajariku Makna Gagal 154 Daffodil-Mengkhatamkan hikayat 156 Elaine Firdausza-Malaikat Senja 158 Biodata 160