Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
PENYUSUNAN KURIKULUM PROGRAM BISNIS HIBURAN: SUATU ALTERNATIF Adhi Baskara Ekananda1) 1) Program Pascasarjana Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia e-mail:
[email protected] ABSTRAK Bertumbuhnya industri kreatif akibat semakin berperanannya media massa, teknologi, dan internet; menimbulkan konsekuensi kebutuhan sumber daya manusia yang mampu untuk mengelola usaha yang terkait dengan industri ini. Belum banyak penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia yang memfasilitasi disiplin ini secara integratif. Sebagian besar pendidikan semacam ini masih dilaksanakan dalam bentuk kursus atau pendidikan non-gelar, dimana materi yang disampaikan bersifat parsial. Pengetahuan dan konteks pendidikan bisnis hiburan terpadu sangat diperlukan oleh perusahaan yang bergerak di bisnis hiburan. Hingga saat ini, pelaku bisnis hiburan umumnya mendapatkan kemampuan dengan belajar dari orang lain atau melakukan pembelajaran berdasarkan trial-error. Tiga materi yang disarankan untuk pihak yang akan menyelenggarakan pendidikan ini adalah bisnis hiburan, manajemen, dan materi penunjang. Materi bisnis hiburan diperlukan untuk mengenali karakter-karakter hiburan sebagai produk yang ditawarkan kepada konsumen. Beberapa materi yang sesuai dengan materi ini seperti pengelolaan artis, penyelenggaraan acara, dan publishing dan licensing produk seni. Manajemen meliputi fungsi-fungsi pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, dan mengelola proyek. Sedangkan, materi penunjang berkaitan dengan psikologi, budaya populer, dan legal. Tujuan makalah konseptual ini adalah untuk memberikan alternatif dalam penyusunan kurikulum untuk program bisnis hiburan secara terintegrasi. Kata kunci: Kurikulum, Pendidikan Tinggi, Bisnis Hiburan PENDAHULUAN Penyusunan makalah konseptual ini dilakukan sebagai persiapan kurikulum untuk program studi di bidang bisnis hiburan pada sebuah institusi pendidikan tinggi. Permasalah utama yang dihadapi dalam penyusunan kurikulum ini adalah belum adanya format yang baku untuk disiplin ilmu bisnis hiburan. Bisnis hiburan merupakan paduan dari beberapa disiplin ilmu. Senyawa rumpun ilmu ini memerlukan gagasan-gagasan yang mampu untuk menyelaraskan antara dunia akademis dengan kebutuhan tenaga kerja di industri ini. Tenaga kerja di sini diartikan secara luas, dimana mencakup mereka yang memilih karir dengan bekerja sebagai karyawan di korporasi atau menjadi wirausaha di industri hiburan. Institusi pendidikan tinggi yang menjadi ilustrasi pada makalah konseptual ini menyelenggarakan program pendidikan musik di awal kegiatannya pada tahun 2001. Mereka mengawali pendidikan musik kontemporer dengan masa pendidikan 2 tahun sebagai suatu institut. Seiring dengan berkembangnya kurikulum, masa pendidikan menjadi 3 tahun. Kepedulian institusi ini untuk mewadahi minat kaum muda dalam bermusik, mendorong mereka untuk mengubah status menjadi penyelenggara pendidikan seni kontemporer dengan gelar kesarjanaan. Pada tahun 2013, institut ini secara resmi menjadi Sekolah Tinggi. Saat ini mereka menyelenggarakan program sarjana untuk seni terapan dengan konsentrasi: music ISBN : 978-602-97491-9-9 A-21-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
performance, music composition, dan music audio production. Program bisnis hiburan baru akan diselenggarakan pada tahun 2014. Disamping staff pengajar yang ahli di bidangnya, terdapat fasilitas yang menunjang kegiatan belajar mengajar, seperti: ruang konser, studio rekaman, dan laboratorium musik. Dalam waktu dekat, sekolah tinggi ini akan membangun kampus baru dengan fasilitas yang lebih lengkap. Untuk ilustrasi pada makalah konseptual ini, institusi ini disebut sebagai Sekolah Tinggi X. Berdasarkan Kepmen 232/U/2000, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. Dengan demikian tiga hal utama yang menjadi kepedulian kurikulum adalah materi yang disampaikan, cara penyampaian, dan proses penilaian. Kesemuanya difokuskan pada peserta didik dan perannya di masyarakat setelah lulus kelak. Pada industri musik, terdapat dua macam pengetahuan yang dianggap bernilai oleh para pelaku di industri ini: pengetahuan yang memberikan keunggulan di pasar dan pengetahuan yang dapat digunakan sebagai ‘bukti’ dalam konteks pembuatan kebijakan di bidang musik (Williamson, Cloonan, dan Frith, 2011). Meskipun industri hiburan lebih luas cakupannya dibandingkan dengan industri musik, namun kedua bentuk pengetahuan ini relevan jika diterapkan. Hal ini mengindikasikan kalau penyusunan kurikulum suatu program pendidikan memiliki pengaruh yang lebih luas dibandingkan dengan kegiatan pengajaran itu sendiri. Pada pasal 3 kepmen 232/U/2000 dijabarkan mengenai kualifikasi lulusan program sarjana: a. menguasai dasar-dasar ilmiah dan ketrampilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya; b. mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya seusai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama; c. mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama di masyarakat; d. mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian yang merupakan keahliannya. Meskipun program bisnis hiburan ini lingkupnya di bidang bisnis, lulusan sekolah tinggi yang akan menyelenggarakan program ini adalah sarjana seni. Dasar-dasar ilmiah dan ketrampilan sebagai bekal dalam menghadapi masalah di dunia bisnis hiburan, diberikan dalam bentuk materi yang terangkum pada kurikulum inti dan kurikulum institusional. Selanjutnya di Kepmen 045/U/2002 yang mengaitkan antara kompetensi dengan kurikulum. Kompetensi hasil didik program studi dibagi menjadi tiga: utama, pendukung, dan khusus. Kurikulum inti merupakan penciri dari kompetensi utama, sedangkan kompetensi pendukung dan khusus ditetapkan oleh institusi penyelenggara program studi sebagai kurikulum institusional. Sebagai disiplin ilmu hibrida, bisnis hiburan perlu mendefinisikan tempat berpijaknya untuk penentuan kurikulum intinya. Hal yang penting adalah bagaimana mengintegrasikan mata kuliah pada kurikulum ini dalam mempersiapkan lulusan yang sesuai dengan kualifikasi lulusan program yang tercantum pada pasal 3 kepmen 232/U/2000. Temuan penelitian sebelumnya yang terkait dengan kurikulum terintegrasi, membuktikan kalau motivasi terkuat untuk mengintegrasikan kurikulum adalah keyakinan akan pentingnya tindakan tersebut terhadap keberhasilan peserta didik di masa depan (Athavale, Myring, Davis, & Truell, 2010). Studi ini mempermasalahkan soal perbedaan orientasi, dimana kurikulum terintegrasi ISBN : 978-602-97491-9-9 A-21-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
memiliki karakter organisasional sentris, sementara itu sebagian besar pengajar lebih cenderung ke arah fungsional sentris. Program pendidikan bisnis hiburan memiliki elemen interdisiplin dan hasil pembelajarannya merupakan praktek kritis terapan, yang diartikan sebagai pemahaman mendalam dan demokratis mengenai audiens, dan bagaimana penilaian, aspirasi, minat, dan kepedulian audiens dipenuhi (Collis, McKee, & Hamley, 2010). Pendekatan tradisional sekolah bisnis adalah menggunakan mata kuliah manajemen stratejik sebagai pucuk pelingkup dari seluruh materi sebelumnya. Teece (2011) mengusulkan penerapan rerangka kapabilitas dinamis yang memberikan manfaat lebih daripada pendekatan tradisional. Kapabilitas dinamis dapat merangkul kepentingan mendasar penciptaan, pengalihan, dan perlindungan aset nirwujud. Pendekatan ini juga dirancang untuk membantu pembentukan pemahaman akan sifat dan pentingnya mengorkestrasi serta mengintegrasi aset seperti layaknya pada perusahaan komersial. Teece (2011) menguraikan kapabilitas dinamis ke dalam tiga gugus aktifitas dan penyelarasan: a. identifikasi dan penilaian peluang (sensing); b. mobilisasi sumberdaya untuk memenuhi peluang tersebut dan untuk memperoleh nilai dari tindakan tersebut (seizing); dan c. memperbaharui secara berkelanjutan (transforming). Pendekatan ini mampu memberdayakan pendidikan yang terkait dengan bisnis menjadi lebih bermakna dan terintegrasi. Pengertian interdisiplin pada bisnis hiburan secara khusus dibedakan dengan multidisiplin. Multidisiplin diartikan sebagai bentuk dimana peserta didik mengambil beberapa mata kuliah yang terpisah dan berupaya untuk menarik hubungan antar mata kuliah tersebut secara mandiri. Interdisiplin dilakukan secara terintegrasi di setiap tingkatan, sehingga peserta didik mendapatkan pembelajaran dengan beragam latar belakang dan perspektif (Collis, McKee, & Hamley, 2010). Peran ketersediaan sumberdaya dan dukungan pengajar merupakan faktor penting untuk menerapkan kurikulum yang terintegrasi seperti ini (Athavale, Myring, Davis, & Truell, 2010). Penulis mengusulkan alternatif dalam penyusunan kurikulum program pendidikan bisnis hiburan dengan mengacu pada ketentuan pemerintah, serta mengintegrasikan berbagai disiplin keilmuan dengan menggunakan pendekatan kapabilitas dinamis. KURIKULUM BISNIS HIBURAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah 17 tahun 2010 pasal 97 ayat 1 dinyatakan kurikulum yang dikembangkan dan dilaksanakan tersebut berbasiskan kompetensi. Peraturan Pemerintah 17 tahun 2010 pasal 97 ayat 3, menjabarkan elemen kurikulum penunjang kompetensi setidaknya meliputi: a. landasan kepribadian; b. penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga; c. kemampuan dan ketrampilan berkarya; d. sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai; e. penguasaan kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan dalam berkarya. UU PT nomor 12 tahun 2012 pasal 29 menetapkan kompetensi lulusan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2012 pasal 5 menyetarakan Sarjana setara dengan jenjang 6. Pada pasal 2 dijelaskan kalau jenjang 4 sampai dengan 6 dikelompokkan dalam jabatan teknisi atau analis.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-21-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Perumusuan capaian pembelajaran atau kompetensi lulusan yang merujuk KKNI, diuraikan mengenai tracer study dan scientific vision (profil lulusan), kesepakatan program studi sejenis (capaian pembelajaran lulusan menurut tingkatan kualifikasi KKNI), dan visi misi perguruan tinggi (capaian pembelajaran ciri lulusan perguruan tinggi). Profil lulusan program bisnis hiburan memiliki beberapa kemungkinan, seperti: pemilik label rekaman musik, produser eksekutif film, manajer artis, pengelola acara, penerbit karya musik, pengelola festival musik, kurator program seni, dan karyawan perusahaan di bidang kreatif. Pada makalah konseptual ini dipilih tiga contoh sebagai ilustrasi: pemilik label rekaman musik (recording label owner), pengelola acara (event organizer), dan manajer artis (artist manager). Tabel 1. Capaian Pembelajaran Prodi Bisnis Hiburan Sekolah Tinggi X Berdasarkan Profil Lulusan Profil lulusan Pemilik label rekaman musik
Rumusan capaian pembelajaran ciri prodi Bisnis Hiburan 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Pengelola acara
1. 2.
3.
4. 5.
6.
Ciri prodi Sekolah Tinggi X
Mampu untuk mengidentifikasi talenta di bidang musik. Mampu untuk memprakirakan potensi pasar. Mampu melakukan perencanaan produksi rekaman dengan melakukan alokasi sumberdaya secara efisien dan efektif. Mampu melakukan eksekusi produksi rekaman. Mampu melaksanakan kegiatan pemasaran produk rekaman. Mampu melindungi hak cipta atas karya dan master rekaman.
Memiliki kemampuan manajerial, kreatifitas, teknis, dan interpersonal.
Mampu berperan sebagai konsultan bagi pemilik acara. Mampu untuk mengidentifikasi keunggulan dan keterbatasan konsep acara yang dibuat. Mampu melakukan perencanaan penyelenggaraan acara dengan melakukan alokasi sumberdaya secara efisien dan efektif. Mampu melakukan eksekusi kegiatan acara. Mampu bekerjasama dengan pihak-pihak pemangku kepentingan yang terkait dengan pelaksanaan acara. Mampu membuat laporan pertanggungjawaban penyelenggaraan acara dengan akurat dan tepat waktu.
Memiliki kemampuan manajerial, kreatifitas, teknis, organisasional, dan interpersonal.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-21-4
Memiliki kemampuan berpikir secara komprehensif sebagai wirausaha. Memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dalam segala tindakannya, sebagai bahan masukan untuk pembelajaran yang berkelanjutan.
Memiliki kemampuan berpikir secara komprehensif dalam mengembangkan konsep, melaksanakan acara, dan melaporkan pertanggungjawaban. Memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dalam segala tindakannya, sebagai bahan masukan untuk pembelajaran yang berkelanjutan.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Profil lulusan
Rumusan capaian pembelajaran ciri prodi Bisnis Hiburan
Manajer artis
1. 2. 3.
4.
5. 6.
Mampu untuk mengidentifikasi potensi artis yang dikelola. Mampu untuk memprakirakan potensi pasar artis. Mampu melakukan perencanaan penjadwalan artis dengan melakukan alokasi sumberdaya secara efisien dan efektif. Mampu bekerjasama dengan pihak-pihak yang memberikan manfaat ekonomis dan nonekonomis, guna menunjang citra positif artis. Mampu memasarkan artis. Mampu membuat laporan pertanggungjawaban kepada artis dengan akurat dan tepat waktu.
Ciri prodi Sekolah Tinggi X Memiliki kemampuan manajerial, kreatifitas, teknis, dan interpersonal. Memiliki kemampuan berpikir secara komprehensif dengan mempertimbangkan potensi artis di masa sekarang dan masa mendatang. Memiliki kemampuan untuk berpikir kritis dalam segala tindakannya, sebagai bahan masukan untuk pembelajaran yang berkelanjutan.
Secara umum, terdapat tiga parameter deskripsi capaian pembelajaran lulusan prodi: kemampuan di bidang kerja, pengetahuan yang dikuasai, dan kemampuan manajerial. Berikut adalah tabel mengenai capaian pembelajaran utama prodi bisnis hiburan untuk tingkat sarjana. Tabel 2. Capaian Pembelajaran Lulusan Prodi Bisnis Hiburan Sekolah Tinggi X Parameter deskripsi Kemampuan di bidang kerja
Capaian pembelajaran 1.
2.
3.
4. 5.
Mampu menyusun rencana bisnis berdasarkan atas analisis lingkungan bisnis. sehingga dapat menyelenggarkan aktifitas usaha yang memberikan kemampulabaan, berkelanjutan, dan bermanfaat bagi masyarakat. Mampu melaksanakan fungsi-fungsi bisnis yang berorientasi pada konsumen, dengan berdasarkan gagasan-gagasan kreatif yang dilaksanakan secara efisien dan efektif. Mampu mengembangkan langkah-langkah untuk memecahkan masalah yang diakibatkan oleh keterbatasan sumberdaya dan mengambil keputusan yang memberikan manfaat maksimal. Mampu menyusun laporan pertanggungjawaban di akhir kegiatan secara akurat dan tepat waktu. Mampu menjadi individu pembelajar yang secara berkesinambungan meningkatkan kemampuan diri.
Pengetahuan yang dikuasai
Menguasai dan memahami konsep dan teknik yang terkait dengan fungsi manajerial dan kewirausahaan; karakter industri hiburan, baik di tingkat lokal maupun global: dan materi-materi penunjang yang berkaitan dengan bisnis hiburan.
Kemampuan manajerial
Bertanggungjawab pada pekerjaan yang dilakukan secara mandiri atau kelompok, dalam bentuk pencapaian yang terukur dan memenuhi kualitas yang sesuai dengan perencanaan. Memiliki kemampuan soft skill untuk mengenali diri, berinteraksi dengan pihak lain, dan bekerjasama dalam kelompok.
Penyusunan kurikulum inti dilandasi oleh ciri kompetensi utama di bisnis hiburan. Kurikulum inti ini berbasiskan mata kuliah yang terkait dengan bisnis hiburan dan manajemen. Mata kuliah pada kategori ini mendapatkan porsi terbesar pada kurikulum. ISBN : 978-602-97491-9-9 A-21-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Beberapa contoh mata kuliah di kurikulum inti untuk bisnis hiburan adalah pengenalan bisnis hiburan, mengelola label rekaman, mengelola acara, manajemen panggung, manajemen produksi film, dan manajemen talenta. Sedangkan untuk bidang manajemen adalah prinsip manajemen, perilaku organisasi, perilaku konsumen, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, kewirausahaan, manajemen proyek, dan pengantar ekonomi. Materi penunjang merupakan elemen kurikulum institusional. Beberapa contoh mata kuliah untuk kurikulum ini adalah pengantar psikologi, pengantar sosiologi, budaya popular, hukum, dan industri media massa. Alternatif dalam penyusunan kurikulum pada makalah konseptual ini adalah menggunakan pendekatan rerangka kapabilitas dinamis, dengan tujuan untuk mengintegrasikan kurikulum di program studi bisnis hiburan. Interdisiplin dapat dilaksanakan dengan menggunakan rerangka kapabilitas dinamis. Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan pemindaian peluang, diikuti dengan mobilisasi sumberdaya untuk meraih peluang dan memperbaiki secara berkelanjutan (Teece, 2011). Dengan menggunakan contoh profil lulusan pada tabel 1, akan disusun tahapan kapabilitas dinamis yang dikaitkan dengan penyusunan kurikulum bisnis hiburan. Dikarenakan penyusunan kurikulum ini masih dalam proses, dan makalah konseptual ini terbatas pada pemberian alternatif, maka ilustrasi penggunaan kapabilitas dinamis hanya mengacu pada tiga langkah sensing, seizing, dan transforming. Pembahasan tidak sampai ke hasil penerapannya, karena hal ini belum terjadi. Tabel 3. Penyusunan Kurikulum Prodi Bisnis Hiburan Sekolah Tinggi X berdasarkan kapabilitas dinamis Profil Lulusan Pemilik label rekaman musik
Sensing Label rekaman lokal umumnya tidak memiliki diferensiasi karakter yang mencirikan label tersebut
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-21-6
Seizing
Transforming
Menyusun kurikulum yang tidak hanya memberikan pengetahuan dan ketrampilan untuk terlibat di dalam industri musik, namun juga memahami mengenai pentingnya diferensiasi label rekaman beserta artis yang berada di bawah naungan label tersebut. Diperlukan juga kepekaan lulusan program studi akan dinamika lingkungan industri musik, sehingga dapat meraih peluang dan mengurangi dampak atas ancaman yang ada.
Mengintegrasikan disiplin psikologi, sosiologi, industri hiburan, budaya populer, manajemen pemasaran, perilaku konsumen, mengelola merek, dan ekonomi menjadi mata kuliah manajemen label rekaman. Melakukan pengkayaan dari fokus pada kualitas produksi rekaman ke menafsirkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi industri rekaman.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Profil Lulusan
Sensing
Seizing
Transforming
Pengelola acara
Pengusaha di bidang pengelola acara mengandalkan intuisi dan pengalaman.
Menyusun kurikulum yang berfokus pada pengembangan, perencanaan, dan pelaksanaan gagasan melalui pengetahuan yang eksplisit. Lulusan program studi juga dipersiapkan untuk memprakirakan konsekuensi negatif yang berpeluang terjadi dengan cara mengembangkan skenario-skenario cadangan.
Mengembangkan mata kuliah manajemen even yang merupakan integrasi disiplin psikologi (terutama yang terkait dengan pengembangan gagasan), manajemen proyek, manajemen sumber daya manusia, pemasaran layanan, akuntansi manajerial, manajemen keuangan, dan ketrampilan teknis penyelenggaraan acara.
Manajer artis
Manajer artis yang pasif menunggu pekerjaan dan berorientasi jangka pendek, bukan mencari peluang dan memiliki kemampuan memprakirakan karir artis untuk jangka yang lebih panjang.
Menyusun kurikulum untuk pengelolaan artis sebagai merek dengan harapan hidup dalam jangka waktu panjang. Selain memenuhi permintaan para pihak untuk menggunakan jasa artis, diperlukan juga kemampuan kreatif untuk membangun citra merek positif dan memelihara eksistensi artis. Lulusan program studi juga disiapkan untuk memahami pengelolaan keuangan artis untuk menjaga kestabilan finansial di masa yang lebih panjang.
Mata kuliah manajemen artis merupakan integrasi disiplin manajemen pemasaran, manajemen merek, manajemen keuangan, perilaku pelanggan business-tobusiness, dan industri media.
Kapabilitas dinamis memberikan perspektif dari sisi yang berbeda dengan sudut pandang Capaian Pembelajaran dalam hal pembentukkan rerangka penyusunan kurikulum program studi bisnis hiburan. Pendekatan kapabilitas dinamis merupakan interdisiplin terkait dengan profil lulusan yang mengisi kesenjangan yang terjadi antara pelaku bisnis hiburan saat ini, dengan kondisi ideal profesi tersebut. Melalui pendekatan ini, penyusunan kurikulum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaku bisnis yang mumpuni di industri hiburan. Kondisi ini dimungkinkan untuk penyusunan kurikulum bisnis hiburan, karena esensi program studi ini adalah aplikatif dan interdisiplin. Selain itu, bentuk baku kurikulum untuk bisnis hiburan belum ada, sehingga penyusunan kurikulum ini lebih memiliki keleluasaan. Pendekatan ini juga memfasilitasi penyempurnaan kurikulum secara berkesinambungan yang kontekstual dengan kondisi terkini di industri hiburan. KESIMPULAN DAN SARAN Makalah konseptual ini menyandingkan pendekatan penyusunan kurikulum berbasiskan Capaian Pembelajaran dengan pendekatan kapabilitas dinamis. Dengan ISBN : 978-602-97491-9-9 A-21-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
menggunakan tiga contoh profil lulusan yang terkait dengan penyelenggaraan program studi, terlihat perbedaan sudut pandang terhadap profil lulusan yang ‘memenuhi kriteria’ (pada pendekatan capaian pembelajaran) dan yang ‘menjembatani’ kesenjangan (pada pendekatan kapabilitas dinamis) kualitas sumberdaya manusia di industri hiburan. Pendekatan kapabilitas dinamis memprasyaratkan tahap sensing sebagai saringan awal untuk mengetahui kontekstual lingkungan bisnis hiburan, sehingga bisa diketahui kesenjangan yang terjadi. Berdasarkan temuan ini, disusun mata kuliah yang bisa mempersiapkan peserta didik agar mampu mengisi kebutuhan di industri hiburan. DAFTAR PUSTAKA Athavale, M., Myring, M., Davis, R. E., & Truell, A. D. (2010). Factors influencing success in integrating the four-year business school curriculum: Implications for business educators, The Delta Pi Epsilon Journal, Vol. LII, No.1, 4-15. Collis, C., McKee, A., & Hamley, B. (2010). Entertainment industries at university: Designing a curriculum, Continuum: Journal of Media & Cultural Studies, Vol. 24, No. 6, 921-932. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 045/U/2002, tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 17 tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Presiden Republik Indonesia, Nomor 8 tahun 2012, tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Teece, D. J. (2011). Achieving integration of the business school curriculum using the dynamic capabilities framework, Journal of Management Development, Vol. 30, No. 5, 499-518. Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi. Williamson, J., Cloonan, M., & Frith, S. (2011). Having an impact? Academics, the music industries and the problem of knowledge, International Journal of Cultural Policy, Vol. 17, No. 5, 459-474.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-21-8