Penyidik Yang Meyakini Kebenaran Firman Tuhan Oleh Budi Kamis, 20 September 2012 19:02
Sebagai umat Kristiani yang yakin benar akan Firman Tuhan bahwa “Jika Tuhan yang membuka tidak ada yang bisa menutupnya,” membuat Brigjen Pol Dr Benny Josua Mamoto SH MSi yang saat ini menjabat sebagai Deputy Penindakan dan Pengejaran Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja profesional dengan tidak mengenal waktu.
Ia tidak memikirkan apakah dengan bekerja keras itu, pangkatnya akan dinaikkan setingkat lebih tinggi lagi menjadi Irjen Polisi sebagaimana aturan yang berlaku di lingkup BNN atau tidak. Ia hanya berpikir bagaimana bekerja secara profesional sehingga memperoleh hasil maksimal dan nama Tuhan dipermuliakan oleh semua umat di Indonesia.
“Itu saja yang saya pikirkan,” kata Jenderal berbintang satu pada Mukinews.com, beberapa saat lalu setelah ia disebut-sebut sebagai perwira tinggi Polri yang diganjal kenaikan pangkatnya setingkat lebih tinggi oleh pimpinan Polri. Menurut doktor pertama lulusan Universitas Indonesia di bidang pemberantasan teroris, ia sudah terbiasa dengan tidak mendapat kenaikan pangkat sebagaimana mestinya walaupun prestasinya dalam melaksanakan tugas di lingkup Polri untuk memberantas pelaku kejahatan tidak kalah dengan mereka yang dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi.
“Model seperti ini sudah biasa dalam kehidupan saya,” tutur mantan Wakil Sekretaris Interpol yang baru memporakporandakan jaringan pengedar narkoba internasional yang pelakunya adalah narapidana hukuman mati di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. Dikatakan, 10 tahun setelah lulus dari Akademi Kepolisian di Sukabumi Jawa Barat pada tahun l977, ia masih berpangkat Letnan Dua. Padahal kawan-kawannya sudah ada yang berpangkat Kapten dengan prestasi yang tidak istimewa sekali.
Demikian pula ketika pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan Satu di tahun l990, hampir sepuluh tahun ia baru mendapat kenaikan pangkat lagi sebagai perwira pertama. Pada waktu itu kawan-kawannya sudah ada yang berpangkat Letnan Kolonel (Ajun Komisaris Besar Polisi). Tapi ketika dirinya dapat memperlihatkan kemampuannnya membongkar kasus korupsi berbagai Bank di Jakarta di hadapan Kapolri Jenderal Pol Drs Dibyo Widodo, pangkatnyapun langsung dinaikkan menjadi Kapten. Dan pada tahun yang sama dinaikkan lagi pangkatnya
1/6
Penyidik Yang Meyakini Kebenaran Firman Tuhan Oleh Budi Kamis, 20 September 2012 19:02
menjadi Mayor sehingga menjabat sebagai Kasat Perbankan Polda Jabar.
Setelah kenaikan pangkat dua kali dalam kurung waktu setahun , iapun ditarik ke Mabes Polri dan mencapai kepangkatan Kombes. Dikala itu kawan-kawannya sudah ada yang berpangkat Irjen Pol. Di antaranya adalah Susno Duadji dan Edward Aritonang, dan Alex Bambang Riatmojo. Dan ketika pangkatnya dinaikkan menjadi Brigjen Polisi di lingkup BNN, kawannya Susno Duadji sudah berpangkat Komjen Pol sehingga untuk mengejarnya sangat sulit dilakukan.
Dan ketika jabatannya sudah memenuhi persyaratan sebagai Irjen Polri, iapun terkena aturan dari Kapolri yang menyebutkan, semua pejabat diluar yang dikaryakan di luar Polri harus seizin Kapolri untuk dapat dinaikkan pangkatnya. Dengan demikian, Benny Mamoto tersandung lagi kenaikan pangkatnya dengan aturan baru Kapolri sehingga jabatannya yang sesuai dengan surat Keputusan Presiden belum dapat dinaikkan pangkatnya. “Saya tidak pernah memikirkan apakah jabatan saya yang berdasarkan Surat Keputusan Presiden sepantasnya memakai pangkat Irjen Polisi atau tidak. Yang saya pikirkan bagaimana tugas saya sebagai umat Tuhan dapat dijalankan dengan baik sehingga nama-Nya dipuja dan dipuji oleh semua umat manusia,” ujarnya sambil menambahkan bahwa ia tetap berpegang teguh pada firman-Nya bahwa jika Tuhan sudah membuka pintu tidak ada yang dapat menutupnya.
Jadi pangkat itu bukan segala-galanya. Pangkat itu hanya merupakan suatu rangkaian tugas atau amanah yang harus diemban untuk dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Dengan demikian, pangkat itu akan datang sendirinya. Tidak usah diburu. “Cape memikirkannya,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa hampir semua karyawan di lingkup BNN, mengenal betul siapa itu Deputy Penindakan dan Pengejaran, Brigjen Polisi Benny Mamoto. Jenderal berbintang satu itu beberapa bulan lalu telah memporakporandakan keberadaan dua orang pilot perusahaan penerbangan Lion yang kedapatan menggunakan shabu-shabu ketika akan melaksanakan tugasnya menerbangkan pesawat ke beberapa daerah di tanah air. Demikian pula di lingkup Mabes Polri, tidak ada pihak yang meragukan kepiawaian Brigjen Pol Benny Mamoto, demikian panggilan akrab Benny Josua Mamoto dalam berbagai bidang penindakan kejahatan.
Dimulai dari penindakan tindak kejahatan perekonomian, perbankan, pembunuhan, perampokan, pencurian barang purbakala sampai pada bidang peredaran narkoba. Bahkan di bidang pemberantasan terorisme, nama Benny Mamoto tidak bisa ditinggalkan untuk dapat
2/6
Penyidik Yang Meyakini Kebenaran Firman Tuhan Oleh Budi Kamis, 20 September 2012 19:02
mengungkap jaringan teroris di Indonesia sampai jaringan terroris dunia. Pengungkapan kasus bom Bali I yang melibatkan teroris kawakan Indonesia seperti, Amrozi, Imam Samudera, Dr Azahari, Noordin M Toop dan sebagainya, tidak dapat lepaskan dari peran kerja Benny Mamoto.
Tanpa hasil kerja dari pria yang tidak pernah mau ditonjolkan namanya di media massa, kemungkinan besar kasus bom Bali I belum dapat diungkapkan siapa pelaku sebenarnya sampai saat ini. Tapi berdasarkan analisa perwira tinggi lulusan Akademi Kepolisian tahun l977 ini, akhirnya tim Gegana Polri yang waktu itu dikomandoi Brigjen Pol Drs Gories Mere (sekarang, Komisaris Jenderal Polisi dengan jabatan Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional) dapat memastikan bahwa Amrozi yang ditangkap di Lamongan Jawa Timur adalah salah satu pelaku utama peledakan bom Bali I.
Sebelumnya, tim Gories Mere yang didalamnya terdapat Kombes Pol Drs Carlo Tewu (sekarang Brigjen Pol dengan jabatan Kapolda Sulawesi Utara ), Kombes Pol Drs Petrus Golose, sekarang Brigadir Jenderal Polisi dan menjabat sebagai salah satu direktur pada Desk Teroris Menko Polhukam, tidak dapat memastikan bahwa Amrozi yang ditangkap di Lamongan itu adalah pelaku bom Bali I. Sebab dalam pengakuan Amrozi ketika diperiksa, ia menyebutkan tidak ada di bali pada tanggal 12 Oktober 2002. Pada peristiwa itu ia berada di Lamongan bersama dengan sanak keluarganya.
Penjelasan ini juga dikuatkan oleh data yang didapat dari keluarga tersangka, sehingga pada waktu itu tim Gegana Polri di bawah pimpinan Gories Mere sulit untuk mengambil kesimpulan bahwa Amrozi sebagai pelaku peledakan bom Bali I. Tapi berdasarkan data yang dimiliki oleh Benny Mamoto setelah sebelumnya meneliti keberadaan para teroris Indonesia di Malaysia, dapat dipastikan bahwa Amrozi adalah salah satu dari pelaku peledakan bom Bali I.
Kepastian ini juga didasarkan atas pemeriksaan Amrozi yang dilakukan oleh Benny Mamoto di Polda Jawa Timur yang kemudian dilanjutkan di Polda Bali. Dari hasil pemeriksaan Amrozi ini akhirnya dapat teruarai bahwa jaringan teroris pelaku peledakan bom Bali I dipimpin oleh Imam Samudra dengan mendapat bantuan Dr Azahari, seorang warga Malaysia yang ahli dalam pembuatan bom.
Buah karya Benny Mamoto ini membuat Kapolri Jenderal Pol Drs Da’I Bahtiar memberi kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dari Ajun Komisaris Besar Polisi menjadi Komisaris Polisi bersama dengan puluhan perwira lainnya yang dianggap berprestasi dalam mengungkap
3/6
Penyidik Yang Meyakini Kebenaran Firman Tuhan Oleh Budi Kamis, 20 September 2012 19:02
jaringan peledakan bom Bali I. Kepiawaian Benny Mamoto dalam mengungkap berbagai tindakan kejahatan tidak hanya diakui oleh kawan-kawan sekerjanya di tingkat perwira menengah. Kapolri Jenderal Pol Drs Sutanto begitu percaya akan kepiawaian Benny Mamoto, sehingga ia dalam kapasitas sebagai pimpinan tertinggi di lingkup Polri meminta kepada Benny Mamoto untuk memeriksa mantan Kabareskrim Polri Komjen Pol Drs Sujitno Landung setelah tim Irwasum Mabes Polri di bawah kepemimpinanan Komjen Pol Drs Jusuf Mangga Barani tidak dapat membuktikan kesalahan Suyitno Landung.
Padahal data yang dimiliki Polri menduga Suyitno Landung terlibat dalam penerimaan upeti dari Adrian Woworuntu pembobol keuangan Bank BNI sebesar Rp 1,7 Triliun ratusan miliar. Kepercayaan yang luar biasa besarnya itu, membuat Benny Mamoto memeriksa mantan atasannya yang pernah mengusulkan kenaikan pangkatnya setingkat lebih tinggi dari Ajun Komisaris Besar Polisi menjadi Komisaris Besar Polisi. Dalam pemeriksaan awal, Benny Mamoto tidak bisa membuktikan keterlibatan Sujitno Landung sebagai menerima upeti dari Adrian Waworuntu.
Tapi bagi Benny Mamoto ketidakbisaan untuk mendapatkan data keterlibatan mantan atasannya itu sebagai penerima upeti tidak membuatnya berkecil hati. Lewat ketelitiannya ia menemukan data bahwa ada mobil baru dibeli oleh Adrian Woworuntu yang peruntukannya diberikan kepada Suyitno Landung.
Bukti penerimaan mobil baru ini diperoleh Benny yang dilengkapi dengan STNK mobil tersebut yang didalamnya terdapat nama Suyitno Landung. Ketika bukti itu disampaikan kepada mantan atasannya itu, Suyitno Landung tidak bisa berbuat banyak selain pasrah kepada kebijakan mantan anak buahnya itu. Benny pun meminta maaf kepada mantan atasannya karena tidak bisa membelokkan hasil penemuannya itu untuk dapat menahannya.
Kepada Kapolri Sutanto dilaporkan hasil penyelidikannya itu dan menyerahkan kebijakan kepada Kapolri apakah mantan atasannya itu ditahan atau tidak. Ternyata Sutanto memerintahkan kepada Benny untuk melakukan penahanan terhadap Suyitno Landung sehingga iapun tercatat sebagai penyidik yang tega memenjarakan mantan atasannya. Ketegasan Benny Mamoto dalam melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara juga diperlihatkannya kepada menteri Kehakiman dan HAM yang pada waktu itu dipegang oleh Patrialis Akbar. Ia menantang Menteri yang menyebut hasil pengusutannya terhadap Marwan Hadi, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkoba di Nusakambangan tidak terbukti sebagai jaringan narkoba. “Bapak menteri boleh membantah bahwa bawahan bapak itu tidak terbukti bersalah sebagai anggota jaringan narkoba,” kata Benny merendah ketika bertemu dengan Menteri Kehakiman di kantornya, smbail menambahkan,”tapi, izinkan kami sebagai penyidik
4/6
Penyidik Yang Meyakini Kebenaran Firman Tuhan Oleh Budi Kamis, 20 September 2012 19:02
dapat membuktikan secara data yang akurat bahwa Marwan adalah jaringan pengedar narkoba internasional yang mendapat upeti kiriman uang ratusan juta rupiah yang ditaruh di rekening cucunya”.
Berdasarkan data yang disampaikan itu, menteri pun kemudian menyatakan penyesalannya terhadap perbuatan anak buahnya yang tidak etis sebagai jaringan pengedar narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan.
Bukan itu saja, Menteripun mempersilahkan Benny dan timnya memeriksa Marwan Hadi untuk dibawa ke pengadilan berkas perkaranya bila ditemukan bukti yang pasti. Kepiawian bapak tiga orang anak putri ini membuat banyak kalangan di lingkup Polri menyebutkan, tidak ada kasus yang bisa lepas dari tuduhan bila Benny Mamoto yang dipercayakan untuk memeriksanya. Sebab jika doktor pertama lulusan Universitas Indonesia ini yang memeriksa suatu kasus, pasti bakal didapat akar permasalahannya yang kemudian dijadikan bahan pengusutan sehingga tidak bisa luput dari tuduhan sebagai pelaku tindak kejahatan. Jadi kesimpulannya jangan sampai Benny Mamoto yang memeriksa mereka yang ditengarai bersalah berbuat pelanggaran.
Sebab jika putra Manado kelahiran Batu Malang, Jawa Timur, 55 tahun lalu yang mengusut suatu tindak pidana, ia baru akan selesai menyidiknya jika buktinya ditemukan.Dan hal ini dibuktikannya dalam melaksanakan pekerjaannya di BNN. Ia baru berhenti menyidik kasus penggunaan shabu-shabu yang melibatkan pilot Lion, disaat para pelakunya dapat ditangkap basah dengan barang bukti yang digunakan.
Demikian juga ketika ia menyidik kasus korupsi di PLN yang melibatkan Edy selaku Direktur utama PLN. Iapun lalu menahan Dirut PLN tersebut yang kemudian dilepas oleh Kabareskrim dengan alasan tidak cukup bukti. Tapi ketika kasus ini disidik oleh KPK, apa yang dikerjakan oleh Benny Mamoto diakui pas sehingga Dirut PLN ini ditahan dan diadili. Walaupun kepiawaian Benny Mamoto dalam melaksanakan tugasnya di lingkup penyidikan Polri diakui banyak pihak, tapi jenjang kariernya tidak semulus yang dibayangkan. Disaat ia berpangkat Lettu, Ia pernah 15 tahun tidak naik pangkat dengan alasan yang tidak jelas.
Demikian pula ketika berpangkat Komisaris Besar Polisi, hampir 10 tahun tidak naik pangkat walaupun ia empat kali berpindah jabatan. Baru setelah ditunjuk sebagai Deputy Penindakan dan Pengejaran BNN, pangkatnya dinaikkan menjadi Jenderal berbintang satu.
5/6
Penyidik Yang Meyakini Kebenaran Firman Tuhan Oleh Budi Kamis, 20 September 2012 19:02
Itulah sekelumit sejarah perjalanan seorang penyidik Polri yang diakui banyak pihak kepiawaiannya dalam mengusut berbagai macam perkara kejahatan di tanah air. Tapi kepiawaian itu tidak mendapat perhatian serius apalagi penghargaan dari Polri sebagai lembaga dimana ia sudah 35 tahun mengabdi. Ia sudah berprestasi membawa nama Polri ke tempat kejayaannya dalam bidang pemberantasan narkoba dan teroris di Indonesia. Pangkatnya yang seharusnya sudah bintang dua berdasarkan Surat Keputusan Presiden, belum dapat dilaksanakan oleh pimpinan Polri karena berbagai alasan. Tapi tidak membuat anak Tuhan ini berputus asa. Ia tetap yakin dan percaya bahwa suatu saat Tuhan akan menolongnya dengan membuka pintu penghalang kenaikan pangkatnya itu. Amin.
6/6