BAB I I.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PT. ABOFARM merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pertanian yang terletak di Ciwidey, Jawa Barat. Berdasarkan data PT.ABOFARM selama satu tahun jumlah buncis yang ditolak eksportir yaitu 19238 kg. Berikut Gambar I.1 yang menunjukan jenis-jenis yang menyebabkan buncis ditolak.
Penyebab Buncis Ditolak Eksportir Ukuran buncis tidak memenuhi standar eksportir
19%
Kualitas buncis menurun karena oksidasi
42% 13%
Terdapat urat pada buncis
10%
Permukaan kulit buncis rusak
16%
Gambar I. 1 Pie Diagram Penyebab Buncis Ditolak Eksportir Sumber: (PT.ABOFARM, 2014) Berdasarkan Gambar I.1 menggambarkan persentase penyebab buncis ditolak yang disampaikan oleh eksportir kepada PT. ABOFARM dan penyebab utama menolak adalah bahwa buncis patah sebesar 42%. Berikut merupakan penyebab cacat pada buncis dan cara PT.ABOFARM untuk mengatasi faktor penyebab cacat pada buncis. Tabel I. 1 Penyebab Cacat dan Solusi PT.ABOFARM Jenis Cacat Penyebab Cacat Solusi PT.ABOFARM Ukuran buncis tidak
Kesalahan pada proses
Petunjuk (pokayoke)
memenuhi standar
sorting.
pada proses sorting.
eksportir.
1
Tabel I. 1 Penyebab Cacat dan Solusi PT.ABOFARM (lanjutan) Jenis Cacat Penyebab Cacat Solusi PT.ABOFARM Kualitas buncis menurun Tidak tersedianya
Mempercepat proses
karena oksidasi.
proses sorting buncis.
tempat penyimpan yang dingin.
Terdapat urat pada
Rentang waktu antara
Membuat jadwal panen
buncis
penanaman dengan
(timeline panen) .
panen yang terlalu lama. Kulit buncis rusak
Kurangan perlindungan
Melakukan
dengan pestisida
penyemprotan pestisida yang berkala.
Buncis patah
Buncis terkena kuku
Belum ada tindakan
operator saat proses pemindahan. Cara pemidahan yang
Belum ada tindakan
salah.
Pada Tabel I.1 dapat dilihat belum ada tindakan untuk mengatasi buncis patah akibat proses pemindahan. Berikut merupakan diagram Ishikawa yang mengambarkan faktor manusia yang menyebabkan buncis patah saat proses pemindahan.
2
MAN POWER
Buncis yang diangkut berat dan banyak Tidak ada aturan yang menyebutkan karung bunics tidak boleh dibanting
Operator kelelahan
Metode pengankatan yang tidak aman
Beban yang diangkat berat
Meminimasi jumlah pengangkatan
Operator membanting karung buncis saat proses pemindahan Operator menekan karung buncis Ukuran karung buncis yang terlalu besar
Operator kesulitan saat meletakan karung buncis pada proses pengangkutan Buncis Patah
Gambar I. 2 Diagram Ishikawa Buncis Patah Sumber: (Sofan, 2014) Berdasarkan Gambar I.2 diagram fishbone diatas dapat dilihat penyebab buncis patah saat proses pemindahan antara lain ukuran karung buncis yag terlalu besar, beban yang yang diangkut operator berat dan metode pengangkutan yang tidak aman sehingga diperlukan analisis lebih lanjut dan diperlukan cara untuk mengatasinya. Untuk mengalisis hal tersebut perlu dilakukan identifikasi keluhan operator yang menggunakan kuisioner Nordic Body Map. Dari kuisioner tersebut dapat diidentifikasi bagian tubuh dengan masing masing katagori nyeri sehingga dapat diketahui bagian tubuh mana yang paling sakit dan perbaikan desain fasilitas kerja. Berikut hasil Nordic Body Map pada masing-masing operator
3
Hasil Nordic Body Map 4 3 2
0
Leher bagian atas Leher bagian bawah Bahu kiri Bahu kanan Lengan atas kiri Pinggang Lengan atas kanan Punggung Bokong Pantat Siku kiri Siku kanan Lengan bawah kiri Lengan bawah kanan Pergelangan tangan kiri Pergelangan tangan… Tangan kiri Tangan kanan Paha kiri Paha kanan Lutut kiri Lutut kanan Betis kiri Betis kanan Pergelangan kaki kiri Pergelangan kaki kanan Kaki kiri Kaki kanan
1
Pertanyaan Dimensi Tubuh Asep
Abay
Amin
Gambar I. 3 Hasil Nordic Body Map Sumber : (Fadli, 2014) Dari Gambar I. 1 dapat identifikasi bahwa operator mengalami nyeri otot atau kelelahan pada beberapa bagian tubuhnya seperti leher bagian atas, leher bagian bawah bahu kiri, pinggang, pergelangan tangan kiri, pergelangan tangan kanan. Berikut hasil studi pendahuluan mengenai penyebab dari keluhan pada Standard Nordic Body Map : Metode
Postur kerja yang salah
Manusia
Faktor usia Frekuensi pengankatan
Tidak ahli
Keluhan sakit pinggang
Suhu tinggi
Alat bantu yang tidak ergonomi
Tidak adak alat pelindung diri
Gambar I. 4 Diagram Ishikawa Keluhan Sakit Pinggang
4
Metode
Manusia
Faktor usia
Postur kerja yang salah
Tidak ahli
Frekuensi pengankatan
Keluhan sakit pada tangan Alat bantu yang tidak ergonomi
Tidak ada alat pelindung diri pada bahu
Gambar I. 5 Diagram Ishikawa Keluhan Sakit Pada Tangan Metode
Postur kerja yang salah
Manusia
Faktor usia Tidak ahli
Frekuensi pengankatan
Keluhan sakit pada leher
Suhu tinggi
Tidak ada alat pelindung diri leher
Alat bantu yang tidak ergonomi
Gambar I. 6 Diagram Ishikawa Keluhan Sakit Pada Leher Dari hasil diagram Ishikawa dapat diidentifikasi keluhan operator pada beberapa bagian tubuh disebabkan sikap kerja yang salah dan alat bantu yang tidak ergonomi sehingga perlu melakukan perancangan peralatan kerja dan lingkungan kerja yang ergonomi (Fadli, 2014). Proses pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan sering disebut sebagai fase. Menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger dalam buku berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk”, proses pengembangan produk terdiri secara keseluruhan meliputi fase perencanaan, pengembangan konsep, perancangan tingkat sistem, perancangan detail, pengujian dan produksi awal. Pengujian dan perbaikan detail desain untuk mengetahui kinerja dan keandalan
5
dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk produk akhir. Pada penelitian sebelumnya di PT. ABOFARM yang membahas manual material handling menghasilkan desain alat bantu yang ergonomi dihasilkan detail desain material handling. Tahapan selanjutnya setelah menentukan perencanaan detail desain produk perlu dilakukan tahap pembuatan prototype dan pengujian untuk meminimalkan ketidaksesuaian antara pengguna dan produk sebelum produk di produksi. Pada tahap pengujian prototype pada operator PT.ABOFARM terdapat beberapa permasalahan pada alat. Permasalahan pertama hasil pengujian yaitu tingkat keberhasilan
operator
menggunakan alat sesuai target waktu yang ditetapkan tim pengembang produk hanya 57 %, hal tersebut membuktikan alat belum efektif. Permasalahan kedua yaitu kesalahan penggunaan alat, berikut grafik kesalahan penggunaan alat untuk pertama kalinya.
Grafik Jumlah Kesalahan Penggunaan Alat 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5
0 K4
K5
K1
K7
K3
K2
K6
K8
Jumlah Kesalahan
Gambar I. 7 Grafik Kesalahan Penggunaan Alat
Dari Gambar I. 5 dapat dilihat dari total tujuh operator, 43% operator melakukan kesalahan saat melakukan tahapan kerja mendorong alat dengan handle dan tahapan kerja mendorong alat pada bidang miring. Hal tersebut membuktikan
6
terdapat perbedaan antara peresepsi operator sebagai pengguna dengan tim pengembang produk. Permasalahan ketiga yaitu setelah dilakukan pengujian terhadap alat diperoleh beberapa keluhan terkait dengan teknis alat. Berikut grafik pareto keluhan operator PT. ABOFARM terkait dengan teknis alat.
Diagram Pareto Keluhan 6
100% 90%
5
80% 70%
4
60% 3
50% 40%
2
30% 20%
1
10% 0
0% V5
V1
V6
V2
V7
Jumlah Keluhan
V3
V4
Presentase Kumulatif
Gambar I. 8 Grafik Pareto Keluhan Terkait Teknis Alat Dari Gambar I. 6 dapat dilihat terdapat tujuh keluhan operator terkait dengan teknis alat. Terdapat empat masalah terbesar yaitu ketinggian handle susah diatur, prototype susah digunakan pada tanah yang tidak rata, bagian box prototype kurang kuat jika terkena benturan, bagian sekat prototype susah dilepas atau dipasang dan tutup prototype mudah jatuh saat digunakan. Masalah tersebut merupakan 80% masalah terbesar dari keseluruhan masalah yang ada, sehingga keempat masalah teknis tersebut harus diperbaiki. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran B. Berdasarkan hasil wawancara user acceptance 29% operator mengatakan prototype material handling equipment dapat langsung diaplikasikan pada PT.ABO FARM, 14% operator tidak setuju dan 57% operator mengatakan dapat diaplikasikan jika dilakukan perbaikan. Hal tersebut menunjukan perlu perbaikan pada 1prototype material handling equipment sesuai dengan keluhan terkait teknis alat.
7
Produk baru perlu memiliki kegunaan yang lebih tinggi (high usability) sehingga dapat digunakan dengan mudah, efektif, efisien dan memuaskan (ISO 9421-11). Sehingga setelah melakukan perbaikan terkait dengan masalah teknis diatas diperlukan pengujian usability untuk membuktikan apakah perbaikan sudah optimal atau belum. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dan pengujian prototype material handling yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, kriteria ergonomi dan high usability. Fokus penelitan ini adalah mengevaluasi prototype material handling equipment untuk memastikan alat tersebut mudah digunakan, effektif, efisien dan memuaskan penggunaan alat. I.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1. Bagaimana perbaikan pada desain material handling equipment di PT. ABOFARM untuk meningkatkan efisiensi kerja menggunakan metode pengembangan produk Ulrich Epinger? 2. Bagaimana hasil pengujian desain material handling equipment di PT.ABOFARM menggunakan metode usability testing dan fisiologi kerja? I.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah 1. Menentukan perbaikan pada desain material handling equipment di PT. ABOFARM untuk meningkatkan efisiensi kerja menggunakan metode pengembangan produk Ulrich Epinger. 2. Menentukan hasil pengujian desain material handling equipment di PT.ABOFARM menggunakan metode usability testing dan fisiologi kerja. I.4
Batasan Penelitian
Adapun batas masalah dari penelitian ini adalah 1. Penelitian ini berfokus pada proses pengangkatan karung buncis pada tempat pengepul sebelum dibawa ke PT. ABO FARM.
8
2. Pendekatan ergonomi yang digunakan pada penelitian ini yaitu fisiologi kerja 3. Desain produk yang
dianalisis, diperbaiki dan dilakukan pengujian
merupakan desain material handling yang dihasilkan pada penelitian sebelumnya. 4. Tahap pengujian dan perbaikan pada penelitian ini menggunakan metode pengembangan produk Ulrich Eppinger. 5. Pada penelitian ini tahapan pengembangan produk Ulrich Eppinger hanya sampai tahap pengujian dan perbaikan. I.5
Asumsi Penelitian
Asumsi pada penelitian ini, waktu target penyelesain pekerjaan pengunaan prototype material handling equipment improvement 1 dan improvement 2 merupakan waktu rata-rata penyelesaian pekerjaan dengan mengunakan alat bantu existing dengan massa 23kg. I.6
Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat bagi PT. ABOFARM adalah dapat mentukan desain material handling yang benar sesuai dengan prinsip ergonomi sehingga dapat mengurangi gangguan musculoskeletal disorders pada karyawan. 2. Manfaat bagi PT. ABOFARM adalah dapat mentukan desain material handling yang mudah digunakan dan sesuai dengan harapan operator material handling. 3. Manfaat bagi pembaca adalah memberikan referensi tentang perancangan produk ergonomi dan mekanika teknik serta pemilihan material dalam perancangan produk. 4. Memperkaya
metode
pengujian
prototype
produk
baru
dengan
mengintegrasikan usability testing pada Ulrich Eppinger untuk pengembangan produk.
9
I.7
Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah Bab I
Pendahuluan Pada bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II
Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisikan literatur yang relevan dengan masalah yang diteliti dan dibahas pula mengenai penelitian sebelumnya. Bagian kedua membahas hubungan antara konsep-konsep yang menjadi kajian penelitian dan uraian kontribusi penelitian.
Bab III
Metodelogi Penelitian Pada bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah penelitian meliputi: tahap merumusakan masalah penelitian, merumuskan hipotesis, dan mengembangkan model penelitian, operasionalisasi variabel unttuk mengidentifikasi dan melakukan penelitian, mempersiapkan merancang pengumpulan dan pengolahan data, instrumen tes dan analisis pengolahan data.
Bab IV
Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini menampilkan data perusahaan dan data lainnya yang dikumpulkan dengan berbagai proses seperti observasi dan data dari perusahaan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah untuk menyelesaikan masalah pada penelitian ini.
Bab V
Analisis Pada bab ini dilakukan analisis mengenai hasil yang didapat pada bab pengumpulan dan pengolahan data. Analisis pada penelitian ini menjabarkan mengenai analisis user performance, analisis
10
technical performance, analisis usability, analisis acceptybility dan analisis fisiologi kerja operator. Bab VI
Kesimpulan dan Saran Pada bab ini menjelaskan kesimpulan atau ringkasan mengenai hasil dan analisis pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya pada bab ini terdapat saran untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya.
11