PENYALURAN SUSU SAPI MURNI DITINJAU DARI PENDEKA TAN TRANSAKSI SYARl'AH (Stu di Kasus: Peternakan Sapi Perah Swndayn Pondok Rnnggon, Jakarta Timur)
Dodi Ardiansyah
10092020301
.JlJIUJSAN EKONOMI PERTAl\IAN/AGIUBISNIS FAKlJL TAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSIT AS ISLAl\I NEGll<:RI SYARIF HIDA YATULLAH JAKARTA 2006 !\'t/1427 H
PENYALURAN SUSU SAPI MURNI DITINJAU DARI PENDEKATAN TRANSAKSI SYAR/'AH (Studi Kasus: Peternakan Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon, Jakarta Timur)
Oleh: DODI ARDIANSYAH
10092020301
Skripst Sebagai Salah San1 Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Jurnsan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Sains dan Tcknologi Universitas Islam Ncgeri Syarif Hidayatullah Jakarta
JllRllSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS FAKliLTAS SAl:\S DAN TEKi"IJOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF lllDA YATULLAH JAKARTA 2006 M/ 1427H
PENGESAHAN U.llAN
Skripsi yang be1judul "Penyaluran Susu
Sapi Murni
Pcndclrntan Trasal<si Syari'ah" (Studi Kllsus:
Ditinjau
Dari
Petcrnalrnn Sapi i>erah
Swadaya Pondok Ranggon, .Jakarta Timur). Telah diuji dan dinyatakan lulus sidang munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakiu1a pada hari Jum'at 27 Januari 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Saijana Strata Satu (SI) Pad a Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis. Jakarta,
Febuari 2006
Tim Penguji, Penguji I
( Prof. Dr. H. Aki Baihaki, M.Sc )
Penguji II \-
( Ir.
Muhan~iwirya, MM.M..Si )
( A.M. Hasan Ali, MA ) NIP: 150 370 226
aya Putra, M.Sis) 15) 317 956 'f~
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN /AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF lllDAYATlJLLAH .JAKARTA _
.. _ ......_
..-_,ii"iiiiiiiiiiiiiiiiiii"""~"""iiiiiiii""~"'-"""'"""iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiOii'i-iiiiiiiiiii=iiiiii__ ..
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama NIM Program Studi Juclul Sklipsi
: Dodi Ardiansyah : 10092020301
: Sosial Ekonomi P~1tanian : Pcnyaluaran Su.>u Sa pi Murni Dil injau Dari Pendekatan Transaksi Syari 'ah (Studi Kasus : Peternak Susu Sapi Swadaya Pondok Ranggon, Jakarta Timur)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk munperoleh gelar Smjana Pertnnian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pe11anian/ Agribisnis, Fakultas Sains clan Teknologi, Universitas Islam Negeri SyariCHidayatullah Jakmta.
Jakarta, Maret 2006 Menyetujui Dosen Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing JI
(/
(A~
,.-(Ir. Muhandis Natadiwirya, MM.M.Si)
. Hasa::li.-MA) NIP: 150 370 226
Mengetahui, Ketua forusan
4
Y1 ians ah ,Jaya Putra, M.Sis) NIP: 50 317 956 •~
( Ir.
(
:.::tsi~din, MM ) NIP: 150 317 958
PERNVATAAN DENGAN !NI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN! BENARBENAR HASIL KARY A SENDIRJ YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARY A ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI AT AU LEMBAGA MANAPUN.
Jakana. Maret 2006
(Dodi Ardiansyah) 100092020301
RINGKASAN DODI ARDIANSYAH. Penyaluran Susu Sapi Mumi Ditinjau Dari Pendekatan Transaksi Syari 'ah (Studi kasus: Petemakan Susu Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon, Jakarta Timur). (Dibawah bimbingan MUHANDIS NATADIWIRYA dariA.M HASAN ALI).
Subsektor petemakan mempakan bagian yang udak terpisahkan dari pembangunan di sektor pertanian, terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Susu mempakan salah satu komoditas produk petemakan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut Namun bedasarkan data Dirjen Petemakan (2003) di Indonesia kesenjangan yang tcrjadi antara persediaan dan pennintaan susu masih cukup besar, yaitu ketersediaan yang ada dalam negeri sebesar 32% dan sisanya 68% masih masih hams impor. berdasarkan peluang usaha dalam menghasilkan susu segar masih besar. Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari masalah pemiagaan atau perdagangan prakte:k perdagangan tersebut diwujudkan dalam bentuk jual-beli dengan lltiuan mencari kcuntungan dan mewujudkan kepuasan pelanggan. Dalarn melakukan kegiatan transaksi yang didasarkan pada syari 'ah Islam tidak tertutup kemungkinan adanya bentuk barn dalam melakllkan transaksi antara sesama manusia, selama ha! terscbut membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat dan tidak mernbawa nilai mafsadah (kcmsakan) bagi manusia serta tidak bertentangan dengan nash al-Qur'an dan asSunnah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (I) Menganalisis fungsi, jalur tataniaga dan biaya-biaya dalam penyaluran susu sapi. (2) Mcngetahui mekanisme transaksi antara pctemak dan pedagang dalam penyaluran susu sapi. (3) Mengetahui metode transaksi yang sesuai dengan .1yari 'ah Islam. (4) Mengetahui penerapan transaksi yang berdasarkan syari ·ah Islam. Penelitian ini dilakukan di kawasan usaha petemakan untuk pengembangan dan budidaya sapi perah Pondok Ranggon yang ada di DKI Jakarta yaitu di Kclornpok Tani Temak Sapt Pcrah Swada\a tKTTSP) Hal ini tclah ditctapkan dengan Surat Kcputusan Gubemur OKI Jakarta tentang pengembangan wilayah pctemakan Nornor: 300 tahun 1986. Adapun jenis sapi pcrah yang di pelihara adalah jenis sapi sapi Fries Holland (FH) dengan jumiah petemak sebanyak 23 kcpala keluarga dcngan populasi sapi perah 768 ekor. Data yang diperoleh di lapangan unmk melihat JCnis transaksi dalam penyaluran susu sapt mum1 yang akan dtttnJaU dari bentuk transaksi syan 'ah. (Ra 'i Murahahah. Ra·, Salam dan Ra '1 /s//.\lma). Konsep yang digunakan dalam pcnclitian ini adalah konscp tataniaga, fungsi dan jalur tataniaga yang dijabarkan secara deskriptif, dan dalam bentuk tabel mengenai biaya dan marjin tataniaga. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh KTTSP Swadaya meliputi : (I) Fungsi pertukaran yang tcrdiri sub fungsi pernbelian clan penJualan. (2) Fungsi fisik. mcncakup sub fungs1 pengangkutan dan penyimpanan, (3) Fungsi fasilitas. rnencakup sub fungsi standarisasi, pe1,angungan resiko. pembiayaan dan sub fungsi infonnasi pasar.
Penyaluran susu sapi murni KTISP Swadaya meliputi: (I) Peternak (2) Koperasai (3) Agen (4) Looper (5) Konsumen. Adapun biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh KTTSP Swadaya dalam saluran tataniaga susu adalah sebesar Rp 187,50-/liter (100%) yang terdiri dari biaya angkut susu Rp 125,00-/liter (66,7%), biaya retribusi susu Rp 25,00-/liter (13,3%) danbiaya pengelolaan susu Rp 37,50-/liter (20,0%). Marjin tataniaga yang diperoleh peternak dengan menjual susu kepada koperasi adalah Rp 250,00-/liter dengan persentase (18,51 %). Untuk marjin peternak dari agen adalah sebesar Rp 550,00-/liter (40,74%). Sedangkan marjin peternak dari looper Rp 850,00-/liter (62,96%). Adapun akad transaksi jual-beli yang tijauan syari 'ah dalam penyaluran susu sapi adalah sebagai berikut : I). Koperasi Dalam melakukan transaksi jual-beli antara peternak dan koperasi dapat dilihat beberapa kesepakatan antara lain: a). Koperasi memesan terlebih dahulu kepada peternak untuk menyiapkan susu sapi murni yang kualitasnya baik tanpa ada campuran apapun. b ). Dalam pembayaran koperasi meyakinkan peternak dengan memberikan uang muka. Setelah berkelanjutan koperasi juga dapat mengambil susu dengan cara pembayarannya tenunda. c). Dalam melunasi pembayaran koperasi diberi waktu sampai awal bulan. d). Resiko bila terjadi kernsakan pada susu karena basi di tanggung oleh peternak sedangkan resiko kecelakaan atau susu tumpah maka koperasi yang menanggungnya. 2). Agen Agen dan peternak membuat kesepakatan tentang mekanisme pembayaran dan rcsiko untuk berlangganan susu diantaranya adalah: a). Agen terlebih dahulu memesan susu kepada petemak agar bisa disiapkan. b ). Pembayaran susu dengan uang muka cicilan. Agen diberi kesempatan untuk membayar pada 3 sampai I0 hari setelah susu diterima. c). Jumlah pembayaran sesuai dcngan pesanan susu yang ditcrima agen. d). Dcnda bila terlambat pembayaran adalah pcmbayaran susu menjadi harian (tidak tcnunda lagi) e) Resiko bi la terjadi kernsakan pad a susu karena bas1 di tanggung oleh peternak. Sedangkan resiko bila terjadi kecclakaan atau susu tumpah agen yang menanggungnya. 3). Looper Cntuk pernbayaran susu antara pt."f1emak dl!lll looper Ilda belx.'rl!pa kcsepakatan antara lain adalah: a). Looper membayar harga susu di muka pada setiap awal bulan dengan kata lain looper memesan susu terlebih dahulu. b ). Peternak menjual kepada looper dengan harga yang ditetapkan petemak tanpa memberitahukan harga dasar. c). Looper diberi kebebasan dalam menentukan 1umlah harga yang dijual kepada pelanggan.
d). Resiko bila terjadi kerusakan pada susu karena basi di tanggung oleh pctcrnak, scdangkan bila terjadi kecelakaan dan susu tumpah maka resiko ditanggung bcrsama oleh looper dan pctemak . e ). Keterlambatan pembayaran dendanya adalah mel.unasi pembayaran dan selanjutnya pembayaran harus tunai. Dari ketiga kriteria kesepakatan di atas, transaksi tersebut menyerupai ba '; is//s/ma karena dalam segi pembayaran maupun pemesanan sudah memenuhi kriteria dasar dari ba 'i istislma yaitu koperasi, agen dan looper memesan terlebih dahulu baik jumlah dan takaran dan membayarnya bisa saat kontrak, diangsur dan kemudian hari. Sedangkan untuk konsumen dilihat dari segi pembayarannya yaitu jcnis transaksi biasa antara peternak dan konsumen (ba 'i muthlaqah) .
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirrobbil'alamin, segala puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik clan hidayah-Nya kcpada kita scmua. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada nabi muhammad SAW, sebagai suri tauladan bagi umatnya dimana saja berada dan semoga k1ta mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin. Skripsi ini mcrupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar satjana pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian di Fakultas Sams dan Tcknolog1, Umvcrsitas Islam Negeri Syarif Hidayatul!ah Jakarta. Dalam pembuatan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya
bahwa tulis ini masih jauh sempuma, sehingga tanpa bantuan dari
berbagai pihak skripsi yang disusun ini tidak akan terlaksanan. Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan penghargaan yang sebesar-besamya dan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada: I. Dr. Sopiansyah Jaya Putra, M.Sis. sclaku Dckan Fakultas Sams dan Tcknologi Univcrsitas Islam Ncgeri SyarifHidayatullah Jakarta. 1
Ir Mudatsir Najamuddin. MM dan Drs Accp l\fohib. MM. sdaku Kctua Jurusan dan sekretaris Jurusan Sosial Ekonomi Pcrtanian
3. Ir. Muhand1s Natadiwirya, MM, M.Si, selaku pemb1mbmg utama dan A.M Hasan Ali, MA, sclaku pembimbmg kcdua yang bcrscdian mcluangkan waktu. tcnaga clan pikirannya dcngan sabar mcmhimbing. mcngarahkan dan
memberikan ilmu serta pengalamannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Prof. Dr. H. Aki Baihaki, M.Sc selaku penguji pertama yang telah memberikan petunjuk dan saran atas penyelesaian skripsi ini. 5. Kedua orang tua, H. Mansur dan my moom Hj. Sapinah berserta keluarga kakak dan adik-adiku ( Siti Nurseha dan Muhajib Ramzi Al-Hijr). 6. Suhendar, SE dan dr. Eva Devita selaku kakak dan kakak iparku yang selalu memberi dukungannya, baik waktu dan fasilitas komputemya. 7. Bapak Ahmad, bapakYudha, ibu Rizki, ibu Lilis dan dosen lainya yang ada pada jurusan Agribisnis. 8. Pa' Sainih, Pa' Taba, Pa' Wadud, Bu Ova, Bu Yus, Pa'Gun, Pa' Muksin dan Pa' Amir, selaku staf administrasi pada akademik Fakultas Sains dan Teknologi. 9.
lbu Ir. Elisabeth Baso, SE. M.Si sdaku kepala UPT balai teknologi pengembangan produksi petemakan dan hcscrta paira Staff UPT.
I 0. Bapak Rohmani, H. Sholahudm. H Zem sdaku kepala petemakan dan peternak yang ada di Kelopok Tani Temak Sapi Perah Swadaya. 11 Ade. Ida. Agus dan Nursan \'ang telah membantu dalam mcmberikan
infonnasi dalam petemakaan mengenai pedagang susu. 12. Teman-teman ku Agribisnis 2000(A) Citra, Ame:!, Prucul, Husnul,Red-one
(B) MGW, Yosep, Arman, Acak, D-11, Rmo BEMJ 2003 dan semuanya yang tak bisa ku scbutkan.
13. Teman FST dan FEIS . Ikhsan, Fahri ,Febri, Reza, Pras, Praguno, Yasin, "Sunni, Maryadi, Wardah, Ina, Silvi, SE. Lisa, 0-Wi (endut), Riko, dll 14. Teman rumahku, Marjuki,
Supodono, Munir, Toro, Aam (Eeg), Si:iagur,
A.UJang, Sopiandi, Ayudan Marsya. 15. Ustd. Karjono, ST. Ustd. Toupik, Ustd. Salam, Ustd. Tanuri, Ustd. Kartolo, dan Ustd. Hasan Ali terimakasih alas pcrhatiannya selama ini. Semoga orang-orang yang telah membantu dalam pcnyelesaian skripsi ini, kebaikan dan kerido'anya akan dibalas oleh Allah SWT.Amin. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat diterima oleh pcmbaca dan be:rmanfaat bagi pihak yang melakukan pcnelitian lcbih lanjut.
Jakarta, Febuari 2006
(Dodi Ardiansyah)
DAFTAR ISi
Halaman Halaman Judul... ...................................................................................................... Kata Pengantar ................................ .
1
. .............. II
Datiar lsi ................................................. .
. ........... Ill
Daftar Tabel ..... .
. ....... IV
Datiar Gambar .. .
. ......... v
Daftar Lampi ran .................................. .
BAB
. ........... VI
........ I
I. PENDAHULUAN ... I. I Latar Belakang ............................................... . l.2 Perumusan Masalah ............................. .
. ........... I
' . ................... . .J
1.3 Tujuan Penelitian .
. ........ .4
1.4 Kegunaan Pcnclitian .......................................................... 5 I 5 Sistimatika Penulisan ..
BAB
. .5
IL TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 8 2.1 Penyaluran Susu Sapi Mumi ................................................ 8 2.2 Fungsi Tataniaga ............................................................. I 0 2.3 Lembaga dan Saluran Tataniaga ... . 2.4 Biaya dan Marj in Tataniaga .................... .
.12 . .... 14
2.5 Bauran Pemasaran............................................................................... 15 2.6 Tinjauan Um urn Ten tang Transaksi Jual-Beli ............................ 17 2.6.1 Pcngertian Transaksi Jual-Bcli ..
17
2.6.2 Rukun dan Syarat Jual-Bcli ...................................................... 19 2.6.3 Hal Yang Menyangkut Jual-Beli .................................... 23 2.6.4 Hukum dan Landasan Dalam Jual-Beli ,\)•ari 'ah ....
. ....... 25
2.7 Bentuk Transaksi Jual-Beh .................................................... 28 2.8 Bentuk Transaksi Syariah Dalam Pcnyaluran Susu Sapi
30
2.8.1
Ba '1 al-ivfurabahaah .................................................... 30
2.8.2 Ba 'i as-Salam ............................................................ ............... 32 2.8.3 Ba 'i Jsthisna ................ .............................................. 34 2.9 Kerangka Pemikiran ...................................................... 37
BAB
Ill. METODE PENELITIAN .................... .
....... ······· .. .40
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........... .
. .......... .40
3.2 Metode Pengumpulan Data dan lnformasi ...
............ .40 . ........ .41
3.3 Analisis Data ................. .
BAB
IV. GAMBARAN UMUM LOKASl PENELITIAN ............................ 42 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ............................................... .42 4.2 Sejarah Pctemakan . . . . . . . .. ... . . . ... . .. . . . . .. . . . . . . . . . .
. ............... .43
4.3 Temak Sapi..................................................................................... .44 ..... .46
4.4 Aspek Kelembagaan 4.4.1
Struktur Organisasi ................................................. 46
4.2.1
Kctcnagakcrjaan .................................................. .47
4.2.2
Waktu Kcrja ...................................................... .48
4.5 Unit Kegiatan Dalam Pctcmakan ........................................ .48
BAB
4.5. l
Unit Kcschatan Hewan dan lnseminasi Buatan
4.5.2
Unit Pembinaan dan Penyuluhan ... .
4.5.3
Unit Produksi ....................................................................... 50
4.5.4
Unit Makanan Ternak .............................................. 51
-t5.5
Unit Pcnanganan Limbah .
V. HASlL DAN PEMBAHASAN ........ .
........... .48
. .................... .49
........... .52 . ....................... .53
5.1 Kegiatan Tataniaga Dalam Penyaluran Susu Sapi ..................... 53 5.1.1
Pclaksanaan Fungsi-Fungsi Tataniaga ........................ .53
5.1.2
Mekanismc Pcnyaluran Susu Sapi Murni ....................... 57
5. I .3
Cara Penyaluran Susu Sapi di Lernbaga Tataniaga................ 58
5. 1.4
Biaya Dan Marjin Tataniaga Dalam Penyaluaran Susu Sapi .59
5.2 Transaksi Dalarn Penyaluran Susu Sapi ............................................ 61 5.2. I
Koperasi .. . ... . .. .. . . .. ... .. . ................ .............
....... 62
5.2.2
A gen .......................................................................... 62
5.2.3
Looper ....................................................................... 63
5.2.4
Konsumen .................................... ..
....................... 63
5.3 Pesamaan Bentuk Transaksi Jual Beli Syariaih Dalam Penyaluran Susu . ....... M
~~Mumi...........................
5.3. I
KOPERASI ................................................................ 64
5.3.2
A~n
5.3.3
Looper. ....................................................................... 66
5.3.4
Konsumcn ......
..
... ... .....
..
. .......
.65
..................................................... 67
5.4 Tinjauan Syariah Dalam Transaksi Penyaluran Susu Sapi Murni Di
"KTTSP" Swadaya
BAB
... .......
.
..................................... 67
VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 70 6.1 Kcsimpulan ................................................................... 70 6.2 Saran ................................................ .
DAFT AR PUST AKA ...
. .................... 73
.................. 74
LAMPIRAN ................................................................................... 76
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
I. Komsumsi Susu Tahun 1999-2003 (Indonesia) ...................................... 1 2. Perbandingan Antara Ha 'i Salam dan Ha 'i Istislma .. ........................... .35 3. Hubungan Harga dan Barang Dalam Transaksi Syari'ah ..... .
. .... .36
4. Kemampuan Produksi Sapi Perah ...................................................... .44 5. Jumlah Sapi Perah di "KTTSP" Swadaya Pondok Ranggon .............. ..45 6. Jumlah Produksi Susu Perbulan ............................................................ 50 7. Biaya Tataniaga Susu Sapi di ''KTTSP" Swadaya ...... .
.................. 60
8. Harga Penjualan dan Marjin Tataniaga di" KITSP" Swadaya ............. 61 9. Transaksi di Saluran Tataniaga .............................................................. 62 l 0. Tinjuan Transaksi Syari 'ah ................................................. .
.... 68
DAFTAR GAMBAR
Garn bar
Halaman
I. Saluran Tataniaga Untuk Barang Konsumsi .......................................... 13 2. Alur Kerangka Pemikiran ...................................................................... 39 3. Susunan Organisasi Peternak Susu
................................................ 46
4. Fasilitas Peternakan ...................... .
............................................... 50
5. Pola Saluran Tataniaga di ··KTTSP"Swad_aya ........................................ 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampi ran
Halaman
1. Surat Bukti Peneli ti an dari Dinas Petemakan ........ .
.... 76
2. S.K. Gubemur Tentang Relokasi Petemakan ................................. 77 3. S.K. Gubemur No. 300 tahun 1986 ............... ........ . ...... .... .
.78
4. Peta Lokasi KTTSP Swadaya Pondok Ranggon .................. ..
..80
5. Peta Lokasi Peningkatan Prasarana di KTTSP Swadaya..
...... 81
6. Peta Kelurahan Pondok Ranggon ................................................. 82 7. Foto-Foto Di Tempat Penelitian .................................................... 83
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Subsektor petemakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan di sektor pertanian. terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Dengan seiring waktu bcrjalan dan semakin meningkatnya jumlah penduduk. tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat. maka itu akan berdampak terhadap meningkatnya pennintaan akan kebutuhan pangan hewani. Dengan demikian produksi untuk memenuhi pennintaan tersebut akan meningkat juga. Dalam hal 101 susu sapi merupakan salah satu pangan hewani yang dapat diandalkan. namun di Indonesia ada kesenjangan yang terjadi antara persedimm dan pennintaan susu yang masih cukup besar. Ketersediaan yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan, sebagaimana terlihat dari tabel. I di bawah ini.
Tabel I. Komsumsi Susu Tahun 1999-2003 (Indonesia) Susu
\No\
Tahun
I
!-·-···-·· 1 1_~9J..... 2 2000_ .. 3 2001 i 4; 2002 _ _ 2003' J
.
·1
436 0
15:--
4957 479.9 493.4 577.5
--~-------
.....
822 0 14798 1.476.0 1.382.6 1.382.6
-~--·-·~
--
---
-------
142-----0 ·------·---575.5 693.0 609.6 609.6
----------~-
1 116.0 1.400.0 1.262.9 1.266.4 1.350.5
J
Ket. •) :\ngla se~4; Sumber \\ ,._ -., "; - .:. .-
Dan 1ahu:-. 1999 sampa1 2003 Indonesia lebih banyak meng1mpor susu sapi, karena produ..:s1 dalam negeri belum mcncukupi kebutuhan dalam negeri. Seiling dengan k:!:laJuan zaman dan pengetahuan masy8r3kat jumlab kebutuhan
susu tersebut bisa saJa meningkat setiap saat. Kesadaran akan pentingnya kebutuhan pangan yang bemilai gizi merupakan salah satu indikator dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Soribaya Siregar: 1992:3 ). Temak sapi pcrah mempunyai peranan besar dan penting dalam subsektor petemakan terutama dalam pemenuhan kebutuhan susu domestik. Berdasarkan data Dirjen Petemakan (2003) kebutuhan dalam negeri masih belum tercukupi, hanya sebesar 32% saja itupun
berupa susu olahan. Dalam
memenuhi kebutuhan dalam negeri masih hams impor dari luar negeri sebesar 68%. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar masih prospektif Ada pun dalam penyalurannya, ipara petemak mencoba menempa dan membangun suatu saluran distribusi yang baik agar dapat diterima oleh konsumen dengan baik. Susu merupakan komoditas yang tidak dapat bertahan lama, sehingga perlu penanganan cepat sehingga konsumen dapat menikmati susu dalam keadaan baik, oleh karena itu peny.aluran mcrupakan salah satu fak1or penentu suksesnya produk yang akan disalurkan, sehingga menentukan sukscsnya usaha tcmak sapi ini juga. Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dlan masalah pem1agaan atau perdagangan, karena praktek perdagangan tersebut diwtyudkan dalam bentuk jual-beli dengan tujuan mencari
ketmtungan dan mewujudkan kepuasan
pelanggan. Hal ini menjadi bagian terpenting dalam aktivitas usaha. Praktek transaksi jual beli yang masih dapat diakses dari berbagai sumber referensi awal Islam dapat menjadi warisan bagi generasi sekarang. Warisan tersebut dapat memberikan informasi kepada kita akan model dan bentuk transaksi jual-beli baik
yang dibenarkan oleh syari 'ah Islam ataupun yang dilarang. Oleh sebab itu, menjadi suatu kewajiban bagi usahawan muslim untuk mengenal hal-hal yang menentukan sah dan tidaknya usaha yang mendasarkan transaksi jual-beli tersebut, dan mengenal mana yang haram dan mana yang halal dari kei,>iatan itu sehinga ia mengerti persoalan yang terjadi
(Al-Mushlih dan Ash -Shawi, 2004:
89). Dalam dunia modem. implementasi pnns1p syan 'ah dalam bisnis sebagaimana telah disebutkan di atas. telah ditcrapkan pada lembaga keuangan .\yan 'ah, seperti perbankan syari 'ah dan asuransi :.yari 'ah. Di Indonesia
perkembangan dua lembaga keuangan tersebut tumbuh sangat pesat. terbukti dengan berjamumya lembaga keuangan
~yan
'ah barn. baik yang bentukan barn
ataupun hasil konversi lembaga keuangan konvensional. Pada sektor Iii!, terutama sektoril fonnal. metode transaksi .\yari 'ah ini belum dikenal secara luas. Berdasarkan hal tcrsebut penulis mengangkat topik "Penyaluran Susu Sapi Murni Ditinjau Dari Pcndckatan Transaksi Syari'alt".
1.2. Pcrumusan Masalah Dalam penyaluran atau distribusi susu sapi mclibatkan petemak, pedagang perantara dan konsumen untuk memperoleh kcuntungan bersama. Diantara mereka akan mclakukan suatu akad transaksi yang saling mcngikat. agar masingmasing memperolch kcuntuni,'llll yang bcrdasarkan suka-sama suka Dalam melakukan kei,>iatan transaksi yang didasarkan pada .\yari 'ah Islam tidak tcrn1tup kcmungkinan adanya bL"lltuk barn dalam melakukan transaksi antara sesama manusia, selama hal tersebut membawa manfaat bagi kehidupm1 masyarakat dan
tidak membawa nilai mqf.i·adah (kerusakan) bagi manus1a
serta tidak
bertentangan dengan nash al-Qur'an dan as-Sunnah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : I. Bagaimana mekanisme kegiatan penyaluran susu sapi dari petemak sampai ke konsumen ? 2. Bagamana cara petemak susu sapi melakukan transaksi dalam penyaluran susu sapi? 3. Bentuk transaksi jual-beli .1yari 'ah apakah yang dilakukan dalam penyaluran susu sapi ? 4. Bagaimana tinjauan syan 'ah dalam transaksi penyaluran susu sapi?
1.3. Tujuan Penelitian Dengan menjadikan permasalahan di atas sebagai obyek kajian dalam skripsi ini, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah : I. Menganalisis fungsi tataniaga, jalur tataniaga clan biaya-biaya dalam penyaluran susu sapi. 2. Mengetahui mekamsme transaksi antara petemak dan pedagang dalam penyaluran susu sapi. 3. \tcng1.1ahui mctode transaksi yang scsuai dcngan .1yari 'ah Islam. 4. Mengetahui penerapan transaksi yang bcrdasarkan .1yari 'ah Islam.
1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan manfaat dari penelitian ini antara lain : I. Sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi kinerja usaha yang telah dilakukan oleh para petemak sapi, serta memberikan spirit syariah dalam menjalankan muamalah. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang menjalani bisnis ini. maupun bagi para pihak yang berkepentingan. 3. Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga sebagai aplikasi ilmu yang didapatkan selama di bangku kuliah darr sebagai media latihan daiam mengamati. mengumpulkan data. menganalisis dan rnelaporkan dalam bentuk karya ilmiah tentang transaksi dalam penyaluran berdasarkan .\)'Ort 'ah.
I.S. Sistematik.i Penulisan Skripsi ini terdiri dari cnam bab. masing-masing bab terdiri dan sub-sub bab. Secara sistimatis. bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:
HAB I : Pendahuluan Pendahuluan 1111 bens1 ura1an secara umum dan menyeluruh mcngcnai materi yang dibahas. Di dalamnya terdiri dari latar belakang, perumusan masalah. lUJUan penehtian. kcgunaan pcnclitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka Bab ini berisi penggunaan konsep-konsep yang berasal dari kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian. Konsep yang ditulis adalah konsep tataniaga, fungsi tataniaga, lembaga dan saluran tataniaga, biaya dan margin tataniaga. bauran pemasaran serta tinjauan umum tentangjual-beli yang meliputi penge1tian jual-beli. rnkun dan syarat jual-bch. ha! yang menyangkut jual-beli. hukum dan landasan jual-bcli .1yari 'ah dan _1uga bcntuk transaksi svan 'ah yang dikaji dalam penyaluaran susu sapi yaitu: ha '1 murahahah. as-salam dan ha·, 1st/11.111a. Bab ini juga bcrisi kerangka pcmikiran yang mcncakup alur tujuan akhir skripsi kemudian dapat dirinci dengan gambar alur pcmikiran penelitian tersebut. BAB Ill: Metode Penelitian Bab ini berisi tentang metode penelitan yang terdiri dari tempat dan waktu penehtian. metode pengumpulan data dan infomiasi serta analisis data. BAB IV: Gambaran l'mun Tempat Penelitian Bab ini mengulas tentang gambaran tcmpat pcnclitian yang ada di kclompok tani temak sapi pcrah swadaya meliputi
prop1l tcmpat pcnelitian.
seJarah pctcmakan, temak sapi. aspck kelcmbagaan dan unit kcgiatan pctcmakan. BAB V : Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi hasil dan pembahasan yang mernpakan ulasan singkat dari kesclurnhan hasil penchuan di lapangan
yang meliputi: pclaksanaan sistcm
tataniaga dalam pcnyaluran susu sapi mumi di "'KTTSP .. Swadaya Pondok Ranggon. cara transaks1 petemak dengan pedagang pcrantara. serta tinjauan
svari 'ah dalam pelaksanaan transaksi dalam menyalurkan susu sapi mumi.
BAB VI: Kcsimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan hasil akhir dari penelitian untuk memberikan masukan dan motivasi kepada pihak-pihak yang terkait. Pada lembaran terakhir penulis mencantumkan daftar pustaka dan lampiran dari hasil penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyaluran Susu Murni Susu mempakan protein yang digemari, karena rasanya lembut dan juga penuh gizi. Susu yang berasal dari sapi perah sangat memberikan banyak keuntungan dan nilai jual yang tinggi dikarenakan susu mengandung swnber gizi bempa protein, gula dan lainnya yang sangat menunjang kecerdasan dan daya tahan tubuh. Berkenaan dengan produk susu agama Islam mengaturnya rnelalui ayat-ayat Al-Quran. Hendaklah hal tersebut menjadi pelajaran dan renungan bagi manusia, seperti firman Allah SWT. ,..
"'"~
/
,..
'=',..
!J
I{,)~ c;.J~.)j <j:J) ~ ~ ~~~
-t"'
J
~.!::,,.~,,
J ~~
,,.,!·...
J,,.:;
~f..;J ~~i J/<J
OIJ
~_;-~.if ~L
--
-
{)an SC.\11/lf!J.,'li/1/lya pada bina/ang femak i/11 henar-benar terdapat pe/a;aran bagi kamu. Kami memberimu minwn dari pada apa yang berada dalam penanya (benipa) s11.111 yang hersih antara tahi dan darah, yang m11dah ditelan bag! orangorang yang meminumnya. (A11-Nah/: 66)
Dilain ayat mengenai susu Allah S\\'T bcrfinnan
Dan ses11ng&'11/111ya pada bmatang-bmatang temak, henar-ht•tiar terdapat pelajaran yang penting hagi kam11. kamt memhert mm11m kam11 dart arr .m.111 yang ada da/am penitnya. dan (j11ga) pada hmatang-hmal'ang temak 1111 terdapat faedah yang hanyak 1111/uk ka11111. dan sehagwn dartpadanya kamu makan, dan dt atas pung&'lmg btnatang-bmatang temak 1111 dan (!11ga) dt uta.\ perahu-perahu kamu diang!a1t.(Al Mu'minum: 21-22)
Susu merupakan salah satu sumber protein yang paling murah dibandingkan dengan daging. Oleh karena itu, produktivitas agribisnis subsektor petemakan hendaknya ditingkatkan dalam rangka kebutuhan protein hewani bagi masyarakat (Gumbira, 2005 :66). Semakin majunya perkembangan pembani,'Unan dan semakin banyaknya orang sadar akan gizi membuat pcrluasan wilayah pasar semakin dimungkinkan. Hal ini terutama ialah bagaimana caranya susu cair dari petemak dapat tiba di konsurnen akhir dengan baik secepat mungkin dengan kualitas baik (Rasyaf, 2000:235). Susu juga mcrupakan komoditas yang mudah rusak apabila dibiarkan begitu saja di ruangan terbuka susu akan menjadi rusak dan asam. Agar susu dapat dikonsumsi oleh konsumen dengan segar, maka harus ada penanganan yang hiegenis serta kegiatan tataniaga, sehingga susu dapat diterima konsumen dengan baik. Menurut Mubyarto (1989: 167) istilah tataniaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau disribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Sistcm tataniaga dianggap efisicn apabila mcmenuhi dua syarat, yaitu: I. Mampu menyampa1kan hasil-hasil pcrtanian dari
produsen kcpada
konsumen dengan biaya screndah-rendahnya. 2. Mampu mengadakan pcmbagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen tcrakhir kcpada scmua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dari tataniaga barang itu. Sedangkan Kotler (1995 :6) mendefinisikan pen1asaran sebagai berikut: " Pemasaran adalah suatu kegiatan manusia yang diarahkan untul; memenuhi
kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran". Peter Drucker salah seorang ahli manajemen dalam buku Philip Kotler (1995: 7) mengemukakan hal itu sebagai berikut: Tujuan pemasaran adalah membuat agar penjualan berlebihan dan mengetahui serta memahami konsumen dengan baik sehinga produk atau pelayanan cocok dengan konsumen tersebut dan laku dengan sendirinya.
2.2. Fungsi Tataniaga Dalam menyalurkan barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen memerlukan serangkaian kegiatan yang berbeda, berbagai kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi tataniaga. Limbong dan Sitorus (1985:8) mcngcmukakan bal1wa umumnya fungsi-fungsi tataniaga dikelompokan sebagai herikut: I J. Fungsi pertukaran Fungsi pertukaran adalal1 kegiatan yang memperlancar perpindahaan hak milik atas barang dan jasa dari pcnjual kcpada pcmbeli. fungsi pertukaran terdiri dari: a.
Fungsi penjualan. ini dtperlukan untuk mencari tempat dan waktu yang tcpat agar penjualan barang scsuai dengan yang diini,,>inkan konsumen. baik dilihat dari jumlah, bentuk dan mutunya.
b.
Fungsi pembelian. ini diperlukan untuk mcnentukan jenis barang yang akan dibeli yang sesuai dengan kcbutuhan, baik untuk dikomsumsi langsung maupun kebutuhan produksi.
2). Fungsi fisik Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan bentuk, tempat dan waktu. Adapun fimgsi fisik terdiri dari : a. Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum dikomsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau menunggu sebelum diolah. b. Fungsi pengangkutan ini bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di daerah konsumen sesuai dengan kebutuhan konsume:n, baik menurut waktu. jumlah dan mutunya. 3 ). Fungsi fasilitas Fungsi
fasilitas
adalah
semua
tindakan
yang
bertujuan
untuk
memperlancar semua kegiatan pertukaran yang terjad1. antara produsen dan konsumen. Adapun fungsi fasilitas terdiri dari: a. Standarisasi dan Grading. Standarisasi adalah merupakan suatu ukuran atau penentuan mutu suatu barang dengan ment,>unakan berbagai ukuran sepert1 wama, susunan kimia, kadar air. rasa dan lain-la.in. Sedangkan gradmg adalah
tindakan
mengolong-golongkan
atau
memilah-milahkan
hasil
pertanian menurut standarisasi yang diinginkan. sehingga terk1m1pul barang yang sudah menurut ukuran standard. h. Penanggungan resiko. Fungsi penanggungan resiko mengandung usaha bagaimana menghindar atau mengurangi kemungkinan rugi karena barang rusak. hilang. turunnya harga dan tingginya biaya.
c. Fungsi pennodalan yaitu penyedian biaya untuk keperluan selama proses pemasaran dan juga kegiatan pengelolaan biaya tersebut. Biaya ini berupa uang kontan dan juga dalam bentuk kredit. d. Infonnasi pasar fungsi ini meliputi kegiatan pengumpulan infonnasi pasar serta menafsirkan data infonnasi tersebut. Sehingga dapat mengambil suatu keputusan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan perusahaan badan atau orang yang bersangkutan.
2.3. Lembaga Dan Saluran Tataniaga Komoditas pertanian pada umumnya mempunyai sifat pensahle atau mudah rusak, mudah husuk dan hulky atau mempunyai bobot dan volume yang besar. Pada dasa_rnya komoditi pertanian perlu pcnanganan yang baik sehingga dapat sampa1 kc tan1o'lln konsumen akhir sesuai dengan yang diinginkannya. Menurut Hanifah dan Saefuddin (1986: 26) lembaga tataniaga rnerupakan badan-badan yang mcnyelcnggarakan kegiatan atau fungs.i tataniaga dengan mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sarnpai kepihak konsumen. Dalam istilah tatan1aga ini adalah tcnnasuk golongan produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa. Sedangkan Napitupulu (dalam Mesy, 2003:4) panjang pendeknya saluran tataniaga tergantung bcberapa faktor, antara lain adalah skala produks1 temak. jarak antara produsen dcngan konsumen, banyak sedi1kitnya jasa yang harus ditambah pada komoditas tersebut dan infrastruktur lainya, seperti sarana pengangkutan dan pergudangan, juga dipengaruhi oleh Jasa yang dapat atau t1dak dapat dilakukan oleh lembaga tersebut.
Berdasarkan proses tataniaga dapat dijelaskan te:ntang sistem tataniaga suatu produk atau suatu barang yang terdiri dari komponen-komponen produsen , lembaga tataniaga dan konsumen. Kegiatan dari masing-masing komponen tersebut sating berkaitan dan merupakan satu kesatuan. Berikut dibawah ini beberapa saluran pemasaran untuk barang konsumsi menurut Kotler (1994:9).
Garn bar l. Saluran Taraniaga Untuk Barnng Komsumsi p
K
R
0 Pengecer
0
N
D
u I
I
Grosir
s
-
E
liJ
---+
Gosir
Jobber
Pcngcccr]
-
[ Pe11gecer
...
-
s
u M
I~
I
Dalam pelaksanan penyaluran banyak usaha yang gaga! dikarenakan kurang tepatnya saluran distribusi, oleh kerena itu di dalam memilih saluran distribusi haruslah hati-hati dan memakai pertimbangan yang mantap. Ada pun pokok-pokok dalam saluran distribusi dapat kita lihat dibawah ini, dtantaranya: I). Secara langsung Produsen Produsen
....
Konsumen
menjual
barangnya
lansung
mcndatangi
konsumen. Saluran ini, disebut saluran lansung. 2). Secara semi langsung Produsen
Pengecer_ _ __.. Konsumen
rumah-rumah
Saluran distrbusi ini disebut saluran distribusi semi langsung. Disini pengecer membeli barangnya dari produsen dan terakhir dijual lagi kekonsumen. Ada pula beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer agar langsung dapat melayani konsumen. 3 ).Secara tidak langsung Produsen
pedagang besar - - • Pengecer _ _
Konsumen
Barang yang dihasilkan produsen disampaikan secara tidak langsung ke tangan konsumen, tetapi penyalurannya harus mclalui lcmbaga-lembaga penyalur. Pola saluran tataniaga diatas yang digambarkan pada mnumnya ditemui untuk barang industri dan barang atau komoditi pertanian. Tidak jarang kita lihat bahwa satu Jenis komodni melalui beberapa saluran untuk rnencapai konsumen akhir. Untuk komoditi-komoditi pertanian pada urnurnnya sebelum ke pedagang besar dan pengecer, terlebih dahulu rnelalui pedagang pengurnpul dt tingkat desa yang mengumpulkan hasil-hasil pertanian dari para petani.
2.4. Konsep Biaya Dan Marjin Tataniaga Biaya tataniaga dalam komoditi pertanian mencakup jumlah pengeluaran yang d1keluarkan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksinya dan jumlah
peni~cluaran
oleh lembaga
tatamaga (badan perantara ). Limbong dan Si torus (1987 :7 4 ). mendefimsikan biaya tataniaga sebagai semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembagalembaga yang terlibat dalam sistem tataniaga suatu komoditi dalam proses penyampa1an barang mulai dari titik produsen sampa1 ke konsumen.
Swasta (dalam Yatni, 2002: 13) menyatakan apabila saluran tataniaga di tinjau sebagai satu kelompok atau satu tim operasi, maka marjin dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi, marjin merupakan suatu imbalan, atau harga atas hasil jasa. Apabila di tinjau sebagai pembayaran atas jasa-jasa, marjin menjadi suatu elemen yang penting dalam strategi penyaluran. Pengertian lain dari majin adalah perbedaan antara harga beli dengan harga jual.
2.5. Bauran Pcmasaran Bauran pemasaran ini merupakan konsep terpadu dalam sistim pemasaran modem. di mana aspek tcrsebut saling mendulnmg dan terkait dengan satu dengan yang lainnya. Adapun bauran pemasaran meliputi 4 (cmpat) aspek, yaitu dikenal sebagai 4 P
Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat/ Distibusi) dan
Promotion (Promosi). Philip Kotler sendiri menjelaskan dalam bukunnya (1995: 74) bahwa bauran pemasaran adalah : Serangkaian variabel pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang dikehendaki prusahaan dari pasar sasaranya. Masing-masmg aspek dari bauran pemasaran tersebut c!apat dijelaskan sebagai hcrikut: I ). Product (Produk) adalah scgala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar agar dipcrhatikan, diminta, dipakai atau dikomsumsi sehingga mungkin memuaskan, keinginan atau kebutuhan. Produk bisa berupa benda fisik, jasa, orang, organisasi dan gagasan.
2). Price (Harga) adalah sejumlah uang yang dibayar oleh konswnen untuk mendapatkan, suatu produk. Penetapkan harga suatu produk ditentukan oleh jenis pasar yang ada, yang oleh para ahli, dibedakan menjadi 4( empat) jenis pasar. yaitu: a. Pasar persaingan mum1, yaitu pasar yang terdiri da.ri banyak penjual dan pembeli dengan jenis komoditas yang sama. Pada pasar ini pedagang tidak dapat menjual lebih tinggi dari pedagang sekitamya. Penetapan harga sepenuhnya ditentukan oleh pasar dan pedagang tidak perlu mengadakan riset pasar: pengembangan produk ataupun melakukan promosi. b.
Pasar persaingan monopoli, di mana penjual dan pembeli mengadakan transaksi
dengan
memberlakukan
beberapa
tingkat
harga.
Hal
m1
ditnungkinkan karena adanya variasi dalam produk misalnya kualitasnya lebih baik dari mereknya lebih dikenal, sehingga pembeli mau dengan harga yang berbeda. c. Pasar oligopoli, dimana hanya ada sedikit penjual dengan jenis produk yang mungkin scrupa, scperti semen, minyak goreng, minyak tanah dan sebagainya. Pada pasar jenis ini sangat suht bag1 produsen baru untuk ikut masuk kepasar. d. Pasar monopoli mumi, di mana hanya terdiri dari satu penjual dan dapat dikuasai olch pemerintah maupun swasta. 3) Place (Tempat) merupakan sarana untuk menjual barang jasa agar dapat dijangkau oleh konsumen. Untuk mencapai hal itu, diperlukan saluran distribusi. Dcfinisi saluran distribusi menurut Kotler (1995: 6) adalah: adalah sepenmgkat atau sekelompok organisasi yang saling tergantung yang terlibat
dalam proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi pengi,'llnaan atau komsumsi oleh konsumen. Saluran distribusi ini ada beberapa macam tergantung dari jenis barang yang dipasarkan. Semakin banyak tingkatan saluran distribusi, maka semakin sedikit peran produsen terhadap barang/jasa yang diperdagangkan. Yang umum dii,'llnakan ada 4 (em pat) tingkat saluran distribusi yang ada pada gambar. I. 4). Promotion (l'romosi). pemasaran masa kini lebih diarahkan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan lebih banyak memperhatikan apa kebutuhan mereka dan berusaha selalu dapat rnemenuhinya. Cara yang ditempuh perusahaan antara lain mengembangkan produk baik segi mutu. kemasan. variasi produk dan manfaatnya. juga hams menetapkan harga yang bersaing. sehingga konsumen tetap setia dengan prnduk yang ditawarkan. Untuk
dapat
mengkomunikasikan
hal-hal
tersebut
kepada
konsmnen
diperlukan sarana promosi. Menurut Kotler (1995: 75), promosi adalah kegiatan yang mengkomunikasikan jasa produk dan menganjurkan pelanggan sasaran untuk mcmbclinya
2.6. Tinjauan Umum Tentang Transaksi .Jual-Beli 2.6.1. Pcngcrtian Transaksi Jual-Bcli r>alam Islam Transaksi jual-beli berasal dan kata "transakst'' dan "Jual-beli... Transaks1 adalah ikatan atau pcrsctujuan Scdangkan jual-bcli st:cara harfiah adalah sating menukar (tukar-menukar). jadi jual-beli adalah persetujuan beli. ( Yunus. l 987: 23)
Adapun jual beli menurut istilah (tenninologi) adalah penakaran benda dengan benda lain melalui jalan saling merelakan. atau memindahkan hak milik dengan adanya pengantian dengan cara yang diperbolehkan. ( Suhendi , 1997: 14) Kata al-ha 'i dalam bahasa adalah masdar (bentuk perbuatan) dari kata ha 'a. Kata ha 'a-yahi 'u mempunyai arti ma/aka dan 1shtara (memiliki dan
mcmbelil. Adapu!l pengertian al-ha 'i secara .1yari 'at adalah pertukaran harta kepemilikan dan
menjadi hak milik. Sebagian ulama mendefenisikan kata
tersebut dengan '"pertukaran harta", sekalipun yang dip•:rtukarkan terscbut: 1). Harta dalam tangungan. 2). Manfaat yang sifatnya mubah (diperbolehkan oleh syariat). 3 ). Barta yang dipertukarkan tersebut serupa dan nntuk selamanya. (Saleh, 1997:13) Disamping itu Djarnili ( 1992: l 40), memberikan unsur-llllsur pengertian ten tang jual-bel i sebagai berikut : 1). Menukar suatu barang dengan barang Artinya hubungan hukum akan terjadi antara manusta kalau masmgmasing pihak akan bcrkcpentingan bcmsaha mcmcnuhi kebutuhan hidupnya dalam suatu obyek tertentu. Kcpcntingan memcnuhi kcbutuhan itu diwujudkan dalam menukar barang (benda) yang dimilik1 dcngan benda lain milik seseorang. 2 ). Dilakukan dengan cara tertentu Maksudnya dengan menggunakan suatu proses yang menimbulkan tukar menukar dilakukan melalui tawar menawar sampai tcrjadi akad (perikatan), karena kata sepakat. yang berkenaan dengan ( benda) sebagai objek. yang dilakukan da!arn ta war mcnawar oleh rnasrng-masing pihak .
Dengan memahami beberapa pengertian jual-beli tersebut di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jual-beli adalah suatu perjanjian timbal balik antar dua belah pihak (transaksi) dimana pihak pertama disebut sebagai penjual men!,>ikatkan diri untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang (benda) kepada pihak kedua yang disebut sebagai pembeli, dan pembeli berjanji untuk membayar harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli) berupa uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik suatu barang ( benda) tersebut. Dari kesepakatan atau akad-akad dalam 3ual beli hamslah sesuai yang dibenarkan oleh syara' agar rukun-rukun serta ketetapan lmkum jual-beli dapat dijalankan sehingga terhindar dari keragu-ra!,'llan dalam hal jual-beli.
2.6.2. Rukun Dan Syarat Jual-Beli. ~lenurut
Sabiq l 1995: 126) mkunjual-beli ada tigayaitu:
I). Pelaku akad (a/-Aquf) Seorang pedagang hams memiliki kompetensi dalam melakukan ak1ivitas jual-beli, yakni dengan kondisi yang sudah akil-baligh serta memiliki kemampuan untuk memilih. Tidak sah transaksi yang dilakukan oleh anak kec1I yang belum nalar, orang gila atau orang yang terpaksa. Dari unsur··unsur yang disebutkan dapat dirinci sebagai berikut : a. Orang yang lakukan jual-beli hams sudah baligh Bagi seorang yang belum dewasa 1idak sah mclakukan jual-beli kecuali atas tanggung-jawab walinya terhadap barang-barang yang nilainya kecil. Adapun ba!,>i anak-anak yang sudah mcngcrt1, tc1ap1 bclum sampa1 umur dewasa mereka
diperbolehkan untuk melakukan jual-beli. Barang yang diperjual-belikan adalah seperti makanan, pulpen buku dan jajanan lain sebagainya. b. Berakal. Penjual dan pembeli hams memiliki aka! pikiran yang sehat, agar dapat mempetimbangkan antara untung dan rugi yang akan diperoleh dari akad tersebut. Apabila aka! tidak sehat jnal-beli tersebut tidak sah. sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an, yaitu:
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang be/um Sempurna aka!nya, harta (mereka yang ada da!am kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sehagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan Pakaian (dari hasil harta llU) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. {A11-NL~sa: S)
c.
Atas kchcndak scndiri dan tidak muha:::ir (pcmboros). Orang melakukan akad tidak boleh dalam keadaan terpaksa dan tertekan
karena ada ancaman oleh seseorang agar ia melakukan akad. Oleh karcna itu seorang pelaku akad harus berdasarkan kehendak sendiri. Dalam akad jual-beli akan terjadi bila keduanya sating merelakan atau suka-sarna suka. Hadits Nabi Muhammad Saw, mengenai hal atas kehendak scndiri:
"Dari Ahu Huraira r.a berkata, Rasu/111/ah Saw hcrsahda: .langan/ah penjua/ dan pembelr sating berpisah sete/ah peryua/an, kernali masmg-masmg pt/wk salmg ridha". (HR. Ahmad)
2). Barang yang diperjual-belikan (ma 'qud 'a/aih}. Adapun syarat dari barang yang diperjual-belikan adalah: a. Barang yang diperjualbelikan tersebut hams suci, bermanfaat, bisa diserah terimakan. mcrupakan milik penuh salah satu piha.k. Tidak sah memperjualbelikan barang najis atau barang haram sepe1ti darah, bangkai dan daging babi. Juga tidak sah menjual barang yang belum menjadi hak milik. karena ada dalil yang menunjukan larangan terhadap itu tak ada pengecualian. Juga ditegaskan dalam hadits Nabi Muhammad Saw, yaitu:
··oari Jahir hin Ahdullah r.a. hawasannya Rasulul/ah Saw hersahda pada ta/11111 kemenangan di Makkah: Sesunguhnya Allah dan Ra.111/-Nya meng-haramkan jua/hcli arak. hans:;kar, hahr dan hcrhala" (/IR, Bukhari da11 Muslim)
b. Mengetahui objek yang diperjual-belikan dan juga pembayarannya, agar tidak terkena faktor "ketidaktahuan" yang bisa termasuk menjual kucing dalam karung. karena nu dilarang. Hadits Rasululah Saw:
'"/Jurr Ahr H11ra1r.1h 1<1 herkata: Rusu/111/ah Saw melarang p1al-helr dengan lemparan ham dan 111dara11gp1al-heli t1puan ". (HR. Mus/.fm)
c.
Mcmbcri batasan waktu yang tidak jelas. Tidak sah mcnjual barang untuk jangka masa terten\u tanpa akad yangjelas (ijon).
Finnan Allah Swt:
"Hai orang-orang yang heriman, apahila kamu hermu 'amalah tidak secara tunai 1111111k waktu ditentukan. hendaklah kamu menuliskan ". (A/..Baqarah : 282)
3 ). Akad (ijah-qahu/) Rukun jual-beli ketiga, adalah pengucapan lafadz ijah-qahu/. Syarat adalah adanya ucapan ijah (pcnawaran) dan qahul (pencrimaan) yang bcrlangsung secara kcsinambungan. Yaitu dengan ucapan yang benar-benar dipahami, baik dengan kata-kata maupun yang terselubung. Ucapan ijah-qahul dcngan kata-kata yang jelas lebih menjamin tidak timbulnya perselisihan atau perbedaan pengertian. (al-Ghazali, 200 !:29). Menumt Suhendi (2002: 70), akad adalah ikatan kata antara penjual dan pembeli, jual-beli belum dikatakan sah sebelum ijah-qahul dilakukan, sebab ijah-qahul menunjukan kerelaan (keridha-an) pada
dasamya 1Jah-qah11/ dilakukan dengan lisan akan tetapi kalau mungkin bisu atau yang lainnya, maka boleh ijah-qahu/ dengan surat-menyurat yang mengandung artinya sama dengan 1fah dan qahul. Kcrclaan yang tdah d1scbutkan di atas menunjukan kcrelaan yang berhubungan dengan hati,
s·~bab
kerelaan itu tidak
dapat dilihat, oleh karena itu kerelaan dapat diketahui
d·~ngan
tanda-tanda yang
jclas yaitu dengan I/ah dan qahul. Rasulullah Saw bersabda:
"Dari Ahi Hurairah r.a dari Nahi Saw. hersabda: Jangantah dua orang yang juat-beli berpisah, sebetum sating meridhai. " (HR Abu Daud da11 Timridzi) Dilain Hadits Rasulullah Saw bersabda:
"Ra.,111/ah Saw. hersahda: Se.111ngguhnya juat-heti hanya sah dengan sating meretakan. ··(HR lbn llibha11 dan Majah)
2.6.3. llal Yang Menyangkut Jual-Beli I). Khiyar Kh~var
artinya boleh memilih diantara dua, meneruskan akad jual-beli atau
membatalkannya. Diadakan
kh~var
oleh kedua belah pihak yang mcngadakan
transaksi jual-beli dapat mempertimbangkan kcmaslahatan masing-masing supaya jangan sampai terjadi penyesalan dikemudian hari. Khiyar :ada tiga macam: a. Kluyar ma;lis, artinya pembeli dan penjual boleh memilih antara dua perkara tersebut, selama keduanya masih berada di tempat jual-beli, khiyar majelis ini boleh dalam macam jual-beli. b. Khiyar .\yarat, yaitu khiyar terscbut dijadikan syarat sewaktu akad jual-beli oleh keduanya atau salah satu pihak, seperti ucapan penjual : "saya juat ini
dengan harga sekian. dengan ·'Yara/ khiyar datam liga hari atau kurang dari 11ga hart·. Kluyar .\yarat boleh dilakukan dalam segala hal macam jual-beli kecuali barang yang wajib diterima ditempat jual-beli, seperti barang riba. ~asa
kh(var .'J'arat paling lamanya tiga hari tiga malam dari waktu akad
perJan.1ian.
c. Khiyar '01h, adalah bahwa si-pembeli boleh menge:mbalikan barang yang dibelinya apabila terdapat pada barang yang dibeli itu ada suatu kecacatan yang dapat mengurangi pada nilai barang itu atau mengurangi harganya. Biasanya barang yang seperti itu ketika akad kelihatan baik, padahal ada kecacatan, namim si-pembeli tidak mengetahuinya. (Rasyid, 1996: 286) 2). Riba Riba menurut bahasa berarti: tambah. Sedangkan menurut ;yara artinya: Akad yang terjadi dalam penukaran bamg-barang tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara atau terlambat menetimanya.(Sunarto, thn:
401 ). Dalam Al-Qur'an tiba dikategorikan menjadi dua bagian yaitu nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Sedangkan tiba fadhl iala11 penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya, karena orang yang menukarkan mensyarntkan demikian, seperti penukaran emas dengan •:mas, padi dengan padi, dan sebagainya. Berikut dibawah ini ayat yang menerangkan tcntang riba dan bahayanya bagi orang yang memakan hasil dari riba:
J
,::JJ,.U:;.
y
J
••
~_,
.,.f
,,.
I ..
~A ).JI ~cl J..y.ljl!
"OranJ!··oranJ! yanJ! makan (mengamhil riha} tidak dapat herd1ri melainkan seperti herdirmya orang yang kemasulran .1ya11an lantaran ftekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian ilu, ada/ah disebahkan mereka herkata (herpendapat), se.,1mggulmya jual heli ilu sama dengan riha, padahal Allah Te/ah mengha/alkan jual heli dan mengharamkan riha. Orang-orang yang 1elah sampai kepadanya /arangan dari Tuhannya, lalu terus herhenti (dari mengambil riba), maka haginya apa yang te/ah diambilnya dahulu (sebelum datang /arangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kemba/i (mengambil riba). maka orang ilu ada/ah penghuni-penghuni neraka: mereka kekal di dalamnya" (Albaqoralt:275)
Dari kutipan ayat diatas bahwa Allah telah mengharamkan riba, oleh sebab itu kaum muslimin seluruhnya telah sepakat bahwa asal dari riba adalah diharamkan. terutama sekali riba pinjaman atau hutang. Bahkan mereka telah berkonsesus dalam hal itu pada setiap masa dan tempat (Al-Mushlih dan AshShawi, 2004: 349)
2.6.4. Hukum Dan Landasan Jual-Beli Dalam lsL1m Pada dasamya berusaha dan berikhtiar mencari re:zeki itu adalah waJib, hal itu ditegaskan dalam Al-Qur'an dan As-Sunah serta ijma para ulama. Karenajualbeli termasuk bagian dari muamalah, maka jual-bdi segala bcntuk bolch dilakukan, akan tetapi bila ada dalil yang melarangnya hal tersebut jangan dilakukan. Pcmyataan Dewan Syari'ah Nasional (2000:31) dalam kaidah fiqih adalah:
"/'oda da.v.m~1·a. wmua kegwtan muama/ah ho/eh di!akukan kecuail ada da/il yang mengharamkannya ... Adapun
bagi para pihak yang melakukan jual-beli, harus mengetahui
objck, hukum dan kritcria dalam jual-bcli agar jauh dari penipuan. oleh sebab itu hukum jual-beli barns ada, diantaranya hukmn-hukumjual-beli adalah:
I). Mubah (boleh) ialah asal hukum jual-beli. 2). Wajib, seperti menjual harta anak yatim jika terpaksa, begitu juga bagi seorang
qadhi (hakim) yang menjual harta muflis (orang yang banyak hutang dan melebihi harta miliknya). 3). Haram, bagijual-beli yang dilarang agama. 4 ). Sunah, apabila jual-beli itu dilakukan kepada teman atau sanak keluarga atau saudara yang dikasihi dan juga kepada orang yang sangat memerlukan barang tersebut. ( Rasyid, l 996:278) Berdasarkan konsensus (ijma) kaum muslimin, di-syariat-kannyajual-beli, karcna kehidupan umat manusia tidak bisa tcgak tanpa ada.nya jual-beli. Berikut di bawah ini adalah landasan hukum dalamjual-beli, Allah SWT berfirman:
"Dan Allah menghalalkan jual-beli 'erta mengharamkan riba ". ( Al-Baqarail : 275)
Dilain ayat Allah S\\1 berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, .1anganlah kamu sating memakan harta sesamamu dengan Jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang herlaku .\1/ka sama .\11ka di a/1/ara kamu ". ( An-Ni'ill: 29) Had its Rasulullah Saw tentang tentang landasan hukllll1 jual-beli. ~
/
/
,,.
/
/.\'.J, l<. / ~ .ilil I, - ~ , .;11 u ~ i'.UC .ilil ' · ,. ~I,.. · 'A.C:li : ,. ~ • ~ ~.J 1_,..J l.>: .J UC , •/
a u.o -"-'~1
;/'
;:_p_
,..
/ I?)'
' / "IC:'/" ' U.:.-a' , ,o/~ U.::>o.... ,,. ,, •
~ ....
r
1 ,_:
~
/,,...
J'~ 1-!S
(' '-..l.l..b ,. 1 •J /,..·
• ...
t
•
1, "
;
-:
\..;7
,,,_
~
LJ.l-1.'J ,.
c~' 01.J.J)
Rasulullah Saw telah bersabda: "Rasulullah Saw ditanya : Pencarian apakah yang paling baik? Be/iau menjawab: "/a/ah orang yang bekerja dengan tanggannya dari tiap ;ua/-beli yang bersih" (IIR.A/1mad)' Dalam
ayat dan hadits diatas jual-beli merupakan jenis usaha atau
pekerjaan yang halal (boleh dilakukan) dalam mencari rezeki. Setiap manusia bebas memilih dan menentukan sendiri jenis usaha atau pekerjaan sesuai dengan bakat, kemampuan, keterampilan, keahlian dan faktor-·faktor lainnya masingmasing. Menurut (Shaleh, 1997: 16) salah satu jenis usaha (pekerjaan) yang disyariatkan agama Islam adalah berdagang. Telah tetjacii kesepakatan (ijma ') di kalangan umat Islam akan kebolehan berdab>ang atau bemiaga secara total selama tidak mengabaikan dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang wajib. Apabila
perniagaan
itu
mengakibatkan
pe:lakunya
meninggalkan
kewajiban, maka yang demikian dilarang oleh agama. Allah Swt berfinnan dalam al-Quran Surat al-Jurnu'ah ayat 9:
.. Hai orang-orang yang beriman, apabila diseni untuk menunaikan shalat pada hari ;um 'at, maka ber.,·9~eralah untuk mengmgat Allah dan tingga/kan/ah 1ual· bell. Yang de1111ktan ilu /eb1h baik hagimu jika kamu mengetahui".(Al-Jumu 'all :9) Demikian pula halnya apabila melakukan transaksi jual-beli dalarn ranggka yang dihararnkan agama atau .\yari 'ah, maka p<:rbuatan pemiagaan yang demikian tidak dibenarkan dan sangat dilarang oleh agama.
2.7. Bentuk Transaksi Jual-beli. Menurut Rahardi (2003:19) sistem pembayaran ada empat macam, yakni inden (pembayaran di muka), tunai (cash), kredit dan konsinyasi. lnden hanya
berlaku jika permintaan lebih besar dari pada pasokan, atau dalam perdagangan sering disebut dengan sistem bursa berjangka. Apabila pasokan lebih besar pembayaran kredit dan konsiyasi. Namun dalam jual··beli ada beberapa kategori pembayaran yang diperbolehkan diantaranya adalah: I ). Barter, yaitu perdagangan pertukaran barang dengan barang yang dibolehkan dengan kualifikasi tertentu. Dalam Islam tidak
diperk•~ankan
menukar barang
yang berbeda kualitasnya, hal ini menunjukan suatu validitas atau transaksi barter diangap benar. 2). Tunai, meskipun perdagangan dalam bentuk barter diperbolehkan dalam Islam dengan kualifikasi tertentu, namun penggunaan transaksi dengan cara tunai mendapat preferensi oleh masyarakat, dan juga lebih dianjurkan oleh Islam. Hal ini yang maksudkan agar terhindar dari segala bentuk riba. 3 ). Pemhayaran tanj!g!Jh. Tuntunan mengenai hat ini tercantum didalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 282, yang secara lengkap memberikan ketentuanketentuan antara lain tentang : a. Kewajiban mencatat dengan benar dan tepat. b. Syarat-syarat orang yang mencatat (hams cakap, tidak lemah akalnya) c. Tentang keberadaan saksi dimana dicantumkan hams ada dua orang saksi laki-laki atau seorang saksi lelaki dan dua orang perempuan.
Finnan Allah SWT: J ..,
?"
~,
.
- -'
(.J
JJ
.,,
,,,,..,
0-C<'.-.\j
.:r.---
"!fat orang-orang yang beriman. apab1/a kamu bennu'amalah 11dak secara 11mm umuk waktu yang dilentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan heJUlaklah seorang penulis di alllara kamu menuliskannya dengan benar. Dan ;angan/ah penu/is enggan me11u/iska1111ya sebagaimana Allah mengajarkannya. maka hendak/ah ia menu/is, dan hendak/ah orang yang berhutang itu mengim/akkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. J1ka yang herltutang ilu orang yang /emah akalnya atau /emah (keadaannya) atau dw sendm 11dak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walmya meng1mlakkan dengan .1u;ur. Dan persaksikanlah dengan dua orang .wks1 dart orong-arang /e/ak1 (diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-sak.'i yang kamu ridhai, ~upaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-.wk.•i itu enKJ!an (memben keterangan) apabi/a mereka dtpanggtl; dan ;anganlah kamu ;emrt menuiis hutang ilu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayamya. Yang demikian ilu, /ebih adil di sisi Allah dan /ebih menguatkan persaksian dan
/ebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulis/ah mu'amalahmu ilu), kecuali jika mu'amalah itu perriagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikan/ah apabila kamu beljua/ beli: dan janganlah penulis dan saksi saling su/i/ menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesunggulmya ha/ itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah: Allah mengajarmu: dan Allah Maha mengetahui segala se.matu. {Al Baqoroh : 282)
2.8. Bentuk Transaksi Jual-beli Syari'ah Dalam Dari
bentuk
transaksi
jual-beli
Penyal1~ran
dibedakan
Susu Sapi Mumi
berdasarkan
bentuk
pernbayarannya dan waktu penyerahan barang diantaranya adalah:
2.8.l. Ba'i Murabahah
Murabahah berasal dari kata nbhu (ketmtungan). jadi ha '1 murabahah adalah menjual sesuatu dengan harga modal dengan tambahan untung sejumlah yang dipersetujui BIRT ( 1999·4 I) Menurut Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Nomor: 04/DSN/MUl/IV12000, ba 'i murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayamya dengan harga yang lebih sebagai laba. Sedangkan (Antonio 200 I: I 0 I) mendcfinisikan ha '1 murahahah adalah JUal beli barang pada asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam ba'i murahahah penjual hams mcrnbcritahu harga pokok yang dia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan scbagai tambahannya. 8a '1 murahahah juga banyak mernberi keuntungan salah satunya adalah selisih dari harga beli penjual, sclain itu sistem murahahah juga sederhana. (Antonio, 1999: 127). Adapun salah satu landasan .1yari 'ah ha 'i
murahahah scbagaimana dijclaskan di bawah ini:
Hadist mengenai ba'i murabahah :
"Nabi bersabda, 'ada liga ha/ yang mengandung berkah: jual-beh tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah). dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bu/can untuk dijual." (HR. lbn Majah dan Shullaib) Namun secara umum ba ·; murabahah sama dengan rukun-rukun dan syaratsyarat jual-beli lainnya. Menurut Antonio ( 1999: 122) beberapa syarat khusus tentangjual-beli murabahah, antara lain:
1). Penjual memberitalmka..'1 biaya modal kepada nasabah (pembeli). 2). Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3 ). Kontrak hams bebas dari riba. 4 ). Penjualan hams menjelaskan kepada pembeli bila terJadi cacat atas barang sudah pembelian. 5 ). Penjual hams menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian. misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Secara prinsip jika syarat (I), (4), atau (5) tidak terpenuhi, maka pembeli memilik1 pilihan a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. b. Kembali kepada penjual dan mengatakan ketidak setujuan atas barang yang dijual. c. Membataikan kontrak.
Dengan adanya jual-beli murabahah pembeli dapat mengetahui cost harga yang sebenamya yang dibeli dari si-penjual. Mungkin ini berfaedah kepada pembeli untuk menilai suatu barang yang dibeli serta keuntungan yang diperoleh si-penjual. Ba 'i murabahah adalah salah satu jenis jual-bdi yang dihalalkan oleh agama.
2.8.2. Ba'i Salam
Salam yaitu menjual sesuatu tidak dilihat zatnya, hanya ditentukan dengan sifat barang tersebut ada di dalam pengakuan (tanggungan) si-penjual (Rasyid 1997: 273). Menurut Ari fin, (1999:201) ba 'i salam ialah jual-beli yang dilakukan di mana pembeli memberikan uang terlebih dahulu terhadap barang yang telah disebutkan spesifikasinya, dan diantarkan kemudian. Sedangkan menurut Fal\va Dewan Syari'ah Nasional Nomor:OS/DSN-MUl/IV/2000, jual-beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu, disebut dengan sa/am. Dengan kata lain (Rifa'i, 2002:68) mengemukakan salam adalah pembelian barang dengan membayar uang terlebih dahulu dan barang yang dibeli diserahkan kcmudian artinya penyctoran harga baik lunas maupun sebag1an harga pembelian sebagai bukti kepercayaan, sehubungan d:engan dengan transaksi yang telah dilakukan. Finnan Allah S\'ol .
"Hai orang-orang yang beriman apabi/a kamu bennua 'ma/ah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan. hendaklah kamu menuliskannya".(Al-Baqarah :282)
Dalam ayat ini Allah Swt memetintahkan para kawn mukmin apabila berhutang pada jangka wal.1U tertentu. agar dapat dituliskart dengan benar. Sehingga dalam menangguhkan barang dengan pembayaran yang tunai dapat jelas
waktu
pengembaliannya.
Hikmah
diperlukannya
penulisan
adalah
mempakan sikap kehati-hatian agar terltindar dati pertengkaran-pentengkaran yang mungkin terjadi. lbnu Abbas r.a metiwayatkan bahwa Rasulullah Saw datang ke Madinah di masa penduduknya melakukan salam dalmn buah-buahan (untuk jangka waktu) satu dua dan tiga tahun. Beliau bcrsabda:
"Barang siapa yang melakukan salam, hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula. untuk jangka waktu yang dikerahui ".(HR E11am Imam Alt!i Hadi/$) Syarat-syarat ha 'i salam menumt (Rifa'i, 2000: 69)sebagai berikut: I). Uang harganya hendaklah dibayar di majelis akad (uang dibayar lebih dulu) 2 ). Barangnya menjadi utang atas si-penjual. 3 ). Barangnya dapat diberikan sewaktu janjinya telah sampai, berarti pada waktunya yang dijanjikan barang itu biasanya telah ada. 4 ). Barang itu hendaklah jelas ukurannya. baik dengan lakaran atau timbangan atau ukuran atau bilangan. 5). Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya yang berarti dcngan sifat itu dapat berbeda harga dan kemauan orang pada barang itu. Si fat barang haruslah jelas agar tidak ada perselisihan. 6 ). Hendaklah ditentukan tempat penyerahan barang itu Adapun salam menghamskan adanya dua ha!:
a. Ukuran, timbangan dan besar atau kecilnya barang yang dibeli harus sudah jelas. Di awal mengadakan transaksi bentuk barangnya, ukuran dan timbangannya serta kualitasnya sudah jelas. lni yang sudah dijelaskan hadits lbnu Abbas r.a diatas. b. Dilakukan dengan suka sama suka, saling rela-merelakan, sesuai finnan Allah Swt:
• " .. Kecuali dengan perdagangan suka sama suka diantara kamu". (A11-Nisa: 29)
2.8.3. Ba 'i lstishna Arti ha·, istislma menurut baliasa "minta dibuatkan", menurut istilah kontra!rJtransaksi yang c!itandatangani bersama atara pemesan dengan produsen umuk pembuatan suatu jenis barang atau suatu perjanjian jual-beli dimana barang yang dijual bclikan bclum ada (Rifa'i, 2002: 73). Menurut Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Nomor:06/DSN-MUl/!V /2000, ba 'i fstishna adalah akad jual-beli dalam bentuk pemesananan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat). menurut Ari fin ( 1999: 202) ha 'i istislma adalah jual-beli yang dilakukan dimana penjual membuat barang yang dipesan pembeli dengan modal sendiri. Adapun ketentuan umum ha '1 fs11slma
menurut Ka nm Busmees <'om11/tmg (200 I :4)
adalah spesifikasi barang harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlah. Ba 'i istishna merupakan lanjutan dari ha 'i salam maka seM!ra umum landasan
~yari 'ah
yang berlaku pada ba ·, salam JUga berlaku pada ba 'i istishna.
Adapun perbandingan ha 'i istishna dengan ha 'i salam menurut (Antonio 1999: 152 ) ditunjukan pada table.2. di bawah ini
Tabel 2. Perbandingan Antara Ba'i Salam Dan Ba'i Istishna Subyek Pokok Kontrak Harga
Sifat kontrak
Salam
Mus/am Fiih
lstishna
G"i,turan & Kcterangan
Mashnu
h.arang ditangguhkan I dengan spesifikasi Dibayar Pada Bisa penyelesaian saat J Cara saat kontrak kontrak, bisa pembayaran merupakan diangsur, bisa perbedaan utama antara kemudian hari salam dan isthisna Mengikat secara Mengikat Salam mengikat semua asli (thabi'i) secara ikutan pihak sejak semula, (Taba'i) sedangkan Isthisna menjadi pengikat untuk melindungi produsen I sehingga tidak ditinggalkan begitu saja I oleh konsumen secara bcrtanggung 1 tidak ! Jiawab
I
Swnber: M. Syafi'1 Antonio. 1999
Walaupun demikian, para ulama membahas lebih lanjut "' Keabsahan "
ba 'i is/is/ma dengan penjelasan sebagai berikut . a. Masyarakat tclah mempraktikkan ha·, 1st1slma secara luas dan terns menerus tanpa ada kcberatan sama sekali. Hal demikian menjadi ba 'i istislma scbagai kasus ijma dalam konsensus umum. b. Di dalam .\)'an 'ah dimungkinkan adanya pcny1mpangan terhadap q1yax bcrdasarkan ijma ulama. c. keberadaan ha 'i is/is/ma didasarkan pada kebutuhan masyarakat. Banyak orang sering sekali memerlukan barang yang tidak sedia di pasar sehingga mereka cenderung kontrak agar orang lain membuatkan ba:1lllg untuk mereka.
d. Ba 'i istishna ' sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan nash dan aturan
.~vari 'ah
(Antonio,
2001 :114). Di bawah ini merupakan hubungan harga dan barang dari ketiga transaksi syari 'ah diatas.
Tabel 3. Hubungan Harga Dan Barang Dalam Transaksi Jual-Beli Syari'a/1 Variable Model jual-beli -
-·
Ba'i Murabahah
Barang
Harga
__ ____ ---._.
~-------
Ba'i Salam Ba' i Istishna
Tangguh
.
Tangguh
Tunai Tunai, cicilan, kcmudian hari
Tunai
Tangguh !
I
Sumber: Data d1olah
Tabel.3 diatas dapat kita bedakan masing-masmg transaksi jual-beli menurut .\yan "ah dilihat dari segi harga dan barang. Ba ',i murabahah dalam segi pembayarannya secara tangguh dan untuk barang diterima dengan tunai namun dilihat dari konsep transaksi ini penjual diharuskan menycbutkan harga (modal) dasar kepada pcmbeli. Sedangkan ba '1 sa/am dan ha·, 1s1is/ma mcmpunyai pcrsamaan dan perbcdaan. Persamannya adalah dalam mcncrima barang diterima secara tangb'llh scdangkan letak perbedaan yang paling mcncolok dapat dilihat dari scgi pcmbayaran. Dari ketiga transaksi ,,yari 'ah dapal disimpulkan d1atas mempunyai ciri khusus yang dapat membedakannya ba1k dari segi pembayaran maupun penerimaan barang.
2.9. Kerangka Pemikiran Susu merupakan salah satu produk petemakan yang sensitif dan mempunyai umur yang pendek. Di Iihat dari sifatnya susu memang komoditas mudah rusak dan tidak tahan lama sehingga para petemak perlu membangun suatu wadah atau lembaga agar dapat memasarkan susu segar kepada konsumen. Untuk memperlancar kegiatan penyaluran barang atau susu dari produsen ke konsumen diperlukan kegiatan tataniaga terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fasilitas yang merupakan komponen-komponen terjadinya kegiatan tataniaga. Penulis akan mengkaji permasalahan penyaluran susu sapi mumi di tinjau dari transaksi berdasarkan syari 'ah. Adapun transaksi yang dipilih adalah transaksi jual beli, mengingat transaksi ini sering dilakukan oleh masyarakat dibandingkan dengan transaksi lainnya. Bila
prinsip jual-beli
dilaksanakan
sehubungan dengan
adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda. maka dalam penyaluran susu sapi antara petemak dan pedagang perantara akan terjadi suatu transaksi jual-beli yang bisa diiakukan secara tunai. tcrtunda. atau diangsur transaksi tersebut lazim dilakukan ditengah-tengal1 masyarakat sesuai dengan k<:sepakatan bersama. Di dalam konsep syari 'ah transaksi jual-beli diatas mempunyai kriteria tersendiri, oleh sebab itu seorang wirausaha muslim hams mengenal dan mengetahui permasalahan jual-beli yang ada. Dari definisi tentang jual-beli menurut syari 'ah ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain yimg menerima-nya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah
Garn bar 2. Alur Kerangka Pemikiran Pedagang Perantara Dalan1 P1~nyaluran Susu Sapi Murni
Produsen (Petemak Susu Sapi)
/ Masalah: Penyaluran, Aplikasi dan Fungsi Penyaluran ( Pertukaran, Fisik dan Fasilitas)
Transaksi Dalam Penyaluran Ditinjau Dari Sudut Pandang
Syan'ah
l Pengumpulan Data, Menggunakan Metode Studi Kasus
Analisis Data
Hasil Penelitian
Unit Pelaksana Teknis DKI Jakarta Agribisnis Universitas Islam Ncgeri Pelaku Bisnis Petemakan Sapi di!
..
Ba'i Murabahah Ba'i Salam [ Ba'i Istishna ____,
BABIII METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Temak Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon di Kecamatan Cipayimg, Jakarta Timur. Waktu pelaksanaan penelitian ini selama dua bulan yaitu dimulai bulan Desember, 2004 sampai bulan Januari, 2005.
3.2. Metode Pengumpulan Data Dan lnformasi Penelitian ini mengunakan metode studi kasus mengenai penyaluran susu sapi mumi serta karyawan dan peternak melakukan transaksi yang akan ditinjau dari sudut pandang .\yari 'ah. Adapun data yang diambil dalam peneliiian studi kasus ini terdiri dari data primer dan data sek'Under. Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara observasi atau pengamatan langsung di lapangan tempat penelitian berada dan juga melaksana-kan wawancara dengan ketua peternakan, staf. pekerja,
p~'dagang
perantara serta para petemak. Wawancara dibautu dengan
instrumen kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang dikumpulkan diantaranya: cara transaksi peternak dengan pedagang perantara, mekanismc penyaluran, jumlah biaya dan margin tataniaga.
Data sekunder
diperoleh dari laporan-laporan yang ada di petemakan, dinas petemakan setempat dan dari pustaka yang berkaitan dengan sumber data.
3.3. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Menurut Whitney (1960) diacu dalam Naj1:r (2003: 54), penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki. Aspek- aspek yang diamati meliputi:
1. Kegiatan tataniaga di KTTSP Swadaya. a.
Fungsi-fimgsi tataniaga, yaitu mengambarkan kegiatan pelaksanaan fungsi dari tataniaga yang ada di KTTSP Swadaya.
b.
Mekanisme penyaluran susu sapi mumi dari produsen hingga konsumen dan biaya tataniaga. Adapun biaya yang dikeluarkan dalam proses penyaluran susu sapi mumi meliputi: biaya pengangkutan, biaya pengepakan, biaya pengolahan susu dan lain-lain. Sedangkan marjin adalah sclisih keuntungan dari harga jual dari sellap tingkatan saluran.
2. Transaksi dalam penyaluran susu sapi mumi. Transaksi antara petemak dan penyalur (pedagang perantara yang meliputi: koperasi , agen, loper dan konsumen ). Dari jenis transaksi dalam penyaluran susu sapi mumi
ada akan ditinjau dari sudut pandang
transaksi jual-beli yang sesuai dengan .,yari 'ah.
.\)Uri
'ah, sehingga terjadi
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Letak wilayah petemak sapi perah Pondok Ranggon berada pada perbatasan antara OKI Jakarta dengan Bekasi. Adapun petemakan sapi perah tcrscbut beralamatkan di JI. Sapi Perah RT 001/02, Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Pondok Ranggon merupakan kawasan usaha temak satu-satunya dalam pengembangan dan budidaya sapi perah yang ada di OKI Jakarta. hal ini telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubemur OKI Jakarta tentang pcngembangan wilayah petemakan Nomor: 300 tahun I 986. Adapun area kawasan sapi perah yang direncanakan seluas 30 ha, akan tetapi tcrcalisasi scluas hanya I I .9 ha yang terdiri dari 2.9 ha un1tuk kebun dinas Pondok Ranggon dan 9 ha untuk petemakan sapi perah. Jumlah petemak yang ada scbanyak 23 kepala keluarga dcnganjumlah populasi sapi perah 768 ekor. Pondok Ranggon merupakan kawasan usaha petemakan yang sudah cukup berkcmbang dan juga mcrupakan salah satu kawasan pe:rtumbuhan ekonomi di wilayah Jakarta Timur, khususnya yang berkaitan dengan usaha petemakan susu sapi perah, serta kawasan kunjungan dalam rangka pendidikan baik dari Sekolah Dasar hingga Pcrguruan Tinggi. L'ntuk lcbih mengoptimalkan kawasan tersebut dinas petemakan sctempat tclah mcmbangun prasarana yang mcndukung diantaranya: jalan masuk petemakan, pclayanan dokter hewan, penampungan limbah dan Iain-lain.
4.2. Scjarah Pctcrnakan Kelompok Tani Temak Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon adalah nama organisasi petemak yang mengkoordinir kegiatan para peternak. Sejak zaman Belanda petemak ini sudah melakukan kegiatan bertcmak sapmya secara tradisional di Jakarta, tepatnya di Kclurahan Kuning.an Timur Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Setelah Indonesia mcrdeka usaha pctcmakan sapi perah mcngalami kcmajuan yang: sang:at pcsat semenjak ditctapkannya Jakarta scbag:ai ibukota neg:ara Indonesia, yang: artinya dapat mcmbuka pcluang pasar susu di daerah sendiri. Pada tahun 1968 keberadaan usaha petemakan di Jakarta diwujudkan sccara berkelompok dengan dibcntuknya KOPERDA (Kopcrasi Pctcmakan Sapi Perah Rakyat Djakarta) deng:an badan hukum No.229/BH/1112-67 tangg:al i 7-121968 yang juga merupakan ang:g:ota dari GKSI (Gabungan Koperasi Susu lndonc,ia ). Dampak Jakarta ditetapkan scbagai ibukota rwgara, maka sccara tidak lang:sung cksistcnsi petcmak yang ada di Jakarta khususnya wilayah Kuning:an akan dipindahkan, karena wilayah tcrsebut akan dijadikan kawasan konsulat dan pusat bisnis atau sering dikenal sebagai kawasan SEGI TIGA EMAS. Dengan dipindahkan tempat tcrsebut demi peng:embangan usaha peternakan, maka usaha pctcmakan sapi resmi dipindahkan kc dacrah yang baru yaitu di Kelurahan Pondok Ranggon dengan jumlah petemak yang ada pada :;aat itu adalah 23 kepala keluarga dcngan latar belakang pendidikan yang bcrbcda, yaitu dari SD sampai l'erg:uruan Tingg:i. Adapun setiap kcluarga memiliki sapr perah antara 20-45 ekor, para petemak diberi
ianggung~jawab
masing-masiug
d~!am
mengelola usahanya
di bawah pengawasan Dinas Peternakan DK! Jakarta. Dalam pengelolanya peternak membuat struktur organisasi yang ada di wilayah tersebut, agar dapat mempermudah dan mengkoordinasikan dalam menjalankan usaha peternakan yang ada.
4.3. Ternak Sa pi Perah Pctcmakan sapi pcrah Pondok Ranggon tcrnak yang dipelihara adalah jenis sapi Fries Holland (FH) dan keturunannya. Adapun ciri khas jcnis sapi ini antara lain wama bulu hitam bercak putih. pada bagian ata.s depan kepala terdapat segitiga putih, dan ujung ekor berwama putih. Sapi perah FH merupakan sapi yang mempunyai produksi tinggi, sehingga hampir semua sapi FH yang dipelihara mempunyai produksi tinggi. Sapi FH mcmpunyai karakteristrik yang bagus dari scgi produkttfitas tmggi d1antara sapi jL"llis lainnya. Berikut tabcl tentang kemampuan produksi sapi perah tiap laktasi dari jenis sapi perah yang terkenal termasuk sapi Fries Holland.
Tabel 4. Kemampuan Produksi Sapi Perah
Jcnis Sapi
• •
• • • •
Kcmampuan Produksi/ Laktasi (Kg)
Fries Holland Brown Swiss Ayrshire Guernsey Jersey Milking Shorhorm
Sumber· f\t Zian Syarief. 1990· 11>
5982 5052 4853 4009
Kadar Lemak (%) 3,7
4,05 4,12
3844
4,86 5,24
4019
3,90
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sapi perah Fries Holland mempunyai kemampuan produksi yang tertinggi dibandingkan dengan jenis sapi lainnya. Sedangkan sapi Jersey mempunyai kemarnpuan produksi yang paling rendah, namun dengan kadar lemak susu tcrtinggi. Pada KTTSP Swadaya, pedet (anak sapi) betina dari ketunman induk produksi rendah akan dijual begitupun dcngan pedet jantan. sedangkan dari ketunman dari induk produksi tinggi akan dipertahankan. Pedet yang di3ual biasanya yang bcrumur 1-2 tahun untuk bisa di potong scbagai sapi pcdaging, dan sapi dewasa yang sudah 4 -5 kali melahirkan atau sapi sudah afk1r (sapi yang sudah tidak berprodt!ksi la!,>i). Penjualan sapi-sapi tersebut tetap memperhatikan jumlah sapi perah yang ada, sehinggajumlah total relatiftetap dari tahun ke tahun. Ada pun jumlah sapi perah pada KTTSP Swadaya pada bulan januari 2004 ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 5. Jumlah Sapi Perah Pada Kelompok Tani Ternak Sapi Pcrah Swadaya Pondok Ranggon Pada Bulan .Januari 2004. 1mlijh
Kctcrangan Ekor
!"·o~
Pedet : *Belina • Jantan
60 49
7.81 6,38
*13etina
99
12.89
• Jantan Dewasa: •Belina • Jantan
53
6,90
476 31
61,98 4,04
Total
768
100
Dara:
Sumbcr Data scnsus tcmal. (Januari_ 2004)
4.4. Aspck Kelcmbagaan 4.4.1. Struktur Organisasi Kelompok Tani Temak Sapi Perah Swadaya dapat berjalan lancar jika ada gambaran atau struktur organisasi yang jelas yang dapat menjalankan roda usaha petemakan.Oleh sebab itu struktur organisasi sangat diperlukan oleh petemak sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik. Dalam setiap mengambil keputusan petemak memmuskan melailui musyawarah atau rapat dengan para petemak lainya yang ada dilingkungan tersebut. Adapun kepengurusan yang dipilih terjadi pada setiap tiga tahun sekali tugasnya adalah melaksanakan kegiatan secara bersama-sama sehingga kewajiban dalam KTTSP Swadaya dapat terpenuhi apa yang telah ditetapkan. Susunan pengurus periode 2003-2005 yang dipilih dan ditetapkan
Gambar 3. Susunan Organisani Peternak Susu STRUKTUR ORGANISASI Kl=rsPI SWADAYA PERIODE2003-~~
JABATAN
NO
NAMAILEMBAGA
!---+-c-=c-=-c-::-=-c-=-------+~-.,.-,-,--,.-~·
!---l-i--P=E=L--IN_'_D-'U'-'N-'-'G-=--------+-'K_._'e'-'--a-'la'-K'-' -'-e-'-Iu.... ra__h.an
i2
i
Pondok Ranggo_n_ _ _J·' I. Dinas Petcmakan dan Pcrikanan. Kclautan DK! Jakarta. 2. Sudin Petemakan. Perikanan dan __ KETL.:A _l_ _ _ _ _ _ _ _-+:_R_o_l_1m_a_·n_i_ _ KETUA II Bahro·i
I
i PEMBl1'iA
/
L .. l------------i--~K_eJa_u~tru_1_Ja_k_·a_r_t_a_T_i_m......cur i_3.:.... i4 ' 5
i~ ~~f1~~:~~J
L9
. ·-· · ·
I SEKRET A"-R"-1s=-------+-'-R"-'a-'-hm-=at"'H-"i--da'-'-at
i LIMBAH
1·~~;~~i:a::·~~un
~·~·"·-···---·-·-+
!
Falahin
.---------·
Sumberc Data Pet-ern-a-:kan-·-.-=2"'rn"'14,-----~-----
~-~
····~]
i
4.4.2. Kctcnaga Kcrjaan
Petemakan susu sapi yang ada di Pondok Ranggon memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai suatu kawasan agrowisata, sebagai pemacu ekonomi di kawasan tersebut. Adapun tujuan dan
perencanaan pengembangan daerah
tersebut adalah : I). Untuk lebih mengoptimalkan pontensi lahan kebun Dinas Petemakan Pondok Ranggon. 2). Lebih meningkatkan mutu produksi, kualitas scrta komoditas susu sapi. Untuk mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada di wilayah temak dapat mengurangi pengangguran serta sebagai sarana pendukung kegiatan penyuluhan bai,,>i petemak dan masyarakat. (Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertemakan DK! Jakarta.2004) Keberadaan petemakan di wilayah Pondok Ranggon berdampak kepada penyerapan tenaga kerja yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Penyerapan tenaga kerja dalam industri petemakan yang ada di KTTSP Swadaya Pondok Ranggon dapat menjadi dua bagian besar antara lain: I). Pekerjaan langsung meliputi: a. Pemilik dan keluarga petemak b.
Pekerja kandang atau pencari rumput
c.
Pengiriman atau looper susu
2). Pekerja tidak langsung (indutri terkait) a. Pabrik tahu tempe b. Pabrik pakan ternak
c. Usaha tanaman hias d. Industri obat-obatan temak Ketenagaan kerja dalam petemakan ditujukan untuk mencapai hasil yang seefektif mungkin dan sebagai penyerap tenaga kerja untuk di wilayah sekitar petemak.
4.4.3. \Vaktu Kerja Jumlah hari kerja yang ada di KTTSP Swadaya adalah tujuh hari dalam seminggu, dengan jumlah jam kerja tujuh jam ini hanya untuk para para pekerja kandang dan pencari rumput. Sedangkan hari senin sampai hari minggu dengan waktu kerja jam 07.30 - 14.30 WIB, kecuali hari Jum'at 07.30- 11.00 WIB khusus pekerja produksi (pemeras susu). Adapun jadwall pemerahan telah diatur yaitu : pagi hari dari jam 04.30-07.00 WIB dan untuk sore hari dari jam 13.0014.30
WIB. Untuk petugas lapangan yang terdiri dari tenaga medis dan
inseminator harus siap melayani petemak selama 24 jam tergantung banyaknya kasus yang ada.
4.5. Unit Kcgiatan Pctcrnakan 4.5.1. Unit Kcschatan Hcwan (KESEWAN) Dan lnseminasi Buatan (IB) Tujuan didirikan unit KESEWAN adalah untuk memberikan pelayanan pada petemak agar sapi dalam keadaan sehat. Hal ini
sangat berpengaruh
terhadap produksi susu dan untuk meningkatkan volume penerimaan susu. Jika tidak ada unit kesewan akan menyulitkan unit produksi untuk meningkatkan volume susu. Bagi petemak KTTSP Swadaya akan mengalami kesulitan dalam
membiayai beban operasionalnya secara keseluruhan, karcna pemasukan sebagian besar dari unit produksi susu. Dal am sekali melakukan inseminasi buatan ( lB) pad a sapi perah, peternak dikenakan biaya sebcsar Rp 35.000 untuk sekali suntik. Adapun inseminator datang setiap harinya kepetemakan. Dari 90 % populasi sapi perah di KTTSP Swadaya semuanya mclakukan inseminasi buatan, yang ditanggani oleh petugas kesehatan hewan ternak yang terdiri dari dua dok'ter jaga .
4.5.2. Unit Pcmbinaan dan Penyuluhan Tujuan dari unit pembinaan dan penyuluhan sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia pada KTTSP Swadaya. Hal ini juga untuk mewujudkan reaiisasi dalam nmgka meningkatkan
kesejahtcraan
para
pctcrnak
dan
mcmbangun
peternakan.
Pembinaan dan pcnyuluhan yang dilakuka11 secara langsung dan tidak lansung. Penyuluhan secara langsung diberikan secara terjadwal oleh tim penyuluh yaitu petugas KESEW AN (Inseminator) dan fasilitator. Selain lerjadwal pembinaan dan penyuluhan
ini juga
sering dilakukan
secara spontan
apabila petcrnak
membutuhkan atau dirasa harus mcngadakan pembinaan terhadap ternak. Penyuluhan ini diadakan pada forum tertutup secara rutin yaitu para peternak dilibatkan langsung scsuai dcngan tcma yang telah ditcntukan. L'ntuk pcnyuluhan yang tidak langsung biasanya dilakukan dengan pemberitahuan saja lewat telepon atau pamflet, tctapi penyuluhan scperti inijarang dilakukan karena kurang efektif. Dalam mcnjalani usaha para pctcrnak juga dilcngkapi dengan fasilitas dan tenaga Pembina untuk mt.'tlgontrol keberadaan temak yang terdiri dari :
Gambar 4. Fasilitas Petemakan I
lzin lokasi sesuai SK Gubemur 5 DK! Jakarta 2 Dokter Hewan 6 3 Petugas lB 7 ' 4 Penvuluhan Lapangan '
Sarana Prasarana petemakan. Penampungan Limbah Dan Lain-Lain
pendukung
Sumber: Data peternakan, 2004
4.5.3. Unit Produksi Susu di KTTSP Swadaya Pada KTTSP Swadaya Pondok Ranggon mempunyai sapi perah sebanyak 768 ekor terdiri dari sapi pedet, dara, dewasa. Dari jumlah sapi perah yang ada KTTSP Swadaya dapat menghasilkan susu 3500-4000 lit(:r/hari. Adapun seorang petemak sapi perah di KTTSP Swadaya pada setiap bulanya dapat menghasilkan susu sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Produksi Susu Perbulan
I
a Pagi QSOre
I
September
Oktober
Nopernber
Des.ember
Somber Data Pnmer dtolah
Dari gambar tabel diatas dapat di lihat bahwa pctemak memeras susu pada pagi dan sore hari. karcna pada waktu terscbut susu segera di kemas dan di kirim kepedagang perantara dan juga sapi pcrah dapat berprocluksi optimal pada pagi hari dibanding dcngan sore hari. Pctemak dalam mcnanggani susu perahannya secara tradisional namun secara kualitas susu tetap terjaga ini terbukti KTTSP
Swadaya menjuarai produksi unggulan tingkat DK! Jakarta tahun 2002 (Data Petemakan, 2004 ).
4.5.4. Unit Makanan Ternak Semua mahluk hidup memerlukan makanan begitu pula dengan sapi perah. Agar kcbutuhan untuk perawatan tubuh dan untuk bcrpmduksi dapat terpenuhi, maka bahan makanan yang disajikan pada sapi harus mengandung unsur-unsur gizi sepcrti energi, protein, vitamin-vitamin, mineral dan air. Tujuan dari pcngadaan pakan temak ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pakan temak khususnya sapi perah. Sapi perah mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan produksi. Pcmberian pakan mempakan salah satu faktor yang menentukan terhadap keberhasilan suatu usaha petemakan sapi perah, karena pakan sangat mempengamhi kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan serta kcsehatan temak. Pakan yang diberikan pada sapi perah terdiri dari hijauan dan konsetrat (pcnguat). Pcmberian konsentrat untuk memenuhi gizi atau zat-zat pakan yang t1dak terdapat pada hijauan. Makanan sapi dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu : makanan hijau, konsentrat dan makanan tambahan. Tennasuk makanan hijau adalah mmput gajah, mmput benggala, kolonjono. mmput rusi, pengola dan lain sebagainya. Termasuk pada konsentrat adalah b1ji-b1J1an.
m~'"llir,
bulgur. katul, dedak, bungkil, berbagai jenis umbi dan lamnya. Konsentrat mengandung kadar ener1,>i dan protein yang tinggi dan serat kasamya rendah. Fungsi konsentrat adalah memperkaya nilai gizi pada bahan makanan yang mlai rendah. Dari pemberian pakan dapat mempengamhi kualitas susu, karena susu
yang kental merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen, disamping kebersihan dan kualitas susu.
4.5.5. Unit Penanganan Limbah Sapi Pada KTTSP Swadaya Pondok Ranggon mempunyai penanganan limbah yang mereka sebut dengan !PAL (lnstalasi Pengolahan Air Limbah). Sebelum limbah dibuang, limbah tersebut ditampung di sebuah tempat untuk diproses. Limbah sapi berupa kotoran atau feses dan air seni. Saat ini, limbah sapi tersebut dijadikan kompos atau pupuk organik banyak diminati masyarakat untuk bercocok tanam. Hal ini disebabkan harga pupuk kimia relatif malml dan merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan yang digunakan. Ada yang menggunakan bakteri ada pula dengan cara alamiah. Penanganan limbah di KTTSP Swadaya wnumnya menggunakan cara alamiah karena mempunyai tempat pengolah kompos, sehingga memudahkan penanganannya.
BABV HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kegiatan Tataniaga Dalam Penyaluran Susu Sapi 5.1.1. Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Tataniaga Dalam IPenyaluran Susu Sapi. I). Fungsi Pertukaran Pelaksanaan dari fungsi pertukaran adalah perpindahan hak milik alas barang atau jasa sehingga dapat memperlancar kegiatan dari tataniaga. Adapun fungsi pertukaran terbagi menjadi dua sub yaitu sub fun.gsi pembelian dan sub penjualan. a. Sub fungsi pembelian Tujuan dari sub pembelian adalah tmtuk mencari produsen atau sumber pemasaran sehingga menjadi kontiniunitas persediaan barang bagi konsumen ataupun pcdagang (Atmakusuma, dalam Messy. 2003: 31 ). Dalam ha! ini KTTSP Swadaya sebenamya berperan sebagai produsen atau penyedia susu sapi, kemudian
para pedagang perantara dapat membeli susu yang telah dipesan.
Penyaluran susu di KTTSP Swadaya mcliputi koperasi. agen. looper dan konsumen. b. Snb fungsi penjualan Fungsi
penjualan tujuannya adalah untuk menciptakan permmtaan
terhadap barang dan berusaha untuk mencari konsumen yang akan menggunakan barang
tersebut
dengan
harga
yang
memuaskan
sehingga
memperoleh
keuntungan. (Atmakusuma dalam Mcs''Y· 2003: 34 ).Adapun KTfSP Swadaya dalam melakukan penjualan susu melalui perantara koperasi KTTSP Swadaya
juga menjual susu tersebut kepada industri pengolahan susu seperti PT. Fajar Taurus dan PT. lndomilk dengan kualitas standar susu yang telah ditentukan. Harga yang dibayarkan koperasi kepada peternak adalah
s<~besar
Rp. 1600,-/liter.
Selain menjual ke !PS melalui koperasi , KTTSP Swadaya juga melakukan penjualan susu kepada agen, looper dan konsumen dengan harga susu lmtuk agen adalah Rp.1900,-/liter, dan looper Rp 2200,-/liter. 2). Fungsi Fisik \1enurut Limbong dan Sitorus (1985:8) flmgsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegtmaan bentuk. tempat dan waktu. Fungsi fisik terdiri dari sub fungsi pengangkutan dan sub penyimpanan. a. Sub fungsi pengangkutan Pada KTTSP Swadaya Pondok Ranggon dalam melakukan pengangkutan susunya yaitu menggunakan sepeda, motor dan mobil, dengan jumlah produksi susu 3500-4000 liter per hari dari 23 petemak yang ada (Data peternakan, 2004 ). Pengangkutan merupakan faktor yang beipengaruh dalam mengembangkan pasar, karena menghubungkan sumber penawaran dan pennintaan. Adapun untuk pengiriman susu melalui looper dan agen mereka menggunakan sepeda motor dan mobil tergantung dengan jumlah susu yang diambil dari peternak. Jika kualitas dan kuantitas alat angkut terbatas maka radius penyebaran susu akan terbatas dengan daerah pemasaran.
b. Sub penyimpanan Susu mumi yang dihasilkan hams segera ditangani dengan cepat
dan
benar, agar susu dapat diolah dengan baik. Hal ini disebabkan sifat susu mumi yang sangat mudah rusak dan mudah terkontaminasi. Beberapa ha! yang hams di perhatikan agar susu mumi dapat terjual dengan kualitas baik sebagai berikut : I ). Dalam menangani susu peralatan yang hams digunakan adalah ala! pcnampung susu scgar baik bcrupa ember perah atau milk can (ember susu). Keadaan alat-alat tersebut haruslah bersih dan kering. Jika peralatan itu bersih, umur susu segar bisa mencapai 3 jam, setelah itu akan msak atau asam. 2). Sebclum dimasukan kedalam milk can, susu harus disaring terlebih dahulu agar bulu sapi dan vaselin yaug tercampur dengan susu tidak terbawa masuk kedalam wadah 3 ). Wal.1u pcngiriman hams dihitung pada saal susu selesai diperah hingga susu tiba di konsumen. 4). Pendinginan susu dengan suhu 4° C, agar lebih tahan lama. Jika susu lebih dari 4° C, baktcri mudah berkembang baik. (Sadono 2003: 79) Karena posisi pctcmakan dckat dengan daerah pasar petemakan sapi perah l'ondok Ranggon. dalam pengiriman susu muminya menggunakan milk can dan kemasan dalam palstik untuk siap langsung dikirim konsumen. Ada pun penyimpan susu mumi di KTISP Swadaya tidak ada penampungan khusus ini dikarenakan pctemakan masih mengunakan sitem tradisional. Biasanya para
petemak lansung mengemas dengan plastik ukuran 0.5-1 Kg atau dimasukan milk can kemudian dikirim langsung ke tempat tujuan.
3 ). Fungsi Fasilitas Fungsi fasilitas menjadi empat sub fungsi, yaitu sub fungsi standarisasi, sub risiko, sub fungsi pembiayaan dan sub fungsi informasi pasar. a. Sub fungsi standarisasi Untuk menentukan kualitas suatu susu diperlukan peni,'lljian atas susu tersebut, karena kualitas susu sangat berpengaruh atas harga jual. Peni,'lljian yang dilakukan di KTTSP Swadaya dilakukan dengan tester or,ganoleptik (rasa, wama, bau) b. Sub fimgsi penanggungan risiko Sifat susu yang mudah rusak menjadi kendala bagi para petemak dalam pemasaranya. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang cepat dan hati-hati. Namun secara umum di KTIPS Swadaya Pondok Ranggon jarang sekali terjadi kerusakan susu, karena setelah diperas susu di saring k1emudian langsung dikcmas dan scgera dipasarkan. c. Sub fungsi pembiayaan Biaya tataniaga susu sapi di
KTTSP Swadaya sebcsar Rp 185.-flitcr.
scdangkan bagian yang ditcrima olch pctcmak adalah hasil dari pcnjualan susu kepada koperasi, agen, looper dan konsumen langsung.
d. Sub fungsi infonnasi pasar lnfonnasi pasar yang bisa diterima di KTTPS Swadaya biasanya berupa harga jual susu dan kualitas susu yang diterima KOPERDA maupun dari GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) mengenai harga susu yang ditetapkan.
5.1.2. Mekanisme Penyaluran Susu Murni. Dalam menyalurkan susu sapi diperlukan saluran tataniaga sehingga susu dapat disalurkan sampai pada sasaran. Saluran tataniaga merupakan suatu jalur tataniaga yang melibatkan beberapa pedagang perantara untuk menyampaikan suatu barang atau komoditi dalam penyaluran susu sapi dari produsen kepada konsumen. Di bawah ini merupakan pola saluran tataniaga pada KTISP Swadaya Pondok Ranggon:
Garn bar 5. Pola Saluran Tataniaga "Kelompok Tani Ternak Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon"
KOPERASI
Petemak
~
(~Ag-en~)
Dari gambar 5. di alas,
,
( Konsumen )
I
dapat dilihat bahwa susu yang berasal dari
peternak disalurkan kepada pedagang perantara, dalam penyaluran susu di alas
koperasi, agen, pengecer (looper) dan konsumen. Untuk penyaluran koperasi hanya menyalurkan susu sapi ke IPS untuk dijadikan susu olahan. Sedangkan pedagang perantara lainya diantaranya agen, pengecer (looper), dan konsumen semuanya itu adalah sebagai penyalur susu mumi dan pembeli yang kemudian dijual kembali kepada konsumen akhir. Adapun konsumen yang ini,>in membeli susu ke petemak secara langsung, petemak pun dapat memberikannya itupun hanya untuk di komsumsi sendiri. Konsumen yang bisa membeli langsung biasanya adalah penduduk sekitar dan para pendatang yang ingin menikmati susu mum1.
5.1.3. Cara Penyaluran Susu Sapi di Lembaga
tataniai~a
!). KOPERAS!
Penyaluran
susu
sap1
ditingkat
koperasi,
biasanya
petemak
meni,>umpulkan produksi susunya yang kemudian diambil oleh koperasi. Adapun wadah naungan koperasi bai,>i pctcmak susu sapi perah adalah KOPERDA (Koperasi Petemakan Sapi Perah Rak--yat Djakarta) dalam hal ini koperasi adalah sebagai penyalur susu atau sebagai perantar yang menyalurkan ke !PS. Setiap anggota KITSP Swadaya hams menyetorkan susu kepada koperasi minimal 10 liter setiap harinya, kcmudian susu yang sudah terkumpul dapat disalurkan kepada lndusrti Pengolahan Susu (fl'S) seperti PT. fndomilk dan PT. Fajar Taurus ( Data petemakan, 2004 ). 2)_ Agen Dalan1 penyaluran susu, agen berperan sebagai pembeli biasanya mercka mengambil susu dari petemak dengan meni,>unakan milk can atau dengan gentong
susu kemudian diangkut dengan motor atau mobil. Pengambilan susu para agen adalah pagi dan sore hari, karena susu akan mereka takar kemudian dijual kembali dalam bentuk kemasan dengan ukuran 0,5 sampai I kg, rnereka juga rnenjual susu pasturasi, yaitu susu yang sudah diolah dicampur dengan pemanis lewat pengecer. 3). Pengecer (Looper) Looper adalah pekerja yang mempunyai ikatan dengan petemak untuk mengantarkan susu kepada pelanggan. Para petemak telah terlebih dahulu menyiapkan atau memilah bagian susu yang akan dijual oleh looper. Biasanya susu tersebut tclah dikemas dengan plastik ukuran 0.5 kg sampai I kg, dalam pcnyaluran susu mereka mcmakai sepcda dan juga acla yang berkendaraan (motor), karena jarak mengatarkan susu kepada pelangan ada yang jauh juga ada yang dekat. 4). Konsumen Petemakan KTTSP Swadaya tidak hanya melakukan penjualan kcpada koperasi, agen, looper tetapi juga melakukan penjualan ke konsumen secara langsung. Adapun cara penjualan susu antara pctemak kepada konsumen adalah konsumen datang langsung kepetcmakan sapi. kemudiain membeli susu dari petcmak.
5.1..1. Biaya Dan Margin Tataniaga D:ilam l'enyaluaran Susu Sapi I). Biaya Tataniaga Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tataniaga. Adapun biaya tataniaga meliputi biaya angkut. biaya pengeringan, pungutan rctribusi dan lain-lain Sedangkan besamya biaya yang clikeluarkan oleh setiap
lembaga akan berbeda satu sama lain disebabkan karena, 1) Macam komoditi 2 ). Lokasi pasar
3 ). Macam lembaga pemasaran dan ektivitas pemasaran yang
dilakukan. (Soekartawi,1993 :196).
Tabel 7. Biaya Tataniaga Susu "KTTSP" Swadaya Pondok Ranggon Macam Biaya
Besar Biaya (Rp/ 40Liter)
Biaya (Rp/Liter )
%
Biaya-biaya Tataniaga -Biaya Pengangkutan Susu -Biaya Retribusi susu -Biaya pengelolaan susu
Rp.5000 Rp. 1000 Rp. 1500
Rp.125 Rp.25 Rp. 37,5
66,7 13,3 20,0
Total Biaya
Rp. 7500
Rp. 187,5
100
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel di atas biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh "KTTSP" Swadaya dalam 40 liter susu sebesar Rp 7500, namtm biaya per iiter susu adalah sebesar Rp 187,50-/liter (100%) . Biaya tataniaga "KTTSP" Swadaya meliputi biaya angkut susu Rp 125,00-/liter (66,7%), biaya renibuisi susu Rp 25,00-/liter (13,3%), dan biaya pengelolaan susu 37,50-/liter (20,0%). Secara tidak langsung biaya tataniaga susu ditanggung oleh petemak. 2 ). Mar1,>in Tataniaga Margin tataniaga adalah perbedaan harga suatu produk di tingkat eceran dengan nilai harga di tingkat petani. Pada umumnya penyebaran harga ini mencakup semua ongkos pergerakan komoditi tersebut
dan keuntungan yang
didapatkan oleh pedagang perantara. (Azzaino,1982:97). Dengan kata lain Perhitungan margin tataniaga dihitung berdasarkan selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga.
Tabel 8. Harga Penjualan Dan Margin Tataniaga Disetiap Lembaga Tataniaga Menurut Jalur Tataniaga Susu Di KTTSP Swadaya Pondok Ranggon. Keterangan
Harga (Rp/Liter)
Persentase
Harga rata-rata Dasar Jual Petemak
Rp 1350
Harga jual ke Koperasi Marjin Tataniaga
RP 1600 Rp 250
Harga Jual ke Agen Marjin Tataniaga
Rp 1900 Rp 550
40,74
Harga Jual ke Looper Marjin Tataniaga
Rp 2200 Rp 850
62,96
Sumber:
-·
18,51
..
Data Primer diolah Dari tabel di atas, dapat di lihat harga penjualar1 susu kepada pedagang
perantara terdapat selisih. Petemak menjuai susu kepada koperasi adalah Rp l 600,-/liter , sedangkan harga dasar jual petemak Rp 1350,-/liter. Maka diperoleh keuntungan petemak dari koperasi adalah Rp 250,00-/liter (18.51
%).
Untuk
margin petemak dari agen adalah sebesar Rp 550,00-/liter (40,74%). Sedangkan Mari,,>in petemak dari looper Rp 850,00-/liter (62,96%).
5.2. Transaksi Dalam Penyaluran Susu Sapi Mekanisme pembayaran yang ada di KTTPS Swadaya Pondok Ranggon sebagaimana dt bawah dapat disimpulkan, bahwa mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh peternak kepada pedagang perantara dan konswnen. yaitu dengan pembayaran secara tunai, tertunda atau uang muka. Pada saat barang diserahkan dari pctcrnak kepada pedagang perantara, pembayaran diiatas pedagang perantara terlebih dahulu memcsan susu kepada peternak. Penulis dalam melakukan
penelitiannya menemukan bentuk-bentuk transaksi dalarn pembayaran susu murni yang ada di KTIPS Swadaya seperti tabel dibawah ini.
Tabel 9. Transaksi Jual-Beli di Saluran Tataniaga Susu Sapi Murni KTTSP Swadaya Pondok Ranggon
TRANSAKSI PETERNAK::Nc :;:Koperasi.(ll'S)4ts\\z i'AGEN\Ci:.:;;\:: :;:; ... ' .. ., TERTUNDA
-VANG
•:LOOPJ!ltlilh~.';i """"
-... -·
KONSUMEN.:• /,___
,,_
'1
TIJNAI
'1 ,----
--!---·----+~
-.J ----t-,~-
_ _ , _______ ----·----
MUKA V ) Kctcrangan mclakukan transaksi. -) Tidak mctakukan transaksi Sumber: Data Primer diolah
5.2.1. Koperasi Petemak meajual susu sapi melalui koperasi berdasarkan pesanan atau kualitas susu yang diinginkan. Petemak dalam setiap harinya harus menyetor susu minimal IO/liter kepada koperasi dengan harga jual susu d.i tingkat petemak ratarata Rp.1600/liter. Dalam hal ini koperasi berperan sebagai penyalur untuk disampaikan kepada lndustri Pengolahan Susu. Adapun cara pembayaran susu antara peternak dan koperasi pada awalnya koperasi m(:mbayar dengan uang muka dan selanjutnya dibayar pada awal bulan setelah susu diterima,
karena
pembelian susu di berdasarkan pesanan.
5.2.2. Agen Dalam pengambilan susu para agen memesan susu terlebih dahulu kepada petemak, terutama agen yang sudah menjadi langganan, karena agen yang menjadi langganan akan didahulukan pesanannya. Dari ha! sebri pembayaran petemak memberi jangka waktu kepada agen membayar 3 sampai to hari
kemudian uang dapat dibayarkan kepada petemak. Untuk agen yang belum menjadi langganan
pembayaran dilakukan secara tunai/ kas. karena jumlah
pembelian susu dibutuhkan banyak yaitu 40-100 liter/hari agen tersebut haruslah memesan terlebih dahulu. Adapun Harga jual susu di tingkat petemak untuk agen rata-rata Rp. 1900/liter.
5.2.3. Looper (Pengecer) Transaksi jual beli susu mumi antara petemak dan looper dalam hal ini looper mengambil terlebih dahulu susu kepada petemak kemudian di awal bulan uang atau secara tertunda barulah dibayarkan kepada petemak, karena dalam pembayaran looper mengambil tagihan kepada konsumt:n (pelanggan). Jumlah pengambilan susu untuk seorang looper setiap harinya bisa menghabiskan 30 liter susu/hari. Tergantung jumlah konsumen langanan yang ada. Harga Jual susu petemak kepada looper rata-rata Rp. 2200/ liter.
5.2,4. Konsumen Apabila konsumen ingin membeli susu ke pctcmak lansung pclaksanaan transaksi antara petemak dan konsumcn dilakukan se:cara tunai. Konsumcn langsung datang ke petemak dan membeli susu dengan jumlah sesuai kebutuhan, karena untuk dikonsumsi sendiri. Harga jual petemak kepada konsumcn adalah Rp. 3000/liter.
5.3. Bentuk Transaksi Jual-Beli Penyaluran Susu Sapi
Syari'ali
Yang
Dilakukan
Dalam
5.3.1. Koperasi (IPS) Dalam melakukan transaksi jual-beli antara petemak dan koperasi dapat dilihat beberapa kesepakatan antara lain : a). Koperasi memesan terlebih dahulu kepada petemak untuk menyiapkan susu sapi mumi yang kualitasnya baik tanpa ada campuran apapun. b ). Dalam pembayaran koperasi meyakinkan petemak dengan memberikan uang muka. Setelah berkelanjutan koperasi juga dapat mengambil susu dengan cara pembayarannya tertunda. c ). Dalam melunasi pembayaran koperasi diberi waktu sampai awal bu Ian. d). Resiko bila terjadi kerusakan pada susu karena basi d1 tanggung oleh petemak. Sedangkan resiko kecelakaan atau susu lumpah maka koperasi yang1nenanggungnya. Dari kriteria kesepakatan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa transaksi antara petemak dengan Koperasi menyerupai transaksi ha 'i fsthishna, karena kesepakatan I akad transaksi diatas termasuk dalam kriteria ha '1 f.1·1tslma, yaitu: I). Uang dibayar pada saat kontrak, cicilan atau kemudian hari. 2). Barang menjadi tanggungan produsen 3 ). Barang dapat diberikan sewaktu janji sampai, berarti pada walmmya yang dijanjikan barang itu biasanya tclah ada. 4 ). Barang itu hcndaklah jelas ukurannya, baik dengan lakaran atau timbangan atau bilangan.
5.3.2. Agen Agen
dan
peternak
membuat
kesepakatan
tentang
mekanisme
pembayaran dan resiko untuk berlanganan susu diantaranya adalah : a). Agen terlebih dahulu memesan susu kepada peternak agar bisa disiapkan. b). Pembayaran susu dengan uang muka cicilan. Agen diberi kesempatan untuk membayar pada 3 sampai I 0 hari setelah susu diterima. c). Jurnlah pembayaran sesuai dengan pesanan susu yang diterima agen. d). Denda bila terlambat pembayaran adalah pembayaran susu menjadi harian ( tidak tertunda lagi) e) Resiko bi la terjadi kerusakan pad a susu karena basi di tanggung oleh petemak. Sedangkan resiko bila terjadi kecelakaan atau susu turnpah agen yang menanggungnya. Dari kriteria kesepakatan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa transaksi antara peternak dengan agen menyerupai transaksi ha 'i isthisna karena ha·;
isthisna adalah akad jual beli di mana pembeli memesan kepada penjual untuk membuatkan sesuatu barang yang dikehcndaki supaya disiapkan dalam masa tertentu dengan cara pembayaran yang telah ditetapkan (BIRT,1999:50). Agen melakukan pembelian susu sapi murni dengan pembayaran tanglo,'llh dengan terlebih dahulu memesan susu kepada peternak sebelumnya dengan Akad yang dipersetujui diatas. Transaksi ini merupakan kebalikan dari ha '1 sa/am, dimana agen menerima susu kemudian setelah menyerahkan uang dimuka. Dengan adanya bentuk transaksi ini pembeli diringankan dalam s•egi pembayaran, karena dalam pembayaran pembeli dapat mengangsurnya tanpa ada nilai tambah dari
uang diangsumya, sebab itu akan membuat transaksi itu menjadi tidak berkah karena mengandung riba. Dalam transaksi jual -beli Islam riba adalah suatu yang diharamkan seperti kutipan ayat Al-Qur'an."
5.3.3. Looper (Pengecer) Dalam melakukan penyaluran susu mumi mefalui looper, petemak memberi kelonggaran dalam segi pembayaran susu yaitu dengan cara diangsur atau setiap awal bulan looper wajib membayar uang susu kepada petemak. Untuk pembayaran susu ada beberapa kesepakatan antara lain adalah: a). Looper membayar harga susu di muka pada setiap awal bulan dengan kata lain looper memesan susu terlebih dahulu. b). Petemak menjual kepada looper dengan harga ym1g ditetapkan petemak tanpa memberitahukan harga dasar. c ). Looper diberi kebebasan dalam menentukan jurnlah harga ym1g dijual kepada pelanggan. d ). Resiko bi la terjadi kerusakan pada susu karena basi di tanggung oleh petemak. Sedangkan bila terjadi kecelakaan dan susu tumpah maka resiko ditanggung bersama oleh looper dan petemak . e ). Keterlambatan pembayaran dendanya adalah me:lunasi pembayaran dan selanjutnya pembayaran harus tunai. Dari kriteria kesepakatan di atas, transaksi tersebut menyerupai ha 'i 1stishna karena dalam segi pembayaran maupun pemesanan sudah memenuhi
kriteria
dasar dari ha 'i islishna yaitu looper memesan terlebih susu terlebih
dahulu baik jumlah dan takaran. Dengan kata lain looper mengambil susu sesuai
dengan jumlah pelanggan dan takaran susu yang sesuai, jual beli secara pesanan memberi kemudahan kepada orang banyak, supaya mereka dapat membeli barang mengikuti bentuk, jenis, dan takaran.
5.3.4. Konsumen Konsumen merupakan pembelian akhir dari sistem tataniaga untuk mendapatkan susu mumi. Konsumcn biasanya berlanganan susu melalui looper kemudian susu mumi akan dikirim berdasarkan kesepakatan antara konsumen dan looper. Adapun konsumen yang ini,>in membeli susu langsung kepada petemak cara pembayarannya secara tunai. Di lihat dari jems jual-beli susu antara pctemak dan konsumcn adalah (ba 'i af-muthfaqoh) jual-b<:li biasa antara barang (susu) dcngan uang.
5.4. Tinjauan Syari'ali Dalam Transaksi Penyaluran Susu Sapi Murni di "KTTSP" Swadaya. Adapun dari hasil pengamatan serta wawancara dengan petemak sebagaimana penulis tel ah jelaskan pad a butir 5.3 diatas, yaitu dari jenis transaksi yang ditemukan dilapangan adalah jual-beli susu dengan harga tunai, uang muka, tertunda (awal bulan), dan jual-beli pesanan. ditinjau dari sudut pandang syariah. bentuk transaksi di alas sesuai dengan bentuk transaksi syariah ba 'i murabahah, ba '1 safam dan ha '1 istislma. Analogi tcrsebut dapat dijelaskan scbagaimana tabcl
dibawah ini:
Tabel 10. Tinjauan Trausaksi Syari'ah Dan Kasus Transaksi Di
"KTTSP" Swadaya 0,;hhlf-~;i:i~•.m.~liJ~~s~.il)·ln.sakJf;,::;: ;_. '.: :-·
· .SyruiJlny:!:~0!
:{~-;';f(;i;J,?,SJ:~-~~l?-yalur8Jt'1UJU.1_~pHJ
Ba'i Murabahah
L 2.
3. 4.
5.
I I 1. I 2.
.. Petemak susu sebagai produsen harus mengetahui harga dasar I modal dalarn menjual susu sap1 perahannya Kemudian untuk mencapai ketmtungan petemak bisa menan1bahkan untung dalarn menjual susu. Penjual harus menyampaikan semua Contoh: ha! yang berkaitan dengan pembelian, Petemak menjualkan susu ke misalnya jika pembelian dilak'1kan pada looper seharga Rp.2500,- /liter. dalam hal mi secara hutang pelemak tidak menyebutkan harga dasar susu yang ia JU3l sehingga looper tidak dapat mengetahuinya Dalarn jualbeli ba'i murabahah memang pe1~ual dituntut I meml>eritahukan modal. I sehingga harga dapat disetujui I leduru1ya
Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah (pembeli). Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. Kontrak harus bebas dari riba Penjualan harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sudah pembelian.
I
1
3.
4.
:5 I 1
1
I
I 6. 1
Uang harganya hendaUah dibayar d1 maje!is akad (uang dibayar lebih
! Biasar
I menyalurkan susu kepada !PS
I ,S
I kepada para petemak agar kuahtas dan iumlah susu I1 sesuru dengan kebutuhan !PS. Dalam transaksi jual beli j antara petemak dan koperasi, 1
diantamya:
, Koperas1 memesan kepada peH:mak untuk menyiapkan susu sapi yang kual itas nya I bail; tanpa ada carnpuran apapun. 2. Koperasi dalarn ! meyakinkan petemak : adalah membenw uang mu!ralcicilan. Setelah satu bulan kemudian ber1kelanj utan koperasi dapat mengarnbll susu dengan cara f
i
I i I
pen1bayarannya te11unda.
3. Dalam melunas1 r
pe!TJbayaran koperasi diberi \va.kiu sampai a\\·al bulan.
L _ - - - - · · · ----------------~-4~.~B~i~l'·~lt~e~n~•=d'~·k~·e~rus=•~k=an~p=ad~•~
susu karena basi petemak yang menangung. Bila terjadi kecelakaan dan susu tumpah koperasi yang menangung.
Al-Bai Jstishna
I. 2. 3.
4.
Uang bisa saal akad, bisa diangsur, bisa kemudian hari. Barangnya menjadi utang atas si penjual. Barangnya dapat diberikan sewaktu janjinya sarnpai, berani pada wak1unya yang dijanjikan barang itu biasanya telah ada Barang harus jelas bentuk jenis dan ukuran. baik dengan takaran atau timbangan atau ukuran atau bilangan.
Biasanya dalam hal ini Agen dan looper lebih memilih
transaksi ini, karena cara pembayarannya bisa diangsur dan juga berang yang di pesan dapat terpenuhi sesuai degang
keinginan. Dalam transaksi jual beli
antara petemak dan agen, loop<'f diantarnya: I. Agen I loop<'f membuat kesepakatan
mekanisme pembayaran dengan petemak 2. A.gen/looper memesan susu dengan jwnlah yang dipesan.
3. Sisa pembayaran biasanya penemak memberi jangka waktu, uang muka /cicilan 3l 0 atau lertunda pada a\val I --·-- ________________ ,_.L_b_u__ lar__,_ _ _ _ _ _ _ _ _~
Dari tabel diatas menunjukan bahwa transaksi syari 'ah belum dapat sepenuhnya dijalankan semuanya, karena ada ketentuan khusus yang belum terpenuhi dari syarat-syarat transaksi syari 'ah. Namun demikian transaksi tcrsebut yang dilakukan di"KITSP" Swadaya bcntuk transaksinya menycrnpai ha·, istislma. Hal terpenting dalam jual-beli adalah barang (komoditas) yang diperjual
belikan hams halal sesuai yang disyariatkan dan juga kejujuran antara kedua belah pihak (pcnjual dan pcdagang) itu lebih diutamakan agar tidak ada pcrsclisihan dintara keduanya.
BABVI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari penelitian studi kasus di Kelompok Tani Temak Sapi Perah Swadaya Pondok Ranggon Jakarta Timur dapat disimpulkan beberapa ha! antara lain: I). Kegiatan tataniaga susu sapi mumi meliputi: a. Pada KTISP Swadaya dalam menjalankan penyaluran susu melakukan fungsi tataniaga, yaitu : l ). Fungsi pertukaran yang terdiri dari sub fungsi pembelian dan penjualan, 2 ). fungsi fisik yang terdiri dari sub fungsi pengangkutan dan sub fungsi penyimpanan, 3). fungsi fasilitas yang terdiri dari sub fungsi standarisasi, sub fimgsi penanggunagaan resiko, sub fungsi pembiyaan dan sub informasi pasar. b. Pelaksanaan penyaluran susu sapi di KTISP Swadaya dari petemak sampai ke konsumen yang melibatkan beberapa pedagang perantara antara lain adalah: I). Petemak berperan sebagai produsen atau penghasil susu. 2 ). Koperasi berperan sebagai koperasi primer yang menyalurkan susu sapi mumi kepada IPS. 3 ). Agen berperan sebagai pembeli tetap dalam jumlah banyak untuk kemudian dijual kembali susu dalam bentuk kemasan rasa. 4 ). Looper berperan sebagai kerja bagi petemak dalam menyalurkan susu sapi mumi kepada konsumen/pdanggan. 5). Konsumen adalah pembeli langsung yang datang kepertenakan.
c. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh "KTTSP" Swadaya per liter susu adalah sebesar
Rp. 187 .50 (I 00%) . Biaya tataniaga
"KTTSP" meliputi biaya angkut susu Rp 125,00/liter (66.7%), biaya retribusi susu Rp 25,00-/liter (13.3%), dan biaya pengelolaan susu 37,50 (20.0%). d. Harga dasar peternak adalah Rp 1350/liter clan harga jual standar kepada Koperasi (JPS) Rp
1600,-/liter dengan keuntungan
peternak Rp 250,-/liter dengan persentaS
kelongaran oleh peternak yaitu membayaran den&'lln diangsur 3-10 hari kemudian uang dibayarkan kepada peternak. Adapun harga ditingkat agen adalah Rp. 1900. 4 ). Looper cara pelaksanaan transaksi pembayarannya adalah dibayar diawal bnlan. Harga ditingkat looper adalah Rp. 2200/liter.
5).
Konsumen cara pelaksanaan transaksi jual-belinya, konsumen
membeli susu sapi mumi secara tunai. Adapun harga ditingkat konsumen langsung adalah Rp. 3000/liter. 3). Transaksi
syari 'ah yang dilakukan di "KTTSP" Swadaya memenuhi
prinsip ha 'i istishna .. Pada ha 'i istishna pedagang perantara (koperasi, agen dan looper dan konsumen) mengambil pesanan terlebih dahulu dengan pembayaran yang disepakati ( tunai , tertunda/ kemudian hari dan uang muka/ cicilan) . Untuk sisa pembayar petcmak memberi jangka waktu 3-10 atau di awal bulan. Ada pun transaksi antara petemak dan konsumen merupakan transaksi jual-beli biasa (ha 'i almutlaqoh). 4 ). Dari ketiga transaksi .1yari 'ah (Ba 'i murahahah, Ba 'i salam dan Bai
istis/ma) bila diterapkan dapat bennanfaat bagi petemak antara lain: a. Ba 'i murahahah dapat membangun sikap saling terbuka antara penjual dan pembeli dalam ha! ini pembeli tidak perlu merasa takut kehilangan untung dcngan menyatakan harga dasar. Dengan keterbukaan kepada pembeli memberikan kesempatan kepada si-pembeli agar dapat menilai suatu barang yang dibeli serta keuntungan yang diperoleh si-penjual.
Ba 'i murahahah mengcmbangkan sikap saling percaya dan dapat membentuk konsumen yang loyal dan fanatik. Ha 'i murahahah tennasuk jual-beli yang dibolchkan agama. b. Ha·; salam merupakan altematif transaksi clalaiill melakukan jual-beli yang mcnginginkan barang sesuai dengan keinginan tanpa berspekulatif Pedagang perantara dalam membeli susu murni salah satunya adalah
dengan memesan kepada petemak, karena dengan menyebutkan kriteria susu yang diinginkan petemak dapat menyediakan susu tesebut, jadi kedua belah pihak saling diuntungkan. Dengan ba 'i salam pembeli tidak perlu ragu membeli suatu barang akan kebolehannya di sisi agama. c. Dengan adanya ba 'i istishna petemak dapat meringankan para pedagang perantara yang ingin meraih keuntungan dalam berbisnis susu sapi mumi, karena dengan prisip ba 'i 1.1·11slma adalah rnemesan suatu barang supaya dapat dipenuhi sesuai dengan keini,>inan baik jumlah.bentuk dan takaran serta pernbayaran bisa dengan tunai, cicil dan diakhir. Keuntungan bagi petemak dengan sistem ini, petemak tetap dapat menjaga jalur distribusi susu sapi muminya. Apabila scmua transaksi dalan1 bentuk tunai semua, maka petemak telah menyempitkan peluang dalam menciptakan jalur distribusi sampai ke konsumen akhir.
6.2.Saran I). Untuk mendapatkan kcuntungan yang lebih petemak diajurkan untuk membuat susu pasturasi agar nilai jual akan lebih tin:ggi. 2 l. Dalam melakukan penyaluran susu mumi petemak agar lebih terbuka untuk mengembangkan usahanya. serta tidak memberi kesulitan dalam bertransaksi dan pembayarannya 3 ). Petemak harus mengetahui prinsip jual-beli sesua1 dt:ngan prinsip .1yari 'ah, secara umum serta dapat menjalankannya. Dengan demikian petemak tidak cuma sekedar berjualan. tetapi berjualannya mengandung spirit dalam mcnerapkan prinsip sesuai .<·yar ·;ah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan Tafsimya, Departemen Agama R.l, 2003 Antonio, M. Syafi'I. Bank s:vari 'ah Wacana Ulama dan Cendikiawan. Jakarta: Tazkia, 1999 Al-Muslih, A dan Ash-Shawi, S. Flkih Keuangan ls/am. Jakarta: Dami Haq, 2004 Azziano, Z. Pengamar Tataniaga Pe1a111an. JJ1k1a1 Kuliah. Jurusan llmu-Iimu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. !PB. Bogor, 1982 Ari fin, Zainul. Memahami Bank ,\)'ariah. Jakarta: Alva Bet, 1999 Dirjen Bina Produksi Petemakan. Buku Slatistik Petemakan. Jakarta: Departemen Pertanian, 2003 Djamili, A, R. Hu/mm ls/am, A.'iO••asas Hukum lslam l, Hukum !s/am 11. Bandung: Mandar M~jn,l 992 Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Me11ge11ai Transaksi di Bank Syari 'ah, 2000 Gazali. Al. Adat lvfencari Nafkah. Bandung: Kharisma, 2001 Gumbira-Said, E dan Eka Prastiwi, Y. Agrib1s11is Swadaya, 2005
.~vari 'ah.
Jakarta: Penebar
Hanafiah, AM dan AM Saefuddin. Tataniaga Hasil Perikanan. Jakarta: UI Press, 1983 Konsep Syariah Dalam Sistim Perbangkan Islam. Kuala Lumpur: BIRT( Bimb Institute of Rescart and Training), I 998 Kotler, P dan Amstrong, G. JJa.'iOr-dasar pemasaran . Jakarta: lntermedia, I992 Limbong, W. H., dan P. Sitorus. Pengantar Tataniaga Petanian. JJiktatKuliah Juru.'iOll /111111-i/11111 Sosial flwnomi Pertanian. Fakultas Pertanian. !PB. Bogor,1987 Melani, Yatni. A11alis1 Saluran Pemasaran lkan Kai Dikecamatan Cisaat Kabupaten Sukabu1111 .Imm Baral / Skripsi / . Fakultas Perikanan Dan Kelautan .Bogor. !PB, 2003
Mubyarto. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES, 1989 Najir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003 Nurul Riatilah, Messy. Jalur Tataniaga Susu Segar Dikoperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPBSBU).[ Laporan G/adikarya} .BOGOR: !PB, 2003 Rahadi, F. Cerdas Beragrobisnis. Jakarta: AgroMedia, 2003 Rasid,.H. Sualiman. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996 Rasyaf, Muhamad. Memasarkan hasil Peternakan. Jakarta: Penebar Swadaya, 2000 Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunah. Bandung: Al-ma'arif, 1995 Soekartawi. Prinsip dasar ekonomi pertanian, Jakarta Persada, 1993
PT. Raja Grafindo
Shaleh, Asy -Syaikh. Perbedaan Jual Be/i dan Riha, Jakarta: Al-Kautsar, 1999 Siregar, S. Sap/ Perah : Jenis, Teknik. Pemeliharaan dan Analisis Jakarta: Penebar Swadaya, 1992
usaha,
Sudono, Adi. Bertemak Sap1 Perah Secara Jntensif. Jakarta: AgroMedia, 2003 Suhendi, Hendi. Fiqih Muama/ah. Jakarta: Raja Grasfindo Persada, 2002 Syarief, M. Zian. Ternak Sapi Perah. Jakarta: CV. Yosa Guna, 1990 Unit Pelaksana Teknik Dinas Petemakan OKI Jakarta Timur, 2004 WWW.bps.co.id. Wualandari, Yuliani. Strateg1 Pemasaran Susu Segar IJ1koperasi Produksi Su.\u /)an {f.mha Peternakan (KPS)Bogor Jawa Baral. f Laporan G/adiKaryaj. Bogor. IPB. 2003 Yunus, Mahmud. Kamus Arab-!ndone.•tal. Jakarta: Penyelengara penterjemah alQur'an, 1973
JAVA RAYA
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN UPT. BALAI TEKNOLOGI PENGEMBANGAN PRODUKSI PETERNAKAN
J!. Bambu Apus Raya No. 20 l'elp. 8441818
JAKARTA TIMUR
22 Aguslus :\a1na
: 127 /1.&23.57
Lampiran Hal
: Pengembalian
2005
Kepada Uniwrsitas Islam Kegeri Jakarta JI.Ir Juanda ( Ciputat ) di Jakarta.
Yth.
Diberitahukan dengan hormat bahwa Nama
Dodi Ardiansyah
NIP
10092020Ji
Jum~an
Agrobisnis (Universitas Islam Negeri Jakarta)
Telah melaksanakan tugas pcnelitian di kelompok tani temak Sapi Pcrah Swadaya Jaka11a Timur dan sudah st:lcsai, okh karena iru karni kcmbalikan Mahasiswa terschut, di alas kc Uniwrsitas Islam Negcri Jakarta. Alas perhati<mya di ucapkan terima kasih.
KEPALA UPT BA.LAI TEKNGLOG! PENGEMBANGAN PRODUKSI PETF.RNAKAN DJNAS ~E'~~"l\~~_N,~;KANA.N & KELA.UT AN /; .",>--PROPQ'JS!.. . AKAi· TA ,/:_:,/ ... ~.:;·t \·:_\ . .:/1 . . . .,-_:-;;:-i.'-... \
' • •I
:! ;,',.,Il
\ ':. , .
\'·, -
\.._. . '/
f
'>--J.. ,,,....,. -
'".
'
..- .
\ · .• •
• \
-\I ·v j
,. J
,.
I
\ \ •• .. ,Ir. .ELIS;\D-h11-I BASO. SF.. MSi. ___ _ ·.._~\.!Tr..,.,.,..,
..
..
. ··~··.:..
.··
·
... ·•.•.•• ,.,.,,//;,·· . '.......... <·,,/,,·.-.·· : .. ··;,;~1:0/;1 i!_/. -
I'"/'
r ./ ., " · . · , · , , , .•,
/i
II. )
•
CIJIJCl:IHI!/
·[
I. ~.
j,
~:~:1·r.!J.
1;11u::.:;;~
:11u~:ur/\
,J/\Y.l\l!f/\
h'nl1\~ut.a .:;1l-;;11·t.:1 .:.:•.·!;1\.:\11 Ho.i.1V_;.1t;i J;,;.;;·11·1.,;\ :· 1.:::11:· Y.cp.:ll:; lll11;i.·; !\:L•.:1·11.:i\~;:1;1
l'cl.Jk~a11:1;\o
J ''" l
!:,\!::1.".ll
r:-1~11.;,:1:.;I.
p<:l1;1'11;11< ;.;ipl
pc1·t11! U~r·l }:u11l11etu1 Tl111u1·
kc l'ontlolc ll:u11·; 1,;Jr-,
!,.;'".·i:\11Jl:111·~1r1
:f.
:.:-.;l >
d~n1·~H1
l1:7:1:·;;:1J:.l ·~
19;j0
:-:c·p11'.. u·.<;.1:1 C\1!;::1'11'.1:· ~:11!-:J
J;1lc:11·t..n tlcu!{J~' ll'1l
Li1hun
1990
P~:111.:1:~:1:~;1n r.e1·::-11c:;111;li..111 1.1:_!1:1:;1~1Htl,"'1tl U1<.Jnr.c; ta11oh , , I' V...., :1'.:i'.1:1:i • J,'f l:ll d.i11 pcnt1t0:1n lJlo~c 'I.Oil\\ pcrl~untor
L:.:::t.111:: .•
11< tr;.1;:.~ j;il-,""ln pcn1!.l1t1U•;:1:~
'':"r1.·~ic\l·111 tlc:'enru r.. :1111~~ 1'.;:11 !"."':"1il·~·~:1:111::;1 ::1":lt1.1:1 ~JU 11:1, lo:'.1HtLu:1:1:1 C1.1Ucrnur .ft.~-:.:-.:·t."'l :!':'"lmJr lti:;I) t:i11~1:1 !•}"}0 r.an::,g:1! 9 lil·:lnl·~:r· llJl)!} t·.:11L.1t1/', f'cnunJul~;jn ;..1 1;n1.•.r1\ :·:.;1;i;ih jrt\Jo'.lt;1n ·: ::-1 i. :..~•.:!F'1·11111· ;.:(·r•;1l;i d:t':.:1·~d1 r1,,1:~u:: IL•ukoL;: Ji!kilt'L~ r•:·.-r.i~:;'1:1,, .-:.e~1;.:1:• i.IC'l ·:: . ~· :..:·:r·1.~1 1:1:1t1·u!~:;l ~~1.1trc1·n1.11· ~:UY..i J:\l-:ilrt\l flo1;ior JJO •1. 11:?0 t.,1•:-';;.:,·1l in-:.:: .• ,.• ~.~::-.:1 ..~r l')<J0. •1:.1k:1 d··1·1:_:\11 1111 c11111:~lri1:::;1l~:'\ll :~cr>c'lt!ct .'"IJ 11· ,•_-. .1. ·· 11·1.:1 :: ~ .. :•. ,: .. ·;,•.:··~ :•tt·:n~ .. ::·11~;1:1 ~·\:11'J·.ilu!1~111 kc:11~HJ,·1 p~11·n p~J..cr·n<.il~ .1p1 ,'".".r··1;· ·Jl r:-:-l1.1r::!1;v\ :·.:n::t:_-:.~:i 1"11111.11· t•.:11t:111c; rcn~:a11.1 p11111111cJ.:ih;1111lyl.1 1~1' Pon ~.1.· i•:tl'/·"::;""";11 ·~··1·L.i r. ... , .. u:111 :" r·:·i. fp;: t1~,":"_.u1 t1,1 I ;1i:1 pc: l.Jl{:;;1n;1.111 pc:11,lJcl.Ja~:1t1/;~.1n t l it: l :;:11:•11 1'.111 t,.·1:•!;:.1n~11 ··~-.1.·;: ;:-·: .. 1·11:1i~ •lc:111.·.:111 lu.:rp1;rJom.'1n j1,;t1.1 pc11eul~ul1)n '':-.~: .. .,· : .... 1.1L t~1 1 . 1 ·1.. :,• .. ::. :: .. ,:.··1·:1111· ~:1·1·:tl;1 11:: .. 1·:111 Y.IHt;;u:; !.uulcoL:i j;tl~;J:'t.1 ·:;••'\'. '.··~ot;\\1:;:111 ::~;•:1•.·1· :!•;i,•, 1.·111F.t·',.il J{J 11\::;:-;11!•:-1· l<J•J:J.
\l t
'•.•J 1• • 1
11n~;11; ·r.1~1.:>.
T1:11~:r·,
1::1 .._,,~~ t:i·:.::1:t1:1:1 tu /'f'I. t:1111l111:,;1:1
rn~riy
l ttpk.in
lol~i\-~
1 pcnLlrn
t1~1·11_.1k;.1i:' •.1Jt 1 .11~'. l~~t·:1-,· 1 ;1:11c~1:1 jll":.)•·,1·:11;1 JIL'llll.1111;.1;.111 Lcrfl.")l.ii)fl netcr;1·:r·:1/1 rJ;1l:im r-;1111:1'.:1 l"'111l11:J:d1;111111.i cl:11·1 :1r~;1l Y.l111l111~·:111 T11nu1· l~e nrci'r-110•;1~ fl ;1: li!IJ.Ofl.
'Ji.·, i.:-.
1:
.1 ·,1.;;1 ;· t:1
pt·::il11d:th1n c 1.:t.~!·:1,1;; ::.1;:1 1·!·1·;1:1 t.c1·:;1:l.•:1t. i·;1111-: 1t:cny;i11.z:lut pembclJ;'lsan 11•;1· J :. i:1:.\rl U;in p:-1,1:;•,::; p1·11;".-;.:1·'..1 t" I h.1L:111 ;1l;1:1 L.111;1!1 Lc1·:,cUut'
L· 111.1:: l't:
:i:1r:~
Pc.:rr.!1(1;1:1 l11:;1.1·v1~:1l !1rt 1·0"':1 I :111;•.;';Jfl(~ Ja~1;t11.
1,;1L11~{ di !1d!:1;111:1J::~•1 :lt...·nr.:111 :~c:l1;1ll{··h~1llo1~·.i
· 1 \)
0 ld.
'I ,,
~,
\1
-----r--
...
~~
I
m
n.:::.1·.>1· :
j~it·.u1
1i;D6
.-
.. ·:
.:t:~ ~.·; -~ :7 ~·~·- rr:.i.~~1::.~-1·.~;;.;~t:: ;.l'f:~~l~~:!_~~~V,~11 1.' :r~{~~;[; Ult-~·~!:tL.£.i!;:&1:t\~~ =
-;-,0~: :i·~:l~ 1t7:·~=···fWi . "'i'.iTl:'"-:~·:~i:iii1~ ..ii;:t-,-1·7iiR~u;mrr1.~. I • • - - · " ' • - ' ' " .. , , . , _ , . , _ _ _, _ . , . _ , , _ , , _ _ _
- - · • · - - - - .,_,. _ _ _ ,.,., • -
1..
u· ';
·.
! · 1:' IJ ... U :jJJ I , f.!I Ut:JU ldil \~:! 1 1. ~- n I lt. ~.i:.r\! I YJ Ill Jtl:,; , , uu:-:.:;iJ\ J,.K"iir1\
"· :.. ; ......
·;·
... .:::-.
r.. ,,:\," i';·;'l · r·;..'ini\ h.~·J' 1.1 -··~·.LUi.:.: •
~)
·--·--·--·.. ---·-·--·:"":·-··~-~;i~-.
-.
11,\ \") l.J\Yll1'1 J1\i<J\H1'1\ -
..: ·.
.
.. .. :
·.
..
. '.
"• ~· ... ··" '..:~;.h.:.
!
!,.:-.1! ..".~·.-.:1 :;.:!·ii pr: l\".li ti},' iJ.\I .J\\~::O.?'l.."'. 1 1.],:Ju~·U.!'"..";j",'\ di ! •~•.:,:di• d.'Jl !!.1-.:1 ..:111 (:: ! 1:·1\p,i t..ii\', tct't:\' 6uk d.lC\'.'.\h ,pc..r,;\Jt; r:i''Jl :::1ri.; p .•.:..\t Jh-':i...11J !u!•J1/'•', ;."\"f· <.Jil...\Y.!J.:\n\\i:.."\11 !fc·c..,1~ t:·~di!Ji. '.·; .. ,1 :!;.11 t.c:·\~t ~':::'.\n·11:t nlr.i, 1.."\:;:,·,..,1,.,i:•\t::ll~k~i·l..1 l'l:sll Y•'"\l"\G r.ioobo .
..
1 ••:
'f.",;,•,'\.7,;. t t..'t '$i.:t
:·\!:. ::t l;.,p."'..:l(.•'n. ('lt.:k.:..·1·j.'..='-1f :;·.:1·~\.., · !J\.!l.'\l:c'1·. p\'J'IC.1.:\[>\\t.."J\ h."\,si. .1i\1i:\:r;.l,V1C·J1Cl'll1 u1tuk lct;lj' 'cli.bi.11~1 d~·1n Ui,po1·t.i."\hnt}k\:n;
!
4
.,
!
f.'\."\:r/.:\1'.:\'t,nt.
·
!'>. ! .......~'.·:t\ ~1~tt1!~ ::lc:1~nc.}',."\U:,".ll pr...r.'1Ll~~,,1;u1 u::-;\l'I\\ pbt.ci;l\\1~.'.\ii}~.'.\j'TL pc1·C\h ,!! ~·:::· Jni-:,..,1·:..·, t.:.\l,'\-:1 1·."':.n;J:i\ t:H;.11\:.:1j\\J\C }:onLSJ_l\JJ.t..."\ !! pcn/cili,l\o"\n cJ.v. •. • r10--:~.:iC):.:,L.,"\t1 r,1·u-11.J.:;1i. !lll!HI r.nul'l\ 1 l"l~l"iitCk,'\l\\n 11c11cJ,"\p.,t...'\1"1° pot.ctil.:"11< .-: ... ,.,l j'c1·:-.h ·~·r:1·to:\ pi;-Jl) 11r;l·:..i l,;.\1t Y.cl'tt'tli lh"'l.f\ t.1;'\n k,c,,d\,"\~n l\nS)~\Ci& •4:., • 1:·.::·~-..: ;;j,.,.l,!t-:.::1 1·1~)l'1\::\sl u:::J!i\ pc:~c:-;\c..i.~:~"\1'1 ·snpi J)Cl',".h d~'l'i lo i~.·~~~ pr;:~u•.~.... :1 :1;1~~'-~ 1io·11~h:-..lu~: 'i:c.• t.l.'.\1:1-.'.'\h r~i"c..~11·;in' tJ't ...... l;.ny\lh D':\1.'
j
0
.l.•\-;.·.j·:.·1 j
"
••
•
~
~I'"
••
0
~
•
t ..-Jn.."'·· ~1. .. ~:.,, ;.-:1::L., pr.l::.l::;~1:1 .. \~tt1 :1·.:.ir1;:~ 'l
1
:-..\1·..·.:: :;.·-::·~ : : 11 1t"·::·~1; :;·7:.":t'i~ 1:".1.:.-::i:1.,t:•Jt1:.-\11 loi:u:;i c..•.cr:.:1 l.-.~•· ·i\ :·1i.\.'.:.-;\f1 f1\ 1 ~ ,j;,~·.11·L:i.;
Lr:1·:;cbu~
1
..
Y.o
t-:·JL.~. ~~1~:·.!: ::•··':; :.·;:·l€:~·'t tii. i-:~~l(1t\,ll.\/1 Poildo1~ ·n~1n~·ic:i Kt~"\i.\."';.L.'\Jl
l-'!\: ..'\t· fl:!bu i.·i; j,,:1,\!i .l,l\ .. 1:.:l..:1 Ti,i:1u;· · .'.;\!lu:\:::i ... ,:O ll~ dlpMdMC:' r.icr.n nuh~ .:)'~\:·.,~.\-.:~:.11'.-: .\1:;~.11.~ pe:Lc:1·n."l~:.\."1 :,;.'\j1). PCt':\h c.l.!.r:\"'l.Y.!JU!.l :;chill£..C:.~ r,c.:·l.~1 ;,}'~ •...~:....'\j)l.".:l c~·u:;:.:\ ~'...:jl\J~\t:.;t;l Cubc~1'1W" l:.cp...i.1r, l.),"\CJ'c\J1. .
.· . ,.
. .
.
~lcn t..~ n
.
;··· ~
1. l':,<..:.-,11·i:, 7 t..:j~i:u1L: i:.,, ) Y.i..k.' l· (;~·' :-i ~'.; ·~.
t,.'\11\l'\
? J:JO :.(..._n:.:•nri ?c1·~t.w·:u'
..
\l~?,~·.r".c,-,_;:-ic'h"':'I~
i:j,
1~t.;:;
.
1
t:.:,, ~ fnr~ t.~111..·n 19(~1 1 '..."\l.J.:Jt.~. J:-j:.~r~ ..... i!:.y:'.;
·.
. O.'.\ocr Poi<'ok-r,>
.. .
,
.
lcllt.:"J1t.:, 'ru::e:int:-.h:-J1 D.·.e;:-:-.h ·.• ... ·.
G:::!~);.r.c-~:j\,".1~ t:o:lo L:.:1~1:,:19G.\ lc:1~ ...J\z Ft:rn:,.r~t~.-Ji D:-.'c1·:";1~ iifiurus 0
).
1bu.kot .... J:-1:.1:~:-.-:-\;"'.r.". t.c~.7 :.c\):-.c:-..l !°b-Jltot.."". ~.I. <\Crl{';:'.n
..... .... , · .
:::'.:;)t".
J:r-
1......... .
.·
.\.
~nti."'.n~-\.'l\~\.'".rv;
Ui
). tn .. l:ui::.'t· i:r..:1lt:l'i J1.".lf.m i 1 1::~c.ri :·:o.2·l,"'.hun"~r::60 tcnt~.nc; P·Ciicrp~h :-..n '·ic\'/Cn."'.n(~"'c\:".!\ t:-.ncc1;11ii ..\.:..,... :-.t,' f·[1r."'.1:i<'\ ·,\:-.ri JlC"i':'.crint:-.h P\Js.."'.t kc-
... ~1 ~, ,_1; .. ·: , ,•· :
...
~ \~
··~;
.
~:
' ••.
. • •
'·
.•.
IJ~·.c-r:.!li
. .
..
f\l\cl ..., t;\1~(.·\.11\\.t' :~c1t:'.lr. J\,.... 1~t':.l1; J •
:
.(•. l'c:-~l-Jr:.:1 tt.:·:·\':•::1:-.n .J,... lt:'.rt .... l'Jl~,._l'.>·11 ·j::>. Pcr~.lt•.r:-.i, tr.cr:'.h -;:-.nse:-.: ~)) ?'r.:\iru:".t•l ,'j!J~·1.} (1'li'i11t t:·.:1,'.tt•".l. '2•1 l:~p1:1nlu:t" ~9.:33 Nor.i.o!' 9·~ t:-.r.\·n...... h
.~'.
· PJ\ }~o.. l1l) ... . ~
. j
:·.:.7, i>cr.".~t;i·:-.:l
.
·
•.-, ·
.
.
"
• ·
. ..
f\.. cr:·.!1"J.'.:).·~ t;'.!:\::1 l9l\·\· t.c-.nt:-.1~r:; l'olr-. l}.."\s,"'..t Jlr:.ob."'.r~VT'l::.ii · J1,~.cri-.':-1 l\"'..i:t·~·.:1 !.';;":..'~:. 1 ·v.:::\1t."'. ..i;·.l.:·.rt~:-.i , )
-. -.-.
- -·------.-.
~)
Dcc~Uc:-.
c:l:.". ~LL:·..-.
.··.
~
.. r
1ct~·r'""'
:~c,ui...·,·.;..". . . . ;i 11-:::-•:::...:,"1;.......>.~11·:·1~:'.1!:: ..... 11 \1lc'...... :~c, ':..:-.:·.:-.II untuk ?l:~~:-:i:·J.::"'.r. 0 :..;,-!1. :·'' .M·.!: J"':.:--.~, ~·::: 1,•.:-.~: :.: !:.~·..o:·:::.!1 ?::\:..,,:.: !!.:'.:\.35on, t:Cll.!rf.1·.:<:;'I ;o·,~ . '• ... i .. ' x •.•• ~·.:~t·:·r..·.:1f.£'•:-· ::i:r.':'::;-.•.:.~~ : 1 ;-.~·~·.::- t~.i·J ·;::..1".:·•.!.1 ..'r.~~~::t.:'. -1.' c7=' oc_t:. .. :> • -:1
::/.!.!./,
.
~ ~
.
::.. jO il;·.: .·.c:.·.--:-::·:·.::::··. ::~ ; ..·,!.-::0.;;:,:·:1 : 1.L~:._;:·.:·, 1...".:".(... c:-.:-:..:> <;.~!.'.:".<': !::'--!-.;.; ' ... •··:. .......... ···1· .... ,., ...J 1'·J ·· .. ...... _,._ :ic·.. ··
.
-
.
!'cl,..,t:':;.:::~".t.:1 :"! 1.:1:-!:-~~~ !.: P~~.-:::t.:::-.::\·.;1~:-:1 Pcl:;!-:\,..,~:..'"'Mi J:·'.".t!,, c':o.c1":).h t.ct":lo' ·,~·.i':. ~\i . .... t \".,; oi'.·:."\:l :~': Li~~;:.!::,"'.l·:.~1 !JC\'.. '.\l(\ bc~·t..:Jt~lj) :..'.J.:"I, dt~C~lUi.~:~ do_ r;i_,'·.:\ ~:c.-.~:.:...:.rt Lc:··..!:\:f-:d·\:J:~ ~:c·J.i\Jt.:: .....:\ t.·..:·-·:..:tij d~1I\ ·cY.o:-ic~:J C..'Ui. p:;--..>-
c,·:::.
j(..,,
.r
p-:ll :1i.i.\% ::i ~~i.i"i. ;lc1-.:.1 {)~:1 J,'\:t."".l't..."'..
••
0
i'.~::.1 ,t-.::-."1!1
·•• l! ::."":.~\I\ f:\!:'
.
~cl\"\.;:,\i:\·.rl\\ t~\c..".l-:;>\1:i
•
.
p:·.U,\ L!;kt.c:.; i';J1.Tt~I.\
t~'; 1i:-.u \.".: 1-; ''.11:7'1:~."':. 11 l~o c\:-:\l ~
:J.--. ~JV~ 1·.:'..'~ & ...\ pc:.c.t-Ati Q.!.'i..:.n · :·:n·:1 ./,"".k,\1·t..... ; . .• l~,1·t1 r:-..·.1.:r:-•;:,· p:.!:.'i:ol.1.f:-..c::-jn h ..... ~:..-~..!k ·
lc\.".l\ di :".t::~\'ij'.ti (iu\J·.::11111·
:i·;•J\C
11. r.:::if;-:.l\L"\1·1·_.11: h.,:·~ ,,1;\~ t;•J\,"'.h :•::·Jli,; :.~l.-.11 h:'.!:1t:1 c.,:~"I \:c!r.l.11~;t:\j'~~·.. 1
:1 ... 1::-.~n:,; .:'t:i·.:1\k,".:". \~~~;\~... i·: ...... t·\l:.1·.;~1'.\t•'.,,\,
..
: -. . •
.
r...... ~<_1·c' oin:\ .. ?o~.\115'.:-1~
f!.1 ,l;, 1 ·'~1".,.\ f',\ ;::l'U 1'•,\·1:-•)"J•'' 1-,·,·1• J .. 1, .. ,,,,. V• O~•·Q v,_ '"' I " ' '•• · · ' <.I' •-• ~·' ' ' • \ " -•1 ....... .,..._. <'I.....fi/ t:-::·!.t ·:-..... :: ~-:1 J,"\l;:\1"l.,"., t/.\}\l:o~., J.'.~:-.-.~·t..\ Tir..U!·, P!\1Q. KC"'".L"'!. D..0 U .:.. . t····• ... , ... ' . I' ···-· ri·. .. t ' t • ••. 1 '"' •• , .•11-. .. :1 r:i:.1:11 .. 1r ... 11 ;., ./:\~:.;1:·L,\ c.:\.'1 !1::..1...-. Xcr>'ln !luY:\l !Ji 1 11.1:.1 :·:1, ·;·.-:,~ : ::, 1·::r.1::ll·~~•~n, r..\, ':'.·.\J\'..'.;:: 1-.[..~-.,~"i·'\ J~kn:·t...'"'.' Ttr..u;- :J2 · 1~.,· : .. ~:- ..\'- rj:·.:-, ~ 1t:t:!1 1..-;:·;·:.;\G~:\ti..".11 \..1\t.11~: t:'\i;:~:d~!:1''•.l\,\k,.\:\ .).cbih l..inju!:. • ·.· i.J,,(1'.'•J1
i
j i·!i,
:1~ }:~;-.u 1.i.1:.1,'\:1
11,:.1:..:~u
::-..::1; :·:· .•
i:-1 1••
·
•
·
•
PETA COIZ.t\SI Peter:nakan . SA.PI PEf\:.A.Fl .Tl. Sapi Perah Rt 01Rw02 Pc!k Ranggon Jak-Ti111. I
~ uu.<...ww
I
./.:
.
0
"
•,•
.,...·:-·.' .'' .... '•
u
P~-ir A
':I• LL\ YJ~ ll I ., '.i·• ., ... " ----·········... "·
1·;·;)J~1·1f ~1·" ,
....
•.. . ........__ T:\'j'I "'' ' !XiV RAN", :1; ;, ·11 1;.;r: " . 1.1COH .... , \ I I\
l'i
I
DESA JATI ~EMpUflliA
l
,.,..
".·'...•. .
~
,..
FOTO-FOTO DI TEMPAT PENELITIAN
Pintu Masuk Peternakan
Wawancara dengan Ketua Peternakan
Pemberian Pakan Sapi
Jenis Sapi Fries Holland