KARAKTERISTIK DAN ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DKI JAKARTA (STUDI KASUS DI WILAYAH KELURAHAN PONDOK RANGGON, JAKARTA TIMUR)
ANDI YEKTI WIDODO
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTUTUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “Analisis Keuntungan Peternakan Sapi Perah DKI Jakarta (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Pondok Rangon, Jakarta Timur)” adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi.
Bogor, Oktober 2009
Andi Yekti Widodo NIM B04050349
ABSTRACT
ANDI YEKTI WIDODO. Characteristics and Profit Analysis of Dairy Farm in DKI Jakarta (Case Study in Pondok Ranggon, East Jakarta). Under direction of CHAERUL BASRI and ETIH SUDARNIKA There are many diary farm in DKI Jakarta. The aim of this study was to know about characteristics and profit business dairy farm in Pondok Ranggon, Cipayung, East Jakarta. The respondent of this study were 20 farmers. In this study was studied about characteristics, dairy farm management and cattle health management. The farmers was devided into two groups. The first group was the farmers who had cattle less than 43 heads and the last group was the farmers who had cattle more than equal 43 heads. Profit analysis was counted base on different of input and output. The result of counting showed that the profit per month for the first group was Rp5.815.121,00 the last group was Rp21.861.559,00. This studies showed that dairy farm in Pondok Ranggon DKI Jakarta was profitable. Keyword: dairy farm, dairy cattle, profit
ABSTRAK
ANDI YEKTI WIDODO. Karakteristik dan Analisis Keuntungan Usahaternak Sapi Perah DKI Jakarta (Studi Kasus di Wilayah Pondok Ranggon, Jakarta Timur). Dibimbing oleh CHAERUL BASRI dan ETIH SUDARNIKA Usahaternak sapi perah masih banyak ditemukan di wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan keuntungan usahaternak sapi perah di kelurahan Pondok Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Responden pada penelitian ini sebanyak 20 peternak. Pada studi ini dipelajari mengenai karakteristik peternak, manajemen peternakan dan manajemen kesehatan ternak. Peternak dikelompokan menjadi dua, yaitu kelompok pertama adalah peternak dengan kepemilikan ternak kurang dari 43 ekor dan kelompok kedua adalah peternak dengan kepemilikan ternak lebih dari dan sama dengan 43 ekor. Analisis keuntungan dilakukan dengan menghitung selisih antara input dan output. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui keuntungan per bulan pada peternak kelompok pertama sebesar Rp5.815.121,00 dan pada peternak kelompok kedua sebesar Rp21.861.559,00. Studi ini menunjukkan bahwa usaha ternak sapi perah di wilayah Pondok Ranggon DKI Jakarta masih menguntungkan. Kata kunci: usahaternak, sapi perah, keuntungan
KARAKTERISTIK DAN ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DKI JAKARTA (STUDI KASUS DI WILAYAH KELURAHAN PONDOK RANGGON, JAKARTA TIMUR)
ANDI YEKTI WIDODO
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTUTUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Karakteristik dan Analisis Keuntungan Usahaternak Sapi Perah DKI Jakarta (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Pondok Ranggon, Jakarta Timur)
Nama
: Andi Yekti Widodo
NIM
: B04050349
Disetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
drh. Chaerul Basri, M. Epid NIP 19770525 200501 1 002
Ir. Etih Sudarnika, M.Si NIP 1968 0821 199402 2 001
Diketahui: Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Dr. Nastiti Kusumorini NIP 19621205 198703 2 001
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua nikmat yang telah diberikan kepada penulis dalam menjalani hidup hingga penulis bisa menyelesaikan studi dan skripsi dengan baik di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Judul skripsi yang diambil adalah “Karakteristik dan Analisis Keuntungan Usahaternak Sapi Perah DKI Jakarta (Studi Kasus di Wilayah Pondok Ranggon, Jakarta Timur) “. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu dan Bapak tercinta atas cinta, kasih sayang, kelembutan, dan perhatian serta pengorbanannya kepada penulis. 2. Drh. Chaerul Basri, M.Epid selaku pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat yang membangun serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Etih Sudarnika, MSi selaku pembimbing kedua yang telah sabar dalam membimbing dan mengarahkan dalam penulisan ini. 4. Drh. R. Harry Soehartono, M.App.Sc, PhD dan Dr. drs. Bambang Kiranadi, MSc selaku dosen penguji dan penilai. 5. Dr. Nastiti Kusumorini selaku Wakil Dekan FKH IPB. 6. Dosen dan staf karyawan Departemen IPHK. 7. Saudara-saudaraku terkasih, Ageng dan Laras atas dukungan dan semangatnya. 8. Bapak dan Ibu Falahin serta Kelompok Swadaya Tani Pondok Ranggon yang telah membantu kelancaran penelitian ini. 9. Keluarga Abdan Syakur di Pondok Ranggon yang telah bersedia menyediakan tempat tinggal selama penelitian. 10. Sahabat-sahabatku (Charles, Deva, Darmawan, Dinar, Budiman, Inda, Mas Harry, Mas Kukuh, Pak Ali), penghuni Ar-Rijal House (Ari, Budi, Mizwar) dan penghuni ”rimbawan” (Aidil, A M Fikri P U Y, Ranting, Bambang, Wira).
11. Teman-teman terdekat (Ikhsan, Syifa, Wenny, Eva, Acil, Mencit, Cude) dan seluruh GOBLETERS FKH 42 yang telah berjuang bersama-sama dalam perkuliahan. 12. Seluruh Pengurus Besar IMAKAHI, Pengurus Cabang IMAKAHI seIndonesia, DKM An Nahl dan Himpro RUMINANSIA. 13. Kakak-kakak FKH 41, 40 dan 39 serta Adik-adik 43, 44 dan 45 yang telah banyak berkontribusi dalam perubahan besar pada diri penulis. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung, dari lubuk hati yang dalam saya menghaturkan terima kasih.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala amal ibadah dan kebaikan kepada mereka semua. Kesalahan dalam penulisan skripsi ini tentu datang dari saya pribadi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Bogor, Oktober 2009
Andi Yekti Widodo
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wonosobo pada tanggal 12 Desember 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putra pasangan Bapak Darsono dan Ibu Umi Fayakun dengan nama lengkap Andi Yekti Widodo. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1999 di SDN 1 Grugu dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SLTPN 2 Wonosobo hingga lulus pada tahun 2002.
Pendidikan SMU
diselesaikan pada tahun 2005 di SMA 1 Wonosobo. Pada tahun yang sama penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa. Semasa menjadi mahasiswa FKH IPB, penulis pernah aktif dalam kegiatan eksternal dan internal kampus yaitu pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) TPB IPB periode 2005 – 2006, pengurus DKM An Nahl FKH IPB 2006 – 2009, Ketua Angkatan 42 periode 2006 – 2009.
Pengurus Ikatan Mahasiswa
Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) IPB 2006 – 2008. Anggota Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) ruminansia periode 2006 – 2009, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM IPB periode 2006 – 2007, Sekjen Pengurus Besar IMAKAHI periode 2008 – 2010.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii PENDAHULUAN Latar Belakang .....................................................................................
1
Tujuan ..................................................................................................
3
Manfaat ................................................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan ..................................................................................
4
Sejarah Peternakan Sapi Perah di Indonesia..........................................
4
Anggaran Usahatani ..............................................................................
5
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan ..................................................................................... 9 Waktu dan Tempat ................................................................................ 9 Sampel .................................................................................................. 9 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 9 Tahapan Kegiatan ................................................. ............................... 9 Analisis Data ......................................................................................... 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak ........................................................................... 12 Gambaran Usahaternak Sapi Perah ....................................................... 14 Populasi Ternak Sapi Perah ..................................................... 14 Pakan ........................................................................................ 15 Perkawinan ............................................................................... 16 Tenaga Kerja ............................................................................ 17 Pemasaran ................................................................................ 18 Produktifitas Sapi Perah ........................................................... 19 Manajemen Kesehatan Ternak .............................................................. 20
Analisis Pendapatan .............................................................................. 22 Input Usahaternak ................................................................................. 23 Output Usahaternak .............................................................................. 24 Keuntungan atau Pendapatan Ekonomi ................................................ 26 Analisis Kelayakan Pendapatan ............................................................ 26 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................... 28 Saran .................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 29 LAMPIRAN ........................................................................................................ 31
DAFTAR TABEL Halaman 1
Formulasi Hubungan Output dan Input dalam Anggaran Usahatani…
8
2
Metode Perhitungan Keuntungan Usahaternak Sapi Perah........……..
10
3
Kelompok Peternak ……………………………………….……….....
12
4
Karakteristik Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon ……………...
13
5
Struktur Populasi Sapi Perah di Pondok Ranggon Bulan Juli 2009…..
14
6
Jenis Pakan yang Diberikan dan Jumlah Peternak yang Memberikan Pakan tersebut.......................................................................................
15
7
Komposisi Perkawinan Sapi Perah di Pondok Ranggon.......................
17
8
Rataan Upah Tenaga Kerja...................................................................
18
9
Produksi Susu Sapi Perah di Kelurahan Pondok Ranggon.……..……
19
10
Rataan Produksi Susu pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di Beberapa Daerah di Indonesia..........................………………………
19
11
Manajemen Kesehatan Ternak..............................................................
20
12
Rataan Biaya Kesehatan per Tahun...............................……………...
21
13
Rataan Input, Output dan Keuntungan Periode Juli 2008 – Juli 2009..
22
14
Nilai Maksimum dan Minimum Input, Output dan Keuntungan ……
23
15
Rata-rata Keuntungan Peternak per Bulan……………………………
27
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Data Peternak Kelompok I…...................…………………….…….
31
2
Data Peternak Kelompok II......................………………………….
35
3
Kuisioner……………………………………………………………
38
PENDAHULUAN Latar Belakang Visi pembangunan peternakan adalah pertanian berkebudayaan industri, dengan landasan efisiensi, produktivitas, dan berkelanjutan. Peternakan masa depan dihadapkan pada perubahan mendasar akibat perubahan ekonomi global, perkembangan teknologi biologis, berbagai kesepakatan internasional, tuntutan produk, kemasan produk, dan kelestarian lingkungan. Konkritnya, peternakan Indonesia akan bersaing ketat dengan peternakan negara lain bukan saja merebut pasar internasional tapi juga dalam merebut pasar dalam negeri Indonesia. Untuk itu perlu mendorong peternak agar tetap mampu bersaing baik pada skala lokal, regional dan nasional maupun internasional (Saragih 2000). Menurut Nuraini dan Purwanta (2006), salah satu usaha budidaya peternakan yang sekarang ini banyak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi adalah sapi perah. Usahaternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsistem oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/keterampilan peternak yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem pencatatan, pemerahan, sanitasi, dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan peternak mengenai aspek tataniaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Usahaternak sapi perah merupakan salah satu usaha peternakan yang mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk terus dikembangkan. Susu yang dihasilkan dari sapi perah dapat bermanfaat, baik sebagai sumber protein bagi peternak untuk dikonsumsi maupun sebagai sumber pendapatan untuk dijual. Berbeda dengan produk lainnya, produksi susu akan tetap dibutuhkan seiring dengan peningkatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, usaha
peternakan saat ini masih tetap menjanjikan karena permintaan pasar terhadap susu akan selalu ada. Disamping itu, usahaternak sapi perah memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan usahaternak lainnya. Menurut Sudono (1999) beberapa keuntungan beternak sapi perah dibandingkan dengan usahaternak yang lainnya yaitu 1) Peternakan sapi perah merupakan suatu usaha yang tetap, 2) Jaminan pendapatan yang tetap, 3) Penggunaan tenaga kerja yang tetap, 4) Dapat menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa hasil pertanian dan 5) Kebutuhan tanah dapat dipertahankan. Dengan pengelolaan yang baik serta terencana untuk dapat memanfaatkan keuntungan-keuntungan tersebut, dapat dipastikan usahaternak sapi perah merupakan usaha yang memiliki prospek yang sangat baik dan akan memberikan laba yang besar kepada pemiliknya. Konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia tahun 2000 relatif masih sangat rendah, yaitu 4,2 liter per tahun sedangkan rata-rata konsumsi per kapita negara-negara lain jauh lebih tinggi seperti Malaysia yaitu lebih dari 20 liter perkapita pertahun. Jika konsumsi rata-rata Indonesia meningkat setengah saja dari rata-rata konsumsi per kapita negara Malaysia, maka kebutuhan susu diperkirakan akan meningkat luar biasa. Namun peningkatan permintaan produk susu tersebut diserap oleh pasar luar negeri dengan persentase impor susu mencapai 71,57% pada tahun 2002, sedangkan produksi susu dalam negeri tidak memanfaatkan peluang tersebut secara optimal (Tyas 2008). Propinsi DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian dengan jumlah penduduk yang padat dan terus bertambah setiap tahunnya. Sebagian besar penduduk Jakarta memiliki tingkat pendidikan yang relatif tinggi sehingga tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan dan gizi pun meningkat. Kandungan gizi yang tinggi adalah pada bahan pangan yang berasal dari hewan contohnya susu dan daging. Oleh karena itu usahaternak sapi perah di wilayah Jakarta memiliki potensi keuntungan yang besar jika ditinjau dari segi pasar. Sapi perah merupakan komoditas peternakan yang masih dipelihara oleh peternak di DKI Jakarta. Salah satu sentra usahaternak sapi perah di DKI Jakarta adalah kelurahan Pondok Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di wilayah
tersebut terdapat 27 peternak dengan jumlah ternak lebih dari 800 ekor dengan produksi susu mencapai 4000 sampai dengan 5000 liter/hari (Pelita 17 mei 2009). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu diadakan suatu penelitian tentang analisis ekonomi untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh peternak sapi perah di DKI Jakarta khususnya kelurahan Pondok Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur sehingga keberhasilan peternak dalam mengelola usahaternaknya dapat diketahui. Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat keberhasilan usahaternak sapi perah di wilayah DKI Jakarta. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan keuntungan usahaternak sapi perah berdasarkan input dan output yang diperlukan usahaternak sapi perah di wilayah Pondok Rangon, Jakarta Timur. Manfaat Penelitian
ini
bermanfaat
untuk
memberikan
informasi
tentang
karakteristik dan tingkat keuntungan yang bersifat ekonomi terhadap usahaternak sapi perah di wilayah perkotaan seperti DKI Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Usaha peternakan merupakan usaha produksi yang didasarkan pada proses biologis dari pertumbuhan ternak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia, maka manusia campur tangan langsung untuk mengendalikan dan menguasai pertumbuhan hewan ternak (Cyrilla dan Ismail 1988). Menurut Mubyarto (1989), berdasarkan pola pemeliharaannya usaha ternak di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu 1) peternak rakyat, 2) peternak semi komersial dan 3) peternak komersial. Peternak rakyat memelihara ternaknya secara tradisional. Pemeliharaan cara ini dilakukan setiap hari oleh anggota keluarga peternak dimana keterampilan peternak masih sederhana dan menggunakan bibit local dalam jumlah dan mutu yang terbatas. Tujuan utama pemeliharaannya adalah sebagai hewan kerja dalam membajak sawah atau tegalan. Peternakan semi komersial dicirikan dengan keterampilan beternak yang dikatakan cukup. Penggunaan bibit unggul, obat-obatan dan pakan penguat cenderung meningkat. Tujuan utama pemeliharaan adalah untuk menambah pendapatan keluarga dan keluarga sendiri. Peternak komersial dijalankan oleh peternak yang memiliki kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang cukup modern. Semua tenaga kerja dibayar dan pakan dibeli dari luar dalam jumlah besar. Peternakan sapi perah di Indonesia Usaha persusuan di Indonesia pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan Hindia Belanda dengan impor sapi perah dari Belanda dan Australia pada tahun 1890. Awal perkembangan usaha persusuan nasional adalah persetujuan bersama antara Industri Pengolahan Susu (IPS), peternak dan pemerintah untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Indonesia (GKSIa 1996).
Sebagian besar peternakan sapi perah di Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan kepemilikan ternak 2-4 ekor per peternak. Pengelolaan usaha ternak sapi perah ini masih dilakukan dengan cara tradisional dengan melibatkan semua anggota keluarga. Usaha tenak ini bersifat non komersial dengan tingkat pendapatan yang rendah dan tidak ekonomis. Sapi perah yang dewasa ini dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah sapi Fries Holland (FH) yang memiliki produksi susu yang tinggi (Sudono 1999). Menurut Kusnadi dan Juarini (2007), walaupun usaha pemeliharaan sapi perah belakangan ini sudah begitu berkembang dan sudah dapat dijadikan sebagai salah satu mata pencaharian, namun pada kenyataannya pendapatan dari usaha tersebut masih relatif kecil, dimana untuk menutupi kebutuhan hidup peternak dan keluarganya pun masih kesulitan. Hal ini berakibat dalam pengembangan usaha pemeliharaan sapi perah. Kondisi ini dibuktikan dengan perkembangan populasi sapi perah yang sangat lamban. Peningkatan populasi sapi perah selama periode tahun 1997 – 2003 misalnya hanya rata-rata 1,69% per tahun. Peningkatan populasi sapi perah yang lamban yang berarti juga pengembangan usaha pemeliharaan sapi perah yang lamban, berakibat kepada rendahnya peningkatan produksi susu nasional. Selama periode tahun 1997 – 2003 permintaan konsumen susu mencapai rata-rata 4,5% per tahun. Jumlah penduduk Indonesia yang melebihi 200 jiwa merupakan pasar yang potensial bagi usaha ternak sapi perah. Semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gizi maka konsumsi susu masyarakat meningkat 12,8 % pertahun (GKSIb 1996). Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pemerintah melakukan impor susu. Anggaran Usahatani Menurut Leksmono dan Holden (1994), produki peternakan merupakan suatu aktivitas manusia untuk memproduksi makanan, bahan ikutan dan material lain dengan menggunakan hewan yang terkontrol dan di sengaja. Produk ternak tersebut beragam, mulai dari yang biasa yaitu susu, daging, dan telur hingga bahan ikutan seperti manure, kulit, serat dan obat-obatan. Produk peternakan tersebut
dapat dijual, dikonsumsi atau dipergunakan sebagai input pada sistem produksi lainnya. Ternak juga memberikan alternatif sumber energi bagi bahan bakar fosil. Hewan
ternak
memainkan
peranan
penting
dalam
memanen
dan
mengkonsentrasikan zat-zat gizi dari bahan-bahan yang tidak dapat dikonsumsi oleh manusia menjadi produk-produk yang tidak saja kaya energi tetapi juga enak rasanya. Produk ternak biasanya kaya akan protein dan kalsium sehingga dapat meningkatkan kesehatan peternak. Ternak juga menyediakan uang tunai, makanan, lapangan pekerjaan, kesehatan, keamanan dan suatu cara untuk mengurangi risiko bagi orang-orang yang relatif miskin dalam masyarakat. Produksi peternakan sesungguhnya adalah suatu aktifitas ekonomi. Zat-zat yang relatif kurang berguna (misalnya rumput) diubah menjadi produk yang lebih berguna seperti susu dan daging. Sumbangan yang dibuat oleh ternak pada kesejahteraan usahatani dihitung dengan melihat perbedaan antara nilai input (biaya produksi) yang digunakan pada produksi peternakan dengan nilai dari berbagai output (penerimaan) atau produk usahatani tersebut, perbedaan tersebut disebut dengan keuntungan usahatani (Leksmono dan Holden 1994). Output atau Penerimaan Menurut Soekarwi et al. (1986), output (penerimaan) usahatani adalah suatu nilai produk total dalam jangka waktu tertentu, baik itu dijual maupun untuk dikonsumsi sendiri. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, konsumsi rumah tangga petani, untuk pembayaran dan yang disimpan. Foley et al. (1986) menyatakan bahwa output dari usaha sapi perah adalah penjualan susu, penjualan sapi yang tidak produktif (sapi afkir), penjualan pedet jantan dan penjualan kotoran ternak. Output menurut Gittinger (1982) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu aktivitas. Lebih spesifik, output adalah nilai produksi suatu peternakan, baik yang dikonsumsi di peternakan atau yang dijual ke luar peternakan. Oleh karena itu output tidak selalu berarti barang-barang yang dapat dijual tetapi juga berarti barang-barang yang digunakan di peternakan itu sendiri. Output tidak
selalu sesuatu yang dapat dilihat seperti susu dan daging tetapi dapat juga menghasilkan suatu jasa. Output dari suatu peternakan dapat berupa: penjualan ternak, produk ternak (seperti susu dan daging), pemotongan ternak di kandang (termasuk potong paksa), nilai karkas dari kematian ternak di peternakan dan inventaristasi ternak akhir. Input atau Biaya Produksi Output suatu peternakan hanya dapat diperoleh bila ternak-ternak yang ada di peternakan tersebut diberi pakan, dikandangkan dan dipelihara. Keuntungankeuntungan yang didapatkan oleh peternak dari ternaknya dalam bentuk penjualan, tenaga, manur, dan lain-lain harus dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian sarana produksi ternak dan biaya pemeliharaan ternak tersebut. Biaya memproduksi suatu output diukur dengan input. Input atau biaya produksi adalah besarnya pengeluaran atau nilai dari faktor produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu output tertentu (Boediono 1990). Menurut Gittinger (1982), input adalah barang-barang (seperti pakan atau obat-obatan) atau jasa (seperti tenaga kerja) yang dapat digunakan untuk menghasilkan output. Input dari suatu peternakan biasanya berupa: pembelian ternak, pakan (konsentrat, suplemen mineral, hijauan), tenaga kerja, biaya kesehatan hewan (obat-obatan, inseminasi buatan), barang pakai habis, biaya penjualan (marketing), perawatan kandang, Alat-alat peternakan (termasuk kendaraan dan kandang) dan inventaris ternak awal. Keuntungan atau pendapatan Keuntungan atau pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dari hasil produksi dengan biaya yang dikeluarkan (Boediono 1990). Menurut Leksmono dan Holden (1994), peternak hanya akan memperoleh keuntungan jika seluruh nilai output lebih besar dari nilai input. Sumbangan ternak pada kesejahteraan usahatani diukur dengan perbedaan nilai antara output dengan input. Hubungan antara output dan input diformulasikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Formulasi Hubungan Output dan Input dalam Anggaran Usahatani Input Pembelian ternak Pakan Tenaga Kerja Biaya Dokter Hewan dan IB Barang Habis Pakai Biaya Penjualan Biaya Pemeliharaan BBM, Air dan Listrik Sewa dan pembayaran bunga Barang-barang Modal dan bangunan
Output Penjualan susu, telur dan madu Manure (kotoran) Tenaga tarik Hewan yang dipotong Nilai karkas
Inventaris ternak awal
Inventaris ternak akhir
Nilai Total Input
Nilai Total Output Keuntungan
Keuntungan = Jumlah Total Output – Jumlah Total Input Keterangan: 1.
Input terdiri dari pembelian ternak (inventaris ternak awal), pakan, tenaga kerja, biaya kesehatan ternak, kandang, bahan bakar, listrik, air dan peralatan.
2.
Output terdiri dari penjualan (termasuk pemberian ternak atau hadiah), hasil ternak (susu, kotoran), ternak potong, nilai karkas dan inventaris ternak akhir.
3.
Keuntungan adalah selisih antara output dengan input.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pengambilan data berlangsung mulai tanggal 18 sampai 21 Agustus 2009. Studi ini dilakukan di peternakan sapi perah di kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Sampel Pengambilan sampel dilakukan pada peternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon. Sampel yang dapat diambil sebanyak 74% atau 20 dari 27 peternak, dikarenakan tidak semua peternak berada di wilayah Kelurahan Pondok Ranggon. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara terstruktur terhadap peternak sapi perah dengan menggunakan kuisioner. Data Sekunder diperoleh dari Kelompok Tani Ternak Swadaya Pondok Ranggon, Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta dan sumber-sumber pustaka lainnya. Data peternak terdiri dari identitas peternak, struktur ternak yang dimiliki, pengetahuan manajemen peternakan, manajemen kesehatan ternak dan input output dari usahaternak tersebut. Data input terdiri dari pembelian ternak (inventaris ternak awal), pakan, tenaga kerja, biaya kesehatan ternak, kandang, bahan bakar, listrik, air dan peralatan. Sedangkan data output terdiri dari penjualan ternak (termasuk pemberian ternak atau hadiah), hasil ternak (susu, kotoran), penjualan ternak, nilai karkas dan inventaris ternak akhir. Tahapan Kegiatan
Tahapan pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Wawancara dengan menggunakan kuisioner terstruktur atau daftar pertanyaan yang telah ditentukan dan 2) Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui fenomena atau gejala yang nampak pada objek-objek penelitian. Analisis Data Terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden (peternak) dilakukan pengelompokan berdasarkan jumlah ternak yang dimiliki, yaitu peternak dibagi menjadi dua kelompok usaha: peternak dengan kepemilikan kurang dari jumlah rata-rata ternak dan peternak dengan kepemilikan lebih dari sama dengan jumlah rata-rata ternak sapi perah. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan karakteristik peternak berdasarkan umur, pendidikan, pengalaman beternak dan tujuan beternak pada masing-masing kelompok. Data input dan output yang diperoleh dianalisis menggunakan metode anggaran usahatani untuk mengetahui tingkat keberhasilan peternak mengelola usahaternak sapi perah secara ekonomi. Analisis dilakukan pada berbagai kelompok peternak. Metode analisis data yang digunakan diformulasikan sebagai berikut (Leksmono dan Holden 1994): Tabel 2 Metode Perhitungan Keuntungan Usahaternak Sapi Perah Input
Biaya (Rp)
Output
Biaya (Rp)
Pembelian ternak Pakan Tenaga Kerja Biaya Dokter Hewan dan IB Barang Habis Pakai Biaya Penjualan Biaya Pemeliharaan BBM, Air dan Listrik Sewa dan pembayaran bunga Barang-barang Modal dan bangunan Inventaris ternak awal
……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ………………
Penjualan susu, telur dan madu Manure (kotoran) Tenaga tarik Hewan yang dipotong Nilai karkas
……………… ……………… ……………… ……………… ……………… ………………
………………
Inventaris ternak akhir
………………
Nilai Total Input
………………
Nilai Total Output
………………
Keuntungan = ………………….
Keuntungan = Jumlah total output – jumlah total input Keterangan: 1. Input terdiri dari pembelian ternak (inventaris ternak awal), pakan, tenaga kerja, biaya kesehatan ternak, kandang, bahan bakar, listrik, air dan peralatan. 2. Output terdiri dari penjualan (termasuk pemberian ternak atau hadiah), hasil ternak (susu, kotoran), ternak potong, nilai karkas dan inventaris ternak akhir. Keuntungan atau selisih antara output dengan input inilah yang merupakan parameter keberhasilan dari usahaternak tersebut. Selain itu, untuk melihat tingkat kelayakan pendapatan diperlukan pembandingan keuntungan tersebut dengan Upah Minimum Regional (UMR) wilayah DKI Jakarta, yaitu sebesar Rp1.069.865,00 /bulan (Ari 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, tingkat partisipasi peternak sebanyak 74% atau 20 dari 27 peternak, dikarenakan tidak semua peternak berada di wilayah Kelurahan Pondok Ranggon. Dalam menganalisis peternak sapi perah di Pondok Ranggon dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jumlah total ternak yang dimiliki oleh peternak, yaitu kelompok I adalah peternak dengan kepemilikan ternak kurang dari 43 ekor dan kelompok II adalah peternak dengan kepemilikan ternak lebih dari dan sama dengan 43. Uraian lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kelompok Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Kepemilikan ternak < 43 ekor >= 43 ekor Total
Jumlah Peternak 13 7 20
% 65 35 100
Jumlah ternak rata-rata 22,85 ekor 81,71 ekor
Kategori Kelompok I Kelompok II
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa peternak kelompok I berjumlah 13 peternak (65%) dengan jumlah ternak rata-rata 22,85 ekor dan peternak kelompok II berjumlah 7 peternak (35%) dengan jumlah ternak rata-rata 81,71 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak di Kelurahan Pondok Ranggon memiliki jumlah ternak kurang dari 43 ekor. Karakteristik Peternak Karakteristik peternak yang diduga berhubungan dengan pengelolaan usahaternak sapi perah meliputi usia, pendidikan, pengalaman beternak dan mata pencaharian lain selain beternak (tujuan beternak). Uraian karakteristik peternak secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik Peternak Sapi Perah di Pondok Ranggon Karakteristik Peternak Usia 20 - 39 tahun 40 - 65 tahun > 65 tahun Pendidikan SD SMP SMA PT Pengalaman Beternak < 9 tahun 9 – 15 tahun >15 tahun Tujuan Beternak Usaha Pokok Usaha Sambilan
Kelompok I
Kelompok II
Jumlah Peternak
%
Jumlah Peternak
%
2 10 1
15,4 76,9 7,7
2 4 1
28,6 57,1 14,3
1 1 9 2
7,7 7,7 69,2 15,4
1 1 3 2
14,3 14,3 42,9 28,6
0 4 9
0 30,8 69,2
1 1 5
14,3 14,3 71,4
11 2
84,6 15,4
6 1
85,7 14,3
Secara keseluruhan usia peternak sapi perah di Pondok Ranggon hampir terdistribusi secara merata. Peternak di kelompok I terdistribusi lebih banyak pada usia 40-65 tahun, begitu juga dengan kelompok II terdistribusi lebih banyak pada usia 40-65 tahun. Usia tersebut merupakan usia yang tidak mudah untuk mendapat pengarahan atau pembinaan lebih lanjut untuk mengembangkan usahaternaknya. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut umumnya beranggapan bahwa pengalaman adalah sumber utama pengetahuan mereka terutama dalam beternak. Namun bagi kebanyakan orang, usia antara 40-65 tahun merupakan usia produktif. Laki-laki dalam usia ini biasanya berada pada puncak karir mereka (Atkinson 1983). Pengelompokan peternak menurut pendidikannya didasarkan pada jenjang pendidikan yang telah ditempuh peternak. Sebagian besar peternak sapi perah di Pondok Ranggon berpendidikan SMA. Persentase peternak yang berpendidikan SMA paling banyak terdapat pada kelompok I yaitu 69,2%. Sedangkan pada kelompok II sebanyak 42,9%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum peternak memiliki pendidikan yang relatif cukup tinggi. Diharapkan dengan pendidikan peternak yang tinggi maka pengelolaan peternakan menjadi lebih baik.
Tingkat pengalaman beternak di kelurahan Pondok Ranggon relatif cukup lama yaitu rata-rata lebih dari 15 tahun. Pada kelompok I dan II pengalaman beternak lebih dari 15 tahun sebanyak 69,2% dan 71,4%. Sebagian besar usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon merupakan warisan turuntemurun sehingga cukup wajar jika pengalaman mereka beternak relatif lama. Semakin lama pengalaman peternak beternak tentu memiliki dampak positif dan negatif. Positifnya adalah peternak sudah memiliki kematangan dalam mengelola peternakan, sedagkan dampak negatifnya adalah seperti dijelaskan sebelumnya peternak menjadi tidak mudah mendapat pengarahan dan pembinaan untuk mengembangkan usahaternaknya agar lebih baik sesuai dengan perkembangan jaman. Berdasarkan Tabel 4 jumlah peternak yang menjadikan usahaternak sapi perah sebagai usaha pokok adalah 84,6% pada kelompok I dan 85,7% pada kelompok II. Secara umum peternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon menjadikan usahaternaknya sebagai usaha pokok sehingga diharapkan dengan demikian peternak lebih sungguh-sungguh dalam mengelola usahaternaknya. Hal ini dikarenakan usahaternak sapi perah memberikan jaminan pendapatan yang berkesinambungan jika dikelola dengan baik. Gambaran Usahaternak Sapi Perah Populasi Ternak Sapi Perah Bangsa sapi perah yang dipelihara di Kelurahan Pondok Ranggon adalah Peranakan Fries Holland (PFH) dengan warna bulu hitam putih dan hanya sebagian sebagian kecil yang berwarna merah putih. Struktur populasi populasi ternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Struktur Populasi Sapi Perah di Pondok Ranggon bulan Juli 2009
Keadaan Sapi
Ekor
Kelompok I Ekor per peternak
%
Ekor
Kelompok II Ekor per peternak
%
Pedet jantan Pedet betina Dara Laktasi Kering kandang Jantan Muda Jantan dewasa Total
28 24 38 146 28 17 16 297
2,15 1,85 2,92 11,23 2,15 1,31 1,23 22,85
9 8 13 49 9 6 5 100
63 60 67 260 69 29 24 572
9,00 8,57 9,57 37,14 9,86 4,14 3,43 81,71
11 10 12 45 12 5 4 100
Pada kelompok I jumlah sapi laktasi sebesar 49%, kering kandang 9%, pejantan 11% dan replacement stock (dara dan pedet) 30%, sedangkan pada kelompok II jumlah sapi laktasi sebesar 45%, kering kandang 12%, pejantan 9% dan replacement stock (dara dan pedet) 33%. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa saat ini struktur populasinya kurang baik karena beban dari sapi laktasi terlalu tinggi untuk membiayai kering kandang, pejantan dan replacement stock baik pada kelompok I maupun pada kelompok II. Dalam usahaternak sapi perah pendapatan utama yang diperoleh berasal dari susu sehingga jumlah pendapatan yang diperoleh sangat tergantung dari jumlah sapi laktasi. Jumlah sapi laktasi sebesar 49% dan 45% dalam usahaternak sapi perah masih berada di bawah persentase ideal. Menurut Sudono dan Sutardi (1969), komposisi ideal usahaternak sapi perah yaitu 60-70% sapi laktasi. Hal ini dikarenakan jumlah 6070% sapi laktasi ini mampu menanggung beban untuk status ternak lain. Pakan Peternak
umumnya
menyadari
bahwa
pakan
yang
diberikan
mempengaruhi produksi susu, sehingga peternak berusaha memberikan pakan secara baik. Pakan yang diberikan pada sapi perah berupa hijauan yang mengandung serat kasar tinggi dan pakan penguat yang mengandung serat kasar rendah. Jenis pakan hijauan yang diberikan adalah rumput lapang, jerami padi, rumput gajah dan rumput raja. Rumput ini diperoleh dengan cara mencari disekitar dan di luar wilayah peternakan oleh para pekerja kandang. Jenis pakan yang diberikan pada ternak pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jenis Pakan yang Diberikan dan Jumlah Peternak yang Memberikan Pakan tersebut. Jenis Pakan Yang
Kelompok I
Kelompok II
Diberikan pada Ternak Hijauan (Rumput) Konsentrat Ampas Tahu Bungkus Tempe Singkong Kulit Kacang Ampas Kedelai
(jumlah peternak) 13 12 13 0 0 0 1
% 100 92,3 100 0 0 0 7,6
(jumlah peternak) 7 7 7 1 1 1 0
% 100 100 100 14,3 14,3 14,3 0
Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa sebagian besar peternak pada kelompok I memberikan pakan kepada ternak berupa hijauan (100%), konsentrat (92,3) dan ampas tahu (100%), namun ada beberapa peternak yang menambahkan ampas kedelai (7,6%) sedangkan pada kelompok II seluruh peternak (100%) memberikan hijauan, konsentrat dan ampas tahu, namun ada beberapa peternak yang menambahakan singkong, kulit kacang, dan bungkus tempe. Hal menarik pada kelompok I adalah terdapat peternak yang memberian ampas kedelai (7,6%) sebagai pakan ternak, hal ini dimungkinkan untuk mengurangi atau mengganti jumlah pemberian konsetrat. Pada kelompok II terdapat peternak yang menambahkan bungkus tempe, singkong dan kulit kacang. Penambahan pakan ini dimungkinkan untuk menambah nutrisi atau jumlah pakan agar meningkatkan jumlah produksi susu. Penggunaan ampas tahu bertujuan untuk mengurangi jumlah pemberian konsentrat karena alasan faktor ekonomi. Perlu diketahui bahwa harga konsentrat pada saat penelitian adalah Rp1.400,00 /kg, sedangkan ampas tahu Rp7.000,00 /karung. Oleh karena itu dengan penggunaan ampas tahu akan mengurangi biaya pengeluaran untuk pakan. Rata-rata peternak dalam memberikan pakan hijauan ataupun penguat tidak ditakar atau ditimbang. Jumlah pakan yang diberikan berdasarkan perkiraan. Seharusnya pemberian pakan ini menjadi hal yang sangat penting dan harus diperhatikan. Untuk mencegah timbulnya kerugian, pakan harus diperhitungkan dengan cermat sehingga penggunaan pakan dapat dilaksanakan secara efisien. Peternak seharusnya menakar pakan yang akan diberikan kepada ternak sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Penakaran ransum atau pakan harus memperhatikan hal berikut: Kadar serat kasar ransum sebaiknya tidak kurang dari 13% dan tidak lebih dari 70% dari bahan kering ransum; Perbandingan bahan kering pakan penguat dengan bahan kering pakan hijauan harus sama (1:1); Kadar lemak hendaknya tidak lebih dari 6% (Sudono 1969).
Perkawinan Perkawinan
merupakan
suatu
upaya
melanjutkan
keturunan
dan
menambah populasi ternak sapi sehingga meningkatkan produksi susu. Sebelum melakukan perkawinan perlu mengetahui tanda-tanda birahi agar ternak siap untuk dikawinkan. Tanda-tanda birahi yang umum terjadi pada sapi perah adalah 1) pada umumnya sapi perah yang birahi akan menaiki sapi betina yang lain, 2) sapi gelisah dan kesana kemari, 3) keluar cairan kental, jernih dan berkaca-kaca dari alat kelaminnya dan 4) kemaluannya berwarna merah, bengkak dan hangat. Komposisi perkawinan sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Komposisi Perkawinan Sapi Perah di Pondok Ranggon
Jenis Perkawinan IB Kawin Alami IB dan Kawin Alami Total
Kelompok I Jumlah % 9 69,2 1 7,7 3 23,1 13 100,0
Kelompok II Jumlah % 4 57,1 1 14,3 2 28,6 9 100,0
Berdasarkan Tabel 7, cara perkawinan ternak yang dilakukan peternak di Pondok Ranggon bervariasi ada yang melalui IB, kawin alami dan keduanya. Pada kelompok I, peternak yang melakukan IB sebesar 69,2% sedangkan pada kelompok II sebesar 57,1%. Jika diperhatikan jumlah peternak di Podok Ranggon yang mengawinkan ternaknya secara kawin alami (7,7% dan 14,3%) dan kombinasi antara kawin alami dan IB (23,1% dan 28,6%) menunjukan bahwa perkawinan ternak secara kawin alami masih sering dilakukan. Namun secara umum perkawinan ternak pada usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon melalui IB. Alasan peternak mengawinkan ternak secara alami adalah karena biaya IB yang relatif mahal yaitu Rp50.000,00 /dosis, sedangkan untuk kawin alami peternak cukup mengeluarkan biaya Rp20.000,00 /kawin. Alasan lain yaitu peluang kegagalan IB yang lebih besar dibandingkan dengan kawin alami. Kegagalan IB umumnya dikarenakan waktu pelaksanaan IB yang tidak tepat akibat lamanya selang waktu antara munculnya tanda-tanda berahi, pelaporan ke petugas dan waktu kedatangan petugas.
Pengaturan perkawinan dari sapi betina dewasa merupakan kunci terpenting dalam usaha pemeliharaan sapi perah. Dengan pengaturan perkawinan yang tepat, efisiensi dapat ditingkatkan sehingga keuntungan dapat diharapkan lebih tinggi. Untuk mendapatkan suatu persentase kebuntingan yang tinggi, maka mengawinkan sapi betina haruslah pada saat hewan tersebut tepat sedang berahi. Sebagai pedoman saat perkawinan yang tepat pada sapi perah adalah jika birahi diketahui terjadi pada pagi hari maka pada hari itu juga harus dilakukan perkawinan, sedangkan jika waktu berahi diketahui siang sesudah jam 12 maka siang atau sore itu juga atau besok sebelum jam 12 siang hewan harus dikawinkan (Sudono 1969). Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak sapi perah dapat dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Pada usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon sebagian besar adalah tenaga kerja luar keluarga. Secara umum tugas yang dikerjakan pekerja adalah membersihkan kandang, mengambil hijauan, memberi pakan, memandikan ternak, memerah susu dan member susu pada pedet, menimbang susu, mengemas susu dan memasarkannya ke rumah-rumah pelanggan. Setiap pekerja di usahaternak sapi perah Pondok Ranggon mendapat upah tiap bulan yang bervariasi. Upah ratarata ternaga kerja di Kelurahan Pondok Ranggon dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rataan Upah Tenaga Kerja Kelompok I II
Rataan Upah (Rp/bulan) 1.029.791 1.121.756
Tingkat upah yang layak merupakan insentif bagi pekerja untuk meningkatkan kinerjanya. Tabel 8 menunjukkan bahwa upah tenaga kerja luar keluarga pada saat ini rata-rata pada kelompok I sebesar Rp1.029.791,00 per bulan dan Kelompok II sebesar Rp1.121.756,00 per bulan. Upah tenaga kerja pada kelompok II sudah memenuhi standar Upah Minimum Regional (UMR) tahun 2009 yaitu sebesar Rp1.069.865,00 per bulan (Ari 2008), namun pada kelompok I belum memenuhi UMR. Tingkat upah yang
layak atau memenuhi standar upah minimum merupakan insentif bagi pekerja untuk meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu peternak perlu memperhatikan tingkat upah dari pekerjanya. Pemasaran Peternak di kelurahan Pondok Ranggon memasarkan susu yang dihasilkan ke pengecer, konsumen langsung dan KOPERDA (Koperasi Peternakan Jakarta). Harga susu yang dijual ke pengecer adalah Rp4.000,00 /liter, sedangkan ke konsumen langsung beragam tetapi rata-rata Rp8.000,00 /liter. KOPERDA membeli susu peternak dengan harga Rp3.500,00 /liter. Peternak di Pondok Ranggon lebih suka menjual susu ke pengecer dan konsumen langsung, karena harganya relatif tinggi. Peternak menjual susu ke KOPERDA hanya sebagai kewajiban anggota koperasi atau jika kelebihan produksi susu, jumlah rata-rata susu yang dijual peternak ke KOPERDA hanya 10 liter per hari. Produktifitas Sapi Perah Produksi susu yang dicatat hanya mencakup jumlah yang dijual. Susu yang diberikan pada pedet dan yang dikonsumsi peternak tidak dihitung karena tidak ada pencatatan untuk susu tersebut. Sehingga penghitungan produktifitas sapi perah hanya didasarkan pada data susu yang dijual. Jumlah produksi susu yang dapat dihitung di Kelurahan Pondok Ranggon dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Produksi Susu Sapi Perah di Kelurahan Pondok Ranggon
Kelompok
Jumlah peternak
I II
13 7
Liter/peternak/hari 93,85 352,29
Produksi Susu Jumlah rata-rata sapi laktasi/peternak 11,23 37,14
Liter/ekor/hari 8,36 9,48
Berdasarkan Tabel 9, produksi susu rata-rata pada kelompok I 93,85 liter/peternak/hari untuk rataan kepemilikan sapi laktasi 11,23 ekor/peternak dan kelompok II 352,29 liter/peternak/hari untuk kepemilikan sapi laktasi 37,14 ekor/peternak. Tabel 9 menunjukkan rataan produksi susu pada kelompok I sebesar 8,36 liter/ekor/hari lebih rendah dari Kelompok II yang sebesar 9,48
liter/ekor/hari. Jumlah produksi susu tersebut perlu dibandingkan dengan produksi susu di wilayah lain seperti pada Tabel 10. Tabel 10 Rataan Produksi Susu pada Peternakan Sapi Perah Rakyat di Beberapa Daerah di Indonesia. Daerah Cisarua, Bandung Pengalengan, Bandung Cisarua, Bogor Kebon Pedes, Bogor
Rataan Produksi Susu (liter/ekor/hari) 13,76 14,73 13,72 10,04
Sumber Premi 1992 Kuntara 1994 Effendi 2002 Haryati 2003
Berdasarkan Tabel 10, produksi susu yang dihasilkan usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon termasuk rendah jika dibandingkan dengan beberapa daerah di Indonesia. Menurut Sudono et al. (2003), peroduksi susu ratarata di Indonesia untuk sapi Peranakan Fries Holland (PFH) adalah 10 liter/ekor per hari. Hal tersebut berarti produksi susu di peternakan sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon masih rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor fisik berupa suhu lingkungan yang tinggi yang menyebakan produksi susu lebih rendah dari wilayah lain seperti Bogor dan Bandung. Susu rata-rata di wilayah Kelurahan Pondok Ranggon berkisar antara 20-350C (Rofik 2005). Suhu ideal untuk sapi perah agar berproduksi secara optimal di wilayah tropis adalah berkisar antara 18-270C (McDowell 1972). Manajemen Kesehatan Ternak Secara umum manajemen kesehatan ternak yang dilaksanakan pada peternakan sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon sudah cukup baik. Setiap enam bulan sekali di peternakan sapi perah Pondok Ranggon dilaksanakan program vaksinasi yang dilakukan oleh Dinas Peternakan setempat. Pemeriksaan kesehatan ternak umumnya hanya bersifat insidental. Hal ini berarti hanya jika terdapat sapi yang sakit, maka dilakukan pemeriksaan atau pengobatan terhadap ternak. Uraian lengkap manajemen kesehatan ternak dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Manajemen Kesehatan Ternak Kegiatan
Kelompok I Jumlah
Kelompok II %
Jumlah
%
Pemeriksaan Kesehatan Setahun dua kali Setahun Sekali Insidental Lainnya Jika terdapat sapi sakit Diobati sendiri Melapor ke Petugas Kesehatan Hewan Diobati sendiri dan melapor Kepetugas Kesehatan Hewan Karantina Ternak Baru Ya Tidak Karantina Ternak sakit Ya Tidak
1 0 12 0
7,7 0 92,3 0
1 0 4 2
14,3 0 57,1 28,6
3 5
23,1 38,5
0 3
0 42,9
5
38,5
4
57,1
1 12
7,7 92,3
2 5
28,6 71,4
5 8
38,5 61,5
5 2
28,6 71,4
Berdasarkan Tabel 11, peternak yang melaksanakan pemeriksaan kesehatan ternak secara insidental pada peternak kelompok I sebesar 92,3% sedang pada kelompok II sebesar 57,1%. Hal ini dikarenakan anggapan peternak bahwa biaya yang dikeluarkan oleh peternak akan semakin tinggi jika pemeriksaan kesehatan ternak dilakukan secara rutin. Pada umumnya jika terdapat sapi yang sakit, sebagian besar peternak akan langsung menghubungi petugas kesehatan hewan (38,5% pada kelompok I dan 42,9% pada kelompok II). Akan tetapi ada beberapa peternak pada kelompok I yang mengobati sendiri (23,1%) jika terdapat sapi yang sakit. Hal tersebut dikarenakan biaya yang relatif murah jika diobati sendiri dibanding dengan petugas kesehatan hewan. Tidak sedikit pula peternak yang mengobati sendiri ternaknya tetapi juga menggunakan jasa petugas kesehatan (38,5% pada kelompok I dan 57,1% pada kelompok II). Hal ini umumya dilakukan jika ternak tidak sembuh dengan pengobatan yang dilakukan peternak sendiri sehingga peternak mendatangkan petugas kesehatan hewan. Penyakit-penyakit yang pernah menyerang peternakan di bagi menjadi dua yaitu penyakit reproduksi dan penyakit non-reproduksi. Penyakit reproduksi yang sering menyerang ternak adalah mastitis dan keguguran sedangkan penyakit nonreproduksi adalah kembung dan diare yang terutama banyak terjadi pada pedet. Dalam mengobati dan mencegah ternak sakit, peternak mengeluarkan biaya kesehatan yang bervariasi. Rata-rata biaya kesehatan yang dikeluarkan untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Rataan Biaya Kesehatan per Tahun
Biaya Kesehatan Biaya Kesehatan Terendah (Rp) Biaya Kesehatan Tertinggi (Rp) Rata-rata Biaya Kesehatan (Rp)
Kelompok I 1.200.000 12.000.000 3.230.769
Kelompok II 3.600.000 90.000.000 21.474.857
Biaya Kesehatan yang dikeluarkan oleh peternak di Kelurahan Pondok Ranggon sangat bervariasi karena tidak semua peternak mengeluarkan biaya yang sama. Berdasarkan Tabel 12, biaya kesehatan pada kelompok I lebih kecil dari pada kelompok II selain karena jumlah ternak yang lebih kecil tetapi juga karena terdapat 23,1% peternak yang hanya melakukan pengobatan sendiri atau tradisional untuk ternaknya sehingga biayanya relatif lebih rendah. Berbeda pada kelompok II, tidak ada peternak yang hanya mengandalkan pengobatan sendiri atau tradisional tetapi melalui petugas kesehatan atau kombinasi dari keduanya sehingga biaya kesehatannya relatif lebih tinggi. Menurut Leksmono dan Holden (1994), penyakit ternak yang muncul pada usahaternak akan mempengaruhi input dan output usahaternak tersebut. Dalam arti lain biaya kesehatan akan muncul jika terdapat penyakit. Pada usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon pengobatan ternak dilakukan jika muncul atau terdapat ternak yang sakit sehingga biaya kesehatan yang dikeluarkan dapat menggambarkan seberapa banyak ternak yang terserang penyakit. Akan tetapi tidak berarti pada kelompok II jumlah ternak yang menderita penyakit lebih tinggi perbandingannya dengan kelompok I. Hal ini dapat dipahami karena semakin banyak ternak yang dimiliki maka akan semakin banyak juga jumlah ternak yang menderita penyakti tetapi tidak berarti perbandingannya lebih tinggi. Analisis Pendapatan Analisis pendapatan yang dilakukan adalah dengan menghitung selisih antara output dan input. Berdasarkan hasil perhitungan anggaran usahatani diperoleh formulasi antara input dan output sebagai berikut (Tabel 13). Tabel 13 Rataan Input, Output dan Keuntungan periode Juli 2008 – Juli 2009 Biaya
Kelompok I Rataan (Rp)
%
Kelompok II (Rp)
%
Input: Inventaris Ternak Awal Sewa Kandang Upah pegawai Pemeliharaan Kandang Pembelian Ternak Pakan Biaya Perkawinan Biaya dokter hewan dan obat-obatan Kebutuhan Penunjang Biaya Transportasi Biaya Pemasaran/pengolahan Nilai Total Input Output: Susu Kotoran Penjualan Ternak Inventaris Ternak Akhir Nilai Total Output
216.269.231 769.231 22.813.846 1.223.077 7.769.231 61.231.385 1.016.154 3.230.769 1.000.615 3.724.615 1.246.154 320.294.308
68% 0% 7% 0% 2% 19% 0% 1% 0% 1% 0% 100%
702.785.714 71.151.429 1.542.857 9.428.571 224.948.571 5.219.286 21.474.857 4.431.429 26.280.000 3.600.000 1.070.862.714
66% 0% 7% 0% 1% 21% 0% 2% 0% 2% 0% 100%
132.161.538 2.398.846 26.861.538 228.653.846 390.075.769
34% 1% 7% 59% 100%
475.907.143 8.580.000 66.785.714 781.928.571 1.333.201.429
36% 1% 5% 59% 100%
69.781.462 5.815.122
Keuntungan per tahun Keuntungan per bulan
262.338.714 21.861.560
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui jumlah nilai input dan output serta keuntungan dari usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon untuk masing-masing kelompok.
Dalam
menguatkan
pembahasan
maka
perlu
mengetahui nilai maksimun dan minimum input, output dan keuntungan dari masing-masing kelompok peternak (Tabel 14). Tabel 14 Nilai Maksimum dan Minimum Input, Output dan Keuntungan
Input (Rp) Output (Rp) Keuntungan (Rp)
Biaya Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Kelompok I 85.881.000 606.226.000 101.025.000 730.810.000 2.040.000 204.580.000
Kelompok II 509.205.000 1.874.345.000 604.225.000 2.561.345.000 60.180.000 687.000.000
Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui nilai minimum dan maksimum input, output dan keuntungan dari masing-masing kelompok memiliki selisih yang cukup besar. Setelah nilai-nilai tersebut dapat diketahui maka dilanjutkan dengan menganalisis berdasarkan faktor yang menentukan anggaran usahatani, yaitu input, output dan keuntungan. Input Usahaternak Input atau biaya produksi adalah besarnya pengeluaran atau nilai dari faktor produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu output tertentu (Boediono 1990). Input yang dikeluarkan dalam usahaternak sapi perah di
Kelurahan Pondok Ranggon meliputi biaya sewa, upah pegawai, biaya pemeliharaan kandang, pembelian kandang, pakan, biaya perkawinan ternak (IB atau pun kawin alami), biaya kesehatan (dokter hewan, obat-obatan dan vitamin), kebutuhan penunjang (listrik), biaya transportasi dan biaya pemasaran serta inventaris ternak awal. Berdasarkan Tabel 13, sebagian besar input berasal dari inventaris ternak awal dan pakan yaitu sebesar 68% dan 19% pada kelompok I dan 66% dan 21% pada kelompok II dari total input. Selain itu terdapat faktor lain berupa nilai upah pegawai (7%) dan biaya kesehatan (1% pada kelompok I dan 2% pada kelompok II), tetapi nilai tersebut relatif tidak mempengaruhi nilai input. Nilai inventaris awal dan pakan yang tinggi menunjukkan bahwa faktor kepemilikan jumlah ternak menjadi sangat penting dalam studi ini, hal ini berarti bahwa besaran jumlah ternak pada awal pengamatan sangat menentukan besarnya nilai total input. Dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14, bahwa dalam periode Juli 2008 – Juli 2009 peternak kelompok I rata-rata memerlukan input sebesar Rp320.294.308,00 /tahun,
sedangkan
Rp1.070.862.714,00
peternak /tahun.
Kelompok Input
II
terendah
memerlukan pada
input
kelompok
I
sebesar sebesar
Rp85.881.000,00 /tahun dan tertinggi sebesar Rp606.226.000,00 /tahun. Pada kelompok I sebagian besar input berasal dari inventaris ternak awal dan pakan yaitu sebesar 68% dan 19% dari total input. Pada kelompok II, input terendah sebesar Rp509.205.000,00 /tahun dan tertinggi sebesar Rp1.874.345.000,00 /tahun. Menurut Leksmono dan Holden (1994), nilai barang-barang modal dan bangunan yang meliputi kandang, milk can dan kendaraan termasuk dalam input. Akan tetapi pada studi ini nilai barang-barang modal dan bangunan diasumsikan tidak ada atau nol. Hal ini dikarenakan usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon merupakan usaha yang diwariskan turun-temurun dan sudah berlangsung cukup lama sehingga sulit dihitung besaran nilainya. Pada umumnya peternak sudah tidak ingat lagi berapa nilai barang-barang modal dan bangunan yang mereka keluarkan. Pada umumnya nilai-nilai barang-barang modal dan
bangunan yang meliputi kandang, milk can dan kendaraan tersebut cukup tinggi sehingga akan mempengaruhi nilai input secara signifikan tetapi dengan tidak dihitungnya nilai tersebut menyebabkan nilai ternak awal dan pakan menjadi faktor utama dalam input. Output Usahaternak Output yang diperoleh dalam usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon meliputi pejualan susu, inventaris ternak akhir, kotaran (manur) dan penjualan ternak yang meliputi ternak afkir, pedet jantan, pedet betina, jantan muda dan jantan dewasa. Menurut Soekarwi et al. (1986), output (penerimaan) usahatani adalah suatu nilai produk total dalam jangka waktu tertentu, baik itu dijual maupun untuk dikonsumsi sendiri. Foley et al. (1986) menyatakan bahwa output dari usaha sapi perah adalah penjualan susu, penjualan sapi yang tidak produktif (sapi afkir), penjualan pedet jantan dan penjualan kotoran ternak. Berdasarkan Tabel 13, nilai output pada kelompok I dipengaruhi oleh produksi susu (34%), penjualan kotoran (1%), penjualan ternak (7%) dan inventaris ternak akhir (59%), sedangkan pada kelompok II dipengaruhi oleh produksi susu (36%), penjualan kotoran (1%), penjualan ternak (5%) dan inventaris ternak akhir (59%). Jika diperhatikan terdapat kesamaan antara kelompok I dan II yaitu produksi susu dan inventaris ternak akhir cukup tinggi. Oleh karena itu kedua faktor inilah yang berpengaruh sangat besar pada nilai total output. Pada Tabel 13 dan 14 menunjukkan nilai output rata-rata yang diperoleh oleh usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon periode Juli 2008 – Juli 2009 pada kelompok I sebesar Rp390.075.769,00 /tahun dan kelompok II sebesar Rp1.333.201.428,00 /tahun. Sebagai gambaran lain output pada kelompok I terendah Rp101.025.000,00 /tahun dan tertinggi sebesar Rp730.810.000,00 /tahun dengan rata-rata output berasal dari susu dan inventaris ternak akhir, yaitu sebesar
34%
dan
59%.
Pada
kelompok
II, output
terendah
sebesar
Rp604.225.000,00 /tahun dan tertinggi sebesar Rp2.561.345.000,00 /tahun dengan rata-rata output berasal dari susu dan inventaris ternak akhir, yaitu sebesar 36%
dan 59%. Walaupun nilai output lebih besar berasal dari inventaris ternak akhir tetapi jumlah produksi susu juga menentukan nilai total karena struktur populasi pada awal dan akhir pengamatan tidak terlalu jauh berbeda. Sedangkan penjualan ternak tidak terlalu memberi pengaruh signifikan karena pada akhir pengamatan tidak banyak ternak yang diafkir ataupun dijual. Sehingga faktor jumlah produksi susu menjadi sangat menentukan. Jumlah produksi susu yang dihasilkan tergantung dari jumlah ternak laktasi. Hal ini berarti semakin besar persentase induk laktasi akan sangat menentukan jumlah output yang dihasilkan tetapi persentase tersebut tidak melebihi standar ideal komposisi sapi laktasi sebesar 6070% (Sudono dan Sutardi 1969).
Pendapatan atau Keuntungan Ekonomi Keuntungan atau pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dari hasil produksi dengan biaya yang dikeluarkan (Boediono 1990) dan menurut Leksmono dan Holden (1994), peternak hanya akan memperoleh keuntungan jika seluruh nilai output lebih besar dari nilai input. Berdasarkan Tabel 13, baik pada peternak kelompok I maupun kelompok II pada usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon memiliki selisih antara output dan input bernilai positif atau dikatakan nilai output lebih besar dari nilai input, berarti usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon mendapatkan keuntungan. Pada kelompok I peternak memperoleh keuntungan rata-rata sebesar Rp69.781.461,00 /tahun dan pada kelompok II peternak memperoleh keuntungan rata-rata sebesar Rp262.338.714,00 /tahun. Tabel 14 menunjukkan bahwa keuntungan terendah yang diperoleh pada kelompok I sebesar Rp2.040.000,00 /tahun dan pada kelompok II sebesar Rp60.180.000,00 /tahun. Keuntungan tertinggi yang diperoleh pada kelompok I sebesar Rp204.580.000,00 /tahun dan pada kelompok II sebesar Rp687.000.000,00 /tahun. Seperti dibahas sebelumnya bahwa produksi susu merupakan faktor paling menentukan jumlah total output, sehingga selisih antara output dan input usahaternak sapi perah sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi susu. Oleh karena
itu, kelompok ternak yang memiliki persentase atau jumlah sapi laktasi lebih tinggi akan memperoleh nilai keuntungan yang lebih tinggi. Analisis Kelayakan Pendapatan Untuk mengukur kelayakan usahatani, tidak cukup hanya dengan melihat pada nilai keuntungannya yang bernilai positif, tetapi nilai tersebut perlu dibandingkan dengan standar Upah Minimum Regional (UMR). Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta tahun 2009 sebesar Rp1.069.865,00 perbulan (Ari 2008). Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa pendapatan perbulan peternak yang berasal dari usahaternak sapi perah adalah lebih tinggi dari UMR, baik pada kelompok I yaitu sebesar Rp5.815.122,00 /bulan maupun pada kelompok II yaitu Rp21.861.559,00 /bulan. Nilai keuntungan rata-rata per bulan dari masing-masing peternak pada kelompok I dan II dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata Keuntungan Peternak per Bulan Kelompok I Peternak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keuntungan per Bulan (Rp) 1.262.000 170.000 10.179.167 5.445.000 3.800.750 5.952.667 2.320.000 3.395.000 5.250.000 4.613.333 5.778.333 17.048.333 10.382.000
Kelompok II Peternak 1 2 3 4 5 6 7
Keuntungan per Bulan (Rp) 7.918.333 20.275.500 5.015.000 16.970.833 25.883.750 19.717.500 57.250.000
Berdasarkan Tabel 15, dapat kita ketahui terdapat satu peternak yang memiliki keuntungan per bulan di bawah UMR, yaitu sebesar Rp170.000,00 /bulan, namun secara umum peternak di Kelurahan Pondok Ranggon memiliki keuntungan per bulan di atas UMR. Hal ini dikarenakan usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon memiliki pasar yang besar dan peternak rata-rata sudah memilik langganan pembeli susu sendiri. Selain itu jika kita dilihat dari jumlah skala usaha antara kelompok I dan II, maka dapat disimpulkan juga bahwa skala usaha akan berpengaruh terhadap pendapatan, yaitu semakin besar skala usaha maka semakin besar nilai pendapatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Secara umum karakteristik peternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon adalah beternak sapi perah sebagai usaha pokok, berusia 40 – 65 tahun dengan tingkat pendidikan SMA dan pengalaman beternak lebih dari 15 tahun. 2. Pada umumnya pemeriksaan kesehatan ternak yang dilaksanakan di usahaternak sapi perah Pondok Ranggon dilaksanakan secara insidental dan belum melakukan karantina terhadap ternak baru maupun ternak sakit serta jika terdapat ternak sakit beberapa peternak masih mengobatinya sendiri. 3. Rataan pendapatan per bulan yang diperoleh peternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon diatas UMR DKI Jakarta. 4. Usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon secara ekonomi masih menguntungkan dan memiliki prospek yang baik. Saran 1. Perlu adanya edukasi intensif kepada peternak untuk memperbaiki manajemen peternakan sapi perah dan manajemen kesehatan ternak. 2. Perlu adanya usaha peningkatan pendapatan peternak melalui berbagai alternatif seperti pengolahan susu dan efisiensi biaya produksi.
3. Perlu adanya kajian-kajian lain dalam aspek lingkungan dan tata ruang kota untuk mengetahui secara lengkap tingkat kelayakan usahaternak sapi perah di Kelurahan Pondok Ranggon, Jakarta Timur.
DAFTAR PUSTAKA Ari. 2008. Standar Gaji dan UMR DKI Jarkarta 2009. Kompas. Edisi Tanggal 1 November 2008. Atkinson. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga Biro Pusat Statistik. 1998. Buku Statistik Peternakan. Jakarta: BPS. Boediono. 1990. Ekonomi Mikro Seri Sinopsis Pengantar Ekonomi No. 1 Edisi Kedua Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: BPFE. Cirylla L, A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Bogor: IPB. Efendi ESH. 2002. Analisis Kontribusi Usaha Peternakan Sapi Perah terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan IPB. Foley RC, DC Bath, EN Dickinson and HA Tucker. 1973. Dairy Cattle Principles, Practices, Problems, Profit. Philadelphia: Lea and Febiger. Harian Umum Pelita. 2009. Kelurahan Pondok Rangon Penghasil Susu Sapi Pasteurisasi. Harian Umum Pelita. Edisi tanggal 17 Mei 2009. Gittinger, JP. 1989. Economic Analysis of Agricultural Projects. Second Edition. Baltimore: The John Hopkins University Press.
GKSIa. 1996. Strategi GKSI Dalam Meningkatkan Fungsi Koperasi: Peranan Menghadapi Pasar yang Kompetitif. Jakarta: GKSI. GKSIb. 1996. Profil Gabungan Koperasi Susu Indonesia. Jakarta: GKSI. Haryati AT. 2003. Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah dan Beberapa Aspek Lingkungan Sekitar Peternakan (Studi Kasus di Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan IPB. Kuntara I. 1994. Analisis Pendapatan dan Fungsi Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan IPB. Kusnadi U, Juarini E. 2007. Optimalisasi Pendapatan Usaha Pemeliharaan Sapi Perah dalam Upaya Peningkatan Produksi Susu Nasional. Wartazoa 17:2128. Leksmono CS, Holden SJ. 1994. Ekonomi Veteriner sebagai Alat Pengambilan Keputusan dalam Bidang Kesehatan Hewan. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. McDowell RE. 1976. Improvement of livestock Production in Warn Climates. San Francisco: Freeman and Company. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Lembaga Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Nuraini, Purwanta. 2006. Potensi Sumber Daya dan Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Sinjai. Agrisistem 2:8-17. Premi Y. 1992. Analisis Pendapatan dan Fungsi Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan IPB. Rofik A. 2005.Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon Jakarta Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan IPB. Saragih B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan: Kumpulan Pemikiran. Bogor: USESE Foundation dan Pusat Studi Pembagunan IPB. Soekarwi A, Soeharjo, JL Dillon, JB Hardaker. 1986. Ilmu-Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI-Press.
Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan. Bogor: IPB Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah secara Intensif. Depok: Agromedia Pustaka. Sudono A, Sutardi T. 1969. Pedoman Beternak Sapi Perah. Jakarta: Departemen Pertanian RI Tyas RB. 2008. Analisis Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat dalam Kaitannya dengan Kesejahteraan Peternak di Kabupaten dan Kota Bogor [tesis]. Bogor: MBIPB.
Peternak Kelompok I Rahmatullah Struktur Populasi Ternak Pedet jantan Pedet betina Dara Laktasi Kering kandang Jantan Muda Jantan dewasa Jumlah
Masrisalam
H. Moh. Zein
Mas'ud Salam
Makmun
0 1 0 4 0 0 0 5
0 1 0 4 2 1 0 8
0 1 2 6 4 0 0 13
1 0 1 8 1 3 0 14
4 1 1 11 1 2 1 21
13,470,000 100,000 46,080,000 440,000
13,200,000 300,000 51,876,000 400,000 1,800,000 600,000 19,620,000
Input Sewa Kandang Upah pegawai Pemeliharaan Kandang Pembelian Ternak Pakan Biaya Perkawinan
6,525,000
11,040,000
20,304,000 200,000
31,440,000 600,000
16,365,000 1,000,000 37,080,000 570,000
Biaya dokter hewan dan obat-obatan Kebutuhan Penunjang Biaya Transportasi
1,320,000 612,000 1,620,000
1,200,000 420,000 1,800,000
1,200,000 1,200,000 3,600,000
1,200,000 1,200,000 -
Biaya Pemasaran/pengolahan
1,800,000
-
9,000,000
-
Inventaris Ternak Awal Pedet jantan Pedet Betina Dara induk jantan muda jantan dewasa
53,500,000 1 3 2 -
129,000,000 2 4 6 -
138,000,000 4 2 10 -
171,000,000 3 1 13 -
Output
223,000,000 5 2 15 2 1
Susu Kotoran Afkir Pedet jantan Jantan Muda Jantan Dewasa Pedet betina Inventaris Ternak Akhir Pedet jantan Pedet Betina Dara induk jantan muda jantan dewasa
37,800,000 525,000 7,700,000 2 -
70,200,000 840,000 20,000,000 4 1 -
172,800,000 1,365,000 10,000,000 4 -
130,860,000 1,470,000 24,000,000 4 -
55,000,000 1 4 -
86,500,000 1 6 1 -
146,000,000 1 2 10 -
142,500,000 1 1 9 3 -
119,700,000 2,205,000 37,000,000 3 3 2 1 197,500,000 4 1 1 12 2 1
Nilai Total Input Nilai Total Output Keuntungan pertahun
85,881,000 101,025,000 15,144,000
175,500,000 177,540,000 2,040,000
208,015,000 330,165,000 122,150,000
233,490,000 298,830,000 65,340,000
310,796,000 356,405,000 45,609,000
Penjualan Ternak
Umur Pendidikan Pengalaman Beternak Mata Pencaharian
42 SLTA >15 tahun Pokok
53 SLTA >15 tahun Pokok
Komarudin Struktur Populasi Ternak Pedet jantan Pedet betina Dara Laktasi Kering kandang Jantan Muda Jantan dewasa Jumlah
67 SLTA >15 tahun Pokok
Marzuki
52 SLTA >15 tahun Pokok
Hj. Wahyinah
46 SLTA >15 tahun Pokok
Maulana
Falahin
2 0 1 11 6 0 2 22
6 3 2 8 4 2 0 25
2 7 4 8 3 0 2 26
2 0 4 10 0 4 0 20
2 3 3 14 0 0 6 28
Sewa Kandang
-
-
-
-
10,000,000
Upah pegawai
39,510,000
29,025,000
17,130,000
22,500,000
32,940,000
500,000
1,000,000
Input
Pemeliharaan Kandang
-
Pembelian Ternak
56,000,000
26,000,000
-
-
-
Pakan
45,468,000
63,360,000
46,440,000
48,240,000
100,440,000
Biaya Perkawinan
1,700,000
1,200,000
1,100,000
200,000
1,400,000
Biaya dokter hewan dan obat-obatan
6,000,000
3,600,000
2,400,000
1,200,000
12,000,000
Kebutuhan Penunjang
3,000,000
1,200,000
720,000
720,000
1,200,000
-
5,040,000
-
-
3,600,000
-
Biaya Transportasi Biaya Pemasaran/pengolahan
13,500,000
Inventaris Ternak Awal
246,000,000
171,000,000
196,500,000
170,000,000
262,500,000
Pedet jantan
-
2
-
-
-
Pedet Betina
1
2
4
4
3
Dara
-
2
-
-
-
induk
17
12
12
10
18
jantan muda jantan dewasa
2 2
-
1 3
4 1
6 -
163,800,000
107,100,000
64,800,000
104,400,000
167,400,000
2,310,000
2,625,000
2,730,000
2,100,000
2,940,000
10,000,000 2 -
10,000,000 2
21,500,000 1 1 1
25,000,000 1 1
24,000,000 4 -
Inventaris Ternak Akhir
306,500,000
204,000,000
217,000,000
183,000,000
281,500,000
Pedet jantan
2
6
2
2
2
Pedet Betina
-
3
7
-
3
Dara
1
2
4
4
3
induk
21
12
11
10
14
jantan muda
-
2
-
4
-
jantan dewasa
2
-
2
-
6
Nilai Total Input
411,178,000
295,885,000
265,290,000
251,500,000
420,480,000
Nilai Total Output
482,610,000
323,725,000
306,030,000
314,500,000
475,840,000
Keuntungan pertahun
71,432,000
27,840,000
40,740,000
63,000,000
55,360,000
Output Susu Kotoran
Penjualan Ternak Afkir Pedet jantan Jantan Muda Jantan Dewasa Pedet betina
Umur Pendidikan Pengalaman Beternak Mata Pencaharian
31 PT 9 - 15 Tahun Sambilan
Zaini Struktur Populasi Ternak Pedet jantan Pedet betina
-
46 SLTA >15 tahu Pokok
50 SD 9 - 15 tahun Pokok
Bahroji
3 2
Rohmani
2 1
30 SLTA 9 - 15 tahun Pokok
Jumlah
4 4
43 SLTA >15 tahun Pokok
Rataan
28 24
%
2.15 1.85
9% 8%
Dara Laktasi Kering kandang Jantan Muda Jantan dewasa Jumlah
8 12 3 2 2 32
8 25 0 2 3 41
4 25 4 1 0 42
38 146 28 17 16 297
15,360,000
29,505,000
50,010,000
10,000,000 97,200,000 1,500,000
1,000,000 79,920,000 1,500,000
Biaya dokter hewan dan obat-obatan Kebutuhan Penunjang Biaya Transportasi
2,400,000 720,000 3,240,000
3,600,000 840,000
Biaya Pemasaran/pengolahan
1,800,000
Inventaris Ternak Awal Pedet jantan Pedet Betina Dara induk jantan muda jantan dewasa
306,000,000 6 8 3 16 7 2
345,000,000 2 8 5 20 4 2
142,200,000 3,360,000 68,500,000 4 4 7 -
Inventaris Ternak Akhir Pedet jantan Pedet Betina Dara induk jantan muda jantan dewasa
Nilai Total Input Nilai Total Output Keuntungan pertahun
Input Sewa Kandang Upah pegawai Pemeliharaan Kandang Pembelian Ternak Pakan Biaya Perkawinan
Output Susu Kotoran Penjualan Ternak Afkir Pedet jantan Jantan Muda Jantan Dewasa Pedet betina
Umur Pendidikan Pengalaman Beternak Mata Pencaharian
13% 49% 9% 6% 5% 100%
10,000,000 296,580,000
2.92 11.23 2.15 1.31 1.23 22.85 769,231 22,813,846
2,000,000 19,000,000 128,160,000 2,400,000
15,900,000 101,000,000 796,008,000 13,210,000
1,223,077 7,769,231 61,231,385 1,016,154
0% 2% 19% 0%
4,080,000 576,000
42,000,000 13,008,000 48,420,000
3,230,769 1,000,615 3,724,615
1% 0% 1%
16,200,000
1,246,154 -
0% 0%
400,000,000 1 4 5 25 7 1
2,811,500,000 25 39 20 177 35 12
68%
197,640,000 4,305,000 35,000,000 1 2
239,400,000 4,410,000 56,500,000 1 7 1
1,718,100,000 31,185,000 349,200,000 24 11 23 5 1
216,269,231 1.92 3.00 1.54 13.62 2.69 0.92 132,161,538 2,398,846 26,861,538 1.85 0.85 1.77 0.38 0.08
293,500,000 3 2 8 15 2 2
429,000,000 2 1 8 25 2 3
430,500,000 4 4 4 29 1 -
461,365,000 665,945,000 204,580,000
606,226,000 730,810,000 124,584,000
228,653,846 2.15 1.85 2.92 13.69 1.31 1.23 320,294,308 390,075,769 69,781,462
59%
438,220,000 507,560,000 69,340,000
2,972,500,000 28 24 38 178 17 16 4,163,826,000 5,070,985,000 907,159,000
60
41 PT 9 - 15 tahun Sambilan
SLTP >15 tahun Pokok
47 SLTA >15 tahun Pokok
0% 7%
34% 1% 7%
Peternak Kelompok II H. Romli Struktur Populasi Ternak Pedet jantan Pedet betina Dara Laktasi Kering kandang Jantan Muda Jantan dewasa Jumlah
Abdan Syakur
H. Hamdani
H. Husein
H. Moh. Amin
4 4 6 12 12 7 45
5 3 11 20 4 2 7 52
5 8 12 23 4 3 2 57
3 6 11 26 4 6 1 57
1 40 20 61
37,125,000 6,000,000 108,720,000 1,500,000
53,460,000 159,840,000 2,210,000
38,385,000 600,000 208,080,000 2,200,000
77,985,000 500,000 163,800,000 2,250,000
54,405,000 100,000 174,600,000 975,000
Biaya dokter hewan dan obatobatan Kebutuhan Penunjang Biaya Transportasi Biaya Pemasaran/pengolahan
3,600,000 1,260,000 18,000,000 -
5,124,000 1,620,000 -
9,600,000 1,440,000 18,000,000 -
12,000,000 12,000,000 16,200,000 -
6,000,000 1,260,000 41,760,000 18,000,000
Inventaris Ternak Awal Pedet jantan Pedet Betina Dara induk jantan muda jantan dewasa
333,000,000 7 6 4 22 1 -
423,500,000 6 8 6 26 4 1
445,500,000 4 12 3 27 2 4
531,000,000 14 11 4 29 1 8
772,500,000 5 5 60 -
171,000,000 4,725,000 17,000,000 2
345,600,000 5,460,000 45,000,000 5
207,000,000 5,985,000 67,000,000 3
320,400,000 5,985,000 162,000,000 3
568,800,000 6,405,000 22,500,000 -
Input Sewa Kandang Upah pegawai Pemeliharaan Kandang Pembelian Ternak Pakan Biaya Perkawinan
Output Susu Kotoran Penjualan Ternak Afkir
Pedet jantan Jantan Muda Jantan Dewasa Pedet betina Inventaris Ternak Akhir Pedet jantan Pedet Betina Dara induk jantan muda jantan dewasa
1
10 -
1 4
8 8
5 5 -
411,500,000 4 4 6 24 7 -
493,000,000 5 3 11 24 2 7
504,000,000 5 8 12 27 3 2
531,000,000 3 6 11 30 6 1
782,500,000 1 60 -
Nilai Total Input Nilai Total Output Keuntungan pertahun
509,205,000 604,225,000 95,020,000
645,754,000 889,060,000 243,306,000
723,805,000 783,985,000 60,180,000
815,735,000 1,019,385,000 203,650,000
1,069,600,000 1,380,205,000 310,605,000
Umur Pendidikan Pengalaman Beternak Mata Pencaharian
-
64 SLTA >15 tahun Pokok
23 PT <8 tahun Pokok
H. Hasan Basri
Fauzi
67 SD >15 tahun Pokok
60 PT >15 tahun Sambilan
Jumlah
58 SLTA >15 tahun Pokok
Rataan
%
Struktur Populasi Ternak Pedet jantan 15
30
63
9.00
11%
19
20
60
8.57
10%
7 59
20 80
67 260
9.57 37.14
12% 45%
10
15
69
9.86
12%
5
6
29
4.14
5%
6
8
24
3.43
4%
121
179
572
81.71
100%
-
-
Pedet betina Dara Laktasi Kering kandang Jantan Muda Jantan dewasa Jumlah
Input Sewa Kandang
-
-
-
-
0%
Upah pegawai
145,905,000
90,795,000
498,060,000
71,151,429
7%
3,000,000
600,000
10,800,000
1,542,857
0%
66,000,000
-
66,000,000
9,428,571
1%
367,200,000
392,400,000
1,574,640,000
224,948,571
21%
18,150,000
9,250,000
36,535,000
5,219,286
0%
90,000,000
24,000,000
150,324,000
21,474,857
2%
9,840,000
3,600,000
31,020,000
4,431,429
0%
72,000,000
18,000,000
183,960,000
26,280,000 3,600,000
2% 0%
Pemeliharaan Kandang Pembelian Ternak Pakan Biaya Perkawinan Biaya dokter hewan dan obatobatan Kebutuhan Penunjang Biaya Transportasi Biaya Pemasaran/pengolahan
-
7,200,000
25,200,000
1,085,500,000
1,328,500,000
4,919,500,000
702,785,714
Pedet jantan
9
6
51
7.29
Pedet Betina
7
20
69
9.86
Dara
-
15
32
4.57
induk
79
85
328
46.86
jantan muda jantan dewasa
2 5
6 8
16 26
2.29 3.71
882,000,000
836,550,000
3,331,350,000
475,907,143
36%
12,705,000
18,795,000
60,060,000
8,580,000
1%
69,000,000
85,000,000
467,500,000
66,785,714
5%
Afkir
10
5
28
4
Pedet jantan
4
-
28
4.00
Jantan Muda
2
-
8
1.14
Jantan Dewasa
5
6
23
3.29
-
-
Inventaris Ternak Awal
66%
Output Susu Kotoran
Penjualan Ternak
Pedet betina 1,130,500,000
1,621,000,000
5,473,500,000
781,928,571
Pedet jantan
15
30
63
9.00
Pedet Betina
19
20
60
8.57
Dara
7
20
67
9.57
induk
69
95
329
47.00
jantan muda
5
6
29
4.14
jantan dewasa
6
8
24
3.43
-
-
-
-
Inventaris Ternak Akhir
Nilai Total Input
1,857,595,000
1,874,345,000
7,496,039,000
1,070,862,714
Nilai Total Output
2,094,205,000
2,561,345,000
9,332,410,000
1,333,201,429
Keuntungan pertahun
236,610,000
687,000,000
1,836,371,000
262,338,714
Umur Pendidikan Pengalaman Beternak Mata Pencaharian
35 SLTA 9 - 15 tahun Pokok
32 SLTP >15 tahun Pokok
59%
KUISIONER DATA INDIVIDU PETERNAK Tanggal pengambilan data:………………. A. Data Identitas Peternak: 1. Nama :…………………… …...... 2. Alamat:……………………… …….………………………… ………….. ……………………………… …..………………………… ………..…………………… …………..………………… ………………..................... 3. Umur : ……tahun 4. Pengalaman beternak:
5.
6.
a. Kurang dari 9 tahun b. 9 – 15 tahun c. Diatas 15 tahun Pendidikan terakhir: a. SD b. SLTP c. SLTA d. PT e. Lainnya Tujuan usaha ternak sapi perah sebagai: a. Usaha pokok b. Usaha sambilan
B. Data Struktur Populasi Ternak No Status Sapi Jumlah 1 Pedet jantan 2 Pedet betina 3 Dara 4 Laktasi 5 Kering kandang 6 Jantan Muda 7 Jantan dewasa
C. Manajemen Kesehatan 1. Apakah peternak melakukan Program Kesehatan?
a. Ya b. Tidak
2.
3.
4.
5.
Jika Tidak langsung ke no. 3 Jika ya, Seperti apakah program tersebut? a. Vaksinasi b. Pengobatan Rutin c. Lainnya…………… ……. Berapa kali dilakukan pemeriksaan kesehatan? a. Sebulan sekali b. Sebulan dua kali c. Lainnya…………… ……. Apa tindakan peternak jika ada sapi yang sakit? a. Diobati sendiri b. Melapor ke Petugas Kesehatan hewan Apakah dilakukan karantina terhadap sapi yang baru masuk peternakan? a. Ya b. Tidak, alasan: ……………….
D. Input dan Output INPUT 1. Investasi: Jenis Investasi
Pakan per hari: Jenis Pakan Sumber Konsentrat
Jumlah
Harga
Hijauan
3.
4.
Perkawinan dalam setahun Jenis Perkawinan Jumlah IB Kawin Alami Biaya Kesehatan per bulan
7.
8.
Sebutkan Penyakit Reproduksi yg pernah diderita oleh sapi indukan dalam peternakan: a. Mastitis b. Keguguran c. Lainnya……………. Sebutkan penyakit selain penyakit reproduksi yg pernah diderita oleh sapi dalam peternakan: a. Kembung b. Anoreksia (tidak mau makan) c. diare d. Lainnya…………… … Jika ada sapi yang menderita penyakit, apakah ada pemisahan antara sapi yang sakit dengan sapi yang sehat? a. Ya b. Tidak, alasan: ………………….
Tahun Pembuatan/pengadaan
Pengadaan Lahan Kandang Barang Habis Pakai (ember, tali, sapu, sabit,dll) Kendaraan
2.
6.
Biaya
Biaya
Jenis Pelayanan Kesehatan Dokter Hewan PKB Obat-obatan Vitamin
5.
6.
Upah Pekerja per bulan Jenis Pekerja Jumlah Keluarga Non-Keluarga
Pemeliharaan per tahun Jenis pemeliharaan Kandang Peralatan Pajak Bumi dan Bangunan
Jumlah
Upah per Bulan
Kebutuhan Penunjang per Bulan Jenis Sumber Biaya Air Listrik
8.
Transportasi Jenis kegunaan Penjualan susu Pengadaan Pakan
9.
Total
Biaya
7.
jumlah
Biaya
Biaya
Inventaris Ternak Awal, Bulan Agustus 2008 Status Ternak Jumlah Harga Beli awal Pedet jantan Pedet betina Dara Laktasi Kering kandang Jantan Muda Jantan dewasa
10. Pemasaran: Penjualan
Biaya pengemasan
Biaya Penjualan susu non transportasi
Susu Kotoran
1.
OUTPUT Produksi: Jenis produk Susu
Sasaran Konsumen Koperasi Loper/pengecer Lainnya
Jumlah per hari
Kotoran
2.
3.
Penjualan ternak Jenis penjualan Afkir Pedet jantan Jantan Muda Jantan Dewasa
Jumlah
harga
Inventaris Ternak Akhir, bulan Agustus 2009 Status Ternak Jumlah Harga jual Akhir Pedet jantan Pedet betina Dara Laktasi Kering kandang Jantan Muda Jantan dewasa
Harga