PENTINGNYA KEJUJURAN DEMI TEGAKNYA DUNIA DAN AGAMA
Oleh Syaikh Rabi Bin Hadi Al Madkhali
Sifat jujur merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak di atas kebohongan, khianat serta perbuatan curang. Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang kuat antara para rasul dan orang-orang yang beriman dengan mereka. Allah berfirman.
جَج ََد جصِ لَقوِءِءآيَِج َِّهم ل ا َِء ِجآ ِيذَّلاَو د لص َج ِّ َ َّقصلاِج َِق ِ َِجذََُّّلْا ُمج َ ليَِّلَوِج َِ َهج ِي ِ َِِّ َه لم ل ِ ذََّّنل َسدَمِْج َِءِ َآج َ ََّوِج "Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orangorang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik". [Az zumar:3334].
Karena (tingginya) kedudukan perbuatan jujur di sisi Allah, juga dalam pandangan Islam serta dalam pandangan orang-orang beradab dan juga karena akibatakibatnya yang baik, serta bahaya perbuatan bohong dan mendustakan kebenaran; saya ingin membawakan naskah ini. جSaya جambil جdari جAl جQur’an, جSunnah جRasulullahج Shallallahu 'alaihi wa sallam, sejarah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, sejarah dan kenyataan hidup orangorang jujur dari kalangan shahabat Rasulullah. Dan hanya kepada Allah, saya memohon agar menolong dan
memberikan taufiq kepada saya dalam menyampaikan nasihat dan penjelasan kepada kaum muslimin semampu saya. Dan saya memohon kepada Allah, agar Ia menjadikan kita orang-orang jujur yang bertekad memegang teguh kejujuran, serta menjadikan kita termasuk orang orang yang cinta kebenaran, mengikutinya serta mengimaninya. Karena keagungan nilai dan kedudukan perbuatan jujur di sisi Allah dan di sisi kaum muslimin, Allah menyifatkan diriNya dengan kejujuran (benar-pent). Allah berfirman. قصِاِج ْ للج لذََّّ لء َِ َكمِْج ََِْج ِي َِقكِقَِج ِادَمنَق ََِ ِلِذُ ِج ِ َمم ََةل جلِ اِقع ل َبتاذ ُج "Katakanlah:"Benarlah (apa yang difirmankan) Allah." Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik". [Ali Imran :95]
Ini adalah pujian dari Allah untuk diriNya dengan sifat agung ini. Allah jujur (benar-pent) dalam semua beritaNya, جsyari’ahNya, جdalam جkisah-kisahNya tentang para nabi dan umat-umat mereka. Allah berfirman.
قصِاج ِي َِ لْج ِاصَودَق َج ُ ََِْج َِ ل "Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah". [An Nisa:89].
ْ ِاَْق ج قصِاج ِي َِ لج يَ ج َْم ج َُِ ِي لَ جص َُ َ َِِّْج َ ِ ل "Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah". [An Nisa :122].
دققَْاَِج ِيََإلق َِبِ لهمَ َه لجم َِءِ لودِقُ لجم َِ ََّوِج ِ َِّ "Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar".[جAlجAn’am:146].ج
Demikianlah Allah menyifatkan diriNya dengan sifat agung ini. Dia jujur dalam ucapan, perbuatan, janji, ancaman dan jujur dalam pemberitaan tentang kehidupan para nabi dan para wali-waliNya serta Allah jujur dalam pemberitaan tentang musuh-musuhNya yang kafir. Allah juga menyifatkan para nabiNya dengan sifat jujur. Lalu Dia mendukung para nabi itu dengan mukjizat dan tanda-tanda agung sebagai bukti kejujuran (kebenaran) mereka, dan untuk menghancurkan kebohongan para musuh Allah. Diantara bentuk dukungan terbesar Allah kepada para nabi, ialah pemusnahan musuh-musuh Allah dengan topan, angin ribut, petir, gempa bumi, ada yang di tenggelamkan ke tanah dan air. Sementara para nabi dan pengikut mereka diselamatkan. Semua ini merupakan bukti dari Allah atas kejujuran para nabiNya, bahwa
mereka benar utusanNya dan (sebagai) penghinaan kepada musuh Allah dan musuh para rasul. Diantara para nabi yang disifati dengan sifat jujur dalam جAl جQur’an, جyaitu: جIbrahim, جIsmail جdan جIdris.[ ج1]ج Allah menyifatkan mereka dengan sifat jujur. Ini menunjukkan kokohnya sifat itu pada diri mereka. Dan bahwasanya perkataan, perbuatan, janji serta perjanjianperjanjian mereka, semuanya tegak di atas kejujuran. Semua جayat جdalam جAl جQur’an, جyang جdengannyaج Allah menantang manusia dan jin untuk membuat yang serupa dengannya -namun mereka tidak bisa- merupakan bukti terbesar atas kejujuran Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa dia benar-benar Rasulullah dan penutup para nabi. Dan persaksian Allah bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam penutup para nabi, juga merupakan bukti besar atas kejujurannya Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena tidak ada seorangpun yang mengaku menjadi nabi setelah beliau, kecuali pasti Allah Azza wa Jalla membuka kedoknya dan menyingkapkan aib serta kebohongannya. Bahkan tidak ada seorangpun yang berdusta atas nama beliau dengan membawakan sebuah perkataan yang disandarkan kepada nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, melainkan pasti Allah membuka kedoknya dengan penjelasan para pengikut risalahnya yang jujur, yaitu para ahli hadits dan yang lainnya.
Allah berfirman, dalam memujinya Shallallahu 'alaihi wa sallam dan kebenaran serta kejujuran yang beliau bawa.
ل َِء ِجآ ِِ للج قصلاِج َِ لقَّ ِن َِّج ِ ِلذََّّ ل ِ س َةمِْج ِي "Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan raul-rasul (sebelumnya)". [As Shaffat:37].
Kedudukan yang tinggi ini, Allah Azza wa Jalla berikan kepada hamba sekaligus rasulNya; Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Azza wa Jalla juga menerangkan sifat hamba-hambaNya yang beriman, yang jujur dalam keimanan, perbuatan, perjuangan dan perjanjianperjanjian mereka.
قصِْاذ ذَّلاَوِْج َ ليَِّ َلوِج ِ ذ لََُّّلْاَِج ُمج ِيَ ليَِّلَوِج "Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". [Al Baqarah:177].
اَ ِآذ َِداذ ذ لَّاَوِْج لذََّّنل ََداَِج ََإل َِّق ذ ََّ َه لجم َِو ِ لَ ِاج ِي َِقُِصيذ وِ لِع ِقِاذ َِّ لجم َّ لجم ِي َِسا ََّ َجه َِق ج ِ مل اَف ِيَإن َس َه لجم سبَ َج دققَْاَِج ُمج َ ليئِالَوِج ج ذَّ ل ِ َُ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar". [Al Hujurat:15].
Allah juga berfirman memuji Muhajirin yang faqir dan semua sahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. (Mereka) merupakan orang-orang jujur; Anshar ataupun Muhajirin.
َآج لج ج َُ َ َِِّْج اِ ل َ ِِ ِْقَ َِوِْج ََّ لةن َ قَ َُ لجم ََْ َ لُ ََِاذ ذَّلاَوِْج لذََّّ ِه َ ِيَ وِ لبُِهاَِج ِيَِ لَ ِاذ ََّ َه لجم َقو َدققَْاَِج ُمج َ ليَِّلَوِج ِي َِساَِّهج ُِج ِيوِددِيَِج ِي َََ ِلاذإق ذَّ ل "Bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya.Mereka itulah orang-orang yang benar". [Al Hasr: 8].
Dan sungguh semua sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mendapat pengakuan dan جpujian جdari جAllah جdalam جAl جQur’an. جMereka جjugaج dipuji oleh Rasulullah n dalam banyak hadits.
Diantara sifat mereka yang paling nampak dan jelas ialah kejujuran. Agama tidak akan bisa tegak, begitu juga dunia tidak akan baik, kecuali dengan sifat ini. Para shahabat yang jujur ini serta para pewaris mereka telah menyampaikan Kitab Allah dan Sunnah RasulNya kepada kita dengan penuh kejujuran serta amanah. Para ulama juga menukilkan buat kita sejarah kehidupan para sahabat Radhiyallahu anhum, perlombaan mereka dalam kebaikan dan kebaikan mereka (lainnya) yang mengungguli semua umat. Jadilah mereka umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Kita sudah faham pujian Allah kepada mereka secara umum dengan sifat-sifat terpuji. Diantaranya adalah kejujuran. Dan makalah saya ini, tidak akan cukup untuk menyebutkan semua hadits shahih tentang faktafakta kejujuran mereka. Namun saya akan menyebutkan kisah tiga orang shahabat sebagai contoh. Kisah mereka terkumpul dalam satu kejadian. Dan sahabat yang paling menonjol جdiantara جtiga جorang جtersebut جadalah جKa’ab Bin Malik Radhiyallahu 'anhu; seorang sahabat yang diselamatkan dari neraka, kemunafikan, murka Allah dan murka RasulNya berkat kejujurannya. Kisah sahabat ini sudah sangat terkenal. Haditsnya juga masyhur dan panjang. Karena keterbatasan tempat, saya akan memilih dan menyampaikan potongan-potongan hadits ini, yang menunjukkan kedudukan sahabat ini beserta temannya dalam peristiwa ini, supaya kaum muslimin bisa mengambil pelajaran dan contoh dari para sahabat yang jujur ini. Kisahnya sebagai berikut.
Pertama: Dari جAbdullah جbin جKa’ab, جbeliauج berkata:جSayaجmendengarجKa’abجBinجMalikجmenceritakanج kisahnya ketika tidak ikut serta dalam perang Tabuk. Ka’ab جberkata,”Sebenarnya جsaya جtidak جpernah جtertinggalج dari Rasulullah dalam satu peperanganpun, kecuali perang Tabuk. Hanya saja, saya pernah tidak ikut perang Badr, namun pada saat itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mencela siapapun yang tidak ikut. Karena Rasulullah keluar hanya untuk meghadang kafilah (kelompok dagang) Quraisy, lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala mempertemukan mereka dengan musuhnya tanpa terduga. Dan sungguh saya telah ikut menyaksikan Bai’atul‘ جAqabah جbersama جRasulullah جShallallahu' جalaihiج wa جsallam جketika جkami جberbai’at جuntuk جIslam, dan saya tidak suka malam ’Aqabahجituجdisamakan dengan perang Badr, walaupun perang ini lebih sering diingat oleh manusia. Dan pengalamanku ketika tidak ikut Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam perang Tabuk, bahwasanya saya belum pernah merasa lebih kuat dan lebih mampu dibandingkan keadaan saya sewaktu tidak ikut perang ini. Demi Allah, saya tidak pernah menyediakan dua kendaraan untuk berperang, kecuali menjelang perang Tabuk ini. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam akan berperang dalam musim yang sangat panas dan akan menempuh perjalanan yang sangat jauh, serta akan menghadapi musuh yang sangat besar. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan perintahnya kepada kaum muslimin agar mengadakan persiapan perang. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan kepada pengikutnya jalur
perjalanan mereka. Dan kaum muslimin yang ikut Rasulullah dalam perang ini banyak sekali, sehingga tidak mungkin جdiingat جoleh جseorang جpenghafalpun,” جKa’abج mengatakan,”Sebagianجorangجyangجinginجtidakجikutجdalamج perang ini menyangka tidak akan ketahuan, kecuali ada wahyu.”ج Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melaksanakan perang ini pada musim buah, sementara saya lebih cenderung kepada buah-buahan itu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersama kaum muslimin telah mengadakan persiapan dan saya ingin pulang untuk persiapan. Kemudian saya pulang, tetapi saya tidak melakukan apa-apa. جSaya جberkata جdalam جhati,“ جSayaج mampu جuntuk جmelakukan جitu, جjika جsaya جmau.” جKeadaanج seperti itu terus berlarut sampai Rasulullah dan kaum muslimin sudah siap untuk berangkat. Keesokan harinya, Rasulullah dan kaum muslimin berangkat. Sementara saya belum siap sama sekali. Kemudian saya pulang, tetapi saya tidak juga mempersiapkan diri. Keadaan itu berlarut terus sehingga berangkatlah semua pasukan. Saya ingin berangkat menyusul mereka, seandainya saya mau berbuat, namun akhirnya saya tidak mampu berbuat apaapa. Setelah Rasulullah berangkat perang, saya sangat sedih dan kalau keluar rumah, saya tidak mendapatkan seorang yang bisa saya jadikan panutan, kecuali orangorang munafik atau orang-orang lemah yang mendapatkanجkeringananجdariجAllah’. Dalam potongan kisah ini, terdapat isyarat kedudukanجBaia’tul‘جAqabahجdalamجdiriجKa’abجBinجMalikج
Radhiyallahu' جanhu. جKarena جbai’ah جini( جartinya) جbanyakج berfungsi sebagai pondasi yang sangat kokoh, yang mendasari hijrahnya para sahabat ke Madinah. Mendasari pertolongan dari kaum Anshar. Yang mendasari tegaknya Daulah Islamiyah. Juga mendasari jihad dan kekuatan Islam dan muslimin. Bertolakجdariجbai’ahجini,جpeperangan terus meletus, penghancuran orang yang murtad serta pengiriman bala tentara ke beberapa penjujur alam untuk membuka mata hati dengan cahaya Islam dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya Islam. Berdasarkan hal-hal ini, Ka’abجbinجMalikجmenyadari,جbetapaجbesarجmaknaجBai’atulج Aqabah ini, yang tidak bisa digantikan. Ka’ab جbin جMalik جmenceritakan جsebab جabsennyaج pada perang Tabuk dengan benar, dengan bahasa gamblang penuh kejujuran, keluar dari hati penuh iman. Berbeda dengan para munafiq pengecut; mereka mencaricari alasan dusta yang kemudian disingkap Allah dalam waktu singkat. Allah menyiksa dan menempatkan mereka di neraka. Perhatikan beberapa point berikut ini: 1. Dia(جKa’abجbinجMalik)جmenjelaskanجdenganجgamblang,ج ketidak ikutannya bukan karena kemiskinan atau karena fisik. Sebelum perang Tabuk, ia pernah ikut beberapa peperangan, padahal kondisinya tidak sebaik ketikaجperangجTabuk.جDiaجkatakan,“Bahwasanyaجsayaج belum pernah merasa lebih kuat dan lebih mampu dibandingkan keadaan saya sewaktu tidak ikut perang ini. Demi Allah, saya tidak pernah menyediakan dua
2.
3.
4.
5.
kendaraan untuk berperang, kecuali menjelang perang Tabukجini.” Dia juga menyebutkan beberapa sebab yang mempengaruhi tekadnya untuk jihad, yaitu kondisi yang sangat panas, jarak perjalanan yang jauh terbentang antara Madinah dan Tabuk, serta jumlah pasukan Romawi dan orang Arab yang bersekutu dengan Romawi. Ka’abجjugaجmenjelaskanجfaktorجyangجmungkinجpalingج penting dari faktor absennya, yaitu baiknya musim buah. Kemudian beliau menjelaskan sesuatu yang sangat mungkin disembunyikan, namun jiwanya yang jujurجmenolakجkebohonganجituجdanجmenjelaskan,‘sayaج cenderung kepada buah-buahanجitu’,جmaksudnyaجhawaج nafsunya lebih cenderung kepada buah-buahan. Ini merupakan tingkat kejujuran yang sangat jarang dicapai orang. Dia menyebutkan pertarungan jiwanya, antara keinginan menyusul Rasulullah dan para mujahidin dengan keinginan untuk duduk-duduk di bawah naungan rerimbunan dan buah yang baik. Akhirnya, ia menceritakan penyesalannya dan perasaan tersiksa yang menimpanya akibat tidak ikut perang. Karena ia tidak menemukan satu panutan pun dalam hal ini, kecuali orang-orang munafiq dan beberapa orang yang mendapatkan keringanan dari Allah. Ini merupakan bukti hatinya yang tanggap dan imannya yang jujur.
Kedua: جKemudian جKa’ab جbin جMalik جbercerita:ج Setelah ada berita, bahwa Rasulullah akan datang dari Tabuk, maka datanglah kesedihan saya dan hampir saja aku جberdusta. جLalu جsaya جberkata جdalam جhati,”Apa جyangج bisa menghindarkan saya dari murkanya Shallallahu 'alaihiجwaجsallamجbesok?”جSayaجsudahجmintaجtolongجkepadaج keluargaku yang cerdas untuk mencarikan alasan. Setelah ada yang mengatakan, Rasulullah hampir sampai, hilanglah niatku untuk berbohong dan saya yakin, bahwa saya tidak akan bisa selamat dari murka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam selama-lamanya. Maka saya bertekad untuk berkata sejujurnya. Pagi harinya Rasulullah datang. Seperti biasanya, jika baru pulang dari safar, beliau datang ke masjid dan shalat جdua جraka’at, جkemudian duduk untuk (keperluan) umatnya. Pada saat itu, orang-orang yang tidak ikut perang datang menyampaikan alasan dan mereka bersumpah. Jumlahnya sekitar 80. Rasulullah n menerima alasan جmereka, جmembai’at جmereka جdan جmemohonkanج ampun buat mereka, serta menyerahkan urusan batin mereka kepada Allah. Sewaktu saya menghadap beliau dan mengucap salam, beliau tersenyum sinis seraya berkata,”Kemarilah!” جSaya جmendekat جdan جduduk جdiج hadapannya. جBeliau جbersabda جkepada جsaya,”Apa جyangج menyebabkanmu tidak ikut? Bukankah engkau telah berbai’at?” جSaya جmenjawab,”Wahai جRasulullah, جdemiج Allah, seandainya saya duduk di hadapan penduduk dunia selain engkau, niscaya saya akan mengemukakan alasan
untuk menghindarkan diri dari kemurkaannya, karena saya bisa berdebat. Tetapi demi Allah, saya tahu, seandainya saya berdusta yang membuat tuan ridha dan menerima alasan saya, namun nanti Allah akan memurkai saya lewat tuan. Dan jika saya bercerita sejujurnya, niscaya tuan akan merasa iba pada diri saya. Sungguh saya hanya mengharapkan ampunan dari Allah. Demi Allah, sesungguhnya saya tidak mempunyai alasan. Demi Allah, saya tidak pernah merasa lebih kuat dan mudah (sebelumnya) dibandingkan ketika saya tidak ikut perang bersama جRasulullah.” جRasulullah جShallallahu' جalaihi جwaج sallam bersabda,”Orangجiniجsudahجberkataجjujur.جPergilahج (menunggu) sampai Allah memberikan keputusan tentangmu.”جSayapunجberdiriجdanجpergi. Dalam جpotongan جhadits جdi جatas, جKa’abج menyebutkan posisinya yang baru, ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para mujahidin pulang membawa kemuliaan, kemenangan dan pahala. Manfaat apakahجyangجdiperolehجKa’abجdariجketertinggalannyaجitu,ج meskipun penyebab tidak ikutnya adalah (karena) musim buah-buahan? Dan siapakah figur selain orang-orang munafiq dan kaum muslimin yang lemah?جHatiجKa’abجBinج Malik meradang karena rasa menyesal. Pada saat yang sama, syetan berbicara dan membisikkan kata-kata bohong. Akan tetapi, berkat karunia Allah dan pemeliharaanNya, (maka) niat bohong dan kebathilan telah lenyap dari hatinya, karena kelurusan iman dan keikhlasannya. Lalu Allah membimbingnya ke arah faktor keselamatan terbesar setelah iman, yaitu
kejujuran -terutama ketika (menghadapi) bahaya dan kejadian-kejadian yang menakutkan. Dan جperkataan جKa’ab جBin جMalik جRadhiyallahu 'anhu: Setelah ada yang mengatakan, Rasulullah hampir sampai, hilanglah niatku untuk berbohong dan saya yakin, bahwa saya tidak akan bisa selamat dari murka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam selama-lamanya. Maka saya bertekad untuk berkata sejujurnya. Pagi harinya Rasulullah datang. Seperti biasanya, jika baru pulang dari safar, beliau datang ke masjidجdanجshalatجduaجraka’at. Ka’ab جmenyebutkan جsatu جperubatan جsunnah جyangج hampir terlupakan, atau sudah terlupakan oleh banyak kaumجmuslimin,جyaituجshalatجduaجraka’atجdiجmasjid,جketikaج baru datang dari perjalanan jauh. Ka’ab جjuga جmenceritakan جsikap جorang-orang munafiq, mereka berdusta dan berpura-pura, lalu menguatkan dusta mereka itu dengan sumpah, sehingga tidak ada alasan bagi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kecuali menerima alasan dan menyerahkan urusan hati mereka kepada Allah Azza wa Jalla Yang Mengetahui perkara ghaib, Dia Maha Tahu pengkhianatan mata dan juga Tahu yang terbetik dalam hati. Sedangkan Ka’ab,جdenganجilmunya,جdiaجmengetahuiج bahwa dusta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak akan bisa menyelamatkannya dari murka Allah dan RasulNya, walaupun didukung dengan sumpah. Dia mengetahui itu semua berkat taufiq dari Allah. Lalu
dia menjelaskan penyebab ketidak ikutannya dengan benar.
Ketiga: جKa’ab جberkata: جGenap جsudah جlimapuluhج malam masa pengucilan saya. Pagi harinya saya melakukan shalat shubuh di tingkat atas rumahku. Ketika saya duduk dalam keadaan yang telah diceritakan Allah, dada saya terasa sempit, dunia terasa sempit padahal luas, tiba-tiba saya mendengar orang berteriak di atas ketinggian,”Wahai جKa’ab جBin جMalik, جbergembiralah!”ج Saya segera bersujud (bersyukur). Saya tahu, pasti telah datang masa bahagia. Ka’ab جberkata,“Setelah shalat subuh, Rasulullah memberitahukan جkepada جjama’ah, جbahwa جAllah جtelahج menerima taubat kami. Lalu para sahabat menyampaikan berita gembira itu kepada kami. Ada yang pergi kepada kedua temanku, ada yang bergegas ke saya dengan mengendarai kuda. Ada juga yang dari Aslam datang kepadaku, dia menaiki gunung (lalu berteriak), suaranya jauh lebih cepat dibandingkan kuda. Ketika orang yang saya dengar suaranya itu sampai kepadaku, baju yang saya kenakan saya lepas dan saya pakaikan padanya, sebagai balasan kabar gembira ini. Demi Allah, saya tidak punya pakaian yang lain saat itu. Saya meminjam dua potong pakaian, lalu berangkat menemui Rasulullah. Para sahabat berkelompokkelompok جmenemuiku, جseraya جberucap,”Selamat جatasج diterimanya جtaubatmu جoleh جAllah,” جsampai saya masuk
masjid. Disana Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat. Thalhah Bin Ubaidillah bangkit, menyalamiku dan mengucapkan selamat. Demi Allah, tidak ada seorang Muhajirin pun yang berdiri selain Thalhah. Abdullah جbin جKa’ab جberkata,”Ka’ab جBin Malik tidak pernahجmelupakanجsambutanجThalhah.” Ka’ab جBin جMalik جberkata: جKetika جsayaج mengucapkan salam kepada Rasulullah, dengan wajah ceria tanda bahagia, Rasul bersabda.
لِ َِ لِء لَِج َ َُّوِج ِيَِّصِعلوِج َ لداج َِةِملوِج َِ لجِ ِو لا َجو َِ ِرم َج “Aku sampaikan kabar gembira kepadamu dengan hari yang paling baik sejak kamu dilahirkan ibumu.”ج
Akupun جbertanya,”Apakah جini جdari جengkau,ج ataukah جdari جAllah?” جBeliau جmenjawab,”Bukan جdariku,ج tetapi جdari جAllah.” جDan جBeliau جShallallahu' جalaihi جwaج sallam jika bahagia, wajahnya Shallallahu 'alaihi wa sallam bersinar bagaikan belahan bulan. Ka’ab جbin جMalik جbercerita: جKami جtahu جtandaج kebahagian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam itu. Setelah duduk di hadapan beliau, saya mengatakan,”WahaiجRasulullah,جdiantaraجbentuk taubatku adalah melepaskan kekayaanku sebagai shadaqah kepada Allah جdan جRasulNya!” جBeliau جmenjawab,” (Jangan), tahanlahجsebagianجhartamu!جItuجlebihجbaikجbuatmu.”جKa’abج
bekata,”Saya جkatakan,’Saya جmenahan hartaku yang di Khaibar.’ج Ka’ab جmengakui جsecara jujur penyebab ketidak ikutannya dalam perang Tabuk. Begitu juga yang dilakukanجduaجsahabatnya:جMurarahجBinجRabi’جdanجHilalج Bin Umayyah. Lalu Rasulullah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk memutuskan komunikasi dengan mereka dan mengisolir mereka. Para sahabat melaksanakan perintah itu, meskipun diantara mereka termasuk keluarga dekat. Ini semua mereka lakukan dalam rangka mentaati Allah dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Pemutusan komunikasi terus berlanjut, sementara wahyu dari Allah belum juga turun. Ujian dan masa-masa sulit itu berlangsung selama limapuluh hari. Berita pemboikotan ini tersebar sampai ke telinga penguasa Nasrani Ghasan. Dia menyangka, ini merupakan جkesempatan جuntuk جmemalingkan جKa’ab جdanج mengajaknya bergabung bersama mereka, untuk memuliakan جKa’ab– جmenurut mereka. Namun keimanannya kepada Allah serta RasulNya, (dia) menolak tawaranجsyaitani جini.جDanجKa’abجjugaجmenyadari, جbahwa ini juga sebentuk ujian. SebagaimanaجdiceritakanجKa’ab,جbahwaجmasaجsulitج ini berakhir pada hari ke limapuluh dengan diterimanya taubat mereka oleh Allah. Sementara kondisi mereka – sebagaimana جcerita جKa’ab- sebagaimana Allah sebutkan dalamجAlجQur’an,جjiwaجterasaجsesakجdanجbumiجterasa sempit padahal luas.
Para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat bahagia dengan karunia yang Allah berikan kepada kawan-kawan mereka, yaitu berupa penerimaan taubat, diridhai Allah dan RasulNya. (Mendengar ini), para sahabat berlomba-lomba memberikan ucapan selamat. Ada diantara mereka yang pergi dengan jalan kaki, sehingga ia terlambat, lalu naik ke gundukan barang dan berteriak sehingga suaranya mendahului sahabat yang pergiجkeجKa’abجdenganجmenunggangجkuda.(جKetika)جKa’abج pergi menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, di tengah perjalanan para sahabat memberikan ucapan selamat kepadanya. Kemudian dia menjumpai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Wajah beliau bersinar جpenuh جbahagia. جBeliau جbersabda,”Akuج menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan hari yang جpaling جbaik جsejak جkamu جdilahirkan جibumu.”ج Bagaimana tidak?! Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyelamatkannya dari kebinasaan, berkat kejujurannya. Sungguh, ini merupakan hari yang lebih baik dari hari bai’atnyaجketikaجmasuk Islam, yang merupakan peristiwa yang lebih dicintainya daripada ikut perang Badr. Karena sangat bahagia dengan taubat dan nikmat dari Allah ini kepadanya, جia جmengatakan,“ جWahai جRasulullah, جdiantaraج bentuk taubatku adalah kulepaskan kekayaanku sebagai shadaqah جkepada جAllah جdan جRasulNya.” جHarta جini جyangج menyebabkannya tidak ikut dalam jihad. (Demikian) ini merupakan bukti lain dari kejujuran taubat dan kesungguh-sungguhannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Tahanlah جsebagian جhartamu” جLalu, apa yang diperbuatجKa’ab?جDiaجmelepaskanجsemuaجhartanyaجyangجdiج Madinah dan menyisakan yang di Khaibar, yang mungkin tidak menjadi penyebab absennya dalam jihad.
Keempat: جKemudian جKa’ab جmemberitahukanج faktor جutama جkeselamatannya جyaitu,”Wahai جRasulullah, sesungguhnya saya diselamatkan Allah berkat kejujuran, dan sungguh diantara bentuk taubatku adalah tidak akan berbicara pada sisa umurku, kecuali berbicara dengan jujur.” Lalu ia melanjutkan ceritanya: Demi Allah, sejak saya bercerita jujur kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sampai sekarang ini, saya tidak pernah mengetahui seorang muslimin pun yang diuji Allah dengan ujian yang lebih baik daripada ujian Allah kepadaku. Demi Allah, sejak saat itu, saya tidak pernah sengaja berbuat dusta sampai sekarang ini. Dan sungguh saya berharap, agar Allah menjaga saya pada usia yang masih tersisa. Kemudian Allah berfirman (yang artinya): Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) kepada mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi meraka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepadaNya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam
taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. [At Taubah:118-119]. Ka’ab جberkata: جDemi جAllah, جAllah جtidak memberikan nikmat yang lebih agung kepada saya setelah Islam, selain nikmat kejujuran saya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga saya tidak berbuat dusta yang menyebabkan saya celaka sebagai para pendusta itu. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman kepada para pendusta dengan firman yang sangat jelek. Allah berfirman (artinya): Kelak mereka bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada meraka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah kepada mereka; karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka Jahannam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha terhadap mereka, maka sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu. [At Taubah:95-96] Demikian ini balasan bagi para pendusta, meskipun dusta mereka itu hanya sekedar mencari muka dan alasan. Akan tetapi istighfar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sama sekali tidak berguna untuk mereka, baik ketika mereka masih hidup ataupun ketika mereka sudah meninggal. Allah berfirman.
س لب َتمِْج َِّه لجم ع ِ لسُِ له َن لجِ َََ َِّه لجم َِ ليئِع ِ لسُِ له َن لجِ َِّه لجم ذ لسُِ له َن لِج ِ ََِ ََّوِج َِّه لجم ُج له َن ِجِِجو اِةِْ َِ لِ جر ل ِ اَ ِكنِِيذ َِوإله لجم لذَّنِق َس َْمِْج ذَِّْ لا ِجو ئِوِ لهصَو ِيُج ِي َِسا ََّ َجه َِق ج "Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun kepada mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuhpuluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik". [At Taubah:80].
Dalam kisah ini terdapat pelajaran bagi orangorang yang tidak membersihkan jiwa mereka dengan tauhid, iman, berlaku jujur dan amal shalih. Dan terkadang ada diantara para pendusta ini berkeyakinan, bahwa perbuatan bohong dan perbuatan menipu yang mengakibatkan Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam memaafkan mereka dan memohonkan ampun buat mereka, ini semua akan menyelamatkan mereka dari adzab Allah dan penghinaan Allah di dunia dan akhirat. (Bahkan sebaliknya, pent.) Allah hancurkan angan-angan mereka itu dan Allah menyiksa mereka di dunia dan akhirat. Dan istighfar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mereka, sama sekali tidak bermanfaat. Kenyataan ini dijelaskan Allah dalam surat At Taubah dan lain-lainya. Kemudian dipertegas dengan sabda Rasulullah kepada kaum Quraisy dan anggota keluarga beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam,”Belilahج
(bebaskanlah) diri kalian dari (adzab) Allah, saya tidak akan bisa memberikan manfaat sedikitpun buat kalian dari sisiجAllah.”ج Maka waspadalah orang-orang yang dusta – kapanpun dan di manapun- dalam iman, keyakinan, perkataan dan persaksian-persaksian mereka! Kedustaan ini telah menyeret kepada kebinasaan, (sebagaimana) yang menimpa para pendusta terdahulu. Disini juga terdapat kabar gembira bagi orangorang yang jujur dalam iman, Islam, perbuatan, ucapan dan persaksian mereka, dengan terhindar dari kebinasaan; sebagaimana جKa’abجdan جkeduaجsahabatnyaجRadhiyallahuج 'anhum. Mereka selamat berkat kejujuran, pada saat kondisi menuntut orang yang lemah iman dan berjiwa lemah untuk berbuat dusta. Allah berfirman.
دق َقَْمِْج وِدنِنج وِ لاوج ُِاِذ ُج ِْق ِاج ذلر ِ لإ ِهقَج عِنل َُ ِهق ََ لج قصلْه لجم ذَّ ل َ ْ عِرل َِو َِدلقانج َِّه لجم ف َِ ِِصَذ َام ِهء ُِق ََّصَوِْج َ ِج َ َلذَّ ِت َظممج لذَّنِ لاْج َِ ََّوِج َِ لدهج ِي ََِاذ َِ لده لجم ُج ل "Allah berfirman:"Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun ridha terhadapnya. Itulah keberuntungan yang paling besar". [Al Maidah:119].
BUAH KEJUJURAN: KEBERUNTUNGAN Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari-Muslim, dari Thalhah bin Ubaidillah, ia mengatakan: Ada seorang lelaki dari Najd datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan rambut acak-acakan. Kami mendengar gema suaranya, tetapi kami tidak faham, sampai ia mendekat kepada Rasulullah. Ternyata ia bertanya tentang Islam, maka Rasulullah bersabda,”(Islam جitu) جshalat جlima جkali جsehari-semalam.”ج Orang جitu جbertanya,”Apakah جada جkewajiban( جshalat)ج lainnya جatas جsaya?” جRasulullah جmenjawab,”Tidak جada,ج kecuali جengkau جmau جmelaksanakan جyang جsunnah.”ج Rasulullah جShallallahu' جalaihi جwa جsallam جbersabda,”Danج puasaجRamadhan.”جDiaجbertanya,”Apakahجadaجkewajibanج (puasa)جlainnyaجatasجsaya?”جRasulullahجmenjawab,”Tidakج ada,جkecualiجengkauجmauجmelaksanakanجyangجsunnah.”ج Thalhah mengatakan: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan zakat, orang itu bertanya,”Apakah جada جkewajiban( جzakat) جlainnya جatasج saya?”جRasulullahجmenjawab,”Tidakجada,جkecualiجengkau mauجmelaksanakanجyangجsunnah.” Thalhah mengatakan: Kemudian orang itu pulang sambilجberkata,”DemiجAllah,جsayaجtidakجakanجmenambahج dan جjuga جtidak جakan جmenguranginya.” جRasulullahج bersabda.
َ َِ لا ِة ِفج قصِاِج ََ لج ِ "Dia beruntung, jika ia jujur"
Dalam kitab Shahih Muslim terdapat hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Sesungguhnya kami dilarang bertanya kepada Rasulullah tentang sesuatu. Dan kami sangat heran pada kedatangan seorang laki-laki badui menghadap Rasulullah, seraya bertanya,”Wahai جRasulullah, جseorang جutusanmu جtelahج mendatangi kami dan mengatakan, bahwa engkau mengakuجdiutusجAllah.”جRasulullahجbersabda,”Diaجbenar.”ج Orangجituجbertanya,”Siapakahجyangجmenciptakanجlangit?”ج Rasulullah جn جmenjawab,”Allah.” جOrang جitu جbertanyaج (lagi),”Siapakah جyang جmenciptakan جbumi?” جRasulullahج Shallallahu 'alaihi جwa جsallam جmenjawab,”Allah.” جOrangج ituجbertanya(جlagi),“Siapakahجyangجmenancapجgunungجdanج menciptakan جsemua جyang جada جdi جsana?” جRasulullahج Shallallahu' جalaihi جwa جsallam جmenjawab,”Allah.” Lelaki tadi جmengatakan,”Demi جDzat جyang جmenciptakan جlangit,ج bumi dan yang menancapkan gunung, apakah Allah (yang benar-benar) جmengutusmu?” جRasul جmenjawab,”Ya.”ج Lelakiجituجberkata,”Utusanmuجjugaجmengaku,جbahwaجwajibج atas kami untuk shalat lima kali sehari-semalam.”ج Rasulullah جmenjawab,”Dia جbenar.” جOrang جitu جbertanyaج lagi,”Demi Dzat Yang mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkanmu جmelakukan جini?” جBeliau جShallallahuج 'alaihi جwa جsallam جmenjawab,”Ya.” جLelaki جituج berkata,”Utusanmuجjugaجmengaku,جbahwaجwajibجatasجkamiج
zakatجdariجhartaجkami.”جRasulullahجmenjawab,”Diaجbenar.”ج Orang ituجbertanyaجlagi,”DemiجDzat جYangجmengutusmu,ج apakah جAllah جyang جmemerintahkanmu جmelakukan جini?”ج Beliau جShallallahu' جalaihi جwa جsallam جmenjawab,”Ya.”ج Lelakiجituجberkata,”Utusanmuجjugaجmengaku,جbahwaجwajibج atasجkamiجuntukجpuasaجbulanجRamadhanجdalamجsetahun.”ج Rasulullah جmenjawab,”Dia جbenar.” جOrang جitu جbertanyaج lagi,”DemiجDzat جYang جmengutusmu,جapakahجAllah جyangج memerintahkanmu جmelakukan جini?” جBeliau جnج menjawab,”Ya.” جLelaki جitu جberkata,”Utusanmu جjugaج mengaku, bahwa wajib atas kami untuk haji bagi siapa saja yang mampu.” جRasulullah جmenjawab,”Dia جbenar.”ج Orangجituجbertanyaجlagi,”DemiجDzat جYangجmengutusmu,ج apakah جAllah جyang جmemerintahkanmu جmelakukan جini?”ج BeliauجShallallahu'جalaihiجwaجsallamجmenjawab,”Ya.” Anas Radhiyallahu 'anhu berkata: Kemudian orang itu pergi dan berkata,”Demi جDzat جyang جtelahج mengutusmu dengan kebenaran, saya tidak akan menambah جdan جtidak جmenguranginya.” جRasulullahج Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
قصِاِج َِّ َل لْج لذَّ ِردل جلِ َِّ ِمصلُةِ لج ِ ْ “Jika ia jujur, pasti dia akan masuk syurga”
Kedua penanya dalam hadits di atas adalah orang cerdas. Keduanya telah diberi Allah kecerdasan, kecerdikan dan pertanyaan yang baik, terutama penanya
yang kedua. Ada yang mengatakan, ia adalah Dhamam Bin جTsa’labah جAl جHudzali. جOrang جpertama جbertanyaج tentang syariat Islam. Maka Rasulullah menjawab dengan hal-hal yang diwajibkan atas seorang hamba, berupa rukun agama ini setelah syahadatain. Karena sang penanya zhahirnya seorang muslim, maka Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan, bahwa Islam itu adalah kewajiban-kewajiban (yang telah disebutkan) ini. Sang penanya pertama ini, juga mengakui hal serta konsisten melaksanakannya. Karenanya, ia ingin tahu, adakah kewajiban lain disamping rukun-rukun yang telah disebutkan ini? Dan Rasul menjawab, tidak ada, kecuali perbuatan sunnah. Ketika Rasulullah telah membedakan antara yang wajib dengan yang sunnah, sang penanya tadi bersumpah, bahwa ia tidak akan menambah dan juga tidak akan mengurangi. (Mendengar sumpah ini), Rasulullah menjawab untuk memberikan kabar gembira berupa pahala yangbesar bagi si penanya dan umat Islam yang melaksanakan kewajiban-kewajiban ini dengan benar, dia beruntung, jika ia jujur. Maksudnya, perbuatannya sejalan dengan perkataannya. Inilah sebuah kejujuran. Jadi keberuntungan terwujud dari kejujurannya dalam berbuat dan berkata. Dan penanya pertama ini sudah diberi kejujuran oleh Allah. Sedangkan penanya kedua, pertanyaannya lebih dalam dan luas dibandingkan dengan pertanyaan orang
pertama. Penyusun kitab At Tahrir, yaitu Muhammad Bin Ismail Al جAsfahani جmengatakan,“Ini جmenunjukkanج baiknya pertanyaan orang ini, keindahan kalimat dan urutannya. Dia pertama kali menanyakan tentang kejujuran utusan yang ditugaskan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengajak mereka masuk Islam; “Apakah ia جjujur, جbahwa جengkau جutusan جAllah?” جRasulج Shallallahu' جalaihi جwa جsallam جmenjawab,”Dia جbenar.”ج Kemudian orang itu bertanya tentang pencipta langit dan bumi dan siapakah yang menancapkan gunung-gunung, karena orang ini seperti halnya orang Arab lainnya yang beriman kepada tauhid rububiyah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab setiap pertanyaan dengan kalimat Allah.
Kemudian, orang itu memastikan kebenaran syari’at-syari’at جIslam جyang جdisampaikan جoleh جutusanج Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti: shalat, zakat dan puasa. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, dia benar. Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sudah selesai menjawab pertanyaan-pertanyaannya, orang itu جberkata,”Demi جDzat جyang جtelah جmengutusmu جdenganج kebenaran, saya tidak akan menambah dan tidak menguranginya.”جRasulullahجShallallahu'جalaihiجwaجsallamج bersabda,”Jikaجiaجjujur,جpastiجdiaجakanجmasukجsyurga.”ج
Alangkah besarnya buah kejujuran ini ; jujur dalam i’tiqad,جjujurجdalam berbicara dan dalam beramal.
Ini adalah sebagian manfaat kejujuran. Kejujuran akan membimbing si pelaku kepada bir (perbuatan taat) di dunia yang merupakan induk perbuatan baik, dan juga akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah Azza wa Jalla. Jadi orang-orang yang jujur akan kekal di surga. Mereka mendapatkan kesenangan yang sangat diidamkan, yang melebihi kedudukan ini, yaitu keridhaan Allah. Perbuatan jujur membimbing si pelaku kepada perbuatan bir, kemudian ke syurga. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
دصلاِج ََ لَج لذَّ ِردل َجل َََِّإ وِ لهصَو لذَّ َب لجِ ِي ََ لج ِّ َ ََّ لذَّ َب َ ِّجِ َََِّإ وِ لهصَو ذ "Sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing ke perbuatan bir, dan perbuatan bir akan membimbing masuk surga".
Di antara manfaat kejujuran, ialah mendapatkan ridha Allah, kemudian akan dimasukkan ke dalam surga. Allah berfirman, yang artinya: " Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya; Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun ridha terhadapnya. Itulah keberuntungan yang paling besar". [Al Maidah:119]. Berbahagialah orang-orang yang jujur. Semoga Allah dengan karunia dan rahmatNya, menjadikan kita termasuk orang-orang yang jujur. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Dermawan dan Maha Pemurah.
س ةم ي قن به ي ََّ ه َ ةإ ي َنَّص إ ب م دق َ ةإ ُ ي ق ةإ
(Diterjemahkan dari Majalah Al Ashalah dengan sedikit perubahan, Edisi 28/Tahun ke 5, 15 Jumadil Akhirah 1420 H, Halaman 51-62) [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun VII/1423H/2002M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296] ________ Footnote [1]. Lihat firman Allah dalam QS Maryam ayat 41, 54 dan 57