PENTINGNYA ILMU AGAMA
Disusun Oleh : Faisal Fuadi NIM : 11.11.4845 Kelompok – C Program Studi : SI - TI Tahajudin Sudibyo, Drs.
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ring Road Utara Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp. (0274) 884201-204, fax (0274) 884 208
ABSTRAK Al-Qur’an mengarahkan potensi akal manusia untuk menghasilkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan pengetahuan-pengetahuan yang berfaedah bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya. Ilmu agamalah yang bakalan bawa hidup kita ke jalan yang lurus dan jalan yang benar. Hidup kita akan baik dunia akhirat.
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an meletakan akal sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, tidak seperti yang dilakukan oleh kalangan Barat yang menempatkan akal sebagai Tuhan dan segala-galanya bagi kehidupan mereka. Allah menciptakan akal dalam keadaan terbatas sehingga ia memerlukan perangkat lain untuk dapat memahami fenomena alam yang tidak mampu di jangkaunya. Materi yang akan saya ambil mengkaji tentang keberadaan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup bagi umat Islam tidak berarti menafikan peran akal sebagai sarana olah pikir dan pertimbangan bagi umat manusia dalam menjalani hidup kesehariannya. Malah lebih jauh dari itu, Al-Qur’an justru memberikan bimbingan kepada akal manusia untuk senantiasa istiqamah berjalan dalam hukum dan ketentuan yang telah di tetapkan Allah bagi seluruh makhluknya Al-Qur’an mengajak akal manusia untuk ber-tafakur (memikirkan) dan bertadzakkur (mengingat) akan ciptaan Allah. Dengan adanya akal dan ilmu yang dimilikinya, manusia dapat dibedakan atas golongan yang berilmu dan golongan yang bodoh. Allah menjadikan ilmu sebagai barometer bagi manusia untuk mencapai derajat yang lebih tinggi.
B. Rumusan Masalah Bagaimana itu Ilmu yang Memudharatkan dan Tidak Bermanfaat? Apa yang dimaksud Ilmu yang Disembunyikan Pemiliknya? Apa yang dimaksud Ilmu yang Tidak Diamalkan Pemiliknya.? Kenapa Ilmu Keduniaan itu melalaikan Akhirat?
C. Pendekatan Historis Disebutkan dalam Al-Quran tidak dalam kitab agama lainnya bahwa Allah memberikan keutamaan kepada Adam, bapak manusia juga menjadikannya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan meninggikannya di atas malaikat yang mengisi seluruh waktunya dengan ibadah ke pada Allah. Yaitu dengan ilmu yang diberikan Allah SWT kepadanya dan mengungguli ilmu malaikat pada ujian yang dilakukan Allah antara mereka dan manusia. Ibnul Qayyim menjelaskan bentuk kedua puluh sembilan, ketika Allah SWT memberitahukan malaikat bahwa dia akan menjadikan khalifah di muka bumi, malaikat berkata, Mengapa Engkau hendak menjadikan Khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau. Tuhan berfirman,sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan dia mengajarkan kapada adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman. Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. Mereka menjawab, Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana (al-Baqarah; 30-32) hingga akhir kisah Adam. Dan, Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud kepada Adam, namun Iblis menolak sehingga Allah melaknat mereka dan mengusir mereka dari langit. Selanjutnya Ibnul Qayyim berkata, Tentang keutamaan ilmu dalam kisah ini, ada beberapa bentuk.
Pertama, Allah membalas pertanyaan malaikat ketika mereka menanyakan Allah SWT, kenapa Engkau menjadikan khlifah dibumi, sementara malaikat lebih taat di bandingkan mereka, Allah menjawab, Aku lebih tahu atas apa yang engkau tidak ketahui. Allah menjawab bahwa Dia lebih tahu substansi terdalam semua itu, sementara mereka tidak mengetahuinya. Dan, Allah Mahatahu lagi Mahabijaksana. Dari khalifah ini akan terlahir makhluk-makhluk pilihan, rasul-rasul, nabi-nabi, kaum shalihin, para syahuda, ulama, dan ahli ilmu pengetahuan dan keimanan, yang lebih baik dari malaikat. Dan timbul dari Iblis makhluk yang paling jahat didunia. Allah SWT mengeluarkan ini dan itu, sementara malaikat tidak mengetahuinya tentang keduanya, serta tentang penciptaan dan penempatannya di bumi yang mengandung banyak hikmah. Kedua, ketika akan menunjukkan kelebihan Adam dan meninggikan derajatnya, Allah SWT melebihkannya dengan ilmu yang dimilikinya. Maka, Allah mengajarkan kepadanya nama-nama, setelah melontarkan pertanyaan kepada para malaikat, Sebutkanlah kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu memang orangorang yang benar.(al-Baqarah:31) Dalam tafsiran dikatakan bahwa para malaikat berkata, Allah tidak akan menciptakan makhluk yang lebih mulia dari kita. Mereka menyangka lebih baik dari pada khalifah yang Allah jadikan di muka bumi ini. Ketika Allah menguji mereka dengan ilmu yang dimiliki khalifah ini, maka mereka segera mengakui kelemahan dan kebodohan atas apa yang mereka tidak ketahui. Saat itu Allah SWT menampakkan keutamaan Adam dengan ilmu yang dimilikinya. Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu, (al-Baqarah: 33) mereka mengakui kelebihan Adam. Ketiga, setelah menunjukkan keutamaan Adam dengan ilmu yang dimilikinya dan ketidaktahuan malaikat atas ilmu tersebut, Allah SWT berfirman kepada mereka “...Bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (al-Baqarah:33)
Allah memberitahukan kepada mereka akan ilmu Allah dan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu, baik lahir maupun batin, dan kegaiban langit. Allah memperkenalkan diri kepada mereka dengan sifat ilmu, dan memberitahukan mereka bahwa keutamaan nabi-Nya adalah dengan ilmu, dan kelemahan mereka atas Adam adalah dalam segi ilmu. Semua itu menunjukkan kemuliaan ilmu. Keempat, Allah SWT menjadikan sebagian sifat kesempurnaan pada Adam sehingga ia lebih mulia dari makhluk lainnya. Allah ingin menunjukkan kemuliaan dan keutamaan Adam, maka Allah menampilkan sisi terbaiknya, yaitu ilmunya. Ini menunjukkan bahwa ilmu adalah sisi yang paling mulia dalam diri manusia. Dan, kemuliaan manusia karena ilmunya. Hal seperti ini sama dengan apa yang terjadi terhadap Nabi Yusuf a.s. Ketika Allah ingin menunjukkan keutamaan dan kemuliaannya atas seluruh manusia pada masanya, Dia memperlihatkan kepada raja dan penduduk Mesir ilmu Yusuf a.s. tentang tabir mimpi yang tidak dapat di pecahkan oleh para ahli. Pada saat itu, sang raja menampilkannya dan memberikannya kedudukan, yaitu memegang perbendaharaan negara. Padahal, sebelumnya raja itu memenjarakannya karena melihat ketampanannya, namun ketika tampak ketinggian ilmu dan pengetahuannya, ia melepaskan bahkan memberikannya kedudukan. Ini menunjukkan bahwa penguasaan ilmu oleh bani Adam lebih dimuliakan dan lebih baik dari bentuk fisik.
Bab II
PEMBAHASAN Ilmu yang Memudharatkan dan Tidak Bermanfaat : Sihir Ilmu yang tercela menurut Al-Qur’an ada beberapa bentuk. Yang pertama adalah ilmu yang memudharatkan. Al-Qur’an mengarahkan potensi akal manusia untuk menghasilkan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan pengetahuan-pengetahuan yang berfaedah bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya. Al-Qur’an juga mendorongnya untuk menuntut ilmu yang bermanfaat dengan sebesar-besar motivasi yang merangsang dan membangkitkan.
Al-Quran melarang potensi akal ini diarahkan pada ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat bagi individu dan masyarakat, seperti ilmu sihir. Bahkan, Al-Qur’an menjelaskan bahwa mempelajari ilmu ini memudharatkan dan tidak bermanfaat, sebab ia bisa di gunakan untuk merusak dan memutuskan hubungan antar manusia, seperti memisahkan antara seseorang dan istrinya. Ilmu ini dibenci Allah dan dicintai setan, dan kerena itulah sihir termasuk diantara dosadosa besar. Al-Qur’an memperlihatkan masalah ini dalam kisah Harut dan Marut dalam surat al-Baqarah. Allah berfirman tentang keadaan orang-orang yahudi dan bentukbentuk penyelewengan serta kerusakan yang mereka lakukan. “Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir ), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malikat di negeri Babil, yang Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengerjakan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum
mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya cobaan(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu, apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi memudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya beruntung di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (al-Baqarah:102)
Ilmu yang Disembunyikan Pemiliknya. Selain yang disebutkan memang masih ada beberapa bentuk ilmu yang dicela oleh Al-Qur’an, begitu pula bagi pemiliknya. Berkaitan dengan pemiliknya, Allah mengecam orang-orang yang sengaja menyembunyikan ilmu yang diketahuinya. Kita ambil contoh bagaimana Allah mencella Ahli kitab sehubungan dengan sikapnya, seperti dalam firman-nya. “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang yang telah diberi Kitab (yaitu), „Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,‟ lalu mereka melemparkan janji itu kebelakang panggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.” (Ali Imran:187) “Orang-orang (yahudi dan nasrani) yang telah kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (al-Baqarah: 146) “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk), yang dapat melaknati. Kecuali mereka yang
telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan AkulahYang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (al-Baqarah:159-160).
Ilmu yang Tidak Diamalkan Pemiliknya Mengenai ilmu yang tidak diamalkan oleh pemiliknya dan tidak berpengaruh terhadap perilakunya, bahkan ia mengamalkan sebaliknya, bisa kita temui dalam firman Allah. “dan bacakanalah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dai tergoda), maka terjadilah termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau kami menghendaki sesungguhnya kami tinggikan (derajat)-nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia mengeluarkan lidahnya juga. Demikan itu lah perumpamaan orang-orang yang mendustakaan ayat-ayat kami maka ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah agar mereka berfikir.(al-A’raf:175 -176)
Lihatlah bagaimana Al-Qur’an melukis contoh ini ketika ayat-ayat Allah didatangkan, lalu ia melepaskan diri dari ayat – ayat tersebut. Sikap seperti ini diumpamakan seperti hewan melepaskan diri dari kulitnya maka ia telanjang, atau seperti manusia melepas pakaiannya maka ia jadi telanjang bulat. Padahal, sebenarnya ayat-ayat itu bisa menaikkan derajatnya ke puncak. Namun, ia jatuh ke bawah, ke tanah, dan kekal dibumi karena mengikuti ajakan nafsunya bukan ajakan agama dan hikmah.
Ilmu Keduniaan yang Melalaikan Akhirat Corak ilmu ini menyebabkan pemiliknya menyibukkan diri dengan kehidupan dunia dan melupakan akhirat. ilmu ini dianggap Al-Qur’an sebagai bukan illmu, tetapi kebodohan. Allah berfirman, “Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai” (ar-Rum:6-7)
Camkanlah, bagaimana Allah menyifati mereka dengan orang-orang yang tidak mengetahui, kemudian, Allah menetapkan bahwa mereka hanya mengetahui yang lahir dari kehidupan dunia dengan kelalaian penuh terhadap akhirat, untuk menunjukkan kepada kita bahwa ilmu ini dan tiadanya sama saja.
Bab III
Kesimpulan dan Saran 1. Ilmu yang memudharatkan dan Tidak Bermanfaat atau sihir. Apa pun inti dan hakikat sihir , adalah ilmu yang membahayakan dan tidak bermanfaat. Maka, tidak boleh bagi seorang muslim menyianyiakan waktunya untuk mempelajari ilmu sihir. Karena bagaimanapun, tenaga dan waktunya lebih dibutuhkan untuk menghasilkan ilmu yang bermanfaat. Saran : Kita manusia harus mencari ilmu yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan juga untuk memajukan bangsa. 2. Ilmu yang tidak disampaikan oleh pemiliknya padahal dia memiliki ilmu yang patut disampaikan kepada orang lain, sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang lain tapi bila mana seorang menyembunyikan ilmunya maka sesuai dahlil Allah, dalam kitabnya. Saran : Masih banyak manusia yang belum tahu itu ilmu, kita yang tahu harus mengamalkan ilmu kepada generasi penerus, karena ilmu tidak dibawa kedalam kubur.
3. Ilmu itu mesti diamalkan, karena kita juga dapat pahalanya. Sesuwatu yang bersifat baik dan diamalkan, pasti dapat pahala.
Saran : Sampaikan ilmu walau hanya satu ayat, karena itu sangat bermanfaat bagi orang lain.
4. Banyak ilmu yang bisa dipelajari dari dunia ini, dan kita tidak mampu mempelajari semua ilmu itu, sebab ilmu itu bersifat luas dan tidak pernah habis, tapi karena haus akan ilmu sampai melupakan Akhirat.
Saran : Kita boleh mencari ilmu sebanyak mungkin dari dunia ini tapi jangan sampai melalaikan Ibadah.
REFERENSI Dr.Qardhawi,Yusuf. Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan ilmu Pengetahuan.1998.Jakarta: Gema Insani Al-Baqarah:29, Al-Baqarah:30, Al-Baqarah:31, Ali Imran:187, al-Baqarah: 146, al-Baqarah:159-
160, ar-Rum:6-7