PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KONSUMEN MELALUI METODE TECHNOLOGY CONTRIBUTION COEFFICIENT (TCC) DI PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI PAITON – PROBOLINGGO Dimas Indra Laksmana, Deny Utomo, Cahyuni Novia Jurusan Teknik Informatika – STT Nurul Jadid Paiton ABSTRAK Teknologi telah menjadi competitive tool yang amat penting, begitu juga penggunaan teknologi sebagai competitive weapon merupakan suatu hal yang mendasar dimana kita bisa mengetahui status teknologi kita saat ini, tetap atau telah menjadi state of the art (tingkat kecanggihan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas pelayanan konsumen melalui metode technology contribution coefficient (TCC) di PT. Pembangkitan Jawa Bali Paiton-Probolinggo. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perhitungan TCC (Technology Contribution Coefficient) sebesar 0.864. Kesenjangan terbesar ditunjukkan oleh komponen inforware yaitu sebesar 0.969. Kesenjangan terbesar berikutnya ditunjukkan oleh komponen technoware 0.916, Kesenjangan berikutnya ditunjukkan oleh komponen orgaware yaitu sebesar 0.832. Humanware memiliki kesenjangan paling kecil yaitu sebesar 0.592. Kata kunci : Kualitas Pelayanan, TCC
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi semua perusahaan di Indonesia. Di satu sisi era globalisasi memperluas pasar produk dari perusahaan dan disisi lain keadaan tersebut memunculkan persaingan yang semakin ketat. Dengan semakin tumbuhnya perekonomian dan persaingan yang ketat di antara pelaku bisnis, baik di kalangan pemodal besar, menengah maupun kecil yang selalu mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin atau mempertahankan eksistensinya maka sangat diperlukan menjaga kelangsungan hidup perusahaan dengan situasi krisis ekonomi global seperti saat ini,. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan baik pemerintah maupun perusahaan mengambil berbagai tindakan yang beragam dalam membuat suatu kebijakan agar dapat tetap bertahan, kebijakan pemerintah tersebut misalnya membuat program stimulus fiskal agar perusahaan tetap bertahan dan memilki kepastian usaha. Untuk menjaga kelangsungan hidup, perusahaan juga harus mampu menciptakan, mengembangkan atau melakukan inovasi-inovasi, penguasaan dan pengembangan teknologi yang tangguh harus terus menerus dilakukan sebagai penunjang untuk menciptakan barang atau jasa. Perusahaan dengan basis teknologi
diharapkan secara terus menerus melakukan evaluasi untuk strategi bersaing yang semakin kompetitif. Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi telah menjadi bagian dari setiap aspek kehidupan bisnis. Keunggulan bersaing (competitive advantage) merupakan salah satu strategi. Lingkup produk pasar, sektor pertumbuhan dan sinergi keunggulan bersaing adalah karakteristik tertentu yang membedakan produk, jasa atau bisnis lainnya, yang membuat pelanggan memberi nilai lebih (Raka, 1997). Perusahaan harus dapat mengukur teknologi yang dibutuhkannya. Kompetensi inti perusahaan dapat dilihat dari pengalaman masa lalu perusahaan melalui jenis produk yang sudah dikenal pasar, peralatan yang dimiliki perusahaan, serta kemampuan atau skill karyawan. Terjadinya perubahan dramatis pada lingkungan usaha, antara lain berkaitan dengan perkembangan standar kualitas, produktifitas dan perubahan pada strategi bersaing. Salah satu perusahaan dengan basis teknologi yang sedang berkembang saat ini adalah PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) dan merupakan anak perusahaan dari PT PLN (Persero) yang mendapat tugas untuk mengelola unit pembangkitan. Pada saat ini PT PJB mengelola 6 unit pembangkit dengan total Daya terpasang 6.472 MW yang tersebar antara lain : Unit Pembangkitan Paiton (800 MW) di Probolinggo, Unit Pembangkitan Brantas (281 MW) di Malang dan sekitarnya, Unit Pembangkitan Gresik (2260 MW) di Gresik, Unit Pembangkitan Muara Karang (1.208 MW) di Jakarta, Unit Pembangkitan Cirata (1.008 MW) di Bandung, dan Unit Pembangkitan Muara Tawar (920 MW) di Bekasi. Selain itu PT PJB juga memiliki 2 unit bisnis pembangkitan, yaitu : Unit Bisnis Pembangkit Talang Duku (20 MW) dan Unit Bisnis Pembangkit Kendari (14 MW). PT PJB juga memiliki 2 unit bisnis pemeliharaan, yaitu : Unit Bisnis Pemeliharaan Wilayah Timur yang terletak di Gresik dan Unit Bisnis Pemeliharaan Wilayah Barat yang terletak di Jakarta. Disamping itu PT PJB memiliki 1 anak perusahaan yaitu PT PJB Services yang berkantor pusat di Surabaya. PT.PJB Unit Pembangkitan Paiton berlokasi di Jl. Raya Surabaya Situbondo KM 142 Paiton – Probolinggo Jawa Timur, dengan menggunakan luas areal ± 274 hektar dan mulai beroperasi sejak Tahun 2004. Selain PT. PJB Unit Paiton juga terdapat pembangkit lain milik swasta di sekitar Paiton diantaranya ialah PT. Paiton Energy Company (PT. PEC) yang beroperasi sejak Tahun 1998 dan PT. Jawa Power yang beroperasi sejak Tahun 1999. Sebagai anak perusahaan PT.PLN (Persero), PT.PJB Unit Pembangkitan Paiton dengan core bisnis pembangkitan tenaga listrik, maka PT.PJB Unit Pembangkitan Paiton dituntut untuk menjaga kontinuitas suplai tenaga listrik di sistem JALI (Jawa - Bali) secara professional, dan sudah seharusnya PT. PJB Unit Pembangkitan Paiton memperhatikan sophisticated teknologinya yang dapat dilihat dari empat komponen yaitu : technoware, humanware, inforware dan orgaware atau disingkat THIO. Salah satu cara untuk dapat bertahan maupun unggul di tengah persaingan bisnis yang ketat ini adalah menciptakan manajemen teknologi dan operasi bisnis yang efektif.. Manajemen menyediakan kemampuan organisasional dan pengetahuan untuk melakukan aktivitas operasional. Sementara itu teknologi mencerminkan pengetahuan, keterampilan, teknik dan alat yang diperlukan untuk
mentransformasikan sumber daya menjadi produk yang memiliki kegunaan tertentu. Teknologi telah menjadi competitive tool yang amat penting, begitu juga penggunaan teknologi sebagai competitive weapon merupakan suatu hal yang mendasar dimana kita bisa mengetahui status teknologi kita saat ini, tetap atau telah menjadi state of the art (tingkat kecanggihan). Analisis manajemen teknologi pada penelitian ini menggunakan Technology Contribution Coefficient (TCC) untuk mengkaji kandungan teknologi pada proses transformasi produk. Komponen teknologi yang diukur meliputi technoware (peralatan), humanware (kemampuan sumber daya manusia), inforware (perangkat informasi), dan orgaware (perangkat organisasi/kelembagaan dan peraturan), sedangkan pembobotan terhadap kriteria yang telah ditetapkan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). II. METODE PENELITIAN 2.1 Pengumpulan data Data dan informasi dikumpulkan melalui studi pustaka, kunjungan lapang dan wawancara. 2.2 Pengolahan data 1. Penentuan derajat kecanggihan (degree of sophisticated) komponen teknologi. 2. Penentuan tingkat kecanggihan (state of the art) komponen teknologi 3. Penghitungan kontribusi komponen teknologi (component contribution) 4. Penghitungan intensitas kontribusi komponen teknologi (intensity contribution) 5. Penghitungan koefisien kontribusi teknologi (Technology Contribution Coefficient) 6. Perancangan alternatif perbaikan 2.3 Analisa dan Kesimpulan Analisa yang dilakukan adalah mempresentasikan hasil yang diperoleh dari penghitungan koefisien kontribusi teknologi (Technology Contribution Coefficient).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penentuan Derajat Kecanggihan (Degree Of Sophisticated) Komponen Teknologi 1. Proses Pengolahan Proses pengolahan listrik tenaga uap pada PT PJB Unit Pembangkitan Paiton terdiri dari 3 peralatan utama yaitu Boiler, Turbine, dan Generator. Prinsip kerja PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan Paiton secara umum adalah pembakaran batubara pada boiler untuk memanaskan air dan mengubah air tersebut menjadi uap yang sangat panas yang digunakan untuk menggerakkan turbin
dan menghasilkan tenaga listrik dari kumparan medan magnet di generator. Sistem Pengaturan yang digunakan pada power plant ini menggunakan sistem pengaturan Loop tertutup, dimana air yang digunakan untuk beberapa proses merupakan putaran air yang sama, hanya perlu ditambahkan jika memang level yang ada kurang dari set pointnya. Bentuknya saja yang berubah, pada level tertentu berwujud air, tetapi pada level yang lain berwujud uap. Proses berawal dari air yang dipompa ke kondenser, kemudian dari kondenser dipompa ke Polisher untuk diproses agar korosi dan pengendapan hilang , setelah itu dipompa ke Heater untuk dipanaskan dan kemudian dialirkan ke Deaerator untuk menghilangkan gas – gas O2 dan CO2 kemudian dipompa lagi menuju ke Heater yang selanjutnya akan diteruskan di Economizer untuk dinaikan temperaturnya dan selanjutnya menuju ke Steam Drum untuk dipisahkan antara uap dan air , setelah itu SuperHeater Steam yang ada akan melalui First Super Heater, Secondary Super Heater dan membentuk Super Heated Steam yang akan digunakan untuk memutar HP turbine sehingga tekanan dan temperaturnya akan turun sehingga SH steamnya perlu pemanasan ulang yang terjadi di Re Heater, dari Re Heater ini SH Steam akan dikembalikan untuk Memutar IP dan LP Turbin. Didalam turbin ini akan terjadi konversi energi thermal dari Steam menjadi energi mekanis berotasi yang menyebabkan rotor turbin berputar. Perputaran Rotor ini yang akan menggerakkan Generator dan akhirnya oleh generator energi mekanis akan diubah menjadi energi listrik. 2. Boiler Dalam power plant, energi secara terus menerus diubah dari satu bentuk ke bentuk lain untuk menghasilkan listrik. Komponen yang mengawali perubahan dan pengaliran energi disebut boiler. Definisi boiler sendiri sebagai suatu komponen pada power plant adalah suatu bejana tertutup yang secara efisien mampu mengubah air menjadi steam dengan bantuan panas dari proses pembakaran batubara. Jika dioperasikan dengan benar, boiler secara efisien dapat mengubah air dalam volume yang besar menjadi steam yang sangat panas dalam volume yang lebih besar lagi. Jenis boiler yang digunakan pada unit 1 dan 2 adalah Drum Type Boiler, yang memungkinkan terjadinya sirkulasi sebagian air dalam boiler secara terus menerus. Boiler dibuat oleh Combustion Engineering, USA dengan kapasitas tekanan 185 Kg/Cm2, Temp. 538 oC, Flow 1330 ton/jam dan menggunakan bahan baker utama Batubara dan HSD ( s/d 30 % beban ). 3. Turbine Konversi energi terjadi pada Turbine Blades, Turbin mempunyai susunan Blade bergerak berselang seling dengan Blade tetap. Steam akan masuk ke Turbin dan dialirkan langsung ke Turbin Blades, Blades bergerak dan bekerja untuk mengubah energi thermal dalam Steam menjadi energi mekanis berotasi, yang menyebabkan rotor Turbin berputar, perputaran rotor ini akan menggerakkkan Generator dan akhirnya energi mekanik menjadi energi listrik. Bagian – bagian dari Turbin:
a. Nozel Berfungsi untuk merubah energi (pipa pancar) potensial menjadi energi kinetik dari steam. b. Blades Berfungsi untuk merubah tenaga kecepatn menjadi tenaga putar. c. Disck (roda turbin) Berfungsi untuk meneruskan tenaga putar turbin kepada pesawat yang digerakkan. Tenaga yang dihasilkan adalah tenaga makanis steam. Jadi prinsip kerja Turbin adalah tenaga potensial steam diubah menjadi tanaga kinetis pada Nozel dan tenaga kinetis ini diubah menjadi tenaga putar pada Blade, dengan melalui Disck tenaga putar diubah menjadi tenaga mekanis pada poros. Turbin yang digunakan adlah Type : Tandem Comp. 3 cylinder 4 flow exhaust, Reheat Steam yang dibuat oleh Thosiba dengan kapasitas Daya 400 MW, putaran 3000 rpm, tekanan 169 Kg/cm. 4. Generator Generator adalah alat untuk membangkitkan listrik, generator sendiri terdiri dari stator dan rotor. Rotor dihubungkan dengan shaft turbin sehingga berputar bersama-sama. Stator bars di dalam sebuah generator membawa arus hubungan output pembangkit. Arus Direct Current (DC) dialirkan melalui Brush Gear yang langsung bersentuhan dengan slip ring yang dipasang jadi satu dengan rotor sehingga akan timbul medan magnet (flux). Jika rotor berputar , medan magnet tersebut memotong kumparan di stator sehingga pada ujung-ujung kumparan stator timbul tegangan listrik. Untuk penyediaan arus listrik Generator diambilkan arus DC dari luar . Setelah sesaat generator timbul tegangan, sehingga melalui exitasi transformer arus AC akan disearahkan oleh rectifier dan arus DC akan kembali ke Generator, proses ini disebut dengan Self Excitation. Dalam sistem tenaga, disamping Generator menyuplai listrik ke jaringan extra tinggi 500 KV, juga dipakai untuk pemakaian sendiri dimana tegangan output Generator diturunkan melalui transformer sesuai dengan kebutuhan. Untuk kebutuhan saat start diambilkan dari 150 KV line. Untuk sistem tegangan ekstra tinggi tenaga listrik yang dihasilkan oleh Power Plant disuply ke jaringan sebesar 500 KV dan selanjutnya oleh beberapa transformer tegangannya diturunkan sesuai dengan kebutuhan. Generator yang digunakan oleh PT. PJB adalah tipe Three phase synchronous, direct coupled to steam turbin dibuat oleh Thosiba dengan kapasitas : 473 MVA / 18 Kv, 3000 rpm / 50 Hz dan menggunakan pendingin : Lilitan stator didinginkan dengan air, inti dan lilitan rotor didinginkan dengan gas H2. 3.2 Penentuan Tingkat Kecanggihan (State of The Art) Komponen Teknologi Penentuan batas atas dan bawah berdasarkan kriteria skor pada Tabel 3 Skor terendah pada komponen Technoware didapatkan pada proses pemasakan (boiler), walaupun sudah menggunakan sistem peralatan produksi secara otomatis tapi polusi asap pembakaran masih terlalu tinggi untuk lingkungan sekitarnya. Skor
tertinggi pada proses turbin dan generator karena peralatan produksi sudah terintegrasi. Pada komponen Humanware, skor terendah didapatkan pada sektor operasi yaitu pada kisaran 1-3 karena para pekerja hanya mampu menjalankan, sedikit memasang dan merawat fasilitas. Manager dan Pemeliharaan menunjukkan skor yang tertinggi karena memiliki cukup kemampuan memperbaiki, sedikit adaptasi dan inovasi. Adapun batas tingkat kecanggihan komponen teknologi ditunjukkan pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Batas Tingkat Kecanggihan Komponen Teknologi Komponen Teknologi Technoware Boiler Turbin Generator Humanware Manager SDM & Organisasi Auditor Umum Keuangan Pemeliharan Operasi KLK3 Inforware Orgaware
Tingkat Kecanggihan LL UL 6 7 7
8 9 9
7 5 2 3 2 7 1 6
9 7 4 5 4 9 3 8
7 6
9 8
Inforware memperlihatkan kisaran skor antara 7 - 9 karena Informasi yang ada bisa memberikan penilaian terhadap peralatan produksi untuk tujuan spesifik. Orgaware memberikan skor 5-7 karena perusahaan ini tergolong perusahaan skala besar yang telah mampu dengan cepat dan stabil membangun kesuksesan melalui perluasan pasar baru dan senantiasa mengantisipasi perkembangan internal dan eksternal lingkungan usaha Penilaian State-of-the-Art industri berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh pakar dengan skala skor = 0 - 10. Penilaian dilakukan terhadap setiap proses utama dari pengolahan listrik tenaga uap yakni boiler (Tabel 3.2), turbin (Tabel 3.3) dan generator (Tabel 3.4).
Tabel 3.2 Penilaian Proses Boiler Kriteria Peralatan perlindungan Penggunaan energi Sistem formulasi/penguku ran Uji jenis bahan bakar Pengolahan limbah TOTAL STi
Nilai Kriteria
Skor
ya
8
besar
7
otomatis
8
Ada, selalu
7
Ada
6 36 7.2
Proses pertama adalah boiler (Tabel 3.2). Skor terendah ditunjukkan oleh sistem pengolahan limbah dengan nilai 6 karena masih ada limbah yang terbuang, yaitu asap hasil pembakaran. Skor tertinggi pada sistem formulasi/pengukuran, karena tahapan ini selalu dilakukan agar listrik yang dihasilkan tetap stabil atau meningkat. Proses kedua adalah proses turbin (Tabel 3.3). Skor terendah ditunjukkan pada penggunaan energi, karena pada proses ini sudah tidak banyak membutuhkan energi. Skor tertinggi pada pengontrolan suhu dan waktu serta kelengkapan alat sensor, karena menggunakan sistem komputerisasi. Tabel 3.3 Penilaian Proses Turbin Kriteria Alat perlindungan Pengontrol suhu dan waktu Kelengkapan alat sensor Penggunaan energi TOTAL Sti
Nilai Kriteria ya
Skor 8
komputerisasi
9
komputerisasi
9
Cukup
7 33 8.25
Tabel 3.4 menunjukkan penilaian proses generator yang penggunaan energinya cukup. Pada proses ini semua alat yang digunakan adalah sistem komputerisasi. Tabel 3.4. Penilaian Proses Generator Kriteria Alat perlindungan Alat yang digunakan Kelengkapan alat sensor Penggunaan energi TOTAL Sti
Nilai Kriteria ya
Skor 8
komputerisasi
9
komputerisasi
9
cukup
7 33 8.25
Komponen humanware (Tabel 3.5) menunjukkan skor yang bervariasi. Skor 3 diberikan kepada pekerja karena dinilai kurang memenuhi kriteria dalam mengerjakan tugas sesuai dengan job description disebabkan oleh berbagai kendala yang dialami. Tabel 3.5. Hasil Penilaian Humanware Kriteria
Nilai Kriteria Manager Sangat memenuhi SDM & Lebih Organisasi memenuhi Auditor Memenuhi Umum Lebih memenuhi Keuangan Memenuhi Pemelihaan Operasi KLK3
Sangat memenuhi Memenuhi Lebih Memenuhi
Skor
SHj
9
0.9
7
0.7
4 5
0.4 0.5
4
0.4
9
0.9
3 7
0.3 0.7
Hasil penilaian terhadap komponen infoware ditunjukkan pada Tabel 3.6. Skor dari setiap kriteria bervariasi dari nilai 7 sampai 9. Tabel 3.6 menunjukkan bahwa di bidang informasi, skor tertinggi pada hampir semua kriteria. Karena industri ini tergolong industri skala besar dan pengembangan industri juga masih terus dilaksanakan secara bertahap. Tabel 3.6. Hasil Penilaian Infoware Kriteria Cakupan manajemen informasi perusahaan Cakupan jaringan perusahaan Ketersediaan database Skema distribusi proses pengawasan Ketersediaan model kebijakan berbasis komputer untuk studi proses TOTAL SI
Nilai Kriteria Sangat Cukup
Skor 9
on-line
9
Sangat Cukup Sangat cukup
9
Sangat Cukup
9
7
43 8.6
Skoring terhadap komponen orgaware ditunjukkan pada Tabel 3.7. Hasil penilaian terhadap sejumlah kriteria orgaware menunjukkan skor yang bervariasi. Tabel 3.7. Hasil Penilaian Orgaware Kriteria Keuntungan atau return on investment (ratarata industri) Persentase penggunaan kapasitas
Nilai Kriteria Besar
80%
Skor 8
7
keseluruhan (%) Volume penjualan per tahun Tingkat orientasi ke depan Otonomi dalam pengaturan atau pengawasan Organisasi untuk perbaikan engineering Program modernisasi TOTAL SO
Besar
8
Besar
8
Ada pembagian
7
Besar
7
Besar
7 52 7.43
3.3 Penghitungan Kontribusi Komponen Teknologi (Component Contribution) Kontribusi komponen teknologi dihitung untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ataupun kontribusi masing-masing komponen teknologi (technoware, humanware, inforware, dan orgaware) pada PT. PJB Unit Pembangkitan Paiton. Hasil penghitungan kontribusi komponen disajikan pada Tabel 3.8. Tabel 3.8. Kontribusi Komponen Teknologi Industri Pembangkit Listrik Komponen Teknologi Technoware Boiler Turbin Generator Humanware Manager SDM & Organisasi Auditor Umum Keuangan Pemelihaan Operasi KLK3 Inforware Level perusahaan
UL
LL
Kontribusi dinormalisasi Ti 0.827
Bobot
Kontribusi Total
LTi 6
State-ofthe-Art STi 0.720
UTi 8
0.301
0.916
9
7
0.825
0.961
0.350
9 UHj 9 7 4 5 4 9 3 8 UI 9
7 LHj 7 5 2 3 2 7 1 6 LI 7
0.825 SHj 0.900 0.700 0.400 0.500 0.400 0.900 0.300 0.700 SI 0.860
0.961
0.350
0.978 0.711 0.311 0.444 0.311 0.978 0.178 0.822
0.356 0.259 0.113 0.162 0.113 0.356 0.065 0.299
0.592
0.969
0.352
0.969
Hj
I
Orgaware Level perusahaan
UO 8
LO 6
SO 0.743
O 0.832
0.303
0.832
3.4 Penghitungan Intensitas Kontribusi Komponen Teknologi (Intensity Contribution) Penghitungan Intensitas Kontribusi Komponen dilakukan untuk mengetahhui tingkat kepentingan dan bobot masing-masing komponen teknologi. Metode yang digunakan adalah metode pairwise comparison matrix (Saaty, 1982) dan program Criteria Decision Plus. 1. Menyusun hierarki kepentingan (membandingkan 2 dengan metode pairwise comparison matrix) Tabel 3.9. Hierarki T H I O T 7 5 3 H 6 5 I 4 O Keterangan : tempat kosong yang tidak dihitamkan diisi skor perbandingan tingkat kepentingan . Contoh : skor 7 pada kolom 3 baris 2 (dibawah tulisan H) = berarti H, 7 kali lebih penting daripada T. Skala skor = 1 – 9. 2. Menghitung nilai dan bobot dengan program Criteria Decision Plus. Adapun yang dihitung adalah T = technoware, H = humanware, I = inforware, dan O = orgaware. Jadi T = 0.345 ; H = 0.146 ; I = 0.357; O = 0.152
3.5 Penghitungan Koefisien Kontribusi Teknologi (Technology Contribution Coefficient) Penghitungan TCC dilakukan untuk mengetahui koefisien kontribusi teknologi total dalam industri yang diuji. Hasil penghitungan ditunjukkan pada Tabel 9 dan Diagram THIO serta SOA pada gambar 3.1. Tabel 3.10. Hasil Perhitungan TCC
Technoware
Kontribusi Total Komponen 0.916
Humanware
0.592
0.146
Inforware Orgaware
0.969 0.832
0.357 0.152
Komponen Teknologi
Intensitas
TCC
0.345 0.86 4
KONTRIBUSI TOTAL INTENSITAS TCC
Gambar 3.1. Diagram THIO dan SOA 3.6 Interpretasi Hasil Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas diperoleh perhitungan TCC (Technology Contribution Coefficient) sebesar 0.864. Kesenjangan terbesar ditunjukkan oleh komponen inforware yaitu sebesar 0.969. Kesenjangan terbesar berikutnya ditunjukkan oleh komponen technoware 0.916, Kesenjangan berikutnya ditunjukkan oleh komponen orgaware yaitu sebesar 0.832. Humanware memiliki kesenjangan paling kecil yaitu sebesar 0.592.
IV. KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Dari perhitungan melalui pendekatan teknometrik, didapatkan nilai koefisien kontribusi teknologi sebesar 0,864 hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat teknologi yang sudah dalam posisi atas (tinggi). 2. Berdasarkan analisa terhadap kesenjangan komponen teknologi, dapat diketahui bahwa komponen yang perlu dikembangkan adalah komponen Humanware 4.2 Saran Beberapa saran yang ditujukan bagi PT. PJB Unit Pembangkitan Paiton adalah sebagai berikut : 1. Bagi manajemen, gambaran yang didapat dari hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan acuan dalam mengambil langkah strategi untuk meningkatkan teknologi yang akan digunakan.
2. Manajemen hendaknya memperhatikan kesenjangan yang terjadi antara komponen-komponen teknologi yang ada dengan state of the art terutama untuk komponen humanware. DAFTAR PUSTAKA Aiyagri, S.Rao, 1994. On The Contribution of Technology Shocks to Business Cycless. Federal Reserve Bank of Minneapolis Quarterly Review Vol 8 No.1 Alkadri, Widiati A, dkk, 1999. Manajemen Teknologi untuk Pengembangan Wilayah: Konsep Dasar dan Aplikasi Kebijakan. Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk Pengembangan Wilayah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Angaye, etc, 2008. Factor Analytic of The Impact of it on The Performance of Public Organizations in Nigeria. Proceedings of The Academy of Information and Management Sciences Number 2, Nigeria. Khalil, T.M., 2000. Management of Technology : The Key to Competitiveness and Wealth Creation, McGraw Hill, New York. Leydesdorff, Loet, 2005. Similarity Measures, Author Cocitation Analysis and Information Theory. Jornal of The American Society for Information Science and Technology University of Amsterdam. Raka, Gede, 1997. Ruang Lingkup Manajemen Teknology, Lokakarya Manajemen Teknologi – Studio Manajemen – Teknik Industri ITB, Bandung. Rina Sandora, Udisubakti Ciptomulyono, Hari Supriyanto, 2008. Analisis Performansi Sophisticated Technology Melalui Pendekatan Teknometrik Untuk Strategi Bersaing (Studi Kasus : PT. Petrokimia Gresik). http:www.google.co.id Saaty, Thomas L. 1993. Decision Making for Leaders, The Analytical Hierarchy Process. RWS Publications, Pittsburgh. Sharif, M.N, 1988. Basic for Techno-economic Policy Analysis : Science and Public Policy, 15(4). Tjakraatmadja, JH. 1997. Manajemen Teknologi. Studi Manajemen – Teknik Industri, ITB Bandung.