PENINGKATAN KINERJA GURU INDONESIA SEBUAH REFLEKSI 5 TAHUN PERJALANAN TEQIP
Subanji Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang
[email protected] Abstrak: Tulisan ini memaparkan hasil refleksi lima tahun perjalanan TEQIP dalam mewujudkan guru yang kreatif dan inovatif. Kajian ini dilakukan dengan menganalisis perkembangan kinerja guru TEQIP dalam berkarya dari hasil kerjasama antara PT Pertamina (Persero) dan Universitas Negeri Malang (UM). Subjek penelitian ini adalah guru trainers TEQIP sebanyak 482 orang dan telah mendiseminasikan kepada 3.744 guru di daerahnya yang tersebar di 21 provinsi. Analisis dilakukan terhadap kinerja subjek setelah mengikuti kegiatan TEQIP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan: (1) kinerja dalam melaksanakan tugas sekolah, (2) kinerja dalam persiapan pembelajaran, (3) kinerja pembelajaran, (4) kinerja dalam melaksanakan penilaian, (5) kinerja produktifitas, (6) kinerja profesionalitas dan aktualisasi diri. Kata Kunci: Kinerja Guru, Refleksi, TEQIP
dari “memberi/mengajar” menjadi “fasilitator/ membelajarkan” yang memfasilitasi siswa agar mampu belajar secara mandiri. Hal ini juga sesuai dengan penjelasan Ticha dan Hospesova (dalam Subanji 2013:688). This means, in a very simplified way, that education should move from the mere transmission of information, instructions and algorithms in the teaching/learning process to cognizing, experiencing, acting, communicating, and developing a thirst for self-education. This approach requires changes in the teacher’s role that promote new dimensions and become more demanding. The teacher becomes a facilitator, diagnostician, promoter, guide to knowledge and initiator. Beberapa penelitian merekomendasikan perlunya perubahan perilaku guru dari pemberi pengetahuan ke pembangkit
Peningkatan kualitas guru menjadi suatu kebutuhan yang vital untuk kemajuan suatu bangsa. Hal ini dikarenakan guru menjadi salah satu faktor yang dominan dalam membentuk pola pikir siswa, menginspirasi siswa, dan membangun kreativitas siswa. Pada akhirnya siswa mampu membangun peradaban baru yang mampu membawa kemajuan suatu bangsa. Peran guru dalam peningkatan kualitas pendidikan akan bisa menjadi maksimal jika guru mampu melaksanakan pembelajaran bermakna (Subanji, 2013). Pembelajaran bermakna menjadi suatu tuntutan yang harus dilakukan seiring dengan perkembangan paradigma dari behaviorisme ke konstruktivisme. Lebih jauh Subanji (2013) menjelaskan bahwa peran guru berubah dari “memindahkan penge-tahuan dalam proses pembelajaran” ke arah “pemberian pengalaman, dan pengembangan berpikir (kognisi) siswa”. Peran guru berubah
97
98, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
belajar (Mason, 1998; Spilkova´, 2001; Sandt, 2007; Skot, 2009). Peran guru dalam proses pembelajaran perlu lebih menekankan pada proses membangkitkan siswa untuk belajar. Guru berperan mengondisikan dan memfasilitasi siswa agar mampu belajar, selalu berpikir, mampu menghadapi tantangan, dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya. Agar bisa menjadi pembangkit belajar yang baik, guru perlu selalu ditingkatkan kompetensinya. TEQIP (Teachers Quality Improvement Program) sebagai salah satu program peningkatan kualitas guru kerjasama PT Pertamina (Persero) dengan Universitas Negeri Malang (UM) telah mengembangkan pembelajaran bermakna bagi guru. Kegiatan TEQIP diarahkan pada peningkatan kompetensi pedagogik (pedagogical) dan penguasaan materi (content). Karena itu sangat penting untuk meningkatkan PCK guru agar terjadi peningkatan kualitas pendidikan. Subanji (2013) menjelaskan bahwa TEQIP sebagai program in-service training yang didesain untuk membentuk guru kreatif, inovatif, inspiratif dan profesional dalam pedagogic, content, serta kompeten dalam menghasilkan karya ilmiah. Akhir dari kegiatan TEQIP adalah menghasilkan artikel ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah atau prosiding seminar nasional. Selanjutnya proses menulis karya ilmiah bisa menggerakkan potensi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Kreativitas guru terus berkembang seiring pelaksanaan praktik pembelajaran di kelas. Proses tersebut berlangsung secara terus menerus dan secara otomatis membentuk guru yang kreatif dan inovatif. Penguasaan guru terhadap materi (content) dan pembelajaran (pedagogical) menjadi modal untuk berkreasi dan melakukan inovasi pembelajaran. Pentingnya penguasaan guru terhadap pedagogik dan
content telah diungkap oleh beberapa ahli (Carpenter dkk, 1988; Niess, 2005; Turnuklu & Yesildere, 2007; Lannin dkk, 2013; Hill, Ball, & Schilling, 2008). Para ahli tersebut menggunakan istilah pedagogical content knowledge (PCK) untuk menyatakan pemahaman guru terhadap materi dan pedagogi (Subanji, 2013). PCK menjadi hal utama untuk pengembangan kompetensi guru. Dengan menguasai pedagogical sekaligus content, guru akan mudah untuk mebelajarkan siswa secara maksimal. Hal ini dapat terjadi karena guru akan memahami bagaimana proses konstruksi pengetahuan oleh siswa. Dengan memahami proses “konstruksi oleh siswa” akan membantu guru untuk bisa menyiapkan rencana pembelajaran, lembar aktivitas, dan media pembelajaran secara baik. Ini berarti bahwa pedagogical content knowledge (PCK) perlu senantiasa ditingkatkan. Salah satu strategi meningkatkan PCK guru adalah dengan melakukan in-service training (pelatihan). TEQIP sebagai bentuk peningkatan kualitas guru berbentuk inservice training dengan mengambil tema pembelajaran bermakna. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kegiatan TEQIP dalam mengembangkan keprofesionalan guru yang telah berlangsung selama 5 tahun. Fokus penelitian ini adalah peningkatan kinerja guru sebelum mengikuti TEQIP dan pasca mengikuti TEQIP. Kinerja guru dibagi dalam 6 (enam) bentuk kinerja: (1) melaksanakan tugas sekolah, (2) mempersiapkan pembelajaran, (3) melaksanakan pembelajaran, (4) melak-sanakan penilaian, (5) produktifitas, dan (6) profesionalisme dan aktualisasi diri. Kinerja dalam melaksanakan tugas sekolah dinilai oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa kepala sekolah dan
Subanji, Peningkatan Kinerja Guru Indonesia, 99
pengawas sebagai atasan guru trainer di tempat tugasnya, sehingga bisa membandingkan kinerja Trainer sebelum dan diakhir kegiatan TEQIP. Lima kinerja yang lain (mempersiapkan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melak-sanakan penilaian, produktifitas, profesionalisme dan aktualisasi diri) dinilai oleh trainers (selfasessment), kepala sekolah, dan pengawas. Ditetapkannya tiga model penilaian terse-
No 1 2 3 4 5 6
Tahun 2010-SD 2011-SD 2012-SD 2013-SD 2013-SMP 2015-SD Jumlah
Jml prov 5 2 3 6 6 5
but dengan maksud bisa mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan lebih valid. Subjek penelitian ini adalah guruguru “trainers” yang telah mengikuti TOT1, TOT2, dan TOT3, serta telah mendiseminasikan kepada guru-guru di daerah. Subjek penelitian tersebar di 21 provinsi seperti berikut.
Jml Kab 15 4 6 12 10 6
Provinsi TEQIP-SMP merupakan provinsi daerah sasaran TEQIP-SD sebelumnya. Sehingga jumlah provinsi sasarannya adalah 21 provinsi. Subjek yang diambil tidak termasuk peserta diseminasi atau peserta imbas di KKG/MGMP. Kriteria penilaian kinerja trainer dilakukan dengan menggunakan acuan: skor 1: tidak pernah atau sangat rendah Skor 2: jarang / rendah Skor 3: kadang-kadang/sedang Skor 4: sering / tinggi Skor 5: selalu / sangat tinggi
Jml Trainers 126 56 84 84 90 42 482
Jml guru diseminasi 972 432 648 648 720 324 3.744
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kinerja dalam Melaksanakan Tugas Sekolah Komponen penilaian kinerja melaksanakan tugas sekolah mencakup: kemauan kerja keras, kemampuan mengembangkan gagasan, kreatifitas dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab dan kerjasama. Hasil penilaian berikut merupakan rata-rata penilaian terhadap 482 trainers TEQIP. Adapun rata-rata skor kinerja trainer dalam melaksanakan tugas sekolah disajikan pada Tabel 1 dan Diagram 1 berikut.
100, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
Tabel 1: Rata-rata Skor Kinerja Melaksanakan Tugas Sekolah
KINERJA MELAKSANAKAN TUGAS SEKOLAH Kemauan Kerja Keras Kemampuan Mengembangkan Gagasan Kreatifitas Dalam Tugas Tanggung Jawab Kerjasama Rata-rata
Penilain oleh Kepsek
Penilaian oleh Pengawas Akhir Sebelum Keg. 3,7 5,0
3,5
Akhir Keg. 4,5
3,4
4,6
3,4
4,5
3,5 3,8 4,0 3,64
4,4 4,8 4,7 4,6
4,0 4,1 4,1 3,86
4,8 5,0 5,0 4,86
Sebelum
5 4 3 2 1 0
Penilaian oleh Kepsek Sebelum TEQIP Penilaian oleh Kepsek Akhir Keg. TEQIP Penilaian oleh Pengawas Sebelum TEQIP Penilaian oleh Pengawas Akhir Keg. TEQIP
Diagram 1: Perbandingan Kinerja Melaksanakan Tugas Sekolah Sebelum dan di Akhir Kegiatan TEQIP
Dari Tabel 1 dan Diagram 1 terlihat bahwa masing-masing indikator melaksanakan tugas sekolah ada peningkatan kinerja trainers antara sebelum dan di akhir mengikuti kegiatan TEQIP. Sebelum mengikuti TEQIP kinerja melaksanakan tugas sekolah berada pada kriteria cukup tinggi meningkat menjadi sangat tinggi. Ratarata peningkatannya adalah 1,00 poin.
B. Kinerja Persiapan Pembelajaran Kinerja persiapan pembelajaran mencakup indikator: membaca literatur untuk persiapan pembelajaran, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kolaboratif, menyusun RPP kreatif, menggunakan metode kreatif dan inovatif, dan menyusun alat penilaian. Adapun hasil penilaian kinerja persiapan pembelajaran sebelum dan di akhir kegiatan TEQIP disajikan pada Tabel 2 dan Diagram 2 berikut.
Subanji, Peningkatan Kinerja Guru Indonesia, 101
Tabel 2: Perbandingan Kinerja Persiapan Pembelajaran Sebelum dan Akhir Kegiatan
KINERJA PERSIAPAN PEMBELAJARAN Literatur Persiapan Materi Pembelajaran RPP Kolaboratif RPP Kreatif Metode Kreatif dan Inovatif Alat Penilaian Rata-rata
Penilaian oleh diri sendiri SEBELUM AKHIR TEQIP KEG.
Penilaian oleh Kepsek SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG.
Penilaian oleh Pengawas SEBELUM AKHIR TEQIP KEG.
3,0
4,2
3,0
4,0
3,0
4,2
2,6 2,4
4,3 4,2
2,6 2,6
4,0 4,2
3,1 3,0
4,4 4,2
2,8
4,8
2,8
4,6
3,0
4,6
2,3 2,62
3,8 4,26
2,8 2,76
3,9 4,14
3,2 3,06
4,4 4,36
5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
Literatur Persiapan Materi Pembelajaran RPP Kolaboratif
AKHIR KEG. TEQIP
SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG. TEQIP
SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG. TEQIP
SEBELUM TEQIP
RPP Kreatif Metode Kreatif dan Inovatif Alat Penilaian
Penilaian oleh Penilaian oleh Penilaian oleh Diri Sendiri Kepsek Pengawas
Diagram 2: Perbandingan Kinerja Persiapan Pembelajaran Sebelum dan di Akhir Kegiatan
Berdasarkan Tabel 2 dan Diagram 2 terlihat bahwa terjadi peningkatan kinerja persiapan pembelajaran untuk semua indikator. Trainer menilai diri sendiri dengan ada peningkatan 1,64 poin; Kepala Sekolah menilai trainers ada peningkatan 1,38 poin; dan Pengawas menilai trainers ada peningkatan 1,3 poin. Kriteria peningkatan kinerja persiapan pembelajaran dari sedang menjadi tinggi. Pening-
katan kinerja persiapan pembelajaran yang dirasakan oleh trainers sangat tinggi. Peneliti mengonfirmasi penilaian tersebut dengan mengadakan dialog seperti berikut. P: apa yang paling Anda rasakan perubahan dalam kinerja persiapan pembelajaran sebelum dan sesudah mengikuti TEQIP? G: kalau dulu sebelum mengajar saya sangat jarang membaca literatur
102, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
pendukung pembelajaran dan sekarang saya berusaha membaca untuk persiapan pembelajaran. P: masih ada lagi yang Anda rasakan berubah? G: saya dulu kalau mempersiapkan pembelajaran langsung saja menggunakan buku yang ada dan langsung mengajar berdasarkan pada buku itu dan sekarang saya selalu berusaha untuk membuat cara baru dalam pembelajaran. Dari dialog tersebut terlihat bahwa persepsi guru dalam mempersiapkan pembelajaran “hanya mengalir” mengikuti apa yang ada di buku, tanpa berpikir dan berusaha untuk mencari cara mudah membelajarkan siswa.
C. Kinerja Pelaksanaan Pembelajaran Indikator kinerja pelaksanaan pembelajaran meliputi: (1) pemanfaatan media; (2) melaksanakan pembelajaran bermakna; (3) melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; (4) sering menggunakan metode yang bervariasi; (5) dapat menjadikan siswa aktif belajar, aktif berpikir, berani bertanya, aktif berdiskusi, dan kreatif; (6) meningkatkan keterampilan motorik siswa; dan (7) membangun karakter siswa. Penilaian kinerja pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh Trainer sendiri (Self-evaluation), oleh Kepala Sekolah, dan oleh Pengawas. Trainer perlu menilai diri sendiri karena yang mengalami secara langsung pelaksanaan pembelajaran adalah tariner. Adapun hasil penilaian kinerja pelaksanaan pembelajaran sebelum dan di akhir kegiatan TEQIP disajikan pada Tabel 3 dan Diagram 3 berikut.
Tabel 3: Perbandingan Kinerja Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum dan Akhir Kegiatan Penilaian oleh Penilaian oleh Penilaian oleh diri KINERJA Kepsek Pengawas sendiri PELAKSANAAN SEBELUM AKHIR SEBELUM AKHIR SEBELUM AKHIR PEMBELAJARAN TEQIP KEG. TEQIP KEG. TEQIP KEG. 2,6 4,8 2,8 4,4 3,0 4,6 Pemanfaatan Media 3,0 4,4 2,6 4,5 3,2 4,9 Pembelajaran Bermakna Pembelajarn Aktif, Kreatif, 3,0 4,2 3,2 4,6 3,0 4,5 Efektif, dan Menyenangkan 2,9 4,6 2,8 4,4 3,2 4,4 Variasi Metode Pembelajaran 4,0 4,6 3,8 4,4 3,0 4,8 Siswa Aktif Belajar 3,5 4,4 3,6 4,6 3,0 4,4 Siswa Berpikir 3,6 4,8 3,8 4,6 3,2 4,6 Siswa Berani Bertanya 3,5 4,7 3,7 4,8 3,0 4,9 Siswa Berdiskusi 2,6 4,4 3,4 4,8 2,8 4,4 Siswa Kreatif 2,4 4,0 2,9 4,4 3,0 4,9 Optimalkan Kinerja motorik 3,2 4,4 3,4 4,2 2,8 4,6 Character Building Rata-rata
3,12
4,48
3,27
4,52
3,02
4,64
Subanji, Peningkatan Kinerja Guru Indonesia, 103
5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
Penilaian oleh diri sendiri SEBELUM TEQIP Penilaian oleh diri sendiri AKHIR KEG. TEQIP Penilaian oleh Kepsek SEBELUM TEQIP Penilaian oleh Kepsek AKHIR KEG. TEQIP Penilaian oleh Pengawas SEBELUM TEQIP Penilaian oleh Pengawas AKHIR KEG. TEQIP
Diagram 3. Perbandingan Kinerja Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum dan di Akhir Kegiatan
Berdasarkan Tabel 3 dan Diagram 3 terlihat bahwa terjadi peningkatan kinerja pelaksanaan pembelajaran untuk semua indikator. Trainer menilai ada peningkatan 1,36 poin; Kepala Sekolah menilai ada peningkatan 1,25 poin; dan Pengawas menilai ada peningkatan 1,62 poin. Kriteria peningkatan kinerja pelaksanaan pembelajaran dari sedang menjadi sangat tinggi. Guru merasakan adanya peningkatan kinerja pembelajaran yang paling optimal pada indikator: pemanfaatan media, pembelajaran bermakna, dan variasi dalam metode pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pedagogical guru dalam praktik pembelajaran (Turnuklu & Yesildere, 2007; Lannin dkk, 2013; Hill, Ball, & Schilling, 2008). Selain itu guru juga merasa ada tantangan untuk selalu mengembangkan diri dalam melaksanakan pembelajaran, seperti wawancara berikut. P: menurut Anda, apa yang paling berubah dalam melaksanakan pembelajaran dari sebelum mengi-
kuti TEQIP dan setelah mengikuti TEQIP? G: saya menjadi selalu berpikir, bagaimana cara membelajarkan secara bermakna kepada siswa dan bagaimana mengembangkan media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa Guru sudah mampu melaksanakan pembelajaran bermakna dengan menyusun materi yang bermakna, mengembangkan media yang bermakna, dan mengembangan pola pikir siswa secara maksimal (Subanji, 2014) dan akhirnya mampu membentuk karakter siswa. D. Kinerja Penilaian Pembelajaran Kinerja penilaian pembelajaran menggunakan indikator: (1) penilaian direncanakan dan pelaksanaannya sesuai dengan rencana; (2) kalau melaksanakan tes selalu dikoreksi dan hasilnya disampaikan kepada siswa; (3) melakukan tindaklanjut dari hasil penilaian; (4) melakukan remidi untuk siswa yang belum memenuhi KKM;
104, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
(5) membuat laporan berkala; dan (6) melakukan penilaian sikap. Adapun kinerja “penilaian pembelajaran” se-
belum dan di akhir kegiatan TEQIP disajikan pada Tabel 4 dan Diagram 4 berikut.
Tabel 4: Perbandingan Kinerja Penilaian Pembelajaran Sebelum dan Akhir Keg. TEQIP
KINERJA PENILAIAN PEMBELAJARAN
Penilaian oleh diri sendiri SEBELUM AKHIR TEQIP KEG.
Penilaian Sesuai dengan Rencana Hasil Penilaian Tindak Lanjut Hasil Penilaian Melaksanakan Remidi Laporan berkala Penilaian Sikap Rata-rata
Penilaian oleh Kepsek SEBELU AKHIR M TEQIP KEG.
Penilaian oleh Pengawas SEBELU AKHIR M TEQIP KEG.
3,3
4,4
3,2
4,4
3,2
4,6
3,6
4,8
3,3
4,6
3,0
4,8
3,5
4,6
3,6
4,6
3,3
4,8
3,2
4,4
3,3
4,5
3,2
4,5
2,9 3,4 3,32
4,2 4,6 4,50
2,8 3,5 3,28
4,4 4,6 4,52
3,1 2,8 3,10
4,4 4,2 4,55
5
Penilaian Sesuai dengan Rencana
4
Hasil Penilaian
3 2
Tindak Lanjut Hasil Penilaian
1 Melaksanakan Remidi
0 SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG. TEQIP
Penilaian oleh diri sendiri
SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG. TEQIP
Penilaian oleh Kepsek
SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG. TEQIP
Penilaian oleh Pengawas
Laporan berkala Penilaian Sikap
Diagram 4: Perbandingan Kinerja Penilaian Pembj. Sebelum dan di Akhir Keg TEQIP
Berdasarkan Tabel 4 dan Diagram 4 terlihat bahwa terjadi peningkatan kinerja penilaian pembelajaran untuk semua indikator. Trainer menilai ada peningkatan 1,18 poin; Kepala Sekolah menilai ada pening-
katan 1,23 poin; dan Pengawas menilai ada peningkatan 1,45 poin. Peningkatan pemahaman guru dalam kinerja penilaian pembelajaran nampak pada indikator: perencanaan penilaian, pemanfaatan hasil pe-
Subanji, Peningkatan Kinerja Guru Indonesia, 105
nilaian, dan pemberian remidi. Selama ini instrumen penilaian langsung diambilkan dari buku dengan “kurang” mempertimbangkan kesesuaiannya dengan indikator yang ditetapkan dalam RPP. Pemanfaatan hasil penilaian juga belum dilakukan secara baik. Sebagian guru belum memahami bahwa hasil penilaian seharusnya digunakan untuk perbaikan pembelajaran. Masalah remidial teaching masih banyak guru yang salah dalam memahaminya. Remidial teaching dipahami sebagai “tes ulang”, padahal semestinya ada pemberian materi lagi dan baru
dilakukan tes. Kesalahan dalam memahami masalah penilaian berdampak dalam praktik pembelajaran. E.
Kinerja Produktivitas Kinerja produktifitas diukur dengan indikator: (1) membuat media pembelajaran, (2) melakukan penelitian tindakan kelas, (3) menulis artikel ilmiah, (4) menyusun lembar kerja siswa, dan (5) menyusun bahan ajar. Adapun hasil penilaian kinerja produktivitas sebelum dan di akhir kegiatan TEQIP disajikan pada Tabel 5 dan Diagram 5 berikut.
Tabel 18. Perbandingan Kinerja Produktivitas Sebelum dan Akhir Keg. TEQIP
Penilaian oleh Penilaian oleh Kepsek Pengawas SEBELUM AKHIR SEBELUM AKHIR TEQIP KEG. TEQIP KEG. 2,5 4,4 3,3 4,8 2,0 4,2 3,0 4,2 2,1 4,2 3,1 4,6 3,0 4,1 3,1 4,4 2,9 4,5 3,2 4,5
Penilaian oleh diri sendiri SEBELUM AKHIR TEQIP KEG. 2,4 4,6 1,8 4,0 1,8 4,4 2,8 4,5 2,6 4,6
KINERJA PRODUKTIVITAS Membuat Media Pembelj Melakukan PTK Menulis Artikel Ilmiah Menyusun LKS Menyusun bahan ajar siswa Rata-rata
2,28
4,42
2,5
4,28
3,14
5 Membuat Media Pembelajaran
Penilaian oleh diri sendiri
Penilaian oleh Kepsek
AKHIR KEG. TEQIP
SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG. TEQIP
SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG. TEQIP
SEBELUM TEQIP
0
Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Menulis Karya/Artikel Ilmiah Menyusun lembar aktifitas/kerja siswa Menyusun bahan ajar siswa
Penilaian oleh Pengawas
Diagram 5: Perbandingan Kinerja Produktivitas Sebelum dan di Akhir Kegiatan TEQIP
4,5
106, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
Berdasarkan Tabel 5 dan Diagram 5 terlihat bahwa terjadi peningkatan kinerja produktivitas untuk semua indikator. Trainer menilai ada peningkatan 2,14 poin. Kepala Sekolah menilai ada peningkatan 1,78 indikator. Pengawas menilai ada peningkatan 1,36 poin. Kriteria peningkatan dari “rendah” ke “tinggi” menunjukkan adanya perubahan yang signifikan kinerja produktifitas guru. Sebelum mengikuti TEQIP sangat jarang guru menulis karya ilmiah (penelitian atau artikel ilmiah). Peneliti menelusuri perubahan kinerja produktifitas dengan mengadakan wawancara dengan guru. P: Apa yang paling berbeda dalam kinerja produktifitas Anda setelah mengikuti TEQIP? G: jujur saja, saya tidak pernah menulis artikel ilmiah, bahkan tahu cara membuat artikel ilmiah baru dari TEQIP. Saya juga sangat kaget dengan diri saya sendiri, eh.. ternyata bisa menulis artikel ilmiah. P: kalau Anda sudah membuat artikel ilmiah, apa ada berpengaruhnya untuk kinerja Anda? G: kan proses membuat artikel saya harus merancang pembelajaran yang baik, itupun setelah pembelajaran masih direfleksikan
lagi. Sehingga saya mendapatkan banyak manfaat dari menulis artikel ini, saya harus selalu belajar dan selalu memperbaiki pembelajaran. Dari wawancara tersebut terlihat bahwa guru mendapatkan pengalaman baru “membuat artikel ilmiah”, sekaligus pengalaman untuk senantiasa berinovasi dan memperbaiki diri dalam proses pembelajaran F.
Kinerja Profesional dan Aktualisasi Diri Kinerja profesional dan aktualisasi diri diukur dengan indikator: (1) Menjadi pemateri pelatihan kepada guru-guru SD melalui KKG, Dinas Pendidikan, Perguruan Tinggi atau lembaga lain; (2) Menyajikan makalah dalam seminar: (a) local, (b) regional, atau (c) nasional; (3) Membimbing siswa untuk kegiatan olympaide, lomba karya ilmiah, lomba bidang studi, atau siswa berprestasi; (4) Mengikuti lomba guru berprestasi, lomba karya ilmiah, lomba kreatifitas guru, dan sebagainya; dan (5) Melaksanakan lesson study. Adapun hasil penilaian kinerja profesional dan aktualisasi diri sebelum dan di akhir kegiatan TEQIP disajikan pada Tabel 6 dan Diagram 6 berikut.
Subanji, Peningkatan Kinerja Guru Indonesia, 107
Tabel 6: Perbandingan Kinerja Profesional dan Aktualisasi Diri Sebelum dan Akhir Keg. TEQIP
KINERJA PROFESIONAL DAN AKTUALISASI DIRI
Penilaian oleh diri sendiri SEBELUM AKHIR TEQIP KEG.
Menjadi pemateri pelatihan kepada guru-guru SD melalui KKG, Dinas Pendidikan, Perguruan Tinggi atau lembaga lain Menyajikan makalah dalam seminar: (a) local, (b) regional, atau (c) nasional Membimbing siswa untuk kegiatan olympaide, lomba karya ilmiah, lomba bidang studi, atau siswa berprestasi Mengikuti lomba guru berprestasi, lomba karya ilmiah, lomba kreatifitas guru, dan sebagainya Melaksanakan lesson study Rata-rata
Penilaian oleh Penilaian oleh Kepsek Pengawas SEBELUM AKHIR SEBELUM AKHIR TEQIP KEG. TEQIP KEG.
2,2
4,0
1,9
3,4
1,3
4,4
1,5
3,8
1,6
3,8
1,3
4,2
2,6
3,4
2,7
3,8
3,2
4,0
1,8
1,8
1,5
1,8
1,5
1,8
1,3 1,88
4,6 3,52
1,7 1,88
4,6 3,48
1,0 1,66
5,0 3,88
5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
Pemateri pelatihan Menyajikan makalah
Penilaian oleh diri sendiri
Penilaian oleh Kepsek
AKHIR KEG. TEQIP
SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG. TEQIP
SEBELUM TEQIP
AKHIR KEG. TEQIP
SEBELUM TEQIP
Membimbing siswa olympiade Mengikuti lomba guru berprestasi Melaksanakan lesson study
Penilaian oleh Pengawas
Diagram 6: Perbandingan Kinerja Profesional dan Aktualisasi diri Sebelum dan di Akhir Kegiatan
108, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 2, November 2015
Berdasarkan Tabel 6 dan Diagram 6 terlihat bahwa terjadi peningkatan kinerja profesional dan aktualisasi diri untuk semua indikator. Trainer menilai ada peningkatan 1,64 poin; Kepala Sekolah menilai ada peningkatan 1,60 poin; dan Pengawas menilai ada peningkatan 2,22 poin. Kriteria peningkatan kinerja profesional dan aktualisasi diri meningkat dari “rendah” menjadi “tinggi”. Perubahan yang sangat signifikan adalah aktualisasi diri dalam menyajikan seminar nasional. Mereka selama ini tidak pernah bisa membayangkan bagaimana menjadi penyaji dalam seminar nasional, dan akhirnya akhirnya mampu menjadi penyaji seminar nasional. Peningkatan kinerja profesional dan aktualisasi diri menunjukkan adanya upaya berkelanjutan dari guru untuk meningkatkan profesionalisme dirinya. Hal ini sesuai dengan tugas dan kewajiban diri guru dalam peningkatan keprofesian berkelanjutan DAFTAR RUJUKAN Bingolbali, E., Akkoç, H., Ozmantar, M.F., & Demir, S., 2010. Pre-Service and In-Service Teachers‟ Views of the Sources of Students‟ Mathematical Difficulties. International Electronic Journal of Mathematics Education. Vol 6 no 1, pp. 41-59 Bray, W.S., 2011. A Collective Case Study of the Influence of Teachers' Beliefs and Knowledge on ErrorHandling Practices During Class Discussion of Mathematics. Journal for Research in Mathematics Education. Number 1 Vol 42, pp. 2 - 38 Bercowitz & Bier, 2005. Research Based Character Education. ANNALS AAPSS, 591
(Subanji, 2015). Pengalaman baru dari guru benar-benar merubah pola pikir guru untuk menulis apa yang sudah dilakukan dan melakukan apa yang sudah direncanakan. Dengan pengalaman baru tersebut, mampu mendorong guru untuk selalu berkarya dan selalu berkomunikasi ilmiah dengan guru lain di seluruh nusantara. KESIMPULAN Kegiatan TEQIP telah membawa dampak pada peningkatan kinerja guru dalam (1) melaksanakan tugas sekolah dari kriteria baik menjadi sangat baik, (2) mempersiapkan pembelajaran dari kriteria baik menjadi sangat baik, (3) melaksanakan pembelajaran dari kriteria baik menjadi sangat baik, (4) mengembangkan dan melaksanakan penilaian dari kriteria cukup menjadi baik, (5) produktifitas dari kriteria cukup menjadi baik, dan (6) profesionalitas dan aktualisasi diri dari kriteria cukup menjadi baik.
Hill, Ball & Schilling, 2008. Unpacking PCK: Conceptualizing and Measuring Teachers’ Topic Specific Knowledge of Students. Journal for Research of Mathematics Education. Vol. 39 No 4, pp. 372400. Lannin, J.K., Webb, M., Chval, K., Arbaugh, F., Hicks, S., Taylor, C., & Bruton, R., 2013.The development of beginning mathematics teacher pedagogical content knowledge. Journal Math Teacher Educ, 16, pp. 46-63 Mason, J., 1998. Enabling teachers to be real teacher: Necessary levels of awareness and structure of attention. Journal of Mathematics Teacher Education, 1, 243–267.
Subanji, Peningkatan Kinerja Guru Indonesia, 109
Narvaez & Lapsley, 2006. Teaching Moral Character: Two Strategies for Teacher Education. Teaching for Moral Character. Vol 1. Niess, 2005. Preparing teachers to teach science and mathematics with technology: Developing a technology pedagogical content knowledge. Teaching and Teacher Education. Vol 21 (2005) 509–523. Sandt, S., 2007. Research Framework on Mathematics Teacher Behaviour: Koehler and Grouws’ Framework Revisited. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education,, 3(4), 343-350 Shein, 2012. Seeing With Two Eyes: A Teacher’s Use f Gestures in Questioning and Revoicing to Engage English Language Learner in Reapir of Mathematical Errors. Journal for Research in Mathematics Education. Vol 43 no 2 Spilkova, V. 2001. Professional development of teachers and student teacher through reflection of practice. The New Hampshire Journal of Education, 4, 9–14.
Subanji, 2013. Revitalisasi Pembelajaran Bermakna dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika Sekolah. Makalah disajikan di Seminar Nasional TEQIP 9 November 2013 di Universitas Negeri Malang. Subanji, 2014. TEQIP sebagai Wahana Mewujudkan Pembelajaran Bermakna dan Membangun Karakter Bangsa Makalah disajikan di Seminar Nasional TEQIP 2 Desember 2014 di Universitas Negeri Malang Subanji, 2015. Peningkatan Pedagogical Content Knowledge Guru Matematika dan Praktiknya dalam Pembelajaran melalui Model Pelatihan TEQIP. Jurnal Ilmu Pendidikan. Edisi 21 Nomor 1 Turnuklu, S. Yesildere, 2007. The Pedagogical Content Knowledge in Mathematics: Preservice primary mathematics Teachers’ Perspectives in Turkey. IUMPST Journal. Vol 1. 1 - 13