PENINGKATAN KETERAMPILAN SALAT FARDHU MELALUI METODE DEMONTRASI DAN MEDIA GAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS II MI DARUL FALAH DESA BAKALREJO KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010
Disusun Oleh: ITA KUSRINI NIM. 11407086
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini berisi materi yang belum pernah ditulis oleh penulis lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga Penelitian Tindakan Kelas ini berisi informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat meteri atau pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan di hadapan sidang munaqasah Penelitian Tindakan Kelas. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, September 2010 Penulis
Ita Kusrini NIM. 11407086
ii
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Salatiga 50721
Dosen STAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING Lampiran : 3 exemplar Hal : Naska PTK Saudari Ita Kusrini Kepada. Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Wr.Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini kami kirimkan naskah Penelitian Tindakan Kelas saudari, nama : Ita Kusrini nim : 11407086 jurusan/prodi : tarbiyah/pai judul : “PENINGKATAN KETERAMPILAN SALAT FARDHU MELALUI METODE DEMONTRASI DAN MEDIA GAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS II MI DARUL FALAH DESA BAKALREJO KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 ” Dengan ini kami mohon Penelitian Tindakan Kelas saudari tersebut segera dimunaqasahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Salatiga, September 2010 Pembimbing
H. Muh. Irfan Helmy, Lc, MA NIP. 19740104 2000 03 1 003
iii
KEMENTRIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Salatiga 50721
PENGESAHAN KELULUSAN
Penelitian Tindakan Kelas saudari : ITA KUSRINI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11407086, yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN SALAT FARDHU MELALUI METODE DEMONTRASI DAN MEDIA GAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS II MI DARUL FALAH DESA BAKALREJO KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 ” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Sabtu, tgl. 25 September 2010 yang bertepatan pada tgl 16 Syawal 1431 H dan telah diterima sebagai syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. Salatiga, 25 September 2010 M 16 Syawal 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutarmono, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Drs. Mahfud, M.Ag NIP. 19610210 198703 1 006
Hj. Maslikhah, S.Ag, M.Si NIP. 19700529 200003 2 001 Pembimbing
H. Muh. Irfan Helmy, Lc, MA NIP. 19740104 2000 03 1 003 iv
MOTTO
Artinya : 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
v
PERSEMBAHAN
Karya (PTK) ini penulis persembahkan untuk : 1. Bapak dan Ibu tercinta dengan do’a dan seluruh
pengorbanannya
yang
telah
mengukir segala asa, cita dan harapan. 2. Suamiku tercinta yang telah mendorong, memberi motivasi dan inspirasi. 3. Anak-anakku tersayang. 4. Teman-temanku
senasib
seperjuangan
yang telah membantu baik moril maupun materiel.
vi
ABSTRAK
Ita Kusrini (11407086), 2010 “PENINGKATAN KETERAMPILAN SALAT FARDHU MELALUI METODE DEMONTRASI DAN MEDIA GAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS II MI DARUL FALAH DESA BAKALREJO KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010 ”
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, Pembimbing : H. Muh. Irfan Helmy, Lc, MA. Kata kunci : media gambar, metode demonstrasi dan gerakan salat (1) Penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan pemahaman belajar fiqih, materi salat fardhu pada perserta didik kelas II MI Darul Falah Bakalrejo. Permasalahan utama yang ingin dijawab adalah : (1) Apakah metode demonstrasi dan media gambar dapat meningkatkan pemahaman salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah tahun 2010? (2) Apakah metode demontrasi dapat meningkatkan keterampilan gerakan salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah tahun 2010? (3) Apakah metode demonstrasi dan media gambar dapat memberikan pemahaman dan keterampilan salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah tahun 2010? Dalam menjawab permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif atau non statistik yaitu melalui siklus I, siklus II dan siklus III. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Metode demontrasi dan media gambar mampu meningkatkan pemahaman peserta didik kelas II MI Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan dalam proses pembelajaran tentang salat fardhu. (2) Metode demontrasi mampu meningkatkan keterampilan gerakan salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan. (3) Ternyata metode demontrasi dan media gambar dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan yang pada akhir siklus seluruh peserta didik tuntas seluruhnya atau tuntas 100 %. Berdasarkan temuan tersebut maka peneliti merekomendasikan kepada para pendidik agar dalam pembelajaran menggunakan media dan metode secara benar dan sesuai dengan perkembangan mental dan emosional serta disesuaikan dengan materi ajar.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabil’alamin. Puji syukur kepada Allah SWT, sebab tak ada dan tak pernah ada kata-kata yang pantas kecuali rangkaian kalimat syukur kita kehadirat Allah SWT. Dengan rahmat-Nya yang mulia, dan nikmat-Nya yang melimpah dan inayah-Nya yang sempurna sehingga penulis pada saat ini mampu menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rosolulloh SAW sebab beliaulah penyempurna akhlak yang mulia, dan telah member uswah khasanah pada kehidupan kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang terang benerang. Tersusun Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN
SALAT
FARDHU
MELALUI
METODE
DEMONTRASI DAN MEDIA GAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS II MI DARUL FALAH DESA BAKALREJO KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2010”. Kegiatan terakhir dari
serangkaian kegiatan studi penulis untuk meraih gelar Strata 1 Jurusan Tarbiyah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga beserta stafnya yang telah memberikan berbagai kebijakan untuk memanfaatkan segala fasilitas di STAIN Salatiga.
viii
2. H. Muh. Irfan Helmy, Lc,M.A selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna membimbing penulis. 3. Drs. Joko Sutopo selaku Kaprodi Ekstensi PAL 4. Bapak, Ibu Dosen STAIN Salatiga yang telah banyak berjuang dalam menegakkan agama dan kebenaran serta telah banyak memberikan dorongan kepada penulis. 5. Bapak Nyarman, A.Ma selaku Kepala MI Darul Falah Desa Bakalrejo Kec. Susukan Kab. Semarang beserta para guru yang telah membantu penulis selama mengadakan penelitian. 6. Ayahanda, ibunda dan anak-anakku yang tercinta yang tiada henti mendoakan penulis. 7. Teman-temanku senasib, selangkah dan seperjuangan yang telah membangkitkan semangat sehingga terselesaikannya skripsi ini. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis baik matriil maupun spiritual dalam melancarkan penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini. Penulis tidak dapat memberikan balasan atas kebaikan atas jasa-jasanya kecuali permohonan do'a kepada Allah SWT, semoga Allah SWT beridloi dan berkenan memberikan balasan yang berlipat ganda. Akhirnya, semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca yang budiman umumnya. Salatiga,
September 2010 Penulis
Ita Kusrini
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN DEKLARASI .........................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vi
ABSTRAK .................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Balakang Masalah ........................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
4
D. Hipotesis Tindakan................................................................
4
E. Manfaat Penelitian ................................................................
5
F. Metode Penelitian .................................................................
5
G. Sistematika Penulisan ............................................................
10
LANDASAN TEORI..................................................................
12
A. Metode Sebagai Skenario Pembelajaran ................................
12
B. Media Pembelajaran ..............................................................
24
C. Teori Pembelajaran dan Materi Ajar Tentang Salat ................
30
BAB II
x
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................
39
A. Gambaran Umum MI Darul Falah .........................................
39
B. Diskripsi Siklus I ...................................................................
46
C. Diskripsi Siklus II .................................................................
49
D. Diskripsi Siklus III ................................................................
51
BAB IV PEMBAHASAN DAN LAPORAN HASIL PENELITIAN .........
54
A. Hasil Penelitian .....................................................................
54
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................
68
PENUTUP ..................................................................................
71
A. Kesimpulan ...........................................................................
71
B. Saran .....................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
74
BAB V
LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam memiliki ciri khas sendiri dibanding dengan pendidikan yang lain. Adapun karakteristik atau ciri khas itu adalah tampak pada isinya yaitu pendidikan keimanan, ilmiah, amaliah, moral (etika) dan sosial (Noer Aly dan Munzier, 2000:68). Pendidikan keimanan merupakan pendidikan yang berwatak rabbani artinya menempatkan hubungan antara seorang hamba dengan Sang Kholiq. Sebab dengan pendidikan keimanan tersebut kehidupan individu akan bermakna dan memiliki tujuan yang baik, dorongan untuk belajar dan beramal akan tumbuh, akhirnya menjadi mulia, dan jiwanya menjadi bersih sehingga akan memperoleh individu yang memiliki kompetensi yang handal. Pendidikan keimanan merupakan sumber akhlak yang luhur, akhlak luhur akan menuntun manusia untuk menemukan kebenaran dan hakekat yaitu ilmu, sedangkan ilmu akan menuntun manusia untuk mengerjakan amal soleh dan perintah Allah SWT seperti salat fardlu sejak masa anak-anak sebagaimana sabda Rosulullah dalam sebuah hadits berikut (Muhammad Uwaidah, 2003:117)
وَفَرِ ُقىْا َب ْينَهُمْ فِى, وَاضْ ِر ُب ْىهُمْ عََليْهَاإِ َذبَلَ ُغىْا عَشْرًا,سبْعًا َ مُ ُروْاأَ وْالَدَكُمْ بِالّصَالَۃِ إِذَا بَلَ ُغىْا )جعِ (رواه احمد ِ الْ َمضَا
Artinya: Perintahkan anak-anak mu mengerjakan salat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah apabila mereka tidak mau mengerjakannya ketika berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (HR.Ahmad) Pada hakekatnya salat wajib bagi orang-orang yang beriman bagi orang yang sudah baligh. Tetapi perbuatan salat memang perlu dilatih sejak masa kanak-kanak seusia SD/MI kelas II agar terampil dan iman selalu ada dalam hatinya sehingga ketika dewasa salat bukan saja suatu kewajiban melainkan lebih dari itu yaitu suatu kebutuhan. Dalam menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketrampilan salat pada anak-anak diperlukan cara atau metode, media dan alat-alat atau sarana pembelajaran. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara atau seperangkat cara atau jalan yang diperlukan oleh guru secara sistematis melakukan upaya pembelajaran (Rasyad, 2003:109). Pendidikan
tentang
salat,
orang
tua
memiliki
kewajiban
memperingatkan untuk mendidik sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadistnya yang artinya “Barang siapa diberikan tanggung jawab mengasuh anak dan keluarga tetapi lalai membimbingnya dengan nasehat, maka ia akan ditolak masuk surga”. (Hadits Syarif). Yang dimaksud lalai adalah tidak bisa member nasehat secara bijak, adil, dan proporsional. Sebagai landasan yang fundamental bagi anak usia SD / MI adalah pendidikan tentang salat. Di sini seyogyannya ana dididik agar terampil
1
tentang bacaan dan gerakan salat dan seterusnya memadukan dalam pelaksanaan salat itu sendiri yang dimulai dari takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam. Diberikan pendidikan salat, terutama keterampilan tentang bacaan dan gerakan karena peserta didik kurang menguasai atau terampil dalam gerakan salat dan kurang fasih atau hafal bacaannya, seperti ketika rukuk tidak 90o anggota sujud kurang pas duduk takhiat awal dan akhir serta kadang-kadang gerakan dan bacaan kurang sesuai. Sedang media merupakan suatu perangkat yang berupa peralatan yang telah dirancang oleh guru untuk mengantarkan metode pembelajaran yang dipilih, sehingga peserta didik tertarik dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran tentang salat pada anak MI kelas II agar ketrampilan dalam gerakan salat tepat dan iman dalam hati menjadi kokoh maka perlu digunakan cara atau metode dan media yang sesuai dengan materi dan tingkat perkembangan anak. Di sini penulis memilih metode demontrasi dan media gambar gerakan salat setiap urutannya. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1.
Apakah metode demonstrasi dan media gambar dapat meningkatkan pemahaman salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah tahun 2010?
2.
Apakah metode demontrasi dapat meningkatkan keterampilan gerakan salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah tahun 2010?
2
3.
Apakah metode demonstrasi dan media gambar dapat memberikan pemahaman dan keterampilan salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: 1.
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman salat fardhu pada peserta didik kelas II dengan menggunakan metode demontrasi dan media gambar.
2.
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan gerakan salat fardhu melalui metode demonstrasi pada peserta didik kelas II MI Darul Falah.
3.
Untuk mengetahui pemahaman dan keterampilan dalam gerakan salat fardhu melalui metode demontrasi dan media gambar.
D. Hipotesis Tindakans Hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: “Jika metode demonstrasi dan media gambar diterapkan dalam pembelajaran, maka diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah dan indikator ketercapaiannya 90%”
3
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan pembelajaran, khususnya bagi guru yang mengajar materi salat fardhu, yaitu sebagai berikut: 1.
Memiliki gambaran tentang pembelajaran materi salat fardhu terutama materi salat fardhu.
2.
Dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul didalam kelas sekaligus mencari solusinya.
3.
Dipergunakan untuk menyusun program peningkatan pembelajaran salat fardhu kelas II semester genap pada proses belajar mengajar selajutnya.
F. Metode Penelitian 1.
Rancangan Penelitian Meskipun pada dasarnya tidak ada satupun metode dan media pembelajaran yang benar-benar sempurna, namun masalah yang seringkali muncul dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas adalah pemilihan metode dan media yang kurang efektif dan efisien, sehingga akan menghambat proses belajar peserta didik. Selain itu, penggunaan metode dan media pembelajaran yang sama yang dilakukan secara terus menerus tanpa adanya sebuah variasi pembelajaran juga berpotensi memunculkan kejenuhan peserta didik untuk
mengikuti proses
pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran dengan metode demontrasi dan
4
media gambar tentang salat fardhu peserta didik kelas II semester genap pada mata pelajaran fiqih MI Darul Falah Ds.Bakalrejo, Kec.Susukan Kab.Semarang. 2.
Lokasi dan Subjek Penelitian Adapun lokasi penelitian tindakan kelas (PTK) adalah di MI Darul Falah Bakalrejo, kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Adapun subjek penelitiannya adalah: a. Guru mata pelajaran fiqih MI Darul Falah Bakalrejo Kec.Susukan Kab.Semarang. b. Peserta didik kelas II MI Darul Falah Bakalrejo Kec.Susukan Kab.Semarang.
3.
Siklus Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilakukan melalui tiga siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Setiap siklus terdapat empat komponen langkah sebagaimana pendapat Stephen Kemmis and Robbin Mc. Taggart, terdapat empat komponen dalam penelitian tindakan kelas (Aqib,2008:22), yaitu: a. Perencanaan (planning) b. Aksi / tindakan atau pelaksanaan (acting) c. Observasi (observing), dan d. Refleksi (reflecting)
5
Tahap-tahap tersebut di atas dapat digambarkan dalam siklus sebagai berikut (Taggart, 1993:62).
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS III
Pelaksanaan
Pengamatan ? Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
4.
Instrument Penelitian a.
Pedoman Pengamatan Hal-hal yang termasuk dalam pengamatan di dalam penelitian ini adalah: 1) Aktifitas guru pada saat proses belajar mengajar dalam mendemonstrsikan metode yang digunakan. 2) Aktifitas peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar, ketika mempraktekkan gambar-gambat gerakan salat.
6
3) Mengamati ruang dan media yang digunakan dalam proses belajar mengajar. b.
Pedoman Dokumentasi 1) Buku raport 2) Daftar ulangan harian
5.
Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: a.
Metode Observasi Observasi adalah metode untuk mencarai data dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap gejala yang dihadapi (Arikunto, 1995:115). Metode ini digunakana untuk memperoleh data
tentang
aktifitas pendidik (guru) dan peserta, serta gambaran efektifitas penggunaan metode dan media dalam proses pembelajaran. Dalam penggunaan metode observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Arikunto, 1995:234). b.
Metode Dokumentasi Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti
menyelidiki benda-banda tertulis seperti buku-buku, majalah,
7
dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian dan sebagainya (Margono, 2000:156). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data tentang hasil belajar peserta didik yang diambil dari beberapa dokumen yang tersedia di madrasah berupa raport, ulangan harian, nilai-nilai tugas, dan sebagainya. c.
Metode Tes Metode tes merupakan suatu perangkat soal untuk mengetahui presentasi belajar peserta didik. Tes dapat di lakukan secara tertulis maupun lisan dan praktik. Dalam penilitian ini dilakukan tes secara: 1) Tertulis untuk menguji pengetahuan tentang salat. 2) Lisan untuk menguji hafalan-hafalan pada bacaan salat setiap ganti gerakan. 3) Praktik untuk mengukur keserasian bacaan dan gerakan dalam salat.
6.
Analis Data Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah pengolahan data. Menurut Moloeng yang mengutip pendapat Patton bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan situasi (Moleong, 1988:88). Dalam hal ini Miles menganjurkan langkah-langkah menganalisa data (Miles and Huberman, 1984:21) adalah:
8
a.
Reduksi Data Reduksi data adalah transformasi data kasar kedalam urutanurutan yang sesuai dengan tema.
b.
Display Data Adalah penyajian data dari hasil seleksi data dengan tema yang tengah diteliti.
c.
Verifikasi Data Yang
dimaksud
dengan
verivikasi
adalah
penarikan
kesimpulan berdasarkan pembahasan. Dalam menentukan verifikasi menggunakan ukuran prosentase dengan menggunakan rumus P = skor yang diperoleh / skor maksimum x 100% G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan yang akan dikaji, maka disusun sistematika skripsi sebagi berikut: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori yang terdiri dari: metode pembelajaran, media pembelajaran, teori pembelajaran, dan materi atau bahan ajar tentang salat. Bab III Pelaksanaan Penelitian yang terdiri dari: gambaran umum MI Darul Falah Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan, Deskripsi Pelaksanaan Siklus I, Deskripsi Pelaksanaan Siklus II, Deskripsi Pelaksanaan Siklus III
9
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari: diskripsi setiap siklus dan pembahasan hasil penelitian Bab V Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan dan saran
10
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Metode Sebagai Skenario Pembelajaran 1.
Pengertian Metode Secara lughowi metode berasal dari dua kata yaitu meta yang artinya melalui dan hados yang artinya cara atau jalan. Jadi metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan (Nata, 2002:91). Dalam praktiknya ternyata pengertian metode lebih meluas yaitu suatu jalan atau cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Kata metode disamakan dengan metodologi, dimana berasal dari tiga kata yaitu meta artinya melalui, hodos artinya cara atau jalan dan logos berarti ilmu atau secience. Jadi metodologi pembelajaran berarti cara atau seperangkat cara atau jalan yang dilakukan dan ditempuh oleh guru secara sistematis untuk melakukan pembelajaran yang telah diolah sehingga menjadi milik peserta didik (Rasyad, 2003:110) Bedasarkan pendekatan secara lughowi di atas nampak bahwa metode lebih menunjukkan kepada jalan dalam arti non fisik, yaitu jalan dalam bentuk ide yang mengacu kepada cara yang mengantarkan seseorang untuk sampai pada tujuan yang ditentukan. Secara terminologi atau istilah kata metode bisa membawa kepada pengertian yang bermacam-macam sesuai dengan konteksnya, tergantung aspek yang mau
11
diukur, aspek kognitif tentu metode yang berbeda dengan aspek psikomotor maupun aspek afektif. 2.
Fungsi Metode Secara keseluruhan metode yang ditawarkan untuk kegiatan pengajaran tersebut dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan tiga hal penting (Nata, 2001:193) yaitu: a)
Materi yang akan diajarkan, sebab materi yang berbeda metode mungkin juga berbeda.
b) Sasaran atau objek yang akan diberikan. c)
Sarana prasarana yang tersedia. Dengan pertimbangan ketiga kriteria tersebut suatu metode yang
digunakan akan efektif dan berdaya guna. Secara singkat metode pembelajaran dapat berfungsi sebagai berikut: a)
Pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan.
b) Merupakan sarana untuk menemukan, mengaji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu (Bernadib, 1990:85) Dari dua fungsi diatas terlihat bahwa pada intinya metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada objek sasaran dengan cara yang sesuai dengan perkembangan objek tersebut. Agar setiap metode betul-betul fungsional daloam pengajaran, maka dibutuhkan suatu prinsip dalam
penyampaiannya,
seperti
12
suasana
menyenangkan,
menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi, sehingga pelajaran mudah diterima. 3. Macam-macam Metode Bedasarkan aktivitasnya metode pembelajaran dibedakan menjadi tiga yaitu: a)
Metode pembelajaran yang terpusat pada guru (Teacher Centris) Yaitu cara pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pemberi informasi, pembina dan pengaruh dalam proses belajar mengajar (Nata, 2001:203). Model pembelajaran semacam ini didasarkan konsep mengajar yang bersifat rasionalitas akademis yang menekankan pada pemberian pengetahuan semata, tidak melihat adanya pembinaan dan pengembangan terhadap berbagai potensi para peserta didik. Konsep mengajar dengan Teacher Centris, menimbulkan akibat sebagai berikut: 1) Guru menitikberatkan
pada penguasaan bahan ajar semata,
tanpa mengetahui nilai-nilai apa yang dapat disentuh (Uzer Usman, 1997:42). 2) Yang ada hanya proses pengajaran tidak ada unsur pendidikan. 3) Produk
yang
didapat
Peserta
didik
yang
cukup
luas
pengetahuannya, tetapi tidak cukup mantap kepribadiannya. 4) Guru merasa paling super dan Peserta didik dianggap sebagai objek bukan sebagai subjek.
13
Model pengajaran semacam ini banyak terjadi dipedesaan dan di sekolah-sekolah yang terbatas sarana kependidikannya dan sarana informasi. b) Metode pembelajaran yang terpusat pada peserta didik (Student Centris) Menurut William H. Burton, mengajar adalahh upaya dalam memberikan perangsang (stimulan), bimbingan dan pengarahan, dan dorongan kepada Peserta didik agar terjadi proses belajar (Nata, 2001:205). Dari pernyataan ini berarti dalam proses belajar guru berusaha menciptakan berbagai peluang yang berpengaruh terhadap proses sehingga dengan sendirinya tercipta berbagai kebutuhan belajar. Dengan demikian yang pentig dan yang perlu di lakukan oleh guru adalah menciptakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi Peserta didik untuk belajar ringkas guru akan berperan sebagai director and facilitator of learning yakni pengarah dan pemberi fasilitas untuk proses belajar. Jadi subjek belajarnya adalah Peserta didik atau peserta didik. Inilah yang dinamakan student cencrits. c)
Metode pembelajaran yang terpusat antara guru dan peserta didik Pada metode pembelajaran teacer centris kegiatan di dominasi oleh guru, dan pada metode pembelajaran student centris kegiatan di dominasi oleh peserta didik, maka pada metode ini terjadi ineraksi antara guru dan peserta didik secara bersama-sama.
14
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar, sehingga bisa di sebut interaksi edukatif. Dengan konsep metode ini, maka pernan guru yang terpenting adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan dan dilakukan dalam
suatu situs tertentu,
serta
berhubungan dengan perubahan tingkah laku dan perkembangan Peserta didik yang menjadi tujuannya. Penerapan metode ini guru dituntut suatu persyaratan sebagai berikut: 1) Harus mengetahui nilai-nilai apa yang dapat di sentuh oleh materi pelajaran. 2) Harus mengetahui kepribadian peserta didik. 3) Harus mengetahui psikologi perkembangan anak. 4) Guru harus dapat dijadikan figur tauladan khasanah. 5) Guru harus terampil dan cakap. Secara rinci, untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas dalam proses belajar mengajar, digunakan (dipilih) metode-metode berikut: a) Metode ceramah Dalam islam metode ceramah disebut metode khotbah atau thariqah al-muhadarah, atau disebut juga Pareacing Method.
Metode
ceramah
adalah
penyampaian
bahan
pembelajaran secara lisan (Rasyad, 2003:11). daya tarik
15
ceramah berbeda-beda, tergantung pembicara, materi ajar, prestasi terdahulu dan gaya pembicara. Metode cermah memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Ekonomis 2) Praktis dan efektif dalam mengajikan informasi, konsep dan ilmu dan gagasan. 3) Dapat di pakai pada seluruh bahan ajar (terutama pada saat dimulai proses belajar mengajar Sedang kelemahannya adalah : 1) Guru yang lebih aktif. 2) Peserta didik pasif. 3) Kurang cocok untuk membentuk life skill dan sikap-sikap tertentu. 4) Hanya cocok untuk materi-materi sosial dan serempunnya. b) Metode diskusi Disebut juga discussions methode atau Thariqah AlMunaqosah. Metode diskusi adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran
mlalui
wahana
tukar
pendapat
bedasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan masalah (Rahman Saleh, 2000,115). Dalam metode ini Peserta didik mempelajari suatu melalui cara musyawarah diantara sesama mereka dibawah pimpinan atau
16
bimbingan guru. Kelebihan-kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut: 1) Berlangsung demokratis 2) Dapat memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengemukakan ide, mencari kebenaran, berargumentasi dan mengeritik yang membangun. 3) Mempertinggi daya nalar 4) Membuat proses belajar mengajar lebih harmonis dan bergairah. 5) Kelemahan-kelemahan metode ceramah adalah: 6) Peserta didik yang bodoh semakin bodoh. 7) Peserta didik yang pasif tetap pasif. 8) Alur pembicaraan didominasi oleh Peserta didik yang pandai. 9) Proses yang kurang kontrol akan dihasilkan kritik yang kebablasan. c) Metode tanya jawab Yaitu cara guru mentransformasikan bahan ajar melalui tanya jawab antara guru dengan peserta didik atau antar peserta didik
(Rasyad
2003:112).
Dalam
metode
ini
dapat
dikembangkan keterampilan dan kemampuan; mengamati, mengintepretasi,
mengklasifikasi,
menerapkan dan mengkonsumsikan.
17
menarik
kesimpulan,
Pertanyaan yang baik memiliki ciri-ciri (Ibid:100). sebagai berikut: 1) Bersifat mengajak dan merangsang untu berfikir. 2) Kata-kata yang digunakan harus jelas dan mudah dipahami serta singkat. 3)
Pertanyaan harus mengandung suatu penafsira.
4) Setiap pertanyaan hanya mengandung suatu indikator. 5) Mengandung tujuan tertentu. 6) Pertanyaan harus sesuai dengan taraf kecerdasan atau pengalaman Peserta didik. Menurut teori Taksonomi Bloom yaitu teori mengenai klasifikasi berbagai ilmu pengetahuan ada enam macam pertanyaan yang baik untuk dijadikan pertanyaan jawab, yaitu pertanyaan: 1) Mengenai ingatan, memori atau hafalan. 2) Mengenai pemahaman atau insight. 3) Mengenai penerapan atau aplication. 4) Mengenai analisis. 5) Mengenai kemampuan berfikir kreatif dan sintesis. 6) Bersifat penilaian atau evaluatif. Waktu memberikan pertanyaan bisa diawal sebelum proses belajar mengajar masuk pada materi tertentu, sebagai pre test, dan bisa diakhir pertemuan sebagai post test.
18
d) Metode pemberian tugas (penguasaan) Yaitu cara guru dalam mengelola pembelajaran dengan jalan memberi tugas yang harus dikerjakan. Tugas atau penugasan sering disebut pekerjaan rumah (PR) dan diberikan secsra kelompok maupun perorangan. Secara konvensional tugas pada umumnya dikerjakan dirumah, tetapi dengan adanya perkembangan zaman tugas tugas bisa dikerjkan diperpustakan, laboratorium, halaman sekolah atau di tempat-tempat lain yang membuat Peserta didik sesuai. Dalam penerapannya, metode penugasan berlangsung melalui empat tahap, yaitu: 1) Merumuskan tujuan yang jelas. Tujuan yang ingin dicapai hendaknya bersifat: a) Merangsang untuk berinisiatif, bertanggungjawab dan mandiri. b) Dapat membangkitkan minat dan motivasi. c) Memperkaya pengaduan yang telah ada. d) Memperkuat hasil belajar yang diperoleh sebelumnya. 2) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas disini seseorang guru menjelaskan aspek-aspek yang harus dipelajari. 3) Program penyayaan. Program ini diberikan kepada peserta didik yang telah menyelesaikan tugasnya lebih awal dari waktu yang
19
ditentukan, agar Peserta didik atau kelompok Peserta didik yang telah selesai tetap sibuk dengan soal atau tugas yang lain. Program pengayaan dibedakan menjadi dua kategori (Ibid:109), pertama, pengayaan yang bersifat horizontal artinya tugas yang diambil dari pokok bahasa atau sub pokok bahasan yang akan dibahas berikut. 4) Program perbaikan atau remidial Program ini diberikan kepada Peserta didik atau peserta didik yang belum dapat menuntaskan tugas dalam waktu yang telah ditentukan seecara umum batas belajar tunas adalah 75%. Program pengulangan ini hanya pada soal-soal yang belum tuntas saja. e) Metode latihan atau training atau driell Yaitu suatu cara yang digunakan oleh guru dengan jalan memberikan
latihan
untuk
memberikan
latihan
untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman yang akhirnya akan akan menimbulkan perubahan tingkah laku. 1) Metode pelatihan memiliki ciri-ciri (Ibid:359):
Menitikberatkan pada keterampilan sebab mengukur aspek psikmotor.
Meningkatkan keterampilan melalui proses belajar mengajar.
20
Diperlukan juga metode praktik penyelesaian masalah atau soal-soal.
Waktunya lebih singkat.
2) Prinsip-prinsip belajar menggunakan metode pelatihan (Ibid:360):
Belajar lebih berarti
Setiap Peserta didik mempunyai potensi alamiah untuk belajar.
Beljar lebih berhasil dari pengalaman langsung.
Belajar dengan inisiatif sendiri.
3) Strategi pembelajaran dengan metodee latihan:
Mengusahakan adanya suasana belajar yang nyaman.
Mengusahakan adanyasuatu mekanisme perencanaan bersama.
Menyiapkan kebutuhan belajar.
Merumuskan tujuan.
Merencanakan pengalaman belajar.
Melaksanakan program latihan.
Menilai pelaksanaan program secara kontinew. Dalam suatu pelaksanaan proses belajar mengajar
biasanya penggunaan metode tidak tunggal tetapi perpaduan, seperti kegiatan praktik dimasuki metode latihan, ceramah, tanya jawab dan bahkan bisa metode yang lain.
21
f)
Metode Praktik (Demontrasi) sebagai alternatif pembelajaran PAI (Fiqih) Yaitu cara mengajar dengan memberikan kesempatan peserta didik (individual atau kelompok) untuk melatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri (Ibid:111): Pada umumnya metode ini diikuti metode demontrasi, artinya guru mencoba dan mempertunjukkan lebih dahulu kepada peserta didik. Melalui kegiatan ini, keaktifan Peserta didik dapat diaktualisasikan melalui merencanakan eksperimen, menemukan faktor, mengumpulkan data, dan memecahkan masalah serta menarik kesimpulan. Penerapan kegiatan praktik ini tidak saja terbatas pada mata pelajaran sains saja tetapi dapat diterapkan mata pelajaran yang lain yang menuntut kemampuan atau aspek psikomotor. Sebagai contoh pada mata pelajaran fiqih dapat dilakukan praktik ibadah seperti; bersuci (thaharoh / wudlu dan salat), salat, puasa, zakat, infak dan shadaqah serta manasik haji Kelebihan metode praktik (demontrasi) : 1) Perhatian dan konsentrasi peserta didik lebih terfokus. 2) Lebih membekas dan bertahan lama sebab Peserta didik mengalami sendiri dan langsung. 3) Motivasi meningkat karena seluruh panca indera terlibat. 4) Memperkecil konsep verbalisme.
22
Kelemahannya adalah : 1) Biasanya mahal sebab butuh peralatan dan bahan-bahan praktik. 2) Butuh persiapan yang matng dan cukup. 3) Butuh konsentrasi yang benar-benar dan sungguh-sungguh. B. Media pembelajaran 1. Pengertian Media Media berasal dari bahasa latin medium, yamg artinya perantara atau pengantar, artinya merupakan sarana perantara pesan atau informasi belajar yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima pesan (Raharjo,1986:47). Dalam hal ini dalam proses belajar mengajar, sumber pesam adalah guru atau pendidik, dan penerima pesan adalah murid atau peserta didik. Secara sadar sebetulnya guru atau pendidik adalah sebagai sumber pesan dan sekaligus sebagai, media belajar yang hidup dalam kelas, oleh karena itu kemampuan memilih media dan penampilannya ikut menentukan keberhasilan dan kwalitas proses belajar mengajar. Penggunaan media pengajaran dapat membantu pencapaian keberhasilan belajar, hal ini, menurut Sudarwan Damim, bahwa hasil penelitian telah banyak membuktikan efektifitas penggunaan alat bantu atau media dalam proses belajar mengajar di kelas terutama dalam hal peningkatan prestasi peserta didik (Danim, 1995:1). Sebagai bukti banyak
23
lembaga pendidikan yang alat bantu (medianya) terbatas mutu belajar dan sekolahnya rendah. Penggunaan media pembelajaran di kelas merupakan sebuah kebutuhan yang dapat mendukung secara efektif dalam membantu terjadinya proses belajar mengajar. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami peserta didik tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bakal hidup di masa sekarang dan akan datang. Untuk mewujudkannya adalah menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri peserta didik. Menurut penulis media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perhatian, perasaan dan keinginan peserta didik sehingga timbul motivasi proses belajar mengajar . Media pembelajaran dalam praktiknya memiliki nilai-nilai praktis (Raharjo, 1986:51) yang berupa kemampuan untuk: a. Membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah. b. Membawa objek yang berbahaya dan sulit untuk dibawa ke dalam kelas, seperti binatang buas, bola bumi, dan sebagainya. c. Menampilkan objek yang terlalu besar, seperti candi borobudur. d. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, seperti microorganisme. e. Mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion.
24
f. Memungkinkan
Peserta
didik
berinteraksi
langsung
dengan
lingkungannya. g. Memungkinkan
keseragaman
pengamatan
dan
persepsi
bagi
pengalaman belajar. h. Membangkitkan motivasi blajar. i.
Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar.
j.
Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
k. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu dan rung. l.
Mengontrol arah maupun kecepatan belajar Peserta didik.
2. Jenis-jenis Media Dalam pengoperasian media pembelajaran kemampuan guru dalam mengembangkan
dan
melakukan
pembaharuan
media
pengajaran
merupakan salah satu indikator kompetensi propesionalnya. Guru harus aktif mencari dan mengembangkan sistem pendidikan yang terbuka bagi inovasi teknologi media pengajaran. Terkait dengan semakin beragamnya media pengajaran, maka dalam memilih media perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut: a. Kejelasan maksud dan tujuan pemilihan media, apakah untuk keperluan hiburan, informasi, pembelajaran atau yang lainnya.
25
b. Familiaritas media, yang melibatkan pengetahuan akan sifat dan ciriciri media yang akan dipilih. c. Sejumlah media dapat diperbandingkan karena adanya beberapa pilihan yang kiranya lebih sesuai dengan tujuan pengajaran. Menurut Rudy Bretz media pengajaran dibedakan (Rasad, Op.cit:123) menjadi : a. Audio visual gerak, seperti film suara, pita video, film TV. b. Audio visual didalam, seperti TV diam, Slide, film suara. c. Audio semi gerak seperti, tulisan jauh. d. Visual gerak, seperti film bisu. e. Visual diam, seperti faximile. f. Audio seperti, tepe, telepon, radio. g. Media cetak seperti, teletik, email. Dengan beraneka ragamnya media seorang pendidik dalam memilih media selain mempertimbangkan prinsip” di atas juga juga harus mencari, menentukan, dan memilih yang memenuhi kebutuhan belajar anak, menarik minat anak sesuai dengan perkembangan kematangan dan pengalamannya serta karateristik khusus yang ada pada kelompok belajarnya yaitu kondisi mental yang berhubungan dengan usia perkembangan belajar. 3. Tujuan Penggunaan Media Secara metodologis penggunaan media pendidikan bertujuan sebagai berikut:
26
a. Membantu memperjelas pokok bahasa yang disampaikan. b. Membantu guru dalam memimpin diskusi c. Membantu meringankan peranan guru d. Membantu merangsang peserta didik dalam berinteraksi e. Membantu mendorong peserta didik aktif belajar f. Dapat mengatasi masalah ruang, tempat dan waktu g. Memberi pengalaman nyata kepada peserta didik Singkatnya secara pedagogis dan psikologis dapat memenuhi harapan peserta didik untuk aktif mengikuti dari awal sampai akhir dalam proses belajar mengajar. 4. Manfaat Media Pembelajaran Secara pedagogis dan psikologis media pembelajaran dapat memenuhi harapan peserta didik untuk aktif mengikuti proses belajar mengajar dari awal sampai akhir sehingga hasil yang dicapai dapat optimum. Disamping itu dapat merangsang motivasi dengan menggunakan metode
mengajar
yang
berfariasi
sehingga
alat
indera
dapat
difungsionalkan, sebab alat indera sebagai golden gate atau pintu gerbang ilmu pengetahuan. Secara umum media pengajaran mempunyai tiga fungsi, pertama, fungsi Stimulasi yang dapat menimbulkan ketertrian untuk mempelajari dan mengetahui lebih lanjut bahan ajar. Sehingga proses pembelajaran menyenangkan dan tidak membosankan, kedua, fungsi mediasi yang merupakan perantara antara guru dan peserta didik, sehingga media bisa
27
disebut sebagai jembatan komunikasi, ketiga, fungsi informasi yang menampilkan penjelasan bahan ajar. Dari fungsi di atas media pengajaran dapat dimanfaatkan (Danim, Op.cit:13) sebagai berikut: a. Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan keepatan belajar (rate of learning). b. Memberi kemungkinan yang sifatnya lebih adividual dengan jalan memperkecil atau mengurangi kontrol guru yang tradisional dan kaku. c. Memberi dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan menyajikan program pengajaran yang lebih logis dan sistematis. d. Pengajaran dapat dilakukan secara mantap karena pemanfaatan media. e. Meningkatkan terwujudnya kedekatan belajar antara kenyataan di kuar kelas dengan di dalam kelas. f. Memberikan pengajian pendidikan lebih luas, sebab media tidak terlalu menekankan batas ruang dan waktu. 5. Media Gambar Media gambar termasuk media visual diam atau visual aid artinya media yang memiliki kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak menampilkan suara maupun gerak. Dengan mudahnya didapat media gambar, baik buat sendiri atau membeli, maka guru fiqih atau guru agama Islam dalam mengajarkan materi salat selalu menggunakan gambar gerakan salat sebagai media pengajaran. Dalam pembelajaran salat fardu sedikitnya dibutuhkan gambar
28
gerakan salat
sebanyak 10
gambar,
yaitu berdiri
sambil
niat,
takbiratulihrom, bersedekap, rukuk, iktidal, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk tasyahud awal, duduk tasyahud akhir dan salam. Media visual diam atau gambar
mempunyai kemampuan
menyampaikan informasi dan pesan-pesan pembelajaran secara visual, tetapi tidak dapat menampilkan suara maupun gerak. Secara umum manfaat madia gambar sama dengan media yang lain yaitu berfungsi sebagai stimulasi, mediasi, dan informasi, yang membedakan adalah media gambar lebih sederhana, mudah didapat dan tepat untuk anak usia Sekolah Dasar. C. Tori Pembelajaran dan Materi Ajar Tentang Salat 1. Teori Pembelajaran a. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan berusaha membuat rumusan tentang pengertian atau definisi belajar. Di bawah ini diberikan beberapa pengertian menurut para pakar pendidikan sebagai berikut: 1) Witheringtan, dalam buku Educational Rycologi mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai sesuatu pola baru dari reaksi yang berrupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian” (Muhibin, 2001:56). 2) Morgan,
dalam
buku
Intruduction
to
Psycology
(1978)
mengemukakan. “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif
29
menetapdalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Ibid:56). 3) Menurut Charles E. Skinner “Learning is a procces of progressive behavior or adaptation” bahwa belajar adalah proses penyesuaian tingkah laku kearah yang lebih maju (Ibid:56). Dari pengertian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku berkat adanya interaksi antara satu individu dengan individu yang lain. Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya masih lemah atau kurang. Perubahan tersebut akan semakin terlihat jika orang atau individu tersesat telah melakukan kegiatan belajar yang berulang-ulang sehingga pengalaman belajar telah melekat benar-benar dalam diri, sebagai gambaran mudah orang atau individu yang dahulunya bisa akan menjadi bisa kemampuan dan perubahan tingkah laku tersebut didasarkan kepada kemauan individu untuk menerapkan pengalaman belajarnya. Tingkah laku manusia dapat dilihat dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek tersebut. Dari uraian di atas belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
30
b. Prinsip-prinsip dalam belajar Dalam bukunya Dalyono, Psikologi Pendidikan disebutkan beberapa prinsip dalam belajar. 1) Kematangan jasmani dan rohani Salah satu pendidikan akan dimulai pada diri anak adalah adanya kematangan jasmani dan rohani. Kematangan jasmani memberikan gambaran di atas minimal umur sertakondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar, dapat dicontohkan dimana banyak sekali sekolah dasar yang memberikan batas minimal umur anak untuk diterima pada lembaga pendidikan ini. Sedangkan kondisi rohani memungkinkan anak telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar karena dalam taraf ini anak yang biyasanya berfikir mudah mulai digugah kemampuan berfikir. Ingatan, fantasi dan sebagainya, sehingga hal ini perlu dipersiapkan. 2) Memiliki Kesiapan Dalam segala hal ini mungkin dibutuhkan suatu kesiapankesiapan merupakan suatu cara dimana sudah diperkirakan dari awal yang akan dihadapi. Kesiapan disini bisa berupa kesiapan fisik, mental maupun perlengkapan belajar. 3) Memahami Tujuan Pemahaman tujuan terhadap apa yang kita lakukan mutlak diperlukan. Prinsip ini sangat penting dimiliki mengingat hal ini
31
akan sangat bermanfaat bagi anak untuk dapat mentelesaikan dengan baik kegiatan yang dilakukan dan mampu menyelesaikan dengan cepat. 4) Memiliki Kesungguhan Kesungguhan merupakan suatu kebetulan tekad untuk melakukan suatu kegiatan, orang yang belajar harus sungguhsungguh untuk melakukan kegiatan tersebut. 5) Ulangan dan Latihan Apa saja yang dipelajari perlu suatu koreksi proses suatu belajar merupakan suatu kegiatan yang berulang-ulang. Semakin banyak mengulang maka akan semakin mengena dalam pikiran sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. c. Tipe-tipe Belajar 1) Belajar Abstrak Belajar abstrak ialah yang menggunakan cara berfikir abstrak, yang fungsinya untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata, dalam belajar ini individu akan menggunakan akal yang kuat untuk menyelesaikan persoalan yang ada disamping penguasaan atas prinsip konsep dan generalisasi, sebagai contoh proses belajar mengajar pada mata pelajaran sejarah, PPKn, Bahasa Indonesia, dan mata pelajaran lain yang serumpun. Tipe belajar abstrak hanya cocok untuk mengukur aspek kognitif dan bila mungkin aspek afektif.
32
2) Belajar Keterampilan Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yang berhubungan dengan urat saraf dan otot-otot. Di sini akan lebih dipentingkan berbagai macam latihan yang dapat diamalkan individu guna memperoleh pengalaman. Tipe belajar keterampilan menggunakan life skil sehingga dapat megukur aspek kognitif, afektif dan bahkan psikomotor. d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah perolehan hasil belajar peserta didik dalam waktu tertentu. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi beljar Peserta didik dibedakan menjadi: 1) Faktor internal Peserta didik Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri Peserta didik iu sendiri yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis. Aspek fisiologis adalah aspek yang bersifat jasmaniyah atau jasadiyah, seperti tingkat kebugaran tubuh, kesehatan indera pendengaran, penglihat dan lain-lain. Aspek psikologis adalah aspek yang bersifat rohaniyah, sepertti tingkat kecerdasan Peserta didik, sikap Peserta didik, bakat/talenta Peserta didik, minat Peserta didik dan motivasi Peserta didik. 2) Faktor eksternal Yaitu faktor yang berasal dari luar Peserta didik seperti kondisi lingkungan sosial dan lingkungan nansosial di sekitar
33
Peserta didik. Lingkungan sosial sekolah seperti, orang tua, guru, staf administrasi, teman-teman, masyarakat sekitar dan tetangga. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga Peserta didik itu sendiri. Sebagai ilustrasi ikuti contoh atau realita berikut: Kebiasaan yang diterapkan orang tua Peserta didik dalam mengelola geluarga (family management practice) yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih banyak lagi, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan ia cenderung berperilaku menyimpang dari tata tertib dan indisipliner. Lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar. Faktor-faktor ini ikut mempengaruhi hasil belajar Peserta didik, sebab faktor-faktor tersebut dapat merangsang sistem memori Peserta didik dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajarin Peserta didik. 3) Faktor pendekatan belajar Yaitu jenis upaya belajar Peserta didik yang meliputin strategi dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar. Dengan strategi dan metode pembelajaran yang kreatif, inovatif, dedaktif, unik dan variatif dapat merangsang
34
respons Peserta didik ke arah pemikiran yang selalu berusaha mengaktualisasikan kemampuan atau potensinya. 2. Materi Ajar Tentang Salat Fardu Sesuai dengan yang tertera pada silabus mata pelajaran Fiqh kelas II semester gasal adalah sebagai berikut : a. Standar Kompetensi Mempraktikkan salat fardhu b. Kompetensi Dasar 1) Menyebutkan ketentuan tata cara salat fardhu 2) Mempraktekkan kesesuaian gerakan dan bacaan salat fardhu c. Materi Pembelajaran 1) Pengertian salat fardhu 2) Syarat sah salat fardhu 3) Rukun salah fardhu 4) Melafalkan niat salat fardhu 5) Menghafalkan bacaan salat fardhu 6) Tata cara salat fardhu 7) Memperagakan gerakan salat d. Indikator 1) Menjelaskan pengertian salat fardhu 2) Menyebutkan syarat sah salat fardhu 3) Menyebutkan rukkunnya salat fardhu 4) Melafalkan niat salat fardhu
35
5) Melafalkan bacaan salat fardhu 6) Menjelaskan bacaan wajib dan sunah 7) Menjelaskan gerakan wajib dalam salat 8) Menyebutkan hal-hal yang membatalkan salat fardhu 9) Memperagakan gerakan salat sesuai urutan 10) Mendemontrasikan bacaan dalam gerakan salat fardhu e. Keterampilan Dalam Salat Dalam kegiatan salat terutama salat fardhu harus ada keterampilan seperti gerakan dalam salat yang dibarengi dengan bacaan. Jadi antara gerakan dan bacaan salat harus ada keserasian sehingga benar. Adapun keserasian antara gerakan dan bacaan salah adalah : 1) Niat Niat dilakukan dalam keadaan berdiri tegak (bila mampu) dengan menghadap kiblat. Niat dilakukan dalam hati yang diawai dengan membaca lafal niat. 2) Takbiratulihram Yaitu mengangkat kedua tangan sejajar bahu atau telinga dengan diikuti bacaan takbir yaitu Allahuakbar. 3) Bersedekap Yaitu meletakkan tangan di atas dada, tangan kanan di atas tangan kiri. Bacaan yang dibaca adalah doa iftitah, surat alfatihah dan surat Al Qur‟an
36
4) Rukuk Yaitu membungkukkan badan, punggung lurus sejajar dengan kepala dan kedua tangan diletakkan pada lutut. Dalam rukuk membaca subkhana robbiyal „adzimi wabihamdih 3x. 5) Iktidal Yaitu berdiri tegak setelah bangun dari rukuk, sambil membaca samiAllahuliman hamidah. 6) Sujud Yaitu gerakan menunduk sehingga mata, dahi dan hidung menempel di tempat sujud. Sambil membaca subkhana robbiyal a‟la wabihamdih 3x. 7) Duduk diantara dua sujud Dalam duduk ini membaca robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa‟nii warzuqnii wahdinii wa‟aafinii wa‟fuannii. 8) Duduk tasyahud awal Duduk ini disebut juga duduk iftirasy. Dalam duduk ini membaca tasyahud awal. 9) Duduk tasyahud akhir Duduk ini disebut duduk tawaruk. Dalam duduk ini membaca tasyahud awal, salawat nabi dan do‟a tambahan 10) Salam Yaitu menoleh ke kanan dan kemudian ke kiri sambil mengucap salam yaitu assalamualaikum warohmatuullah.
37
BAB III PELAKSANAAN PENEITIAN
A. Gambaran Umum MI (Madrasah Ibtidaiyah) di Bakalrejo 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Dengan
semakin
meningkatnya
laju
perkembangan
yakni
pembangunan manusia seutuhnya, baik jasmani maupun rohani, maka pendidikan tidak kalah pentingnya dalam mengisi pembangunan, justru menjadi bagian penting dalam membangunn manusia Indonesia seutuhnya. Di samping itu sering sekali dengan adanya pertumbuhan penduduk berarti bertambah usia anak-anak sekolah. Karena penduduk yang usia sekolah dasar (MI) dengan juga gigihnya semangat bersekolah di waktu itu Desa Bakalrejo belum ada sekolahan, kemudian para ulama dan tokoh masyarakat Desa Bakalrejo bermufakat dan bermusyawarah untuk mendirikan sekolahan, sekitar tahun 1959 tepatnya tanggal 27 Juli 1959 dengan nama MWB (Madrasah Wajib Belajar) atau jenis tingkat ibtidaiyah / Dasar. Pada waktu itu dalam rangka membina peningkatan segera diadakan reinventarisasi dan her regrestasi, perguruan agama swasta yang ada dalam wewenang inspeksi Pendidikan Agama Perwakilan Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah. Waktu itu pemerintah tidak hanya tinggal diam begitu saja. Melainkan berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bersekolah yaitu dengan mendirikan MWB (Madrasah Wajib Belajar) menjadi MI (Madrasah Ibtidaiyah) tahun 1962 dengan pendiri: 38
1. Bp. Slamet
4. Bp. Kusnan
2. Bp. Suliyat
5. Bp. Nursalim
3. Bp.Mansur
6. Bp. Syamsuri
Sedang yang mengajar saat itu adalah: 1. Bp. Muhammad
4. Bp. Sugeng
2. Bp. Mashudi
5. Bp. Khariri
3. Bp. Dorrohiman 6. Bp. Muslich Dengan berdirinya MWB menjadi MI, maka dari tahun ke tahun mengalami pergantian kepala Madrasah sanpai sekarang. Adapun urutan kepala madrasah dari pertama sampai sekarang,seperti terlihat pada table berikut : Tabel 3.1 Urutan Kepala Madrasah No
Nama
Tahun Tugas
Masa Tugas
1
Slamet
1959 – 1965
6 tahun
2
Muhammad
1965 – 1967
2 tahun
3
Nursalim
1967 – 1969
2 tahun
4
Sugeng
1969 – 1971
2 tahun
5
Muslich
1971 – 1975
4 tahun
6
Subiyanto
1975 – 1999
24 tahun
7
Toyibi
1999 – 2002
3 tahun
8
Nyarman
2002 – Sekarang
Adapun MI di Bakalrejo mengalami peningkatan dan kemajuan peserta didik yang dari kelas 1 sampai IV berjumlah 79 sampai 150 peserta didik. Namun pada tahun 1971 sampai 1986 dari kelas II sampai VI
39
berjumlah 300 berkisar sampai 425 peserta didik. Namun dari tahun 1986 sampai sekarang mengalami kemunduran. Dengan berdirinya MI Bakalrejo dapat mencittakan manusia yang cerdas dan berbakat dalam membangun negara dan dapat menciptakan tujuan para ulama yang diharapkan. 2. Letak Geografis Pada dasarnya mengenai lokasi MI bakalrejo terletak di dusun karangsari desa bakalrejo kecamatan susukan, kab. Semarang dengan luas perkarangan tanah 1345 m. Untuk kegiatan proses belajar mengajar di dalam pendidikan agama islam, dalam suatu kegiatan dapat berjalan lancar, kepala sekolah beserta guru-guru merupakan pendukung yang berpengaruh bagi Peserta didik. Keadaan lingkungan berpengaruh bagi Peserta didik: a. Sebelah selatan jalan raya b. Sebelah utara jalan penghubung antara manyaran dan bakalrejo c. Sebelah timur perumahan penduduk d. Sebelah barat gang masuk menuju ke masjid e. Di sekeliling sekolahan adalah rumah penduduk 3. Fasilitas Madrasah Fasilitas sekolah dalam bentuk sarana dan prasarana yang memadai mutlak ada dalam setiap lembaga pendidikan untuk dapat dipergunakan setiap saat. Berkenaan dengan sarana dan prasarana yang ada di MI Bakalrejo, dapat dikategorikan memenuhi syarat, meskipun masih ada
40
kekuangan sehingga memerlukan penambahan secara bertahap dan kontinu. Tabel 3.2 Daftar Gedung MI Bakalrejo No
Nama Barang
Jumlah
Keterangan
1
Ruang Kepala Sekolah
1 buah
Baik
2
Ruang Guru-guru
1 buah
Baik
3
Ruang Kelas
6 buah
Baik
4
Ruang Perpustakaan
1 buah
Baik
5
Ruang UKS
1 buah
Baik
6
Ruang oleh raga, kesenian
1 buah
Dalam perbaikan/
Gudang serba guna
perencanaan
7
Kamar mandi
1 buah
8
Sumur 8 m
1 buah
9
Listrik
Ada
Milik Sekolahan
10
Mushola
11
TK (Taman Kanak-kanak)
-
-
2 ruang
Ada
4. Tenaga Kependidikan dan Peserta Didik a. Tenaga Kependidikan Guru adalah penyelenggara pendidikan yang paling utama di sekolah. Guru sebagai tenaga professional dituntut untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengajar dan pendidik sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tenaga pengajar di MI Bakalrejo terdiri dari 10 orang yakni 5 orang (GTT : Guru Tidak Tetap)
41
Tabel 3.3 Keadaan guru dan Karyawan MI Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Berdasarkan Kepangkatan Tahun 2008/2009 No
Nama
1
Pendidikan
Pangkat
Jabatan
III C
Kepala Sekolah
Sarjana D III
III B
Wakil Kep. Sek
SI
Ijazah
2
Lilis Setyaningsih
3
Sri Sudarti
-
Guru
-
4
Syarifudin, S.Pd
-
Guru
SI
5
Habib Marzuki
-
Guru
SI
6
M. Taufik
-
GTT
MAN
7
Musfirotun
-
GTT
MAN
8
Syaiful Anwar
-
GTT
SI
9
Ita Kusrini
-
GTT
DII
10 Widodo Slamet
-
GTT
DII
Dalam Pelaksanaan program pendidikan di MI Bakalrejo Kecamatan Susukan dikelola oleh : Tenaga edukatif / pendidik seperti terlihat pada table di bawah ini Tabel 3.4 Keadaan Pendidikan Berdasarkan Pendidikan No
Pendidikan
Jumlah
%
1
Pasca Sarjana
-
-
2
Sarjana (S1)
4
0
3
Diploma III
4
0
4
Diploma II
2
20
Jumlah
10
100
42
Keterangan
Tabel 3.5 Keadaan Pendidik Berdasarkan Jenis Kelamin No
Pendidikan
Jumlah
%
1
Laki-laki (Pa)
6
0
2
Wanita (Pi)
4
40
Jumlah
10
100
Keterangan
b. Keadaan Peserta Didik Yang dimaksud peserta didik di sini adalah seluruh peserta didik MI Bakalrejo Kecamaan Suruh Kabupaten Semarang. Dalam ajaran 2008 / 2009 jumlah Peserta didik ada 107 anak. Peserta didik terdiri laki-laki 65 anak dan perempuan ada 42 anak, dan semua peserta didik penganut agama yang satu yaitu islam, keadaan peserta didik dapat dilihat dengan table di bawah ini. Tabel 3.6 Keadaan Peserta Didik MI Bakalrejo Tahun 2009-2010 No
Kelas
Laki-
Perempuan
Jumlah
Agama
laki 1
I
10
3
13
Islam
2
II
10
5
15
Islam
3
III
10
8
18
Islam
4
IV
20
14
24
Islam
5
V
10
6
16
Islam
6
VI
15
6
11
Islam
Jumlah
65
42
107
Islam
43
5. Struktur Kurikulum Berdasarkan Surat Edaran Ditjen Pendidikan Islam Nomor : DJ. II.1 / PP.00 / ED / 681 / 2006 tentang Pelaksanaan Kurikulum 2006, MI Bakalrejo melaksanakan program kurikulum sebagai berikut: Nama-nama Peserta didik kelas II Tahun Ajaran 2009/2010 Tabel 3.7 Struktur Kurikulum MI Bakalrejo Kelas dan Alokasi Waktu
Komponen
IV
V
VI
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
5
5
5
2
2
2
5
5
5
5
5
5
3
3
3
4
4
4
2
2
2
1. Bahasa Jawa
2
2
2
2. Bahasa Inggris
2
2
2
A.
Mata Pelajaran
1
Pendidikan Agama Islam
I
II
III
a. Al Qur‟an Hadits b. Aqidah Akhlaq
2
d. SKI Pendidikan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Bahasa Arab Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial
B.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan Seni Budaya dan Keterampilan Muatan Lokal
3. Baca Tulis Al Qur‟an
44
TEMATIK
c. Fiqih
C.
Pengembangan Diri 1. Upacara
1
1
1
2. Sholat Berjamaah
1
1
1
3. Mengaji
1
1
1
4. Pengembangan Bakat dan Minat JUMLAH
2
2
45
45
45
B. Diskripsi Siklus I 1. Perencanaan siklus I Pada tahap perencanaan siklus I dilakukan persiapan pembelajaran dengan menyususn RPP terlebih dahulu sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini digunakan sebagai program kerja atau pedoman penelitian dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran. Selain itu peneliti juga menyiapkan alat evaluasi (instrumen) peneliti berupa soal pre test, pedoman observasi, pedoman penilaian praktik, dll 2. Pelaksanaan Siklus I Pada tahap ini dilaksanakan hari Kamis, tanggal 14 Mei 2010 jam ke 3 dan 4 selama 70 menit. Tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajarn yang telah disusun. Pelaksanaaan pembelajaran dalam siklus I meliputi apersepsi, proses pembelajaran dan evaluasi.
45
Dalam tahap apersepsi ini peneliti memberi apersepsi kepada peserta didik mengenai gerakan dan bacaan-bacaan salat fardu. Pada kegiatan inti merupakan kegiatan pokok tentang pembelajaran materi. Pada kegiatan ini guru dan peserta didik secara bergantian melafalkan niatniat salat fardu, kemudian guru membagikan gambar-gambar gerakan salat untuk diperhatikan dan dipraktikkan. Selanjutnya guru dan peserta didik membaca bacaan-bacaan salat secara bergantian mulai dari niat sambil takbiratulikhram, do‟a iftitah, bacaan rukuk, bacaan i‟tidal dan do‟anya. Setelah selesai peserta didik diminta untuk mempraktikkan gerakangerakan salat dan disesuaikan dengan bacaannya secara bersama-sama guru dan peserta didik. Setelah selesai peserta didik dipraktek secara individu maju kedepan satu per satu, anak yang belum dapat giliran maju diharapkan mau belajar praktik dan menghafal gerakan serta bacaan salat fardu. 3. Pengamatan Siklus I Selama penelitian berlangsung peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan guru dan peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Melalui lembar observasi, peneliti mengamati aktifitas guru dan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dinilai adalah hasil praktik gerakan salat fardu dan hafalan bacaan-bacaan salat fardu serta perilaku peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
46
Untuk mengetahui aktifitas guru selama kegiatan pembelajaran, peneliti minta bantuan kerja (guru lain) untuk mengisi lembar pengamatan mengenai aktifitas guru dalam pembelajaran. 4. Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan analisis dari hasil test, hasil praktek dan hasil observasi. Hasil analisis ini digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi dari proses pembelajaran siklus I adalah (1) Kelebihan a. Minat dan keaktifan Peserta didik meningkat. b. Ketrampilan praktik peserta didik mengalami peningkatan dengan indikator peserta didik dapat mempraktekkan, ada 6 peserta didik yang sudah terampil dalam gerakan dan bacaan salat fardu. Ada 7 peserta didik masih kurang terampil, dan dua peserta didik yang belum terampil sama sekali. (2) Kelemahan Peserta didik yang berkemampuan rendah belum maksimal memanfaatkan kesempatan
belajar
dan
mempraktikkan secara
bersama. (3) Saran Untuk mengatasi kelemahan tersebut diberikaan motivasi supaya masing-masing dapat memaksimalkan belajar.
47
C. Diskripsi Siklus II 1. Perencanaan siklus II Perencanaan
yang
dilakukan
adalah
memperbaiki
dan
menyempurnakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I. Dalam tahap ini adalah: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi tentang demontrasi salat dengan penjelasan tentang rukun, sunat dan hal-hal yang membatalkan salat. b. Menyiapkan
lembar
evaluasi
(soal
tes),
menyiapkan
bahan
pembelajaran berupa buku dan gambar-gambar gerakan salat. c. Menyiapkan perangkat observasi berupa lembar pengamatan. 2. Pelaksanaan siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2010 jam pelajaran ke 1-2 dimulai pukul 07.00s.d pukul 08.10 selama 70 menit, dengan materi tata cara salat fardlu, adapun jalannya proses pembelajaran sebagai berikut: a. Kegiatan Pendahuluan dan Apersepsi Kegiatan ini dibuka dengan memberi salam dan membaca basmalah.lalu dilanjutkn dengan apersepsi tentang materi pembelajaran peserta didik pada siklus I. Kemudian diberikan penjelasan dan pemberian motivasi. b. Kegiatan Inti yang berupa proses belajar mengajar Kegiatan ini meliputi :
48
a. Memberi contoh secara
demontrasi tentang
salat
dengan
menjelaskan rukun, sunat dan hal-hal yang membatalkan salat. b. Mengulangi grakan-gerakan salat beberapa kali hingga peserta didik menunjukkan peningkatan pemahaman. c. Membentuk kelomok dalam mencoba secara praktik. d. Memberi
kesempatan
untuk
melaksanakan
latihan
mendemontrasikan secara kelompok. c. Evaluasi Setelah selesai proses belajar mengajar dilakukan praktik secara individu maju kedepan satu per satu melanjutkan evaluasi siklus pertama dan menghafal gerakan serta bacaan salat fardu. 3. Pengamatan Siklus II Kegiatan pengamatan dalam siklus II sama seperti pengamatan siklus I yaitu observasi pelaksanaan proses pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap peserta didik dalam demontrasi salat, terhadap guru. Dalam tahap ini guru berusaha mencipakan suasana interaktif lewat bimbingan guru terhadap peserta didik dalam kelas dan peserta didik bersama-sama guru aktif untuk mencapai kompetensi pembelajaran. 4. Refleksi Pelaksanaan penelitian siklus II sesuai dengan perencanaan. Hasil proses pembelajaran lebih baik dari siklus I. Hal - hal yang perlu diperhatikan pada siklus berikutnya adalah :
49
a. Proses demontrasi cukup efektif diterapkan. Strategi ini berhasil meningkatkan keaktifan dan pemandu peserta didik. b. Bimbingan kepada peserta didik ditingkatkan. c. Kelemahan pada siklus II untuk diperbaiki pada siklus III adalah beberapa peserta didik yang telah mencapai kompetensi cenderung ramai. Perlu diberikan tugas tambahan misalnya latihan salat yang telah diajarkan. D. Diskripsi Siklus III 1. Perencanaan Siklus III Perencanaan
yang
dilakukan
adalah
memperbaiki
dan
menyempurnakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II. Dalam tahap ini adalah: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi tentang demontrasi salat dengan penjelasan tentang rukun, sunat dan hal-hal yang membatalkan salat. b. Menyiapkan
lembar
evaluasi
(soal
tes),
menyiapkan
bahan
pembelajaran berupa buku dan gambar-gambar gerakan salat. c. Menyiapkan perangkat observasi berupa lembar pengamatan. 2. Pelaksanaan Siklus III Siklus III dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Mei 2010 jam pelajaran ke 1 – 2 dimulai pukul 07.00 s.d 08.10 selama 70 menit, dengan materi pembelajaran adalah salat fardlu.Jalannya proses pembrlajaran sebagai berikut :
50
a. Kegiatan pendahuluan dan apersepsi 1) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah serta membaca doa. 2) Mengadakan apresiasi pembelajaran yang lalu atau pada siklus II. 3) Menjelaskan materi pembelajaran dan memberikan motifasi. b. Kegiatan inti berupa proses belajar mengajar 1) Memberi contoh melalui praktik salat dengan urut dan benar 2) Contoh tersebut diulang beberapa kali hingga peserta didik memahaminya 3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk meleksanakan latihan baik secara individual maupun kelompok agar lebih mengetahui 4) Bagi peserta didik yang telah mencapai kompetensi tuntas diberi tugas tembahan sperti tentang tata cara sholat sunah c. Evaluasi Setelah selesai proses belajar mengajar dilakukan praktek secara individu maju kedepan satu per satu melanjutkan evaluasi siklus II dan diserasikan antara gerakan dan bacaan salat fardu. 3. Pengamatan Siklus III Dalam siklus III kegiatan yang dilakukan sama dengan pengamatan siklus I dan II yaitu observasi pelaksanaan proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh guru terhadap peserta didik .
51
4. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan penerapan belajar aktif. Dari data yang terkumpul dapat diuraikan sebagai berikut; a. Guru telah melaksanakan proses pemb elajaran dengan baik . Ada beberapa aspek yang pelaksanaannya belum sempurna, namun prosentase pelaksanaan masing-masing aspwek cukup besar. b. Hasil belajar peserta didik pada siklus III ke 15 peserta didik mampu mencapai nilai batas ketuntasan c. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peserta didik aktif selama proses pembelajaran berlangsung. d. Tugas tambahan mampu meningkatkan minat belajar karena karena peserta didik merasa kemampuannya dihargai sehingga dapat meningkatkan proses belajar mengajar e. Kekurangan dalam
siklus-siklus
sebelumnya
perbaikan dan peningkatan menjadi lebih baik.
52
telah
mengalami
BAB IV PEMBAHASAN DAN LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian 1.
Penilaian Kemampuan Tentang Salat Peserta Didik kelas II MI Darul Falah sebelum pelaksanaan proses pembelajarn siklus I, II, III. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, II, III telah dilaksanakan penilaian dalam dua kali proses pembelajaran. Hasil tes disampaikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kemampuan awal peserta didik agar dapat memberikan gambaran ada dan tidak adanya kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran siklus I, II, III. Adapun hasil pre test tentang salat secara kognitif sebelum proses pembelajaran siklus I, II, III adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Nilai Kemampuan Tentang Salat Dilaksanakan Sebelum Pelaksanaan Tindakan Pre Test I
Nomor
Pre Test II
Tuntas /
Tuntas /
Subyek
Nilai
1
67
B
70
T
2
67
B
66
B
3
70
T
75
T
4
63
B
70
T
5
75
T
75
T
6
70
T
72
T
7
65
B
70
T
8
60
B
65
B
Belum Tuntas
53
Nilai
Belum Tuntas
9
67
B
80
T
10
67
B
72
T
11
65
B
71
T
12
59
B
60
B
13
69
B
70
T
14
72
T
70
T
15
70
T
70
T
Jumlah
1001
T = S – B = 10
1056
T = 12, B = 3
Rata - rata
66,73
70,4
KKM
70,0
70,0
% Tuntas Sumber Penjelasan
33,33
80
: Data Primer :
a. Pada tahun pelajaran 2009/2010 MI Darul Falah menetapkan nilai kriteria kelulusan minimal (KKM) setiap mata pelajaran. Dalam mata pelajaran fiqh materi salat KKM yang ditetepkan adalah 70,0. Peserta didik MI Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan harus mampu memperoleh nilai minimal 7,00 sehingga dapat disebut tuntas. Dalam setiap penilaian dan mata pelajaran fiqh pokok materi salat. Bila ternyata seorang pesera didik memperoleh lebih kecil dari 7,00 maka peserta didik tersebut harus mengikuti ulangan perbaikan. Bahkan jika jumlah peserta didik yang belum mencapai KKM atau belum tuntas lebih dari 20% dari jumlah peserta didik, guru harus melaksanakan remidial teaching atau pembelajaran ulang. b. Berpedoman penjelasan butir (a) maka pada pre test ke I peserta didik yang mampu memperoleh KKM ada 5 peserta didik (33,33 %), ke II
54
peserta didik yang mencapai KKM ada 12 peserta didik (80,00 %). Perbandingan kemampuan tentang praktik salat peserta didik sebelum penelitian yaitu tentang salat dari aspek pecapaian KKM adalah T = 5 B = 10, dalam prosentase dinyatakan sebagai : 33,33 % : 66,67% sedangkan pada ulangan pre test II T = 12 : B = 3 adalah praktik 80 : 20. c. Kemampuan rata-rata pada pre test I adalah 66,73 : 33,27, sedangkan pada pre test II 70,4 : 29,6%. Jadi setelah diadakan tindakan atau pembelajaran ulang tenyata ada perbaikan. d. Melihat kondisi butir a, b, dan c maka guru perlu melaksanakan pembelajaran ulang. 2.
Diskripsi Siklus I a. Perencanaan Siklus I Kegiatan perencanaan yang dilaksanakan oleh guru untuk siklus I adalah: 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2) Menyusun instrumen evaluasi, berupa lembar pengamatan. 3) Menyiapkan bahan pembelajaran. 4) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi. 5) Menyiapkan buku daftar nilai, buku absent, buku analisis hasil evaluasi, dan buku daftar kelas. Semua komponen tersebut diatas telah dilaksanakan dan disahkan oleh Kepala MI Darul Falah Bakalrejo.
55
b. Proses Pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran siklus I telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu: 1) Kegiatan pendahuluan, guru telah melakukan apersepsi dengan cara
menginformasikan
proses
pembelajaran
yang
akan
berlangsung serta pemberian motivasi. 2) Kegiatan inti, guru berusaha menciptakan suasana interaktif dalam proses pembelajaran. 3) Metode yang digunakan adalah metode demontrasi atau praktik, tanya jawab, multiarah, diskusi, dan latihan salat dengan menggunakan media gambar. 4) Guru berusaha mengelola kelas dengan pembelajaran aktif dengan cara memberikan bimbingan pada setiap peserta didik. 5) Evaluasi proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
.
c. Hasil Observasi 1) Observasi terhadap guru Observasi tehadap guru dalam proses pembelajaran siklus I mendapatkan skor ini berarti rata-rata setiap item pengamatan mendapat skor rata-rata 64/15 = 4,27. Dengan skor ini berarti kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran adalah 64/75 x 100% = 85,3%
56
Persentase ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siklus I adalah sangat baik. 2) Observasi terhadap peserta didik Observasi
terhadap
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran siklus I mendapatkan jumlah skor 410/15 = 27,3. Jumlah skor ini menunjukkan bahwa rat-rata Peserta didik mendapat skor keaktifan 27,3 sehingga setiap item pengamatan skor diperoleh 3,03. Tingkat keaktifan peserta didik adalah 27,3/45 (skor tertinggi) x 100% = 60,7%. Berdasarkan presentase ini berarti itngkat keaktifan peserta didik dikategorikan cukup. d. Hasil Belajar Siklus I Akhir pembelajaran dilaksanakan tes siklus I dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.2 Nilai Kemampuan Praktik Salat Melalui Materi Demontrasi Pada Siklus I Nomor Subjek
Nilai
Tuntas / Belum Tuntas
1
68
B
2
64
B
3
70
T
4
80
T
5
67
B
6
68
B
7
67
B
8
76
T
9
68
B
57
10
65
B
11
73
T
12
67
B
13
70
T
14
71
T
15
67
B
Jumlah
1039
T = 6, B = 9
Rata-rata
69,3
-
KKM
70,0
-
% Tuntas
-
40
Sumber
: Data Primer Penilaian
proses
pembelajaran
praktik
salat
melalui
demontrasi dan media gambar pada siklus I bahwa: 1) Nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dapat dicapai oleh 15 peserta didik. Jumlah peserta didik yang mampu mencapai nilai KKM siklus I ini berarti memperbaiki jumlah perserta didik yang mencapai KKM sebelum siklus dari 5 peserta didik menjadi 6 peserta didik. Dengan demikian siklus I mampu meningkatkan pencapaian KKM sebanyak 1 peserta didik dari sebelum sikllus I adalah 6,67 %. 2) Rata-rata kelas dicapai pada siklus I adalah 69,30. Jika dibandingkan dengan pencapaian rata-rata sebelum siklus yaitu 66,73 berarti proses pembelajaran siklus I mampu menaikkan nilai rata-rata sebesar 2,57 %.
58
e. Hal-Hal yang Menghambat dan Mendukung Proses Pembelajaran Siklus I 1) Hal yang menghambat a) Peserta didik belum terbiasa melakukan proses pembelajaran dengan metode demontrasi dan media gambar, maka guru perlu memberikan bimbingan intensif. b) Kerjasama peserta didik belum optimal 2) Hal-hal yang mendukung a) Minat peserta didik cukup tinggi untuk diajak memperbaiki hasil tes sebelum siklus. b) Telah ada usaha peserta didik meskipun kerjasama belum optimal. 3.
Diskripsi Siklus II a. Perencanaan Siklus II Kegiatan perencanaan yang dilaksanakan oleh guru untuk pelaksanaan siklus II adalah: 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan mengakomodasi refleksi siklus I, 2) Menyusun evaluasi, 3) Menyiapkan bahan pembelajaran, 4) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi, 5) Menyiapkan buku daftar nilai, buku kehadiran, buku analisis hasil evaluasi, dan buku daftar kelas.
59
Semua komponen tersebut diatas telah dilaksanakan dan telah disahkan oleh kepala MI Darul Falah. b. Proses Pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran siklus II telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan : 1) Kegiatan pendahuluan, guru melakukan apersepsi dengan cara menginformasikan proses pembelajaran yang akan berlangsung serta pemberian motivasi. 2) Kegiatan inti, guru berusaha menciptakan suasana interaktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. 3) Metode yang digunakan adalah demontrasi, tanya jawab, dan diskusi, peserta didik berkemampuan tinggi membantu temannya dalam mencapai kompetensi. 4) Evaluasi proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. c. Hasil Observasi 1) Observasi terhadap guru Observasi terhadap guru dalam proses pembelajarn siklus II mendapatkan jumlah skor 4,60. Jumlah skor ini menunjukkan tingkat kemampuan guru dalam proses pembelajaran siklus. Berdasarkan peningkatan ini, berarti kemampuan guru mengelola proses pembelajaran siklus II dikategorikan sangat baik.
60
2) Observasi terhadap peserta didik Observasi
terhadap
peserta
didik
dalam
proses
pembelajaran siklus II mendapatkan jumlah skor 456. Artinya setiap peserta didik mendapat skor keaktifan rata-rata 30,4 yang berarti pula setiap item pengamatan mendapat skor 3,38. Skor 30,4 menunjukkan tingkat keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran siklus 67,55. Tingkat keaktifan 67,55 termasuk kategori cukup baik. d. Hasil Belajar Siklus II Hasil belajar siklus II disajikan dalam tabel 3 berikut: Tabel 4.3 Nilai Kemampuan Praktik Salat Melalui Materi Demontrasi Pada Siklus II Nomor Subjek
Nilai
Tuntas / Belum Tuntas
1
75
T
2
73
T
3
74
T
4
70
T
5
76
T
6
76
T
7
77
T
8
63
B
9
64
B
10
78
T
11
73
T
12
68
B
61
13
75
T
14
76
T
15
73
T
Jumlah
1091
T = 12, B=3
Rata-rata
72,73
-
KKM
70,00
-
% Tuntas
-
80,0%
Sumber
: Data Primer
Penilaian kemampuan praktik salat melalui metode demontrasi dan media gambar siklus II diketahui bahwa: 1) Peserta didik yang mencapai nilai KKM pada ulangan siklus II adalah 12 perserta didik atau 80,0 %. 2) Terdapat kenaikan sebanyak 6 peserta didik dari pencapaian KKM siklus I. 3) Rata-rata kelas dicapai pada siklus II adalah 72,73. 4) Terdapat kenaikan rata-rata sebesar 2,3 % dari rata-rata hasil belajar siklus sebelumnya. 5) Setelah mengikuti proses pembelajran tata cara salat melalui metode demontrasi dan media gambar dalam 2 kali siklus nilai rata-rata kelas mengalami peningkatn sebesar 2,3 %. e. Hal-hal yang Menghambat dan Mendukung Proses Pembelajaran Siklus II 1) Hal yang menghambat Kelemahan pada siklus II untuk diperbaiki pada siklus III adalah beberapa Peserta didik yang telah mencapai kompetensi 62
cenderung ramai. Perlu diberi tugas tembahan misalnya latihan menulis surat yang telah dihafal. 2) Hal yang mendukung Hal-hal yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran siklus II adalah : a) Metode demonsrasi efektif diterapkan. strategi ini berhasil meningkatkan keaktifan peserta didik. b) Bimbingan
kepala
peserta
didik
ditingkatkan
dengan
mengelilingi peserta didik yang sedang berlatih membaca. 4.
Diskripsi Siklus III a. Perencanaan Siklus III Kegiatn perencanaan yang dilaksanakan oleh guru untuk pelaksanaan siklus III adalah : 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan mengakomodasi rfleksi siklus II. 2) Menyusun alat evaluasi, 3) Menyiapkan bahan pembelajaran, 4) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi, 5) Menyipkan buku daftar nilai, buku absen, buku analisis hasil evaluasi, dan buku daftar kelas. Semua komponen tersebut di atas telah dilaksanakan dan telah disahkan oleh kepala MI Darul Falah.
63
b. Proses Pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran siklus III telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan : 1) Kegiatan pendahuluan, guru melakukan apersepsi dengan cara menginformasikan proses pembelajaran yang akan berlangsung serta pemberian motivasi. 2) Kegiatan inti, guru berusaha menciptakan suasana interaktif dalam proses pembelajaran. 3) Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, dan diskusi, dan pendekatan tutor sebaya. 4) Evaluasi proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. c. Hasil Observasi 1) Observasi terhadap guru Observasi terhadap guru dalam proses pembelajarn siklus III mendapatkan jumlah skor 72 artinya setiap item pengamatan memperoleh skor 4,80. Dengan jumlah skor Observasi 72 dapat ditentukan tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus III adalah 72/75 x 100% = 96,0 %. Persntase kemampuan tersebut dapat ditegaskan bahwa kemampuan guru mengelola proses pembelajaran siklus III dapat dikategorikan sangt baik. 2) Observasi terhadap peserta didik
64
Jumlah skor observasi tehadap peserta didik dalam proses pembelajaran siklus III adalah 495, sehingga rata-rata Peserta didik mendapat skor 33,0. Skor ini berarti setiap item pengamatan mendapatkan skor 3,67. Tingkat keaktifan Peserta didik dalam proses pembelajaran siklus III adalah 33/45 x 100 % = 73,3 % berarti keaktifan Peserta didik dikategorikan baik. d. Hasil Belajar Siklus III Tabel 4.4 Nilai Kemampuan Praktik Salat Melalui Materi Demontrasi Pada Siklus III Nomor Subjek
Nilai
Tuntas / Belum Tuntas
1
76
T
2
74
T
3
78
T
4
76
T
5
76
T
6
73
T
7
70
T
8
74
T
9
73
T
10
82
T
11
74
T
12
76
T
13
74
T
14
74
T
15
75
T
Jumlah
1115
23
65
Rata-rata
74,33
-
KKM
70,0
-
% Tuntas
-
100%
Sumber
: Data Primer
Penilaian hasil pembelajaran prakik salat melalui metode demontrasi dan media gambar dalam tabel 4 diketahui bahwa: 1) Peserta didik yang mencapai nilai KKM pada ulangan siklus III adalah 15 perserta didik (100,0 %). Dibandingkan dari jumlah peserta didik yang mencapai KKM siklus II terdapat kenaikan 3 peserta didik (dari 12 ke 15) atau meningkat 20 %. Dibandingkan dari jumlah peserta didik yang mencapai KKM sebelum siklus terdapat kenaikan 10 peserta didik (dari 5 ke 15) atau meningkat 66,7 %. 2) Setelah mengikuti pembelajran prakik salat melalui metode demontrasi dan media gambar selama 3 siklus pecapaian KKM peserta didik mengalami peningkatn sebesar 6,7 %. 3) Rata-rata kelas pada siklus III adalah 74,33. 4) Terdapat peningkatan sebesar 20 % dari siklus II. 5) Terdapat peningkatan sebesar 60 % dari siklus I. 6) Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, II, III mampu meningkatkan kemampuan praktik salat pesera didik kelas II MI Darul Falah Bakalrejo. e. Hal-hal yang Menghambat dan Mendukung Proses Pembelajaran Siklus III
66
1) Hal yang menghambat a) Keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan membaca ternyata membawa dampak kegaduhan karena peserta didik berebut segera minta lebih dahulu dinilai. b) Input atau kecerdasan awal peserta didik, lingkupan yang kurang mendukung dan pendidik yang asal-asalan. 2) Hal yang mendukung Hal-hal yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran siklus III adalah : a) Belajar dengan metode demontrasi memudahkan guru memantau keaktifan dan kemampuan peserta didik. b) Dengan pembelajaran melalui metode demontrasi kemampuan pesera didik yang biasanya rendah menjadi meningkat sehingga memberikan motivasi dalam belajar tentang salat. c) Kecerdasan awal yang tinggi, motivasi yang pas, guru yang profesional dan lingkupan yang menyenangkan. B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengelolaan Proses Pembelajaran Oleh Guru Berdasarkan penjelasan deskripsi siklus I, II, dan III dapat diketahui bahwa: a. Dalam proses pembelajaran guru senantiasa membangun interaksi timbal balik antara guru dan peserta didik serta peserta didik dengan
67
peserta didik bukan berpusat pada guru akan tetapi antara guru dan peserta didik sama-sama aktif sehingga terjadi komunikasi multi arah. b. Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berlatih dengan teman sebayanya sedangkan guru menjadi fasilitator. c. Dengan kondisi tersebut maka peran guru berdasarkan hasil observasi termasuk kategori sangat baik yaitu (4,27) siklus I, (4,60) siklus II, dan (4,80) siklus III, rata-rata I, II, III (4,56) 2. Partisipasi Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Hasil observasi mengkategorikan bahwa peserta didik aktif selama proses pembelajaran siklus I, II, dan III. Skor siklus I adalah 3,03 (baik), skor siklus II adalah 3,38 (baik), skor siklus III adalah 3,67 (baik), dan skor rata-rata keaktifan Peserta didik adalah 3,36 (baik). Pengkatagorian tersebut sesuai dengan situasi proses pembelajaran selama siklus yaitu : a. Sebelum
tiba
jadwal
pembelajaran
peserta
didik
sudah
mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti pecis, sajadah, sarung, dan lain-lain. b. Perhatian peserta didik sejak awal hingga usai pembelajaran tetap konsentrasi. c. Memanfaatkan kesempatan yang diberikan guru dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik yang biasanya berkemampuan rendah mampu mengejar ketertinggalan. 3. Pencapaian kemampuan atau prestasi pembelajaran tentang salat dengan metode demontrasi dan media gambar dapat ditingkatkan.
68
Hasil penilaian yang dilaksanakan setiap akhir proses pembelajaran sejak siklus I mengalami peningkatan: a. Dari aspek pencapaian KKM : Dari aspek pencapaian KKM, hipotesis yang menyatakan bahwa metode demontrasi dengan media gambar meningkatkan kemampuan peserta didik kelas 1 MI Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan dalam proses pembelajaran praktik salat dapat diterima. Bukti kebenaran pernyataan hipotesis ini yaitu jumlah peserta didik yang mencapai nilai KKM pada siklus ke III adalah 15 Peserta didik (100%). Dibandingkan dari jumlah peserta didik yang mencapai KKM siklus II terdapat kenaikan 3 peserta didik (dari 12 ke 15) atau meningkat 20 %. Dibandingkan dari jumlah peserta didik yang mencpai KKM pada siklus I terdapat kenaikan 9 peserta didik (dari 6 ke 15) atau meningkat 40 %. Dibandingkan jumlah peserta didik yang mencapai KKM sebelum siklus terdapat kenaikan 10 peserta didik (dari 5 ke 15) atau meningkat 66,7 %.
69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian berjudul “Peningkatan Keterampilan Salat Fardhu Melalui Metode Demontrasi dan Media Gambar Pada Peserta Didik Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan Tahun 2010” adalah : 1.
Metode
demontrasi
dan
media
gambar
mampu
meningkatkan
pemahaman peserta didik kelas II MI Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan dalam proses pembelajaran tentang salat fardhu. Hal ini didasarkan pada hasil analisis penelitian dari pra siklus ke siklus I, II, dan III sebagai berikut : a) Pada pra siklus peserta didik yang tuntas sebesar 33, 33 % b) Pada siklus I peserta didik yang tuntas adalah 40 % c) Pada siklus II peserta didik yang tuntas adalah 80 % d) Pada siklus III peserta didik yang tuntas adalah 100 % 2.
Metode demontrasi mampu meningkatkan keterampilan gerakan salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis sebagai berikut : a) Dari pra siklus ke siklus I mampu meningkatkan keterampilan sebesar 6,67 %. b) Dari siklus I ke siklus II mampu meningkatkan keterampilan sebesar 40 %.
70
c) Dari siklus II ke siklus III mampu meningkatkan keterampilan sebesar 20 %. 3.
Ternyata metode demontrasi dan media gambar dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan salat fardhu pada peserta didik kelas II MI Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan yang pada akhir siklus seluruh peserta didik tuntas seluruhnya atau tuntas 100 %.
B. Saran Dengan
telah
terbuktinya
metode
demontrasi
yang
mampu
meningkatkan keaktifan, minat dan kemampuan cara salat bagi peserta didik MI Darul Falah Bakalrejo Kecamatan Susukan pada tahun 2009-2010 maka disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada peserta didik diharapkan lebih dapat meningkatkan minat dan keaktifannya dalam proses pembelajaran dengan metode demontrasi fiqh salat belajarnya dapat terus ditingkatkan. 2. Kepada peserta didik kelas-kelas lain diharapkan dapat diterapkan strategi pembelajaran ini supaya peningkatan tidak hanya pada peserta didik kelas II MI Darul Falah Kecamatan Susukan saja tetapi diseluruh kelas mengalami pengingkatan. 3. Kepada
pengelola MI Darul Falah Kecamatan Susukan diharapkan
dukungan baik moril maupun materiil demi terselenggaranya proses pembeljaran fiqh tentang salat fardu.
71
4. Kepada wali atau orang tua peserta didik diharakpkan bantuan dan dukungannya supaya putra-putrinya dapat mencapai prestasi yang lebih baik khususnya dalam hal salat. 5. Kepada rekan-rekan guru MI Darul Falah Kecamatan Susukan diharapkan kerja sama yang lebih kompak dan terkoordinir agar pelaksanaan proses pembelajaran tentang salat ditingkatkan baik dalam segi kualitas maupun kuantitas.
72