DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 238
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS FIKSI MELALUI GAMBAR SERI SISWA KELAS III SD NEGERI WUWUR KECAMATAN PANCUR Ngardi*) SD Negeri Wuwur UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang *)
e-mail:
[email protected]
Abstrak Tujuan Penelitian Tindakan kelas ini adalah meningkatkan keterampilan menulis fiksi bagi siswa kelas III SD Negeri Wuwur Kecamatan Pancur dan menemukan teknik yang tepat dalam pembelajaran menulis fiksi. Penelitian ini dilakukan bulan Februari sampai Mei 2016. Data berasal dari skor nilai di analisis dengan komparatif kualitatif, yaitu membandingkan skor siklus I dan skor siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui media gambar seri daya imajinasi siswa meningkat, siswa termotivasi untuk lebih berani mengeluarkan pendapat. Dengan teknik ini juga bisa meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis fiksi. Hal ini dapat tampak dari nilai rata-rata keterampilan menulis fiksi pada siklus I hanya 57 dengan ketuntasan 60%. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata keterampilan menulis fiksi siswa kelas III SD Negeri Wuwur meningkat menjadi 72 dengan ketuntasan 76,67%. Kata kunci: keterampilan menulis fiksi, gambar seri.
1. Pendahuluan Saat ini keterampilan membaca dan menulis sangat memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena pengetahuan apapun tidak terlepas dari membaca dan menulis. Oleh sebab itu, keterampilan membaca dan menulis sangat diperlukan. Mengingat pentingnya keterampilan tersebut, maka perlu pembinaan yang serius. Di sekolah dasar, pembelajaran membaca dan menulis merupakan salah satu bidang garapan yang memegang peranan penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, karena tanpa memiliki keterampilan membaca dan menulis maka siswa akan mengalami kesulitan belajar pada masa mendatang atau tingkat sekolah selanjutnya. Dengan membaca menulis, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan sosial, daya nalar dan emosionalnya. Namun yang terjadi sekarang justru siswa lebih senang membaca daripada menulis. Jarang sekali siswa yang mempunyai kesenangan menulis. Siswa kelas III SD Negeri Wuwurpun jarang yang mempunyai kesenangan menulis. Oleh karena itu wajar jika keterampilan menulis siswa masih sangat kurang. Padahal keterampilan menulis pada saat sekarang ini sangat dibutuhkan, baik menulis fiksi maupun non fiksi. Dari 30 anak, hanya 6 anak atau 20% yang memiliki ketertarikan dalam menulis fiksi, sedangkan siswa yang lain relatif kesulitan, cenderung mengulang kata-kata yang sama dan kehabisan kata-kata. Penulis yakin dengan memanfaatkan gambar seri dalam menulis fiksi, akan mampu membantu siswa
mengembangkan daya khayal dan kecerdasan emosional. Perkembangan kecerdasan intelektual harus dibarengi dengan perkembangan kecerdasan emosional agar kelak mereka tidak hanya menjadi manusia yang cerdas otaknya saja, namun juga menjadi manusia yang arif bijaksana. Untuk itu kemampuan guru membangkitkan minat anak tentang menulis.
2. Materi dan Metode 2.1. Materi a. Menulis Menulis mengarang merupakan keterampilan berbahasa yang komplek. Untuk itu dilatihkan secara teratur dan cermat sejak kelas awal SD. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif karena penulis harus trampil menggunakan grafologi, struktur bahasa dan memiliki pengetahuan bahasa yang memadai. Menulis dapat diartikan pula sebagai suatu proses ataupun produk. Dilihat dari segi prosesnya, menulis dapat dimulai dari menggerakkannya pensil di atas kertas sampai terwujud karangan, juga dapat dimulai dari memilih buku yang akan dibaca, mencatat bagianbagian yang diperlukan kemudian digunakan untuk bahan yang dibicarakan dalam karangan. Dari tiga pendapat di atas, dapat diambil simpulan bahwa menulis adalah menyampaikan ide, gagasan, atau pesan seseorang kepada pembaca melalui tulisan. Tulisan tersebut bisa dengan huruf atau angka, sehingga maksud dari penulis dapat diterima oleh pembaca.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 239
b. Menulis Fiksi Menulis fiksi pada hakikatnya adalah menulis kreatif, yaitu menulis dengan maksud untuk mengungkapkan perasaan atau emosi, misalnya menulis puisi, cerpen, atau drama. Dengan dilaksanakannya pembelajaran menulis fiksi di kelas III SD diharapkan siswa mampu mengungkapkan daya emosionalnya yang sesuai dengan lingkungan budaya tempat mereka hidup. Dalam tulisan kreatif yang akan dibahas terbatas menulis fiksi jenis untuk kelas III SD. Pembahasannya pun akan dibatasi pada cara mengembangkan bahan, prinsip-prinsip yang melandasi permbelajarannya, dan teknik penyampaiannya. 1) Bahan Pembelajaran Menulis Fiksi Banyak ragam fiksi yang kita kenal, yaitu puisi, cerpen dan drama. Tetapi yang akan dibahas dalam PTK ini adalah bentuk-bentuk sastra yang sederhana yang biasa disebut puisi, cerpen dan drama anak-anak. Disebut demikian, karena bentuk tulisannya memiliki ciri-ciri khusus, yaitu sederhana, kalimatnya lugas dan pendek-pendek, isinya tidak berbelit-belit, dan mudah dicerna. 2) Prinsip-prinsip Pembelajaran Menulis Fiksi Prinsip-prinsip pembelajaran menulis fiksi harus dikuasai guru agar dalam mengelola pembelajarannya dapat berlangsung dengan baik sehingga siswa dapat belajar dengan penuh makna. Hal ini sebagai modal dasar untuk menumbuhkembangkan sikap positifnya terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Prinsip-prinsip pembelajaran menulis fiksi antara lain: a) Tujuan Kejelasan tujuan memungkinkan terciptanya suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat belajar secara optimal dan terarah. b) Pemilihan bahan Pemilihan bahan pembelajaran menulis fiksi harus sesuai dengan perkembangan jiwa dan kemampuan bahasa, serta lingkungan hidupnya. Dengan bahan yang sesuai siswa akan merasa senang belajar sehingga mereka akan memperoleh hasil yang optimal. Untuk kelas III SD mereka lebih menyukai ceritacerita fantasi (science fiction) dan cerita-cerita petualangan c) Penilaian Penilaian dalam pembelajaran menulis fiksi bertujuan untuk memotivasi, bukan untuk menghakimi siswa (Edi Sugito, 2003: 6.7). Penilaian terhadap karangan siswa sebaiknya berupa komentar untuk kekurangan dan pujian untuk kelebihan yang ditulis di kertas karangan siswa. Selanjutnya hasil karangan siswa dipajang di papan pajangan kelas. c. Gambar Seri
Berdasarkan prinsip-prinsip perkembangan berpikir anak menurut Piaget bahwa anak berpikir dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak. Anak kelas III SD menurut Piaget termasuk dalam tahap operasional kongkrit (6 – 12 tahun ). Selain itu diperlukan penggunaan media pembelajaran yang tepat. Salah satu media yang akan digunakan dalam perbaikan pembelajaran ini adalah alat peraga gambar seri. Media pembelajaran tersebut dipandang sesuai dengan materi yang akan disampaikan yaitu menulis fiksi. Adapun penilaian dalam pembelajaran menulis fiksi bertujuan untuk memotivasi, bukan untuk menghakimi siswa. Penilaian terhadap karangan siswa sebaiknya berupa komentar untuk kekurangan dan pujian untuk kelebihan yang terdapat dalam karangan itu yang ditulis guru pada kertas pekerjaan siswa. Karangan yang sudah diperiksa, kemudian dipasang dan dipajang di papan pajangan kelas. Siswa tentu merasa bangga sebab di samping mendapat pujian, teman lainnya juga ikut membaca karangannya. Sedangkan siswa yang karangannya mendapat komentar untuk kekurangannya akan terpacu semangatnya untuk memperbaiki diri. Persaingan dalam belajar yang positif dan sportif akan terjadi antara siswa di dalam kelas. Iklim belajar seperti inilah yang akan membuat suasana kelas menjadi hidup.
2.2. Metode Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai bulan Mei 2016. Waktu penelitian dibagi atas 3 periode, yaitu persiapan penelitian dimulai bulan Februari. Pada periode ini kegiatan dilakukan mulai dari pembuatan proposal, observasi, dan penyusunan instrumen. Periode kedua adalah pengumpulan data di lapangan pada bulan Maret. Periode Ketiga adalah analisis data dan penulisan laporan pada bulan Mei 2016. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SD Negeri Wuwur Kecamatan Pancur. Subjek penelitian adalah siswa kelas tiga SD Negeri Wuwur yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Penelitian tindakan ini menggunakan prosedur atau langkah-langkah yang dijabarkan menurut Kurt Lewin, yang menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap yaitu: a. Perencanaan (planing) b. Tindakan (acting) c. Observasi (observing) d. Refleksi (reflecting) Siklus tersebut masih terus berulang-ulang selama masih timbul adanya permasalahan dalam pembelajaran ketika sedang pelaksanaan PTK. Tindakan pada siklus I adalah siswa menulis secepatcepatnya berdasarkan gambar seri yang dipilih tanpa
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 240
memperdulikan ejaan, tata bahasa, serta keterpaduan paragraf. Dalam tahap ini yang dipentingkan banyaknya ide, dan banyaknya kata yang dihasilkan. Walaupun salah tak apa-apa dan tidak perlu banyak coretan. Tindakan pada siklus II adalah setelah mengetahui kekurangan pada siklus pertama maka guru memberi penjelasan disertai pertanyaan pemandu, tentang kaidah kebahasaan dan teknik menulis cerita pendek. Sumber data penelitian ini melalui pengamatan pada waktu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) melalui hasil karangan siswa. Teknik pengumpulan data melalui hasil karangan siswa, wawancara, angket, ini diperoleh dari siswa. Sedangkan yang dari guru adalah pengamatan atau observasi. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skor nilai yang diperoleh dari hasil karangan siswa. Sedangkan lembar observasi diperoleh dari observer yaitu peneliti. Data yang digunakan dalam penelitian harus benar-benar valid. Untuk itu data yang digunakan harus diperiksa dulu validitasnya. Ada lima cara untuk menguji validitas data, yaitu: triangulasi data, review informan, member check, data base dan penyusunan mata rantai bukti penelitian. Dalam penelitian ini pemeriksaan validitas data dilakukan dengan dua cara yaitu triangulasi data dan review informan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar hasil observasi, angket pada awal siklus dan akhir siklus, dan hasil wawancara. a. Analisis data observasi Data observasi yang diperoleh dihitung kemudian di persentase. Dengan demikian dapat diketahui sejauh mana pemahaman terhadap menulis fiksi yang telah dikuasai. Hasil analisis data observasi kemudian disajikan secara diskriptif. b. Analisis data angket Sebutir angket dikelompokkan sesuai dengan aspek yang diamati, kemudian dihitung jumlah skor pada setiap butir. Jumlah hasil skor yang diperoleh dipersentase dan dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil angket partisipasi tingkat pemahaman terhadap menulis fiksi. c. Analisis hasil wawancara Hasil wawancara dengan objek penelitian dianalisis secara kwalitatif diskriptif untuk melengkapi dari hasil angket sehingga diperoleh data mengenai keterampilan siswa dalam menulis fiksi. Indikator kinerja dalam penelitian keterampilan menulis fiksi ini adalah 70 % siswa memperoleh nilai minimal 70
Tabel 1: Persentase target aspek yang mesti dicapai dalam tindakan siklus Aspek Yang Dicapai
Persentase Pencapaian Target Siklus I Siklus II
Ejaan
40 %
60 %
Keruntutan
30 %
50 %
Kerapian
40 %
60 %
Kualitas Isi
25 %
40 %
Cara Memperoleh Tugas dan Observasi Tugas dan Observasi Tugas dan Observasi Tugas dan Observas
Prosedur/Langkah-langkah Penelitian meliputi: a. Siklus I 1) Planning Perecanaan yang dilakukan pada siklus I adalah: a) Guru menyiapkan beberapa gambar seri. b) Siswa mengamati gambar seri c) Siswa menentukan urutan dan maksud gambar seri. d) Guru memeriksa paragraf siswa. e) Siswa mengembangkan paragraf menjadi sebuah karangan yang utuh dengan timer (dibatasi waktunya, misal sepuluh menit atau lima belas menit). f) Guru memeriksa karangan siswa secara menyeluruh, baik kaidah, struktur, kepaduan paragraf, dan isi karangan. 2) Acting a) Guru menjelaskan aturan teknik menulis cepat, yaitu: siswa menulis secepat-cepatnya sesuai dengan gambar seri yang dipilih tanpa memperdulikan kaidah kebahasaan. Yang penting menulis terus sebanyak-banyaknya sampai waktu yang ditentukan habis. b) Sebelum menulis siswa harus berkonsentrasi terlebih dahulu. c) Setelah siswa jelas aturannya, barulah guru memberi batas waktu, misalnya sepuluh menit. d) Guru memberi aba-aba “mulai”. Setelah duapuluh menit guru berkata “selesai”. e) Kemudian guru mengambil pekerjaan siswa dan memeriksanya. 3) Observing Yang menjadi observer adalah peneliti sendiri. Yang diobservasi adalah sikap siswa pada waktu KBM berlangsung. Bagaimana sikap mereka waktu menulis cepat. Apakah asyik menulis atau hanya diam saja. 4) Reflecting Hasil tes akhir siklus satu yang masih tergolong rendah disebabkan karena siswa kurang waktu untuk berpikir sehingga dalam menulis tergesa – gesa.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 241
b. Siklus II 1) Planing Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ada perbedaan dengan perencanaan pada siklus I. perbedaannya terletak pada penyajian materi, diantaranya ada penambahan penjelasan hal-hal sebagai berikut: a) Guru akan menjelaskan kaidah kebahasaan yang meliputi penggunaan ejaan, tanda baca, dan huruf besar dengan benar. b) Guru akan menjelaskan tentang stuktur, kepaduan kalimat, dan isi karangan. c) Guru akan menjelaskan tentang teknik mengarang fiksi, dalam hal ini khususnya penulisan cerpen dengan benar. d) Guru akan menjelaskan tentang berbagai macam gaya mengarang kepada siswa. 2) Acting Acting dalam siklus II ini nomor 1 sampai dengan nomor 5 sama dengan acting pada siklus I. Selanjutnya ada penambahan mulai nomor 6. a) Guru menjelaskan aturan teknik menulis, yaitu: siswa menulis secepat-cepatnya sesuai dengan gambar seri yang dipilih tanpa memperdulikan kaidah kebahasaan. Yang penting menulis terus sebanyak-banyaknya sampai waktu yang ditentukan habis. b) Sebelum menulis siswa harus berkonsentrasi terlebih dahulu. c) Setelah siswa jelas aturannya, barulah guru memberi batas waktu, misalnya lima belas menit. Guru memberi aba-aba “mulai”. Setelah lima belas menit guru berkata “selesai”. d) Kemudian guru mengambil pekerjaan siswa dan memeriksanya. e) Guru memberi penjelasan dan contoh tentang penulisan huruf besar, tanda baca, dan susunan kalimat yang benar. f) Guru memberi penjelasan tentang teknik menulis cerpen yang baik. g) Setelah paham, siswa merevisi hasil karangannya. 3) Observing a) Yang menjadi observer adalah peneliti sendiri. b) Yang diobservasi adalah sikap siswa pada waktu KBM berlangsung. Bagaimana sikap mereka waktu menulis cepat. Apakah asyik menulis atau hanya diam saja. 4) Reflecting Hasil akhir tes pembelajaran pada akhir siklus dua sudah meningkat dibandingkan siklus satu disebabkan oleh : a) Waktu menulis ditambah. b) Diterangkan cara menulis cerpen yang betul. c) Guru lebih serius dalam membimbing siswa. d) Guru dalam menjelaskan menggunakan gambar seri yang disertai pertanyaan pemandu.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Kondisi Awal Siswa kelas III SD Negeri Wuwur tidak ada satu pun yang suka menulis. Bila ada pelajaran menulis, mereka tampak sedih dan tidak bersemangat. Ketika guru memberi tugas menulis, siswa merasa bingung. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka tulis. Mereka tidak bisa mengungkapkan perasaannya dalam bentuk tulisan. Maka tidaklah heran, hasil karangan mereka masih acakacakan. Kalimatnya sulit dicerna; isinya membingungkan; tata bahasanya masih kurang; kosa katanya sedikit; dan banyak kata yang diulang-ulang. Sedangkan guru dalam mengajarkan menulis masih memakai cara lama. Guru biasanya memberi tugas kepada siswa untuk memilih salah satu judul. Kemudian siswa disuruh membuat paragraf karangan. Guru tidak memeriksa apakah paragraf karangan siswa sudah benar atau salah. Kemudian siswa diberi tugas mengembangkan paragraf karangan tersebut sampai pelajaran selesai. Kemudian guru asyik mengerjakan tugas sendiri. Misalnya mengerjakan administrasi sekolah, atau pergi ke kantor untuk mengobrol dengan teman sejawat yang tidak mengajar atau pergi ke perpustakaan. Setelah jam pelajaran Bahasa Indonesia selesai, barulah guru ke kelas dan mengumpulkan hasil karangan siswa. Karangan tersebut kemudian dimasukkan ke laci meja atau dibawa pulang dengan maksud akan dikoreksi di rumah. Namun sampai dirumah, biasanya guru lupa karena banyak pekerjaan di rumah. Hasil karangan siswa jarang dibagikan. Bila siswa menanyakan, barulah karangan siswa dibagi. Cara menilai biasanya hanya dari bentuk tulisan. Bila tulisannya bagus maka nilai juga bagus, sebaliknya bila tulisannya jelek maka nilainyapun jelek. Karangan siswa juga tidak diberi komentar untuk perbaikan, sehingga siswa menjadi kurang termotivasi dan malas menulis.
3.2 Deskripsi Tiap Siklus 3.2.1 Deskripsi Siklus I a. Perencanaan 1) Kegiatan awal Guru masuk ke kelas dengan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh”. Siswa menjawab salam guru dengan serempak. Kemudian berdoa bersama dengan cara Islam, karena siswa SD Negeri Wuwur semuanya beragama Islam. Doa bersama dipimpin oleh seorang siswa yang ditunjuk oleh guru. Doa bersama dilaksanakan sambil duduk tegak dan sikap yang hikmat. Untuk pemanasan, siswa diberi kesempatan menceritakan pengalaman di jalan waktu berangkat sekolah. Setiap siswa yang telah selesai bercerita, guru bertepuk tangan dan diikuti siswa yang lain. Kesempatan bercerita
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 242
hanya diberikan kepada lima orang siswa yang tunjuk jari terlebih dahulu. 2) Kegiatan Inti Guru menyiapkan beberapa gambar seri; Siswa mengamati gambar seri, Siswa menentukan urutan dan maksud gambar seri; Siswa berkonsentrasi terlebih dahulu sebelum mengarang;Siswa membuat karangan sesuai dengan gambar seri yang dipilihnya; Guru memeriksa paragraf menjadi karangan yang utuh dengan dibatasi waktu misalnya lima belas menit; Dan terakhir guru memeriksa karangan siswa baik kaidah, struktur, kepaduan paragraf, dan isi karanga. 3) Kegiatan penutup Kegiatan penutup diisi dengan doa bersama yang juga dipimpin oleh siswa yang memimpin doa bersama waktu pelajaran akan dimulai. b. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan Rencana Pembelajaran, yaitu ada kegiatan apersepsi, kegiatan inti dan kegiatan penutup 1) Hasil Pengamatan a) Hasil pengamatan peneliti pada waktu proses Kegiatan Belajar Mengajar dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Ketika aturan menulis cepat disampaikan, siswa sangat tertarik dan memperhatikan dengan sungguh- sungguh. Hal tersebut merupakan hal baru bagi mereka. (2) Dari beberapa gambar seri, ternyata sebagian besar siswa memilih gambar “Pengalamanku Berkarya Wisata” (3) Siswa tampak tegang ketika guru memberi aba- aba untuk mulai mengarang. (4) Sembilan siswa asyik menulis. (5) Sebelas siswa terkadang garuk- garuk kepala. (6) Tiga siswa hanya bengong memandang langit-langit atap. (7) Dua siswa sibuk mondar- mandir memimjam alat penghapus. b) Hasil nilai siswa Hasil dari menulis fiksi pada siklus I diketahui bahwa keterampilan menulis siswa belum maksimal. Beberapa faktor penyebabnya adalah: Siswa belum bisa berkonsentrasi dengan benar dan pengetahuan tentang ejaan, tanda baca, diksi, keterpaduan antar paragraf, dan struktur kalimat masih sangat kurang. Adapun hasil berupa data nilai rata-rata menulis fiksi dapat dilaporkan sebagai berikut: (1) Ketuntasan belajar siswa 60% atau 18 siswa yang mencapai KKM. (2) Kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide/gagasan dalam cerita nilai rata-rata mencapai 52. (3) Isi cerita mendapat nilai rata-rata 63
(4) Kemampuan siswa menggunkan tanda baca dalam siklus I ini baru mencapai 50 (5) Penggunaan ejaan, khususnya penggunaan huruf kapital, kemampuan siswa mencapai 61 (6) Dalam kemampuan menggunakan struktur kalimat yang baik, nilai rata-rata siswa mencapai 53 (7) Nilai rata-rata siswa unsur keterpaduan kalimat baru mencapai 45 (8) Karangan siswa masih banyak coretannya. Padahal dalam teknik menulis cepat, coretan seharusnya dihindari. Namun demikian masih banyak siswa yang mencoret kalimat bila dirasa salah. Dalam hal ini semakin banyak coretan maka nilai rata-rata siswa sedikit. Sebaliknya bila coretan sedikit, maka nilainya banyak. Untuk unsur banyak coretan nilai rata-rata siswa sebanyak 50 (9) Semakin banyak jumlah kata yang dihasilkan , maka nilai siswa semakin baik. Untuk unsur ini nilai rat-rata siswa 70 (10) Unsur keterbacaan tulisan mendapat nilai rata-rata 65 (11) Unsur diksi/pemilihan kata yang tepat, nilai rata-ratanya adalah 63 c) Hasil Angket Sedangkan data hasil angket siswa dapat dilaporkan sebagai berikut: Dari jawaban angket ya dan tidak, maka siswa yang menjawab ya untuk pertanyaan: (1) Apakah kamu paham yang dimaksud tulisan fiksi? Jawaban: Ya = 15 % (2) Apakah kamu mempunyai kesenangan menulis fiksi? Jawaban: Ya = 0 % (3) Apakah kamu mempunyai kesenangan membaca cerita fiksi? Jawaban: Ya = 80 % (4) Apakah kamu sudah pernah mendapat pelajaran tentang menulis fiksi ? Jawaban: Ya = 40 % (5) Ketika menulis, apakah kamu dapat berkonsentrasi ? Jawaban: Ya = 45 % (6) Apakah kamu mempunyai cita-cita ingin menjadi penulis ? Jawaban: Ya = 0 % (7) Apakah kamu merasa senang ketika ada pelajaran mengarang ? Jawaban: Ya = 20 % (8) Apakah gurumu dalam mengajarkan mengarang menyenangkan? Jawaban : Ya = 25 %
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 243
(9) Apakah kamu di rumah mempunyai majalah anak-anak? Jawaban: Ya = 15 % (10) Apakah kamu suka membaca cerpennya? Jawaban: Ya = 15 % c. Refleksi 1) Sesuai dengan hasil observasi peneliti , siswa yang kelihatan bingung memandang langit-langit ruangan itu ternyata sedang konsentrasi. Sedangkan siswa yang tekun menulis ternyata sedikit coretannya dan jumlah kalimat yang dihasilkan cukup banyak. Namun karangan tersebut rata-rata masih lemah dalam hal isi, tata bahasa, ejaan dan kepaduan paragraf. 2) Ternyata hasil rata-rata karangan siswa untuk semua unsur baru mencapai angka 57, maka perlu diperbaiki dalam siklus berikutnya.
3.2.2 Deskripsi Siklus II a. Perencanaan 1) Kegiatan awal Kegiatan awal siklus II ini sama dengan kegiatan awal pada siklus I. Guru masuk ke kelas dengan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.” Siswa menjawab salam guru dengan serempak. Kemudian beerdoa bersama dengan cara Isalm, karena siswa SD N Wuwur semuanya beragama Islam. Doa bersama ini dipimpin oleh seorang siswa yang ditunjuk oleh guru. Do’a bersama dilaksanakan sambil duduk tegak dengan sikap yang hikmad. Untuk pemanasan, siswa diberi kesempatan menceritakan pengalaman di jalan waktu berangkat sekolah. Setiap siswa yang telah selesai bercerita , guru bertepuk tangan.dan dikuti siswa yang lain. Kesempatan bercerita hanya diberikan kepada lima orang siswa yang tunjuk jari terlebih dahulu. 2) Kegiatan Inti Guru menyiapkan beberapa gambar seri. Siswa memilih salah satu gambar seri, Siswa berkonsentrasi terlebih dahulu sebelum mengarang. Siswa membuat karangan sesuai dengan gambar yang dipilih. Guru memeriksa paragraf siswa. Siswa mengembangkan paragraf menjadi karangan yang utuh dengan dibatasi waktu misalnya dua puluh menit, dan terakhir guru memeriksa karangan siswa baik kaidah, struktur, kepaduan paragraf, dan isi karangan. (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Terlampir). 3) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup diisi dengan do’a bersama yang juga dipimpin oleh siswa yang memimpin doa bersama waktu pelajaran akan dimulai b. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan Rencana Pelajaran, yaitu ada kegiatan apersepsi, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1) Hasil Pengamatan a) Hasil pengamatan peneliti pada waktu proses Kegiatan Belajar Mengajar dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Ketika aturan menulis cepat disampaikan, siswa sangat tertarik dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Hal tersebut merupakan hal baru bagi mereka. (2) Dari beberapa gambar seri ternyata sebagaian besar siswa memilih gambar “ Jatuh Dari Sepeda ”. (3) Siswa tampak tegang ketika guru memberi aba-aba untuk mulai mengarang. (4) Dua puluh siswa terlihat asyik mulai menulis. (5) Dua siswa terkadang garuk-garuk kepala. (6) Dua siswa hanya bengong memandang langit-langit atap. (7) Satu siswa sibuk mondar-mandir meminjam alat penghapus b) Hasil nilai siswa Hasil dari menulis fiksi pada siklus II ini diketahui, bahwa keterampilan menulis siswa ternyata ada peningkatan. Beberapa faktor penyebabnya adalah: Siswa sudah bisa berkonsentrasi dengan benar dan siswa mulai paham tentang ide/gagasan, ejaan, tanda baca, diksi, keterpaduan antar paragraf, dan struktur kalimat. Adapun hasil berupa data dalam siklus II dapat dilaporkan sebagia berikut: (1) Ketuntasan belajar siswa 76,67% atau 23 siswa yang mencapai KKM (2) Kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide/ gagasan dalam cerita nilai rata-rata mencapai 68 (3) Isi cerita mendapat nilai rat-rata 77 (4) Kemampuan siswa menggunakan tanda baca dalam silkus II ini baru mencapai 70 (5) Penggunaan ejaan, khususnya penggunaan huruf kapital, kemampuan siswa mencapai 72 (6) Dalam kemampuan menggunakn struktur kalimat yang baik, nilai rat-rata siswa mencapai 70 (7) Nilai rata-rata siswa unsur keterpaduan kalimat baru mencapai 68 (8) Karangan siswa masih banyak coretannya. Padahal dalam teknik menulis cepat, coretan seharusnya dihindari. Namun demikian masih banyak siswa yang mencoret kalimat bila dirasa salah. Dalam hal ini semakin banyak coretan maka nilai rata-rata siswa sedikit. Sebaliknya bila coretan sedikit, maka nilainya banyak. Untuk unsur banyak coretan nilai rata-rata dalam siklus II ini sebanyak 69
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 244
(9) Semakin banyak jumlah kata yang dihasilkan, maka nilai siswa semakin baik. Untuk ini nilai rat-rata siswa 78 (10) Untuk keterbacaan tulisan mendapt nilai rat-rata 71 (11) Unsur diksi/pemilihan kata yang tepat, nilai rata-ratnya adalah 75. Adapun data hasil angket siswa setelah silkus II dapat dilpaorkan sebagai berikut: Dari jawaban angket ya dan tidak, maka siswa yang menjawab ya untuk pertanyaan : (1) Apakah kamu paham yang dimaksud tulisan fiksi? Jawaban: ya = 70% (2) Apakah kamu mempunyai kesenangan menulis fiksi? Jawaban: Ya = 80% (3) Apakah kamu mempunyai kesenangan membaca cerita fiksi? Jawaban: Ya = 90% (4) Apakah kamu sudah pernah mendapat pelajaran tentang menulis fiksi? Jawaban: Ya = 95% (5) Ketika menulis, apakah kamu dapat berkonsentrasi? Jawaban: Ya = 75% (6) Apakah kamu mempunyai cita-cita ingin menjadi penulis? Jawaban: Ya = 70% (7) Apakah kamu merasa senang ketika ada pelajaran mengarang? Jawaban: Ya = 70% (8) Apakah gurumu dalam mengajarkan mengarang menyenangkan? Jawaban: Ya = 85% (9) Apakah kamu di rumah mempunyai majalah anak-anak? Jawaban: Ya = 15% (10) Apakah kamu suka membaca cerpennya? Jawaban: Ya = 15% c. Refleksi Sesuai dengan hasil observasi peneliti, dalam siklus II ini tidak ada siswa yang kelihatan bingung. Mereka sudah berkonsentrasi dengan benar. Tidak ada lagi siswa yang berkeliaran. Siswa sibuk menulis menuangkan gagasannya. Siswa sudah tidak lagi mencoret-coret karangannya. Jumlah kalimat yang dihasilakan cukup banyak. Karangan siswa rat-rata meningkat dalam hal isi, tata bahasa, ejaan, diksi, dan keterpaduan paragraf. Nilai rata-rata siswa dalam siklus II ini meningkat. Bila dalam siklus I nilai rata-ratanya hanya 57 maka dalam siklus II menjadi 72. Suatu peningkatan yang cukup baik.
3.3 Pembahasan a. Perencanaan Perbedaan perencanaan antara siklus I dengan perencanaan siklus II tidak terlalu mencolok. Pada awal pelajaran dalam siklus II siswa diberi penjelasan tentang penggunaan ejaan, tanda baca, diksi, ide/gagasan, dan keterbacaan tulisan. Siswa juga diberi motivasi agar bisa berkonsentrasi dengan baik dan bisa mencurahkan gagasan dalam karangan sebanyak-banyaknya. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam siklus II siswa sudah dapat berkonsentrasi dengan baik. Waktu untuk menulis cepat juga ditambah lima menit. Setelah siswa selesai menulis cepat, peneliti meneliti karangan siswa secara cepat. Sementara itu siswa diberi waktu untuk istirahat 5 menit, namun masih di dalam kelas. Kemudian peneliti menyerahkan karangan siswa untuk diperbaiki lagi sesuai dengan kaidah yang berlaku. c. Pengamatan Pelaksanaan pengamatan antara siklus I dan siklus II tidak ada perbedaan yang menyolok. Pengamatan dilakukan pada awal pelajaran, kegiatan inti, dan akhir pelajaran. d. Refleksi Setelah diadakan perbaikan dalam siklus II, ternyata ada kenaikan hasil rata-rata nilai. Bila dalam siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis 57, maka dalam siklus II ini ada kenaikan. Dalam siklus II nilai rat-rata keterampilan menulis menjadi 72. Berdasarkan pembahasan siklus I dengan siklus II, maka melalui media gambar seri ada peningkatan keterampilan menulis fiksi bagi siswa kelas III SD Negeri Wuwur, Kecamatan Pancur.
4. Simpulan Berdasarkan landasan teori , data yang diperoleh, serta pembahasan siklus 1 dengan siklus 2, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Setelah mengikuti latihan menulis fiksi dengan media gambar seri siswa kelas III SD Negeri Wuwur Kecamatan Pancur mulai merasa senang dengan kegiatan tulis menulis, khususnya menulis fiksi. b. Melalui media gambar seri bisa melatih siswa untuk mencurahkan gagasan tanpa ragu-ragu dan takut salah. c. Melalui media gambar seri, keterampilan siswa dalam menulis fiksi meningkat.
Referensi Bobbi De Porter & Mike Hernaci. 1999. Quantum Learning. Bandung Kaifa.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 245
Sanusi. 2003 Bina Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga. Santosa, Puji dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD . Jakarta: UT
Wardani, IGAK dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Terbuka. Yusuf, Syamsudin., Purwanto., Effendi, Asep., Aswan., Budi, Sanusi., dan Uripasih. 2004. Bina Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.