PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERPEN DENGAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS IX A MADRASAH STANAWIYAH (MTs.) MATHLA‟UL ANWAR 2 KOTA BOGOR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh Ahmad Syaeful Rahman NIM:107013000045
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1433 H
1
2
3
ABSTRAK
Ahmad Syaeful Rahman; NIM. 107013000045. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMP/MTs kini dititikberatkan pada keterampilan maupun kemampuan siswa. Berdasarkan kurikulum KTSP siswa dituntut lebih proaktif dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang dilakukan di sekolah-sekolah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sesuai dengan tujuan kurikulum saat ini, yaitu agar siswa memiliki empat kompetensi keterampilan bahasa salah satunya keterampilan membaca. Rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah: apakah penggunaan metode SQ3R efektiv dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor; apakah terdapat hambatan atau kendala pada penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui efektifitas penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor, ingin mengetahui hambatan atau kendala pada penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, dengan berupa data kuantitatif. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu menguji penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen. Metode SQ3R adalah salah satu metode yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Metode SQ3R ini mencakup lima tahap, yaitu Survey (menyelidiki/penelitian pendahuluan), Question (menanyakan/mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan), Read (membaca), Recite (mendaras/menceritakan dengan kata-kata sendiri), dan Review (mengulangi). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa penggunaan Metode SQ3R dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. Adanya perbedaan yang signifikan antara hasil tes membaca pemahaman cerpen sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R, terbukti dari niai thitung 1,78 < ttabel 2,39 yang mendukung hipotesis akhir penelitian ini diterima, selain itu dari penyebaran angket, sebagian besar siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul anwar 2 Kota Bogor sebagai kelas eksperimen merasakan kendala yang bervariasi dalam membaca dengan menggunakan metode SQ3R, yairu kendala dengan waktu, dan kendala dengan media pembelajaran yaitu teks cerpen.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji serta syukur bagi Allah SWT penguasa seluruh alam, pencurah rahmat atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Shalawat teriring salam senantiasa terlimpah kepada baginda besar nabi tercinta Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa setia padanya. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari perlunya berdoa serta kerja keras untuk sesegera mungkin menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis juga banyak memperoleh bantuan serta motivasi dari semua pihak sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis haturkan terimakasih kepada yang terhormat yaitu: 1. Nurlena Rifa‟i, M.A. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus sebagai dosen penasehat akademik angkatan 2007 kelas A, dengan ikhlas dan penuh kesabaran dengan terus memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Hj. Budi Suci Nurani, M.Pd., sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran serta keikhlasan hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan imbalan serta pahala atas ilmu yang telah diberikan selama ini, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis. 5. Teristimewa buat Ayahanda, Ibunda. Terimakasih atas pengorbanan dan kasih sayang serta motivasi yang kalian berikan. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala berlipat ganda.
ii
6. Buat Ade Fithrotinnadhiroh, dan Bang Apu Ahro yang selalu memberikan motivasi dan do‟a, semoga Allah membalas dengan ciuman yang istimewa. 7. Sahabat-sahabatku yang baik hati yang selalu memberikan motivasi dan do‟a hingga penulisan skripsi ini selesai. Terimakasih dipersembahkan kepada seluruh pihak yang tidak disebutkan namanya namun telah memberikan kontribusi yang bernilai kepada penulis. Semoga do‟a, bantuan serta bimbingan yang telah diberikan mendapat balasan yang berharga dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta para pembaca untuk memajukan dunia pendidikan di negeri tercinta ini.
Jakarta, 15 Agustus 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI ABSTRAK …………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI …………………………………….……………………
iv
DAFTAR TABEL …………………………..………………………..
vi
DAFTAR LAMPIRAN …...………………………………………….
viii
BAB I PENDAHULUAN ………………..…………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah …..……………………………….
1
B. Identifikasi Masalah …..…………………………………..
3
C. Pembatasan Masalah …………..………………………….
4
D. Perumusan Masalah …………………………………….....
4
E. Tujuan Penelitian ……………………………………….....
4
F. Manfaat Penelitian ………………………………………...
5
G. Hipotesis yang Diajukan …………………………………..
5
BAB II KAJIAN TEORETIS ……………………………………….
6
A. Hakikat Keterampilan Membaca ……..…………………..
6
1. Tujuan Membaca ……………………………………...
8
2. Membaca Pemahaman ………………………………...
10
B. Pengertian Cerita Pendek ………………………………….
11
1. Ciri-ciri Cerita Pendek ………………………………...
11
2. Unsur-unsur Cerita Pendek ……………………………
12
C. Metode SQ3R ……………………………………………..
18
1. Langkah-langkah dalam Metode SQ3R ………………
18
D. Pembelajaran Membaca Cerpen dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) …………………………………
20
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………....
21
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………
23
A. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………....
23
B. Metode Penelitian ………………………………………......
23
C. Populasi dan Sampel ………………………………………..
23
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….....
24
1. Pemberian Tes …………………………………………..
24
2. Pemberian Angket ………………………………………
27
E. Teknik Analisis Data ……………………………………….
31
BAB IV DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN .………………
35
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ………………………….
35
1. Gambaran Sekolah ……………………………………..
35
B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ………………………….
39
1. Tahap Pemberian Tes ……….. ………………………..
39
2. Tahap Pemberian Angket ………………………………
40
C. Data dan Analisis Data …………………………………….
41
1. Data Tes ………………………………………………..
41
2. Perbandingan Mean Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ……………………………………………
49
3. Analisis Data Angket ………………………………….
52
D. Pembuktian Hipotesis ………………………………………
61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN …………………………………..
64
A. Simpulan ……………………………………………………
64
B. Saran ……………………………………………………….
65
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………
66
LAMPIRAN …………………………………………………………..
v
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel
Halaman
1. Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest Kelas Eksperimen ………………..
25
2. Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest Kelas Kontrol …………………….
26
3. Kisi-kisi Soal Angket …….…………………………………………..
28
4. Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen ……..
32
5. Kriteria Interpretasi Tes Membaca Pemahaman Cerpen ……………..
33
6. Kriteria Penafsiran Hasil Angket ……………………………………..
34
7. Data Siswa dalam Lima Tahun Terakhir ……………………………..
37
8. Data Ruang ……………………………………………………………
37
9. Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Bogor ………………………………………………………..
38
10. Data Pretest kelas Eksperimen ………………………………………..
41
11. Data Postest Kelas Eksperimen ……………………………………….
43
12. Data Pretest Kelas Kontrol …………………………………………....
45
13. Data Postest Kelas Kontrol …………………………………………....
47
14. Perbandingan Mean Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …………..
49
15. Kesenangan Siswa tentang Pelajaran Bahasa Indonesia ……………...
52
16. Bidang yang Disukai Siswa dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ………………………………………………………
53
17. Materi Sastra yang Disukai Oleh Siswa dalam Bidang Kesusastraan…
53
18. Keterampilan Bahasa yang Disukai oleh Siswa ………………………
54
19. Tanggapan Siswa terhadap Membaca Cerpen ……………………......
54
20. Kendala yang Dihadapi Siswa Saat Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen …………………………………………………..
55
21. Kendala Siswa ketika Diberi Tugas dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen …………….....…………………………………..
55
22. Hal yang Dilakukan Siswa ketika Mengalami Kendala Saat Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen …………………….…..
56
23. Pengetahuan Siswa tentang Metode SQ3R ………………….………..
57
vi
24. Kendala Ketika Menggunakan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen ………………………………………..
57
25. Jenis Kendala yang Dihadapi Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R ………………..…………
58
26. Kendala yang Dihadapi Siswa Berkaitan dengan Waktu dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R ....
59
27. Kendala yang Dihadapi Siswa dengan Media Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R …………………………..
59
28. Hal yang Dilakukan Siswa dalam Menangani Kendala Ketika Menggunakan Metode SQ3R Saat Membaca Pemahaman Cerpen .…..
60
29. Kesesuaian Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen…………………………………………………………………..
vii
61
DAFTAR LAMPIRAN
1. Silabus Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 4. Media Pembelajaran Kumpulan Cerpen Antalogi Apresiasi Kesusastraan (Robohnya Surau Kami) 5. Hasil Lembar Kerja Siswa Pretest Kelas Eksperimen 6. Hasil Lembar Kerja Siswa Postest Kelas Eksperimen 7. Hasil Lembar Kerja Siswa Pretest Kelas Kontrol 8. Hasil Lembar Kerja Siswa Postest Kelas Kontrol 9. Hasil Angket Kelas Eksperimen 10. Data Pretest Kelas Eksperimen 11. Data Postest Kelas Eksperimen 12. Data Pretest Kelas Kontrol 13. Data Postest Kelas Kontrol 14. Tabel Distribusi T 15. Uji Referensi 16. Surat Pengajuan Proposal Skripsi 17. Surat Bimbingan Skripsi 18. Surat Permohonan Izin Observasi 19. Surat Permohonan Penelitian 20. Surat Keterangan Telah Melakuakan Penelitian
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana dan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa kita dapat mengetahui kecermatan, kelogisan, dan keteraturan jalan pikiran seseorang serta mengungkapkan segala ide atau gagasan. Dalam berbahasa terdapat empat keterampilan, salah satunya yaitu keterampilan membaca. Membaca merupakan salah satu media yang sangat penting dan paling efektif untuk melihat cakrawala dunia secara objektif, mandiri, dan kreatif. Dengan membaca, kita akan banyak memperoleh ilmu pengetahuan, dan pengalaman. Bahkan dengan membaca, kita akan menjadi seorang yang kreatif, kritis, dan bijak atau sekurang-kurangnya kita bisa hijrah dari orang yang tidak tahu menjadi orang yang tahu. Dalam keterampilan membaca terdapat jenis-jenis membaca, salah satunya membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan bagian dari salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi, serta memperoleh hiburan. Banyak informasi direkam dan dikomunikasikan melalui media tulis. Oleh karena itu, membaca pemahaman merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan informasi. Kemampuan membaca pemahaman merupakan bekal dan kunci keberhasilan siswa dalam menjalani proses pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas membaca. Ilmu yang diperoleh siswa tidak hanya didapat dari proses belajar-mengajar di sekolah, tetapi juga melalui kegiatan membaca dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca dan kemampuan memahami bacaan menjadi bagian penting dalam penguasaan serta peningkatan ilmu pengetahuan siswa. Keterampilan membaca
bertujuan agar siswa dapat membaca dan
memahami isi bacaan/pesan yang disampaikan oleh penulis. Tujuan ini
1
mengisyaratkan adanya satu kemampuan yang harus dimiliki siswa yaitu keterampilan membaca, salah satunya keterampilan membaca sastra. Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isi. Karya sastra dikatakan indah jika baik bentuknya maupun isinya sama-sama indah, terdapat keserasian dan keharmonisan antara keduanya. Salah satu bentuk karya sastra adalah cerita pendek atau cerpen. Menurut Rosidi dalam Tarigan, “Cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat, dan singkat. Semua bagian dari sebuah cerpen harus terikat pada suatu kesatuan jiwa: pendek, padat, dan lengkap. Tak ada bagian-bagian yang boleh dikatakan “lebih” dan bisa dibuang”.1 Jadi sebuah cerpen adalah cerita yang ditulis berdasarkan peristiwa kehidupan yang dialami oleh manusia serta dapat menimbulkan efek perasaan kepada pembaca. Pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman cerpen di MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor Kelas IX A, dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, bahkan kerapkali siswa hanya ditugaskan untuk membaca buku lalu mengerjakan soal yang telah disediakan. Penggunaan metode ceramah yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen sampai sekarang masih monoton. Kondisi tersebut mengakibatkan siswa menjadi jenuh, serta proses belajar mengajar menjadi tidak efektif, hal tersebut mengakibatkan siswa kurang menggemari keterampilan membaca hingga kemampuan siswa dalam keterampilan membaca pemahaman cerpen sangat rendah, dibuktikan dari hasil penilaian guru yang mengajarkan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah tersebut, hasilnya kemampuan siswa dalam materi keterampilan membaca pemahaman cerpen masih sangat rendah dari nilai KKM yang telah ditentukan. Selain itu minimnya metode pembelajaran untuk melaksanakan proses pembelajaran membaca pemahaman cerpen di kelas mengakibatkan 1
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, Cet. I, 2011). h. 180
2
faktor ketidak tertarikan dan keseriusan dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen. Guna peningkatan kemampuan membaca pemahaman cerpen, siswa perlu diberikan solusi. Salah satu alternatif solusi tersebut adalah penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman. Dengan demikian, keterampilan pokok pertama yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh siswa adalah membaca buku pelajaran dan bacaan tambahan lainnya, seperti buku-buku sastra salah satunya cerpen. Kegiatan dan keterampilan membaca itu tidak dapat diganti dengan metode pembelajaran lainnya. Dengan membaca kita dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Membaca dapat dipandang sebagai sebuah proses interaktif antara bahasa dan pikiran. Agar setiap bacaan yang dibaca dapat cepat dipahami dan mudah mengingatnya, maka kita perlu menyiasatinya dengan menerapkan metode-metode membaca, di antaranya dengan menggunakan metode SQ3R. Berdasarkan kondisi di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.
B. Identifikasi Masalah Permasalahan yang muncul berkaitan dengan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Keefektifan penggunaan metode SQ3R untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. 2. Penggunaan metode SQ3R untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.
3
C. Pembatasan Masalah Agar mencapai hasil yang representatif maka penulis membatasi kajian penelitian ini pada Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. Teks yang digunakan untuk membaca meliputi teks cerita pendek (cerpen).
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penggunaan metode SQ3R efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor? 2. Apakah terdapat hambatan atau kendala pada penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen yang dialami siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor?
E. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu: 1.
Ingin mengetahui efektivitas penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.
2. Ingin mengetahui hambatan atau kendala pada penggunaaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan mambaca pemahaman cerpen yang dihadapi siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.
4
F. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan adanya hasil yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan, di antaranya: 1.
Manfaat bagi guru, yaitu untuk memperkaya khasanah metode dan strategi dalam pembelajaran membaca, serta untuk dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan, dan dapat mengembangkan kemampuan guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam menerapkan pembelajaran membaca pemahaman cerita pendek.
2.
Manfaat bagi siswa, yaitu menumbuhkan minat baca dan memberi solusi untuk memudahkan siswa dalam memahami dan mengingat isi bukubuku yang ia baca, dengan menggunakan metode SQ3R dalam hal ini menggunakan media cerpen.
3.
Manfaat bagi penulis,
yaitu dapat memperkaya wawasan
dan
mendapatkan data yang faktual mengenai keterampilan membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R, dan mengetahui hambatan hambatan yang dihadapi oleh siswa dalam membaca cerpen dengan metode SQ3R.
G. Hipotesis yang Diajukan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Penggunaan metode SQ3R efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. 2. Adanya hambatan atau kendala yang dialami siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor pada penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen.
5
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Keterampilan Membaca Keterampilan adalah sebuah usaha untuk mengetahui dan atau memperoleh ilmu pengetahuan. Menurut Ahmad Sutardi, pada hakikatnya keterampilan adalah cara seseorang untuk melakukan sesuatu,2 sedangkan dalam KBBI, keterampilan adalah kecakapan orang untuk memahami bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara.3 Dengan demikian keterampilan adalah cara seseorang untuk dapat memahami apa yang ia ingin ketahui dari proses menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa untuk menambah wawasan serta membina daya nalar seseorang. Brigid Smith berpendapat bahwa “reading began to be regarded as a whole language activity in which context, prediction and meaning were as important as the structure of the sentence or the discrete parts of the words.“4 Artinya: “membaca dapat didefinisikan sebagai kegiatan berbahasa secara keseluruhan yang di dalamnya terdapat konteks, prediksi dan makna yang sama pentingnya dengan struktur kalimat atau bagian-bagian dari struktur kata.” Tarigan menyatakan bahwa “Membaca adalah suatu yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.”5 Sedangkan menurut Novi Resmini “Membaca adalah suatu interaksi; suatu komunikasi dengan pengarang.”6 Jadi dalam kegiatan membaca harus ada interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung tetapi bersifat komunikatif, komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika 2
Ahmad Sutardi, Mahasiswa tidak Memble Siap Ambil Alih Kekuasaan Nasional, (Jakarta: 2010) h. 10
3
Dendy Sugono dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Empat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1447 4 Brigid Smith. Through Writing to Reading: Classroom Strategies for Supporting Literacy, (New York: Routledge, 1997), h. 7 5 Henry Guntur Tarigan. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, Cet. V, 1990), h. 7 6 Novi Resmini, Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya, (Bandung: UPI Press, Cet. I, 2006), h. 2
6
pembaca
memiliki
kemampuan
yang
lebih
baik.
Pembaca
dapat
berkomunikasi dengan karya tulis yang digunakan oleh penulis sebagai media untuk memahami gagasan, perasaan, dan pengalaman. Soedarso mendefinisikan membaca adalah “Aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat.”7 Sedangkan menurut Caroline, “Reading is a set of skills that involves making sense and deriving meaning from the printed word. In order to read, we must be able to decode (sound out) the printed words and also comprehend what we read.”8 Artinya: “Membaca adalah seperangkat keterampilan yang meliputi sesuatu yang masuk akal dan kata yang mempunyai makna dari kata yang dicetak. Agar bisa membaca kita harus mampu mengucapkan kata-kata yang dicetak dan juga mengerti apa yang kita baca.” Dengan demikian pembaca harus mampu melafalkan kata-kata dalam buku yang akan dibaca dan mampu menyusun makna yang tertuang dalam kalimat-kalimat yang disajikan oleh penulis, kemudian mengembangkan pengertian-pengertian sesuai dengan kemampuan berpikirnya sendiri secara luas dan mendalam dari apa yang telah dibaca. Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah suatu perlakuan atau kegiatan yang dilakukan dengan indera penglihatan yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis, dan pembaca harus memiliki beberapa kemampuan agar dapat menyusun kalimat-kalimat yang tertuang dalam bacaan sehingga mampu memahaminya.
7
Soedarso. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Cet. XIV, 2010), h. 4 8 Caroline T. Linse. Practical English Language Teaching Young Learners,(New York: McGraw-Hill, 2006), h. 69
7
1. Tujuan Membaca Menurut Cahyani, “Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.”9 Ada beberapa tujuan membaca di antaranya: 1. Mendapat alat tertentu (instrumental effect), yaitu membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktik; misalnya cara membuat masakan, cara membuat topi, cara memperbaiki bola lampu, dan sebagainya. 2. Mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect), yaitu membaca dengan tujuan ingin mendapat rasa lebih (self image) dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya. Misalnya, seseorang akan merasa lebih bergengsi bila bacaannya majalah-majalah yang terbit di luar negeri. 3. Memperkuat nilai-nilai pribadi atau keyakinan, misalnya membaca untuk mendapat kekuatan keyakinan pada partai politik yang kita anut, memperuat, memperkuat keyakinan agama, mendapat nilai-nilai baru dari sebuah buku filsafat, dan sebagainya. 4. Mengganti pengalaman estetik yang sudah using, misalnya penikmatan emosional bahan bacaan (buku cerita, novel, roman, cerita pendek, cerita criminal, biografi tokoh terkenal, dan sebagainya). 5. Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan atau penyakit tertentu”.10 Namun Tarigan berpendapat bahwa ada tujuh tujuan membaca di antaranya, yaitu: 1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuanpenemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). 2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading main for ideas). 9
Isah Cahyani, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar , (Bandung: UPI Press, Cet. I, 2007), h. 99 10 Nurhadi, Membaca Cepat Dan Efektif, (Malang: Sinar Baru, Cet. IV, 2008), h. 136
8
3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau suasana, organisasi cerita (reading for sequence or organization). 4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperhatikan oleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). 5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan atau membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). 6. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca untuk menilai atau mengevaluasi (reading to evaluate). 7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast), (menurut Anderson dalam Tarigan).11 Dari beberapa pendapat di atas, penulis berpendapat bahwa tujuan membaca yaitu untuk mengetahui informasi-informasi yang tertuang dalam sebuah tulisan, dapat memahami isi dan maknanya secara detail juga dapat mengevaluasi isi tulisan tersebut untuk menambah pengetahuan.
11
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, Cet. V, 1990), h. 9-10.
9
2. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman adalah bagian keterampilan membaca yang bertujuan untuk memahami isi bahan bacaan secara mendalam. M.E. Suhendar berpendapat bahwa membaca pemahaman adalah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai”.12 Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan “Membaca pemahaman adalah sejenis kegiatan membaca yang berupaya menafsirkan pengalaman; menghubungkan informasi baru dengan yang telah diketahui; menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan kogitif dari bahan (bacaan) tertulis”.13 Dengan demikian membaca pemahaman merupakan kegiatan mengungkapkan pokok pikiran untuk menafsirkan suatu informasi baru dan menghubungkannya dengan yang telah diketahui. Caroline T. Linse mendefinisikan “Reading comprehension refers to reading for meaning, understanding, and entertainment.”14 Artinya: “Membaca pemahaman mengacu pada membaca untuk memahami makna, dan
sebagai hiburan.” Menurut Tarigan dalam Kholid Harras membaca
pemahaman dapat didefinisikan sebagai “sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), drama tulis (primed drama) serta pola-pola fiksi (pattenrs of fiction).”15 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman yaitu untuk mendapatkan pokok pikiran secara mendalam hasil dari proses membaca yang telah dilakukan, terutama dalam membaca teks sastra.
12
M.E. Suhendar dan Pien Supinah, Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: CV. Pionir Jaya, Cet. I, 1992) h. 27 13 Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Angkasa, Cet. II, 2009), h. 43 14 Caroline T. Linse. Practical English Language Teaching Young Learners,(New York: McGraw-Hill, 2006), h. 71 15 Kholid Harras, Membaca 1, (Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. II, 2007), h. 229
10
B. Pengertian Cerita Pendek Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isi. Dengan kata lain, suatu karya sastra dikatakan indah kalau bentuknya maupun isinya sama-sama indah, terdapat keserasian, keharmonisan di antara keduanya. Untuk itu diperlukan norma-norma estetik, sastra, dan moral. Salah satu bentuk karya satra yaitu cerita pendek (cerpen). Menurut Tarigan “Cerita pendek adalah cerita yang pendek, dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat, dan singkat. Semua bagian dari sebuah cerpen harus terkait pada suatu kestuan jiwa: pendek, padat, dan lengkap. Tidak ada bagian yang boleh dikatakan “lebih” dan bisa dibuang (Rosidi dalam Tarigan).”16 Suharma mendefinisikan “Cerpen ialah kisah fiksi yang menceritakan kehidupan tokoh dengan penceritaan singkat.”17 Sedangkan Hoerip dalam Atar Semi
mendefinisikan bahwa cerpen adalah “sebuah
karakter yang „dijabarkan‟ lewat rentetan kejadian daripada kejadian-kejadian itu sendiri satu persatu. Apa yang “terjadi” di dalamnya lazim merupakan suatu pengalaman atau penjelajahan.”18 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud cerita pendek (cerpen) adalah salah satu karya sastra bagian dari prosa berupa cerita rekaan yang dibaca sekali habis, memiliki ruang lingkup kecil, padat, lengkap, dan singkat serta ditulis berdasarkan peristiwa kehidupan manusia yang dapat menimbulkan efek perasaan pada pembacanya.
1. Ciri-ciri Cerita Pendek Cerpen adalah cerita pendek yang alur ceritanya simple dan padat, dengan tokoh-tokoh yang cukup terbatas dan dapat dibaca hanya sekali duduk. Nurgiantoro dalam Tarigan berpendapat bahwa cerpen adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang 16
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, Cet. I, 2011), h. 180 Suharma dkk., Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bogor: Yudistira, Cet. I, 2010), h. 6 18 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, Cet. I, 1988), h. 34 17
11
tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan halhal yang tidak perlu.19 Adapun ciri-ciri cerpen menurut Tarigan, yaitu sebagi berikut: 1. Ciri-ciri utama cerpen adalah: singkat, padat, intensif, (brevity, unity, intensity). 2. Unsur-unsur utama dalam cerpen: adegan, tokoh, dan gerak (scence, character, dan action). 3. Bahasa cerpen haruslah tajam, sugestif, dan menarik perhatian (insicivi,suggestive, alart). 4. Cerita pendek harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 5. Sebuah cerita pendek harus menimbulkan satu efek dalam pikiran pembaca. 6. Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama-tama menarik perasaan, dan baru kemudian pikiran pembaca. 7. Cerita pendek mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilah dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca. 8. Cerpen harus mempunyai seorang pelaku utama. 9. Cerpen bergantung pada satu situasi. 10. Cerpen memberikan impresi tunggal. 11. Cerpen memberikan suatu kebulatan efek. 12. Cerpen menyajikan satu emosi. 13. Jumlah kata-kata yang terdapat dalam cerpen biasanya di bawah 10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata.20 2. Unsur-unsur Cerita Pendek a. Unsur-unsur Intrinsik Unsur intrinsik adalah bagian pondasi penting dalam sebuah karya sastra, yang dimana sekema cerita sebuah karya sastra dapat dilihat dari unsur intrinsik tersebut. Burhan Nurgiantoro berpendapat bahwa “unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur
19 20
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, Cet. I, 2008), h. 179 Ibid. h. 180-181
12
yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.”21 Adapun yang termasuk ke dalam unsur-unsur intrinsik yaitu: 1) Tema Menurut KBBI, “tema adalah pokok pikiran; dasar cerita yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang.”22 Menurut Stanton dan Kenny dalam Nurgiyantoro berpendapat bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.23 Dengan demikian tema adalah sebuah pokok pikiran dasar pada sebuah cerita yang di dalamnya terkandung inti dari apa yang ingin di sampaikan pengarang kapada pembaca.
2) Penokohan Menurut
Suharma,
”Penokohan
ialah
cara
penulis
cerita
menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita.”24 Untuk memberikan gambaran mengenai tokoh-tokoh dalam sebuah karya fiksi dibedakan ke dalam beberapa jenis berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, yaitu: a. Berdasarkan segi peranan tokoh 1. Tokoh utama Yaitu yang diutamakan penceritaannya. Tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga mendominasi sebagian besar cerita. 2. Tokoh tambahan Yaitu tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita. b. Berdasarkan fungsi penampilan 1. Tokoh protagonis (baik) 2. Tokoh antagonis (jahat) c. Berdasarkan perwatakannya 1. Tokoh sederhana Tokoh yang hanya memiliki satu karakter pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu saja.
21
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet, VI, 2007), h. 23 22 Dendy Sugono dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Empat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1429 23 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet, VI, 2007), h. 67 24 Suharma dkk., Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bogor: Yudistira, Cet. I, 2010), h. 10
13
2. Tokoh kompleks atau tokoh bulat Tokoh yang memiliki dan diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. d. Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan 1. Tokoh statis Tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa yang terjadi. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir cerita. 2. Tokoh berkembang Tokoh cerita mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa dan plot yang dikisahkan. e. Berdasarkan pencerminan tokoh 1. Tokoh tipikal Tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya. Tokoh tipikal merupakan penggambaran, pencerminan, atau penunjukan terhadap orang atau kelompok orang yang terkait dalam sebuah lembaga, atau seorang individu sebagai bagian dari suatu lembaga yang ada di dunia nyata. 2. Tokoh netral Tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri dan merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi, dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita dan yang diceritakan.25
3) Alur Alur atau plot terkadang disebut juga denga jalan cerita, ialah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Kenny dalam Nurgiantoro menyatakan bahwa, “Alur pada hakikatnya adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh.”26 Alur atau plot dalam sebuah cerita harus bersifat padu antara peristiwa yang satu dengan yang lain. Kaitan antara peristiwa hendaknya jelas, logis,
25
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet. VI, 2007), h. 176-193 26 Ibid. h. 75
14
dapat dikenali hubungan antar alur cerita yang terdapat di awal, tengah atau akhir dalam cerita. Plot yang memiliki sifat keutuhan dan kepaduan, akan menyuguhkan cerita yang bersifat utuh dan padu pula. Menurut Abrams dalam Nurgiantoro mengemukakan bahwa “sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir. 1. Tahap Awal Tahap awal sebuah cerita biasanya sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap berikutnya. 2. Tahap Tengah Tahap tengah cerita disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang dan terpenting dari karya fiksi yang bersangkutan. Pada bagian ini cerita disajikan, tokohtokoh memainkan peran, peristiwa penting fungsional dikisahkan, konflik berkembang semakin meruncing, menegangkan, dan mencapai klimaks. 3. Tahap Akhir Tahap akhir sebuah cerita dapat disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Tahap akhir berisi bagaimana kesudahan cerita atau menyarankan pada hal bagaimana akhir sebuah cerita.27 Sedangkan Tasrif dalam Nurgiantoro membedakan tahapan plot ke dalam lima bagian, yaitu: 1. “Tahap Situasional (Tahap Penyituasian) Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan berfungsi melandastumpai cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. 2. Tahap Generating Circumstances (Tahap Pemunculan Konflik) Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
27
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet. VI, 2007), h. 142-145
15
3. Tahap Rising Action (Tahap Peningkatan Konflik) Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensinya. 4. Tahap Climax (Tahap Klimaks) Konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang dilakukan dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. 5. Tahap Denoument (Tahap Penyelesaian) Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendurkan, dan diberi jalan keluar.”28 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu kejadian ada karena adanya sebab. Suatu kejadian merupakan sebuah alur cerita, bila di dalamnya terdapat perkembangan kejadian dan perkembangan itu dapat terjadi kalau terdapat konflik dalam cerita yang diusung oleh pengarang dalam karya sastranya. 4) Latar Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi atau keterangan mengenai waktu, ruang/tempat dan suasana dalam suatu cerita. Haryono berpendapat bahwa latar/setting adalah penggambaran situasi tempat, waktu, serta suasana terjadinya peristiwa. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan.”29 Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot, karena untuk menghasilkan cerita yang sempurna, padat, dan berkualitas latar harus bersatu dengan tema dan alur. Menurut Burhan Nurgiantoro unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu: 1. Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, dan lokasi tertentu tanpa nama jelas.
28
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet. VI, 2007), h. 149-150 29 Hariyono, Bahasa Indonesia SMP Kelas 9, (Bogor: BP, 2008), h. 130
16
Tempat dengan nama tertentu adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata. 2. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 3. Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial berhubungan juga dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya: rendah, menengah, atau atas.30 5) Sudut Pandang Sudut padang adalah visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan
tokoh-tokoh
bercerita.
Sang
pengarang
haruslah
dapat
menjelaskan kepada para pembaca bahwa dia selaku narator atau pencerita mempunyai tempat berpijak tertentu dalam hubungannya dengan cerita itu. Menurut Maryani dan Sutopo sudut pandang dibagi ke dalam lima macam kelompok yaitu: 1. Sudut pandang orang pertama Pengarang mengambil posisi sebagai pelaku utama. Biasanya ditandai dengan pemakaian kata ganti orang pertama: aku atau saya. 2. Sudut pandang orang ketiga Pengarang mengambil posisi sebagai pengamat yang menceritakan segala hal yang dilihatnya. Biasanya ditandai dengan pemakaian kata ganti orang ketiga : ia, dia, nya.31 b. Unsur-unsur Ekstrinsik Segi kedua dari unsur karya sastra dalam hal ini cerpen adalah unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik itu merupakan latar belakang dan sumber informasi bagi karya sastra dan tidak dapat diabaikan karena mempunyai nilai dan pengaruh. Mnurut Haryono, unsur ekstrinsik sastra adalah unsur yang membangun karya sastra yang berasal dari luar karya sastra itu, meliputi
30
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, Cet. VI, 2007), h. 227-234 31 Maryati dan Sutopo, Bahasa dan Sastra Indonesia3Untuk SMP/MTs Kelas IX, (Bandung: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2009), h. 39
17
keadaan lingkungan, sosial, atau budaya saat karya tersebut dibuat, serta latar belakang pengarang.32 Dengan demikian struktur ekstrinsik ini, merupakan unsur atau bagian yang secara fungsional berhubungan dengan sebuah karya sastra satu sama lainnya. Bila stuktur ekstrinsik dengan sebuah karya sastra itu tidak saling berhubungan maka tidak dapat dikatakan struktur. Struktur itu sendiri harus dilihat dari satu titik pandang tertentu. Struktur ekstrinsik dianggap sebagai bagian dari struktur yang membangun cerita pendek bila ia dianggap memberi pengaruh terhadap keseluruhan struktur cerpen itu, terutama bila cerpen itu dianggap sebagai pencerminan kehidupan atau interperensi tentang kehidupan. C. Metode SQ3R Metode SQ3R adalah salah satu metode yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Metode SQ3R ini mencakup lima tahap yaitu: S = Survey (menyelidiki/penelitian pendahuluan) Q = Question (menanyakan/mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan) R = Read (membaca) R = Recite (mendaras/menceritakan dengan kata-kata sendiri) R = Review (mengulangi)33 Metode SQ3R ini tujuannya digunakan untuk membantu siswa untuk dapat mengingat apa yang mereka baca, dan dapat membantu proses belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan kegiatan membaca buku secara umum.
1. Langkah-langkah Dalam Metode SQ3R 1) Survey atau Menyelidiki. Dalam langkah pertama ini siswa memeriksa halaman-halaman bab yang akan di pelajari. Bacalah pertanyaan-pertanyaan atau rangkuman
32 33
Hariyono, Bahasa Indonesia SMP Kelas 9, (Bogor: BP, 2008), h. 132 A. Widyamartaya, Seni Membaca untuk Studi, (Yogyakarta: Kanisius, Cet. I, 1992), h. 60
18
pada akhir bab (kalau ada). Semua itu bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum tentang isinya. Penyelidikan ini kita lakukan dengan membaca selintas (skimming). 2) Question atau Menanyakan. Dalam langkah kedua ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum mulai membaca seluruh bab/materi yang akan dibaca. Pertanyaan-pertanyaan didasarkan atas bahan yang sudah siswa baca selintas tadi, misalnya dengan mengubah judul-judul paragraf menjadi berbentuk pertanyaan (cukup dalam pikiran saja). Pertanyaanpertanyaan itu akan membangkitkan keingintahuan siswa, akan membantu siswa untuk membaca dengan tujuan mencari jawabanjawaban yang penting (relevan), dan akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi bab/materi yang dibaca. 3) Read atau Membaca. Dalam langkah ketiga ini siswa membaca untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Sita akan dapat membaca lebih cepat apabila siswa telah melaksanakan langkah pertama dan kedua di atas. 4) Recite atau Mendaras. Dalam langkah keempat ini siswa berusaha untuk memperkokoh perolehan dari hasil membaca. Pada akhir tiap paragraf atau bagian dalam bab, buatlah ringkasan isi paragraf/bagian itu dan daraslah kepada diri Anda hal-hal yang penting (jawaban-jawaban yang telah Anda peroleh) dengan lantang. Pendarasan ini akan lebih baik lagi apabila didukung dengan pembuatan catatan pada lembar catatan.
19
5) Review atau Mengulangi. Setelah tiap paragraf atau bagian dalam bab yang siswa pelajari selesai di baca menurut langkah ketiga dan keempat, siswa harus mengulang kembali dan mengingat-ingat segenap isi ringkas yang penting dari seluruh bab tersebut. Dengan langkah kelima ini, siswa berusaha untuk memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh, dan kokoh atas bahan yang telah dibaca, agar kemudian kita dapat mengingat-ingat kembali apa yang kita cari dari teks bacaan.
D. Pembelajaran Membaca Cerpen dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Menurut E. Mulyasa mendefinisikan “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan
hasil
belajar,
serta
cara
yang
digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan
pendidikan.”34
Dengan
demikian,
dalam
kurikulum
terdapat
pengaturan-pengaturan mengenai tujuan, materi standar, dan bahkan pengajaran serta cara-cara penggunaannya agar dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang diinginkan dapat tercapai. E. Mulyasa berpendapat bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan
berdasarkan
standar
kompetensi
serta
kompetensi
dasar
yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).35 Menurut E. Mulyasa pula mendefinisikan bahwa silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
34 35
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2007), h. 46 Ibid, h. 19-20
20
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.36 Kegiatan pembelajaran dalam KTSP dirancang untuk memberikan pengalaman yang melibatkan mental dan fisik melalui interaksi antara peserta didik dan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Adapun tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang mengacu kepada tujuan umum pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri. Kurikulum tingkat satuan pendidikan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mencakup empat aspek, yaitu: menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Pembelajaran membaca cerpen merupakan salah satu dari aspekaspek tersebut. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terjadi secara sistematis yang setiap kompetennya mempunyai peranan penting bagi keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam keterampilan membaca, materi yang diberikan yaitu untuk menumbuhkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Materi dalam membaca yang disajikan hendaknya dapat menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut dalam menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga siswa memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan membaca mereka.
E. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai keterampilan membaca pemahaman telah banyak dilakukan.
Banyaknya
penelitian
mengenai
keterampilan
membaca
pemahaman dapat dijadikan salah satu bukti bahwa keterampilan membaca sangat menarik untuk diteliti. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya yaitu: Penelitian yang dilakukan Yulis Yuliawati (UNPAK), “Penerapan Metode PQRST Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman 36
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2007), h.183
21
Siswa Kelas X A MAN 1 Cigudeg Bogor”. Rumusan masalah yang diangkat yaitu meneliti penggunaan metode PQRST dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Hasil yang diperoleh adalah dengan menggunakan metode PQRST keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil siklus satu siswa hanya mampu mencapai 65%, sedangkan pada siklus dua kemampuan siswa meningkat mencapai 70%. dengan demikian, terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa sebesar 11%. Penelitian yang dilakukan Ine Pujianti (UNPAK), “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Media Komik Pada Siswa Kelas VIII MTs. Al Hamidi Bogor”. Ia mengkaji tentang penggunaan media komik dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Hasil yang diperoleh adalah dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Hal ini dibuktikan dari tes pada siklus satu mencapai 6,43 sedangkan pada siklus dua 7,71. Penelitian yang dilakukan Saryi (UNPAK), “Penggunaan Metode OK5R Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Kelas X MAN 1 Bogor”. Peneliti mengkaji mengenai penggunaan metode OK5R dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa. Hasil yang diperoleh pada siklus satu rata-rata nilai siswa 66,77% sedangkan pada siklus dua nilai siswa meningkat mencapai 77,34%. Dengan demikian metode OK5R dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa.
22
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor, pada siswa kelas IX Tahun Ajaran 2011-2012. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan di semester ganjil dari bulan Juni sampai Agustus 2011. B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi agar dapat membuat suatu penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini juga melibatkan kegiatan percobaan untuk melihat hasil yang diketahui dari variabel-variabel yang diselidiki. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari karasteristik atau kelompok yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor yang terdiri dari dua kelas dengan jumlah siswa 54 orang. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mengetahui serta membedakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Di MTs. Mathla‟ul Anwar 2 kelas IX hanya terdapat dua kelas, dengan kriteria siswa yang homogen, artinya tidak ada kelas unggulan. Dengan demikian untuk mengambil kelas eksperimen diambil secara acak dengan melakukan pengocokan. Melalui sistem tersebut, diperoleh kelas eksperimen berjumlah 27 siswa yaitu kelas IX A dan kelas kontrol berjumlah 27 yaitu kelas IX B dari sampel yang berjumlah 54 siswa.
23
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas siswa dan situasi yang berkaitan dengan seluruh tindakan yang dilakukan, di antaranya melalui: 1. Pemberian tes Tes adalah tulisan pertanyaan berbentuk soal untuk mengukur kemampuan dari hasil belajar. Arikunto mendefinisikan “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki setiap individual maupun kelompok.”37 Sedangkan menurut Iskandarwassid tes dalam proses pembelajaran di kelas dapat diartikan “sebagai suatu alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar.38 Teknik tes yang digunakan yaitu pretest yang diberikan pada awal pembelajaran dan postest yang diberikan pada akhir pembelajaran. Teknik ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan pengajaran keterampilan membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R. Tes (pretest dan postest) diberikan kepada semua siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Baik pretest maupun postest berbentuk uraian, pretest dilakukan pada awal pembelajaran, siswa dituntut untuk membaca cerpen yang telah disediakan setelah itu diberikan tes mengenai isi cerpen yang telah dibacanya. Setelah pembelajaran berakhir siswa kelas eksperimen diberikan postest, tes yang diberikan yaitu siswa ditugaskan untuk membaca cerpen dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah diberikan yaitu metode SQ3R, lalu mengerjakan tes yang diberikan. Sedangkan pelaksanaan postest pada kelas kontrol yaitu siswa ditugaskan untuk membaca cerpen lalu mengisi soal postest tanpa menggunakan metode dalam arti kelas kontrol tidak diberikan perlakuan apapun seperti yang diberikan pada kelas eksperimen. 37
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet XI, 2002), h. 127 38 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I, 2008), h. 180
24
Hasilnya dapat kita bandingkan antara pretest dan postest antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes tersebut digunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi siswa tentang keterampilan membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R. Instrumen dalam penilaian membaca cerpen yaitu menentukan tema, alur, tokoh, dan karakter tokohnya. Adapun kisi-kisi soal pretest dan postest sebagai berikut: Tabel 1 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Postest Kelas Eksperimen Jenis Tes Pretest
Postest
Masalah
Tujuan Pertanyaan
Bentuk Soal Uraian
Soal
Membaca
Untuk mengetahui
pemaham-
keterampilan siswa
tersebut lalu temukan
an cerpen
dalam membaca
unsur intrinsik cerpen
pemahaman cerpen, lalu
(tema, tokoh,
menemukan unsur
penokohan, alur, latar
intrinsik cerpen.
dan amanat).
Membaca
Untuk mengetahui
pemaham-
keterampilan siswa
tersebut dengan
an cerpen
dalam membaca
menggunakan metode
pemahaman cerpen
SQ3R lalu temukan
dengan menggunakan
unsur intrinsik cerpen
metode SQ3R, lalu
tersebut (tema, tokoh,
menemukan unsur
penokohan, alur, latar
intrinsik cerpen
dan amanat).
25
Uraian
Bacalah cerpen
Bacalah cerpen
Tabel 2 Kisi-Kisi Soal Pretest Dan Postest Kelas Kontrol Jenis
Masalah
Tes Pretest
Tujuan Pertanyaan
Bentuk
Soal
Soal
Membaca
Untuk mengetahui
Uraian
pemaham-
keterampilan siswa
lalu temukan unsur
an cerpen
dalam membaca
intrinsik cerpen (tema,
pemahaman cerpen,
tokoh, penokohan,
lalu menemukan unsur-
alur, latar dan
unsur intrinsik cerpen.
amanat). Uraian
Bacalah cerpen terseut
Posttest Membaca
Untuk mengetahui
Bacalah cerpen
pemaham-
keterampilan siswa
tersebut, lalu
an cerpen
dalam membaca
menemukan unsur
pemahaman cerpen,
intrinsik cerpen (tema,
lalu menemukan unsur-
tokoh, penokohan,
unsur intrinsik cerpen.
alur, latar dan amanat).
Berdasarkan kisi-kisi soal uraian tersebut, selanjutnya menyusun lembar soal tes sebagai berikut (soal pretest di kelas eksperimen dan kontrol adalah sama).
SOAL PRETEST (Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol) I. Petunjuk Tulislah identitas anda dalam lembar jawaban yang telah disediakan. II. Soal Bacalah cerpen tersebut, lalu temukan unsur-unsur intrinsiknya (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat).
26
SOAL POSTEST (Kelas Eksperimen) I. Petunjuk Tulislah identitas anda dalam lembar jawaban yang telah disediakan. II. Soal Bacalah cerpen tersebut dengan menggunakan metode SQ3R, lalu temukan unsur-unsur intrinsiknya (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat).
SOAL POSTEST (Kelas Kontrol) I. Petunjuk Tulislah identitas anda dalam lembar jawaban yang telah disediakan. II. Soal Bacalah cerpen tersebut, lalu temukan unsur-unsur intrinsiknya (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat).
2. Pemberian Angket Menurut
Subana,
“Angket
atau
kuesioner
adalah
instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam teknik komunikasi tak langsung, artinya responden secara tidak langsung menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim melalui media tertentu.”39 Angket yang diberikan peneliti adalah untuk mengetahui dan mencari informasi mengenai kesulitan atau kendala-kendala yang berkaitan dengan penggunaan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen. Angket yang disebarkan bersifat berstruktur artinya jawaban yang diajukan sudah disediakan, hanya ada pilihan A, B dan C tidak ada pilihan lain. Dengan demikian, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai. Item pertanyaan angket berjumlah 15, berikut ini adalah kisi-kisi angket.
39
Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, Cet. II, 2005), h. 30
27
Tabel 3 Kisi-Kisi Soal Angket Masalah/ Sub Masalah Pelajaran Bahasa
Tujuan
Pertanyaan
Untuk
1. Apakah
dan mengetahui
Alternatif
Nomor
Jawaban
Soal
anda a. Ya
1
menyukai pelajaran b. Biasa Saja
Sastra
kesenangan
Bahasa dan Sastra c. Tidak
Indonesia
siswa terhadap
Indonesia?
pelajaran bahasa
dan
2. Bidang apa yang a. Kesusastraan
sastra
anda sukai dalam b. Kebahasaan
Indonesia
pelajaran
2
Bahasa c. Kedua-duanya
dan
Sastra
Indonesia? Untuk
3. Apa
yang
anda a. Puisi
mengetahui
sukai dalam bidang b. Pantun
latar belakang
kesusastraan?
3
c. Cerpen
keterampilan siswa
dalam
membaca Keterampilan
Untuk
4. Keterampilan
a. Membaca
berbahasa
mengetahui
bahasa apa yang b. Menulis
kesenangan
anda sukai?
4
c. Berbicara
siswa terhadap pelajaran keterampilan berbahasa Materi
Untuk
membaca
mengetahui
5. Apakah anda
28
menurut a. Ya membaca b. Biasa Saja
5
cerpen
tanggapan siswa
cerpen itu menarik? c. Tidak
dalam
bembaca cerpen Kendala yang Untuk
6. Apakah
ada a. Ya
dihadapi
mengetahui
kendala yang anda b. Biasa Saja
siswa
kendala
hadapi
yang
saat c. Tidak
dihadapi siswa
pembelajaran
dalam
membaca
pembelajaran
pemahaman
membaca
cerpen?
pemahaman cerpen
6
7. Apakah
anda a. Ya
7
pernah mengalami b. Biasa Saja kendala
ketika c. Tidak
diberi tugas oleh guru
dalam
pembelajaran membaca pemahaman cerpen? 8. Jika
mengalami a. Berdiskusi
kendala
8
dalam b. Bertanya pada
pemembelajaran pemahaman
guru c. Bertanya pada
cerpen, apa yang
teman
anda lakukan?
Membaca
9. Apakah
anda a. Ya
pemahaman
mengetahui
b. Biasa saja
cerpen dengan
metode SQ3R?
c. Tidak
29
9
menggunakan metode SQ3R
10. Apakah
anda a. Ya
10
mengalami kendala b. Biasa saja ketika
c. Tidak
menggunakan metode
SQ3R
dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen? 11. Jika ada kendala, a. Teks cerpen kendala apa yang b. Cara anda hadapi dalam pembelajaran
11
guru
mengajar c. Waktu
membaca pemahaman cerpen dengan
metode
SQ3R? 12. Apakah
anda a. Ya
12
mengalami kendala b. Biasa saja dengan waktu yang c. Tidak tersedia
dalam
pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan
metode
SQ3R? 13. Apakah
anda a. Ya
mengalami kendala b. Biasa saja dengan
media c. Tidak
pembelajaran yang
30
13
digunakan
dalam
pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan
metode
SQ3R? 14. Jika no 10 ada a. Berdiskusi kendala, apa yang anda
14
dengan guru
lakukan b. Berdiskusi
dalam menangani masalah tersebut? 15. Apakah
menurut
dengan teman c. Diam saja
Tanggapan
Untuk
penggunaan
mengetahui
anda metode SQ3R
b. Biasa saja
metode
tanggapan
sesuai
c. Tidak
digunakan
SQ3R dalam siswa terhadap
dalam
membaca
penggunaan
pembelajaran
pemahaman
metode SQ3R
membaca
cerpen
dalam
pemahaman
membaca
cerpen?
a. Ya
15
pemahaman cerpen
E. Teknik Analisis Data Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah: 1. Nilai KKM yang ditentukan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia di MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor adalah 70. Dengan demikian, peneliti harus mengupayakan kemampuan siswa setelah postest minimal mencapai nilai KKM sebesar 70. 2. Menentukan kriteria penilaian keterampilan membaca pemahaman cerpen meliputi aspek-aspek yang akan dinilai seperti berikut.
31
Tabel 4 Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen No 1
Unsur yang
Uraian
dinilai Tema
Membaca
Skor
cerpen
menyimpulkan
tema
Total Skor
lalu Sangat baik skor 4 cerpen Baik skor 3
sesuai dengan isi cerpen
4
Cukup skor 2 Kurang skor 1
2
Tokoh dan Membaca Penokohan
cerpen
menemukan penokohan
lalu Sangat baik skor 4
tokoh (karakter
dan Baik skor 3
dengan bukti yang meyakinkan 3
Alur
Membaca menemukan
cerpen alur
4
tokoh) Cukup skor 2 Kurang skor 1
lalu Sangat baik skor 4 cerpen Baik skor 3
dengan jelas dan sistematis
Cukup skor 2
4
Kurang skor 1 4
Latar
Membaca menemukan
cerpen latar
lalu Sangat baik skor 4 cerpen Baik skor 3
dengan bukti yang factual
Cukup skor 2
4
Kurang skor 1 5
Amanat
Membaca menyimpulkan
cerpen amanat
lalu Sangat baik skor 4 si Baik skor 3
pengarang dengan jelas dan Cukup skor 2 logis
4
Kurang skor 1 Jumlah Skor
20
3. Menentukan nilai siswa dengan menganalisis data hasil tes menggunakan rumus: R S = ________ X 100 N
32
Keterangan: S = nilai yang diharapkan R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = skor maksimum dari tes tersebut40 4. Menentukan nilai standar dan menginterpretasikan data dengan menggunakan kriteria: Tabel 5 Kriteria Interpretasi Tes Membaca Pemahaman Cerpen Interval Persentase Tingkat
Keterangan
Penguasaan 85% - 100%
Sangat Berhasil
75% - 84%
Berhasil
60% - 74%
Cukup Berhasil
40% - 59%
Kurang Berhasil
0% - 39%
Tidak Berhasil41
5. Menentukan nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus:
X
=
X N
Keterangan: = nilai rata-rata (mean)
X
X N
= jumlah seluruh skor = banyaknya subjek42
40
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. XIII, 2006), h. 112 41 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: Gajah Mada University, Cet. I, 2001), h. 399 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. IV, 1992), h. 109
33
6. Menghitung perbedaan mean antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumus t-test berikut: 𝑡=
Mx − My 𝑥2 + 𝛾 2 Nx + Ny − 2
1 1 + Nx Ny
Keterangan: M = nilai rata-rata per kelas
N = banyaknya subjek
𝑥 = deviasi setiap nilai X2 dan X1
𝛾 = deviasi setiap nilai Y2 dan Y1.43
7. Memaparkan hasil tes menggunakan rumus: F P = ______ X 100% N Keterangan : P = persentase yang dicapai F = frekuensi N = jumlah sampel44 8. Menafsirkan Data Hasil Angket Hasil dari pengolahan data angket ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut. Tabel 6 Kriteria Penafsiran Hasil Angket Interval Persentase Jawaban
Keterangan
0% - 14%
Sebagian kecil
25% - 49%
Hampir separuhnya
50%
Separuhnya
51% - 74%
Sebagian besar atau lebih separuhnya
75% - 99%
Hampir seluruhnya
100%
Seluruhnya45
43
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet. XI, 2002), h. 280-281 44 Alek Iskandar, Beberapa pilihan tentang Penelitian Pendidikan, (Bogor: FKIP Universitas Pakuan, 1996), h. 31 45
Ibid, h. 32
34
BAB IV DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Gambaran Sekolah a. Sejarah dan Rencana Strategi Sekolah
Yayasan Pendidikan Islam Mathla‟ul Anwar Bogor didirikan pada tahun 1959 diprakarsai oleh Bapak K.H. Muhammad Hasan, beliau mendirikan lembaga pendidikan formal maupun nonformal (pondok pesantren). Lembaga formal yang pertama kali didirikan oleh Bapak K.H. Muhammad Hasan adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta. Pada tahun 1996 putra ketiga dari bapak K.H. Muhammad Hasan yang bernama Bapak H.Taufiqurahman, S.Pd.I. mendirikan sekolah menengah pertama yang diberi nama MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor beliau menjabat selaku Kepala Madrasah hingga sekarang. Sebagai unsur swasta yang bergerak di bidang pendidikan agama yayasan ini ikut serta merealisasikan program pemerintah dalam rangka mencetak siswa berwawasan IMTAQ dan IPTEK sejak dini dengan upaya meningkatkan peran serta masyarakat. MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor terletak di jalan K.H. Sholeh Iskandar Pabuaran Rt. 05 Rw. 03 Kel. Cibadak Kec. Tanah Sareal Kota Bogor dan secara geografis terletak tidak jauh dari jantung Kota Bogor, sehingga sangat mudah dijangkau dari segala arah. Program ke depan MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor menitikberatkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan dan lulusan, serta pembinaan akhlak mulia sesuai dengan visi dan misinya.
b. Profil Madrasah 1. Nama Madrasah
: MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Bogor
2. NSM/NPSN
: 121232710027/20252632
3. Provinsi
: Jawa Barat
4. Letak Pemerintahan
: Kota Bogor
35
5. Kecamatan
: Tanah Sareal
6. Desa/Kelurahan
: Kelurahan Cibadak
7. Jalan
: KH. Sholehiskandar Pabuaran Rt. 05 Rw. 03
8. Kode POS
: 16166
9. Telepon
: (0251) 7543124 – 7532802
10. Daerah
: Perkotaan
11. Status Madrasah
: a. Swasta
12. Tahun Berdiri
: 1996
13. Tahun Beroperasi
: 1996
14. Kepemilikan Tanah
: Yayasan
15. Status Tanah
: Akte Jualbeli dan Hibah
16. Luas Tanah
: 1.200 M2
17. Status Bangunan/Milik
: Yayasan
18. Luas Seluruh Bangunan
: 579 M2
b. Terakreditasi B
c. Visi dan Misi Madrasah/ Sekolah Visi Madrasah/Sekolah Dalam merumuskan visi, pihak-pihak terkait melakukan musyawarah sehingga visi tersebut benar-benar mewakili aspirasi semua pihak yang terkait. Adapun visi dari MTs. Mathla‟ul Anwar yaitu, “Terciptanya Siswa yang Berwawasan IMTAQ dan IPTEK Sejak Dini sebagai Bekal untuk Melanjutkan Pendidikan pada Jenjang yang Lebih Tinggi.” Misi Madrasah/Sekolah Untuk mencapai visi sebagai madrasah yang terbaik, terdepan, dan terpercaya, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas dan sistematis. Berikut misi MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Bogor yang dirumuskan berdasarkan visi madrasah. 1. Menyiapkan generasi yang unggul di bidang Imtaq dan Iptek. 2. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama sehingga terbangun insan yang cerdas, cendikia, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia.
36
3. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif, dan berprestasi sesuai dengan perkembangan zaman. 4. Membangun citra madrasah sebagai mitra terpercaya di masyarakat. 5. Melaksanakan pembelajaran yang efektif. 6. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan belajar siswa untuk mendukung pengembangan potensi peserta didik agar berkembang secara optimal. Tabel 7 d. Data Siswa dalam 5 Tahun Terakhir : Tahun Pelajaran
Jumlah Pendaftar (Calon Siswa Baru)
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Jml. Siswa
Jml. Rombel
Jumlah Seluruhnya Jml. Siswa
2006/2007
85 Orang
72
2
74
2
74
2
220
2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011
108 Orang 87 Orang 96 Orang 85 Orang
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jml. Rombel 2
99
2
63
2
65
2
227
2
63 73 74
2 2 2
105 54 73
2 2 2
67 91 54
2 2 2
235 218 201
2 2 2
Tabel 8 e. Data Ruang Jumlah (buah) 1 1 1 2 3 1
Ukuran (M2) 4x4 5x6 7x7 1x2 1x1 2x3
11. Ruang OSIS
1
2x3
12. Ruang BK/BP
1
2x3
Jenis Ruangan 1. Lab. Komputer 2. Lab. Bahasa 3. Lab. IPA 4. Perpustakaan 5. Keterampilan 6. Mushola 7. Asrama Guru 8. WC Guru 9. WC Siswa 10. Ruang UKS
37
f. DAFTAR TENAGA PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MADRASAH TSANAWIYAH MATHLA‟UL ANWAR 2 BOGOR No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama K.H. MUHAMMAD HASAN H. TAUFIQURAHMAN, S.Pd.I MUJAHID, S.Ag NANA NURYANA, S.Ag., S.Pd WAHYUDIN, S.Pd HIDAYATULLOH, S.Ag MOH. ARFAN, S.Th.I MAHMUDIN, S.Pd.I PURKON SITI SARAH, S.Pd.I YUSNIA WIJAYA, S.Pd SAODAH, S.Pd ZAKIAH TOHIR TAMIMI, S.Ag M. TURMUJI, S.Pd.I DIDI WIDYA PUTRA, S.Pd SANTY DEWI, S.Pd BAHRUDIN, S.Pd.I M. ZOUHARUDDIN MALIK, S.Pd.I CICI KURNIASIH, S.Pd MAHWAN ANCE KURNIAWATI DEWI
L L L L L L L L L P P P P L L P L
Bogor, 14 Agustus 1930 Bogor, 12 Pebruari 1961 Bogor, 4 Mei 1971 Subang, 16 Maret 1970 Bogor, 17 Agustus 1972 Bogor, 2 September 1978 Bogor, 5 Juli 1978 Bogor, 8 Oktober 1980 Bogor, 8 Agustus 1985 Bogor, 5 Juli 1983 Bogor, 11 Desember 1983 Bogor, 15 Pebruari 1978 Bogor, 2 April 1974 Bogor, 16 Pebruari 1984 Bogor, 7 Juli 1980 Jakarta, 15 Mei 1980 Bogor, 15 Agustus 1974
Ketua Yayasan Kepala Madrasah GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTY / Kepala TU GTY GTY GTY GTY GTY GTY GTT GTY
Jenis Pendidik an PGA S1/PAI S1/PAI S1/MTK S1/PAI S1/PAI S1/THS S1/PAI SMK/AK S1/PAI S1/PBI S1/PBI S1/PBA S1/PAI S1/PAI S1/IPA S1/PAI
L
Tasikm, 19 Desember 1985
GTY / Staf TU
S1/PAI
Penjaskes
P L P
Sukamerindu, 26 Juni 1985 Bogor, 5 April 1982 Bogor, 6 Juli 1989
GTY Staf TU Staf TU
S1/PBI MAN/IPA SMK/PM
B.Inggris -
J K
Tempat, Tgl. Lahir
38
Jabatan
Mengajarkan Pelajaran Akidah Akhlak Fiqih Matematika SKI Komputer Al-Quran Hadits IPS Kesenian B.Indonesia B.Inggris B.Inggris B.Arab PKN B.Sunda IPA BTQ
B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Tahap pelaksanaan pembelajaran adalah tahap ketika peneliti akan merealisasikan perencanaan yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan tersebut bertujuan agar langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pembelajaran lebih fokus dan terarah. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dua kali pertemuan untuk
kelas
eksperimen
dan
kelas
kontrol.
(Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran Terlampir). 1. Tahap Pemberian Tes a) Tahap Pemberian Tes (pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada tahap pemberian tes ini, peneliti memberikan solal
pretest
kepada seluruh siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, adapun soal tes berbentuk uraian, pretest dilakukan pada pertemuan pertama, pada hari kamis, 21 juli 2011 pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan waktu yang berbeda. Pada pertemuan pertama ini siswa dituntut untuk membaca cerpen yang telah disediakan oleh peneliti, setelah itu diberikan tes mengenai isi cerpen yang telah dibacanya. Dalam pertemuan pertama ini peneliti hanya menerangkan sub cerpen yang akan dibaca oleh siswa, namun pada saat pemberian pretest peneliti tidak memberikan metode apapun pada seluruh siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
b) Tahap Pemberian Tes (postest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada pertemuan kedua hari selasa, 26 juli 2011 yang dilakukan di kelas IX A sebagai kelas eksperimen adalah peneliti menerangkan teknikteknik penggunaan metode SQ3R untuk dijadikan teknik membaca agar memahami bacaan yang akan dibaca oleh siswa, dengan tujuan agar siswa dapat menyukai pembelajaran keterampilan membaca sekaligus untuk meningkatakan kemampuan pemahaman siswa terhadap isi bacaan. Setelah peneliti menerangkan teknik-teknik penggunaan metode SQ3R, siswa kelas eksperimen diberikan postest, tes yang diberikan yaitu siswa ditugaskan untuk membaca cerpen lalu menentukan tema, alur, tokoh, dan karakter
39
tokohnya dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah diberikan yaitu metode SQ3R. Sedangkan pelaksanaan postest yang dilakukan di kelas IX B sebagai kelas kontrol adalah peneliti hanya menerangkan isi dari cerpen yang harus dibaca, tanpa diberikan metode untuk menjawab soal postest. Setelah peneliti menerangkan isi cerpen, siswa kelas kontrol diberikan soal postest, tes yang diberikan yaitu siswa ditugaskan untuk membaca cerpen lalu menentukan tema, alur, tokoh, dan karakter tokohnya tanpa diberikan tindakan atau metode apapun. Dengan demikian, dapat kita bandingkan hasilnya antara pretest dan postest antara kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
2. Tahap Pemberian Angket Angket diberikan kepada siswa kelas eksperimen setelah proses pembelajaran dan diberikan sebanyak satu kali. Penyebaran angket dilaksanakan pada hari Kamis 28 Juli 2011. Angket ini bertujuan untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi siswa baik ketika pembelajaran berlangsung maupun ketika siswa membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R. Angket yang disebarkan bersifat tertutup artinya alternatif jawaban sudah disediakan, hanya ada pilihan A, B, dan C tidak ada pilihan lain.
40
C. Data dan Analisis Data 1. Data Tes b. Data Tes Kelas Eksperimen 1) Data Pretest Kelas Eksperimen Tabel 10 Data Pretest Kelas Eksperimen No
Nama Siswa
Skor
Nilai
Tingkat
Keterangan
Penguasaan
1
Anita Lestari
12
60
60%
Cukup Berhasil
2
Aman Sholeman
13
65
65%
Cukup Berhasil
3
Delia Sopian
9
45
45%
Kurang Berhasil
4
Dinar Hidayat
14
70
70%
Cukup Berhasil
5
Diana Anggraeni
12
60
60%
Cukup Berhasil
6
Engga Safitri
9
45
45%
Kurang Berhasil
7
Fahmi Fauzi
6
30
30%
Tidak Berhasil
8
Gunawan
12
60
60%
Cukup Berhasil
9
Hasanudin
10
50
50%
Kurang Berhasil
10
Imas Nursa‟adah
8
40
40%
Kurang Berhasil
11
Indah sulastri
8
40
40%
Kurang Berhasil
12
Ismayanti
11
55
55%
Kurang Berhasil
13
Komarudin
9
45
45%
Kurang Berhasil
14
Marlina
8
40
40%
Kurang Berhasil
15
Maryani Puspita Sari
14
70
70%
Cukup Berhasil
16
Muhamad Iqbal
13
65
65%
Cukup Berhasil
17
Mulyati Yuningsih
14
70
70%
Cukup Berhasil
18
Nurhasanah
8
40
40%
Kurang Berhasil
19
Nurkholilah
13
65
65%
Cukup Berhasil
20
Reno Hidayat
8
40
40%
Kurang Berhasil
21
Rizki Aditya
-
-
-
22
Sena Aditya
14
70
70%
41
Cukup Berhasil
23
Sinta Oktapiani
8
40
40%
Kurang Berhasil
24
Siska Fauziah
11
55
55%
Kurang Berhasil
25
Siti Komariah
9
45
45%
Kurang Berhasil
26
Sri Kanti
7
35
35%
Tidak Berhasil
27
Yudistira
15
75
75%
Berhasil
Jumlah
275
1375
1375%
Rata-rata
10,58
52,88
52,88%
Kurang Berhasil
Hasil analisis data pretest di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest sebelum metode SQ3R diberikan untuk pembelajaran membaca pemahaman di kelas eksperimen adalah 52,88 atau berada pada tingkat penguasaan 52,88%. Berikut ini adalah perhitungan nilai rata-rata kelas hasil pretest membaca pemahaman cerpen di kelas eksperimen dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III dalam teknik analisis data sebagai berikut. X = X N
Keterangan: = nilai rata-rata (mean)
X
X N X X X
=
X N
=
1375 26
= jumlah seluruh skor = banyaknya subjek
= 52,88 Berdasarkan hasil penghitungan nilai rata-rata tersebut, dapat dikatakan
bahwa rata-rata keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor sebagai kelas eksperimen, yaitu 52,88 atau mencapai tingkat penguasaan sebesar 52,88% yang berarti hampir seluruh siswa dinyatakan kurang berhasil. Hasil yang diperoleh merupakan nilai asli sebelum
42
pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan metode SQ3R diberikan.
2) Data Postest Kelas Eksperimen Tabel 11 Data Postest Kelas Eksperimen No
Nama Siswa
Skor
Nilai
Tingkat
Keterangan
Penguasaan
1
Anita Lestari
15
75
75%
Berhasil
2
Aman Sholeman
16
80
80%
Berhasil
3
Delia Sopian
14
70
70%
Cukup Berhasil
4
Dinar Hidayat
19
95
95%
Sangat Berhasil
5
Diana Anggraeni
18
90
90%
Sangat Berhasil
6
Engga Safitri
19
95
95%
Sangat Berhasil
7
Fahmi Fauzi
17
85
85%
Sangat Berhasil
8
Gunawan
17
85
85%
Sangat Berhasil
9
Hasanudin
17
85
85%
Sangat Berhasil
10
Imas Nursa‟adah
20
100
100%
Sangat Berhasil
11
Indah Sulastri
17
85
85%
Sangat Berhasil
12
Ismayanti
16
80
80%
Berhasil
13
Komarudin
15
75
75%
Berhasil
14
Marlina
20
100
100%
Sangat Berhasil
15
Maryani Puspita Sari
18
90
90%
Sangat Berhasil
16
Muhamad Iqbal
18
90
90%
Sangat Berhasil
17
Mulyati Yuningsih
19
95
95%
Sangat Berhasil
18
Nurhasanah
19
95
95%
Sangat Berhasil
19
Nurkholilah
13
65
65%
Cukup Berhasil
20
Reno Hidayat
14
70
70%
Cukup Berhasil
21
Rizki Aditya
-
-
-
22
Sena Aditya
19
95
95%
43
Sangat Berhasil
23
Sinta Oktapiani
18
90
90%
Sangat Berhasil
24
Siska Fauziah
20
100
100%
Sangat Berhasil
25
Siti Komariah
17
85
85%
Sangat Berhasil
26
Sri Kanti
18
90
90%
Sangat Berhasil
27
Yudistira
16
80
80%
Berhasil
Jumlah
449
2245
2245%
Rata-rata
17,27
86,35
86,35%
Sangat Berhasil
Berdasarkan analisis data postest di atas dapat diketahui bahwa nilai ratarata postest membaca pemahaman cerpen setelah dilakukan pembelajaran membaca dengan penggunaan metode SQ3R di kelas eksperimen, yaitu 86,3 atau berada pada tingkat penguasaan 86,3%. Berikut ini adalah perhitungan nilai rata-rata kelas hasil postest membaca pemahaman cerpen di kelas eksperimen dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III dalam teknik analisis data sebagai berikut. X = X N
Keterangan: = nilai rata-rata (mean)
X
X N X X X
=
X N
=
2245 26
= jumlah seluruh skor = banyaknya subjek
= 86,35 Berdasarkan hasil penghitungan nilai rata-rata tersebut, dapat dikatakan
bahwa rata-rata keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor sebagai kelas eksperimen adalah 86,35 atau mencapai tingkat penguasaan sebesar 86,35% yang berarti hampir seluruh siswa dinyatakan berhasil sekali. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan
44
keterampilan siswa dalam membaca pemahaman cerpen setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R.
c. Data Tes Kelas Kontrol 1) Data Pretest Kelas Kontrol Tabel 12 Data Pretest Kelas Kontrol
No
Nama Siswa
Skor
Nilai
Tingkat Penguasaan
Keterangan
1
Ade Suryani
15
75
75%
Berhasil
2
Anisa Anggraeni
15
75
75%
Berhasil
3
Ariyanto Gunawan
9
45
45%
Kurang Berhasil
4
Desi Ambarwati
5
25
25%
Tidak Berhasil
5
Dian Marlina
9
45
45%
Kurang Berhasil
6
Dian Novianti
13
65
65%
Cukup Berhasil
7
Eliyawati
12
60
60%
Cukup Berhasil
8
Hendrik Saputra
12
60
60%
Cukup Berhasil
9
Jaenal Yusuf
7
35
35%
Tidak Berhasil
10
Mulyadi
7
35
35%
Tidak Berhasil
11
Muhamad Alfarizi
12
60
60%
Cukup Berhasil
12
Megawati Puspita. A
12
60
60%
Cukup Berhasil
13
Nurhalimah
10
50
50%
Kurang Berhasil
14
Nurul Khoiriyah
13
65
60%
Cukup Berhasil
15
Odang Karyana
7
35
35%
Tidak Berhasil
16
Renaldo
5
25
25%
Tidak Berhasil
17
Syamsul Maulana
7
35
35%
Tidak Berhasil
18
Siti Rahmawati
9
45
45%
Kurang Berhasil
19
Susi Marwati
17
85
85%
Sangat Berhasil
20
Siti Aisah
10
50
50%
Kurang Berhasil
21
Siti Fuadah Khoiriah
12
60
60%
Cukup Berhasil
45
22
Subarja Wijaya
8
40
40%
Kurang Berhasil
23
Sustika
8
40
40%
Kurang Berhasil
24
Sinta Ratnasari
8
40
40%
Kurang Berhasil
25
Suryani
12
60
60%
Cukup Berhasil
26
Tuti Alawiyah
14
70
70%
Cukup Berhasil
27
Wahyu Sholahudin
11
55
55%
Kurang Berhasil
Jumlah
279
1395
1395%
Rata-rata
10,33
51,67
51,67%
Kurang Berhasil
Berdasarkan analisis data pretest di atas dapat di ketahui bahwa nilai ratarata pretest membaca pemahaman cerpen di kelas kontrol tanpa diberikan metode membaca adalah 51,67 atau berada pada tingkat penguasaan 51,67%. Rata-rata tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III dalam teknik analisis data sebagai berikut. X = X N
Keterangan: = nilai rata-rata (mean)
X
X N
= jumlah seluruh skor = banyaknya subjek
Berikut ini adalah perhitungan nilai rata-rata hasil pretest membaca pemahaman cerpen di kelas kontrol. X X X
=
X N
=
1395 27
= 51,67 Dari hasil penghitungan nilai rata-rata tersebut, dapat di peroleh hasil
bahwa rata-rata keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX B MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor sebagai kelas kontrol, yaitu 51,67 atau mencapai tingkat penguasaan sebesar 51,67% yang berarti hampir seluruh siswa
46
dinyatakan kurang berhasil dalam membaca pemahaman cerpen tanpa diberikan metode membaca.
2) Data Postest Kelas Kontrol Tabel 13 Data Postest Kelas Kontrol No
Nama Siswa
Skor
Nilai
Tingkat Penguasaan
Keterangan
1
Ade Suryani
19
95
95%
Sangat Berhasil
2
Anisa Anggraeni
18
90
90%
Sangat Berhasil
3
Ariyanto Gunawan
14
70
70%
Cukup Berhasil
4
Desi Ambarwati
14
70
70%
Cukup Berhasil
5
Dian Marlina
14
70
70%
Cukup Berhasil
6
Dian Novianti
18
90
90%
Sangat Berhasil
7
Eliyawati
15
75
75%
Berhasil
8
Hendrik Saputra
14
70
70%
Cukup Berhasil
9
Jaenal Yusuf
17
85
85%
Sangat Berhasil
10
Mulyadi
13
65
65%
Cukup Berhasil
11
Muhamad Alfarizi
16
80
80%
Berhasil
12
Megawati Puspita. A
18
90
90%
Sangat Berhasil
13
Nurhalimah
15
75
75%
Berhasil
14
Nurul Khoiriyah
18
90
90%
Sangat Berhasil
15
Odang Karyana
13
65
65%
Cukup Berhasil
16
Renaldo
13
65
65%
Cukup Berhasil
17
Syamsul Maulana
13
65
65%
Cukup Berhasil
18
Siti Rahmawati
15
75
75%
Berhasil
19
Susi Marwati
19
95
95%
Sangat Berhasil
20
Siti Aisah
15
75
75%
Berhasil
21
Siti Fuadah Khoiriah
18
90
90%
Sangat Berhasil
22
Subarja Wijaya
14
70
70%
Cukup Berhasil
47
23
Sustika
15
75
75%
Berhasil
24
Sinta Ratnasari
15
75
75%
Berhasil
25
Suryani
18
90
90%
Sangat Berhasil
26
Tuti Alawiyah
17
85
85%
Sangat Berhasil
27
Wahyu Sholahudin
16
80
80%
Berhasil
Jumlah
424
2120
2120%
15,70
78,52
78,52%
Rata-rata
Berhasil
Berdasarkan analisis data postest di atas dapat diketahui bahwa nilai ratarata postest membaca pemahaman cerpen di kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi mengalami peningkatan, yaitu 78,52 atau berada pada tingkat penguasaan 78,52%. Berikut ini adalah perhitungan nilai rata-rata hasil postest membaca pemahaman cerpen di kelas kontrol dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III dalam teknik analisis data sebagai berikut. X = X N
Keterangan: = nilai rata-rata (mean)
X
X N X X X
=
X N
=
2120 27
= jumlah seluruh skor = banyaknya subjek
= 78,52 Berdasarkan hasil penghitungan nilai rata-rata tersebut, dapat dikatakan
bahwa rata-rata keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX B MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor sebagai kelas kontrol, yaitu 78,52 atau mencapai tingkat penguasaan sebesar 78,52% yang berarti seluruh siswa dinyatakan berhasil dalam membaca pemahaman cerpen. Hal tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen
48
pada siswa kelas IX B, setelah dilakukan pembelajaran membaca pemahaman cerpen tanpa diberikan tindakan atau metode pembelajaran.
2. Perbandingan Mean Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Perbedaan nilai hasil rata-rata mengenai keterampilan siswa dalam membaca pemahaman cerpen dapat diketahui dari penjelasan analisis data pretest dan postest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelumnya. Hasil data tes kedua kelas tersebut diolah dengan membandingkan kedua mean tersebut. Berikut ini adalah perbandingan mean kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tabel 14 Perbandingan Mean Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Subjek Pretest Postest
Beda
Subjek Pretest Postest
Beda
(N)
(X1)
(X2)
(X)
(X2)
(N)
(Y1)
(Y2)
(Y)
(Y2)
1
12
15
3
9
1
15
19
4
16
2
13
16
3
9
2
15
18
3
9
3
9
14
5
25
3
9
14
5
25
4
14
19
5
25
4
5
14
9
81
5
12
18
6
36
5
9
14
5
25
6
9
19
10
100
6
13
18
5
25
7
6
17
11
121
7
12
15
3
9
8
12
17
5
25
8
12
14
2
4
9
10
17
7
49
9
7
17
10
100
10
8
20
12
144
10
7
13
6
36
11
8
17
9
81
11
12
16
4
16
12
11
16
5
25
12
12
18
6
36
13
9
15
6
36
13
10
15
5
25
14
8
20
12
144
14
13
18
5
25
15
14
18
4
16
15
7
13
6
36
16
13
18
5
25
16
5
13
8
64
49
17
14
19
5
25
17
7
13
6
36
18
8
19
11
121
18
9
15
6
36
19
13
13
0
0
19
17
19
2
4
20
8
14
6
36
20
10
15
5
25
21
-
-
-
-
21
12
18
6
36
22
14
19
5
25
22
8
14
6
36
23
8
18
10
100
23
8
15
7
49
24
11
20
9
81
24
8
15
7
49
25
9
17
8
64
25
12
18
6
36
26
7
18
11
121
26
14
17
3
9
27
15
16
1
1
27
11
16
5
25
∑
275
449
174
1444
∑
279
424
145
873
Perhitungan perbedaan mean dengan rumus t-tes. Berikut ini rumus t-tes yang digunakan. 𝑡=
Mx − My 𝑥2 + 𝛾 2 Nx + Ny − 2
1 1 + Nx Ny
Keterangan: M = nilai rata-rata per kelas N = banyaknya subjek 𝑥 = deviasi setiap nilai X2 dan X1 𝛾 = deviasi setiap nilai Y2 dan Y1. Berikut ini penghitungan perbedaan mean antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. 𝑀𝑥 =
X 174 = = 6,69 N 26
𝑋2 = 𝑋2 −
𝑀𝑦 =
( 𝑋)2 𝑁
= 1444 −
Y 145 = = 5,37 N 27
𝑌2 = 𝑌2 −
(174)2 26
= 873 −
50
( 𝑌)2 𝑁 (145)2 27
= 1444 −
30276 26
= 873 −
= 1444 – 1164,46 = 279,54
21025 27
= 873 – 778,70 = 94,3
Dimasukan dalam rumus 𝑡=
𝑡=
𝑡=
𝑡=
𝑡= 𝑡=
Mx − My 𝑥2 + 𝛾 2 Nx + Ny − 2
1 1 Nx + Ny
6,69 − 5,37 279,54 + 94,3 26 + 27 − 2
1 1 + 26 27
1,32 373,84 53 X 702 51 1,32 19813,52 35802 1,32 0,55 1,32 0,74
𝑡 = 1,78 d.f. = NX + NY-2= 27+26-2= 51 Dari hasil tabel perhitungan di atas dapat diperoleh harga thitung = 1,78 dan d.f. 51, selanjutnya dikonsultasikan pada tabel nilai “t” atau tabel V, d.f. = 51 tidak terdapat dalam tabel maka dicari d.f. yang mendekati, yaitu 60. Diketahui harga t pada ttabel 0,01 = 2,39. Dengan demikian harga thitung signifikan nilai thitung < ttabel yaitu 1,78 < 2,39. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa antara skor hasil tes sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode SQ3R pada kelas eskperimen dan skor hasil tes membaca pemahaman cerpen sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan tanpa diberikan metode pada kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan. Hal itu menunjukkan bahwa penyelenggaraan pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R
51
telah berhasil membantu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IXA MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor.
3. Analisis Data Angket Hasil analisis angket digunakan untuk mengetahui kendala atau hambatan-hambatan siswa yang dihadapi ketika pembelajaran. Hasil analisis data angket dijelaskan sebagai berikut. Tabel 15 Kesenangan Siswa terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia No 1
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. Ya
16
61,54%
Hampir seluruhnya
b. Biasa Saja
10
38,46%
Hampir separuhnya
c. Tidak
0
0%
26
100%
Jumlah
Keterangan
Tidak satupun
Tabel di atas menunjukkan bahwa 16 responden atau 61,54% responden menjawab menyenangi/menyukai pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. 10 responden atau 38,46% responden menjawab biasa-biasa saja terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Sedangkan yang menjawab tidak menyukai pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak satupun atau 0%. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya siswa menyukai pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan hampir separuhnya merasa biasa saja dengan pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
52
Tabel 16 Bidang yang Disukai Siswa dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia No 2
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. Bidang Kesusastraan
12
46,15%
Hampir separuhnya
b. Bidang Kebahasaan
6
23,10%
Sebagian kecil
c. Kedua-duanya
8
30,77%
Hampir separuhnya
26
100%
Jumlah
Keterangan
Tabel di atas menunjukkan bahwa 12 responden atau 46,15% responden menyukai bidang kesusastraan, 6 responden atau 23,10% responden lebih menyukai bidang kebahasaan. Sedangkan 8 responden atau 30,77 % responden menyukai kedua jenis bidang tersebut, yaitu kesusastraan dan kebahasaan. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa hampir separuhnya siswa menyukai bidang kesusastraan dan kedua bidang bahasa tersebut. Namun yang menyukai bidang kebahasaan hanya sebagian kecil saja. Tabel 17 Materi Sastra yang Disukai oleh Siswa dalam Bidang Kesusastraan No 3
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi Persentase
Keterangan
a. Puisi
6
23,10%
Sebagian kecil
b. Pantun
7
26,92%
Hampir separuhnya
c. Cerpen
13
50%
26
100%
Jumlah
Separuhnya
Tabel di atas menunjukkan 6 responden atau 23,10% responden menjawab lebih menyukai materi puisi, 7 responden atau 26,92% responden menjawab menyukai materi pantun, dan 13 responden atau 50% menjawab menyukai materi cerpen. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa separuh siswa menyukai materi cerpen, siswa yang menyukai materi pantun hampir separuhnya, dan hanya sebagian kecil siswa yang menyukai materi puisi. 53
Tabel 18 Keterampilan Bahasa yang Disukai oleh Siswa No 4
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Keterangan
a. Keterampilan membaca
11
42,31%
Hampir separuhnya
b. Keterampilan menulis
6
23,08%
Sebagian kecil
c. Keterampilan berbicara
9
34,61%
Hampir separuhnya
26
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 6 responden atau 23,08% responden menjawab menyukai keterampilan membaca, 6 responden atau 23,08% responden menjawab menyukai keterampilan menulis, dan 9 responden atau 36,61% menjawab menyukai keterampilan berbicara. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya siswa menyukai keterampilan membaca dan keterampilan berbicara, sedangkan untuk keterampilan menulis hanya disukai sebagian kecil saja. Tabel 19 Tanggapan Siswa Terhadap Membaca Cerpen No 5
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi Persentase
Keterangan
a. Ya
18
69,23%
Hampir seluruhnya
b. Biasa Saja
8
30,77%
Hampir separuhnya
c. Tidak
0
0%
26
100%
Jumlah
Tidak satupun
Tabel di atas menunjukkan bahwa 18 responden atau 69,23% responden menyatakan merasa tertarik dengan materi membaca cerpen, 8 responden atau 30,77% responden merasa biasa-biasa saja dengan materi membaca cerpen, sedangkan yang tidak tertarik dengan materi membaca cerpen tidak satupun atau 0% responden. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan hampir seluruh siswa menyukai/merasa tertarik dengan materi membaca cerpen, hampir separuhnya
54
merasa biasa-biasa saja dengan materi membaca cerpen, dan tidak satupun siswa yang tidak tertarik dengan materi membaca cerpen. Tabel 20 Kendala yang Dihadapi Siswa saat Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen No 6
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi Persentase
Keterangan
a. Ya
12
46,15%
Hampir separuhnya
b. Biasa Saja
14
53,85%
Sebagian besar
c. Tidak
0
0%
Tidak satupun
26
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 12 responden atau 46,15% responden merasakan terdapat kendala saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen, 14 responden atau 53,85% responden sedikit merasakan kendala saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen, sedangkan yang tidak menemui kendala apapun saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen tidak satupun atau 0%. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya merasa ada kendala saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen, sebagian besar siswa merasa ada sedikit kendala saat pembelajaran membaca cerpen. dan tidak satupun siswa yang merasa tidak menemui kendala saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen. Tabel 21 Kendala Siswa ketika Diberi Tugas dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen No 7
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Keterangan
a. Ya
20
76,92%
Hampir seluruhnya
b. Biasa Saja
6
23,08%
Sebagian kecila
c. Tidak
0
0%
26
100%
Jumlah
55
Tidak satupun
Tabel di atas menunjukkan bahwa 20 responden atau 76,92% responden menjawab memiliki kendala saat diberi tugas dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen, 6 responden atau 23,08% responden menjawab memiliki sedikit kendala ketika diberi tugas dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen, sedangkan yang tidak menemui kendala apapun ketika diberikan tugas dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen tidak satupun atau 0%. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa memiliki kendala ketika diberikan tugas dalam pembelajaran membaca cerpen, dan sebagian kecil siswa merasa ada sedikit kendala saat diberi tugas dalam pembelajaran membaca cerpen. Tabel 22 Hal yang Dilakukan Siswa Ketika Mengalami Kendala saat Pemebelajaran Membaca Pemahaman Cerpen No 8
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi Persentase
Keterangan
a. Melakukan diskusi
12
46,15%
Hampir separuhnya
b. Bertanya pada guru
6
23,08%
Sebagian kecil
c. Bertanya pada teman
8
30,77%
Hampir separuhnya
Jumlah
26
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 12 responden atau 46,15% responden memilih melakukan diskusi, 6 responden atau 23,08% responden memilih bertanya kepada guru, dan 8 responden atau 30,77% responden memilih bertanya kepada teman. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya siswa memilih melakukan diskusi dan bertanya pada teman ketika mengalami kendala dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen, dan sebagian kecil siswa memilih bertanya kepada guru ketika mengalami kendala dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen.
56
Tabel 23 Pengetahuan Siswa Tentang Metode SQ3R No 9
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi Persentase
Keterangan
a. Ya
11
42,31%
Hampir separuhnya
b. Biasa Saja
10
38,46%
Hampir separuhnya
c. Tidak
5
19,23%
Sebagian kecil
26
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 11 responden atau 42,31% responden mengetahui tentang metode SQ3R, 10 responden atau 38,46% responden merasakan biasa-biasa saja mengetahui metode SQ3R, dan 5 responden atau 19,23% responden tidak mengetahui tentang metode SQ3R. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya siswa mengetahui dan biasa-biasa saja tentang metode SQ3R, dan sebagian kecil siswa merasa tidak mengetahui tentang metode SQ3R. Tabel 24 Kendala ketika Menggunakan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen No 10
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi Persentase
Keterangan
a. Ya
14
53,85%
Sebagian besar
b. Biasa Saja
12
46,15%
Hampir separuhnya
c. Tidak
0
0%
26
100%
Jumlah
Tidak satupun
Tabel di atas menunjukkan bahwa 14 responden atau 53,85% responden mengalami kendala ketika menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen, 12 responden atau 46,15% responden merasa biasabiasa saja ketika menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman
cerpen,
sedangkan
yang
tidak
mengalami
kendala
ketika
menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen tidak satupun atau 0%. 57
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa merasakan kendala ketika menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen, hampir separuhnya siswa merasakan kendala ketika menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen, dan tidak satupun siswa yang merasa tidak marasakan kendala ketika menggunakan metode SQ3R saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen. Tabel 25 Jenis Kendala yang Dihadapi Siswa dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R No 11
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi Persentase
Keterangan
a. Teks cerpen
10
38,46%
Hampir separuhnya
b. Cara guru mengajar
4
15,38%
Sebagian kecil
c. Waktu
12
46,15%
Hampir separuhnya
26
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 10 responden atau 38,46% responden menjawab menghadapi kendala dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R pada teks cerpen, 4 responden atau 15,38% responden mengalami kendala dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R pada cara guru mengajar, dan 12 responden atau 46,15% responden mengalami kendala dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R pada waktu yang tersedia. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya siswa mengalami kendala dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan yang merasa ada kendala saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R pada teks cerpen dan waktu yang tersedia, dan sebagian kecil siswa mengalami kendala cara guru mengajar.
58
Tabel 26 Kendala yang Dihadapi Siswa Berkaitan dengan Waktu dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R No 12
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. Ya
14
53,85%
Sebagian besar
b. Biasa Saja
12
46,15%
Hampir separuhnya
c. Tidak
0
0%
26
100%
Jumlah
Keterangan
Tidak satupun
Tabel di atas menunjukkan bahwa 14 responden atau 53,85% responden mengalami kendala waktu pada pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R, 12 responden atau 46,15% responden biasa-biasa saja dengan waktu yang tersedia, sedangkan yang tidak mengalami kendala dengan waktu yang tersedia pada pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R tidak satupun atau 0%. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kendala dengan waktu, hampir separuhnya siswa menganggap biasabiasa saja dengan waktu yang tersedia, dan tidak satupun siswa yang merasa tidak mengalami kendala dengan waktu yang tersedia pada pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R. Tabel 27 Kendala yang Dihadapi Siswa dengan Media Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R No 13
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Keterangan
a. Ya
9
34,61%
Hampir separuhnya
b. Biasa Saja
11
42,31%
Hampir separuhnya
c. Tidak
6
23,10%
Sebagian kecil
26
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa 9 responden atau 34,61% responden merasa mengalami kendala dengan media pembelajaran, 11 responden atau 59
42,31% responden merasa biasa-biasa saja dengan media pembelajaran, dan 6 responden atau 23,10% responden tidak mengalami kendala dengan media pembelajaran. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya siswa mengalami kendala dengan media pembelajaran dan merasa biasa-biasa saja dengan media pembelajaran, dan sebagian kecil siswa tidak mengalami kendala apapun dengan media pembelajaran yang digunakan ketika pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R. Tabel 28 Hal yang Dilakukan Siswa dalam Menangani Kendala ketika Menggunakan Metode SQ3R saat Membaca Pemahaman Cerpen (SESUAI SOAL NOMOR 10) No
Aletrnatif Jawaban
14
a. Berdiskusi dengan guru
8
30,76%
Hampir separuhnya
b. Berdiskusi dengan teman
12
46,15%
Hampir separuhnya
c. Diam saja
6
23,10%
Sebagian kecil
26
100%
Jumlah
Frekuensi Persentase
Keterangan
Tabel di atas menunjukkan bahwa 8 responden atau 30,76% responden memilih melakukan diskusi dengan guru, 12 responden atau 46,15% responden memilih melakukan diskusi dengan teman, dan 6 responden atau 23,10% responden memilih tidak melakukan apapun/diam saja. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa hampir separuhnya siswa jika mengalami kendala ketika menggunakan metode SQ3R lebih memilih melakukan diskusi dengan guru dan siswa lain, dan sebagian kecil siswa memilih tidak melakukan apapun/diam saja.
60
Tabel 29 Kesesuaian Metode SQ3R dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Cerpen No 15
Aletrnatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. Ya
16
61,54%
Sebagian besar
b. Biasa Saja
10
38,46%
Hampir separuhnya
c. Tidak
0
0%
26
100%
Jumlah
Keterangan
Tidak satupun
Tabel di atas menunjukkan bahwa 16 responden atau 61,54% responden memilih penggunaan metode SQ3R sesuai dengan pembelajaran membaca pemahaman cerpen, 10 responden atau 38,46% responden memilih metode SQ3R biasa-biasa jika digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen, sedangkan yang menganggap metode SQ3R tidak sesuai digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen tidak satupun atau 0%.
D. Pembuktian Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Penggunaan metode SQ3R efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. 2. Adanya hambatan atau kendala yang dialami siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor pada penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa data yang dapat dijadikan sebagai pembuktian kebenaran hipotesis tersebut. Data-data yang diperoleh sebagai berikut. 1. Hipotesis pertama yang diajukan penulis dalam penelitian ini terbukti. Kemampuan membaca pemahaman cerpen sebagai hasil belajar siswa meningkat lebih tinggi setelah dilakukan pembelajaran membaca cerpen dengan metode SQ3R.
61
Dapat terlihat dari hasil nilai membaca pemahaman cerpen di kelas eksperimen. Nilai rata-rata siswa yang awalnya hanya 52,88 pada pretest, menjadi 86,35 pada postest, hal tersebut menunjukkan bahwa metode SQ3R efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca. Menurut peneliti bukti tersebut dikuatkan lagi dengan adanya perbedaan yang signifikan antara skor hasil tes kelas eksperimen dan kelas kontrol. berdasarkan hasil perhitungan perbandingan mean dengan menggunakan rumus t-test, diperoleh harga thitung adalah 1,78 lebih kecil daripada ttabel pada taraf signifikasi 1%. Diketahui ttabel 1% adalah 2,39 dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa harga thitung < ttabel yaitu 1,78 < 2,39. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode SQ3R berhasil meningkatkan kemampuan membaca pemahaman cerpen sebagai hasil belajar siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. Dengan kata lain, bahwa penggunaan metode SQ3R ini lebih efektif digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen. Dari data-data tersebut, dapat dibuktikan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti kebenarannya, penggunaan metode SQ3R efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman cerpen siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. hal itu berarti hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. 2. Hipotesis kedua terbukti kebenarannya, dari penyebaran angket, sebagian besar siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor sebagai kelas eksperimen merasakan kendala yang bervareasi dalam membaca dengan menggunakan metode SQ3R yaitu kendala dengan waktu, dan kendala dengan media pembelajaran yaitu teks cerpen, hal ini dilihat dari hasil angket terhadap kendala siswa dalam keterampilan membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R yaitu sebagai berikut. Tabel nomor 20 menunjukkan bahwa 14 responden atau 53,85% responden mengalami kendala ketika menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca cerpen, 12 responden atau 46,15% responden merasa biasa-biasa saja ketika menggunakan metode SQ3R dalam
62
pembelajaran membaca cerpen, sedangkan yang tidak mengalami kendala ketika menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran membaca cerpen tidak satupun atau 0%. Tabel nomor 25 menunjukkan bahwa 10 responden atau 38,46% responden menjawab menghadapi kendala dalam pembelajaran membaca cerpen dengan metode SQ3R pada teks cerpen, 4 responden atau 15,38% responden mengalami kendala dalam pembelajaran membaca cerpen dengan metode SQ3R pada cara guru mengajar, dan 12 responden atau 46,15% responden mengalami kendala dalam pembelajaran membaca cerpen dengan metode SQ3R pada waktu yang tersedia. Tabel nomor 26 menunjukkan bahwa 14 responden atau 53,85% responden mengalami kendala dengan waktu pada pembelajaran membaca cerpen dengan metode SQ3R, 12 responden atau 46,15% responden biasabiasa saja dengan waktu yang tersedia, sedangkan yang tidak mengalami kendala dengan waktu yang tersedia pada pembelajaran membaca cerpen dengan metode SQ3R tidak satupun atau 0%. Tabel nomor 27 menunjukkan bahwa 9 responden atau 34,61% responden merasa mengalami kendala dengan media pembelajaran saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R, 11 responden atau 42,31% responden merasa biasa-biasa saja dengan media pembelajaran saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R, dan 6 responden atau 23,10% responden tidak mengalami kendala dengan media pembelajaran saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan metode SQ3R. Dari data-data tersebut, dapat dibuktikan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti kebenarannya, bahwa adanya kendala atau hambatan yang dialami siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor pada penggunaan metode SQ3R dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen.
63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan Berdasarkan uraian hasil pembahasan pada data yang ada dalam penelitian ini, maka penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen Siswa Kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor. Penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. 1. Penggunaan metode SQ3R cukup efektif digunakan untuk pembelajaran keterampilan membaca pemahaman cerpen di sekolah, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan membaca siswa setelah dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R, selain itu dikuatkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kemampuan membaca yang dicapai siswa di kelas eksperimen sebelum menggunakan metode SQ3R atau pretest yaitu 52,88 atau berada pada tingkat penguasaan 52,88% sedangkan setelah menggunakan metode SQ3R atau postest yaitu 86,35 atau berada pada tingkat penguasaan 86,35%. Keberhasilan penggunaan metode SQ3R terlihat dari perbedaan yang signifikan antara hasil tes membaca pemahaman cerpen sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode SQ3R. terbukti dari nilai ttabel 1% adalah 2,39, jika dibandingkan nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel yaitu
1,78 < 2,39. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa menggunakan metode SQ3R mempunyai pengaruh dan taraf signifikan terhadap keterampilan membaca pemahaman cerpen. 2. Terdapat hambatan yang dialami oleh siswa saat pembelajaran membaca pemahaman cerpen yaitu kendala dengan waktu yang ditentukan guru, serta kendala pada media pembelajaran yaitu teks cerpen yang diberikan oleh guru, hal ini dibuktikan dengan penyebaran angket, sebagian besar siswa kelas IX A MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor sebagai kelas eksperimen merasakan kendala yang bervareasi dalam membaca dengan
64
menggunakan metode SQ3R. pernyataan tersebut terbukti pada angkat tabel 20, tabel 25, tabel 26 dan tebel 27.
2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran membaca dapat dikemas dengan baik oleh guru dengan menerapkan metode SQ3R, agar pembelajaran tersebut lebih efektif dan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. 2. Seorang guru hendaknya dapat memilih media pembelajaran yang sesuai untuk materi pembelajaran membaca yang dapat dipahami dan cukup digemari oleh siswa, agar ketertarikan siswa dalam membaca lebih pesat, karena hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas pemahaman siswa dalam proses membaca.
65
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002 Cahyani, Isah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press. 2007 Hariyono. Bahasa Indonesia SMP Kelas 9. Bogor: BP. 2008 Harras, Kholid. Membaca 1. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007 Iskandar, Alek. Beberapa pilihan tentang Penelitian Pendidikan. Bogor: FKIP Universitas Pakuan. 1996 Iskandarwassid.
Strategi
Pembelajaran
Bahasa.
Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya. 2008 Lisne, Caroline T. Pratical English Languge Teaching Young Learners. New York: McGraw-Hill. 2006 Maryati dan Sutopo. Bahasa dan Sastra Indonesia 3untuk SMP/MTs Kelas IX. Bandung: Pusat Perbukuan Depdiknas. 2009 Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 Nurgiantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada University. 2001 _________________.
Teori
Pengkajian
Fiksi.
Yogyakarta:
Gadjahmada
University Press. 2007 Nurhadi. Membaca Cepat dan Efektif. Malang: Sinar Baru. 2008 Pujianti, Ine. “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Media Komik Pada Siswa Kelas VIII MTs. Al Hamidi Bogor”. Skripsi S1 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, UNPAK Bogor, 2003 Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006 Resmini, Novi. Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya. Bandung: UPI Press. 2006
66
Saryi . “Penggunaan Metode OK5R Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Kelas X MAN 1 Bogor”. Skripsi S1 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, UNPAK Bogor, 2007 Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988 Smith, Brigid. Trough Writing to Reading: Classroom Strategies for Supporting Literacy. New York: Routledge. 1997 Soedarso. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010 Subana. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2005 Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1992 Sugono, Dendy dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Empat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008 Suharma dkk. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Yudistira, 2010 Suhendar, M.E. dan Pien Supinah. Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis. Bandung: CV. Pionir Jaya. 1992 Sutardi, Ahmad. Mahasiswa tidak Memble Siap Ambil Alih Kekuasaan Nasional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2010 Tampubolon, D.P. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa, 2008 Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. 2011 __________________. Membaca Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1990 ___________________. Metodologi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. 2009 Widyamartaya, A. Seni Membaca untuk Studi. Yogyakarta: Kanisius. 1992 Yuliawati, Yulis. “Penerapan Metode PQRST Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas X A MAN 1 Cigudeg Bogor”. Skripsi S1 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, UNPAK Bogor, 2006
67
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen
Sekolah
: MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester
: IX/1
Alokasi waktu
: 4 x 40 menit
A. Standar Kompetensi Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen). B. Kompetensi Dasar Menemukan tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat pada cerpen – cerpen dalam satu buku kumpulan cerita pendek (cerpen). C. Indikator 1. Siswa dapat menyimpulkan tema cerpen. 2. Siswa dapat menemukan latar cerpen dengan buktui faktual. 3. Siswa dapat menemukan karakter tokoh cerpen dengan bukti yang meyakinkan. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu mengetahui pengertian cerpen dan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen. 2. Siswa mampu mengetahui metode SQ3R serta langkah-langkahnya. 3. Siswa mampu membaca cerpen dengan menggunakan metode SQ3R. 4. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat). E. Materi Pembelajaran 1. Pengertian cerpen dan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen. 2. Pengertian metode SQ3R serta langkah-langkahnya. 3. Membaca dengan menggunakan metode SQ3R. 4. Menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen.
68
F. Metode Pembelajaran 1. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review).
G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama 1. Kegiatan Awal a. Guru memasuki ruangan kelas sambil mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. d. Guru menjelaskan pokok-pokok bahasan. 2. Kegiatan Inti a. Guru memberikan teks cerpen kepada seluruh siswa. b. Guru memberikan pretest, berupa tes tertulis yaitu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dari cerpen yang telah dibaca siswa. c. Guru dan siswa bertanya jawab tentang cerpen dan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen. d. Guru menjelaskan metode SQ3R serta langkah-langkah penggunaanya. 3. Penutup a. Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran. b. Siswa dan guru melakukan refleksi.
Pertemuan Kedua 1. Kegitan Awal a. Guru memasuki ruangan kelas sambil mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Guru dan siswa melakukan apresiasi tentang kegiatan membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R. b. Guru menunjuk satu orang siswa untuk membaca cerpen menggunakan metode SQ3R dengan bimbingan guru di depan kelas.
69
c. Setelah seluruh siswa mengerti, dilakukan ujicoba kepada siswa untuk membaca cerpen dengan menggunakan metode SQ3R. 3. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. b. Siswa dan guru melakukan refleksi.
Pertemuan Ketiga 1. Pendahuluan a. Guru memasuki ruangan kelas sambil mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Guru dan siswa melakukan apresiasi tentang kegiatan membaca pemahaman cerpen dengan menggunakan metode SQ3R. b. Guru melakukan uji coba kembali kepada siswa untuk membaca cerpen dengan menggunakan metode SQ3R. c. Guru memberikan waktu untuk bertanya jawab bagi siswa yang kurang mengerti. 3. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. b. Siswa dan guru melakukan refleksi.
Pertemuan Keempat 1. Pendahuluan a. Guru memasuki ruangan kelas sambil mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Guru
memberikan
postest,
yaitu
membaca
cerpen
lalau
mengidentifikasi unsur- unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan
70
langkah-langkah metode SQ3R seperti yang telah dipelajari mereka sebelumnya. b. Setelah semua selesai, hasil postest dikumpulkan kepada guru. c. Guru memberikan angket untuk diisi oleh siswa. d. Angket dikumpulkan kepada guru. 3. Penutup a.
Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
b. Siswa dan guru melakukan refleksi tentang apa yang diperolah siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. H. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Media Pembelajaran a. Teks kumpulan cerita pendek (cerpen). 2. Sumer pembelajaran a. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs. Kelas IX, Maryati Sutopo. Penerbit : Pusat Perbukuan Depdiknas. b. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Henry Guntur Tarigan. Penerbit : Angkasa. I. Evaluasi dan Penilaian 1. Prosedur
: Pretest dan postest
2. Jenis tes
: Tulis
3. Bentuk soal
: Uraian
4. Instrumen Soal: a. Pretest
: Bacalah cerpen yang berjudul ”Robohnya Suaru Kami”
tersebut, lalu temukan unsur-unsur instrinsiknya (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat). b. Postest
: Bacalah cerpen yang berjudul ”Robohnya Suaru Kami”
tersebut dengan menggunakan metode SQ3R, lalu temukan unsurunsur instrinsiknya (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat).
71
5. Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian dari Instrumen Soal Pretest dan Postest Jawaban Soal Pretest dan
Skor
Postest
Total Skor
Tema : Lemahnya Iman
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4
4
Jawaban sesuai/ baik skor 3 Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2 Jawaban kurang sesuai skor 1 Tokoh dan Penokohan :
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4
-
Aku : tokoh utama
Jawaban sesuai/ baik skor 3
-
Kakek : pusat cerita, Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2
4
seseorang yang lemah Jawaban kurang sesuai skor 1 iman -
Ajo Sidi : si pembual yang berpengaruh besar dalam cerpen
-
Haji Saleh : tokoh yang dimunculkan oleh Ajo Sidi
Alur :
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4
4
maju dan mundur, karena Jawaban sesuai/ baik skor 3 menceritakan tentang sebab Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2 meninggalkan
seorang Jawaban kurang sesuai skor 1
kakaek penjaga surau dan kemudian kembali
mencertakan lanjutan
kisah
tersebut Latar/Setting : kota,
pasar,
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4 jalan
raya, Jawaban sesuai/ baik skor 3
kampung, surau tua, dsb.
Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2 Jawaban kurang sesuai skor 1
Amanat : -
Kehidupan
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4 dunia Jawaban sesuai/ baik skor 3
72
4
harusnya juga seimbang Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2 dengan
kehidupan Jawaban kurang sesuai skor 1
akhirat. Agama tidaklah egois
yang
mementingkan keselamatan
individu
dibanding
lingkup
sosial. Agama itu bukan sekedar sholat, puasa, haji dan mengaji namun juga bekerja. -
Janganlah
mudah
terpedaya
oleh
oranglain -
Jangan mudah putus asa Jumlah Skor
20
Skor maksimum dari hasil tes adalah 20 Perhitungan nilai akhir R S = _______ x 100 N Keterangan: S = nilai yang diharapkan R = jumlah skor dari item atau soal yang dianggap benar N = skor maksimum dari tes tersebut Bogor, 11 Juni 2011 Mengetahui, Kepala MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor,
Guru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
H. Taufiqurahman, S.Pd.I
Ahmad Syaeful Rahman
NIP.
NIM. 107013000045
73
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Kontrol
Sekolah
: MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester
: IX/1
Alokasi waktu
: 4 x 40 menit
A. Standar Kompetensi Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen). B. Kompetensi Dasar Menemukan tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat pada cerpen – cerpen dalam satu buku kumpulan cerita pendek (cerpen). C. Indikator 1. Siswa dapat menyimpulkan tema cerpen. 2. Siswa dapat menemukan latar cerpen dengan bukti faktual. 3. Siswa dapat menemukan karakter tokoh cerpen dengan bukti yang meyakinkan. D. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mampu mengetahui pengertian cerpen dan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen 2. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen (tema, latar, tokoh dan penokohan, alur dan amanat) E. Materi Pembelajaran 1. Pengertian cerpen dan unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen. 2. Menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen (tema, latar, tokoh dan penokohan, alur dan amanat). F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah
74
G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama 1.
Kegiatan Awal a. Guru memasuki ruangan kelas sambil mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. d. Guru menjelaskan pokok-pokok bahasan.
2. Kegiatan Inti a. Guru memberikan teks cerpen kepada seluruh siswa. b. Guru memberikan pretest, berupa tes tertulis yaitu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dari cerpen yang telah dibaca siswa. c. Setelah selesai, hasil pretest dikumpulkan kepada guru. d. Guru dan siswa bertanya jawab tentang cerpen dan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen. 3.
Penutup a. Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran. b. Siswa dan guru melakukan refleksi.
Pertemuan Kedua 1.
Kegitan Awal a. Guru memasuki ruangan kelas sambil mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti a. Guru dan siswa melakukan apresiasi tentang kegiatan membaca pemahaman cerpen dengan menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen. b. Setiap siswa diberikan teks cerpen, lalu ditugaskan untuk membaca kembali teks cerpen yang telah diberikan guru. 3. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. b. Siswa dan guru melakukan refleksi.
75
Pertemuan Ketiga 1. Pendahuluan a. Guru memasuki ruangan kelas sambil mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Guru dan siswa melakukan apresiasi tentang kegiatan membaca cerpen dan menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen. b. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sedang dibahas. 3. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. b. Siswa dan guru melakukan refleksi.
Pertemuan Keempat 1. Pendahuluan a. Guru memasuki ruangan kelas sambil mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Guru dan siswa melakukan apresiasi tentang kegiatan membaca cerpen dan menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen. b. Setiap siswa diberikan soal postest, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen. c. Setelah selesai, hasil postest dikumpulkan kepada guru. 3. Penutup a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. b. Siswa dan guru melakukan refleksi bertanya langsung tentang apa yang diperolah siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. H. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Media Pembelajaran
76
a. Teks kumpulan cerita pendek (cerpen). 2. Sumber pembelajaran a. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs. Kelas IX, Maryati Sutopo. Penerbit : Pusat Perbukuan Depdiknas. b. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Henry Guntur Tarigan. Penerbit : Angkasa. I. Evaluasi dan Penilaian 1. Prosedur
: Pretest dan postest
2. Jenis tes
: Tulis
3. Bentuk soal
: Uraian
4. Instrumen Soal: a. Pretest
: Bacalah cerpen yang berjudul ”Robohnya Suaru Kami”
tersebut, lalu temukan unsur-unsur instrinsiknya (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat). b. Postest
: Bacalah cerpen yang berjudul ”Robohnya Suaru Kami”
tersebut, lalu temukanlah unsur-unsur instrinsiknya (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan amanat).
5. Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian dari Instrumen Soal Pretest dan Postest Jawaban Soal Pretest dan
Skor
Postest Tema : Lemahnya Iman
Total Skor
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4
4
Jawaban sesuai/ baik skor 3 Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2 Jawaban kurang sesuai skor 1 Tokoh dan Penokohan :
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4
-
Aku : tokoh utama
Jawaban sesuai/ baik skor 3
-
Kakek : pusat cerita, Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2 seseorang yang lemah Jawaban kurang sesuai skor 1 iman
77
4
-
Ajo Sidi : si pembual yang berpengaruh besar dalam cerpen
-
Haji Saleh : tokoh yang dimunculkan oleh Ajo Sidi
Alur :
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4
4
maju dan mundur, karena Jawaban sesuai/ baik skor 3 menceritakan tentang sebab Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2 meninggalkan
seorang Jawaban kurang sesuai skor 1
kakaek penjaga surau dan kemudian kembali
mencertakan lanjutan
kisah
tersebut Latar/Setting : kota,
pasar,
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4 jalan
raya, Jawaban sesuai/ baik skor 3
kampung, surau tua, dsb.
Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2 Jawaban kurang sesuai skor 1
Amanat : -
Jawaban sangat sesuai/ sangat baik skor 4
Kehidupan
dunia Jawaban sesuai/ baik skor 3
harusnya juga seimbang Jawaban cukup sesuai/ cukup sama skor 2 dengan
kehidupan Jawaban kurang sesuai skor 1
akhirat. Agama tidaklah egois
yang
mementingkan keselamatan
individu
dibanding
lingkup
sosial. Agama itu bukan sekedar sholat, puasa, haji dan mengaji namun juga bekerja. -
Janganlah
mudah
terpedaya
oleh
78
4
oranglain -
Jangan mudah putus asa Jumlah Skor
20
Skor maksimum dari hasil tes adalah 20 Perhitungan nilai akhir R S = _______ x 100 N Keterangan:
S = nilai yang diharapkan R = jumlah skor dari item atau soal yang dianggap benar N = skor maksimum dari tes tersebut Bogor, 11 Juni 2011
Mengetahui, Kepala MTs. Mathla‟ul Anwar 2 Kota Bogor,
Guru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
H. Taufiqurahman, S.Pd.I
Ahmad Syaeful Rahman
NIP.
NIM. 107013000045
79
UJI REFERENSI
Nama
: Ahmad Syaeful Rahman
NIM.
: 107013000045
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul
: Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Cerpen Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas IX A MTs. Mathla’ul Anwar 2 Kota Bogor
No.
1
2 3 4 5 6 7
Dosen
REFERENSI Arikunto,
Suharsimi.
Prosedur
Pembimbing Penelitian
Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002 Cahyani, Isah. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press. 2007 Hariyono. Bahasa Indonesia SMP Kelas 9. Bogor: BP. 2008 Harras, Kholid. Membaca 1. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007 Iskandar, Alek. Beberapa pilihan tentang Penelitian Pendidikan. Bogor: FKIP Universitas Pakuan. 1996 Iskandarwassid. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008
Lisne, Caroline T. Pratical English Languge Teaching Young Learners. New York: McGraw-Hill. 2006 Maryati dan Sutopo, Bahasa dan Sastra Indonesia 3Untuk
8
SMP/MTs Kelas IX. Bandung: Pusat Perbukuan Depdiknas. 2009
9
10
Mulyasa,
E.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. 2007
80
11
12
13
14
15
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada University. 2001 Nurhadi. Membaca Cepat Dan Efektif. Malang: Sinar Baru. 2008 Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006 Resmini, Novi. Membaca dan Menulis Di SD Teori dan Pengajarannya. Bandung: UPI Press. 2006 Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988 Smith, Brigid. Trough Writing To Reading: Classroom
16
Strategies For Supporting Literacy. New York: Routledge. 1997
17 18 19
Soedarso. Speed Reading Sistem Membaca Cepat Dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010 Subana. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2005
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1992 Sugono, Dendy dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
20
Bahasa Edisi Empat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008
21
Suharma dkk. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Yudistira, 2010 Suhendar, M.E. dan Pien Supinah. Pengajaran dan Ujian
22
Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis. Bandung: CV. Pionir Jaya. 1992
23
24
Tampubolon, D.P. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa, 2008 Tarigan,
Henry
Guntur.
Membaca
Sebagai
Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1990
81
25
26 27
Tarigan, Henry Guntur. Metodologi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. 2009 Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. 2011 Widyamartaya, A. Seni Membaca Untuk Studi. Yogyakarta: Kanisius. 1992
82
DATA PRETEST KELAS EKSPERIMEN
No.
Nama Siswa
Aspek Yang Ditilai
Jumlah
1
2
3
4
5
/ Skor
1
Anita Lestari
3
2
4
2
1
12
2
Aman Sholeman
3
2
4
2
2
13
3
Delia Sopian
1
3
1
2
2
9
4
Dinar Hidayat
3
2
4
2
3
14
5
Diana Anggraeni
3
2
4
2
1
12
6
Engga Safitri
1
3
1
2
2
9
7
Fahmi Fauzi
0
2
1
1
2
6
8
Gunawan
1
3
4
2
2
12
9
Hasanudin
3
2
1
2
2
10
10
Imas Nursa‟adah
1
3
1
2
1
8
11
Indah Sulastri
1
2
1
2
2
8
12
Ismayanti
1
2
4
2
2
11
13
Komarudin
1
3
1
2
2
9
14
Marlina
1
2
1
2
2
8
15
Maryani Puspita Sari
3
2
4
2
3
14
16
Muhamad Iqbal
3
2
4
2
2
13
17
Mulyati Yuningsih
3
2
4
2
3
14
18
Nurhasanah
1
2
1
2
2
8
19
Nurkholilah
1
2
4
3
3
13
20
Reno Hidayat
1
3
1
1
2
8
21
Rizki Aditya
-
-
-
-
-
-
22
Sena Aditya
3
2
4
3
2
14
23
Sinta Oktapiani
1
2
1
2
2
8
24
Siska Fauziah
1
3
1
2
4
11
25
Siti Komariah
0
2
4
2
1
9
26
Sri Kanti
1
2
1
1
2
7
83
27
Yudistira
3
2
4
Jumlah
2
4
15 275
Keterangan aspek yang dinilai: 1 = Kesesuaian tema dengan isi cerpen 2 = Kesesuaian tokoh dan penokohan dengan isi cerpen 3 = Kesesuaian alur cerpen dengan isi cerpen 4 = Kesesuaian latar/setting dengan isi cerpen 5 = Kesesuaian amanat dengan isi cerpen
84
DATA POSTEST KELAS EKSPERIMEN No.
Nama Siswa
Aspek Yang Ditilai
Jumlah
1
2
3
4
5
/ Skor
1
Anita Lestari
2
4
3
3
3
15
2
Aman Sholeman
3
4
4
2
3
16
3
Delia Sopian
3
3
4
2
2
14
4
Dinar Hidayat
3
4
4
4
4
19
5
Diana Anggraeni
4
4
4
3
3
18
6
Engga Safitri
4
4
4
4
3
19
7
Fahmi Fauzi
3
4
4
3
3
17
8
Gunawan
4
4
4
3
2
17
9
Hasanudin
3
3
4
3
4
17
10
Imas Nursa‟adah
4
4
4
4
4
20
11
Indah Sulastri
3
4
4
4
2
17
12
Ismayanti
3
4
4
2
3
16
13
Komarudin
3
3
4
1
4
15
14
Marlina
4
4
4
4
4
20
15
Maryani Puspita Sari
4
4
4
2
4
18
16
Muhamad Iqbal
3
3
4
4
4
18
17
Mulyati Yuningsih
4
4
4
3
4
19
18
Nurhasanah
3
4
4
4
4
19
19
Nurkholilah
1
3
4
2
3
13
20
Reno Hidayat
2
3
4
2
3
14
21
Rizki Aditya
-
-
-
-
-
-
22
Sena Aditya
3
4
4
4
4
19
23
Sinta Oktapiani
3
4
4
3
4
18
24
Siska Fauziah
4
4
4
4
4
20
25
Siti Komariah
3
3
4
4
3
17
26
Sri Kanti
4
3
4
4
3
18
27
Yudistira
3
3
4
3
3
16
85
Jumlah
449
Keterangan aspek yang dinilai: 1 = Kesesuaian tema dengan isi cerpen 2 = Kesesuaian tokoh dan penokohan dengan isi cerpen 3 = Kesesuaian alur cerpen dengan isi cerpen 4 = Kesesuaian latar/setting dengan isi cerpen 5 = Kesesuaian amanat dengan isi cerpen
86
DATA PRETEST KELAS KONTROL No.
Nama Siswa
Aspek Yang Ditilai
Jumlah
1
2
3
4
5
/ Skor
1
Ade Suryani
3
3
4
2
3
15
2
Anisa Anggraeni
1
3
4
3
4
15
3
Ariyanto Gunawan
1
3
1
2
2
9
4
Desi Ambarwati
0
2
1
1
1
5
5
Dian Marlina
1
3
1
3
1
9
6
Dian Novianti
1
3
4
3
2
13
7
Eliyawati
2
3
4
2
1
12
8
Hendrik Saputra
1
3
4
2
2
12
9
Jaenal Yusuf
1
2
1
2
1
7
10
Mulyadi
2
1
1
1
2
7
11
Muhamad Alfarizi
1
3
4
2
2
12
12
Megawati Puspita. A
1
3
4
2
2
12
13
Nurhalimah
1
2
4
2
1
10
14
Nurul Khoiriyah
1
3
4
3
2
13
15
Odang Karyana
1
2
1
1
2
7
16
Renaldo
0
2
1
1
1
5
17
Syamsul Maulana
1
2
1
2
1
7
18
Siti Rahmawati
1
2
1
3
2
9
19
Susi Marwati
3
4
4
3
3
17
20
Siti Aisah
1
2
4
2
1
10
21
Siti Fuadah Khoiriah
1
3
4
2
2
12
22
Subarja Wijaya
1
2
1
2
2
8
23
Sustika
2
3
1
1
1
8
24
Sinta Ratnasari
1
3
1
1
2
8
25
Suryani
1
3
4
3
1
12
26
Tuti Alawiyah
1
3
4
3
3
14
27
Wahyu Sholahudin
2
1
2
4
2
11
87
Jumlah
279
Keterangan aspek yang dinilai: 1 = Kesesuaian tema dengan isi cerpen 2 = Kesesuaian tokoh dan penokohan dengan isi cerpen 3 = Kesesuaian alur cerpen dengan isi cerpen 4 = Kesesuaian latar/setting dengan isi cerpen 5 = Kesesuaian amanat dengan isi cerpen
88
DATA POSTEST KELAS KONTROL No.
Nama Siswa
Aspek Yang Ditilai
Jumlah
1
2
3
4
5
/ Skor
1
Ade Suryani
3
4
4
4
4
19
2
Anisa Anggraeni
3
4
4
4
3
18
3
Ariyanto Gunawan
1
3
4
3
3
14
4
Desi Ambarwati
1
3
4
3
3
14
5
Dian Marlina
2
3
4
4
1
14
6
Dian Novianti
2
4
4
4
4
18
7
Eliyawati
1
3
4
4
3
15
8
Hendrik Saputra
2
3
4
4
1
14
9
Jaenal Yusuf
1
4
4
4
4
17
10
Mulyadi
2
2
4
4
1
13
11
Muhamad Alfarizi
2
3
4
4
3
16
12
Megawati Puspita. A
3
4
4
4
3
18
13
Nurhalimah
1
3
4
4
3
15
14
Nurul Khoiriyah
2
4
4
4
4
18
15
Odang Karyana
1
4
4
2
2
13
16
Renaldo
2
2
4
4
1
13
17
Syamsul Maulana
2
2
4
4
1
13
18
Siti Rahmawati
3
3
4
2
3
15
19
Susi Marwati
3
4
4
4
4
19
20
Siti Aisah
3
3
4
2
3
15
21
Siti Fuadah Khoiriah
3
4
4
4
3
18
22
Subarja Wijaya
2
2
4
3
3
14
23
Sustika
3
3
4
2
3
15
24
Sinta Ratnasari
3
3
4
2
3
15
25
Suryani
3
4
4
4
3
18
26
Tuti Alawiyah
3
3
4
4
3
17
27
Wahyu Sholahudin
3
3
4
3
3
16
89
Jumlah
424
Keterangan aspek yang dinilai: 1 = Kesesuaian tema dengan isi cerpen 2 = Kesesuaian tokoh dan penokohan dengan isi cerpen 3 = Kesesuaian alur cerpen dengan isi cerpen 4 = Kesesuaian latar/setting dengan isi cerpen 5 = Kesesuaian amanat dengan isi cerpen
90
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Saat matahari bersinar di pagi hari, kaya dengan senyuman, penuh angan-angan seraya menyambut kelahiran jejaka kecil yang membawa sebuah mimpi kaya khusnul khatimah. Jejaka kelahiran 13 Agustus 1989 yang dilahirkan disebuah rumah yang sederhana kawasan Pondok Pesantren Cipasung Kota Tasikmalaya, ini memberi kebahagiaan yang sangat luar biasa untuk keluarga.
Anak
pertama
dari
dua
bersaudara
pasangan
ayahanda
H.Taufiqurahman, S.Pd.I dan ibunda Hj. Nunung Nuraeni ini diberi nama Ahmad Syaeful Rahman. Jejaka kecil ini mengawali pendidikannya di MI Mathla‟ul Anwar Kota Bogor tahun 1995 hingga 2001. Enam tahun yang telah dilalui terpacu untuk melanjutkan ke tingkat selanjutnya, yaitu MTs. Bahrul Ulum Tasikmalaya pada tahun 2001 sampai 2004, sambil menggali ilmu agama dibidang Al-Qur‟an yaitu di Pondok Pesantren Murotalul Qur‟an Al-Mubarok Awipari Tasikmalaya. Setelah lulus dengan nilai yang cukup memuaskan jejaka ini melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu MAN Model Cipasung Tasikmalaya tahun 2004 sampai 2007, dan sambil melanjutkan pendidikan agamanya di Pondok Pesantren Salafiyah yang bernama Nurul Hasanah. Selama duduk di bangku Madrasah Aliyah jejaka ini cukup aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di antaranya LPTQ, PKJD, dan olahraga Bulutangkis. Menjadi seorang pendidik adalah sebagian kecil cita-citanya, sehingga dia berusaha untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, ia memilih melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2007. Alhamdulillah tepat pada tanggal 09 Desember 2011 dia lulus dari pendidikan S1.
91