Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Dengan Teknik Pembelajaran Pemodelan Di SD Negeri 16 Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara
Zaki Al Fuad1 Meriomar2
Abstrak Penelitian berjudul “Teknik Pembelajaran Pemodelan Untuk Keterampilan Berbicara pada Siswa Kelas V SD Negeri 16 Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara” diadakan karena permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, di mana masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam Keterampilan Membaca. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan Kelas V SD Negeri 16 Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara dalam Keterampilan Membaca dengan Teknik Pembelajaran Pemodelan, tahap pelaksanaan, dan pada tahap evaluasi. Pengumpulan data dilakukan melalui tes, observasi, wawancara dan catatan lapangan. Penelitian dilakukan terhadap 30 sumber data yakni murid Siswa Kelas V SD Negeri 16 Tanah Jambo Aye. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam Keterampilan Membaca dengan Teknik Pembelajaran Pemodelan Dari nilai tes awal diperoleh 47% siswa yang tuntas, siklus I mencapai 67% dan siklus II 87% siswa yang tuntas dalam belajarnya. Selanjutnya ditinjau dari segi proses pada siklus 1 tindakan guru 72,5% meningkat menjadi 83,5% pada siklus 2. Kemudian pada kegiatan siswa hasil observasi siswa pada siklus 1 adalah 81% dan mengalami peningkatan yaitu 84,5% pada siklus 2. Respon siswa menyatakan senang terhadap Teknik Pembelajaran Pemodelan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Teknik Pembelajaran Pemodelan Untuk keterampilan Membaca dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam Ketetampilan Membaca. Kata kunci : Peningkatan, keterampilan berbicara, Teknik Pembelajaran Pemodelan
1 2
Zaki Al Fuad, Dosen Prodi PGSD STKIP Bina Bangsa Getsempena Meriomar, Mahasiswa Prodi PGSD STKIP Bina Bangsa Getsempena
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 114
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... A.
Belajar berbicara sebaiknya dimulai
Latar Belakang Masalah Keterampilan
aspek yang dalam
berbicara
merupakan
sejak dini. Hal ini sangat berguna untuk
mempunyai peranan penting
mengasah keterampilan berbicara, sebagai
berkomunikasi.
Dengan
berbicara
persiapan
menjadi
orator
yang
handal,
seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan
sehingga siswa yang duduk bangku sekolah
gagasan
dasar
untuk
maksudnya.
mencapai
Namun,
tujuan
menuangkan
dan buah
sudah
mampu
berbicara
dengan
menggunakan berbagai materi yang ada.
pikiran secara teratur dan terorganisasi ke
Berdasarkan
observasi
awal
dan
dalam bentuk tulisan tidaklah mudah. Banyak
konsultasi yang dilakukan di kelas V SD
orang yang pandai berbicara tetapi masih
Negeri 16 Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh
kurang
gagasannya
Utara terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
kedalam kegiatan berbicara. Maka untuk dapat
ditemukan bahwa masih banyak siswa yang
berbicara
kuran
mampu
menuangkan
dengan
baik,
seseorang
harus
memiliki
keterampilan
berbicara,
mempunyai keterampilan untuk menguasai
kesulitan yang dihadapi siswa ketika dalam
tentang objek yang hendak ditulisnya.
memaknai sebuah media atau objek dan
Salah satu tujuan berbicara adalah untuk
merangkai kata-kata.
berlatih berkomunikasi. Berbicara sebagai
Oleh karena itu, dalam pembelajaran
salah satu keterampilan yang digunakan untuk
suasana
berkomunikasi secara langsung dan tertulis.
dibangun sedemikian rupa sehingga siswa
Melalui
dapat
mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi
menuangkan ide-ide penting. Keterampilan
satu sama lain. Dalam interaksi ini, siswa akan
berbicara merupakan salah satu kemampuan
membentuk komunitas yang memungkinkan
berbahasa yang sangat penting, hal ini
mereka mencintai proses belajar dan mencintai
disebabkan melalui keterampilan berbicara
satu sama lain.
kegiatan
berbicara,
siswa
kelas
perlu
direncanakan
dan
seorang dapat mengemukakan pendapat atau
Salah satu model yang memungkinkan
menjelaskan buah pikirannya dalam bentuk
siswa untuk mengembangkan keterampilan
lisan, karena komunikasi adalah suatu hal yang
berbicara secara perlahan adalah dengan
mesti ada dalam hidup. Baik komunikasi lisan,
model pembelajaran pemodelan. Pemodelan
maupun isyarat, dengan komunikasi manusia
merupakan
dapat menyampaikan sesuatu maksud dan
dimaksud untuk membantu siswa memahami
tujuan kepada orang lain. Seseorang yang
makna dalam materi pelajaran yang sedang
menyampaikan
mereka
pesan
untuk
menghibur
proses
pelajari
pembelajaran
dengan
menghubungkan
disampaikan secara mudah dipahami oleh
materi-materi
pendengar maka penyampai harus menyusun
konteks
konsep-konsep
pribadi, sosial maupun kebudayaan sekitar
terlebih dahulu.
ISSN 2086 – 1397
ataupun
kata
sandangnya
pelajaran
yang
dalam
tersebut
kehidupan
dengan
mereka,
baik
(Jhonson, 2002).
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 115
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... Berdasarkan uraian di atas, penulis
pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada
tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
komunikan lebih dahulu diubah ke dalam
tindakan tentang “Peningkatan Keterampilan
simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak.
Berbicara Siswa Kelas V dengan Teknik
Simbol tersebut memerlukan saluran agar
Pembelajaran Pemodelan di SD Negeri 16
dapat dipindahkan kepada komunikan. Bahasa
Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara”.
lisan adalah alat komunikasi berupa simbol
Bertitik tolak dari latar belakang di atas
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
Saluran untuk memindahkannya adalah udara.
bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa
Selanjutnya, simbol yang disalurkan lewat
kelas V SD Negeri 16 Tanah Jambo Aye
udara diterima oleh komunikan. Karena
dalam berbicara dengan metode pemodelan?
simbol yang disampaikan itu dipahami oleh
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan
komunikan, ia dapat mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator.
siswa kelas V SD Negeri 16 Tanah Jambo Aye
Tahap
selanjutnya, umpan
komunikan
dalam berbicara dengan metode pemodelan.
memberikan
B.
Kajian Pustaka
komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang
1.
Pembelajaran Berbicara
timbul setelah komunikan memahami pesan.
Berbicara secara umum dapat diartikan
Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan.
suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi
Dengan demikian, komunikasi yang berhasil
hati) seseorang kepada orang lain dengan
ditandai
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud
komunikator dengan komunikan.
oleh
balik
adanya
kepada
interaksi
antara
tersebut dapat dipahami oleh orang lain
Berbicara sebagai salah satu bentuk
(Depdikbud, 1984/198). Pengertiannya secara
komunikasi akan mudah dipahami dengan cara
khusus banyak dikemukakan oleh para pakar.
memperbandingkan
diagram
komunikasi
Tarigan
dengan
peristiwa
berbahasa.
misalnya
(1983)
mengemukakan
diagram
berbicara adalah kemampuan mengucapkan
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
yang
mengekspresikan,
psikologis,
menyatakan
serta
memanfaatkan
faktor-faktor
neurologis,
semantik
fisik, dan
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
linguistik. Pada saat berbicara seseorang
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu
memanfaatkan faktor fisik, yaitu alat ucap
proses berkomunikasi sebab di dalamnya
untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan
terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke
organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan,
tempat lain.
dan roman muka pun dimanfaatkan dalam
Dalam pemindahan
terjadi
berbicara. Stabilitas emosi, misalnya tidak saja
komunikator
berpengaruh terhadap kualitas suara yang
proses
komunikasi
pesan
dari
(pembicara) kepada komunikan (pendengar).
dihasilkan
oleh
alat
ucap
tetapi
juga
Komunikator adalah seseorang yang memiliki ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 116
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... berpengaruh
terhadap
keruntutan
bahan
pembicaraan.
benar agar hasil kunjungan dapat tersampaikan sesuai dengan yang didengar.
Berbicara juga tidak terlepas dari
Tujuan
utama
dari
penyampaian
faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang
kembali hasil kunjungan yang diperdengarkan
menghubungkan otak kecil dengan mulut,
adalah
telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam
informasi atau hasil kunjungan secara efektif.
aktivitas berbicara. Demikian pula faktor
Oleh karena itu, dalam penyampaian tersebut,
semantik yang berhubungan dengan makna,
penulis harus mengingat
dan faktor linguistik yang berkaitan dengan
yang telah dilakukan. Jadi yang penting bukan
struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan
hanya apa yang dilihat tetapi bagaimana harus
berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat
disampaikan kembali secara tepat sesuai
ucap dan kata-kata harus disusun menurut
dengan yang diamati. Agar dapat menunjang
aturan tertentu agar bermakna.
keefektifan dalam menyampaikan kembali
Berbicara
merupakan
tuntunan
sangat
sehingga
tersebut
berkomunikasi
dengan
sesamanya. Stewart dan Kenner Zimmer (Depdikbud,
1984/85:8)
menyampaikan
kembali
proses kunjungan
hasil kunjungan, maka faktor kebahasaan
kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial dapat
untuk
berpengaruh.
Faktor
kebahasaan
2. Fungsi Berbicara
memandang
Secara
praktis
dalam
kehidupan
kebutuhan akan komunikasi yang efektif
sehari-hari fungsi umum berbicara adalah
dianggap sebagai suatu yang esensial untuk
sebagai alat komunikasi sosial. Setiap kegiatan
mencapai keberhasilan dalam setiap individu,
komunikasi ditandai oleh pihak penyampai
baik aktivitas individu maupun kelompok.
pesan sebagai pembicara dan pihak lain
Kemampuan
dibutuhkan
pendengar sebagai penyimak. Komunikasi
dalam berbagai kehidupan keseharian kita.
adalah serangkaian kegiatan fungsional yang
Oleh karena itu, kemampuan ini perlu
dirancang dengan menggunakan ujaran yang
dilatihkan
disusun secara sistematis untuk memperoleh
berbicara sangat
secara
rekursif
sejak
jenjang
pendidikan sekolah dasar. Berbicara
merupakan
reaksi
pendengar
agar
mencapai
tujuan
aktivitas
tertentu. Adapun fungsi berbicara secara
mengulang atau melisankan kembali sesuatu
khusus ialah untuk: (1) mengungkapkan
yang didengar
(Tarigan,
perasaan seseorang, (2) memotivasi orang lain
1992:45). Pengulangan atau penulisan tersebut
agar bersikap dan berbuat sesuatu, (3)
hendaknya disampaikan dengan yang tepat dan
membicarakan sesuatu permasalahan dengan
kalimat-kalimat yang mudah dipahami. Jika
topik tertentu, (4) menyampaikan pendapat,
sebuah laporan hasil disampaikan
amanat, atau pesan, (5) saling menyapa atau
atau
dibacakan
secara
tertulis, maka penyampaian hasil kunjungan
sekedar
harus menggunakan bahasa yang baik dan
membicarakan
ISSN 2086 – 1397
untuk
mengadakan masalah
kontak,
dengan
(6)
bahasa
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 117
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... tertentu, (7) alat penghubung antar daerah dan
pendengar, membakar emosi, memberikan
budaya.
semangat ketika ada pertandingan dan lainSaat
berbicara
seseorang
lain. Hasil yang diharapkan adalah perubahan
mengharapkan agar orang lain memberikan
pengetahuan
reaksi terhadap isi pembicaraannya. Secara
perubahan
umum tujuan berbicara adalah sebagai berikut
kadang-kadang
: a) melaporkan atau memberitahukan, b)
prilaku seseorang juga. hal-hal lain untuk
menghibur,
mengubah prilaku seseorang atau membuat
c)
membujuk,
mengajak,
mendesak, Winker dalam Tarigan (2007:16). Berbicara
untuk
melaporkan
dasar
pendengar
pengetahuan
meskipun
yang
diharapkan
memprovokasi
perubahan
mereka melakukan sesuatu.
atau
Berbicara untuk mengubah pendapat
memberitahukan adalah apabila pembicara
orang
lain
atau
mempengaruhi
ingin menyampaikan berbagai informasi atau
kesebuah maksud tertentu.
amanat mengenai hal-hal yang dianggap
3. Keterampilan Berbicara
mereka
penting kepada pendengar dalam bentuk
Banyak orang memiliki gagasan dan
pengetahuan. Berbicara untuk memberitahu
ide-ide tetapi dia tidak dapat menyampaikan
dapat dilakukan di berbagai kegiatan seperti
kepada orang lain dengan baik. Sehingga
memberikan penyuluhan mengenai bahaya
sering orang merasa kecewa karena isi
narkoba bagi generasi muda, manfaat KB,
pembicaraannya tidak dapat diterima sesuai
mendaur ulang tentang sampah dan lain-lain.
dengan
Hasil yang diharapkan adalah agar pendengar
pikirannya. Wilkin (dalam Fauziah 200:14)
memiliki pengetahuan tentang yang kita
menyatakan bahwa keterampilan berbicara
informasikan sehingga pendengar memiliki
adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat
pengetahuan yang sudah kita informasikan.
karena komunikasi terjadi melalui kalimat-
maksud
dan
yang
ada
dalam
Berbicara untuk menghibur adalah
kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah
menyampaikan hal-hal yang menyenangkan
laku yang bervariasi dari masyarakat yang
perasaan pendengarnya. Kegiatan ini dapat
berbeda. Semi (1990: 99) berpendapat bahwa
dilakukan ketika pembicara memberikan kata-
keterampilan
kata yang dapat melegakan hati seseorang
keterampilan memproduksi arus sistem bunyi
pada
mendapat
artikulasi untuk menyampaikan kehendak,
kemenangan dalam pertandingan, menghibur,
gagasan, perasaan, dan pengalaman kepada
atau memuaskan perasaan seseorang.
orang lain.
saat
tertimpa
musibah,
Berbicara untuk membujuk, mengajak,
berbicara
merupakan
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
dan meyakinkan pendengar adalah pembicara
bahwa
yang berusaha untuk mempengaruhi orang,
kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang
mengajak orang lain untuk melakukan atau
dalam menyampaikan kehendak, gagasan,dan
tidak melakukan sesuatu dengan baik-baik,
perasaannya secara lisan dengan cara yang
memberikan motivasi dan keyakinan pada
baik agar orang lain dapat mudah memahami
ISSN 2086 – 1397
keterampilan
berbicara
adalah
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 118
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... maksud
dan
tujuannya
berbicara
untuk
berbagai kegiatan dalam kehidupannya sehari-
secara otomatis, melainkan harus belajar dan berlatih.
hari.
Guru Keterampilan berbicara dapat diperoleh
melalui
belajar
dan
banyak
membina
mempunyai
tanggung
keterampilan
jawab
berbicara
para
latihan,
siswanya. Pembinaan itu tidak dilakukan
keterampilan ini harus terus digali dan diasah
tersendiri melainkan terpadu dalam proses
oleh guru. Semakin sering seorang itu berlatih
belajar
berbicara yang baik dan teratur maka akan
tersebut sesuai yang dikehendaki kurikulum
menjadi suatu kebiasaan, dan kebiasaan ini
2006 yang menekankan kepada pendekatan
akan terbawa dalam setiap komunikasi yang
integratif, selain komunikatf.
dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan
berbicara
mengajar
bahasa
Indonesia.
Hal
Dalam rangka pembinaan keterampilan
merupakan
berbicara tersebut, hal yang perlu mendapat
keterampilan berbahasa yang sangat pokok
perhatian guru dalam membina keefektifan
dan penting untuk dipelajari oleh semua siswa.
berbicara menurut Arsyad ada dua aspek,
Melalui
mampu
yakni: aspek kebahasaan mencakup: (a) lafal,
mengkomunikasikan informasi, pendapat, ide,
(b) intonasi, tekanan, dan ritme, dan (c)
dan gagasan dengan siswa yang lain secara
penggunaan kata dan kalimat, dan aspek non-
baik dan benar. Sayangnya pembelajaran
kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan
keterampilan berbicara kurang mendapatkan
suara, (b) kelancaran, (c) sikap berbicara, (d)
fokus oleh guru seperti halnya keterampilan
gerak dan mimik, (e) penalaran, (f) santun
menulis. Akibatnya banyak siswa yang tidak
berbicara.
berbicara
siswa
mencoba untuk mengembangkan kemampuan berbicara yang dimiliki.
Jalongo
(1992)
menyatakan
pendapatnya bahwa dalam praktik berbahasa
Berdasarkan uraian di atas, diketahui
baik
dalam
bentuk
reseptif
betapa pentingnya keterampilan berbicara bagi
produktif/ekspresif
seseorang. Oleh karena itu, pembelajaran
akan selalu muncul. Komponen kebahasaan
keterampilan perhatian
berbicara
agar
keterampilan
para
berbicara,
komponen
maupun
perlu
mendapat
tersebut adalah: (a) fonologi, (b) sintaktis,(c)
siswa
memiliki
semantik, dan (d) pragmatik.
sehingga
mampu
Terdapat
beberapa
berkomunikasi untuk menyampaikan isi hati
empengaruhi
dan pikirannya kepada orang lain dengan kata-
antaranya:
kata yang baik dan benar. Selain betapa
1) Pokok Pembicaraan
pentingnya
kebahasaan
di
Pokok pembicaraan adalah isi atau
keterampilan
pesan yang bermanfaat bagi pembicara dan
berbicara perlu mendapatkan perhatian karena
pendengar. Pokok pembicaraan dianggap baik
keterampilan berbicara tidak bisa diperoleh
apabila manarik untuk dibahas, oleh karena itu
pembelajaran
ISSN 2086 – 1397
berbicara
berbicara,
yang
bagi
seseorang,
keterampilan
keberhasilan
faktor
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 119
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... isi pembicaraan harus bersifat aktual dan
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
relevan dengan kepentingan pendengar.
tertentu ada model yang ditiru. Model dapat
2) Menggunakan Metode Dalam Penyampaian
berupa cara mengoprasikan sesuatu, cara
Berbicara
melempar bola dalam olah raga, contoh karya
Metode Berbicara Ada empat cara
tulis, dan cara melafalkan sesuatu. Dengan
atau teknik yang dapat atau biasa digunakan
demikian,
orang dalam menyampaikan pembicaraan,
‘bagaimana cara belajar’(Depdiknas 2002:16).
yaitu : (a) metode impromptu “Serta Merta”
Dalam pembelajaran modelling, guru
dalam hal ini pembicara tidak melakukan
bukan satu-satunya model. Model dapat
persiapan lebih dulu sebelum berbicara, tetapi
dirancang dengan melibatkan siswa. Siswa
secara serta merta atau mendadak berbicara
bisa ditunjuk untuk memberikan contoh
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
temannya cara melafalkan suatu kata. Jika
Pembicara
kebetulan
menyampaikan
pengetahuannya
guru
memberi
ada
model
siswa
yang
memenangkan
kepentingan saat itu, (b) metode menghafal
memenangkan kontes berbahasa inggris, siswa
adalah
tersebut
pembicara
melakukan
melakukan
kegiatannya
puisi
ditunjuk
atau
untuk
secara
mendemonstrasikan keahliannya. Modelling
tertulis, kemudian dihafal kata demi kata,
pada dasarnya membahasakan gagasan yang
kalimat
dalam
difikirkan, mendemontrasikan bagaimana guru
penyampaiannya pembicara tidak membaca
menginginkan para siswanya untuk belajar,
naskah lagi, (c) metode naskah, pada metode
dan melakukan apa yang guru inginkan agar
ini pembicara sebelum berbicara terlebih dulu
siswa-siswanya
menyiapkan naskah kemudian membacakan
2004: 49) Siswa ‘contoh’ tersebut dikatakan
naskah itu di depan para pendengarnya. (d)
sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan
metode ekstemporan dalam hal ini pembicara
model tersebut sebagai ‘standar’ kompetensi
sebelum
yang
demi
persiapan
dapat
baca
pernah
yang ada, dihubungkan dengan situasi dan
sebelum
lomba
tentang
kalimat
melakukan
dan
kegiatan
berbicara
harus
melakukan,
dicapai.
(Nurhadi,dkk,
Model
juga
dapat
terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan
didatangkan dari luar. Misalnya seorang
cermat dan membuat catatan penting. Catatan
penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu
itu digunakan sebagai pedoman pembicara
dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi
dalam melakukan pembicaraannya dengan
‘model’ cara belajar, cara bertutur kata, gerak
pedoman
tubuh
itu
pembicara
dapat
mengembangkannya secara bebas.
ketika
berbicara
dan
sebagainya
(Nurhadi dan Senduk 2003:50). Dengan demikian, dalam pembelajaran
4. Metode Pemodelan Modeling merupakan salah satu dari
menulis
karangan
deskripsi
guru
akan
tujuh komponen pembelajaran kontekstual.
menghadirkan model yang berupa karangan
Maksud
deskripsi
komponen
pembelajaran ISSN 2086 – 1397
adalah
modelling
dalam
dalam
sebuah
yang
berdasarkan
pengalaman
pribadi yang dibuat sendiri atau diambil dari Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 120
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... sumber
lain
kepada
pembelajaran
siswa
saat
berlangsung.
proses Sebelum
dengan lebih antusias, memberikan variasi situasi, biaya dan waktu lebih efisien.
mengerjakan tes menulis karangan deskripsi
Pemilihan komponen pemodelan dalam
siswa mengamati dan membahas model yang
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
dihadirkan secara bersama-sama sehingga
merupakan
siswa dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan
keterampilan menulis cerita pendek dan
dengan karangan deskripsi, misalnya unsur-
mengubah perilaku siswa ke arah yang positif.
unsur karangan deskripsi. Jadi, karangan
Persyaratan model yang baik, yaitu relevan
deskripsi yang dihasilkan.
dengan
upaya
untuk
kebutuhan
meningkatkan
siswa,
sesuai
dengan
Ada empat (4) elemen penting yang
tingkat siswa, menarik, praktis, fungsional,
menurut Bandura perlu diperhatikan dalam
menantang, dan kaya aksi. Adanya model
pembelajaran melalui pengamatan yaitu ; (1).
dalam pembelajaran akan membantu siswa
Atensi, (2). Retensi, (3). Reproduksi dan (4).
untuk berpikir kritis. Siswa akan terbantu
Motivasi. (Dahar,2000:34)
dengan mengamati model yang disediakan,
Pemodelan membahasakan
pada gagasan
mendemonstrasikan
yang
dasarnya dipikirkan,
bagaimana
guru
sehingga siswa lebih memahami materi yang diajarkan.
menggali
melakukan apa yang guru inginkan agar
disediakan.
melakukan.
Pemodelan
tidak
hanya
menerima
informasi dari guru, tetapi siswa juga dapat
menginginkan siswanya untuk belajar dan
siswanya
Siswa
dapat
informasi
Berdasarkan
dari
uraian
di
model
yang
atas
dapat
berbentuk demonstrasi, pemberian contoh
disimpulkan
bahwa
teknik
pemodelan
tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan
merupakan
bagian
dari
pendekatan
kata lain model itu dapat berupa cara
kontekstual. Teknik pemodelan merupakan
mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya.
sebuah pengetahuan atau keterampilan yang
Dengan begitu, guru memberi model tentang
dapat didemonstrasikan atau ada model yang
bagaimana cara belajar.
dapat ditiru. Model tidak hanya terpaku pada
Nuryatin (2010:34) menyatakan bahwa
guru atau siswa, melainkan model dapat dilihat
pemodelan dapat diartikan sebagai upaya
dan didengar oleh seseorang.
pemberian model (contoh) yang berhubungan
C. Metodologi Penelitian
dengan materi dan aktivitas pembelajaran yang
Penelitian ini menggunakan metode
dilakukan siswa. Pemodelan harus dilakukan
penelitian
secara terencana agar memberikan sumbangan
bertujuan untuk memecahkan permasalahan
pada pemahaman dan keterlibatan siswa dalam
nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan ini
proses pembelajaran, sehingga hasil belajar
tidak
mengalami peningkatan. Pemodelan dikatakan
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa
efektif apabila siswa menjadi lebih paham
hal tersebut dapat dipecahkan degan tindakan
terhadap
yang dilakukan.
materi
ISSN 2086 – 1397
yang
dipelajari,
terlibat
saja
tindakan
kelas
memecahkan
(PTK)
masalah,
yang
tetapi
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 121
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... Dalam PTK, ada empat kegiatan yang
kegiatan pemecahan masalah. Jika satu siklus
dilakukan dalam setiap siklus. Kegiatan-
belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke
kegiatan
perencanaan
arah perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan
observasi
penelitian dilanjutkan pada siklus kedua, dan
(reflecting).
seterusnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat
tersebut
(planning),
adalah
tindakan
(Observing),
dan
(act),
refleksi
Kegiatan ini disebut dengan satu siklus
pada bagan berikut:
oleh peneliti ataupun sekolah sasaran
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian tindakan kelas ini,
penelitian. Pengamatan yang dilakukan
data dikumpulkan melalui:
mencakup pengamatan terhadap aktivitas
1) Tes
siswa
Tes
dilakukan
oleh
peneliti
untuk
mengetahui hasil dari penelitian yang telah
dan
guru
pada
saat
proses
pembelajaran berlangsung. 4) Catatan lapangan
dilakukan. Tes dilakukan dengan dua cara,
Kegiatan pencatatan lapangan merupakan
yaitu tes tertulis dan praktek atau lisan
kegiatan
dengan
mendokumentasikan
mempresentasikan
pekerjaan
mereka di depan kelas.
yang
2) Wawancara
yang
terjadi
dilakukan
selama
semua proses
untuk peristiwa belajar
berlangsung.
Wawancara dilakukan kepada sampel
Teknik Analisis Data
siswa yang dilakukan proses pembelajaran
Teknik analisis data yang digunakan
mengembangkan karangan narasi dengan
dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk
model pembelajaran pemodelan untuk
langkah-langkah yang didasari pada tujuan
dketahui respon atau tanggapan terhadap
yang ingin dicapai dalam penelitian. Langkah-
proses dan hasil pembelajaran.
langkah yang dimaksud adalah (1) mereduksi
3) Pengamatan Kegiatan
pengamatan
data, (2) menyajikan data, (3) menarik atau
observasi
kesimpulan data.
dilaksanakan oleh pengamat yang ditunjuk ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 122
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... 1) Mereduksi
data,
data
terkumpul
akan
diproses,
difokuskan,
yang
sudah
: untuk melihat bagaimana kondisi belajar
diseleksi,
diklasifikasikan,
mengajar
di
kelas
ketika
model
dan
pembelajaran diaplikasikan , membuat
disederhanakan. Hal ini dilakukan untuk
kuisioner : untuk mengumpulkan data
memperoleh informasi yang jelas sehingga
tentang tanggapan siswa ketika model
peneliti
pembelajaran diaplikasikan, membuat alat
dapat
menarik
kesimpulan
terhadap aktivitas guru dan siswa.
bantu
pembelajaran
yang
diperlukan
2) Menyajikan data, suatu kegiatan yang
dalam rangka membantu siswa memahami
dilakukan untuk menyajikan hasil reduksi
konsep-konsep yang diberikan, mendesain
data dalam bentuk naratif sehingga dapat
alat evaluasi untuk melihat keberhasilan
memungkinkan penarikan kesimpulan dan
tindakan, dan membuat jurnal untuk
pengambilan tindakan. Selanjutnya data
mengetahui refleksi diri.
ditafsirkan dan di evaluasi untuk dijadikan bahan
dalam
mengambil
tindakan
selanjutnya.
2.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan
adalah
melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah dibuat.
3) Menarik kesimpulan data, bertujuan untuk memberikan
kesimpulan
terhadap
a) Observasi
terhadap
tindakan
dilakukan
pelaksanaan dengan
penafsiran dan evaluasi serta menyajikan
menggunakan lembar observasi yang
jawaban terhadap masalah yang diajukan.
telah dibuat serta melakukan evaluasi.
data yang berbentuk angka-angka seperti nilai dilakukan
analisis
dengan
metode
kuantitatif.
menggunakan
Yaitu
dengan
b) Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis.
menggunakan rumus rata-rata
Kelemahan-kelemahan
Nilai Tes Awal = j umlah
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
siswa yang memperoleh Jumlah
atau
seluruh
nilai 65
Siklus I akan diperbaiki pada Siklus II dan x 100 %
siswa
seterusnya. Adapun indikator keberhasilan tindakan pada setiap siklus adalah tuntas kelas
Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap perencanaan meliputi: menentukan
tercapai apabila 80 % siswa sudah mencapai
Indikator dari setiap materi pokok (sub
hasil belajar dengan nilai ≥ 65.
pokok bahasan ) yang akan diajarkan
D. Hasil Penelitian
program
Sebelum memulai penelitian, penulis
skenario
lebih dulu mengadakan pre-test. Pre-test
pembelajaran setiap sub pokok bahasan
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran
sejauh mana kemampuan siswa kelas V SD
(RPP) termasuk menyusun Lembar Kerja
Negeri 16 Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh
Siswa (LKS) , membuat lembar observasi
Utara. Hasil dari pre-test menunjukkan masih
dalam
bentuk
pengajaran,
garis
besar
membuat
banyak ISSN 2086 – 1397
siswa
yang
belum
memiliki
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 123
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... keterampilan berbicara, dan banyak pula siswa
pada tabel berikut:
yang tidak mencapai KKM seperti terlihat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa Ayu Astuti Yusnidar Nova Eliza Zikri Aulia Reza Farhan Mauliza Elfiani M. Haikal Sya,bah Uswatun Hasanah Zuhra Mahera Zikri Aulianiz Zulfikar Afrizal Aulia Safitri Desy Monika Imamuddin Fakhrizal Muhammad Yanis Martunissu Mirnawati Reza Khatami Rosmawar Uliatun Nisak Sarina Zukhrina Zulhelmi Lisa Maghfirah Lahmiah M. Fuji
Dari tabel di atas didapatkan jumlah
Skor 70 70 70 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 60 60 60 60 60 60 55 55 55 55 55 50 50 40 40 40
Kriteria Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas
pembelajaran,
dan
siswa yang mendapat skor 65 sebanyak 14
pelaksanaan,
yaitu
siswa. Sehingga persentase tes awal setelah
kegiatan yang berdasarkan apa yang telah di
dihitung
47%.
susun dalam RPP. Sementara itu yang menjadi
Persentase tes awal belum mencapai taraf
observer dalam penelitian ini adalah guru
keberhasilan
perlu
bahasa Indonesia di SD tersebut, dibantu oleh
terhadap
teman sejawat. Sedangkan refleksi yaitu
melakukan
dengan
rumus
sehingga pembelajaran
adalah
peneliti ulang
lain-lain.
Pada
melaksanakan
tahap semua
materi prasyarat.
melakukan refleksi dalam bentuk evaluasi dari
Siklus I
hasil pembelajaran siklus I.
Kegiatan pada tindakan ini meliputi perencanaan,seperti RPP, materi ajar, media
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 124
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... Adapun hasil pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa 2 Ayu Astuti Yusnidar Nova Eliza Zikri Aulia Reza Farhan Mauliza Elfiani M. Haikal Sya,bah Uswatun Hasanah Zuhra Mahera Zikri Aulianiz Zulfikar Afrizal Aulia Safitri Desy Monika Imamuddin Fakhrizal Muhammad Yanis Martunissu Mirnawati Reza Khatami Rosmawar Uliatun Nisak Sarina Zukhrina Zulhelmi Lisa Maghfirah Lahmiah M. Fuji
Skor 3 85 85 85 80 80 80 80 80 80 80 80 80 75 75 70 65 65 65 65 50 75 50 50 50 50 45 45 40 40 40
Kriteria 4 Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas
persentase
nilai 65 adalah sebanyak 20 orang dari
keberhasilan tes akhir tindakan siklus I maka
jumlah siswa 30 orang. Dengan demikian,
digunakan rumus sebagai berikut:
persentase
Niali Tes Akhir =
melakukan tes tindakan akhir siklus I ini
Untuk menentukan
j umlah
skor
siswa yang memperoleh Jumlah
Nilai Tes Akhir =
seluruh
20
nilai 65
x 100 %
siswa
x 100 %
20
x 100 % 67 %
siswa
dalam
. Berdasarkan data
30
= 67%
30
Dari tes siklus I yang telah diikuti oleh siswa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I ini belum berhasil. Di mana siswa yang mendapatkan
ISSN 2086 – 1397
adalah
keberhasilan
yang diperoleh dari hasil tes ini, belum memenuhi kriteria ketuntasan, maka peneliti perlu melakukan pengulangan siklus. Adapun hasil observasi dari dua orang pengamat terhadap kegiatan guru dapat dilihat pada tabel berikut:
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 125
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ...
Pengamat I No
Pengamat II
Indikator
Awal
Inti
Skor
Deskriptor
Skor
Deskriptor
1. Membangkitkan dan menjelas kan pengetahuan prasyarat (tentang berbicara) 2. Memberikan motivasi 3. Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pembelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar berbicara 4. Menyampaikan materi pelajaran tentang berbicara 1. Menjelaskan materi atau topik yang akan dipelajari tentang berbicara 2. Mengajak siswa menentukan topic pembicaraan 3. Membagi teks untuk bahan pembicaraan 4. Mengajak siswa mengikuti pembicaraan guru
4
a, b, dan d
4
a, b, dan d
3
a, dan d
4
a, b, dan d
4
a, b, dan d
4
a, b, dan d
2
c
3
b dan d
5
a, dan c
4
a, b, dan c
5
semua
5
semua
2
d 2
a
5
semua
4
a, b, dan c
1.
4
a, c, dan d
5
a, c, dan d
3
c dan d
3
c dan d
2
c
3
c dan d
2. 3. Akhir
Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan Melakukan refleksi hasil pembelajaran Memberikan penilaian hasil belajar siswa
Jumlah skor
39
41
Sedangkan hasil observasi dari dua orang pengamat terhadap kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Pengamat I No
Pengamat II
Indikator Skor
Deskriptor
Skor
Deskriptor
4
a, b, dan d
4
a, b dan d
3
b dan d
2
a
Awal 1. Menangggapi dan mendengar kan penjelasan guru. 2. Mendengarkan penjelasan guru dan mengingat kembali materi prasyarat 3. Menyimak dan menanggapi tujuan pembelajaran, dan mengikuti arahan guru 4. Mendengarkan penjelasan materi ISSN 2086 – 1397
2
4 a, b, dan d
a, b dan d
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 126
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... berbicara Inti
1. Mendengarkan materi atau topik yang dipelajari 2. Menanggapi ajakan guru 3. Mengikuti pemodelan berbicara dari guru 4. Menyimak hasil refleksi dari guru 5. Mengikuti arahan guru untuk menarik kesimpulan
Akhir 1. Mendengarkan hasil pembelajaran dari guru 2. Menerima penilaian
refleksi
Jumlah skor
4
a, b, dan d
4
a, b dan d
4
a, c, dan d
5
Semua
4
a, b, dan c
5
semua
3 4
a,c b, c, dan d
3 4
a,c b, c, dan d
5
semua
5
semua
5
semua
5
Semua
5
semua
5
semua
43
46
tes yang sama. Hasil analisa data pada siklus II
Siklus 2 Tindakan siklus II pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
merupakan kegiatan pengulangan siklus I agar kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat diperbaiki di siklus II. Siklus II dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi berbicara dan lembar observasi yang sama pada siklus I serta bentuk No 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 ISSN 2086 – 1397
Nama Siswa 2 Ayu Astuti Yusnidar Nova Eliza Zikri Aulia Reza Farhan Mauliza Elfiani M. Haikal Sya,bah Uswatun Hasanah Zuhra Mahera Zikri Aulianiz Zulfikar Afrizal Aulia Safitri Desy Monika Imamuddin Fakhrizal Muhammad Yanis
Skor 3 95 95 90 90 90 90 90 90 90 90 85 85 85 85 85 85 85 85 85
Kriteria 4 Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 127
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... No 1 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa 2 Martunissu Mirnawati Reza Khatami Rosmawar Uliatun Nisak Sarina Zukhrina Zulhelmi Lisa Maghfirah Lahmiah M. Fuji
Untuk menentukan
Kriteria 4 Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas Tidak tuntas
persentase
keberhasilan siswa dalam melakukan tes akhir
keberhasilan tes akhir tindakan siklus II
tindakan siklus II ini adalah 87%, maka
digunakan rumus sebagai berikut :
tindakan dari segi kriteria hasil tes sudah
Nilai Jumlah
skor
Skor 3 80 80 80 80 80 75 75 60 60 60 60
Tes
Akhir nilai 65
siswa yang memperoleh Jumlah
seluruh
=
26
Untuk hasil observasi menggunakan
x 100 %
siswa
Nilai Tes Akhir =
berhasil.
analisis x 100 %
= 87%
30
Berdasarkan skor tes akhir tindakan diperoleh data bahwa siswa yang mendapat skor ≥ 65 sebanyak 26 siswa dan siswa yang
skor
persentase
setiap
tindakan
terhadap pengamatan aktivitas peneliti dan siswa
pada
proses
pembelajaran.
Hasil
observasi dua pengamat terhadap kegiatan penelitian dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
mendapat < 65 sebanyak 4 siswa. Persentase Pengamat I No Awal
Inti
ISSN 2086 – 1397
Pengamat II
Indikator Skor
Deskriptor
Skor
Deskriptor
1. Membangkitkan dan menjelas kan pengetahuan prasyarat (tentang berbicara) 2. Memberikan motivasi 3. Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pembelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar berbicara 4. Menyampaikan materi pelajaran tentang berbicara
3
a, dan d
4
a, b, dan d
3
a, dan d
4
a, b, dan d
5
semua
5
semua
5
semua
3
b dan d
1. Menjelaskan materi atau topik yang akan dipelajari tentang berbicara 2. Mengajak siswa menentukan topic pembicaraan 3. Membagi teks untuk bahan
5
Semua
4
a, b, dan c
5
semua
5
semua
2
semua
5
semua
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 128
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ...
Pengamat I No
Skor pembicaraan 4. Mengajak siswa pembicaraan guru
Akhir
Pengamat II
Indikator Deskriptor
Skor
Deskriptor
4
a, b, dan c
mengikuti
5
Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan 2. Melakukan refleksi hasil pembelajaran 3. Memberikan penilaian hasil belajar siswa Jumlah skor
4
a, c, dan d
5
a, c, dan d
3
c dan d
3
c dan d
5
semua
5
semua
1.
Untuk menentukan
skor
45
47
persentase
SP2
setiap tindakan dari pengamatan terhadap
pengamat II
kegiatan peneliti, maka digunakan rumus
Pengamat I
sebagai berikut :
=
Skor
Skor Persentase (SP) x=
45
persentase
100% =82 %
55 Jumlah
Skor Persentase (SP) =
s kor
Pengamat II
x 100 %
Skor Maksimal
Sedangkan
untuk menentukan
Skor Persentase (SP) =
skor
Jadi skor persentase rata-rata untuk setiap tindakan terhadap kegiatan peneliti dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
peneliti, maka digunakan rumus sebagai berikut:
SPP = SPP =
S
82 % 85 %
= 83,5 %
2
Sedangkan hasil observasi terhadap
SPP = Skor persentase
kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
rata-rata kegiatan peneliti SP1
SP 1 SP 2 S
SP 1 SP 2
Keterangan :
x 100% = 85%
55
persentase rata-rata tindakan terhadap kegiatan
SPP =
47
=
Skor
persentase
pengamat I Pengamat I No
Pengamat II
Indikator Skor
Deskriptor
Skor
Deskriptor
5
semua
5
semua
3
b dan d
2
a
4
a, b, dan d
5
semua
Awal 1. Menangggapi dan mendengar kan penjelasan guru. 2. Mendengarkan penjelasan guru dan mengingat kembali materi prasyarat 3. Menyimak dan menanggapi tujuan pembelajaran, dan mengikuti arahan guru ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 129
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ...
Inti
Akhir
4. Mendengarkan penjelasan materi berbicara
4
a, b, dan d
4
a, b dan d
1. Mendengarkan materi atau topik yang dipelajari 2. Menanggapi ajakan guru 3. Mengikuti pemodelan berbicara dari guru 4. Menyimak hasil refleksi dari guru 5. Mengikuti arahan guru untuk menarik kesimpulan
4
a, c, dan d
5
Semua
4 3
a, b, dan c a,c
5
semua
4
b, c, dan d
3
a,c b, c, dan d
5
semua
4
semua
1. Mendengarkan hasil refleksi pembelajaran dari guru 2. Menerima penilaian
5
semua
5
Semua
5
semua
5
semua
Jumlah skor
45
Untuk menentukan
skor
persentase
setiap tindakan dan pengamatan terhadap
48
E. Simpulan Berdasarkan
hasil
yang
telah
kegiatan peneliti, maka digunakan rumus
dipaparkan, maka dapat ditarik beberapa
sebagai berikut :
kesimpulan sebagai berikut: Jumlah
Skor Persentase (SP)=
s kor
x 100 %
skor maksimal
1) Siswa yang mendapat skor 65 atau ketuntasan sebanyak 14 siswa atau 47% sedangkan yang belum tuntas sebanyak
Jadi persentase rata-rata diperoleh :
16 orang atau 53%. Persentase tes awal
SP 1 SP 2
SPP =
belum mencapai taraf keberhasilan
S
SPP =
2) Hasil
82 % 87 %
tes
siklus
I
mengalami
peningkatan sebesar 20% dari tes awal.
= 84,5%
2
Pada tindakan siklus I sebanyak 67% atau sebanyak 20 orang siswa mendapat
Berdasarkan hasil observasi terhadap
65,
ini
berarti
bahwa
kriteria
kegiatan guru dan siswa pada siklus II, dapat
keberhasilan belajar belum mencapai
disimpulkan bahwa kegiatan guru dalam
ketuntasan.
mengajar
terjadi
3) Hasil tes tindakan siklus II mengalami
penilaian
peningkatan sebesar 20%. Jumlah siswa
pengamatan dari kedua pengamat. Sehingga
yang mengalami ketuntasan belajar
didapat bahwa taraf proses pembelajaran
adalah 87% atau 26 siswa mendapat
berada pada kategori baik.
skor ≥ 65%, ini berarti bahwa kriteria
peningkatan
dan
kegiatan
dalam
siswa
persentase
keberhasilan belajar sudah mencapai ketuntasan. ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 130
Zaki Al Fuad dan Meriomar, Teknik Pembelajaran Pemodelan ... Daftar Pustaka
Agustien,S. 1999. Buku Pintar Bahasa dan Sastra Indonesia. Semarang: Aneka Ilmu Arikunto,Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Jabrohim,dkk.2003. Cara Menulis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Komariah, T. 2008. Belajar Mengarang, Semarang : Aneka Ilmu Kosasih. 2006. Ketatabahasaan dan Sastra Indonesia, Bandung : Yrama Widia Moleong. L .J. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Mudjiharjo dkk, Bahasa dan Sastra Indonesia: Galaxy Puspa Mega Ningsih B.A. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontektual. Malang: Universitas Negeri Malang Rizky. 2009. Jenis-jenis Karangan (online), http: // rizky.wordpress.com. diakses tanggal 10 November 2010. Rofi'uddin, dkk. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas. Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang Saifullah.. A. 2009. Belajar Menulis Deskripsi, (online), http: // asep. worpress.com. diakses tanggal 10 November 2010. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran , Bandung : Remaja Rosdakarya Taringan. 1983. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Trianto. 2002. Model- model Pembelajaran Berorientasi Konstruktivis, Prestasi Pustaka Usman dkk. 2008. Penelitian Tindakan kelas, Darussalam
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 131