PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS V SD N KARANGMOJO BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Dita Rusdia Amalia NIM 12108241168
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2016 i
ii
iii
iv
MOTTO
“Dirimu tercermin dari ucapan dan cara berbicaramu, maka berbicaralah dengan baik dimanapun dan dengan siapapun.” (Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1.
Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan moral maupun materil kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.
Almamater Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
3.
Agama, nusa, dan bangsa.
vi
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS V SD N KARANGMOJO BANTUL
Oleh Dita Rusdia Amalia NIM 12108241168 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran berbicara dan meningkatkan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script pada siswa kelas V SD N Karangmojo Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif, dengan guru sebagai kolaborator. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD N Karangmojo yang berjumlah 35. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara. Desain penelitian menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Teknik pengumpulan data adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator keberhasilan adalah meningkatnya rerata kelas siswa dari pra tindakan, siklus I, ke siklus II. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V SD N Karangmojo melalui model pembelajaran cooperative script. Siswa menjadi lebih percaya diri dan berani untuk berbicara mengungkapkan pendapatnya. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I proses pembelajaran menunjukkan persentase 80,17% kesesuaian pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan pengamatan aktivitas siswa, kemudian meningkat menjadi 86,56% pada siklus II. Hal lain yang menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa adalah dengan melihat peningkatan rerata kelas. Pada tes pra tindakan rerata siswa kelas V adalah 55,14, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 63,14, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 75,14. Kata kunci: Keterampilan Berbicara, Cooperative Script, Sekolah Dasar
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah membertikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang telah peneliti susun berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script pada Siswa Kelas V SD N Karangmojo Bantul”. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk jenjang S1. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
2.
Dekan FIP UNY yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
3.
Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
4.
Ibu Dr. Enny Zubaidah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.
5.
Kepala Sekolah SD N Karangmojo yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
6.
Ibu Ari, selaku wali kelas V SD N Karangmojo yang telah bekerjasama dan bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
viii
ix
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL…………………………………………………..... i HALAMAN PERSETUJUAN…...……………..……………………….
ii
PENGESAHAN……………..……..……………………………………
iii
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………..
iv
MOTTO………………………...………………………………………... v PERSEMBAHAN………..………………………………………………
vi
ABSTRAK………………..……………………………………………… vii KATA PENGANTAR…………………………………………………… viii DAFTAR ISI…………………………………………………….……….
x
DAFTAR TABEL.……………………………………………………….
xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………..
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1 B. Identifikasi Masalah……………………………………..…………….. 8 C. Pembatasan Masalah………………………………………………….... 9 D. Perumusan Masalah……………………………………………………. 9 E. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 10 F. Manfaat Penelitian…..…………………………………………………. 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara……………………………………………….
12
1. Pengertian Keterampilan Berbicara………………………………..
12
2. Manfaat Keterampilan Berbicara………………………………….. 15 3. Tujuan Keterampilan Berbicara……………………………………. 15 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara……… 17 5. Penilaian Keterampilan Berbicara…………………………………. 19 B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script .…………..
24
1. Model Pembelajaran……………………………………………….. 24 x
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script………… 37 C. Karakteristik Siswa Kelas V SD………………………………………. 46 1. Karakteristik Fisik Siswa Kelas V SD……………………………... 46 2. Karakteristik Keterampilan Sosial Siswa Kelas V SD………. ……. 47 3. Karakteristik Siswa menurut Sudut Pandang Orang Lain…………. 48 D. Perkembangan Siswa Kelas V SD……………..……………………… 49 1. Perkembangan Fisik Siswa Kelas V SD…………………………… 49 2. Perkembangan Kognitif Siswa Kelas V SD…………………. ……. 49 3. Perkembangan Emosi Siswa Kelas V SD………………………….. 49 4. Perkembangan Psikososial Siswa Kelas V SD………………. ……. 50 5. Perkembangan Bahasa Siswa Kelas V SD…………………………. 50 6. Perkembangan Berbicara Siswa Kelas V SD………………………. 52 E. Penelitian yang Relevan………………………………………………. 53 F. Kerangka Pikir………………………………………………………… 54 G. Hipotesis Tindakan……………………………………………………. 57 H. Definisi Operasional…………………………………………………... 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………………………………………………………..
59
B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………… 59 1. Tempat Penelitian…………………………………………………. 59 2. Waktu Penelitian………………………………………………….. 59 C. Subjek dan Objek Penelitian………………………………………….. 60 D. Desain Penelitian……………………………………………………… 60 E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………
63
1. Tes………………………………………………………………… 63 2. Observasi………………………………………………………….. 63 3. Dokumentasi……………………………………………………… 64 F. Instrumen Penelitian…………………………………………………..
64
1. Lembar Observasi………………………………………………… 64 2. Tes Berbicara……………………………………………………… 70 xi
3. Dokumentasi………………………………………………………. 73 G. Teknik Analisis Data………………………………………………….. 74 1. Analisis Data Observasi…………………………………………... 74 2. Analisis Data Tes…………………………………………………. 74 H. Indikator Keberhasilan………………………………………………… 75 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………...
77
A. Hasil Penelitian………………………………………………………… 77 1. Deskripsi Subjek Penelitian………………………………………... 77 2. Deskripsi Awal Penelitian…………………………………………. 78 3. Hasil Pelaksanaan Siklus I………………………………………… 83 4. Hasil Pelaksanaan Siklus II……………………………………….. 111 B. Pembahasan……………………………………………………………. 134 C. Keterbatasan Penelitian………………………………………………... 139 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….
140
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 140 B. Saran…………………………………………………………………… 142 I. Daftar Pustaka…………………………………………………………. 143
xii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1. Penilaian Berdasarkan Faktor Kebahasaan……………………... 21 Tabel 2. Penilaian Berdasarkan Faktor Non Kebahasaan………………... 21 Tabel 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara……………………… 23 Tabel 4. Pedoman Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran......... 65 Tabel 5. Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran……… 66 Tabel 6. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran…….. 67 Tabel 7. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran……….. 69 Tabel 8. Tabel Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara………………. 70 Tabel 9. Tabel Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara……………. 71 Tabel 10. Analisis Persentase Hasil Tes Pra Tindakan Keterampilan Berbicara……………………………………………………… 79 Tabel 11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 1………..
94
Tabel 12. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2………... 97 Tabel 13. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 3………… 99 Tabel 14. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus 1……………… 101 Tabel 15. Analisis Persentase Hasil Tes Siklus I Keterampilan Berbicara 103 Tabel 16. Perbandingan Hasil Skor Keterampilan Berbicara Siswa pada Pra Tindakan dengan Siklus I………………………………….. 104 Tabel 17. Perbandingan Hasil Skor Rata-Rata Aspek Keterampilan Berbicara pra Tindakan dengan Siklus I……………………….. 105 Tabel 18. Kenaikan Skor Rata-Rata Tes Keterampilan Berbicara antara Tes Pra Tindakan dengan Tes Siklus I………………………… 109 Tabel 19. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II: Pertemuan 1………………………………………… 118 Tabel 20. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II: Pertemuan 2………………………………………… 120 Tabel 21. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II: Pertemuan 3………………………………………… 121 Tabel 22. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus II……………..
123
Tabel 23. Analisis Persentase Hasil tes Siklus I Keterampilan Berbicara.. 126 xiii
Tabel 24. Perbandingan Hasil Skor Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I dengan Siklus II……………………………………… 127 Tabel 25. Perbandingan Hasil Skor Rata-Rata Aspek Keterampilan Berbicara Siklus I dengan Siklus II………..…………………. 128 Tabel 26. Kenaikan Skor Rata-Rata Hasil Penilaian antara Siklus I dan Siklus II………………………………………………………… 132
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir............................................................... 57 Gambar 2. Visualisasi Bagan Siklus Penelitian Menurut Kemmis dan Mc Taggart…………………………………………………… 61 Gambar 3. Diagram Perbandingan Skor Tes Keterampilan Berbicara antara Pra Tindakan dengan Siklus I di Kelas V SD N Karangmojo………………………………………………..… 106 Gambar 4. Diagram Perbandingan Skor Tes Keterampilan Berbicara Antara Pra Tindakan dengan Siklus I di Kelas V SD N Karangmojo………………………………………………….. 129 Gambar 5. Kenaikan Skor Rata-Rata Siswa dari Pra Siklus. Siklus I, dan Siklus II…………………………………………………. 134
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Hasil Observasi Pra Penelitian……………………………. 146
Lampiran 2.
Hasil Wawancara Pra Penelitian………………………….. 147
Lampiran 3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru SD N Karangmojo Sebelum Penelitian……………………149
Lampiran 4.
Hasil Tertulis Tes Keterampilan Berbicara Siswa pada Pra Tindakan……………………………………….……. 152
Lampiran 5.
Hasil Tertulis Tes Keterampilan Berbicara Siswa pada Post Test Siklus I…………………………………………. 153
Lampiran 6.
Hasil Tertulis Tes Keterampilan Berbicara Siswa pada Post Test Siklus II….……………………………………. 154
Lampiran 7.
Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran…………. 155
Lampiran 8.
Hasil Tes Pra Tindakan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD N Karangmojo……………………………… 158
Lampiran 9.
Hasil Post Test Siklus I Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD N Karangmojo……...………………………
160
Lampiran 10. Hasil Post Test Siklus II Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD N Karangmojo………………………………. 162 Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I: Pertemuan 1……………………………………. 164 Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I: Pertemuan 2…………………………………… 179 Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I: Pertemuan 3…………………………………… 194 Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II: Pertemuan 1…………………………………..
212
Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II: Pertemuan 2…………………………………..
228
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II: Pertemuan 3…………………………………..
245
Lampiran 17. Surat Izin Penelitian……………………………………… 261
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa merupakan salah satu keterampilan yang dipelajari di pendidikan formal. Keterampilan berbahasa dipelajari untuk memberikan bekal siswa dalam menjalani kehidupannya terutama pada aspek komunikasi. Dalam bukunya, Henry G. Tarigan (1985) menjelaskan bahwa terdapat empat komponen pada keterampilan berbahasa. Komponenkomponen
tersebut
yaitu
keterampilan
menyimak
(listening
skill),
keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Keempat komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Masing-masing memiliki peran yang sama pentingnya bagi kebutuhan peserta didik. Berbicara merupakan salah satu komponen keterampilan berbahasa yang juga perlu dikuasai dan dikembangkan secara optimal. Hal ini dikarenakan keterampilan berbicara banyak digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari dalam bentuk komunikasi lisan. Salah satu tujuan dari berbicara sendiri yaitu untuk bertukar informasi. Selain itu komunikasi lisan juga mencakup penggunaan bahasa secara interaksional, yaitu fungsi-fungsi sosial dari berbicara. Henry G. Tarigan (1985) menjelaskan tentang pengertian dari berbicara yaitu kemampuan mengucapkkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan 1
perasaan. Perlu digarisbawahi dalam ungkapan tersebut bahwa berbicara bukan hanya sekedar berucap secara lisan saja namun juga terdapat tujuan yang akan disampaikan melalui kegiatan berbicara tersebut. Ide atau gagasan yang dimaksud adalah hasil pemikiran yang dihasilkan pembicara berdasarkan berbagai sumber yang telah ia ketahui sebelumnya. Ketika seseorang berbicara di dalamnya tentu memuat maksud dan tujuan sesuai fungsi dari berbicara itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut agar tujuan atau pun pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik, maka dibutuhkan keterampilan berbicara yang baik pula. Keterampilan berbicara bukanlah keterampilan yang dimiliki sejak lahir. Keterampilan ini didapat dari proses belajar dan proses pembiasaan yang diterapkan pada seseorang. Hal ini menegaskan bahwa keterampilan berbicara bukanlah keterampilan yang hanya di dapat dari teori saja namun perlu adanya praktik secara langsung secara rutin dan berkesinambungan. Pada dasarnya dalam kehidupan secara umum tidak ada kriteria yang mengikat tentang standar berbicara yang baik. Seperti yang pernah dituliskan Glenn R. Capp (1971) pada bukunya yang menyatakan sebagai berikut. “No absolute rules for good speaking exist which can turn all persons into standard speaker. Would not speaking be tiring if all speakers did everything exactly the same way? All principles must allow for individual differences. We cannot say there is only one way to make speeches. There may be many equally acceptable ways.”
2
Beliau mengungkapkan bahwa dalam keterampilan berbicara tidak ada suatu aturan yang mengikat. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki cara dan gaya tersendiri dalam berbicara. Lain ceritanya, ketika berbicara tentang keterampilan berbahasa pada sekolah formal. Di sana akan ditentukan kriteria berbicara yang baik untuk mengeneralisasikan penilaian dalam keterampilan tersebut. Maka dari itu, dibutuhkan keterampilan-keterampilan yang akan menunjang keterampilan berbicara tersebut. Dalam bukunya, Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. (1991) mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang menunjang keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Faktor-faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara yaitu, ketepatan ucapan, penempatan tekanan nada, pilihan kata (diksi), dan ketepatan sasaran pembicaraan. Seperti yang telah disebutkan di atas selain faktor kebahasaan terdapat faktor non-kebahasaan yang menunjang keterampilan berbicara antara lain, sikap wajar, tenang, dan tidak kaku; pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara; kesediaan menghargai pendapat orang lain; gerak-gerik dan mimik yang tepat; kenyaringan suara; kelancaran; relevansi/penalaran; dan penguasaan topik. Pada saat ini di sekolah dasar masih ditemukan kenyataan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara masih berjalan kurang optimal. Dalam bukunya, Yunus Abidin (2013) menjelaskan beberapa hal mengenai kondisi pembelajaran berbicara saat ini. Yunus Abidin mengungkapkan bahwa saat ini masih terdapat guru yang masih mengajarkan pembelajaran berbicara 3
disamakan dengan pembelajaran membaca nyaring. Hal ini disebabkan guru lebih memperhatikan perfomansi siswa tanpa memperhatikan proses siswa dalam membangun ide atau gagasan saat praktik berbicara. Hal yang lebih ironis lagi adalah masih terdapat guru yang fokus terhadap keterampilan berbahasa lain dan tidak melaksanakan pembelajaran berbicara. Lebih lanjut, saat ini siswa lebih banyak dilatih menulis dan membaca sehingga kemampuan berbicaranya menjadi sangat rendah. Hal-hal tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan guru dalam menguasai strategi pembelajaran berbicara. Rendahnya kemampuan guru mengenai hal tersebut tentunya juga dapat menyebabkan
pembelajaran berbicara berlangsung
monoton dan kurang merangsang gairah siswa untuk berbicara. Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran keterampilan berbicara juga terjadi pada siswa kelas V SD N Karangmojo di kabupaten Bantul. Pada pengamatan peneliti di sekolah dasar tersebut hanya sepertiga dari jumlah siswa kelas V di sekolah dasar tersebut yang berani berbicara aktif dalam pembelajaran. Kepercayaan diri siswa masih kurang untuk mengungkapkan gagasannya secara lisan di dalam kelas. Hal tersebut menandakan bahwa keterampilan berbicara siswa belum berkembang secara optimal. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan guru, keadaan tersebut terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi. Guru kelas V di sekolah dasar tersebut cenderung lebih sedikit mengajarkan siswa untuk mendalami keterampilan berbicara dibanding keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis. Hal ini dapat dilihat dari 4
sedikitnya porsi pembelajaran keterampilan berbicara daripada pembelajaran keterampilan yang lain. Akibatnya siswa menjadi kurang terbiasa dan tidak dapat mengasah keterampilan berbicaranya dengan optimal. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya keterampilan berbicara di kelas V SD N Karangmojo ini, adalah penerapan model pembelajaran pada pembelajaran keterampilan berbicara yang masih perlu banyak perbaikan. Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script pada pembelajaran keterampilan berbicara. Seperti yang diungkapkan oleh Zainal Aqib (2013) model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script adalah “model pembelajaran di mana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.”. Penjelasan tersebut menekankan bahwa seharusnya model pembelajaran tersebut perlu memperhatikan kerja sama antar siswa demi keefektifan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan melihat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru, dalam model pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script belum dilakukan dengan benar. Pengelompokan murid tidak dilakukan secara berpasangan, namun siswa dikelompokkan dengan anggota kelompok yang berisi empat sampai enam siswa. Hal ini membuat siswa yang kurang menonjol hanya memiliki sedikit kesempatan untuk berlatih berbicara dalam kelompok. Pembagian peran dalam kelompok juga tidak dijelaskan dengan rinci sehingga siswa belum mendapatkan 5
pengembangan keterampilan berbicara yang sama dan merata. Hal ini juga yang menyebabkan siswa kurang terlatih dalam keterampilan berbicara karena pembelajaran tidak melibatkan seluruh siswa untuk aktif berbicara. Dalam aktivitas diskusi, guru belum melakukan pengecekan pada catatan pembantu yang disusun siswa sebagai cerminan pembentukan ide masingmasing siswa. Proses kerja sama belum dikontrol secara jeli sehingga masih terdapat siswa yang pasif dan tidak saling memberi masukan selama diskusi berlangsung. Saat praktik berbicara guru lebih cenderung hanya melihat perfomansi siswa dalam berbicara saja tanpa memperhatikan proses pembangunan ide. Dalam RPP (terlampir) yang dibuat oleh guru, langkah-langkah pembelajaran yang disusun juga belum detail saat menentukan peran siswa dalam pembelajaran secara berpasangan. Langkah-langkah dalam RPP tersebut hanya menunjukan kegiatan siswa tanpa menunjukan kegiatan tersebut dilakukan dalam kelompok atau dilakukan antar kelompok. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran keterampilan berbicara perlu dilakukan secara intensif dan merata. Hal tersebut menjadi salah satu acuan untuk memperbaiki model pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru pada pembelajaran keterampilan berbicara. Masalah-masalah tersebut terjadi karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script yang masih perlu perbaikan dibeberapa sisi. Pembelajaran kooperatif tipe cooperative script yang dilakukan dengan benar pada pembelajaran keterampilan berbicara tentunya akan sangat 6
membantu siswa dalam berlatih berbicara. Pada dasarnya model pembelajaran ini menstimulasi siswa untuk lebih aktif dan juga menimbulkan rasa menyenangkan di saat pembelajaran keterampilan berbicara. Pembelajaran keterampilan
berbicara
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe
cooperative script ini akan sangat menunjang siswa karena pada dasarnya dalam kesehariannya siswa juga banyak melakukan komunikasi dengan temannya sehingga siswa akan lebih nyaman dalam berbicara. Pernyataan yang telah diungkapkan sebelumnya menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe cooperative script merupakan pembelajaran yang pengelompokannya dengan berpasangan. Jumlah anggota kelompok yang dirasa masih terlalu banyak dapat diminimalkan lagi dengan sistem berpasangan. Model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script yang salah satu tipikalnya adalah jumlah anggota yang hanya dua siswa jika diterapkan dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ada akan sangat membantu pengembangan keterampilan berbicara karena menurut Sholeh Hamid (2011: 220) siswa akan berbicara dengan lawan bicara secara langsung
dan akan mendapatkan respon langsung dari lawannya dalam
membahas sebuah tema atau materi pelajaran yang diajukan oleh guru. Pembelajaran dengan model seperti ini tentunya akan membuat siswa lebih aktif berbicara dengan teman sekelompoknya. Selain itu pembelajaran ini juga menuntut siswa untuk saling merespon gagasan satu dengan yang lain. Hal ini akan melatih siswa dalam memproduksi ide atau gagasan sendiri untuk merespon lawan bicaranya dalam satu topik yang sama. 7
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah diungkapkan di atas dan dari hasil pengamatan, peneliti mencoba untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif
tipe
cooperative
script
pada
pembelajaran
keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V. Penerapan model tersebut akan dilakukan di sekolah dasar yang mempunyai permasalahan
dalam
Karangmojo
menjadi
meningkatkan subjek
keterampilan
penelitian
tentang
berbicara. penerapan
SD
N
model
pembelajaran kooperatif tipe cooperative script pada keterampilan berbicara siswa di sekolah dasar tersebut. Hal ini dilakukan sebagai peningkatan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script pada siswa kelas V SD N Karangmojo.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut. 1.
Kurangnya kepercayaan diri siswa untuk mengungkapkan gagasannya secara lisan di dalam kelas.
2.
Porsi pembelajaran keterampilan berbicara lebih sedikit daripada pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain, yaitu menulis, menyimak, dan membaca.
3.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script pada pembelajaran keterampilan berbicara masih kurang optimal karena pengelompokan murid tidak dilakukan secara berpasangan, namun siswa 8
dikelompokkan dengan anggota kelompok yang berisi empat sampai enam siswa, pembagian peran dalam kelompok tidak dijelaskan dengan rinci, dan proses kerja sama belum dikontrol secara jeli. 4.
Masing-masing siswa belum mendapatkan kesempatan berbicara yang sama dan merata.
5.
Guru lebih memperhatikan
performansi berbicara siswa dan kurang
memperhatikan proses pengembangan ide. 6.
Pembelajaran keterampilan berbicara tidak melibatkan seluruh siswa untuk aktif berbicara.
C. Pembatasan Masalah Dari permasalahan yang teridentifikasi di atas tidak semuanya diteliti. Agar terfokus dan mendalam, penilitian ini dibatasi pada permasalahan poin 6 yaitu pembelajaran keterampilan berbicara tidak melibatkan seluruh siswa untuk aktif berbicara.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran berbicara siswa dengan penerapan model pembelajaran cooperative script pada siswa kelas V SD N Karangmojo Bantul?
9
2. Seberapa besar peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan penerapan model pembelajaran cooperative script di kelas V SD N Karangmojo Bantul?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk meningkatkan proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui model pembelajaran cooperative script pada siswa kelas V SD N Karangmojo Bantul. 2. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran cooperative script pada siswa kelas V SD N Karangmojo Bantul.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, adapun manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Bagi Siswa Pembelajaran membuat siswa lebih aktif mengasah keterampilan berbicara secara merata dan lebih menarik minat siswa dalam mempelajari keterampilan berbicara. Hal tersebut akan membuat siswa dapat mempelajari keterampilan berbicara lebih optimal.
10
2.
Bagi Guru Guru dapat lebih memahami penerapan model pembelajaran cooperative script
untuk pengajaran keterampilan berbicara dan dapat
menjadi pertimbangan untuk diterapkan pada pembelajaran selanjutnya. 3.
Bagi Kepala sekolah Sebagai bahan pertimbangan kepala sekolah untuk membina guru dalam menerapkan model tersebut demi menunjang pembelajaran keterampilan berbicara pada seluruh siswa di sekolah tersebut.
11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Berbicara 1.
Pengertian Keterampilan Berbicara Berbicara tentang keterampilan, hal tersebut tidak dapat dimiliki seseorang secara instant. Keterampilan yang maksimal dapat kita miliki dengan melalui sebuah proses belajar yang tidak sebentar. Banyak sekali keterampilan yang bisa didapatkan dalam pembelajaran formal. Salah satu dari sekian banyak keterampilan yang didapatkan di kegiatan belajar mengajar formal adalah keterampilan berbicara. Seorang ahli, Henry G. Tarigan (1985: 15) mendefinisikan berbicara sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang di susun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Dalam penjelasan-penjelasan yang telah diungkapkan tersebut secara eksplisit mengungkapkan bahwa kegiatan berbicara merupakan cara berkomunikasi manusia menggunakan lisan. Syukur Ghazali (2010 :248) menjelaskan bahwa komunikasi lisan mencakup penggunaan bahasa secara transaksional yang bertujuan untuk mempertukarkan informasi, serta mencakup pula penggunaan bahasa secara interaksional, yaitu fungsi-fungsi sosial dari berbicara.
12
Keterampilan
berbicara
tentu
saja
memiliki
keterkaitan
antara
keterampilan berbahasa yang lain. Dalam bukunya, Hetti Restianti (2010) mengungkapkan bahwa kegiatan berbicara dipengaruhi oleh cara menangkap apa yang disampaikan oleh orang lain. Tidak jarang seseorang memahami sesuatu berdasarkan penjelasan orang lain. Hal tersebut merupakan hubungan berbicara dengan menyimak. Selanjutnya hubungan berbicara dengan membaca yaitu berkaitan dengan konten pembicaraan. Sesuatu yang kita sampaikan akan menjadi lebih berisi jika berdasarkan dari sumber atau referensi yang pernah dibaca sebelumnya. Berbicara dan menulis tentu saja suatu keterampilan yang juga berkaitan. Pertama, menulis sangat membantu untuk menangkap pesan dari seseorang yang melakukan kegiatan berbicara. Contohnya, adalah saat terjadi kegiatan belajar di kelas, guru menjelaskan suatu materi dengan lisan sementara siswa mencatat poin-poin pentingyang disamapaikan guru. Terkadang orang akan menulis terlebih dahulu untuk mempermudah penyampaian pesannya saat berbicara pada situasi tertentu. Kegiatan tersebut akan membuat seseorang dapat menyusun kalimat demi kalimat menjadi lebih efektif dan tentunya akan membuat orang menjadi lebih terbiasa dalam mengembangkan keterampilan berbicara. Sama seperti pengembangan suatu keterampilan pada umumnya, pengembangan keterampilan berbicara juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Seperti yang telah diungkapkan oleh Hatch (Syukur Ghazali, 2010: 258) bahwa kemampuan berbahasa adalah sesuatu yang tumbuh karena pengalaman sehingga orang bisa belajar bagaimana berinteraksi secara verbal 13
dengan cara ikut serta secara langsung dalam percakapan. Sependapat dengan ungkapan tersebut, Maidar G Arsjad dan Mukti (1991) mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara dalam situasi formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif. Pendekatan pengajaran keterampilan berbicara tidak hanya bisa dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar secara formal dan terstruktur saja, namun dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran bahasa secara komukatif. Hal tersebut diungkapkan oleh Syukur Ghazali (2010: 273) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan memberikan siswa kesempatan untuk berinteraksi dengan guru dan teman-teman siswa, seperti memberi salam, memberikan saran, meminta maaf, memberi petunjuk, dan memberikan informasi. Hal tersebut akan membantu siswa terbiasa untuk berbicara. Sebelum memberikan pelajaran berbicara pada siswa sudah menjadi hal yang wajib dipahami pengajar tentang prinsip-prinsip pembelajaran berbicara. Salah satu penulis yang memaparkan prinsip-prinsip berbicara adalah Abidin (2013: 135). Dijelaskan prinsip yang pertama adalah sebagai berikut. 1) pembelajaran berbicara harus ditujukan untuk membentuk kematangan psikologis anak dalam hal berbicara, 2) harus melibatkan anak secara langsung berbicara dalam berbagai konteks, 3) dilakukan melalui pola pembelajaran interaktif, 14
4) dilakukan sekaligus dengan membekali strategi berbicara, 5) dilakukan seiring dengan pengukuran kemampuan berbicara secara tepat melalui praktik langsung, 6) diukur dan dipantau secara berkesinambungan, dan 7) diorientasikan pada pembentukan kemahiran berbicara atau membentuk siswa menjadi pembicara yang kreatif.
2.
Manfaat Keterampilan Berbicara Seperti halnya keterampilan-keterampilan lain, keterampilan berbi cara juga memiliki manfaat yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Berbicara merupakan cara berkomunikasi yang paling sering dan paling efektif digunakan manusia dalam mengungkapkan perasaan maupun gagasangagasan di kehidupan sehari-harinya. Menurut fungsinya, kegiatan bahasa lisan atau berbicara dibagi menjadi tiga oleh Rivers dan Temperley (Syukur Ghazali, 2010), yaitu praktik lisan untuk pembelajaran tata bahasa di kelas, interaksi secara terstruktur dengan orang lain, dan interaksi secara otonom atau hanya melibatkan dirinya sendiri. Setiap kegiatan berbicara tersebut memiliki ciri dan strategi tersendiri dalam penyampaiannya.
3.
Tujuan Keterampilan Berbicara Tujuan utama dari keterampilan berbicara menurut Henry G. Tarigan (1985:15) secara sederhana adalah untuk berkomunikasi. Lebih rinci lagi, 15
Abidin (2013) memaparkan tujuan dari berbicara. Pertama adalah informatif, yaitu menyampaikan gagasan untuk membangun pengetahuan pendengar. Tujuan yang kedua adalah rekreatif untuk menghibur dan memberikan kesan menyenangkan pada pendengarnya. Persuasif merupakan tujuan berbicara yang ketiga yang menekankan pada usaha mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan pembicara melalui penggunaan bahasa yang halus dan menarik. Tujuan berbicara yang terakhir adalah argumentatif. Argumentatif ini memiliki maksud yaitu meyakinkan pendengar atau gagasan yang disampaikan oleh pembicara. Tujuan berbicara tersebut di atas dinyatakan berhasil apabila kegiatan berbicara yang dilakukan telah memnuhi indikator yang telah ditetapkan. Menurut Yunus Abidin (2013: 130), indikator ketercapaian berbicara yang pertama adalah pemahaman pendengar. Kegiatan berbicara dinyatakan berhasil apabila pendengar mampu menerima dan memahami secara cermat gagasan yag disampaikan oleh pembicara sehingga terdapat kesamaan antara maksud pembicara dengan persepsi pendengar. Perhatian pendengar juga merupakan salah satu indikator ketercapaian berbicara. Pembicara diharapkan mampu menumbuhkan perhatian pendengar untuk menyimak secara sungguh-sungguh segala sesuatu yang disampaikan pembicara. Hal ini dilakukan agar pendengar dapat secara maksimal memahami apa yang disampaikan oleh pembicara. Indikator selanjutnya adalah menyangkut cara pandang pendengar. Hal yang harus dilakukan oleh pembicara adalah mempengaruhi pendengar agar mempunyai cara pandang yang sama dengan 16
dirinya. Indikator yang terakhir adalah perilaku pedengar. Setelah melakukan kegiatan berbicara tentunya ada sesuatu yang berdampak pada pembicara maupun pendengar. Tujuan berbicara akan tercapai apabila terjadi perubahan perilaku pada pendengar setelah menyimak pemaparan gagasan yang dilakukan pembicara.
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara pada tiap orang berbeda-beda. Hal tersebut karena keterampilan tersebut banyak dipengaruhi oleh banyak faktor. Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. (1991) mengungkapkan faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara siswa. Faktorfaktor kebahasaan yang dimaksud, yaitu ketepatan ucapan, pilihan kata atau diksi, ketepatan sasaran pembicaraan, penempatan tekanan nada, sendi, dan durasi yang sesuai. Dari segi non kebahasaan faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara antara lain adalah sikap yang wajar, tidak kaku, pandangan mata yang harus diarahkan kepada lawan bicara, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, penalaran, dan yang tidak kalah penting adalah penguasaan topik yang akan dibicarakan. Menurut beliau agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sudah sepatutnya seorang pembicara tersebut sudah memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan dan dia harus tahu prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu pembicaraan, baik secara umum maupun perseorangan. 17
Keterampilan berbicara merupakan sebuah ilmu yang harus dipelajari. Dalam konteks keilmuan tersebut sudah tentu terdapat acuan-acuan atau hal yang perlu ditelaah. Mulgrave (Henry G. Tarigan, 1985:21) mengungkapkan hal-hal yang perlu ditelaah jika keterampilan berbicara dipandang sebagai ilmu, yaitu mekanisme bicara dan mendengar, latihan dasar bagi ajaran dan suara, bunyi-bunyi bahasa, bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran, vowelvowel, diftong-diftong, konsonan-konsonan, dan patologi ujaran. Hampir sama diungkapkan Bygate (Syukur Ghazali, 2010) juga mengungkapkan bahwa “keterampilan berbicara memerlukan pengetahuan bahasa yang harus dikuasai seperti tata bahasa, kosa kata, dan penggunaan susunan kalimat yang tepat untuk fungsi tertentu.” Selain itu ketika mempelajari keterampilan berbicara siswa harus belajar cara untuk memaknai sesuatu yang akan diungkapkan, cara untuk memperkenalkan atau mengubah topik, dan cara untuk membuka dan menutup sebuah percakapan dengan lawan bicara yang berbeda-beda. Keterampilan berbicara juga membutuhkan strategi dalam pelaksanaan pembelajarannya. Chamot dan Kupper (Syukur
Ghazali, 2010:261)
berpendapat bahwa ada tiga jenis strategi pembelajaran yang digunakan oleh siswa dalam keterampilan berbicara. Pertama adalah strategi meta-kognitif atau strategi regulasi terhadap diri sendiri. Strategi tersebut mendorong siswa untuk berpikir tentang proses pembelajaran, membuat perencanaan dalam belajar, memantau tugas-tugas pembelajaran yang dilakukannya dan mengevaluasi sejauh mana dirinya telah mengalami kemajuan. Strategi yang 18
kedua adalah strategi kognitif, yaitu teknik-teknik untuk berinteraksi dengan materi pembelajaran, memanipulasi materi pembelajaran secara mental atau secara fisik atau menerapkan teknik-teknik tertentu di dalam melakukan pembelajaran. Strategi yang terakhir adalah strategi sosial dan afektif. Dalam strategi tersebut ketika siswa berinteraksi dengan orang lain untuk membantu dia belajar, atau ketika siswa menggunakan kendali yang efektif untuk membantu dalam melakukan tugas pembelajaran.
5.
Penilaian Keterampilan Berbicara Dalam pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah formal tentu saja seorang guru harus mempunyai acuan-acuan dan standar untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran yang dilakukan. Dalam kegiatan mengukur sejauh mana siswa dapat mengusai materi pembelajaran atau tidak, maka perlu dilakukan penilaian. Perlu diingat bahwa Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991) menegaskan penilaian hendakanya tidak hanya semata-mata untuk mengukur dan memberikan angka pada suatu kegiatan belajar, tetapi hendaknya ditujukan pada usaha perbaikan prestasi siswa, sehingga menumbuhkan motivasi bagi siswa dalam pelajaran berikutnya. Penilaian menjadi hal wajib dalam kegiatan pembelajaran di sekolah formal. Ketika menyusun suatu penilaian sudah tentu harus mengacu pada indikator dan tujuan
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya.
Peniaian
tersebut
akan
mempresentasikan kemampuan siswa terhadap suatu pembelajaran yang telah dipelajari. 19
Nunan (Syukur Ghazali, 2010) memperhatikan bahwa ada banyak aspek dalam komunikasi lisan yang efektif. Hal ini tentu saja akan menjadi bahan acuan untuk menyusun suatu instrumen penilaian. Beberapa dari aspek ini terkait dengan masalah linguistik yang di antaranya adalah fonologi, pola intonasi, bentuk-bentuk baku yang pantas untuk digunakan percakapan, dan beberapa lainnya terkait dengan aspek interaksional dari percakapan itu sendiri seperti strategi untuk mengosiasikan makna, prosedur pergantian bicara secara efektif, dan keterampilan menyimak percakapan. Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 87) mengungkapkan faktor-faktor yang dinilai dalam kegiatan berbicara didasari pada faktor penunjang kegiatan berbicara yaitu kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor kebahasaan yang mencakup pengucapan vokal, pengucapan konsonan, penempatan tekanan, penempatan persendian, penggunaan nada atau irama, pilihan kata, pilihan ungkapan, variasi kata, tata bentukan, struktur kalimat, dan ragam kalimat. Pada faktor non kebahasaan meliputi keberanian dan semangat, kelancaran, kenyaringan suara, pandangan mata, gerak-gerik dan mimik wajah, keterbukaan, penalaran, dan penguasaan topik. Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S (1991) menuangkan faktor-faktor yang dinilai tersebut dalam tabel penilaian sebagai berikut.
20
Tabel 1. Penilaian Berdasarkan Faktor Kebahasaan Faktor Kebahasaan Variasi Tata Struktur Ragam Pegucapan Penempatan Nada Pilihan kata bahasa kalimat kalimat Vo- Kon- Tekan-PersenUngkapKata kal sonan an dian an
No Nama
Keterangan: A= Sangat Baik B= Baik C= Cukup D= Kurang Tabel 2. Penilaian Berdasarkan Faktor Non Kebahasaan No Nama
Faktor non kebahasaan Keberani- Kelancar- Kenyaringan Pandang Gerak/ Keterbuka Penalar- Penguasaan an an suara -an mimik -an an topik
Keterangan: A= Sangat Baik B= Baik C= Cukup D= Kurang Burhan Nugiyantoro (Diah Wilandari, 2014) mengungkapkan bahwa model penilaian kemampuan berbicara peserta didik dapat saja disusun 21
sendiri dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Hal ini menjadi acuan peneliti untuk mempertimbangkan penyusunan penilaian dengan aspek dan besar skor tiap aspek yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Berdasarkan referensi dari para ahli dan penjelasan sebelumnya, peneliti menyusun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penilaian. Penilaian tidak hanya mengacu pada aspek kebahasaan saja namun aspek non kebahasaan juga akan mempengaruhi penilaian keterampilan berbahasa. Aspek kebahasaan yang akan diperhitungkan dalam penilaian keterampilan berbicara adalah sebagai berikut. 1) pengucapan vokal dan konsonan, 2) struktur kalimat, 3) tekanan / intonasi, 4) pilihan kata, Aspek non kebahasaan yang juga akan menjadi pertimbangan dalam penilaian adalah sebagai berikut. 1) kepercayaan diri siswa dalam melakukan kegiatan berbicara, 2) kelancaran berbicara, 3) gerakan dan mimik wajah, dan 4) penalaran. Dari penjabaran tersebut kemudian dituangkan dalam tabel sebagai berikut.
22
Tabel 3. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No. Aspek Kriteria 1. Pengucapan Pengucapan vokal dan konsonan sudah jelas Vokal dan dan tepat di semua kata atau kalimat. Konsonan Terdapat pengucapan vokal dan konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara. Terdapat pengucapan vokal dan konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara. Pengucapan vokal dan konsonan belum jelas dan tepat. 2. Struktur Struktur kalimat sudah tepat dan efektif di Kalimat keseluruhan praktik berbicara. Terdapat struktur kalimat yang belum tepat dan belum efektif tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara Terdapat struktur kalimat yang belum tepat dan belum efektif tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara Struktur kalimat belum tepat dan belum efektif. 3. Tekanan Tekanan berbicara pada semua kata atau kalimat sudah tepat dan wajar Masih terdapat sebagian kecil tekanan berbicara yang belum tepat dan wajar. Masih terdapat sebagian besar tekanan berbicara yang belum tepat dan wajar. Tekanan berbicara belum tepat dan wajar. 4. Pilihan Kata Pilihan kata sudah sesuai dan variatif Pilihan kata sudah sesuai namun kurang variatif Terdapat pilihan kata yang belum sesuai Pilihan kata belum sesuai 5. Kepercaya- Percaya diri tinggi dan berani an Diri mengungkapkan gagasannya secara lisan Percaya diri dan keberanian masih kurang dalam mengungkapkan gagasannya di depan kelas Belum percaya diri dan belum berani mengungkapkan gagasannya di depan kelas 6. Kelancaran Sudah dapat berbicara dengan lancar saat Berbicara praktik berbicara Masih terdapat bagian yang kurang lancar saat praktik berbicara 23
Skor 15 10
5 1 15 10
5 1 15 10 5 1 15 10 5 1 10 5 1 10 5
7.
8.
Gerakan dan Mimik Wajah
Penalaran
Belum dapat berbicara dengan lancar Gerakan tubuh dan mimik wajah sudah sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan Gerakan tubuh dan mimik wajah masih belum sesuai di bagian tertentu Gerakan tubuh dan mimik wajah tidak sesuai dengan topic yang dibicarakan Penalaran dalam mengungkapkan gagasan sudah tepat Penalaran dalam mengungkapkan gagasan kurang tepat Penalaran dalam mengungkapkan gagasan belum tepat
1 10 5 1 10 5 1
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script 1.
Model Pembelajaran Seperti yang telah diungkapkan dalam penjelasan pembelajaran sebelumnya bahwa kegiatan pembelajaran haruslah dirancang sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi suatu kelas. Hal ini ditujukan agar tercipta atmosfer belajar yang tepat sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan hal tersebut maka tahap penentuan dan perancangan model pembelajaran merupakan langkah yang penting untuk diperhatikan.
Dalam
pembelajaran
terdapat
banyak
model-model
pembelajaran yang dapat menjadi pilihan guru untuk menentukan model yang dirasa sesuai dengan kondisi dan jenis pembelajaran yang akan dilakukan. Menurut Nunuk & Leo (2012) model pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi empat berikut ini. a. Model Pembelajaran Kontekstual 1) Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
24
Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) menurut Nurhadi dalam Nunuk & Leo (2012) merupakan model pembelajaran yang mendorong guru untuk mengkaitkan materi pelajaran yang diajarkan dengan keadaan dunia nyata siswa. Zainal Aqib (2013) mengungkapkan hal ini didasari pada pemikiran bahwa “anak akan belajar lebih baik jika berada di lingkungan alamiah dan akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya sekedar mengetahuinya.” Lebih lanjut ia menjelaskan dalam bukunya bahwa model pembelajaran ini digunakan untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan mengkaitkan materi tesebut dalam konteks kehidupan mereka seharihari. Beberapa pembelajaran
penjelasan
mengenai
pengertian
kontekstual
tersebut
menekankan
tentang model bahwa
pada
hakikatnya siswa akan merasa lebih mudah memahami sesuatu jika hal tersebut berada di lingkungannya sendiri ataupun dia mengalami sendiri. 2) Komponen-Komponen Model Pembelajaran Kontekstual Menurut Wina Sanjaya dan Agus Suprijono dalam Nunuk & Leo (2012) model pembelajaran kontekstual terdiri dari tujuh komponen utama yaitu contructivism, questioning, inquiry, learning community, modeling, reflection, dan authentic assessment. a)
Contructivism 25
Contructivism
atau
kontruktivisme
membangun
pemahaman
pengalaman.
Perlu
mereka
ditekankan
pada
merupakan sendiri proses
proses
berdasarkan ini
bahwa
pembelajaran harus dikemas agar siswa mengkontruksikan bukan hanya sekedar menerima pengetahuan. b) Inquiry Secara singkat Inquiry dapat diartikan sebagai proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Hal ini didasarkan pada pencarian dan penemuan secara sistematis. c)
Questioning Questioning atau bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran ini karena dengan bertanyalah pengetahuan dapat berkembang dan pengontruksian pengetahuan menjadi lebih baik.
d) Learning Community Komponen ini menekankan bahwa bekerja sama dengan orang lain dalam kegiatan sharing ataupun memecahkan suatu masalah lebih baik dari pada sendiri. Dengan kegiatan bertukar pengalaman dan berbagi ide tersebut maka pembelajaran diharapkan lebih berkembang dan efektif. e) Modeling Permodelan
merupakan
kegiatan
pembelajaran
dengan
memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. f)
Reflection 26
Pada komponen ini merupakan mengevaluasi kembali peristiwa pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan adanya proses
refleksi
ini
diharapkan
siswa
lebih
memahami
pembelajaran yang telah dipelajari. g) Authentic Assessment Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
b. Model Pembelajaran Quantum Nunuk & Leo (2012) dalam bukunya mengungkapkan bahwa “pembelajaran quantum merupakan campuran dari berbagai teori dan pandangan psikologi kognitif dan temuan-temuan empiris yang diperoleh de Porter.” Teori-teori yang termasuk dalam dasar teori model pembelajaran quantum yaitu: 1) teori otak kiri dan otak kanan, 2) teori kecerdasan ganda, 3) pendidikan holistik, 4) belajar berdasarkan pengalaman, 5) belajar dengan simbol, dan 6) simulasi. c. Model Cooperative Learning 1) Pengertian Model Cooperative Learning Model Cooperative Learning adalah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang ada dalam proses pembelajaran yang ada sekarang. Cooperative Learning dalam bahasa Indonesia berarti pembelajaran kooperatif, secara harafiah berarti pembelajaran yang 27
membutuhkan sikap kooperatif atau bekerja sama dalam melakukan kegiatan tertentu. Roger, dalam Miftahul (2014:29) menyatakan “coopertive learning is group learning activity organized in such away that learning is based on the socially structured change of information between learn-ers in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others” Pernyataan tersebut berarti pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggotaanggota yang lain. Pembelajaran kooperatif dapat juga diartikan sebagai suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama proses pembelajaran. Hal tersebut dikemukakan oleh Sunal dan Hans dalam Isjoni (2013: 15). Definisi lain tentang model pembelajaran kooperatif diungkapkan oleh Isjoni (2013) yang mengungkapkan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan salah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.” Perlu digarisbawahi bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya
sekedar
belajar
kelompok 28
saja
namun
juga
harus
memperhatikan komposisi siswa yang terdapat dalam kelompok tersebut. Anita Lie (2004) menegaskan kembali dengan pernyataan bahwa “pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok.” Dalam pembelajaran tersebut terdapat unsur-unsur yang membedakan sehingga pembagian kelompok tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Tidak dipungkiri memang jika anak lebih nyaman jika bekerja dengan teman yang dekat dengan dia namun hal ini tidaklah baik untuk proses sosial dan perkembangannya juga. Hal tersebut diungkapkan berdasarkan pernyataan Scott Gordon dalam Anita Lie (2004: 41) yang mengungkapkan bahwa “pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan yang sepadan dan membuat jarak dengan yang dianggap berbeda.” Hal ini akan menghambat kesempatannya dalam mengembangkan wawasan dan memperkaya diri karena dalam kelompok homogeny tidak banyak perbedaan yang terjadi. Perlu dipahami kembali bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok tradisional. Jumanta (2014: 64) menjelaskan beberapa perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kelompok tradisional. Perbedaan pertama ialah dalam pembelajaran kooperatif terdapat ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memotivasi sehingga ada interaksi promotif. Sementara itu pada pembelajaran kelompok tradisional guru sering 29
membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Selain itu bila dilihat dari akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif memuat hal tersebut dalam proses pengerjaan tugasnya yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap kelompok. Dalam pembelajaran kelompok tradisional hal ini sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong salah seorang anggota kelompok. Proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar dipantau secara langsung dari awal hingga akhir oleh guru pada model pembelajaran kooperatif. Selain itu dalam model pembelajaran kooperatif penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal. Seperti yang telah diungkapkan di atas, maka model pembelajaran tersebut tidak hanya bertujuan untuk kepentingan kelompok saja. Lebih jelas, tujuan dari kelompok pembelajaran kooperatif yang diungkapkan oleh Johnson dan David W. (2012) adalah agar masingmasing anggota kelompok menjadi seorang individu yang lebih kuat. Dalam model pembelajaran ini siswa didorong untuk belajar bersamasama dan berinteraksi secara maksimal saat bekerja kelompok supaya selanjutnya mereka dapat menunjukkan performa yang lebih baik sebagi individu. Teori-teori mengenai model pembelajaran kooperatif yang telah diungkapkan di atas memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Merujuk pada hal tersebut model pembelajaran kooperatif dapat 30
diartikan sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan pada kerja sama antar individu dalam kelompok kecil yang tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan tugas namun juga diperhatikan perilaku siswa selama proses belajar kelompok agar masing-masing anggota memiliki kompetensi yang merata dan lebih berkembang. 2) Komponen-Komponen Model Cooperative Learning Pada dasarnya pelaksanaan model cooperative learning haruslah memuat unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajara tersebut. Model pembelajaran tersebut memiliki empat unsur yang diungkapkan oleh Jumanta (2014) yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, upaya belajar, dan tujuan yang harus dicapai. Tanpa adanya keempat unsur tersebut pelaksanaan model cooperative learning akan terganggu dan tidak berjalan optimal. Model cooperative learning mempunyai komponen-komponen dalam pelaksanaan pembelajarannya. Terdapat dua komponen pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2013) yaitu: a)
cooperative task atau tugas kerja sama yang berfokus pada tanggung jawab pada tugas masing-masing individu, dan
b) cooperative incentive structure atau struktur insentif kerja sama yang melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama kelompok tersebut. Kedua komponen tersebut berkolerasi pada penjelasan pengertian model pembelajaran kooperatif sebelumnya. Komponen tersebut 31
menekankan pada kerja sama yang perlu diperhatikan pada proses pencapaian tujuan kelompok belajar dan juga cara kerja masingmasing individu dalam menyelesaikan bagiannya dalam kelompok tersebut. Lebih rinci lagi Johnson dan David W (2012) menjelaskan komponen-komponen esensial pembelajaran kooperatif. Terdapat lima komponen
esensial
dalam
pembelajaran
tersebut,
yaitu
interdependensi positif, interaksi promotif bertatap muka, tanggung jawab personal, keterampilan antar pribadi dan kelompok kecil, dan proses kelompok. Pertama adalah interdependensi positif yang bisa juga disebut saling ketergantungan positif. Komponen tersebut menegaskan bahwa keberhasilan yang satu tergantung dari keberhasilan yang lain. Kerja sama antar kelompok sangat dibutuhkan dalam model pembelajaran ini agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Interaksi promotif bertatap muka merujuk pada para siswa yang saling memfasilitasi keberhasilan satu sama lain. Kelompok diberi kesempatan untuk bertemu dan melakukan sharing atau diskusi yang berkaitan dengan permasalahan atau penyusunan strategi dalam penyelesaian tugas yang diberikan. Seperti yang telah disinggung dalam penjelasan sebelumnya bahwa setiap individu dalam kelompok mempunyai tugas masingmasing yang harus diselesaikan demi menunjang penyelesaian tugas 32
kelompok. Hal ini merujuk pada komponen yang ketiga yaitu tanggung jawab personal. Tanggung jawab personal merupakan komponen yang penting untuk diperhatikan karena jika salah satu anggota tidak maksimal dalam mengerjakan tugas individu maka akan mengganggung penyelesaian pada tugas kelompok. Seperti yang telah diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa orang dalam kelompok. Hal ini menjadikan proses sosial atau keterampilan bersosialisasi menjadi perlu diperhatikan. Komponen keterampilan antar pribadi dan kelompok kecil sangat berpengaruh dalam kelompok karena semakin tinggi skill sosial para siswa dan semakin besar perhatian guru dalam memberikan reward atas penggunaan keterampilan-keterampilan sosial tersebut, semakin besar pencapaian
yang
diharapkan
di
dalam
kelompok-kelompok
pembelajaran kooperatif. Komponen yang terakhir adalah proses kelompok. Pemrosesan kelompok didefinisikan sebagai perenungan terhadap sesi kerja kelompok. Dalam kegiatan ini terjadi proses evaluasi untuk menggambarkan tindakan-tindakan anggota manakah yang harus dilanjutkan atau diubah. Hal ini dilakukan untuk perbaikan dan pengoptimalisasian kerja kelompok yang akan dilakukan selanjutnya. Unsur-unsur atau komponen-komponen yang dijelaskan di atas tentu saja merupakan hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan 33
melaksanakan model pembelajaran kooperatif. Hilangnya salah satu dari komponen tersebut akan membuat pembelajaran model ini akan pincang dan tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. 3) Manfaat Model Cooperative Learning Model pembelajaran kooperatif tentunya juga mempunyai manfaat jika dilaksanakan dalam pembelajaran. Dalam Miftahul (2014), Sadker dan Sadker menjelaskan bahwa model pembelajaran tersebut mempunyai manfaat yang besar dalam pembelajaran, di antaranya adalah sebagai berikut. a)
siswa yang belajar dengan struktur kooperatif akan memiliki hasil pembelajaran yang lebih tinggi karena ia akan terbantu dengan adanya kerja sama tim,
b) siswa akan memiliki sikap penghargaan diri yang lebih tinggi dan akan termotivasi untuk belajar, c)
dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih peduli dengan temannya dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif, dan
d) dapat meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap temantemannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda. Senada dengan penjelasan Sadker dan Sadker, berdasarkan penelitian Slavin dalam
Rusman (2013)
menyatakan bahwa
“penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan 34
hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain.” Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dari jabaran tentang manfaat pembelajaran di atas dapat kita pahami bahwa model pembelajaran kooperatif ini sangatlah menguntungkan bila diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di berbagai mata pelajaran. Tidak hanya membantu siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran namun juga mengasah soft skill lain yang dapat membuat diri siswa lebih berkembang seperti keterampilan bersosialisasi, berpikir kritis, dan bekerja sama antar anggota. 4) Jenis-Jenis Model Cooperative Learning Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak jenis di dalamnya. Masing-masing model yang terdapat dalam model kooperatif ini memiliki ciri tersendiri yang membedakan antara satu model dengan model yang lain. Struktur atau model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh para ahli dirangkum
oleh
Warsono dan Hariyanto (2013) dalam bukunya, diantaranya adalah model pembelajaran Jigsaw. Struktur model pembelajaran ini dikembangkan oleh Elliot Aronson yang bertujuan untuk mendorong siswa untuk terbiasa berpikir dari bagian-bagian menuju ke pemikiran
35
yang bersifat holistik dengan melihat keterpaduan antar bagian yang membentuk suatu bahan ajar secara utuh. Selain model pembelajaran pembelajaran
Jigsaw terdapat
pula model
student teams-achievement division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin. Dalam model pembelajaran ini siswa dibiasakan untuk bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan suatu masalah, tetapi pada akhirnya bertanggung jawab secara mandiri. Selain mengembangkan model pembelajaran STAD, Robert Slavin juga mengembangkan model pembelajaran teams game tournament (TGT). Aktivitas dalam model pembelajaran tersebut mendorong siswa untuk bermain sambil berpikir. Siswa akan bekerja sama dalam suatu kelompok dan berkompetisi dengan kelompok yang lain. Team accelerated instruction atau team assisted individualization (TAI) merupakan jenis model pembelajaran kooperatif lainnya yang bersifat khusus. Maksud khusus di sini adalah bahwa model pembelajaran ini hanya bisa digunakan untuk mata pelajaran matematika khususnya aritmatika. Struktur model pembelajaran TAI tersebut
menggabungkan
model
pembelajaran
kooperatif
dan
pengajaran klasikal berbasis individual. Ahli lain, Casal juga mengembangkan model pembelajaran kooperatif yang bersifat khusus yaitu cooperative integrated reading 36
and composition (CIRC). Model pembelajaran ini dikembangkan dalam pembelajran bahasa Indonesia teruatama dalam pembelajaran membaca. Kembali lagi pada model pembelajaran kooperatif yang bersifat fleksibel diterapkan dalam mata pelajaran apapun, terdapat model pembelajaran berpikir-berpasangan-berbagi (think pair share). Siswa didorong untuk terbiasa berpikir mandiri pada awalnya, kemudian bekerja secara berpasangan. Jenis model pembelajaran kooperatif yang selanjutnya adalah model pembelajaran catatan kooperatif atau cooperative script. Penelitian ini akan berfokus pada model pembelajaran cooperative script sebagai model pembelajaran yang akan diterapkan. Lebih lanjut lagi akan dijelaskan seluk beluk model pembelajaran cooperative script pada bahasan selanjutnya sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan.
2.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script Model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script merupakan salah satu jenis dari model cooperative learning. Sama seperti jenis model pembelajaran kooperatif yang lain, model pembelajaran ini membutuhkan kerja sama tim dalam pelaksanaannya.
37
Secara teknis model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script seperti yang diungkapkan oleh Zainal Aqib (2013) adalah “model pembelajaran di mana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.” Seperti yang telah diungkapkan dalam definisi tersebut pada dasarnya model pembelajaran ini hanya membutuhkan dua orang dalam satu kelompok kecil. Dalam kelompok kecil tersebut siswa diharapkan lebih fokus dan lebih optimal pada saat melakukan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Densereau dalam Shoimin (2014) bahwa skenario dari pembelajaran cooperative script akan membuat setiap siswa mempunyai peran saat diskusi berlangsung. Tentu saja seperti yang telah diungkapkan
di
atas
hal
ini
akan
menunjang
siswa
dalam
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang bersangkutan dengan pembelajaran tersebut dengan lebih optimal. Lebih rinci lagi, Warsono dan Hariyanto (2013) menjelaskan bahwa model
pembelajaran
tersebut
akan
membiasakan
siswa
untuk
mendengarkan orang lain yang berbicara dengan penuh perhatian serta terbiasa membuat resume berdasarkan suatu konsep dari gagasannya sendiri yang kemudian diungkapkan secara lisan pada pasangannya dalam kelompok. Aktivitas tersebut membutuhkan fokus yang tinggi dari masing-masing siswa agar tidak terjadi miskonsepsi saat mengungkapkan gagasannya ataupun pada saat memberikan feedback suatu pernyataan teman sekelompoknya. 38
Model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script adalah pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas. Pemikiran yang diungkapkan Aris Shoimin (2014) tersebut mengarah pada kenyataan bahwa model pembelajaran ini juga melibatkan hal hal yang berdekatan dengan siswa. Konsepsi seperti ini tentunya akan memberikan dampak yang bagus karena siswa akan lebih mudah dalam menangkap isi dari sebuah bacaan maupun pernyataan dan juga dalam mengungkapkan pemikiran-pemikirannya terhadap persoalan yang didapatkannya. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran diharapkan akan lebih tinggi pada saat diterapkannya model pembelajaran cooperative script. Sholeh Hamid (2011) berpendapat bahwa model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa karena siswa akan berbicara dengan lawan bicaranya secara langsung dan akan mendapatkan respon langsung dari lawan bicaranya ketika membahas sebuah tema maupun materi pembelajaran yang diajukan oleh guru mereka. Penjelasan-penjelasan dari para ahli di atas tentu saja dapat menjadi acuan dalam praktik pembelajaran model cooperative script dalam suatu pembelajaran.
Dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran
cooperative script adalah suatu model pembelajaran yang meminta siswa 39
untuk bekerja sama secara berpasangan dan mengungkapkan gagasan masing-masing secara bergantian secara lisan untuk memahami suatu bacaan atau materi pembelajaran tertentu dalam suatu pembelajaran.
b. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script Penerapan model pembelajaran cooperative script dalam suatu pembelajaran sudah barang tentu perlu dirancang sedemikian rupa agar dalam pelaksanaannya lancar dan sesuai yang diharapkan. Densereau (Warsono dan Hariyanto, 2013) “model pembelajaran ini tidak memerlukan pengaturan kelas khusus karena setiap siswa dapat bekerja sama dengan teman sebangukunya atau siswa lain yang berdekatan.” Sebelum menerapkan model pembelajaran tersebut perlu dipahami tentang seluk beluk dari model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dan kemudian disusun langkah-langkah dalam penerapannya. Aris Shoimin (2014) menyusun sintaks atau langkah-langkah penerapan model cooperative script sebagai berikut. 1) Guru meminta siswa untuk berpasangan. 2) Guru membagikan wacana atau materi kepada setiap siswa untuk dibaca kemudian membuat kesimpulan atau ringkasan terhadap materi tersebut. 3) Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siswa yang berperan sebagai pendengar. 40
4) Sesuai kesepakatan, siswa yang menjadi pembicara membacakan ringkasan atau prosedur pemecahan masalah selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya tersebut. 5) Siswa yang bertugas menjadi pendengar menyimak, mengoreksi, atau menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap. Selain itu, pendengar juga membantu mengingat atau menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 6) Pasangan tersebut kemudian bertukar peran, yang semula menjadi pembicara ditukar menjadi pendengar, kemudian melakukan hal yang sama seperti langkah sebelumnya. 7) Setelah selesai, siswa bersama dengan guru merumuskan kesimpulan dari materi yang telah dibahas tersebut. 8) Penutup. Langkah-langkah yang telah dipaparkan tersebut sudah tentu dapat diterapkan diberbagai mata pelajaran. Penyusunan langkah-langkah model pembelajaran cooperative script tersebut memiliki fleksibilitas sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan pada masingmasing pembelajaran.
c. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script
41
Sebagaimana
model
pembelajaran
pada
umumnya,
model
pembelajaran kooperatif tipe cooperative script memiliki keunggulan jika digunakan dalam proses pembelajaran. Aris Shoimin (2014: 51) menjelaskan beberapa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dalam bukunya. Menurutnya kelebihan model pembelajaran tersebut yang pertama adalah melatih pendengaran, ketelitian, dan kecermatan. Kelebihan dalam hal pendengaran didapatkan ketika siswa menjadi pendengar dan menyimak penjelasan yang diungkapkan oleh pembicara. Pendengaran terlatih karena siswa didorong untuk dapat memahami dan memberikan feedback untuk pembicara. Ketelitian dan kecermatan dapat didapatkan ketika siswa menjadi pembicara maupun pendengar. Ketika menjadi pembicara siswa harus teliti dan cermat dalam menemukan pokok-pokok untuk merangkum bacaan dan juga dalam menuangkan gagasan-gagasan yang akan disampaikan secara lisan. Kelebihan lain dari model pembelajaran ini adalah setiap siswa mendapat peran. Jumlah anggota kelompok yang hanya dua orang atau berpasangan membuat siswa untuk dapat selalu terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Siswa akan terus menerus dibiasakan untuk berdiskusi dan mengungkapkan gagasan-gagasannya secara lisan bersama dengan pasangannya. Hal ini akan sangat berguna bagi perkembangan keterampilan anak terutama pada pembelajaran keterampilan berbicara.
42
Ketika siswa berperan menjadi pendengar atau penyimak siswa akan terlatih dalam mengungkapkan kesalahan orang lain. Mengungkapkan kesalahan orang lain adalah hal yang tidak semua orang yang dapat melakukannya dengan mudah. Hal tersebut perlu pembiasaan agar selanjutnya siswa akan lebih kritis dalam menghadapi situasi apapun.. Kelebihan yang diungkapkan oleh ahli di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa model pembelajaran cooperative script memiliki kelebihan dalam pelaksanaannya. Kelebihan tersebut antara lain melatih pendengaran, ketelitian, kecermatan, setiap siswa mendapt peran, melatih mengungkapkan kesalahan orang lain.
d. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script pada Pembelajaran Keterampilan Berbicara Seperti yang telah dibahas di atas, pembelajaran keterampilan berbicara merupakan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan kegiatan praktik dalam pelaksanaannya. Hal ini disebabkan karena keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang diasah dan dikembangkan melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan secara praktis oleh seluruh siswa. Perlu ditekankan bahwa pembelajaran berbicara harus melibatkan seluruh siswa dalam pembelajarannya agar kemampuan berbicara siswa merata. Inovasi
dan
perbaikan-perbaikan
dalam
menerapkan
model
pembelajaran pada pembelajaran berbicara perlu dilakukan agar 43
pembelajaran tersebut berjalan dengan efektif. Salah satu model pembelajaran
yang
sesuai
jika
diterapkan
pada
pembelajaran
keterampilan berbicara adalah model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script yang telah dijabarkan pada poin sebelumnya. Pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa dalam praktik berbicara yang dilakukan secara berpasangan. Aris Shoimin (2014) telah menjabarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe cooperative script. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dijabarkan ahli di tersebut, peneliti membuat sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut. 1) Siswa diberikan apersepsi berupa tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari hari tersebut dan merangsang siswa untuk berbicara. 2) Siswa diberikan materi dan diberikan contoh cara menyampaikan gagasannya secara lisan dengan benar. 3) Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk kelompok dengan teman sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya. 4) Masing-masing
siswa
mendapatkan
sebuah
bacaan
tentang
permasalahan di lingkungan sekitarnya sebagai topik yang akan dibicarakan masing-masing siswa.
44
5) Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan. 6) Siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang memuat rangkuman berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri untuk menjadi acuan saat praktik berbicara mengenai topik dari bacaan tersebut. 7) Siswa diminta untuk berbicara mengenai topik yang sudah dibaca dan dipahami dengan teman kelompoknya masing-masing. 8)
Salah satu siswa dalam kelompok berbicara terlebih dahulu dan siswa yang lain dalam kelompok tersebut bertugas menjadi pendengar yang memberikan masukan atau tanggapan secara lisan dari topik yang dibicarakan teman sekelompoknya tersebut.
9) Siswa bertukar peran, yang sebelumnya berbicara menjadi pendengar, begitu sebaliknya. Setelah bertukar peran, kelompok melakukan aktivitas sama seperti sebelumnya. 10) Setiap kelompok merangkum hasil praktik berbicara dan tambahan tanggapan dalam kelompok lalu melakukan praktik berbicara di depan kelas. 11) Siswa bersama dengan guru memberikan tanggapan tentang praktik berbicara siswa di depan kelas dan membahas konten pembicaraan berdasarkan topik yang dibicarakan.
45
12) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan dari materi yang dipelajari pada hari tersebut. Sintaks yang disusun oleh peneliti tersebut sesuai bila digunakan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada pembelajaran keterampilan berbicara. Pada langkah-langkah tersebut, pembelajaran banyak menggunakan aktivitas berbicara dalam proses pelaksanaannya.
C. Karakteristik Siswa Kelas V SD 1.
Karakteristik Fisik Siswa Kelas V SD Setiap jenjang kehidupan manusia tentu saja mempunyai ciri yang berbeda-beda. Karakteristik anak dengan karakteristik orang dewasa tentunya sangatlah berbeda karena ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Masa anakanak adalah masa-masa yang rentan dan butuh perhatian khusus. Jahja (2011: 183) dalam bukunya menjelaskan bahwa “usia anak yang termasuk dalam masa anak-anak adalah usia enam sampai dua belas tahun”. Siswa kelas V SD rata-rata berumur sebelas tahun dan tentu saja siswa kelas SD termasuk dalam masa anak-anak. Berdasarkan hal tersebut tentu saja karakteristik siswa kelas V SD merupakan karakteristik masa anak-anak. Terdapat berbagai karakteristik siswa kelas V SD yang diungkapkan oleh Jahja (2011). Karakteristik fisik pada akhir masa anak-anak antara lain adalah sebagai berikut. 1) tinggi badan rata-rata anak perempuan adalah 58 inci sementara laki-laki rata-rata 57,5 inci, 46
2) berat badan perempuan berkisar 88,5 pon dan laki-laki 85,5 pon, 3) perbandingan tubuh berubah, 4) kurangnya perhatian terhadap penampilan, dan 5) gigi berjumlah 22 buah.
2.
Karakteristik Keterampilan Sosial Siswa Kelas V SD Berlanjut pada karakteristik berikutnya yaitu yang bersangkutan dengan keterampilannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak usia sekitar 11 tahun telah mempunyai keterampilan menolong diri sendiri, keterampilan menolong orang lain, keterampilan sekolah, dan keterampilan bermain. Pengelompokan sosial yang terjadi pada masa anak-anak juga mempunyai ciri tersendiri. Dalam usia ini masing-masing siswa membentuk kelompok bermain. Dalam membentuk kelompok siswa lebih cenderung memilih teman dari kelasnya sendiri dan memilih status yang mereka senangi pada kelompok sosial. Akibat adanya kelompok bermain ini, siswa biasanya memperlakukan berbeda pada teman yang bukan termasuk anggota kelompoknya namun karena psikologis siswa masih labil, persahabatan mereka jarang ada yang tetap. Melihat dari sudut pandang minat dan kegiatan bermain, pada akhir masa anak anak cenderung memilih untuk melakukan permainan olahraga dan bermain konstruktif. Mereka cenderung membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa memikirkan manfaatnya. Selain itu anak menyukai kegiatan menjelajah yang biasanya dilakukan bersama temannya. 47
Ciri lainnya adalah siswa gemar mengumpulkan benda tertentu yang ia sukai sebagai kepuasan tersendiri.
3.
Karakteristik Siswa menurut Sudut Pandang Orang Lain Selain karakteristik yang disebutkan di atas, Jahja (2011: 203) mengungkapkan karakteristik anak berdasarkan sudut pandang dari orang lain. Label yang digunakan para orang tua pada anak-anak mereka dalam masa akhir anak-anak adalah bahwa mereka menganggap periode ini sebagai usia tidak rapi di mana anak cenderung tidak memperdulikan sekelilingnya dan ceroboh dengan penampilannya sendiri. Menurut pandangan seorang pendidik pada masa ini siswa diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan selanjutnya. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai periode kritis di mana anak membentuk suatu kebiasaan yang berpengaruh pada prestasinya. Ahli psikologi mengungkapkan bahwa masa ini merupakan suatu masa yang menunjukan perhatian utama anak akan tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebayanya sebagai anggota kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Usia bermain menjadi alasan periode ini disebut sebagai usia bermain karena luasnya minat dan kegiatan bermain, bukan hanya karena banyak waktu untuk bermain.
48
D. Perkembangan Siswa Kelas V SD Pada umumnya, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupannya. Sejak manusia dilahirkan, ia berproses sesuai dengan tingkatan usianya. Perkembangan di setiap jenjang usia pun mempunyai ciri tersendiri, begitu pula dengan siswa kelas V SD. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, siswa kelas V SD termasuk dalam masa anak-anak. Perkembangan anak-anak telah dibagi menjadi empat macam oleh Jahja (2011:
183),
yaitu
perkembangan
fisik,
perkembangan
kognitif,
perkembangan emosi dan perkembangan psikososial. 1.
Perkembangan Fisik Siswa Kelas V SD Perkembangan fisik merupakan perkembangan yang ditandai dengan berkembangnya keterampilan motorik kasar dan motorik halus, seperti tinggi badan, berat badan, perkembangan otak, dan perkembangan motorik (berjalan, berlari, menulis, menggambar, dan lain-lain).
2.
Perkembangan Kognitif Siswa Kelas V SD Perkembangan kognitif merupakan perkembangan kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik. Hal ini akan membuat anak berkembang menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
3.
Perkembangan Emosi Siswa Kelas V SD Tipe perkembangan selanjutnya adalah perkembangan emosi. Emosi memiliki pengaruh terhadap perilaku dan perubahan fisik anak. Emosi 49
mampu memperkuat semangat apabila anak merasa senang atau puas atas hasil yang dicapai, namun emosi juga dapat melemahkan semangat apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbul rasa putus asa. Selain hal tersebut ketegangan emosi juga dapat menghambat konsentrasi belajarnya dan apabila terjadi rasa cemburu atau iri hati, hal ini akan mengganggu penyesuaian sosialnya. Suasana emosional yang dialami anak akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, maka dari itu perkembangan emosi anak perlu lebih diperhatikan agar dapat menunjang perkembangan-perkembangan yang lain. 4.
Perkembangan Psikososial Siswa Kelas V SD Perkembangan masa anak-anak yang terakhir adalah perkembangan psikososial. Perkembangan psikososial yang terjadi pada masa anak-anak diantara adalah permainan, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman
sebaya,
perkembangan
gender,
dan
perkembangan
moral.
Perkembangan psikososial merupakan aspek yang tidak kalah penting dari perkembangan-perkembangan yang lain. Hal ini dikarenakan perkembangan ini akan sangat berpengaruh dengan proses sosial siswa dan perilaku-perilaku yang ditimbulkan dari dampak perkembangan-perkembangan yang didapat anak.
5.
Perkembangan Bahasa Siswa Kelas V SD Pada dasarnya Henry G. Tarigan (1985:1) mengungkapkan bahwa dalam keterampilan berbahasa terdapat empat komponen yaitu, keterampilan 50
menyimak atau listening skill, keterampilan berbicara atau speaking skill, keterampilan membaca atau reading skill, dan keterampilan menulis atau writing skill. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar sudah tentu keempat keterampilan tersebut harus dipelajari dengan baik. Hal tersebut dikarenakan keempat keterampilan tersebut tidak hanya akan digunakan di pelajaran bahasa Indonesia saja namun juga akan digunakan untuk semua mata pelajaran yang terdapat di sekolah dasar. Keempat keterampilan bahasa tersebut merupakan keterampilan yang akan langsung dipraktikan dalam kehidupan siswa sehingga siswa harus benar-benar matang dalam menguasai keterampilan bahasa Indonesia tersebut. Bila salah satu keterampilan bahasa tersebut tidak dikuasai dengan baik maka akan mengganggu berbagai aspek kehidupan siswa. Singgih D. Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa dan berpikir anak dapat sebagai alat komunikasi dan untuk memahami dunianya. Kemampuan berbahasa lisan pada anak akan berkembang karena selain terjadi oleh pematangan dari organ-organ bicara dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan ikut membantu mengembangkannya. Yudrik Jahja (2011) mengungkapkan bahwa “dalam masa usia anak-anak perkembangan bahasa akan berkembang sangat cepat.” Hal ini disebabkan karena anak telah mengenal sejumlah nama-nama dan hubungan antara simbol-simbol yang ada disekelilingnya. Anak sudah dapat membedakan berbagai benda di sekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara bendabenda tersebut. 51
Keempat macam perkembangan yang terjadi pada masa anak-anak tersebut harus senantiasa dipantau dan diarahkan dengan baik. Hal ini dilakukan agar perkembangan anak tidak terganggu dengan hal-hal yang tidak diinginkan dan akan mengoptimalkan perkembangannya.
6.
Perkembangan Berbicara Siswa Kelas V SD Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipelajari dalam sekolah dasar. Pengembangan keterampilan berbicara yang dimulai sejak dini akan membuat keterampilan tersebut akan matang pada masa yang akan datang. Singgih D. Gunarsa (2008) mengungkapkan empat tugas yang perlu diperhatikan perkembangan bahasa siswa yaitu: 1) mengerti pembicaraan orang lain, 2) menyusun dan menambah perbendaharaan kata, 3) menggabungkan kata menjadi kalimat, dan 4) pengucapan yang baik dan benar. Siswa kelas V SD yang masuk dalam masa anak-anak mengalami kemajuan dalam kegiatan berbicara dari masa sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh Jahja (2011) dalam bukunya. Kemajuan berbicara pada siswa kelas V SD ini ditandai dengan bertambahnya kosa kata yang dikuasai karena dipengaruhi oleh lingkungan anak. Siswa yang perkembangan berbicaranya bagus akan mengalami kesalahan pengucapan yang lebih sedikit dari sebelumnya. Selain itu pembentukan kalimat yang akan digunakan siswa 52
menjadi lebih panjang meskipun belum teratur dan masih terpotong-potong. Pelatihan konsentrasi di sekolah juga menjadi faktor kemajuan berbicara dalam pengertian. Dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Pica dan Doughty dalam Ghazali (2010), mendapati bahwa sifat dari tugas pembelajaran dalam sebuah kelompok adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap jenis dari polapola wacana yang digunakan siswa. Dari temuan tersebut dapat diperkirakan bahwa kegiatan kerja kelompok harus dihubungkan dengan tugas-tugas yang menggunakan fungsi sosial dari bahasa. Dengan diberlakukannya sistem tersebut pembelajaran keterampilan berbicara tidak hanya dapat dilaksanakan pada mata pelaaran bahasa Indonesia saja namun juga dapat secara eksplisit dipelajari di berbagai mata pelajaran lain. Hal ini tentu saja berlaku juga jika diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas V SD.
E. Penelitian yang Relevan Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian lain yaitu penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script”. Penelitian tersebut disusun oleh Laili Nur Azizah, Ngadino, Matsuri (2014). Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas yang subjek penelitiannya juga siswa kelas V SD. Variabel dalam penelitian memiliki persamaan yaitu tentang keterampilan berbicara dan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script. Model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script yang diterapkan 53
pada penelitian ini adalah model pembelajaran yang baru pertama kali diterapkan di kelas tersebut, sementara pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script merupakan perbaikan dari model pembelajaran yang pernah diterapkan sebelumnya. Penelitian tersebut melaksanakan dua siklus yang setiap satu siklusnya melewati empat tahap. Setelah mengumpulkan data dan melaksanakan tahap validitas data didapatkan hasil penelitian bahwa terdapat peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script. Penelitian “Peningkatan
lain
yang
Keterampilan
relevan
adalah
Berbicara
penelitian
menggunakan
yang Model
berjudul Paired
Storytelling Siswa Kelas VA SD Negeri Demakijo 1 Sleman Yogyakarta” yang disusun oleh Tiara Ajeng Permana (2016). Model pembelajaran yang diterapkan dalam peningkatan keterampilan berbicara juga membutuhkan kerja sama antar kelompok. Pada penelitian ini model pembelajaran paired storytelling terbukti dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri Demakijo 1 Sleman Yogyakarta. Hal itu terlihat dari peningkatan skor keterampilan berbicara siswa yang semula 57,40 meningkat menjadi 73,91, dan pada siklus II meningkat kembali menjadi 79,46. F. Kerangka Pikir Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan bahasa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah formal. Keterampilan tersebut 54
sama pentingnya dengan keterampilan bahasa yang lain dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Keterampilan berbicara bukan hanya sekedar berucap secara lisan namun juga memperhatikan proses pengungkapan gagasangagasan atau ide dalam pikiran manusia. Keterampilan berbicara juga memperhatikan tata bahasa yang sesuai dengan kondisi dan situasi seseorang ketika melakukan kegiatan berbicara. Keterampilan berbicara akan sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan manusia karena pada kenyataanya cara berkomunikasi yang paling sering digunakan manusia adalah komunikasi menggunakan lisan atau berbicara. Hal ini membuat keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus dikembangkan dengan matang. Pada saat ini keterampilan berbicara kurang diperhatikan secara serius pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Porsi waktu pembelajaran berbicara yang lebih sedikit daripada pembelajaran keterampilan lain menyebabkan siswa tidak terbiasa melakukan kegiatan berbicara dan berdampak pada kurangnya kepercayaan diri siswa. Faktor lain yang membuat keterampilan berbicara tidak berjalan optimal adalah penerapan model pembelajaran cooperative script oleh guru yang masih terdapat kekurangan dari prosedur pengelompokan dan dari penerapan langkah-langkahnya. Masalah dalam keterampilan berbicara yang lain adalah ketika tidak semua siswa terlibat dalam praktik berbicara. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara semua siswa harus terlibat dalam praktik berbicara, jika pembelajaran keterampilan berbicara tidak melibatkan semua siswa dalam praktik berbicara maka yang 55
terjadi adalah perkembangan keterampilan yang tidak merata dan membuat siswa yang tidak terlibat akan terhambat perkembangannya. Mengembangkan keterampilan berbicara dapat melalui pembiasaan praktik berbicara yang melibatkan semua siswa dalam suatu kelas. Ketidakpercayaan diri siswa dapat dilatih dengan pembiasaan berbicara siswa dengan teman terdekatnya melalui kegiatan pembelajaran yang melibatkan kegiatan berkelompok. Model pembelajaran yang sesuai dengan latar belakang pemikiran tersebut adalah model pembelajaran cooperative script. Model pembelajaran tersebut melibatkan semua siswa untuk mengungkapkan gagasannya dengan lisan secara berpasangan. Siswa akan lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan berbicara karena mereka akan saling membantu satu sama lain. Hal ini tentu akan sangat membantu siswa membiasakan diri dalam kegiatan berbicara. Penggunaan model pembelajaran cooperative script ini akan membantu siswa meningkatkan keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD N Karangmojo.
56
Keterampilan Berbicara Rendah
Penerapan Model Pembelajaran kurang sempurna
Tidak melibatkan semua siswa untuk aktif berbicara
Penerapan model cooperative script
Melibatkan semua siswa dalam praktik berbicara
Siswa berlatih dan saling memberikan saran
Meningkatkan keterampilan berbicara Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir tersebut dapat diajukan hipotesis penelitian ini diharapkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V di SD N Karangmojo Bantul.
H. Definisi Operasional 1.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata atau kalimat secara lisan yang bertujuan untuk menyampaikan informasi atau
57
pesan berdasarkan pembangunan ide atau gagasan yang telah diketahui sebelumnya. 2.
Model pembelajaran cooperative script adalah suatu model pembelajaran yang meminta siswa untuk bekerja sama secara berpasangan dan mengungkapkan gagasan masing-masing secara bergantian secara lisan untuk memahami suatu bacaan atau materi pembelajaran tertentu dalam suatu pembelajaran
58
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas atau classroom action research menurut Suharsimi, dkk. (2008: 3) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Secara lebih sederhana Komaidi & Wijayati (2011: 2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas yang didasari dari penjelasan Kemmis dan McNeiff yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Maksud dari penjelasan tersebut adalah bahwa penelitian tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dan memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SD N Karangmojo yang beralamat di Karangmojo, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta.
2.
Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dalam kurun waktu dua bulan terhitung dari bulan Desember sampai dengan bulan Mei tahun 2016. Dalam kurun waktu tersebut
59
peneliti merancang dua siklus tindakan. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan tindakan pembelajaran.
C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V di SD N Karangmojo yang berjumlah 35 siswa. Siswa laki-laki berjumlah 16 dan siswa perempuan berjumlah 19. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara di kelas V SD N Karangmojo dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe
cooperative script.
D. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Suharsimi (2006: 93) seperti pada gambar dibawah ini.
60
Keterangan: Siklus I 1. Perencanaan 2. Perlakuan & Observasi 3. Refleksi Siklus II 1. Perencanaan 2. Perlakuan & Observasi 3. Refleksi
Gambar 2. Visualisasi Bagan Siklus Penelitian Menurut Kemmis dan Mc Taggart Pada gambar tersebut Kemmis dan Mc Taggart menggambarkan desain penelitian dalam bentuk siklus. Siklus tersebut diri dari dua siklus penelitian yang membentuk daur berkelanjutan. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan atau menyusun rancangan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi atau pantulan. a. Perencanaan Pada tahap awal terlebih dahulu peneliti menentukan fokus permasalahan yang akan diberi tindakan dalam penelitian berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan sebelumnya. Hal yang dilakukan selanjutnya adalah menyusun rancangan penelitian pada siklus I yaitu berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang didalamnya memuat
langkah-langkah
pembelajaran
berupa
penerapan
model
pembelajaran cooperative script yang telah dikonsultasikan dan disesuaikan dengan kondisi sekolah tersebut serta mempersiapkan media 61
pembelajaran yang diperlukan. Pada kegiatan pengamatan perkembangan pembelajaran peneliti juga menyiapkan alat pengamatan yaitu, lembar observasi, catatan harian, lembar tes, dan lain-lain. b. Pelaksanaan Peneliti melaksanakan kegiatan yang telah disusun dari perencanaan sebelumnya. Peneliti melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam tahap pelaksanaan yang menjadi fokus penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran
cooperative script pada pembelajaran keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui tiga tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Seluruh kegiatan yang dilakukan harus berdasarkan RPP yang telah disusun namun pengajar boleh memberikan sedikit improvisasi untuk menghindari kekakuan saat pembelajaran. c. Pengamatan Tahap pengamatan memang berada pada tahap ketiga namun sebenarnya pelaksanaannya bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Kegiatan pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan untuk mengamati pengaruh tindakan yang dilakukan melalui instrumen pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Dalam kegiatan pengamatan inilah peneliti dapat mengumpulkan data yang diperlukan.
62
d. Refleksi Tahap refleksi adalah tahap yang dilakukan setelah peneliti melihat hasil pengamatan yang dilakukan pada pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut peneliti akan menganalisis kegiatan yang masih perlu diperbaiki dan bagian-bagian yang perlu diberi perhatian pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Tahap refleksi ini akan menjadi acuan dalam kegiatan perencanaan pada siklus selanjutnya.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan aspek yang penting dalam penelitian. Berdasarkan teknik pengumpulan data ini peneliti akan mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan tindakan. Data didapat dari sumber data yaitu dari seluruh murid kelas V di SD N Karangmojo. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut. 1.
Tes Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes unjuk kerja atau praktik berbicara untuk melihat keterampilan berbicara siswa. Teknik pelaksanaan tes praktik berbicara ini dilakukan satu persatu oleh para siswa secara bergiliran untuk mendapatkan data yang valid dan merata.
2.
Observasi Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung. Peneliti mengobservasi proses kegiatan pembelajaran yang 63
berlangsung, keadaan dan perilaku siswa selama proses pembelajaran, dan cara guru dalam menyampaikan pembelajaran. Observasi dicatat berdasarkan instrumen observasi yang telah disiapkan sebelumnya. 3.
Dokumentasi Dokumentasi pada penelitian ini merupakan data pelengkap yang akan memperkuat data-data yang didapat dari instrumen penelitian yang lain. Dalam penelitian ini dokumentasi penelitian berupa foto dan video. Foto dibutuhkan untuk meninjau proses kegiatan pembelajaran berlangsung, sementara video dibutuhkan untuk tinjauan ulang proses paraktik berbicara yang telah dilaksanakan siswa.
F. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi Observasi
dilakukan
secara
langsung
oleh
peneliti
selama
pembelajaran berlangsung. Ada dua aspek yang menjadi fokus observasi dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu, aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran. Pedoman observasi yang disiapkan adalah sebagai berikut.
64
Tabel 4. Pedoman Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Aspek Indikator Perilaku siswa saat kegiatan 1. Siswa menjawab salam dari guru awal pembelajaran 2. Sikap siswa saat berdoa 3. Perhatian siswa terhadap apersepsi yang diberikan 4. Perhatian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dijelaskan. 5. Motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran Perilaku siswa saat kegiatan 1. Perhatian siswa terhadap inti penjelasan materi pembelajaran. 2. Keberanian siswa bertanya dan menanggapi penjelasan guru 3. Kesiapan siswa berkelompok secara berpasangan 4. Pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang dibagikan 5. Pembuatan catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi berdasarkan isi bacaan 6. Pengungkapan hasil pemikiran secara lisan dalam kelompok. 7. Pemberian kritik dan saran terhadap teman sekelompoknya 8. Rangkuman hasil diskusi siswa 9. Perhatian siswa terhadap kelompok lain yang maju ke depan. 10. Pembahasan gagasan yang diungkapkan kelompok Perilaku siswa saat kegiatan 1. Penarikan kesimpulan atas materi akhir yang disampaikan pada hari tersebut. 2. Proses siswa dalam mengerjakan soal individu. Berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun tersebut kemudian peneliti membuat lembar observasi yang akan digunakan pada saat penelitian. Lembar observasi siswa ini diisikan sesuai dengan perilaku 65
masing-masing siswa selama pembelajaran berlangsung. Berikut adalah lembar observasi siswa yang telah disiapkan. Tabel 5. Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Nama Siswa : No. Absen : Kelas : No.
Skor
Aspek yang Diamati 1
1.
Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik.
3.
Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian.
4.
Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian.
5.
Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut.
6.
Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian
7.
Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru
8.
Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok
9.
Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan
10.
Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
11.
Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
66
2
3
4
No. 12.
Aspek yang diamati
1
2
3
4
Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya
13.
Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya
14.
Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas
15.
Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan
16.
Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut
17.
Siswa mengerjakan soal individu Aspek selanjutnya yang diamati dalam proses pembelajaran adalah
aktivitas guru selama proses pembelajaran. Pengamatan aktivitas guru juga berdasarkan dari pedoman yang telah disusun peneliti. Berikut adalah pedoman observasi aktivitas guru dalam pembelajaran. Tabel 6. Pedoman Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Aspek Aktivitas guru saat kegiatan
Indikator 1. Memberikan salam pembuka untuk
awal pembelajaran
memulai pembelajran 2. Memberikan contoh berdoa yang tepat kepada siswa 3. Kesesuaian apersepsi terhadap materi yang akan disampaikan 4. Memotivasi siswa sebelum memberikan materi
67
Aspek Aktivitas guru saat kegiatan
Indikator 5. Memberikan penjelasan tentang
inti pembelajaran.
materi pada hari tersebut 6. Memberikan kesempatan siswa untuk tanya jawab tentang materi yang disampaikan 7. Mengelompokkan siswa secara berpasangan 8. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang cara pengerjaan persoalan yang diberikan 9. Membimbing siswa membuat catatan pembantu dan cara bekerja secara berkelompok 10. Memperhatikan dengan seksama dan memberikan masukan terhadap kelompok yang mengungkapkan hasil diskusinya ke depan kelas. 11. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi gagasan kelompok yang maju ke depan
Aktivitas guru saat kegiatan
12. Penarikan kesimpulan atas materi
akhir pembelajaran
yang disampaikan pada hari tersebut. 13. Mengawasi proses siswa saat mengerjakan soal evaluasi individu.
Sama halnya dengan penyusunan lembar observasi yang dibuat pada siswa, lembar observasi yang disusun untuk guru pun berdasarkan dari
68
pedoman observasi tersebut. Lembar observasi untuk guru yang disusun dari pedoman obserasi tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 7. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Nama Guru :
No.
Skor
Aspek yang Diamati 1
1.
Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka.
2.
Guru memberikan contoh cara berdoa yang baik.
3.
Guru memberikan apersepsi yang sesuai dengan materi yang akan dibahas pada hari tersebut.
4.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari tersebut.
5.
Guru memberikan motivasi kepada siswa.
6.
Guru menjelaskan materi dengan jelas.
7.
Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menanggapi penjelasan yang diberikan
8.
Guru membagi siswa menjadi kelompok secara berpasangan.
9.
Guru menjelaskan cara pengerjaan persoalan yang diberikan secara rinci dan jelas.
10.
Guru membimbing siswa membuat catatan kelompok dan membimbing bekerja secara berkelompok
11.
Guru memperhatikan dengan seksama dan memberikan masukan terhadap kelompok yang mengungkapkan hasil diskusinya ke depan kelas.
69
2
3
4
No.
Aspek
1
12.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
2
3
4
menanggapi gagasan kelompok yang maju ke depan. 13.
Guru bersama dengan murid menarik kesimpulan atas materi yang disampaikan pada hari tersebut.
14.
Guru mengawasi siwa saat proses pengerjaan soal individu.
2. Tes Berbicara Tes dalam penelitian ini adalah unjuk kerja secara individu. Masingmasing anak maju ke depan kelas untuk melakukan praktik berbicara sesuai dengan perintah yang diberikan pada pembelajaran tersebut. Dalam penilaian praktik berbicara siswa, peneliti membuat rubrik penilaian sebagai berikut. Tabel 8. Kisi-Kisi Penilaian Keterampilan Berbicara No.
Aspek yang dinilai
1.
Kebahasaan
2.
Non Kebahasaan
Indikator
Skor
Pengucapan vokal dan konsonan
15
Struktur kalimat
15
Tekanan
15
Pilihan kata
15
Kepercayaan diri
10
Kelancaran berbicara
10
Gerakan dan mimik wajah
10
Penalaran
10
Jumlah
100
70
Berdasarkan rubrik yang telah disusun di atas, peneliti membuat pedoman penilaian keterampilan berbicara sebagai berikut Tabel 9. Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No. 1.
Aspek
Kriteria Penilaian
Pengucapan
Pengucapan vokal dan konsonan sudah
Vokal dan
jelas dan tepat di semua kata atau
Konsonan
kalimat. Terdapat pengucapan vokal dan
Skor 15
10
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara. Terdapat pengucapan vokal dan
5
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara. Pengucapan vokal dan konsonan belum
1
jelas dan tepat. 2.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat sudah tepat dan efektif
15
di keseluruhan praktik berbicara. Terdapat struktur kalimat yang belum
10
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara Terdapat struktur kalimat yang belum
5
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara Struktur kalimat belum tepat dan belum 1 efektif. 3.
Tekanan
Tekanan berbicara pada semua kata atau kalimat sudah tepat dan wajar 71
15
No.
Aspek
Kriteria Penilaian Masih terdapat sebagian kecil tekanan
Skor 10
berbicara yang belum tepat dan wajar. Masih terdapat sebagian besar tekanan
5
berbicara yang belum tepat dan wajar. Tekanan berbicara belum tepat dan
1
wajar. 4.
Pilihan Kata
Pilihan kata sudah sesuai dan variatif
15
Pilihan kata sudah sesuai namun
10
kurang variatif Terdapat pilihan kata yang belum
5
sesuai
5.
Kepercayaan Diri
Pilihan kata belum sesuai
1
Percaya diri tinggi dan berani
10
mengungkapkan gagasannya secara lisan Percaya diri dan keberanian masih
5
kurang dalam mengungkapkan gagasannya di depan kelas Belum percaya diri dan belum berani
1
mengungkapkan gagasannya di depan kelas 6.
Kelancaran
Sudah dapat berbicara dengan lancar
Berbicara
saat praktik berbicara Masih terdapat bagian yang kurang
10
5
lancar saat praktik berbicara
7.
Belum dapat berbicara dengan lancar
1
Gerakan dan
Gerakan tubuh dan mimik wajah sudah
10
Mimik Wajah
sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan 72
No.
Aspek
Kriteria yang dinilai
Skor
Gerakan tubuh dan mimik wajah masih
5
belum sesuai di bagian tertentu Gerakan tubuh dan mimik wajah tidak
1
sesuai dengan topic yang dibicarakan 8.
Penalaran
Penalaran dalam mengungkapkan
10
gagasan sudah tepat Penalaran dalam mengungkapkan
5
gagasan kurang tepat Penalaran dalam mengungkapkan
1
gagasan belum tepat Keterangan perolehan skor: A = 76 – 100 (Sangat Bagus) B = 51 – 75 (Bagus) C = 26 – 50 (Cukup) D = 0 – 25 (Kurang) Pedoman penilaian berbicara tersebut menjadi acuan peneliti dalam mengukur kemampuan
berbicara siswa ketika praktik berbicara.
Keterampilan berbicara siswa akan terlihat dengan melihat hasil penilaian. 3.
Dokumentasi Dokumentasi
dalam
penelitian
ini
berupa
foto
dan
video.
Dokumentasi tersebut digunakan sebagai data pelengkap dan merupakan data objektif yang akan memperkuat hasil-hasil penelitian.
73
G. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan dua jenis analisis data yaitu, teknik analisis data deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Teknik analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data pada keterampilan berbicara siswa dan teknik analisis data deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data pada pengamatan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. 1. Analisis Data Observasi Data observasi yang diperoleh selama pembelajaran merupakan data yang berbentuk angka atau skor. Skor tersebut diperoleh dengan melihat letak tanda centang (√) pada lembar observasi. Perhitungan skor menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan: N = Nilai Siswa Data skor yang telah dikumpulkan pada setiap kegiatan pembelajaran selama siklus berlangsung kemudian dianalisis secara deskriptif dengan memperhatikan rerata kelas. Hal ini digunakan untuk melihat pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas V. 2. Analisis Data Tes Data yang diperoleh dari kegiatan tes praktik berbicara berupa nilai atau skor. Skor yang merupakan data kuantitatif tersebut kemudian 74
dianalisis secara deskriptif. Peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif dengan mencari nilai masing-masing siswa dan nilai ketuntasan kelas berdasarkan rerata. a. Perhitungan nilai siswa Dalam menghitung nilai keterampilan berbicara siswa peneliti menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan N= Nilai Siswa b. Perhitungan ketuntasan kelas Berdasarkan KKM yang telah ditentukan, siswa yang dinyatakan tuntas dalam pembelajaran keterampilan berbicara memperoleh nilai >65. Rumus perhitungan ketuntasan kelas adalah sebagai berikut.
H. Indikator Keberhasilan Setiap siklus pada pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pada hasil penilaian keterampilan berbicara dari penilaian pra pemberian tindakan dengan setelah pemberian tindakan. Indikator keberhasilan tersebut dilihat dari kenaikan nilai dari tes praktik berbicara
75
siswa. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rerata siswa mengalami peningkatan dari pratindakan ke siklus I kemudian ke siklus II.
76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1.
Deskipsi Subjek Penelitian a. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Karangmojo yang beralamat di Karangmojo, Trirenggo, Bantul. Sekolah dasar tersebut berada di pedesaan dan bersebelahan dengan lahan sawah yang luas dan Masjid Nurul Huda Karangmojo. SD N Karangmojo memiliki tiga bangunan dan satu lapangan di depannya. Jumlah ruangan di SD tersebut adalah tiga belas dengan rincian tujuh ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, satu ruang perpustakaan, satu ruang tata usaha, satu ruang UKS, dan satu gudang. Selain itu juga terdapat dua kamar mandi yaitu kamar mandi untuk guru dan kamar mandi untuk siswa. Meskipun tidak terlalu besar namun sekolah dasar tersebut bersih dan terawat. Sekolah tersebut memiliki dua belas tenaga pengajar, satu kepala sekolah, dan dua karyawan. Jumlah murid keseluruhan adalah 213 siswa. Di sekolah dasar ini hanya terdapat satu kelas paralel yaitu pada kelas dua. b. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah seluruh siswa kelas V di SD N Karangmojo. Siswa di kelas V tersebut berjumlah 35 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 15 dan jumlah siswa perempuan 20. 77
2.
Deskripsi Awal Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD N Karangmojo karena terdapat permasalahan pada keterampilan berbicara siswa. Data yang didapatkan dari observasi dan wawancara yang dilakukan sebelum penelitian menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa masih rendah pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Dari hasil wawancara menyebutkan bahwa kurang lebih hanya 20% siswa saja yang berbicara aktif di dalam kelas sementara siswa yang lain masih kurang percaya diri dan jarang mengungkapkan gagasannya secara lisan di dalam kelas khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia yang memuat materi keterampilan berbicara. Telah diketahui juga bahwa nilai KKM keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia ini adalah lebih dari atau sama dengan 65, jadi jika dilihat dari hasil wawancara tersebut hanya kurang lebih 20% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut yang mendapatkan lebih dari atau sama dengan 65. Setelah melakukan pengamatan dan wawancara dapat diketahui pula faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan tersebut diantaranya adalah, guru belum menerapkan langkah-langkah dalam model pembelajaran cooperative script. Pengelompokan siswa bukan berpasangan namun setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam siswa, tidak dijelaskan peran siswa dalam kelompok secara rinci, dan kurangnya kontrol kegiatan kerja sama siswa dalam berkelompok yang menyebabkan pembelajaran keterampilan berbicara tidak melibatkan seluruh siswa untuk aktif berbicara. Kurang 78
percaya diri itupun timbul karena siswa merasa tidak siap dan merasa keterampilan berbicaranya masih kurang. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menerapkan model pembelajaran cooperative script dengan langkahlangkah yang benar dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD N Karangmojo. Untuk mengetahui tingkat keterampilan berbicara siswa peneliti melakukan tes pratindakan yang ditujukan untuk seluruh siswa kelas V SD Negeri Karangmojo. Tes pratindakan tersebut berupa tes praktik berbicara yang dilakukan secara individu. Dalam tes tersebut siswa diberikan teks bacaan yang sama satu dengan yang lainnya dan diminta untuk mengomentari atau memberikan tanggapan menurut gagasannya sendiri secara tertulis kemudian diungkapkan secara lisan di depan kelas. Hasil tes pra tindakan terlampir di lampiran 8. Dari hasil tes pratindakan tersebut didapatkan dapat dianalisis persentase hasil tes pra tindakan keterampilan berbicara sebagai berikut. Tabel 10. Analisis Persentase Hasil Tes Pra Tindakan Keterampilan Berbicara No. Aspek yang diamati Nilai Persentase 1. Nilai Tertinggi 80 2. Nilai Terendah 34 3. Jumlah Siswa yang Tuntas 11 31,43% 4. Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 24 68,57% Dari tabel penilaian pra tindakan keterampilan berbicara tersebut dapat diperoleh data bahwa rata-rata keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri Karangmojo adalah 55,29. Nilai tersebut masih tergolong rendah jika mengacu pada nilai rerata yang telah ditentukan yaitu 65 karena masih berada 79
di bawah nilai tersebut. Data tersebut juga menunjukan bahwa persentase kelululusan di kelas tersebut masih rendah. Berdasarkan tes tersebut, jumlah siswa yang tuntas atau mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 berjumlah 11 dari jumlah keseluruhan 35 siswa, jika dipersentasekan ketuntasan siswa dalam kelas tersebut masih 31,43%. Lebih rinci lagi peneliti menyajikan data hasil pre test dari tiga siswa yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan terendah (hasil praktik berbicara siswa secara tertulis disajikan pada lampiran). Siswa yang memiliki nilai tertinggi saat pre test adalah siswa D, sementara siswa yang memiliki nilai sedang adalah siswa T, dan siswa yang memiliki nilai terendah adalah siswa P. Berikut adalah analisis hasil praktik siswa pada pre test tersebut. a. Hasil Praktik Berbicara Siswa D pada Pre Test Siswa D merupakan siswa yang memiliki nilai tertinggi pada pre test. Hal tersebut terlihat dari hampir seluruh aspek pada keterampilan berbicaranya mendapat di atas rata-rata. Aspek pengucapan vokal dan konsonan pada siswa D mendapat nilai yang tinggi. Hal tersebut didapatkan karena memang dalam cara pengucapan baik vokal maupun konsonan, siswa tersebut sudah jelas. Setiap perkataan diucapkan dengan jelas dan lancar sehingga informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah oleh pendengarnya. Pada saat praktik berbicara, struktur kalimat yang digunakan masih terdapat kesalahan. Penggunaan kalimat yang kurag efektif juga masih terlihat dalam praktik berbicaranya sehingga menimbulkan arti yang rancu. 80
Penekanan pada setiap kalimat sebagian besar sudah cukup bagus meskipun masih terdapat penekanan dan pemenggalan kalimat yang masih kurang tepat. Pilihan kata dalam menyusun sebuah kalimat yang dilakukan siswa tersebut sudah baik. Variasi kata yang digunakan tidak monoton dan sesuai dengan maksud yang dibicarakan. Salah satu aspek yang terlihat menonjol pada siswa tersebut adalah aspek percaya diri. Siswa D memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam praktik berbicara. Cara berbicara siswa D lantang dan tegas. Catatan bantuan yang telah di susun hanya dilihat sesekali dan siswa lebih banyak melihat ke arah kamera dan audience. Siswa tersebut sudah cukup lancar dalam berbicara di depan umum. Gesture siswa D saat berbicara sudah sesuai dengan apa yang diungkapkannya meskipun masih terdapat mimik wajah yang kurang sesuai pada penekanan tertentu. Secara keseluruhan konten pada praktik berbicara siswa sudah baik dan sudah sesuai dengan materi yang diberikan. b. Hasil praktik berbicara siswa N pada pre test Siswa N merupakan siswa yang memiliki nilai sedang pada pre test yang dilaksanakan. Ketika praktik berbicara siswa tersebut masih menggunakan catatan pembantu sebagai acuan. Sebagian besar kalimat yang diucapkan masih dibantu dengan melihat catatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki kepercayaan diri yang kurang. Siswa yang masih banyak melihat catatan pembantu tersebut juga
81
menunjukkan bahwa kelancaran berbicaranya saat itu masih kurang sehingga ia perlu menggunakan catatan pembantu. Dalam hal pengucapan vokal dan konsonan siswa masih perlu ditingkatkan agar lebih maksimal dan lebih jelas.
Penekanan pada
kalimat-kalimat yang dibicarakannya juga perlu diperjelas lagi. Hal ini dilakukan karena terdapat
beberapa kalimat
yang kurang tepat
penekanannya dan memberikan kesan datar dalam menyampaikan pendapatnya. Kesan datar juga ditimbulkan dari gerakan dan mimik wajah yang kurang sesuai dengan konten kalimat yang dibicarakan. Kalimat-kalimat yang disusun masih terdapat kalimat yang kurang efektif tetapi secara keseluruhan sudah cukup baik. Pilihan kata yang digunakan pada setiap kalimat sudah sesuai namun siswa tersebut masih perlu menambah variasi katanya dalam setiap kalimat agar menghasilkan kalimat yang lebih baik. c. Hasil praktik berbicara siswa P pada pre test Skor yang didapat siswa P merupakan skor terendah pada pre test yang telah dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar aspek dalam praktik berbicara yang dilakukan oleh siswa tersebut mendapat skor yang rendah. Bila dilihat dari aspek penalaran, siswa tersebut sudah dapat menalar dengan baik mengenai kronologi masalah, mananggapi masalah, dan cara memberi solusi dari permasalahan. Pilihan kata yang digunakan siswa P pada kalimat-kalimat yang disusun juga sebagian sudah tepat, namun struktur kalimat yagn disusun siswa masih perlu banyak perbaikan. 82
Kelemahan pada siswa P yang jelas terlihat adalah kepercayaan dirinya yang masih rendah. Rendahnya kepercayaan diri ini berdampak pada aspek lain dalam praktik berbicara. Pada saat praktik berbicara dan mulai membicarakan topik, siswa sama sekali tidak lepas dari catatan bantuannya. Ia tidak berani melihat kamera maupun audience dan wajahnya selalu menunduk melihat catatan pembantunya. Hal tersebut membuat gerakan dan mimik wajah siswa kurang nampak. Pengucapan vokal dan konsonannya tidak jelas sehingga pendengar tidak dapat menangkap dan memahami apa yang diungkapkan siswa P. Penekanan pada setiap kalimat juga tidak nampak dan siswa terkesan menyeret dari kalimat satu ke kalimat yang lain sehingga informasi yang diberikan masih terdapat bagian-bagian yang rancu. Berdasarkan hasil tes pratindakan tersebut peneliti akan melakukan tindakan dalam siklus I yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script pada pembelajaran keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Diterapkannya model tersebut diharapkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD N Karangmojo akan mengalami peningkatan.
3.
Deskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan (Planning) Sebelum memulai tindakan peneliti berkolaborasi dengan wali kelas V SD N Karangmojo yang juga merupakan guru mata pelajaran bahasa 83
Indonesia pada kelas tersebut menyusun perencanaan mengenai tindakan yang akan diberikan pada siswa. Berikut adalah perencaan yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan. 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun dengan kerjasama antara peneliti denngan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V. Format RPP tersebut dibuat mengikuti format yang biasa digunakan di SD tersebut dengan sedikit dimodifikasi dengan format yang biasa digunakan oleh peneliti sesuai kesepakatan. Penyusunan RPP tersebut berdasarkan pada silabus dan disesuaikan dengan materi pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut materi yang dipilih
dalam
pembelajaran
adalah
materi
“Mengomentari
Permasalahan Faktual”. Pada materi tersebut siswa diminta untuk praktik berbicara mengomentari permasalahan-permasalahan yang disajikan oleh pengajar. Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut hal yang paling disoroti adalah langkah-langkah pembelajaran yang mengacu pada model kooperatif tipe cooperative script. Penyusunan langkah-langkah pembelajaran tersebut mengacu pada kajian teori model pembelajaran cooperative script dan dengan diskusi dengan guru. 2) Menyiapkan Sumber dan Media Pembelajaran Sumber yang digunakan dalam pembelajaran adalah buku pegangan yang biasa dipakai guru untuk melaksanakan pembelajaran 84
mata pelajaran bahasa Indonesia, buku elektronik, dan sumber internet sebagai tambahan informasi. Penelitian ini berfokus pada penerapan model pembelajaran pada suatu pembelajaran, maka dari itu media yang digunakan cukup sederhana. Pembelajaran hanya menggunakan media teks bacaan yang dibagikan pada masing-masing siswa untuk digunakan dalam pembelajaran
3) Menyusun Alat Evaluasi dan Obeservasi Evaluasi pada pembelajaran ini adalah menggunakan tes praktik berbicara. Hal tersebut dilakukan untuk melihat perkembangan keterampilan berbicara siswa setelah diberikan tindakan. Penilaian tersebut berdasarkan pedoman penilaian yang telah disusun dan dituangkan pada lembar penilaian keterampilan berbicara Observasi
dilakukan
selama
pembelajaran
berlangsung.
Pengamatan proses pembelajaran tersebut menggunakan lembar observasi dan mengamati sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Tindakan Setelah perencanaan dan persiapan sudah berhasil disusun dengan berkolaborasi dengan guru, tindakan pada siklus I dilaksanakan. Setelah 85
berdiskusi dan terdapat beberapa pertimbangan telah diputuskan bahwa pada siklus I ini dilakukan tiga kali pertemuan dengan setiap pertemuan berdurasi 2x35 menit. Pertimbangan tiga kali pertemuan ini disepakati agar pemberian tindakan dan penerapan model pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan mendapatkan hasil berupa peningkatan keterampilan berbicara siswa. 1) Siklus I: Pertemuan 1 Pada pertemuan ini pengajar menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dan menggunakan segala sesuatu yang telah dipersiapkan. Pertemuan pertama tersebut membahas tentang materi mengomentari permasalahan faktual dan pengucapan huruf vokal dan konsonan dalam praktik berbicara. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahapan kegiatan yaitu pendahuluan yang diberikan waktu selama 15 menit, kegiatan inti 35 menit, dan kegiatan penutup 20 menit. Pada kegiatan inti dibagi lagi menjadii tiga tahapan yaitu tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a) Siswa diberi apersepsi berupa tanya jawab tentang berbagai penyakit yang timbul akibat kurang memperhatikan kebersihan lingkungan b) Siswa diberi penjelasan tentang materi menanggapi permasalahan faktual.
86
c) Siswa diberi waktu untuk tanya-jawab tentang materi yang disampaikan guru. Dalam tahap di atas pengajar lebih menekankan pada pengenalan materi pada siswa dan menggali kemampuan dasar siswa terhadap materi tersebut. Di sisi lain pengajar juga melakukan pengamatan dan penggalian mengenai
kemampuan siswa dalam berbicara dan
mengomentari suatu permasalahan secara lisan. Langkah-langkah
kegiatan
pembelajaran
selanjutnya
adalah
sebagai berikut. a) Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk kelompok dengan teman sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya. b) Masing-masing
siswa
mendapatkan
sebuah
bacaan
tentang
permasalahan di lingkungan sekitarnya, yaitu tentang penyakit demam berdarah. c) Siswa diminta untuk membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan. d) Siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang memuat rangkuman berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri. e) Siswa menentukan anggota yang menjadi pembicara terlebih dahulu dan anggota yang menjadi pendengarnya untuk saling memberi masukan dalam kelompok. 87
f) Siswa yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan hasil rangkuman dan gagasannya berdasarkan bacaan tersebut secara lisan dan tanpa menggunakan bantuan catatan yang telah ia buat sebelumnya. g) Siswa yang bertugas menjadi pendengar menyimak dan memahami penjelasan yang diungkapkan oleh pembicara kemudian setelah pembicara selesai, pendengar memberikan tanggapan mengenai hal yang telah dibicarakan. Tanggapan tersebut dapat berupa koreksi dari gagasan-gagasan yang diungkapkan pembicara atau mungkin tambahan-tambahan ide untuk menyempurnakan gagasan dari pembicara. h) Siswa bertukar peran, yang sebelumnya menjadi pembicara menjadi pendengar, begitu sebaliknya. Setelah bertukar peran kelompok melakukan aktivitas seperti sebelumnya. Langkah-langkah tersebut sudah masuk pada tahap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script. Sebelum langkah tersebut diterapkan, terlebih dahulu pengajar memberikan penlasan singkat mengenai model pembelajaran cooperative script yang akan dilaksanakan dan memberikan contoh cara mengomentari permasalahan faktual dengan memperhatikan pengucapan huruf vokal dan konsonan. Terlihat dengan jelas pada tahap tersebut siswa bekerja sama dengan pasangannya untuk melatih dan saling memberi masukan mengenai konten tanggapan ataupun keterampilan berbicara. 88
Dalam pelaksanaan langkah-langkah tersebut pengajar terus mengawasi dan memberikan bantuan kepada kelompok yang terlihat kesulitan ataupun kelompok yang kurang paham. Sebagian siswa mulai berani untuk mencoba mengungkapkan pendapatnya dengan teman sekelompoknya berdasarkan teks bacaan yang telah ia cermati, namun beberapa siswa terlihat kesulitan dalam menanggapi atau memberikan komentar tentang konten dan cara berbicara teman sekelompoknya sehingga perlu bimbingan dari guru. Dilanjutkan pada langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: a) Setiap kelompok merangkum hasil diskusinya pada masing-masing bacaan lalu dipaparkan secara lisan dalam kelas b) Siswa
bersama
dengan
guru
membahas
gagasan-gagasan
berdasarkan teks bacaan yang diberikan Langkah
tersebut
merupakan
langkah
yang
menunjukkan
konfirmasi mengenai hasil diskusi dan belajar siswa. Praktik berbicara masing-masing kelompok dilakukan secara bergantian dan masingmasing anggota kelompok saling melengkapi penjelasan teman sekelompoknya. Dalam tahap ini masih terdapat siswa yang masih perlu bantuan dalam mengungkapkan pendapat secara lisan. Pengajar dan teman yang lain turut mengkoreksi dan belajar dari temannya yang mengungkapkan gagasannya secara lisan. 2) Siklus I: Pertemuan 2
89
Pelaksanaan pada pertemuan dua ini hampir sama dengan tindakan yang dilaksanakan pada pertemuan pertama. Dalam pertemuan dua ini yang dibedakan hanya pada pemberian permasalahan faktual selebihnya langkah-langkah yang diterapkan sebagian besar adalah sama. Hal ini dilakukan untuk membiasakan siswa dalam berdiskusi dan mengasah keterampilan berbicaranya dengan menggunakan kegiatan kelompok kooperatif. Pada pertemuan dua ini masih dibahas mengenai permasalahan faktual dan memberikan tanggapan pada permasalah tersebut. Selain hal tersebut detil-detil tanggapan yang diberikan siswa mulai diperhatikan. Pengajar menekankan pada pemilihan kata yang digunakan dan penggunaan
bahasa
yang
santun
dalam
mengomentari
suatu
permasalahan faktual. Siswa diberikan materi dan contoh materi tersebut kemudian diberikan waktu untuk tanya jawab mengenai materi tersebut. Setelah pengajar memberikan materi tersebut siswa diminta untuk mulai menerapkannya pada tugas yang diberikan guru yaitu memberikan tanggapan dan solusi dari permasalahan dalam suatu teks bacaan. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dilakukan sama dengan pertemuan pertama. Berbeda dengan kondisi pada pertemuan pertama, kepercayaan diri siswa sudah mulai meningkat dilihat dari proses diskusi dan latihan bersama pasangannya. Guru mengingatkan setiap kelompok untuk tidak hanya 90
memberikan masukan pada konten isi tanggapan saja namun juga pada cara berbicara teman sekelompoknya. Kegiatan konfirmasi dalam pertemuan dua juga berbeda dengan kegiatan konfirmasi pada kegiatan pertama. Pada pertemuan pertama setelah berdiskusi
siswa memaparkan hasil
diskusinya secara
berpasangan dan saling melengkapi, namun pada pertemuan dua ini pemaparan hasil pekerjaan mereka dilakukan secara individu. Hal ini dilakukan juga untuk mengukur perkembangan siswa. Dalam hal ini siswa sudah mulai berani dalam memberikan pendapat secara lisan namun masih terdapat kesan ragu dan kurang percya diri terhadap kemampuannya sendiri. Guru bersama siswa yang lain memberikan masukan
satu sama lain untuk perbaikan siswa yang memaparkan
tanggapan dari permasalah faktual yang sudah ia kerjakan. 3) Siklus I: Pertemuan 3 Pertemuan ketiga dalam siklus I ini berisi kegiatan yang bermaksud untuk mematangkan kemampuan berbicara siswa. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada pertemuan ini siswa diharapkan dapat memberikan tanggapan terhadap suatu permasalahan faktual dengan memperhatikan ketepatan dalam struktur kalimat. Dengan struktur kalimat yang baik maka maksud atau tujuan dari apa yang dibicarakanpun akan dapat diterima dengan baik. Sama seperti sebelumnya langkah-langkah yang diterapkan dalam pertemuan ketiga ini kurang lebih juga sama dengan pertemuan 91
sebelumnya yaitu tetap melaksanakan diskusi secara berpasangan dengan teman sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya untuk melatih dan saling memberikan masukan satu sama lain utntuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam pertemuan ketiga ini proses diskusi dalam kelompok memang mengalami peningkatan. Siswa dalam kelompok menjadi lebih terbuka dan lebih kooperatif dalam memberikan tanggapan. Perbedaan pembelajaran pada pertemuan tiga ini dengan pertemuan sebelumnya adalah tambahan aktivitas karena melihat tujuan lain dari pembelajaran ini adalah meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berbicara. Berikut adalah langkah-langkah yang sedikit berbeda dari pertemuan sebelumnya tersebut. a) Setiap siswa mempersiapkan pertanyaan dan siap menjawab serta memberi tanggapan secara lisan berdasarkan tanggapan yang telah disusun teman yang lain. b) Secara bergiliran siswa memberikan pertanyaan atau menjawab dan memberi tanggapan satu sama lain dalam satu kelas tersebut secara merata Langkah tersebut ditambahkan agar siswa siap secara spontan memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, atau memberikan tanggapan yang dilontarkan teman yang lain. Pengajar memilih secara acak siswa yang bertugas menjadi penanya, penjawab, atau pemberi tanggapan, jadi siswa harus siap mendapat peran apapun. Kegiatan 92
tersebut dilakukan secara merata pada seluruh siswa dalam kelas tersebut. Dengan begitu siswa akan lebih terpacu dan aktif berbicara di dalam kelas secara merata. Hal tersebut adalah upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berbicara di depan umum.
c. Pengamatan (Observing) Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peneliti berkolaborasi dengan guru telah mempersiapkan pedoman dan lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengamati proses yang berlangsung selama tindakan dilakukan. Penilaian keterampilan berbicara dilakukan menggunakan lembar penilaian yang berpedoman pada pedoman penilaian berbicara yang disusun sebelumnya. 1) Pengamatan Proses a) Deskripsi Aktivitas Siswa Siklus I: Pertemuan 1 Aktivitas siswa diamati selama pembelajaran berlangsung dari awal pembelajaran hingga pembelajaran berakhir. Pengamat mengamati segala aktivitas siswa dan respon yang diberikan siswa terhadap setiap kegiatan yang dilakukan. Berikut ini adalah hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I.
93
Tabel 11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 1
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11.
12. 13. 14. 15. 16.
Total Skor
Aspek yang diamati Siswa menjawab salam dari guru dengan benar. Siswa berdoa dengan sikap yang baik. Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut. Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut Jumlah
109 110 101 95 100 91 83 111 109 109
95
81 81 86 97 107 1565
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan siswa:
94
x 100% = 69,87%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa selama tindaan pada siklus I pertemuan 1 kegiatanyang dilakukan siswa sudah mencapai 69,87% dari kegiatan yang diharapkan. Persentase tersebut tergolong cukup dalam pelaksanaan tindakan tersebut. Pada awal pembelajaran siswa berada pada tahap penyesuaian. Dalam tahap ini siswa masih belum berani berbicara aktif di kelas. Siswa lebih banyak mendengarkan instruksi guru dan feedback dari siswa belum terlihat. Tetapi ketika diberikan apersepsi dan dilontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menstimulasi siswa, siswa sudah mulai mencoba aktif dan terlibat dalam diskusi tersebut meskipun masih kurang percaya diri. Pada kegiatan inti siswa lebih aktif dari sebelumnya dikarenakan pada kegiatan inti tersebut siswa mulai dikelompokkan berpasangan untuk melakukan tugas selanjutnya. Pengelompokan dilakukan menurut pasangan duduk masing-masing. Bagi siswa yang tidak mempunyai pasangan duduk digabungkan dengan kelompok yang paling dekat. Sebagian besar siswa melakukan instruksi yang diberikan guru dalam mengerjakan tugas secara berkelompok tersebut. Beberapa siswa dengan percaya diri langsung praktik berbicara dengan teman sekelompoknya tersebut, tetapi sebagian yang lainnya masih perlu bimbingan guru dalam latihan berbicara di dalam kelompok. Kekurangan lain dalam kegiatan berkelompok ini terletak 95
pada saat pasangannya mengomentari dan memberikan masukan tentang konten tanggapan dan gaya bicara teman sekelompoknya. Kebanyakan siswa belum jeli dalam memberikan masukan pada temannya tersebut. Pada tahap praktik berbicara setelah diskusi berakhir sebagian siswa mulai berani berbicara di depan kelas tetapi berpasangan dan saling membantu. Salah satu pekerjaan dalam kelompoknya di ungkapkan secara lisan di depan kelas dan saling membantu dalam penyampaiannya. Ketika pemaparan suatu kelompok berhasil, kelompok lain menanggapi dan memberi masukan. Dalam tahap ini sebagian siswa sudah berani memberikan komentar. b) Deskripsi Aktivitas Siswa Siklus 1: Pertemuan 2 Pada pertemuan kedua siswa sudah mulai terbiasa dengan model yang digunakan selama pembelajaran. Siswa terlihat lebih antusias daripada pertemuan sebelumnya. Hal itu ditunjukan dengan semakin bertambahnya siswa yang sudah berani bertanya ketika sesi tanya jawab dan diskusi. Berikut adalah hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran pada pertemuan kedua.
96
Tabel 12. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 2
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11.
12. 13. 14. 15. 16.
Total Skor
Aspek yang diamati Siswa menjawab salam dari guru dengan benar. Siswa berdoa dengan sikap yang baik. Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut. Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut Jumlah
112 116 109 108 110 107 102 124 118 119
105
98 100 102 106 117 1753
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan siswa:
97
x 100% = 78,25%
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan dua yang dituangkan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang positif terhadap pembelajaran yang berlangsung. Pada awal pembelajaran siswa lebih aktif dalam menanggapi dan tanya jawab mengenai apersepsi yang diberikan oleh guru yaitu tentang gejala alam beberapa waktu terakhir ini karena siswa mengungkapkan apa yang dirasakannya. Materi yang diberikan pada pertemuan tersebut adalah mengomentari permasalahan faktual, pilihan kata, dan santun ketika memberikan tanggapan secara lisan. Siswa mulai memahami tentang bagaimana memilih kata dan menyesuaikan penggunaan kata dalam mengungkapkan tanggapan secara lisan pada suasana tertentu. Permasalahan yang muncul adalah terdapat beberapa siswa kurang memperhatikan sikapnya ketika berbicara sehingga guru perlu mengarahkannya. Pada pertemuan ini siswa sudah mulai memahami pola diskusi dan latihan berbicara dalam kelompok masing-masing. Hal tersebut membuat siswa menjadi lebih terbiasa dan nyaman ketika diskusi dengan teman sekelompoknya tersebut. Kegiatan konfirmasi yang dilakukan sedikit berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan pertama pemaparan hasil diskusi dilakukan berdua dengan teman sekelompoknya namun pada pertemuan ini kegiatan tersebut dilakukan secara individu. Beberapa siswa maju untuk 98
mengungkapkan gagasannya di depan kelas tanpa ditunjuk tetapi masih terdapat beberapa siswa yang kurang percaya diri dalam mengungkapkan gagasannya di depan kelas. c) Deskripsi Aktivitas Siswa Siklus 1: Pertemuan 3 Pertemuan ketiga ini adalah pertemuan terakhir dari siklus I. Pengamatan yang dilakukan pada siklus ini dilakukan sama dengan pengamatan-pengamatan
sebelumnya.
Berikut
adalah
hasil
pengamatan kegiatan siswa pada pertemuan ketiga di siklus I. Tabel 13. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pertemuan 3
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11.
12.
Aspek yang diamati Siswa menjawab salam dari guru dengan benar. Siswa berdoa dengan sikap yang baik. Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut. Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya 99
Total Skor 116 117 110 109 117 111 106 125 120 121
109
100
No. 13. 14. 15. 16.
Aspek yang diamati Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut Jumlah
Total Skor 103 104 108 120 1796
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan siswa:
x 100% = 80,17%
Pada pertemuan ketiga ini terjadi peningkatan positif pada siswa dalam proses pembelajaran bila dilihat dari tabel yang dipaparkan di atas. Sebagian besar aspek yang diamati pada kegiatan siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini menandakan bahwa siswa lebih patuh dan antusias dalam mengikuti pembelajaran Pada pertemuan ketiga ini terdapat kegiatan berupa lemparjawab pertanyaan. Siswa harus siap secara acak memberikan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan tersebut hanya beberapa siswa yang tidak dapat memberikan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan belum lancar. Beberapa siswa juga turut memberikan tanggapan dari jawaban siswa lain yang dirasa kurang lengkap. Dari kegiatan tersebut terlihat keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya meningkat.
100
d) Deskripsi Aktivitas Guru pada Siklus I Dalam kegiatan pengamatann ini pengamat tidak hanya mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran saja namun juga mengamati aktivitas guru selama memberikan pembelajaran dalam setiap pertemuan pada siklus I. Berikut adalah hasil pengamatan pada aktivitas guru pada siklus I. Tabel 14. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12. 13.
Aspek yang Diamati Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka. Guru memberikan contoh cara berdoa yang baik. Guru memberikan apersepsi yang sesuai dengan materi yang akan dibahas pada hari tersebut. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari tersebut. Guru memberikan motivasi kepada siswa. Guru menjelaskan materi dengan jelas. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menanggapi penjelasan yang diberikan Guru membagi siswa menjadi kelompok secara berpasangan. Guru menjelaskan cara pengerjaan persoalan yang diberikan secara rinci dan jelas. Guru membimbing siswa membuat catatan kelompok dan membimbing bekerja secara berkelompok Guru memperhatikan dengan seksama dan memberikan masukan terhadap kelompok yang mengungkapkan hasil diskusinya ke depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi gagasan kelompok yang maju ke depan. Guru bersama dengan murid menarik kesimpulan atas materi yang disampaikan pada hari tersebut. Jumlah
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan guru:
101
x 100% = 92,30%
Skor 1 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 48
Hasil pengamatan dari pengamatan guru telah menjalankan sebagian besar kegiatan yang disusun dengan baik. Rencana yang telah disusun sebelumnya dilaksanakan secara runtut dan guru juga turut aktif mengawasi pembelajaran dan membantu siswa. Pada pertemuan pertama guru menyesuaikan diri dengan kondisi murid di kelas V tersebut. Selain melakukan perkenalan, pendekatan guru juga dilakukan dengan cara berinteraksi secara aktif dengan siswa secara acak. Kendala pada tahap awal ini adalah belum terbiasanya siswa dengan pengajar. Hal ini membuat pengajar harus melakukan usaha yang lebih keras untuk mulai akrab dengan siswa. Pada kegiatan berkelompok guru tidak hanya melihat siswa berdiskusi saja namun guru bertindak sebagai supervisor. Guru memberikan arahan-arahan pada kelompok secara acak. Guru mulai mengenali kesulitan-kesulitan siswa dalam berkelompok lalu memberikan solusi pada setiap permasalahan tersebut. Guru membimbing siswa untuk berani praktik berbicara dan memberikan masukan pada setiap siswa agar keterampilan berbicaranya dapat menjadi lebih baik. Guru terkadang memberikan kesempatan untuk murid yang lain untuk memberikan masukan pada temannya yang lain dan muncul atmosfer saling mendukung di antara siswa.
102
2) Keberhasilan Produk Produk dalam penelitian ini adalah praktik berbicara yang dilakukan siswa secara individu. Pemberian post test ini dilakukan pada akhir pertemuan terakhir pada siklus I. Hasil post test siklus I terlampir pada lampiran 9. Berikut ini adalah analisis peneliti tentang persentase hasil tes keterampilan berbicara siklus I Tabel 15. Analisis Persentase Hasil Tes Siklus I Keterampilan Berbicara No. Aspek yang diamati Nilai Persentase 1. Nilai Tertinggi 85 2. Nilai Terendah 38 3. Jumlah Siswa yang Tuntas 16 45,71% 4. Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 19 54,29% Untuk mengetahui secara jelas perbandingan skor keterampilan berbicara setiap siswa pada pra tindakan dan setelah tindakan pada siklus I, peneliti membuat tabel perbandingan hasil. Berikut adalah tabel perbandingan yang telah disusun.
103
Tabel 16. Perbandingan Hasil Skor Keterampilan Berbicara Siswa pada Pra Tindakan dengan Siklus I Skor Kenaikan Skor Pra Tindakan Siklus I 1. A 43 46 3 2. B 47 60 13 3. C 55 60 5 4. D 80 85 5 5. E 75 80 5 6. F 43 60 17 7. G 43 55 12 8. H 41 65 24 9. I 42 50 8 10. J 47 65 18 11. K 38 55 17 12. L 56 61 6 13. M 70 70 0 14. N 61 65 4 15. O 75 85 10 16. P 34 38 4 17. Q 42 55 13 18. R 51 60 9 19. S 52 65 13 20. T 56 60 4 21. U 52 60 8 22. V 38 50 12 23. W 70 75 5 24. X 75 80 5 25. Y 51 55 4 26. Z 65 65 0 27. AA 57 65 8 28. BB 70 75 5 29. CC 65 75 10 30. DD 70 75 5 31. EE 42 50 8 32. FF 51 55 4 33. GG 76 75 -1 34. HH 42 55 13 35. II 55 60 5 Rata-Rata Kenaikan Skor 8,03 Bila dilihat dari perbandingan skor keterampilan berbicara siswa
No.
Subjek
yang disajikan di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa 104
mengalami
peningkatan
pada
keterampilan
berbicaranya
dibandingkan dengan tes yang dilakukan pra tindakan. Dari tabel di atas hanya satu orang siswa yang mengalami penurunan satu poin. Telah diketahui dari tabel tersebut bahwa skor rata-rata kenaikan siswa pada siklus I ini adalah 8,03. Dilihat dari aspek-aspek keterampilan berbicara, post test siklus I juga menunjukkan bahwa setiap aspek dalam keterampilan berbicara mengalami peningkatan. Lebih lanjut peneliti menyajikan tabel perbandingan hasil tes keterampilan berbicara pra tindakan dengan post test siklus I dari sudut pandang aspek-aspek dalam keterampilan berbicara.. Berikut adalah tabel tersebut. Tabel 17. Perbandingan Hasil Skor Rata-Rata Aspek Keterampilan Berbicara pra Tindakan dengan Siklus I No.
Aspek
1 2 3 4 5 6 7 8
Pengucapan Vokal dan Konsonan Struktur Kalimat Tekanan Pilihan Kata Kepercayaan Diri Kelancaran Berbicara Gerakan dan Mimik Wajah Penalaran Skor Rata-Rata Kelas
Skor Pra Tindakan Siklus I 10,03 10,6 8,43 8,86 7 7,29 9,71 9,86 4,26 6,86 3,29 4,91 2,71 4,91 9,71 9,86 55,14 63,14
Tabel perbandiangan di atas kemudian dituangkan dalam diagram sebagai berkut.
105
12 10 8 6 4 2
Pra Tindakan
0
Siklus 1
Gambar 3. Diagram Perbandingan Skor Tes Keterampilan Berbicara antara Pra Tindakan dengan Siklus I di Kelas V SD N Karangmojo Dari tabel dan histogram di atas terlihat semua aspek yang diukur dalam berbicara meningkat dengan besar peningkatan yang berbeda-beda. Bila dilihat dari peningkatan yang dialami siswa D, siswa N, dan siswa P yang dalam pre test sebelumnya mendapatkan nilai tertinggi, sedang, dan terendah maka akan terdapat analisis peningkatan pada setiap siswa tersebut sebagai berikut. a) Hasil praktik berbicara siswa D pada post test I Pada post test I, skor yang diperoleh siswa D mengalami peningkatan yang semula skornya adalah 80 menjadi 85. Besar peningkatan yang didapat siswa D adalah 5 poin. Pada saat pre test siswa D memang sudah mendapatkan nilai yang bagus dan lebih baik dari teman yang lainnya dan pada post test I meskipun 106
peningkatan skornya tidak signifikan namun hal tersebut menunjukan bahwa pada siklus I keterampilan berbicara siswa D meningkat. Pada post test siklus I siswa D melakukan praktik berbicara tanpa bantuan catatan. Ia sudah berani berbicara tanpa membawa catatan meskipun masih terdapat bagian yang kurang lancar saat praktik berbicara. Aspek yang meningkat pada post test siklus I tersebut adalah aspek tekanan. Siswa D sudah mampu memberikan tekanan pada setiap kalimat yang diungkapkannya secara tepat. Aspek-aspek yang masih perlu diperbaiki pada siklus ini adalah aspek struktur kalimat. Dalam praktik berbicaranya masih terdapat kalimat-kalimat yang kurang efektif. Apek lain adalah gerakan dan mimik wajah. Secara penekanan kalimat, siswa D memang sudah mampu melakukannya dengan baik namun gerakan dan mimik wajah yang ditunjukkannya masih terdapat yang kurang sesuai.
b) Hasil praktik berbicara siswa N pada post test I Pada post test siklus I, siswa N juga mengalami peningkatan pada keterampilan berbicaranya. Skor yang didapatkannya saat pre test dan pada post test kali ini mengalami peningkatan positif. Sebelumnya siswa mendapat skor 61 dan pada post test ini siswa 107
mendapat skor 65. Peningkatan skor yang didapat siswa memang tidak begitu tinggi namun dengan mendapatkan skor 65 menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa N sudah mencapai nilai KKM yang telah ditentukan. Pada post test siklus I kali ini kepercayaan diri siswa N meningkat. Pada pre test sebelumnya, siswa N masih banyak melihat catatan pembantu namun kali ini siswa sudah berani praktik berbicara tanpa melihat catatan pembantu. Tatapan siswa sudah berani melihat kamera video dan audience. Meskipun kelancaran berbicara siswa N masih perlu diperbaiki namun hal ini sudah mendukung keterampilan berbicaranya menjadi lebih baik. Kalimat yang digunakan siswa dalam praktik berbicara masih perlu diperbaiki pada struktur kalimatnya dan penekanan pada setiap katapun masih kurang jelas. Gerakan dan mimik wajah yang ditunjukkan siswa sudah terlihat namun masih kurang sesuai dengan hal yang dibicarakan dan perlu ditingkatkan lagi.
c) Hasil praktik berbicara siswa P pada post test I Dibandingkan dengan hasil yang didapatkannya pada pre test, skor pada post test ini memang menunjukkan sedikit peningkatan, namun skor siswa masih jauh di bawah nilai KKM yang telah ditentukan. Hal positif pada post test siklus I ini adalah 108
kenyataan bahwa siswa P berani mencoba untuk tidak membawa catatan pembantu saat post test dilakukan. Hal tersebut perlu diapresiasi meskipun siswa P belum menguasai aspek-aspek dalam berbicara.
d. Refleksi Setelah melakukan satu siklus untuk menentukan langkah selanjutnya peneliti dan kolaborator menganalisis tindakan yang dilakukan pada siklus tersebut. Pada siklus I peneliti dan kolaborator menemukan adanya peningkatan pada rata-rata tes keterampilan berbicara siswa kelas V SD N Karangmojo Berikut adalah tabel kenaikan skor rata-rata tes keterampilan berbicara antara tes pra tindakan dengan tes siklus I. Tabel 18. Kenaikan Skor Rata-Rata Tes Keterampilan Berbicara antara Tes Pra Tindakan dengan Tes Siklus I No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek Pengucapan Vokal dan Konsonan Struktur Kalimat Tekanan Pilihan Kata Kepercayaan Diri Kelancaran Berbicara Gerakan dan Mimik Wajah Penalaran Skor Rata-Rata Kelas
Skor Pra Tindakan
Skor Siklus I
Kenaikan
10,03
10,6
0,57
8,43 7 9,71 4,26 3,29
8,86 7,29 9,86 6,86 4,91
0,43 0,29 0,15 2,6 1,62
2,71
4,91
2,2
9,71
9,86
0.15
55,29
63,14
8
Paparan dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan positif terhadap kemampuan berbicara siswa. Hal tersebut dapat dilihat
109
dari peningkatan pada skor rata-rata kelas dari skor pra tindakan dengan skor siklus I. Kenaikan skor rata-rata kelas tersebut adalah 8. Dari tabel tersebut juga kita dapat mengetahui kenaikan dari masing-masing aspek. Semua aspek mengalami kenaikan positif. Sebagai peneliti melihat hal tersebut tentunya peneliti tetap harus memberikan perlakuan kepada siswa yang belum mencapai nilai yang tinggi. Peningkatan memang terjadi pada siklus I tersebut namun peningkatan masih belum maksimal karena skor rata-rata kelas yaitu 63,14 masih berada di bawah ketuntasan minimal siswa yaitu 65. Terdapat beberapa faktor yang membuat kurang maksimalnya peningkatan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD N Karangmojo tersebut. Berikut adalah permasalahan yang peneliti dan kolaborator temukan pada pelaksanaan siklus I. 1) Cara pembentukan kelompok berpasangan yang monoton. Cara pembentukan kelompok yang dilakukan selama siklus I adalah dengan berpasangan dengan teman sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya. Secara kedekatan ini dapat membantu namun secara pengembangan keterampilan siswa hal ini kurang dapat membantu. 2) Pemberian materi sebelum berkelompok masih kurang bervariatif. Pada siklus I hanya pada pertemuan ketiga saja pembelajaran yang menyisipkan permainan pada pembelaarannya, selebihnya penyampaian materi hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi 110
saja. Hal tersebut membuat siswa kurang dapat memahami dengan lebih baik tentang konten materi yang diberikan kepada siswa. Berdasarkan dari permasalahan yang ditemukan tersebut, peneliti dan kolaborator kemudian menyusun solusi yang akan menjadi perbaikan pada siklus II. Solusi tersebut adalah sebagai berikut. 1) Berpasangan dengan teman yang bukan sebangku akan menambah cara pandang siswa dan dapat menerima masukan yang lebih variatif. Pada siklus selanjutnya pengelompokan siswa akan menggunakan sistem acak dengan dibedakan antara siswa perempuan dan laki-laki. 2) Pada tindakan selanjutnya pemberian materi akan ditambahkan permainan-permainan yang melibatkan siswa aktif sehingga siswa akan lebih dapat memahami materi yang disampaikan.
4.
Hasil Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan (Planning) Setelah melakukan refleksi dan menganalisis permasalahanpermasalahan yang terdapat pada siklus I, selanjutnya peneliti bersana dengan guru merancang kembali perencanaan kegiatan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Perencanaan tersebut disesuaikan dengan permasalahan yang terdapat pada siklus I dan solusi yang akan diterapkan pada siklus II. Sama halnya dengan perencanaan pada siklus I, perencanaan pada siklus II juga, yaitu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada 111
penyususnan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran,
langkah-langkah
penerapan model pembelajaran cooperative script dimodifikasi, yang sebelumnya cara berkelompok adalah dengan teman sebangku, di siklus II ini pembentukan kelompok diganti menjadi sistem acak (rencana pelaksanaan pembelajaran terlampir). Modifikasi pada siklus II ini juga dilakukan pada pembahasan materi yang dilakukan bersama siswa. Pebahasan materi pada siklus II ini dibuat menjadi semenarik mungkin dan lebih melibatkan siswa agar siswa lebih tertarik dan dapat lebih memahami materi yang disampaikan. Peneliti berkolaborasi dengan guru menyusun permainan-permainan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan (penjelasan permainan tersaji pada RPP terlampir). Hal lain yang perlu dipersiapkan lagi dalam siklus II ini tentu saja sumber pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan pada hari tersebut. Sumber pembelajaran didapat dari buku dan lingkungan siswa. Persiapan terakhir adalah mempersiapkan evaluasi dan observasi. b. Tindakan Sama
halnya
dengan
siklus
sebelumnya,
pada
siklus
ini
pembelajaran dilakukan selama tiga pertemuan. Setiap pertemuan menggunakan dua jam pelajaran atau 2x35 menit. Berikut adalah deskripsi dari setiap pertemuan pada siklus II ini.
112
1) Siklus II: Pertemuan 1 Pertemuan pertama pada siklus kedua ini bertujuan untuk mematangkan materi mengomentari permasalahan faktual serta mendalami lagi tentang pengucapan vokal dan konsonan ketika mengungkapkan
gagasan
secara
lisan.
Susunan
perencanaan
pembelajaran tidak berbeda jauh dengan pembelajaran selanjutnya namun menyesuaikan dengan hasil refleksi sebelumnya. Berdasarkan hasil refleksi sebelumnya maka dalam pembelajaran pada pertemuan pertama ini ditambahkan permainan yang mengajak siswa untuk aktif. Awal pembelajaran dimulai dengan memberi salam, menanyakan kabar, membimbing siswa dalam berdoa, mempresensi siswa, memberi apersepsi, dan memberi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Apersepsi dalam pembelajaran tersebut adalah mengaitkan pembelajaran dengan berita bencana alam yang terakhir dibaca oleh siswa. Dalam kegiatan awal ini siswa mengikuti dengan kondusif dan penuh perhatian. Kegiatan inti dimulai dengan pemberian materi. Pada awalnya materi disampaikan dengan metode ceramah dan diskusi, setelah itu siswa diminta untuk berlatih dengan sebuah permainan. Permainan tersebut berjudul “Bisik-Bisik Tetangga”. Permainan ini membutuhkan kerja sama tim dan menstimulasi siswa untuk berlatih mengucapkan sebuah kalimat dengan vokal dan konsonan yang jelas. Permainan yang disisipkan
dalam
pembelajaran 113
untuk
melatih
siswa
tersebut
mendapatkan respon positif dari siswa. Siswa sangat antusias dalam mengikuti permainan dan masing-masing individu berusaha keras memberikan informasi dengan jelas agar tim nya menang. Permainan tersebut efektif untuk melatih siswa mengungkapkan gagasannya secara lisan dengan pengucapan vokal dan konsonan yang jelas. Secara keseluruhan pembelajaran pada pertemuan pertama berjalan dengan cukup efektif. Siswa memberikan timbal balik yang positif selama pembelajaran berlangsung. Siswa berlatih baik melalui permainan ataupun diskusi dengan sungguh-sungguh. 2) Siklus 2: Pertemuan II Pertemuan
kedua
pada
siklus
II
ini
membahas
tentang
mengomentari permasalahan faktual, pilihan kata, dan santun berbicara. Dilihat dari hasil post test pada siklus I, aspek pilihan kata tergolong aspek yang mengalami peningkatan yang sedikit. Untuk mengupayakan peningkatan yang lebih bagus, pada pertemuan kedua ini peneliti mendorong pemahaman dan menambah pembendaharaan kata para siswa dengan menambahkan permainan setelah pemberian materi. Pengajar melaksanakan kegiatan awal pembelajaran seperti biasanya. Apersepsi yang digunakan adalah tanya jawab tentang gunung-gunung berapi yang ada di Indonesia. Siswa berani terlibat dalam tanya jawab tersebut dan saling melengkapi. Pada kegiatan inti siswa diberikan materi yang lebih banyak memberikan contoh dan praktik. Pendalaman materi dilakukan dengan 114
sebuah permainan “Jeruk Oh Jeruk” dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok seperti biasanya. Berikut adalah rincian dari kegiatan yang dilakukan pada kegiatan inti. a) Siswa diberi penjelasan tentang materi mengomentari permasalahan faktual dan pemilihan kata serta diberikan contoh cara bersikap dan berbahasa yang santun ketika memberikan tanggapan secara lisan terhadap suatu permasalahan faktual. b) Siswa diberi waktu untuk tanya-jawab tentang materi yang disampaikan guru. c) Pendalaman materi dilakukan dengan permainan “Jeruk Oh Jeruk” d) Siswa
diminta
menyanyi
suatu
lagu
bersama-sama
sambil
merantingkan sebuah jeruk tersebut secara urut. e) Ketika pengajar bilang stop maka siswa yang terakhir memegang jeruk tersebut harus memilih kata mana yang tepat dan membuat kalimat dari kata tersebut. (permainan dilakukan beberapa kali putaran) f) Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk kelompok dengan teman sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya dan melakukan kegiatan diskusi mengacu pada model cooperative script. Siswa mengikuti permainan dengan antusias dan aktif. Permainan yang ditambahkan dalam langkah-langkah pembelajaran tersebut
membuat
siswa
lebih
memahami
dan
menambah
pembendaharaan kata karena siswa terlibat pada pendalaman materi 115
tersebut dengan perhatian yang lebih baik. Pada kegiatan berkelompok siswa semakin aktif dalam memberikan masukan pada teman sekelompoknya sehingga membuat siswa ingin memperbaiki menjadi lebih baik. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa pada hari tersebut berdasarkan bacaan yang telah diberikan sebelumnya. Kegiatan penutup dilakukan seperti biasanya. Siswa mengikuti kegiatan akhir tersebut dengan kondusif. 3) Siklus II: Pertemuan 3 Pertemuan terakhir pada siklus kedua ini memberikan materi sambil memantau kemajuan siswa melalui kegiatan pengamatan. Materi yang dibahas pada pertemuan terakhir ini adalah pematangan praktik mengomentari permasalahan faktual, penggunaan struktur kalimat dalam praktik berbicara, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam pertemuan terakhir ini secara garis besar sama dengan perlakuan yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan awal berupa salam pembuka, menanyakan kabar, berdoa, presensi kehadiran siswa, pemberian apersepsi dengan mengaitkan materi dengan global warming, dan memotivasi siswa. Kegiatan inti diisi dengan pendalaman materi melalui penjelasan yang diberikan oleh guru dan pendalamannya berupa permainan 116
yang mengajak siswa berperan aktif dan terlibat dalam permainan tersebut. Kegiatan selanjutnya adalah diskusi berpasangan. Dalam proses ini siswa terlihat lebih kooperatif satu sama lain dalam kelompok baik dalam praktik mengungkapkan tanggapan mereka mengenai permasalahan dalam teks bacaan maupun ketika mengomentari temannya yang lain. Dilihat secara keseluruhan dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa mengalami peningkatan yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan lebih aktifnya para siswa terlibat dalam setiap kegiatan. Kepercayaan diri siswa dalam mengungkapkan pendapat mengalami peningkatan terlihat pada proses kegiatan dengan meningkatnya keberanian siswa dalam sesi tanya jawab tanpa ditunjuk oleh guru. c. Pengamatan (Observing) Langkah selanjutnya setelah melaksanakan tindakan pada siklus II, peneliti dan guru berkolaborasi menganalisis hasil pengamatan yang telah dilakukan kepada siswa. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengamatan tersebut adalah hasil tindakan pada proses pembelajaran dan hasil produk akhir pada pembelajaran. 1) Keberhasilan Proses Keberhasilan proses diketahui dari pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan tidak hanya pada murid saja namun juga pada cara mengajar guru. Dari 117
hasil pengamatan tersebut dapat diketahui aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran mengalami peningkatan positif atau tidak. a) Deskripsi Aktivitas Siswa pada Siklus II: Pertemuan 1 Aktivitas siswa diamati menggunakan lembar pengamat yang telah disusun sebelumnya. Berikut hasil pengamatan yang dilakukan tersebut. Tabel 19. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II: Pertemuan 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11.
12. 13. 14.
Aspek yang diamati Siswa menjawab salam dari guru dengan benar. Siswa berdoa dengan sikap yang baik. Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut. Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas 118
Total Skor 117 119 112 110 118 114 109 126 124 121
112
102 103 104
No. 15. 16.
Aspek yang diamati Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut Jumlah
Total Skor 108 120 1819
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan siswa:
x 100% = 81,21%
Dari data yang disajikan di atas, aktivitas siswa telah mengalami peningkatan. Persentase 81,21% dari persentase maksimal 100% menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Untuk pertemuan
selanjutnya
kekurangan-kekurangan
pada
saat
menjalani aktivitas pembelajaran harus diperhatikan dengan jeli dan diperbaiki. b) Deskripsi Aktivitas Siswa pada Siklus II: Pertemuan 2 Sama seperti sebelumnya, pengamatan dilakukan dengan lembar pengamatan dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Berikut adalah hasil pengamatan yang dilakukan pengamat.
119
Tabel 20. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus II: Pertemuan 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11.
12. 13. 14. 15. 16.
Total Skor
Aspek yang diamati Siswa menjawab salam dari guru dengan benar. Siswa berdoa dengan sikap yang baik. Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut. Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut Jumlah
119 122 117 112 119 121 115 126 125 121
118
110 106 109 111 121 1872
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan siswa:
120
x 100% = 83,57%
Data tersebut menunjukkan peningkatan positif pada aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada kenyataannya di lapangan siswa memang lebih kondusif dan aktif memberikan timbal balik positif kepada pengajar. Peningkatan pada aktivitas siswa selama pembelajaran dapat mengindikasikan bahwa siswa dapat menerima pembelajaran dengan baik. c) Deskripsi Aktivitas Siswa pada Siklus II: Pertemuan 3 Pertemuan ketiga adalah pertemuan terakhir pada siklus II. Berikut adalah hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Tabel 21. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus II: Pertemuan 3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Aspek yang diamati Siswa menjawab salam dari guru dengan benar. Siswa berdoa dengan sikap yang baik. Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian. Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut. Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri 121
Total Skor 122 124 120 117 121 124 118 131 129 125
No. 11.
12. 13. 14. 15. 16.
Aspek yang diamati Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang dipelajari pada hari tersebut Jumlah
Total Skor 123
119 111 114 115 126 1872
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan siswa:
x 100% = 86,56%
Pada pertemuan terakhir ini hasil yang didapat dari pengamatan juga menunjukkan peningkatan positif pada aktivitas siswa selama pembelajaran. Peningkatan yang terjadi pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga ini menunjukkan bahwa antusias siswa semakin bertambah dan siswa menjadi semakin termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. d) Deskripsi Aktivitas Guru pada Siklus II Selama pembelajaran yang dilakukan pada siklus II, aktivitas guru juga diamati. Pengamatan dilakukan berdasarkan lembar observasi yang telah disusun untuk guru. Berikut ini adalah hasil pengamatan yang didapatkan selama siklus II berlangsung.
122
Tabel 22. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru pada Siklus II No.
Aspek yang Diamati
1. 2. 3.
Guru membuka pelajaran dengan salam pembuka. Guru memberikan contoh cara berdoa yang baik. Guru memberikan apersepsi yang sesuai dengan materi yang akan dibahas pada hari tersebut. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari tersebut. Guru memberikan motivasi kepada siswa. Guru menjelaskan materi dengan jelas. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menanggapi penjelasan yang diberikan Guru membagi siswa menjadi kelompok secara berpasangan. Guru menjelaskan cara pengerjaan persoalan yang diberikan secara rinci dan jelas. Guru membimbing siswa membuat catatan kelompok dan membimbing bekerja secara berkelompok Guru memperhatikan dengan seksama dan memberikan masukan terhadap kelompok yang mengungkapkan hasil diskusinya ke depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi gagasan kelompok yang maju ke depan. Guru bersama dengan murid menarik kesimpulan atas materi yang disampaikan pada hari tersebut. Jumlah
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12. 13.
Skor 1 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 51
Keterangan: Persentase pengamatan kegiatan guru:
x 100% = 98,08%
Dari hasil pengamatan aktivitas guru di atas terlihat bahwa guru hampir melakukan setiap kegiatan dengan baik. Pada setiap pembelajaran, guru melakukan tiga tahap pembelajaran yaitu, pembukaan, inti pembelajaran, dan penutup. Dalam kegiatan pembukaan, guru mengamati aktivitas dan respon yang diberikan siswa dalam setiap kegiatan tersebut seperti, cara siswa menjawab salam dan cara berdoa siswa. Guru
123
memberikan koreksi pada siswa yang tidak melakukannya dengan benar setelah kegiatan tersebut selesai dilakukan. Setiap pembukaan pembelajaran guru selalu mengaitkan materi yang akan dipelajari pada hari tersebut dengan hal-hal yang terjadi di sekitar
siswa.
Sebelum
menuju
inti
pembelajaran
guru
memberikan motivasi untuk siswa agar memperhatikan selama pembelajaran berlangsung. Pada inti pembelajaran guru mengajak siswa untuk mendiskusikan materi yang dibahas pada setiap pembelajaran. Guru merangsang siswa untuk turut aktif dalam pembahasan materi. Berdasarkan refleksi yang dilakukan, pembentukan kelompok tidak lagi dengan teman sebangku atau teman yang berdekatan
namun
dengan
sistem
acak.
Guru
telah
mempersiapkan kertas yang berisi nomer berpasangan untuk putri dan putra. Setiap siswa mengambil satu kertas dan yang mendapat nomer yang sama menjadi satu kelompok. Dalam pembentukan kelompok ini siswa dapat terkondisi dengan baik karena pengambilan nomer dilakukan secara bergiliran. Selama siswa mengerjakan tugas kelompok guru berkeliling dan mengawasi proses belajar siswa. Hal tersebut membuat guru lebih jeli dan dapat segera membantu siswa ketika siswa membutuhkan bantuan dalam proses kelompok.
124
Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang didiskusikan. Guru lebih banyak memberikan
waktu
pada
siswa
untuk
bersama-sama
menyimpulkan materi pada hari tersebut. Kegiatan selanjutnya guru mengkonfirmasi materi yang telah didiskusikan pada hari tersebut dengan memberikan evaluasi secara tertulis atau konfirmasi lisan. 2) Keberhasilan Produk Proses tindakan yang dilakukan selama siklus II ini menghasilkan produk berupa data penilaian pada post test keterampilan berbicara siswa kelas V SD N Karangmojo. Sama seperti pada siklus I, post test dilakukan dengan cara tes berbicara secara individu. Topik yang digunakan dalam post test kedua ini masih sama dengan post test pertama yaitu topik tentang penyakit demam berdarah yang terjadi di kota Yogyakarta. Hasil penilaian pada post test II terlampir pada lampiran 10. Hasil post test yang dilakukan pada siklus II tersebut jika dibandingkan dengan post test siklus I maka akan terlihat ada atau tidaknya peningkatan keterampilan berbicara siswa yang terjadi pada setiap siswa. Keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan apabila skor siswa pada post test siklus II lebih tinggi daripada skor pada post test siklus I. Berikut merupakan tabel analisis hasil tes siklus II keterampilan berbicara. 125
Tabel 23. Analisis Persentase Hasil Tes Siklus II Keterampilan Berbicara No. Aspek yang diamati Nilai Persentase 1. Nilai Tertinggi 95 2. Nilai Terendah 50 3. Jumlah Siswa yang Tuntas 33 94,29% 4. Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 2 5,71% Data di atas kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh pada siklus I. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui perbandingan hasil dari tindakan pada siklus I dan tindakan pada siklus II. Berikut adalah tabel perbandingan hasil post test siklus I dan post test siklus II.
126
Tabel 24. Perbandingan Hasil Skor Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I dengan Siklus II Skor Kenaikan No. Subjek Skor Siklus I Siklus II 75 1. A 46 29 70 2. B 60 10 70 3. C 60 10 90 4. D 85 5 90 5. E 80 10 75 6. F 60 15 60 7. G 55 5 65 8. H 65 0 65 9. I 50 15 75 10. J 65 10 65 11. K 55 10 65 12. L 61 4 75 13. M 70 5 80 14. N 65 15 90 15. O 85 5 50 16. P 38 22 65 17. Q 55 10 70 18. R 60 10 75 19. S 65 10 80 20. T 60 20 70 21. U 60 10 65 22. V 50 15 85 23. W 75 10 95 24. X 80 15 70 25. Y 55 15 85 26. Z 65 20 75 27. AA 65 10 85 28. BB 75 10 85 29. CC 75 10 90 30. DD 75 15 70 31. EE 50 20 75 32. FF 55 20 90 33. GG 75 15 70 34. HH 55 15 70 35. II 60 10 Rata-Rata Kenaikan Skor 12,28 Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa rata-rata kenaikan skor siswa adalah 12,28. Rata-rata kenaikan skor pada post test kedua ini lebih tinggi dari rata-rata kenaikan skor pada post test siklus I. Hal 127
tersebut menandakan bahwa sebagian besar siswa lebih dapat menerima materi yang didiskusikan dan lebih dapat mengembangkan keterampilan berbicaranya. Selanjutnya peneliti juga membandingkan peningkatan setiap aspek keterampilan berbicara sebagai berikut. Tabel 25. Perbandingan Hasil Skor Rata-Rata Aspek Keterampilan Berbicara Siklus I dengan Siklus II Skor
No.
Aspek
1 2 3 4 5 6 7 8
Pengucapan Vokal dan Konsonan Struktur Kalimat Tekanan Pilihan Kata Kepercayaan Diri Kelancaran Berbicara Gerakan dan Mimik Wajah Penalaran Skor Rata-Rata Kelas
Siklus I 10,6 8,86 7,29 9,86 6,86 4,91 4,91 9,86 63,14
Siklus II 12,14 11,14 9,86 10,14 9,86 6,43 5,71 9,86 75,14
Tabel perbandingan di atas kemudian dituangkan dalam diagram sebagai berkut.
128
14 12 10 8 6 4 2 0
Siklus I Siklus II
Gambar 4. Diagram Perbandingan Skor Tes Keterampilan Berbicara antara Pra Tindakan dengan Siklus I di Kelas V SD N Karangmojo Tabel di atas menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan positif pada sebagian besar aspek yang dinilai dari post test I dengan post test II. Bila dilihat dari rata-rata secara keseluruhan telah terjadi peningkatan pada post test siklus II. Seperti yang dilakukan sebelumnya, peneliti juga akan menyajikan analisis peningkatan nilai yang didapat sample siswa yang mendapat nilai tertinggi, sedang, dan terendah, yaitu siswa D, N, dan P. a) Hasil praktik berbicara siswa D pada post test II Siswa D kembali menjadi siswa yang mendapat skor tertinggi pada post test siklus II ini. Siswa D mendapat skor yang hampir sempurna yaitu 95. Dibandingkan dengan post test sebelumnya, siswa D meningkat 10 poin. Peningkatan tersebut terjadi pada dua 129
aspek berbicara yaitu pada aspek kelancaran berbicara dan aspek gerakan dan mimik wajah. Secara umum siswa D sudah melakukan praktik berbicara dengan lancar. Setiap hal yang diungkapkan pada praktik berbicaranya sudah jelas dan dapt dipahami audience pada umumnya.
Pada
post
test
sebelumnya
siswa
kurang
memperhatikan gerakan dan mimik wajah yang disesuaikan dengan apa yang diungkapkannya namun pada post tes kedua ini siswa D sudah mulai menyesuaikan gerakan dan mimik wajahnya dengan kalimat yang diungkapkannya ketika berbicara. Aspek yang masih terdapat bagian yang kurang tepat adalah aspek struktur kalimat. Dilihat dari keseluruhan aspek-aspek yang dinilai dalam berbicara, siswa D sudah memberikan performa yang bagus dan menunjukkan keterampilan berbicara yang baik b) Hasil Praktik berbicara siswa N pada post test II Pada post test II siswa N menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah skor peningkatannya adalah 15 poin. Post test pertama siswa mendapatkan nilai 65 kemudian pada post test kedua ini skor siswa meningkat menjadi 80. Hal tersebut membuktikan
bahwa
keterampilan
berbicara
siswa
N
meningkatpada siklus II. Aspek-aspek yang meningkat pada siklus II ini adalah aspek struktur kalimat, kepercayaan diri, dan kelancaran berbicara. 130
Struktur kalimat yang digunakan siswa saat praktik berbicara secara umum sudah baik dan efektif. Penyampaian pesan yang dibicarakan menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Pada post test kali ini siswa tersebut juga lebih percaya diri dalam praktik berbicara. Ia menjelaskan gagasannya tanpa ragu-ragu dan tatapannya tertuju pada kamera video serta audience yang ada di dalam kelas tersebut. Siswa N dapat berbicara dengan lancar jelas dan runtut mengenai kronologi, pendapat, dan solusi yang diberikan berdasarkan topik yang diberikan.
c) Hasil praktik berbicara siswa P pada post test II Siswa P pada post test II ini juga menunjukkan peningkatan. Beberapa aspek penilaian keterampilan berbicaranya meningkat. Bila dilihat dari skor yang didapat siswa tersebut memang skornya belum mencapai KKM yang sudah ditentukan, namun keterampilan berbicaranya mengalami peningkatan. Pengucapan vokal dan konsonan siswa mengalami peningkatan dibandingkan pada post test sebelumnya. Siswa sedikit demi sedikit berani mencoba untuk mengucapkan vokal dan konsonan lebih jelas dari sebelumnya. Dibandingkan dengan post test sebelumnya siswa P lebih bisa mengendalikan kegugupannya dalam berbicara. Meski siswa tersebut berbicara tanpa catatan bantuan, siswa sudah dapat 131
berbicara secara runtut mengenai topik yang dibahas. Pada post test II siswa berbicara lebih lancar dan kalimat yang diucapkannya juga sudah cukup jelas.
d. Refleksi Hasil tindakan yang dilakukan selama siklus II dianalisis oleh peneliti bersama dengan guru yang bertindak sebagai kolaborator. Hasil penilaian yang didapatkan pada siklus II ini dibandingkan dengan hasil penilaian yang dilakukan pada siklus sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II. Berikut adalah peningkatan skor rata-rata antara hasil penilaian pada siklus I dan siklus II. Tabel 26. Kenaikan Skor Rata-Rata Hasil Penilaian antara Siklus I dan Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Skor Siklus I Siklus II Pengucapan Vokal dan Konsonan 10,6 12,14 Struktur Kalimat 8,86 11,14 Tekanan 7,29 9,86 Pilihan Kata 9,86 10,14 Kepercayaan Diri 6,86 9,86 Kelancaran Berbicara 4,91 6,43 Gerakan dan Mimik Wajah 4,91 5,71 Penalaran 9,86 9,86 Kenaikan Skor Rata-Rata Aspek
Kenaikan 1,54 2,28 2,57 0,28 3 1,52 0,8 0 1,50
Tabel di atas menunjukkan terjadinya peningkatan antara hasil tindakan pada siklus I dan hasil tindakan pada siklus II. Pada aspek pengucapan vokal kenaikan rata-rata skor adalah 1,54, pada aspek 132
struktur kalimat 2,28, pada aspek tekanan meningkat 2,57, pada aspek pilihan kata 0,28, aspek kepercayaan diri meningkat 3 skor, pada kelancaran berbicara 1,52, pada aspek gerakan dan mimik wajah meningkat 0,8, dan pada penalaran tidak terjadi peningkatan. Rata-rata kenaikan skor yang telah tertera pada tabel adalah 1,50. Pada aspek penalaran memang tidak terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya karena pada dasarnya nilai tersebut sudah cukup tinggi. Nilai maksimal pada aspek tersebut adalah 10 sementara rata-rata skor siswa pada aspek tersebut sudah 9,86. Skor tersebut termasuk skor yang cukup tinggi. Bila dilihat dari hasil penilaian pada pra siklus, siklus I, dan siklus II maka didapatkan hasil bahwa siswa mengalami peningkatan positif pada setiap siklus yang dilaksanakan. Hal itu dibuktikan dengan diagram batang skor rata-rata hasil penilaian siswa di bawah ini.
133
14 12 10 8 6 4
Pra Siklus
2
Siklus I2
0
Siklus II
Gambar 5. Kenaikan Skor Rata-Rata Siswa dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Peningkatan yang terjadi pada setiap siklus ini membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD N Karangmojo. Pada awal siklus, skor rata-rata dari seluruh siswa kelas V adalah 55,14, kemudian pada siklus I terjadi peningkatan rata-rata skor menjadi 63,14, dan pada siklus II skor meningkat lagi menjadi 75,14. Berdasarkan peningkatan tersebut peneliti dan kolaborator memutuskan untuk menghentikan tindakan pada siklus II.
B. Pembahasan Pada awal penelitian telah dipaparkan bahwa latar belakang penelitian ini dilakukan salah satunya adalah dalam pembelajaran keterampilan berbicara tidak melibatkan seluruh siswa untuk aktif berbicara. Padahal menurut Arsjad 134
dan Mukti (1991) keterampilan berbicara dalam situasi formal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar memerlukan latihan dan bimbingan yang intensif. Maka dari itu penelitian ini memfokuskan pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajarannya dengan penerapan model kooperatif tipe cooperative script. Keterampilan
berbicara
siswa
sebelum
tindakan
diukur
dengan
memberikan pre test berupa tes berbicara dengan topik yang sama satu persatu. Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan berbicara siswa sebelum dierikan tindakan. Hasil dari pre test tersebut menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa masih di bawah nilai ketuntasan minimal dengan skor rata-rata 55,29. Tindakan pada siklus I yang dilakukan setelahnya berjalan dengan tiga kali pertemuan pembelajaran. Model pembelajaran cooperative merupakan model pembelajaran yang bisa langsung diterapkan karena menurut Warsono dan Haryanto (2013) model pembelajaran ini tidak memerlukan pengaturan kelas khusus karena setiap siswa dapat berdiskusi dengan teman sebangku atau teman terdekatnya. Setiap pembelajaran yang dilakukan menerapkan langkahlangkah model pembelajaran cooperative script yang telah disusun sebelumnya yaitu sebagai berikut. 1. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebangku atau teman terdekatnya. 2. Masing-masing siswa dibagikan wacana atau materi yang akan dibahas hari tersebut. 135
3. Siswa memyimpulkan isi dari bahasan pada hari tersebut dan memberikan pendapat serta solusi berdasarkan permasalahan tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk membuat catatan pembantu ketika siswa akan praktik berbicara. 4. Setiap siswa dalam kelompok diberi peran sebagai pembicara atau sebagai pendengar. Pembicara memaparkan secara lisan tentang rangkuman, pendapat, dan solusi atas permasalahan yang telah ditetapkan sementara pendengar menyimak, mengoreksi, dan memberikan masukan dari konten berbicara maupun cara berbicara temannya tersebut, kemudian berganti peran setelah tugasnya sebagai peran sebelumnya sudah selesai. Warsono dan Hariyanto (2013) menjelaskan bahwa model pembelajaran tersebut akan membiasakan siswa untuk mendengarkan orang lain yang berbicara dengan penuh perhatian serta terbiasa membuat resume berdasarkan suatu konsep dari gagasannya sendiri yang kemudian diungkapkan secara lisan pada pasangannya dalam kelompok. 5. Setelah selesai siswa bersama guru merumuskan kesimpulan dari materi yang telah dibahas tersebut. Pada kegiatan ini sebagian siswa sudah mulai aktif dalam memberikan feedback bagi pengajar dan mengungkapkan gagasannya. Diakhir pembelajaran ketiga dilakukan post test untuk mengetahui hasil tindakan yang dilakukan selama siklus I. Hasil post test pada siklus I adalah 63,14. Angka ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pada siklus I dari pre test yang dilakukan sebelumnya. Peningkatan positif ini dilihat dari 136
meningkatnya nilai rata-rata seluruh siswa pada kelas V SD. Pada akhirnya memang terjadi peningkatan positif pada tindakan siklus I, namun perlu diperhatikan bahwa skor rata-rata yang didapat siswa kelas V masih menunjukkan skor di bawah ketuntasan minimal. Siklus I yang telah berjalan dan menunjukkan suatu hasil tersebut dievaluasi melalui kegiatan refleksi oleh peneliti dan kolaborator. Hasil refleksi yang dilakukan adalah pembentukan kelompok yang monoton dan membuat masukan yang diterima siswa kurang variatif. Hasil refleksi yang lain yang membuat pembelajaran kurang berjalan optimal adalah pemberian materi sebelum berkelompok masih kurang variatif. Hal tersebut membuat beberapa siswa kurang memahami dengan lebih baik konten materi yang dibahas pada hari tersebut. Dari hasil refleksi yang telah ditemukan tersebut, peneliti bersama guru mencari solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut pada siklus selanjutnya. Solusi yang didapatkan adalah dengan mengganti cara pembentukan kelompok dengan cara acak agar didapatkan pasangan yang berbeda dan saling memberikan masukan yang lebih variatif. Untuk permasalahan tentang penyampaian materi, peneliti mengkolaborasikan materi yang akan dibahas dengan permainan-permainan yang memuat konten materi tersebut. Hal ini akan lebih menarik siswa untuk memahami materi dan siswa akan lebih teringat bila disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan refleksi yang dilakukan sebelumnya. Pada siklus ini 137
peneliti
mengubah
cara
pembentukan
kelompok
seperti
yang
telah
direncanakan sebelumnya, yaitu dengan sistem acak agar siswa lebih mengembangkan keterampilannya baik berbicara maupun memberi tanggapan temannya yang praktik berbicara. Dalam bukunya, Restianti (2010) mengungkapkan bahwa kegiatan berbicara dipengaruhi oleh cara kita menangkap apa yang disampaikan oleh orang lain. Maka dari itu sistem acak ini akan lebih membantu siswa berkembang. Langkah-langkah dalam pembelajaran siklus II ini hampir sama dengan siklus I yang berbeda hanya pada cara pembentukan kelompok yang semula dengan teman terdekat menjadi sistem acak. Penyampaian materi pada siklus II ini disisipi dengan permainan yang relevan dengan materi yang dibahas, seperti permainan “Bisik Tetangga” pada pertemuan pertama yang memuat materi pengucapan vokal dan konsonan yang jelas, “Jeruk Oh Jeruk” pada pertemuan kedua yang melatih siswa menyimak dan memberikan tanggapan, serta kegiatan lempar pertanyaan lempar jawaban untuk melatih siswa dalam menanggapi suatu permasalahan dengan cepat secara lisan. Sama dengan siklus I, siklus II ini berjalan dengan tiga kali pertemuan pembelajaran. Pada akhir pembelajaran tiga diberikan post test kembali untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa pada materi yang dibahas bersama selama tiga pertemuan ini dan untuk melihat tingkat keterampilan berbicara siswa kelas V secara keseluruhan. Hasil yang didapat dari post test siklus II ini adalah skor rata-rata siswa yang mencapai 75,14. Skor rata-rata ini menunjukkan peningkatan dari skor 138
rata-rata pada siklus sebelumnya yaitu 63,14. Total kenaikan skor dari siklus I ke siklus II adalah 12 dan rata-rata kenaikan pada setiap aspek yang dinilai adalah 1,50. Skor rata-rata siswa pada hasil post test siklus II ini telah berada di atas kriteria ketuntasan minimal dan persentase kelulusan siswa kelas V SD N Karangmojo ini telah mencapai 98,08%. Berdasarkan hasil yang telah dicapai tersebut, peneliti dan kolaborator menyimpulkan bahwa peningkatan keterampilan
berbicara
melalui
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
cooperative script pada siswa kelas V SD N Karangmojo Bantul dapat dikatakan berhasil.
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan di kelas V SD N Karangmojo ini dalam pelaksanaannya masih terdapat keterbatasan. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tim yang membantu peneliti dalam melakukan pengamatan dan mendokumentasikan video hanya dua orang sehingga pengamatan dan pendokumentasian kurang terkondisi dengan baik. 2. Pada pertemuan kedua siklus I ada tiga siswa yang harus mengikuti lomba mewakili sekolah sehingga siswa tersebut tidak dapat mengikuti pembelajaran pada hari tersebut. Hal itu menyebabkan siswa tersebut sedikit tertinggal dengan teman-temannya.
139
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan proses penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, telah didapatkan hasil bahwa model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V di SD N Karangmojo. Cooperative script merupakan sebuah model pembelajaran yang menggunakan sistem kerja secara berpasangann untuk saling berlatih dan mengembangkan keterampilan berbicaranya dalam kegiatan berkelompok. Dalam model pembelajaran ini yang pertama dilakukan adalah, 1) siswa diminta untuk berkelompok secara berpasangan, 2) masing-masing kelompok diberikan teks bacaan yang memuat permasalahan tertentu, 3) siswa diminta untuk membaca dan memahami isi dari teks bacaan yang telah diberikan, 4) hal yang dilakukan selanjutnya adalah siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang memuat rangkuman berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri, dan 5) langkah selanjutnya secara bergiliran anggota kelompok mengungkapkan pendapat dan solusinya secara lisan dalam kelompok tersebut dan anggota yang lain memperhatikan serta memberikan masukan dan saran setelahnya, begitu sebaliknya.
140
Peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V SD N Karangmojo melalui model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dapat dilihat dari meningkatnya proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I proses pembelajaran menunjukkan persentase 80,17% kesesuaian pelaksanaan model pembelajaran dari pengamatan aktivitas siswa, kemudian meningkat menjadi 86,56% pada siklus II hasil tes pra tindakan dengan hasil pada post test siklus I.
Hal lain yang menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa juga dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Pada tes yang dilakukan pra tindakan skor rata-rata kelas adalah 55,14, kemudian pada siklus I hasil post test skor rata-rata kelas menunjukkan peningkatan yaitu 63,14. Persentase jumlah siswa yang tuntas saat post test siklus I juga mengalami peningkatan, jika pada pra tindakan persentase siswa yang lulus adalah 31,43%, pada siklus ini meningkat menjadi 45,71%. Dari siklus I ke siklus II juga terjadi peningkatan pada skor rata-rata kelas dan persentase jumlah siswa yang lulus. Skor rata-rata kelas pada siklus II naik menjadi 75,14. Skor rata-rata tersebut sudah berada di atas nilai KKM yang telah ditentukan sebelumnya. Persentase siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau di atas KKM juga sudah tinggi yaitu 94,29%. Peningkatan tersebut menunjukkan
bahwa
penerapan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
cooperative script dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD N Karangmojo.
141
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan saran sebagai berikut. 1. Guru
sebaiknya
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
cooperative script pada pembelajaran keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V sekolah dasar dengan pembentukan kelompok kecil atau berpasangan secara acak agar lebih efektif, dan mengontrol proses pembangunan ide siswa selama penyampaian pendapat, serta mengontrol proses diskusi agar dalam diskusi tersebut siswa dapat berlatih dan memberikan pendapat dengan baik dan optimal. 2. Siswa sebaiknya lebih banyak dilatih berbicara dengan bantuan siswa lain sebagai penyimak dan pemberi masukan agar siswa dapat mengetahui kelebihan dan kelemahannya saat praktik berbicara.
142
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Anita Lie. (2004). Cooperative Learning – Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Aris Shoimin. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Baharuddin, & Esa Wahyuni. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group. Diah Wulandari. (2014). “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Grafis pada Siswa Kelas IIIA SD N Tukangan Yogyakarta”. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Universitas Negeri Yogyakarta. Glenn R. Capp. 1971. Basic Oral Communication. United States of America: Prentice-Hall.inc. Henry G. Tarigan. (1985). Berbicara – Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Hetti Restianti. (2010). Pentingnya Kemahiran Berbicara. Bogor: Quadra Illeris, Knutt. (2011). Contemporary theories of Learning (Teori-Teori Pembelajaran Kontemporer). Penerjemah: M. Khozin. Bandung: Nusa Media. Isjoni. (2013). Pembelajaran Kooperatif – Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Johnson, David W., dkk. (2012). Colaborative Learning – Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama. Penerjemah: Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
143
Jumanta Hamdayama. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia. Maidar G. Arsjad, & Mukti U.S. (1991). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Matsuri,
dkk. (2014). “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Cooperative Script.” Jurnal Didaktita Dwija Indria Vol.2, No. 19. Solo: FKIP UNS.
Miftahul Huda. (2014). Cooperative Learning – Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nunuk Suryani, & Leo Agung (2012). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI). Ratna Wilis. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran – Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: Raja Grafindo Persada. Sholeh Hamid. (2011). Metode Edutainment – Menjadikan Siswa Kreatif dan Nyaman di Kelas. Yogyakarta: Diva Press. Singgih D. Gunarsa. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Syukur Ghazali. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama. Tiara
Ajeng Permana. (2016). “Peningkatan Keterampilan Berbicara menggunakan Model Paired Storytelling Siswa Kelas VA SD Negeri Demakijo 1 Sleman Yogyakarta”. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Universitas Negeri Yogyakarta.
Warsono dan Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif – Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Yudrik Jahja. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 144
Yunus Abidin. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Zainal Aqib. (2013). Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
145
Lampiran 1. Hasil Observasi Pra Penelitian Waktu Lokasi No. 1.
2.
3. 4. 5. 6.
: 5 Januari 2016 : SD N Karangmojo
Aspek pengamatan Porsi waktu yang diberikan untuk pembelajaran keterampilan berbicara terhadap keterampilan berbahasa yang lain. Skala prioritas dalam penyampaian pembelajaran keterampilan berbahasa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Penerapan model pembelajaran cooperative script Jumlah anggota pada masingmasing kelompok Kondisi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Kondisi guru saat menerapkan model pembelajaran kooperatif
7.
Kondisi siswa saat menerapkan model pembelajaran kooperatif
8.
Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Keadaan siswa ketika diminta untuk berbicara atau mengungkapkan gagasan Prosentase siswa yang aktif berbicara di kelas Tingkat keterampilan berbicara siswa.
9.
10. 11.
Hasil pengamatan Porsi waktu yang diberikan untuk pembelajaran berbicara terhadap keterampilan berbahasa yang lain cenderung lebih sedikit.
Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa, siswa lebih banyak mendalami keterampilan menulis dan membaca. Keterampilan berbicara tidak terlalu diperdalam dalam pembelajaran berbahasa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Model pembelajaran cooperative script pernah diterapkan di kelas V 4-6 siswa Pembelajaran belum melibatkan seluruh siswa untuk aktif berbicara Guru belum melakukan pengontrolan terhadap kerja sama siswa dalam kelompok dan hanya melihat perfomansi siswa saja. - Siswa yang kurang menonjol memiliki sedikit kesempatan untuk berlatih berbicara - Masing-masing anggota kelompok belum bisa bekerja sama dengan baik dan merata Saat diskusi kelompok siswa masih sulit berbicara efektif dan tidak semua anak terlibat dalam kegiatan berbicara. Sebagian besar siswa masih kurang percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya. Siswa yang aktif berbicara di kelas hanya 30% dari keseluruhan jumlah siswa. Masih banyak siswa yang belum lancar dalam menungkapkan pendapatnya secara lisan dan tata bahasanya masih perlu diperbaiki.
146
Lampiran 2. Hasil Wawancara Pra Penelitian Waktu Lokasi Narasumber 1.
2.
3.
4.
5.
6.
: 5 Januari 2016 : SD N Karangmojo : Ari Sulistyowati, S.Pd
Bagaimanakah pembagian porsi waktu dalam pembelajaran keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V? Jawaban: Pembagian porsi waktu dalam pembelajaran keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, menulis) pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V lebih banyak pada keterampilan menulis dan membaca. Pembelajaran keterampilan berbicara lebih sedikit diberikan. Mengapa keterampilan berbicara lebih sedikit diberikan daripada keterampilan berbahasa lain? Jawaban: Karena keterampilan berbicara secara tidak langsung sudah dilakukan siswa dalam kehidupannya sehari-hari maka dari itu saya lebih banyak memberikan pembelajaran pada keterampilan berbahasa lain Apakah model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia? Jawaban: Model pembelajaran yang saya gunakan bermacam-macam diantaranya yaitu, tanya jawab, praktik secara langsung, membentuk kelompok (pembelajaran kooperatif), dan sebagainya. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif di kelas V? Jawaban: Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok lalu masing-masing kelompok diberikan bahan diskusi kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk berpendapat berdasarkan bacaan yang telah diberikan. Perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mengungkapkan pendapat dari kelompoknya. Kelompok lain saling menanggapi Adakah kendala yang dialami dalam pembelajaran berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia? Jawaban: Tentu saja ada kendala yang dialami dalam pembelajaran berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Apa saja kendala yang dialami dalam pembelajaran bahasa Indonesia? Jawaban: Siswa masih kurang percaya diri dalam berbicara dan siswa takut salah dalam mengungkapkan gagasannya. Saat diminta untuk memberikan tanggapan sedikit sekali siswa yang berani mengungkapkan gagasannya.
147
Lanjutan Lampiran 2 7.
8.
9.
Bagaimana strategi guru untuk menghadapi kendala tersebut? Jawaban: Ketika siswa tidak merespon saat diberi pertanyaan, kemudian akan ditunjuk secara acak pada siswa di dalam kelas agar siswa tetap melakukan kegiatan berbicara namun respon siswa tidak terlalu memuaskan bahkan ada yang sama sekali tidak berani menjawab atau berbicara. Bagaimana minat siswa dalam mengikuti mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara? Jawaban: Siswa sebenarnya berminat namun mereka masih kurang percaya diri ketka melakukan kegiatan berbicara Berapa persen anak yang aktif berbicara di kelas V?
Jawaban: Kurang lebih hanya 30% saja anak yang aktif berbicara di kelas V. 10. Bagaimana tata bahasa anak saat melakukan kegiatan berbicara? Jawaban: Tata bahasa sebagian kecil anak yang aktif berbicara sudah lumayan bagus. Sebagian lainnya masih belum berkembang.
148
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Guru SD N Karangmojo Sebelum Penelitian
149
150
151
Lampiran 4. Hasil Tertulis Tes Keterampilan Berbicara Siswa pada Pra Tindakan A. Siswa D Perkenalkan nama saya Aurora Liza Talasa, nomer absen saya 4. Kasus DB di Yogyakarta semakin bertambah. Penyakit yang disebabkan oleh Aedes Aegipty ini melonjak hingga 77 kasus, padahal hanya 240 saja. Selang waktu penyakit semakin bertambah. Untuk yang meninggal berjumlah 4 orang yang ada di daerah yang rawan akan penyakit DB, salah satunya Jetis. Jika tidak ditangani akan dikhawatirkan akan semakin bertambah korbannya. DInas kesehatan kota Yogyakarta pun mengatakan bahwa penyakit ini melonjak cukup tajam, itupun disebabkan karena dampak perubahan musim dan lingkungan yang tidak terjaga. Pendapatku, aku turut prihatin atas korbankorban yang kena penyakit itu. Banyak warga yang meninggal dan sengsara. Mereka harus menjaga kebersihan lingkungan. Solusi saya, warga-warga harus menjaga kebersihan lingkungan, terutama daerah yang rawan penyakit itu. Mereka harus melakukan 3M, menutup tempat penampungan, mengurus, dan menguras tempat penampungan ini, kalau perlu pemerintah daerah pun melakukan penyemprotan nyamuk DB. B. Siswa N Perkenalkan nama saya Hana Anggita Martania, absen 14. Kasus penyakit demam berdarah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegipty ini bahkan mengalami lonjakan sampai 77 kasus. Kalau tidak segera ditanggapi…ditangani dikhawatirkan jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan fenomana cuaca yang tak menentu dan juga dampak perubahan musim jentik-jentik nyamuk dapat berkembang dengan subur khususnya di tempat yang tidak memiliki sanitasi yang cukup dan lingkungan yang tak terjaga kebersihannya. Menurut saya demam berdarah ini bisa membuat kita terkena penyakit jadi kita harus kerja bakti atau melakukan 3M agar tidak terkena penyakit. Kita harus menjaga kebersihan lingkungan atau dengan cara melakukan 3M agar kita tidak terkena penyakit DBD. C. Siswa P Perkenalkan nama saya Ingga Astuti, nomer absen 16. Menurut aku orangorang yang sudah terkena penyakit DB segera diberi obat. Daerah Yogyakarta telah terkena penyakit DB. Sejak pada siang hari pada tanggal 19 Maret 2016, kasus hanya sebanyak 240 kasus. Menurut kami penyakit Aidep Aigepsi itu sangat panas sekali pada bulan Maret 2016 ini hanya sebanyak 240 kasus. Namun tak selang lama penyakit endemis ini mengalami lonjakan yag sangat tajam menjadi 347 kasus. Kita harus menjaga kebersihan lingkungan kita, bisa bersih dan nyaman. Setelah menjaga kebersihan lingkungan kita harus menjagalingkungan kebersihan.
152
Lampiran 5. Hasil Tertulis Tes Keterampilan Berbicara Siswa pada Post Test Siklus I A. Siswa D Perkenalkan nama saya Aurora Liza Talasa, no absen empat. Kasus penyakit DBD di Yogyakarta semakin bertambah. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegipty ini mengalami lonjakan yang cukup tajam dan semakin menyebar, sehingga mengakibatkan korban meninggal di daerah yang rawan akan penyakit DBD, salah satunya di daerah Jetis. Jika tidak ditangani segera akan dikhawatirkan korbannya semakin bertambah. Itupun dikarenakan karena peryubahan musim dan tidak terjaganya kebersihan lingkungan, sehingga jentik-jentik nyamuk berkembang biak dengan cepat. Pendapat saya, saya turut prihatin atas korban-korban yang terkena penyakit tersebut. Banyak warga yang meninggal dan segsara karena terkena penyakit tersebut. Solusi dari saya sebaiknya mereka menjaga kebersihan lingkungan. Mereka harus melakukan 3M yaitu menutup dan menguras tempat penampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang terkena air hujan, sehingga tidak terjadi lagi penyebaran penyakit DBD. B. Siswa N Nama saya Hana Anggita Martania, nomer absen 14. Kasus penyakit demam berdarah di kota Yogyakarta mengalami yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegipty ini mengalami penanjakan sebesar 77 kasus yang disebabkan oleh fenomena cuaca kurang menentu dan kurangnya sanitasi. Pendapat saya kita harus menjaga kebersihan dan melakukan 3M agar tidak terjadi kasus demam berdarah. Solusi saya kita harus melakukan kerja bakti atau melakukan 3M agar tidak terjadi kasus demam berdarah.
C. Siswa P Kasus penyakit demam berdarah di daerah Yogyakarta hari demi hari semakin masuk di daerah penduduk. Kita harus melakukan 3M.
153
Lampiran 6. Hasil Tertulis Tes Keterampilan Berbicara Siswa pada Post Test Siklus II A. Siswa D Perkenalkan nama saya Aurora Liza Talasa, nomer absen empat. Kasus penyakit demam berdarah di Yogayakarta semakin bertambah. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegipty ini mangalami lonjakan yang cukup tajam dan semakin menyebar, sehingga mengakibatkan korban meninggal di daerah yang rawan akan penyakit DBD, salah satunya di daerah Jetis. Jika tidak ditangani segera dikhawatirkan korbannya akan semakin bertambah. Penyakit itupun dikarenakan karena perubahan musim dan tidak terjaganya kebersihan lingkungan, sehingga jentik-jentik nyamuk berkembang biak dengan cepat. Pendapat saya, saya turut prihatin atas korban-korban yang terkena penyakit tersebut. Banyak warga yang meninggal dan sengsara karena penyakit tersebut. Solusi dari saya, sebaiknya mereka selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan kesadaran penuh, terutama di daerah yang rawan akan penyakit tersebut dengan cara melakukan 3M, yaitu mengubur tempat barang-barang bekas yang tidak terpakai serta menutup dan menguras tempat penampungan air, sehingga tidak terjadi lagi penyebaran nyamuk Aedes Aegipty. B. Siswa N Perkenalkan Nama saya Hana Anggita Martania, nomer absen 14. Kasus penyakit DBD di kota Yogyakarta hari demi hari mengalami penambahan. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegipty ini bahkan mengalami lonjakan sampai 77 kasus. Seiring dengan fenomena cuaca yang tak menentu dan dampak perubahan musim, jentik-jentik nyamuk dapat berkembang biak dengan subur, khususnya di tempat yang tidak mendapat sanitasi yang cukup dan lingkungan yang tak terjaga kebersihannya. Pendapat saya demam berdarah dapat membuat kita terkena penyakit panas dan kematian. Solusi saya kita harus melakukan…kita harus menjaga kebersihan lingkungan atau melakukan 3M agar tidak terkena penyakit. C. Siswa P Nama Saya Ingga Esti Astuti, absen 16. Penyakit Aidep Aigepsi ini… Kasus penyakit demam berdarah di daerah Yogyakarta hari demi hari terus mengalami penyembuhan. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aidep Aigepsi ini bahwa mengalami 77 kasus. Kita harus menjaga lingkungan, kita melakukan 3M.
154
Lampiran 7. Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran A. Lembar Observasi Siswa D dalam Pembelajaran
155
Lanjutan Lampiran 7. B. Lembar Observasi Siswa N dalam Pembelajaran
156
Lanjutan Lampiran 7. C. Lembar Observasi Siswa P dalam Pembelajaran
157
Lampiran 8. Hasil Tes Pra Tindakan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD N Karangmojo Hasil Tes Pra Tindakan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD N Karangmojo No. Kode Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD EE FF GG HH II
Kebahasaan Non Kebahasaan I II III IV V VI VII VIII Total Skor 5 10 5 10 1 1 1 10 43 5 10 5 10 1 1 5 10 47 15 5 5 5 5 5 5 10 55 15 10 10 15 10 5 5 10 80 15 10 10 10 10 5 5 10 75 5 10 5 10 1 1 1 10 43 5 10 5 10 1 1 1 10 43 5 5 5 5 5 5 1 10 41 5 5 5 10 5 1 1 10 42 5 10 5 10 1 1 5 10 47 5 5 5 10 1 1 1 10 38 10 10 5 10 5 5 1 10 56 15 10 10 10 5 5 5 10 70 10 10 10 10 5 5 1 10 61 15 10 10 15 5 5 5 10 75 1 5 5 10 1 1 1 10 34 10 5 5 10 5 1 1 5 42 10 10 5 10 5 5 1 5 51 10 10 5 10 5 1 1 10 52 10 10 5 10 5 5 1 10 56 10 10 5 10 5 1 1 10 52 5 5 5 10 1 1 1 10 38 15 10 10 10 5 5 5 10 70 15 10 15 10 5 5 5 10 75 10 5 5 10 5 5 1 10 51 10 10 10 10 5 5 5 10 65 15 10 5 10 1 5 1 10 57 15 10 10 10 5 5 5 10 70 10 10 10 10 5 5 5 10 65 15 10 10 10 5 5 5 10 70 10 5 5 5 5 1 1 10 42 10 5 5 10 5 1 5 10 51 15 10 15 15 5 5 1 10 76 10 5 5 5 5 1 1 10 42 10 10 5 5 5 5 5 10 55 Skor Rata-Rata Kelas 55.14 158
Sambungan Lampiran 8. Keterangan: I
= Pengucapan Vokal dan Konsonan
II
= Struktur Kalimat
III
= Tekanan
IV
= Pilihan Kata
V
= Kepercayaan Diri
VI
= Kelancaran Berbicara
VII = Gerakan dan Mimik Wajah VIII = Penalaran
159
Lampiran 9. Hasil Post Test Siklus I Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD N Karangmojo Hasil Post Test Siklus I Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD N Karangmojo No.
Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kebahasaan
Non Kebahasaan
Total Skor
A B C D E F G H I J K
I 5 5 15 15 15 5 5 10 5 10 5
II 5 10 10 10 10 10 10 10 5 10 10
III 5 10 5 15 10 5 5 5 5 5 5
IV 10 10 5 15 10 15 10 10 10 10 10
V 5 5 10 10 10 5 5 10 5 10 5
VI 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
VII 5 5 5 5 10 5 5 5 5 5 5
VIII 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10
12
L
15
10
5
10
5
5
1
10
61
13
M
15
10
10
10
5
5
5
10
70
14
N
10
10
10
10
5
5
5
10
65
15
O
15
15
10
15
5
10
5
10
85
16
P
1
5
5
10
5
1
1
10
38
17
Q
10
5
5
10
5
5
5
10
55
18
R
10
10
5
10
5
5
5
10
60
19
S
10
10
10
10
5
5
5
10
65
20
T
10
10
5
10
5
5
5
10
60
21
U
10
10
5
10
5
5
5
10
60
22
V
5
5
5
10
5
5
5
10
50
23
W
15
10
10
10
10
5
5
10
75
24
X
15
10
15
10
10
5
5
10
80
25
Y
10
5
5
5
10
5
5
10
55
26
Z
10
10
10
10
5
5
5
10
65
27
AA
15
10
5
10
5
5
5
10
65
28
BB
15
10
10
10
10
5
5
10
75
29
CC
15
10
10
10
10
5
5
10
75
30
DD
15
10
10
10
10
5
5
10
75
31
EE
10
5
5
5
5
5
5
10
50
32
FF
10
5
5
10
5
5
5
10
55
33
GG
15
10
10
10
10
5
5
10
75
34
HH
10
5
5
10
5
5
5
10
55
35
II
10
10
5
5
10
5
5
10
60
Skor Rata-Rata
160
46 60 60 85 80 60 55 65 50 65 55
63,14
Sambungan Lampiran 9. Keterangan: I
= Pengucapan Vokal dan Konsonan
II
= Struktur Kalimat
III
= Tekanan
IV
= Pilihan Kata
V
= Kepercayaan Diri
VI
= Kelancaran Berbicara
VII
= Gerakan dan Mimik Wajah
VIII
= Penalaran
161
Lampiran 10. Hasil Post Test Siklus II Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD N Karangmojo Hasil Post Test Siklus II Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD N Karangmojo No. Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD EE FF GG HH II
kebahasaan Non Kebahasaan Total Skor I II III IV V VI VII VIII 10 10 10 10 10 10 5 10 75 10 10 10 10 10 5 5 10 70 15 10 10 5 10 5 5 10 70 15 10 15 15 10 5 10 10 90 15 10 15 10 10 10 10 10 90 10 10 10 15 10 5 5 10 75 5 10 5 10 10 5 5 10 60 10 10 5 10 10 5 5 10 65 10 10 5 10 10 5 5 10 65 15 10 10 10 10 5 5 10 75 10 10 5 10 10 5 5 10 65 15 10 10 5 10 5 5 5 65 15 10 10 10 10 5 5 10 75 10 15 10 10 10 10 5 10 80 15 15 10 15 10 10 5 10 90 5 5 5 10 5 5 5 10 50 10 10 5 10 10 5 5 10 65 10 10 10 10 10 5 5 10 70 15 10 10 10 10 5 5 10 75 15 15 10 10 10 5 5 10 80 10 10 5 10 10 10 5 10 70 5 10 10 10 10 5 5 10 65 15 10 10 10 10 10 10 10 85 15 15 15 10 10 10 10 10 95 10 10 10 10 10 5 5 10 70 15 15 10 10 10 10 5 10 85 15 10 10 10 10 5 5 10 75 15 15 10 10 10 10 5 10 85 15 15 15 10 10 5 5 10 85 15 15 15 10 10 10 5 10 90 10 10 10 10 10 5 5 10 70 15 10 10 10 10 5 5 10 75 15 15 15 10 10 5 10 10 90 10 10 10 10 10 5 5 10 70 10 10 10 10 10 5 5 10 70 Skor Rata-Rata 75,14 162
Sambungan Lampiran 10. Keterangan: I
= Pengucapan Vokal dan Konsonan
II
= Struktur Kalimat
III
= Tekanan
IV
= Pilihan Kata
V
= Kepercayaan Diri
VI
= Kelancaran Berbicara
VII
= Gerakan dan Mimik Wajah
VIII
= Penalaran
163
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I: Pertemuan 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan
: SD N Karangmojo
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: V (lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (2JP)
Hari, Tanggal
: Rabu, 8 Juni 2016
A. Standar Kompetensi 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.
B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. C. Indikator 1. Mencermati permasalahan pada bacaan “Kasus DBD di Kota Yogya Tercatat Terus Melonjak”. 2. Memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan permasalahan pada bacaan “Kasus DBD di Kota Yogya Terus Melonjak” dengan memperhatikan pengucapan huruf vokal dan konsonan. D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah membaca teks bacaan berjudul “Kasus DBD di Kota Yogya Tercatat Terus Melonjak”, siswa dapat mencermati permasalahan pada teks bacaan tersebut dengan penalaran yang tepat. 2. Setelah mengamati teks bacaan tentang permasalahan alam dan mendengarkan contoh memberikan tanggapan secara lisan dari guru, siswa dapat memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan 164
dengan pengucapan huruf vokal dan konsonan yang jelas.
E. Materi Ajar Permasalahan faktual. (materi terlampir)
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran
: Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK)
Model Pembelajaran
: Cooperative Script
Metode pembelajaran
: Ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam dari guru untuk 15 menit membuka pelajaran. 2. Siswa ditanya kabar mereka pada hari tersebut. 3. Salah satu siswa diminta untuk memimpin berdoa sebelum memulai pembelajaran. 4. Siswa dipresensi kehadirannya pada hari tersebut. 5. Siswa diberi apersepsi berupa tanya jawab tentang berbagai penyakit yang timbul akibat kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. 6. Siswa diberi motivasi untuk siap mengikuti pembelajaran dengan tertib agar menjadi siswa yang pandai. Inti
35 menit
Eksplorasi
165
g) Siswa diberi penjelasan tentang materi menanggapi permasalahan faktual. h) Siswa diberi waktu untuk tanya-jawab tentang materi yang disampaikan guru. i) Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk
kelompok
dengan
teman
sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya. Elaborasi j) Masing-masing siswa mendapatkan sebuah bacaan tentang permasalahan di lingkungan sekitarnya, yaitu tentang penyakit demam berdarah. k) Siswa
diminta
untuk
membaca
dan
memahami isi dari bacaan yang telah diberikan. l) Siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang memuat rangkuman berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri. m) Siswa menentukan anggota yang menjadi pembicara terlebih dahulu dan anggota yang menjadi pendengarnya untuk saling memberi masukan dalam kelompok. n) Siswa yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan
hasil
rangkuman
dan
gagasannya berdasarkan bacaan tersebut secara bantuan
lisan
dan
catatan 166
tanpa yang
menggunakan telah
ia
buat
sebelumnya. o) Siswa yang bertugas menjadi pendengar menyimak dan memahami penjelasan yang diungkapkan oleh pembicara kemudian setelah
pembicara
selesai,
pendengar
memberikan tanggapan mengenai hal yang telah dibicarakan. Tanggapan tersebut dapat berupa koreksi dari gagasan-gagasan yang diungkapkan
pembicara
tambahan-tambahan
atau
mungkin
ide
untuk
menyempurnakan gagasan dari pembicara. p) Siswa bertukar peran, yang sebelumnya menjadi pembicara menjadi pendengar, begitu sebaliknya. Setelah bertukar peran kelompok
melakukan
aktivitas
seperti
sebelumnya. q) Setiap
kelompok
merangkum
hasil
diskusinya pada masing-masing bacaan lalu dipaparkan secara lisan dalam kelas. Konfirmasi r) Siswa bersama dengan guru membahas gagasan-gagasan berdasarkan teks bacaan yang diberikan s) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan materi yang dipelajari pada hari tersebut. Penutup
1. Siswa diberikan latihan soal individu untuk 20 menit mengetahui pemahaman materi setiap siswa. 2. Siswa diberi motivasi untuk mengulang kembali pembelajaran yang didapat di sekolah pada saat berada di rumah agar 167
semakin paham dan menguasai materi tersebut. 3. Salah satu siswa diminta untuk memimpin doa penutup. 4. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan salam penutup.
H. Sumber Pembelajaran 1. Sumber Epon Kurniasih & Sri Hapsari. 2009 Pintar Berbahasa Indonesia
untuk Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Indriyani, Umri Nur’aini. 2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
I. Teknik Penilaian 1. Prosedur Penilaian a. Penilaian Berbicara 1) Jenis
: Praktik Lisan
2) Bentuk
: Praktik Berbicara
b. Penilaian Sikap 1) Jenis
: Non Tes
2) Bentuk
: Lembar pengamatan
168
2. Instrumen Penilaian (Terlampir).
Mengetahui,
Bantul, 6 Juni 2016
Guru Kelas V
Peneliti
Ari Sulistyowati, S.Pd. Si
Dita Rusdia Amalia
NIP. 19810104201 4062 001
NIM. 12108241168
Mengetahui, Kepala Sekolah SD Karangmojo
Wening Nurdiyah, S.Pd NIP. 196707041991032014
Daftar Lampiran: 1. Materi Pembelajaran 2. Lembar Kerja Siswa 3. Pedoman dan Rubrik Penilaian Praktik Berbicara 4. Lembar Penilaian Praktik Berbicara 5. Pedoman dan Lembar Penilaian Sikap 169
Lampiran 1. Materi Pembelajaran Mengomentari Persoalan Faktual Faktual adalah berita yang berdasarkan kenyataan dan mengandung kebenaran. Mengomentari Persoalan Faktual dengan Alasan yang Mendukung Langkah-langkah mengomentari persoalan faktual antara lain: - Membaca persoalan dengan seksama. - Temukan persoalan yang benar-benar terjadi. - Kemukakan alasan tentang persoalan tersebut.
Memberikan Pendapat Kalian suka berdiskusi, bukan? Pernahkah kalian mengungkapkan pendapat waktu diskusi? Apabila pernah, tentunya kalian akan memberikan alasan atas pendapat yang kalian sampaikan dengan bahasa yang baik. 1. Memberikan Pendapat tentang Persoalan Faktual Pendapat adalah pikiran atau anggapan yang diberikan oleh seseorang yang belum dapat dipastikan kebenarannya. Pendapat hanya dapat diberikan setelah kita mengetahui pokok suatu permasalahan yang disampaikan. Saat memberikan pendapat sebaiknya secara seimbang. Di samping itu, kita harus mengutamakan fakta-fakta yang ada. 2. Mengemukakan Pokok Persoalan Saat pelajaran sekolah dimulai, Siska menanyakan persoalan tentang urbanisasi di Indonesia. Perhatikanlah beberapa persoalan yang disampaikan Siska berikut ini! Setiap tahun, jumlah urbanisasi makin meningkat. Mereka umumnya tidak memiliki bekal keterampilan yang memadai. Akibatnya, saat mengadu nasib di kota-kota besar, mereka sulit memperoleh pekerjaan. Mereka justru menambah persoalan baru, yaitu bertambahnya tingkat pengangguran di kota. Pokok persoalan yang dikemukakan Siska adalah peningkatan jumlah urbanisasi akan meningkatkan pengangguran di kota. Khususnya bagi mereka yang tidak mempunyai keterampilan yang memadai. 170
Kasus DBD di Kota Yogya Tercatat Terus Melonjak TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus penyakit Demam Berdarah (DBD) di Kota Yogyakarta hari demi hari terus mengalami penambahan. Penyakit
yang disebabkan oleh gigitan
nyamuk Aedes aegitpty ini bahkan mengalami lonjakan sampai 77 kasus, dalam rentang
waktu
sebulan
ini.
Padahal
sebelumnya,
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat jumlah kasus DBD pada bulan Maret 2016 ini hanya sebanyak 240 kasus. Namun tak selang begitu lama,penyakit endemis ini mengalami lonjakan yang sangat tajam, menjadi 347 kasus. Sementara untuk jumlah korban meninggal berjumlah empat orang yang berasal dari Kelurahan Patehan Kraton, warga Kelurahan Kricak Tegalrejo, serta warga Jetis yang mana merupakan daerah rawan penyebaran. Jikalau tak segera ditangani, dikhawatirkan jumlah ini akan terus bertambah. Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan KotaYogyakarta, Endang Sri Rahayu, menuturkan, peningkatan kasus DBD pada bulan Maret-April ini memang cukup tajam. Dalam sehari tercatat, sebanyak 5-10 orang dilaporkan terjangkit DBD. Bulan-bulan ini peningkatan DBD memang cukup tajam, bulan ini saja sudah mencapai 347 kasus, dari 240 kasus di bulan sebelumnya," ujar Endang, Selasa (19/4/2016). Lanjut Endang, seiring dengan fenomena cuaca yang tak menentu dan juga dampak perubahan musim, jentik-jentik nyamuk dapat berkembang dengan subur, khususnya di tempat yang tidak memiliki sanitasi yang cukup, dan lingkungan yang tak terjaga kebersihannya.
171
Lampiran 2. LKS Lembar Kerja Siswa Nama :……………………………. No. Absen :……………………………. Panduan mengerjakan: 1) Bacalah bacaan yang telah diberikan guru. 2) Kerjakan soal 1 – 3 di bawah ini sebagai alat bantuan untuk memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan. 3) Ungkapkan secara lisan tanggapan dan solusi yang telah di susun. Kerjakan soal di bawah ini dan ungkapkan secara lisan!
1. Tuliskan rangkuman bacaan yang telah dibaca dan dipahami dengan bahasamu sendiri!
2. Bagaimanakah pendapatmu tentang permasalahan dalam bacaan tersebut?
3. Bagaimanakah solusi dari permasalahan yang terdapat pada bacaan terseb
172
Lampiran 3. Rubrik dan pedoman penilaian praktik berbicara Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No. Aspek yang dinilai
Indikator
1.
Pengucapan vokal dan konsonan
15
Struktur kalimat
15
Tekanan
15
Pilihan kata
15
Kepercayaan diri
10
Kelancaran berbicara
10
Gerakan dan mimik wajah
10
Penalaran
10
2.
Kebahasaan
Non Kebahasaan
Jumlah
Skor
100
Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara No. Indikator 1.
Aspek
Skor
Pengucapan
Pengucapan vokal dan konsonan sudah
15
Vokal dan
jelas dan tepat di semua kata atau
Konsonan
kalimat. Terdapat pengucapan vokal dan
10
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara. Terdapat pengucapan vokal dan
5
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara. Pengucapan vokal dan konsonan belum jelas dan tepat. 173
1
2.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat sudah tepat dan efektif
15
di keseluruhan praktik berbicara. Terdapat struktur kalimat yang belum
10
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara Terdapat struktur kalimat yang belum
5
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara Struktur kalimat belum tepat dan belum 1 efektif. 3.
Tekanan
Tekanan berbicara pada semua kata
15
atau kalimat sudah tepat dan wajar Masih terdapat sebagian kecil tekanan
10
berbicara yang belum tepat dan wajar. Masih terdapat sebagian besar tekanan
5
berbicara yang belum tepat dan wajar. Tekanan berbicara belum tepat dan
1
wajar. 4.
Pilihan Kata
Pilihan kata sudah sesuai dan variatif
15
Pilihan kata sudah sesuai namun
10
kurang variatif Terdapat pilihan kata yang belum
5
sesuai
5.
Kepercayaan Diri
Pilihan kata belum sesuai
1
Percaya diri tinggi dan berani
10
mengungkapkan gagasannya secara lisan Percaya diri dan keberanian masih kurang dalam mengungkapkan gagasannya di depan kelas 174
5
Belum percaya diri dan belum berani
1
mengungkapkan gagasannya di depan kelas 6.
Kelancaran
Sudah dapat berbicara dengan lancar
Berbicara
saat praktik berbicara Masih terdapat bagian yang kurang
10
5
lancar saat praktik berbicara
7.
Belum dapat berbicara dengan lancar
1
Gerakan dan
Gerakan tubuh dan mimik wajah sudah
10
Mimik Wajah
sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan Gerakan tubuh dan mimik wajah masih
5
belum sesuai di bagian tertentu Gerakan tubuh dan mimik wajah tidak
1
sesuai dengan topic yang dibicarakan 8.
Penalaran
Penalaran dalam mengungkapkan
10
gagasan sudah tepat Penalaran dalam mengungkapkan
5
gagasan kurang tepat Penalaran dalam mengungkapkan gagasan belum tepat
175
1
Lampiran 4. Pedoman Penilaian Sikap Pedoman Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Aspek
Indikator
Perilaku siswa saat kegiatan 6. Siswa menjawab salam dari guru awal pembelajaran
7. Sikap siswa saat berdoa 8. Perhatian siswa terhadap apersepsi yang diberikan 9. Perhatian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dijelaskan. 10. Motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
Perilaku siswa saat kegiatan 11. Perhatian inti
siswa
terhadap
penjelasan materi pembelajaran. 12. Keberanian siswa bertanya dan menanggapi penjelasan guru 13. Kesiapan
siswa
berkelompok
secara berpasangan 14. Pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang dibagikan 15. Pembuatan catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi berdasarkan isi bacaan 16. Pengungkapan
hasil
pemikiran
secara lisan dalam kelompok. 17. Pemberian
kritik
dan
saran
terhadap teman sekelompoknya 18. Rangkuman hasil diskusi siswa 19. Perhatian siswa terhadap kelompok lain yang maju ke depan 20. Pembahasan 176
gagasan
yang
diungkapkan kelompok Perilaku siswa saat kegiatan 3. Penarikan kesimpulan atas materi akhir
yang
disampaikan
pada
hari
tersebut. 4. Proses siswa dalam mengerjakan soal individu.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Nama Siswa
:
No. Absen
:
Kelas
:
No.
Skor
Aspek yang Diamati 1
1.
Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik.
3.
Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian.
4.
Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian.
5.
Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut.
6.
Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian
7.
Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru
8.
Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok
9.
Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan 177
2
3
4
10.
Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
11.
Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
12.
Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya
13.
Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya
14.
Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas
15.
Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan
16.
Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut
178
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I: Pertemuan 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan
: SD N Karangmojo
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: V (lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (2JP)
Hari, Tanggal
: Jum’at 10 Juni 2016
A. Standar Kompetensi 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.
B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. C. Indikator 1. Mencermati permasalahan pada teks bacaan yang berjudul “Kali Winongo Yogya Meluap, Banjir Terbesar Sejak 1984”. 2. Memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan teks bacaan tersebut dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah membaca dan mencermati teks bacaan yang berjudul” Kali Winongo Yogya Meluap, Banjir Terbesar Sejak 1984”, siswa dapat menemukan permasalahan yang ada pada teks bacaan tersebut dengan tepat. 2. Setelah mengamati teks bacaan “Kali Winongo Yogya Meluap, Banjir Terbesar Sejak 1984”, memperhatikan penjelasan dari guru, dan mendengarkan contoh memberikan tanggapan secara lisan dari guru, 179
siswa dapat memberikan tanggapan terhadap permasalahan dalam teks bacaan tersebut dengan pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa.
E. Materi Ajar Permasalahan faktual. (materi terlampir)
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran
: Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK)
Model Pembelajaran
: Cooperative Script
Metode pembelajaran
: Ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam dari guru untuk 15 menit membuka pelajaran. 2. Siswa ditanya kabar mereka pada hari tersebut. 3. Salah satu siswa diminta untuk memimpin berdoa sebelum memulai pembelajaran. 4. Siswa dipresensi kehadirannya pada hari tersebut. 5. Siswa diberi apersepsi berupa menanyakan gejala alam beberapa waktu terakhir ini. 6. Siswa diberi motivasi untuk siap mengikuti pembelajaran dengan tertib agar menjadi siswa yang pandai. Inti
35 menit
Eksplorasi a) Siswa diberi penjelasan tentang materi
180
mengomentari permasalahan faktual dan pemilihan kata serta diberikan contoh cara bersikap dan berbahasa yang santun ketika memberikan
tanggapan
secara
lisan
terhadap suatu permasalahan faktual. b) Siswa diberi waktu untuk tanya-jawab tentang materi yang disampaikan guru. c) Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk
kelompok
dengan
teman
sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya. Elaborasi d) Masing-masing siswa mendapatkan sebuah bacaan yang berjudul “Kali Winongo Yogya Meluap, Banjir Terbesar Sejak 1984”. e) Siswa
diminta
untuk
membaca
dan
memahami isi dari bacaan yang telah diberikan. f) Siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang memuat rangkuman berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri. g) Siswa menentukan anggota yang menjadi pembicara terlebih dahulu dan anggota yang menjadi pendengarnya untuk saling memberi masukan dalam kelompok. h) Siswa yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan 181
hasil
rangkuman
dan
gagasannya berdasarkan bacaan tersebut secara
lisan
bantuan
dan
catatan
tanpa yang
menggunakan telah
ia
buat
sebelumnya. i) Siswa yang bertugas menjadi pendengar menyimak dan memahami penjelasan yang diungkapkan oleh pembicara kemudian setelah
pembicara
selesai,
pendengar
memberikan tanggapan mengenai hal yang telah dibicarakan. Tanggapan tersebut dapat berupa koreksi dari gagasan-gagasan yang diungkapkan
pembicara
tambahan-tambahan
atau ide
mungkin untuk
menyempurnakan gagasan dari pembicara. j) Siswa bertukar peran, yang sebelumnya menjadi pembicara menjadi pendengar, begitu sebaliknya. Setelah bertukar peran kelompok
melakukan
aktivitas
seperti
sebelumnya. k) Setiap anggota kelompok merangkum hasil diskusinya
lalu dipaparkan secara lisan
dalam kelas secara individu. Konfirmasi l) Siswa bersama dengan guru membahas gagasan-gagasan
berdasarkan
masing-
masing bacaan m) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan materi yang dipelajari pada hari tersebut. Penutup
1. Siswa diberikan latihan soal individu untuk 20 menit mengetahui pemahaman materi setiap siswa. 182
2. Siswa diberi motivasi untuk mengulang kembali pembelajaran yang didapat di sekolah pada saat berada di rumah agar semakin paham dan menguasai materi tersebut. 3. Salah satu siswa diminta untuk memimpin doa penutup. 4. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan salam penutup.
H. Sumber Pembelajaran 1. Sumber Epon Kurniasih & Sri Hapsari. 2009 Pintar Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sri Rahayu & Yanti Sri. 2009. Bahasa Indonesia SD/MI KElas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut 1. Prosedur Penilaian a. Penilaian Berbicara 1) Jenis
: Tes Lisan
2) Bentuk
: Praktik Berbicara
b. Penilaian Sikap 1) Jenis
: Non Tes
2) Bentuk
: Lembar pengamatan
183
2. Instrumen Penilaian (Terlampir).
Mengetahui,
Yogyakarta, 8 Juni 2016
Guru Kelas V
Peneliti
Ari Sulistyowati, S.Pd. Si
Dita Rusdia Amalia
NIP. 19810104201 4062 001
NIM. 12108241168
Mengetahui, Kepala Sekolah SD Karangmojo
Wening Nurdiyah, S.Pd NIP. 196707041991032014
Daftar Lampiran: 1. Materi Pembelajaran 2. Lembar Kerja Siswa 3. Kisi-Kisi dan Rubrik Penilaian Praktik Berbicara 4. Lembar Penilaian Praktik Berbicara 5. Pedoman dan Lembar Penilaian Sikap 184
Lampiran 1. Materi Pembelajaran
1. Menanggapi peristiwa a. Memahami cerita tentang peristiwa yang didengar. b. Memberi tanggapan terhadap peristiwa yang didengar disertai alasan yang logis. c. Menentukan hikmah dari peristiwa yang didengar. 2. Mengomentari persoalan faktual a. Menentukan persoalan yang terjadi. b. Memberikan komentar terhadap persoalan yang terjadi dengan alasan yang logis. c. Memberikan jalan keluar untuk mengatasi persoalan yang terjadi.
Pilihan Kata Tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan atau gagasan dengan bahasa yang tepat atau baik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penguasaan pembendaharaan kata seseorang. Semakin banyak kosa kata yang dimiliki seseorang maka pemilihan kata dalam bahasa akan semakin baik guna menyesuaikan bahasa yang akan digunakan dalam kehidupan. Ada begitu banyak kata dalam bahasa indonesia, beberapa kata memiliki makna yang sama seperti aku, sama, gue, dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut memiliki makna yang sama namun kesan yang dimiliki sangat berbeda-beda. Tentu pemilihan kata ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi dimana ia berbicara atau sedang berbicara kepada siapa. Fungsi pemilihan kata tersebut antara lain: • Agar mudah dipahami. Pemilihan kata yang tepat dan selaras akan memudahkan pendengar lebih mudah dalam memahami arti kata atau makna kalimat atau gagasan yang hendak ingin disampaikan. Pemilihan kata dilakukan dengan memperhatikan situasi yang sedang berlangsung. • Mendapatkan tujuan. Dengan menggunakan pilihan kata
yang tepat, maka
peluang untuk mendapatkan tujuan lebih besar. Hal ini karena komunikasi yang 185
berlangsung sangat efektif selain itu pemilihan kata yang sesuai dengan suasana resmi ataupun tidak resmi akan menciptakan ekspresi tertentu yang dapat menyenangkan pendengar. Kali Winongo Yogya Meluap, Banjir Terbesar Sejak 1984
Liputan6.com, Yogyakarta - Sungai Winongo di Kota Yogyakarta meluap pada Sabtu malam dan membuat ribuan warga di Sleman dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta terkena banjir bandang. Banjir ini seiring hujan deras di Sleman mulai pukul 13.00 hingga 18.00 WIB. Kemudian debit air semakin naik tinggi dan merendam ratusan rumah warga Yogya mulai sekitar pukul 19.00 WIB. Menurut Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Endang Rohjiani, banjir yang terjadi pada Sabtu malam terbesar sejak 1984. "Ini di luar dugaan kami. Kami tidak berani bilang banjir itu musiman. Karena
setiap
tahun
kita
kena
banjir
bandang,"
ucap
Endang
kepada Liputan6.com, Minggu (13/3/2016). Endang mengatakan banjir bandang yang terjadi setiap tahun di Sungai Winongo ini bukan tanpa sebab. Ia menyebut beberapa hal yang mempengaruhi banjir bandang. Di antaranya kesadaran masyarakat yang kurang dalam memperhatikan sungai, drainase, dan resapan air. Namun dari semua faktor ini kesadaran perilaku masyarakat terhadap pembangunan berbasis lingkungan kurang maka akan terus terjadi banjir. "Sekarang semua kampung itu sudah konblok resapan air kurang dan air akhirnya ke sungai. Tapi yang kesadaran masyarakat itu paling penting," ujar dia. "Rabu mendatang kita akan menunjukkan daya rusak air banjir. Kita akan sampaikan ke pemerintah juga. Saat ini kita masih terus data dampaknya," kata Endang. Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, belasan rumah di daerah Sleman terendam luapan Winongo. Sebanyak 100 lebih warga di bantaran sungai juga dievakuasi saat banjir.
186
Lampiran 2. LKS Lembar Kerja Siswa Nama :……………………………. No. Absen :……………………………. Panduan mengerjakan: 1) Bacalah teks bacaan “Kali Winongo Yogya Meluap, Banjir Terbesar Sejak
1984” 2) Kerjakan soal 1 – 3 di bawah ini sebagai alat bantuan untuk memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan. 3) Ungkapkan secara lisan tanggapan dan solusi yang telah di susun. Kerjakan soal di bawah ini dan ungkapkan secara lisan!
1. Tuliskan rangkuman bacaan yang telah dibaca dan dipahami dengan bahasamu sendiri!
2. Bagaimanakah pendapatmu tentang permasalahan dalam bacaan tersebut?
3. Bagaimanakah solusi dari permasalahan yang terdapat pada bacaan terseb
187
Lampiran 3. Rubrik dan pedoman penilaian praktik berbicara Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No. Aspek yang dinilai
Indikator
1.
Pengucapan vokal dan konsonan
15
Struktur kalimat
15
Tekanan
15
Pilihan kata
15
Kepercayaan diri
10
Kelancaran berbicara
10
Gerakan dan mimik wajah
10
Penalaran
10
2.
Kebahasaan
Non Kebahasaan
Jumlah
Skor
100
Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara No. Indikator 1.
Aspek
Skor
Pengucapan
Pengucapan vokal dan konsonan sudah
15
Vokal dan
jelas dan tepat di semua kata atau
Konsonan
kalimat. Terdapat pengucapan vokal dan
10
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara. Terdapat pengucapan vokal dan
5
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara. Pengucapan vokal dan konsonan belum jelas dan tepat. 188
1
2.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat sudah tepat dan efektif
15
di keseluruhan praktik berbicara. Terdapat struktur kalimat yang belum
10
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara Terdapat struktur kalimat yang belum
5
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara Struktur kalimat belum tepat dan belum 1 efektif. 3.
Tekanan
Tekanan berbicara pada semua kata
15
atau kalimat sudah tepat dan wajar Masih terdapat sebagian kecil tekanan
10
berbicara yang belum tepat dan wajar. Masih terdapat sebagian besar tekanan
5
berbicara yang belum tepat dan wajar. Tekanan berbicara belum tepat dan
1
wajar. 4.
Pilihan Kata
Pilihan kata sudah sesuai dan variatif
15
Pilihan kata sudah sesuai namun
10
kurang variatif Terdapat pilihan kata yang belum
5
sesuai
5.
Kepercayaan Diri
Pilihan kata belum sesuai
1
Percaya diri tinggi dan berani
10
mengungkapkan gagasannya secara lisan Percaya diri dan keberanian masih kurang dalam mengungkapkan gagasannya di depan kelas 189
5
Belum percaya diri dan belum berani
1
mengungkapkan gagasannya di depan kelas 6.
Kelancaran
Sudah dapat berbicara dengan lancar
Berbicara
saat praktik berbicara Masih terdapat bagian yang kurang
10
5
lancar saat praktik berbicara
7.
Belum dapat berbicara dengan lancar
1
Gerakan dan
Gerakan tubuh dan mimik wajah sudah
10
Mimik Wajah
sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan Gerakan tubuh dan mimik wajah masih
5
belum sesuai di bagian tertentu Gerakan tubuh dan mimik wajah tidak
1
sesuai dengan topic yang dibicarakan 8.
Penalaran
Penalaran dalam mengungkapkan
10
gagasan sudah tepat Penalaran dalam mengungkapkan
5
gagasan kurang tepat Penalaran dalam mengungkapkan gagasan belum tepat
190
1
Lampiran 5. Pedoman Penilaian Sikap Pedoman Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Aspek
Indikator
Perilaku siswa saat kegiatan 1. Siswa menjawab salam dari guru awal pembelajaran
2. Sikap siswa saat berdoa 3. Perhatian siswa terhadap apersepsi yang diberikan 4. Perhatian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dijelaskan. 5. Motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
Perilaku siswa saat kegiatan 1. Perhatian inti
siswa
terhadap
penjelasan materi pembelajaran. 2. Keberanian siswa bertanya dan menanggapi penjelasan guru 3. Kesiapan
siswa
berkelompok
secara berpasangan 4. Pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang dibagikan 5. Pembuatan catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi berdasarkan isi bacaan 6. Pengungkapan
hasil
pemikiran
secara lisan dalam kelompok. 7. Pemberian
kritik
dan
saran
terhadap teman sekelompoknya 8. Rangkuman hasil diskusi siswa 9. Perhatian siswa terhadap kelompok lain yang maju ke depan 10. Pembahasan 191
gagasan
yang
diungkapkan kelompok Perilaku siswa saat kegiatan 1. Penarikan kesimpulan atas materi akhir
yang
disampaikan
pada
hari
tersebut. 2. Proses siswa dalam mengerjakan soal individu.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Nama Siswa
:
No. Absen
:
Kelas
:
No.
Skor
Aspek yang Diamati 1
1.
Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik.
3.
Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian.
4.
Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian.
5.
Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut.
6.
Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian
7.
Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru
8.
Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok
9.
Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan 192
2
3
4
10.
Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
11.
Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
12.
Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya
13.
Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya
14.
Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas
15.
Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan
16.
Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut
17.
Siswa mengerjakan soal individu
193
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I: Pertemuan 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan
: SD N Karangmojo
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: V (lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (2JP)
Hari, Tanggal
: Sabtu 11 Juni 2016
A. Standar Kompetensi 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.
B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. C. Indikator 3. Mencermati permasalahan bacaan yang telah diberikan pada masingmasing siswa. 4. Memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan tersebut dengan memperhatikan struktur kalimat. 5. Memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan tersebut dengan percaya diri. D. Tujuan Pembelajaran 3. Setelah membaca dan mencermati teks bacaan yang telah diberikan, siswa dapat menemukan permasalahan yang ada pada teks bacaan tersebut dengan tepat. 4. Setelah mengamati teks bacaan, memperhatikan penjelasan dari guru, dan mendengarkan contoh memberikan tanggapan secara lisan dari 194
guru, siswa dapat memberikan tanggapan terhadap permasalahan dalam teks bacaan tersebut dengan struktur kalimat yang benar. 5. Setelah mengamati teks bacaan dan berlatih tanya jawab secara bergiliran, siswa dapat memberikan tanggapan terhadap permasalahan dalam teks bacaan tersebut dengan penuh percaya diri. E. Materi Ajar Permasalahan faktual. (materi terlampir)
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran
: Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK)
Model Pembelajaran
: Cooperative Script
Metode pembelajaran
: Ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 7. Siswa menjawab salam dari guru untuk 15 menit membuka pelajaran. 8. Siswa ditanya kabar mereka pada hari tersebut. 9. Salah satu siswa diminta untuk memimpin berdoa sebelum memulai pembelajaran. 10.
Siswa dipresensi kehadirannya pada hari
tersebut. 11.
Siswa diberi apersepsi berupa bencana
alam yang diketahui. 12.
Siswa
diberi
motivasi
untuk
siap
mengikuti pembelajaran dengan tertib agar menjadi siswa yang pandai.
195
Inti
35 menit
Eksplorasi n) Siswa diberi penjelasan tentang materi mengomentari permasalahan faktual dan struktur kalimat yang baik dalam praktik berbicara. o) Siswa diberi waktu untuk tanya-jawab tentang materi yang disampaikan guru. p) Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk
kelompok
dengan
teman
sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya. Elaborasi q) Masing-masing siswa mendapatkan sebuah bacaan yang berjudul “Lumpur Lapindo Bencana Alam Biasa”. r) Siswa
diminta
untuk
membaca
dan
memahami isi dari bacaan yang telah diberikan. s) Siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang memuat rangkuman berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri. t) Siswa menentukan anggota yang menjadi pembicara terlebih dahulu dan anggota yang menjadi pendengarnya untuk saling memberi masukan dalam kelompok. u) Siswa yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan
hasil
rangkuman
dan
gagasannya berdasarkan bacaan tersebut 196
secara
lisan
bantuan
dan
catatan
tanpa yang
menggunakan telah
ia
buat
sebelumnya. v) Siswa yang bertugas menjadi pendengar menyimak dan memahami penjelasan yang diungkapkan oleh pembicara kemudian setelah
pembicara
selesai,
pendengar
memberikan tanggapan mengenai hal yang telah dibicarakan. Tanggapan tersebut dapat berupa koreksi dari gagasan-gagasan yang diungkapkan
pembicara
tambahan-tambahan
atau ide
mungkin untuk
menyempurnakan gagasan dari pembicara. w) Siswa bertukar peran, yang sebelumnya menjadi pembicara menjadi pendengar, begitu sebaliknya. Setelah bertukar peran kelompok
melakukan
aktivitas
seperti
sebelumnya. x) Setiap siswa mempersiapkan pertanyaan dan
siap
tanggapan
menjawab secara
serta
lisan
memberi
berdasarkan
tanggapan yang telah disusun teman yang lain. y) Secara
bergiliran
siswa
memberikan
pertanyaan atau menjawab dan memberi tanggapan satu sama lain dalam satu kelas tersebut secara merata Konfirmasi z) Siswa bersama dengan guru membahas gagasan-gagasan masing bacaan 197
berdasarkan
masing-
aa) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan materi yang dipelajari pada hari tersebut. Penutup
5. Siswa diberikan latihan soal individu untuk 20 menit mengetahui pemahaman materi setiap siswa. 6. Siswa diberi motivasi untuk mengulang kembali pembelajaran yang didapat di sekolah pada saat berada di rumah agar semakin paham dan menguasai materi tersebut. 7. Salah satu siswa diminta untuk memimpin doa penutup. 8. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan salam penutup.
H. Sumber Pembelajaran 2. Sumber Sri Rahayu & Yanti Sri. 2009. Bahasa Indonesia SD/MI KElas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. http://www.kelasindonesia.com/2015/02/definisi-dan-contohkalimat-spok-yang-benar.html
I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut 3. Prosedur Penilaian c. Penilaian Evaluasi 1) Jenis
: Tes
2) Bentuk
: Tertulis
d. Penilaian Keterampilan Berbicara 3) Jenis
: Tes Lisan
4) Bentuk
: Praktik Berbicara
e. Penilaian Sikap 198
3) Jenis
: Non Tes
4) Bentuk
: Lembar pengamatan
4. Instrumen Penilaian (Terlampir).
Mengetahui,
Yogyakarta, 10 Juni 2016
Guru Kelas V
Peneliti
Ari Sulistyowati, S.Pd. Si
Dita Rusdia Amalia
NIP. 19810104201 4062 001
NIM. 12108241168
Mengetahui, Kepala Sekolah SD Karangmojo
Wening Nurdiyah, S.Pd NIP. 196707041991032014
Daftar Lampiran: 1. Materi Pembelajaran 2. Lembar Kerja Siswa 3. Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban 4. Instrumen Penilaian Soal Evaluasi 5. Kisi-Kisi dan Rubrik Penilaian Praktik Berbicara 6. Lembar Penilaian Praktik Berbicara 7. Pedoman dan Lembar Penilaian Sikap 199
Lampiran 1. Materi Pembelajaran
3. Menanggapi peristiwa d. Memahami cerita tentang peristiwa yang didengar. e. Memberi tanggapan terhadap peristiwa yang didengar disertai alasan yang logis. f. Menentukan hikmah dari peristiwa yang didengar. 4. Mengomentari persoalan faktual d. Menentukan persoalan yang terjadi. e. Memberikan komentar terhadap persoalan yang terjadi dengan alasan yang logis. f. Memberikan jalan keluar untuk mengatasi persoalan yang terjadi.
Struktur Kalimat Kalimat adalah satuan terkecil dari bahasa dalam bentuk lisan maupun tulisan dan terdiri dari rangkaian kata yang memiliki/mengandung makna atau suatu pesan tertentu. Tidak hanya untuk keterampilan menulis saja namun keterampilan berbicara juga membutuhkan struktur kalimat yang baik. Kalimat yang baik dan benar mengandung unsur-unsur kalimat yang terdiri dari Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Keterangan (K), dan Pelengkap (P). Agar bisa membuat kalimat yang baik dan benar, kita harus mengerti pengertian dan fungsi dari unsur-unsur kalimat. Berikut ini adalah unsur-unsur kalimat yang membentuk sebuah kalimat. A. Unsur- Unsur Kalimat 1. Subjek (S) Di dalam sebuah kalimat Subjek (S) adalah pelaku atau orang yang melakukan kegiatan tertentu. Subjek pada umumnya berupa kata benda seperti nama orang, binatang, tumbuhan, dan benda. Contoh: Budi, Gajah, Anggrek, sekolah dan lain-lain. 2. Predikat (P)
200
Predikat adalah unsur kalimat yang menyatakan kegiatan yang sedang dilakukan oleh Subjek. Predikat biasanya merupakan kata-kata kerja. Misalnya, Memasak, bermain, menyanyi, dan lain-lain. 3. Objek (O) Objek adalah sesuatu yang dikenai tindakan oleh Subjek. Sama seperti Subjek, Objek dapat berupa kata-kata benda. Misalnya, Ayah, Harimau, Pakaian, dan lain-lain. 4. Keterangan (K) Di dalam sebuah kalimat keterangan menjelaskan bagaimana, dimana atau kapan peristiwa yang dinyatakan dalam kalimat tersebut. Keterangan didalam kalimat dapat berupa: a. Keterangan tempat = di rumah, di sekolah, di pasar, dan lain-lain. b. Keterangan cara = dengan cepat, dengan serius, dengan bersemangat, dan lain-lain. c. Keterangan tujuan = agar lulus ujian, untuk bertemu ibunya, supaya bersih, dan lain-lain. d. Keterangan
alat
=
menggunakan
pisau,
mengendara
motor,
menggunakan sekop, dan lain-lain. e. Keterangan waktu = pada hari minggu, Jam 9 malam, pada musim kemarau dan lain-lain. f. Keterangan penyerta = bersama ayahnya, dengan ibunya, ditemani kakaknya, dan lain-lain. 5. Pelengkap (Pel) Pelengkap adalah unsur kalimat yang fungsinya seperti Objek (O) tetapi yang membedakannya adalah Pelengkap tidak bisa dirubah menjadi Subjek pada kalimat pasif. Pelengkap biasanya terletak setelah predikat atau objek. Contoh: Ia memakai baju yang bagus, Ember itu berisi minyak tanah.
B. Contoh-Contoh Kalimat Berpola S P O K 1. Budi membantu Ani dengan ikhlas. 201
2. Ayah memakai baju baru untuk ke pesta malam ini. 3. Ibu membeli sayuran di pasar. 4. Presiden Jokowi melantik Kapolri besok pada pukul 9 pagi. 5. Menteri Perikanan meneggelamkan kapal asing di perairan Indonesia. 6. Andi mempelajari Matematika dengan sungguh-sungguh. 7. Saya mendengarkan perkataannya dengan serius.
Lumpur Lapindo Bencana Alam Biasa Meski telah memasuki tahun kedua, penderitaan para korban banjir lumpur Lapindo belum juga usai. Sampai saat ini kondisi mereka semakin terjepit. Pasalnya, kebijakan pemerintah maupun DPR cenderung berpihak kepada Lapindo Brantas. Betapa tidak, seperti yang dilaporkan Republika (17/2), Tim Pengawas Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (TP2LS) dan DPR RI sepakat menyatakan bahwa semburan lumpur di Sidoarjo merupakan bencana alam biasa, bukan akibat kelalaian Lapindo. Kesimpulan ini bertolak belakang dengan kesimpulan pengadilan dan pakar pertambangan dari perguruan tinggi ternama di Indonesia maupun luar negeri. Mereka menyebutkan bahwa ada unsur kekeliruan manusia yang menyimpang dari standar operasional
teknik pengeboran hingga
mengakibatkan semburan. Keputusan ini jelas akan membuat para korban lumpur Lapindo semakin menderita. Sebaliknya, Lapindo Brantas lah yang akan sangat diuntungkan. Dengan statusnya sebagai bencana alam biasa, Lapindo Brantas tidak perlu lagi repot untuk bertanggung jawab karena negaralah yang akan mengambil alihnya dengan pertanggungjawaban yang ala kadarnya kepada korban. Ujung-ujungnya, rakyatlah yang akan semakin menderita. Sungguh kebijakan yang aneh. 202
Lampiran 2. LKS Lembar Kerja Siswa Nama :……………………………. No. Absen :……………………………. Panduan mengerjakan: 4) Bacalah bacaan yang telah diberikan guru. 5) Kerjakan soal 1 – 3 di bawah ini sebagai alat bantuan untuk memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan. 6) Ungkapkan secara lisan tanggapan dan solusi yang telah di susun. Kerjakan soal di bawah ini dan ungkapkan secara lisan!
3. Tuliskan rangkuman bacaan yang telah dibaca dan dipahami dengan bahasamu sendiri!
4. Bagaimanakah pendapatmu tentang permasalahan dalam bacaan tersebut?
3. Bagaimanakah solusi dari permasalahan yang terdapat pada bacaan terseb
203
Lampiran 3. Soal Evaluasi 1. Ide pokok paragraph pertama adalah … a. DPR berpihak kepada Lapindo Brantas b. Kondisi pengungsi korban Lapindo terjepit c. Penderitaan korban banjir lumpur Lapindo belum usai d. Lapindo Brantas tidak peduli pada korban banjir lumpur 2. Pernyataan di bawah ini yang tidak ada dalam teks adalah … a. Bencana lumpur Lapindo memasuki tahun kedua. b. TP2LS dan DPR menyatakan bahwa semburan lumpur di Sidoarjo merupakan bencana alam biasa. c. Pemerintah berpihak pada korban banjir lumpur Lapindo Brantas. d. Lapindo Brantas tidak perlu bertanggung jawab kepada para korban 3. Tema teks di atas adalah … a. Lingkungan b. Bencana alam c. Pendidikan d. Kesehatan 4. Bencana lumpur Lapindo sudah memasuki tahun ke- … a. 2 b. 3 c. 4 d. 5 5. Kepanjangan TP2LS adalah … a. Tim Pengawas Penanggulangan Lumpur Sidoarjo b. Tim Penanggulangan Pengawas Lumpur Sidoarjo c. Tim Peduli Penanggulangan Lapindo Sidoarjo d. Tim Penanggulangan Peduli Lapindo Sidoarjo
Kunci Jawaban. 1.C, 2.C, 3.B, 4.A, 5.A 204
Lampiran 4. Instrumen Penilaian Soal Evaluasi
No.
Butir Soal
Skor
1.
Butir Soal 1
20
2.
Butir Soal 2
20
3.
Butir Soal 3
20
4.
Butir Soal 4
20
5.
Butir Soal 5
20
Jumlah
100
Jawaban benar
= 20
Jawaban salah
=0
Skor Maksimal
= 100
205
Lampiran 5.. Rubrik dan pedoman penilaian praktik berbicara Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No. Aspek yang dinilai
Indikator
1.
Pengucapan vokal dan konsonan
15
Struktur kalimat
15
Tekanan
15
Pilihan kata
15
Kepercayaan diri
10
Kelancaran berbicara
10
Gerakan dan mimik wajah
10
Penalaran
10
2.
Kebahasaan
Non Kebahasaan
Jumlah
Skor
100
Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara No. Indikator 1.
Aspek
Skor
Pengucapan
Pengucapan vokal dan konsonan sudah
15
Vokal dan
jelas dan tepat di semua kata atau
Konsonan
kalimat. Terdapat pengucapan vokal dan
10
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara. Terdapat pengucapan vokal dan
5
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara. Pengucapan vokal dan konsonan belum jelas dan tepat. 206
1
2.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat sudah tepat dan efektif
15
di keseluruhan praktik berbicara. Terdapat struktur kalimat yang belum
10
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara Terdapat struktur kalimat yang belum
5
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara Struktur kalimat belum tepat dan belum 1 efektif. 3.
Tekanan
Tekanan berbicara pada semua kata
15
atau kalimat sudah tepat dan wajar Masih terdapat sebagian kecil tekanan
10
berbicara yang belum tepat dan wajar. Masih terdapat sebagian besar tekanan
5
berbicara yang belum tepat dan wajar. Tekanan berbicara belum tepat dan
1
wajar. 4.
Pilihan Kata
Pilihan kata sudah sesuai dan variatif
15
Pilihan kata sudah sesuai namun
10
kurang variatif Terdapat pilihan kata yang belum
5
sesuai
5.
Kepercayaan Diri
Pilihan kata belum sesuai
1
Percaya diri tinggi dan berani
10
mengungkapkan gagasannya secara lisan Percaya diri dan keberanian masih kurang dalam mengungkapkan gagasannya di depan kelas 207
5
Belum percaya diri dan belum berani
1
mengungkapkan gagasannya di depan kelas 6.
Kelancaran
Sudah dapat berbicara dengan lancar
Berbicara
saat praktik berbicara Masih terdapat bagian yang kurang
10
5
lancar saat praktik berbicara
7.
Belum dapat berbicara dengan lancar
1
Gerakan dan
Gerakan tubuh dan mimik wajah sudah
10
Mimik Wajah
sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan Gerakan tubuh dan mimik wajah masih
5
belum sesuai di bagian tertentu Gerakan tubuh dan mimik wajah tidak
1
sesuai dengan topic yang dibicarakan 8.
Penalaran
Penalaran dalam mengungkapkan
10
gagasan sudah tepat Penalaran dalam mengungkapkan
5
gagasan kurang tepat Penalaran dalam mengungkapkan gagasan belum tepat
208
1
Lampiran 6. Pedoman Penilaian Sikap Pedoman Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Aspek
Indikator
Perilaku siswa saat kegiatan 6. Siswa menjawab salam dari guru awal pembelajaran
7. Sikap siswa saat berdoa 8. Perhatian siswa terhadap apersepsi yang diberikan 9. Perhatian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dijelaskan. 10. Motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
Perilaku siswa saat kegiatan 11. Perhatian inti
siswa
terhadap
penjelasan materi pembelajaran. 12. Keberanian siswa bertanya dan menanggapi penjelasan guru 13. Kesiapan
siswa
berkelompok
secara berpasangan 14. Pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang dibagikan 15. Pembuatan catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi berdasarkan isi bacaan 16. Pengungkapan
hasil
pemikiran
secara lisan dalam kelompok. 17. Pemberian
kritik
dan
saran
terhadap teman sekelompoknya 18. Rangkuman hasil diskusi siswa 19. Perhatian siswa terhadap kelompok lain yang maju ke depan 20. Pembahasan 209
gagasan
yang
diungkapkan kelompok Perilaku siswa saat kegiatan 3. Penarikan kesimpulan atas materi akhir
yang
disampaikan
pada
hari
tersebut. 4. Proses siswa dalam mengerjakan soal individu.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Nama Siswa
:
No. Absen
:
Kelas
:
No.
Skor
Aspek yang Diamati 1
1.
Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik.
3.
Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian.
4.
Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian.
5.
Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut.
6.
Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian
7.
Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru
8.
Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok
9.
Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan 210
2
3
4
10.
Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
11.
Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
12.
Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya
13.
Siswa menyiapkan pertanyaan dan tanggapan untuk saling dilemparkan secara bergiliran dalam kelas.
14.
Siswa memberikan pertanyaan atau memberi tanggapan dengan baik.
15.
Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan teks bacaan
16.
Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut
17.
Siswa mengerjakan soal individu
211
Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II: Pertemuan 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan
: SD N Karangmojo
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: V (lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (2JP)
Hari, Tanggal
: Rabu, 13 Juni 2016
A. Standar Kompetensi 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.
B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. C. Indikator 6. Mencermati permasalahan pada bacaan “Bencana Alam”. 7. Memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan permasalahan pada bacaan “Bencana Alam” dengan memperhatikan pengucapan huruf vokal dan konsonan. D. Tujuan Pembelajaran 6. Setelah membaca teks bacaan berjudul “Bencana Alam”, siswa dapat mencermati permasalahan pada teks bacaan tersebut dengan penalaran yang tepat. 7. Setelah
mengamati
teks
bacaan
tentang
permasalahan
alam,
mendengarkan contoh memberikan tanggapan secara lisan dari guru, dan melakukan latihan dari permainan “Bisik-Bisik Tetangga” siswa dapat memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan dengan 212
pengucapan huruf vokal dan konsonan yang jelas.
E. Materi Ajar Permasalahan faktual. (materi terlampir)
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran
: Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK)
Model Pembelajaran
: Cooperative Script
Metode pembelajaran
: Ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam dari guru untuk 15 menit membuka pelajaran. 2. Siswa ditanya kabar mereka pada hari tersebut. 3. Salah satu siswa diminta untuk memimpin berdoa sebelum memulai pembelajaran. 4. Siswa dipresensi kehadirannya pada hari tersebut. 5. Siswa diberi apersepsi berupa tanya jawab tentang berita bencana alam yang terakhir mereka baca atau ketahui. 6. Siswa diberi motivasi untuk siap mengikuti pembelajaran dengan tertib agar menjadi siswa yang pandai. Inti
35 menit
Eksplorasi
213
1. Siswa diberi penjelasan tentang materi menanggapi permasalahan faktual. 2. Siswa diberi waktu untuk tanya-jawab tentang materi yang disampaikan guru. 3. Siswa dibagi menjadi empat kelompok besar. 4. Masing-masing kelompok memilih satu siswa yang menjadi leader yang berada di depan sendiri dan satu siswa yang menjadi runner yang berada di belakang sendiri, sementara anggota yang lain berbari lurus memanjang di antara leader dan runner. 5. Secara
bersamaan
leader
dari
setiap
kelompok dibisiki satu buah kalimat dan diminta untuk menyampaikannya pada teman lain di belakang dengan pengucapan yang jelas. 6. Kelompok
yang
sudah
menyampaikan
kalimat sampai runner maka runner segera menulis kalimat yang ia dengar tersebut dan membawanya ke depan kelas. (permainan dilakukan sampai tiga putaran) 7. Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk kelompok dengan berhitung dari depan sampai belakang agar mendapat teman sekelompok secara acak Elaborasi 8. Masing-masing siswa mendapatkan sebuah bacaan tentang bencana alam 9. Siswa
diminta
untuk
membaca
dan
memahami isi dari bacaan yang telah 214
diberikan. 10. Siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang memuat rangkuman berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri. 11. Siswa menentukan anggota yang menjadi pembicara terlebih dahulu dan anggota yang menjadi pendengarnya untuk saling memberi masukan dalam kelompok. 12. Siswa yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan
hasil
rangkuman
dan
gagasannya berdasarkan bacaan tersebut secara
lisan
bantuan
dan
catatan
tanpa yang
menggunakan telah
ia
buat
sebelumnya. 13. Siswa yang bertugas menjadi pendengar menyimak dan memahami penjelasan yang diungkapkan oleh pembicara kemudian setelah
pembicara
selesai,
pendengar
memberikan tanggapan mengenai hal yang telah dibicarakan. Tanggapan tersebut dapat berupa koreksi dari gagasan-gagasan yang diungkapkan
pembicara
tambahan-tambahan
atau ide
mungkin untuk
menyempurnakan gagasan dari pembicara. 14. Siswa bertukar peran, yang sebelumnya menjadi pembicara menjadi pendengar, begitu sebaliknya. Setelah bertukar peran kelompok
melakukan 215
aktivitas
seperti
sebelumnya. 15. Setiap
kelompok
merangkum
hasil
diskusinya pada masing-masing bacaan lalu dipaparkan secara lisan dalam kelas. Konfirmasi 16. Siswa bersama dengan guru membahas gagasan-gagasan berdasarkan teks bacaan yang diberikan 17. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan materi yang dipelajari pada hari tersebut. Penutup
1. Siswa diberi motivasi untuk mengulang 20 menit kembali pembelajaran yang didapat di sekolah pada saat berada di rumah agar semakin paham dan menguasai materi tersebut. 2. Salah satu siswa diminta untuk memimpin doa penutup. 3. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan salam penutup.
H. Sumber Pembelajaran 3. Sumber Epon Kurniasih & Sri Hapsari. 2009 Pintar Berbahasa Indonesia
untuk Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Indriyani, Umri Nur’aini. 2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
I. Teknik Penilaian 216
5. Prosedur Penilaian f. Penilaian Berbicara 5) Jenis
: Praktik Lisan
6) Bentuk
: Praktik Berbicara
g. Penilaian Sikap 5) Jenis
: Non Tes
6) Bentuk
: Lembar pengamatan
6. Instrumen Penilaian (Terlampir).
Mengetahui,
Bantul, 11 Juni 2016
Guru Kelas V
Peneliti
Ari Sulistyowati, S.Pd. Si
Dita Rusdia Amalia
NIP. 19810104201 4062 001
NIM. 12108241168
Mengetahui, Kepala Sekolah SD Karangmojo
Wening Nurdiyah, S.Pd NIP. 196707041991032014
217
Daftar Lampiran: 1. Materi Pembelajaran 2. Lembar Kerja Siswa 3. Pedoman dan Rubrik Penilaian Praktik Berbicara 4. Lembar Penilaian Praktik Berbicara 5. Pedoman dan Lembar Penilaian Sikap
218
Lampiran 1. Materi Pembelajaran Mengomentari Persoalan Faktual Faktual adalah berita yang berdasarkan kenyataan dan mengandung kebenaran. Mengomentari Persoalan Faktual dengan Alasan yang Mendukung Langkah-langkah mengomentari persoalan faktual antara lain: - Membaca persoalan dengan seksama. - Temukan persoalan yang benar-benar terjadi. - Kemukakan alasan tentang persoalan tersebut.
Memberikan Pendapat Kalian suka berdiskusi, bukan? Pernahkah kalian mengungkapkan pendapat waktu diskusi? Apabila pernah, tentunya kalian akan memberikan alasan atas pendapat yang kalian sampaikan dengan bahasa yang baik. 3. Memberikan Pendapat tentang Persoalan Faktual Pendapat adalah pikiran atau anggapan yang diberikan oleh seseorang yang belum dapat dipastikan kebenarannya. Pendapat hanya dapat diberikan setelah kita mengetahui pokok suatu permasalahan yang disampaikan. Saat memberikan pendapat sebaiknya secara seimbang. Di samping itu, kita harus mengutamakan fakta-fakta yang ada. 4. Mengemukakan Pokok Persoalan Saat pelajaran sekolah dimulai, Siska menanyakan persoalan tentang urbanisasi di Indonesia. Perhatikanlah beberapa persoalan yang disampaikan Siska berikut ini! Setiap tahun, jumlah urbanisasi makin meningkat. Mereka umumnya tidak memiliki bekal keterampilan yang memadai. Akibatnya, saat mengadu nasib di kota-kota besar, mereka sulit memperoleh pekerjaan. Mereka justru menambah persoalan baru, yaitu bertambahnya tingkat pengangguran di kota. Pokok persoalan yang dikemukakan Siska adalah peningkatan jumlah urbanisasi akan meningkatkan pengangguran di kota. Khususnya bagi mereka yang tidak mempunyai keterampilan yang memadai.
219
Bencana Alam Bencana alam adalah suatu kejadian yang sulit untuk diprediksikan kapan terjadi. Bisa saja terjadi tiba-tiba, tanpa ada ciri-ciri tertentu. Kita tahu Gunung Tangkuban Perahu sedang aktif dan mungkin akan meletus, tapi kita tidak tahu tepatnya kapan. Gempa juga terjadi di mana-mana tapi kita tidak dapat mengira hal itu terjadi. Maka dari itu yang dapat kita lakukan adalah bersiap-siap akan segala hal buruk yang akan terjadi kemudian hari. Misalkan saja dengan membuat ruang bawah tanah. Jikalau terjadi gempa atau bencana lainnya, kita dapat mengungsi sementara di tempat itu. Membuat ruang bawah tanah bukan hal yang mudah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga hanya dapat dilakukan oleh kalangan orang tertentu. Bagi masyarakat yang lainnya, sebaiknya pemerintah juga membangun tempat-tempat pengungsian. Kegiatan ini dilakukan tentu jauh hari sebelum bencana menimpa kita. Karena mendadak biasanya pemerintah kita kelabakan membangun tempat pengungsian setelah bencana terjadi. Tempatnya pun sangat kritis, dan tidak membuat kita merasa lebih aman. Hans Saputra, kelas 2-5 SMAK 1 BPK PENABUR http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/belia/260405/05shp.htm
220
Lampiran 2. LKS Lembar Kerja Siswa Nama :……………………………. No. Absen :……………………………. Panduan mengerjakan: 7) Bacalah bacaan yang telah diberikan guru. 8) Kerjakan soal 1 – 3 di bawah ini sebagai alat bantuan untuk memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan. 9) Ungkapkan secara lisan tanggapan dan solusi yang telah di susun. Kerjakan soal di bawah ini dan ungkapkan secara lisan!
5. Tuliskan rangkuman bacaan yang telah dibaca dan dipahami dengan bahasamu sendiri!
6. Bagaimanakah pendapatmu tentang permasalahan dalam bacaan tersebut?
3. Bagaimanakah solusi dari permasalahan yang terdapat pada bacaan terseb
221
Lampiran 3. Rubrik dan pedoman penilaian praktik berbicara Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No. Aspek yang dinilai
Indikator
1.
Pengucapan vokal dan konsonan
15
Struktur kalimat
15
Tekanan
15
Pilihan kata
15
Kepercayaan diri
10
Kelancaran berbicara
10
Gerakan dan mimik wajah
10
Penalaran
10
2.
Kebahasaan
Non Kebahasaan
Jumlah
Skor
100
Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara No. Indikator 1.
Aspek
Skor
Pengucapan
Pengucapan vokal dan konsonan sudah
15
Vokal dan
jelas dan tepat di semua kata atau
Konsonan
kalimat. Terdapat pengucapan vokal dan
10
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara. Terdapat pengucapan vokal dan
5
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara. Pengucapan vokal dan konsonan belum jelas dan tepat. 222
1
2.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat sudah tepat dan efektif
15
di keseluruhan praktik berbicara. Terdapat struktur kalimat yang belum
10
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara Terdapat struktur kalimat yang belum
5
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara Struktur kalimat belum tepat dan belum 1 efektif. 3.
Tekanan
Tekanan berbicara pada semua kata
15
atau kalimat sudah tepat dan wajar Masih terdapat sebagian kecil tekanan
10
berbicara yang belum tepat dan wajar. Masih terdapat sebagian besar tekanan
5
berbicara yang belum tepat dan wajar. Tekanan berbicara belum tepat dan
1
wajar. 4.
Pilihan Kata
Pilihan kata sudah sesuai dan variatif
15
Pilihan kata sudah sesuai namun
10
kurang variatif Terdapat pilihan kata yang belum
5
sesuai
5.
Kepercayaan Diri
Pilihan kata belum sesuai
1
Percaya diri tinggi dan berani
10
mengungkapkan gagasannya secara lisan Percaya diri dan keberanian masih kurang dalam mengungkapkan gagasannya di depan kelas 223
5
Belum percaya diri dan belum berani
1
mengungkapkan gagasannya di depan kelas 6.
Kelancaran
Sudah dapat berbicara dengan lancar
Berbicara
saat praktik berbicara Masih terdapat bagian yang kurang
10
5
lancar saat praktik berbicara
7.
Belum dapat berbicara dengan lancar
1
Gerakan dan
Gerakan tubuh dan mimik wajah sudah
10
Mimik Wajah
sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan Gerakan tubuh dan mimik wajah masih
5
belum sesuai di bagian tertentu Gerakan tubuh dan mimik wajah tidak
1
sesuai dengan topic yang dibicarakan 8.
Penalaran
Penalaran dalam mengungkapkan
10
gagasan sudah tepat Penalaran dalam mengungkapkan
5
gagasan kurang tepat Penalaran dalam mengungkapkan gagasan belum tepat
224
1
Lampiran 4. Pedoman Penilaian Sikap Pedoman Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Aspek
Indikator
Perilaku siswa saat kegiatan 11. Siswa menjawab salam dari guru awal pembelajaran
12. Sikap siswa saat berdoa 13. Perhatian siswa terhadap apersepsi yang diberikan 14. Perhatian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dijelaskan. 15. Motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
Perilaku siswa saat kegiatan 21. Perhatian inti
siswa
terhadap
penjelasan materi pembelajaran. 22. Keberanian siswa bertanya dan menanggapi penjelasan guru 23. Kesiapan
siswa
berkelompok
secara berpasangan 24. Pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang dibagikan 25. Pembuatan catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi berdasarkan isi bacaan 26. Pengungkapan
hasil
pemikiran
secara lisan dalam kelompok. 27. Pemberian
kritik
dan
saran
terhadap teman sekelompoknya 28. Rangkuman hasil diskusi siswa 29. Perhatian siswa terhadap kelompok lain yang maju ke depan 30. Pembahasan 225
gagasan
yang
diungkapkan kelompok Perilaku siswa saat kegiatan 5. Penarikan kesimpulan atas materi akhir
yang
disampaikan
pada
hari
tersebut. 6. Proses siswa dalam mengerjakan soal individu.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Nama Siswa
:
No. Absen
:
Kelas
:
No.
Skor
Aspek yang Diamati 1
1.
Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik.
3.
Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian.
4.
Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian.
5.
Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut.
6.
Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian
7.
Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru
8.
Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok
9.
Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan 226
2
3
4
10.
Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
11.
Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
12.
Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya
13.
Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya
14.
Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas
15.
Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan
16.
Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut
227
Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II: Pertemuan 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan
: SD N Karangmojo
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: V (lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (2JP)
Hari, Tanggal
: Rabu, 15 Juni 2016
A. Standar Kompetensi 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.
B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. C. Indikator 1. Mencermati permasalahan pada teks bacaan yang berjudul “Asap Gunung Krakatau Bahayakan Kesehatan” 2. Memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan teks bacaan tersebut dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah membaca dan mencermati teks bacaan yang berjudul “Asap Gunung Krakatau Bahayakan Kesehatan”, siswa dapat menemukan permasalahan yang ada pada teks bacaan tersebut dengan tepat. 2. Setelah mengamati teks bacaan “Asap Gunung Krakatau Bahayakan Kesehatan”, memperhatikan penjelasan dari guru, dan mendengarkan contoh memberikan tanggapan secara lisan dari guru, siswa dapat memberikan tanggapan terhadap permasalahan dalam teks bacaan 228
tersebut dengan pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa.
E. Materi Ajar Permasalahan faktual. (materi terlampir)
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran
: Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK)
Model Pembelajaran
: Cooperative Script
Metode pembelajaran
: Ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam dari guru untuk 15 menit membuka pelajaran. 2. Siswa ditanya kabar mereka pada hari tersebut. 3. Salah satu siswa diminta untuk memimpin berdoa sebelum memulai pembelajaran. 4. Siswa dipresensi kehadirannya pada hari tersebut. 5. Siswa diberi apersepsi dengan mengaitkan materi
dengan
tanya
jawab
mengenai
gunung-gunung berapi yang terdapat di Indonesia. 6. Siswa diberi motivasi untuk siap mengikuti pembelajaran dengan tertib agar menjadi siswa yang pandai. Inti
35 menit
Eksplorasi
229
1. Siswa diberi penjelasan tentang materi mengomentari permasalahan faktual dan pemilihan kata serta diberikan contoh cara bersikap dan berbahasa yang santun ketika memberikan tanggapan secara lisan terhadap suatu permasalahan faktual. 2. Siswa diberi waktu untuk tanya-jawab tentang materi yang disampaikan guru. 3. Pendalaman
materi
dilakukan
dengan
permainan “Jeruk Oh Jeruk” 4. Siswa
diminta
menyanyi
suatu
lagu
bersama-sama sambil merantingkan sebuah jeruk tersebut secara urut. 5. Ketika pengajar bilang stop maka siswa yang terakhir memegang jeruk tersebut harus memilih kata mana yang tepat dan membuat (permainan
kalimat
dari
dilakukan
kata
tersebut.
beberapa
kali
putaran) 6. Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk
kelompok
menurut
absen
terdekat. Elaborasi 7. Masing-masing siswa mendapatkan sebuah bacaan yang berjudul “Asap Gunung Krakatau bahayakan kesehatan”. 8. Siswa
diminta
untuk
membaca
dan
memahami isi dari bacaan yang telah diberikan. 9. Siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang memuat rangkuman 230
berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri. 10. Siswa menentukan anggota yang menjadi pembicara terlebih dahulu dan anggota yang menjadi pendengarnya untuk saling memberi masukan dalam kelompok. 11. Siswa yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan
hasil
rangkuman
dan
gagasannya berdasarkan bacaan tersebut secara
lisan
bantuan
dan
catatan
tanpa yang
menggunakan telah
ia
buat
sebelumnya. 12. Siswa yang bertugas menjadi pendengar menyimak dan memahami penjelasan yang diungkapkan oleh pembicara kemudian setelah
pembicara
selesai,
pendengar
memberikan tanggapan mengenai hal yang telah dibicarakan. Tanggapan tersebut dapat berupa koreksi dari gagasan-gagasan yang diungkapkan
pembicara
tambahan-tambahan
atau ide
mungkin untuk
menyempurnakan gagasan dari pembicara. 13. Siswa bertukar peran, yang sebelumnya menjadi pembicara menjadi pendengar, begitu sebaliknya. Setelah bertukar peran kelompok
melakukan
aktivitas
seperti
sebelumnya. 14. Setiap anggota kelompok merangkum hasil diskusinya
lalu dipaparkan secara lisan 231
dalam kelas secara individu. Konfirmasi 15. Siswa bersama dengan guru membahas gagasan-gagasan
berdasarkan
masing-
masing bacaan 16. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan materi yang dipelajari pada hari tersebut. Penutup
1. Siswa diberikan latihan soal individu untuk 20 menit mengetahui pemahaman materi setiap siswa. 2. Siswa diberi motivasi untuk mengulang kembali pembelajaran yang didapat di sekolah pada saat berada di rumah agar semakin paham dan menguasai materi tersebut. 3. Salah satu siswa diminta untuk memimpin doa penutup. 4. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan salam penutup.
H. Sumber Pembelajaran 4. Sumber Epon Kurniasih & Sri Hapsari. 2009 Pintar Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah Kelas V. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sri Rahayu & Yanti Sri. 2009. Bahasa Indonesia SD/MI KElas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
232
I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut 7. Prosedur Penilaian h. Penilaian Berbicara 7) Jenis
: Tes Lisan
8) Bentuk
: Praktik Berbicara
i. Penilaian Sikap 7) Jenis
: Non Tes
8) Bentuk
: Lembar pengamatan
8. Instrumen Penilaian (Terlampir).
Mengetahui,
Yogyakarta, 13 Juni 2016
Guru Kelas V
Peneliti
Ari Sulistyowati, S.Pd. Si
Dita Rusdia Amalia
NIP. 19810104201 4062 001
NIM. 12108241168
Mengetahui, Kepala Sekolah SD Karangmojo
Wening Nurdiyah, S.Pd NIP. 196707041991032014
233
Daftar Lampiran: 1. Materi Pembelajaran 2. Lembar Kerja Siswa 3. Kisi-Kisi dan Rubrik Penilaian Praktik Berbicara 4. Lembar Penilaian Praktik Berbicara 5. Pedoman dan Lembar Penilaian Sikap
234
Lampiran 1. Materi Pembelajaran
1. Menanggapi peristiwa a. Memahami cerita tentang peristiwa yang didengar. b. Memberi tanggapan terhadap peristiwa yang didengar disertai alasan yang logis. c. Menentukan hikmah dari peristiwa yang didengar. 2. Mengomentari persoalan faktual a. Menentukan persoalan yang terjadi. b. Memberikan komentar terhadap persoalan yang terjadi dengan alasan yang logis. c. Memberikan jalan keluar untuk mengatasi persoalan yang terjadi.
Pilihan Kata Tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan atau gagasan dengan bahasa yang tepat atau baik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penguasaan pembendaharaan kata seseorang. Semakin banyak kosa kata yang dimiliki seseorang maka pemilihan kata dalam bahasa akan semakin baik guna menyesuaikan bahasa yang akan digunakan dalam kehidupan. Ada begitu banyak kata dalam bahasa indonesia, beberapa kata memiliki makna yang sama seperti aku, sama, gue, dan lain sebagainya. Kata-kata tersebut memiliki makna yang sama namun kesan yang dimiliki sangat berbeda-beda. Tentu pemilihan kata ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi dimana ia berbicara atau sedang berbicara kepada siapa. Fungsi pemilihan kata tersebut antara lain: • Agar mudah dipahami. Pemilihan kata yang tepat dan selaras akan memudahkan pendengar lebih mudah dalam memahami arti kata atau makna kalimat atau gagasan yang hendak ingin disampaikan. Pemilihan kata dilakukan dengan memperhatikan situasi yang sedang berlangsung. • Mendapatkan tujuan. Dengan menggunakan pilihan kata
yang tepat, maka
peluang untuk mendapatkan tujuan lebih besar. Hal ini karena komunikasi yang 235
berlangsung sangat efektif selain itu pemilihan kata yang sesuai dengan suasana resmi ataupun tidak resmi akan menciptakan ekspresi tertentu yang dapat menyenangkan pendengar. Asap Gunung Krakatau Bahayakan Kesehatan
BANDAR LAMPUNG--MEDIA: Asap yang dikeluarkan dari letusan Anak Gunung Krakatau mengandung berbagai macam zat berbahaya yang dapat menganggu kesehatan makhluk hidup yang menghirupnya. Sebab asap itu mengandung karbondioksida dan asam yang dapat menganggu saluran pernapasan. “Setiap gunung berapi yang masih aktif, mengandung zat beracun mematikan atau mofet namun sulit dikenali, zat tersebut terdiri atas C12, HCI, SO2, CO, CO2, H2, dan N2,” kata Kepala Pos Pemantau Gunung Krakatau yang berada di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suhardi, ketika dihubungi di Bandar Lampung, Kamis. Gas vulkanik itu bisa beracun, karena embusan berkosentrasi tinggi pada saat cuaca mendung, berkabut, dan hujan. Namun kata Andi, dampaknya akan terasa di luar dari radius tiga kilometer. Karena itu pihaknya berharap masyarakat, nelayan dan juga wisatawan jangan mendekat kurang dari radius tersebut. Sebab selain mengeluarkan asap dan debu, setiap letusan yang terjadi juga melontarkan batu panas yang muncul dari energi letusan. Menurut Andi, memang sampai sejauh ini dampak dari letusan-letusan yang terjadi belum membahayakan keselamatan penduduk yang tinggal di pesisir pantai atau juga di pulau-pulau yang ada di dekat gunung yang berada di Selat Sunda tersebut. Sedangkan mengenai aktivitas letusan, hingga hari ini setidaknya terjadi 67 kali letusan, 18 kali gempa vulkanik dalam, 11 kali dangkal. Sedangkan melalui alat seismograf pada Selasa (30/10) terjadi 198 kali letusan, 68 kali gempa vulkanik dangkal dan 31 dalam. “Jumlah letusan mulai menunjukkan penurunan, tetapi intensitas letusan tetap terjadi 236
setiap tiga sampai lima menit sekali. Oleh karena itu, status siaga tetap dipertahankan,” lanjutnya. Andi menambahkan, sampai saat ini gempa yang muncul dari Gunung Krakatau masih berskala kecil, yaitu antara 20-35 amplitudo. Guncangan yang muncul akibat gempa mungkin tidak terasa oleh manusia, namun terekam oleh seismograf. Andi menambahkan, meski berstatus Siaga, BMG menyatakan kondisi ini tidak membahayakan pelayaran Kapal Roro di Pelabuhan Bakauheni ke Pelabuhan Merak, sedangkan ketinggian gelombang juga masih dalam batas normal,
yaitu
berkisar
1,25
sampai
237
2
meter.
(VI/OL-1)
Lampiran 2. LKS Lembar Kerja Siswa Nama :……………………………. No. Absen :……………………………. Panduan mengerjakan: 10) Bacalah teks bacaan “Kali Winongo Yogya Meluap, Banjir Terbesar Sejak
1984” 11) Kerjakan soal 1 – 3 di bawah ini sebagai alat bantuan untuk memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan. 12) Ungkapkan secara lisan tanggapan dan solusi yang telah di susun. Kerjakan soal di bawah ini dan ungkapkan secara lisan!
1. Tuliskan rangkuman bacaan yang telah dibaca dan dipahami dengan bahasamu sendiri!
2. Bagaimanakah pendapatmu tentang permasalahan dalam bacaan tersebut?
3. Bagaimanakah solusi dari permasalahan yang terdapat pada bacaan terseb
238
Lampiran 3. Rubrik dan pedoman penilaian praktik berbicara Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No. Aspek yang dinilai
Indikator
1.
Pengucapan vokal dan konsonan
15
Struktur kalimat
15
Tekanan
15
Pilihan kata
15
Kepercayaan diri
10
Kelancaran berbicara
10
Gerakan dan mimik wajah
10
Penalaran
10
2.
Kebahasaan
Non Kebahasaan
Jumlah
Skor
100
Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara No. Indikator 1.
Aspek
Skor
Pengucapan
Pengucapan vokal dan konsonan sudah
15
Vokal dan
jelas dan tepat di semua kata atau
Konsonan
kalimat. Terdapat pengucapan vokal dan
10
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara. Terdapat pengucapan vokal dan
5
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara. Pengucapan vokal dan konsonan belum jelas dan tepat. 239
1
2.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat sudah tepat dan efektif
15
di keseluruhan praktik berbicara. Terdapat struktur kalimat yang belum
10
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara Terdapat struktur kalimat yang belum
5
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara Struktur kalimat belum tepat dan belum 1 efektif. 3.
Tekanan
Tekanan berbicara pada semua kata
15
atau kalimat sudah tepat dan wajar Masih terdapat sebagian kecil tekanan
10
berbicara yang belum tepat dan wajar. Masih terdapat sebagian besar tekanan
5
berbicara yang belum tepat dan wajar. Tekanan berbicara belum tepat dan
1
wajar. 4.
Pilihan Kata
Pilihan kata sudah sesuai dan variatif
15
Pilihan kata sudah sesuai namun
10
kurang variatif Terdapat pilihan kata yang belum
5
sesuai
5.
Kepercayaan Diri
Pilihan kata belum sesuai
1
Percaya diri tinggi dan berani
10
mengungkapkan gagasannya secara lisan Percaya diri dan keberanian masih kurang dalam mengungkapkan gagasannya di depan kelas 240
5
Belum percaya diri dan belum berani
1
mengungkapkan gagasannya di depan kelas 6.
Kelancaran
Sudah dapat berbicara dengan lancar
Berbicara
saat praktik berbicara Masih terdapat bagian yang kurang
10
5
lancar saat praktik berbicara
7.
Belum dapat berbicara dengan lancar
1
Gerakan dan
Gerakan tubuh dan mimik wajah sudah
10
Mimik Wajah
sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan Gerakan tubuh dan mimik wajah masih
5
belum sesuai di bagian tertentu Gerakan tubuh dan mimik wajah tidak
1
sesuai dengan topic yang dibicarakan 8.
Penalaran
Penalaran dalam mengungkapkan
10
gagasan sudah tepat Penalaran dalam mengungkapkan
5
gagasan kurang tepat Penalaran dalam mengungkapkan gagasan belum tepat
241
1
Lampiran 5. Pedoman Penilaian Sikap Pedoman Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Aspek
Indikator
Perilaku siswa saat kegiatan 16. Siswa menjawab salam dari guru awal pembelajaran
17. Sikap siswa saat berdoa 18. Perhatian siswa terhadap apersepsi yang diberikan 19. Perhatian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dijelaskan. 20. Motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
Perilaku siswa saat kegiatan 31. Perhatian inti
siswa
terhadap
penjelasan materi pembelajaran. 32. Keberanian siswa bertanya dan menanggapi penjelasan guru 33. Kesiapan
siswa
berkelompok
secara berpasangan 34. Pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang dibagikan 35. Pembuatan catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi berdasarkan isi bacaan 36. Pengungkapan
hasil
pemikiran
secara lisan dalam kelompok. 37. Pemberian
kritik
dan
saran
terhadap teman sekelompoknya 38. Rangkuman hasil diskusi siswa 39. Perhatian siswa terhadap kelompok lain yang maju ke depan 40. Pembahasan 242
gagasan
yang
diungkapkan kelompok Perilaku siswa saat kegiatan 7. Penarikan kesimpulan atas materi akhir
yang
disampaikan
pada
hari
tersebut. 8. Proses siswa dalam mengerjakan soal individu.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Nama Siswa
:
No. Absen
:
Kelas
:
No.
Skor
Aspek yang Diamati 1
1.
Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik.
3.
Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian.
4.
Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian.
5.
Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut.
6.
Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian
7.
Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru
8.
Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok
9.
Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan 243
2
3
4
10.
Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
11.
Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
12.
Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya
13.
Siswa merangkum hasil diskusi dalam kelompoknya
14.
Siswa memperhatikan kelompok yang memaparkan hasil diskusinya di dalam kelas
15.
Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan masing-masing bacaan
16.
Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut
17.
Siswa mengerjakan soal individu
244
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II: Pertemuan 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan
: SD N Karangmojo
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas / Semester
: V (lima) / 2 (dua)
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (2JP)
Hari, Tanggal
: Sabtu 17 Juni 2016
A. Standar Kompetensi 6. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama.
B. Kompetensi Dasar 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. C. Indikator 1. Mencermati permasalahan bacaan yang telah diberikan pada masingmasing siswa. 2. Memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan tersebut dengan memperhatikan struktur kalimat. 3. Memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan tersebut dengan percaya diri. D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah membaca dan mencermati teks bacaan yang telah diberikan, siswa dapat menemukan permasalahan yang ada pada teks bacaan tersebut dengan tepat. 2. Setelah mengamati teks bacaan, memperhatikan penjelasan dari guru, dan mendengarkan contoh memberikan tanggapan secara lisan dari 245
guru, siswa dapat memberikan tanggapan terhadap permasalahan dalam teks bacaan tersebut dengan struktur kalimat yang benar. 3. Setelah mengamati teks bacaan dan berlatih tanya jawab secara bergiliran, siswa dapat memberikan tanggapan terhadap permasalahan dalam teks bacaan tersebut dengan penuh percaya diri. E. Materi Ajar Permasalahan faktual. (materi terlampir)
F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan pembelajaran
: Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK)
Model Pembelajaran
: Cooperative Script
Metode pembelajaran
: Ceramah, tanya jawab, diskusi, penugasan
G. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
Alokasi
Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam dari guru untuk 15 menit membuka pelajaran. 2. Siswa ditanya kabar mereka pada hari tersebut. 3. Salah satu siswa diminta untuk memimpin berdoa sebelum memulai pembelajaran. 4. Siswa dipresensi kehadirannya pada hari tersebut. 5. Siswa
diberi
apersepsi
tentang
global
warming 6. Siswa diberi motivasi untuk siap mengikuti pembelajaran dengan tertib agar menjadi siswa yang pandai.
246
Inti
35 menit
Eksplorasi 1. Siswa diberi penjelasan tentang materi mengomentari permasalahan faktual dan struktur kalimat yang baik dalam praktik berbicara. 2. Siswa diberi waktu untuk tanya-jawab tentang materi yang disampaikan guru. 3. Siswa diminta untuk berpasangan dan membentuk
kelompok
dengan
teman
sebangkunya atau teman yang berdekatan dengannya. Elaborasi 4. Masing-masing siswa mendapatkan sebuah bacaan yang berjudul “Efek Negatif Rumah Kaca”. 5. Siswa
diminta
untuk
membaca
dan
memahami isi dari bacaan yang telah diberikan. 6. Siswa diminta untuk membuat sebuah catatan pembantu yang memuat rangkuman berdasarkan bacaan yang telah ia pahami dan menambahkan pendapatnya serta solusi dari permasalahan dalam bacaan tersebut dengan pemikirannya sendiri. 7. Siswa menentukan anggota yang menjadi pembicara terlebih dahulu dan anggota yang menjadi pendengarnya untuk saling memberi masukan dalam kelompok. 8. Siswa yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan
hasil
rangkuman
dan
gagasannya berdasarkan bacaan tersebut 247
secara
lisan
bantuan
dan
catatan
tanpa yang
menggunakan telah
ia
buat
sebelumnya. 9. Siswa yang bertugas menjadi pendengar menyimak dan memahami penjelasan yang diungkapkan oleh pembicara kemudian setelah
pembicara
selesai,
pendengar
memberikan tanggapan mengenai hal yang telah dibicarakan. Tanggapan tersebut dapat berupa koreksi dari gagasan-gagasan yang diungkapkan
pembicara
tambahan-tambahan
atau ide
mungkin untuk
menyempurnakan gagasan dari pembicara. 10. Siswa bertukar peran, yang sebelumnya menjadi pembicara menjadi pendengar, begitu sebaliknya. Setelah bertukar peran kelompok
melakukan
aktivitas
seperti
sebelumnya. 11. Setiap siswa mempersiapkan pertanyaan dan
siap
tanggapan
menjawab secara
serta
lisan
memberi
berdasarkan
tanggapan yang telah disusun teman yang lain. 12. Secara
bergiliran
siswa
memberikan
pertanyaan atau menjawab dan memberi tanggapan satu sama lain dalam satu kelas tersebut secara merata Konfirmasi 13. Siswa bersama dengan guru membahas gagasan-gagasan masing bacaan 248
berdasarkan
masing-
14. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan materi yang dipelajari pada hari tersebut. Penutup
1. Siswa diberikan latihan soal individu untuk 20 menit mengetahui pemahaman materi setiap siswa. 2. Siswa diberi motivasi untuk mengulang kembali pembelajaran yang didapat di sekolah pada saat berada di rumah agar semakin paham dan menguasai materi tersebut. 3. Salah satu siswa diminta untuk memimpin doa penutup. 4. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan salam penutup.
H. Sumber Pembelajaran 5. Sumber Sri Rahayu & Yanti Sri. 2009. Bahasa Indonesia SD/MI KElas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. http://www.kelasindonesia.com/2015/02/definisi-dan-contohkalimat-spok-yang-benar.html
I. Penilaian dan Program Tindak Lanjut 9. Prosedur Penilaian j. Penilaian Evaluasi 3) Jenis
: Tes
4) Bentuk
: Tertulis
k. Penilaian Keterampilan Berbicara 9) Jenis
: Tes Lisan
10) Bentuk
: Praktik Berbicara
l. Penilaian Sikap 249
9) Jenis
: Non Tes
10) Bentuk
: Lembar pengamatan
10. Instrumen Penilaian (Terlampir).
Mengetahui,
Yogyakarta, 15 Juni 2016
Guru Kelas V
Peneliti
Ari Sulistyowati, S.Pd. Si
Dita Rusdia Amalia
NIP. 19810104201 4062 001
NIM. 12108241168
Mengetahui, Kepala Sekolah SD Karangmojo
Wening Nurdiyah, S.Pd NIP. 196707041991032014
Daftar Lampiran: 1. Materi Pembelajaran 2. Lembar Kerja Siswa 3. Kisi-Kisi dan Rubrik Penilaian Praktik Berbicara 4. Lembar Penilaian Praktik Berbicara 5. Pedoman dan Lembar Penilaian Sikap 250
Lampiran 1. Materi Pembelajaran
1. Menanggapi peristiwa a. Memahami cerita tentang peristiwa yang didengar. b. Memberi tanggapan terhadap peristiwa yang didengar disertai alasan yang logis. c. Menentukan hikmah dari peristiwa yang didengar. 2. Mengomentari persoalan faktual a. Menentukan persoalan yang terjadi. b. Memberikan komentar terhadap persoalan yang terjadi dengan alasan yang logis. c. Memberikan jalan keluar untuk mengatasi persoalan yang terjadi. Struktur Kalimat Kalimat adalah satuan terkecil dari bahasa dalam bentuk lisan maupun tulisan dan terdiri dari rangkaian kata yang memiliki/mengandung makna atau suatu pesan tertentu. Tidak hanya untuk keterampilan menulis saja namun keterampilan berbicara juga membutuhkan struktur kalimat yang baik. Kalimat yang baik dan benar mengandung unsur-unsur kalimat yang terdiri dari Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Keterangan (K), dan Pelengkap (P). Agar bisa membuat kalimat yang baik dan benar, kita harus mengerti pengertian dan fungsi dari unsur-unsur kalimat. Berikut ini adalah unsur-unsur kalimat yang membentuk sebuah kalimat. A. Unsur- Unsur Kalimat 1. Subjek (S) Di dalam sebuah kalimat Subjek (S) adalah pelaku atau orang yang melakukan kegiatan tertentu. Subjek pada umumnya berupa kata benda seperti nama orang, binatang, tumbuhan, dan benda. Contoh: Budi, Gajah, Anggrek, sekolah dan lain-lain. 2. Predikat (P)
251
Predikat adalah unsur kalimat yang menyatakan kegiatan yang sedang dilakukan oleh Subjek. Predikat biasanya merupakan kata-kata kerja. Misalnya, Memasak, bermain, menyanyi, dan lain-lain. 3. Objek (O) Objek adalah sesuatu yang dikenai tindakan oleh Subjek. Sama seperti Subjek, Objek dapat berupa kata-kata benda. Misalnya, Ayah, Harimau, Pakaian, dan lain-lain. 4. Keterangan (K) Di dalam sebuah kalimat keterangan menjelaskan bagaimana, dimana atau kapan peristiwa yang dinyatakan dalam kalimat tersebut. Keterangan didalam kalimat dapat berupa: a. Keterangan tempat = di rumah, di sekolah, di pasar, dan lain-lain. b. Keterangan cara = dengan cepat, dengan serius, dengan bersemangat, dan lain-lain. c. Keterangan tujuan = agar lulus ujian, untuk bertemu ibunya, supaya bersih, dan lain-lain. d. Keterangan
alat
=
menggunakan
pisau,
mengendara
motor,
menggunakan sekop, dan lain-lain. e. Keterangan waktu = pada hari minggu, Jam 9 malam, pada musim kemarau dan lain-lain. f. Keterangan penyerta = bersama ayahnya, dengan ibunya, ditemani kakaknya, dan lain-lain. 5. Pelengkap (Pel) Pelengkap adalah unsur kalimat yang fungsinya seperti Objek (O) tetapi yang membedakannya adalah Pelengkap tidak bisa dirubah menjadi Subjek pada kalimat pasif. Pelengkap biasanya terletak setelah predikat atau objek. Contoh: Ia memakai baju yang bagus, Ember itu berisi minyak tanah. B. Contoh-Contoh Kalimat Berpola S P O K 1. Budi membantu Ani dengan ikhlas. 2. Ayah memakai baju baru untuk ke pesta malam ini. 252
3. 4. 5. 6. 7.
Ibu membeli sayuran di pasar. Presiden Jokowi melantik Kapolri besok pada pukul 9 pagi. Menteri Perikanan meneggelamkan kapal asing di perairan Indonesia. Andi mempelajari Matematika dengan sungguh-sungguh. Saya mendengarkan perkataannya dengan serius. Efek Negatif Rumah Kaca
Di daerah tropis yang panas, suhu akan meningkat, hujan semakin jarang, tanah menjadi kering, dan akan terjadi musim kemarau panjang. Tanah-tanah pertanian akan menjadi gersang dan tandus. Karena cuaca yang sangat panas, bumi akan mengalami kekurangan air. Hutan dan padang rumput dapat terbakar dengan mudah. Tambah lagi polusi udara semakin buruk. Banyak hewan akan mati kelaparan karena tanah yang kering dan tandus. Manusia juga akan mengalami masa kelaparan yang panjang. Dengan semakin panasnya bumi, suhu laut juga akan meningkat. Angin puyuh, badai, dan topan yang dahsyat akan terjadi di sepanjang tepi laut, mengancam keselamatan manusia, sekaligus menghancurkan pemukiman yang ada di sepanjang laut. Saat suhu rata-rata bumi naik, sebagian gletser dan gunung es di kutub akan mencair. Akibatnya volume air meningkat. Jika ini berlanjut, permukaan laut akan naik sampai sekitar 30-110 cm. Akibat selanjutnya, banjir akan terjadi di dataran rendah. Keadaan bumi yang semacam itu dipengaruhi oleh ulah manusia itu sendiri. Salah satu yang sangat berpengaruh adalah produksi karbon dioksida yang berlebihan. Karbon dioksida tersebut dihasilkan oleh asap-asap kendaraan bermotor dan dari pabrik-pabrik. Ditambah lagi kini penebangan pohon secara liar semakin marak dilaukkan sehingga banyak hutan yang gundul dan tidak dapat lagi menghasilkan udara segar untuk manusia. Hal-hal tersebut sangat memprihatinkan melihat malangnya generasi-generasi manusia selanjutnya yang mewarisi kondisi bumi yang semakin kritis.
253
Lampiran 2. LKS Lembar Kerja Siswa Nama :……………………………. No. Absen :……………………………. Panduan mengerjakan: 13) Bacalah bacaan yang telah diberikan guru. 14) Kerjakan soal 1 – 3 di bawah ini sebagai alat bantuan untuk memberikan tanggapan secara lisan berdasarkan bacaan. 15) Ungkapkan secara lisan tanggapan dan solusi yang telah di susun. Kerjakan soal di bawah ini dan ungkapkan secara lisan!
7. Tuliskan rangkuman bacaan yang telah dibaca dan dipahami dengan bahasamu sendiri!
8. Bagaimanakah pendapatmu tentang permasalahan dalam bacaan tersebut?
3. Bagaimanakah solusi dari permasalahan yang terdapat pada bacaan terseb
254
Lampiran 3. Rubrik dan pedoman penilaian praktik berbicara Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara No. Aspek yang dinilai
Indikator
1.
Pengucapan vokal dan konsonan
15
Struktur kalimat
15
Tekanan
15
Pilihan kata
15
Kepercayaan diri
10
Kelancaran berbicara
10
Gerakan dan mimik wajah
10
Penalaran
10
2.
Kebahasaan
Non Kebahasaan
Jumlah
Skor
100
Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara No. Indikator 1.
Aspek
Skor
Pengucapan
Pengucapan vokal dan konsonan sudah
15
Vokal dan
jelas dan tepat di semua kata atau
Konsonan
kalimat. Terdapat pengucapan vokal dan
10
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara. Terdapat pengucapan vokal dan
5
konsonan yang belum jelas dan belum tepat tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara. Pengucapan vokal dan konsonan belum jelas dan tepat. 255
1
2.
Struktur Kalimat
Struktur kalimat sudah tepat dan efektif
15
di keseluruhan praktik berbicara. Terdapat struktur kalimat yang belum
10
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 30% dari keseluruhan praktik berbicara Terdapat struktur kalimat yang belum
5
tepat dan belum efektif tidak lebih dari 50% dari keseluruhan praktik berbicara Struktur kalimat belum tepat dan belum 1 efektif. 3.
Tekanan
Tekanan berbicara pada semua kata
15
atau kalimat sudah tepat dan wajar Masih terdapat sebagian kecil tekanan
10
berbicara yang belum tepat dan wajar. Masih terdapat sebagian besar tekanan
5
berbicara yang belum tepat dan wajar. Tekanan berbicara belum tepat dan
1
wajar. 4.
Pilihan Kata
Pilihan kata sudah sesuai dan variatif
15
Pilihan kata sudah sesuai namun
10
kurang variatif Terdapat pilihan kata yang belum
5
sesuai
5.
Kepercayaan Diri
Pilihan kata belum sesuai
1
Percaya diri tinggi dan berani
10
mengungkapkan gagasannya secara lisan Percaya diri dan keberanian masih kurang dalam mengungkapkan gagasannya di depan kelas 256
5
Belum percaya diri dan belum berani
1
mengungkapkan gagasannya di depan kelas 6.
Kelancaran
Sudah dapat berbicara dengan lancar
Berbicara
saat praktik berbicara Masih terdapat bagian yang kurang
10
5
lancar saat praktik berbicara
7.
Belum dapat berbicara dengan lancar
1
Gerakan dan
Gerakan tubuh dan mimik wajah sudah
10
Mimik Wajah
sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan Gerakan tubuh dan mimik wajah masih
5
belum sesuai di bagian tertentu Gerakan tubuh dan mimik wajah tidak
1
sesuai dengan topic yang dibicarakan 8.
Penalaran
Penalaran dalam mengungkapkan
10
gagasan sudah tepat Penalaran dalam mengungkapkan
5
gagasan kurang tepat Penalaran dalam mengungkapkan gagasan belum tepat
257
1
Lampiran 4. Pedoman Penilaian Sikap Pedoman Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Aspek
Indikator
Perilaku siswa saat kegiatan
1. Siswa menjawab salam dari guru
awal pembelajaran
2. Sikap siswa saat berdoa 3. Perhatian siswa terhadap apersepsi yang diberikan 4. Perhatian siswa terhadap tujuan pembelajaran yang dijelaskan. 5. Motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
Perilaku siswa saat kegiatan
1. Perhatian
inti
siswa
terhadap
penjelasan materi pembelajaran. 2. Keberanian siswa bertanya dan menanggapi penjelasan guru 3. Kesiapan
siswa
berkelompok
secara berpasangan 4. Pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang dibagikan 5. Pembuatan catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi berdasarkan isi bacaan 6. Pengungkapan
hasil
pemikiran
secara lisan dalam kelompok. 7. Pemberian
kritik
dan
saran
terhadap teman sekelompoknya 8. Rangkuman hasil diskusi siswa 9. Perhatian siswa terhadap kelompok lain yang maju ke depan 10. Pembahasan 258
gagasan
yang
diungkapkan kelompok Perilaku siswa saat kegiatan
1. Penarikan kesimpulan atas materi
akhir
yang
disampaikan
pada
hari
tersebut. 2. Proses siswa dalam mengerjakan soal individu.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Nama Siswa
:
No. Absen
:
Kelas
:
No.
Skor
Aspek yang Diamati 1
1.
Siswa menjawab salam dari guru dengan benar.
2.
Siswa berdoa dengan sikap yang baik.
3.
Siswa memperhatikan apersepsi yang diberikan guru dengan penuh perhatian.
4.
Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang dijelaskan guru dengan penuh perhatian.
5.
Siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran pada hari tersebut.
6.
Siswa memperhatikan penjelasan materi pada hari tersebut dengan penuh perhatian
7.
Siswa berani bertanya tentang hal yang belum ia pahami dari penjelasan guru
8.
Siswa bersedia dibagi berpasangan membentuk sebuah kelompok
9.
Siswa membaca dan memahami isi dari bacaan yang telah diberikan 259
2
3
4
10.
Siswa membuat catatan pembantu yang memuat rangkuman, pendapat, dan solusi dari pemikirannya sendiri
11.
Siswa mengungkapkan hasil pemikirannya secara lisan dengan teman sekelompoknya secara bergantian
12.
Siswa saling memberikan masukan terhadap gagasan teman sekelompoknya
13.
Siswa menyiapkan pertanyaan dan tanggapan untuk saling dilemparkan secara bergiliran dalam kelas.
14.
Siswa memberikan pertanyaan atau memberi tanggapan dengan baik.
15.
Siswa bersama guru membahas gagasan berdasarkan teks bacaan
16.
Siswa bersama guru menyimpukan materi yang dipelajari pada hari tersebut
17.
Siswa mengerjakan soal individu
260
Lampiran 17. Surat Izin Penelitian
261