PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS 1 MADRASAH IBTIDAIYAH KEC.PITUMPANUA KAB.WAJO Oleh: Saharuddin ( Pengawas Madrasah di Kementerian Agama Kab. Wajo) Abstrak: This was a school action executed on Class I Madrasah Ibtidaiyah in Kec.Pitumpanua Kab.Wajo. The aim of the research is to improve the learning process and improve the ability to read the beginning read through cooperative learning. The subject is Area oversight consisting of 4 school with 22 students. To achieve these objectives the study design in three cycles ,. The process in each cycle includes the stages; action planning, action, observation and reflection. Effectiveness of the actions at each cycle is measured from observation and reading skills tests. Data observations described, interpreted, and then reflected to determine the corrective actions at the next cycle. Data showed an average reading ability of students beginning classes I was observing activity in the first cycle was 58.2% in the second cycle by 75% and the third cycle increased to 88.6%. The mean initial test reading skills of students in the initial conditions of completeness klaksikal 52.2 21.4%. In the first cycle of the complete rerata58,2 klaksikal 42.9. In the second cycle, a mean value of 75, the level of completeness klaksikal 71.4% in the third cycle, a mean value of 88.6 klaksikal completeness of 92.9%. Using cooperative learning, teachers can improve the process of learning to read and start reading the beginning graders in Elementary School class I Kec.Pitumpanua Kab.Wajo Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilakasanakan pada Kelas I Madrasah Ibtidaiyah se Kec.Pitumpanua Kab.Wajo. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan serta meningkatkan kemampuan membaca melalui model pembelajaran kooperatif. Subyek penelitian ini adalah Wilayah kepengawasan yang terdiri dari 4 Madrasah dengan jumlah siswa 22 orang. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian didesain dalam tiga siklus,. Proses dalam setiap siklus mencakup tahap-tahap; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan , observasi dan refleksi. Keefektifan tindakan pada setiap siklus diukur dari hasil observasi dan tes kemampuan membaca. Data hasil observasi dideskripsikan, diinterpretasikan,kemudian direfleksikan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Data menunjukkan rata-rata kemampuan membaca permulaan siswa kelas I secara observasi aktivitas pada siklus I sebesar 58,2 % pada siklus II sebesar 75% dan pada siklus III meningkat menjadi 88,6%. Rerata tes kemampuan membaca permulaan siswa pada kondisi awal 52,2 tingkat ketuntasan klaksikal 21,4%. Pada siklus I nilai rerata58,2 tingkat ketuntasan klaksikal 42,9. Pada siklus II,nilai rerata 75, tingkat ketuntasan klaksikal 71,4% pada siklus III, nilai rerata 88,6 tingkat ketuntasan klaksikal 92,9%. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif , guru dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan dan kemampan membaca permulaan siswa kelas I di Madrasah Ibtidaiyah se Kec.Pitumpanua Kab.Wajo. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Kemampuan membaca
I. PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai factor- factor yang saling terkait, dan diantara faktor tersebut adalah faktor guru . Seorang guru dituntut untuk dapat menguasai metode pembelajaran baik dan mampu untuk menyajikan materi tersebut kepada siswa dengan cara atau strategi pengajaran yang tepat. Selain itu, seorang guru dituntut untuk memahami dan mampu melakasanakan proses belajar mengajar dengan tepat. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa ,media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran . Dalam penerapan media pembelajaran di sekolah/madrasah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan berorientasi pada prestasi belajar. Rendahnya kemampuan membaca permulaan bagi siswa kelas I pada Madrasah tersebut, disebabkan oleh kondisi pembelajaran yang melibatkan komponen guru dan siswa yang berlangsung kurang efektif. Kedua komponen utama pembelajaran tersebut merupakan dua faktor penyebab utama, yakni dari faktor guru yang meliputi metode yang digunakan kurang bervariasi, umumnya hanya menggunakan metode ceramah dan hapalan saja, menjadikan siswa sebagai pendengar yang sangat baik, tanpa memberikan kesempatan bagi siswa untuk membaca, menjawab dan bekerja sama. Faktor penyebab dari siswa antara lain: siswa tampak tegang, kaku dan jenuh bisa jadi main-main dalam mendengarkan penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Model pembelajran kooperatif merupakan salah satu model dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunotas belajar yang mengahrgai semua kemampuan siswa. Dalam metode ini siswa secara individual berkembang dan berbagi kemampuan dalam berbagai aspek yang berbeda. Dari permasalahan yang dikemukakakn tersebut, maka model pembelajaran kooperatif dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor siswa atau hasil belajar siswa. Maka kooperatif adalah metode yang dimodifokasi dengan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk kerja sama sama sehingga diharapkan permasalahan yang timbul dalam pembelajaran akan dibahas secara bersama sehinga semuanya paham dan tidak ada masalah. Berdasarkan pemikiran dia atas, maka penulis bermaksusd untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan sekolah dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Siswa Kelas I Madrasah se Kec.Pitumpanua Kab.Wajo”. Rumusan masalah penelitian ini yaitu apakah dengan melalui penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa Kelas I seKecamatan Pitumpanua Kab.Wajo. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaranKooperatif dalam pembelajaran membaca permulaan dapat meingkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi sekolah,guru, dan siswa sendiri. 1. Kajian Pustaka a. Pengertian Kemampuan Kemampuan menurut kamus umum bahas aIndonesia disusun oleh Poerwodarminta yang diolah oleh Pusat Bahasa Departemen PendidikanNasional (2007: 742) kemampuan diartikan kesanggupan, keakapan,atau kekuatan. Demikian juga halnya dengan Nurkhasanah dan Didik
Turmianto (2007: 423) dikatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan untuk menguasai sesuatu yang sedang dihadapi. Di dalam pemebelajaran Bahasa Indonesia kemampuan membaca sangat diperlukan dan harus dimiliki oleh seseorang karena kemampuan mebaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai disiplin ilmu pengtahuan, terutama salah satu adalah bidang studi yang tertentu. b. Penegrtian Membaca Membaca bukan hanya sekedar untuk membaca ,tetapi membaca kita harus mengetahui dari posisi apa dan dari segi mana kita dapat memaknai dan memandannya apa yang kit baca. Menurut Akhadih, dkk (1993: 22) membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenal huruf dan kata-kata, menghubunkan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna dn tulisan. Kemampuan membaca meruapakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerjasama antara sejumlah kemampuan. Untuk dapat membaca suatu bacaan, seseorang haus dapat menggunakan pengetahuan sudah dimilkinya. Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun mental. Menurut Santoso (2007 :6-3) Proses membca terdiri dari beberapa aspek. Aspek –aspek tersebut adalah (a) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami symbol-simbol tulisan, (b). aspek perspektual, yaitu kekampuan untuk menginterpertasikan apa yang dilihat sebagai symbol, (c). aspek schemata yaitu kemampuan menghubngkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada ,(d). aspek berpikir yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (e). aspek efektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadapkegiatanmembaca. Interaksi antara kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi yang baik antara penulis dan pembaca. Membaca hendaknya mempunyai tjuan , karena seorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan denganorang yang tidak mempunyai tujuan . Di dalam kegiatan membaca dikelas misalnya, seorang guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu siswa menyusun tujuan membaca. Menurut Rahim (2008: 11) tujuan membaca mencakup : (a) kesenangan, (b). menyempurnakan membaca nyaring, (c) menggunakan strategi tertentu,(d) memperbaharui pengetahuan tentang suatu topic (e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (f) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis , (g) menginformasikan atau menolak prediksi , (h) menamplkan suatu eksprimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, (i) menjawab pertanyaan-=ertanyaan yang spesifik. Olehnya itu membaca adalah merupakan suatu aktivitas yang kompleks baik fisik maupun mental yang bertujuan memahami isi bacan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif yang dimliki masing-masing siswa. c.
Pengertian Kemampuan Membaca
Jika anak pada usia sekolah permulan tidak segera memiliki kemampuan membaca maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada jenjang kelas. Olehnya itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar sehingga dapat mengetahui berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Menurut Mercer dalam Abdurrahman (2003: 200) : kemampuan membaca tidakhanya memungkinkan seseorang meningkatkan kemampuan kerja dan penguasaan berbagai bidang
akademik tetapi juga memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan social,budaya, politik, dan menemukan kbutuhan emosional :. Oleh karenanya kemampuan membaca adalah kesanggupan melakukan aktivitas kompleks baik fisik maupun mental untuk meningkatkan keterampilan kerja, penguasaan berbagai bidang akademik , serta berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. d. Pengertian Membaca Permulaan Sebelum mengajarkan guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau hhuruf yang terdapat dalam kata-kata atau kalimat. Pengenalan tulisan dan bunyi melalui pembelajaran membaca. Menurut Darmiyati Zuhdi dan Budiasih (2001 :57) pembelajaran membaca dikelasa awal ( Kelas I dan II) merupakan pembelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca ini akan diperoleh dan menjadi dasar pembelajaran memebaca paakelas berikutnya . Demikian juga halnya dikatakan oleh Santoso( 2007 :3,19) bahwa pembelajaran membaca di Madasarah Ibtidaiyah terdiri atas dua bagian yaitu membaca permulaan di Kelas I dan II siswa diharapkan mampu mengenal huruf,suku kata, kalimat dan mampu membaca dalam berbagai konteks. Sedangkan membaca lanjut dilaksanakan di Kelas III,IV,V, dan VI. Olehnya itu lanjut dikatakan Tagiran (1997;5.33) bahwa pembelajaran membaca permulaan bagi siswa kelas I dan II pada MadrasahIbtidaiyah dapat dibedakan dalam dua tahapan yakni belajar membaca tanpa buku diberikan pada awal anak memasuku sekolah, selanjutnya siswa membaca permlaan dengan menggunakan buku setelah siswa mengnal huruf dengan baikkemudian diperkenalkan dengan lambang-lambang tulisan yang tertulis dalam buku. Olehnya itu membaca permulaan adalah membaca yang dilaksanakan di kelas I dan II, yang dimula dengan mengenalkan huruf-huruf dan lambang-lambang tulisan yang menitik beratkan pada aspek ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran dan kejelasan suara. e. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan Menurut Darmiyati Zuhdi dan Budiasih (2001;57) kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari untuk kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian seorang guru, membaca permulaan di kelas I merupakan pondasi bagi pengajaran selanjutnya . Olehnya itu membaca harus dilayani dan dilaksanakan secara berdaya guna dan sungguh-sungguh. Kesabaran dan ketelitian sangat diperlukan dalam melatih dan membimbing serta mengarahkan siswa demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Kemampuan membaca permulaan adalah kesanggupan peserta didik membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas, benar dan wajar serta memperhatikan tanda baca. Membaca permulan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Olehnya itu peserta didik dituntut untuk dapat menyuarak huruf, sukukata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan Akhadiah, dkk: 1993; 11) . Contoh sebgai berikut : Huruf
a b c Suku kata ba Bu Kata baju Batu Kalimat itu buku Kalimat Itu Budi
dibaca dibaca dibaca dibaca dibaca dibaca dibaca dibaca dibaca
a be ce ba bu baju batu itu buku itu Budi
bukan bukan bukan bukan bukan bukan
bea beu beajeu beateu iteu bekeu ietu beudei
Menurut Lamb dan Arnold (2008:16) dikatakan bahwa membaca permulaan dipengaruhi oleh empat factor. Faktor yangmempengaruhi membaca permulaan antara lain sebagai berikut: a. b. c. d.
Faktor Fisikologis Faktor Intelektual Faktor Lingkungan dFaktor Psikilogis
Dan juga dikatakan oleh Syafi’ie yang dikutip oleh Rahim (2008:31) bahwa membaca permulaan pembelajaran bahasa Indonesia ada empat pendekatan , antara lain : a. b. c. d.
Pendekatan Komunitas Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif Pendekata Pembelajaran Terpadu Pembelajaran Belajar Kooperatif.
f . Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran koperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfookus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan senaga mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan sebagai latihan hidup dimasyarakat. Menurut Johnson dalam Solihatin (2005: 5) belajar kooperatif adalah memanfan kelompok kecil dalam pembelajaran yang meyainkan siswa belajar bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalamkelompok tersebut. Dala model pembelajaran ini terdapat lima prinsip dasar, yang terdiri dari : (1) menimbulkan semangat saling ketergantungan, (2) tanggung jawab Individu,(3) bekerja dalam kelompok,(4) tumbuh kecakapan social dan bekerjasama, (5) terjadi interaksi antar anggota secara langsung. G . Hipotesis Tindakan Dari kajian teoritis dan kerangka piker, maka dapat dikemukakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yakni jika model pembelajaran kooperatif diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia ( membaca permulaan) maka proses pembelajaran dan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I pada Madrasah Ibtidaiyah se Kec.Pitumpanua Kab.Wajo akan menigkat. 2. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah peneltian tindakan sekolah pada siswa Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Kec.Pitumpanua Kab.Wajo. Penelitian yang dilakukan denga penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan hasil belajar dan proses belajar membaca permulaan. Lokasi penelitian ini adalah Madrasah Ibtidaiyah seKec .Pitumpanua Kab.Wajo. Populasi yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah seluruh Madrasah Ibtidaiyah dalam wilayah kepengawasan. Sampel yang digunakan dalam penelitia adlah dengan
menggunakan metode random sampling( sampel yang diambil secara acak). Dan sampel yang terpililh adalah MIN Batu dengan jumlah sampel 28 orang siswa (Kelas). a. Langkah-langkah Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif Persiapan pembelajaran yang harus dirancang oleh guru secara garis besar meliputi persiapan, 1) sumber belajar, 2) lembar kerja siswa,3) media pembelajaran, 4) RPP pembelajaran Kelas I semester 1 Langkah – langkah minimal dari penyusunan rencana pelaksanaanpemblajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan identitas RPP, tujuan pembelajaran,materi pembelajaran, langkahlangkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar . Setiap komponen empunyai arah pengembangan masing-masing, namun masih merupakan sat kesatuan. b. Implementasi RPP dan Instrumen Evaluasi Pelaksanaan tindakan penelitian sekolah/Madrasah ini terdiri atas tiga siklus. Siklus I dilaksanakan dengan empat kali pertemuan dan satu kali pertemuan digunakan untuk tes siklusI. Siklus II juga dilakasanakan dengan empat kali pertemuan da satu kali pertemuan digunakan untuk pemberian tes siklus. Demikian juga halnya dengan siklus III. Secara garis besar lebih rinci,implementasi penelitian tindakan sekolah/madrasah (PTS) ini dapat dibagi dalam empat tahap ,yaitu 1) Tahap perencanaan tindakan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap evaluasi, 4) tahap refleksi. Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap hasil-hasil yang diperoleh, baik dari hasil tes siklus I,maupun daripengamatan sikap siswa. Hasil analisis siklus I dijadikan acua ntuk merencanakan siklus II sehingga yang dicapai pada siklusberikutnya sesuai yang diharapkan dan hendaknya bias lebih baik darisiklus I. Adapun tahapan pada siklus III sama dengan tahapan pada siklus II dan I. c. Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian tindakan sekolah/madrasahini selanjutnya dianlisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriktifyang terdiri ats rata-rata ,median, standar deviasi, maksimum dan minimu ang diperoleh siswa pada tes siklus. Dari hasil observasi dianalisis secarakualitatif untuk melhat rata-rata dan persentase kehadiran dan keaktifan siswa pada saat pembelajaran. Adapun criteria yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah/madrasah untuk melihat hasil belajar siswa berdasarkan kategorisai standar yang ditetapkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . Kategorisasi tersebut terdiri atas lima criteria terhadap hasil belajar yaitu sebagai berikut : Skor Kategori 0 - 34 Sangat rendah 35 - 54 Rendah 55 - 64 Sedang 65 - 84 Tnggi 85 - 100 Sangat tinggi d. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan sekolah/madasah ini adalah apabila skor rata-rata hasil belajar kemampuan membaca permulan siswa kelas I pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Batu Kec. Pitumanua Kab.Wajo dapat meningkat secara nyata setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajarankooperatif. Selain itu apabila terjadi peningkatan ktivitas siswa yang meliputi kehadiran dikelas, berpakaian rapi disekolah, mengumpulkan tugas dan yang masih memerlukn bimbingan. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Deskripsi Hasil Pelaksanaan 1). Analisis data kuantitatif a). Hasil tes siklus I Tes hasil belajar kemampuan membaca permulaansiswa pada siklus I setelah prosespembelajaran adala sebagai berikut : No 1 2 3 4
Uraian Pencapaian hasil Siswa yang mendapat nilai di bawah 70 Siswa yang mendapat nilai di atas 70 Rerata Ketuntasan Klaksikal
Jumlah/Nilai 16 12 58,2 42,9 %
Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa sebanyak 16 siswa mendapat nilai kuarang dari 70, sebanyak 12 siswa mendapat nilai 70 atau lebih. Nilai rata-rata kemampuan membaca permulan pada pembelajaran siklus I ini adalah 58,2. Ketuntasa secara klaksikal sebesar 42,9 %. Ini dapat dipahami bahwa proses pemblajaran membaca permulaan pada siklus I belum berjalan dengan baik. b). Hasil tes siklus II Pada siklus II ini dilaksanakan tes hasil belajar kemampuan membaca permulaan setelah penyajian beberapa pokok bahasan materi. Adapun data yang diperoleh hasil belajar siklus II dapat dilihat pada table beikut : No 1 2 3 4
Uraian Pencapaian Hasil Siswa yang mendapat nilai di bawah 70 Siswa yang mendapat nilai di atas 70 Rerata Ketuntasan Klaksikal
Jumlah/Nilai 8 20 75,0 71,4 %
Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa sebanyak 8 siswa mendapat nilai kuarang dari 70, sebanyak 20 siswa mendapat nilai 70 atau lebih. Nilai rata-rata kemampuan membaca permulan pada pembelajaran siklus II ini adalah 75,0. Hal ini dapat dipahami bahwa nilai rerata yang dicapai sudah melebuhi indicator kerja. Namun secara klaksikal belu mencapai batas tuntas.
c. Hasil tes siklus III Pada siklus II ini dilaksanakan tes hasil belajar kemampuan membaca permulaan setelah penyajian beberapa pokok bahasan materi. Adapun data yang diperoleh hasil belajar siklus II dapat dilihat pada table beikut : No 1 2 3 4
Uraian Pencapaian Hasil Siswa yang mendapat nilai di bawah 70 Siswa yang mendapat nilai di atas 70 Rerata Ketuntasan Klaksikal
Jumlah/Nilai 2 26 88,6 92,9 %
Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa sebanyak 2 siswa mendapat nilai kuarang dari 70, sebanyak 26 siswa mendapat nilai 70 atau lebih. Nilai rata-rata kemampuan membaca permulan pada pembelajaran siklus III ini adalah 92,9 % Hal ini dapat dipahami bahwa nilai rerata maupun ketuntasan klasikal teskemampuan membaca permulaan yang dicapai siswa telah memenuhi indikator kerja. II. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tindakan Kelas tentang pembelajaran membaca permulaan yang dilakukan sebanyak tiga siklus sebagai berikut : Aktivitas Siswa Selama mengikuti Pembelajaran Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran yang terkait dengan aktivitas membaca siswa dapat dilihat dari hasil pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh peneliti. Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan kategori baik dapat dilihat pada table berikut ini : Siklus ( % ) No Aspek Pengamatan I II III 1
Keaktifan siswa pembelajaran
mengikuti
67,9
78,6
92,9
2
Keaktifan siswa dalam mengajukan dan Menjawab pertanyaan Rasa ingintahu dan keberanian siswa Meningkat Kreatifitas dan inisiatif siswa meningkat Aktif mengerjakan tugas pembelajaran individu Maupun kelompok Rerata
51,7
71,4
82,1
64,3
78,6
92,9
57,1 50
71,4 75
92,9 82,1
58,2
75
88,6
3 4 5
6
dalam
Dari hasil tabel diatas dapat kita pahami bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran selalu meningkat. Hal ini meliputi kegiatan-kegiatan siswa antara lain : aktivitas
siswa dalam mengikuti pembelajaran, keaktifan siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, rasa ingin tahu dan keberanian . Kesemuanya ini mengalami peningkatan baik secara individu maupun kelompok rerata hasil pada silkus I sebesar 58,2%, siklus II sebesar 75% dan siklus III menjadi 88,6%. 1. Kemampuan Membaca Permulaan Hasil tes kemampuan membaca permulaan siswa selama tiga siklus dapat kita lihat pada table berikut ini : Siklus No
1
Aspek Pencapaian Hasil Belajar
3
Jumlah Siswa yang mendapat nilai di bawah 70 Jumlah siswa yang mendapat nilai di Atas 70 Rerata
4
Ketuntasan klaksikal ( %)
2
Kondisi Awal 22
I
II
III
16
8
2
6
12
20
26
52,2
58,2
75
88,6
21,4 %
42,9 %
71,4 %
92,9 %
Hasil rerata tes membaca permulaan siswa pada kondisi awal adalah 52,2 setelah diberikan tindakan pada perbaikan pada siklus I , meningkatmenjadi 58,2. Peningkatan dari rerata 52,2 menjadi 58,2 belum mencapai nilai batas sesuaidengan indicator kerja, yakni 70 dari segi ketuntasan belajar, baik secara individu maupun klaksikal. Dari 28 jumla siswa, tercatat 16 belum mencapai batas tuntas, 12 siswa telah mencapai batas tuntas. Kemudian dilanjutkan pada siklus II sebesar 71,4. Dari nilai batas minimal sesuai denga indicator kinerja, nilai rerata siswa sudah memenuhi criteria. Namun secra individual pada siklus II masih terdapat 8 siswa mendapat nilai kurang dari 70. Yang mendapat nilai diatas 70 sebanyak 20 siswa. Ketuntasan secara klaksikal sebesar 70 % belum mencapai standar indicator kinerja. Pada siklus III kemampuan membaca permulaan mencapai sebesar 88,6. Secara klaksikal dari siswa sebanyak 26 orang telah mencapai nilai yang lebih besar sama denagn 70, namun masih terdapat 2 0rang mendapat di bawah 70. Tes kemampuan membaca permulaan siswa pada siklus III telah mencapai batas tuntas secara klaksikal sebesar 92,9 % . Kemudian siswa lebih antusiasdalam mengikuti pembelajaran yang ditandai dengan jumlah siswa Yng berani mengjukan pertanyaan,menjawab pertanyaan. Selain itu, sebagaian besar siswa sudah mampu memahami pelajaran yang mereka pelajari dan mengenal huruf,tanda baca dalam kehidupannya sehari-hari. III . Penutup a.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif selama tiga siklus yaitu rata –rata hasil pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I MIN Batu Kec.Pitumpanua Kab.Wajo, dan seluk beluknya
adalah sebesar 58,2 % tergolong kategori rendah, pada siklus II sebesar 75 % tergolong kategori sedang dan pada siklus III 88,6 % tergolong kategori tinggi. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif dalam mengajarkan permulaan membaca pada siswa Kleas I MIN Batu CKec.Pitumpanua , dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan khususnya dan pada umumnya seluruh siswa Madrasah MIN Batu Kec.Pitumpanua Kab.Wajo. b. Saran Dalam upaya peningkatan kemampuan membaca permulaan bagi siswa kelas I MIN Batu Kec.Pitumpanua Kab.Wajo disarankan bahwa untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami soal, khususnya teknik membaca , maka diharapkan guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif sebagai salah satu alternative dalam pembelajaran kemampuan membaca permulaan. Disamping itu, untuk memanilisir persepsi siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berusaha meningkatkan kemampuan belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang baik, dan jangan merasa bosan untuk memberih contoh dengan cara belajar bersama (kelompok) dengan teman yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta Rineka Cipta, 2003. Abimanyu, Soli. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depaartemen Pendidikan Nasional, 2008. Akhadiah, Sabarti. Dkk. Bahasa Indonesia I. Jakarta ; Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1993. DepartemenPendidikan Nasional Kurikulum KTSP. Jakarta. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006. Djauzak Ahmad, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta; Dirjen Pendidikan Dasar Departemen Pendidika Nasional, 1996. Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran Jakarta; Rineka Cipta, 2002. Solihatin. Pengaruh Kooperatif Learning Terhadap Belajar IPS Ditinjau dari Gaya Belajar. Jakarta ; Bumi Aksara, 2005. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kuantitatif .Jakarta Universitas Indonesia, 2007. Nurhasanah dan Didik Tumianta. Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia untuk SD dan SMP. Jakarta PT. Bina Sarana Pustaka, 2007. Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta; Bumi Aksara, 2008. Rukayah..Membaca Menulis Permulaan dan Alternatif Membantu Siswa yang Berkesulitan. Surakarta; Universitas Sebelas Maret, 2004 Santoso, Puji. Materi danPembelajaran Bahasa Indonesia CSD. Jakarta; Universitas Terbuka, 2007.
Sarwiji Suwandi. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah Surakarta; Panitia Sertifikasi Guru, 2008. Sugiyanto. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta; Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, 2008. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. ; Kencana, 2007. Tarigan, Djago. Pendidikan dan Bahasa Sastra Indonesia di Kelas Rendah .Jakarta; Universitas Terbuka, 1997. Poerwadarminta ,W.j.S, Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta; Balai Pustaka, 2007. Zuchdi, Darmiyanti dan Budisah. Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakrta; PAS, 2001