Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X
Peningkatan Kemampuan Membaca Cerita Fiksi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ Siswa Kelas IV SDN 2 Terpencil Eeya Kecamatan Palasa Ahmad Syaifurrohman, Muh.Tahir, dan Idris Patekkai Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABTSTAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa SDN 2 Terpencil Eeya kecamatan Palasa dengan model pembelajaran kooparatif tipe CIRC.Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan tahap perencanaan tindakan,pelaksanaan tindakan,observasi dan refleksi.Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Terpencil Eeya kecamatan Palasa yang berjumlah 18 orang siswa yang terdiri dari 11 siwa laki-laki dan 7 siswa perempuan.Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif .Data dikumpulkan dengan dengan dua cara yakni tes untuk mengukur kemampuan siswa menyerap materi dan observasi baik guru maupun siswa.Hasil yang diperoleh pada siklus I yaitu dari 18 orang siswa 9 siswa mengalami ketuntasan belajar dengan persentase ketuntasan klasikal 50% dan persentase daya serap klasikal 70,03% belum mencapai indikator yang telah ditentukan,sehingga penelitian dilanjutkan kesiklus II.Hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 18 orang siswa 16 siswa mengalami ketuntasan belajar dengan persentase ketuntasan klasikal 88,88% dan daya serap klasikal 83,36%.Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipr CIRC dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca cerita fiksi di kelas IV SDN 2 Terpencil Eeya kecamatan Palasa Kata Kunci : Kemampuan membaca kooperatif,Aktivitas dan Hasil belajar
cerita
fiksi,Pembelajaran
1.PENDAHULUAN A.Latar Belakang
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Manusia dilahirkan kedunia dalam keadaan merdeka,mempunyai hak yang sama antara satu dengan lainnya.Hak hidup maupun hak memperoleh pendidikan dimanapun ia
mereka membaca cerita fiksi dan melengkapi cerita rumpang(hilang) dari cerita yang disajikan,maka Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang
maha
esa
dan
berbudi
luhur
,memiliki
pengetahuan
dan
ketrampilan,sehat jasmani dan rohani dan kepribadian yang mantab dan berada,baik yang tinggal diperkotaa,pedesaan
maupun yang jauh dari jangkauan sana yaitu
terpencil.Di daerah terpencil masih banyak anak-anak yang masih usia sekolah namun ia tidak mau kesekolah dikarenakan faktor-faktor tertentu.Akan tetapi kita selaku
perpanjangan
tangan
dari
pemerintah
hendaklah
bisa
merangkul
mereka,sehingga mereka itu sama-sama bisa menikmati indahnya suasana pendidikan maupun pertemanan. Sudah tidak asing lagi kalau hampir rata-rata kehidupan mereka jauh berbeda dengan kehidupan kita didesa maupun dikota.Mereka itu terkesan diam dan angkuh,padahal sebenarnya tidak demikian, mereka malu karena kurang begitu paham akan mengucapkan bahasa Indonesia karena takut akan salah arti.Begitu juga keadaan para siswaku disekolah,mereka kebanyakan memakai bahasa ibu/bahasa daerah setempat.Semuanya itu merupakan tantangan bagi para pendidik di daerah terpencil,mampukah para pendidik membuat kehidupan mereka lebih khususnya dalam hal pendidikan. mandiri,seta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan sehingga pemerintah menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dikembangkan.
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,para pendidik hendaknya mampu melaksanakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh,setiap siswa diharapkan menyelesaikan beban mengajar yang telah ditentukan,tentunya ini semua ada kerja sama yang baik antara guru dan siswa. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar(SD) berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran(KTSP) lebih menekan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.Hal ini terlihat dalam standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa
yaitkompetensi
mendengarkan,berbicara,membaca
dan
menulis
(Depdiknas,2006).Khusus untuk kom sebab dibutuhkan petensi membaca dan menulis
mutlak
dikuasai
oleh
siswa
sebab
dibutuhkan
dalam
proses
pembelajaran.Artinya,bahwa kompetensi tersebut bukan hanya penting bagi siswa untuk proses pembelajaran Bahasa Indonesia,akan tetapi juga dibutuhkan pada mata pelajaran lainnya.Mengacu pada tujuan pendidikan nasional,hal tersebut merupakan tantangan yang sangat berat bagi kami para pendidik di daerah terpencil.Menurut pengamatan kami selama ini banyak permasalahan-permasalahan dilapangan yang memerlukan tindakan khusus untuk menangani masalah tersebut.Salah satu contoh masalah yang kami temukan dilapangan ketika kami mengajarkan kepada munculah permasalah sebagai berikut : 1.siswa kurang lancar membaca cerita yang telah disajikan 2.siswa kurang percaya diri dalam membaca,terkesan selalu menunduk,malu dan diam 3.siswa kurang mampu menulis dan menceritakan kembali isi cerita 4.siswa kurang mampu mengidentifikasi unsure-unsur cerita fiksi 5.siswa kurang mampu dalam melengkapi cerita rumpang 6.siswa malu di bentuk kelompok
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Pada kegiatan observasi yang telah dilakukan awal pelaksaan semester kemarin,teridentifikasi bahwa para siswa belum sepenuhnya berhasil menyelesaikan beban belajar yang telah ditentukan.Hal ini terlihat dari rata-rata hasil ulangan harian dari 18 orang siswa hanya 6 diantaranya yang tuntas dengan persentase 33,33% dan belum mencapai kriteria ketuntasan maksimal (80%),persentase ketuntasan klasikal (70%),dengan KKM yang ditetapkan yaitu 65 disekolah tersebut. Berdasarkan keterangan diatas,dapat ditrik kesimpulan bahwa rendahnya hasil belajar dalam membaca cerita fiksi dan melengkapi cerita rumpang.Hal ini mungkin juga disebabkan kurang sesuainya pendekatan pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran siswa tidak maksimal dalam membaca cerita fiksi tersebut.Jika hal ini dibiarkan terus akan berdampak terhadap kemampuan siswa dalam membaca cerita fiksi
dan melengkapi cerita rumpang,Oleh karena itu,dibutuhkan sebuah
pendekatan pembelajaran yang mampu menjawab tantangan tersebut.Salah satu pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition). B.Rumusan Masalah Berdasarkan masalah tersebut,rumusan masalahnya adalah’’dengan menggunakan model pembelajaran kooperatife tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca cerita fiksi siswa kelas IV SDN 2 Terpencil Eeya. C.Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk meningkat kemampuan siswa dalam membaca cerita fiksi dengan model pembelajaran kooperatife tipe CIRC dapat meningkat. D.Manfaat Penelitian 1.Manfaat Praktis,penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan Khususnya ilmu pendidikan 1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X 2.Manfaat Teoritis,penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak ,antara Lain guru,siswa,peneliti,sekolah,dan lingkungan masyarakat. II.KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1.
Pengertian Membaca Sastra Membaca sastra adalah salah satu pembelajaran yang ada di sekolah
dasar.Salah satu cara untuk meningkatkan minat membaca pada usia anak sekolah dasar
yaitu
dengan
cara
menggunakan
sebuah
karya
sastra
seperti
puisi,cerpen,dongeng dan lain-lain.Selain karena satra bersifat serta berfungsi menghibur
dan
mendidik,dalam
sastra
juga
terdapat
kata-kata
,gambar-
gambar,symbol-simbol,serta lambang-lambang yang menarik yang tentunya juga dapat meningkatkan minat membaca pada anak.Selain itu ,sastra juga berfungsi untuk mengembangkan imajinasi serta wawasan anak. Menurut KBBI baca atau membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dilihat dari dalam hati. Sastra berasal dari bahasa sansekerta yang dibentuk dari akar kata sas yang artinya mengajarkan,mengarahkan atau memberi petunjuk .Kata sas kemudian ditambah dengan kata tra yang artinya alat atau sarana.Bila diartikan secara bebas ,maka kata sastra berarti alat atau sarana untuk memberi petunjuk. Lalu secara harfiah sastra berarti huruf,tulisan atau karangan.Jadi,berdasarkan pengertian tersebut dapat
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X disimpulkan bahwa sastra merupakan alat untuk memberi petunjuk dalam karangan yang menggunakan bahasa yang indah dan memiliki fungsi tertentu bagi pembacanya. Membaca sastra adalah membaca estetis atau membaca indah yang tujuan utamanya adalah agar pembaca dapat menikmati,menghayati,dan sekaligus menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam teks sastra. Selanjutnya pengerian membaca sastra (literary reading ) juga merupakan membaca yang bercermin pada karya sastra dari keserasian,keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi.Oleh karena itu,membaca sastra dapat diartikan sebagai proses membaca dan memahami suatu bacaan sastra dengan unsur intrinsik dan ekstrinsiknya sepeti dalam puisi,cerpen,novel,drama dan sebagainya. 2.Cerita Rumpang Cerita rumpang adalah cerita yang belum selesai atau cerita yang belum lengkap. Untuk itu, kamu diajak melengkapi cerita rumpang agar menjadi cerita yang utuh. Langkah-langkah Melengkapi Bagian Cerita yang Rumpang Kamu akan belajar membuat cerita dengan melanjutkan cerita yang kurang. Kamu juga dapat melengkapi bagian cerita yang hilang (rumpang). Agar kamu mudah dalam melengkapinya, perhatikan langkah-langkah berikut. a.
Bacalah cerita dengan teliti.
b. Temukan bagian cerita yang kurang atau hilang. c.
Lengkapilan cerita yang kurang atau hilang dengan bahasamu sendiri. Tapi ingat
bahasa dan kalimat harus tepat atau padu. 3.Unsur Cerita Fiksi 1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Menurut Cullinan (Mustakim,2007:93) “pada hakekatnya unsur yang membangun cerita fiksi sama dengan unsur yang membangun cerita fiksi lain seperti cerpen, novel, dan dongeng lainnya”. Unsur-unsur intrinsik cerita fiksi tersebut adalah: (1) setting, (2) karakter, (4) plot, (5) tema. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: a.
Setting Setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita. Penggambaran waktu dan
tempat membantu imajinasi anak untuk berpikir tentang kejadian cerita itu benarbenar dialami oleh anak itu sendiri. b.
Karakter Masalah perwatakan/penokohan adalah suatu hal yang kehadirannya dalam
sebuah fiksi amat penting dan menentukan, karena tidak mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan yang membentuk alur. Sumarjo (dalam Ridayani,2004:10) berpendapat bahwa “karakter adalah sifatsifat khas pelaku/tokoh yang diceritakan, bagaimana kualitas nalar, sikap, tingkah laku pribadi, jiwa, yang membedakan dengan tokoh lain dalam sebuah cerita”. Untuk mengetahui tokoh utama atau tokoh tambahan dalam sebuah cerita, maka kita harus melihat keseringan pemunculannya dalam sebuah cerita. Selain itu dapat juga diketahui lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarang dan juga lewat judulnya.
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X c.
Plot Mengenai plot atau alur cerita anak-anak sangat sederhana. Plot yang biasa
digunakan pengarang cerita menggunakan plot maju, artinya tahap-tahap cerita itu dimulai dari perkenalan tokoh-tokoh cerita, masa menghadapi insiden, klimaks, antiklimaks,
kemudian
penyelesaian
cerita.
Menurut
Nuraeni
(dalam
Mustakim,2007:106) “biasanya plot cerita anak-anak adalah alur linear”. Artinya, alur cerita yang menceritakan secara berurutan dari awal hingga akhir. Disamping itu, plot cerita yang sederhana dapat memberikan kesan yang mendalam pada diri anak, apalagi faktor bahasa yang digunakan oleh pengarang sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak. Plot cerita seperti ini berfungsi bagi pengarang dalam memudahkan anak memahami isi cerita. d.
Tema Tema tidak lain adalah suatu gagasan senteral yang menjadi dasar tujuan yang
hendak dicapai oleh pengarang. Brooks dan Werren (Tarigan dalam Ridayani,2004:8) mengemukakan bahwa “tema adalah dasar atau makna suatu cerita atau novel”. Jadi, dalam pengertian tema tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca. Adapun tema-tema yang biasa digunakan oleh pengarang cerita umumnya tema pelaku terhadap kedua orang tua. Juga tema kepahlawanan, kisah petualangan serta kasih sayang sesama keluarga atau sesama
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X teman merupakan tema yang disukai oleh anak-anak. Tema-tema cerita anak memberikan nilai kejujuran, keadilan, ketakwaan kepada Tuhan dan kasih sayang. e. Gaya Dalam karya sastra,gaya adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminudin dalam Djuanda,2006). Gaya cerita hendaknya mencerminkan cerita dan latar belakang tokoh dengan bahasa yang tepat dan mampu menarik perhatian anak sebagai pembaca. 4. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Membaca Cerita Fiksi Penerapan kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam membaca cerita fiksi adalah sebagai berikut: a.
Pembentukan kelompok Guru membentuk kelompok-kelompok siswa yang terdiri dari kelompok
heterogen. Maksud dari pengelompokan ini adalah untuk membaurkan siswa dengan kapasitas intelektual yang berbeda-beda, jenis kelamin, status sosial, agama, suku dan sebagainya. b.
Membaca berpasangan Guru menyampaikan sebuah cerita untuk dikaji siswa. Para siswa diarahkan
untuk membaca cerita dalam hati dan kemudian secara bergantian membaca cerita 1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X tersebut dengan bersuara bersama pasangannya secara
bergiliran untuk setiap
paragraf. Si pendengar mengoreksi tiap kesalahan yang dibuat oleh si pembaca. Kemudian para siswa diberikan tugas untuk mencari kata-kata yang baru mereka dengar. Selanjutnya mereka belajar kata-kata ini agar tak ragu atau salah mengucapkannya. Para siswa berlatih mengucapkan kata-kata ini bersama pasangannya atau teman satu tim lainnya sampai mereka bisa membacanya dengan lancar. c.
Menceritakan kembali isi cerita Pada tahap ini siswa dimintakan untuk mengungkapkan kembali isi cerita
berdasarkan teks ataupun bahasanya sendiri secara lisan dan tulisan. Sebelum menceritakan kembali, terlebih dahulu guru mengarahkan siswa untuk menggunakan langkah-langkah dalam menceritakan cerita fiksi. Selanjutnya diberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih anggota kelompok yang menjadi eksekutor dalam menceritakan kembali cerita fiksi. d.
Mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi Tahapan selanjutnya adalah memberikan tugas kepada kelompok untuk
mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi. Guru menggunakan alat peraga yang menarik perhatian siswa. Kerjasama kelompok perlu dibangun dalam kegiatan mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi. e.
Penilaian
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap cerita, maka para siswa diberikan kuis atau tes pemahaman. Pada tes ini siswa tidak diperbolehkan saling membantu. Hasil tes dan evaluasi dari kegiatan mengapresiasi cerita akan menjadi acuan dalam memberikan skor kepada tim siswa. f.
Penghargaan tim Penghargaan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih meningkatkan prestasi mereka. B.Kerangka Pikir Salah satu pokok kajian kurikulum KTSP 2006 khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah membaca cerita fiksi. Pada materi ini ditemukan masalah bahwa siswa kurang mampu dalam membaca cerita fiksi. Setelah diidentifikasi terdapat dua aspek yang menyebabkan permasalahan tersebut, yaitu dari aspek guru dan aspek siswa. Dari aspek guru, yaitu : (1) pembelajaran lebih terfokus pada kemampuan kognitif bukan apresiasi, (2) kurang membentuk kelompok siswa, dan (3) tidak menggunakan media pembelajaran. Sementara dari aspek siswa, yaitu : (1) kurang mampu menceritakan kembali isi cerita dan (2) kurang mendapat kesempatan untuk mempersentasekan hasil pekerajaannya.
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Berdasarkan penyebab permasalahan tersebut, maka peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) sebagai tindakan perbaikan. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe CIRC terdiri dari 6 tahap yaitu pembentukan kelompok, membaca berpasangan, menceritakan kembali, mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi, penilaian dan penghargaan tim. Harapannya adalah akan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca cerita fiksi.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah kerangka berpikir peneliti: Siswa kurang mampu membaca cerita fiksi Aspek Guru 1. Pembelajaran lebih terfokus pada kemampuan kognitif bukan apresiasi 2. Kurang membentuk kelompok siswa 3. Tidak menggunakan media pembelajaran
Aspek Siswa 1. Kurang mampu menceritakan kembali isi cerita 2. Kurang mendapat kesempatan untuk mempersentasekan hasil pekerajaannya
Model Pembelajaran Cooperatif Tipe CIRC 1. Pembentukan kelompok 2. Membaca berpasangan 3. Menceritakan kembali 4. Mengidentifikasi unsur-unsur cerita 5. Penilaian 6. Penghargaan tim Kemampuan membaca cerita fiksi SDN 2 Eeya meningkat 1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk ATerpencil 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X
Bagan. 2.1 Kerangka pikir model pembelajaran kooperatif tipe CIRC C.Hipotesis Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika model pembelajaran kooperatif tipe CIRC diterapkan, maka dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca cerita fiksi di kelas IV SDN 2 Terpencil Eeya kecamatan Palasa. III.METODE PENELITIAN (1) Rancangan Penelitian Rancangan penelitian mengacu pada model Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri atas 4 komponen (1)Perencanaan,(2)Pelaksanaan,(3)Observasi,(4)Refleksi. (2) Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN 2 Terpencil Eeya,banyaknya siswa adalah 18 orang,terdiri 11 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. (3) Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data penelitian tindakan kelas ini,menggunakan instumen penelitian sebagai berikut : a.Lembar Tes Tes ini diberikan untuk mengatahui hasil belajar siswa.Tes ini dilakukan sebelum melakukan sebelum melakukan penelitian (tes awal) dan saat peneliian sedang berlangsung yang diberikan pada setiap siklus dalam pembelajaran b.Lembar Observasi Obsevasi ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan cara mengamati secara teliti aktivitas guru dan aktivitas siswa,sebagai upaya untuk
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti dengan dibantu teman sejawat. (4) Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalilis data adalah : A.Teknik Analisis Data Kuantitatif Tehnik analisa data yang digunakan dalam menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa adalah menggunakan persamaan ketuntasan individu dan persentase ketuntasan klasikal,yaitu: 1) Ketuntasan Individu Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika nilai yang diperoleh sekurang-kurangnya memperoleh nilai 65 2)Persentase Ketuntasan Klasikal KBK =∑N/∑SX100% Keterangan:
∑N = Jumlah siswa yang tuntas ∑S = Jumlah siswa seluruhnya KBK=Ketuntasan Belajar Klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas jika persentase ketuntasan klasikal yang dicapai adalah 70%(SDN 2 Terpencil Eeya).
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X 3)Nilai Rata-rata Hasil Belajar NR =∑R/∑SX100% Keterangan : ∑R = Jumlah yang diperoleh semua siswa ∑S = Jumlah semua siswa NR = Nilai rata-rata Suatu kelas dikatakan tuntas jika persentase rata-rata hasil belajar yang dicapai adalah 70% (Sumber : SDN 2 Terpencil Eeya) B.Teknik Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif penelitian ini dilakukan sesudah pengumpulan data.Adapaun tahap-tahap analisis data kualitatif adalah : 1) mereduksi data, 2) menyajikan data .
5.Indikator Keberhasilan Yang dimaksud dengan indikator keberhasilan didalam penelitian ini yaitu apabila kemampuan siswa menyelesaikan tes pada pokok bahasan membaca cerita fiksi dan melengkapi cerita rumpang meningkat dengan ketuntasan belajar secara klasikal 70 % dan ketuntasan individu 65 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada SDN 2 Terpencil Eeya. 6.Tahapan Pelaksanaan Siklus I
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X a.Perancanaan Perencanaan dilakukan pada tanggal 05 & 07
mei 2014.Pada tahap ini
peneliti menyusun perencanaan sebagai berikut : -Menetapkan materi ajar -Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) -Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan -Membuat lembar observasi aktifitas siswa dan guru b.Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan sesuai scenario yang telah dirancang : Kegiatan Awal -Memberikan motifasi pada siswa -Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran -Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan Kegiatan Inti -Secara klasikal menjelaskan materi pokok tentang membaca cerita dengan jelas dan keras -Siswa membaca berpasangan secara bergantian
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X -Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami mengenai cerita yang disajikan -Menugaskan siswa untuk melengkapi cerita yang rumpang(hilang) yang diberikan oleh guru Kegiatan Akhir -Membantu siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran -Memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari -Memberikan tugas rumah atau PR Observasi Observasi ini dilakukan pada saat penelitian atau atau dalam proses pembelajaran melengkapi cerita rumpang(hilang).Kegiatan observasi dibantu oleh seorang pengamat atau observer untuk mengamati semua aktifitas peneliti dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.Hasil observasi dicatat dalam lembaran observasi aktifitas guru dan siswa yang telah disediakan serta mendokumentasikan semua kegiatan sebagai bukti telah dilaksanakannya penelitian kelas.Hasil pengamatan ini berupa data observasi untuk direfleksi sehingga pengamatan yang dilakukan dapat menceritakan keadaan sesungguhnya mengenai efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam melengkapi cerita rumpang(hilang).Pada akhir setiap siklus dilakukan evaluasi yang menggunakan tes. Refleksi
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh pada tahap observasi.Berdasarkan hasil analisa data dilakukan refleksi guna meliahat kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat pembelajaran diterapkan.Kekurangan dan kelebihan ini dijadikan acuan untuk n merencanakan siklus selanjutnya IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil 1.Hasil Pengolahan Data Siklus I Tindakan siklus I silaksanakan pada tanggal 05 dan 07 mei 2014 di kelas 4 SDN 2 Terpencil Eeya ,dengan materi membaca cerita fiksi dan melengkapi cerita rumpang dengan judul cerita “Nyamuk Sang Penyelamat”.Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil observasi guru dan observasi siswa dalam proses belajar menjajar,meliputi segenap aspek pembelajaran yaitu : kegiatan awal,kegiatan inti,dan kegiatan penutup dalam proses pembelajaran berlangsung telah diperoleh hasil penilaian yang berbeda dari setiap aspek yang diamati. Dari data observasi guru pada siklus I diperoleh skor 38 dari skor maksimal 60.Sehingga dari hasil pengolahan data diperoleh presentase nilai rata-rata adalah 63,33%.Hal ini menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap guru pada siklus I dikategorikan kurang.Berikut ini tabel hasil observasi guru pada siklus I Tabel 1.Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Tahap Awal
Indikator yang diamati
Skor
-Memberikan motifasi pada siswa
4
-Menuliskan judul konsep
3
-Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X setelah mengikuti kegiatan pembelajaran -Menyediakan saran dan prasarana yang dibutuhkan dalam
2
proses pembelajaran Inti
-Menjelaskan matei pokok
2
-Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
2
hal-hal yang belum dipahami -Memberi
evaluasi
dengan
menugaskan
siswa
untuk
2
melengkapi cerita yang rumpang(hilang) -Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan cara : 1.membentuk kelompok
2
2.membaca berpasangan
2
3.menceritakan kembali isi cerita
3
4.mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi
3
5.mengadakan penilaian
3
6.memberikan penghargaan bagi tim/kelompok yang paling
2
berprestasi Akhir
-Membantu siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran
3
-Memberikan evaluasi tertulis
3
Jumlah Skor
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
38
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Skor Maksimal
60
Pada hasil observasi siswa dikhususkan untuk melihat sejauh mana aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.Terdapat 12 aspek yang diamati dalam pembelajaran,yang memikli tujuan untuk mengetahui dan membedakan aktivitas siswa yang mengukuti pembelajaran dengan baik dan sebaliknya. Pada siklus I diperoleh hasil observasi siswa dengan skor 30 dari skor maksimal 48.Dari hasil pengolahan data diperoleh presentase nilai rata-rata 62,5% yang dikategorikan kurang.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1.siswa masih enggan atau ragu dalam menanggapi penjelasan guru 2.siswa terkesan diam ketika guru memberi penjelasan terkait materi 3.siswa enggan atau malu bertanya tentang materi yang belum dipahami 4.hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok 5.ketika membaca berpasangan masih banyak yang malu,belum mau 6.siswa belum maksimal dalam mencerikan kembali isi cerita 7.hanya beberapa siswa yang mampu mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi 8.ketika pada tahap menyimpulkan materi siswa banyak yang bermain Berikut ini hasil obsrvasi aktivitas siswa pada sikul I Tabei 2.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Silkus I Tahap Awal
Indikator -Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Skor 3
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X -Menanggapi
penjelasan
dan
permasalahan
yang
2
diri
3
disampaikan oleh guru tentang materi yang diajarkan Inti
-Siswa
duduk
dengan
tenang
mempersiapkan
mengikuti pelajaran -Memperhatikan penjelasan materi oleh guru
2
-Aktif bertanya tantang hal-hal yang belum jelas dan
2
menanggapi pertanyaan guru -Aktif dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC yang meliputi :
Akhir
1.aktif dalam kelompok
2
2.membaca berpasangan
2
3.menceritakan kembali isi cerita
2
4.mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi
2
5.mengikuti evaluasi yang diberikan guru
3
-Memperhatikan kesimpulan yang disampaikan guru
2
-Aktif menyelesaikan evaluasi yang diberikan guru
3
Jumlah Skor
30
Skor Maksimal
48
Tahap akhir dari pembelajaran yaitu pemberian evaluasi.Hasil dari evaluasi pada akhir tindakan siklus I melalui tes formatif berupa tes uraian dengan jumlah soal 1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X sebanyak 5 nomor diperoleh presntase ketuntasan belajar klasikal sebesar 50%.Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum maksimal karena masih banyak siswa yang belum tuntas secara individu.Berikut ini disajikan hasil nilai evaluasi pada siklus I sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada materi membaca cerita fiksi dan melengkapi cerita rumpang dengan judul cerita’’Nyamuk Sang Penyelamat” Tabel 3.Hasil Evaluasi Siswa Tes Formatif Siklus I Jumlah Siswa 18
Tuntas Individu 9
Belum Tuntas Daya Serap Tuntas Individu Klasikal Klasikal 9 70,73% 50%
II.Hasil Pengolahan Data Siklus II. Siklus II dilakukan apabila pembelajaran dalam siklus I belum berhasil atau belum mencapai ketuntasan maksimal.Tindakan siklus II dilakukan pada tanggal 19 dan 21 mei 2014.Data dari observasi guru pada siklus II diperoleh skor 55 dari skor maksimal 60,sehingga dari hasil pengolahan data diperolah presentase 90%.Ha ini menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap guru pada siklus II dikategorikan sangat baik. Tabel 4.Hasil Observasi Aktivitas Guru Silkus II
Tahap Awal
Indikator yang diamati
Skor
-Memberikan motifasi pada siswa
4
-Menuliskan judul konsep
4
-Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X setelah mengikuti kegiatan pembelajaran -Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
3
dalam proses pembelajaran Inti
-Menjelaskan materi pokok
4
-Guru memberikan bahan cerita yang akan dibaca siswa
3
secara berpasangan kemudian melengkapi cerita yang rumpang(hilang) -Memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
4
menanyakan hal-hal yang belum dipahami -Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIR dengan cara : 1.membentuk kelompok
4
2.membaca berpasangan
3
3.membantu menceritakan kembali isi bacaan
3
4.mengidentifikasiunsur-unsur cerita fiksi
4
5.mengadakan penilaian
4
6.memberikan penghargaan bagi tim/kelompok yang
4
paling berprestasi Akhir
-Membantu siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran
3
-Memberikan evaluasi tertulis
4
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Jumlah Skor
54
Skor Maksimal
60
Pada silkus II diperoleh hasil observasi siswa sengan skor 40 dari skor maksimal 48.Sehimgga dari hasil pengolahan data diperoleh presentase 83,33% yang dikategorikan baik.Hal ini disebabkan oleh aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas dan adanya perhatian pada saat proses pembelajaran pada siklus II. Tabel 5.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II.
Tahap
Indikator
Skor
-Memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
4
guru -Menanggapi penjelasan dan permasalahan yang
3
disampaikan oleh guru tentang materi yang diajarkan Inti
-Siswa duduk dengan tenang mempersiapkan diri
4
mengikuti pelajaran -Memperhatikan penjelasan materi oleh guru
3
-Aktif bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dan
3
menanggapi pertanyaan guru -Aktif dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC yang meliputi :
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X
Akhir
1.aktif dalam kelompok
3
2.membaca berpasangan
4
3.menceritakan kembali isi bacaan
3
4.mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi
3
5.mengikuti evaluasi yang diberikan guru
4
-Memperhatikan kesimpulan yang disampaikan guru
3
-Aktif menyelesaikan evaluasi yang diberikan guru
3
Skor Maksimal
48
Peningkatan hasil penilaian pada observasi guru dan siswa ini mempengaruhi hasil evaluasi ini diperoleh dengan memberikan evaluasi atau tes formatif berupa tes uraian pada akhir tindakan pembelajaran dengan jumlah soal 5 nomor.Diperoleh ketuntasan secara individu 16 orang dan yang belum tuntas 2 orang dengan presentase ketuntasan klasikal 83,33% dapat diartikan bahwa peningkatan hasil belajar siswa dari ketuntasan individu,daya serap klasikal,ketuntasan klasikal telah mencapai hasil belajar yang baik sehingga penelitian ini telah berhasil dan cukup dilaksanakan 2 siklus. Tabel 6. Hasil Evaluasi Siswa Tes Formatif Siklus II Jumlah Siswa 18
Tuntas Individu 16
Belum Tuntas 2
Daya Serap Klasikal 83,33%
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Tuntas Klasikal 88,88%
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Khusus yang 2 orang belum tuntas diadakan remedial atau bimbingan belajar yang mungkin berbeda cara menangani dibandingkan ketika mengadakan penelitian. B.Pembahasan Dari hasil analisis tes akhir tindakan siklus I ,diperoleh 9 orang siswa tuntas dari 18 jumlah siswa dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 50% dan daya serap 70,73% serta rata-rata hasil belajar adalah 70,73.Hasil terebut bila dibandingkan dengan nilai rata-rata sebelum tindakan yaitu 33,33 % terdapat peningkatan setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ,meskipun ketuntasan klasikal belum mencapai 70% sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus II.Sementara hasil yang diperoleh pada siklus II jauh lebih baik dari pada yang diperoleh pada siklus I.Dari hasil analisis hasil belajar siklus II ,diketahui bahwa dari 18 siswa ,16 diantaranya tuntas dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 88,88% dan daya serap
klasikal
mencapai
83,36%.Hal
ini
menunjukkan
pencapaian
tujuan
pembelajaran dan hasil belajar sudah memenuhi indikator kinerja yang ditentukan. V.KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan,maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dari hasil anlisis data pada penelitiann ini diperoleh bahwa kemampuan siswa dalam membaca cerita fiksi serta melengkapi cerita yang rumpang dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran tipe CIRC.Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan hasil belajar siswa dari hasil rata-rata sebelum penelitian a.Hasil Observasi Ada dua hal yang menjadi fokus observasi yaitu observasi aktifitas siswa dan observasi aktifitas guru.Pada siklus I observasi aktifitas siswa menunjukkan jumlah 1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X skor 20 dari skor maksimal 32 dan di peroleh persentase rata-rata 63% dengan kriteria kurang.Hasil
yang
diperoleh
belum
mencapai
indikator
yang
telah
ditetapkan,sehingga perlu dilanjutkan pada tahap berikutnya.Observasi aktifitas guru menunjukkan skor 33 dari skor maksimal 40 dan diperoleh persentase 83% dengan kriteria baik. Pada siklus II observasi aktifitas siswa mengalami perubahan lebih baik dari siklus I.Pada siklus II menunjukkan jumlah skor 27 dari skor maksimal dan diperoleh persentase 84% dengan kriteria baik.Hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan (80%),sehingga pada siklus ini penelitian dikatakan berhasil.Hasil
observasi
aktifitas
guru
juga
mengalami
peningkatan
dari
sebelumnya,yaitu jumlah skor 37dari 40 dan diperoleh persentase 93% dengan kriteria sangat baik.Kriteria tersebut memberikan asumsi bahwa peneliti memberikan hasil maksimal dalam proses pembelajaran. b.Hasil Tes Pada hasil evaluasi siswa siklus I menunjukkan perubahan dari sebelum diadakannya penelitian.Tes awal menunjukkan banyaknya siswa yang tuntas adalah 6 dari 18 orang siswa atau persentase ketuntasan klasikal 33,33%,dan daya serap klasikal 58,88%,mengalami peningkatan di siklus I.Pada siklus I banyaknya siswa yang tuntas 9 dari 19 orang siswa atau persentase ketuntasan klasikal 50%,dan daya serap klasikal 70,73%.Pada siklus II jauh mengalami peningkatan dari siklus I yaitu banyaknya siswa yang tuntas 16 dari 18 orang siswa atau persentase ketuntasan klasikal 88,88% 1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X dan daya serap klasikal 83,36%.dan telah memenuhi indikator yang telah ditetapkanyaitu ketuntasan individu mencapai 65 dan ketuntasan klasikal sebesar 70%. Saran 5.2.1 Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar kelas IV,siswa diharapkan lebih aktif dalam utamanya membaca cerita fiksi serta melengkapi cerita yang rumpang(hilang) dari cerita tersebut. 5.2.2 Agar guru hendaknya lebih aktif memberi dan menemukan ide-ide baru dalam penggunaan model pembelajaran,sehingga siswa mudah membaca cerita fiksi serta melengkapi cerita yang rumpang(hilang) dengan benar. 5.2.3 Agar kepala sekolah menyediakan media pembelajaran dalam upaya peningkatan pemahaman siswa pada materi pelajaran bahasa Indonesia umumnya dan cerita fiksi pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensido Asma Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas. 1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas Djuanda, D. 2002. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka Hafid, Abd. 2003. Mengefektifkan Pembelajaran Apresiasi Cerita Fiksi Melalui Implementasi SAT Siswa Kelas V SD Negeri Simbersari. Tesis tidak di terbitkan: Universitas Negeri Malang. Moleong. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurkancana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional (Online) http://makalhkumakalhmu.wordpress.com/hakikat-sastra-anak. Diakses, 23 mei 2014 Ridayani. 2004. Memahami karya sastra. Bandung : Alumni Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research And Practice Second Edition. Massachusetts : Allyn And Bacon Publishers Suharsimin, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 7 ISSN 2354-614X Supriyadi. 2004. Pembelajaran Satra Yang Apresiatif dan Efektif di SD. Jakarta: Depdiknas. Suriyanti. 2004. Pembelajaran Apresiasi Sastra di SD Dengan Stategi Aktifitas Terbimbing.s Syafi’ie, 1999. Pengajaran Membaca Di Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar. Malang: Depdiknas Universitas Negeri Malang. Trimansyah, B. 1999. Cerita Anak Kontemporer. Bandung: Nuansa Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
1.Ahmad Syaifurrohman,Stambuk A 471 10 1180,Mahasiawa PGSD FKIP Untad 2.Dr.Muh.Tahir,M.Hum 3.Drs.Idris Patekkai,M.Hum 4.Drs.Sahrudin Barasandji,M.Pd