PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MODEL LEARNING STARTS WITH A QUESTION DI SD NEGERI 43 RAWANG TIMUR PADANG Rika Novia Sari1, Yetty Morelent2, Erwinsyah Satria2 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail:
[email protected] Abstract The purpose of this research is to improve reading comprehension skills students fifth grade in Indonesian language learning with Learning Starts With a Question model at SDN 43 Rawang Timur Padang. The theory was using are Learning Starts With A Question model by Istarani (2011), while reading used the theory stated by Dalman (2013). The type of this research was classroom action research. Subjects of this research was students grade fifth as much as 30 people. The instrument was using in this research is the observation sheet teacher activity, student activity sheets, and student worksheet. The results of research were students' reading comprehension skill that using Learning Starts With A Question model on the first cycle of the first meeting and the second meeting of 71.33 increased in the second cycle the first meeting and the second meeting increased to 81.5 and 11.67, while the results learning students has increased in the first cycle and first meeting and the second meeting with an average of 53.33 has increased in the second cycle and the first meeting and the second meeting with an average of 76.67. So, Indonesia language learning by using Learning Starts With A Question model can improve students' reading comprehension skill. From the results of this research can be concluded that Learning Starts With a Question model to improve students' reading comprehension skill in Indonesian language learning in accordance with KKM. Keywords: reading comprehension skill, Learning Starts With A Question Model. menjadi tanggung jawab pendidikan untuk
PENDAHULUAN Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti
berusaha
membimbing
anak
menyerupai orang dewasa. Sagala (2009:1) menyatakan bahwa “Pendidikan adalah segala situasi
hidup
yang
yang
berlangsung
berkembang
dalam
segala
lingkungan dan sepanjang hidup”. Pendidikan
sebagai penghubung dua sisi, di satu sisi individu yang sedang tumbuh dan sisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang
sejak
lahir
dan
terus
berkembang, perkembangan ini bersifat kausal.
mempengaruhi
pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar
mendorong individu tersebut. Individu
Teori
dan
praktek
ini
tidak
dipisahkan, siapa yang berkecimpung di bidang pendidikan sebaiknya menguasai kedua hal itu. Pengajaran pada hakekatnya proses komunikasi, maka perlu dikuasai teori
komunikasi
yang
relevan.
Komunikasi berarti menyampaikan sesuatu
kepada
orang
lain,
sehingga
sesuatu
manakala seseorang mampu mengulangi
tersebut menjadi miliknya.
kembali materi yang telah dipelajarinya,
Teori-teori
yang dikembangkan
maka belajar seperti ini disebut “rote
dalam komponen ini meliputi antara lain
learning”. Kemudian, jika yang telah
teori tentang tujuan pendidikan, organisasi
dipelajari itu mampu disampaikan dan
kurikulum, isi kurikulum, dan modul-
diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka
modul pengembangan kurikulum. Kegiatan
disebut “overlearning”.
atau tingkah laku belajar terdiri dari
Tarigan
(1979:1)
menyatakan
kegiatan psikhis dan fisis yang saling
“Keterampilan berbahasa (atau language arts,
bekerjasama
language skills) dalam kurikulum di sekolah
secara
terpadu
dan
biasanya mencakup empat segi yaitu: (1)
komprehensif integral. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah maupun dilingkungan keluarganya sendiri.
Belajar
dilakukan
adalah
dengan
upaya
mengalami
yang sendiri,
menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri.
keterampilan menyimak (listening skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills), (4) keterampilan menulis (writing skills)”.
Menyimak pelajari
sebelum
dan
memasuki
sedangkan
membaca
dipelajari
di
keterampilan
berbicara
tersebut
sekolah,
dan
sekolah.
kita
menulis Keempat
pada
dasarnya
merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan
dengan
proses-proses
berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa Sagala
pendapat
(2009:12)
Jersild
”modification
of
mengutip
menyatakan
bahwa
behavior
trough
experience and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan kaena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan. Dengan kata lain belajar adalah sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar dikatakan berhasil
seseorang
mencerminkan
pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Berdasarkan
fungsi
dan
tujuan
pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang. Pendidikan berakar pada budaya bangsa, dimana proses pendidikan adalah suatu
proses pengembangan potensi peserta didik
meningkatkan kemampuan membaca siswa
sehingga mereka mampu menjadi pewaris
dalam membaca pemahaman, agar tercapai
dan pengembang budaya bangsa.
hasil belajar yang maksimal.
Kemampuan menjadi pewaris dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
pengembang budaya tersebut akan dimiliki
mendeskripsikan peningkatan kemampuan
peserta
pengetahuan,
membaca pemahaman
sikap
dan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
sosial
dengan model Learning Starts With A
aktif
Question di SD Negeri 43 Rawang Timur
didik
kemampuan
apabila intelektual,
kebiasaan,
keterampilan
memberikan
dasar
secara
mengembangkan dirinya sebagai individu,
Padang.
anggota masyarakat, warganegara, dan
Kajian Teori
anggota umat manusia. Berdasarkan wawancara
yang
mendapatkan proses
Pembelajaran observasi peneliti,
kesimpulan
belajar
mengajar
dan peneliti
bahwa guru
siswa kelas V
Bahasa
diarahkan
untuk
kemampuan
peserta
Indonesia
meningkatkan didik
untuk
saat
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
masih
dengan baik dan benar,baik secara lisan
menggunakan metode ceramah, sehingga
maupun
tulis,
serta
menumbuhkan
siswa sulit memahami pembelajaran, dan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
dalam proses belajar mengajar guru jarang
manusia Indonesia. Susanto (2013:242)
menggunakan media pembelajaran, serta
menyatakan bahwa,”Pembelajaran bahasa
guru belum sepenuhnya bisa menguasai
Indonesia, terutama di Sekolah Dasar tidak
kelas, sehingga siswa banyak yang meribut
akan terlepas dari empat keterampilan
dan tidak memperhatikan pelajaran.
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
Guru kurang kreatif dalam memilih
membaca, dan menulis”. Kemampuan
model yang tepat untuk materi yang akan
berbahasa bagi manusia sangat diperlukan.
disampaikan,
Sebagai
sehingga
pembelajaran
makhluk
sosial,
manusia
berkomunikasi
dengan
kurang efektif karena hanya guru yang
berinteraksi,
berperan aktif, dan siswa cenderung pasif
manusia lain dengan menggunakan bahasa
dan
Sehingga
sebagai
membaca
menggunakan
hanya
menerima.
kemampuan
siswa
pemahaman
rendah,
dalam ini
berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
With
A
Question
baik bahasa
berkomunikasi lisan,
juga
berkomnikasi menggunakan bahasa tulis. Depdiknas (2006:280), menyatakan
Peneliti memilih model Learning Starts
media,
untuk
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia
mencakup
komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan
Suprijono (2009:45) menyatakan
aspek-aspek
“Model pembelajaran merupakan landasan
sebagai berikut : (1) mendengarkan, (2)
praktik pembelajaran hasil penurunan teori
berbicara, (3) membaca, (4) menulis.
psikologi pendidikan dan teori belajar yang
bersastra
yang
meliputi
Pendekatan kooperatif merupakan
dirancang berdasarkan analisis terhadap
strategi belajar di mana siswa belajar
implementasi kurikulum dan implikasinya
dalam kelompok kecil yang memiliki
pada tingkat operasional di kelas.” Model
kemampuan
Dalam
pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
menyelesaikan tugas kelompok, siswa
pola yang digunakan untuk penyusunan
saling
kurikulum, mengatur materi, dan memberi
yang
berbeda.
bekerjasama
dan
membantu
memahami bahan pelajaran. Pengembangan kooperatif hasil
petunjuk kepada guru di kelas. pembelajaran
Kelebihan dan kelemahan model
bertujuan untuk pencapaian
Learning Starts With A Question menurut
belajar,
keragaman
penerimaan dan
keterampilan
sosial.
terhadap
Istarani, (2011:206) adalah:
pengembangan Asma
(2008:4-6)
Kelebihan model pembelajaran ini adalah:
menyatakan: (1) Pencapaian hasil belajar.
1) Pertanyaan akan mengundang siswa
Pembelajaran kooperatif juga bertujuan
untk berpikir terhadap materi ajar yang
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
akan disampaikan.
tugas-tugas akademik. (2) Penerimaan
2) Meningkatkan aktivitas belajar siswa,
terhadap perbedaan individu. Penerimaan
sebab ia kadang-kadang buka buku
yang luas terhadap orang yang berbeda
untuk
menurut
diinginkan.
ras,
budaya,
tingkat
sosial,
kemampuan maupun ketidakmampuan.
mencari
jawaban
yang
3) Dengan bertanya berarti siswa semakin
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif setidaknya terdapat lima prinsip yang dianut, hal ini dinyatakan oleh Asma
tinggi rasa ingin tahunya teentang pelajaran tersebut. 4) Penyajian
materi
akan
semakin
(2008:5-8), yakni:” (1) prinsip belajar
mendalam, karena materi disampaikan
siswa aktif (student active learnimg), (2)
melalui pertanyaan yyang dilontarkan
belajar kerjasama (cooperative learning),
siswa.
(3)
Pembelajaran
partisipatorik,
(4)
5) Pembelajaran akan lebih hidup karena
mengajar reaktif (reactive teaching), (5)
materi disampaikan sesuai dengan
dan pembelajaran yang menyenangkan
keinginan dan kemampuan peserta
(joyfull learning).”
didik.
Kelemahan model pembelajaran ini
Penelitian ini dilaksanakan di SDN
adalah: (1) Siswa kurang terbiasa membuat
43 Rawang Timur Padang. Subjek pada
pertanyaan yang baik dan benar, (2) Siswa
penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 43
tidak tahu apa yang mau ditanyakan
Rawang Timur Padang. Jumlah siswanya
kepada gurunya, (3) Pertanyaan yang
adalah 30
dibuat adakalanya hanya bersifat sekedar
dilaksanakan pada semester II, terhitung
dibuat-buat
mulai dari waktu perencanaan sampai
saja,
yang
penting
ada
pertanyaannya dari pada tidak bertanya. Tarigan
(2008:7-8)
menyatakan
penulisan laporan hasil penelitian. Prosedur Penelitian
bahwa, “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
orang. Penelitian ini akan
Alur penelitian ini dapat dilihat seperti Bagan 2 di bawah ini:
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata /bahasa tulis”. Disamping pengertian yang telah diutarakan, membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode
Studi Pendahul uan Refle ksi
Perencanaan 1. RPP 2. Media pembelajara n 3. Lembar observasi 4. SIKLUS Evaluasi I
yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan
orang
lain
mengkomunikasikan
,
yaitu
makna
yang
Tidak Berhas il
terkandung atau tersirat pada lambanglambang tertulis. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) .
Refle ksi
Berha sil
Pengamatan 1. Lembar penilaian kemampuan membaca pemahaman siswa 2. Lembar aktivitas guru Perencanaan 3. Hasil belajar A. RPP B. Media pembelajar an C. Lembar observasi D. Evaluasi SIKLUS II
Pelaksanaan a. Guru menjelaskan materi dengan menggunakan model Learning Starts With A Question b. Membaca teks bacaan dengan pemahaman yang baik c. Menentukan pesan yang terkandung dalam teks bacaan
Pelaksanaan 1. Guru menjelaskan materi dengan menggunakan model Learning Starts With A Question 2. Membaca teks bacaan dengan pemahaman yang baik 3. Menentukan pesan yang terkandung dalam teks bacaan
Pengamatan 1. Lembar penilaian kemampuan membaca pemahaman siswa Kemampuan membaca pemahaman siswa kelas 2. Lembar aktivitas guru Bahasa Indonesia dengan V dalam pembelajaran 3. Hasil belajar menggunakan Model Learning Starts With A Question meningkat sesuai dengan KKM yang diterapkan
Data dalam penelitian ini berupa
Dalam penelitian ini, peneliti
data kualitatif. Data kualitatif ini diperoleh
menggunakan beberapa instrumen untuk
dari proses pembelajaran. Sumber data
mengumpulkan data, yaitu:
adalah siswa kelas V yang menjadi
1. Lembar Observasi
responden penelitian. Data tersebut tentang
Observasi
hal-hal
yang
perencanaan,
berkaitan
dengan
pelaksanaan, dan hasil
pembelajaran yang berupa informasi. Sumber
data
penelitian
adalah
yang meliputi perencanaan pembelajaran, pembelajaran,
latar
berlangsungnya
untuk
kelas
tempat
pembelajaran
Bahasa
Indonesia dengan menggunakan model
proses kegiatan belajar Bahasa Indonesia
pelaksanaan
mengamati
dilakukan
evaluasi
Learning Starts With A Question. 2.
Lembar
Kemampuan
Membaca
Pemahaman Siswa Observasi yang dilakukan untuk
pembelajaran, perilaku guru dan siswa
mengamati
waktu pembelajaran berlangsung.
pemahaman siswa terhadap pembelajaran
Teknik pengumpulan data
dalam
kemampuan
membaca
yang dilaksanakan dengan menggunakan
penelitian ini adalah
model pembelajaran Learning Starts With
1. Observasi
A Question .
Observasi mengumpulkan
merupakan data
dengan
teknik
3. Lembaran Tes
cara
Lembaran tes tertulis digunakan
mengamati setiap kejadian yang sedang
untuk memperkuat data observasi yang
berlangsung dan mencatatnya dengan alat
terjadi dalam kelas terutama pada butir
observasi
penguasaan materi pelajaran siswa.
tentang hal-hal
yang akan
diamati atau diteliti”.
Proses pelaksanaan pembelajaran dan motivasi siswa dalam pembelajaran
2. Tes Tes adalah pengumpulan data
dikatakan meningkat apabila guru dan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam
siswa melakukan aspek yang diamati pada
aspek kognitif, atau tingkat penguasaan
proses pembelajaran pada siklus diperoleh
materi pembelajaran”.
nilai skor persentase 75%. Kegiatan
3. Dokumentasi Dokumen
merupakan
penelitian
dianggap
catatan
berhasil jika telah diperoleh peningkatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
sampai 75% dari jumlah siswa yang tuntas
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
mengikuti proses pembelajaran, kegiatan
karya monumental dari seseorang.
ini sudah dapat dihentikan. Tetapi, jika masih kurang dari 75% jumlah siswa yang
tuntas
mengikuti
proses
pembelajaran
HASIL PENELITIAN DAN
indikator belum terlaksana, maka kegiatan
PEMBAHASAN
ini harus dilanjutkan kesiklus berikutnya.
1. Deskripsi Kegiatan Penelitian Siklus
Model analisis kuantitatif pada
I
penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
dari
pengamatan
ini
direfleksikan untuk perencaan berikutnya.
1. Analisis Data Lembar Observasi
Untuk lebih jelas berikut rincian dari
Kegiatan Guru Analisis
Hasil
pengelolaan
pengamatan selama proses pembelajaran
pembelajaran oleh guru adalah data hasil
dengan menggunakan Model Learning
observasi proses pengamatan pelaksanaan
Starts With A Question.
pembelajaran
a. Analisis
tersebut
data
guru.
dianalisi
Kemudian dengan
data teknik
Pada
2. Analisis
Data
Lembar
Kemampuan
Observasi
pengamatan
Membaca
terhadap
Lembar
pertemuan dilakukan guru
pembelajaran
PemahamanSiswa observasi
pemahaman
kemampuan
Observasi
Learning
pertama oleh
observer
dalam
kegiatan
menggunakan
Starts
With
A
ini
model Question
pada
mendapatkan persentase 70% berarti guru
penelitian ini, didalamnya terdapat 2
mendapatkan persentase 70%, berarti guru
indikator yaitu (1) menjawab pertanyaan,
mendapatkan kriteria nilai cukup baik.
(2) membaca teks. Di dalam mengisi
Maka
lembar
menghitung persentase
observasi
siswa
Hasil
Aktivitas Guru
persentase.
membaca
Data
ini,
observer
rumus
yang
dipakai
untuk
aktivitas
guru,
memberikan tanda checklis (√) pada setiap
menurut Daryanto (2014:131) adalah:
siswa yang melakuan kegiatan yang sesuai
P=
x100%,
dengan indikator yang diamati. 3. Tes Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa dilakukan
P=
x100%
P = 65%
demgan memberi evaluasi kepada siswa,
Pertemuan 2
peneliti memberikan butir-butir soal.
P= P=
x100%, x100%
P = 75% Untuk lebih jelasnya lagi dilihat pada Tabel 2.
dapat
Tabel 2: Persentase Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I No
1 2 3
Kegiatan pembelajaran
Skor Pertemuan Pertemuan 1 2 3 3 7 9 3 3
Kegiatan awal Kegiatan inti Kegiatan penutup Jumlah Persentase Kriteria
13 65% Cukup
15 75% Cukup
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persentase aktivitas guru dalam
dengan
menggunakan
rumus
menurut
Sudjana (2011:109) yaitu: X= X= X= 56,33 Kemampuan membaca pemahaman siswa, Untuk menentukan persentase hasil belajar siswa secara klasikal dengan rumus oleh Sudjana (2004:67) yaitu:
mengelolah pembelajaran memiliki rata-
TB =
x 100%
rata persentase 70%, tergolong dalam TB =
kategori cukup baik, tetap belum sampai
TB = 53,33
pada kategori baik. Hal ini menandakan bahwa guru belum mampu menerapkan
x 100%
2. Deskripsi Kegiatan Penelitian Siklus II
pembelajaran sesuai dengan RPP yang
Hasil
dibuat, terutama dalam pembagian alokasi
dari
pengamatan
waktu dari masing langkah pembelajaran.
direfleksikan
b. Analisis Data Hasil Keterampilan
berikutnya. Untuk lebih jelasnya berikut
Untuk
melihat
keterampilan
membaca
meningkatnya
pembelajaran
siswa
modelLearning Starts With A Question.
dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia peneliti mengukur
pelaksanaan
rincian dari pengamatan selama proses
Membaca Siswa
dapat
untuk
ini
aspek
kemampuan
(1)
Analisis
dengan
Data
menggunakan
Hasil
Observasi
Aktivitas Guru
membaca pemahaman siswa pada siklus I
Pada
pertemun
menggunakan model Learning Starts With
pengamatan
dilakukan
A Question dalam bentuk aktivitas siswa
terhadap guru pda kegiatan pembelajaran
dalam membaca pemahama.
dengan menggunakan model Learning
Berdasarkan tes hasil belajar berupa evaluasi bertujuan
akhir
atau
akhir
yang
oleh
ini
observer
Starts With A Question mendapatkan persentase 80%, bearti guru mendapatkan kriteria
nili
baik.
Sedangkan
pada
melihat
kemampuan
pemahaman
dengan
pertemuan ke dua guru mendapatkan
menggunakan model Learning Starts With
persentase 85%, berarti guru mendapatkan
A Question pada siklus Idapat dihitung
kriteria nilai baik, maka rumus yang
membaca
untuk
tes
pertama
dipakai
untuk
aktivitas
menghitung
persentase
model Learning Starts With A Question
menurut
Daryanto
pada siklus II ini termasuk ke dalam
guru,
(2014:131) adalah:
kriteria baik.
Pertemuan 1
(2)
P=
Analisis Data Hasil Kemampuan Membaca Siswa
x100%,
Untuk P=
x100%
kemampuan
melihat membaca
meningkatnya siswa
dalam
P = 80%
pembelajaran Bahasa Indonesia peneliti
Pertemuan 2
dapat
P=
mengukur
aspek
kemampuan
membaca pemahaman siswa pada siklus II
x100%,
menggunakan model Learning Starts With P=
x100%
A Question, dalam bentuk kemampuan
P = 85%
siswa dalam membaca pemahaman.
Untuk lebih jelasnya lagi dapat
Guru sudah menyampaikan tujuan
dilihat pada Tabel berikut
dan tugas-tugas secara rinci, guru sudah
Tabel 2. Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Guru Pada Siklus II
meminta siswa untuk memahami teks
No
Kegiatan pembelajaran
1 2 3
Kegiatan awal Kegiatan inti Kegiatan penutup Jumlah Persentase Kriteria
Skor Pertemuan Pertemuan 1 2 4 4 9 9 3 4 16 80% Baik
bacaan, guru sudah meminta siswa untuk mencari tema yang terdapat pada teks bacaan, sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan semestinya. Hal ini di peroleh
17 85% Baik
dri
pengamatan
menggunakan
lembar
dengan observasi
kemampuan membac pemahaman siswa Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh
fakta
dalam
penerapan
melalui model Learning Starts With A Question.
menggunakan model Learning Starts With A Question dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada Tes Siklus II memperoleh persentase
82,5%
yang
terdiri
dri
pertemuan pertama 80% dan persentase pertemuan
ke
dua
85%,
artinya
berdasarkan kriteria yang ditetapkan skor tersebut berada dalam rentangan skor 71% - 90% sehingga penerapan menggunakan
Berdasarkan tes belajar berupa evaluasi akhir atau tes akhir yang bertujuan untuk
melihat
kemampun
membaca
pemahaman dengan menggunakan model Learning Starts With A Question pada siklus
II
dapat
dihitung
dengan
menggunakan rumus menurut Sudjana (2011:109) yaitu:
TB =
menggunakan model Learning Starts With
x 100%
A Questiondalam belajar membaca. Siswa TB =
x 100%
aktif dan termotivasi dalam memahami
TB = 76,67
teks bacaan.
Persentase ketuntasan hasil belajar
Pembahasan
siswa pada UH secara keseluuruhan sudah
Peneliti melihat kekurangan dan
tergolong baik dan rata-rata nilai UH
kelebihan
secara keseluruhan sudah mencapai KKM
Learning Starts With A Question ini, yang
yang ditetapkan 75. Dapat di lihat bahwa
mana kekurangannya adalah (1) Siswa
hasil pembelajaran baik dan meningkat
kurang terbiasa membuat pertanyan yang
dibanding siklus
kemampuan
baik dan benar, (2) Siswa tidak tahu apa
membaca pemahaman siswa pada siklus II
yang mau ditanyakan kepada gurunya, (3)
menunjukkan adanya peningkatan hasil
Pertanyaan yang dibuat adakalanya hanya
dari siklus I. Perbandingan keberhasilan
bersifat sekedar dibuat-buat saja, yang
belajar siswa dapat dilihat pada Tabel.
penting ada pertanyaan dari pada tidak
Tabel 3. Perbandingan Persentase Ketuntasan Aktibitas Guru, KemampuanMembaca Siswa dan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II
bertanya. Kelebihan model Learning Starts
I.
Jadi
Rata-rata Persentase Siklus I Siklus II
Aspek Aktivitas Guru
70% Kemampuan Membaca Pemahaman Hasil Belajar Siswa
82,5%
71,33% 53,33%,
81,5% 76,67 %
Keterangan Mengalami kenaikan 12,5% Mengalami kenaikan 11,67%, Mengalami kenaikan 23,34%
Terlihat bahwa keberhasilan proses belajar
siswa
dalam
pembelajaran
mengalami peningkatan. Selain temuan hasil belajar berupa angka, juga temuan hasil belajar berupa pendapat (sikap) secara klasikal. Dari wawancara dengan guru juga terungkap rasa enak dan senang
dari
penggunaan
model
With A Question ini (1) Pertanyaan akan mengundang siswa untuk berfikir terhadap materi ajar yang akan disampaikan, (2) Meningkatkan
aktivitas
belajar
siswa,
sebab ia kadang-kadang buka buku untuk mencari jawaban yang diinginkan, (3) Dengan bertanya berati siswa semakin tinggi
rasa
pembelajaran
ingin
tahunya
tersebut,
(4)
tentang Penyajian
materi semakin mendalam, karena materi disampaikan
melalui
pertanyaan
yang
dilontarkan siswa, (5) Pembelajaran akan lebih hidup karena materi disampaikan sesuai keinginan dan kemampuan peserta didik. Pembelajaran
dengan
menggu-
nakan model Learning Starts With A Question merupakan hal baru bagi siswa,
sehingga dalam pelaksanaannya siswa mengalami banyak perubahan cara belajar. Biasanya siswa mendapatkan materi dari
Tabel 12. Presentase ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II Siklus
apa yang diterangkan guru, kemudian siswa
mengerjakan
soal-soal
secara
individu, sehingga siswa pasifdalm belajar dan sedikit sekali berinteraksi. 1. Kemampuan Membaca Pemahaman
Siklus I Siklus II
Persentase dan Jumlah siswa yang belum mencapai nilai < 75 46,67%
Persentase dan Jumlah siswa yang telah mencapai nilai ≥ 75
Target
53,33%
75%
23,33%
76,67%
Siswa Penerapan model Learning Starts
Persentase rata-rata kegiatan siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan dengan menggunakan model Learning Starts With A Question. Hal ini
With A Questionini juga mempunyai kelemahan yang memerlukan waktu yang cukup lama dan menuntun guru dalam mempersiapkan bahan cerita/materi ajar
dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.
Persentase Kemampuan Membaca Pemahaman SiklusI dan II Siklus Persentase I
71,33%
II
81,5%
Rata-rata
76,41%
yang sesuai dengan materi. Dari
penelitian
yang
sudah
dianalisis, maka hipotesis penelitiana ini dinyatakan diterima, yaituu “ Dengan menggunakan model Learning Starts With A
Question
dapat
meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 43 Rawang Timur
2. Hasil Belajar Data mengenai hasil belajar siswa diperoleh melalui tes hasil belajar di akhir siklus
untuk
mengetahui
tingkat
pemahaman siswa. Dalam hal ini terlihat peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II pada tabel.
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia “. Degan diterimanya hipotesis ini, maka penelitian tentang pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu membaca pemahaman dengan menggunakan model Learning Starts With A Question yang peneliti lakukan dapat diakhiri. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terdapat
maka
dapat
peningkatan
disimpulkan kemampuan
membaca pemahaman dan ketuntasan hasil
penggunaan model pembelajaran Learning
belajar siswa dari siklus I ke siklus II
Starts With A Questionpada pembelajaran
sebagai
Bahasa Indonesia.
berikut
membaca
:
(1)
Kemampuan
pemahaman
dengan
menggunakan model Learning Starts With
DAFTAR KEPUSTAKAAN
A Question pada siklus I 71,33 mengalami
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
peningkatan pada siklus II menjadi 81,5 dan
mengalami
kenaikan
11,67,
(2)
Sedangkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus I dengan rata-rata 53,33, mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 76,67. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan mengguinakan model Learning Starts With A
Question
dapat
menigkatkan
kemampuan membaca pemahaman siswa kelas
V
pada
pembelajaran
bahasa
indonesia di SD Negeri 43 Rawang Timur.
Asma, Nur. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press. Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Press. Daryanto. 2013. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum. Jakarta: Gava Media. Depdiknas. 2006. Kurikulum Satuan Pendidikan. Kemendikbud.
Tingkat Jakarta:
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Media Persada. Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Saran Berdasarkan hasil analisis data dapat disarankan kepada: (1) Bagi Kepala Sekolah dapat mempertimbangkan metode baru di sekolahnya dalm pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model Learning Starts With A Question, (2) Bagi siswa dapat
membantu
siswa
meningkatkan
pengetahuan belajarnya sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. (3) Bagi guru menemukan alternatif metode baru
dalam
menciptakan
pola
mengajar belajar
sehingga yang
aktif
sebagai pedoman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, (4) Bagi peneliti lain menambah pengetahuan peneliti tentang
Sudjana, Nana. 1989. Penialain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Belajar. Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta :Kencana. Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca. Bandung: Angkasa.