PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVESTIGASI KELOMPOK SISWA KELAS IV SDN WAKAH 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SUMARYADI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan hasil studi awal yang dilaksanakan di SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi, didapatkan fakta bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV masih rendah. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan membaca pemahaman adalah penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan MIK. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui tiga tahapan membaca, yaitu tahap prabaca, saatbaca, dan pascabaca. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan penelitian ini meliputi studi pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi meningkat setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan MIK dari siklus I hingga siklus III. Peningkatan proses pembelajaran membaca tampak pada setiap siklus. Pada siklus I siswa mencapai kualifikasi kurang, siklus II siswa mulai menunjukkan peningkatan, yaitu mencapai kualifikasi cukup, dan siklus III siswa sudah mencapai kualifikasi baik dan sangat baik. Peningkatan kemampuan membaca siswa dari segi hasil dapat dilihat dari skor LKS dan skor tes formatif pada masing-masing siklus. Berdasarkan analisis hasil LKS dan tes formatif tergambar bahwa siklus I mencapai hasil rata-rata rendah, siklus II mencapai hasil rata-rata sedang, dan siklus III dengan hasil rata-rata yang memuaskan dengan kata lain siswa mengalami peningkatan pada tiap-tiap siklus. Kata kunci: peningkatan, kemampuan, membaca pemahaman, MIK
Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, mempertajam kepekaan perasaan, meningkatkan kemampuan berfikir dan bernalar, serta kemampuan memperoleh wawasan. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kompetensi dalam belajar berbahasa adalah keterampilan berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa produktif. Keterampilan berbahasa reseptif berupa keterampilan membaca dan menyimak, sedangkan keterampilan berbahasa produktif berupa keterampilan menulis dan
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 390
berbicara (Rofi’uddin dan Zuhdi, 2001). Membaca merupakan salah satu kompetensi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kompetensi membaca di SD adalah agar siswa mampu membaca lancar beragam teks dan menjelaskan isinya, serta merespon isi dengan kata-katanya sendiri Puskur (2002:5). Membaca pemahaman merupakan proses memahami bacaan, dan menghubungkan gambaran dalam bacaan dengan skemata pembaca untuk memahami informasi secara menyeluruh. Untuk dapat memahami wacana yang dibacanya, siswa harus sudah menguasai sistem tulisan dan dapat memaknai isi yang terkandung dalam teks bacaan, kemudian dapat menginterpretasi menurut pikiran dan pengalaman yang ada (Aminuddin, 1997:104). Warsono dkk. (1998) menyatakan bahwa berdasarkan profil kemampuan membaca di SD secara keseluruhan, skor membaca pemahaman siswa termasuk kategori rendah. Rendahnya skor kemampuan membaca tersebut disebabkan oleh minat membaca yang rendah. Minat baca yang rendah cenderung disebabkan oleh metode yang digunakan guru mengajar tidak tepat, kemampuan siswa, dan sarana yang tersedia di sekolah. Hal ini selaras dengan pendapat Rofi’uddin dan Zuhdi (2001:37) bahwa sampai saat ini penguasaan keterampilan baca tulis oleh lulusan SD masih jauh dari harapan. Penyebab rendahnya kemampuan membaca siswa di SD adalah (1) pelaksanaan pembelajaran yang masih konvensional dan tidak adanya inovasi, (2) guru kurang dapat membangkitkan skemata
siswa, mengaitkan isi bacaan dengan pengalaman siswa, dan (3) dalam pembelajaran membaca siswa terbiasa bekerja sendiri-sendiri. Guru jarang menyuruh siswa untuk melaksanakan diskusi sesama teman dalam upaya memahami isi bacaan. Pada dasarnya untuk memahami dan menginterpretasi bahan bacaan, siswa tidak hanya melakukan aktivitas membaca secara individual, tetapi diharapkan dapat memahami isi bacaan secara berkelompok (kooperatif). Ghazali (2001:96) menyatakan bahwa pembel-ajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa untuk saling memberi informasi, saling mengajari anggota kelompok yang lain yang belum mampu, dan saling menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran secara kooperatif mempu-nyai beberapa tujuan, antara lain meningkatkan partisipasi siswa, memberi pelajaran kepemimpinan, memberi pengalaman dalam membuat keputusan kelompok, memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar dengan siswa lain yang berasal dari latar belakang budaya, jenis kelamin, serta kemampuan yang berbeda. Di samping itu, belajar kooperatif juga membantu menciptakan semangat kelompok dan mendorong siswa untuk saling membantu. Slavin dalam Nur dan Wikandari, (2000:26) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Adapun metode-metode dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari metode STAD (Student Teams Achievement Divisons), TAI (TeamAssisted Individualization), CIRC (Cooperative Intergrated Reading
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 391
ang Composition), Jigsaw, dan Investigasi Kelompok. Untuk mengoptimalkan pembelajaran membaca pemahaman salah satu solusi yang dapat dilaksanakan adalah pembelajaran kooperatif dengan Metode Investigasi Kelompok (MIK). Dengan MIK siswa dapat berbagi informasi dengan teman dalam kelompoknya dan berkesempatan untuk melakukan penyelidikan (investigasi) terhadap bahan bacaan. MIK memiliki tiga ciri utama, yakni (1) penyelidikan (investigasi), (2) pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman, dan (3) dinamika belajar kelompok yang ditandai dengan adanya interaksi untuk saling tukar pengalaman. MIK sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks karena melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi (Nurhadi, 2003:64). Secara umum permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan metode Investigasi Kelompok siswa Kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi.” Secara khusus, masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi Kelompok Siswa Kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi? 2) Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi
Kelompok siswa kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan umum penelitian ini adalah “Meningkatnya kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi Kelompok siswa kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi.” Tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi Kelompok siswa kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. 2) Mendeskripsikan peningkatan hasil pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan Metode Investigasi Kelompok siswa kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan pembaca pada umumnya, baik secara teoritis maupun praktis. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk memberikan sumbangan dalam bentuk deskripsi mengenai sebuah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang berguna bagi penggunaan dan pengembangan metode pembelajaran di Sekolah Dasar Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. (1) Bagi Guru
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 392
Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam melaksanakan pembelajaran membaca, khususnya membaca pemahaman. Di samping itu guru dapat memperoleh alternatif dalam pemilihan metode belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. (2) Bagi Kepala Sekolah Bagi Kepala Sekolah, metode yang dikembangkan melalui penelitian tindakan ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru dan membina guru dalam mengelola proses pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru menjadi lebih berkualitas. (3) Bagi Peneliti Lain Bagi Peneliti Lain, kegiatan yang dilakukan dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran. (4) Bagi Pengawas, Bagi Pengawas, sebagai sarana untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung, sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien. METODE Investigasi kelompok adalah metode belajar kooperatif yang
menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Seperti strategi belajar kooperatif lainnya, investigasi kelompok menggunakan atau memanfaatkan bantuan dan kerja sama siswa sebagai alat dasar belajar. Perbedaannya adalah investigasi kelompok mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu objek atau topik khusus. Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif, karena metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Guru yang menggunakan MIK, paling sedikit mempunyai tiga tujuan yang saling berkaitan. Pertama, investigasi kelompok membantu siswa untuk melaksanakan investigasi terhadap suatu topik secara sistematik dan analitik. Hal ini berakibat pada pengembangan keterampilan penemuan dan membantu untuk mencapai tujuan. Kedua, yaitu pemahaman yang mendalam terhadap topik yang diberikan. Ketiga, dalam investigasi kelompok siswa belajar bagaimana bekerja secara kooperatif dalam memecahkan masalah. Belajar untuk bekerjasama merupakan keterampilan yang berharga dalam hidup bermasyarakat. Jadi dalam investigasi kelompok, guru dapat mencapai tiga hal yaitu penemuan,
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 393
belajar isi, dan belajar untuk bekerja secara kooperatif. Perencanaan pada MIK melibatkan lima tahap, yaitu (1) menentukan tujuan khusus, (2) merencanakan pengumpulan informasi, (3) membentuk kelompok, (4) mendesain aktivitas kelompok, dan (5) merencanakan aktivitas kelompok secara keseluruhan. Kelima tahapan perencanaan tersebut diuraikan sebagai berikut. Menentukan Tujuan Khusus Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aktivitas dalam investigasi kelompok didesain untuk mencapai tiga tujuan utama, yaitu (a) mengembangkan keterampilan penemuan (inkuiri), (b) memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap materi, dan (c) mengembangkan keterampilan bekerjasama. Masing-masing tujuan ini mendapat penekanan yang sama. Hal ini karena jika penekanan hanya pada tujuan yang kedua (butir ‘b’), model belajar kooperatif yang lain mungkin lebih efektif. Metode investigasi kelompok adalah paling efektif untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan kemampuan untuk bekerjasama. Merencanakan Pengumpulan Informasi Pemecahan masalah dan inkuiri tidak terjadi dalam kekosongan informasi. Siswa memerlukan akses terhadap informasi yang dapat digunakan untuk menga-rahkan usaha mereka. Pengumpulan informasi dapat berupa mengoleksi buku-buku teks atau bekerjasama dengan pihak perpustakaan untuk memastikan bahwa sumber-sumber yang dibutuhkan tersedia. Sumber
informasi yang lain meliputi buku teks dari kelas atau tingkat lain, buku-buku dari perpustakaan umum, Ensiklopedia atau referensi yang lain, kaset atau rekaman video, dan sumber-sumber berupa manusia, misalnya ahli dan ilmuwan. Untuk mengembangkan keterampilan meneliti, guru dapat memandang pencarian informasi sebagai bagian dari investigasi. Intinya adalah bagaimana siswa mengakses informasi yang mereka miliki sendiri. Membentuk Kelompok Semua model belajar kooperatif mempunyai kelebihan yaitu membantu siswa dengan berbagai latar belakang yang berbeda untuk saling bekerjasama. Metode investigasi kelompok menawarkan kesempatan yang unik kepada siswa untuk saling meningkatkan kerjasama dan bekerja dalam kelompoknya. Investigasi kelompok dalam MIK tidak terlalu terstruktur seperti pada model pembelajaran yang lain. Langkah pertama adalah membentuk kelompok dengan anggota yang beragam. Anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan akademis, status sosial, jenis kelamin, maupun etnis. Mendesain Aktivitas Kelompok Investigasi kelompok membutuhkan tingkat kerja sama yang lebih besar daripada dalam STAD dan Jigsaw. Dalam STAD dan Jigsaw peran siswa sudah ditetapkan dengan baik. Dalam investigasi kelompok, siswa harus bekerjasama dalam membuat keputusan mengenai peran mereka.
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 394
Mendesain Aktivitas Kelompok Secara Keseluruhan Perencanaan terakhir adalah mendesain aktivitas untuk memperkenalkan tujuan investigasi kelompok. Aktivitas ini didesain agar siswa mengerti tujuan aktivitas dan bentuk hasil yang diharapkan. Perkenalan juga diperlukan untuk membantu siswa memahami prosedur yang harus diikuti untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Perkenalan dapat berupa menampilkan langkah-langkah penting melalui OHP, diagram, atau papan tulis. Sebagai suatu model belajar kooperatif, investigasi kelompok mempunyai kelemahan yang disebut dengan efek “free rider”. Efek free rider dapat terjadi dalam belajar kooperatif, jika seorang siswa bekerja keras untuk menyelesaikan tugas kelompok sedangkan siswa yang lain sedang asyik melakukan aktivitas lain yang tidak ditugaskan. Efek free rider dapat diartikan sebagai tindakan membon-ceng oleh
siswa terhadap kerja teman sekelompoknya. Untuk menghindari efek ini, dianjurkan dalam satu kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapat tugas yang berbeda. Selain itu pengawasan guru sangat diperlukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tindakan Penelitian Siklus I Evaluasi hasil dilakukan melalui penilaian hasil LKS dan tes formatif siklus I. Berdasarkan hasil analisis LKS, diperoleh hasil bahwa sebagian besar kelompok masih salah dalam menentukan kalimat utama setiap paragraf. Untuk menentukan ide pokok/pokok pikiran setiap paragraf, hampir semua kelompok juga masih mengalami kesulitan. Dalam meringkas isi bacaan pada umumnya setiap kelompok masih mengalami hambatan juga, dan bahkan ada kelompok yang hanya menyalin, mengutip kalimat yang ada dalam bacaan. Adapun hasil masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Skor Masing-masing Kelompok pada Siklus I Kelompok
Menjawab Pertanyaan
I 19 II 13 III 16 IV 17 V 19 VI 19 PENCAP. 85,83 (%) RATA-RATA
Menentk Kal. Utama
Menentukan Pokok Pikiran
Meringkas Isi Bacaan
Jumlah total Skor
11 20 13 19 20 17
8 14 24 11 7 14
2 8 0 4 8 12
40 55 53 51 54 62
55,56
43,33
28,33
Berdasarkan hasil tersebut, maka kemampuan siswa dalam membaca pemahaman khususnya
52,50 dalam menjawab pertanyaan bacaan menentukan kalimat utama setiap paragraf, menentukan ide
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 395
pokok/pokok pikiran setiap paragraf, serta membuat ringkasan bacaan masih jauh dari harapan. Secara umum disimpulkan bahwa masih diperlukan pengulangan siklus untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran siklus I. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain adalah peningkatan motivasi dan keaktivan siswa dan peningkatan prestasi siswa. Pelaksanaan tindakan perlu diulang dengan mengadakan siklus II. Hasil Tindakan Penelitian Siklus II
Evaluasi hasil dilakukan melalui penilaian hasil LKS dan tes formatif siklus II. Berdasarkan hasil analisis LKS, diperoleh hasil bahwa semua kelompok sudah dapat menjawab pertanyaan dengan benar meskipun redaksinya berbeda. Untuk menentukan kalimat utama setiap paragraf, menentukan ide pokok, dan meringkas isi bacaan, secara umum dapat dikatakan prestasi siswa mengalami kemajuan bila dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Adapun hasil LKS masingmasing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut.
Tabel 2 Skor Masing-masing Kelompok pada Siklus II
Kelompok
Menjawab Menentk Menentukan Pertanyaan Kal. Utama Pokok Pikiran 18 12 12 20 23 12 18 15 12 20 10 18 20 23 16
I II III IV V PENCAP 85,83 (%) RATA-RATA
55,56
Berdasarkan kegiatan refleksi terhadap hasil LKS, hasil pengamatan, dan hasil catatan lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kegiatan pembelajaran dari segi guru dan siswa prosesnya telah berjalan dengan baik, namun hasil prestasi siswa masih kurang. Dengan demikian perlu pengulangan siklus untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa khususnya mengenai cara menentukan ide pokok/pokok
43,33
Meringkas Isi Bacaan
Jumlah total Skor
8 12 12 13 14
18 20 18 20 20
28,33 61,67
pikiran, dan membuat ringkasan isi bacaan. Pelaksanaan tindakan perlu diulang dengan mengadakan siklus III. Hasil Tindakan Penelitian Siklus III Evaluasi hasil dilakukan melalui penilaian hasil LKS dan tes formatif siklus III. Berdasarkan hasil analisis LKS, diperoleh hasil bahwa hampir semua kelompok sudah dapat menjawab pertanyaan bacaan dengan baik dan benar. Untuk menentukan
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 396
kalimat utama, ide pokok setiap paragraf, dan membuat ringkasan isi bacaan, hampir semua kelompok dapat mengerjakan dengan benar.
Adapun hasil LKS masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.
Tabel 3 Skor Masing-masing Kelompok pada Siklus III
Kelompok
Menjawab Pertanyaan
I 18 II 20 III 18 IV 20 V 20 PENCAP 96,67 (%) RATA-RATA
Menentk Menentukan Kal. Utama Pokok Pikiran 25 20 29 26 29 20 28 27 28 27
Meringkas Isi Bacaan 14 18 14 18 18
Jumlah total Skor 18 20 18 20 20
92,22
83,33
96,67
Berdasarkan kegiatan refleksi terhadap hasil LKS, hasil pengamatan, dan hasil catatan lapangan, diketahui bahwa aktivitas siswa sudah baik. Siswa dari kelompok rendah sudah berani tampil menyajikan laporan, dan petugas dalam kelompok sudah bergiliran dan tidak ada yang merangkap tugas. Dari hasil catatan lapangan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran sudah berlangsung dengan cukup baik dan tidak perlu pengulangan siklus. PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti menyajikan pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori-teori yang menjadi acuannya. Hasil penelitian mengacu pada temuan penelitian dan refleksi tindakan yang telah dipaparkan pada bab IV. Fokus pembahasannya adalah peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan MIK siswa kelas IV SDN Wakah 1
80,56
87,83 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Karena metode yang digunakan adalah MIK, maka langkah-langkah pembelajarannya juga difokuskan pada langkahlangkah MIK berdasarkan tahaptahap dalam membaca pemahaman. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada peningkatan proses dan hasil tindakan pembelajaran dengan menggunakan MIK untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa yang meliputi (1) menjawab pertanyaan bacaan, (2) menentukan kalimat utama, (3) menemukan ide pokok setiap paragraf, dan (4) membuat ringkasan isi bacaan. Keempat fokus pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan, yaitu siklus I dengan menggunakan langkahlangkah MIK yang terdiri dari enam tahap yaitu, penentuan materi/topik, pembentukan rencana kerja kelompok, pelaksanaan investigasi, penyiapan laporan hasil investigasi, presentasi laporan, dan evaluasi.
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 397
Dengan demikian, pembahasan hasil penelitian ini diuraikan secara terinci sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran membaca pemahaman. Tahap-tahap tersebut adalah tahap prabaca, tahap saatbaca, dan tahap pascabaca. Peningkatan Proses Belajar Membaca Pemahaman dengan MIK pada Tahap Prabaca Hasil penelitian menunjukkan, pada tahap prabaca terjadi hambatan baik bagi guru maupun siswa. Kesulitan yang dihadapi guru adalah menggali skemata siswa. Sedangkan kesulitan yang dihadapi oleh siswa adalah perasaan malu dan takut salah dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Kegiatan prabaca ini diakhiri dengan pembagian LKS pada setiap kelompok untuk memulai melakukan kegiatan pembelajaran. Peningkatan Proses Belajar Membaca Pemahaman dengan MIK pada Tahap Saatbaca Berdasarkan temuan penelitian ini, bimbingan guru pada siswa dalam proses membaca dibutuhkan. Siswa harus dibimbing membaca cepat, membaca secara komprehensif, maupun mengemukakan pendapatnya dan mampu mengajukan pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyamartaya (1992:61) bahwa dalam membaca untuk menemukan jawaban, siswa perlu dibimbing membaca cepat karena siswa tersebut dipandu dengan pertanyaanpertanyaan yang harus dicari jawabannya. Peningkatan Proses Belajar Membaca Pemahaman dengan MIK pada Tahap Pascabaca Temuan keberhasilan tindakan berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Tindakan yang dicapai guru pada siklus I berada pada kualifikasi sangat baik. Sedangkan tindakan yang dicapai siswa pada siklus I secara komulatif juga pada kualifikasi sangat baik. Peningkatan Hasil Belajar Membaca Pemahaman dengan MIK Peningkatan hasil belajar membaca pemahaman dengan MIK dapat dilihat dari skor LKS dan skor tes formatif pada masing-masing siklus. Berdasarkan analisis hasil LKS terungkap bahwa siklus I memperoleh rata-rata 52,50. Dari hasil LKS tersebut dapat dikatakan bahwa setiap siklus siswa mengalami kemajuan. Siswa mengalami peningkatan yang signifikan. SIMPULAN Simpulan yang diuraikan berkaitan dengan (1) Peningkatan proses belajar membaca pemahaman dengan MIK melalui tahap prabaca, saatbaca, dan pascabaca, dan (2) Peningkatan hasil relajar membaca pemahaman dengan MIK. Kedua tersebut diuraikan sebagai berikut. Peningkatan Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan MIK Melalui Tahap Prabaca, Saatbaca, dan Pascabaca Pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan MIK disimpulkan sebagai berikut. Pertama, kegiatan tahap prabaca. Pada tahap prabaca disimpulkan bahwa (a) pada kegiatan menentukan topik memudahkan siswa dalam mempelajari dan menguasai isi bacaan yang akan dipelajari, dan (b) kegiatan merencanakan investigasi
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 398
dari topik yang telah ditentukan membuat siswa lebih cepat untuk mengetahui topik yang dipelajari dalam teks bacaan karena maksud dan tujuan sudah dipahami terlebih dahulu. Kedua, tahap saatbaca. Pada tahap saatbaca disimpulkan bahwa (a) kegiatan membaca untuk menemukan jawaban pertanyaan bacaan melatih siswa membaca lebih cepat sesuai dengan kebutuhan, (b) kegiatan membaca dengan melakukan investigasi terhadap teks bacaan berupa menemukan kalimat utama, menemukan ide pokok setiap paragraf dapat memudahkan siswa untuk membuat ringkasan isi bacaan. Ketiga, kegiatan tahap pascabaca. Pada tahap ini disimpulkan bahwa (a) kegiatan meninjau kembali teks bacaan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi bacaan, dan (b) pemahaman siswa terhadap isi bacaan akan lebih mendalam apabila dapat menyajikan laporan hasil penyelidikan terhadap bacaan dan dilanjutkan dengan kegiatan mengomentari isi bacaan berdasarkan kemampuan dan menggunakan bahasanya sendiri. Peningkatan Hasil Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan MIK Evaluasi pembelajaran membaca pemahaman dengan MIK dapat disimpulkan seperti berikut. Pertama, melalui evaluasi hasil dapat diketahui perkembangan kemajuan belajar siswa pada akhir pembelajaran dalam setiap siklus. Kedua, pelaksanaan evaluasi hasil sangat bermanfaat untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan dengan baik. Ketiga, pelaksanaan tes setiap siklus
dengan menggunakan LKS berupa menjawab pertanyaan dengan bentuk soal uraian atau esei, bertujuan untuk melatih siswa berpikir lebih kritis dan bebas untuk mengemukan pendapat pribadinya. Keempat, dengan menggunakan MIK dalam pembelajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata tes formatif siswa setiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 52,11, pada siklus II nilai rata-rata siswa 58,74, dan pada siklus III nilai ratarata siswa mencapai 86,04. SARAN Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran membaca pemahaman dengan MIK pada siswa kelas IV SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi, maka beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1) Bagi sekolah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan MIK dalam pembelajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Oleh karena itu, diharapkan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia SD, khusunya di SDN Wakah 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi agar memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif pembelajaran membaca pemahaman . 2) Bagi guru SD Disarankan kepada guru SD agar mengoptimalkan proses pembelajaran membaca pemahaman melalui
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 399
pemanfaatan metode pembelajaran membaca dengan MIK. Dalam hal ini, guru diharapkan mengembangkan perannya sebagai fasilitator, motivator partisipan, pemantau, konselor, dan evaluator dalam pembelajaran membaca pemahaman. 3) Bagi peneliti Bagi peneliti selanjutnya, penelitian tentang pembelajaran membaca pemahaman masih perlu dilaksanakan. Penelitian selanjutnya hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan metode yang lain untuk memperkaya metode pembelajaran membaca pemahaman khusunya di tingkat Sekolah Dasar. 4) Kepada Kepala SD Kepada Kepala SD, disarankan agar senantiasa mendorong dan membina guru binaannya untuk selalu berupaya meningkatkan pemahaman-nya terhadap pembelajaran membaca pemahaman dengan MIK yang mendasarkan pada pendekatan proses membaca serta selalu memantau pelaksanaannya di kelas secara kontinu. Dengan upaya seperti itu, diharapkan pembelajaran membaca pemahaman sebagai suatu proses dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa SD.
DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 1997. Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Airlangga. Ghazali, A. Syukur. 2001. Strategi Belajar Kooperatif dalam Belajar Mengajar Kontekstual. Jurnal Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi. Nomor 1,8 Oktober 2001. Malang: LP3 UM. Nur, Muhamad & Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa. Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannnya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Puskur. 2002. Kurikulum Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Rofi’uddin, A. dan Zuhdi, D. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: UM Press Warsono. 1998. Profil Kemampuan Membaca Siswa SD di Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Dasar. II (3): 42-43. Wiriaatmadja. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 400