PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE LATIHAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENGURANGAN PECAHAN KELAS V SDN 101768 TEMBUNG KAB. DELI SERDANG Zuraidah Sekolah Dasar Negeri 101768 Tembung, Deli Serdang e-mail:
[email protected] Abstract: This study aims to determine whether the training method can improve learning outcomes math class V SDN 101 768 Tembung. The problem in this study is whether the training method can improve learning outcomes math class V SDN 101 768 Tembung Percut District of Sei Tuan, Deli Serdang regency. The subject of research to all fifth grade students at SDN 101 768 Tembung totaling 34 people, training method. Research was conducted on a mathematic subject "Reducing Fractions". The tools used to collect data in this study is the observation sheet for teachers, observation sheets for student motivation and list of values. The results showed that the initial conditions, the average value of the student count is 41.76%. In the first cycle the average value calculated that 58.67% of students rose from 41.76% to 58.67%., While in the second cycle there is a very significant rise, the average value of students rose to 85,29s%. The number of students who succeed in the beginning is 7 (20.59%), whereas in the first cycle = 16 (47.05%) increased in the second cycle to 29 people (85.29%). Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode latihan dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas V SDN 101768 Tembung. Adapun masalah pada penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan metode latihan dapat meningkatkan hasil belajar matematika dikelas V SDN 101768 Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Subjek penelitian terhadap seluruh peserta didik kelas V di SDN 101768 Tembung yang berjumlah 34 orang, dengan menggunakan metode latihan. Penelitian ini dilakukan pada bidang studi matematika pokok bahasan “Pengurangan Pecahan “. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk guru, lembar observasi untuk motivasi siswa dan daftar nilai. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi awal, nilai ratarata hitung siswa adalah 41,76%. Pada siklus I nilai rata-rata hitung siswa naik yaitu 58,67 % dari 41,76 % menjadi 58,67 %., sedangkan pada siklus II terjadi kenaikan yang sangat signifikan, nilai rata-rata siswa naik menjadi 85,29s %. Jumlah siswa yang berhasil pada awal adalah 7 orang (20,59 %), sedangkan pada siklus I = 16 orang (47,05 % ) meningkat pada siklus II menjadi 29 orang ( 85,29 %). Kata kunci : hasil belajar, metode latihan, matematika.
Indikator yang digunakan untuk menilai kualitas pembelajaran dan kelulusan siswa dari suatu lembaga pendidikan sering didasarkan pada hasil belajar siswa yang tertera pada nilai hasil belajar. Penyelenggaraan setiap pembelajaran mempunyai tujuan. Setiap guru yang menyelenggarakan pengajaran hendaknya selalu memperhatikan dan memahami serta berupaya menyesuaikan bahan dengan peserta didik. Seperti halnya mata pelajaran matematika, mengapa harus ditakuti, siswa tidak begitu gembira ketika pelajaran matematika. Partisipasi pada pembelajaran matematika kurang bergairah atau cepat merasa bosan untuk mengikutinya. Rendahnya motivasi dan kurangnya kemauan untuk menjadi yang terbaik diantara temantemannya di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar guru sudah berupaya menyampaikan
PENDAHULUAN Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh semua pihak yang ikut serta dalam proses pendidikan, adalah keluarga. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidikan dan perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah pemuda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Terkait dengan mutu pendidikan pada jenjang sekolah dasar sampai saat ini masih jauh daripada yang kita harapkan, terutama pada kualitas pembelajaran. Pendidikan tidak lepas dari pembelajaran. Dengan belajar setiap orang mengalami perubahan dan dapat mempertahankan kehidupannya ditengah-tengah perkembangan zaman yang semakin maju dan persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini. 11
materi dengan rinci dan jelas, terutama pada pembelajaran matematika. Dalam proses pembelajaran guru di sekolah telah berusaha maksimal, kenyataannya dilapangan hasil para siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, khususnya pada sub pokok bahasan pengurangan bilangan rasional. Pemahaman para siswa pada sub pokok bahasan pengurangan bilangan rasional masih sangat rendah, dari hasil pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas V SD Negeri 101768 Tembung pada sub pokok bahasan ini hanya mencapai 40% dari jumlah siswa yang mencapai hasil ketuntasan belajar minimal ditingkat satuan pendidikan yanag sudah ditetapkan, 60% dari jumlah siswa belum mencapai ketuntasan belajar minimal ditingkat satuan pendidikan tersebut. Pada penelitian ini peneliti merancang peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode latihan dan berusaha membuat kondisi dan pola pikir siswa kelas V SDN 101768 Tembung khususnya dalam pembelajaran matematika pada materi pelajaran dalam Bilangan Rasional. Adanya perubahan ini diharapkan membuat proses pembelajaran matematika berjalan secara aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga terjadi peningkatan hasil belajar siswa dapat diidentifikasikan dari peningkatan hasil evaluasi yang dilakukan. Oleh sebab itu dalam penelitian tindakan kelas, penulis mengambil judul “Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode latihan dalam pembelajaran matematika Pengurangan Bilangan Rasional kelas V SDN.101768 Tembung”.
Mengajar akan efektif apabila kesiapan intelektual anak diperhatikan. Kesiapan intelektual akan mencakup perkembangan intelektual dan pengalaman belajar yang diperoleh anak. Berdasarkan teori belajar yang biasa disebut perkembangan intelektual piaget dalam Ruseffandi (1987:56) mengidentifikasi tahap perkembangan mental anak menjadi empat tahap: (a) Periode Sensori Motorik, tahap ini dicapai anak sampai umur dua tahun. Karakteristiknya merupakan gerakan sebagai akibat reaksi langsung; (b) Periode Pra Operasional Konkrit, tahap ini dicapai berumur dua tahun sampai tujuh tahun. Pada tahap ini persiapan operasional didalam berpikirnya tidak didasarkan pada keputusan-keputusan yang dapat dilihat seketika; (c) Periode Operasional Konkrit, tahap ini kira-kira dapat dicapai pada umur 7 sampai 11 tahun. Tahap ini disebut tahap operasional konkret sebab berfikir logisnya didasarkan atas manipulasi fisik dari objekobjek. Operasional pada periode ini terkait pada pengalaman pribadi. Pengalaman-pengalaman itu adalah kongkrit dan bukan pengalaman formal. Yang perlu diprhatikan pada tahap operasional kongkrit adalah bahwa anak dapat memahami konsep matematika yang didasarkan pada benda-benda kongkret akan lebh mudah daripada manipulasi istilah abstrak; (d) Periode operasional formal, tahap ini dicapai pada umur 12 tahun. Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi yang lebih kompleks. Adapun indikator yang dapat dilihat untuk menentukan apakah pembelajaran itu berhasil atau tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu: 1) Mengajar guru, yang menyangkut sejauh mana kegiatan pembelajaran yanag direncaanakan tercapai; 2) Belajar siswa, yang menyangkut sejauh mana pembelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar atau yang sering disebut dengan ketuntasan belajar dilakukan dengan tes evaluasi. Keefektifan pembelajaran matematika pada peneliti ini hanya ditinjau dari aspek: (a) Ketuntasan belajar secara individu; (b) Ketuntasan belajar secara klasikal; (c) Ketuntasan pencapaian tujuan pembelajaran khusus (TPK); (d) Hasil observasi. Hasil belajar matematika siswa merupakan suatu indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Patta Bundu (2006: 17) mengemukakan hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti
KAJIAN PUSTAKA Pengurangan bilangan rasional bagi anak-anak SD yang ada dalam tahap permulaan belajar matematika harus lebih banyak diberi pemahaman dan penjelasan dengan menggunakan kata-kata, pada akhirnya mereka juga harus memahami bahwa belajar matematika tidak lepas dari lambang-lambang yang singkat dan padat. Disimpulkan, bahwa matematika itu merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada pengamatan atau observasi (induktif), tetapi generalisasi itu harus didasarkan kepada pembuktian secara deduktif. Matematika adalah suatu cara berpikir manusia. Hal ini dapat terlihat dari kekhasan/kekhususan matematika itu sendiri. Matematika diajarkan disekolah karena dilihat dari kegunaannya diantaranya untuk memecahkan persoalan sehari-hari dan persoalan ilmu lainnya. 12
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yaitu meliputi aspek kognitif, afektif, dan fsikomotorik. Tingkat pencapaian hasil belajar oleh siswa disebut belajar. Hasil belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat hasil bekajar siswa atau kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran. Jadi hasil belajar itu adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar yang di alami siswa dalam pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai. Dengan demikian hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar dalam bidang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.
Penjumlahan pecahan dapat juga diselesaikan dengan merubah pecahan menjadi pecahan senilai. Contoh: Bentuk
Bentuk
senilai
dengan
9 1 27 4 23 11 ( 1 ) 4 3 12 12 12 12 2 5 8 25 28 25 3 2 .2 1 2 1 5 4 20 20 20 20 20 12 9 12 9 3 ( ) 5 4 20 20 20 METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka penelitian ini memiliki tahap-tahap penelitian yang berupa siklus. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. b. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD negeri 101768 Tembung tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 34 orang. c. Operasi Variabel Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: (1) Metode latihan adalah suatu metode yang memiliki aktivitas mengerjakan tugas, untuk melatih suatu keterampilan yang harus dimiliki siswa. Metode ini sangat berguna dalam meriview keterampilan sebelumnya yang sudah dipelajari dan sebagai bekal untuk belajar mandiri. Dalam melaksanakan metode latihan ini, guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya
8 2 16 2 14 4 2 . . . 1 1 5 10 10 10 10 10 5 4 5 8 5 3 . . .. .... 5 10 10 10 10
Jawaban: Penyebut kedua pecahan adalah 5 dan 10 dengan KPK 10.
yang
1 1 3 4 12 3 15 4 11 1 .2 2 1 1 1 4 3 12 12 12 12 12 12 12
b. Pecahan Biasa Dalam pengurangan pecahan terdapat penggunaan pecahan senilai dari penyebut yang dijumlahkan. Aturan penjumlahan pecahan yang berbeda penyebutnya adalah: Samakan dengan bentuk senilai kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai). Mengurangkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan berpenyebut yang yang tidak sama. Contohnya:
4 5 5 10
dengan
Pecahan campuran Contoh
1 2 4 3 5 2 - = + = 1 - 1 4 4 4 4 4 4 2 3 7 2 9 3 6 b, 1 7 7 7 7 7 7 7
Maka,
senilai
1 2 3 4 5 adalah , , , ,............ 3 6 9 12 15 1 1 3 2 1 dapat kita lihat 2 3 6 6 6
a, 2
2.
Jawaban: yang
1 2 3 4 5 adalah , , , ,............... 2 4 6 8 10
a. Pecahan Sesama Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Contohnya:
1.
1 1 , ........ 2 3
3 10 13
dengan keseluruhan pelajaran disekolah. Metode latihan ini dirancang agar siswa dapat lebih kreatif dan aktif dalam meningkatkan hasil pembelajaran; (2) Kemampuan siswa adalah kemampuan menemukan hasil dengan menerapkan langkah-langkah pengerjaan dengan model matematika dalam menyelesaikan soalsoal pengurangan pecahan.
Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa dalam matematika khususnya pada pembelajaran pengurangan pecahan dapat dilihat dari hasil tes yang mereka peroleh pada setiap siklus. Melalui peneletian ini diharapkan hasil belajar siswa meningkat khususnya pada pembelajaran pengurangan pecahan: menurut kamus besar bahasa indonesia, sesuatu dikatakan meningkat apabila sesuatu itu bertambah sedikit demi sedikit. Maka dalam penelitian ini hasil belajar siswa dalam matematika pada pembelajaran pengurangan pecahan dikatakan smeningkat bila ada pertambahan nilai rata-rata yang diperoleh siswa dari tes yang diberikan pada setiap siklus. Dengan demikian yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah bila hasil belajar siswa meningkat khususnya pada pembelajaran pengurangan pecahan, hal ini dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan kepada siswa setiap siklusnya, dimana pelaksanaan tindakan pada setiap siklus yaitu siklus I dan II dilaksanakan sesuai dengan target pencapaian hasil yang ditetapkan peneliti. Berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh sekolah tempat penelitian, kriteria untuk menentukan keberhasilan silai siswa dibagi menjadi 2 yaitu: 3.6 Nilai 70 – 100 = Berhasil 3.7 Nilai 0 – 60 = Belum Berhasil Untuk menjadi acuan analisis ini dilakukan untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilihat dari seberapa persenkah tingkat keberhasilan yang dicapai dilihat dari perubahan penyerapan pelajaran. Adapun rumus yang digunakan peneliti adalah:
d. Alat Pengumpulan Data Alat yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah tes, observasi. Tes adalah satu evaluasi yang dilakukan untuk mengukur kemampuan dan tingkat keberhasilan dari suatu materi ajar yang akan disampaikan adalah tes. Dalam penelitian ini tes dibagi atas dua yaitu: tes siklus I, tes siklus II, diberikan untuk mengetahui apakah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan pecahan sudah meningkat dengan menggunakan metode latihan matematika khususnya pada sub pokok bahasan penjumlahan pecahan. Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Dalam penelitian ini tujuan observasi yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah untuk menilai perkembangan dan kemajuan murid dalam belajar, bagaimana perkembangan tingkah laku penyesuaian sosial, minat, dan bakatnya terhadap pelajaran. Observasi dilaksanakan selama proses belajar mengajar pada pelaksanaan siklus I dan siklus II. Observasi pada siklus I lebih difokuskan terhadap latihan dan tes. Pada siklus II observasi dilaksanakan untuk mengamati kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung dengan pedoman pada lembar observasi, untuk mengetahui hasil kegiatan siswa selama pelaksanaan pembelajaran dilakukan. Adapun indikator untuk penilaian siswa selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Aktif dalam kegiatan pembelajaran; (2) Bertanya kepada guru; (3) Bertanggung jawab atas tugas yang diberikan; (4) Selalu menyelesaikan soalsoal lebih cepat; (5) Aktif dalam menyelesaikan soal-soal di depan kelas atau soal latihan; (6) Motivasi balajar tinggi; (7) Memiliki usaha yang sangat menonjol; (8) Tidak menyelesaikan tugas dengan setengah-setengah.
f n
x100% p
p = angka prestasi f = jumlah siswa yang mengalami perubahan n = jumlah seluruh siswa Perlu dijelasakan akibat keterbatasan peneliti baik mengenai waktu, pikiran, kemampuan, bila masih ada yang belum tuntas ≤ 10%, maka siswa yang dimaksud dianggap sebagai outlier (diluar garis). f.
Prosedur Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas maka peneliti memiliki tahap-tahap penelitian yang berupa siklus. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus. Dalam setiap siklus ada dua kali pertemuan, sehingga dari dua siklus ada empat
e. Analisis Data 14
kali pertemuan. Dan setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Siklus I Tahap Perencanaan Tahap pernencanaan tindakan dilakukan setelah tes awal diberikan, tes awal diberikan untuk mengetahui bagaiman kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pengurangan pecahan. Hasil tes yang diberikan peneliti, kemudian digunakan untuk diidentifikasi awal terhadap tindakan yang akan dilakukan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tindakan yang akan dilakukan, yaitu: (a) Penyusunan skenario pembelajaran yang disusun sesuai dengan tingkat hasil belajar siswa untuk pertemuan; (b) Membuat soal-soal tugas yang akan diberikan pada masingmasing siswa berdasarkan kompetensi yang dipelajari; (c) Membuat lembar oservasi untuk mengalami bagaimana perkembangan peserta didik didalam kelas; (d) Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa selama tindakan penelitian diterapkan. Pelaksanaan Siklus 1 Kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan pelaksanaan skenario pembelajaran yang disusun. Pada akhir tindakan diberi latihan untuk melihat hasil yang telah dicapai setelah diberikan hasil yang dicapai, maka diberikan tindakan dengan pembelajaran penjumlahan pecahan dalam penyelesaian soal. kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah: (a) Peneliti menjelaskan materi tentang pengurangan pecahan dengan jelas dan sistematis; (b) Bertanya pada siswa tentang materi yang kurang difahami, kemudian menjelaskannya kembali; (c) Peneliti menjelaskan cara menyelesaikan pengurangan pecahan dengan disajikan dalam bentuk soal dengan memberikan contoh-contoh soal; (d) Memberikan latihan tes hasil belajar kepada siswa kemudian mengarahkan beberapa orang untuk menampilkan hasil kerjanya dipapan tulis; (e) Setelah itu peneliti menanyakan pendapat siswa lain mengenai penyelesaian yang telah dikerjakan temannya dipapan tulis,
kemudian mencari pada tahap mana kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut kemudian menjelaskannya kembali pada siswa; (f) Peneliti memberi motifasi kepada siswa untuk berlomba untuk menyelesaikan soal-soal didepan kelas dan memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa yang lain, juga memberi bimbingan kepada siswa yang kurang mampu dalam mengikuti langkahlangkah menyelesaikan soal yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kegiatan belajar yang dilakukan sebenarnya merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari skenario pembelajaran yang telah disusun. Diakhir pelaksanaan siklus 1 peneliti memberikan tes yang bertujuan untuk melihat keberhasilan tindakan yang diberikan. Tahap Observasi Observasi mengamati kegiatan yang dilakukan guru/siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan berpedoman pada lebar observasi. Observasi difokuskan kepada latihan dan tes yang diberikan pada siswa di akhir tahap pemberian tindakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal pengurangan pecahan sesuai dengan materi yang disampaikan. Tahap Refleksi Dari hasil observasi dan evaluasi dianalisis dan diketahui kesalahankesalahan yang dilakukan siswa sudah berkurang. Tetapi siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti langkahlangkah pemecahan masalah matematikanya. Dari hasil pembelajaran pada siklus ini menjadi acuan pada tindakan siklus berikutnya. 2. Siklus II Perencanaan tindakan pada siklus II: Pada tahap ini peneliti membuat alternatif pemecahan masalah (perencanaan tindakan) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan metode latihan, menyusun soal-soal 15
latihan untuk mengukur hasil belajar siswa selama pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II Sebelum masuk kemateri terlebih ahulu membahas soal mengenai tes pada siklus I sehingga pemahaman siswa pada pengurangan pecahang dalam menyelesaikan soal semakin jelas dan difahami siswa. Memberikan contoh soal penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dan berbeda untuk lebih memperjelas pemahaman siswa. Bertanya kepada siswa yang belum difahami tentang penjumlahan pecahan tersebut. Memantau aktifitas siswa dalam mengerjaka tes yang diberikan serta memperhatikan proses penyeleasaian soal tersebut. Memeriksa hasil kerja siswa dan memberi penilaian. Tahap observasi Mengamati kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung dengan berpedoman pada lembar observasi, untuk mengetahui hasil kegaitan siswa selam pelaksanaan pembelajaran dilakukan. Dan melaksanakan evaluasi tehadap pelaksanaan kegiatan selama pembelajaran dilakukan untuk mengetahui gambaran hasil tindakan yang dilakukan. Tahap Refleksi Dari tes yang diberikan, sebagai dasar mengambil kesimpulan, apakah kegiatan yang dilakukan telah berhasil atau belum. Jika siklus II masih banyak mengalami kesulitan dan kesalahan menyelesaikan soal penjumlahan pecahan, maka akan direncanakan pada siklus selanjutnya. Namun, jika dalam memenuhi indikator keberhasilan belajar, maka tidak perlu dilanjutkan tindakan di siklus berikutnya
menyelesaikan soal-soal pengurangan pecahan. Dari hasil tes awal untuk penjumlahan pecahan dalam bentuk isian sebanyak 10 soal dan diperoleh hasil seperti yang tercantum pada tabel 1 sebagai berikut:
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN Hasil penelitian yang meliputi masalah tes awal, pelaksanaan siklius I, pelaksanaan siklus Iidan pengamatan terhadap observasi siswa dan guru pada saat proses belajar mengajar. Hasil Pelaksanaan Tes Awal Sebelum perencanaan tidakan dilakukan terlebih dahulu di berikan pre test yang bertujuan selain untuk mengetahui kemampuan awal siswa juga untuk mengetahui gambaran kesulitan yang dialami siswa dalam
21 22 23 24 25 26 27
16
Tabel 1. Nilai Tes Awal No. Nilai Belum Responde berhasi n l 001 70 002 40 Belum berhasil 003 35 Belum berhasil 004 40 Belum berhasil 005 55 Belum berhasil 006 75 007 30 Belum berhasil 008 65 Belum berhasil 009 25 Belum berhasil 010 70 011 55 Belum berhasil 012 30 Belum berhasil 013 40 Belum berhasil 014 15 Belum berhasil 015 0 Belum berhasil 016 30 Belum berhasil 017 70 018 45 Belum berhasil 019 20 Belum berhasil 020 35 Belum berhasil 021 30 Belum berhasil 022 55 Belum berhasil 023 35 Belum berhasil 024 30 Belum berhasil 025 30 Belum berhasil 026 70 027 90
Berhasil
Berhasil
Berhasil
Berhasil
Berhasils
Berhasil Berhasil
28
028
0
29
029
50
30
030
50
31 32
031 032
70 50
33
033
45
34
034
55
Jumlah Rata-rata
1420 41,76
menyampaikan konsep pengurangan pecahan berpenyebut sama dan berbeda melalui metode latihan. Dalam metode latihan ini siswa berperan aktif dalam menyelesaikan contoh soal yang telah dibuat oleh peneliti, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan hasil belajar siswa dengan metode latihan adalah sebagai berikut: (1) Memberikan contoh-contoh soal dan penyelesaiannya mengenai penjumlahan pecahan; (2) Meminta siswa untuk mengerjakan soal yang diberikan peneliti dan pembahasan dilakukan secara bergantian, siswa diminta maju kedepan kelas untuk mengerjakannya, hal ini dimaksudkan untuk membuat siswa merasa puas atas nilai yang dicapainya dan sebagai penghargaan atas usahanya sendiri serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan; (3) Peneliti membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan. Setelah pelaksanaan siklus I selesai, siswa diberikan post tes I untuk melihat tidakan yang telah dilakukan dan untuk melihat kesulitan yang masih dialami siswa didalam mempelajari pokok bahasan pengurangan pecahan.
Belum berhasil Belum berhasil Belum berhasil Berhasil Belum berhasil Belum berhasil Belum berhasil 27 79,41%
7 20.59 %
Dari hasil tes awal pada tabel diatas tergambar bahwa dari 34 orang siswa kelas V SD Negeri 101768 Tembung tahun pelajaran 2014/2015, 27 orang siswa atau 79,41% belum mencapai nilai ketuntasan belajar yaitu nilai 70 berarti belum mencapai kompetensi dasar pengurangan pecahan sedangkan telah mencapai ketuntasan yaitu memperoleh nilai 70 sebanyak 7 orang siswa atau 20,59 % saja dengan nilai rata-rata kelas 41,76 % . Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus I Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil diatas, maka peneliti membuat alternatif pemecahan masalah terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, yaitu dengan meneraokan metode latihan. Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah: (a) Melakukan observasi awal untuk menemukan model dan format penerapan tindakan pada siklus I; (b) Menyusun rencana pembelajaran pembelajaran untuk setiap pertemuan yang memuat skenario pembelajaran dengan metode latihan; (c) Menyusun soal-soal latihan pada setiap siklus yaitu siklus I dan II; (d) Menjelaskan materi tentang pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dan berpenyebut berbeda.
Observasi Pada tahap ini peneliti bersama guru kelas melakukan observasi Dengan menggunakan alat bantu lembar observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan terhadap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung yang menggunakan metode latihan. Selama observasi banyak hal yang diperoleh antara lain: (1) Siswa cepat berinteraksi dengan peneliti maupun dengan teman sekelas dan teman yang berlainan kelas dengan mereka; (2) Siswa selalu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh semangat tinggi dan tidak cepat putus asa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru; (3) Pada kegiatan ini dapat dilihat bahwa banyak siswa yang memiliki tingkat inisiatif yang bagus; (4) Pada kegiatan ini ada beberapa siswa masih enggan untuk mengemukakan pendapat; (5) Pada penelitian ini masih ada bebrapa siswa tidak berani untuk bertanya; (6) Pada penelitian ini banyak siswa yang mementingkan bermain daripada mengerjakan tugas yang di berikan guru.
Tindakan Pada tahap ini guru menerapkan metode latihan yang telah dirancang. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan pengembangan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah disusun. Sebelum memulai pelajaran guru memotifasi siswa agar bersemangat untuk mengikuti proses belajar mengajar. Selain itu, peneliti juga 17
Refleksi Berdasarkan ketuntasan belajar siswa tersebut diperoleh hasil ketuntasan klasikal sebesar. Pada siklus ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 20,59 % ( 7 orang) dari hasil per test sebelumnya. Akan tetapi, hasil post test ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai. Oleh karena tu perlu dilakukan kebaikan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelasaikan soal-soal pada pokok bahasan penjumlahan pecahan maka dilanjutkan dengan siklus II. Soal Siklus I … .... ……. − = = 1.
2.
−
3.
−
4.
−
5.
−
6.
−
7.
−
8.
−
9.
−
10. −
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
…… ……. … .... ……. = ……… ……. … .... ……. = …… = ……. … .... ……. = = ……….. ……. … ... ……. = = ……….. ……. … ... ……. = ……….. = ……. … ... ……. = ……….. = ……. … ... ……. = ……….. = ……. … ... ……. = = ……….. ……. … ... ……. = = ……….. …….
=
Tabel 2. Nilai Hasil Siklus I No. Nilai Belum Responden Berhasil 001 65 002 70 003 50 Belum berhasil 004 40 Belum berhasil 005 50 Belum berhasil 006 75 007 40 Belum berhasil 008 65 Belum berhasil 009 40 Belum berhasil 010 65 011 70 012 50 Belum berhasil 013 70 014 40 Belum berhasil 015 40 Belum berhasil
16
016
50
17 18 19
017 018 019
70 65 40
20
020
50
21
021
50
22 23
022 023
70 50
24
024
50
25
025
50
26 27 28
026 027 028
70 90 50
29
029
50
30 31 32 33 34
030 031 032 033 034 Jumlah Rata-rata
80 70 70 65 75 199 5 58,6 7
Belum berhasil Berhasil Berhasil Belum berhasil Belum berhasil Belum berhasil Berhasil Belum berhasil Belum berhasil Belum berhasil Berhasil Berhasil Belum berhasil Belum berhasil
18 52,94 %
Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil 16 47,05%
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa yang berhasil belajar pada siklus I hanya 16 orang atau 47, 05% , sedangkan yang belum tuntas 18 orang atau 52,94% sedangkan nilai rata-rata 58,94 selisih yang berhasil dari tes awal dan Siklus I 26,46 % , untuk itu peneliti melanjutkan ini kesiklus II. Kelas yang di observasi dengan menggunakan lembar observasi adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 101768 Tembung, dan berdasarkan hasil observasi hampir rata-rata keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah untuk tiap indikator yang telah ditetapkan. Dari tabel observasi guru menggunakan metode latihan pada siklus I diatas: (1) Ada 1 indikator guru yang memperoleh nilai D dari 8 indakator yang ada, yaitu pada indikator penggunaan strategi dan waktu pembelajaran; (2) Ada 4 indikator guru yang memperoleh nilai C dari 8 indakator yang ada, yaitu Menjelaskan tujuan pembelajaran, Melibatkan siswa dalam pembelajaran, Penggunaan metode latihan dan Komunikasi dengan siswa. Ada 3 indikator guru yang memperoleh nilai B dari 8 indakator yang ada, yaitu (1)
Berhasil Berhasil Berhasil
Berhasil
Berhasil Berhasil
Berhasil
18
Membuka pelajaran; (2) Memberikan motivasi; (3) Menutup pelajaran. Dari lembar observasi guru pada tabel 5, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru kurang mempungsikan metode latihan pada peroses pembelajaran.
belajar mengajar yang menggunakan metode latihan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti bersama guru kelas diperoleh hasil bahwa siswa semakin aktif dalam menyelesaikan soal-soal yang telah diberikan oleh peneliti. Refleksi Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa: (1) Pada siklus II banyak siswa yang sudah berani maju kedepan kelas untuk mengerjakan soal latihan yangtelah diberikan guru; (2) Siswa sudah mampi menyelesaikan soal-soal pengurangan pecahan dengan baik; (3) Semua siswa sudah mengalami peningkatan bila dilihat dari indikato-indikator yang sudah ditentukan oleh peneliti. Dengan melihat hasil test Siklus II ini, diketahui bahwa siswa telah mencapai keberhasilan belaja secara klasikal, sehingga tidak perlu memerlukan tindakan lagi.
Pelaksanaan & hasil penelitian pada siklus II Perencanaan pembelajaran Dari kesulitan yang dihadapi siswa berdaasarkan analisis data dan observasi yang dilakukan setelah post test I diberikan, maka permasalahan yang dihadapi pada siklus II adalah siswa yang masih belum mampu menyelesaikan pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda. Siklus II upaya yang dilakukan penerapan metode latihan dan latihan soal-soal latihan. Pada siklus II ini, untuk mengatasi kesulitan siswa diadakan latihan mengerjakan soal-soal secara bergantian di depan kelas, peneliti membimbing dan mengarahkan siswa. Tindakan Pada kegiatan ini, tindakan dilakukan peneliti bersama guru kelas dengan menerapkan metode latihan untuk peningkatan hasil belajar siswa pada pengurangan pecahan. Menyampaikan konsep pengurangan pecahan melalui metode latihan untuk peningkatan hasil belajar siswa. Kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan hasil belajar siswa dalam pengurangan pecahan antara lain: (1) Memberikan contoh-contoh soal dan penyelesaiannya mengenai pengurangan pecahan; (2) Meminta siswa untuk mengerjakan soal yang diberikan peneliti dan pembahasan dilakukan secara bergantian, siswa diminta maju kedepan kelas untuk mengerjakannya. Hal ini dimaksudkan untuk membuat siswa merasa puas atas nilai yang dicapainya dan sebagai penghargaan atas usahanya sendiri serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan; (3) Peneliti membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Observasi Pada tahap ini peneliti bersama guru kelas melakukan observasi dengan menggunakan alat bantu lembar observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan siswa selama proses
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
19
Tabel 3. Nilai Hasil Siklus II No. Nilai Belum Responden berhasil 001 90 002 65 003 75 004 75 005 65 006 85 007 80 008 85 009 75
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
010 011 012 013 014 015 016 017 018 019
80 85 75 90 80 70 70 90 85 55
20 21 22 23
020 021 022 023
75 70 85 55
24 25
024 025
75 55
26 27
026 027
80 85
Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
Belum Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Belum Berhasil Berhasil Belum berhasil Berhasil Berhasil
28
028
50
29 30 31 32 33 34
029 030 031 032 033 034
70 80 80 75 75 55
Belum berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil
31 32 33 34
031 032 033 034 Jumlah Rata-rata
70 50 45 55 1420 41,76
70 70 65 75 1995 58,67
80 75 75 55 2490 73,23
Dari daftar nilai di atas, dapat dilihat bahwa banyak nilai siswa dari tes awal 7 orang Jumlah 2490 29 yang mencapai keberhasilan ke siklus I yang Rata -Rata 73,23 85,29% mengalami peningkatan 9 orang sehingga Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa mencapai keberhasilan 16 siswa sedangkan pada siswa yang tuntas belajar pada siklus II ada 29 siklus II sudah mencapai keberhasilan hanya 29 orang atau 85,29%, sedangkan ada 4 orang atau siswa yang belum mencapai keberhasilan 5 orang sekitar 14,71%belum berhasil. Jadi siswa jadi peningkatan ada 13 orang . Dari hasil observasi pada siklus II diatas tersebut secara klasikal sudah mengalami dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas peningkatan keberhasilan maupun nilainya. IV berdasarkan indikator yang telah ditentukan dapat dikatakan cukup memadai, hal ini dapat Paparan Keseluruhan Hasil Penelitian Untuk memperjelas hasil penelitian ini diliha t dari: (1) Pada indikator aktif dalam maka keseluruhan data yang diperoleh yang kegiatan pembelajaran pada siklus I hanya 16 berkaitan dengan hasil test awal, siklus I, siklus orang (47,05%) meningkat menjadi 29 orang II dan hasil serta hasil observasi siklus I dan II, (85,29%); (2) Pada indikator bertanya kepada secara menyeluruh akan digambarkan pada tabel guru pada siklus I hanya 17 orang (50 %) meningkat menjadi 26 orang (76,47 %); (3) Pada berikut: indikator bertanggung jawab atas tugas yang Tabel 4. diberikan pada siklius I hanya 20 orang (58,82 Nilai Hasil Keseluruhan Siswa No No. Nilai Test Nilai Nilai %) meningkat menjadi 28 orang (82,35 %); (4) Responde Awal Siklus I Siklus Pada indikator selalu menyelesaikan soal-soal n II lebih cepat pada siklus I hany 23 orang (67,64 1 001 70 65 90 %) meningkat menjadi 26 orang (76, 47 %); (5) 2 002 40 70 65 Pada indikator aktif dalam menyelesaikan soal3 003 35 50 75 4 004 40 40 75 soal di depan kelas atau soal latihan pada siklus I 5 005 55 50 65 hanya 18 orang (52,94 %) meningkat menjadi 25 6 006 75 75 85 orang (73,52 %); (6) Pada indikator memiliki 7 007 30 40 80 semangat yang tinggi pada siklus I hanya 24 8 008 65 65 85 orang (70,58%) meningkat menjadi 28 orang 9 009 25 40 75 (82,35 %); (7) Pada indikator memiliki usaha 10 010 70 65 80 11 011 55 70 85 yang menonjol pada siklus I hanya 18 orang 12 012 30 50 75 (52,94%) meningkat menjadi 28 orang (82,35 13 013 40 70 90 %); (8) Pada indikator tidak menyelesaikan tugas 14 014 15 40 80 dengan setengah-setengah pada siklus I hanya 22 15 015 0 40 70 orang (64, 70 %) meningkat menjadi 12 orang 16 016 30 50 70 (35, 29 %). 17 017 70 70 90 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030
45 20 35 30 55 35 30 30 70 90 0 50 50
Belum berhasil 5 14,71%
65 40 50 50 70 50 50 50 70 90 50 50 80
85 55 75 70 85 55 75 55 80 85 50 70 80
Tabel 5. Hasil Keseluruhan Observasi Guru Siklus I dan II No Indikator Siklus I Siklus II A B C D A B C D 1 Membuka V V pelajaran 2 Menjelaskan V V tujuan pembelajaran 3 Memberikan V V motifasi 4 Penggunaan V V
20
5
6
7 8
strategi dan wakatu pembelajaran Melibatkan siswa dalam pembelajaran Penggunaan metode latihan pada penjumlahan pecahan Komunikasi dengan siswa Menutup pelajaran
V
V
V
V
V V
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan yang terjadi pada indikator menyelesaikan soal-soal didepan kelas dan soal latihan dikarenakan guru memberikan kesempatan untuk penerapan aktif pada saat proses belajar mengajar. Penigkatan itu juga terjadi pada indicator bertanya dan lebih cepat menyelesaikan soalsoal, ini dikarenakan setiap siswa diberikan kesempatan muntuk memberikan pendapat pada saat guru bertanya kepada siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk memeriksa hasil kerja temannya yang dikerjakan didepan kelas, sehingga mereka saling berinteraksi satu sama lain. Faktor penghambat pada penelitian ini adalah masih belum siapnya siswa menghadapi situasi pembelajaran yang baru diterapkan oleh peneliti baik itu dalam mengemukakan ide dan mendengarkan instruksi yang diberikan oleh peneliti dan kurang siapnya peneliti menghadapi situasi baru. Faktor pendukung selama penelitian ini berlangsung adalah siswa memiliki kemauan yang kuat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan beradaptasi dengan peneliti dan masih banyak siswa senang dalam mengikuti pembelajaran.
V V
Dari tabel hasil observasi guru siklus I dan II terjadi peningkatan yang cukup baik pada setiap indikator yang telah ditentukan peneliti oleh peneliti. Dengan menggunakan metode latihan pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan penjulahan pecahan pada siswa kelas V SDN.101768 Tembung, maka hasil belajar mengalami perubahan. Untuk menunjukkan perubahan tersebut, berikut disajikan pada Tabel 6. Kegiatan Siswa Yang Belum Berhasil Dan Berhasil N Kegiata N Belum Berhasil x o n berhasil N % N % 1 Sebelum 34 100% 27 79,41 7 20,0 siklus 5% 2 Siklus I 34 100% 18 52,94 16 47,0 5% 3 Siklus II 34 100% 5 14,71 29 85,2 9%
SIMPULAN Dari hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan metode latihan pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan pengurangan pecahan dikelas V SDN. 101768 Tembung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Hasil belajar siswa dengan metode latihan pada kelas V tes awal kesiklus I dengan menerapkan metode latihan pada pembelajaran matematika diperoleh tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 47,05 %. Terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 26,46 % dari hasil pre tes; (2) Dari hasil pembelajaran matematika dalam pengurangan pemecahan pada kelas V pada siklus II dengan menerangkan pembelajaran dengan menggunakan metode latihan diperoleh tingkat ketuntasan belajar sebesar 85,29 %. Terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 38,24 % dari hasil siklus I. Dari hasil belajar siswa dengan metode latihan pada pembelajaran matematika pengurangan pecahan pada kelas V pada siklus I dan siklus II dapat dikatakan meningkat (sangat baik).
Dari tabel diatas maka dapat digambarkan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut: Pembahasan Berdasarkan hasil temuan pada tindakan ini, bahwa hasil belajar melalui penggunaan metode sebelum tindakan tes awal yang berhasil adalah 7 orang (20,59 %), meningkat pada siklus I menjadi 16 orang (47,05 %) dan setelah siklus II dilaksanakan tindakan menjadi 29 orang (85,29 %). Hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklus II meningkat 38,24 %. Hal ini didukung oleh keaktifan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung,aktif dalam menyelesaikan sal-soal, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, antusias terhadap pelajaran dan memiliki motifasi yang tinggi. Dari hasil observasi diatas dapat dilihat bahwa semua indikator yang ada telah 21
Russefendi, E.T. dkk 1987. Pembelajaran Matematika 3. Jakarta : Depdikbud ,. 1992. Pembelajaran Matematika 3. Jakarta Depdikbud. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta : RINEKA CIPTA Sidjana, Nana. 2008 Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya Surya Subroto, B. 1996. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta
DAFTAR RUJUKAN Bundu, Patta. 2006. Penilaian keterampilan proses dan sikap ilmiyah dalam pembelajaran. Jakarta : Rineka cipta Djamarah, Bahri, Syaiful. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: rineka Cipta ,. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. ,. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka cipta
22