JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume x Edisi 2, Juli 2015
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN KELAS IV SEKOLAH DASAR KABUPATEN TANAH TIDUNG Lucky Susilo Mahasiswa 2 Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Jakarta luckysusilo@gmail Abstract: This research is to improve student learning outcomes of civic education about the hero. This research was conducted in SDN Sesayap Tana Tidung, with 23 students as research subjects. This research is an action using Kemmis and McTaggart models in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The results showed an increase in student learning outcomes of civic education, the hero mainly about understanding the meaning and involve symbols in understanding Pancasila Pancasila principles completely. This was evidenced by the increase in student learning outcomes Civics of my heroes from the 50% of students complete with the average score was 69 in the first cycle, increased to 80% of students complete with the average score was 77 in the second cycle. Activities of teachers and students through role playing method attained mastery learning (100%) at the end of the cycle. The conclusion of this study indicate that the use of methods Role Playing makes the students more active in learning appropriate to their developmental age. Keywords: The Students’ Study Result Of Civic Education, Role Playing Method Action Research Abstrak: Penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa dari pendidikan kewarganegaraan tentang pahlawan . Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tana Tidung, dengan 23 siswa sebagai subyek penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan menggunakan Kemmis dan model McTaggart dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, bertindak, observasi, dan refleksi. Hasilnya menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dari pendidikan kewarganegaraan, tentang pahlawan terutama tentang pemahaman makna dan melibatkan simbol prinsip pancasila dalam memahami pancasila benar-benar. Hal itu dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa PKn tentang pahlawan saya dari 50% siswa lengkap dengan skor rata-rata adalah 69 pada siklus I, meningkat menjadi 80% siswa lengkap dengan skor rata-rata adalah 77 pada siklus kedua. Kegiatan guru dan siswa melalui metode Role Playing dicapai belajar penguasaan (100%) pada akhir siklus. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode Role Playing membuat siswa lebih aktif dalam belajar yang sesuai dengan perkembangan usia mereka. Kata kunci: Pendidikan Kewarganegaraan, Role Playing Metode, Penelitian Tindakan
24
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
Pendidikan harus mampu melakukan proses
sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi
pematangan kualitas peserta didik yang
pendengar yang baik, 2) dapat menerapkan
dikembangkan dengan cara membebaskan
pembelajaran
peserta
ketidaktahuan,
memahami siswanya (kebutuhan, potensi,
ketidakberdayaan,
minat, karakteristik kepribadian dan latar
ketidakbenaran dan dari buruknya akhlak
belakangnya, 3) lebih banyak memberikan
dan keimanan. Oleh karena itu, pendidikan
komentar dan umpan balik yang positif dari
mulai
pada yang negatif, 4) dapat menghargai dan
didik
dari
ketidakmampuan,
menyentuh
manusia
sejak
dini
termasuk di pendidikan sekolah dasar.
individual
dan
dapat
menghormati setiap pemikiran, pendapat
Harapan dari penerapan pembelajaran
dan keputusan setiap siswanya, 5) dapat
Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
menjadi penolong yang bisa diandalkan dan
yaitu menekankan pada unsur pendidikan
memberikan
dan karakteristik peserta didik. Penekanan
siswanya.
pembelajarannya bukan sebatas pada upaya
perkembangan
memberikan sejumlah konsep yang besifat
usianya. Dalam hal ini, guru perlu memberi
hafalan semata bagi peserta didik, tetapi
kesempatan
lebih menekankan bagaimana siswa dapat
berpartisipasi
menghargai
dalam
mengajar, menguatkan upaya siswa untuk
keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang
memelihara ketertiban dalam proses belajar
Maha Esa di lingkungan rumah, sekolah dan
mengajar dan memperhatikan aspek efektif
masyarakat serta menunujukkan perilaku,
murid.
disiplin, tanggung jawab, percaya diri,
memperhatikan
berani mengakui kesalahan, meminta maaf
digunakan pada setiap mengajar diseuaikan
dan memberi maaf, sebagai perwujudan nilai
dengan materi yang akan disampaikan, tidak
dan moral pancasila.
terpaku pada satu metode.
Dalam
kebersamaan
proses
kepercayaan Guru
Guru
harus
psikologi
terhadap memahami
siswa
sesuai
kepada
siswa
untuk
dalam
proses
belajar
yang kreatif pasti metode
yang
akan akan
melaksanakan
Dalam kenyataan di lapangan, peneliti
pembelajaran Pendidikan pancasila dan
masih banyak menemui gaya mengajar yang
kewarganegaraan yang baik, guru harus: 1)
monoton satu arah tanpa ada interaksi yang
dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian
hidup. Guru hanya menggunakan metode
seperti empatik, peduli terhadap siswa,
yang umum yaitu duduk, dengar, catat, dan 25
Peningkatan hasil belajar PKn Lukcy Susilo
hafal.
Metode
cendrung
yang
satu
digunakan
guru
dan
hanya
arah
sekolah
tempat
penekanan
pada
mengembangkan satu aspek pembelajaran
peningkatan
yaitu kognitif. Kondisi penggunaan metode
pembelajaran.
tersebut di atas pada akhirnya menyebabkan
ia
mengajar
dengan
penyempurnaan
proses
dan
atau praktis
Ekawarna (2011:4) berpendapat PTK
tujuan pada pelajaran tidak tercapai secara
pada
optimal. Dari hasil belajar siswa pun
karakteristik atau ciri-ciri yaitu : 1) Bersifat
ditemukan fakta bahwa sebagian siswa
siklus atau berulang, artinya dalam PTK
masih belum mampu memenuhi kriteria
terdapat siklus-siklus atau perulangan mulai
minimal yang ditetapkan.
dari
Dari
pengamatan
memiliki
perencanaan,
pemberian
sejumlah
tindakan,
dilakukan
pengamatan dan refleksi, sebagai prosedur
peneliti pada siswa kelas IV SD Negeri 009
baku PTK, 2) Bersifat jangka panjang atau
Sesayap Kabupaten Tana Tidung diketahui
longitudinal, artinya PTK harus berlansung
bahwa
menyenangi
dalam jangka waktu lama misalnya 2-3
pembelajaran Pendidikan pancasila dan
bulan secara kontinu untuk memperoleh data
kewarganegaraan,
yang diperlukan, 3) Bersifat particular-
siswa
bersemangat
dan
yang
dasarnya
kurang
siswa kurang
kurang siap
dalam
spesifik,
jadi
bermaksud
melakukan
mengikuti pelajaran karena dijejali dengan
generalisasi dalam rangka menguji atau
sekumpulan
tanpa
menemukan
yang
partisipatoris, dalam arti guru sebagai
dimilikinya. Selain itu siswa hanya menjadi
peneliti sekaligus pelaku perubahan dan
pendengar
hal-hal
sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru
penting yang tertera dalam buku pelajaran
berperang ganda yakni sebagai orang yang
tanpa
meneliti sekaligus yang diteliti, 5) Bersifat
fakta
menggunakan
setia
mengerti
dan
konsep
pengetahuan
dan
mencatat
penggunaannya
dalam
kehidupan kesehariannya.
teori-teori,
4)
Bersifat
emik bukan etika artinya PTK memandang
Suharsimi Arikunto dkk (2013:57),
pembelajaran menurut sudut pandang orang
mengemukakan Penelitian Tindakan Kelas
dalam yang tidak berjarak dengan peneliti,
merupakan penelitian yang dilakukan oleh
bukan menurut sudut pandang orang luar
guru, bekerja sama dengan peneliti (atau
yang berjarak dengan hal yang diteliti, 6)
dilakukan oleh guru sendiri yang juga
Bersifat kaloboratif dan kooperatif, artinya
bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di
dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja 26
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
sama atau kerja bersamaantar peneliti
masalah pembelajaran dan pendidikan di
(guru/dosen) dan pihak lain demi keabsahan
dalam dan di luar kelas, c) meningkatkan
dan tercapainya tujuan penelitian, 7) Bersifat
sikap professional pendidik dan tenaga
kausistik, artinya PTK menggarap kasus-
kependidikan, d) menumbuh kembangkan
kasus
dalam
budaya akademik di lingkungan sekolah
pembelajaran yang sifatnya nyata dan
sehingga tercipta sikap proaktif di dalam
terjangkau oleh guru, menggarap masalah-
melakukan perbaikan mutu pendidikan dan
masalah, yang memiliki urgensi tinggi, 8)
pembelajaran
Menggunakan
(sustainable).
spesifik
atau
khusus
konteks
alamiah
kelas,
secara
berkelanjutan
artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan
Istilah yang sering digunakan selain
PTK tidak perlu manipulasi atau direkayasa
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
demi
adalah
kebutuhan,
tercapainya
kepentingan
tujuan
penelitian,
dan 9)
civics.
Sumantri
(2001:281)
merumuskan pengertian Civics sebagai ilmu
Mengutamakan adanya kecukupan data yang
kewarganegaraan
diperlukan
hubungan manusia dengan: (a) perkumpulan
untuk
penelitian, (keterwakilan
mencapai
bukan
tujuan
kerepresentasifan
(organisasi
sosial,
organisasi ekonomi, dan organisasi politik);
kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut
dan (b) individu dengan negara. Istilah lain
penggunaan statistik yang sederhana, bukan
yang hampir sama maknanya dengan civics
yang
adalah
10)
sampel
terorganisir
membicarakan
secara
rumit,
jumlah)
yang
yang
Bermaksud
merubah
citizenship.
Pendidikan
kenyataan dan situasi pembelajaran menjadi
Kewarganegaraan merupakan satu dari lima
lebih baik dan memenuhi harapan, bukan
tradisi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
bermaksud membangun teori dan menguji
yaitu Citizenship tranmission, saat ini sudah
hipotesis.
berkembang menjadi tiga aspek Pendidikan
Menurut Arikunto (2013:61). Tujuan
Kewarganegaraan (citizenship education),
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara
yaitu aspek akademis, aspek kurikuler dan
lain: a) meningkatkan mutu isi, masukan,
aspek
proses,
dan
Kewarganegaraan secara akademis dapat
pembelajaran di sekolah, b) membantu guru
didefinisikan sebagai suatu bidang kajian
dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi
yang memusatkan telaahannya pada seluruh
serta
hasil
pendidikan
27
sosial
budaya.
Pendidikan
Peningkatan hasil belajar PKn Lukcy Susilo
dimensi
psikologis
dan
sosial
kewarganegaraan individu. (2004:6-8)
juga
budaya
masing-masing peran tersebut kemudian
Malik Fajar
memberikan saran atau alternatif.
mengemukakanbahwa
Pendidikan
Kewarganegaraan
wahana
untuk
kemampuan,
watak
warganegara
yang
Hal yang penting dalam role play
sebagai
adalah seorang anak dapat mengembangkan
mengembangkan
potensi spiritual, emosional, intelektual,
dan
sosial, bahasa dan juga fisiknya. Role play
karakter
demokratis
dan
(2012:180) adalah bentuk permainan dimana
Pendidikan
seorang anak dapat menjadi apa saja yang
Kewarganegaraan memiliki peranan yang
memiliki seperangkat prilaku tertentu yang
amat penting.
unik, seperti guru, orang tua, tokoh-tokoh
bertanggungjawab,
Uno (2007:26) mengemukakan bahwa bermain
peran
pembelajaran
merupakan
yang
masyarakat dan sebagainya.
metode
bertujuan
Hamalik (2002:215) membagi tahap-
untuk
tahap
pelaksanaan
pembelajaran
Role
membantu siswa menentukan makna diri
Playing menjadi empat bagian, dijelaskan
(jati diri) di dunia sosial dan memecahkan
sebagai berikut :
dilema dengan bantuan kelompok, yang
a) Menyusun
atinya melalui bermain peran siswa belajar
rancangan
tindakan
perencanaan (planning)
menggunakan konsep peran, menyadari
Peneliti
menyiapkan
situasi-situasi
adanya peran-peran yang berbeda dan
masalah yang bisa dijadikan sosiodrama
memikirkan perilaku dirinya dan perilaku
yang menitikberatkan pada jenis peran,
orang lain. Prosedur pembelajaran melalui
masalah
bermain
kualitas
pentingnya bagi siswa. Keseluruhan situasi
permainan peran (enacment) yang diikuti
harus dijelaskan, yang meliputi deskripsi
analisis terhadapnya.
tentang keadaan peristiwa, individu-individu
peran
tergantung
dan
situasi
familier,
serta
Role Play pada prinsipnya merupakan
yang dilibatkan dan posisi-posisi dasar yang
metode untuk menghadirkan peran yang ada
diambil oleh pelaku khusus. Latihan-latihan
dalam
ini dirancang untuk menyiapkan siswa dan
dunia
nyata
kedalam
suatu
pertunjukan peran di dalam kelas yang dapat
membantu
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
imajinasinya,
dapat
kekompakan kelompok dan interaksi.
memberikan
penilaian,
misalnya
menilai keunggulan maupun kelemahan 28
mereka dan
mengembangkan untuk
membentuk
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
b) Perencanaan
tindakan
pelaksanaan
diperkenankan memberi komentar tentang
(acting)
bermain peran yang telah dilaksanakan,
Pada tahap ini para siswa mulai
misalnya tentang makna bermain peran bagi
beraksi secara spontan, sesuai dengan peran
mereka, cara-cara yang telah dilakukan
masing-masing.
selam
Mereka
berusaha
bermain
peran,
dan
cara-cara
memainkan setiap peran seperti benar-benar
meningkatkan efektivitas bermain peran
dialaminya. Pemeran dapat berhenti apabila
selanjutnya.
ada siswa telah merasa cukup, dan apa yang
Penelitian
yang
dilakukan
adalah
seharusnya mereka perankan telah dicoba
penelitian tindakan (action research) dengan
lakukan. Adakalanya para siswa keasyikan
model Kemmis and Mc.Taggart, dimana
bermain peran sehingga tanpa disadari telah
alternatif tindakan yang dipilih adalah
memakan waktu yang telalu lama. Dalam
metode pembelajaran Role Playing, sebagai
hal ini peneliti perlu menilai kapan bermain
upaya untuk meningkatkan hasil belajar
peran
siswa
dihentikan.
Pemeranan
dapat
tentang
pahlawanku.
Metode
dihentikan pada saat terjadi pertentangan
pembelajaran role playing dirancang untuk
agar memancing permasalahan untuk di
memperbaiki
diskusikan.
pembelajaran terintegrasi dan kontekstual,
c) Pengamatan (observing)
khususnya dalam upaya untuk meningkatkan
dan
menghasilkan
Pada bagian pengamatan ini dilakukan
hasil belajar tentang pahlawankupada siswa
oleh pengamat, kegiatan ini berangsung
kelas IV SDNegeri 009 Sesayap Kabupaten
pada saat acting dilakukan. Pengamat
Tana Tidung.
bertugas mengamati setiap karakter secara saksama yang diperankan dan berupaya
METODE
menanggapi tujuan dari bermain peran dan
Tujuan penelitian tindakan kelas ini
analisis pendapat.
adalah untuk memperoleh data empirik
d) Tindakan refleksi (reflecting)
tentang peningkatan hasil belajar pendidikan
Siswa memberikan keterangan, baik
pancasila dan kewarganegaraan tentang
secara tertulis maupun dalam kegiatan
pahlawanku
diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil
playingpada siswa kelas IV SDN 009
yang dicapai dalam bermain peran. Siswa
Sesayap Kabupaten Tana Tidung. 29
melalui
metode
role
Peningkatan hasil belajar PKn Lukcy Susilo
Penelitian ini merupakan penelitian
persiapan materi pelajaran serta media/alat
tindakan kelas (classroom action research).
pembelajaran yang diperlukan, pembuatan
Desain intervensi tindakan/rancangan siklus
kisi-kisi instrumen observasi tindakan, dan
dalam penelitian ini menggunakan model
kisi-kisi instrumen hasil belajar siswa
Kemmis
tentang pahlawanku.
dan
Mc.Taggart,
dengan
menggunakan sistem spiral yang dimulai dari
perencanaan
(planning),
Adapun
tindakan
perencanaan
khusus
disesuaikan dengan jadwal pembelajaran
(acting), pengamatan (observing), refleksi
dan
(reflecting),
ke
tindakan. Dalam hal ini peneliti membuat
perencanaan kembali (replanning) sebagai
rencana pembelajaran sesuai Kurikulum
dasar untuk strategi pemecahan masalah.
yang
dan
Penelitian
dilanjutkan
tindakan
ini
lagi
disusun
dalam
berlaku,
tiap
pelaksanaan
menyiapkan
media
dilakukan
pembelajaran yang diperlukan pada setiap
melalui dua siklus, yang disesuaikan dengan
pelaksanaan tindakan, menyiapkan lembar
kondisi dan hasil refleksi ketercapaian
observasi tindakan dan instrumen evaluasi
peningkatan yang diharapkan pada siklus
hasil belajar siswa tentang pahlawanku, serta
sebelumnya, sesuai dengan tindakan yang
pengumpulan data lainnya berkaitan dengan
dilakukan. Pada siklus pertama belum
penelitian ini.
berhasil, maka dilanjutkan
pada siklus
Tahapan
berikutnya. Pada
pelaksanaan
tindakan
merupakan realisasi tindakan pada dasarnya tahapperencanaan
tindakan
disesuaikan dengan setting tindakan yang
yang meliputi perencanaan umum dan
telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan
perencanaan khusus. Perencanaan umum
pembelajaran (RPP). Tindakan dilaksanakan
meliputi perencanaan waktu pelaksanaan
sejalan dengan langkah-langkah metode
penelitian yang akan dilakukan selama
pembelajaran
kurang
Peneliti
direncanakan, untuk meningkatkan hasil
kepala
belajar siswa tentang pahlawanku. Penelitian
sekolah untuk konsultasi, dan pertemuan
tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus,
dengan
masing-masing siklus dilakukan 2 kali
lebih
mengadakan
dua
pertemuan
rekan
sejawat
mendiskusikan pelaksanaan
bulan. dengan
peneliti
untuk
langkah-langkah penelitian.
Selain
role
playing
yang
tindakan dengan alokasi waktu
itu
telah
1 kali
tindakan adalah 2 x 35 menit sesuai dengan
direncanakan pengaturan kondisi kelas,
program pembelajaran. 30
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
Instrumen pengumpulan data yang
yang diperlukan dalam penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan penilaian terhadap
dijaring secara lengkap dan akurat. Selain
kegiatan proses dan hasil belajar siswa
itu peneliti mencatat semua peristiwa atau
adalah
hal yang terjadi di kelas selama proses
menggunakan
instrumen
pengumpulan data yang telah dipersiapkan,
pembelajaran berlangsung.
seperti tes hasil belajar Pendidikan Pancasila
Tahapan refleksi tindakan merupakan
dan Kewarganegaraan dan berupa lembar
upaya mengkaji secara menyeluruh tindakan
observasi/pengamatan ketika menjalankan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang
metode role playing (bermain peran). Oleh
telah
sebab itu teknik penilaian yang digunakan
evaluasi untuk menyempurnakan tindakan
disesuaikan dengan objek yang dinilai dan
berikutnya. Tahapan ini yang dilakukan oleh
disesuaikan dengan tujuan penilaian. Untuk
peneliti dan kolaborator setelah pelaksanaan
menilai aktivitas proses dan hasil belajar
tindakan. Kegiatan refleksi dilakukan secara
siswa, teknik penilaian yang dipergunakan
kolaboratif, dengan mendiskusikan hasil
adalah dengan mengumpulkan data dengan
analisis lembar observasi, catatan lapangan,
menggunakan tes hasil belajar berupa tes
serta faktor penyebab permasalahan lainnya
soal uraian serta lembar penilaian berupa
yang terjadi selama pembelajaran di kelas.
lembar observasi/pengamatan.
Hasil refleksi ini menjadi acuan revisi untuk
Kegiatan
observasi
(observing)
terkumpul,
menentukan
dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kemudian
melakukan
perencanaan
kembali
(replanning) pada siklus berikutnya.
tindakan yang bertujuan untuk mengenali,
Peneliti dan kolaborator mengevaluasi
merekam dan mendokumentasikan proses
kekurangan atau kelemahan serta kemajuan-
pembelajaran
berkenaan
kemajuan yang diperoleh guru dan siswa.
dengan kegiatan guru dan siswa selama
Selain itu dalam kegiatan refleksi, dilakukan
tindakan dilakukan. Observer mengamati
juga perbandingan antara hasil belajar siswa
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
tentang tema pahlawanku, sebelum dan
menggunakan lembar observasi aktivitas
sesudah diberikan tindakan. Apabila belum
guru dan siswa, sambil merekam atau
terjadi peningkatan hasil belajar siswa, maka
mendokumentasikannya. Hasil rekaman dan
penelitian
dokumentasi penting dilakukan agar data
berikutnya.
yang
terjadi,
31
dilanjutkan Setelah
pada
siklus
beberapa
siklus
Peningkatan hasil belajar PKn Lukcy Susilo
dilakukan dan telah terjadi peningkatan hasil
kemudian menjadi 44,44%. Hasil pada
belajar, tentang tema pahlawanku sesuai
siklus I pertemuan pertama lembar observasi
dengan kriteria yang akan dicapai, maka
siswa dalam pembelajaran role playing
peneliti dapat mengakhiri penelitian.
mencapai 44,44% dan kemudian menjadi
Selanjutnya pada siklus berikutnya
76,92%.
Peningkatan
ini
menunjukkan
dilaksanakan berdasarkan analisis data hasil
bahwa metode role playing yang diterapkan
observasi, pemaknaan data hasil observasi,
pada
penjelasan hasil analisis dan kesimpulan
membuat
mengenai presentase teratasi atau tidaknya
keberhasilan
permasalahan dalam pembelajaran, serta
pembelajarannya.
faktor-faktor
lainnya
yang
proses
pembelajaran
perubahan
ini
dapat
yang cukup bagi
guru
dalam
proses
menjadi
Selanjutnya pada hasil instrumen tes
petimbangan belum tercapainya target dalam
siklus I dengan presentase ketuntasan belajar
penelitian ini.
adalah
50%,
memahami
makna
dan
keterkaitan simbol-simbol sila pancasila dalam memahami pancasila secara utuh
HASIL Dilihat dari hasil analisis data selama
melalui metode role playingyaitu 6 siswa
tindakan mulai siklus I sampai siklus II
mendapat nilai 50-59 (20%), 9 siswa
terlihat adanya peningkatan dari semua data
mendapat nilai 60-69 (30%), 9 siswa
yang diambil. Data tes berupa skor dalam
mendapat nilai 70-79 (30%), 5 siswa
memahami makna dan keterkaitan simbol-
mendapat nilai 80-89 (16,67%), 1 siswa
simbol sila pancasila dalam memahami
mendapat nilai 90-100 (3,33%).
pancasila secara utuh melalui metode role
Hal ini masih menunjukkan bahwa
playingmangalami peningkatan, dan hasil
keberhasilan siswa dalam mencapai mata
analisisnya dapat dilihat pada perkembangan
pelajaran PKn masih jauh dari harapan.
hasil yang dicapai mulai dari siklus I
Untuk
meliputi data hasil observasi yang diperoleh
memahami makna dan keterkaitan simbol-
dari lembar observasi tindakan guru dan
simbol sila pancasila dalam memahami
siswa.
pancasila secara utuh melalui metode role
Hasil pada siklus I pertemuan pertama
meningkatkan
kemampuan
playing, maka siswa dilatih untuk lebih aktif
lembar observasi guru dalam pembelajaran
dan menghayati pemeranannya
role
permainan role playing. Selain siswa dilatih
playing
mencapai
33,33%
dan 32
dalam
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
untuk berdiskusi dengan kelompoknya dan
observasi siswa dalam pembelajaran role
bekerja
playing mencapai 66,66% dan kemudian
sama
untuk
salingmemperbaiki
pemeranannya dalam permainan tersebut.
menjadi
Pada tindakan siklus I ini siswa belum
menunjukkan bahwa metode role playing
terbiasa bermain peran dalam berdiskusi
yang diterapkan pada proses pembelajaran
dengan
ini dapat membuat perubahan yang cukup
teman
lainnya
dengan
satu
100%.
kelompok sehingga mereka kelihatannya
bagi
keberhasilan
masih bingung. Dengan demikian hasil dari
pembelajarannya.
Peningkatan
guru
dalam
ini
proses
proses pembelajaran dan hasil tes pada
Selanjutnya pada hasil instrumen tes
siklus I ini masih jauh dari target yang
siklus II dengan presentase ketuntasan 80%,
diharapkan pada penelitian ini.
memahami makna dan keterkaitan simbol-
Selanjutnya pada siklus II, siswa
simbol sila pancasila dalam memahami
diberikan motivasi dalam meningkatkan
pancasila secara utuh melalui metode role
pemeranannya
role
playingyaitu 3 siswa mendapat nilai 50-59
playing dan memberikan latihan yang
(10%), 3 siswa mendapat nilai 60-69 (10%),
maksimal
6 siswa mendapat nilai 70-79 (20%), 15
masing
dalam
terhadap pemeran.
permainan
kelompok Setiap
masing-
kelompok
di
siswa mendapat nilai 80-89 (50%), 1 siswa
berikan motivasi hadiah berupa buku bacaan
mendapat nilai 90-100 (33,33%).
dan alat-alat tulis bagi kelompok yang
Dengan demikian hasil yang telah
tampil lebih bagus dari siklus sebelumnya
meningkat secara signifikan pada siklus II
yakni siklus I. Dengan adanya pemberian
ini sebagaimana harapan peneliti telah
hadiah ini siswa berlomba-lomba untuk
tercapai,
tampil lebih bagus dan penuh semangat.
dilanjutkan lagi karena telah mencapai hasil
Dengan demikian hasil yang diperoleh pada
yang diharapkan. Namun terdapat 6 siswa
siklus II meningkat.
tidak tuntas karena mencapai nilai yang
Hasil
pada
siklus
II
pertemuan
maka
PEMBAHASAN
pembelajaran role playing mencapai 66,66% dan kemudian menjadi 100%. Hasil pada II
pertemuan
pertama
ini
dicapai pada siklus II di bawah KKM.
pertama lembar observasi guru dalam
siklus
penelitian
lembar
KESIMPULAN 33
tidak
Peningkatan hasil belajar PKn Lukcy Susilo
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
pembelajaran
sehingga
mengurangi
tentang peningkatan hasil belajar PKn
kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran.
melalui metode role playing pada siklus I
Dalam pembelajaran perlu diberikan reward
dan siklus II menghasilkan kesimpulan
atas
sebagai berikut:
berhasil sebagai motivasi bagi siswa lainnya
Peningkatan kemampuan memahami
penghargaan
kepada
siswa
yang
untuk meningkatkan hasil belajar yang
makna dan keterkaitan simbol-simbol sila
dikehendaki.
pancasila dalam memahami pancasila secara
Hasil belajar siswa dari siklus I dan
utuh melalui metode role playingdengan
siklus II meningkat secara signifikan dengan
meningkatkan pemahaman dan penghayatan
KKM 70. Hasil siklus I dari 30 siswa hanya
siswa
15 orang yang dinyatakan lulus, dengan
terhadap
perannya
dalam
pembelajaran.
rata-rata
kelas
69
presentase
50%.
Hasil observasi menunjukkan bahwa
Kemudian perbaikan pembelajaran metode
simulasi tentang kemampuan memahami
role playing dilanjutkan pada siklus II
makna dan keterkaitan simbol-simbol sila
dengan rata-rata kelas 77 presentase 80%
pancasila dalam memahami pancasila secara
mengalami peningkatan dari siklus I. Dari
utuh melalui metode role playingdengan
jumlah 30 orang hanya 6 orang siswa yang
meningkatkan kemampuan siswa dalam
tidak tuntas.
memimpin, membuat keputusan yang dapat DAFTAR PUSTAKA
diterima oleh teman lainnya, mengaktifkan
Ahmadi, Khoiru, Sofan Amri, Hendro Ari
siswa dalam diskusi kelompok, menerima dan
menghargai
perbedaan
Setyono dan Tatik Elisah. Strategi
pendapat,
Pembelajaran
melakukan musyawarah untuk mencapai
tugas
yang
Arikunto, Suharsimi.Dasar-dasar Evaluasi
diembankan,
Pendidikan. Jakarta: Bumi Askara,
meningkatkan persahabatan dan kerjasama
2013.
yang baik antar sesama siswa dalam
Ekawarna.
kelompok dan saling membantu untuk
meningkatkan
role
kegairahan
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Jakarta: Gaung Persada Perss, 2011.
pelaksanaan hasil keputusan. Pembelajaran
KTSP.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013
mufakat, meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap
Berorientasi
playing
dapat
siswa
dalam
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Askara, 2010.
34
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 6 Edisi 1 Mei 2015
Mulyasa,
E.
Manajemen
Pendidikan
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta:
Karakter. Jakarta: PT Bumi Askara,
Bumi Askara, 2007.
2012. Fajar,
Sumantri.Pendidikan
Malik.Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia,
Grasindo,2001.
2004. Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
35
Pancasila
dan
(Civic).Jakarta: