JRR Tahun 23, No.2, Desember 2014 89-105
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING Oleh: Kasmanto SLB Negeri Surakarta e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA dan aktivitas kelas melalui Model Quantum Learning pada kompetensi dasar ”mengidentifikasi berbagai gerak benda melalalui percobaan” pada siswa Kelas VI/C SLB Negeri Surakarta. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI/C (Tunagrahita) SLB Negeri Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan 2 siklus. Tiap siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus pertama sebagai pelaksanaan tindakan dan siklus kedua sebagai perbaikan. Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar IPA dan aktivitas kelas kurang hidup. Rendahnya hasil belajar siswa ditandai nilai anak di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Aktivitas kelas kurang hidup ditandai siswa pasif, adanya model pembelajaran kuantum dalam pembelajaran diharapkan hasil belajar anak akan meningkat. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menerapkan model Quantum Learning dalam pembelajaran. Quantum learning adalah rancangan pembelajaran yang mengaktifkan dan menyenangkan siswa, lebih dikenal dengan istilah TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan dan Rayakan). Setelah langkah-langkah dilaksanakan dalam pembelajaran, maka hasil belajar IPA meningkat dan aktivitas kelas lebih hidup. Kata Kunci: quantum learning, kriteria ketuntasan minimal, tandur
meningkatkan kualitas pembelajaran yang
PENDAHULUAN
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
dijalankan.
merupakan satuan pendidikan dasar yang
Jika kualitas pembelajaran baik maka
bertujuan untuk meletakkan dasar dalam
hasil belajar siswa akan mencapai kriteria
kemampuan
dan
ketuntasan minimal (KKM). Sebaliknya,
pengetahuan
jika kualitas pembelajaran di kelas atau di
melanjutkan
luar kelas buruk maka hasil belajar siswa
pendidikan berikutnya. Untuk mencapai
pasti di bawah kriteria KKM. Kualitas
tujuan tersebut, guru yang kreatif pasti
pembelajaran
berusaha
menjadi permasalahan dihadapi semua
berhitung, sebagai
membaca, serta
dasar
sekuat
bekal untuk
tenaga
menulis
menggunakan
berbagai macam metode mengajar, sumber belajar, media yang relevan dan membuat suasana kondusif yang diharapkan bisa
ini
yang
secara
umum
guru. Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan (KTSP) yang disusun sekolah 89
Kasmanto – Model Quantum Learning
menuntut adanya proses pembelajaran yang
rendah, ditandai dengan hasil tes pra siklus
membuat
atau
siswa Kelas VI SDLB/C SLB Negeri
partisipasi. Jadi, kegiatan pembelajaran
Surakarta baru mencapai ketuntasan kelas
berpusat pada siswa, sedangkan guru
40% atau belum mencapai ketuntasan yang
sebagai motivator dan fasilitator agar
diharapkan minimal
suasana kelas kondusif yang akhirnya
rata-rata kelas 56, belum mencapai KKM
tujuan pembelajaran tercapai.
yaitu 70. Permasalahan yang lain adalah
peserta
Pembelajaran
didik
aktivitas kelas kurang hidup, yang ditandai
mempunyai peranan yang sangat penting
siswa pasif dalam hal: bertanya, menjawab
dalam
membentuk dan menumbuhkan
pertanyaan,
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
rangkuman.
serta
di
60%. Dengan nilai
SDLB
ilmiah
IPA
aktif
demontrasi
dan
membuat
mengkomunikasikannya
Sehubungan dengan permasalahan di
sebagai aspek penting kecakapan hidup.
atas penulis berusaha memperbaiki dan
Bertolak dari hal itu, siswa diharapkan
memecahkan masalah tersebut dengan
memiliki
menggunakan model Quantum Learning
suatu
pengetahuan
dan
pemahaman secara langsung, dapat juga
atau
dilakukan pembelajaran
dengan kuantum
model
model
Diharapkan
yaitu
tandur
pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar
ulangi
kompetensi
rayakan)
demi
mencapai
keberhasilan belajar.
dengan
kuantum.
prinsip
(tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, dan
pembelajaran
mata
penerapan
pelajaran
model
IPA
untuk
“Mengidentifikasi
berbagai
gerak benda melalui percobaan”
pada
Permasalahan yang terjadi di kelas
siswa kelas VI/C SDLB SLB Negeri
adalah peserta didik dalam merespon
Surakarta. Di samping itu aktivitas siswa
pembelajaran IPA selama ini cenderung
bertambah aktif.
sebagai pendengar atau penerima materi
Hasil belajar mata pelajaran IPA pada
saja, sehingga mereka menjadi pemalu,
kompetensi
takut salah, tidak percaya diri, pasif dan
berbagai gerak benda melalui percobaan”
kurang kreatif. Apalagi anak-anak SDLB/C
belum menunjukkan hasil yang diharapkan.
yang mempunyai IQ 50 - 70 atau disebut
Hal
mampu didik biasanya daya konsentrasinya
beberapa faktor,yaitu faktor: guru, siswa,
rendah
media dan lingkungan. Faktor dari guru
dan
mudah
terpengaruh
oleh
keadaan sekelilingnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran IPA
dasar
tersebut
penyebabnya: menyampaikan kurang
variasi
dapat
“Mengidentifikasi
disebabkan
kurang materi
jelas
oleh
dalam
pembelajaran,
menggunakan
model 90
JRR Tahun 23, No.2, Desember 2014 89-105
pembelajaran, tidak menggunakan media
pada kompetensi dasar “ mengidentifikasi
dan metode pembelajaran
yang tidak
berbagai gerak benda melalui percobaan”;
sesuai. Faktor dari siswa, penyebabnya:
(3) Peningkatan aktivitas kelas maksudnya
siswa kurang tertarik materi yang diajarkan
peningkatan
guru, daya konsentrasi siswa terbatas dan
menjawab
tingkat kecerdasan
membuat rangkuman. Dari permasalahan-
di bawah rata-rata
dalam
hal:
pertanyaan,
bertanya,
demontrasi dan
normal. Faktor lingkungan di antaranya
permasalahan
suasana kelas, keadaan kelas, keadaan luar
selanjutnya perlu dikemukakan rumusan
kelas, kebisingan, kegaduhan dan lain-lain
dari masalah-masalah tersebut. Adapun
akan mempengaruhi keberhasilan dalam
rumusan
pembelajaran.
tindakan kelas ini adalah:
Pokok permasalahan anak mampu
(1)
yang
telah
masalah
Apakah
dalam
hasil
dibatasi
penelitian
belajar
mata
didik yang berhubungan dengan hasil
pelajaran IPA akan meningkat melalui
belajar IPA cukup banyak, maka dalam
penerapan
model
quantum
penelitian ini perlu di kemukakan batasan
khususnya
pada
kompetensi
masalah. Pokok permasalahan yang akan
“mengidentifikasi berbagai gerak benda
diteliti tentang “Peningkatan Hasil Belajar
melalui percobaan” pada peserta didik
IPA dan Aktivitas Kelas Melalui Model
kelas VI/C SLB Negeri Surakarta semester
Quantum Learning pada siswa Kelas VI/C
1 tahun pelajaran 2013/2014 ?; (2) Apakah
Negeri
penerapan model Quantum learning dalam
Surakarta
Semester
1
Tahun
2013/2014”. Dari permasalahan ini dapat
pembelajaran
dijabarkan
kompetensi
menjadi
beberapa
masalah
IPA dasar
khususnya
learning dasar
pada
“mengidentifikasi
sebagai berikut: (1) Penerapan Model
berbagai gerak benda melalui percobaan”
Quantum
pada peserta didik kelas VI/C SLB Negeri
Learning
maksudnya
bahwa
dalam pembelajaran mata pelajaran IPA
Surakarta semester 1
menggunakan
model
2013/2014 dapat meningkatkan aktivitas
kuantum
menerapkan
yaitu
pembelajaran rancangan
tahun pelajaran
kelas?
belajar Quantum Learning yang dikenal
Tunagrahita merupakan istilah lain
istilah TANDUR (Tumbuhkan, Alami,
dari cacat mental, tuna mental, kelainan
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan
mental, sub normalita mental, retardasi
); (2) Peningkatan hasil belajar IPA
mental, terbelakang mental, berkebutuhan
maksudnya nilai tes akan meningkat setelah
khusus dan lain sebagainya. Di samping
mendapat tindakan dengan model Quantum
istilah-istilah tersebut dalam buku-buku
Learning dari materi pembelajaran IPA
bahasa asing antara lain sering disebut 91
Kasmanto – Model Quantum Learning
mental handicapped, mentally sunormalita,
Hasil belajar peserta didik mencakup
mentally deficient dan lain sebagainya.
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
Bermacam-macam istilah tersebut muncul
psikomotorik
karena cara memandang persoalan anak
pendapat
tunagrahita tidak sama. Namun demikian
diringkas sebagai berikut bahwa hasil
semuanya itu mempunyai maksud sama
belajar ranah kognitif berorientasi kepada
yaitu untuk menunjukkan anak-anak yang
kemampuan
mengalami hambatan dalam perkembangan
kemampuan yang lebih sederhana sampai
mental atau dalam penelitian ini dengan
dengan kemampuan untuk memecahkan
istilah anak tunagrahita (anak C).
suatu masalah. Hasil belajar ranah afektif
Menurut
Maryadi
dan
Gunarhadi
Hal ini sesuai dengan
Suprayekti (2003: 4) dapat
berpikir
berhubungan
yang
dengan
mencakup
perasaan,
emosi,
(2011:5) Tunagrahita (retardasi mental) adalah
sistem
anak yang secara nyata mengalami hambatan
menunjukkan penerimaan atau penolakaan
dan keterbelakangan perkembangan mental-
terhadap
intelektual jauh di bawah rata-rata sehingga mengalami
kesulitan
dalam
tugas-tugas
akademik, kemampuan sosial, dan karenanya
nilai
dan
sikap
hati
yang
sesuatu. Hasil belajar ranah
psikomotorik
berorientasi
kepada
ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan
memerlukan layanan pendidikan khusus. Rumini (1982: 46) membagi sifat-sifat
(action)
yang
memerlukan
koordinasi
anak mampu didik dan dapat diringkas sebagai
antara syaraf dan otot. Ketiga hasil belajar
berikut: (a) IQ sekitar 50/55 – 70/75, dengan
dalam perilaku siswa tidak berdiri sendiri
MA antara 7 – 10 tahun. Jadi walaupun
atau lepas satu sama lain, tetapi merupakan
mencapai
satu
umur
12
tahun
kemampuan
kesatuan.
Hasil
belajar
tersebut
mentalnya setaraf anak normal usia 7 – 10
dipengaruhi beberapa faktor antara lain: (1)
tahun; (b) Sukar berpikir abstrak dan terikat
Faktor internal, yaitu faktor yang berasal
pada lingkungan; (c) Kurang dapat berpikir
dari dalam diri anak yang berupa: bakat,
secara logis; (d) Daya fantasinya sangat lemah; (e) Kurang dapat mengendalikan perasaannya: (e) Dapat mengingat-ingat beberapa istilah, tetapi kurang bisa memahami arti istilah itu; (f) Sugestible
(mudah
dipengaruhi);
(g)
minat, intelegensi, ingatan, keseimbangan dan lain-lain; (2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak meliputi lingkungan tempat anak belajar,
Kepribadiannya kurang harmonis, dan sukar
media, dan lain-lain; (3) Faktor proses
menilai baik buruk ; (g) Daya konsentrasinya
belajar, yaitu factor tentang jalan yang
kurang
ditempuh anak dalam proses belajar apakah
baik;
(h)
Senang
onani;
Kalau
dimasukkan SD normal, prestasi belajarnya
memenuhi
sangat rendah.
antaranya: belajar harus continue, dengan
prinsip-prinsip
belajar
di
92
JRR Tahun 23, No.2, Desember 2014 89-105
membuat ringkasan, diulang-ulang dan
karier
lain-lain.
keberhasilan model pembelajaran kuantum
Kemudian untuk mengukur hasil belajar
dalam
penentuan
para remaja di rumah. Karena
di lembaga tersebut, maka digunakan di
keberhasilan
sekolah sebagai model pembelajaran, yang
peserta didik dalam proses pembelajaran
disebut Quantum learning atau model
digunakan tes hasil belajar buatan guru. Tes
pembelajaran kuantum (Sugiyanto, 2009:
hasil belajar disusun berdasarkan tujuan
70).
penggunaan tes itu sendiri, misalnya dalam
Prinsip-prinsip dari Quantum Learning
bentuk pretes dan postes. Pretes adalah tes
dapat dijelaskan sebagai berikut; (a) Segalanya
yang diberikan sebelum pelajaran dimulai
berbicara, Lingkungan kelas, bahasa tubuh,
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
kertas dan bahan ajar menyampaikan pesan
mana peserta didik telah menguasai bahan yang akan diberikan. Postes adalah tes yang diberikan sesudah suatu pelajaran selesai diajarkan, tujuannya untuk mengetahui
tentang pembelajaran; (b) Segalanya bertujuan, siswa
diberi
tahu
apa
tujuan
mereka
mempelajari materi yang diajarkan. Guru dan siswa harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan (c) Pengalaman
sejauh mana peserta didik telah menguasai
sebelum pemberian nama, Pengalaman guru
bahan yang telah diajarkan. Soal untuk
dan siswa akan diperoleh banyak konsep; (d)
pretes dan postes tentunya sama agar kedua
Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa
hasil tes dapat dibandingkan. Jika proses
sekecil apapun, (e) Jika layak dipelajari, maka
interaksi belajar mengajar baik maka hasil
layak pula dirayakan, Guru harus memberi
belajar dari postes akan tinggi.
pujian pada siswa yang terlibat aktif pada
Tokoh utama pembelajaran kuantum adalah Bobbi De Porter, seorang ibu rumah tangga
yang
menggeluti
pembelajaran.
Tahun
mematangkan
dan
gagasan
pembelajaran
1982
bidang Deporter
mengembangkan kuantum
proses
pembelajaran,
misalnya
dengan
memberi tepuk tangan dan berkata: ”baik !”, ”bagus !”, ”teruskan !” Bobby DePorter dalam Noviani, dkk (2011:
13)
mengatakan
bahwa
kerangka
rancangan belajar Quantum Learning yang
di
diterapkan dikenal dengan istilah TANDUR
SuperCamp, sebuah lembaga yang terletak
yang merupakan akronim dari: (a) Tumbuhkan:
di Kirkwood \meadows, Negara bagian
tumbuhkan minat dengan memuaskan ”Apakah
California, Amerika Serikat. Lembaga ini
Manfaat Bagiku (AMBAK)” dan manfaat
memusatkan
perhatian
hal-ihwal
kehidupan pelajar; (b) Alami: Ciptakan atau
pembelajaran
guna
mengembangkan
datangkan pengalaman umum yang dapat
pada
potensi diri manusia. Terutama membantu meningkatkan
keberhasilan
hidup
dan
dimengerti semua pelajar; (c) Namai: Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi 93
Kasmanto – Model Quantum Learning sebuah masukan; (d) Demonstrasikan: Sediakan
yaitu benda yang berat apabila dilempar ke
kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
atas akan lebih cepat jatuh ke bawah
bahwa mereka tahu; (e) Ulangi : Tunjukkan
daripada yang ringan; (3) Ukuran benda
siswa
cara-cara
mengulang
materi
dan
menegaskan ”Aku tahu dan memang tahu ini”; (f) Rayakan: Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan ketrampilan dan ilmu
mudah bergerak daripada benda yang ukurannya lintasan
pengetahuan
Benda
yaitu benda yang ukurannya kecil lebih
dikatakan
bergerak
jika
posisinya berubah. Berbagai gerak benda di
Contoh: gerakan kelereng, tabung dan bola jika dilempar; (2) Memantul adalah gerak benda berbalik arah. Contoh: gerakan bola bekel, kasti tenis jika mengenai lantai akan memantul; (3) Jatuh adalah gerak benda dari atas ke bawah karena adanya gravitasi
matang
tentunya
jatuh;
(4)
Mengalir
maksudnya sifat benda cair salah satunya adalah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Contoh gerakan air sungai mengalir dari hulu ke hilir; (5) Meluncur adalah gerak benda yang sangat cepat. Contoh: roket ; (6) Berputar yaitu
yaitu
permukaan
makin
halus
mudah benda bergerak atau menggelinding. Kompetensi
“mengidentifikasi
berbagai gerak benda melalui percobaan” pada mata pelajaran IPA
merupakan
kompetensi yang harus dikuasai para siswa kelas VI/C. Namun karena guru masih menggunakan metode konvensional hasil tes prasiklus nilai siswa belum mencapai KKM dan aktivitas siswa masih kurang. Untuk meningkatkan hasil belajar
bumi atau tarikan bumi. Contoh: buah kelapa, mangga dan jambu kalau sudah
benda
keadaan
permukaan suatu benda, maka makin
bawah ini: (1) Menggelinding adalah gerakan berpindah tempat sambil berputar.
besar,
mata
pelajaran
IPA
berusaha menerapkan learning
dalam
dengan
menerapkan
tersebut
peneliti
model quantum
pembelajaran. model
Diduga quantum
learning ini hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI/C SLB Negeri Surakarta semester 1
tahun pelajaran
2013/2014 meningkat.
gerak benda berputar terjadi pada benda bulat seperti bola, kipas angin, gasing yang dimainkan dll. Faktor yang mempengaruhi gerak benda: (1) Bentuk benda, yaitu benda yang bulat lebih mudah bergerak daripada benda yang berbentuk kotak; (2) Berat benda
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui model quantum 94
JRR Tahun 23, No.2, Desember 2014 89-105
learning pada peserta didik
kelas VI/C
pelajaran dimana tiap
jam pelajaran
SLB Negeri Surakarta. Yang diawali tes
waktunya 30 menit. Dalam satu minggu
pra siklus tanggal, 26 Agustus 2013 dengan
dua kali pertemuan yaitu 2 jam pelajaran
hasil di bawah KKM dan ketuntasan kelas
untuk hari Rabu dan 2 jam pelajaran hari
belum mencapai 60%. Dari hasil nilai di
Jumat;
bawah KKM ini sebagai dasar untuk
Mengidentifikasi berbagai gerak benda
mengadakan
Materi
kelas
melalui
langkah-langkah
yang
digunakan: bola berbagai ukuran, kotak
ditempuh mulai dari perencanaan sampai
kardus, baling-baling dari kertas, kipas
dengan
akan
angin, dan roket air; (6) Lingkungan fisik
dijabarkan dalam uraian berikut: (1) Lokasi
sekolah: tengah kota; (7) Kemampuan
Penelitian: di SLB Negeri Surakarta Jl.
peserta didik: IQ 50 – 70 (tunagrahita
Cocak X Sidorejo Banjarsari Surakarta; (2)
ringan); (8) Latar belakang ekonomi orang
Subyek Penelitian: Siswa
tua: menengah ke bawah
Adapun
pelaksanaan
penelitian
kelas VI
SDLB/C (tunagrahita ringan) SLB Negeri Surakarta berjumlah 5 siswa
percobaan;
(5)
Pelajaran:
tindakan
(PTK)
penelitian
(4)
Media
yang
Penelitian ini merupakan Penelitian
terdiri 1
Tindakan Kelas (PTK), adapun tahapan
wanita dan 4 laki-laki. Secara fisik atau
yang akan dilakukan dalam PTK ini
jasmani siswa termasuk normal tetapi
menggunakan model yang dikembangkan
tingkatan kecerdasan di bawah rata-rata
oleh Kurt Lewin seperti yang disebutkan
normal; (3) Waktu Pelaksanaan: semester 1
dalam Dikdasmen (2003: 18) bahwa tahap-
pada bulan September s.d Nopember tahun
tahapan tersebut atau biasa disebut siklus
pelajaran 2013/2014, sebanyak 6 kali
(putaran) terdiri dari empat komponen yang
pertemuan yang dibagi menjadi 2 siklus.
meliputi: (a). Perencanaan (planning), (b)
Siklus I sebanyak 3 kali pertemuan dan
aksi/tindakan
siklus II sebanyak 3 kali pertemuan sebagai
(observing), (d) refleksi (reflecting). Siklus
tindak lanjut siklus sebelumnya. Jumlah
pelaksanaan
jam pelajaran mata pelajaran IPA
Suhardjono (2011: 86) menggambarkan
di
SDLB/C dalam satu minggu adalah 4 jam
(acting),
menurut
(c)
observasi
Supardi
dan
sebagai berikut.
95
Kasmanto – Model Quantum Learning
Permasa lahan
Perencanaan
Pelaksanaan
Tindakan I
Tindakan I
melalui teknik tes ( pretes dan pos tes) dan non tes (observasi, mencatat kejadian harian dan pengambilan gambar) pada tiap
Siklus I
Pengamatan/ Refleksi I
Permasala han Baru hasil refleksi
Pengumpulan data 1
siklus. a. Teknik Tes: Pretes dalam penelitian ini adalah alat pengumpul data dengan memberikan tes kepada siswa untuk
Perencanaan
Pelaksanaan
Tindakan II
Tindakan II
mengetahui
sebelum
mendapat tindakan pada siklus I dan II. Sedangkan Postes dalam penelitian
Pengamatan/ Refleksi II
kemampuan
Pengumpulan
ini adalah alat pengumpul data dengan
data II
memberikan tes kepada siswa setelah mendapat tindakan pada siklus I dan II; b.
Siklus II
Bila Permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke
Teknik Non Tes; 1). Observasi: Observasi
siklus
dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa
berikutnya
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Gambar 1. Siklus Penelitian
Dari
observasi
tersebut
dapat
dilihat
Sumber data penelitian ini adalah
peningkatan aktivitas belajar; 2). Jurnal
proses pembelajaran menggunakan model
harian (Catatan harian): Seluruh kegiatan
quantum learning pada siswa kelas VI/C
dalam
SDLB SLB Negeri Surakarta; b. Informan:
tercantum dalam observasi. Oleh karena itu
Informan dalam penelitian ini adalah
dilengkapi lagi dengan jurnal harian atau
peneliti sendiri yang juga guru kelas VI/C
catatan harian yang merupakan alat bantu
SDLB SLB Negeri Surakarta berjumlah 5
perekam yang memuat perilaku khusus
siswa terdiri 1 wanita dan 4 laki-laki; c.
peserta didik maupun permasalahan yang
Dokumen:
dapat
Dokumen
yang
dijadikan
pembelajaran
dijadikan
tidak
semuanya
pertimbangan
bagi
sumber data hasil pretes dan pos tes, KTSP,
pelaksanaan langkah-langkah berikutnya;
RPP, lembar hasil observasi, jurnal harian,
3).
foto, dan daftar nilai. Berikut ini daftar nilai
penting seperti aspek kegiatan kelas,
peserta didik sebelum dilakukan tindakan
aktivitas kelas atau untuk memperjelas data
sebagai pijakan awal dalam kegiatan
dan hasil observasi dari penelitian ini. Foto
perbaikan.
juga dapat digunakan untuk membantu
Teknik Pengumpulan
Pengumpulan data
dilakukan
Data: dengan
Foto: Untuk merekam peristiwa
dalam evaluasi tentang data-data lainnya. Teknik
Analisa
Data:
Teknik
analisa data dalam penelitian ini adalah 96
JRR Tahun 23, No.2, Desember 2014 89-105
teknik
deskriptif
persentase
dengan
membandingkan hasil belajar
sebelum
tindakan dengan hasil belajar
setelah
tindakan. a. Teknik Kuantitatif: Langkah-
dan
menyimpulkan
kejadian
selama
mengikuti pembelajaran siklus I dan II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
langkah yang ditempuh dalam perhitungan
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
data sebagai berikut: 1) Menghitung nilai
dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus
tes
2)
II. Di awal setiap siklus diadakan pretes I
Menghitung nilai tes dari siklus I dan siklus
dan pretes II, demikian pula diakhir setiap
II;
dan
siklus diadakan postes I dan postes II,
persentase hasil belajar sebelum tindakan;
setelah proses pembelajaran berakhir atau
4) Menghitung nilai rerata dan persentase
setelah diberi tindakan.
sebelum
3)
diadakan
Menghitung
tindakan;
nilai
rerata
hasil belajar siswa untuk mengetahui
Sebelum pelaksanaan tindakan ada
peningkatan nilai rata-rata menggunakan
tes pra siklus untuk mengetahui skor siswa
rumus: X = ∑ X
sebelum mendapat tindakan dengan hasil N
sebagai berikut:
(Sudjana, 2002: 67);
Tabel 1. Daftar Nilai Pra Siklus Hasil
5) Menghitung data ketuntasan belajar siswa
dari
nilai
tes
pra
siklus;
6)
Menghitung data tentang ketuntasan belajar siswa siklus I dan II; 7) Untuk mengetahui ketuntasan belajar menggunakan rumus % = n x 100% N (Ali, 1993: 186 ); 8) Data Observasi: Data observasi diambil melalui
pengamatan
pada
kegiatan
pembelajaran berlangsung dan hasil tulisan surat dari peserta didik. Pengolahan data
Pra Siklus Tes
Nama Peserta didik
No
Tanggal 26-8-2013 70 70 45 45 50 280 56 45 70
1 AB 2 ZA 3 AS 4 TP 5 DE Jumlah skor Rata-rata skor nilai Nilai terendah Nilai tertinggi Jumlah peserta didik yang tuntas Ketuntasan Belajar (% )
T/TT Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
2 40%
Dari 5 siswa hanya 2 anak yang mencapai ketuntasan belajar dan 3 anak
menggunakan rumus: A X100% B a. Teknik Kualitatif:
Belajar
Teknik kualitatif
belum
mencapai
Artinya
hanya
ketuntasan
40%
siswa
belajar. mencapai
ketuntasan belajar. Pengklasifikasian nilai
data-data
di atas berdasarkan pada KKM mata
nontes, yaitu data observasi, jurnal dan
pelajaran IPA yaitu ≥ 70 dianggap tuntas
foto, kemudian peneliti mendeskripsikan
dan < 70 dianggap belum tuntas. Data ini
dipakai
untuk
menganalisis
97
Kasmanto – Model Quantum Learning
yang menjadi dasar bagi peneliti untuk
melaksanakan pembelajaran menggunakan
melakukan
model Quantum learning.
perbaikan
dengan
Tabel 2. Lembar Observasi Kegiatan siswa dalam pembelajaran Pra siklus N o
Nama Siswa
1 2 3 4 5
Aktivitas Bertanya Menjawab pertanyaan V -
Mendemons trasikan V -
AB ZA AS DE TP Jumlah Peserta 1 1 didik Prosentase 20% 20% aktivitas Prosentase aktivitas peserta didik
Dari tabel di atas nampak aktivitas peserta
didik
kurang
sekali,
aspek
Membuat rangkuman -
Prosentase Aktivitas 25% 25% -
-
-
-
-
-
40%
diajarkan kurang jelas dan belum ada tindakan menggunakan Quantum learning.
mendemonstrasikan satu anak (20%), aspek
Selesai
bertanya (20%), aspek mengemukakan
menanyakan
pendapat dan membuat rangkuman belum
jatuh selama 5 menit (prinsip tumbuhkan
Nampak sehingga perlu peningkatan. Data
dalam kuantum). Guru mencoba memberi
ini juga menjadi dasar untuk melakukan
tugas kepada siswa untuk mengambil bola
perbaikan
satu
pembelajaran
menggunakan
mengerjakan
pretes,
guru
tentang menggelinding dan
persatu
kemudian
dijatuhkan,
model quantum learning; Hasil penelitian
kemudian digelindingkan selama 10 menit
siklus I Perencanaan: Pada tahap ini
( prinsip alami, demonstrasi dan menamai
disusun rencana pelaksanaan pembelajaran
pada kuantum ) nampak termotivasi dan
(RPP) siklus I dari kompetensi dasar
perasaan tertarik serta senang.
mengidentifikasi berbagai gerak benda
Pertemuan berikutnya pembelajaran
melalui percobaan. Disusun pula lembar
menggunakan
observasi aktivitas siswa, soal, dan daftar
prinsip
nilai
namai, demonstrasikan, rayakan). Siswa
peserta
didik.
pembelajaran
dengan
Guru
mengawali
berdoa,
presensi
model
TANDUR
kuantum
dengan
(tumbuhkan,
alami,
mempraktekkan secara satu persatu bentuk
siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran
gerak
benda:
IPA selama 10 menit. Dilanjutkan siswa
menjatuhkan
mengerjakan soal pretes siklus I selama 30
kemudian
menit, nampak bingung karena materi
sekaligus
Jatuh benda
siswa
yaitu
dengan
seperti
kotak,
menamai
gerak
mendemonstrasikan
tadi serta 98
JRR Tahun 23, No.2, Desember 2014 89-105
mengalami; Menggelinding yaitu dengan
pembelajaran 10 menit; pertemuan ke-3;
praktek menggelindingkan bola, kemudian
dilakukan
menamai gerak benda tadi; Mengalir yaitu
menanyakan gerak benda menggelinding,
dengan praktek mengalirkan air; Meluncur
jatuh, berputar, memantul, dan mengalir
yaitu dengan praktek meluncurkan roket air
selama 5 menit (prinsip ulangi dari
yang sudah dibuat; Memantul yaitu dengan
kuantum). Guru bersama siswa membuat
praktek memantulkan bola berbagai ukuran
roket
ke lantai; Berputar yaitu dengan praktek
meluncurkan dengan dipompa selama 25
memutarkan baling-baling dari kertas dan
menit
kipas angin yang ada di kelas;
namai dari kuantum). Dilanjutkan siswa
Menutup menanyakan
pembelajaran jenis
gerak
dengan
benda
pembelajaran
air
dengan
kemudian
(prinsip
alami,
dipraktekkan
demonstrasikan,
mengerjakan post tes siklus I selama 30
yang
menit.
Postes
ini
untuk
didemonstrasikan dan menyanyi lagu bebas
keberhasilan
menurut pilihan peserta didik
quantum learning selama 3 pertemuan.
( prinsip
tindakan
mengetahui menggunakan
ulangi dan rayakan pada quantum learning )
Selama pembelajaran menggunakan
diawali dengan menanyakan pembelajaran
model kuantum selama 3 pertemuan yang
sebelumnya tentang gerak benda jatuh dan
diawali pretes pada pertemuan pertama dan
menggelinding selama 10 menit. (prinsip
diakhiri
ulangi dan
dengan hasil belajar sebagai berikut:
Guru
tumbuhkan dari kuantum).
memberi
tugas
individu
untuk
postes
bola,
berputar
dengan
N o
Nama Siswa
dan
menjelaskan
faktor
yang
mempengaruhi gerak benda (prinsip ulangi dan namai dari kuantum) selama 10 menit, siswa sudah merasa senang dengan model pembelajaran
yang
digunakan
guru.
Menutup pembelajaran guru member tugas siswa untuk membawa pot bunga dari plastik, dop ban negatif
film
motor, selongsongan kemudian
menutup
Siklus I
Ket
Pretes I Tgl 4-10-13
(alami,namai dan demonstrasikan). Setelah
benda
ke-3
Hasil belajar
memutarkan baling-baling selama 10 menit
praktek siswa merangkum jenis gerak
pertemuan
Tabel 3. Daftar Nilai Pretes dan Postes
mempraktekkan gerak benda mengalir, memantul
pada
Postes I T/TT
Tgl 11-10- 13
T/TT
Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
75 70 55
Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas
1 2 3
AB ZA AS
70 70 50
4
TP
55
5
DE
55
Jumlah Skor Rata-rata skor nilai Nilai terendah Nilai tertinggi Jumlah peserta didik yang tuntas Prosentase Ketuntasan Belajar ( % )
300 60
325 65
50
55
70
75
55 70
2
40%
3
60%
99
Kasmanto – Model Quantum Learning
Dari hasil belajar siswa pada pretes
belum optimal di atas sebagai dasar
karena belum mendapat tindakan diperoleh
dilanjutkan untuk untuk disempurnakan
nilai rata-rata kelas 60 dan ketuntasan kelas
tindakan pada siklus II.
40%.
Setelah
melakukan
mendapat proses
tindakan
Hasil pengamatan siklus I dicatat
pembelajaran
dalam
lembar
menggunakan model quantum learning
ditentukan.
diperoleh
observasi
nilai
siswa
rata-rata
kelas
observasi
yang
Pengambilan mempunyai
untuk
siswa
dalam
mengetahui
ketuntasan belajar menjadi 60% naik 20%
pembelajaran
menerapkan
dari nilai pretes ini menunjukkan bahwa
pembelajaran
kuantum.
penerapan model pembelajaran kuantum
dilakukan
meningkatkan
berlangsung.
belajar
meskipun
belum optimal yaitu nilai rata-rata kelas
melalui
tujuan
menjadi 65 naik 0,5 dari skor pretes dan
hasil
aktivitas
data
telah
model Observasi
ketika
pembelajaran
Pengamatan
siklus
I
diperoleh hasil sebagai berikut:
belum mencapai 70. Berdasarkan nilai yang
Tabel 4. Lembar observasi aktivitas siswa siklus I
Nama
Mendemonstrasikan
1 AB 2 ZA 3 AS 4 TP 5 DE Jumlah Peserta didik Prosentase Aktivitas
V V
Aktivitas Bertanya Menjawab pertanyaan V V V
Membuat rangkuman V
V 3
V 3
1
V 2
60%
60%
20%
40%
Prosentase Aktivitas kelas
Hasil pengamatan pada siklus I pertemuan
pertama
nampak
aktivitas
Prosentase Aktivitas 75% 75%
75%
60%
yang diterapkan dan materi baru awal, sehingga aktivitas siswa prosentasenya
mendemontrasikan 3 anak (60%), aktivitas
masih rendah. Ada 3
siswa dimana
bertanya 3 anak (60%), aktivitas menjawab
aktivitasnya dalam pembelajaran sudah
pertanyaan benar 1 anak (20%), aktivitas
nampak
merangkum 2 anak (40%) dan seluruh
Pada kegiatan Refleksi siklus I diperoleh
aktivitas kelas baru 60%. Keadaan ini wajar
dalam suasana proses belajar mengajar
karena baru sebagian model pembelajaran
sudah mulai ada perkembangan yang
aktif dan 2 siswa masih pasif;
100
JRR Tahun 23, No.2, Desember 2014 89-105
berarti dilihat dari hasil belajar dan
berkelompok. Sehingga peserta didik yang
observasi.
pasif nilainya belum mencapai KKM.
Pada proses pembelajaran siklus I
Untuk itu siklus berikutnya perlu peserta
dengan menggunakan model pembelajaran
didik yang pasif dipasangkan dengan teman
kuantum
yang aktif, sehingga nilainya bertambah
mata pelajaran IPA dengan
kompetensi
dasar
mengidentifikasi
baik. Namun demikian indikator ketuntasan
berbagai gerak benda melalui percobaan
kelas
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
pengamatan aktivitas siswa juga belum
Kelebihannya sebagai berikut: 1) Guru
optimal sehingga perlu dilanjutkan ke
dapat menyampaikan materi sesuai tujuan
siklus II. Pada siklus II tetap menerapkan
pembelajaran
model kuantum yang dikombinasi dengan
secara
runtut
dengan
60%
sudah
tercapai.
menggunakan sumber belajar yang relevan;
membentuk
2) Suasana pembelajaran lebih hidup
pembelajaran. 1. Tahap perencanaan
dengan
anak
siklus I: Menyusun rencana pembelajaran
mengalami,
berdasarkan kelemahan dan kelebihan dari
mendemonstrasikan,
siklus I bertujuan untuk menyempurnakan
mengulangi, merayakan dan seterusnya; 3)
RPP sebelumnya sehingga hasil belajar
Guru dapat memberi pemahaman dan
siswa meningkat dan aktivitas meningkat
umpan balik serta mengevaluasi dengan
secara optimal.
baik; 4) Antusias siswa terlihat ketika
kelompok untuk mengganti tugas individu
praktek
prinsip
ditumbuhkan
TANDUR,
semangatnya,
menamai,
dan
kelompok
dalam
Hasil
dalam
Guru membuat tugas
merangkum
materi
siklus I, lembar observasi, daftar nilai untuk
Kelemahannya
sebagai
siswa; b. Tahap pelaksanaan tindakan
berikut: 1). Aktivitas siswa secara individu
siklus II: Pelaksanaan tindakan sebagai
belum optimal, ada siswa beberapa yang
berikut: Guru mengawali siklus II dengan
tidak aktif; 2). Proses pembelajaran kurang
mengadakan pretes kepada para siswa
optimal, ada 3 siswa yang mendominasi
untuk dikerjakan selama 30 menit. (prinsip
kegiatan; 3) Belum seluruh siswa aktif
ulangi dari kuantum). Guru membagi
praktek.
kelompok
pembelajaran.
Dari data siklus I di atas hasil belajar
menjadi
3
kelompok,
kelompok beranggotakan 2 anak
tiap untuk
peserta didik nilai rata-rata 60 belum
mempraktekkan gerak benda memantul
mencapai KKM yang seharusnya 70. Nilai
dengan
rata-rata belum mencapai KKM ini karena
menggelindingkan
pada siklus 1 peserta didik melaksanakan
benda sekitar kelas selama 20 menit satu
tugas secara individu dan belum dicobakan
per satu (prinsip
memantulkan bola,
bola, menjatuhkan
demonstrasikan, alami, 101
Kasmanto – Model Quantum Learning
menamai dari kuantum). Guru memberikan
memilih lagu bebas
pertanyaan berkaitan dengan memantul,
(prinsip rayakan dari model pembelajaran
menggelinding bola, menjatuhkan, dan
kuantum)
faktor yang mempengaruhi selama 10 menit (prinsip tumbuhkan dan ulangi dari
selama 5 menit
Hasil belajar pada siklus II pertemuan ke-1 sampai ke-3 sebagai berikut:
kuantum). Pertemuan ke-2 siklus II: Guru membuka presensi
pelajaran siswa,
dengan
tanya
jawab
berdoa,
Tabel 6.Daftar Nilai Pretes dan Postes
tentang
Hasil belajar Siklus II
memantul, menggelinding dan menjatuhkan selama 10 menit (prinsip tumbuhkan dan
Pretes II N o
Nama Siswa
ulangi dari kuantum ). Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan
Tgl 18-10-13
1 2 3
AB ZA AS
75 70 55
tidak mampu, bisa dibantu anggota lainnya,
4
TP
60
tentang gerak benda mengalir, berputar dan
5 DE Jumlah nilai Rata-rata skor nilai Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah peserta didik yang tuntas Prosentase Ketuntasan Belajar (%)
70 325 65
secara kelompok sehingga anggota yang
meluncur selama 40 menit (prinsip alami, demonstrasikan dan namai dari kuantum learning).
Pertemuan
membuka
pelajaran
ke-3: dengan
Guru berdoa,
memotivasi dan presensi selama 5 menit. (prinsip tumbuhkan dari kuantum learning). Tanya jawab dan mempraktekan satu persatu pada kelompoknya masing-masing tentang
materi
menggelinding, berputar,
gerak
benda
mengalir,
meluncur,
dan
jatuh,
memantul, menyebutkan
faktor yang mempengaruhinya, selama 20 menit (prinsip
demonstrasikan,
namai,
alami, dan rayakan dari quantum learning). Untuk
mengakhiri
siklus
II
siswa
mengerjakan postes untuk mengetahui hasil tindakan pada siklus II selama 30 menit (prinsip ulangi dari Quantum learning).
Postes II
T/TT
Tgl 25-10-13
Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas
75 55
T/TT
85 80 70
Tuntas Tuntas Tuntas
70
Tuntas
80 385 77
Tuntas
85 70 3
60%
5
100%
Hasil belajar berdasarkan tabel di atas pada pretes siklus II diperoleh nilai ratarata 65 dan prosentase ketuntasan kelas 60%. Kemudian hasil belajar postes siklus II nampak ada peningkatan yang signifikan dengan nilai rata-rata 77 dengan prosentase ketuntasan
100%.
Dengan
demikian
indikator keberhasilan sudah terlampaui di antaranya
rata-rata kelas di atas 70 dan
ketuntasan kelas di atas 60%. Oleh karena itu
dengan
terlampauinya
keberhasilan di atas
indikator
siklus dihentikan;
Pengamatan siklus II sebagai berikut :
Menutup pembelajaran dengan menyanyi 102
Ket
JRR Tahun 23, No.2, Desember 2014 89-105
Tabel 7.Lembar observasi kegiatan siswa siklus II Aktivitas Nama
No
Mendemons trasikan V V V V V 5
1 AB 2 ZA 3 AS 4 TP 5 DE Jumlah Peserta didik Prosentase Aktivitas
Bertanya V V V V V 5
100%
Menjawab pertanyaan V V
100%
Prosentase Aktivitas
Membuat rangkuman v v v
V V 4
v 4
80%
80%
100% 100% 75% 75% 100%
Prosentase Aktivitas kelas
100%
pembelajaran sangat tergantung cara guru Refleksi siklus II: Gambaran secara umum pelaksanaan siklus II pembelajaran dengan model kuantum sudah berjalan
membawa peserta didik kearah suasana yang menyenangkan dan kondusif. Sistem
pembelajaran
menuntut
dengan baik. Kegiatan siswa dan guru
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
dalam pembelajaran dengan menggunakan
belajar mengajar. Oleh karena itu peneliti
model Quantum learning sebagai berikut: 1.
menggunakan
Siswa
kuantum yang bisa mengaktifkan siswa.
dapat melakukan kegiatan yang
model
pembelajaran
terkait dengan pembelajaran; 2. Siswa
Prinsip-prinsip
dapat
disebut TANDUR (Tumbuhkan, Alami,
mempraktikkan
menurut
prinsip
pembelajaran kuantum; 3. Guru dapat
Namai,
melaksanakan
Rayakan).
kuantum
kegiatan
pada
pembelajaran
kompetensi
pembelajaran
Demonstrasikan,
kuantum
Ulangi,
dan
Dalam penelitian ini peneliti
dasar
mengamati hasil belajar siswa pada aspek
mengidentifikasi berbagai gerak benda
kognitif, afektif dan psikomotor khususnya
melalui percobaan
pada kompetensi dasar mengidentifikasi
Secara keseluruhan hasil pelaksanaan
berbagai gerak benda melalui percobaan.
siklus II nilai rata-rata siswa hasil pos tes
Disini
77 dengan jumlah ketuntasan klasikal
mempraktekkan dan mengamati berbagai
100%. Dengan jumlah siswa yang tuntas
gerak
sebanyak 5 anak yang berarti tuntas semua.
menggelinding, memantul, berputar, dan
Guru dalam mengajar harus bisa
meluncur melalui prinsip-prinsip kuantum.
memilih model dan metode pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I
yang tepat sesuai dengan materi yang
dan II diperoleh temuan sebagai berikut:
diajarkan.
Karena
siswa
benda
seperti
mengidentifikasi,
benda
jatuh,
keberhasilan 103
Kasmanto – Model Quantum Learning
Tabel 8. Prosentase Aktivitas Kelas Siklus
Siklus I
Siklus II
Pertemuan
1-3
1-3
Prosentase Aktivitas Kelas ( % )
60
100
meningkat. Kenyataan ini bisa dijelaskan bahwa
proses
pembelajaran
pada
mengidentifikasi berbagai gerak benda melalui percobaan dengan menggunakan
Peningkatan
prosentase
aktivitas
model
pembelajaran kuantum
kelas ini, ternyata bisa terwujud apabila
bagi
proses pembelajarannya diperbaiki dan
termotivasi untuk belajar secara sungguh-
disempurnakan.
Adapun hasil belajar
sungguh baik secara individu, dengan
(ketuntasan belajar dan skor nilai rata-rata)
teman, maupun dari penjelasan guru.
yang diperoleh setelah proses pembelajaran
Sebagai indikatornya yaitu peningkatan
pada siklus I dan siklus II melalui postes I
hasil belajarnya rata-rata 70 sudah tercapai
dan postes II dapat dilihat pada tabel
bahkan pada siklus 2 nilai rata-rata kelas 77
berikut ini:
dan
Tabel 9. Prosentase Ketuntasan Belajar Siklus
Pretes
Prasiklus
40%
Postes
Perbedaan
I
40%
60%
20%
II
60%
100%
40%
peserta
didik,
menarik
ketuntasan
kelas
sehingga
minimal
siswa
60%
terlampui yaitu 100% semua peserta didik menjadi aktif. Hasil observasi tentang kegiatan menjawab
mendemonstrasikan, pertanyaan
dan
bertanya, membuat
rangkuman mengalami peningkatan berarti Tabel 10. Skor Nilai Rata-rata Kelas Siklus
Skor Nilai,
Skor Nilai,
Rata-rata
Rata-rata
Pretes
Postes
Perbedaan
hasil belajarnyapun meningkat. Dengan demikian
Pra siklus
56
I
60
65
5
II
65
77
12
Berdasarkan data tabel di atas, secara umum dikatakan bahwa
siswa mengerti apa yang dipelajari dan
hasil belajar
dapat
disimpulkan
bahwa
penerapan model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA dan meningkatkan aktivitas kelas siswa kelas VI SLB Negeri Surakarta semester 1 Tahun pelajaran 2013/ 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.1987. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT. Bina Aksara
104
Dewa Komang Tantra. 2005. Konsep Dasar Dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Noviani, Leni dkk.2011.Model, Media Dan Evaluasi Pembelajaran Pemasaran. Surakarta: UNS Made Alit Mariana.2003. Pembelajaran Remedial. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Maryadi dan Gunarhadi. 2011. Pendalaman Materi Bidang Studi Guru Kelas SDLB. Surakarta: UNS Rumini,Sri.1982. Pengetahuan Subnormalita Mental (Retardasi Mental). Yogyakarta: FIP IKIP YOGYAKARTA
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi Presindo Supardi, dkk. 2009. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Andi Offset Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
105