PENINGKATAN EKONOMI KREATIF MELALUI INTEGRASI RUANG PADA PUSAT KESENIAN DI JAKARTA Yanuar Satrio. P, Nina Nurdiani, Renhata Katili Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480 Telp (62-21) 5345830, Email :
[email protected]
ABSTRACT This research aims to make improvements to the Creative Economy through the integration of space in Arts Center in Jakarta . Method of research that has been used is the DescriptiveQualitative comparison study to the same projects. The analysis was conducted by and an implementation of the Linkage Theory of Roger Trancyk, the results of the analysis then tied in order to find the design criteria. The result achieved is the design plan of Arts Center with integration of space concept that is expected to provide solutions through architectural design that can improve the economics of the artists, as well as facilitating satisfactorily, and make an adequate system integration of space at the Arts Center. (YSP)
Keywords: Creative Economy, Arts Centre, Integration of Space
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan peningkatan Ekonomi Kreatif melalui Integrasi Ruang pada Pusat Kesenian di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatifdeskriptif dengan studi banding terhadap proyek sejenis. Analisis dilakukan dan diterapkan dengan Linkage Theory dari Roger Trancyk, kemudian hasil analisa dihubungkan untuk menemukan kriteria perancangan. Hasil yang dicapai ialah rencana desain Pusat Kesenian ini diharapkan mampu memberikan pemecahan masalah melalui desain arsitektur yang dapat meningkatkan ekonomi para pelaku seni, serta memfasilitasi dengan baik, dan membuat sistem integrasi ruang yang baik pada Pusat Kesenian tersebut. (YSP). Kata kunci: Ekonomi Kreatif, Pusat Kesenian, Integrasi Ruang
1
PENDAHULUAN Munculnya istilah ekonomi kreatif telah membangunkan negara-negara di seluruh benua untuk menggali dan mengembangkan potensi kreatifitas yang dimilikinya. Beberapa negara pun secara bertahap melahirkan kota-kota kreatif baru dan telah menjadi yang terdepan dalam kontribusi ekonomi kreatif. Arus ekonomi kreatif juga sedang melanda Indonesia. Ekonomi kreatif ini diyakini dapat menjawab tantangan permasalah dasar jangka pendek. Sebagai langkah nyata dan komitmen pemerintah untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia maka Presiden RI telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif tahun 2009-2015. Untuk itu dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan diperlukan pengembangan ekonomi kreatif guna mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin bertambah. Pemerintah telah melakukan kajian awal untuk memetakan kontribusi ekonomi dari industri kreatif yang merupakan bagian dari ekonomi kreatif. Industri kreatif itu sendiri didefiniskan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejerahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Untuk mengembangkan kreatifitas suatu kota, menurut Charles Landry dan Jonathan Hyams (2000) ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan untuk mengukur sebuah kota termasuk kategori kota kreatif. Di antaranya adalah dengan adanya spot kreatif di berbagai sudut kota, kalangan terdidik yang sadar untuk mengekspresikan ide dan kreatifitasnya, serta pemimpin dan kebijakan yang memberi ruang bagi terbukanya kemudahan mengembangakan berbagai industri kreatif. Sehingga dengan adanya spot kreatif tersebut dapat meningkatkan budaya intrepreneur dan rasa kebanggaan terhadap hasil produk kreatif dari kota ataupun negeri itu sendiri. Namun kebutuhan manusia saat ini tidak lagi hanya berpaku pada kebutuhan pokok, kebutuhan akan hiburan merupakan kebutuhan yang bisa dibilang menjadi tersier bahkan sekunder bagi beberapa pihak dan semakin berkembang menjadi gaya hidup baru, khususnya bagi masyarakat perkotaan. Hal tersebut ternyata berdampak pada pengadaan ruang-ruang publik yang bersifat urban. Sebagian besar perkembangan kegiatan hiburan di ruang publik perkotaan ini memang berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang-jasa, tetapi perkembangan gaya hidup pun memunculkan keinginan pemenuhan kebutuhan di sisi-sisi lain kehidupan. Hal yang mudah terlihat adalah intensitas yang bertambah pada kegiatan pertunjukan di ruang publik khususnya, yang artinya terdapat peningkatan minat masyarakat terhadap seni dan budaya. Pertumbuhan ini cenderung terjadi di perkotaan terkait pada kemudahan akses informasi, kebutuhan hiburan di tengah kesibukan pekerjaan, serta akses pendalaman kesenian secara formal yang selama ini dianggap kelas dua setelah pendidikan teknis-matematis. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar 1, terjadinya peningkatan pengunjung Galeri Salihara sejak tahun 2009-2013.
Gambar 1. Statistik Pengunjung Salihara
2
Di negara berkembang seperti Indonesia, banyak bangunan pusat kesenian yang hanya memiliki gedung kesenian dengan hanya satu/dua fungsi khusus atau gedung kesenian multifungsi seperti gedung serba guna tetapi tidak memiliki kebutuhan serta fasilitas untuk menaungi kegiatan berbagai para pelaku seni dengan baik, sehingga tidak banyak para pelaku seni luar negeri yang ingin datang ke Indonesia untuk berkarya atau menampilkan karyanya. Dengan adanya dorongan tersebut, wadah/fasilitas hiburan yang tersedia (dalam hal ini dianggap gedung pusat kesenian) di daerah perkotaan di Indonesia pun berkembang dan bertambah semakin banyak. Contoh di Jakarta, Graha Bhakti Budaya (Taman Ismail Marzuki), Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Convension Centre, Erasmus Huis dan banyak lagi. Belum lagi di kota besar lainnya. Hal yang mendorong perkembangan wadah/fasilitas-fasilitas tersebut pun dikarenakan para pelaku seni dalam negeri semakin banyak. Selain itu, sangat sedikit bangunan komersil, khususnya gedung pusat kesenian yang memiliki kualitas estetika baik, bahkan belum ada yang dapat menjadi ikon atau landmark suatu kota atau bahkan negara, seperti Sydney Opera di Australia, Esplanade di Singapura, atau National Performing Arts Centre di Beijing (Cina). Padahal jika kota Jakarta memilikinya, baik perekonomian maupun kepariwisataan di kota Jakarta bisa meningkat. Itu artinya, arsitektur juga bisa berperan besar dalam memperbaiki tingkat kesejahteraan suatu wilayah/negara.
Gambar 2. Lokasi Proyek (Pejaten, Jakarta Selatan) Pejaten merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kelurahan yang memiliki penduduk sebesar 12.000 jiwa dan dibagi menjadi 8 RW ini hampir tidak memiliki kawasan hiburan di bidang kesenian. Selain itu, Pejaten memiliki akses yang mudah dijangkau dari berbagai tempat lain. Akses ini mudah dijangkau oleh target pasar/sasaran karena dekat dari jalan tol dalam kota dan kemudian akses dari berbagai transportasi umum pun juga cukup strategis. Kemudian pada kawasan sekitar Pejaten terdapat kawasan Kemang dan Pasar Minggu yang memiliki beberapa galeri seni. Karena banyaknya gedung-gedung kesenian atau galeri-galeri, kawasan Jakarta Selatan memang dikenal sebagai tempatnya para pelaku kreatif melakukan kegiatan aktivitas dan memamerkan karya-karya yang mereka miliki. Menurut Putra, D; Alhamdani, M; Gunawan, I bahwa dapat disimpulkan bahwa Perancangan Pusat Industri Kreatif merupakan langkah awal untuk mendekatkan masyarakat dengan Industri Kreatif yang bertujuan untuk menciptakan suatu kota kreatif demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui ekonomi kreatif. Oleh karena itu, konsep perancangan pusat industri kreatif ini adalah sebagai berikut: menjadi bagian dari lingkungan masyarakat, sebagai ruang publik hijau kota, sebagai landmark kawasan sekitar, dan sebagai penggerak kreativitas. Kemudian menurut Wiedmann, F; Salamaa, A.M; Thierstein, A (2012) bahwa sebuah ruang dalam perkotaan dapat meningkatkan ekonomi kota apabila dalam ruang tersebut dapat membuat masyarakat umum berinteraksi secara global dan dapat diakui keberadaannya. Dengan begitu maka lembaga-lembaga dan perusahaan dapat melihat langsung kualitas dari sumber daya manusia yang ada pada kota tersebut. Karena ruang tersebut dapat membuat sebuah interaksi sosial dan ekonomi terjadi. 3
Oleh karena itu, dengan adanya perancangan fasilitas gedung pusat kesenian dengan peruntukan yang fleksibel untuk para pelaku seni ini diharapkan rencana gedung kesenian ini dapat menjadi sentral/pusat aktivitas bagi para pelaku seni untuk meningkatkan perekonomian mereka juga memfasilitasi pengunjung dengan hubungan integrasi ruang-ruang yang baik, serta landmark untuk wilayah tersebut dan wilayah sekitarnya atau mungkin untuk negara dengan lokasi yang strategis sesuai dengan peruntukan, sasaran, image tempat dan dapat dapat berintegrasi antar ruang-ruang ada dan dengan bangunan sekitar, semoga dapat menjawab semua permasalahan yang ada. Adapun ruang lingkup pembahasan yang terkait dalam proyek Pusat Seni adalah sebagai berikut: 1. 2.
Jenis ekonomi kreatif dan jenis seni yang akan diwadahi pada Pusat Seni. Kebutuhan sarana dan prasarana yang dapat menunjang serta memfasilitasi kegiatan seni maupun kegiatan ekonomi kreatif di Pusat Seni yang akan direncanakan dan dirancang dengan pendekatan integrasi ruang.
METODE PENELITIAN Metode Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif dengan studi banding terhadap proyek sejenis. Data Studi banding terhdap proyek sejenis dilakukan di 2 tempat, yang pertama dilakukan di Taman Ismail Marzuki Jakarta, yang kedua dilakukan Selasar Sunaryo Bandung karena sebagai perbandingan untuk proyek sejenis. Data Primer Data primer diperoleh melalui : o
Dokumentasi Peneliti melakukan pengambilan foto yang digunakan sebagai bukti dari data yang diteliti dan untuk memperjelas fasilitas serta kebutuhan ruang yang diperlukan.
o
Wawancara Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka yang dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kebutuhan ruang, dan fasilitas yang terkait. Sumber yang diwawancarai yaitu pengelola galeri.
Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, dengan mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditentukan. Referensi menggunakan buku, jurnal, artikel penelitian, atau dari internet. Analisa Data • •
Data-data yang diperoleh dibandingkan dengan literatur maupun hasil wawancara sebagai tolak ukur dalam peninjauan desain yang telah ada. Analisa dan pembahasan meliputi pola penataan, elemen pembentuk ruang sehingga menciptakan ruang interior yang sesuai.
HASIL DAN BAHASAN Analisa Proyek Sejenis Analisa Proyek sejenis yang dilakukan adalah dengan studi banding terhadap Selasar Sunaryo Art Space dan Taman Ismail Marzuki.
4
Selasar Sunaryo Art Space
Gambar 3. Gambar Selasar Sunaryo Art Space Selasar Sunaryo berada di propinsi Jawa Barat, di kecamatan Lembang, letaknya di awasan perbukitan alami yang beralamat di bukit Pakar Timur no.100, Dago Bandung.Berletak di kawasan perbukitan sangat menentukan pola peletakan fungsi, berikut pengelompokan masa Selasar Sunaryo berdasarkan fungsinya. Diperlukan ruang-ruang kreatif bagi para pengrajin untuk dapat menghasilkan produk khas daerah wisata yang tidak dapat ditemui di daerah lain. Salah satu tempat yang paling penting bagi seorang pengrajin untuk bisa menghasilkan karya adalah bengkel kerja atau studio. Bengkel kerja atau studio sebagai ruang kreatif harus dihubungkan dengan daerah wisata sehingga tercipta linkage atau konektivitas. Konektivitas tersebut diperlukan untuk mempermudah rantai produksi (Evans, 2009). Pada bangunan Selasar Sunaryo Art Centre terlihat bahwa kawasan ini mendekati implementasi model linkage dimana dari segi ekonomi kreatif produk kerajinan dapat terjual, hal ini diperlukan untuk mempermudah rantai produksi. Berdasarkan hasil analisa yang dicocokan dengan Linkage Theory, bangunan Selasar Sunaryo Art Space ini menggunakan jenis linkage visual dengan penggunaan elemen Garis, elemen Sisi, dan elemen Irama. Taman Ismail Marzuki TIM dibangun pada tahun 1968, dimulai dengan adanya usulan dari para seniman (Tresno Sumarjo, H.Yasin, dll.) untuk membangun suatu wadah bagi seniman untuk berkumpul. TIM dikelola oleh Badan Pengelola Pusat Kesenian Jakarta (BP PKJ) di bawah Pemda DKI dan merupakan aset DKI Jakarta. •
Peletakan bangunan dan ruang luar : Di dalam kawasan TIM, terdapat kawasan yang dikelola oleh BP PKJ, yaitu teater, cafe & kios, kantor pengelola, dan sanggar. Selain itu, terdapat pula planetarium, IKJ (Institut Kesenian Jakarta), masjid, 21 cineplex, dan gedung arsip yang masih terdapat di dalam kompleks TIM.
Gambar 4. Siteplan TIM 5
Dari hasil analisa yang dicocokan dengan Linkage Theory, kawasan bangunan Taman Ismail Marzuki ini menggunakan jenis linkage visual dengan penggunaan elemen Garis, elemen Koridor, elemen Sisi, elemen Sumbu, dan elemen Irama. Kemudian berdasarkan hasil studi banding Selasar Sunaryo Art Space dan Taman Ismail Marzuki didapatkan bahwa Selasar Sunaryo Art Space memiliki ruang-ruang yang terintegrasi lebih baik dari Taman Ismail Marzuki dan keduanya memiliki kebutuhan ruang yang cukup memadai, lalu dari kebutuhan ruang kedua bangunan dilakukan kombinasi pemilihan ruang-ruang yang dibutuhkan dalam rencana banguna Art Centre yang akan dirancang. Pola integrasi ruang yang ada dari Selasar Sunaryo Art Space akan dikembangkan untuk diterapkan pada Art Centre yang akan dirancang. Analisa Aspek Lingkungan dan Tapak Sebelum melakukan analisa lingkungan, dibutuhkan pengenalan terhadap kawasan tapak secara fisik sebagai berikut: •
Kedudukan administrasi tapak Provinsi : DKI Jakarta Kotamadya : Jakarta Selatan Kecamatan : Pasar Minggu Kelurahan : Pejaten Barat
•
Batas Tapak Utara Timur Selatan Barat
: Mall Pejaten Village : Pemukiman warga : Nissan Showroom Cars : Pertokoan Umum
Pejaten merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kelurahan yang memiliki penduduk sebesar 12.000 jiwa dan dibagi menjadi 8 RW ini hampir tidak memiliki kawasan hiburan di bidang kesenian. Selain itu, banyaknya gedung-gedung kesenian atau galeri-galeri, kawasan Jakarta selatan memang dikenal sebagai tempatnya para pelaku kreatif melakukan kegiatan aktivitas dan memamerkan karya-karya yang mereka miliki. Lokasi tapak yang dipilih berada tepat di sebelah selatan gedung Mall Pejaten Village, sehingga diharapkan akan memiliki integrasi ruang yang baik antara bangunan gedung kesenian yang direncanakan dengan Mall Pejaten Village tersebut. Selain itu, Pejaten memiliki akses yang mudah dijangkau dari berbagai tempat lain. Akses ini mudah dijangkau oleh target pasar/sasaran karena dekat dari jalan tol dalam kota dan kemudian akses dari berbagai transportasi umum pun juga cukup strategis. Kemudian pada kawasan sekitar Pejaten terdapat kawasan Kemang dan Pasar Minggu yang memiliki beberapa galeri seni. Tapak yang dipilih masih merupakan lahan kosong hijau dengan peruntukan Kkt – Kpd.
Gambar 5. LRK Lokasi Proyek • Luas lahan tapak : 8.198,72 m2 • Peruntukan Lahan : Kkt - Kpd • KDB / KLB : 55% / 3 6
• KTB : 8 lantai • Luas lantai dasar bangunan yang dapat dibangun : 4400 m2 • Luas total bangunan yang dapat dibangun : 3 x 8000 = 24000 m2
Analisa Potensi Sekitar Tapak
Gambar 6. Analisa Potensi Sekitar Tapak Area dengan nomor 1 merupakan Lokasi Tapak dengan luasan 8.198,72 m2, lalu area dengan nomor 2 adalah Mall Pejaten Village, merupakan pusat perbelanjaan dan juga sebagai hiburan warga sekitar. Area ini dapat memberi banyak potensi pengunjung, sehingga memungkinkan untuk dirancangnya ruang integrasi yang menghubungkan Mall Pejaten Village dengan Art Centre yang akan dirancang. Area nomor 3 menunjukkan Majelis Taklim (MT) Az Ziyadah dan Majelis Taklim Fatahillah, diharapkan memiliki potensi sebagai pelaku seni, peserta didik, maupun pengunjung sebagai sarana edukasi. Kemudian area nomer 4 dan 5 adalah LIPIA Jakarta dan Pizza Hut yang diharapkan memiliki potensi sebagai pengunjung. Pada area nomor 6 dan 7 merupakan Showroom Cars dan Nissan Showroom Cars. Kemudian padaarea nomor 8 adalah area pemukiman yang diharapkan mampu menjadi pelaku seni, peserta didik dan juga pengunjung dari Art Centre yang telah dirancang. Analisa Matahari
Gambar 7. Analisa Matahari Dikarenakan view terbaik pada lahan ini menghadap jalan, akan tetapi view ini menyulitkan karena fasad utama harus menghadapi matahari barat langsung yang akan diatasi menggunakan dinding yang ditebalkan dengan bukaan yang sedikit atau menggunakan second skin. Analisa Angin
7
Gambar 8. Analisa Angin Angin pada lokasi ini berhembus dari arah selatan menuju arah utara, sehingga orientasi pada bangunan Art Centre akan dirancang secara melebar untuk memaksimalkan penghawaan alami.
Analisa View
Gambar 9. Analisa View Area (+) merupakan area yang baik sebagai view karena langsung menghadap ke arah jalan utama, sehingga menjadi fasad utama dari Art Centre yang direncanakan, kemudian diharapkan dapat menarik yang melihat menjadi pengunjung dengan desain fasad yang diupayakan bisa menjadi landmark. Area (-) menjadi area yang kurang baik untuk dijadian view karena menghadap ke area pemukiman warga yang padat, serta memiliki akses jalan yang kecil untuk dilewati. Kemudian tidak mungkin menghadirkan fasad menghadap bagian samping Mall Pejaten Village dikarenakan bangunan yang tinggi dan besar, serta memiliki fasad yang cukup baik, sehingga bangunan Art Centre ini harus lebih baik dari fasad Mall Pejaten Village. Maka Art Centre yang akan dirancang pada lokasi ini diharuskan memiliki fasad yang baik, unik, dan sangat menarik yang dapat menjadi landmark pada sekitar kawasan ini, kota atau bahkan negara. Analisa Aspek Manusia Analisa Jenis Kegiatan Pengguna dari Art Center ini ada berbagai macam jenis diantaranya adalah pengunjung, pelaku seni, dan pengelola. Aktivitas yang akan berlangsung di Art Centre ini adalah: • • • •
Pameran dan Pertunjukan, adalah kegiatan aktivitas yang berlangsung di Art Center antara karya-karya para pelaku seni terhadap pengunjung yang datang untuk menikmati, misalnya melihat pameran karya seni atau menyaksikan pertunjukan seni. Pelatihan dan Seminar, yaitu kegiatan yang bersifat edukasi atau belajar mengajar keterampilan dibidang seni dimana terdapat pelaku seni sebagai pengajar dan peserta didik sebagai murid. Kegiatan penunjang, yaitu kegiatan yang bersifat menunjang fungsi dari Art Center ini dan menjadikan aktivitas jual-beli yang mendukung keberlangsungan Art Center, seperti restoran atau toko yang menjual karya-karya seni. Servis, adalah kegiatan yang mendukung bagian kegiatan utama dari Art Center itu sendiri, baik itu secara langsung maupun tidak langsung, seperti toilet dan musholla.
Analisa Kebutuhan dan Fungsi Ruang Berdasarkan hasil analisa studi banding yang dilakukan, muncul kebutuhan ruang beserta fungsi-fungsi ruang pada Art Centre yang akan dirancang pada proyek ini (diluar kebutuhan ruang untuk utilitas, area parkir, area servis, toilet, ruang listrik, ruang mekanikal dan elektrikal, mushola dan lain sejenisnya. Diantaranya adalah:
8
Tabel 1. Kebutuhan Ruang Art Centre Nama Ruang Galeri Pameran Seni Rupa 1 Galeri Pameran Seni Rupa 2 Galeri Pameran Seni Pertunjukan Area Pameran Terbuka Amphitheatre Teater Central Space Ruang Latihan Gudang Restaurant/Cafe Toko Kantor Pengelola
Fungsi Ruang Pameran karya-karya dari pelaku seni rupa Pameran karya-karya dari pelaku seni rupa Pameran karya-karya dari pelaku seni pertunjukan Pameran karya-karya yang tahan terhadap cuaca (ukiran batu atau sejenisnya) Digunakan untuk ruang pertunjukan terbuka Sebagai salah satu media ekspresi karya seni secara indoor Ruang utama yang mengintegrasikan banyak ruang-ruang lainnya Digunakan untuk latihan, diskusi dan lain sebagainya Untuk menyimpan beberapa kebutuhan yang diperlukan Untuk menikmati hidangan makanan Untuk menjual suvenir dan beberapa hasil karya para pelaku seni Untuk mengurus segala urusan yang terkait dengan Art Centre tersebut
Hasil analisa kebutuhan ruang yang didapat kemudian dianalisa lebih lanjut untuk mendapatkan luasan ruang. Perhitungan kebutuhan luasan ruang diambil berdasarkan atas beberapa pertimbangan: •
Perkiraan jumlah pengunjung rata-rata per hari berdasarkan kapasitas art centre. Pertimbangan ini diambil mengingat kecenderungan pengunjung yang datang sebagian besar memanfaatkan fasilitas kuliner serta fasilitas pada art centre yang menjadi bagian dari potensi ekonomi kreatif yang perlu dikembangkan dan disediakan fasilitas yang mendukung berjalannya sektor-sektor tersebut. Diperkirakan kapasitas yang disediakan : o Galeri Pameran Seni Rupa 1 = 100 orang o Galeri Pameran Seni Rupa 2 = 50 orang o Galeri Pameran Seni Pertunjukan = 50 orang o Teater = 600 orang o Amphitheatre = 150 orang o Ruang Pameran Terbuka = 50 orang o Toko Suvenir = 20 orang o Restoran/Kafe = 100 orang o Ruang Latihan = 100 orang o Jumlah pengunjung = 1.250 orang
Analisa Aspek Bangunan Analisa Gubahan dan Skematik Desain Berdasarkan Program Ruang, Diagram Hubungan Ruangan, dan Zoning Area, muncul sebuah bentuk gubahan masa dan skematik desain. •
Zoning Area dan Gubahan Massa
9
Gambar 10. Zoning Area
Gambar 11. Gubahan Massa Berdasarkan diagram hubungan ruang, terdapat tiga pembagian area dari pengelompokan kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung pada Art Centre ini. Pertama adalah Central Space yang menjadi ruang integrasi pertama dan menjadi sentral dari pengelompokan kegiatan seni rupa. Kedua adalah Ruang Pameran Terbuka sebagai ruang integrasi kedua dan juga menjadi area yang bergerak dan juga aktif, yaitu menjadi penghubung ruang latihan, area restoran, central space, dan juga akses penghubung Mall Pejaten Village. Kemudian yang ketiga adalah Amphitheatre sebagai ruang pertunjukan terbuka yang menghubungkan pengelompokan ruang di area seni gabungan. Berikut merupakan pembagian ruang-ruang integrasi dari pola diagram hubungan ruang yang ada.
Gambar 12. Pembagian Ruang Integrasi 10
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, peningkatan Ekonomi Kreatif melalui integrasi ruang pada Pusat Kesenian perlu dilakukan. Melihat kondisi realita kurangnya Art Centre di Jakarta yang memiliki sirkulasi antar ruang yang baik dan integrasi ruang yang dapat menghubungkan ruangan-ruangan secara baik dan efektif, serta Art Centre yang kurang menarik dari segi arsitektur yang menjadikan galeri-galeri lainnya yang ada di Jakarta tidak dijadikan pilihan dalam bentuk kegiatan acara seni. Hanya beberapa galeri seni saja dari sekian banyak galeri di Jakarta yang menjadi pilihan kegiatan-kegiatan maupun acara seni, sehingga terjadi penumpukan atau antrian kegiatan acara seni sampai beberapa bulan bahkan hitungan tahun untuk berhasil mendapatkan tempat galeri seni yang layak seperti contoh Taman Ismail Marzuki, Selasar Sunaryo, Galeri Salihara dan beberapa Art Centre lainnya yang tidak berjumlah banyak. Maka diharapkan bangunan Art Centre ini dapat mewadahi kegiatan-kegiatan serta aktivitas lainnya untuk para pelaku seni dengan jenis seni yang telah ditentukan berdasarkan segi fungsionalnya yaitu seni rupa dan seni gabungan, lalu dapat meningkatkan ekonomi mereka, juga memfasilitasi pengunjung dengan hubungan integrasi ruang-ruang yang baik. Ruang integrasi yang dihadirkan dalam beberapa bentuk ruang, diantaranya adalah Central Space, Amphitheatre, dan Ruang Pameran Terbuka. Masing-masing ruang integrasi tersebut membentuk sebuah area masing-masing seperti area untuk seni rupa, seni gabungan, dan area aktif dalam pergerakan manusia. Ruang-ruang ini dihadirkan berdasarkan kebutuhan secara fungsi serta sebagai penghubung antar ruang-ruang lainnya agar terjadi sirkulasi yang baik secara efektif dan efisien. Art Centre ini memiliki ruang kegiatan untuk melakukan latihan seni yang tak dibatasi oleh waktu, sehingga dapat mendukung para pelaku seni untuk berlatih dan bereksplorasi lebih baik, serta didukung dengan adanya area restoran yang beroperasi selama 24 jam yang pada akhirnya bangunan ini dapat menunjang ekonomi para pelaku seni. Kemudian diharapkan bangunan Art Centre ini dapat menjadi landmark sekitar kawasan yang dapat menjadi daya tarik pelaku seni maupun pengunjung dari berbagai pelosok negeri atau bahkan mancanegara. Bentuk bangunan dihasilkan dari analisa manusia, lingkungan, dan bangunan. Dengan analisa manusia kebutuhan ruang, luasan ruang, dan hubungan antar ruang . Lalu dengan analisis lingkungan, bentuk massa bangunan yang dihasilkan sesuai dengan orientasi dan keadaan lingkungan sekitarnya.
Gambar 13. Gubahan Massa
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran untuk penelitian berikutnya, antara lain : • Survey ke lokasi tapak yang menjadi obyek penelitian sehingga dapat melihat langsung keadaan yang sebenarnya, sehingga dapat mengetahui apa saja yang harus dianalisa dan diobservasi pada lokasi tersebut. • Memanfaatkan waktu yang diberikan dengan sebaik-baiknya dalam mengumpulkan data dan melakukan penelitian sehingga nantinya akan didapatkan hasil penelitian yang optimal dan akurat • Fokus dalam melakukan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang ada sehingga mampu menjawab permasalahan.
11
REFERENSI Jurnal Putra, D., Alhamdani, M., Gunawan, I. (2013) Jurnal Online Mahasiswa Arsitektur “Langkau Bentang”. Pusat Industri Kreatif di Kota Pontianak. Universitas Tanjungpura. Indonesia. Wiedmann, F., Salamaa, A.M., Thiestein, A (2012). Urban Evolution of The City of Doha: An Investigation Into The Impact of Economic Transformations on Urban Structures, Qatar Univesity. Doha, Qatar.
Internet Kandunk (2014) Pengertian dan 15 Jenis Ekonomi Kreatif di Indonesia diakses tanggal 24 September 2014 dari http://silontong.com/2014/06/16/pengertian-dan-15-jenis-ekonomi-kreatif-di-indonesia/ Pusdatin (2015) Inilah Peraturan Tentang Badan Ekonomi Kreatif diakses tanggal 3 Februari 2015 dari http://setkab.go.id/inilah-peraturan-presiden-tentang-badan-ekonomi-kreatif/ Undip (2010) Alun Alun Pekalongan diakses 5 http://eprints.undip.ac.id/27411/1/ALUN_ALUN_PEKALONGAN.pdf
Februari
2015
dari
Vania, R.Aj.E., Riyanto R.A., Mujihartini, R., Sari, R.C., Lukman, S.F. (2013) Artikel Selasar Sunaryo Art Space diakses tanggal 28 September 2014 dari http://fariable.blogspot.com/2011/07/selasar-sunaryo-art-space.html
RIWAYAT PENULIS Yanuar Satrio Pratomo lahir di kota Jakarta pada tanggal 23 Januari tahun 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada tahun 2015.
12