Peningkatan Karakter Islami Melalui Media Kreatif Ular Tangga: Penelitian Tindakan di Kelompok B PAUD Bintang, Jakarta Susianty Selaras Ndari (
[email protected]) Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (UHAMKA), Jakarta Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses peningkatkan perilaku karakter Islami anak kelompok B PAUD Bintang melalui kegiatan bermain menggunakan media kreatif ular tangga. Penelitian dilakukan di PAUD Bintang, Jakarta dimulai pada bulan Maret sampai April 2016.Subyek penelitian adalah anak kelompok B yang berjumlah 10 anak PAUD Bintang, Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan model Kemmis dan Mc. Taggart, dilakukan dalam dua siklus dengan 8 pertemuan pada siklus pertama dan 7 pertemuan dalam siklus kedua. Setiap siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu: a) perencanaan, b) tindakan, c) observasi, d) refleksi.Analisis data menggunakan data kualitatif dan data kuantitaf. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengamati peningkatan perkembangan kriteria perilaku karakter Islami anak mulai sebelum siklus sampai siklus II.Kriteria peningkatan perilaku karakter Islami anak ditetapkan sebesar 71%.Data pra penelitian mendapatkan rata- rata presentase sebesar 33,3%, kemudian data siklus I mendapatkan rata-rata presentase sebesar 58,4%, dan data siklus II diperoleh sebesar 87,6%. Dari hasil akhir siklus II anak yang memperoleh hasil tertinggi sebesar 91% diperoleh oleh responden SR dan DWL.Sedangkan yang memperoleh hasil terendah dengan perolehan persentase rata-rata 83% adalah Responden RED. Analisis data kualitatif model Milles dan Hubberman dengan langkah sebagai berikut: Memilah data, menampilkan data, dan memverifikasi data. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa media kreatif ular tangga dapat meningkatkan perilaku karakter Islami anak kelompok B PAUD Bintang, Jakarta. Kata kunci: Karakter Islami, Media ular tangga, penelitian tindakan. The aim of this research is to know the increasing process the Islamic Character of grade B Kindergarten students through creative media Snake and Ladder Game. The research was carried out in PAUD Bintang, Jakarta from March to April 2016. Subjects were grade B in PAUD Bintang, Jakarta consisting of 10 children. This research used action research method based on the model of Kemmis and Mc. Taggart. There were two cycles consisting of 8 sessions in the first cycle. The cycle consisted of four steps: a) planning, b) acting/ action, c) observations (observing), d) reflection (reflecting). The analysis of data was employed using qualitative and quantitative approaches. Based on quantitative data analysis, there was improvement. The predetermined criteria of the increased Islamic Character of children was 71%. In the pre cycle average percentage of children Islamic Character was 33,3%. The end of first cycle showed that the average percentage of children Islamic Character was only 58,4%, and it became 87,6%. Qualitative analysis data adopted Milles and Hubberman model by steps: reduction, display, and verification. The result showed that creative media Snake and Ladder game activities were effective enough to develop Islamic Character of student in grade B PAUD Bintang, South Jakarta.
PENDAHULUAN Dewasa ini kita saksikan terjadinya dekadensi moral yang dapat kita saksikan dimana- mana. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat data bahwa terjadi peningkatan anak sebagai pelaku kekerasan dibandingkan anak sebagai korban. Hal ini sangat memprihatinkan bagi seluruh masyarakat, dan tidak terlepas dari dampak
THE 1st UICIHSS | 377
gempuran arus informasi melalui perkembangan tehnologi yang menyajikan konten adegan kekerasan, dan mudahnya anak mengakses materi yang berisi adegan kekerasan melalui situs online dan video youtube, serta belajar perilaku kekerasan sekaligus melihat berbagai macam bentuk kekerasan yang dilakukan anak, sedangkan perkembangan emosionalnya belum siap. Anak belum mampu memahami bahwa perilaku kekerasan tersebut hanya terjadi di dunia maya dan tidak boleh dilakukan di dalam pergaulan anak sehari- hari dengan teman- temannya baik di lingkungan sekolah maupun rumah. Tentunya hal ini sangat kontradiksi dengan isi Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”Sedangkan fungsi pendidikan nasional adalah: mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh orang tua dan pendidik dalam mengasuh, membimbing agar menciptakan lingkungan yang memacu anak untuk bereskplorasi terhadap pengalaman-pengalaman yang ada di lingkungan. Pada umumnya pendidik dan orangtua hanya memberikan pendidikan kognitif saja seperti membaca, menulis dan menghitung yang kesemuanya berkaitan dengan kecerdasan intelektual (IQ), sehingga pendidikan moral/ karakter Islami terabaikan. Tanpa disadari meningkatnya anak sebagai perilaku kekerasan mencerminkan tidak terlaksananya internalisasi pendidikan agama karakter Islami. Pendidikan yang menekankan kecerdasan kognitif semata tidak mampu menanamkan nilai- nilai karakter Islami pada anak. Anak usia 5-6 tahun berada pada usia yang menyenangkan karena mulai berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas. Anak mulai mencari jati diri, mulai mengembangkan seluruh potensi dirinya, dan mulai bergaul dengan teman sebaya, serta Orang dewasa di sekitar lingkungannya. Pengalaman yang diperoleh anak dalam bersosialisasi dapat mengembangkan perilaku moral dan merupakan proses untuk mewujudkan diri sendiri. Salah satu factor yang mempengaruhi karakter Islami anak ialah melalui, aturan yang konsisten dilaksanakan, role model, metode belajar, bimbingan yang tepat serta media kreatif. Anak yang mendapat bimbingan yang tepat dan menggunakan media kreatif akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik daripada anak yang tidak
378 | THE 1st UICIHSS
menggunakan media pembelajaran. Dengan media kreatif yang menarik, diharapkan anak dapat diarahkan untuk melaksanakan sesuatu yang bermanfaat bagi perkembangan yang sedang dijalani dan meningkatkan karakter Islami serta sebagai dasar untuk menjalani perkembangan kehidupan selanjutnya Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, di PAUD Bintang Jakarta Selatan dalam beberapa aktivitas masih banyak anak yang belum memperlihatkan karakter Islami. Hal tersebut terlihat ketika berlangsungnya proses pembelajaran masih terlihat adanya anak yang diam saat ditanya tentang perilaku yang tidak boleh dilakukan (karakter hati nurani), beberapa anak tidak menghargai benda miliknya atau benda milik orang lain (rasa Hormat) dan tidak mengaku ketika ditanya oleh guru pada saat anak mengambil makanan temannya pada saat makan siang (karakter jujur). Hasil observasi awal diperoleh kemampuan karakter islami anak sebesar 33,3%. Hasil observasi di lapangan juga memperlihatkan saat pembelajaran berlangsung guru mengajar secara klasikal dengan metode ceramah dan tanya jawab, dan menggunakan LK sehingga pembelajaran sangat monoton akibatnya proses pembelajaran dilaksanakan satu arah, yang tidak sesuai dengan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada anak (child learning centered). Selain itu prinsip pembelajaran pada anak usia dini “bermain sambil belajar” tidak terlaksana.Pendidikan karakter Isalmi akan menarik dan lebih mengena tepat sasaran jika dilakukan dengan mengguankan media kreatif yang tepat dan menyenangkan. Pembelajaran di Taman kanak- kanak dilaksanakan dengan berbagai macam media seperti media bahan alam, tanah lempung, lego atau balok dan media kreatif ular tangga. Media kreatif ular tangga merupakan permainan yang dapat dilakukan bersama-sama dalam kelompok atau individu. Berdasarkan hal- hal yang telah dideskripsikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai penggunaan media kreatif ular tangga dalam meningkatan karakter Islami anak kelompok B PAUD Bintang Jakarta Selatan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses dan hasil peningkatan karakter Islami melalui media kreatif ular anak kelompok B di PAUD Bintang, Jakarta. Karakter Islami anak Menurut Santrock(2007: 126) Proses dasar Reinforcement (Penguatan), Punishment (Hukuman), dan Imitation (Peniruan), dianggap menjelaskan cara anak belajar tentang respon tertentu dan kenapa respons individu berbeda dengan respons individu yang lain. Saat anak diberi Reinforcement atas perilaku konsisten mereka dengan hukum konvensi sosial, mereka akan lebih cenderung mengulangi perilaku yang sama tersebut. Sesuai kateristik anak usia dini yang bersifat menyerap seluruh apa yang dilihat, dan didengar di sekitarnya, ketika ada model yang berperilaku moral maka anak akan mengadopsi perilaku tersebut. Tetapi pada individu yang menerima hukuman atas
THE 1st UICIHSS | 379
perilaku imoral mereka perilaku tersebut dapat dihilangkan, tetapi akibat adanya persetujuan atas diberlakukannya hukuman setiap kali muncul kasus yang sama dan dapat menyebabkan efek samping emosional terhadap individu. Keefektifan Rewad and Punishment tergantung dari konsistensi dan pengaturan waktu. Keefektifan model tergantung dari karakteristik model dan juga kemampuan kognisi pengamat. Piaget percaya bahwa “hubungan timbal balik dalam relasi teman sebaya akan memajukan perkembangan moral anak (Santrock: Psikologi, 2010). Selanjutnya Piaget dalam palmer (2006) mengatakan: metakognisi dalam- struktur itu dan mengontrol tindakan, meskipun knower tidak sadar atas pengaturan tindakan ini” akan tetapi banyak orang yang tahu, namun tidak berperilaku sesuai pengetahuan yang dikuasainya. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang mengkristal dengan pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action). Freud dalam Santrock (2007), membagi kesadaran moral pada manusia menjadi tiga, antara lain; id, ego dan superego. Ketiga kesadaran moral ini berlangsung selama kehidupan manusia, sejak lahir hingga manula (manusia lanjut usia). Id merupakan tingkatan pertama yang dapat terjadi pada anak pasca lahir. Sedangkan menurut Annis Matta, (2003: 67-70), terdapat beberapa kaidah atau strategi dalam pembentukkan karakter seorang Muslim, yaitu sebagai berikut: 1) Kebertahapan, artinya proses perubahan, perbaikan, dan pengembangan harus dilakukan secara bertahap. Perubahan yang diharapkan tidak dapat terjadi secara instan. 2) kesinambungan, artinya perlu ada latihan yang dilakukan secara terus menerus. Sebab proses yang berkesinambungan inilah akan membentuk rasa dan warna berpikir seseorang. 3) motivasi instrinsik, artinya karakter anak terbentuk secara kuat dan sempurna jika didorong oleh keinginan sendiri dari dalam diri anak. Oleh karena itu pendidikan harus menanamkan motivasi yang kuat dan lurus serta melibatkan aksi fisik yang kuat, ini karena kedudukan seorang selain untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan anak-anak, juga berfungsi sebagai unsur perekat, tempat curhat, dan sarana tukar pikiran bagi anak didiknya. 4) pembimbing, artinya anak memerlukan bantuan orang lain untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada dilakukan seorang diri. Dalam Pendidikan Islam dikenal istilah Tansyiah Khuluqiyah atau Pendidikan moral, istilah ini bertujuan agar anak mengendalikan dirinya berdasarkan nuraninya. Pendidikan moral atau akhlak sangat diperlukan dan harus diberikan sedini mungkin dengan berdasarkan atas ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qu’ran dan sunnah Rasulullah. Sebagai pedoman moral atau Ahlak yang baik itu terdapat dalam diri Rasulullah SAW, seperti dalam firman Allah sebagai berikut:
380 | THE 1st UICIHSS
Artinya: “Sesungguhnya dalam diri Rasulullah terdapat suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan keselamatan di Hari Akhirat, serta banyak mengingat Allah.”(S.Q.Al-Ahzab:21). Selain itu pendidikan Ahlak yang baik seperti tolong menolong, saling menghormati, saling menutupi aib saudaranya tersirat dalam Hadis riwayat Ibnu Umar ra.: “Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, dia tidak boleh menzaliminya dan menghinakannya. Barang siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan memenuhi keperluannya. Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat nanti. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat.” (Shahih Muslim No.4677). Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab dalam menginternalisasikan nilainilai religius dan berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang menarik. Maskawaih dalam Farihen (2015), berpendapat bahwa ahlak (karakter) membutuhkan pelatihan jiwa dan meluruskan melalui pendidikan serta membersihkan (keburukkannya), sehingga ahlak menjadi kebiasaan (terinternalisasi) ke dalam diri anak. Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan pandai besi maka percikan atau bunga api akan mengenai kita. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Hal yang tidak bisa diabaikan dalam pembangunan karakter anak adalah membangun hubungan spiritual dengan Allah Swt.
THE 1st UICIHSS | 381
Pendidikan yang menstimulasi perkembangan karakter anak pada intinya berisi tentang kajian yang berkenaan dengan norma dan nilai yang bermuara pada pembentukan moral. Slavin dalam Nurjannah (2016), mengatakan pada waktu usia 6 sampai 8 tahun konsep-konsep moral pada anak-anak mengakui keberadaan aturan, walaupun mereka tidak konsisten mematuhinya. Anak-anak pada usia ini juga tidak mempunyai pemahaman bahwa aturn permainan dapat berubah-ubah dan merupakan sesuatu yang dapat diputuskan sendiri oleh kelompoknya. Sebaliknya mereka melihat aturan sebagai sesuatu yang diberlakukan oleh wewenang yang lebih tinggi dan tidak diubahSelanjutnya Hurlock (2007: 98), menjelaskan bahwa anak yang mempunyai IQ tinggi cenderung lebih matang dalam penilaian moral daripada anak yang tingkat kecerdasannya lebih rendah, dan anak perempuan cenderung membentuk penilaian moral yang lebih matang daripada anak laki-laki. Kohlberg mengembangkan kemampuan penalaran moral dan tingkat kesadaran moral. Dalam teorinya, Kohlberg membagi tiga tingkat perkembangan moral dengan enam tahap. Ketika tingkat perkembangan tersebut antara lain; prakonvensional, konvensional dan pascakonvensional / moralitas dewasa. Ketiga teorinya berlandaskan pada suatu cerita mengenai “Heinz yang mencuri obat”. Media Kreatif Ular Tangga Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat atau media yang menghasilkan pengertian atau memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak. Menurut Gallahue (1989) dalam (Hartati: 2005:85) menjelaskan bahwa bermain adalah suatu aktivitas yang langsung dan spontan yang dilakukan seorang anak bersama orang lain atau dengan menggunakan benda-benda disekitarnya dengan senang, sukarela, dan imajinatif, serta dengan menggunakan perasaanya, tanganya atau seluruh anggota tubuhnya. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2014:3) menyatakan bahwa: media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa bermain merupakan aktifias yang dilakukan anak secara spontan tanpa paksaan baik mengguanakan media ataupun tidak mengguanakn media. Definisi media adalah mengarahkan pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT Task Force (1977:162) (dalam Latuheru, 1988:11). Definisi ini diperkuat oleh Robert Heinich dkk (1985:6) mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang
382 | THE 1st UICIHSS
mentransmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima pesan atau informasi (receiver). Media juga dapat dikatakan sebagai sarana yang menunjang proses pembelajaran. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Leslie J. Briggs dalam Feronica (2015), yang mengatakan bahwa media pembelajaran merupakan alat untuk memberikan rangsangan bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar mengajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa media memiliki peranan penting sebagai sarana pembelajaran guna menunjang proses pembelajaran. Dalam penelitian ini yang dimaksud media adalah media kreatif ular tangga. Dalam pembelajaran karakter Islami guru dapat membuat media kreatif Ular tangga yang dimodifikasi terlebih dahulu sesuai tujuan pembelajaran. Permainan ular tangga pada umumnya terdiri atas satu petak permainan yang berisi kotakkotak yang harus dilewati oleh para pemain dengan menggerakan bidak setelah sebelumnya memutar dadu terlebih dahulu. Permainan ini sangat dimainkan, mendidik dan menghibur anak-anak.
mudah
untuk
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian tindakan (action research), dimana dalam penelitian ini memusatkan pada permasalahan yang dihadapai di dalam kelas serta mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart dimana setiap siklusnya mengikuti langkah- langkah sistematis sesuai dengan pedoman penelitian dan kebutuhan penelitian. Tahapan penelitian model Kemmis dan Taggart sebagai berikut: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) pengamatan (observation), (4) refleksi (reflection). Bentuk penelitian tindakan kelas pada penelitian ini adalah memberikan suatu tindakan pada subjek yang diteliti dalam bentuk pembelajaran melalui media kreatif ular tangga untuk mengetahui pengaruhnya dalam meningkatkan karakter Islami pada anak usia 5- 6 tahun/ kelompok B. Jenis instrument yang digunakan sebagai alat pengambil data dalam penelitian tindakan ini adalah isntrumen yang mengacu pada perilaku karakter Islami anak. Untuk melihat perilaku karakter Islami dilakukan observasi dengan menggunakan instrument berbentuk lembar penilaian. Lembar penilaian terdiri atas butirbutir indiaktor yang berkaitan dengan perilaku karakter Islami anak. Pada pelaksanaannya, pedoman ini diserahkan kepada observer (peneliti dan kolaborator) yang melaksanakan pengamatan ketika proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tehnik pengumpulan data non tes. Tehnik pengumpulan non tes terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap kegiatan yang sedang berlangsung berkaitan dengan perilaku karakter Islami Analisisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitataif yaitu skor tes yang diperoleh anak dalam kegiatan pembelajaran untuk melihat aspek perilaku karakter Islami yang dinilai oleh observer melalui instrument berupa lembar observasi. Data kuantitaif dianalisis
THE 1st UICIHSS | 383
dengan menggunakan statistic deskriptif yang disajikan dalam bentuk table atau grafik. Analisis kualitatif dilakukan dengan reduksi data, display data, dan verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitain Pra Siklus Data hasil prapenelitian, rata- rata persentase peningkatan perilaku karakter Islami anak meliputi: hati nurani, rasa hormat dan berkata jujur. mendapat presentase sebesar 33.3%, dengan uraian sebagai berikut: RED 33.3%, SF 28.3%, SR 41.7%, NI 33.3%, SHI 41.7%, DWL 33.3%, ICH 30.0%, DW 40.0%, REV 25.0%, RID 27.7%. Setelah dilakukan identifiaksi masalah yang berkaitan dengan perilaku karakter Isalmi anak kelompok B di PAUD Bintang, Jakarta, selanjutnya peneliti dengan kolaborator menyusun program tindakan yang akan diberikan dalam mengatasi permasalahan perilaku karakter Islami anak di lembaga tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan tindakan, yaitu melalui kegiatan bermain melalui media kreatif ular tangga. Siklus I Berdasarkan data hasil peningkatan perilaku karakter Islami anak pada akhir siklus I mengalami peningkatan yang meliputi: hati nurani, rasa hormat dan berkata jujur, mendapat presentse rata- rata sebesar 58.4%, dengan uraian sebagai berikut: RED 35.8%, SF 35.3%, SR 38.4%, NI 35.3%, SHI 35.4%, DWL 37.0%, ICH 35.3%, DW 32.5%, REV 32.3%, RID 34.3%. Berdasarkan grafik di atas, rata- rata peningkatan perilaku karakter Islami anak belum mencapai kriteria keberhsilan yang diharapkan. Anak masih perlu untuk mendapat bimbingan serta tindakan untuk mencapai indikator perilaku Isalmi yang meliputi: Indikator hati nurani, rasa hormat dan berkata jujur. Hal ini karena peneliti dan kolaborator ingin seluruh anak mencapai peningkatan perilaku karakter Islami yang telah ditentukan. Siklus II Berdasarkan data hasil peningkatan perilaku karakter Islami anak pada akhir siklus II mengalami peningaktan signifikan yang meliputi: hati nurani, rasa hormat dan berkata jujur, mendapat presentase keseluruhan sebesar 87.6%, dengan uraian sebagai berikut: RED 83%, SF 87%, SR 91%, NI 88%, SHI 88%, DWL 91%, ICH 88%, DW 87%, REV 87%, RID 86%. Berdasarkan persentase peningkatan yang dideskripsikan bahwa peningkatan yang dicapai siswa relative stabil dan berimbang pada setiap siklusnya. Hasil analisis data menunjukkan terjadi kenaikan persentase secara keseluruhan sebesar 54.3% pada akhir siklus II. Hasil tersebut diperoleh melalui perbandingan antara persentase peningkatan perilaku karakter Islami anak pra siklus sebesar 33.3% dengan persentase
384 | THE 1st UICIHSS
peningkatan perilaku karakter Islami anak pada siklus II sebesar 87.6%. Oleh sebab itu, peneliti dan kolaborator memutuskan menghentikan penelitian hanya pada tahap siklus II. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis tindakan menyatakan bahwa melalui kegiatan bermain menggunakan media kreatif ular tangga dapat meningkatkan perilaku karakter Isalmi anak kelompok B di PAUD Bintang, Jakarta. Secara lebih jelas persentase peningkatan perilaku karakter Islami anak dapat dilihat pada grafik berikut: Diagram 1. Grafik Peningkatan Perilaku Karakter Islami Anak Pra Penelitian, Siklus I dan Siklus II 100.0% Persentase
80.0%
60.0%
Pra Penelitian
40.0%
Siklus I
20.0% REV
DW
ICH
DWL
SHI
NI
SR
SF
RED
RID
Siklus II
0.0% Anak
Pada grafik tersebut terlihat bahwa adanya peningkatan dari pra siklus hingga siklus II yang ditunjukan oleh batang orange lebih tinggi dibandingkan warna biru, kemudian terus terjadi peningkatan pada siklus II, hal tersebut terlihat dari batang grafik hijau lebih tinggi dibandingkan batang grafik warna orange. Berdasarkan hal tersebut, grafik di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan perilaku karakter Islami anak yang signifikan. Pembahasan penelitian Berdasarkan perbandingan persentase peningkatan perilaku karakter Islami anak pada pra siklus dengan data pada siklus I terjadi peningkatan perilaku krakter Islami anak sebesar 25.0% setelah diberikan tindakan kegiatan bermain menggunakan media kreatif ular tangga. Kenaikan ini belum mencapai target penelitian, sehingga perlu dilakukan siklus lanjutan karena rata- rata peningkatan perilaku karakter Islami anak belum mencapai kriteria keberhasilan. Selain itu dengan adanya siklus lanjutan untuk memantau signifikansi kenaikan yang ada. Maka peneliti dan kolaborator menyepakati untuk memberikan tindakan kembali yang tersusun dalam siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan signifikan sebesar 29.3%. Kenaikan ini telah mencapai target sebesar 71% dan persentse kenaikan secara signifikan karena adanya peningkatan yang terjadi terus menerus. Hal ini berarti indikator perilaku karakter Islami
THE 1st UICIHSS | 385
anak berada pada poin 3 yaitu berkembang sesuai harapan atau berkembang sangat baik.Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkan tindakan ke siklus berikutnya. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.Analisis data kuantitatif dilakukan secara terus menerus setiap siklus dengan persentse kenaikan. Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis data hasil catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan dokumentasi selama penelitian. Penyusunan data berdasarkan Miles dan Huberman, yaitu melalui tahapan (1) reduksi data, (2) display data, (3) kesimpulan. Secara kuantitatif pada siklus I dan siklus II diperoleh persentase kenaikan perilaku karakter Islami anak sebesar 87.6%, yang meliputi: Indikator hati nurani, rasa hormat dan berkata jujur. Persentase kenaikan secara keseluruhan sebagai berikut: Responden 1 sebesar 49.8%, responden 2 sebesar 59.0%, responden 3 sebesar 49.5%, responden 4 sebesar 54.8%, responden 5 sebesar 46.0%, responden 6 sebesar 58.1%, responden 7 sebesar 57.6%, responden 8 sebesar 46.7%, responden 9 sebesar 61.9%, dan responden 10 sebesar 59.8%. Media bermain menggunakan permaianan ular tangga telah dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun anak. Tema yang dibahas disesuaikan dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak sesuai tahapan usianya. Selain itu dalam kegiatan bermain media kreatif ular tanggga anak berinteraksi dengan teman. Anak melakukan interaksi dengan teman yang lain agar hal ini sesuai pendapat Kolhberg bahwa anak mengemabngkan moral melalui interaksi dengan teman sebayanya. Selain itu, media kreatif ular tangga dapat dijadikan penghubung untuk membahas masalah- masalah yang kontroversial atau bertentangan, dengan harapan agar anak akan mampu mengantisipasi apa yang dirasakannya serta dilakukannya dalam keadaan kehidupan yang sebenarnya. Melalui media kreatif ular tangga anak dapat berperilaku karakter Islami (hati nurani) menyebutkan perbuatan yang baik dan buruk, menyebutkan mana yang benar dan salah pada suatu persoalan, memelihara kebersihan lingkungan misalnya (Tidak mencoret-coret tembok, membuang sampah pada tempatnya) melakukan kegiatan-kegiatan yang baik saat bermain sesuai jumlah dadu yang dilempar dan gambar pada bidak. Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dipaparkan di atas mengenai peningkatan perilaku karakter Islami anak melalui media kreatif ular tangga juga dapat menjadi sarana bagi anak untuk mencoba hal- hal baru, dengan bermain mengguanakan media kreatif ular tangga anak melakukan dengan senang, tanpa paksaan, sehingga anak mendapat pengalaman belajar yang menarik dan berkesan. SIMPULAN Proses pelaksanaan pembelajaran dalam rangka meningkatkan penguasaan perilaku karakter Islami anak menggunakan media kreatif ualr tangga yang dilakukan oleh guru maupun siswa menunjukkan adanya kenaikan. Hal tersebut terlihat dari hasil observasi pemantau tindakan yang menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan seluruh aktifitas
386 | THE 1st UICIHSS
pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Secara khusus hasil penelitian menjawab masalah penelitan yaitu: 1. Perilaku karakter Islami (moral) anak kelompok B PAUD Bintang Jakarta selatan sebelum dilakukan tindakan indicator hati nurani, hormat dan berkata jujur dikategorikan rendah (33,3%). 2. Perilaku karakter Islami (moral) anak kelompok B PAUD Bintang Jakarta selatan pada siklus I indicator hati nurani, hormat dan berkata jujur dikategorikan sedang (58.4%). 3. Perilaku karakter Islami (moral) anak kelompok B PAUD Bintang Jakarta selatan pada siklus II indicator hati nurani, hormat dan berkata jujur dikategorikan meningkat signifikan (87.6%). Berdasarkan hasil simpulan di atas dapat dimaknai penelitian telah mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 71%. Berdasarkan hasil presentase tersebut, didapatkan hasil bahwa media kreatif ualr tangga dapat meningkatkan perilaku karakter Islami anak kelompok B di PAUD Bintang Jakarta, yaitu anak telah menunjukkan peningkatan perilaku karakter Islami yang berkembang sesuai harapan atau berkembang sangat baik. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka peneliti mencoba untuk memberikan saran sebagai berikut: Pengelola PAUD: 1.
2.
3.
Agar dapat lebih menyediakan sarana yang memadai dalam rangka mengembangkan perilaku karakter Islami anak, sehingga proses pengembangan berjalan dengan baik. Penelitian ini merupakan pengembangan keilmuan di program studi pendidikan anak usia dini, terutama dalam mengembangkan konsep keilmuan tentang mengembangkan perilaku karakter Islami anak. Bagi Guru hendaknya peningkatan perilaku moral/ karakter Islami anak menggunakan media kreatif yang dikembangkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, serta perilakau karakter Islami hendaknya diterapkan menjadi suatu kebiasaan pada diri anak. Peneliti. Hendaknya lebih mengembangkan karakter Islami lebih luas lagi dengan berpedoman pada Al Qur’an dan Sunnah.
DAFTAR PUSTAKA Ayatullah, Ibrahim Amini. Agar Tidak Salah Mendidik Anak. (Al huda – Jakarta,2006). Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya. (PT. Sygma Examedia Arkanleema Farihen. Peningkatan Karakter Islami melalui Pembelajaran Kooperatif: Penelitian Tindakan PAda Taman Kanak- Kanak Jakarta (Disertasi, tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Jakarta, 2015). Hairul Aysa Abdul Halim Shitiq, Rohana Mahmud. Using an Edutainment Approach of a Snake and Ladder game for teaching Jawi Script. Artificial Intelligence (Department
THE 1st UICIHSS | 387
Faculty Computer Science and Information Technology, University of Malaya Kuala Lumpur :2015). Hurlock, B. Elizabeth, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002) Khalid, Ahmad Syantut, Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak, (Bandung: syamil, 2007) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Miles B. Matthew and Huberman, A. Michael. Qualitative Data Analysis: ASourcebook of New Methods: USA, Ninth Printing, 1989. Nurjannah, Lathipah Hasanah, Ade Dwi Utami, Susianty Selaras Ndari Andini Diana Juliati. Pola Pengasuhan Untuk Perlindungan Anak Berbasis Budaya Lokal. Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak. (Jakarta: 2016) Putri, Eka Feronika. Peningkatan kreatifitas melalui media bahan bekas anak kelompok B di PAUD Bintang Jakarta Selatan. (Tesis, tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Jakarta, 2016). Sa’ dun Akbar, Penelitian Tindakan Kelas: Filosofi, Metodologi, Implementasi.(Yogjakarta: Cipta Media, 2009). Santrock, John. W. Perkembangan Anak Jilid. 2 (Jakarta: Erlangga, 2007). Selaras Ndari Susianty 3rd International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE 2014). Sudono, Anggani. Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk PAUD, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001) Suyanto, Slamet. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Widya Sesana Sangsit Komang Cahya Swastrini1 , Putu Aditya Antara 2 , Luh Ayu Tirtayani3. Penerapan Bermain Ular Tangga Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Kelompok B1 Di Tk Widya . Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (UMS 2015).
388 | THE 1st UICIHSS