IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER JUJUR DAN KARAKTER MANDIRI DI KELOMPOK B PAUD PERTIWI 1 (Studi Deskriptif Kualitatif Di Kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Penulisan Skripsi Dalam Rangka Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Oleh : Silviana Fitri A1I011065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2016
i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER JUJUR DAN KARAKTER MANDIRI DI KELOMPOK B PAUD PERTIWI 1 (Studi Deskriptif Kualitatif Di Kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
Silviana Fitri A1I011065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2016
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO :
“Tidak mudah menuang sebuah harapan sebelum mengerti suatu realita” “Bersungguh-sungguh dalam menggapai satu titik keberhasilan hingga dapat meraih sebuah kesuksesan”
PERSEMBAHAN: Puji syukur hamba curahkan kepada-Mu ya Allah atas nikmat, rahmat serta hidayah-Mu yang tiada henti-hentinya hingga detik ini, sehingga sebuah karya sederhana ini dapat ku persembahkan kepada: 1. Seseorang yang selalu menjadi panutan dalam keluarga Ayahku (TUHIRMAN) terima kasih di setiap letih dan pilu dalam perjuanganmu mencari nafkah untuk membesarkan kami anak-anakmu dan sosok wanita terhebat dalam hidupku Ibuku tercinta (TISMA RAHAYU), terima kasih di setiap doa dan air mata yang mengalir dari matamu tak luput atas segala kepentinganku dalam menyelesaikan study ini. 2. Abangku Nopiliansyah, Adik-adikku ( Rahman Arif dan Irani Auliya), terima kasih atas kebaikan kalian yang senantiasa selalu mendoakan dan memberikan motivasi untukku supaya tetap semangat dalam menyelesaikan goresan kecil ini. 3. Oneku Rusmaniar, Bucik Yani, Ayuk Wulan, Ayuk winda, Abang Robby, Nenek dan seluruh keluarga besarku yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, terima kasih atas kritikan-kritikan dan saran kalian yang membangun dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai. 4. Terima kasih atas kebaikan kalian yang senantiasa memberikan semangat hingga capek dan bosan dalam membantu menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini hingga selesai ( mbak ratna, mak selvi, mbak anggun, bunda anggun, lidia, mbak neli, mama nurhasanah, aulia, ayuk villa, iga, eci, mbak echa, dwi, mia, mbak lia, defran, novia, piko, kak amas, ayuk martin, yunda selva, uni selly, inga yetty, mbak risa, mas dika ). 5. Untuk adik-adikku ( lili, ratna, diah, fani, elvis, yaya, aristi, indah, santi, eli dan susilo ) semoga kita dapat menyelesaikan study ini dengan baik dan lancar. Sukses selalu untuk kita semua.
viii
6. Terima kasih
untuk seluruh Dosen PGPAUD UNIB yang telah memberikan
segudang ilmu pengetahuan dan menjadi orangtua keduaku pada saat di bangku kuliah UNIB 7. Keluarga besar KKN UNIB ‘73 Desa Sebrang Tunggal ( ibu dan bapak kades, adek intan, abang jevy, serly, tari, zili, eros, hendri dan wiwid ) terima kasih banyak untuk motivasi dan semua pengalaman yang luar biasa. 8. Almamaterku.
ix
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER JUJUR DAN KARAKTER MANDIRI (Deskriptif Kualitatif Di Kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu)
Oleh Silviana Fitri A1I011065 Abstrak Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana implementasi pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri, serta hambatan yang dialami oleh guru. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri, serta hambatan yang dialami oleh guru. Metode penelitian menggunakan deskriptif. Sumber data diperoleh dari kepala sekolah dan guru (B1, B2, B3). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dan observasi. Data dianalisis menggunakan model analisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan : 1) implementasi pendidikan karakter jujur yang dilakukan oleh guru yaitu a) memberikan pemahaman makna kejujuran, dengan cara memberikan contoh-contoh melalui sebuah cerita, b) mengambarkan media yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur, c) menjaga sikap disiplin, dan d) senantiasa menjadi figur yang baik bagi anak, 2) Implementasi pendidikan karakter mandiri yang dilakukan oleh guru yaitu a) memberikan keterampilan dalam mengurus diri sendiri, b) membiarkan anak untuk mengarjakan tugas sendiri tanpa bantuan orang lain, c) membuat pembiasaan yang positif, d) bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, e) memberi kebebasan kepada anak memilih kegiatan sendiri, f) tidak bergantung pada orang lain, g) menerapkan peraturan yang ada di dalam kelas. Hambatan yang dihadapi guru antara lain kurangnya media pembelajaran dan inovasi kegiatan. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk lebih memperhatikan kegiatan dan media pembelajaran dalam implementasi pendidikan karakter. Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Jujur, Mandiri.
x
THE IMPLEMENTATION EDUCATION OF HONESTY CHARACTER AND THE INDEPENDENT CHARACTER (A Descriptive Qualitative At Group B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu)
By Silviana Fitri A1I011065 Abstract The problem of this research is how the implementation of character education is honest and independent character, as well as the barriers experienced by teachers. The research objective to describe the implementation of character education is honest and independent character, as well as the barriers experienced by teachers. The research method using descriptive. Sources of data obtained from the principal and teachers (B1, B2, B3). The technique of collecting data using interviews, and observation. Data were analyzed using descriptive qualitative analysis model. The results showed: 1) the implementation of character education honestly conducted by teachers, that is a) provide insight into the meaning of honesty, by giving examples through a story, b) portrait of media that can stimulate the growth of impartiality, c) maintaining discipline, and d) always a good figure for children, 2) implementation of character education independently conducted by the teacher that is a) provide skills in taking care of themselves , b) allowing the child to mengarjakan own task without the help of others , c) create a positive habituation, d) is responsible for his own choice, e) gives children the freedom to choose their own activities, f) does not depend on others, g) to apply existing regulations in the classroom. Barriers faced by teachers, among others, the lack of media learning and innovation activities. From the results of this study are advised to pay more attention to the activities and learning media in the implementation of character education .
Keywords : Character Education, Honest, Independent.
xi
KATA PENGANTAR Ucapan Puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia, rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW., keluarga dan sahabat-sahabat beliau,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
“Implementasi Pendidikan Karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Rambat Nursasongko, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. 2. Dr. Manap Somantri, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan S1 FKIP Universitas Bengkulu. 3. Drs. H. M. Nasirun, M.Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Bengkulu, sekaligus dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, kritikan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Dr. Hj. Sumarsih, M.Pd., selaku dosen pembimbing pendamping terima kasih untuk kebaikan dan kasih sayang ibu dalam membimbing saya selama ini hingga telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan, kritikan,
xii
masukan, saran, motivasi dan yang senantiasa mengingatkan saya akan pentingnya sedetik waktu dalam penyusunan skripsi ini. 5.
Dra. Sri Saparahayuningsih, M.Pd., selaku Penguji I yang telah menguji dan memberikan saran perbaikan dalam penyelesaian skripsi ini.
6.
Drs. Normansyam, M.Pd., selaku Penguji II yang telah menguji dan memberikan saran perbaikan dalam penyelesaian skripsi ini.
7.
Dr. Drs. Osa Juarsa, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
8.
Nesna Agustriana, M.Pd., Delrefi D, M.Pd., dan Wembrayarli, M.Sn., selaku dosen PGPAUD terimakasih atas saran dan motivasi bapak dan ibu dalam penyelesaian skripsi ini.
9.
Miknaini, S.Pd., selaku Kepala Sekolah PAUD Pertiwi I Kota Bengkulu.
10. Guru-guru PAUD Pertiwi I Kota Bengkulu. 11. Anak-anak PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. 12. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini sungguh sederhana dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritik yang inovatif sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan karya penulis di masa mendatang. Semoga skripsi sederhana ini bermanfaat, amin. Bengkulu,
Maret 2016
Silviana Fitri NPM. A1I011065 xiii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... HALAMAN SAMPUL ................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ SURAT IZIN SEMINAR HASIL SKRIPSI ................................................ LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... SURAT PERNYATAAN ............................................................................... MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR BAGAN.......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii iii v vi vii viii x xi xii xiv xvi xvii xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. A. B. C. D.
Latar Belakang Masalah....................................................................... Fokus Penelitian ................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................. Manfaat Penelitian ...............................................................................
1 1 7 8 8
BAB II KAJIAN TEORITIK ........................................................................... 10 A. Acuan Teori .......................................................................................... 1. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................... a. Konsep Pendidikan Karakter .................................................. b. Tujuan Pendidikan Karakter. .................................................. 2. Karakter Jujur ................................................................................ a. Pengertian Jujur ...................................................................... b. Ciri-ciri Jujur .......................................................................... c. Peran Sekolah dalam Implementasi Nilai Kejujuran .............. d. Usaha Dalam Membangun Karakter Jujur ............................. 3. Karakter Mandiri............................................................................ a. Pengertian Mandiri ................................................................. b. Ciri-ciri Kemandirian.............................................................. c. Faktor-faktor yang Mendorong Terbentuknya Kemandirian.. B. Hasil Penelitian yang Relevan ..............................................................
10 10 10 15 18 18 20 21 23 27 27 30 34 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 41 A. Tujuan Khusus Penelitian ..................................................................... 41 B. Metode Penelitian ................................................................................. 41 C. Latar Penelitian ..................................................................................... 42 xiv
D. E. F. G.
Data dan Sumber Data .......................................................................... Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. Analisis Data ......................................................................................... Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data (Triangulasi) .............
43 46 47 50
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ A. Deskripsi Data ....................................................................................... B. Temuan Penelitian ................................................................................ C. Pembahasan...........................................................................................
53 53 55 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 99 A. Kesimpulan .......................................................................................... 99 B. Saran .................................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2
Halaman Usaha Membangun Karakter Jujur .................................................... 26 Usaha Membangun Karakter Mandiri ............................................... 38 Jadwal Penelitian ............................................................................... 43 Pedoman Pengumpulan Data ............................................................ 45 Daftar guru PAUD Pertiwi 1 ............................................................. 54 Daftar Siswa/siswi PAUD Pertiwi 1 ................................................. 55
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 3.1 Komponen Dalam Teknik Analisa Data ........................................... 50 Bagan 3.2 Triangulasi “Teknik” Sumber Data .................................................. 51 Bagan 3.2 Triangulasi Instrument Moleong ...................................................... 52
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9
Halaman Pedoman obserasi dan pedoman wawancara ................................. 105 Tabel wawancara ........................................................................... 109 Hasil wawancara ............................................................................ 109 Catatan lapangan hasil observasi ................................................... 116 Catatan lapangan hasil wawancara ................................................ 137 Data guru ....................................................................................... 152 Data anak ....................................................................................... 158 Dokumentasi .................................................................................. 160 Surat ............................................................................................... 164
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 ayat 14 Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Sujiono (2011:7) Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan oleh pendidik dan orangtua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Pendidikan pada masa usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa usia dini tersebut menjadi dasar untuk
proses
pendidikan
selanjutnya.
Keberhasilan
penyelenggaraan
pendidikan dalam Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (LPAUD), seperti
1
2
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Satuan Padu Sejenis (SPS), Taman Kanak-kanak (TK), dan SD Kelas Awal sangat tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang dijalankan (Sujiono, 2011:2). Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya bergantung kepada orantua tetapi lingkungan anak juga memberikan andil oleh pembentukan pribadi anak. Dengan demikian, bukan hanya orangtua di rumah tetapi juga guru di sekolah karena guru juga merupakan bagian dari orangtua anak di sekolah yang perlu membentuk karakter demi mewujudkan anak menjadi manusia-manusia berkarakter, sholeh sosial dan sholeh individu. Menurut Megawangi dalam Andrianto (2011:93) pendidikan karakter sangat baik apabila diberikan semenjak anak berusia dini, termasuk dalam wilayah formal, informal, maupun nonformal. Pendidikan karakter pada anak usia dini sangat memerlukan contoh sebagai modeling dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai habit. Pendidikan karakter pada anak usia dini berikan melalui cara-cara yang sesuai dengan kondisi anak, misalnya bermain, bercerita, bercakap-cakap, dan pengalaman nyata. Menurut Battistich dalam Andrianto (2011:92) tujuan pendidikan karakter, yaitu mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Jika anak-anak telah memiliki karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar. Anak juga cenderung memiliki tujuan hidup yang jelas.
3
Penanaman karakter anak semata-mata bukan hanya tugas guru, melainkan
juga
tugas
orangtua
dan
masyarakat
lainnya
untuk
menumbuhkembangkan peserta didik menjadi pribadi yang utuh. Seperti halnya di sekolah, guru bisa memberikan kepada peserta didik pendidikan karakter yang berkaitan dengan jujur dan mandiri, sedangkan untuk keluarga di rumah bisa memberikan pendidikan kepada anak melalui nilai-nilai agama sehingga anak punya pegangan yang kuat dan bisa menjadi penyaring dari pengaruh media seperti televisi, internet, dan lingkungan pergaulan anak. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. PAUD Pertiwi 1 merupakan kelembagaan PAUD yang memasukkan pendidikan karakter ke dalam kurikulumnya diantara PAUD yang ada di kota Bengkulu. Pendidikan karakter yang diterapkan di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu diperuntukkan untuk anak kelompok B (B1, B2, B3). Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 kota Bengkulu yaitu; (1) nilai kecintaan terhadap Tuhan yang Maha Esa; (2) nilai jujur; (3) nilai disiplin; (4) nilai toleransi dan cinta damai; (5) nilai percaya diri; (6) nilai mandiri; (7) nilai kreatif; (8) nilai tolongmenolong, kerjasama, gotong-royong;
(9) nilai menghormati dan sopan
santun; (10) nilai tanggung jawab; (11) nilai kerja keras; (12) nilai kepemimpinan dan keadilan; (13) nilai rendah hati; (14) nilai peduli sosial; dan (15) nilai cinta bangsa dan tanah air.
4
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak usia dini dalam membentuk karakter anak dari sejak lahir hingga kehidupan anak kedepannya. Karena pendidikan karakter merupakan langkah awal untuk membentuk setiap pribadi manusia menjadi insan yang berkeutamaan. Menurut Fadillah dan Lilif (2013:189) mengemukakan bahwa dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter pada anak usia dini diperlukan berbagai upaya yang dapat mendorong anak untuk melakukan berbagai aktivitas yang mencerminkan nilai-nilai pendidikan karakter. Dalam konteks ini ada delapan belas nilai pendidikan karakter yang harus ditanamkan kepada anak melalui berbagai kegiatan, baik yang bersifat individual maupun berkelompok. Berikut ini adalah beberapa nilai pendidikan karakter yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini yaitu jujur dan mandiri. Mustari (2014:15) mengemukakan bahwa pendidikan kejujuran itu harus diterapkan sejak dini, dimana saja, dan kapan saja. Jujur bagi anakanak merupakan hal yang abstrak. Artinya, anak belum dapat mengerti jelas apa itu jujur. Oleh karenanya, sikap jujur itu hanya dapat dikenalkan dan ditanamkan kepada anak-anak melalui perbuatan yang nyata. Selanjutnya, menurut Fadillah dan Lilif (2013:190) mengemukakan bahwa jujur juga merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya di dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
5
Dalam membentuk karakter seorang anak sebagai pribadi yang jujur memerlukan proses dan waktu yang dilakukan secara bertahap. Karakter jujur juga merupakan salah satu karakter utama yang paling penting digunakan dalam membentuk karakter anak selanjutnya. Selain karakter jujur, terdapat karakter lain yang dapat dikembangkan pada anak yaitu karakter mandiri. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Mustari, 2014:77). Karakter mandiri sangat penting bagi anak usia dini karena dapat membangun sikap mandiri dalam diri anak agar tidak manja dan bertanggung jawab akan tugasnya. Maksud dan tujuan dari pembentukan karakter mandiri bagi anak usia dini adalah agar anak mampu melakukan segala sesuatu hal nya dengan sendiri tanpa bantuan orang lain sesuai dengan kemampuan yang anak miliki. Maka dari itu menurut Fadillah dan Lilif (2013:195) dalam upaya mengembangkan kemandirian anak ialah dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk selalu belajar makan sendiri, membuat minum sendiri, dan memakai baju sendiri. Seorang anak akan lebih mengutamakan sifat jujur dan mandiri apabila ada upaya untuk melatih kepribadian anak usia dini, hal ini membuktikan kepada kita bahwa adanya pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat diperlukan guna mencetak generasi yang berkualitas. Sering kali kita jumpai ada anak yang menemukan barang di sekolah tetapi ia tidak mengembalikan barang tersebut ketempatnya semula, masih ada anak pada
6
saat sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu dan ada juga anak yang masih sering bergantung dengan orang lain seperti; anak masih meminta bantuan kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, Kemudian ada anak yang masih minta disuapi setiap kali mau makan, disaat memakai baju ataupun disaat memakai sepatu, padahal usianya sudah besar. Itu sebabnya kenapa anak selalu bersifat manja kepada orangtua dan orang lain karena anak tidak pernah dilatih dan dibiasakan sejak dini untuk hidup jujur dan mandiri. Adapun usaha guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter pada anak usia dini di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu yaitu dengan cara menggunakan metode pendidikan karakter yang bervariasi, melalui buku tabungan, metode bercerita dan bisa dengan mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya yang sesuai dengan pembelajaran. Berdasarkan paparan di atas, bertujuan untuk membentuk karakter jujur dan karakter mandiri pada anak. Kedua karakter tersebut jika sudah dibentuk akan memudahkan orangtua dan guru PAUD untuk membentuk karakter-karakter peserta didik yang lainnya. Selain itu karakter tersebut juga merupakan modal dasar bagi anak usia dini untuk meraih masa depan yang baik. Sebaiknya pendidikan karakter ini tidak dijadikan kurikulum yang baku, melainkan melalui proses pembiasaan dalam pembelajaran di sekolah. Jika nantinya pendidikan karakter ini telah terimplementasikan maka diharapkan mampu untuk melahirkan calon peserta didik yang cerdas dan menjujung tinggi nilai-nilai karakter bangsa yang berakhlak.
7
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melaksanakan penelitian dengan judul implementasi pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru di kelompok B (B1, B2, dan B3) PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu dalam sebuah studi deskriptif kualitatif. Adapun lingkup dalam penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri serta hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter. Melalui penelitian ini diharapkan akan tergambar karakter-karakter anak yang ada di PAUD Pertiwi 1 mulai dari penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri serta hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri serta hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu, sehingga untuk memudahkan penelitian ini, maka dirumuskan pertanyaanpertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu? 2. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu? 3. Bagaimanakah hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu?
8
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu? 2. Mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu? 3. Mendeskripsikan hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu? D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai implementasi pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Secara spesifik penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a) Manfaat praktis yaitu bagi guru dan sekolah. Bagi guru PAUD Pertiwi 1 kota Bengkulu bermanfaat sebagai pengetahuan tentang sejauh mana implementasi pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru yang telah diterapkan. Selanjutnya bagi sekolah, sebagai tolak ukur dalam keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu yang dilihat dari kegiatan peserta didiknya di sekolah.
9
b) Manfaat teoritis yaitu dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman peneliti khususnya yang berkenaan dengan masalah pendidikan karakter dan dapat menyumbang ilmu pengetahuan untuk masyarakat pada umumnya. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai implementasi pendidikan karakter.
10
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Acuan Teori 1. Pengertian Pendidikan Karakter a. Konsep Pendidikan Karakter Menurut
Nata
(2012:149)
Pendidikan
karakter
pada
hakikatnya adalah sebuah perjuangan bagi setiap individu untuk menghayati kebebasannya dalam relasi peserta didik dengan orang lain dan lingkungannya, sehingga ia dapat semakin mengukuhkan dirinya sebagai pribadi yang unik dan khas serta memiliki intergritas moral yang dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan karakter bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai-nilai luhurpada diri peserta didik,
melainkan
merupakan
sebuah
usaha
bersama
untuk
menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, yaitu tempat dimana setiap individu dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah prasyarat bagi kehidupan moral yang dewasa. Menurut Wiyani (2013:12) mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan terhadap
semua
kemampuan
dan
potensi
manusia.
Melalui
pendidikan, kepribadian individu akan terbina sesuai nilai-nilai kebudayaan yang ada dalam masyarakat.
10
11
Menurut Fadillah dan Lilif (2013:19) mengungkapkan bahwa pendidikan ialah suatu bentuk pembimbingan dan pengembangan potensi peserta didik supaya terarah dengan baik dan mampu tertanam menjadi kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk bimbingan dan pengembangan tersebut dilakukan secara sadar, dan sistematis oleh orang dewasa (pendidik) kepada anak-anak (peserta didik) guna mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, bahwa pendidikan merupakan upaya untuk mewujudkan suatu pembelajaran membentuk karakter dalam mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh anak menuju masa yang akan datang guna mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Menurut Wynne dalam Andrianto (2011:17) kata karakter itu sendri berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dalam Kamus Umun Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain. Menurut Tridhonanto (2014:74) karakter dalam pandangannya meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berfikir kritis dan alasan moral, perilaku jujur, dan bertanggungjawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral
12
dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkikan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai situasi, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Sedangkan menurut Imam Ghazali dalam Shoimin (2014:28) karakter adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan pikiran. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakter itu sendiri merupakan suatu nilai yang diwujudkan melalui pembiasan sehingga dapat membentuk watak, dan sifat seorang individu menjadi pribadi yang baik dalam berfikir dan berprilaku positif. Kesemuanya itu erat kaitannya dengan segala bentuk tingkah laku seseorang dalam kehidupan kesehariannya. Menurut Tridhonanto dan Beranda (2012:12) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang melliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Segala sesuatu yang dilakukan oleh pendidik yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik, maka dinamakan pendidikan karakter. Pendidikan karakter itu sendiri merupakan usaha untuk mendidik anak agar mereka dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka
13
dapat memberikan konstribusi yang positif dengan lingkungannya (Wiyani, 2013:16). Selain itu, pendidikan karakter merupakan sebuah upaya untuk membentuk kepribadian yang kuat bagi anak untuk mempersiapkan dirinya dalam era globalisasi. Pendidikan karakter bisa dilakukan 50% melalui keluarga dan 50% melalui sekolah. Kedua lembaga itu berperan sama penting dalam pengajaran nilai-nilai yang membentuk karakter anak (Aqib, 2011:14). Menurut Megawangi dalam Andrianto (2011:93) pendidikan karakter sangat baik apabila diberikan semenjak anak berusia dini, termasuk dalam wilayah formal, informal, maupun nonformal. Pendidikan karakter pada anak usia dini sangat memerlukan contoh sebagai modeling dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari sebagai habit. Pendidikan karakter pada anak usia dini diberikan melalui cara-cara yang sesuai dengan kondisi anak, misalnya bermain, bercerita, bercakap-cakap, dan pengalaman nyata. Secara sederhana pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya untuk membentuk tabiat, perangai, watak dan kepribadian seseorang dengan cara menanamkan nilai-nila luhur, sehingga nilainilai tersebut mendarah daging, menyatu dalam hati, pikiran, ucapan, dan perbuatan, dan menampakkan pengaruhnya dalam realitas kehidupan secara mudah, atas kemauan sendiri, orisinal dan karena ikhlas semata karena Allah SWT (Nata, 2012:400).
14
Dalam pembahasan di atas pendidikan karakter juga memiliki tujuan yang mendorong lahirnya anak-anak menjadi sosok yang memiliki kepribadian dalam membentuk sebuah nilai-nilai yang berkarakter. Sejalan dengan itu, menurut Foundation dalam Andrianto (2011:93) menambahkan bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual anak secara optimal. Selain hal itu, pendidikan karakter juga dimaksudkan untuk membentuk manusia yang pembelajar sejati (lifelong learnes). Dengan demikian, hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan karakter yaitu bukan hanya sekedar memberikan pengertian atau definisi-definisi tentang yang baik dan yang buruk, melainkan sebagai upaya mengubah sifat, watak, kepribadian dan keadaan batin manusia sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap luhur dan terpuji. Melalui pendidikan karakter ini diharapkan dapat dilahirkan manusia yang memiliki kebebasan menentukan pilihannya, tanpa paksaan dan penuh tanggung jawab, baik terhadap Tuhan, manusia, masyarakat, maupun dirinya sendiri (Nata, 2012:165). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai positif pada anak yang dilakukan secara bertahap untuk membantu
15
calon-calon peserta didik dalam menumbuhkembangkan karakter kepribadian sejak dini serta secara perlahan membantu perkembangan psikologis anak baik lahir maupun batin menjadi lebih baik. Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya: anjuran kepada anak jika berbicara tidak harus berteriak-teriak, jika meminta pertolongan biasakan mengucapkan kata tolong, bila berjalan di depan orang yang lebih tua biasakan mengucapkan kata permisi sambil sedikit menundukkan kepala, dan saling tolong menolong antar sesama, semua itu merupakan tahap untuk membentuk pendidikan karakter sejak dini. b. Tujuan Pendidikan Karakter Menurut Yamin dan Jamilah (2013:2) Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, kemandirian, jasmani dan sosialnya. Namun penelitian tentang otak menunjukan bahwa jika anak dirangsang sejak dini, akan ditemukan potensi-potensi yang unggul dalam dirinya. Oleh karena itu, anak memerlukan program pendidikan yang mampu membuka kapasitas tersembunyi tersebut melalui pembelajaran yang bermakna sedini mungkin. Jika potensi pada diri anak tidak pernah direalisasikan, berarti anak telah kehilangan kesempatan dan momentum penting dalam hidupnya.
16
Menurut Elfindri, dkk (2012:30) anak yang memiliki potensipintar dan mendapatkan ilmu yang tidak baik bisa kemudian memiliki karakter yang tidak baik pula. Maka dari itu, kita sebagai pendidik dapat membentuk karakter pada anak sedini mungkin agar anak dapat mengembangkan potensi yang ia miliki secara optimal. Menurut Andrianto (2011:22) karakter anak yang hendak dikembangkan dalam PAUD adalah anak usia dini yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia. Oleh karenanya, menurut Linawati dalam Andrianto (2011:22), pemahaman terhadap anak, baik oleh orangtua maupun pendidik, sangat diperlukan karena orangtua dan pendidik perlu menyadari bahwasanya anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini melainkan seorang anak yang patut kita syukuri dan kita jaga sebaik mungkin. Agar dapat memahami karakter yang dimiliki oleh anak, maka kita sebagai pendidik bisa membangun karakter anak sejak kecil, karena seorang anak akan melihat dan mengolah dalam fikirannya apa yang sudah terjadi. Sering kita lihat pada anak berusia di bawah umur 2 tahun ketika ia sedang menonton televisipun akan sangat mudah mempengaruhi watak mereka. Oleh karenanya, kita sebagai pendidik harus bisa memahami karakter apa saja yang akan ditanamkan pada diri anak, baik dari segi tindakan, pengajaran dan pembiasaan.
17
Menurut Mulyasa (2013:9) Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Menurut Fadillah dan Lilif (2013:24-25) berbicara masalah pendidikan, apa pun jenisnya, tentu dengan adanya program pendidikan karakter, pasti di dalamnnya tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai. Berikut ini beberapa tujuan pendidikan karakter, di antarannya sebagai berikut : 1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa, 2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius, 3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, 4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, 5) Mengembangkan
lingkungan
kehidupan
sekolah
sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
18
persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi serta penuh kekuatan. Berdasarkan uraian dan pernyataan di atas, seorang anak merupakan anugrah yang harus kita jaga dan bina agar anak dapat bertumbuhkembang dengan baik sejalan dengan potensi-pontensi yang dimiliki oleh anak, yang mana nantinya ketika anak dewasa sudah menjadi kebiasaan dalam kesehariannya. Semua ini juga tidak terlepas dari didikan orangtua kepada anaknya dalam menanamkan nilai-nilai karakter baik dari budi pekerti, sikap dan tingkah laku pada anak sedini mungkin, sebab pada masa itulah anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal. 2. Karakter Jujur a. Pengertian Jujur Jujur adalah suatu sikap yang didasarkan oleh kepercayaan baik dari perkataan, perbuatan (tindakan), pekerjaan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Menurut Kesuma, dkk (2011:16) Jujur dalam Kamus Bahasa Indonesia dimaknai dengan lurus hati; tidak curang. Dalam pandangan umum, kata jujur sering dimaknai “adanya kesamaan antara realitas (kenyataan) dengan ucapan”, dengan kata lain “apa adanya”.
19
Menurut Fadillah dan Lilif (2013:190) mengungkapkan bahwa jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Jujur merujuk pada suatu karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus tiadanya bohong, curang, ataupun mencuri. Tetapi pada dasarnya kejujuran itu adalah alamiah dan sangat diperlukan untuk perkembangan diri dan masyarakat (Mustari, 2014:12-13). Mengingat pentingnya sikap jujur dalam kehidupan seharihari, pendidik dapat menanamkan karakter kejujuran bagi peserta didik sejak dini. Sebagaimana menurut Aunillah (2011:48) kejujuran merupakan salah satu sikap yang penting dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolah-sekolah untuk menanamkan sikap ini kepada peserta didik agar mereka dapat memahami pentingnya bersikap jujur sejak dini. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jujur merupakan suatu sikap yang harus ditanamkan pada diri anak usia dini agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan (tindakan), pekerjaan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, baik itu di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Dengan memiliki sifat jujur anak dapat memenuhi kebutuhan dalam banyak hal. Salah satunya anak dapat memperoleh
20
sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus tiadanya bohong, curang, ataupun mencuri sesuai dengan lingkungan sosial anak tersebut. b. Ciri-ciri Jujur Karakter jujur sebenarnya dilahirkan dari lingkungan rumah. Namun tidak salah juga jika sifat jujur seorang anak dapat dilahirkan dari lingkungan sekolah karena semua itu merupakan salah satu target utama dalam proses belajar mengajar. Menurut Kesuma, dkk (2011:17) orang yang memiliki karakter jujur dicirikan oleh perilaku berikut: 1) Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan, 2) Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya), 3) Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya. Karakter ini merupakan salah satu karakter pokok untuk menjadikan seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima dirinya dengan kebenaran yang ia lakukan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk dan menerapkan karakter jujur pada anak, kita sebagai pandidik harus mampu memberikan arahan yang baik supaya anak dapat memahami apa yang menjadi ciri karakter jujur. Selain itu, agar anak dapat mengetahui perilaku apa yang seharusnya ditanamkan
21
dalam diri mereka sendiri sebagaimana yang dijelaskan di atas, seperti tidak berbohong, berkata atau memberikan informasi sesuai dengan kenyataan. Sehingga nantinya anak akan tumbuh dengan nilai-nilai jujur yang tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. c. Peran Sekolah dalam Implementasi Nilai Kejujuran Peran yang dapat dilaksanakan oleh masing-masing komponen sekolah dalam mewujudkan budaya sekolah yang berbasis karakter adalah sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah Menurut Sudrajat (2011: 149) Beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan kepala sekolah dalam mewujudkan budaya sekolah dengan karakter terpuji adalah sebagai berikut: a) Berjuang atau berusaha keras untuk memodelkan diri menjadi model bagi semua guru dan anak, b) Mendorong semua guru untuk menjadi model karakter yang baik bagi semua anak, c) Menyediakan waktu dalam suatu siklus berkelanjutan, mingguan atau bulanan misalnya, bagi para guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai tertentu ke dalam pembelajaran, d) Membentuk dan mendukung bekerjanya tim budaya sekolah dan
karakter
dalam
memperkuat
pelaksanaan
dan
pembudayaan nilai, norma, dan keibiasaan-kebiasaan karakter di lingkungan sekolah.
22
e) Menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
tertentu
yang
mendukung pembudayaan dan penanaman karakter di lingkungan sekolah. 2. Guru Guru harus mempersiapkan berbagai pilihan dan strategi untuk
menanamkan
setiap
nilai-nilai,
norma-norma,
dan
kebiasaan-kebiasaan ke dalam setiap kegiatan pembelajaran yang diampunya. Guru dapat memilih cara-cara tertentu dalam proses pembelajarannya, seperti menyampaikan berbagai kutipan yang berupa kata-kata mutiara atau peribahasa yang berkaitan dengan karakter, cerita pendek, biografi, tulisan dari jurnal, kegiatan yang bersifat bermain peran, kerja kelompok, membuat karangan pendek dan sebagainya. Peran guru di dalam kelas juga sebagai seorang model yang langsung berkomunikasi dengan anak, maka harus mampu menjadi contoh dalam menanamkan nilai-nilai karakter (Sudrajat, 2011: 150). 3. Keluarga Orangtua atau wali murid dapat terlibat dlaam kegiatan pembudayaan dan penanaman karakter melalui beberapa kegiatan. Orangtua atau wali murid dapat secara aktif memantau perkembangan perilaku anak melalui buku kegiatan siswa yang disipkan sekolah, dan dapat juga aktif mengikuti kegiatan rutin atau bergilir yang dilaksanakan pihak sekolah dalam pertemuan-
23
pertemuan orangtua atau wali murid dengan wali kelas dan guruguru kelas. d. Usaha Dalam Membangun Karakter Jujur Sikap jujur sangat penting bagi anak usia dini untuk kehidupan di masa mendatang. Menurut Aunillah (2011:49) ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam membangun karakter jujur pada peserta didik. Diantaranya adalah sebagai berikut : a) Proses pemahaman terhadap kejujuran itu sendiri Menanamkan kejujuran pada anak usia dini dengan disertakan pemahaman
terhadap
pengaruh
kejujuran
pada
cara
menumbuhkan sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. b) Menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur Membentuk karakter pada peserta didik harus didukung dengan alat bantu untuk menunjang terciptanya iklim kejujuran pada diri anak. c) Keteladanan Menurut Umar dalam Aunillah (2011:52) keteladanan merupakan faktor yang sangat penting dilakukan oleh guru dan orangtua dalam menanamkan karakter jujur pada diri peserta didik. Oleh sebab itu, sekolah perlu melakukan kerja sama yang intensif dengan keluarga peserta didik agar mereka dapat membantu
24
program pengembangan karakter yang diselenggarakan di sekolah. d) Terbuka Perlu kita sadari bahwa keterbukaan sikap guru atau orangtua terhadap peserta didik akan memperkecil kemungkinan ia bersikap kurang jujur terhadap dirinya sendri dan orang lain. Sebab, dengan terbangunnya sikap keterbukaan, peserta didik merasa memiliki tempat curahan perhatian dan kasih sayang, yang ditunjukkan dengan adanya sikap keterbukaan itu. Maka peserta didik secara perlahan akan memahami pentingnya bersikap jujur dan terbuka. e) Tidak bereaksi berlebihan Cara lain untuk mendorong peserta didik agar bisa bersikap jujur adalah tidak bereaksi berlebihan bila ada peserta didik yang berbohong. Karena jika seorang guru atau orangtua bereaksi secara berlebihan, maka anak akan berusaha mencari cara untuk mengingkari dan tidak berani berkata jujur karena takut akan mendapatkan hukuman. Namun, sebaiknya guru menjelaskan bahwa guru merasa senang karena ia telah berani mengakui dan mengatakan jujur. Dalam hal ini, yang terpenting adalah mendorong peserta didik untuk berani mengatakan kejujuran, bukan sebaliknya.
25
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk karakter jujur pada anak usia dini harus diupayakan secara pasti oleh orangtua dan guru PAUD dalam memberikan nilai-nilai positif yang dapat menanamkan sifat jujur pada anak usia dini. Sebagaimana pendidik memberikan pemahaman
terhadap
kejujuran
dan
memfasilitasi
sarana
pendukung untuk merangsang tumbuhnya sikap jujur pada anak serta memberikan keteladanan dalam menanamkan karakter jujur pada diri peserta didik. Selain itu, pendidik juga bisa memberikan kenyamanan yang tidak terlalu berlebihan saat berada didekat sang anak agar anak merasa memiliki tempat untuk mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya. Sejalan dengan itu, menurut Elfindri, dkk (2012:128) mengungkapkan bahwa langkah praktis yang perlu disadari dalam menumbuhkan kejujuran adalah : a) Guru mesti selalu menepati janji setiap yang dijanjikan kepada anak didik. Diantaranya kebiasaan untuk menetapkan masuk kelas, mengembalikan bahan atau tugas yang diperiksa oleh guru, b) Menjaga disiplin dalam proses belajar, mengajar, serta proses ujian. Mereka yang mengikuti peraturan akan memperoleh reward, sementara yang melanggar ketentuan dikenakan
26
sanksi sesuai dengan ‘pelanggaran’ ketidakjujuran yang dibuat, c) Inisiatif membuat kantin sekolah jujur adalah salah satu kreasi menumbuhkan kejujuran, d) Memberikan kesempatan merata kepada seluruh peserta didik untuk menyusun kerja secara mandiri, dan melaporkan bagaiman proses pekerjaan dilakukan, e) Mengoreksi kesalahan tata cara penulisan, perkataan, baik dalam konteks kejujuran ataupun dalam mengutip, menyadur, dan melaporkan bahan bacaan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa dalam menumbuhkan sikap jujur kepada anak, pendidik terlebih dahulu memiliki sikap jujur kepada dirinya supaya pada saat memberikan penerapan kepada anak semuanya sesuai dengan pembelajaran. Berdasarkan pendapat
di atas, peneliti mengambil
beberapa indikator nilai-nilai karakter jujur dengan memfokuskan sebagai berikut : Tabel 2.1 Usaha Membangun Karakter Jujur Nilai Karakter Jujur
Usaha-usaha yang dilakukan guru 1. Guru memberikan pemahaman makna kejujuran 2. Guru menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur 3. Guru menjaga kedisiplinan 4. Guru menerapkan sikap menepati janji
27
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang yang memiliki pemahaman terhadap kejujuran melalui sarana yang dapat merangsang anak sesuai dengan ketepatan waktu guru yang bersifat saling memiliki keterbukaan satu sama lain dan tidak memberikan reaksi secara berlebihan. 3. Karakter Mandiri a. Pengertian Mandiri Kata mandiri mengandung arti tidak tergantung kepada orang lain, bebas, dan dapat melakukan sendiri. Kata ini sering kali diterapkan untuk pengertian dan tingkat kemandirian yang berbedabeda (Rusman, 2011:353). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri diartikan sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian sendiri merupakan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain (Wiyani, 2013:27). Menurut Yamin dan Jamilah (2013:58) mengemukakan bahwa mandiri dalam arti yang lain adalah bagaimana anak belajar untuk mencuci tangan, makan, memakai pakaian, mandi, atau buang air kecil atau besar sendri.
28
Pengertian tersebut selaras dengan pendapat Musthafa dalam Wiyani (2013:28) bahwa kemandirian diartikan sebagai kemampuan untuk
mengambil
pilihan
dan
menerima
konsekuensi
yang
menyertainya. Sikap mandiri kepada anak-anak terwujud jika mereka menggunakan keputusan,
pikirannya
dari
memilih
sendiri
dalam
perlengkapan
mengambil belajar
berbagai
yang
ingin
digunakannya, memilih teman bermain sampai hal-hal yang relatif lebih rumit dan menyertakan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang lebih serius. Anak yang mandiri bukan hanya mampu berdiri di atas kakinya sendiri, tetapi juga mampu membawa dirinya untuk tidak bergantung penuh kepada orang lain. Karena sikap mandiri seorang anak harus ditanamkan langsung pada diri anak. Nantinya, anak yang terbiasa mandiri biasanya jauh lebih berhasil hidupnya dari pada anak yang kurang mandiri. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kata mandiri mengandung pengertian suatu keadaan dimana peserta didik memiliki semangat untuk membenah diri menjadi lebih baik, mampu mengambil keputusan dalam mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki rasa percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Semua kegiatan tersebut haruslah dipilih oleh anak itu sendiri untuk kebutuhan fisik mereka.
29
Secara umum sikap mandiri bisa dilihat dari tingkah laku peserta didik, akan tetapi sikap mandiri tersebut tidak selalu berbentuk fisik yang ditampilkan dalam tingkah laku, tetapi ada juga dalam bentuk emosional dan sosialnya. Untuk dapat menjadikan anak yang memiliki karakter mandiri, perlu adanya kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga, sekolah serta lingkungan sekitarnya. Pada kesempatan ini peran orangtua serta respon dari lingkungan sangat diperlukan bagi peserta didik sebagai penguat untuk setiap perilaku yang telah dilakukannnya. Dengan adanya stimulasi dan dorongan dari orang dewasa serta lingkungan sekitarnya, diharapkan perkembangan kemampuan kepada anak untuk menjadi mandiri bisa terjadi lebih optimal. Secara
hakiki,
perkembangan
kemandirian
seseorang
dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat kebutuhan pada hidupnya. Hal ini juga diperkuat oleh Yamin dan Jamilah (2013:60) dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Wiyani (2013:23) membentuk peserta didik agar tumbuh menjadi sosok yang berkarakter mandiri, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh orangtua dan guru PAUD adalah sebagai berikut :
30
1) Memberi bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri 2) Membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri kepada anak 3) Berani mengatur waktunya sendiri 4) Membuat program kegiatan yang positif 5) Berani bertanggung jawab atas pilihannya sendiri 6) Memberi kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri 7) Menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisinya. Berdasarkan uraian di atas, perkembangan awal anak untuk mengembangkan pendidikan karakter mandiri dapat ditandai dengan memberi kebebasan untuk anak dalam melakukan segala sesuatunya dengan caranya sendiri, seperti misalnya; anak sudah bisa pergi ke toilet sendiri. Sangatlah mungkin walaupun anak usia dini merupakan anak yang masih sangat muda tetapi ia dapat melakukan segala sesuatunya dengan sendiri tanpa kritik dan menjadikan anak merasa percaya diri dengan caranya tersebut. b. Ciri-ciri Kemandirian Karakter mandiri sangat penting dalam diri anak. Karena dengan membentuk sikap mandiri sejak dini akan mengantarkan anak memiliki kepercayaan diri dalam melakukan sesuatu dengan penuh tanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.
31
Adapun ciri-ciri kemandirian anak usia dini yang di paparkan oleh Repository.upi.edu dalam Wiyani (2013:33) adalah sebagai berikut : 1) Memiliki kepercayaan kepada dirinya dan berani Anak yang memiliki rasa percaya diri memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendaknya sendiri dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendaknya konsekuensi
sendiri yang
dan
dapat
bertanggung ditimbulkan
jawab karena
terhadap pilihannya.
Kepercayaan diri ini sangat terkait dengan kemandirian anak. Anak yang berkarakter mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihannya sendiri. Contohnya seperti memilih makanan yang akan dimakan, memilih baju yang akan dipakai, dan dapat memilih mainan yang akan digunakan untuk bermain, serta dapat memilih mana sandal untuk kaki kanan dan mana sandal untuk kaki kiri 2) Memiliki motivasi intrinsik yang tinggi Motivasi intrinsik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri untuk melakukan suatu perilaku maupun perbuatan. Motivasi intrinsik ini pada umumnya lebih kuat dan abadi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik walaupun kedua jenis motivasi tersebut bisa juga berkurang atau bertambah. Motivasi
32
yang datang dari dalam akan mampu menggerakkan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya. 3) Kreatif dan inovatif Kreatif dan inovatif pada anak usia dini merupakan salah satu ciri anak yang memiliki karakter mandiri, seperti dalam melakukan sesuatu atas kehendak sendiri tanpa disuruh oleh orang lain, tidak bergantung terhadap orang lain dalam melakukan sesuatu, menyukai dan selalu ingin mencoba hal-hal baru 4) Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai pilihannya Pada saat anak usia dini mengambil keputusan atau pilihan tentu ada konsekuensi yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri
akan
bertanggung
jawab
akan
keputusan
yang
diambilnya. Tentu saja bagi anak usia dini tanggung jawab tersebut dilakukan dalam taraf yang wajar. Misalnya, tidak menangis ketika salah saat mengambil alat mainan, lalu dengan senang hati menggantinya dengan alat mainan lain yang diinginkannya dan tidak menangis ketika tidak bisa mngerjakan kegiatan pada saat pembelajaran di sekolah. 5) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya Lingkungan KB maupun TK merupakan lingkungan yang baru bagi anak usia dini. Sering sekali kita temukan dengan mudah anak yang menangis ketika pertama kali masuk KB atau
33
TK. Bahkan, kebanyakan anak ditunggui oleh orangtuanya ketika sedang belajar di kelas. Bagi anak yang memiliki karakter mandiri, ia akan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru dan dapat belajar walaupun tidak ditunggui oleh orangtuanya. 6) Tidak bergantung pada orang lain Anak yang memiliki karakter mandiri selalu ingin mencoba sendiri dalam melakukan segala sesuatu, tidak bergantung kepada orang lain. Dan dia tahu kapan waktunya meminta bantuan kepada orang lain. Setelah anak berusaha melakukannya sendiri tetapi tidak mampu untuk mendapatkannya, barulah dia akan meminta bantuan orang lain. Contohnya, seperti pada saat anak akan mengambil mainan yang jauh dari jangkauannya. Berdasarkan uraian di atas, bahwa ciri anak mandiri terbentuk dari anak yang memiliki rasa percaya diri dalam menentukan pilihannya sendiri dan juga mampu menggerakkan anak untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya. Selain itu, anak yang berkarakter mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihannya sendiri dengan penuh tanggung jawab akan keputusan yang diambil serta selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Anak yang mandiri juga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa bergantung dengan orang lain.
34
c. Faktor-faktor yang Mendorong Terbentuknya Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu karakter atau kepribadian dari nilai-nilai karakter lainnya yang menjadi tolak ukur disetiap perkembangan anak. Kemandirian yang terkait dengan aspek kepribadian harus dilatih pada anak sedini mungkin agar tidak menghambat perkembangan anak selanjutnya, terlebih lagi masa kritis bagi perkembangan kemandirian anak berlangsung pada usia dua sampai tiga tahun. Tetapi untuk dapat melaksanakan hal tersebut, orangtua dan guru PAUD perlu mengetahui terlebih dahulu faktorfaktor yang dapat mendorong timbulnya kemandirian pada anak usia dini. Menurut Wiyani (2013:36) setidaknya ada dua faktor yang berpengaruh dalam mendorong timbulnya kemandirian anak usia dini, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, meliputi emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi orangtua. Sementara faktor intelektual diperlihatkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Disisi lain, faktor eksternal, yaitu faktor yang datang atau ada di luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, karakteristik, sosial, stimulasi, pola asuh, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan orangtua, pendidikan orangtua dan status pekerjaan ibu.
35
Berikut adalah deskripsi dari faktor-faktor yang mendorong timbulnya kemandirian anak yaitu ; 1) Faktor Internal Faktor internal ini terdiri dari dua kondisi, yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Berikut penjelasan mengenai dua kondisi tersebut yaitu : a) Kondisi Fisiologis Kondisi yang berpengaruh pada fisiologis anak diantaranya yaitu pada keadaan tubuh individu, kesehatan jasmani dan jenis kelamin. Pada umumnya anak yang sakit lebih bersikap tergantung daripada anak yang tidak sakit. Pada waktu yang lama ketika anak sakit pada masa bayi menjadikan orangtua sangat memerhatikannya kondisi anak. Ketika anak yang menderita sakit atau lemah, maka secara langsung orangtua atau orang terdekat dari anak akan memberikan perhatian yang lebih intensif terhadap anak, sehingga anak mendapatkan pemeliharaan yang lebih, dan itu sangat berpengaruh terhadap pencapaian kemandirian mereka. b) Kondisi Psikologis Meskipun
kecerdasan
atau
kemampuan
kognitif
seorang anak dapat diubah atau dikembangkan melalui lingkungan, namun pada kenyataannya faktor bawaan juga mempengaruhi pencapaian kemandirian terhadap keberhasilan
36
lingkungan
dalam
mengembangkan
kecerdasan
serta
kemampuan seorang anak. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak, yang meliputi melalui faktor dari lingkungan, rasa cinta dan kasih sayang orangtua terhadap anak-anak. a) Lingkungan Lingkungan
merupakan
faktor
yang
sangat
mempengaruhi dalam pembentukan kemandirian anak usia dini. Salah satu lingkungan terkecil sebagai tempat pertama dalam pembentukan karakter bagi anak usia dini ialah lingkungan keluarga. Dalam kondisi lingkungan keluarga inilah seorang anak akan belajar berinteraksi dengan orangorang terdekatnya. b) Rasa cinta dan kasih sayang Pemberian rasa cinta dan kasih sayang orangtua terhadap anaknya juga dipengaruhi oleh status pekerjaan orangtua. Apabila orangtua, khususnya seorang ibu yang bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah, akibatnya sang ibu tidak maksimal dalam melihat perkembangan anaknya setiap saat. Sementara seorang ibu yang berada di dekat anak akan selalu memberikan kasih sayang yang maksimal untuk melihat
langsung
perkembangan
anaknya
dan
bisa
37
mendidiknya secara langsung. Maka selayaknya orangtua dalam memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan dengan cara sewajarnya karena hal itu dapat mempengaruhi mutu kemandirian anak. c) Pola asuh orangtua dalam keluarga Lingkungan
keluarga
berperan
penting
dalam
pembentukan karakter kemandirian. Pembentukan karakter kemandirian
tidak
terlepas
dari
peran
orangtua
dan
pengasuhan yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Pola asuh ayah dan ibu mempunyai peran nyata dalam membentuk karakter mandiri anak usia dini. Toleransi yang berlebihan, begitu pun dengan pemeliharaan yang berlebihan dari orangtua yang terlalu keras kepada anak dapat menghambat pencapaian kemandiriannya. d) Pengalaman dalam kehidupan Pengalaman pengalaman
di
dalam
kehidupan
lingkungan
sekolah
anak dan
meliputi
masyarakat.
Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak, baik melalui hubungan dengan teman maupun dengan guru. Faktor
budaya
mempengaruhi perkembangannya,
karakter anak
dan
kelas
anak mulai
sosial usia
juga dini.
memisahkan
dapat Dalam
diri
dari
38
orangtuanya dan mengarahkan kepada teman sebaya. Dengan demikian, melalui hubungan dengan teman sebaya, anak akan berfikir mandiri. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi timbulnya sikap mandiri anak usia dini, yaitu faktor internal dimana merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak yang meliputi emosi dan intelektual. Sementara itu, lain halnya dengan faktor eksternal dimana merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak itu sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, (lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal), rasa cinta dan kasih sayang. Pola asuh orangtua dalam keluarga, dan pengalaman dalm kehidupan. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti mengambil beberapa indikator nilai-nilai karakter jujur dengan memfokuskan sebagai berikut: Tabel 2.2 Usaha Membangun Karakter Mandiri Nilai Usaha-usaha yang dilakukan guru Karakter 1. Guru memberi bekal keterampilan untuk mengurus Mandiri diri sendiri 2. Guru membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri anak 3. Guru membentuk pembiasaan yang positif 4. Guru memberanikan anak bertanggung jawab atas pilihannya sendiri 5. Guru memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri 6. Guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisi anak 7. Guru menerapkan aturan kelas
39
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karkater mandiri oleh guru tidak terlepas dari indikator karakter mandiri. Guru memberikan pemahaman kepada anak melalui tindakan atau perbuatan seperti, memberikan tantangan langsung untuk menentukan pilihan sendiri dalam memilih apa yang anak inginkan sehingga anak dapat memiliki kemauan untuk mengembangkan ide dan bakat anak secara mandiri tanpa bergantung kepada orang lain. B. Hasil Penelitian yang Relevan Pada dasarnya penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan penelitian lain yang dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : Penelitian yang dilakukan oleh Nawawi dan Kama (2014) tentang Implementasi Pendidikan Karakter Kepada Anak Usia Dini (PAUD) di TKA Al-Mukhlisin Cibodas Lembang, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pelaksanaan program pembelajaran di TKA Al-Mukhlisin sudah cukup
berhasil
menggambarkan
mengimplementasikan
model
suatu
pendidikan
proses holistik
pembelajaran berbasis
yang
karakter.
Implementasi tersebut dapat dilihat dari Kegiatan Pembelajaran Pilar Karakter, proses pembiasaan (moral action) dan keteladanan dilakukan di sekolah oleh seluruh warga sekolah disetiap kesempatan (integrated). Serta kerjasama dengan orangtua anak (co parenting).
40
Penelitian yang dilakukan oleh Huda (2012) tentang Implementasi Pendidikan Karakter Bagi Peserta Didik di SD IT Bina Anak Islam Krapyak Panggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Faktor pendukung dalam proses pendidikan karakter di SDIT sudah BAIK yang kemudian di kembangkan ke dalam programprogram khusus yang mendukung terbentuknya karakter peserta didik baik di dalam (diintegrasikan ke dalam RPP dan pembelajaran di kelas) maupun di luar kelas (pemantauan pendidikan oleh guru kepada anak ketika melakukan segala sesuatu di luar kelas) dengan metode pendidikan yang bervariasi.
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Khusus Penelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi Pendidikan Karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru di kelompok B (B1, B2, dan B3) PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu dalam sebuah studi deskriptif kualitatif. Adapun lingkup dalam penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri serta hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter. B. Metode Penelitian Dalam membahas sebuah penelitian, untuk mendapatkan suatu keberhasilan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka penulis perlu menggunakan metode yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif yang diartikan sebagai suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian ini lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014:9).
41
42
Pada tahap ini peneliti akan melaksanakan observasi dan wawancara mendalam terhadap subjek penelitian dengan tujuan memperoleh informasi yang ada di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. C. Latar Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian implementasi pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri ini dilakukan di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. 2. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2016.
43
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Bulan/Minggu ke No
Kegiatan
1
Penyusun Proposal Seminar Proposal Perbaikan Proposal Pelaksanaa n Penelitian Penyusuna n laporan akhir Seminar Hasil dan kompre
2 3 4
5
6
7
8
JanuariJuniMaret April Mei Januari Februari Maret 2015 2016 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perbaikan Seminar Hasil Sidang skripsi
9
Perbaikan skripsi
10
Pengadaan dan pengiriman hasil
D. Data dan Sumber Data Menurut Arikunto (2010:172), sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Subjek adalah informan yang berkenaan dengan apa yang ingin diteliti. Beliau juga menjelaskan agar penelitian dapat betul-betul berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu meliputi data primer dan data sekunder.
44
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara. Sumber data primer tersebut adalah kepala sekolah dan guru di kelompok B (B1, B2, dan B3) PAUD Pertiwi 1 Kota bengkulu. Untuk melengkapi data-data dalam penelitian ini, tetap di perlukan data sekunder. Menurut Suryabrata (1998:85) data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dalam bentuk dokumendokumen dan literatur yang berupa buku-buku, jurnal ilmiah maupun catatatan kuliah. Adapun data sekunder pada penelitian ini adalah literatur yang mengacu pada teori penelitian. Data dan sumber data akan dituangkan dalam kisi-kisi aspek penelitian. Aspek penelitian merujuk pada rumusan masalah dan tujuan penelitian. Berikut kisi-kisi aspek penelitian implementasi pendidikan karakter jujur dan implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru serta hambatan guru dalam mengimplementasi pendidikan karakter di kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu.
45
Tabel 3.2 Pedoman Pengumpulan Data “Implementasi Pendidikan Karakter Jujur dan Karakter Mandiri” No 1
Data
Aspek
Implementasi 1. pendidikan karakter jujur oleh guru 2.
3. 4.
2
3
Implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru
Hambatan guru dalam mengimplementasi pendidikan karakter
Guru memberikan pemahaman makna kejujuran Guru menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur Guru menjaga sikap disiplin Guru menerapkan sikap menepati janji
Guru memberi bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri b) Guru membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri anak c) Guru membuat pembiasaan yang positif d) Guru memberanikan anak bertanggung jawab atas pilihannya sendiri e) Guru memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri f) Guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisi anak g) Guru menerapkan aturan kelas 1. Media Pembelajaran 2. Keterampilan Guru
Sumber Data
Teknik
Kepala sekolah Guru B1 Guru B2 Guru B3
Wawancara Observasi
Kepala sekolah Guru B1 Guru B2 Guru B3
Wawancara Observasi
a)
Kepala sekolah Guru B1 Guru B2 Guru B3
Wawancara Observasi
46
E. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan dan perekaman data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama, data yang diperoleh dari wawancara dan observasi yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk catatan lapangan. 1. Observasi Non Partisipan Menurut Idrus (2009:101) observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sitematis dan bertujuan untuk mendapatkan deskripsi yang factual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan serta dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi non partisipan, artinya peneliti tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan objek penelitian. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang implementasi pendidikan karakter jujur, implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru dan hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. 2. Wawancara (Interview) Menurut Susan dalam Sugiyono (2014:232) dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan kepala sekolah dan guru kelas mengenai
47
implementasi pendidikan karakter jujur dan implementasi pendidikan karakter mandiri serta hambatan guru dalam mengimplementasi pendidikan karakter di kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Hasil wawancara tersebut kemudian dituangkan peneliti ke dalam catatan lapangan yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu 1) identitas narasumber, 2) pertanyaan dan jawaban yang diberikan narasumber serta 3) tanggapan peneliti. F. Analisis Data Miles dan Hiberman dalam Usman (2009, 2014:36) menjelaskan bahwan teknik analisis data meliputi: Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi. Berikut analisis data yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan catatan observasi, catatan lapangan dan catatan hasil wawancara. Data yang terkumpul dipilih dalam karakter yang menjadi fokus penelitian implementasi pendidikan karakter jujur dan implementasi pendidikan karakter mandiri serta hambatan guru dalam mengimplementasi pendidikan karakter di kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. 2. Reduksi Data Pada tahap ini, proses pengumpulan data telah selesai dilakukan dan semua hasil catatan lapangan dibaca, dipahami dan dibuat ringkasan kontaknya. Ringkasan kontak berisi tentang uraian hasil penelitian
48
terhadap catatan lapangan, fokus dan jawaban terhadap masalah yang diteliti. Tahapan selanjutnya adalah mengembangkan sistem pengkodean. Semua data yang telah dituangkan dalam catatan lapangan dan ringkasan kontak dibaca dan ditelaah sekali lagi
secara seksama guna
mengidentifikasi topik-topik liputan. Setiap topik liputan diberi kode yang menggambarkan topik tersebut. Pengumpulan data yang telah didapatkan tersebut dikelompokan dan diberikan kode pada tiap topik yang menjadi fokus penelitian: a. Implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru diberikan “kode 1”
Guru memberikan pemahaman makna kejujuran “kode 1a”
Guru menyediakan media yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur “kode 1b”
Guru menjaga sikap disiplin “kode 1c”
Guru menerapkan sikap menepati janji “kode 1d”
b. Implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru diberikan “kode 2”
Guru memberi bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri “kode 2a”
Guru membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri anak “kode 2b”
Guru membuat pembiasaan yang positif “kode 2c”
Guru memberanikan anak bertanggung jawab atas pilihannya sendiri “kode 2d”
49
Guru memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri “kode 2e”
Guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisi anak “kode 2f”
c.
Guru menerapkan aturan kelas “kode 2g”
Hambatan guru dalam mengimplementasi pendidikan karakter “kode 3”
Media pembelajaran “kode 3a”
Keterampilan guru “kode 3b”
3. Penyajian Data Peneliti
melakukan
pengorganisasian
data
dalam
bentuk
penyajian data informasi berupa teks naratif yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang didapat dari observasi dan wawancara dituangkan ke dalam catatan lapangan. 4. Penarikan Kesimpulan Pada tahapan ini, data yang telah diperoleh peneliti mengenai implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru, implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru, hambatan guru dalam implementasi pendidikan karakter yang akan dirangkum dan dan disimpulkan . Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendapat Moleong (2005) yang dapat dibagankan sebagai berikut.
50
Bagan 3.1 Komponen Dalam Teknik Analisa Data Model Interaktif Dari Miles Dan Hiberman Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan-kesimpulan penarikan/Verifikasi G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data (Triangulasi) Penelitian implementasi pendidikan karakter jujur dan implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru serta hambatan guru dalam mengimplementasi pendidikan karakter menggunakan triangulasi data sebagai keabsahan data. Menurut Sugiyono (2014:241) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal ini dapat dicapai dengan jalan berikut : 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; 2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secra pribadi; 3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
51
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; 5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2005:331). Dalam penelitian triangulasi sumber data dan instrumen dilakukan dengan menjaga keobyektifan data, dengan cara data yang diperoleh berdasarkan data yang di dapat dari hasil wawancara dengan menggunakan 3 sumber data dan 3 teknik pengumpulan data melalui kepala sekolah dan guru serta observasi dengan studi dokumentasi tentang penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru serta hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Berikut adalah bagan triangulasi sumber data dalam penelitian ini Kepala Sekolah
Anak
Sumber Data
Guru
Bagan 3.2 Triangulasi Sumber Data (Moleong (2005:330)
52
Instrumen Penelitian
Catatan Observasi
Catatan Wawancara Data Dokumentasi
Bagan 3.3 Triangulasi Instrumen Moleong (2005:330) Data hasil observasi di dapat dari pengamatan langsung pada saat penerapan pendidikan karakter meliputi implementasi pendidikan karakter jujur, implementasi pendidikan karakter mandiri serta hambatan guru mengimplementasikan pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Hasil wawancara diperoleh dengan cara wawancara kepada kepala sekolah, guru dan anak tentang penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri serta hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter.
53
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Pada bab ini akan digambarkan berbagai hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Hasil penelitian ini akan disajikan dengan mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus penelitian, yaitu implementasi pendidikan karakter jujur, implementasi pendidikan karakter mandiri, hambatan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Deskripsi data pada penelitian ini akan diawali dengan profil PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. 1. Profil PAUD Pertiwi 1 Kota Bengukulu PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu merupakan PAUD di bawah naungan Yayasan yang terletak di Jl. Soekarno Hatta Anggut Atas Kota Bengkulu. PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu juga memiliki Visi dan Misi sekolah untuk menciptakan dan mewujudkan anak yang berkarakter. Visi PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu yaitu mewujudkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa serta mampu bersosialisasi dan berprestasi. Sedangkan misinya adalah menciptakan kegiatan belajar yang dilandasi kehidupan beragama, memberi pelayanan dan bimbingan pada peserta didik sesuai dengan perkembangannya, meningkatkan kreatifitas melalui inovasi yang berkelanjutan. Visi dan misi yang ada di PAUD pertiwi 1 Kota Bengkulu bertujuan untuk menumbuhkan sikap anak yang berkarakter, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu bahwa;
53
54
“visi dan misi di PAUD bertujuan untuk menciptakan peserta didik yang berkarakter. Dimana anak akan dibiasakan untuk bersikap dan bertutur kata yang baik oleh orang-orang yang dijumpainya”. PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu memiliki 1 (satu) kepala sekolah, 1 (satu) staf TU, 1 (satu) penjaga sekolah, 1 (satu) satpam dan 7 (tujuh) orang guru kelas, yang mana semuanya berlatar berlakangan pendidikan yang berbeda-beda. Berikut tabel data guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu; Table 4.1 Daftar guru PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu
No
Nama
L/P
1
MIKNAINI, S.Pd Padang Harapan
P
2 3 4 5 6
SAIPEN, S.Pd Bentiring SAHERAWATI, S.Pd EKA PUSPASARI, S.Pd Pondok besi Nurini, S.Pd Bentiring Syamsimar, S.Pd Lingkar Barat
P P P P P
Tempat, tanggal,lahir Gunung Terang 19 Mei 1966 Maus Kidul 01-01-1965 Bengkulu, 17-07-1968 Curup, 03-12-1975 Serumbang, 26-03 Bengkulu, 04-02-1975
Ijazah/ tempat/ tahun
Pangkat/ jabatan
UMB
Ka TK
UT
Guru
UT
Guru
UT
Guru
UT
Guru
UT
Guru
7
Sri Haryani, A.Ma Veteran
P
Ketahun 19-05-1981
D2 PAUD UNIB
Guru
8
Erli Nova. H, A.Ma Hibrida 33
P
Bengkulu, 04-11-1983
D2 PAUD UNIB
T.U
9
Jhonizar Anggut Atas
L
Bengkulu, 17-01-1960
SMA Bengkulu
Penjaga
10
Tukiran Budi. W Kampar 3
L
STM Bengkulu
Satpam
11
Maryatun Hayanah, S.Pd Rawa Makmur
P
Curup, 11-05-1983 Talang Panjang 30-10-74
S1 UT
Guru
55
Berdasarkan dari hasil observasi di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu mempunyai 110 orang anak, sebagai berikut: Tabel 4.2 Daftar Siswa/siswi PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu Siswa
Jumlah Kelas Kelas A
2 4 (B1, B2,
B
B3,B4) TOTAL
LK
PR
JM
16
17
33
34
43
77
50
60
110
Dari tabel di atas dapat kita lihat anak perempuan lebih banyak jumlahnya dari kepada anak laki-laki. Anak perempuan berjumlah 60 orang dan anak laki-laki hanya berjumlah 50 orang. Dalam penelitian ini peneliti hanya berfokus pada implementasi pendidikan karakter jujur dan implementasi pendidikan karakter mandiri serta hambatan guru dalam mengimplementasi pendidikan karakter di kelompok B PAUD Pertiwi 1 sebagai subjek penelitian deskriptif kualitatif. B. Temuan Penelitian Bab ini mendeskripsikan tentang; 1) implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru, 2) Implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru, serta 3) hambatan guru dalam mengimplementasi pendidikan karakter. Hasil temuan ini akan diuraikan sebagai berikut:
56
1. Implementasi Pendidikan Karakter Jujur Oleh Guru Di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu Berdasarkan hasil temuan peneliti di PAUD Pertiwi 1 bahwa implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru dilakukan dengan cara; a) guru memberikan pemahaman makna kejujuran, dimana guru memberikan ajaran-ajaran mengenai arti kejujuran sesuai dengan pemahaman guru, b) guru menyediakan media yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur dengan melakukan berbagai kegiatan untuk menciptakan pembelajaran yang merangsang sikap jujur anak. Kegiatan tersebut didukung dengan media yang dapat mempermudah guru untuk memberikan rangsangan kepada anak agar dapat memiliki sikap jujur, misalnya: melalui kotak kejujuran, c) guru menjaga sikap disiplin, sikap disiplin yang dimaksud dengan cara guru menanamkan kebiasaan disiplin dalam kejujuran, seperti; masuk kelas tepat waktu, dan d) guru menerapkan sikap menepati janji membaca do’a sebelum belajar, dengan cara mencuci tangan sebelum makan dan lain-lain. Hasil temuan ini akan diuraikan sebagai berikut: a. Guru Memberikan Pemahaman Makna Kejujuran Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, guru sudah melakukan berbagai upaya untuk memberikan pemahaman karakter jujur di sekolah, melalui pemberian contoh dari guru dan pemberian sanksi terhadap anak yang bertindak tidak jujur saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan demikian dapat melatih anak
57
bertindak jujur. Guru juga dapat memberikan ajaran-ajaran mengenai arti dan manfaat kepada anak. Guru menanamkan makna kejujuran melalui metode cerita, seperti: cerita kancil kena batunya. Selain melalui metode bercerita guru juga menanamkan pemahaman makna kejujuran dengan cara guru sebagai contoh yang baik untuk anak, seperti: membiasakan mencuci tangan sebelum makan, mewarnai gambar sendiri, menyikat gigi sesudah makan, menyiram tanaman sendiri dan sebagainya. Selain melalui metode cerita dan guru sebagai contoh bagi anak, guru juga memberikan sanksi kepada anak apabila anak tidak bersikap jujur, seperti: memberikan teguran kepada anak. Melalui pembiasaan yang di contohkan oleh guru, anak akan memahami pentingnya bersikap jujur dan anak juga mengetahui kalau berlaku tidak jujur akan merugikan dirinya sendiri. Implementasi yang diterapkan oleh guru di PAUD Pertiwi 1 tidak berjalan dengan lancar, terliat saat kegiatan pembelajaran berlangsung, ada anak bernama “J” yang meminta bantuan kepada teman untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru sehingga guru harus memberikan sanksi kepada anak berupa teguran, itu menandakan bahwa tidak semua anak mengerti arti dari kejujuran, sebaiknya sebelum guru memberikan pemaham kepada anak tentang makna kejujuran, guru terlebih dahulu memahami arti dari kejujuran itu sendiri, karena apabila ada guru yang tidak mengerti arti kejujuran maka akan menimbulkan kesulitan bagi guru untuk menjelaskan makna
58
dari kejujuran kepada anak. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara oleh guru kelompok B1 ibu (EL) seperti pada kutipan berikut ini: “Kita sebagai guru harus paham terlebih dahulu apa itu jujur, karena jujur merupakan dasar dari pembentukan karakter pada anak. misalnya si “J”, ia tidak memahami makna pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehingga pada saat mengerjakan tugas dari guru ia meminta bantuan temannya untuk mengerjakan tugasnya ” Selain pendapat guru B1 di atas, ada juga salah satu guru di PAUD Pertiwi 1 memiliki pendapat yang sama yaitu guru kelompok B2 ibu (SN) mengenai pemahaman kejujuran itu sendiri untuk diterapkan dan dapat dicontoh pada anak usia dini agar mereka memahami dan mengerti seperti apa penanaman kejujuran yang akan diterapkan dalam diri mereka. Berikut kutipan hasil dari wawancara dengan pihak terkait: “Oh.. memberikan pemahaman jujur itu pertama kita sebagai guru mengerti dulu apa arti jujur karena pendidikan karakter segala sesuatu itu berawal dari dalam diri kita sendri, kalau sudah sesuai baru bisa kita terapkan kepada anak” Hal itu juga diperkuat dengan wawancara guru kelompok B3 ibu (MR), beliau memberikan keterangan yang sama mengenai pemahaman kejujuran yang dapat diberikan melalui tindakan yang nyata sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Berikut adalah hasil kutipan wawancara tersebut: “Jujur itu bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, sebelumnya kita harus memahami apa itu jujur. tidak hanya memberikan pemahaman tetapi harus ada tindakan yang nyata, karena guru merupakan panutan anak di sekolah”
59
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum guru memberikan pemahaman kepada anak, guru terlebih dahulu memahami apa itu jujur, kemudian pemahaman itu diberikan kepada anak dengan cara guru memberikan tindakan yang nyata agar menjadi contoh teladan bagi anak. b. Guru Menyediakan Sarana Yang Dapat Merangsang Tumbuhnya Sikap Jujur Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, peneliti melihat bahwa guru di PAUD Pertiwi 1 melakukan berbagai kegiatan untuk menciptakan pembelajaran yang merangsang sikap jujur anak. Kegiatan tersebut didukung dengan sarana yang dapat mempermudah guru untuk memberikan rangsangan kepada anak agar dapat memiliki sikap jujur, misalnya: melalui buku tabungan. Berdasarkan hasil dari pengamatan di PAUD Pertiwi 1, guru menanamkan sikap kejujuran melalui buku tabungan, seperti: anak setiap harinya membawa buku tabungan untuk menabung di tiap kelasnya. Guru mengajarkan anak untuk menabung sejak dini. Pada waktu anak datang ke sekolah, anak langsung mengeluarkan buku tabungannya untuk menabung, kemudian anak memberikan buku tabungan yang berisikan uang untuk diberikan kepada guru. Guru menanyakan kepada anak “apakah uang ini semuanya diberikan kepada ibu guru untuk di tabung atau disisihkan untuk belanja anak?”. Terkadang ada anak yang menjawab uang yang di tabung semuanya diberikan kepada ibu guru, ada juga yang tidak
60
memberikan uang tabungan dan ada juga yang uang tabungannya tidak semua diberikan ke guru. Akan tetapi terlihat ada anak sewaktu datang ke sekolah ia tidak memberikan buku tabungan kepada ibu guru. Guru langsung menanyakan kepada anak mengapa ia tidak menabung hari ini sebagai berikut, “ R tidak menabung dengan ibu guru nak?”. Kemudian si “R” menjawab, “tidak bu, karena ibu tidak memberikan uang untuk menabung”. Setelah itu ibu guru mencoba untuk melihat tas si “R” dan ternyata di dalam tas si “R” terdapat buku tabungan beserta uang yang akan di tabung. Kemudian guru mengambil uang dan buku tabungan anak lalu menuliskannya di buku tabungan anak. Guru kembali bertanya kepada anak, “ini ada uang tabungannya R, kenapa tadi R berkata tidak diberikan uang untuk menabung?”. Setelah itu anak hanya berdiam saja dan langsung masuk ke dalam kelas. Karena kejadian tersebut membuat guru melakukan tindakan agar kejadian ini tidak terulang kembali, seperti: guru mendekati anak tersebut, bertanya dengan bahasa yang baik, memberikan sentuhan yang lembut kepada anak, guru memberikan penjelasan kepada anak tentang pentingnya menabung dan pentingnya bersikap jujur dalam kehidupan, kemudian guru mengajak orang tua anak untuk bekerjasama dalam menanamkan sikap jujur pada anak. Melihat kejadian tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelompok B1 ibu (EL) seperti pada kutipan berikut ini:
61
“Biasa anak-anak setiap harinya diminta untuk menabung di kelas. Ya.. itu salah satu bentuk penerapan pendidikan karakter jujur yang kami berikan ke anak. Tadi itu si “R” ditanya dia menabung apa tidak, si “R” menjawab tidak, padahal di dalam tas nya terdapat uang untuk menabung yang harus diberikan oleh guru, maka dari itu si “R” tadi langsung masuk kelas setelah ibu menemukan uang untuk di tabung di dalam tas nya”. Kemudian selain dengan buku tabungan,
guru juga
menanamkan sikap kejujuran kepada anak melalui metode bercerita, bermain peran dan pembiasaan sehari-hari, contohnya: cerita si kancil kena batunya. Ini diperkuat dari hasil wawancara kepada guru kelompok B2 ibu (SN) adalah sebagai berikut : “Saya akan mendisiplinkan anak melalui pembiasaan perlakuan baik dan berkata jujur. Untuk membentuk sikap jujur anak bisa melakukan kegiatan pembelajaran melalui metode bercerita dan bermain peran, dan pembiasaanlah yang akan memicu kejujuran anak” Selain pendapat guru B2 di atas, ada juga salah satu guru di PAUD Pertiwi 1 memiliki pendapat yang sama yaitu dengan guru kelompok B3 ibu (MR), beliau memberikan keterangan yang sama mengenai guru merangsang tumbuhnya sikap jujur pada anak. Berikut adalah hasil kutipan wawancara tersebut: “Melalui pembiasaan karena semua itu tergantung lingkungan keluarga yang ada disekeliling anak, dimana lingkungan keluarga yang sangat mempengaruhi sikap jujur pada anak” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah sebagai mediator pembelajaran yang merangsang tumbuhnya sikap jujur pada anak.
62
c. Guru Menjaga Sikap Disiplin Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, peneliti melihat guru-guru dalam menjaga sikap disiplin pada kejujuran melalui pembelajaran kreatif. Dimana guru-guru PAUD Pertiwi 1 mengembangkan pembelajaran kreatif yang berupa pengembangan pembiasaan meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, Misalnya; anak dibiasakan menjalankan ibadah dengan baik dan benar pada saat anak mengambil air wudhu, membaca doa serta tertib saat menjalankan ibadah. Selain itu dapat melalui aspek pengembangan
sosial
emosional,
misalnya;
mengajak
anak
menceritakan pengalamannya pada saat menjadi pemimpin upacara di depan kelas. Membentuk perilaku melalui pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Untuk menerapkan pembiasaan yang baik tersebut, guru terlebih dahulu menjadi suritaladan bagi anak, seperti; guru menunjukkan tindakantindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik. Jika guru menghendaki peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai karakter maka guru adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai di PAUD, misalnya; berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan. Salain itu
63
guru juga menanaman sikap disiplin dengan cara ; a) Menciptakan tokoh teladan, Anak-anak belajar banyak sekali dengan proses meniru guru mereka, dan meniru diantara kebiasaan baik dan buruk mereka, b) Menghargai menghukum, menghargai kebiasaaan baik melalui senyum, pelukan atau dengan menunjukkan ketertarikan pada apa yang anak lakukan lebih efektif daripada hukuman untuk kebiasaan buruk, c) Konsisten, Ketika peraturan dibuat, segala usaha seharusnya dibuat untuk menegakkannya. Sehingga anak tahu mana perbuatan yang baik atau buruk, d) Menjauhi tindakan kekerasan pada anak, seperti: teriakan, ancaman atau tamparan. Anak tidak dapat dipaksa untuk makan, mengerjakan tugas, tidur dan lain-lain dengan cara ini, e) Mengatakan “maaf” bila kita berlaku tidak baik. Semua orang guru pernah marah dan melakukan sesuatu yang tidak beralasan. Jika mereka mengatakan “maaf” setelah itu, maka anak akan belajar untuk mengatakan maaf juga, f) Menjelaskan apa yang kita katakana. Jika guru tidak menjelaskan apa yang mereka katakan, maka anak akan bingung untuk menentukan batasan yang boleh dan yang tidak boleh. Hal ini dapat membuat anak merasa gelisah. Akan tetapi masih juga ada anak yang tidak berpakaian rapi dan kotor, misalnya si “D” ia sering sekali berpakaian tidak rapi, setelah diamati dan dicari tahu ternyata penyebab si “D” sering berpakai tidak rapi atau kotor disebabkan oleh orangtuanya yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga anak tidak mendapatkan perhatian. Sebaiknya untuk
64
menghindari hal serupa terjadi kembali guru meberikan tindakan dengan cara memanggil anak tersebut dan memberikan penjelasan secara halus melalui pendekatan, selanjutnya guru memanggil orangtuanya untuk memberikan penjelasan bahwa untuk lebih memberikan perhatian yang lebih dekat kepada anak agar anak merasakan kenyamanan atas perhatian yang ia dapatkan dari orangtuanya secara langsung. Hal ini diakui oleh kepala PAUD Pertiwi 1 bahwa penanaman nilai sikap disiplin melalui pembiasaan adalah kegiatan pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan sikap kepada anak. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa: “Ya..membentuk perilaku anak PAUD memang suatu tanggung jawab yang berat sebab anak usia dini masih sangat membutuhkan peran orangtua dan keterlibatan secara langsung oleh pihak guru untuk membentuk perilaku yang patut untuk dicontoh dalam kehidupan sehari hari baik di sekolah maupun di rumah. Kami sebagai guru dituntut harus lebih kreatif untuk melakukan upaya agar anak dapat memahami pentingnya sikap disiplin terutama dalam proses belajar, penanaman sikap tersebut bisa dilakukan dengan cara pembiasaan di sekolah” Sedangkan menurut guru kelompok B1 ibu (EL), beliau berpendapat bahwa penanaman pembiasaan sikap disiplin untuk bersikap jujur dalam pembelajaran sangatlah penting, karena melalui pembiasaan anak dapat dengan mudah mengerti pentingnya kejujuran dalam kehidupan. Berikut adalah hasil kutipan wawancara kepada guru kelompok B1 sebagai berikut:
65
“Pembiasaan sikap untuk mendisiplinkan diri dalam proses belajar sangat penting. Karena sikap dan karakter anak sangat berbeda-beda sehingga menuntut guru untuk membuat sesuatu yang kreatif dalam menanamkan kebiasaan tepat waktu kepada anak terutama disiplin. Seperti si “D” ia sering sekali tidak berpakaian rapi dan kotor, ternyata setelah diselidiki yang menyebabkan si “D” sering berpakaian tidak rapi dan kotor itu karena orangtuanya yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya” Menurut guru kelompok B2 ibu (SN), beliau berpendapat bahwa membiasakan anak untuk mendisiplinkan diri pada diri anak itu memang tidak mudah dan butuh kesabaran karena setiap anak memiliki sikap yang berbeda-beda. Sebaiknya kita sebagai guru harus bisa memberikan pengarahan yang mudah dicerna oleh anak dan tidak membuat anak terbebani oleh aturan-aturan yang diberikan di sekolah. Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelompok B2 ibu (SN), beliau mengatakan; “Kami membiasakan anak untuk tanggung jawab dalam tugasnya, seperti saat masuk ke kelas tepat waktu, terkadang ada guru yang terlambat masuk kelas karena ada pekerjaan di kantor, sehingga membuat anak-anak tidak tertib di dalam kelas. Tetapi sebelumnya kami sebagai guru tidak begitu saja meninggalkan anak di kelas, setidaknya kami memberikan pengarahan kepada anak sewaktu di kelas sebelum meninggalkannya, biasanya kami memberikan tugas selama kami belum masuk agar anak tidak keluar masuk kelas dan selama guru tidak di kelas, guru akan menunjuk beberapa anak untuk menjadi keamanan kelas, itu dilakukakan agar guru merasa aman meninggalkan anak di kelas. Guru juga memberikan aturan di dalam kelas jika ada anak yang membuat keributan dan keluar masuk kelas. Disanalah kami mengajarkan anak umtuk melatih diri agar bertanggung jawab akan tugas yang diberikan dan menanamkan dalam diri anak untuk tidak berbohong pada diri mereka masing-masing” Hal itu juga diperkuat dengan wawancara guru kelompok B3 ibu (MR), beliau memberikan keterangan yang sama mengenai penerapan kedisiplinan oleh guru dengan cara guru harus menjadi
66
panutan yang baik bagi anak, seperti memberikan pengarahan pada saat upacara, guru memberikan pernyataan agar datang tepat waktu, disana guru wajib memberikan contoh yang baik pada anak dengan datang ke sekolah sebelum anak PAUD Pertiwi 1 datang ke sekolah karena jika gurunya saja datangnya telat bagaimana kita sebagai guru memberikan contoh yang baik kepada anak jika gurunya saja tidak bisa menerapkan apa yang sudah menjadi peraturan yang di sekolah. Akan tetapi ada saja guru yang tidak mentaati peraturan yang ada . Berikut adalah hasil kutipan wawancara tersebut: “Seperti yang kita tau, untuk membentuk karakter anak di sekolah agar menjadi apa yang kita harapkan. Kita sebagai guru terlebih dahulu memberikan contoh yang baik kepada anak agar anak dapat meniru hal-hal yang baik dari kita yang menjadi contoh teladan bagi anak. Kenapa… karena jika dari kita sendiri saja belum bisa menerapkan apa yang menjadi paraturan sekolah, bagaimana kita bisa menjadikan anak didik kita sebagai anak yang berkarakter seperti yang kita sebagai guru atau orangtua harapkan” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa keutaamaan yang paling penting untuk menanamkan sikap disiplin pada anak yaitu guru terlebih dahulu memberikan contoh yang baik untuk diterapkan agar dapat ditiru oleh anak dengan baik, karena disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita lakukan secara berulangulang dan terus menerus secara berkesinambungan. Satu hal penting, sebelum kita melakukan sesuatu itu terlebih dahulu tetapkanlah tujuan atau target, sehingga tidak menunda kegiatan yang ingin dilaksanakan.
67
d. Guru Menerapkan Sikap Menepati Janji Hasil dari pengamatan peneliti di PAUD Pertiwi 1, bahwa guru menumbuhkan sikap kejujuran kepada anak dengan cara guru menepati janji kepada anak dilihat dari hal yang paling kecil, seperti; guru membiasakan anak mencuci tangan sebelum makan, berdo’a sebelum pembelajaran dimulai dan lain-lain. Sehingga membuat anak sadar akan pentingnya kejujuran dalam kedisiplinan. Kemudian guru juga dapat memberikan reward berupa tepuk tangan, mengacungkan jempol, memberikan hadia kepada anak yang telah mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh guru, dan kebalikannya guru memberikan sanksi berupa teguran kepada anak yang tidak mengikuti peraturan yang telah dibuat. Selain itu guru juga harus menjadi contoh yang baik untuk anak, karena pada dasarnya anak melakukan sesuatu dengan meniru. Sebelum membiasakan anak mencuci tangan, guru harus terlebih dahulu untuk mencuci tangan sebelum makan, dengan melihat akan menirukan apa yang dilakukan oleh guru. Akan tetapi ada juga anak yang terkadang tidak mengikuti peraturan yang telah dibuat oleh guru, dengan begitu guru memberikan sanksi berupa teguran kepada anak yang tidak mengikuti peraturan, misalnya; ada anak yang tidak mencuci tangan sebelum makan, Sehingga membuat guru harus bertindak untuk mengatasi masalah tersebut dengan memberikan teguran kepada anak, kemudian guru mendekati anak yang tidak mau mencuci tangan, selanjutnya guru bertanya secara halus kepada anak mengapa ia tidak
68
mau mencuci tangan, setelah guru mendapatkan jawaban dari anak, barulah guru menjelaskan pentingnya mencuci tangan sebelum makan. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan guru kelompok B1 (EL), berikut kutipan hasil wawancara: “Kami menanamkan sikap kejujuran kepada anak dari hal yang paling terkecil, seperti menepati janji kepada anak. Kami biasanya memberikan reward berupa tepuk tangan daan mengacungkan jempol kepada anak yang mencuci tangan sebelum makan, berdo’a sebelum pembelajaran dimulai dan lain-lain, kemudian kami juga memberikan sanksi berupa teguran kepada anak yang tidak mencuci tangan sebelum makan, berdo’a sebelum pembelajaran dimulai dan lain-lain”. Selain pendapat guru B1 di atas yang dapat memberikan reward kepada anak yang melakukan kegiatan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan, ada juga salah satu guru di PAUD Pertiwi 1 memiliki pendapat yang sama yaitu guru kelompok B2 ibu (SN) dengan guru memberikan sikap adil kepada anak yang sudah berusaha menjalakan tugasnya sebaik mungkin dengan memberikan reward kepada anak, semua sengaja dilakukan agar anak merasa bahwa apa yang ia kerjakan tidak sia-sia, sehingga ia juga dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anak lainnya. Berikut kutipan hasil dari wawancara dengan pihak terkait: “Ia. Biasanya kami menanamkan sikap kejujuran kepada anak dengan cara menepati janji atau melaksanaan peraturan yang telah dibuat. Seperti: membiasakan anak untuk slalu jujur mencuci tangan sebelum makan, berdo’a sebelum belajar, mengumpulkan tugas yang telah diberikan oleh guru dan lain-lain. Bagi anak yang melaksanakan peraturan mendapatkan reward dari guru dan bagi anak yang tidak melaksanaan peraturan yang ada, anak mendapatkan sanksi dari guru. Jadi kami menanamkan kepada anak untuk menepati janji atau peraturan yang telah kami buat, yang tanpa disadari dari hal yang
69
dilakukan sehari-hari di sekolah ini anak telah menanamkan sikap kejujuran pada dirinya”. Berdasarkan
pendapat
dari
wawancara
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa kebiasaan menepati janji kepada anak adalah salah satu cara untuk menanamkan sikap jujur kepada anak dan anak juga mudah memahami pentingnya menerpkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari sehinggn nantinya anak akan tumbuh menjadi anak yang berkarakter sesuai dengan harapan kita sebagai pendidik. 2.
Implementasi Pendidikan Karakter Mandiri Oleh Guru Di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu Berdasarkan hasil temuan peneliti di PAUD Pertiwi 1 bahwa implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru dilakukan dengan cara; a) guru memberi bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri, seperti guru mengajarkan kepada anak pentingnya mengurus diri sendiri, guru harus terlebih dahulu mencontohkan kepada anak, seperti pada saat buang air kecil atau buang air besar, anak di biasakan untuk pergi ke kamar mandi sendri tanpa di damping oleh guru ataupun teman, b) guru membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri anak, dengan cara guru harus kreatif dalam menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat dalam
menanamkan
sikap
mandiri
pada
anak,
kemudian
guru
mempersiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti menggunting kertas origami sendiri dengan arahan guru, c) guru membuat pembiasaan yang positif, dengan guru membiasakan anak untuk melakukan kegiatan yang baik dan berguna, d) guru memberanikan anak
70
bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, dengan cara mengajarkan kepada anak untuk bertanggung jawab dari hal-hal yang sering dilakukan sehari-hari oleh anak, seperti pada saat anak diberikan tugas atau pada saat kegiatan permainan, e) guru memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri, dengan cara guru membekali kegiatan dengan berbagai macam media yang akan dilakukan, dan guru juga selalu memantau setiap kegiatan yang dikerjakan oleh anak, f) guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisi anak dengan guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisinya melalui metode bercerita sehingga dengan cerita tersebut anak dapat mengambil pesan positif dari cerita bahwa tidak selamanya orang tua, guru, saudara dan teman bisa selalu ada di samping anak, g) guru membuat aturan kelas, guru harus terlebih dahulu memikirkan apakah peraturan yang dibuat itu telah sesuai atau tidak bagi anak. Hasil temuan ini akan diuraikan sebagai berikut: a. Memberi Bekal Keterampilan Untuk Mengurus Diri Sendiri Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di PAUD Pertiwi 1, guru memberikan bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri dengan cara pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan setiap hari di sekolah dan guru sebagai contoh bagi anak, seperti: setelah anak selesai makan, peralatan makan di kembalikan kekamar mandi dan meja makan di bersihkan. Selain itu anak juga diajarkan apabila ingin buang air kecil atau buang air besar harus dilakukan sendiri tanpa ditemani teman
71
ataupun guru dan jika ke kamar mandi jangan lupa untuk menyiram dan membersihkan kembali wc agar tidak meninggalkan bau, karena kalau sampai tidak membersihkannya kembali, maka kamar mandi kita akan menjadi kotor dan bau. Sebelum guru mengajarkan kepada anak pentingnya mengurus diri sendiri, guru harus terlebih dahulu mencontohkan kepada anak, seperti: guru mencontohkan setelah makan peralatan makan di bersihkan dan di kembalikan ke kamar mandi. Jadi melalui kebiasaan yang dilakukan setiap hari dan guru sebagai contoh bagi anak maka akan membuat anak lebih mudah menerapkan sikap mandiri dalam kehidupan serta ia lebih memahami pentingnya sikap mandiri bagi dirinya dan orang lain. Akan tetapi pemberian bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri tidaklah berjalan dengan lancar karena masih ada anak yang belum mandiri, artinya pemberian bekal ketarampilan ini belumlah berhasil. Ini dibuktikan dengan masih ada anak yang tidak mau membersihkan serta mengembalikan peralatan makan ketempatnya. Sebut saja namanya si “B” setelah selesai makan si “B” tidak mau memebersikan dan mengembalikan peralatan makan ketempatnya. Sehingga membuat guru mendekatinya serta bertanya kepadanya tentang alasan mengapa ia tidak mau membersikan dan mengembalikan peralataan makan ketempatnya, ia tidak menjawab pertanyaan guru, ia hanya menggelangkan kepala saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Karena anak tersebut tidak mau menjawab pertanyaan guru, akhirnya guru memberikan sentuhan
72
lembut dan penjelasan kepada anak tentang pentingnya menjaga kebersihan dan manfaat jika kita bisa hidup mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan salah satu guru di PAUD Pertiwi 1 yakni guru kelompok B1 (EL), berikut hasil petikan wawancara tersebut: “Kami biasanya menerapkan keterampilan untuk mengurus diri sendiri dengan cara pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: biasanya menerapkan keterampilan untuk mengurus diri sendiri dengan cara pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Tapi penerapan keterampilan untuk mengurus diri sendiri tidaklah berjalan dengan lancar, terkadang masih ada anak yang tidak mau membersikan tempat makan, tidak mau mengembalikan tempat makan ke kamar mandi. Contohnya saja si “B” ia tidak mau membersihkan tempat makan dan tidak mau mengembalikan peralatan makan kekamar mandi. Sehingga memberikan tugas baru bagi kami untuk menangani masalah tersebut, kami mengatasi masalah ini dengan cara mendekati anak, bertaya dengan anak tentang alasan mengapa ia tidak mau, lalu kami memberikan penjelasan dengan lembut kepada anak tentang pentingnya menjaga kebersihan dan manfaat dari mandiri” Pendapat guru kelompok B1 sama dengan pendapat dengan guru kelompok B2 (SN) , ia mengatakan bahwa penerapan keterampilan mengurus diri sendiri dengan cara pembiasaan dalam kehidupan seharihari pada anak. ini di perkuat dari hasil wawancara dengan guru kelompok B2 (SN), berikut hasil petikan wawancara tersebut: “Ia......biasanya kami menerapkan keterampilan mengurus diri dengan cara pembiasaan sehari-hari di sekolah dan guru sebagai contoh yang baik bagi anak, seperti: mencuci tangan sendiri sebelum makan, pergi ke WC sendiri, membersikan tempat makan setelah selesai makan”. Berdasarkan dari pendapat diatas disimpulkan bahwa guru memberikan bekal keterampilan dengan untuk mengurus diri sendiri dengan cara pembiasaan dalam kehidupan setiap hari. melalui
73
pembiasaan itulah nanti anak akan mengerti pentinya memiliki sikap mandiri dalam kehidupan. b. Membentuk Kegiatan Yang Merangsang Sikap Mandiri Kepada Anak Dari hasil penelitian di PAUD Pertiwi 1, guru membuat kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak untuk merangsang sikap mandiri kepada anak. Guru harus kreatif dalam menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat dalam menanamkan sikap mandiri pada anak, kemudian guru mempersiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya: pada hari senin kegiatan yang dilakukan untuk merangsang tumbuhnya sikap mandiri pada anak adalah kegiatan menggunting, Pertama, guru menjelaskan terlebih dahulu tata cara kegiatan yang akan dilaksanakan, kemudian setelah guru memberikan penjelasan, anak disuruh menyelesaikan tugas menggunting. Anak diajarkan untuk menyelesaikan tugasnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, contohya: anak menggunting kertas origami tanpa bantuan dari gurunya, sehingga guru membiasakan anak untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sendiri. Kegiatan menggunting ini bisa membentuk sikap mandiri pada anak. contoh lainya adalah guru memberikan tugas menggunting kepada anak di kelas dengan tujuan anak akan terpacu untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan, apabila ada anak yang sudah menyelesaikan tugas terbih dahulu maka guru akan memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan untuk
74
anak yang sudah berhasil menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Di samping itu, anak yang belum menyelesaikan tugasnya akan termotivasi untuk bisa mengejar teman yang sudah menyelesaikan tugas terlebih dahulu. Akan tetapi apabila ada anak yang mengganggu temannya yang sedang mengerjakan tugas pemberian dari guru, untuk mengatasi hal tersebut dengan cara guru menegur anak dan menukar posisi duduk anak dengan anak yang lainnya. Hal ini akan memacu semangat anak untuk bisa belajar lebih giat lagi dan tidak akan mengganggu teman yang sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Kemudian pada hari selasa, kegiatan yang dilakukan untuk merangsang tumbuhnya sikap mandiri pada anak adalah kegiatan mewarnai dan sebagainya. Sehingga dengan kegiatan yang berbeda-beda akan membuat anak tidak cepat bosan untuk melakukan kegiatan yang diberikan oleh guru dan penanaman sikap mandiri pada anak akan lebih mudah ditanamkan pada anak. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara oleh ibu (EL) selaku guru kelompok B1 di PAUD Pertiwi 1, beliau mengatakan : “Memang masih ada anak yang terkadang suka mengganggu temannya yang sedang mengerjakan tugas akan tetapi kami sebagai guru langsung memberikan teguran kepada anak tersebut untuk tidak mengulanginya lagi. Untuk anak yang mematuhi aturan di kelas, guru juga memberikan reward kepada anak yang mengerjakan tugas tepat waktu yang berupa pujian, tepuk tangan dan bintang. Hal ini akan memacu semangat anak agar dapat bekerja lebih giat lagi sehingga tujuan kami untuk membentuk anak menjadi anak yang mandiri bisa tercapai”.
75
Hasil wawancara dengan ibu (EL) guru kelompok B1 diperkuat juga dengan hasil wawancara guru kelompok B3 ibu (MR), beliau memberikan keterangan yang sama. Berikut adalah hasil kutipan wawancara tersebut: “Untuk membentuk sikap mandiri pada anak kami biasanya memberikan kegiatan yang dapat merangsang sikap mandiri pada anak, seperti: memberikan tugas menggunting, memberikan tugas mewarnai dan sebagainya. Apabila ada anak yang dapt menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu tanpa bantuan dari orang lain, kami memberikan reward kepada anak berupa pujian, tepuk tangan dan bintang kepada anak. Ini bertujuan agar anak dapat termotivasi menjadi yang terbaik sehingga tujuan kami untuk membentuk anak menjadi anak yang mandiri bisa tercapai sesuai dengan keinginan” Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa cara guru menanamkan sikap mandiri pada anak melalui pemberian rangsangan dengan kegiatan yang menarik kepada anak, seperti: kegiatan menggunting gambar buah-buhan, mewarnai gambar. Selain pemberian tugas guru juga memberikan motivasi serta reward kepada anak. c. Guru Menerapkan Pembiasaan Yang Positif
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru di PAUD Pertiwi 1 menerapkan pembiasaan yang positif dengan cara guru membiasakan anak untuk melakukan kegiatan yang baik dan berguna, contohnya melalui kegiatan makan bersama disana guru mengajarkan pembiasaan kepada anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan agar anak menjaga kebersihan tangannya pada saat makan,
kemudian guru
mencontohkan kepada anak bahwa sebelum dan sesudah makan harus berdo’a terlebih dahulu, setelah guru selesai berdo’a dilanjutkan dengan
76
berdo’a secara bersama-sama, itu diterapkan agar makanan yang anak makan menjadi nikmat dan berkah, guru mengajak anak untuk membersihkan makanan yang berjatuhan pada saat anak makan agar kelas tidak menjadi kotor dan menyusun peralatan makanan kembali ke dalam tas, itu sengaja dilakukan agar peralatan makanan anak tidak berserakan. Terlihat langsung kegiatan diwaktu makan meliputi menyiapkan perangkat (piring, mangkok, sendok, garpu, serbet, cangkir atau gelas) untuk membawa makanan ke meja dan membersihkan meja disini anak-anak belajar banyak hal, Mereka belajar berhitung dan hubungan satu-satu. Jika menggunakan tatakan piring dengan nama, mereka belajar mengenali nama. Guru duduk diantara dan makan bersama anak-anak dan ikut dalam obrolan mereka. Melihat kejadian itu, peneliti langsung melakukan wawancara kepada guru yang terkait. Berikut hasil dari petikan: “Kami membiasakan anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan agar anak menjaga kebersihan tangannya pada saat makan, membaca doa sebelum dan sesudah makan itu diterapkan agar makanan yang anak makan menjadi nikmat dan berkah, membersihkan makanan yang berjatuhan pada saat anak makan agar kelas tidak menjadi kotor dan menyusun peralatan makanan kembali ke dalam tas itu sengaja dilakukan agar peralatan makanan anak tidak berserakan, saling memberi makanan kepada anak yang tidak membawa makanan. Pembiasaan itu sengaja kami lakukan agar anak selalu menerapkan kegiatan-kegiatan positif pada dirinya”. Kegiatan ini harusnya menyenangkan dan santai. Ingat, porsi makan tiap anak berbeda-beda dan juga, mereka makan tidak makan dalam tempo yang sama. Yang terlebih dulu menyelesaikan untuk dapat membersihkan sisa makanannya, kemudian anak yang sudah makan
77
diberikan kegiatan untuk membaca buku atau bermain sesuatu yang tidak akan mengganggu yang lain. Setelah semua anak selesai guru memberikan pengarahan kepada anak untuk menyikat gigi sehabis makan membantu terbentuknya kebiasaan yang sehat. Tiap anak sebaiknya memiliki sikat gigi sendiri-sendiri, yang dinamai agar tidak saling bertukar. Penyimpanan yang sedemikian rupa, agar sikat gigi bisa kering dengan sendirinya dan sikat-sikat tidak saling bersentuhan. Idealnya, tiap anak mempunyai sikat dan pasta gigi dan gelas kumur masing-masing. Semuanya diberi label nama. Bila tidak memiliki pasta gigi sendiri, guru yang harus mengoleskan pada pasta gigi agar mulut tabung pasta gigi tidak tersentuh sikat. Ini untuk menghindari penyebaran kuman. Menyikat gigi haruslah dalam pengawasan guru di sekolah. d. Guru Memberanikan Anak Bertanggung Jawab Atas Pilihannya Sendiri Guru memberanikan anak bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, di PAUD pertiwi 1 dilakukan dengan cara mengajarkan kepada anak untuk bertanggung jawab dari hal-hal yang sering dilakukan sehari-hari oleh anak, seperti pada saat anak diberikan tugas atau pada saat kegiatan permainan, misalnya: guru mengajak anak melakukan kegiatan permainan lego, ketika permainan lego selesai, anak diajarkan untuk bertanggung
jawab dengan cara guru mencontohkan kepada
anak, seperti: guru menyusun dan mengembalikan lego-lego ke dalam
78
tempat yang telah di sediakan, kemudian guru mengajak anak untuk menyusun dan mengembalikan lego-lego yang digunakan oleh anak ke dalam tempat yang telah di sediakan . Dari hal yang dilakukan secara berulang-ulang oleh anak maka akan mempermudah guru dalam menanamkan sikap tanggung jawab kepada anak. Tetapi tidak semua anak mau menyusun kembali media yang telah ia gunakan, seperti si “C” pada saat kegiatan permainan lego selesai, ia tidak mau menyusun dan mengembalikan media yang telah ia gunakan sehingga membuat guru menegur anak tersebut dengan cara memanggil nama anak tersebut, kemudian guru memberikan penjelasan kepada anak tentang pentingnya bertanggung jawab dalam kegiatan, lalu guru mengajak anak tersebut secara lembut untuk menyusun kembali media yang telah ia gunakan dengan diiringi nyanyian lagu. Ini diperkuat dari hasil wawancara dengan kepala sekolah PAUD Pertiwi 1, beliau mengatakan bahwa: “Cara menanamkan nilai atau sikap tanggung jawab kepada anak, kami biasanya menggunakan media atau bisa juga melalui permainan atau melalui tugas-tugas yang menggunakan alat peraga dengan menjaga alat-alat yang ada di sekolah. Dari sanalah kami mengajarkan kepada anak agar dapat menjaga peralatan yang ada di sekolah dengan baik agar tidak rusak dan berani melaporkan kepada guru jika ada yang anak tidak menjaga peralatan sekolah dengan baik. Itulah cara kami membentuk sikap tanggung jawab pada diri anak.” Hal itu juga diperkuat dengan wawancara guru kelompok B2 (SN), beliau memberikan keterangan yang sama mengenai penanaman sikap tanggung jawab kepada anak. Berikut adalah hasil kutipan wawancara tersebut:
79
“Cara menanamkan nilai atau sikap tanggung jawab kepada anak, kami biasanya menggunakan media atau bisa juga melalui permainan atau melalui tugas-tugas yang menggunakan alat peraga dengan menjaga alat-alat yang ada di sekolah. Seperti pada saat permainan lego, kami menyuruh anak agar dapat menyusun serta mengembalikan lego tersebut ketempat yang telah disediakan. Bagi anak yang tidak mau menyusun dan mengembalikan lego tersebut, kami memberikan sanksi berupa teguran, kemudian kami memberikan penjelasan serta mengajak anak secara lembut untuk mengembalikan lego ketempat yang telah disediakan. Sehingga kami mengajarkan kepada anak agar dapat menjaga peralatan yang ada di sekolah dengan baik agar tidak rusak dan berani melaporkan kepada guru jika ada yang anak tidak menjaga peralatan sekolah dengan baik.” Selain menanamkan sikap tanggung jawab dengan cara praktek langsung pada saat kegiatan pembelajaran bisa juga dengan cara metode bercerita. Dari cerita yang dibacakan oleh guru, anak dapat mengambil nilai positif dari cerita tersebut bahwa sikap tanggung jawab itu penting untuk diri kita. Pendapat ini dikemukakan oleh salah satu guru di PAUD Pertiwi 1 yaitu guru kelompok B1 (EL) pada saat wawancara, beliau berpendapat bahwa: “Kami menanamkan sikap percaya diri kepada anak dengan berbagai cara, seperti: mangajarkan langsung kepada anak bagaimana bertanggung jawab terhadap media yang telah digunakan pada saat kegiatan pembelajaran. Yang mana bisa dilakukan dengan cara membereskan serta mengembalikan media yang telah di pakai ketempat yang telah disediakan. Selain itu bisa juga dengan cara metode bercerita, misalnya: guru bercerita tentang tanggung jawab, naa.. nanti anak bisa mengambil nilai positif dari cerita tersebut bahwa memiliki sikap tanggung jawab itu penting untuk diri kita” Kemudian menanamkan sikap tanggung jawab kepada anak dapat juga melalui pembiasaan melalui sikap keteladanan: seperti: membuang sampah pada tepatnya, berbaris masuk ruang kelas untuk mengajarkan budaya antri, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mencuci tangan
80
sebelum makan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, berpakaian rapi, membereskan tempat duduk sebelum pulang sekolah dan membersihkan ruang kelas tempat belajar. Ini diperkuat dari hasil wawancara dengan guru kelompok B3 (MR), beliau mengatakan bahwa: “Biasanya kami menggunakan metode yang digunakan dalam mengembangkan kemandirian pada anak menggunakan metode pembiasaan, metode keteladanan. Dengan melakukan pembiasaan secara terus-menerus kepada anak maka anak secara langsung akan melakukan kegiatannya sendiri, sedangkan metode keteladanan yaitu memberikan contoh kepada anak. Metode yang dilakukan ini diterapkan saat pembelajaran dimulai, ketiga metode ini dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus pada setiap pembelajaran yang akan diberikan kepada anak.” Berdasarkan beberapa pendapat dari hasil wawancara di atas dengan guru dapat disimpulkan bahwa cara menanamkan sikap tanggung jawab kepada anak dapat dilakukan dengan beberbagai cara, seperti: melalui praktek langsung pada saat pembelajaran, melalui metode bercerita serta melalui pembiasaan metode keteladanan. Berikut gambar kegiatan rutin yang dilakukan oleh anak PAUD Pertiwi 1yakni bebaris sebelum masuk ke dalam ruangan. e. Guru Memberikan Kebebasan Kepada Anak Untuk Menentukan Tujuannya Sendiri Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru di PAUD Pertiwi 1 menerapkan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri dengan cara: a) guru harus menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh anak, b) guru menyiapkan media yang akan digunakan,
81
c) guru bertanya kepada anak tentang hal-hal yang ia senangi sesuai dengan tema dan guru menanamkan motivasi kepada anak agar anak memiliki kepercayaan diri, d) guru memberikan penjelasan tentang tata cara kegiatan dan membebaskan anak untuk memilih kegiatan yang ia senangi, e) guru memberikan reward kepada anak yang bisa menyelesaikan kegiatan tepat waktu. Contohnya: menyusun berbagai macam bentuk bangunan dari lego. Pada permainan ini anak dibebaskan untuk memilih bentuk bangunan seperti apa yang akan ia buat, kemudian guru memberikan contoh bentuk bangunan dari lego, misalnya; membuat bangunan kolam, membuat kerata api, membuat huruf, dan membuat angka dari media yang telah anak pilih. Selanjutnya guru memberikan arahan dan membimbing anak untuk membuat bangunan dari media lego sesuai keinginan anak, kemudian guru membiarkan anak untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan, yang terakhir guru memperingatkan kepada anak untuk bergegas menyelesaikan bangunan yang anak buat dengan cepat karena sebentar lagi waktu menunjukan jam istirahat. Akan tetapi, ada anak yang menangis ketika ibu guru mengingatkan untuk menyelesaikan bangunan dengan cepat, dikarenakan anak tersebut belum selesai membuat bangunan lego. Ibu guru langsung menghampiri anak yang bernama si “ P” yang sedang menangis. Ibu guru bertanya kepada anak kenapa ia menangis, “kenapa menangis nak?”, si “P” pun menjawab, “ kami belum selesai buk”. Kemudian ibu guru membantu anak untuk
82
menyelesaikan bangunan yang ia buat. Melihat kejadian itu, peneliti langsung melakukan wawancara kepada guru yang terkait. Berikut hasil dari petikan: “ Guru memberikan tugas kepada anak untuk membuat bangunan dari media lego . Dari media tersebut, guru membebaskan kepada anak untuk memilih bentuk bangunan apa yang akan ia buat sesuai dengan keinginannya. Yang masalah si “P” menangis tadi, itu dikarenakan ia belum menyelesaikan bangunan yang sudah ibu berikan, sedangkan waktunya sudah mau menunjukkan jam istirahat”. Pada waktu jam istrahat anak dibebaskan untuk bermain apa saja yang anak inginkan, karena semua anak membutuhkan waktu diluar kelas untuk beraktivitas dan berinteraksi satu sama lain. Terlihat pada saat anak berada diluar kelas, anak tidak di wajibkan
untuk
bermain seperti apa yang guru inginkan, sehingga anak bebas untuk memilih apa saja alat permainan yang ada di sekolah. Alat-alat yang disedikan guru pada saat jam istrahat di sekolah seperti seluncuran, memanjat lompat, jungkit-jungkitan, sandiwara dapat dibeli atau dipinjam pada saat bermain ayunan, dan sebagainya. Kegiatan ini juga butuh perencanaan yang baik agar nantinya dapat berjalan dengan baik pula. Sebaiknya alat-alat yang bervariasi juga perlu disediakan di sekolah. Kemudian guru memantau anak-anak dalam hal kemampuan motorik, melalui gerak tubuh anak pada saat berlari, berjalan, memanjat, bergantungan, dengan permainan yang ada diluar kelas, terkadang ada saja anak yang terlalu aktif dalam bermain sehingga membuat
anak
tidak
bisa
mengontrol
dirinya
sendiri,
yang
mengakibatkan anak terjatuh pada saat bermain pada alat-alat
83
permainan yang ada diluar kelas, seperti yang terlihat si “A” yang ceroboh pada saat bermain ayunan, ia memainkan ayunan tersebut bukan dengan keadaan duduk tetapi ia memaikan ayunan itu dengan keadaan berdiri di atas ayunan, sehingga saat bermain ayunan ia terjatuh karena tangannya tidak begitu erat memegang tali ayunan, kemudian melihat kejadian itu guru langsung menghampiri anak yang sedang terjatuh dan membantu anak untuk berdiri kembali. Sebenarnya guru sudah memperingatkan si “A” untuk tidak bermain ayunan secara berdiri, tetapi si “A” masih saja keras kepala dan tidak mau mendengar perkataan ibu guru. Melihat kejadian tersebut peneliti langsung melakukan wawancara kepada ibu EL selaku guru kelompok B1, berikut hasil petikan wawancara tersebut: “oohh.. si “A” , anak itu tadi bermain ayunan dengan berdiri di atas tempat duduk ayunan itu dan akhirnya si “A” jatuh dari tempat ayunan karena tangan si “A” tidak memegang dengan erat tali pada ayunan” Sebenarnya guru membebaskan anak untuk bermain sesuai dengan kemauan anak, tetapi kebebasan tersebut tidak lari dari aturan dan pantauan guru-guru yang ada di sekolah. Hanya saja anak belum bisa memahami perkataan guru apabila anak itu belum merasakan dampak dari kecerobahan yang mereka lakukan. Dengan kejadian tadi anak dapat merasakan efek jera dari perbuatannya. Sehingga dari kejadian itu si “A” tidak lagi memainkan ayunan dengan cara berdiri di atas ayunan tetapi dengan cara duduk di atas ayunan dan memegang tali ayunan secara baik dan benar.
84
f. Menyadarkan Anak Bahwa Pendamping Tidak Selalu Ada Di Sisinya Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti di PAUD Pertiwi 1, guru mengimplementasikan sikap mandiri pada anak dengan cara menyadarkan kepada anak bahwa tidak selamanya guru, orang tua, saudara dan teman bisa selalu mendampingi dia dalam mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugasnya. Ini dilakukan agar anak tidak terbiasa bergantung dengan orang lain. Guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisinya dengan metode bercerita tentang pendamping tidak selalu ada di sisinya. Dengan cerita tersebut anak dapat mengambil pesan positif dari cerita bahwa tidak selamanya orang tua, guru, saudara dan teman bisa selalu ada di samping anak, maka dari itu anak diajarkan untuk memiliki sikap mandiri dari dini agar sikap ketergantungan dengan orang bisa dihilangkan. Selain melalui metode cerita, anak juga diajarkan untuk memakai baju sendiri, mengancingkan celananya sendiri, makan sendiri, pergi ke WC sendiri, mandi sendiri, membersikan tempat makannya sendiri, menyelesaikan tugasnya sendiri dan sebagainya dengan cara guru memberikan contoh cara memakai baju dan celanan yang benar dan lain-lain. Setelah anak bisa melakukan kegiatan tersebut dengan sendiri, anak akan terbiasa melakukan sesuatu dan menyelesaikan sesuatu dengan sendiri tanpa harus bergantung dengan orang lain. Selain itu anak juga diberikan penjelasan tentang
85
manfaat dari sikap mandiri dan penjelasan tentang dampak negatif apabila tidak memilik sikap mandiri. Hal ini di perkuat dengan hasil wawancara dengan salah satu guru di PAUD Pertiwi 1 yakni guru kelompok B1 (EL) berikut hasil kutipan wawancara tersebut: “Memang banyak implementasi guru dalam menumbuhkan sikap mandiri pada anak salah satunya adalah dengan menyadarkan anak bahwa tidak selamanya orag tua, keluarga, guru dan teman bisa mendampingnya dan membantunya. Biasanya kami menjelaskan kepada anak tentang tidak selamanya kami bisa mendampinginya dengan metode bercerita selain itu kami juga mengajarkan kepada anak agar melakukan segala sesuatu dan mengerjakan tugas dilakukan sendiri, seperti: mengajarkan anak untuk memakai baju sendiri, mencuci tangan sendiri, makan sendiri, membersihkan tempat makan sendri, mandi sendiri, mengancingkan celana sendiri, pergi ke WC sendiri, menyelesaikan tugas sendiri dan sebagainya” Selain pendapat guru B1 di atas, ada juga salah satu guru di PAUD Pertiwi 1 memiliki pendapat yang sama yaitu dengan guru kelompok B3 ibu (MR), beliau memberikan keterangan yang sama tentang cara guru menyadarkan kepada anak bahwa tidak selamanya pendamping ada di sisinya, berikut hasil kutipan wawancara tersebut: “Sudah menjadi tanggung jawab kami sebagai guru untuk mengajarkan anak untuk mandiri dan menyadarkan anak bahwa tidak selamanya ia bisa bergantung dengan orang lain, seperti: apabila orang tuanya ada pekerjaan diluar kota, anak harus bisa mandi sendri, memakai baju sekolah sendiri. Maka dari itu kami tugas kami adalah mengajarkan anak agar bisa mandiri. Biasanya kami menjelaskan kepada anak melalui metode bercerita tentang pentingnya mandiri dalam kehidupan”. Berdasarkan pendapat dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa guru sangat berperan penting dalam pembentukan sikap mandiri pada anak. Sikap mandiri pada anak dilakukan dengan
86
cara menyadarkan anak melalui metode bercerita bahwa tidak selamanya pendamping ada di sisinya. g. Guru Menerapkan Aturan Kelas Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti di PAUD Pertiwi 1, guru mengimplementasikan sikap mandiri pada anak dengan cara guru menerapkan aturan di dalam kelas. Guru harus membuat aturan di dalam kelas karena ini sangat berpengaruh dalam menanamkan sikap mandiri pada anak. Sebelum guru membuat peraturan di dalam kelas, guru harus terlebih dahulu memikirkan apakah peraturan yang dibuat itu telah sesuai atau tidak bagi anak. Apabila peraturan tersebut telah sesuai untuk anak, maka guru menerapkan peraturan tersebut dan guru juga memberikan sanksi kepada anak yang melanggar peraturan yang telah dibuat. misalnya: guru tidak boleh terlambat masuk kedalam kelas, sehingga anak pun juga mengikutinya dengan masuk kedalam kelas tepat waktu, tidak memakai sepatu didalam kelas, tidak makan pada saat jam belajar dan sebagainya. Jika ada anak yang melanggar peraturan yang dibuat oleh guru, anak tersebut akan mendapatkan sanksi dari guru, contohnya: mendapatkan teguran dari guru, anak tidak diperkenankan pulang lebih awal pada saat jam pulang sekolah dan sebagainya. Memang tidak semua peraturan yang dibuat oleh guru dapat diikuti oleh anak. seperti pada kasus si “O” , ia tidak mau membuka sepatu pada saat masuk kedalam kelas sehingga membuat guru harus menyelesaikan masalah tersebut agar tidak terulang kembali.
87
Guru mengatasi permasalah si “O” dengan cara, pertama guru memdekati si “O” , lalu guru bertanya tanteng apa alasannya si “O” tidak mau melepaskan sepatu pada saat masuk kedalam kelas, setelah guru mengetahui alasannya, guru memberikan penjelasan kepada anak tentang kenapa harus membuka sepatu sebelum masuk kedalam kelas dengan bahasa yang lembut dan mudah dimengerti oleh anak, kemudian baru guru menakuti anak jika tidak mau mengikuti peraturan yang dibuat guru akan memberikan sanksi kepada anak, jika dengan cara menakuti anak masih belum membuat anak menjadi sadar maka guru akan memberikan sanksi berupa anak tidak diperkenankan pulang lebih awal pada saat jam pulang sekolah dan anak harus membacakan hadist sebanyak 5 hadist berserta artinya. Ini diperkuat dari hasil wawancara dengan salah satu guru B2 ibu (SN) di PAUD Pertiwi 1, berikut hasil wawancara dengan guru terkait: “Iaa.... kami menerapkan peraturan didalam kelas kepada anak bertujuan agar anak dapat memilik sikap mandiri. Sebelum kami menerapkan peraturan yang kami buat, kami terlebih dahulu memikirkan dan menyesuaikan apakan peraturan ini sudah sesuai untuk anak atau tidak. Setelah dianggap sesuai, kami akan menerapkan peraturan tersebut dan apabila ada anak yang tidak mengikuti peraturan yang kami buat anak akan mendapatkan sanksi berupa teguran, anak tidak diperkenankan pulang lebih awal pada saat jam pulang sekolah dan sebagainya”. Selain pendapat guru B2 di atas, ada juga salah satu guru di PAUD Pertiwi 1 memiliki pendapat yang sama yaitu dengan guru kelompok B3 ibu (MR), beliau memberikan keterangan yang sama, berikut hasil kutipan wawancara tersebut:
88
“Kami memang membuat aturan didalam kelas, seperti: tidak boleh memakai sepatu kedalam kelas, tidak boleh datang terlambat dan sebagainya. Ini bertujuan agar anak memiliki sikap mandiri. Sebelum peraturan ini diterapkan kami terlebih dahulu memikirkan serta menyesuaikan peraturan tersebut, apakah sudah sesuai atau belum untuk anak. jika ada anak tidak mematuhi peraturan tersebut anak akan mendapatkan sanksi dari guru”. Berdasarkan pendapat dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menerapkan aturan didalam kelas, guru terlebih dahulu memahami dan mempelajari apakan peraturan yang dibuat telah sesuai untuk anak, jika telah sesuai bagi anak maka guru dapat menerapkan peraturan tersebut, guru juga memberikan contoh menaati peraturan yang ada, serta guru memberikan sanksi kepada anak yang melanggar aturan yang telah diberikan. 3. Hambatan Guru Dalam Mengimplementasikan Pendidikan Karakter Di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dari observasi dan wawancara dengan guru ada beberapa hambatan yang dialami dalam menerapkan implementasi pendidikan karakter di PAUD Pertiwi 1. Hambatan yang dialami adalah sebagai berikut; a.
Dilihat dari segi media pembelajaran 1) Hambatan yang dialami dari segi media pembelajaran dalam
implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru yaitu; kurangnya media pembelajaran yang berupa buku cerita, karena buku cerita yang ada di sekolah tidak terlalu banyak, sehingga membuat anak
89
tidak tertarik untuk mendengarkan cerita yang berulang-ulang dari guru. 2) Hambatan yang dialami dari segi media pembelajaran dalam
implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru yaitu; kurangnya peralatan untuk menempel seperti lem, kurangnya peralatan untuk menggunting, media lego, alat-alat permainan di luar kelas seperti ayunan yang tidak sebanding dengan jumlah anak di PAUD sehingga menimbulkan keributan pada anak yang tidak mendapat pensil warna, akhirnya menimbulkan keributan pada anak. Sebaiknya guru menyediakan media pembelajaran yang lebih banyak lagi untuk menunjang media pembelajaran di sekolah. b. Dilihat dari segi keterampilan guru 1) Hambatan yang dialami dari segi keterampilan guru dalam implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru yaitu; kurangnya inofasi guru dalam mengembangkan sebuah cerita teladan pada anak. 2) Hambatan yang dialami dari segi keterampilan guru dalam implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru yaitu kurangnya kreatifitas guru dalam membuat media-media yang dapat merangsang imajinasi anak.
90
C. Pembahasan Hasil Penelitian Dikaitkan Dengan Justifikasi Teoritik Yang Relevan 1. Implementasi Pendidikan Karakter Jujur Di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu Implementasi pendidikan karakter jujur di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru kepada anak, seperti: penanaman karakter jujur kepada anak. Menurut Zuriah (2007:83) yang menyatakan bahwa jujur merupakan sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan. Jujur bisa diartikan mengakui, berkata atau memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Penanaman karakter jujur kepada anak bertujuan untuk menumbuhkan sikap jujur pada anak dalam kehidupan sehari-hari sejak dini. Adapun hasil temuan peneliti selama penelitian tentang cara guru mengimplementasikan pendidikan karakter jujur kepada anak adalah sebagai berikut: a) Guru memberikan pemahaman makna kejujuran. Sebelum guru memberikan pemahaman makna dari kejujuran, guru harus mengerti dan memahami terlebih dahulu arti atau makna dari kejujuran itu sendiri, kemudian guru menjelaskan kepada anak makna dan arti kejujuran. Upaya yang dilakukan guru untuk memberikan pemahaman karakter jujur di sekolah melalui pemberian contoh dari guru dan pemberian sanksi terhadap anak yang bertindak tidak jujur saat kegiatan pembelajaran berlangsung. b) Guru menyediakan sarana yang dapat
91
merangsang tumbuhnya sikap jujur. Guru di PAUD Pertiwi 1 melakukan berbagai kegiatan untuk menciptakan pembelajaran yang merangsang sikap jujur anak. Kegiatan tersebut didukung dengan sarana yang dapat mempermudah guru untuk memberikan rangsangan kepada anak agar dapat memiliki sikap jujur, misalnya: melalui buku tabungan. Guru mengajarkan anak untuk menabung sejak dini. Pada waktu anak datang ke sekolah, anak langsung mengeluarkan buku tabungannya untuk menabung, kemudian anak memberikan buku tabungan yang berisikan uang untuk diberikan kepada guru. c) Guru menjaga sikap disiplin. Guru juga menanaman sikap disiplin kepada anak dengan cara: Menciptakan tokoh teladan atau guru sebagai contoh yang baik bagi anak seperti datang tepat waktu, menghargai kebiasaaan baik melalui senyum, Mengatakan “maaf” bila kita berlaku tidak baik dan sebagainya. d) Guru menerapkan sikap menepati janji. Guru menumbuhkan sikap kejujuran kepada anak dengan cara guru menepati janji kepada anak dilihat dari hal yang paling kecil, seperti; guru membiasakan anak mencuci tangan sebelum makan, berdo’a sebelum pembelajaran dimulai dan lain-lain. Sehingga membuat anak sadar akan pentingnya kejujuran dalam kedisiplinan. Kemudian guru juga dapat memberikan reward berupa tepuk tangan, mengacungkan jempol, memberikan hadia kepada anak yang telah mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh guru, dan kebalikannya guru memberikan sanksi berupa teguran kepada anak yang tidak mengikuti peraturan yang telah dibuat. Hasil
temuan diatas menunjukkan bahwa Implementasi pendidikan
92
karakter jujur di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu belum sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Aunillah (2011:49) bahwa ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam membangun karakter jujur pada peserta didik, diantaranya adalah sebagai berikut : a) Proses pemahaman terhadap kejujuran itu sendiri. Menanamkan kejujuran pada anak usia dini dengan disertakan pemahaman terhadap pengaruh kejujuran pada cara menumbuhkan sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari. b) Menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur. Membentuk karakter pada peserta didik harus didukung dengan alat bantu untuk menunjang terciptanya iklim kejujuran pada diri anak. c) Keteladanan. Menurut Umar dalam Aunillah (2011:52) keteladanan merupakan faktor yang sangat penting dilakukan oleh guru dan orangtua dalam menanamkan karakter jujur pada diri peserta didik. Oleh sebab itu, sekolah perlu melakukan kerja sama yang intensif dengan keluarga peserta didik agar mereka
dapat
membantu
program
pengembangan
karakter
yang
diselenggarakan di sekolah. d) Terbuka. Perlu kita sadari bahwa keterbukaan sikap guru atau orangtua terhadap peserta didik akan memperkecil kemungkinan ia bersikap kurang jujur terhadap dirinya sendri dan orang lain. Sebab, dengan terbangunnya sikap keterbukaan, peserta didik merasa memiliki tempat curahan perhatian dan kasih sayang, yang ditunjukkan dengan adanya sikap keterbukaan itu. Maka peserta didik secara perlahan akan memahami pentingnya bersikap jujur dan terbuka. e) Tidak bereaksi berlebihan. Cara lain untuk mendorong peserta
93
didik agar bisa bersikap jujur adalah tidak bereaksi berlebihan bila ada peserta didik yang berbohong. Karena jika seorang guru atau orangtua bereaksi secara berlebihan, maka anak akan berusaha mencari cara untuk mengingkari dan tidak berani berkata jujur karena takut akan mendapatkan hukuman. Sedangkan menurut Elfindri, dkk (2012:128) mengungkapkan bahwa langkah yang perlu disadari dalam menumbuhkan kejujuran adalah a) Guru mesti selalu menepati janji setiap yang dijanjikan kepada anak didik.
Diantaranya
kebiasaan
untuk
menetapkan
masuk
kelas,
mengembalikan bahan atau tugas yang diperiksa oleh guru. b) Menjaga disiplin dalam proses belajar, mengajar, serta proses ujian. Mereka yang mengikuti peraturan akan memperoleh reward, sementara yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi sesuai dengan ‘pelanggaran’ ketidakjujuran yang dibuat. c) Inisiatif membuat kantin sekolah jujur adalah salah satu kreasi menumbuhkan kejujuran. d) Memberikan kesempatan merata kepada seluruh peserta didik untuk menyusun kerja secara mandiri, dan melaporkan bagaiman proses pekerjaan dilakukan. f) Mengoreksi kesalahan tata cara penulisan, perkataan, baik dalam konteks kejujuran ataupun dalam mengutip, menyadur, dan melaporkan bahan bacaan. 2. Implementasi Pendidikan Karakter Mandiri Di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu Selain mengamati tentang implementasi pendidikan karakter mandiri kepada anak peneliti juga mengamati implementasi pendidikan karakter mandiri kepada anak di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Adapun
94
hasil
temuan
peneliti
salama
penelitian
tentang
cara
guru
mengimplementasikan pendidikan karakter mandiri kepada anak adalah sebagai berikut: a) Guru memberi bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri. Guru memberikan bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri dengan cara pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan setiap hari di sekolah dan guru sebagai contoh bagi anak. Sebelum guru mengajarkan kepada anak pentingnya mengurus diri sendiri, guru harus terlebih dahulu mencontohkan kepada anak, seperti: guru mencontohkan setelah makan peralatan makan di bersihkan dan di kembalikan ke kamar mandi. Jadi melalui kebiasaan yang dilakukan setiap hari dan guru sebagai contoh bagi anak maka akan membuat anak lebih mudah menerapkan sikap mandiri dalam kehidupan serta ia lebih memahami pentingnya sikap mandiri bagi dirinya dan orang lain. b) Guru membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri kepada anak. Guru harus kreatif dalam menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat dalam menanamkan sikap mandiri pada anak, kemudian guru mempersiapkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya: pada hari senin kegiatan yang dilakukan untuk merangsang tumbuhnya sikap mandiri pada anak adalah kegiatan menggunting, Pertama, guru menjelaskan terlebih dahulu tatacara kegiatan yang akan dilaksanakan, kemudian setelah guru memberikan penjelasan, anak disuruh menyelesaikan tugas menggunting. Anak diajarkan untuk menyelesaikan tugasnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. c) Guru menerapkan pembiasaan yang positif. Guru menerapkan pembiasaan yang
95
positif dengan cara guru membiasakan anak untuk melakukan kegiatan yang baik dan berguna serta guru sabagai contoh yang baik bagi anak, misalnya: guru mencontohkan kepada anak bahwa sebelum dan sesudah makan harus berdo’a terlebih dahulu, setelah guru selesai berdo’a dilanjutkan dengan berdo’a secara bersama-sama dan sebagainya. d) Guru memberanikan anak bertanggung jawab atas pilihannya sendiri dilakukan dengan cara mengajarkan kepada anak untuk bertanggung jawab dari halhal yang sering dilakukan sehari-hari oleh anak, seperti pada saat anak diberikan tugas atau pada saat kegiatan permainan, misalnya: guru mengajak anak melakukan kegiatan permainan lego, ketika permainan lego selesai, anak diajarkan untuk bertanggung jawab dengan cara guru mencontohkan kepada anak, seperti: guru menyusun dan mengembalikan lego-lego ke dalam tempat yang telah di sediakan, kemudian guru mengajak anak untuk menyusun dan mengembalikan
lego-lego yang
digunakan oleh anak ke dalam tempat yang telah di sediakan . e) Guru memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri. Guru menerapkan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri dengan cara: guru harus menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh anak, guru menyiapkan media yang akan digunakan, guru bertanya kepada anak tentang hal-hal yang ia senangi sesuai dengan tema dan guru menanamkan motivasi kepada anak agar anak memiliki kepercayaan diri, guru memberikan penjelasan tentang tata cara kegiatan dan membebaskan anak untuk memilih kegiatan yang ia senangi, guru
96
memberikan reward kepada anak yang bisa menyelesaikan kegiatan tepat waktu. f) Menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisinya. Guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisinya dengan metode bercerita tentang pendamping tidak selalu ada di sisinya. Dengan cerita tersebut anak dapat mengambil pesan positif dari cerita bahwa tidak selamanya orang tua, guru, saudara dan teman bisa selalu ada di samping anak, maka dari itu anak diajarkan untuk memiliki sikap mandiri dari dini agar sikap ketergantungan dengan orang bisa dihilangkan.
g)
Guru
menerapkan
aturan
kelas.
Guru
mengimplementasikan sikap mandiri pada anak dengan cara guru menerapkan aturan di dalam kelas. Guru harus membuat aturan di dalam kelas karena ini sangat berpengaruh dalam menanamkan sikap mandiri pada anak. Sebelum guru membuat peraturan di dalam kelas, guru harus terlebih dahulu memikirkan apakan peraturan yang dibuat itu telah sesuai atau tidak bagi anak. Apabila peraturan tersebut telah sesuai untuk anak, baru guru menerapkan peraturan tersebut dan guru juga memberikan sanksi kepada anak yang melanggar peraturan yang telah dibuat. Hasil temuan diatas menunjukkan bahwa Implementasi pendidikan karakter mandiri di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu belum sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wiyani (2013) ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh orangtua dan guru PAUD yakni: a) Memberi bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri, b) Membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri kepada anak, c) berani mengatur waktunya
97
sendiri, d) Membuat pembiasaan yang positif, e) Berani bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, f) Memberi kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri, dan g) Menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisinya. 3. Hambatan
Guru
Dalam
Mengimplementasikan
Pendidikan
Karakter Di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu Dalam implementasi karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru pada anak di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu tidak semuanya berjalan dengan lancar, ada beberapa hambatan yang dialami oleh guru dalam implementasi karakter jujur dan karakter mandiri pada anak. Salah satu hambatan yang dialami yaitu dilihat dari segi media, seperti: kurangnya media pembelajaran yang berupa buku-buku cerita yang kurang menarik, karena buku cerita yang ada di sekolah tidak terlalu banyak, sehingga membuat anak tidak tertarik untuk mendengarkan cerita yang berulang-ulang dari guru, adapun media yang menghambat penerapan guru yaitu kurangnya alat tulis yang menyebabkan keributan pada anak. Kemudian hambatan lainnya dilihat dari segi keterampilan guru dalam implementasi pendidikan karakter jujur dan implementasi pendidikan karakter mandiri oleh guru seperti; kurangnya kreatifitas guru mengembangkan kegiatan pembelajaran di sekolah seperti: dalam menyampaikan sebuah cerita kepada anak, guru tidak memberikan contoh-contoh yang kongkrit dan bervariasi sehingga membuat kelas
98
menjadi tidak kondusif belum berjalan dengan baik. Seharusnya dalam menyampaikan sebuah cerita guru menggunakan media yang berupa boneka tangan atau bisa juga dengan anak yang berperan langsung menjadi tokoh-tokoh yang ada dalam sebuah cerita tersebut sehingga membuat guru menjadi tertantang untuk mengembangkan isi pada buku cerita. Hasil temuan di atas menunjukan bahwa hambatan guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu belum sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wiyani (2013: 106-107) beberapa hambatan yang dialami orangtua dan guru PAUD dalam mendidik dan membentuk karakter mandiri anak usia dini seperti anak acuh tak acuh atau tidak menurut dengan perintah orangtua dan guru, dapat disadari ataupun tidak sikap tersebut menjadikan anak usia dini menjadi malas maka penting bagi orangtua dan guru PAUD untuk menyadari bahwa terdapat masalah motivasi dalam diri anak tersebut. Memotivasi anak usia dini supaya tidak malasmalas merupakan masalah yang kompleks dan penting. Sehingga guru senantiasa menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri dengan mengajar menggunakan berbagai macam media pada anak, supaya anak memiliki motivasi dalam diri dan tidak menjadi malasmalasan dalam melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan karakter.
99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi pendidikan karakter jujur yang dilakukan guru antara lain : a) guru memberikan pemahaman makna kejujuran, dengan cara memberikan contoh-contoh melalui sebuah cerita, b) guru mengambarkan media yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur, c) guru menjaga sikap disiplin, dan d) guru senantiasa menjadi figur yang baik bagi anak. 2. Implementasi pendidikan karakter mandiri yang dilakukan guru kepada anak antara lain : a) memberikan keterampilan dalam mengurus diri sendiri, b) membiarkan anak untuk mengarjakan tugas sendiri tanpa bantuan orang lain, c) membuat pembiasaan yang positif, d) bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, e) memberi kebebasan kepada anak memilih kegiatan
sendiri, f) tidak bergantung pada orang lain, g) menerapkan
peraturan yang ada di dalam kelas. 3. Hambatan yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasi pendidikan karakter antara lain: a) dilihat dari segi media pembelajaran, kurangnya buku-buku cerita, peralatan alat tulis yang tidak sebanding dengan jumlah anak di PAUD sehingga menimbulkan keributan pada anak. b) dilihat dari segi keterampilan guru yaitu: kurangnya inovasi guru dalam menerapkan pendidikan karakter jujur dan mandiri pada kegiatan pembelajaran di sekolah. 99
100
B. Saran Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas maka disarankan: 1. Bagi kepala sekolah Melengkapi media pembelajaran untuk menunjang efektifitas belajar dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah dengan memperbanyak buku-buku cerita yang menarik disertai dengan gambar dan boneka tangan, peralatan alat tulis dan alat permainan. 2. Bagi guru Sebaiknya guru lebih kreatif dalam memberikan wawasan kepada anak untuk merancang kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan media pembelajaran yang ada di sekolah melalui contoh-contoh yang kongkrit dan bervariasi.
101
DAFTAR PUSTAKA Andrianto,Tuhana Taufiq. 2011. Mengembangkan Karakter Sukses Anak di Era Cyber. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: CV. YRAMA WIDYA. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Aunillah, Nurla Isna. 2011. Panduan menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Yogyakarta: Laksana. Dimyati, Joni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Aplikasinya Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: KENCANA. Dirjen PAUD. 2011. Pedoman Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Balai Pustaka. Elfindri, dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kerangka, Metode Dan Aplikasi Untuk Pendidik Dan Professional. Jakarta: Baduose Media. Fadillah, Muhammad dan Lilif Mualifatu Khorida. 2012. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD. Yogyakarta: ArRuzz Media. Huda, Syaiful. 2012. Implementasi Pendidikan Karakter Bagi Peserta Didik. Jurnal Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: Diaskes pada 23 Februari 2015 Pukul 10.25 WIB. Idrus, Muhammad. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta. Erlangga. Kesuma, Dharma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional (Pijakan Mahasiswa, Guru, dan Pengelola TK/RA/KB/TPA). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja ROSDAKARYA. Mustari, Mohamad. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Nata, Abuddin. 2012. Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
102
Nawawi, Ma’mun dan Kama Abdul Hakam. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini (PAUD) di TKA Al-Mukhlisin Cibodas Lembang. Jurnal Skripsi. http://jurnal.upi.edu/file/071.pdf. Diaskes pada 24 Februari 2015 Pukul 11.26 WIB. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Shoimin, Aris. 2014. Guru Berkarakter Untuk Implementasi Pendidikan Karakter. Yogyakarta: GAVA MEDIA. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALFABETA. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Tridhonanto, Al. 2014. Menjadikan Anak Berkarakter Mempersiapkan Anak Agar Berhasil Menghadapi Segala Macam Tantangan Hidup. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Tridhonanto, Al dan Beranda Agency. 2012. Membangun Karakter Sejak Dini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Wiyani, Novan Ardy. 2012. Bina Karakter Anak Uaia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Yamin, Martinis dan Jamilah Sabri Sanan. 2010. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta. Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta. BUMI AKSARA Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta : Kencana
103
104
LAMPIRAN 1 Pedoman Observasi dan Pedoman Wawancara
105
Lampiran 1.1 PEDOMAN OBSERVASI No No
Data
Aspek
Kegiatan Item
1
2
Implementasi pendidikan karakter jujur oleh guru
a) Guru memberikan pemahaman makna kejujuran
Bercerita (cerita teladan) Mendongeng Bermain peran
1b, 1e
b) Guru menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur
Menabung
1c, 1d
c) Guru menjaga sikap disiplin
Pembiasaan sehari-hari (mewarnai, mencuci tangan sebelum makan, tidak ribut pada saat upacara dan belajar, menyiram tanaman)
1a, 1e, 1f, 1g
d) Guru menerapkan 1g,1h Pemberian tugas sikap menepati janji Implementasi a) Guru memberi Meletakkan tas ke dalam 2a, 2b, bekal keterampilan 2c loker pendidikan untuk mengurus diri Menyusun sepatu pada karakter sendiri rak mandiri oleh guru b) Guru membentuk 2g, 2i Menjadi petugas kegiatan yang upacara merangsang sikap Membaca doa mandiri anak Bernyanyi c) Guru membuat pembiasaan yang positif
Sikat gigi sesudah makan Membersihkan peralatan makanan Bergotong royong
2b, 2c, 2g,
d) Guru memberanikan anak bertanggung jawab atas pilihannya sendiri
Bermain peran Menyusun lego Menggunting kertas origami
2d, 2h, 2i, 2k
106
3
e) Guru memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri
Kolase Pemberian tugas Bermain peran Menyusun lego Menggunting kertas origami
2j, 2d, 2e, 2h, 2i, 2k
f) Guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisi anak
Makan bersama Bermain di luar kelas Pemberian tugas Bermain peran
2b, 2c, 2g, 2l
g) Guru menerapkan aturan kelas
Membaca hadist Bernyanyi Makan bersama
Hambatan a) Media Pembelajaran Dilihat dari segi waktu, b) Keterampilan Guru media, dan keterampilan guru dalam guru mengimpleme ntasi pendidikan karakter
2b, 2c, 2g, 2m, 2n, 3a
107
Lampiran 1.2 PEDOMAN WAWANCARA No 1
Data
Aspek
Implementasi a) Guru Apa yang ibu lakukan jika ada memberikan anak yang bertindak tidak jujur? pendidikan karakter pemahaman Metode apa yang ibu berikan jujur oleh guru makna kejujuran dalam penerapan karakter jujur?
b) Guru menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur
Sarana apa yang ibu terapkan dalam menumbuhkan sikap jujur? Jika ada anak yang tidak menabung, apakah ibu membiarkannya saja?
c) Guru menjaga sikap disiplin
Sikap guru yang bagaimanakah yang dapat dicontoh oleh anak? Bagaimana cara ibu memberikan pengarahan agar dapat dipahami oleh anak?
d) Guru menerapkan sikap menepati janji
2
Pertanyaan
Implementasi a) Guru memberi bekal pendidikan karakter keterampilan mandiri oleh guru untuk mengurus diri sendiri
b) Guru membentuk kegiatan yang merangsang
Apakah melalui penerapan sikap menepati janji dapat menumbuhkan sikap jujur pada anak bu? Reward apa saja yang ibu berikan untuk merangsang kegiatan anak? Bagaimana cara ibu memberikan bekal keterampilan kepada anak? Pembiasaan yang seperti apa bu? Jika pembiasaan itu tidak dilakukan, tindakan apa yang akan dilakukan bu?
Kegiatan apa saja yang ibu lakukan pada saat berada di dalam kelas?
108
sikap mandiri anak
3
Apakah kegiatan itu akan terlaksana dengan baik bu? Jika tidak, maka apa yang akan ibu lakukan?
c) Guru membuat pembiasaan yang positif
Pembiasaan yang baik dan berguna itu seperti apa bu?
d) Guru memberanikan anak bertanggung jawab atas pilihannya sendiri
Apakah dengan bertanggung jawab dapat menerapkan karakter mandiri di sekolah bu? Kegiatan apa yang ibu berikan dalam penerapan ini?
e) Guru memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri
f) Guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisi anak
Bagaimana cara ibu menerapkan kepada anak agar anak tidak bergantung pada orang lain?
g) Guru menerapkan aturan kelas
Apa saja aturan yang ibu terapkan di kelas? Jika ada yang melanggar aturan tersebut, tindakan apa yang akan diberikan? Apa yang menjadi penghambat dalam menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri di sekolah bu?
Hambatan guru a) Media dalam Pembelajaran mengimplementasi pendidikan karakter
Apa saja tujuan dalam memberikan kebebasan kepada anak bu? Contoh yang dapat ibu berikan seperti apa bu?
109
LAMPIRAN 2 Tabel Wawancara
110
Lampiran 2.1
Tabel wawancara Implementasi Pendidikan Karakter Jujur dan Karakter Mandiri Kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu NO
Aspek
1
Implementasi
Daftar Pertanyaan
a. apa yang ibu lakukan jika ada anak yang pendidikan bertindak tidak karakter jujur jujur?
oleh guru
Jawaban Pertanyaan kami memberikan sanksi kepada anak apabila anak tidak bersikap jujur, seperti: memberikan teguran kepada anak. Melalui pembiasaan yang di contohkan oleh guru, anak akan memahami pentingnya bersikap jujur dan anak juga mengetahui kalau berlaku tidak jujur akan merugikan dirinya sendiri.
b. Metode apa yang ibu berikan dalam penerapan karakter jujur?
Salah satu metode yang kami terapkan dalam karakter jujur, menggunakan metode bercerita.
c. Sarana apa yang ibu terapkan dalam menumbuhkan sikap jujur?
sarana yang dapat mempermudah kami untuk memberikan rangsangan kepada anak agar dapat memiliki sikap jujur, melalui buku tabungan Tentu tidak, kami akan mendekati anak tersebut, bertanya dengan bahasa yang baik, memberikan sentuhan yang lembut kepada anak, kami juga memberikan penjelasan kepada anak tentang pentingnya menabung dan pentingnya bersikap jujur dalam kehidupan, kemudian guru mengajak orang tua anak untuk bekerja sama dalam menanamkan sikap jujur pada anak. Sikap yang seperti berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan.
d. Jika ada anak yang tidak menabung, apakah ibu membiarkannya saja?
e. Sikap guru yang bagaimanakah yang dapat dicontoh oleh anak?
111
f.
Bagaimanan cara ibu memberikan pengarahannya agar dapat dipahami oleh anak?
g. Apakah melalui penerapan sikap menepati janji dapat menumbuhkan sikap jujur pada anak bu? h. Reward apa saja yang ibu berikan untuk merangsang kegiatan anak?
2
a. Bagaimana cara ibu memberikan bekal keterampilan kepada anak?
Dengan menghargai kebiasaaan baik melalui senyum, pelukan atau dengan menunjukkan ketertarikan pada apa yang anak lakukan lebih efektif daripada hukuman untuk kebiasaan buruk, Menjauhi tindakan kekerasan pada anak, seperti: teriakan, ancaman atau tamparan. Anak tidak dapat dipaksa untuk makan, mengerjakan tugas, tidur, Mengatakan “maaf” bila kita berlaku tidak baik, Menjelaskan apa yang kita katakan. Jika guru tidak menjelaskan apa yang mereka katakan, maka anak akan bingung untuk menentukan batasan yang boleh dan yang tidak boleh. Salah satunya iya, Karenna semua itu dilakukan dengan pembiasaan sehari-hari anak di sekolah melalui pemberian reward kepada anak yang telah mengikuti peraturan sekolah. Kami biasanya memberikan reward berupa tepuk tangan, mengacungkan jempol dan bintang kepada anak.
kami biasanya menerapkan keterampilan untuk mengurus diri pendidikan sendiri dengan cara pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari agar karakter anak lebih mudah menerapkan mandiri oleh dan memahami pentingnya menanamkan sikap mandiri pada guru dirinya sendiri. b. Pembiasaan yang Yaa.. seperti mencuci tangan seperti apa bu? sebelum makan, setelah anak selesai makan, membersihkan peralatan makananan sendiri, pergi ke kamar mandi tanpa pendamping, tetapi Sebelum kami mengajarkan kepada anak pentingnya mengurus diri sendiri, Implementasi
112
c. Jika pembiasaan itu tidak dilakukan, tindakan apa yang akan ibu dilakukan?
d. Kegiatan apa saja yang ibu lakukan pada saat berada di dalam kelas?
kami terlebih dahulu mencontohkan kepada anak, seperti: kami terlebih dahulu mencuci tangan kemudian disusul oleh anak-anak, mengambil peralatan makan kemudian bersihkan dan di kembalikan ke kamar mandi. Dengan kami mendekatinya serta bertanya kepadanya tentang alasan mengapa ia tidak mau membersikan dan mengembalikan peralataan makan ketempatnya, Karena anak tersebut tidak mau menjawab pertanyaan guru, akhirnya kami memberikan sentuhan lembut dan penjelasan kepada anak tentang pentingnya menjaga kebersihan dan manfaat jika kita bisa hidup mandiri tanpa bantuan dari orang lain. Mewarnai, menggunting kertas origami dan menempel
e. Apakah kegiatan itu Tentu tidak, karena pasti ada saja akan terlaksana anak yang membuat atau mendatangkan keributan seperti dengan baik bu?
f.
Jika tidak, maka apa yang akan ibu lakukan?
g. Pembiasaan yang baik dan berguna itu seperti apa bu?
mengganggu temannya atau mengajak ngobrol temannya. untuk mengatasi hal tersebut dengan kami menegur anak dan menukar posisi duduk anak dengan anak yang lainnya. Hal ini akan memacu semangat anak untuk bisa belajar lebih giat lagi dan tidak akan mengganggu teman yang sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Salah satunya melalui kegiatan makan bersama disana kami mengajarkan pembiasaan kepada anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan agar anak menjaga kebersihan tangannya
113
h. Apakah dengan sikap bertanggung jawab dapat menerapkan karakter mandiri di sekolah bu?
i.
Kegiatan apa yang ibu berikan dalam penerapan ini?
j.
Apa saja tujuan dalam memberikan kebebasan kepada anak bu?
pada saat makan, kemudian kami mencontohkan kepada anak bahwa sebelum dan sesudah makan harus berdo’a terlebih dahulu, setelah guru selesai berdo’a dilanjutkan dengan berdo’a secara bersama-sama, Salah satunya iya, kami biasanya melatih anak dengan menggunakan media atau bisa juga melalui permainan atau melalui tugas-tugas yang menggunakan alat peraga dengan menjaga alat-alat yang ada di sekolah. Dari sanalah kami mengajarkan kepada anak agar dapat menjaga peralatan yang ada di sekolah dengan baik agar tidak rusak dan berani melaporkan kepada guru jika ada yang anak tidak menjaga peralatan sekolah dengan baik. Itulah cara kami membentuk sikap tanggung jawab pada diri anak Bermain lego, bercerita, menyiram tanaman, makan bersama, menjadi pemimpin dan petugas upacara Tujuannya yaitu kami harus menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh anak, menyiapkan media yang akan digunakan, bertanya kepada anak tentang hal-hal yang ia senangi sesuai dengan tema dan menanamkan motivasi kepada anak agar anak memiliki kepercayaan diri, memberikan penjelasan tentang tata cara kegiatan dan membebaskan anak untuk memilih kegiatan yang ia senangi,serta memberikan reward kepada anak yang bisa menyelesaikan kegiatan tepat waktu.
114
k. Contoh yang dapat Contohnya menyusun berbagai ibu berikan seperti macam bentuk bangunan dari lego berupa membuat bangunan kolam, apa bu?
l.
Bagaimana cara ibu menerapkan kepada anak agar anak tidak bergantung pada orang lain?
m. Apa saja aturan yang ibu terapkan di kelas?
n. Jika ada yang melanggar aturan tersebut, tindakan apa yang akan diberikan?
membuat kerata api, membuat huruf, dan membuat angka dari media yang telah anak pilih. Kami juga memberikan arahan dan membimbing anak untuk membuat bangunan dari media lego sesuai keinginan anak, kemudian kami membiarkan anak untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan. dengan cara menyadarkan kepada anak bahwa tidak selamanya guru, orang tua, saudara dan teman bisa selalu mendampingi dia dalam mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugasnya tidak boleh memakai sepatu di dalam kelas, tidak boleh datang terlambat dan sebagainya. Ini bertujuan agar anak memiliki sikap mandiri. Sebelum peraturan ini diterapkan kami terlebih dahulu memikirkan serta menyesuaikan peraturan tersebut, apakah sudah sesuai atau belum untuk anak. jika ada anak tidak mematuhi peraturan tersebut anak akan mendapatkan sanksi dari guru Seperti yang kami jelaskan, kami akan memberikan sanksi berupa menakuti anak, jika dengan cara menakuti anak masih belum membuat anak menjadi sadar maka guru akan memberikan sanksi berupa anak tidak diperkenankan pulang lebih awal pada saat jam pulang sekolah dan anak harus membacakan hadist sebanyak 5 hadist berserta artinya.
115
3
Hambatan guru dalam mengimplement asi pendidikan karakter
a. Apa yang menjadi Keterbatasan media pendukung penghambat dalam baik di luar maupun di dalam menerapkan pendidikan karakter kelas. jujur dan karakter mandiri di sekolah bu?
116
LAMPIRAN 3 Hasil Wawancara
117
Lampiran 3.a HASIL WAWANCARA RESPONDEN: KEPALA SEKOLAH PAUD PERTIWI 1 KOTA BENGKULU Identitas Responden Nama : MK Jabatan : Kepala Sekolah Hari/Tanggal : Sabtu, 9 Mei 2015 1. Ada berapa tenaga guru yang mengajar di PAUD Pertiwi 1 bu? PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu memiliki 1 (satu) kepala sekolah, 1 (satu) staf TU, 1 (satu) penjaga sekolah, 1 (satu) satpam dan 7 (tujuh) orang guru kelas, yang mana semuanya berlatar berlakangan pendidikan yang berbedabeda. 2. Nilai apa saja yang diterapkan dalam pendidikan karakter di PAUD ini bu? Pendidikan karakter yang terapkan di PAUD ini banyak, seperti: religius, jujur, disiplin, toleransi dan cinta damai, percaya diri, mandiri, kreatif, tolongmenolong, kerjasama, gotong-royong, menghormati dan sopan santun, tanggung jawab, kerja keras, kepemimpinan dan keadilan, rendah hati, peduli sosial, dan cinta bangsa dan tanah air. 3. Terus bu, kalau dari segi pendidikan karakter jujur oleh guru, penerapan seperti apa yang diberikan? Kami mengajarkan kepada anak apabila menemukan benda yang bukan milik kita, sebaiknya kita mengembalikan benda itu ke tempat semula kemudian bagi anak yang mengembalikan benda tersebut ke tempat semula, maka kami akan memberikan penghargaan berupa tepuk tangan dan bintang 1.
118
4. Apa saja usaha yang ibu berikan dalam menanamkan pendidikan karakter jujur? Kami menanamkan pendidikan karakter jujur melalui pemahaman makna kejujuran, sarana, sikap disiplin, dan sikap menepati janji. 5. Bagaimana cara ibu merangsang tumbuhnya sikap jujur? Dengan cara mengajak guru-guru bekerja sama dalam menciptakan ide-ide dan kreatifitas baru yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur sehingga anak lebih mudah memahami makna kejujuran itu sendiri. 6. Apakah ada contoh yang lain untuk merangsang sikap jujur anak, bu? Sebenarnya kami sebagai guru dituntut harus lebih terampil untuk melakukan upaya agar anak dapat memahami pentingnya sikap jujur terutama dalam proses belajar, penanaman sikap tersebut bisa dilakukan dengan cara pembiasaan-pembiasaan yang ada di sekolah 7. Apakah dalam penerapan pendidikan karakter jujur ini, PAUD Pertiwi juga menerapkan pendidikan karakter mandiri juga bu? Iya, disini juga menerapkan pendidikan karakter mandiri juga, seperti: memberi bekal keterampilan untuk mengurus diri sendiri, membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri kepada anak, membuat pembiasaan yang positif, berani bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, memberi kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri, menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisinya dan membuat aturan kelas. 8. Seperti apa karakter mandiri ini di terapkan di sekolah ya bu?
119
seperti guru yang tidak terlambat pada saat jam sekolah, bertutur kata yang baik, tidak menjatuhkan semangat anak, berpenampilan yang rapi dan bersih serta selalu membiasakan untuk saling tegur sapa baik dengan guru ataupun anak. 9. Apakah dengan sikap bertanggung jawab dapat menerapkan karakter mandiri di sekolah bu? Salah satunya iya, kami biasanya melatih anak dengan menggunakan media atau bisa juga melalui permainan atau melalui tugas-tugas yang menggunakan alat peraga dengan menjaga alat-alat yang ada di sekolah. Dari sanalah kami mengajarkan kepada anak agar dapat menjaga peralatan yang ada di sekolah dengan baik agar tidak rusak dan berani melaporkan kepada guru jika ada yang anak tidak menjaga peralatan sekolah dengan baik. Itulah cara kami membentuk sikap tanggung jawab pada diri anak 10. Apakah terdapat kesulitan dalam menerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri bu? Kalau kesulitan atau hambatan dalam implementasi pendidikan karakter jujur dan mandiri oleh guru di sekolah ini banyak, salah satunya: kurangnya media pembelajaran, seperti: keterbatasan buku cerita dan media permainan, kemudian keterbatasan waktu dalam menerapkan kegiatan. 11. Apa yang menjadi penyebab dalam hambatan yang dialami? Yang menjadi penyababnya adalah terkadang media yang terbatas menyebabkan pembelajaran menjadi tidak efektif, seperti anak merasa tidak tertarik oleh cerita yang dibacakan oleh guru karena guru hanya memberikan
120
cerita dengan buku yang sudah dibaca berulang-ulang. Kemudian disebabkan oleh media permainan, sehingga membuat anak menyelesaikan tugas dengan waktu yang terbatas. 12. Terima kasih ya ibu atas informasi yang telah ibu berikan dan terima kasih juga atas waktunya. Iya nak sama-sama, ibu juga senang bisa membantu silvi.
Peneliti
121
Lampiran 3.b HASIL WAWANCARA RESPONDEN: GURU PAUD PERTIWI 1 KOTA BENGKULU Identitas Responden
Nama : EL Jabatan : Guru Kelas B1 Hari/Tanggal : Sabtu, 9 Mei 2015 1. Maaf ya ibu mengganggu waktunya sebentar, silvi mau bertanya bagaimana cara guru memberikan penerapan karakter jujur dan karakter mandiri di sekolah ini? Kami sudah melakukan berbagai upaya untuk memberikan pemahaman karakter jujur di sekolah, melalui pemberian sanksi, pemberian sanksi berlaku apabila ada yang bertindak tidak sesuai dengan aturan yang ada di sekolah. Sebaiknya sebelum kita menerapkan kepada anak, terlebih dahulu dari kita sendiri yang menanamkan sikap jujur agar dapat diajarkan kepada anak. 2. Pemberian sanksi seperti apa yang diberikan bu? Pemberian sanksi yang diberikan berupa teguran, teguran itu akan diterapkan jika ada yang melanggar aturan di sekolah, baik di luar maupun di dalam kelas. 3. Tadi sewaktu di kelas kenapa ada anak yang meminta bantuan kepada temannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru? Itu disebabkan anak tidak memahami makna pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehingga pada saat mengerjakan tugas dari guru ia meminta bantuan temannya untuk mengerjakan tugasnya, sebaiknya kita sebagai guru
122
harus paham terlebih dahulu apa itu jujur, karena jujur merupakan dasar dari pembentukan karakter pada anak. 4. Saya sempat melihat anak setiap datang ke sekolah selalu memberi uang dengan ibu guru. Sebenarnya itu bertujuan untuk apa bu? Ohh itu, kami membiasakan anak-anak setiap harinya diminta untuk menabung di kelas. Ya.. itu salah satu bentuk penerapan pendidikan karakter jujur yang kami berikan ke anak. Kami mengajarkan anak untuk menabung sejak dini. Pada waktu anak datang ke sekolah, anak langsung mengeluarkan buku tabungannya untuk menabung, kemudian anak memberikan buku tabungan yang berisikan uang untuk diberikan kepada guru kelasnya masingmasing.
5. Bagaimanan cara ibu memberikan pengarahannya agar dapat dipahami oleh anak? Dengan menghargai kebiasaaan baik melalui senyum, pelukan atau dengan menunjukkan ketertarikan pada apa yang anak lakukan lebih efektif daripada hukuman untuk kebiasaan buruk, Menjauhi tindakan kekerasan pada anak, seperti: teriakan, ancaman atau tamparan. Anak tidak dapat dipaksa untuk makan, mengerjakan tugas, tidur, Mengatakan “maaf” bila kita berlaku tidak baik, Menjelaskan apa yang kita katakan. Jika guru tidak menjelaskan apa yang mereka katakan, maka anak akan bingung untuk menentukan batasan yang boleh dan yang tidak boleh. 6. Bu setiap pagi saya melihat anak selalu memberikan buku tabungan kepada guru-guru, sebenarnya buku tabungan itu bertujuan untuk apa bu?
123
Biasa anak-anak setiap harinya diminta untuk menabung di kelas. Ya.. itu salah satu bentuk penerapan pendidikan karakter jujur yang kami berikan ke anak agar anak dapat memegang amanat yang diberikan orangtuanya dari rumah sampai ke sekolah. 7. Bagaimana cara ibu sebagai guru menjaga sikap disiplin di sekolah? Dengan cara berpenampilan rapi layaknya seorang guru, menjaga kebersihan sekolah agar nyaman, bertutur kata yang baik dan tepat waktu dalam menjalankan tugas. Sehingga sikap disiplin itu akan dilihat dan dapat menjadi contoh yang baik untuk anak. 8. Mengapa tadi pada saat jam masuk sekolah, saya melihat ada anak yang memakai seragam tidak rapi dan kotor ya bu? Ohh yang silvi maksud itu si “D”, ia sering sekali tidak berpakaian rapi dan kotor,
ternyata
setelah
kami
pantau
yang
menyebabkan
si
“D” sering berpakaian tidak rapi dan kotor itu karena orangtuanya yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya 9. Apa yang ibu lakukakn jika ada anak yang tidak menepati janjinya untuk menjaga kebersihan? Akan diberikan sanksi berupa teguran, sebelum menerapkan sanksi tersebut kepada anak, guru akan terlebih dahulu mencontohkan kepada anak untuk mencuci tangan dulu sebelum makan agar kita terhindar dari berbagai penyakit, sehingga anak akan mengerti dampak yang akan terjadi jika ia tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
124
10. Bagaimana cara ibu memberikan bekal keterampilan kepada anak untuk mengurus diri sendiri? Dengan membiasakan anak membersihkan peralatan makanannya sesudah makan, peralatan makan di kembalikan ke kamar mandi dan meja makan di bersihkan. Selain itu anak juga diajarkan apabila ingin buang air kecil atau buang air besar harus dilakukan sendiri tanpa ditemani teman ataupun guru dan juga jika ke kamar mandi jangan lupa untuk menyiram dan membersihkan kembali WC agar tidak meninggalkan bau, karena kalau sampai tidak membersihkannya kembali, maka kamar mandi kita akan menjadi kotor dan bau. 11. Bagaimana cara ibu membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri anak? Dengan memberikan reward kepada anak, misalnya ada anak yang mengerjakan tugas tepat waktu yang berupa pujian, tepuk tangan dan bintang. Hal ini akan memacu semangat anak agar dapat bekerja lebih giat lagi sehingga tujuan kami untuk membentuk anak menjadi anak yang mandiri bisa tercapai 12. Apakah ibu menerapkan pembiasaan yang positif kepada anak? Tentunya iya, dengan membiasakan anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan agar anak menjaga kebersihan tangannya pada saat makan, membaca doa sebelum dan sesudah makan itu diterapkan agar makanan yang anak makan menjadi nikmat dan berkah, membersihkan makanan yang berjatuhan pada saat anak makan agar kelas tidak menjadi kotor dan
125
menyusun peralatan makanan kembali ke dalam tas itu sengaja dilakukan agar peralatan makanan anak tidak berserakan, saling memberi makanan kepada anak yang tidak membawa makanan. Pembiasaan itu sengaja kami lakukan agar anak selalu menerapkan kegiatan-kegiatan positif pada dirinya. 13. Apakah dengan sikap bertanggung jawab dapat menerapkan karakter mandiri di sekolah bu? Salah satunya iya, kami biasanya melatih anak dengan menggunakan media atau bisa juga melalui permainan atau melalui tugas-tugas yang menggunakan alat peraga dengan menjaga alat-alat yang ada di sekolah. Dari sanalah kami mengajarkan kepada anak agar dapat menjaga peralatan yang ada di sekolah dengan baik agar tidak rusak dan berani melaporkan kepada guru jika ada yang anak tidak menjaga peralatan sekolah dengan baik. Itulah cara kami membentuk sikap tanggung jawab pada diri anak 14. Apa saja tujuan dalam memberikan kebebasan kepada anak bu? Tujuannya yaitu kami harus menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh anak, menyiapkan media yang akan digunakan, bertanya kepada anak tentang hal-hal yang ia senangi sesuai dengan tema dan menanamkan motivasi kepada anak agar anak memiliki kepercayaan diri, memberikan penjelasan tentang tata cara kegiatan dan membebaskan anak untuk memilih kegiatan yang ia senangi,serta memberikan reward kepada anak yang bisa menyelesaikan kegiatan tepat waktu. 15. Bagaimana cara ibu menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisi anak?
126
Biasanya kami menjelaskan kepada anak tentang tidak selamanya kami bisa mendampinginya dengan metode bercerita selain itu kami juga mengajarkan kepada anak agar melakukan segala sesuatu dan mengerjakan tugas dilakukan sendiri, seperti: mengajarkan anak untuk memakai baju sendiri, mencuci tangan sendiri, makan sendiri, membersihkan tempat makan sendri, mandi sendiri, mengancingkan celana sendiri, pergi ke WC sendiri, menyelesaikan tugas sendiri dan sebagainya. 16. Apakah terdapat hambatan pada media yang ada di sekolah bu? Kalau hambatan pasti ada, karena mengajar anak-anak seusia seperti ini tidak lah mudah. 17. Hambatan yang seperti apa yang ibu alami ketika menerapkan pendidikan karakter jujur? hambatan yang kami alami saat memberikan penerapan yaitu ada anak yang kurang disiplin karena anak tersebut tidak mau mendengarkan apa yang ibu guru katakan, keterbatasan media pembelajaran yang membuat anak menjadi tidak terkontrol, ada anak yang susah diatur, hanya ingin mengikuti ego nya saja, ada anak yang tidak mau terlepas dari pendamping. Yaa.. namanya juga tingkah laku anak-anak, memang butuh kesabaran untuk menghadapinya. 18. Oh begitu ya bu, terima kasih banyak ya bu atas informasinya Oh iya nak, sama-sama
Peneliti
127
Lampiran 3.c
HASIL WAWANCARA RESPONDEN: GURU PAUD PERTIWI 1 KOTA BENGKULU Identitas Responden
Nama Jabatan Hari/Tanggal 1.
: SN : Guru Kelas B2 : Rabu, 13 Mei 2015
Maaf bu mengganggu waktu istrahatnya, silvi mau bertanya masalah si “D” bu, mengapa si “D” berpakaian tidak rapi dan bersih di sekolah ya bu? Oh ….itu karena faktor dari orangtuanya yang sibuk dengan pekerjaan, sehingga kurang memperhatikan kebersihan pakaian anaknya.
2. Sebelumnya bu, bagaimana cara ibu memberikan pemahaman makna kejujuran itu sendiri agar bisa diterima oleh anak? Oh.. memberikan pemahaman jujur itu pertama kita sebagai guru mengerti dulu apa arti jujur karena pendidikan karakter segala sesuatu itu berawal dari dalam diri kita sendri, kalau sudah sesuai baru bisa kita terapkan kepada anak. 3.
Ohh .. begitu ya bu. Silvi juga mau bertanya kembali kenapa tadi ada anak yang mendapatkan reward pada saat anak makan bersama? itu salah satu penerapan kami kepada anak yang mencuci tangan sebelum makan akan diberikan reward berupa tepuk tangan atau pujian. Penerapan itu sengaja dilakukan untuk membiasakan anak menjaga kebersihan dan kesehatan.
4. Bagaimana cara guru bersikap disiplin agar dapat dicontoh oleh anak?
128
Saya akan mendisiplinkan anak melalui pembiasaan perlakuan baik dan berkata jujur. Untuk membentuk sikap jujur anak bisa melakukan kegiatan pembelajaran melalui metode bercerita dan bermain peran, dan pembiasaanlah yang akan memicu kejujuran anak 5. Pembiasaan yang seperti apa yang diterapkan guru dalam menanamkan sikap jujur? Ia. Biasanya kami menanamkan sikap kejujuran kepada anak dengan cara menepati janji atau melaksanakan peraturan yang telah dibuat. Seperti: membiasakan anak untuk selalu jujur mencuci tangan sebelum makan, berdo’a sebelum belajar, mengumpulkan tugas yang telah diberikan oleh guru dan lain-lain. Bagi anak yang melaksanakan peraturan mendapatkan reward dari guru dan bagi anak yang tidak melaksanaan peraturan yang ada, anak mendapatkan sanksi dari guru. Jadi kami menanamkan kepada anak untuk menepati janji atau peraturan yang telah kami buat, yang tanpa disadari dari hal yang dilakukan sehari-hari di sekolah ini anak telah menanamkan sikap kejujuran pada dirinya. 6.
Kemudian apa upaya guru dalam menanamkan sikap tanggung jawab agar dapat ditiru oleh anak? Seperti yang dilihat di kelas tadi, ibu menyuruh anak untuk merapikan alatalat permainan yang sudah mereka mainkan dengan cara siapa yang bisa merapikan dan menyusun kembali semua permainan ini ke tempat semula, nanti bisa keluar main duluan. Dengan begitu anak bersama-sama
129
membersihkan semua peralatan dengan baik dan dapat menyelesaikannya secara bersama. 7. Bagaimana cara ibu untuk membekali keterampilan anak dalam mengurus dirinya sejak dini? yaa......biasanya kami menerapkan keterampilan mengurus diri dengan cara pembiasaan sehari-hari di sekolah, seperti: mencuci tangan sendiri sebelum makan, pergi ke WC sendiri, membersikan tempat makan setelah selesai makan. 8. Bagaimana cara guru memberanikan anak mengatur waktunya sendiri? Kami menerapkan disiplin waktu dengan cara pembiasaan disiplin waktu setiap hari, seperti: menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, mencuci tangan dengan tepat waktu, menyelesaikan makan dengan tepat waktu dan sebagainya. karena kebiasaan yang dilakukan setiap hari membuat anak terbiasa mengatur waktunya sendiri 9. Bagaiamana cara guru memberanikan anak untuk bertanggung jawab atas pilihannya sendiri? Cara menanamkan nilai atau sikap tanggung jawab kepada anak, kami biasanya menggunakan media atau bisa juga melalui permainan atau melalui tugas-tugas yang menggunakan alat peraga dengan menjaga alat-alat yang ada di sekolah. Seperti pada saat permainan lego, kami menyuruh anak agar dapat menyusun serta mengembalikan lego tersebut ketempat yang telah disediakan. 10. Apakah guru-guru di sekolah menerapkan aturan yang ada di kelas bu?
130
Iaa.... kami menerapkan peraturan didalam kelas kepada anak bertujuan agar anak dapat memilik sikap mandiri. Sebelum kami menerapkan peraturan yang kami buat, kami terlebih dahulu memikirkan dan menyesuaikan apakan peraturan ini sudah sesuai untuk anak atau tidak. Setelah dianggap sesuai, kami akan menerapkan peraturan tersebut dan apabila ada anak yang tidak mengikuti peraturan yang kami buat anak akan mendapatkan sanksi berupa teguran, anak tidak diperkenankan pulang lebih awal pada saat jam pulang sekolah dan sebagainya. 11. Apakah terdapat hambatan dalam menggunakan media yang ada di sekolah bu? Hambatannya keterbatasan media pembelajaran yang tidak sebanding dengan jumlah anak di sekolah, sehingga membuat waktu yang ada sangat terbatas dalam menerapkan kegiatan pembelajaran dalam menanamkan pendidikan karakter yang ada di sekolah. 12. Hambatan yang seperti apa yang ibu alami ketika menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri? Hambatan hanya pada anaknya ya, karena kita tau sendiri bahwa anak itu susah untuk diatur. Terkadang ada saja anak yang kurang disiplin karena anak tersebut tidak mau mendengarkan apa yang ibu guru katakan, keterbatasan media pembelajaran yang membuat anak menjadi tidak terkontrol, ada anak yang susah diatur, hanya ingin mengikuti ego nya saja, ada anak yang tidak mau terlepas dari pendamping. Itu yang menjadi hambatan kami sebagai guru di sekolah
131
13. Terima kasih banyak ya bu atas informasinya Oh iya nak, sama-sama
Peneliti
132
Lampiran 3.d
HASIL WAWANCARA RESPONDEN: GURU PAUD PERTIWI 1 KOTA BENGKULU Identitas Responden
Nama Jabatan Hari/Tanggal
: MR : Guru Kelas B3 : Rabu, 13 Mei 2015
1. Maaf bu mengganggu waktunya, silvi mau bertanya bagaimana cara ibu memberikan pemahaman kepada anak untuk mengerti makna dari kejujuran? Iya ada apa, oohh….Sebenarnya jujur itu bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi sebelum kita menerapkannya kepada anak, sebaiknya kita harus memahami apa itu jujur. tidak hanya memberikan pemahaman tetapi harus ada tindakan yang nyata, karena guru merupakan panutan anak di sekolah 2. Apakah metode bercerita merupakan sarana yang tepat untuk merangsang tumbuhnya sikap jujur? Iya itu salah satunya, karena anak sangat menyukai sebuah cerita, seperti cerita si kancil kena batunya. Dari cerita itu kami akan melatih daya ingat anak untuk mencari apa sisi positif dan negatif dari cerita itu, kemudian kami akan menjelaskan kepada anak apa yang harus ditanamkan pada dirinya agar tidak menjadi seperti si kancil. 3.
Apakah hanya itu saja sarana yang diterapkan bu?
133
Tidak, ada juga sarana yang dijadikan pembiasaan setiap hari oleh anak melalui buku tabungan, itu bertujuan untuk membiasakan anak berlaku jujur pada dirinya sendiri dalam menyampaikan amanat yang telah diberikan oleh orangtua kepada anak. 4. Bagaimana cara guru memberikan contoh sikap disiplin kepada anak? Seperti yang kita tau, untuk membentuk karakter anak di sekolah agar menjadi apa yang kita harapkan. Kita sebagai guru terlebih dahulu memberikan contoh yang baik kepada anak agar anak dapat meniru hal-hal yang baik dari kita yang menjadi contoh teladan bagi anak. Kenapa… karena jika dari kita sendiri saja belum bisa menerapkan apa yang menjadi paraturan sekolah, bagaimana kita bisa menjadikan anak didik kita sebagai anak yang berkarakter seperti yang kita sebagai guru atau orangtua harapkan 5. Bagaimana guru membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri anak? kami memberikan reward kepada anak berupa pujian, tepuk tangan dan bintang kepada anak. Ini bertujuan agar anak dapat termotivasi menjadi yang terbaik sehingga tujuan kami untuk membentuk anak menjadi anak yang mandiri bisa tercapai sesuai dengan keinginan. 6. Apakah guru menerapkan pembiasaan yang positif? kami membiasakan anak untuk selalu mencuci tangan sebelum makan agar anak menjaga kebersihan tangannya pada saat makan, membaca doa sebelum dan sesudah makan itu diterapkan agar makanan yang anak makan menjadi nikmat dan berkah, membersihkan makanan yang berjatuhan pada saat anak makan agar kelas tidak menjadi kotor dan menyusun peralatan makanan
134
kembali ke dalam tas itu sengaja dilakukan agar peralatan makanan anak tidak berserakan, saling memberi makanan kepada anak yang tidak membawa makanan. Pembiasaan itu sengaja kami lakukan agar anak selalu menerapkan kegiatan-kegiatan positif pada dirinya 7. Bagaimana cara guru memberanikan anak bertanggung jawab atas pilihannya sendiri? Biasanya
kami
menggunakan
metode
yang
digunakan
dalam
mengembangkan kemandirian pada anak menggunakan metode pembiasaan, metode keteladanan. Dengan melakukan pembiasaan secara terus-menerus kepada
anak maka anak secara langsung akan melakukan kegiatannya
sendiri, sedangkan metode keteladanan yaitu memberikan contoh kepada anak. Metode yang dilakukan ini diterapkan saat pembelajaran dimulai, ketiga metode ini dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus pada setiap pembelajaran yang akan diberikan kepada anak. 8. Apakah guru ibu memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan tujuannya sendiri? Iya, kami memberikan tugas kepada anak untuk membuat bangunan dari media lego. Dari media tersebut, kami member kebebasan kepada anak untuk memilih bentuk bangunan apa yang akan ia buat sesuai dengan keinginannya. 9. Bagaimana cara guru menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada di sisi anak? Sudah menjadi tanggung jawab kami sebagai guru untuk mengajarkan anak untuk mandiri dan menyadarkan anak bahwa tidak selamanya ia bisa
135
bergantung dengan orang lain, seperti: apabila orang tuanya ada pekerjaan diluar kota, anak harus bisa mandi sendri, memakai baju sekolah sendiri. Maka dari itu kami tugas kami adalah mengajarkan anak agar bisa mandiri. Biasanya kami menjelaskan kepada anak melalui metode bercerita tentang pentingnya mandiri dalam kehidupan 10. Bagaimana cara guru menerapkan aturan di dalam kelas? Dengan tidak boleh memakai sepatu di dalam kelas, tidak boleh datang terlambat dan sebagainya. Ini bertujuan agar anak memiliki sikap mandiri. Sebelum peraturan ini diterapkan kami terlebih dahulu memikirkan serta menyesuaikan peraturan tersebut, apakah sudah sesuai atau belum untuk anak. jika ada anak tidak mematuhi peraturan tersebut anak akan mendapatkan sanksi dari guru. 11. Apakah terdapat hambatan dalam menggunakan media yang ada di sekolah bu? Hambatannya hanya saja keterbatasan media pembelajaran yang tidak sebanding dengan jumlah anak di sekolah, sehingga membuat waktu yang ada sangat terbatas dalam menerapkan kegiatan pembelajaran dalam menanamkan pendidikan karakter yang ada di sekolah. 12. Hambatan yang seperti apa yang ibu alami ketika menerapkan pendidikan karakter jujur? hambatan yang kami alami saat memberikan penerapan yaitu ada anak yang kurang disiplin karena anak tersebut tidak mau mendengarkan apa yang ibu guru katakan, keterbatasan media pembelajaran yang membuat anak menjadi
136
tidak terkontrol, ada anak yang susah diatur, hanya ingin mengikuti ego nya saja, ada anak yang tidak mau terlepas dari pendamping. Sehingga membuat kami para guru menjadi susah untuk menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri di PAUD Pertiwi 1 13. Terima kasih banyak ya bu atas kesediaannya dalam memberikan informasinya hari ini iya vi, sama-sama
Peneliti
137
LAMPIRAN 4 Catatan Lapangan Observasi
138
Lampiran 4.a
Kode : 1 1b,
CATATAN LAPANGAN 01
Hari, Tanggal
: Senin, 27 April 2015
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah PAUD Pertiwi 1
Waktu
: 09.00-10.00 WIB
Deskriptif Hari ini peneliti melakukan pra penelitian sebelum penelitian dilakukan. Peneliti mendatangi PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu dan bertemu dengan kepala sekolah sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang ke sekolah yaitu peneliti ingin meneliti apakah di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu guru menerapkan pendidikan karakter jujur. Kedatangan peneliti disambut baik dengan kepala sekolah, peneliti bertanya “bagaimana guru menerapkan pendidikan karakter jujur?” dan kepala sekolah menjawab “guru menerapkan pendidikan karakter jujur melalui pembiasaan seperti; setiap harinya anak melakukan kegiatan menabung di kelas,
dapat
dilihat apakah anak jujur apabila orangtua menitipkan uang tabungan kepada anak untuk diberikan kepada ibu guru?”, namun dari hasil pengamatan kami selama ini masih ada anak yang tidak jujur, karena disaat orangtua memberikan uang untuk ditabung, anak malah menyisihkan separuh uang untuk jajan. Setelah peneliti mendapatkan penjelasan dari kepala sekolah peneliti meminta
139
izin untuk berpamitan pulang. Peneliti mendapatkan sedikit informasi mengenai penerapan pendidikan karakter jujur oleh guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu.
Catatan Refleksi Dari pra penelitian di hari pertama ini, kepala sekolah menerima dengan baik kedatangan peneliti.
Hasil penjelasan kepala sekolah, kepala
sekolah memperbolehkan peneliti untuk meneliti di PAUD Pertiwi 1 mengenai penerapan pendidikan karakter jujur yang dilakukan oleh guru.
140
Lampiran 4.b
Kode : 1 1a, 1b, 2 2b,
CATATAN LAPANGAN 02
Hari, Tanggal
: Selasa, 28 April 2015
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah PAUD Pertiwi 1
Waktu
: 08.00-09.00 WIB
Deskriptif Hari ini peneliti melakukan pra penelitian yang kedua sebelum penelitian dilakukan. Peneliti mendatangi PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu dan bertemu dengan guru sekolah. Di hari pra penelitian kedua ini, peneliti ingin meneliti apakah di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu guru juga menerapkan pendidikan kerakter mandiri. Masih sama dengan pra penelitian pertama kedatangan peneliti disambut baik dengan kepala sekolah, peneliti bertanya “bagaimana guru menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri?” dan kepala sekolah menjawab “guru menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri dengan cara guru terlebih dahulu memberikan contoh yang baik kepada anak untuk ditiru. Sehingga guru memberikan contoh seperti; datang ke sekolah tepat waktu sebelum anak-anak datang ke sekolah, membuang sampah pada tempatnya, memakai pakaian yang bersih dan rapi, namun dari hasil pengamatan kami selama ini masih ada anak yang tidak mendengarkan perkataan guru yang
141
sudah diberikan, seperti; ada guru yang terlambat pada waktu datang ke sekolah, ada juga anak yang tidak memakai pakaian yang tidak rapi dan tidak bersih, sehingga guru menegur anak yang tidak menjaga kebersihan pada seragam sekolahnya”. Adapaun pada kegiatan inti anak diberikan tugas berupa kegiatan menggunting pada kertas origami, diamana anak diminta untuk menggunting kertas origami tanpa bantuan dari guru, tu sengaja dilakukan agar anak terbiasa melakukan atau menyelesaikan tugas yang dibeikan sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Setelah peneliti mendapatkan penjelasan dari kepala sekolah peneliti meminta izin untuk berpamitan pulang. Peneliti mendapatkan sedikit informasi mengenai penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu.
Catatan Refleksi Pada saat pra penelitian kedua ini, dari hasil penjelasan kepala sekolah, guru menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri dengan cara sebaiknya guru terlebih dahulu memberikan contoh yang baik kepada anak untuk ditiru. Selain itu terdapat guru yang terlambat pada waktu datang ke sekolah.
142
Lampiran 4.c Kode : 1 1c, 2 2a, 2b, 2d,
CATATAN LAPANGAN 03
Hari, Tanggal
: Kamis, 30 April 2015
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah PAUD Pertiwi 1
Waktu
: 07.30-11.00 WIB
Deskriptif Hari ini peneliti melakukan observasi pertama di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu. Kegiatan hari ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai penerapan pendidiakan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru. Kegiatan pembelajaran di PAUD Pertiwi 1 diawali dengan kegiatan pembuka secara bersama-sama di halaman sekolah. Anak-anak masuk pukul 07.30 pagi, para guru datang lebih awal. Setiap hari senin PAUD Pertiwi 1 melakukan kegiatan upacara. Anak-anak yang menjadi petugas upacara di hari ini akan dibimbing oleh guru untuk melakukan kegiatan upacara sampai selesai. Setelah upacara selesai dilanjutkan dangan pemeriksaan kuku pada anak, kemudian anak masuk ke dalam kelas bersama dengan guru. Pada pukul 08.00 guru meminta anak untuk duduk melingkar, kemuadian guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam,
143
membaca zikir, ayat pendek dan doa sebelum belajar. Selanjutnya guru menanyakan kabar, hari dan tanggal. Hari ini peneliti melihat kegiatan pembelajaran yang ada di kelas B1 melalui penerapan pendidikan karakter jujur dan mandiri oleh guru di sekolah. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu menjelaskan TEMA, kemudian guru menjelaskan tugas yang akan diberikan kepada anak. Tugas yang diberikan yaitu menggunting kertas origami dan menempelkan kertas origami ke buku gambar. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung ada anak yang meminta bantuan kepada temannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru sehingga guru harus memberikan sanksi kepada anak berupa teguran. Setelah itu sampailah pada waktu jam istirahat 09.00. Pada waktu pukul 09.30 anak kembali masuk ke dalam kelas untuk makan bersama yang diawali dengan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kelas. Setelah anak mencuci tangan kami kembali melanjutkan kegitan pembelajaran melalui bernyanyi dan berdoa sebelum makan. Pada kegiatan makan ini ada salah satu anak yang tidak membawa bekal dan guru memberikan pengarahan kepada anak untuk saling memberi satu sama lain. Kemudian setelah anak selesai makan, guru menghimbau untuk anak-anak agar membersihkan peralatan makanan ke dalam tas dan mengambil makanan yang berjatuhan di sekeliling anak.
144
Catatan Refleksi Dari hasil penelitian guru dapat memberikan
pengarah tentang
penerapan karakter jujur dan karakter mandiri melalui pembiasaan-pembiasaan yang ada di sekolah.
145
Lampiran 4.d
Kode : 1 1b, 1d, 2 2a, 2b 2d
CATATAN LAPANGAN 04
Hari, Tanggal
: Senin, 04 Mei 2015
Tempat
: Ruang Kelas PAUD Pertiwi 1
Waktu
: 07.30-11.00 WIB
Deskriptif Hari ini peneliti melakukan kegiatan observasi yang kedua, seperti biasa hari ini peneliti melihat kegiatan yang dilakukan di kelas B2. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data di PAUD Pertiwi 1 mengenai penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru. Kegiatan pembelajaran di PAUD Pertiwi 1 diawali dengan kegiatan pembuka secara bersama-sama di halaman sekolah. Anak-anak masuk pukul 07.30 pagi, para guru datang lebih awal. Guru menyambut kedatangan anak
dengan
mengucapkan salam dan anak menjawab salam dari guru. Kemudian anak memberikan buku tabungan yang berisikan uang untuk diberikan kepada guru. Guru menanyakan kepada anak “apakah uang ini semuanya diberikan kepada ibu guru untuk di tabung atau disisihkan untuk belanja anak?”. Terkadang ada anak yang menjawab uang yang di tabung semuanya diberikan kepada ibu guru,
146
ada juga yang tidak memberikan uang tabungan dan ada juga yang uang tabungannya tidak semua diberikan ke guru. Setiap hari sebelum masuk ke kelas anak melakukan kegiatan motorik kasar yaitu dengan bernyanyi sambil mempraktekkan
gerakan,
membaca
pancasila,
membaca
janji
PAUD,
menyanyikan yel-yel kelas. Kemudian anak masuk ke dalam kelas bersama dengan guru. Pada pukul 08.00 guru meminta anak untuk duduk melingkar, kemuadian guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, membaca zikir, ayat pendek dan doa sebelum belajar. Selanjutnya guru menanyakan kabar, hari dan tanggal. Hari ini peneliti melihat kegiatan pembelajaran yang ada di kelas B2 melalui penerapan pendidikan karakter jujur dan mandiri oleh guru di sekolah. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu menjelaskan TEMA, kemudian guru menjelaskan tugas yang akan diberikan kepada anak. Setelah guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, sebelumnya guru menjelaskan kepada anak, apabila anak menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, guru akan memberikan reward berupa tepuk tangan dan mendapatkan bintang kepada anak, mendengar penjelasan dari guru, kemudian anak berlomba-lomba untuk menyelesaikan tugas. Akan tetapi ada anak yang tidak menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, melihat kejadian tersebut guru memberikan pengarahan kepada anak yang tidak menyelesaikan tugas tepat waktu agar sewaktu mengerjakan tugas anak tidak mengobrol dengan temannya
147
dan belajarnya ditingkatkan kembali. Setelah itu sampailah pada waktu jam istirahat 09.00. Pada waktu pukul 09.30 anak kembali masuk ke dalam kelas untuk makan bersama yang diawali dengan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kelas. Setelah anak mencuci tangan kami kembali melanjutkan kegitan pembelajaran melalui bernyanyi dan berdoa sebelum makan. Sesudah kegiatan makan bersama guru meminta anak untuk merapikan bekal makanan dan mencuci tangan. Kemudian anak kembali belajar seperti kegiatan biasanya dengan membaca buku yang sudah dipersiapkan oleh guru. Waktu menun jukkan jam 11.00 anak besiap-siap untuk pulang. Sebelum pulang anak terlebih dahulu membaca doa dan bernyanyi. Setelah itu guru mengembalikan buku tabungan anak dan anak langsung bersalaman kepada guru untuk berpamitan pulang.
Catatan Refleksi Pada saat kegiatan pembelajaran guru memberikan reward berupa tepuk tangan dan bintang kepada anak yang dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Hanya saja sewaktu kegiatan pembelajaran ada anak yang tidak dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Sebaiknya guru tidak hanya memberikan pengarahan kepada anak tetapi guru juga motivasi kepada anak agar anak dapat lebih giat lagi dalam belajar
148
Lampiran 4.e Kode : 1 1b, 1d, 2 2b, 2c, 2d, 2f, 2g
CATATAN LAPANGAN 05
Hari, Tanggal
: Selasa, 05 Mei 2015
Tempat
: Ruang Kelas PAUD Pertiwi 1
Waktu
: 07.30-11.00 WIB
Deskriptif Hari ini peneliti melakukan kegiatan observasi yang ketiga seperti biasa hari ini peneliti melihat kegiatan yang dilakukan di kelas B3. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data di PAUD Pertiwi 1 mengenai penerapan pendidiakan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru. Kegiatan pembelajaran di PAUD Pertiwi 1 diawali dengan kegiatan pembuka secara bersama-sama di halaman sekolah. Anak-anak masuk pukul 07.30 pagi, para guru datang lebih awal. Guru menyambut kedatangan anak
dengan
mengucapkan salam dan anak menjawab salam dari guru. Kemudian anak memberikan buku tabungan yang berisikan uang untuk diberikan kepada guru. Setiap hari sebelum masuk ke kelas anak melakukan kegiatan motorik kasar yaitu dengan bernyanyi sambil mempraktekkan gerakan, membaca pancasila, membaca janji PAUD, menyanyikan yel-yel kelas. Kemudian anak masuk ke
149
dalam kelas bersama dengan guru. Pada pukul 08.00 guru meminta anak untuk duduk melingkar, kemuadian guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, membaca zikir, ayat pendek dan doa sebelum belajar. Selanjutnya guru menanyakan kabar, hari dan tanggal. Hari ini peneliti melihat kegiatan pembelajaran yang ada di kelas B3 melalui penerapan pendidikan karakter jujur dan mandiri oleh guru di sekolah. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu menjelaskan TEMA hari ini dan memberikan penjelasan yang akan dilakukan hari ini. Kegiatan pembelajaran berupa bermain balok atau lego. Sebelum kegiatan dimulai, guru mengelompokkan anak menjadi 4 kelompok. Kemudian anak disuruh membuat bangunan dari lego dan guru membebaskan anak untuk berkarya sesuai keinginan kelompok masing-masing anak. kemudian guru memberikan arahan kepada anak untuk membuat bangunan dari media balok dan lego sesuai keinginan anak. Guru memberikan pengarahan dan contoh kepada anak dalam membuat bangunan yang akan dibuat dari media balok dan media lego, seperti; membuat bangunan kolam, membuat huruf, dan membuat angka dari media yang telah anak pilih. Kemudian guru membiarkan anak untuk
menyelesaikan
tugas
yang
telah
diberikan.
Kemudian
guru
memperingatkan kepada anak untuk bergegas menyelesaikan bangunan yang anak buat dengan cepat karena sebentar lagi waktu menunjukan jam istirahat. Akan tetapi, ada anak yang menangis ketika ibu guru mengingatkan untuk menyelesaikan bangunan dengan cepat, dikarenakan anak tersebut belum selesai
150
membuat bangunan lego. Ibu guru langsung menghampiri anak yang bernama si “ P” yang sedang menangis. Ibu guru bertanya kepada anak kenapa ia menangis, “kenapa menangis nak?”, si “P” pun menjawab, “ kami belum selesai buk”. Kemudian ibu guru membantu anak untuk menyelesaikan bangunan yang ia buat. Setelah itu sampailah pada waktu jam istirahat 09.00. Pada waktu pukul 09.30 anak kembali masuk ke dalam kelas untuk makan bersama yang diawali dengan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kelas. Setelah anak mencuci tangan kami kembali melanjutkan kegitan pembelajaran melalui bernyanyi dan berdoa sebelum makan. Sesudah kegiatan makan bersama guru meminta anak untuk merapikan bekal makanan dan mencuci tangan. Kemudian anak kembali belajar seperti kegiatan biasanya dengan membaca buku yang sudah sdipersiapkan oleh guru. Waktu menun jukkan jam 11.00 anak besiap-siap untuk pulang. Sebelum pulang anak terlebih dahulu membaca doa dan bernyanyi. Setelah itu guru mengembalikan buku tabungan anak dan anak langsung bersalaman kepada guru untuk berpamitan pulang.
Catatan Refleksi Dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru memberikan kegiatan pembelajaran bermain balok atau lego dan guru membebaskan anak untuk berkarya sesuai keinginan kelompok masing-masing anak. Tetapi ada anak yang menangis karenan anak tersebut belum selesai membuat bangunan
151
lego. Sebaiknya guru memberikan motivasi kepada anak dan memuji hasil anak walau pekerjaannya belum selesai, agar anak termotivasi lagi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
152
LAMPIRAN 5 Catatan Lapangan Wawancara
153
Lampiran 5.a
Kode : 1 1a, 1b, 1c,1d, 2 2a, 2b, 2c,2d, 2e, 2f, 2g
CATATAN LAPANGAN 06
Hari, Tanggal
: Rabu, 06 Mei 2015
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah PAUD Pertiwi 1
Waktu
: 08.00-09.00 WIB
Deskriptif Hari ini peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah. Peneliti menanyakan kepada kepala sekolah apa saja penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri, dan kepala sekolah menjawab cara kami menerapkan kepada guru dalam pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri dengan cara guru melakukan pembiasaan kepada anak yaitu memberikan pemahaman makna kejujuran, menyediakan sarana yang merangsang tumbuhnya sikap jujur, menjaga sikap disiplin dan menerapkan sikap menepati janji. Sedangkan pada karakter mandiri guru menerapkan pembekalan keterampilan untuk mengurus diri sendiri, membentuk kegiatan yang merangsang sikap mandiri kepada anak, membuat kegiatan yang positif, berani bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, menyadarkan anak bahwa pendamping tidak selalu ada disisinya, menerapkan aturan kelas. Itu sengaja kami lakukan agar nantinya anak
154
dapat menerapkan pendidikan karakter mandiri ke kehidupannya sehari-hari Setelah peneliti mendapatkan penjelasan dari kepala sekolah peneliti meminta izin untuk berpamitan pulang. Peneliti mendapatkan sedikit informasi mengenai penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu.
Catatan Refleksi Penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru, sengaja dilakukan untuk melatih dan mendidik anak sejak dini agar nantinya anak anak dapat menerapkan pendidikan karakter mandiri ke kehidupannya sehari-hari.
155
Lampiran 5.b
Kode : 1 1a, 1b 2 2d, 2g 3 3a, 3b
CATATAN LAPANGAN 06
Hari, Tanggal
: Kamis, 7 Mei 2015
Tempat
: Ruang Kelas PAUD Pertiwi 1
Waktu
: 08.00-09.00 WIB
Deskriptif Hari ini peneliti melakukan wawancara dengan guru. Peneliti menanyakan kepada guru bagaimana cara guru menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri, serta hambatannya dan guru menjawab cara kami menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri dengan cara guru melakukan pembiasaan kepada anak yaitu kami menerapkan kepada anak untuk menabung sejak dini. setiap harinya anak diminta untuk menabung di kelas, disini kami menerapkan pendidikan karakter jujur untuk membangun karakter anak menjadi lebih baik. Sedangkan pada karakter mandiri guru menerapkan melalui pembiasaan mencuci tangan sebelum makan, sewaktu ke kamar mandi tidak ditemani oleh guru atau teman, menyiram kamar mandi, mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan orang lain. Itu sengaja kami lakukan agar nantinya anak dapat menerapkan pendidikan karakter mandiri ke kehidupannya sehari-hari.
156
Adapun hambatan yang dialami guru, guru mengatakan hambatan yang guru alami saat memberikan penerapan yaitu ada anak yang kurang disiplin karena anak tersebut tidak mau mendengarkan apa yang ibu guru katakan, keterbatasan media pembelajaran yang membuat anak menjadi tidak terkontrol, ada anak yang susah diatur, hanya ingin mengikuti ego nya saja, ada anak yang tidak mau terlepas dari pendamping. Sehingga membuat kami para guru menjadi susah untuk menerapkan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri di PAUD Pertiwi 1. Setelah peneliti mendapatkan penjelasan dari guru peneliti meminta izin untuk berpamitan pulang. Peneliti mendapatkan sedikit informasi mengenai hambatan dalam penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri oleh guru di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu.
Catatan Refleksi Guru mengalami hambatan dalam penerapan pendidikan karakter jujur dan karakter mandiri yaitu dari tingkah laku anak yang susah untuk diatur dan media pembelajaran yang terbatas.
157
LAMPIRAN 6 & 7 Data Tenaga Pendidik dan Data Anak Kelompok B PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu
158
LAMPIRAN 6 Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu
159
Lampiran 6.a
Daftar Tenaga Pendidik PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu Ijazah/ No
Nama
L/P
Tempat, tanggal,lahir
tempat/
Pangkat/ jabatan
tahun MIKNAINI, S.Pd 1
Gunung Terang P
Padang Harapan SAIPEN, S.Pd 2
Ka TK
UT
Guru
UT
Guru
UT
Guru
UT
Guru
UT
Guru
D2 PAUD UNIB
Guru
D2 PAUD UNIB
T.U
SMA Bengkulu
Penjaga
STM Bengkulu
Satpam
S1 UT
Guru
Maus Kidul P
Bentiring
01-01-1965
SAHERAWATI, S.Pd 3
UMB 19 Mei 1966
Bengkulu, P 17-07-1968
EKA PUSPASARI, S.Pd 4
Curup, P
Pondok besi
03-12-1975
Nurini, S.Pd 5
Serumbang, P
Bentiring
26-03
Syamsimar, S.Pd 6
Bengkulu, P
Lingkar Barat
04-02-1975
Sri Haryani, A.Ma 7
Ketahun P
Veteran
19-05-1981
Erli Nova. H, A.Ma 8
Bengkulu, P
Hibrida 33
04-11-1983
Jhonizar 9
Bengkulu, L
Anggut Atas
17-01-1960
Tukiran Budi. W 10
Curup, L
Kampar 3
11-05-1983
Maryatun Hayanah, S.Pd 11
Talang Panjang P
Rawa Makmur
30-10-74
160
LAMPIRAN 7 Daftar Nama Siswa Kelompok B (B1, B2, dan B3) PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu
161
Lampiran 7.a DAFTAR NAMA ANAK KELOMPOK B1 N0
Nama
Jenis Kelamin (L/P)
1.
ALDO
L
2.
GEBY
P
3.
MUTIA
P
4.
SHANI
P
5.
DWI
P
6.
CIA
P
7.
ZIDAN
L
8.
DAFFA
L
9.
KANZA
P
10.
KAISYA
P
11.
ZIDNI
L
12
TIO
L
13.
NINI
P
162
Lampiran 7.b
DAFTAR NAMA ANAK KELOMPOK B2 No
Nama
Jenis Kelamin (L/P)
1.
RAUDATUL
L
2.
ALDY
L
3.
IQBAL
L
4.
FAJAR
L
5.
FARHAN
L
6.
PRADJA
L
7.
MIRZA
L
8.
FADIL
L
9.
AMANDA
P
10.
SYAFIRA
P
11.
AMORET
P
12.
ADELIA
P
13.
ZHIFANI
P
14.
AURA
P
15
ATHAYA
P
16.
CALLISTA
P
163
Lampiran 7.c DAFTAR NAMA ANAK KELOMPOK B3 No
Nama
Jenis Kelamin (L/P)
1.
Felliana
L
2.
Azza
L
3.
Dzaki
L
4.
Naufaldi
L
5.
Amelia
P
6.
Anggi
P
7.
Kirana
P
8.
Alif
L
9.
Daffa
L
10.
Zacka
L
11.
Fachri
L
12.
Najwa
P
13.
Rahmat
L
14.
Azzalea
P
15
Rehan
L
16.
Wisnu
L
17.
Shakirah
P
18.
Lutfiyah
P
19.
Quaneisha
P
20.
Ayu
P
21.
Syauqi
P
22.
Syafiq
L
164
LAMPIRAN 8 Dokumentasi
165
Lampiran Gambar
DOKUMENTASI
Gambar 8.a Pengarahan Kepala Sekolah Pada Kegiatan Upacara
Gambar 8.b Kegiatan Jam Istirahat
166
Gambar 8.c Anak Membuang Sampah Pada Tempatnya
Gambar 8.d Anak Mengambil dan Mengembalikan Kembali Sendal Ke Tempat Semula
167
Gambar 8.e Melatih Anak Berani Untu Tampil di Depan Kelas
Gambar 8.f Anak Tidak Ragu dalam Menentukan Sikap
168
Gambar 8.g Anak Membuat Bangunan Melalui Lego
Gambar 8.h Anak Meminta Teman Menyelesaikan Tugas
169
Gambar 8.i Anak Membersihkan Peralatan Makanan
Gambar 8.j Kegiatan Kerja Sama Kelompok Antar Kelas
170
Gambar 8.k Kegiatan Menggambar
Gambar 8.l Kegiatan Menempel Kertas Origami
171
Gambar 8.m Kegiata Positif Sesudah Makan
Gambar 8.n Kegiatan Sesudah Makan
172
Gambar 8.o Melatih anak Bersikap Berani
Gambar 8.p Kegiatan Menggunting
173
Gambar 8.q Kegiatan Kolase Pada Potongan Kertas Origami
Gambar 8.r Kegiatan Bermain (Memberi Kebebasan Kepada Anak Saat Bermain Dengan Pengawasan Guru)
174
LAMPIRAN 9 Surat Ijin Penelitian Dan Surat Keterangan Selesai Penelitian
175
176
177
178
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Silviana Fitri, berjenis kelamin perempuan. Lahir di Bengkulu pada tanggal 28 April 1993 dari pasangan Tuhirman, S.Ip. dan Tisma Rahayu. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 25 Kota Bengkulu pada tahun 2004, pada tahun 2007 penulis menyelesaikan Pendidikan Menengah Pertama di SMPN 09 Kota Bengkulu dan pada tahun 2010 peneliti menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 04 Kota Bengkulu. Pada tahun 2011 penulis meneruskan pendidikan perguruan tinggi dan diterima sebagai Mahasiswa di Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu melalui jalur SPMU. Penulis melaksanakan magang di PAUD N Pembina II Kota Bengkulu. Kemudian mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) priode 73 di Desa Sebrang Tunggal Kecamatan Batik Nau Kabupaten Bengkulu Utara. Selanjutnya penulis melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di PAUD Pembina Negeri II Kota Bengkulu dan melaksanakan penelitian di PAUD Pertiwi 1 Kota Bengkulu.