Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan Melalui Pemberian Tes Formatif dalam Pembelajaran Kooperatif Sri Harsono, Nur Rokhimah Hanik, dan Tri Wiharti Pendidikan Biologi FKIP Univet Bantara Sukoharjo Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah; (1)Untuk meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa dalam proses pembelajaran matakuliah anatomi tumbuhan melalui pemberian tes formatip dalam pembelajaran kooperatif. (2) Untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada matakuliah anatomi tumbuhan melalui pemberian tes formatif dalam pembelajaran kooperatif. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus. Sampel penelitian yang digunakan adalah mahasiswa semester iv regular program studi pendidikan biologi fkip univet bantara sukoharjo sebanyak 28 orang. Waktu penelitian mul;ai bulan pebruari sampai juli tahun 2013. Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut; pada siklus i proses pembelajaran sudah dapat berjalan lancar dan terjadi peningkatan aktivitas belajar mahasiswa (14 mahasiswa yang terlibat),dengan kategori aktivitas cukup aktif, nilai rata-rata ulangan formatif sudah meningkat secara signifikan (72/b), namun masih ada yang belum tuntas 1 orang (3,5%). Pada siklus ii mahasiswa yang terlibat diskusi meningkatkan (18 orang), dengan kategori aktivitas aktif, nilai rata-rata ulangan formatif lebih meningkat (85,07/a), masih ada yang belum tuntas 1 orang (3,5%). Sedangkan pada kegiatan pembelajaran siklus iii, pembelajaran semakin dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa (24 dari 28 orang terlibat diskusi), dengan kategori aktivitas aktif, rata-rata nilai ulangan formatif sedikit menurun menjadi 81,71/b namun masih dalam kategori bagus hal ini bisa disebabkan karena materi organ akar sangat sulit, mahasiswa 100% mengalami tuntas belajar. Kata-kata kunci: pembelajaran kooperatif, ulangan formatif, aktivitas dan hasil belajar.
149
150
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013
The Improvement of Activity and Learners’ Achievement in the Plant Anatomy Subject through Formative Test Application in Cooperative Learning Sri Harsono, Nur Rokhimah Hanik, and Tri Wiharti Biology Education Program Teacher Training and Education Faculty Veteran Bangun Nusantara University of Sukoharjo Email:
[email protected],
[email protected]
Abstract, The objectives of this research were; (1) to improve the learners’ learning activity in the instructions of plant anatomy subject through formative test in a cooperative learning. (2) to improve learners’ achievement on the plant anatomy subject through formative test application in cooperative learning. The method of this research was classroom action fresearch by implementing 3 cycles. The sample of the research was the 6th grade students of regular class of Biological Education Program, Teacher Training and Education Faculty, Veteran Bangun Nusantara University of Sukoharjo with the total of 28 person. The result of the research were; in cycle i, the instruction run well and experienced improvement on the learners’ activity (14 learners involved), in the criteria of quite active activity, the average score of formative test have developed significantly (72/b), yet there were 1 person did not pass the average score (3,5%). In cycle ii, the learners who were involved in the discussion increased (18 persons), in the criteria active activity, the average score of the formative test increased (85,07/a), there still remain 1 person failed (3,5%). However, in learning activity of cycle iii, the instruction could more improve learners’ learning activity (24 of 28 persons involved the discussion), in the category of active activity, the average score of formative test a little bit decreased into 81,71/b however thhat was still in a good category. This can be caused by the root organs was quite difficult, the learners got 100% succeed and pass the learning instruction Keywords : cooperative learning, formative test, activity and learners’ achievement.
Pendahuluan Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tinggi sangat ditentukan oleh dosen dalam mempersiapkan kegiatan pembelajarannya. Dosen diharapkan juga dapat merencanakan pembelajarannya dengan baik, mulai dari pemahaman terhadap landasan kurikulum, pengembangan silabus, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Mahasiswa, sampai pada penyusunan alat evaluasi pembelajaran. Mengelola pembelajaran di kelas merupakan salah satu pekerjaan seorang dosen profesional yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu untuk menjalankan profesi tersebut diperlukan penguasaan sejumlah kompetensi yang
Sri Harsono, Nur Rokhimah Hanik, dan Tri Wiharti. Peningkatan Aktivitas dan...
151
mendukung, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Sebagai wujud dari penguasaan kompetensi ini, setiap tindakan dosen dalam mengelola pembelajaran merupakan tindakan pengambilan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, professional dan secara moral. Guru atau dosen sebenarnya mempunyai tugas yang cukup banyak dan berat, sebab guru atau dosen tidak sekedar pemberi informasi materi kepada siswa/mahasiswa. Menurut Soediarto (2000) menyatakan bahwa guru atau dosen yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai: (a) disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran; (b) . bahan ajar yang diajarkan (c). pengetahuan tentang karakteristik siswa/ mahasiswa; (d). pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan ; (e). pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar ; (f). penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran; (g) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran proses pendidikan. Menurut Djohar (1985) menyatakan bahwa guru/ dosen mempunyai dua fungsi: (a). fungsi instruktur; (b). fungsi pendidik Sebagai instruktur, guru/ dosen harus memberikan pedoman belajar yang jelas bagi siswa/mahasiswa, memberi petunjuk, mengarahkan, mengkondisikan belajar, serta menyediakan perangkat kerja yang mungkin diperlukan dalam kegiatan belajar. Sedangkan sebagai pendidik, guru/ dosen harus mampu melihat atau mendeteksi kelemahan mahasiswa/ siswa, menolong mahasiswa/ siswa yang memerlukan bantuan, memberikan bimbingan, mengevaluasi dan menilai keberhasilan mahasiswa/ siswa, serta mampu memberikan remediasi atas kekurangan-kekurangan mahasiswa/ siswanya. Kegiatan kependidikan tidak terlepas dari masalah kegiatan belajar mengajar (KBM) antara pendidikan dan peserta didik, dan didukung oleh sarana dan prasarana serta media pengajaran yang menunjang berlangsungnya KBM. Kemudian diadakan evaluasi atau tes yang ikut berperan dalam dunia pendidikan. Tujuannya adalah mengetahui hasil belajar siswa/ peserta didik, apakah sesuai dengan perencanaan yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus (TKP) yang tertera dalam kurikulum atau belum. Evaluasi yang diadakan setelah terjadinya proses kegiatan belajar mengajar inilah yang disebut ulangan formatif atau tes formatif. Tes formatif merupakan salah satu cara atau sarana untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang telah dijelaskan guru pada mereka apakah ada umpan balik yang baik atau tidak. Yang dimaksud dengan “umpan balik ialah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada peserta didik untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar.” Jika hasil evaluasinya memuaskan, peserta didik akan termotivasi untuk mengulangi pelajarannya untuk memperbaiki hasil tesnya agar mendapat kepuasan yang serupa di waktu yang akan datang. Dengan demikian siswa merasa termotivasi untuk mempertahankan tingkat belajarnya atau malahan lebih giat. Tetapi dapat juga berakibat negatif sebagian peserta didik, mereka merasa putusasa dan motivasi dalam belajar menurun bahkan hilang sama sekali andaikata hasil ulangan mereka jelek. Berdasarkan penomena di atas maka yang berperan penting dalam pendidikan tinggi adalah seorang dosen yang profesional, yang mampu merangsang mahasiswanya agar selalu belajar dan dosen merupakan motivator dan fasilitatir bagi mahasiswanya. Dosen harus memberikan motivasi bagi mahasiswanya untuk belajar agar proses belajar mengajarnya berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran atau kurikulum yang berlaku.
152
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013
Pendidikan/ belajar dikatakan berhasil apabila sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam artian mahasiswa mampu menguasai materi dalam satu kompetensi dasar tertentu. Mata kuliah Anatomi Tumbuhan merupakan matakuliah penting yang sarat dengan bahasa latin dan materi yang cukup padat. Matakuliah tersebut merupakan mata kuliah prasarat bagi mata kuliah biologi lainnya antara lain: Biologi sel, Fisiologi Tumbuhan , Ekologi Tumbuhan, dll. Dalam mata kuliah ini dibahas tentang struktur dan fungsi organella sel, macam-macam jaringan dan fungsinya, serta organologi pada tumbuhan. Berdasarkan pengalaman pembelajaran pada tahun-tahun akademik sebelumnya, untuk Pokok Bahasan Organologi pada tumbuhan, banyak mahasiswa yang kurang memahami materi sehingga nilai ujian khusus organologi 70% dibawah 40 atau D. Mereka banyak yang kurang faham terutama untuk perbedaan anatomi organ tumbuhan (daun, batang dan akar) antara tanaman Dicotyl dengan tanaman Monocotyl. Pada kegiatan pembelajaran mahasiswa yang belum faham kurang berani mengajukan pertanyaan pada dosen atau teman. Pada proses pembelajaran dosen belum melaksanakan tes/ulangan formatif sebagai umpan balik antara dosen dan mahasiswa, sehingga mahasiswa yang belum menguasai materi organologi tidak terdeteksi secara dini. Untuk mengatasi permasalahan pasifnya mahasiswa dalam proses belajar matakuliah Anatomi Tumbuhan pada pokok bahasan Organologi maka diperlukan suatu upaya peningkatan aktivitas belajar mahasiswa, karena dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sardiman (2004) dalam Anonimus (2010) berpendapat bahwa “ belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Lebih lanjut Sardiman (2004) dalam Anonimus (2010) mengatakan bahwa, aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang menunjang prestasi belajar. Untuk meningkatkan aktivitas belajar dalam matakuliah Anatomi Tumbuhan pokok bahasan Organologi perlu diterapkan pendekatan kooperatif. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2007) dalam Suyuti (2011) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar pendidik membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara pendidik dengan siswa melainkan juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu denga siswa yang lainnya. Dalam pendekatan kooperatif mahasiswa saling menghargai dan mengerti dibina diantara peserta didik agar bekerja bersama. Peserta didik saling berkomunikasi dan saling membimbing dengan menggunakan bahasa yang lebih akrab, yang akhirnya dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar mahasiswa. Selain pendekatan kooperatif pada matakuliah Anatomi Tumbuhan juga perlu diberikan ulangan formatif secara rutin sebagai umpan balik, sehingga mahasiswa yang belum memahami pokok bahasan tertentu akan segera bisa diketahui dan segera teratasi. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dalam proses pembelajaran matakuliah Anatomi Tumbuhan melalui pemberian tes formatip dalam pembelajaran kooperatif.
Sri Harsono, Nur Rokhimah Hanik, dan Tri Wiharti. Peningkatan Aktivitas dan...
153
Metode Penelitian Penelitian PTK ini dilakukan di program studi Pendidikan Biologi, mulai bulan Pebruari 2013 sampai bulan Juni 2013 dengan 3 siklus. Adapun Subyek penelitiannya adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Angkatan tahun 2011 (Sem IV tahun akademik 2012/ 2013) sebanyak 28 orang dan TIM dosen matakuliah Anatomi Tumbuhan yang terdiri 3 orang. Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah; mahasiswa pengambil mata kuliah anatomi tumbuhan yang berupa nilai post tes, nilai tugas, serta hasil pengamatan terhadap aktivitas saat berdiskusi dan mengerjakan tugas. Target atau hasil yang diharapkan harus dicapai dari kegiatan ini adalah perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran pada mata Anatomi Tumbuhan, dengan indicator: 1. Untuk aktivitas belajar mahasiswa: (a). keaktifan dalam presentasi; (b). keaktifan dalam mengajukan pendapat; (c). keaktifan dalam bertanya; (d). keaktifan dalam menjawab pertanyaan; (e). keaktivan mendengarkan pendapat orang lain; 2. Untuk hasil belajar mahasiswa : (a) Nilai ulangan/ tes formatif; (b). Nilai-nilai tugas Hasil Penelitian Kondisi awal pelaksanaan pembelajaran matakuliah Anatomi Tumbuhan, mahasiswa semester 3 regular aktivitasnya sangat rendah, mereka dalam kerja kelompok banyak yang apatis tak peduli dengan tugas dan tanggungjawab, mereka yang prestasinya rendah kadang banyak yang tidak ikut dalam melaksanakan tugas, mereka hanya nebeng nama dalam tugas. Selain itu anggota kelompok yang kebetulan prestasinya bagus tapi egois mereka juga tidak peduli dengan teman yang hanya nebeng nama, yang penting aku bisa dan dia tidak bisa. Prestasi belajar untuk Kompetensi Dasar tentang Sel Tumbuhan dan jaringan nilai rata-rata hanya 64 dan yang tuntas belajar (memperoleh nilai C atau 56 keatas hanya 17 orang dan yang tidak tuntas 11 orang sedangkan total mahasiswa pengikut mata kuliah Anatomi Tumbuhan 28 orang. Dengan kondisi tersebut di atas kemudian strategi pembelajaran dirubah dengan pendekatan pembelajaran kooperatif. Dibentuk kelompok belajar dan tiap kelompok terdiri 4-5 orang. Tiap kelompok ada anggota dari mahasiswa pintar dan tidak pintar. Selain itu untuk mengetahui ketuntasan belajar pada tiap kompetensi dasar atau pokok bahasan diberikan ulangan formatif. Dengan penerapan strategi pembelajaran tersebut ternyata dalam 3 siklus terjadi peningkatan dalam aktivitas belajar dan hasil belajar. Pembahasan Dari hasil siklus i, ii, dan iii terlihat bahwa, hampir terjadi peningkatan pada semua indikator, baik aktivitas belajar, product/ hasil, sikap, tugas, maupun prestasi belajar (nilai pos test). Data selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1.
154
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013 Tabel 1 : Perbandingan Hasil Siklus I, II, dan III
Siklus
Aktif berdiskusi
Nilaiaktivitas diskusi
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Nilai tugas
I II III
16 18 24
1,25/Cukup 1,7/Aktif 1,96/Aktif
95 100 93
38 55 70
73,96 76,53 77,50
Rata-rata ulangan formatif 72/B 85,07/A 81,71/B
Mahasiswa tuntas
Peningkatan /penurunan
96,5% 96,5% 100%
12,5% 18% -4%
Kenaikan hasil pada siklus I, II, dan III tersebut (tabel 1) disebabkan dalam kegiatan pembelajaran ini diterapkan pendekatan kooperatif. Dimana pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasarkan pada faham kontruktivisme yang mengasumsikan bahwa mahasiswa akan mudah mengkonstruksi pengetahuannya, lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan konsep konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikannya dengan temannya (Erni Mardiyah, 1989 dalam Pujani, 2006). Penerapan model pembelajaran kooperatif memang sangat relevan untuk meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa yang didasarkan pada pemanfaatan pengaruh teman sebaya dalam memahami sesuatu permasalahan yang bersama-sama sedang dihadapi. Dengan tingkat pengalaman yang relatif sama, maka diharapkan akan terjadi kerjasama dalam kelompok. (Mulyadi, 2012). Pendekatan kooperatif mendorong dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terampil berkomunikasi. Artinya peserta didik didorong untuk mampu menyatakan pendapat atu idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, meminta feedback serta pengajukan pertanyaan- pertanyaan dengan baik. Peserta didik juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka , untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau berbagi informasi dan sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus. (Suwarto dan Djumadi, 2011). Selain tersebut di atas tujuan dibentuk kelompok kecil dalam mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberi peluang kepada mahasiswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah; (a). Setiap anggota memiliki peran; (b). terjadi interaksi langsung antar anggota; (c). setiap anggota bertanggungjawab atas belajarnya; (d). dosen membantu mahasiswa dalam mengembangkan ketrampilan interpersonal kelompok; (e). dosen hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993 dalam Pujani, 2006). Dalam belajar juga diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sardiman (2004) dalam Anonimus (2010) berpendapat bahwa “ belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Gie (1985) dalam Anonimus (2010) mengatakan bahwa, keberhasilan dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukan selama proses belajar. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Lebih lanjut Sardiman (2004) dalam Anonimus (2010) mengatakan bahwa, aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas,
Sri Harsono, Nur Rokhimah Hanik, dan Tri Wiharti. Peningkatan Aktivitas dan...
155
mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang menunjang prestasi belajar. Dengan demikian mahasiswa dapat menemukan dan membentuk konsep sendiri bersama teman-temannya. Keberhasilan belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sardiman (2005) berpendapat bahwa “ belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Gie (1985) mengatakan bahwa, keberhasilan dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukan selama proses belajar. Lebih lanjut Sardiman (2005) mengatakan bahwa, aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang menunjang prestasi belajar. Selain pendekatan kooperatif yang menyebabkan mahasiswa menjadi aktif, dalam pembelajaran mata kuliah Anatomi Tumbuhan ini setiap akhir Kompetensi Dasar atau Pokok Bahasan juga diterapkan ulangan formatif. Dimana menurut Indrayanto (2010) dan Sunandar (2008) bahwa Tes formatif merupakan salah satu cara atau sarana untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa tentang materi yang telah dijelaskan guru pada mereka apakah ada umpan balik yang baik atau tidak. Yang dimaksud dengan “umpan balik ialah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar.” Dengan adanya ulangan formatif maka mahasiswa akar sering belajar dan mengulang materi perkuliahannya sehingga akan semakin menguasai materi yang diberikan oleh dosen, yang akhirnya akan meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu dalam sistem evaluasi dosen perlu mengintensifkan pelaksanaan tes formatif, karena tes formatif yang dilakukan secara sistematis diharapkan dapat memperbaiki kualitas proses pembelajaran setelah menerima informasi dari umpan balik tentang pembelajarannya berhasil atau tidak. Ini sesuai dengan pendapat Asmawi dan Nochi dalam Made Pujani, 2006) yang menyatakan bahwa Tes sebagai alat pengukur dan penilaian hasil belajar dapat memiliki manfaat, antara lain; sebagai diagnosis dan remedial untuk mengukur kekuatan dan kelemahan seseorang dalam rangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan dalam suatu program pendidikan tertentu. Dengan penerapan pembelajaran kooperati yang dapat membuat mahasiswa banyak melakukan aktivitas dalam proses pembelajarannya dan suasana pembelajarannya lebih menyenangkan, mereka saling berani bertanya pada temannya sendiri. sehingga akan terbentuk konsep yang lebih matang. Banyak belajar, berlatih dan mengulang materi perkuliahan dan selalu terpacu mempersiapkan ulangan formatif wajarlah jika akhirnya prestasi belajar mereka akan lebih meningkat. Adanya sedikit penurunan rata-rata nilai ulangan formatif pada siklus III (dari 85,07 menjadi 81,71), kemungkinan disebabakan materi anatomi organ akar cukup sulit dibanding organ daun dan organ batang. Mahasiswa masih belum bisa membedakan anatomi organ batang dengan organ akar secara jeli, namun rata-rata nilai ulangan formatif pada ke 3 siklus tersebut nilai cukup bagus dibanding nilai ulangan formatif pada pra siklus .
156
JURNAL PENDIDIKAN, VOLUME 22, NOMOR 2, JULI 2013 Simpulan dan Saran
Pemberian tes formatif secara teratur dan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah Anatomi Tumbuhan. Kepada para dosen Program Studi pendidikan Biologi (Non FKIP) mohon tidak segan melaksanakan perkuliahan dengan metode pembelajaran aktif antara lain dengan menerapkan pendekatan kooperatif dan penerapan ulangan formatif, sehingga bisa terjadi sharing pengetahuan dan pengalaman antar mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar. (a). Kepada para dosen program study pendidikan Biologi (non FKIP) mohon sering melakukan ulangan formatif, karena ulangan formatif dapat sebagai umpan balik keberhasilan proses pembelajaran; (b). Kepada para mahasiswa dimohon untuk selalu belajar dan mengulang materi untuk kesiapan menghadapi ulangan formatif, karena ulanagn formatif dapat sebagai tolok ukur keberhasilan anda dalam setiap Kompetensi Dasar; (c). Kepada Pimpinan Fakultas dan Universitas agar dapat memfasilitasi dan memotivasi pada para dosen pendidikan Biologi dan para dosen lainnya untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan dengan metode pembelajaran aktif, khususnya dengan penerapan pendekatan kooperatif dan ulangan formatif demi meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu lulusan. Daftar Rujukan Anonimus. (2010). Cara Meningkatkan Aktivitas Belajar Diakses dari file:///G:/aktivitasbelajar siswa.html pada hari minggu 30 Okt 2011 jam 13.15 Anonimus. (2011). Klasifikasi Aktivitas Belajar Diakses dari file:///F:/klasifikasi-aktivitasbelajar.html pada hari minggu 30 Okt 2011 jam 13.15 Djohar. (1985). Sejarah Pendidikan Sains dan Implikasinya bagi Pengembangan Konsep Belajar Mengajar IPA. Cakrawala Pendidikan. No. 2 Volume IV 1985. IKIP Yogyakarta Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Indrayanto. (2010).Pengaruh Tes Formatif Dan Motivasi Belajar Siswa SMP. Diakses dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2027515-pengaruh-tes-formatif-danmotivasi/ pada hari Rabu 5 Desember 2012 jam 14.20 WIB. Mulyadi. (2012). Bahan Ajar PLPG. Paedagogik Khusus Model Pembelajaran Inovatif Di Sekolah Dasar/MI. Kementrian pendidikan Nasional .Universitas Muhammadiyah Surakarta.Panitia Sertifikasi Guru Rayon 141 Surakarta. Peraturan Pemerintah No.19 tahun (2005) tentang Standar Pendidikan Nasional. Diakses darihttp://www.slideshare.net/Harunwira/3-pp-no19-tahun-2005-tentang-standarpendidikan-nasional-ppt pada hari Selasa 31 Januari 2012 pukul 22.50 W.I.B Pujani, M. (2006). Peningkatan Kualitas Perkuliahan Termodinamika dengan Mengintensifkan Penggunaan Tes Formatif . Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. No 1.Th XXXIX. Januari 2006. Fakultas Pendidikan MIPAIKIP Negeri Singaraja.Bali. Sunandar. (2008). Peningkatan Hasil Belajar Kalkulus I Melalui Umpan Balik Tes Formatif Dengan Pembelajaran Remedial. Jurnal Media Penelitian Pendidikan Volume 2 Nomor 2 Desember 2008