perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENILAIAN PASIEN TERHADAP PERAN TENAGA KEFARMASIAN DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI APOTEK RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI PERIODE APRIL – MEI 2012
TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh: DUTA SRI RASTANTYO M 3509023
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul “PENILAIAN PASIEN TERHADAP PERAN TENAGA KEFARMASIAN DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI APOTEK RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI PERIODE APRIL – MEI 2012” adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.
Surakarta,
Agustus 2012
Duta Sri Rastantyo NIM. M 3509023
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENILAIAN PASIEN TERHADAP PERAN TENAGA KEFARMASIAN DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI APOTEK RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI PERIODE APRIL – MEI 2012 DUTA SRI RASTANTYO Jurusan D3 Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret INTISARI Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker dan petugas apotek untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada pasien. Apoteker dan petugas apotek harus memberikan informasi tentang obat secara jelas untuk mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan dosis, efek samping, kontraindikasi obat dan interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran tenaga kefarmasian dalam pemberian informasi obat di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode April - Mei 2012. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif evaluatif dengan metode survey. Populasinya adalah seluruh pasien di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi dengan sampel minimal yaitu sebesar 341 sampel. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data disajikan dalam bentuk diagram persentase dan dievaluasi serta disesuaikan dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dalam KEPMENKES RI No. 1197/MENKES/SK/2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 78,59 % responden setuju bahwa tenaga kefarmasian telah memberikan informasi obat kepada pasien, sedangkan 21,41 % responden menyatakan tidak setuju. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tenaga kefarmasian di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi telah berperan dalam pemberian informasi obat. Kata kunci : pelayanan informasi obat, Apotek Rawat Jalan RSUD Dr Moerwardi
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PATIENT ASSESSMENT OF THE ROLE OF PHARMACIST IN THE DRUG INFORMATION IN APOTEK RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI PERIOD APRIL - MAY 2012 DUTA SRI RASTANTYO Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science Sebelas Maret University ABSTRACT Drug information service was activities performed by pharmacists and pharmacist’s assistant to provide information accurately, clearly, and currently to the patient. Pharmacists and pharmacist’s assistant should provided clear information about the drug to prevent the possibility of dosing errors, side effects and contraindications of drugs and drug interactions. This study aimed to determine the contribution of pharmacist’s assistant in the drug information in Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi period April - May 2012 This non experimental research has been done by descriptive evaluative research using survey method. The population was all patients in Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi with minimum samples are 341. Data obtained by interview by using questionnaire. Data presented in diagram percentage forms, evaluated and adjusted with standard hospital pharmaceutical care in KEPMENKES RI No. 1197/MENKES/SK/2004. The results showed that 78,59 % of respondents agreed that the pharmacist's assistant has been providing drug information to patient, while 21,41 % respondents disagreed. From this results can be concluded that pharmacist in Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi have been contributed in providing drug information. Key words : drug information service, Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Aku takkan menyerah pada apapun juga, sebelum ku coba semua yang ku bisa. Tetapi ku berserah kepada kehendakMu, hatiku percaya Tuhan punya rencana” (Jeffry S Tjandra)
“Tanpa adanya perjuangan, kemajuan takkan terjadi” (Amaray Ferderick Douglas)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecil ini untuk : 1.
Bapak, Ibu, dan Kakakku tercinta yang selalu mencintai dan menyayangiku serta dengan
doanya
yang
selalu
tercurah
untukku 2.
Seseorang yang tidak pernah putus asa untuk
memberiku
semangat
menyelesaikan tugas akhir ini. 3.
Almamaterku tercinta
commit to user vii
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul “PENILAIAN PASIEN TERHADAP PERAN TENAGA KEFARMASIAN DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI APOTEK RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI PERIODE APRIL – MEI 2012” dengan baik. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph. D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Yeni Farida, S. Farm, Apt., selaku pembimbing tugas akhir ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam pengertian, saran, dan ilmunyacommit yang tiada tara nilainya. to user viii
atas segala
memberikan arahan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Segenap Dosen Pengajar dan staff Jurusan D3 Farmasi yang telah banyak memberikan ilmu dan pelajaran berharga. 5. Bapak, Ibu, serta Kakakku atas dukungannya, materi, semangat, motivasi, dan do’a yang tiada henti selama ini serta cinta dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis. 6. Seseorang yang telah mendampingi dan memberikan dukungan, motivasi, kesabaran, perhatian, dan kasih sayangnya selama ini. 7. Teman - teman Farmasi 09, atas kerjasama dan kebersamaannya selama masa - masa kuliah, khususnya Adi, Deni Yuda, Deny, Eka, A’al, Saipul, dan Titis. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam Tugas Akhir ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Agustus 2012 Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
iii
INTISARI ........................................................................................................
iv
ABSTRACT ......................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
3
C. Tujuan Peneliian ......................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................
5
A. Tinjauan Pustaka .....................................................................
5
1. Instalasi Farmasi Rumah commit to Sakit user ..........................................
5
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO) .......................................
6
3. Kuesioner ...........................................................................
14
B. Kerangka Pemikiran ................................................................
17
C. Keterangan Empirik .................................................................
17
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
19
A. Instrumen Penelitian ................................................................
19
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..............................................
19
C. Populasi dan Sampel ................................................................
20
D. Rancangan Penelitian ..............................................................
21
E. Metode Analisis Hasil .............................................................
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
25
A. Gambaran Tempat Penelitian ..................................................
25
B. Gambaran Subyek Penelitian ..................................................
27
1.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Usia .
2.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................................................
3.
29
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Pekerjaan ..........................................................................
5.
28
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...........................................................
4.
27
30
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Domisili ............................................................................ commit to user xi
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Gambaran
Pemberian
Informasi
Obat
oleh
Tenaga
Kefarmasian .............................................................................
32
1.
Informasi tentang Cara Pemakaian Obat ..........................
34
2.
Informasi tentang Efek Samping dari Obat yang Digunakan ........................................................................
3.
35
Informasi tentang Keuntungan jika Meminum Obat dan Kerugian jika tidak Meminum Obat .................................
37
4.
Informasi tentang Tanggal Kadaluarsa Obat ....................
38
5.
Pegawai di Apotek dapat Menjawab Pertanyaan dari Pasien baik dari Telepon, Surat, atau Tatap Muka ...........
6.
40
Pegawai di Apotek Membuat Buletin, Leaflet, atau Label tentang Obat .....................................................................
42
D. Kualitas Pemberian Informasi Obat oleh Tenaga Kefarmasian di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi .........................
43
1.
Baik atau Tidaknya Pemberian Informasi Obat ...............
43
2.
Kelengkapan Pemberian Informasi Obat .........................
45
3.
Kepuasan terhadap Pemberian Informasi Obat ................
46
E. Keterbatasan Penelitian ...........................................................
48
PENUTUP ......................................................................................
49
A. Kesimpulan ..............................................................................
49
B. Saran ........................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
51
LAMPIRAN .................................................................................................... commit to user
53
BAB V
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Alur Menjawab Pertanyaan dalam PIO .....................................
7
Gambar 2.
Skema Kerangka Pemikiran .......................................................
17
Gambar 3.
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. Moewardi ...................................................................................
26
Gambar 4.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Usia ..........
27
Gambar 5.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................................................................
Gambar 6.
28
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................................................................
29
Gambar 7.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Pekerjaan .
30
Gambar 8.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Domisili ...
31
Gambar 9.
Distribusi Respon Pasien terhadap Pemberian Obat Sesuai Resep Dokter ..............................................................................
33
Gambar 10. Distribusi Respon Pasien terhadap Informasi tentang Cara Pemakaian Obat .........................................................................
34
Gambar 11. Distribusi Respon Pasien terhadap Informasi tentang Efek Samping Obat yang Digunakan ................................................. Gambar 12. Distribusi
Respon
Pasien
terhadap
Informasi
36
tentang
Keuntungan dan Kerugian jika tidak Meminum Obat ...............
38
Gambar 13. Distribusi Respon Pasien terhadap Informasi tentang Tanggal Kadaluarsa Obat ......................................................................... commit to user xiii
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 14. Distribusi Respon Pasien terhadap Jawaban Pegawai Apotek dari Pertanyaan Pasien baik dari Telepon, Surat, atau Tatap Muka ..........................................................................................
41
Gambar 15. Distribusi Respon Pasien terhadap Pembuatan Buletin, Leaflet, atau Label tentang Obat oleh Pegawai Apotek ..........................
42
Gambar 16. Distribusi Respon Pasien terhadap Baik atau Tidaknya Pemberian Informasi Obat .........................................................
43
Gambar 17. Distribusi Respon Pasien terhadap Kelengkapan Pemberian Informasi Obat ...........................................................................
45
Gambar 18. Distribusi Respon Pasien terhadap Kepuasan Pemberian Informasi Obat ...........................................................................
commit to user xiv
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................
22
Tabel II. Data Ketenagaan Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi tahun 2012 ................................................................................................
commit to user xv
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas .....................
54
Lampiran 2. Kuesioner Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas .......................
56
Lampiran 3. Nilai rtabel .....................................................................................
58
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................
59
Lampiran 5. Tabulasi Data Responden ...........................................................
60
Lampiran 6. Tabulasi Data Jawaban Responden ............................................
62
Lampiran 7. Surat Keterangan ........................................................................
65
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
IFRS
= Instalasi Farmasi Rumah Sakit
PIO
= Pelayanan Informasi Obat
PFT
= Panitia Farmasi dan Terapi
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya
pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi
masyarakat maka sistem nilai, dan orientasi dalam masyarakat pun mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, dengan lebih ramah, dan lebih bermutu termasuk pula pelayanan kesehatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan tadi maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya bukanlah hal yang mudah (Anonim, 1999) Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu
dengan
tujuan
untuk
mengidentifikasi,
mencegah,
dan
menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan (Anonim, 2004). Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Bertujuan commitobat to user untuk menyediakan informasi mengenai kepada pasien dan tenaga kesehatan 1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
di lingkungan rumah sakit, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/ Komite Farmasi dan Terapi, meningkatkan profesionalisme apoteker, dan menunjang terapi obat yang rasional (Anonim, 2004). Karena belum semua pasien tahu dan sadar akan hal yang harus dilakukan tentang obat – obatnya, oleh sebab itu untuk mencegah penggunaan salah, penyalahgunaan, dan adanya interaksi obat yang tidak dikehendaki, pelayanan informasi obat dirasakan sangat diperlukan (Widayati dan Zairina, 1996). Sayangnya, informasi obat yang sahih pada saat ini sulit diperoleh, mengingat jenis dan jumlah obat di Indonesia makin lama semakin bertambah banyak, sehingga terjadi persaingan yang tidak sehat antara para produsen obat (Juliantini dan Widayanti, 1996). Apoteker dan petugas apotek harus memberikan informasi tentang obat secara jelas untuk mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan dosis, cara pakai obat, dan supaya pasien juga mengetahui efek samping dan kontraindikasi obat yang dikonsumsinya atau interaksi obat dengan obat lain maupun dengan makanannya (Djojodibroto, 1997). Menurut Siregar (2004), PIO pada pasien rawat jalan sangat diperlukan mengingat pasien rawat jalan tidak berada dalam lingkungan yang terkendali seperti halnya pasien rawat inap. Pasien rawat jalan harus bertanggung jawab untuk perawatan kesehatannya sendiri. Selain obat yang diresepkan dokter, pasien dapat menggunakan obat bebas yang diperolehnya dari luar IFRS. Oleh sebab itu IFRS harus berperan aktif dalam penggunaan obat yang tepat oleh pasien. Petugas commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IFRS merupakan anggota terakhir dari tim pelayanan kesehatan yang bertemu dengan pasien rawat jalan sebelum menggunakan obatnya tanpa pengawasan medik langsung. Petugas IFRS juga bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat yang aman dan tepat serta memberikan informasi yang tepat terhadap penggunaan obat oleh pasien rawat jalan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sari (2001) mengenai motivasi konsumen terhadap layanan informasi dan konsultasi obat di apotek kota Yogyakarta, hasil yang didapat adalah 74,3 % menyatakan sangat penting artinya bagi responden, namun keterpenuhan informasi yang diharapkan responden baru 15,9 % dirasakan terpenuhi, sedangkan 47,5 % menyatakan belum terpenuhi. Apotek yang dapat memberikan layanan informasi dan konsultasi obat menurut responden sulit ditemukan 59,4 %. Penelitian lain oleh Ikasari (2008) di Apotek di Kecamatan Kartasura Sukoharjo dan Apotek IFRS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta, menyatakan masih banyak pasien yang merasa tidak puas dengan pemberian informasi obat oleh tenaga kefarmasian. Selanjutnya digambarkan bagaimana peran tenaga kefarmasian dalam pemberian informasi obat di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode April – Mei 2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimanakah penilaian pasien terhadap peran tenaga commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kefarmasian dalam pemberian informasi obat di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode April – Mei 2012 ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penilaian pasien terhadap peran tenaga kefarmasian dalam pemberian informasi obat di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode April – Mei 2012. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan untuk evaluasi pelayanan bagi pihak Instalasi Farmasi pada umumnya, Apotek Rawat Jalan pada khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Dalam pekerjaannya, IFRS berinteraksi dengan konsumen melalui pelayanan farmasi klinik, sehingga pelayanan ini sangat penting untuk mengetahui kebutuhan konsumennya. Kebutuhan pelanggan farmasi antara lain ; 1) Ketersediaan perbekalan farmasi 2) Kemudahan mendapatkan perbekalan farmasi. 3) Kesesuaian dengan permintaan/ resep. 4) Informasi seputar perbekalan farmasi. 5) Kecepatan memproses sampai memberikan obat. 6) Harga perbekalan farmasi. Sesuai dengan pernyataan Siregar (2004), pelayanan IFRS adalah hasil yang terjadi oleh kegiatan pada titik temu antara personel IFRS dan konsumen (penderita dan professional pelayanan kesehatan) serta kegiatan internal IFRS, guna memenuhi kebutuhan konsumen tersebut, yaitu ketepatan pelayanan, harga, jadwal penghantaran, dan kesesuaian dalam memenuhi kegunaan.
commit to user 5
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) PIO (Pelayanan Informasi Obat) didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat maupun pihak yang memerlukan (Anonim, 2004). Unit ini dituntut untuk dapat menjadi sumber terpercaya bagi para pengelola dan pengguna obat, sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan lebih mantap (Juliantini dan Widayanti, 1996). a.
Langkah – langkah sistematis pemberian informasi obat oleh petugas PIO : 1) Penerimaan permintaan Informasi Obat : mencatat data permintaan informasi obat dan mengkategorikan permasalahan : aspek farmasetik (identifikasi obat, perhitungan farmasi, stabilitas dan toksisitas obat), ketersediaan obat, harga obat, efek samping obat, dosis obat, interaksi obat, farmakokinetik, farmakodinamik, aspek farmakoterapi, keracunan, dan perundang – undangan. 2) Mengumpulkan menanyakan
latar
lebih
belakang dalam
masalah
tentang
yang
karakteristik
ditanyakan pasien
:
dan
menanyakan usaha-usaha dalam mencari informasi sebelumnya. 3) Penelusuran sumber data : rujukan umum, rujukan sekunder dan bila perlu rujukan primer.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Formulasikan sesuai dengan permintaan : jawaban jelas, lengkap dan benar, jawaban dapat dicari kembali pada rujukan asal dan tidak boleh memasukkan pendapat pribadi. 5) Pemantauan dan tindak lanjut : menanyakan kembali kepada penanya manfaat informasi yang telah diberikan secara lisan dan tertulis (Juliantini dan Widayati, 1996). Langkah – langkah sistematis tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Penanya
PIO
Isi Formulir Klasifikasi Penanya Pertanyaan
Umpan balik
Informasi latar belakang
Kumpulan data dan evaluasi data
Dokumentasi
Formulir jawaban
Komunikasi Gambar 1. Alur menjawab pertanyaan dalam PIO (Anonim, 2004)
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Tujuan pelayanan informasi obat : a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit. b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang terkait obat c. Meningkatkan profesionalisme apoteker. d. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit. e. Menunjang terapi yang rasional. Kegiatan pemberian informasi obat antara lain menganalisa laporan
efek samping obat, mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat, mengisi formulir efek samping obat dan melaporkan ke panitia efek samping obat nasional. Faktor yang perlu diperhatikan mengenai pelayanan informasi obat yaitu kerjasama dengan panitia farmasi dan terapi serta ruang rawat, ketersediaan formulir efek samping obat dan tersedianya sumber informasi obat, tempat, tenaga dan perlengkapan. c.
Sasaran informasi obat : 1) Pasien dan atau keluarga pasien. 2) Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, assisten apoteker, dan lain – lain. 3) Pihak lain : manajemen, tim/ kepanitiaan klinik, dan lain – lain (Anonim, 2004). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
d.
9 digilib.uns.ac.id
Kegiatan PIO PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan dari pemberian informasi obat adalah: a) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit. b) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang terkait obat c) Meningkatkan profesionalisme apoteker. d) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit. e) Menunjang terapi yang rasional. Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif dan pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar, dan sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima. Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan kegiatan rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan secara verbal (melalui telepon, tatap commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
muka) atau tertulis (surat melalui pos, faksimili atau e-mail). Pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari yang sederhana sampai yang bersifat penting dan kompleks yang membutuhkan penelusuran literatur serta evaluasi secara seksama (Anonim, 2004). PIO memiliki tugas di bidang pelayanan meliputi pasiennya, memberikan jawaban atas pertanyaan yang masuk, menyebarluaskan informasi, bekerjasama dengan bagian penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit, bersama-sama dengan PFT merevisi formularium rumah sakit, pedoman terapi serta melakukan penelitian segala hal yang berhubungan dengan obat. Tugas di bidang pendidikan adalah membantu program pendidikan kepada peserta program dokter spesialis, farmasis atau apoteker, mahasiswa spesialis farmasi rumah sakit dan asisten apoteker. Peralatan yang dibutuhkan antara lain : pesawat telepon, komputer, internet, CD room, dan lain-lain. e.
Sumber informasi obat 1) Sumber daya, meliputi : a) Tenaga kesehatan Dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga kesehatan lain b) Pustaka Terdiri dari majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian, dan Farmakope
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Sarana Fasilitas
ruangan,
peralatan,
komputer,
internet,
dan
perpustakaan. d) Prasarana Industri farmasi, Badan POM, Pusat informasi obat, pendidikan tinggi farmasi, organisasi profesi (dokter, apoteker, dan lain – lain). 2) Pustaka sebagai sumber informasi obat, digolongkan dalam 3 (tiga) kategori : a) Pustaka primer Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau penelliti, informasi yang terdapat didalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Contoh pustaka primer : (1) Laporan hasil penelitian (2) Laporan kasus (3) Studi evaluatif (4) Laporan deskriptif b) Pustaka sekunder Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari berbagai kumpulan artikel jurnal. Sumber informasi sekunder sangat membantu dalam proses pencarian informasi yang terdapat dalam sumber informasi primer. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai database, contoh : abstrak – abstrak tentang terapi obat, International Pharmaceutikal
Abstract
yang
berisi
abstrak
penelitian
kefarmasian. c) Pustaka tersier Berupa buku teks atau database, kajian artikel, kompendia dan pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi materi umum, lengkap, dan mudah dipahami. f.
Dokumentasi Setelah terjadi interaksi antara penanya dan pemberi jawaban, maka kegiatan tersebut harus didokumentasikan. Manfaat dokumentasi adalah : 1) Mengingatkan
apoteker
tentang
informasi
pendukung
yang
diperlukan dalam menjawab pertanyaan yang lengkap. 2) Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa. 3) Catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya. 4) Media pelatihan tenaga farmasi. 5) Basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan. 6) Bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari pelayanan informasi obat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
g.
13 digilib.uns.ac.id
Evaluasi kegiatan Evaluasi ini digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan pelayanan informasi obat itu sendiri dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat. Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan pelayanan informasi obat, indikator yang dapat digunakan antara lain : 1) Meningkatnya jumlah pertanyaan yang diajukan. 2) Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab. 3) Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan. 4) Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leaflet, buletin, brosur) 5) Meningkatnya pelayanan berdasarkan jenis pertanyaan dan tingkat kesulitan. 6) Menurunnya keluhan atas pelayanan (Anonim, 2006a).
h.
Kualitas Informasi Obat Petugas apotek harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat yang diserahkan oleh tenaga penyerah obat (drug dispenser) kepada konsumen kesehatan disebut berkualitas apabila informasi mencakup keterangan mengenai obat yang mencakup komponen informasi utama tentang obat. Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit yang telah ditetapkan dalam SK MENKES No. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1197/MENKES/SK/X/2004 merupakan parameter yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan informasi obat dan macam informasi obat yang disampaikan oleh petugas penyerah obat di apotek, parameter lain yang
digunakan
yaitu
berdasarkan
OBRA
(Omnibus
Budget
Reconciliation Act) 1990 adalah sebagai berikut : 1) Nama dan kegunaan obat 2) Tujuan dan manfaat terapi 3) Tindakan yang dilakukan jika serangan timbul 4) Dosis, bentuk obat, rute pemberian, dan lama penggunaan 5) Tindakan terhadap kesalahan informasi dosis 6) Informasi pengulangan obat 7) Efek samping, interaksi, dan aksi obat 8) Interaksi dan kontraindikasi 9) Cara penyimpanan obat (Prasetya, 2009).
3.
Kuesioner a.
Pengertian Kuesioner Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan.
b.
Jenis Kuesioner Berdasarkan
jenis
pertanyaannya,
menjadi empat macam yaitu : commit to user
kuesioner
dibedakan
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Pertanyaan tertutup Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disertai pilihan jawabannya.
Responden
hanya
tinggal
memilih
salah
satu
jawaban yang tersedia, dan tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain. Pertanyaan tertutup dapat berupa pertanyaan pilihan ganda atau berupa skala. 2) Pertanyaan terbuka Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban bebas dari responden. Responden tidak diberi pilihan jawaban,
tetapi responden menjawab pertanyaan sesuai dengan
pendapatnya. 3) Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka adalah pertanyaan yang telah
disediakan
jawabannya
tetapi
kemudian
diberi
pertanyaan
terbuka, pada pertanyaan tersebut responden bebas
memberikan jawaban. 4) Pertanyaan semi terbuka Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang disediakan pilihan jawabannya tetapi masih ada kemungkinan bagi responden untuk memberiakan tambahan jawaban (Singarimbun, 1989). c.
Uji Validitas Kuesioner Uji validitas kuesioner adalah prosedur untuk memastikan kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau tidak. Kuesioner yang valid berarti kuesioner yang dipergunakan untuk mengumpulkan data itu valid. Valid berarti kuesioner tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Kuesioner ada yang sudah baku, karena telah teruji validitas dan reabilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku. Jika kita menggunakan kuesioner yang sudah baku, tidak perlu dilakukan uji validitas lagi, sedangkan kuesioner yang belum baku perlu dilakukan uji validitas (Sugiyono, 2010). d.
Uji Reliabilitas Kuesioner Reliabilitas/ keterandalan adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Untuk diketahui bahwa perhitungan/ uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Sugiyono, 2010).
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan kepustakaan dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut : Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Tenaga Kefarmasian
Managerial
Pelayanan
Pelayanan Resep
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
C. Keterangan Empirik Penelitian yang telah dilakukan oleh Sari (2001) mengenai motivasi konsumen terhadap layanan informasi dan konsultasi obat di apotek kota Yogyakarta, hasil yang didapat adalah 74,3 % menyatakan sangat penting artinya bagi responden, namun keterpenuhan informasi yang diharapkan responden baru 15,9 % dirasakan terpenuhi, sedangkan 47,5 % menyatakan belum terpenuhi. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Apotek yang dapat memberikan layanan informasi dan konsultasi obat menurut responden sulit ditemukan 59,4 %. Penelitian lain oleh Ikasari (2008) di Apotek di Kecamatan Kartasura Sukoharjo dan Apotek IFRS Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta, menyatakan masih banyak pasien yang merasa tidak puas dengan pemberian informasi obat oleh tenaga kefarmasian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Instrumen Penelitian 1.
Alat yang digunakan Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi Standar Pelayanan Kefarmasian
di
Rumah
Sakit
dalam
KEPMENKES
RI
No.
1197/MENKES/SK/2004, OBRA (Omnibus Budget Reconciliation Act) 1990, kuesioner, buku dan jurnal terkait penelitian, serta aplikasi pengolah data. 2.
Bahan yang digunakan Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui penilaian pasien terhadap peran tenaga kefarmasian dalam pemberian informasi obat. Kuesioner dibuat mengacu pada penelitian Prasetya (2009) tentang Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Kualitas Pelayanan Informasi Obat Apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Kuesioner tersebut berupa pertanyaan tertutup dengan beberapa pilihan jawaban, kemudian responden memilih jawaban yang paling sesuai. B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi.
Waktu pelaksanaan penelitian dari April - Mei 2012.
commit to user 19
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang ke Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi periode April – Mei 2012. Jumlah sampel minimal yang akan diambil dihitung dengan menggunakan rumus (untuk sampel yang diketahui) : 𝑛 =
𝑁. (𝑍½𝛼 2)2 . 𝑝. 𝑞 𝑑 2 . 𝑁 − 1 + (𝑍½𝛼 2)2 . 𝑝. 𝑞 (Junadi, 1995)
dimana
n : jumlah sampel minimal p : estimator proporsi populasi q :1–p Z : harga kurva normal yang tergantung dari harga alpha N : jumlah unit populasi d : limit dari error Maka jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah :
𝑛=
3000. (1,96)2 . 0,5.0,5 2881,2 2881,2 = = = 340,65 2 2 (0,05) . 2999 + (1,96) . 0,5.0,5 7,4975 + 0,9604 8,4579 Dari hasil perhitungan di atas, jumlah sampel minimal yang harus ada
sebanyak 341 sampel, sehingga penulis mengambil sampel sebanyak 350 sampel. Semakin besar jumlah sampel semakin baik hasil penelitian yang diperoleh (Samosir, 2009). Pengambilan responden adalah dengan tehnik accidental sampling. Adapun syarat yang ditentukan adalah responden bisa berkomunikasi dan bersedia diwawancarai. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Rancangan Penelitian Penelitian
yang
akan
dilaksanakan
merupakan
penelitian
non
eksperimental yang bersifat deskriptif evaluatif dengan metode survey bertujuan untuk mengetahui penilaian pasien terhadap peran tenaga kefarmasian dalam pemberian informasi obat di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi periode April – Mei 2012. Tahap - tahap penelitiannya meliputi : 1.
Pengajuan proposal Mengajukan proposal kepada dosen pembimbing Tugas Akhir Program Studi D3 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.
2.
Perizinan. Surat izin penelitian diajukan kepada program studi untuk memperoleh tanda tangan dari Ketua Program Studi D3 Farmasi UNS, kemudian tembusan surat izin diserahkan kepada Direktur RSUD Dr. Moewardi, Kasub Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi dan Kepala Bagian Diklat RSUD Dr. Moewardi.
3.
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Uji
validitas
dimaksudkan
untuk
mengetahui
ketepatan
dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang puas dengan menghitung korelasi antara masing – masing pertanyaan dengan skor total (Azwar, 1997). Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh responden memberikan jawaban yang konsisten terhadap kuesioner yang commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diberikan. Kelayakan atau reliabilitas data diukur dari nilai cronbach’s alpha (Azwar, 1997) Sebelum melakukan pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner pada 20 pasien di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi. Nilai dari rtabel dapat dilihat pada Lampiran 3. Tujuan uji coba ini adalah untuk menghindari adanya pertanyaan – pertanyaan yang sulit dimengerti ataupun kekurangan/ kelebihan dari materi kuesioner itu sendiri. Uji dilakukan dengan menggunakan bantuan progam SPSS 17.0 for windows. 4.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Uji validitas ini menggunakan uji korelasi product moment, dikatakan valid bila nilai corrected item total correlation lebih besar atau sama dengan 0,444 (Priyatno, 2011). Sedangkan untuk melakukan pengujian reliabilitas dalam penelitian digunakan uji cronbach alpha. Ketentuan jika nilai cronbach alpha lebih besar 0.80 maka kuesioner dinyatakan reliable (Azwar, 1997). Hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel I. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Nomor Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
corrected item total correlation 0,696 0,852 0,662 0,589 0,601 0,549 0,515 0,136 0,550 0,565 0,751
cronbach’s alpha if item deleted 0,856 0,848 0,859 0,864 0,864 0,867 0,869 0,893 0,866 0,866 0,854
commit to user
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
Tabel I menunjukkan bahwa dengan jumlah 20 sampel dan dengan nilai rtabel sebesar 0,444 (Priyatno, 2011) diketahui bahwa dari 11 item pertanyaan untuk mengetahui penilaian pasien terhadap peran tenaga kefarmasian dalam pemberian informasi obat di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi, 10 item pertanyaan dinyatakan valid, sedangkan 1 item pertanyaan yaitu pertanyaan 8 dinyatakan tidak valid. Pertanyaan 8 adalah tentang pegawai di apotek melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan. Berdasarkan hasil tersebut maka dalam penelitian ini digunakan 10 item pertanyaan. 5.
Pengambilan data. Pengambilan data dimulai pada bulan April 2012 hingga bulan Mei 2012. Pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada pasien Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi secara accidental sampling.
6.
Pengolahan dan analisa data Data pasien yang diperoleh kemudian diolah untuk disajikan dalam bentuk diagram persentase agar dapat diketahui penilaian pasien terhadap peran tenaga kefarmasian dalam pemberian informasi obat. Data kemudian dievaluasi dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dalam KEPMENKES RI No. 1197/MENKES/SK/2004 dan sebagai pendukung digunakan OBRA (Omnibus Budget Reconciliation Act) 1990. Dikatakan pasien memiliki penilaian yang baik jika pasien memilih sangat setuju dan setuju pada kuesioner yang telah diberikan dan pasien memiliki penilaian commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang tidak baik jika memilih jawaban kurang setuju dan tidak setuju pada kuesioner yang telah diberikan. E. Metode Analisis Hasil Penelitian dengan judul Penilaian Pasien terhadap Peran Tenaga Kefarmasian dalam Pemberian Informasi Obat di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Periode April – Mei 2012 ini akan dianalisis dengan cara, data yang telah diperoleh dari kuesioner akan disajikan dalam bentuk diagram persentase dan dievaluasi kesesuaian informasi obatnya dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dalam KEPMENKES RI No. 1197/MENKES/SK/2004 dan sebagai pendukung digunakan OBRA (Omnibus Budget Reconciliation Act) 1990.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini berdasarkan hasil kuesioner dari pasien Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi dengan jumlah responden sejumlah 350 responden. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa menggunakan aplikasi pengolah data yaitu Microsoft Word dan Microsoft Excel 2007, yang kemudian digambarkan dalam bentuk tabel dan diagram.
A. Gambaran Tempat Penelitian Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi dilayani oleh apoteker, assisten apoteker, dan staf administrasi yang berjumlah 141 orang. Secara rinci data ketenagaan Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel II. Tabel II. Data Ketenagaan Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2012
No 1 2 3
Jenis Apoteker Assisten Apoteker Administrasi
Jumlah (orang) 24 78 39 (Anonim, 2012)
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUD Dr. Moewardi Nomor : 188.4/16/097/2011, Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi adalah sebagai berikut :
commit to user 25
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR PELAYANAN Komite Medik Kepanitiaan RS Instalasi Lain
KEPALA INSTALASI FARMASI
Sub Instalasi Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Sub Instalasi Distribusi Perbekalan Farmasi
Sub Instalasi Farmasi Klinik
Sub Instalasi Administrasi, Pendidikan, dan Jaminan Mutu
Unit Logistik
Unit Rawat Jalan
Unit Rawat Jalan
Unit Administrasi
Unit Gawat Darurat
Unit Gawat Darurat
Unit Pendidikan
Unit Rawat Inap
Unit Intensif
Unit Jaminan Mutu
Unit Produksi
Unit Rawat Inap
Gambar 3. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. Moewardi (Anonim, 2011)
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Gambaran Subyek Penelitian 1.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Usia Usia merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu sehingga mempengaruhi penilaian atau persepsi seseorang dalam mendapatkan pelayanan. Selain itu usia juga berpengaruh terhadap cara berfikir, berpendapat, dan bersikap (Kotler, 1997). Dalam penelitian ini usia yang paling muda adalah 18 tahun sedangkan yang paling tua adalah 88 tahun. Usia tersebut kemudian dikategorikan menjadi 9 golongan yang didasarkan pada ketentuan usia pada Biro Pusat Statistik (BPS). Distribusi pasien apotek rawat jalan berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 4. 0.86% 6.57% < 20 18.29%
8.57%
20 - 24 10.57%
9.71%
25 - 29 30 - 34
7.14% 18.29%
35 - 39 40 - 44
20%
45 - 49 50 - 54 > 54
Gambar 4. Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Usia
Gambar 4 terlihat bahwa jumlah responden dengan usia di bawah 20 tahun sebesar 0,86 %, usia 20 – 24 tahun sebesar 6,57 %, usia 25 – 29 tahun sebesar 8,57 %, usia 30 – 34 tahun sebesar 10,57 %, usia 35 – 39 tahun sebesar 7,14 %, usia 40 – 44commit tahun sebesar to user 20 %, usia 45 – 49 tahun sebesar
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
18,29 %, usia 50 – 54 tahun sebesar 9,71 %, dan responden dengan usia di atas 54 tahun sebesar 18,29 %. Secara umum dapat diketahui responden yang paling banyak menggunakan jasa layanan di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi adalah usia 40 – 44 tahun.
2.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam menyikapi suatu produk atau layanan jasa (Kotler, 1997). Distribusi pasien apotek rawat jalan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5.
48.86%
51.14%
Laki - Laki Perempuan
Gambar 5. Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 5 terlihat bahwa jumlah responden laki – laki sebesar 51,14 % dan responden perempuan sebesar 48,86 %. Jumlah ini tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Diharapkan tidak adanya dominasi pada salah satu jenis kelamin tertentu maka diharapkan data yang terkumpul dapat mewakili keadaan dari populasi di apotek rawattojalan commit userRSUD Dr. Moewardi.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan sangat jelas dapat memberikan pengaruh yang besar pada persepsi atau penilaian seseorang terhadap sesuatu. Penilaian ini dilakukan atas dasar pengetahuan dan intelektualitasnya. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman yang merupakan bagian dari sumber pengetahuan (Kotler, 1997). Distribusi pasien apotek rawat jalan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 6.
1.14%
6.86%
3.14%
2.57% 21.71%
SD SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
33.14%
Diploma 31.43%
Sarjana Muda Sarjana Tidak Sekolah
Gambar 6. Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambar 6 terlihat bahwa distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah responden tamat SMA/ Sederajat sebesar 33,14 %, berikutnya adalah responden tamat SMP/ Sederajat sebesar 31,43 %. Disusul dengan responden tamat SD sebesar 21,71 %, responden tamat Sarjana sebesar 6,86 %, responden tamat Akademi atau Diploma sebesar 2,57, sedangkan jumlah paling kecil adalah responden tamat Sarjana Muda sebesar 1,14 % dan responden tidak sekolah sebesar commit to user 3,14 %. Menurut Kotler (1997),
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat pendidikan yang tinggi sangat berpengaruh terhadap daya tangkap informasi, pengetahuan, sikap dan minat terhadap suatu pelayanan.
4.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Pekerjaan Tujuan distribusi pasien berdasarkan pekerjaan adalah untuk mengetahui variasi pekerjaan dari pasien. Distribusi pasien apotek rawat jalan berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 7. Buruh 12.86%
42%
11.14%
Dosen
0.57% 8%
12.29%
3.71%
Ibu Rumah Tangga
2.86% 0.86%
Karyawan Mahasiswa Pelajar
5.71%
PNS Tani Wiraswasta Penggangguran
Gambar 7. Distribusi pasien apotek rawat jalan berdasarkan pekerjaan
Gambar 7 terlihat bahwa pekerjaan responden terbesar adalah wiraswasta sebesar 42 %, berikutnya adalah petani sebesar 12,29 %. Disusul dengan buruh sebesar 11,14 %, ibu rumah tangga sebesar 8 %, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 5,71 %, karyawan sebesar 3,71 %, mahasiswa sebesar 2,86 %, dosen sebesar 0,57 %, sedangkan jumlah paling kecil adalah responden sebagai pelajar sebesar 0,86 % dan responden yang tidak bekerja (penggangguran) sebesar 12,86 %. to user commit
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Distribusi Pasien Apotek Rawat Jalan Berdasarkan Domisili Tujuan distribusi pasien berdasarkan domisili untuk mengetahui variasi domisili pasien. Distribusi pasien apotek rawat jalan berdasarkan domisili dapat dilihat pada Gambar 8.
1.43% 16.57%
6% 16%
1.43% 0.86%
23.43% 12%
Boyolali Karanganyar Klaten Purwodadi Purworejo Sragen
22.29%
Sukoharjo Surakarta Wonogiri
Gambar 8. Distribusi pasien apotek rawat jalan berdasarkan domisili
RSUD Dr. Moewardi merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan merupakan rumah sakit pusat rujukan daerah Jawa Tengah bagian tenggara dan Jawa Timur bagian barat. Gambar 8 terlihat reponden paling besar berdomisili di wilayah Surakarta sebesar 23,43 %, berikutnya adalah wilayah Sukoharjo sebesar 22,29 %. Disusul wilayah Wonogiri sebesar 16,57 %, wilayah Karanganyar sebesar 16 %, wilayah Sragen sebesar 12 %, wilayah Boyolali sebesar 6 %, wilayah Klaten dan Purwodadi sebesar 1,43 %, sedangkan jumlah paling kecil adalah di wilayah Purworejo sebesar 0,86 %. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Gambaran Pemberian Informasi Obat oleh Tenaga Kefarmasian Pemberian informasi obat ini telah diatur di Keputusan Menteri Kesehatan di Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dalam KEPMENKES RI No. 1197/MENKES/SK/2004 dan sebagai data pendukung digunakan OBRA (Omnibus Budget Reconciliation Act) 1990. Informasi yang harus disampaikan antara lain : a.
Nama dan kegunaan obat
b.
Cara pemakaian obat
c.
Efek samping dari obat yang digunakan
d.
Keuntungan dan kerugian jika tidak meminum obat
e.
Tanggal kadaluarsa obat
f.
Interaksi dan kontraindikasi
g.
Cara penyimpanan. Menurut Siregar (2004), PIO pada pasien rawat jalan sangat diperlukan
mengingat pasien rawat jalan tidak berada dalam lingkungan yang terkendali seperti halnya pasien rawat inap. Pasien rawat jalan harus bertanggung jawab untuk perawatan kesehatannya sendiri. Selain obat yang diresepkan dokter, pasien dapat menggunakan obat bebas yang diperolehnya dari luar IFRS. Oleh sebab itu IFRS harus berperan aktif dalam penggunaan obat yang tepat oleh pasien. Petugas IFRS merupakan anggota terakhir dari tim pelayanan kesehatan yang bertemu dengan pasien rawat jalan sebelum menggunakan obatnya tanpa pengawasan medik langsung. Petugas IFRS juga bertanggung jawab untuk memastikan commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penggunaan obat yang aman dan tepat serta memberikan informasi yang tepat terhadap penggunaan obat oleh pasien rawat jalan. Dalam KEPMENKES RI No. 1197/MENKES/SK/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dijelaskan bahwa petugas apotek harus memberikan obat kepada pasien sesuai dengan resep dokter. Distribusi respon pasien terhadap pemberian obat sesuai resep dokter dapat dilihat pada Gambar 9. 0.86%
1.71%
11.71% Sangat Setuju Setuju 85.71%
Kurang Setuju Tidak Setuju
Gambar 9. Distribusi respon pasien terhadap pemberian obat sesuai resep dokter
Gambar 9 terlihat dari 350 responden menyatakan bahwa sebanyak 85,71 % responden menjawab sangat setuju, 11,71 % responden menjawab setuju, 0,86 % responden menjawab kurang setuju, dan sisanya sebanyak 1,71 % responden menjawab tidak setuju. Hasil tersebut menyatakan mayoritas pasien menilai bahwa apoteker/ petugas apotek telah memberikan obat sesuai resep, namun ada sebagian kecil menilai sebaliknya karena ada permintaan dari pasien sendiri dan telah disetujui oleh dokter yang bersangkutan. Pengecualian tersebut antara lain karena harga obat yang terlalu mahal, jumlah obat yang terlalu banyak, commit to user sehingga pasien tidak mampu mengambil seluruh obat dalam resep.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Informasi tentang cara pemakaian obat Cara pemakaian obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara pemakaian obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat tetes mata, salep mata, tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/ salep rektal dan tablet vagina (Anonim, 2006b). Distribusi respon pasien terhadap informasi cara pemakaian obat dapat dilihat pada Gambar 10.
2.86%
10%
14.29%
Sangat Setuju Setuju 72.86%
Kurang Setuju Tidak Setuju
Gambar 10. Distribusi respon pasien terhadap informasi cara pemakaian obat
Gambar 10 menyatakan bahwa sebanyak 72,86 % responden menjawab sangat setuju, 14,29 % responden menjawab setuju, 2,86 % responden menjawab kurang setuju, 10 % responden menjawab tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa pemberian informasi obat kepada pasien tentang cara pemakaian obat telah disampaikan oleh petugas apotek. Namun ada juga pasien/ responden yang tidak mendapatkan commit to user informasi tersebut. Dari hasil
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wawancara langsung terhadap pasien didapatkan informasi bahwa sebagian besar pasien yang tidak mendapatkan informasi cara pemakaian obat ini dikarenakan terburu – buru akan pulang, alasan lain adalah pasien kurang paham terhadap penjelasan dari petugas apotek karena tingkat pendidikan yang berbeda – beda. Menurut Kotler (1997), tingkat pendidikan yang tinggi sangat berpengaruh terdapat daya tangkap informasi, pengetahuan, sikap, dan minat terhadap suatu pelayanan. Padahal informasi tentang cara pemakaian obat ini sangat membantu pasien dalam kesembuhan karena dapat terhindar dari kesalahan minum obat bahkan dapat terhindar dari over dosis atau dosis tidak berefek karena cara pemakaian yang salah.
2.
Informasi tentang efek samping dari obat yang digunakan Pengertian efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien dari suatu pengobatan. Efek samping tidak mungkin dihindari/ dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin (Anonim, 2006b). Masalah efek samping obat dalam pengobatan tidak dapat dikesampingkan begitu saja karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi, misalnya : a.
Kegagalan pengobatan
b.
Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat yang semula tidak diderita oleh pasien commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempegaruhi keberhasilan terapi lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan berobat.
d.
Mencegah kekambuhan penyakit. Golongan umur yang terbanyak mengalami efek samping obat adalah
orang tua. Kelompok ini umumnya menerima jenis obat cukup banyak, sedangkan respons farmakokinetik dan farmakodinamik tidak sama (Laurence dan Bennett, 1992). Distribusi respon pasien terhadap informasi tentang efek samping obat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 11.
25.14% Sangat Setuju
50.29% 10.29%
Setuju Kurang Setuju
14.29%
Tidak Setuju
Gambar 11. Distribusi respon pasien terhadap informasi tentang efek samping obat yang digunakan
Gambar 11 terlihat dari 350 responden sebanyak 25,14 % responden menjawab sangat setuju, 10,29 % responden menjawab setuju, 14,29 % responden menjawab kurang setuju, 50,29 % responden menjawab tidak setuju. Dari hasil di atas, mayoritas pasien belum mendapatkan informasi tentang efek samping obat yang disampaikan oleh petugas apotek. Dari commit to user pengamatan di lapangan, informasi tidak disampaikan karena pasien yang
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terburu – buru akan pulang, dan juga karena petugas apotek yang sibuk melayani pasien lain sehingga tidak sempat menyampaikan informasi tentang efek samping obat.
3.
Informasi tentang keuntungan jika meminum obat dan kerugian jika tidak meminum obat Keuntungan jika meminum obat dan kerugian jika tidak meminum obat erat hubungannya dengan kepatuhan dalam meminum obat. Segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya adalah kepatuhan meminum obat. Kepatuhan meminum obat adalah perilaku pasien mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis seperti dokter dan apoteker (Anonim, 2006b). Hal ini merupakan syarat utama tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Ketidakpatuhan pasien dalam penggunaan obat dapat memperlama masa sakit atau meningkatkan keparahan penyakit. Selain itu ketidakpatuhan dapat membuat dokter berasumsi bahwa diagnosis penyakit salah akibat buruknya respon terhadap obat yang dianjurkan. Hal ini juga dapat mengakibatkan dokter melakukan lebih banyak tes dan memberikan tambahan obat baru. Distribusi respon pasien terhadap informasi tentang keuntungan dan kerugian jika tidak meminum obat dapat dilihat pada Gambar 12.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
31.43% Sangat Setuju 53.71%
Setuju 8.29%
Kurang Setuju Tidak Setuju
6.57%
Gambar 12. Distribusi respon pasien terhadap informasi tentang keuntungan jika meminum obat dan kerugian jika tidak meminum obat
Gambar 12 menyatakan sebanyak 31,43 % responden menjawab sangat setuju, 8,29 % responden menjawab setuju, 6,57 % responden menjawab kurang setuju, 53,71 % responden menjawab tidak setuju. Dari hasil tersebut, mayoritas pasien tidak mendapatkan informasi tentang keuntungan bila meminum obat dan kerugian bila tidak meminum obat, padahal hal tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan. Contohnya adalah untuk pasien TBC. Jika dalam terapi tidak patuh meminum obat akibatnya dapat menggagalkan keberhasilan terapi, dan kerugiannya adalah mengulang dari awal pengobatan yang telah dijalani (Anonim, 2005).
4.
Informasi tentang tanggal kadaluarsa obat Tanggal kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun (Anonim, commit to user 2006b). Jadi sampai dengan waktu yang dimaksud, potensi, mutu, khasiat dan
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keamanan obat dijamin tetap memenuhi syarat. Obat akan efektif dan aman untuk kesehatan sampai batas waktu yang ditentukan jika disimpan pada kondisi yang sesuai. Jika penyimpanannya tidak tepat, maka obat dapat rusak lebih cepat sebelum tanggal kadaluarsanya. Tentunya waktu kadaluarsa setiap obat berbeda – beda. Pada umumnya, tanggal kadaluarsa obat adalah dua tahun sejak tanggal produksinya.
Namun
ada
beberapa
obat
yang
harus
diperhatikan
penggunaannya. Seperti antibiotik sirup kering, yaitu serbuk kering dan dilarutkan dengan air ketika hendak digunakan, biasanya hanya digunakan sampai tujuh hari. Lalu obat tetes mata biasanya hanya boleh digunakan satu bulan setelah kemasannya dibuka. Informasi ini juga sangat berpengaruh pada kepercayaan pasien terhadap
jaminan
keamanan
obat
yang
diminum
sehingga
dapat
meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat (Prasetya, 2009). Distribusi respon pasien terhadap informasi tentang tanggal kadaluarsa obat dapat dilihat pada Gambar 13.
18.86% 13.43%
Sangat Setuju Setuju
62.29%
Kurang Setuju Tidak Setuju 5.43%
Gambar 13. Distribusi respon pasien terhadap commit to userinformasi tentang tanggal kadaluarsa obat
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 13 menyatakan bahwa sebanyak 18,86 responden menjawab sangat setuju, 13,43 % responden menjawab setuju, 5,43 % responden menjawab kurang setuju, 62,29 responden menjawab tidak setuju. Hasil tersebut berarti mayoritas pasien belum mendapatkan informasi tentang tanggal kadaluarsa obat, padahal informasi ini sangat penting karena berhubungan dengan keamanan dan stabilitas obat yang akan digunakan oleh pasien. Namun dalam kenyataannya, informasi tentang tanggal kadaluarsa obat yang tidak disampaikan ini dikarenakan obat yang diberikan kepada pasien hanya digunakan dalam jangka waktu tertentu. Setelah obat habis, pasien akan periksa ke dokter lagi.
5.
Pegawai di apotek dapat menjawab pertanyaan dari pasien baik dari telepon, surat atau tatap muka Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat pasif. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima (Anonim, 2004). Petugas apotek harus meluangkan waktu untuk mejawab pertanyaan dari pasien dan di sisi lain mereka harus melayani dengan cepat. Padahal dengan kepedulian petugas dalam menjawab pertanyaan yang ditanyakan pasien akan membuat pasien tersebut benar – benar merasa diperhatikan dan dihormati. Sehingga akan meningkatkan citra rumah sakit semakin baik di commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hadapan masyarakat dan jawaban dari pertanyaan pasien sangat berarti bagi kelangsungan terapi pasien. Distribusi respon pasien terhadap jawaban pegawai apotek dari pertanyaan pasien baik dari telepon, surat atau tatap muka dapat dilihat pada Gambar 14.
6.29%
6.29%
18.86%
Sangat Setuju Setuju 68.57%
Kurang Setuju Tidak Setuju
Gambar 14. Distribusi respon pasien terhadap jawaban pegawai apotek dari pertanyaan pasien baik dari telepon, surat, atau tatap muka
Gambar 14 terlihat bahwa sebanyak 68,57 % responden menjawab sangat setuju, 18,86 % responden menjawab setuju, 6,29 % responden menjawab kurang setuju, 6,29 % responden menjawab tidak setuju. Hasil jawaban responden menyatakan bahwa mayoritas responden menilai bahwa petugas apotek dapat menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh responden. Untuk informasi ini kebanyakan responden hanya mendapatkannya secara langsung dengan tanya jawab langsung (tatap muka). Tidak ditemukan dalam media surat, telepon ataupun media lainnya. Secara garis besar, petugas apotek/ tenaga kefarmasian telah berperan dalam menjawab pertanyaan dari responden secara langsung dengan lancar. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Pegawai di apotek membuat buletin, leaflet, atau label tentang obat Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar, dan sebagainya (Anonim, 2004). Penyebaran informasi secara aktif ini harus melibatkan staf di Pelayanan Informasi Obat dalam bentuk publikasi. Disini jelas terlihat bahwa keterampilan berkomunikasi secara lisan dan tertulis sangat diperlukan. Distribusi respon pasien terhadap pembuatan buletin, leaflet, atau label tentang obat oleh pegawai apotek dapat dilihat pada Gambar 15.
11.88% 9.69% 8.13%
Sangat Setuju Setuju
70.31%
Kurang Setuju Tidak Setuju
Gambar 15. Distribusi respon pasien terhadap pembuatan buletin, leaflet, atau label tentang obat oleh pegawai apotek
Gambar 15 menyatakan bahwa sebanyak 11,88 % responden menjawab sangat setuju, 9,69 % responden menjawab setuju, 8,13 % responden menjawab kurang setuju, 70,31 % responden menjawab tidak commit to user setuju. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden menilai bahwa
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
petugas apotek tidak aktif dalam membuat buletin, leaflet, atau label tentang obat. Hal tersebut terlihat jelas di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi dengan sedikitnya buletin, leaflet, ataupun label tentang obat yang terdapat di apotek atau ruang tunggu. Dapat disimpulkan peran tenaga kefarmasian dalam pembuatan buletin, leaflet, ataupun label tentang obat masih kurang.
D. Kualitas Pemberian Informasi Obat oleh Tenaga Kefarmasian di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi 1.
Baik atau tidaknya pemberian informasi obat Harapan pasien terhadap pelayanan sangat diperlukan, pasien akan merasa aman dalam penerimaan pelayanan yang diberikan, sehingga akan meningkatkan kepercayaannya terhadap kualiatas pelayanan di rumah sakit (Prasetya, 2009). Distribusi respon pasien terhadap baik atau tidaknya pemberian informasi obat dapat dilihat pada Gambar 16.
1.14% 9.43% 49.71% 39.71%
Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
Gambar 16. Distribusi respon pasien terhadap baik atau tidaknya pemberian informasi commit to user obat
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan survei di RSUD dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi, dengan mewawancarai 38 orang pasien rawat jalan, diperoleh informasi antara lain : (1) 76 % menyatakan bahwa dokter, perawat, dan petugas farmasi/ apotek sangat kurang dalam memberikan informasi tentang khasiat/ manfaat, efek samping, dan berbagai hal yang berkaitan dengan obat yang tertulis dalam resep dokter; (2) 48 % menyatakan tidak mengetahui adanya Pelayanan Informasi Obat yang diselenggarakan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit; (3) 56 % menyatakan bahwa tidak mengetahui haknya untuk memperoleh informasi yang lengkap tentang penggunaan obat secara tepat dan benar (Prasetya, 2009). Namun pasien di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi menyatakan : (1) 49,71 % responden menjawab sangat setuju; (2) 39,71 % responden menjawab setuju; (3) 9,43 % responden menjawab kurang setuju; dan (4) 1,14 % responden menjawab tidak setuju. Dikatakan pasien memiliki penilaian yang baik jika pasien memilih sangat setuju dan setuju pada kuesioner yang telah diberikan dan pasien memiliki penilaian yang tidak baik jika memilih jawaban kurang setuju dan tidak setuju pada kuesioner yang telah diberikan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien apotek telah merasa pemberian informasi obat yang dilakukan oleh petugas apotek/ tenaga kefarmasian di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi telah berjalan baik. Sehingga tenaga kefarmasian di Apotek Rawat Jalan
RSUD
Dr.
Moewardi
telah
menjalankan
perannya
menyampaikan informasi obat kepada pasien apotek rawat jalan. commit to user
dalam
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Kelengkapan pemberian informasi obat Pemberian menyampaikan
informasi telah
obat
sesuai
dikatakan dengan
lengkap
apabila
KEPMENKES
telah
RI
No.
1197/MENKES/SK/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, atau sebagai parameter lain adalah OBRA (Omnibus Budget Reconciliation Act) 1990. Informasi tersebut meliputi : nama dan kegunaan obat, cara pemakaian obat, efek samping obat, keuntungan jika meminum obat dan kerugian jika tidak meminum obat, tanggal kadaluarsa obat, interaksi dan kontraindikasi, serta cara penyimpanan obat. Kelengkapan informasi obat juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh petugas dan dapat mewujudkan sikap percaya pasien kepada petugas ataupun obat yang diberikan dapat menyembuhkan penyakitnya (Prasetya, 2009). Distribusi respon pasien terhadap kelengkapan pemberian informasi obat dapat dilihat pada Gambar 17.
9.49% 11.92% Sangat Setuju 17.34%
61.25%
Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
Gambar 17. Distribusi respon pasien terhadap kelengkapan pemberian informasi obat commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 17 menyatakan bahwa sebanyak 61,25 % responden menjawab sangat setuju, 17,34 % responden menjawab setuju, 11,92 % responden menjawab kurang setuju, dan 9,49 % responden menjawab tidak setuju. Dari hasil tersebut mayoritas responden telah setuju bahwa informasi yang disampaikan oleh petugas apotek/ tenaga kefarmasian telah lengkap, sehingga tenaga kefarmasian di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi telah menjalankan perannya dalam menyampaikan informasi obat kepada pasien apotek rawat jalan.
3.
Kepuasan terhadap pemberian informasi obat Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien. Tingkat kepuasan konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain usia pada cara berfikir, emosi dan pengalaman pribadi, jenis kelamin pada tanggapan hasil pengamatan atau yang dirasakan dan pendidikan pada pengetahuan atau keyakinan (Kotler, 1997). Distribusi respon pasien terhadap kepuasan terhadap pemberian informasi obat dapat dilihat pada Gambar 18.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
17.14% 8.57%
Sangat Setuju Setuju 70.29%
4%
Kurang Setuju Tidak Setuju
Gambar 18. Distribusi respon pasien terhadap kepuasan pemberian informasi obat
Gambar 18 menyatakan sebanyak 70,29 % responden menjawab sangat setuju, 4 % responden menjawab setuju, 8,57 % responden menjawab kurang setuju, dan 17,14 % responden menjawab tidak setuju. Berdasarkan penilaian dari wawancara di atas, pasien Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi telah merasa puas atas pelayanan pemberian informasi obat yang dilakukan oleh petugas apotek/ tenaga kefarmasian di apotek, sehingga tenaga kefarmasian tersebut telah melaksanakan perannya dalam pemberian informasi obat kepada pasien. Secara keseluruhan, alasan responden tidak mendapatkan informasi obat yang disampaikan oleh tenaga kefarmasian di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi adalah dikarenakan responden terburu-buru akan pulang, alasan lain adalah karena ketidakpahaman responden dalam menerima informasi yang diberikan oleh tenaga kefarmasian.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, kekurangannya adalah minimnya referensi (jurnal, penelitian
lain)
tentang
topik
yang
sama,
sehingga
kesulitan
untuk
membandingkan hasil dari penelitian. Faktor internal dai responden seperti tingkat pendidikan, juga mempengaruhi hasil penelitian ini terkait dengan tingkat pemahaman responden sendiri. Tidak diketahui tenaga kefarmasian yang memberikan informasi obat dalam penelitian ini adalah apoteker atau assisten apoteker, dikarenakan pengambilan data hanya dilakukan sebatas kepada pasien Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi, tidak masuk ke dalam ruang apotek untuk bertanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1.
Peran tenaga kefarmasian dalam pemberian informasi obat di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi sudah terlaksana, tetapi ada sebagian informasi obat yang belum tersampaikan dengan baik, meliputi informasi tentang efek samping obat, informasi tentang keuntungan jika meminum obat dan kerugian jika tidak meminum obat, informasi tentang tanggal kadaluarsa obat, dan kegiatan pegawai apotek dalam membuat buletin, leaflet, atau label tentang obat.
2.
Menurut responden, pemberian informasi obat yang dilakukan di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi secara kualitas sebesar 89,43 % responden menyatakan baik sedangkan 10,57 % responden menyatakan buruk, secara kelengkapan sebesar 82,86 % responden menyatakan lengkap sedangkan 17,14 % responden menyatakan belum lengkap, dan secara kepuasan sebesar 74,29 % responden menyatakan puas sedangkan 25,71 % responden menyatakan belum puas.
commit to user 49
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran Berdasarkan temuan dari penelitian serta berbagai kekurangan maupun keterbatasan yang ada, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1.
Saran untuk tempat dilakukannya penelitian Perlu adanya penambahan papan informasi obat yang berisi bulletin, leaflet, atau label tentang obat di Apotek Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi.
2.
Saran untuk penelitian selanjutnya a.
Untuk penelitian selanjutnya agar dilakukan penelitian di dua instansi berbeda (negeri dan swasta) agar dapat dibandingkan hasilnya.
b.
Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian tidak hanya pada apotek rawat jalan melainkan juga pada apotek rawat inap.
c.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mendefinisikan tenaga kefarmasian lebih spesifik.
commit to user