PENILAIAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN STRATEGI MARKETING PT. BANK AGRO NIAGA,Tbk.
IKHWAN, HS H251090211
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis penilaian kinerja keuangan sebagai dasar penetapan strategi merketing Bank Agro Niaga Tbk, adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dari bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2012
Ikhwan, HS NRP H251090211
i
ABSTRACT IKHWAN HS. The Financial Performance Assessment as a Basic for Determination of Marketing Strategic of Bank Agro Niaga,Tbk. Under direction 0f ABDUL KOHAR IRWANTO and WILSON H. LIMBONG The research objective was to analyze the financial performance of Bank Agro Niaga with Financial Performance Ratio, Economic Value Added and Market Value Added to establish a marketing strategy. The method used in this study is the observation technique using secondary data and primary sources of documentation and literature studies. The research sample included 18 Agro is a bank branch office. The method used is non-probability sampling with judgment sampling technique. Techniques of data analysis be descriptive, and quantitative analysis by calculating manually to financial ratio analysis, EVA and MVA analysis and stock returns. While the trend analysis and forecasting using MINITAB. To use a SWOT analysis of marketing strategies. Research shows the financial performance of banks considered unhealthy unless the CAR standards comply with Bank Indonesia. EVA analysis results show the performance of the bank did not provide the economic added value to shareholders, because of lower profits derived from the value of equity issued. MVA results also show the added value that creates wealth market shareholders, where book value is less than market capitalization. Similarly, results of analysis of stock returns are not positive return for investors. The results of the bank's financial performance trend analysis showed a positive trend Unless Return on Equity (ROE) is negative. Marketing strategy formulation is an alternative choice Bank Agro is focused on future growth strategies: Diverentiated product, Cash Flow,Promotion and Brand Equity, Repositioning and Good Corporate Governance Keywords : Financial Performance Ratio, Economic Value Added, Market Value Added, Market Capitalization, Return, Diverentiated product, Cash Flow, Promotion and Brand Equity, Repositioning, Good Corporate Governance
ii
RINGKASAN IKHWAN HS. Penilaian Kinerja Keuangan Sebagai Dasar Penetapan Strategi Marketing PT. Bank Agro Niaga,Tbk. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO dan WILSON H. LIMBONG. Kondisi makro ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir telah memberikan pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 6,5% (2010). Trend pertumbuhan ini memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja Perbankan Nasional. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa yang beroperasi di Indonesia mencapai 29 Bank dari total Bank umum lainnya 122 Bank. Kondisi pasar yang semakin kompetitif, menyebabkan BUSN non devisa akan menghadapi persaingan yang sangat ketat. Secara internal Bank Agro Niaga selama lima tahun ini belum menunjukan kinerja yang baik, manajemen belum optimal menggunakan strategi sesuai dengan target pasarnya. Bank Agro terlalu berfokus pada captive market yaitu perusahaan Perkebunan Milik Negara (PTPN) Dalam perkembangannya selama ini Bank Agro belum memperluas pangsa pasarnya pada perusahaan Agrobisnis dalam skala yang lebih besar. Dari sisi pasar (customer) bank belum mampu memberikan keuntungan jangka pendek kepada konsumen, sehingga pangsa pasar bank cukup kecil dibandingkan rata-rata industrinya. Dari segi pendanaan bank kurang optimal dalam memasarkan brand kepada penerima kredit konsumsi yang jumlahnya di Indonesia semakin signifikan. Demikian juga manajemen tidak memiliki strategi pendanaan yang baik untuk mengelola potorfolionya di pasar modal, misalnya dilihat dari harga sahamnya yang kurang kompetitif. Secara umum dampak terhadap kondisi diatas mempengaruhi kinerja bank seperti total revenue sampai dengan 2010 terjadi penurunan 5,1% dibandingkan 2009 6,23%. Pertumbuhan kinerja keuangan yang negatif ini menyebabkan menurunnya sejumlah indikator financial performance ratio seperti; rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return on Assets), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio Net Interest Margin (NIM), dan Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO). Dengan indikasi pertumbuhan revenue bank negative tidak mampu
iii
menciptakan laba ekonomis atau Economic Value Added (EVA) sehingga akan mengurangi penilaian investor terhadap kinerja bank. Tujuan penelitian menganalisis pertumbuhan kinerja keuangan Bank Agro Niaga dengan menggunakan rasio keuangan FPR, EVA dan MVA. Menganalisis trend kinerja keuangan Bank Agro Niaga dalam menentukan kebijakan strategis pemasaran. Penelitian dilakukan pada Bank Agro Niaga Tbk Kantor Pusat. Metode yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan data sekunder dan primer bersumber dari laporan keuangan Bank Agro periode Desember 2007-Februari 2011. Teknik Analisa data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif dengan menghitung secara manual rasio keuangan, EVA dan MVA serta return saham. Sedangkan
analisa trend dan forecasting
menggunakan MINITAB. Untuk analisa strategi pemasaran menggunakan SWOT. Rasio keuangan Bank Agro dikategorikan tidak sehat menurut ketentuan Bank Indonesia : No.30/277/KEP/DIR
kecuali yang memenuhi persyaratan
adalah CAR dan LDR. Berdasarkan penilaian EVA bank belum mampu memberikan nilai tambah ekonomis kepada pemegang saham karena laba yang diperoleh lebih rendah dari nilai equitas yang dikeluarkan. Hasil analisis MVA menunjukan kinerja manajemen belum mampu memaksimalkan nilai tambah pasar yang dapat menciptakan kekayaan bagi shareholder. Demikian juga kinerja return saham, tidak terjadi transaksi perdagangan saham bank selama Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 sehingga tidak menghasilkan return yang positif kepada investor. Sedangkan analisa trend kinerja keuangan bank menunjukan trend yang positif kecuali trend ROA dan ROE nilai negatif. Artinya dapat diprediksi pertumbuhan kinerja keuangan bank kedepan cukup positif. Analisis strategi pemasaran dengan SWOT dihasilkan 6 jenis alternatif strategi (strategi S-O, W-O, S-T, dan W-T).
Matrik IE bank mengunakan
strategi
pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertikal. Analisis QSPM menghasilkan alternatif strategi berdasarkan urutan prioritas yaitu menciptakan variasi produk, mengelola Cash Flow, mengembangkan kerjasama promosi dan memperkuat brand equity, repositioning dan implementasi GCG
iv
.
@ Hak Cipta milik IPB,tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tampa izin IPB
v
Judul Tesis Nama NIM
: Penilaian Kinerja Keuangan Sebagai Dasar Penetapan Strategi Marketing PT.Bank Agro Niaga,Tbk : Ikhwan HS : H251090211
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc Ketua
Prof. Dr. Ir. Wilson H. Limbong, MS Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Sekretaris Dekan Sekolah Pasca Sarjana
Dr. Ir. Dahrul syah, M.Sc, A.Gr
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc
Tanggal Ujian : 14 Mei 2012
Tanggal Lulus :
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmat yang telah dilimpahkan khususnya dalam penyusunan laporan penelitian ini.Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister sains pada Program studi Ilmu Manajemen Sekolah Pasca sarjana, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor dengan judul Penilaian Kinerja Keuangan Sebagai Dasar Penetapan Strategi Marketing PT. Bank Agro Niaga,Tbk. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan penghargaan dan terimah kasih yang setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini : 1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Prof Dr. Ir.Wilson H.Limbong,MS selaku dosen pembimbing,yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam penyelesaian tesis ini. 2. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang tercinta yang memberikan dukungan dan doa. 3. Bapak Ir.Marshal selaku Direktur Utama PT.Bank Agro Niaga,Tbk telah memberikan kesempatan dan dukungan dalam penelitian ini. 4. Teman-Teman angkatan 3 Ilmu Manajemen yang memberikan dukungan dan doa. 5. Semua pihak yang membantu penulisan tesis ini yang tidak disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,tetapi penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Februari 2012
Ikhwan HS
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bima Nusa Tenggara Barat pada tanggal 27 Maret 1973. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan H. Sirajuddin dan Hj. Faturiah. Pada tahun 1985, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 02 Ngali Belo Bima, lalu melanjutkan ke sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SMP) 02 Belo Bima dan lulus tahun 1987. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bima dan lulus tahun 1991. Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Merdeka Malang Jurusan Manajemen dan lulus tahun 1996. Setelah lulus Sarjana Strata 1 penulis mengambil Kuliah Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Sekolah Tinggi manajemen dan Bisnis Ganesha Jakarta lulus tahun 2004. Tahun 2006 Penulis bekerja Pada PT.Madani Semesta Indonesia, sambil mengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Attahiriyah Jakarta dan Universitas Nasional Jakarta.
viii
RINGKASAN Kondisi makro ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir
telah
memberikan pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 6,5% (2010). Trend pertumbuhan ini memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja Perbankan Nasional. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa yang beroperasi di Indonesia mencapai 29 Bank dari total Bank umum lainnya 122 Bank. Kondisi pasar yang semakin kompetitif, menyebabkan BUSN non devisa akan menghadapi persaingan yang sangat ketat. Secara internal Bank Agro Niaga selama lima tahun ini belum menunjukan kinerja yang baik, manajemen
belum optimal menggunakan strategi sesuai
dengan target pasarnya. Bank Agro terlalu berfokus pada captive market yaitu perusahaan Perkebunan Milik Negara (PTPN) Dalam perkembangannya selama ini Bank Agro belum memperluas pangsa pasarnya pada perusahaan Agrobisnis dalam skala yang lebih besar. Dari sisi pasar (customer) bank belum mampu memberikan keuntungan jangka pendek kepada konsumen, sehingga pangsa pasar bank cukup kecil dibandingkan rata-rata industrinya. Dari segi pendanaan bank kurang optimal dalam memasarkan brand kepada penerima kredit konsumsi yang jumlahnya di Indonesia semakin signifikan. Demikian juga manajemen tidak memiliki strategi pendanaan yang baik untuk mengelola potorfolionya di pasar modal, misalnya dilihat dari harga sahamnya yang kurang kompetitif. Secara umum dampak terhadap kondisi diatas mempengaruhi kinerja bank seperti total revenue sampai dengan 2010 terjadi penurunan 5,1% dibandingkan 2009 6,23%. Pertumbuhan kinerja keuangan yang negatif ini menyebabkan menurunnya sejumlah indikator financial performance ratio seperti; rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return on Assets), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio Net Interest Margin (NIM), dan Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO). Dengan indikasi pertumbuhan revenue bank negative tidak mampu
ix
menciptakan laba ekonomis atau Economic Value Added (EVA) sehingga akan mengurangi penilaian investor terhadap kinerja bank. Tujuan penelitian menganalisis pertumbuhan kinerja keuangan Bank Agro Niaga dengan menggunakan rasio keuangan FPR, EVA dan MVA. Menganalisis trend kinerja keuangan Bank Agro Niaga dalam menentukan kebijakan strategis pemasaran. Penelitian dilakukan pada Bank Agro Niaga Tbk Kantor Pusat. Metode yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan data sekunder dan primer bersumber dari laporan keuangan Bank Agro periode Desember 2007Februari 2011. Teknik Analisa data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif dengan menghitung secara manual rasio keuangan, EVA dan MVA serta return saham. Sedangkan
analisa trend dan forecasting
menggunakan MINITAB.
Untuk analisa strategi pemasaran menggunakan SWOT. Rasio keuangan Bank Agro dikategorikan tidak sehat menurut ketentuan Bank Indonesia : No.30/277/KEP/DIR
kecuali yang memenuhi persyaratan
adalah CAR dan LDR. Berdasarkan penilaian EVA bank belum mampu memberikan nilai tambah ekonomis kepada pemegang saham karena laba yang diperoleh lebih rendah dari nilai equitas yang dikeluarkan. Hasil analisis MVA menunjukan kinerja manajemen belum mampu memaksimalkan nilai tambah pasar yang dapat menciptakan kekayaan bagi shareholder. Demikian juga kinerja return saham, tidak terjadi transaksi perdagangan saham bank selama Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 sehingga tidak menghasilkan return yang positif kepada investor. Sedangkan analisa trend kinerja keuangan bank menunjukan trend yang positif kecuali trend ROA dan ROE nilai negatif. Artinya dapat diprediksi pertumbuhan kinerja keuangan bank kedepan cukup positif. Analisis strategi pemasaran dengan SWOT dihasilkan 4 jenis alternatif strategi (strategi S-O, W-O, S-T, dan W-T).
Matrik IE bank mengunakan
strategi
pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi vertikal. Analisis QSPM menghasilkan alternatif strategi berdasarkan urutan prioritas yaitu menciptakan variasi produk, mengelola Cash Flow, mengembangkan kerjasama promosi dan memperkuat brand equity, repositioning dan implementasi GCG
.
x
xi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi xiii xiv xv
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian...................................................................... 1.2. Perumusan Masalah Penelitian .............................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 1.5. Batasan Penelitian .................................................................................
1 4 8 8 8
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank…… ............................................................................................... 2.2. Laporan Keuangan................................................................................. 2.3. Financial Performance ratio (FPR) ...................................................... 2.4. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) .............................................................. 2.5. Hasil Pengembalian Equitas (Return on Equity/ROE)......................................................................... 2.6. Return on Asset (ROA) ......................................................................... 2.7. Loan to Deposit Ratio (LDR) ............................................................... 2.8. Net Interest Margin (NIM) ................................................................... 2.9. Biaya Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO) ....................... 2.10. Konsep Economic Value Added (EVA) ............................................... 2.11. Konsep Market Value Added (MVA) .................................................. 2.12. Tingkat Pengembalian Harga Saham (Rate of Stock Return) .............. 2.13. Strategi Marketing ............................................................................... 2.14. Teori Strategi Bauran Pemasaran Jasa ( Service Marketing Mix )....... 2.15. Analisis Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) ........ 2.16. Tahapan Kerja Perumusan Strategi ...................................................... 2.17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Exsternal Factor Evaluation (EFE) Strategic Position and Action Evaluation (SPACE) .............................................................................................. 2.18. Analisis Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM)................. 2.19. Tinjauan Hasil-hasil Penelitian ............................................................ 2.20. Diagram Sebab akibat (Causal Loop Diagram) ..................................
xi
9 10 12 17 20 21 22 23 26 27 31 32 33 35 36 38
38 41 41 42
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian .............................................................................. 3.2. Penentuan Lokasi Penelitian.................................................................. 3.3. Data dan Sumber Data .......................................................................... 3.4. Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel ................... 3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 3.6. Pengolahan dan Analisis Data ..............................................................
45 49 49 49 50 50
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Wilayah Penelitian ...................................................... 4.2. Hasil Penelitian .................................................................................... 4.2.1. Kinerja Rasio CAR .................................................................... 4.2.2. Kinerja Rasio ROE ................ ................................................... 4.2.3. Kinerja Rasio ROA.................................................................... 4.2.4. Kinerja LDR ............................................................................. 4.2.5. Kinerja NIM .............................................................................. 4.2.6. Kinerja BOPO .......................................................................... 4.2.7. Analisa EVA .............................................................................. 4.2.8. Analisa MVA............................................................................. 4.2.9. Analisa Return Saham ............................................................... 4.3. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Bank Agro ..................... 4.3.1. Analisis Internal Factor Evaluation (IFE) ................................ 4.3.2. Analisis Eksternal Factor Evaluation (EFE) ............................. 4.4. Penentuan Posisi Bank Agro Niaga ..................................................... 4.5. Pemilihan Marketing Strategik Planning ............................................ 4.6. Analisa SPACE Matriks ...................................................................... 4.7. Penetapan Strategik Marketing Bank Agro Niaga ............................... 4.8. Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) .................. 4.9. Implikasi Manajerial ............................................................................
53 54 55 59 62 65 69 74 77 80 83 85 86 92 98 100 103 109 114 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 120 5.2 Saran .............................................................................................. 120 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Halaman 1 Kinerja Keuangan Bank Agro Tahun 2007 – 2011 (dalam Jutaan Rupiah) ................................................................................. 5 2 Matrik SWOT .............................................................................................. 38 3 Matrik IFE (Kekuatan) ................................................................................ 85 4 Matrik IFE (Kelemahan) ............................................................................. 88 5 Matrik EFE (Peluang).................................................................................. 91 6 Matrik EFE (Ancaman) ............................................................................... 95 7 Matriks SWOT ............................................................................................ 101 8 Matrik SPACE Analisis Kekuatan Keuangan dan Stabilitas Lingkungan Bisnis ................................................................ 102 9 Matrik SPACE Analisis Keunggulan Kompetitif dan Kekuatan Industri.................................................................................. 105
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Kinerja Keuangan Bank Non Devisa Tahun 2005 – 2010 (Jutaan Rupiah) ........................................................... 2 2 Rasio Keuangan Bank Non Devisa Tahun 2005 – 2010 (Persentase)....... 3 3 Matriks SPACE .......................................................................................... 40 4 Diagram Sebab Akibat (Causal Loop Diagram) ....................................... 44 5 Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................. 51 6 Trend Analysis CAR Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 57 7 Trend Analysis ROE Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 61 8 Trend Analysis ROA Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 64 9 Trend Analysis LDR Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 67 10 Trend Analysis NIM Desember 2007 – Februari 2011 .............................. 71 11 Trend Analysis BOPO Desember 2007 – Februari 2011............................ 75 12 Trend Analysis EVA Desember 2007 – Februari 2011.............................. 78 13 Trend Analysis MVA Desember 2007 – Februari 2011 ............................. 81 14 Trend Analysis Return Desember 2007 – Februari 2011 ........................... 84 15 Matriks Internal-External (IE) .................................................................... 98 16 Diagram Matriks SPACE Bank Agro Niaga .............................................. 107
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 2 3 4
Kuesioner Riset SWOT ............................................................................... Trend Analisa Rasio Keuangan ................................................................... Analisa Trend dengan Moving Average ...................................................... Analisa Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), SWOT, dan QSPM Bank Agro..................................... 5 Financial Performance Ratio ......................................................................
xv
129 133 142 160 165
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi makro ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 6,5% di tahun 2010. Trend pertumbuhan ini memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja Perbankan Nasional dengan terjadinya peningkatan pertumbuhan kredit sebesar 20,10%, Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 13,36%, aset naik 13,23% dan laba tumbuh sebesar 28,04%. Rasio kredit bermasalah turut mengalami penurunan sebesar 3,1%, di bawah ketentuan maksimal 5%. Demikan pula rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR) tetap pada nilai sebesar 16,44% di atas ketentuan minimum 8%. Rasio keuangan yang positif sebagai ukuran dari aktifitas sektor keuangan yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (Bank Indonesia, 2010 ) Pertumbuhan kredit Bank Non Devisa tahun 2010 sebesar 36,57% year on year (yoy), DPK meningkat sebesar 34,03%, dan pendapatan operasional tumbuh sebesar 35,19%. Rasio kredit bermasalah menurun sebesar 3,1% dibawah ketentuan maksimal 5%. Demikian juga rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio atau (CAR) terjaga pada tingkat 18,91% jauh diatas ketentuan minimum Bank Indonesia sebesar 8%. (Bank Indonesia, 2010). Menurut Bank Indonesia (2010) jumlah Bank umum swasta nasional non devisa yang beroperasi di Indonesia mencapai 29 Bank. Perkembangan Bank umum swasta nasional non devisa dalam lima tahun ini menunjukan kinerja yang positif lihat.
Kondisi pasar yang semakin kompetitif,
menyebabkan Bank umum swasta nasional non devisa menghadapi persaingan yang sangat ketat, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan pangsa pasar dalam penyaluran kredit hanya mencapai 2,48% tahun 2009 dan tahun 2010 mencapai 2,71%. Total kredit yang disalurakan mencapai Rp. 48.757 juta tahun 2010 di bandingkan tahun 2005 sebesar Rp. 16.842 juta, DPK
2
Tahun 2010 sebesar Rp. 58.950 juta dari tahun 2005 sebesar Rp. 21.970 juta. Pendapatan operasional Bank juga meningkat dari Rp.2.471 juta Tahun 2005 menjadi Rp.10.395 juta tahun 2010.
Pada Gambar 1 dapat dilihat
perkembangan kinerja keuangan Bank Non Devisa tahun 2005-2010. Kinerja Keanagn (Jutaanrupiah)
70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Kedit
16.842
19.114
23.863
27.112
35.700
48.757
DPK
21.970
24.423
30.491
33.213
43.980
58.950
2.471
4.178
5.227
6.854
7.689
10.395
Pend.Oper
Sumber : Data diolah dari laporan Bank Indonesia 2010
Gambar 1 Kinerja Keuangan Bank Non Devisa Tahun 2005-2010 (Jutaan Rupiah)
Demikian juga perkembangan rasio keuangan meningkat seperti CAR 2010 sebesar 18,91% dari 16,32% Tahun 2005.
Rasio ROA meningkat
1,82% 2010 dari 0,96% 2005. Kenaikan dua indikator ini menunjukan kinerja bank cukup positif diatas standar Bank Indonesia CAR >8% dan ROA <2%. Sedangkan kemampuan bank dalam peningkatan efisiensi operasional cukup baik, karena rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) mengalami penurunan di tahun 2010 sebesar 89,91%, dibandingkan tahun 2005 sebesar 97,48%. Sementara itu, perkembangan Loan to Deposito Ratio (LDR) cukup positif sebesar 79,11% 2010 dibandingkan 2005 sebesar 82,48%. Kecenderungan pertumbuhan rasio keuangan ini menunjukan perbankan non devisa selama lima tahun memiliki performa positif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui fungsi intermediasi
3
dalam menjalankan bisnis funding dan lending. Pada Gambar 2 dapat dilihat rasio keuangan Bank Non Devisa tahun 2005-2010.
Rasio Keuangan (%)
120 100 80 60 40 20 0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
LDR
82,48
78,26
78,26
81,66
81,17
79,11
BOPO
97,48
92,25
83,58
87,73
95,02
89,91
CAR
16,32
19,27
23,14
24,44
19,01
18,91
ROA
0,96
2,08
2,99
2,2
1,35
1,82
Sumber : Data diolah dari laporan Bank Indonesia 2010
Gambar 2 Rasio Keuangan Bank Non Devisa 2005-2010 (Persentase) Perbankan nasional dihadapkan
pada lingkungan persaingan yang
kompetitif dengan kompleksitas risiko yang tinggi, serta dipengaruhi oleh stabilitas makro ekonomi seperti pergerakan inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan krisis keuangan di negara lain. Regulasi Bank Indonesia menerapkan aturan yang ketat dalam hal menerapkan kepatuhan Good Corporate Governance (GCG), manajemen risiko, pemberian kredit kepada group usaha sendiri dan ketentuan permodalan untuk mengcover risiko yang dihadapi bank. Berbagai faktor tersebut ini,akan mempengaruhi kinerja bank (Suta, 2003). Bank Agro Niaga sebagai Bank umum swasta nasional non devisa memiliki peluang pasar
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal
menjadi market leader dalam pembiayaan sektor Agrobisnis.
Namun
demikian, Bank Agro diharapkan mampu menghadapi berbagai tantangan secara internal dan eksternal antara lain secara eksternal persaingan Bank dalam pembiayaan kredit agro bisnis semakin meningkat, ketentuan Bank Indonesia menaikan rasio permodalan, risiko pasar dan ketidakpastian situasi
4
makro ekonomi. Sementara itu
secara internal membangun tata kelola
perusahaan yang baik, kemampuan inovasi produk yang ditawarkan kepada masyarakat, pemuktahiran teknologi perbankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
kepatuhan
pengelolaan risiko, serta perluasan kantor cabang pada daerah sentra Agrobisnis. 1.2. Perumusan Masalah Secara internal
Bank Agro Niaga selama lima tahun ini belum
menunjukan kinerja yang baik karena manajemen Bank Agro Niaga belum mengoptimalkan strategi yang sesuai dengan target pasar. Bank Agro hanya berfokus pada captive market yaitu Perusahaan Perkebunan Milik Negara (PTPN) dan related captive market seperti koperasi karyawan PTPN. Dalam perkembangannya selama ini Bank Agro belum memperluas pangsa pasarnya pada perusahaan Agrobisnis dalam skala yang lebih besar. Bank Agro juga belum mampu memberikan keuntungan jangka pendek kepada konsumen dengan pelayanan transaksi yang masih terbatas melalui jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Keberhasilan bank juga ditentukan kemampuan membangun loyalitas nasabah dengan menjalankan fungsi funding secara efektif. Rendahnya kemampuan bank dalam menghimpun DPK sementara bulan Desember 2007 sebesar Rp. 2.537.446 juta, 2008 sebesar Rp. 2.163.332 juta, atau menurun
sebesar -14,74%.
Sementara itu kinerja DPK tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar Rp. 2.424.296 juta, atau sebesar 12,06% dibandingkan tahun 2008. Menurunnya DPK disebabkan pangsa pasar bank cukup kecil dibandingkan rata-rata industrinya seperti; Giro tumbuh 0,09%, Tabungan 0,02%, Deposito 0,19%, dan Kredit Modal Kerja 0,10% dan Konsumsi 0,11%. (Bank Agro Niaga 2010). Pendanaan Bank Agro kurang optimal meningkatkan dana ritel melalui berbagai produk tabungan. Selain itu, tidak memiliki kemampuan dalam memasarkan brand kepada penerima kredit konsumsi yang jumlahnya di Indonesia semakin signifikan. Demikian juga manajemen tidak memiliki
5
strategi pendanaan yang baik untuk mengelola potorfolionya di pasar modal, misalnya dilihat dari harga sahamnya yang kurang kompetitif. Persoalan managerial lainnya adalah Bank belum optimal dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance (GCG) sebagai Bank publik secara konsisten. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap tujuan perusahaan, resiko manajerial, dan kinerja dioptimalkan. Tata kelola perusahaan yang lemah di Bank Agro Niaga menjadi tantangan manajemen untuk terus diperbaiki dalam setiap keputusan bisnis terutama upaya memperbaiki pengawasan internal dan eksternal Manajemen Bank Agro Niaga tidak optimal melakukan restrukturisasi organisasi,
karyawan,
budaya
dan
identitas
perusahaan
sehingga
pertumbuhan kinerja keuangan secara keseluruhan terpengaruh seperti pendapatan bunga, pendapatan operasional lainnya, laba bersih, asset dan pertumbuhan cash flow. Net Income Bank Agro tahun 2010 sebesar Rp.14.027 juta dan tahun 2011 sebesar Rp.11.949 juta atau pertumbuhan mengalami penurunan sebesar -0,15%. Total Equity tahun 2010 sebesar Rp.278.286 juta dan tahun 2011 sebesar Rp 317.604 juta atau pertumbuhan sebesar -14,13%. Total Revenue tahun 2010 sebesar Rp.267.158 dan tahun 2011 sebesar Rp.219.850 juta atau terjadi penurunan sebesar -0,40%. Dengan kondisi kinerja keuangan Bank Agro yang mengalami penurunan, maka pihak manajemen menyetujui sebagian saham bank Agro diakuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 88,65%. Tabel 1. Kinerja Keuangan Bank Agro tahun 2007- 2011 (dalam Jutaan Rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 Net Income (Rp) 4.590 684 2.199 14.027 11.949 Pertumbuhan (%) -85,10 221,60 537,89 -0,15 Total Equity (Rp) 245.993 235.778 347.895 278.286 317.604 Pertumbuhan (%) -4,15 -47,55 -20,01 -14,13 Total Revenue (Rp) 344.706 334.006 354.824 267.158 219.850 Pertumbuhan (%) -3,10 -6,23 3,48 -0,40 Sumber : Bank Agro Niaga 2011.
Fungsi intermediasi manajemen Bank dalam penyaluran kredit (Lending) terlalu hati-hati sehingga terjadi kelebihan likuditas yang mengakibatkan penyaluran kredit perseroan kurang agresif bahkan kontraksi sebesar 2,42% tahun 2010, sedangkan pada saat yang sama rata-rata
6
pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai 10,6%. Data Bank Agro menunjukkan bahwa persetujuan kredit baru pada Desember 2009 sebesar Rp. 1.965.681, dan tahun 2010 sebesar Rp. 1.528.970 juta. Strategi penyaluran kredit perseroan di fokuskan pada usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan Usaha Kecil Menengah (UKM), sehingga rasio kredit Net Performance Loan (NPL) masih dibawah 5% dimana tahun 2009 sebesar 4,47% dan 2010 sebesar 1,84% sehingga berdampak pada menurunya pendapan bunga bank dan CAR. Perkembangan jumlah dana dengan suku bunga relatif tinggi dan tidak kompetitif yang ditawarkan Bank Agro Niaga sebesar 6,10% tahun 2010 dibandingkan rata-rata industri 6,5% cukup berpengaruh pada Return on Average Equity (ROAE). Pada sisi pendapatan kemampuan bank menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang ditanam periode 2009 negatif sebesar -4,56% dan hal yang sama juga terjadi pada imbal hasil ratarata dari kemampuan bank menghasilkan laba dari penggunaan aktiva menurun sebesar -0,43%. Kondisi eksternal juga memberatkan Bank Agro dengan diberlakukannya kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh Bank Indonesia yang tentu saja dapat mempengaruhi kinerja Loan to Deposito Ratio (LDR). Booklet Indonesia Banking (2010 ). Implikasi dari
kondisi diatas mempengaruhi kinerja Bank Agro
seperti total revenue bank sampai dengan tahun 2010 terjadi penurunan 5,1% dibandingkan tahun 2009 6,23%. Pertumbuhan kinerja keuangan yang negatif menyebabkan terjadinya penurunan sejumlah indikator financial performance ratio seperti CAR, ROA, ROE, LDR, NIM, dan BOPO. Sementara itu, pendapatan bersih Bank Agro Niaga tahun 2010 menurun sebesar 55,57% dibandingkan tahun 2009
sebesar 221,60%.
Indikasi
pertumbuhan penerimaan bank negatif mengakibatkan ketidakmampuan menciptakan Economic Value Added (EVA) sehingga akan mengurangi penilaian investor terhadap kinerja bank. Kinerja saham Bank Agro Niaga tahun 2009 menunjukan terjadi penurunan nilai dengan nila harga saham terendah sebesar
Rp.126 per
saham, harga tertinggi Rp.175 dan harga penutupan Rp. 141 dengan volume
7
perdagangan mencapai 131,142 ribu lembar. Harga saham yang rendah ini menunjukan investor kurang berminat membeli saham Bank sehingga berdampak pada penurunan Market Value Added (MVA). Hasil tiga penelitian tentang penilaian kinerja keuangan bank, salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham adalah laporan keuangan yang bagus. Investor akan menganalisis laporan keuangan tersebut dengan rasio-rasio keuangan yang lazim digunakan, untuk menganalisis posisi dan kinerja perusahaan saat ini agar dapat memprediksi kondisi perusahaan tersebut dimasa akan datang. Melihat pertumbuhan financial performance gap yang berupa perbedaan antara standarisasi kinerja keuangan bank yang sehat menurut ketentuan Bank Indonesia dengan apa yang terjadi di Bank Agro Niaga, maka terdapat indikasi terjadinya kondisi keuangan yang bermasalah (financial distress) yaitu kondisi keuangan bank dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan laba bersih negatif. Berdasarkan perumusan masalah, maka permasalahan penelitian ini adalah adalah : 1. Bagaimanakah kinerja keuangan Bank Agro Niaga dengan rendahnya pertumbuhan dana pihak ketiga dan kemampuan bank dalam penyaluran kredit ? 2. Apakah pertumbuhan kinerja keuangan bank sudah memberikan nilai tambah ekonomi dan nilai tambah pasar kepada pemegang saham? 3. Bagaimanakan proyeksi kinerja keuangan Bank Agro Niaga kedepan, dalam menentukan kebijakan strategi pemasaran ?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
8
1. Menganalisis pertumbuhan kinerja keuangan Bank Agro Niaga dengan rendahnya pertumbuhan dana pihak ketiga dan kemampuan bank dalam penyaluran kredit?. 2. Menganalisis dampak pertumbuhan kinerja keuangan bank terhadap penciptaan laba ekonomis dan nilai tambah pasar yang diberikan kepada pemegang saham?. 3. Menganalisis proyeksi kinerja keuangan Bank Agro Niaga kedepan dalam menentukan kebijakan strategis pemasaran?.
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bank Agro Niaga : informasi penting tentang model pengukuran kinerja keuangan bank yang memadukan pendekatan financial performance ratio dengan pendekatan modern (EVA/MVA) secara lebih kompherensif. Hasil kombinasi metode ini dapat di gunakan sebagai dasar pertimbangan dalam merumuskan strategi corporate marketing planning yang tepat untuk meningkatkan kinerja financial. 2. Pembaca : sebagai informasi tambahan yang dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya. 3. Investor yaitu : informasi tambahan dalam menentukan kriteria Investasi saham bank yang dapat memberikan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan (expected return). 1.5. Batasan Penelitian Kinerja keuangan bank sangat dipengaruhi oleh faktor fundamental sangat luas dan kompleks cakupannya tidak saja meliputi kondisi internal bank tetapi faktor pertumbuhan makro perekonomian diluar kendali bank seperti persaingan usaha, perdagangan
saham,
suku bunga,
inflasi,
kurs valuta asing, fluktuasi
pertumbuhan
ekonomi
dan
kebijakan
pemerintah,serta kondisi pasar global. Oleh karena itu, penelitian ini tidak mengkaji faktor fundamental yang mempengaruhi kinerja bank secara umum tetapi dibatasi pada “Penilaian kinerja keuangan dengan metode Financial Performance Ratio
9
(FPR) dengan indikator CAR, ROA, ROE , LDR, BOPO, NIM, EVA dan MVA dan bagaimanakah proyeksi kedepan terhadap kinerja keuangan bank sebagai dasar
penetapan strategi marketing Bank Agro Niaga” periode
Desember 2007 – Februari 2011. Pada penelitian ini, saham yang dimaksud adalah berbasis saham tunggal, bukan berbasis portofolio.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Menurut Taswan (2006) Bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, mendiskontokan surat berharga memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Bank merupakan lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihakpihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. (Perbankan, 2009). Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 (revisi UU No.14 tahun 1992) bahwa yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis bank berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998 terdiri atas dua kegiatan yaitu : 1. Bank Devisa yaitu bank yang memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual dan membeli, menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri misalnya Bank Mandiri dan Bank Agro Niaga. 2. Bank Non Devisa yaitu bank yang tidak memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual dan membeli, menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri misalnya Bank BPD. Pemahaman terhadap lima karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola bank adalah sebagai berikut : 1. Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan mereka yang membutuhkan dana, serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran giral.
10 2. Bank merupakan industri yang kegiatannya mengandalkan kepercayaan sehingga harus selalu menjaga kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan bank antaralain dengan memperhatikan pemeliharaan kecukupan modal, kualitas aktiva, manajemen, pencapaian profit dan likuiditas yang cukup. 3. Pengelola bank dalam melakukan kegiatannya dituntut untuk menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang cukup. Hal tersebut perlu dilakukan karena bank dalam usahanya selain menanamkan dana dalam aktiva produktif juga memberikan komitmen jasa-jasa lainnya yang menghasilkan pendapatan non bunga. 4. Bank dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari sistem moneter yang mempunyai kedudukan strategis sebagai penunjang pembangunan. 5. Secara operasional bank mempunyai ciri khas yaitu aktiva tetapnya relatif rendah, hutang jangka pendeknya lebih banyak jumlahnya dan perbandingan antara aktiva dengan
modal (financial leverage) sangat
besar (Taswan, 2006). 2.2. Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bag. 7 IAI (2009) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan termasuk jadwal dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, seperti informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Menurut Zainudin dan Hartono (1999), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Pengumuman informasi yang bernilai
11 positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu informasi tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Menurut Sharpe dan Bailey (1997), pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004), pasar modal efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Wolk dan Dodd (2000) menambahkan bahwa teori sinyal mengemukakan bagaimana perusahan memberi sinyal kepada pengguna laporan keuangan berupa informasi kinerja keuangan perusahaan. Sehubungan dengan informasi akuntansi, seseorang tidak bisa mengharapkan pasar bereaksi kecuali jika informasi tersebut berguna. Informasi yang berguna dalam konteks ini adalah informasi yang relevan dan dapat dipercaya bagi pihak yang berkepentingan. Menurut
Husnan
dan
Pudjiastuti
(2004)
untuk
menjalankan
perusahaan, manajer memerlukan pihak-pihak di luar manajemen perusahaan. Pihak tersebut antara lain investor, kreditur, pemasok, hingga pelanggan. Investor hanya akan menanamkan modal jika mereka menilai perusahaan mampu memberikan nilai tambah atas modal, lebih besar dibandingkan jika mereka menanamkannya di tempat lain. Hal tersebut diarahkan pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Kreditur di pihak lain, lebih tertarik pada kemampuan perusahaan dalam melunasi pinjaman yang mereka berikan. Pemasok dan pelanggan cenderung lebih memperhatikan kelancaran arus masuk dan keluar barang. Semua informasi tersebut dapat diketahui dari
12 laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Respon pasar terhadap perusahaan dengan demikian sangat tergantung pada sinyal yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hal tersebut jelas bahwa adanya pengukuran kinerja merupakan hal yang penting dalam hubungan antara perusahaan dengan stakeholders perusahaan. Harapan adanya penilaian kinerja dengan ROI dan EVA dapat menjadi sinyal bagi para investor untuk membuat keputusan investasi pada perusahaan yang memiliki kinerja baik. 2.3. Financial Performance Ratio (FPR) Menurut David dan Wheelen (2003) pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung bagaimana unit organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran yang akan ditetapkan pada tahap perumusan strategi dalam sebuah proses manajemen strategi harus betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa implementasi strategi. Menurut Bangun dan Vincent (2008) kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan dan
diukur dengan menggunakan data
fundamental perusahaan yaitu dari data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dimaksud sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Waluyo (2010) menambahkan bahwa salah satu gambaran yang dapat menunjukan prospek perusahaan yaitu kinerja keuangan yang baik sedangkan Umar (2002) menambahkan bahwa alat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio keuangan, tingkat kebangkrutan usaha, dan penilaian harga saham dipasar modal. Menurut Umar (2002), kinerja keuangan perusahaan dapat dianalisis dari tiga aspek yaitu : (1). Rasio keuangan yang meliputi : Rasio likuiditas, rasio efisiensi, rasio leverage, rasio profitabilitas, rasio devident payout. (2). Tingkat kebangkrutan usaha (Z skor). (3). Penilaian harga saham di pasar modal yang meliputi rasio price to earning (PER), ratio price to book value dan dividend yield.
Kasmir (2008) menambahkan rasio keuangan yang
digunakan oleh bank dan perusahaan relatif sama. Adapun rasio keuangan bank terdiri dari rasio likuiditas bank, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas.
13 Pendekatan
lain
dalam
mengukur
kinerja
keuangan
bank
menggunakan analisis CAMELS. Pendekatan ini dikenal sebagai ramburambu kesehatan bank dimana komponennya antara lain dapat mencakup aspek permodalan aktiva produktif, manajemen, profitabilitas likuiditas dan risiko pasar. Kinerja setiap bank di Indonesia biasa ditelaah dengan pendekatan “Regulatory policy “yang sudah baku (Mardiyah, 2006). Tingkat kesehatan bank diatur oleh Bank Indonesia dalam surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dan Peraturan BI Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian kesehatan bank umum, dimaana bank diwajibkan melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, perbulan dan pertahun. Menurut
Riyadi (2006),
bahwa dalam industri perbankan, alat
analisis yang digunakan untuk menilai kesehatan suatu bank berdasarkan dari indikator aspek permodalan, likuiditas, profitabilitas, kualitas asset, aspek rentabilitas
dan
manajemen.
Indikator
ini
dapat
digunakan
untuk
memprediksi kesehatan bank. Perumusan faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Aspek Permodalan : Penilaian aspek permodalan bank dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhanya. CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum berdasarkan jumlah modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Berdasarkan ketentuan API modal yang harus dimiliki bank minimum 100 milyar atau >8%. b. Aspek Kualitas asset : Aspek ini menunjukan kualitas asset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit investasi dana bank pada portfolio yang berbeda. Setiap penanaman modal bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan nilai kolektibilitasnya. Aktiva produktif merupakan sumber pendapatan utama bank. KAP merupakan ketentuan untuk menetapkan kolektibilitas kredit berdasarkan tingkat kelancaran baik pembayaran pokok maupun bunga
14 serta surat berharga. Penilaian didasarkan dua hal yakni rasio aktiva produktif yang diklasifikasi terhadap aktiva produktif serta rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk. c. Likuiditas : Menggambarkan ukuran kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat-alat likuid yang dimilikinya. Alat likuid yang dimaksud adalah uang kas di bank atau rekening giro yang disimpan di BI. d. Aspek Rentabilitas : Dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank untuk menetapkan harga yang mampu menutup seluruh biaya. Laba yang dihasilkan secara stabil akan memberikan nilai tambah kepada bank. e. Aspek Manajemen : Kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan operasinya kedalam maupun keluar. Pengendalian operasi yang baik memiliki sistem dan prosedur yang jelas didukung dengan kualitas SDM, kepemimpinan profesional, ketersediaan teknologi atau penerapan Good Corporate Governance (GCG) meliputi; transparan, akuntabilitas, pertanggung jawaban, independensi dan kewajaran. f. Profitabilitas : Menggambarkan ukuran-ukuran profitabilitas dari aset-aset berisiko yang dimiliki bank dalam menghasilkan keuntungan. Peraturan tentang kesehatan bank diharapkan perbakan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak merugikan masyarakat. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Demikian juga halnya dengan kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam bank seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen. Metode yang sering digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah financial ratio yang dianalisis dari laporan keuangan perusahaan. Analisa rasio keuangan dapat dilakukan dengan menghitung beberapa macam
15 rasio. Menurut Weston
dan
Bringham (2005), mengelompokkan rasio
keuangan dalam enam kelompok yaitu likuiditas ratio, coverage ratio, asset activity ratio, leverage ratio, coverage ratio, profitability ratio dan market value ratio. Penggunaan financial ratio sangat penting terutama dalam analisis fundamental. Analisis ini mencakup keadaan fundamental dari perusahaan yang dianalisis, perbandingan antar industri dan mengukur kekuatan dan kelemahannya. Keown dan Scott (2004), selanjutnya terdapat dua cara untuk membandingkan data keuangan perusahaan yakni; 1. Analisa trend yaitu membandingkan financial ratio antar waktu, 2. Analisa komparatif, membandingkan financial ratio suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Menurut Usman dan Bahtiar (2003) analisa rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan financial dan posisi financial perusahaan. Analisa rasio keuangan sebagai analisis interen bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna menetapkan perencanaan akan datang dan juga untuk analisis eksteren bagi kreditor dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan. Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasar. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mampu mengidentifikasi area yang bermasalah untuk dianalisis lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting sebagai dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing masing komponen yang membentuk rasio. Alat ini sangat bermanfaat bila berorientasi kedepan (Subramanyam dan Halsey, 2005). Menurut Emry & Finnerty (1991) analisis rasio keuangan mencakup metode perhitungan dan interpretasi angka rasio untuk melihat performace perusahaan atau bank. Tipe perbandingan angka rasio keuangan terdiri atas 3 (tiga) jenis :
16 a. Analisa Cross Section : Membandingkan perusahaan atau bank yang berbeda pada satu waktu yang sama, termasuk membandingkan rasio satu perusahaan terhadap perusahaan lain maupun membandingkan rasio perusahaan terhadap industry atau rata-rata industri. b. Analisa Time Series : Evaluasi performance keuangan perusahaan dari satu waktu kewaktu lain dengan menggunakan analisa rasio. c. Analisa kombinasi : Menggunakan analisa yang menggabungkan antara cross section dan time series. Analisa yang dilakukan terhadap rasio keuangan memiliki berbagai keunggulan serta keterbatasan dibandingkan dengan teknik analisis lainnya. Menurut Harahap dan Syafri (2001) tujuh keunggulan analisa rasio yaitu: (1) Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan, (2) Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit, (3) Mengetahui posisi perusahaan ditengah industry lain, (4) Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model pengambilan keputusan dan model prediksi; (5) Menstandarisir size perusahaan, (6) Melihat perkembangan perusahaan secara periodik, (7) Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa akan datang. Menurut Harahap (1999), bahwa analisa rasio keuangan juga memiliki keterbatasan yang perlu diperhatikan pada saat penggunaannya antara lain : (1) Kesulitan memilih rasio yang tepat dan dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya, (2). Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan dalam menggunakan rasio (3) Tidak tersedianya data untuk menghitung rasio, (4) Perbedaan teknik atau standar akuntansi yang digunakan dari setiap perusahaan yang dianalisis. Lima (5) aspek kunci yang sangat menentukan tingkat kinerja suatu bank mencakup aspek yaitu permodalan, Kualitas Aktiva Produktif (KAP), manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan Sensitivity to Market Menurut Nirmalawati (2001) analisis kinerja keuangan bank dapat menggunakan beberapa rasio penting untuk mengevaluasi pencapaian kinerja keuangan bank dari waktu ke waktu adalah CAR, ROE, ROA, LDR, NPL, dan NIM. Rasio keuangan dirancang untuk membantu dan menilai kesehatan
17 suatu bank dan membantu kita mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan bank jika dibandingkan dengan angka pembanding yang dijadikan standar. Metode analisis rasio yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam laporan keuangan seperti neraca, laporan perubahan modal dan rugi/laba. 2.4.
Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) Modal merupakan motor penggerak bagi kegiatan usaha bank, sehingga besar kecilnya modal sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Kemampuan modal sedikit maka kapasitas usaha bank menjadi terbatas, mengingat modal merupakan ”proxi” dari pada kemampuan bank untuk mengcover risiko-risiko usaha yang dihadapi. Bank dengan modal sedikit tentunya akan mengalami kesulitan untuk memiliki kegiatan usaha yang sangat bervariasi atau memiliki risiko tinggi. The New Based Accord II Bank Indonesia menegaskan bahwa jumlah modal bank harus sesuai dengan risiko yang dihadapi oleh bank sehingga memungkinkan bank tersebut untuk mengkover risikonya dengan baik. Modal sebesar Rp. 100 miliar merupakan syarat minimum yang diperlukan untuk mengakomodir risiko-risiko yang dihadapi oleh bank, baik itu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas maupun risiko lainnya. Selain itu, dengan modal Rp. 100 milyar memungkinkan bank untuk meningkatkan skala usahanya secara efisien maupun memperbaiki ”skill Level” sumber daya manusia. Konsekuensinya bank akan mampu bersaing dengan bank lainnya dari segi efisiensi dan pelayanan (Suyono, 2005). Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva tertimbang menurut risikonya (ATMR) dan digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan modal bank. Tingkat kemampuan modal yang dimiliki bank, maka pihak Direksi dapat mengantisipasi dan meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko dalam penyaluran pembiayaan dan perdagangan surat-surat berharga. Dasar pertimbangan semakin tinggi rasio CAR maka kemampuan bank tersebut untuk bertahan dari pengaruh gejolak pasar akan semakin baik dan dapat
18 menjamin keamanan dana pihak ketiga yang terhimpun apabila terjadi kerugian pada bank itu sendiri. Beberapa teori permodalan bank memberikan pedoman dalam pengambilan keputusan manajemen bank, bahwa standar kecukupan modal hanya diperlukan untuk menjamin keunikan pelayanan bank, melindungi bank dari kegagalan (risiko) serta menjamin keberlanjutan bank. Investor tidak melihat CAR sebagai parameter satu-satunya untuk membeli saham, maka kedua pendapat berbeda diatas dapat diterima sebagai persyaratan teori dalam penelitian ini. Menurut Lukas (1999) modal adalah sejumlah dana yang ditanamkan kedalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena kerugian ataupun berkembang karena keuntungan yang diperolehnya. Rasio keuangan untuk mengukur permodalan adalah CAR. Modal bagi bank berfungsi sebagai ; a) Ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan b) Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya c) Alat pengukur besar kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham d) Modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi. Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap komponen sebagai berikut : a) Kecukupan, komposisi, dan proyeksi permodalan serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover asset bermasalah b) Kemampuan bank dalam memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.
19 Modal sendiri adalah total modal yang berasal dari perusahaan (bank) yang terdiri dari modal disetor, laba tak dibagi dan cadangan yang dibentuk bank. Sedangkan ATMR adalah merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dan ATMR aktiva administratif. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalihkan nilai nominal aktiva dengan bobot risiko. ATMR aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalihkan nilai nominalnya dengan bobot risiko aktiva administrative (Manullang,
2002). Semakin
likuid, aktiva risikonya nol dan semakin tidak likuid bobot risikonya 100, sehingga risiko berkisar antara (0 - 100%). Total aset yang lazim digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah dari asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan suratsurat berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang, penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan dalam Call Money atau Money Market), dan penempatan dalam bentuk kredit (kredit konsumtif maupun produktif baik kepada perorangan maupun institusi atau perusahaan). CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jika terjadi likuidasi dan sebagai perbandingan antara modal dengan ATMR. Standar minimum CAR berdasarkan keputusan Bank Indonesia sebesar 8%. Semakin besar rasio CAR semakin kecil kemungkinan suatu bank mengalami kebangkrutan (Sucianty dan Naomi, 2009). CAR menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi dibidang perkreditan. Dalam prakteknya perhitungan CAR oleh Bank Indonesia disebut kewajiban penyediaan modal minimum bank (KPMM). Petunjuk mengenai hal ini diatur dasar-dasarnya oleh BI melalui pasal 13 dan 20 pada PBI No.10/15/PBI/2008. Modal bagi bank yang berkator pusat di Indonesia terdiri dari modal inti, modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan, setelah menghitung faktor-faktor tertentu yang menjadi pengurang modal. Adapun ketentuan Bank Indonesia tentang faktor-faktor tertentu yang menjadi pengurangan modal sebagaimana diatur dalam pasal 20 PBI Nomor 10/15/PBI/2008 terdiri dari ; ATMR untuk risiko kredit, ATMR untuk risiko
20 operasional dan ATMR untuk risiko pasar. ATMR dihitung dari aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrasi terhadap masing masing-masing pos dalam aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya pada kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu atau golongan nasabah atau agunan (Dunil, 2005). Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio /CAR) Total Modal Bank
________________________
X 100%
………………………...……… 1
ATMR 2.5. Hasil Pengembalian Equitas (Return on Equity/ROE) Menurut Riyadi (2006), Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank. Rasio ini menunjukan % (persentase) yang dapat dihasilkan. Menurut Sambas (2009) ROE adalah rasio yang mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan bersih dikaitkan dengan pembayaran deviden. Semakin besar rasio ini maka makin besar laba bersih bank yang bersangkutan, selanjutnya akan menaikan harga saham bank dan semakin besar pula dividen yang diterima investor. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Menurut ketentuan BI, rasio ROE berkisar antara (5 % -7,50%). Menurut Berger dalam Kuncoro (2002), bank dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengelola dana masyakat maupun dalam penyaluran dana tersebut kepada investor yang membutuhkan modal usaha. Keuntungan maksimum diperoleh apabila adanya efisiensi biaya, penambahan dana yang disalurkan, suku bunga lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah serta keamanan dan kesehatan bank meningkat. Hasil Pengembalian Equitas (Return on Equity/ROE dan BOPO) ROE : Return on Equity = Laba Bersih
___________________
Modal Sendiri
X 100% …………………………….……… 2
21
2.6. Return on Assets (ROA) Menurut Siamat (2005) Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan yang diperoleh bank dari penggunaan aktiva. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asset. Aset terdiri dari aset produktif dan aset tidak produktif, bila yang dominan aset produktif maka perubahan laba akan tinggi namun bila yang dominan aset tidak produktif perubahan laba akan rendah. Laba yangdiperhitungkan adalah laba setelah pajak atau Earning After Tax (EAT). ROA yang semakin besar menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik karena return semakin besar. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total aset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Total aset yang digunakan untuk mengukur ROA adalah jumlah keseluruhan dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat (Siamat, 2005). Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh bank dari penggunaan aktiva. ROA menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengahasilkan pendapatan dari pengelolaan asset yang dimiliki (Riyadi, 2006). Sambas (2009) menambahkan, ROA yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank secara keseluruhan. Semakin besar rasio ini, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, sehingga kemungkinan bank berada dalam kondisi yang bermasalah semakin kecil.
22 Menurut kriteria Bank Indonesia secara rata-rata bank umum tergolong sehat kalau rasio ROA < 2. Return on Assets (ROA) Laba Sebelum Pajak
__________________________
X 100%
…………… 3
Rata-Rata Total Aktiva 2.7. Loan to Deposit Ratio (LDR) Menurut Kasmir (2008) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Rasio LDR juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank apabila kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah membatasi rasio antara kredit dibandingkan dengan simpanan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya LDR adalah rendahnya tingkat pencairan (credit disbursement) dibandingkan dengan fasilitas pinjaman yang telah disepakati (credit approval). Menurut Kasmir (2008), batas aman LDR menurut peraturan pemerintah adalah 110%. Para praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85% - 100% atau batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110%. Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasional atau kegiatan usahanya Unsur–unsur LDR adalah : 1. Total Loans adalah semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan bank termasuk kantornya di luar negeri, kepada pihak ketiga bukan bank baik di dalam maupun di luar negeri.
23 2. Total Deposit adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berupa: (1) Giro, yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran, dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana
pembayaran
lainnya,
atau
dengan
pemindah
bukuan.
(2) Deposito Berjangka, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan, (3) Sertifikat deposito, yaitu deposito berjangka
yang
bukti
penyimpanannya
dapat
diperdagangkan,
(4) Tabungan, yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan. Bank harus tetap menjaga LDR apabila memperoleh lDR optimum karena berpengaruh terhadap Earning After Tax (EAT) dan sangat bergantung pada manajemen bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) Total Kredit
________________________________
X 100%
…………… 4
Dana Pihak Ketiga 2.8. Net Interest Margin (NIM) Teori keuangan
menyatakan bahwa Net Interest Margin (NIM)
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar perubahan NIM suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank (ROA) yang diperoleh bank, berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika perubahan NIM semakin kecil, profitabilitas bank (ROA) juga akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja NIM sangat sedikit berhubungan dengan return saham, karena justru lebih cenderung mempengaruhi ROA. Temuan ini semakin memperkuat landasan teori keuangan bahwa dalam menilai kinerja bank diperlukan analisis variabel-variabel lain diluar kinerja keuangan.
24 Saat
ini
perbankan
Indonesia
secara
umum
masih
sangat
mengandalkan Interest Margin yaitu perbedaan antara biaya dana yang harus dikeluarkan bank untuk dana yang berhasil dikumpulkannya dari masyarakat (source of fund) dengan keuntungan bunga yang diperoleh bank dari kegiatan penyaluran dana (Use of Fund) misalnya dari aktiva produktif bank. Interest Margin pun akan tinggi jika biaya dana bank adalah rendah misalnya dengan menekan tingkat suku bunga simpanan, namun keuntungan bank tinggi misalnya dengan tingkat suku bunga pinjaman tinggi. Prilaku penetapan harga jual (tingkat suku bunga rata-rata dari penyaluran dana) yang tinggi dengan menekan biaya produksi (cost of fund) serendah-rendahnya merupakan prilaku bisnis yang bisa diterima untuk lembaga yang profit oriented. NIM merupakan perbandingan antara net interest income dengan earning assets atau selisih antara suku bunga pinjaman dan suku bunga dana. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets. Rasio keempat dari rasio profitabilitas bank adalah NIM yaitu rasio antara pendapatan bunga bersih terhadap jumlah kredit yang diberikan (outstanding credit). Pendapatan bunga bersih diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dkurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. Sumber dana bank terdiri dari 3 jenis yaitu: (1) dana dari pihak 1 (modal sendiri), (2) Dana pihak kedua (pinjaman dari bank-bank lain), dan (3) Dana dari pihak ketiga (dana dari masyarakat). Dana dari masyarakat dikelompokkan dalam 3 jenis: (1) Giro, (2) Tabungan atau simpanan harian, (3). Deposito berjangka. Giro yang diterima dari masyarakat adalah dana dari suatu lembaga (baik pemerintah maupun swasta), dimana penarikannya dengan menggunakan cek yang dikeluarkan oleh bank. Tabungan atau simpanan harian merupakan dana yang diperoleh dari masyarakat dimana pengambilannya dapat dilakukan setiap saat selaina saldo mencukupi. Penarikan tabungan bisa dilakukan di tempat maupun menggunakan ATM
25 (Automatic Teller Machine atau sering diterjemahkan sebagai Anjungan Tunai Mandiri). Giro dikelompokkan sebagai demand deposit dan tabungan sebagai saving deposit. Sedangkan deposito berjangka pada awalnya dikelompokkan dalam 5 jenis yaitu: (1) Deposito satu bulan, (2) Deposito tiga bulan, (3) Deposito 6 bulan, (4) Deposito 12 bulan, dan (5) Deposito 24 bulan. Namun sejak 1998 deposito 24 bulan tidak diperkenankan lagi oleh bank sentral. Rasio Net Interest Margin dapat dihitung sebagai berikut (Muljono 1999). Menurut peraturan BI Nomor 7/2/PBI/2005 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum yang dimaksud aktiva produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan Akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan perjanjian jual beli, tagihan derivative, penyertaan, transaksi rekening administrasi, serta bentuk penyediaan dana lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Selain menjaga kualitas aktiva produktifnya, untuk menjaga posisi NIM perlu memperhatikan perubahan suku bunga. Dalam mencapai keuntungan maksimal selalu ada risiko yang sepadan, semakin tinggi keuntungannya semakin besar risiko yang dihadapi. Peningkatan keuntungan dalam kaitannya dengan NIM yaitu selisih pendapatan bunga dengan biaya bunga (Januarti dan Indira 2002). Lebih lanjut Sambas (2009), menjelaskan NIM adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam mengelola aktiva produktifnya. Pendapatan operasional bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga. Makin besar rasio NIM semakin meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank. Menurut peraturan BI rasio NIM adalah >10%. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Income _________________________ Rata-Rata Aktiva Produktif
X 100% …………………………………… 5
26
2.9. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Menurut Sambas (2009) Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi. Riyadi (2006), menambahkan BOPO adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar rasio BOPO semakin tidak efisien bank. Selanjutnya Sambas (2009), menjelaskan rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin kecil. Menurut Peraturan BI, tingkat efisiensi yang cukup baik berkisar antara 94%-96% (kurang dari 100%).
Semakin rendah BOPO berarti
semakin efisien biaya maka keuntungan yang diperoleh bank semakin besar. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Sebaliknya, semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio BOPO yang merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya). Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin
27 efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat (termasuk BBO dan Take Over) rasio BOPO nya lebih dari 1 Secara matematis (Muljono, 1999). BOPO : Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional Biaya Operasional
______________________________
X 100%
…………… 6
Pendapatan Operasional 2.10. Konsep EVA (Economic Value Added) Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993 oleh suatu perusahaan konsultan manajemen yaitu Stern Steward & Co, dan telah diadopsi oleh lebih dari 300 klien perusahaan konsultan manajemen tersebut termasuk perusahaan-perusahaan multinasional seperti Coca-Cola dan Simens. Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang tradisional, EVA mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. Menurut David & O’Byrne (2001), bahwa EVA mengukur perbedaan, dalam pengertian keuangan antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal. EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya atau True Economic Profit suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat berbeda jika dibandingkan dengan laba akuntansi. Menurut Dierks & Patel dalam Kusnan (2007), mendefinisikan EVA sebagai
suatu
bentuk
pengukuran
kinerja
keuangan
dengan
mengkombinasikan antara konsep umum pendapatan bersih dengan prinsipprinsip yang ada pada keuangan modern dimana secara khusus menyatakan bahwa seluruh modal menghasilkan biaya dan pendapatan yang melebihi biaya modal akan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Menurut Utama (1997), memberikan rumusan EVA secara sederhana dan digambarkan sebagai berikut : EVA = Laba bersih setelah pajak – Biaya modal atas ekuitas. Berdasarkan rumusan di atas, EVA ditentukan atas dua
28 hal, yaitu sebagai berikut
(1)
Laba bersih yang menggambarkan hasil
penciptaan nilai didalam perusahaan (2) Tingkat biaya modal atas ekuitas. Husnan dan Pudjiastuti (2004), mengatakan “EVA menunjukan ukuran yang baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan”. Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. EVA merupakan tujuan untuk meningkatkan nilai (value) dari modal (capital) yang investor atau pemegang saham telah tanamkan dalam operasi usaha. EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax/NOPAT) dikurangi dengan biaya modal (cost of capital) 2. Biaya modal perusahaan merupakan biaya tertimbang modal (Weighted Averaga Cost of Capital) untuk utang dan ekuitas yang digunakan oleh perusahaan. 3. Apabila perusahaan memiliki EVA yang positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen dan perusahaan tersebut telah menciptkan nilai (creating value). Sebaliknya, apabila nilai EVA negatif, dinamakan Destroying Value. 4. Biaya modal dan ekuitas dapat juga diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut. EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan yang mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Tunggal, 2001). EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham. Menurut Anthony & Govindarajan (2002), Economic Value Added (EVA) merupakan jumlah uang bukan rasio yang diperoleh dengan mengurangkan beban modal (Capital charge) dari laba bersih operasi (net operating profit). Tunggal (2001) menambahkan metode EVA di Indonesia dikenal dengan metode nilai tambah ekonomi (NITAMI) merupakan sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan
29 yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua upaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of equity). Net Operating Profit After Tax (NOPAT) NOPAT = EAT + Biaya Bunga
…………… 7
Invested Capital Invested Capital = Total utang dan Equitas – Pinjaman Jangka Pendek Tanpa bunga ……………8 Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang dengan Pendekatan Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC = [ (D*rd) (1-Tax)+(E* re)]
....................9
5. Perhitungan Capital Charges Capital Charges = Invested Capital * WACC
…………...10
6. Perhitungan Economic Value Added (EVA) EVA = NOPAT – Capital Charges
……………11
Keterangan : Tingkat Modal dari Utang : Total Utang
_____________________________
X 100% Total utang dan Equitas
……………12
Cost of Debt (rd) : Beban Bunga _________________
X 100%
……………13
Total Utang Cost of Equity (re) : Laba Bersih Setelah pajak ______________________________ X
100%
..…………. 14
Total Equitas Total Modal dari Equitas (E) : Total Equitas
_______________________________
Total Utang dan Equitas
X 100%
....................15
30 Tingkat Pajak (Tax) : Beban Pajak
_________________________________
X 100 %
....................16
Laba Bersih setelah Pajak Terdapat beberapa manfaat EVA yang diperoleh perusahaan menurut Tunggal (2001), yaitu ; (1) merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tampa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan industri sejenis, (2) dapat digunakan untuk memprediksi (trend) kondisi keuangan perusahaan, (3) Hasil perhitungan EVA mendorong perusahaan mengalokasikan dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah, (4) pengukuran penting untuk menilai perusahaan dalam kondisi financial distress (kondisi bermasalah), (5) menilai perusahaan tidak memperoleh profit diatas required of return maka EVA negatif dan menjadi warning bagi perusahaan ada potensi terjadinya financial distress. Nilai EVA yang dihasilkan dari perhitungan EVA sangat membantu dalam pertimbangan keputusan manajemen. EVA dapat bernilai positif, negatif dan nol, yang artinya adalah sebagai berikut: 1. EVA > 0 (positif) berarti menambah nilai bisnis perusahaan. Dalam hal ini karyawan berhak mendapat bonus, kreditur berhak mendapat bunga, dan pemegang saham mendapatkan pengembalian yang sama atau lebih dari yang investasi yang ditanamkan pada perusahaan. 2. EVA = 0 berarti secara ekonomis ”impas” karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham, sehingga karyawan dalam hal ini tidak mendapatkan bonus. 3. EVA < 0 (negatif) berarti tidak memberikan nilai tambah pada perusahaan tersebut karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan penyandang dana. Dalam hal ini karyawan tidak mendapatkan bonus, tetapi kreditur tetap mendapatkan bunga, namun
31 pemegang saham tidak mendapatkan pengembalian yang sepadan dengan yang ditanamkan.
2.11. Konsep Market Value Added (MVA) Menurut Steward dalam Rahayu dan Mariana (2007) Market Value added (MVA) suatu pengukuran kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. Kekayaan atau pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah jika MVA bertambah.
Peningkatan MVA dapat dilakukan dengan cara
meningkatkan EVA yang merupakan pengukuran
internal kinerja
operasional tahunan, dengan demikian EVA mempunyai hubungan yang kuat dengan MVA. Salah satu tolak ukur kinerja adalah nilai tambah pasar (market value added) yang merupakan perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Menurut O’Byrne dan Young (2001) indikator yang digunakan untuk mengukur MVA yaitu : 1.
MVA > 0, bernilai positif, perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana,
2.
MVA < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai modal yang telah di investasikan oleh penyandang dana. Persamaan dari MVA, sebagai berikut : MVA = (Nilai pasar – Nilai nominal per lembar saham)* Jumlah saham
………………………………………………………..… 17
MVA dapat digunakan untuk menjelaskan return saham secara crossectional sebagai ukuran relatif terhadap penelitian saham. Tiga alasan yang mendasari bahwa MVA dapat digunakan sebagai explanatory terhadap return adalah sebagai berikut (O’Byrne and Young, 2001): a.
MVA adalah proxy untuk risiko
yang akan mempengaruhi
keseimbangan return yang diharapkan. b.
MVA yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan telah menginvestasikan modalnya secara tidak efektif di masa lalu namun
32 akan mencapai pertumbuhan di atas rata-rata di masa mendatang. Perusahaan dapat meningkatkan nilai pasar sahamnya dengan mengembangkan perubahan strategi yang mendukung, misalnya dengan melakukan akuisisi terhadap perusahaan lain. c.
Pasar temporarily memberikan penilaian yang rendah terhadap nilai pasar perusahaan berdampak pada MVA yang rendah. MVA yang rendah seharusnya memperoleh return yang besar di masa mendatang. Nilai MVA yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai bagi para pemegang saham, sebaliknya MVA yang negatif menandakan bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan nilai bagi para pemegang saham.
2.12. Tingkat Pengembalian Harga Saham (Rate of Stock Return) Menurut Wahyudi (2003) Rate of Stock Retunr (ROSR) yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham (dalam bentuk deviden), (2) Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dan harga saham pada saat penjualan. Return saham adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang dilakukannya dan memiliki dua komponen yaitu current income dan capital gain. Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil kinerja fundamental perusahaan. Capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital gain suatu saham akan positif apabila harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya. Anggapan bahwa dengan menggunakan beragam jenis analisis teknikal yang dikombinasikan satu sama lain disertai juga dengan analisis fundamental yang paling up to date akan menghasilkan keputusan yang tepat atau setidaknya mendekati. Namun kenyataannya pergerakan pasar yang selalu dinamis tetap sulit diprediksi secara tepat. Oleh karena itu model-model analisis tersebut harus
33 ditempatkan sebagai fungsi alat bantu pengambilan keputusan (Jugianto, 2003). Kinerja suatu saham dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk alat pengukur efisiensi perusahaan. Harga saham yang
merefleksikan
seluruh informasi mengenai perusahaan di masa lalu, sekarang dan yang akan datang, maka kenaikan harga saham dapat dianggap sebagai indikasi perusahaan yang efisien. Pengertian return saham dalam penelitian ini sama dengan capital gain, karena belum ada pembagian dividen, dihitung dengan cara menjumlahkan perubahan harga suatu saham secara bulanan pada periode pengamatan. Mengetahui adanya perubahan harga saham dapat diketahui dengan menghitung return saham.
Return saham merupakan return yang
sesungguhnya terjadi pada waktu ke –t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. ROSR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Rt =
Pt – Pt – 1 ______________________
.................... 18
Pt Dalam hal ini: Rt
= Tingkat pengembalian saham periode t (Return of stock exchange)
Pt
= Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t-1
2.13. Strategi Marketing Menurut Kasmir (2004), pemasaran bank suatu proses untuk menciptakan dan mempertukarkan produk atau jasa bank yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dengan cara memberikan kepuasan. Persaingan yang semakin ketat dalam pemasaran produk dan jasa perbankan perlu adanya strategi pemasaran untuk mempertahankan pelanggan dan mendapatkan pelanggan baru.
34
Menurut
Majid (2008), Strategi pemasaran adalah pengambilan
keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan. Kuncoro (2006) menambahkan, strategi pemasaran untuk
mencapai
tujuan
yaitu
langkah-langkah
segmentasi
pasar,
menetapkan posisi pasar, menetapkan strategi menembus pasar dan mengembangkan strategi bauran pemasaran. Dalam perkembangan pemasaran moderen menjelaskan strategi pemasaran adalah logika pemasaran
dimana
unit
bisnis
berharap
untuk
pemasarannya (Kottler dan Amstrong 2008).
mencapai
tujuan
Strategi pemasaran dapat
dideskripsikan melalui tiga aspek penting : 1. Segmentasi adalah upaya membagi pasar dalam kelompok pembeli yang berbeda yang mempunyai kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang berbeda dan yang mungkin memerlukan produk atau program pemasaran terpisah. 2. Targeting adalah proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan memilih satu atau lebih jumlah segmen yang dimasuki. 3. Positioning adalah pengaturan suatu produk untuk menduduki tempat yang jelas, berbeda dan diinginkan, relatif terhadap produk pesaing dalam pikiran konsumen sasaran. Dalam
strategi
pemasaran
ada
tiga
faktor
utama
yang
menyebabkan terjadinya perubahan strategi yaitu 1. Daur hidup produk Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap perkenalan,
tahap
pertumbuhan,
tahap
kedewasaan
dan
tahap
kemunduran 2. Posisi persaingan perusahaan di pasar Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam persaingan apakah memimpin, menantang, mengikuti atau mengambil sebagian kecil dari pasar. 3. Situasi ekonomi
35 Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan situasi ekonomi dan pandangan kedepan, apakah situasi ekonomi dalam keadaan makmur atau inflasi tinggi. 2.14. Teori Strategi Bauran Pemasaran Jasa (Service Marketing Mix) Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan komponen-komponen pemasaran yang dimanfaatkan oleh manajemen didalam kegiatan penjualan. Pembahasan penerapan bauran pemasaran pada produk dan jasa perbankan Menurut Kertajaya (1997) bauran pemasaran terdiri dari : 1. 4A (assortment, affordable, available, announcement) 2. 4B (best, bargaining, buffer-stocking, bombarding) 3. 4P (product, price, place, promotion) 4. 4V (variety, value, venue, voice) 5. 4C (customer solution, cost, convience, communication) Penjelasan lebih lengkap dikemukakan
Edratna (2007), dapat
dilihat sebagai berikut : 1. Produk, yang penting diperhatikan dalam desain dan produk jasa bank adalah atribut yang menyertai, seperti : sistem, prosedur dan pelayanannya. Desain produk dan jasa bank juga memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan ukuran bentuk dan kualitas. Produk dana bank terdiri dari Giro, tabungan, deposito, kredit produktif, dan konsumtif. 2. Harga, pengertian harga dalam produk dan jasa bank, berupa kontra prestasi dalam bentuk suku bunga,baik untuk produk simpanan maupun pinjaman, serta fee untuk jasa-jasa perbankan. 3. Promosi, kegiatan promosi pada produk dan jasa bank pada umumnya dilakukan melalui iklan di media masa atau televisi. Konsep kegiatan promosi secara menyeluruh meliputi advertising, sales promotion, public relation, sales trainning, marketing research & development. 4. Tempat, atau disebut juga saluran distribusi,saluran distribusi produk dan jasa bank, berupa kantor cabang yang secara langsung menyediakan produk dan jasa yang ditawarkan. Semakin majunya teknologi saluran
36 distribusi dapat dilakukan melalui telekomunikasi seperti telepon dan jaringan internet. 5. Orang, ciri bisnis bank adalah dominanya unsur personnal approach baik dari jajaran front office, back office sampai tingkat manajerial. Karyawan bank dituntut melayani nasabah secara optimal. 6. Proses, meliputi sistem dan prosedur, termasuk persyaratan ataupun ketentuan yang diberlakukan oleh bank terhadap produk dan jasa bank. Sistem dan prosedur akan merefleksikan penilaian apakah pelayanan cepat atau lambat. Pada umumnya nasabah menyenangi proses yang cepat, walaupun bagi bank akan menimbulkan risiko yang paling tinggi. Penggunaan teknologi dapat membantu memberikan pelayanan yang efektif dan efisien. 7. Pelayanan Pelanggan, bank perlu menambah atau meningkatkan kapasitas servis dalam rangka memberikan nilai tambah (value added) sesuai apa yang dibutuhkan oleh nasabah. 2.15. Analisis Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) Menurut
Rangkuti
(2005)
Analisis
Strengths-Weaknesses-
Opportunities-Threats (SWOT) merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek bisnis dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT merupakan singkatan dari ”Kekuatan (Strenghts), Kelemahan (Weaknesses), Kesempatan (Opportunity), dan Ancaman (Threats). Teknik ini pertama kali dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset Universitas Stanford pada tahun 1960-1970-an. Sedangkan tujuan analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang terlibat sebagai input untuk perancangan proses sehingga proses yang dirancang dapat berjalan secara efisien, efektif dan optimal.
37 Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan faktor-faktor penting yang akan membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (kekuatan-peluang atau strenghts-opportunities), WO (kelemahan-peluang atau weakness-opportunities), ST (kekuatan-ancaman atau strengths-threats) dan WT (kelemahan-ancaman atau weaknesses-threats) (Hubeis dan Najib 2008). Penjabaran matriks SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan : 1. Strategi SO adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada. 2. Strategi WO adalah strategi yang digunakan perusahaan yang seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan yang ada untuk memanfaatkan berbagai peluang. 3. Strategi ST adalah strategi yang digunakan oleh perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi berbagai ancaman yang mungkin melingkupi perusahaan. 4. Strategi WT adalah strategi untuk mengurangi kelemahan guna meminimalisir ancaman yang ada. Matriks SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktorfaktor strategi perusahaan yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi Seperti dijelaskan pada Tabel 2.
38 Tabel 2 Matrik SWOT IFAS EFAS OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal
TREATHS (T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal
STRENGHT (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2005
2.16. Tahapan Kerja Perumusan Strategi Data dan informasi yang digunakan untuk merumuskan strategi yang kompherensif menurut Hubeis dan Najib (2008), adalah : 1.
Tahap input : untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam merumuskan strategi. Pada tahap ini dapat menggunakan matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE), Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) dan matriks profil persaingan (Competitive Profile Matriks atau CPM).
2.
Tahap pencocokan : berfokus pada penciptaan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci. Tahap ini mencakup penggunaan matriks SWOT
2.17. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (Exsternal Factor Evaluation) SPACE (Strategic Position and Action Evaluation) Menurut David (2009), matriks Internal Factor Evaluation (IFE) adalah suatu alat analisis untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-era fungsional bisnis dan landasan untuk mengidentifikasi, serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut. Jauch dan Glueck (2001) menambahkan analisis lingkungan internal merupakan proses menentukan dimana perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang berarti sehingga dapat mengelola peluang secara efektif dan menghadapi ancaman yang terdapat dalam lingkungan. Formulasi strategi bisnis menuntut adanya pemahaman yang cermat terhadap faktor internal perusahaan. Selain itu, analisis lingkungan internal mengembangkan
39 penilaian atas kekuatan perusahaan. Faktor-faktor internal yang dianalisis adalah faktor pemasaran dan distribusi, faktor penelitian dan pengembangan faktor produksi operasi dan teknik, faktor sumber daya manusia, dan faktor keuangan dan akuntansi. Matriks IFE yang di daftar adalah faktor-faktor lingkungan internal (Strenghts dan Weaknesses) dengan langkah-langkah yang sama seperti matriks EFE. Menurut David (2009), matriks External Factor Evaluation (EFE) memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan kompetitif.
Whelen dan Hunger
(2004)
membantu
menambahkan
matriks
EFE
bertujuan
manajer
mengorganisir faktor-faktor strategis eksternal ke dalam kategori-kategori yang diterima secara umum mengenai peluang dan ancaman. Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi lingkungan eksternal perusahaan baik lingkungan umum maupun lingkungan industrinya. Menurut Rangkuti (2006) setelah menggunakan analisis matrik IE, perusahaan dapat melakukan analisis matrik SPACE untuk mempertajam analisisnya. SPACE merupakan singkatan dari Strategic Position and Action Evaluation. Tujuan menggunakan analisis SPACE yaitu agar perusahaan dapat melihat posisinya dan arah perkembangan selanjutnya dari kegiatan usaha yang dilakukan. Berdasarkan matrik SPACE, analisis tersebut dapat memperlihatkan dengan jelas garis vektor yang bersifat positif atau negatif, baik untuk kekuatan keuangan (financial strength), kekuatan industri (industri strength), keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan stabilitas lingkungan (environmental stability) (David 2004). Keseluruhan elemen analisis dalam variabel
kekuatan keuangan
(financial strength), kekuatan industri (industri strength), keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan stabilitas lingkungan (environmental stability) merupakan alternatif yang dapat membantu dalam mengetahui gambaran secara mendetail pada analisis SPACE, seperti pada Gambar 3.
40
Konservatif II
FS 6 5 4 3 2
Agresif I
1 CA -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 -1 Defensif Bersaing -2 III -3IV -4 -5 -6 ES
4 5 6 IS
Gambar 3 Matriks SPACE Sumber : David (2004)
Kuadran I : Pada kuadran ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan dapat menggunakan kekuatan dan peluang untuk menghindari kelamahan dan ancaman secara optimal. Alternatif strategi yang dapat diterapkan pada posisi agresif yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, diversifikasi
konsentrik,
diversifikasi
horizontal,
diversifikasi
konglomerat atau kombinasi dari semua yang dapat dijalankan, tergantung kondisi spesifik yang dihadapi oleh perusahaan. Kuadran II : Pada kuadran ini perusahaan tetap dekat pada kompetensi dasar perusahaan dan jangan mengambil resiko berlebihan. Strategi konservatif yang sering digunakan yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk dan diversifikasi konsentrik. Kuadran III : Pada kuadran ini perusahan harus memfokuskan pada perbaikan kelemahan internal dan menghindari ancaman internal. Strategi yang sering diambil yaitu rasionalisasi, divestasi, likuidasi dan diversifikasi konsentrik.
41 Kuadran IV : Pada kuadran ini perusahaan berada pada strategi kompetitif. Strategi kompetitif yang sering digunakan yaitu integrasi ke
belakang,
ke
depan
dan
horizontal,
penetrasi
pasar,
pengembangan pasar, pengembangan produk dan usaha patungan. 2.18. Analisis Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) Menurut Umar (2002), Analisis Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal – eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Secara konseptual, tujuan QSPM adalah menetapkan relative attractiveness (RA) dari strategi yang bervariasi yang telah dipilih untuk menentukan strategi yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Menurut David (2003), keunggulan analisis QSPM adalah rangkaian –rangkaian strateginya dapat diamati secara bersamaan seperti strategi tingkat perusahaan dapat dievaluasi terlebih dahulu, diikuti dengan strategi tingkat divisi, dan strategi tingkat fungsi. Keunggulan lain dari QSPM adalah mendorong para penyususun strategi untuk memasukan faktor eksternal dan internal yang relevan dalam proses keputusan. Keterbatasan QSPM adalah selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang berdasar. Pemeringkatan dan skor daya tarik membutuhkan keputusan penilaian, meskipun hal itu didasarkan pada informasi yang obyektif. 2.19. Penelitian Terdahulu Pengukuran kinerja dengan metode FPR, EVA dan MVA serta return saham telah menarik perhatian akademisi untuk melakukan penelitian, di antaranya sebagai berikut : 1.
Subbarao
(2010), melakukan penelitian Trend and Progress of
Banking in India 2010-2011 bahwa metode trend dapat memprediksi kondisi keuangan bank di India tahun 2011. 2.
Mulyaningrum (2008), melakukan analisis dengan metode trend pengaruh rasio keuangan terhadap prediksi kebangkrutan bank di
42 Indonesia. Temuannya rasio keuangan bank berpengaruh terhadap prediksi kebangkrutan bank. 3.
Iswati (2006), memprediksi kinerja keuangan dengan modal intelektual pada perusahaan perbankan terbuka di Bursa Efek Jakarta. Temuannya menunjukan modal intelektual tidak dapat mempengaruhi kinerja keuangan bank.
4.
Widayanto (1993), melakukan penelitian tentang analisis pengaruh rasio keuangan terhadap prediksi kondisi bermasalah Bank Perkreditan Rakyat. Temuannya menunjukan rasio keuangan sangat berguna sebagai prediktor kondisi keuangan bank.
5.
Mardiah (2006),
melakukan pengujian perbedaan EVA/MVA
terhadap return saham bank pemerintah dan swasta di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai EVA dan MVA bank swasta dan
pemerintah
berbeda
secara
signifikan
terhadap
tingkat
pengembalian harga saham. 6.
O’Byrne dan Young (2001), dalam penelitiannya ditemukan bahwa EVA secara teoritis dan empiris terbukti memiliki korelasi yang erat dengan setiap perubahan dan penciptaan nilai MVA pada pasar modal di Amerika Serikat.
7.
Stern Steward dan Bennet (1991), dalam studinya pada pasar modal di Amerika Serikat memperlihatkan lebih dari 400
perusahaan
menggunakan EVA dalam menilai kinerja perusahaan. Hasil studinya menunjukan bahwa EVA memiliki korelasi tinggi dengan setiap perubahan dan penciptaan nilai MVA dipasar modal dibandingkan dengan ukuran-ukuran umum penilaian kinerja perusahaan. 2.20.
Diagram Sebab Akibat (Causal Loop Diagram) Pada Gambar 4 di bawah ini dijelaskan hubungan antar variable secara positif dan negatif maka dijelaskan melalui diagram Sebab Akibat (Causal Loop Diagram). Peningkatan pertumbuhan kinerja keuangan Bank Agro Niaga disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), melalui peningkatan mobilitas dana masyarakat. Peningkatan DPK
43 dipengaruhi oleh pilihan strategi pemasaran yang tepat, terutama melalui variabel marketing mix (product, price, place, promotion dan service). Meningkatnya pertumbuhan kinerja keuangan bank secara positif mempengaruhi peningkatan pertumbuhan investasi surat berharga dipasar modal sehingga terjadi peningkatan return saham yang berdampak positif juga terhadap peningkatan kinerja keuangan bank. Pihak manajemen akan meningkatkan penyaluran kredit (pinjaman) kepada masyarakat melalui kredit investasi, konsumsi dan UMKM apabila terjadi peningkatan keuangan bank. Meningkatnya fungsi lending bank dalam penyaluran DPK, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan bunga bank yang dapat meningkatkan kinerja keuangan. Adanya pengaruh kinerja keuangan yang positif maka harga saham bank akan mengalami peningkatan sehingga return saham yang dihasilkan dari perdagangan saham mengalami apresiasi positif dan hal ini secara umum berdampak pada kinerja pasar modal. Pengujian dan bagaimana analisis trend kinerja keuangan bank dan return saham sebagai indikator yang mempengaruhi pertumbuhan investasi di pasar modal. Peneliti menggunakan metode analisa EVA, MVA, financial performance ratio, analisis trend, serta analisis matriks EFI dan EFE, SPACE, SWOT. Dengan menggunakan metode analisis ini akan menghasilkan langkahlangkah strategis (exit strategy) untuk diaplikasikan oleh pihak manajemen Bank Agro Niaga dalam meningkatkan market share.
44
Peningkatan Pertumbuhan DPK
Peningkatan Return Saham
Peningkatan Mobilitas Dana Masyarakat
+
+
+
+
+ + +
+
+
+ Peningkatan Pertumbuhan Investasi Surat Berharga (Pasar Modal)
+
Peningkatan Pertumbuhan Kinerja Keuangan Bank Agro Niaga
Strategi Marketing
+ +
+
+ + Pinjaman Kredit :
+ Pertumbuhan Investasi di Pasar Modal
+
+
Peningkatan Return Saham
• • • •
Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Program Kredit Sindikasi
+ + + Langkah Strategis Market Share
Gambar 4 Diagram Sebab Akibat (Causal Loop Diagram)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka pemikiran merupakan miniatur dari keseluruhan proses penelitian untuk menerangkan empat aspek: mengapa penelitian dilakukan, bagaimana proses dilakukan, apa yang akan diperoleh dari penelitian dan untuk apa hasil penelitian dilakukan. Konsep alur pikir penelitian merupakan rencana penelitian yang akan digunakan oleh peneliti di Bank Agro Niaga. Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan pada laporan keuangan Bank Agro Niaga dari tahun 2004-2010 dapat diidentifikasi lima masalah pokok sebagai berikut : 1. Kompleksitasnya persaingan antar bank di Indonesia mencapai 126 bank yang berakibat pada pengelolaan bank yang prudent, tingkat suku bunga yang kompetitif dan pangsa pasar yang rendah, inovasi produk, pelayanan nasabah dan teknologi perbankan; 2. Rendahnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank membawa konsekuensi pada pangsa pasar bank cukup kecil dibandingkan rata-rata industrinya seperti giro 0,09%, tabungan 0,02%, deposito 0,19%, modal kerja 0,10% dan konsumsi 0,11% . 3. Rendahnya pertumbuhan kredit yang berakibat pada menurunnya pendapatan yang dihasilkan oleh bank dilihat dari
konsekuensi pada
pertumbuhan pangsa pasar dalam penyaluran kredit hanya mencapai 2,48% tahun 2009 dan tahun 2010 mencapai 2,71%. Pertumbuhan ekuitas (modal-kewajiban) bank rendah dengan indikator ROE dan ROA yang rendah tidak sesuai standar BI, dimana pertumbuhan ROE tahun 2008 negatif -1,67% dan 2007 negatif -1,72%. Tahun 2008 rasio ROA negatif sebesar -0,11%, 2007 -0,15%. Rentabilitas Bank yang ditunjukan oleh rasio BOPO yang masih tinggi diatas ketentuan BI (94%-96%) menunjukan in- efisiensi pengelolaan bank dan NIM juga negatif tahun 2008 sebesar -85,10%. Sementara kinerja keuangan Bank Agro Niaga
46
pada indikator tingkat likuiditas bank rendah masih dibawah ketentuan BI >110%. LDR Bank Agro tahun 2007 sebesar 77,02% dan 2010 sebesar 86,68%. 4. Kondisi keuangan seperti ini akan berdampak pada return saham Bank Agro Niaga pada harga Rp.126 per lembar saham, sehingga kinerja perusahaan tidak menciptakan laba ekonomis atau nilai EVA dan MVA negatif. 5. Strategi pemasaran Bank Agro Niaga selama ini mengandalkan Captive market PTPN dan related captive market seperti koperasi karyawan PTPN, namun pasar sasaran yang dituju sebenarnya perusahaan agro bisnis dalam skala besar. Dua faktor yang dapat mempengaruhi kondisi kinerja keuangan Bank Agro Niaga yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti perkembangan lingkungan dekat yaitu Peraturan Bank Indonesia tentang giro wajib minimum yang terkait dengan LDR dan CAR bank yang berlaku efektif 1 November 2010, suku bunga, inflasi, nilai tukar (kurs), regulasi, dan risiko. Setiap instrumen investasi mengandung potensi risiko yang berbedabeda, tetapi prinsip yang berlaku semakin besar potensi hasil suatu investasi, instrumen tersebut mengandung potensi risiko yang semakin besar. Risiko investasi saham terdiri dari risiko non sistematis yang berhubungan dengan internal bank seperti pertumbuhan laba, aset, besar kecilnya hutang (financial risk), risiko bisnis yaitu sifat bisnis suatu bank. Risiko sistematis berhubungan dengan kondisi perekonomian makro, politik, hukum dan keamanan. Sementara dari sisi faktor yang dapat dikendalikan adalah kinerja managerial, NPL, dan efisiensi operasional. Kedua Faktor ini akan mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan kinerja keuangan bank. Berdasarkan Existing problem yang dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut diatas, merupakan faktor input untuk mengkaji dan menganalisis data laporan keuangan Bank Agro Niaga dari Desember 2007 sampai dengan Februari 2011 dan juga data perdagangan saham di pasar sekunder di Bursa Efek Indonesia, melalui metode pengumpulan data dengan teknik observasi dan dokumentasi.
47
Proses analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah menghitung nilai financial performance ratio (NPR) dengan indikator rasio ROA, ROE, CAR, LDR, NIM dan BOPO, metode EVA dan MVA serta return saham, kemudian dianalisis dengan metode statistik yaitu analisis trend, dan untuk menganalisis dan mengukur kondisi kinerja bank dalam menentukan strategi marketing digunakan analisis SWOT. Analisis kinerja keuangan, statistik dan SWOT dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu pertumbuhan ekonomi, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, persaingan dan keamanan serta krisis global.
Parameter kontrol yang menjadi standar
pengukuran analisis adalah : Nilai EVA/MVA >0 artinya bank dapat memberikan laba ekonomis dan kesejahteraan kepada pemegang saham. Nilai rasio CAR, ROA, ROE, LDR, NIM dan BOPO sesuai ketentuan Bank Indonesia. Secara langsung faktor penilaian dengan sejumlah metode analisis diatas akan mempengaruhi expected return. Output yang dihasilkan dari analisis ini adalah untuk memperoleh nilai financial performance ratio yaitu CAR, ROA, ROE, LDR, NIM dan BOPO, Nilai EVA dan MVA, tinggi rendahnya return saham, analisis trend untuk memprediksi nilai EVA/MVA kedepan. Selanjutnya dilakukan tahap analisis input untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam merumuskan strategi menggunakan matriks IFE dan EFE, tahap pencocokan menggunakan analisis SWOT dan SPACE untuk menentukan strategic marketing planning bank. Outcome yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah menghasilkan model pendekatan baru untuk pengukuran kinerja keuangan bank yang memadukan pendekatan konvensional berdasarkan regulatory policy
dengan konsep modern. Outcome lain yang diharapkan adalah
menghasilkan konsep Marketing strategic planning untuk bahan pembanding bagi manajemen Bank Agro Niaga dalam merumuskan strategi operasional yang tepat, terukur dan realibel. Dampak dari hasil penelitian ini secara langsung diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan Bank Agro Niaga di masa akan datang. Analisis ini berguna bagi investor untuk mendapatkan informasi yang komherensif teantang kinerja keuangan bank untuk pengambilan keputusan investasi. Dampak penelitian ini juga diharapkan
48
sebagai informasi tambahan bagi pemegang saham dalam menilai kinerja managerial bank apakah sudah memaksimumkan kekayaan bagi pemegang saham sebagai tujuan dari bisnis. Pada Gambar 5 dapat dilihat kerangka penelitian.
Faktor dapat dikendalikan : • Kinerja Mangerial • NPL • Operational cost ratio
Existing Problem Kompleksitasnya persaingan antar Bank di Indonesia Rendahnya Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rendahnya Pertumbuhan kredit Rendahnya Harga saham Strategi pemasaran yang mengandalkan captive market
Metode Pengumpulan Data
• • • • •
• •
Pengaruh Eksternal: Pertumbuhan ekonomi Kebijakan moneter Kebijakan fiskal Persaingan Krisis global
Expected Return
•
• •
• • •
Input : Laporan keuangan 2007-2011 Data perdagangan saham
• • • • •
• • • •
• • • •
Faktor tidak dapat dikendalikan : Peraturan BI GWM Suku bunga Nilai tukar Risiko Pasar
Process : EVA/MVA Analisa Rasio FPR Analisis return saham Analisis trend Analisis SWOT
Parameter Kontrol : • EVA /MVA > 0 • Rasio FPR ketentuan BI (LDR=110%) CAR=8%.ROA<2.ROE.7,50% .NIM>10%) • BOPO (94%-96%) • Trend +/• Nilai return > 0
Output : Nilai Rasio FPR Nilai EVA dan MVA Tinggi rendahnya return saham Koefisien Regresi FPR,EVA/MVA terhadap return saham Hasil Analisis SWOT
Outcome : Menghasilkan Model Pendekatan baru untuk pengukuran kinerja keuangan bank Menghasilkan Konsep Marketing strategic planning
Impact : Manager : Pertumbuhan kinerja keuangan Bank Agro Niaga Investor : Analisa kompherensif keputusan investasi Pemegang saham : Menambah atau mengurangi kekayaan pemegang saham
Gambar 5 Kerangka Pemikiran Penelitian
Feedback
• • • • •
49
3.2. Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bank Agro Niaga Tbk Kantor Pusat. Jln. HR.Rasuna Said Blok X2 No.1, Jakarta 12950. Penelitian tidak dilakukan pada kantor cabang Bank Agro Niaga yang tersebar diseluruh Indonesia saat ini berjumlah 18 (delapan belas) kantor cabang. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Februari 2011. Data pendukung dalam penelitian ini, dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia Jl. Jenderal Sudirman Jakarta Selatan 12190, dan Bank Indonesia, Jl.MH Thamrin No.2 Jakarta. Selain itu, untuk mendapatkan sumber data tambahan
mengunjungi website melalui internet dibeberapa
institusi
berikut : 1. Bank Indonesia,dengan alamat http://www.bi.go.id 2. Bursa Efek Indonesia,dengan alamat http://www.idx.co.id 3.3. Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer untuk analisis SWOT dan data sekunder yang bersumber dari : 1. Studi dokumentasi
dari
laporan keuangan Bank Agro Niaga yang
dilaporkan kepada Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Data Laporan keuangan Bank Agro Niaga berbentuk data time series dari bulan Desember sampai dengan Februari 2011 atau 39 bulan meliputi data Neraca, laporan perubahan modal dan laporan rugi/laba dan harga saham Bank Agro Niaga. 2. Studi pustaka dengan cara mempelajari dan memperdalam teori-teori, hasil penelitian terdahulu dan jurnal ilmiah yang terkait dengan topik penelitian. 3.4. Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sample Sampel penelitian ini adalah PT. Bank Agro Niaga, Tbk. Kantor pusat Jakarta Selatan, termasuk 18 kantor cabang pembantu diseluruh Indonesia periode laporan keuangan Desember 2007 sampai dengan Februari
50
2011. Metode yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik penarikan sample dilakukan melalui Sampel pertimbangan (judgement sampling) dengan kriteria sebagai berikut :
1. Bank Agro Niaga sebagai satu-satunya Bank di Indonesia dengan fokus pada sektor Agribisnis seperti; Perkebunan, Perikanan, Peternakan dan Pengolahan. 2. Bank Agro Niaga merupakan perusahaan yang sudah go public yang telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia 3. Laporan keuangan yang dijadikan sampel adalah laporan keuangan perbulan yang disampaikan oleh Bank Agro Niaga kepada Bank Indonesia dan Laporan harga saham dan keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia. 3.5. Metode Pengumpulan Data Peneliti menggunakan teknik observasi dalam pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penelitian. 3.6. Pengolahan dan Analisis Data Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif, dan analisa kuantitatif dengan cara
menghitung secara manual untuk analisa rasio
keuangan, analisa EVA dan MVA serta return saham. Sedangkan analisa trend dan forecasting
menggunakan MINITAB. Untuk analisa strategi
pemasaran menggunakan SWOT. Adapun tahapan analisis sebagai berikut : 1. Analisa kinerja keuangan menggunakan : a. Analisa Financial Performance Ratio (CAR,ROA,ROE,LDR,NIM dan BOPO) : Total Modal Bank CAR =
____________________________________________
ROA =
_________________________
X 100% ..................1 Rata-rata Aktiva Produktif ( ATMR)
Laba Sebelum Pajak Total Aktiva
X 100% .......................................... 2
51
Laba bersih ROE =
____________________
X 100% .................................................. 3
Modal sendiri Total Kredit LDR =
____________________________
X 100% ........................................ 4
Total Dana Pihak ke Tiga Biaya Beban Operasional BOPO =
______________________________
X 100% ...................................... 5
Pendapatan Operasional Pendapatan Bunga bersih ________________________________
NIM =
X 100% ...................................... 6 Rata-Rata Aktiva Produktif
b. Analisa Economic Value Added (EVA) EVA = NOPAT- ( WACC x Invested Capital) ....................................... 7 c. Analisa Market Value Added (MVA) MVA = Nilai pasar – Modal yang diinvestasikan atau : ...................
8
MVA = Equity Market Value (EMV) - Equity Book Value (EBV) EMV = Jumlah Lembar Saham (Paid Up Capital) x Harga pasar nominal perlembar saham EBV
= Jumlah Lembar Saham (Paid Up Capital) x Harga nominal perlembar saham
d. Analisa Return Saham Rt
Pt–Pt–1 ______________________
............................................................... 9
Pt Pt
= Harga saham pada periode t
Pt-1
= Harga saham pada periode t-1
Rt
= Tingkat pengembalian saham periode t
52
2. Analisa Trend Linear dan Forecasting dengan Persamaan : dengan menggunakan metode Moving Average n ∑ Di Man = i = 1 n .................................................................................. Dimana : MA : Moving Average (rata – rata bergerak) n
: Jumlah periode dalam Moving Average
Di
: Data selama periode i
10
Mengukur kesalahan prediksi atau ketepatan pengukuran (accuracy measures) alat ukur yang digunakan adalah ; MAPE (Mean Absolute Persentage Error ) :
Yt - Ỳt /Yt N Yt ≠ 0
∑
MAPE =
X 100 ................................................11
MAD (Mean Absolute Deviation ) n
MAD =
∑
Yt - Ỳt
t =1
N
.....................................................12
MSD = ( Mean Square Devition) n
Yt - Ỳ t t =1 N
MSD = ∑
2 .................................................................13
Dimana : Yt = Data Aktual waktu ke t Ỳ = Data Forecasting pada waktu ke t N = Jumlah data 3. Selanjutnya Menggunakan tahap analisis input untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam merumuskan strategi yaitu : matriks IFE dan EFE, dan pada tahap pencocokan menggunakan matriks SPACE, QSPM dan analisis SWOT untuk menentukan strategic marketing planning bank yang bersumber dari data primer.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Perusahaan Penelitian telah dilakukan pada PT. Bank Agro Niaga, Tbk dengan mengambil data laporan kinerja keuangan (Neraca, Laporan Rugi Laba, dan Laporan Perubahan Modal yang sesuai dengan standar penilaian kinerja keuangan bank. PT. Bank Agro Niaga, Tbk didirikan pada tanggal 27 September 1989 di Jakarta, tujuan pendiriannya adalah bank dengan fokus pada sektor Agrobisnis, seperti perkebunan, perikanan, peternakan dan pengolahan. Bahkan saat ini Bank Agro merupakan satu-satunya Bank Agrobisnis di Indonesia. Pada tahun 2003 Bank Agro memperoleh persetujuan Badan Pengawas Pasar Modal (BPPM) menjadi perusahaan publik sehingga namanya menjadi PT. Bank Agroniaga Tbk. Pada tahun yang sama mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya. Sejak tahun 2007 seiring merger antar Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta menjadi Bursa Efek Indonesia, saham Bank Agro dengan kode AGRO tercatat di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2006 Bank Agro meningkatkan statusnya menjadi Bank Umum Devisa. Sejak Bank Agro Niaga Tbk berdiri, hingga saat ini portofolio kredit Bank Agro sebagian besar (antara 65% - 75%) disalurkan disektor Agrobisnis, baik on farm seperti usaha perkebunan kelapa sawit, perkebunan tebu, teh maupun peternakan sapi dan off farm seperti pengembangan pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS), pembiayaan perdagangan gula, hingga pembiayaan ekspor impor minyak sawit (CPO), kakao, teh, dan sapi. Skema produk yang ditawarkan oleh Bank Agro Niaga terdiri dari; (1) produk Funding rekening giro, tabungan, deposito on call dan deposito berjangka; (2) produk lending kredit modal kerja, kredit investasi, kredit program (KKPA, KKP, inti plasma), kredit usaha kecil, kredit program karyawan, kredit multy guna, kredit agro griya dan kredit agro mobil; (3) bank service bank garansi, letter of kredit lokal, safe deposito bank dan pembayaran layanan umum.
54
Bank Agro mengembangkan jaringan kantor pelayanan di sentrasentra Agrobisnis baik dikota besar maupun dipelosok perkebunan seperti di Medan, Pekanbaru, Kasikan (Kampar), Dalu-Dalu (Rokan Hulu), Lampung, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dengan kantor pelayanan saat ini berjumlah 18 kantor didukung oleh 454 karyawan. Selain dari sisi jaringan pelayanan, Bank Agro terus melakukan upaya restrukturisasi yang mencakup aspek manajemen, karyawan, organisasi sistem, budaya perusahaan dan identitas perusahaan. Upaya tersebut berhasil meletakan landasan dan infrastruktur yang baru guna mendukung pertumbuhan berdasarkan pringsip transparansi, tanggung jawab, integritas dan profesional. Inisiatif pengembangan produk baru terus dikembangkan dengan sasaran dunia bisnis yang mengacu pada spesifik untuk masing-masing segmen pasar seperti kredit pada PT. Perkebunan Nusantara, berikut kelompok usaha pendukungnya (rekanan dan kontraktor) maupun penyaluran dana untuk kesejahteraan para petani melalui kredit program baik kredit untuk koperasi primer kepada anggotanya maupun kredit ketahanan pangan. Sedangkan untuk karyawan dan pensiunan usaha Agrobisnis telah dikembangkan kredit pensiunan dan kredit karyawan. Seiring dengan tantangan dan perubahan lingkungan bisnis di Indonesia Bank Agro harus didukung oleh modal yang kuat sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, maka pada tanggal 4 april 2011 Bank Agro resmi di akuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia dan sekarang telah menjadi anak perusahaan PT. BRI. Sejak diambil alih BRI Bank Agro mencatatkan kenaikan laba bersih sangat signifikan 840% menjadi Rp. 11.94 milyar atau Rp. 3.30 perlembar saham di semester I 2011 dibandingkan periode yang sama tahun lalu laba Rp. 1.27 milyar atau Rp. 0.37 persaham. 4.2. Hasil Penelitian Dalam mengukur capital menggunakan indikator rasio keuangan, yaitu CAR untuk Earning, menggunakan ROA, ROE, BOPO, LDR, dan NIM. Sementara itu, untuk variabel kajian nilai tambah bagi pemegang saham dan pasar menggunakan indikator EVA dan MVA serta return saham untuk
55
melihat kinerja perdagangan saham bank di Bursa Efek Indonesia berupa data time series mulai Desember 2007 sampai dengan Februari 2011. Pengukuran kinerja keuangan bank dengan pendekatan CAR, ROE, ROA, LDR, NIM dan BOPO berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.5/12/PBI/2003 tanggal 23 Juli 2003. 4.2.1. Kinerja Rasio CAR Berdasarkan hasil analisis selama periode Desember 2007 sampai dengan
Desember
2008ju
mlah
modal
yang
terhimpun
sebesar
Rp.2.520.912 juta dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 122,60%. Sementara itu perkembangan ATMR sebesar Rp. 28.068.970 juta dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 0,23%. Perbandingan kedua indikator tersebut, menghasilkan nilai rasio CAR sebesar 8,96%. Demikian juga perkembangan total modal bank pada periode Januari sampai dengan Desember 2009 terjadi peningkatan sebesar Rp.2.856.705 juta dengan ratarata pertumbuhan 81,75%. Sementara itu, ATMR meningkat sebesar Rp. 31.416.734 juta atau rata – rata pertumbuhan meningkat sebesar 2,77% dengan nilai CAR meningkat sebesar 9,79%. Peningkatan ini disebabkan kenaikan rasio modal bank dibandingkan ATMR. Periode Januari sampai dengan Desember 2010 terjadi peningkatan jumlah modal bank sebesar Rp. 4.308.685 juta atau dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,70% dan total ATMR sebesar Rp. 35.782.461 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,03%. Dari peningkatan nilai kedua indikator tersebut, maka nilai rasio CAR ikut meningkat sebesar 12,92%. Pertumbuhan yang positif ini berlanjut pada periode Januari – Februari 2011 dimana nilai rasio CAR mencapai pertumbuhan sebesar 16,44%. Secara keseluruhan rasio kecukupan modal bank telah memenuhi persyaratan Bank Indonesia 8%. Pada lampiran 5 dapat dilihat data CAR Desember 2007 – Februari 2011. Kinerja Permodalan bank yang mengalami peningkatan disebabkan ; (1) Kemampuan bank dalam penyaluran kredit efektif dengan semakin kompetitifnya penetapan suku bunga acuan, (2) Perkembangan pemberian kredit tumbuh pesat yang diikuti kecukupan modal, (3) Kualitas kredit
56
yang membaik akibat penerapan sistem manajemen risiko yang prudent yang mengakibatkan cadangan penyisihan aktiva produktif menurun secara tajam yang berimplikasi kenaikan modal, dan (4) Menurunnya kewajiban bank mengakibatkan cadangan penghapusan aktiva produktif yang dapat menaikan modal. Peningkatan CAR Bank Agro sangat tergantung pada portofolio asetnya. Pada periode ini bank tidak melakukan penempatan dana pada aset yang berisiko tinggi jangka panjang seperti kredit investasi, tetapi aset kredit jangka pendek seperti surat berharga di pasar modal yang berisiko rendah, artinya bank mengamankan prospek modalnya melalui diversifikasi (menekan risiko). Peningkatan rasio kecukupan modal akan mendorong bank akan menurunkan portofolio kredit dan mengalihkan investasinya kedalam bentuk surat berharga yang mempunyai bobot risiko yang lebih rendah. Pergeseran portofolio aset yang berisiko tinggi ke aset produktif berisiko rendah, maka dapat dimaknai terjadi peningkatan modal Bank Agro yang mendorong kinerja keuangan bank semakin baik. Rasio CAR Bank Agro secara rata-rata sudah sesuai ketentuan Bank Indonesia di atas 8%, artinya kualitas pertumbuhan CAR yang semakin baik ini harus dipertahankan untuk mencapai standar Basel II yakni transparansi bank, yaitu terkait dengan penilaian pengawas tentang klaim manajemen terhadap kondisi bank. Pengawas harus melihat standar CAR 8% sudah benar-benar sesuai aturan (Supervisory Judgement). Kebijakan direksi Bank Agro apabila ingin meningkatkan atau memperbaiki rasio CAR sesuai ketentuan Bank Indonesia di masa depan, maka strategi yang harus dilakukan adalah : a.
Menjaga kualitas aktiva produktif melalui ; (1) Business Process; pengelolaan perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance dan pengelolaan risiko, (2) Shareholders;
penambahan modal inti
(tier1) diatas ketentuan BI yakni minimal 40% dari total CAR. Selain itu jika pertumbuhan kredit bank naik 20% - 30%, maka CAR harus naik minimal >13% berarti bank harus menambah modal, sehingga dapat meningkatkan kemampuan ”lending” perbankan pada level 22% setiap tahunnya.
57
b.
Pinjaman subordinasi bersumber dari kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas.
c.
Melalui strategi IPO dan obligasi
d.
Recovery menjaga tingkat hasil secara optimal, menjaga NPL tidak boleh lebih dari 5%, mengurangi atau memperkecil komitmen pinjaman
yang
tidak
digunakan
(tidak
produktif)
sehingga
memperkecil risiko. Berdasarkan analisa trend dengan metode Moving Avarage pada Gambar 6 terlihat pola data hijau yang naik ke kanan atas, yang menunjukan adanya unsur trend pada data. Pola titik yang berwarna merah menunjukan data hasil dekomposisi (FITS) yang terlihat berimpit dengan data aktual yang berwarna hitam. Hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio CAR sebesar 0,103. Dengan tingkat kesalahan
prediksi
MAPE (Mean Absolute Percentage Error)
65,5415 dan MAD (Mean Absolute Deviation) 0,0212 artinya terdapat indikasi kenaikan rasio CAR pada bulan Maret tahun 2011 yang menunjukan adanya kemampuan bank tersebut untuk bertahan dari pengaruh gejolak pasar akan semakin baik dan dapat menjamin keamanan dana pihak ketiga yang terhimpun apabila terjadi kerugian pada bank itu sendiri. Mengingat peranan modal sangat penting selain digunakan untuk kepentingan ekspansi, juga digunakan sebagai “buffer” untuk menyerap kerugian kegiatan usaha. Dalam hal ini Bank wajib memenuhi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku untuk peningkatan modal (SE. Intern BI, 2004).
58
Grafik CAR 0,18
Variable A ctual Fits Forecasts 95,0% PI
0,16 0,14
Moving Av erage Length 5
CAR
0,12
A ccuracy Measures MA PE 65,5415 MA D 0,0212 MSD 0,0009
0,10 0,08 0,06
BI > 8%
0,04 0,02 0,00 1
8
16
24
32
40 Index
48
56
64
72
Gambar 6 Trend Analysis CAR Desember 2007-Februari 2011 Memperhatikan hasil forecasting pada bulan ke 40 terjadi kecenderungan rasio CAR Bank Agro kedepan meningkat bahkan diatas ketentuan Bank Indonesia,namun yang perlu diwaspadai jika terjadinya fluktuasi pergerakan CAR bank pada periode sebelumnya atau gejolak ekonomi sehingga dikhawatirkan akan mengganggu kemampuan bank dalam pemenuhan tambahan modal untuk memperkuat likuiditas bank. Kebijakan Perseroan kedepan untuk menjaga likuiditas bank yaitu; (1) Menyiapkan instrumen baru untuk mengatasi potensi kegagalan usaha bank. (2) Penyediaan dana yang cukup, maka bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit, antara lain dengan melakukan penyebaran (diversifikasi) portofolio, baik kepada pihak terkait maupun kepada pihak bukan terkait. Pembatasan penyediaan dana adalah persentase tertentu dari modal bank yang dikenal dengan batas maksimum pemberian kredit (BMPK).
59
4.2.2. Kinerja Rasio ROE Hasil analisis pada
Lampiran 5 selama periode Desember 2007
sampai Desember 2008 perkembangan nilai laba bersih bank cukup positif sebesar Rp. 53.879 juta dan rata-rata pertumbuhan 54,61% perbulan. Sementara itu nilai total equity bank mencapai Rp. 3.188.739 juta dengan rata-rata pertumbuhan -0,46% perbulan. Hasil perbandingan kedua indikator ini diperoleh nilai ROE sebesar 21,51% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,65% jauh dibawah ketentuan BI > 7,50%. Kondisi ini mencerminkan Bank Agro tidak mampu menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya. Perkembangan laba bersih selama periode Januari 2009 sampai Desember 2009 menunjukan terjadinya peningkatan sebesar Rp.86.379 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 68,14% atau naik 24,78%. Sementara itu total equity mencapai Rp. 3.058.373 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,84%. Hasil perbandingan tersebut menunjukan Rasio ROE negatif sebesar -11,98% atau rata-rata pertumbuhan -1,00%. Peningkatan laba bersih pada tahun 2009 tidak diikuti dengan kenaikan ROE, hal ini menunjukan pengelolaan equity bank tidak efektif. Artinya terjadi kondisi bermasalah atau bank dikategorikan tidak sehat. Hal ini terutama disebabkan oleh tiga faktor, yaitu : (1) Perseroan mengalami kerugian bersih dalam tiga tahun terakhir ini, tahun 2007 mencatatkan rugi bersih sebesar Rp. 5.939 juta, tahun 2008 rugi bersih sebesar Rp. 3.826 juta, mengalami penurunan sebesar Rp. 2.100 juta atau -35,57% dibandingkan tahun 2007 dan tahun 2009 sebesar Rp. 9.117 juta untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Mei 2009. (2) Tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management) sangat rendah, dimana beban operasional bank tahun 2007 sebesar Rp. 112.221 juta mengalami peningkatan sebesar Rp. 13.020 juta atau 13,13% dibandingkan 2006 sebesar Rp. 99.200 juta. Kenaikan juga terjadi tahun 2008 sebesar Rp. 113,717 juta, atau 1,33% dibandingkan tahun 2007, dan tahun 2009 sebesar Rp. 51.754 juta. (3) Hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial
60
leverage) meningkat sebesar Rp. 2.346,800 juta menjadi Rp. 2.248.804 juta tahun 2009. Periode Januari sampai Desember 2010 bank mencatatkan laba bersih sebesar Rp.90.662 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 53,29%. Sementara itu nilai Equity meningkat sebesar Rp.4.104.734 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar -0,02%.
Implikasi dari kenaikan
laba bersih dan equity pada periode ini berdampak positif terhadap kenaikan ROE sebesar 20,28% dengan rata-rata pertumbuhan 1,69% atau naik 0,69% dari rata-rata pertumbuhan tahun 2009. Perkembangan laba bersih bank Januari – Februari 2011 sebesar Rp.28.064 juta dengan ratarata pertumbuhan 8,84% dan total equity sebesar Rp.602.018 juta atau ratarata pertumbuhan 3.99% dengan nilai ROE negatif -7,87% dengan rata-rata pertumbuhan -3,93% perbulan. Penurunan kinerja rasio ROE akan berdampak pada harga saham bank dan pembagian deviden kepada investor. Dengan demikian hubungan yang terjadi adalah hubungan timbal balik antara ROE dengan return saham, temuan ini memberikan bukti tambahan bahwa dengan rasio ROE Bank Agro yang masih dibawah ketentuan BI memperkuat dasar analisis technical fundamental penting sebagai dasar pengukuran harga saham. Strategi untuk mengatasi kerugian yang dialami oleh bank Agro, maka kebijakan yang diambil Perseroan kedepan adalah 1. Bank Agro harus meningkatkan jumlah dana pihak ketiga di bank sehingga aktiva Perseroan meningkat, karena kemampuan bank dalam memperoleh sumber-sumber dana pihak ketiga yang diinginkan sangat mempengaruhi kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumber-sumber dana bank harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemudahan untuk memperolehnya, jangka waktu sumber dana, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh dana tersebut. 2. Bank Agro harus meningkatkan penyaluran kredit investasi disektor retail sehingga pendapatan bunga meningkat.
61
3. Bank Agro harus menurunkan beban operasional dan administrasi Perseroan pada skala yang efisiensi karena sebuah bank ingin meningkatkan profit margin-nya harus bisa mengendalikan sedemikian rupa biaya-biaya yang ditimbulkan dari kegiatan operasional ( economies of scales). Pringsip ini di satu sisi sangat bagus karena ingin mendapatkan bank yang efisien dalam menjalankan usaha haruslah memiliki skala usaha (assets) dan permodalan yang cukup besar. Sebaliknya masalah economies of scale sangatlah sulit dicapai dengan skala aset yang kecil karena kemampuan bank sangat terbatas 4. Manajemen Perseroan harus memperhatikan kenaikan ROE apakah berasal dari net profit margin atau asset turnover, maka itu merupakan indikasi positif, artinya profitabilitas meningkat atau penggunaan asset semakin optimal. Namun, jika leverage meningkat padahal utang perusahaan sudah cukup tinggi, maka ini menjadi semakin berisiko. 5. Memperluas ruang lingkup wilayah usaha (scope of territories) untuk menjadi National Champions, bank haruslah mampu beroperasi pada wilayah yang sangat luas dan kalau perlu melakukan ekspansi di luar Indonesia. Apabila kebijakan ini dilakukan secara konsisten maka bank mampu menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya karena semakin tingginya profit margin berarti semakin tinggi juga ROE yang dihasilkan. Implikasinya, pemahaman yang baik mengenai ROE akan memberikan gambaran kepada investor mengenai bagaimana perusahaan dikelola. Selanjutnya akan membantu dalam melakukan penilaian terhadap kondisi Perseroan dan mempengaruhi keputusan investasi. Dengan menganalisa ROE berarti dapat mengetahui lebih lanjut kualitas penghasilan yang bisa didapatkan dari kinerja bank. Hasil analisis trend pada Gambar 7 dengan metode Moving Average menunjukan adanya trend positif untuk hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio ROE sebesar 0,914% dengan tingkat kesalahan prediksi MAPE 917,214 dan MAD
62
2,332. Hasil ini menggambarkan profitabilitas yang dihasilkan bank positif dari hasil pengunaan equitasnya. Nilai ROE yang positif berdasarkan peramalan dengan metode trend diharapkan adanya peningkatan kinerja keuangan perusahaan yang berimplikasi terhadap pertumbuhan expected return saham Bank Agro dimasa akan datang. Apabila kondisi ini dapat dipertahankan maka bank memiliki akses likuiditas yang baik sebagai persyaratan untuk melakukan ekspansi secara lebih efisien.
Grafik ROE 7,5
Variable A ctual Fits Forecasts 95,0% PI
5,0
Moving Av erage Length 5
ROE
2,5
A ccuracy Measures MA PE 917,214 MA D 2,332 MSD 9,317
0,0
-BI >7,50%
-2,5
-5,0 1
8
16
24
32
40 Index
48
56
64
72
Gambar 7 Trend Analysis ROE Desember 2007 – Februari 2011
4.2.3. Kinerja Rasio ROA Pada Lampiran 5 menjelaskan hasil perhitungan ROA Bank Agro, dimana Selama periode Desember 2007 sampai dengan Desember 2008 perkembangan total aktiva bank mencapai Rp. 37.064.433 juta dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 7,53%. Sedangkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba sebelum pajak dari penggunaan aktiva sebesar Rp. 57.139 juta dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 7,65%.
Nilai perbandingan kedua indikator tersebut diperoleh ROA
63
sebesar 1,97% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,15% perbulan. Selama tahun 2008 ROA bank belum memenuhi persyaratan Bank Indonesia ≤ 2%. Hal ini disebabkan terjadi penurunan laba sebelum pajak yang signifikan pada bulan November sebesar Rp.49 juta, artinya manajemen pengelolaan aktiva bank baik aktiva lancar maupun aktiva tetap dalam menghasilkan laba kurang baik, sehingga performance aktiva an-liquid. Dampak penurunan ROA berimplikasi kepada ketidakmampuan bank menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga mengalami kesulitan membagikan dividen. Prospek bisnisnya tidak dapat berkembang secara optimal serta tidak dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan turun khusus pada tahun 2008. Sementara itu, perkembangan total aktiva bank tahun 2009 mencapai Rp. 31.417.034 juta dengan rata – rata pertumbuhan perbulan sebesar
1,30%. Sedangkan nilai laba sebelum pajak mencapai Rp. 88.354 juta dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 5,76%. Sementara itu, nilai ROA sebesar 3,37% atau meningkat sebesar 71,32% dari tahun 2008. Kinerja ROA bank sudah positif diatas persyaratan Bank Indonesia ≤ 2%. Artinya pengelolaan aktiva bank cukup baik selama periode ini dilihat dari perolehan laba sebelum pajak perbulan meningkat. Perkembangan total Aktiva tahun 2010 mencapai Rp. 34.895.778 juta dengan rata – rata pertumbuhan perbulan sebesar 0,41% dan perolehan laba sebelum pajak sebesar Rp.109.490 juta dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 1,30%. Sementara itu terjadi kenaikan ROA sebesar 3,73% dan rata-rata perbulan sebesar 0,31% atau naik sebesar 10,59% dari tahun 2009. Perkembangan kinerja ROA cukup positif diatas persyaratan Bank Indonesia, walaupun kondisi ini masih belum cukup feasible untuk meningkatkan daya saing bank.
64
Kebijakan startegis kedepan yang harus diperhatikan adalah menjaga likuiditas bank sehingga rasio ROA meningkat signifikan dengan memerankan
fungsi
bank
sebagai
lembaga
intermediasi.
Tujuan
meningkatkan likuditas, maka bank harus mencari sumber pendanaan dari masyarakat dengan empat strategi berikut harus dilakukan secara konsekuen dan paralel. 1. Bank harus meningkatkan jumlah dana pihak ketiga DPK (Tabungan, Deposito dan Giro) melalui penetapan suku bunga yang sesuai dengan ekspektasi atau keinginan nasabah pemilik dana (deposan). 2. Bank harus menaikkan ekuitas melalui penambahan modal yang bersumber dari penjualan saham. 3. Bank harus menambah setoran modal untuk memperkuat rasio permodalan bank melebihi ketentuan Bank Indonesia rasio modal minimum 8%. 4. Bank harus tetap menjaga kualitas aktiva produktif dengan menerapkan pringsip prudent dan efisien. Hasil analisa trend pada Gambar 8 dengan metode Moving Average menunjukan adanya peningkatan untuk hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011), rasio ROA sebesar 0,0064 atau 0,64% dari periode dasar sebesar 0,37% Februari 2011 atau diprediksi naik sebesar 0,42 basis poin dengan tingkat kesalahan prediksi
MAPE 54,1634 dan MAD 0,0016. Hasil ini menggambarkan
terdapat indikasi terjadinya kenaikan rasio ROA pada bulan Maret 2011, artinya bank memiliki potensi terjadinya kenaikan laba sebelum pajak yang dihasilkan dari pengunaan aktivanya.
65
Grafik ROA Variable A ctual Fits Forecasts 95,0% PI
0,010
0,008
Moving Av erage Length 5
0,006 ROA
A ccuracy Measures MA PE 54,1634 MA D 0,0016 MSD 0,0000
0,004
BI ≤2%
0,002
0,000 1
8
16
24
32
40 48 Index
56
64
72
Gambar 8 Trend Analysis ROA Desember 2007 – Februari 2011
4.2.4. Kinerja LDR Hasil perhitungan pada Lampiran 5 menunjukan bahwa LDR Bank Agro masih diatas ketentuan BI antara 80% - 110%. Artinya bank cukup prudent dalam penyaluran kredit. Kinerja LDR selama periode analisis Desember 2007 sampai dengan Desember 2008 dilihat dari besarnya total kredit yang diberikan mencapai Rp.25.570.968 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,40%. Besarnya total kredit yang disalurkan ditunjang oleh besarnya DPK yang berhasil dihimpun oleh bank pada periode
ini
sebesar
Rp.31.243.663
juta,
tetapi
besaran
rata-rata
pertumbuhan perbulan tidak signifikan karena rata-rata pertumbuhan negatif sebesar -1,04%. Perbandingan dari kedua indikator diatas menghasilkan nilai CAR sebesar 82,97%. Faktor yang menjadi penyebab adalah rendahnya tingkat pencairan (credit disbursement) dibandingkan dengan DPK.
66
Data Bank Agro menunjukkan bahwa persetujuan kredit baru pada Desember 2007 sebesar Rp. 1.956.450 juta, 2008 sebesar Rp. 2.043.076 juta, 2009 Rp. 1.965.681, dan tahun 2010 sebesar Rp. 1.528.970 juta. Sementara dana pihak ketiga Desember 2007 sebesar Rp. 2.537.446 juta, 2008 sebesar
Rp. 2.163.332 juta, 2009 sebesar Rp. 2.424.296 juta, dan
tahun 2010 sebesar
Rp. 2.386.869 juta. Selama ini penyaluran kredit
Perseroan di fokuskan pada usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan UKM, sehingga rasio kredit bermasalah (NPL) masih dibawah 5% dari ketentuan Bank Indonesia, dimana tahun 2007 sebesar 4,67%, tahun 2008 turun sebesar 3,36%, dan tahun 2009 sebesar 4,47% dan 2010 kembali turun sebesar 1,84%. Perkembangan yang positif ini berlanjut pada periode Januari – Desember 2009
dengan nilai total kredit yang diberikan sebesar Rp.
24.041.667 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar -0,13%. Sementara total DPK pada periode ini sebesar Rp.25.934.791 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,09%. Adapun besarnya nilai LDR yang dihasilkan dari perbandingan kedua indikator ini sebesar 99,84% atau naik sebesar 16,87%. Rasio LDR pada periode ini belum maksimal mendekati 110% sesuai ketentuan Bank Indonesia. Kondisi LDR bank yang belum maksimal karena, masih cukup tingginya suku bunga kredit Perseroan baik kredit Agrobisnis maupun kredit UKM dan investasi. Besaran rata-rata suku bunga kredit perseroan antara 10 % - 12% pada tahun 2009-2010. Tingkat kredit diatas satu digit, menyebabkan pinjaman perbankan menjadi lebih mahal, dan akhirnya berpengaruh pada competitiveness Bank Agro dibandingkan bank-bank lainya atau bank asing yang mendapatkan rate pinjaman rendah. Maka sesuai dengan keputusan BI tanggal 8 Februari 2011 menerbitkan SEBI No.13/5/DPNP untuk mendorong perbankan memiliki LDR 75%-102%. Trend seperti ini akan memungkinkan perbankan mengambil langkah strategis meningkatkan loyalitas nasabah, sehingga perbankan bersaing dalam funding, tetapi juga lending.
67
Hasil analisis periode Januari – Desember 2010 total kredit yang diberikan sebesar Rp.24.781.870 juta dengan rata-rata pertumbuhan positif sebesar 1,39%. Sedangkan perkembangan total DPK mengalami kenaikan sebesar Rp. 26.439.104 juta dengan rata-rata pertumbuhan 4,79% atau naik sebesar 3,70% dari tahun 2009. Kenaikan DPK pada periode ini berdampak positif terhadap peningkatan LDR sebesar 105,35% atau naik sebesar 5,51% dari tahun 2009. Kinerja yang positif ini juga terus berlanjut periode Januari- Februari 2011 dimana nilai LDR meningkat sebesar 125,26%. Rasio LDR berada pada angka dibawah 80% (misalkan 70%) maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar 70% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun. Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba. Kenaikan yang signifikan selama tahun 2010 disebabkan terjadi peningkatan total kredit yang diberikan dengan porsi dana pihak ketiga. Kondisi ini menunjukan pihak Bank Agro dalam menyalurkan kredit kepada pihak ketiga cukup baik, artinya manajemen bank sudah efektif memasarkan dana yang dimiliki sudah maksimal mendekati 110% dari ketentuan BI karena, bank cukup efektif menjalankan fungsi sebagai lembaga intermediasi dengan pihak yang membutuhkan dana (Unit Deficit of Funds). Langkah-langkah strategis kedepan Perseroan akan tetap terus 1. Melakukan ekspansi kredit hingga rasio intermediasi menembus 110%, dengan mengandalkan likuiditas lainnya, seperti dana hasil rights issue, sehingga Bank Agro yang memiliki LDR di atas 100% akan dikecualikan dari sanksi bila memiliki rasio kecukupan modal minimal 14%. 2. Melakukan ekspansi kredit kepada sektor ritel karena sektor ini mengalami pertumbuhan sangat signifikan dan memiliki peluang pasar yang prospektif di Indonesia. Total omzet mencapai Rp.120 triliun 2011 dan tahun 2012 diperkirakan tumbuh 15%. Sementara itu rata-rata suku bunga kredit turun menjadi 15,8% pada Juni 2011 dari 16,9% pada Juni 2010 didukung oleh semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi tahun
68
2012 diperkirakan mencapai 6,5%. Kebijakan ekspansi kredit Perseroan juga didukung oleh pertumbuhan laba bersih Bank Agro pada September 2011, sebesar Rp 26.160 miliar, yang sebelumnya hanya Rp 8.340 miliar sejak menjadi anak usaha BRI. Hasil analisis trend pada Gambar 9 dengan menggunakan metode Moving Average menunjukan adanya peningkatan hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio LDR sebesar 0.82%. Tingkat kesalahan prediksi MAPE 11,2520 dan MAD 0,1089. Hasil ini menggambarkan bank cukup baik melaksanakan fungsi intermediasi dalam penyaluran kredit dari dana pihak ketiga.
Grafik LDR 1,75
Variable A ctual Fits Forecasts 95,0% PI
1,50
Moving Av erage Length 5
1,25 LDR
A ccuracy Measures MA PE 11,2520 MA D 0,1089 MSD 0,0289
1,00
BI = 110% 0,75
0,50 1
8
16
24
32
40 Index
48
56
64
72
Gambar 9 Trend Analysis LDR Desember 2007 – Februari 2011 Memperhatikan peramalan di atas dari pengamatan periode dasar bulan Februari 2011 dimana nilai LDR sebesar 0,71%, maka dapat diproyeksi besarnya LDR periode bulan ke 40 sebesar 0,82% artinya terjadi peningkatan 0,11% basis poin. Bank dengan tingkat agresivitas tinggi (tercermin dari angka LDR,0,82% belum mendekati 110%) artinya bank cukup positif mengelola likuiditas. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa loan/pinjaman dinilai sebagai earning asset bank yang kurang atau
69
bahkan sangat tidak likuid. LDR pada posisi ini, dapat diduga cash inflow dari pelunasan pinjaman dan pembayaran bunga dari debitur pada bank menjadi
sebanding dengan kebutuhan untuk memenuhi cash outflow
penarikan dana giro, tabungan dan deposito yang jatuh tempo dari masyarakat dan diduga dengan LDR yang posistif ini, bank secara potensial tidak dapat mengalami kesulitas likuiditas.
4.2.5. Kinerja Rasio NIM Berdasarkan hasil perhitungan
rasio NIM Bank Agro masih
dibawah ketentuan bank Indonesia >10%. Selama periode Desember 2007 sampai dengan Desember 2008 pendapatan bunga bersih yang dihasilkan oleh bank sebesar Rp. 824.238 juta dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 18%. Sementara itu,
rata-rata aktiva produktif mencapai
Rp. 60.383.183 juta, dengan rata-rata pertumbuhan perbulan sebesar 0%. Sedangkan selama periode Januari – Desember 2009 pendapatan bunga bersih mencapai Rp.780.703 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 14% dan rata-rata aktiva produktif sebesar Rp.34.440.619 juta lebih rendah dari tahun 2008 dengan
pertumbuhan negatif sebesar -3%, tetapi dari
perbandingan kedua indikator diatas menghasilkan rasio NIM lebih tinggi dari periode sebelumnya yaitu sebesar 2,36% atau naik sebesar 0,98%. Selanjutnya periode Januari - Desember 2010 pendapatan bunga bersih sebesar Rp.1.105.655 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10% dan rata –rata aktiva produktif sebesar Rp. 38.643.029 juta dengan pertumbuhan sebesar 2%. Perkembangan yang positif ini memberikan kontribusi yang signifikan dengan kenaikan rasio NIM sebesar 3,11%, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 0,75%. Hal ini menunjukkan perbankan masih mempertahankan pendapatan bunga sebagai sumber pendapatan utama meskipun suku bunga acuan BI rate cenderung turun. Kinerja rasio NIM Bank Agro masih sangat rendah jika dibandingkan dengan ketentuan BI>10%. Kondisi ini disebabkan Bank Agro lebih cenderung mempertahankan bunga kredit sebaliknya bunga simpanan mengalami penurunan, karena selama periode 2007 sampai 2010 bank
70
cenderung tidak exspansif dalam penyaluran kredit, walupun suku bunga acuan BI-rate pada periode ini menurun. Pada periode yang sama, BI rate turun dari 12,75% pada akhir 2007 menjadi 6,75% hingga September 2011. Hal ini mengindikasikan penurunan suku bunga kredit lebih lambat dibandingkan pengurangan suku bunga Deposito, Tabungan, dan Giro yang mengikuti penurunan BI rate. Trend NIM Bank Agro yang fluktuatif cenderung berbeda dengan perkembangan suku bunga acuan Bank Indonesia. Paling tidak ada enam faktor yang mempengaruhi NIM Bank Agro, yaitu : 1. Struktur persaingan dari produk perbankan semakin tinggi untuk pasar deposit dan loan. Suku bunga tabungan bergerak antara 2,27% sampai 3,11%, sedangkan untuk deposito berkisar antara 5% - 7% sepanjang tahun 2010 sedangkan suku bunga rata-rata Bank Agro sepanjang tahun 2009 - 2010 sebesar 4% - 8% dan untuk deposito berjangka 2,09% 11,27%. Sedangkan suku bunga kredit Bank Agro sangat tinggi, rata-rata sekitar 11,25% - 13,25% makin kompetitif. 2. Suku bunga pasar tersebut menimbulkan besaran NIM akan semakin kecil dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena dalam pasar yang kompetitif, tidak ada peluang bagi pelaku usaha (bank) untuk menetapkan excessive margin atau melakukan abuse of market power. Pengaruh persaingan dan atau struktur pasar terhadap tingkat NIM adalah positif. 3. Rata-rata biaya operasional.
Secara teori,
bank harus tetap
mempertahankan marjin positif untuk menutup biaya operasionalnya. Makin tinggi biaya operasional, makin tinggi tingkat NIM yang ditetapkan bank. Sebaliknya, apabila bank dapat meningkatkan efisiensi operasionalnya, maka spread atau marjin dapat juga ditekan atau dikurangi. Pengaruh biaya (efisiensi) operasional terhadap tingkat NIM adalah positif. Besarnya beban operasional Bank Agro seperti beban bunga deposito, tabungan, pinjaman yang diterima, giro, pinjaman subordinasi, provisi dan komisi meningkat tahun 2010 sebesar Rp. 150.759 juta, dan 2009 mencapai Rp. 102.778 juta. Kemudian tahun
71
2008 sebesar Rp. 224.659 juta, serta tahun 2007 sebesar Rp. 235.851 juta. Sedangkan beban operasional lainnya seperti beban umum dan administrasi, beban tenaga kerja serta penyisihan aktiva produktif tahun 2009 sebesar Rp. 155.008 juta, 2008 sebesar Rp. 143.939 juta dan tahun 2007 sebesar Rp. 116.374 juta. 4. Perbankan diasumsikan memiliki sikap risk averse. Dalam kondisi risk averse, makin tinggi risiko yang dihadapi oleh bank, maka kompensasi marjin terhadap risiko tersebut juga akan makin besar, begitu juga dengan kondisi sebaliknya. Pengaruh persepsi risiko bank berdampak positif terhadap tingkat net interest marjin. 5. Volatilitas suku bunga pasar uang. Pada prinsipnya, makin tinggi tingkat volatilitas suku bunga pasar uang, maka makin tinggi pula tingkat risiko dan premi yang harus dihadapi oleh perbankan. Semakin besar tingkat NIM yang harus ditetapkan oleh perbankan, begitu juga dengan kondisi sebaliknya. Volatilitas suku bunga berdampak positif terhadap tingkatan NIM. 6. Tingkat risiko kredit. Hampir sama dengan prinsip pengaruh volatilitas suku bunga pasar uang, makin tinggi tingkat risiko kredit yang dihadapi oleh perbankan, makin tinggi pula tingkat premi risiko yang harus ditanggung sehingga NIM akan semakin besar, begitu juga dengan kondisi sebaliknya. Perkembangan rasio kredit bermasalah Bank Agro tahun 2007 sebesar 4,67%, tahun 2008 turun sebesar 3,36%, kemudian tahun 2009 meningkat lagi sebesar 4,47% dan tahun 2010 kembali turun sebesar 1,84%. Sebagaimana pada volatilitas suku bunga, faktor risiko kredit juga berdampak positif terhadap tingkat Net Interest Margin. 7. Volume atau nilai dari kredit dan deposit. Pada intinya, makin besar jumlah kredit yang diberikan dan deposit yang dikumpulkan oleh bank, maka makin besar pula tingkat potensial loss yang dihadapi oleh bank, sehingga perlu dikompensasi dengan tingkat Net Interest Margin yang besar pula. Perkembangan rasio dana terhadap kredit Bank Agro tahun 2007 sebesar 77,02%, tahun 2008 meningkat sebesar 94,36%, kemudian periode tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 80,99%. Demikian
72
juga tahun 2010 turun sebesar 86,69%. Alokasi kredit yang paling tinggi pada sektor Agrobisnis mencapai 63% dari total portofolio kredit perseroan. Namun dari perspektif skala ekonomis, makin besar penyaluran kredit maka seharusnya terdapat benefit efisiensi yang ditimbulkan terkait dengan biaya per unit untuk pengelolaan dan penyaluran portfolio kredit. Kebijakan penguatan NIM Bank Agro kedepan dapat dilakukan dengan meningkatkan strategi pemasaran bank untuk pembiayaan kredit investasi Agrobisnis dan UKM serta ekspansi kredit pada sektor ritel, disamping itu juga peningkatan efisiensi operasional bank dengan menurunkan beban administrasi serta meningkatkan taransaksi e-money dan fokus pada jaringan teknologi informasi yang ada. Fungsi bank sebagai intermediasi dana masyarakat ke sektor usaha saat ini harus digenjot. Bank mulai mengurangi penempatan dananya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kembali aktif memberikan kredit.
Grafik NIM 0,06
Variable A ctual Fits Forecasts 95,0% PI
NIM
0,05 0,04
Moving Av erage Length 5
0,03
A ccuracy Measures MA PE 93,4405 MA D 0,0107 MSD 0,0002
0,02
BI >10%
0,01 0,00 1
8
16
24
32
40 Index
48
56
64
72
Gambar 10 Trend Analysis NIM Desember 2007-Februari 2011
73
Hasil analisis trend pada Gambar 10 dengan menggunakan metode Moving Average menunjukan adanya kenaikan untuk hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio NIM sebesar 0.0296% dengan tingkat kesalahan prediksi MAPE 93,4405 dan MAD 0,0107. Hasil ini mengindikasikan terdapat potensi kenaikan rasio NIM pada bulan Maret 2011, artinya bank memiliki kemampuan meningkatkan pendapatan bunga, dari penggunaan aktiva produktifnya. Hasil Forecasting pada periode bulan ke 40 dengan nilai NIM sebesar 0,0296% dari periode dasar Februari 2011 sebesar 0,830% atau terjadi penurunan sebesar 0,800%. Berdasarkan peramalan ini Bank Agro sulit menaikan pendapatan bunga bersih kedepan yang berimplikasi pada penurunan laba bank. Data tersebut jika dibandingkan NIM rata-rata industri perbankan umum masih jauh dibawah rata-rata untuk tahun 2010 5,73% dan Juni 2011 sebesar 5,79%. Oleh karena itu manajemen dapat mengambil kebijakan strategis untuk mengendalikan beban operasional bank karena penurunan NIM biasanya disebabkan kenaikan biaya dana (cost of fund) dan penurunan pendapatan bunga bersih. Kenaikan biaya dana disebabkan peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia dan peningkatan bunga penjaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Jika kenaikan BI rate tidak disusul dengan peningkatan bunga penjaminan, kemungkinan besar biaya dana Perseroan tidak akan meningkat.
Adapun penurunan pendapatan bunga bersih dipengaruhi
ketatnya persaingan bunga kredit di pasar. Rata-rata suku bunga kredit turun menjadi 15,8% pada Juni 2011 dari 16,9% pada Juni 2010. Kondisi ini perlu diperhatikan agar suku bunga yang ditawarkan cukup kompetitif agar likuiditas bank terjaga.
74
4.2.6. Kinerja Rasio Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Perkembangan BOPO pada Bank Agro periode Desember 2007 sampai dengan Desember 2008 menunjukan terjadinya perubahan yang signifikan, dimana beban operasional bank sebanding dengan pendapatan operasional. Jumlah beban operasional sebesar Rp. 808.223 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 18,64%. Sedangkan pendapatan operasional sebesar Rp. 862.946 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,53%. Hasil perbandingan kedua indikator tersebut diperoleh rasio BOPO sebesar 90%. Sementara itu, periode Januari – Desember 2009 beban operasional mengalami peningkatan sebesar Rp.2.126.999 juta dengan rata-rata pertumbuhan 20,04%. Kenaikan beban operasional diikuti oleh kenaikan pendapatan operasional sebesar Rp.2.303.419 juta dengan tingkat pertumbuhan 20,73%. Dampak dari kenaikan ini adalah tingginya rasio BOPO mencapai 101% diatas ketentuan Bank Indonesia antara (70%-80%). Indikasi kenaikan BOPO bank berlanjut pada periode JanuariDesember tahun 2010 dimana beban operasional bank meningkat sebesar Rp. 3.150.676 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 34,85%. Sedangkan pendapatan operasional juga mengalami kenaikan sebesar Rp. 3.276.470 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 33,11%, sehingga menyebabkan rasio BOPO juga meningkat sebesar 103%. Kenaikan rasio BOPO yang terjadi pada bank ini, mencerminkan belum adanya perbaikan tingkat efisiensi kegiatan operasional akibat perbaikan business process dari penerapan low cost leadership strategic, namun justru yang terjadi adalah jumlah beban operasional ekuivalen dengan pendapatan operasional. Kondisi Bank Agro selama Desember 2007 Februari 2011 belum mencerminkan adanya perbaikan tingkat efisiensi, karena rasio BOPO masih diatas ketentuan BI antara range 70% - 80%. Kenaikan BOPO ini disebabkan oleh kenaikan beban operasional tahun 2010 sebesar 22,49% menjadi Rp 145.435 juta, tahun 2009 meningkat sebesar 4,40% menjadi Rp.118.726 juta. Meskipun porsi dana murah bank tidak meningkat, karena pertumbuhan dana tabungan tahun 2010 sebesar Rp. 144.486 juta atau 1,67%. Kenaikan yang signifikan pada
75
beban non-bunga ini didorong oleh kenaikan biaya administrasi sebesar 51,67% atau Rp. 57.369 juta tahun 2009 menjadi Rp 59.179 juta tahun 2010 atau sebesar 59,30 % dan biaya tenaga kerja yang naik 22,44% menjadi Rp. 55.985 juta dari sebelunya Rp. 45.723 juta. Sementara itu, beban bunga bank tahun 2010 turun sebesar -15,57% menjadi Rp. 194.535 juta, tetapi tahun 2009 mengalami kenaikan 7,96 % menjadi Rp. 224.838 juta sebelumnya Rp. 224.659 juta. Kenaikan yang tinggi pada biaya umum dan administrasi membuat laba operasi perseroan stagnan dilevel Rp. 27.189 juta. Sedangkan laba bersih tahun 2009 turun -42,52% menjadi Rp. 2.199 juta. BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien sehingga bank cenderung mengurangi penyaluran kredit untuk menghindari kerugian yang lebih besar dan mengalihkan investasinya dalam surat berharga. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 5 dimana
beban
operasional yang tertinggi berada pada periode Desember 2010 dengan total biaya operasional mencapai Rp.441.410 juta sedangkan yang terendah berada pada periode Januari 2008 dengan nilai sebesar Rp.7.285
juta.
Sedangkan untuk akumulasi pendapatan operasional yang terbesar berada pada periode
Desember 2010 dengan total pendapatan operasional
mencapai Rp. 465.899 juta dan untuk akumulasi pendapatan operasional yang paling rendah berada pada periode Januari 2008 dengan nilai sebesar Rp.8.522 juta. Kondisi
ini
menunjukan
Bank
Agro
tidak
mampu
mengimplementasikan manajemen risiko, menekan tingkat suku bunga perbankan dan pada akhirnya tidak mampu meningkatkan efisiensi. Berbagai teori manajemen keuangan menyatakan bahwa bank yang efisien akan menciptakan persaingan yang sehat dalam industri perbankan. Langkah perbaikan kedepan, untuk menurunkan rasio BOPO dengan cara menggunakan teknologi untuk meningkatkan transaksi elektronik (echannel) perbankan, risiko.
perbaikan sistem administrasi dan pengendalian
76
Hasil analisis trend pada Gambar 11 dengan metode Moving Average menunjukan adanya peningkatan hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) rasio BOPO sebesar 0.972%. Tingkat kesalahan prediksi MAPE 4,83392 dan MAD 0,04552. Hasil ini menggambarkan rasio BOPO yang tinggi, mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien sehingga bank cenderung mengurangi penyaluran kredit untuk menghindari kerugian.
Grafik BOPO 1,10
Variable A ctual Fits Forecasts 95,0% PI
1,05
BOPO
1,00
Moving Av erage Length 5 A ccuracy MA PE MA D MSD
0,95 0,90
Measures 4,83392 0,04552 0,00310
BI = 80-90% 0,85 0,80
1
8
16
24
32
40 Index
48
56
64
72
Gambar 11 Trend Analysis BOPO Desember 2007-Februari 2011 Hasil Forecasting pada periode bulan ke 40 dengan nilai BOPO sebesar 97,22% dari periode dasar Februari 2011 sebesar 88.16% atau terjadi kenaikan sebesar 9,06%. Berdasarkan peramalan ini Bank Agro terjadi kenaikan beban operasional kedepan yang berimplikasi pada penurunan laba bank, oleh karena itu manajemen dapat mengambil kebijakan strategis untuk mengendalikan beban operasional bank. BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien sehingga bank
77
cenderung mengurangi penyaluran kredit untuk menghindari kerugian yang lebih besar dan mengalihkan investasinya dalam surat berharga atau obligasi. 4.2.7. Analisa EVA Berdasarkan analisis dan perhitungan EVA yang telah dilakukan
pada
Lampiran 5 nilai EVA yang sangat rendah bahkan negatif. Selama periode bulan Desember 2007 – Desember 2008 nilai EVA Bank Agro hanya sebesar Rp. 3.158.405 juta atau 0,133% dr 0,43%. Pada periode ini nilai EVA bank positif karena Net Operational After Taxs (NOPAT) cukup tinggi yaitu sebesar Rp.49.532 juta. Sementara akumulasi Invested Capital sebesar Rp.36.844.104 dengan nilai Capital Charges sebesar Rp.3.158.405 juta. Nilai EVA pada periode ini mencerminkan kinerja bank memberikan laba ekonomis kepada pemegang saham. Hasil analisis tahun 2009 menunjukan nilai EVA negatif sebesar 0,079% atau Rp. 2.163.042 dengan rata-rata pertumbuhan 0,23%. Kondisi ini disebabkan perolehan NOPAT turun sebesar Rp.24.718 juta dengan nilai invested capital Rp.31.089.987 juta. Sementara itu nilai Capital Charges sebesar Rp. 2.243.779 juta atau pertumbuhan -1,81%. Kondisi ini berlanjut tahun 2010 dimana nilai EVA negatif – 0,233% atau sebesar Rp.2.163.042 juta . Nilai EVA yang rendah disebabkan Invested Capital naik sementara NOPAT turun. Akumulasi pendapat operasional bersih sebesar Rp.73.062 juta dan Invested Capital sebesar Rp.34.401.601 juta dengan nilai Capital Charges sebesar Rp.2.236.104 juta. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 5 EVA yang tertinggi berada pada periode
Februari 2008 dengan total nilai EVA mencapai
Rp.264.016 juta sedangkan yang terendah berada pada periode September 2009 dengan nilai sebesar Rp.155.102 juta. Sedangkan untuk akumulasi pendapat operasional bersih yang terbesar berada pada periode Desember 2010 dengan total pendapatan operasional bersih mencapai Rp. 20.018 juta
78
dan untuk akumulas pendapatan operasional bersih yang paling rendah berada pada periode November 2008 dengan nilai sebesar Rp.42 juta. Hasil analisis untuk pertumbuhan dari masing-masing indikator EVA dan NOPAT dimana pertumbuhan tertinggi EVA terjadi pada periode Januari 2008 sebesar 63,33% dan terendah pada bulan Januari 2011 sebesar -100%. Sedangkan pertumbuhan pendapatan operasional bersih tertinggi terjadi pada periode bulan Desember 2008 sebesar 7121,43% dan terendah April 2010 sebesar -371,45%. Penurunan laba ekonomis tersebut di atas dicerminkan oleh pendapatan operasional bersih bank yang lebih rendah dibandingkan dengan Capital Charges. Penurunan laba terlihat pada November 2009 sebesar Rp.42 juta di bandingkan Capital Charges sebesar Rp.240.733 juta, hal yang sama juga terjadi pada Agustus 2009 sebesar Rp. 57 juta sementara Capital Charges Rp.168.525 juta. Kontraksi laba yang signifikan ini mencerminkan kinerja bank tidak memberikan nilai tambah ekonomis kepada pemegang saham karena laba yang diperoleh lebih rendah dari nilai equitas yang dikeluarkan, walaupun parameter yang digunakan oleh Steward nilai EVA >0. Kecenderungan
nilai
EVA
yang
rendah
bahkan
negatif
menggambarkan secara umum bahwa bahwa biaya equitas lebih besar dari pada laba bersih yang diperoleh. Hal ini disebabkan tingginya persentase biaya equitas (saham) yang disebabkan beberapa faktor yaitu; jumlah earning per - share, devident growth, dan nilai pasar saham Agro yang kurang diminati Investor. Laba/rugi persaham bank Agro tahun 2007 Rp. 2.35 juta, tahun 2008 sebesar Rp. 1.63 juta, tahun 2009 sebesar Rp.69 juta dan tahun 2010 sebesar Rp.4.32 juta. Sejak tercatat di Bursa Efek Surabaya perseroan baru pertama kalinya membayar dividen tunai kepada seluruh pemegang saham hanya untuk tahun buku 2005 sebesar Rp. 5 per saham dengan persentase dividen tunai terhadap laba bersih sebesar 44,33%. Selanjunya sampai dengan tahun buku 2010 perseroan tidak pernah membagikan dividen kepada pemegang saham.
79
Kebijakan strategis perseroan kedepan untuk menciptakan nilai tambah ekonomis kepada pemegang saham adalah melalui peningkatan laba bersih perusahaan, pengelolaan kegiatan operasional yang efisien untuk meningkatkan rentabilitas yang optimal dan penguatan struktur permodalan bank diatas 8% serta ekspansi kredit pada sektor yang prospektif baik sektor Agribisnis maupun sektor retail dan pembiayaan ekspor-import.
Grafik EVA 0,0100
Variable A ctual Fits Forecasts 95,0% PI
0,0075
Moving Av erage Length 5
EVA
0,0050
A ccuracy Measures MA PE 100,716 MA D 0,002 MSD 0,000
0,0025 0,0000
EVA>0 -0,0025 -0,0050 1
8
16
24
32
40 48 Index
56
64
72
Gambar 12 Trend Analysis EVA Desember 2007-Februari 2011 Hasil analisis trend pada Gambar 12 dengan metode Moving Average menunjukan adanya peningkatan. Hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) nilai EVA sebesar 0.0026%. Tingkat kesalahan prediksi MAPE 100,716 dan MAD 0,002. Hasil ini dapat memberikan indikasi nila EVA yang positif pada bulan maret 2011, artinya bank dapat memberikan laba ekonomis kepada pemegang saham.
80
Melihat besaran nilai peramalan pariode ke 40 sebesar 0,0026% dibandingkan dengan periode dasar 39 Februari 2011 sebesar -0,371% atau naik sebesar 0,368 basis poin, maka terdapat indikasi kenaikan trend laba ekonomis yang diciptakan oleh Bank Agro kedepan. Hasil peramalan yang positif ini dapat digunakan sebagai acuan untuk merumuskan kebijakan perseroan dalam mempertahankan laba bersih bank dengan mengendalikan
business
process
bank
secara
prudent
dengan
memanfaatkan peluang pertumbuhan pasar perbankan di Indonesia. 4.2.8. Analisa MVA Pada Lampiran 5 nilai MVA Bank Agro Niaga periode Desember 2007 sampai dengan Oktober 2008, nampaknya tidak memberikan nilai tambah pasar MVA, karena nilai MVA sama dengan nol. Penurunan nilai EVA pada periode ini disebabkan pergerakan harga pasar saham bank konstan pada angka Rp.235 perlembar sehingga selama periode ini tidak ada trading saham Bank Agro di Bursa Efek Indonesia. Kinerja MVA cenderung meningkat sepanjang Januari – Desember 2009. Selama periode ini nilai MVA sebesar Rp.225.541 juta atau sekitar 0,70%. Hal ini disebabkan terjadinya trading dengan jumlah lembar saham yang ditawarkan sebanyak 148.342 lembar pada harga pasar Rp.239, sementara harga nominal sebesar Rp.100 perlembar. Indikasi peningkatan juga terjadi pada
Januari – Desember 2010 nilai MVA sebesar
Rp.5.568.824 juta
atau 0,61%. Kenaikan MVA disebabkan kenaikan
jumlah lembar saham yang dijual sebanyak 1.840.538 pada harga pasar Rp.181 dan harga nominal Rp.100 perlembar yang mengakibatkan naiknya Equity Market Value (EMV) sebesar Rp. 14.178.839 juta dan Equity Book Value (EBV) sebesar Rp. 7.996.200. Hal ini menunjukkan, bahwa ekspektasi pasar terhadap saham Bank Agro masih jauh diatas nilai bukunya. Nilai MVA yang dihasilkan ini menjadi dasar untuk menilai kesuksesan atau kegagalan perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemegang saham karena perhitungan MVA memasukan nilai pasar dari perusahaan yang merupakan nilai terpenting bagi shareholders.
81
Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 5, EMV yang tertinggi berada pada periode Juli 2010 sebesar Rp.2.600.150, sedangkan yang terendah berada pada periode Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 tidak ada perdagangan saham yang dilakukan Bank Agro di Bursa Efek Indonesia sehingga nilai EMV Rp.0. Sedangkan untuk EBV tertinggi terjadi pada Juni 2010 sebesar Rp.1.485.800 dan terendah periode Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 sebesar Rp.0. Sedangkan nilai MVA tertinggi terjadi pada Juni 2010 sebesar Rp.1.161.942 dan terendah periode Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 sebesar Rp.0. Sementara itu, hasil analisis untuk pertumbuhan jumlah MVA tertinggi terjadi pada periode April 2010 sebesar 173,53% dan terendah 40,35% terjadi pada Maret 2010 Kondisi ini mencerminkan kinerja bank menurut persepsi investor telah memberikan nilai tambah pasar kepada pemegang saham karena nilai pasar bank lebih besar dari nilai bukunya. Implikasinya positif kepada Investor/pemegang saham yang menanamkan modal nya di bank agro ternyata menghasilkan kekayaan kepada mereka, dibandingkan mereka malakukan investasi pada portofolio lain.
82
Grafik MVA 1,0
Variable A ctual Fits Forecasts 95,0% PI
0,8
Moving Av erage Length 5
0,6 MVA
A ccuracy Measures MA PE 39,8074 MA D 0,1010 MSD 0,0308
0,4
MVA>0 0,2
0,0 1
8
16
24
32
40 Index
48
56
64
72
Gambar 13 Trend Analysis MVA Desember 2007 – Februari 2011 Hasil analisis trend Gambar 13 dengan metode Moving Average menunjukan adanya peningkatan. Hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) nilai MVA sebesar 0.628%. Tingkat kesalahan prediksi MAPE 39,8074 dan MAD 0,1010. Hasil ini dapat memberikan indikasi nila MVA yang positif pada bulan maret 2011, artinya bank dapat memberikan nilai tambah pasar kepada pemegang saham. Indikasi utama pencapaian positif
tersebut terlihat jelas pada
peningkatan nilai peramalan MVA pariode ke 40 sebesar 0,628% dibandingkan dengan periode dasar 39 Februari 2011 sebesar 0,41% atau naik sebesar 0,218 basis poin, maka terdapat indikasi kenaikan trend nilai tambah pasar yang diciptakan oleh Bank Agro kedepan. Hasil peramalan yang positif ini dapat digunakan sebagai acuan untuk merumuskan kebijakan perseroan dalam mempertahankan kinerja pasar bank dengan mengendalikan business process.
83
4.2.9. Analisa Return Saham Pada tahun 2007 kinerja return saham Bank Agro Niaga menunjukan perkembangan yang konstan dari Januari hingga Oktober 2009 seperti terlihat pada Lampiran 5. Harga saham ditawarkan oleh Bank Agro Niaga sebesar Rp. 235 per saham dengan return 0 (nol). Kondisi ini memberikan tekanan yang signifikan sebagaimana dilihat dari nilai return saham 0% Desember 2008. Sejalan dengan kondisi harga saham pada periode sebelumnya, maka kinerja return saham Bank Agro Niaga tidak menunjukan hasil yang positif Januari - Desember 2009 dengan nilai return saham –40 % harga saham diperdagangkan pada kisaran rata-rata Rp. 221 dengan jumlah lembar saham mencapai 5.501.000. Sementara itu, perkembangan return saham Januari –Desember
2010 sebesar -0,10%
dengan harga saham diperdagangkan rata-rata Rp.179 per lembar mencapai 86.288.000 atau 21,43%. Selanjutnya periode Februari 2011 nilai return saham kembali turun -8%. Hal ini menggambarkan risiko yang terkait dengan pergerakan pasar, atau ukuran risiko sistematis (systematic risk) perusahaan. Kondisi ini praktis tidak memberikan return yang posisitif bagi investor. Secara umum harga saham Bank Agro yang rendah ini menunjukan minat investor untuk membeli saham sangat rendah karena volume saham yang diperdagangakan hingga Februari 2011 hanya sebesar 6,712 lembar saham dengan nilai Rp. 1.004 milyar. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 5 jumlah lembar saham yang tertinggi berada pada periode Juli 2010 sebanyak 14.858.000 lembar, sedangkan yang terendah berada pada periode Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 tidak ada perdagangan saham yang dilakukan Bank Agro di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk return saham tertinggi terjadi pada Juni 2010 sebesar 44% dan terendah Maret 2010 sebesar – 81%. Hasil analisis untuk pertumbuhan dari masing-masing indikator dimana pertumbuhan jumlah lembar saham terjadi pada periode Desember 2009 sebesar 581,39% dan terendah pada bulan November 2010 sebesar 64%. Sedangkan pertumbuhan harga saham tertinggi terjadi pada periode
84
bulan Juni 2010 sebesar 44,03% dan terendah Mei 2010 sebesar -14,65%. Nilai perbandingan kedua indikator diatas, maka dapat diketahui kinerja tertinggi return saham terjadi pada bulan Januari 2011 sebesar 361,11% dan terendah Oktober 2010 sebesar -1685,71%. Kondisi pada periode ini menggambarkan adanya apresiasi pasar terhadap kinerja keuangan Bank Agro Niaga yang disebabkan informasi akan di akuisisi oleh BRI. Hasil analisis trend pada Gambar 14
dengan
metode Moving
Average menunjukan adanya peningkatan. Hasil forecast bulan ke 40 karena data terakhir 39 (Februari 2011) maka t (Maret 2011) nilai return saham sebesar
0,0926% dengan tingkat kesalahan
prediksi
MAPE
157,118 dan MAD 0,100. Hasil ini dapat memberikan indikasi nila return saham yang positif pada bulan Maret 2011, artinya bank dapat memberikan return positif kepada Investor. Sementara itu, respon positif trend return saham terlihat pada perubahan yang signifikan pada peramalan periode ke 40 sebesar 0,0926% terjadi kenaikan sebesar 201,29% basis poin dibandingkan periode dasar sebesar -201,20%. Perubahan yang signifikan ini menunjukan adanya harapan adanya kenaikan return saham Bank Agro dimasa akan datang.
85
Grafik Return Saham Variable A ctual Fits Forecasts 95,0% PI
0,50
Return Saham
0,25
Moving Av erage Length 5
0,00
A ccuracy Measures MA PE 157,118 MA D 0,100 MSD 0,043
-0,25
Return Saham >0 -0,50
-0,75 1
8
16
24
32
40 48 Index
56
64
72
Gambar 14 Trend Analysis Return Saham Desember 2007 – Februari 2011
4.3. Analisa Lingkungan Internal dan Eksternal Bank Agro Setelah dilakukan penelitian terhadap postur kinerja Bank Agro Niaga per Desember 2007-Februari 2011 berbasiskan rasio-rasio laporan keuangan, profile kinerja Bank Agro Niaga, analisa EVA, MVA dan return saham yang diciptakan, terdapat poin-poin penting yang dapat di simpulkan dengan analisa SWOT sebagai berikut :
86
Tabel 2 Matrik IFE (Kekuatan) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Faktor Kekuatan Perusahaan
Rating
Manajemen secara konsisten menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sesuai peraturan Bank Indonesia Bank memiliki segmen Captive Market Agro bisnis di Indonesia Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia Jaringan kantor pelayanan bank didukung oleh ketersediaan teknologi perbankan Likuiditas pengelolaan aktiva produktive terjaga Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan Bank Indonesia Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan Biaya modal relatif rendah Bank menjalin kerjasama Co- Financing dengan mitra bisnis Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah 5%
Bobot
Skor Kode
4 0,071567
0,29 S1
4 0,059961
0,24 S2
3 0,052224
0,16 S3
3 0,056093 3 0,054159
0,17 S4 0,16 S5
3 0,061896
0,19 S6
4 0,056093 3 0,044487
0,22 S7 0,13 S8
4 0,058027
0,23 S9
4 0,054159
0,22 S10
Sumber : Data Primer diolah tahun 2012 4.3.1. Analisis Internal Factor Evaluation (IFE) Dalam mengukur kekuatan Bank Agro dalam menjalankan bisnis perbankan terkait dengan memperkuat bisnis lending dan funding serta jasa transaksi perbankan diperlukan analisis menyeluruh terhadap kondisi perbankan saat ini, sehingga manajemen bank dapat menetapkan strategi pemasaran yang tepat dalam meningkatkan daya saing bank. Berikut ini diuraikan indikator kunci yang menjadi kekuatan
Bank Agro sebagai
berikut : A. Kekuatan Komponen kekuatan Bank Agro merupakan modal utama untuk membangun daya saing pada pasar Perbankan di Indonesia. Kekuatan dapat digunakan sebagai alternatif mengembangkan differensiasi dan positioning untuk meraih peluang dan mengatasi ancaman. Berikut ini beberapa indikator kekuatan yang dimiliki Bank Agro : 1. Manajemen Governance
secara (GCG)
konsisten sesuai
menerapkan peraturan
Bank
Good
Corporate
Indonesia
NO.
8/4/PBI/2006, tanggal 5 Oktober 2006. Aspek-aspek GCG yang telah diterapkan Bank Agro adalah ; menyempurnakan tugas dan tanggungjawab direksi dan komisaris, melengkapi pelaksanaan tugas-
87
tugas komite melaksanakan Fungsi kepatuhan dilaksanakan sesuai dengan PBI no 1/6/PBI/1999, penerapan fungsi audit intern dan dan ekstern, prinsip kehati-hatian dalam penyedian dana kepada pihak terkait dan debitur besar, transparansi dan akuntabilitas. 2. Bank memiliki kekuatan pada segmen Captive Market Agro bisnis di Indonesia. Portofolio kredit Bank Agro sebagian besar antara (65%75%) disalurkan disektor bisnis, baik on farm seperti usaha Perkebunan Kelapa Sawit, Perkebunan Teh, Tebu maupun Peternakan Sapi dan on farm seperti Pengembangan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit, Pembiayaan Perdagangan Gula hingga pembiayaan Ekspor Import CPO, Kakao, Sapi dan Teh. 3. Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh BRI. Bank Agro menambah modal dengan cara di akuisisi oleh BRI dengan nilai saham 88,65% senilai 3.030.239.023 lembar saham yang ditunjukan dengan kenaikan harga saham Maret 2011 sebesar Rp.171/lembar dengan value of share sebesar Rp.343.670 juta tertinggi sejak perode Desember 2007. 4. Bank memiliki jaringan operasi sebanyak 7 (tujuh) kantor cabang dan 8 (delapan) kantor cabang pembantu yang yang dilengkapi ATM sebanyak 19 buah tersebar di wilayah di Indonesia 5. Likuiditas pengelolaan aktiva produktif terjaga, hal ini dilihat dari kinerja keuangan bank diakhir 2010 mencerminkan laba bersih Rp. 14.027 juta, laba rugi bersih per saham Rp. 4.320 juta, NPL 1,84%, NPL gross 8,75%, Aset bersih Rp. 12.012 juta. 6. Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan Bank Indonesia. Bank Agro telah melakukan langkah-langkah penyempurnakan
pedoman
kebijakan,
strategi,
ketentuan
dan
peraturan Manajemen Risiko untuk mencapai tujuan atau sasaran (goals) yang telah ditetapkan manajemen Bank, mereview dan menyempurnakan atas usulan penetapan besarnya limit risiko dan limit transaksi serta limit produk dan menerapkan sistem scoring model untuk kredit konsumer/karyawan dan kredit multiguna.
88
Sedangkan untuk pengukuran risiko kredit korporasi, saat ini masih dilakukan pengkajian dan perumusan atas kebutuhan sistem informasi manajemen yang dibutuhkan, merumuskan dan membuat sistem manajemen risiko yang memadai dan terintegrasi dengan core banking system yang saat ini masih dilakukan pengkajian dan perumusan atas kebutuhan sistem informasi manajemen yang dibutuhkan dan melakukan sosialisasi rencana penerapan internal credit models yang telah dikembangkan oleh Bank, sehingga dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan konsisten. 7. Memiliki
SDM
yang
berusia
muda
dan
potensial
untuk
dikembangkan. Manajemen Bank Agro didukung oleh SDM berkualitas dengan sistem penilaian risk based grading untuk peningkatan prestasi dan budaya kerja disemua unit. Saat ini jumlah karyawan mencapai 454 orang. 8. Biaya modal relatif rendah yang ditunjukan dengan rasio biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional dibawah ketentuan Bank Indonesia, untuk tahun 2010 sebesar 95,84% dan tahun 2009 sebesar 97,98%. Sedangkan tingkat bunga acuan yang ditetapkan bank cukup kompetitif sebesar sebesar 6,10% tahun 2010. 9. Bank Agro menjalin kerjasama Co-financing dengan LPEI untuk pembayaran ekspor Agrobisnis senilai Rp. 169.520 milyar dan PT. Permodalan Nasional Madani terkait kredit petani senilai Rp. 18.750 milyar. 10. Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah > 5%. Tingkat kesehatan bank sebagai bagian dari penerapan praktik pengelolaan Bank dengan kehati-hatian dapat dikelola dengan baik. Kredit bermasalah bersih (NPL) terbukti dapat dipertahankan sebesar 1,84%, tahun 2010 4,47% tahun 2009 dan 3,36% tahun 2008 di bawah NPL maksimal arahan Bank Indonesia sebesar 5%.
89
Tabel 3. Matriks IFE (Kelemahan) No 1 2 3 4 5 6 7
Faktor Kelemahan Perusahaan Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand marketable) Pengembangan kantor cabang baru di seluruh Indonesia Efektifitas fungsi intermediasi untuk menjaga tidak terjadinya undisbursed loan Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk, iklan, brosur, media on-line. Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,pasar modal dan sumber pendanaan lain
Rating
Bobot
Skor Kode
2
0,058027
0,12
W1
2
0,069632
0,14
W2
2
0,058027
0,12
W3
1
0,059961
0,06
W4
1
0,061896
0,06
W5
2
0,061896
0,12
W6
1
0,061896
0,06
W7
1
2,68
Total Skor Kekuatan + Kelemahan Sumber : Data Primer diolah (2012)
Mengukur kelemahan Bank Agro dalam menjalankan bisnis perbankan terkait dengan memperkuat bisnis lending dan funding serta jasa transaksi perbankan diperlukan analisis menyeluruh terhadap kondisi perbankan saat ini, sehingga manajemen bank dapat menetapkan strategi pemasaran yang tepat dalam meningkatkan daya saing bank. Berikut ini diuraikan indikator kunci yang menjadi kelemahan Bank Agro sebagai berikut : A. Kelemahan Beberapa aspek penting berikut ini merupakan indikator yang dapat dijadikan parameter untuk mengukur kelemahan Bank Agro yaitu; 1. Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand marketable). Perseroan baru memiliki jaringan operasi sebanyak 7 (tujuh) kantor cabang dan 8 (delapan) kantor cabang pembantu yang tersebar diwilayah Jakarta, Tangerang, Surabaya, Medan, Pekan baru, Bandung, Semarang dan Balikpapan. Jumlah kantor cabang yang masih terbatas ini menyebabkan Bank Agro belum dikenal luas di Masyarakat. Selain itu, kurangnya promosi yang dilakukan bank selama ini menyebabkan masyarakat belum terbiasa bertransaksi melalui fasilitas yang dimiliki bank Agro. Demikian juga dalam hal tabungan, deposito dan giro. Indikasi tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan pangsa pasar bank cukup kecil dibandingkan rata-rata industrinya seperti giro tumbuh 0,09%, tabungan 0,02%, deposito 0,19%, modal kerja 0,10% dan konsumsi 0,11%.
90
2. Pengembangan kantor cabang baru
di seluruh Indonesia. Belum ada
rencana aksi korporasi untuk menambah jaringan kantor Bank Agro sejak tahun 2010 masih berjumlah 21 kantor cabang dengan jumlah fasilitas ATM sebanyak 26 unit, kecuali adanya rencana pembukaan kantor cabang pembantu ke wilayah Jambi. 3. Efektifitas
fungsi
intermediasi
untuk
menjaga
tidak
terjadinya
undisbursed loan. Kebanyakan perseroan menempatkan dana pada pasar uang antar bank (PUAB) untuk meminimalisasi biaya dana yang timbul sebagai akibat dana yang belum disalurkan ke kredit dan mengambil kesempatan trading untuk mendapatkan keuntungan spread/margin. Kebijakan ini menimbulkan lemahnya fungsi intermediasi bank dalam penyaluran kredit dimana tahun 2010 kredit modal kerja tumbuh 0,10%, konsumsi 0,11% sementara rata-rata industri mencapai > 10,6%. Sementara suku bunga rata-rata tahunan selama tahun berjalan adalah sebesar 4,00%-8,00% untuk deposito on call dan 2,09% - 11% untuk deposito berjangka 4. Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir sangat kurang dibandingkan rata-rata industri. Sepanjang tahun 2010 bank terlalu berfokus pada portofolio kredit Agrobisnis mencapai 65% 75%, sementara usaha pengembangan produk baru untuk sasaran dunia usaha atau kredit korporasi dan retail kurang diminati. Demikian juga produk funding masih terbatas pada deposito, giro dan tabungan sementara pemanfaatan layanan taransaksi bank masih kurang hal ini dilihat dari pendapatan bersih bank non bungan masih rendah dimana tahun 2009 hanya tumbuh 5,01% dibandingan rata-rata industri 23,57%. 5. Tehnik berkomunikasi dengan masyarakat melalui
promosi produk,
iklan, brosur, media on-line. Strategi marketing komunikasi bank belum maksimal dilihat dari intensitas promosi produk, iklan, brosur maupun media on-line. Berdasarkan hal ini Bank Agro belum memanfatkan teknologi yang semakin maju dalam menunjang pelayanan bank seperti layanan perbankan yang dapat diakses dengan mudah melalui internet dan
ponsel
untuk
menjawab
kebutuhan
nasabah
yang
dalam
91
keseharianya mengutamakan fleksibilitas, kecepatan dan keamanan untuk bertransaksi 24 jam dimanapun mereka berada. Brand positioning bank juga belum kelihatan untuk di promosikan kepada masyarakat melalui mobile banking sebagai upaya terobosan strategi promosi untuk meningkatkan potensi pasar pengguna e-banking yang masih terbuka lebar. 6. Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank. Manajemen Bank Agro masih terus meningkatkan kemampuan dalam memperbaiki internal kontrol sebagai wujud penerapan GCG. Penerapan fungsi audit internal yang belum berjalan maksimal di bank terkait dengan macro risk assessment terhadap aspek pemantauan dan pengendalian kredit existing. Selama ini pemantauan dan pengendalian hanya dikantor pusat saja, sementara untuk kantor cabang hanya sistem sampling saja untuk debitur plafon besar. 7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal dan sumber pendanaan lain. Sumber pendanaan bank yang berasal dari penjualan saham masih rendah karena harga saham bank kurang diminati investor range harga saham rata-rata masih dibawah Rp.300 / lembar saham bahkan tidak ada trading selama Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 sehingga sumber pendanaan dari penjualan saham tidak signifikan. Selama ini sumber dana yang dipakai perseroan berasal dari akuisisi oleh BRI tahun 2010, fasilitas pinjaman dari Bank Indonesia untuk membiayai kredit koperasi dari nasabah bank serta penerbitan obligasi. Berdasarkan hasil analisis internal, telah teridentifikasi sebanyak 10 indikator kekuatan dan tujuh indikator kelemahan Bank Agro. Jumlah responden yang diminta mengisi kuesioner 1 (satu) orang yaitu kepala bagian pengembangan produk dan riset pasar. Hasil analisis skoring kuesioner sebesar 2,68. Hasil tersebut menunjukan secara internal Bank Agro memiliki kemampuan untuk mengembangkan bisnis perbankan kedepan dengan berfokus pada pertumbuhan Core Business yang dijalankan saat ini pada segmen Captive Market, yaitu berhubungan dengan sektor Agrobisnis.
92
Kekuatan yang dimiliki Bank Agro dengan nilai tertinggi pada indikator kemampuan manajemen secara konsisten menerapkan GCG sesuai peraturan Bank Indonesia dengan nilai 0,29. Nilai terendah faktor kekuatan adalah kemampuan Likuiditas pengelolaan aktiva produktif sebesar 0,16. Sedangkan kelemahan Bank Agro berdasarkan analisa IFE yang tertinggi adalah pengembangan kantor cabang baru diseluruh Indonesia dengan nilai 0,14 sedangkan faktor kelemahan dengan nilai terendah adalah Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini. Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk, iklan, brosur, media on-line dan kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal dan sumber pendanaan lain masing – masing dengan nilai 0,06%. 4.3.2. Analisis Eksternal Factor Evaluation (EFE) Kajian faktor eksternal terdiri dari 10 (sepuluh) indikator yang dinilai menjadi peluang pertumbuhan bisnis Bank Agro Niaga terdiri atas peluang 10 (sepuluh) indikator dan ancaman sebanyak 9 (smbilan) indikator seperti terlihat pada Tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Matriks EFE (Peluang) No
Faktor Peluang Perusahaan
Rating
Bobot
Skor
Kode
1
Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia
4
0,061350
0,25
O1
2
Trend Pertumbuhan ekonomi yang positif dalam lima tahun terakhir ini
3
0,058282
0,17
O2
3
Potensi pembiayaan kredit Agrobisnis meningkat
4
0,050613
0,20
O3
4
Meningkatnya potensi investor asing dan domestik pada industri Agrobisnis
3
0,052147
0,16
O4
5
Regulasi dan kebijakan perbankan yang kondusif
4
0,059816
0,24
O5
6
Melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan Eropa
4
0,049080
0,20
O6
7
Ekspektasi stakeholders terhadap manajemen organisasi tinggi
3
0,049080
0,15
O7
8
Tingginya suku bunga kredit perbankan
3
0,055215
0,17
O8
9
Prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan
3
0,050613
0,15
O9
Peningkatan akses kredit UMKM melalui lembaga penjaminan kredit daerah (LPKD)
3
0,047546
0,14
O10
10
Sumber : Data Primer diolah tahun 2012
Hasil identifikasi alisisis EFE berdasarkan hasil kuesioner berikut ini dijelaskan indikator peluang dan ancaman yang teridentifikasi sebagai berikut:
93
A. Peluang 1. Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia dilihat dari potensi geografis meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Jambi, Jawa Barat, Papua, Maluku dan Aceh. Sedangkan untuk sektor korporasi sangat terbuka untuk bekerjasama dengan Perusahan seperti Group Sampoerna Agro, Grup Rajawali, Group Gunung Sewu, Group Jarum, Indofood Sukses Makmur, Asia Agri, Astra Agro, Sinar Mas, Davomas Abadi, Budi Acid Jaya, Tunas Baru lampung, Sorini Asia Agro Corporation, Group Incasi Raya Musim Mas, PT.London Sumatera, Group Para dan lain-lain 2. Trend Pertumbuhan ekonomi yang positif dalam lima tahun terakhir ini dimana tahun 2011 mencapai 6,1% dan diperkirakan tahun 2012 mencapai 6,5% merupakan pondasi untuk menciptakan peluang bisnis. Disamping itu, pertumbuhan sektor riel yang cukup tinggi mendorong peningkatan ekspansi kredit perbankan tahun 2010 mencapai 22,80%, dan tahun 2011 24,64% dan 2012 diproyeksi meningkat sebesar 27%. (BPS, 2011) 3. Pertumbuhan potensi pembiayaan kredit Agrobisnis meningkat dimana trend kredit sektor pertanian, perkebunan dan sarana pertanian terus meningkat, tahun 2011 mencapai 11,62%, dapat dimanfaatkan oleh Bank Agro untuk meningkatkan pembiayaan kredit. Sebagai pondasi untuk melakukan ekspansi usaha kedepan selain pertumbuhan kredit juga adanya peluang Indonesia sebagai negara penghasil utama CPO dengan total produksi mencapai 20,7 juta ton dengan nilai ekspor CPO mencapai U$$13 milyar. Potensi lain yang dapat dimanfaatkan adalah akselarasi kebijakan Pemerintah mendorong investasi sektor Agribisnis
sebagai
driver ketahanan pangan dan energi nasional. Sementara itu proyeksi kebutuhan investasi pertanian sebesar Rp 1.360, 6 trilyun (PMDN 73% dan PMA 27%). Target kebutuhan investasi swasta pada tahun 2012 diharapkan dapat mencapai Rp 56,28 trilyun dari investor asing (PMA) dan Rp 144,42 trilyun investor dalam negeri (PMDN).
94
4. Meningkatnya potensi investor asing dan domestik pada industri Agrobisnis Nilai kapitalisasi saham sektor agribisnis tercatat naik tertinggi secara year to date sebesar 18,98% menjadi Rp 125,18 triliun per 22 Juni 2011, dibandingkan akhir 2010 yang tercatat Rp 105,23 triliun. Analis memprediksi nilai kapitalisasi sektor agribisnis berpotensi bisa lebih besar jika perusahaan-perusahaan perkebunan nasional mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia pada sektor Agrobisnis sektor pangan dan perkebunan di Tanah Air pada 2011 mencapai Rp8,3 triliun penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing sebesar US$1 miliar. (Kementrian Pertanian 2012). 5. Regulasi dan kebijakan perbankan yang kondusif untuk mendorong perbankan nasional melaksanakan fungsi intermediasi secara efektif. Disamping itu juga BI
menjaga stabilitas makro ekonomi dengan
pengendalian suku bunga acuan bank, (SBI), inflasi dan nilai tukar yang cukup stabil. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh Bank Agro untuk menjalankan bisnis perbankan. 6. Melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan Eropa. Krisis Eropa ternyata mulai mempengaruhi perbankan nasional. Pengaruh tersebut berasal dari nasabah bank yang terkait langsung dengan ekspor Agrobisnis
Eropa. Bank yang nasabahnya memiliki hubungan
dagang dengan Yunani, Spanyol, dan negara Eropa lainnya mulai terganggu. Investor asing dari sejumlah negara melakukan sorted dan penarikan dana investasi valuta asing. 7. Ekspektasi stakeholders terhadap manajemen organisasi
tinggi. Bank
Agro setelah diakuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia dengan penyertaan saham sebesar 79,80% dan DAPENBUN 14,00% memberikan dukungan yang kuat terhadap penambahan modal bank, sehingga menimbulkan ekspektasi yang cukup tinggi terhadap kinerja Perseroan dimasa akan datang. Implikasi dari kebijakan ini adalah naiknya harga saham bank
95
Oktober 2010 sebesar Rp.210 persaham dengan volume trading mencapai Rp.26.211 juta. 8. Tingginya suku bunga kredit perbankan masih sekitar 12 persen, sementara di luar negeri suku bunga kredit rata-rata 3-4 persen. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Penurunan BI Rate menjadi 5,75 persen semestinya harus diikuti dengan penurunan bunga kredit perbankan. Penurunan ini penting untuk mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah sehingga masing-masing bank dapat menetapkan suku bunga kompetitif termasuk Bank Agro. 9. Prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan yang telah dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2001 menekankan prioritas ketahanan pangan dan energi nasional akan mendorong kenaikan pembiayaan investasi angan dan energi yang dapat dibiyai oleh Bank Agro. 10. Peningkatan akses kredit UMKM melalui Lembaga Penjaminan Kredit Daerah (LPKD). Potensi peningkatan kredit UKMK (kredit usaha mikro, usaha kecil dan menengah) Triwulan IV 2010 mencapai Rp.332.600 triliun dan Triwulan I 2011 sebesar Rp.15.700 triliun dengan net ekspansi perbankan mencapai Rp.332.600 triliun tahun 2010 dan 2011 mencapai Rp.58.190 triliun. Sedangkan potensi kredit MKM tahun 2010 berdasarkan plafon kredit sebesar Rp.193.700 triliun dan tahun 2011 mencapai Rp.48.949.320 juta. Potensi ini dapat dimanfatkan oleh Bank Agro untuk meningkatkan kredit UMKM karena baru dimanfaatkan sebesar 37,04% atau Rp.1.965.681 juta tahun 2009 (Bank Indonesia 2011).
96
Tabel 6 Matriks EFE (Ancaman) No Faktor Ancaman Perusahaan
Rating
Bobot Skor Kode
1 Kompetisi yang ketat antar perbankan
2 0,053681
0,11 T1
Meningkatnya pangsa pasar bank BUMN dalam 2 pembiayaan kredit Agrobisnis
2 0,050613
0,10 T2
Ketatnya persyaratan Bank Indonesia tentang ketentuan 3 modal inti (tier1)
3 0,053681
0,16 T3
Nasabah belum sepenuhnya memahami manfaat dan 4 risiko produk Bank Agro.
2 0,062883
0,13 T4
5 Pertumbuhan kredit perbankan nasional meningkat
3 0,055215
0,17 T5
6 Praktek transfer pricing bank-bank swasta
2 0,047546
0,10 T6
7 Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan
2 0,050613
0,10 T7
8 Mahalnya investasi teknologi Perbankan
3 0,050613
0,15 T8
Potensi pertumbuhan produk jasa keuangan akibat 9 pergeseran demografi (kelas menengah baru)
2 0,041411
0,08 T9
Total Peluang +Ancaman
1
2,91
Sumber : Data primer diolah (2012)
Hasil identifikasi alisisis EFE berdasarkan hasil kuesioner berikut ini dijelaskan indikator ancaman yang teridentifikasi sebagai berikut: B. Ancaman Hasil kajian faktor eksternal yang menjadi potensi ancaman bagi Bank Agro dapat teridentifikasi beberapa indikator sebagai berikut ; 1. Kompetisi yang ketat antar perbankan. Berdasarkan data Bank Indonesia jumlah bank yang beroperasi di Indonesia terdiri dari Bank umum swasta nasional non devisa yang mencapai 29 bank dari total Bank umum lainnya termasuk Bank Asing 165 Bank. Kondisi pasar yang semakin kompetitif, menyebabkan Bank Umum Swasta Nasional non devisa menghadapi persaingan yang sangat ketat dan merupakan ancaman bagi Bank Agro Niaga. 2. Meningkatnya pangsa pasar bank BUMN dan dalam pembiayaan kredit UMKM Agrobisnis. Pada tahun 2011 Bank BNI dan BRI memberikan total pembiayaan kredit modal kerja untuk memperkuat sektor Agrobisnis khususnya BUMN Perhutani masing – masing mencapai Rp.10 triliun. Kondisi ini akan memperkecil peluang Bank Agro bersaing dalam skema penyaluran kredit.
97
3. Ketatnya persyaratan
Bank Indonesia tentang ketentuan modal inti
(tier1). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.9/12/PBI/2007 tentang pesyaratan rasio kecukupan modal bank minimum 8% atau senilai Rp.100 milyar berimplikasi pada kemampuan bank mencari tambahan modal inti untuk memperkuat tingkat likuiditas bank termasuk Bank Agro. 4. Nasabah belum sepenuhnya memahami manfaat dan risiko produk Bank Agro. Reputasi brand Bank Agro belum dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia sehingga masyarakat belum terbiasa menyimpan,meminjam dan bertransaksi melalui Bank Agro. Disamping itu juga, jenis produk yang ditawarkan belum sepenuhnya dipahami masyarakat. 5. Potensi pertumbuhan kinerja kredit perbankan nasional tahun 2010 terus meningkat sebesar 22,80%, DPK 18,54%, dan laba meningkat 26,75%. Periode Maret 2011 Kredit 24,64% DPK 18,64% dan Laba 20,73%. Kondisi ini akan mendukung pertumbuhan kinerja Bank Agro karena potensi pasar perbankan nasional yang terus meningkat seiring dengan stabilnya pertumbuhan makro ekonomi. 6. Praktek transfer pricing bank-bank swasta. Adanya perbedaan tarif pajak di berbagai negara telah mendorong perbankan asing melakukan penghematan pajak melalui akuisisi bank di negara yang tarif pajaknya rendah. Disisi lain, banyak perbankan di Indonesia sedang menghadapi masalah transfer pricing karena diduga melakukan penghematan pajak melalui praktek transfer pricing. 7. Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan. Data Bank Indonesia, per Februari 2011 terdapat empat bank persero, 36 bank umum swasta nasional (BUSN) devisa, 31 BUSN nondevisa, 26 bank pembangunan daerah, 14 bank campuran, dan 10 bank asing. Kredit yang dikucurkan bank asing mencapai Rp.117,057 triliun per Februari 2011. Dana pihak ketiga yang dihimpun sebesar Rp.127.249 triliun. Total aset 10 bank asing sebesar Rp.228.171 triliun.
98
8. Mahalnya investasi teknologi Perbankan. Investasi teknologi perbankan untuk meningkatkan layanan perbankan membutuhkan sedikitnya biaya 25% dari belanja modal (cost of capital) hal ini memberatkan perbankan. Kemajuan
teknologi
juga
mempengaruhi
tinggi-rendahnya
biaya
operasional suatu bank. Membangun infrastruktur teknologi untuk cabangcabang Bank Agro biayanya besar. 9. Potensi pertumbuhan produk jasa keuangan akibat pergeseran demografi (kelas menengah baru). Pada 2010 kelas menengah Indonesia mencapai 134 juta jiwa atau 56,5% . Menurut studi Bank Dunia, kalangan kelas menengah dengan pendapatan US$6-US$10 atau Rp.2,6-5,2 juta perbulan 5% serta golongan menengah berpendapatan US$10-US$2 atau Rp. 5,2 – Rp. 6 juta perbulan atau 1,3%. Kondisi ini akan mendorong naiknya konsumsi dan saving. Namun kedepannya, akan menjadi sumber pembiayaan pembangunan melalui pasar keuangan seiring meningkatnya pendapatan karena Sektor keuangan sangat terkait dengan peningkatan kelas menengah. Peluang pasar yang dimiliki Bank Agro dengan nilai tertinggi pada indikator luasnya pasar pasar Agrobisnis di Indonesia dengan nilai 0,25. Nilai terendah faktor kekuatan adalah Ekspektasi stakeholders terhadap manajemen organisasi dan prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan masing-masing sebesar 0,15. Sedangkan faktor ancaman Bank Agro berdasarkan analisa IFE yang tertinggi adalah tingginya suku bunga kredit perbankan dengan nilai 0,17 sedangkan faktor kelemahan dengan nilai terendah adalah melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan Eropa dengan nilai 0,08%. 4.4. Penentuan Posisi Bank Agro Niaga Penentuan posisi Bank Agro Niaga didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan model Internal – Eksternal matriks. Berdasarkan Internal – Eksternal matriks dengan nilai
99
total skor untuk IFE = 2,91 dan EFE = 2,68. Berikut ini tabel Matrik IFE dan EFE. Total Skor Strategi Internal Kuat
Rata-Rata
Lemah 4,0
3,0
2,68
2,0
1,0 Tinggi 3,0 Total Skor Strategi Eksternal Menengah 2,0 2,91
Bank Agro
Gamba 15 Matriks Internal-External (IE) Pada Gambar 15 analisis internal-eksternal matriks posisi Bank Agro Niaga berada pada skor nilai rata-rata dibawah 3,00 dengan nilai IFE 2,68 artinya Bank Agro berada pada strategi pertumbuhan dengan konsentrasi dan fokus pada Core Business yang dijalankan saat ini pada segmen Captive Market, dan hasil analisis eksternal dengan skor tinggi dibawah 3,00 atau EFE = 2,91. Artinya dapat memanfaatkan kestabilan lingkungan eksternal dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki secara internal. Berdasarkan hasil penilaian IFE-EFE nampaknya bahwa strategi Bank Agro
Niaga
adalah
menggunakan
strategi
pertumbuhan
dengan
memanfaatkan lingkungan eksternal yang cukup stabil. Untuk memperkuat pertumbuhan Bank Agro kedepan dapat
melakukan penerbitan obligasi
untuk meningkatkan sktruktur permodalan sesuai ketententuan Bank Indonesia hingga mencapai Rp. 100 milyar, walaupun saat ini Bank Agro telah di jual sahamnya kepada Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp. 3.030,239,023 lembar saham atau 88,65% dari seluruh saham yang
100
ditempatkan, mengingat rasio kecukupan modal bank baru mencapai 14,42% tahun 2010 dari 19,63 % tahun 2009. Strategi pertumbuhan ke depan perseroan dapat meningkatkan kerjasama dengan Group Sampoerna Agro, Grup Rajawali, Group Gunung Sewu, Group Jarum, Indofood Sukses Makmur, Asia Agri, Astra Agro, Sinar Mas, Davomas Abadi, Budi Acid Jaya, Tunas Baru lampung, Sorini Asia Agro Corporation, Group Incasi Raya Musim Mas, PT.London Sumatera, Group Para dan lain-lain. Strategi Bank Agro Niaga diarahkan pada strategi pertumbuhan dengan diferensiasi produk, brand equity, penggunaan teknologi baru, perluasan captive market untuk mendapatkan market share yang kuat. 4.5. Pemilihan Marketing Strategik Planning Penentuan alternatif strategi yang sesuai dengan kebutuhan Bank Agro Niaga adalah untuk memperkuat pertumbuhan perusahaan dimasa akan datang adalah dengan cara membuat matriks SWOT. Analisa SWOT dibangun berdasarkan hasil analisis (self assesment) data-data sekunder maupun primer dari penilaian faktor-faktor strategis baik faktor eksternal maupun internal yang terdiri dari faktor peluang,ancaman,kelemahan dan kekuatan yang dimiliki
Bank Agro Niaga. Berdasarkan SWOT analisis
tersebut dapat disusun empat startegi utama yaitu: SO, WO, ST dan WT unsur detailnya dapat dilihat pada Gambar 7. Masing-masing strategi ini memiliki karakteristik tersendiri dan hendaknya dalam implementasi strategi (execution strategic) dilaksanakan secara simultan oleh seluruh jajaran manajemen bank. Adapun strategi yang digunakan oleh bank dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada (Strategi SO) terdiri dari : (1). Melakukan repositioning Bank sebagai Captive Market Agro bisnis untuk meningkatkan competitiveness, (2) menciptakan variasi produk sesuai dengan skeman pasar agrobisnis untuk memperluas size bisnis, (3) meningkatkan linkage program untuk penyaluran kredit investasi, (4) meningkatkan HRD Competency. Sedangkan Strategi meminimalisir kelemahan untuk memanfaatkan peluang terdiri dari; (1) Quality Service
101
dengan membuka kantor cabang baru untuk meningkatkan pelayanan. (2) memperkuat struktur modal bank. (3) memperbaiki kualitas bisnis proses. Selanjutnya strategi mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi ancaman yang dihadapi oleh bank (strategi ST) terdiri dari; (1). memperkuat implementasi GCG dan manajemen risiko. (2) menerapkan suku bunga kompetitif. (3) mengembangkan kerjasama promosi dengan mitra strategis. Sementara itu, strategi untuk mengurangi kelemahan dalam meminimalisir ancaman adalah; (1) membangun Brand Equity. (2) mengelola cash flow secara lebih baik. (3) meningkatkan value of share di pasar modal
102
Tabel 7. Matriks SWOT IFE
EFE
Peluang (O) 1. Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia (O1) 2. Trend Pertumbuhan ekonomi positif (O2) 3. Potensi bisnis pembiayaan kredit Agrobisnis meningkat (O3) 4. Meningkatnya potensi investor asing dan domestik industri Agrobisnis (O4) 5. Regulasi dan kebijakan perbankan yang kondusif (O5) 6. Potensi pertumbuhan produk jasa keuangan akibat dari pergeseran demografi (06) 7. Ekspektasi stakeholders terhadap manajemen organisasi tinggi (O7) 8. Pertumbuahan kredit perbankan nasional meningkat (08) 9. Prioritas pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan (09) 10. Peningkatan akses kredit UMKM melalui LPKD (010) Ancaman (Treaths) 1. Kompetisi yang ketat antar perbankan (T1) 2. Meningkatnya pangsa pasar bank BUMN dalam pembiayaan kredit Agrobisnis (T2) 3. Ketatnya persyaratan BI tentang ketentuan modal inti (T3) 4. Nasabah belum memahami manfaat dan risiko produk Bank Agro.(T4) 5. Tingginya suku bunga kredit perbankan (T5) 6. Praktek transfer pricing bank-bank swasta (T6) 7. Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan (T7) 8. Mahalnya investasi teknologi Perbankan (T8) 9. Melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan Eropa (T9)
Sumber : Data Primer diolah (2012)
KEKUATAN (S) 1. Manajemen konsisten menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sesuai peraturan BI (S1) 2. Bank memiliki kekuatan pada segmen Captive Market Agro bisnis (S2) 3. Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh BRI (S3) 4. Jaringan kantor pelayanan bank didukung oleh ketersediaan teknologi perbankan (S4) 5. Likuiditas pengelolaan aktiva produktive terjaga (S5) 6. Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan BI (S6) 7. Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan (S7) 8. Biaya modal relatif rendah (S8) 9. Bank Agro menjalin kerjasama Co- Financing dengan mitra bisnis (S9) 10. Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah > 5% (S10) Strategi S-O: 1. Melakukan repositioning Bank sebagai Captive Market Agro bisnis untuk meningkatkan competitiveness (S1-O2), (S3O1), (S8 – O4) 2. Menciptakan variasi produk sesuai dengan skeman pasar agrobisnis untuk memperluas size bisnis (S2- O5), (S6 – O8), (S10 – O3) 3. Meningkatkan lingkage program untuk penyaluran kredit investasi (S9-O10 ), (S4- O6), (S5-O9) 4. HRD Competency (S7-O7)
Kelemahan ( W) 1. Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand marketable) (W1) 2. Pengembangan kantor cabang baru di seluruh Indonesia (W2) 3. Efektifitas fungsi intermediasi untuk menjaga tidak terjadinya undisbursed loan (W3) 4. Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini (W4) 5. Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk, iklan, brosur,media on-line.(W5) 6. Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank (W6) 7. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,pasar modal dan sumber pendanaan lain (W7)
Strategi S-T 1. memperkuat implementasi Good Corporate Gorvanance (GCG) dan manajemen risiko (S1-T3), (S5-T8), (S6-T4) 2. Menerapkan suku bunga kompetitif (S8 – T5), (S2 – T6), (S3 – T7), (S4 – T1), (S10 – T9) 3. Mengembangkan kerjasama promosi dengan mitra strategis (S9 – T2), (S7 – T6),
WT Strategi 1. Membangun Brand Equity (W1 – T3), (W3 – T5), (W6 – T1), (W5-T4) 2. Mengelola cash flow secara lebih baik (W6 – T8), (W3T6) 3. Meningkatkan value of share di pasar modal (W7 – T9), (W6 – T2), (W4 – T7)
Strategi W-O : 1. Quality Service dengan membuka kantor cabang baru untuk meningkatkan pelayanan (W1- O3), (W2-01), (W7-O9), (W5-O10) 2. Memperkuat struktur modal bank (W3-O6), (W4 – O8), (W7-O4) 3. Memperbaiki kualitas bisnis proses (W6-O5), (W2-O2), (W3-O7)
103
4.6. Analisa SPACE Matriks Dalam rangka melihat posisi Bank Agro, analisis Space Matrix digunakan untuk melihat posisi dan arah pengembangan strategi bank selanjutnya. Berdasarkan analisis Space Matrix tersebut dapat terlihat dengan jelas garis vektor bersifat negatif baik untuk kekuatan keuangan (KU) maupun kekuatan industri (KI), sehingga dapat dikatakan bahwa Bank Agro ini secara keuangan relatif lemah sehingga tidak dapat mendayagunakan secara optimal keuntungan kompetitifnya. Bank Agro Niaga disarankan melaksanakan strategi marketing yang kompetitif untuk merebut market share. Pada Tabel 8 dapat dilihat analisis matriks SPACE. Tabel 8 Matrik SPACE Analisis Kekuatan Keuangan dan Stabilitas Lingkungan Bisnis 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. 9.
Posisi Faktor Strategi Internal Kekuatan Keuangan (KU) Imbal hasil atas aset 2009 sebesar 0,18%, dan sebesar 2010 0,67% Imbal hasil atas equitas 2009 sebesar 0,79% dan 2010 sebesar 4,17% Rasio kecukupan modal 2009 sebesar 19,63%, dan 2010 sebesar 14,42% Rasio dana terhadap kredit 2009 sebesar 80,99% dan 2010 sebesar 86,68% Rasio kredit bermasalah bersih 2009 sebesar 4,47% dan 2010 sebesar 1,84% Margin bunga bersih 2009 sebesar 4,98% dan sebesar 2010 5,03% Biaya opersional/Pendapatan operasional 2009 sebesar 97,98% dan 2010 sebesar 95,84% Harga saham Q IV Rp.168/lembar Nilai EVA dan MVA rendah
Sumber : Data Sekunder diolah tahun 2012
Rating 1
2
2
1
2
2
Posisi Faktor Strategi Eksternal Stabilitas Lingkungan Bisnis (SL) 1. Inflasi 2011 sebesar 6,38 % 2. Pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 6,1% dan 2011 sebesar 6,5% 3. Suku bunga bank Indonesia sebesar 6,7% tahun 2011 4. Kompetisi pasar semakin tinggi 5. Kemajuan teknologi perbankan 6. Melemahnya kondisi pasar modal akibat krisis USA dan Eropa 7. Kebijakan ekonomi pemerintah memperkuat sektor agrobisnis 8. Inovasi,new business model disegmen retail
Rating -2 -6 -2 -2
-6 -2
-6
-6
1
1 1 13
32
104
Berdasarkan Tabel 8 di atas, maka dapat dijelaskan posisi faktor strategis yaitu; A. Faktor internal dari kekuatan keuangan bank dan Keunggulan Kompetitif (KK) sebagai berikut;
1. Kekuatan keuangan bank menunjukan imbal hasil atas aset tahun 2009 sebesar 0,18%, meningkat sebesar 0,67% tahun 2010. Kenaikan ini disebabkan kemampuan Peseroan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang dimiliki yang dukur dari perbandingan antara laba bersih dengan rata-rata jumlah aktiva meningkat. Imbal hasil atas equitas tahun 2009 sebesar 0,79% meningkat sebesar 4,17% tahun 2010. Kinerja Perseroan dalam menghasilka laba bersih dari modal sendiri yang di investasikan meningkat. Imbal hasi ekuitas rata – rata juga mengalami perbaikan karena rugi bersih sejak tahun 2008 berkurang dibandingkan tahun sebelumnya dan hal ini berpengaruh pada laporan keuangan pada tahun 2009 dan 2010.
2. Rasio kecukupan modal tahun 2009 sebesar 19,63%, dan menurun sebesar 14,42% tahun 2010 hal ini disebabkan pengelolaan aktiva produktif kurang lancar atau NPL meningkat, tetapi posisi CAR diatas masih memenuhi ketetuan Bank Indonesia diatas > 8%, artinya Perseroan mampu mengembangkan usaha lebih baik. Sementara itu, Rasio dana terhadap kredit tahun 2009 sebesar 80,99% dan tahun 2010 meningkat sebesar
86,68%. Pada posisi ini bank cuku efektif
menjalankan fungsi intermedisi
3. DPK yang dihimpun oleh bank untuk disalurkan kepada Industri. Sedangkan perkembangan Rasio kredit bermasalah bersih 2009 sebesar 4,47% menurun signifikan tahun 2010 sebesar 1,84% artinya bank menjalankan fungsi intermediasi secara prudent sesuai ketentuan Bank Indonesia tentang fungsi pengendalian risiko.
4. Pendapatan bank dari margin bunga bersih tahun 2009 sebesar 4,98% meningkat menjadi 5,03% tahun 2010. Kenaikan ini disebabkan kualitas aktiva produktif yang dimiliki Perseroan dikelola dengan prinsip kehati-hatian. Kemudian disisi operasional bank mampu mengendalikan beban operasional secara efektif untuk menaikan laba bersih bank terbukti dengan menurunnya rasio BOPO yang dimiliki Biaya opersional/Pendapatan operasional tahun 2009 sebesar 97,98% menurun sebesar 95,84% tahun 2010, masih dibawah ketentuan Bank Indonesia.
5. Perkembangan harga saham Q IV Rp.168/lembar tahun 2010 menunjukan trend yang positif dibandingkan periode sebelumnya Desember 2007
105
sampai dengan Oktober 2009 tidak terjadi perdagangan saham, walaupun apresiasi pasar belum positif menaggapi kinerja bank. Kondisi ini menyebabkan return saham bank rendah sehingga tidak menciptakan laba ekonomis dan nilai tambah pasar. 6. Keunggulan kompetitif Bank Agro dilihat dari besarnya pertumbuhan Captive market agrobisnis mencapai 63% dari keseluruhan kegiatan usaha bank. Bank Agro didirikan untuk menunjang terwujudnya industri agrobisnis yang semakin tumbuh dan berkembang pesat di Indonesia dengan
pendirian
awal
modal
saham
dimiliki
DAPENBUN
PT.Perkebunan Nusantara. Dalam menjalankan usahanya Perseroan menerapkan suku bunga cukup kompetitif dibandingkan dengan rata-rata industri perbankan. Suku bunga kredit tahun 2009 dan tahun 2010 berkisar 10% - 12% dibandingkan rata – rata industri mencapai 12%. Suku bunga acuan ini cukup kompetitif untuk meningkatkan ekspansi kredit. 7. Menghimpun DPK bank dengan menawarkan produk keuangan inovatif seperti tabungan, giro, dan deposito dengan tetap menjaga positif spread bagi perseroan. Selain itu perseroan mengembangkan produk dan jasa layanan transaksi yang dapat meningkatkan pendapatan komisi. Kekuatan penawaran produk disertai dengan strategi Financial service marketing melalui hadia dan undian yang menarik para nasabah. 8. Dalam menjalankan manajemen perseroan, direksi secara konsisten menerapkan GCG sesuai peraturan Bank Indonesia. Prinsip – prinsip GCG yang dijalankan adalah transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran. Selanjutnya untuk mendukung GCG direksi membangun core values perusahaan untuk menjaga faktor kepercayaan yang merupakan aset utama yang diletakan pada posisi prioritas. Core values bank terletak pada Visi bank terdepan dan terpercaya disektor agrobisnis nasional denagn menjadi bank yang sehat, efisien dengan menawarkan produk layanan yang berkualitas. Strategi mewujudkan usaha tersebut bank menerapkan manajemen risiko secara efektif agar tetap protektif terhadap kemungkinan risiko dalam menjalankan bisnis. Kemudian disamping produk yang inovatif dan layanan yang berkualitas
106
bank juga membangun technology banking system untuk menunjang kegiatan operasional bank dalam melayani kebutuhan nasabah, antara lain dengan membuka kantor pelayanan ATM disetiap kantor cabang pembantu. Tabel 9 Matrik SPACE Analisis Keunggulan Kompetitif dan Kekuatan Industri Keunggulan Kompetitif (KK) 1. Captive market agrobisnis sebesar 63% 2. Tingkat suku bunga kompetitif 3. Produk keuangan inovatif 4. Financial service marketing 5. Good corporate governance 6. Core values perusahaan 7. Management risk 8. Teknologi perbankan
Rating -6 -2 -2 -3 -4 -4 -3 -2
Kekuatan Industri (KI) 1. Market share kredit BUSN devisa 2010 sebesar 39,59% 2. Pertumbuhan pangsa pasar kredit tinggi 2010 sebesar 20,10% 3. Pertumbuhan DPK sebesar 13,30% 4. Pertumbuhan aset naik sebesar 13,23% 5. Prospek laba naik sebesar 28,04% 6. NPL turun sebesar 3,98 % dari ketentuan BI 5% 7. Kondisi kecukupan modal baik sebesar 16,44%, NIM sebesar 6% 8. Capital intensive ( arus dana masuk meningkat di pasar modal) 9. Kebutuhan modal yang tinggi
-26 KU = 13/9 = 1,45 KK = -26/8= -3,25
Rating 6
6 6 5 4 2 4 5
4
42 SL = -32/8 = -4,00 KI = 42/9 = 4,67
Sumber : Data Sekunder diolah (2012)
B. Faktor eksternal dari stabilitas lingkungan bisnis dan Kekuatan Industri (KI) sebagai berikut; 1. Pada tahun 2010, posisi harga dipengaruhi oleh tekanan inflasi yang cenderung meningkat,
terutama bersumber dari kelompok volatile
foods. Sampai dengan 2010 inflasi IHK tercatat sebesar 6,33% dan laju inflasi 2011 sebesar 6,38 %. Kenaikan laju inflasi berpengaruh terhadap penetapan SBI dan juga akan terjadi penyesuain suku bunga perbankan.
107
2. Perekonomian Indonesia di tahun 2010 menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global. Sepanjang tahun 2010 perekonomian tumbuh sebesar 6,1% dan 2011 sebesar 6,5%. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh bank untuk meningkatkan portofolio bisnis. 3. Perkembangan Suku bunga bank Indonesia tahun 2010 sebesar 6,5% tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 6,7% atau kenaikan 0,2 basis poin. Kenaikan ini akan diikuti kenaikan suku bunga perbankan nasional. Sementara suku bunga kredit naik berkisar antara 10 % - 12% . Suku bunga
yang dibebankan
pada debitor (lending
rate) adalah
penjumlahan dari SBDK ditambah dengan premi risiko akan mengganggu kinerja perbankan dari margin revenue rate. 4. Kompetisi pasar semakin tinggi dengan dengan banyaknya jumlah bank beroperasi di Indonesia. Data Bank Indonesia tahun 2010 jumlah bank umum nasional yang beroperasi mencapai 122 bank dan diantaranya termasuk bank non devisa mencapai 29 bank. Dengan ketatnya persaingan antar bank akan berpengaruh pada penetapan suku bunga pinjaman dan kredit dan posisi pinjaman investasi rupiah dan valas. Impikasi lain adalah berlomba –lombanya bank dalam investasi teknologi perbankan
untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. 5. Melemahnya kondisi pasar modal akibat krisis USA dan Eropa akan berdampak pada pasar modal di Indonesia. Kondisi ini juga akan mempengaruhi kinerja saham perbankan nasional. 6. Kebijakan ekonomi pemerintah memperkuat sektor agrobisnis telah menjadi kekuatan yang medorong perbankan membiyai kredit investasi Agobisnis. Posisi investasi perbankan tahun 2011 untuk sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan mecapai Rp.54.381 triliun. 7. Inovasi, new business model disegmen retail. Para pelaku industri perbankan melihat peluang pasar yang cukup besar untuk memasuki industri retel. Pertumbuhan sektor ritel tahun 2011 mencapai 11% di
108
Indonesia tertinggi di Asia Pasifik. Bank Agro perlu melakukan inovasi produk untuk memasuki bisnis ritel. 8. Data Bank Indonesia menunjukan terjadi kenaikan Market share kredit BUSN devisa 2010 sebesar 39,59% dengan total alokasi kredit mencapai Rp. 48.757 triliun dan tahun 2011 sebesar Rp. 68.143 triliun. Peningkatan yang cukup signifikan ini disertai dengan kenaikan pertumbuhan pangsa pasar kredit tahun 2010 sebesar 20,10% pertumbuhan DPK sebesar 13,30%, pertumbuhan aset naik sebesar 13,23%, prospek laba naik sebesar 28,04% dan NPL turun sebesar 3,98 % dari ketentuan BI 5%. Sementara kondisi kecukupan modal bank berada pada level baik 16,44%, dan NIM mencapai 6%. 9. Memburuknya perekonomian di AS dan zona Eropa makan capital intensive atau arus dana masuk melalui pasar modal dan obligasi meningkat sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai US$ 960 miliar atau Rp.8.640 triliun. Peningkatan arus modal dapat dimanfaatkan oleh perbankan sebagai sumber untuk memperkuat struktur modal bank. (BKPM, 2011). KU + SL = 1,45 + (-4,00) = -2,55 KK + KI = -3,25 + 4,67 = 1,42
KU +6.00
Conservative
Aggresive
+1.00
KK
KL -6.00
+1 1.42
-1.00
+6.00
-2.55 Defensive
Competitive
-6.00 SL
Gambar 16 Diagram Matriks SPACE Bank Agro Niaga
109
Matriks SPACE adalah matriks untuk evaluasi posisi dan tindakan strategik merupakan alat penting lainnya untuk mencocokan posisi bank saat ini. Kerangka kerja SPACE matriks menggambarkan kuadrat yang mengindikasikan strategi agresif, konservatif, defensif atau kompetitif. Sumbu matriks SPACE mewakili kondisi internal yaitu kekuatan keuangan (financial strenght atau FS),dan keunggulan kompetitif (competitive advantage atau CA) dan dua dimensi eksternal yaitu stabilitas lingkungan (enviromental stability atau ES) dan kekuatan industri (industrial strenght atau IS). Hasil analisis SPACE matriks menunjukan posisi Bank Agro Niaga berada pada strategi competitive dimana nilai kekuatan keuangan KU =1,45 dan stabilitas lingkungan SL = -4,00 atau (KU + SL = 1,45 + (-4,00) = -2,55). Dengan posisi seperti ini Bank Agro Niaga menggunakan Strategi pertumbuhan dengan memanfaatkan kekuatan keuangan dan stabilitas lingkungan.
4.7. Penetapan Strategik Marketing Bank Agro Niaga Berdasarkan analisis matrik SWOT, diperoleh tiga belas rumusan strategi yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam kerangka (frame work) marketing strategic. Tiga belas rumusan strategi, empat rumusan merupakan upaya memaksimalkan kekuatan dan peluang, tiga rumusan untuk memaksimalkan peluang dan meminimalkan kelemahan, tiga rumusan merupakan upaya memaksimalkan kekuatan meminimalkan ancaman, serta tiga strategi meminimalkan kelemahan dan ancaman. Perumusan
strategi
berdasarkan
analisis
SWOT
dengan
menggunakan data dari Tabel EFE dan Tabel IFE untuk dirumuskan kedalam formulasi bentuk strategi seperti pada Tabel 7 dapat dirumuskan strategi untuk Bank Agro Niaga adalah sebagai berikut : 1. Strategi Strenght – Opportunities (S-O), yaitu alternatif strategi mengunakan kekuatan internal bank untuk memanfaatkan peluang lingkungan eksternal. Hasil alternatif strategi S-O adalah : a. Re-positioning pasar bank sebagai captive market untuk meningkatkan competitiveness. Memperkuat Re-positioning pasar
bank dengan
110
memperhatikan core competency bank. Berdasarkan Matriks SPACE Bank Agro berada pada kondisi pasar yang kompetitive sehingga diperlukan redefenisi posisi pasar bisnis bank saat ini. Ada dua karakteristik utama yang harus dipertimbangkan oleh manajemen bank ke depan : 1. Redefenisi dilakukan melalui perluasan cakupan bisnis dan pasar, dari captive market agrobisnis kepada pasar makro agrobisnis yaitu corporate banking dan invesment banking agrobisnis. 2. Pergeseran orientasi bank dari orientasi produk kepada customer focus artinya bank menciptakan skema bisnis dalam bentuk exstended produk sesuai permintaan pasar dengan memberikan nilai yang diinginkan pasar. b. Menciptakan variasi produk sesuai dengan skeman pasar agrobisnis untuk memperluas size bisnis. Differensiasi merupakan strategi bank menciptakan eksistensifikasi produk yang ditawarkan memiliki perbedaan positif dari sudut pandang pasar dibandingkan dengan pesaing. Diferensiasi produk bukan hanya sesuai dengan skema pasar Agrobisnis, tetapi produk yang ditawarkan pada, pasar sektor Retail dan kredit ekspor. Demikian juga produk pada sisi funding menawarkan produk tabungan pada pasar mikro seperti produk petani, pedagang pasar, usaha dagang bangunan,usaha peternakan dan kerajinan. c. Meningkatkan linkage program untuk penyaluran kredit investasi Bank Agro dapat melalui penambahan jumlah kantor cabang pada daerahdaerah sentral agro bisnis dengan program kerjasama fasilitas kredit daerah seperti di Kalimantan, wilayah Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau, Sulawesi, Jambi, Aceh, Palembang, Papua, NTB, Bali, dan Lampung dan Jawa Barat. Selain itu juga memperkuat kerjasama dengan perusahaan – perusahaan besar melalui kredit korporasi.
111
d. Membangun kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM). Saat ini bank didukung oleh SDM yang berusia produktif dan profesional yang berjumlah 454 orang di kantor pusat dan seluruh kantor cabang yang terdiri dari; 46,89% Sarjana, 9,33% Pasca sarjana dan sisanya sarjana muda dan tamatan Sekolah Menengah Umum (SMU). SDM merupakan aset maka perlu ditingkatkan competensi mereka melalui pendidikan dan pelatihan yang intensif (performance, motivasi dan corporate cultural) untuk mendukung pertumbuhan bisnis bank kedepan. Program pengembangan SDM yang kompeten selaras dengan kebutuhan organisasi. Program yang dapat diterapkan seperti ; penyempurnaan infrastruktur Human Capital Information System (HCIS) yang berbasis Web based dan mempermudah prosedur terkait dengan kepersonaliaan, performance management dan E-learning, corporate cultural sehingga fungsi dan peran Human Capital sebagai mitra strategis dapat ditingkatkan dan dioptimalkan di masa datang. 2. Strategi Weakness – Opportunity (W-O) adalah alternatif strategi yang bertujuan meminimalisasi kelemahan internal Bank Agro dengan optimalisasi pemenfaatan peluang lingkungan eksternal. Hasil strategi WO adalah : a. Membuka kantor cabang baru untuk meningkatkan pelayanan bank dengan infrastruktur teknologi E-banking. Menambah Jumlah kantor cabang Bank Agro pada daerah sentral industri Agrobisnis dengan pemanfaatan berbagai teknologi E- bangking yang berkembang sangat cepat. Ketepatan dalam pemanfaatan teknologi memberikan efisiensi optimal dan nilai tambah bagi bank. Fungsi teknologi mempermudah pelayanan bank dengan menggunakan
akan network
provider terbaik, jaringan online seluruh kantor, ATM, serta layanan elektonik lainnya (seperti corporate internet banking dll) selalu siap melayani kebutuhan nasabah. Disamping itu juga manajemen dapat melakukan integrasi dan otomasi sistem financial melalui teknologi. Prioritas pelayanan kepada nasabah melalui otomasi sistem financial dengan melakukan transaksi melalui ATM dan jaringan elektronik
112
lainnya seperti Call Center, SMS Banking dan internet banking. Untuk meningkatkan layanan kepada nasabah, Bank Agro secara aktif menambah fitur baru dalam jaringan elektroniknya termasuk kemampuan transfer antar bank melalui jaringan ATM Prima b.
Memperkuat brand equity sebagai yang dipercaya masyarakat. Bank Agro harus memperkuat Merek
menjadi
stakeholders. Merek yang marketable
bank kepercayaan oleh
merupakan aset terpenting
perusahaan. Merek yang yang baik dapat menciptakan puluhan kali nilai buku perusahaan. Strategi membangun merek bank dapat dimulai dari kualitas produk yang ditawarkan sesuai kebutuhan pasar, komunikasi pemasaran yang rasional yang mudah dipahami oleh pasar disertai kesan kualitas pada pelayanan bank. c.
Memperbaiki kualitas bisnis proses dengan Memperkuat manajemen sumber daya manusia, penerapan protokol manajemen risiko, kecukupan mekanisme dan sistem perbankan yang akuntabel dan transparan serta mendukung proses bisnis dengan penerapan teknology core banking.
3. Strategi Strenght – Threat (S-T) adalah alternatif strategi untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Manajemen bank harus mengambil keputusan agar tidak kalah bersaing dengan bank-bank lainnya baik dalam kelompok industri maupun diluar kelmpok industri. Hasil strategi S-T adalah : a.
Memperkuat implementasi GCG dan manajemen risiko Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance/GCG) merupakan unsur penting di industri perbankan, mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan yang semakin meningkat. Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing perusahaan, memaksimalkan nilai perusahaan, mengelola sumber daya dan risiko secara lebih efisien
dan efektif,
yang pada akhirnya akan
memperkokoh kepercayaan pemegang saham dan stakeholders, sehingga Bank Agro dapat beroperasi dengan baik dan tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang.
113
b. Menerapkan suku bunga kompetitif. Bank dapat menentukan suku bunga kredit berdasarkan skala prioritas sesuai dengan skema pasar. Penetapannya tidak hanya berdasarkan suku bunga komersial yang terjadi pada kredit investasi, kredit pembiayaan ekspor dan impor dan modal kerja. Skema kredit pada usaha kecil mikro misalnya kredit ketahanan pangan bagi petani suku bunganya harus rendah. c.
Mengembangkan kerjasama promosi dengan mitra strategis. Peranan marketing Bank Agro harus diperkuat pada semua level organisasi. Kerjasama promosi dapat dilakukan melalui Edukasi pasar untuk memberikan pembelajaran pelanggan sehingga dapat membentuk pemahaman, persepsi, logika, dan preferensi terhadap produk dan merk yang ditawarkan Bank Agro. Keberadaan Bank Agro belum sepenuhnya dipahami oleh pasar dibandingkan bank-bank lain. Program edukasi pasar dapat dilakukan melalui Cororate Social Responsibility (CSR), program kemitraan dan pendampingan kredit UKMK, atau progam kelestarian lingkungan hidup. Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan
yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. 4. Strategi Weakness – Threat (W-T) adalah alternatif strategi untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Manajemen Bank Agro dihadapkan dengan sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal, maka kondisi bank rentan terhadap risiko. Hasil strategi W-T adalah : a. Penguatan struktur modal bank Menambah sruktur modal bank secara bertahap sampai pada level 20%-30% dari modal sekarang. Strategi penambahan modal dapat dilakukan melalui pebnerbitan obligasi datau pinjaman melalui pasar uang antar bank. b. Mengelola cash flow secara lebih baik. Manajemen bank harus mengevaluasi perubahan dalam aset bersih bank, struktur keuangan
114
(likuiditas dan solvabilitas) terutama strategi perseroan dalam menghasilkan kas dan setara kas untuk memperkuat struktur keuangan bank dan future cash flows. Proyeksi arus kas yang baik dapat meminimalisir atau mengantispasi terjadinya tunggakan hutang pokok dan bunga pinjaman. c.
Meningkatkan value of share di pasar modal. Bank dapat melakukan strategi, buyback untuk menjaga nilai nominal dari total modal disetor dan ditempatkan, jika sebagian dari modal tersebut tidak likuid di pasar dalam jangka waktu tertentu bisa menjadi salah satu cara untuk menaikkan harga saham, atau setidaknya menahannya dari penurunan. Atau bisa juga untuk meningkatkan likuiditas. Jadi kita bisa menyebut buyback ini sebagai: salah satu teknik untuk menjaga value of share.
4.8. Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Analisis QSPM merupakan analisis terakhir yang dilakukan dalam proses manajemen strategis untuk melakukan proses pengambilan keputusan. QSPM adalah sebagai alat utama dari upaya mengembangkan strategi pemasaran kompetitif untuk mendukung upaya pengembangan pasar bank. Hasil kajian menunjukan prioritas tertinggi terdapat pada variasi produk dengan skor sebesar 5,39. Prioritas kedua pada indikator Service Quality sebesar 5,43 dan prioritas ketiga pada indikator suku bunga kompetitif dengan skor 4,76. Selanjutnya prioritas keempat pada indikator membangun brand equity dengan skor 4,36. Peringkat kelima pada indikator repositioning dengan skor 3,99. Terakhir pada indikator implimentasi GCG dengan skor 2,72. Hasil selengkapnya analisis QSPM dapat dilihat pada Lampiran 4. 1. Prioritas strategi yang pertama adalah Service Quality dengan skor 5,43. Manajemen bank harus meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah maupun debitur, sehingga mereka merasa cukup puas. Langkah strategis perseroan difokuskan pada pelatihan SDM, meningkatkan utilisasi pemanfaatan teknologi informasi, sistem pembayaran on-line, yang terhubung dengan masing – masing kantor cabang dengan core banking system. Berbagai praktek terbaik bank di Indonesia menunjukan
115
kepercayaan nasabah dan debitur akan terbangun apabila bank mampu memberikan pelayanan terbaik bahkan harus melampaui harapan konsumen. 2. Prioritas kedua strategi berdasarkan analisis QSPM dengan skor sebesar 5,39 meciptakan variasi produk. Bank Agro harus mendiferensiasikan skema produk yang sesui dengan keinginan pasar
terutama dengan
memperhatikan potensi size business yaitu produk sektor retail, sektor korporasi agrobisnis, dan pengembangan kredit Industri, pertanian, peternakan UMKM, dan KMM atau kredit modal kerja permanen, ekspor/import produk agrobisnis. Bank harus memperkuat pada aspek transfer of payment seperti pelayanan pembayaran, ingkaso, bank card, bank note, bank draft, bank letter of credit (LC) telepon, pajak, dana pensiun, uang kuliah, deviden. Sedangkan dipasar modal bank dapat menjadi Penjamin emisi (underwriter) Penjamin (guarantor) Wali amanat (trustee) untuk sektor Agrobisnis. Pada sisi funding menawarkan produk tabungan pada pasar mikro seperti produk petani, pedagang pasar, usaha dagang bangunan, usaha peternakan dan kerajinan. 3. Prioritas ketiga pada indikator suku bunga kompetitif dengan skor 4,76. Bank dapat menentukan suku bunga kredit berdasarkan skala prioritas sesuai dengan skema pasar. Penetapannya tidak hanya berdasarkan suku bunga komersial yang terjadi pada kredit investasi, kredit pembiayaan ekspor dan impor dan modal kerja. Skema kredit pada usaha kecil mikro misalnya kredit ketahanan pangan bagi petani suku bunganya harus rendah. 4. Prioritas ke empat pada indikator membangun brand equity dengan skor 4,36. Dalam framework brand equity,
hubungan dengan customer
bukanlah hal yang tidak penting. Hubungan yang baik dengan customer dapat membantu meningkatkan brand loyalty terhadap brand yang bersangkutan. Demikian juga dalam framework customer equity, brand mempunyai peranan penting dalam menjalin hubungan dengan customer. Kualitas brand yang tinggi bisa memudahkan manager dalam akuisisi customer baru dan kegiatan retensi. Bank Agro harus memperkuat Merek
116
menjadi bank kepercayaan oleh stakeholders. Merek yang marketable merupakan aset terpenting perusahaan dan menciptakan menciptakan puluhan kali nilai buku perusahaan. Strategi membangun merek bank dapat dimulai dari kualitas produk yang ditawarkan sesuai kebutuhan pasar, komunikasi pemasaran yang rasional yang mudah dipahami oleh pasar disertai kesan kualitas pada pelayanan bank. 5. Prioritas kelima Re-positioning pasar bank sebagai captive market untuk meningkatkan competitiveness dengan skor 3,99. Memperkuat Repositioning pasar
bank dengan memperhatikan core competency bank.
Berdasarkan Matriks SPACE Bank Agro berada pada kondisi pasar yang kompetitive sehingga diperlukan redefenisi posisi pasar bisnis bank saat ini. Ada dua karakteristik utama yang harus dipertimbangkan oleh manajemen bank ke depan : 1. Redefenisi dilakukan melalui perluasan cakupan bisnis dan pasar, dari captive market agrobisnis kepada pasar makro agrobisnis yaitu corporate banking dan invesment banking agrobisnis. 2. Pergeseran orientasi bank dari orientasi produk kepada customer focus artinya bank menciptakan skema bisnis dalam bentuk exstended produk sesuai permintaan pasar dengan memberikan nilai yang diinginkan pasar. 6. Prioritas keenam Good Corporate Governance (GCG) dengan skor 2,72. Manajemen bank dapat merumuskan kebijakan untuk memperkuat kualitas proses bisnis bank dengan cara menerapkan GCG, melengkapi standar operasional prosedur mitigasi risiko, memperkuat pengawasan pemegang saham dan optimalisasi fungsi komite audit internal serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Kebijakan ini harus didukung dengan penguatan infrastruktur teknologi perbankan sehingga bank dapat menjalankan kegiatan operasional secara efisien, mengingat hasil kajian nilai ROE, ROA, NIM dan BOPO bank tidak memenuhi persayatan Bank Indonesia sebagai bank yang sehat. Peningkatan efisiensi dan efektivitas proses bisnis bank untuk menghasilkan nilai tambah ekonomis dan nilai
117
tambah pasar sangat tergantung sejauhmana manajemen
bank sudah
memenuhi standar Bank Indonesia.
4.9. Implikasi Manajerial Bisnis perbankan terkait dengan kompleksitas dan risiko pasar akibat pengaruh lingkungan eksternal
dan internal yang dapat mempengaruhi
kinerja keuangan bank dan penetapan kebijakan strategi marketing. Berdasarkan hasil kajian kinerja keungan Bank Agro ditemukan kondisi keuangan yang belum sesuai dengan persyaratan Bank Indonesia sebagai bank yang sehat. Implikasi manajerial terkait dengan kinerja keuangan dan penetapan strategi marketing bank adalah; 1. Pihak Direksi dapat membuat kebijakan baru untuk meningkatakan rasio CAR diatas 8% dalam bentuk modal pinjaman, pinjaman subordinasi, dan cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba atau melalui penerbitan obligasi. Kebijakan ini didasarkan atas kondisi CAR bank yang masih terus ditingkatkan untuk menjaga tingkat likuiditas bank dalam jangka panjang. Kondisi CAR Bank Agro saat ini memang sudah cukup memenuhi persyaratan Bank Indonesia, tetapi tidak cukup kuat untuk melakukan ekspansi dalam memperluas size business, maka diperlukan adanya tambahan modal sampai 10% sehingga bank leluasa menjalankan bisnis dari sisi lending dan funding. 2. Kebijakan pengelolaan Cashflow secara efektif dan efisien untuk menjaga kesembangan posisi keuangan bank antara pengeluaran dan penerimaan. Kajian rasio keuangan bank menunjukan kecilnya rasio NIM, ROA dan ROE menunjukan adanya indikasi bank tidak mampu menghasilkan laba dari pengelolaan aset dan modal bank sehingga bank tidak mampu menghasilkan profitabilitas dan berpengaruh pada rendahya harga saham. Kondisi ini berbanding terbalik dengan naiknya beban operasional bank dilihat dari rasio BOPO diatas ketentuan Bank Indonesia. Pihak direksi dapat mengambil kebijakan untuk mengendalikan Cashflow bank agar dapat menjaga posisi likuiditas dan solvabilitas.
118
3. Kebijakan optimalisasi fungsi lending bank dengan menetapkan suku bunga kredit yang kompetitif dibawah 15%-16%. Kebijakan ini didasarkan atas kajian LDR bank yang perlu ditingkatkan agar fungsi intermediasi bank berjalan secara efektif. Faktor perlu diperhatikan adalah pengaturan yang ketat untuk menjaga
rendahnya tingkat pencairan (credit
disbursement) dibandingkan dengan fasilitas pinjaman yang telah disepakati (credit approval). 4. Manajemen bank dapat merumuskan kebijakan untuk memperkuat kualitas proses bisnis bank dengan cara menerapkan GCG, melengkapi standar operasional prosedur mitigasi risiko, memperkuat pengawasan pemegang saham dan optimalisasi fungsi komite audit internal serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Kebijakan ini harus didukung dengan penguatan infrastruktur teknologi perbankan sehingga bank dapat menjalankan kegiatan operasional secara efisien, mengingat hasil kajian nilai ROE, ROA, NIM dan BOPO bank tidak memenuhi persayatan Bank Indonesia sebagai bank yang sehat. Peningkatan efisiensi dan efektivitas proses bisnis bank untuk menghasilkan nilai tambah ekonomis dan nilai tambah pasar sangat tergantung sejauhmana manajemen
bank sudah
memenuhi standar Bank Indonesia. 5. Kebijakan differensiasi produk perlu mendapatkan skala prioritas, mengingat hasil kajian menunjukan terbatasnya produk yang ditawarkan bank dipasar. Direksi dapat mengambil kebijakan untuk memperkuat struktur produk bank berdasarkan follow of market seperti memperkuat produk sektor ritel, korporasi, pembiayaan ekspor impor serta peningkatan akses kerjasama pembiyaan UMKM/ KMM di sektor Agrobisnis. Kebijakan ini harus didukung oleh perluasan kapasitas jankauan layanan (outreach scale) dengan menambah jaringan kantor diseluruh Indonesia. 6. Memperkuat kebijakan strategi pemasaran bank dapat melalui framework customer equity, brand market equity, kerjasama pemasaran, publisitas, internet banking, dan komunikasi pemasaran yang rasional yang mudah dipahami oleh pasar disertai dengan perbaikan kualitas pelayanan bank. Kebijakan lain adalah peningkatan kompetensi SDM pemasaran dalam
119
komunikasi pemasaran internal, eksternal dan komunikasi interaktif melalui program pendikan dan pelatihan secara berkelanjutan. 7. Memperkuat kebijakan pelayanan bank secara prima bahkan harus melampaui harapan konsumen dengan memperbaiki proses bisnis, pemanfaatan teknologi core banking system yang dapat mempermudah nasabah dan debitur bertransaksi dengan bank dimanapun mereka berada.
120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Pertumbuhan dikategorikan
kinerja keuangan Bank Agro Niaga Secara umum tidak
sehat
menurut
ketentuan
Bank
Indonesia
:
No.30/277/KEP/DIR kecuali yang memenuhi persyaratan adalah Capital Adequasy Ratio (CAR) dan Loan To Deposit Ratio (LDR). 2. Berdasarkan penilaian Economic Value Added (EVA) kinerja keuangan bank belum mampu
memberikan nilai tambah ekonomis kepada
pemegang saham karena laba yang diperoleh lebih rendah dari nilai equitas yang dikeluarkan. Hasil analisis Market Value Added (MVA) menunjukan kinerja manajemen belum mampu memaksimalkan nilai tambah pasar yang dapat menciptakan kekayaan bagi shareholder. Demikian juga kinerja return saham, tidak terjadi transaksi perdagangan saham bank selama Desember 2007 sampai dengan Oktober 2009 sehingga tidak menghasilkan return yang positif kepada investor. 3. Hasil analisa trend kinerja keuangan Bank Agro Niaga menunjukan trend yang positif. Artinya dapat diprediksi pertumbuhan kinerja keuangan bank kedepan cukup positif. Sehingga dapat ditetapkan strategi pemasaran berdasarkan QSPM adalah; suku bunga kompetitif, mengelola Service Quality, menciptakan
variasi produk, membangun brand
equity,
repositioning pasar, dan GCG. 5.2. Saran 1. Sebagai upaya perbaikan tingkat kesehatan Bank Agro kedepan sebaiknya direksi melakukan langkah-langkah strategis yaitu; Penambahan modal bank,
mengelola
Cash
Flow
secara
efektif
dan
efisien,
mengimplementasikan GCG dan Risk Management (RM) secara konsisten, memperluas jaringan pelayanan kantor cabang Bank Agro yang terintegrasi dengan techology banking system.
121
2. Sebaiknya
direksi
dan
pemegang
penyempurnaan business process bank
saham,
melakukan
upaya
untuk meningkatkan value of
share dipasar modal agar kinerja saham bank meningkat yang berimplikasi pada kenaikan EVA dan MVA bank. 3. Perlu mengkaji kebijakan strategi pemasaran yang berfokus pada ; a. Penerapan suku bunga kompetitif. b. Meningkatkan kualitas pelayanan (Service Quality.) c. Menciptakan variasi produk untuk memperluas size business sesuai skema pasar Agrobisnis di Indonesia. d. Penguatan brand equity sebagai bank terpercaya oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, N, E. 2008. Kinerja Keuangan dan Efisiensi Perbankan, Pendekatan CAMEL, DEA dan SFA, Jakarta : ABFI Institut Perbanas. Anthony, R, G. 2002. Sistem Pengendalian Manajemen, Volume ke-1, F.X. Kurniawan Tjakrawala, penerjemah; Jakarta : PT.Salemba Empat. Terjemahan dari: Management Control System.2th Ary, S. S, M. 2003. Membeda Krisis Perbankan, Anatomi Krisis dan Penyehatan Perbankan, Jakarta : Yayasan SAD Satia Bhakti. Asna & Andi Nugraha. 2006. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap return Saham Perbankan Jakarta. http/ Repository. usu. ac. id/bitstream/123456789/Chapter II/Pdf [16 Oktober 2010] Bank Agro Niaga. 2009. Ikhtisar Data Keuangan Bank Agro Niaga Tbk. http : www.bank agro.co.id. [15 Mei 2010]. Bank Agro Niaga. 2010. Company Report” Bank Agro Niaga Tbk. http: www.bankagro.co.id .[ 12 Desember 2010]. Bank
Indonesia.1998. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum 30 April 1998, Jakarta : Bank Indonesia.
Bank Indonesia. 1999. Undang – Undang perbankan No tahun 1998, Revisi Undang-Undang No.14 Tahun 1999 tentang Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia. Bank Indonesia.2001. Surat Edaran No 3/30/ DPNP tanggal 14 Desember 2001, http:www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010]. Bank Indonesia.2004. Surat Edaran No.6/23/DPNP Tanggal 31Mei 2004, Perihal Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank. http: www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010]. Bank Indonesia.2004. Surat Edaran No 6/10/Intern DPNP tanggal 24 April 2004, http: www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010]. Bank Indonesia.2008. Surat Edaran No 5/PBI/ DPNP tanggal 7 Maret 2008, http: www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010]. Bank Indonesia. 2010. Perihal Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (CAMELS Rating) . http: www.bi.go.id. [ 5 Agustus 2010].
Bank Indonesia.2010. Laporan Keuangan Publikasi Bank. http:www.bi.go.id.t [ 10 Novemeber 2010]. Bank Indonesia. 2010. Indonesian Banking Booklet. Vol 7. Jakarta : Bank Indonesia. Bangun, N. V. 2008. Analisis Hubungan Komponen Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan, Jurnal Akuntansi Universitas Pancasila No.3 Vol. XII, hlm. 43. BPS.2012. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Biro Pusat Statistik Indonesia. http: www.bps.go.id. [ 2 April 2012]. Bursa Efek Indonesia. 2011. Laporan Keuangan Bank Agro Niaga Tahun 2007-2011, Jakarta: Bursa Efek Indonesia. David, Y. O’Byrne, F. 2001. EVA and Value Based Management, A.Practical Guide to Implementation, Washington, D.C : MC.Grauw-Hill New York Fransisco. David,F.R. Wheelen, H.T.L. 2003. Manajemen Strategis, Julianto, penerjemah; Yogyakarta : PT. Andi. Terjemahan dari : Strategic Management. 5th edition. Djawahir, K.M. 2007. Mengukur Kekayaan Perusahaan. http:// www. swa.co.id/sekunder/kolom/manajemen. [15 April 2008]. Dunil, Z. 2005. Bank Auditing : Risk-Based Audit: Dalam Pemeriksaan Perkreditan Bank Umum. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia. Emry, D. R. Finnerty, J.D. 1991. Principles of Finance With Corporate Applications,West Publishing Company. New York USA. Eradna.2007. Bauran Pemasaran Jasa, http: www.eradna.world.press.com. [ 13November 2011]. Harahap, S.S. 2001. Teori Akuntansi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Hubeis, M. Nazib. 2008. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi, Kompas Gramedia, Jakarta: PT. Elex Media Computindo. Husnan, S. Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 2, Yogyakarta: UPP AMP-YKPN.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Iswati, S. 2007. Memprediksi Kinerja Keuangan Dengan Modal Intelektual Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekuitas Fakultas Ekonomi UNAIR, Surabaya, No.2 Vol. 11, Maret 2007, hal 159-171. Jauch, L.R Glueck, W. 2001. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Edisi ketiga, Murat Henry S. dan Herman W, penerjemah, Jakarta: PT. Erlangga. Terjemahan dari: Strategic Management and Corporate Policy. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE. Kasmir. 2004. Pemasaran Bank, Jakarta: PT. Kencana. Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Kementrian Pertanian.2012. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia. http:www.deptan.go.id. [ 5 Maret 2012]. Keown, M. Scott, P. JR. 2004. Manajemen Keuangan Prinsip-Prinsip dan Aplikasi, Edisi Kesembilan, Bambang Sarwiji, penerjemah; Jakarta: PT.Indeks. Terjemahan dari: The Principal of Financial Management and Application. Kertajaya, H. 1997. Marketing Plus, Siasat Memenangkan Persaingan Global, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kottler, P. Amstrong, G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 12 Jilid 1. Bob Sabran,Penerjemah, Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: The Principle of Marketing,12th Krisna, W. 2010. Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, Jakarta: PT.Gramedia. Kuncoro, M. 2002. Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Kuncoro, M. 2006. Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif Jakarta: Erlangga. Kusnan, M. 2007. SWA 100 Pemeringkatan EVA dan MVA Terbaik 2007, Para Pencetak Kekayaan di Pasar Modal, Majalah SWA, Edisi No.26/2007, hlm. 78.
Lukas S. A. 1999. Manajemen Keuangan, Edisi Revisi dilengkapi Soal-Jawab, Yogyakarta: Andi. Majid, A. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi 1, Bandung: Alfabeta. Manullang, L. A. 2002. Analisis Pengaruh Rentabilitas terhadap Rasio Kecukupan Modal Pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Media Riset Bisnis dan Manajemen, No.1, Vol.2, hlm. 26 – 47. Mardiyah, Sugiarto, Siagian. 2006. Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Swasta Dengan Metode EVA dan MVA terhadap Return Saham, Jurnal Akuntability No.1 Vol.6, hlm. 72. Muljono, T. P. 1999. Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Edisi revisi 1999, Cetakan 6, Jakarta: Djambatan. Mulyaningrum, M. 2008. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebangkrutan Bank di Indonesia (Thesis). Semarang: Program Studi Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro. Nirmalawati, D. 2001, Dampak Merger antar Bank di Indonesia terhadap Profitabilitas efisiensi pada Bank Pemerintah, Umum, Swasta, Devisa, non Devisa tahun 1995-2000 (Thesis). Yogyakarta: Program Studi Magister Manajemen, Universitas Gajah Mada. O’Byrne, F. S. Young. 2001. Economic Value Added dan Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis Untuk Implementasi, Tim Terjemah Salemba Empat, penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Economic Value Added and Value Based on Management. Rahayu, M. 2007. Analisis Pengaruh EVA dan MVA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Reorientasi Konsep Perencanaan Starategis Untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Rangkuti, F. 2011. SWOT Balanced Scorecard,Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif Plus Cara Mengelola Kinerja dan Resiko, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Riyadi, S. 2006. Banking Asset and Liability Management, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia.
Risky, C, Wijaya, I. 2009. Analisis Pengaruh Rasio ROA,LDR,NIM dan NPL Terhadap Abnormal Return Saham Perbankan Indonesia Periode Subprime Mortgage. Jurnal of Applied Finance and Accounting Tarumanegara, No.2, Vol 1, hlm. 102. Sambas, R. 2009. Capital Market Trend Banking Sector, Jakarta: PT Pital Price. Sharpe, W. F. A., Bailey, J.V. 1997. Investasi. Jilid 2, Henry, N. A. penerjemah; Jakarta: PT. Prenhallindo. Terjemahan dari: Investment. Siamat, D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Moneter dan Perbankan. Edisi kelima, Jakarta: LPFE Universitas Indonesia. Singgih, S. 2009. Business Forecasting : Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan MINITAB dan SPSS, Jakarta: PT.Gramedia. Steward, G. Bennet. 1991. The Quest for Value International Edition, New York. Subbarao. D. 2011. Report on Trend Progress of Banking In India 2010-11, Published by Mohua Roy,Mumbay -400,02 June 30, p.83. Subramanyam.J.Halsey, R. F. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 8, cetakan buku 1, Bachtiar, Y. S., Harahap. S. N, penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Financial Statement Analysis, 8th. Sucianti, N. 2009. Perbandingan Kinerja Bank Dominasi Asing dan Dominasi Negara pada Bank yang go publik di BEI, Jurnal Manajemen IPB, Bogor No 1, Vol 1, hlm. 91-92. Suyono, A. 2005. Analisis Rasio-rasio Bank yang Berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) (Thesis), Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Taswan. 2006. Manajemen Perbankan (Konsep Teknik & Aplikasi). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Tunggal, W. A. 2001. Memahami Konsep EVA (Economic Value added) dan VBM (Value Based Management). Jakarta: Harvarindo. Umar, H. 2002. Metodelogi Riset Keuangan dan Bisnis, Jakarta: PT.Gramedia Utama Pustaka. Usman, B. 2003. Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Bank-Bank di Indonesia, Media Riset Bisnis & Manajemen, No. 1,Vol 3, hlm. 102.
Utama, S. 1997. Economic Value Added Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan, Usahawan No. 4 April 1997, hlm 10-13. Utama, S. 2001, Economic Value Added Mengukur Nilai Perusahaan. Majalah Usahawan No 04. TH XXVI, April, hlm. 63. Wahyudi, S. 2003, Pengaruh Rasio Harga Nilai Buku dan Rasio Hutang Modal Sendiri terhadap Return, Media Ekonomi dan Bisnis, No.2, Vol. XV, hlm. 72. Waluyo, 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Industri, Jurnal Akuntasi No.2, Vol.9. hlm. 35. Weston, J.F, Bringham, E. 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Wasana, A. J & Kibrandoko, penerjemah; Jakarta: Erlangga.Terjemahan dari:Managerial Finance.9th Widayanto, G. 2004. EVA/NITAMI Suatu terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja Suatu Perusahaan, Majalah Usahawan No. 12 TH.XXII. Jakarta, hlm. 62. Widiyanto, G. 1993. EVA / NITAMI: Suatu Terobosan Baru dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan. Manajemen Usahawan Indonesia, Desember, No, 12, Tahun XXII, hlm.50-54. Wilson, A. 2006. Manajemen Perbankan Indonesia, Teori dan Implementasi, Jakarta: LP3ES. Wolk, H. I . Tearney, Dodd, J.L 2000. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College Publishing. Zainudin, J. Hartono. 1999. Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. No. 1, Vol. 2, Januari, hlm. 66-90. Zikmund, W.G. D'Amico, M. 1989. Marketing Management : Analysis, Planning Implementation, United States: John Wiley & Sons, Inc. 5th ed. St. Paul, MN: West Publishing Company.
Lampiran 1. Kuesioner Riset SWOT PENILAIAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN STRATEGI MARKETING PT. BANK AGRO NIAGA,Tbk. __________________________________________________________________ I.Petunjuk Umum Yth Bapak/Ibu Pimpinan Bank Agro Niaga. Dengan segala hormat, saya atas Nama :
Ikhwan,HS.SE.
Mahasiswa Pasca Sarjana Program studi Magister Sains Ilmu Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penelitian untuk menyusun thesis dengan judul “Penilaian Kinerja Keuangan Sebagai Dasar Penetapan Strategi Marketing PT. Bank Agro Niaga Tbk”. Dengan ini mohon Bapak/ibu berkenan membantu saya untuk mengisi daftar pertanyaan dalam kuesioner ini. Semua data yang kami peroleh hanya digunakan untuk kepentingan akademis, dan tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan yang lain. Oleh karena itu, saya berharap kepada Bapak/ibu agar dapat mengisi kuesioner secara obyektif sehingga saya dapat menghasilkan penelitian yang valid dan realibel untuk kepentingan akademis. Atas bantuan Bapak/ibu saya capkan terima kasih. Jakarta,
2012
Ikhwan HS,SE.MM
II. Acuan Pengisian Kuesioner Acuan pengisian kuesioner ini adalah sebagai berikut : a. Penilaian kondisi saat ini.Responden diminta untuk menilai kinerja perusahaan saat ini .
130 Lanjutan Lampiran 1. b. Penialian Urgensi.Responden diminta untuk menilai tingkat urgensi faktor tersebut untuk ditangani. Penilaian ini berhubungan dengan skala prioritas dalam penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi saat ini. Penilaian kondisi saat ini :
Penilaian Urgensi
penanganan : Angka 1 = sangat kurang Angka 2 = kurang urgen Angka 3 = baik Angka 4 = sangat baik Urgen
Angka 1 = tidak urgen Angka 2 = kurang Angka 3 = urgen Angka 4 = Sangat
Data Responden Nama : Divisi/bagian : Isu strategis : Sebutkan masalah strategis yang saat ini yang sedang dihadapi oleh Bank Agro ini ? __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ _____________________________________________
No
Faktor Internal / Eksternal Kunci
I
Indikator Kekuatan
1.
Manajemen secara konsisten menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sesuai peraturan Bank Indonesia Bank memiliki kekuatan pada segmen Captive Market Agro bisnis di Indonesia Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia Jaringan kantor pelayanan bank didukung oleh ketersediaan teknologi perbankan Likuiditas pengelolaan aktiva produktive terjaga
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan Bank Indonesia Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan Biaya modal relatif rendah
Penilaian Kondisi Saat ini 1 2 3 4
Urgensi Penanganan 1 2 3 4
131 Lanjutan Lampiran 1. 9.
Bank menjalin kerjasama Co- Financing dengan mitra bisnis strategis
10.
Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah > 5% Anda diminta untuk menyebutkan minimal dua faktor kekuatan lain yang saat ini dimiliki Bank Agro..? 1. 2.
11
II 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
8. 9. 10.
Indiator Kelemahan
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand marketable) Pengembangan kantor cabang baru untuk memberikan pelayanan pasar Agro bisnis di seluruh Indonesia • Pencapaian kinerja keuangan bank dalam lima tahun terakhir ini ,terutama indikator a).Harga saham b).Rasio keuangan c).Modal d).Aset • Berkaitan dengan pertanyaan poin (c). Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan berlaku ? ................ Efektifitas fungsi intermediasi untuk menjaga tidak terjadinya undisbursed loan Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini Sebutkan :................................................ Jaringan infrastruktur teknologi perbankan untuk mendukung pelayanan kepada nasabah Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk,iklan,brosur,media on-line. Kecukupan mekanisme Internal kontrol yang dimiliki bank (sistem pengelolaan risiko,risk management system ) Kemampuan Bank dalam menghasilkan fee based income Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,pasar modal dan sumbersumber pendanaan lainnya
III 1.
Indiator Peluang Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia
2.
Trend Pertumbuhan ekonomi yang positif dalam lima tahun terakhir ini
3.
Potensi pembiayaan kredit Agrobisnis meningkat Meningkatnya potensi investor asing dan
4.
1
132 Lanjutan Lampiran 1.
5. 6.
7. 8. 9.
domestik pada industri Agrobisnis Regulasi dan kebijakan perbankan yang kondusif Potensi pertumbuhan produk jasa keuangan akibat pergeseran demografi (kelas menengah baru ) Ekspektasi stakeholders terhadap manajemen organisasi tinggi Pertumbuahan kredit perbankan nasional meningkat Prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan
10.
Peningkatan akses kredit UMKM melalui lembaga penjaminan kredit daerah (LPKD)
IV
Indikator Ancaman
1.
Kompetisi yang ketat antar perbankan
2.
5.
Meningkatnya pangsa pasar bank BUMN dalam pembiayaan kredit Agrobisnis Ketatnya persyaratan Bank Indonesia tentang ketentuan modal inti (tier1) Nasabah belum sepenuhnya memahami manfaat dan risiko produk Bank Agro. Tingginya suku bunga kredit perbankan
6.
Praktek transfer pricing bank-bank swasta
7.
Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan Mahalnya investasi teknologi Perbankan
3. 4.
8. 9.
Melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan Eropa
1
2
3
4
1
2
3
4
Lampiran 2. Trend Analisis Rasio Keuangan Total ATMR (Jutaan Rupiah)
Gambar 4.1 Trend Analysis CAR
134 Lanjutan Lampiran 2. Total Equity (Jutaan Rupiah)
135 Lanjutan Lampiran 2. Total Aktiva (jutaan rupiah)
Gambar 4.3 Trend Analysis ROA
136 Lanjutan Lampiran 2. Total DPK (Jutaan Rupiah)
Gambar 4.4 Trend Analysis LDR
137 Lanjutan Lampiran 2.
Rata-rata Aktiva Produktif (Jutaan Rupiah)
138 Lanjutan Lampiran 2.
Pendapatan Operasional (Jutaan Rupiah)
139 Lanjutan Lampiran 2.
EVA (Dalam Prosentase)
140 Lanjutan Lampiran 2.
MVA (Dalam Prosentase)
141 Lanjutan Lampiran 2.
Return Saham (Dalam Prosentase)
Lampiran 3 Analisa Trend Moving Average for CAR Data CAR Length 39 NMissing 0
Moving Average Length 5
Accuracy Measures MAPE 65,5415 MAD 0,0212 MSD 0,0009 Forecasts Period 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
Forecast Lower Upper 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067 0,103 0,0449326 0,161067
143 Lanjutan Lampiran 3. 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
0,103 0,103 0,103 0,103 0,103 0,103 0,103 0,103 0,103 0,103 0,103 0,103 0,103
0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326 0,0449326
0,161067 0,161067 0,161067 0,161067 0,161067 0,161067 0,161067 0,161067 0,161067 0,161067 0,161067 0,161067 0,16106
144 Lanjutan Lampiran 3. Lanjutan Lampiran 3 Moving Average for ROA * NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data ROA Length 39 NMissing 0 Moving Average Length 5 Accuracy Measures MAPE 54,1634 MAD 0,0016 MSD 0,0000
Forecasts Period 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Forecast Lower 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715 0,0064 0,0023715
Upper 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285
145 Lanjutan Lampiran 3. 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064 0,0064
0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715 0,0023715
0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285 0,0104285
146 Lanjutan Lampiran 3. Lanjutan Lampiran 3 Moving Average for ROE Data ROE Length 39 NMissing 0
Moving Average Length 5
Accuracy Measures MAPE 917,214 MAD 2,332 MSD 9,317
Forecasts Period 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Forecast Lower Upper 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641 0,914 -5,06841 6,89641
147 Lanjutan Lampiran 3. 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914 0,914
-5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841 -5,06841
6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641 6,89641
148 Lanjutan Lampiran 3. Moving Average for LDR Data LDR Length 39 NMissing 0
Moving Average Length 5
Accuracy Measures MAPE 11,2520 MAD 0,1089 MSD 0,0289
Forecasts Period 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
Forecast Lower Upper 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339 0,82 0,486607 1,15339
149 Lanjutan Lampiran 3. 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
0,82 0,82 0,82 0,82 0,82 0,82 0,82 0,82 0,82 0,82 0,82 0,82
0,486607 0,486607 0,486607 0,486607 0,486607 0,486607 0,486607 0,486607 0,486607 0,486607 0,486607 0,486607
1,15339 1,15339 1,15339 1,15339 1,15339 1,15339 1,15339 1,15339 1,15339 1,15339 1,15339 1,15339
150 Lanjutan Lampiran 3.
Moving Average for BOPO Data BOPO Length 39 NMissing 0
Moving Average Length 5
Accuracy Measures MAPE 4,83392 MAD 0,04552 MSD 0,00310
Forecasts Period 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
Forecast Lower Upper 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129 0,9722 0,863106 1,08129
151 Lanjutan Lampiran 3. 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
0,9722 0,9722 0,9722 0,9722 0,9722 0,9722 0,9722 0,9722 0,9722 0,9722 0,9722 0,9722 0,9722
0,863106 0,863106 0,863106 0,863106 0,863106 0,863106 0,863106 0,863106 0,863106 0,863106 0,863106 0,863106 0,863106
1,08129 1,08129 1,08129 1,08129 1,08129 1,08129 1,08129 1,08129 1,08129 1,08129 1,08129 1,08129 1,08129
152 Lanjutan Lampiran 3. Moving Average for NIM Data NIM Length 39 NMissing 0
Moving Average Length 5
Accuracy Measures MAPE 93,4405 MAD 0,0107 MSD 0,0002
Forecasts Period 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
Forecast Lower 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240 0,0296 0,0039240
Upper 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760
153 Lanjutan Lampiran 3. 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
0,0296 0,0296 0,0296 0,0296 0,0296 0,0296 0,0296 0,0296 0,0296 0,0296 0,0296 0,0296
0,0039240 0,0039240 0,0039240 0,0039240 0,0039240 0,0039240 0,0039240 0,0039240 0,0039240 0,0039240 0,0039240 0,0039240
0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760 0,0552760
154 Lanjutan Lampiran 3. Moving Average for EVA * NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data EVA Length 39 NMissing 0
Moving Average Length 5
Accuracy Measures MAPE 100,716 MAD 0,002 MSD 0,000
Forecasts Period 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Forecast Lower 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288 0,0026 -0,0031288
Upper 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288
155 Lanjutan Lampiran 3. 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026 0,0026
-0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288 -0,0031288
0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288 0,0083288
156 Lanjutan Lampiran 3.
Moving Average for MVA * NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data MVA Length 39 NMissing 0
Moving Average Length 5
Accuracy Measures MAPE 39,8074 MAD 0,1010 MSD 0,0308
Forecasts Period 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Forecast Lower Upper 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698 0,628 0,284302 0,971698
157 Lanjutan Lampiran 3. 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628 0,628
0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302 0,284302
0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698 0,971698
158 Lanjutan Lampiran 3.
Moving Average for Return Saham * NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Return Saham Length 39 NMissing 0
Moving Average Length 5
Accuracy Measures MAPE 157,118 MAD 0,100 MSD 0,043
Forecasts Period 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Forecast Lower Upper 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610 0,0926 -0,315410 0,500610
159 Lanjutan Lampiran 3. 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926 0,0926
-0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410 -0,315410
0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610 0,500610
Lanjutan Lampiran 4. Matriks QSPM Bank Agro
No Faktor-Faktor Sukses Kritis I Kekuatan 1 Manajemen secara konsisten menerapkan Good Corporate Governance (GCG) 2 Bank memiliki kekuatan segmen Captive Market Agro bisnis (pangsa pasar sebesar 65%-75%) 3 Performance bank cukup baik setelah diakuisisi oleh BRI dengan nilai saham sebesar 88,65% 4 Jaringan kantor pelayanan bank didukung oleh ketersediaan teknologi ATM sebanyak 19 unit 5 Likuiditas pengelolaan aktiva produktif terjaga menghasilkan laba bersih 2010 RP.14.027 juta 6 Penerapan manajemen risiko dan mitigasi risiko sesuai peraturan Bank Indonesia 7 Memiliki SDM yang berusia muda dan potensial untuk dikembangkan berjumlah 454 orang 8 Biaya modal relatif rendah BOPO 2010 sebesar 95,84% dibawah ketentuan BI <100% 9 Bank menjalin kerjasama Co- Financing dengan mitra bisnis strategis untuk sebesar Rp.169.520 M 10 Bank mampu menjaga Net Performing Loan (NPL) di bawah > 5% tahun 2010 4,47% II Kelemahan 1 Bank Agro belum dikenal luas oleh pasar (brand marketable) memiliki 15 kantor cabang 2 Pengembangan kantor cabang baru untuk tahun 2012 sebanyak 6 wilayah 3 Efektifitas intermediasi supaya tidak terjadinya undisbursed loan dengan penyaluran kredit modal kerja sebesar 0,10%, Konsumsi 0,11%, sedangkan rata industri sebesar >10,6% 4 Inovasi produk baru yang ditawakan ke pasar dalam tiga tahun terakhir ini 3 jenis produk 5 Cara berkomunikasi dengan masyarakat melalui promosi produk,iklan,brosur,media on-line. 6 Kecukupan mekanisme kontrol internal yang dimiliki bank 7 Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang,pasar modal dan sumber pendanaan III Peluang 1 Luasnya pasar Agrobisnis di Indonesia mencapai 11 wilayah propinsi 2 Trend Pertumbuhan ekonomi yang positif dalam lima tahun terakhir ini, tahun 2011 sebesar 6,1% 3 Potensi pembiayaan kredit Agrobisnis meningkat tahun 2011 sebesar 11,62% 4 Potensi investor asing dan domestik industri Agrobisnis tahun 2011 sebesar 18,98% 5 Regulasi dan kebijakan perbankan yang kondusif 6 pertumbuhan produk jasa keuangan akibat pergeseran demografi (kredit konsumsi tumbuh 25% ) 7 Ekspektasi stakeholders pada manajemen tinggi (saham BRI 88,65% dan DAPENBUN 14%) 8 Pertumbuhan kredit perbankan nasional meningkat tahun 2010 sebesar 24,64% 9 Prioritas kebijakan pemerintah dibidang energi dan ketahanan pangan dengan nilai investasi mencapai Rp.54.381 triliun tahun 2011 10 Peningkatan akses kredit UMKM melalui lembaga penjaminan kredit daerah (LPKD) tahun 2010 mencapai Rp.336.600 triliun. IV Ancaman 1 Kompetisi yang ketat antar perbankan di tahun 2011 sebanyak 165 bank beroperasi 2 Pangsa pasar bank BUMN dalam pembiayaan kredit Agrobisnis tahun 2011 sebesar Rp.10 triliun 3 Ketatnya persyaratan Bank Indonesia tentang ketentuan modal inti (tier1) > 8% atau Rp.100 milyar 4 Nasabah belum sepenuhnya memahami manfaat dan risiko produk Bank Agro. dimana Giro tumbuh 0,09%, Deposito 0,19% modal kerja 0,10% dan konsumsi 0,11% 5 Tingginya suku bunga kredit perbankan nasional mencapai 12% diatas BI rate 5,75% 6 Praktek transfer pricing bank swasta dengan penghematan pajak mencapi 13% dari net profit 7 Meningkatnya kepemilikan asing di Perbankan dari kucuran kredit sebesar Rp.117.0,57 triliun 8 Mahalnya investasi teknologi Perbankan mencapai 25% dari cost of capital 9 Melemahnya kondisi pasar keuangan global akibat krisis di Amerika dan Eropa Total
Suku Bunga Kompetitif TAS Kode Bobot AS
Variasi Produk Bobot AS TAS
Service Quality Bobot AS TAS
Brand Equity Bobot AS TAS
Repositioning Bobot AS TAS Bobot
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10
0.07 0.06 0.05 0.06 0.05 0.06 0.06 0.04 0.06 0.05
4 5 3 5 5 1 -
0.29 0.30 0.16 0.28 0.31 0.06 -
0.07 0.06 0.05 0.06 0.05 0.06 0.06 0.04 0.06 0.05
2 4 5 3 4 4 -
0.14 0.24 0.26 0.17 0.25 0.22 -
0.07 0.06 0.05 0.06 0.05 0.06 0.06 0.04 0.06 0.05
3 2 2 6 1 6 -
0.21 0.12 0.10 0.34 0.06 0.34 -
0.07 0.06 0.05 0.06 0.05 0.06 0.06 0.04 0.06 0.05
1 3 6 4 3 2 -
0.07 0.18 0.31 0.22 0.19 0.11 -
0.07 0.06 0.05 0.06 0.05 0.06 0.06 0.04 0.06 0.05
5 6 4 2 2 3 -
0.36 0.36 0.21 0.11 0.12 0.17 -
0.07 0.06 0.05 0.06 0.05 0.06 0.06 0.04 0.06 0.05
W1 W2
0.06 0.07
2 2
0.12 0.14
0.06 0.07
3 5
0.17 0.35
0.06 0.07
4 6
0.23 0.42
0.06 0.07
6 4
0.35 0.28
0.06 0.07
5 3
0.29 0.21
0.06 0.07
W3 W4 W5 W6 W7
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
2 2 5 -
0.12 0.12 0.31 -
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
6 4 4 -
0.36 0.25 0.25 -
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
4 3 3 -
0.24 0.19 0.19 -
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
3 6 2 -
0.18 0.37 0.12 -
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
5 5 1 -
0.30 0.31 0.06 -
0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
O1
0.06
4
0.25
0.06
6
0.37
0.06
5
0.31
0.06
2
0.12
0.06
3
0.18
0.06
O2 O3 O4 O5 O6 O7 O8
0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06
4 2 6 3 5 6
0.20 0.10 0.36 0.15 0.25 0.33
0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06
6 5 5 6 1 5
0.30 0.26 0.30 0.29 0.05 0.28
0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06
5 6 4 5 4 4
0.25 0.31 0.24 0.25 0.20 0.22
0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06
3 4 3 4 3 3
0.15 0.21 0.18 0.20 0.15 0.17
0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06
2 3 2 2 2 2
0.10 0.16 0.12 0.10 0.10 0.11
0.06 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06
O9 O10
0.05 0.05
-
-
0.05 0.05
-
-
0.05 0.05
-
-
0.05 0.05
-
-
0.05 0.05
-
-
0.05 0.05
T1 T2 T3
0.05 0.05 0.05
4 5 -
0.21 0.25 -
0.05 0.05 0.05
5 4 -
0.27 0.20 -
0.05 0.05 0.05
6 6 -
0.32 0.30 -
0.05 0.05 0.05
3 3 -
0.16 0.15 -
0.05 0.05 0.05
2 2 -
0.11 0.10 -
0.05 0.05 0.05
T4 T5 T6 T7 T8 T9
0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.04 1
2 6 -
0.13 0.33 4.76
0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.04 1
3 4 -
0.19 0.22 5.39
0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.04 1
5 5 -
0.31 0.28 5.43
0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.04 1
6 2 -
0.38 0.11 4.36
0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.04 1
4 3 -
0.25 0.17 3.99
0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.04 1
GCG AS TAS 6 1 1 1 6 5 -
0.43 0.06 0.05 0.06 0.37 0.28 -
1 1
0.06 0.07
1 1 6 -
0.06 0.06 0.37 -
1
0.06
1 1 1 1 6 1
0.05 0.05 0.06 0.05 0.29 0.06
-
-
1 1 -
0.05 0.05 -
1 1 -
0.06 0.06 2.72
Lampiran 5 Financial Performance Ratio Data CAR Desember 2007-Februari 2011 (Dalam Jutaan Rupiah) Total ATMR (Rp)
Growth (%)
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2.162.254 2.061.126 2.111.874 2.096.352 2.012.342 2.012.269 2.116.443 2.137.683 2.338.490 2.267.441 2.295.465 2.248.977 2.208.254
-4,68 2,46 -0,73 -4,01 0,00 5,18 1,00 9,39 -3,04 1,24 -2,03 -1,81
Total Rata-Rata
28.068.970
2,98 0,23
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2.638.725 2.637.409 2.479.715 2.546.289 2.491.112 2.497.001 2.565.922 2.613.516 2.450.624 2.670.213 2.841.552 2.984.656
Total Rata-Rata
Tahun
Bulan
2007 2008
2009
2010
2011
Total Modal (Rp) 254.417 255.496 256.417 25.175 25.372 244.478 240.404 240.343 239.977 239.027 236.744 23.656 239.406
Growth (%)
CAR (%)
Growth (%)
0,42 0,36 -90,18 0,78 863,57 -1,67 -0,03 -0,15 -0,40 -0,96 -90,01 912,03
11,77 12,40 12,14 1,20 1,26 12,15 11,36 11,24 10,26 10,54 10,31 1,05 10,84
5,35 -2,05 -90,11 4,99 863,61 -6,51 -1,02 -8,73 2,73 -2,16 -89,80 930,69
2.520.912
1593,79 122,60
116,53 8,96
1606,99 123,61
19,49 -0,05 -5,98 2,68 -2,17 0,24 2,76 1,85 -6,23 8,96 6,42 5,04
255.496 233.735 240.513 239.944 243.076 24.432 244.916 249.665 251.776 256.227 259.086 357.839
6,72 -8,52 2,90 -0,24 1,31 -89,95 902,44 1,94 0,85 1,77 1,12 38,12
9,68 8,86 9,70 9,42 9,76 0,98 9,54 9,55 10,27 9,60 9,12 11,99
-10,69 -8,47 9,44 -2,84 3,55 -89,97 875,51 0,08 7,55 -6,60 -4,98 31,49
31.416.734
33,24 2,77
2.856.705
981,05 81,75
117,44 9,79
927,69
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2.965.838 2.737.351 2.961.118 3.656.351 2.966.262 3.073.129 2.646.596 2.682.935 2.972.665 2.936.999 3.120.101 3.063.116
-0,63 -7,70 8,17 23,48 -18,87 3,60 -13,88 1,37 10,80 -1,20 6,23 -1,83
365.549 369.101 357.257 440.351 350.262 359.364 365.159 367.953 379.992 377.873 287.912 287.912
2,15 0,97 -3,21 23,26 -20,46 2,60 1,61 0,77 3,27 -0,56 -23,81 0,00
12,33 13,48 12,06 12,04 11,81 11,69 13,80 13,71 12,78 12,87 9,23 9,40
2,80 9,40 -10,52 -0,18 -1,95 -0,97 17,99 -0,60 -6,79 0,65 -28,28 1,86
Total Rata-Rata
35.782.461
12,32 1,03
4.308.685
68,36 5,70
154,99 12,92
-16,59
Januari Februari Total
2.835.361 3.651.364 6.486.725
-7,44 28,78 0
268.869 382.973 651.842
-6,61 42,44 0
9,48 10,49 32,89
0,89 10,61 11,49
Rata-Rata
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
16,44
166 Lanjutan Lampiran 5 Data ROE Desember 2007- Februari 2011 (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2007 2008
Bulan
Laba Bersih (Rp)
Desember 15.108 Januari 1.051 Februari 1.970 Maret 3.883 April 5.853 Mei 8.105 Juni 4.031 Juli 3.970 Agustus 3.605 September 2.625 Oktober 0.225 November 42 Desember 3.033 Total 53.879 Rata-Rata 2009 Januari 1.409 Februari 4.963 Maret 10.305 April 12.845 Mei 9.717 Juni 8.349 Juli 7.704 Agustus 57 September 3.213 Oktober 7.675 November 10.696 Desember 8.933 Total 86.379 Rata-Rata 2010 Januari 3.355 Februari 6.561 Maret 1.604 April 4.354 Mei 4.446 Juni 1.266 Juli 5.843 Agustus 6.413 September 8.34 Oktober 10.254 November 18.208 Desember 20.018 Total 90.662 Rata-Rata 2011 Januari 14.695 Februari 13.369 Total 28.064 Rata-Rata Sumber : Data sekunder diolah (2012
Growth (%) -0,930 0,874 0,971 0,507 0,385 -0,503 -0,015 -0,092 -0,272 -0,914 0,867 6,221 709,94 54,61 -0,535 2,522 1,076 0,246 -0,244 -0,141 -0,077 -0,926 4,637 1,389 0,394 -0,165 8,177 0,681 -0,624 0,956 -0,756 1,714 0,021 -0,715 3,615 0,098 0,300 0,229 0,776 0,099 6,395 0,533 -0,266 -0,090 0,177 0,088
Total Equity (Rp) 254.417 255.496 256.417 251.750 253.720 244.478 240.404 240.343 239.977 239.027 236.744 236.560 239.406 3.188.739 237.288 233.735 240.513 239.944 243.076 244.320 244.914 249.665 251.766 256.227 259.086 357.839 3.058.373 341.821 341.821 341.821 341.821 341.821 341.826 341.826 341.826 341.826 342.477 342.785 343.063 4.104.734 258.902 343.116 602.018
Growth (%)
0,004 0,004 -0,018 0,008 -0,036 -0,017 0,000 -0,002 -0,004 -0,010 -0,001 0,012 -5,97 -0,46 -0,009 -0,015 0,029 -0,002 0,013 0,005 0,002 0,019 0,008 0,018 0,011 0,381 0,461 0,038 -0,045 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002 0,001 0,001 -0,003 0,000 -0,245 0,325 0,080 0,040
ROE (%) 5,94 0,41 0,77 1,54 2,31 3,32 1,58 1,65 1,50 1,10 0,10 0,02 1,27 21,51 1,65 -0,59 -2,12 -4,28 -5,35 -3,99 -3,41 -3,14 0,02 1,27 2,99 4,13 2,49 -11,98 -1,00 0,98 1,91 0,46 -1,27 -1,30 0,37 1,70 1,87 2,43 2,99 5,31 5,83 20,28 1,69 -5,67 -3,89 -7,87 -3,93
Growth (%)
-0,93 0,88 1,00 0,50 0,44 -0,52 0,04 -0,09 -0,27 -0,91 -0,80 62,50 61,84 4,76 -1,465 2,593 1,019 0,250 -0,254 -0,145 -0,079 -1,006 62,500 1,354 0,381 -0,397 64,751 5,396 -0,606 0,949 -0,759 -3,761 0,024 -1,285 3,595 0,100 0,299 0,230 0,776 0,098 5,056 0,421 -1,973 -0,314 -1,865 -0,933
167 Lanjutan Lampiran 5
Data ROA Desember 2007-Februari 2011 Laba sebelum pajak (Rp) 15.108 1.451 2.804 5.413 835 10.852 6.778 566 5.138 3.739 310 49 4.096
Tahun
Bulan
2007 2008
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
2009
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
2010
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
2011
Januari Februari Total
28.064
Growth (%)
Total Aktiva (Rp)
Growth (%)
ROA (%)
-90,40 93,25 93,05 -84,57 1199,64 -37,54 -91,65 807,77 -27,23 -91,71 -84,19 8259,18
2.993.077 3.243.877 3.342.318 2.982.104 2.855.683 2.991.012 2.834.775 2.682.358 2.697.047 2.680.124 2.625.398 2.551.174 2.585.486
57.139
9946
37.064.433
1.409 4.963 10.305 12.845 9.717 8.349 7.704 57 3.819 8.281 11.302 9.603
-65,60 252,24 107,64 24,65 -24,35 -14,08 -7,73 -99,26 6600,00 116,84 36,48 -15,03
2.638.725 2.637.409 2.479.715 2.546.589 2.491.112 2.497.001 2.565.922 2.613.516 2.450.624 2.670.213 2.841.552 2.984.656
8,38 3,03 -10,78 -4,24 4,74 -5,22 -5,38 0,55 -0,63 -2,04 -2,83 1,34 -13,07 2,06 -0,05 -5,98 2,70 -2,18 0,24 2,76 1,85 -6,23 8,96 6,42 5,04
88.354
6912
31.417.034
15,58
4.644 9.112 2.292 4.354 4.446 1.809 8.346 917 11.923 14.643 22.597 24.407
-51,64 96,21 -74,85 89,97 2,11 -59,31 361,36 -89,01 1200,22 22,81 54,32 8,01
2.965.838 2.737.351 2.961.118 2.928.826 2.966.101 3.073.129 2.646.590 2.682.935 2.954.141 2.936.999 2.979.634 3.063.116
-0,63 -7,70 8,17 -1,09 1,27 3,61 -13,88 1,37 10,11 -0,58 1,45 2,80
109.490
1560
34.895.778
4,91
3,73
1525
14.695 13.369
-39,79 -9,02 -48,82
2.198.635 3.651.364
-28,22 66,07
0,67 0,37
-16,12 -45,22
5.849.999
37,85
1,03
-61,338
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
0,50 0,04 0,08 0,18 0,03 0,36 0,24 0,02 0,19 0,14 0,01 0,00 0,16
Growth (%) -91,14 87,55 116,36 -83,89 1140,84 -34,10 -91,17 802,83 -26,77 -91,54 -83,73 8148,25
1,97
9793
0,05 0,19 0,42 0,50 0,39 0,33 0,30 0,00 0,16 0,31 0,40 0,32 3,37 0,16 0,33 0,08 0,15 0,15 0,06 0,32 0,03 0,40 0,50 0,76 0,80
-66,29 252,41 120,84 21,37 -22,67 -14,28 -10,20 -99,27 7045,35 99,00 28,25 -19,11 7335
-51,33 112,59 -76,75 92,06 0,83 -60,73 435,72 -89,16 1080,85 23,53 52,11 5,07
168 Lanjutan Lampiran 5 Data LDR Desember 2007-Februari 2011 Tahun 2007 2008
2009
2010
2011
Bulan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Total Kredit yang diberikan (Rp) 1.950.691 1.854.034 1.895.932 1.925.306 1.840.883 1.826.200 1.975.570 1.988.936 2.046.164 2.088.530 2.082.510 2.053.909 2.042.303
Growth (%) -4,96 2,26 1,55 -4,38 -0,80 8,18 0,68 2,88 2,07 -0,29 -1,37 -0,57
Total DPK (Rp) 2.537.442 2.795.921 2.899.486 2.550.469 2.421.109 2.570.208 2.385.855 2.236.049 2.257.196 2.143.903 2.184.287 2.098.407 2.163.331
Growth (%)
LDR (%)
10,19 3,70 -12,04 -5,07 6,16 -7,17 -6,28 0,95 -5,02 1,88 -3,93 3,09
76,88 66,31 65,39 75,49 76,03 71,05 82,80 88,95 90,65 97,42 95,34 97,88 94,41
Growth (%) -13,74 -1,39 15,45 0,72 -6,55 16,54 7,42 1,91 7,46 -2,13 2,66 -3,55
Total Rata-Rata
25.570.968
5,25 0,40
31.243.663
-13,54 -1,04
1078,60 82,97
24,80
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1.928.314 1.956.379 1.921.362 1.932.972 1.970.667 1.942.293 2.046.985 2.091.252 2.093.090 2.111.013 2.053.710 1.993.630
-5,58 1,46 -1,79 0,60 1,95 -1,44 5,39 2,16 0,09 0,86 -2,71 -2,93
2.192.961 2.190.275 2.033.790 2.108.894 2.047.220 2.056.848 2.134.084 2.175.594 2.029.596 2.231.307 2.279.926 2.454.296
1,37 -0,12 -7,14 3,69 -2,92 0,47 3,76 1,95 -6,71 9,94 2,18 7,65
87,93 89,32 94,47 91,66 96,26 94,43 95,92 96,12 103,13 94,61 90,08 81,23
-6,86 1,58 5,77 -2,98 5,02 -1,90 1,58 0,21 7,29 -8,26 -4,79 -9,82
Total Rata-Rata
24.041.667
-1,54 -0,13
25.934.791
13,05 1,09
1198,13 99,84
-13,16
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1.933.537 1.912.633 1.998.026 2.445.182 1.988.333 1.904.086 1.958.973 1.912.468 2.606.995 2.011.995 2.038.196 2.071.446
2.379.905 1.142.183 2.267.135 2.724.820 2.260.290 2.389.425 1.956.975 1.981.832 2.399.897 2.225.833 2.323.940 2.386.869
-3,03 -52,01 98,49 20,19 -17,05 5,71 -18,10 1,27 21,09 -7,25 4,41 2,71
81,24 167,45 88,13 89,74 87,97 79,69 100,10 96,50 108,63 90,39 87,70 86,79
0,02 106,11 -47,37 1,82 -1,97 -9,41 25,62 -3,60 12,57 -16,79 -2,97 -1,05
Total Rata-Rata
24.781.870
-3,01 -1,08 4,46 22,38 -18,68 -4,24 2,88 -2,37 36,32 -22,82 1,30 1,63 16,63
26.439.104
57,52 4,79
1264,18 105,35
62,98
Januari Februari
2.212.320 2.130.598
6,80 -3,69
2.999.892 2.982.960
25,68 -0,56
Total Rata-Rata
4.342.918
4,49
10.424.338
14.767.256
73,75 71,43 250,5 125,2
-15,02 -3,15 -18,17
1,39
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
2,25
169 Lanjutan Lampiran 5 Data NIM Bank Agro Desember 2007-Februari 2011 (Dalam Jutaan Rupiah) Pendapatan Bunga Bersih (RP)
Growth (%)
Tahun
Bulan
2007 2008
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
109.722 8.130 16.518 26.981 36. 318 46. 348 55. 567 65. 978 75. 081 83.362 91.953 99.320 108.960
Total Rata-Rata
824.238
228 18
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
73.410 13.253 22.065 30.242 39.935 49.688 60.588 72.945 85.505 98.381 110.623 124.068
Total Rata-Rata
2009
2010
2011
Rata-Rata Aktiva produktive (Rp) 4.730.672 4.834.585 4.992.808 4.666.775 4.577.900 4.644.108 4.611.856 4.501.710 4.532.586 4.621.624 4.610.227 4.520.863 4.537.469
Growth (%)
NIM (%)
Growth (%)
3 -7 -2 1 -1 -2 1 2 0 -2 0 -39
2,32 0,17 0,33 0,58 0,79 1,00 1,20 1,47 1,66 1,80 1,99 2,20 2,40
60.383.183
-4 0
17,91 1,38
236
-33 -82 66 37 32 24 22 20 17 15 12 12
2.786.140 2.792.840 2.800.242 2.816.268 2.830.461 2.876.590 2.870.039 2.889.046 2.907.415 2.940.043 2.960.799 2.970.736
0 0 1 1 2 0 1 1 3 1 1 0
2,63 0,47 0,79 1,07 1,41 1,73 2,11 2,52 2,94 3,35 3,74 4,18
10 -82 66 36 31 22 22 20 16 14 12 12
780.703
162 14
34.440.619
-32 -3
28,32 2,36
179
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
87.557 26.770 37.671 57.572 64.964 76.331 91.596 106.174 113.512 133.712 147.683 162.113
-29 -69 41 53 13 17 20 16 7 18 10 10
4.652.262 3.651.364 2.995.665 2.778.682 2.999.983 3.004.829 2.993.333 3.062.810 2.757.712 3.157.778 3.231.371 3.357.240
57 -22 -18 -7 8 0 0 2 -10 15 2 4
1,88 0,73 1,26 2,07 2,17 2,54 3,06 3,47 4,12 4,23 4,57 4,83
-55 -61 72 65 5 17 20 13 19 3 8 6
Total Rata-Rata
1.105.655
119 10
38.643.029
28 2
37,29 3,11
111
Januari Februari
12.991 24.794
-92 91
2.969.470 2.969.833
-12 0
0,44 0,83
-91 91
Total Rata-Rata
37.785
9
5.939.303
-9 -5
0
0
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
-93 103 63 35 28 20 19 14 11 10 8 10
4
-93 97 75 37 26 21 22 13 9 11 10 9
170 Lanjutan Lampiran 5 Data BOPO Desember 2007-Februari 2011
Tahun 2007 2008
2009
2010
2011
Beban Operasional (Rp) Desember 100.984 Januari 7.285 Februari 14.640 Maret 23.043 April 29.870 Mei 37.804 Juni 51.422 Juli 63.267 Agustus 73.698 September 84.092 Oktober 96.994 November 105.482 Desember 112.642 Bulan
Growth (%) -92.79 100.96 57.40 29.63 26.56 36.02 23.03 16.49 14.10 15.34 8.75 6.79
Pendapatan Operasional (Rp) 114.197 8.522 17.354 28.117 38.138 48.515 58.147 68.930 78.342 87.233 96.474 104.445 114.532
Growth (%)
Growth (%)
-92.54 103.64 62.02 35.64 27.21 19.85 18.54 13.65 11.35 10.59 8.26 9.66
BOPO (%) 88 85 84 82 78 78 88 92 94 96 101 101 98
-3.33 -1.31 -2.85 -4.43 -0.51 13.49 3.79 2.49 2.47 4.29 0.45 -2.62
Total Rata-Rata
801.223
242.29 18.64
862.946
227.88 17.53
1167 90
11.93
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
28.508 57.131 86.447 113.418 139.535 165.198 191.059 215.823 241.280 267.718 294.438 326.444
-74.69 100.40 51.31 31.20 23.03 18.39 15.65 12.96 11.80 10.96 9.98 10.87
29.354 60.161 88.995 117.382 141.328 175.948 205.428 235.835 265.757 296.911 327.005 359.315
-74.37 104.95 47.93 31.90 20.40 24.50 16.75 14.80 12.69 11.72 10.14 9.88
97 95 97 97 99 94 93 92 91 90 90 91
-1.25 -2.22 2.29 -0.53 2.18 -4.90 -0.94 -1.60 -0.79 -0.69 -0.14 0.90
Total Rata-Rata
2126.999
240.50 20.04
2.303.419
248.81 20.73
1215 101
-7.70
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
29.185 54.581 93.145 340.160 163.565 232.765 263.928 299.781 435.995 370.268 425.893 441.410
-91.06 87.02 70.65 265.19 -51.92 42.31 13.39 13.58 45.44 -15.08 15.02 3.64
34.530 64.896 97.486 346.114 162.126 234.408 272.112 308.849 457.862 384.335 447.853 465.899
-90.39 87.94 50.22 255.04 -53.16 44.58 16.08 13.50 48.25 -16.06 16.53 4.03
85 84 96 98 101 99 97 97 95 96 95 95
-6.97 -0.49 13.60 2.86 2.65 -1.57 -2.32 0.07 -1.90 1.17 -1.29 -0.37
Total Rata-Rata
3150.676
418.24 34.85
3276.470
397.30 33.11
1239 103
5.45
Januari Februari
90.172 88.163
-79.57 -2.23
90.172 88.163
-80.65 -2.23
100 100
5.55 0.00
Total Rata-Rata
178.335
-46.95 -23.47
178.335
-49.77 -24.88
200 100
5.55
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
171 Lanjutan Lampiran 5
Perhitungan EVA (Economic Value Added)
Tahun
2007 2008
2009
2010
2011
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nopat (Rp)
Invested Capital (Rp)
Cost of Capital %
Capital Charges (Rp)
EVA(Rp)
EVA %
11.139 1.051 1.970 3.883 5.853 8.105 4.031 3.970 3.605 2.625 225 42 3.033
2.971.658 3.223.056 3.324.830 2.965.898 2.839.599 2.976.667 2.821.167 2.668.923 2.682.493 2.656.188 2.611.816 2.534.030 2.567.779
8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,25 8,50 8,75 9,00 9,25 9,50 9,50 9,25
237.733 257.844 265.986 237.272 227.168 245.575 239.799 233.531 241.424 245.697 248.123 240.733 237.520
(226.594) (256.793) (264.016) (233.389) (221.315) (237.470) (235.768) (229.561) (237.819) (243.072) (247.898) (240.691) (234.487)
0,375 0,033 0,059 0,131 0,206 0,272 0,143 0,149 0,134 0,099 0,009 0,002 0,118
49.532
36.884.104
112.00 8,62
3.158.405
(3.108.873
1,729 0,133
(1.409) (4.963) (10.305) (12.845) (9.717) (8.349) (7.704) 57 3.213 7.675 10.696 8.933
2.621.173 2.622.714 2.464.941 2.521.518 2.475.633 2.473.301 2.550.790 2.592.685 2.435.612 2.653.574 2.711.504 2.966.542
8,75 8,25 7,75 7,50 7,25 7,00 6,75 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50
229.353 216.374 191.033 189.114 179.483 173.131 172.178 168.525 158.315 172.482 176.248 192.825
(230.762) (221.337) (201.338) (201.959) (189.200) (181.480) (179.882) (168.468) (155.102) (164.807) (165.552) (183.892)
-0,054 -0,189 -0,418 -0,509 -0,393 -0,338 -0,302 0,002 0,132 0,289 0,394 0,301
(24.718)
31.089.987
94,37 7,86
2.219.061
(2.243.779)
-0.951 -0,079
3.355 6.561 1.604 (4.354) (4.446) 1.266 5.843 6.413 8.340 10.254 18.208 20.018
2.917.034 2.688.038 2.909.638 2.891.656 2.928.545 3.036.985 2.609.706 2.646.202 2.916.653 2.897.213 2.939.177 3.020.754
6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50
189.607 174.722 189.126 187.958 190.355 197.404 169.631 172.003 189.582 188.319 191.047 196.349
(186.252) (168.161) (187.522) (192.312) (194.801) (196.138) (163.788) (165.590) (181.242) (178.065) (172.839) (176.331)
0,115 0,244 0,055 -0,151 -0,152 0,042 0,224 0,242 0,286 0,354 0,619 0,663
73.062
34.401.601
2.236.104
(2.163.042)
2,463 -0,233 -
243.225
(256.594)
-0,371
38
-
-
85,86 7,16 6,50
39
(13.369)
3.603.338
6,75
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
172
Lanjutan Lampiran 5 Data MVA Desember 2007-Februari 2011
Tahun
Bulan
2007 2008
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Jumlah Lembar Saham
Harga Pasar
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235
Nominal / Lembar Saham 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
3055 235
1300 100
235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 141 141
Total Rata-Rata
2009
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13.351 121.991
Total Rata-Rata
2010
2011
EMV
EBV
MVA %
MVA
-
-
-
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
99.264 676.377
70.400 479.700
28.864 196.677
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41 41
2867 239
1300 100
775.641
550.100
225.541 18.795
82 7
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
129.257 1.068.80 207.409 278.072 151.553 320.255 498.557 123.729 59.259 134.415 34.657 32.632
126 136 125 157 134 193 175 184 180 186 165 168
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
372.078 1.082.968 827.375 1.807.541 865.908 2.411.342 2.600.150 1.407.784 481.680 1.333.434 421.905 566.664
295.300 796.300 661.900 1.151.300 646.200 1.249.400 1.485.800 765.100 267.600 716.900 255.700 337.300
76.778 286.668 165.475 656.241 219.708 1.161.942 1.114.350 642.684 214.080 616.534 166.205 229.364
26 36 25 57 34 93 75 84 80 86 65 68
Total Rata-Rata
1807.906 12
2000 167
1200 100
13.240.087
7.996.20
5.339.460
668 56
10.212 8.595
154 141
100 100
210.364 186.543
136.600 132.300
73.764 54.243
54 41
Januari Februari
Sumber : Data sekunder diolah (2012)
173 Lanjutan Lampiran 5 Return Saham Desember 2007 – Februari 2011 Tahun
Bulan
Jumlah Lembar Saham
2007 2008
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
704.000
2009
2010
2011
Desember
4.797.000
Total Rata-Rata Januari
5.501.000
Februari
7.963.000
2.953.000
Maret
6.619.000
April
11.513.000
Mei
6.462.000
Juni
12.494.000
Juli
14.858.000
Agustus
7.651.000
September
2.676.000
Oktober
7.169.000
November
2.557.000
Desember
3.373.000
Total
86.288.000
Rata-Rata Januari Februari
1.366.000 1.323.000
Sumber : Data sekunder diolah (2011)
Growth (%)
581,39 581,39 -0,384 1,697 -0,169 0,739 -0,439 0,933 0,189 -0,485 -0,650 1,679 -0,643 0,319 2,786 0,214
Harga Saham
Return Saham
235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 235 141
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -40
141
0
2.867 221 126
-40%
136
8
125
-81
157
26
134
-15
193
44
175
-9
-11
184
5
180
-2
186
33
165
11
168
2
154 141
8 -8
Growth (%)
0 -1,75 -11,23 -1,32 -1,57 -4,01 -1,21 -1,55 -1,41 -16,86 -0,66 -0,84 -42,40 -3,53
174