PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA PONDOK JAYA KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Oleh: Ni’matu Aulia NIM : 106101003345
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta , Desember 2010
Ni’matu Aulia
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, Desember 2010 Ni’matu Aulia, NIM : 106101003345 Penilaian Kebermanfaatan Program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010 xvii +118 halaman, 18 tabel, 1 gambar, 12 lampiran. ABSTRAK Desa Pondok Jaya merupakan wilayah daerah Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang yang memilki persentasi rawan gizi 8,1%. untuk menanggulangi rawan gizi tersebut Puskesmas Sepatan menerapkan program Pos Gizi. Puskesmas Sepatan harus berupaya menerapkan program yang terbaik bagi masyarakat sasaran. Perlunya program dengan pendekatan holistic dalam mengatasi malnutrisi menjadi daya tarik besar bagi peneliti untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana Sepatan menjalankan program kesehatan dan sejauh mana keberhasilannya. Berangkat dari titik inilah, peneliti memfokuskan diri untuk menilai penerapan Program Pos Gizi oleh Puskesmas Sepatan di Desa Pondok Jaya Kabupaten Tangerang. Program gizi intensif ini perlu dievaluasi secara praktis dengan menilai terhadap efektifitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy) dan kesesuaian (appropriateness) sebagai pertimbangan dalam rangka menentukan titik perbaikan program untuk diteruskan dan dikembangkan sebagai program tahunan di masa datang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggambarkan secara mendalam tentang penilaian kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan keefektifan program kurang terpenuhi secara umum. Program Pos Gizi dinilai cukup efektif untuk peningkatan status gizi balita, asupan makan, pemberian makan, dan pengasuhan balita, tetapi masih belum cukup efektif untuk kehadiran, kebersihan balita, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan. Sedangkan untuk efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program sebagian besar sudah memenuhi syarat program. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan bagi pengambil kebijakan (Puskesmas Kecamatan Sepatan dan Dinas Kesehatan) untuk terus melakukan evaluasi program yang meliputi efektifitas, efisiensi, kecukupan, dan kesesuaian dari program Pos Gizi yang telah dilaksanakan agar dapat menentukan titik perbaikan program untuk diteruskan dan dikembangkan sebagai program tahunan di masa datang. Sedangkan, untuk kader kesehatan sebaiknya meningkatkan kegiatan kunjungan rumah secara aktif, sehingga dapat mengontrol kebiasaan ibu dan pengasuh keduanya dan melakukan diskusi bersama pada hari berikutnya dengan ibu peserta Pos Gizi Daftar Pustaka : 34 (1973 - 2007) ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM SPECIALISATION NUTRITION SOCIETY Skripsi, December 2010 Ni’matu Aulia, NIM : 106101003345 Assessment Of Usefulness Of The Hearth Program Pondok Jaya Village Sepatan Tangerang District In 2010 xvii +118 pages, 18 tables, 1 charts, 12 appendices ABSTRAK Pondok Jaya Village District area is the region on Sepatan District Tangerang Regency which have malnutrition percentage of 8.1% to combat malnutrition, Sepatan health center arranging Nutrient Post. Sepatan health center should strive to implement a program that's best for the target communities. Necessary program with a holistic program in overcoming the malnutrition become a big attraction for researchers to look further on how Sepatan run health programs and the extent of its success. Departing from this point, researchers are focusing on assessing the implementation of the Hearth Program by the health center in the village of Pondok Jaya Sepatan Tangerang regency. This intensive nutrition programs need to be evaluated in a practical way to assess the effectiveness, efficiency, adequacy and suitability (appropriateness) as consideration in order to determine the point improvement program to be continued and developed as an annual program in the future. This research is a qualitative study that describes in depth about the usefulness of the assessment program in the Village Hearth Sepatan Pondok Jaya subdistrict of Tangerang District in 2010. The results show the effectiveness of the program is less satisfied in general. Hearth program was considered quite effective for improving nutrition status, food intake, feeding, and parenting a toddler, but still not effective enough to attendance, cleanliness of toddlers, the search and delivery of health care. As for efficiency, adequacy and suitability of the program largely meets the requirements of the program. Based on the research, it is advisable for policy makers (Sepatan District Health Center and Department of Health) to evaluate programs that include effectiveness, efficiency, adequacy, and appropriateness of the hearth program that has been carried out to determine the point improvement program to be continued and developed as annual program in the future. Meanwhile, for health cadres should improve home visit activities actively, so as to control the habits of both mother and nanny and hold discussions with the next day with the participant's mother hearth. References : 34 (1973 - 2007)
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA PONDOK JAYA KECAMATAN SEPATAN, KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Desember 2010
Mengetahui,
Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes
Drs. M. Farid Hamzens. M. Si Pembimbing 1
Pembimbing II
iv
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 22 Desember 2010
Penguji I,
Drs. M. Farid Hamzens, M. Si
Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M. Kes Penguji III,
Farihah Sulasiah, MKM
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
With deep love, this paper dedicated to my
“ALLAH + Muhammad SAW”
Beloved father “lili” and mother “mun” who never bored to give me pray and material. Moreover, two sisters “enca+neng far”. May Allah bless them all. Amin
dee
vi
DATA RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama
: Ni’matu Aulia
Jenis Kelamin
: 106101003345
Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 25 Agustus 1988
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. KH. A. Rifa’i Arief No. 65 Rt 007/02 Kp. Gintung Jayanti Tangerang, Banten 15610
Nomor Telepon/Hp
: (021) 92376562
Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 1993-1999
: SDN Rancaleutik
1990-2002
: MTS Daar El-Qolam
2002-2005
: SMA Daar El-Qolam
2006-2010
: Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. Shalawat dan salam kita berikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dalam menyelesaikan laporan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak yang berupa motivasi, saran, dan dukungan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Keluarga tercinta, Bapak Drs. H. M. Kholilullah dan mamah Hj. Munasaroh yang telah membesarkanku dan memberikan kasih sayang yang begitu bernilai, serta dukungan semangat moril maupun materil untuk menyelesaikan laporan magang ini. Tetehku dan adekku tersayang Muflihatunnisa S. Pd. dan Farhatul Aisy’i yang selalu mendo’akanku secara tulus. 2. Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin S. Pd. Md. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 3. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat. 4. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku pembimbing I skripsi. 5. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku pembimbing II skripsi
.
6. Seluruh staff pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
7. Seseorang yang telah dipersiapkan untuk menjadi separuh ruh dalam hidupku kelak 8. Seluruh teman-teman program studi kesehatan masyarakat angkatan 2006 dan non program studi khususnya Abdul Rahman Shaleh yang selalu menemaniku selama penyusunan skripsi ini. Abdullah Syafe’i dan Zulkifli yang selalu membantuku. Teman terbaikku bebs Yeni, Afni, Indah, Ine, Nura, Rena, Nawang dan Neneng yang selalu memberikan bantuan, support & hiburan dalam suka maupun duka. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penyusunan laporan skripsi ini masih ada bagian yang belum sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberi manfaat kepada para pembaca. Wassalamu’alikum Wr.Wb.
Tangerang, Desember 2010 Penulis
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………….
i
ABSTRAK…...……………………………………………………………………….
ii
PENYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…...…………………………….
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN………..………………………………………………
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…..….……………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR……………..…………………………………………………
vii
DAFTAR ISI………………………..………………………………………………..
ix
DAFTAR TABEL……………………..……………………………………………..
xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………...
xvii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………
xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah ….………………………………………………………..
4
1.3 Pertanyaan Penelitian………………………………………….……………..
6
1.4 Tujuan Penelitian……..…………………………………………………......
6
1.4.1 Tujuan Umum………… .……………………………………………..
6
1.4.2 Tujuan Khusus………….………………………………..…………….
6
1.5 Manfaat Penelitian……….…………………………………………………...
7
1.5.1 Bagi Masyarakat……………………………………………………….
7
1.5.2 Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang………….……………
7
1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta…………….……………
7
x
1.5.4 Bagi Peneliti……………………………………………………………
7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………………….
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi………………….…………………………………………………
9
2.1.1
Pengertian Status Gizi………………………………….…………….. 9
2.1.2
Penilaian Status Gizi………………………………….………………
9
2.2 Metode Food Recall 24 jam………………………………………………….. 11 2.2.1 Kelebihan Metode Food Recall 24 Jam…..………….……..………… 12 2.2.2 Kekurangan Metode Food Recall 24 Jam…………..……..………….. 12 2.3 Penilaian Program………………..……………………………………... …… 13 2.4 Evaluasi Proses Intervensi…………………………………………………….
17
2.5 Program Perbaikan Gizi………………..……………………………………..
23
2.6 Pos Gizi…………..…………………………………………………………… 24 2.6.1 Definisi Pos Gizi…..……………………………………...……... …...
24
2.6.2 Tujuan Pos Gizi……………………………………………………….
26
2.6.3 Pendekatan Pos Gizi…………………………………………………..
26
2.6.4 Indikator Pos Gizi……………………………………………………..
28
2.6.5 Langkah-Langkah Utama Dalam Pendekatan Pos Gizi.……………… 30 2.6.6 Kegiatan Program Pos Gizi…………………………………………… 30 2.6.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi…………………………………….. 33 2.7 Kerangka Teori……………………………………………………...………...
xi
35
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH 3.1 Kerangka Pikir…………………………………………………..……………. 3.2 Definisi Istilah…….……..……………………………………....……..…….. 3.2.1 Efektifitas…………………………………………………………….. 3.2.2 Efisiensi………………………………………………………………. 3.2.3 Kecukupan…..……………………………………………..….. …….. 3.2.4 Kesesuaian,,,,…………………………………………….……………
38 39 39 40 41 42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian…………………………………….………………….........
43
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………………………
43
4.3 Informan Penelitian……………………………………………………………
43
4.3.1 Informan Utama………………………………………………………
44
4.3.2 Informan Pendukung………………………………………………….
44
4.4 Instrument Penelitian …………………………………………………………
44
4.5 Sumber Data…………………………………………………………………..
45
4.6 Pengumpulan Data…………………………………………………………….
45
4.7 Pengolahan Data………………………………………………………………
48
4.8 Analisa Data…………………………………………………………………...
48
4.9 Validasi Data…………………………………………………………………..
49
4.10 Penyajian Data………………………………………………………………..
50
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ………………………………………..
xii
51
5.2 Karakteristik Informan………………………………………………………...
51
5.3 Penilaian Program……………………………………………………………..
52
5.3.1 Gambaran Efektifitas …………………………………………………
52
5.3.1.1 Gambaran Status Gizi Balita……………………………….
53
5.3.1.2 Gambaran Asupan Zat Gizi ………………………………..
56
5.3.1.3 Gambaran Pemberian Makan………………………………
60
5.3.1.4 Pengasuhan Balita……………………………………….....
63
5.3.1.5 Kebersihan Balita…………………………………………..
65
5.3.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan…………...
68
5.3.1.7 Kehadiran…………………………………………………..
71
5.3.2 Gambaran Efisiensi …………………………………………………...
72
5.3.2.1 Gambaran Dana ……………………………………………
73
5.3.2.2 Tenaga ……………………………………………………..
74
5.3.2.3 Waktu………………………………………………………
75
5.3.3 Gambaran Kecukupan…………………………………………………
76
5.3.3.1 Gambaran Kebutuhan sasaran……………………………...
76
5.3.3.2 Sarana………………………………………………………
77
5.3.3.3 Pelaksanaan………………………………………………...
78
5.3.4 Kesesuaian…………………………………………………………….
80
5.3.4.1 Misi…………………………………………………………
80
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian………………………………………………………..
xiii
82
6.2 Penilaian Program……………………………………………………………..
82
6.2.1 Gambaran Efektifitas ………………………………………………
83
6.2.1.1 Status Gizi Balita………………………………………….
83
6.2.1.2 Asupan Zat Gizi…………………………………………...
84
6.2.1.3 Pemberian Makan…………………………………………
87
6.2.1.4 Pengasuhan Balita………………………………………....
90
6.2.1.5 Kebersihan Balita………………………………………….
91
6.2.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan…….........
93
6.2.1.7 Kehadiran Balita…………………………………………..
95
6.2.1.8 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efektivitas………
96
6.2.2 Gambaran Efisiensi………………………………………………...
100
6.2.2.1 Dana……………………………………………………….
100
6.2.2.2 Sumber Daya Manusia…………………………………….
101
6.2.2.3 Waktu ……………………………………………………..
102
6.2.2.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efisien…………..
103
6.2.3 Gambaran Kecukupan……………………………………………...
104
6.2.3.1 Kebutuhan Sasaran……………………………………......
104
6.2.3.2 Sarana ……………………………………………………..
105
6.2.3.3 Pelaksanaan………………………………………………..
106
6.2.3.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Kecukupan ……..
107
6.2.4 Gambaran Kesesuaian Misi………………………………………...
107
6.3 Gambaran Kebermanfaatan Program Pos gizi………………………………...
109
xiv
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan……………………………………………………………………
111
7.2 Saran ………………………………………………………………………….
112
7.2.1 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Kecamatan Sepatan dan Dinas Kesehatan)…………………………………………………...
112
7.2.2 Bagi Kader Pos Gizi………………………………………………..
112
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..
114 ..
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
2.1
Indikator dan Target untuk Program Pos Gizi
28
4.1
Tabel Pengumpulan Data Primer
47
4.2
Trianglasi Metode
49
4.3
Triangulasi Sumber
50
5.1
Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U sebelum Pos
54
Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 5.2
Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U setelah Pos Gizi
55
Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 5.3
Distribusi Asupan Energi Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa
57
Pondok Jaya Tahun 2010 5.4
Distribusi Asupan Energi Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa
58
Pondok Jaya Tahun 2010 5.5
Distribusi Asupan Protein Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa
59
Pondok Jaya Tahun 2010 5.6
Distribusi Asupan Protein Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa
59
Pondok Jaya Tahun 2010 5.7
Distribusi Pemberian Makan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010
xvi
61
5.8
Distribusi Pemberian Makan Balita setelah Pos Gizi Pergizi
62
Desa Pondok Jaya Tahun 2010 5.9
Distribusi Pengasuhan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa
64
Pondok Jaya Tahun 2010 5.10
Distribusi Pengasuhan Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa
66
Pondok Jaya Tahun 2010 5.11
Distribusi Kebersihan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa
67
Pondok Jaya Tahun 2010 5.12
Distribusi Kebersihan Balita sesudah Pos Gizi Pergizi Desa
67
Pondok Jaya Tahun 2010 5.13
Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
69
Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 5.14
Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
70
Balita Setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 5.15
Distribusi Kehadiran Balita Peserta Pos Gizi Pergizi Desa
72
Pondok Jaya Tahun 2010 5.16
Jadwal Pelaksanaan Program Pos Gizi Pergizi Tahun 2010 dalam 3 Bulan
xvii
75
DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 3.1
Halaman Kerangka Pikir
xviii
38
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Lampiran 1
Surat Penelitian
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
Lampiran 3
Lembar observasi
Lampiran 4
Hasil Data Sekunder
Lampiran 5
Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Tenaga Pelaksana Puskesmas dan Kader Puskesmas
Lampiran 6
Pedoman Wawancara Mendalam Ibu balita
Lampiran 7
Formulir Metode recall 24 jam
Lampiran 8
Matriks
Lampiran 9
Analisis Univariat
xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan (Depkes, 2005). Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Arah kebijakan pembangunan di bidang kesehatan adalah untuk mempertinggi derajat kesehatan, termasuk di dalamnya keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan pada umumnya (Suhardjo, 2003). Keadaan gizi masyarakat pada umumnya masih berada pada masalah gizi kurang dan gizi buruk. Masalah tersebut merupakan masalah yang sangat serius, karena apabila tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada kematian. Kasus gizi kurang dan buruk lebih kepada kerentanan pada penyakit, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian yang akan menurunkan kualitas generasi muda mendatang. Dengan demikian jelaslah masalah gizi merupakan masalah bersama dan semua keluarga harus bertindak atau berbuat untuk melakukan perbaikan gizi (Sajogyo, dkk. 1994). Adapun perbaikan gizi yang dapat dilakukan yaitu dengan senantiasa mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Ditinjau dari sudut islam, Allah
1
berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 168 agar mengkonsumsi makanan yang halal dan baik.
Artinya ”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Makanan yang diberikan kepada balita sebaiknya makanan sehat dan bergizi agar kebutuhan gizinya tercukupi. Karena balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat gizi dalam jumlah relatif besar (Djaeni, 2006). Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah KEP (kekurangan energi protein), masalah anemia besi, masalah KVA (kurang Vit A), GAKY (Gangguan akibat kekurangan yodium), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap penyakit-penyakit infeksi dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian balita (Supariasa dkk, 2001). 2
Masalah gizi buruk di Indonesia memang harus mendapat perhatian khusus. Pasalnya, Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007 menunjukan bahwa prevalensi nasional gizi buruk balita adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13%. Secara bersama-sama prevalensi balita pendek dan balita sangat pendek (stunting) adalah 36,8%. Sementara itu prevalensi balita kurus adalah 7,4% (wasting-serius) dan balita sangat kurus 6,2% (wasting-kritis). Kasus gizi buruk masih ditemukan di daerah Kabupaten Tangerang. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, tercatat data gizi buruk pada tahun 2007 sebesar 0,87 %, gizi kurang sebesar 6,33 %. Pada tahun 2008 mengalami penurunan dimana gizi buruk sebesar 0,84% dan gizi kurang 6,08% dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 0,99% untuk gizi buruk dan 6,95 % untuk gizi kurang (Hasil BPB Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang) dan untuk wilayah Sepatan memilki angka malnutrisi sebesar 18.7% (BPB Puskesmas) dimana angka prevalensi tersebut melebihi standar WHO. Standar WHO untuk prevalensi gizi kurang yaitu 10%, (Depkes RI, 2009). Puskesmas Sepatan menerapkan program Pos Gizi di beberapa desa untuk menanggulangi rawan gizi. Dengan pendekatan Pos Gizi dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku, selain itu di harapkan melalui program ini anakanak yang kurang gizi dapat berubah ke status gizi baik. Salah satu desa yang memiliki angka malnutrisi di kecamatan Sepatan yang menerapkan Pos Gizi yaitu Desa Pondok Jaya (8,1%).
3
Di berbagai daerah yang telah mengadakan Pos Gizi menunjukan hasil yang baik, yaitu dapat meningkatkan status gizi balita yang ditandai dengan bertambahnya berat badan. Seperti di Kelurahan Palmeriem Jakarta Timur (Anisah, 2005), balita KEP mencapai 34.2% pada mei 2004, tetapi setelah putaran pertama Pos Gizi menunjukan hasil yang mengagumkan. Dari 25 balita Pos Gizi, 15 anak (60%) mengalami kenaikan berat badan di atas 400 gram, 5 balita mengalami kenaikan berta badan kurang dari 400 gram, hanya 5 anak dengan berat badan tetap. Pemilihan Desa Pondok Jaya ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan Desa Pondok Jaya salah satu desa di kecamatan sepatan yang rawan gizi dan sudah menjalankan progam Pos Gizi selama 6 bulan sehingga dapat dilakukan penilaian. Dalam penilitian ini perlunya program dengan pendekatan holistic dalam mengatasi malnutrisi menjadi daya tarik besar bagi peneliti untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana Sepatan menjalankan program kesehatan dan sejauh mana keberhasilannya. Berangkat dari titik inilah, peneliti memfokuskan diri untuk menilai kebermanfaatan penerapan Program Pos Gizi oleh Puskesmas Sepatan di Desa Pondok Jaya Kabupaten Tangerang. 1.2 Rumusan Masalah Kecamatan Sepatan merupakan wilayah daerah Kabupaten Tangerang yang memiliki persentasi rawan gizi sebesar 18,7% dimana angka tersebut berada di atas standar WHO (Depkes RI, 2009). Salah satu inisiatif yang muncul untuk perbaikan gizi tersebut Puskesmas Sepatan menerapkan program Pos Gizi di 4
beberapa desa yang memiliki angka malnutrisi dengan menggunakan prinsip pendekatan partisipasi masyarakat adalah Positive Deviance – Pos Gizi. Salah satu desa di Sepatan yang memiliki angka malnutrisi dan telah menjalankan program Pos Gizi selama 6 bulan yaitu Desa Pondok Jaya (8,1%) dengan pendekatan Pos Gizi diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memperdayakan ibu balita untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Selain itu diharapkan melalui program ini diharapkan anak-anak yang kurang gizi dapat berubah ke status gizi baik (Core, 2003). Perlunya program dengan pendekatan holistic dalam mengatasi malnutrisi menjadi daya tarik besar bagi peneliti untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana Sepatan menjalankan program kesehatan dan sejauh mana keberhasilannya. Program gizi intensif ini perlu dievaluasi secara praktis dengan menilai terhadap efektivitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy) dan kesesuaian (appropriateness) sebagai pertimbangan dalam rangka menentukan titik perbaikan program untuk diteruskan dan dikembangkan sebagai program tahunan di masa datang. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berikut pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran efektivitas program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010?
5
2. Bagaimana gambaran efisiensi program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010? 3. Bagaimana gambaran kecukupan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010? 4. Bagaimana gambaran kesesuaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran penilaian kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran efektivitas program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010. 2. Diketahuinya gambaran efisiensi program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010. 3. Diketahuinya gambaran kecukupan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010. 4. Diketahuinya gambaran kesesuaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010.
6
1.5 Manfaat Penelitan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain kepada: 1.5.1 Masyarakat Memberikan informasi mengenai efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program Pos Gizi sehingga masyarakat dapat menilai program yang terbaik dalam menanggulangi masalah gizi. 1.5.2 Pemerintahan Daerah Kabupaten Tangerang Sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk menyempurnakan pelaksanaan program Pos Gizi dalam menanggulangi masalah gizi buruk di Daerah Kabupaten Tangerang. 1.5.3 Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Memberikan tambahan pustaka mengenai efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010. 1.5.4 Peneliti Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai program penanggulangan masalah gizi buruk yang tepat dengan melihat keadaan sesungguhnya yang ada di lapangan.
7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berjudul penilaian program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, dilakukan oleh Mahasiswi peminatan gizi program studi kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tujuan untuk mengetahui ketepatannya sebagai program. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggambarkan secara mendalam tentang penilaian kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010. Teknik pengumpulan data kualitatif adalah dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Dalam rangka mendapatkan data yang valid maka dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pada penelitian ini dilakukan pendekatan kuantitatif dengan wawancara menggunakan kuesioner didukung oleh data sekunder dari arsip, laporan dan minutes program Pos Gizi selama masa perencanaan dan pelaksanaan, kemudian dibuat penilaian atas program tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang pada bulan Oktober 2010.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Menurut Supariasa (2002), Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan hasil zat gizi tersebut. Kebutuhan akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor, antara lain: tingkat metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik, dan faktor yang bersifat relatif yaitu : gangguan pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorption), tingkat penggunaan (utilization), dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran (excretion dan destruction) dari zat gizi tersebut dalam tubuh. Status gizi berarti keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau dua kombinasi dari ukuran–ukuran gizi tertentu (Soekirman, 2000). 2.1.2 Penilaian Status Gizi Menurut Supariasa, dkk (2001), penilaian status gizi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. 9
Penilaian secara langsung meliputi antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian secara tidak langsung survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Dalam mengukur status gizi balita, penilaian status gizi yang umum digunakan adalah antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit (Supariasa, dkk, 2001). Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, dkk, 2001). Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang, dan otot. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). Indeks TB/U adalah pengukuran pertumbuhan linier. Indeks TB/U memberikan gambaran status gizi masa lampau dan erat kaitannya dengan status social-ekonomi. Indeks BB/TB adalah indeks untuk membedakan apakah kekurangan gizi terjadi secara kronis atau akut. Indeks BB/TB merupakan indkator yang baik untuk
10
menilai status gizi saat ini (sekarang) dan merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa, dkk, 2001). 2.2 Metode Food Recall 24 jam Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (Ukuran Rumah Tangga) seperti sendok, gelas, piring, dan lain-lain atau ukuran lainnya yang bias dipergunakan sehari-hari. Dalam recall 24 jam, untuk memudahkan penentuan jumlah konsumsi makanannya, biasanya digunakan food model (Supariasa, 2002). Recall 24 jam ini jangan dilakukan hanya 1 (satu) kali (1x24 jam) karena akan menghasilkan data yang kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut (Supariasa, 2002). Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukan bahwa minimal dua kali recall 24 jam tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur dalam Supariasa, 2002).
11
2.2.1 Kelebihan Metode Recall 24 jam 1. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden 2. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara 3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden 4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf 5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga bisa dihitung intake zat gizi sehari. 2.2.2 Kekurangan Metode Recall 24 jam 1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya dilakukan recall satu hari 2. Ketepatanya sangat tergantung pada daya ingat responden 3. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat 4. Adanya kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsiya lebih banyak dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit 5. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian 6. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan sehari-hari, recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, akhir hari pekan, pada saat 12
melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain (Supariasa, 2001). 2.3 Penilaian Program Program kesehatan adalah respon terorganisir untuk mengurangi atau menghilangkan satu atau lebih masalah dengan meraih satu atau lebih tujuan, yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat (Shortell dan Richardson, 1978 dalam Greenbowski, 2001). Program kesehatan selalu dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak pasti (uncertainty), sehingga diperlukan penilaian (evaluation) sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan (decision making)(Azwar, 1996). Secara harfiah, penilaian berarti proses untuk menentukan suatu jasa, manfaat, atau nilai sesuatu, atau hasil dari suatu proses (Scriven, 1991 dalam Bullen, 2004). Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang dimiliki untuk pencapai, pelaksanaan dan perencanaan suatu program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya (The World Health Organization dalam Azwar, 1996). Penilaian menurut Marry Arnold, merupakan cermin dari pelaksanaan suatu program yang peranannya sangat besar dalam perencanaan program tersebut selanjutnya (Azwar, 1996). Intinya, program penilaian merupakan suatu proses bertanya dan menjawab pertanyaan tentang kebermanfaatan (Bullen, 2004). 13
Pada dasarnya, tujuan evaluasi (penilaian) adalah untuk menghilangkan informasi tentang penampilan suatu program dalam meraih tujuannya. Umumnya, penilaian dilakukan dengan menjawab dua pertanyaan mendasar: apakah program bekerja sesuai harapan? Mengapa terdapat masalah (seperti ini)? Penilain membantu manajer program dalam mengerti penampilan suatu program, yang akan berlanjut pada peningkatan atau perbaikan program. Intinya, penilaian program merupakan alat manejemen atau alat pembuat keputusan bagi para administrator program, perencanaan, pembuat kebijakan, serta pejabat kesehatan lainnya (Grembowski, 2001). Penilaian bertujuan memperbaiki program-program kesehatan dan infrastruktur pelaksanaannya serta untuk mengarahkan alokasi sumber-sumbernya untuk program-program yang sedang berjalan dan yang akan datang. Dengan fungsi ini, penilaian menjadi proses yang berlanjut dengan tujuan agar kegiatankegiatan kesehatan menjadi lebih relevan, efisien dan efektif (WHO, 1990). Penilaian suatu program sosial merupakan akumulasi dari fakta-fakta untuk menyediakan informasi tentang keberhasilan keperluan dan tujuan program pada usaha, efektivitas dan efisiensi dalam tingkatan maupun pada pengembangan program. Hal ini membantu pembuatan keputusan tentang program-program sosial (Tripodi, et al, 1073). Sedangkan penilaian program kesehatan, pada khususnya, merupakan bagian dari proses majerial pembangunan kesehatan nasional yang lebih luas. Dengan demikian, evaluasi membutuhkan pikiran yang terbuka yang mampu memberi kritik yang membangun. Tanggung jawab 14
penilaian dibebankan kepada kelompok-kelompok yang bertanggungjawab atas pengembangan dan penerapan proses majerial untuk pembangunan kesehatan nasional di negara yang bersangkutan (WHO, 1990). Menurut jenisnya, penilaian secara umum dibedakan atas penilaian pada tahap awal program (formative evaluation), penilaian pada tahap pelaksanaan program (promotive evaluation) dan penilaian pada tahap akhir program (summative evaluation). Sedangkan untuk kepentingan praktis, ruang lingkup penilaian melaui pendekatan sistem terbagi atas penilaian terhadap masukan, penilaian terhadap proses, penilaian terhadap dampak (Azwar, 1996). Dalam semua penilaian, kebermanfaatan suatu program tergantung baik pada penampilannya maupun pada keinginan akan tujuan-tujuannya, yang selalu merupakan pertanyaa akan nilai (Kane et al, 1974; Palumbo, 1987; Weiss, 1983 dalam Gremboski, 2001). Penialaian seringkali ditentukan melalui keefektifan (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy) dan kesesuaian (appropriateness). Dalam menjawab pertanyaan penilaian, diperlukan alat yang paling tepat untuk dapat mengubah proses yang sedang dinilai. Dengan demikian, menilai perkembangan masyarakat (Hullen, 2004). Pendapat lain mengatakan bahwa tujuan penilaian adalah mengetahui usaha (effort) program, efektivitas program dan efisiensi program. Usaha program dinyatakan dengan pengukuran jumlah dan jenis kegiatan program yang dianggap perlu untuk meraih tujuan program. Efektivitas program menekankan tujuan 15
apakah dari program yang telah dicapai, dan pada tingkat manakah tercapainya tujuan tersebut. Sedangkan efisiensi program diukur dengan hubungan usaha program dan efektivitas program dengan menentukan biaya relatif dari keluaran yang telah diraih (Triopodi, et al, 1973). Efektifitas dan efisiensi merupakan dua komponen yang umum dibahas dalam penilaian. Efektivitas adalah suatu ungkapan tentang efek yang dikehendaki dari suatu program, dinas, lembaga atau kegiatan penunjang dalam mengurangi masalah kesehatan atau memprediksi keadaan kesehatan yang tidak memuaskan. Dengan demikian, efektivitas mengukur tingkat pencapaian tujuan dan sasran program, dinas atau lembaga yang telah ditentukan sebelumnya (WHO, 1990). Efisiensi adalah suatu ungkapan mengenai hubungan antara hasil-hasil yang diperoleh dari program atau kegiatan di bidang kesehatan dengan upaya yang lebih dilakukan dalam bentuk sumberdaya manusia, keuangan serta sumbersumber lainnya, proses-proses teknologi kesehatan dan waktu. Penilaian efisiensi ditujukan untuk memperbaiki pelaksanaan dan membantu menelaah kemajuan dengan memperhatikan hasil-hasil pemantauan (WHO, 1990). Penilaian pada dasarnya merupakan sesuatu yang sulit di setiap bidang. Di bidang kesehatan, penilaian menimbulkan masalah-masalah khusus yang disebabkan oleh cirri-ciri kegiatan-kegiatannya yang sering tidak mempermudah dilakukannya pengukuran terhadap hal-hal yang telah dicapai untuk dibandingkan dengan sasaran kuantitatif yang ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, 16
penggunaan informasi kualitatif yang dapat dipercaya tidak dapat dihindarkan. Di samping itu, terdapat hubungan yang rumit antara faktor kesehatan dan sektor social ekonomi. Perubahan-perubahan dalam tingkat kesehatan evaluasi, terutama yang berhubungan dengan efektivitas dan dampak menjadi lebih sulit (WHO, 1990). Ukuran besaranya suatu penilaian harus berada pada proporsi yang sesuai dengan tujuan penilaian. Hal ini seringkali berarti bahwa proyek kecil akan memperoleh skup penilaian yang lebih kecil jika dibandingkan dengan proyek besar (Bullen, 2001). Langkah-langkah penilaian yang perlu ditempuh adalah: 1. Memahami program yang akan dinilai 2. Menentukan macam dan runag lingkup penilaian 3. Menyusun rencana penilaian 4. Melaksanakan penialaian 5. Menarik kesimpulan 6. Menyususn saran-saran (Azwar, 1996). 2.4 Evaluasi Proses Intervensi. Menurut kamus istilah manajemen, evaluasi ialah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan didalam suatu organisasi atau pekerjaan. Levey (1973) mengatakan, "To evaluate is to make a value judment, it involves comparing something with another and then making either choice or action decision". Sedangkan Menurut Perhimpunan Kesehatan Masyarakat 17
Amerika, evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup kegiatan-kegiatan memformulasikan tujuan, identifikasi kriteria yang tepat untuk digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas program (Notoatmodjo, 2003). Evaluasi merupakan upaya penting dalam program komunikasi kesehatan yang bertujuan menilai hasil keseluruhan program dengan menggunakan teknik riset secara sistematis. Evaluasi dilakukan tidak hanya pada tahap akhir, tetapi juga pada tahap-tahap proses secara menyeluruh (green, at. al, hal. 247). Sedangkan evaluasi diakhir program harus dapat menjawab pertanyaanpertanyaan berikut ini: 1. Sejauh mana tujuan program telah tercapai 2. Seberapa besar pengaruh program terhadap perubahan perilaku 3. Akibat-akibat apa saja yang tidak diharapkan dari program. 4. Bagian program mana yang paling berhasil dan mana yang kurang berhasil. Pertanyaan-pertanyaan evaluasi ini seharusnya sudah dirancang pada tahap perencanaan ketika riset pengembangan dilakukan dan pada tahap pengukuran dilakukan selama program berlangsung. Sedangkan untuk melihat hasil akhir berupa dampak terhadap derajat kesehatan, upaya evaluasi harus memperhatikan faktor-faktor di bawah ini : 1. Sejauh mana jalur komunikasi yang digunakan dapat menjangkau sasaran. 18
2. Pesan-pesan apa saja yang disampaikan melalui jalur tersebut. 3. Apakah pesan yang disampaikan dapat diingat oleh kelompok sasaran dengan jelas. 4. Apakah telah terjadi perubahan perilaku pada kelompok sasaran akibat adanya program. 5. Apakah telah terjadi peningkatan derajat kesehatn akibat perubahan perilaku. Tidak semua pertanyaan dapat terjawab dalam proses evaluasi, tetapi beberapa faktor penting sudah dapat diketahui. Proses evaluasi hanyalah salah satu dari berbagai pilihan kegiatan dan penentuan yang cermat atas prioritas sasaran, dana yang tersedia dan waktu yang terbatas. Proses atau kegiatan dalam evaluasi itu mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi. 2. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program yang akan dievaluasi. 3. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan. 4. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi tersebut. 5. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan. 6. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut. 19
Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan program, evaluasi terhadap hasil program dan evaluasi terhadap dampak program. 1. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program yang menyangkut penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana, dan fasilitas lain. 2. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya meningkatnya cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya. 3. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program meningkatnya
kesehatan
ini
indikator-indikator
tercermin kesehatan
dari
membaiknya
masyarakat.
atau
Misalnya
menurunnya angka kematian bayi (IMR), meningkatnya status gizi anak balita, menurunnya angka kematian ibu, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Feurstein (1990 : H. 2-4) dalam Isbandi Rukminto Adi (2003) menyatakan 10 alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan : 1. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai. 2. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program. 3. Meningkatkan pemantauan agar tercapai manajemen yang lebih baik. 4. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu tersendiri 20
5. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program. 6. Biaya dan manfaat (cost benefit). Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal (reasonable). 7. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik. 8. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik. 9. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. 10. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal. Ada 3 evaluasi guna mengawasi suatu program lebih seksama, yaitu evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi proses. 1. Evaluasi input Memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program. 3 unsur variabel utama yang terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf dan program. Variabel klien ini meliputi aspek demografi dari staf, seperti : latar belakang pendidikan staf, dan pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu seperti lama waktu layanan diberikan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia. 21
Dalam kaitan dengan evaluasi input program, ada 4 kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun keseluruhan. Kriteria tersebut adalah : a. Tujuan dan objektif b. Penilaian terhadap kebutuhan komunitas c. Strandar dari suatu praktek yang terbaik d. Biaya perunit layanan. 2. Evaluasi Proses Menurut Pietrzak, et. al (1990 : h. 111-116) dalam Isbandi Rukminto Adi (2003) memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan seperti : standar prakter terbaik (best practice standart), kebijakan lembaga, tujuan proses (proses goals) dan kepuasan klien. 3. Evaluasi Hasil Menurut Pietrzak, et.al (1990:h.14) dalam Isbandi Rukminto Adi (2003) diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overal impact) dari suatu program terhadap penerima layanan (resipients). Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah bila suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia 22
menerima layanan tersebut?. Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkonstruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemanjuan suatu program (berorientasi pada program = programe oriented ) ataupun pada terjadinya perubahan perilaku dari klien (berorientasi) pada klien (klien oriented). Dalam suatu perencanaan yang berorientasi pada program, kriteria keberhasilan pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program, misalnya presentasi cakupan program terhadap populasi sasaran. Akan tetapi, perencanaan ini tidak berkonsentrasi pada perubahan prilaku klien. Sebaliknya, evaluasi yang berorientasi pada klien akan melakukan pengukuran ataupun pengkajian berdasarkan perubahan perilaku klien. Misalnya saja, pada kasus penanganan anak jalanan, kriteria dikembangkan berdasarkan indeks perkembangan anak. 2.5 Program Perbaikan Gizi Program perbaikan gizi mikro diarahkan untuk menurunkan maslah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik pedesaan maupun perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di pos yandu dan meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.
23
Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK. 2.6 Pos Gizi 2.6.1 Definisi Pos Gizi Strenin mengatakan bahwa pendekatan Pos Gizi adalah evolution times two atau evolusi dikalikan 2. Pendekatan ini memungkinkan perubahan perilaku gizi yang baik, tidak hanya statis tetapi praktek. Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi angka kekurangan gizi. Pendekatan Pos Gizi memungkinkan ratusan kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya tahun-tahun kekurangan gizi setelah program tersebut selesai dilaksanakan. Proses Pos Gizi memanfaatkan kearifan lokal yang berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan menyebarluaskan kearifan tersebut keseluruh masyarakat. Pos Gizi adalah alat menggerakan masyarakat untuk bekerja dengan melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut, agar bekerjasama mengatasi masalah dan menemukan solusi sari dalam masyarakat mereka sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber 24
daya, keterampilan dan startegi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan dan memanfaatkan metodologi partisipasi secara luas dan proses atau partisipatory learning and action (PD dan Heart USAID, 2004). Prinsip dari Pos Gizi adalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama kekurangan gizi, karena ditemukan beberapa keluarga miskin yang anaknya sehat (gizi baik) karena menerapkan pola asuh yang baik. Kekurangan gizi pada umumnya disebabkan oleh praktek pemberian makan atau pola asuh yang tidak benar, dengan adanya program Pos Gizi maka diharapkan kurang gizi bisa teratasi dengan perubahan perilaku. Pada saat kegiatan Pos Gizi orang tua belajar perilaku positif bersama-sama dan mempraktekannya dirumah (Core, 2003). Sasaran utama pada program ini adalah semua anak usia 6-59 bulan yang mengalami KEP ringan, sedang dan berat, alur kegiatan dari program Pos Gizi ini terdiri dari 10 hari sesi di Pos Gizi, dan 2 minggu berikutnya sesi praktek asuh, asih dan asah di rumah (Anonim, 2003). Pos Gizi dilaksanakan di rumah penduduk dalam waktu 12 hari. Pada setiap sesi ibu balita mempersiapkan makanan yang padat energi dan diberikan kepada anak-anak mereka di bawah bimbingan kader. Mereka juga belajar mengenal makanan-makanan bergizi, perilaku ibu balita dan perawatan kesehatan anak yang positif, kegiatan Pos Gizi biasanya hanya 2 jam.
25
Setiap kegiatan terdiri dari komponen-komponen berikut: 1. Menentukan tempat memasak, pemberian makan dan cuci tangan 2. Mencuci tangan 3. Memempersiapkan makan 4. Pemberian makan 5. Integrasi pesan-pesan dan perilaku-perilaku pendidikan kesehatan dan gizi (Core, 2003). 2.6.2 Tujuan Pos Gizi Adapun tujuan dari Pos Gizi antara lain: 1. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat. 2. Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi dari anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri. 3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat mengenai perilaku-perilaku ibu balita, pengasuhan anak, pemberian makan, kebersihan balita dan mencari pelayanan kesehatan (Core, 2003). 2.6.3 Pendekatan Pos Gizi Pada pendekatan Pos Gizi, para kader dan ibu balita yang memilki anak-anak kurang gizi mepraktekan berbagai perilaku baru dalam hal memasak, pemberian makan, kebersihan dan pengasuhan anak yang telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anak-anak yang kurang gizi. Berbagai 26
kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan penyelidikan PD dan berbagai perilaku kunci yang dikemukakan oleh para ahli kesehatan masyarakat. Para kader secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam proses rehabilitasi dan pembelajaran dalam situasi rumah yang nyaman dan bekerja agar keluarga-keluarga tersebut dapat mempertahankan satatus gizi anak yang sudah baik di rumah. Kegiatan Pos Gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan gizi selama periode 12 hari yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah setiap ibu balita. Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu balita untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Setelah pemberian makanan tambahan berkalori tinggi selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih bertenaga dan nafsu makan merekapun bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode belajar sambil bekerja, akan meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan ibu balita dalam berbagai perilaku pemberian makan, ibu balita dan pengasuhan balita, kebersihan dan mencari pelayanan kesehatan. Adanya perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar belakang pendidikan sang ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak, pendekatan ini telah berhasil mengurangi angka kurang
masyarakat
untuk menemukan kearifan dari ibu-ibu 27
dan
memperaktekan kearifan tersebut dalam kegiatan harian Pos Gizi (Core, 2003). 2.6.4 Indikator Pos Gizi Indikator dan target program Pos Gizi dapat di lihat pada table 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Indikator dan Target untuk Program Pos Gizi Output Indikator Pos Gizi
70% dari peserta Pos Gizi dapat terehabilitasi
Perilaku pemberian makan
Para ibu balita Pos Gizi yang melaporkan bahwa mereka telah memberi makanan anak dengan makanan baru (khas positif) yang spesifik di setiap waktu, termasuk sayuran dan lemak. Target 70%
Perilaku kebersihan balita
Para peserta yang telah mengembangkan perilaku kebersihan tubuh yang baik; menggunting kuku dan mencuci tangan (dengan sabun) sebelum makan & setelah memakai toilet. Para peserta melaporkan bahwa mereka telah mengembangkan perilaku kebersihan yang baru; membersihkan makanan sebelum dimasak/menutup makanan. Target 70%
Perilaku ibu balita an
Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Para ayah yang ikut berpartisipasi dalam Pos Gizi melaporkan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka dan membagi tugas perawatan dengan sang ibu Anggota keluarga peserta Pos Gizi melaporkan bahwa mereka sering bernyanyi dan bermain bersama anak; memperbaikikemampuan anak dalam bidang vocalisasi, bahasa, kemampuan berkomunikasi. Target 70% Para ibu balita yang membawa anak mereka memperoleh imunisasi lengkap % anak yang datang ke Posyandu. Target 70%
(Sumber: Core, 2003 dan Puskesmas Sepatan). 28
Suatu kelompok pelaksana Pos Gizi bekerjasama dengan konsultan FANTA (Food and Nutrition Technical Assistance) untuk kemajuan Pos Gizi. di bawah ini adalah indikator Pos Gizi untuk memonitor dan menilai keamajuan program (Jurnal Positive Deviance, 2006). Persentase anak yang layak mengikuti PD-Pos Gizi adalah anak usia 6-59,99 bulan yang berada pada garis kuning atau merah berdasarkan KMS. 1. Persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan sebanyak 400 gram atau lebih dalam kurun waktu 1 bulan, persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan 200-399 gram dalam kurun waktu 1 bulan, persentase peserta Pos Gizi yang mengalami kenaikan berat badan kurang dari 200 gram dalam kurun waktu 1 bulan. 2. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dari Pos Gizi berada pada garis hijau berdasarkan KMS pada 3 bulan setelah lulus, persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus yang berada pada garis hijau berdasarkan KMS pada 6 bulan setelah lulus. 3. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus dan masuk kembali ke Pos Gizi. 4. Persentase peserta Pos Gizi yang sudah lulus.
29
2.6.5 Langkah –langkah utama dalam pendekatan Pos Gizi Langkah-langkah utama dalam pendekatan Pos Gizi layak dilakukan adalah sebagai berikut (Strenin, 1988) : 1. Menentukan apakah pendekatan Pos Gizi layak dilakukan pada target masyarakat. 2. Menggerakan masyarakat dan memilih serta melatih nara sumber masyarakat. 3. Mempersiapkan penyelidikan Positive Deviance. 4. Melakukan penyelidikan Positive Deviance. 5. Merencanakan kegiatan Pos Gizi. 6. Melaksanakan kegiatan Pos Gizi bagi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi serta ibu balita mereka. 7. Mendukung perilaku baru melalui kunjungan rumah 8. Mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan 9. Memperluas program Pos Gizi pada masyarakat lain 2.6.6 Kegiatan Program Pos Gizi Pos Gizi dengan kegiatan NERS (Nutrision Education and Rehabilitation Session) biasanya dilaksanakan berdasarkan hitungan bulan. Desain dari Pos Gizi merupakan tindak lanjut dari penyelidikan kebiasaan keluarga positive deviance. Praktek-praktek positif yang telah diinvestigasi dan observasi diterapakan dalam kegiatan Pos Gizi. Kegiatan tersebut terdiri dari dua yaitu pelaksanaan pembelajaran di Pos Gizi langsung selama 2 30
minggu (biasanya 12 hari) dan praktek di rumah yang diikuti dengan kunjungan rumah oleh kader selama 2 minggu (biasanya 12 hari ) (Strenin, 1998). Untuk mengoptimalisasi manfaat dari program Pos Gizi, maka syarat minimum yang harus dipengaruhi agar suatu wilayah dapat menjadi target program adalah : 1. Prevalensi KEP balita sebesar sama dengan 30% atau lebih 2. Ketersediaan pangan local yang harganya terjangkau 3. Adanya sejumlah sukarelawan ibu yang potensial dalam masyarakat 4. Adanya kepemimpinan yang memiliki komitmen dalam masyarakat Dalam buku positive deviance & hearth suatu pendekatan perubahan perilaku & Pos Gizi yang diterbitkan oleh PCI- Indonesia dan diperbanyak oleh “Jejaring PD Indonesia” atas dukungan USAID disebutkan bahwa Kegiatan pelaksanaan Pos Gizi di suatu daerah meliputi: 1. Praktek Umum Khusus meliputi praktek pemberian makan, perilaku ibu, pengasuhan balita, perilaku kebersihan, perilaku pencarian & pemberian perawatan kesehatan 2. Praktek memasak 3. Penyampaian pesan kesehatan
31
Ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus yang perlu dimasukan dalam agenda harian: 1. Hari ke 1 dan ke 12 = Penimbangan Anak Setiap anak ditimbang pada hari pertama dan terakhir sesi Pos Gizi. Bahan-bahan yang diperlukan: timbangan, buku catatan Pos Gizi dan Kartu Menuju Sehat Kader menimbang masing-masing anak, mencatat berat mereka dalam buku catatan Pos Gizi dan tunjukan berat tersebut dalam Kartu Meuju Sehat milik anak. Para ibu balita harus diberitahukan mengenai berta, pertumbuhan dan status kekurangan gizi anak mereka. 2. Hari ke 7 = hari dirumah sendiri Setelah selama enam hari memasak dan memberi makan dengan cara berkelompok, pada hari ke tujuh para peserta tinggal di rumah dan mempraktekan perilaku-perilaku baru. Diskusi pada hari ke-8 harus berkisar tentang pengalaman ibu balita atau ibu balita ketika mereka mencobanya di rumah. 3. Hari ke 11= 1 hari sebelum terakhir sesi Pos Gizi Pada sesi Pos Gizi yang kesebelas, para kader meminta tiap keluarga untuk membawa semua bahan-bahan yang diperlukan pada hari terakhir sesi untuk dipersiapkan sebagai makanan yang sehat bagi anak mereka di rumah, untuk dibawa pada sesi terakhir. Mereka juga mengingatkan para ibu balita untuk membawa KMS pada sesi terakhir. 32
4. Hari ke 12 = hari terakhir sesi Pos Gizi Pada hari terakhir sesi Pos Gizi, para ibu balita mempersiapkan makanan yang mereka harus lakukan di rumah. Sebagai tambahan kegiatan harian rutin, pada sesi Pos Gizi ke 12, anak-anak ditimbnag. Kader Pos Gizi mencatat status anak (apakah ia lulus atau harus mengulang Pos Gizi pada bulan depan) dalam buku catatan Pos Gizi dan mendiskusikan hasilnya secara pribadi dengan tiap ibu balita. 2.5.7 Keuntungan Pendekatan Pos Gizi Ada beberapa keuntungan pendekatan Pos Gizi, yaitu: 1. Cepat Pedekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah dengan segera. Anak-anak harus direhabilitasi sekarang juga, itu sebabnya mengapa pemberian makan selama di Pos Gizi perlu diawasi. Para ibu balita kemudian menerapkan praktek yang sama di rumah dan melaporkan pengalaman mereka pada saat kegiatan Pos Gizi berikutnya. Dukungan lebih lanjut juga diberikan kepada para ibu balita dan kader. 2. Terjangkau Pos Gizi dapat dijangkau dan keluarga tidak bergantung pada sumber daya dari luar untuk mempraktekkan perilaku baru. Pelaksanaan Pos Gizi lebih murah tetapi efektif dibandingkan
33
mendirikan pusat reabilitasi gizi atau melakukan investasi di rumah sakit. 3. Partisipatif Partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai keberhasilan pendekatan Pos Gizi. Masyarakat memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos Gizi, mulai dari menemukan perilaku dan strategi sukses diantara masyarakat sampai mendukung ibu balita setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. 4. Berkesinambungan Program Pos Gizi merupakan pendekatan berkesinambungan karena berbagai perilaku baru sudah dihayati dan berlanjut setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Para ibu balita tidak hanya dilatih untuk merehabiitasi anak mereka yang mengalami kekurangan gizi tetapi juga untuk mempertahankan status gizi baik tersebut di rumah. 5. Asli Asli karena solusi sudah ada di tempat itu, kemajuan dapat di capai secara cepat, tanpa banyak menggunakan analisis atau sunber daya dari luar.
34
6. Secara budaya dapat diterima Pendekatan ini didasarkan pada perilaku setempat yang diidentifikasi dalam konteks sosial, etnik, bahasa dan agama di setiap masyarakat, maka perdefinisi hal ini sesuai dengan budaya setempat. 7. Berdasarkan perubahan perilaku Pendekatan ini tidak mengutamakan perolehan pengetahuan, namun ada tiga langkah proses perubahan perilaku yang termasuk dalamnya, yaitu, penemuan (penyelidikan positive deviance), demonstrasi (kegiatan Pos Gizi) dan penerapan (kegiatan Pos Gizi dan di rumah). 2.7 Kerangka Teori Pos Gizi merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi angka kekurangan gizi. Pendekatan Pos Gizi memungkinkan ratusan kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya tahun-tahun kekuranagan gizi setelah program tersebut selesai dilaksanakan (Core, 2003). Menurut Core (2003) Tujuan Pos Gizi yaitu dengan program ini akan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat, memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi dari anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri dan mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarkat 35
mengenai perilaku-perilaku ibu balita, pengasuhan anak, pemberian makan, dan mencari pelayanan kesehatan. Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu balita untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan pengetahuan dan sumber daya lokal (Core, 2003). Menurut A.A. Gde Muninjaya (2004) masukan (input) yaitu, sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu sistem. Sumber daya suatu sistem adalah man, money, material, method, minute, dan market. Sedangkan menurut Azrul Azwar, masukan (input) dalam administrasi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi. Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input menjadi keluaran. Sedangkan menurut Azrul Azwar,
proses adalah langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut esensinya, penilaian merupakan suatu proses bertanya dan menjawab pertanyaan tentang kebermanfaatan suatu program, yang seringkali ditetapkan melaui efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan kesesuaian (Bullen, 2004). Efektivitas merupakan tingkat peraihan, sejauh mana keluaran suatu program meraih tujuan program tersebut. Efektivitas suatu program berbeda dari kecukupan administrasi program, yang berhubungan dengan efisiensi (Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004).
36
Efisiensi
merupakan tingkatan,
dimana
masukan suatu program
diminimalkan untuk tingkat keluaran program yang telah ditetapkan, atau sebaliknya, tingkatan dimana keluaran dimaksimalkan untuk tingkat masukan yang telah ditetapkan. Efisiensi berhubungan dengan proses bagaimana program dilaksanakan, dan proses ini kemudian menghasilkan keluaran program (Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004). Pada sudut kecukupan, program akan dinyatakan cukup jika masyarakat sasaran merasa puas dengan program yang diberikan, karena perasaan adanya kebutuhan mereka yang terpenuhi. Bagi implementator, program dinyatakan cukup apabila pelaksaanaan program berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya (Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004). Pada sudut kesesuaian, program dinyatakan sesuai jika program sesuai dengan misi dan anggaran yang telah ditentukan. Sehingga dapat dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk dilaksanakan (Australian Departement of Finance, 1994 dalam Bullen, 2004).
37
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Pikir Kerangka berfikir ini berdasarkan pada teori dari Muninjaya (2004), Australian Department of Finance (1994) dalam Bullen (2004) dan Core (2003) sehingga dapat dijelaskan dengan gambar 3.1. Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penilaian Kebermanfaatan Program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten
Efektivitas
Efisiensi
1. Penilaian Status Gizi
1. Dana
2. Asupan Zat Gizi
2. SDM/Tenaga
3. Perubahan perilaku
3. Waktu
Kecukupan
Kesesuaian
1. Kebutuhan Sasaran 2. Material 3. Pelaksanaan
Misi
- Pemberian Makan - Pengasuhan Balita - Kebersihan Balita - Pelayanan kesehatan 4. Kehadiran (Sumber: Muninjaya (2004), Australian Depeartement of Finance (1994) dalam Bullen (2004) dan Core (2003)).
38
3.2 Definisi Istilah 3.2.1 Efektivitas Efektivitas merupakan tingkat peraihan, sejauh mana keluaran suatu program meraih tujuan program tersebut. 1. Penilaian Status Gizi Balita Definisi
: Keadaan gizi balita yang diukur secara antropometri berdasarkan indeks BB/U dan dibandingkan dengan tabel kategori berat badan bayi dan anak balita menurut umur dan jenis kelamin.
2. Asupan Zat Gizi Definisi
: Banyaknya zat gizi, khususnya energi dan protein yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dalam waktu 24 jam.
3. Perubahan Perilaku a. Pemberian Makan Definisi :
Kebiasaan memberikan makan anak diatas 6 bulan dalam hal variasi makanan, pemberian makan secara aktif, pemberian saat anak sakit dan penyembuhan, menangani selera makan anak yang rendah, suasana makan (Core, 2003)
39
b. Pengasuhan Balita Definisi
: Interaksi positif antara anak dan ibu balita utama dan pengganti
membantu
perkembangan
emosi
dan
psikologi anak (Core, 2003). c. Kebersihan Balita Definisi
: Suatu kebiasaan yang bersih termasuk kebiasaan tubuh, makanan, dan lingkungan (Core, 2003).
d. Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Definisi
: Berbagai perilaku sehat yang preventif, memberikan imunisasi lengkap sebelum 1 tahun, tatalaksana rumah tangga ketika ada yang sakit serta penggunaan pelayanan kesehatan (Core, 2002).
4. Kehadiran Definisi
: Frekuensi kehadiran peserta (ibu dan anak) dalam kegiatan-kegiatan program Pos Gizi selama 6 bulan (24 minggu).
3.2.2 Efisiensi Efisiensi merupakan tingkatan, dimana masukan suatu program diminimalkan untuk tingkat keluaran program yang telah ditetapkan, atau sebaliknya, tingkatan dimana keluaran dimaksimalkan untuk tingkat masukan yang telah ditetapkan.
40
1. Dana Definisi
: Dana yang tersedia untuk program intervensi.
2. Tenaga Definisi
: Sumber
daya
manusia
yang
digunakan
dalam
pelaksanaan program kesehatan. 3. Waktu Definisi
: Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program.
3.2.3 Kecukupan Pada sudut kecukupan, program akan dinyatakan cukup, jika masyarakat sasaran merasa puas dengan program yang diberikan, karena perasaan adanya kebutuhan mereka yang terpenuhi. Bagi implementator, program dinyatakan cukup apabila pelaksaanaan program berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. 1. Market (Kebutuhan Sasaran) Definisi
: Sasaran pemberlakuan program kesehatan.
2. Sarana Definisi
: Alat-alat dan media yang digunakan untuk program intervensi.
3. Pelaksanaan Definisi
: Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga
mengalatkan
direncanakan.
41
sesuatu
(keluaran)
yang
3.2.4 Kesesuaian Pada sudut kesesuaian program dinyatakan sesuai, jika program sesuai dengan misi dan anggaran yang telah ditentukan. Sehingga dapat dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk dilaksanakan. 1. Misi Definisi
: Pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi atau tujuan
42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
metode
kualitatif
yang
mengenai
kebermanfaatan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang tahun 2010. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam moleong (1991) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. 4.3 Informan Penelitian Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat informan yang sudah diketahui sebelumnya (Baum, 1998). Infoman dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua, yaitu: 4.3.1 Informan Utama Informan utama adalah objek utama dalam penelitian, yaitu tenaga yang berperan mengawasi program Pos Gizi secara aktif di Desa Pondok 43
Jaya selama 6 bulan. Informan utama dalam penelitian ini adalah tenaga pelaksana gizi Puksesmas. Jumlah tenaga pelaksana gizi puskesmas yang dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik berjumlah 1 orang. 4.3.2 Informan Pendukung Informan pendukung adalah informan yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan teknis dalam program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya. Informan pendukung terdiri dari: 1. Ibu balita peserta Pos Gizi yang mengikuti program Pos Gizi selama 6 bulan yang dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik berjumlah 2 orang. 2. Kader Kesehatan yang aktif bekerja di program Pos Gizi, dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik berjumlah 2 orang. 4.4 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa: 1. Pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, 2. Pedoman observasi 3. Pedoman telaah dokumen 4. Perekam suara 5. Kamera 44
6. Alat pencatat untuk kejelasan dan keakuratan instrumentasi. 4.5 Sumber Data Sumber data terdiri dari dua data, yaitu: 4.5.1 Data Primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari informan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara langsung dengan informan, pengamatan terhadap pelaksanaan program dan hasil kuesioner. 4.5.2 Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh peneliti dari informan. Akan tetapi diperoleh dengan cara menelaah dokumen seperti laporan, buku, artikel, jurnal kesehatan, media massa, internet dan lainlain. 4.6 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu: 4.6.1 Wawancara mendalam Wawancara mendalam dilakukan dengan cara tatap muka terhadap informan.
Proses
wawancara
mendalam
menggunakan
pedoman
wawancara berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan topik penelitian. Wawancara mendalam dilakukan kepada semua informan, yaitu informan utama dan pendukung. 4.6.2 Observasi
45
Observasi langsung dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat situasi yang terkait dengan penelitian. 4.6.3 Telaah Dokumen Metode ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian melalui laporan, buku, artikel, internet, dan dokumen lain yang berhubungan dengan program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya (Baum, 1998). 4.6.4 Kuesioner Kuesioner dalam penelitian ini untuk menilai perubahan perilaku (pemberian makan, pengasuhan balita, perilaku kebersihan, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan) dan form recall 24 jam untuk menilai asupan makan balita. Pada saat penelitian, kuesioner dibagikan langsung oleh peneliti kepada para ibu balita yang mengikuti Pos Gizi untuk di lengkapi. Pada kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji coba. Dari hasil uji coba kuesioner tersebut diadakan perbaikan. Pertanyaan-pertanyaan setiap variabel dalam kuesioner yang telah diisi dilakukan uji validitas dan uji reabilitas. Pada saat penelitian, kuesioner dibagikan langsung oleh peneliti dan tim kepada para ibu balita yang mengikuti Pos Gizi, sedangkan untuk form recall 24 jam peneliti langsung mewancarai para ibu balita yang mengikuti Pos Gizi.
46
Secara rinci dapat di lihat pada table 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Tabel Pengumpulan Data No. Variabel Penelitian Efektivitas 1. Penilaian Status Gizi
Wawancara mendalam
2.
telaah dokumen Wawancara mendalam
Metode
Informan dan sumber data
Form recall 24 jam
a. b. c. d. a. b. c.
Wawancara mendalam dan observasi
a. TPG Puskesmas b. Kader
Pengasuhan Balita
Kuesioner Wawancara mendalam dan observasi
c. Ibu balita a. TPG Puskesmas b. Kader
Kebersihan Balita
Kuesioner Wawancara mendalam dan observasi
c. Ibu balita a. TPG Puskesmas b. Kader
6.
Pelayanan Kesehatan
Kuesioner Wawancara mendalam dan observasi
c. Ibu balita a. Petugas gizi/kader b. TPG Puskesmas
7.
Kehadiran
Kuesioner Wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi
c. a. b. c.
Telaah dokumen observasi Telaah dokumen observasi
dan
a. Data sekunder
dan
a. Data sekunder
3.
4.
5.
Asupan Zat Gizi
Pemberian Makan
Efisiensi 8. Dana 9.
SDM
47
TPG Puskesmas Ibu balita Kader Laporan kegiatan Pos Gizi TPG Puskesmas Kader Ibu balita
Ibu balita TPG Puskesmas Kader Absensi balita
10.
Waktu
Telaah dokumen observasi
12.
Sarana
Wawancara mendalam dan observasi
a. TPG Puskesmas b. Ibu balita c. Kader
Wawancara mendalam dan observasi
a. TPG Puskesmas b. Ibu balita c. Kader
Wawancara mendalam dan telaah dokumen
a. TPG Puskesmas b. Kader
Kecukupan 13 Pelaksanaan
Kesesuaian 14. Misi
dan
a. Data sekunder
4.7 Pengolahan Data Data yang diperolah dalam penelitian kualitatif merupakan kumpulan kata, bukan angka-angka. Data-data yang terkumpul kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut: 1. Membuat data mentah, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam, telaah dokumen, maupun hasil pengamatan. 2. Membuat transkip data hasil wawancara berdasarkan data mentah. 3. Transkip tersebut selanjutnya dilanjutkan dalam bentuk matriks yang dapat dilihat pada lampiran VIII. 4. Data dikategorikan berdasarkan karakter dan pola jawaban yang sama. 5. Hasil penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisa. 4.8 Analisa Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis domain. Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif
48
menyeluruh tentang apa yang tercakup di suatu focus atau pokok permasalahan yang tengah diteliti (Sanapiah, 1990). Dukungan data kuantitatif sederhana melalui penelusuran data sekunder dan kuesioner akan dibandingkan dengan perolehan data kualitatif sebagai data primer. Setelah itu, hasil transkip data primer dan penelusuran data sekunder akan diinterpretasikan dalam penulusuran hasil dan pembahasan. 4.9 Validasi Data Dalam penelitian ini dalam rangka mendapatkan data yang valid maka dilakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode. 1. Triangulasi sumber dilakukan dengan mencari sumber data dari dua jenis informan yaitu informan utama dan informan pendukung. 2. Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data, yaitu dengan metode wawancara, telaah dokumen dan observasi. Berikut dijelaskan validasi data berdasarkan variabel pada penelitian ini. Tabel 4.2 Triangulasi Metode No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Variabel Penilaiaan Status Gizi Asupan Zat Gizi Pemberian Makan Pengasuhan Balita Kebersihan Balita Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Kehadiran Dana 49
Wawancara Mendalam X X X X X X
Telaah Dokumen X -
X -
X X
Observasi X X X X X X X
8. 9. 10. 11.
SDM Waktu Kebutuhan Sasaan Sarana
No. 12. 13.
X X Wawancara Mendalam X X
Variabel Pelaksanaan Misi
X X Telaah Dokumen X
X X X X Observasi X -
Tabel 4.3 Triangulasi Sumber No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 11. 12. 13. 14.
Variabel Penilaiaan Status Gizi Asupan Zat Gizi Pemberian Makan Pengasuhan Balita Kebersihan Balita Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Kehadiran Kebutuhan Sasaan Sarana Pelaksanaan Misi
TPG
Ibu
Kader
X X X X X X
-
X X X X X X
X X X X X
X X X -
X X X X
4.10 Penyajian Data Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan matriks berdasarkan unsur-unsur yang diteliti.
50
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya berada di naungan Puskesmas Sepatan. Puskesmas Sepatan merupakan pusat pengembangan, pembina dan pelayanan kesehatan masyarakat yang memegang peranan sangat penting dalam pelayanan tahap pertama. UPT Puskesmas Sepatan yang terletak di wilayah kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang Banten mengemban tugas tersebut dengan wilayah yang terdiri 7 desa dan 1 kelurahan kecamatan Sepatan. Pemilihan lokasi didasarkan pada banyaknya proporsi balita gizi kurang (Hasil BPB, 2009) serta kesediaan dan kemampuan masing-masing wilayah (RW). 5.2 Karakeristik Informan Dalam penelitian ini, informan yang digunakan peneliti terbagi menjadi dua yaitu informan utama dan informan pendukung, yaitu : 5.2.1 Informan Utama
51
Dalam penelitian ini, informan utama adalah tenaga pelaksana gizi Puskesmas Sepatan yang aktif mengawasi selama 6 bulan kegiatan Pos Gizi berlangsung, dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik. 5.2.2 Informan Pendukung Informan pendukung merupakan informan yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan teknis pada program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya. Informan pendukung terdiri dari: 1. Ibu balita peserta Pos Gizi yang mengikuti program Pos Gizi selama 6 bulan. 2. Kader Kesehatan yang aktif bekerja di program Pos Gizi, dapat diwawancarai dan menjawab pertanyaan dengan baik. 5.3 Penilaian Program Penilaian terhadap efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program dapat di lihat di bawah ini: 5.3.1 Gambaran Efektivitas Gambaran efektivitas program Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya ini bertujuan untuk melihat tingkat peraihan, sejauh mana keluaran suatu program meraih tujuan program tersebut. Adapun gambaran efektivitas program Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya ini meliputi gambaran status gizi balita, asupan zat gizi, gambaran pemberian makan, gambaran pengasuhan balita, gambaran kebersihan 52
balita, gambaran pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dan gambaran kehadiran.
5.3.1.1 Gambaran Status Gizi Balita Dalam melihat status gizi balita digunakan indeks antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U).
Berat
badan menurut umur ini efektif dalam melihat keadaan gizi balita sekarang. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, sebagian besar informan mengungkapkan penilaian terhadap program dalam merehabilitasi gizi anak tergolong efektif. Dari hasil pemantauan informan terlihat perkembangan anak dari berat badan yang semakin hari meningkat. Berikut kutipan informan utama di bawah ini tentang perpindahan status gizi yang membaik: “Efektif dalam merubah status gizi balita malnutrisi, terlihat hasil akhir program selama 6 bulan, sebagian besar balita terehabilitasi dan berpindah status gizinya”(Informan Utama A) Pernyataan tersebut diperkuat oleh kader kesehatan sebagai tenaga Pos Gizi bahwa program Pos Gizi cukup efektif dalam merehabilitasi gizi balita. berikut kutipannya: “Sebagian besar anak bertambah berat badannya, hal ini bagus untuk perkembangan status gizi anak, Program ini efektif.”(Informan Pendukung Kader C2). 53
Pernyataan diatas sesuai dengan hasil observasi. Melalui observasi, peneliti melihat keadaan gizi balita peserta Pos Gizi sebagian besar
membaik dan terjadi pengurangan balita
malnutrisi. Untuk melihat persentase perubahan yang terjadi berikut distribusi status gizi berdasarkan BB/U sebelum dan sesudah Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya. Distribusi status gizi berdasarkan BB/U sebelum Pos Gizi Pergizi Pondok Jaya dapat di lihat pada table 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Status Gizi
Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
19
79%
Kurang
5
21%
Normal
0
0%
Ideal
0
0%
Total
24
100 %
(Sumber: Puskesmas Sepatan) Dari table 5.1 diatas terlihat bahwa sebanyak 19 balita (79%) dari 24 balita yang ada dengan status gizi buruk, 5 orang (21%) berstatus gizi kurang dan tidak ada balita yang berstatus
54
gizi normal dan ideal (0%) sebelum pelaksanaan program Pos Gizi Pergizi. Sedangkan distribusi status gizi berdasarkan indeks BB/U setelah Pos Gizi Pergizi di Desa Pondok Jaya tahun 2010 dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.2 di bawah ini. Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Status Gizi
Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
5
21%
Kurang
10
42%
Normal
8
33%
Ideal
1
4%
Total
24
100 %
(Sumber: Puskesmas Sepatan) Berdasarkan table 5.2 diatas diketahui bahwa dari 19 balita yang memiliki status gizi buruk mengalami perpindahan menjadi 9 balita dengan status gizi kurang, 5 balita dengan status gizi normal, dan sisanya sebanyak 5 balita tetap berstatus gizi buruk. Sedangkan dari gizi kurang mengalami perpindahan menjadi 3 balita dengan status gizi normal, 1 balita dengan status gizi ideal dan sisanya sebanyak 1 balita tetap berstatus gizi kurang.
55
Jadi, berdasarkan data diatas jumlah balita yang mengalami rehabilitasi gizi sebanyak 18 balita (75%). Berdasarkan target program Pos Gizi yang menetapkan bahwa balita yang terehabilitasi sebesar 70%, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari jumlah balita yang terehabilitasi sudah mencapai target.
5.3.1.2 Gambaran Asupan Zat Gizi Efektivitas program dalam merubah asupan zat gizi tergolong efektif. Sebagaian besar informan mengungkapkan efektivitas dapat di lihat pada program Pos Gizi dimana di dalamnya terdapat
kegiatan pemberian micronutirient
dan
pemberian PMT yang mementingkan zat gizi balita sehingga balita peserta Pos Gizi dapat terehabilitasi dengan baik. Berikut kutipan informan utama dan kader mengenai hal tersebut: “Kegiatan PMT bersama tergolong efektif dalam Dalam memperbaiki asupan zat gizi balita, peningkatan zat gizi anak salah satunya”(Informan Utama A). “Program ini efektif dalam meningkatkan asupan zat gizi karena di program ini diberi pengetahuan makanan apa saja yang bergizi”(Informan Pendukung Kader C1). Efektivitas program di atas di perkuat dengan hasil observasi dan wawancara dengan ibu balita sehingga di dapatkan gambaran asupan zat gizi balita. Hasil observasi menunjukan asupan zat gizi balita sudah membaik terlihat dari jenis makanan 56
yang disajikan ibu ketika menyuapi balitanya. Asupan zat gizi (energi dan protein) di lihat gambarannya sebelum dan sesudah program Pos Gizi. Gambaran asupan energi dan protein sebelumnya dikategorikan menjadi buruk dan baik. Dikatakan buruk jika asupan energi dan protein < 80% dari Angka Kecukupan Gizi dan kategori baik jika asupan energi dan protein > 80% dari Angka Kecukupan Gizi. 1. Energi Gambaran asupan energi balita peserta Pos Gizi yang dikategorikan menjadi buruk dan baik dapat di lihat pada tabel 5.3 seperti di bawah ini. Tabel 5.3 Distribusi Asupan Energi Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Asupan Energi Jumlah (n) Persen (%) Buruk
22
91.7%
Baik
2
8.3%
Total
24
100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan) Berdasarkan tabel 5.3 diatas yang menunjukkan balita yang memiliki asupan energi yang buruk sebelum pelaksanaan prgram Pos Gizi Pergizi cukup banyak, yaitu sebesar 22 orang (91.7%). dibandingkan asupan energi yang baik, yaitu sebesar 2 orang (8.3%). 57
Sedangkan distribusi asupan energi balita setelah Pos Gizi Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.4. di bawah ini.
Tabel 5.4. Distribusi Asupan Energi Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Asupan Energi
Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
5
20.8%
Baik
19
79.2%
Total
24
100 %
(Sumber: Data primer) Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 22 balita yang memiliki asupan energi buruk menjadi baik sebanyak 17 balita dan sisanya sebanyak 5 balita tetap memiliki asupan energi buruk. Sedangkan dari 2 balita dengan asupan energi yang baik tetap memiliki asupan energi yang baik. Jadi, persentase balita yang memiliki asupan energi yang sebelumnya buruk menjadi baik setelah mengikuti Pos Gizi sebanyak 17 balita (70.81%). Berdasarkan target program Pos Gizi yang menetapkan bahwa asupan energi sebesar 70%, 58
maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari asupan energi sudah mencapai target.
2. Protein Gambaran asupan protein balita peserta Pos Gizi yang dikategorikan menjadi buruk dan baik dapat di lihat pada tabel 5.5. seperti di bawah ini. Tabel 5.5 Distribusi Asupan Protein Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Asupan Protein Jumlah (n) Persen (%) Buruk
19
79.2%
Baik
5
25%
Total
24
100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan) Dari tabel 5.5 diketahui bahwa 19 balita (79.2%) sebelum pelaksanaan program Pos Gizi Pergizi mempunyai asupan protein yang buruk. Sedangkan sebanyak 5 balita (25%) sudah memiliki asupan protein yang baik.
59
Sedangkan distribusi asupan protein balita setelah Pos Gizi Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.6 di bawah ini.
Tabel 5.6. Distribusi Asupan Protein Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Asupan Protein Jumlah (n) Persen (%) Buruk
1
4.2 %
Baik
23
95.8%
Total
24
100 %
(Sumber: Data primer) Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 19 balita
yang
memiliki
asupan
protein
buruk
sebelum
pelaksanaan Pos Gizi Pergizi mengalami perubahan menjadi asupan protein baik yaitu sebanyak 18 balita. dan sisanya sebanyak 1 balita tetap memiliki asupan protein yang buruk sedangkan 5 balita lainnya tetap dengan asupan protein yang baik.
60
Jadi, Persentase balita yang memiliki asupan protein yang berubah dari buruk ke baik setelah mengikuti Pos Gizi sebanyak 18 balita (75%). Berdasarkan target program Pos Gizi yang menetapkan bahwa asupan protein sebesar 70%, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari asupan protein sudah mencapai target. 5.3.1.3 Gambaran Pemberian Makan Gambaran pemberian makan sebagian besar informan mengungkapkan sudah tergolong efektif. Menurut informan utama yaitu tenaga pelaksana gizi diketahui efektivitas program dengan melihat
perubahan
kebiasaan
makan
mereka
pada
saat
menumbuhkan selera makan anaknya. Berikut kutipannya: “Pemberian makan ibu terlihat lebih bervariasi dan cara mereka sudah tergolong baik setelah kegiatan Pos Gizi ini berlangsung yaitu dengan bernyanyi untuk menumbuhkan selera makan anak mereka salah satunya”(Informan Utama A). Kader mengungkapkan sebagian besar anak berselera makan setelah adanya program Pos Gizi ini. Hal ini terlihat saat kunjungan rumah dimana ibu balita menerapkan kegiatan menyanyi sebagai rangsangan untuk menumbuhkan selera makan anak. “Saat kunjungan rumah, dimana ibu memperaktekan yang diajarkan di Pos Gizi, saya liat saat ibu sedang menyuapi anaknya terjadi kontak mata keduanya juga saling 61
bernyanyi saat pemberian makan”(Informan Pendukung Kader C2). Berdasarkan hasil observasi ketika anak dan ibu sedang makan siang bersama, terlihat anak lebih senang diajak makan sambil bermain dan bernyanyi. Berikut gambaran pemberian makan balita sebelum dan sesudah Pos Gizi
yang menunjukan efektivitas program.
Pemberian makan dikategorikan menjadi pemberian makan buruk dan baik. Pemberian makan buruk jika < median dan pemberian makan baik jika > median dapat di lihat pada tabel 5.7 di bawah ini. Tabel 5.7 Distribusi Pemberian Makan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Pemberian Makan
Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
23
95.8%
Baik
1
4.2 %
Total
24
100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan) Berdasarkan tabel 5.7. diatas memperlihakan bahwa balita dengan pemberian makan buruk sebelum pelaksanaan program Pos Gizi Pergizi sebanyak 23 orang (95.8%) dan pemberian makan yang baik sebanyak 1 orang (4.2%).
62
Sedangkan gambaran pemberian makan balita setelah Pos Gizi Pergizi
dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.8. di
bawah ini. Tabel 5.8 Distribusi Pemberian Makan Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Pemberian Makan
Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
6
25.00%
Baik
18
75.0%
Total
24
100 %
(Sumber: Data primer) Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa sebelum mengikuti Pos Gizi dari 23 balita yang memiliki pemberian makan yang buruk berubah menjadi baik yaitu sebanyak 17 balita setelah mengikuti Pos Gizi dan sisanya sebanyak 6 balita tetap memiliki pemberian makan
kurang. Sedangkan 1 balita lainnya tetap
memiliki pemberian makan yang baik. Jadi, Persentase balita yang memiliki pemberian makan yang buruk menjadi baik setelah mengikuti Pos Gizi sebanyak 17 balita (70.8%). Berdasarkan target program Pos Gizi yang menetapkan bahwa pemberian makan sebesar 70%, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari pemberian makan sudah mencapai target. 5.3.1.4 Pengasuhan Balita 63
Penilaian program untuk pengasuhan balita tergolong sudah efektif. Efektivitas terlihat pada pengasuhan ibu yang berubah menjadi baik. Dengan adanya program Pos Gizi, ibu membagi tugas perawatan dengan ayah dengan mengajak anaknya bermain sambil bernyanyi. Hal ini efektif dalam memperbaiki kemampuan anak dalam bidang vokalisasi. Berikut kutipan informan utama tentang pengasuhan balita: ”Pengaruhnya ibu membagi tugas dengan ayah dalam pengasuhan sehingga ayah memiliki peran. Bermain sambil bernyanyipun dilakukan. Semua. guna dalam vokalisasi anak, efektif”(Informan Utama A). Keefektifan program dalam pengasuhan balita juga terlihat pada hari di rumah sendiri saat kader melakukan kunjungan rumah, dimana ayah ikut berpartisipasi dalam pengasuhan. Berikut komentar kader dalam hal tersebut: ”Saat di rumah sendiri, Ayah berpartisipasi menghabiskan waktu bersama anak, selain itu keluarga juga mengajak main sambil bernyanyi”(Informan Pendukung Kader C1). Hasil observasi menunjukan hal yang sama dimana Ayah berpartisipasi mengasuh balita saat libur kerja. Keluarga juga mengajak balita bermain bernyanyi pada saat di rumah. Adapun gambaran pengasuhan balita sebelum dan setelah program Pos Gizi dilaksanakan sebagai berikut. Pengasuhan balita dikategorikan menjadi buruk dan baik. Ibu pengasuhan balita
64
dikatakan buruk jika < median dan pengasuhan balita dikatakan baik jika > median dapat di lihat pada tabel 5.9 di bawah ini. Tabel 5.9 Distribusi Pengasuhan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Ibu balita an Balita Jumlah (n) Persen (%) Buruk
21
87.5%
Baik
3
12.5%
Total
24
100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan) Dari table 5.9 diatas dapat di lihat bahwa sebagian besar pengasuhan balita sebelum pelaksanaan Pos Gizi Pergizi terbilang buruk yaitu sebanyak 21 balita (87.5%) dari 24 balita dan sisanya yaitu sebanyak 3 balita (12.5%) memiliki pengasuhan balita yang baik. Sedangkan gambaran pengasuhan balita setelah Pos Gizi Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.10 di bawah ini. Tabel 5.10 Distribusi Pengasuhan Balita setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
4
16.67%
Baik
20
83.33%
Total
24
100 %
Ibu balita an Balita
(Sumber: Data primer) 65
Berdasarkan table 5.10 diatas terlihat bahwa dari 21 balita sebelum mengikuti Pos Gizi yang memiliki pengasuhan balita yang buruk berubah menjadi baik yaitu sebanyak 17 balita setelah mengikuti Pos Gizi dan sisanya sebanyak 4 balita tetap memiliki pengasuhan balita yang buruk sedangkan ada 3 balita tetap dengan pengasuhan balita yang baik. Jadi, Persentase balita yang memiliki pengasuhan balita yang berubah dari buruk ke baik setelah mengikuti Pos Gizi sebanyak 17 balita (70.83%). Berdasarkan target program Pos Gizi yang menetapkan bahwa pengasuhan balita yaitu sebesar 70%, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari pengasuhan balita sudah mencapai target . 5.3.1.5 Kebersihan Balita Penilaian
program di
lihat
dari
kebersihan
balita
berdasarkan hasil wawancara sebagian besar informan menyatakan ibu masih kurang menjaga kebersihan balitanya. Hal ini membuat program kurang efektif dalam merubah kebiasaan kebersihan balita. Dalam kegiatan Pos Gizi, berbagai pesan-pesan kesehatan termasuk kedalamnya kebersihan balita di pelajari. Menurut kader mereka telah mengajarkan dan menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Pada saat sesi Pos Gizi berlangsung ibu dan anak 66
memperaktekan secara langsung bagaimana menjaga kebersihan balitanya. Salah satunya dengan kebiasaan mecuci tangan sebelum dan sesudah makan. Informan utama juga mengungkapkan masih ditemukan kuku balita yang panjang sehingga mencerminkan kurangnya ibu dalam menjaga kebersihan. Hal ini yang dapat mempengaruhi efektivitas program, karena belum dapat merubah kebiasaan ibu dalam menjaga kebersihan balita. Berikut kutipannya: “Iya masih ada beberapa kuku balitanya yang panjang tapi biasanya ada kegiatan gunting kuku”(Informan Utama A). “Ada aja si yang ga pakai alas kaki saat bermain, padahal pesan-pesan kesehatan sering disampaikan pada saat kegiatan Pos Gizi berlangsung”(Informan Pendukung Kader C2). Hasil wawancara diatas juga didukung dengan observasi peneliti dimana masih ada balita yang bermain tanpa menggunakan alas kaki. Data sekunder yang diperoleh dari hasil wawancara ibu yang menggambaran kebersihan balita sebelum dan setelah program Pos Gizi dilaksanakan juga masih belum dikatakan efektif karena pencapaian program masih di bawahtarget. Kebersihan balita dikategorikan menjadi buruk dan baik. Ibu balita dikatakan buruk jika < median dan ibu balita baik jika > median dapat di lihat pada table 5.11 di bawah ini. Tabel 5.11 Distribusi Kebersihan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi 67
Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Kebersihan Balita
Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
20
83%
Baik
4
17%
Total
24
100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan) Dari tabel diatas berdasarkan jawaban ibu balita diketahui bahwa balita sebelum Pos Gizi yang mempunyai kebersihan balita yang buruk yaitu sebanyak 20 balita (83%) dan balita yang mempunyai kebersihan yang baik sebanyak 4 balita (17%). Sedangkan gambaran kebersihan balita setelah Pos Gizi Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.12 di bawah ini. Tabel 5.12 Distribusi Kebersihan Balita sesudah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Kebersihan Balita
Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
10
41.70%
Baik
14
58.30%
Total
24
100 %
(Sumber: Data primer) Berdasarkan dari table 5.16 diatas terlihat bahwa dari 20 balita sebelum mengikuti Pos Gizi yang memiliki kebersihan balita yang buruk berubah menjadi baik yaitu sebanyak 10 balita setelah mengikuti Pos Gizi dan sisanya sebanyak 10 balita tetap memiliki 68
kebersihan yang buruk. sedangkan sebelum mengikuti Pos Gizi dari 4 balita tetap dengan kebersihan yang baik. Jadi, Persentase balita yang memiliki kebersihan yang berubah dari buruk ke baik setelah mengikuti Pos Gizi sebanyak 10 balita (41.7%). Berdasarkan target program Pos Gizi yang menetapkan bahwa kebersihan balita sebesar 70%, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari kebersihan balita masih di bawah target.
5.3.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Efektivitas program kurang efektif dalam pencarian dan pemberian perawatan kesehatan balita. Hasil wawancara dengan tenaga pelaksana puskesmas menyebutkan bahwa ibu masih memiliki pemahaman yang kurang tentang pencarian dan pemberian perawatan kesehatan, yaitu salah satunya masih adanya pencarian pengobatan ke non medis jika anak sakit. Berikut kutipannya: “Ibu masih kurang memahami pencarian pengobatan yang baik, masih ada yang brobat ke selain medis”(Informan Utama A). Imunisasi yang kurang lengkap dilatarbelakangi oleh kesadaran ibu yang kurang menyebabkan program ini kurang efektif dalam merubah kebiasaan pencarian dan pemberian 69
perawatan kesehatan ibu terhadap anaknya. Berikut kutipan Informan pendukung kader: “Masih ada yang imunisasi yang lengkap”(Inforaman Pendukung Kader C1).
kurang
Hasil observasi menunjukan bahwa masih ada anak yang belum imunisasi lengkap. Hal tersebut terjadi, kurangnya kesadaran ibu akan pemberian pencarian dan pemberian perawatan kesehatan terhadap anak. Gambaran pencarian dan pemberian perawatan kesehatan sebelum dan setelah program Pos Gizi dilaksanakan juga menunjukan hasil yang kurang efektif. Pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dikategorikan menjadi buruk dan baik. Pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dikatakan buruk jika < median dan pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dikatakan baik jika > median dapat di lihat pada table 5.13 di bawah ini. Tabel 5.13 Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Balita sebelum Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Jajan Jumlah (n) Persen (%) Buruk
12
50%
Baik
12
50%
Total
24
100 %
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan) 70
Dari table 5.13 diketahui bahwa sebanyak 12 balita (50%) melakukan pencarian & pemberian perawatan kesehatan yang buruk. Sedangkan sebanyak 12 balita (50%) sudah melakukan pencarian & pemberian perawatan kesehatan yang baik. Sedangkan gambaran pencarian & pemberian perawatan kesehatan setelah Pos Gizi Pergizi dilaksanakan dapat di lihat pada gambar 5.14. di bawah ini.
Tabel 5.14 Distribusi Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Balita Setelah Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Jajan
Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
6
25
Baik
18
75
Total
24
100 %
(Sumber: Data primer) Dari table 5.14 diatas diketahui bahwa dari 12 balita sebelum mengikuti Pos Gizi yang memiliki pencarian & pemberian perawatan kesehatan yang buruk berubah menjadi baik yaitu sebanyak 6 balita setelah mengikuti Pos Gizi dan sisanya sebanyak 6 balita tetap memiliki pencarian & pemberian perawatan kesehatan yang buruk sedangkan sebelum mengikuti 71
Pos Gizi dari 12 balita tetap dengan pencarian & pemberian perawatan kesehatan yang baik. Jadi, Persentase balita yang memiliki pencarian & pemberian perawatan kesehatan yang berubah dari buruk kurang ke baik setelah mengikuti Pos Gizi sebanyak 6 balita (25%). Berdasarkan target program Pos Gizi yang menetapkan balita yang memiliki pencarian & pemberian perawatan kesehatan sebesar 70%, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari kebersihan balita masih di bawah target.
5.3.1.7 Kehadiran Penilaian program dalam hal kehadiran kurang efektif. Karena masih ada peserta ibu dan balita yang tidak menghadiri program ini secara penuh selama 6 bulan. Kehadiran sangat mempengaruhi efektivitas program dalam hal pencapaian tujuan. Berikut kutipan informan tentang kehadiran: “Masih ada beberapa ibu yang tidak hadir dalam program ini dikarenakan sakit”(Informan Utama A). “Ada aja ibu yang bolos, biasanya ada acara seperti kondangan, kadang anak sakit dan lain-lain”(Informan Pendukung Kader C2). Setelah dilakukan observasi, ternyata selain adanya acara atau musibah anak sakit, jarak tempuh tempat program menjadi pertimbangan ibu dalam menghadiri Pos Gizi. 72
Berikut catatan persentase kehadiran dalam kegiatan Pos Gizi Pergizi di Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. Tingkat kehadiran balita dalam Pos Gizi Pergizi dikategorikan menjadi buruk dan baik. Balita dikatakan tingkat kehadirannya buruk
jika < 80% dan
baik jika tingkat
kehadirannya > 80%. Berikut table 5.15 dapat di lihat di bawah ini.
Tabel 5.15 Distribusi Kehadiran Balita Peserta Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya Tahun 2010 Tingkat kehadiran
Jumlah (n)
Persen (%)
Buruk
16
66.7%
Baik
8
33.3%
Total
24
100
(Sumber: Data Puskesmas Sepatan) Tabel 5.15 diatas memperlihatkan bahwa tingkat kehadiran balita di Pos Gizi Pergizi, sebagian besar buruk baik yaitu sebanyak 16 balita (66.7%) dan balita dengan tingkat kehadiran baik sebanyak 8 balita (33.3%). Persentase tingkat kehadiran jika di lihat dari table 5.19 masih di bawah target, efektivitas program dalam tingkat kehadian 73
masih belum efektif karena masih di bawah pencapaian yang telah ditentukan program Pos Gizi yaitu 100%. 5.3.2 Gambaran Efisiensi Gambaran efisien merupakan tingkatan, dimana masukan suatu program diminimalkan untuk tingkat keluaran program yang telah ditetapkan, atau sebaliknya, tingkatan dimana keluaran dimaksimalkan untuk tingkat masukan yang telah ditetapkan. Gambaran efisien program Pos Gizi Pergizi ini dengan melihat gambaran dana, SDM/tenaga dan waktu.
5.3.2.1 Gambaran Dana Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jumlah balita yang terehabilitasi melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 70%. Penilaian terhadap perilaku ibu dan balita pun menunjukkan hal yang positif dimana terjadi perubahan perilaku pemberian makan dan pengasuhan balita ke arah yang lebih baik. Jika dibandingkan antara masukan dana yang masih kurang dengan target program yang sebagian besar sudah tercapai, maka dapat dikatakan bahwa masukan dana yang ada terbilang efisien. Masukan dana yang diperoleh untuk melaksanakan program ini sebesar Rp 4.360.000,-. Dana ini hanya kurang lebih setengah dari dana yang direncanakan untuk pelaksanaan progran 74
yaitu sebesar Rp 8.132.000. Hal ini berarti bahwa masukan dana yang diperoleh masih kurang dari yang seharusnya dibutuhkan. Jika dibandingkan dengan target pencapaian keluaran program yaitu sebagian besar sudah tercapai, maka dapat dikatakan untuk program Pos Gizi Pergizi ini di lihat dari dana sudah efisien. 5.3.2.2 Tenaga Tenaga atau sember daya manusia yang ada dalam program Pos Gizi ini sudah tergolong cukup efisien yang berjumlah 7 orang. Dengan rincian 5 kader kesehatan sebagai petugas Pos Gizi dan 2 kader tenaga pelaksana gizi puskesmas sebagai supervisior. Tidak ada tenaga dengan beban kerja yang lebih besar dibandingkan
lainnya.
Secara
rinci,
1
kader
memegang
penyuluhan, 2 kader memantau atau memonitoring cara memasak sedangkan 2 kader lainnya mengajarkan cara-cara perilaku kesehatan. 1 kader memegang 4-5 balita sedangkan jumah balita yang megikuti program ini yaitu sebanyak 24 balita. Hasil observasi juga menunukan rata-rata setiap kader memegang 4-5 balita. Hal ini berbeda dengan yang seharusnya jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk 1 orang kader kesehatan yaitu sebanyak 3 balita. Hal ini berarti bahwa kader yang ada di program Pos Gizi tergolong kurang.
75
Jika dibandingkan dengan target pencapaian keluaran program yaitu sebagian besar sudah tercapai, maka dapat dikatakan untuk program Pos Gizi Pergizi ini di lihat dari tenaga atau SDM sudah efisien. 5.3.2.3 Waktu Berdasarkan waktu pelaksaan program telah sesuai dengan yang telah ditetapkan yaitu selama enam bulan, maka dapat dikatakan bahwa dari segi waktu pelaksanaan program telah efisien mengacu pada jadwal pelaksanaan program Pergizi yaitu 6 bulan. Dalam melakukan observasi, pelaksanaan sudah mengacu pada jadwal yang direncanakan. Berikut kesesuaian program Pos Gizi dilaksanakan dalam kurun waktu 6 bulan pada jadwal pelaksanaan program Pos Gizi tahun 2010. Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Program Pos Gizi Pergizi Tahun 2010 NO.
KEGIATAN
Minggu ke: 0 1 2 7x 7x 4x
1
PMT Bersama
2 3 4 5 6 7
Pemeriksaan/pengobatan 1x Micronutrirent 7x 7x Penimbangan BB 1x 1x Pengukuran TB 1x Penyuluhan 7x 7x PMT Biskuit/ Susu 1x (Sumber: Puskesmas Sepatan)
3 3x
7x 1x
7x 1x
4x
3x
76
4 2x 1x 7x 1x 1x 2x 1x
5 1x
6 1x
7x 1x
7x 1x
1x
1x
7
8 1x
9
10
11
12 1x
1x
1x
1x 1x 1x 1x
1x 1x 1x 1x
7x
Dari table 5.1 diatas dapat di lihat jadwal pelaksanaan program Pos Gizi Pergizi memiliki 7 kegiatan dalam 12 minggu. Untuk di lapangannya jadwal ini diulang setelah 12 minggu sekali jadi pelasanaannya sebanyak 24 minggu. Adapun 7 kegiatannya antara lain seperti PMT bersama, pemeriksaan atau pengobatan, mikronutriens, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, penyuluhan PMT biscuit atau susu semuanya dengan frekuensi yang berbeda dalam setiap harinya.
5.3.3 Gambaran Kecukupan Pada sudut kecukupan, program akan dinyatakan cukup jika masyarakat sasaran merasa puas dengan program yang diberikan, karena perasaan adanya kebutuhan mereka yang terpenuhi. Bagi implementator, program dinyatakan cukup apabila pelaksaanaan program berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Gambaran kecukupan program Pos Gizi ini meliputi gambaran kebutuhan sasaran, sarana dan pelaksanaan. 5.3.3.1 Gambaran Kebutuhan sasaran Hasil wawancara dengan tenaga pelaksana gizi mengenai kebutuhan sasaran program Pos Gizi ini sudah sesuai dengan apa
77
yang telah direncanakan sebelumnya. Sasaran sudah merasa puas dengan adanya program ini. Berikut kutipannya: “Kalo menurut saya program ini sudah cukup menjawab dari kebutuhan ibu, karena sasaran dalam proram ini semuanya membutuhkan rehabilitasi anaknya ke status gizi yang baik, begitu juga dengan tujuan program Pos Gizi sama halnya” (Inforaman Utama A). Kebutuhan sasaran dinilai dari seberapa besar kepuasan masyarakat dan pemenuhan akan kebutuhan masyarakat terhadap program Pos Gizi yang dilaksanakan. Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa sebagian besar sasaran program Pos Gizi menilai bahwa program Pos Gizi sudah sesuai dengan kebutuhan mereka yang ingin meningkatkan status gizi anak mereka dan dapat merubah kebiasaan-kebiasaan mereka ke arah yang lebih baik. Hal ini dapat di lihat dari pernyataan Informan Pendukung Ibu B2 sebagai berikut: “Program ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan harapan saya, iya puas sekali, contohnya dari kebiasaan makan bersama di program buat anak saya yang awalnya ga mau makan, sekarang malah rajin. Saya kan jadi seneng”(Informan Pendukung Ibu B2). Berikut salah satu kutipan dari Pendukung Utama Ibu B1 mengenai kebutuhan sasaran: “Alhamdulillah anak saya status gizinya naik, kegiatankegiatannya udah sesuai sama yang dibutuhkan anak. saya kira cukup. ada pemberian makan bersama”(Informan Pendukung Ibu B2).
78
Dari hasil wawancara diketahui sebagian besar sasaran menyatakan bahwa program Pos Gizi ini memang sudah tepat pelaksanaannya dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Hasil observasi juga terlihat ibu aktif mengikuti program. Maka dapat dikatakan untuk kebutuhan program ini dikatakan cukup. 5.3.3.2 Sarana Sarana yang ada dan digunakan Pos Gizi Pergizi di Desa Pondok Jaya berupa timbangan, flipchart, oragandi, KMS (kartu menuju sehat), alat masak, alat makan, dan alat kebersihan. Berdasarkan penilaian tentang kecukupan sarana diketahui bahwa sebagian besar informan menyatakan bahwa sarana yang ada sudah mencukupi dalam mendukung pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Hal ini dapat di lihat dari kutipan informan berikut ini: “Alat-alat yang ada sudah mendukung kegiatan dengan tersedianya flipchart, organdi, alat kebersihan”(Informan Utama Tenaga A). “Cukup, tapi kita dibiasakan bawa alat makan dari rumah masing-masing, kalo alat masak biasanya udah disediain di tempat Pos Gizi” (Informan Pendukung Ibu B1). “Iya, sudah cukup mendukung pelaksanaan program seperti timbangan, alat masak” (Informan kader) Hasil observasi adalah sarana tersebut memang ada dan digunakan dalam mendukung kegiatan tersebut. 5.3.3.3 Pelaksanaan
79
Pelaksanaan kegiatan Pos Gizi berlangsung selama kurang lebih dua jam. Sebagian besar informan mengungkapkan bahwa pelaksanaan program Pos Gizi sudah berjalan cukup baik sesuai dengan perencanaan awal. Berikut kutipannya: “Pelaksanaan program Pos Gizi sudah berjalan cukup baik sudah sesuai dengan pedoman pelaksaanaan Pos Gizi seharusnya. Pemberian makan, penyuluhan, pemberian micronutirent”(Informan Utama A). Kegiatan utama yang dilaksanakan berupa pemberian makan, mencuci tangan, mempersiapkan makan, dan penyuluhan. Hal ini seperti dinyatakan oleh Informan Pendukung Ibu B1berikut ini. “Gambaran pelaksanaanya dimulai dengan menentukan tempat masak di rumah warga. sekitar Jam 09/10an sampe selesai pertama ya ibu-ibu datang tuh ya anak-anaknya nyanyi dulu, maen setelah itu dikasih makan snack sebelumnya dikasih penyuluhan atau pesan-pesan kesehatan biasanya ama ibu rukhiyati, iya dia kader sebelum makan cuci tangan dulu setelah itu diawasi pas ngasih makan. iya cukup” (Informan Pendukung Ibu B1). Berdasarkan perencaan kegiatan yang telah ditetapkan oleh tenaga pelaksana gizi dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan Pos Gizi di desa pondok jaya sudah cukup. Pelaksanaannya dimulai dengan membentuk jadwal piket dua orang perhari. Hari pertama, kader mencontohkan cara memasak yang baik. Kemudian untuk selanjutnya tanggung jawab berada pada jadwal piket
80
sedangkan kader memantau prosesnya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Informan kader C1: “Cara pelaksanaan awalnya kita bentuk jadwal piket, 1 hari 2 orang yang masak, kader memantau, kader yang belanja, ibu yang mengelola, dipraktekin untuk 1 hari pertama oleh kader setelah itu kita mantau aja. Ga setiap hari, mulai minggu 1-2 terakhir 6 bulan ada penyuluhan juga…”(Informan Kader C1). Pada umumnya sudah dikatakan cukup karena sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Seperti waktu pelaksanaan yang berjalanan kurang lebih dari dua jam memang sudah sesuai dengan waktu yang ditentukan. Sedangkan untuk kegiatan yang dilaksanakan dilapangan sudah sesuai dengan jadwal perencanaan seharusnya.
5.3.4 Kesesuaian Pada sudut kesesuaian, program dinyatakan sesuai jika program sesuai dengan misi dan anggaran yang telah ditentukan. Sehingga dapat dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk dilaksanakan Gambaran kesesuaian program Pos Gizi Pergizi ini dapat di lihat pada gambaran misi. 5.3.4.1 Misi Dalam kenyataan, program Pos Gizi Pergizi Desa Pondok Jaya ini tidak memiliki misi yang khusus. Hasil telaah dokumen 81
juga tidak ditemukan misi terkait program tersebut. Misi yang ada adalah misi dari program Pos Gizi Pergizi disesuaikan dengan misi puskesmas yaitu meningkatkan kualitas dan kinerja sumber daya manusia, meningkatkan sarana dan prasarana dan menigkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Kesesuaian
misi
dengan
program
di
lihat
dari
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. Berikut komentar informan utama mengenai hal tersebut: “Saya kira program yang kita jalankan sudah sesuai dengan misi tersebut. Karena program ini berusaha agar dapat mengurangi penyebab malnutrisi pada balita dengan pendekatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dan dapat merubah perilaku ibu menjadi lebih baik” (Informan Utama A). Sedangkan kegiatan utama yang dilaksanakan di program Pos
Gizi
ini
antara
lain:
PMT
bersama,
pemeriksaan,
mikronutirent, penimbangan BB, pengukuran TB, penyuluhan, PMT biscuit atau susu. Kegiatan program tersebut bertujuan untuk mengurangi
penyebab
pemberdayaan
dan
malnutrisi
partisipasi
dengan
masyarakat.
cara
pendekatan
Pendekatan
ini
menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber daya, keterampilan dan startegi yang ada. Jika dibandingkan kesesuaian antara misi yang ada dengan program yang ditentukan tergolong sudah sesuai. Hal ini juga
82
didukung oleh pernyataan Informan Pendukung Kader C2, sebagai berikut: “Sebenernya ga ada misi khusus Cuma kita nyatu dengan misi puskesmas, kalo menurut saya si di lihat dari peran masyarakat yang mau kontribusi rasanya sesuai -sesuai aja dengan apa yang kita jalani di program” (Informan Pendukung Kader C2). Berdasarkan perbandingan antara program dan misi diatas, maka dapat dikatakan misi program Pos Gizi Pergizi ini sudah sesuai.
BAB VI PEMBAHASAN
Bab pembahasan ini akan dimulai dengan keterbatasan penelitian. Pembahasan selanjutnya adalah mengenai penilaian program Pos Gizi yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini. Penilaian tersebut meliputi efekifias, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian. Pada penyajian ini akan dibahas berdasarkan dua pokok bahasan, yaitu hasil analisis univariat sebagai penilaian atas efektivitas dan hasil
83
wawancara mendalam dari inforaman sebagai penilaian atas efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program. 6.1 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini yaitu tidak dapat melihat anggaran yang dianggarkan untuk program Pos Gizi Pergizi, jadi tidak bisa dinilai sisi kesesuaian antara anggaran yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan program. Seharusnya dibuat misi dan anggaran program sebelum berlangsungnya program, agar dapat dikaji ulang dalam menentukan apakah program tersebut merupakan keputusan yang tepat untuk dilaksanakan. 6.2 Penilaian Program Penilaian program Pos Gizi ini akan menilai dari segi efektivitas, efisiensi, kecukupan dan kesesuaian program dapat di lihat di bawah ini:
6.2.1 Gambaran Efektivitas Gambaran efektivitas program Pos Gizi Pergizi ini meliputi status gizi balita, asupan zat gizi, pemberian makan, pengasuhan balita, kebersihan balita, pencarian dan pemberian perawatan kesehatan dan kehadiran. 6.2.1.1 Status Gizi Balita Dari terehabilitasi
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
balita
yang
setelah mengikuti program Pos Gizi sebesar 75%.
84
Berdasarkan hasil ini, maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari jumlah balita yang terehabilitasi sudah mencapai target. Kegiatan yang dilakukan dalam program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya ditujukan untuk meningkatkan status gizi balita melalui kegiatan PMT bersama, pemeriksaan atau pengobatan, micronutrien, penimbangan BB, pengukuran TB, dan PMT biscuit atau susu. Selain itu ada kegiatan penyuluhan yang menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dan pemberian keterampilan kepada ibu balita
tentang
cara
meningkatkan
status
gizi
balita
dan
mempertahankannya. Ditambah lagi adanya kegiatan kunjungan rumah untuk mengetahui apakah ibu dan balita melakukan sesuai dengan pengarahan dan tujuan dari kegiatan yang dilakukan di Pos Gizi. Semua kegiatan yang dilakukan terbukti efektif dalam meningkatkan dan merehabilitasi status gizi balita menjadi lebih baik. Salah satu penyebabnya adalah kegiatan gizi yang dilakukan dalam Pos Gizi juga memaksimalkan potensi dari masyarakat untuk mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu, program ini juga dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu balita atau ibu pengasuh untuk bertanggung jawab terhadap rehabilitasi
gizi
anak-anak
mereka
dengan
pengetahuan dan sumber daya lokal (Core, 2003). 85
menggunakan
Program ini juga merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan, kader, ibu balita, dan masyarakat sehingga pelaksanaan program ini merupakan tanggung jawab bersama. Berdasarkan hasil penilaian tersebut
diharapkan pada puskesmas untuk terus
meningkatkan program Pos Gizi secara berkesinambungan hingga anak yang malnutrisi terehabilitasi menjadi gizi baik. Sehingga dengan adanya program ini maka angka malnutrisi yang ada di Indonesia khususnya di Kabupaten Tangerang dapat diminimalisir. 6.2.1.2 Asupan Zat Gizi Asupan makan yaitu banyaknya zat gizi, khususnya energi dan protein yang masuk ke dalam tubuh diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dalam waktu 24 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 70,81% balita yang memiliki asupan energi yang baik setelah mengikuti Pos Gizi. Berdasarkan target program Pos Gizi maka efektivitas program Pos Gizi di lihat dari asupan makan sudah mencapai target. Dalam pelaksanaan Pos Gizi asupan makan yang akan dikonsumsi anak dihitung nilai gizi makanan yaitu dengan tabel komposisi makanan, biasanya tersedia dari Departement Kesehatan, menyediakan rinciana nilai gizi per 100 gram bagian yang dapat dimakan dalam bentuk energi, lemak, protein, dan mikronutrien. Hal ini bertujuan untuk menentukan nilai gizi dari makanan Pos Gizi dan 86
makanan kecil per anak sehingga jumlah total kandungan kalori dan protein cukup untuk mencapai catch- up-growth (mengejar ketertinggalan pertumbuhan) dan memastikan adanya asupan vitamin dan mineral yang cukup. Sehingga dengan cara ini asupan makanan yang diterima balita dapat diatur sesuai dengan kebutuhannya. Untuk meningkatkan kepadatan kandungan kalori, makanan besar dan makanan kecil di dalam Pos Gizi makanan tersebut diperkaya dengan cara menambahkan kacang-kacangan atau minyak. Menambahkan
minyak
dalam
semangkuk
bubur
untuk
meningkatkan kandungan kalori dapat mengurangi hingga setengah volume bubur yang harus dikonsumsi setiap anak. Sebelum berlangsungnya program Pos Gizi, Para pengelola Pos Gizi menentukan menu makanan bergizi. Cara memasak makanan juga di contohkan di dalam kegiatan Pos Gizi ini, salah satunya bagaimana zat gizi tidak hilang pada saat dimasak. Hal ini diharapkan agar para ibu terlatih untuk mempersiapkan makanan yang bergizi untuk anaknya sendiri. Selain itu, dalam kegiatan Pos Gizi terdapat PMT biskuit dan susu, pemberian mikronutriens dan PMT bersama. Ketiga kegiatan tersebut dapat mendukung asupan makan anak menjadi lebih baik. Sehingga kebutuhan akan gizi anaknya tercukupi dengan baik. 87
Kegiatan Pos Gizi yang dilakukan di atas merupakan kegiatan yang menjadikan program Pos Gizi ini efektif dalam meningkatkan asupan makan anak. Makanan yang dikonsumsi anakanak harus berupa sumber yang baik dan sekurang-kurangnya mengandung lima macam zat gizi utama dalam jumlah yang cukup. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi balita tercapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kemampuan untuk bekerja dan kesehatan secara umum (Almatsier, 2002). Dalam asupan makan ini, ibu merupakan bagian yang sangat penting. Ibu menentukan makanan yang baik dikonsumsi anak. Oleh sebab itu, disarankan kepada ibu untuk memilih makanan yang mengandung zat gizi yang banyak. Banyak orang tidak tahu bahwa makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tubuh tidak selalu makanan yang mahal. Hal ini sejalan dengan anjuran agama untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan baik sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 168:
88
Artinya ”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkahlangkah syaitan, karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. Masyarakat harus mengetahui bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan gizi dengan konsumsi pangan yang sesuai dengan tingkat pendapatan mereka. Yang perlu dipertimbangkan disini adalah tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan landasan untuk pihak pengelola program Pos Gizi ini khususnya puskesmas dengan cara menentukan metode penyuluhan gizi yang tepat.
6.2.1.3 Pemberian Makan Pemberian makan adalah kebiasaan memberikan makan anak diatas 6 bulan dalam hal variasi makanan, pemberian makan secara aktif, pemberian saat anak sakit dan penyembuhan, menangani selera makan anak yang rendah, suasana makan (Core, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 70,8% ibu balita dalam hal perilaku pemberian makan berubah menjadi baik setelah mengikuti program Pos Gizi. Program Pos Gizi di lihat dari pemberian makan sudah efektif mencapai target. 89
Efektivitas program dapat di lihat dari kegiatan progam. Salah satu program Pos Gizi terdapat PMT bersama, PMT bersama disini adalah kegiatan makan bersama anak dan ibu balitanya. Setiap anak yang ikut serta akan mendapatkan sejumlah terentu makanan sesuai dengan kandungan kalori dan protein yang diperlukan. Makanan yang ada tidak boleh dibawa pulang karena tidak dapat dipastikan bahwa si anak yang akan menghabiskannya dan mikroba dapat berkembang dengan cepat dalam makanan matang. Selera makan anak mungkin akan meningkat selagi sesi Pos Gizi berjalan. Secara bertahap jumlah makanan ditingkatkan. Ketika anak tidak berselera makan mungkin dalam penyesuaian diri dengan makan padat kalori dan bergizi. Dalam menghadapi masalah tersebut di dalam Pos Gizi ibu balita atau ibu balita diajarkan membujuk untuk makan pada setiap sesi dan sepanjang hari, tidak lama anak-anak pasti akan berselera makan. Dalam program Pos Gizi juga diajarkan agar para ibu dan ibu balita balita tidak memaksa seorang anak untuk makan. Para kader mengajarkan lagu-lagu, permainan, kontak mata dan permainan interaktif agar secara perlahan dan sedkit demi sedikit anak berselera makan. Hal ini berguna untuk stimulasi usia dini dan interaktif dengan ibu atau ibu balita atau ibu balita . Cara tersebut sangat efektif untuk membuat si anak menyukai makanannya. 90
Berbagai cara yang diajarkan dalam pemberian makan diatas, menyebabkan program Pos Gizi ini efektif dalam hal pemberian makan. Pos Gizi merupakan pendekatan berkesinambungan karena berbagai perilaku baru sudah dihayati dan berlanjut setelah kegiatan Pos Gizi berakhir. Pos Gizi menanamkan norma-norma positif kepada keluarga lain mengenai perilaku perwatan dan pemberian makan anak yang sehat. Pos Gizi tidak hanya mengubah perilaku anggota keluarga secara individual tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap kekurangan gizi serta kemampuan mereka mengubah situasi (Core, 2003). Dalam pendekatan Pos Gizi sebaiknya kader terus menerus mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan dan mendukung perilaku-perilaku baru ibu pada saat kunjungan rumah. Dan untuk para ibu hendaknya selalu ingat pelajaran yang pernah di dapat dan mempraktekannya agar tebiasa dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang baik. Oleh karena itu diharapkan bagi kader Pos Gizi untuk secara rutin melakukan penyuluhan kepada para ibu balita tentang bagaimana cara pemberiaan makanan yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan anak. 6.2.1.4 Pengasuhan Balita Pengasuhan balita yang dimaksud disini adalah adanya partisipasi para ayah yang ikut dalam Pos Gizi melaporkan bahwa 91
mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka dan membagi tugas perawatan dengan sang ibu. Anggota keluarga peserta Pos Gizi juga melaporkan bahwa mereka sering bernyanyi dan bermain bersama anak memperbaiki kemampuan anak dalam bidang vocalisasi, bahasa dan kemampuan berkomunikasi (Core, 2003). Penilaian program untuk pengasuhan balita tergolong sudah efektif mencapai target program. Keefektifan program dalam pengasuhan balita terlihat pada hari dirumah sendiri, ayah berpartisipasi menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak mereka dan membagi tugas perawatan dengan sang ibu. Anggota keluarga peserta Pos Gizi seperti nenek, kakak, dan saudara juga mengajak anak-anak mereka bernyanyi dan bermain bersama anak untuk memperbaiki kemampuan anak dalam bidang vocalisasi, bahasa dan kemampuan berkomunikasi. Faktor inilah yang memungkinkan pengasuhan balita sebagian besar baik sehingga program efektif. Kegiatan Pos Gizi merupakan kegiatan yang bersifat partisipatif. Partisipatif masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai keberhasilan pendekatan Pos Gizi. Masyarakat memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos Gizi, mulai dari menentukan perilaku dan strategi sukses 92
diantara masyarakat sampai mendukung ibu balita atau ibu balita setelah kegiatan Pos Gizi berakhir (Core, 2003). Sebaiknya kader kesehatan terus meningkatkan kegiatan kunjungan rumah secara aktif, sehingga dapat mengontrol kebiasaan ibu balit. Kemudian melakukan diskusi bersama pada hari berikutnya dengan ibu peserta Pos Gizi berkisar tentang pengalaman ibu balita ketika mereka mencobanya di rumah. 6.2.1.5 Kebersihan Balita Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar kebersihan balita terbilang buruk dan di bawahtarget, sehingga penilaian program tidak efektif untuk kebersihan balita. Kebersihan balita meliputi kebersihan tubuh yang baik yaitu menggunting kuku dan mencuci tangan (dengan sabun) sebelum makan dan setelah memakai toilet (Core, 2003). Pada pelaksanaan Pos Gizi berbagai perilaku kebersihan di contohkankan seperti cara mencuci tangan, memotong kuku. Pembagian sabun dan sikat gigi saat pelaksanaan juga sering dilakukan. Akan tetapi hal tersebut berhubungan dengan kenyataan bahwa sebagian besar ibu belum menerapkan dan mengembangkan pola hidup bersih dan sehat ketika berada di rumah. Kurang
pedulinya
ibu
terhadap
kebersihan
balita
dilatarbelakangi oleh kecenderungan ibu yang kurang memerhatikan 93
kebersihan anaknya. Ibu lebih memerhatikan dirinya untuk terlihat lebih menarik di depan masyarakat sekitarnya tanpa memperhatikan anaknya sendiri. Hal ini terlihat saat para peserta Pos Gizi kembali kerumah masing-masing. Padahal, Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa allah menyukai orang-orang yang bersih terutama pakaian. Hal ini bisa dilihat pada QS. At- Taubah ayat 108 dan QS. AlMuddatstsir ayat 4:
Artinya: "Dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih"
Artinya: ”Dan pakaianmu bersihkanlah” Dari ayat At- Taubah ayat 108 diatas dapat kita ketahui bahwasannya Allah sangat menyukai orang-orang yang bersih, baik bersih jasmani maupun rohani. Dan kemudian dalam surat QS. AlMuddatstsir ayat 4 juga dijelaskan kebersihan bukan hanya di lihat dari fisik tapi pakaian merupakan cerminan dan tolak ukur kebersihan seseorang. Kewajiban menjaga pakaian agar tetap bersih itu baik untuk kesehatan. Dalam menyelesaikan hal ini sebaiknya petugas kesehatan lebih aktif mencontohkan kebiasaan-kebiasaan hidup bersih dengan 94
berbagai metode seperti pesan-pesan kesehatan, pembagian poster, atau pelatihan bahkan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat agar mencapai tujuan yang diinginkan. Dan mengontrol kebiasaankebiasaan ibu pada saat dirumah. 6.2.1.6 Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Perilaku pencarian dan pemberian perawatan kesehatan erat kaitannya
dengan
perilaku
kebersihan
karena
sama-sama
berhubungan dengan penyakit infeksi. Dari hasil penelitian sebagian besar balita yang memiliki pencarian dan pemberian perawatan kesehatan tergolong buruk. Jika dibandingkan dengan target pencapaian 70% pencarian dan pemberian perawatan kesehatan yang ditetapkan program Pos Gizi Pergizi, maka pencarian dan pemberian perawatan kesehatan masih di bawahtarget. Kenyataan diatas terkait dengan hasil penelitian ini yang juga menunjukkan masih adanya anak yang belum memperoleh imunisasi lengkap. Selain itu, masih adanya anak yang pernah mengalami sakit satu bulan terakhir ini. Penyakit yang disertai yaitu flu, batuk, pilek, demam dan diare. Masih buruknya perilaku ibu balita ini dalam hal pencarian dan pemberian perawatan balita ke non medis berhubungan dengan masih kurangnya kesadaran ibu balita dalam melaksanakan perilaku tersebut. Selain itu, kurangnya pengawasan oleh kader dan anggota 95
keluarga lain terutama suami terhadap perilaku ibu balita ini juga berperan dalam merubah perilaku ibu balita. Dalam Al-qur’an dijjelaskan bahwasannya kesembuhan hanya dari Allah, yang tertera dalam QS. Asy-syu’araa’:80
" Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku"
Dijelaskan pula pada surat Asy-syu’araa’:223 bahwasannya ada larangan berobat kepada dukun atau tenaga non medis karena terdapat kebohongan padanya. Berikut ayat yang menyatakan tentang berobat kepada dukun:
Artinya: “Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta”. Untuk mengatasi pemasalahan ini, sebaiknya para kader mensosialisasikan pencarian dan pemberian perawatan kesehatan yang
baik.
Seperti
melaksanakan
imunisasi
lengkap
dan
menggunakan pelayanan kesehatan. 6.2.1.7 Kehadiran Balita Kehadiran ibu maupun anak dalam kegiatan program Pos Gizi dianggap berkaitan erat dengan keberhasilan program yang di 96
capai. Lebih tinggi kehadiran peserta, diharapkan lebih berhasil program yang dijalankan. Hasil penelitian menunjukan target program kehadiran balita masih di bawahtarget. Hal ini dapat dikatakan bahwa program Pos Gizi Pergizi desa pondok jaya di lihat dari kehadiran balita kurang efektif. Kurang efektifnya program ini dalam hal tingkat kehadiran balita dikarenakan tebentur dengan keadaan musim yang terjadi saat pelaksanaan program berlangsung. Dari hasil penelitian masih adanya ibu yang tidak hadir dikarenakan faktor musim panen, musim pernikahan dan musim bala penyakit. Kedekatan
geografis
antara
rumah
juga
menjadi
pertimbangan ibu dalam menghadiri setiap kegiatan Pos Gizi. Karena pendekatan Pos Gizi akan berjalan dengan sangat baik jika jarak antara rumah saling berdekatan karena ibu dapat mengahdiri kegiatan setiap harinya tanpa harus menghabiskan waktu di jalan. Faktor kedekatan juga mempermudah para kader untuk lebih sering mengunjungi rumah-rumah keluarga peserta program (Core, 2003). Berdasarkan hal diatas maka menjadi penting bagi pihak petugas puskesmas dan kader kesehatan untuk menumbuhkan motivasi para ibu untuk berpartisipasi dalam program Pos Gizi ini. Hal ini didukung oleh pernyataan Notoatmodjo (2007) yang 97
mengatakan bahwa motivasi merupakan syarat utama yang menentukan partisipasi masyarakat dalam suatu program kesehatan dan dalam hal ini adalah partisipasi ibu dalam mengikuti program. Kehadiran dari ibu dan balita sangatlah penting untuk kesehatan gizi balitanya. Karena program ini merupakan pendekatan yang sukses dalam menanggulangi angka kekurangan gizi. Hal lain yang mesti dipertimbangkan adalah penentuan lokasi kegiatan Pos Gizi yang strategis dan memungkinkan semua ibu balita dapat menjangkaunya.
6.2.1.8 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efektivitas Efektivitas dari program Pos Gizi dinilai dari seberapa efektif program ini dalam memperbaiki status gizi balita, asupan makan perubahan perilaku ibu dalam pemberian makan, pengasuhan balita, kebersihan balita, pelayanan kesehatan, dan berapa besar tingkat kehadiran balita dalam mengikuti program. Masing-masing variabel ini memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contohnya adalah keterkaitan antara status gizi dengan asupan makan khususnya energi dan protein dapat di lihat dari asupan makan yang baik akan mempengaruhi status gizi yang baik, begitu juga sebaliknya. 98
Tujuan utama pogram Pos Gizi yaitu memperbaiki keadaan status gizi balita yang salah satunya melalui kegiatan PMT dan micronutrien yang menekankan pada pemenuhan kecukupan asupan gizi balita dan usaha pemulihan status gizi karena pada umumnya status gizi yang tidak baik dipengaruhi dengan konsumsi makan yang buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekirman (2000) bahwa status gizi tidak baik disebabkan asupan energi maupun protein tidak baik pula. Oleh karena itu, jika kegiatan ini terus dilakukan baik akan berperan besar bagi kesuksesan program Pos Gizi dalam meningkatkan status gizi balita. Perilaku ibu balita dalam pemberian makan, pengasuhan balita,
kebersihan
balita,
pelayanan
kesehatan
juga
sangat
berhubungan dengan status gizi balita. Misalnya ibu balita an balita dapat mempengaruhi status gizi balita. semakin baik ibu balita an balita maka akan semakin baik juga gizi balitanya. hal ini dikarenakan di dalam pengasuhan yang baik terdapat interaksi positif antara anak dengan ibu balita utama yang dapat membantu perkembangan emosi dan psikologi anak. Dengan pola asuh yang baik dan benar termasuk dalam memberikan perhatian dapat menciptakan perkembangan anak yang normal. Sebaliknya pola pengasuhan yang tidak baik akan berdampak pada status gizi yang kurang. karena pengasuhan 99
melibatkan ibu, ibu merupakan orang yang paling banyak terlihat, sehingga pengaruhnya sangat besar pada perkembangan anak. Jadi dengan melakukan pola ibu balita an pada anak secara baik termasuk memberi perhatian dalam kebutuhan makan dan menjaga kesehatan anak akan berpengaruh terhadap status gizinya. Pelayanan kesehatan juga berpengaruh terhadap masalah kesehatan terutama masalah gizi. pelayanan yang selalu siap dan dekat
dengan
masyarakat
akan
sangat
membantu
dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan masyarakat akan terpenuhi. Karena upaya pelayanan kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi anak sehingga terhindar dari kematian dini dan mutu fisik yang rendah (Aritonang, 2003). Peran pelayanan telah lama diadakan untuk memperbaiki status gizi. Dalam program Pos Gizi di Desa Pondok Jaya, salah satu kegiatan yang berperan dalam perubahan perilaku ibu ini adalah kegiatan
penyuluhan
terkait
pesan-pesan
kesehatan
yang
berhubungan dengan bagaimana merawat balita. Selain itu, kader Pos Gizi juga memberikan contoh bagaimana cara memasak menu makanan bagi balita.
100
Dengan adanya kegiatan ini dalam Pos Gizi ternyata turut berperan besar dalam merubah perilaku ibu balita walaupun berdasarkan penelitian ini perilaku ibu masih kurang dalam menjaga kebersihan dan perilaku mencari pelayanan kesehatan untuk balita. Oleh sebab itu, peningkatan dalam kegiatan penyuluhan dan praktek perawatan balita kepada ibu balita perlu diperhatikan karena sangat terkait dengan perubahan perilaku ibu. Dan dari perubahan perilaku ibu balita ini akan berdampak besar bagi perubahan status gizi balita. Kehadiran ibu dan balita di Pos Gizi ini juga erat kaitannya dengan status gizi yang akan di capai. Jika balita selalu hadir dalam program Pos Gizi ini, maka secara langsung ibu yang ikut hadir dan mengikuti beberapa kegiatan seperti penyuluhan kesehatan, PMT bersama akan Sehingga
berpengaruh besar terhadap pengetahuan ibu.
dengan
tingginya
pengetahuan
ibu
akan
dapat
meningkatkan status gizi balitanya. 6.2.2 Gambaran Efisiensi Gambaran efisien program Pos Gizi Pergizi ini meliputi dana, SDM/tenaga dan waktu. 6.2.2.1 Dana Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa masukan dana yang ada masih kurang dari dana perencanaan. Akan tetapi, jika dibandingkan antara dana yang ada dengan target program 101
atau keluaran program maka penilaian program ini terbilang efisien. Karena keluaran dari program ini sebagian besar telah mencapai target yang diharapkan. Walaupun dana yang dibutuhkan masih relatif kurang, tetapi dalam pelaksanaan kegiatan ini banyak melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat karena program ini menekankan pada pemberdayaaan masyarakat. Dengan peran serta masyarakat dalam membantu kegiatan Pos Gizi maka program tersebut akan berjalan dengan baik dan bisa memberikan data yang bagus bagi perubahan perilaku dan status gizi. Kontribusi masyarakat dalam mendukung program Pos Gizi terutama dalam menanggulangi gizi buruk cukup tinggi. Kontribusi yang diberikan masyarakat diantaranya berupa uang, bahan makanan yang bergizi, dan micronutriens seperti biskuit dan susu beserta zink. Program Pos Gizi ini bersifat partisipatory yang berarti menyertakan masyarakat dalam pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai
keberhasilan
pendekatan
Pos
Gizi.
Masyarakat
memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan proses Pos Gizi, mulai dari menemukan perilaku dan strategi sukses diantara masyarakat sampai mendukung ibu balita/ ibu balita kegiatan Pos Gizi berakhir (PD dan Heart USAID, 2004). 102
setelah
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dana yang ada masih kurang, maka sebaiknya ada alokasi dana yang khusus dari pihak puskesmas untuk mendukung kegiatan Pos Gizi sehingga dapat berjalan lebih maksimal. 6.2.2.2 Sumber Daya Manusia Benge (1983) menyatakan sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah kemampuan yang sangat utama. Sumber daya manusia atau ketenagaan baik dari segi kuantitas dan kualitas akan mengarahkan organisasi untuk mencapai tujuan sumber daya manusia atau tenaga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun jumlah tenaga pelaksana program masih kurang, tetapi jumlah tersebut cukup efisien dalam menjalankan program dan mencapai target yang diharapkan. Kader yang ada di Desa Podok Jaya sebagian besar memiliki semangat belajar, terbuka terhadap ide-ide baru, bersedia bekerja sebagai kader dan memiliki waktu luang yang cukup. Oleh sebab itu,
para kader dapat bekerja secara optimal dan
terampil sehingga walaupun dengan jumlah tenaga yang sedikit dapat menghasilkan keluaran yang sebagian besar mencapai target seperti perubahan status gizi dan perubahan perilaku. Program ini
103
juga melibatkan masyarakat secara aktif pada keseluruhan proses sehingga tugas kader menjadi terbantu. Berdasarkan hal diatas, maka menjadi penting bagi pihak pengelola puskesmas untuk mempertimbangkan penambahan jumlah kader Pos Gizi sehingga pelaksanaannya dapat berjalan lebih maksimal. Selain itu juga perlu adanya pemberian insentif yang mencukupi bagi kader untuk meningkatkan kinerja kader. 6.2.2.3 Waktu Penilaian program yang di lihat dari segi waktu sudah terbilang efisien. Pada pelaksanaan program yang menyebabkan program ini efisensi terlihat dari petugas Pos Gizi yang mana kader kesehatan yang menjalankan program sesuai jadwal pelaksanaan yang ditentukan Pergizi sebelumnya yaitu waktu sebanyak 24 minggu selama 6 bulan. Dalam 24 minggu terdiri dari 14 kegiatan dengan frekuensi yang berbeda. Pelaksanaan program ini juga mendapat pengawasan dari tenaga pelaksana gizi dalam hal waktu pelaksanaan kegiatan sehingga program yang dijalankan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Efisiensi waktu ini juga didukung oleh partisipasi ibu yang ingin meningkatkan status gizi anaknya dan merubah kebiasaan mereka ke arah yang lebih baik sehingga dengan waktu yang 104
sesuai jadwal dapat meraih tujuan atau target pencapaian yang efektif. 6.2.2.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Efisien Keterkaitan antara efisiensi ini dapat di lihat dari dana, tenaga dan waktu. Dana program yang tersedia akan efisien jika tenaga yang ada dapat memanfaatkannya secara maksimal. Selain itu, dana juga bepengaruh terhadap waktu pelaksanaan program. Dimana dengan dana yang cukup program akan berjalan tepat waktu. Sama halnya waktu tidak terlepas dengan tenaga, karena dengan tenaga yang cukup program Pos Gizi akan berlangsung sesuai jadwal yang telah direncanakan karena tidak terkendala tenaga yang kurang serta akan tepat waktu dalam mencapai tujuan akhir program. 6.2.3 Gambaran Kecukupan Gambaran kecukupan program Pos Gizi ini meliputi gambaran kebutuhan sasaran, sarana dan pelaksanaan. 6.2.3.1 Kebutuhan Sasaran Sasaran utama pada program ini yaitu semua anak usia 659 bulan yang mengalami KEP ringan, sedang dan berat (Anonim, 2003). Peserta program Pos Gizi didasarkan selain pada hasil penilaian dan pendataan oleh kader dan tenaga pelaksana gizi puskesmas juga dari pastisipasi aktif masyarakat. 105
Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa sebagian besar ibu balita menilai bahwa program Pos Gizi sudah cukup sesuai dengan kebutuhan mereka yang ingin meningkatkan status gizi anak mereka. Kesesuaian program dengan kebutuhan sasaran terlihat dari kebutuhan ibu yaitu tentang kebiasaan makan anak. Sebelum adanya program ini, banyak ibu yang anaknya tidak mau makan, akan tetapi setelah terlaksana adanya program Pos Gizi mereka merasa senang karena anaknya sudah mau makan sehingga berat badan mereka bertambah dan status gizi nya membaik. Penilaian kesesuaian program dengan kebutuhan sasaran dinyatakan cukup, dikuatkan dengan banyaknya sasaran yang mengikuti program. Hal ini mencerminkan ibu yang memiliki anak usia 6-59 bulan yang mengalami KEP ringan, sedang dan berat menginginkan anaknya berubah ke status gizi baik. Dengan adanya program ini mereka berharap anaknya terehabilitasi gizinya. Dan terbukti sebagian besar informan mengakui puas dengan status gizi anaknya yang sekarang. Dalam hal ini diharapkan pengelola puskesmas lebih mengerti apa yang dibutuhkan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan sehingga dapat menyelenggarakan program yang
106
sesuai dengan kebutuhan. Contohnya program Pos Gizi ini yang telah sesuai kebutuhan. 6.2.3.2 Sarana Menurut Soedjadi (1996), sarana atau peralatan adalah sumber yang diperlukan dalam rangka proses manjemen atau prosedur kerja dengan setepat tepatnya. Peralatan penting jika dihubungkan dengan pentingnya manusia dan pengertian efisien dalam proses menajeman. Tujuan dari adanya sarana adalah untuk mendukung
efektivitas
dan
efisiensi
dalam
setiap
upaya
pencapaian tujuan organisasi (Dwiantara, 2005). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar sarana dan fasilitas dikatakan cukup. Sarana yang lengkap sangat penting bagi sebuah program karena dapat memperlancar kegiatan program. Kecukupan di lihat dari fungsi dan kegunaannya. Sarana dan fasilitas program Pos Gizi Pergizi antara lain timbangan, flipchart, organdi, KMS, alat masak, alat makan dan alat kebersihan. Dari kelengkapan peralatan pendukung tersebut. Oleh karenanya dalam program ini sebagian besar memerlukan alat yang lengkap sangatlah mutlak, hal ini diperlukan untuk menghemat tenaga dan energi manusia dan juga demi mengakui arti penting manusia dalam organisasi (Iswanto, 2003). 107
6.2.3.3 Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan hal lain dalam komponen yang di lihat dari sudut pandang perencanaan program Pos Gizi. Penilaian program di lihat dari pelaksanaan telah cukup sesuai dengan jadwal yang direncakan. walaupun peneliti melihat terjadi sedikit perubahan, misalnya menu makanan yang berganti menjadi menu makanan yang lebih bergizi, pertemuan kader yang sering dari yang direncakan, karena diperlukan sebagai sarana perbaikan dan briefing sebelum kegiatan di minggu berikutnya. Perubahan yang dilakukan pada pelaksanaan program Pos Gizi lebih merujuk kepada formative evaluation, dimana informasi di tahap-tahap awal program dikumpulkan, dengan memusatkan diri untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan berjalan sesuai rencana, apakah ada hambatan atau kesulitan yang luput dari ekspektasi sebelumnya. Dengan demikian, perbaikan dan penyesuaian dapat segera dilakukan agar program berhasil (Evaluation Program Service, 2001). 6.2.3.4 Gambaran Keterkaitan Antara Variabel Kecukupan Kecukupan program Pos Gizi erat kaitannya antara pelaksanaan, sarana dan kebutuhan sasaran. Hal ini dapat di lihat dari pelaksanaan program Pos Gizi akan berjalan dengan lancar jika sarana yang ada lengkap. Dengan adanaya sarana yang 108
lengkap, kebutuhan sasaran terhadap program ini dapat terpenuhi secara utuh. 6.2.4 Gambaran Kesesuaian Misi Sejak pertama kali didirikan, program Pos Gizi tidak memiliki misi. Dalam pelaksanaanya misi program disesuaikan dengan misi puskesmas sehingga penilaian program di lihat dengan adanya kesesuaian antara misi dan program. Untuk program Pos Gizi dengan misi puskesamas ini terbilang sudah sesuai. Kesesuaian di lihat dengan membandingkan program yang dijalankan disesuaikan dengan misi yang ditentukan. Sudah tercapainya misi dengan program di lihat dari program Pos Gizi yang
menggerakan masyarakat untuk bekerja dengan melibatkan
berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut. Dalam pelaksanaan program para ibu dituntut untuk belajar sambil bekerja. Hal ini betujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan ibu balita/ibu balita dalam berbagai perilaku pemberian makan, ibu balita an anak, kebersihan dan mencari pelayanan kesehatan. Misi
berbicara
dalam
meningkatkan
kualitas
kinerja
dan
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Sedangkan pendekatan Pos Gizi sendiri pendekatannya menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber daya, keterampilan dan startegi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan dan memanfaatkan metodologi partisipasi
109
masyarakat secara luas dan prosess atau Partisipatory learning and action (PD dan Heart USAID, 2004). Dari hasil penelitian di atas, sebaiknya program memiliki misi tersendiri sehingga tidak bercampur dengan misi umum puskesmas agar kesesuaian program dapat terukur dengan jelas. Karena misi yang digunakan di program masih bersifat umum. Penilaian efektivitas program Pos Gizi ini dapat di lihat dari kekhususan masalah yang dihadapi (spesific), indikator yang dipakai untuk mengukur program harus dapat diukur (measurable), hasil dari surveilans harus berguna bagi pengambilan keputusan dan kebijakan (action-oriented), sesuai dengan sumber daya yang dimiliki (realistic), dan mempunyai batas waktu dalam pencapaian tujuan (timely). Program Pos Gizi dinilai dari kkhususan masalah yang dihadapi sudah dapat dikatakan sudah memenuhi criteria spesifik. Hal ini terlihat dari sasaran program Pos Gizi ini yang dikhususkan pada balita malnutrisi. Sedangkan indikator program Pos Gizi yang digunakan di lihat dari pencapaian tujuan program terhadap target yaitu 70% untuk perkembangan status gizi dan perubahan perilaku, serta 100% untuk kehadiran balita. Hasil dari program ini pun jika di lihat dari orientasi program sangat berguna dalam pengambilan kebijakan untuk perbaikan program selanjutnya. Selain itu, semua kegiatan yang dilaksanakan di Pos Gizi juga sudah mempertimbangkan segala sumber daya yang dimiliki sehingga kegiatan yang 110
dilaksanakan dapat berlangsung dengan lancar. Dalam hal waktu pelaksanaan program, program Pos Gizi ini sudah memiliki batas waktu untuk pencapaian tujuan yaitu selama 6 bulan. 6.3 Gambaran Kebermanfaatan Program Pos Gizi Dari hasil penilaian terhadap efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan kesesuaian program Pos Gizi diketahui bahwa masih terdapat masalah atau kekurangan pada efektivitas program dalam merubah perilaku ibu balita yang berkaitan dengan kebersihan balita, pencarian pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu dampak dari program Pos Gizi dan tingkat kehadiran balita mengikuti Pos Gizi yang termasuk dalam komponen proses pelaksanaan program. Masih belum tercapainya efektivitas program ini dalam memberikan dampak yang maksimal dipengaruhi beberapa komponen penilaian diantaranya dalam hal dana, tenaga, sarana, dan misi. Semua komponen tersebut dalam pendekatan sistem termasuk dalam komponen input yang akan menentukan pelaksanaan dan output yang dihasilkan serta dampak dari pelaksaan program Pos Gizi. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada semua komponen dalam input tersebut agar program yang berjalan selanjutnya akan lebih besar pengaruhnya dalam mencapai target dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat.
111
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, yaitu: 1. Program Pos Gizi dinilai cukup efektif meraih target (70%) untuk peningkatan status gizi balita (79.00%), asupan makan (protein: 75.00% dan energy: 70.81%), pemberian makan (70.8%), dan pengasuhan balita (70.83%), tetapi masih belum cukup efektif untuk kehadiran (66.7%), kebersihan balita (41.7%), pencarian dan pemberian perawatan kesehatan (25%). 2. Dalam hal efisiensi, dana, tenaga dan waktu sudah cukup efisien untuk meraih tujuan-tujuan program Pos Gizi.
112
3. Syarat kecukupan program Pos Gizi telah dipenuhi dengan kesesuaian antara program dengan kebutuhan masyarakat sasaran, serta pelaksanaan dengan perencanaan, dengan fokus tujuan yang tetap sama. 4. Syarat kesesuaian misi telah terpenuhi dalam program Pos Gizi, walau menggunakan misi Puskesmas dalam pelaksanaannya.
7.2 Saran Saran-saran perbaikan yang terbentuk dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 7.2.1 Bagi Pengambil Kebijakan (Puskesmas Kecamatan Sepatan dan Dinas Kesehatan) 1. Melakukan evaluasi program yang meliputi efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan kesesuaian dari program Pos Gizi yang telah dilaksanakan. 2. Menambah jumlah kader Pos Gizi sesuai kebutuhan sehingga pelaksanaannya dapat berjalan lebih maksimal. 3. Pemberian insentif yang mencukupi bagi kader untuk meningkatkan kinerja kader.
113
4. Sebaiknya pihak Puskesmas menentukan misi tersendiri dari program Pos Gizi agar kesesuaian program dapat terukur dengan jelas. 7.2.2 Bagi Kader Pos Gizi 1. Diharapkan bagi kader Pos Gizi untuk secara rutin melakukan penyuluhan kepada para ibu dan ibu balita balita tentang bagaimana cara pemberiaan makanan yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan anak. 2. Sebaiknya kader kesehatan meningkatkan kegiatan kunjungan rumah secara aktif, sehingga dapat mengontrol kebiasaan ibu dan ibu balita keduanya dan melakukan diskusi bersama pada hari berikutnya dengan ibu peserta Pos Gizi. 3. Sebaiknya kader lebih aktif mencontohkan kebiasaan-kebiasaan hidup bersih dengan berbagai metode seperti pesan-pesan kesehatan, pembagian poster, atau pelatihan bahkan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat agar mencapai tujuan yang diinginkan.
114
DAFTAR PUSTAKA
Astri, 2004. Penilaian Program Positive Deviance di Yayasan Balita Sehat Jakarta. Azwar, Azrul., 2004. Makalah Pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi, diakses tgl 020710 www.gizi.net/makalah Azwar, Azrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga. Binarupa Aksara, Jakarta Baum, Frans. 1998. The New Public Health an Australian Perspective. Melbourne : Oxford University Press. Budiani, Ni Wayan. 2007. Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran. Bullen, Paul. Management alternatives for Human Services. www.mapl.com.au Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Pedoman Pengelolaan Program Perbaikan Depkes RI. 2005. Gizi Mikro. Http: // www. gizi. net/ kebijakangizi/ download/
115
GIZI% 20 Makro. doc retrieved at 050507 Gizi Kabupaten / Kota, Dirjen Kesmas, Direktorat Gizi Masyarakat. Depkes RI Jakarta. Departemen Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Laporan. Depkes RI Jakarta. Djaeni, Achmad. 1985. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat. Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Jurnal Mahasiswa Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar. Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: Y A 3 Malang. Gie, The Liang, 1997. Ensildopedia Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. Grembowski, David, 2001. The Practice of Helath Program Evaluation, Sage Publications. Thousand Oaks Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia vol. II No. 5 Juni 2006. Positive Deviance pendekatan Permasalahan masyarakat berbasis masyarakat. Jakarta Meaty Sudiarsih. 2007. Partisipasi masyarakat dalam positive deviance-Pos Gizi balita di kelurahab Mulya Harja Bogor Selatan Kota Bogor Tahun 2006. (Tesisi). Pasca sarjana FKM – UI. Depok. Milles dan Hubberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta : Gramedia.
116
Muhlil, Desember, 2000. Kebutuhan Gizi yang Baik untuk Pertumbuhan Anak dalam: sularto, st, seandaniya aku bukan anakmu: potre kehidupan anak indonesia. Kompas. Jakarta. Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC Moleong, lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Oz, Effy. 2002. Management Information System Third Edition. Boston : Course Technologi Thomson Learning. Sajogyo et al. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata Di Pedesaan Dan Di Kota. Yogyakarta : UGM Press. Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. 1999. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Soekirman, et.al, 1992, Ekonomi Growth. Equity and nutritional improvement in indonesia. United Nations. Administrarive Commite on coordination. Subcommitte on nutrition. Geneva.
Subagyo, Ahmad Wito. 2000. Efektivitas Program Penanganggulangan Kemiskinan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Yogyakarta : UGM. Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi Jakarta : PT. Bumi Aksara. Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2009. Profil Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
117
Sternin, Monique., JerryStrenin dan Marsh David. 1988. Designing community-based nutrion program using Heart Model and The Positive Deviance Approach. 1988. Save The Children Federation, inc. The CORE, Nutrition Working Group. 2003. Positive deviance/ hearth Consultant’s Guide, Guidance For The Effetive Use Of Consultants To Start Up PD/ Heart Initiatives. Tripodi, Tony et.al, 1973. Differential Social Program Evaluation, The University of Michigan F.E. Peacock Publisher, Inc. III, nois PD dan Heart USAID.
2004. Suatu pendektan perubahan perilaku dan Pos Gizi.
buku panduan pemulihan yang berkesinmabungan bagi anak malnutrisi. Chile survival collaborations and resources group nutrisin working. February 2003. Diterjemahkan oleh PCI – Indonesia dan diperbanyak oleh jejaring PD Indonesia atas dukungan USAID, Juni. Rukminto, Isbandi. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Who, 1990. Evaluasi Program Kesehatan, dasar-dasar Bimbingan, Who. Geneva.
118
Lampiran II
Kode Responden:
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS EFEKTIFITAS PROGRAM PENANGGULANGAN GIZI’POS GIZI’ DI DESA PONDOK JAYA KECAMATAN SEPATAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010
Assalamualaikum wr. wb Yang terhormat Bapak/ Ibu, perkenalkan nama saya____________________________________ Pada kesempatan ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berkenan menjadi sampel penelitian dengan judul tersebut diatas yang sedang dilaksanakan oleh rekan saya Ni’matu Aulia, yang pada saat ini sedang menyusun Skripsi guna menyelesaikan studinya di S1 Gizi Kesehatan Masyarakat FKIK-UIN. Jawaban yabg Bapak/Ibu berikan tidak akan mempengaruhi apapun dan akan terjamin kerahasiaannya, tetapi bila keberatan Bapak/Ibu boleh menolak.
Bapak /Ibu apakah bersedia menjadi sampel pada penelitian ini? YA / TIDAK Atas bantuan dan kesedian waktu yang telah Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan banyak terima kasih.
Ni’matu Aulia Jl. KH A. Rifai Arif no 65 rt. 007/002 kp. Gintung kec. Jayanti kab. Tangerang 15610 021-92376562
Pewawancara:………………………………..
Nama ayah
: …………………………….
Umur
: ……………………………
Pekerjaan
: ……………………………
Nama ibu
: ……………………………
Umur
: ……………………………
Nama Balita : …………………………… Tgl lahir
: ……………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan Umur
: ….bulan
Anak ke
: ....dari …bersaudara
Alamat
: RT:…….. RW:…… Kelurahan :………...............
Nama Pos Gizi yang diikuti :………………... Kegiatan Pos Gizi yang diikuti : ...........siklus
Kode Responden:
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang ibu pilih A. PEMBERIAN MAKAN No. 1.
Pertanyaan
Jawaban
Apakah ASI yang pertama kali keluar (kolostrum) diberikan kepada bayi?
2.
Sampai usia berapa ASI diberikan kepada balita?
3.
Sejak usia berapa bayi makanan/minuman selain ASI?
4.
Pemberian ASI saat sakit
5.
1. Tidak 2. Ya
diberi
Pada saat usia < 2 tahun. Apakah ASI tetap diberikan ketika sakit
1. Tidak
Apakah frekuensi pemberiannya = ketika tidak sakit
1. tidak
Makanan/ minuman apa uang pertama kali diberikan kepada bayi?
2. ya
2. ya 1. Air putih 2. Air tajin 3. Madu 4. Biscuit 5. Bubur nasi 6. Bubur susu 7. Buah (pisang, papaya, jeruk manis)
8. Lain-lain, sebutkan………… 6.
Cara makan balita a Apakah balita makan dengan cara disuapi?
1.
Tidak
2.
Ya
b Bila makan sendiri, apakah ada yang 1. mengawasi 2. 7.
Tidak Ya
Pola makan balita a
Apakah makanan yang disediakan selalu 1. Tidak dihabiskan 2. Ya
b Apakah makanan yang disediakan selalu 1. Tidak bervariasi 2. Ya c
Frekuensi makan balita:
1. <3 x 2. >3 x
d Bagaimana susunan menu makanan yang sering diberikan kepada balita ibu?
1. Nasi saja 2. Nasi, lauk dan sayur 3. Nasi, lauk, sayur dan buah 4. Lain-lain…
8.
Siapa yang biasa memberi makan balita?
1. Pengasuh 2. Ibu 3. Lain-lain, sebutkan
10.
Apakah balita suka jajan? Bila tidak 1. Ya langsung ke pertanyaan 14 2. Tidak
11.
Jajanan apa saja yang biasanya dibeli?
12.
Siapa yang memilih jenis jajanan yang 1. Balita dibeli? 2. Ibu/pengasuhan 3. Lain-lain, sebutkan
13.
Dalam 1 hari berapa rupiah dihabiskan untuk jajan balita anda?
14.
Dalam seminggu seberapa sering makanan 1. < 3 kali untuk balita di masak di rumah 2. > 3 kali
yang
3. Lain-lain, sebutkan 15.
Apakah balita ibu selalu sarapan pagi?
1. Ya 2. Tidak
B. PENGASUHAN BALITA No. 1.
Pertanyaan
Jawaban
Apakah ayah balita ikut berperan dalam mengasuh 1. Tidak- lanjut balita? pertanyaan 3 2. Ya
2.
Berapa jam waktu yang dihabiskan ayah balita dalam 1. < 1 jam satu hari bersama balita? 2. > 2 jam
3.
Apakah ibu mengawasi balita ketika bermain?
1. Tidak 2. Ya
4.
Siapa yang mengasuh balita ibu ketika ibu sedang 1. Tetangga berpergian? (pengasuh ke dua) 2. Ayah, kakak/saudara kandung, nenek
5.
Apa yang ibu lakukan jika balita berbuat salah?
1. Dibiarkan, dimarahi 2. Dinasehati
6.
Apa yang ibu lakuakn jika balita ibu berbuat sesuatu 1. Dibiarkan yang baik? 2. Dipuji, diberikan hadiah
7.
Apakah ibu sering mengajak anak ibu bermain?
1. Tidak 2. Ya
C. PERILAKU KEBERSIHAN No.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Berapa kali ibu memotong kuku balits ibu dalam 1. Tidak pernah semingu? 2. 1 x seminggu
2.
Berapa kali balita ibu mandi dalam sehari?
1. < 2 x seminggu 2. > 2 x sehari
3.
Apakah setiap mandi balita ibu selalu menggunakan 1. Tidak sabun? 2. Ya
4.
Berapa kali balita ibu menggosok gigi dalam sehari?
1. < 2 x seminggu 2. > 2 x sehari
5.
Apakah balita ibu selalu mengganti pakaian setiap 1. Tidak hari? 2. Ya
6.
Apakah setiap keluar rumah balita ibu selalu 1. Kebun, kali menggunakan alas kaki? 2. Kakus/Wc
7.
Dimana biasanya balita ibu buang air besar?
1. Tidak 2. Ya
8.
Apakah setelah buang air besar, ibu/balita cuci 1. Tidak tangan? 2. Ya
9.
Apakah setiap sebelum makan ibu/ balita cuci 1. Tidak tangan? 2. Ya
10.
Apakah setiap sesudah makan ibu/ balita cuci 1. Tidak tangan? 2. Ya
11.
Apakah saluran air limbah tertutup
1. Tidak 2. Ya
12.
Apakah jarak sumber air bersih memenuhi syarat > 1. Tidak 10 meter 2. Ya
D. PENCARIAN& PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN No. 1.
Pertanyaan Apakah balita ibu pernah mengalami sakit dalam 1 1. bulan terakhir? 2.
Jawaban Ya tidak
2.
Apakah balita ibu pernah mengalami flu, batuk dan 1. Ya pilek dalam 1 bulan terakhir? 2. tidak
3.
Apakah balita ibu pernah mengalami demam dalam 1 1. bulan terakhir? 2.
Ya
Apakah balita ibu pernah mengalami diare dalam 1 1. bulan terakhir? 2.
Ya
4.
5.
tidak
tidak
Apa yang pertama kali ibu lakukan pada saat balita 1. Diberi obat tradisional menderita panas? 2. Diberi obat penurun panas
6.
Bila dalam 3 hari suhu tubuh balita tidak turun apa 1. Di bawa ke orang pintar yang ibu lakukan? 2. Di bawa ke dokter
7.
Dalam 3 nulan terakhir apakah balita dibwa ke 1. Tidak posyandu? 2. Ya
8.
Apakah imunisasi dasar balita lengkap
1. Tidak 2. Ya
Lampiran III LEMBAR OBSERVASI No.
Sasaran Observasi
Ada
1.
Asupan Zat Gizi
2.
Pemberian Makan
3.
Pengasuhan Balita
4.
Kebersihan Balita
5.
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan
6.
Kehadiran
7.
SDM
8.
Waktu
9.
Kebutuhan Sasaan
10.
Sarana
11.
Pelaksanaan
Tidak
Keterangan
Lampiran IV HASIL DATA SEKUNDER “ PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA PONDOK JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010”
Keterangan*
No
Data Skunder
Sumber data Ada
1.
Laporan perkembangan status gizi a. Persentase Penderita gizi buruk di Desa Pondok Jaya b. Persentase Penderita gizi buruk yang terehabilitasi
Puskesmas Sepatan
Asupan zat gizi balita sebelum program
Puskesmas Sepatan
Data Kehadiran Balita
Kader Puskesmas
Dana Program Pos Gizi
Puskesmas Sepatan
Laporan gambaran perilaku awal dan perubahan perilaku a. Persentase Pemberian makan 2.
Puskesmas Sepatan
b. Persentase Perilaku Pengasuhan c. Persentase Perilaku Kebersihan d. Persentase Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
3.
4
5.
Tidak
6.
7.
Waktu yang dibutuhkan
Puskesmas Sepatan
Misi Program Pos Gizi
Puskesmas Sepatan
Lampiran V Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas dan Kader Kesehatan “PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA PONDOK JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010”
Tanggal
:
Nama Pewawancara
:
Karakteristik Informan 1. Nama Informan
:
2. Pendidikan Terakhir
:
3. Tempat / tanggal lahir
:
4. Alamat Informan
:
5. Telepon
:
Pertanyaan A. EFEKTIVITAS 1. Bagaimana menurut ibu efektivitas program Pos Gizi dalam merubah status gizi balita, pengasuhan balita, kebersihan balita, pencarian dan pemberian perawatan balita dan asupan zat gizi balita? B. EFISIENSI 1. Bagaimana gambaran dana yang tersedia untuk program Pos Gizi? apakah efisien? 2. Bagaimana gambaran tenaga yang digunakan dalam pelaksanaan program Pos Gizi?apakah efisien? 3. Berapa lamakah jangka waktu pelaksanaan kegiatan program?apakah sesuai dengan yang direncanakan? C. KECUKUPAN 1. Bagaimana gambaran sarana program Pos Gizi? apakah sudah mencukupi dalam kelancaran program? 2. Bagaiman gambaran pelaksanaan program Pos Gizi?
D. KESESUAIAN 1. Sebutkan misi program Pos Gizi? adakah anggaran program Pos Gizi? 2. Apakah program yang dilaksanakan sudah sesuai dengan misi?jelaskan!
Lampiran VI Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Ibu Balita “ PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA PONDOK JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010” Tanggal
:
Nama Pewawancara
:
Karakteristik Informan 1. Nama Informan
:
2. Pendidikan Terakhir
:
3. Tempat / tanggal lahir
:
4. Alamat Informan
:
5. Telepon
:
Pertanyaan A. EFISIENSI 1. Bagaimana gambaran dana yang tersedia pada program Pos Gizi? apakah efisien? 2. Bagaimana gambaran tenaga yang digunakan dalam pelaksanaan program Pos Gizi?apakah efisien? 4. Berapa lamakah jangka waktu pelaksanaan kegiatan program?apakah sesuai dengan yang direncanakan?
B. KECUKUPAN 1. Apakah anda merasa puas dengan program Pos Gizi ini? Bagaimana dengan kebutuhan ibu apakah program ini cukup dalam memenuhi kebuutuhan ibu? 2. Bagaimana gambaran sarana program Pos Gizi? apakah sudah mencukupi dalam kelancaran program? 3. Bagaiman gambaran pelaksanaan program Pos Gizi?
Lampiran VII Formulir Metode recall 24 jam Hari ke:….. Bahan Makanan Waktu Makan
Nama Masakan
Jenis
Banyaknya URT
Pagi/jam
Siang/jam
Malam /jam
g
Lampiran VIII MATRIKS PENILAIAN KEBERMANFAATAN PROGRAM POS GIZI DI DESA PONDOK JAYA KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2010 No. 1.
Variabel Penilaiaan Status Gizi
-
2.
Asupan Zat Gizi
-
3.
Pemberian Makan
-
4.
Pengasuhan Balita
-
5.
Kebersihan Balita
-
6.
Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Kehadiran
-
7.
-
Informan Utama A Efektif dalam merubah status gizi Sebagian besar status gizi peserta terehabilitasi
Informan Pendukung Ibu B1 -
Informan Pendukung Ibu B2 -
Efektif Adanya kegiatan PMT untuk memperbaiki asupan zat gizi salah satunya Pemberian makan bervariasi Cara makan dengan bernyanyi dalam menumbuhkan selera Efektif Penigkatan dalam membagi tugas pengasuhan dengan ayah dan melatih vokalisasi ada kuku balita panjang
-
-
-
-
-
Masih ada yang berobat ke selain medis Masih ada peserta ibu yang tidak hadir Acara
-
Informan Kader C1 Efektif Berat badan sebagian besar peserta bertambah
Efektif Diberi pengetahuan tentang makanan yang bergizi
-
-
Efektif Dikenalkan berbagai macam makanan yang kaya akan zat gizi
- Efektif - Selera makan anak meningkat
-
Adanya kontak mata pada saat menyuapi Bernyanyi cara efektif menumbuhkan selera makan Efektif Saat di rumah, ayah ikut mengasuh balitanya
-
-
-
- Efekitif - Bermain sambil menyanyi
-
-
-
- Kuku balita yang panjang
-
-
-
-
-
-
-
-
8.
Kebutuhan Sasaran
-
Berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya
-
Sesuai kebutuhan Rajin makan Puas dan senang
9.
Sarana
-
Cukup
-
Cukup
-
Status gizi anak naik Sesuai dengan yang diburuhkan Cukup Cukup
Informan Pendukung C2 Efektif Sebagian besar peserta bertambah berat badan
-
Imunisasi kurang lengkap Masih ada peserta ibu tidak hadir Anak sakit atau ada resepsi pernikahan -
Cukup
-
Masih ada balita yang tidak menggunakan alas kaki Imunisasi ada yang belum lengkap Ada ibu yang tidak hadir dikarenakan anak sakit
-
-
Cukup
10.
Pelaksanaan
-
11.
Misi
-
Di rumah warga/ kader yang strategis Berkumpul bersama Menyanyi Makan bersama Penyuluhan Cukup sesuai yang direncanakan Tidak ada misi khusus Misi yang dipakai misi Puskesmas Sesuai
-
-
Alat masak sudah tersedia Alat makan bawa dari rumah Menentukan tempat memasak Penyuluhan dan pesanpesan kesehatan disampaikan Kader mengawasi Cukup -
-
Masak bersama Makan bersama Snack Pesan-pesan kesehatan Penyuluhan Penimbangan Cukup
-
-
-
-
Bentuk jadwal piket 1 hari 2 orang yang masak Kader memantau Ada penyuluhan Cukup
-
Pemeriksaan antropometri Masak bersama Pemeriksaan kesehatan Pengobatan Suplemen zink Penyuluhan Cukup
Sesuai Program ini memakai misi Puskesmas
-
Tidak punya misi Misi Puskesmas Sesuai antara misi dengan program
Lampiran IX ANALISIS UNIVARIAT
1. Variabel Asupan Zat Gizi Asupan Energi Frequency Valid
buruk baik Total
Percent 20.8 79.2 100.0
5 19 24
Valid Percent 20.8 79.2 100.0
Cumulative Percent 20.8 100.0
Asupan Protein
Frequency Valid
buruk baik Total
1 23 24
Percent 4.2 95.8 100.0
Valid Percent 4.2 95.8 100.0
Cumulative Percent 4.2 100.0
2. Variabel Pemberian Makan Pemberian Makan Frequency Valid
buruk baik Total
6 18 24
Percent 25.0 75.0 100.0
Valid Percent 25.0 75.0 100.0
Cumulative Percent 25.0 100.0
3. Variabel Pengasuhan Balita Pengasuhan Balita Frequency Valid
buruk baik Total
4 20 24
Percent 16.7 83.3 100.0
Valid Percent 16.7 83.3 100.0
Cumulative Percent 16.7 100.0
4. Variabel Kebersihan Balita Kebersihan Balita
Valid
buruk baik Total
Frequency 10 14 24
Percent 41.7 58.3 100.0
Valid Percent 41.7 58.3 100.0
Cumulative Percent 41.7 100.0
5. Variabel Pencarian Dan Pemberian Perawatan Kesehatan Pencarian dan Pemberian Perawatan Kesehatan Frequency Valid
buruk baik Total
6 18 24
Percent 25.0 75.0 100.0
Valid Percent 25.0 75.0 100.0
Cumulative Percent 25.0 100.0
6. Variabel Kehadiran Kehadiran Balita
Valid
buruk baik Total
Frequency 16 8 24
Percent 66.7 33.3 100.0
Valid Percent 66.7 33.3 100.0
Cumulative Percent 66.7 100.0