PENILAIAN HARGA SAHAM PERTAMBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL
Oleh AYUNINGTYAS ALAMSYAH H24060094
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRAK Ayuningtyas Alamsyah, H24060094, Penilaian Harga Saham Pertambangan dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental. Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi Selama tahun 2009 investor kembali memburu saham pertambangan yang membuat indeks naik tajam. Sepanjang tahun 2009 pergerakan harga saham pertambangan dapat dikatakan sangat menarik. Saham-saham pertambangan memang menjadi saham unggulan pada tahun 2009 dengan rata-rata tingkat kenaikan harga saham sebesar 141,91%. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Membandingkan pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan pertambangan periode Januari-Desember 2009 yang terdaftar pada indeks Kompas 100 dengan menggunakan analisis teknikal, (2) Menganalisis kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental selama tiga tahun terakhir (20062008), (3) Membandingkan nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode JanuariDesember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental, (4) Mengidentifikasi faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan. Penelitian ini dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data time series harian dari bulan Januari sampai Desember 2009, serta data laporan tahunan perusahaan selama periode 20062008. Pengolahan data dilakukan degan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. Analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah Analisis teknikal dan Analisis fundamental. Dalam indeks Kompas 100 dipilih empat perusahaan. Perusahaan tersebut antara lain PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Melalui analisis teknikal, investor dapat mengamati pergerakan harga saham keempat perusahaan tersebut selama Januari-Desember 2009. Saham ANTM mengalami 6 titik golden cross dan 6 titik dead cross. Saham BUMI mengalami 5 titik golden cross dan 4 titik dead cross. Saham PTBA mengalami 5 titik golden cross dan 4 titik dead cross. Saham TINS mengalami 3 titik golden cross dan 3 titik dead cross. Analisis fundamental PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menunjukkan bahwa kinerja perusahaan selama tahun 2006-2008 cenderung baik. Pada tahun 2007 ANTM melakukan stock split dengan rasio 1:5, sehingga jumlah saham beredar ANTM bertambah lima kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dan hal ini berpengaruh terhadap nilai EPS, EPS ANTM tahun 2007 sebelumnya Rp. 536,67 dan menjadi Rp 143,67 pasca stock split. Saham ANTM mengalami overvalued di pasar saham pada tahun 2009. Kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selama periode 2006-2008 tergolong baik, namun saham BUMI mengalami undervalued di pasar saham pada tahun 2009. Kinerja PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) selama tahun 2006-2008 cenderung baik, namun pada tahun 2009 saham PTBA mengalami undervalued di pasar saham. Sedangkan kinerja PT Timah Tbk (TINS) cenderung kurang memuaskan. Pada tahun 2008 TINS melakukan stock split dengan rasio 1:10, hal ini mengakibatkan jumlah saham beredar TINS bertambah sepuluh kali lipat. Bertambahnya jumlah saham
beredar berpengaruh terhadap EPS pasca dilakukannya stock split, dan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa saham TINS mengalami overvalued di pasar saham.
PENILAIAN HARGA SAHAM PERTAMBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TEKNIKAL DAN FUNDAMENTAL
Skripsi Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh AYUNINGTYAS ALAMSYAH H24060094
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Penilaian Harga Saham Pertambangan dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental
Nama
: Ayuningtyas Alamsyah
NIM
: H24060094
Menyetujui Dosen Pembimbing,
(Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP : 19710307 200501 2 001 Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ayuningtyas Alamsyah dilahirkan di Depok pada tanggal 31 Juli 1988. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Alamsyah Bahrun dan Dwi Ratri Handayani. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Cendrawasih I Bekasi pada tahun 1992, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Bekasi Jaya Indah 1. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Bekasi dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Depok dan masuk dalam program IPA pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama
mengikuti
perkuliahan,
penulis
aktif
di
berbagai
kegiatan
kemahasiwaan sebagai Anggota Direktorat Finance Centre of Management IPB (COM@) 2007-2008, serta Bendahara Centre of Management IPB (COM@) periode 2008-2009. Selain itu, penulis pernah menjadi surveyor pada UKM unit usaha pembinaan IPB di kota Bogor.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Saham pertambangan saat ini makin diminati oleh para investor, sehingga investor harus jeli dalam memilih saham perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi investor. Salah satunya dengan menggunakan analisis teknikal dan fundamental. Skripsi ini berjudul “Penilaian Harga Saham Pertambangan dengan Menggunakan Analisis Teknikal dan Fundamental”. Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan skripsi ini yang tentunya tidak luput dari kesalahan. Untuk itulah penulis mengharapkan saran yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini selanjutnya. Akhir kata semoga skripsi ini menjadi bahan referensi dan berguna bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2010
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis terutama kepada : 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 2. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME dan Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi ini. Semua saran maupun kritik bapak merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Seluruh Staf Pengajar, Staf Tata Usaha, Staf Perpustakaan, dan karyawan/i Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah memberikan bekal pengetahuan sampai penulisan ini selesai. 4. Kedua orang tua penulis, yaitu papa Alamsyah Bahrun dan mama Dwi Ratri Handayani, serta keluarga besar yang telah banyak mendukung melalui doa dan motivasi selama ini. 5. Ahmad Jihan yang selalu memberikan semangat, serta masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini. 6. Sahabat ku Annisa Tiara I dan Ega Ferganita yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, kritikan, serta masukan kepada penulis. 7. Abu Abdurrahman Al-Atsari yang telah membantu penulis dalam memberikan masukan dan membantu dalam pengolahan data penulis. 8. Teman-teman satu bimbingan yaitu Annisa Tiara I, Dyah Ayu W, Dwi Tya S, Cecilia L, Alik P yang telah bersama-sama berkonsultasi dan saling bertukar pendapat. 9. Teman-teman ku Iam, Jaim, Thifa, Fifi, Eyi, Yunita, Esa, Lulus, Ojan, Ephal, Tono, Jojo, Apip, Alvi, Lely, Gilang, Teguh, Mon2, Via, Jali, Sisy, Copi, Ajit, Bunga, Lintang, Surya, Bang Ahmad, Mumu, Mas Damas, Adi, Mbambit, Bahtiar yang telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis.
vii
10. Rekan-rekan manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, Juni 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................
vii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv DAFTAR GRAFIK .................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii I . PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................
1 3 4 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6 2.1. Pasar Modal ........................................................................................ 2.2. Indeks Harga Saham Gabugan (IHSG) ................................................ 2.3. Indeks Kompas100 .............................................................................. 2.4. Saham ................................................................................................. 2.5. Manfaat investasi pada saham ............................................................. 2.6. Analisis Teknikal ................................................................................ 2.6.1. Definisi Analisis Teknikal ......................................................... 2.6.2. Jenis Grafik Untuk Analisis Teknikal ......................................... 2.6.3. Pembentukan Tren .......................................................................... 2.7. Analisis Fundamental ......................................................................... 2.8. Penelitian terdahulu .................................................................
6 6 7 7 8 9 9 10 12 13 16
III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 18 3.1. Kerangka Penelitian ............................................................................ 3.2. Metode Penelitian ............................................................................... 3.2.1. Pengumpulan Data .......................................................................... 3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 3.2.2.1. Analisis Teknikal ............................................................... 3.2.2.1.1. Simple Moving Average ..................................... 3.2.2.1.2. Moving average Envelope .................................. 3.2.2.2. Analisis Fundamental ..........................................................
ix
19 20 20 20 20 21 21 22
3.2.2.2.1 Dividen Discount Model (DDM) .......................... 22 3.2.2.2.2 Capital Asset Pricing Model ................................. 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 27 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................ 4.1.1. PT Aneka Tambang Tbk................................................................ 4.1.1.1. Informasi Umum Perusahaan ............................................ 4.1.1.2. Pemegang Saham ............................................................. 4.1.1.3. Ringkasan Keuangan ........................................................ 4.1.1.4. Produk Perusahaan ........................................................... 4.1.2. PT Bumi Resources Tbk ................................................................ 4.1.2.1. Informasi Umum Perusahaan ............................................ 4.1.2.2. Pemegang Saham ............................................................. 4.1.2.3. Ringkasan Keuangan ........................................................ 4.1.2.4. Produk Perusahaan ........................................................... 4.1.3. PT Bukit Asam Tbk ....................................................................... 4.1.3.1. Informasi Umum Perusahaan ............................................ 4.1.3.2. Pemegang Saham ............................................................. 4.1.3.3. Ringkasan Keuangan ........................................................ 4.1.3.4. Produk Perusahaan ........................................................... 4.1.4. PT Timah Tbk ............................................................................... 4.1.4.1. Informasi Umum Perusahaan ............................................ 4.1.4.2. Pemegang Saham ............................................................. 4.1.4.3. Ringkasan Keuangan ........................................................ 4.1.4.4. Produk Perusahaan ........................................................... 4.2. Analisis Teknikal .............................................................................. 4.2.1. Simple Moving Average ........................................................... A. PT Aneka Tambang Tbk ..................................................... B. PT Bumi Resources Tbk ..................................................... C. PT Bukit Asam Tbk ............................................................ D. PT Timah Tbk .................................................................... 4.2.2. Moving Average Envelope ............................................................. A. PT Aneka Tambang Tbk ..................................................... B. PT Bumi Resources Tbk ..................................................... C. PT Bukit Asam Tbk ............................................................ D. PT Timah Tbk .................................................................... 4.2.3. Peramalan Pergerakan Harga Saham ........................................ 4.2.3.1. Simple Moving Average .............................................. A. PT Aneka Tambang Tbk ........................................ B. PT Bumi Resources Tbk ........................................ C. PT Bukit Asam Tbk ............................................... D. PT Timah Tbk ....................................................... 4.2.3.2. Moving Average Envelope ......................................... A. PT Aneka Tambang Tbk ........................................ B. PT Bumi Resources Tbk ........................................ C. PT Bukit Asam Tbk ............................................... D. PT Timah Tbk ....................................................... 4.3. Analisis Fundamental ......................................................................... 4.3.1. Analisis Makro Ekonomi ......................................................... x
27 27 27 27 27 27 28 28 28 29 29 30 30 30 30 30 31 31 31 32 32 32 32 32 35 37 39 41 42 43 45 47 49 49 49 50 51 52 53 53 54 56 57 58 58
4.3.1.1. PDB ........................................................................... 4.3.1.2. Pengangguran ............................................................. 4.3.1.3. Inflasi ......................................................................... 4.3.1.4. Tingkat Bunga ............................................................ 4.3.1.5. Defisit anggaran ......................................................... 4.3.1.6. Sentimen .................................................................... 4.3.2. Analisis Industri ...................................................................... 4.3.3. Analisis Perusahaan ................................................................. 4.3.3.1. PT Aneka Tambang Tbk ............................................. 4.3.3.2. PT Bumi Resources Tbk ............................................. 4.3.3.3. PT Bukit Asam Tbk .................................................... 4.3.3.4. PT Timah Tbk ............................................................ 4.4. Implikasi Manajerial ...........................................................................
58 63 65 68 70 72 79 85 85 88 91 94 97
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 100 1. Kesimpulan......................................................................................... 100 2. Saran ................................................................................................... 101 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 103 LAMPIRAN ............................................................................................. 106
xi
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Aneka Tambang Tbk Selama 2006-2008 .................................................................. 2. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bumi Resources Tbk Selama 2006-2008 .................................................................. 3. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bukit Asam Tbk Selama 2006-2008 ............................................................. 4. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Timah Tbk Selama 2006-2008 ............................................................. 5. Simulasi Investasi Saham ANTM .................................................
32 35
6. Produk Domestik Bruto Tahun 2005-2010 ...................................
58
7. Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2005-2009....................
64
8. Dividen PT Aneka Tambang Tbk tahun 2006-2008 ......................
85
9. Prediksi nilai dividen ANTM tahun 2009-2011 ............................
85
10. EPS PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) ........................................
86
11. Prediksi EPS ANTM Tahun 2009-2011........................................
87
12. Prediksi nilai saham ANTM 2009-2011 .......................................
87
13. Dividen PT Bumi Resources Tbk tahun 2006-2008 ......................
88
14. Prediksi nilai dividen BUMI tahun 2009-2011 .............................
88
15. EPS PT Bumi Resosurces Tbk tahun 2005-2008 ...........................
89
16. Prediksi EPS BUMI tahun 2009-2011 ..........................................
89
17. Prediksi nilai saham BUMI sampai dengan tahun 2011 ................
90
18. Dividen PT Bukit Asam Tbk tahun 2006-2009 .............................
91
19. Prediksi nilai dividen PTBA tahun 2009-2011..............................
91
20. EPS PT Bukit Asam tahun 2005-2008 ..........................................
92
21. Prediksi EPS PT Bukit Asam Tbk, 2009-2011..............................
92
22. Prediksi nilai saham PTBA sampai dengan tahun 2011 ................
92
23. Dividen PT Timah Tbk tahun 2006-2008 .....................................
94
24. Prediksi nilai dividen TINS tahun 2009-2011 ...............................
94
25. Nilai EPS TINS tahun 2005-2008.................................................
95
xii
28 29 31
26. Prediksi nilai EPS PT Timah Tbk tahun 2009-2011 ......................
95
27. Prediksi harga saham PT Timah Tbk tahun 2009-2011 .................
96
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman 1. Pertumbuhan ekspor barang tambang Indonesia .........................
2
2. Grafik Garis (Line Chart) ...........................................................
11
3. Grafik Balok (Bar Chart) ............................................................
11
4. Grafik Lilin (Candlestick Chart) .................................................
12
5. Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................
19
6. Produk Domestik Bruto tahun 2005-2010...................................
61
7. Inflasi (Januari 2005-januari 2010) .............................................
67
8. Indeks Kepercayaan Konsumen..................................................
75
9. Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah .................
76
10. Tentang CEI dan LEI .................................................................
78
11. Grafik IHSG periode May 2009-Maret 2010 ..............................
79
xiv
DAFTAR GRAFIK
No Halaman 1. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk.......................................................
33
2. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk.......................................................
33
3. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
34
4. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
34
5. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
35
6. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
36
7. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
36
8. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
37
9. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
38
10. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
38
11. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
39
12. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
39
13. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Timah Tbk .....................................................................
39
14. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Timah Tbk .....................................................................
40
15. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Timah Tbk .....................................................................
40
16. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk .....................................................................
41
17. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk .....................................................
42
xv
18. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
42
19. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
43
20. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 200 PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
43
21. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
44
22. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
44
23. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
44
24. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
45
25. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
45
26. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
46
27. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
46
28. . Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
47
29. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Timah Tbk .....................................................................
47
30. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Timah Tbk .....................................................................
48
31. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Timah Tbk .....................................................................
48
32. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk .....................................................................
48
33. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk.......................................................
49
34. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk.......................................................
49
35. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
50
36. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk ......................................................
51
xvi
37. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
51
38. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
51
39. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2010 PT Timah Tbk .....................................................................
52
40. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2010 PT Timah Tbk .....................................................................
53
41. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
54
42. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk ......................................................
54
43. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk .......................................................
55
44. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk .......................................................
55
45. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
56
46. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk .............................................................
56
47. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2010 PT Timah Tbk .....................................................................
57
48. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2010 PT Timah Tbk .....................................................................
57
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1. Suku Bunga SBI 3 bulan periode 2006-2008............................
106
2. Tingkat Pengembalian IHSG per bulan Periode 2006-2008 ..................................................................
107
3. Tingkat Pengembalian PT Aneka Tambang Tbk per bulan Periode 2006-2008 ...................................................
108
4. Tingkat Pengembalian PT Bumi Resources Tbk per bulan Periode 2006-2008 ...................................................
109
5. Tingkat Pengembalian PT Bukit Asam Tbk per bulan Periode 2006-2008 ...................................................
110
6. Tingkat Pengembalian PT Timah Tbk per bulan Periode 2006-2008 ...................................................
111
7. Simulasi investasi saham BUMI pada tahun 2009 ....................
112
8. Simulasi investasi saham PTBA pada tahun 2009 ....................
113
9. Simulasi investasi saham TINS pada tahun 2009 .....................
114
xviii
1
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong harga komoditas. Hal inilah yang mendorong investor kembali “memburu” saham pertambangan yang membuat indeks naik tajam. Sepanjang tahun ini pergerakan harga saham pertambangan dapat dikatakan sangat menarik. Saham-saham pertambangan memang menjadi saham unggulan pada tahun ini dengan rata-rata tingkat kenaikan harga saham sebesar 141,91%. Sektor pertambangan di bursa saham tercatat sebagai sektor yang memberikan return kedua terbesar, yaitu sebesar 151,06% dari posisi Rp. 877,68 pada akhir tahun 2008 menjadi Rp. 2.203,48 pada akhir tahun 2009 (www.idx.co.id, 17 Juni 2010). Emiten pertambangan sampai dengan saat ini menjadi incaran para investor. Terbukti dengan meningkatnya volume transaksi perdagangan di bursa akibat meningkatnya permintaan terhadap saham pertambangan, saham sektor pertambangan sering kali memimpin penguatan bursa. Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sampai dengan saat ini masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian nasional. Baik dalam perannya sebagai sumber penerimaan negara, penyedia energi, menarik investasi, surplus neraca perdagangan, penyedia bahan baku industri, serta faktor dominan pembentukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penerimaan yang diperoleh pemerintah dari sektor pertambangan cukup signifikan. Hal ini dapat dibuktikan, yaitu tepatnya pada tahun 2008 ketika harga minyak dunia mengalami fluktuasi yang sangat tajam. Sektor ESDM mencatatkan perkiraan realisasi penerimaan negara sebesar Rp 346,347 Triliun atau sebesar 36%. Dari penerimaan sektor ESDM tersebut, sub sektor Pertambangan Umum tercatat sebesar Rp 42,120 Triliun atau sebesar 4,4% yang terdiri dari Pajak Pertambangan Umum dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pertambangan Umum (www.esdm.go.id, 2009).
2
Industri pertambangan di dunia saat ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya permintaan terhadap produk-produk unggulan sektor pertambangan, seperti batubara, emas dan minyak bumi. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan ekspor barang hasil tambang asal Indonesia yang cenderung meningkat setiap tahunnya (Gambar 1).
Gambar 1. Pertumbuhan ekspor barang tambang Indonesia (Sumber : www.kompas.com)
Batubara merupakan salah satu produk tambang unggulan asal Indonesia. Pada tahun 2010, harga batubara diprediksi akan menguat seiring dengan kondisi ekonomi dunia yang diprediksikan mulai mengalami perbaikan. Bahkan kenaikan harga batubara dalam jangka panjang diprediksi masih akan naik sehubungan dengan semakin luasnya penggunaan batubara sebagai sumber energi. Berdasarkan proyeksi laporan Annual Energy Outlook 2009 yang dikeluarkan oleh U.S. Energy Information Administration, US energi supply, demand, dan harga naik hingga tahun 2030. The McIlvane Company dalam laporannya yang dikeluarkan pada April 2009, memproyeksikan bahwa kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara dunia akan tumbuh 35% pada 10 tahun ke depan, dari 1,759,000 MW pada 2010 menjadi 2,384,000 MW pada 2020. Pembangkit listrik tenaga batubara di Asia akan naik menjadi 1,464,000 MW pada 2010. Sedangkan di India, pembangkit listrik tenaga batubara ini akan naik dari 95,000 MW menjadi 294,000 MW pada 11 tahun ke depan (Asia Securities, 25 Mei 2009). Harga saham sektor pertambangan pada tahun 2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan yang cukup tajam, hal tersebut terkait dengan
3
meningkatnya permintaan terhadap komoditas pertambangan. Analisis PT Erdikha Sekuritas, mengatakan saham-saham pertambangan yang masih prospektif menjanjikan pertumbuhan kinerja hingga tahun depan terutama adalah yang bergerak di sektor batubara dan minyak bumi serta gas (migas) (Bisnis Indonesia, 11 November 2009). Saham pertambangan merupakan komoditas yang menarik di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena harga saham pertambangan menjanjikan keuntungan dalam jangka panjang. Selain keuntungan yang menjanjikan, kegiatan investasi pada sektor pertambangan juga mengandung resiko, yaitu terkait perubahan harga komoditas pertambangan yang sangat dipengaruhi oleh pasokan atau ketersediaan bahan baku tambang, permintaan akan barang tambang tersebut, kondisi fundamental perusahaan pertambangan, serta kebijakan pemerintah terhadap harga barang tambang. Sehingga harga saham sektor pertambangan cenderung fluktuatif. Saham empat perusahaan pertambangan utama yang terdaftar di indeks Kompas 100, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). 1.2. Perumusan Masalah Harga saham merupakan hal yang pertama kali dilihat oleh seorang investor apabila ingin melakukan investasi dalam bentuk saham. Karena harga saham dapat menggambarkan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam bentuk capital gain ataupun dividen. Perubahan harga saham terjadi setiap saat, oleh karena itu seorang investor harus menelusuri faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan harga saham. Untuk dapat menilai harga saham yang akan dipilih investor dalam melakukan investasi, maka para investor dapat menggunakan pendekatan top down approach yaitu dimulai dengan analisis kondisi makro ekonomi serta analisis industri kemudian dilanjutkan dengan penilaian perusahaan untuk mendapatkan nilai intrinsik perusahaan, yaitu yang dilakukan melalui analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham
4
(keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis. Analisis fundamental bertujuan untuk memperkirakan harga saham berdasarkan prospek laba dan dividen perusahaan, pendapatan, kebijakan manajemen, yang tercermin dalam laporan keuangan, perkembangan industri, harapan bunga di masa depan, dan evaluasi risiko perusahaan untuk menentukan harga saham yang tepat. Kedua analisis ini dapat digunakan secara bersamaan untuk menganalisis harga saham. Dari hal yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pergerakan harga saham pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis teknikal? 2. Bagaimanakah kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks
Kompas
100
periode
Januari-Desember
2009
dengan
menggunakan analisis fundamental, selama tiga tahun terakhir (20062008) ? 3. Bagaimanakah nilai intrinsik harga saham pertambangan yang terdaftar pada indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 menggunakan analisis fundamental ? 4. Faktor fundamental manakah yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan ? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Membandingkan pergerakan harga
saham
perusahaan-perusahaan
pertambangan periode Januari-Desember 2009 yang terdaftar pada indeks Kompas 100 dengan menggunakan analisis teknikal. 2. Menganalisis kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental selama tiga tahun terakhir (2006-2008).
5
3. Membandingkan nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental. 4. Mengidentifikasi faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan. 1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Penelitian ini memberikan informasi bagi pemimpin perusahaan sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam jangka panjang yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. 2. Bagi dunia pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan investasi dalam bentuk saham dan penilaian terhadap harga saham. 3. Bagi pihak lain Bagi investor yang menginvestasikan dananya dalam bentuk saham untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam bentuk dividen ataupun capital gain. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada kinerja perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 pada periode Januari-Desember 2009. Perusahaan-perusahaan pertambangan yang dibahas dalam penelitian ini merupakan perusahaan pertambangan utama yang terdaftar di indeks Kompas 100, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Pada penelitian ini penulis tidak menganalisis seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar pada indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009, karena
penulis
membatasi
penelitian
pada
perusahaan-perusahaan
pertambangan yang sahamnya paling aktif dalam bursa saham.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti Obligasi, Saham dan lainnya (Rusdin, 2006). Pasar modal adalah sistem yang mempertemukan pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana untuk diinvestasikan (Rahardjo, 2009). Pasar modal dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan pengertian pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. 2.2
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (composite) mempunyai beberapa fungsi atau gambaran kinerja suatu bursa diantaranya, yaitu (www.idx.co.id): a. Sebagai indikator trend pasar. b. Sebagai indikator tingkat keuntungan. c. Sebagai Benchmark kinerja suatu portofolio. d. Memfasilitasi pembentukan portopolio dengan strategi pasif.
7
2.3
Indeks Kompas 100 Indeks KOMPAS100 merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut (www.idx.co.id): 1. Telah tercatat di BEJ minimal 3 bulan. 2. Saham tersebut termasuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). 3. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekwensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar Reguler, selama 12 bulan terakhir. 4. Dari sebanyak 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi terbesar. 5. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja 6. Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari hasil perhitungan butir (5) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (6). Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS100 akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan Februari dan pada bulan Agustus. Perhitungan Indeks KOMPAS100 dimulai pada hari dasar tanggal 2 Januari 2002 dengan nilai dasar 100.
2.4. Saham Saham adalah sertifikat yang menunjukkan buku kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atau penghasilan dan aktiva perusahaan (Rusdin. 2006). Menurut (Siamat, 2005) saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham atau sering pula disebut shares merupakan instrumen. Terdapat beberapa jenis saham yang dapat dipilih oleh investor, antara lain sebagai berikut (Rusdin, 2006):
8
2.2.1. Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Saham atas unjuk (Bearer Stock), adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah-tangankan dari satu investor ke investor lain. b. Saham atas nama (Registered Stock), adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemilikannya. Dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah mendapat pergantiannya. 2.2.2. Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan menjadi : a. Saham biasa (Common Stock), merupakan suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut . b. Saham preferen (Preferen Stock), merupakan bentuk gabungan antara obligasi dan saham. Saham preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal. Saham preferen sama dengan obligasi karena jumlah dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. 2.5. Manfaat investasi pada saham Pemegang saham adalah pemilik perusahaan, atau orang yang menanamkan uangnya sebagai modal (investasi) ke dalam perusahaan. Maka pemegang saham sebagai pemilik perusahaan berhak
memperoleh
keuntungan atas investasi yang dilakukannya. Menurut Rusdin (2006),
9
terdapat dua manfaat yang diperoleh seorang investor apabila menanamkan modalnya dalam bentuk saham, yaitu: 1. Dividen Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan akan dibagikan diusulkan oleh Dewan Direksi dan disetujui didalam Rapat Umum Pemegang Saham. Dua jenis dividen yang dapat diberikan oleh perusahaan yaitu dividen tunai dan dividen saham. Jika emiten membagikan dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk sejumlah uang untuk setiap saham yang dimiliki, maka disebut sebagai dividen tunai. Sedangkan dividen saham adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham baru tersebut, yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham. 2. Capital Gain Capital gain adalah keuntungan dari hasil jual-beli saham, yaitu berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli saham. Oleh karena itu investor memiliki peluang untuk menikmati capital gain sebagai akibat atas aktivitas yang terjadi di pasar sekunder. Perbedaan antara harga jual dan beli saham disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran terhadap saham tersebut. 2.6. Analisis Teknikal 2.6.1. Definisi Analisis Teknikal Analisa teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Pada dasarnya, analisis teknis ini menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham (investassi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat sutau tren atau pola atas grafik historis, seorang investor saham bisa membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham (Sulistawan dan Liliana, 2007).
10
Ada tiga prinsip dasar yang melandasi analisis teknikal yang merupakan suatu pola pikir dan anggapan dasar dalam melakukan analisis teknikal (Rahardjo, 2009). 1. Market Action Discount Everything Semua faktor yang mempengaruhi pergerakan atau fluktuasi harga saham telah tercermin dalam harga tersebut. Semua faktor lingkungan bisnis, baik politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, demografi, dan teknologi yang dapat mempengaruhi kondisi bisnis dan pergerakan harga saham telah tercermin dalam harga saham tersebut. 2. Price Move In Trends Harga bergerak dalam suatu kecenderungan arah tertentu dan akan terus menuju arah yang sama sampai dengan adanya sinyal pembalikkan atau perubahan arah. Satu kecenderungan arah akan tetap berlangsung sampai ada suau kekuatan yang memberikan sinyal bahwa kecenderungan tersebut akan berubah. 3. History Repeat It Self Sejarah akan berulang, pola-pola pergerakan harga saham yang terjadi di masa lalu akan berulang kembali di masa mendatang. Hal ini didasarkan pada psikologi manusia yang mempunyai kecenderungan untuk tidak berubah dan mengulang hal-hal yang telah dilakukan di masa lalu. 2.6.2. Jenis Grafik Untuk Analisis Teknikal Ada beberapa grafik yang sering digunakan untuk melakukan analisis teknikal suatu saham, antara lain (Rahardjo, 2009) : 1. Grafik Garis (Line Chart) Grafik garis (line chart) menyajikan pergerakan harga saham dari waktu ke waktu berupa garis yang menghubungkan titik-titik yang merupakan harga saham pada saat (hari dan tanggal tertentu).
Titik-titik
tersebut
biasanya
merupakan
harga
penutupan saham pada hari bersangkutan. Berikut merupakan contoh line chart (Gambar 2).
11
Gambar 2. Grafik Batang (Line Chart) Sumber: www.infoanda.com/forexchart/linechart, 2009
2. Grafik Balok (Bar Chart) Grafik balok (bar chart) merupakan grafik batang yang menggambarkan 4 titik harga, yaitu harga pembukaan (open/O), harga tertinggi (high/H), harga terendah (low/L), dan harga penutupan (close/C) dari suatu saham selama suatu periode tertentu.
Gambar 3. Grafik Balok (Bar Chart) Sumber: www.forexchart.com/barchart, 2009
Panjang balok (atau garis vertikal) menunjukkan fluktuasi harga dalam suatu periode, ujung atas menunjukkan harga tertinggi sedang ujung bawah menunjukkan harga terendah. Garis horizontal disebelah kiri balok menunjukkan harga pembukaan,
12
sedangkan garis horizontal sebelah kanan balok menunjukkan harga penutupan. Gambar 3 merupakan visualisasi bar chart. 3. Grafik Lilin Grafik lilin (candlestick chart) merupakan grafik berbentuk lilin yang dapat menggambarkan 4 titik harga, yaitu harga pembukaan (open/O), harga tertinggi (high/H), harga terendah (low/L), dan harga penutupan (close/C) dari suatu saham selama suatu periode tertentu.
Gambar 4. Grafik Lilin (Candlestick Chart) Sumber: www.forexchart.com/candlestick, 2009
Ada dua macam warna batang lilin, yaitu lilin berwarna terang yang menunjukkan kecenderungan harga naik karena harga pembukaan lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan dan lilin berwarna gelap yang menunjukkan kecenderungan harga turun karena harga pembukaan lebih tinggi dibandingkan dengan harga penutupan. 2.6.3. Pembentukan Tren Tren merupakan arah pergerakan harga pasar saham. oleh karena itu seorang investor dalam menentukan keputusan investasi sebaiknya memahami arah pergerakan harga saham. berikut merupakan pembentukkan tren berdasarkan arah pergerakannya (Sulistawan dan Liliana, 2007).
13
1. Uptrend, artinya adalah harga saham cenderung bergerak naik. Pada kondisi ini, sentimen dari kebanyakan investor sedang dalam kondisi positif 2. Downtrend, artinya harga saham cenderung bergerak turun. Jika pasar menunjukkan downtrend, sebaiknya pasar tidak melakukan posisi beli agar terhindar dari kerugian. 3. Sideways Trend, atau pergerakan harga yang stagnan (hanya naik atau turun pada kisaran harga tertentu). 2.7. Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan datadata fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha. Analisis fundamental digunakan untuk menentukan harga yang tepat bagi saham suatu perusahaan, analis sekuritas harus memprediksi dividen dan laba yang dapat diharapkan dari perusahaan tersebut. Pada akhirnya, keberhasilan usaha suatu perusahaan akan menentukan dividen yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham serta harga saham yang akan terbentuk di pasar saham. Prospek suatu perusahaan terkait dengan kondisi ekonomi secara umum. Maka analisis fundamental harus mempertimbangkan lingkungan bisnis di mana perusahaan beroperasi. Bagi beberapa perusahaan, lingkungan ekonomi makro dan industri mungkin mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan kinerja di dalam industri atau dengan kata lain investor sebaiknya mempertimbangkan gambaran besar ekonomi (Bodie, 2006). Oleh karena itu, dalam analisis fundamental perlu dilakukan beberapa tahapan analisis sebagai berikut : a. Analisis ekonomi makro Yang termasuk dalam analisis ekonomi makro adalah analisis terhadap kondisi perekonomian seperti tingkat pertumbuhan ekonomi negara (PDB), tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah dan sebagainya. Analisis ini sangat cocok terhadap kondisi pasar secara umum dan kinerja saham secara khusus.
14
b. Analisis industri Analisis industri dilakukan untuk menilai pengaruh dari tingkat pertumbuhan dan juga persaingan dalam industri tempat perusahaan berada terhadap tingkat profitabilitas di masa datang. Selain itu analisis ini juga dilakukan untuk mengetahui tingkat resiko usaha dalam industri tersebut. Terdapat beberapa aspek analisis yang dapat digunakan, antara lain adalah analisis struktural industri, analisis siklus industri, analisis siklus hidup industri dan analisis tingkat resiko. Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam analisis industri adalah 5 forces yang diperkenalkan oleh Michael Porter. Lima aspek tersebut meliputi persaingan dalam industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk subtitusi, kekuatan tawar pembeli dan kekuatan tawar penjual. c. Analisis perusahaan Analisis perusahaan diperlukan untuk menilai posisi dan kinerja perusahaan dalam industri tersebut. Hal itu dapat diakukan dengan menganalisis laporan-laporan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, terutama
laporan
keuangannya.
Laporan
keuangan
perusahaan
merupakan laporan pertanggung-jawaban manajemen perusahaan kepada pemilik (share holders) dan para pihak yang berkepentingan atau pemangku kepentingan (stake holders). Dalam menganalisis laporan keuangan, hal yang perlu diperhatikan adalah rasio-rasio keuangan perusahaan melalui data di masa lalu maupun yang ada saat ini untuk memprediksi kinerja keuangan di masa yang akan datang. Rasio keuangan dapat dihitung berdasarkan laporanlaporan keuangan yang tersdia diantaranya sebagai berikut (Rahardjo, 2009). 1. Neraca Neraca merupakan laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan posisi atau kondisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu (sesuai yang tertera pada Neraca). Neraca mencerminkan sumber dana yang diperoleh perusahaan dan alokasi/aliran (dalam bentuk apa) dana tersebut ditanamkan.
15
2. Laporan Laba/Rugi Laporan Laba/Rugi merupakan laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu (bisa dalam waktu 1 triwulan, 1 semester, 3 triwulan, atau 1 tahun buku). Laporan Laba/Rugi memperlihatkan keuntungan atau laba (bahkan bisa juga rugi) dalam suatu periode waktu operasi usaha perusahaan. Menurut Keown (2004), Analisis rasio keuangan membantu analis untuk mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk membimbing investor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang. Rasio-rasio keuangan yang lazim dikenal dalam dunia keuangan adalah sebagai berikut. a) Rasio Likuiditas Rasio ini membandingkan kas dan aktiva-aktiva yang dapat diubah dalam bentuk kas pada tahun dimana kewajiban jatuh tempo dan akan dibayar pada tahun itu juga. Adapun yang termasuk kedalam rasio likuiditas adalah sebagai berikut. 1) Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities 2) Quick Ratio = (Current Assets – Inventory) / CurrentLiabilities 3) Cash Ratio = Cash / Current Liabilities b) Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya, pada umumnya menggunakan asumsi yaitu apabila saat ini perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Adapun yang termasuk kedalam rasio solvabilitas adalah sebagai berikut. 1) Debt to asset ratio = Liabilities / Assets 2) Time Interest Earned ratio = EBIT / interest expense 3) Long Term Debt Ratio = Long term debt / Equity
16
c) Rasio Profitabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
penjualannya.
Adapun
yang
termasuk
kedalam
rasio
profitabilitas adalah sebagai berikut. 1) Gross Profit Margin = (Sales-COGS) / Sales 2) Profit Margin = Net Operating Income / Net Sales 3) Net Profit Margin = Net Profit after-tax / Net Sales 4) Operating Profit Margin = EBIT / Net Sales 5) ROE = Net Income/Equity 6) ROA = Net Income/ Total Assets d) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menunjukkan tingkat
keaktifan dari aktiva
perusahaan, mengukur seberapa cepat pos atau rekening aktiva tersebut berputar dalam satu periode. Adapun yang termasuk kedalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut. 1) Total Assets Turnover = Net sales / Total Assets 2) Receivable Turnover = Net Credit Sales / Total Assets 3) Inventory Turnover = COGS / Inventory 4) Working Capital Turnover = Net Sales / (Current AssetsCurrent Liabilities) 5) Fixed Assets Turnover = Net Sales / Fixed Assets 2.8. Penelitian terdahulu Ganesh (2009) melakukan penelitian mengenai analisis pergerakan harga saham dengan menggunakan analisis teknikal. Analisis teknikal pada saham pertambangan diantaranya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Inco Indonesia (INCO), PT Timah Tbk (TINS), PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), PT Medco Tbk (MEDC) yang diteliti dapat digunakan sebagai alat pengembalian keputusan oleh investor. Yaitu untuk menentukan kapankah waktu yang tepat bagi investor untuk membeli ataupun menjual saham. Berdasarkan grafik Moving Average Envelope maka dapat diketahui bahwa sinyal beli terhadap suatu saham terjadi ketika grafik harga
17
memotong ke atas grafik Simple Moving Average dan sebaliknya sinyal jual terjadi ketika grafik harga memotong ke bawah grafik
Simple Moving
Average. Selain itu implementasi grafik Moving Average Envelope juga sebagai alat pengambil keputusan untuk cut loss (membatasi) kerugian ketika harga grafik saham telah memotong Moving Average Envelope ke bawah. Sabrini (2008) melakukan penelitian tentang “Analisis Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007 dengan Analisis Fudamental dan Teknikal”. Saham yang diteliti adalah 4 saham industri rokok yang tercatat di BEI diantaranya PT British American Tobaco Indonesia Tbk (BATI), PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA). PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Hadjana Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Analisis fundamental yang digunakan adalah menggunakan pendekatan Present Value, Model kelipatan laba (PER), arus kas dan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Sedangkan analisis teknikal yang digunakan adalah pendekatan moving average. Dengan melihat analisis fundamental dan teknikal pada industri rokok, secara umum kondisi perusahanperusahaan rokok ada yang mengalami penurunan, stabil dan peningkatan. Perusahaan yang mengalami penurunan adalah PT British American Tobaco Indonesia Tbk, yang stabil adalah PT Gudang Garam Tbk, dan yang mengalami peningkatan adalah PT Bentoel International Investama Tbk dan PT Hadjana Mandala Sampoerna Tbk.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian efek-efek
yang
baru ditawarkan ataupun yang
diperdagangkan di pasar modal. Investasi dalam bentuk saham merupakan salah satu kegiatan investasi di pasar modal yang tergolong beresiko tinggi. Pergerakan harga saham sektor pertambangan merupakan salah satu bentuk nyata yang membuktikan, bahwa harga saham sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terkait dengan bisnis tersebut. Seorang investor yang ingin menginvestasikan dana (modal) dalam bentuk saham khususnya pada saham sektor pertambangan tentunya akan mencari informasi mengenai harga saham tersebut, serta kemungkinan pengembalian atau keuntungan yang akan ia peroleh apabila berinvestasi pada saham tersebut. Untuk dapat memperoleh informasi dalam pengambilan keputusan investasi, maka investor dapat menggunakan analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal digunakan oleh trader untuk dasar pengambilan keputusan melakukan jual atau beli saham. Analisis ini dapat dilakukan oleh beberapa metode, diantaranya adalah Simple Moving Average dan Moving Average Envelope. Hasil yang diperoleh dari analisis teknikal adalah berupa informasi tentang pergerakan harga saham yang terjadi selanjutnya atau peramalan harga saham. Sedangkan alat analisis lain yang dapat digunakan oleh investor adalah analisis fundamental. Para investor saham menggunakan analisis fundamental untuk dasar pengambilan keputusan pembelian saham, dan cenderung untuk keputusan jangka panjang. Pendekatan analisis fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan present value, yaitu dengan menggunakan Dividen Discount Model (DDM). Dari model pendekatan Dividen Discount Model (DDM) maka dapat dihasilkan informasi tentang nilai intrinsik saham yang dianalisis. Sehingga nilai intrinsik ini dapat dibandingkan dengan harga
19
Investor
Investasi Saham Sektor Pertambangan
Penilaian Harga Saham
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
- Analisis ekonomi makro - Analisis industri - Analisis perusahaan
Simple Moving Average
Moving Average Envelope
Dividend Discount Model (DDM)
Nilai intrinsik Saham
Pergerakan Harga Saham
Rekomendasi Srategi
Keputusan Investasi
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian
20
pasar yang ada di pasar modal. Apakah nilai intrinsik lebih mahal dari harga pasar (undervalued), atau lebih rendah dari harga pasar (overvalued). Melalui kedua analisis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental yang dilakukan maka akan diperoleh informasi yang dapat digunakan oleh seorang investor dalam menentukan pilihan investasi. Ketepatan dalam menentukan pilihan investasi akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh investor tersebut. 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Pengumpulan Data Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series harian dari bulan Januari sampai Desember 2009, serta data laporan tahunan perusahaan selama periode 2006-2008. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan tambang yang terdaftar dalam indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009. Maka dipilih empat perusahaan yang dijadikan sebagai objek pengamatan. Keempat perusahaan ini dipilih berdasarkan urutan tingkat atau frekuensi transaksi, ketersediaan laporan tahunan perusahaan ,dan data historis harga saham perusahaan tersebut pada periode 2006-2008 dengan menggunakan metode purposive sampling. 3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. Analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah Analisis teknikal dan fundamental. 3.2.2.1. Analisis Teknikal Analisis teknik yang digunakan adalah dengan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelope (Sulistiawan dan Liliana, 2007).
21
3.2.2.1.1. Simple Moving Average Simple Moving Average (SMA) dihitung dari penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari. SMA (4) = ( P5 + P4 + P3 + P2 + P1) / 5 Keterangan: SMA (5)
: Rata-rata bergerak sederhana 5 hari perdagangan sebelumnya.
P5
: Harga saham 5 hari sebelumnya.
P4
: Harga saham 4 hari sebelumnya.
P3
: Harga saham 3 hari sebelumnya.
P2
: Harga saham 2 hari sebelumnya.
P1
: Harga saham 1 hari sebelumnya.
Sinyal jual (dead cross) : garis MA yang lebih kecil memotong dari arah atas garis MA yang lebih besar Sinyal beli (golden cross) : garis MA yang lebih kecil memotong dari arah bawah garis MA yang lebih besar. SMA yang digunakan dalam penelitian adalah periode 5 dan 23 hari. Penentuan periode SMA tersebut berdasarkan pilihan investor, namun SMA (5) dan (23) merupakan periode yang sesuai untuk analisis jangka pendek (triwulan) (Sulistawan dan Liliana, 2007). 3.2.2.2.2. Moving Average Envelope Menurut
Sulistiawan
dan
Liliana
(2007)
ketepatan dari penggunaan dari Moving Average (MA) dapat ditingkatkan kemampuannya dengan bantuan grafik MA yang menggambarkan batas atas dan batas bawah ini dinamakan Moving Average Envelope. Batas atas dan batas bawah digunakan dengan
prosentase
tertentu
dari
MA
yang
22
digunakan. Batas bawahnya dapat berfungsi sebagai pembatas kerugian untuk menghindari kerugian yang
lebih
besar,
secara
matematis
dapat
dirumuskan sebagai berikut: Batas atas
= MA x 1.05
Batas bawah
= MA x 0.95
Dengan indikator ini, sinyal beli bisa terjadi ketika grafik harga saham memotong ke atas grafik batas bawah. Sementara indikator sinyal jual adalah kebalikan dari kondisi diatas, yaitu grafik harga saham memotong ke bawah grafik batas atas. Penggunaan prosentase dalam menentukan batas atas dan bawah Moving Average pada umumnya adalah 5% (Sulistawan dan Liliana, 2007). 3.2.2.2. Analisis Fundamental 3.2.2.2.1. Dividend Discount Model-DDM Dividend Discount Model (DDM) dilakukan untuk mencari nilai intrinsik (nilai wajar) dari suatu saham
perusahaan.
mengidentifikasi
Tujuannya
kerelatifan
adalah
untuk
kesalahan
harga
saham terhadap beberapa ukuran nilai saham, yang dapat diturunkan dari data keuangan yang diamati. Dividend Discount Model (DDM) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung arus kas yang akan datang dari dividen saham untuk mengetahui
nilai
wajarnya.
Model
ini
mengasumsikan bahwa perusahaan mengeluarkan dividen saat ini dengan pertumbuhan tetap (Bodie, 2006). Model ini dirumuskan sebagai berikut. …………….…………… (2)
23
Pi = nilai wajar saham D1 = dividen yang dibayarkan tahun depan k
= tingkat pengembalian yang diharapkan investor
g = tingkat pertumbuhan dividen Nilai D1 diperoleh dengan mengalikan nilai D0 (nilai dividen yang paling akhir dibayarkan) dengan nilai ( 1 + g ) yang merupakan prediksi dividen yang akan tumbuh pada tahun depan. Maka persamaan Gordon Model dapat pula ditulis sebagai berikut. ………….…………… (3)
Nilai g atau pertumbuhan dividen didapatkan dengan rumus geometric mean: G = [(TR1 + 1)(TR2 + 1)....(TRn +1)]1/n - 1
... (4)
Pertumbuhan dividen dari tahun ke tahun tidak tetap, maka rumus yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik adalah sebagai berikut. D1 (1 k )
Vj
D2 (1 k ) 2
D3 (1 k )3
...
D (1 k )
……… (5)
n
t
Dt k )t 1 (1
Dividend Discount Model (DDM) sensitif terhadap taksiran-taksiran atas variabel yang digunakan didalamnya. Dengan DDM, pemodal akan menghitung perbedaan harga untuk saham yang sama dengan model yang sama pula. Model ini secara implisit, selain menaksir nilai intrinsik, juga menentukan harga terminal suatu saham. Keputusan pemodal dan analis akan ditentukan nilai
intrinstik,
yang
memperoleh
dengan
24
mendiskontokan dividen, dengan harga pasar sekarang (current market price) suatu saham. Jadi, kemungkinan keputusan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jika nilai intrinstik lebih besar dari harga pasar sekarang,
aktiva
atau
saham
dinyatakan
undervalued dan seterusnya dibeli atau ditahan kalau sudah dimiliki. 2. Jika nilai intrinstik lebih kecil dari harga pasar sekarang,
aktiva
atau
saham
dinyatakan
overvalued dan seharusnya dihindari membeli atau sebaiknya segera dijual atau ditahan tetapi dalam waktu yang sesingkat mungkin. 3. Jika nilai intrinstik sama dengan harga pasar sekarang, aktiva atau saham tersebut dinilai secara benar (correctly valued), dan sahamnya dapat ditahan (hold) dengan harapan pada waktu yang akan datang harganya akan naik. Nilai k atau tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, ditentukan dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model. 3.2.2.2.2. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Model CAPM ditulis sebagai berikut (Keown, 2004). k = Rf + β ( Rm – Rf ) k
….…………… (6)
= tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor
Rf = tingkat pengembalian bebas resiko β
= tingkat resiko siklikal dan operating leverage emiten
Rm = tingkat pengembalian pasar, dihitung dengan rumus sebagai berikut.
25
….…………… (7)
Tingkat pengembalian yang diharapkan investor, k, merupakan fungsi searah dari beta untuk mengukur resiko yang tidak dapat terdiversifikasi, sehingga semakin tinggi resiko yang dihadapi, semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan, dan sebaliknya. ( Rm-Rf ) adalah bagian dari premi resiko yang disebut dengan premi resiko pasar sebab hal ini menunjukkan premi yang harus diterima investor untuk mengambil resiko rata-rata atas pasar portofolio aktiva. Walaupun asumsi
yang
digunakan terlalu
banyak dan pertukaran risk-return yang dijelaskan dalam model CAPM ini tidak 100% sesuai untuk semua aktiva pasar, model ini memberikan kerangka
konseptual
yang
berguna
untuk
mengevaluasi dan menghubungkan resiko dengan tingkat pengembalian secara umum. Dalam model ini, terdapat teori bahwa semakin besar tingkat keuntungan yang diminta oleh investor, semakin besar pula resikonya. CAPM menghubungkan resiko yang tidak terdiversifikasi dan
pengembalian
untuk
semua
aktiva.
Pembahasannya terdiri dari: 1. Beta, yaitu pengukuran dari resiko yang tidak dapat terdiversifikasi yang merupakan indeks dari pergerakan pengembalian aktiva karena adanya perubahan dalam pengembalian pasar. Beta untuk pasar selalu dipertimbangkan sama dengan 1, dan beta aktiva lain dipandang dalam
26
kaitannya dengan beta pasar itu. Beta aktiva dapat memiliki nilai positif atau negatif, tetapi secara normatif beta adalah positif. Beta positif artinya pergerakan return aktiva searah dengan return pasar, jika pasar mengalami kenaikan, maka nilai aktiva tersebut juga ikut mengalami kenaikan. Beta negatif, sebaliknya, memiliki arah berlawanan dengan pasar, bila pasar mengalami kenaikan, aktiva dengan beta negatif justru mengalami penurunan. Pada umumnya beta terletak pada skala 0,5 sampai 2,0.
Persamaan
yang
digunakan
untuk
memperoleh koefisien beta ini adalah dengan menggunakan metode regresi linear sederhana dengan mencari nilai koefisien korelasi dua variabel (r) dengan variabel independen adalah nilai IHSG dan variabel dependen nilai saham per penutupan setiap hari. 2. Menghitung tingkat keuntungan portofolio pasar. Sebagai acuan, sering dipergunakan tingkat
keuntungan rata-rata dari seluruh
kesempatan investasi yang tersedia di pasar modal atau indeks harga saham gabungan. 3. Menentukan tingkat keuntungan dari investasi yang bebas resiko. Sebagai acuan, sering digunakan tingkat keuntungan dari sekuritas yang
nilainya
dijamin
oleh
setempat. 4. Menaksir arus kas yang diharapkan.
pemerintah
27
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. PT Aneka Tambang Tbk 4.1.1.1. Informasi Umum Perusahaan Perusahaan perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk disingkat
PT
Antam
Tbk
adalah
sebuah
perusahaan
pertambangan yang menjalankan usahanya di Indonesia, perusahaan ini berdiri pada tanggal 05 Juli 1968. PT Antam Tbk merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan mineral terdiversifikasi, dengan kegiatan yang terintegrasi secara vertikal. 4.1.1.2. Pemegang Saham Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pertama kali tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1997. Pemegang saham terbesar ANTM adalah Negara Republik Indonesia, yaitu dengan proporsi sebesar 65%. Beberapa pemegang saham utama ANTM antara lain, State Street Bank and Trust for The Bene (2.0%), The Northern Trust S/A AVFC (2.0%), PT Jamsostek (Persero) (1.4%), dan sisanya tercatat sebagai saham beredar. 4.1.1.3. Ringkasan Keuangan Kinerja keuangan PT Antam Tbk pada tahun 2008 mengalami penurunan, hal ini terkait dengan menurunnya harga komoditas di tahun 2008. Walaupun mengalami penurunan dalam kinerja keuangan, PT Antam Tbk tetap membagikan dividen bagi pemegang sahamnya (Tabel 1). 4.1.1.4. Produk Perusahaan Produk-produk utama Antam adalah feronikel, bijih nikel kadar tinggi, bijih nikel kadar rendah, emas, perak dan bauksit. Operasi Antam terbagi atas lima unit usaha strategis (strategic business units, SBUs), yaitu: (i) nikel; (ii) emas; (iii)
28
pemurnian dan pengolahan logam mulia; (iv) bauksit; dan (v) eksplorasi. Tabel 1. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Aneka Tambang Tbk Selama 2006-2008.
Deskripsi Penjualan Bersih Laba Kotor Laba Usaha Laba Bersih Laba Bersih per CSaham CDividen per Saham a Harga Saham (Rp) t ROA (%) t ROE (%) C
2006 5,629.40 2,741.47 2,403.69 1,552.78
2007 12,008.20 7,329.38 6,776.84 5,118.99
2008 9,591.98 2,651.18 1,454.13 1,368.14
162.79 65.12 8,000 22.68 42.48
536.67 215.23 4,475 52.95 78.56
143.48 57.37 1,090 12.28 16.27
atatan: • Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio
Sumber : www.antam.com, Laporan Tahunan 2008 PT Antam Tbk 4.1.2. PT Bumi Resources Tbk 4.1.2.1. Informasi Umum PT Bumi Resources Tbk (“Perseroan”), berkedudukan di Jakarta, berdiri pada tanggal 26 Juni 1973. PT Bumi Resources Tbk merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang bergerak dalam bidang penambangan material logam dan mineral alam. 4.1.2.2. Pemegang Saham BUMI melakukan Penawaran Umum Perdana Saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada 30 Juli 1990 . Kepemilikan saham pada PT Bumi Resources antara lain sebagai berikut, saham milik publik yaitu sebesar 73.89% dengan jumlah lembar saham sebanyak 14.337.615.600 lembar. PT Bakrie and Brothers Tbk yaitu sebesar 14.28%, dan sisanya tercatat sebagai saham beredar.
29
4.1.2.3. Ringkasan Keuangan Total pendapatan PT Bumi Resources Tbk tahun 2008 meningkat 49% dari tahun 2007 menjadi Rp 36,993.40 miliar. Kegiatan usaha utama perusahaan dalam usaha pertambangan telah menghasilkan laba dan arus kas yang meningkat dalam periode 2006-2008. Tabel 2. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bumi Resources Tbk Selama 2006-2008.
Deskripsi Pendapatan Laba Kotor Laba Usaha Laba Bersih Laba Bersih per Saham Dividen per Saham Harga Saham (Rp) ROA (%) ROE (%)
2006 16,700.99 4,775.58 2,953.91 2,005.19
2007 21,338.44 7,114.35 3,819.18 7,431.63
2008 36,993.40 17,660.48 12,129.48 7,066.75
103.37 16 900 8.84 61.76
405.68 111 6,000 27.98 70.32
368.14 50.6 910 12.13 40.93
Catatan: • Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio
Sumber : www.bumiresources.com, Laporan Tahunan 2008 PT Bumi Resources Tbk 4.1.2.4. Produk Perusahaan PT Bumi Resources Tbk adalah perusahaan yang bergerak
dalam
bidang
minyak,
gas
alam
dan
pertambangan. BUMI memproduksi batubara dengan bermutu
tinggi,
namun
dalam
menjalankan
usaha
perusahaan ini pun melakukan diversifikasi dalam sektor pertambangan seperti tembaga, emas, biji besi, timah, seng, dan coal-bed methane (CBM).
30
4.1.3. PT Bukit Asam (Persero) Tbk 4.1.3.1. Informasi Umum PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah perusahaan milik
negara
yang
bertujuan
mengembangkan
usaha
pertambangan nasional khususnya batubara. Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada tahun 1993
Pemerintah
menugaskan
Perseroan
untuk
mengembangkan usaha briket batubara. PTBA berdiri sejak 2 Maret 1981 termasuk dalam daftar lima besar produsen batubara di Indonesia. 4.1.3.2. Pemegang Saham Pada tanggal 23 Desember 2002, Perseroan tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”. Masyarakat memegang 34,98% saham PTBA sedangkan sisanya 65,02% dimiliki negara. Pemegang saham terbesar pada PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk adalah pemerintah, yaitu negara Republik Indonesia yaitu sebesar 65.02%. Sementara
investor domestik memiliki proporsi
sebesar 21.36% dan investor asing memiliki proporsi sebesar 13.62%. 4.1.3.4. Ringkasan Keuangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk membukukan laba bersih tahun 2008 sebesar Rp 1,7 triliun atau tumbuh 135,2 persen dibandingkan tahun 2007, seiring dengan peningkatan volume produksi dan penjualan yang signifikan serta tingkat efisiensi operasional yang semakin baik (Tabel 3). 4.1.3.5. Produk Perusahaan. Perseroan memiliki beberapa jenis produk batubara yang dibedakan berdasarkan kualitas yang terkandung didalamnya. Selain batubara, perusahaan juga memproduksi briket. Jenis
31
briket yang diproduksi oleh Perseroan terdiri dari Briket Karbonisasi dan Briket Non-Karbonisasi. Tabel 3. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bukit Asam Tbk Selama 2006-2008.
Deskripsi Penjualan Bersih Laba Kotor Laba Usaha Laba Bersih Laba Bersih per Saham Dividen per Saham Harga Saham (Rp) ROA (%) ROE (%)
2006 3,533.48 1,335.07 656.78 485.67
2007 4,123.86 1,622.83 896.98 726.21
2008 7,216.22 3,530.09 2,493.94 1,707.77
211 105 3,525 15.6 21.2
315 165 12,000 18.3 27.1
741 371.05 6,900 28 42.7
Catatan: • Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio
Sumber : www.ptba.co.id, Laporan Tahunan 2008 PT Bukit Asam Tbk. 4.1.4. PT Timah Tbk 4.1.4.1. Informasi Umum PT Timah (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 2 Agustus 1976, PT Timah (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan atau eksplorasi timah. PT Timah Tbk merupakan perusahaan tambang timah yang beroperasi secara terintegrasi, dimulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan hingga pemasaran dan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan. 4.1.4.2. Pemegang Saham Perusahaan melakukan penawaran saham perdana pada 19 Oktober 1995. Semenjak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh negara Republik Indonesia.
32
4.1.4.3. Ringkasan Keuangan Keuangan PT Timah Tbk selama periode 2006-2008 mengalami penurunan. Lebih rendahnya laba bersih Perseroan pada tahun 2008 tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja penjualan perseroan akibat dari turunnya harga logam timah dunia. Tabel 4. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Timah Tbk Selama 20062008.
Deskripsi Pendapatan Bersih Laba Kotor Laba Usaha Laba Bersih Laba Bersih per Saham Dividen per Saham Harga Saham (Rp) ROA (%) C ROE (%)
2006 4,076.43 665.07 381.22 208.15
2007 8,542.39 3,176.05 2,732.64 1,784.59
2008 9,053.08 2,718.63 2,070.20 1,342.36
414 207 4,425
355 177 28,700
267 133 1,080
6.0 12.4
35.5 53.1
23.2 35.1
atatan: • Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio
Sumber : www.timah.com, Laporan Tahunan 2008 PT Timah Tbk 4.1.4.4. Produk Perusahaan PT Timah Tbk merupakan produsen timah namun selain penambangan timah,
perusahaan juga
bergerak dalam
eksplorasi batubara dan emas. Perusahaan membentuk tiga anak perusahaan yang memulai kegiatan usaha komersial sejak tanggal 1 Juli 1998. 4.2. Analisis Teknikal 4.2.1. Simple Moving Average A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Selama periode 05 Januari – 30 Desember 2009, pergerakan saham ANTM menunjukkan berbagai aktivitas transaksi jual ataupun beli terhadap saham tersebut. Teknik Moving Average (MA) digunakan untuk melihat perpotongan
33
dua buah garis MA, dalam penelitian ini menggunakan MA (5) dan MA (23). Berdasarkan grafik dibawah ini, selama periode 05 Januari – 30 Desember 2009 saham ANTM menunjukkan 6 titik golden cross atau signal bullish dan 6 titik dead cross atau sinyal bearish. 1300 1250 1200 1150 1100 1050 1000 950
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 1. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk
Pergerakan harga saham ANTM periode Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Pada tanggal 12 Februari 2009 grafik menunjukkan golden cross atau sinyal beli dan harga terus bergerak naik. Kemudian pada tanggal 11 Maret 2009
menunjukkan sinyal jual atau dead cross. Namun
grafik kembali menunjukkan sinyal beli, yaitu pada tanggal 31 Maret 2009. 2750 2450 2150 1850 1550 1250 950
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 2. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk
34
Tren naik terus berlanjut sampai dengan Juni 2009, sehingga masih disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun pada tanggal 22 Juni 2009 grafik menunjukkan sinyal jual, maka
kegiatan membeli saham tersebut dapat
dihentikan dan beralih untuk menjual saham tersebut. 2800
2600 2400 2200 2000 1800
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 3. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk
Pada tanggal 24 Juli 2009 grafik kembali menunjukkan sinyal beli (golden cross). Tren menurun kembali terjadi, melalui grafik dapat dilihat bahwa pada garis MA (23) berada diatas garis MA (5), dan pada akhirnya pada tanggal 01 September 2009 grafik kembali menunjukkan sinyal jual. 2700 2550 2400 2250 2100 1950 1800
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 4. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Aneka Tambang Tbk
Grafik 4 menunjukkan harga saham ANTM cenderung menurun, namun tidak terjadi penurunan secara signifikan sehingga grafik menunjukkan tren mendatar (sideways trend).
35
Pada tanggal 10 Desember 2009 terjadi sinyal jual dan grafik menunjukkan bahwa sampai dengan akhir periode 2009 garis MA (23) berada di atas garis MA (5), sehingga disarankan untuk menjual saham tersebut. Berikut merupakan simulasi dalam investasi saham ANTM dengan modal Rp. 4.440.000. Tabel 5. Simulasi investasi saham ANTM
Tanggal
Beli Harga Jumlah (Rp) (Lot)
Total (Rp)
Tanggal
Jual Harga Jumlah (Rp) (Lot)
Total (Rp)
Untung/Rugi (Rp)
Cost 0.5%
12-Feb-09
1110
8
4,440,000
11-Mar-09
1070
8
4,280,000
-160,000
-800
31-Mar-09
1090
8
4,360,000
22-Jun-09
1970
8
7,880,000
3,520,000
17,600
24-Jul-09
2100
8
8,400,000
1-Sep-09
2250
8
9,000,000
600,000
3,000
Net Profit (Rp) 159,200 3,502,400 597,000 3,940,200
Jumlah
Keterangan : Data diolah
B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Grafik 5 menunjukkan bahwa pada awal periode 2009 sampai dengan pertengahan bulan Maret 2009, harga saham BUMI tidak mengalami pergerakan secara signifikan dan cenderung mengalami tren mendatar atau sideways trend. 1500 1450 1400 1350 1300 1250 1200 1150
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 5. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bumi Resources Tbk
Pada tanggal 16 Maret 2009 terjadi perpotongan antara garis MA (5) dan MA (23), yang menunjukkan titik golden cross. Kondisi tersebut menunjukkan sinyal bullish atau tren naik, maka disarankan untuk membeli saham BUMI.
36
2200 2000 1800 1600 1400 1200 1000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 6. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk
Tren naik terus berlanjut sampai dengan 22 Juni 2009, dan masih disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun pada tanggal 23 Juni 2009 grafik menunjukkan sinyal jual dan disarankan untuk menjual saham tersebut. Sinyal beli kembali terjadi pada tanggal 02 Juli 2009. Harga terus bergerak naik dan menunjukkan kondisi bullish. Selama periode Agustus-September 2009 harga saham BUMI
menunjukkan
sideways
trend
atau
cenderung
mendatar. Namun pada tanggal 11 September 2009 terjadi golden cross, kemudian harga terus bergerak naik maka disarankan untuk membeli saham tersebut. 2550 2400 2250 2100 1950 1800
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 7. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk
Tren naik tersebut terus berlangsung sampai dengan pertengahan bulan Oktober 2009, kemudian pada 27 Oktober
37
2009 grafik kembali menunjukkan dead cross atau suatu kondisi yang menunjukkan tren menurun. Pada saat ini disarankan untuk menjual saham BUMI, karena pergerakan harga saham menunjukkan sinyal bearish. 2550 2500 2450 2400 2350 2300 2250 2200
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 8. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk
Grafik 8 menunjukkan bahwa pada tanggal 18 November 2009 sinyal beli kembali terjadi. Walaupun sempat terjadi sinyal jual sebanyak 1 kali pada bulan Desember 2009, namun harga saham BUMI menunjukkan tren naik sampai dengan akhir periode 2009. Sehingga masih disarankan untuk membeli saham BUMI, dengan harapan harga akan terus bergerak
naik.
Selama periode 2009,
saham BUMI
mengalami 5 titik golden cross dan 4 titik dead cross. C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Harga saham PTBA pada awal periode 2009 cenderung bergerak stagnan. Periode Februari 2009 grafik menunjukkan tren naik, hal ini terlihat dengan letak garis MA (5) berada diatas garis MA (23).
Namun pada awal Maret grafik
menunjukkan sinyal bearish atau terjadi tren penurunan, kondisi ini tidak berlangsung lama karena rentang antar garis MA (5) dan garis MA (23) tidak terlalu jauh. Hal ini terbukti, karena pada tanggal 03 April 2009 grafik kembali menunjukkan golden cross, sehingga tren naik terus terjadi
38
dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu sampai dengan bulan Juni 2009. Saat kondisi ini disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun sinyal jual kembali terjadi yaitu tepatnya pada tanggal 23 Juni 2009. 9000 8500 8000 7500 7000 6500 6000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 9. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk 14000 13000
12000 11000 10000 9000 8000 7000 6000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 10. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk
Selama periode Juli-September 2009 terdapat 2 kali sinyal beli dan 1 kali sinyal jual. Grafik 11 menunjukkan bahwa pergerakan harga pada periode Agustus-September cenderung stagnan. Pada tanggal 18 September 2009 grafik menunjukkan golden cross atau terjadi sinyal beli. Tren naik tersebut berlanjut sampai dengan akhir periode Desember 2009. Maka disarankan untuk mempertahankan saham PTBA, sampai dengan grafik kembali menunjukkan sinyal bearish.
39
16000 15000 14000 13000 12000 11000 10000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 11. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk 19000 18000 17000 16000 15000 14000 13000 12000 11000
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 12. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk
D. PT Timah Tbk 1300 1250 1200 1150 1100 1050 1000 950 900
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 13. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Timah Tbk
40
Grafik 13 menunjukkan bahwa saham TINS pada awal periode 2009 menunjukkan tren mendatar namun cenderung menurun, hal ini ditunjukkan melalui grafik yaitu bahwa garis MA (5) berada dibawah garis MA (23). Selama periode Februari-Maret grafik MA (23) berada diatas grafik MA (5), hal ini menunjukkan bahwa harga saham TINS mengalami kondisi bearish. Namun pada 25 Maret 2009 grafik kembali menunjukkan adanya golden cross, maka kondisi bullish terjadi dan dalam kondisi ini disarankan untuk membeli saham tersebut. 2500 2300 2100 1900 1700 1500 1300 1100 900
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 14. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Timah Tbk 2400 2300 2200 2100 2000 1900 1800 1700
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 15. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Timah Tbk
Grafik 14 menunjukkan bahwa pada tanggal 23 Juni terjadi dead cross dan menunjukkan tren menurun. Aksi jual terus berlanjut sampai dengan bulan Juli 2009, namun pada
41
tanggal 27 juli 2009 grafik kembali menunjukkan golden cross. Selama bulan September 2009, harga saham TINS cenderung stagnan atau menunjukkan tren mendatar. Pada periode Oktober-Desember 2009 harga cenderung stagnan, namun menunjukkan tren menurun. Yaitu bahwa pada periode tersebut, garis MA (23) berada di atas MA (5). Maka disarankan untuk menjual saham tersebut. Selama periode 2009, terjadi sinyal jual sebanyak 3 kali dan sinyal beli sebanyak 3 kali. 2400 2300 2200 2100 2000 1900 1800 1700 1600
Historical Price
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 16. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk
4.2.2. Moving Average Envelope Moving
Average
Envelope
membantu
dalam
mengidentifikasi kondisi overbought atau oversold. Yaitu suatu keadaan yang menandakan harga tidak dapat lagi melanjutkan tren, karena harga dinilai sudah terlalu mahal atau terlalu murah. Ketika down trend terjadi akan ada suatu titik dimana harga akan berhenti turun dikarenakan harga sudah terlalu murah dan akan timbul kerugian, hal ini dinamakan oversold. Sedangkan overbought adalah kondisi sebaliknya, yaitu ketika harga sudah terlalu mahal dan mencapai titik dimana pembeli sudah tidak ingin membeli. Amplop menentukan batas atas dan batas bawah dalam
pergerakan
prosentase yang tetap.
harga
saham,
dengan
menggunakan
42
A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Pergerakan harga saham ANTM selama periode JanuariMaret 2009 cenderung stagnan. Grafik menunjukkan terjadi 1 kali sinyal beli yang kuat selama periode tersebut, yaitu pada tanggal 25 Februari 2009. 1400 1300 1200 1100 1000 900 800
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 17. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk
Pada tanggal 13 Mei 2009 terjadi kondisi overbought karena harga dinilai sudah terlalu mahal, sehingga disarankan untuk menjual saham tersebut. Selama periode April-Juni 2009 terjadi dua kali sinyal beli sangat kuat. 2600
2300 2000 1700 1400 1100 800 500
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 18. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk
43
2900 2700 2500 2300 2100 1900 1700 1500
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 19. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk 3000
2800 2600 2400 2200 2000 1800
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 20. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Aneka Tambang Tbk
Grafik 19 menunjukkan bahwa pada periode JuliSeptember 2009 pergerakan harga saham ANTM cenderung stagnan, hal ini ditandai oleh jarak antar amplop yang hampir berhimpit. Sinyal jual terjadi pada tanggal 14 Agustus 2009. Selama Januari-Desember 2009 terdapat 4 kali kondisi overbought atau sinyal jual sangat kuat. B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Pada periode Januari-Maret 2009 pergerakan harga saham BUMI cenderung stagnan. Grafik 22 menunjukkan bahwa pada tanggal 04 Mei 2009 mengindikasikan kondisi overbought atau sinyal jual kuat, yaitu terjadi ketika grafik harga saham memotong ke bawah grafik batas atas. Sedangkan pada tanggal 24 Juni 2009 terdapat sinyal beli,
44
karena harga saham memotong ke atas grafik batas bawah. Sinyal jual sangat kuat terjadi 3 kali sepanjang periode Januari-Desember 2009. 1600 1500 1400 1300 1200 1100
1000
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 21. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bumi
Resources Tbk 2400 2200 2000 1800 1600 1400 1200 1000
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 22. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk 2700 2500 2300 2100
1900 1700
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 23. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk
45
2900
2700 2500 2300 2100
1900
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 24. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk
C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 8600 8300 8000 7700 7400 7100 6800 6500 6200 5900 5600
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 25. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk
Grafik 25 menunjukkan terjadi sinyal beli sangat kuat, yaitu pada tanggal 04 Maret 2009. Sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 08 Februari 2009. Namun pergerakan harga saham PTBA selama periode Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Selama periode April-Juni 2009 terjadi sinyal beli sangat kuat sebanyak 2 kali dan grafik menunjukkan tren naik. Kondisi overbought terjadi pada tanggal 05 Juni 2009, yaitu ketika harga dinilai sudah terlalu mahal dan sinyal jual sangat kuat dapat dilihat melalui grafik. Sedangkan pada tanggal 25 Juni terjadi sinyal beli sangat kuat. Jarak antar amplop pun
46
cenderung berhimpit, hal ini menunjukkan bahwa naikturunnya harga tidak terjadi secara signifikan 14900 14000 13100 12200 11300 10400 9500 8600 7700 6800 5900 5000
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 26. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk
Sinyal jual terjadi sebanyak 1 kali selama periode Juli 2009 dan harga saham TINS menunjukkan tren naik. Pada periode Agustus-September 2009 grafik menunjukkan sideways trend, namun pada tanggal 17 September 2009 terjadi sinyal jual. Sedangkan pada akhir periode Desember 2009 harga saham PTBA cenderung bergerak naik. 15800 14900 14000 13100 12200 11300 10400 9500
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 27. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk
47
19200 18400 17600 16800 16000 15200 14400 13600 12800 12000
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 28. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk
D. PT Timah Tbk (TINS) Pergerakan harga saham TINS pada periode JanuariMaret 2009 cenderung stabil dengan volatilitas yang rendah. Hal ini ditunjukkan melalui jarak antar amplop yang cenderung berhimpit. Grafik 29 menunjukkan bahwa pada tanggal 16 Januari 2009 terjadi sinyal beli. Pada tanggal 24 Juni 2009 terdapat sinyal beli sangat kuat, ditunjukkan melalui grafik harga saham yang memotong ke atas grafik batas bawah. 1400 1300 1200 1100 1000 900 800
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 29. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Timah Tbk
Selama periode April-Juni 2009 terjadi sinyal jual sebanyak 7 kali. Grafik 31 menunjukkan bahwa terjadi sinyal beli sebanyak 3 kali, namun harga saham TINS cenderung bergerak stagnan selama periode tersebut. Sedangkan selama
48
periode Oktober-Desember 2009 terjadi sinyal beli sebanyak satu kali. 2600 2300 2000 1700 1400 1100 800
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 30. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Timah Tbk 2600 2400 2200 2000 1800 1600 1400
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 31. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Timah Tbk 2600 2400 2200 2000 1800 1600 1400
Historical Price
SMA (5)
MA+5%
MA-5%
Grafik 32. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk
49
4.2.3. Peramalan Pergerakan Harga Saham 4.2.3.1. Simple Moving Average (SMA) A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Grafik harga saham ANTM pada periode Januari-Maret 2010 menunjukkan tren cenderung mendatar, Pada tanggal 23 Februari 2010 terjadi sinyal beli dan menunjukkan uptrend. Hal ini cenderung serupa dengan pergerakan harga saham ANTM pada periode Januari-Maret 2009 (Grafik 33). 2600 2400 2200 2000 1800
harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 33. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk. 2600 2400 2200 2000 1800 1600
Harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 34. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk.
Pada awal April-Mei 2009 saham ANTM mengalami mengalami pertengahan
tren
menaik,
Mei-Juni
2009
namun saham
kemudian
pada
ANTM
mulai
50
mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada April-Mei 2010 saham ANTM menunjukkan uptrend, namun pada bulan Juni harga mulai bergerak turun (Grafik 34). B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Pada periode Januari-Maret 2009 grafik harga saham mengalami satu titik sinyal jual dan sinyal beli, namun pada periode tersebut grafik menunjukkan tren mendatar. Dan pada periode April-Mei 2009, grafik menunjukkan tren menaik, sedangkan pada bulan Juni 2009 saham BUMI mengalami down trend. Pergerakan harga saham BUMI pada
tahun 2009
dapat
digunakan
investor
memprediksi tren pergerakan harga saham
untuk
BUMI pada
tahun 2010 yang menunjukkan tren mendatar pada periode Januari-Maret 2010 (Grafik 35). Dan pada bulan April grafik menunjukkan uptrend, sedangkan pada bulan Juni 2010 menunjukkan tren menurun (Grafik 36). Maka hal ini menunjukkan bahwa analisis teknikal memliki prinsip History Repeat it Self. 3000 2800 2600 2400 2200 2000 1800
Harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 35. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk.
51
2600 2400 2200 2000
1800 1600
Close
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 36. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk.
C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 18500 18000 17500 17000 16500 16000 15500 15000
Close
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 37. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk. 19500 19000 18500 18000 17500 17000 16500 16000 15500 15000
harga
SMA (5)
sma 23
Grafik 38. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk.
Pergerakan saham PTBA pada triwulan I 2009 cenderung mengalami penurunan, namun menunjukkan tren mendatar.
52
Sedangkan selama periode April-Juni 2009 harga saham PTBA mengalami uptrend. Hal ini dapat digunakan investor dalam memprediksi tren pergerakan harga saham PTBA serta keputusan menjual ataupun membeli pada tahun 2010. Pada triwulan I 2010 saham PTBA cenderung mengalami sideways trend, sedangkan
pada
periode
April-Mei
2010
grafik
menunjukkan tren menaik. Hal ini ditandai dengan garis Moving Average (MA) (5) berada diatas MA (23). Pada awal bulan Juni harga mulai mengalami penurunan kembali. Maka hal ini sesuai dengan yang terjadi pada tahun 2009. D. PT Timah Tbk (TINS) Pada awal periode 2009 saham TINS mengalami tren cenderung
mendatar
dan
pada
bulan
Maret
grafik
menunjukkan terjadinya golden cross. Sedangkan pada periode April-Mei 2009 saham TINS mengalami tren menaik, dan kembali mengalami penurunan pada bulan Juni 2009. 2400 2200 2000 1800
harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 39. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Timah Tbk.
Hal ini serupa dengan yang terjadi pada 2010, pada awal periode 2010 saham TINS menunjukkan sideways trend (Grafik 39). Pada bulan April-Mei 2010 saham TINS mengalami tren menaik dan pada bulan Juni 2010 mulai
53
mengalami tren menurun kembali. Maka hal ini sesuai dengan yang terjadi pada tahun 2009, maka tren pergerakan harga saham TINS pada tahun 2009 dapat digunakan investor dalam meprediksi tren pergerakan harga saham TINS pada tahun 2010. 2900 2700 2500 2300 2100 1900 1700
harga
SMA (5)
SMA (23)
Grafik 40. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Timah Tbk.
4.2.3.2. Moving Average Envelope (MAE) A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Sedangkan melalui indikator MAE grafik saham ANTM tahun 2009 menghasilkan 2 titik sinyal beli dan 2 titik sinyal jual. Pada periode triwulan I 2009 grafik menunjukkan tren mendatar, sedangkan pada tahun 2010 grafik harga saham ANTM hanya menunjukkan 1 titik sinyal jual. Atau cenderung telat dalam menentukan keputusan jual atau beli saham. Karena sinyal jual terjadi setelah harga berhenti bergerak turun, dan bahkan setelah muncul sinyal jual harga saham ANTM ternyata mulai kembali bergerak naik. Sedangkan pada periode Apri 2010 harga saham ANTM menunjukkan tren menaik. Sedangkan pada tanggal 10 Mei 2010 terdapat sinyal beli, namun harga masih bergerak turun. Maka sinyal jual-beli yang dihasilkan melalui indikator MAE cenderung telat atau dapat menghasilkan sinyal palsu.
54
2500 2300 2100 1900 1700
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 41. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk 2800 2600 2400 2200 2000 1800 1600
Harga
MA
MA+5
MA-5%
Grafik 42. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk
B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Pergerakan harga saham BUMI pada periode triwulan I 2009 menunjukkan tren mendatar dan menghasilkan satu titik sinyal jual. Sedangkan pada periode April-Juni 2009 BUMI menunjukkan tren menaik. Hal ini dapat digunakan untuk memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2010, dan melalui Grafik 43 ditunjukkan bahwa pada periode Januari-Maret 2010 BUMI mengalami tren mendatar. Namun sinyal beli cenderung telat, karena harga mulai bergerak naik
55
pada awal Maret sedangkan sinyal beli baru muncul pada akhir Maret 2010. 3100 2900
2700 2500 2300 2100 1900 1700
Harga
MA
MA+5
MA-5%
Grafik 43. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk
Pada
periode
April-Mei
2010
tren
saham
BUMI
cenderunng mendatar, dan menunjukkan penurunan pada awal Juni 2010. Hal ini serupa dengan yang terjadi pada pergerakan harga BUMI pada triwulan II 2009. Maka pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2009 dapat digunakan untuk memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2010. 2800 2600 2400 2200 2000 1800 1600
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 44. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk
56
C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Tren pergerakan harga saham PTBA pada periode Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Sedangkan pada triwulan II 2009 grafik saham PTBA menunjukkan tren menaik dan pada bulan Juni kembali menujukkan tren menurun. 19500 19000 18500 18000 17500 17000 16500 16000 15500 15000 14500 14000
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 45. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk 21000 20500 20000 19500 19000 18500 18000 17500 17000 16500 16000 15500 15000 14500 14000
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 46. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk
Sehingga tren pada tahun 2009 dapat digunakan untuk memprediksi tren pergerakan pada tahun 2010. Dan hal ini dapat dibuktikan bahwa prinsip analisis teknikal yaitu history
57
repeat it self dapat digunakan, karena tren pergerakan harga saham pada tahun 2009 kembali terulang pada tahun 2010. D. PT Timah Tbk (TINS) Selama periode triwulan I 2009 harga saham TINS menunjukkan tren mendatar dan pada pada periode April-Mei 2009 saham TINS menunjukkan tren menaik. Namun kembali menurun pada bulan Juni 2009. 2500 2300 2100 1900 1700 1500
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 47. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Timah Tbk 2900 2700 2500 2300 2100 1900 1700 1500
Harga
MA
MA+5%
MA-5%
Grafik 48. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Timah Tbk
Tren pergerakan pada tahun 2009 dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham TINS pada tahun 2010. Dan hal ini dapat dibuktikan bahwa tren pergerakan harga saham TINS pada tahun 2010 sesuai dengan pergerakan
58
harga saham TINS pada tahun 2009. Namun indikator MAE cenderung telat dalam menunjukkan sinyal jual ataupun sinyal beli atau dengan kata lain terkadang menunjukkan sinyal palsu. Yaitu pada tanggal 17 Februari 2010 indikator MAE menunjukkan sinyal jual namun ternyata harga cenderung bergerak naik, sedangkan pada tanggal 27 Mei 2010 grafik menunjukkan sinyal beli namun ternyata harga bergerak cenderung stagnan. 4.3. Analisis Fundamental 4.3.1. Analisis Makro Ekonomi Perekonomian makro merupakan lingkungan dimana seluruh perusahaan beroperasi. Kondisi perekonomian makro sangat penting dalam menentukan kinerja investasi. Indonesia sebagai sebuah negara yang merupakan tempat bagi PT Aneka Tambang Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk menjalankan bisnisnya, memiliki kondisi makro yang baik. Beberapa variabel ekonomi penting yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perekonomian makro antara lain sebagai berikut. 4.3.1.1. PDB Tabel 6. Produk Domestik Bruto Tahun 2005-2010
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010*
PDB (dalam juta rupiah)
2,774,281.10 3,339,216.80 3,949,321.40 4,954,028.90 5,613,400.00 5,981,400.00
Kenaikan (%) 20.36 18.27 25.44 13.31 6.56
*) dalam asumsi makro, www.fiskal.depkeu.go.id.
Sumber : www.bps.go.id, PDB Indonesia
Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 tercatat 5.5% dan 4.1% bersumber pada komponen ekspor barang dan jasa. Penerimaan ekspor pada tahun 2006 mencapai USD 100.7 miliar, atau meningkat 17.5% dibandingkan tahun
59
sebelumnya yaitu sebesar USD 85.6 miliar. Kenaikan penerimaan ekspor didorong oleh ekspor migas dan nonmigas. Nilai ekspor migas pada tahun 2005 adalah sebesar USD 19.23 miliar, mengalami kenaikan sebesar 10.17% menjadi USD 21.18 miliar pada tahun 2006. Sedangkan nilai ekspor non-migas pada tahun 2005 adalah USD 66.43 miliar, naik sebesar 19.68% menjadi USD 79.50 miliar pada tahun 2006 (Tabel Ekspor-Impor Bulanan BPS, 2006). Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan pertumbuhan
yang
positif,
ditengah
meningkatnya tekanan dari sisi ekternal yaitu krisis Sub Prime Mortgage di Amerika Serikat. Krisis Sub Prime Mortgage di Amerika Serikat memberikan pengaruh terhadap
perlambatan
perekonomian
di
AS
dan
mengakibatkan depresi ekonomi secara global. Sehingga juga berdampak kepada melemahnya perekonomian Indonesia,
serta
memberikan
pengaruh
terhadap
menurunnya nilai investasi di Indonesia. BPS mencatat bahwa
pertumbuhan
ekonomi
kuartal
IV-2007
berdasarkan kuartal per kuartal mengalami pertumbuhan negatif, yaitu minus 2,15% atau mengalami kontraksi dari pertumbuhan ekonomi kuartal III yang mencapai 3,87%. Menurunnya laju pertumbuhan PDB tersebut dipicu oleh melemahnya laju pertumbuhan PMTB triwulan III-2007 terhadap triwulan II-2007 sebesar 6.4% menjadi 2.3% pada triwulan IV-2007 terhadap triwulan III-2007 (Berita Resmi Statistik BPS, 15 Februari 2008). Dalam sembilan bulan pertama tahun 2007, perekonomian Indonesia menunjukkan perbaikan, walaupun
pada
triwulan
IV-2007
mengalami
perlambatan. BPS mencatat bahwa laju pertumbuhan
60
PDB tahun 2007 meningkat menjadi 6.3% dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar 5.5%. Nilai PDB pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 3,339,216.80 juta, meningkat pada tahun 2007 menjadi Rp. 3,949,321.40 juta. Meskipun perlambatan
pada
akhir
ekonomi
tahun
global,
2008
namun
terdapat Indonesia
menunjukkan laju pertumbuhan yang yang tinggi pada tahun
2008
yaitu
sebesar
6.1%
terhadap
laju
pertumbuhan tahun 2007. PDB tahun 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007, nilai PDB tahun 2007 adalah sebesar Rp. 3,949,321.40 juta, menjadi Rp. 4,954,028.90 juta pada tahun 2008. Terutama selama triwulan
ke
III-2008
perekonomian
menunjukkan
pertumbuhan yang baik. Ekspor menjadi salah satu penunjang utama pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut, disamping konsumsi dalam negeri. Dari 6.1% pertumbuhan tahun 2008,
4.6%
bersumber
pada
komponen ekspor barang dan jasa. Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar USD 137.02 miliar, meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar USD 114.10 miliar. Selain itu selama tahun 2008, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 16,7%, dari Rp. 263.4 trilun pada tahun 2007 menjadi Rp. 312.5 triliun pada tahun 2008. Selain itu peningkatan juga terjadi terhadap nilai investasi, nilai PMTB tahun 2007 adalah sebesar Rp. 986,2 triliun menjadi Rp. 1.369,6 triliun pada tahun 2008 (Berita Resmi Statistik BPS, 2009).
Dalam Juta Rupiah (Rp)
61
PDB 8000000 6000000 4000000 2000000 0
2005
2006
2007
2008
2009
2010*
Gambar 6. Produk Domestik Bruto tahun 2005-2010
Apabila
laju
pertumbuhan
triwulan
IV-2008
dibandingkan terhadap laju pertumbuhan triwulan III2008, maka pertumbuhan mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV-2008 terhadap triwulan III-2008 terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yaitu sebesar 25,6%, konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto masing-masing meningkat sebesar 1,7% dan 0,8%. Komponen ekspor dan impor mengalami kontraksi masing-masing sebesar minus 5,5% dan minus 11,7%. Nilai ekspor pada triwulan III-2008 adalah sebesar USD 37.271.925.683, menurun menjadi USD 29.352.120.751 pada triwulan IV-2008. Hal ini diakibatkan oleh melemahnya permintaan di luar negeri akibat krisis ekonomi global yang menimpa dunia (Tabel EksporImpor Bulanan BPS, 2008). Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008
memberikan dampak
terhadap
pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2009. Kenaikan nilai PDB tahun 2009 tidak sebesar tahun 2008. Kenaikan nilai PDB 2008 terhadap PDB tahun 2007 adalah sebesar 25.44%, sedangakan kenaikan PDB tahun 2009 terhadap PDB tahun 2008 hanya 13.31%. Karena pada tahun 2009 perekonomian Indonesia mendapat tekanan berat. Hal itu
62
tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan, terutama
karena
anjloknya
kinerja
ekspor.
Nilai
pertumbuhan ekspor pada tahun 2009 adalah minus 9.7% dan impor juga menurun sebesar 15%. Nilai ekspor pada tahun 2008 adalah sebesar USD 137.020.424.402, turun menjadi USD 116.510.026.081 pada tahun 2009. Walaupun krisis keuangan memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian, namun Indonesia masih bisa mencatatkan pertumbuhan sebesar 4.5% pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008. PDB tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4,954,028.90 mengalami kenaikan pada tahun 2009, yaitu menjadi Rp 5.613,4 triliun. Beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan tersebut antara lain, belanja pemerintah yang tumbuh 15.7%, yang pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 416,9 triliun menjadi Rp. 539.8 pada tahun 2009. Konsumsi rumahtangga yang meningkat 4.9%, nilai konsumsi rumahtangga pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 3.000 triliun meningkat menjadi Rp. 3.290,8 triliun. Serta nilai investasi yang tercatat masih tumbuh 3.3% dibandingkan tahun 2008, dari Rp. 1.370,6 triliun tahun 2008 menjadi Rp. 1.743,7 triliun pada tahun 2009 (Berita Resmi Statistik BPS, 10 Februari 2010). Melalui grafik tersebut dapat dilihat bahwa PDB Indonesia mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Meskipun dalam masa krisis global yaitu pada tahun 2008, ternyata pertumbuhan PDB Indonesia masih bernilai positif. Hal ini menunjukkan prospek terhadap pertumbuhan mendatang.
PDB
Indonesia
Pertumbuhan
PDB
pada
tahun-tahun
tersebut
dapat
mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, yaitu suatu kondisi yang dapat menarik minat investor
63
untuk melakukan investasi di Indonesia menjadi semakin berkembang. 4.3.1.2. Pengangguran Tingkat pengangguran mengukur sampai sejauh mana perekonomian beroperasi pada kapasitas penuhnya dan tingkat pengangguran merupakan faktor yang terkait dengan pekerja. Pada tahun 2006 jumlah pengangguran terbuka menurun dibandingkan tahun 2005. Lapangan kerja formal mulai mengalami perkembangan, pada bulan Februari 2005 terdapat 28.6 juta orang pekerja yang bekerja pada kegiatan ekonomi formal kemudian meningkat
30.2% pada bulan Februari 2006 menjadi
37.3 juta orang pekerja (www.bappenas.go.id, 25 April 2010). Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia diakibatkan oleh rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia. Lemahnya kemampuan yang dicerminkan dari rendahnya tingkat pendidikan pekerja Indonesia menjadi salah satu hambatan bagi investor. Pada tahun 2007, jumlah pengangguran kembali mengalami penurunan yaitu sebesar 13.4%, angka pengangguran pada tahun 2006 adalah 10.9 juta orang kemudian mengalami sedikit penurunan jumlah menjadi 10.1 juta orang pada tahun 2007. Hal ini didukung oleh meningkatnya nilai investasi di Indonesia. Realisasi investasi selama 2007 sebesar Rp 127,93 triliun atau naik 71,69% dibandingkan periode yang sama tahun 2006 sebesar Rp 74,51 triliun. Menurut data BKPM, dari total realisasi selama 2007 senilai Rp 127,93 triliun, sebesar Rp 34,87 triliun di antaranya merupakan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp 93,06 triliun (bkpm.go.id, 2010).
64
Tabel 7. Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2005-2009
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Pengangguran Perubahan (%) 12,630,106 10,932,000 -13.44 10,011,142 -8.42 9,394,515 -6.16 9,258,964 -1.44
Sumber : www.bps.go.id, Tenaga Kerja
Pada bulan Februari 2008 angka pengangguran mengalami penurunan dibandingkan periode Februari 2007. Pada bulan Februari 2007 jumlah pengangguran adalah sebanyak 10.547.917 orang, turun menjadi 9.427.590 menurunnya
pada
bulan
jumlah
Februari
2008.
pengangguran
Penyebab
adalah
karena
meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada tahun 2008. Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penyerapan
tenaga
kerja
adalah
meningkatnya
pengeluaran pemerintah untuk pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan pelabuhan. Pada tahun 2007 pengeluaran pemerintah untuk fasilitas umum adalah sebesar Rp. 9.134,6 miliar, meningkat menjadi Rp. 12.448,7 miliar (beritaindonesia.com, 16 Juni 2010). Selain
itu
pemerintah
memiliki
program
dalam
meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yaitu melalui program PNPM Mandiri dan Kredit Usaha Rakyat. Pada tahun 2008, kegiatan PNPM mampu menyediakan tambahan lapangan kerja untuk 1,6 juta orang dengan upah sebanyak Rp 35.000 per hari per orang untuk masa kerja 60 hari dalam satu tahun dengan total anggaran Rp 6,3 triliun. Tingkat pengangguran di Indonesia pada bulan Februari 2009 mencapai 9,2 juta orang, nilai ini mengalami
penurunan
dibandingkan
jumlah
65
penganggguran pada tahun 2008 yaitu sebesar 9,4 juta orang. Pada tahun 2009 pemerintah menganggarkan Rp 10,4 triliun untuk kegiatan PNPM dengan setiap kecamatan mendapatkan dana Rp 1,7 miliar untuk pelaksanaan
kegiatan
pembangunan
yang
mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 2,5 juta orang. Hal ini menunjukkan
peningkatan,
karena
pada
tahun
sebelumnya dana PNPM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1,6 juta orang. Adapun dana PNPM saat ini semakin lama dari tahun ke tahun semakin besar. Untuk tahun 2010 dana PNPM dialokasikan sebesar 11,8 triliun untuk seluruh kecamatan (www.pnpm-mandiri.org, 30 April 2010). Hasil dari penelitian, apabila PNPM dapat berjalan dengan baik, maka akan ada 24 juta orang akan mendapat pekerjaan, dan dampak lanjutannya akan ada 16 juta rakyat miskin yang akan mendapat manfaat dari itu, serta 5,9 juta mendapatkan kenaikan penghasilan. 4.3.1.3. Inflasi
Inflasi
yang
tinggi
sering
dikaitkan
dengan
perekonomian overheated, yaitu perekonomian dimana permintaan atas barang dan jasa melampaui kapasitas produksinya, yang akan mendorong kenaikan harga. Tekanan inflasi yang cukup tinggi pada awal tahun 2006 diakibatkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas, diantaranya
adalah
beras.
Namun tingkat
inflasi
sepanjang tahun 2006 terus menunjukkan penurunan sampai dengan akhir tahun 2006. Selain kondisi makroekonomi
yang
kondusif
dengan permintaan
domestik yang tetap terkendali, berlanjutnya tren penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh minimalnya dampak administered prices dan rendahnya inflasi kelompok volatile foods.
66
Pada Januari 2006 tingkat inflasi menunjukkan angka 17.03%, kemudian terus menurun menjadi 6.60% pada Desember 2006. Bank Indonesia (BI) selama tahun 2006 telah menurunkan BI rate sebanyak 300 basis poin dari 12.75% menjadi 9.75%. Sedangkan selama tahun 2007 tingkat inflasi cenderung stabil, periode
2007
laju
inflasi
namun pada akhir
kembali
menunjukkan
kenaikan. Laju inflasi pada tahun 2007 mencapai 6.59% sama dengan laju inflasi pada Desember 2006 atau year on year. Angka inflasi tersebut merupakan angka yang serius dan harus diwaspadai. Karena pemerintah telah menetapkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diasumsikan dalam APBN 2008 sebesar 6%. Maka apabila tingkat inflasi melebihi asumsi pemerintah, maka hal tersebut berpotensi membebani suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tahun 2008. Menurut Menkeu, tingginya angka inflasi disebabkan oleh pengaruh harga pangan, pengaruh pemakaian bahan bakar minyak (BBM), serta faktor bencana alam yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu kenaikan harga bahan makan menjadi faktor utama yang mendorong laju inflasi tahun 2007 (bappenas, 2007). Gambar 8 menunjukkan bahwa pergerakan tingkat inflasi selama periode 2008 cenderung mengalami peningkatan.
Pada
menunjukkan
angka
menjadi 11.06%
Januari 7.36%,
2008
tingkat
kemudian
pada Desember
2008.
inflasi
meningkat Hal ini
merupakan salah satu dampak akibat kenaikan harga minyak dunia, karena Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor minyak maka kenaikan harga minyak dunia berdampak pada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. Kenaikan harga BBM
67
akan berdampak pada berbagai sektor, antara lain kenaikan biaya produksi dan biaya transportasi, yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya harga kebutuhan pokok masyarakat.
Gambar 7. Inflasi (Januari 2005-januari 2010) Sumber : www.bi.go.id. Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen)
Pada Januari 2009 angka inflasi yaitu sebesar 9.17%, kemudian terus menunjukkan penurunan sampai dengan akhir periode 2009. Tingkat inflasi pada Desember 2009 yaitu sebesar 2.78%. Penyebab rendahnya inflasi di Indonesia antara lain karena rendahnya tekanan inflasi dari luar negeri, serta deflasi pada harga-harga barang yang ditetapkan pemerintah seperti listrik dan BBM. Sehingga tekanan inflasi dari barang yang tidak dikendalikan masih teredam angka inflasi. Berdasarkan asumsi makro, pemerintah menetapkan angka inflasi tahun 2010 adalah sebesar 5%. Angka inflasi tahun 2010 cenderung lebih tinggi dibandingkan angka inflasi pada tahun 2009. Hal ini seiring dengan aktivitas perdagangan dunia yang cenderung meningkat pada tahun 2010, tren kenaikan harga komoditas dunia. serta kenaikan harga gas dan tarif dasar listrik pada pertengahan tahun 2010. Namun pemerintah optimis
68
bahwa pada tahun 2010 laju inflasi dapat ditekan, yaitu berada pada kisaran 4.5%-5.5%. Kestabilan nilai inflasi sangat diharapkan oleh para investor, karena akan menciptakan kondisi yang stabil dalam dunia usaha. Serta
menurunkan
resiko
atau
ketidakpastian
(uncertainity) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan (www.bi.go.id, 2010). 4.3.1.4. Tingkat Bunga Selama tahun 2006 tingkat suku bunga SBI 3 bulan cenderung mengalami penurunan. Hingga akhir tahun 2006, BI Rate mencapai 9,5% atau mengalami penurunan sebesar 300 basis points dari levelnya di awal tahun yaitu sebesar 12.91%. Hal ini dikarenakan terjadinya tren penurunan inflasi selama tahun 2006, karena laju inflasi digunakan sebagai dasar acuan dalam menghitung suku bunga SBI. Pada tahun 2007, suku bunga SBI bertahan pada level yang lebih rendah. Pada bulan Februari 2007 tingkat suku bunga SBI 3 bulan adalah 8.10%, kemudian kembali mengalami penurunan menjadi 7.83% pada Mei 2007 (www.bi.go.id, Suku Bunga SBI 2007). Akibatnya perekonomian Indonesia tumbuh semakin cepat, dengan laju 6.3% pada tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 5.51%. Kenaikan BI rate selama tahun 2008 mendorong peningkatan terhadap suku bunga SBI 3 bulan, dari 7.89% pada awal tahun 2008 menjadi 11.08% pada Desember
2008.
Kenaikan
tingkat
suku
bunga
diakibatkan oleh meningkatnya laju inflasi pada tahun 2008 akibat melambungnya harga komoditas pertanian dan kenaikan harga BBM (Kompas,2010). Laju inflasi terus mengalami peningkatan, dari 7.36% pada awal
69
tahun 2008 menjadi 12.14% pada September 2008. Selama tahun 2009 suku bunga SBI menunjukkan tren penurunan, pada awal 2009 tingkat suku bunga SBI 3 bulan adalah 10.60% kemudian menjadi 6.59% pada Desember 2009. Penyebab menurunnya suku bunga SBI adalah karena menurunnya BI rate sebagai acuan suku bunga SBI, BI rate mengalami penurunan sebanyak 300 basis points selama periode 2009. Dari 8,75% pada awal tahun 2009 menjadi 6.50% pada Desember 2009. Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate beberapa kali dan saat ini BI Rate telah mencapai nilai 6,50 %. Hal ini tentu membawa efek positif bagi dunia investasi karena penurunan BI Rate akan menyebabkan penurunan nilai suku bunga acuan ( SBI 3 bulan) yang menjadi dasar
penetapan
tingkat
pengembalian
minimum
investasi. Pada Maret 2010 tingkat suku bunga SBI 3 bulan adalah sebesar 6.55%, yang sebelumnya pada bulan Januari adalah sebesar 6.60%. Selain itu, diharapkan dengan menurunnya suku bunga acuan maka akan memberikan sentimen positif bursa saham dan obligasi karena investor akan menyebar portofolio investasinya ke bursa (kompas,2010). Suku bunga SBI 3 bulan pada bulan Januari 2010 adalah sebesar 6.60%, kemudian menurun menjadi 6.59% pada Februari, dan kembali menunjukkan penurunan menjadi 6.55% pada akhir Maret 2010. Suku bunga SBI 3 bulan telah mencapai nilai rata-rata sebesar 6.58%,
sepanjang
Januari-Maret
2010.
Menurun
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2009 yaitu sebesar 9.7%, yang berarti bahwa tingkat pengembalian tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan tahun
sebelumnya,
begitu
juga
dengan
risiko
70
investasinya. Berdasarkan asumsi makro tahun 2010, pemerintah memperkirakan bahwa suku bunga SBI 3 bulan berada pada tingkat 6.5% (Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, 2010). 4.3.1.5. Defisit Anggaran Defisit anggaran pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 29.141,5 miliar, cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 14.408,2 miliar. Hal ini
terjadi
karena
terdapat
peningkatan
dalam
pembelanjaan negara tahun 2006. Nilai belanja tahun 2005 adalah sebesar Rp. 509.632,4, sedangkan pada tahun 2006 adalah Rp. 667.128,7 miliar atau meningkat sebesar Rp. 157.496,3 miliar pada tahun 2006. Pada tahun 2007 defisit
anggaran kembali mengalami
peningkatan,
sebesar
yaitu
Rp.
20.702,3
miliar
dibandingkan tahun sebelumnya (Data Pokok APBN 2005-2010, Departemen Keuangan RI). Nilai defisit anggaran pada tahun 2007 adalah Rp. 49.843,8 miliar, hal ini dikarenakan meningkatnya belanja negara yaitu sebesar Rp. 757.649,9 miliar sedangkan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 667.128,7 miliar atau mengalami peningkatan sebesar Rp. 90.521.2 miliar.
Salah
pengeluaran
satu
penyebab
pemerintah
adalah
membengkaknya meningkatnya
pengeluaran untuk subsidi BBM dan listrik pada tahun 2007. Kenaikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia yang kemudian mendorong naiknya ICP. ICP merupakan harga yang digunakan pemerintah sebagai patokan impor minyak, termasuk untuk BBM. Asumsi harga minyak di APBN tahun 2007 adalah USD 60 per barel, namun kenyataannya adalah USD 72 per barel. Meningkatnya
71
harga ICP membuat disparitas harga keekonomian dan harga subsidi ke masyarakat semakin besar. Akibatnya, subsidi yang ditanggung negara untuk memenuhi disparitas harga itu pun makin besar. Realisasi subsidi BBM adalah sebesar Rp. 83.792,3 miliar pada tahun 2007, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 64,212,1 miliar. Selain itu realisasi subsidi listrik juga membengkak, dari Rp. 30.393,3 miliar pada tahun 2006 kemudian menjadi Rp. 33.073,5 miliar pada tahun 2007 (Data Pokok APBN 2005-2010, Departemen Keuangan RI). Pada tahun 2008 nilai defisit anggaran adalah sebesar Rp. 4.121,3 miliar, megalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 49.843,8 miliar. Salah satu penyebab menurunnya defisit anggaran pada tahun 2008 adalah karena naiknya penerimaan pajak. Penerimaan pajak pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 658.700,8 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 490.988,6 miliar. Sedangkan untuk pembiayaan defisit anggaran tahun 2008, pemerintah menggunakan pendanaan uang melalui penerbiatan Surat Utang Negara. Pada tahun 2008 nilai pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN) adalah sebesar
Rp. 85.916,3 miliar,
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 57.172,2 miliar. Defisit anggaran Indonesia berdasarkan APBN 2009 adalah sebesar Rp. 51.3 triliun, namun sampai dengan akhir Oktober 2009 nilai defisit pemerintah baru mencapai Rp. 42.7 triliun. Dan pada akhir tahun 2009 ternyata terdapat Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA), yaitu sebesar Rp 38 triliun. Hal tersebut
72
dikarenakan rendahnya realisasi penyerapan anggaran belanja negara. Pemerintah cenderung belum maksimal dalam melaksanakan proyek pembangunan infrastruktur. Serta
keterbatasan pemerintah dalam
pembebasan
tanah
menjadi
salah
menghadapi satu
faktor
pengahambat penyerapan anggaran belanja negara secara maksimal. Karena pembebasan tanah terkait erat dengan keberlangsungan rencana pembangunan infrastruktur. Sisa lebih penggunaan anggaran 2009 direncanakan untuk menutupi defisit anggaran 2010. Selain itu dapat juga digunakan untuk menutup biaya-biaya subsidi yang membengkak, atau juga mengurangi pembiayaan dari surat utang negara untuk meredam gejolak di pasar domestik. Dalam RAPBN tahun 2010 defisit anggaran adalah sebesar Rp 98 triliun, namun diperkirakan akan meningkat menjadi Rp 122 triliun pada akhir tahun 2010. Meningkatnya jumlah defisit tersebut dikarenakan adanya kebutuhan belanja yang meningkat, seperti untuk subsidi listrik, pupuk, dan beras (beritasore.com, 05 Januari 2010). 4.3.1.6. Sentimen Angka Indeks Kepercayaan Konsumen merupakan indikator penting dalam melihat keadaan ekonomi Indonesia.
Dimana
angka
diatas
100
adalah
menunjukkan perekonomian yang membaik ditandai dengan optimisme oleh konsumen. Sedangkan angka dibawah 100 menujukan ekonomi yang melambat ditandai dengan pesimisme dari konsumen. Di bulan Oktober tahun 2005, ketika harga BBM dinaikkan ratarata sebesar 126 persen, IKK jatuh ke level 73,3. Namun IKK tidak bertahan di level yang rendah untuk waktu yang terlalu lama. Penyesuaian gaji dan upah di tahun
73
2006 dan semakin membaiknya perekonomian dunia mendorong perbaikan keadaan ekonomi masyarakat. Kenaikan gaji memperbaiki daya beli secara langsung. Sedangkan membaiknya ekonomi dunia mendorong terjadinya peningkatan ekspor Indonesia. Artinya, ada peningkatan kegiatan produksi (dan penciptaan lapangan kerja). Akibatnya, IKK pun berangsur angsur mengalami peningkatan. Kenaikan yang signifikan terjadi pada bulan Maret 2006, dimana IKK naik ke level 84,5 dari 78,3 di bulan Februari 2006. Di bulan November 2006 IKK mencapai 91,6. Level ini merupakan level tertinggi IKK dalam satu setengah tahun terakhir. Artinya, masyarakat
sudah
hampir
sepenuhnya
dapat
menyesuaikan diri dari dampak negatif kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005. Dalam keadaan ini tentunya
tidaklah
terlalu
sulit
untuk
mendorong
pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi. Namun pada akhir tahun 2006, pemerintah kurang berhasil mengatasi isu kelangkaan beras. Akibatnya IKK pada bulan Desember 2006 turun tajam ke 84,1 dari 91.6 di bulan
November
2006
(turun
sebesar
8,3%)
(danareksaresearch.wordpress.com, 03 Mei 2010). Indeks kepercayaan konsumen pada tahun 2007 cenderung menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya kenaikan harga beras, IKK pada Januari 2007 berada di level yang relatif sama dengan bulan sebelumnya yaitu pada level 84.1. Bahkan di bulan Februari 2007 IKK mengalami penurunan lagi ke 82,7, dan turun lagi ke level 81,1 di bulan Maret 2007. Level ini berada di bawah level di bulan Maret 2006. Artinya, harga beras yang tinggi bukan saja telah meningkatkan tekanan inflasi, tapi juga telah mengurangi daya beli masyarakat
74
secara signifikan. IKK yang saat ini berada pada level yang relatif rendah tidak harus menunjukkan bahwa ekonomi kita akan terus terpuruk sepanjang tahun 2007 ini. Perlu diketahui bahwa penurunan IKK tahun 2007 terutama disebabkan oleh faktor musiman harga beras. Sampai dengan bulan Mei 2008, indeks kepercayaan konsumen terus mengalami tren penurunan. Kenaikan harga BBM pada awal tahun 2008 menjadi alasan rendahnya indeks kepercayaan konsumen pada tahun tersebut. Kemudian pada triwulan III-2008 sentimen masyarakat terhadap perekonomian Indonesia cenderung membaik. Hal ini ditunjukkan dengan angka indeks kepercayaan konsumen yang mengalami tren kenaikan sejak Juli 2008 sampai dengan Juli 2009. Namun sejak enam bulan terakhir terjadi penurunan terhadap indeks kepercayaan konsumen. Pemicunya adalah kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok dan makanan jadi. Menurunya optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian diharapkan tidak berlanjut sampai dengan akhir tahun. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu mengendalikan harga pangan. Sebab dampak kenaikan harga tersebut cukup besar terhadap indeks kepercayaan konsumen dan pada akhirnya kepercayaan konsumen terhadap perekonomian. Berikut merupakan grafik
yang
menggambarkan
indeks
kepercayaan
konsumen periode januari 2005-Januari 2010.
75
Gambar 8. Indeks Kepercayaan Konsumen Sumber : www.danareksa-research.com
Indeks kepercayaan masyarakat kepada pemerintah mengalami
penurunan,
hal
ini
terkait
dengan
kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga dan menegakkan hukum. Beberapa kasus hukum yang terjadi diantaranya adalah, tertangkapnya Antazari Azhar (Ketua KPK) terkait pembunuhan atas Nasruddin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), dugaan rekayasa yang menimpa dua pimpinan KPK (Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah), serta penggelapan
pajak
yang
dilakukan
oleh
Gayus
Tambunan. Kasus-kasus hukum tersebut yang dapat menjadi
pemicu
menurunnya
indeks
kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah dalam menegakkan hukum. Berikut merupakan grafik yang menggambarkan indeks kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sedangkan
kepercayaan
masyarakat
terhadap
pemerintah dalam memperbaiki keadaan ekonomi, mengalami
peningkatan
dibandingkan
tahun
sebelumnya. Hal ini diharapkan dapat berlanjut sampai dengan akhir tahun.
76
Gambar
9.
Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah. Sumber : www.danareksaresearch.com
Aktivitas perekonomian menunjukkan peningkatan, hal
ini
dapat
pertumbuhan
ditunjukkan
ekonomi
oleh
sepanjang
meningkatnya tahun
2009.
Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama sebesar 4,4 %, kedua 4,0 % dan ketiga 4,2 % , hal tersebut menandakan bahwa perekonomian Indonesia secara makro mencapai fase ekspansi. Bank Indonesia (BI) memprediksikan bahwa pertumbuhan triwulan I bisa tumbuh hingga 5%. Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi kali ini lebih banyak ditopang oleh pemulihan ekonomi global. Perbaikan
yang
terjadi
di
perekonomian
kita
diperlihatkan lebih jelas lagi oleh Coincident Economic Index (CEI), indeks ini menggambarkan keadaan ekonomi saat ini. Disusun meenggunakan lima data ekonomi, yaitu impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang dan penjualan eceran. Lima data itu dipakai karena secara statistik dapat menjelaskan pergerakan perekonomian saat ini. Gabungan informasi kelima data tersebut pun menggambarkan keadaan ekonomi secara keseluruhan. Coincident economic index menggambarkan tingkat aktivitas perekonomian terbaru pada Desember 2009
77
naik menjadi 110,2 dari bulan sebelumnya 109,1. Hal ini berarti tren kenaikan CEI sejak Maret 2009 terus berlanjut,
mengindikasikan aktivitas perekonomian
meningkat. Perlambatan aktivitas perekonomian yang terjadi sejak Juli 2008 telah berakhir pada Februari 2009. Dan sejak Maret 2009 hingga sekarang berada dalam fase ekspansi. dibandingkan bulan sebelumnya, pada bulan maret 2010 tercatat peningkatan terhadap indeks kepercayaan konsumen. Yaitu meningkat sebesar 2.1% menjadi level 86.8 pada Maret 2010 dibandingkan bulan sebelumnya
yaitu
pada
level
85.01,
hal
ini
mencerminkan optimisme konsumen yang lebih besar terhadap prospek perekonomian negara selama enam bulan kedepan. Diharapkan daya beli konsumen pun akan terus mengalami peningkatan. Peningkatan perekonomian setahun terakhir dimotori konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Konsumsi pemerintah berasal dari stimulus fiskal yang diluncurkan untuk
menekan
dampak
krisis
ekonomi
global.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh perbaikan daya beli masyarakat. Penurunan suku bunga acuan yaitu BI Rate diikuti penurunan suku bunga simpanan
mendorong
masyarakat
meningkatkan
konsumsi. Prospek perekonomian diperkirakan masih cerah, tercermin dalam leading economic index yang cenderung naik sejak Desember 2008 hingga kini. Leading economic index (LEI) adalah indeks yang bergerak 6-12 bulan mendahului CEI. Dengan kata lain, LEI dapat menggambarkan arah pergerakan ekonomi kita 6-12 bulan di depan. Indeks ini disusun berdasarkan tujuh
data
ekonomi:
Izin
mendirikan
bangunan,
kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai
78
tukar rupiah riil, IHSG, ekspor, dan inflasi di sektor jasa. Tren LEI yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang cerah, dan sebaliknya. Kombinasi CEI dan LEI dapat digunakan untuk menentukan posisi ekonomi di dalam siklus bisnisnya.
Gambar 10. Tentang CEI dan LEI Sumber : www.danareksa-research.com
Membaiknya ekonomi dunia dari resesi dan penurunan suku bunga kredit diperkirakan mendorong kenaikan ekspor dan investasi. Hal itu tentu akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Pasar saham menunjukkan tren kenaikan sejak akhir tahun 2008 sampai dengan saat ini. Hal ini terlihat dengan nilai IHSG tahun 2009 yang meningkat secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu terjadi peningkatan sebesar 85.85. Pada perdagangan 29 Desember 2009 tercatat nilai IHSG sebesar 2.518,994, nilai tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan
79
dengan posisi akhir IHSG pada akhir tahun 2008 yaitu sebesar
1.355,408.
Selain
itu
pada
penutupan
perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009 juga mencetak nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI mencapai Rp 2.007 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 86.41% dibandingkan posisi akhir tahun lalu yaitu sebesar Rp 1.076 triliun.
Gambar 11 . Grafik IHSG periode May 2009-Maret 2010 Sumber : www.yahoo-finance.com
Tren kenaikan IHSG dapat dilihat pada Gambar 12. Kinerja IHSG pada tahun 2009 diharapakan terus berlanjut pada tahun 2010, secara umum IHSG diprediksi akan terus menujukkan tren positif (up-trend). BEI diprakirakan akan memiliki momentum up trend yang kuat karena dukungan indikator ekonomi yang sangat menjanjikan pada 2010. 4.3.2. Analisis Industri Industri pertambangan di Indonesia selama ini memegang peranan yang cukup penting, yaitu sebagai penghasil devisa negara dan daerah. Hal tersebut dikarenakan tingkat penjualan perusahaan-peruahan tambang
cukup
besar.
Faktor
yang
menyebabkan meningkatnya penjualan tersebut adalah karena permintaan akan barang tambang oleh negara-negara maju semakin meningkat, terkait dengan kebutuhan sumber energi bagi
80
negara tersebut dalam meningkatkan kegiatan produksi. Namun industri pertambangan termasuk kedalam kelompok industri yang sensitif terhadap perekonomian. Salah satu contoh konkrit yang dapat
menunjukkan kondisi tersebut
adalah melemahnya
perekonomian global mengakibatkan permintaan terhadap barang tambang pun juga mengalami penurunan. IMF pada tahun 2009 memprediksikan pertumbuhan perekonomian dunia minus 1.1%, rendahnya
pertumbuhan
perekonomian
global
terbukti
mempengaruhi permintaan barang tambang (bataviase.co.id, 25 Maret 2010). Periode Januari-Desember 2009 PTBA mengalami penurunan penjualan sebesar 2%, yaitu dari 12.8 juta ton menjadi 12.5 juta ton pada tahun 2009. Akibat melemahnya permintaan batubara, volume penjualan di pasar domestik turun sebesar 3% dan pasar ekspor turun sebesar 1%. Meskipun mengalami perlambatan perekonomian,
namun industri pertambangan
diprediksi akan tetap tumbuh karena permintaan terhadap produk pertambangan tetap kuat . Tahun
2010
diperkirakan
bisnis
pertambangan
akan
mengalami peningkatan investasi. Nilai investasi bahkan mencapai U$$ 8 miliar hingga U$$ 10 miliar (kontan.co.id, 16 April 2010). Investasi terebut berasal dari perusahan-perusahaan yang ingin memperluas wilayah eksplorasi. Perluasan wilayah eksplorasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi, hal tersebut dilakukan karena industri pertambangan berupaya untuk memenuhi permintaan barang tambang yang diperkirakan meningkat pada tahun 2010. Pada kuartal I 2010, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjual sebanyak 16 juta ton batubara atau naik sebanyak 41.59% jika dibandingkan dengan realisasi penjualan pada kuartal I 2009 sebanyak 11.3 juta ton. Serta angka penjualan BUMI pun mengalami kenaikan sebesar 12.81% untuk tahun 2009. Proyeksi kenaikan harga batubara dan meningkatnya permintaan mendorong BUMI berupaya untuk
81
meningkatkan
kapasitas
produksi
pada
tahun
2010
(economy.okezone.com, 4 April 2010). Maka berdasarkan sistem klasifikasi industri oleh Peter Lynch, industri pertambangan berada pada kelompok bersiklus. Perusahaan-perusahaan pada kelompok ini adalah perusahaan dengan penjualan dan laba yang berkembang dan melemah secara teratur sejalan dengan siklus bisnis. Industri
pertambangan
pertumbuhan,
hal
ini
saat
ditandai
ini
berada
dengan
pada
baiknya
tahap inisiatif
pemerintah untuk mendorong industri pertambangan. Salah satunya adalah melalui terbitnya UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba), yaitu memberikan arah baru kebijakan pertambangan mineral dan batubara Indonesia ke depan, termasuk dalam hal pengaturan Domestic Market Obligation (DMO), kebijakan produksi mineral dan batubara, peningkatan nilai tambah pertambangan, serta pertambangan yang baik dan benar. Melalui Undang-Undang tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengoptimalan manfaat pertambangan bagi pertumbuhan ekonomi (kabarbisnis.com, 17 April 2010). Matangnya suatu industri melibatkan perubahan lingkungan persaingan secara terus menerus. Michael Porter menyoroti lima faktor penentu persaingan, berikut merupakan hasil analisis faktor penentu persaingan dalam industri pertambangan. 1. Ancaman pendatang baru Dalam lingkup skala besar (makro), besarnya modal yang dibutuhkan
untuk
menjalankan
usaha
pertambangan
merupakan salah satu bentuk hambatan bagi pemain baru untuk masuk kedalam industri pertambangan. Hal ini terkait dengan kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan eksplorasi
barang
tambang,
kemampuan
pengolahan
(teknologi), serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi
82
permintaan domestik maupun luar negeri (sesuai standar kualitas internasional). Sedangkan secara mikro atau skala kecil, pemain baru cenderung lebih mudah untuk memasuki industri
ini.
Perusahaan-perusahaan
tambang
tersebut
beroperasi di wilayah yang memiliki potensi sumberdaya berupa bahan tambang, dan pada umumnya mereka beroperasi di wilayah terpencil. Meskipun lingkup operasi yang kecil serta
produksi perusahaan tersebut
cenderung
terbatas
jumlahnya, namun perusahaan-perusahaan tambang tersebut telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan daerah-daerah terpencil. Yaitu membantu meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat dan membawa kemajuan yang signifikan pada wilayah yang sebelumnya tidak tersentuh. Maka,
hambatan
bagi
pemain
baru
dalam
industri
pertambangan cukup besar apabila ingin memasuki pasar secara luas. 2. Persaingan antar pesaing yang ada Persaingan yang ada dalam industri pertambangan cenderung lemah,
hal ini dikarenakan masing-masing perusahaan
tambang fokus terhadap eksplorasi serta penjualan produk tambang unggulan masing-masing perusahaan dan cenderung kurang
melakukan
diversifikasi
produk.
Serta
volume
penjualan mengikuti pertumbuhan ekonomi, maka tidak terjadi strategi pemotongan harga dalam meningkatakan volume penjualan. Yaitu ketika laju pertumbuhan ekonomi meningkat, maka permintaan terhadap produk pertambangan cenderung meningkat. Hal ini dibuktikan ketika laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4.9% tahun 2007, kinerja ekspor sektor pertambangan mencapai USD 21,6 miliar atau tumbuh 17,2% dengan
pangsa
23,2%.
Pertumbuhan
nilai
ekspor
pertambangan ini didukung oleh ekspor nikel (tumbuh 76,8%), batubara (12,8%) dan tembaga (11,4%). Tingginya harga
83
komoditas tambang telah menjadi pendorong meningkatnya ekspor sektor pertambangan. Dari sisi volume, ekspor pertambangan pada tahun 2007 juga mengalami kenaikan 7,8% atau mencapai 245 juta ton. Kenaikan volume ekspor pertambangan ini terjadi pada komoditas nikel (tumbuh 103,7%), aluminium (65,5%) dan batubara (7,9%). Namun ketika terjadi krisis global pada tahun 2008, dan Indonesia mulai terkena dampak krisis tersebut pada akhir tahun 2008 dan berlanjut sampai dengan tahun 2009. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2009 pun mengalami penurunan menjadi 3,8% dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar 4,9%. Ekspor minyak mentah yang mencapai 9,2 miliar dollar AS pada tahun 2007 turun menjadi 7,8 miliar dollar AS pada tahun 2009 (berkontraksi 15,2%). Sementara ekspor gas alam nilainya turun dari 9,7 miliar dollar AS menjadi 8,7 miliar dollar AS atau melemah 10,3%. Komoditas batu bara masih lebih beruntung karena mampu tumbuh dari 6,7 miliar dollar AS menjadi 13,8 miliar dollar AS (naik 106 persen) (danareksaresearch.com). 3. Tekanan dari produk subtitusi Tersedianya produk substitusi di pasar membuat pembeli membandingkan kualitas, performa dan harga produk dengan produk substitusinya. Namun karena perusahaan dalam industri pertambangan memiliki produk unggulan untuk masing-masing perusahaan,
maka tekanan dari produk
subtitusi cenderung lemah. ANTM (nikel), BUMI (batubara), RUIS (migas), PTBA (batubara), TINS (timah), INCO (nikel), BIPI (minyak dan gas alam), ITMG (batubara), ENRG (migas), ARTI (migas), APEX (minyak dan gas bumi), ATPK (nikel dan timah), GTBO (batubara), KKGI (manufatur laminasi), MEDC (minyak dan gas bumi), CITA (bauksit), CTTH (marmer dan granit), ADRO (batubara), MITI (granit),
84
ELSA (migas), PTRO (migas), BAYN (batubara), PKPK (migas). 4. Daya tawar pembeli Dalam industri pertambangan tidak terdapat perantara antara industri dengan pemakai atau konsumen akhir. Sehingga konsumen produk perusahaan pertambangan mempunyai posisi tawar yang cenderung rendah. Jumlah konsumen produk pertambangan pun cenderung banyak, hal ini dikarenakan kebutuhan barang tambang sebagai bahan baku industri dan kebutuhan bahan bakar dalam proses produksi. Banyak negara yang berminat terhadap produk pertambangan asal Indonesia, diantaranya Cina, India, Amerika Serikat, dan Jepang. Hal ini ditunjukkan
dengan
meningkatnya
Ekspor
produk
pertambangan di Indonesia dari 14 persen pada tahun 2008, menjadi 20 persen pada tahun 2009. Ekspor batubara meningkat dengan pesat dalam enam tahun terakhir, seiring dengan permintaan dunia akan energi. dan kenaikan harga di pasar internasional. Pada tahun 2004 nilai ekspor batubara hanya USD 2,9 milyar dan melesat menjadi USD 13,9 milyar pada tahun 2009. Barang tambang lain yang menunjukkan peingkatan permintaan adalah tembaga dan timah yang pada tahun 2004 nilai ekspornya masing-masing USD 798 juta dan USD 617 juta, meningkat tahun 2009 menjadi USD 2,3 milyar dan USD 1,3 milyar (beritabisnis.com, 17 Juni 2010). 5. Daya tawar penjual (pemasok) Barang pertambangan merupakan barang yang tidak dapat diperbaharui (berasal dari alam), sehingga permasalahan yang mungkin dihadapi dari pemasok adalah rendahnya jumlah produksi akibat cuaca (banjir), kemampuan teknologi dalam kegiatan penggalian (eksplorasi), serta ketersediaan bahan tambang di wilayah eksplorasi. Namun dalam industri pertambangan, bahan baku tambang diperoleh dari wilayah
85
eksplorasi tambang yang dikuasai oleh masing-masing perusahaan tambang melalui kegiatan investasi. Oleh karena itu, kekuatan tawar dari pemasok cenderung cukup lemah. 4.3.3 Analisis Perusahaan 4.3.3.1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Dividen ANTM dari tahun 2006 sampai dengan 2008 adalah sebagai berikut: Tabel 8. Dividen PT Aneka Tambang Tbk tahun 2006-2008 Tahun
Dividen (Rp/lembar saham)
2006
65,12
2007
215,23
2008
57,47
Nilai rata-rata pertumbuhan dividen ANTM dihitung dengan metode rata-rata geometris, maka diperoleh nilai pertumbuhan sebesar 24.18% (g = 0.2418). Berdasarkan nilai rata-rata tersebut, maka dapat diperkirakan nilai-nilai dividen ANTM yang akan dibayarkan oleh perusahaan pada tahun-tahun berikutnya. Karena data dividen terbatas tiga tahun, prediksi nilai dividen pun terbatas pada tiga tahun mendatang yaitu pada tahun 2009-2011. Berikut merupakan prediksi nilai-nilai dividen pada tahun 2009 sampai 2011, Tabel 9. Prediksi nilai dividen ANTM tahun 2009-2011 Tahun
Prediksi Dividen (Rp/lembar saham)
2009
71.37
2010
88.63
2011
110.06
Rf diperoleh dari rata-rata suku bunga SBI jangka waktu 3 bulan periode Januari 2006-Desember 2008 yaitu sebesar 9.78%, namun peneliti menetapkan angka sebesar 7.5%. Karena peneliti membandingkan dengan nilai Suku
86
Bunga SBI 3 bulan akhir tahun 2009 sebesar 6.50% dan membaiknya kondisi perekonomian, sehingga 7.50% merupakan nilai yang sesuai (Rf = 7.50%). Sedangkan beta saham ANTM adalah 1.44. Rm diperoleh dari tingkat ratarata IHSG periode Januari 2006-Desember 2008 adalah 24.15 %. Nilai tingkat pengembalian minimum yang diharapkan (k) dihitung dengan rumus. Maka diperoleh nilai (k) yaitu sebesar 31.48 %. k = Rf + β(Rm-Rf) k = 7.50 % + 1.44(24.15% - 7.50%) = 31.48 % Berikut merupakan nilai EPS ANTM tahun 2005-2008 Tabel 10. EPS PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Tahun 2005 2006 2007 2008 Pertumbuhan
EPS (Rp) 88.27 162.79 536.67 143.67 EPS
(g)
menggunakan
rata-rata
geometris, maka diperoleh nilai sebesar 17.63%. Pada bulan Juli 2007 PT aneka Tambang Tbk melakukan stock split dengan rasio 1 : 5. Sebelum stock split harga saham Antam sebesar Rp 13.250, dengan stock split harganya menjadi Rp 2.650 per saham. Pasca stock split
jumlah
saham beredar ANTM bertambah lima kali lipat yaitu sebanyak 9.538.460 lembar saham pada tahun 2007, dibandingkan sebelum diadakannya stock split yaitu sebesar 1.907.692 lembar saham. Hal ini berpengaruh terhadap nilai EPS, karena jumlah saham beredar merupakan pembagi dalam penghitungan nilai EPS. EPS ANTM tahun 2007 adalah Rp 536,67, maka nilai EPS ANTM pada tahun 2008 adalah Rp. 143,67 pasca stock split 1 : 5 pada tahun 2007.
87
Tabel 11. Prediksi EPS ANTM tahun 2009-2011 Tahun
Pertumbuhan (%)
EPS (Rp)
2009 2010 2011
17.63 17.63 17.63
143.67 168.99 198.78
Prediksi EPS (Rp)
168.99 198.78 233.82
Tabel 12. Prediksi nilai saham ANTM 2009-2011 Tahun
Prediksi EPS (Rp)
Rasio P/E
Prediksi nilai saham (Rp)
2009 2010 2011
168.99 198.78 233.82
15.79 15.79 15.79
2.668,35 3.138,74 3.692,02
Harga rata-rata saham ANTM pada kuartal 2008 adalah Rp 2.268,7. Maka P/E berdasarkan variabel EPS tahun 2008 sebesar 143.67 dan harga saham tahun 2008 sebesar Rp 2.268,7 maka P/E adalah 15.79 kali. Nilai P/E digunakan untuk melihat nilai prediksi saham pada tahuntahun berikutnya. Maka berdasarkan persamaan diatas (Tabel 11) dapat diketahui prediksi harga saham ANTM pada akhir tahun 2011 adalah Rp 3.692,02. Nilai ini lalu dapat digunakan untuk mengetahui nilai intrinsik saham ANTM pada tahun 2009. Berdasarkan analisis nilai intrsinsik, maka diperoleh nilai intrinsik saham ANTM tahun 2009 adalah Rp 2.266,79 (V2009= 2.266,79). Harga aktual saham ANTM pada akhir tahun 2009 adalah
Rp
2.534,36,
sedangkan
nilai
intrinsik
menunjukkan nilai sebesar Rp. 2.266,79. Hal ini menunjukkan bahwa saham ANTM mengalami overvalued di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih kecil daripada harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan untuk menjual saham ANTM, karena dikhawatirkan nilai
88
saham ANTM akan terkoreksi sampai dengan dibawah nilai intrinsik. Analisis
fundamental
PT
Aneka
Tambang
Tbk
menunjukkan bahwa kinerja saham ANTM cenderung baik. Hal ini ditunjukkan dengan pendapatan ANTM yang cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi, permintaan produk ANTM cenderung meningkat akibat meningkatnya pertumbuhan industri pertambangan di tahun mendatang, walaupun pada tahun 2008 kondisi perekonomian relatif sulit namun ANTM menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk tetap memberikan pembagian keuntungan pada investor. 4.3.3.2. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Berdasarkan dividen tahun 2006 sampai 2008, maka dapat diketahui nilai pertumbuhan dividen. Pertumbuhan dividen (g) dihitung menggunakan rata-rata geometris, maka diperoleh nilai sebesar 49.98% (g =0.4998). Tabel 13. Dividen PT Bumi Resources Tbk tahun 2006-2008 Tahun
Dividen (Rp/lembar saham
2006
16
2007
111
2008
50.6
Tabel 14. Prediksi nilai dividen BUMI tahun 2009-2011 Tahun
Prediksi Dividen (Rp/lembar saham)
2009
75.89
2010
113.82
2011
170.71
Nilai
rata-rata
tersebut
dapat
digunakan
untuk
memperkirakan nilai dividen yang akan dibayarkan
89
perusahaan pada tahun-tahun berikutnya. Karena data terbatas selama tiga tahun, maka prediksi dividen pun terbatas pada tiga tahun mendatang, yaitu pada tahun 2009-2011. Rf diperoleh dari rata-rata suku bunga SBI jangka waktu 3 bulan periode Januari 2006-Desember 2008 yaitu sebesar 9.78%, namun peneliti menetapkan angka sebesar 7.5%. Karena peneliti membandingkan dengan nilai Suku Bunga SBI 3 bulan akhir tahun 2009 sebesar 6.50% dan membaiknya kondisi perekonomian, sehingga 7.50% merupakan nilai yang sesuai (Rf = 7.50%). Sedangkan beta saham BUMI adalah 1.38. Rm diperoleh dari tingkat rata-rata IHSG periode Januari 2006-Desember 2008 adalah 24.15 %. Nilai tingkat pengembalian minimum yang diharapkan (k) diperoleh berdasarkan rumus. Maka diperoleh nilai (k) sebesar 30,48 %. k = 7,50 % + 1.38(24.15% - 7,50%) = 30,48 % Tabel 15. EPS PT Bumi Resosurces Tbk tahun 2005-2008 Tahun
EPS (Rp)
2005
62.42
2006
103.37
2007
405.68
2008 368.14 Berdasarkan data EPS (Tabel 14), maka dapat dihitung nilai pertumbuhan EPS yaitu sebesar 80.67%. prediksi nilai EPS dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 16. Prediksi EPS BUMI tahun 2009-2011
Tahun
Pertumbuhan (%)
EPS (Rp)
Prediksi EPS (Rp)
2009
80.67
368.14
665.12
2010 2011
80.67 80.67
665.12 1201.67
1201.67 2171.06
90
Harga rata-rata saham BUMI pada kuartal 2008 adalah Rp 4.615. Maka P/E berdasarkan variabel EPS tahun 2008 sebesar 368.14 dan harga saham tahun 2008 sebesar Rp 4.615 maka P/E adalah 12.54 kali. Nilai P/E digunakan untuk melihat nilai prediksi saham pada tahun-tahun berikutnya. Tabel 17. Prediksi nilai saham BUMI sampai dengan tahun 2011 Prediksi Prediksi nilai Tahun EPS Rasio P/E saham (Rp) (Rp)
2009 2010 2011
665.12 1201.67 2171.06
12.54 12.54 12.54
8.340,60 15.068,94 27.225,09
Maka berdasarkan persamaan diatas maka diperoleh prediksi harga saham BUMI pada akhir tahun 2011 sebesar Rp 27.225,09. Nilai tersebut digunakan untuk menghitung niali intrinsik saham BUMI pada akhir tahun 2009, Berdasarkan analisis nilai intrinsik adalah sebesar Rp 16.178,66. Harga aktual BUMI pada akhir tahun 2009 adalah Rp. 2.534,36. Hal ini menunjukkan bahwa saham BUMI mengalami undervalued di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih besar daripada harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan untuk membeli saham BUMI, karena diharapkan bahwa harga saham BUMI akan mengalami kenaikan harga sampai dengan nilai intrinsik yang telah diperkirakan melalui analisis nilai intrinsik, yaitu sebesar Rp 16.178,66. Analisis
fundamental
PT
Bumi
Resources
Tbk
menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik, kinerja sahamnya pun cenderung baik. Pendapatan BUMI cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi, sedangkan pada tahun mendatang perekonomian akan pertumbuhan ekonomi
akan
mengalami
peningkatan,
permintaan
91
terhadap produk BUMI pun cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri pertambangan di tahun mendatang, serta perusahaan mampu memberikan imbal hasil yang cukup memuaskan bagi investor meskipun kondisi perekonomian relatif sulit pada pertengahan tahun 2008. 4.3.3.3. PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) Tabel 18. Dividen PT Bukit Asam Tbk tahun 2006-2009 Tahun
Dividen (Rp/lembar saham)
2006
105
2007
165
2008
371.05
Berdasarkan data tersebut, maka dapat diperoleh nilai pertumbuhan dividen yaitu sebesar 54,29 % (g=0.5429). Nilai rata-rata tersebut digunakan untuk memperkirakan nilai dividen yang akan dibayarkan perusahaan pada tahuntahun berikutnya. Karena data terbatas selama tiga tahun, maka prediksi dividen pun terbatas pada tiga tahun mendatang, yaitu pada tahun 2009-2011. Tabel 19. Prediksi nilai dividen PTBA tahun 2009-2011 Tahun
Prediksi Dividen (Rp/lembar saham)
2009 2010 2011
572.49 883.29 1362.84
Rf diperoleh dari rata-rata suku bunga SBI jangka waktu 3 bulan periode Januari 2006-Desember 2008 yaitu sebesar 9.78%, namun peneliti menetapkan angka sebesar 7.5%. Karena peneliti membandingkan dengan nilai Suku Bunga SBI 3 bulan akhir tahun 2009 sebesar 6.50% dan membaiknya kondisi perekonomian, sehingga 7.50%
92
merupakan nilai yang sesuai (Rf = 7.50%). Sedangkan beta saham PTBA adalah 1.39. Rm diperoleh dari tingkat ratarata IHSG periode Januari 2006-Desember 2008 adalah 24.15 %. Nilai tingkat pengembalian minimum yang diharapakan (k) diperoleh melalui rumus. Maka diperoleh nilai (k) sebesar 30.64 %. k = 7.50 % + 1.39(24.15% - 7.50%) = 30.64 % Tabel 20. EPS PT Bukit Asam tahun 2005-2008 Tahun
EPS (Rp)
2005
210
2006
211
2007
315
2008
741
Tabel 21. Prediksi EPS PT Bukit Asam Tbk, 2009-2011 Tahun
Pertumbuhan (%)
EPS (Rp)
Prediksi EPS (Rp)
2009 2010 2011
52.24 52.24 52.24
741 1128.1 1717.42
1.128,10 1.717,42 2.614,60
Berdasarkan data EPS tersebut, maka dapat dihitung nilai pertumbuhan EPS yaitu sebesar 52.24 %. Selanjutnya melalui nilai pertumbuhan EPS, maka dapat diperkirakan nilai EPS pada tahun 2009-2011 (Tabel 20). Tabel 22. Prediksi nilai saham PTBA sampai dengan tahun 2011 Tahun
Prediksi EPS (Rp)
Rasio P/E
Prediksi nilai saham (Rp)
2009 2010 2011
1128.09 1717.41 2614.59
14.41 14.41 14.41
16.255,90 24.747,98 37.676,32
Harga rata-rata saham PTBA pada tahun 2008 adalah Rp. 10.675. Maka berdasarkan variabel EPS tahun 2008
93
sebesar Rp. 741 dan harga saham tahun 2008, maka diperoleh nilai P/E saham PTBA adalah sebesar 14.41 kali. Nilai P/E digunakan untuk melihat nilai prediksi saham pada tahun-tahun berikutnya. Maka berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui harga wajar saham PTBA pada akhir tahun 2011 adalah Rp 37.676,32. Nilai ini lalu dapat digunakan untuk mengetahui nilai intrinsik saham PTBA pada tahun 2009. Berdasarkan analisis nilai intrinsik, maka diperoleh nilai intrinsik saham PTBA pada akhir tahun 2009 adalah sebesar Rp 23.551,48. Harga aktual saham PTBA pada akhir tahun 2009 adalah Rp 17.250, sedangkan nilai intrinsik menunjukkan nilai sebesar Rp. 23.551,48. Hal ini menunjukkan bahwa saham PTBA mengalami undervalued di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih besar daripada harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan untuk membeli saham PTBA, karena diharapkan bahwa nilai saham PTBA akan meningkat dikemudian hari sampai dengan melebihi nilai intrinsik saham yaitu sebesar Rp 23.551,48. Analisis fundamental PT Bukit Asam Tbk menunjukkan bahwa kinerja PTBA cenderung baik, serta harga saham PTBA pun menunjukkan kinerja serupa dengan kinerja perusahaan. Pendapatan perusahaan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, pertumbuhan pendapatan PTBA cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Permintaan terhadap produk PTBA pun cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri pertambangan di tahun mendatang. Laba bersih perusahaan cenderung meningkat setiap tahunnya, sehingga tingkat
keuntungan yang
dibagikan kepada investor pun meningkat. Walaupun pada pertengahan
tahun
2008
perekonomian
Indonesia
94
cenderung sulit, namun perusahaan tetap menunjukkan tren positif terhadap penjualan dan pendapatan. 4.3.3.4. PT Timah Tbk (TINS) Berdasarkan data dibawah (Tabel 22) maka dapat dihtung nilai rata-rata pertumbuhan dividen TINS, yaitu sebesar 9.61% (g = 0.9610). Nilai rata-rata tersebut digunakan untuk memprediksi nilai dividen di tahun-tahun mendatang. Tabel 23. Dividen PT Timah Tbk tahun 2006-2008 Tahun
Dividen (Rp/lembar saham)
2006
207
2007
177
2008
133
Karena data terbatas selama tiga tahun, maka prediksi nilai dividen pun terbatas pada tiga tahun mendatang yaitu tahun 2009-2011. Tabel 24. Prediksi nilai dividen TINS tahun 2009-2011 Tahun
Prediksi Dividen (Rp/lembar saham)
2009
145.78
2010
159.79
2011
175.15
Rf diperoleh dari rata-rata suku bunga SBI 3 bulan periode Januari 2006-Desember 2008 yaitu sebesar 9.78%, namun peneliti menetapkan angka sebesar 7.5%. Karena peneliti membandingkan dengan nilai Suku Bunga SBI 3 bulan akhir tahun 2009 sebesar 6.50% dan membaiknya kondisi perekonomian, sehingga 7.50% merupakan nilai yang sesuai (Rf = 7.50%). Sedangkan beta saham TINS adalah 1.34. Rm diperoleh dari tingkat rata-rata IHSG
95
periode Januari 2006-Desember 2008 adalah 24.15 %. Nilai tingkat pengembalian minimum yang diharapkan (k) adalah sebesar 29.81 %. k = 7.50 % + 1.34(24.15% - 7.50%) = 29.81 % Berikut merupakan nilai EPS PT Timah Tbk pada tahun 2005 sampai 2008. Tabel 25. Nilai EPS TINS tahun 2005-2008 Tahun
EPS (Rp)
2005 2006 2007 2008
214 414 355 267
Berdasarkan data diatas, maka dapat dihitung nilai pertumbuhan EPS, nilai rata-rata pertumbuhan EPS TINS adalah sebesar 7.65%. Nilai rata-rata pertumbuhan EPS dugunakan untuk memperkirakan nilai EPS pada tahuntahun mendatang. Tabel 26. Prediksi nilai EPS PT Timah Tbk tahun 2009-2011
Tahun
Pertumbuhan (%)
EPS Tahun sebelumnya (Rp)
2009 2010 2011
7.65 7.65 7.65
267 287.4255 309.4136
Prediksi EPS (Rp)
287.42 309.41 333.08
Pada tahun 2008 TINS melakukan stock split, Bursa Efek
Indonesia (BEI)
menetapkan
harga
pelaksana
pemecahan saham (stock split) PT Timah Tbk (TINS) dengan rasio 1:10 menjadi Rp 2.950 per saham dari sebelumnya Rp 29.400. Alasan dilakukannya stock split pada saham TINS adalah agar saham TINS likuid di pasar. Volume perdagangan saham TINS juga naik drastis. Pada 08 Agustus 2008, frekuensi perdagangan saham TINS
96
mencapai 1.017 kali dengan volume transaksi 6,16 juta saham. Padahal sehari sebelumnya (07 Agustus 2008), saham TINS hanya diperdagangkan dengan frekuensi 310 kali dengan volume transaksi 718.500 saham saja. Artinya, pasca stock split frekuensi perdagangan TINS melonjak 228% (Kontan,2010). Pasca stock split
jumlah saham
beredar TINS bertambah sepuluh kali lipat yaitu sebanyak 5.033.020.000
lembar
saham
pada
tahun
2008,
dibandingkan sebelum diadakannya stock split yaitu sebesar 503.302.000 lembar saham. Hal ini berpengaruh terhadap nilai EPS, karena jumlah saham beredar merupakan pembagi dalam penghitungan nilai EPS. EPS TINS tahun 2008 adalah Rp 267, maka nilai EPS tahun 2009 akan berkurang nilainya dibandingkan nilai EPS tahun 2008 terkait bertambahnya jumlah saham beredar TINS. Harga rata-rata saham TINS tahun 2008 adalah Rp. 2.345. Berdasarkan variabel EPS tahun 2008 sebesar 267 dan variabel harga tahun 2008 sebesar 2.345, maka diperoleh P/E sebesar 8.78 kali. Nilai P/E digunakan untuk memperoleh prediksi harga saham pada tahun mendatang. Tabel 27. Prediksi harga saham PT Timah Tbk tahun 20092011 Tahun
Prediksi EPS (Rp)
Rasio P/E
2009 2010 2011
287.42 309.41 333.08
8.78 8.78 8.78
Prediksi nilai saham (Rp)
2523.60 2716.65 2924.47
Maka berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui harga wajar saham TINS pada akhir tahun 2011 adalah Rp 2.924,47 Nilai ini lalu dapat digunakan untuk mengetahui nilai intrinsik saham TINS pada tahun 2009. Nilai intrinsik saham TINS pada akhir tahun 2009 adalah sebesar Rp. 1.962,53. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan analisis nilai
97
intrinsik saham TINS. Harga aktual saham TINS pada akhir tahun 2009 adalah Rp 2.000, sedangkan nilai intrinsik menunjukkan
nilai
sebesar
Rp.
1.962,53.
Hal
ini
menunjukkan bahwa saham TINS mengalami overvalued di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih kecil daripada harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan untuk menjual saham TINS, karena dikhawatirkan nilai saham TINS dibawah nilai intrinsik saham yaitu sebesar Rp 1.962,53. Analisis fundamental PT Timah Tbk menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang cenderung kurang memuaskan. Hal ini terkait dengan melemahnya harga timah pada beberapa tahun belakangan ini, sehingga menyebabkan
rendahnya
peningkatan
keuntungan
perusahaan. Menurunnya harga timah pada tahun 2008 dipengaruhi oleh arus krisis global yang menyebabkan menurunnya permintaan logam timah, namun TINS masih menunjukkan laba bersih pada tahun tersebut. Sehingga perusahaan juga mampu membagikan keuntungan kepada para investor pada setiap tahunnya, hal ini ditunjukkan oleh nilai EPS pada setiap tahunnya yang disesuaikan dengan nilai laba bersih yang diperoleh perusahaan. 4.4. Implikasi Manajerial 1. Melalui indikator Double Cross-over Moving Average investor dapat memperoleh informasi waktu sinyal jual dan sinyal beli yang cenderung akurat dalam memprediksi pergerakan harga saham. Ketika sinyal jual (dead cross) muncul maka harga mulai menunjukkan penurunan, sebaliknya ketika sinyal beli (golden cross) muncul maka harga mulai bergerak naik. Sedangkan melalui indikator Moving Average Envelope, sinyal jual-beli yang dihasilkan cenderung lambat atau menghasilkan sinyal palsu. Ketika sinyal jual terjadi, ternyata harga bergerak cenderung
98
stagnan. Hal ini akan membuat investor salah dalam mengambil keputusan transaksi dalam berinvestasi. Maka investor dapat menggunakan indikator Double Cross-over Moving Average dalam melakukan keputusan jual-beli saham. 2. Melaui analisis fundamental diketahui bahwa Indonesia sebagai negara dimana keempat emiten melakukan kegiatan operasi, merupakan suatu negara yang memiliki potensi bagi investor apabila ingin melakukan kegiatan investasi (khususnya dalam emiten
pertambangan).
Hal
ini
dikarenakan
pertumbuhan
perekonomiannya yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Melalui analis perusahaan diketahui bahwa emiten dengan komoditas utama batubara memiliki prospek yang lebih menarik, terkait dengan peningkatan keuntungan yang akan diperoleh investor seiring dengan meningkatnya keuntungan yang diperoleh emiten tersebut. BUMI dan PTBA yang komoditas utamanya adalah batubara, memiliki prospek yang menjanjikan bagi investor. Hal ini dikarenakan pendapatan perusahaan yang cenderung meningkat setiap tahunnya, serta meningkatnya jumlah permintaan terhadap komoditas tambang unggulan perusahaan yaitu batubara. Permintaan terhadap batubara cenderung meningkat pada tahun mendatang, terkait dengan kebutuhan batubara sebagai bahan baku kegiatan produksi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa saham BUMI dan PTBA mengalami undervalued di pasar modal, harga wajar saham BUMI pada tahun 2009 adalah Rp 16.178,66 sedangkan harga aktualnya hanya Rp 2.534,09. Harga wajar saham PTBA pada tahun 2009 adalah Rp 23.551,48, sedangkan harga aktualnya adalah Rp 17.250. Maka investor disarankan untuk berinvestasi pada emiten tambang khususnya batubara. Sedangkan emiten ANTM dan TINS, kinerja perusahaannya cenderung kurang baik. Terkait dengan melemahnya harga komoditas nikel dan timah di pasar dunia. Selain itu ANTM dan TINS mengalami overvalued di bursa saham, karena harga wajar kedua emiten tersebut berada
99
dibawah harga aktualnya. Harga wajar saham ANTM adalah Rp. 2.266,79, sedangkan harga aktual pada tahun 2009 adalah Rp2.534,36. Harga wajar saham TINS pada tahun 2009 adalah Rp 1.962,53, sedangkan harga aktualnya adalah Rp. 2000,00. Dikhawatirkan investor akan memperoleh kerugian pada tahun mendatang, terkait menurunnya harga saham kedua emiten.
100
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Analisis Teknikal keempat emiten menunjukkan bahwa, pada periode triwulan I 2009 keempat emiten mengalami tren mendatar. Sedangkan pada periode triwulan II 2009, keempat emiten mengalami kondisi uptrend. Pada triwulan III 2009 ANTM dan PTBA mengalami tren menaik, BUMI dan TINS cenderung mendatar. Pada periode triwulan IV 2009, harga saham ANTM dan TINS menunjukkan tren menurun, sedangkan saham BUMI dan PTBA mengalami kondisi uptrend. Pada akhir tahun 2009 grafik pergerakan harga saham ANTM dan TINS menunjukkan sinyal jual, sedangkan BUMI dan PTBA menunjukkan sinyal beli. 2. Kinerja keempat perusahaan selama periode 2006-2008 cenderung memiliki perbedaan. PT Aneka Tambang Tbk penjualannnya cenderung menurun, terkait melemahnya harga nikel di pasar dunia. Sehingga mengakibatkan menurunnya keuntungan perusahaan. PT Bumi Resources Tbk mengalami peningkatan pendapatan setiap tahunnya, karena meningkatnya permintaan terhadap komoditas batubara. Namun laba bersih perusahaan cenderung menurun terkait meningkatnya beban pajak perusahaan. PT Bukit Asam Tbk mengalami peningkatan penjualan, terkait dengan meningkatnya jumlah permintaan terhadap komoditas batubara di pasar dunia. Keuntungan perusahaan pun cenderung meningkat karena meningkatnya harga batubara. 3. Harga wajar saham ANTM pada tahun 2009 adalah Rp. 2.266,79, sedangkan harga aktual pada akhir tahun 2009 adalah Rp 2.534,36. Harga wajar saham TINS pada tahun 2009 adalah Rp. 1.962,53, sedangkan harga aktual pada akhir tahun adalah Rp 2.000. Hal ini menunjukkan bahwa saham ANTM dan TINS mengalami overvalued di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih kecil daripada harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan untuk menjual saham ANTM dan TINS, karena dikhawatirkan nilai saham ANTM dan TINS akan terkoreksi sampai dengan dibawah nilai intrinsik. Sedangkan harga wajar saham BUMI pada tahun 2009 adalah Rp 16.178,66, dan harga aktual pada akhir tahun adalah Rp. 2.534,36. Harga wajar saham
101
PTBA pada tahun 2009 adalah Rp. 23.551,48, dan harga aktual pada akhir tahun adalah Rp 17.250. Hal ini menunjukkan bahwa saham BUMI dan PTBA mengalami undervalued di pasar saham, karena nilai intrinsik lebih besar daripada harga pasar saham tersebut. Maka investor disarankan untuk membeli saham BUMI dan PTBA, karena diharapkan bahwa nilai saham BUMI dan PTBA akan meningkat dikemudian hari sampai dengan melebihi nilai intrinsiknya. 4. Faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan diantaranya, Produk Domestik Bruto yang dapat mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara . Pengangguran yaitu untuk mengetahui sejauh mana perekonomian beroperasi pada kapasitas penuhnya. Inflasi yaitu terjait dengan stabilitas atau resiko yang muncul dalam perekonomian suatu Negara. Tingkat bunga merupakan tingkat pengembalian minimum yang diharapakan investor. Defisit anggaran yaitu kemampuan pemerintahan dalam melakukan pembiayaan terhadap defisit. Sentimen yaitu berupa optimisme masyarakat terhadap perekonomian dalam meningkatkan daya beli. Serta kondisi industri, yaitu terkait dengan persaingan serta potensi pertumbuhan perusahaan dalam industri tersebut. Ketujuh faktor tersebut dibutuhkan investor dalam menilai potensi terhadap sektor tersebut, dimana investor akan melakukan kegiatan investasi. Serta informasi tersebut dapat menarik minat investor untuk melakukan kegiatan investasi. B. Saran 1. Bagi investor disarankan dalam menggunakan indikator Moving Average (MA) agar periode MA yang digunakan jangan terlalu pendek (kurang dari lima hari) ataupun terlalu panjang (lebih dari lima puluh hari). Karena MA dengan periode yang terlalu pendek akan menimbulkan perubahan yang cepat, sedangkan apabila periode terlalu panjang maka perubahan akan sulit untuk diketahui atau cenderung telat. Sedangkan dalam melakukan analisis fundamental seorang investor disarankan untuk mengamati income statement perusahaan apabila ingin melakukan analisis fundamental, karena dengan mencermati laporan rugi-laba investor akan mengetahui seberapa baik kinerja operasional perusahaan dan seberapa banyak uang yang
102
dihasilkannya. Selain itu investor sebaiknya mencari informasi mengenai kondisi makroekonomi dari sumber-sumber terpercaya. 2. Bagi peneliti lebih lanjut sebaiknya melakukan analisis terhadap angka prosentase pada Moving Average Envelope terlebih dahulu agar diperoleh hasil yang optimal. Angka prosentase yang digunakan pada Moving Average Envelope adalah berdasarkan volatilitas harga saham.
103
DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, F. Prospek Penerbitan Obligasi Korporasi. http://kompas.com. [Januari 2010] Badan Pusat Statistik. Jakarta. Berita Resmi Statistik BPS. http://bps.go.id. [26 Maret 2010] Badan Pusat Statistik. Tabel Ekspor-Impor Bulanan Periode 2006-2009. http://bps.go.id. [30 Maret 2010] Bank Indonesia. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia 2006-2009. http://bi.go.id. [Januari 2010] Bappenas. Jakarta. Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan. http://bappenas.go.id. [25 April 2010] Bataviase (Jakarta). Bidik Penjualan 20 Triliun. http://bataviase.com [24 Maret 2010] Berita Sore (Jakarta). Silpa 2009 Bisa Tambal Defisit APBN-P 2010. http://beritasore.com. [05 Januari 2010] Bodie, Z, Alex Kane and Alan J Marcus. 2006. Investasi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Dana Reksa. Consumer Confidence Hits Lowest Level In More Than Two Years. http://danareksaresearch.wordpress.com [03 Mei 2010] Dana Reksa. Daya Beli Masih Memburuk. http://danareksaresearch.wordpress.com [03 Mei 2010] Dana Reksa. Ekonomi Triwulan IV 2009. http://danareksaresearch.wordpress.com [01 April 2010] Departemen Keuangan. 2010. Data Pokok APBN 2005-2010 Departemen Keuangan RI. http://depkeu.go.id [26 Maret 2010] Departemen Keuangan. 2010. Asumsi Makro APBN-P 2010. http://fiskal.depkeu.go.id [26 Maret 2010] Fitri, N.A. Nilai Investasi Menggemuk. http://kontan.co.id [16 April 2010] Ganesh, A. 2009. Analisis Teknikal Harga Saham Indeks Kompas 100 Sektor Pertambangan Periode Februari-Juli 2008 Di Bursa Efek Indonesia.
104
Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Indra, B. Akuisisi Herald, Satu Lagi Nasionalisasi Aset Asing Ala BUMI. http://detikFinance.com [18 April 2010] Kabarbisnis. UU Minerba Optimalkan Potensi Sektor Tambang.http://kabarbisnis.com [17 April 2010] Keown, A.J. 2004. Manajemen Keuangan: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. PNPM-Mandiri. PNPM Mandiri Atasi Kemiskinan dan Pengangguran.. http://pnpm-mandiri.org. [30 April 2010] PT Aneka Tambang Tbk. Laporan Tahunan PT Aneka Tambang Tbk Tahun 20062008. http://antam.com [09 Februari 2010] PT Bukit Asam Tbk. Laporan Tahunan PT Bukit Asam Tbk Tahun 2006-2008. http://ptba.co.id [09 Februari 2010] PT Bumi Resources Tbk. Laporan Tahunan PT Bumi Resourcrs Tbk Tahun 20062008. http://bumiresources.com [09 Februari 2010] PT Timah Tbk. Laporan Tahunan PT Timah Tbk Tahun 2006-2008. http://timah.com [09 Februari 2010] Rahardjo, B. 2009. Jeli Investasi Saham Ala Warren Buffet. Penerbit CV Andi Offset. Yogyakarta. Rusdin,. 2006. Pasar Modal. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sabrini, S.B. 2008. Analisis Harga Saham Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007 dengan Analisis Fundamental dan Teknikal. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siamat, D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan (Edisi kelima). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Sulistiawan, D dan Liliani. 2007. Analisis Teknikal Modern Pada Perdagangan Sekuritas. Penerbit CV Andi Offset. Yogyakarta Suprapto, H. Penyerapan Tenaga Kerja Baru Capai 60%. http://Vivanews.com. [30 April 2010] Widi, A. Kuartal I, Produksi batubara BUMI 16 juta ton. http://economy.okezone.cim [04 April 2010]
105
Yahoo Finance. Historical price Jakarta Stock Exchange (JKSE) 2006-2009. http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010] Yahoo Finance. Historical price PT Aneka Tambang Tbk (ANTM.JK) 2006-2009. http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010] Yahoo Finance. Historical price PT Bumi Resources Tbk (BUMI.JK) 2006-2009. http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010] Yahoo Finance. Historical price PT Bukit Asam Tbk (PTBA.JK) 2006-2009. http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010] Yahoo Finance. Historical price PT Timah Tbk (TINS.JK) 2006-2009. http://finance.yahoo.com [07 Maret 2010] www.bisnisindonesia.com. Saham Pertambangan Menguat. [11 November 2009] www.infoanda.com. Forex Chart. [20 Desember 2009] www.vibiznews.com. Saham pertambangan menjadi unggulan. [11 September 2009]
LAMPIRAN
106
Lampiran 1. Suku Bunga SBI 3 bulan periode 2006-2008 Suku Bunga SBI Tanggal
Suku Bunga SBI Tanggal
3 bulan
3 bulan
4/1/2006
12.91%
25/6/2008
9.20%
8/2/2006
12.92%
2/7/2008
9.40%
1/3/2006
12.73%
9/7/2008
9.47%
5/4/2006
12.64%
16/7/2008
9.52%
10/5/2006
12.15%
23/7/2008
9.71%
9/8/2006
11.36%
29/7/2008
9,74%
8/11/2006
9.50%
6/8/2008
9.71%
7/2/2007
8.10%
13/8/2008
9.73%
9/5/2007
7.83%
20/8/2008
9.73%
6/2/2008
7.89%
27/8/2008
9.74%
13/2/2008
7.98%
4/9/2008
9.78%
20/2/2008
7.99%
10/9/2008
9.85%
27/2/2008
8.00%
17/9/2008
9.82%
5/3/2008
8.02%
24/9/2008
9.90%
12/3/2008
8.03%
15/10/2008
10.94%
26/3/2008
8.04%
22/10/2008
11.00%
2/4/2008
8.03%
29/10/2008
11.16%
9/4/2008
8.04%
6/11/2008
11.49%
16/4/2008
8.04%
12/11/2008
11.49%
23/4/2008
8.04%
19/11/2008
11.49%
30/4/2008
8.04%
26/11/2008
11.50%
7/5/2008
8.26%
4/12/2008
11.25%
14/5/2008
8.29%
5/12/2008
11.24%
21/5/2008
8.35%
10/12/2008
11.25%
27/5/2008
8.44%
17/12/2008
11.24%
4/6/2008
8.53%
24/12/2008
11.08%
11/6/2008
9.12%
31/12/2008
11.08%
18/6/2008
9.15%
107
Lampiran 2. Tingkat Pengembalian IHSG per bulan Periode 2006-2008 Tanggal
Harga IHSG
1/2/2006
1232.32
2/1/2006
1230.66
3/1/2006
Return IHSG
Tanggal
Harga IHSG
Return IHSG
7/2/2007
2348.67
9.7879
0.0775
8/1/2007
2194.34
-6.5710
1322.97
0.0723
9/3/2007
2359.21
7.5134
4/3/2006
1464.41
0.0851
10/1/2007
2643.49
12.0498
5/1/2006
1330
0.0721
11/1/2007
2688.33
1.6962
6/1/2006
1310.26
0.0798
12/3/2007
2745.83
2.1389
7/3/2006
1351.65
0.0823
1/2/2008
2627.25
-4.3185
8/1/2006
1431.26
0.0745
2/1/2008
2721.94
3.6041
9/1/2006
1534.61
0.0796
3/3/2008
2447.3
-10.0899
10/2/2006
1582.63
0.0796
4/1/2008
2304.52
-5.8342
11/1/2006
1718.96
0.0769
5/2/2008
2444.35
6.0676
12/1/2006
1805.52
0.0769
6/2/2008
2349.1
-3.8967
1/2/2007
1757.26
0.0819
7/1/2008
2304.51
-1.8982
2/1/2007
1740.97
0.0768
8/1/2008
2165.94
-6.0130
3/1/2007
1830.92
0.0716
9/1/2008
1832.51
-15.3942
4/2/2007
1999.17
0.0818
10/6/2008
1256.7
-31.4219
5/1/2007
2084.32
0.0740
11/3/2008
1241.54
-1.2063
6/4/2007
2139.28
0.0867
12/1/2008
1355.41
9.1717
108
Lampran 3. Tingkat Pengembalian PT Aneka Tambang Tbk per bulan Periode 2006-2008 Tanggal
Harga ANTM
1/2/2006
855
2/1/2006
805
3/1/2006
Return
Tanggal
Harga ANTM
Return
7/2/2007
2700
7.5697
-5.8480
8/1/2007
2250
-16.6667
870
8.0745
9/3/2007
2775
23.3333
4/3/2006
1150
32.1839
10/1/2007
3350
20.7207
5/1/2006
890
-22.6087
11/1/2007
4675
39.5522
6/1/2006
925
3.9326
12/3/2007
4475
-4.2781
7/3/2006
1040
12.4324
1/2/2008
3575
-20.1117
8/1/2006
1080
3.8462
2/1/2008
4100
14.6853
9/1/2006
1100
1.8519
3/3/2008
3350
-18.2927
10/2/2006
1390
26.3636
4/1/2008
3500
4.4776
11/1/2006
1510
8.6331
5/2/2008
3250
-7.1429
12/1/2006
1600
5.9603
6/2/2008
3175
-2.3077
1/2/2007
1560
-2.5000
7/1/2008
2475
-22.0472
2/1/2007
1820
16.6667
8/1/2008
1890
-23.6364
3/1/2007
2370
30.2198
9/1/2008
1460
-22.7513
4/2/2007
3120
31.6456
10/6/2008
1040
-28.7671
5/1/2007
2800
-10.2564
11/3/2008
1020
-1.9231
6/4/2007
2510
-10.3571
12/1/2008
1090
6.8627
109
Lampiran 4. Tingkat Pengembalian PT Bumi Resources Tbk per bulan Periode 2006-2008 Tanggal
Harga BUMI
1/2/2006
850
2/1/2006
840
3/1/2006
Return
Tanggal
Harga BUMI
Return
7/2/2007
2700
18.6813
-1.1765
8/1/2007
2550
-5.5556
890
5.9524
9/3/2007
3575
40.1961
4/3/2006
910
2.2472
10/1/2007
4800
34.2657
5/1/2006
830
-8.7912
11/1/2007
5650
17.7083
6/1/2006
770
-7.2289
12/3/2007
6000
6.1947
7/3/2006
830
7.7922
1/2/2008
6400
6.6667
8/1/2006
750
-9.6386
2/1/2008
7700
20.3125
9/1/2006
740
-1.3333
3/3/2008
6200
-19.4805
10/2/2006
770
4.0541
4/1/2008
6650
7.2581
11/1/2006
810
5.1948
5/2/2008
8050
21.0526
12/1/2006
900
11.1111
6/2/2008
8200
1.8634
1/2/2007
1080
20.0000
7/1/2008
6750
-17.6829
2/1/2007
1210
12.0370
8/1/2008
5500
-18.5185
3/1/2007
1330
9.9174
9/1/2008
3200
-41.8182
4/2/2007
1380
3.7594
10/6/2008
2175
-32.0313
5/1/2007
1750
26.8116
11/3/2008
1010
-53.5632
6/4/2007
2275
30.0000
12/1/2008
910
-9.9010
110
Lampiran 5. Tingkat Pengembalian PT Bukit Asam Tbk per bulan Periode 20062008 Tanggal
Harga PTBA
1/2/2006
1960
2/1/2006
2050
3/1/2006
Return
Tanggal
Harga PTBA
Return
7/2/2007
6650
1.5267
4.5918
8/1/2007
5750
-13.5338
2075
1.2195
9/3/2007
6550
13.9130
4/3/2006
3000
44.5783
10/1/2007
9050
38.1679
5/1/2006
3350
11.6667
11/1/2007
12100
33.7017
6/1/2006
3150
-5.9701
12/3/2007
12000
-0.8264
7/3/2006
3275
3.9683
1/2/2008
11400
-5.0000
8/1/2006
3400
3.8168
2/1/2008
11450
0.4386
9/1/2006
3375
-0.7353
3/3/2008
10050
-12.2271
10/2/2006
3450
2.2222
4/1/2008
10600
5.4726
11/1/2006
3250
-5.7971
5/2/2008
14600
37.7358
12/1/2006
3525
8.4615
6/2/2008
16400
12.3288
1/2/2007
3125
-11.3475
7/1/2008
13650
-16.7683
2/1/2007
3300
5.6000
8/1/2008
14500
6.2271
3/1/2007
3450
4.5455
9/1/2008
9350
-35.5172
4/2/2007
3900
13.0435
10/6/2008
5475
-41.4439
5/1/2007
5250
34.6154
11/3/2008
6900
26.0274
6/4/2007
6550
24.7619
12/1/2008
6900
0.0000
111
Lampiran 6. Tingkat Pengembalian PT Timah Tbk per bulan Periode 2006-2008 Tanggal
Harga TINS
1/2/2006
192
2/1/2006
205
3/1/2006
Return
Tanggal
Harga TINS
Return
7/2/2007
1410
16.0494
6.7708
8/1/2007
1230
-12.7660
207.5
1.2195
9/3/2007
1325
7.7236
4/3/2006
242.5
16.8675
10/1/2007
1950
47.1698
5/1/2006
193
-20.4124
11/1/2007
2500
28.2051
6/1/2006
174
-9.8446
12/3/2007
2870
14.8000
7/3/2006
174
0.0000
1/2/2008
2880
0.3484
8/1/2006
174
0.0000
2/1/2008
3255
13.0208
9/1/2006
177
1.7241
3/3/2008
2895
-11.0599
10/2/2006
240
35.5932
4/1/2008
3215
11.0535
11/1/2006
230
-4.1667
5/2/2008
3395
5.5988
12/1/2006
442.5
92.3913
6/2/2008
3745
10.3093
1/2/2007
785
77.4011
7/1/2008
3195
-14.6862
2/1/2007
960
22.2930
8/1/2008
2575
-19.4053
3/1/2007
1185
23.4375
9/1/2008
1660
-35.5340
4/2/2007
1195
0.8439
10/6/2008
1160
-30.1205
5/1/2007
1165
-2.5105
11/3/2008
1050
-9.4828
6/4/2007
1215
4.2918
12/1/2008
1080
2.8571
112
Lampiran 7. Simulasi investasi saham BUMI pada tahun 2009 Modal Rp. 5.296.000 Beli
Jual Net Profit
Harga (Rp)
Jumlah (Lot)
Total (Rp)
16-Mar-09
1324
8
5296000
23-Jun-09
1-Jul-09
2059
8
8236000
11-Sep-09
2415
8
18-Nop-09
2484
8
Tanggal
Harga (Rp)
Untung/Rugi (Rp)
Cost 0.5%
(Rp)
Jumlah (Lot)
Total (Rp)
1914
8
7656000
2360000
11800
2348200
4-Sep-09
2322
8
9288000
1052000
5260
1046740
9660000
27-Okt-09
2425
8
9700000
40000
200
39800
9936000
24-Des-09
2474
8
9896000
-40000
-200
-39800
Jumlah
3394940
Tanggal
113
Lampiran 8. Simulasi investasi saham PTBA pada tahun 2009 Modal Rp. 31.000.000
Beli
Untung/Rugi (Rp)
Jual
16-Feb-09
7750
8
31000000
2-Mar-09
6800
8
27200000
-3800000
-19000
-3781000
3-Apr-09
7050
8
28200000
23-Jun-09
10300
8
41200000
13000000
65000
12935000
17-Sep-09
14300
8
57200000
9-Nov-09
14600
8
58400000
1200000
6000
1194000
Tanggal
Harga (Rp)
Jumlah (Lot)
Total (Rp)
Net Profit
Jumlah (Lot)
Tanggal
Total (Rp)
Cost 0.5%
Harga (Rp)
(Rp)
10348000 Jumlah
114
Lampiran 9. Simulasi investasi saham TINS pada tahun 2009, Modal Rp. 4.280.000
Beli
Jual Net Profit
Tanggal
Harga (Rp)
Jumlah (Lot)
Total (Rp)
Tanggal
Harga (Rp)
Jumlah (Lot)
Total (Rp)
Untung/Rugi (Rp)
Cost 0.5%
(Rp)
25-Mar-09
1070
8
4280000
23-Jun-09
1890
8
7560000
3280000
16400
3263600
27-Jul-09
2075
8
8300000
25-Aug-09
2175
8
8700000
400000
2000
398000
16-Sep-09
2175
8
8700000
28 okt 2009
1980
8
7920000
-780000
-3900
-776100
Jumlah
2885500