ANALISIS HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL
Oleh DENNY H24076028
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN Denny. H24076028. Analisis Harga Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Dengan Analisis Fundamental dan Teknikal. Di bawah bimbingan Wita Juwita Ermawati
Harga saham merupakan indikator utama yang pertama kali dilihat oleh para investor. Harga saham juga merupakan cerminan dari kondisi perusahaan dan ekspektasi investor. Sebelum melakukan investasi saham di pasar modal, para investor dapat menganalisis harga saham dengan metode fundamental dan teknikal. Tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana kondisi lima perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008, menganalisis nilai intrinsik harga saham dengan analisis fundamental, menganalisis harga saham yang paling murah atau paling mahal dengan analisis fundamental dan menganalisis suatu pergerakan harga saham lima perusahaan pertambangan selama periode 2006-2010 menggunakan analisis teknikal. Penelitian ini dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa data laporan keuangan perusahaan dengan periode tahunan dari tahun 2006 hingga tahun 2008 untuk laporan keuangan emiten, dan data bulanan untuk Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks Sektoral dan harga penutupan saham emiten bulanan dari tahun 2006 hingga 2010. Pengolahan data untuk penelitian ini dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007. PT Bumi Resources Tbk, PT Tambang Bukit Asam Tbk dan PT Timah Tbk adalah perusahaan yang lebih banyak berada pada posisi overvalued, nilai saham ini lebih murah dan investor memiliki ketertarikan yang besar untuk berinvestasi pada saham ini. PT Aneka Tambang Tbk dan PT Energi Mega Persada Tbk memiliki nilai instrinsik yang sering berada pada posisi undervalued atau para investor memiliki ketertarikan kecil untuk melakukan investasi pada saham ini. Perhitungan analisis fundamental melalui perhitungan model kelipatan laba atau Price Earning Ratio (PER), selama periode 2006 hingga 2008 saham yang paling sering menjadi saham yang paling murah adalah saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Sedangkan saham yang paling sering menjadi saham yang paling mahal adalah saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Analisis teknikal dengan melalui Exponential Moving Average yang dilakukan terhadap grafik harga penutupan saham PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA) selama periode 2006-2010 menghasilkan 6 kali sinyal beli dan 5 kali sinyal jual, grafik harga masih menunjukkan trend yang meningkat. Trend yang ada pada saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) selama periode 2006-2010 menujukan trend yang cenderung menurun, yang menghasilkan 4 kali sinyal beli dan 3 kali sinyal jual. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selama periode 20062010 menujukan trend yang meningkat, dan terbentuk 6 kali sinyal beli dan 6 kali sinyal jual. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) selama periode 2006-2010 menghasilkan 4 kali sinyal beli dan sinyal jual, trend yang ada pada saham ini menunjukan trend yang menurun. PT Timah Tbk (TINS) selama periode 20062010 stabil meningkat, dengan 3 kali sinyal jual dan 4 kali sinyal beli.
ANALISIS HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh DENNY H 24076028
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Harga Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Dengan Analisis Fundamental Dan Teknikal
Nama
: Denny
NIM
: H24076028
Menyetujui Pembimbing,
(Wita Juwita Ermawati, S.TP,MM) NIP : 197509072005012001 Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 13 Maret 1985, dari pasangan Bapak Rofi Susilo dan Ibu Eriyati. Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara. Penulis memulai sekolahnya pertama kali dari taman kanak-kanak (TK) di TK Tunas Mekar dan lulus pada tahun 1992. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Dasar (SD) di SDN 03 Depok Baru dan selesai pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 9 Depok. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2004 di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 38, Jakarta Selatan. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur penerimaan Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Diploma Teknologi Usaha Ternak Unggas, Fakultas Peternakan. Kemudian pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Organisasi yang pernah diikuti, antara lain Eskul Bola Basket dan menjabat sebagai ketua, anggota Karang Taruna Komplek Pinang Indah, dan anggota Eksom Club (Institut Pertanian Bogor)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini penulis dapat menyelesaikan penelitian yang bertema analisis fundamental dan teknikal saham. Penelitian ini dibuat penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor. Judul penelitian yang diajukan penulis adalah “Analisis Harga Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Dengan Analisis Fundamental dan Teknikal”. Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran pada berbagai pihak mengenai perdagangan saham industri pertambangan di Bursa Efek Indonesia baik secara fundamental maupun teknikal.
Bogor, Juli 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang mendukung, baik secara moril maupun materil. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak dan Ibunda tercinta yang selama ini telah mencurahkan segenap kasih sayang, doa restu dan perhatiannya kepada penulis. Terima kasih kepada kakak-kakak tercinta Ardian, Dube dan Devi atas doa dan dukungannya. 2. Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, pengarahan dan semangat dengan penuh kesabaran hingga selesainya skripsi ini. 3. Bapak Nurhadi Wijaya S.TP, MM dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji. 4. Bapak/Ibu Dosen pengajar Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmunya selama penulis melaksanakan perkuliahan. 5. Ibu Yuyun yang telah membantu dalam pengolahan data dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam skripsi ini. 6. Seluruh Staf Sekretariat Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen, Fakultas Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 7. Teman-teman eks kosan Tajur dan kosan Bantar Jati (Andi Uccha Saputra, Alief Danar, Andri Marta, Lukman Geanova, Yonni Adi Saputra) yang memberikan warna selama tinggal di Bogor dan menemani dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Untuk Dikun, Julie, Hanifah, Mirfat, Lonica Adysa, Erdy, Indro, Pampam, Bupet, Icha, Indah, Devan, Taruna, Tommy, Penyok, Uchi, Arief, Dina, Tegar, Ward, Gauz, Indradi HK, Menyeng, Bacek, Alay, Rexy terima kasih atas persahabatan dan kenangannya di FEM, semoga segala cita-cita kalian tercapai, amin. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, terima kasih.
Masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP......................................................................
ii
KATA PENGANTAR ................................................................
iii
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................
vi
DAFTAR TABEL ......................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................
viii
I. PENDAHULUAN ...................................................................
1
1.1. Latar belakang .............................................................. 1.2. Perumusan masalah ...................................................... 1.3. Tujuan penelitian.......................................................... 1.4. Batasan penelitian ........................................................ 1.5. Ruang lingkup penelitian .............................................
1 4 5 6 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................
7
2.1. Pasar modal .................................................................. 2.2. Bursa efek .................................................................... 2.3. Indeks harga saham ...................................................... 2.4. Nilai saham .................................................................. 2.5. Keuntungan dari saham ................................................ 2.6. Analisis fundamental.................................................... 2.6.1.Analisis ekonomi dan Pasar ............................... 2.6.2.Analisis industri ................................................. 2.6.3.Analisis perusahaan............................................ 2.7. Kerangka analisis fundamental .................................... 2.8.Capital asset pricing model .......................................... 2.9.Analisis teknikal ............................................................ 2.9.1.Asumsi-asumsi dasar analisis teknikal ............... 2.9.2.Prinsip dasar analisis teknikal ............................ 2.9.3.Kerangka analisis teknikal ................................. 2.9.4.Indikator moving average .................................. 2.10.Penelitian terdahulu.....................................................
7 7 8 11 12 14 14 15 15 17 18 19 19 20 21 22 24
III. METODOLOGI PENELITIAN .........................................
25
3.1. Kerangka penelitian ..................................................... 3.2. Lokasi dan waktu penelitian ........................................ 3.3. Metode penelitian ......................................................... 3.3.1. Metode pengumpulan data ………….......……. 3.3.2. Metode pengolahan dan analisis data…….…... 3.3.2.1. Analisis fundamental……….….……...
25 26 26 26 28 28
A. Present value.................................….… B. Price earning ratio……………………. C. Arus kas……................………............. D. Capital asset pricing model…………... 3.3.2.2. Analisis teknikal……………........….... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................. 4.1. Gambaran umum perusahaan......................................... 4.1.1. PT Tambang Bukit Asam Tbk.............................. A. Pendirian dan informasi umum............................. B. Manajemen............................................................ C. Pemegang saham................................................... D. Ringkasan keuangan............................................. 4.1.2. PT Aneka Tambang Tbk....................................... A. Pendirian dan informasi umum............................. B. Manajemen............................................................ C. Pemegang saham................................................... D. Ringkasan keuangan............................................. 4.1.3. PT Bumi Resources Tbk....................................... A. Pendirian dan informasi umum............................. B. Manajemen............................................................ C. Pemegang saham................................................... D. Ringkasan keuangan............................................. 4.1.4. PT Energi Mega Persada Tbk............................... A. Pendirian dan informasi umum............................. B. Manajemen............................................................ C. Pemegang saham................................................... D. Ringkasan keuangan............................................. 4.1.5. PT Timah Tbk....................................................... A. Pendirian dan informasi umum............................. B. Manajemen............................................................ C. Pemegang saham................................................... D. Ringkasan keuangan............................................. 4.1.6. Analisis secara umum kondisi keuangan perusahaan pertambangan..................................... 4.2. Analisis fundamental...................................................... A. Analisis pasar............................................................. 1. Gambaran umum kondisi perekonomian (selama periode 2006 hingga 2008)...................... 2. Tingkat pengembalian pasar (selama tahun 2006 hingga 2008)......................... B. Analisis industri......................................................... C. Analisis fundamental................................................. 1. PT Tambang Bukit Asam Tbk............................... 2. PT Aneka Tambang Tbk........................................ 3. PT Bumi Resources Tbk........................................ 4. PT Energi Mega Persada Tbk................................ 5. PT Timah Tbk........................................................
28 28 29 29 31 33 33 33 33 34 35 35 36 36 36 37 37 38 38 39 39 39 40 40 41 41 41 42 42 43 43 43 44 45 45 45 47 49 53 53 55 56 56 57
6. Perbandingan price earning ratio.......................... 4.3. Analisis teknikal............................................................. A. PT Tambang Bukit Asam Tbk................................... B. PT Aneka Tambang Tbk............................................ C. PT Bumi Resources Tbk............................................ D. PT Energi Mega Persada Tbk.................................... E. PT Timah Tbk............................................................ 4.4. Perbandingan analisis fundamental dan teknikal........... A. PT Tambang Bukit Asam Tbk................................... B. PT Aneka Tambang Tbk............................................ C. PT Bumi Resources Tbk............................................ D. PT Energi Mega Persada Tbk.................................... E. PT Timah Tbk............................................................
58 61 61 63 64 65 67 69 69 70 71 73 74
KESIMPULAN DAN SARAN....................................................
76
1. Kesimpulan................................................................................
76
2. Saran..........................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................
79
LAMPIRAN ................................................................................
82
DAFTAR GAMBAR No 1. 2. 3. 4.
Kerangka pendekatan Analisis Fundamental ....................... Kerangka pendekatan Analisis Teknikal .............................. Struktur kerangka pemikiran. ............................................... Perbandingan tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat pengembalian pasar per kuartal.......................... 5. Grafik Exponential Moving Average PT Tambang Bukit Asam Tbk Periode 2006-2010............................................... 6. Grafik Exponential Moving Average PT Aneka Tambang Tbk Periode 2006-2010......................................................... 7. Grafik Exponential Moving Average PT Bumi Resources Tbk Periode 2006-2010........................................................ 8. Grafik Exponential Moving Average PT Mega Energi Persada Tbk Periode 2006-2010........................................... 9. Grafik Exponential Moving Average PT Timah Tbk Periode 2006-2010............................................................... 10. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Tambang Bukit Asam Tbk periode 2006-2008...... 11. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Aneka Tambang Tbk periode 2006-2008................ 12. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Bumi Resources Tbk periode 2006-2008................ 13. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Energi Mega Persada Tbk periode 2006-2008........ 14. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Tmiah Tbk periode 2006-2008................................
Halaman 17 21 27 51 62 64 65 66 67 69 71 72 73 75
DAFTAR TABEL No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Halaman Investasi di sektor pertambangan ................................................... 3 Ringkasan kondisi keuangan PT Tambang Bukit Asam Tbk Selama 2006-2008.......................................................................... 35 Ringkasan Keuangan PT Aneka Tambang Tbk selama 2006-2008...................................................................................... 37 Ringkasan kondisi keuangan PT Bumi Resources Tbk selama 2006-2008........................................................................... 40 Ringkasan kondisi keuangan PT Energi Mega Persada Tbk selama 2006-2008........................................................................... 42 Ringkasan kondisi keuangan PT Timah Tbk selama 2006-2008... 44 Tingkat pengembalian pasar per kuartal periode 2006 hingga 2008.......................................................................... 48 Perbandingan harga saham PT Tambang Bukit Asam Tbk periode 2006-2008.......................................................................... 54 Perbandingan harga saham PT AnekaTambang Tbk periode 2006-2008.......................................................................... 55 Perbandingan harga saham PT Bumi Resources Tbk periode 2006-2008...................................................................................... 56 Perbandingan harga saham PT Energi Mega Persada Tbk periode 2006-2008.......................................................................... 57 Perbandingan harga saham PT Timah Tbk periode 2006-2008..... 58 Price Earning Ratio per kuartal 5 perusahaan industri pertambangan periode 2006-2008.................................................. 59 Pebandingan harga saham 5 perusahaan industri pertambangan periode 2006-2008.................................................. 60
DAFTAR LAMPIRAN No 1. Indeks Harga Saham Gabungan per bulan periode 2006-2008 ............................................................................ 2. Indeks Harga Saham Sektoral Pertambangan per bulan periode2006-2008 ................................................................ 3. Sertifikat Bank Indonesia jangka 3 bulan. ........................... 4. Tingkat pengembalian pasar per triwulan periode 2006-2008............................................................................. 5. Tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat pengembalian pasar per triwulan periode 2006-2008.......... 6. Harga penutupan saham PT Aneka Tambang Tbk per bulan periode 2006-2010................................................ 7. Harga penutupan saham PT Bumi Resources Tbk per bulan periode 2006-2010................................................ 8. Harga penutupan saham PT Energi Mega Persada Tbk per bulan periode 2006-2010................................................ 9. Harga penutupan saham PT Tambang Bukit Asam Tbk per bulan periode 2006-2010................................................ 10. Harga penutupan saham PT Timah Tbk per bulan periode 2006-2010................................................................ 11. Earning Per Share Per Kuartal 5 Perusahaan Pertambangan Selama 2006-2008................................................................. 12. Price Earning Ratio Per Kuartal 5 Perusahaan Pertambangan Selama 2006-2008......................................... 13. Tingkat Pengembalian Saham (R) PT Aneka Tambang Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008 ............................................ 14. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Bumi Resources Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008 ................. 15. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Energi Mega Persada Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008 ........... 16. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Tambang Bukit Asam Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008 ............ 17. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Timah Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008....................................... 18. Nilai Intrinsik Saham PT Aneka Tambang Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008........................................ 19. Nilai Intrinsik Saham PT Bumi Resources Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008....................................... 20. Nilai Intrinsik Saham PT Energi Mega Persada Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008........................................ 21. Nilai Intrinsik Saham PT Tambang Bukit Asam Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008........................................ 22. Nilai Intrinsik Saham PT Timah Tbk Per Kuartal Periode 2006-2008..........................................................
Halaman 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pasar modal Indonesia tercermin melalui peningkatan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), yang merupakan indeks yang menggambarkan perkembangan nilai pasar dari waktu ke waktu. Struktur IHSG terdiri atas indeks sektoral yang terbagi dalam 9 sektor, yaitu: sektor pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri bahan konsumsi, property, real estate dan konstruksi, infrastruktur, utilitas dan transportasi, keuangan dan perdagangan, jasa dan investasi. Kondisi ekonomi pertambangan mampu berdampak positif atau negatif bagi stabilitas ekonomi Indonesia. Kegiatan bisinis industri pertambangan di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Makin canggihnya tekonologi dalam bidang pertambangan, maka sumber daya alam seperti emas, perak, tembaga dan batubara menjadi industri pertambangan yang banyak dieksplorasikan. Sektor pertambangan juga memberikan lapangan pekerjaan yang cukup besar, baik yang terlibat secara langsung maupun dalam berbagai bentuk produk dan jasa pendukung pertambangan (www.jurnal-ekonomi, 2009) Hambatan yang kerap terjadi pada perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan adalah adanya keterbatasan sumberdaya dengan jumlah permintaan akan kebutuhan bahan tambang. Oleh karena itu, suatu perusahaan dituntut untuk dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya dengan baik. Jumlah emiten dalam sektor pertambangan sebanyak 18 emiten yang tersebar dalam 4 subsektor, yaitu: pertambangan batubara, pertambangan minyak dan gas alam, pertambangan logam dan mineral dan pertambangan batu-batuan. Adapun 20 emiten pada sektor pertambangan dirinci menurut sub sektornya adalah sebagai berikut: (www.bei, 2009) 1. Sub sektor pertambangan batubara. a. Adaro Energy (ADRO) b. APTK Resources (ATPK) c. Bumi Resources (BUMI)
d. Indo Tambang Raya Megah (ITMG) e. Perdana Karya Perkasa (PKPK) f. Petrosea (PTRO) g. Resources Alam Indonesia (KKGI) h. Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) 2. Sub sektor minyak dan gas alam a. Apexindo Pratama Duta (APEX) b. Elnusa (ELSA) c. Energi Mega Persada (ENRG) d. Medco Energy Internasional (MEDC) e. Radiant Utama Interinsco (RUIS) 3. Pertambangan logam dan mineral a. Aneka Tambang (ANTAM) b. Citra Mineral Investindo (CITA) c. Internasional Nickel Indonesia (INCO) d. Timah (TINS) 4. Pertambangan batu-batuan a. Central Korporindo (CNKO) b. Citatah Industri Marmer (CTTH) c. Mitra Investindo (MITI) Data Bank Indonesia menunjukkan, hingga triwulan II-2009 kredit ke sektor pertambangan menurun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, per September 2009 kredit sektor pertambangan naik 4,99 persen dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara besarnya kredit yang belum direalisasikan turun 6,87 persen. Sektor pertambangan menjadi penopang ekspor nonmigas Indonesia selama Januari-Agustus 2009, ekspor pertambangan 11,6 miliar dollar AS atau naik 21,42 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2008 (www.kompascetak, 2009). Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Priyo Pribadi Soemarno (www.bisnis, 2009) mengemukakan bahwa investasi sektor pertambangan diperkirakan bisa menembus Rp20 triliun tahun 2010, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 1. Namun, prediksi investasi itu
akan terhambat bila pemerintah tidak segera menuntaskan masalah di sektor itu dan hambatan sektor pertambangan diantaranya adalah harmonisasi regulasi
dan
masalah
perpajakan.
Berkaitan
dengan
iklim
bisnis
pertambangan tahun ini, pemerintah diminta memprioritaskan pengembangan proyek tambang mineral dan batu bara yang sudah menyelesaikan tahap feasibility studies untuk meningkatkan kinerja pertambangan 2010. Menurut beliau, investasi baru di sektor pertambangan Indonesia sepanjang 2010 tidak akan mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mengingat kondisi industri pertambangan belum sepenuhnya pulih akibat krisis ekonomi global. Tabel 1. Investasi di sektor pertambangan Investasi di sektor pertambangan (dalam Rp miliar) 2010
20.020
2011
30.770
2012
50.080
2013
46.800
2014
74.680
Sumber : Departement ESDM
1.2. Perumusan Masalah Harga saham merupakan indikator utama yang pertama kali dilihat oleh para investor. Harga saham juga merupakan cerminan dari kondisi perusahaan dan ekspektasi investor. Sebelum melakukan investasi saham di pasar modal, para investor harus menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi investasinya tersebut. Karena dengan melakukan analisis para calon investor dapat mengurangi resiko kerugian yang sangat besar. Sebaliknya apabila para calon investor tidak melakukan analisis maka bisa berakibat fatal yang sangat beresiko. Dua resiko terbesar adalah mengalami capital loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, serta opportunity loss, yaitu kerugian yang terjadi karena perusahaan atau emiten dilikuidasi. Untuk mengantisipasi perubahan harga saham maka diperlukan analisis saham.
Analisis harga saham dapat dilakukan dengan dua metode yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Melalui analisis fundamental, investor dapat menaksir nilai intrinsik dari suatu saham. Dengan analisis teknikal, investor dapat melihat pergerakan harga saham dalam kurun waktu tertentu. Dari kedua analisis ini dapat dilakukan secara bersamaan untuk menganalisis suatu saham. Sesuai dengan hal yang telah disampaikan, maka dapat diketahui perumusan masalah dari penelitian ini yaitu : 1.
Bagaimana kondisi perusahaan-perusahaan pertambangan di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode 2006-2008 ?
2.
Bagaimana nilai intrinsik harga saham pada perusahaan-perusahaan pertambangan selama periode 2006-2008 melalui analisis fundamental dan membandingkannya dengan harga pasar di BEI (Bursa Efek Indonesia) ?
3.
Bagaimana suatu perbandingan saham yang paling murah dan paling mahal dalam lima perusahaan pertambangan dalam periode 2006-2008 melalui analisis fundamental ?
4.
Bagaimana pergerakan harga saham pada perusahaan-perusahaan pertambangan selama periode 2006 hingga triwulan I tahun 2010 melalui analisis teknikal ?
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pengkajian masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengidentifikasi kondisi lima perusahaan pertambangan di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2006-2008.
2.
Menganalisis
nilai
intrinsik
harga
saham
lima
perusahaan
pertambangan periode 2006-2008 dengan menggunakan analisis fundamental dan membandingkannya dengan harga pasar. 3.
Menganalisis harga saham yang paling murah atau paling mahal pada lima perusahaan pertambangan di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2006-2008 dengan menggunakan analisis fundamental.
4.
Menganalisis suatu pergerakan harga saham lima perusahaan pertambangan selama periode 2006 hingga triwulan I tahun 2010 dengan menggunakan analisis teknikal.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah dinamika keilmuan dalam teknik analisis surat berharga selain analisis fundamental yang telah banyak dilakukan di pasar modal Indonesia.
2.
Bagi pihak-pihak yang ingin melakukan kajian lebih dalam mengenai analisis fundamental dan analisis teknikal, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan landasan bagi penelitian selanjutnya.
3.
Bagi para investor saham, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan analisis investasi di pasar modal melalui dua pendekatan, yaitu dengan analisis fundamental dan analisis teknikal.
1.5. Batasan Penelitian Penelitian ini terbatas pada suatu kinerja perusahaan secara domestik saja atau dengan kata lain adalah perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), baik melalui pendekatan fundamental maupun pendekatan teknikal. Hal ini dilakukan karena operasional perusahaan-perusahaan yang diteliti berlokasi di Indonesia. Data yang diambil untuk analisis fundamental terbatas pada periode 2006-2008, karena data penutupan harga saham harian tahun 2009 belum diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia, data tersebut akan diterbitkan pada bulan Juli 2010 dan untuk analisis teknikal digunakan data penutupan harga saham bulanan pada tahun 2006 hingga triwulan 1 tahun 2010. Penelitian ini dilakukan di BEI (Bursa Efek Indonesia), dengan mengambil data saham yang termasuk ke dalam harga saham sektor pertambangan, di antaranya ANTM (Aneka Tambang), BUMI (Bumi Resources), ENRG (Energi Mega Persada), TINS (Timah), PTBA (Tambang
Batubara Bukit Asam). Saham 5 perusahaan pertambangan tersebut termasuk saham unggulan (blue chips stock). Blue chips stock atau saham unggulan merupakan suatu saham yang manajemennya memiliki reputasi yang baik. Di samping itu dari 5 perusahaan tersebut sudah cukup menggambarkan dalam menganalisis harga saham baik dari segi fundamental maupun teknikalnya. Pada kesempatan ini penulis menganalisis faktor fundamental dan teknikal. Analisis fundamental dapat dilakukan dengan dua model, yaitu dengan pendekatan present value dan model kelipatan laba atau
Price
Earning
untuk
Ratio
(PER).
Analisis
fundamental
ini
bertujuan
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis teknikal dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan eksponential moving average. Analisis ini dapat dihasilkan informasi pergerakan harga saham yang akan terjadi selanjutnya atau peramalan tentang harga saham. Informasi ini berguna bagi investor untuk melakukan transaksi saham baik jual maupun beli.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan suatu pasar untuk mendapatkan modal pinjaman (loan capital) jangka panjang perusahaan, modal saham (share capital) dan obligasi (bonds) pemerintah. Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri (Ardian, 2003). Menurut Husnan (2001), pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pihak dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Ardian, 2003). 2.2. Bursa Efek Bursa efek menurut Ardian (2003), adalah sebuah pasar (market) yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek (stocks) atau saham (shares) perusahaan serta obligasi (bonds) pemerintah.
Bursa efek melaksanakan dua fungsi utama, yaitu: 1.
Sebuah pasar primer atau penerbitan baru, dimana modal untuk investasi dan tujuan-tujuan lain dapat ditingkatkan melalui efek-efek baru, saham dan obligasi.
2.
Sebuah pasar sekunder melakukan perdagangan surat-surat berharga yang ada, termasuk perdagangan di masa depan, yang mempermudah pengalihan surat-surat berharga dari penjual ke pembeli.
2.3. Indeks Harga Saham Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007) harga saham bisa berubah setiap saat karena adanya ekspektasi para investor yang berubah dengan informasi yang mereka dapatkan. Saat ini BEI (Bursa Efek Indonesia) mempunyai 7 macam indeks saham (BEI, 2010) yaitu: 1.
Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2.
Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di Bursa Efek Indonesia indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
3.
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
4.
Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk ke dalam LQ 45 tersebut.
5.
Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain,
dalam indeks ini dimasukan saham-saham yang memenuhi kriteriakriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah Islam adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti di bawah ini: •
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan dilarang.
•
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
•
Usaha
yang
memproduksi,
mendistribusi
serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. •
Usaha
yang memproduksi, mendistribusi dan menyediakan
barang-barang ataupun jasa-jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 6.
Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yaitu kelompok Papan Utama Pengembangan.
7.
Indeks KOMPAS 100. Adalah merupakan Indeks Harga Saham hasil kerja sama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut : a.
Telah tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia) minimal 3 bulan.
b.
Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).
c.
Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan pola perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkan saham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham.
d.
Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekuensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di pasar reguler selama 12 bulan terakhir.
e.
Dari 150 saham tersebut kemudian diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi saham terbesar.
f.
Dari 150 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja : hari transaksi dan frekuensi transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar reguler, dengan proses sebagai berikut : i. Dari 90 sisanya, akan dipilih 75 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar reguler. ii. Dari 75 saham tersebut akan dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi di pasar reguler. iii. Dari 60 saham tersebut akan dipilih 40 saham berdasarkan kapitalisasi pasar.
g.
Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari perhitungan butir (e) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (f).
h.
Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS 100 akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau lebih tepatnya pada bulan Agustus.
Perhitungan Indeks mempresentasikan pergerakan harga saham di pasar atau bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. 2.4. Nilai Saham Menurut Keown (2002), nilai saham didefinisikan sebagai berikut : 1.
Nilai nominal (Par value) suatu saham adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk setiap lembar saham. Nilai nominal adalah modal per lembar yang harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. Untuk saham yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya menetapkan sendiri per lembar. Jika tidak ada nilai yang ditetapkan maka yang dianggap sebagai modal adalah semua penerimaan bersih
yang diterima oleh emiten pada waktu mengeluarkan saham bersangkutan. 2.
Nilai Buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net assets) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Nilai buku per lembar saham (book value per share) tidak menunjukan ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku per lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten) dilikuidasi. Jika perusahaan mempunyai dua jenis saham, yaitu saham preferen dan saham biasa, maka perhitungan nilai buku per lembar untuk dua jenis saham itu adalah sebagai berikut: a.
Cara menghitung ekuitas preferen adalah mengalikan nilai tebus (call price) ditambah dengan dividen yang di arrears dengan lembar saham preferen yang beredar. Jika nilai tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang digunakan di dalam perhitungan ini. Agio saham untuk saham preferen tidak dimasukan karena pemegang saham preferen tidak mempunyai hak untuk agio ini, walaupun berasal dari saham preferen, sehingga nilai agio ini dimasukkan sebagai tambahan nilai ekuitas saham biasa. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
b.
Cara menghitung nilai ekuitas saham biasa adalah: nilai ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas dengan nilai ekuitas saham preferen.
3.
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar bursa pada saat tertentu ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.
4.
Nilai fundamental, tujuan perhitungan nilai fundamental saham atau lebih sering dengan disebut nilai intrinsik saham adalah menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut mencerminkan nilai saham sebenarnya (riil value) sehingga tidak terlalu mahal (overpriced). Perhitungan nilai intrinsik (intrinsic value) dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain / loss. Menurut Akbar (2007), nilai fundamental saham adalah harga wajar suatu saham perusahaan. Harga wajar ini dapat dihitung dengan dua cara, yaitu: 1. Analisis fundamental. Harga saham dapat dilihat dari hasil analisis pengolahan data keuangan dan laporan keuangan sebuah perusahaan. 2. Analisis teknikal. Harga saham berdasarkan data-data lampau (histories) harga saham tersebut, sehingga dapat dibuat sebuah pola (pattern) suatu saham.
2.5. Keuntungan dari Saham Menurut Sabrini (2008), ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham adalah sebagai berikut: 1. Dividen Dividen merupakan pembagi keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman dividen. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Hasil yang didapat pemegang saham terutama berbentuk dividen, yaitu
sejumlah pengembalian (return) yang didasarkan pada proporsi kepemilikan saham atas seluruh saham perusahaan yang diterbitkan (Akbar, 2007). Menurut Awat (2000), bentuk-bentuk kebijakan dividen adalah sebagai berikut: a. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend per Share Policy), yakni jumlah pembayaran dividen itu sama besarnya dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan dividen yang stabil ialah untuk memelihara kesan para investor terhadap perusahaan tersebut, sebab apabila perusahaan menerapkan kebijakan dividen yang stabil berarti perusahaan itu yakin bahwa pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun. b. Kebijakan Dividend Payout Ratio (Rasio Pembayaran Deviden) yang Tetap. Dalam kebijakan ini, jumlah dividen akan berubahubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah tetap. c. Kebijakan Kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividend payout ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi. d. Kebijakan Dividen Residual (Residual Dividend Policy). Apabila menghadapi suatu kesempatan investasi yang tidak stabil maka manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayar ketika laba bersih itu benar. 2. Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
2.6. Analisis Fundamental Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestisimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental adalah salah satu jenis analisis investasi yang dilakukan yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan fundamental perusahaan. Setiap berita baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan ekonomi dapat menjadi faktor fundamental yang penting untuk dicermati (Sabrini, 2008). Menurut Husnan (2001), karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 2.6.1. Analisis Ekonomi dan Pasar Kegiatan perekonomian mempengaruhi kondisi pasar, sehingga dapat mempengaruhi para pemodal. Apabila pasar membaik atau memburuk, artinya saham-saham juga akan terpengaruh dengan arah yang sama. Selain terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh investor, kondisi pasar juga mempengaruhi kemampuan perusahaan memperoleh
laba.
Disamping
pengaruhnya
terhadap
kondisi
perusahaan, kondisi perkonomian juga mempengaruhi kondisi industri (Husnan, 2001). 2.6.2. Analisis Industri Sebelum melakukan analisis industri atau sektor tertentu, maka perlu melihat perkembangan atau kinerja industri/sektor tersebut, sehingga
dapat
memberikan
gambaran
arah
perkembangan
industri/sektor tersebut. Seharusnya pengamatan perlu dilakukan untuk periode yang cukup panjang sehingga barangkali dapat dideteksi pola perkembangannya atau adanya pengaruh akibat kondisi ekonomi. Menurut Husnan (2001), untuk melakukan analisis industri, langkah yang pertama yang dapat dilakukan adalah dengan
mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih berkembang cepat, sudah stabil, ataukah sudah menurun. Langkah berikutnya adalah menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah ketiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang. 2.6.3. Analisis Perusahaan Analisis fundamental perusahaan dilakukan untuk menilai intrinsik saham perusahaan yang di analisis. Nilai intrinsik ini digunakan untuk membandingkan dengan harga pasar. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental
yang
mempengaruhinya (Halim, 2003). Menurut Husnan (2001), untuk menafsir nilai intrinsik saham, ada dua metode yang sering digunakan, yaitu metode present value (metode kapitalisasi penghasilan) dan metode Price Earning Ratio atau PER (metode kelipatan laba). 1. Metode present value Metode ini adalah nilai saat ini suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Arus kas (bebas) merupakan arus kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak dan setelah dikurangi kebutuhan pengeluaran untuk investasi modal (Petty, 2002). 2. Metode Price Earning Ratio (PER) Metode Price earning Ratio (PER) adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham (Earning Per Share, EPS). Langkah pertama yang perlu adalah memahami laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama, yaitu Neraca dan laporan Rugi Laba.
Perusahaan yang memiliki nilai PER yang paling rendah adalah perusahaan yang harga sahamnya paling murah. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki nilai PER yang paling tinggi adalah perusahaan yang mempunyai harga saham yang paling mahal.
2.7. Kerangka Analisis Fundamental Melalui kerangka analisis fundamental dapat diperoleh struktur penilaian-penilaian, yaitu manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun laba dan risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak, dengan menganalisis terhadap faktor ekonomi atau pasar, faktor industri dan faktor perusahaan. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Analisis
Penilaian
1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun laba. 2. Risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak
Dilakukan dengan
Analisis terhadap : 1. Ekonomi atau pasar 2. Industri 3. Perusahaan
Gunakan model valuasi dividen Atau Gunakan model PER
Gambar 1. Kerangka analisis fundamental Sumber : Husnan, 2001
2.8. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Menurut Halim (2003), CAPM merupakan model untuk menentukan harga suatu aset pada kondisi ekuilibrium, tujuannya adalah untuk menentukan minimum required of return dari investasi yang beresiko. Asumsi-asumsi yang mendasari Capital Asset Pricing Model yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1.
Diasumsikan tidak ada biaya transaksi. Dengan demikian pemodal bisa membeli atau menjual sekuritas tanpa menanggung biaya transaksi.
2.
Diasumsikan bahwa investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (fully divissible). Artinya pemodal bisa melakukan investasi sekecil apapun pada jenis sekuritas.
3.
Diasumsikan tidak ada pajak penghasilan bagi para pemodal. Dengan demikian pemodal akan merasa indefferent antara memperoleh dividen ataupun capital gains. Pemodal dikatakan capital gains kalau terjadi kenaikan harga saham, dan capital loss apabila terjasi penurunan harga saham.
4.
Diasumsikan bahwa para pemodal tidak bisa mempengaruhi harga saham dengan tindakan membeli atau menjual saham.
5.
Para
pemodal
diasumsikan
akan
bertindak
semata-mata
atas
pertimbangan expected value (nilai yang diharapkan) dan deviasi standar tingkat keuntungan portofolio. 6.
Diasumsikan bahwa para pemodal bisa melakukan short sales.
7.
Diasumsikan terdapat para pemodal yang bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga yang sama.
8.
Pemodal diasumsikan mempunyai pengharapan yang homogen. Ini berarti bahwa para pemodal sepakat tentang expected return (pengembalian yang diharapkan), deviasi standar dan koefisien korelasi antar tingkat keuntungan.
9.
Diasumsikan bahwa semua aktiva bisa diperjual belikan.
2.9. Analisis Teknikal Analisis Teknikal (technical analysis) adalah salah satu analisis atau metode pendekatan yang mengevaluasi pergerakan suatu harga saham, valas, kontrak berjangka (future contract), indeks dan beberapa instrumen keuangan lainnya. Analisa teknikal adalah kombinasi antara studi harga (pembukaan, harga tertinggi/terendah, dan penutupan) dengan menggunakan grafik-grafik chart yang terbentuk sebagai peta utama untuk menentukan langkah-langkah berikutnya (Husnan, 2001). Analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham (investasi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat suatu trend atau pola grafik historis, seorang investor saham bisa membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham (Fernandez. et all, dalam Ganesh, 2008). 2.9.1. Asumsi-Asumsi Dasar Analisis Teknikal Menurut Halim (2003), asumsi-asumsi yang berlaku dalam analisis teknikal adalah sebagai berikut: 1. Harga saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand. 2.
Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irrasional.
3.
Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.
4.
Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.
5.
Pergeseran supply dan demand dapat terdetektesi dengan memperlajari diagram dari perilaku pasar.
6.
Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.
2.9.2. Prinsip Dasar Analisis Teknikal Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis teknikal (www.imarketiva.com/analisa-teknikal, 2009), yaitu : 1.
Market Price Discounts Everything, yaitu segala kejadiankejadian yang dapat mengakibatkan gejolak pada bursa valas secara keseluruhan atau harga mata uang suatu negara seperti faktor ekonomi, politik fundamental dan termasuk juga kejadiankejadian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti adanya peperangan, gempa bumi dan lain sebagainya akan tercermin pada harga pasar.
2.
Price Moves in Trend, yaitu harga valuta asing akan tetap bergerak dalam satu trend. Harga mulai bergerak ke satu arah, turun atau naik. Trend ini akan berkelanjutan sampai pergerakan harga melambat dan memberikan peringatan sebelum berbalik dan bergerak ke arah yang berlawanan.
3.
History
Repeats
It
Self,
karena
analisis
teknikal
juga
menggambarkan faktor psikologis para pelaku pasar, maka pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pergerakan harga di masa yang akan datang. Pola historis ini dapat terlihat dari waktu ke waktu di grafik. Pola-pola ini mempunyai
makna
yang
memprediksi pergerakan harga.
dapat
diinterprestasikan
untuk
2.9.3. Kerangka analisis Teknikal Menurut Husnan (2001), analisis teknikal pada umumnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan (masuk pasar) atau menjual saham (keluar pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun dengan pendekatan grafis. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2.
Analisa Teknikal Mencoba untuk
Mengidentifikasi Kapan gerakan
Kondisi pasar
Suatu saham
Dengan menganalisis Perubahan harga lewat
Indikator teknis
Grafik Gambar 2. Kerangka analisis teknikal Sumber : Husnan, 2001
2.9.4. Indikator Moving Average Indicator Moving Average (MA) adalah salah satu indikator paling tua dan paling populer untuk analisa teknis. moving average adalah indikator perhitungan harga rata-rata dari satu mata uang pada waktu tertentu. Ketika menghitung satu moving average, harus menetapkan rentang waktu untuk menghitung harga rata-rata (Sabrini, 2008). Moving average adalah pergerakan harga rata-rata dari suatu saham dalam sebuah durasi waktu. Indikator ini sangat berguna dalam grafik perdagangan saham yang memiliki trend. Jika trend naik, indikator ini memberikan petunjuk/sinyal beli. Sebaliknya, jika grafik menunjukan trend penurunan, indikator ini memberikan sinyal jual (Sulistiawan dan Liliana, 2007). Penggunaan moving average adalah untuk mengidentifikasi arah trend yang sedang dan akan terjadi. Menurut Sabrini (2008), ada lima macam indikator moving average, yaitu: 1.
Ada beberapa variasi aplikasi metode rata-rata bergerak yang digunakan analisis teknikal, antara lain: a. Simple Moving Average (Rata-Rata Bergerak Sederhana). Cara penghitungan Simple Moving Average (SMA) adalah dari suatu penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari. b. Weighted Moving Average (Rata-Rata Bergerak Tertimbang) Menghasilkan nilai yang sama dengan SMA. Perbedaannya hanyalah masalah pembobotan. Jika dalam perhitungan SMA menganggap bahwa harga saham satu hari yang lalu memiliki bobot yang sama, maka dalam perhitungan WMA harga saham satu hari yang lalu memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham hari-hari sebelumnya. c. Exponential Moving Average (EMA)
Konsep yang digunakan masih sama. Namun dasar pembobotan dari EMA tidak hanya dari harga masa lalu saja, tapi dari perhitungan rata-rata bergerak masa lalu.
2.
Indikator Perdagangan Lebih dari Satu Moving Average a. Double Cross-over Moving Average (Perpotongan Dua Garis MA) Pada metode ini, penentuan sinyal berasal dari perpotongan antara sesama grafik MA bukan dari perpotongan grafik saham dengan grafik MA. b. Triple Cross-over Moving Average (Perpotongan Tiga Garis MA) Penggunaan tiga garis MA sama dengan penggunaan perpotongan dua garis MA. Bedanya hanya dalam jumlah indikator MA yang digunakan.
3.
Moving Average Convergence-Divergence (MACD) MACD adalah metode analisis teknis yang modern yang dikembangkan oleh Gerald Apple. Metode ini menggunakan perpotongan dua EMA. Kombinasi dua grafik EMA tersebut menghasilkan grafik MACD.
4.
Moving Average Envelope Ketepatan dari penggunaan satu moving average (MA) dapat ditingkatkan kemampuannya dengan bantuan grafik MA yang menggambarkan atas bawah dan atas dari trend grafik saham penggunaan MA batas bawah dan atas ini dinamakan MA Envelope (bentuk: Amplop).
5.
Bollinger Bands Bolinger Band pertama kali dikembangkan oleh John Bollinger. Bolinger band terdiri dari 3 garis utama. Garis teratas dinamakan upper band, garis tengah di namakan middle band dan yang paling bawah disebut lower band. Middle band sendiri merupakan hasil pergerakan dari simple moving average. dan upper dan lower band
adalah 2 kali standar deviasi dari middle band. Sinyal yang dihasilkan dari analisis ini antara lain adalah: Double Bottom Buy, adalah apabila sebuah harga ketika harga menembus batas bawah (lower band) dan tetap berada diluar batas bawah pada periode berikutnya. Double Top Sell, adalah apabila sebuah harga ketika menembus batas atas (upper band) dan tetap berada di luar batas atas pada periode berikutnya. 2.10. Penelitian Terdahulu Primasari (2004) melakukan penelitian mengenai tingkat imbalan risiko investasi agribisnis dengan menggunakan analisis fundamental dan teknikal sebagai pendekatannya. Saham agribisnis yang diteliti adalah 11 saham agribisnis dari 38 perusahaan agribisnis yang tercatat di BEJ. 11 saham tersebut adalah Astra Agro Lestari (AALI), Multibreder Adirama Indonesia (MBAI), Chaoren Pokphand Indonesia (CPIN),
Fajar Surya
Wisesa (FASW), Indofood Sukses Makmur (INDF), Mayora Indah (MYOR), Sari Husada (SHDA), Ultra Jaya Milk (ULTJ), BAT Indonesia (BATI), Gudang Garam (GGRM), HM Sampoerna (HMSP). Analisis Fundamental dilakukan dengan menghitung Market Value Edit (MVA), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV). Analisis teknikal dilakukan dengan menggunakan grafik Moving Average atas dasar harga dan volume perdagangan. Kemudian komponen-komponen fundamental dan teknikal dianalisis untuk mengukur pendapatan dan resiko. Hasil perbandingan antara fundamental dan teknikal, disimpulkan bahwa penggunaan analisis teknikal dalam menganalisis saham oleh investor akan lebih menguntungkan daripada analisis fundamental. Ganesh (2008) melakukan penelitian yang dilakukan di BEI, dengan mengambil data saham yang termasuk kedalam Indeks Kompas 100 periode Februari sampai Juni 2008 sektor pertambangan, di antaranya ANTM (Aneka Tambang), BUMI (Bumi Resources), ENRG (Energi Mega Persada), INCO (Inco Indonesia), TINS (Timah), PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam), MEDC (Medco). Menganalisis faktor fundamentalnya karena dinilai telah di
masukan kedalam kriteria daftar indeks kompas 100. Analisis teknikal ini menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes, karena dengan memakai dua indikator ini akan memberikan informasi yang kuat untuk menghasilkan sinyal jual dan sinyal beli terhadap pergerakan harga saham. III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Investasi pada suatu saham adalah investasi yang mempunyai resiko, berarti bahwa investasi tersebut tidak akan memberikan keuntungan yang pasti. Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang akan diperoleh bersifat tidak pasti, namun tingkat keuntungan yang didapat saham membuat para investor cukup tertarik karena resiko yang tinggi dapat menghasilkan keuntungan
yang
tinggi.
Menurut
Husnan
(2001)
lembaga
yang
menyelenggarakan perdagangan efek adalah bursa efek. Di bursa inilah dilakukan jual beli saham dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang menjadi anggota bursa tersebut. Dengan demikian para pemodal tidak dapat melakukan jual beli antar mereka sendiri secara langsung, tetapi harus lewat anggota bursa di bursa efek. Hampir semua perdagangan saham dalam dunia investasi ini mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila para investor mengharapkan pada tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Dalam hal ini investor dapat melihat kinerja dari perusahaan yang sahamnya akan dibeli Penelitian ini dilakukan di BEI (Bursa Efek Indonesia), dengan mengambil data saham yang termasuk ke dalam harga saham periode 2006 sampai 2010 sektor pertambangan, di antaranya ANTM (Aneka Tambang), BUMI (Bumi Resources), ENRG (Energi Mega Persada), TINS (Timah),
PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam). Pada kesempatan ini penulis menganalisis faktor fundamental dan teknikal. Analisis fundamental dilakukan dengan pendekatan present value dan model kelipatan laba atau
Price Earning Ratio (PER). Dengan model
pendekatan present value dapat diperoleh informasi tentang nilai intrinsik saham yang dianalisis. Nilai intrinsik dapat dibandingkan dengan harga pasar yang ada di pasar modal. Apakah nilai intrinsiknya lebih mahal dari harga pasar atau lebih murah dari harga pasar. Sedangkan dengan model Price Earning Ratio (PER), dapat diketahui rasio harga saham saat ini dengan laba per lembar saham dan untuk menentukan saham yang paling murah dan yang paling mahal dalam satu perusahaan. Analisis teknikal dilakukan dengan mengumpulkan data masa lalu untuk memprediksi arah pergerakan saham ke depannya. Analisis teknikal dapat dilakukan dengan banyak cara. Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan moving average. Analisis ini dapat menghasilkan informasi pergerakan harga saham yang akan terjadi selanjutnya atau peramalan tentang harga saham. Informasi ini berguna bagi investor untuk melakukan transaksi saham baik jual maupun beli. Kerangka pemikiran secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data sekunder untuk penelitian ini diperoleh di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Juni 2010. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa data laporan keuangan perusahaan dengan periode tahunan dari tahun 2006 hingga tahun 2008 untuk laporan keuangan emiten, dan data bulanan untuk Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks Sektoral, harga penutupan saham emiten harian dan harga
penutupan saham bulanan emiten bulanan periode 2006 hingga triwulan I tahun 2010.
Investasi
Peluang Investasi pada Perusahaan Pertambangan
Memilih Perusahaan Emiten
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
1. Analisis Ekonomi (Pasar) 2. Analisis Industri 3. Analisis Kondisi Perusahaan
PER
Model Present Value Moving Average
Perbandingan Harga Saham
Nilai Intrinsik Saham
Informasi
Keputusan Investasi
Pergerakan Harga Saham
Gambar 3. Kerangka pemikiran
3.3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data Pengolahan data untuk penelitian ini dengan menggunakan perangkat lunak (software) Microsoft Excel 2007. Analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah Analisis fundamental dan Analisis teknikal. 3.3.3.1. Analisis Fundamental Analisis Fundamental terdiri dari dua metode yaitu model pendekatan present value dan model kelipatan laba (Price Earning Ratio, PER). A. Present Value Menurut Husnan (2001) pendekatan present value mencoba menaksir present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu. Nilai intrinsik saham dalam satu periode dapat dihitung melalui rumus : P0 = FCF per share1 (1 + r)
+
P1
........................(1)
(1 + r)
Keterangan : P0
= Nilai intrinsik saham
P1
= Harga pasar
FCF per share1= Free cash flow per lembar saham r = tingkat keuntungan yang dianggap layak
Nilai
r
dapat
ditaksir
menggunakan
model
ekuilibrium Capital asset Pricing Model (CAPM). B. Price Earning Ratio Menurut Husnan (2001), untuk menentukan nilai PER saham dapat diketahui dengan persamaan : PER =
Po
...................................................(2)
EPS Keterangan: Po
= Harga saat ini
EPS = Laba per saham lembar C. Arus Kas Untuk menaksir arus kas yang dihasilkan pada periode tertentu, dapat menggunakan perhitungan rumus arus
kas
bebas
(free
cash
flow).
Berdasarkan
(http://www.e-samuel.com), rumus arus kas bebas sebagai berikut: FCF
=
Laba
bersih
+
Depresiasi/Amortisasi
Perubahan Modal Kerja – Investasi Modal ............(3) FCF per share =
FCF
.............................(4)
Saham beredar Keterangan : FCF per share = nilai arus kas bebas per lembar saham D. Capital Asset Pricing Model (CAPM) CAPM
digunakan
untuk
menghitung
tingkat
keuntungan yang diharapkan (require return) dari suatu investasi. Tahapan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan (Husnan, 2001), adalah sebagai berikut:
1. Tingkat pengembalian masing-masing saham Rit = Pit – Pit – 1 + Dt .....................................(5) Pit – 1 Rit
=
Tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke t
Pit
=
Harga saham bulan t
Pit – 1 = Dt
Harga saham bulan t-1
=
Dividen pada bulan t
2. Tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian rata-rata pasar Rmt = IHSGt – IHSGt - 1 ....................................(6) IHSGt – 1 E (Rm) = ∑nt = 1 Rmt .........................................(7) N Rmt
= Tingkat pengembalian pasar bulan ke t
IHSGt
= IHSG bulan t
IHSGt – 1= IHSG bulan t-1 E (Rm) = Tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan dalam satu bulan N
= Jumlah pengamatan dalam satu kuartal
3. Risiko β (beta) βi =
σim σ
σim =
2
.....................................................(8)
m
∑nt = 1(Rt
– R1)(Rmt – Rm) .......................(9)
n–1 σ
2
m=
∑nt = 1(Rmt –
Rm)2 .............................(10)
n–1 σim =
Kovarian tingkat pengembalian saham I dengan tingkat pengembalian pasar
σ2m = Varian tingkat pengembalian pasar 4. Tingkat risiko bebas bunga (Rf)
Rf memakai data SBI tiga bulan 5. Masukan ke persamaan CAPM E (Ri) = Rf + [E (Rm) - Rf] βi .......................(11) E (Ri) = Tingkat pengembalian rata-rata yang diharapkan saham i
3.3.2.2. Analisis Teknikal Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam analisis teknikal salah satunya adalah Moving Average. Moving Average adalah indikator yang menunjukkan harga rata-rata dari harga sekuritas selama jangka waktu tertentu. Jenis Moving Average yang digunakan dalam penelitian ini adalah
exponential
moving
average
(EMA).
Menurut
Sulistiawan dan Liliana (2007), EMA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Perhitungan EMA pada hari pertama : EMAs = (Ps x ESF) + (MAs - 1 x (1 – ESF)) ................(12) ESF = 2/(n + 1) ...........................................................(13) Sesuai dengan kaitannya dalam penelitian ini, peneliti menggunakan EMA 4 hari dari suatu saham, maka harus menjumlah harga saham 4 hari sebelumnya lalu hasil penjumlahan itu dibagi dengan angka 4. Harga saham yang dimaksud disini adalah harga penutupan. Jika ditulis dalam suatu rumus, maka hasilnya adalah sebagai berikut: EMA (4) = (P4 + P3 + P2 + P1) / 4 Keterangan : EMA (4) : Rata-rata bergerak tertimbang 4 hari perdagangan sebelumnya.
P4 : Harga saham 4 hari sebelumnya P3 : Harga saham 3 hari sebelumnya P2 : Harga saham 2 hari sebelumnya P1 : Harga saham 1 hari sebelumnya Perhitungan EMA pada hari kedua dan seterusnya : EMAs = EMAs -
1 + ESF
x (Ps - MAs - 1 )
Keterangan : EMAs : EMA sekarang atau hari ini Ps
: Harga saham sekarang atau hari ini
ESF
: Exponential Smoothing Factor
MAs-1
: MA
N
: Jumlah hari yang diperhitungkan dalam MA
sebelumnya
EMAs-1 : MA sebelumnya Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 basis dalam pengamatan untuk metode exponential moving average. Penelitian ini
akan menggunakan data bulanan
selama 4 bulan. Sehingga suatu pergerakan harga saham dan garis trend EMA akan terlihat lebih jelas nantinya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Kondisi Perusahaan Berkembangannya kondisi perusahaan sangat dipengaruhi oleh manajemen perusahaan itu sendiri. Manajer suatu perusahaan yang baik harus dapat memaksimalkan kinerja perusahaan pada saat ini dan pada masa yang akan datang, guna tercapainya tujuan dari perusahaan tersebut. Laporan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu dapat diartikan sebagai suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama menetukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja (performance) perusahaan pada masa mendatang (Sihombing, 2008). Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahaan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Sasaran utama laporan keuangan yaitu informasi tentang prestasi perusahaan yang disajikan melalui pengukuran diantaranya dapat melihat laba operasi perusahaan, laba bersih perusahaan, Earning Per Share (EPS), dividen, Price Earning Ratio (PER), Return Of Assets (ROA) dan Return Of Equity (ROE). 4.1.1. PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA)
A. Pendirian dan Informasi Umum PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk, adalah perusahaan milik negara yang bertujuan mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya batubara. PTBA didirikan pada tanggal 2 Maret 1981. Pada tanggal 23 Desember 2002, PTBA menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya, perusahaan melakukan penawaran umum saham perdana. Jumlah saham yang ditawarkan kepada masyarakat adalah 346.500.000 yang terdiri dari 315.000.000 saham milik negara Republik Indonesia dan 31.500.000 saham baru dengan harga penawaran perdana Rp 575 per lembar saham. PTBA membangun brand untuk batubara bituminous yang banyak digunakan untuk pembangkit listrik di negara maju seperti Jepang dan Eropa, seperti BA 67 dan BA 70, dimana BA yang dipakai di dalam nama brand merupakan kependekan dari ”Bukit Asam”. Sementara untuk batubara sub-bituminous yang banyak digunakan untuk pembangkit listrik di negara berkembang, PTBA punya BA 58, BA 59 dan BA 63, yang antara lain dipasarkan ke negara berkembang seperti India dan Pakistan. Sebagian besar batubara PTBA, sekitar 65%, dipergunakan untuk konsumsi dalam negeri dan sekitar 35%-nya untuk ekspor, dimana batubara yang sub-bituminous lebih dari 75% total produksi PTBA. Kantor pusat PT Tambang Bukit Asam Tbk terletak di Jl. Parigi No. 1 Tanjung Enim 31716 Sumatra Selatan. Sedangkan kantor perwakilan terletak di Menara Kadin Indonesia 15th Floor Jl. H.R Rasuna Said Blok X-5 Kav. 2-3, Jakarta 12950. B. Manajemen Manajemen PT Tambang Bukit Asam Tbk terdiri dari: Direktur Utama
: Sukrisno
Direktur Keuangan
: Dono Boestami
Direktur Operasi/Produksi
: Milawarma
Direktur Pengembangan Usaha
: Heri Supriyanto
Direktur Niaga
: Tiendas Mangeka
Komisaris Utama
: Supriyadi
Komisaris
: Thamrin Sihete
Komisaris Independen
: Suranto Soemarsono
Komisaris Independen
: Abdul Latief
C. Pemegang Saham Pemegang saham PT Tambang Bukit Asam Tbk (hingga Maret 2010) terdiri dari: 1.
Negara Republik Indonesia (65.17%)
ii.
Investor Domestik (21.30%)
iii.
Investor Asing (13.53%)
D. Ringkasan Keuangan Keuangan PT Tambang Bukit Asam Tbk selama periode 20062008 terus mengalami kenaikan. Bila dilihat pada Tabel 2, laba operasi maupun laba bersih terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kenaikan paling signifikan terbesar terlihat antara tahun 2007 dan 2008. Tabel 2. Ringkasan kondisi keuangan PT Tambang Bukit Asam Tbk Selama 2006-2008 Akhir Tahun Desember 2006 2007 2008 (dalam jutaan Rp) Total Penerimaan
3.533.480
4.123.855
7.216.228
Laba Operasi
656,776
896.984
2.493.942
Laba Non Operasi
12,174
114.514
56.687
Laba Bersih
485,670
726.211
1.707.771
EPS (Rp)
210.78
329.93
741.18
Dividen (Rp)
105.39
164.97
371.05
PER (x)
16.72
36.37
931
ROA (%)
15.63
19.35
27.96
ROE (%)
21.16
27.16
42.71
Sumber : BEI, 2010
4.1.2. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) A. Pendirian dan Informasi Umum PT Aneka Tambang Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1968. Ruang lingkup kegiatan perseroan adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri. Pada tahun 1997, Perseroan melakukan penawaran saham perdana kepada masyarakat sebanyak 430.77 juta saham yang merupakan 35% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh. Penawaran saham kepada masyarakat tersebut dicatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 27 November 1997. Pada tahun 2002, saham perseroan dicatatkan di Bursa Efek Australia sebagai Chess Depository Interest (CDI). Produk PT Aneka Tambang Tbk antara lain adalah Ferronickel, Nickel Ore, Emas, Mineral lainnya dan Jasa Geologi. Kantor pusat PT Aneka Tambang Tbk terletak di Gedung Aneka Tambang Jl. Letjen TB Simatupang No.1 Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta 12530. B. Manajemen Manajemen PT Aneka Tambang Tbk terdiri dari: Direktur Utama
: Alwin Syah Loebis
Direktur Keuangan
: Djaja M. Tambunan
Direktur Operasi
: Winardi
Direktur Pengembangan Usaha
: Tato Miraza
Komisaris Utama
: Wisnu A. Marantika
Komisaris Independen
: Irwandy Arif
Komisaris
: Mahmud Hamundu
Komisaris
: Irwan Bahar
Komite Audit
: Sutirta Budiman
C. Pemegang Saham Pemegang saham PT Aneka Tambang Tbk hingga (Maret 2010) terdiri dari: 1.
Negara Republik Indonesia (65%)
2.
Investor Domestik (11.6%)
3.
Investor Asing (11.9%)
4.
Sisanya sebagai saham beredar
D. Ringkasan Keuangan Ringkasan keuangan PT Aneka Tambang Tbk selama periode 2006-2008 dapat dilihat pada Tabel 3. Laba bersih dan laba operasi pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan yang sangat bagus, namun pada 2008 laba bersih maupun laba operasi mengalami penurunan begitu pula dengan EPS dan Dividennya. Tabel 3. Ringkasan Keuangan PT Aneka Tambang Tbk selama 2006-2008 Akhir Tahun Desember (dalam jutaan Rp)
2006
2007
2008
Total Penerimaan
5.629.401
12.008.202
9.591.961
Laba Operasi
2.403.694
6.776.844
4.454.132
Laba Non Operasi
(183.805)
505.557
475,535
Laba Bersih
1.552.777
5.132.461
1.368.139
813,960
536.67
143.43
EPS (Rp)
Dividen (Rp)
325.58
215.23
57.37
PER (x)
9.83
8.34
7.60
ROA (%)
21.29
42.50
13.35
ROE (%)
36.27
58.50
16.97
Sumber : BEI, 2010
4.1.3. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) A. Pendirian dan Informasi Umum PT Bumi Resources Tbk didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 26 Juni 1973 berdasarkan akta No.130 dan No. 103 tanggal 28 November 1973. Perusahaan memulai kegiatan operasinya secara keseluruhan pada tanggal 17 Desember 1979. Berdasarkan surat ketua Bapepam No. SI-117/SHM/MK.10/1990 tanggal 18 Juni 1990, perusahaan melakukan penawaran saham perdana 10.000.000 saham perusahaan kepada masyarakat dengan nominal Rp 1.000 per sahamdan dengan harga Rp 4.500 per saham. Saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tanggal 30 Juni 1990. Perseroan memiliki sebanyak enam pertambangan yang telah beroperasi komersial tambang-tambang di Sangatta dan Bengalon dioperasikan oleh anak perusahaannya PT Kaltim Prima Coal. Produk batubara yang dipasarkan terdiri dari tiga jenis yaitu Prima Coal, Pinang Coal dan Melawan Coal. Penjualan batubara umumnya ditujukan terutama untuk pembangkit tenaga listrik, pabrik-pabrik baja dan pengguna industri lainnya, baik pasar luar negeri maupun domestik. Tambang-tambang di Senakin, Satui, Mulia Asam-Asam dan Batulicin dioperasikan oleh anak perusahaannya yaitu PT Arutmin Indonesia. Produk baturbara lainnya terdiri dari empat jenis yaitu Senakin Coal, Satui Coal, Batulicin Coal dan Ecocoal. Ecocoal merupakan batubara yang memiliki kandungan abu dan sulfur rendah
sehingga relatif lebih ramah lingkungan. Kantor pusat perusahaan beralamat di Gedung Wisma Bakrie 2 Lantai 7, Jl. H. R. Rasuna Siad Kav B-2, Jakarta 12920.
B. Manajemen Manajemen PT Bumi Resources Tbk terdiri dari: Direktur Utama
: Aris S. Hudaya
Direktur
: Eddy J. Soebari
Direktur
: Kenneth P. Farell
Direktur Keuangan
: Andrew C. Beckham
Komisaris Utama
: Suryo B. Sulisto
Komisaris
: Imam Taufik
Komisaris
: Jay Abdullah Alatas
Komisaris
: Kusumo Martoredjo
Komite Audit (Ketua)
: Sulaiman Z. Pane
Komite Audit (Anggota)
: Kanaka Puradireja
C. Pemegang Saham Pemegang saham PT Bumi Resources Tbk Hingga (Maret 2010) terdiri dari: 1.
PT Bakrie and Brothers Tbk (7.44%)
2.
The Bank Of New York Mellon S/A Bakrie and Brothers (3.59%)
3.
The Bank Of New York Mellon S/A Helena Holdings (3.00%)
4.
JP Morgan Chase Bank NA RE Norbax INC (2.73%)
5.
Bank Of New York QQ Vacheron Overseas Lt.d (2.17%)
6.
Publik (81.08%)
D. Ringkasan Keuangan Keuangan PT Bumi Resources Tbk selama periode 2006-2008 mengalami naik turun. Kenaikan terjadi pada tahun 2006-2007 namun pada tahun 2008 keuangan perusahaan mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Ringkasan kondisi keuangan PT Bumi Resources Tbk selama 2006-2008
Akhir Tahun Desember (dalam jutaan Rp) Total Penerimaan Laba Operasi Laba Non Operasi Laba Bersih EPS (Rp) Dividen (Rp) PER (x) ROA (%) ROE (%)
2006
2007
2008
1.851.551 323,015 (98.069) 222,305 103.21 16.00 8.72 8.84 61.76
2.265.468 405.476 449.471 798.003 383.60 111.00 15.64 27.98 70.32
3.378.393 1.107.715 (74.989) 645,365 364.19 2.50 12.13 40.93
Sumber : BEI, 2010
4.1.4. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) A. Pendirian dan Informasi Umum PT Energi Mega Persada Tbk pertama kali didirikan di Republik Indonesia berdasarkan akta notaris No. 16 pada 16 Oktober 2001. Penawaran umum perdana saham perusahaan kepada masyarakat pada tanggal 7 Juni 2004, saham tersebut tercatat pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Berdasarkan persetujuan pemegang saham Perusahaan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 22 Desember 2005, perusahaan melakukan penawaran umum terbatas
dengan hak memesan efek Terlebih Dahulu yang kepada masyarakat sebanyak 4.909.368.195 saham dengan nilai nominal Rp 100 per lembar saham. Saham tersebut ditawarkan dengan harga Rp 770 per lembar saham sehingga seluruhnya berjumlah Rp 3.780.213.510. Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan, jasa dan pertambangan, serta jasa manajemen dibidang pertambangan minyak dan gas bumi. Kantor pusat PT Energi Mega Persada Tbk beralamat di Wisma Mulia, Lantai 33, Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 42, Jakarta.
B. Manajemen Manajemen PT Energi Mega Persada Tbk terdiri atas: Direktur Utama
: Imam P. Agustino
Direktur
: Didit A. Ratam
Direktur
: Amir Balfas
Presiden Komisaris
: Nalinkant A. Rathod
Komisaris
: Suyitno P
Komisaris Independen
: Qoyum T
Komisaris Independen
: S. Zuhdi Pane
C. Pemegang Saham Pemegang saham PT Energi Mega Persada Tbk hingga (Maret 2010) terdiri dari: 1.
USB Singapore s/a PT Kondur Indonesia (7.92%)
2.
Credit Suisse Singapore Branch s/s PT Kondur Indonesia (18.30%)
3.
Credit Suisse Singapore Branch s/s PT Brantas Indonesia (6.87%)
4.
Sisanya tercatat sebagai saham beredar
D. Ringkasan Keuangan Kondisi keuangan PT Energi Mega Persada Tbk selama periode 2006-2008 telah mengalami masa keterpurukan. Selama 2006-2008 perusahaan ini tidak dapat memberikan deviden bagi pemegang
sahamnya dan laba bersih menurun dari tahun ke tahun. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan kondisi keuangan PT Energi Mega Persada Tbk selama 2006-2008 Akhir Tahun Desember (dalam jutaan Rp)
2006
2007
2008
1.646.538
1.137.543
1.859.071
237,565
163.603
582.555
(233.476)
(215.396)
(563.968)
Laba Bersih
203,005
115.638
(34.943)
EPS (Rp)
(18.29)
8.03
(2.43)
-
-
-
PER (x)
(28.43)
185.56
(34.62)
ROA (%)
(3.00)
1.23
(0.28)
ROE (%)
(13.90)
3.45
(0.94)
Total Penerimaan Laba Operasi Laba Non Operasi
Dividen (Rp)
Sumber : BEI, 2010
4.1.5. PT Timah (TINS) A. Pendirian dan Informasi Umum PT Timah Tbk (persero) didirikan di negara Republik Indonesia berdasarkan akta notaris No. 1 pada 2 Agustus 1976. PT Timah Tbk pada tanggal 27 September 1995 memperoleh persetujuan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melalui surat No. S-1246/PM/1995 untuk menawarkan penawaran umum perdana atas 176.155.000 saham. Jenis-jenis produk yang diproduksi oleh PT Tambang Timah dibedakan atas kualitas dan bentuknya. Berdasarkan kualitas produk
dapat dibedakan atas: Banka Tin (kadar Sn 99.9%), Mentok Tin (kadar Sn 99,85%), Banka Low Lead (Banka LL) terdiri atas Banka LL100ppm, Banka LL50ppm, Banka LL40ppm, Banka LL80ppm, Banka LL200ppm dan Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%). Berdasarkan bentuk dapat dibedakan atas: Banka Small Ingot, Banka Tin Shot, Banka Pyramid dan Banka Anoda. Kantor pusat perusahaan terletak di Jl. Jenderal Sudirman 51 Pangkal Pinang 33121, Bangka.
B. Manajemen Manajemen PT Timah Tbk (persero) terdiri atas : Direktur Utama
: Wachid Usman
Direktur Keuangan
: M. Krishna Syarif
Direktur Operasi
: Setyo Sardjono
Direktur Sumber daya Manusia
: Surawardi
Direktur Pengembangan Usaha
: Gatot H. Prasetyo
Komisaris Utama
: Insmerda Lebang
Komisaris
: Boni Siahaan
Komisaris
: Wimpy S. Tjejep
Komisaris Independen
: Fachry Ali
C. Pemegang Saham Pemegang saham PT Timah Tbk hingga (Maret 2010) adalah sebagai berikut: 1.
Negara Republik Indonesia (65%)
2.
Investor Domestik (22%)
3.
Investor Asing (13%)
D. Ringkasan Keuangan Kondisi keuangan PT Timah Tbk selama periode 2006-2008 (Tabel 6) telah mengalami peningkatan cukup baik, terutama pada tahun 2007 baik dalam laba bersih maupun dividennya. Pada tahun 2008 mengalami penurunan bila dibandingkan pada tahun 2007.
Tabel 6. Ringkasan kondisi keuangan PT Timah Tbk selama 2006-2008 Akhir Tahun Desember (dalam jutaan Rp)
2006
2007
2008
4.076.434
8.542.393
9.053.082
Laba Operasi
381,223
2.732.641
2.070.204
Laba Non Operasi
10,752
(105.059)
30,773
Laba Bersih
208,147
1.784.592
1.342.358
EPS (Rp)
413.56
3,545.77
266.71
Dividen (Rp)
206.78
1772.88
133.00
PER (x)
10.70
8.09
4.05
ROA (%)
5.80
59.85
23.20
ROE (%)
12.41
53.13
35.13
Total Penerimaan
Sumber : BEI, 2010
4.1.6. Analisis
secara
umum
kondisi
keuangan
perusahaan
pertambangan Uraian di atas menunjukkan kondisi keuangan perusahaanperusahaan pertambangan. Dari laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan kinerja yang paling bagus adalah perusahaan PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA). Laba operasi, laba bersih, dividen, ROA dan ROE perusahaan ini mengalami nilai yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Analisis laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan kinerja paling buruk adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Laporan keuangan tersebut menunjukkan kondisi keuangan yang
terus mengalami keterpurukan selama periode 2006 hingga 2008. Perusahaan ini tidak dapat memberikan dividen bagi para pemegang sahamnya dalam periode 2006-2008.
4.2. Analisis Fundamental A. Analisis Pasar 1. Gambaran Umum Kondisi Perekonomian Selama
Periode 2006
hingga 2008 Secara umum perekonomian Indonesia pada tahun 2006 mengindikasikan perkembangan yang terus membaik bila dibandingkan pada tahun 2005 yang terus mengalami tekanan. Tekanan inflasi yang cukup tinggi di awal tahun 2006, turun secara perlahan tapi pasti. Inflasi pada tahun 2006 mencapai 6,6% dari 17,1% dari tahun 2005 atau berada di bawah kisaran yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan menurunnya inflasi, Bank Indonesia telah menurunkan BI rate sebanyak
300
basis
poin
dari
12,75%
menjadi
9,75%
(www.setneg, 2010). Tahun 2006, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pertumbuhan positif. BEI terus menciptakan rekor tertinggi baru, seiring meningkatnya kepercayaan investor terhadap makro ekonomi Indonesia. Bursa saham di Indonesia pada awal tahun 2006 terus melakukan penguatan dan terus bergerak dalam trend menguat dengan penguatan 59,61 poin. Hal ini menghantarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level 1.232,32. Selanjutnya, sepanjang semester pertama 2006 harga IHSG terus naik, mulai dari 1.200, 1.300 dan menembus level 1.464,61 pada saat memasuki semester II (dua) 2006. Pada semester IV (empat) IHSG menunjukkan kenaikan yang
sangat bagus dengan menutup tahun 2006 berada di level 1.805,52 atau 55,3% lebih tinggi dibandingkan akhir tahun 2005. Melihat perkembangan ekonomi pada tahun 2006 yang terus terus mengalami peningkatan seiring meningkatnya IHSG dan turunnya inflasi di tahun 2006 ini, membuat optimisme kondisi perekonomian akan terus membaik dan meningkatnya kepercayaan investor dan calon investor untuk berinvestasi di pasar modal.
Suku bunga acuan menurun menjadi 9,5% pada awal bulan Januari 2007 dari 12,75% pada akhir tahun 2005 dan cadangan devisa meningkat menjadi USD 42,6 milliar pada bulan Desember 2006 dengan telah melunasi utang IMF sebesar USD 7,6 milliar. Perbedaan suku bunga global dan Indonesia masih mendominasi ekspektasi dan masih menarik investor untuk masuk ke bursa saham. Terutama untuk saham dan obligasi rupiah. Hal ini menimbulkan keyakinan bahwa IHSG di tahun 2007 akan terus menguat. Tahun 2007, kondisi perekonomian menunjukkan kondisi yang semakin baik. Hal ini dikarenakan oleh IHSG yang menembus level 2.084,32 di triwulan II tahun 2007. Kondisi perekonomian pada tahun 2007 semakin membaik dengan diikuti meningkatnya IHSG menembus level 2.745,83 pada bulan Desember 2007, hal inilah yang membuat para investor semakin yakin untuk berinvestasi dan menggoda calon investor untuk berinvestasi di pasar modal ini. Namun selama tahun 2008 perekonomian Indonesia dibayangi oleh krisis global atau krisis subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat. Krisis ini terjadi sebagai akibat dari pembelian kredit perumahan bagi rakyat Amerika yang berpenghasilan rendah dengan bunga kredit yang rendah. Namun ternyata banyak yang mengambil kredit tersebut tidak bisa mengembalikan pinjaman, sehingga terjadi ketidakseimbangan perekonomian yang disebabkan kredit macet yang berlebihan. Selama beberapa bulan terakhir pada tahun 2007, The Fed
(Bank Sentral Amerika Serikat) terus melakukan pemangkasan suku bunga, 25 basis poin setiap kali pemangkasan. Sepanjang tahun 2008, perekonomian Indonesia terimbas oleh krisis keuangan global yang diawali oleh krisis kredit perumahan berkualitas rendah di Amerika Serikat. Pengaruh terhadap Indonesia terlihat dari terjadinya capital outflow yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah serta turunnya harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada triwulan I (pertama) IHSG menyentuh level 2.721,94 merupakan yang tertinggi di tahun 2008 dan pada triwulan IV (empat) IHSG menyentuh level terendah 1.241,54 sepanjang tahun 2008. Tekanan pada perekonomian domestik semakin berat dengan kenaikan drastis pada harga minyak dunia yang sempat mencapai USD 140 per barrel sehingga pemerintah Indonesia menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan memicu tingginya tingkat inflasi Indonesia pada tahun 2008 yang mencapai dua digit yaitu 11,06%. Bank Indonesia mengantisipasi kondisi tersebut dengan meningkatkan BI Rate dari 8% hingga mencapai angka tertinggi yaitu 9,5%. Sepanjang tahun 2008 kondisi perekonomian di Indonesia mengalami imbas dari krisis global yang menyebabkan IHSG menurun dan melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini yang menyebabkan para investor mengalami kerugian dan dari kondisi perekonomian yang melemah membuat para calon investor tidak bergairah untuk berinvestasi di pasar modal. 2. Tingkat Pengembalian Pasar (selama tahun 2006 hingga 2008) Analisis pasar dilakukan melalui perhitungan rata-rata return pasar per triwulan. Data yang digunakan adalah data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per bulan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006 hingga 2008. Indeks Harga Saham Gabungan ini dapat mencerminkan bagaimana kondisi investasi di Indonesia dan tingkat pengembalian pasar yang dihitung berdasarkan IHSG dan dapat mencerminkan harapan investor terhadap kondisi pasar.
Selama periode 2006-2008, IHSG terus mengalami fluktuasi (Tabel 7). Selama triwulan pertama tahun 2006 hingga triwulan keempat tahun 2007, tingkat pengembalian pasar mengalami fluktuasi tetapi dengan nilai yang positif. Pada triwulan pertama tahun 2008, tingkat pengembalian pasar menurun hingga -3,60%. Hal ini dikarenakan oleh menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan Januari 2008 sebesar 94,69 poin ke level 2.627,25 dari level 2.721,94 di bulan Febuari 2008 dan pada bulan Maret 2008 IHSG juga menurun sebesar 179,95 poin ke level 2.447,30. Tabel 7. Tingkat pengembalian pasar per triwulan periode 2006 hingga 2008 Triwulan/Tahun
Return market (%)
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
4,45 0,01 5,42 5,59 0,52 5,36 3,58 5,29 (3,60) (1,22) (7,77) (7,82)
Triwulan kedua tahun 2008, tingkat pengembalian juga menurun hingga -1,22%. Hal ini disebabkan oleh menurunnya IHSG pada bulan Juni 2008 sebesar 95,25 poin ke level 2.349,10 dari 2.444,35 di bulan Mei 2008. Triwulan ketiga tahun 2008, tingkat pengembalian juga menurun hingga -7,77%. Hal ini disebabkan oleh melemahnya IHSG pada bulan Juli 2008 sebesar 138,57 poin ke level 2.304,51 dari
2.165,94 di bulan Agustus 2008 dan pada bulan September 2008 IHSG juga menurun sebesar 472 Poin ke level 1.832,51. Triwulan keempat tahun 2008, tingkat pengembalian kembali menurun relatif besar hingga -7,82%. Hal ini juga dikarenakan kembali menurunnya IHSG pada bulan November 2008 sebesar 15,16 poin ke level 1.241,54 dari bulan 1.256,70 di bulan Oktober 2008.
B. Analisis Industri (Sektor) Analisis industri menurut Husnan (2001), dimulai dengan mengidentifikasi tahap kehidupan produknya, kemudian menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian, lalu melakukan analisis kualitatif terhadap industri tersebut. Ada
tiga
konsep
didalam
industri
pertambangan
(http://www.bps, 2010), yaitu : 1.
Pertambangan Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak dan bijih mangan.
2.
Penggalian Penggalian adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan segala jenis barang galian. Barang galian adalah unsur kimia, mineral dan segala macam batuan yang merupakan endapan alam (tidak termasuk logam, batubara, minyak dan gas bumi dan bahan radioaktif). Bahan galian ini biasanya digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong sektor industri maupun konstruksi. Hasil kegiatan penggalian antara lain, batu gunung, batu kali, batu kapur,
koral, kerikil, batu marmer, pasir, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain-lain. Kegiatan pemecahan, peleburan, pemurnian dan segala proses pengolahan hasil pertambangan/penggalian tidak termasuk kegiatan pertambangan/penggalian, akan tetapi digolongkan ke dalam kegiatan industri. Kegiatan persiapan tempat penambangan penggalian seperti pembuatan jalan, jembatan dari dan ke arah lokasi penambangan, pengerukan, pemasangan pipa penyaluran dan sebagainya termasuk ke dalam kegiatan konstruksi. Sedangkan kegiatan eksplorasi dan penelitian mengenai prospek barang tambang dan mineral termasuk ke dalam jasa pertambangan. Kegiatan pengambilan, pembersihan dan pemurnian air untuk dijadikan air bersih termasuk dalam sektor air minum. 3. Tahapan Kegiatan Pertambangan Tahapan kegiatan pertambangan meliputi: prospeksi dan penelitian
umum,
eksplorasi,
persiapan
penambangan
dan
pembangunan, eksploitasi dan pengolahan/pengilangan/pemurnian. a. Prospeksi Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan endapan bahan galian atau mineral berharga. b. Eksplorasi Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan serta "studi kelayakan" dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan. c. Eksploitasi Eksploitasi adalah suatu kegiatan penambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke tempat penimbunan dan pengolahan/pencucian, kadang-kadang sampai ke tempat pemasaran.
d. Pengolahan/Pemurnian/Pengilangan Pengolahan/Pemurnian adalah suatu pekerjaan memurnikan atau meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dan yang tidak berharga, kemudian membuang
Tingkat Pengembalian (%)
mineral yang tidak berharga tersebut (dapat dilakukan dengan cara kimia). Tingkat pengembalian
sektor pertambangan
dan tingkat
pengembalian pasar per kuartal periode 2006-2008 dapat dilihat pada Lampiran 5. Untuk melihat sejauh mana persentase pengembalian sektor disajikan dalam grafik yang menggambarkan perbandingan antara tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat pengembalian pasar per kuartal pada Gambar 4. 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00
Return Sectoral (%)
(5,00)
Return Market (%)
(10,00) (15,00) (20,00) (25,00)
Triwulan
Gambar 4. Perbandingan tingkat pengembalian sektor pertambangan dan tingkat pengembalian pasar per triwulan Analisis Sektor industri pertambangan adalah: 1.
Tingkat pengembalian pasar dan tingkat pengembalian sektor berjalan searah pada tahap kedewasaan. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan masih terjadi tetapi sudah dalam tingkatan yang lebih rendah daripada tahap pertumbuhan. Hal ini terjadi karena keadaan ekonomi yang tidak stabil, sehingga
banyak
investor
yang
menarik
sahamnya
dari
industri
pertambangan. 2.
Hubungan antara kemampuan operasi perusahaan dalam sektor pertambangan dengan kondisi perekonomian makro tidak selalu berjalan searah. Hal ini terlihat dari tingkat pengembalian sektoral dan tingkat pengembalian pasar tidak selalu searah (Gambar 4). Pada triwulan kedua tahun 2006 tingkat pengembalian pasar menurun, begitu juga dengan tingkat pengembalian sektor yang mengalami penurunan hingga melewati garis nol. Untuk triwulan ke tiga dan keempat, tingkat pengembalian pasar dan tingkat pengembalian sektor sama-sama mengalami peningkatan. Pada triwulan satu tahun 2007, tingkat pengembalian pasar menurun, namun tingkat pengembalian sektor mengalami peningkatan. Triwulan kedua tahun 2007, justru tingkat pengembalian pasar meningkat, tetapi tingkat pengembalian sektor menurun. Triwulan ketiga tahun 2007 juga terjadi perbedaan arah antara tingkat pengembalian pasar yang menurun dengan tingkat pengembalian sektor yang meningkat. Pada triwulan pertama hingga triwulan keempat tahun 2008, tingkat pengembalian pasar dan tingkat sektor pertambangan berjalan searah.
3.
Aspek kualitatif yang digunakan dalam analisis industri terdiri dari kinerja historis, persaingan, kebijakan pemerintah, dan perubahan struktural. a. Kinerja perusahaan-perusahaan yang ada dalam sektor industri pertambangan selama periode 2006-2008 mengalami naik turun. Dari keempat perusahaan yang ada dalam industri pertambangan empat perusahaan yang harga sahamnya terus meningkat berdasarkan harga penutupan saham (closing price) IHSG periode tahun 2006 hingga 2008 (Lampiran 6, Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9 dan Lampiran 10) yaitu PT Tambang bukit Asam Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, PT
Bumi Resources Tbk dan PT Timah Tbk. Sedangkan PT Energi Mega Persada Tbk cenderung mengalami penurunan harga saham. b. Persaingan dalam industri pertambangan selama ini berjalan cukup sehat dan ketat. Persaingan ini juga tidak saling menyerang satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, hal ini dikarenakan perusahaan industri pertambangan telah memiliki pasarnya masing-masing baik di domestik maupun luar negeri. C. Analisis Fundamental Perusahaan Analisis fundamental disini mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengantisipasi nilai faktor-faktor atau variabel-variabel fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Analisis saham ini bertujuan menaksir nilai intrinsik suatu saham kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini pada saham tersebut. Nilai Intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Menurut Husnan (2001) pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1.
Apabila
NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
undervalued (saham yang murah), sebaiknya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki. 2.
Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (saham yang mahal), dan lebih baik saham tersebut tidak dibeli atau dijual apabila telah memiliki saham tersebut.
3.
Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
1. PT Tambang Bukit Asam Tbk Berdasarkan pada pendekatan present value, harga saham PTBA Tbk, selama 12 periode triwulanan antara tahun 2006 hingga 2008 lebih banyak berada pada posisi overvalued kecuali pada triwulan ketiga tahun 2008 dan triwulan keempat tahun 2008.
Triwulan pertama tahun 2008, harga saham PT Tambang Bukit Asam Tbk ditutup pada level Rp 10.050, sedangkan nilai intrinsiknya menghasilkan angka Rp 9.374 dan untuk triwulan kedua tahun 2008, harga saham PTBA ditutup pada level 16.400, sedangkan untuk nilai intrinsiknya
menunjukkan
angka
Rp
15.246
(Lampiran
21).
Perbandingan harga pasar dan nilai intrinsik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Perbandingan harga saham PT Tambang Tbk periode 2006-2008
Bukit Asam
Triwulan/Tahun
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
Keterangan
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
2.050 3.150 3.375 3.525 3.450 6.550 6.550 12.000 10.050 16.400 9.350 6.900
1.945 2.969 3.158 3.371 3.387 6.324 6.560 11.712 9.374 15.246 9.024 6.984
overvalued overvalued overvalued overvalued overvalued overvalued undervalued overvalued overvalued overvalued overvalued undervalued
Nilai intrinsik PT Tambang Bukit Asam Tbk sering berada dalam posisi overvalued. Hal ini menunjukkan bahwa investor memiliki ketertarikan kecil untuk melakukan investasi pada saham PTBA ini. Posisi overvalued dikatakan karena nilai intrinsik dari suatu perusahaan lebih kecil dari harga pasar. Untuk undervalued nilai intrinsik perusahaan lebih besar dari harga pasar. Memahami kondisi saham ini membantu investor dan calon investor dalam menentukan kapan membeli, menahan atau menjual saham. Waktu yang tepat untuk membeli adalah jika harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, lalu ditahan sementara dengan
tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik. Jika harga pasar sama dengan nilai intrinsiknya, maka jangan melakukan
transaksi,
karena
saham
tersebut
dalam
keadaan
keseimbangan, sehingga tak ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi pembelian atau penjualan saham tersebut.
Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, untuk investor yang memiliki saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian dan untuk para calon investor lebih baik saham tersebut tidak melakukan pembelian. Karena tentu harganya akan turun menyesuaikan dengan nilainya. 2. PT Aneka Tambang Tbk Bedasarkan pendekatan present value, harga saham PT ANTAM Tbk sering berada di posisi undervalued dari 12 triwulan tersebut, 7 triwulan harga saham PT ANTAM Tbk berada pada posisi undervalued. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai intrinsik pada PT Aneka Tambang Tbk menunjukkan lebih sering berada di posisi undervalued, dalam hal ini investor masih merasa ketertarikan yang kecil untuk berinvestasi pada saham ANTAM. Untuk posisi undervalued dikatakan bahwa nilai saham perusahaan saat ini lebih besar dari harga pasarnya, jadi nilai yang diterima investor lebih besar dari harga yang harus dibayarkan (Lampiran 18). Tabel 9.
Perbandingan harga saham PT Aneka Tambang Tbk periode 2006-2008
Triwulan/Tahun
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
Keterangan
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007
4.350 4.625 5.500 8.000 11.850
3.927 4.498 5.549 8.182 11.667
overvalued overvalued undervalued undervalued overvalued
II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
12.550 2.775 4.475 3.350 3.175 1.460 1.090
13.197 3.047 4.652 3.177 3.061 1.517 1.133
undervalued undervalued undervalued overvalued overvalued undervalued undervalued
3. PT Bumi Resources Tbk Berdasarkan hasil dari pendekatan present value, hasil harga saham PT Bumi Resources Tbk selam 12 triwulan antara tahun 20062008 lebih banyak berada pada posisi overvalued. Selama 12 triwulan tersebut, 9 triwulan diantaranya berada pada posisi overvalued dan 3 triwulan sisanya berada pada posisi undervalued. Perbandingannya dapat dilihat padal Tabel 10. Nilai intrinsik yang lebih sering pada posisi overvalued, menunjukkan bahwa investor lebih memiliki ketertarikan yang kecil untuk berinvestasi terhadap saham ini. Kinerja PT Bumi Resources Tbk membuat
ekspektasi
investor
terhadap
saham
mereka
rendah
(Lampiran 19). Tabel 10. Perbandingan harga saham PT Bumi Resources Tbk periode 2006-2008 Triwulan/Tahun
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
Keterangan
I/2006
900
829
overvalued
II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
770 740 900 1.330 2.275 3.575 6.000 6.200 8.200 3.200 910
739 607 901 1.289 2.148 3.340 5.660 5.859 7.670 3.205 1.303
overvalued overvalued undervalued overvalued overvalued overvalued overvalued overvalued overvalued undervalued undervalued
4. PT Energi Mega Persada Tbk Berdasarkan pendekatan present value, harga saham PT Energi Mega Persada (ENRG) Tbk rata-rata berada dalam posisi overvalued. Dari 12 triwulan, 7 triwulan diantaranya berada dalam posisi overvalued, sedangkan 5 triwulan berada pada posisi undervalued. Posisi overvalued lebih banyak terjadi pada saham PT Energi Mega Persada Tbk, dari hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja perusahaan membuat investor tidak terlalu bergairah untuk berinvestasi pada saham mereka atau harga saham PT Energi Mega Persada Tbk dihargai terlalu mahal. Oleh karena itu untuk calon investor lebih baik saham tersebut tidak dibeli atau untuk para investor sebaiknya dijual. Perbandingan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini. Tabel 11. Perbandingan harga saham PT Energi Mega Persada Tbk periode 2006-2008
Triwulan/Tahun
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
Keterangan
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006
880 650 540 520
819 654 635 617
overvalued undervalued undervalued undervalued
I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
620 800 850 1.490 1.130 1.000 520 84
587 743 827 1.472 1.089 995 556 165
overvalued overvalued overvalued overvalued overvalued overvalued undervalued undervalued
5. PT Timah Tbk Berdasarkan pendekatan present value. Harga saham PT Timah (TINS) Tbk selama dalam 12 periode triwulanan antara tahun 2006 hingga 2008 rata-rata berada dalam posisi overvalued (Tabel 12). Karena 8 triwulan harga saham TINS berada pada posisi overvalued, sedangkan 4 triwulan saham TINS berada pada posisi undervalued. Posisi overvalued pada saham TINS menunjukkan ketertarikan investor yang kecil untuk berinvestasi pada saham mereka (Lampiran 22). Posisi overvalued dikatakan bahwa nilai saham atau nilai intrinsik perusahaan saat ini lebih kecil dari harga pasarnya, jadi nilai yang diterima investor lebih kecil dari harga yang harus dibayarkan. Tabel 12. Perbandingan harga saham PT Timah Tbk periode 2006-2008 Triwulan/Tahun
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
Keterangan
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007
2.025 1.740 1.770 4.425 11.850 12.150 13.250
1.706 1.237 1.625 3.910 10.786 12.512 16.087
overvalued overvalued overvalued overvalued overvalued undervalued undervalued
IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
28.700 28.950 37.450 1.660 1.080
31.390 26.487 34.469 534 1.789
undervalued overvalued overvalued overvalued undervalued
D. Perbandingan Price Earning Ratio Perbandingan Price Earning Ratio menunjukkan rasio berapa nilai suatu saham dapat dijual kembali dengan mengambil laba per saham sebagai pembanding bagi harga saham saat ini. Sehingga saham yang memiliki nilai PER rendah dianggap murah karena memiliki harga jual kembalinya rendah, dan saham yang memiliki nilai PER yang tinggi dianggap mahal karena memiliki harga jual kembalinya tinggi. Hasil dari perhitungan Price Earning Ratio (PER) dari perusahaanperusahaan industri pertambangan di Bursa Efek Indonesia (Tabel 13) menunjukkan bahwa pada triwulan I tahun 2006, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 124,6 kali dan yang paling murah yaitu saham ANTAM dengan PER 63,3 kali. Pada triwulan II tahun 2006, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 54,4 kali dan saham yang paling murah ANTAM dengan PER 17,1 kali (Lampiran 12). Tabel 13. Price Earning Ratio per triwulan 5 perusahaan industri pertambangan periode 2006-2008 Triwulan /Tahun I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006
PER ANTM 63.33 17,13 12,97 9,83
PER BUMI 75,57 17,59 9,97 8,56
PER ENRG 124,65 54,44 31,88 36,88
PER PTBA 67,93 46,71 20,76 16,64
PER TINS 88,78 35,37 14,46 10.70
I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008 Rata-rata
21,06 8,33 6,91 8,32 47,32 20,67 8,59 7,52 19,331
3.53 6,77 8,91 14,69 85,54 39,34 9,58 3,58 23,635
313,13 219,78 143,34 185,55 597,88 189,04 (103.38) (32.81) 146,698
40.30 50,34 28,73 36,34 80,86 53.40 16,33 9,27 38,967
18,97 7,83 5,27 8,09 29.90 169,53 5.60 4,05 33,212
Hasil perhitungan PER pada triwulan III tahun 2006, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 31,8 kali dan saham yang paling murah yaitu BUMI dengan PER 9,9 kali. Triwulan IV tahun 2006, saham yang paling mahal yaitu ENRG dengan nilai PER 36,8 kali dan saham yang paling murah adalah saham BUMI dengan nilai PER 8,5 kali. Triwulan I tahun 2007, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 313.1 kali dan saham yang paling murah yaitu saham BUMI dengan PER 3,5 kali. Pada triwulan II tahun 2007, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 219,7 kali dan saham yang paling murah adalah saham BUMI dengan PER 6,7 kali. Triwulan III tahun 2007, saham yang paling mahal yaitu saham ENRG dengan nilai PER 143,3 kali dan saham yang paling murah yaitu saham TINS dengan nilai PER 5,2 kali. Dan triwulan IV tahun 2007, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 185,5 kali dan saham yang paling murah adalah saham TINS dengan PER 8,0 kali.
Hasil dari triwulan I tahun 2008, saham yang paling mahal dengan PER 597,8 kali adalah saham ENRG dan saham yang paling murah dengan nilai PER 29,9 kali adalah saham TINS. Pada triwulan II tahun 2008, saham yang paling mahal adalah saham ENRG dengan PER 189,0 kali dan saham yang paling murah yaitu saham ANTAM dengan PER 20,6 kali. Triwulan III tahun 2008, saham yang paling mahal adalah saham dengan PER 16,3 kali yaitu saham PTBA, saham yang paling murah
dengan nilai PER -103,3 adalah saham ENRG. Pada triwulan IV tahun 2008, saham yang paling mahal adalah saham PTBA dengan PER 9,2 kali dan saham yang paling murah adalah saham ENRG dengan PER -32,8 kali. Dari perbandingan tersebut untuk secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perbandingan harga saham 5 pertambangan periode 2006-2008
perusahaan
industri
Triwulan /Tahun
Paling mahal
Paling murah
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
ENRG ENRG ENRG ENRG ENRG ENRG ENRG ENRG ENRG ENRG PTBA PTBA
ANTM ANTM BUMI BUMI BUMI BUMI TINS TINS TINS ANTM ENRG ENRG
4.3. Analisis Teknikal Analisis
teknikal
merupakan
suatu
metoda
analisis
untuk
memperkirakan harga saham yang akan datang berdasarkan harga saham diwaktu yang lampau. Jadi pada intinya analisis teknikal merupakan analisis terhadap pola pergerakan harga di masa lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga di masa yang akan datang. Analisis teknikal
ini sering juga disebut dengan chartist karena melakukan studi dengan menggunakan grafik (chart), dimana dapat menemukan suatu pola pergerakan harga sehingga dapat mengeksploitasinya untuk mendapatkan keuntungan. Moving average adalah pergerakan harga rata-rata dari suatu saham dalam sebuah durasi waktu. Indikator ini sangat berguna dalam grafik perdagangan saham yang memiliki trend. Jika trend naik, indikator ini memberikan petunjuk/sinyal beli. Sebaliknya, jika grafik menunjukan trend penurunan, indikator ini memberikan sinyal jual. A.
PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA) Selama periode tahun 2006 hingga 2010, harga saham PT Tambang Bukit Asam Tbk memperlihatkan garis trend yang terbentuk melalui Exponential Moving Average (EMA) yang menunjukkan garis trend yang naik. Hal ini terlihat dari grafik harga saham yang kebanyakan berada di atas grafik EMA. Sinyal beli terjadi saat grafik saham memotong ke atas grafik EMA (4) dan sementara sinyal jual terjadi saat grafik saham memotong ke bawah grafik EMA (4). Manfaat yang diperoleh dari sinyal tersebut yaitu investor dapat menentukan kapan waktu pembelian dan penjualan yang tepat agar menghasilkan capital gain yang optimum. PT Tambang Bukit Asam Tbk pada periode tahun 2006 hingga 2010 lebih banyak memperlihatkan sinyal beli, yang artinya para investor diharapkan membeli saham dengan harga rendah dan bila terjadi sinyal jual para investor dapat menjual dengan harga yang lebih tinggi. Sinyal beli (bullish) terjadi enam kali yaitu antara bulan Maret 2006 hingga Oktober 2006, Desember 2006, Februari 2007, Mei 2008 hingga Juni 2008, antara bulan April 2009 hingga bulan Januari 2010 dan sinyal beli yang keenam terjadi di bulan Maret 2010. Selanjutnya sinyal jual (bearish) terjadi lima kali yaitu pada bulan November 2006, Januari 2007, antara Maret 2008 hingga April 2008, antara bulan Juli 2008 hingga bulan Maret 2009 dan
bulan Februari 2010. Jika dilihat dari grafik pada bulan Maret tahun 2010 harga saham mencapai titik paling tinggi dengan harga Rp 17.400, pergerakan harga saham akan terus naik melebihi angka 17.400 dan belum bisa ditentukan untuk ke depannya apakah menunjukkan tanda-tanda perpotongan kapan sinyal jual dan sinyal beli. Grafik keduanya dapat dilihat pada Gambar 5. 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 Harga penutupan
10,000 8,000
EMA (4)
6,000 4,000 2,000 Jan-10
Okt-09
Jul-09
Apr-09
Jan-09
Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Jul-07
Okt-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
0,000
Gambar 5. Grafik Exponential Moving Average PT Tambang Bukit Asam Tbk Periode 2006-2010
B.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Selama periode 2006-2010, harga saham PT Aneka Tambang Tbk terlihat garis trend yang terbentuk melalui Exponential Moving Average (EMA) menunjukkan garis trend yang mengalami kenaikan pada tahun 2006 hingga pertengahan tahun 2007, karena grafik harga saham terus berada di atas grafik EMA.
Pada tahun 2008-2010 garis trend mengalami penurunan, ini terlihat dari grafik EMA terus berada di atas grafik harga saham. Penentuan sinyal jual dan sinyal beli dapat digunakan untuk menentukan waktu penjualan dan pembelian agar menghasilkan capital gain yang menguntungkan bagi investor. Sinyal beli terjadi saat grafik saham memotong ke atas grafik EMA (4) dan sementara sinyal jual terjadi saat grafik saham memotong ke bawah grafik EMA (4). Sinyal beli (bullish) terjadi sebanyak empat kali antara bulan Mei 2006 hingga Mei 2007, November 2007 hingga Desember 2007, antara bulan April 2009 hingga Oktober 2009 dan bulan Maret 2010. Selanjutnya sinyal jual yang terbentuk adalah sebanyak tiga kali yaitu mulai dari bulan Juni 2007 hingga Oktober 2007 kemudian bulan Januari 2008 hingga bulan Maret 2009 dan sinyal jual yang ketiga terjadi di bulan November 2009 hingga Februari 2010. Untuk tahun 2010 harga saham cenderung meningkat secara perlahan, pada bulan Maret harga saham ditutup dengan harga Rp 2.400 dan kemungkinan harga saham ini akan terus meningkat. Gambar 6 memperlihatkan grafik harga saham dan grafik EMA. 18000 16000 14000 12000 10000 Harga penutupan
8000 6000
EMA (4)
4000 2000 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Okt-09 Jan-10
Jul-07 Okt-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Okt-08
Jan-06 Apr-06 Jul-06 Okt-06 Jan-07 Apr-07
0
Gambar 6. Grafik Exponential Moving Average PT Aneka Tambang Tbk Periode 2006-2010 C.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Selama periode 2006 hingga 2010, harga saham PT Bumi Resources Tbk terlihat garis trend yang terbentuk melalui Exoponential Moving Average menunjukkan garis trend yang meningkat pada tahun 2006 hingga 2007, mengalami penurunan pada tahun 2008 dan di tahun 2010 mulai mengalami peningkatan. PT Bumi Resources Tbk pada periode tahun 2006 hingga 2010 lebih banyak memperlihatkan sinyal beli yang terjadi antara tahun 2006 hingga 2007 dan mulai terbentuk sinyal jual pada tahun 2008 dan akhir tahun 2009. Pada periode ini investor lebih banyak melakukan pembelian saham daripada menjual saham. Sepanjang periode 2006 hingga 2010, sinyal beli (bullish) terjadi enam kali, yang pertama terjadi pada bulan Maret hingga April 2006, kedua bulan Juni 2006, ketiga bulan November 2006 sampai dengan Februari 2008, yang keempat terjadi pada bulan April hingga Juni 2008, yang kelima terjadi pada bulan April 2009 hingga September 2009 dan keenam terjadi di bulan Januari 2010. Sinyal jual (bearish) sepanjang periode 2006-2010 terjadi enam kali pula yaitu antara Mei hingga Juni 2006, yang kedua antara Agustus hingga Oktober 2006, untuk yang ketiga terjadi di bulan Maret 2008, keempat terjadi pada bulan Juli hingga Maret 2009, yang kelima terjadi di bulan Oktober 2009 hingga Desember 2009 dan keenam terjadi di bulan Februari hingga Maret 2010. Pada triwulan I tahun 2010 harga saham BUMI cenderung mengalami penurunan dari bulan Januari hingga Maret sebesar 225 poin, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
9000 8000 7000 6000 5000
Harga Penutupan EMA (4)
4000 3000 2000 1000
Jan-10
Okt-09
Jul-09
Jan-09
Apr-09
Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Jul-07
Okt-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
0
Gambar 7. Grafik Exponential Moving Average PT Bumi Resources Tbk Periode 2006-2010 D.
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) Selama periode 2006 hingga 2010, harga saham PT Energi Mega Persada Tbk terlihat garis trend yang terbentuk melalui Exponential Moving Average (EMA) menunjukkan garis trend yang mengalami peningkatan dan penurunan (Gambar 8). Sepanjang periode tahun 2006 hingga 2010 PT Energi Mega Persada Tbk lebih banyak memperlihatkan sinyal jual yang artinya pada periode ini investor lebih banyak melakukan penjualan saham.
9000 8000 7000 6000 5000 Harga Penutupan EMA (4)
4000 3000 2000 1000
Jan-10
Okt-09
Jul-09
Apr-09
Jan-09
Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Jan-06
Apr-06
0
Gambar 8. Grafik Exponential Moving Average PT Energi Mega Persada Tbk Periode 2006-2010 Sinyal beli (bullish) pada periode 2006 hingga 2010 terjadi sebanyak lima kali. Yang pertama terjadi di bulan Februari 2006, kedua terjadi antara Januari hingga Maret 2006, ketiga terjadi pada bulan Mei hingga Juli 2007, sinyal beli keempat terjadi pada bulan September 2007 hingga Februari 2008 dan yang kelima terjadi di bulan April hingga bulan September 2009. Sinyal jual terjadi (bearish) terjadi empat kali, yaitu yang pertama terjadi antara Mei hingga Desember 2006, kedua terjadi di bulan April 2007, ketiga di bulan Agustus 2007, yang keempat sinyal jual terjadi pada bulan Maret hingga bulan Maret 2009 dan sinyal jual yang kelima terjadi di bulan Oktober 2009 hingga Akhir triwulan 1 tahun 2010. Harga saham perusahaan ini terus mengalami penurunan, begitu pula di tahun 2010. Pada bulan Januari 2010 harga saham ditutup dengan kisaran Rp 174 turun sebesar 27 basis poin di bulan Maret 2010. Bila dilihat pada grafik, kemungkinan PT Energi Mega Persada Tbk terus berada pada posisi jual karena untuk kedepannya masih belum terlihat adanya titik potong untuk sinyal beli.
PT Timah Tbk (TINS) Selama periode 2006 hingga 2010, harga saham PT Timah Tbk terlihat garis trend yang terbentuk melalui grafik Exponential Moving Average menunjukkan garis trend yang mengalami peningkatan, ini terlihat dari grafik harga saham yang kebanyakan berada dia atas grafik EMA (Gambar 9). 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000
Harga Penutupan EMA (4)
15,000 10,000 5,000
Jan-10
Okt-09
Jul-09
Apr-09
Jan-09
Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Jan-06
0,000 Apr-06
E.
Gambar 9. Grafik Exponential Moving Average PT Timah Tbk Periode 2006-2010 PT Timah Tbk pada periode tahun 2006 hingga 2010 lebih banyak memperlihatkan sinyal beli, yang artinya para investor lebih banyak melakukan pembelian saham ini. Sinyal beli (bullish) terbentuk empat kali antara April 2006, kemudian sinyal beli terbentuk mulai Oktober 2006 hingga Juli 2008, terbentuk kembali pada bulan Mei 2009 hingga September 2009 dan sinyal beli keempat terjadi pada triwulan 1 pada tahun 2010. Selanjutnya sinyal jual (bearish) terbentuk tiga kali antara bulan Mei hingga September 2006, sinyal jual yang kedua terjadi antara Agustus 2008 hingga April 2009 dan sinyal jual yang ketiga terjadi pada bulan Oktober 2009 hingga Desember 2009. Harga
saham PT Timah di tahun 2010 terus mengalami peningkatan yang cukup baik, pada bulan Desember tahun 2009 harga saham ditutup dengan nilai Rp 2.000 dan diakhir triwulan I tahun 2010 harga saham ditutup dengan nilai Rp 2.375 atau meningkat sebesar 375 poin. Kemungkinan untuk kedepannya harga saham PT Timah akan terus mengalami peningkatan.
4.4. Perbandingan Analisis Fundamental dan Teknikal PT Tambang Bukit Asam Tbk Analisis fundamental PT Tambang Bukit Asam Tbk menunjukkan selama periode 2006-2008 nilai intrinsik saham PT Tambang Bukit Asam Tbk cenderung meningkat. Kenaikan terjadi pada awal 2006 hingga akhir tahun 2007 dan kenaikan yang mencolok terjadi pada triwulan 2 tahun 2008. Setelah itu nilai intrinsik cenderung mengalami penurunan (Gambar 10). 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 Nilai Intrinsik
4.000 2.000 Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
-
16000 14000 12000 10000 8000 EMA (4)
6000 4000 2000 Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
0 Jan-06
A.
Gambar 10. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Tambang Bukit Asam Tbk periode 2006-2008
Hasil yang ditunjukan analisis teknikal melalui Exponential Moving Average (EMA) dengan 4 basis pengamatan sama dengan hasil analisis fundamental. Kedua grafik ini memperlihatkan kenaikan yang searah, hal tersebut semakin memperkuat informasi kepada investor. Peningkatan grafik melalui Exponential Moving Average menunjukkan bahwa perdagangan saham perusahaan ini selama periode 2004-2008 meningkat sehingga harganya terus naik. Berdasarkan hasil dari nilai intrinsik dan Exponential Moving Average PT Tambang Bukit Asam Tbk selama periode 2006-2008
cenderung
mengalami
peningkatan,
hal
tersebut
menggambarkan perusahaan ini layak untuk para investor dan calon investor berinvestasi. B.
PT Aneka Tambang Tbk Analisis
fundamental
PT
Aneka
Tambang
Tbk
menunjukkan bahwa nilai intrinsik sahamnya selama periode 20062008 cenderung menurun. Kenaikan terlihat pada tahun 2006 hingga akhir triwulan ke 2 tahun 2007. Setelah itu nilai intrinsik mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2008. Analisis teknikal melalui Exponential Moving Average (EMA) dengan 4 basis pengamatan yang menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil analisis fundamental. Grafik Exponential Moving Average grafik yang meningkat pada awal tahun 2006 hingga tahun 2007, namun trend meningkat yang sangat mencolok terjadi pada awal tahun 2007. Dan terus mengalami penurunan pada akhir 2007 hingga akhir tahun 2008. Kedua analisis ini menghasilkan informasi yang searah. Investor sebaiknya melakukan pembelian saham pada saat harga saham rendah dan jual pada saat harga tinggi agar menghasilkan keuntungan yang maksimum. Hal ini dapat dilihat melalui Gambar 11.
14.000 12.000 10.000 8.000 6.000
Nnilai Intrinsik
4.000 2.000
Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
-
14000 12000 10000 8000 6000
EMA (4)
4000 2000
Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
0
Gambar 11. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Aneka Tambang Tbk periode 2006-2008 C.
PT Bumi Resources Tbk Analisis
fundamental
PT
Bumi
Resources
Tbk
menunjukkan bahwa nilai intrinsik sahamnya yang cenderung meningkat selama periode 2006-2008. Peningkatan terlihat pada triwulan 4 2006 hingga triwulan 2 tahun 2008. Peningkatan yang mencolok terjadi pada triwulan 2 tahun 2008. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan ini terus membaik (Gambar 12).
Analisis teknikal melalui Exponential Moving Average (EMA) dengan 4 basis pengamatan menunjukkan hasil yang tidak jauh
berbeda
dengan
analisis
fundamental.
Grafik
EMA
menunjukkan grafik yang meningkat pada awal 2006 hingga pertengahan tahun 2008, namun setelah itu trend yang terbentuk adalah
penurunan
yang
signifikan.
Kedua
grafik
tersebut
menunjukkan arah yang sama, hal tersebut menggambarkan perusahaan ini layak untuk para investor dan calon investor berinvestasi. 9.000
8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 Nilai Intrinsik
3.000 2.000 1.000 Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
-
8000 7000 6000 5000 4000 EMA (4)
3000 2000 1000 Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
0
Gambar 12. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Bumi Resources Tbk periode 2006-2008
PT Energi Mega Persada Tbk Analisis fundamental PT Energi Mega Persada Tbk menunjukkan bahwa nilai intrinsik sahamnya cenderung fluktuatif selama periode 2006 hingga 2008. Peningkatan paling mencolok terjadi pada akhir tahun 2007, selebihnya nilai intrinsiknya cenderung menurun (Gambar 13). 1.600 1.400 1.200 1.000 800 Nilai Intrinsik
600 400 200 Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
-
1400 1200 1000 800 600
EMA (4)
400 200
Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
0 Jan-06
D.
Gambar 13. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Energi Mega Persada Tbk periode 2006-2008
Hasil yang ditunjukan analisis teknikal melalui Exponential Moving Average (EMA) dengan 4 basis pengamatan menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan analisis fundamental. Persamaan yang paling mencolok adalah keduanya mengalami penurunan selama akhir 2006 dan juga mengalami penurunan yang sama pada awal hingga akhir tahun 2008. Penurunan grafik Exponential Moving Average ini menunjukkan bahwa perdagangan saham perusahaan selama periode 2006 hingga 2008 tidak tinggi sehingga harganya terus turun. Hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan ini menurun selama periode 2006-2008 untuk para investor sebaiknya melakukan keputusan jual dan untuk calon investor sebaiknya tidak melakukan pembelian karena harga saham terus mengalami penurunan. E.
PT Timah Tbk Analisis fundamental PT Timah Tbk menunjukkan bahwa nilai intrinsik sahamnya cenderung meningkat selama periode 20062008 nilai intrinsik saham PT Timah Tbk meningkat signifikan. Kenaikan terlihat pada mulai dari triwulan kedua tahun 2006 hingga triwulan kedua tahun 2008 dengan nilai intrinsik Rp 34.469. Namun pada triwulan ketiga hingga akhir tahun 2008 nilai intrinsik PT Timah mengalami penurunan yang sangat signifikan pula dengan kisaran nilai intrinsiknya Rp 534, pada akhir tahun 2008 ditutup dengan nilai intrinsik Rp 1.789. Analisis teknikal melalui melalui Exponential Moving Average (EMA) dengan 4 basis pengamatan menunjukkan tidak jauh berbeda pula dengan hasil yang didapat pada analisis fundamental. Keduanya mengalami kenaikan yang signifikan dan juga penurunan yang signifikan pula. Sepanjang tahun 2006 hingga 2008 perusahaan ini terus mengalami peningkatan sebaiknya para investor maupun calon investor untuk melakukan pembelian. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 14.
40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 Nilai Intrinsik
15.000 10.000 5.000
Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
-
40000 35000 30000 25000 20000 EMA (4)
15000 10000 5000 Okt-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
Okt-07
Jul-07
Apr-07
Jan-07
Okt-06
Jul-06
Apr-06
Jan-06
0
Gambar 14. Grafik perbandingan analisis fundamental dan teknikal pada PT Timah Tbk periode 2006-2008
KESIMPULAN DAN SARAN I.
Kesimpulan Analisis
kondisi
perusahaan-perusahaan
bidang
pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2006 hingga 2008 menunjukkan bahwa kondisi laporan keuangan perusahaan yang menunjukkan kinerja yang paling baik adalah perusahaan PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA), laba operasi, laba bersih, dividen, ROA dan ROE perusahaan ini mengalami hasil yang terus meningkat dari tahun 2006 hingga tahun 2008. Kinerja yang paling buruk adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), menunjukkan kondisi keuangan yang terus mengalami keterpurukan, perusahaan ini tidak dapat memberikan dividen bagi para pemegang sahamnya dan laba bersih perusahaan yang terus mengalami penurunan dari tahun 2006-2008. Analisis keuangan perusahaan menunjukkan bahwa kinerja PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA) selama periode 2006-2008 mengalami kenaikan. Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) selama periode 2006-2007 mengalami peningkatan, namun pada periode 2008 terus mengalami penurunan. Kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selama periode tersebut terus mengalami peningkatan. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) selama periode 2006-2008 menunjukkan kinerja yang cenderung terus mengalami penurunan. Kinerja PT Timah Tbk (TINS) selama periode 20062008 mengalami peningkatan signifikan yang terjadi pada tahun 2006 hingga 2007 dan pada tahun 2008 terjadi penurunan yang signifikan juga. PT Aneka Tambang Tbk adalah perusahaan yang lebih banyak berada pada posisi undervalued, nilai saham ini lebih murah dan investor memiliki ketertarikan yang besar untuk berinvestasi pada saham ini. PT Bumi Resources Tbk, PT Tambang Bukit Asam Tbk dan PT Timah Tbk dan PT Energi Mega Persada Tbk memiliki
nilai instrinsik yang sering berada pada posisi overvalued atau para investor memiliki ketertarikan kecil untuk melakukan investasi pada saham ini. Selama periode 2006 hingga 2008 saham yang paling sering menjadi saham yang paling murah adalah saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Sedangkan saham yang paling sering menjadi saham yang paling mahal adalah saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Analisis teknikal memberikan informasi mengenai trend yang ada pada perdagangan saham. Trend yang ada pada saham PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA) selama periode 2006-2010 menunjukkan trend yang meningkat. Trend yang ada pada saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) selama periode 2006-2010 menujukan trend yang cenderung menurun. Trend yang ada pada saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selama periode 2006-2010 menujukan trend yang meningkat. Trend yang ada pada saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) selama periode 2006-2010 menujukan trend yang menurun. Trend yang ada pada perdagangan saham PT Timah Tbk (TINS) selama periode 2006-2010 stabil meningkat. Hasil analisis fundamental dan analisis teknikal pada industri pertambangan periode 2006-2008 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Hal ini dikatakan bahwa kinerja 5 perusahaan dalam industri pertambangan berjalan searah dengan ketertarikan investor di pasar modal. Hal ini juga menunjukkan informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang ada di pasar modal. Secara umum kondisi perusahaan-perusahaan pertambangan ada yang mengalami penurunan dan peningkatan. Perusahaan yang mengalami penurunan adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Perusahaan yang mengalami peningkatan adalah PT Tambang Bukit Asam Tbk, PT Resources Tbk (BUMI) dan PT Timah Tbk (TINS).
Bumi
2.
Saran Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, ada beberapa hal yang dapat disarankan baik bagi para investor ataupun bagi pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai masalah ini. Beberapa hal tersebut yaitu : 1. Investor yang sedang ataupun yang akan berinvestasi pada instrumen saham harus memperhatikan kinerja perusahaan secara fundamental, terutama jika berencana akan melakukan investasi dalam
jangka
panjang.
Seringkali
para
investor
hanya
memperhatikan kondisi perusahaan melalui sisi teknikalnya saja. 2. Penelitian ini masih dapat dilanjutkan dengan menambahkan variabel dari sisi fundamental ataupun teknikalnya. Masih dapat dicari hubungan antara variabel-variabel yang ada pada sisi fundamental maupun teknikal. Variabel yang ada pada sisi fundamental terdari dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Sektoral dan arus kas perusahaan. Variabel yang ada pada sisi teknikal terdiri dari harga saham emiten, harapan investor dan sentimen-sentimen yang ada di pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A. 2007. Cara Kaya Dengan Investasi. Rabka Publisher, Jakarta. Ardian, 2003. Perilaku konsumen dimasa sebelum dan sesudah krisis moneter. Skripsi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Palangkaraya. Kalimantan Selatan. Awat, N. 2000. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Fernandez. et all. Dalam Ganesh, A. 2008. Analisis Teknikal Harga Saham Indeks Kompas 100 Sektor Pertambangan Periode Februari-Juni 2008 di Bursa Efek Indonesia. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ganesh, A. 2008. Analisis Teknikal Harga Saham Indeks Kompas 100 Sektor Pertambangan Periode Februari-Juni 2008 di Bursa Efek Indonesia. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Halim, A. 2003. Analisis Investasi. Salemba Empat, Jakarta. Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Keown, M. S, Jr. 2002. Manajemen Keuangan Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi Kesembilan. Primasari. 2004. Tingkat Imbalan dan Resiko Investasi Agribisnis: Analisis Perbandingan Pendekatan Fundamental dengan Teknikal di PT Bursa Efek Jakarta. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor Sabrini, S. B. 2008. Analisis Harga Saham Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007 dengan Analisis Fundamental dan Teknikal. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor Sihombing, G. 2008. Kaya dan Pintar Menjadi Trader dan Investor Saham. Indonesia Cerdas, Yogyakarta. Sulistiawan, D. dan Liliana. 2007. AnalisisTeknikal Modern Pada Perdagangan Sekuritas. Andi, Yogyakarta. http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/01/12/EB/mbm.20090112.EB12 9202.id.html. [08 Desember 2009] http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PO RTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A57&cdate=23-JUN2008&inw_id=607805. “Memperkuat kinerja sektor pertambangan” Sunarsip. [09 Januari 2010]
http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/06/23/226/121250/nilaiportofolio-tergantung-karakteristik-dan-jenis-saham. “Nilai Portofolio Tergantung Karakteristik dan Jenis Saham” [09 Januari 2010] http://www.bps.go.id/brs_file/PDB-15feb08.pdf. [09 Januari 2010]
”3 Konsep Pertambangan”.
http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PO RTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A16&cdate=04-JAN2010&inw_id=711968. ”Darwin dukung tuntaskan soal pajak di tambang, pemerintah diminta dorong proyek macet”. [08 Januari 2010] (http://www.kompascetak.com).”Minim, kredit ke tambang”. [29 Desember 2009] (http://www.jurnal-ekonomi.com) [30 Desember 2009] http://imarketiva.com/analisa-teknikal.html. [12 Desember 2009] http://imarketiva.com/analisa-fundamental.html. [12 Desember 2009] www.bei.co.id [November 2009- Desember 2009] www.e-samuel.com [November 2009-Desember 2009] http://www.setneg.go.id [02 April 2010]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Indeks Harga Saham Gabungan Per Bulan Periode 2006-2008 BulanTahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06
Harga Penutupan (Rp) 1.232,32 1.230,66 1.322,97 1.464,41 1.330,00 1.310,26 1.351,65 1.431,26 1.534,61 1.582,63 1.718,96 1.805,52
BulanTahun Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07
Harga Penutupan (Rp) 1.757,26 1.740,97 1.830,92 1.999,17 2.084,32 2.139,28 2.348,67 2.194,34 2.359,21 2.643,49 2.688,33 2.745,83
BulanTahun Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08
Harga Penutupan (Rp) 2.627,25 2.721,94 2.447,30 2.304,52 2.444,35 2.349,10 2.304,51 2.165,94 1.832,51 1.256,70 1.241,54 1.355,41
Lampiran 2. Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan Per Bulan Periode 2006-2008 Bulan-Tahun
Indeks
Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06
680,27 694,03 746,75 852,45 762,61 729,65 770,24 758,14 760,04 819,10 846,04 933,21
BulanTahun Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07
Indeks 995,17 1.128,17 1.346,42 1.494,03 1.529,37 1.647,04 1.821,51 1.649,77 2.023,91 2.702,98 3.140,36 3.270,09
BulanTahun Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08
Indeks 3.140,09 3.554,74 2.840,04 2.954,52 3.388,29 3.415,96 2.995,30 2.577,22 1.833,24 1.095,87 897,51 877,68
Lampiran 3. Sertifikat Bank Indonesia Jangka 3 Bulan Triwulan/Tahun
Rf
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
12,73% 12,15% 11,36% 9,50% 8,10% 7,83% 7,83% 7,83% 8,04% 9,20% 9,90% 11,08%
Lampiran 4. Tingkat Pengembalian Pasar Per Kuartal Periode 2006-2008 Triwulan/Tahun
Varian Pasar
Rmt (%)
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
16,35 100,37 4,29 7,75 16,94 11,65 78,53 34,27 47,27 40,78 47,85 444,75
4,45 0,01 5,42 5,59 0,52 5,36 3,58 5,29 (3,60) (1,22) (7,77) (7,82)
Lampiran 5.
Tingkat Pengembalian Sektor Pertambangan dan Pengembalian Pasar Per Kuartal Periode 2006-2008
Tingkat
Triwulan/Tahun
Return Sektoral (%)
Return Market (%)
I/2006
7,38
4,45
II/2006
(0,24)
0,01
III/2006
1,41
5,42
IV/2006
7,12
5,59
I/2007
13,12
0,52
II/2007
7,01
5,36
III/2007
7,95
3,58
IV/2007
17,95
5,29
I/2008
(3,63)
(3,60)
II/2008
6,51
(1,22)
III/2008
(18,38)
(7,77)
IV/2008
(20,18)
(7,82)
Lampiran 6.
BulanTahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 BulanTahun Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09
Harga Penutupan Saham PT Aneka Tambang Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010. Harga Penutupan (Rp) 4,275 4,025 4,350 5,750 4,450 4,625 5,200 5,400 5,500 6,950 7,550 8,000 Harga Penutupan (Rp) 1110 1200 1090 1430 1980 2025 2200 2275 2450 2275 2200 2200
BulanTahun Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 BulanTahun Jan-10 Feb-10 Mar-10
Harga Penutupan (Rp) 7,800 9,100 11,850 15,600 14,000 12,550 2,700 2,250 2,775 3,350 4,675 4,475 Harga Penutupan (Rp) 2125 2075 2400
BulanTahun Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08
Harga Penutupan (Rp) 3,575 4,100 3,350 3,500 3,250 3,175 2,475 1,890 1,460 1,040 1,020 1,090
Lampiran 7.
Harga Penutupan Saham PT Bumi Resources Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010. Harga Penutupan (Rp) 850 840 900 910 830 770 830 750 740 770 810 900 Harga Penutupan (Rp)
Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07
Jan-09
510
Jan-10
2475
Feb-09
770
Feb-10
2250
Mar-09
820
Mar-10
2250
Apr-09
1480
Mei-09
1960
Jun-09
1860
Jul-09
2800
Agust-09
2900
Sep-09
3225
Okt-09
2375
Nop-09
2350
Des-09
2425
BulanTahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 BulanTahun
BulanTahun
BulanTahun
Harga Penutupan (Rp) 1,080 1,210 1,330 1,380 1,750 2,275 2,700 2,550 3,575 4,800 5,650 6,000 Harga Penutupan (Rp)
BulanTahun Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08
Harga Penutupan (Rp) 6,400 7,700 6,200 6,650 8,050 8,200 6,750 5,500 3,200 2,175 1,010 910
Lampiran 8.
BulanTahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 BulanTahun Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09
Harga Penutupan Saham PT Energi Mega Persada Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010. Harga Penutupan (Rp) 830 820 880 890 730 650 660 550 540 520 510 520 Harga Penutupan (Rp) 68 72 69 220 465 370 380 385 385 280 205 193
BulanTahun Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 BulanTahun Jan-10 Feb-10 Mar-10
Harga Penutupan (Rp) 610 700 620 600 730 800 960 780 850 1,250 1,350 1,490 Harga Penutupan (Rp) 174 160 147
BulanTahun Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08
Harga Penutupan (Rp) 1,370 1,360 1,130 1,030 1,110 1,000 850 710 520 350 144 84
Lampiran 9.
Harga Penutupan Saham PT Tambang Bukit Asam Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010. Harga Penutupan (Rp) 1,960 2,050 2,050 3,000 3,350 3,150 3,275 3,400 3,375 3,450 3,250 3,525 Harga Penutupan (Rp)
Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07
Jan-09
7,400
Jan-10
17,200
Feb-09
7,200
Feb-10
15,600
Mar-09
6,750
Mar-10
17,400
Apr-09
9,500
Mei-09
11,250
Jun-09
11,600
Jul-09
13,600
Agust-09
13,000
Sep-09
14,100
Okt-09
15,200
Nop-09
16,450
Des-09
17,250
BulanTahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 BulanTahun
BulanTahun
BulanTahun
Harga Penutupan (Rp) 3,125 3,300 3,450 3,900 5,250 6,550 6,650 5,750 6,550 9,050 12,100 12,000 Harga Penutupan (Rp)
BulanTahun Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08
Harga Penutupan (Rp) 11,400 11,450 10,050 10,600 14,600 16,400 13,650 14,500 9,350 5,475 6,900 6,900
Lampiran 10. Harga Penutupan Saham PT Timah Tbk Periode 2006 Hingga Triwulan I Tahun 2010. BulanTahun Jan-06 Feb-06 Mar-06 Apr-06 Mei-06 Jun-06 Jul-06 Agust-06 Sep-06 Okt-06 Nop-06 Des-06 BulanTahun Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09
Harga Penutupan (Rp) 1,920 2,050 2,025 2,425 1,930 1,740 1,740 1,740 1,770 2,400 2,300 4,425 Harga Penutupan (Rp) 1,090 1,060 1,060 1,420 1,970 2,025 2,100 2,075 2,150 1,950 1,890 2,000
BulanTahun Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 BulanTahun Jan-10 Feb-10 Mar-10
Harga Penutupan (Rp) 7,850 9,600 11,850 11,950 11,650 12,150 14,100 12,300 13,250 19,500 25,000 28,700 Harga Penutupan (Rp) 2,225 2,150 2,375
BulanTahun Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08
Harga Penutupan (Rp) 28,800 32,550 28,950 32,150 33,950 37,450 31,950 2,575 1,660 1,160 1,050 1,080
Lampiran 11. Earning Per Share Per Triwulan 5 Perusahaan Pertambangan Selama 2006-2008 Triwulan/Tahun EPS ANTM I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
68,69 270,06 423,99 813,96 562,63 1.506,20 401,69 538,04 70.80 153,58 170,04 144,99
EPS BUMI
EPS ENRG
EPS PTBA
EPS TINS
11,91 43,77 74,18 105,16 376,79 335,93 401,41 408,54 72,48 208,44 334,15 254,36
7,06 11,94 16,94 14.10 1,98 3,64 5,93 8,03 1,89 5,29 (5.03) (2.56)
30,18 67,44 162,57 211,87 85.60 130,11 227,96 330,19 124,29 307,13 572,65 744,15
22,81 49,19 122,39 413,59 624,53 1551,43 2512,45 3545,77 968,21 220.90 296,38 266,71
Lampiran 12. Price Earning Ratio Per Triwulan 5 Perusahaan Pertambangan Selama 2006-2008 Triwulan/Tahun I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
PER ANTM 63.33 17,13 12,97 9,83 21,06 8,33 6,91 8,32 47,32 20,67 8,59 7,52
PER BUMI 75,57 17,59 9,97 8,56 3.53 6,77 8,91 14,69 85,54 39,34 9,58 3,58
PER ENRG 124,65 54,44 31,88 36,88 313,13 219,78 143,34 185,55 597,88 189,04 (103.38) (32.81)
PER PTBA 67,93 46,71 20,76 16,64 40.30 50,34 28,73 36,34 80,86 53.40 16,33 9,27
PER TINS 88,78 35,37 14,46 10.70 18,97 7,83 5,27 8,09 29.90 169,53 5.60 4,05
Lampiran 13. Tingkat Pengembalian Saham (R) PT Aneka Tambang Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008 Triwulan/ Tahun I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
Kov r, m 1,31 8,57 0,41 0,69 2,20 0,75 7,74 4,02 4,16 3,06 5,48 35,76
var m
beta
Rf (%)
Rm (%)
16,354 100,373 4,288 7,754 16,940 11,646 78,526 34,270 47,267 40,783 47,847 444,754
0,080 0,085 0,095 0,089 0,130 0,064 0,099 0,117 0,088 0,075 0,115 0,080
12,73 12,15 11,36 9,50 8,10 7,83 7,83 7,83 8,04 9,20 9,90 11,08
4,45 0,01 5,42 5,59 0,52 5,36 3,58 5,29 (3,60) (1,22) (7,77) (7,82)
R (%) 12,07 11,11 10,80 9,15 7,12 7,67 7,41 7,53 7,02 8,42 7,88 9,56
Lampiran 14. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Bumi Resources Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008 Triwulan/Tahun
Kov r, m
var m
beta
Rf (%)
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
2,24 4,77 0,55 0,98 3,15 0,73 1,35 2,92 5,61 3,93 4,39 26,30
16,354 100,373 4,288 7,754 16,940 11,646 78,526 34,270 47,267 40,783 47,847 444,754
0,137 0,048 0,128 0,127 0,186 0,063 0,017 0,085 0,119 0,096 0,092 0,059
12,73 12,15 11,36 9,50 8,10 7,83 7,83 7,83 8,04 9,20 9,90 11,08
Rm (%) 4,45 0,01 5,42 5,59 0,52 5,36 3,58 5,29 (3,60) (1,22) (7,77) (7,82)
R (%) 11,60 11,57 10,60 9,01 6,69 7,67 7,76 7,61 6,66 8,20 8,28 9,96
Lampiran 15. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Energi Mega Persada Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008 Triwulan/Tahun
Kov r, m
var m
beta
Rf (%)
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
1,46 12,05 0,14 0,91 1,64 1,11 9,01 2,79 5,34 7,08 4,03 67,80
16,354 100,373 4,288 7,754 16,940 11,646 78,526 34,270 47,267 40,783 47,847 444,754
0,089 0,120 0,032 0,118 0,097 0,095 0,115 0,081 0,113 0,174 0,084 0,152
12,73 12,15 11,36 9,50 8,10 7,83 7,83 7,83 8,04 9,20 9,90 11,08
Rm (%) 4,45 0,01 5,42 5,59 0,52 5,36 3,58 5,29 (3,60) (1,22) (7,77) (7,82)
R (%) 11,99 10,69 11,17 9,04 7,36 7,60 7,34 7,62 6,72 7,39 8,41 8,20
Lampiran 16. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008 Triwulan/Tahun
Kov r, m
var m
beta
Rf (%)
I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
0,72 3,97 0,51 0,13 2,16 1,65 6,75 1,64 4,39 0,26 2,13 41,14
16,354 100,373 4,288 7,754 16,940 11,646 78,526 34,270 47,267 40,783 47,847 444,754
0,044 0,040 0,118 0,017 0,128 0,142 0,086 0,048 0,093 0,006 0,044 0,093
12,73 12,15 11,36 9,50 8,10 7,83 7,83 7,83 8,04 9,20 9,90 11,08
Rm (%) 4,45 0,01 5,42 5,59 0,52 5,36 3,58 5,29 (3,60) (1,22) (7,77) (7,82)
R (%) 12,37 11,67 10,66 9,43 7,13 7,48 7,46 7,71 6,96 9,13 9,11 9,33
Lampiran 17. Tingkat Pengembalian Saham (R) Saham PT Timah Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008 Triwulan/Tahun Kov r, m I/2006 II/2006 III/2006 IV/2006 I/2007 II/2007 III/2007 IV/2007 I/2008 II/2008 III/2008 IV/2008
1,35 5,95 0,55 0,37 1,65 1,52 4,19 3,16 5,52 2,15 4,20 36,89
var m
beta
Rf (%)
Rm (%)
R (%)
16,354 100,373 4,288 7,754 16,940 11,646 78,526 34,270 47,267 40,783 47,847 444,754
0,083 0,059 0,128 0,048 0,097 0,130 0,053 0,092 0,117 0,053 0,088 0,083
12,73 12,15 11,36 9,50 8,10 7,83 7,83 7,83 8,04 9,20 9,90 11,08
4,45 0,01 5,42 5,59 0,52 5,36 3,58 5,29 (3,60) (1,22) (7,77) (7,82)
12,04 11,43 10,60 9,31 7,36 7,51 7,60 7,60 6,68 8,65 8,35 9,51
Lampiran 18. Nilai Intrinsik Saham PT Aneka Tambang Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure (juta Rp)
FCF (juta Rp)
R
FCF per share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
I/2006
417
(97.325)
97.742
0,12
51,24
4.350
3.927
II/2006
475.677
(234.861)
710.538
0,11
372,46
4.625
4.498
III/2006
777.934
(248.287)
1.026.222
0,11
537,94
5.500
5.449
IV/2006
1.690.317
(85.610)
1.775.927
0,09
930,93
8.000
8.182
I/2007
1.199.917
(35.259)
1.235.176
0,07
647,47
11.850
11.667
II/2007
3.065.468
(100.296)
3.165.765
0,08
1659,47
12.550
13.197
III/2007
4.663.318
(89.813)
4.753.131
0,07
498,31
2.775
3.047
IV/2007
4.835.907
(197.164)
5.033.071
0,08
527,66
4.475
4.652
I/2008
424.513
(49.414)
473.927
0,07
49,69
3.350
3.177
II/2008
1.251.093
(121.125)
1.372.218
0,08
143,86
3.175
3.061
III/2008
1.503.223
(178.085)
1.681.307
0,08
176,27
1.460
1.517
IV/2008
1.137.316
(302.386)
1.439.702
0,10
150,94
1.090
1.133
Lampiran 19. Nilai Intrinsik Saham PT Bumi Resources Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure (juta Rp)
FCF (juta Rp)
R
FCF per share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
I/2006
(531.676)
(1.016.007)
484.332
0,12
24,96
900
829
II/2006
(45.068)
(1.098.080)
1.053.012
0,12
54,27
770
739
III/2006
(1.541.890)
(214.930)
(1.326.960)
0,11
(68,39)
740
607 901
IV/2006
282.780
(1.294.663)
1.577.443
0,09
81,29
900
I/2007
771.023
(99.607)
870.630
0,07
44,87
1.330
1.289
II/2007
603.109
(121.392)
724.501
0,08
37,34
2.275
2.148
III/2007
152.834
(322.983)
475.817
0,08
24,52
3.575
3.340
IV/2007
1.356.854
(417.610)
1.774.464
0,08
91,45
6.000
5.660
I/2008
799.780
(156.140)
955.921
0,07
49,26
6.200
5.859
II/2008
1.367.382
(549.266)
1.916.648
0,08
98,78
8.200
7.670
III/2008
3.617.948
(1.628.255)
5.246.203
0,08
270,37
3.200
3.205
IV/2008
6.851.389
(3.303.635)
10.155.025
0,10
523,35
910
1.303
Lampiran 20. Nilai Intrinsik Saham PT Energi Mega Persada Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure (juta Rp)
FCF (juta Rp)
R
FCF per share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
I/2006
(347.116)
(883.915)
536.799
0,12
37,28
880
819
II/2006
(148.817)
(1.217.747)
1.068.930
0,11
74,23
650
654
III/2006
178.737
(2.204.169)
2.382.906
0,11
165,47
540
635
IV/2006
(110.698)
(2.306.565)
2.195.867
0,09
152,48
520
617
I/2007
(8.726)
(161.138)
152.412
0,07
10,58
620
587
II/2007
(268.291)
(254.689)
(13.602)
0,08
(0,94)
800
743
III/2007
42.730
(503.694)
546.424
0,07
37,94
850
827
IV/2007
527.446
(836.009)
1.363.455
0,08
94,68
1.490
1.472
I/2008
241.910
(226.509)
468.419
0,07
32,53
1.130
1.089
II/2008
333.209
(656.570)
989.779
0,07
68,73
1.000
995
III/2008
236.973
(962.620)
1.199.593
0,08
83,30
520
556
IV/2008
36.470
(1.324.880)
1.361.350
0,08
94,53
84
165
Lampiran 21. Nilai Intrinsik Saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure (juta Rp)
FCF (juta Rp)
R
FCF per share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
I/2006
302.708
(10.004)
312.712
0,12
136
2.050
1.945
II/2006
363.285
(16.761)
380.046
0,12
165
3.150
2.969
III/2006
246.888
(27.887)
274.775
0,11
119
3.375
3.158
IV/2006
337.497
(39.241)
376.738
0,09
164
3.525
3.371
I/2007
358.139
(52.238)
410.377
0,07
178
3.450
3.387
II/2007
552.522
(17.576)
570.098
0,07
247
6.550
6.324
III/2007
1.113.771
(38.548)
1.152.319
0,07
500
6.550
6.560
IV/2007
1.363.801
(52.129)
1.415.930
0,08
615
12.000
11.712
I/2008
(64.523)
(9.874)
(54.649)
0,07
(24)
10.050
9.374
II/2008
508.154
(41.155)
549.309
0,09
238
16.400
15.246
III/2008
1.088.360
(56.052)
1.144.412
0,09
497
9.350
9.024
IV/2008
1.609.577
(86.372)
1.695.949
0,09
736
6.900
6.984
Lampiran 22. Nilai Intrinsik Saham PT Timah Tbk Per Triwulan Periode 2006-2008
Triwulan/ Tahun
CF Operation (juta Rp)
Capital Expenditure (juta Rp)
FCF (juta Rp)
R
FCF per share (Rp)
Harga Pasar (Rp)
Nilai Intrinsik (Rp)
I/2006
(78.145)
(21.003)
(57.142)
0,12
(114)
2.025
1.706
II/2006
(229.782)
(47.821)
(181.961)
0,11
(362)
1.740
1.237
III/2006
(92.030)
(106.000)
13.970
0,11
28
1.770
1.625
IV/2006
(193.167)
(116.978)
(76.189)
0,09
(151)
4.425
3.910
I/2007
(164.452)
(28.756)
(135.696)
0,07
(270)
11.850
10.786
II/2007
610.900
(44.100)
655.000
0,08
1301
12.150
12.512
III/2007
1.966.511
(76.903)
2.043.414
0,08
4060
13.250
16.087
IV/2007
2.449.181
(104.987)
2.554.168
0,08
5075
28.700
31.390
I/2008
(380.055)
(31.101)
(348.954)
0,07
(693)
28.950
26.487
0,09
0
37.450
34.469
II/2008
-
III/2008
(933.822)
(389.606)
(544.216)
0,08
(1081)
1.660
534
IV/2008
(133.146)
(575.676)
442.530
0,10
879
1.080
1.789