PENILAIAN DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN MACROERGONOMIC ORGANIZATIONAL QUESTIONNAIRE SURVEY (MOQS)
TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
ELFRIDA 040403042
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S
T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Pada era globalisisi saat ini, industri manufaktur maupun jasa dituntut untuk meningkatkan produktivitas sumber daya manusianya agar dapat bersaing untuk kelangsungan perusahaan. Dalam upaya meningkatkan produktivitas sumber daya manusia perlu adanya upaya yang kondusif untuk memperbaiki sistem kerja. Sistem kerja yang baik akan tercapai jika semua komponen dalam sistem kerja (baik sosial maupun teknis) dirancang secara ergonomis dan outcome yang dirasakan oleh manusianya juga baik. Outcome tersebut antara lain berupa quality of working life (seperti job satisfaction), stress fisik dan mental (physical and psychological stress), kesehatan fisik dan mental (physical and mental health), kinerja dan perilaku (performance and attitudes). Maka pendekatan yang paling tepat digunakan adalah dengan makro ergonomi yaitu optimasi sistem kerja dalam kaitannya dengan sosial (perilaku organisasi dan psikologi organisasi) dan teknis. Sistem kerja pada CV. Haycal Pratama banyak melibatkan komponen sosial dan teknis yang dirasakan mempengaruhi salah satu outcome yaitu tingkat stress kerja (Job Stress). Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya penilaian dan perbaikan sistem kerja untuk meminimalkan tingkat stress kerja tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan malakukan penilaian terhadap pengaruh dari kondisi setiap komponen sistem kerja terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan di CV. Haycal Pratama. Komponen sistem kerja yang dimaksud yaitu kondisi organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan teknologi mesin serta karakteristik individual. Adapun tool yang digunakan dalam pengidentifikasian dan penilaian tersebut yaitu Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) dengan analisis jalur. Setelah dilakukan identifikasi dan penilaian, selanjutnya diberikan usulan perbaikan untuk mengurangi dan mengantisipasi stress kerja yang dialami karyawan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai kontribusi atau pengaruh simultan dari kondisi organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan/teknologi mesin dan karakteristik individual terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan di CV. Haycal Pratama adalah sebesar 0,920 dan ini menunjukkan pengaruh semua komponen tersebut sangat kuat terhadap stress kerja. Sedangkan pengaruh langsung dari kondisi organisasi adalah sebesar 8,5% (cukup signifikan), pengaruh pekerjaan (task) sebesar 0,3% (tidak signifikan), pengaruh lingkungan fisik sebesar 6,7% (cukup signifikan), pengaruh lingkungan sosial sebesar 88,2% (sangat signifikan), pengaruh peralatan/teknologi mesin sebesar 0,4% (tidak signifikan) dan karakteristik individual sebesar 0,3% (tidak signifikan). Sehingga dapat dilihat bahwa komponen dari sistem kerja di CV. Haycal Pratama yang paling berpengaruh signifikan terhadap stress kerja karyawan yaitu kondisi lingkungan sosial, kondisi organisasi, dan kondisi lingkungan fisik. Maka diusulkan untuk melakukan pengelolaan dan antisipasi terjadinya stress lebih lanjut berkaitan dengan ketiga komponen tersebut. Adapun langkah – langkah perbaikan yang dapat diambil antara lain menjalin kerjasama dan hubungan yang baik dengan lingkungan sosial dan mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan dan segala aturan yang berlaku, memandang konflik, masalah, dan stressor lainnya dengan pikiran jernih sehingga dapat dicari solusinya, serta menata lingkungan kerja karyawan agar lebih sehat dan ergonomis.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
BAB
HALAMAN KATA PENGANTAR ........................................................................
i
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................
ii
ABSTRAK .........................................................................................
iv
DAFTAR ISI .......................................................................................
v
DAFTAR TABEL................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
xii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan .....................................................
I-1
1.2. Rumusan Permasalahan . .............................................................
I-3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................
I-3
1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian ................................
I-4
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir .............................................
I-5
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Dan Ruang Lingkup Perusahaan ....................................
II-1
2.2. Organisasi dan Manajemen .........................................................
II-2
2.2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama..........................
II-2
2.2.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ..................................
II-3
2.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan .....................................
II-6
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
2.3.1. Tenaga Kerja ..................................................................
II-6
2.3.2. Jam Kerja ........................................................................
II-6
2.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan .......................
II-7
III. LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Dasar Ergonomi ............................................................. III-1 3.2. Metode Ergonomi Makro (Macroergonomic Methods) ............... III-4 3.3. Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) III-6 3.3.1. Dasar dan Aplikasi .......................................................... III-6 3.3.2. Prosedur .......................................................................... III-7 3.4. Metode Penelitian Survey ........................................................... III-10 3.4.1. Wawancara (Interview) ................................................... III-11 3.4.2. Kuisioner (Angket) ......................................................... III-11 3.5. Skala Pengukuran ....................................................................... III-14 3.6. Pengujian Validitas ..................................................................... III-18 3.7. Pengujian Reabilitas ................................................................... III-22 3.8. Analisis Jalur (Path Analysis) ...................................................... III-25 3.8.1. Konsep dan Definisi ........................................................ III-25 3.8.2. Langkah – langkah Analisis Jalur .................................... III-25 3.9. Stress Kerja (Job Stress) .............................................................. III-28 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Sifat Penelitian ........................................................................... IV-1 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian . ..................................................... IV-1 4.3. Variabel Penelitian Dan Kerangka Pemikiran .............................. IV-2 Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
4.4. Populasi Dan Sampel .................................................................. IV-4 4.5. Prosedur Penelitian ..................................................................... IV-5 4.5.1. Observasi Pendahuluan Dan Studi Pustaka....................... IV-5 4.5.2. Pengumpulan Data .......................................................... IV-5 4.5.3. Pengolahan Data ............................................................ IV-7 4.5.3. Analisis Dan Pembahasan ............................................... IV-7 V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Pengumpulan Data ..................................................................... V-1 5.1.1. Kuisioner Terbuka .......................................................... V-4 5.1.2. Kuisioner Tertutup .......................................................... V-4 5.1.2.1. Data Kuisioner Pendahuluan................................ V-5 5.1.2.2. Data Kuisioner Penelitian .................................... V-6 5.2. Pengolahan Data ......................................................................... V-8 5.2.1. Pengujian Validitas Kuisioner Pendahuluan ..................... V-8 5.2.2. Pengujian Reabilitas Kuisioner Pendahuluan.................... V-11 5.2.3. Analisis Jalur (Path Analysis) .......................................... V-13 VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Dan Interpretasi Analisis Jalur ....................................... VI-1 6.2. Pembahasan ................................................................................ VI-9 6.2.1. Pengaruh Kondisi Elemen Sistem Kerja Terhadap Stress Kerja...................................................................... VI-9 6.2.2. Dampak Stress Terhadap Kondisi Pekerja Dan PerusahaanVI-12 6.2.3. Usulan Perbaikan Untuk Mengantisipasi Stress Kerja ...... VI-18 Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ................................................................................ VII-1 7.2. Saran
....................................................................................... VII-2
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
DP
LAMPIRAN
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada CV. Haycal Pratama ...................
II-6
2.2. Jam Kerja pada CV. Haycal Pratama ....................................................
II-7
3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi ........ III-6 4.1. Variabel Dan Indikatornya ................................................................... IV-4 5.1. Kisi – kisi Kuisioner ............................................................................ V-4 5.2. Data Kuisioner Pendahuluan ................................................................ V-5 5.3. Data Kuisioner Penelitian ..................................................................... V-7 5.4. Data dan Validasi instrumen Pernyataan Pertama ................................. V-9 5.5. Hasil Pengujian Validitas Instrumen..................................................... V-10 5.6. Perhitungan Reabilitas Kuisioner ......................................................... V-12 5.7. Pengelompokan Jawaban Responden ................................................... V-16 5.8. Proses Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval ..................... V-20 5.9. Hasil Transformasi Skala Data ............................................................. V-21 5.10. Rekapitulasi Skor Variabel .................................................................. V-21 5.11. Data Penelitian Berskala Interval......................................................... V-22 5.12. Korelasi Antar Variabel ...................................................................... V-23 5.13. Variables Entered/Removed ................................................................ V-23 5.14. Model Summary .................................................................................. V-24 Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
5.15. ANAVA.............................................................................................. V-24 5.16. Koefisien Regresi ............................................................................... V-24 5.17. Kontribusi Variabel Bebas .................................................................. V-26 5.18. Kontribusi Simultan X1 , X3 dan X4 Terhadap Y ................................. V-26 6.1.
Kontribusi Dan Koefisien Jalur Variabel Bebas ................................... VI-7
6.2.
Gejala Yang Ditimbulkan Stress Kerja ................................................ VI-13
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama ................................................
II-5
4.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................. IV-3 4.2. Prosedur Penelitian ................................................................................ IV-8 5.1. Kriteria Usia Responden ...................................................................... V-1 5.2. Kriteria Pendidikan Terakhir ................................................................ V-1 5.3. Kritria Masa Kerja Responden ............................................................. V-2 5.4. Diagram Jalur X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y .......................................... V-14 5.5. Diagram Jalur Akhir............................................................................... V-25 6.1. Hubungan Kausalitas Variabel Penelitian ............................................... VI-1 6.2. Usulan Alat Pelindung Diri .................................................................... VI-24
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
HALAMAN
Kuisioner Terbuka ........................................................................................
L-1
Kuisioner Tertutup........................................................................................
L-2
Tabel student t ..............................................................................................
L-3
Nilai Korelasi Product Moment Untuk pengujian validitas (SPSS) ................
L-4
Nilai Alpha Cronbach utk Pengujian Reabilitas (SPSS) ................................
L-5
Tabel Distribusi Normal Kumulatif ...............................................................
L-6
Tabel Koordinat kurva normal baku ..............................................................
L-7
Layout Awal Control Room .........................................................................
L-8
Layout Usulan Control Room .......................................................................
L-9
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dunia usaha yang semakin maju dan kompetitif menuntut penyesuaian yang harus terus – menerus dilakukan oleh perusahaan yang antara lain adalah membuat sistem kerja menjadi lebih baik. Sistem kerja yang baik merupakan salah satu faktor terpenting dalam kemajuan perusahaan, dan merupakan kunci utama keberhasilan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan dan mengurangi resiko pekerjaan. Untuk itu, yang seharusnya dilakukan adalah penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan setiap komponen dari sistem kerja semakin kompleks. Mulai dari teknologi, proses/tugas, organisasi, lingkungan fisik, lingkungan sosial, budaya dan perilaku, regulasi, dan komponen lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan ergonomi sudah tidak relevan. Dan oleh para peneliti, sistem kerja seperti itu dapat dievaluasi dengan pendekatan yang disebut dengan ergonomi makro. Makro ergonomi memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
CV. Haycal Pratama merupakan perusahaan kontraktor yang menangani beberapa bidang usaha yaitu konstruksi, manajemen instalasi gedung
serta
leveransir. CV. Haycal Pratama dipercayakan sebagai kontraktor dan leveransir di kantor
Gubernur
Sumatera
Utara
sejak
tahun
2002.
Meraka
yang
bertanggungjawab mengurusi manajenen dan operasi instalasi fisik gedung dan pengadaan barang untuk keperluan kantor. CV. Haycal Pratama dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik demi kelangsungan kegiatan di pusat pemerintahan Sumatera Utara tersebut. Tuntutan, tanggung jawab serta komponen dari sistem kerja mereka sendiri memungkinkan kompleksitas masalah yang akan mereka hadapi dan hal ini menyebabkan absensi karyawan yang cukup tinggi (yaitu sekitar 10% setiap bulannya) dan kurangnya motivasi kerja. Dan dari sudut pandang ergonomi, absensi yang cukup tinggi dan kurangnya motivasi kerja tersebut dapat dikatakan sebagai implikasi bahwa karyawan mengalami stress saat bekerja. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi dan penilaian terhadap pengaruh dari kondisi setiap komponen sistem kerja terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan. Komponen sistem kerja yang dimaksud yaitu kondisi organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan teknologi mesin serta karakteristik individual. Selanjutnya dari hasil penilaian akan diperoleh pengaruh komponen sistem kerja yang paling signifikan dan komponen tersebut akan dianalisis lebih lanjut dan diberikan usulan perbaikannya untuk mengurangi tingkat stress karyawan saat bekerja.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
1.2. Rumusan Permasalahan Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi perusahaan yaitu terjadinya stress kerja (Job stress) pada karyawan yang diakibatkan oleh kondisi setiap komponen yang terkait pada sistem kerja perusahaan. Permasalahan ini akan dipecahkan dengan mengidentifikasi dan menilai seberapa besar pengaruh simultan dan pengaruh langsung setiap komponen sistem kerja terhadap stress yang dialami karyawan. Sehingga dapat diberikan usulan perbaikan terhadap komponen yang memberikan pengaruh yang signifikan untuk mengurangi stress kerja tersebut.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu kondisi sistem kerja yang dapat mengurangi tingkat stress kerja yang dialami karyawan. Sedangkan, tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: a. Mengidentifikasi kondisi setiap komponen dari sistem kerja yang mungkin menjadi penyebab timbulnya stress kerja. b. Melakukan penilaian terhadap pengaruh dari komponen sistem kerja terhadap tingkat stress kerja (job stress) yang dialami karyawan pada sistem kerja di CV. Haycal Pratama. c. Memberikan usulan perbaikan terhadap kondisi komponen sistem kerja yang berpengaruh signifikan untuk mengurangi dan mengantisipasi stress kerja karyawan.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan mengaplikasikannya dengan penelitian langsung di lapangan. b. Menjalin dan mempererat kerjasama antara pihak perusahaan tempat penelitian dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. c. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak perusahaan untuk tambahan atau perbaikan dari sistem kerja yang mereka jalankan selama ini.
1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Responden dalam penelitian ini adalah semua operator yang bekerja di CV. Haycal Pratama Divisi kantor Gubernur Sumatera Utara Jalan Diponegoro, Medan. b. Komponen sistem kerja yang akan dievaluasi sebagai variabel bebas yaitu : kondisi organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan teknologi mesin serta karakteristik individual. c. Elemen keluaran yang akan dievaluasi sebagai variabel terikat yaitu tingkat stress kerja (Job Stress) yang dialami karyawan. d. Pengolahan data statistik menggunakan perangkat lunak SPSS versi 15.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Kondisi sistem kerja yang diamati tidak berubah selama penelitian. b. Operator yang menjadi responden dalam keadaan baik (sehat jasmani dan rohani). c. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan maupun dari sumber lainnya dianggap benar dan dapat dipercaya.
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir Penulisan laporan Tugas Akhir ini nantinya akan dikelompokkan ke dalam beberapa bab yaitu : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan
manajemen,
teknologi
yang
digunakan,
serta
prosedur
operasional. BAB III
LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis terhadap hasil pengolahan data dan pembahasan tentang hasil analisis dan usulan pemecahan masalah
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah dan Ruang Lingkup Perusahaan CV. Haycal Pratama merupakan suatu perusahaan jasa swasta yang bergerak di bidang kontraktor dan leveransir, bidang usahanya meliputi konstruksi gedung, pengoperasian dan perawatan instalasi fisik gedung, serta perdagangan dan pengadaan barang. CV. Haycal Pratama memiliki kantor pusat di Jl. Bakti Luhur No. 34, Medan. Kantor ini hanya dijadikan sebagai pusat kegiatan administrasi dan manajemen perusahaan. Perusahaan ini secara resmi didirikan pada tahun 2002 dengan dilatar belakangi adanya permintaan sejumlah instansi di kota Medan untuk mengurusi pengadaan barang dan instalasi kantor yang salah satunya adalah kantor dinas Gubernur Sumatera Utara Jalan Diponegoro Medan yang pada awalnya dipegang oleh kontraktor lain yang sejenis yaitu CV. Graha 33. Dan setahun kemudian CV. Haycal Pratama ini mulai menerima proyek – proyek bangunan berskala kecil dan menengah. CV. Haycal Pratama memfokuskan usahanya pada beberapa bidang yaitu sebagai berikut: 1. Manajemen instalasi fisik gedung, meliputi : Jasa pengelolaan gedung serta perawatan dan pengelolaan seluruh peralatan/utilitas yang terpasang dalam gedung seperti instalasi listrik, instalasi air, AC, Lift, dan sebagainya. Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
2. Konstruksi Meliputi proyek pembangunan properti (rumah, kantor, ruko, dan lain – lain) yang berskala kecil dan menengah. 3. Leveransir Meliputi jasa pengadaan barang – barang yang diperlukan dan dipesan langsung oleh konsumen.
2.2.
Organisasi dan Manajemen
2.2.1. Struktur Organisasi CV. Haycal Pratama Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan dari orang-orang atau unit-unit organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu. Struktur organisasi harus menunjukkan satuan-satuan organisasi dan garis wewenang sehingga terlihat jelas batasan-batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan kordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi yang digunakan CV. Haycal Pratama adalah berbentuk campuran lini dan fungsional. Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
hirarki yang ada. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya pemisahan/pembagian
tugas,
pendelegasian
wewenang
serta
pembatasan
tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang yaitu produksi, personalia, dan pemasaran berdasarkan fungsinya masing-masing dalam struktur organisasinya. Hal ini dibuat sesuai dengan kebutuhan serta kelancaran dan kemajuan usaha organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi CV. Haycal Pratama dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.2.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Untuk
menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang
memegang jabatan tertentu dalam organisasi dimana masing-masing personil mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Tanggung jawab yang diberikan harus seimbang dengan wewenang yang diterima. Adapun deskripsi pekerjaan (job description) dari masing-masing posisi pada struktur organisasi CV. Haycal Pratama adalah sebagai berikut: 1.
Direktur Merupakan pemimpin tertinggi sekaligus sebagai pemilik tunggal (owner) perusahaan yang menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan, mengendalikan seluruh kegiatan operasional perusahaan serta kontinuitas bisnis perusahaan.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
2.
Koordinator Leveransir Bertanggung jawab atas semua kegiatan pengadaan barang/material yang diperlukan setiap divisi, proyek dan setiap order dari konsumen langsung.
3.
Koordinator Proyek Bertanggung jawab atas semua kegiatan proyek konstruksi yang ditangani perusahaan seperti melakukan penjadwalan proyek, perencanaan material, perencanaan dan perekrutan buruh bangunan sampai kepada tahap pembangunan (konstruksi).
4.
Koordinator (Divisi) Bertanggung jawab atas semua kegiatan manajemen instalasi fisik gedung dan pengadaan barang di setiap divisi yang menjadi wewenangnya.
5.
Bagian Administrasi Bertanggung jawab dalam mengurusi semua kegiatan administrasi perusahaan dan bertanggung jawab langsung kepada direktur.
6.
Bagian Keuangan Bertanggung jawab dalam mengurusi semua keuangan (accounting) perusahaan dan juga bertanggung jawab langsung kepada direktur.
7.
Supervisor Lapangan Mengawasi kelangsungan seluruh kegiatan operasioal perusahaan di lapangan atau di divisi yang menjadi wewenangnya.
8.
Teknisi Melakukan pemasangan dan pemadaman instalasi fisik gedung, perawatan gedung dan instalasinya serta melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Direktur
Administrasi
Keuangan
Koordinator (Kantor Gubsu)
Koordinator (Leveransir)
Koordinator (Proyek)
Supervisor
Teknisi (Lift)
Gambar
Teknisi (AC)
2.1.
Teknisi (Genset & penerangan)
Struktur
Teknisi (Instalasi Air)
Organisasi
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
CV.
Teknisi (Instalasi Gedung)
Haycal
Pratama
2.3.
Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan
2.3.1. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja pada CV. Haycal Pratama untuk divisi kantor Gubsu adalah sebanyak 19 orang, yang terdiri dari 18 teknisi dan satu orang supervisor (koordinator). Status karyawan tersebut berdasarkan frekuensi penggajiannya adalah termasuk ke dalam karyawan bulanan dengan gaji yang dibayar sekali dalam sebulan sesuai dengan skala penggajian yang dibagi - bagi berdasarkan kualifikasi tertentu. Perincian jumlah tenaga kerja tetap yang ada di CV. Haycal Pratama dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada CV. Haycal Pratama No Jabatan
Jumlah (orang)
1
Direktur
1
2
Koordinator Leveransir
3
3
Koordinator Proyek
5
4
Koordinator (Divisi kantor Gubsu)
1
5
Administrasi
3
6
Keuangan
2
7
Supervisor
1
8
Teknisi
18
Sumber : CV. Haycal Pratama
2.3.2. Jam Kerja Pengaturan jam kerja pada CV. Haycal Pratama disesuaikan berdasarkan jam kerja karyawan dan pimpinan kantor Gubsu yaitu setiap hari senin – jumat dengan 7-8 jam kerja per hari atau dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Jam Kerja pada CV. Haycal Pratama Hari
Jam Kerja
Keterangan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Senin-Kamis
Jumat
08.30 - 12.00
Kerja
12.00 - 13.00
Istirahat
13.00 – 17.00
Kerja
08.30 – 12.00
Kerja
12.00 - 14.00
Istirahat
14.00 – 17.00
Kerja
Sumber: CV. Haycal Pratama
Jam kerja tersebut dapat berubah sesuai dengan jam kerja lembur karyawan dan pimpinan kantor Gubernur Sumatera Utara.
2.4.
Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan Unit organisasi yang terkait dalam sistem penggajian dan pengupahan pada
CV. Haycal Pratama dilakukan dan ditangani oleh bagian keuangan. Penggajian pada CV. Haycal Pratama dilakukan pada akhir tanggal setiap bulannya. Perusahaan juga memberikan upah lembur kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja normal. Adapun komponen pengupahan dan fasilitas yang diterima karyawa pada CV. Haycal Pratama adalah sebagai berikut: 1. Gaji pokok 2. Biaya konsumsi 3. Biaya transportasi 4. Tunjangan Hari Raya (THR) Besarnya adalah tambahan satu bulan gaji bagi karyawan yang mempunyai masa kerja lebih dari satu tahun.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
5. Tunjangan Insentif Diberikan dengan cara ditambahkan ke dalam upah karyawan sesuai dengan prestasi kerja yang ditunjukkan masing- masing karyawan. Fasilitas lain yang diberikan perusahaan kepada karyawannya yaitu berupa Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan cuti.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Konsep Dasar Ergonomi 1 Ergonomi sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti ilmu atau hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Didiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan lingkungan kerjanya. Disiplin ini juga berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas – batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras (mesin, peralatan kerja, dll) dan perangkat lunak (metode kerja, sistem dan prosedur, dll). Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan – permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan kerjanya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem kerja yang optimal. Disiplin ilmu ergonomi merupakan suatu cabang keilmuan yang secara sistematis memanfaatkan informasi – informasi mengenai sifat , kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang dan memperbaiki suatu sistem kerja, sehingga setiap orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan dari pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan nyaman.
1
Tarwaka, Solichulha, Bakri, Lilik S. Ergonomi (Surakarta : Uniba Press,2004), p.03
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Informasi yang lengkap mengenai manusia, peralatan dan lingkungan kerja dalam ergonomi diperoleh melalui penyelidikan - penyelidikan yang dibagi dalam 4 kelompok, yaitu : 1. Penyelidikan tentang display Display
adalah
bagian
dari
lingkungan
yang
mengkomunikasikan
keadaannya kepada manusia. Informasi yang diberikan menyangkut semua rangsangan yang bisa diterima indera manusia baik langsung maupun tidak langsung. Display langsung merupakan display yang langsung dapat diterima oleh alat indera manusia, misalnya jalan raya. Sedangkan display tidak langsung adalah display yang tidak dapat diterima langsung oleh indera manusia, misalnya speedometer. Display statis adalah display yang memberikan informasi tentang sesuatu yang tidak bergantung terhadap waktu, misalnya peta. Display dinamis adalah display yang menggambarkan perubahan menurut skala waktu misalnya speedometer pada kendaraan bermotor. Display menjadi penting apabila rangsangan tersebut tidak dapat dirasakan dengan baik dikarenakan : 1. Terlalu kecil sehingga diperlukan alat pembesar. 2. Terlalu besar sehingga perlu diperkecil. 3. Bercampur dengan gangguan (noise) 4. Diluar batas kemampuan manusia. 5. Perlu pengamatan yang teliti. 6. Perlu disimpan untuk jangka waktu yang lama. 7. Rangsangan dapat diterima dengan baik apabila dalam bentuk yang lain. 8. Display merupakan cara terbaik untuk menyatakan informasi tersebut.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Perancangan display yang baik adalah display yang dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya. 2. Penyelidikan tentang hasil kerja manusia dan proses pengendalian. Hal ini menyelidiki tentang aktivitas kerja dan mempelajari cara mengukur setiap aktivitas. Mengukur aktivitas kerja manusia adalah mengukur berapa besarnya tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya (dalam satuan kilo kalori). Secara umum terbagi 2 kriteria, yaitu kriteria fisiologis dan operasional. a. Kriteria fisiologis ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernapasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang tepat berdasarkan kriteria ini agak sulit karena perubahan fisik dari keadaan normal yang aktif melibatkan beberapa fungsi psikologis lain, seperti tekanan darah, peredaran udara, jumlah oksigen dan lainnya. b. Kriteria
operasional
melibatkan
teknik-teknik
untuk
mengukur
atau
menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota- anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan - gerakannya. Secara umum hasil gerakan yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk - bentuk rentangan gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian. Untuk mengukur aktivitas tersebut digunakan alat ukur seperti dinamometer, alat pengukur tegangan dan lainnya. 3. Penyelidikan tentang tempat kerja. Diarahkan untuk mendapatkan ukuran - ukuran tempat kerja yang sesuai dengan tubuh manusia. Penyelidikan ini banyak berhubungan dengan antropometri. 4. Penyelidikan tentang lingkungan fisik.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas yang biasa digunakan serta kondisi lingkungan kerja, sehingga mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif. Faktor - faktor yang mempengaruhi antara lain temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan dan warna.
3.2. Metode Ergonomi Makro (Macroergonomic Methods) Makro ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang pertama kali diperkenalkan oleh Hal W. Hendrik pada era tahun 80’an. Cabang ergonomi ini muncul diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang begitu pesat, melebihi kecepatan perkembangan organisasi, selain itu juga disebabkan terdapatnya kelemahan dalam mikro ergonomi. Makro ergonomi juga meneliti tentang pekerjaan, namun makro ergonomi memeriksa pekerjaan dan sistem kerja secara lebih luas. Beberapa hal yang dibahas dalam makro ergonomi adalah struktur organisasi, interaksi antara orang-orang yang ada dalam organisasi dan aspek motivasi dari pekerja. Dengan kata lain, ergonomi hanya melihat dari tingkat pekerjaan, namun makro ergonomi melihat dari tingkat pekerjaan dan juga tingkat organisasi. 2 Hendrick mendeskripsikan ergonomi dalam sebuah seri dari tiga generasi : a. Genarasi pertama Ergonomi berkaitan dengan kemampuan fisik, fisiologis, lingkungan, dan karekteristik perceptual dalam merancang dan mengaplikasikan sistem antar manusia dan mesin. Hal ini meliputi control, display, penyusunan ruang kerja dan lingkungan kerja. b. Generasi kedua
2
Hal W. Hendrick. Macroergonomics. (Santa monica : HFES, 2001), p.06
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Generasi ini ditandai ketika berahlinya perhatian para ahli dengan berkembangnya sistem komputer. Disini para ahli ergonomi menekankan penelitian pada bagaimana manusia menerima, mempersepsikan, mengolah, dan menyimpulkan data dan informasi. Hendrick menjelaskan bahwa generasi kedua meningkatkan penekanan pada pengembangan dan aplikasi penggunaan sistem antar teknologi dan pengguna. c. Generasi ketiga Generasi ini ditandai dengan masuknya unsur eksternal yaitu organisasi dan sistem sosioteknik ke dalam ergonomi. Generasi ini menekankan perhatian pada aspek penerapan pengetahuan tentang individu dan organisasi pada perancangan, implementasi dan penggunaan teknologi baru. Atau dengan kata lain, generasi ketiga fokus pada makro ergonomi, atau keseluruhan organisasi sistem kerja dan berkonsentrasi pada pengembangan dan aplikasi dari teknologi dihubungankan dengan organisasi. Makro ergonomi dapat dimulai pada tingkat organisasi dari atas ke bawah. Ergonomi dan makro ergonomi tidak bertentangan, dalam kenyataanya keduanya saling melengkapi satu sama lain. Perbandingan antara kedua konsep ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Perbandingan Antara Mikro Ergonomi Dengan Makro Ergonomi Karakteristik
Ergonomi
Makro Ergonomi
Tingkat bahasan
Mikro
Makro
Unit kerja
Tugas, sub-tugas
Divisi kerja
Tujuan
Mengoptimalkan pekerja
Mengoptimalkan sistem kerja
Fokus
Perincian
Peninjauan secara luas
Alat pengukuran
Umumnya mengukur secara Umumnya organisasional dan fisik seperti: luas, tenaga, mengukur subjektifitas seperti luminasi, decibel, waktu
jumlah orang, rentang kendali,
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
perilaku dan moral Sejarah penelitian
27 - 47 tahun
10 - 12 tahun
Sejarah aplikasi
17 - 27 tahun
8 - 9 tahun
Aplikasi keahlian
Anatomi, psikologi
psikologi, Organisasi, pesepsi,
psikologi
teknik organisasi
industri
3.3. Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) 3 3.3.1. Dasar Dan Aplikasi Sebagaimana
survei
kuisioner
dalam
penelitian,
Macroergonomic
Organizational Questionnaire Survey (MOQS) juga digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai aspek atau variabel dari suatu sistem kerja (Carayon and Smith, 2000). Informasi dapat berupa tugas, kondisi organisasi, masalah lingkungan, peralatan kerja, teknologi dan karakteristik individual. Sebagai tambahan, MOQS juga digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai variabel keluaran seperti kepuasan kualitas kerja (misalnya kepuasan kerja / job satisfaction), stress fisik dan psikologis, kesehatan mental dan fisik, kinerja dan sikap (misalnya niat untuk meninggalkan pekerjaan). MOQS dapat sangat bermanfaat dalam beberapa tahap seperti pada tahap diagnosa, penilaian organisasi, evaluasi pengaruh suatu perubahan pada suatu karakteristik kunci, serta memonitor opini pekerja terhadap implementasi sesuatu yang baru.
3.3.2. Prosedur
3
Hal W. Hendrick. Handbook of Human Factor And Ergonomics. (CRC Press ; 2005). P.75.1
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam MOQS yaitu pada tahap pengembangan kuisioner. Metode yang diterapkan dalam mengembangkan, implementasi dan penyebaran kuisioner menjadi sangat penting dalam menentukan kualitas dan kegunaan data yang dikumpulkan. Carayon dan Hoonakker (2001) menekankan bahwa terdapat lima langkah penting dalam mengembangkan suatu survei kuisioner yaitu : 1.
Konseptualisasi Menentukan konsep apa yang akan diukur dengan MOQS, antara lain : -
Elemen sistem kerja mana yang akan dievaluasi ; tugas (task), kondisi organisasi, lingkungan fisik, peralatan dan teknologi serta karakteristik individual.
-
Elemen keluaran mana yang akan dievaluasi; kualitas bekerja, stress fisik dan psikologis, kesehatan fisik dan mental, kinerja serta sikap.
Serta menentukan tujuan utama penelitian dan mencocokkannya dengan konsep yang akan diukur dengan kuisioner penelitian. 2.
Operasionalisasi Menentukan dimensi dari setiap konsep yang akan diukur, memeriksa apakah terdapat elemen yang tumpang tindih dan melakukan pemeriksaan ulang setiap dimensi.
3.
Sumber Kuisioner Menelaah jenis survei kuisioner yang telah ada yang memungkinkan untuk digunakan dan sebagai landasan untuk penelitian. Adapun jenis survei kuisioner dalam ergonomi makro yang telah dikembangkan antara lain: -
Office worker survey (University of Wisconsin – Madison)
-
NIOSH (Job Stress Questionnaire)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
4.
Karasek’s Job Strain Questionnaire
Pembuatan Kuisioner Menentukan bentuk kuisioner yang akan digunakan, menentukan skala pengukuran serta item pertanyaan, petunjuk pengisian, layout dan sebagainya.
5.
Pengujian Awal Kuisioner Dalam hal ini menentukan siapa yang akan berpartisipasi dalam tahap pengujian awal kuisioner yang bertujuan untuk memeriksa kejelasan setiap pertanyaan, menguji format kuisioner serta menilai durasi waktu pengisian kuisioner. Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS) dalam
pelaksanaannya akan melewati beberapa tahap yaitu sebagai berikut: 1.
Tahap Pengumpulan Informasi Tahap ini meliputi pengumpulan informasi sebanyak – banyaknya tentang sistem kerja yang diamati, siapa yang menjadi partisipan dalam survei serta komitmen perusahaan / pihak manajemen dalam memperbaiki sistem kerjanya.
2.
Tahap Penetapan Tujuan Tahap ini meliputi perumusan tujuan yang ingin dicapai dalam survei tersebut serta manfaat yang dapat diperoleh oleh pihak perusahaan. Tujuan penelitian ini selanjutnya dikomunikasikan kepada pihak manajemen serta kepada responden yang terlibat.
3.
Tahap Pelaksanaan Tahap ini meliputi penentuan kapan survei akan dilaksanakan, prosedur pelaksanaan, serta metode untuk pengumpulan data survei.
4.
Tahap Analisis dan Interpretasi
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Tahap ini meliputi penggunaan metode dan software statistik untuk menyajikan, mengolah, menganalisa dan menginterpretasikan data hasil survei kuisioner. Serta mengaitkan hasil olahan statistik tersebut dengan tujuan penelitian. 5.
Tahap Penyampaian Hasil Tahap ini berkaitan dengan penyusunan format hasil penelitian untuk menggambarkan keadaan sistem kerja yang diteliti.
6.
Tahap Follow – Up Action Merupakan tahap akhir dari penelitian yaitu untuk merencanakan kegiatan atau aksi berikutnya yang harus dilakukan sesuai dengan hasil survei kuisioner yang diperoleh, seperti memberikan usulan perbaikan atau implementasi suatu metode, teknologi dan komponen baru lainnya pada sistem kerja yang diamati.
3.4. Metode Penelitian Survey Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), deskriptif, penjelasan (explanatory), evaluasi, prediksi, dan penelitian operasional. Penelitian survey dapat dilakukan langsung kepada populasi (penelitian populasi) jika populasi terhingga dan objeknya tidak terlalu besar dan juga dapat dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi yang besar. Adapun instrumen yang dapat digunakan dalam penelitian survey antara lain dengan wawancara (interview) dan kuisioner (angket).
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
3.4.1. Wawancara (Interview) 4 Wawancara
(interview)
merupakan
cara
pengumpulan
data
dengan
menanyakan langsung kepada informan atau pihak yang kompeten dalam suatu permasalahan. Pertanyaan yang diajukan biasanya disiapkan terlebih dahulu yang diarahkan pada informasi untuk topik yang akan digarap. Dalam menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, penanya tidak semata-mata bergantung pada pertanyaan tersebut, tetapi bila ada informasi yang menarik dan perlu diketahui lebih lanjut, maka penanya boleh saja mengajukan pertanyaan di luar daftar yang telah disiapkan. Dalam wawancara, hasil yang diperolehh dapat dipertanggungjawabkan secara kualitatif dan memiliki nilai yang tinggi. Semua kesalahpahaman dapat dihindari, pertanyaan yang disiapkan dapat dijelaskan oleh informan dengan penjelasan tambahan dan tiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut. Di pihak lain, wawancara memiliki kelemahan, yaitu data atau informasi yang dikumpulkan akan terbatas dan bila harus dilakukan dalam suatu wilayah yang luas akan memakan biaya dan waktu yang besar.
3.4.2. Kuisioner (Angket)4 Kuisioner (angket) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya dan halhal lain yang diketahuinya. Bentuk angket secara umum dapat dibagi atas beberapa bentuk yaitu : a. Angket dengan pertanyaan bebas (Angket tidak berstruktur)
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. (Jakarta: PT.Rineka Cipta), p.153
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Jawaban yang dapat diberikan berupa jawaban bebas, maksudnya adalah uraian berupa pendapat, hasil pemikiran, tanggapan, dan lain lain mengenai segala sesuatu yang dipertanyakan setiap item angket. b. Angket dengan pertanyaan terikat (Angket berstruktur) Angket bentuk ini memberikan pertanyaan yang telah disediakan sejumlah alternatif jawabannya. Sehingga jawaban yang didapatkan tidak akan berkisar jauh dari alternatif yang telah diberikan. c. Angket dengan jawaban singkat (Short answer item) Angket ini berupa kombinasi / gabungan antara angket tidak berstruktur dengan angket berstruktur. Kebebasan dalam menjawab merupakan faktor yang menyebabkannya hampir sama dengan angket tidak berstruktur. Sebaliknya permintaan jawaban yang mengkhusus dan tertentu (terarah) dengan peluang menjawab secara singkat, merupakan faktor yang menyebabkannya hampir sama dengan angket berstruktur. Langkah-langkah dalam penyusunan kuesioner secara umum adalah : 1. Tahap persiapan , meliputi : -
Merumuskan maksud dan tujuan penelitian
-
Menyusun pertanyaan-pertanyaan angket sesuai dengan rincian aspek aspek yang berhubungan.
-
Angket yang sudah disiapkan dianjurkan untuk dikonsultasikan dengan seorang atau lebih pakar dalam bidang yang diselidiki.
-
Kemudian susunlah petunjuk pengisian kuesioner dalam memandu responden.
2. Tahap Uji Coba (Try Out) kuesioner pendahuluan Tahap uji coba bertujuan untuk :
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
-
Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya bagi responden.
-
Memeriksa kemungkinan terdapat kata kata yang asing sehingga tidak dimengerti oleh responden.
-
Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang terlalu dangkal dalam mengungkapkan masalah penelitian.
-
Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang tidak relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.
-
Menyempurnakan kuisioner, dari sisi isi, desain, validitas, dan kehandalan.
Kuisioner pendahuluan dapat dilakukan dengan berdiskusi sesama anggota tim riset atau uji coba dengan 10-30 responden (Prima Ariestonandri;Marketing Research For Beginner) 5 3. Penyebaran / Pengisian kuesioner
Tahap berikutnya adalah menyampaikan kuesioner kepada responden untuk diisi agar data yang diperlukan dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan. Penyebaran angket dapat menggunakan surat pengantar, yang disahkan diterima dan ditanda tangani oleh responden. Penyebaran angket dapat menggunakan jasa tenaga khusus pengumpul data yang langsung datang ke responden atau dengan menggunakan surat menyurat kepada responden. Tetapi untuk cara yang kedua, perlu dipikirkan strategi dan cara agar responden mau mengembalikan kuesioner yang telah diisi dengan memuaskan. Hal ini dapat dirangsang misalnya dengan memberikan hadiah kepada responden. 4. Tindak Lanjut (Follow Up) kuesioner
5
Prima Ariestonandri. Marketing Research For Beginner ( Penerbit Andi, Yogyakarta), p.90
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Tindak lanjutnya dapat berupa : -
Penanggulangan masalah angket yang belum kembali, dengan memberikan surat susulan kepada responden.
-
Peneliti dapat meminta bantuan pihak ketiga yang disegani dan dihormati oleh responden baik secara langsung maupun dengan perantara surat.
-
Dilakukan pengecekan terhadap jawaban angket untuk mengetahui konsistensi jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
3.5.
Skala Pengukuran 6 Skala (Scale) merupakan suatu instrumen atau mekanisme untuk membedakan
individu dalam hal terkait suatu variabel minat yang diamati. Dalam ilmu statistik pada umumnya skala dapat digolongkan ke dalam empat jenis yaitu: 1.
Skala Nominal Merupakan skala yang memungkinkan peneliti untuk menempatkan subjek pada kategori atau kelompok teretentu. Misalnya responden suatu penelitian dikelompokkan berdasarkan gender yaitu pria dan wanita. Kedua kategori tersebut diberi kode masing – masing 1 dan 2. Nomor tersebut hanya sebagai label yang sederhana dan tidak memeiliki nilai instrinsik.
2.
Skala Ordinal Skala ordinal tidak hanya mengategorikan variabel – variabel untuk menunjukkan
perbedaan
di
antara
berbagai
kategori,
tetapi
juga
mengurutkannya berdasarkan tingkatan (orde). Misalnya opini responden terhadap tingkat kepentingan terhadap sejumlah kegiatan / tugas. 3.
6
Skala Interval
Uma Sekaran. Research Methods For Business. (Jakarta : Salemba Empat : 2006) p.15
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Data yang dikumpulkan dengan menggunakan skala ini dapat dioperasikan dengan operasi aritmatika tertentu. Dengan kata lain, skala interval tidak hanya mengelompokkan individu menurut kategori tertentu dan menentukan urutan kelompok, namun juga mengukur besaran (magnitude) perbedaan preferensi antarindividu. 4.
Skala Rasio Skala ini merupakan angka yang memiliki sifat nominal, ordinal dan interval serta memiliki nilai absolut dari objek yang diukur. Misalnya seseorang dengan berat 250 pon adalah dua kali berat seseorang dengan berat 125 pon. Setelah mengetahui empat tipe skala yang dapat dipakai untuk mengukur
dimensi dan elemen variabel secara operasional, adalah perlu untuk menelaah metode penskalaan (yaitu menentukan nomor dan simbol) untuk memperoleh respon subjek terhadap objek, peristiwa atau orang. Terdapat
dua
kategori
utama
dalam
penskalaan
dalam
penelitian
organisasional yaitu: A. Skala Peringkat Memiliki beberapa kategori respon dan digunakan untuk mendapatkan respon yang terkait dengan objek, peristiwa atau orang yang dipelajari, meliputi : 1. Skala Dikotomi
6. Skala Peringkat Terperinci
2. Skala Kategori
7. Skala Jumlah Konstan
3. Skala Likert
8. Skala Stapel
4. Skala Numerikal
9. Skala Peringkat Grafik
5. Skala Diferensial
10. Semantik Skala Konsensus
Dari sepuluh kategori tersebut, yang paling banyak digunakan dalam penelitian organisasional adalah skala Likert. Skala Likert ini berhubungan dengan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju – tidak setuju, senang – tidak senang dan baik – tidak baik dengan lima skala penilaian yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5. 7 Untuk membuat skala Likert, langkah-langkah yang dilakukan adalah : a. Kumpulkan sejumlah pernyataan yang sesuai dengan sikap yang akan diukur dan dapat diidentifikasikan dengan jelas (positif atau negatif). b. Berikan pernyataan-pernyataan di atas kepada sekelompok responden untuk diisi dengan benar. c. Respon dari tiap pernyataan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka dari setiap pernyataan sedemikian rupa sehingga respon yang berada pada posisi yang sama akan menerima secara konsisten nilai angka yang selalu sama. Misalnya bernilai 5 untuk yang sangat positif dan bernilai 1 untuk yang sangat negatif. Hasil hitung akan mendapatkan skor tiap-tiap pernyataan dan skor total, baik untuk tiap responden maupun secara total untuk seluruh responden. d. Mencari pernyataan-pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam penelitian, patokannya adalah : -
Pernyataan yang tidak diisi lengkap oleh responden.
-
Pernyataan yang secara total responden tidak menunjukkan korelasi yang substansial dengan nilai totalnya.
-
Pernyataan-pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk skala Likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap, serta menjadi kuesioner baru untuk pengumpulan data berikutnya.
7
Bilson Simamamora, Riset Pemasaran, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), p.156
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Dalam menggunakan skala Likert untuk riset pemasaran dijumpai kelebihan dan kelemahan yaitu antara lain: Kelebihan skala Likert: -
Alasan kemudahan pembuatan
-
Interval respons yang lebih besar yang membuat skala ini dapat memberi keterangan yang nyata dan tegas mengenai pendapat responden
-
Reliabilitas yang relatif tinggi (makin banyak jumlah item, makin berkurang reliabilitasnya)
-
Dapat memperlihatkan beberapa responsi alternatif konsumen terhadap karakteristik produk (sangat setuju, setuju, bimbang, tidak setuju, sangat tidak setuju)
Kelemahan skala Likert: -
Karena ukuran yang digunakan adalah ordinal, skala Likert hanya dapat mengurutkan tingkat tanggapan individu dalam skala tetapi tidak dilakukan perbandingan berapa kali satu individu lebih baik dari individu lain.
-
Kadangkala skor total tidak memberi arti yang jelas karena banyak pola tanggapan terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama.
-
Validitas skala Likert masih memerlukan penelitian empiris.
B. Skala Ranking Membuat perbandingan antarobjek, peristiwa, atau orang serta mengungkap pilihan yang lebih disukai dan merankingnya, meliputi : 1. Skala Perbandingan Berpasangan 2. Skala Komparatif
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
3.6. Pengujian Validitas Validitas dapat dikatakan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkannya dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul sesuai dengan variabel yang dimaksud. Untuk menguji ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas. Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.
1.
Validitas Eksternal Validitas Eksternal adalah validitas yang tidak berkenaan dengan instrumen
penelitian. Validitas ini berkenaan dengan penyusunan generalisasi sebagai kesimpulan yang diperoleh dari atau tanpa penyusunan hipotesis. Validitas eksternal adalah tingkat ketepatan generalisasi yang tidak sekedar berlaku bagi sampel, tetapi juga bagi populasi penelitian dalam suatu penelitian kuantitatif. Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari insterumen tersebut sesuai dengan data dan informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud. 2.
Validitas Internal Validitas Internal adalah validitas yang berkenaan dengan instrumen (alat)
penelitian. Validitas ini mempersoalkan apakah instrumen yang digunakan, sungguhsungguh mengungkapkan atau mengukur variabel yang sebenarnya dari suatu penelitian. Validitas ini dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian – bagian instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
validitas internal apabila setiap bagian
instrumen mendukung “misi” instrumen
secara keseluruhan, yaitu mengungkapkan data dari variabel yang dimaksud. Validitas yang dipergunakan untuk instrumen penelitian antara lain : a. Validitas Permukaan (Face Validity) Validitas ini dinyatakan dari penampilan instrumen berupa kemampuannya menjelajahi semua gejala atau unsur gejala di dalam variabel penelitian.
b. Validitas Logika (Logical Validity) Validitas ini disebut juga validitas konstruksi (construct validity) karena menekankan pada bagaimana logika penyusunan pertanyaan demi pertanyaan atau instrumen secara keseluruhan. c. Validitas Isi (Content Validity) Validitas ini disebut juga validitas kur ikulum (Curricular Validity) karena diukur dari kesesuaiannya dengan sejumlah bahan yang secara keseluruhan merupakan sebuah kurikulum, yang telah diberikan kepada sekelompok individu yang akan menjawab item-item di dalam instrumen. d. Validitas Empiris (Empirical Validity) Validitas ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil yang pernah dicapai individu dalam mengerjakan (menjawab) suatu instrumen, dengan kemampuan atau tingkah laku nyata yang ditampilkannya sehari hari. e. Validitas Faktor (Factorial Validity) Validitas ini disebut juga validitas statistik (Statistical Validity) karena diperoleh melalui
perhitungan
statistika.
Nilai
dari
sekelompok
individu
menjawab/mengerjakan item di dalam sebuah instrumen disebut sebagai prediktor yang akan diukur tingkat validitasnya. Disamping itu diperlukan tolak ukur berupa
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
nilai lain dari kelompok individu yang sama untuk membandingkannya, yang disebut kriterium. Jenis kriteria uji validitas yang umum digunakan adalah :
1.
Korelasi Product Moment Korelasi ini banyak digunakan untuk ukuran sampel yang relatif besar,
sehingga bisa didekati dengan distribusi normal. N ∑ XY − (∑ X )(∑Y )
rxy =
[N ∑ X − (∑ X ) ].[N ∑Y − (∑Y ) ]
2.
Korelasi Tata Jenjang
2
2
2
2
Korelasi ini tepat digunakan untuk jumlah subjek (sampel) kecil, karena untuk sampel yang kecil, sampel cenderung tidak mengikuti distribusi normal populasinya. Sehingga korelasi tata jenjang dipandang lebih tepat digunakan. rhoxy = 1 −
6Σ D 2 N ( N 2 − 1)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Suatu kuisioner yang memuat pernyataan tidak jelas bagi responden tidak termasuk sahih (tidak valid). Dengan validitas data dapat menilai seberapa baik penarikan kesimpulan tersebut didukung. Langkah-langkah melakukan uji validitas adalah : 1.
Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2.
Mencari definisi dan rumusan tentang konsep yang akan diukur yang telah ditulis para ahli dalam literatur. Kalau sekiranya sudah ada rumusan yang cukup operasional untuk digunakan sebagai alat pengukur, maka rumusan tersebut dapat langsung dipakai. Tetapi bila rumusan belum operasional, maka tugas penelitilah untuk merumuskannya seoperasional mungkin.
3.
Kalau sekiranya didalam literatur tidak dapat diperoleh definisi atau rumusan konsep yang akan diukur, maka tugas peneliti lah untuk membuat definisi dan rumusan konsep tersebut. Untuk lebih mematangkan definisi dan rumusan tersebut, si peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli lain. Pendapat para ahli lain ini kemudian disarikan ke dalam bentuk rumusan yang operasional.
4.
Menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti dapat membuat kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.
5.
Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden. Responden diminta untuk menyatakan apakah mereka setuju atau tidak setuju dengan masing-masing pernyataan. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah 30 orang ini maka distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal sangat diperlukan di dalam perhitungan statistik.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
3.7.
Pengujian Reliabilitas Reliabilitas atau tingkat ketetapan (consistency atau keajegan) adalah tingkat
kemampuan instrumen penelitian untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang menghasilkan reliabilitas yang tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel atau unsur-unsurnya, jika diulangi pada waktu yang berbeda pada kelompok individu yang sama. Tingkat reliabilitas dapat diukur untuk setiap item test atau angket secara keseluruhan. Dalam analisa item untuk membuat test atau angket yang bersifat standar, reliabilitas setiap item perlu dihitung. Sedang dalam penelitian biasanya cukup dengan menghitung reliabilitas instrumen secara keseluruhan. Untuk menghitung reliabilitas instrumen secara keseluruhan dapat ditempuh perhitungan korelasi, dengan berbagai cara sebagai berikut : 1.
Alpha Cronbach Metode Alpha Cronbach adalah suatu cara membandingkan nilai koefisien r
terhadap skala Alpha Cronbach dimana skalanya adalah 0 – 1. Jika skala itu dikelompokkan kedalam 5 kelas dengan range yang sama, maka ukuran alpha dapat diimplementasikan sebagai berikut ini. a. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel b. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel c. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel d. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel e. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel 2.
Korelasi Belah Dua (Korelasi Genap Ganjil) Distribusi nilai yang dikorelasikan dalam cara ini diperoleh dari hasil uji coba
suatu angket atau test, yang dibuat menjadi dua distribusi nilai. Distribusi nilai yang
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
pertama diperoleh dari nilai item-item genap, sedang distribusi nilai kedua diperoleh dari nilai item-item ganjil. Distribusi pertama berfungsi sebagai prediktor dan yang kedua menjadi kriterium. Oleh karena distribusi nilai awal dipecah atau dibagi menjadi dua, maka korelasi ini disebut juga korelasi belah dua atau korelasi setengah-setengah.
6ΣD 2 rgg = 1 − N ( N 2 − 1)
Hasil perhitungan itu dimasukkan dalam rumus untuk mendapatkan koefisien korelasi variabel X dan variabel Y sebagai berikut :
rxy =
2(rgg ) 1 + rgg
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
3. Penggunaan Test yang Sejajar Perhitungan reliabilitas ini disebut juga penggunaan test yang seimbang atau bentuk alternatif atau bentuk keseimbangan rasional. Untuk keperluan ini seorang peneliti harus membuat atau merekonstruksi dua buah test, meskipun hanya salah satu diantaranya yang akan dipergunakan sebagai alat (instrumen) pengumpul data. Test ini disusun dengan bentuk dan mempergunakan bahan yang sama. Berdasarkan uraian diatas berarti test pertama berfungsi sebagai prediktor (yang akan diprediksi) dan dipersiapkan sebagai alat (instrumen) penelitian, sedangkan test yang kedua sebagai kriterium (tolak ukur) untuk mengetahui tingkat reliabilitas test pertama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas test tersebut, dilakukan perhitungan korelasi guna memperoleh koefisien korelasinya. Koefisien korelasi dibandingkan
dengan
indeks
tabel
r
product
moment
untuk
mengetahui
signifikansinya, sebagai ukuran reliabilitas test yang akan dijadikan sebagai alat (instrumen) pengumpul data.
3.8. Analisis Jalur (Path Analysis) 8 3.8.1. Konsep dan Defenisi Analisis jalur atau Path Analysis pertama kali dikembangkan pada tahun 1920 – an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung dari seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap
8
Riduwan, Engkos A. Kuncoro. Analisis Jalur. (Bandung : Alfabeta : 2007) p.01.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
variabel terikat (endogen). Model path analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan sebab akibat atau ”a set of hypothesized causal asymetric relation among the variables”. Oleh sebab itu, rumusan masalah penelitian dalam kerangka path analysis berkisar pada : (1) Apakah variabel eksogen (X1, X2,…. Xk) berpengaruh terhadap variabel endogen Y. (2) Berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung, kausal total maupun simultan dari seperangkat eksogen (X1, X2,…. Xk) berpengaruh terhadap variabel endogen Y.
3.8.2. Langkah – langkah Analisis Jalur A.
Menentukan Hipotesis dan Model Awal Analisis Jalur Model merupakan representasi dari suatu sistem yang sedang diamati. Dalam
penelitian ini, model sederhana yang digunakan yaitu model skematis dan matematis. Model skematis dibuat dalam suatu ”diagram jalur” yang digunakan untuk menggambarkan kerangka hubungan kausal antar jalur (satu variabel terhadap variabel lainnya). Sedangkan model matematisnya merupakan model persamaan regresi yang juga menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
B.
Perhitungan Skor Setiap Variabel
1. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval Skala data yang seharusnya digunakan dalam analisis jalur adalah skala interval.
Oleh
karena
itu,
skala
ordinal
pada
data
penelitian
kuisioner
ditransformasikan menjadi skala interval. Hal ini juga dilakukan untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik dimana data setidaknya berskala interval.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Teknik transformasi data ordinal ke data interval yang paling sederhana yaitu dengan menggunakan MSI (Methods of Successive Interval). Adapun langkah – langkah perhitungan untuk transformasi data ordinal menjadi data interval dengan MSI (Methods of Successive Interval) adalah sebagai berikut : 1.
Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuisioner penelitian yang telah disebarkan.
2.
Menentukan frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk setiap item pertanyaan.
3.
Menentukan Proporsi Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah frekuensi per item jawaban dengan total frekuensi.
4.
Menentukan Proporsi Kumulatif Proporsi kumulatif diperoleh dengan menjumlahkan secara berurutan untuk setiap nilai proporsi.
5.
Menentukan Nilai z Nilai proporsi kumulatif (PK) dianggap mengikuti distribusi normal baku dengan melihat tabel distribusi normal kumulatif.
6.
Menentukan Densitas Nilai densitas diperoleh dari tabel koordinat kurve normal baku.
7.
Menentukan Scale Value (SV) Rumus SV =
8.
( Density at Lower Limit ) − ( Density at Upper Limit ) ( Area BelowUpper Limit ) − ( Area Below Lower Limit )
Menentukan Skala Akhir (Sa)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Transformasi data interval diperoleh dengan menggunakan rumus : Sai = SVi + [1+|NSmin|] 2. Rekapitulasi Skor Variabel Berdasarkan data hasil transformasi selanjutnya dibuat rekapitulasi skor semua variabel dengan cara menjumlahkan skor setiap item pertanyaan yang terkait dengan variabel tersebut.
C.
Perhitungan Analisis Korelasi Dan Regresi Selanjutnya dilakukan analisis korelasi dan regresi terhadap data rekapitulasi
skor variabel yang dapat dilakukan dengan software SPSS .
D.
Perhitungan Koefisien Jalur Berdasarkan hasil perhitungan regresi dan korelasi di atas, maka dapat
ditentukan bahwa: R2yx1x2x3x4x5x6 rij = nilai korelasi parsial antara variabel i dan j diperoleh dari tabel korelasi ρij = koefisien jalur antara variabel i dan j diperoleh dari tabel regresi ρyεy
= 1− R2
Y = ρ yx1 X 1 + ρ yx 2 X 2 + ρ yx 3 X 3 + ρ yx 4 X 4 + ρ yx 5 X 5 + ρ yx 6 X 6 + ρ yε Kemudian dapat digambarkan diagram jalur akhir lengkap dengan koefisien korelasi dan koefisien jalur akhir.
E.
Pengujian Analisis Jalur 1.
Pengujian Secara Keseluruhan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
2.
Pengujian Secara Individual
3.9. Stress Kerja (Job Stress) 9 Terdapat beberapa pengertian tentang stress yang dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang keilmuwan. Levi (1991) mendefinisikan stress sebagai berikut : a. Dalam bahasa teknik, stress diartikan sebagai kekuatan dari bagian – bagian tubuh. b. Dalam bahasa biologi dan kedokeran, stress dapat diartikan sebagai proses tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan terhadap tubuh. c. Secara umum, stress diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun mental. Secara lebih tegas manuaba (1998) mendefinisikan bahwa stress merupakan segala rintangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam – macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stress tersebut akan menjurus kepada menurunnya performansi, efisiensi dan produktifitas kerja yang bersangkutan. Mendelson (1990) mendefinisikan stress lebih sederhana yaitu sebagai suatu ketidakmampuan pekerja untuk menghadapi tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidaknyamanan dalam kerja. Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang
9
Tarwaka, Solichulha, Bakri, Lilik S. Ergonomi (Surakarta : Uniba Press,2004), p.03
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
diterimanya. Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat digarisbawahi bahwa stress muncul akibat adanya berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam berbagai tampilan. Dan secara konsep, stress juga dapat didefinisikan menurut variabel kajian: 1. Stress sebagai stimulus. Stress sebagai variabel bebas (independent variable) menitikberatkan lingkungan sekitarnya sebagai stressor. 2. Stress sebagai respon. Stress sebagai variabel terikat (dependent variable) memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor. 3. Stress sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stress dalam hal ini merupakan suatu proses penghubung antara stressor dan strain dengan reaksi stress yang berbeda pada stressor yang sama. Kaitannya dengan tugas dan pekerjaan di tempat kerja, faktor yang menjadi penyebab stress kemungkinan besar lebih spesifik. Clark (1995) dan Wantoro (1999) mengelompokkan penyebab stress (stressor) di tempat kerja menjadi tiga kategori yaitu stressor fisik, psikofisik dan psikologis. Selanjutnya Cartwright et. al. (1995) mencoba memilah – milah penyebab stress akibat kerja menjadi enam kelompok yaitu : 1)
Faktor Instrinsik Pekerjaan. Faktor ini berkaitan dengan kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising, bau, berdebu, panas, lembab dan sebagainya), stasiun kerja yang tidak ergonomis, shift kerja, jam kerja panjang, pekerjaan yang beresiko, penggunaan teknologi baru, beban kerja berlebih, dan lainnya.
2)
Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik. Karasek
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
et. al. (1988) mengemukakan bahwa karyawan yang mengalami beban psikologis lebih tinggi dan ditambah dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi dan juga kecenderungan untuk merokok. 3)
Faktor hubungan kerja. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi, ketidaknyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakam indikasi terjadinya stress akibat kerja.
4)
Faktor pengembangan karir. Menurut Wantoro (1999), faktor pengembangan karir yang dapat memicu stress antara lain : ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi dan mutasi kerja, promosi yang berlebihan dan tidak ada sama sekali.
5)
Faktor struktur organisasi dan suasana kerja. Biasanya berawal dari budaya organisasi dan model manajemen yang digunakan. Beberapa faktor penyebabnya antara lain kurangnya pendekatan parsipatoris, konsultasi yang tidak efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor.
6)
Faktor di luar pekerjaan. Faktor kepribadian seseorang (ekstrovert dan introvert) sangat berpengaruh terhadap stressor yang diterima. Perselisihan antara anggota keluarga atau kelompok, lingkungan tetangga dan komunitas sosial juga merupakan faktor penyebab timbulnya stress yang kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan kerja. Selain faktor – faktor tersebut tentunya masih banyak lagi faktor penyebab
terjadinya stress akibat kerja. Faktor – faktor lain yang kemungkinan besar dapat
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
menyebabkan stress akibat kerja antara lain ancaman pemutusan hubungan kerja, perubahan politik nasional, krisis ekonomi nasional dan lain sebagainya. Faktor – faktor tersebut harus selalu diidentifikasi dan dinilai untuk mengetahui faktor dominan penyebab stress di tempat kerja. Melalui identifikasi dan penilaian yang cermat akan dapat segera dilakukan langkah – langkah pengendalian untuk meminimalkan pengaruh stress yang lebih parah baik bagi kepentingan organisasi maupun kepentingan individu karyawan. Sedangkan pengaruh stress di tempat kerja menurut model Cartwright et. al. (1995) dikelompokkan berdasarkan reaksinya terhadap : 1) Individu Karyawan. Dapat berupa : a. Reaksi emosional. Dalam keadaan stress tingkat emosi seseorang sangat tidak stabil sehingga lebih cepat marah, emosi berlebihan, curiga berlebihan dan bahkan perasaan tidak aman. b. Reaksi perubahan kebiasaan. Dalam keadaan stress atau tertekan seseorang dengan tanpa sadar mencari pelarian dari permasalahan yang ada yang terkadang merubah kebiasaannya menjadi buruk seperti merokok, mabuk, dan sebagainya. c. Perubahan fisiologis. Dalam keadaan stress otot – otot kepala dan leher menjadi tegang yang menyebabkan sakit kepala, insomnia, bahkan sampai ke hipertensi, serangan jantung, maag dan menurunnya daya tahan tubuh. 2) Organisasi Perusahaan Akibat stress pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik. Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk kerja, turnover, hubungan dan suasana kerja yang menjadi tegang dan rendahnya kualitas pekerjaan.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian merupakan serangkaian proses atau kegiatan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam mengidentifikasi masalah, mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Penelitian ilmiah merupakan suatu rangkaian proses yang terkait dan tersusun secara sistematis serta merupakan suatu proses yang panjang. Rangkaian proses digambarkan dalam tahapan penelitian, dan setiap tahapan penelitian merupakan bagian yang menentukan tahap selanjutnya.
4.1.
Sifat Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini dapat digolongkan sebagai
penelitian deskriptif (Deskriptif Research), yaitu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau memaparkan pemecahan masalah terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data. Jadi penelitian ini meliputi proses pengumpulan, penyajian, dan pengolahan data, serta analisis pemecahan masalah.
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Objek penelitian yang dipilih adalah CV. Haikal Pratama yang beralamat di Jl.
Diponegoro gedung kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan. CV. Haikal Pratama ini merupakan perusahaan kontraktor yang mengurusi seluruh kegiatan operasional dan maintenance instalasi fisik di seluruh areal perkantoran kantor Gubernur seperti lift,
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
AC, penerangan, listrik, genset, air dan bangunan. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Desember 2008 hingga bulan Februari 2009.
4.3. Variabel Penelitian Dan Kerangka Pemikiran Variabel penelitian deskriptif yang mempelajari pengaruh dari suatu treatment akan terdiri dari variabel terikat atau yang dipengaruhi (dependent) dan variabel bebas atau yang mempengaruhi (independent). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel dependent adalah tingkat stress kerja yang dialami karyawan, sedangkan variabel independent adalah kondisi dari setiap komponen sistem kerja yang terdiri dari organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan teknologi mesin serta karakteristik individual. Kerangka berpikir dalam penelitian adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta, observasi dan telaah kepustakaan. Uraian dalam kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian secara logis. Kerangka pemikiran yang baik yaitu apabila mengidentifikasi variabel – variabel penting yang sesuai dengan permasalahan penelitian, dan secara logis mampu menjelaskan keterkaitan antar variabel tersebut. 10 Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini dapat dibuat kerangka pemikiran yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti dalam suatu bagan seperti pada Gambar 4.1.
10
Riduwan, Engkos A. Kuncoro. Analisis Jalur. (Bandung : Alfabeta : 2007) p.185.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
KOMPONEN SISTEM KERJA
Kondisi Organisasi (x1)
Pekerjaan (Task) (x2)
Lingkungan Fisik (x3)
Tingkat Stress Kerja Karyawan (Job Stress) (Y) Lingkungan Sosial (x4)
Mesin dan Peralatan (x5)
Karakteristik Individual (x6)
Gambar 4.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sedangkan hipotesis awal yang akan diuji berkaitan dengan variabel penelitian tersebut yaitu : H01 :
ρyxi ≠ 0 (Kondisi setiap komponen sistem kerja xi berpengaruh (memiliki kontribusi) terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan) dimana i = 1, 2, ...6.
H02 : R2yx1x2x3x4x5x6 ≠ 0 (Terdapat pengaruh simultan semua kondisi sistem kerja terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan). Setiap variabel penelitian tersebut akan dijelaskan oleh indikator – indikator berdasarkan teori dan kondisi aktual di lapangan. Kemudian setiap indikator pada setiap variabel dinilai dengan menggunakan instrumen kuisioner tertutup yang menggunakan skala Likert. Berikut dijelaskan beberapa deskripsi tentang variabel penelitian dan indikatornya.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.1. Variabel Dan Indikatornya VARIABEL
INDIKATOR
Kondisi Organisasi
Tipe kepemimpinan Koordinasi Penghargaan Interaksi dengan rekan kerja Konflik dan penyelesaiannya Pengambilan keputusan Masalah komunikasi Metode kerja Pembagian kerja Penjadwalan kerja Kegiatan ekstra Beban kerja Kondisi faktor lingkungan fisik Tata letak areal kerja Benda atau material berbahaya Instansi pemerintah, Wartawan dan demonstran Peraturan dan Ketentuan yang berlaku Kondisi peralatan Kondisi mesin Masalah yang sering muncul Perasaan terhadap profesi Perasaan tentang diri sendiri Pendapat tentang karakter rekan kerja Tiangkat stress selama bekerja
Pekerjaan
Lingkungan Fisik
Lingkungan Sosial
Peralatan dan Teknologi
Karakteristik Individual
Stress Kerja
4.4. Populasi dan Sampel Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat – sifatnya. 11 Dikemukakan bahwa jika jumlah populasi yang diamati kurang dari 100 maka lebih baik digunakan seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. 12 Objek penelitian yang dipilih adalah CV. Haikal Pratama Divisi gedung kantor
11 12
Sudjana (1996 : 6) Suharsimi Arikunto (2004 : 120)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Gubernur Sumatera Utara yang berjumlah 18 orang operator dan seorang supervisor. Atas dasar itulah maka penelitian ini merupakan penelitian populasi karena jumlah objeknya kurang dari seratus.
4.5. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dimaksudkan untuk menguraikan atau menggambarkan langkah – langkah penelitian secara rinci dan sistematis agar hasil yang diperoleh lebih efektif dan efisien.
4.5.1. Observasi Pendahuluan Dan Studi Pustaka Dilakukan untuk mensintesiskan kondisi aktual atau gejala yang terjadi di lapangan dengan teori yang berkaitan dengan stress kerja dan sistem kerja sehingga pada akhirnya dapat dirumuskan secara jelas permasalahan yang sebetulnya terjadi (Problem Occure).
4.5.2. Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan melaui tahapan – tahapan sebagai berikut : 1.
Data primer, merupakan data yang dikumpulkan dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung terhadap objek penelitian di lapangan. Data primer dalam penelitian kali ini yaitu data yang diperoleh melalui : a. Observasi pendahuluan yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi nyata dari sistem kerja yang menjadi objek penelitian serta melakukan wawancara terhadap karyawan maupun pimpinan perusahaan.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
b. Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey, kuisioner penelitian tentang kondisi sistem kerja yang diamati. Adapun prosedur dalam MOQS itu sendiri adalah sebagai berikut : -
Konseptualisasi yaitu menentukan variabel atau komponen sistem kerja yang akan dinilai.
-
Operasionalisasi yaitu menentukan dimensi dari konsep yang dinilai.
-
Pembuatan kuisioner yang terdiri dari : 1. Kuisioner Terbuka Kuisioner ini dimaksudkan untuk mendapatkan indikator – indikator dari variabel yang akan diteliti. Indikator – indikator tersebut yang selanjutnya disusun menjadi kisi – kisi instrumen selanjutnya. 2. Kuisioner Tertutup Pendahuluan (Try Out) Kisi – kisi yang telah diperoleh kemudian disusun dan dikembangkan menjadi item pertanyaan pada kuisioner tertutup. 3. Kuisioner Tertutup (Penelitian) Apabila data kuisioner pendahuluan dinyatakan valid dan reliabel maka kuisioner tersebut telah layak digunakan sebagai instrumen pengumpul data penelitian yang sebenarnya.
2.
Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau dengan kata lain, data tersebut diperoleh dari rekaman atau arsip perusahaan. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data tentang gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah dan ruang lingkup perusahaan, struktur organisasi dan manajemen, tenaga kerja dan jam kerja serta sistem penggajian.
4.5.3. Pengolahan Data
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Data yang diperoleh dari kuisioner tertutup selanjutnya diolah dengan teknik statistik yaitu analisis regresi, korelasi dan analisis jalur.
4.5.4. Analisis Dan Pembahasan Hasil intrepretasi dari pengolahan data selanjutnya dianalisis dan dievaluasi untuk memberikan gambaran atau mendeskripsikan sistem kerja yang aktual sehingga dapat diberikan usulan – usulan perbaikannya.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan prosedur penelitian sebagai berikut :
Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Apakah Semua Item valid dan Reliabel ?
Tidak
Tabulasi Data Kuisioner (Try Out)
Direvisi / Dibuang Ya
Penyebaran Kuisioner Tertutup (Try Out)
Penyebaran Kuisioner Tertutup Pada Objek Penelitian Yang Sebenarnya
Penyusunan Kuisioner Tertutup Tabulasi Data Kuisioner Penelitian Menentukan indikator & Penyusunan kisi-kisi
Penyebaran Kuisioner Terbuka
Penyusunan Kuisioner Terbuka
Perumusan Masalah dan Hipotesis Awal
Observasi/Gejala
Analisis Korelasi Dan Regresi dan Dilanjutkan Dengan Analisis Jalur
Analisis Dan Pembahasan (Usulan Perbaikan
KESIMPULAN
Studi Pustaka
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Gambar 4.2. Prosedur Penelitian
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data primer yang dikumpulkan diperoleh dari kuisioner penelitian. Responden yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh operator (teknisi) yang bekerja di CV. Haycal Pratama divisi kantor dinas Gubsu yang berjumlah 18 orang. Adapun karakteristik umum dari 18 responden yang menjadi objek penelitian berdasarkan kuisioner adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan Usia Antara 31-35 Tahun 26%
Antara 26-30 Tahun 47%
Kurang Dari 26 Tahun 11%
Antara 36-40 Tahun 16%
Gambar 5.1. Kriteria Usia Responden
2. Berdasarkan Pendidikan Terakhir D3 11%
SD 0%
SLTP 0%
SLTA 89% Gambar 5.2. Kriteria Pendidikan Terakhir
3. Berdasarkan Masa Kerja
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Lebih 10 Tahun 0%
Kurang Dari Satu Tahun 11%
Antara 6-10 Tahun 37%
Antara 1-5 Tahun 52%
Gambar 5.3. Kriteria Masa Kerja Responden
Untuk mendapatkan informasi yang diharapkan, kuisioner sebagai alat pengumpulan data primer dalam penelitian ini dibuat dalam beberapa tahap. Tahap pertama yaitu dengan membuat dan menyebarkan kuisioner terbuka. Adapun isi setiap item pertanyaan kuisioner terbuka ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Tujuan pembuatan kuisioner terbuka ini adalah untuk mendapatkan variabel atau indikator terhadap elemen sistem kerja yang mungkin dapat mempengaruhi tingkat stress kerja operator. Indikator – indikator yang diperoleh selanjutnya akan digunakan sebagai masukan untuk menyusun kisi – kisi kuisioner tertutup. Sebelum menyebarkan kuisioner kepada objek penelitian yang sebenarnya, dilakukan try out pendahuluan kepada responden lain yang memiliki karakteristik pekerjaan yang sama dengan objek penelitian yang sebenarnya yaitu operator instalasi fisik gedung di Ramayana Pusat SM. Raja Medan sebanyak 10 orang responden. Try out kuisioner terbuka ini dilakukan untuk memeriksa kejelasan setiap item pertanyaan pada kuisioner terbuka. Kemudian setelah diketahui bahwa setiap pertanyaan pada kuisioner terbuka telah jelas, maka dilanjutkan dengan penyebaran kuisioner tersebut pada objek penelitian yang sebenarnya. Tahap selanjutnya adalah penyusunan konsep (konseptualisasi) dan kisi – kisi pertanyaan untuk membuat kuisioner tertutup berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuisioner terbuka sebelumnya. Hasil yang diperoleh dari kuisioner tertutup ini Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
selanjutnya akan diolah dengan analisis jalur. Sama halnya dengan kuisioner terbuka, juga dilakukan try out atau penyebaran kuisioner pendahuluan kepada responden sebelumnya. Adapun isi setiap item pertanyaan kuisioner tertutup ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Data dari kuisioner pendahuluan tersebut akan diuji valliditas dan reabilitasnya. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen atau setiap item pertanyaan dalam kuisioner merupakan instrumen yang tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur. Jika terdapat instrumen atau item yang tidak valid maka item tersebut tidak dapat digunakan selanjutnya untuk penelitian dan harus dibuang. Uji reabilitas dilakukan untuk melihat tingkat kepercayaan terhadap data yang diperoleh dari instrumen pengumpulan data sehingga jika dilakukan pengumpulan data ulang dengan instrumen dan objek yang sama maka hasilnya akan sama atau perbedaannya tidak signifikan. Setelah semua pengujian validitas dan reabilitas kuisioner dilakukan dan data yang diperoleh telah valid, reliabel dan lengkap maka data tersebut telah layak untuk selanjutnya diolah dengan analisis jalur (Path Analysis).
5.1.1. Kuisioner Terbuka Tabulasi data yang diperoleh dari kuisioner terbuka digunakan untuk mendapatkan indikator setiap variabel penelitian.
5.1.2. Kuisioner Tertutup
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Dari tabulasi kuisioner terbuka dapat ditentukan kisi – kisi untuk pertanyaan pada kuisioner tertutup seperti pada Tabel 5.1. Kisi – kisi ini berupa indikator – indikator yang mempengaruhi tingkat stress kerja operator. Tabel 5.1. Kisi – kisi Kuisioner DIMENSI/VARIABEL
INDIKATOR
Nomor Item
Kondisi Organisasi
Tipe kepemimpinan Koordinasi Penghargaan Interaksi dengan rekan kerja Konflik dan penyelesaiannya Pengambilan keputusan Masalah komunikasi Metode kerja Pembagian kerja Penjadwalan kerja Kegiatan ekstra Beban kerja Kondisi faktor lingkungan fisik Tata letak areal kerja Benda atau material berbahaya Instansi pemerintah, Wartawan dan demonstran Peraturan dan Ketentuan yang berlaku Kondisi peralatan Kondisi mesin Masalah yang sering muncul Perasaan terhadap profesi Perasaan tentang diri sendiri Pendapat tentang karakter rekan kerja Tiangkat stress selama bekerja
1,3 2 4 6,7 5 8,9 10 12,13 14,15 16 17 18,19 21,22 23 24,25
Pekerjaan
Lingkungan Fisik
Lingkungan Sosial
Peralatan dan Teknologi
Karakteristik Individual
Stress Kerja
27 28 30 31 32 34 35,36,37 38,39 11,20,26,29,33,40
Kisi – kisi di atas dikembangkan menjadi item – item pertanyaan dengan 5 alternatif jawaban yang berskala pengukuran ordinal yaitu dengan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 . Skala ini untuk menunjukkan derajat intensitas atau tinggi rendahnya pengaruh setiap indikator terhadap stress kerja yang dirasakan. Adapun alternatif jawaban yang digunakan yaitu sebagai berikut: SS (Sangat Setuju)
: diberi skor 5
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
S (Setuju)
: diberi skor 4
N (Netral)
: diberi skor 3
TS (Tidak Setuju)
: diberi skor 2
STS (Sangat Tidak Setuju) : diberi skor 1 Responden diminta untuk mengisi kuisioner tersebut hanya dengan memberikan tanda silang pada kolom – kolom
yang tersedia untuk setiap item
pertanyaan.
5.1.2.1. Data Kuisioner Pendahuluan (Try Out) Berikut disajikan data hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh sepuluh orang responden : Tabel 5.2. Data Kuisioner Pendahuluan Responden 1 2 3 4 5 6 1 4 4 2 5 3 3 2 4 4 3 5 3 3 3 4 3 2 5 4 4 4 5 4 2 5 5 5 5 5 4 2 4 5 3 6 3 3 2 4 3 2 7 4 3 3 5 3 3 8 4 3 3 5 3 4 Tabel 5.2. Data Kuisioner Pendahuluan (Lanjutan) Pertanyaan
Pertanyaan 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Responden 1 2 3 4 4 3 1 5 4 3 2 5 5 3 2 3 3 4 2 5 4 3 1 4 4 3 2 4 5 3 2 4 5 4 3 5 4 3 3 4 5 4 3 5 4 3 2 4
5 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2
6 3 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4
7 4 4 5 5 5 3 5 4
8 4 5 5 5 5 4 4 5
9 3 3 3 4 3 4 4 3
10 5 4 5 5 4 4 4 4
7 3 3 4 4 4 4 4 5 4 5 3
8 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5
9 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3
10 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
3 5 4 4 5 4 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4
3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4
2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2
5 5 5 4 5 4 4 5 4 3 3 4 4 5 5 5 5 4 4 3 3
4 4 3 2 2 4 1 5 5 3 3 4 4 3 2 2 4 5 4 4 3
4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2
4 4 5 4 4 3 4 4 4 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 5 4 4 3 3 3 4 3
5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4
5.1.2.2. Data Kuisioner Penelitian Pengumpulan data penelitian pada objek yang sebenarnya dilakukan setelah pengujian validitas dan reabilitas pada kuisioner tertutup pendahuluan. Jika terdapat item yang tidak valid maka item pertanyaan tersebut seharusnya direvisi atau dibuang dan tidak digunakan lagi dalam penelitian selanjutnya. Berikut disajikan data kuisioner tertutup pada objek penelitian yang sebenarnya. Tabel 5.3. Data Kuisioner Penelitian Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2 2 2 2 2 1 3 3 4
4 3 3 3 4 2 3 4 4
2 2 2 4 4 2 4 4 3
2 2 4 5 2 2 4 5 4
4 2 2 2 4 2 3 2 2
2 3 2 3 3 4 3 3 3
5 4 4 2 4 4 4 2 4
5 3 4 3 4 3 5 4 2
4 5 4 5 3 5 4 5 5
4 3 4 3 3 3 4 3 3
4 4 4 3 2 2 2 2 1
2 1 1 3 3 3 2 5 1
2 3 4 3 2 2 2 3 3
4 4 5 4 4 4 2 4 3
2 2 2 5 5 3 2 2 2
5 5 5 4 4 5 4 5 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 3 4 4 3 3 4
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 1 2 3 1 3 3 3 3 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3 2 2 2 2 2 3 1 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 1 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4
5 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 2 5 5 5 5 3 5 5 5 4 4 1
5 2 2 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 4 5 3 5 5 5 3 3 3 5 5 5 4 4
2 2 4 3 4 3 4 4 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3
3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 1 1 4 4 5 5 1 1
5 5 5 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 2 2 1 1 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 3 3 5 5 5 5 3 5 3 3 4 3 3 3 4 3 4 5 5 5 2 3 2 2 5 5 1 1 5 5
4 5 2 4 4 5 2 4 3 2 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 4 5 2 4 3
4 4 3 4 4 4 3 4 5 3 3 3 3 4 5 3 3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 5
1 2 3 1 1 1 2 4 3 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 4 1 1 1 1 2 4 1
4 5 2 4 4 3 2 2 2 3 3 2 1 1 1 1 1 4 4 2 2 2 5 1 5 4 4 5 2 2 5
3 2 2 4 4 4 4 4 2 4 2 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 1 4 4 4 4 4 2
2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 5 4 2 2 2 3 2 3 4 3 5 5 3 3 4 3 3 2 2 2
3 4 5 4 4 5 5 5 2 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 1 4 4 5 5 5 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 2 4 5 5 4 3 3 4 4 4 4 3
5.2. Pengolahan Data 5.2.1. Pengujian Validitas Kuisioner Pendahuluan Untuk melakukan pengujian validitas instrumen pertanyaan, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian – bagian dari instrumen secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan skor setiap item pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah keseluruhan item pertanyaan. Adapun rumus yang digunakan adalah dengan korelasi pearson ”product moment” yaitu sebagai berikut:
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
rhit =
[n∑ X
][
− (∑ X ) 2 n∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
]
Selanjutnya dihitung dengan uji – t dengan rumus sebagai berikut: t hitung =
rhit n − 2 1 − rhit
2
Dimana n = jumlah responden Dengan titik kritis dilihat dari tabel distribusi t (Lampiran 3) untuk tingkat kepercayaan α dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Sedangkan daerah kritisnya yaitu thit < ttabel dengan hipotesis sebagai berikut : Ho
: item pertanyaan kuisioner merupakan instrumen yang valid
Hi
: item pertanyaan kuisioner merupakan instrumen yang tidak valid Sebagai contoh untuk validasi instrumen atau pernyataan pertama dilakukan
perhitungan sebagai berikut :
Tabel 5.4. Data dan Validasi instrumen Pernyataan Pertama Nomor Responden Resp. 1 Resp. 2 Resp. 3 Resp. 4 Resp. 5 Resp. 6 Resp. 7 Resp. 8 Resp. 9 Resp. 10 Jumlah r1 =
Pertanyaan 1 X Y 4 170 4 139 2 91 5 175 3 136 3 134 4 162 4 190 3 142 5 173 37 1512
X2 16 16 4 25 9 9 16 16 9 25 145
Y2 28900 19321 8281 30625 18496 17956 26244 36100 20164 29929 236016
10(5802) − (37)(1512)
[10(145) − (37) ][10(236016) − (1512) ] 2
2
XY 680 556 182 875 408 402 648 760 426 865 5802
= 0,848
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
t1 =
0,848 10 − 2 1 − (0,848) 2
= 8,530
Pengujian selanjutnya untuk pertanyaan pertama di atas yaitu : 1. Merumuskan hipotesis Ho : item pertanyaan pertama merupakan instrumen yang valid Hi : item pertanyaan kuisioner merupakan instrumen yang tidak valid 2. Menetapkan titik kritis dan daerah kritik Dengan taraf signifikan yang dipilih α = 0.05 dan dk = 10 – 2 = 8 maka diperoleh titik kritis t(0,05;8) = 2,306 dengan daerah kritis thit < 2,306 3. Menarik kesimpulan Karena thit (8,530) > ttabel (2,306) maka Ho diterima dan disimpulkan bahwa item pertanyaan pertama merupakan instrumen yang valid. Dengan melakukan perhitungan dan pengujian yang sama terhadap pertanyaan lainnya pada kuisioner pendahuluan, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5.5. Hasil Pengujian Validitas Instrumen No. Item Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
R hitung 0.8479 0.8075 0.8711 0.8053 0.7351 0.7495 0.6847 0.7829 0.9107 0.7283 0.7417 0.8193 0.8860 0.8419 0.8407 0.8748 0.7784 0.7938
t hitung 8.530 6.564 10.219 6.482 4.524 4.838 3.646 5.722 15.092 4.387 4.662 7.050 11.657 8.177 8.111 10.545 5.587 6.068
t tabel 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306 2,306
Kesimpulan Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid Instrumen Valid
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
19 0.8029 6.391 20 0.7722 5.411 21 0.7633 5.173 22 0.7531 4.922 23 0.9152 15.937 24 0.6805 3.585 25 0.8169 6.946 26 0.7570 5.015 27 0.7784 5.587 28 0.8014 6.338 29 0.7050 3.965 30 0.8245 7.284 31 0.7866 5.835 32 0.7131 4.103 33 0.7241 4.306 34 0.7185 4.200 35 0.7756 5.505 36 0.7834 5.738 37 0.7068 3.995 38 0.7899 5.941 39 0.7180 4.193 40 0.7788 5.599 Perhitungan nilai korelasi product moment
2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid 2,306 Instrumen Valid untuk setiap item pertanyaan juga
dilakukan dengan software SPSS 15 dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 4. 5.2.2. Pengujian Reabilitas Kuisioner Pendahuluan Berikut dilakukan perhitungan untuk menguji realibilitas data kuisioner pendahuluan (data dan tabel bantu pada Lampiran 8). Berdasarkan data pada tabel tersebut maka reliabilitas dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut : 2 k ∑ σ b r11 = 1− σ t 2 k − 1
dengan k adalah jumlah item pertanyaan
∑σ
2 b
= σ 1 + σ 2 + ...... + σ k 2
2
2
Jumlah 2 Jumlah Kuadrat − n σ k2 = n
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
σt2
Total k Kuadrat Total k − n = n
2
Sehingga untuk mencari σ 1 adalah : 2
2
σ 12
(61) 231 − 18 = 1.3488 = 18 Dengan cara yang sama untuk mencari nilai ragam untuk pertanyaan lainnya
maka didapatkan hasil pada Tabel 5.6. Dan diperoleh :
∑σ
2 B
= 1,3488 + 1,2099 +.....+ 1,7654 = 47,719
Dan
σ t2 =
2 ( 2427 ) 337307 -
18
18
= 559.25
Tabel 5.6. Perhitungan Reabilitas Kuisioner Pk
Nomor Responden
Jlh
(Jlh)2
σk
4
61
231
1.349
4
4
56
196
1.210
4
3
59
217
1.312
4
4
3
61
223
0.904
5
4
4
4
61
221
0.793
3
5
4
4
55
191
1.275
2
2
4
4
3
58
202
0.840
3
4
2
5
4
3
63
241
1.139
3
3
2
2
4
4
54
184
1.222
4
3
2
2
3
4
4
58
216
1.617
2
5
2
2
2
4
4
4
56
202
1.543
3
2
2
2
2
5
4
4
55
189
1.164
4
1
4
4
4
2
4
4
3
63
237
0.917
4
4
1
4
4
4
2
4
4
4
64
252
1.358
5
4
1
3
4
4
2
5
4
4
65
257
1.238
5
2
3
2
2
4
4
2
5
4
4
62
234
1.136
2
3
4
4
4
2
4
4
2
5
4
4
63
233
0.694
3
4
5
3
5
3
2
2
4
2
2
4
3
60
216
0.889
4
4
3
2
3
2
3
4
4
3
5
2
4
55
191
1.275
2
3
4
3
4
3
2
3
2
4
3
5
3
4
55
189
1.164
2
3
4
4
5
3
2
2
2
3
5
4
4
4
59
215
1.201
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
P1
2
4
2
2
4
2
5
5
4
4
4
2
2
4
2
5
4
P2
2
3
2
2
2
3
4
3
5
3
4
1
3
4
2
5
P3
2
3
2
4
2
2
4
4
4
4
4
1
4
5
2
5
P4
2
3
4
5
2
3
2
3
5
3
3
3
3
4
5
P5
2
4
4
2
4
3
4
4
3
3
2
3
2
4
P6
1
2
2
2
2
4
4
3
5
3
2
3
2
4
P7
3
3
4
4
3
3
4
5
4
4
2
2
2
P8
3
4
4
5
2
3
2
4
5
3
2
5
P9
4
4
3
4
2
3
4
2
5
3
1
1
P10
1
4
5
5
2
3
5
2
4
4
1
P11
1
4
2
2
2
3
5
3
5
4
P12
2
4
2
2
4
4
5
3
2
3
P13
3
4
4
4
3
4
2
5
4
P14
1
4
4
5
4
4
2
5
P15
3
4
4
5
3
3
2
5
P16
3
4
4
5
4
3
2
P17
3
3
4
4
4
3
P18
3
4
4
4
3
P19
1
1
4
4
2
P20
1
1
4
4
P21
1
3
4
4
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
P22
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
2
1
2
4
4
4
3
4
59
207
0.756
P23
2
3
2
4
3
3
2
3
5
4
2
1
3
4
2
5
3
3
54
182
1.111
P24
1
3
3
4
3
3
2
3
4
5
2
1
4
4
2
4
4
4
56
196
1.210
P25
1
2
3
5
4
4
1
4
4
3
4
1
3
4
2
5
4
2
56
204
1.654
P26
1
3
3
5
3
4
1
3
5
3
3
1
4
5
3
5
4
4
60
230
1.667
P27
1
3
3
4
3
4
4
4
5
5
2
4
4
4
2
5
4
4
65
255
1.127
P28
1
3
4
5
3
3
4
5
5
4
2
4
4
4
3
5
5
3
67
271
1.201
P29
3
4
2
3
3
4
4
5
4
4
2
2
4
2
4
4
4
2
60
216
0.889
P30
2
4
5
5
4
4
4
5
4
4
2
2
4
2
3
4
4
4
66
260
1.000
P31
2
4
5
5
3
4
5
2
5
4
2
2
4
2
5
4
4
5
67
275
1.423
P32
2
4
5
5
4
3
4
3
5
4
3
5
5
4
5
5
4
5
75
327
0.806
P33
2
2
5
3
4
1
4
2
4
4
4
1
4
4
3
5
4
4
60
226
1.444
P34
2
4
3
3
3
1
4
2
3
5
1
5
1
4
3
1
4
3
52
180
1.654
P35
3
4
5
3
3
4
4
5
4
4
1
4
4
4
4
4
4
3
67
263
0.756
P36
1
4
5
5
4
4
4
5
4
4
1
4
4
4
3
4
4
4
68
278
1.173
P37
3
4
5
5
3
5
4
1
5
4
1
5
4
4
3
5
4
4
69
291
1.472
P38
3
4
4
5
4
5
4
1
2
3
2
2
4
4
2
5
4
4
62
238
1.358
P39
3
3
4
4
4
1
4
5
4
4
4
2
4
4
2
5
4
4
65
253
1.015
P40
3
4
1
4
3
1
4
5
3
5
1
5
2
4
2
2
4
3
56
206
1.765
136
143
158
122
128
141
145
163
150
89
109
129
146
111
171
156
147
2427
Tot. 83 (Tot)2
6889 18496 20449 24964 14884 16384 19881 21025 26569 22500 7921 11881 16641 21316 12321 29241 24336 21609 337307
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
47.719 559.250
Sehingga
40 47.719 r11 = 1 − = 0.938 40 − 1 559.25 Koefisien reliabilitas (r11) 0,938 mendekati 1 maka data yang diperoleh dari instrumen kuisioner tersebut sudah sangat reliable. Adapun perhitungan uji realibilitas dengan menggunakan SPSS 15 dapat dilihat pada Lampiran 5.
5.2.3. Analisis Jalur (Path Analysis) F.
Model Awal Analisis Jalur Model merupakan representasi dari suatu sistem yang sedang diamati. Dalam
penelitian ini, model sederhana yang digunakan yaitu model skematis dan matematis. Model skematis dibuat dalam suatu ”diagram jalur” yang digunakan untuk menggambarkan kerangka hubungan kausal antar jalur (satu variabel terhadap variabel lainnya). Sedangkan model matematisnya merupakan model persamaan regresi yang juga menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun variabel penelitian yang akan diuji yaitu: 1. Variabel Bebas (Eksogen/Penyebab) yaitu kondisi setiap komponen dari sistem kerja pada CV. Haycal Pratama yang meliputi : -
Kondisi Organisasi (X1)
-
Pekerjaan (X2)
-
Lingkungan Fisik (X3)
-
Lingkungan Sosial (X4)
-
Peralatan dan Teknologi (X5)
-
Karakteristik Individual (X6)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
2. Variabel Terikat (Endogen/Akibat) yaitu tingkat stress kerja yang dialami pekerja (Variabel Y) Sedangkan jalur hubungan kausal antara variabel – variabel di atas digambarkan dalam suatu diagram jalur (Path Diagram) berikut ini :
X1 r12 r13
r16
X2
r24 r25
r26
ρ yx 2
r23
r14 r15
ρ yx1
X3
r36
2 yx1x2 x3 x4 x5 x6
ρ yx 4
X4
r35
ρy
ρ yx3
R
r34
εy
r45
Y
ρ yx5 ρ yx 6
X5
r46 r56
X6 Ga mbar 5.4. Diagram Jalur X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y Dimana : rij = nilai korelasi parsial antara variabel i dan j ρij = koefisien jalur antara variabel i dan j
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
ε
= pengaruh variabel lain (error)
R2 ij = koefisien determinasi antara variabel i dan j Adapun persamaan regresi yang digunakan untuk menunjukkan hubungan kausal di atas yaitu:
Y = ρ yx1 X 1 + ρ yx 2 X 2 + ρ yx 3 X 3 + ρ yx 4 X 4 + ρ yx 5 X 5 + ρ yx 6 X 6 + ρ yε
G.
Perhitungan Skor Setiap Variabel
1. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval Skala data yang sebaiknya digunakan dalam analisis jalur adalah skala interval.
Oleh
karena
itu,
skala
ordinal
pada
data
penelitian
kuisioner
ditransformasikan menjadi skala interval. Hal ini juga dilakukan untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik dimana data setidaknya berskala interval. Teknik transformasi data ordinal ke data interval yang paling sederhana yaitu dengan menggunakan MSI (Methods of Successive Interval). Adapun langkah – langkah perhitungan untuk transformasi data ordinal menjadi data interval dengan MSI (Methods of Successive Interval) adalah sebagai berikut :
9.
Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuisioner penelitian yang telah disebarkan (Tabel 5.3)
10.
Menentukan frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk setiap item pertanyaan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Pengelompokan Jawaban Responden
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Alternatif Jawaban 1 2 3 0 7 0 1 5 5 1 5 2 0 3 8 0 4 4 1 6 4 0 5 5 0 4 5 2 4 5 2 4 3 1 7 2 0 8 3 1 2 3 2 2 0 1 2 4 0 5 3 0 3 4 0 4 6 2 4 4 2 3 6 1 4 4 1 2 6 1 5 7 2 3 5 3 3 3 3 0 7 1 2 3 1 1 5 0 5 3 0 4 1
4 8 5 8 4 9 5 7 5 6 6 5 5 11 12 7 7 10 6 7 6 7 9 3 7 7 4 9 6 9 10
5 3 2 2 3 1 2 1 4 1 3 3 2 1 2 4 3 1 2 1 1 2 0 2 1 2 4 3 5 1 3
Jumlah 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
Tabel 5.7. Pengelompokan Jawaban Responden (Lanjutan) Pertanyaan 31 32 33 34 35 36 37 38
Alternatif Jawaban 1 2 3 0 5 1 0 1 3 2 3 2 4 2 6 1 0 4 2 0 1 2 0 3 1 4 2
4 6 6 9 4 11 12 7 8
5 6 8 2 2 2 3 6 3
Jumlah 18 18 18 18 18 18 18 18
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
39 40 Frekuensi
11.
1 3 45
2 3 136
2 4 148
11 5 289
2 3 102
18 18 720
Menentukan Proporsi Proporsi diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah frekuensi per item jawaban dengan total frekuensi sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
12.
P1 =
45 = 0,062 720
P2 =
136 = 0,189 720
P3 =
148 = 0,206 720
P4 =
289 = 0,401 720
P5 =
102 = 0,142 720
Menentukan Proporsi Kumulatif Proporsi kumulatif diperoleh dengan menjumlahkan secara berurutan untuk setiap nilai proporsi dan diperoleh hasil sebagai berikut : PK1 =
0
+ 0,062 = 0,062
PK2 = 0,062 + 0,189 = 0,251 PK3 = 0,251 + 0,206 = 0,457 PK4 = 0,457 + 0,401 = 0,858 PK5 = 0,858 + 0,142 = 1,000 13.
Menentukan Nilai z Nilai proporsi kumulatif (PK) dianggap mengikuti distribusi normal baku dengan melihat tabel distribusi normal kumulatif (Lampiran 6) dan dapat diperoleh nilai z untuk setiap kategori sebagai berikut :
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Untuk PK1 = 0,5 - 0,062 = 0,438 diperoleh Nilai z1 = - 1,54 Untuk PK2 = 0,5 - 0,251 = 0,249 diperoleh Nilai z1 = - 0,67 Untuk PK3 = 0,5 - 0,457 = 0,043 diperoleh Nilai z1 = - 0,11
14.
Untuk PK4 = 1
- 0,858 = 0,142 diperoleh Nilai z1 = 0,36
Untuk PK5 = 1
- 1,000 = 0
diperoleh Nilai z1 = ~
Menentukan Densitas Nilai densitas diperoleh dari tabel koordinat kurva normal baku (Lampiran 7) untuk nilai :
15.
D1
= Nilai 1,54 pada tabel bernilai = 0,122
D2
= Nilai 0,67 pada tabel bernilai = 0,319
D3
= Nilai 0,11 pada tabel bernilai = 0,397
D4
= Nilai 0,36 pada tabel bernilai = 0,374
D5
= Nilai
~
pada tabel bernilai = 0
Menentukan Scale Value (SV) Rumus SV =
SV1 =
( Density at Lower Limit ) − ( Density at Upper Limit ) ( Area BelowUpper Limit ) − ( Area Below Lower Limit )
0 − 0,122 = − 1,950 0,062 − 0
SV2 =
0,122 − 0,319 = − 1,042 0,251 − 0,062
SV3 =
0,319 − 0,397 = − 0,378 0,457 − 0,251
SV4 =
0,374 − 0,397 = 0,056 0,858 − 0,457
SV5 =
0,374 − 0 = 2,639 1 − 0,858
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
16.
Menentukan Skala Akhir (Sa) Transformasi data interval diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Sai = SVi + [1+|NSmin|] Sa1 = ( − 1,950 + 2,95) = 1 Sa2 = ( − 1,042 + 2,95) = 1,91 Sa3 = ( − 0,378 + 2,95) = 2,57 Sa4 = ( 0,056 + 2,95) = 3,01 Sa5 = ( 2,639 + 2,95) = 5,59 Hasil perhitungan pada langkah – langkah di atas dapat ditabulasikan pada
Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Proses Transformasi Data Ordinal Menjadi Data Interval Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Alternatif jawaban 1 2 0 7 1 5 1 5 0 3 0 4 1 6 0 5 0 4 2 4 2 4 1 7 0 8 1 2 2 2 1 2 0 5 0 3 0 4 2 4 2 3
3 0 5 2 8 4 4 5 5 5 3 2 3 3 0 4 3 4 6 4 6
4 8 5 8 4 9 5 7 5 6 6 5 5 11 12 7 7 10 6 7 6
5 3 2 2 3 1 2 1 4 1 3 3 2 1 2 4 3 1 2 1 1
Jumlah 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Frekuensi Proporsi PK Zi Density SV Sa
1 1 1 2 3 3 1 1 0 0 0 0 2 4 1 2 2 1 1 3 45 0.063 0.063 -1.54 0.122 -1.950 1.00
4 2 5 3 3 0 2 1 5 4 5 1 3 2 0 0 0 4 2 3 136 0.189 0.251 -0.67 0.319 -1.042 1.91
4 6 7 5 3 7 3 5 3 1 1 3 2 6 4 1 3 2 2 4 148 0.206 0.457 -0.11 0.397 -0.378 2.57
7 9 3 7 7 4 9 6 9 10 6 6 9 4 11 12 7 8 11 5 289 0.401 0.858 0.36 0.374 0.056 3.01
2 0 2 1 2 4 3 5 1 3 6 8 2 2 2 3 6 3 2 3 102 0.142 1.000 0.000 2.639 5.59
18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 720 1.000
Dengan demikian hasil transformasi skala disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 5.9. Hasil Transformasi Skala Data Skala Ordinal Alternatif Jawaban 1 Alternatif Jawaban 2 Alternatif Jawaban 3 Alternatif Jawaban 4 Alternatif Jawaban 5
Berubah Menjadi Menjadi Menjadi Menjadi Menjadi
Skala Interval 1 1,91 2,57 3,01 5,59
2. Rekapitulasi Skor Variabel Berdasarkan perhitungan di atas, maka data penelitian baru yang sudah berskala inteval dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan data pada Tabel 5.11, selanjutnya dibuat rekapitulasi skor semua variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan Y) dengan cara menjumlahkan skor setiap item pertanyaan yang terkait dengan variabel tersebut (nomor item pertanyaan yang terkait pada setiap variabel sudah dijelaskan pada Tabel 5.1), dan hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Rekapitulasi Skor Variabel Responden Resp. 1 Resp. 2 Resp. 3 Resp. 4 Resp. 5 Resp. 6 Resp. 7 Resp. 8 Resp. 9 Resp. 10 Resp. 11 Resp. 12 Resp. 13 Resp. 14 Resp. 15 Resp. 16 Resp. 17 Resp. 18
Variabel X1 X2 19.70 16.76 27.24 21.63 27.84 22.98 33.44 30.72 21.96 21.66 24.82 22.32 33.06 21.16 31.74 35.66 42.56 22.92 27.46 25.34 21.24 14.97 23.13 18.80 23.50 21.88 30.04 22.98 27.12 15.94 41.46 35.88 30.10 22.98 28.34 23.20
X3 7.48 12.63 13.07 17.19 12.63 13.73 10.84 13.73 20.21 16.31 10.65 5.91 11.97 14.61 14.33 20.21 14.17 13.51
X4 2.00 5.14 5.58 8.60 5.14 5.58 6.02 8.60 11.18 8.60 3.82 6.02 6.02 6.02 4.48 11.18 8.60 5.58
X5 5.73 9.03 16.77 16.77 8.59 8.59 11.61 10.07 14.19 9.03 6.39 9.41 11.61 6.83 13.75 11.61 9.03 14.19
X6 13.19 17.62 25.36 24.92 16.74 19.20 18.06 20.68 19.10 20.20 8.92 21.02 16.05 18.06 14.54 23.79 18.06 17.18
Y 10.05 14.51 15.99 18.66 14.54 13.16 18.63 20.80 22.78 19.76 12.31 17.66 14.76 18.44 14.54 24.70 17.62 16.52
Tabel 5.11. Data Penelitian Berskala Interval
NOMOR RESPONDEN 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
P1
1.91
3.01
1.91
1.91
3.01
1.91
5.59
5.59
3.01
3.01
3.01
1.91
1.91
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
P2
1.91
2.57
1.91
1.91
1.91
2.57
3.01
2.57
5.59
2.57
3.01
1
2.57
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
P3
1.91
2.57
1.91
3.01
1.91
1.91
3.01
3.01
3.01
3.01
3.01
1
3.01
5.59
1.91
5.59
3.01
2.57
P4
1.91
2.57
3.01
5.59
1.91
2.57
1.91
2.57
5.59
2.57
2.57
2.57
2.57
3.01
5.59
3.01
3.01
2.57
P5
1.91
3.01
3.01
1.91
3.01
2.57
3.01
3.01
2.57
2.57
1.91
2.57
1.91
3.01
5.59
3.01
3.01
3.01
P6
1
1.91
1.91
1.91
1.91
3.01
3.01
2.57
5.59
2.57
1.91
2.57
1.91
3.01
2.57
5.59
3.01
3.01
P7
2.57
2.57
3.01
3.01
2.57
2.57
3.01
5.59
3.01
3.01
1.91
1.91
1.91
1.91
1.91
3.01
3.01
2.57
P8
2.57
3.01
3.01
5.59
1.91
2.57
1.91
3.01
5.59
2.57
1.91
5.59
2.57
3.01
1.91
5.59
3.01
2.57
P9
3.01
3.01
2.57
3.01
1.91
2.57
3.01
1.91
5.59
2.57
1
1
2.57
2.57
1.91
1.91
3.01
3.01
P10
1
3.01
5.59
5.59
1.91
2.57
5.59
1.91
3.01
3.01
1
3.01
2.57
1.91
1.91
2.57
3.01
3.01
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
P11
1
3.01
1.91
1.91
1.91
2.57
5.59
2.57
5.59
3.01
1.91
5.59
1.91
1.91
1.91
3.01
3.01
3.01
P12
1.91
3.01
1.91
1.91
3.01
3.01
5.59
2.57
1.91
2.57
2.57
1.91
1.91
1.91
1.91
5.59
3.01
3.01
P13
2.57
3.01
3.01
3.01
2.57
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
1
3.01
3.01
3.01
1.91
3.01
3.01
2.57
P14
1
3.01
3.01
5.59
3.01
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
1
3.01
3.01
3.01
1.91
3.01
3.01
3.01
P15
2.57
3.01
3.01
5.59
2.57
2.57
1.91
5.59
5.59
3.01
1
2.57
3.01
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
P16
2.57
3.01
3.01
5.59
3.01
2.57
1.91
5.59
1.91
2.57
1.91
1.91
3.01
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
P17
2.57
2.57
3.01
3.01
3.01
2.57
1.91
2.57
3.01
3.01
3.01
1.91
3.01
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
P18
2.57
3.01
3.01
3.01
2.57
2.57
3.01
5.59
2.57
5.59
2.57
1.91
1.91
3.01
1.91
1.91
3.01
2.57
P19
1
1
3.01
3.01
1.91
3.01
3.01
2.57
1.91
2.57
1.91
2.57
3.01
3.01
2.57
5.59
1.91
3.01
P20
1
1
3.01
3.01
1.91
2.57
3.01
2.57
3.01
2.57
1.91
2.57
1.91
3.01
2.57
5.59
2.57
3.01
P21
1
2.57
3.01
3.01
1.91
2.57
3.01
3.01
5.59
2.57
1.91
1.91
1.91
2.57
5.59
3.01
3.01
3.01
P22
2.57
3.01
3.01
2.57
2.57
3.01
3.01
2.57
3.01
2.57
1.91
1
1.91
3.01
3.01
3.01
2.57
3.01
P23
1.91
2.57
1.91
3.01
2.57
2.57
1.91
2.57
5.59
3.01
1.91
1
2.57
3.01
1.91
5.59
2.57
2.57
P24
1
2.57
2.57
3.01
2.57
2.57
1.91
2.57
3.01
5.59
1.91
1
3.01
3.01
1.91
3.01
3.01
3.01
P25
1
1.91
2.57
5.59
3.01
3.01
1
3.01
3.01
2.57
3.01
1
2.57
3.01
1.91
5.59
3.01
1.91
P26
1
2.57
2.57
5.59
2.57
3.01
1
2.57
5.59
2.57
2.57
1
3.01
5.59
2.57
5.59
3.01
3.01
P27
1
2.57
2.57
3.01
2.57
3.01
3.01
3.01
5.59
5.59
1.91
3.01
3.01
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
P28
1
2.57
3.01
5.59
2.57
2.57
3.01
5.59
5.59
3.01
1.91
3.01
3.01
3.01
2.57
5.59
5.59
2.57
P29
2.57
3.01
1.91
2.57
2.57
3.01
3.01
5.59
3.01
3.01
1.91
1.91
3.01
1.91
3.01
3.01
3.01
1.91
P30
1.91
3.01
5.59
5.59
3.01
3.01
3.01
5.59
3.01
3.01
1.91
1.91
3.01
1.91
2.57
3.01
3.01
3.01
P31
1.91
3.01
5.59
5.59
2.57
3.01
5.59
1.91
5.59
3.01
1.91
1.91
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
5.59
P32
1.91
3.01
5.59
5.59
3.01
2.57
3.01
2.57
5.59
3.01
2.57
5.59
5.59
3.01
5.59
5.59
3.01
5.59
P33
1.91
1.91
5.59
2.57
3.01
1
3.01
1.91
3.01
3.01
3.01
1
3.01
3.01
2.57
5.59
3.01
3.01
P34
1.91
3.01
2.57
2.57
2.57
1
3.01
1.91
2.57
5.59
1
5.59
1
3.01
2.57
1
3.01
2.57
P35
2.57
3.01
5.59
2.57
2.57
3.01
3.01
5.59
3.01
3.01
1
3.01
3.01
3.01
3.01
3.01
3.01
2.57
P36
1
3.01
5.59
5.59
3.01
3.01
3.01
5.59
3.01
3.01
1
3.01
3.01
3.01
2.57
3.01
3.01
3.01
P37
2.57
3.01
5.59
5.59
2.57
5.59
3.01
1
5.59
3.01
1
5.59
3.01
3.01
2.57
5.59
3.01
3.01
P38
2.57
3.01
3.01
5.59
3.01
5.59
3.01
1
1.91
2.57
1.91
1.91
3.01
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
P39
2.57
2.57
3.01
3.01
3.01
1
3.01
5.59
3.01
3.01
3.01
1.91
3.01
3.01
1.91
5.59
3.01
3.01
P40
2.57
3.01
1
3.01
2.57
1
3.01
5.59
2.57
5.59
1
5.59
1.91
3.01
1.91
1.91
3.01
2.57
H.
Perhitungan Analisis Korelasi Dan Regresi Selanjutnya dilakukan analisis korelasi dan regresi terhadap data rekapitulasi
skor variabel yang dilakukan dengan perhitungan pada software SPSS versi 15 dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5.12. Korelasi Antar Variabel X1 X1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2 Pearson Correlation
1 18 .643(* *)
X2 .643(* *) .004 18 1
X3 .807(* *) .000 18 .609(* *)
X4 .862(* *) .000 18 .749(* *)
X5 .503(* ) .034 18 .307
X6
Y .885(* .547(*) *) .019 .000 18 18 .710(* .743(* *) *)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Sig. (2-tailed) .004 .007 .000 N 18 18 18 18 X3 Pearson .807(* .609(* .790(* 1 Correlation *) *) *) Sig. (2-tailed) .000 .007 .000 N 18 18 18 18 X4 Pearson .862(* .749(* .790(* 1 Correlation *) *) *) Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 18 18 18 18 X5 Pearson .503(*) .307 .449 .384 Correlation Sig. (2-tailed) .034 .215 .062 .115 N 18 18 18 18 X6 Pearson .710(* .623(* .547(*) .433 Correlation *) *) Sig. (2-tailed) .019 .001 .073 .006 N 18 18 18 18 Y Pearson .885(* .743(* .689(* .927(* Correlation *) *) *) *) Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 N 18 18 18 18 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.215 18
.001 18
.449
.433
.062 18
.115 18
.073 18 .623(* *) .006 18
1
.589(*) .379
.384
.010 18
18 .589(* 1 ) .010 18 18 .638(* .379 *) .121 .004 18 18
.000 18 .689(* *) .002 18 .927(* *) .000 18
.121 18 .638(* *) .004 18 1 18
Tabel 5.13. Variables Entered/Removed(b) Mode Variables Variables l Entered Removed 1 X6, X3, X5, X2, . X1, X4(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y
Method Enter
Tabel 5.14. Model Summary
Mode Adjusted l R R Square R Square 1 .959(a) .920 .876 a Predictors: (Constant), X6, X3, X5, X2, X1, X4
Std. Error of the Estimate 1.30168
Tabel 5.15. ANAVA
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Mode Sum of Mean l Squares Df Square 1 Regressio 214.022 6 35.670 n Residual 18.638 11 1.694 Total 232.660 17 a Predictors: (Constant), X6, X3, X5, X2, X1, X4 b Dependent Variable: Y
F
Sig.
21.052
.000(a)
Tabel 5.16. Koefisien Regresi Unstandardized Coefficients Std. B Error
Mode l 1
(Constant 4.222 ) X1 .292 X2 .059 X3 -.258 X4 .939 X5 -.063 X6 .055 a Dependent Variable: Y
I.
Standardized Coefficients t Beta
2.121 .114 .099
.496 .093
.164
-.255
.323 .139 .144
.615 -.056 .060
B
Sig. Std. Error
1.990
.072
2.060 .601 1.572 2.104 -.450 .385
.027 .560 .144 .014 .661 .708
Perhitungan Koefisien Jalur Berdasarkan hasil perhitungan regresi dan korelasi di atas, maka dapat
diperoleh bahwa : R2yx1x2x3x4x5x6 = 0,920 rij = nilai korelasi parsial antara variabel i dan j diperoleh dari tabel korelasi ρij = koefisien jalur antara variabel i dan j diperoleh dari tabel regresi ρyεy
= 1 − R 2 = 1 − 0,920 = 0,283
Dan persamaannya menjadi :
Y = ρ yx1 X 1 + ρ yx 2 X 2 + ρ yx 3 X 3 + ρ yx 4 X 4 + ρ yx 5 X 5 + ρ yx 6 X 6 + ρ yε
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Y = 0,292 X 1 + 0,059 X 2 − 0,258 X 3 + 0,939 X 4 − 0,063 X 5 + 0,055 X 6 + 0,283 Maka dapat digambarkan diagram jalur akhir sebagai berikut :
X1 0,643
X2
0,807
0,503
0,547
X3
0,749
0,307
X4
0,433
0,384
Y
0,939
− 0,063
X5
0,623
ρy
− 0,258 0,920
0,790
0,449
0,710
ε y = 0,283 0,059
0,609
0,862
0,292
0,055
0,589
X6 Ga mbar 5.5. Diagram Jalur Akhir
Dari diagram jalur di atas dapat ditentukan kontribusi atau pengaruh setiap variabel bebas (komponen sistem kerja) terhadap varabel terikat (stress kerja) sebagai berikut: Tabel 5.17. Kontribusi Variabel Bebas Variabel
Koefisien Jalur (ρ)
Kontrbusi (ρ2)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Xi ; i = 1-6
0,292 0,059 - 0,258 0,939 - 0,063 0,055 -
8,5% 0,3% 6,7% 88,2% 0,4% 0,3% 0,920
Berdasarkan Tabel 5.16 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga komponen atau variabel yang berpengaruh signifikan dan paling dominan diantara keenamnya yaitu X1 , X3 dan X4. Untuk itu perlu ditinjau kembali besarnya kontribusi simultan ketiga komponen tersebut terhadap stress kerja karyawan dengan mengabaikan komponen lainnya. Perhitungan dilakukan terhadap nilai skor variabel X1 , X3 dan X4 dan Y (Tabel 5.10) dengan menggunakan software SPSS 15 dan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5.18. Kontribusi Simultan X1 , X3 dan X4 Terhadap Y Model Summary
Mode Adjusted l R R Square R Square 1 .955(a) .911 .892 a Predictors: (Constant), X3, X2, X1
Std. Error of the Estimate 1.21320
Dari Tabel 5.17 tersebut diperoleh bahwa kontribusi simultan X1 , X3 dan X4 terhadap Y adalah sebesar 0,911 x 100% = 91,1%. J.
Pengujian Analisis Jalur
1.
Pengujian Secara Keseluruhan Hipotesis statistik untuk pengujian secara keseluruhan yaitu : Ho : ρyx1 ≠ ρyx2 ≠ ρyx3 ≠ ρyx4 ≠ ρyx5 ≠ ρyx6 ≠ ρyε Hi : ρyx1 = ρyx2 = ρyx3 = ρyx4 = ρyx5 = ρyx6 = ρyε
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Dari tabel ANAVA diperoleh nilai F dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000. Karena nilai sig < α (0,05), maka keputusannya adalah Ho ditolak dan oleh sebab itu pengujian secara individual dapat dilakukan. 2.
Pengujian Secara Individual a) Pengujian pengaruh X1 (Kondisi Organisasi) Terhadap Y (Stress Kerja) Langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Perumusan Hipotesis Ho : ρyx1 ≠ 0 (Kondisi Organisasi berpengaruh terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan) Hi : ρyx1 = 0 (Kondisi Organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stress kerja yang dialami karyawan) 2. Taraf nyata (α) = 0.05 3. Dengan menggunakan tabel sebaran t (α = 0.05; v = 16). maka diperoleh wilayah kritik: t < - α/2 dan t > α/2 t < - 2.120 dan t > 2.120 4. Nilai t hitung diperoleh dari tabel koefisien regresi dan untuk variabel X1 diperoleh nilai thitung = 2,060 5. Karena thitung yang diperoleh tidak berada di wilayah kritik (2,060) maka terima Ho dan disimpulkan bahwa Kondisi Organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan. b) Pengujian pengaruh X2 (Pekerjaan) Terhadap Y (Stress Kerja) Langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Perumusan Hipotesis
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Ho : ρyx2 ≠ 0 (Pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan) Hi : ρyx2 = 0 (Pekerjaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stress kerja yang dialami karyawan) 2. Taraf nyata (α) = 0.05 3. Dengan menggunakan tabel sebaran t (α = 0.05; v = 16). maka diperoleh wilayah kritik: t < - α/2 dan t > α/2 t < - 2.120 dan t > 2.120 4. Nilai t hitung diperoleh dari tabel koefisien regresi dan untuk variabel X2 diperoleh nilai thitung = 0,601
5. Karena thitung yang diperoleh tidak berada di wilayah kritik (0,601) maka terima Ho dan disimpulkan bahwa Pekerjaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan. c) Pengujian pengaruh X3 (Lingkungan Fisik) Terhadap Y (Stress Kerja) Langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Perumusan Hipotesis Ho : ρyx3 ≠ 0 (Lingkungan Fisik berpengaruh terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan) Hi : ρyx3 = 0 (Lingkungan Fisik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stress kerja yang dialami karyawan) 2. Taraf nyata (α) = 0.05
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
3. Dengan menggunakan tabel sebaran t (α = 0.05; v = 16). maka diperoleh wilayah kritik: t < - α/2 dan t > α/2 t < - 2.120 dan t > 2.120 4. Nilai t hitung diperoleh dari tabel koefisien regresi dan untuk variabel X3 diperoleh nilai thitung = -1,572 5. Karena thitung yang diperoleh tidak berada di wilayah kritik (-1,572) maka terima Ho dan disimpulkan bahwa Lingkungan Fisik berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan.
d) Pengujian pengaruh X4 (Lingkungan Sosial) Terhadap Y (Stress Kerja) Langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Perumusan Hipotesis Ho : ρyx4 ≠ 0 (Lingkungan Sosial berpengaruh terhadap tingkat stress Sosial yang dialami karyawan) Hi : ρyx4 = 0 (Lingkungan Sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stress kerja yang dialami karyawan) 2. Taraf nyata (α) = 0.05 3. Dengan menggunakan tabel sebaran t (α = 0.05; v = 16). maka diperoleh wilayah kritik: t < - α/2 dan t > α/2 t < - 2.120 dan t > 2.120 4. Nilai t hitung diperoleh dari tabel koefisien regresi dan untuk variabel X4 diperoleh nilai thitung = 2,104
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
5. Karena thitung yang diperoleh tidak berada di wilayah kritik (2,104) maka terima Ho dan disimpulkan bahwa Lingkungan Sosial berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan. e) Pengujian pengaruh X5 (Peralatan & Teknologi) Terhadap Y (Stress Kerja) Langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perumusan Hipotesis Ho : ρyx5 ≠ 0 (Peralatan & Teknologi berpengaruh terhadap tingkat stress Sosial yang dialami karyawan) Hi : ρyx5 = 0 (Peralatan & Teknologi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stress kerja yang dialami karyawan) 2. Taraf nyata (α) = 0.05 3. Dengan menggunakan tabel sebaran t (α = 0.05; v = 16). maka diperoleh wilayah kritik: t < - α/2 dan t > α/2 t < - 2.120 dan t > 2.120 4. Nilai t hitung diperoleh dari tabel koefisien regresi dan untuk variabel X5 diperoleh nilai thitung = -0,450 5. Karena thitung yang diperoleh tidak berada di wilayah kritik (-0,450) maka terima Ho dan disimpulkan bahwa Peralatan & Teknologi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan. f) Pengujian pengaruh X6 (Karakteristik Individual) Terhadap Y (Stress Kerja) Langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
1. Perumusan Hipotesis Ho : ρyx6 ≠ 0 (Karakteristik Individual berpengaruh terhadap tingkat stress Sosial yang dialami karyawan) Hi : ρyx6 = 0 (Karakteristik Individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stress kerja yang dialami karyawan) 2. Taraf nyata (α) = 0.05 3. Dengan menggunakan tabel sebaran t (α = 0.05; v = 16). maka diperoleh wilayah kritik: t < - α/2 dan t > α/2 t < - 2.120 dan t > 2.120 4. Nilai t hitung diperoleh dari tabel koefisien regresi dan untuk variabel X6 diperoleh nilai thitung = 0,060 5. Karena thitung yang diperoleh tidak berada di wilayah kritik (0,060) maka terima Ho dan disimpulkan bahwa Karakteristik Individual berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Dan Interpretasi Analisis Jalur Hubungan kausal antara kondisi elemen sistem kerja di CV. Haycal Pratama terhadap tingkat stress kerja yang dialami karyawan dapat digambarkan dalam diagram jalur berikut ini : Kondisi Organisasi 0,643
0,807
0,609
0,862 0,503
0,547
0,749
0,307
Kondisi Lingkungan Fisik 0,790
0,449
0,710
Kondisi Pekerjaan
0,433
Kondisi Lingkungan Sosial 0,384
0,623
0,292
ε y = 0,283 0,059
ρy
− 0,258
Job Stress
0,920 0,939
− 0,063
Kondisi Peralatan dan Teknologi
0,055
0,589 Karakteristik Individual
Sumber : Pengolahan Data
Gambar 6.1. Hubungan Kausalitas Variabel Penelitian Berdasarkan gambar di atas dapat dilakukan interpretasi sebagai berikut : 1.
Korelasional Parsial
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Korelasional Parsial menunjukkan tingkat hubungan atau keterkaitan antara dua variabel, baik antara sesama variabel bebas maupun antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Hubungan korelasional ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rij) pada tabel korelasi hasil pengolahan data di SPSS 15 ataupun yang tertera pada diagram jalur di atas. Sedangkan interpretasi dari nilai koefisien korelasi tersebut adalah sebagai berikut:
13
1. Dari 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah. 2. Dari 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah. 3. Dari 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat. 4. Dari 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat. 5. Dari 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali. 6. 1.00 berarti korelasinya sempurna. Terdapat beberapa korelasional yang dapat diuraikan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Hubungan antara X1 (Kondisi Organisasi) dan X2 (Kondisi Pekerjaan) Hubungan antara kondisi organisasi dengan kondisi pekerjaan (Task) ditunjukkan dengan nilai r12 yaitu sebesar 0,643 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang kuat. b. Hubungan antara X2 (Kondisi Pekerjaan) dan X3 (Lingkungan Fisik) Hubungan antara kondisi pekerjaan dengan kondisi lingkungan fisik ditunjukkan dengan nilai r23 yaitu sebesar 0,609 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang kuat. c. Hubungan antara X3 (Lingkungan Fisik) dan X4 (Lingkungan Sosial)
13
Nugroho (2005) p.36
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Hubungan antara lingkungan fisik dengan kondisi lingkungan sosial ditunjukkan dengan nilai r34 yaitu sebesar 0,790 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat kuat. d. Hubungan antara X4 (Lingkungan Sosial) dan X5 (Peralatan dan Teknologi) Hubungan antara kondisi lingkungan sosial dengan kondisi peralatan dan teknologi ditunjukkan dengan nilai r45 yaitu sebesar 0,384 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang lemah. e. Hubungan antara X5 (Peralatan dan Teknologi) dan X6 (Karakteristik Individual) Hubungan antara kondisi peralatan dan teknologi dengan karakteristik individual ditunjukkan dengan nilai r56 yaitu sebesar 0,589 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang kuat. f. Hubungan antara X1 (Kondisi Organisasi) dan X3 (Lingkungan Fisik) Hubungan antara kondisi organisasi dengan lingkungan fisik ditunjukkan dengan nilai r13 yaitu sebesar 0,807 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat kuat. g. Hubungan antara X2 (Kondisi Organisasi) dan X4 (Lingkungan Fisik) Hubungan antara kondisi organisasi dengan lingkungan fisik ditunjukkan dengan nilai r13 yaitu sebesar 0,749 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat kuat.
h. Hubungan antara X3 (Lingkungan Fisik) dan X5 (Kondisi Peralatan dan Teknologi)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Hubungan antara kondisi lingkungan fisik dengan kondisi peralatan dan teknologi ditunjukkan dengan nilai r35 yaitu sebesar 0,449 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang cukup kuat. i.
Hubungan antara X4 (Lingkungan Sosial) dan X6 (Karakteristik Individual) Hubungan antara kondisi lingkungan sosial dengan karakteristik individual ditunjukkan dengan nilai r46 yaitu sebesar 0,623 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang cukup kuat.
j.
Hubungan antara X1 (Kondisi Organisasi) dan X4 (Lingkungan Sosial) Hubungan antara kondisi lingkungan sosial dengan karakteristik individual ditunjukkan dengan nilai r14 yaitu sebesar 0,862 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat kuat.
k. Hubungan antara X2 (Kondisi Pekerjaan) dan X5 (Kondisi Peralatan dan Teknologi) Hubungan antara kondisi pekerjaan dengan kondisi peralatan dan teknologi dengan nilai r25 yaitu sebesar 0,307 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang lemah. l.
Hubungan X3 (Lingkungan Fisik) dan X6 (Karakteristik Individual) Hubungan antara kondisi lingkungan fisik dengan karakteristik individual dengan nilai r36 yaitu sebesar 0,433 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang kuat.
m. Hubungan X1 (Kondisi Organisasi) dan X5 (Kondisi Peralatan dan Teknologi) Hubungan antara kondisi organisasi dengan kondisi peralatan dan teknologi dengan nilai r15 yaitu sebesar 0,503 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang kuat.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
n. Hubungan X2 (Lingkungan Fisik) dan X6 (Karakteristik Individual) Hubungan antara kondisi lingkungan fisik dengan karakteristik individual dengan nilai r26 yaitu sebesar 0,710 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat kuat. o. Hubungan X1 (Kondisi Organisasi) dan X6 (Karakteristik Individual) Hubungan antara kondisi organisasi dengan karakteristik individual dengan nilai r16 yaitu sebesar 0,547 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang kuat. p. Hubungan Antara X1 (Kondisi Organisasi) dan Y (Job Stress) Hubungan antara kondisi organisasi dengan tingkat stress kerja karyawan dengan nilai r1y yaitu sebesar 0,885 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat kuat. q. Hubungan Antara X2 (Kondisi Pekerjaan) dan Y (Job Stress) Hubungan antara kondisi pekerjaan dengan tingkat stress kerja karyawan dengan nilai r2y yaitu sebesar 0,743 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat kuat.
r. Hubungan Antara X3 (Kondisi Lingkungan Fisik) dan Y (Job Stress) Hubungan antara kondisi lingkungan fisik dengan tingkat stress kerja karyawan dengan nilai r3y yaitu sebesar 0,689 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat kuat. s. Hubungan Antara X4 (Kondisi Lingkungan Sosial) dan Y (Job Stress)
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Hubungan antara kondisi lingkungan sosial dengan tingkat stress kerja karyawan dengan nilai r4y yaitu sebesar 0,927 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang sangat kuat sekali. t. Hubungan Antara X5 (Peralatan dan Teknologi) dan Y (Job Stress) Hubungan antara kondisi peralatan dan teknologi dengan tingkat stress kerja karyawan dengan nilai r5y yaitu sebesar 0,379 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang lemah. u. Hubungan Antara X6 (Karakteristik Individual) dan Y (Job Stress) Hubungan antara karakteristik individual dengan tingkat stress kerja karyawan dengan nilai r6y yaitu sebesar 0,638 dan ini dapat diinterpretasikan sebagai hubungan yang kuat.
2.
Kontribusi Simultan Korelasional simultan menunjukkan tingkat hubungan atau keterkaitan antara antara seluruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6) dengan satu variabel terikat (Y) secara simultan. Hubungan korelasional ini dapat dilihat dari nilai R2yx1x2x3x4x5x6 yaitu sebesar 0,920. Nilai tersebut menunjukkan hubungan atau keterkaitan antara kondisi seluruh komponen sistem kerja dengan job stress karyawan adalah sangat kuat sekali.
3.
Kontribusi Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Untuk melihat kontribusi atau pengaruh yang diberikan oleh kondisi komponen sistem kerja terhadap job stress yang dialami karyawan, disajikan tabel sebagai berikut:
Tabel 6.1. Kontribusi Dan Koefisien Jalur Variabel Bebas
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Variabel
Koefisien Jalur
Kontribusi Langsung
Tidak Langsung
Kontrbusi Total
Bersama
X1
0,292
0,292
-
0,292
-
X2
0,059
0,059
-
0,059
-
X3
- 0,258
- 0,258
-
- 0,258
-
X4
0,939
0,939
-
0,939
-
X5
- 0,063
- 0,063
-
- 0,063
X6
0,055
0,055
-
0,055
-
εy
0,283
0,080
-
-
-
Xi ; i = 1-6
-
-
-
-
0,920
Sumber : Pengolahan Data Berdasarkan Tabel 6.1 di atas, maka hasil temuan penelitian secara objektif bahwa: (a) Kondisi Organisasi (X1) yang diukur oleh job stress karyawan (Y) memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Dengan demikian tinggi rendahnya job stress karyawan dijelaskan oleh kondisi organisasi. Besarnya kontribusi kondisi organisasi yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah sebesar (0,292)2 = 0,085 = 8,5% (b) Kondisi pekerjaan (X2) yang diukur oleh job stress karyawan (Y) memiliki kontribusi yang positif dan namun tidak signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Dengan demikian tinggi rendahnya job stress karyawan kurang dijelaskan oleh kondisi pekerjaan. Besarnya kontribusi kondisi pekerjaan yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah hanya sebesar (0,059)2 = 0,003 = 0,3% (c) Kondisi lingkungan fisik (X3) yang diukur oleh job stress karyawan (Y) memiliki kontribusi yang negatif dan cukup signifikan terhadap tinggi Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
rendahnya job stress karyawan. Dengan demikian tinggi rendahnya job stress karyawan cukup dijelaskan oleh kondisi lingkungan fisik. Besarnya kontribusi kondisi lingkungan fisik yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah sebesar (-0,258)2 = 0,067 = 6,7% (d) Kondisi lingkungan sosial (X4) yang diukur oleh job stress karyawan (Y) memiliki kontribusi yang positif dan sangat signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Dengan demikian tinggi rendahnya job stress karyawan sangat dijelaskan oleh kondisi lingkungan sosial. Besarnya kontribusi kondisi lingkungan sosial yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah sebesar (0,939)2 = 0,882 = 88,2% (e) Kondisi peralatan dan teknologi (X5) yang diukur oleh job stress karyawan (Y) memiliki kontribusi yang negatif dan tidak signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Dengan demikian tinggi rendahnya job stress karyawan kurang dijelaskan oleh kondisi peralatan dan teknologi. Besarnya kontribusi kondisi peralatan dan teknologi yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah hanya sebesar (-0,063)2 = 0,004 = 0,4% (f) Karakteristik individual (X6) yang diukur oleh job stress karyawan (Y) memiliki kontribusi yang positif dan tidak signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Dengan demikian tinggi rendahnya job stress karyawan kurang dijelaskan oleh kondisi karakteristik individual. Besarnya kontribusi kondisi karakteristik individual yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah hanya sebesar (0,055)2 = 0,003 = 0,3%
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
6.2. Pembahasan 6.2.1. Pengaruh Kondisi Elemen Sistem Kerja Terhadap Stress Kerja Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa komponen dari sistem kerja di CV. Haycal Pratama yang paling berpengaruh secara signifikan adalah kondisi lingkungan sosial (88,2%), kondisi organisasi (8,5%), dan kondisi lingkungan fisik (6,7%).
1. Lingkungan Sosial Kondisi lingkungan sosial sangat mempengaruhi tingkat stress kerja karyawan CV. Haycal Pratama. Hal ini dikarenakan wilayah kerja mereka berada di kantor pusat pemerintahan Sumatera Utara. Meraka juga setiap hari berinteraksi dengan pegawai pemerintah mulai dari yang paling atas sampai kepada pegawai bawahan denga karakter yang berbeda – beda pula. Selain itu, mereka juga dihadapkan dengan peraturan, tata tertib, dan gejolak politik yang terjadi di pemerintahan provinsi tersebut. Adapun indikator yang dapat menunjukkan pengaruh lingkungan sosial ini terhadap stress kerja berdasarkan hasil penelitian yaitu sebagai berikut : -
Situasi pemerintahan yang berubah – ubah serta karakter pegawai pemerintahan yang beraneka ragam.
-
Gejolak yang terjadi di pemerintahan seperti maraknya demonstrasi di depan instansi tersebut memberikan perasaan cemas dan khawatir dan bahkan dapat mengganggu pekerjaan operator karena areal demonstrasi sangat berdekatan dengan areal kerja operator.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
-
Keberadaan wartawan juga memberikan pengaruh kepada karyawan. Wartawan sering mencari informasi yang mereka perlukan dan kerap kali juga memberikan kritikan tajam kepada operator.
-
Peraturan dan tata tertib yang berlaku di instansi tersebut juga berlaku dan mengikat bagi karyawan CV. Haycal Pratama.
2. Kondisi Organisasi Adapun indikator yang dapat menunjukkan pengaruh kondisi organisasi ini terhadap stress kerja berdasarkan hasil penelitian yaitu sebagai berikut : 1. gaya kepemimpinan dan koordinasi yang terkadang bersifat stressful (misalnya selalu memberikan tekanan dan bukan memotivasi) kepada karyawan. 2. Kurangnya perhatian dan pengawasan pihak manajemen (pimpinan) terhadap karyawan. 3. Kebijakan manajemen yang terkadang sifatnya lack of family-friendly policies (hanya mementingkan faktor efisiensi perusahaan dan mengabaikan faktor manusiawi) 4. Selalu tidak ada penghargaan dalam bentuk apa pun oleh pimpinan kepada karyawan. 5. Selalu terjadi perbedaan pendapat dan perbedaan pandangan antar sesama karyawan 6. Keputusan yang diambil terkadang tidak sesuai dan bertentangan dengan pendapat dan kepentingan karyawan. Pimpinan jarang melakukan musyawarah
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
dan mufakat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan terhadap karyawan 7. Komunikasi antara pimpinan dan karyawan sangat kaku, intensitasnya rendah, dan tidak efektif. Intensitas rendah mungkin saja dikarenakan divisi kerja operator ini berjauhan dari kantor pusat CV. Haycal Pratama.
3. Kondisi Lingkungan Fisik Adapun indikator yang dapat menunjukkan pengaruh lingkungan fisik ini terhadap stress kerja berdasarkan hasil penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Areal kerja yang tidak rapi dan tidak beraturan dimana peralatan dan barang – barang kerja tidak diletakkan sesuai tempatnya dan tidak memperhatikan unsur keamanan dan estetika. 2. Temperatur dan tingkat kebisingan yang relatif cukup tinggi di ruang kerja operator telebih jika mesin Genset pada posisi menyala. 3. Benda atau material berbahaya di areal kerja seperti asap, debu, tegangan listrik, dll menimbulkan perasaan cemas dan mengganggu kesehatan operator. 4. Tidak disediakan alat pelindung diri bagi operator untuk menghindari bahaya atau kecelakaan kerja
6.2.2. Dampak Stress Terhadap Kondisi Pekerja Dan Perusahaan Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah. Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif. Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stress dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh. Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya. Menurut Terry Beehr dan John Newman (1978) gejala stress kerja dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis dan perilaku.
Tabel 6.2. Gejala Yang Ditimbulkan Stress Kerja
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Gejala Psikologis
Gejala Fisik
Kecemasan, ketegangan
Meningkatnya darah
Bingung, marah, sensitif
Meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin
Penurunan produktivitas
Memendam perasaan
Gangguan gastrointestinal, misalnya gangguan lambung
Meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk
Komunikasi tidak efektif
Mudah terluka
Perilaku sabotase
Mengurung diri
Mudah lelah secara fisik
Meningkatnya frekuensi absensi
Depresi
Kematian
Perilaku makan yang normal (kebanyakan kekurangan)
Merasa terasing dan mengasingkan diri
Gangguan kardiovaskuler
Kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan
Kebosanan
Gangguan pernafasan
Meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti ngebut, berjudi
Ketidakpuasan kerja
Lebih sering berkeringat
Meningkatnya agresivitas, dan kriminalitas
Lelah mental
Gangguan pada kulit
Penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga/teman
Menurunnya fungsi intelektual
Kepala pusing, migrain
Kecenderungan bunuh diri
Kehilangan konsentrasi
daya
tekanan
Menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas prestasi
Kanker
Kehilangan spontanitas dan kreativitas
Ketegangan otot
Kehilangan hidup
Probem tidur
semangat
Gejala Perilaku
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
dan
tidak atau
A. Terhadap Pekerja Dampak stress kerja bagi pekerja adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan dengan : (1) Kesehatan Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan sistem kekebalan untuk mencegah serangan penyakit. Istilah "kebal" ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yaitu Memmler dan Wood untuk menggambarkan kekuatan yang ada pada tubuh manusia dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibodi. Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara integral dengan sistem fisiologis lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, baik fisik maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Seluruh sistem tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stress dan immunocompetence. Istilah immunocompetence ini biasanya digunakan di bidang kedokteran untuk menjelaskan derajat keaktifan dan keefektifan dari sistem kekebalan tubuh. Jadi, tidak heran jika orang yang mudah stress, mudah pula terserang penyakit. (2) Psikologis Stress berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus-menerus. Menurut istilah psikologi, stress berkepanjangan ini disebut stress kronis. Stress kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stress kronis umumnya terjadi di seputar masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak dalam perkawinan yang tidak bahagia, atau masalah ketidakpuasan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
kerja. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa tertekan dan kehilangan harapan. Menurut Miller (1997), seorang peneliti asal Amerika, akar dari stress kronis ini adalah dari pengalaman traumatis di masa lalu yang terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam bawah sadar. Hal ini jadi berbahaya karena orang jadi terbiasa "membawa" stress ini kemana saja, dimana saja dan dalam situasi apapun juga; stress kronis ini dianggap sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga tidak ada upaya untuk mencari jalan keluarnya lagi. Singkatnya, orang yang menderita stress kronis ini sudah hopeless and helpless. Tidak heran jika para penderita stress kronis akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri, atau meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker, atau tekanan darah tinggi. (3) Interaksi Interpersonal Orang yang sedang stress akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stress. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku orang lain. Obyek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh orang yang sedang stress. Selain itu, orang stress cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stress yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi. Tidak heran kalau akibat dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh rekan-rekannya. Respon negatif dari lingkungan ini
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
malah semakin menambah stress yang diderita karena persepsi yang selama ini ia bayangkan ternyata benar, yaitu bahwa ia kurang berharga di mata orang lain, kurang berguna, kurang disukai, kurang beruntung, dan kurang-kurang yang lainnya.
B. Terhadap Organisasi Perusahaan Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami stress kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stress yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit Organisasi.
Randall Schuller (1980), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stress yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja terhadap perusahaan dapat berupa: -
Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
-
Mengganggu kenormalan aktivitas kerja.
-
Menurunkan tingkat produktivitas .
-
Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.
6.2.3. Usulan Perbaikan Untuk Mengantisipasi Stress Kerja A. Usulan Perbaikan Untuk Stressor Lingkungan Sosial Meskipun pengaruhnya sangat besar terhadap tingkat stress yang dialami karyawan, keberadaan lingkungan sosial sulit untuk dikendalikan karena memiliki sistem dan prosedur tersendiri. Pengaruhnya hanya dapat diantisipasi oleh karyawan sendiri dengan merubah cara pandang terhadap masalah sosial yang terjadi di sekitar instansi pemerintahan tersebut, selalu beradaptasi dengan perubahan kondisi, menjalin hubungan sosial yang lebih sehat serta menganggap peraturan yang berlaku bukan untuk mengikat namun untuk kebaikan bersama. Atau dengan kata lain perbaikan untuk komponen ini adalah dengan mengubah pola pikir dan perilaku karyawan terhadap pengaruh sosial tersebut. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan memberikan training kepribadian untuk meningkatkan kepercayaan diri, mengubah pola pikir terhadap masalah menjadi lebih baik dan membentuk pribadi yang lebih tangguh secara mental di kehidupan sosialnya. Meskipun pada dasarnya training ini tilang merubah secara langsung dan permanen, hasilnya akan muncul perlahan – lahan jika ada partisipasi aktif pihak manajemen CV. Haycal Pratama untuk mereview
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
setiap perkembangan yang terjadi setelah training dan menjadi motivator yang baik bagi karyawannya.
B. Usulan Perbaikan Untuk Stressor Kondisi Organisasi Untuk mengurangi, mengantisipasi atau mengatasi tingkat stress kerja karyawan, maka upaya yang dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan berkaitan dengan kondisi organisasi perusahaan adalah: 1. Merumuskan standar, criteria dan strategi untuk mengatur muatan kerja agar benar-benar sesuai dengan kapabilitas dan sumberdaya yang tersedia. Kalau kita menerima order yang deadline-nya begitu menekan, sementara kita secara skill dan resource belum siap dan itu kita “paksakan”, ya mau tidak mau akan menimbulkan stress. Untuk mengantisipasinya berarti kita perlu mempersiapkan diri untuk memiliki kualitas yang sesuai dengan standard demand yang sekiranya akan kita hadapi. 2. Merancang pekerjaan atau tugas yang kira-kira menantang, memberikan nilai tambah, memberikan kesempatan orang untuk mengaplikasikan keahliannya atau pengetahuan atau pengalaman. Bagaimana jika pekerjaan yang ada saat ini adalah rutinitas yang itu-itu saja? Mungkin pilihannya adalah memberi tantangan baru yang kira-kira bisa dicapai dan bisa dijadikan bukti adanya perkembangan atau peningkatan. 3. Mempertegas peranan dan tanggung jawab masing-masing orang agar tidak terjadi crowded atau overlapping. Ini bisa dilakukan secara formal (kesepakatan baku) atau non-formal (catatan berdasarkan perkembangan keadaan). 4. Memberi kesempatan berpartisipasi dalam proses mengambil keputusan. Orang akan merasa bertanggung jawab apabila dilibatkan dalam proses pengambilan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
keputusan. Merasa bertanggung jawab adalah bagian positif dari kejiwaan. Jiwa yang positif akan tidak mudah terkena stress kerja. 5. Mengurangi berbagai bentuk komunikasi dan informasi yang bisa menimbulkan kekacauan, ketakutan atau ketidakpastian. 6. Memberi ruang terjadinya proses keakraban sosial di antara para pekerja, misalnya makan bareng, mengunjungi yang sakit, mengadakan perlombaan, dan lain-lain 7. Menetapkan manajemen kinerja: memberi reward kepada yang berprestasi dan menegur yang melanggar serta menyemangati yang tertinggal. Jangan sampai kita bersikap acuh tak acuh pada yang berprestasi, acuh tak acuh pula pada yang melanggar dan acuh tak acuh pula pada yang tertinggal. 8. Menjaga keputusan dan aksi (implementasi) agar sesuai dengan nilai-nilai yang dianut organisasi Sedangkan karyawan dapat melakukan tindakan berikut ini : 1. Menjadikan panggilan tanggung jawab sebagai sebuah peluang atau kesempatan belajar. Terkadang atasan atau pimpinan juga belum tahu sejauhmana kemampuan karyawan dalam sebuah tugas dan sejauh mana tugas itu realistis bisa dijalakan atau sejauh mana target itu bisa dicapai. 2. Menggunakan tanggung jawab sebagai wadah untuk memperkuat diri. Kekuatan manusia itu dibentuk dengan cara seperti kekuatan yang dimiliki batang pohon. Batang pohon itu bertambah kekuatannya karena hembusan angin yang menggoyahnya. Begitu juga dengan kekuatan mental manusia dalam menghadapi hal-hal sulit. Kekuatan ini bukan kekuatan yang dibawa dari lahir, tetapi kekuatan yang merupakan hasil dari olah kemampuan dalam menghadapi hal-hal sulit.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
3. Menjadikan pekerjaan yang kita anggap stressor itu sebagai sarana untuk menambah tehnik, metode atau cara dalam menangani pekerjaan. Jika karyawan tidak berhenti meng-upgrade skill karena akan menaikkan kualitas. 4. Meningkatkan rasa kekeluargaan dan persahabatan yang baik dengan sesama karyawan maupun pimpinan. 5. Memikirkan diri anda. Pada saat-saat menghadapi pekerjaan yang stressful, jangan hanya membayangkan atasan, manajemen, atau pimpinan yang suka memaksa. Yang lebih penting dibayangkan adalah memikirkan diri yang sedang stress dan bagaimana cara mengatasinya. Jika hanya memikirkan atasan, mungkin yang terjadi hanya akan menyalahkannya. Tapi jika fokus memikirkan diri sendiri, maka yang muncul adalah kemauan atau inisiatif untuk mengatasi masalah itu sendiri.
C. Usulan Perbaikan Untuk Stressor Lingkungan Fisik Berdasarkan stressor yang teridentifikasi dari komponen lingkungan fisik areal kerja maka dapat diusulkan perbaikan sebagai berikut : 1. Menata ulang letak semua peralatan, material dan benda - benda yang ada di areal kerja secara lebih teratur dengan mempertimbangkan jangkauan operator dan unsur safety. Membuat rak – rak peralatan baru, disusun rapi dan diberi label berdasarkan jenisnya. 2. Temperatur ruangan yang dirasa kurang nyaman bagi operator diantisipasi dengan pendingin ruangan yaitu kipas angin dan ventilasi ruangan yang cukup. Sedangkan kebisingan dari mesin Genset diantisipasi oleh.operator dengan menggunakan Ear plug (penutup telinga).
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
3. Menyediakan alat pelindung diri bagi operator untuk menghindari bahaya atau kecelakaan kerja. Bahaya yang dapat terjadi pada saat operator bekerja antara lain yaitu tegangan listrik pada saat pemasangan dan perbaikan instalasi listrik serta terjatuh atau tergelincir pada saat perawatan gedung. Adapun APD yang diusulkan untuk digunakan untuk mencegah bahaya tersebut antara lain :
-
Topi Pelindung (helm). Berguna untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, dan terkena arus listrik.
-
Sarung Tangan Berguna untuk melindungi tangan dan bagian-bagiannya dari benda-benda tajam/goresan, bahan kimia (padat/larutan), benda-benda panas/dingin atau kontak arus listrik.
-
Kacamata Berguna untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik, kilatan cahaya yang menyilaukan.
-
Sepatu / Alas Kaki Berguna untuk melindungi kaki dan bagian-bagiannya dari benda-benda terjatuh, benda-benda tajam/potongan kaca, larutan kimia, benda panas dan kontak listrik.
-
Sabuk Pengaman Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat tempat tinggi.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
Gambar 6.2. Usulan Alat Pelindung Diri
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisa yang telah dilakukan, beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara lain: 1.
Pengaruh kondisi dari seluruh komponen sistem kerja di CV. Haycal Pratama terhadap tingkat stress kerja (job stress) yang dialami karyawan secara simultan sangat signifikan yaitu sebesar 92%. Komponen sistem kerja tersebut yaitu kondisi organisasi, pekerjaan (task), lingkungan fisik, lingkungan sosial, peralatan dan teknologi mesin serta karakteristik individual.
2.
Kondisi Organisasi (X1) memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Besarnya kontribusi kondisi organisasi yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah sebesar 8,5%.
3.
Kondisi pekerjaan (X2) memiliki kontribusi yang tidak signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Besarnya kontribusi kondisi pekerjaan yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah hanya sebesar 0,3%.
4.
Kondisi lingkungan fisik (X3) memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Besarnya kontribusi kondisi lingkungan fisik yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah sebesar 6,7%.
5.
Kondisi lingkungan sosial (X4) memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Besarnya kontribusi kondisi
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
lingkungan sosial yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah sebesar 88,2%. 6.
Kondisi peralatan dan teknologi (X5) memiliki kontribusi yang tidak signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Besarnya kontribusi kondisi peralatan dan teknologi yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah hanya sebesar 0,4%.
7.
Karakteristik individual (X6) memiliki kontribusi yang tidak signifikan terhadap tinggi rendahnya job stress karyawan. Besarnya kontribusi kondisi karakteristik individual yang secara langsung berkontribusi terhadap job stress karyawan adalah hanya sebesar 0,3%.
8.
Komponen atau variabel yang berpengaruh signifikan dan paling dominan diantara enam variabel bebas adalah X1 , X3 dan X4 dengan kontribusi simultan X1, X3 dan X4 terhadap Y adalah sebesar 91,1%.
9.
Perbaikan untuk komponen lingkungan sosial hanya dapat diantisipasi oleh karyawan sendiri dengan merubah cara pandang terhadap masalah sosial yang terjadi di sekitar instansi pemerintahan tersebut, selalu beradaptasi dengan perubahan kondisi, menjalin hubungan sosial yang lebih sehat serta menganggap peraturan yang berlaku bukan untuk mengikat namun untuk kebaikan bersama. Atau dengan kata lain perbaikan untuk komponen ini adalah dengan mengubah pola pikir dan perilaku karyawan terhadap pengaruh sosial tersebut. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan memberikan training kepribadian untuk meningkatkan kepercayaan diri, mengubah pola pikir terhadap masalah menjadi lebih baik dan membentuk pribadi yang lebih tangguh secara mental di kehidupan sosialnya.
10.
Perbaikan untuk komponen kondisi organisasi perusahaan adalah:
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
-
Merumuskan standar, criteria dan strategi untuk mengatur muatan kerja agar benar-benar sesuai dengan kapabilitas dan sumberdaya yang tersedia. Kalau kita menerima order yang deadline-nya begitu menekan, sementara kita secara skill dan resource belum siap dan itu kita “paksakan”, ya mau tidak mau akan menimbulkan stress. Untuk mengantisipasinya berarti kita perlu mempersiapkan diri untuk memiliki kualitas yang sesuai dengan standard demand yang sekiranya akan kita hadapi.
-
Merancang pekerjaan atau tugas yang kira-kira menantang, memberikan nilai tambah, memberikan kesempatan orang untuk mengaplikasikan keahliannya atau pengetahuan atau pengalaman. Bagaimana jika pekerjaan yang ada saat ini adalah rutinitas yang itu-itu saja? Mungkin pilihannya adalah memberi tantangan baru yang kira-kira bisa dicapai dan bisa dijadikan bukti adanya perkembangan atau peningkatan.
-
Mempertegas peranan dan tanggung jawab masing-masing orang agar tidak terjadi crowded atau overlapping. Ini bisa dilakukan secara formal (kesepakatan baku) atau non-formal (catatan berdasarkan perkembangan keadaan).
-
Memberi kesempatan berpartisipasi dalam proses mengambil keputusan. Orang akan merasa bertanggung jawab apabila dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Merasa bertanggung jawab adalah bagian positif dari kejiwaan. Jiwa yang positif akan tidak mudah terkena stress kerja.
-
Mengurangi berbagai bentuk komunikasi dan informasi yang bisa menimbulkan kekacauan, ketakutan atau ketidakpastian.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
-
Memberi ruang terjadinya proses keakraban sosial di antara para pekerja, misalnya makan bareng,
mengunjungi yang
sakit, mengadakan
perlombaan, dan lain-lain -
Menetapkan manajemen kinerja: memberi reward kepada yang berprestasi dan menegur yang melanggar serta menyemangati yang tertinggal. Jangan sampai kita bersikap acuh tak acuh pada yang berprestasi, acuh tak acuh pula pada yang melanggar dan acuh tak acuh pula pada yang tertinggal.
-
Menjaga keputusan dan aksi (implementasi) agar sesuai dengan nilainilai yang dianut organisasi
11.
Perbaikan untuk komponen kondisi lingkungan fisik adalah: -
Menata ulang letak semua peralatan, material dan benda - benda yang ada di areal kerja secara lebih teratur dengan mempertimbangkan jangkauan operator dan unsur safety. Membuat rak – rak peralatan baru, disusun rapi dan diberi label berdasarkan jenisnya.
-
Temperatur ruangan yang dirasa kurang nyaman bagi operator diantisipasi dengan pendingin ruangan yaitu kipas angin dan ventilasi ruangan yang cukup. Sedangkan kebisingan dari mesin Genset diantisipasi dengan menggunakan Ear plug (penutup telinga).
-
Menyediakan alat pelindung diri bagi operator untuk menghindari bahaya atau kecelakaan kerja. Bahaya yang dapat terjadi pada saat operator bekerja antara lain yaitu tegangan listrik pada saat pemasangan dan
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
perbaikan instalasi listrik serta terjatuh atau tergelincir pada saat perawatan gedung.
7.2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat, saran yang diusulkan kepada pihak perusahaan antara lain : 1.
Pimpinan perusahaan seharusnya membina interaksi dan komunikasi yang lebih baik lagi dengan seluruh karyawannya.
2.
Pimpinan dan karyawan sebaiknya meningkatkan ketrampilan interpersonal seperti latihan asertif, resolusi konflik dan membangun hubungan kerjasama yang akan bermafaat.
3.
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat motivasi karyawan dalam bekerja serta kaitannya dengan stress kerja yang dialami karyawan.
4.
Dalam penelitian survei dengan kuisioner, harus lebih diperhatikan kejelasan setiap item pertanyaan dan indikator lainnya yang bisa saja terjadi.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Sebuah Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta. 2006. Hendrick, Hal W. dan Brian M. Kleiner. Macroergonomics : An Introduction To Work System Design. Santa Monica – USA : HFES Publisher. 2001. Hendrick,
Hal
W.
Handbook
of
Human
Factor
And
Ergonomics:75.
Macroergonomics Organizational Questionnaire Survey (MOQS). CRC Press. 2005. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia. 2005. Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. Cara Menggunakan Dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung : Alfabeta. 2006. Sekaran, Uma. Research Methods For Business. Jakarta : Salemba Empat. 2006. Supranto, J. Analisis Multivariat : Arti Dan Interpretasi. Jakarta : Rineka Cipta. 2004. Tarwaka, Solichulha, Bakri, Lilik S. Ergonomi. Surakarta : Uniba Press. 2004. Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Guna Widya Surabaya. 2002.
Elfrida : Penilaian Dan Perbaikan Sistem Kerja Dengan Macroergonomic Organizational Questionnaire Survey (MOQS), 2009. USU Repository © 2009