Penikmat Mahalul Qiyyam Oleh : Rindi Andika Suara gemuruh air dari keran masjid selalu mengawali hari para santri dengan suara khas dari sang pengurus, “ bangun, subuhan dulu !!!, tok.. tok.. tok ” sambil tangannya menari – nari dengan lemari tua. Bahkan tendangan dan cubitan tangan pun sempat ku rasakan lantaran mungkin bisa dikatakan “bandel”. Tapi tidak sempat bibir ini untuk melawan, bahkan hatipun tidak sanggup untuk “bergumam mangkel” dengan sang pengurus. Hanya tawa dari teman yang dengan lihay nya selalu kupandang, tidak malu pun aku ikut tertawa dengan wajah polos khas bangun tidur. Ku paksa untuk berdiri, ku ambil sarungku dan ku lilitkan ke bawah pinggul, ku ambil sajadah dan siap untuk menghadap sang “kholiq” pencipta alam semesta. Dengan mata sayu aku menuruni tangga menuju ketempat wudhu, yang kebetulan tempatnya pas di bawah pondok ku, dengan lembut ku basuh wajah ini sesekali melihat tingkah teman – teman. Saat subuh adalah waktu dimana kita para santri menentukan style kita masing – masing, ada yang membersihkan wajah kita dengan produk kecantikan ala cewek, ada yang membersihkah “bobok bedak adem”, ya itu hak mereka, dengan style mereka masing – masing, dengan cirri khas mereka masing – masing, seperti yang tertera di lambang negara kita “Bhineka Tunggal Ika” berbeda – beda tetapi tetap satu juga. Selesai wudhu aku pun melangkah ke tempat dimana aku laporan ke sang pencipta yaitu masjid, dengan mata sedikit mengantuk ku jalan kan shalat 2 rakaat sebagai kewajiban ku. “woooyy… ndi, bangun… ayo ngaji” ujar ku untuk membangunkan teman ku Andi, maklum setiap habis sholat subuh setiap santri khusyuk untuk berdzikir, ya mungkin itu kesempatan juga buat tehnik tidur supaya tidak di bangunkan oleh sang pengurus. Ku tengok ke belakang rombongan santriwan dan santriwati sedah berbaris rapi di serambi masjid dengan melantunkan shalawat sebagai
tanda bahwa mereka siap menerima ilmu dari sang kyai. Ku berjalan keluar sambil menyeret teman ku andi yang masih mengantuk. “ndi, duduk dimana ini ?” ujar ku dengan nada bisik “hari ini kamu niat ngaji tidak ? “ Tanya dia “ males sih …” bales ku sambil ketawa kecil “ ok, kita di belakang, seperti biasa “ngebo” “ ayolah, keburu ada kyai “ Dengan pede kami berdua menerobos barisan santriwan dan menuju ke niat kami yaitu barisan paling belakang berkumpul dengan geng – geng santri “simelekete”. Tidak lama kemudian sang kyai pun datang dengan ciri khas nya memakai jas hitam, perut buncit, wajah bersih bersinar. Dengan nada lantang beliau mulai melantunkan ayat – ayat suci al qu’an semabari menjelas kan arti dan maksud dari ayat tersebut. Tidak lama mulai hasutan rasa ngantuk mulai menguasai , nasa dari sang kyai berangsur – ansur memudar dan seketika hening. Selamat pagi mentari, selamat pagi udara, selamat pagi pohon, selamat pagi raung – raung kegembiraan, bersahabat dengan ku hari ini. Mebuka mata dan kulihat ada papan skat sudah mengelilingiku di tambah bagian atas ada papan tulis. Rupanya aku sedang di kerjain, terdengar bisikan tawa – tawa kecil dari kejauhan dan dengan kompak, “dor… dor… dor… bangun bangun bangun sekolah” ujar mereka sambil menggedor – gedor papan . “Hoy, jangan lari.. “ ujur ku ke mereka. Aku pu kembali ke pondok dengan wajah masih ngantuk, ku lihat jam sudah menunjukan pukul 07.00 , aku pun segera menuju ke kamar mandi. “yang di dalam cepetan, udah jam 07.00 nih “ Tanya ku
“ sabar mas, ngantri “ balasnya “ Rian, mandi bareng sini, biasa join” sahut temen ku andi Ya nama ku Rian, tinggal di lingkungan pondok pesantren, sekolah SMK kelas 2, dengan kulit sawo matang, rambut lurus dengan poni di depan. “tunggu, ndi … aku kesitu” balesku “sini saja, mandi bareng aku, sekalian bisa joinan sabun” ( sambil senyum) “ dasar tidak pernah modal” sahut ku sambil memukullengannya “punya sampoo toh “ bales andi “astagfirullah, modal mu kapan ndi “ tanya ku agak jengkel “ayo buruan mandilah, udah jam berapa ini ! “ bales andi Andi orang yang paling dekat dengan aku, dia berkulit putih, rambut ikal hitam, dan yang khas dari dia ada lesung di kedua pipinya. Ku tapak kan kaki ini selangkah demi langkah sampai kedepan pintu gerbang ilmu pengetahuan, ku pandang bagaimana indahnya rangkaian gedung bernuansa Islamic dan sederhana, dengan dinding papan memudahkan angin berhembus manja di pagi hari, beralas tikar dan lesahan pun tak mengurangi oktaf belajar kami. “selamat pagi dan assalamualaikum Wr Wb “ celetus cempreng dari guru bahasa Indonesia ini, “wa,alaikum salam Wr Wb “. Sahut semua siswa. “ baik seperti biasa, sebelum pelajaran di mulai ada kuis pongong question, dan yang maju kedepan pada hari ini adalah Rian” sungguh kreatif guru yang satu ini, guru yang biasa di panggil dengan sebutan “cu,onk pongong” dengan ciri khas nya suara cempreng, rambut di belah tengah hitam lurus pendek , kulit sawo matang. Kami menghormati beliau bukan lantaran takut, tapi karena ide
kreatifnya yang membuat belajar itu senang banyak tawa dan bisa mudah memahami materi. “ baik pak” balas ku, di tengah tawa lirih teman – teman Pongong Question adalah dimana guru memberikan dua pilihan, dan kita wajib memilih salah satu, “baik kita mulai, Rian.. pilih atas atau bawah” “bawah “ sambil senyum “pilih besar atau kecil “ terlihat menahan senyum “besar” (semua ketawa lepas) “kumis lebat atau bulu hidung keluar” “kumis lebat” “jomblo seumur hidup atau janda beranak 5” “janda beranak 5” Baik pertanyaan terakhir “pilih ayah atau ibu” ( seketika hening ) Dengan nada bimbang aku pun memilih “ibu” . Waktupun terlampau cepat dengan jarum jam menunjukan pukul 09.00, dengan baca,an Alhamdulillah ku tutup buku pelajaran dan melanjutkan aktifitas yang lain. Hari ini pulang lebih awal karena nanti malam kita akan menyambut peringatan hari besar islam yaitu maulid nabi atau dengan sebutan lain mauludan. Terlihat dari kejauhan dua ekor kambing sudah di ikat di bawah pohon deket pondok, seperti biasanya kalau maulid nabi pondok selalu menyembelih kambing untuk dimakan sama – sama atau dengan kata lain banca,an.
“Rian , … !!!” panggil andi dari kejauhan “ ya apa “ balasku “ nanti malam kita makan kambing itu,,, senangnya “ sambil ketawa “ jangan makan saja, ikut nyembelihnya sama ngolahnya” “baik, ganti pakaian dulu lah” Seperti yang dikatan Andi tadi kami pun ikut ambil bagian dalam menyiapkan acara tersebut, terlihat semua sibuk dengan tugasnya masing – masing, ada yang sibuk menyembelih kambing, sibuk menyiapkan bumbu – bumbu yang entah apa itu namanya, ada yang sibuk mencari kayu bakar, karena pesantren kami lebih suka menggunakan kayu dari pada gas biar masakannya lebih nikamat. “sebelum kita menyembelih kambing marilah kita berdoa terlebih dahualu “ ucap salah satu ustadz di pesantren, “bismillahirrohmanirrohim” kambing pun mulai tersembelih. “sudah pak, boleh kita bersihin kambingnya” ujar santri lain “ boleh silahkan” balas pak ustadz “siap pak, pertama kita siram pakai air panas dulu” kata salah saatu pengurus pondok “siram tuh ndi “ ucap ku “iya” bales singkat andi “setelah itu bersihin bulunya, pakai silet “ suruh pengurus “iya siap mas,” sahut semua santri
setelah lalu lalang akhirnya kambing pun siap untuk di masak, biasa nya yang memasak nya satriwati yang bertugas di dapur, sekalian latihan jadi ibu rumah tnaggga. Ketika sore menjelang , suara adzan ashyar pun sudah berkumandang dengan serentak para santriwan satriwati menghentikan sejenak aktifitasnya, dan bersiap diri untuk mengahadap
sang pencipta. Dengan serentak suara
gemercik air keran terdengar hingga iqomah berkumandang. Setelah shalat seperti biasa aku tidur – tiduran di dalam masjid, tidak lama kemudian andi datang menghampiriku “Rian, setelah ashyar kan kita ada latihan rebana buat acara nanti malam “ ucap andi mencoba untuk mengingatkan, “oh iya, aku lupa , kumpul dimana ? “ Tanya ku “kumpul di gedung belakang kelas 1 A” balasnya “ok , ayo kesana “ Rebana merupakan hal yang paling penting di acara maulid nabi karena untuk mengiringi puji – pujian yang kita persembahkan ke junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Selain itu dengan rebana kita merilekkan pikiran dengan music dan lantunan sholawatannya. Aku sama andi pun sampai di tempat latihan rebana, kita mulai menyiapkan alat – alatnya dan menyeting sound system buat vokalis rebana. Setelah lengkap kami pun memulai latihan. “lagu sholawat apa dulu yang kita pelajari “ seru vokalis rebana “ gimana kalau yang itu waktu moment mahallul qiyam” tegasku “ iya, kan biasanya waktu itu yang paling orang – orang sukai” bales andi “ ok mulai ya, bismillah… “ ujar vokalis
Terik merah matahari yang berangsur lengser ke balik ambang batas malam, menandakan senja mulai tiba, suara adzan berkumandang lagi dengan waktu panggilan shalat magrib, gemercik air mulai terdengar, dengan lantunan syahdu pujian menlengkapi pemandangan di pesantren ku. Setelah sholat magrib runtutan acara pun siap dimuali yang bertempat di serambi masjid. Dengan acara yang pertama yaitu makan bareng (banca,an) , yang dihadiri oleh warga dan satri membaur dalam satu tempat melambangkan keakraban dalam sliaturrahim. Acara di mulai dengan membaca tahlil dan yasin yang di pimpin langsung oleh simbah kyai besar pondok, setelah itu lanjutkan makan bareng, dimana moment ini lah tidak ada kata dia taupun mereka, kita semua saudara baik tua menghormati yang muda dan sebalik nya yang muda menghormati kepada yang lebih tua. Dilanjut acara yang di sukai para santri yaitu pembaca,an simtuddhuror dimana membaca kisah perjalan kajeng nabi Muhammad SAW. Terlihat para santri dengan gembiranya menyerukan sholawat – demi sholawat, dengan bahagianya menari – nari dalam lantunan sholawat, dengan leluasanya melepas senyum kebahagiaan di tipa bait sholawat. “ ndi, kamu suka nggak pemandangan ini “ Tanya ku “aku suka kalau kita lagi sholawatan begini rian, soalnya aku bisa melihat teman – teman ku senyum bahagia saat ini” jelasnya sambil memainkan alat rebana “oh iya ndi.. nanti kalau moment mahallul qiyam kita main yang bagus biar yang berdoa pada khusyuk” pintaku sambil menabuh aalt rebana “ok siap…!!” Tak lama kemudian tibalah moment yang di tunggu – tunggu , yaitu moment mahallul qiyam dimana pada moment ini beliau kanjeng nabi Muhammad SAW
rawuh di sekeliling kita. Pada moment kedatangan nabi agung kita di anjur kan berdoa sebanyak – banyak nya yang isnya,allah kemungkinan besar terkabul. “Allah yaa nabii salamualaika, yaa rosul salamulaika… yaa habib salamulaika sholallahtullah alaika” lantunan syair dari vocal Kami menyambut kedatangan nabi dengan penuh bahagia, kami tidak ragu – ragu untuk mentes kan air mata, terimalah salam dari kami, terimalah sambutan dari kami, bawalah doa – doa kami bersamamu, mungkin itu yang tertulis di hati saya dan teman – teman saya, tidak pasti yang terpenting kami bangga menyebutkan bahwa kami “Penikmat Mahallul Qiyyam”