Bab 1 Pendahuluan 1.1.LATAR BELAKANG Industri transportasi jalur darat masih menjadi favorit dari kebanyakan masyarakat di Indonesia sampai saat ini, banyak faktor yang mempengaruhi masih menjadi primadona nya angkutan darat di mata para penikmat moda transportasi umum di tanah air.Saat ini, persaingan di bidang usaha produk maupun jasa semakin ketat. Sehingga mau tidak mau hal ini menuntut usaha lebih dari setiap perusahaan untuk dapat meningkatkan kualitas mutu produk ataupun jasanya, serta di tuntut untuk dapat memformulasikan suatu strategi dalam menyikapi persaingan tersebut sehingga perusahaan mampu unggul dan bertahan dalam persaingan. Hal ini tidak terkecuali dalam bisnis transportasi angkutan darat. Jasa transportasi merupakan salah satu sektor yang tidak dapat diabaikan pengaruhnya dalam pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi, karena
pembangunan ekonomi
membutuhkan jasa angkut yang cukup serta memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang, tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu Negara (salim; 1993). Transportasi sangat penting dan strategis dalam menunjang berkembangnya dan keberlangsungan
roda perekonomian, memperkukuh
persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Sesuai dengan Undang – undang RI No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, transportasi
mempunyai
peranan
penting
dalam
mendukung
pertumbuhan
ekonomi,
pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha
3
mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Betapa besar dan penting peranan transportasi dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan sistem serta kapasitas angkut sepanjang zaman dahulu kala hingga masa sekarang ini. Makin bertambah baik alat transportasi yang digunakan manusia, makin bertambah tinggi tingkat mobilitas manusia itu, baik secara individual maupun secara sosial; berarti makin besar pula kemungkinan manusia dalam memperoleh sumber penghidupan yang lebih baik (Siregar; 1968). PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan salah satu badan penyediaan jasa transportasi darat yang memegang peran vital dalam pelayanan transportasi massal. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan perusahaan negara yang diberi hak monopoli untuk mengelola usahanya. Statusnya sebagai perusahaan publik milik negara maka misi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat umum. Layaknya perusahaan jasa maka produk utama PT. Kereta Api Indonesia (Persero) adalah pelayanan, dengan kata lain PT. Kereta Api Indonesia (Persero) menawarkan jaminan kepuasan dari pelayanan yang dilakukan terhadap konsumen, dengan segenap sumber daya yang dimilikinya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) berusaha untuk terus meningkatkan kualitas pelayanannya sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen pengguna jasa Kereta Api, tetapi dalam kenyataannya masih banyak keluhan yang datang dari konsumen terhadap jasa yang diberikan. Keluhan-keluhan tersebut sangatlah beralasan karena pada kenyataannya pelayanan dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) masih banyak kekurangan salah satu cermin buruknya 4
pelayanan dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yaitu pada akhir-akhir ini sering terjadinya kecelakaan kereta api. Padahal tujuan utama dari sistem transportasi pada umumnya adalah keselamatan angkutan, tidak terkecuali transportasi jalan rel, dalam pengoperasiannya sangat mengutamakan keselamatan dari angkutan tersebut. Dengan terjadinya berbagai kecelakaan tersebut banyak sorotan tajam masyarakat yang diarahkan ke PT. Kereta Api Indonesia (Persero) saat ini. Adanya komentar-komentar sinis dari masyarakat mencerminkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) semakin berkurang Keadaan seperti itu PT. Kereta Api Indonesia (Persero) harus berusaha untuk memulihkan kredibilitasnya di mata masyarakat agar tidak ditinggalkan oleh konsumen, karena bagaimanapun juga masih banyak alat transportasi lainnya yang bisa menjadi pilihan selain kereta api, seperti pesawat terbang, kapal laut, bus, travel dan sebagainya. Di Indonesia sendiri, penggunaan moda kereta api terus meningkat. Pada Hari Raya Idul Fitri misalnya, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia mencatat Adapun persentase kenaikan jumlah penumpang tertinggi ada pada moda kereta api. Tahun 2011 lalu ada 2.327.355 penumpang kereta api ketika masa mudik Lebaran. Tahun 2012, jumlah tersebut naik 26,15 persen menjadi 2.952.847 penumpang. Tahun 2013 ini.Jumlah pemudik yang akan diangkut kereta api sekitar 3,1 -3,2 juta penumpang atau naik sekitar 10 persen dibanding tahun lalu berjumlah 2,95 juta penumpang. Dan mengingat semakin populernya Kereta api dengan tariftarif promo nya. penggunaan kereta api pun diperkirakan akan terus meningkat.
Sementara industri perjalanan dan perkeretaapian meningkat, di saat yang sama hal serupa juga terjadi pada penggunaan Internet yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 2002, pengguna Internet di seluruh dunia mencapai 655 juta orang (Dholakia dan 5
Uusitalo, 2002) dan mencapai lebih dari 1.1 miliar orang pada Maret 2007 (Internet World Stats 2007). Jumlah pengguna Internet di Indonesia sendiri menduduki peringkat kelima di Asia pada tahun 2009 dengan jumlah 30 juta pengguna setelah Cina dengan 384 juta pengguna, Jepang dengan 96 juta pengguna, India dengan 81 juta pengguna, dan Korea Utara dengan 37.5 pengguna (Internet World Stats 2009).
Kemajuan teknologi Internet dan peningkatan jumlah pengguna Internet memungkinkan organisasi untuk melakukan bisnis dengan lebih cepat dan masif, yang akhirnya membuat pasar menjadi semakin kompetitif dan secara ekstrem mengubah cara konsumen membeli barang dan jasa. Lenderer et al., (1998) mengungkapkan bahwa organisasi tak terkecuali dalam hal ini Perkeretaapian sebagai salah satu pemain dalam industri perjalanan berinvestasi pada sistem informasi karena banyak alasan, di antaranya adalah untuk memotong biaya, memproduksi lebih banyak tanpa menaikkan biaya, dan meningkatkan kualitas layanan atau produk. Hal serupa diungkapkan oleh Sulaiman et al. 2008, bahwa banyak perusahaan sudah menggunakan internet dengan tujuan memotong biaya pemasaran, yang pada akhirnya akan menurunkan harga produk mereka sehingga bisa tetap bersaing di pasar yang sangat kompetitif. Industri perkeretaapian melihat tren ini sebagai peluang salah satunya untuk mengembangkan fasilitas electronic ticket yang kemudian populer disebut e-ticket.
Seperti yang diebutkan di buku Guerrilla Travel Tactics, Levinson (2004) merumuskan tiga kelebihan utama menggunakan fasilitas e-ticketing dibandingkan dengan membeli tiket di agen perjalanan. Pertama, banyak situs web yang menawarkan web onlyfares harga khusus atau harga promosi pembelian tiket yang hanya tersedia atau hanya ditawarkan di dalam web
6
sehingga tidak tersedia melalui sistem agen perjalanan. Kedua, konsumen tidak akan dikenakan biaya web service lebih dari $10, sementara kebanyakan agen perjalanan mengenakan biaya servis sedikitnya $25 per tiket. Ketiga, fasilitas e-ticketing siap melayani konsumen 24 jam sehari selama 7 hari seminggu, termasuk di hari libur.
Levinson (2004) juga mengungkapkan, kecuali konsumen punya hubungan yang baik dengan agen perjalanan selama bertahun-tahun, harga tiket yang ditawarkan oleh agen perjalanan tidak akan bisa bersaing dengan harga yang ditawarkan di web karena beberapa alasan. Pertama, agen perjalanan tidak memiliki insentif untuk meluangkan banyak waktu untuk mencari harga tiket serendah-rendahnya karena komisi yang diterimanya rendah atau tidak ada sama sekali, dan kedua, sistem komputer yang digunakan oleh agen perjalanan biasanya sama dengan yang di akses jika membeli melalui situs web.
Meskipun banyak manfaat yang didapat melalui penggunaan fasilitas e-ticketing, masih banyak konsumen Kereta Api yang belum menggunakannya dan tetap membeli tiket melalui agen perjalanan atau datang langsung mengantri di loket-loket di stasiun kereta api yang kadang jaraknya cukup jauh.Penggunaan sistem baru dapat menimbulkan masalah keberterimaan individu terhadap penggunaan sistem tersebut.Keberhasilan sistem tersebut, tergantung pada manusia dan bukan pada teknologi informasi tersebut (Compeau dan Higgins, 1995).Meskipun banyak manfaat yang telah disediakan dengan adanya elektronik tiket, masih banyak konsumen yang masih membeli ke loket atau pada agen perjalanan. Oleh karena itu penelitian ini didasari masalah tersebut serta untuk mengetahui tingkat keberteriman pengguna terhadap sistem baru dengan mengidentifiksi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mereka untuk menggunakan
7
sistem tersebut. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi akseptasi fasilitas e-ticketing yang disediakan oleh PT. Kereta ApiIndonesia (Persero).
Penelitian ini akan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) yang pertama kali diperkenalkan oleh Davis (1989) dan dikembangkan oleh Pikkarainen et al. (2004) dalam jurnal Pikkarainen et al. (2004) yang berjudul Consumer Acceptance of Online Banking: An Extention of the Technology Acceptance Model yang menggunakan variabel perceived usefulness, perceived ease of use, perceived enjoyment, informasi tentang online banking, keamanan dan privasi, dan kualitas Internet. Penelitian ini dimodifikasi untuk kepentingan penelitian menggunakan faktor-faktor yang terdapat di dalam penelitian yang dilakukan oleh Pavlou (2003) di dalam jurnal yang berjudul Consumer Acceptance of Electronic Commerce: Integrating Trust and Risk with the Technology Acceptance Model yang diterbitkan oleh International Journal of Electronic Commerce, Spring, 2003. untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi akseptasi sistem informasi dalam keberlangsungan transaksi.
TAM dipilih sebagai kerangka teori penelitian untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengguna untuk menggunakan sistem tiket elektronik karena TAM dianggap sebagai kerangka teori yang efektif, sederhana, dan dapat diterapkan untuk berbagai jenis teknologi informasi (Hong et al., 2002). Penulis sendiri memilih untuk mengkhususkan untuk meneliti tentang tingkat akseptabilitas e-ticketing yang disediakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
8
1.2. RUMUSAN MASALAH Masalah yang diteliti dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Apakah niat konsumen untuk bertransaksi mempunyai hubungan positif atas akseptasi konsumen tiket elekronik? b. Apakah niat konsumen untuk bertransaksi on-line mempunyai hubungan positif atas kepercayaan terhadap e-commerce? c. Apakah hubungan positif antara niat dan Perceived Usefulness konsumen dalam bertransaksi (dapat berpengaruh positif dengan akseptasi) dalam tiket elektronik? d. Apakah hubungan positif antara niat dan Perceived Ease of Use konsumen dalam bertransaksi (dapat berpengaruh positif dengan akseptasi) dalam tiket elektronik? e. Apakah perceived usefulness mempunyai hubungan positif dengan perceived ease of use? f. Apakah hubungan positif antara niat dan Perceived Enjoyment konsumen dalam bertransaksi (dapat berpengaruh positif dengan akseptasi) dalam tiket elektronik? g. Apakah Perceived Enjoyment mempunyai hubungan positif dengan kemudahan yang dirasakan? h. Apakah kepercayaan konsumen mempunyai hubungan positif dengan kegunaan yang diperoleh? i. Apakah kepercayaan konsumen mempunyai hubungan positif dengan kemudahan penggunaan yang dirasakan? j. Apakah ada hubungan positif antara banyaknya informasi yang dimiliki konsumen tentang tiket elektronik dengan dengan akseptasi konsumen dalam tiket elektronik? 9
k. Apakah ada hubungan positif antara keamanan dan privasi dengan dengan akseptasi konsumen tiket elektronik? l. Apakah ada hubungan positif antara kualitas koneksi Internet dengan dengan akseptasi konsumen e-ticketing? 1.3.TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang adanya pengaruh perceived usefulness, perceived ease of use, perceived enjoyment, trust, intension to transact, kedalaman informasi yang dipunyai konsumen tentang fasilitase-ticketing, keamanan dan privasi, dan kualitas koneksi Internet terhadap akseptasi konsumen e-ticketingPT. Kereta Api Indonesia (Persero). 1.4.MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini ditujukan untuk dapat memberikan kontribusi bagi para praktisi dan akademisi.Bagi para akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk bahan ajar khususnya di bidang sistem informasi yang menitikberatkan e-ticketing. Bagi peneliti yang akan datang, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan teori atau bahan acuan yang dapat mendukung pembuatan hipotesis. Bagi praktisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mengevaluasi sistem yang sudah ada, atau sebagai bahan pertimbangan ketika membuat sistem baru.
1.5.BATASAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi akseptasi konsumen terhadap fasilitas e-ticketing PT. Kereta Api Indonesia (Persero) di Indonesia yang menyediakan
10
fasilitas e-ticketing. Lingkup penelitian ini dibatasi pada penumpang yang pernah menggunakan fasilitas e-ticketing tersebut.
1.6.SISTEMATIKA PENULISAN Bagian utama skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu pendahulan, landasan teori, metodepenelitian, analisis data dan penutup.
Bab I – Pendahuluan Dalam bab ini dibahas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II – Landasan Teori Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang digunakan untuk mendukung penelitian dan mengembangkan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini. Bab III – Metode Penelitian Dalam bab ini dijelaskan tipologi penelitian yang terdiri atas populasi dan sampel, jenis dan sumber data, pengukuran variabel, model penelitian, dan metode analisis data. Bab IV – Analisis dan Pembahasan Bab ini menguraikan mengenai pengumpulan data, karakteristik responden, statistik deskriptif, hasil uji instrumen, hasil uji kesesuaian model, hasil uji hipotesis, pembahasan dan temuan penelitian. Bab V – Penutup Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan dalam penelitian, dan saran dari peneliti.
11