PENGUS SAHAAN SAYURA AN PAKC CHOI BAB BY dan TOMAT T CHER RRY di PT T. SAUNG G MIRWA AN, MEGA AMENDU UNG, BOGOR
WENING PRABA AWATI A A240614188
DEPA ARTEME EN AGRO ONOMI DA AN HORT TIKULTU URA FAKULT TAS PERT TANIAN INS STITUT PERTANIA AN BOGO OR 2011
RINGKASAN WENING PRABAWATI. Pengusahaan Sayuran Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor. (Dibimbing oleh Bambang Sapta Purwoko) Kegiatan magang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan, mengetahui dan membandingkan kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran (khususnya pakchoi baby dan tomat cherry) antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem budidaya tanaman di mitra tani, serta mengetahui jumlah kehilangan hasil selama panen, penanganan pasca panen, dan pemasaran yang dilakukan di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor pada Maret hingga Juli 2010. Metode pelaksanaan magang dengan mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman serta survei dengan mempersiapkan kuesioner untuk mengetahui perbandingan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen dengan mengambil sampel 5 petani yang berstatus sebagai mitra tani. Bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani melakukan kegiatan budidaya pakchoi baby dengan teknik yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi lokasi penanaman, metode penanaman, pola tanam, dan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh keduanya. PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby di dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanamnya di lahan terbuka. Pola tanam yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan adalah pola tanam monokultur dengan metode penanaman langsung, sedangkan mitra tani menerapkan pola tanam tumpang sari dengan metode penanaman menggunakan persemaian terlebih dahulu, sehingga tidak melakukan kegiatan penjarangan dan penyulaman. Penanganan pasca panen pada pakchoi baby oleh mitra tani terdiri atas trimming dan pengangkutan, sedangkan penanganan pasca panen di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan lebih intensif dan teliti yang terdiri atas trimming, penyortiran, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan. Penanganan pasca panen yang dilakukan divisi pengemasan PT. Saung Mirwan pada tomat cherry terdiri atas pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa persentase hasil yang dapat dipasarkan untuk komoditi panen pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi PT. Saung Mirwan berkisar antara 61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh tingginya kehilangan bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk dipasarkan. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan mitra tani, yaitu sebesar 90-96 %. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di mitra tani hanya membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi saat panen di lahan hanya dalam jumlah kecil. Kehilangan hasil pakchoi baby selama penanganan pasca panen pada periode Januari-Juni 2010 berkisar antara 29-39 %. Kehilangan hasil tomat cherry selama penanganan pasca panen mencapai nilai yang tertinggi pada Juni 2010 yaitu sebesar 60.79 %. Kegiatan pasca panen yang dilakukan bidang produksi PT. Saung Mirwan lebih teliti dibandingkan mitra tani. Kehilangan hasil pada komoditi pakchoi baby selama penanganan pasca panen disebabkan oleh banyaknya hasil panen tidak memenuhi syarat atau disebut dengan istilah broken stock (BS) akibat trimming, sedangkan untuk komoditi tomat cherry disebabkan oleh banyaknya jumlah BS akibat penyimpanan dalam cool room. Jalur pemasaran sayuran pakchoi baby dan tomat cherry di divisi penjualan sayuran PT. Saung Mirwan melalui dua jalur, yaitu sayuran hasil produksi dari bidang produksinya serta mitra tani, dan pembelian dari mitra beli, yang kemudian disalurkan ke konsumen seperti supermarket, hotel, dan restoran. Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan ialah sistem penjualan putus, dengan pembayaran melalui transfer. Harga pakchoi baby dari bidang produksi, mitra tani, dan mitra beli berada pada tingkat harga yang sama yaitu Rp 4 000/kg, sehingga farmer’s share yang didapatkan juga sama yaitu sebesar 23.6 %. Harga tomat cherry pada tiap saluran pemasaran berbeda-beda. Harga dari bidang produksi sebesar Rp 10 000/kg, mitra tani sebesar Rp 8 000/kg, dan mitra beli sebesar Rp 8 500, sehingga farmer’s share yang diterima berturut-turut adalah sebesar 36.36 %, 29.09 %, dan 30.91 %. Kegiatan magang telah memberikan keterampilan dan pengetahuan budidaya sayuran baik dari segi budidaya, panen dan pasca panen, serta pemasaran.
PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY dan TOMAT CHERRY di PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG, BOGOR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor
WENING PRABAWATI A24061418
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY dan
TOMAT
CHERRY
di
PT.
SAUNG
MEGAMENDUNG, BOGOR Nama
:
NRP
: A24061418
WENING PRABAWATI
Menyetujui, Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc.) NIP 19610218.198403.1.002
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr) NIP 19611101.198703.1.003
Tanggal Lulus : …………………………
MIRWAN,
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1988 dari bapak Suyono dan ibu Siti Chodijah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2000 penulis lulus Sekolah Dasar Cijantung 02 Pagi kemudian melanjutkan di SLTP Negeri 103 Jakarta sampai tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menamatkan pendidikan menengah lanjutan atas di SMA Negeri 88 Jakarta, yang kemudian diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Semasa menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagai Panitia Masa Perkenalan Departeman (MPD) pada tahun 2007. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang liburan di Unit Teaching Farm Agricultural Development Center, Cikarawang ICDF-IPB. Penulis juga menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Tanaman Buah selama satu semester.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaiakan dengan baik. Kegiatan magang pengusahaan sayuran dilaksanakan terdorong oleh keinginan penulis untuk mempelajari aspek pengelolaan komoditi tanaman sayuran dan meningkatkan kemampuan profesional penulis dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata. Penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik, dan semangat kepada penulis sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si dan Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
3.
Maryati Sari, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.
4.
Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan bekal ilmu dan staf komisi pendidikan atas bantuan selama penulis menempuh pendidikan.
5.
Bapak Tatang Hadinata dan Bapak Dudi Rusiyadi yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di PT. Saung Mirwan, serta kepada seluruh karyawan yang telah membantu penulis selama kegiatan magang.
6.
Kedua orang tua, Bapak Suyono dan Mama Siti Chodijah; kakak, Bani Achmadi; dan adik, Fitri Saraswati; tersayang yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga.
7.
Teman-teman seperjuangan AGH 43 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala kebersamaannya.
8.
Teman-teman dekatku di AGH 43 yang tak pernah luput dari candaan : cha2, syifa, dan isti; semoga jadi kenangan terindah yang takkan terlupakan.
9.
Leni dan Firman yang telah membantu penulis selama kegiatan magang di PT. Saung Mirwan, terima kasih atas kebersamaannya.
Bogor, Januari 2011 Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan.................................................................................................................. 3 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4 Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi) .......................... 4 Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) ............... 5 Pemanenan .......................................................................................................... 6 Pasca Panen ......................................................................................................... 7 Pembersihan..................................................................................................... 7 Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading)........................................... 8 Pengemasan (Packaging) ................................................................................ 8 Penyimpanan (Storage) ................................................................................... 9 Pengangkutan................................................................................................... 9 Pemasaran ...................................................................................................... 10 Kehilangan Hasil Panen .................................................................................... 11 METODE MAGANG ........................................................................................... 13 Waktu dan Tempat ............................................................................................ 13 Metode Pelaksanaan .......................................................................................... 13 Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................. 14 Analisis Data dan Informasi .............................................................................. 14 KEADAAN UMUM ............................................................................................. 16 Lokasi ................................................................................................................ 16 Keadaan Iklim dan Tanah ................................................................................. 16 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ...................................................................... 17 Keadaan Tanaman dan Produksi ....................................................................... 18 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................................... 24 Struktur Organisasi ........................................................................................ 24 Ketenagakerjaan ............................................................................................ 25 BUDIDAYA DAN PANEN ................................................................................. 27 Budidaya Pakchoi Baby .................................................................................... 27 Persiapan Lahan ............................................................................................. 27 Penanaman ..................................................................................................... 28 Pemeliharaan ................................................................................................. 29 Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................................. 31 Pemanenan ..................................................................................................... 33 Budidaya Tomat Cherry .................................................................................... 34
Persiapan Bahan Tanam ................................................................................ 34 Persiapan Lahan ............................................................................................. 36 Penanaman ..................................................................................................... 37 Pemeliharaan ................................................................................................. 39 Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................................. 45 Pemanenan ..................................................................................................... 48 MANAJEMEN BUDIDAYA ............................................................................... 50 Bidang Produksi ................................................................................................ 50 Kemitraan .......................................................................................................... 51 PENANGANAN PASCA PANEN....................................................................... 54 Pasca Panen ....................................................................................................... 54 Pembersihan................................................................................................... 55 Penyortiran (Sorting) dan Pengkelasan (Grading) ........................................ 56 Pengemasan (Packaging) .............................................................................. 57 Penyimpanan (Storage) ................................................................................. 60 Pengangkutan................................................................................................. 60 Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran........................................... 62 PEMASARAN ...................................................................................................... 76 Volume Pemesanan dan Volume Penjualan ...................................................... 78 Sistem Penjualan dan Pembayaran .................................................................... 79 Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry............................................................ 80 Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share) ...................... 82 ANALISIS USAHA TANI ................................................................................... 84 Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (Mitra Tani) .............................................. 85 Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (PT. Saung Mirwan) ................................. 87 Analisis Usaha Tani Tomat Cherry (PT. Saung Mirwan) ................................. 89 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 92 Kesimpulan ........................................................................................................ 92 Saran .................................................................................................................. 93 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94 LAMPIRAN .......................................................................................................... 98
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010 ................................................ 16 2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ............................... 19 3. Jenis Sayuran Pot yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ......................... 20 4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan .................................. 20 5. Komoditi Lain yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan .............................. 20 6. Komoditi yang Diproduksi oleh Mitra Tani ................................................... 22 7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli ............................................................. 23 8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani .... 31 9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter .......................................................... 39 10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter ............................... 40 11. Kewajiban dalam Kemitraan Antara PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani ...... 52 12. Kegiatan Pasca Panen di Tiap Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan .......... 54 13. Standar Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan ............................................... 56 14. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Bidang Produksi PT. Saung Mirwan ........................................................................... 63 15. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Mitra Tani ................................................................................................................. 64 16. Kehilangan Hasil Harian pada Pakchoi Baby saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan ..................................................................... 66 17. Kehilangan Hasil Harian pada Tomat Cherry saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan ..................................................................... 69 18. Produksi Komoditi Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode JanuariJuni 2010 ......................................................................................................... 71 19. Kehilangan Hasil pada Pakchoi Baby di Divisi Pengemasan PT.Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ................................................................. 72 20. Produksi Komoditi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode JanuariJuni 2010 ......................................................................................................... 74 21. Kehilangan Hasil pada Tomat Cherry di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ................................................................. 74
22. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010................................................ 78 23. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010................................................ 79 24. Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan ............................................................................................................ 81 25. Farmer’s Share di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan ............................ 82
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah ............................................................................ 27 2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan ..................................................................................... 28 3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut ............................................................................................................... 29 4. Gejala Serangan Ulat Grayak.......................................................................... 32 5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby .................................. 32 6. (a) Tanaman yang Siap Dipanen, (b) Cara Panen Pakchoi Baby.................... 33 7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh .......... 34 8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry ........ 35 9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam ........... 37 10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di Polibag ............................................................................................................ 38 11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry .. 39 12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter ............ 42 13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry ...................................... 43 14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang ...................... 44 15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa ............................................................. 44 16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah............. 45 17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST ............................................ 45 18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, (b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry ............................... 46 19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot) ............... 47
20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat .............................................. 48 21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna Kekuning-kuningan, (b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan......................................................... 49 22. Tomat Cherry yang Siap Dikemas Dikelompokkan Berdasarkan Kriteria Warna .............................................................................................................. 57 23. Wadah Pengangkutan Sayuran dari Lahan : (a) Bidang Produksi, (b) Mitra Tani .................................................................................................. 61 24. Mobil Distribusi PT. Saung Mirwan Berupa Mobil Truk Tertutup Berpendingin (AC).......................................................................................... 61 25. Kegiatan Trimming dan Sortasi pada Pakchoi Baby : (a) Rompesan Pakchoi Baby, (b) Pakchoi Baby BS (Tidak Layak Jual) ............................... 65 26. Tomat Cherry yang Pecah dan Busuk ............................................................. 68 27. Skema Jalur Pemasaran Sayuran di PT. Saung Mirwan ................................. 77
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Lay Out Bangunan ............................................................................................ 99 2. Lay Out Green House ..................................................................................... 100 3. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan .......................................................... 101 4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010 ....................................................... 102 5. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pakchoi Baby ................................................................... 104 6. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat Cherry ................................................................... 104 7. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis............................ 105 8. Skema Jaringan Irigasi Tetes .......................................................................... 106 9. Lay Out Jaringan Irigasi Tetes ........................................................................ 107
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sangat besar untuk mengembangkan sumber keanekaragaman hayati. Berbagai macam sayuran dapat ditanam di Indonesia, tidak hanya sayuran asli Indonesia tetapi juga yang berasal dari negeri lain. Sayuran memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia terutama sebagai sumber vitamin, mineral, serat, dan antioksidan. Mengonsumsi berbagai macam sayuran secara rutin setiap hari sangat dianjurkan karena dapat menyehatkan tubuh, dan mengurangi risiko berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya. Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia pada tahun 2006 hanya sebesar 37.94 kg/kapita/tahun dan masih berada di bawah standar konsumsi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65.75 kg/kapita/tahun (http://jakarta.litbang.deptan. go.id). Menurut data statistik Ditjen Hortikultura (2009) pada tahun 2008 total produksi sayuran yang dihasilkan Indonesia mencapai 9.57 juta ton. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 9.46 juta ton. Peningkatan ini terjadi seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mutu makanan termasuk sayuran. Oleh karena itu, perlu diantisipasi peningkatan keperluan komoditi sayuran yang dihasilkan petani Indonesia. Salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan berbagai macam sayuran adalah PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Jawa Barat. PT. Saung Mirwan memiliki empat kebun produksi yaitu di Desa Sukamanah (Bogor) dengan luas kebun ± 11 ha, Kampung Lemah Neundeut (Bogor) dengan luas kebun 3 ha, Cipanas dengan luas kebun ± 1 ha, dan Garut dengan luas kebun 9 ha. Selain mengembangkan produksi sendiri, perusahaan tersebut juga menjalin kemitraan dengan petani di wilayah Bogor dan Garut dengan luasan sekitar 30 ha (Marliana, 2008). Sayuran yang diproduksi di perusahaan tersebut terdiri atas berbagai macam sayuran daun maupun sayuran buah. Dua diantara sayuran yang diproduksi ialah pakchoi baby dan tomat cherry yang memiliki harga dan daya saing cukup tinggi.
2 Pakchoi atau bok choy yang dikenal sebagai sawi China banyak digunakan sebagai komposisi sup dalam masakan China. Sayuran ini banyak mengandung vitamin dan mineral. Bagian yang dikonsumsi adalah daun dan petiolnya yang berwarna hijau. Selain untuk masakan, pakchoi biasanya juga digunakan sebagai penghias hidangan. Sayuran pakchoi mulai banyak dikenal di berbagai kalangan masyarakat. Produksi komoditi ini di Indonesia mengalami peningkatan dari 1.29 juta ton pada tahun 2007 menjadi 1.31 juta ton pada tahun 2008. Tingkat konsumsinya juga mengalami peningkatan dari 0.47 kg/kapita pada tahun 2006 menjadi 0.73 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen Hortikultura, 2009). Tomat merupakan salah satu komoditi sayuran unggulan yang prospektif. Tomat dimanfaatkan sebagai konsumsi buah segar, bumbu masak, serta bahan baku industri di antaranya aneka minuman, zat pewarna, saus, dan lain-lain. Tomat cherry biasanya digunakan untuk salad. Tomat mengandung vitamin A dan C yang baik untuk kesehatan. Permintaan tomat terus meningkat karena selain dijual di pasar tradisional, buah tomat juga dijual di supermarket, mal-mal, maupun dijual langsung ke hotel dan restoran. Produksi tomat di Indonesia mengalami peningkatan dari 0.64 juta ton pada tahun 2007 menjadi 0.70 juta ton pada tahun 2008. Tingkat konsumsi tomat mengalami peningkatan dari 1.17 kg/kapita pada tahun 2006 menjadi 2.09 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen Hortikultura, 2009). Salah satu permasalahan yang sangat penting pada pemasaran produk sayuran secara umum adalah penanganan pasca panen. Sayuran merupakan komoditi yang sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun. Kerusakan suatu komoditi yang terjadi pada saat panen hingga penanganan pasca panen mengakibatkan kehilangan (loss). Kehilangan tersebut mengakibatkan produk tidak layak dijual maupun untuk dikonsumsi. Menurut Spinks dan Abbot (1986) tingkat kehilangan hasil pasca panen yang terjadi pada produk hortikultura dalam pertanian di daerah tropika sangat tinggi, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian (2008) menyatakan bahwa pada tahun 2007 tingkat kehilangan hasil sayuran di Indonesia mencapai 25-40 %. Menurut Haryanto dan Rochani (2006) penanganan pasca panen di Indonesia yang buruk
3 disebabkan oleh keterbatasan fasilitas dan kualitas sumber daya manusia yang rendah. Kondisi ini menuntut adanya usaha penanganan pasca panen sayuran yang baik untuk menekan kehilangan hasil, menjaga kualitas nutrisi yang dimiliki sayuran serta menjamin keamanannya. Penerapan teknologi yang dapat mengurangi kerusakan dan kehilangan hasil pada sayuran sangat diperlukan dalam upaya memperpanjang masa simpan khususnya pada saat panen raya.
Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan. Tujuan khusus magang yaitu mengetahui kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran, khususnya pakchoi baby dan tomat cherry, mengetahui jumlah kehilangan hasil selama penanganan pasca panen, serta membandingkan produksi sayuran antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem budidaya tanaman di mitra tani.
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi) Pakchoi memiliki nama latin Brassica rapa L. cv. group Pakchoi atau Brassica chinensis yang termasuk dalam famili Brasicaceae. Kultivar pakchoi yang memiliki rasio panjang petiol terhadap panjang daun lebih pendek disebut dengan kultivar tipe kecil atau pakchoi baby. Pakchoi diketahui berasal dari China dan telah dibudidayakan sejak abad ke lima setelah Masehi. Budidaya pakchoi meluas hingga ke China Selatan, China Tengah, dan Taiwan. Kelompok sayuran ini relatif baru diperkenalkan di Jepang dimana masih disukai sebagai “sayuran China”. Sayuran ini telah diperkenalkan di Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka pada abad ke 15. Saat ini budidayanya meluas ke Filipina dan Malaysia, dan masih terbatas di Indonesia dan Thailand (Tay dan Toxopeus, 1994). Pakchoi merupakan tanaman herba dua musim tetapi bisa dibudidayakan sebagai tanaman semusim tergantung kultivar dan lingkungan. Pakchoi diperbanyak dengan menggunakan biji. Penanamannya dapat dilakukan dengan penanaman benih langsung atau disemai terlebih dahulu. Jarak tanam antar tanaman yang biasanya digunakan ialah 10-20 cm (Tay dan Toxopeus, 1994). Tanaman ini sedikit sensitif terhadap suhu dibandingkan dengan petsai, sehingga perlu adaptasi yang lebih luas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah 20-25 ºC (Tay dan Toxopeus, 1994). Tanah yang digunakan untuk penanaman perlu digemburkan, serta dibuat bedengan. Sebelumnya lahan harus benar-benar bersih dan tidak boleh ternaungi. Saat dilakukan penggemburan, tanah diberi pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Pemupukan tambahan dilakukan saat 3 minggu setelah tanam (MST) dengan pemberian urea 50 kg/ha, dengan ditabur dalam larikan, ditutup tanah atau dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada bedengan penanaman. Penyiraman tanaman pakchoi perlu dilakukan secara teratur, terutama pada musim kemarau. Kegiatan penjarangan dilakukan pada saat 2 MST, sedangkan penyulaman dilakukan hanya jika diperlukan (Susila, 2006).
5 Menurut Tay dan Toxopeus (1994) tipe kultivar pakchoi kecil atau pakchoi baby memiliki produktivitas 10-20 ton/ha, sedangkan untuk tipe kultivar yang besar produktivitasnya mencapai 20-30 ton/ha. Dalam 100 g pakchoi mengandung 93 g air, 1.7 g protein, 0.2 g lemak, 3.1 g karbohidrat, dan 0.7 g serat. Sayuran ini baik sebagai sumber vitamin dan mineral karena mengandung 2.3 g β–karoten, 53 mg vitamin C, 102 mg Ca, 46 mg P, dan 2.6 mg Fe. Nilai energi yang dihasilkan adalah 86 kJ per 100 g pakchoi.
Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme)
Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan di beberapa negara tropik menjadi berkembang secara alami (Harjadi, 1989). Tomat cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang berdiameter 3.1-3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2-2.5 cm (Jones et al., 1980), Oregon Cherry yang diameternya 2.5-3.5 cm dengan bobot 11-15 g (Baggett dan Frazier, 1978), serta Golden Pearl yang bobotnya 8-10 g dan Season Red yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono, 2008). Tomat merupakan tanaman herba semusim berbentuk perdu atau semak. Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan disemaikan terlebih dahulu. Penanaman dilakukan ketika tanaman berumur sekitar tiga minggu di persemaian (Nurtika dan Abidin, 1997). Tomat dibudidayakan dalam bedengan dengan lebar 150-180 cm. Tomat yang dijual dalam bentuk segar ditanam menggunakan jarak tanam dalam baris 60-75 cm dan antar baris 120-150 cm sehingga populasinya 8 000-14 000 tanaman/ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannya agar diperoleh produksi yang tinggi dan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24 ºC dan suhu malam 18-22 ºC. (Peet dan Bartholemew, 1986).
6 Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dilakukan bersamaan dengan penyiraman (fertigasi). Jumlah nutrisi yang digunakan tidak sama tergantung umur tanaman dan kondisi cuaca. Tanaman tomat diajir pada umur 2-3 MST menggunakan ajir benang yang dililitkan pada kawat yang dibentangkan pada greenhouse setinggi 3 m. Pengikatan dilakukan dengan kuat dan tepat, akan tetapi jangan sampai melukai atau memotong tanaman. Kondisi nutrisi tanaman dikontrol secara rutin menggunakan EC (Electrical Conductivity) meter untuk mengukur kandungan garam total di dalam larutan nutrisi (Susila, 2006). Produksi buah tomat cherry per satuan luas lahan bervariasi tergantung varietasnya. Pada pertanaman yang baik dan dipelihara secara intensif, dapat berproduksi antara 10-60 ton ton/ha. Tomat hibrida seperti Santa memiliki produktivitas 500 buah/tanaman dan bobotnya ± 4 g/buah, dapat berproduksi antara 32-26 ton/ha (Rukmana, 1994) Menurut Opena dan Vossen (1994) dalam 100 g buah tomat mengandung 94 g air, 1.0 g protein, 0.2 g lemak, 3.6 g karbohidrat, 10 mg Ca, 0.6 mg Fe, 10 mg Mg, 16 mg P, 1 700 IU vitamin A, 0.1 mg vitamin B1, 0.02 mg vitamin B2, 0.6 mg niasin, dan 21 mg vitamin C. Nilai energi yang dihasilkan sebesar 80 kJ per 100 g buah tomat. Tomat sangat baik sebagai sumber vitamin A dan vitamin C.
Pemanenan
Menurut Thompson et al. (1986) pemanenan dan penanganan perlu dilakukan dengan hati-hati untuk dapat mempertahankan mutu buah-buahan dan sayur-sayuran. Pemanenan yang keliru dan penanganan yang kasar di kebun dapat mempengaruhi mutu pemasaran secara langsung. Kader (1990) mengemukakan bahwa tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan komoditi dari kebun dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan kehilangan hasil yang terjadi rendah. Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pemanenan pakchoi dapat dilakukan lebih awal yaitu sekitar tiga minggu setelah penanaman tetapi ada juga yang pada umur antara 30-45 hari, tergantung varietas dan metode penanamannya. Jika pakchoi dibiarkan tumbuh terlalu lama di lahan maka dapat menurunkan nilainya
7 secara cepat. Pemanenan pakchoi pada cuaca yang sangat panas harus dihindari. Williams et al. (1993) menyatakan bahwa jika saat penanaman pakchoi menggunakan bibit semai besar, maka tanaman dapat dipanen pada 25 hari setelah pindah tanam dan menghasilkan sampai 30 ton/ha, sedangkan dari pertanaman berumur enam minggu dapat dipanen hasil sebesar 50 ton/ha. Cara panen pakchoi adalah tanaman dicabut dari tanah atau dipotong setinggi tanah dengan pisau. Tanaman yang sudah dipanen jangan dibiarkan terkena sinar matahari karena mudah layu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi
hari
dan
hasilnya
dibawa
ke
tempat
yang
teduh
(Thompson
et al., 1986 ). Marpaung (1997) menyatakan bahwa kematangan buah tomat dari tingkat kematangan masih muda sampai tua berturut-turut adalah hijau masak, pecah warna, kekuning-kuningan, merah jambu, merah cerah, dan merah masak sempurna. Pada umumnya tomat yang sudah siap dipanen pertama pada umur ± 75 hari setelah pindah tanam atau ± 3 bulan setelah menyebar benih. Saat pemetikan buah yang tepat disesuaikan dengan tujuan konsumsi ataupun sasaran pemasaran. Bila tujuan pemasaran jarak jauh atau diekspor, idealnya dipanen pada waktu buah stadium hijau matang kira-kira 3-7 hari sebelum menjadi merah. Sementara untuk tujuan pemasaran jarak dekat (pasar lokal), dapat dipanen sewaktu tomat berwarna kekuning-kuningan. Cara panen tomat adalah dipetik secara hati-hati agar tidak rusak. Panen pada tomat cherry disertakan tangkai atau gagang buahnya. Panen dilakukan secara periodik satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak dan waktu panen yang tepat adalah pada cuaca terang.
Pasca Panen
Pembersihan
Pembersihan (cleaning) bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat pada sayuran untuk memperbaiki penampakan sayuran dan menghilangkan bagian yang busuk atau rusak (Akamine et al., 1986). Pembersihan penting bukan hanya
8 untuk menghemat waktu dan tenaga pada proses yang lebih lanjut, tetapi juga menyingkirkan sumber-sumber kontaminasi (Rahardi et al., 2001). Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading)
Menurut Akamine et al. (1986) buah-buahan dan sayur-sayuran mempunyai variasi mutu yang luas, yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik, lingkungan, dan agronomi. Sortasi mutu diperlukan untuk mendapatkan keuntungan yang memadai sesuai dengan mutu barang. Setelah sortasi mutu, hasil dipilah-pilah menurut ukurannya untuk mendapatkan keseragaman. Rahardi et al. (2001) mengemukakan bahwa kegiatan sortasi biasanya dilakukan berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan untuk pemasaran dalam negeri maupun ekspor. Trisnawati dan Setiawan (2002) mengemukakan bahwa pengkelasan (grading) merupakan pemilahan dalam hal mutu. Penentuan mutu buah didasarkan pada kesehatan, ketegaran, kebersihan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kebebasan dari bahan asing dan penyakit, serta kerusakan oleh serangga dan luka-luka mekanik. Pengemasan (Packaging) Menurut Hardenberg (1986) perbaikan-perbaikan dalam pengemasan memberikan kontribusi yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang lebih efisien. Persyaratan pengemasan sangat berbeda-beda, tergantung pada barang yang harus dikemas dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh hasil dari petani atau pengemas sampai konsumen. Pengemasan tidak dapat memperbaiki mutu, oleh karena itu hanya hasil yang paling baiklah yang seyogyanya dikemas. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pengemasan diantaranya adalah merupakan unit penanganan yang efisien, merupakan unit penyimpanan yang mudah disimpan di gudang-gudang atau di rumah, melindungi mutu dan mengurangi pemborosan, memberikan pelayanan dan motivasi penjualan, mengurangi biaya pengangkutan dan pemasaran, serta memungkinkan penggunaan cara-cara pengangkutan baru.
9 Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pakchoi dikemas dengan kontainer kaku yang kuat dengan diberi lubang pada sisi-sisinya untuk menghindari panas akibat transpirasi, contohnya keranjang plastik dengan ukuran panjang 72 cm x lebar 47 cm x tinggi 33 cm dengan kapasitas 30 kg. Menurut Opena dan Vossen (1994) buah tomat yang dipasarkan dikemas dalam wadah yang cocok, sering menggunakan kotak kayu 20 kg, keranjang bambu, kotak plastik, atau bahan pengemas lain yang tersedia di tempat. Penyimpanan (Storage) Pantastico et al. (1986) menyatakan bahwa penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran segar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan tertentu memperbaiki mutunya. Selain itu penyimpanan bertujuan untuk menghindarkan melimpahnya produk ke pasar, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu produk-produk yang masih hidup. Umur simpan dapat diperpanjang dengan pengendalian penyakit-penyakit pasca panen, pengaturan atmosfer, perlakuan kimiawi, penyinaran, dan pendinginan. Sampai sekarang pendinginan merupakan satu-satunya cara yang ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah-buahan dan sayur-sayuran segar. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa pakchoi memiliki umur simpan yang singkat setelah pasca panen, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan pada suhu 0 ºC dan kelembaban udara 95 % dalam waktu 10 hari. Opena dan Vossen (1994) menyatakan bahwa umur simpan tomat tergantung pada tingkat kematangan pada saat panen dan kualitas buah yang diinginkan. Idealnya tomat yang hijau masak dapat disimpan dalam waktu 7-10 hari pada suhu 13-18 ºC dan kelembaban udara 85-90 %. Pengangkutan Chace dan Pantastico (1986) menyatakan bahwa pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan dan sayur-sayuran. Pengangkutan hasil dimulai dari kebun ke tempat-tempat pengumpulan. Setelah melewati proses penanganan bahan ditransportasikan.
10 Di daerah tropika terjadi kerugian-kerugian yang besar pada beberapa titik dalam urutan distribusi yang disebabkan oleh kerusakan komoditi, penanganan kasar, kelambatan-kelambatan
yang
tidak
pembongkaran
tidak
hati-hati,
secara
dapat
dihindarkan,
penggunaan
pemuatan
wadah-wadah
dan untuk
pengangkutan yang tidak sesuai, dan kondisi pengangkutan yang kurang memadai. Oleh karena itu, azas pengangkutan komoditi yang mudah rusak menyangkut perangkutan dan penerapan informasi dari banyak disiplin ilmu, seperti biokimia, fisiologi, hortikultura, patologi, pengemasan, pendinginan, pemasaran, pengangkutan, dan perekayasaan (engineering). Pemasaran Menurut Rahardi et al. (2001) aspek pemasaran merupakan kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen dengan harga yang layak. Manajemen yang baik diperlukan untuk melakukan pemasaran agar pengusaha mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Tata niaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga. Cahyono (2008) menyatakan bahwa penentuan harga jual hendaknya bertumpu pada harga pokok sebagai standar untuk menentukan harga yang menguntungkan menurut mutu kelas yang ditetapkan pada tahapan grading dan sortasi. Sistem pemasaran dengan mata rantai yang panjang menyebabkan harga di tingkat petani menjadi rendah dan harga di tingkat konsumen menjadi tinggi. Terbentuknya margin pemasaran yang tinggi ini tidak menguntungkan kedua belah pihak. Oleh karena itu, pengenalan lembaga tata niaga yang terlibat dalam pemasaran hasil-hasil pertanian perlu diketahui dan dipelajari oleh para petani produsen sebagai bahan untuk menyusun program atau strategi pemasaran yang efektif dan efisien.
11 Kehilangan Hasil Panen Muchtadi dan Anjarsari (1996) menyatakan bahwa kehilangan hasil (loss) dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam hal ketersediaan (availability), jumlah yang dapat dimakan (edibility), yang akhirnya dapat menyebabkan bahan tersebut tidak dapat dikonsumsi. Menurut Winata (2006) beberapa kendala yang dihadapi oleh pemasok pasar swalayan yang berkaitan dengan kegiatan pasca panen yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sayuran antara lain adalah adanya kelebihan stok sayuran dari petani atau bandar yang tidak dapat ditampung pemasok pasar swalayan, volume penjualan sayuran dari pasar swalayan yang kurang stabil, dan banyaknya penolakan sayuran di pasar swalayan akibat tidak memenuhi standar. Rapusas (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil sayuran di Filipina pada komoditi pakchoi adalah sebesar 10 % dari tingkat petani hingga ke pedagang pengecer, sedangkan total kehilangan hasil pada komoditi tomat sebesar 24 % dengan jumlah kehilangan hasil setelah panen 11.9 % dan kehilangan setelah penyimpanan sebesar 12.1 %. Menurut Nugrohaini (2005) kehilangan hasil pada komoditi tomat di masing-masing titik pemasaran mencapai 5 %. Sarumaha (2005) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi caisin di Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 60.5 %. Kehilangan pasca panen yang tinggi pada tingkat petani disebabkan oleh faktor budidaya (benih, pengolahan lahan, nutrisi mineral, jarak tanam, penyemprotan bahan kimia, dan irigasi) dan faktor lingkungan. Winata (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi selada daun di CV Putri Segar sebesar 4 % dan di PD Pacet Segar sebesar 3.7 %. Kehilangan hasil sayuran yang terjadi merupakan dampak dari kerusakan pada sayuran. Yulianti (2009) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi petsai di bagian pemasaran Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 32.2 %. Kehilangan hasil dapat disebabkan oleh penerapan cara budidaya yang tidak sesuai, ketidaktelitian petani saat panen, serta adanya pengaruh faktor musim hujan. Sarumaha (2005) mengemukakan bahwa semakin panjang jalur pemasaran maka semakin besar kehilangan pasca panen yang terjadi. Penanganan pasca panen yang baik dapat menekan tingkat kehilangan pasca panen. Selain itu kegiatan pasca panen yang tepat dapat meningkatkan nilai jual produk sayuran.
12 Pentingnya aspek ekonomi program-program untuk mengurangi kerugiankerugian (kehilangan hasil) baik dalam kualitas maupun kuantitas, sering masih terlewati karena biaya untuk mengurangi kehilangan hasil sampai pada tingkat tertentu dapat melebihi nilai produk yang dapat diselamatkan. Apapun yang dilakukan untuk memperbaiki saluran-saluran pemasaran, terjadinya kehilangan hasil pada komoditi hortikultura yang relatif besar tidak dapat dihindarkan. Namun, kehilangan hasil itu untuk masing-masing komoditi dapat dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima (Spinks dan Abbot, 1986).
METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan
magang
dilaksanakan
pada
bulan
Maret-Juli
2010
di
PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan dalam kegiatan magang meliputi : 1. Penulis mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman, yang meliputi persiapan media tanam, penyemaian, pembibitan, pindah tanam (transplanting), penanaman, pemupukan, panen, pasca panen, hingga pemasaran, dengan fokus komoditi pakchoi baby dan tomat cherry. 2. Survei dengan kuesioner untuk mengetahui perbandingan cara budidaya tanaman pakchoi baby, kuantitas produksi, serta kehilangan hasil selama penanganan pasca panen antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem budidaya tanaman yang dilakukan oleh mitra tani dengan jumlah sampel petani sebanyak 5 orang. Kuesioner yang diberikan kepada petani berisi : kegiatan budidaya (cara pengolahan tanah, pola penanaman, pupuk yang digunakan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemeliharaan), kegiatan panen (cara panen, alat yang digunakan, dan jumlah hasil panen yang rusak), kegiatan pasca panen (pembersihan, sortasi dan grading, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, pemasaran, serta tujuan pasar). 3. Mengetahui sistem saluran pemasaran sayuran serta harga jual produsen dan lembaga pemasaran perantara. 4. Melakukan perhitungan prestasi kerja (banyaknya hasil kerja per tenaga kerja) pada satuan waktu tertentu (jam) yang dilakukan oleh karyawan dan penulis.
14 Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan saat bekerja di lapangan dan pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan menggunakan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung menggunakan data primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner dengan mengambil 5 sampel petani untuk mengetahui perbedaan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen serta data panen dan kehilangan hasil komoditi pakchoi baby, sedangkan pada komoditi tomat cherry tidak dilakukan karena tidak terdapat sampel petani. Selain itu data primer juga diperoleh melalui penimbangan hasil panen, wawancara, atau diskusi langsung dengan pelaku produksi. Metode tidak langsung menggunakan data sekunder yang diperoleh dari arsip kebun, laporan manajemen, dan dokumentasi lainnya. Data sekunder tersebut meliputi letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna lahan, keadaan tanaman (jenis tanaman dan populasi tanaman), struktur organisasi dan ketenagakerjaan, produksi dan produktivitas tanaman, peta lokasi, dan sarana/ prasarana penunjang yang tersedia di lokasi. Informasi lainnya diambil dari beberapa literatur ilmiah serta instansi terkait yang mendukung kegiatan magang tersebut.
Analisis Data dan Informasi Data yang diperoleh dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan rataan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan (kebun PT. Saung Mirwan dan petani) meliputi kegiatan budidaya hingga penanganan pasca panen sayuran, untuk komoditi pakchoi baby dan tomat cherry yang meliputi : 1. Budidaya Pakchoi Baby dan Tomat Cherry Kegiatan budidaya meliputi penyemaian, pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, serta pengendalian hama dan penyakit 2. Teknik Pemanenan Kegiatan pemanenan meliputi alat yang digunakan saat panen dan cara panen yang dilakukan
15 3. Teknik Penanganan Pasca Panen Kegiatan pasca panen meliputi pembersihan, penyortiran, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan 4. Kehilangan Hasil Pasca Panen Kehilangan hasil pasca panen untuk mengetahui perbandingan persentase kehilangan hasil komoditi yang berasal dari bidang produksi PT. Saung Mirwan dengan yang berasal dari mitra tani selama penanganan pasca panen di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan 5. Harga Jual Tiap Saluran Pemasaran
KEADAAN UMUM Lokasi PT. Saung Mirwan berlokasi di Jalan Cikopo Selatan No. 134, Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Desa Sukamanah berbatasan dengan Desa Sukamaja di sebelah utara, Desa Suka Karya dan Desa Suka Galih di sebelah Timur, Desa Suka Resmi dan Desa Bojong Murni di sebelah Selatan dan Desa Jambu Luwuk di sebelah Barat. Lokasi tersebut berada di kaki Gunung Pangrango dengan ketinggian 670 m di atas permukaan laut (dpl). Secara geografis PT. Saung Mirwan terletak pada 106º54’ BT dan 6º41’ LS.
Keadaan Iklim dan Tanah Desa Sukamanah memiliki topografi yang berbukit-bukit, datar, dan miring. Jenis tanah di daerah ini adalah tanah latosol yang berwarna kecoklatan. Jenis tanah ini memiliki sifat liat, remah, gembur, mudah menginfiltrasi air, daya menahan air cukup baik, dan tahan erosi. Tanah sesuai untuk budidaya tanaman sayuran. Suhu tertinggi yang dicapai dalam greenhouse adalah 35-38 ºC pada siang hari dan suhu terendah 18-25 ºC pada malam hari. Kelembaban udara relatif (RH) dapat mencapai titik tertinggi lebih dari 90 % dan titik terendah 50 % pada siang hari. Adapun data iklim rata-rata yang diperoleh pada bulan Januari hingga Juni 2010, seperti tercantum pada pada Tabel 1. Tabel 1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni
Temperatur (°C) RataMax Min rata 20.6 24.8 18.3 21.3 25.8 19.0 21.6 26.2 19.2 22.5 27.6 19.5 22.4 27.4 19.6 21.5 26.1 19.0
Sumber : Data Stasiun Meteorologi Citeko, 2010
Kelembaban (%) 90 86 88 80 85 86
Curah Hujan (mm) 416.2 531.0 470.7 81.5 288.8 254.8
Lama Penyinaran (jam) 2.1 2.9 3.3 5.5 4.7 3.4
17 Luas Areal dan Tata Guna Lahan 1. Desa Sukamanah, Bogor Pusat kegiatan yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan mulai dari proses produksi, pengemasan, penjualan, sampai administrasi berada di Desa Sukamanah. Luas areal yang dimiliki saat ini kurang lebih 11 ha. Hampir 4 ha adalah bangunan greenhouse. Bangunan lain yang ada di lokasi ini seperti rumah pemilik, kantor, gudang pengemasan, bengkel, sarana olah raga, sarana ibadah, mess karyawan, serta sarana dan prasarana lain yang menunjang kegiatan produksi hingga distribusi dari produk yang dihasilkan. Lay out bangunan kebun Sukamanah dapat dilihat pada Lampiran 1. Komoditi sayur yang ditanam di dalam greenhouse diantaranya adalah tomat cherry, tomat besar (dikenal dengan tomat beef atau tomat rianto), pakchoi baby, kailan baby, dan baby lettuce dengan luasan sekitar 0.7 ha. Komoditi bunga yang ditanam di dalam greenhouse diantaranya adalah krisan potong, krisan pot, kalanchoe, kalandiva, dan kastuba dengan luasan sekitar 0.9 ha. Lokasi tanaman induk krisan untuk produksi stek pucuk terbagi menjadi dua, yaitu 0.5 ha untuk induk krisan yang memproduksi stek pucuk untuk pasar lokal dan 0.9 ha untuk induk krisan yang memproduksi stek pucuk untuk pasar ekspor. Sisanya terdiri atas tempat persemaian, demplot (showroom), dan rumah koleksi anggrek. Lahan luar dimanfaatkan untuk produksi benih edamame, bawang daun, buncis mini, lettuce, selada keriting, dan rukulla. 2. Kampung Lemah Neundet, Bogor Kampung Lemah Neundet terletak di sebelah tenggara Desa Sukamanah yang lokasinya lebih tinggi dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit dari desa tersebut. Lahan ini merupakan lahan sewa kepada PTPN VII Gunung Mas-Bogor. Luas lahan di lokasi ini sekitar 3.5 ha. Penggunaan lahan antara lain untuk bangunan greenhouse sekitar 1.2 ha yang terdiri atas komoditi paprika hijau, paprika kuning, paprika merah, bawang daun, pakchoi baby, kailan baby, krisan potong, dan lisianthus. Lahan luar dimanfaatkan untuk menanam bawang daun, pakchoi baby, daikon, dan rukulla. Bangunan lain yang ada di lokasi ini adalah kantor, tempat persemaian, instalasi nutrisi, dan embung (tempat penampungan air).
18 3. Cipanas Luas lahan produksi yang berada di Cipanas sekitar 1 ha. Komoditi yang ditanam di lahan ini diantaranya adalah coriander, kailan baby, pakchoi putih, shisito, selada keriting, timun jepang, timun mini, tomat cherry, dan tomat rianto. 4. Garut Luas lahan produksi yang berada di Garut sekitar 9 ha yang diperoleh dengan menyewa kepada para petani yang bermukim di sekitar areal pertanaman. Lahan tersebut tersebar di sekitar Kecamatan Cisurupan, yaitu di Desa Cisurupan, Desa Tambakbaya, Desa Cilame, Desa Barusuda, dan Desa Balewangi. Komoditi yang ditanam di lahan ini diantaranya adalah butter head, endive, kol merah, lettuce head, lettuce romance demiscus, lolorosa A, lolorosa C, radichio, red batavia, selada merah, seledri, salanova, selada oakleaf, dan zuchini. 5. Mitra Tani Gadog dan Garut Luas keseluruhan lahan mitra tani di wilayah Gadog dan Garut adalah sekitar 30 ha yang menyebar di wilayah tersebut. Komoditi yang diproduksi oleh mitra tani di wilayah Gadog adalah buncis mini, edamame, okra, pakchoi baby, pakchoi hijau, shisito, tomat cherry, tomat rianto, tomat jenis TW, dan benih edamame. Komoditi yang diproduksi oleh mitra tani di wilayah Garut diantaranya adalah batavia, butter head, brokoli, buncis, bawang daun, edamame, endive, jagung acar, kapri, kol, lettuce, lolorosa, nasubhi, paprika, salanova, radichio, selada, seledri, tomat jenis TW, dan zuchini.
Keadaan Tanaman dan Produksi PT. Saung Mirwan merupakan perusahaan perdagangan yang bergerak di bidang agribisnis, tepatnya sebagai produsen dan perusahaan perdagangan pada bidang sayuran dan bunga. Perusahaan ini mengawali kegiatannya sebagai produsen sayuran dengan menerapkan teknik budidaya secara hidroponik untuk berbagai macam sayuran eksklusif seperti tomat besar (dikenal sebagai tomat beef atau tomat rianto), tomat cherry, timun jepang (kyuuri), cabe jepang (shisito), dan paprika. Sejak tahun 1991 perusahaan ini memperluas usahanya dengan budidaya stek bunga krisan, bunga pot krisan, dan bunga potong. Komoditi yang saat ini dibudidayakan oleh PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 2, 3, 4, dan 5.
19 Tabel 2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan No
Jenis Sayuran Daun
No
Jenis Sayuran Buah Paprika Hijau (Capsicum annuum L. cv. group Grossum) Paprika Kuning (Capsicum annuum L. cv. group Grossum) Paprika Merah (Capsicum annuum L. cv. group Grossum) Timun Jepang (Cucumis sativus L. cv. group Slicing Cucumber) Timun Mini (Cucumis sativus L. cv. group Slicing Cucumber) Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) Tomat Rianto (Lycopersicon esculentum var. esculentum) Zuchini (Cucurbita pepo L. cv. group Zucchini)
1
Bawang Daun (Allium fistulosum)
1
2
Coriander (Coriandrum sativum)
2
3
Kailan Baby (Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale) Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi) Pakchoi Putih (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi) Selada Keriting (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce) Rukulla (Eruca vesicaria L. subsp. sativa) Butter Head (Lactuca sativa L. cv. group Butterhead Lettuce) Endive (Cichorium endivia L.) Kol Merah (Brassica oleracea L. cv. group Red Headed Cabbage) Lettuce Head (Lactuca sativa L. cv. group Butterhead Lettuce) Lettuce Romance Demiscus (Lactuca sativa L. cv. group Cos Lettuce) Lolorosa A (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce) Lolorosa C (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce) Radichio (Cichorium intybus) Red Batavia (Lactuca sativa L. cv. group Summer Crisp) Selada Merah (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce) Seledri (Apium graveolens) Salanova (Lactuca sativa L.) Selada Oakleaf (Lactuca sativa L. cv. Oakleaf) Baby Lettuce (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)
3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
4 5 6 7 8
20 Tabel 3. Jenis Sayuran Pot yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Sayuran Daun No. Jenis Sayuran Buah Kemangi (Ocimum americanum L.) 1 Cabai (Capsicum annuum L.) Coriander (Coriandrum sativum) Seledri (Apium graveolens) Chives (Allium tuberosum) Rosemary (Rosmarinus officinalis) Dill (Anethum graveolens) Chervil (Anthriscus cerefolium) Oregano (Origanum vulgare subsp. hirtum) Thyme (Thymus serpyllum) Sweet Marjoram (Origanum majorana) Basil (Ocimum basilicum) Summer Savory (Satureja hortensis) Sage (Salvia officinalis)
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
Tabel 4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan No. 1
Jenis Bunga Pot Krisan tipe standar (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.) Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.) Kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana) Kalandiva (Kalanchoe sp.) Kastuba (Euphorbia pulcherrima)
2 3 4 5
No. 1 2 3
Jenis Bunga Potong Krisan tipe standar (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.) Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.) Lisianthus (Eustoma gandiflorum)
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
Tabel 5. Komoditi Lain yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan No. 1 2 3 4
Komoditi Stek pucuk krisan untuk lokal Stek pucuk krisan untuk ekspor Sekam Mentah Benih Edamame
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
Sebagian besar tanaman yang ada dibudidayakan di dalam greenhouse. Greenhouse yang ada di Desa Sukamanah memiliki tipe rumah susun berganda (Shape Frame) dengan ventilasi di bagian atasnya, sehingga sirkulasi udara dapat
21 berjalan dengan baik. Bangunan ini terbuat dari konstruksi besi dengan peralatan modern seperti drip irrigation, ebb and flow irrigation, dan mist irrigation dengan segala sarana penunjangnya. Umur teknis dari greenhouse yang terbuat dari konstuksi besi ini selama 25 tahun. Atap greenhouse berupa plastik polyvinyl chloride (PVC) berwarna putih. Plastik ini memiliki umur teknis sekitar 6 bulan hingga satu tahun, tergantung dari kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca kurang baik seperti sering terjadi angin kencang maka plastik akan lebih cepat rusak. Dinding greenhouse berupa kasa nilon yang berwarna hijau. Penggunaan kasa bertujuan untuk memudahkan aliran udara yang masuk sehingga suhu di dalam greenhouse dapat dikurangi. Lay out greenhouse dapat dilihat pada Lampiran 2. Bangunan greenhouse di PT. Saung Mirwan memiliki ukuran yang tidak sama antara greenhouse satu dengan greenhouse yang lainnya. Antara lokasi yang satu dengan lokasi lainnya di dalam greenhouse dibatasi dengan jalan. Setiap greenhouse terdiri atas beberapa atap yang berfungsi sebagai unit produksi untuk pengaturan penanaman, baik sayuran maupun bunga. Ukuran satu atap dengan atap lainnya juga tidak sama karena panjangnya disesuaikan dengan kondisi lapangan, namun untuk ukuran lebarnya memiliki satu standar ukuran yaitu 6.4 m. Satu atap terdiri atas empat bedengan yang berfungsi sebagai unit terkecil dalam produksi. Panjang bedengan disesuaikan dengan panjang atap, sedangkan lebarnya 1.2 m dengan jarak antar bedengan 40 cm dan batas pinggir bedengan 20 cm. Arah bedengan disesuaikan dengan arah atap yaitu utara-selatan. Selain membudidayakan tanaman di dalam greenhouse, PT. Saung Mirwan juga memanfaatkan lahan luar untuk membudidayakan tanaman. Pemenuhan kebutuhan pasar memerlukan kontinuitas produksi yang berjalan dengan baik. Namun, pihak perusahaan menyadari adanya keterbatasanketerbatasan yang dimilikinya terutama dalam hal luas lahan dan besarnya biaya investasi. Oleh karena itu, dibentuk suatu pola kerjasama berupa kemitraan dengan petani di sekitar wilayah Gadog dan Garut. Sistem kemitraan yang terjalin dilakukan dengan dua macam yaitu mitra tani dan mitra beli. Jenis komoditi yang diperoleh dari mitra tani dan mitra beli dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
22 Tabel 6. Komoditi yang Diproduksi oleh Mitra Tani No 1 2 3 4
No 22 23 24 25
5 6
Komoditi Benih Edamame Benih Kapri Manis Brocolli (B. oleracea cv. group Broccoli) Brocolli B (B. oleracea cv. group Broccoli) Butter Head Buncis Mini (Phaseolus vulgaris L.)
7
Buncis Lokal (Phaseolus vulgaris L.)
28
8 9 10 11
Buncis Tw (Phaseolus vulgaris L.) Batavia Red Caisin (B. rapa L. cv. group Caisin) Cabe Merah (Capsicum annuum L. cv. group Acuminatum) Daun Bawang Daikon Large (Raphanus sativus L.) Edamame (Glycine max (L.) Merr.) Edamame Pack Endive Jagung Acar (Zea mays L.) Kailan Kailan Baby Kapri Snow pea (Pisum sativum L.) Kapri Manis (Pisum sativum L.)
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
No 43 44 45 46
Komoditi Paprika Orange Paprika Kuning Radhicio Selada Oaklife
47 48
Selada Merah Shisito (Capsicum annuum L. cv. group Abbreviatum) Seledri Lokal
29 30 31 32
Komoditi Kacang panjang (Vigna unguiculata L.) Kentang Besar (Solanum tuberosum L.) Kembang Koll (B. oleracea cv. group Cauliflower) Kol Bulat Green (B. oleracea cv. group White Headed Cabbage) Kol Merah (B. oleracea cv. group Red Headed Cabbage) Kol Putih baby (B. oleracea cv. group White Headed Cabbage) Kol Merah baby (B. oleracea cv. group Red Headed Cabbage) Lettuce Head A Lettuce Head B Lettuce Head A Lettuce Romance
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Lolorosa Melinjo (Gnetum gnemon L.) Nasubhi (Solanum sp. L.) Nasubhi P (Solanum sp. L.) Okra (Abelmoschus esculentus L.) Pakchoi Baby Pakchoi Hijau Pakchoi Putih Paprika Hijau Paprika Merah
54 55 56 57 58 59 60 61 62
26 27
49 50 51 52 53
Selada Keriting Salanova Timun acar Terong sayur (Solanum melongena) Timun Jepang B Timun Jepang P Tomat Jepang Tomat Tw Tomat Tw Bk Tomat Cherry Tomat Rianto Zuchini Zuchini Baby
23 Tabel 7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli No Komoditi 1 Asem 2 Asparagus (Asparagus officinalis L.) 3 Bawang Bombay (Alliun cepa cv. group Common Onion) 4 Bawang Merah (Alliun cepa cv. group Aggregatum) 5 Bawang Putih (Alliun sativum L.) 6 Brocolli 7 Buncis Lokal 8 Buncis Mini 9 Cabe Hijau 10 Cabe Merah 11 Caisin 12 Coriander 13 Daikon Large
No Komoditi 18 Daun Mint (Mentha spp.) 19 Daun Oregano
No Komoditi 35 Kailan Baby 36 Kapri Lokal
No Komoditi 52 Paprika Kuning 53 Paprika Merah
20 Daun Rosemary
37 Kapri Manis
54 Peterselly
21 Daun Sage
38 Kembang Kol
55 Pisang Ambon (Musa L.)
22 Daun Taragon (Artemisia dracunculus) 23 Daun Thyme 24 Edamame 25 Horinso (Spinacia oleracea L.) 26 Jagung Acar 27 Jagung Manis Kulit (Zea mays L. cv. group Sweet Corn) 28 Jagung Manis Kupas (Zea mays L. cv. group Sweet Corn) 29 Jahe (Zingiber sp.)
39 Kemiri (Aleurites moluccana) 40 Kentang Besar 41 Kol Green C 42 Kol Merah 43 Kol Merah Baby 44 Kol Putih Baby
56 Sawi Putih Selada Keriting Seledri Lokal Seledri Stik Terasi Terong Sayur
45 Labu Siam (Sechium edule L.) 46 Lengkuas (Alpinia galanga) 47 Lettuce Head
62 Timun Jepang
48 Melinjo
65 Tomat Tw 66 Wortel (Daucus carota L.)
14 Daun Bawang
30 Jamur Campignon (Agaricus campestris) 31 Jamur Kuping (Auricularia auricula)
15 Daun Dill
32 Jeruk Lemon (Citrus medica Linn)
16 Daun Marjuran
33 Kacang Panjang
49 Mitshuba (Cryptotaenia canadensis L.) 50 Pakchoi Baby
17 Daun Melinjo
34 Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
51 Pakchoi Hijau
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010
57 58 59 60 61
63 Tomat Cherry 64 Tomat Rianto
67 Wortel Import (Daucus carota L.) 68 Zuchini
24 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan dipimpin oleh seorang Presiden Direktur (Presdir) yang sekaligus sebagai pemilik perusahaan, yaitu Tatang Hadinata. Presdir dibantu oleh seorang Wakil Direktur, yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh bagian Research and Development (R&D), Teknik Informatika (IT), dan Quality Assurance (QA). Struktur organisasi dalam perusahaan tersebut terdiri atas tiga bidang utama, yaitu Bidang Produksi, Bidang Komersial, dan Bidang Umum. Setiap bidang dipimpin oleh seorang Direktur. Bidang Produksi terdiri atas empat kebun produksi, yaitu Kebun Gadog, Kebun Lemah Neundet, Kebun Cipanas, dan Kebun Garut. Setiap kebun produksi tersebut dipimpin oleh seorang Kepala Bagian (Kabag). Bidang Komersial terdiri atas lima divisi, yaitu Divisi Penjualan Sayur, Divisi Penjualan Bunga, Divisi Pengadaan, Divisi Pengemasan, dan Divisi Kemitraan. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang Manajer. Divisi Pengadaan terdiri atas Bagian Pengadaan Sayur dan Bagian Pengadaan NonSayur. Divisi Pengemasan terdiri atas Bagian Penerimaan Sayur, Bagian Fresh Vegetable, Bagian Fresh Cut Vegetable, dan Bagian Umum. Bidang umum terdiri atas empat divisi, yaitu Divisi General Affair (GA), Divisi Human Resources (HR), Divisi Keuangan, dan Divisi Teknik. Stuktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Setiap Kabag dibantu oleh Kepala Seksi (Kasi), sedangkan Kasi dibantu oleh Kepala Sub Seksi (Kasubsi). Kasi dan Kasubsi merupakan satu kesatuan yang menunjang kemajuan perusahaan yang berada di bawah Manajer dan Kabag. Kasubsi bertugas dalam mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan harian yang berlangsung dalam perusahaan dan bertanggung jawab terhadap Kasi. Kasi mendapatkan wewenang dan bertanggung jawab terhadap Kabag, sedangkan Kabag bertanggung jawab atas semua proses produksi terhadap Manajer. Karyawan harian bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing, misalnya karyawan bidang produksi melakukan kegiatan dalam budidaya tanaman atau karyawan divisi pengemasan melakukan kegiatan dalam pengemasan produk yang dihasilkan.
25 Sistem perekrutan tenaga kerja dilakukan oleh Divisi Human and Resources (H&R) bagian Personalia berdasarkan jenjang pendidikan. Karyawan harian minimal tamatan Sekolah Dasar (SD) dengan umur minimal 18 tahun dan karyawan bulanan minimal tamatan SD sampai Sekolah Menengah Umum (SMU). Bagi yang memiliki pendidikan minimal SMU atau tamatan SD yang telah bekerja selama lima tahun dapat menjadi Kasubsi. Jabatan Kasi disyaratkan memiliki pendidikan D3, sedangkan Kabag sampai Manajer bagi yang memiliki pendidikan S1. Perekrutan karyawan bulanan menggunakan sistem jenjang karir dengan masa percobaan selama tiga bulan. Kenaikan jabatan dilakukan jika telah bekerja selama dua tahun terus menerus yang otomatis diikuti dengan perubahan dalam gaji, wewenang, dan tunjangan.
Ketenagakerjaan PT. Saung Mirwan memiliki jumlah karyawan sebanyak 455 orang. Karyawan tersebut terdiri atas 66 orang di bidang umum (14.51 %), 114 orang di bidang komersial (25.05 %), dan 275 orang di bidang produksi (60.44 %). Jumlah karyawan yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Jam kerja karyawan yang berlaku untuk seluruh karyawan adalah pukul 08.00-16.00 WIB (SeninKamis) dengan satu kali istirahat, yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB. Pada hari Jumat jam kerja karyawan sama seperti hari biasanya, namun waktu istirahat lebih panjang dari hari biasanya, yaitu pukul 11.00-13.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada karyawan muslim laki-laki yang akan melaksanakan sholat Jumat. Karyawan bidang produksi tetap masuk kerja pada hari Sabtu dengan jam kerja lebih singkat dibandingkan hari biasanya (setengah hari kerja) yaitu pukul 08.00-12.00 WIB. Pada hari Minggu diberlakukan kerja lembur secara bergantian untuk melakukan penyiraman. Namun, karyawan divisi pengemasan sayur tetap bekerja sepanjang hari dari hari Senin hingga Minggu dengan pemberlakuan dua shift kerja, yaitu shift pagi dan shift siang. Shift pagi dengan jam kerja pukul 07.30-15.00 WIB dengan jam istirahat sama dengan karyawan lainnya. Shift siang bekerja mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pekerjaan dilanjutkan kembali pukul 20.00 WIB hingga selesai, biasanya hingga pukul 03.00 WIB.
26 Setiap karyawan di PT. Saung Mirwan wajib mengisi daftar hadir sebagai tanda kehadiran. Kehadiran karyawan tetap ditandai dengan menggunakan finger print, sedangkan bagi karyawan harian dilakukan secara manual dengan mengisi daftar hadir yang disediakan di pos penjagaan. Pengisian daftar hadir bagi karyawan harian wajib dilakukan karena berhubungan dengan pembayaran upah mingguan. Pengisian daftar hadir dilakukan empat kali dalam satu hari, yaitu pagi saat datang, saat istirahat pukul 12.00 WIB (Senin-Kamis) atau pukul 11.00 WIB (Jumat), saat masuk setelah istirahat pukul 13.00 WIB, dan saat pulang. Pembagian kerja untuk karyawan di bidang produksi berlaku untuk karyawan pria dan wanita. Pekerjaan karyawan pria meliputi pengolahan lahan, pemupukan, penyiraman (bagian nutrisi), penyemprotan pestisida, pemanenan, dan pengangkutan hasil panen. Pekerjaan karyawan wanita meliputi pengisian polybag, penanaman, penyulaman, pengajiran, pewiwilan, penyiangan gulma, sanitasi kebun (menyapu jalan kebun), pemanenan, dan pengemasan. Gaji yang diterima oleh karyawan harian dan borongan menggunakan sistem upah mingguan. Upah yang diterima antara karyawan pria dan wanita berbeda karena perbedaan jenis pekerjaan tersebut. Besarnya upah karyawan pria per hari adalah Rp 19 000, sedangkan karyawan wanita Rp 13 500. Jumlah upah yang diterima karyawan harian disesuaikan jumlah jam kerja dan hari masuk berdasarkan daftar hadir karyawan. Jumlah upah yang diterima karyawan borongan berdasarkan jumlah kerja yang dihasilkan. Jumlah gaji yang diterima karyawan bulanan tidak hanya dari gaji pokok bulanan, tetapi ditambah dengan adanya uang kerajinan, uang kehadiran tepat waktu, uang makan, tunjangan asrama, tunjangan kesehatan, tunjangan pengobatan, kacamata, tunjangan persalinan, tunjangan hari raya, serta tunjangan jabatan. Bagi karyawan bulanan, keterlambatan yang tercatat dalam daftar hadir akan menyebabkan pemotongan besar bonus yang diterima.
BUDIDAYA DAN PANEN Budidaya Pakchoi Baby Persiapan Lahan Persiapan tanah sebelum penanaman dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan kelompok mitra tani. Pengolahan tanah di PT. Saung Mirwan dilakukan secara mekanik menggunakan mesin traktor (Gambar 1a), sedangkan mitra tani masih secara manual menggunakan cangkul. Pengolahan tanah yang pertama dilakukan adalah membalikkan tanah bekas pertanaman sebelumnya. Tanah-tanah yang masih berbentuk gumpalan perlu diremahkan agar lebih gembur dan halus. Setelah tanah menjadi gembur dilakukan perataan untuk selanjutnya dibuat bedengan. Bedengan yang dibuat oleh PT. Saung Mirwan memiliki kesamaan dalam ukuran lebar bedengan yaitu 1.2 m, sedangkan untuk ukuran panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Pupuk kandang diberikan sebelumnya (Gambar 1b), sehingga saat pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar. Pemupukan dasar yang dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Selain itu PT. Saung Mirwan juga menggunakan pupuk TSP dengan dosis 1 ton/ha.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah
28 Penanaman Penanaman pakchoi baby di PT. Saung Mirwan menggunakan metode tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah lahan terlebih dahulu lalu dibuat lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah ditentukan (Gambar 2a). Namun, mitra tani menanam pakchoi baby berbeda dengan PT. Saung Mirwan, kebanyakan dari mereka menanam dengan metode tidak langsung. Benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Persemaian dilakukan di tanah dengan dibuat bedengan. Bibit pakchoi baby mulai dipindahtanam pada umur 3 minggu setelah semai (MSS). Sebelum dilakukan penanaman, baik PT. Saung Mirwan dan mitra petani menaburkan Furadan di lahan yang digunakan sebagai insektisida atau nematisida. Benih pakchoi baby yang digunakan dalam penanaman tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan, melainkan benih dari perusahaan Takii & Co., Jepang (Gambar 2b). Benih yang digunakan oleh mitra tani sama dengan yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan, sehingga tanaman yang dihasilkan seragam.
(a)
(b)
Gambar 2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan Pola penanaman yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan yaitu pola tanam monokultur, sedangkan mitra tani ada yang menerapkan pola tanam monokultur dan ada pula pola tanam tumpang sari. Tumpang sari yang dilakukan oleh mitra tani berbeda-beda, contohnya pakchoi baby dengan edamame atau pakchoi baby dengan cabai. Bidang produksi PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, sedangkan mitra tani yang menerapkan pola tumpang sari menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penanaman menggunakan satu benih per lubang dan satu bibit per lubang di mitra tani.
29 Namun, terdapat pula petani yang menanam dengan cara benih ditabur pada alur. Kebutuhan benih dengan sistem tabur ini lebih besar dibandingkan dengan penanaman pada lubang. Selain itu tanaman yang dihasilkan lebih kecil karena tanaman yang tumbuh saling berhimpitan. Pemupukan yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan berbeda dengan mitra tani. Aplikasi pupuk kandang di bidang produksi ada yang sebelum tanam dan saat tanam, sedangkan kebanyakan mitra tani mengaplikasikan sebelum tanam. Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran kambing dan kotoran ayam. PT. Saung Mirwan mengaplikasikan pupuk dari kotoran kambing sebelum tanam, sehingga ikut tercampur saat pengolahan tanah. Pupuk dari kotoran ayam diaplikasikan saat tanam. Pupuk ini ditaburkan di atas bedengan sebagai penutup, karena setelah benih dimasukkan ke dalam lubang tidak ditutup dengan tanah lagi (Gambar 3a). Setelah itu dilakukan penyiraman dengan cara pengkabutan (mist irrigation) (Gambar 3b). Mitra tani menggunakan pupuk campuran dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Pupuk diberikan saat pengolahan tanah.
(a)
(b)
Gambar 3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman pakchoi baby dilakukan dengan melakukan penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan gulma, dan pemupukan. Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman. PT. Saung Mirwan melakukan penyiraman untuk lahan sayuran dengan sistem irigasi kabut (mist irrigation), sedangkan mitra tani melakukan penyiramannya secara manual dengan menggunakan gembor. Bidang produksi PT. Saung Mirwan melakukan penyiraman tiga kali dalam sehari, tergantung cuaca dan kondisi tanah di lahan.
30 Jika cuaca panas, pengairan dilakukan tiga kali dalam sehari, sedangkan jika cuaca mendung atau hujan pengairan dilakukan hanya satu atau dua kali dalam sehari tergantung kondisi tanah masih basah atau tidak. Mitra tani melakukan penyiraman tiga kali dalam seminggu. Perbedaan intensitas penyiraman ini disebabkan oleh perbedaan lokasi penanamannya. PT. Saung Mirwan menanam di dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanam di lahan luar. Selain dari penyiraman yang dilakukan oleh mitra tani, kebutuhan air diperoleh dari air hujan yang masuk ke dalam tanah. Akibatnya intensitas penyiraman mitra tani lebih rendah dibandingkan penanaman di dalam greenhouse yang dilakukan PT. Saung Mirwan. Penggunaan greenhouse menyebabkan air hujan tidak dapat masuk ke dalam tanah di lahan penanaman, sehingga tidak terdapat cadangan air. Oleh karena itu, penyiraman PT. Saung Mirwan harus dilakukan lebih sering agar tanaman tidak kekeringan. Penjarangan tanaman hanya dilakukan oleh PT. Saung Mirwan karena penanaman langsung mungkin lebih dari satu benih per lubang tanam. Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST karena pada saat itu sudah muncul di permukaan tanah. Tujuan dari kegiatan ini adalah memelihara satu tanaman pada satu lubang tanam agar tanaman yang dihasilkan sesuai ukuran. Jika tidak dilakukan penjarangan maka tanaman yang tumbuh akan saling berhimpitan, sehingga dihasilkan tanaman yang ukurannya lebih kecil. Kegiatan penjarangan ini bersamaan dengan kegiatan penyulaman. Tanaman yang telah dicabut saat penjarangan, langsung dipindahkan secara hati-hati ke lubang yang tanamannya tidak tumbuh atau mati, sehingga tanaman tumbuh secara merata dan seragam. Kegiatan penjarangan dan penyulaman hanya dilakukan satu kali saat umur 1 MST tersebut. Mitra tani yang kebanyakan menanam dengan metode persemaian terlebih dahulu tidak melakukan kegiatan penjarangan, karena bibit yang ditanam hanya satu bibit per lubang tanam. Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah penyiangan gulma. Baik PT. Saung Mirwan maupun mitra tani melakukan kegiatan ini saat tanaman mulai berumur 2 MST hingga panen. Penyiangan gulma dilakukan 2 kali dalam satu minggu untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menghambat petumbuhan tanaman. Setelah dilakukan penyiangan gulma yang pertama
31 dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan yang dilakukan PT. Saung Mirwan dan mitra tani sama. Pupuk susulan yang digunakan adalah pupuk urea dengan dosis 500 kg/ha. Perbedaan cara budidaya pakchoi baby yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan dan mitra tani dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani Tahapan Budidaya Alat pengolahan tanah Pengolahan tanah Metode penanaman
PT. Saung Mirwan Traktor Pembalikan tanah Penanaman langsung
Jarak tanam Pola penanaman Pupuk dasar
10 cm x 10 cm Monokultur TSP (1 ton/ha); kotoran kambing (8.5 ton/ha); kotoran ayam (4.8 ton/ha) Sebelum tanam Diolah dengan tanah; disebar Urea (500 kg/ha) 2 MST Disebar 1 MST 1 MST 2 MST hingga panen 3 x sehari
Waktu aplikasi Cara aplikasi pupuk Pupuk susulan Waktu aplikasi Cara aplikasi pupuk Penjarangan Penyulaman Penyiangan Penyiraman
Mitra Tani Cangkul Pembalikan tanah Persemaian (pindah tanam 3 MSS) 20 cm x 20 cm Tumpang sari Ayam+kambing (20.8 ton/ha) Sebelum tanam Diolah dengan tanah Urea (500 kg/ha) 2 MST Disebar 2 MST hingga panen 3 x seminggu
Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Keterangan : MSS : Minggu Setelah Semai MST : Minggu Setelah Tanam
Pengendalian Hama dan Penyakit Hama utama yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat ini membuat lubang pada daun dan suka bersembunyi di tempat yang lembab. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam tanah dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya banyak ulat bersama-sama pindah dari tanaman yang telah habis daunnya menuju ke tanaman lainnya. Selain itu, ditemui ulat Crocidolomia binotalis yang hidup secara bergerombol dan menyerang bagian pucuk daun. Hama lain pada tanaman pakchoi baby adalah
32 kutu loncat. Kutu ini menghisap cairan pada pucuk daun yang menggakibatkan daun menjadi berkerut. Gejala serangan ulat grayak dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Gejala Serangan Ulat Grayak Penyakit yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah semai roboh (Pythium sp.) dan busuk basah (Erwinia carotovora). Cendawan Pythium menyerang jaringan tanaman yang mengakibatkan semai akan roboh. Bila serangannya hebat, semai akan mati sebelum muncul di atas permukaan tanah. Timbulnya penyakit semai roboh akan lebih cepat terjadi bila temperatur dan kelembaban udara cukup tinggi. Penyakit busuk basah disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Tanaman yang terserang penyakit ini akan menjadi lunak, berlendir, baunya busuk, bila keadaan memungkinkan penyakit akan cepat sekali menjalar ke seluruh tubuh tanaman.
Gambar 5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan dan mitra tani pada tanaman pakchoi baby adalah dengan cara penyemprotan pestisida (Gambar 5). Penyemprotan pestisida pada pakchoi baby di PT. Saung Mirwan dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Waktu pelaksanaannya adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang
33 digunakan terdiri atas golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis pestisida yang digunakan, dosis, serta kegunaanya dapat dilihat pada Lampiran 5. Pemanenan Pemanenan pakchoi baby yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan dengan mitra tani tidak berbeda. Keduanya memanen pakchoi baby pada saat umur tanaman 5 minggu (Gambar 6a). Mitra tani yang melakukan penanaman dengan metode persemaian terlebih dahulu, melakukan panen saat tanaman berumur 2 minggu di lapangan. Hal ini dilakukan karena bibit semai yang ditanam berumur 3 minggu di persemaian, sehingga total umur tanaman pakchoi yang dipanen 5 minggu. Waktu pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari. Namun, ada kemungkinan panen dilakukan pada saat siang hari karena kegiatan panen yang dilakukan sejak pagi hari belum selesai sehingga tetap dilanjutkan pada siang harinya. Cara panen yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan dengan mitra tani sama, yaitu dengan memotong tanaman setinggi tanah (Gambar 6b). Alat yang digunakan untuk memotong adalah pisau. Perbedaan saat panen antara PT. Saung Mirwan dengan mitra tani adalah perlakuan terhadap tanaman sesaat setelah panen. Pekerja PT. Saung Mirwan langsung memasukkan hasil panen ke dalam kontainer plastik setelah dilakukan sortasi dan trimming, sedangkan mitra tani mengumpulkan hasil panen ke tempat yang teduh terlebih dahulu yang diangkut menggunakan karung (Gambar 7). Mitra tani juga melakukan trimming di lahan saat panen dilakukan. Setelah panen selesai dilakukan maka hasil panen siap diangkut ke divisi pengemasan.
(a)
(b)
Gambar 6. (a) Tanaman yang Siap Dipanen, (b) Cara Panen Pakchoi Baby
34
(a)
(b)
Gambar 7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya pakchoi baby lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.
Budidaya Tomat Cherry Persiapan Bahan Tanam Benih merupakan salah satu pendukung keberhasilan produksi tomat, sehingga dalam pemilihan benih harus dilakukan dengan hati-hati. PT. Saung Mirwan tidak memproduksi benih tomat cherry yang digunakan dalam setiap penanamannya melainkan harus mengimpor dari luar negeri. Benih tomat cherry yang digunakan adalah varietas Cheresita yang merupakan benih hasil produksi perusahaan De Ruiter dari Belanda. Persentase tumbuh dari benih ini sebesar 85-90 %. Benih ini memiliki keseragaman bentuk, permukaan kulit bersih, tidak keriput, tidak cacat, warna kulit cerah, daya tumbuh baik, serta bebas dari hama dan penyakit. Alasan perusahaan memilih benih ini karena buah yang dihasilkan mempunyai bentuk, rasa, dan warna yang diinginkan konsumen. Selain itu tanaman yang tumbuh memiliki sifat tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga mampu berproduksi dengan baik.
35
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry Penanaman tomat cherry dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Tujuan penyemaian ini adalah untuk mengurangi risiko rendahnya daya tumbuh benih jika langsung ditanam di lapangan. Penyemaian dilakukan di lokasi pembibitan yang atapnya diberi paranet (Gambar 8a). Tujuan pengunaan paranet adalah untuk mengurangi intensitas sinar matahari pada tanaman muda. Awalnya benih tomat cherry disemai dalam baki berukuran 40 cm x 25 cm x 5 cm dengan media arang sekam (Gambar 8b). Arang sekam yang digunakan sebagai media persemaian ini melalui tahap pengayakan terlebih dahulu sehingga medianya halus. Tujuan persemaian dengan menggunakan baki adalah hanya untuk mengecambahkan benih. Kecambah berumur 9 hari (Gambar 8c), dipindahkan ke tray ukuran 36 (Gambar 8d) atau pot berdiameter 10 cm. Bibit tomat berada dalam tray atau pot selama 12 hari. Pemberian larutan nutrisi dimulai sejak pemindahan kecambah tersebut. Komposisi larutan nutrisi yang diberikan sama dengan tanaman tomat yang telah ditanam di lapangan, namun dengan nilai Electric Coductivity (EC) yang lebih rendah karena dilakukan
36 pengenceran 2 kali lipat dari nutrisi tanaman yang diberikan di lapangan (1:1:600). Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan untuk pertanaman tomat cherry harus dibersihkan dan disterilkan terlebih dahulu. Persiapan lahan meliputi pembersihan dari sisa-sisa tanaman dan arang sekam bekas pertanaman sebelumnya dengan cara disapu hingga bersih. Setelah lantai bersih kemudian dicuci dengan cara menyikat lantai agar lumut dan sisa-sisa garam mineral yang melekat dapat dihilangkan. Kemudian lantai dibilas dengan air bersih menggunakan power sprayer. Kondisi lahan yang telah bersih tidak menjamin tanaman tomat cherry yang akan ditanam dapat terhindar dari serangan bibit penyakit yang tertinggal di lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sterilisasi lantai. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi lantai adalah formalin dengan konsentrasi 5 cc/l. Sterilisasi dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan formalin tersebut ke lantai menggunakan power sprayer. Penyemprotan harus secara merata, dilakukan dengan berjalan mundur agar lantai yang telah steril tidak terinjak kembali oleh penyemprot. Persiapan selanjutnya adalah persiapan media tanam di lahan. Media tanam yang digunakan untuk tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah arang sekam. Arang sekam yang digunakan diproduksi sendiri oleh perusahaan di bagian rumah pembakaran sekam. Sekam mentah yang akan dijadikan arang sekam diperoleh dengan cara membeli dari penggilingan padi atau tempat-tempat lain yang menyediakan sekam mentah. Pembelian dilakukan oleh divisi pengadaan non-sayur. Rasio pembakaran dari sekam mentah menjadi arang sekam sekitar 100 : 40, yaitu dari 100 karung sekam mentah dapat menghasilkan 40 karung arang sekam. Proses pembakaran di rumah pembakaran sekam dilakukan mulai pukul 15.00 WIB hingga keesokan harinya pukul 07.00 WIB. Cara pembakarannya adalah dengan menyalakan tungku api terlebih dahulu dengan bantuan kayu bakar di dalamnya. Selanjutnya sekam mentah diletakkan mengelilingi tungku api secara merata (Gambar 9a) dan proses pembakaran akan
37 selesai keesokan paginya. Sekam yang telah terbakar merata (Gambar 9b) disiram dengan air agar tidak terjadi abu sekam. Air yang digunakan adalah air yang berasal dari bawah permukaan karena bebas dari kotoran atau biji-bijian tanaman yang dapat menyebabkan gulma pada saat pertanaman.
(a)
(b)
(c) Gambar 9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam Wadah tanam yang digunakan untuk penanaman tomat cherry adalah polibag. Polibag yang digunakan berwarna hitam dengan ukuran 35 cm x 40 cm yang memiliki daya tampung arang sekam sebanyak 2-2.5 kg. Bagian bawah polibag diberi lubang yang berfungsi sebagai drainase. Sebelum polibag diisi dengan media terlebih dahulu direndam dalam larutan lysol agar wadah yang digunakan tersebut steril. Polibag diisi dengan arang sekam sebanyak 2/3 bagian (Gambar 9c). Polibag yang telah diisi kemudian disusun di lahan dengan jarak antar baris 120 cm dan jarak dalam baris 50 cm. Penanaman Penanaman tomat cherry ke polibag dilakukan saat bibit tomat telah berumur tiga minggu di persemaian (3 MSS). Bibit tomat yang telah siap
38 dipindahkan ke polibag dapat dilihat pada Gambar 10a. Tujuan pindah tanam ini adalah untuk pembesaran sehingga akan menghasilkan buah yang diharapkan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Satu hari sebelum tanam, polibag diletakkan di greenhouse dan disiram dengan larutan pupuk dasar melalui irigasi tetes. Pemberian pupuk dasar bertujuan agar pada saat tanam media masih basah sehingga akar bibit tomat tidak mengalami stres kekeringan dan merangsang pertumbuhan akar agar tumbuh optimal. Komposisi pupuk dasar yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. Pemindahan bibit dari tray harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran dan batang bibit yang masih muda tersebut. Sebelum bibit dikeluarkan dari tray, sebaiknya tray disiram terlebih dahulu dengan air agar akar bibit mudah diangkat dan tidak rusak. Pembuatan lubang tanam pada media arang sekam dilakukan sebelum bibit dikeluarkan dari tray. Lubang tanam yang dibuat dengan kedalaman sekitar 5-8 cm. Setelah dikeluarkan, bibit dimasukkan beserta medianya ke dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan hati-hati agar batang dan akarnya tidak rusak. Selanjutnya lubang tanam ditutup dengan sedikit ditekan agar tanaman berdiri tegak. Jumlah bibit tomat yang ditanam dalam setiap polibag berjumlah dua bibit. Penanaman dilakukan jika lahan benar-benar telah disiapkan, yaitu meliputi sanitasi, pemasangan saluran irigasi, dan penyusunan polibag (Gambar 10b).
(a)
(b)
Gambar 10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di Polibag
39 Tabel 9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter Komposisi Stok A HNO3 CaNO3 FeEDTA Stok B KH2PO4 KNO3 K2SO4 MgSO4 MnSO4 ZnSO4 Borax
Jumlah
Satuan
16 1 243 7
g g g
170 339 13 554 2 1 4
g g g g g g g
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman tomat cherry yang dilakukan meliputi penyiraman, pemasangan tali ajir, pewiwilan, penyerbukan bantuan, pemangkasan daun bawah, dan pemotongan titik tumbuh. Budidaya tomat cherry di PT. Saung Mirwan dilakukan dengan sistem hidroponik, sehingga penyiraman yang dilakukan tidak hanya memberikan air tetapi dengan larutan nutrisi. Komposisi larutan nutrisi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. Komposisi pupuk tersebut dilarutkan dalam 90 liter air untuk mencukupi kebutuhan selama satu minggu (Gambar 11a).
(a)
(b)
Gambar 11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry
40 Tabel 10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter Komposisi Stok A CaNO3 FeEDTA
Jumlah
Stok B MgSO4 KNO3 K2SO4 KH2PO4 Borax MNSO4 ZnSO4 Na2MoO4 CuSO4
Satuan
24.8 175
kg g
12.0 12.6 8.6 4.4 77.0 46.0 39.0 3.3 5.0
kg kg kg kg g g g g g
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Penyiraman dilakukan menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation) (Gambar 11b) sebanyak empat kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 13.00, dan 15.00 WIB. Namun, penyiraman tersebut juga disesuaikan dengan kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca panas atau cerah, maka penyiraman dilakukan sesuai jadwal tersebut. Sebaliknya jika cuaca berawan, maka penyiraman hanya dilakukan dua kali dalam sehari, misalnya pukul 07.00 dan 13.00 WIB tergantung kondisi media. Lamanya waktu penyiraman tergantung dengan banyaknya larutan nutrisi yang diberikan pada saat penyiraman. Tujuan penyiraman adalah untuk mempertahankan
kondisi
ketersediaan
air
pada
media
sehingga
dapat
mengimbangi transpirasi yang cukup tinggi. Larutan nutrisi dialirkan dari nutrisi pusat yang bersumber dari tangki berkapasitas 3 000 l air. Jumlah larutan stok A dan stok B yang dilarutkan dalam tangki tersebut masing-masing adalah 10 l, sehingga perbandingan antara stok A, stok B, dan air adalah 1:1:300. Pencampuran larutan stok pada tangki dilakukan pada saat bersamaan dengan pengisian air agar pencampurannya merata. Larutan nutrisi akan mengalir dari tangki ke jaringan nutrisi hingga masuk ke lahan pertanaman di dalam greenhouse. Awalnya larutan nutrisi akan mengalir melalui pipa primer (HDPE 32 mm) terlebih dahulu. Setelah itu masuk ke pipa sekunder (LDPE 13 mm), tetapi sebelumnya larutan akan melalui kran pengontrol yang berfungsi untuk mengatur volume larutan nutrisi yang sampai ke tanaman. Setelah
41 melalui pipa sekunder, larutan masuk ke pipa tersier (LDPE 5 mm) dan berujung pada regulation stick (emitter) yang tertancap pada media dalam polibag. Skema dan lay out jaringan irigasi tetes dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Jumlah larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman perlu disesuaikan dengan umurnya. Tanaman tomat muda atau umur 0-2 MST diberi larutan sebanyak 50-100 ml, umur 2-4 MST sebanyak 150-250 ml, dan tanaman dewasa atau mulai berbunga sebanyak 250-400 ml pada setiap aplikasinya. Pengukuran volume yang diperoleh tanaman dilakukan dengan menggunakan gelas ukur yang diletakkan di samping salah satu polibag yang dijadikan sampel (Gambar 12a). Emitter pada polibag sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur sehingga larutan nutrisi yang keluar dapat diketahui jumlahnya. Setelah itu larutan nutrisi dimasukkan kembali ke dalam polibag sampel. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada tanaman dewasa diketahui bahwa tanaman mendapatkan larutan nutrisi sebanyak 400 ml dalam waktu lima menit, sehingga dapat diketahui debit larutan yang keluar dari emitter yaitu 1.33 ml/detik. Electrical
Conductivity
(EC)
merupakan
kemampuan
media
menghantarkan listrik dalam kaitannya dengan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Tanaman menyerap unsur hara yang diberikan melalui larutan nutrisi dalam bentuk ion-ion. Ion tersebut akan saling berinteraksi membentuk garamgaram mineral. Pengukuran nilai EC dan pH dilakukan menggunakan EC meter (Gambar 12b). Nilai EC yang normal untuk tanaman tomat berkisar 1.5-2 mS/m, sedangkan untuk nilai pH yang normal berkisar antara 5.5-6.5. Pada kondisi tersebut tanaman dapat menyerap unsur hara yang diberikan melalui nutrisi secara optimal, sehingga nilainya harus tetap dipertahankan. Oleh karena itu pengukuran nilai EC dan pH pada larutan nutrisi tomat di bidang produksi seharusnya rutin dilakukan setiap satu minggu sekali. Namun, pada kenyataannya di lapangan tidak rutin dilaksanakan. Pengukuran nilai EC pada media tanaman tomat dilakukan terhadap EC masuk dan EC keluar. EC masuk merupakan nilai EC dari larutan nutrisi yang akan diberikan ke tanaman, sedangkan nilai EC keluar merupakan nilai EC dari larutan nutrisi yang tidak terserap akar tanaman sehingga keluar dari polibag dan telah melewati media arang sekam. Whipker dan Cavins dalam Arif (2008)
42 menyatakan bahwa nilai EC larutan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tanaman tumbuh lambat dan biaya produksi yang tinggi dalam proses budidaya. Sebaliknya, konsentrasi larutan nutrisi yang terlalu rendah akan menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Oleh karena itu, pada larutan nutrisi dengan nilai EC yang tinggi perlu dilakukan pengenceran dengan penambahan volume air atau pengurangan larutan nutrisi pekat. Sebaliknya pada larutan nutrisi dengan nilai EC rendah perlu dilakukan pengurangan volume air atau penambahan larutan nutrisi pekat.
(a)
(b)
Gambar 12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter Tomat cherry memiliki pertumbuhan yang bersifat indeterminate, yaitu pertumbuhan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, tanaman tomat cherry memerlukan penyangga agar tanaman tetap dapat tumbuh dengan tegak. Penyangga yang diberikan pada tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan berupa tali ajir (Gambar 13). Tali ajir berfungsi untuk mempertahankan tanaman agar tidak rebah karena kelebihan beban saat berbuah, sehingga buah yang dihasilkan pun bersih karena tidak menyentuh lantai. Pemasangan tali ajir mulai dilakukan pada tanaman tomat berumur 2 MST hingga tanaman akan dibongkar. Tali ajir yang digunakan adalah benang kasur. Cara memasang tali ajir pada tanaman adalah dengan cara dililitkan pada batang tanaman dari kiri ke kanan. Tali ajir diikat pada batang dengan simpul hidup agar memudahkan pelepasan tali pada saat penaikan maupun penurunan tali tersebut. Pada saat tanaman berumur 5, 7, 9, dan 12 MST dilakukan penaikan tali ajir, kemudian saat tanaman berumur 14 MST tali ajir diturunkan kembali dan setiap satu minggu seterusnya hingga panen. Penaikan tali ajir dimaksudkan agar tanaman dan buah yang terbentuk tidak
43 sampai menyentuh tanah serta
memudahkan saat pemeliharaan, sedangkan
penurunan tali ajir dimaksudkan untuk memudahkan saat pemanenan dan pemotongan titik tumbuh.
Gambar 13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry Pewiwilan pada tomat cherry mulai dilakukan saat tanaman berumur 3 MST. Pewiwilan dilakukan dengan cara membuang tunas-tunas air, karena dapat mempengaruhi produksi buah pada tanaman tomat. Tunas air merupakan tunas yang bersifat tidak produktif dan banyak tumbuh di ketiak daun (Gambar 14). Pertumbuhan tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan generatif karena sebagian besar hasil fotosintesis diserap oleh tunas air tersebut. Kegiatan ini dilakukan tiga kali dalam seminggu. Proses penyerbukan yang terjadi pada tanaman tomat cherry dapat berlangsung secara alami. Namun, penyerbukan tanaman tomat di PT. Saung Mirwan dibantu dengan penyerbukan bantuan. Penyerbukan bantuan ini dilakukan karena pergerakan udara di dalam greenhouse umumnya terbatas dan kehadiran serangga penyerbuk juga jarang ada karena terisolasi dari udara luar. Jika penyerbukan bantuan ini tidak dilakukan, maka pembentukan buah sedikit terjadi. Penyerbukan bantuan dilakukan dengan cara memukul-mukul batang tanaman dengan menggunakan tongkat yang dilapisi dengan busa agar batang tidak terluka (Gambar 15). Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari setelah ada cahaya matahari. Menurut Heddy et al. (1994) intensitas cahaya yang lemah atau suhu yang rendah pada tanaman tomat mengakibatkan tidak adanya penyerbukan. Kondisi ini mengubah struktur bunga, antera tidak mau membuka atau pecah pada
44 waktu stigma menerobos cincin antera. Penyerbukan bantuan biasanya dilakukan pada pukul 09.00 WIB.
Gambar 14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang
Gambar 15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa Kegiatan pemangkasan dilakukan terhadap daun bagian bawah yang telah menguning karena tua, layu, atau terkena penyakit. Kondisi daun yang rimbun juga dapat memicu perkembangan hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan pemangkasan. Selain itu kegiatan pemangkasan ini dapat mengurangi transpirasi tanaman dan memudahkan dalam pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan daun bawah dimulai setelah tanaman panen pertama kali, yaitu pada daun-daun yang telah menyentuh lantai setelah penurunan ajir. Jumlah daun yang dipangkas sebanyak dua pelepah daun atau lebih, namun tidak terlalu banyak karena dapat mengakibatkan tanaman stres. Tanaman tomat cherry yang belum dan sudah dipangkas padat dilihat pada Gambar 16.
45
(a)
(b)
Gambar 16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah Umur ekonomis tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah 26 minggu. Setelah itu tanaman dibongkar untuk diganti lagi dengan tanaman yang baru. Sebelum tanaman dibongkar, pemotongan dilakukan pada titik tumbuh tanaman, sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman terhenti dan nutrisi yang diberikan
pada
tanaman
digunakan
untuk
pertumbuhan
generatif
atau
pembentukan dan pematangan buah. Pemotongan ini bertujuan untuk memelihara buah terakhir pada tanaman agar dapat dipanen mencapai ukuran normal. Pemotongan titik tumbuh dilakukan tiga minggu sebelum tanaman dibongkar. Pemotongan titik tumbuh minimal dua pelepah daun di atas buah terakhir (Gambar 17). Jika masih muncul bunga maka bunga tersebut dibuang, karena hanya buah terakhir yang dipelihara sampai panen.
Gambar 17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang menyerang tanaman tomat cherry adalah white fly (Bemisia tabaci), leafminer (Liriomyza trifolli), thrips, dan ulat buah (Heliotis armigera).
46 White fly menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi keriput kecoklatan. Hama leafminer menyerang tanaman pada stadium larva dan dewasa dengan cara membuat alur gerakan pada bawah epidermis daun yang menyebabkan daun menjadi kering kuningan. Thrips menyerang tanaman pada bagian daun muda, bunga, dan buah. Hama ini biasanya menetap di bagian bawah daun. Ulat buah menyerang tanaman dengan cara memakan buah sehingga terbentuk lubang. Gejala pada tanaman yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Gambar 18.
(a)
(b
Gambar 18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, (b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry dapat disebabkan oleh cendawan dan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan terdiri atas penyakit layu (Fusarium oxysporum), embun tepung (Peronospora parasitica), bercak daun (Cercospora sp.), dan busuk daun (Phytophthora infestans). Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium menyerang bibit di persemaian dan tanaman dewasa dengan gejala tanaman tampak layu. Bagian yang terserang akan lunak dan berair, tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit embun tepung adalah pada permukaan daun atas tampak bercak nekrotik berwarna kekuningan dan jika daun dibalik tampak tepung berwarna putih keabuabuan. Penyakit bercak daun memiliki gejala terjadi bercak klorosis berbentuk lingkaran, berwarna kuning dan terdapat bintik hitam pada bagian tengah lingkaran. Penyakit busuk daun menyerang semua tahap perkembangan tanaman. Gejala yang ditimbulkan yaitu adanya bercak hitam kecoklatan yang pada kondisi
47 lingkungan mendukung seperti kelembaban tinggi, dapat meluas dengan cepat sehingga menyebabkan kematian. Penyakit pada tanaman tomat yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Patogen dari penyakit ini menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan hara terganggu. Akibatnya tanaman menjadi layu, kuning, kerdil, dan akhirnya mati. Bagian tanaman yang busuk karena patogen ini mengeluarkan cairan berwarna putih seperti lendir. Selain penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri, terdapat penyakit lain yang disebabkan oleh defisiensi unsur hara, yaitu busuk ujung buah (Blossom end rot) akibat defisiensi unsur Ca. Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat bercak pada ujung buah dan warna kulit menjadi coklat tua. Bercak tersebut menandakan jaringan yang berada di bawahnya mati, sehingga bagian tersebut cenderung matang lebih cepat. Pengendalian penyakit Blossom end rot adalah dengan penyemprotan tanaman menggunakan CaNO3 dengan konsentrasi 5-7 g/l. Pantastico dan Venter (1986) menyatakan bahwa selain pemberian Ca(NO3)2 untuk mengurangi penyakit ujung buah juga dapat dilakukan dengan pemberian gips atau penyemprotan CaCl2. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh kelebihan unsur K yang mengakibatkan kekurangan Ca. Gejala serangan penyakit pada tanaman tomat cherry dapat dilihat pada Gambar 19.
(a)
(b)
Gambar 19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot)
48 Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan pada tanaman tomat cherry adalah dengan cara penyemprotan pestisida (Gambar 20). Penyemprotan pestisida pada tanaman tomat di PT. Saung Mirwan dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Waktu pelaksanaannya adalah sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Pestisida yang digunakan terdiri atas golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis pestisida yang digunakan, dosis, serta kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Gambar 20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat Pemanenan Menurut Kader (1990) tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan komoditi dari kebun dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan kehilangan hasil yang terjadi rendah. Tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan biasanya mulai dipanen pada umur 8 MST. Namun, pada saat musim hujan biasanya umur panen lebih lama yaitu pada 9 MST. Buah yang dipanen saat berwarna kekuning-kuningan dengan tingkat kemasakan sekitar 80 % (Gambar 21a). Jika buah dipanen pada tingkat kemasakan 90 %, maka buah akan terlalu lunak pada saat pemasaran. Pemanenan dapat dilakukan setiap hari atau dua hari sekali tergantung keadaan buah yang masak di lahan. Biasanya panen dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-09.00 WIB. Cara panen tomat cherry adalah dengan memetik buah secara hati-hati agar tidak rusak dengan disertakan tangkai atau gagang buahnya (Gambar 21b). Tujuan pemanenan tomat cherry menggunakan tangkai atau gagang buah adalah untuk mengindikasikan lama simpan buah di divisi pengemasan. Tomat cherry yang dipanen dimasukkan ke dalam ember, kemudian
49 dipindahkan ke dalam keranjang untuk pengangkutan ke divisi pengemasan (Gambar 21c).
(a)
(b)
(c) Gambar 21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna Kekuning-kuningan, (b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya tomat cherry lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.
MANAJEMEN BUDIDAYA Bidang Produksi Manajemen produksi merupakan hal yang sangat penting dalam mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan atau proses produksi agar tercapai tujuan yang efektif dan efisien. Menurut Rahardi et al. (2001) manajemen produksi mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi yang di dalamnya terdapat pula pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek menengah atau panjang. Proses produksi sayuran di PT. Saung Mirwan diawali dengan pembuatan rencana program tanam yang dilakukan oleh Kepala Seksi yang bekerjasama dengan Kepala Sub Seksi. Perencanaan program tanam sayuran sangat penting dalam menghasilkan produksi sayuran yang sesuai dengan target penjualan dari divisi penjualan sayur. Perencanan dan penyusunan program tanam dibuat setahun sekali dengan kategori per minggu. Rencana program tanam ini bersifat fleksibel karena setiap minggu dilakukan revisi atau perbaikan. Misalnya, jadwal penanaman diundur karena jadwal panen dari pertanaman sebelumnya yang tidak sesuai dengan kondisi tanaman di lapangan karena belum layak panen. Pengorganisasian dilakukan dengan mengkoordinasikan rencana hasil panen dari divisi penjualan sayur kepada bidang produksi untuk pembuatan anggaran biaya produksi. Setelah itu anggaran biaya produksi diajukan kepada bagian pengadaan non-sayur untuk mengetahui jumlah kebutuhan benih, pupuk, pestisida, serta segala sarana dan prasarana penunjang kegiatan produksi sayuran tersebut. Kemudian bagian pengadaan non-sayur mengajukan anggaran tersebut ke divisi keuangan untuk membelanjakan seluruh kebutuhan kegiatan produksi. Kegiatan menanam di lapangan dimulai setelah tersedianya bahan baku produksi. Jumlah tanaman yang akan ditanam disesuaikan dengan luas areal dan jumlah modal yang tersedia. Kebutuhan sayur dari divisi penjualan sayur yang tidak dapat dipenuhi oleh bidang produksi diusahakan dari luar perusahaan dengan sistem kerjasama melalui kemitraan dengan petani. Sebagian kebutuhan sayuran ditanam oleh mitra tani, tetapi jika masih ada kekurangan untuk mencukupi pemesanan dari divisi penjualan sayur maka bagian pengadaan sayur
51 yang bertugas mencari untuk menutupi kekurangan tersebut. Bagian pengadaan sayur mencari sayuran dari petani atau pengumpul yang berada di sekitar wilayah perusahaan dan berstatus sebagai mitra beli. Jenis-jenis sayuran yang tidak diproduksi sendiri oleh bidang produksi maupun mitra tani seluruhnya dibeli dari mitra beli maupun dari pasar lokal setempat.
Kemitraan Salah satu strategi PT. Saung Mirwan untuk mencapai target dan kontinuitas produksi sesuai dengan kebutuhan pasar adalah dengan membentuk suatu pola kerjasama, yaitu sistem kemitraan dengan para petani. Tujuan dari sistem kemitraan adalah untuk meringankan beban biaya produksi, karena pihak perusahaan menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya terutama dalam hal luas lahan dan besarnya biaya investasi. PT. Saung Mirwan menginginkan kehadirannya bermanfaat bagi petani, dengan nilai jual dan harga komoditi yang pasti. Petani dapat memproyeksikan atau menganalisis laba ruginya karena biaya produksi yang jelas dan harga jual yang pasti dibandingkan dengan menjual ke pasar lokal. Sistem kemitraan yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan terdiri atas dua macam, yaitu mitra tani dan mitra beli. Mitra tani merupakan kerjasama yang dilakukan dengan cara petani menanam komoditi sesuai yang telah diprogramkan dengan mendapat bimbingan dari penyuluh pertanian perusahaan dan seluruh hasil produksi yang memenuhi standar kualitas perusahaan wajib dijual ke PT. Saung Mirwan. Jenis komoditi yang ditanam meliputi lima macam, yaitu edamame, kailan baby, buncis mini, pakchoi baby, dan pakchoi hijau. Mitra beli merupakan kerjasama yang dilakukan dengan pengumpul atau petani yang produknya hanya dibutuhkan saat hasil produksi dari perusahaan dan mitra tani tidak mencukupi jumlah pemesanan dari konsumen. Mekanisme untuk bergabung menjadi mitra dilakukan dengan memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya adalah dengan mengisi formulir perjanjian kemitraan dan menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP). Setelah petani resmi menjadi mitra, maka terdapat kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
52 kedua belah pihak. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan perusahaan dan mitra tani dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 . Kewajiban dalam Kemitraan Antara PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani No Kewajiban Perusahaan No Kewajiban Mitra Tani 1 Memprogram semua lahan yang 1 Membayar kebutuhan bibit/benih akan dimitrakan yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan lahan 2 Menyediakan benih-benih yang 2 Membiayai kebutuhan operasional direncanakan tanam 2 Membantu dalam teknis budidaya 3 Menyediakan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan 4 Membeli semua produk yang 4 Mengikuti petunjuk dari penyuluh lapangan tentang teknis budidaya dihasilkan oleh mitra tani yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan oleh perusahaan 5 Mengikuti program tanam dan panen yang ditentukan perusahaan 6 Menjual seluruh hasil produksi yang memenuhi standar kualitas yang ditentukan perusahaan 7 Mengantar sendiri hasil panen ke tempat penerimaan PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Kp. Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor Sumber : Divisi Kemitraan PT. Saung Mirwan
Kualitas produk yang dihasilkan oleh petani harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu sesuai dengan yang tertera dalam dokumen standar penerimaan sayur yang terdapat di bagian penerimaan PT. Saung Mirwan. Jika produk petani tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan, maka produk tersebut dikembalikan ke petani. Biasanya produk tersebut kemudian dijual ke pasar lokal, dengan harga yang lebih rendah dibandingkan PT. Saung Mirwan. Harga pembelian produk oleh perusahaan telah disepakati sejak awal perjanjian dimulai. Harga produk yang berlaku tersebut bersifat tetap. Perubahan harga hanya terjadi apabila terjadi kenaikan biaya produksi di petani dan telah
53 disetujui oleh kedua pihak. Besarnya timbangan dari produk yang akan diterima dan dibayar adalah produk setelah dilakukan sortasi oleh bagian penerimaan PT. Saung Mirwan. Sistem pembayaran yang dilakukan terhadap produk yang dikirim oleh mitra, baik mitra tani maupun mitra beli akan dibayarkan oleh perusahaan dua minggu setelah hasil panen diterima oleh bagian penerimaan PT. Saung Mirwan. Jumlah yang diterima oleh mitra adalah jumlah timbangan produk yang diterima oleh bagian penerimaan dikalikan dengan harga produk, kemudian dikurangi dengan nilai bibit/benih yang diterima oleh mitra. Perjanjian kemitraan terhitung sejak tanggal ditandatanganinya surat perjanjian hingga waktu yang tidak terbatas. Kerjasama dapat berakhir karena terjadi masalah atau pemberitahuan antara kedua belah pihak. Misalnya, petani mengundurkan diri dari program kemitraan. Selain itu perjanjian diakhiri karena perusahaan sudah tidak memberi program penanaman atau petani tidak melanjutkan program penanaman komoditi yang diberikan oleh perusahaan.
PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat menjadikan sayuran lebih menarik sehingga memenuhi standar perdagangan. Adanya penanganan pasca panen yang tepat mengakibatkan hasil sayuran lebih awet dan sewaktu-waktu dapat digunakan atau dipasarkan dengan kualitas yang tetap terjamin. Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan berbeda dengan yang dilakukan oleh mitra tani. Penanganan pasca panen pada pakchoi baby oleh mitra tani hanya terdiri atas trimming dan pengangkutan, sedangkan penanganan pasca panen di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan lebih intensif dan teliti untuk memenuhi permintaan konsumen. Kegiatan pasca panen yang dilakukan pada pakchoi baby terdiri atas trimming, penyortiran, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan, sedangkan yang dilakukan pada tomat cherry terdiri atas pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan. Hasil pengamatan dan wawancara terhadap kegiatan pasca panen pakchoi baby dan tomat cherry dapat dilihat pada Tabel 12.
Pakchoi Baby Bag. Pengemasan PT. Saung Mirwan Mitra Tani Mitra Beli (Pengumpul) Supermarket Hotel dan Restoran
Pengangkutan
Penyimpanan
Pengemasan
Pengkelasan
Tomat Cherry
-
√
√
-
√
√
√
-
√
-
-
-
-
√
-
-
-
-
-
-
√
√
-
√ -
-
-
√ -
-
Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Keterangan : : Tidak diperoleh data
Penyortiran
Pembersihan
Pengangkutan
Penyimpanan
Pengemasan
Pengkelasan
Penyortiran
Trimming
Saluran Pemasaran
Pembersihan
Tabel 12. Kegiatan Pasca Panen di Tiap Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan
-
-
-
√
√
√
√
√ -
-
-
√ -
-
55 Pembersihan Pembersihan merupakan salah satu tindakan penting sebelum sayuran diproses lebih lanjut. Menurut Akamine et al. (1986) pembersihan (cleaning) bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat pada sayuran agar memperbaiki penampakan sayuran dan menghilangkan bagian yang busuk atau rusak. Kegiatan pembersihan yang dilakukan misalnya dengan dicuci untuk membersihkan sayuran dari kotoran/tanah yang masih melekat sewaktu dipanen ataupun memangkas bagian-bagian yang rusak/cacat (trimming). Pengendalian mutu yang diterapkan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan adalah dengan cara membuang atau menghilangkan bagian yang tidak diperlukan atau rusak. Prosedur pelaksanaannya adalah dengan memotong bagian yang tidak diperlukan, kemudian memeriksa secara visual kondisi sayur setelah dibersihkan untuk melihat ada tidaknya material lain di bagian dalam sayur. Pembersihan lain dilakukan dengan cara menghilangkan kotoran yang dapat menjadi kontaminan fisik terhadap produk. Proses penghilangan kotoran dilakukan dengan cara pencucian menggunakan air yang memenuhi persyaratan air minum. Pencucian produk segar hanya dilakukan terhadap beberapa jenis sayuran yang dapat dicuci. Sayuran daun seperti pakchoi baby memiliki sifat yang mudah rusak, sehingga menuntut adanya pelaksanaan panen dan penanganan pasca panen yang tepat. Pelaksanaan panen di lapangan harus dilakukan dengan hati-hati dan lebih teliti agar produk yang dihasilkan tidak kotor, sehingga tidak perlu dilakukan pencucian dalam bak air. Pencucian sayuran pada pakchoi baby akan mengakibatkan tingkat kehilangan hasil yang lebih tinggi. Oleh karena itu, baik PT. Saung Mirwan dan mitra tani tidak melakukan pencucian terhadap pakchoi baby. Pembersihan yang dilakukan hanya trimming, yaitu membuang pangkal batang serta lapisan luar daun yang tua, patah, busuk, ataupun berlubang. Trimming yang dilakukan saat panen di lahan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan lebih teliti dibandingkan oleh mitra tani. Hal ini disebabkan karena saat penerimaan barang di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan sayuran akan mengalami trimming kembali. Oleh karena itu, apabila trimming yang dilakukan oleh mitra tani lebih teliti maka akan semakin mengurangi timbangan hasil panen.
56 Penyortiran (Sorting) dan Pengkelasan (Grading) Penanganan pasca panen setelah pembersihan adalah penyortiran (sortasi). Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan hasil panen yang berpenampilan baik dengan yang rusak, busuk, terserang hama, atau terkena penyakit. Kegiatan sortasi pada pakchoi baby dilakukan bidang produksi PT. Saung Mirwan saat masih di lapangan. Hanya produk yang memenuhi standar yang dikirim ke divisi pengemasan. Standar penerimaan yang ditetapkan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan untuk pakchoi baby dan tomat cherry dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Standar Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan Komoditi Tomat cherry
Pakchoi baby
Kriteria : 2.5-3 cm : 15-25 g : Semburat merah-merah penuh
Diameter buah Bobot Warna Keadaan produk : a. tidak busuk b. tidak pecah c. tidak lembek d. masih ada tangkai buah/cupat Warna : Hijau Ukuran : Bobot 25-35 g Keadaan produk : a. tidak busuk b. tidak berlubang pada daun c. tidak layu
Sumber : Bagian Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan
Produk yang akan masuk ke divisi pengemasan harus melalui bagian penerimaan sayur terlebih dahulu. Bagian penerimaan sayur bertugas untuk melakukan pemeriksaan kuantitas, kualitas, dan ada tidaknya residu pestisida secara visual, serta melakukan penyortiran kembali terhadap produk yang diterima. Setelah dilakukan sortasi, kemudian dilakukan pengkelasan (grading) pada produk. Menurut Winata (2006) kriteria pengkelasan umumnya adalah bentuk, warna, tingkat kematangan, dan tingkat kerusakan. Yulianti (2009) menyatakan bahwa pengkelasan dilakukan untuk melihat perbedaan mutu dan kualitas sayur serta digunakan sebagai penentu harga jual di beberapa saluran pemasaran.
57 Pengendalian mutu yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan adalah dengan cara mengelompokkan sayuran berdasarkan ukuran, bentuk, dan bobot sesuai dengan spesifikasi dari konsumen. Divisi pengemasan tidak melakukan pengkelasan pada pakchoi baby. Namun, pakchoi baby yang berukuran besar masuk ke dalam golongan pakchoi hijau. Pada dasarnya saat penanaman menggunakan benih yang sama, hanya dibedakan karena ukurannya lebih besar dan umur panennya lebih lama dibandingkan pakchoi baby. Pengkelasan pada tomat cherry hanya dilakukan dengan mengelompokkan buah berdasarkan kriteria warna saat pengemasan. Gambar 22 merupakan pengelompokan tomat cherry berdasarkan kriteria warna yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan.
Gambar 22. Tomat Cherry yang Siap Dikemas Dikelompokkan Berdasarkan Kriteria Warna Pengemasan (Packaging) Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan produk pangan. Selain itu, pengemasan juga merupakan penunjang bagi transportasi, distribusi, dan merupakan bagian penting dari usaha untuk mengatasi persaingan dalam pemasaran karena kemasan dapat memperindah penampilan produk. Pengemasan tidak dapat memperbaiki mutu, oleh karena itu hanya hasil yang paling baiklah yang seyogyanya dikemas. Pengendalian mutu yang dilakukan oleh divisi pengemasan PT. Saung Mirwan adalah dengan cara mengemas sayuran menggunakan kemasan berupa plastik film (wrapping film), seal tape, plastik, trayfoam, krat boks, karton boks, ataupun styrofoam. Kemasan dan bagian dalam kemasan harus dalam keadaan bersih. Prosedur pelaksanaan proses pengemasan antara lain mempersiapkan kemasan, peralatan pengemasan,
58 dan meja pengemas yang akan digunakan dalam kondisi bersih untuk menjamin kebersihan saat proses pengemasan. Kegiatan pengemasan telah dilakukan sejak di lapangan. Sayuran yang telah dipanen, dikemas sementara dalam wadah kontainer plastik atau keranjang bambu. Bidang produksi PT. Saung Mirwan biasanya menggunakan kontainer plastik untuk mengangkut sayuran setelah panen, sedangkan mitra tani biasanya menggunakan keranjang bambu. Penumpukan dalam wadah sementara ini sebaiknya tidak terlalu padat agar tidak terjadi kerusakan selama proses pengangkutan. Kerusakan yang terjadi seperti luka atau lecet dapat mempercepat terjadinya pembusukan. Pengemasan sayuran di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan tergantung pada jenis, bentuk, ukuran dan tujuan pasarnya. Pengemasan sayuran disesuaikan dengan permintaan dari masing-masing konsumen. Pengemasan yang dilakukan untuk pakchoi baby dan tomat cherry menggunakan sistem pengemasan curah dan pack. Sistem pengemasan curah ditujukan untuk konsumen seperti restoran dan hotel (Gambar 23a). Kemasan yang digunakan biasanya menggunakan plastik dengan ukuran sesuai bobot yang dipesan oleh konsumen tersebut. Sistem pengemasan pack ditujukan untuk konsumen pengecer (retail) yaitu supermarket. Tujuan digunakannya kemasan ini untuk memberi nilai estetika agar menarik konsumen. Daya tarik konsumen sebelum melihat suatu produk adalah melihat tampilan kemasannya terlebih dahulu. Menurut Winata (2006) kemasan konsumen dapat dimanfaatkan sebagai sarana informasi dan promosi dari komoditi sayuran yang dikemas tersebut. Pengemasan pada pakchoi baby menggunakan trayfoam dengan bobot masing-masing kemasan adalah 250 g (Gambar 23b). Tomat cherry juga dikemas menggunakan
trayfoam
dengan
bobot
masing-masing
kemasan
200
g
(Gambar 23c). Setelah sayuran disusun pada trayfoam maka dilakukan penimbangan, kemudian dibungkus menggunakan wrapping film. Sayuran yang telah dibungkus diberi label dengan logo ”Fresh and Quality” dari PT. Saung Mirwan. Label tersebut biasa digunakan untuk konsumen seperti Carrefour, Super Indo, dan Yogya. Namun, ada perbedaan kemasan yang dilakukan pada tomat cherry untuk konsumen dari Matahari yaitu menggunakan kemasan berupa mika
59 plastik dengan bobot masing-masing kemasan 250 g dan diberi label dengan logo yang berbeda (Gambar 23d). Alat timbangan yang digunakan untuk pakchoi baby dan tomat cherry dapat dilihat pada Gambar 24.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 23. (a) Kemasan Curah Tomat Cherry, (b) Kemasan Pakchoi Baby, (c) Kemasan Tomat Cherry, (d) Kemasan Tomat Cherry untuk Matahari
(a)
(b)
Gambar 24. Alat Timbangan : (a) Pakchoi Baby, (b) Tomat Cherry
60 Penyimpanan (Storage) Pantastico et al. (1986) menyatakan bahwa penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran segar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan tertentu memperbaiki mutunya. Pendinginan merupakan cara yang ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah-buahan dan sayur-sayuran segar. Sayuran yang disimpan adalah sayuran yang telah masuk di bagian penerimaan sebelum dikemas dan sayuran yang telah dikemas sebelum dikirim ke konsumen. Divisi pengemasan PT. Saung Mirwan memiliki dua cool room, sehingga sayuran yang belum dikemas disimpan di cool room yang terpisah dengan sayuran yang telah dikemas. Suhu cool room diperiksa setiap 4 jam sekali dengan mempertahankan suhu 4-8 ºC. Penyimpanan sayuran yang belum dikemas dikelompokkan berdasarkan jenisnya, sedangkan untuk sayuran yang telah dikemas dikelompokkan berdasarkan kode produk dan kode konsumen. Sayuran yang belum dikemas berada di dalam cool room hingga adanya pemesanan dari konsumen. Setelah adanya pemesanan maka sayuran dikeluarkan dari cool room untuk dikemas kemudian dipindahkan ke cool room lainnya untuk dikirim keesokan paginya. Pengangkutan Mitra tani dan mitra beli melakukan pengiriman sayuran ke divisi pengemasan PT. Saung Mirwan pada siang hingga sore hari. Hal tersebut dilakukan karena bagian penerimaan sayur mulai dibuka pukul 14.00 WIB dan ditutup pukul 17.00 WIB. Namun, untuk sayuran dari bidang produksi dikirim ke divisi pengemasan setelah panen selesai agar tidak layu karena terlalu lama di lahan, sedangkan untuk sayuran yang berasal dari kebun Cipanas atau Garut diangkut sore hari dan akan sampai di bagian penerimaan pada malam hari sekitar pukul 22.00 WIB. Bidang produksi mengangkut hasil panen dengan cara memasukkan sayuran ke dalam kontainer plastik, sedangkan mitra tani dan mitra beli ada yang menggunakan kontainer plastik dan ada pula yang menggunakan keranjang bambu. Alat angkutan yang digunakan oleh mitra tani dan mitra beli adalah mobil bak terbuka. Wadah yang digunakan untuk pengangkutan ke divisi pengemasan dapat dilihat pada Gambar 25.
61
(a)
(b)
Gambar 23. Wadah Pengangkutan Sayuran dari Lahan : (a) Bidang Produksi, (b) Mitra Tani Bagian distribusi PT. Saung Mirwan memiliki alat transportasi sebanyak 12 mobil, 4 diantaranya merupakan mobil truk dengan ban ganda. Mobil truk dengan ban double memiliki kapasitas angkut sebanyak 4 ton, sedangkan kapasitas truk lainnya hanya 2-3 ton. Semua mobil yang dimiliki merupakan truk tertutup yang dilengkapi dengan alat pendingin (Gambar 26). Suhu pendingin yang baik untuk mobil distribusi adalah 0-1 ºC. Namun, pada kenyataannya suhu pada mobil distribusi PT. Saung Mirwan mencapai 3-4 ºC. Hal ini disebabkan oleh kerusakan alat pendingin akibat perawatan yang kurang baik. Pengiriman sayur dilakukan setiap hari, kecuali hari Minggu. Jadwal keberangkatan pengiriman sayur pukul 05.00 WIB, sampai kepada konsumen di titik pertama sekitar pukul 06.00-06.30 WIB, dan sampai di kantor kembali pukul 12.00 WIB. Kondisi tersebut tergantung kondisi kemacetan di jalur distribusi tersebut. Setiap mobil mengirim sayuran paling sedikit ke 9 titik tujuan dan paling banyak ke 15 titik di setiap jalur distribusi, tergantung banyaknya jumlah konsumen yang memesan. Setelah itu pada siang harinya mobil distribusi digunakan untuk mengambil hasil panen dari kebun Cipanas dan kebun Garut.
Gambar 24. Mobil Distribusi PT. Saung Mirwan Berupa Mobil Truk Tertutup Berpendingin (AC)
62 Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran Sayuran yang telah dipanen tidak secara keseluruhan dapat dipasarkan karena terdapat bagian-bagian tertentu yang tidak memiliki nilai jual, seperti akar tanaman, daun yang berlubang, tua, maupun menguning, serta bagian tanaman lainnya yang tidak dapat dikonsumsi. Hal tersebut mengakibatkan adanya nilai persentase hasil panen yang dapat dipasarkan (marketable yield) setelah dilakukan trimming dan sortasi di lapangan. Pengamatan persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby di bidang produksi PT. Saung Mirwan dilakukan selama delapan kali setiap ada kegiatan panen di lahan. Persentase hasil panen pakchoi baby yang dapat dipasarkan diperoleh dari 32 bedengan dengan pengambilan sampel 1 m2 tiap bedengan. Pada komoditi tomat cherry persentase hasil panen yang dapat dipasarkan mencapai 100 %. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya kegiatan sortasi di lahan. Oleh karena itu, seluruh hasil panen dari lahan dibawa ke divisi pengemasan sehingga tidak ada hasil panen yang dibuang. Persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby di bidang produksi PT. Saung Mirwan disajikan pada Tabel 14. Rata-rata persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada pakchoi baby berkisar antara 61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh tingginya kehilangan bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk dipasarkan. Kehilangan bobot yang tinggi disebabkan oleh kondisi tanaman banyak yang berlubang karena terserang hama ulat sehingga banyak yang dibuang saat sortasi. Nilai persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby di bidang produksi PT. Saung Mirwan ini lebih kecil dibandingkan yang terjadi di mitra tani. Hal ini disebabkan oleh kegiatan trimming dan sortasi yang dilakukan oleh bidang produksi pada produk panen sangat teliti, sehingga banyak rompesan dan produk yang tidak sesuai standar penerimaan dibuang. Hal tersebut mengakibatkan semakin kecil bobot bersih yang dapat dipasarkan untuk dibawa ke divisi pengemasan.
63 Tabel 14. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
No Tanggal 1
2
3
4
5
6
7
8
Bedengan
13 April 2010
1 2 3 4 Rata-rata 16 April 1 2010 2 3 4 Rata-rata 23 April 1 2010 2 3 4 Rata-rata 27 April 1 2010 2 3 4 Rata-rata 4 Mei 1 2010 2 3 4 Rata-rata 17 Mei 1 2010 2 3 4 Rata-rata 20 Mei 1 2010 2 3 4 Rata-rata 21 Mei 1 2010 2 3 4 Rata-rata Rata-rata total
Sumber : Hasil Pengamatan
Bobot Kotor (kg) 3.25 3.10 3.35 2.90 3.15 3.00 3.20 3.70 4.15 3.51 3.75 4.70 4.10 4.05 4.15 2.30 2.00 1.60 2.55 2.11 3.35 3.45 4.50 3.45 3.69 1.65 2.90 3.20 3.80 2.89 1.90 2.70 1.65 2.3 2.14 2.95 2.45 2.65 2.70 2.69 3.04
Bobot Bersih yang Dapat Dipasarkan (kg) 2.55 2.45 2.85 2.35 2.55 2.20 2.20 2.95 2.75 2.53 2.70 3.45 3.20 2.55 2.98 1.30 1.20 1.15 1.45 1.28 2.55 1.75 3.30 2.40 2.50 1.25 1.95 1.90 2.65 1.94 1.30 1.85 1.15 1.50 1.45 1.70 1.45 2.00 2.15 1.83 2.13
Kehilangan Bobot (%) 21.54 20.97 14.93 18.97 19.10 26.67 31.25 20.27 33.73 27.98 28.00 26.60 21.95 37.04 28.40 43.48 40.00 28.13 43.14 38.69 23.88 49.28 26.67 30.43 32.56 24.24 32.76 40.63 30.26 31.97 31.58 31.48 30.30 34.78 32.04 42.37 40.82 24.53 20.37 32.02 30.34
Persentase yang Dapat Dipasarkan (%) 78.46 79.03 85.07 81.03 80.90 73.33 68.75 79.73 66.27 72.02 72.00 73.40 78.05 62.96 71.60 56.52 60.00 71.88 56.86 61.31 76.12 50.72 73.33 69.57 67.44 75.76 67.24 59.38 69.74 68.03 68.42 68.52 69.70 65.22 67.96 57.63 59.18 75.47 79.63 67.98 69.66
64 Persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada komoditi pakchoi baby dari lahan mitra tani disajikan pada Tabel 15. Pengamatan persentase hasil panen yang dapat dipasarkan hanya dilakukan satu kali di lahan salah seorang mitra tani yang berlokasi sekitar 2 km dari divisi pengemasan PT. Saung Mirwan. Persentase hasil panen yang dapat dipasarkan pada pakchoi baby diperoleh dari 4 bedengan dengan pengambilan sampel 1 m2 tiap bedengan. Tabel 15. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Mitra Tani
No 1
Nama Petani Yusuf Solihin
Bedengan
Bobot Kotor (kg)
1 2 3 4 Rata-rata
2.00 2.00 1.80 3.50 2.33
Bobot Bersih yang Dipasarkan (kg) 1.82 1.80 1.65 3.38 2.16
Kehilangan Bobot (%) 9.00 10.00 8.33 3.43 7.69
Persentase yang Dapat Dipasarkan (%) 91.00 90.00 91.67 96.57 92.31
Sumber : Hasil Pengamatan Tanggal 26 Juli 2010
Persentase hasil panen mitra tani yang dapat dipasarkan berkisar antara 90-96 %. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di mitra tani hanya membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi saat panen di lahan hanya dalam jumlah kecil. Petani hanya membuang daun tua agar tidak mengurangi bobot yang dikirim ke divisi pengemasan. Hal ini dikarenakan akan dilakukan trimming dan sortasi kembali di bagian penerimaan sayur PT. Saung Mirwan. Trimming dilakukan untuk membuang daun-daun yang rusak selama pengangkutan dari lahan mitra tani. Kerusakan yang terjadi selama proses pengangkutan menyebabkan kehilangan hasil (loss). Jika kegiatan trimming dan sortasi yang dilakukan di lahan lebih teliti maka semakin mengurangi bobot yang diterima bagian penerimaan, sehingga jumlah pembayaran yang diterima semakin sedikit. Pengambilan sampel yang dilakukan hanya sekali dan hanya pada satu orang petani mengakibatkan kesulitan dalam membandingkan nilai persentase hasil panen yang dapat dipasarkan. Kehilangan hasil (loss) dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam hal ketersediaan (availability), jumlah yang dapat dimakan (edibility), yang akhirnya
65 dapat menyebabkan bahan tersebut tidak dapat dikonsumsi (Muchtadi dan Anjarsari, 1996). Kehilangan hasil pada sayuran di PT. Saung Mirwan terdiri atas sayuran yang busuk, berlubang, tidak sesuai standar penerimaan, rompesan dari trimming, dan pecah (sayuran buah). Kehilangan hasil ini sering disebut dengan istilah broken stock (BS). Sayuran BS ini merupakan sayuran yang tidak layak jual ke konsumen supermarket, restoran ataupun hotel. Biasanya sayuran BS ini tidak dijual tetapi dibuang begitu saja karena sudah tidak memiliki nilai jual menurut perusahaan. Pengamatan kehilangan hasil harian pada komoditi pakchoi baby dilakukan dengan pengumpulan data selama delapan kali. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan mengikuti proses pengemasan produk. Selama kegiatan pengemasan dilakukan sortasi dan trimming kembali terhadap semua komoditi pakchoi baby yang masuk melalui bagian penerimaan sayur. Jumlah sayuran yang masuk telah ditimbang terlebih dahulu dan dilakukan pencatatan di bagian penerimaan tersebut. Pakchoi baby yang termasuk dalam kriteria BS dan rompesan hasil dari trimming (Gambar 25a) dipisahkan ke dalam kontainer plastik (Gambar 25b) yang selanjutnya ditimbang untuk mengetahui bobot yang ditolak, sehingga diketahui bobot bersih yang diterima oleh divisi pengemasan.
(a)
(b)
Gambar 25. Kegiatan Trimming dan Sortasi pada Pakchoi Baby : (a) Rompesan Pakchoi Baby, (b) Pakchoi Baby BS (Tidak Layak Jual)
Pakchoi baby yang berasal dari mitra tani dan mitra beli, produk BS dan rompesannya dikembalikan kepada pengirimnya. Biasanya produk BS tersebut dijual ke pasar lokal, dengan harga jual lebih murah dibandingkan di PT. Saung Mirwan. Begitu pula untuk pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi,
66 produk BSnya yang hanya berlubang sedikit masih dapat dijual ke pasar lokal melalui divisi pengemasan, sedangkan yang sudah tidak layak jual dibuang. Tabel 16. Kehilangan Hasil Harian pada Pakchoi Baby saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan
No Tanggal 1
15 April 2010
2
19 April 2010
3
29 April 2010
4
4 Mei 2010
5
4 Mei 2010
6
9 Juni 2010 16 Juni 2010
7
8
22 Juni 2010
BS Penerimaan (Broken Kehilangan Asal Sayur Keterangan (kg) Stock) Hasil (%) (kg) Lokasi BRC 24 3 12.50 Trimming Lokasi BLN 37 6 16.22 BS dan trimming Lokasi BLN 105 13 12.38 BS dan trimming Mitra Tani 70 43 61.43 BS dan trimming Lokasi BXC 53 22 41.51 BS dan trimming Lokasi BLN 45 9.5 21.11 BS dan trimming Mitra Tani 35 6 17.14 BS dan trimming Mitra Tani 20 5 25.00 BS Lokasi BXC 196 30 15.31 BS Lokasi BLN 15 2 13.33 Ulat Mitra Beli 20 0 0.00 Mitra Tani 105 43 40.95 BS dan trimming Mitra Tani 14 14 100.00 Ulat Mitra Tani 21 10 47.62 BS dan trimming Mitra Beli 31 0 0.00 Lokasi BLN 146 26 17.81 BS Lokasi BLN 19 0 0.00 Mitra Tani 115 36 31.30 BS dan trimming Lokasi BXC 106 0 0.00 Mitra Tani 38 18 47.37 BS dan trimming Mitra Tani 76 31 40.79 BS dan trimming Mitra Tani 80 24 30.00 BS dan trimming
Sumber : Bagian Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan
67 Kehilangan hasil harian pada komoditi pakchoi baby selama proses pengemasan disajikan pada Tabel 16. Kehilangan hasil pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi 0-41 %, mitra tani 17-100 %, dan mitra beli 0 %. Tingkat kehilangan hasil pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi selama proses pengemasan lebih rendah dibandingkan yang berasal dari mitra tani. Hal itu disebabkan karena kegiatan trimming dan sortasi saat panen di lahan bagian produksi lebih teliti dibanding yang dilakukan oleh mitra tani. Tingkat kehilangan hasil pada pakchoi baby yang berasal dari mitra tani dapat mencapai 100 % disebabkan karena tidak adanya kegiatan sortasi saat panen di lahan, sehingga sayuran yang tidak memenuhi kriteria standar penerimaan sayur PT. Saung Mirwan tersebut ditolak dan dikembalikan kepada petani. Selain itu, tingkat kehilangan hasil pakchoi baby yang tinggi dari mitra tani disebabkan karena lokasi lahan petani memiliki jarak cukup yang jauh dari divisi pengemasan PT. Saung Mirwan, yaitu lebih dari 2 km. Hal tersebut mengakibatkan tingginya risiko kerusakan selama proses pengangkutan dibandingkan dari lahan bidang produksi yang hanya berjarak sekitar 200 m. Pakchoi baby yang berasal dari mitra beli tidak mengalami kehilangan hasil, yang berarti tingkat kehilangan hasilnya mencapai 0 %. Hal tersebut disebabkan karena jumlah sayuran yang dipesan kepada pengumpul (mitra beli) hanya sejumlah kekurangan untuk memenuhi pemesanan dari konsumen. Oleh karena itu mitra beli hanya mengirimkan sayuran yang sesuai dengan standar penerimaan dan telah dilakukan trimming dan sortasi yang lebih teliti agar jumlah yang diterima oleh PT. Saung Mirwan sesuai dengan jumlah pemesanannya, sehingga mampu untuk mencukupi pemesanan dari konsumen. Pengamatan kehilangan hasil harian pada komoditi tomat cherry dilakukan dengan pengumpulan data selama delapan kali. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan mengikuti proses pengemasan produk. Selama kegiatan pengemasan dilakukan sortasi terhadap semua komoditi tomat cherry yang masuk melalui bagian penerimaan sayur. Jumlah tomat cherry yang masuk telah ditimbang terlebih dahulu dan dilakukan pencatatan di bagian penerimaan tersebut. Tomat cherry yang termasuk dalam kriteria BS seperti pecah, memar, dan tidak sesuai ukuran dipisahkan ke dalam kontainer plastik yang selanjutnya ditimbang untuk
68 mengetahui bobot yang ditolak, sehingga diketahui bobot bersih yang diterima oleh divisi pengemasan. Tomat cherry yang masuk dalam kriteria BS dapat dilihat pada Gambar 27. Pada saat pengamatan dilakukan tomat cherry yang ada hanya berasal dari bidang produksi, sehingga tidak diperoleh data kehilangan hasil saat pengemasan untuk tomat cherry yang berasal dari mitra tani dan mitra beli.
Gambar 26. Tomat Cherry yang Pecah dan Busuk Kehilangan hasil harian pada komoditi tomat cherry saat pengemasan disajikan pada Tabel 17. Tingkat kehilangan hasil yang terjadi berkisar antara 0-16 %. Rendahnya tingkat kehilangan hasil ini disebabkan karena hasil panen dari bidang produksi memiliki mutu yang baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh produk yang menjadi BS disebabkan oleh ukuran buah yang tidak sesuai dengan standar penerimaan dan buah memar yang biasanya terjadi saat pengangkutan, bukan karena buah tomat yang busuk atau rusak karena hama dan penyakit. Mutu buah yang baik diperoleh dari proses budidaya yang baik, nutrisi yang mencukupi, dan rendahnya tingkat serangan hama dan penyakit yang dapat merusak buah. Kondisi tersebut mengakibatkan hasil panen yang ditolak oleh bagian pengemasan hanya dalam jumlah kecil. Tomat cherry yang menjadi BS biasanya dibuang karena buah yang memar menjadi terlalu lembek sehingga sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
69 Tabel 17. Kehilangan Hasil Harian pada Tomat Cherry saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan
No Tanggal 1 2
3
6 April 2010 8 April 2010
Asal Sayur
Kehilangan Hasil (%)
Keterangan
Kebun Cipanas Lokasi BPT Kebun Cipanas Lokasi BPT
60 9 37 9
1 0.5 0 0.5
1.67 5.56 0.00 5.56
13 April Kebun Cipanas 2010
27
1
3.70
Ukuran tidak sesuai dan memar
6
1
16.67
Ukuran tidak sesuai dan memar
52
1
1.92
Ukuran tidak sesuai dan memar
Lokasi BPT
22
2
9.09
Ukuran tidak sesuai dan memar
Lokasi BPT
4
BS Penerimaan (Broken (kg) Stock) (kg)
19 April Kebun Cipanas 2010
Memar Memar Ukuran tidak sesuai dan memar
5
1 Mei 2010
Kebun Cipanas Lokasi BPT
26 9
1 1
3.85 11.11
Memar Ukuran tidak sesuai dan memar
6
6 Mei 2010
Kebun Cipanas
24
1
4.17
Ukuran tidak sesuai dan bercak hitam
7
12 Mei 2010 29 Mei 2010
Lokasi BPT Kebun Cipanas Lokasi BPT Kebun Cipanas
5 36 6 52
0 0 0 2
0.00 0.00 0.00 3.85
Lokasi BPT
4
0
0.00
8
Sumber : Bagian Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan
Ukuran tidak sesuai dan memar
70 Volume produksi komoditi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan periode Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 18. Volume produksi komoditi pakchoi baby yang tertinggi terjadi pada Maret 2010 yaitu 4 124 kg dan terendah pada Juni 2010 yaitu 1 706.5 kg. Volume produksi pakchoi baby pada Maret 2010 sebagian besar dihasilkan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan yaitu sebesar 75.49 %. Namun, pada saat volume produksi rendah, pakchoi baby yang dihasilkan pun sebagian besar tetap dihasilkan dari bidang produksi PT. Saung Mirwan, yaitu sebesar 75.36 %. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa volume produksi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan sebagian besar dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri dengan rata-rata persentase produksi sebesar 63.24 % selama periode Januari-Juni 2010. Rata-rata persentase produksi dari mitra tani hanya sebesar 34.65 %, sedangkan mitra beli hanya sebagian kecil saja, yaitu 2.11 %. Hal tersebut disebabkan karena program penanaman pakchoi baby lebih banyak dilakukan di lahan bidang produksi dibandingkan mitra tani, sedangkan pakchoi baby dari mitra beli hanya dibutuhkan jika terdapat kekurangan untuk memenuhi pemesanan dari konsumen, sehingga bagian pengadaan sayur yang berperan mencarinya ke mitra beli. Divisi pengemasan PT. Saung Mirwan mencatat semua jumlah sayuran BS (broken stock) selama penanganan pasca panen, sehingga diperoleh data BS beli, BS panen, BS cool room, BS pengembalian, dan BS trimming. BS beli merupakan jumlah sayuran baik berasal dari mitra tani maupun mitra beli yang tidak memenuhi standar penerimaan ataupun rusak selama proses pengangkutan ke divisi pengemasan. BS panen merupakan jumlah sayuran yang berasal dari bidang produksi yang tidak memenuhi standar penerimaan ataupun rusak selama proses pengangkutan ke divisi pengemasan. BS pengembalian merupakan jumlah sayuran yang dikembalikan setelah sayuran dikirim ke konsumen karena tidak memenuhi persyaratan dari konsumen tersebut atau mengalami kerusakan selama pengangkutan ke konsumen. BS cool room merupakan jumlah sayuran yang rusak selama penyimpanan di dalam cool room. BS trimming merupakan jumlah rompesan sayuran saat dilakukan trimming terutama pada sayuran daun, baik sayuran yang berasal dari bidang produksi, mitra tani maupun mitra beli.
71 Kehilangan hasil komoditi pakchoi baby selama periode Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 19. Kehilangan hasil pakchoi baby selama penanganan pasca panen berkisar antara 29-39 %. Sebagian besar jumlah kehilangan hasil disebabkan oleh adanya BS trimming. BS trimming yang tertinggi terjadi pada Januari 2010. Jika dilihat dari Tabel 18 maka terlihat bahwa pada bulan tersebut sebagian besar pakchoi baby dihasilkan dari mitra tani. Oleh karena itu, jumlah rompesan yang dihasilkan saat trimming akan semakin banyak. Hal tersebut disebabkan karena penanganan pasca panen yang dilakukan oleh mitra tani kurang teliti dan tingginya curah hujan pada bulan Januari 2010 yang menyebabkan sayuran di lahan petani menjadi kurang baik karena sebagian besar mitra tani melakukan penanaman pakchoi baby di lahan luar. Kondisi tersebut juga memicu pertumbuhan hama dan penyakit, sehingga pakchoi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 18. Produksi Komoditi Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 Volume Produksi (kg) Periode
Januari
Bid. Produksi
Mitra Tani
Mitra Beli
Total Produksi (kg)
Persentase (%) Bid. Produksi
Mitra Tani
Mitra Beli
928.0
2 852.0
10.5
3 790.5
24.48
75.24
0.28
Februari
1 972.0
908.5
96.5
2 977.0
66.24
30.52
3.24
Maret
3 151.0
910.5
112.5
4 174.0
75.49
21.81
2.70
April
3 892.0
220.5
12.0
4 124.5
94.36
5.35
0.29
Mei
1 129.0
1 439.5
26.0
2 594.5
43.52
55.48
1.00
Juni
1 286.0
332.5
88.0
1 706.5
75.36
19.48
5.16
Rata-rata
63.24
34.65
2.11
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan
72 Tabel 19. Kehilangan Hasil pada Pakchoi Baby di Divisi Pengemasan PT.Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 BS (Broken Stock) (kg)
Volume Produksi (kg)
Beli
Panen
Cool room
Pengembalian
Trimming
Total BS
Persentase Kehilangan Hasil (%)
Januari
3 790.5
28.0
340.0
77.0
69.0
758.0
1 272.0
33.56
Februari
2 977.0
5.0
200.0
-
41.8
674.0
920.8
30.93
Maret
4 174.0
-
641.5
14.0
28.1
604.5
1 288.1
30.86
April
4 124.5
-
582.5
14.0
59.7
561.0
1 217.2
29.51
Mei
2594.5
-
165.0
155.0
111.0
591.0
1 022.0
39.39
Juni
1 706.5
-
192.0
27.0
41.9
415.0
675.9
39.61
0.52
33.16
4.49
5.50
56.34
Periode
Persentase rata-rata (%)
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan
33.98
73 Volume produksi komoditi tomat cherry di PT. Saung Mirwan periode Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 20. Volume produksi tomat cherry tertinggi dihasilkan pada Maret 2010 yaitu 1 437 kg dan terendah pada Januari 2010 yaitu 375.5 kg. Volume produksi pada Maret 2010 sebagian besar dihasilkan dari bidang produksi yaitu sebesar 67.43 % (969 kg). Pada bulan itu mitra tani juga turut berperan banyak dalam memproduksi tomat cherry yaitu sebanyak 388 kg, sehingga volume produksi pada Maret 2010 mencapai volume tertinggi pada periode Januari-Juni 2010. Rendahnya volume produksi pada Januari 2010 disebabkan karena jumlah tanaman yang berproduksi sedikit dengan produktivitas yang telah menurun karena tanaman yang sudah tua dan sedang dilakukan penanaman baru di lahan produksi. Pada bulan tersebut mitra tani tidak berperan dalam memproduksi tomat cherry. Tomat cherry yang diperoleh dari mitra beli juga dalam jumlah kecil, sehingga volume produksinya sangat rendah. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa volume produksi tomat cherry di PT. Saung Mirwan sebagian besar dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri dengan persentase produksi rata-rata sebesar 85.39 % selama periode Januari-Juni 2010. Rata-rata persentase produksi dari mitra tani dan mitra beli selama periode tersebut hampir seimbang, yaitu masing-masing sebesar 7.36 % dari mitra tani dan 7.25 % dari mitra beli. Pada Juni 2010 keseluruhan produksi tomat cherry hanya dihasilkan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan. Hal itu disebabkan oleh sudah tidak ada mitra tani yang menanam tomat cherry dan rendahnya pemesanan dari konsumen (Tabel 23) sehingga bagian pengadaan sayur tidak memesan tomat cherry kepada mitra beli. Kehilangan hasil komoditi tomat cherry selama penanganan pasca panen pada periode Januari-Juni 2010 disajikan pada Tabel 21. Tingkat kehilangan hasil tomat cherry yang tertinggi terjadi pada Juni 2010 yaitu sebesar 60.79 %. Hal itu disebabkan oleh banyaknya jumlah BS cool room selama penyimpanan pada bulan itu. BS cool room yang terjadi pada tomat cherry biasanya mengakibatkan buah menjadi lunak dan busuk.
74 Tabel 20. Produksi Komoditi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 Periode Januari Februari Maret April Mei Juni
Volume Produksi (kg) Bid. Produksi Mitra Tani Mitra Beli 337.5 38.0 379.5 42.0 139.0 969.0 388.0 80.0 1 057.0 111.5 36.0 1 157.0 5.0 874.0 -
Total Produksi (kg) 375.5 560.5 1 437.0 1 204.5 1 162.0 874.0 Rata-rata
Bid. Produksi 89.88 67.71 67.43 87.75 99.57 100.00 85.39
Persentase (%) Mitra Tani 7.49 27.00 9.26 0.43 7.36
Mitra Beli 10.12 24.80 5.57 2.99 7.25
Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan
Tabel 21. Kehilangan Hasil pada Tomat Cherry di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 BS (Broken Stock) (kg) Cool room Pengembalian Trimming
Volume Produksi (kg)
Beli
Panen
Januari
375.5
-
0.5
-
3.3
0.5
4.3
1.13
Februari
560.5
-
2.0
1.5
6.6
-
10.1
1.80
Maret
1 437.0
-
12.5
54.0
29.0
5.0
100.5
6.99
April
1 204.5
-
20.5
90.0
15.0
3.0
128.5
10.67
Mei
1 162.0
-
10.0
47.0
45.0
1.0
103.0
8.86
Juni
874.0
-
23.0
494.0
14.3
-
531.3
60.79
0
7.80
78.22
12.89
1.08
Periode
Persentase rata-rata (%) Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan
Total BS
Persentase Kehilangan Hasil (%)
15.04
75 Faktor yang menyebabkan buah tomat menjadi BS adalah kerusakan akibat pendinginan (chilling injury) dan produksi panen yang melebihi target penjualan sehingga produk tersebut tertahan lama di dalam cool room dikarenakan tidak terjual. Menurut Pantastico et. al. (1986) kerusakan akibat pendinginan dapat menyebabkan banyak komoditi tidak mungkin disimpan pada suhu yang seharusnya dapat memperpanjang umur simpannya. Gejala kerusakan akibat pendinginan pada tomat ditunjukkan dengan buah tampak seperti basah karena dicelup ke dalam air. Hal tersebut dapat dilihat pada komoditi tomat cherry yang telah disimpan di dalam cool room divisi pengemasan PT. Saung Mirwan. Cook dalam Pantastico et. al. (1986) menyatakan bahwa tomat matang dapat disimpan selama 42 hari pada suhu 0 ºC dengan kehilangan karena pembusukan hanya sebesar 3 % saja. Tomat yang matang masih dapat dimakan dan berwarna baik, namun lunak. Kondisi buah yang lunak tersebut menyebabkan tomat menjadi BS, sehingga sudah tidak layak untuk dipasarkan. Selain itu, tomat termasuk dalam kelompok buah klimakterik. Pada buahbuahan klimakterik, laju respirasi meningkat dengan tajam selama periode pematangan dan pada awal penuaan (Zulkarnain, 2009). Menurut Kader (1992) tomat termasuk dalam komoditi hortikultura yang memiliki laju respirasi dalam kelas sedang, yaitu berkisar 10-20 ml CO2/kg-jam pada suhu 5 ºC (41 ºF). Semakin tinggi laju respirasi maka akan mengurangi umur simpan produk. Salah satu faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah etilen. Etilen dapat menginduksi peningkatan respirasi klimakterik, sehingga buah yang matang disimpan bersama-sama dengan buah yang belum matang mengakibatkan buahbuah yang belum matang akan menjadi matang lebih cepat bila dibandingkan tanpa kehadiran buah matang. Oleh karena itulah selama penyimpanan di dalam cool room, tomat cherry mengalami pematangan buah yang juga disertai dengan pelunakan buah, sehingga buah yang terlalu lama disimpan di dalam cool room menjadi BS.
PEMASARAN Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh pengusaha termasuk pengusaha tani (agribusinessman) dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (survival), untuk mendapatkan laba, dan untuk berkembang. Menurut Sa’id dan Intan (2001) pemasaran pertanian dapat didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian dari barang atau jasa yang dipertukarkan, baik input maupun produk pertanian. Bisnis sayuran memiliki tiga pendukung yang memegang peranan penting pada sistem distribusinya, yaitu konsumen, petani/produsen sayuran, dan pengusaha perantara. Konsumen adalah pembeli terakhir suatu produksi sayuran. Pengusaha produsen sayuran adalah pengusaha (orang yang menanamkan modal) yang langsung berhubungan langsung dengan proses produksi sayuran. Pengusaha perantara sayuran adalah pengusaha yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi sayuran, melainkan sebagai penyalur produksi sayuran. Beberapa pengusaha perantara sayuran adalah : (1) pedagang pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan komoditi pertanian dari petani kemudian menjualnya kembali dalam partai besar kepada orang lain; (2) pedagang besar, yaitu pedagang yang membeli komoditi pertanian dari pedagang pengumpul atau langsung dari petani serta menjual kembali kepada pedagang pengecer atau pedagang lainnya dan kepada pembeli untuk industri; (3) pedagang pengecer, yaitu pedagang yang menjual komoditi pertanian kepada konsumen dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Rahardi, 2001). Jalur pemasaran sayuran pakchoi baby dan tomat cherry di divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan melalui dua jalur. Jalur pertama yaitu sayuran dari mitra tani dijual langsung ke PT. Saung Mirwan kemudian dipasarkan ke supermarket, restoran, atau hotel. Jalur kedua yaitu petani menjual sayuran ke mitra beli (pengumpul) yang kemudian dijual ke PT. Saung Mirwan lalu dipasarkan ke supermarket, restoran, atau hotel. Skema jalur pemasaran sayuran
77 pakchoi baby dan tomat cherry di PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Gambar 28. Petani
Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Mitra Tani
Mitra Beli
PT. Saung Mirwan
Supermarket, Restoran, dan Hotel
Konsumen
Gambar 27. Skema Jalur Pemasaran Sayuran di PT. Saung Mirwan Berdasarkan skema jalur pemasaran tersebut diketahui bahwa PT. Saung Mirwan berperan sebagai produsen sayuran sekaligus sebagai pedagang besar. PT. Saung Mirwan berperan sebagai produsen karena memproduksi sebagian dari komoditi yang dijual, sedangkan berperan sebagai pedagang besar karena membeli komoditi sayuran dari petani (mitra tani) dan pedagang pengumpul (mitra beli) yang kemudian menjualnya kembali kepada pedagang pengecer (supermarket) dan kepada pembeli komersil (restoran dan hotel). Divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan hanya mengirimkan sayuran sesuai dengan jumlah pesanan dari pelanggan (konsumen), namun jumlah tersebut disesuaikan lagi dengan ketersediaan produk di divisi pengemasan. Kerusakan produk yang terjadi selama proses distribusi menjadi tanggung jawab perusahaan, sehingga produk tersebut dikembalikan lagi ke perusahaan.
78 Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan belum dapat memenuhi seluruh jumlah permintaan sayuran pakchoi baby dari pihak konsumen selama periode Januari hingga Juni 2010. Volume penjualan sayuran pakchoi baby selama periode tersebut selalu lebih rendah dibandingkan volume pemesanannya. Hal tersebut dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Volume Pemesanan 2 770.0 2 666.0 3 258.0 3 021.0 2 549.0 2 716.0 16 980.0
Volume Penjualan
…...…kg……… 2 384.0 2 056.0 2 332.0 2 624.0 1 815.0 1 343.0 12 554.0
Persentase Penjualan (%) 86.06 77.12 71.58 86.86 71.20 49.45 73.93
Sumber :Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan
Persentase penjualan komoditi pakchoi baby selama periode tersebut hanya mampu memenuhi pemesanan dari konsumen sebesar 73.93 % dengan volume penjualan sekitar 81 kg per hari. Persentase penjualan tertinggi terjadi pada April 2010 yaitu sebesar 86.86 %. Pada bulan tersebut sebenarnya volume produksi melebihi volume pemesanan dari konsumen tetapi karena tingginya tingkat kehilangan hasil mengakibatkan jumlah produk yang tersedia tidak mencukupi permintaan tersebut. Persentase penjualan terendah terjadi pada Juni 2010 yaitu sebesar 49.45 %. Hal itu terjadi karena produksi pada bulan tersebut sangat rendah dan tingkat kehilangan hasil yang terjadi pun tinggi, sehingga tidak dapat memenuhi permintaan dari konsumen. Divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan juga belum dapat memenuhi seluruh jumlah permintaan tomat cherry dari pihak konsumen selama periode Januari hingga Juni 2010. Volume penjualan tomat cherry selama periode tersebut
79 selalu lebih rendah dibandingkan volume pemesanannya. Hal tersebut dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Volume Pemesanan 1 857.0 1 612.0 1 510.0 1 464.0 1 179.0 539.0 8 161.0
Volume Penjualan
Persentase Penjualan (%)
…...…kg……… 362.0 551.0 1 281.0 1 087.0 832.0 510.0 4 623.0
19.49 34.18 84.83 74.25 70.57 94.62 56.65
Sumber :Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan
Persentase penjualan komoditi tomat cherry selama periode tersebut hanya mampu memenuhi pemesanan dari konsumen sebesar 56.65 % atau hanya sekitar setengah dari volume pemesanan selama periode tersebut dengan volume penjualan sekitar 29 kg per hari. Persentase penjualan tertinggi terjadi pada Juni 2010 yaitu sebesar 94.62 %. Pada bulan tersebut sebenarnya volume produksi melebihi volume pemesanan dari konsumen tetapi karena tingginya tingkat kehilangan hasil mengakibatkan jumlah produk yang tersedia tidak mencukupi permintaan tersebut. Selain itu terdapat penurunan volume pemesanan dari bulan sebelumnya hingga setengahnya. Hal tersebut disebabkan adanya kenaikan harga tomat cherry hingga mencapai Rp. 27 000 per kg dari divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan, sehingga jumlah permintaan tomat cherry menjadi menurun. Persentase penjualan terendah terjadi pada Januari 2010 yaitu sebesar 19.49 %. Hal itu terjadi karena produksi pada bulan tersebut sangat rendah.
Sistem Penjualan dan Pembayaran Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan ialah sistem penjualan putus. Sistem penjualan putus ini berarti PT. Saung Mirwan mengirimkan produk sayuran ke konsumen, baik supermarket, restoran, maupun
80 hotel, hanya sesuai dengan jumlah pemesanan dari pihak konsumen tersebut. Setelah sayuran yang dikirim sampai di konsumen, mereka akan melakukan pengecekan, penyeleksian, dan penimbangan ulang sesuai dengan pemesanan mereka. Pihak konsumen melakukan sortasi terhadap produk yang diterima sesuai dengan standar permintaan mereka. Sayuran yang tidak memenuhi standar permintaan atau rusak selama proses pengangkutan dikembalikan langsung kepada PT. Saung Mirwan. Jumlah pembayaran yang akan dibayar hanya sayuran yang diterima saja, sehingga jumlah yang harus dibayarkan oleh pemesan sesuai yang tertulis di faktur penjualan harus dikurangi dengan jumlah sayuran yang ditolak jika ada pengembalian dari konsumen. Sistem pembayaran yang dilakukan dengan cara transfer. Sistem pembayaran yang dilakukan masing-masing konsumen berbeda-beda sesuai perjanjiannya, yaitu ada yang melakukan pembayaran 14 hari sekali dan sebulan sekali. Namun, tidak semua konsumen selalu tepat melakukan pembayaran sesuai dengan jadwal pembayaran mereka, karena terkadang terdapat keterlambatan pembayaran oleh konsumen.
Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry Harga produk sayuran yang ditawarkan oleh PT. Saung Mirwan biasanya tersedia dalam bentuk curah (ura) dan pack. Harga ura biasanya lebih murah dibandingkan dengan harga pack, karena pack membutuhkan biaya pengemasan. Konsumen yang biasanya memesan produk dalam bentuk ura adalah restoran dan hotel, diantaranya adalah restoran cepat saji McDonald, Pizza Marzano, Burger King, Domino Pizza, dan beberapa hotel di Jakarta. Konsumen yang memesan dalam bentuk pack merupakan retail seperti Carrefour, Matahari (Foodmart dan Hypermart), Hari-Hari Swalayan, Sogo, Super Indo, Yogya, Ranch Market, dan Diamond.
Harga
produk
pada
masing-masing
konsumen
berbeda-beda
berdasarkan kesepakatan antara divisi penjualan sayur dan konsumen. Harga penjualan dari divisi penjualan sayur PT. Saung Mirwan untuk komoditi pakchoi baby berkisar antara Rp. 8 000-Rp 15 500 per kg, sedangkan untuk tomat cherry berkisar antara Rp. 15 000-Rp 25 000 per kg. PT. Saung Mirwan dalam menentukan harga berdasarkan pada informasi harga dari perhitungan struktur biaya yang diperlukan untuk satu unit produk.
81 Struktur biaya tersebut meliputi biaya produksi, biaya pengemasan, biaya pemasaran, biaya distribusi, dan lain-lain. Faktor lain yang menentukan harga suatu produk yaitu harga yang beredar di pasaran untuk produk sejenis. Harga tersebut terkadang berubah setiap minggunya. PT. Saung Mirwan mengajukan daftar harga sayuran yang akan dijual ke konsumen setiap minggunya untuk mempermudah konsumen dalam mengetahui harga. Daftar harga tersebut akan dinegosiasikan sehingga akan dicapai suatu tingkat harga yang disepakati bersama selama satu minggu ke depan. Harga pembelian produk kepada mitra tani telah disepakati sejak awal perjanjian dimulai. Harga produk yang berlaku tersebut bersifat tetap. Perubahan harga hanya terjadi apabila terjadi kenaikan biaya produksi di petani dan telah disetujui oleh kedua pihak tersebut. Hal tersebut mengakibatkan banyak petani yang ingin bermitra dengan PT. Saung Mirwan karena harga jual yang pasti dibandingkan menjualnya ke pasar tradisional. Tabel 24. Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan Saluran Pemasaran Bidang Produksi PT. Saung Mirwan Mitra Tani Petani Mitra Beli (Pengumpul) Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan Foodmart
Harga (Rp/kg) Pakchoi Baby Tomat Cherry 4 000 10 000 4 000 8 000 2 000 4 000 8 500 13 000 21 500 16 950 27 500
Sumber :Divisi Penjualan Sayur PT. Saung Mirwan
Tabel 24 menunjukkan harga komoditi pakchoi baby dan tomat cherry yang berbeda-beda di tiap-tiap saluran pemasaran. Harga pembelian pakchoi baby dari bidang produksi, mitra tani, dan mitra beli berada pada tingkat harga yang sama, sedangkan untuk tomat cherry pada tiap saluran pemasaran tersebut memiliki harga yang berbeda-beda. Pada pakchoi baby harga terendah terdapat pada petani yang menjual produk kepada mitra beli (pengumpul) yang kemudian dijual lagi ke PT. Saung Mirwan. Pada tomat cherry harga tertinggi adalah harga dari bidang produksi karena produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang paling
82 baik diantara ketiganya. Harga yang terdapat pada divisi penjualan sayur sudah termasuk biaya pengemasan, biaya distribusi, dan biaya pemasaran. Foodmart merupakan salah satu konsumen PT. Saung Mirwan yang merupakan pengecer sayuran kepada konsumen. Harga produk baik pakchoi baby maupun tomat cherry paling tinggi adalah harga di saluran pemasaran Foodmart. Harga di Foodmart tersebut sangat tinggi karena merupakan pasar dengan konsumen kelas menengah ke atas. Tata niaga sayuran yang terjadi di saluran pemasaran PT. Saung Mirwan menunjukkan bahwa tata niaga sayuran tersebut masih kurang efisien, karena kurang adilnya pembagian keuntungan. Hal ini terlihat dari sangat rendahnya harga produk sayuran di tingkat pengusaha produsen sayuran, terutama pengusaha sayuran skala kecil (petani). Menurut Rahardi et al. (2001) tata niaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga.
Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share) Farmer’s share berkaitan dengan tingkat kesejahteraan petani. Seringkali petani mendapatkan bagian keuntungan terkecil dari saluran pemasaran sayuran. Hal itu disebabkan adanya keterbatasan petani dalam penanganan pasca panen dan sedikitnya pengetahuan mereka di bidang pemasaran sayuran. Oleh karena itu, perbedaan harga yang terdapat di tingkat petani dengan yang ada di tingkat retail seperti supermarket sangat berbeda jauh. Tabel 25. Farmer’s Share di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan Saluran Pemasaran
Farmer's Share Pakchoi Baby
Tomat Cherry
Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
23.60
36.36
Mitra Tani
23.60
29.09
Petani
11.80
-
Mitra Beli (Pengumpul)
23.60
30.91
Sumber : Hasil Pengamatan
83 Tabel 25 menunjukkan persentase bagian yang diterima dari penjualan pakchoi baby dan tomat cherry di saluran pemasaran PT. Saung Mirwan. Persentase bagian yang diterima oleh bidang produksi, mitra tani, dan mitra beli untuk komoditi pakchoi baby berada pada tingkat yang sama, yaitu 23.6 %. Persentase terendah berada pada tingkat petani yang menjual pakchoi baby kepada mitra beli yaitu sebesar 11.8 %, sehingga dapat dikatakan bahwa persentase bagian yang diterima oleh mitra beli mencapai dua kali lipat dari petani. Persentase bagian tertinggi dari penjualan tomat cherry diterima oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan, yaitu sebesar 36.36 %, sedangkan persentase bagian terendah diterima oleh mitra tani, yaitu sebesar 29.09 %. Adanya marjin pemasaran yang sangat tinggi di supermarket disebabkan karena biaya-biaya seperti sewa gedung, ruang penyimpanan sayur, pajak, distribusi, dan biaya lainnya dibebankan kepada konsumen. Yulianti (2009) menyatakan bahwa harga penjualan di tingkat petani untuk komoditi sayuran organik seperti wortel dan petsai di saluran pemasaran Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) tidak akan mengalami penurunan. Farmer’s share yang diterima petani YBSB berkisar antara 1.9-13.5 %. Menurut Winata (2006) Farmer’s Share di saluran pemasaran PD Pacet Segar yaitu 18.7 %
untuk
komoditi brokoli dan 21.7 % untuk komoditi selada daun, sedangkan Farmer’s Share di saluran pemasaran CV Putri Segar yaitu 22.5 % untuk komoditi brokoli dan 21.2 % untuk komoditi selada daun. Sarumaha (2005) juga menyatakan bahwa Farmer’s Share untuk komoditi wortel di saluran pemasaran Pacet Segar, Taruna Mekar, dan YBSB berturut-turut yaitu 8.4 %, 27.1 %, dan 9 %.
ANALISIS USAHA TANI Analisis kelayakan usaha tani merupakan perkiraan biaya (pengeluaran) dan manfaat (penerimaan) dari suatu usaha pertanian yang dilakukan untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan apakah usaha tersebut layak diusahakan dan mempunyai keuntungan yang layak. Biaya dan manfaat yang telah diidentifikasi akan dibandingkan dan dinilai dalam bentuk uang, sehingga dapat diketahui kelayakan suatu usaha dan perkiraan keuntungan yang didapat. Kelayakan usaha tani dapat dilihat dari nilai NPV (Net Present Value), R/C rasio (Revenue Cost Ratio), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), BEP (Break Even Point). Suatu usaha dinyatakan layak jika nilai NPV ≥ 0, R/C rasio > 1, Net B/C rasio > 0, dan jumlah produksi minimal yang dihasilkan selama periode penanaman untuk mengembalikan modal usaha (BEP). Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Luas yang digunakan baik untuk pakchoi baby dan tomat cherry adalah 1 000 m2. 2. Rata-rata produksi pakchoi baby di lahan mitra tani sebesar 1.8 kg/m2. 3. Rata-rata produksi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan sebesar 2.13 kg/m2. 4. Populasi tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah 2 270 tanaman/1 000 m2 dengan rata-rata produksinya sebesar 2.5 kg/tanaman. 5. Periode tanaman pakchoi baby selama 6 minggu, edamame selama 13 minggu, dan tomat cherry selama 26 minggu. 6. Upah tenaga kerja di mitra tani adalah Rp 10 000 untuk 1 HOKW (Hari Orang Kerja Wanita), Rp 17 500 untuk 1 HOKP (Hari Orang Kerja Pria), dan Rp 25 000 untuk upah panen 7. Upah tenaga kerja di PT. Saung Mirwan adalah Rp 13 500 untuk 1 HOKW (Hari Orang Kerja Wanita) dan Rp 19 000 untuk 1 HOKP (Hari Orang Kerja Pria). 8. Tingkat suku bunga tidak diperhitungkan. 9. Harga yang digunakan dalam analisis ini berdasarkan harga pada tahun 2010.
85 Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby yang Ditumpangsarikan dengan Edamame (Mitra Tani) A. Biaya Variabel 1. Benih pakchoi (200 g x Rp 30 000/100 g)
Rp
60 000
2. Benih edamame (10 kg x Rp 35 000/kg )
Rp 350 000
3. Pupuk kandang (20 karung x Rp 7 000/karung)
Rp 140 000
4. Pupuk urea (50 kg x Rp 1 600/kg)
Rp
5. Pupuk NPK majemuk (45 kg x Rp 3 500/kg)
Rp 157 500
80 000
6. Pestisida : •
Decis (1 000 ml x Rp 18 000/100 ml)
Rp 180 000
•
Propil (500 ml x Rp 18 000/100 ml)
Rp
•
Dithane (1 250 g x Rp 24 000/250 g)
Rp 120 000
•
Antracol (1 250 g x Rp 24 000/250 g)
Rp 120 000
•
Furadan (2.5 kg x Rp 24 000/2 kg )
Rp
30 000
7. Pupuk Daun (Gandasil D) (1 000 g x Rp 7 000/100 g)
Rp
70 000
8. Perekat (Agristic) (1 000 ml x Rp 40 000/1 000 ml)
Rp
40 000
Total Biaya Variabel
90 000
Rp 1 437 500
B. Biaya Tetap 1. Sewa lahan (1 000 m2 x Rp 2 167/m2)
Rp 2 167 000
2. Tenaga kerja : •
Pengolahan (10 orang x 4 hari x Rp 17 500/HOKP)
Rp 700 000
•
Penanaman (15 orang x 2 hari x Rp 10 000/HOKW)
Rp 300 000
•
Penyiangan (3 orang x 10 hari x Rp 10 000/HOKW)
Rp 300 000
•
Penyemprotan (5 orang x 2 hari x Rp 17 500/HOKP)
Rp 175 000
•
Pemanenan (15 orang x 2 hari x Rp 25 000/HOKP)
Rp 750 000
Total Biaya Tetap
Rp 4 392 000
C. Biaya Lain-lain Transportasi (10 % x (A+B)) Total Biaya per Periode
Rp 582 950 Rp 6 412 450
86 •
Total penerimaan produksi pakchoi baby dan edamame per periode oleh mitra tani : Penerimaan = (1 000 m2 x 1.8 kg/m2 x Rp 4 000/kg pakchoi baby) + (600 kg x Rp 6 500/kg edamame) = Rp 11 100 000
•
NPV = Penerimaan – Biaya usaha tani pakchoi baby per periode = Rp 11 100 000 – Rp 6 412 450 = Rp 4 687 550 (NPV ≥ 0) Artinya, kegiatan usaha tani pakchoi baby yang dilakukan oleh mitra tani tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 4 687 550 per periode.
•
R/C Rasio
= Penerimaan : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode = Rp 11 100 000 : Rp 6 412 450 = 1.73 (R/C rasio > 1)
Artinya, setiap penambahan satu satuan biaya akan meningkatkan penerimaan sebanyak 1.73 satuan. •
Net B/C Rasio = NPV : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode = Rp 4 687 550 : Rp 6 412 450 = 0.73 (B/C rasio > 0) Artinya, setiap menambahkan 1 satuan biaya akan mendapatkan manfaat sebanyak 0.73.
•
BEP pakchoi baby
= Total biaya per periode : harga per kg = Rp 6 412 450 : Rp 4 000 = 1 604 kg
BEP edamame
= Total biaya per periode : harga per kg = Rp 6 412 450 : Rp 6 500 = 987 kg
Artinya, untuk mendapatkan modal kembali harus dijual sebanyak 1 604 kg pakchoi baby atau 987 kg edamame oleh mitra tani.
87 Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (PT. Saung Mirwan) A. Biaya Variabel 1. Benih (400 g x Rp 23 750/100 g)
Rp
2. Pupuk kambing (183.5 karung x Rp 4 000/karung)
Rp 734 000
3. Pupuk ayam (27.5 karung x Rp 7 000/karung)
Rp 192 500
4. Pupuk urea (50 kg x Rp 1 400/kg)
Rp
5. Pupuk TSP (100 kg x Rp 1 200/kg)
Rp 120 000
6. Pestisida
Rp 340 000
7. Material produksi lain (bensin)
Rp
Total Biaya Variabel
95 000
70 000
45 000
Rp 1 596 500
B. Biaya Tetap 1. Sewa lahan greenhouse (1 000 m2 x Rp 1 385/m2)
Rp 1 385 000
2. Tenaga kerja : •
Pengolahan (2 orang x 5 hari x Rp 19 000/HOKP)
Rp 190 000
•
Penanaman (15 orang x 2 hari x Rp 13 500/HOKW)
Rp 405 000
•
Penyiangan (3 orang x 10 hari x Rp 13 500/HOKW)
Rp 405 000
•
Penyemprotan (5 orang x 2 hari x Rp 19 000/HOKP)
Rp 190 000
•
Pemanenan (15 orang x 2 hari x Rp 19 000/HOKP)
Rp 570 000
3. Listrik
Rp
33 000
Total Biaya Tetap
Rp 3 178 000
C. Biaya Lain-lain (10 % x (A+B))
Rp 477 450
Total Biaya per Periode
Rp 5 251 950
•
Total penerimaan produksi pakchoi baby per periode oleh PT. Saung Mirwan : Penerimaan = 1 000 m2 x 2.13 kg/m2 x Rp 4 000/kg = Rp 8 520 000
•
NPV = Penerimaan – Biaya usaha tani pakchoi baby per periode = Rp 8 520 000 – Rp 5 251 950 = Rp 3 268 050 (NPV ≥ 0)
88 Artinya, kegiatan usaha tani pakchoi baby yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3 268 050 per periode. •
R/C Rasio
= Penerimaan : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode = Rp 8 520 000 : Rp 5 251 950 = 1.62 (R/C rasio > 1)
Artinya, setiap penambahan satu satuan biaya akan meningkatkan penerimaan sebanyak 1.62 satuan. •
Net B/C Rasio = NPV : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode = Rp 3 268 050 : Rp 5 251 950 = 0.62 (B/C rasio > 0) Artinya, setiap menambahkan 1 satuan biaya akan mendapatkan manfaat sebanyak 0.62.
•
BEP
= Total biaya per periode : harga per kg = Rp 5 251 950 : Rp 4 000 = 1 313 kg
Artinya, untuk mendapatkan modal kembali harus dijual sebanyak 1 313 kg pakchoi baby oleh PT. Saung Mirwan.
89 Analisis Usaha Tani Tomat Cherry (PT. Saung Mirwan) A. Biaya Variabel 1. Benih (2 497 benih x Rp 1 200/benih)
Rp 2 996 400
2. Pupuk : •
CaNO3 (465 kg x Rp 11 000/kg)
Rp 5 115 000
•
FeEDTA (3281.25 g x Rp 157/g)
Rp 515 156
•
MgSO4 (225 kg x Rp 4 500/kg)
Rp 1 012 500
•
KNO3 (236.25 kg x Rp 20 000/kg)
Rp 4 725 000
•
K2SO4 (161.25 kg x Rp 19 000/kg)
Rp 3 063 750
•
KH2PO4 (82.5 kg x Rp 43 500/kg)
Rp 3 588 750
•
Borax (1443.75 g x Rp 30/g)
Rp
43 313
•
MNSO4 (862.5 g x Rp 23/g)
Rp
19 838
•
ZnSO4 (731.25 g x Rp 31/g)
Rp
22 669
•
Na2MoO4 (61.875 g x Rp 571/g)
Rp
35 331
•
CuSO4 (93.75 g x Rp 47/g )
Rp
4 406
3. Pestisida
Rp 6 563 000
4. Polibag (18 kg x Rp 25 000/kg)
Rp 450 000
5. Arang sekam (227 karung x Rp 4 000/karung)
Rp 908 000
6. Benang ajir (12 gulung x Rp 10 000/gulung)
Rp 120 000
7. Baki semai (10 buah x Rp 5 000/buah)
Rp
8. Tray semai (65 buah x Rp 17 500/buah)
Rp 1 137 500
Total Biaya Variabel
50 000
Rp 30 370 613
B. Biaya Tetap 1. Sewa lahan greenhouse (1000 m2 x Rp 6 000/m2)
Rp 6 000 000
2. Tenaga kerja : •
Penyemaian (2 orang x 1 hari x Rp 13 500/HOKW)
•
Pengisian polibag (4 orang x 3 hari x Rp 19 000/HOKP)Rp 228 000
•
Pindah tanam (3 orang x 2 hari x Rp 13 500/HOKW)
Rp
81 000
•
Penanaman (3 orang x 2 hari x Rp 13 500/HOKW)
Rp
81 000
•
Pengajiran (2 orang x 3 hari x Rp 19 000/HOKP)
Rp 114 000
Rp
27 000
90 •
Pewiwilan (4 orang x 10 hari x Rp 13 500/HOKW)
Rp 540 000
•
Pemangkasan (4 orang x 7 hari x Rp 19 000/HOKP)
Rp 532 000
•
Penyemprotan (4 orang x 10 hari x Rp 19 000/HOKP) Rp 760 000
•
Pemanenan (10 orang x 10 hari x Rp 19 000/HOKP)
3. Listrik
Rp 1 900 000 Rp 142 000
Total Biaya Tetap
Rp 10 405 000
C. Biaya Lain-lain (10 % x (A+B))
Rp 4 077 561
Total Biaya per Periode
Rp 44 853 174
•
Total penerimaan produksi tomat cherry per periode oleh PT. Saung Mirwan : Penerimaan = 2 270 tanaman x 2.5 kg/tanaman x Rp 10 000/kg = Rp 56 750 000
•
NPV = Penerimaan – Biaya usaha tani pakchoi baby per periode = Rp 56 750 000 – Rp 44 853 174 = Rp 11 896 826 (NPV ≥ 0) Artinya, kegiatan usaha tani tomat cherry yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan tersebut mendapatkan keuntungan sebesar Rp 11 896 826 per periode.
•
R/C Rasio
= Penerimaan : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode = Rp 56 750 000 : Rp 44 853 174 = 1.27 (R/C rasio > 1)
Artinya, setiap penambahan satu satuan biaya akan meningkatkan penerimaan sebanyak 1.27 satuan. •
Net B/C Rasio = NPV : Biaya usaha tani pakchoi baby per periode = Rp 11 896 827 : Rp 44 853 174 = 0.27 (B/C rasio > 0) Artinya, setiap menambahkan 1 satuan biaya akan mendapatkan manfaat sebanyak 0.27.
91 •
BEP
= Total biaya per periode : harga per kg = Rp 44 853 174 : Rp 10 000 = 4 486 kg
Artinya, untuk mendapatkan modal kembali harus dijual sebanyak 4 486 kg tomat cherry oleh PT. Saung Mirwan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani melakukan kegiatan budidaya pakchoi baby dengan teknik yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi lokasi penanaman, metode penanaman, pola tanam dan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh keduanya. Pola tanam yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan adalah pola tanam monokultur dengan metode penanaman langsung, sedangkan mitra tani menerapkan pola tanam tumpang sari dengan metode penanaman menggunakan persemaian terlebih dahulu. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kegiatan budidaya yang dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan lebih baik dibandingkan mitra tani. Hal itu disebabkan karena PT. Saung Mirwan telah menggunakan peralatan modern, yaitu penggunaan traktor untuk pengolahan tanah dan penggunaan sistem irigasi kabut untuk penyiraman. Produk hasil panen tidak seluruhnya dapat dipasarkan karena ada bagianbagian tertentu dari tanaman yang tidak dapat dikonsumsi, seperti akar, daun yang tua, berlubang, maupun menguning. Persentase hasil yang dapat dipasarkan untuk komoditi panen pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi PT. Saung Mirwan berkisar antara 61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh tingginya kehilangan bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk dipasarkan. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan yang terjadi di mitra tani, yaitu sebesar 90-96 %. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di mitra tani hanya membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi saat panen di lahan hanya dalam jumlah kecil. Kehilangan hasil pakchoi baby selama penanganan pasca panen pada periode Januari-Juni 2010 berkisar antara 29-39 %. Sebagian besar jumlah kehilangan hasil disebabkan oleh adanya BS trimming. Kehilangan hasil tomat cherry selama penanganan pasca panen yang tertinggi terjadi pada Juni 2010 yaitu sebesar 60.79 %. Hal itu disebabkan oleh banyaknya jumlah BS cool room selama penyimpanan pada bulan itu. BS cool room yang terjadi pada tomat cherry biasanya mengakibatkan buah menjadi lunak dan busuk.
93 Volume produksi pakchoi baby di PT. Saung Mirwan sebagian besar dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri dengan rata-rata persentase produksi sebesar 63.24 % selama periode Januari-Juni 2010. Rata-rata persentase produksi dari mitra tani hanya sebesar 34.65 %, sedangkan mitra beli hanya sebagian kecilnya saja, yaitu 2.11 %. Volume produksi tomat cherry di PT. Saung Mirwan sebagian besar juga dihasilkan oleh bidang produksinya sendiri dengan persentase produksi rata-rata sebesar 85.39 % selama periode Januari-Juni 2010. Rata-rata persentase produksi dari mitra tani dan mitra beli selama periode tersebut hampir seimbang, yaitu masing-masing sebesar 7.36 % dari mitra tani dan 7.25 % dari mitra beli. Pemasaran komoditi pakchoi baby dan tomat cherry di PT. Saung Mirwan memiliki pasar tujuan dengan konsumen kelas menengah ke atas, yaitu supermarket, hotel, dan restoran. Sistem penjualan yang dilakukan adalah sistem penjualan terputus dengan pembayaran melaui transfer. Komoditi pakchoi baby berada pada tingkat harga yang sama untuk bidang produksi, mitra tani, dan mitra beli Rp 4 000/kg, sehingga farmer’s share yang didapatkan sama yaitu sebesar 23.6 %. Harga tomat cherry pada tiap saluran pemasaran memiliki harga yang berbeda-beda. Harga dari bidang produksi sebesar Rp 10 000/kg, mitra tani sebesar Rp 8 000/kg, dan mitra beli sebesar Rp 8 500/kg, sehingga farmer’s share yang diterima berturut-turut adalah sebesar 36.36 %, 29.09 %, dan 30.91 %.
Saran
Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung
Mirwan dan mitra tani untuk komoditi pakchoi baby seyogyanya dilakukan lebih teliti lagi agar persentase kehilangan hasil selama penanganan pasca panen di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan dapat diminimalkan. Selain itu, perlu adanya perencanaan produksi yang baik dan tepat agar produk yang dihasilkan tidak tertahan lama di dalam cool room akibat produksi yang berlebihan atau produk yang tidak terjual karena tidak sesuai dengan target penjualan.
DAFTAR PUSTAKA Akamine, E.K., H. Kitagawa, H. Subramanyam, dan P.G. Long. 1986. Kegiatankegiatan dalam Gudang Pengemasan, hal.421-445. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press. Arif, C. 2008. Optimisasi Nilai Konduktivitas Listrik Larutan Nutrisi pada Sistem Hidroponik Tanaman Tomat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. (Tidak Dipublikasikan) Baggett, J.R. and W.A. Frazier. 1978. ‘Oregon Cherry” Tomato. HortScience. 13(5):598. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. 2008. Laporan Tahunan BB Pasca Panen Tahun 2007. Bogor. 71 hal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2008. Kerusakan Produk Sayuran di DKI Jakarta 2006. http://jakarta.litbang.deptan.go.id. [22 oktober 2009] Cahyono, B. 2008. Tomat : Usaha Tani, dan Penanganan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 136 hal. Chace, W., dan Er.B. Pantastico. 1986. Azas-azas Pengangkutan dan Operasi Pengangkutan Komersial, hal.713-749. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press. Ditjen Hortikultura, 2009. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Periode 20032008. http://www.hortikultura.deptan.go.id [08 Oktober 2009]. Hardenberg, R.E. 1986. Dasar-dasar Pengemasan Bagian 1 (Pertimbanganpertimbangan Umum), hal.446-477. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press. Harjadi, S.S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Haryanto, B. dan A. Rochani. 2006. Indonesia (2), p 158-163. In R.S. Rolle (Ed.). Postharvest Management of Fruits and Vegetables in the Asia-Pasific Region. Asian Productivity Organization (APO). Tokyo. 312 p.
95 Heddy, S., W.H. Susanto, dan M. Kurniati. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 246 hal. Jones, R.A., P.G. Smith, A.H. Millett, and K.A Kimble. 1980. ‘Royal Red Cherry” and ‘Short Red Cherry’ Tomato. Hort Science. 15(1):98. Kader, A.A. 1990. Modified Atmosphere Packaging of Fruits and Vegetables. AFHB. Kuala Lumpur. __________. 1992. Postharvest Technology of Horticultural Crops. Divisions of Agriculture and Natural Resources. University of California. Marliana. 2008. Analisis Manfaat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Keputusan Petani terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT. Saung Mirwan. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan) . Marpaung, L. 1997. Pemanenan dan penanganan buah tomat, hal. 118-127. Dalam A.S. Duriat, W.W. Hadisoeganda, A.H. Permadi, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki, dan S. Sastrosiswojo (Eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Bandung. Muchtadi, D. dan B. Anjarsari. 1996. Penanganan Pasca Panen dalam Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas Sayuran. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Bekerjasama dengan Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Bandung dan CIBA Plant Protection. Bandung. Hal. 91-103. Nugrohaini, F. 2005. Penanganan Pasca Panen Tomat dan Paprika di Sentra Produksi Garut dan Bandung untuk Tujuan Supermarket. Departemen Budidaya Pertanian, Faultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan) Nurtika, N. dan Z. Abidin. 1997. Budidaya tanaman tomat, hal. 62-80. Dalam A.S. Duriat, W.W. Hadisoeganda, A.H. Permadi, R.M. Sinaga, Y. Hilman, R.S. Basuki, dan S. Sastrosiswojo (Eds.). Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa). Bandung. Opena, R.T and H.A.M van der Vossen. 1994. Lycopersicon esculentum Miller, p 199-205. In Siemonsma, J.S. and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of South-East Asia, Vegetables. PROSEA. Bogor. 412 p. Pantastico, Er.B., A.K. Mattoo, T. Murada, dan K. Ogata. 1986. Kerusakankerusakan karena Pendinginan, hal.539-577. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press.
96 Pantastico, Er.B, dan F. Venter. 1986. Gangguan-gangguan Fisiologi Selain Kerusakan Akibat Pendinginan Bagian 2 (Tomat), hal.597-603. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press. Pantastico, Er.B., T.K Chattopadhyay, dan H. Subramanyam. 1986. Penyimpanan dan Operasi Penyimpanan Secara Komersil, hal.495-536. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press. Peet, M.M., dan M. Bartholemew. 1986. Effect of night temperature on pollen characteristic, growth, and fruit set in tomato. J.Amer. Soc. Hort. Sci. 12(3):514-519. Rahardi, F., R. Palungkun, dan A. Budiarti. 2001. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 50 hal. Rapusas, R.S. 2006. Philipines (2), p 228-244. In R.S. Rolle (Ed.). Postharvest Management of Fruits and Vegetables in the Asia-Pasific Region. Asian Productivity Organization (APO). Tokyo. 312 p. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. World Vegetable : Principles, Production, and Nutrition Values, 2nd ed. Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg, Maryland. 843 p. Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius. Jakarta. 84 hal. Sa’id, E.G. dan A.H. Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta. 152 hal. Sarumaha, E. 2005. Penanganan Pasca Panen di Saluran Pemasaran Wortel, Caisin, dan Jagung Semi. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan) Spinks, G.R. dan J.C. Abbot. 1986. Praktek-praktek Pemasaran dan Penanganan di Daerah Tropika Bagian 1 (Asia Tenggara : Suatu Analisis Praktekpraktek Pemasaran Umum), hal.830-849. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press. Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 131 hal.
97 Tay, D.C.S. and H. Toxopeus. 1994. Brassica rapa L. cv. group Pakchoi, p 130134. In Siemonsma, J.S. and K. Piluek (Eds.). Plant Resources of SouthEast Asia, Vegetables. PROSEA. Bogor. 412 p. Thompson, A.K., M.B. Bhatti, dan P.P Rubio. 1986. Pemanenan, hal.371-387. Dalam Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen : Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika (Penerjemah : Kamariyani). Gajah Mada University Press. Trisnawati, Y. dan A.I. Setiawan. 1994. Tomat : Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal. Williams, C.N., J.O. Uzo, dan W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. (Terjemahan dari : Vegetable Production In The Tropics. Penerjemah : S. Ronoprawiro). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 374 hal. Winata, S.A. 2006. Penanganan Pasca Panen Komoditi Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L. Subvar. Cymosa Lamm) dan Selada Daun (Lactuca sativa L.) untuk Tujuan Pasar Swalayan. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan) Yulianti, W. 2009. Pengusahaan Sayuran Organik Wortel (Daucus carota L.) dan Petsai (Brassica chinensis L.) di Yayasan Bina Sarana Bakti, CisaruaBogor. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan) Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta. 336 hal.
98
LAMPIRAN
99
Lampiran 1. Lay Out Bangunan
100
Wuwungan 20/40 + reg 3/4
Wuwungan 20/40 + reg 3/4 Reg 3/4 0.30
Kuda‐kuda 20/40
0.75
Gording L.30/30 + reg 3/4 0.85
Kawat Nyamuk Hijau 4.00
L.30/30
Tiang 40/40
Plastik UV 12% 0.25 0.70
6.40 PENAMPANG MELINTANG
GREEN HOUSE SAUNG MIRWAN ( LUAS = 40.00 X 6.40 = 256.00M2 )
Lampiran 2.. Lay Out Green House
101 PT. SAUNG MIRWAN
QA
IT
R&D
BIDANG PRODUKSI
BIDANG KOMERSIL
BIDANG UMUM
KEBUN GADOG
DIV. PENJUALAN SAYUR
DIV. G A
KEBUN LEMAH NEUNDEUT
DIV. PENJUALAN BUNGA
DIV. HR
KEBUN CIPANAS
DIV. PENGADAAN
DIV. KEU/AK
KEBUN GARUT
DIV. PENGEMASAN
DIV. TEKNIK
DIV. KEMITRAAN
Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan
102 Lampiran 4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010 Posisi Bidang
Divisi
Umum Keu/Acc UMM (Umum, RTK, Pamper, Serv-in Logistik, Gudang, Teknik) HR Total Umum Komersial Kemitraan Prossesing & Pengemasan Penjualan Pengadaan Distribusi Total Komersial
Direktur Manajer Kabag
Kasi
Kasubsi Bulanan
Harian Harian Borongan Tetap Lepas 0 0 0 0 0 0
Total
1 0
0 0
0 2
0 5
0 4
0 1
0
0
1
4
6
26
8
4
2
51
0 1
1 1
0 3
1 10
0 10
0 27
0 8
0 4
0 2
2 66
1 0
0 1
0 1
0 0
0 1
0 0
0 0
0 0
0 0
1 1
0
1
2
0
5
6
13
0
34
61
0 0 0
1 0 0
2 1 0
3 0 1
2 4 0
3 2 24
0 0 0
1 0 5
0 0 0
12 7 30
1
3
8
4
12
35
13
6
34
114
Total/ Bidang
1 12
66
114
103 Lampiran 4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010 (lanjutan) Posisi Bidang
Divisi
Produksi HPT BRC BXC BPT BCF SKL SM Lemah Neundet SM Cipanas SM Garut Total Produksi Grand Total
Direktur Manajer Kabag
Kasi
Kasubsi Bulanan
Harian Harian Borongan Tetap Lepas 0 0 0 0 0 0 16 8 18 5 21 50 5 1 2 2 6 0 2 0 1
Total
Total/ Bidang
1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 0 0
0 0 1 0 0 0 0
0 0 4 3 1 0 0
0 0 6 5 3 2 0
0
0
1
1
3
8
16
0
9
33
0 0 1
0 0 0
0 0 4
1 3 6
5 3 19
0 1 25
0 12 58
39 7 82
0 0 80
45 26 275
275
3
4
13
20
41
87
79
92
116
455
455
Sumber : Divisi Human Resources (HR), PT. Saung Mirwan
1 1 54 84 13 10 3
104 Lampiran 5. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pakchoi Baby No. 1 2 3 4 5 6
Pestisida Decis Curacron Regent Lanatte Proclaim Previcur
7
Furadan
Bahan Aktif deltametrin 25 g/l profenofos 500 g/l metomil 25% emamektin benzoat 5% propamokarb hidroklorida 722 g/l karbofuran 3 %
Golongan Insektisida Insektisida Insektisida Insektisida Insektisida Fungisida
Konsentrasi per liter 0.5 1 1 1 0.2 0.3
Satuan ml ml ml g g ml
Insektisida/Nematisida
OPT/Penyakit Ulat Ulat, kutu loncat Ulat, kutu loncat Ulat Ulat Busuk daun, busuk pangkal batang Nematoda
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Lampiran 6. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat Cherry No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pestisida Confidor Rinso Trigard Daconil Lanatte Cabrio Metindo Agrimec Morestan Antracol
11 12 13
Dithane M-45 Lifolatan Tetramisin sufat
Bahan Aktif imidakloprid 200 g/l siromazin 75% klorotalonil 75% metomil 25% pyraclostrobin 250 g/l metomil abamektin 18.4 g/l
Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan
Golongan Insektisida Fungisida Insektisida Fungisida Insektisida Fungisida Insektisida Insektisida Fungisida Fungisida
Konsentrasi per liter 0.75 0.5 0.3 1 1 0.75 1 0.75 1 1
Satuan ml g g ml g ml g ml g g
Fungisida Fungisida Bakterisida
1 1 1
g g g
OPT/Penyakit Mites, thrips, aphids, white fly Leafminer Karat White fly, ulat Kutu kebul, ulat, aphids, white fly Leaminer, thrips, mites Embun tepung Bercak daun, Pytophthora infestans Bercak daun Pytophthora infestans Penyakit layu
105 Lampiran 7.Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis Penulis No.
Jenis Kegiatan
A. Pakchoi Baby 1 Pengolahan tanah 2 Penanaman 3 Penjarangan 4 Penyulaman 5 Penyemprotan 6 Pemanenan 7 Sortasi dan trimming 8 Pengemasan B. Tomat Cherry 1 Penyemaian 2 Pengisian polibag 3 Pindah tanam 4 Penanaman 5 Pengajiran 6 Pewiwilan 7 Pemangkasan 8 Penyemprotan 9 Pemanenan 10 Sortasi dan grading 11 Pengemasan
Karyawan
Satuan
Volume dalam HOK
Prestasi dalam per jam
Volume dalam HOK
Prestasi dalam per jam
bedeng bedeng bedeng bedeng bedeng bedeng kg pack
28 3.5 7 7 240.1 2.1 336 210
4 0.5 1 1 34.3 0.3 48 30
84 5.25 10.5 10.5 336 3.5 504 420
12 0.75 1.5 1.5 48 0.5 72 60
baki polibag tray polibag polibag polibag polibag polibag polibag kg pack
84 420 14 1680 420 420 420 1260 210 84 210
12 60 2 240 60 60 60 180 30 12 30
168 630 35 2940 1260 840 840 4200 280 126 420
24 90 5 420 180 120 120 600 40 18 60
Keterangan: HOK per orang dalam sehari dihitung 7 jam
106
Lampiran 8. Skema Jaringan Irigasi Tetes
107
Lampiran 9. Lay Out Jaringan Irigasi Tetes