PENGUSAHAAN SAYURAN ORGANIK WORTEL (Daucus carota L.) DAN PETSAI (Brassica chinensis L.) DI YAYASAN BINA SARANA BAKTI, CISARUA-BOGOR
OLEH
WINDA YULIANTI A24051378
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENGUSAHAAN SAYURAN ORGANIK WORTEL (Daucus carota L.) DAN PETSAI (Brassica chinensis L.) DI YAYASAN BINA SARANA BAKTI, CISARUA-BOGOR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Winda Yulianti A24051378
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN WINDA YULIANTI. Pengusahaan Sayuran Organik Wortel (Daucus carota L.) Dan Petsai (Brassica chinensis L.) Di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor. (Dibimbing oleh Bambang Sapta Purwoko). Kegiatan magang ini dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan, mengetahui dan membandingkan kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran organik antara sistem pertanian organik di YBSB dengan sistem pertanian organik petani binaan YBSB (khususnya wortel dan petsai) serta mengetahui jumlah kehilangan hasil selama panen dan penanganan pasca panen yang dilakukan di Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB), Cisarua-Bogor pada tanggal 12 Februari sampai 12 Juni 2009. Metode pelaksanaan magang dengan mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh YBSB yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman serta survey dengan mempersiapkan kuesioner untuk mengetahui perbandingan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen dengan mengambil sample 15 petani yang terdiri atas petani YBSB, petani Mendawai (dekat dengan kebun YBSB) dan petani Mitra (jauh dari kebun YBSB). Hasil kegiatan magang menunjukkan bahwa hasil panen komoditas wortel yang diperoleh petani YBSB, Mendawai dan Mitra adalah 17.8 kg, 15.5 kg dan 10 kg sedangkan hasil panen komoditas petsai adalah 7.95 kg, 5.2 kg dan 5 kg. Kehilangan hasil panen tertinggi di lahan untuk komoditas wortel ialah petani Mendawai sedangkan kehilangan hasil panen tertinggi di lahan untuk komoditas petsai ialah petani YBSB. Dari kegiatan magang tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil panen petani YBSB untuk komoditas wortel dan petsai lebih tinggi dibandingkan kedua kelompok petani lainnya. Hal tersebut disebabkan karena cara budidaya yang diterapkan oleh petani YBSB lebih intensif dibandingkan kedua kelompok petani lainnya, kondisi tanah yang banyak mengandung bahan organik di lahan petani YBSB karena petani YBSB menerapkan sistem pola pergiliran tanaman, penanaman pupuk hijau dan penggunaan pupuk progresif untuk meningkatkan kesuburan tanah serta sikap petani YBSB yang lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Petani YBSB memiliki jumlah tenaga kerja yang lebih banyak
dibandingkan kedua kelompok petani lainnya sehingga kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan secara rutin. Kegiatan magang telah memberikan keterampilan dan pengetahuan budidaya sayuran organik baik dari sisi budidaya, panen, dan pasca panen serta pemasaran.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: PENGUSAHAAN SAYURAN ORGANIK WORTEL (Daucus carota L.) DAN PETSAI (Brassica chinensis L.) DI YAYASAN BINA SARANA BAKTI CISARUA - BOGOR
Nama : Winda Yulianti NRP
: A24051378
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc NIP. 19610218 198403 1002
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc NIP. 19610218 198403 1002
Tanggal Lulus : ...............................................................
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 25 Juli 1987 dari ayah Muhammad Hidayat dan ibu Djuwita Legiawati. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus Sekolah Bina Insani Bogor kemudian dilanjutkan di SLTPN 4 Bogor sampai tahun 2002. Tahun 2005, penulis menamatkan pendidikan menengah lanjutan atas di SMA Negeri 5 Bogor. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Semasa menjadi mahasiswa, penulis mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagai Anggota Sie Mading Agronomi dan Hortikultura (2007-2008), Seksi Konsumsi Festival Tanaman (FESTA) (20072008), Panitia Masa Perkenalan Fakultas (MPF) dan Masa Perkenalan Departemen (MPD) pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya yang tak terbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengusahaan Sayuran Organik : Wortel (Daucus carota L.) Dan Petsai (Brassica chinensis L.) Di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada : 1. Keluarga tercinta : Mamih, Bapak, Kakak dan Adik-adik yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga. 2. Prof.Dr.Ir Bambang S.Purwoko, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah memberikan saran, kritik dan semangat kepada penulis sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Iskandar Lubis dan Dr.Ir. Maya Melati, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan bekal ilmu dan staf komisi pendidikan atas bantuan selama penulis menempuh pendidikan. 5. Pater Agatho, Pak Sudaryanto, Pak Pur, Bu Neneng, Pak Dedi, Pak Uji, Pak Toto, Pak Indra, Mba Resti dan seluruh karyawan YBSB yang telah memberikan seluruh ilmu organik-nya semoga bermanfaat bagi penulis. 6. Teman-teman seperjuangan AGH 42, terimakasih buat segala kebersamaannya 7. Teman-teman dekatku di AGH yang tak pernah luput dari candaan : ndute, mboke, tanteu, isti, ajeung, mersay, mil-mil, eny dan eky perdana semoga jadi kenangan terindah yang tak kan terlupakan. Penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukan. Bogor, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN ..................................................................................... Latar Belakang ............................................................................... Tujuan ............................................................................................
1 1 3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. Pertanian Organik ........................................................................... Budidaya Wortel (Daucus carota L.) .............................................. Budidaya Petsai (Brassica chinensis L.) ......................................... Pemanenan ..................................................................................... Pasca Panen.................................................................................... Kehilangan Hasil Panen..................................................................
4 4 6 7 7 8 10
METODE MAGANG ................................................................................ Waktu dan Tempat Magang ............................................................ Metode Pelaksanaan ....................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................... Analisis Data dan Informasi ...........................................................
11 11 11 12 12
KEADAAN UMUM ................................................................................. Lokasi ............................................................................................ Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................... Luas Areal dan Tata Guna Lahan.................................................... Keadaan Tanaman dan Produksi ..................................................... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .......................................
13 13 13 14 16 19
BUDIDAYA DAN PANEN ....................................................................... Persiapan Bahan Tanam ................................................................. Persiapan Lahan ............................................................................. Penanaman ..................................................................................... Pemeliharaan .................................................................................. Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................... Panen Wortel .................................................................................. Panen Petsai ...................................................................................
22 22 26 26 29 31 32 33
MANAJEMEN BUDIDAYA ..................................................................... Kepala Plot ..................................................................................... Kepala Bidang Produksi .................................................................
36 36 38
PENANGANAN PASCA PANEN ............................................................ Pasca Panen .................................................................................... 1. Pembersihan ........................................................................ 2. Penyortiran dan Pengkelasan ................................................
39 39 41 42
3. Pengemasan ......................................................................... 4. Penyimpanan ....................................................................... 5. Pengangkutan ......................................................................
45 49 50
Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran..........................
53
PEMASARAN........................................................................................... Volume Pemesanan dan Pengiriman Sayuran ................................. Sistem Pembayaran ........................................................................ Harga Wortel dan Petsai ................................................................. Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share)......
57 57 59 60 61
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. Kesimpulan .................................................................................... Saran ..............................................................................................
63 63 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
64
LAMPIRAN ..............................................................................................
67
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari – Mei 2009 ....................................
13
2. Nama Unit dan Jumlah Bedengan di Kebun YBSB ..............................
14
3. Jenis Sayuran Daun, Buah dan Umbi di Yayasan Bina Sarana Bakti .....
16
4. Jenis Sayuran Lalap dan Salad di Yayasan Bina Sarana Bakti ..............
17
5. Jenis Sayuran Herbal dan Jenis Buah di Yayasan Bina Sarana Bakti ....
17
6. Produksi Sayuran YBSB Tahun 2008 ...................................................
18
7. Perbedaan Budidaya Wortel Petani YBSB, Mendawai dan Mitra .........
24
8. Perbedaan Budidaya Petsai Petani YBSB, Mendawai dan Mitra............
25
9. Hasil Panen Wortel dan Petsai (kg/bedeng/siklus tanam) Petani YBSB, Mendawai dan Mitra................................................................................
34
10. Kegiatan Pasca Panen di Yayasan Bina Sarana Bakti ...........................
39
11. Standar Mutu Sayuran Organik Wortel di Pemasaran YBSB ................
44
12. Standar Mutu Sayuran Organik Petsai di Pemasaran YBSB..................
44
13. Bahan Kemasan Packing dan Curah di Pemasaran YBSB ....................
46
14. Alat Transportasi yang Digunakan YBSB...............................................
51
15. Tujuan Pengiriman dan Hari Pengiriman Sayur ....................................
51
16. Kehilangan Hasil Panen (kg) Wortel di Tingkat Petani .........................
53
17. Kehilangan Hasil Panen (kg) Petsai di Tingkat Petani ..........................
54
18. Panen dan Rompesan Wortel di Bagian Pemasaran YBSB ...................
55
19. Panen dan Rompesan Petsai di Bagian Pemasaran YBSB .....................
55
20. Volume Pemesanan dan Pengiriman Supermarket ................................
57
21. Volume Pemesanan dan Pengiriman Agen ...........................................
58
22. Harga Wortel dan Petsai di Saluran Pemasaran YBSB .........................
61
23. Farmer’s Share di Saluran Pemasaran YBSB .......................................
62
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Struktur Organisasi di Yayasan Bina Sarana Bakti ............................. 20 2. Ruang Penyimpanan Benih ................................................................ 22 3. Bunga Wortel ..................................................................................... 22 4. Bangunan Pembibitan.......................................................................... .. 23 5. Proses Pembuatan Pupuk Organik dan Pupuk Siap Pakai ................... 28 6. Pola Penanaman Wortel dan Petsai di Petani YBSB29 7. Gejala Penyakit Busuk Umbi pada Wortel dan Gejala Serangan Ulat Grayak pada Petsai ............................................................................. 31 8. Wortel Layak Panen ........................................................................... 33 9. Petsai Layak Panen.................................................................................34 10. Alur Penanganan Pasca Panen di Yayasan Bina Sarana Bakti...............40 11. Pencucian Wortel di Tingkat Petani, Wortel Setelah Dilakukan Pencucian Kering dan Petsai Setelah Proses Pembersihan .................. 42 12. Alat Timbangan Wortel dan Petsai ..................................................... 43 13. Pengkelasan Wortel dan Petsai ........................................................... 45 14. Kemasan Transportasi Petani ............................................................. 45 15. Kemasan Curah Untuk Agen .............................................................. 47 16. Alat Pengemasan (Wrapping) ............................................................. 47 17. Produk Wortel dan Petsai di YBSB .................................................... 48 18. Penyimpanan Sayuran di Packing house YBSB dan Toko YBSB ....... 49 19. Alat Pengangkutan Sayuran dari Lahan .............................................. 50 20. Mobil Pengangkut Sayuran di Yayasan Bina Sarana Bakti ................. 51 21. Volume Pengiriman Wortel dan Petsai ke Toko YBSB dan Pasar Tradisional ......................................................................................... 59
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor.......................................... 68 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Mandor (Ketua Plot) di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor.......................................... 73 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Kepala Bagian Produksi di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor.......................................... 77 4. Prestasi Kerja Penulis dan Karyawan ................................................... 78 5. Kuesioner Petani .................................................................................. 79 6. Kuesioner Bagian Pemasaran Yayasan Bina Sarana Bakti .................... 84 7. Denah Lokasi YBSB ............................................................................ 86 8. Peta Kebun Organik YBSB .................................................................. 87
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia
dikenal
sebagai
negara
agraris
yang
memungkinkan
dikembangkannya tanaman sayur-sayuran yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sayuran sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi karena mengandung sumber vitamin, serat dan mineral yang dibutuhkan manusia. Produksi sayuran di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 9.94 juta ton yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu 9.53 juta ton. Meskipun produksi mengalami peningkatan, namun tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah standar. Standar konsumsi sayuran di Indonesia ialah 65.75 kg/kapita/tahun. Penduduk Indonesia hanya mengkonsumsi sayuran sebanyak 37.94 kg/kapita/tahun (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2008). Aswaldi et al. (2005) menyatakan bahwa konsumsi sayuran di Indonesia diprediksikan akan mengalami peningkatan sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dan meningkatnya
taraf pendidikan masyarakat.
Peluang
meningkatnya permintaan tersebut perlu diantisipasi dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas produk sayuran yang dihasilkan petani Indonesia. Untuk memenuhi permintaan sayuran tersebut, diharapkan sayuran yang diproduksi petani bebas dari penggunaan bahan-bahan sintetik yang dapat membahayakan tubuh manusia, menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan sehingga sayuran tersebut aman dan sehat jika dikonsumsi. Menurut Harjadi (1989) pertanian organik merupakan salah satu sistem pertanian yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan organik dan mengusahakan keseimbangan alami antara tanah, hewan, dan mikroorganisme serta waktu tanam pun disesuaikan dengan kondisi bulan. Menurut Blake (1994) produksi sayuran yang dihasilkan oleh sistem budidaya secara organik relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan sistem budidaya secara konvensional. Hal ini disebabkan karena dalam sistem pertanian organik tidak menggunakan pupuk sintetik yang lebih tinggi kandungan haranya dan pestisida sintetik.
Usaha pertanian sayuran organik dilakukan oleh Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) yang berlokasi di Cisarua mulai tahun 1984. Pada tahun 2002, YBSB memiliki lahan seluas 8.5 ha dan mengusahakan sekitar 40 jenis sayuran organik yang terdiri atas sayuran dataran tinggi dan dataran rendah (Harsanti, 2002). Pada saat ini YBSB telah memiliki lahan seluas 11 ha dan mengusahakan 77 jenis sayuran organik yang dapat dikelompokkan menjadi lima berdasarkan bagian yang dikonsumsi, yaitu sayuran daun, sayuran buah, sayuran bunga, sayuran umbi akar dan sayuran polong. Pada umumnya, kualitas sayuran organik di YBSB kurang baik karena adanya serangan hama dan penyakit yang cukup tinggi pada musim hujan. Wortel dan petsai merupakan jenis sayuran organik yang ditanam di YBSB. Komoditi ini dipilih karena memiliki persentase penanaman terbesar serta nilai ekonomi yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran yang aman bagi kesehatan masyarakat, produksi sayuran tersebut terus ditingkatkan melalui penggunaan berbagai teknik budidaya, khususnya penerapan pertanian organik. Tingkat kehilangan hasil pada pasca panen yang terjadi pada buah-buahan dan sayur-sayuran segar dalam pertanian di daerah tropika sangat tinggi (Pantastico, 1986). Kerusakan suatu komoditas mengakibatkan kehilangan (loss) sehingga produk tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Kisaran kehilangan pasca panen buah dan sayuran segar diperkirakan mencapai 5-25% pada negara maju, dan 20-50% pada negara sedang berkembang (Agribisnis Indonesia Online, 2006). Pengusahaan sayuran organik memerlukan pengetahuan dan keterampilan, baik dalam teknik budidaya di lapangan, penanganan pasca panen, manajerial dan pemasaran. Di samping itu, untuk dapat memasuki suatu pasar tertentu diberlakukan standardisasi dalam setiap tahapan produksi.
Tujuan
Tujuan kegiatan magang ini adalah : 1. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan. 2. Mengetahui dan membandingkan kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran organik antara sistem pertanian organik di YBSB dan di petani binaan YBSB, khususnya wortel dan petsai. 3. Mengetahui panen.
jumlah kehilangan hasil selama panen dan penanganan pasca
TINJAUAN PUSTAKA
Pertanian Organik Gerakan pertanian organik dimulai pada tahun 1930 sebagai reaksi terhadap pertanian yang semakin bergantung pada pupuk sintetik. Gerakan pertanian organik ini melembaga dengan didirikannya IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) pada tahun 1972 sebagai kontra akibat adanya pertanian revolusi hijau yang dirasakan dampak negatifnya di Eropa (Surono, 2001). Sistem pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi pertanian dan lingkungan (Winangun, 2005). Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang menunjukkan adanya keseimbangan ekosistem alami antara tanah, hewan, dan mikroorganisme yang menguntungkan untuk memperbaiki struktur tanah (http://www.sarep.ucdavis.edu/ organic/complianceguide/faq.htm). Menurut Winarno (2002) pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan sintetik dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan hasil yang optimal. Sudaryanto (2004) menyatakan bahwa pertanian organik adalah sistem usaha tani yang mengikuti prinsip-prinsip alam dalam membangun keseimbangan agroekosistem agar bermanfaat bagi tanah, air, tanaman dan seluruh makhluk hidup yang ada (termasuk hama) dan mampu menyediakan bahan-bahan yang sehat, khususnya pangan untuk kehidupan manusia. Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya konvensional. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam
larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaurulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto, 2002). Perkembangan permintaan produk pertanian organik di dunia saat ini meningkat dengan pesat sebagai reaksi kesadaran konsumen yang menghendaki adanya produk yang sehat dan ramah lingkungan. Pesatnya permintaan produk organik ini juga memiliki konsekuensi pada semakin ketatnya perdagangan yang mengatasnamakan produk organik. Untuk menghindari praktek perdagangan yang merugikan tersebut diperlukan program penjamin produk organik. Penjaminan pertanian organik tidak hanya berfungsi sebagai penjamin praktek perdagangan yang etis dan adil serta perlindungan bagi konsumen dari penipuan, khususnya dalam rangka melindungi hak-hak petani kecil atas kesejahteraan hidupnya dan memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan sehingga membantu dalam meraih akses pasar. Sertifikasi organik adalah proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses budidaya pertanian organik atau proses pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada. Apabila memenuhi prinsip dan kaidah organik, produsen dan atau pengolah (prosesor) akan mendapatkan sertifikat organik dan berhak mencantumkan label organik pada produk yang dihasilkan dan pada bahan-bahan publikasinya (BIOcert, 2005). Menurut International Organization for Standardization (ISO) pupuk organik adalah bahan organik atau bahan karbon yang berasal dari tumbuhan atau hewan, yang ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara. Sumber pupuk organik berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan limbah, seperti pupuk kandang, hijauan tanaman, rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang jagung, sekam padi) dan limbah agroindustri (Sutanto, 2002). Pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang berpengaruh baik terhadap struktur tanah namun pupuk ini mengalami reaksi yang lambat (Sabiham et al., 1990).
Budidaya Wortel (Daucus carota L.) Wortel merupakan jenis sayuran umbi dari keluarga Umbelliferae yang cocok ditanam di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab sekitar 1200 m di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini membutuhkan sinar matahari dan dapat tumbuh pada semua musim. Penanaman wortel memerlukan tanah yang berstruktur remah dengan kandungan bahan organik yang cukup. Keadaan tanah yang cocok untuk tanaman wortel adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), sirkulasi udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Tanah berat akan mengakibatkan kematian akar karena kekurangan oksigen yang menyebabkan cacat bentuk, percabangan dan wortel terbelah (Williams et al., 1993). Pada saat melakukan pengolahan tanah, tanah diolah sampai halus kemudian perlu diberi pupuk organik berupa pupuk kandang 20-40 ton/ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Menurut Simatupang (1990) produksi dan komponen mutu umbi wortel terbaik dihasilkan oleh pemberian pupuk organik yang berasal dari 30 ton kotoran lembu/ha. Wortel umumnya menyerap unsur K dalam jumlah banyak. Pupuk yang banyak mengandung N (nitrogen) tidak diperlukan karena tanaman tersebut hanya akan rimbun daunnya tetapi umbinya kurang baik. Pada umumnya, tanaman wortel diperbanyak dengan benih. Tanaman wortel ditanam dengan jarak tanam antar baris 15-20 cm dan di dalam baris 5-7.5 cm (Aksi Agraris Kanisius, 2005). Konsumsi air pada tanaman wortel relatif rendah dibandingkan tanaman yang lain. Tanah yang lewat basah akan mengakibatkan akar yang terbentuk akan cacat (Williams et al., 1993). Pada saat tanaman akan membentuk umbi perlu dilakukan pendangiran dengan melakukan pembumbunan di sekitar tanaman untuk mencegah umbi terkena sinar matahari supaya warna umbi tidak menjadi hijau. Pendangiran dilakukan setelah hujan agar kepadatan tanah dapat dihindarkan. Pemanenan hasil dilakukan saat tanaman berumur 2.5 – 4 bulan dengan garis tengah umbi 2 cm, tergantung pada varietas dan iklim setempat. Wortel dipanen dengan mencabut umbi beserta akarnya.
Budidaya Petsai (Brassica chinensis L.) Petsai merupakan tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah sub tropis maupun tropis. Petsai tumbuh baik pada tanah yang gembur, terutama yang banyak mengandung humus (bahan organik) (Setiawan, 1995). Tanah yang telah diolah perlu diberi pupuk organik 5 kg/m2 dan harus dibuat saluran drainase (Aksi Agraris Kanisius, 2005). Perbanyakan petsai dilakukan dengan benih. Benih petsai harus disemaikan dahulu sebelum ditanam di lapangan. Menurut Setiawan (1995) benih petsai dapat ditanam di kebun setelah berumur 3-4 minggu setelah benih disemaikan. Setiap lubang tanam ditanami satu bibit. Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 40 cm atau menggunakan jarak yang lebih lebar 50 cm x 60 cm. Petsai sudah siap panen apabila umurnya cukup tua, ukuran crop atau pembentukan daunnya telah maksimal yaitu crop berukuran besar, padat dan kompak, umur tanaman sekitar 41-65 hari sejak benih disebar atau tergantung varietasnya (Rukmana, 1994).
Pemanenan Menurut Kader (1992) tujuan dari pemanenan adalah mendapatkan komoditas dari kebun dengan tingkat kematangan yang baik, dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang rendah, secepat mungkin dengan biaya yang rendah. Kegiatan panen ini sangat penting untuk mempertahankan mutu buah-buahan dan sayur-sayuran. Mutu sayuran setelah dipanen tidak dapat ditingkatkan tetapi dapat dipertahankan. Mutu yang baik dapat diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kedewasaan yang cukup (Muchtadi dan Anjarsari, 1996). Panen wortel tidak ditentukan oleh fase kematangan tanaman yang jelas. Pada berbagai musim, tanaman sering dipanen sebelum mencapai ukuran umbi yang diharapkan atau sebelum diperoleh hasil maksimum. Hal ini tergantung pada kultivar dan kondisi pertumbuhan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Petsai sudah siap panen pada umur dua bulan setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan memotong bagian batangnya tepat di atas tanah. Waktu
pemanenan tergantung varietas petsai, berumur genjah atau berumur dalam (Setiawan, 1995).
Pasca Panen Penanganan pasca panen sayuran merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan terhadap suatu jenis sayuran setelah selesai dipanen yang bertujuan untuk mengurangi kerusakan dan mempertahankan mutu serta masa simpan sayuran tersebut. Menurut Winata (2006) penanganan pasca panen sayuran terdiri atas pembersihan (cleaning), pengkelasan (grading), pengemasan (packaging), penyimpanan (storing), pengangkutan (transporting) dan pemasaran (marketing).
1. Pembersihan Menurut Pantastico (1986) pembersihan bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat pada sayuran untuk memperbaiki penampakan sayuran dan menghilangkan bagian yang busuk atau rusak (trimming). Pembersihan dilakukan dengan mencuci bagian produk yang terkena tanah menggunakan sprayer atau air yang mengalir (Salunkhe, 1976) 2. Penyortiran dan pengkelasan Kegiatan sortasi biasanya dilakukan berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan baik untuk pemasaran dalam negeri maupun ekspor.
Penyortiran
dilakukan untuk memisahkan hasil panen berdasarkan kualitas sayuran yang dihasilkan (Rahardi et al., 2004). Menurut Trisnawati dan Setiawan (2002) pengkelasan didasarkan pada kesehatan, ketegaran, kebersihan ukuran, bobot, warna, bentuk, kemasakan, kebebasan dari bahan-bahan asing dan penyakit serta kerusakan oleh serangga dan luka-luka mekanik. 3. Pengemasan Pengemasan untuk tujuan pasar harus mempertimbangkan tingkat kematangan buah, jarak dan waktu yang ditempuh hingga menuju tempat pemasaran. Tujuan pengemasan secara umum adalah untuk melindungi hasil terhadap
kerusakan,
mengurangi
kehilangan
air,
mempermudah
pengangkutan, dan mempermudah dalam perhitungan (Cahyono, 1998).
dalam
4. Penyimpanan Penyimpanan yang tepat sangat diperlukan agar sayuran tetap berkualitas, baik penampilan fisik maupun kandungan gizinya. Selama penyimpanan sayuran akan mengalami berbagai perubahan yang disebabkan oleh faktor dari dalam sayuran dan kondisi lingkungan penyimpanan (Novary, 1999). Umur simpan sayuran dapat diperpanjang dengan mempertahankan suhu rendah dalam tempat penyimpanan. Sayuran tropika memerlukan suhu yang lebih tinggi untuk penyimpanan, yaitu 7-10 0C (Williams et al., 1993). Tempat penyimpanan yang bersih sangat diperlukan untuk mempertahankan kualitas sehingga mengurangi infeksi. 5
Pengangkutan Menurut Cahyono (1998) fungsi pengangkutan dalam kegiatan pasca
panen adalah menyampaikan barang dari kebun atau gudang ke pusat-pusat pemasaran, misalnya pasar induk, pasar lokal, dan pasar swalayan. Dalam pengangkutan, berbagai jenis sayuran mengalami penyusutan mutu akibat kerusakan dan transpirasi (Balitbangtan, 1987). Hal ini disebabkan karena penanaman komoditi pertanian umumnya berada di pedesaan sedangkan pemasarannya di daerah perkotaan. Kerusakan saat pengangkutan banyak disebabkan oleh penanganan yang kasar, adanya keterlambatan, pemucatan, pembongkaran yang ceroboh, penggunaan wadah yang tak sesuai, dan kondisi pengangkutan yang kurang memadai (Trisnawati dan Setiawan, 2002). 6.
Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan untuk menyampaikan produk berupa
barang atau jasa dari produsen ke konsumen (Azzaino, 1987). Sayuran yang dijual di pasar swalayan memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan sayuran yang dijual di pasar tradisional. Hal ini menyebabkan konsumen pasar swalayan menginginkan kualitas yang tinggi terhadap sayuran tersebut sebagai kompensasi dari mahalnya harga sayuran (Cahyono, 1998). Jalur pemasaran komoditi sayuran memiliki rantai yang kompleks untuk tujuan pasar swalayan sehingga harga di tingkat konsumen berbeda jauh dengan harga di tingkat petani. Hal tersebut menyebabkan petani merugi karena pendapatan yang diperoleh lebih
sedikit dibandingkan dengan pendapatan pedagang perantara yang mengambil banyak keuntungan.
Kehilangan Hasil Panen Sayuran mempunyai sifat mudah rusak dan tidak tahan lama serta mengalami berbagai bentuk kehilangan dalam pasca panen, seperti susut bobot, kebusukan dan penurunan daya tarik karena lecet, layu, keriput, dan sebagainya. Kehilangan hasil (loss) dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam hal ketersediaan (availability), jumlah yang dapat dimakan (edibility), yang akhirnya dapat menyebabkan bahan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi (Muchtadi dan Anjarsari, 1996). Kehilangan hasil sayuran merupakan dampak dari kerusakan pada sayuran (Winata, 2006). Kerusakan mekanik tidak hanya menimbulkan memar atau lecet pada sayuran, tetapi juga mengakibatkan adanya infeksi organisme yang menyebabkan sayuran membusuk (Bachmann and Earles, 2000). Pemanenan dan penanganan pasca panen perlu dilakukan dengan hati-hati agar kuantitas dan mutu produk tetap dipertahankan sehingga kehilangan hasil panen dapat diminimalkan. Pemanenan yang keliru dan penanganan yang kasar di lahan dapat mempengaruhi mutu pemasaran secara langsung (Thompson et al., 1986).
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat Magang Kegiatan magang ini dilaksanakan mulai tanggal 12 Februari 2009 sampai 12 Juni 2009. Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Pengembangan Pertanian Organik Yayasan Bina Sarana Bakti yang berlokasi di Jalan Gandamanah 74 Cisarua-Bogor.
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan yang dilakukan selama kegiatan magang meliputi : 1.
Kegiatan lapangan berlangsung selama enam hari dalam seminggu. Mahasiswa mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan YBSB yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman, yaitu persiapan media tanam, pembibitan, pembenihan, transplanting, penanaman, pemupukan, panen, pasca panen, dan pemasaran, dengan fokus komoditas sayuran wortel dan petsai.
2.
Survey dengan mempersiapkan kuesioner untuk mengetahui perbandingan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen dengan mengambil sampel 15 petani yang terdiri atas Petani YBSB, Petani Mendawai (dekat dengan kebun YBSB), dan petani Mitra (jauh dari kebun YBSB), data panen dan kehilangan hasil komoditas wortel dan petsai selama panen di lahan antara petani YBSB dengan petani Mendawai serta data panen dan kehilangan hasil di bagian pemasaran YBSB. Adapun isi kuesioner tersebut adalah : kegiatan budidaya (cara pengolahan tanah, pola penanaman, pupuk yang digunakan, pengendalian hama dan penyakit serta pemeliharaan), kegiatan panen (cara panen, alat yang digunakan dan jumlah hasil panen yang rusak), kegiatan pasca panen (pembersihan, sortasi dan grading, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, pemasaran serta tujuan pasar).
3.
Mengetahui sistem saluran pemasaran sayuran serta harga jual produsen dan lembaga pemasaran perantara.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer diperoleh dari pengisisan kuesioner dengan mengambil 15 sample petani untuk mengetahui perbedaan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen dari ketiga kelompok petani serta data panen dan kehilangan hasil komoditas wortel dan petsai selama panen di lahan. Data lain diperoleh dengan mengikuti kegiatan langsung serta melakukan diskusi dan wawancara dengan masing-masing pelaku produksi. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan serta informasi lainnya yang diambil dari beberapa literatur ilmiah serta instansi terkait yang mendukung kegiatan magang tersebut.
Analisis Data dan Informasi Data yang diperoleh dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan rataan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan meliputi kegiatan budidaya sampai penanganan pasca panen sayuran, khususnya wortel dan petsai antara petani YBSB dengan petani binaan yang meliputi : 1. Budidaya Wortel dan Petsai Kegiatan budidaya meliputi pembibitan, pembenihan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan serta pengendalian hama dan penyakit 2. Teknik Pemanenan Kegiatan pemanenan meliputi alat yang digunakan saat panen serta cara panen yang dilakukan 3. Teknik Penanganan Pasca Panen Kegiatan pasca panen meliputi pembersihan, penyortiran, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan 4. Kehilangan Hasil Pasca Panen Kehilangan hasil pasca panen untuk mengetahui perbandingan persentase kehilangan hasil panen di lahan petani YBSB, petani Mendawai serta kehilangan hasil di bagian pemasaran YBSB 5. Harga Jual Tiap Saluran Pemasaran
KEADAAN UMUM
Lokasi Yayasan Bina Sarana Bakti berlokasi di Jalan Gandamanah No. 74, Kampung Sampay, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua-Bogor, Jawa Barat. Kebun pertanian organik ini berbatasan dengan Desa Cibeureum di sebelah barat, Desa Sampay di sebelah timur, lahan persawahan di sebelah utara, dan Desa Coblong di sebelah selatan. Lokasi tersebut berada pada ketinggian 850 m di atas permukaan laut (dpl) dan terletak pada daerah berbukit di lereng Gunung Pangrango dengan kemiringan 15 %.
Keadaan Iklim dan Tanah Daerah Cisarua memiliki iklim yang sesuai untuk jenis sayuran yang diproduksi sehingga sayuran dapat tumbuh dengan baik. Daerah ini beriklim tropis cenderung basah dengan musim hujan pada bulan Oktober-Maret dan kemarau pada bulan April-September. Adapun data iklim rata-rata yang diperoleh pada bulan Januari hingga Mei 2009 adalah : Tabel 1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari – Mei 2009 Bulan Unsur Iklim
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Temperatur ( C)
20.1
23.3
21.0
21.8
21.7
Curah hujan (mm/hari)
19.5
18.4
12.5
7.3
11.9
Kelembaban (%) Tekanan Udara (mb)
90 913.8
88 881.1
84 913.4
83 911.6
83 905.7
0
Sumber : Data Stasiun Meteorologi Citeko, 2009
Kebun pertanian organik ini memiliki jenis tanah regosol dan andosol coklat kekuningan. Permukaan tanah kebun ini bertekstur tanah liat, warna permukaan tanah merah kehitaman. Derajat kemasaman tanah daerah ini berkisar antara 6-6.5.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Yayasan Bina Sarana Bakti memiliki lahan seluas ±11 ha yang terdiri atas 1. Lahan Rumah Bawah (RB) Lahan ini memiliki luas tanah ± 6 ha yang terdiri atas 13 unit produksi dan satu unit pembibitan. Topografi lahan di YBSB tidak rata sehingga bedengan yang dibuat mengikuti kontur lahan yang terbagi dalam beberapa blok. Setiap blok dibatasi dengan parit, tanaman pagar dan tanaman pupuk hijau untuk membedakan dengan blok lainnya. Adapun nama unit dan jumlah bedengan di kebun YBSB dapat terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nama Unit dan Jumlah Bedengan di Kebun YBSB
Blok A B C D E F G H I1 I2 J K1 K2 -
Unit Dian Adang Roly Uji Yuyun Sus Iwan Mus Uji Yunus Kriswan Arci Ujang Mumuh
Jumlah bedengan 103 Indoor 122 86 60 Pembenihan 108 184 123 99 138 121 111 Pembibitan
Sumber : Bagian Produksi YBSB, 2009
Setiap unit dipimpin oleh seorang ketua plot (pe-plot) dan 2-4 orang anak buah sesuai jumlah bedengan yang dikelola. Setiap plot terdiri atas beberapa bedengan yang berukuran 1 m x 10 m, tinggi sekitar 15-20 cm dan jarak antar bedengan sekitar 40-50 cm. Jarak tersebut telah dipertimbangkan untuk memudahkan saat penanaman, perawatan dan panen. Selain sebagai tempat produksi, kebun YBSB memiliki sebuah asrama yang disebut Rumah Bawah Baru (RBB) yang dikhususkan untuk karyawan putra
yang belum menikah, magang, dan kursus. Selain itu, terdapat pula kantor kebun yang terdiri atas 4 lantai. Lantai 1 digunakan sebagai kantor pemasaran YBSB serta packing house untuk menerima sayuran yang masuk dari petani, pengemasan dan penyimpanan produk, lantai 2 sebagai kantor karyawan YBSB yang menyatu dengan bangunan untuk tempat penyimpanan benih maupun peralatan lainnya, lantai 3 sebagai ruang evaluasi untuk para mahasiswa magang maupun kursus serta lantai 4 sebagai ruangan indoor untuk membudidayakan tanaman-tanaman sayuran, khususnya sayuran daun.
2. Asrama Putri (ASTI) Luas lahan Asrama Putri (ASTI) ± 0.5 ha yang merupakan asrama induk YBSB yang terdiri atas 3 lantai. Lantai 1 merupakan ruangan asrama putri yang dikhususkan untuk para karyawan wanita yang belum menikah serta mahasiswi yang sedang melaksanakan magang ataupun kursus, lantai 2 merupakan pusat administrasi (kantor) dan ruang perpustakaan, lantai 3 merupakan asrama putra bagi para karyawan pria yang belum menikah maupun mahasiswa yang sedang melaksanakan magang ataupun kursus. Selain itu, ASTI juga memiliki satu unit produksi yang terdiri atas 50 bedengan, namun pengusahaannya masih dalam skala kecil. Kebun ASTI tidak diprioritaskan untuk kegiatan produksi namun hanya digunakan sebagai kebun percontohan dan pengujian benih adaptasi.
3. Lahan Mendawai Lahan Mendawai dibangun tahun 2007. Lahan ini dibeli oleh yayasan dan dikelola oleh para warga sekitar yang ingin bekerjasama dengan YBSB. Luas lahan Mendawai sekitar ± 3.5 ha yang terletak di belakang wilayah YBSB. Lahan ini merupakan lahan produksi mitra YBSB yang merupakan peralihan dari lahan konvensional ke organik. Jumlah petani Mendawai saat ini adalah 9 orang yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan dan penyuluhan dari yayasan.
4. Villa Merak Villa Merak dibeli oleh yayasan pada tahun 1999. Wilayah ini berjarak ± 200 m dari kebun YBSB. Luas lahan lokasi ini mencapai 1 ha. Villa ini dibangun
sebagai tempat penginapan umum dan 3 unit rumah sebagai tempat tinggal karyawan YBSB. Lokasi ini juga memiliki lahan untuk produksi seluas 2600 m2 dengan jumlah bedengan sekitar 250.
Keadaan Tanaman dan Produksi Yayasan ini mengusahakan 77 jenis tanaman dengan mayoritas jenis sayuran. Jenis buah-buahan yang dijual oleh YBSB diperoleh dari produksi petani Mendawai dan petani Mitra. Tanaman yang dibudidayakan oleh YBSB dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.
Tabel 3. Jenis Sayuran Daun, Buah dan Umbi di Yayasan Bina Sarana Bakti No. 1
Jenis Sayur Bayam Hijau
No. 18
Jenis Sayur No. Kacang Merah Kupas 35
Jenis Sayur Paria
2
Bayam Merah
19
Kacang panjang
36
Pakchoy hijau
3
Bayam Taiwan
20
Kapri muda
37
Pakchoy putih
4
Bawang Daun
21
Kapri polong
38
Seledri
5
Bawang Aldi
22
Kangkung
49
Spinach
6
Bawang Kucai
23
Kailan
40
Singkong
7
Bit Merah
24
Kecipir
41
Terung ungu
8
Brokoli
25
Kol bunga
42
Terung lalap
9
Brokoli Potong
26
Kol putih
43
Tomat buah
10
Buncis
27
Labusiam
44
Tomat cherry
11
Cabe Hijau
28
Labusiam baby
45
Timun jepang
12
Cabe Keriting
29
Labu parang
46
Timun lokal
13
Cabe Rawit Hijau
30
Lobak
47
Ubi jalar
14
Caysim
31
Okra
48
Wortel
15
Jagung manis
32
Oyong
49
Wortel baby
16
Jagung baby
33
Kacang tanah
50
Zucchini
17
Kacang merah kulit
34
Petsai
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Tabel 4. Jenis Sayuran Lalap dan Salad di Yayasan Bina Sarana Bakti No. 1
Jenis Sayur Lalap Daun Ginseng
No. 1
Jenis Sayur Salad Selada Air
2
Daun Ubi Jalar
2
Selada Cos
3
Daun Pucuk Kapri
3
Selada Head
4
Daun Pucuk Labu Siam
4
Selada Keriting Hijau
5
Daun Poh-pohan
5
Selada Keriting Merah
6
Daun Singkong
6
Selada Hijau
7
Selada Siomak
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Tabel 5. Jenis Sayuran Herbal dan Jenis Buah di Yayasan Bina Sarana Bakti No. 1
Jenis Sayur Herbal Adas
No. 1
Jenis Buah Alpukat
2
Basil
2
Pepaya
3
Kemangi
3
Pisang Tanduk
4
Ketumbar
4
Pisang Ambon
5
Kunyit
5
Pisang Lampung
6
Lengkuas
6
Nangka muda
7
Piterseli
8
Sereh
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
YBSB telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga NASAA (National Association of Sustainable Agriculture Australia) tahun 2001 untuk menjamin mutu sayuran organik secara internasional. Setiap komoditas tanaman memiliki teknis budidaya yang berbeda sesuai jenis sayurannya. Namun, prinsip pertanian organik di YBSB ialah menghasilkan sayuran organik yang bebas pestisida dan bahan sintetik. Benih sayuran yang digunakan merupakan benih yang diproduksi oleh YBSB namun masih terdapat benih hibrida yang berasal dari luar negeri. Kebun pertanian organik YBSB menerapkan sistem blok untuk mempermudah cara mengatur produksi secara berkesinambungan. Lahan seluas 1 ha dapat dibagi menjadi 4 blok. Setiap blok memiliki luas sekitar 2500 m2 dengan
lahan efektif sejumlah 175 bedengan (1 bedeng = 10 m2). Batas antar blok dapat berupa jalan kebun, parit, maupun pagar alami. Arah bedengan sesuai dengan lebar teras, arah sinar matahari, saluran irigasi dan drainase. Penentuan jumlah bedengan dalam suatu teras mempertimbangkan perencanaan tanam, khususnya pola pergiliran tanaman yang diterapkan. Produksi sayuran dari petani YBSB, petani Mendawai dan petani Mitra selama tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Produksi Sayuran YBSB Tahun 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Produksi (kg)
Total Produksi (kg)
YBSB
Mendawai
Mitra
7579.5 9712.5 7556.3 9262.6 10702.1 14677.3 15171.7 11452.6 11437.9 13518.3 10985.1 10877.5
4499.3 4635.3 4410.5 5703.1 4756.4 6901.8 5914.5 5391.9 4823.8 6534.0 5928.1 6225.0
1150.6 1267.6 1478.6 1757.7 1259.2 2547.2 2497.2 2963.9 2461.3 2425.1 2267.0 2593.8
1929.5 3809.6 1667.1 1801.7 4686.4 5228.3 6760.0 3096.8 4152.8 4559.1 2790.0 2058.0
Sumber : Bagian Produksi YBSB, 2009
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur Organisasi Kebun pertanian organik YBSB dipimpin oleh seorang pembina, yaitu Pater Agatho sebagai pendiri yayasan yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dan membuat budgeting anggaran rumah tangga yayasan yang akan dijalankan oleh direktur eksekutif. Direktur eksekutif bertugas mengelola semua unit atau bidang kegiatan dan melaksanakan keputusan dewan pembina. Direktur eksekutif membawahi 6 bidang yang yang terdiri atas bidang kantor, pendidikan, pertanian, pekerjaan umum, rumah tangga dan kemitraan. Kepala bidang bertugas untuk mengawasi pekerjaan anak buahnya masing-masing. Pengawas bertugas untuk mengawasi direktur eksekutif. Dewan harian bertugas menangani kasus atau masalah yang terjadi pada yayasan, menangani perencanaan atau kerjasama dengan pihak luar, mengawasi dan memberikan saran kepada direktur eksekutif, membuat kebijakan atau perencanaan harian jangka pendek dan jangka panjang, mengevaluasi Anggaran Rumah Tangga (ART) yayasan, serta merekrut pegawai baru. Struktur organisasi di YBSB terlihat pada Gambar 1. Karyawan YBSB terdiri atas karyawan staf, karyawan magang, karyawan training staf, karyawan harian tetap dan karyawan harian lepas. Karyawan staf terdiri atas manager perkebunan, kepala produksi, kepala pemasaran, kepala pekerjaan umum (PU), serta kepala bagian plot. Karyawan magang merupakan karyawan yang melamar ke yayasan dan telah memiliki pengalaman kerja saat melaksanakan praktek magang di yayasan. Karyawan training staf merupakan karyawan yang melamar ke yayasan belum memiliki pengalaman kerja sehingga perlu adanya pelatihan. Karyawan harian tetap merupakan karyawan yang telah bekerja minimal satu tahun dan mempunyai komitmen yang kuat untuk bekerja di yayasan dan telah mendapatkan peningkatan gaji dari manajer. Karyawan harian lepas merupakan karyawan yang bekerja sementara dan dibutuhkan jika kebun membutuhkan pekerja tambahan. Jumlah karyawan staf sebanyak 17 orang, karyawan magang 3 orang, karyawan training staf 7 orang, karyawan harian tetap 5 orang, serta karyawan harian lepas 49 orang.
Dewan Pembina
Pengawas
Direktur Eksekutif
Dewan Harian
Kantor
Pendidikan
- Korespondensi - Administrasi - Dokumentasi - Humas
- Training staf - Training umum
Pertanian
- Sarana produksi - Produksi - Pasar
Pekerjaan Umum
Rumah Tangga
- Bangunan - Logistik - Infrastruktur
- Dapur - Asrama
Gambar 1. Struktur Organisasi di Yayasan Bina Sarana Bakti
Ketenagakerjaan Yayasan ini memiliki ± 90 karyawan yang terdiri atas : 54 orang di bagian pertanian organik (60 %), 17 orang di bagian pertukangan (18.89 %), 11 orang di bagian pemasaran (12.22 %), 6 orang di bagian kantor (6.67 %), dan 3 orang di bagian dapur (3.3 %). Jam kerja yang berlaku di yayasan ini mulai pukul 06.5516.00 WIB (Senin-Kamis) dengan dua kali waktu istirahat, yaitu pukul 09.4510.00 WIB untuk istirahat snack dan 12.00 – 13.00 WIB untuk istirahat makan
Kemitraan
- Produksi - Pasar
siang. Pada hari Jum’at, karyawan bekerja pukul 07.00 – 11.00 WIB dengan satu kali istirahat makan siang yaitu pukul 11.00 – 12.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi karyawan muslim yang akan melaksanakan sholat Jum’at dan bekerja kembali pukul 13.00 – 16.00 WIB. Namun, untuk karyawan non muslim bekerja kembali pukul 12.00 – 15.00 WIB. Pada hari Sabtu, karyawan bekerja mulai pukul 06.55 – 12.00 WIB. Pembagian kerja berlaku untuk karyawan pria dan wanita. Pekerjaan karyawan pria meliputi pengolahan tanah (menggarpu/mencangkul), pemanenan, mengangkut hasil panen, menyiram, pemupukan, pemberian pupuk cair, pengendalian hama dan penyakit (HPT), serta menyemprot pestisida organik (jika diperlukan). Pekerjaan karyawan wanita meliputi pengisian polybag, pemanenan, penjarangan, pendangiran, penyiangan gulma di bedengan, sanitasi kebun (menebas rumput), serta bekerja di bagian pemasaran (pengemasan) pada siang hari, khususnya saat hari panen. Karyawan wanita bekerja setengah hari hingga pukul 12.00 WIB, apabila karyawan wanita masuk kembali pukul 13.00 – 16.00 WIB akan dihitung sebagai kerja lembur. Pada hari Jum’at karyawan wanita hanya bekerja setengah hari hingga pukul 11.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu luang bagi keluarga. Upah yang diterima antara karyawan pria dan wanita berbeda tergantung dari jenis pekerjaan, keterampilan, prestasi, dan lamanya pekerjaan.
BUDIDAYA DAN PANEN
Persiapan Bahan Tanam 1. Pembenihan YBSB memiliki kebun untuk pembenihan (blok F) dan ruangan untuk menyimpan benih yang memiliki suhu ruang sekitar 19-21 0 C (Gambar 2). YBSB dapat memproduksi sendiri benih wortel, jenis sayuran kacang-kacangan dan pupuk hijau. Benih wortel yang diproduksi oleh YBSB memanfaatkan indukan wortel yang baik untuk ditanam kembali selama 3 bulan sehingga menghasilkan bunga (Gambar 3). Bunga wortel menghasilkan sekitar 10-15 g benih wortel tiap bunganya. Benih wortel berbentuk elips berwarna coklat keabu-abuan.
Gambar 2. Ruang Penyimpanan Benih
Gambar 3. Bunga Wortel
2. Pembibitan Jenis tanaman yang melalui proses pembibitan ialah jenis sayuran daun dan buah. Petsai diperbanyak dengan benih. YBSB belum dapat memproduksi sendiri benih petsai sehingga keperluan benih diperoleh dengan membeli dari toko di Cipanas. Benih petsai yang digunakan merupakan benih hibrida varietas Nagaoka dari Takii & Co., Jepang. Benih petsai berbentuk bulat kecil berwarna merah kehitaman. Benih petsai tidak langsung ditanam di lapangan namun perlu disemai terlebih dahulu selama 1 minggu sehingga tumbuh menjadi bibit dan siap ditanam ke lapangan sekitar umur 3 minggu. Metode penanaman seperti ini dinamakan metode pembibitan untuk mengurangi risiko kegagalan tumbuh di lapangan. Stadia pembibitan merupakan stadia terpenting dalam penanaman petsai karena stadia pembibitan yang akan menentukan kualitas tanaman di lapangan.
YBSB memiliki sebuah bangunan pembibitan yang berukuran 483 m2. Bangunan tersebut terbuat dari kerangka besi dan beratap plastik (Gambar 4). Pada stadia pembibitan dibutuhkan intensitas cahaya yang cukup dan penyiraman yang teratur supaya bibit dapat tumbuh dengan baik.
Gambar 4. Bangunan Pembibitan
Pembibitan dilakukan dengan menggunakan media tanah subur : kompos : pupuk kandang dengan perbandingan 1: 1: 1. Media yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 12 cm x 7 cm ataupun alat soil block. Pada media tanam dengan polybag perlu dibuat lubang tanam kecil sebesar ibu jari untuk menanam benih. Namun, media tanam dengan soil block tidak perlu dibuat lubang tanam karena pada alat soil block telah otomatis terbentuk lubang tanam yang kecil untuk menanam benih. Bibit petsai dalam polybag maupun soil block perlu disiram terlebih dahulu sebelum ditanam di lapangan. Bibit yang ditanam dalam soil block langsung ditanam ke lapangan namun bibit yang ditanam dalam polybag harus dikeluarkan secara hati-hati agar tidak merusak polybag dan akar tidak tercabut dari media yang akan menyebabkan risiko kegagalan tumbuh. Penyakit yang sering menyerang tanaman petsai pada stadia pembibitan yaitu : batang kawat yang diakibatkan oleh jamur yang menyebabkan kulit batang terkelupas, damping off yang menyebabkan busuk batang pada tanaman, serta embun tepung (mildew) yang diakibatkan oleh jamur berwarna putih yang muncul di bawah daun sehingga daun layu dan mati. Budidaya wortel dan petsai yang diterapkan oleh petani YBSB, Mendawai dan Mitra memiliki beberapa teknik yang berbeda dan dapat mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Perbedaan dari ketiga petani tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8.
Tabel 7. Perbedaan Budidaya Wortel Petani YBSB, Mendawai dan Mitra Petani Budidaya YBSB
Mendawai
Mitra
Alat pengolahan tanah
Garpu
Cangkul
Cangkul
Pengolahan tanah
Penggemburan tanah
Pembalikan tanah
Pembalikan tanah
Cara penanaman
Alur 4 baris
Alur 6 baris
Di sebar
Jarak tanam
5 cm x 20 cm
5 cm x 10 cm
_
Pola penanaman
Tumpang sari
Monokultur
Monokultur
Pupuk organik
_
Ayam+kambing+sekam padi
Ayam+kambing
Dosis pupuk
_
10 kg/bedeng
10 kg/bedeng
Waktu aplikasi
_
Sebelum tanam dan setelah tanam Sebelum tanam
Cara aplikasi pupuk
_
Disebar
Disebar
Penjarangan
2 x hingga panen
2 x hingga panen
1 x hingga panen
Pendangiran
2 x hingga panen
1 x hingga panen
1 x hingga panen
Penyiraman
2 x seminggu
1 x seminggu
2 x seminggu
Sumber : Hasil Pengamatan
24
Tabel 8. Perbedaan Budidaya Petsai Petani YBSB, Mendawai dan Mitra Budidaya
Petani YBSB
Mendawai
Mitra
Alat pengolahan tanah
Garpu
Cangkul
Cangkul
Pengolahan tanah
Penggemburan tanah
Pembalikan tanah
Pembalikan tanah
Cara penanaman
Di Lubang Tanam
Di Lubang Tanam
Di Lubang Tanam
Jarak tanam
40 cm x 60 cm
40 cm x 60 cm
40 cm x 60 cm
Pola penanaman
Tumpang sari
Monokultur
Monokultur
Pupuk organik
Ayam+kambing+sekam padi
Ayam+kambing+sekam padi
Ayam+kambing+urin kelinci
Dosis pupuk
0.5 kg/lubang tanam
0.5 kg/lubang tanam
0.5 kg/lubang tanam
Waktu aplikasi
Sebelum tanam
Sebelum tanam
Sebelum tanam
Cara aplikasi pupuk
Di lubang tanam
Di lubang tanam
Di lubang tanam
Penyiangan
2 x hingga panen
1 x hingga panen
1 x hingga panen
Penyiraman
2 x seminggu
2 x seminggu
2 x seminggu
Handpicking
1 x hingga panen
-
-
Pemulsaan
1 x hingga panen
-
-
Sumber : Hasil Pengamatan
25
Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan oleh ketiga kelompok petani untuk memulai tahapan penanaman. Keadaan lahan di ketiga kelompok petani tersebut merupakan lahan yang telah berbentuk bedengan berukuran 1 m x 10 m, tinggi bedengan 15-20 cm dan jarak antar bedengan 40-50 cm. Jarak tersebut telah dipertimbangkan untuk memudahkan saat penanaman, perawatan dan panen. Pengolahan tanah yang dilakukan kelompok petani YBSB menggunakan garpu karena tekstur tanah di kebun YBSB remah sehingga mudah untuk diolah. Tujuan pengolahan tanah mengunakan garpu yaitu untuk melonggarkan pori-pori tanah, menghindari kerusakan struktur tanah dan mempermudah pengendalian gulma. Penggarpuan dilakukan dengan kedalaman sekitar 30 cm. Setelah proses penggarpuan, tanah diremahkan untuk mengurangi gumpalan tanah agar lebih gembur dan remah (halus). Petani Mendawai dan Mitra menggunakan cangkul karena tanah yang diolah masih berbentuk gumpalan sehingga perlu dilakukan pembalikan tanah agar tanah menjadi gembur. Prestasi kerja penulis dari kegiatan pengolahan tanah yaitu 0.66 bedeng/jam sedangkan prestasi kerja karyawan 1.33 bedeng/jam. Perbedaan disebabkan karena pekerjaan ini memerlukan tenaga yang besar.
Penanaman 1. Wortel (Daucus carota L.) Penanaman wortel menggunakan metode tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah tanah terlebih dahulu lalu dibuat alur ataupun lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam alur maupun lubang tanam yang telah ditentukan. Pola penanaman yang diterapkan petani YBSB yaitu pola tanam tumpangsari. Pola penanaman wortel di YBSB mayoritas ditumpangsarikan dengan satu baris bawang daun di tengah untuk mengurangi hama akibat aroma bawang daun sebagai pengusir hama pada tanaman wortel. Petani YBSB menanam wortel dengan membuat alur sebanyak 4 baris per bedeng dengan jarak antar baris sekitar 20-25 cm. Benih wortel disebarkan ke dalam alur secara merata
sehingga wortel dapat tumbuh dengan rapi dan teratur dalam setiap bedengan. Benih yang dibutuhkan untuk satu bedengan yaitu 10 g sehingga dalam setiap barisnya ditabur 2.5 g benih wortel. Setelah selesai ditabur, benih ditutup dengan tanah yang halus (remah). Berbeda dengan petani YBSB, petani Mendawai menanam wortel dengan membuat alur sebanyak 6 baris dengan jarak antar baris 10 cm lalu benih wortel disebarkan pada alur tersebut secara merata sedangkan petani Mitra menanam wortel dengan menebar benih langsung ke bedengan. Cara penanaman yang dilakukan petani Mendawai dan Mitra dapat menyebabkan pertumbuhan wortel menjadi terhambat karena jarak antara satu tanaman dengan tanaman lain saling berhimpitan sehingga umbi yang dihasilkan kecil. Petani Mendawai dan petani Mitra masih menggunakan pupuk kandang (yang telah dimatangkan) saat menanam wortel yang diaplikasikan sebelum tanam ataupun diberikan setelah tanam sebagai penutup alur karena kondisi tanah yang kurang mengandung bahan organik. Petani Mendawai dan petani Mitra menggunakan pupuk kandang sebanyak 10 kg/bedengan. Cara pengaplikasian pupuk kandang disebar secara merata pada bedengan. Wortel memerlukan pupuk kandang sebanyak 15 ton/ha sedangkan pada tanah yang subur pemberian pupuk kandang dapat ditiadakan (Ali dan Rahayu, 1994). Petani YBSB tidak menggunakan pupuk organik saat menanam wortel. Hal ini disebabkan karena pola pergiliran tanaman yang digunakan yaitu : legum
sayuran daun/buah
sayuran umbi sehingga sebelum wortel ditanam masih terdapat residu kandungan pupuk organik yang berasal dari jenis sayuran daun/buah yang menggunakan pupuk organik sebanyak 10 kg/bedengan untuk setiap siklus tanam. Pola pergiliran tanaman ini bertujuan untuk memutus siklus hidup Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), memperbaiki keseimbangan hara dalam tanah dan mengurangi risiko gagal panen (Sudaryanto, 2004). Petani YBSB selain menerapkan pola pergiliran tanaman juga menerapkan penanaman pupuk hijau, seperti Sesbania sesban, Tithonia sp. dan Centrossema pubescens, serta penggunaan pupuk progresif yang berasal dari hasil panen yang tersisa di bedengan, serasah daun dan rumput hasil tebasan dengan menumpuk bahan-bahan tersebut di ujung bedengan dan didiamkan selama 6 bulan. Hal ini dilakukan oleh petani YBSB untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga
penanaman wortel tidak menggunakan pupuk organik. Prestasi kerja penulis dan karyawan dalam proses penanaman wortel ialah 4 bedeng/jam.
2. Petsai (Brassica chinensis L.) Cara penanaman petsai yang dilakukan oleh ketiga kelompok petani sama yaitu dengan mengolah tanah kemudian dibuat lubang tanam sebanyak 50 buah dengan jarak tanam 40 cm x 60 cm lalu diberi pupuk kandang yang telah dimatangkan sebanyak 0.5 kg/lubang tanam yang diaplikasikan sebelum bibit petsai ditanam. Pupuk tersebut diaduk dengan tanah secara merata dengan menggunakan tangan lalu bibit petsai yang telah siap tanam langsung ditanam di lapangan. Pupuk yang digunakan petani YBSB untuk menanam petsai ialah pupuk organik berupa pupuk kandang yang telah dimatangkan yang berasal dari kotoran ayam dan kambing yang telah dicampur dengan sekam padi. Pupuk kandang tersebut merupakan pupuk organik yang utama digunakan petani YBSB. Proses pematangan dilakukan dengan menumpuk tanah, pupuk kandang, dedaunan dan rumput hingga membentuk lapisan-lapisan setinggi 2 meter, kemudian didiamkan selama 3 bulan (Gambar 5).
Gambar 5. Proses Pembuatan Pupuk Organik (Kiri) dan Pupuk Siap Pakai (Kanan)
Selain penggunaan pupuk kandang, petani YBSB dan petani Mitra menggunakan pupuk cair. Pupuk cair digunakan untuk jenis tanaman yang mendorong menghasilkan daun karena pupuk tersebut memiliki kandungan nitrogen yang tinggi. Pupuk cair berasal dari urine ternak kelinci. Penggunaan pupuk cair biasanya diberikan pada tanaman yang kandungan bahan organik dalam tanah sudah berkurang atau diberikan pada tanaman yang pertumbuhannya
kurang baik. Waktu aplikasi pupuk cair pada tanaman petsai yaitu saat tanaman berumur 3 MST pada bagian akar tanaman yang diberikan setiap seminggu dua kali. Pola penanaman petsai dapat ditumpangsarikan dengan beberapa jenis tanaman lain sebagai tanaman penolak (repellent) seperti Tagetes dan adas untuk mengecoh serangga maupun tanaman okra dan caisin sebagai tanaman yang ditumpangsarikan. Bibit petsai yang telah ditanam ditutup dengan tanah dan diberi mulsa hasil potongan rumput ataupun dedaunan. Prestasi kerja penulis dan karyawan dalam proses penanaman petsai ialah 2 bedeng/jam. Pola penanaman wortel dan petsai di petani YBSB dapat dilihat pada Gambar 6.
A
B
Gambar 6. Pola Penanaman Wortel (A) dan Petsai (B) di Petani YBSB
Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman wortel dilakukan dengan melakukan penyiraman, penyiangan, penjarangan dan pendangiran. Penyiraman dilakukan pada saat awal penanaman pada pagi dan sore hari untuk membantu pertumbuhan kecambah. Namun, saat musim hujan penyiraman dapat dikurangi karena penyiraman yang terlalu sering dapat menyebabkan umbi wortel menjadi busuk. Penyiangan dan penjarangan wortel pertama dilakukan bersamaan setelah tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam (MST) dengan tinggi tanaman wortel ± 5 cm. Penjarangan dilakukan dengan mencabut tanaman yang rapat secara hati-hati agar tanaman wortel lain tidak tercabut. Penjarangan dilakukan secara merata sehingga jarak tanaman dalam baris 5-7 cm. Pendangiran pertama dilakukan saat tanaman berumur 4-6 MST (proses pembentukan umbi) dengan melakukan pembumbunan di sekitar tanaman agar umbi yang dihasilkan besar dan tidak bercabang. Petani YBSB melakukan penyiangan, penjarangan dan pendangiran dua kali sampai panen sedangkan petani Mendawai dan Mitra melakukan kegiatan pemeliharaan
hanya satu kali sampai panen sehingga banyak gulma tumbuh dan dapat menjadi pesaing tanaman wortel dalam menyerap unsur hara dan air yang menyebabkan kualitas wortel kurang baik dan menyulitkan saat kegiatan panen berlangsung. Prestasi kerja penulis dari kegiatan pemeliharaan wortel, yaitu pendangiran dan penyiraman memiliki prestasi kerja yang sama dengan karyawan sebesar 1.33 bedeng/jam dan 2 bedeng/jam sedangkan prestasi kerja dari kegiatan penyiangan dan penjarangan masih dibawah prestasi kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena kegiatan tersebut memerlukan ketelitian sehingga jika dilakukan tidak teliti akan merusak tanaman wortel yang lainnya. Pemeliharaan petsai yang dilakukan petani YBSB ialah penyiangan gulma, penyiraman, handpicking dan pemulsaan. Penyiangan gulma dilakukan 2 x hingga panen oleh petani YBSB sedangkan petani Mendawai dan Mitra hanya 1 kali. Penyiangan gulma dilakukan saat tanaman berumur 2-3 MST dan penyiangan selanjutnya dilakukan saat gulma mulai mengganggu tanaman. Penyiraman dilakukan 2 x seminggu oleh ketiga petani yang dilakukan pada sore hari saat musim kemarau, namun selama kegiatan magang berlangsung tanaman petsai yang diamati jarang disiram karena menjelang sore turun hujan. Handpicking (pencabutan daun tua) dilakukan oleh petani YBSB satu kali hingga panen saat tanaman berumur 4 MST. Handpicking dilakukan agar penyebaran hama dan penyakit dapat diketahui lebih awal sehingga tidak menyebar ke tanaman lain dalam satu bedeng. Saat menjelang panen, tidak perlu dilakukan penyiangan rumput serta handpicking agar daerah perakaran tidak terganggu dan produksi yang dihasilkan lebih tinggi. Petani Mendawai dan Mitra tidak melakukan kegiatan handpicking pada petsai saat berumur 4 MST. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja yang dimiliki relatif rendah. Prestasi kerja penulis dari kegiatan pemeliharaan petsai, yaitu penyiraman dapat menyamai prestasi kerja karyawan sebesar 2 bedeng/jam sedangkan prestasi kerja penulis dari kegiatan penyiangan, handpicking dan pemulsaan masih di bawah standar karyawan karena kegiatan tersebut harus dilakukan secara hati-hati agar daerah perakaran petsai tidak terganggu terutama jika petsai telah memasuki umur 1 bulan. Prestasi kerja penulis dari kegiatan pemeliharaan petsai yang jauh dari standar karyawan ialah kegiatan pemulsaan. Prestasi kerja karyawan mencapai 1.33 bedeng/jam
sedangkan prestasi kerja penulis hanya 0.5 bedeng/jam. Hal ini disebabkan karena kegiatan pemulsaan membutuhkan dedaunan ataupun rumput hasil tebasan. Penulis belum terampil dalam melakukan penebasan rumput di sekitar plot ataupun bedengan sehingga memerlukan waktu yang lama dalam proses tersebut.
Pengendalian Hama dan Penyakit Penyakit utama yang menyerang tanaman wortel adalah busuk umbi yang disebabkan oleh cendawan Erwinia carotovora sehingga mengakibatkan umbi wortel busuk dan berair. Hama kutu daun (Cavariella aegopodii) yang hidup di balik daun wortel dan mengisap cairan sel saat tanaman masih muda mengakibatkan daun wortel menjadi keriting dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, sedangkan hama yang menyerang tanaman petsai adalah ulat grayak yang dapat menyebabkan daun berlubang karena menyerang daun bagian tengah, Crocidolomia binotalis yang hidup secara bergerombol dan menyerang bagian pucuk daun, Plutella xylostella merupakan ulat berwarna hijau muda, kepalanya pucat, terdapat bintik coklat di tubuhnya dan mengeluarkan lendir jika disentuh. Ulat Plutella menyebabkan daun menjadi berlubang karena kulit ari daun tersebut mengering dan sobek. Penyakit yang biasanya menyerang golongan tanaman Brassica sp. adalah akar bengkak (club root) yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae. Tanaman yang terserang penyakit ini terlihat segar pada pagi hari, namun terlihat layu pada sore hari sehingga tanaman mati. Gejala penyakit busuk umbi pada wortel dan gejala serangan ulat grayak pada petsai dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Gejala Penyakit Busuk Umbi pada Wortel (A) dan Gejala Serangan Ulat Grayak pada Petsai (B)
YBSB tidak menggunakan pestisida sintetik dalam pengendalian hama penyakit. Namun, cara untuk mengatasi serangan penyakit tersebut dengan melakukan beberapa cara preventif (pencegahan), yaitu : memilih lokasi tanam yang tepat, menanam pada waktu yang tepat, menanam beberapa jenis dalam satu bedengan (polikultur) dan melakukan pola pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman diperlukan untuk menghindari serangan hama penyakit yang sejenis serta mendorong keseimbangan hara dalam tanah sehingga tanah dapat dimanfaatkan dalam waktu yang relatif lama (Sudaryanto, 2004).
Panen Wortel (Daucus carota L.) Umbi wortel dipanen sekitar umur 10-12 minggu di lapangan. Mayoritas panen wortel dilakukan seminggu dua kali pada hari Minggu dan Rabu untuk memenuhi permintaan agen dan supermarket. Namun, ada petani yang panen pada hari Senin dan Kamis setelah mendapat perintah dari bagian produksi apabila stock permintaan wortel untuk konsumen kurang. Panen wortel dilakukan pada pagi hari oleh dua orang dalam satu bedengan secara keseluruhan agar umbi wortel masih tampak segar serta untuk menghindari kehilangan hasil yang lebih banyak. Wortel dipanen langsung dicabut dari tanah secara hati-hati agar umbi tidak rusak atau cacat. Tanah yang terlalu keras biasanya digemburkan dengan menggunakan garpu ukuran kecil atau disiram dengan air sehingga mempermudah pencabutan umbi wortel. Apabila tanah tidak digemburkan terlebih dahulu, dapat terjadi patah umbi ketika dilakukan pencabutan. Umbi yang patah atau terluka akan mudah terinfeksi jamur dan bakteri sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama (Agoes dan Lisdiana, 1995). Tanaman wortel dipanen saat daun wortel telah menguning, umbi telah muncul ke atas permukaan tanah, umbi mencapai ukuran panjang sekitar 14-20 cm dan berdiameter 2.5-3.5 cm. Secara fisik, umbi tidak bercabang, tidak busuk, lurus dan mulus dengan warna umbi merah (oranye). Umbi wortel layak panen dapat dilihat pada Gambar 8. Target produksi panen wortel yang dicapai petani, yaitu 20-25 kg per bedengan. Wortel dicabut dari tanah, daun dan akarnya dipotong dengan menggunakan pisau. Daun wortel tidak dimanfaatkan untuk
dijual ke supermarket maupun agen namun digunakan sebagai kompos yang akan menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Wortel yang telah dipanen dibedakan menjadi kelas A, B dan C. Pemisahan tersebut dilakukan petani di lapangan. Wortel dimasukkan ke dalam karung maupun kontainer plastik untuk kelas A dan kelas B sedangkan kelas C dibiarkan di lapangan sebagai pupuk kompos. Wortel kelas A dipasarkan ke supermarket dan agen, sisa wortel kelas B dipasarkan ke toko YBSB ataupun ke pasar tradisional, sedangkan wortel kelas C yang tidak layak jual digunakan sebagai pakan angsa dan kelinci.
Gambar 8. Wortel Layak Panen Panen Petsai (Brassica chinensis L.) Tanaman petsai dipanen saat umur 10-11 minggu. Tanaman ini tidak dipanen seluruhnya dalam satu bedengan namun hanya 3-5 tanaman per bedengan tiap kali panen. Panen petsai dilakukan dengan cara memanen tanaman yang yang telah memenuhi syarat untuk panen dan layak diterima konsumen. Panen petsai dilakukan dalam tiga tahap, yaitu panen cicil, panen maksimal dan panen sisa. Panen cicil adalah tahap memanen tanaman yang belum masuk umur panen namun telah membentuk crop. Panen maksimal adalah tahapan panen saat tanaman telah memasuki umur yang tepat untuk panen. Panen sisa adalah tahapan panen terakhir dari tanaman yang merupakan sisa dari panen maksimal. Petsai yang dipanen terakhir (panen sisa) apabila tidak layak jual biasanya petsai tersebut langsung dibongkar dan lahan dimanfaatkan untuk ditanami jenis tanaman lainnya. Panen maksimal dan panen sisa dapat dilakukan 1-2 minggu setelah panenan pertama (panen cicil). Petsai layak panen dapat dilihat pada Gambar 9. Target produksi panen petsai yang dicapai petani, yaitu 18-20 kg per bedengan. Ciri fisik tanaman tersebut akan dipanen ialah saat daun telah padat membentuk crop, berwarna hijau muda, tinggi tanaman sekitar 25-35 cm dari
tanah, tidak berulat dan tidak busuk. Cara panen tanaman petsai adalah dengan memisahkan terlebih dahulu daun yang busuk dan layu sehingga tersisa daun tegak membentuk crop, kemudian dipotong bagian pangkal batang saat tanaman masih utuh di tanah secara hati-hati dengan menggunakan pisau sehingga daun yang layu dan busuk tersisa di tanah. Petsai yang telah dipanen diletakkan ke dalam kontainer plastik untuk menghindari kerusakan yang lebih tinggi. Petani yang berpendidikan baik akan mampu mendapatkan hasil panen petsai lebih tinggi karena petani tersebut berhati-hati dalam pelaksanaan panen. Namun, masih ditemukan petani YBSB maupun petani Mendawai yang melakukan panen petsai saat tanaman belum membentuk crop sehingga kehilangan hasil lebih tinggi akibat banyaknya daun yang lepas dari crop saat dilakukan pemotongan pangkal batang.
Gambar 9. Petsai Layak Panen
Perbedaan dari beberapa aspek budidaya tersebut mempengaruhi produksi wortel dan petsai yang dihasilkan petani YBSB, Mendawai dan Mitra. Tabel 9 menunjukkan produksi wortel dan petsai per bedeng dalam satu kali siklus tanam.
Tabel 9. Hasil Panen Wortel dan Petsai (kg/bedeng/siklus tanam) Petani YBSB, Mendawai dan Mitra Petani * Komoditas YBSB Mendawai* Mitra+ ..........kg/bedeng.......... Wortel
17.8
15.5
10
Petsai
7.95
5.2
5
Sumber : * Hasil Pengamatan +
Hasil Wawancara
Hasil panen wortel dan petsai (kg/bedeng/siklus tanam) petani YBSB, Mendawai dan Mitra diperoleh dari pengamatan data primer. Hasil panen wortel petani YBSB diperoleh dari rata-rata 59 bedeng dan petani Mendawai diperoleh dari rata-rata 39 sampel bedeng sedangkan hasil panen petsai petani YBSB diperoleh dari rata-rata 6 sampel bedeng dan petani Mendawai diperoleh dari 1 sampel bedeng yang diamati penulis. Hasil panen petani Mitra diperoleh dari wawancara dengan 5 responden petani sehingga hasil panen yang diperoleh hanya hasil perkiraan panen sehingga data panen dari petani Mitra kurang akurat dibanding dua kelompok petani lainnya. Hasil panen wortel dan petsai per bedengan belum dapat memenuhi target produksi yang dihasilkan petani. Hasil panen wortel dan petsai antara kelompok petani YBSB, Mendawai dan Mitra menunjukkan bahwa kelompok petani YBSB memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan kedua kelompok petani lainnya. Hal tersebut disebabkan karena cara budidaya yang lebih baik yang dilakukan oleh kelompok petani YBSB, meliputi cara pengolahan tanah, cara penanaman, jarak tanam yang digunakan, kegiatan pemeliharaan yang dipengaruhi oleh sikap petani dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki kelompok petani YBSB lebih banyak dibandingkan kedua kelompok petani lainnya serta kondisi tanah di lahan kelompok petani YBSB yang banyak mengandung bahan organik karena petani YBSB menerapkan sistem pola pergiliran tanaman, penanaman pupuk hijau dan penggunaan pupuk progresif untuk meningkatkan kesuburan tanah serta sikap petani YBSB yang lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan.
MANAJEMEN BUDIDAYA
Kepala Plot Kepala plot memiliki pekerjaan rutin untuk mengelola satu plot yang dibantu oleh 2-3 orang anak buah. Tugas rutin kepala plot diantaranya : 1. Mengurus kebun organik (perawatan kebun) Tujuannya ialah agar kebun lebih produktif, nyaman, berkelanjutan untuk kehidupan lingkungan di sekitarnya dalam kegiatan belajar dan beribadah sehingga kebun organik terlihat bersih, rapi dan aman. Tugas kepala plot dalam hal kerapian kebun dapat dilihat dari bentuk bedengan, teras, pagar, jalan parit/sungai dan kolam. Dalam hal kebersihan dapat dilihat dari pemanfaatan sampah organik yang dikompos. Keamanan kebun dapat dilihat dari kerja ketua plot dalam merawat tebing agar tidak terjadi erosi dan perawatan tanaman pagar agar tidak ditebang. 2. Tanam Penanaman merupakan hal yang penting untuk dilakukan ketua plot karena akan menetukan produksi sayuran yang dihasilkan. Sebelum penanaman dilakukan, ketua plot dan anak buah harus merapikan bedengan terlebih dahulu dengan mengetahui ukuran bedengan yang digunakan, kemudian menebas rumput di sekitar bedengan agar bedengan terlihat rapi saat dilakukan penanaman. Kegiatan
selanjutnya
yaitu
menggarpu
bedengan
secara
merata
agar
melonggarkan pori-pori tanah. Kemudian mengambil pupuk untuk disebarkan ke tanah, pengadukan pupuk dan siapkan benih ataupun bibit yang dibutuhkan dari persemaian untuk ditanam. Ketua plot harus mengetahui cara tanam yang digunakan, yaitu sistem alur, lubang tanam dan tugal. Selain itu ketua plot harus memperhatikan sistem rotasi tanaman untuk mencegah hama dan penyakit tanaman yang sejenis serta mengetahui kombinasi tanaman yang cocok sehingga tanaman tidak ditanam secara monokultur. 3. Perawatan tanaman Ketua plot harus mengetahui waktu pelaksanaan kegiatan perawatan tanaman setelah proses penanaman selesai. Kegiatan perawatan tersebut diantaranya :
pendangiran, pembumbunan, pengguludan, pemulsaan, penyiraman, memasang lanjaran, pewiwilan, pemangkasan cabang yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, mengikat lanjaran ataupun batang tanaman yang menjalar ke atas seperti tanaman tomat dan pembungkusan jenis sayuran buah dengan plastik. Selain kegiatan tersebut dilakukan pula sanitasi tanaman diantaranya : merumput, handpicking dan menyemprot pestisida nabati jika hama dan penyakit tanaman terlalu parah. Kegiatan perawatan tanaman ini biasa dilakukan oleh karyawan wanita karena lebih rapi dan teliti. 4. Panen Kegiatan panen terdiri atas sarana panen yang mencakup: buku panen, kontainer plastik, garpu, pisau, kantong plastik dan tali. Setiap ketua plot harus memiliki sarana panen tersebut agar pelaksanaan panen dapat terlaksana dengan baik sehingga waktu lebih efektif. Ketua plot harus mengetahui cara panen masing-masing tanaman, yaitu : dicabut, dipetik dan dipotong. Setelah kegiatan panen selesai ketua plot harus menyeleksi sayuran tersebut berdasarkan kelas A dan kelas B lalu disusun dalam kontainer dan dilakukan pencucian untuk sayuran yang telah terkontaminasi dengan tanah. Kegiatan panen yang telah selesai di lapang dilanjutkan dengan mengirimkan sayuran ke pemasaran YBSB dengan melakukan penimbangan sayuran, pencatatan berat sayuran yang dipanen dan menandatangani kertas penerimaan sayuran (serah terima pasar). 5. Administrasi Ketua plot harus mengetahui administrasi kebun, seperti keluar masuk sayur, pendapatan sayur tiap kali panen, dan lainnya. Selain lima kegiatan tersebut, ketua plot harus memberikan buku rencana panen (R-Panen) untuk mengestimasi sayuran yang akan dipanen di plot-nya untuk minggu selanjutnya serta usulan rancangan tanam mingguan kepada tim produksi yang mengurus distribusi tanam agar semua aktivitas kebun mulai dari tanam hingga panen berjalan dengan baik. Ketua plot harus dapat memecahkan masalah dan memberikan solusi jika terdapat masalah di dalam plot-nya sehingga masalah tersebut dapat dipecahkan bersama secara kekeluargaan. Setiap ketua plot harus dapat memimpin anak buah dan menjalin komunikasi yang baik agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Kepala Bidang Produksi 1. Bagian produksi dan bimbingan teknis kelompok dalam plot Kepala bidang produksi ini memiliki tugas untuk melakukan kontrol tiap plot minimal dua minggu sekali. Kegiatan kontrol plot meliputi kegiatan melihat keadaan plot dari segi budidaya, kombinasi tanaman, rotasi tanaman, jumlah bedengan kosong yang tidak ditanami. Selain itu, tugas tim produksi ini ialah melakukan bimbingan teknis kelompok dan tenaga kerja, seperti disiplin kerja karyawan, sikap, tanggung jawab serta masalah dalam plot yang tidak dapat diatasi oleh ketua pot. Kepala bidang produksi juga bertugas untuk melakukan pengecekan terhadap buku tanam yang diisi oleh ketua plot. Pengecekan ini dilakukan untuk mencocokkan jatah tanam plot dengan pelaksanaan tanam, mengecek kombinasi tanaman yang dipraktekkan di lapangan dan mengecek rotasi tanaman dengan melihat jenis tanaman sebelumnya. 2. Bagian hubungan kebutuhan pemasaran YBSB dengan kondisi crop di petani YBSB, Mendawai dan Mitra Kepala bidang produksi ini bertugas untuk mengestimasi seluruh plot dari petani YBSB dan Mendawai agar mengetahui ketersediaan sayuran tiap minggunya yang siap panen dengan kebutuhan di pasar. Kemudian, melakukan pemeriksaan di buku R-Panen plot YBSB (untuk melihat crop yang siap panen ataupun crop yang ditunda pemanenannya untuk menghindari pemanenan yang over), plot Mendawai dan Mitra lalu dipindahkan ke buku R-panen total lalu dicek dengan kebutuhan pasar. Selain itu, tim produksi ini bertugas untuk membuat rancangan distribusi tanam dengan membagi rata jatah tanam bibit/benih kepada setiap plot tiap minggunya. 3. Bagian Sarana Produksi Pertanian (Saprotan) Tim produksi bagian Saprotan bertugas untuk mengontrol sarana produksi di kebun seperti pengadaan jumlah pupuk kandang yang digunakan, jumlah lanjaran yang diperlukan, keadaan kompos di kebun, pembuatan dan perbaikan atap plastik, memperbaiki saluran air dan parit untuk memperlancar saluran irigasi.
PENANGANAN PASCA PANEN
Pasca Panen Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh petani dan bagian pemasaran YBSB berbeda. Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh petani terdiri
atas
pembersihan,
penyortiran,
pengkelasan,
pengemasan
dan
pengangkutan sedangkan penanganan pasca panen pada bagian pemasaran YBSB terdiri atas pembersihan, penyortiran, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Kegiatan pasca panen di bagian pemasaran YBSB lebih intensif dan teliti sesuai permintaan konsumen. Hasil pengamatan terhadap kegiatan pasca panen wortel dan petsai dapat dilihat pada Tabel 10 sedangkan Gambar 10 menunjukkan alur kegiatan penanganan pasca panen wortel dan petsai mulai tingkat petani hingga konsumen.
Pengangkutan
-
-
Pemasaran BSB
Toko YBSB
-
-
-
-
-
-
Pasar Tradisional
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Agen
-
-
-
-
-
-
-
-
Supermarket
-
-
-
-
-
-
-
-
Sumber : Hasil Pengamatan
Pengemasan
Wortel
Pengkelasan
Trimming
nPembersihan
-
Pengangkutan
Penyimpanan
Pengemasan
Pengkelasan
Penyortiran
Petani
Saluran Pemasaran
Pembersihan
Penyimpanan
Tabel 10. Kegiatan Pasca Panen di Yayasan Bina Sarana Bakti
Petsai
Wortel Pembersihan Penyortiran Pengkelasan Pengemasan Pengangkutan
Petani (BSB, Mendawai, Mitra)
Wortel Pembersihan Penyortiran Pengkelasan Pengemasan Penyimpanan Pengangkutan
Agen
Petsai Pembersihan Trimming Pengkelasan Pengemasan Penyimpanan Pengangkutan
Bagian Pemasaran YBSB
Supermarket
Petsai Pembersihan Trimming Pengemasan Pengangkutan
Toko BSB
Pasar tradisional
Konsumen Gambar 10. Alur Penanganan Pasca Panen di Yayasan Bina Sarana Bakti
1. Pembersihan Menurut Ali dan Rahayu (1994) tujuan dilakukannya pembersihan yaitu untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan sumber kontaminan lainnya sehingga umbi wortel menjadi bersih. Pembersihan wortel di tingkat petani dilakukan dengan mencucinya pada bak air yang berasal dari sumber mata air. Wortel dibersihkan dengan menghilangkan kotoran berupa tanah yang menempel di permukaan wortel. Wortel yang telah dibedakan kelas A dan kelas B dan telah dicuci bersih ditiriskan pada kontainer plastik. Kegiatan pembersihan di bagian pemasaran YBSB dilakukan secara manual dengan pencucian kering (pengelapan) menggunakan kain yang bersih dan kering. Pengelapan ini bertujuan agar wortel yang masih basah saat dikirim ke bagian pemasaran YBSB tidak menjadi busuk. Petsai merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang mudah rusak. Petani yang telah mengetahui cara panen petsai yang tepat di lapangan akan lebih teliti dan hati-hati saat pelaksanaan panen sehingga petsai tidak kotor dan tidak perlu dilakukan pencucian dalam bak air karena akan menyebabkan tingkat kehilangan hasil yang lebih tinggi. Pembersihan petsai di tingkat petani dilakukan langsung di lahan secara manual dengan membuang bagian pangkal batang serta lapisan luar daun yang busuk, tua dan berlubang sehingga membentuk crop yang diinginkan. Kegiatan pembersihan di bagian pemasaran YBSB pada komoditas petsai dilakukan jika kiriman dari petani masih ditemui daun tua dan berlubang sehingga petsai perlu dirompes kembali agar penampakan petsai lebih menarik dan bersih. Petsai yang telah bersih diletakkan pada kontainer plastik. Kegiatan pencucian wortel di tingkat petani, wortel setelah dilakukan pencucian kering dan petsai setelah proses pembersihan dapat dilihat pada Gambar 11.
A
B
C
Gambar 11. Pencucian Wortel di Tingkat Petani (A), Wortel Setelah Dilakukan Pencucian Kering (B) dan Petsai Setelah Proses Pembersihan (C)
2. Penyortiran dan Pengkelasan Tujuan dari kegiatan sortasi adalah untuk memisahkan hasil panen sesuai kelas A, B, C yang dilihat dari segi fisik, tidak busuk, tidak terserang hama dan penyakit dan berpenampilan menarik sesuai yang diminati konsumen sedangkan pengkelasan dilakukan untuk melihat perbedaan mutu dan kualitas sayur serta digunakan sebagai penentu harga jual di beberapa saluran pemasaran. Menurut Winata (2006) kriteria pengkelasan umumnya adalah bentuk, warna, tingkat kematangan dan tingkat kerusakan. Kegiatan penyortiran dan pengkelasan di tingkat petani dilakukan langsung di lapangan dengan memisahkan kelas berdasarkan kriteria pengkelasan tersebut agar memudahkan penimbangan saat dikirim ke bagian pemasaran YBSB yang langsung ditimbang berdasarkan kelasnya. Petsai disortir di lahan petani dengan melakukan trimming, yaitu menghilangkan bagian yang rusak atau busuk sedangkan wortel disortir berdasarkan kelas A, B dan C. Wortel yang telah disortir dan dipisahkan
berdasarkan kelasnya dicuci terlebih dahulu sebelum diangkut ke bagian pemasaran YBSB. Wortel yang telah dicuci dan petsai yang telah disortir di lahan petani diangkut ke bagian pemasaran YBSB dan dilakukan penimbangan bobot kotor dengan alat timbangan (Gambar 12). Alat timbangan yang digunakan sesuai dengan kebiasaan petani saat menimbang wortel dan petsai. Kapasitas maksimal alat timbangan wortel yaitu 150 kg sedangkan kapasitas maksimal alat timbangan petsai yaitu 15 kg. Penimbangan wortel dan petsai dilakukan berdasarkan kelas yang dikirim dari petani. Penimbangan yang berlaku di bagian pemasaran YBSB hanyalah kelas A dan kelas B yang memiliki nilai jual. Wortel kelas C yang tidak memiliki nilai jual dimanfaatkan petani di lahan sebagai bahan untuk pupuk kompos.
Gambar 12. Alat Timbangan Wortel (Kiri) dan Petsai (Kanan)
Kegiatan penyortiran dan pengkelasan wortel dilakukan kembali di bagian pemasaran YBSB dengan lebih teliti. Wortel yang telah dicuci dari lahan petani YBSB, Mendawai dan Mitra akan digabung dan diletakkan di atas wadah karung untuk dilakukan kegiatan penyortiran dan pembersihan kering (pengelapan). Wadah untuk menyortir wortel kelas A, B dan C dibedakan agar tidak tercampur. Wortel kiriman dari petani masih dirompes kembali karena masih ditemukan wortel yang tidak layak jual ke konsumen. Sisa rompesan wortel (kelas C) dari kegiatan penyortiran di bagian pemasaran YBSB dimanfaatkan sebagai pakan angsa dan kelinci ataupun langsung dibuang sedangkan sisa rompesan petsai dari pemasaran YBSB dijual ke karyawan ataupun langsung dibuang. Kriteria wortel dan petsai yang dikirim ke bagian pemasaran YBSB adalah kriteria yang telah disepakati antara petani dengan pihak pemasaran YBSB dalam
segi ukuran, warna dan penampakan fisik. Standar mutu sayuran organik wortel dan petsai yang telah ditetapkan YBSB terdapat pada Tabel 11 dan 12. Standar tersebut harus dipenuhi oleh pihak petani dan bagian pemasaran YBSB saat melakukan kegiatan penyortiran dan pengkelasan untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan ke beberapa saluran pemasaran.
Tabel 11. Standar Mutu Sayuran Organik Wortel di Pemasaran YBSB Kriteria
Kelas A
Kelas B
Kelas C
Ukuran Panjang
14 – 20 cm
± 11 cm
< 10 cm
Diameter Umbi
2.5 – 3.5 cm
1 cm
1 cm
Warna
Merah (Orange)
Orange
Orange (pucat)
Penampakan Fisik
Lurus, mulus
Tidak bercabang,
Bercabang,
tidak busuk, tidak
tidak terdapat
cacat, busuk,
bercabang, utuh
bercak, utuh
tua
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Tabel 12. Standar Mutu Sayuran Organik Petsai di Pemasaran YBSB Kriteria
Kelas A
Kelas B
Ukuran Tinggi
25 – 35 cm
< 25 cm
Warna
Hijau muda
Hijau muda
Penampakan Fisik
Utuh, tidak berulat,
Kurang padat, utuh
tidak busuk, padat
tidak berulat, tidak busuk
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Pengkelasan wortel kelas A oleh petani di lapangan dapat berubah menjadi kelas B di bagian pemasaran YBSB. Hal ini terjadi karena pihak bagian pemasaran YBSB lebih mengetahui kriteria wortel yang diinginkan konsumen. Pengkelasan petsai kelas A dan B di tingkat petani tidak terlalu diperhatikan karena petsai yang telah dipanen dari lahan akan digabung dan diletakkan dalam satu wadah kontainer dengan sayuran lainnya. Kegiatan trimming
petsai
dilakukan kembali di bagian pemasaran YBSB karena petsai kiriman dari petani
masih terdapat daun yang berlubang dan rusak. Hal ini disebabkan karena ketidaktelitian petani saat peletakan petsai dalam kontainer dan petani yang kurang paham dalam menentukan kriteria panen petsai. Kegiatan trimming ini dilakukan secara manual dengan tangan secara hati-hati karena daun petsai mudah patah dan rusak. Pengkelasan wortel dan petsai dapat dilihat pada Gambar 13.
A
B
Gambar 13. Pengkelasan Wortel (A) dan Petsai (B)
3. Pengemasan Fungsi pengemasan yang dilakukan petani bertujuan untuk memudahkan pengangkutan dan melindungi produk dari kerusakan selama pengiriman. Kegiatan pengemasan dilakukan sejak sayuran dipanen dan akan dibawa ke tempat
pencucian.
Kemasan transportasi yang digunakan petani untuk
mengirimkan sayuran ke bagian pemasaran YBSB adalah kontainer plastik, karung dan keranjang bambu. YBSB memiliki 2 jenis kontainer plastik yang digunakan petani sebagai kemasan transportasi untuk mengangkut sayuran saat panen di lapangan (Gambar 14).
Gambar 14. Kemasan Transportasi Petani
Kemasan yang digunakan bagian pemasaran YBSB untuk memenuhi kebutuhan pelanggan diantaranya tray foam, plastik wrapping film, plastik polos, plastik berlogo dan kontainer plastik. Tabel 13 menunjukkan bahan kemas yang digunakan pemasaran YBSB untuk kemasan packing dan curah. Sayuran yang berlebih dapat dijual ke pasar tradisional dengan menggunakan kemasan karung.
Tabel 13. Bahan Kemasan Packing dan Curah di Pemasaran YBSB No.
Bahan Kemasan
Dimensi
1
Kontainer Plastik Maspion
58 cm x 37 cm x 21 cm
2
Kontainer Plastik Life
60 cm x 42 cm x 30 cm
3
Wrapping film
20 cm x 500 cm
4
Wrapping film
30 cm x 500 cm
5
Plastik Polos
25 cm x 45 cm
6
Plastik Polos
25 cm x 35 cm
7
Plastik Berlogo
20 cm x 25 cm
8
Tray foam 3
19.5 cm x 12 cm x 2.5 cm
9
Tray foam 4
16 cm x 12 cm x 2.5 cm
10
Tray foam 6
21 cm x 10 cm x 2.5 cm
11
Tray foam 7
12 cm x 12 cm x 2.5 cm
12
Selotip bening
½ inchi x 72 yard
13
Seal bag
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Bagian pemasaran YBSB menggunakan sistem pengemasan curah dan packing untuk memenuhi kebutuhan agen dan supermarket. Sistem kemasan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk serta meningkatkan harga jual. Kemasan packing menggunakan plastik dan tray foam sedangkan kemasan curah menggunakan kontainer plastik yang langsung dikirim ke agen (Gambar 15). Agen yang memesan dalam bentuk curah meminjam kontainer plastik ke bagian pemasaran YBSB ataupun memiliki kontainer plastik sendiri sebagai tempat untuk mengemas dan mengangkut sayuran yang mereka pesan.
Gambar 15. Kemasan Curah Untuk Agen
Tray foam digunakan untuk jenis sayuran buah, kacang-kacangan dan sayuran umbi yang berukuran kecil (baby). Wortel baby merupakan wortel kelas B dari petani. Namun, setelah dilakukan proses pasca panen yang baik komoditas tersebut dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi dengan melakukan proses pengemasan yang menarik sehingga memiliki daya jual yang tinggi dan harga yang lebih mahal. Tray foam yang digunakan untuk kemasan wortel baby adalah tray foam 3 yang berukuran 19 cm x 12 cm x 2.5 cm. Wortel yang telah diletakkan dalam tray foam tersebut kemudian dikemas dengan menggunakan alat wrapping (Gambar 16).
Gambar 16. Alat pengemasan (Wrapping)
Wortel baby yang dikemas dengan menggunakan tray foam 3 memiliki berat 2 ons yang akan dikirim ke supermarket dan agen. Sayuran yang dikemas menggunakan kemasan plastik berlogo berukuran 20 cm x 25 cm harus diberi 1-2 lubang pada bagian tengah agar terjadi sirkulasi udara sehingga sayuran tidak busuk. Wortel yang telah disortir ke dalam kelas A kemudian dilakukan penimbangan dengan bobot 0.5 kg lalu dimasukkan ke dalam kemasan plastik berlogo dan diikat dengan seal bag. Packing wortel dengan menggunakan plastik berlogo dikirim ke supermarket dan agen.
Petsai langsung dikemas dengan menggunakan plastik wrap yang akan dikirim ke supermarket maupun agen. Mayoritas agen memesan petsai dalam bentuk packing karena tanaman ini mudah rusak jika dipesan dalam kemasan curah saat proses transportasi. Petsai yang telah dikemas menggunakan alat wrapping diberi sticker berlogo Agatho. Wortel dan Petsai yang diproduksi YBSB dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Produk Wortel dan Petsai di YBSB
Produk yang dikeluarkan oleh YBSB dalam bentuk kemasan packing harus diberi sticker yang berlogo “Group : Agatho Organics, Pioneer In OrganicsIndonesia “. Hal tersebut dilakukan untuk meyakinkan konsumen bahwa produk sayuran yang mereka konsumsi merupakan produk asli dari “Agatho Farm”, nama lain YBSB. Pihak agen memesan sayuran dalam bentuk kemasan curah dan packing, supermarket memesan dalam bentuk kemasan packing dan rumah sakit memesan sayuran dalam bentuk kemasan curah. Pihak agen yang memesan sayuran dalam bentuk curah mengurangi pesanannya dalam bentuk kemasan tersebut dan saat ini mayoritas agen memesan dengan sistem kemasan packing. Hal ini disebabkan oleh pelanggan mereka yang merasa bahwa sayuran curah memiliki kualitas fisik yang jauh lebih rendah dibandingkan sayuran yang dikemas.
4. Penyimpanan Tujuan dilakukan penyimpanan adalah untuk dapat mempertahankan kualitas produk selama disimpan. Penanganannya dilakukan melalui upaya memperpanjang umur sayuran, laju transpirasi, respirasi dan infeksi penyakit atau jamur serta mempertahankan produk dalam keadaan yang paling berguna bagi konsumen (Rahardi, 1993). Penyimpanan sayuran di YBSB diletakkan dalam packing house YBSB dan Toko YBSB (Gambar 18). Sayuran yang telah dikemas dalam bentuk packing dan curah dimasukkan ke dalam kontainer yang telah disesuaikan dengan pesanannya. Kontainer tersebut disusun secara rapi dan diletakkan dalam packing house YBSB sebelum dikirimkan ke agen dan supermarket. Penyimpanan sayuran di toko sayur YBSB dilakukan jika produksi sayuran berlebih namun sayuran sudah tidak layak jual ke agen dan supermarket.
Gambar 18. Penyimpanan Sayuran di Packing house YBSB (Kiri) dan Toko YBSB (Kanan)
Sayuran yang disimpan dalam packing house ini tidak diberi perlakuan khusus namun hanya diletakkan saja dalam ruangan biasa dengan suhu udara daerah Cisarua sekitar 19-210 C dan kelembaban udara relatif antara 83-88%. Packing house YBSB yang sejuk menyebabkan sayuran tidak mengalami kerusakan yang tinggi dan saat dilakukan pengiriman pada esok hari sayuran masih terlihat segar. Pada proses pengangkutan, sayuran diletakkan dalam mobil boks tertutup yang memiliki pendingin (AC) yang bersuhu 8-100 C untuk mempertahankan kualitas sayuran agar tetap segar dan tidak rusak hingga tiba di tempat pengiriman.
5. Pengangkutan Petani melakukan pengiriman sayuran ke bagian pemasaran YBSB sebelum pukul 12.00 WIB untuk mencegah kehilangan hasil yang lebih banyak akibat suhu yang tinggi. Petani YBSB, Mendawai dan Mitra mengirimkan hasil panen ke bagian pemasaran YBSB sekitar pukul 09.00-10.00 WIB. Sayuran dari petani Mitra dikirim ke bagian pemasaran YBSB dengan memasukkan sayuran ke dalam kontainer dan karung serta dikirim menggunakan alat transportasi berupa motor maupun truk karena lokasi lahan petani Mitra yang jauh. Proses pengangkutan sayuran dari petani YBSB dan Mendawai saat mengirimkan sayuran ke bagian pemasaran YBSB tidaklah jauh berbeda. Petani tersebut menggunakan kontainer plastik, keranjang kayu dan karung dengan cara dipikul atau menggunakan troly untuk mempermudah proses pengangkutan. Hal ini dikarenakan jarak yang dekat antara lahan petani dengan pemasaran YBSB. Alat pengangkutan sayuran dari lahan dapat dilihat pada Gambar 19.
A
B
Gambar 19. Alat Pengangkutan Sayuran dari Lahan (A) Petani YBSB, Mendawai dan (B) Petani Mitra
YBSB memiliki 2 unit kendaraan untuk mengirimkan sayuran ke pelanggan (Gambar 20). Sayuran yang dikirim ke wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Cibubur, BSD menggunakan truck tertutup sedangkan pengiriman sayuran ke wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Puri dan Bogor menggunakan mobil box tertutup. Tabel 14 menunjukkan alat transportasi yang digunakan YBSB serta tujuan pengiriman sayurnya. Bagian pemasaran YBSB mengirimkan sayuran seminggu empat kali, yaitu hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat sekitar pukul 03.30 WIB.
A
B
Gambar 20. Mobil Pengangkut Sayuran di Yayasan Bina Sarana Bakti (A) Truck Tertutup dan (B) Mobil Boks Tertutup
Tabel 14. Alat Transportasi yang Digunakan YBSB Jenis Unit Kendaraan Truck 1 Tertutup Mobil Boks 1 Tertutup
Tujuan Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Cibubur, BSD Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Puri, Bogor
Kapasitas (kg) 5000 2100
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Yayasan Bina Sarana Bakti memiliki 29 agen, 2 supermarket dan 1 rumah sakit sebagai pelanggan. Jenis sayuran yang dikirim oleh bagian pemasaran YBSB ke agen, supermarket dan rumah sakit berdasarkan sayuran yag dipesan oleh pihak yang bersangkutan. Agen merupakan pelanggan (ibu rumah tangga) yang menjadi distributor sayuran organik yang menjual sayuran organik tersebut ke konsumen atau masyarakat sekitar. Supermarket merupakan pelanggan YBSB yang menjadi distributor sayuran organik untuk dijual ke masyarakat yang mayoritas berstatus sosial tinggi. Rumah sakit memesan sayuran organik ke YBSB namun tidak dijual ke konsumen tetapi hanya untuk diolah dan dikonsumsi oleh pasien dalam bentuk masakan. Tabel 15 menunjukkan tujuan pengiriman serta hari pengiriman yang dilakukan bagian pemasaran YBSB.
Tabel 15. Tujuan Pengiriman dan Hari Pengiriman Sayur Pelanggan Bapak Kitono Ibu Kwik Ibu Shinta Bapak Sapta Bapak Satrio Ibu Kartikawati Sdr. Awan Ibu Shirly Ibu Caroline Ongko Wijaya Ibu Lili Ibu Elsa RS. St. Carolus Bapak Rio Ibu Rini Ibu Rosi Bapak Candra Ibu Winarni Ibu Lili Bapak Dody Ibu Merytha Kani Ibu Selvi Ibu Dini Ibu Nina Bapak Pipi Bapak Ari Bapak Dudi S Bapak Sandi Total Buah Segar Ranch Market
AGEN Alamat Lokasi Kemanggisan Jakarta Barat Kemanggisan Jakarta Barat Puri Indah Jakarta Barat Jl. Asem I Jakarta Barat Tebet Barat Jakarta Selatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan Cipete Raya Jakarta Selatan Kemang Jakarta Selatan Jl. Kenangan Jakarta Selatan Jl. Janur Elok Jakarta Utara Jl. Sunter Jakarta Utara Jl. Kayu Putih Jakarta Utara Salemba Jakarta Pusat Cluster Orlando Cibubur Kalimanggis Cibubur Kota Wisata Cibubur Green shop Gading BSD Green shop Gading BSD Green shop Gading BSD Green shop Gading BSD Green shop Gading BSD Green shop Gading BSD Green shop Gading BSD Green shop Gading BSD Green shop Gading BSD Puri Indah Puri Toko Ariesta Bogor Ruko Bogor Permai Bogor Jl. Jatinegara Barat Jakarta Timur SUPERMARKET Wolter Monginsidi Jakarta Selatan no. 52 Pondok Indah, kebayoran lama
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Jakarta Selatan
Hari Pengiriman Selasa Selasa Selasa, Jumat Selasa, Jumat Selasa, Jumat Jumat Selasa, Jumat Selasa Selasa Jumat Jumat Jumat Selasa, Jumat Jumat Jumat Jumat Senin, Kamis Kamis Kamis Kamis Kamis Kamis Kamis Kamis Kamis Selasa Senin, Kamis Senin, Kamis Selasa Selasa, Jumat Selasa, Jumat
Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran
Kehilangan hasil (broken stock) dalam pasca panen sayuran merupakan sayuran yang tidak layak jual ke konsumen ataupun sayuran yang dibuang karena sayuran rusak akibat penanganan pasca panen yang tidak teliti dan kurang tepat. Sayuran yang mengalami kehilangan hasil di bagian pemasaran YBSB tidak dilakukan penimbangan karena sayuran tersebut tidak memiliki nilai jual sehingga sayuran yang rusak, busuk dan tidak layak jual ke konsumen di tingkat petani dimanfaatkan langsung oleh petani untuk dijadikan bahan pupuk kompos progressif ataupun dimasukkan ke dalam tanah untuk menambah bahan organik tanah sedangkan kehilangan hasil dari bagian pemasaran YBSB dimanfaatkan sebagai pakan angsa dan kelinci ataupun langsung dibuang. Pengamatan kehilangan hasil panen wortel di lahan kelompok petani YBSB dan kelompok petani Mendawai dilakukan setiap seminggu sekali selama 2 bulan. Kehilangan hasil wortel di kelompok petani YBSB diperoleh dari 68 bedengan sedangkan kelompok petani Mendawai diperoleh dari 41 bedengan yang berukuran 10 m x 1 m. Kehilangan hasil di tingkat petani untuk komoditas wortel dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kehilangan Hasil Panen (kg) Wortel di Tingkat Petani Petani YBSB Mendawai
Panen Wortel 1319.7 697.0
Broken stock 147.2 92.5
% 11.1 13.6
Sumber : Hasil Pengamatan
Kehilangan hasil komoditas wortel tingkat petani berkisar antara 11-13%. Tingkat kehilangan hasil di kelompok petani Mendawai lebih tinggi dibandingkan kelompok petani YBSB. Hal ini disebabkan karena kondisi tanah, cara penanaman yang berbeda, kurangnya penjarangan dan pendangiran yang dapat menyebabkan ukuran umbi wortel kecil dan bercabang serta cara panen yang kurang hati-hati sehingga wortel patah dan tertinggal di dalam tanah. Sarumaha (2005) menyatakan bahwa kehilangan hasil wortel di tingkat petani pada saluran pemasaran Pacet Segar sebesar 14.8 % sedangkan pada saluran pemasaran Taruna Mekar dan YBSB sebesar 15.1 %. Kehilangan hasil panen petsai di tingkat petani
disajikan pada Tabel 17. Pengamatan kehilangan hasil pada petsai di lahan kelompok petani YBSB dan kelompok petani Mendawai dilakukan setiap petani melakukan panen. Kehilangan hasil petsai di kelompok petani YBSB diperoleh dari 48 bedengan sedangkan kelompok petani Mendawai diperoleh dari 9 bedengan yang berukuran 10 m x 1 m.
Tabel 17. Kehilangan Hasil Panen (kg) Petsai di Tingkat Petani Petani YBSB Mendawai
Panen Petsai 171.9 46.9
Broken stock 79.1 18.2
% 47.4 40.9
Sumber : Hasil Pengamatan
Kehilangan hasil komoditas petsai di tingkat petani berkisar antara 40– 47%. Kelompok petani YBSB lebih teliti dalam melakukan trimming di lahan dan persentase jatah penanaman petsai lebih banyak dibandingkan kelompok petani Mendawai sehingga persentase kehilangan hasil di kelompok petani YBSB lebih tinggi. Petsai yang ditanam di lahan kelompok petani Mendawai lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit, kondisi tanah yang kurang mengandung bahan organic dan faktor kurang rajin dari kelompok petani Mendawai dibandingkan kelompok petani YBSB sehingga kepala bidang bagian produksi memberikan jatah tanam yang lebih sedikit agar tidak terjadi persentase kegagalan tumbuh yang lebih besar untuk komoditas petsai. Persentase kehilangan hasil komoditas brokoli di tingkat petani PD Pacet Segar sebesar 58.6 % sedangkan di tingkat petani CV Putri Segar sebesar 53.9 % dan persentase kehilangan hasil komoditas selada daun di tingkat petani PD Pacet Segar sebesar 8.8 % sedangkan di tingkat petani CV Putri Segar sebesar 9.1 % (Adiwinata, 2006). Kehilangan hasil di bagian pemasaran YBSB diperoleh dari lahan kelompok petani YBSB, kelompok petani Mendawai dan kelompok petani Mitra. Wortel dan petsai yang diterima dari ketiga kelompok petani tersebut akan disortir berdasarkan kelasnya serta hasil rompesan digabung dalam satu wadah kontainer. Kehilangan hasil di bagian pemasaran YBSB untuk komoditas wortel dan petsai selama 4 bulan dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19.
Tabel 18. Panen dan Rompesan Wortel di Bagian Pemasaran YBSB Bulan
Jumlah panen (kg)
Jumlah rompes (kg)
Februari Maret April Mei
2630.7 3746.2 5124.1 4992.4
287.7 315.8 387.4 578.5
Persentase Kehilangan Hasil (%) 10.9 8.4 7.5 11.5
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Tabel 18 menunjukkan bahwa hasil panen wortel pada bulan Mei 2009 mengalami penurunan sebesar 2.6 % dari bulan sebelumnya namun memiliki persentase kehilangan hasil tertinggi. Hal ini disebabkan karena ketidaktelitian petani saat panen di lapangan sehingga wortel yang tidak layak panen terbawa saat pengiriman ke bagian pemasaran YBSB.
Tabel 19. Panen Dan Rompesan Petsai di Bagian Pemasaran YBSB Bulan Februari Maret April Mei
Jumlah panen (kg) 230.5 330.9 427.8 293.5
Jumlah rompes (kg) 74.3 68.3 84.2 57.2
Persentase Kehilangan Hasil (%) 32.2 20.6 19.6 19.4
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Tabel 19 menunjukkan pada Bulan Februari 2009 jumlah panen petsai rendah namun persentase kehilangan hasil pada petsai sangat tinggi yaitu 32.2 %. Hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut cuaca kurang baik untuk penanaman petsai, banyak hama dan penyakit yang menyerang petsai dan kurang hati-hati petani saat trimming di lahan sehingga pemasaran YBSB harus lebih teliti dalam kegiatan pasca panen. Kehilangan hasil saat penanganan pasca panen di bagian pemasaran YBSB dapat disebabkan karena adanya ketidaktelitian petani saat melakukan panen dan penyortiran di lahan, selain itu adanya kehilangan hasil saat pengangkutan yang dilakukan oleh petani mitra karena sayuran dikemas dalam karung dengan jarak yang ditempuh cukup jauh. Secara umum, sayuran pada bulan Februari mayoritas
buruk karena faktor cuaca sehingga pihak pemasaran YBSB harus lebih teliti dalam proses penanganan pasca panen, terutama penyortiran karena jika seluruh proses pasca panen dilakukan dengan baik akan mempengaruhi nilai jual suatu produk.
PEMASARAN Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya terdapat individu dan kelompok dengan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kottler, 1997). Jalur pemasaran sayuran wortel dan petsai di bagian pemasaran YBSB adalah petani menjual langsung sayuran ke pemasaran YBSB kemudian pihak pemasaran YBSB akan menjual sayuran tersebut ke agen, supermarket, konsumen langsung, toko sayur YBSB dan pasar tradisional (jika sayuran berlebih). Pihak pemasaran YBSB hanya mengirimkan sayuran yang telah dipesan sesuai pesanan konsumen yang diinginkan namun beratnya pesanan akan disesuaikan dengan ketersediaan produk di bagian pemasaran YBSB. Sayuran yang telah diterima oleh agen dan supermarket apabila terjadi kerusakan saat transportasi akan menjadi tanggung jawab YBSB. Namun, hal ini jarang terjadi saat proses pengangkutan karena proses penanganan pasca panen telah dilakukan dengan baik oleh pihak pemasaran YBSB.
Volume Pemesanan dan Pengiriman Sayuran Tabel 20 menunjukkan volume pemesanan dan pengiriman supermarket Total Buah Segar dan Ranch Market untuk komoditas wortel, wortel baby dan petsai dari bulan Februari sampai mei 2009. Volume pemesanan dan pengiriman ke Total Buah Segar lebih tinggi dibandingkan Ranch Market
Tabel 20. Volume Pemesanan dan Pengiriman Supermarket Komoditas
Wortel Wortel baby Petsai
Total Buah Segar Ranch Market Volume Volume Volume Volume pemesanan pengiriman pemesanan pengiriman ……….kg……… 428.2 453.5 315 310 56.0 65.0 81.8 79.8 67.9 107.9 42.5 37.1
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Volume pesanan dari Total Buah Segar dapat dipenuhi oleh bagian Pemasaran YBSB bahkan volume pengirimannya dapat melebihi volume pesanan Total Buah Segar sedangkan volume pengiriman Ranch Market masih belum dapat dipenuhi oleh bagian pemasaran YBSB. Hal ini disebabkan karena Ranch Market berada di kawasan elite yang dihuni oleh masyarakat menengah ke atas sehingga lebih teliti dalam menyeleksi sayuran yang masuk dan kualitas sayuran yang diminta Ranch Market ke bagian Pemasaran YBSB memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan Total Buah Segar. Volume pemesanan dan pengiriman agen dalam bentuk curah dan packing untuk komoditas wortel, wortel baby dan petsai dari bulan Februari sampai Mei 2009 dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Volume Pemesanan dan Pengiriman Agen Komoditas
Wortel Wortel baby Petsai
Agen Curah Agen Packing Volume Volume Volume Volume pemesanan pengiriman pemesanan pengiriman ……….kg………. 15204.5 12706.5 1507.9 1540.5 121.5 149.5 127.6 121.2 567.2 580.3 258.3 149.9
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Volume pemesanan komoditas wortel untuk agen curah masih belum dapat dipenuhi oleh bagian pemasaran YBSB. Berbeda dengan agen curah, volume pemesanan agen packing untuk komoditas wortel dapat dipenuhi oleh bagian pemasaran YBSB. Hal tersebut disebabkan karena wortel yang dihasilkan di lahan selama panen memiliki kualitas yang baik terutama pada bulan April yang memiliki jumlah panen paling tinggi dibandingkan bulan yang lain dan penanganan pasca panen dilakukan dengan hati-hati oleh bagian pemasaran YBSB sehingga memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan wortel untuk agen curah. Volume pemesanan komoditas wortel baby untuk agen curah dan agen packing dapat dipenuhi oleh bagian pemasaran YBSB. Volume pemesanan petsai untuk agen curah dapat dipenuhi oleh bagian pemasaran YBSB sedangkan volume pemesanan untuk agen packing masih belum dapat dipenuhi oleh YBSB.
Hal ini disebabkan karena selama kegiatan magang berlangsung kondisi cuaca yang fluktuatif menyebabkan petsai tidak memiliki pertumbuhan yang baik sehingga mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. YBSB menjual sayuran yang berlebih dari hasil penyortiran ke toko YBSB dan pasar tradisional yang berada di sekitar wilayah Cisarua tanpa adanya pemesanan dari kedua saluran pemasaran tersebut. Volume pengiriman wortel dan petsai ke toko YBSB dan pasar tradisional dapar dilihat pada Gambar 21. Gambar 21 menunjukkan pada bulan April volume pengiriman wortel ke pasar tradisonal sangat tinggi, yaitu 605.5 kg. Hal ini disebabkan karena pada bulan April jumlah panenan wortel mencapai jumlah tertinggi sekitar 5 ton sehingga banyak sisa wortel yang masih layak jual ke pasar tradisional. Bagian pemasaran YBSB mengutamakan sayuran untuk dijual ke toko YBSB daripada ke pasar tradisional. Hal ini disebabkan harga jual di toko YBSB lebih tinggi dibandingkan jika dijual ke pasar tradisional. Kualitas sayuran yang dijual ke toko YBSB juga lebih baik dibandingkan yang dijual ke pasar tradisional. Pada bulan Februari, bagian pemasaran YBSB tidak mengirimkan wortel dan petsai ke pasar tradisional. Hal ini disebabkan oleh cuaca yang kurang baik sehingga pertumbuhan tidak maksimal dan produksi wortel serta petsai sedikit.
200 100
Fe br ua ri
M ei
et
ril Ap
M ar
Fe
br ua
ri
0
Volume pengiriman ke pasar tradisonal (kg)
A
Bulan
Bulan
ei
Volume pengiriman ke pasar tradisonal (kg)
300
M
400
Volume pengiriman ke toko YBSB (kg)
Ap ri l
Total (kg)
500
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 ar et
Volume pengiriman ke toko YBSB (kg)
Total (kg)
600
M
700
B
Gambar 21. Volume Pengiriman Wortel (A) dan Petsai (B) ke Toko YBSB dan Pasar Tradisional Sistem Pembayaran Sistem penjualan yang diterapkan oleh YBSB ialah sistem penjualan putus, artinya pihak pasar YBSB mengirimkan produk sayuran ke agen dan
supermarket berdasarkan pesanan yang diinginkan kemudian pihak agen dan supermarket akan menyeleksi dan melakukan penimbangan ulang terhadap produk tersebut. Sayuran yang mengalami kerusakan selama transportasi atau tidak sesuai dengan standar supermarket akan dikembalikan langsung kepada pihak YBSB sehingga total harga yang harus dibayarkan akan dikurangi sesuai dengan bobot sayuran yang rusak. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh agen yaitu sistem pembayaran langsung (cash) dengan langsung membayar harga sayuran sesuai pesanan saat dilakukan pengiriman sayur. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh Ranch Market menggunakan sistem transfer yang dilakukan dua minggu sekali sejak dilakukan pengiriman sayur. Total Buah Segar menggunakan sistem pembayaran langsung (cash) namun pembayaran ditunda selama dua minggu. Saat pengiriman minggu ke-2 Total Buah Segar akan membayar harga sayur sesuai pesanan mereka. Sistem pembayaran di toko sayur YBSB menggunakan sistem pembayaran langsung saat membeli sayur. Konsumen yang mengunjungi YBSB dapat membeli sayuran langsung dari pemasaran YBSB ataupun toko YBSB dengan sistem pembayaran langsung (cash).
Harga Wortel dan Petsai Harga sayuran organik di YBSB relatif stabil. Harga tersebut tidak akan mengalami penurunan namun terus akan mengalami peningkatan. Harga jual wortel dan petsai untuk petani telah ditetapkan oleh kepala bagian produksi setelah diperhitungkan biaya produksi dan biaya manajemen. Harga wortel di tingkat petani YBSB, petani Mendawai dan petani Mitra adalah sama. Petani Mendawai dan petani Mitra menjual wortel dan petsai ke pihak pasar YBSB dengan menerima hasil penjualan tiap bulannya. Namun, petani YBSB tidak menerima hasil penjualan secara langsung tetapi dilihat dari prestasi kerja di lapangan. Tabel 22 menunjukkan harga jual wortel dan petsai di saluran pemasaran YBSB.
Tabel 22. Harga Wortel dan Petsai di Saluran Pemasaran YBSB Saluran Pemasaran Petani Konsumen Langsung Toko YBSB Pasar tradisional Agen (curah) Agen (packing) Total Buah Segar Ranch Market
Wortel 2200 6000 3000 500 5100 8000 18000 19500
Harga (Rp/kg) Wortel baby 550 7300 3000 500 6000 10000 29000 29000
Petsai 2700 6700 3350 800 6100 9400 20000 25000
Sumber : Kantor Bagian Pemasaran YBSB, 2009
Wortel baby yang merupakan kelas B memiliki harga jual yang sangat tinggi dibandingkan dengan wortel biasa dan petsai meskipun harga wortel baby di tingkat petani sangat rendah. Hal ini disebabkan karena dalam proses pasca panen terutama proses pengemasan yang baik akan mampu untuk meningkatkan harga jual suatu produk. Konsumen supermarket mampu untuk membayar dengan harga tinggi untuk membeli sayuran organik yang berkualitas dan dapat menyehatkan tubuh. Harga wortel biasa dan petsai di saluran pemasaran Ranch Market dan Total Segar berbeda. Hal ini disebabkan karena letak Ranch Market yang lebih jauh dari pasar YBSB sehingga supermarket dikenakan biaya distribusi yang lebih tinggi. Selain itu, Ranch Market berada di daerah berkawasan elite dengan masyarakat yang memiliki status sosial tinggi. Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share) Harga penjualan untuk komoditi sayuran organik tidak akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena harga jual komoditi sayuran organik ditetapkan berdasarkan hukum produksi sedangkan harga jual untuk sayuran konvensional ditetapkan berdasarkan hukum pasar sehingga memungkinkan harga sayuran mengalami peningkatan maupun penurunan. Harga jual komoditi di tingkat petani YBSB, Mendawai dan Mitra telah ditetapkan oleh pihak YBSB dengan memperhitungkan biaya produksi dan biaya manajemen. Farmer’s Share yang dihadapi petani organik tidak terlalu rendah karena petani masih bisa mendapatkan keuntungan dari harga jual yang ditetapkan oleh YBSB. Harga jual
organik yang mahal saat di supermarket disebabkan karena biaya di supermarket, seperti : sewa gedung, ruangan penyimpanan sayur, pajak, distribusi dan lain-lain dibebankan kepada konsumen. Harga penjualan untuk komoditi sayuran organik di YBSB di tingkat petani tidak akan mengalami penurunan. Farmer’s Share yang diterima petani YBSB berkisar antara 1.9 % - 13.5 % (Tabel 23). Farmer’s Share pada komoditas brokoli dan selada daun di saluran pemasaran PD Pacet Segar, yaitu 18.7 % dan 21.7 % sedangkan Farmer’s Share di CV Putri Segar, yaitu 22.5 % dan 21.2 % (Adiwinata, 2006). Menurut Sarumaha (2005) Farmer’s Share pada komoditas wortel di saluran pemasaran Pacet Segar, Taruna Mekar dan YBSB, yaitu 8.4 %, 27.1 % dan 9 %. Tabel 23. Farmer's Share di Saluran Pemasaran YBSB Saluran Pemasaran Total Buah Segar Ranch Market Sumber : Hasil Pengamatan
Wortel 12.2 11.2
Farmer's Share Wortel baby ..........%.......... 1.9 1.9
Petsai 13.5 10.8
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Petani YBSB, Mendawai dan Mitra memiliki teknik budidaya wortel dan petsai yang berbeda. Hasil panen wortel dan petsai per bedeng untuk petani YBSB berturut-turut mencapai 17.8 kg dan 7.95 kg sedangkan hasil panen wortel dan petsai per bedeng untuk petani Mendawai berturut-turut mencapai 15.5 kg dan 5.2 kg. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi tanah di lahan kelompok petani yang berbeda, cara pengolahan tanah, cara penanaman, jarak tanam yang digunakan dan kegiatan pemeliharaan yang berbeda dari setiap kelompok petani serta faktor tenaga kerja yang dimiliki petani YBSB lebih banyak dibandingkan kedua kelompok petani lainnya. Kehilangan hasil wortel tertinggi yaitu di tingkat petani Mendawai mencapai 13.6% sedangkan kehilangan hasil petsai tertinggi berada pada tingkat petani YBSB yang mencapai 47.4%. Kehilangan hasil pada wortel dapat disebabkan karena penerapan cara budidaya yang berbeda antar kelompok petani serta ketidaktelitian petani saat panen sedangkan pada petsai kehilangan hasil tertinggi yaitu di tingkat petani YBSB. Hal ini disebabkan karena petani YBSB memiliki jatah tanam yang lebih banyak dibandingkan petani Mendawai dan proses trimming di lahan petani YBSB lebih teliti sehingga jumlah daun yang dibuang lebih banyak. Kehilangan hasil wortel di bagian pemasaran BSB pada bulan Mei 2009 mencapai 11.5 % sedangkan kehilangan hasil petsai di bagian pemasaran YBSB pada bulan Februari 2009 mencapai 32.2 %. Tingkat kehilangan hasil petsai yang sangat tinggi di bagian pemasaran YBSB disebabkan karena faktor musim hujan sehingga petsai mudah rusak saat trimming di lahan maupun di pemasaran BSB. Kegiatan magang telah memberikan keterampilan dan pengetahuan budidaya sayuran organik baik dari sisi budidaya, panen, dan pasca panen serta pemasaran.
Saran Proses penanganan pasca panen harus dilakukan lebih teliti agar persentase kehilangan hasil di lahan ataupun di bagian pemasaran BSB dapat diminimalkan. Petani YBSB, Mitra dan Mendawai sebaiknya diberikan pengarahan lebih lanjut agar produksi yang dihasilkan lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Agribisnis Indonesia Online. 2006. Pembinaan dan Bimbingan Teknis Penanganan Pasca Panen Hasil Hortikultura. http:// agribisnis. deptan. go.id. [28 November 2008]. Agoes S. D., dan Lisdiana. 1995. Memilih dan Mengolah Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. 99 hal. Aksi Agraris Kanisius. 2005. Seri Budidaya : Sayuran. Cetakan ke 12. Kanisius. Yogyakarta. 175 hal. Ali, N.B.R., dan E. Rahayu. 1994. Wortel dan Lobak. Penebar Swadaya. Jakarta. 102 hal. Aswaldi, A., Sudarsono, dan S. Ilyas. 2005. Perbenihan sayuran di Indonesia : kondisi terkini dan prospek bisnis benih sayuran. Bul. Agron. 23(1):38. Azzaino, Z. 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Instiut Pertanian Bogor. Bogor. Bachmann, J. and R. Earles. 2000. Postharvest handling of fruits and vegetables. http//attra.ncat.org/attar-pub/PDF/postharvest.pdf. [8 Januari 2009].
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2008. Kerusakan Produk Sayuran di DKI Jakarta 2006. http://jakarta.litbang.deptan.go.id. [28 November 2008] Balitbangtan. 1987. Lima tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Sumbangan Penelitian Dalam Pembangunan Pertanian. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bandung. Hal 29. Blake, F. 1994. Organic Farming and Growing. The Crowood Press Ltd, Marlborough Wiltshire. p.221. BIOcert. 2005. Apa itu sertifikasi organik. (http://www.biocert.or.id). [24 Januari 2009]. Cahyono, B. 1998. Tomat : Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 99 hal. Harjadi, S.S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 506 hal.
Harsanti, D. 2002. Pengusahaan Lima Jenis Sayuran Organik di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut pertanian Bogor. Bogor. Kader, A.A. 1990. Modified Atmosphere Packaging of Fruits and Vegetables AFHB. Kuala Lumpur. Kottler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Terjemahan dari : Marketing Management. Penerjemah : Hendra Teguh dan Ronny A Rusli. Penerbit PT. Prenhallindo. Jakarta. 330 hal. Muchtadi, D., dan B. Anjarsari. 1996. Penanganan Pasca Panen Dalam Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas Sayuran. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Bekerjasama Dengan Perhimpunan Fitopatologi Indonesia Komda Bandung dan CIBA Plant Protection. Bandung. Hal 91-103. Novary, E.W. 1999. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar Swadaya. Jakarta. 197 hal. Organic Farming Compliance Handbook: Principle of Organic Farming . (http://www.sarep.ucdavis.edu/organic/complianceguide/faq.htm). [15 Desember 2008]. Pantastico, Er. B., A. K. Mattoo, T. Murata dan K. Ogata. 1986. KerusakanKerusakan Karena Pendinginan, hal 539-577. Dalam Pantastico, Er. B. (Ed). Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran-sayuran Tropik dan Subtropik (Terjemahan Kamariyani). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Rahardi, F., R. Palungkun, dan A. Budiarti. 2004. Agribisnis Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. 52 hal.. Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi, dan Gizi, jilid 2. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 292 hal. Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius.Yogyakarta. Sabiham, S., G. Soepardi dan D. Sukardan. 1980. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Hal 35-37. Salunkhe, D.K. 1976. Storage, Processing and Nutritional Quality of Fruits and Vegetable. 2nd ed. Vol. I. CRCPress.USA. 166p. Sarumaha, E. 2005. Penanganan Pasca Panen Di Saluran Pemasaran Wortel, Caisin dan Jagung Semi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 hal.
Setiawan, A.I. 1995. Sayuran Dataran Tinggi : Budidaya dan Pengaturan Panen. Penebar Swadaya. Jakarta. 159 hal. Simatupang, S. 1990. Pengaruh beberapa pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi wortel (Daucus carota). Jurnal Hortikultura. 2(1):16-18. Sudaryanto, Y.P. 2004. Prinsip-prinsip Pertanian Organis. Yayasan Bina Sarana Bakti. Bogor. Surono. 2001. Perkembangan (Gerakan) Pertanian Organik. Pengamatan Diskusi dalam Pertemuan JAKER Pertanian Organik Jabar-DKI. 5-7 Februari 2001. 3 hal. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. 219 hal. Thompson, A. K., M. B. Bhatti, dan P.P. Rubio. 1973. Pemanenan, hal 371-387. Dalam ER.B.Pantastico (Ed). Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran-sayuran Tropik dan Subtropik (Terjemahan Kamariyani). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Trisnawati, Y. dan A. I. Setiawan. 2002. Tomat : Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal. Williams, C.N., J.O. Uzo, and W.T.H.Peregrine. 1993. Produksi Sayuran Di Daerah Tropika. Terjemahan dari : Vegetable Production in the Tropics. Penerjemah : W.J.A. Payne. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 374 hal. Winangun, Y.W. 2005. Membangun Karakter Petani Organik Sukses dalam Era Globalisasi. Kanisius. Yogyakarta. 147 hal. Winarno, F.G, A.K Anto dan Surono. 2003. Pertanian dan Pangan Organik : Sistem dan Sertifikasi. M-BRIO Press. Bogor. Winata, S. A. 2006. Penanganan Pasca Panen Komoditi Brokoli (Brassica oleracea var. Botrytis L. Subvar. Cymosa Lamm) dan Selada Daun (Lactuca sativa L.) untuk Tujuan Pasar Swalayan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor Tanggal
Uraian kegiatan
Durasi (jam)
Lokasi
Kamis, 12/2/2009
Pendahuluan dan penjelasan sistematika magang Observasi dan peninjauan lapang Penjelasan di packing house dan pemasaran BSB Evaluasi kegiatan Pendahuluan dan penjelasan tentang OPT Mengenal OPT Manajemen kebun Pembuatan kompos Evaluasi kegiatan Pendahuluan dan penjelasan tentang organis Penjelasan mengenai pembenihan Penjelasan tentang manajemen produksi kebun Evaluasi kegiatan Pendahuluan dan penjelasan tentang tanah dan tanam Pengenalan pembibitan/persemaian a. Pembuatan soil block 136 soil block : 1 jam b. Penanaman benih selada ke polybag 78 polybag : 45 menit c. Penanaman benih bayam merah ke polybag 75 polybag : 45 menit Penjelasan tentang usaha tani Evaluasi kegiatan Penjelasan tentang ruangan indoor Pengenalan indoor a. Penanaman bibit Bit b. Penanaman bibit selada hijau c. Penanaman benih kangkung d. Pengolahan tanah (penggemburan tanah) dan penanaman benih kacang merah e. Penanaman pakchoy f. Penanaman bawang daun Penyiangan gulma 4 bedeng (selada, bit, pakchoy, caisim)
2 jam
Ruang evaluasi
3 jam 2 jam
Kebun BSB Packing house BSB
1 jam 2 jam
Ruang evaluasi Ruang evaluasi
3 jam 3 jam 4 jam 1 jam 2 jam
Plot BSB Lahan petani mendawai Tempat pematangan pupuk Ruang evaluasi Ruang evaluasi
3 jam 3 jam
Plot F dan ruangan benih Ruang evaluasi
1 jam 2 jam
Ruang evaluasi Ruang evaluasi
3 jam
Kebun persemaian/pembibitan
2 jam 1 jam 2 jam
Ruang evaluasi Ruang evaluasi Indoor BSB
5 jam
Indoor BSB
2 jam
Indoor BSB
Jumat. 13/2/2009
Sabtu, 14/2/2009 Senin, 16/2/2009
Selasa, 17/2/2009
Rabu, 18/2/2009
Kamis, 12/02/2009
Jumat, 20/02/2009
Sabtu, 21/02/2009
Senin, 23/2/2009
Selasa, 24/2/2009
Rabu, 25/2/2009
Kamis, 26/2/2009
Jumat, 27/2/2009
Sabtu, 28/2/2009 Senin, 2/3/2009
Pengenalan packing house/pemasaran Pengepakan (Wrapping) 1. kacang merah : 25 pack 2. Kacang tanah : 4 pack 3. Jagung muda : 17 pack Administrasi pasar Penjelasan tentang produksi kebun Mengenal plot dan produksi tanamannya Kunjungan ke petani mendawai Penyiangan kangkung 1 bedeng : 1 jam, 2 orang Evaluasi Persiapan lahan lahan dan penanaman wortel Persiapan lahan dan penanaman benih kapri Penanaman bayam dan kangkung Penanaman selada keriting Penanaman pakchoy hijau Persiapan lahan dan penanaman petsay Persiapan lahan dan penanaman wortel Persiapan lahan dan penanaman benih okra Penanaman bit 80 Panen wortel Panen kapri muda dan jagung baby Persiapan lahan dan penanaman benih jagung manis dan puhi Pelanjaran kacang merah dan buncis Penjarangan dan pendangiran wortel Panen bayam hijau, selada keriting, brokoli, pakchoy, bawang daun, kacang merah dan kapri polong Penyiangan jagung baby, bayam merah Penyiangan brokoli dan handpicking Handpicking bawang daun Pembuatan R panen plot A Pelanjaran kacang kapri Pembuatan R tanam Pengecekan buku R panen dengan harga di pasar
3 jam
packing house BSB
3 jam 2 jam
Kantor pemasaran Ruang evaluasi
5 jam
Seluruh Plot BSB
2 jam 1 jam
Lahan petani mendawai Lahan petani mendawai
1 jam 2 jam/bedeng
Ruang evaluasi
Pengomposan
4 jam/bedeng
Persiapan lahan dan penanaman petsai Panen pakchoy
2 jam/bedeng
PLOT A 2 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 0.75 jam/bedeng 1 jam/bedeng 2 jam/bedeng 2 jam/bedeng 2 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 2 jam/bedeng 1 jam/bedeng 2 jam/bedeng 2 jam/bedeng
2 jam/bedeng 2 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1.5 jam 1 jam/bedeng 2 jam 2 jam
PLOT C 0.5 jam/bedeng
Selasa, 3/3/2009
Rabu, 4/3/2009
Kamis, 5/3/2009
Jumat, 6/3/2009
Sabtu, 7/3/2009
Senin, 9/3/2009 Selasa, 10/3/2009
Panen kacang tanah Panen brokoli, kailan, bawang daun Persiapan lahan dan penanaman bibit caisin Persiapan lahan dan penanaman bibit seledri Persiapan lahan (atap) dan penanaman bibit caisin Persiapan lahan dan penanaman tumpang sari wortel + bawang daun Persiapan lahan dan penanaman tumpang sari wortel + puhi Penanaman bi selada keriting Persiapan lahan dan penanaman bayam Penanaman bibit caisin Penanaman kangkung Persiapan lahan dan penanaman tumpang sari okra + jagung Penanaman tumpang sari kacang merah + jagung Penanaman kacang merah Panen wortel Pencucian wortel, sortasi, grading, penimbangan hasil Penanaman kacang merah
0.75 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng
Persiapan lahan dan penanaman wortel Perawatan tumpang sari jagung + kacang tanah Pupuk susul kol bunga Panen bayam Panen brokoli Penyiangan petsai Pemulsaan petsai Wrapping labusiam Wrapping ubi + singkong Administrasi pasar Penebasan rumput Penyiangan kacang merah merambat Penjarangan wortel Penyiangan tumpang sari kacang tanah + caisin Penanaman bibit caisin Penyiangan tumpang sari bit + bayam LIBUR MAULID
1 jam/bedeng
Persiapan lahan dan penanaman petsai Penebasan rumput Pemulsaan petsai Persiapan lahan dan penanaman wortel
2 jam/bedeng
1 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 2 jam/bedeng
1.5 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 0.25 jam/bedeng 1 jam/bedeng 0.25 jam/bedeng 0.25 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng
1 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 2 jam/bedeng 25 tray/jam 10 tray/jam 1 jam 1.5 jam 1 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 2 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng
1.5 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1.75 jam/bedeng
PLOT J
Rabu, 11/3/2009
Kamis, 12/3/2009
Jumat, 13/3/2009
Sabtu, 14/3/2009
Senin, 16/3/2009
Selasa, 17/3/2009
Rabu, 18/3/2009
Kamis, 19/3/3009
Persiapan lahan dan penanaman pakchoy hijau Penanaman pakchoy putih Persiapan lahan dan penanaman tomat Persiapan lahan dan penanaman kacang kapri Persiapan lahan dan penanaman jagung Panen buncis Panen jagung baby Persiapan lahan dan penanaman wortel Persiapan lahan dan penanaman bayam Persiapan lahan dan penanaman jagung Penanaman kacang merah Estimasi rencana panen Penyulaman jagung Penyulaman wortel Penyulaman kacang merah Penyulaman wortel Penyiangan petsai Pendangiran petsai Penanaman bawang daun Penjarangan dan pendangiran wortel
2 jam/bedeng
Panen kacang merah Panen lobak Panen caisin Persiapan lahan dan penanaman bibit petsai Pemulsaan petsai Persiapan lahan dan penanaman okra Persipan lahan terong Penyiangan wortel Penyiangan sawi Persiapan lahan dan penanaman pakchoy Persiapan lahan bayam Pemupukan awal lahan bayam Penanaman bayam Persiapan lahan Pustaka Persiapan lahan dan penanaman wortel Penyiangan terong Penyiangan brokoli Persiapan lahan Penyiangan puhi Panen caisin Persiapan lahan wortel Penyiangan lahan bayam Penanaman bawang daun Pemulsaan bawang daun
1 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng
1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 0.75 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 2 jam 0.5 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng
0.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 0.25 jam/bedeng 1 jam/bedeng 3 jam 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng
PLOT I1
Jumat, 20/3/3009
Sabtu, 21/3/3009
Senin, 23/3/2009
Selasa, 24/3/2009
Rabu, 25/3/2009
Kamis, 26/3/2009 Jumat, 27/3/2009
Sabtu, 28/3/2009
Penyiangan wortel Penyiangan petsai Penebasan rumput Pemulsaan Belajar distribusi tanam Penyiraman tanaman Evaluasi Penyiangan bayam Pendangiran, penyiangan,dan penjarangan wortel Panen spinach Panen daun kapri muda Persiapan lahan petsai Penanaman petsai Penanaman kacang merah Persiapan lahan wortel Penanaman tumpang sari wortel + bawang daun Penanaman selada cost Penanaman terong Pemulsaan petsai Pustaka Panen bayam hijau Panen wortel Penanaman kacang kapri Penanaman tumpang sari jagung + puhi Penanaman benih wortel Persiapan lahan dan penanaman bayam hijau Penanaman bawang daun penanaman benih wortel
1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 2 jam 0.25 jam/bedeng 2 jam 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1.5 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 2 jam/bedeng 3 jam 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng
PLOT H
0.5 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 0.5 jam/bedeng
LIBUR HARI RAYA NYEPI Penyiangan wortel Penyiangan petsai Pemulsaan caisin, tumpang sari tomat + kacang merah, dan kacang merah Penebasan rumput Evaluasi
1 jam/bedeng 1 jam/bedeng 1 jam/bedeng
1 jam/bedeng 2 jam
Ruang evaluasi
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Mandor (Ketua Plot) di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua-Bogor
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 44 45 46 47 48
Hari/Tanggal Senin, 30/3/2009
Selasa, 31/3/2009
Rabu, 1/4/2009
Kamis, 2/4/2009
Jumat, 3/4/2009
Sabtu, 4/4/2009 Senin, 6/4/2009
Selasa, 7/4/2009
Rabu, 8/4/209
R (Rencana) Panen Sayur Siapkan lahan Tebas rumput Siapkan lahan Tanam kacang merah Lanjut nomor 4 Pemupukan kacang merah Penyiangan Tanam kacang tanah+basil Tanam kubis+basil Siapkan lahan Tanam pakchoy+cabai hijau Pustaka Panen sayur Siapkan lahan Tanam jagung Penyiangan Tanam bawang daun Tanam pupuk hijau Penyiangan kapri Siapkan lahan Penyiangan Tanam bayam Panen sayur
Waktu 07.00 10.00
Penyiangan Siapkan lahan Tebas rumput sekitar bedeng Pemulsaan Lanjut nomor 28 Tebas rumput Handpicking Penyiangan Pemulsaan tomat buah+timun Sanitasi kebun N-Catatan Panen sayur Siapkan lahan Penyiangan Lanjut nomor 37 Tanam timun taiwan Tanam caisin Lanjut no. 40 dan 41 Perawatan Siapkan lahan + tanam Pustaka Siapkan lahan + tanam wortel Penyiangan
10.00
13.00 15.00 07.00 10.00
13.00 07.00
10.00
13.00 15.00 07.00
13.00 15.00 07.00
13.00 07.00 07.00 10.00 13.00
L (Pelaksanaan) 13 jenis sayur 1 bedeng selesai Sekitar bedengan 1 ½ bedeng selesai 1 bedeng selesai ½ bedeng selesai 1 bedeng selesai 4 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai Tidak ada panen 2 bedeng selesai Sudah tanam selasa siang 3 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 4 bedeng selesai 1 bedeng selesai 10 jenis sayur + pelaksanaan R panen
3 bedeng selesai 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai ½ bedeng selesai ½ bedeng selesai Sekitar plot Sekitar bedeng 2 bedeng selesai 2 bedeng selesai Evaluasi Evaluasi 1 bedeng selesai Sekitar bedengan 1 bedeng selesai Tidak tanam
07.00
2 bedeng selesai
10.00 13.00 07.00
1 bedeng selesai 2 bedeng selesai 2 bedeng selesai
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
R tanam dan R panen Siapkan lahan Kamis, 9/4/2009 Jumat, 10/4/2009 Sabtu, 11/4/2009 Senin, 13/4/2209
Selasa, 14/4/2009 Rabu, 15/4/2009
Kamis, 16/4/2009
Jumat, 17/4/2009
Sabtu, 18/4/2009 Senin, 20/4/2009
Selasa, 21/4/2009
Rabu, 22/4/2009
Kamis, 23/4/2009
13.00 15.00
1 plot
LIBUR WAFAT YESUS KRISTUS Evaluasi
07.00
Panen sayur Siapkan lahan Penyiangan Tanam petsai Tebas rumput Pemulsaan Wawancara mitra Tanam kubis putih Pusataka Panen sayur Siapkan lahan Penyiangan Lanjut no 64 Tanam wortel Sipkan lahan dan tanam bayam Tanam kacang merah Panen sayur Siapkan lahan Merumput Lanjut no 70 Pembuatan R.panen Siapkan lahan Merumput dan tebas antar bedengan Membuka atap Tanam kacang merah Penjarangan wortel Pembuatan R.tanam Evaluasi Pupuk kacang merah Sanitasi kebun Panen Siapkan lahan Penanaman brokoli dan tomat Pemulsaan Penebasan rumput Tanam caisin Siapkan lahan Siapkan lahan Merumput Pustaka Panen Double digging Tanam jagung, wortel, bawang daun Penanaman kapri Siapkan lahan Panen Penyiangan Tanam wortel Penyiangan
07.00 10.00 13.00 15.00
1 bedeng selesai 2 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai
07.00 10.00 13.00 07.00 10.00 13.00 15.00 07.00 10.00 13.00 15.00 07.00
10.00 13.00 15.00 07.00 10.00 07.00 10.00 13.00 15.00 07.00 10.00
13.00 07.00 10.00 13.00
15.00 07.00 10.00 13.00
1 bedeng selesai 12 jenis sayur ½ bedeng selesai 2 bedeng selesai ½ bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 9 jenis sayur ½ bedeng selesai 2 bedeng selesai ½ bedeng selesai 1 plot 1 bedeng selesai
1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 plot 1 bedeng selesai
1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai 9 jenis sayur 1 bedeng selesai 3 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai
1 bedeng selesai 1 bedeng selesai
102 103 104 105 106 107 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 133 134 135 136 137 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 161 162
Jumat, 24/4/2009 Sabtu, 25/4/2009 Senin, 27/4/2009
Selasa, 28/4/2009
Rabu, 29/4/2009
Kamis, 30/4/2009
Jumat, 1/5/2009
Sabtu, 2/5/2009 Senin, 4/5/2009
Selasa, 5/5/2009
Rabu, 6/5/2009
Kamis, 7/5/2009
Siapkan lahan Sanitasi Sanitasi Penyiangan Evaluasi Sanitasi kebun Panen Siapkan lahan Sanitasi bedengan Penyiangan Tanam caisin Siapkan lahan Lanjut no 113 Lanjut no 114 Penyiangan Tanam cabe rawit Penebasan rumput Pemulsaan Siapkan lahan Tanam terong+bit Penyiangan Pustaka Panen Siapkan lahan dan tanam Penyiangan Pengguludan ubi jalar Pelanjaran oyong Panen Penyiangan Sanitasi Penebasan rumput Pemulsaan Penebasan rumput Penyiangan Pelanjaran tomat cherry Pelanjaran timun taiwan Penebasan rumput Evaluasi Panen Siapkan lahan Penjarangan wortel Siapkan lahan Lanjut no 144 Siapkan lahan Tanam caisin+brokoli Sanitasi Merumput Tanam timun taiwan dan caisin Pustaka Panen Merumput Siapkan lahan Tanam wortel+bawang daun Siapkan lahan Penyiangan Panen Tanam wortel Penyiangan
1 bedeng selesai 15.00 07.00 07.00 10.00 07.00 10.00
13.00 15.00 07.00
10.00
13.00 07.00 10.00 13.00 15.00 07.00 10.00 13.00 15.00 07.00 13.00 15.00 07.00 07.00 10.00 13.00 07.00 10.00
13.00 07.00 10.00
13.00 15.00 07.00 10.00
1 plot 2 bedeng selesai Antar bedengan 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai 3 bedeng selesai ½ bedeng selesai 1 ½ bedeng selesai ½ bedeng selesai ½ bedeng selesai 2 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai 10 jenis sayur 1 bedeng selesai 3 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai Antar bedengan Sekitar plot 1 bedeng selesai Sekitar bedeng 3 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai Sekitar plot
1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai Antar bedeng 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai
1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 9 jenis sayuran 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai
163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197
Jumat, 8/5/2009
Sabtu, 9/5/2009 Senin, 11/5/2009 Selasa, 12/5/2009
Rabu, 13/5/2009
Kamis, 14/5/2009
Jumat, 15/5/2009
Sabtu, 16/5/2009
Siapkan lahan dan tanam puhi 13.00 Tanam jagung 15.00 Penyiangan 07.00 Sanitasi Penyiangan 13.00 Penjarangan dan pendangiran 15.00 wortel LIBUR WAISAK Panen 07.00 Penyiangan 10.00 Siapkan lahan 13.00 Pemupukan 07.00 Tanam kailan+tomat dan tanam 10.00 pokchay putih Tanam brokoli+tomat Penyiangan Penjarangan wortel Pustaka 13.00 Panen 07.00 Sanitasi 10.00 Siapkan lahan Lanjut no. 181 13.00 Tanam jagung baby Sanitasi Siapkan lahan dan tanam wortel 15.00 Panen 07.00 Siapkan lahan dan tanam lobak 10.00 Pelanjaran timun dan tomat Penyiangan Siapkan lahan dan tanam wortel 13.00 Merumput 15.00 Sanitasi 07.00 Sanitasi teras plot Penyiangan 10.00 Pemulsaan Lanjut no 192 13.00 Pemulsaan 15.00 Evaluasi 07.00
1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai Antar bedengan 2 bedeng selesai Antar bedengan
3 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai 1 bedeng selesai
antar bedengan 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai antar bedengan 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 2 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai 1 bedeng selesai Antar bedengan 1 plot 2 bedeng selesai 2 bedeng selesai 1 plot 1 bedeng selesai
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Kepala Bagian Produksi di Yayasan Bina Sarana Bakti Tanggal
Kegiatan
18/5/2009
Penjelasan teori produksi, tugas kepala produksi Cek kebutuhan bibit di persemaian Kontrol plot A Pustaka Perhitungan produksi RB bulan April 2009 Libur R.panen Kebun YBSB dan Mendawai Distribusi panen Pengambilan data pasar Evaluasi Penjelasan target produksi, estimasi panen Mencocokkan panen di lapang dengan target kebutuhan pasar R. panen kebun YBSB dan Mendawai Penjelasan proses distribusi tanam Penjelasan tugas kepala plot Kontrol plot I1 Kontrol plot H R. panen kebun YBSB dan Mendawai Distribusi panen Distribusi panen Evaluasi Panen Pengemasan dan penyortiran di pemasaran YBSB Perhitungan produksi RB bulan Mei 2009 Panen Pengemasan dan penyortiran di pemasaran YBSB Panen Melengkapi data produksi wortel dan petsai bulan Januari-Mei Pengarahan untuk peningkatan produksi di plot I1 Melengkapi data produksi wortel dan petsai bulan Januari-Mei (lanjutan) Administrasi pasar Distribusi panen Diskusi dengan kepala produksi Pengambilan data rompesan wortel dan petsai Perhitungan produksi dan pendapatan kebun YBSB bulan Februari-Mei 2009 Pengambilan data rekap keluar-masuk sayur Februari-Mei 2009 Pengambilan data rekap keluar-masuk sayur wortel dan petsai Penyortiran dan pengemasan di pemasaran YBSB Panen Kontrol plot J Perhitungan produksi Mendawai bulan Mei 2009 PERPISAHAN
19/5/2009 20/5/2009 21/5/2009 22/5/2009 23/5/2009 25/5/2009 26/5/2009 27/5/2009 28/5/2009 29/5/2009 30/5/2009 1/6/2009 2/6/2009 3/6/2009 4/6/2009 5/6/2009
6/6/2009 8/6/2009
9/6/2009
10/6/2009 11/6/2009
12/6/2009
Lama kegiatan (jam) 3 3 5 3 3 4 3 2 2 2 3 4 3 3 5 8 4 3 3 2 2 5 8 2 5 3 5 4
Ruang diskusi Persemaian Plot A Asti, ruang baca Kantor pemasaran Kebun YBSB dan Mendawai Kantor pemasaran Kantor pemasaran Ruang diskusi Ruang diskusi Kantor pemasaran Kebun YBSB dan Mendawai Ruang diskusi Ruang diskusi Plot I1 Plot H Kebun YBSB dan Mendawai Ruang diskusi Ruang diskusi Ruang diskusi Plot I1 Packing house YBSB Kantor pemasaran Plot H Packing house YBSB Plot J Kantor pemasaran Plot I1
3 2 2 2 6
Kantor pemasaran Kantor pemasaran Ruang diskusi Ruang diskusi Kebun YBSB dan Mendawai
5
Kantor pemasaran
3 5 3 2 3 2 -
Kantor pemasaran Kantor pemasaran Pemasaran YBSB Plot I1 Plot J Kantor pemasaran -
Lokasi
Lampiran 4. Prestasi Kerja Penulis dan Karyawan Penulis Kegiatan A. Wortel 1. Penanaman a. Pengolahan tanah b. Pembuatan alur c. Penanaman 2. Pemeliharaan a. Penyiangan b. Pendangiran c. Penjarangan d. Penyiraman 3. Panen a. Pencabutan b. Perompesan c. Pencucian 4. Pasca Panen a. Grading b. Packing B. Petsai 1. Persemaian a. Pengisisan polybag b. Seedling 2. Penanaman a. Pengolahan tanah b. Pembuatanlubang tanam dan pemupukan c. Penanaman 3. Pemeliharaan a. Pemulsaan b. Penyiraman c. Handpicking d. Penyiangan 3. Panen a. Pencabutan b. Perompesan 4. Pasca Panen a. Grading b. Packing
Volume Kerja (b/HOK)
Prestasi Kerja (b/jam)
5.15 31 15.5
0.66 4 4
10.33 31 31
1.33 4 4
7.75 10.31 5.15 15.5
1 1.33 0.66 2
15.5 10.31 7.75 15.5
2 1.33 1 2
7.75 15.5 31
1 2 4
7.75 15.5 31
1 2 4
170.5+ 258.33+
22++ 33.3++
258.33+ 387.5+
33.3++ 50++
1322.6* 1678.6*
170.6** 216.6**
1420.5* 1963.0*
183.3** 253.3**
5.15
0.66
7.75
1
10.31 7.75
1.33 2
15.5 15.5
2 2
3.875 15.5 7.75 7.75
0.5 2 1 0.5
10.33 15.5 15.5 3.875
1.33 2 2 1
31 31
4 4
31 31
4 4
20.61+ 10.33+
2.66++ 1.33++
36.16+ 25.83+
4.66++ 3.33++
Keterangan : b/HOK = bedeng/HOK (Hari Orang Kerja (7.75)) b/jam = bedeng/jam * polybag/HOK ; ** polybag/jam +
Karyawan Volume Kerja Prestasi Kerja (b/HOK) (b/jam)
= kilogram/HOK ; ++ = kilogram/jam
Lampiran 5. Kuesioner Petani..............
PENGUSAHAAN SAYURAN ORGANIK WORTEL (Daucus carota L.) DAN PETSAI (Brassica chinensis L.) DI YAYASAN BINA SARANA BAKTI CISARUA-BOGOR Winda Yulianti (A24051378) Institut Pertanian Bogor
KUESIONER PETANI KOMODITI .........................
No. kuesioner
:...........................................................................................
Nama petani
:...........................................................................................
Umur
:...........................................................................................
Pendidikan 1. Formal
: SD/SMP/SMA/Diploma/Sarjana
2. Non formal
: Kursus/Magang/Studi banding
Pekerjaan Utama
: ..........................................................................................
Pekerjaan Sampingan : .......................................................................................... Luas lahan
: ....................ha
Lokasi lahan
:...........................................................................................
Jumlah produksi
: ....................kg/ha
Harga komoditi
: Rp ....................
Kegiatan budidaya 6. Pengolahan tanah Alat
: a. Cangkul
b. Traktor
d. Lainnya................... Jenis pengolahan
: a. Pembalikan tanah b. Penggaruan c. lainnya ................
c. Garpu
7. Pola penanaman a. Monokultur
b. Polikultur
c. Tumpang sari
d. Lainnya...................
8. Pemupukan Jenis pupuk a. Sumber Pupuk N .......................................................................................... Dosis
: ....................kg/ha
Cara aplikasi
: a. Sebar
b. Alur
c. Tugal
d. lainnya................... Waktu aplikasi
: a. Sebelum tanam
b. Saat tanam
c..........MST
d. lainnya................... b. Sumber Pupuk P ........................................................................................... Dosis:
:....................kg/ha
Cara aplikasi
: a. Sebar
b. Alur
c. Tugal
d. lainnya................... Waktu aplikasi
: a. Sebelum tanam
b. Saat tanam
c..........MST
d. lainnya................... c. Sumber Pupuk K .......................................................................................... Dosis
: ....................kg/ha
Cara aplikasi
: a. Sebar
b. Alur
c. Tugal
d. lainnya................... Waktu aplikasi
: a. Sebelum tanam
b. Saat tanam
c..........MST
d. lainnya................... d. Pupuk Organik Sumber kotoran
: a. Sapi
b. Ayam
c. Kerbau
d. lainnya................... Dosis
: ....................kg/ha
Cara aplikasi
: a. Sebar
b. Alur
c. Tugal
d. lainnya...................
Waktu aplikasi
: a. Sebelum tanam d. lainnya...................
b. Saat tanam
c..........MST
4. Pengendalian hama dan penyakit a. Insektisida Merek dagang
: ...................
Konsentrasi
: ................... cc/liter
Volume semprot
: ................... liter/ha
Waktu diberikan
: ................... MST
b. Fungisida Merek dagang
: ...................
Konsentrasi
: ................... cc/liter
Volume semprot
: ................... liter/ha
Waktu diberikan
: ................... MST
c. Pestisida nabati Tanaman yang digunakan : ................... Konsentrasi
: ................... cc/liter
Volume semprot
: ................... liter/ha
Waktu diberikan
: ................... MST
d. Lainnya Merek dagang
: ...................
Konsentrasi
: ................... cc/liter
Volume semprot
: ................... liter/ha
Waktu diberikan
: ................... MST
5. Pemeliharaan a. Penyiangan Waktu pelaksanaan
: ................... MST
Alat yang digunakan
: ...................
b. Penyiraman Waktu pelaksanaan
: ................... MST
Alat yang digunakan
: ...................
c. Pendangiran Waktu pelaksanaan
: ................... MST
Alat yang digunakan
: ...................
d. Penjarangan Waktu pelaksanaan
: ................... MST
Alat yang digunakan
: ...................
e. Perompesan daun tua Waktu pelaksanaan
: ................... MST
Alat yang digunakan
: ...................
Kegiatan panen 1. Cara pemanenan a. Dipetik
b. Dipotong dengan alat
c. Mekanis
d. lainnya................... 2. Alat panen a. Manual/tangan b. Gunting
c. Pisau
d. lainnya................... 3. Alat angkut a. Ember
b. Keranjang
c. Bakul
d. lainnya................... 4. Jumlah panen yang rusak
: .......................................................... kg/ha
Kegiatan pasca panen 1. Pembersihan a. Pencucian dengan air bersih
b. Pencucian kering (pengelapan)
c. lainnya................... 2. Sortasi dan grading Kriteria produk a. Bentuk ....................................................................................................... b. Warna ....................................................................................................... c. Tingkat kematangan ................................................................................... d. Tingkat kerusakan ...................................................................................... e. Ukuran .......................................................................................................
3. Pengangkutan ke pemasaran YBSB Alat pengemas a. Peti kayu Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal
: ...................kg
b. Keranjang bambu Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal
: ...................kg
c. Kontainer plastik Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal
: ...................kg
d. lainnya ............... Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal
: ...................kg
Lampiran 6. Kuesioner Bagian Pemasaran Yayasan Bina Sarana Bakti
PENGUSAHAAN SAYURAN ORGANIK WORTEL (Daucus carota L.) DAN PETSAI (Brassica chinensis L.) DI YAYASAN BINA SARANA BAKTI CISARUA-BOGOR Winda Yulianti (A24051378) Institut Pertanian Bogor
KUESIONER BAGIAN PEMASARAN YBSB KOMODITI .........................
Jumlah komoditi yang diterima
: ...................kg
Jumlah barang yang rusak
: ...................kg
1. Pengemasan Alat pengemas a. Peti kayu Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal
: ...................kg
b. Keranjang bambu Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal
: ...................kg
c. Kontainer plastik Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal
: ...................kg
d. lainnya ............... Dimensi panjang...............cm, lebar...............cm, tinggi...............cm Kapasitas maksimal Kehilangan hasil komoditi
: ...................kg : ...................kg
2. Penyimpanan Tempat penyimpanan
: a. Ruangan biasa c lainnya...................
b Cool storage
Suhu penyimpanan ................................................................................. 0C 3. Pengangkutan Alat angkut a. Mobil boks terbuka Kapasitas maksimal
: ...................kg
Suhu
: ...................0C
b. Mobil boks tertutup Kapasitas maksimal
: ...................kg
Suhu
: ...................0C
c. Truck Kapasitas maksimal
: ...................kg
Suhu
: ...................0C
d. lainnya................... Kapasitas maksimal
: ...................kg
Suhu
: ...................0C
4. Pemasaran Tujuan pasar : A. .......................................................................................................................... B. .......................................................................................................................... C. .......................................................................................................................... Volume penjualan
: ...................kg
Harga jual komoditi Agen
: ...................kg
Pasar swalayan
: ...................kg
Sistem pembayaran Agen
: ...................
Pasar swalayan
: ...................
Lampiran 7. Denah Lokasi YBSB
Lampiran 8. Peta Kebun Organik YBSB