PENGUJIAN APLIKASI PROBIOTIK POWDER DALAM MEMPERBAIKI PERFORMA BENIH BANDENG (Chanos chanos Forskal) YANG BERKUALITAS Abdul Gafur, Khairil Jamal, Hasmawati, Mohammad Syaichudin Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Ds. Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar
Abstrak Penggunaan antibiotik secara besar-besaran pada budidaya perikanan, tidak hanya untuk kebutuhan pengobatan, akan tetapi juga pada tindakan pencegahan. Namun, permasalahan pada penggunaan antibiotik pada budidaya dapat mengganggu lingkungan dan kesehatan manusia.Perekayasaan ini bertujuan mendapatkan menguji sejauh mana dampak penggunaan probiotik powder dalam memperbaiki performa benih bandeng yang berkualitas. Pengujian kerekayasaan yaitu membandingan perlakuan probiotik powder dan kontrol tanpa probiotik pada pemeliharaan benih bandeng. Pelaksanaan pengujian pada bak fibre kotak dengan volume 200 liter yang diisi penebaran larva 800 ekor/bak, pemeliharaan selama 14 hari. Berdasarkan pada hasil kegiatan, penggunaan probiotik powder pada pemeliharaan benih ikan bandeng dapat meningkatkan performa benih bandeng, nampak bahwa rata-rata nilai panjang total perlakuan lebih baik dibandingkan kontrol, dimana perlakuan probiotik powder (3,90 cm) dan kontrol (3,50 cm). Demikian halnya dengan tingkat kelangsungan hidup yang baik juga, terlihat jelas pada perlakuan probiotik powder menunjukkan lebih tinggi (95,6%) jika dibandingkan dengan kontrol yang jauh lebih rendah (84,5%). Hal ini juga terlihat dari pertumbuhan bobot tubuh pada kontrol tanpa probiotik yang menghasilkan nilai lebih rendah yaitu 0,383 gr dibandingkan pada perlakuan probiotik powder yaitu 0,484 gr. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi penggunaan probiotik powder dalam pemeliharaan benih bandeng memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan performa benih, dimana tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih jauh lebih tinggi dibandingkan kontrol. Kata kunci : larva bandeng, probiotik powder
PENGUJIAN APLIKASI PROBIOTIK CAIR DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PERFORMA BENIH BANDENG (Chanos chanos Forskal) Hamzah, Khairil Jamal, Suarni, Mohammad Syaichudin Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Ds. Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar
Abstrak Pemanfaatan senyawa sintetis (antibiotik) dalam budidaya telah menciptakan bakteri yang resisten, tekanan kekebalan tubuh dan destabilisasi populasi bakteri non patogen serta polusi lingkungan. Mungkin untuk aplikasi pada kegiatan hatchery biayanya cukup efektif karena volume air yang terbatas, namun pada pembesaran membutuhkan biaya yang sangat besar. Berdasarkan pada kondisi ini, maka dikembangkan beberapa strategi yang efektif untuk mencegah dan mengontrol penyakit, seperti : penggunaan vaksin, imunostimulan dan probiotik. Perekayasaan ini bertujuan mendapatkan menguji sejauh mana dampak penggunaan probiotik cairdalam meningkatkan performa kualitas benih bandeng. Pengujian kerekayasaan yaitu membandingan perlakuan probiotik cairdan kontrol tanpa probiotik pada pemeliharaan benih bandeng. Pelaksanaan pengujian pada bak fibre kerucut dengan volume 750 liter(500 liter air laut) dengan penebaran larva 2500 ekor/bak, pemeliharaan selama 14 hari. Berdasarkan pada hasil kegiatan, aplikasi penggunaan probiotik cair pada pemeliharaan benih ikan bandeng dapat meningkatkan performa benih secara positif dibandingkan kontrol. Rata-rata nilai panjang total lebih baik pada perlakuan yaitu 3,6 cm dibandingkan dengan kontrol 3,5 cm. Demikian juga pada kelangsungan hidup pada perlakuan yang baik (87,4%) jika dibandingkan dengan kontrol yang jauh lebih rendah (74,96%). Sedangkan tingkat pertumbuhan bobot tubuh pada kontrol tanpa probiotik yang menghasilkan nilai jauh lebih rendah yaitu 0,383 gr dibandingkan pada perlakuan probiotik cair yaitu 0,473 gr. Sehingga dapat disimpulkan bahaw aplikasi penggunaan probiotik cair dalam pemeliharaan benih bandeng memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan performa benih yang dihasilkan, terutama dalam meningkatkan tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih dibandingkan kontrol. Kata kunci : larva bandeng, probiotik cair
PENGUJIAN EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA L.) SEBAGAI BIOSTIMULAN PADA PEMELIHARAAN NILA SALIN Abdul Gafur, Srinawati, Sirajuddin, Mohd Syaichudin, Hasmawati Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Ds. Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar Abstrak Peningkatan penggunaan imunostimulan seiring dengan frekuensi wabah penyakit bakteri, virus atau parasit yang menjadi faktor pembatas dalam pengembangan budaya perikanan. Imunostimulan menjadi penting, ketika peningkatan strain bakteri resisten antibiotik di areal budidaya. Oleh karena itu perekayasaan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dampak penggunaan ekstrak biji pepaya sebagai bahan biostimulan pada pemeliharaan nila salin. Pengujian untukmembandingan perlakuan pengkayaan Ekstrak Biji Pepaya (EBP) 5 ml/kg pakan dan 10 ml/kg pakan, dengan kontrol tanpa pengkayaan EBP. Pengujian pada bak fibre bulat berisi volume air 700 literdengan penebaran 217 ekor/bak, selama 40 hari. Berdasarkan pada hasil kegiatan pengamatan profil hematologis, nampak jumlah leukosit tertinggi pada perlakuan EBP 10 ml (63 x 103 sel/ml), diikuti EBP 5 mldan kontrol yang sama yaitu 60x 103 sel/ml.Sedangkan profil hemoglobin tertinggi pada EBP 10 ml (7,6 g/100 ml), EBP 5 ml (7,4 g/100 ml), dan terendah ontrol (7,3 g/100 ml). Profil hematokrit memperlihatkan kontrol 30,5%, sedikit lebih dari EBP 10 ml (29,25%) dan terendah EBO 5 ml (27,25 %). Namun secara umum masih dalam standar normal yang dipersyaratkan untuk nilai hematokrit 21-33%. Pada parameter pertumbuhan harian dan tingkat survival rate nilai tertinggi pada perlakuan EBP 10 ml, diikuti perlakuan EBP 5 ml dan terendah pada kontrol. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu penggunaan ekstrak biji pepaya sebagai biostimulan dapat memperbaiki profil hematologis, terutama tingkat kadar leukosit dan hemoglobin pada darah ikan nila salin apabila dibandingkan dengan kontrol, selain itu juga meningkatkan performa survival rate dan pertumbuhan harian ikan nila salin. Kata kunci : hematologis, ekstrak biji pepaya
PENGUJIAN BIOSTIMULAN BOOSTER PADA PEMELIHARAAN NILA SALIN(OREOCHROMIS NILOTICUS) Khairil Jamal, Alfa Astiana Afandi, Sirajuddin, Mohd. Syaichudin Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Ds. Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar
Abstrak Kegiatan budidaya dan pembenihan ikan umumnya telah menggunakan beberapa antibiotik,vaksin, dan agen kemoterapi, demikian juga penggunaan sejumlah imunostimulanuntuk mencegah penyakit virus, bakteri,parasit, dan jamur.Imunostimulan berperan dalam memfasilitasi fungsi sel fagosit, meningkatkan aktivitas bakterisida, dan merangsang sel pembunuh alami, selain itu sistem komplemen, aktivitas lisozim, dan respon antibodi pada ikan dengan memberikan peningkatan perlindungan dari penyakit menular.Perekayasaan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dampak penggunaan biostimulan booster pada pemeliharaan nila salin. Pengujian untuk membandingan perlakuan pengkayaan biostimulan booster 5 ml/kg pakan dengan kontrol tanpa pengkayaan. Pengujian dilakukan pada bak fibre bulat berisi air 700 liter dengan penebaran 217 ekor/bak, selama 40 hari. Berdasarkan pada hasil kegiatan pengamatan profil hematologis, nampak jumlah hemoglobin pada perlakuan booster lebih tinggi (7,8 g/100 ml) dibandingkan dengan kontrol (7,3 g/100 ml). Demikian juga jumlah leukosit pada perlakuan booster lebih tinggi (66,5 x 103 sel/ml) dibandingkan kontrol (60 x 103 sel/m). Namun pada profil hematokrit pada kontrol terlihat sedikit lebih tinggi 30,5%, dibandingkan perlakuan booster yaitu 27,25%, namun masih dalam standar normal yang dipersyaratkan untuk nilai hematokrit yaitu 21-33%. Sedangkan untuk parameter pertumbuhan harian dan tingkat survival rate tampak pada perlakuan booster (95,85% : 1,035 g/hr) lebih baik dibandingkan pada kontrol (93,55% : 0,915 g/hr). Imunostimulan booster terbukti dapat meningkatkan mekanisme pertahanan non–spesifik pada hewan, sehingga menanamkan perlindungan secara umum. Kata kunci : hematologis, biostimulan booster
PENGUJIAN PEMANFAATAN MAKROALGA (GRACILARIA)UNTUK MEREDUKSI UNSUR PHOSPHAT DALAM FITOREMEDIASI LIMBAH ARTIFISIAL Sirajuddin, Hamzah, Suarni, Mohammad Syaichudin Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Ds. Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar
Abstrak Peningkatan usaha perikanan, khususnya budidaya tambak udang akan menimbulkan sejumlah besar limbah nitrogen (N) dan phosphor (P) ke perairan alami.Limbah buangan yang umumnya mengalir menuju pantai dan teluk, apabila berlangsung secara masif dan terusmenerus akan mendorong terjadinya eutrofikasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mereduksi gejala eutrofikasi melalui penerapan teknologi fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan teknologi pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kehadiran bahan pencemar di dalam tanah dan air. Oleh sebab itu ini bertujuan untuk menguji sejauh mana dampak pemanfaatan rumput laut jenis Gracilaria spinosum dalam mereduksi kandungan phosphat yang terdapat pada limbah artifisial. Metode pengujian dengan introduksi biomass berbeda untuk gracilaria spinosum pada limbah artifisial. Perlakuan A (kontrol tanpa makroalga), B (250 gr), C (500 gr), D (750gr) dan E (1000 gr) selama 10 hari pengujian. Berdasarkan hasil dan pembahasan nampak bahwa makroalga jenis Glacilaria spinosum sangat baik untuk digunakan sebagai agen fitoremediasi limbah artifisial dalam mereduksi unsur phosphat. Selama pengamatan 24 jam, pada perlakuan B dapat menyerap phosphat sejumlah 2,9 mg/l dan terus mengalami peningkatan hingga D10 yaitu 7,57 mg/l. Pada D1 perlakuan C serapan sejumlah 4,58 mg/l meningkat hingga D10 sejumlah 8,17 mg/l. Sedangkan perlakuan D pada D3-D10 tingkat serapan mulai stagnan, bahkan pada perlakuan E sejak D1 – D10 tingkat serapan phosphat cenderung stagnan. Pada perlakuan B dan C sejalan dengan pemikiran yang menyatakan bahwa penyerapan phospor atau nutrien lain yang melebihi dari jumlah yang diperlukan untuk tumbuh dikenal dengan istilah luxury consumption. Kemampuan menyerap dan menyimpan nutrien yang lebih dari yang diperlukan merupakan keuntungan kompetitif. Sedangkan pada perlakuan D dan E yang cenderung stagnan diakibatkan ketersediaan phosphat pada limbah artifisial pada pengujian semakin berkurang, sedangkan biomas Gracilaria spinosum masih mampu untuk menyerap phosphat.Hasil pengukuran pertumbuhan harian gracilaria tertinggi pada perlakuan B yaitu 6,8% per-hari, disusul dengan perlakuan C (3,6%), D (2,8%) dan E (1,5%). Tingginya tingkat pertumbuhan harian pada perlakuan B sangat berhubungan dengan tingkat kompetisi ruang dan ketersediaan nutrien. Kata kunci : fitoremediasi, reduksi phosphat.
PENGUJIAN PEMANFAATAN GRACILARIA UNTUK MEREDUKSI UNSUR AMONIUM DALAM FITOREMEDIASI LIMBAH ARTIFISIAL Khairil Jamal, Hamzah, Hasmawati, Mohammad Syaichudin Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar Ds. Mappakalompo, Kec. Galesong, Kab. Takalar
Abstrak Kegiatan budidaya tambak udang telah menghasilkan sejumlah besar limbah nitrogen dan phosphor ke perairan alami.Limbah buangan inilah yang umumnya mengalir menuju pantai dan teluk yang berlangsung secara masif dan terus-menerus sehingga mendorong terjadinya eutrofikasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mereduksi gejala eutrofikasi melalui penerapan teknologi fitoremediasi dengan menggunakan introduksi Gracilaria spinosum. Oleh sebab itu ini bertujuan untuk menguji sejauh mana kemampuanGracilaria spinosum dalam mereduksi kandungan amonium yang terdapat pada limbah artifisial. Metode pengujian dengan introduksi Gracilaria spinosum pada limbah artifisial dengan biomas berbeda. Perlakuan A (kontrol tanpa makroalga), B (300 gr), C (500 gr), D (700gr) dan E (900 gr) selama 10 hari pengujian. Berdasarkan hasil dan pembahasan nampak bahwa makroalga jenis Glacilaria spinosum sangat baik untuk digunakan sebagai agen fitoremediasi limbah artifisial dalam mereduksi unsur amonium, dimana. Tingkat reduksi tertinggi pada perlakuan E (introduksi biomass Gracilaria spinosum 900 gr), dimana sejak D1 reduksi amonium sebesar 0,391 mg/l, selanjutnya terus mengalami peningkatan reduksi hingga D10 sebesar 0,648 mg/l. Demikian juga pada perlakuan D, C dan B yang juga terjadi reduksi amonium sejak D1 - D10 pada media air limbah artifisial. Pada perlakuan A juga terjadi reduksi unsur amonium, sejak pada pengamatan D1 – D10 hal ini juga tidak terlepas dari peran tumbuhnya fitoplankton pada media limbah artifisial. Hasil pengukuran tingkat pertumbuhan harian gracilaria pada perlakuan B, perlakuan C dan perlakuan D cenderung sama, berturut-turut pada perlakuan B (1,0 %), perlakuan C (0,95%), dan perlakuan D (0,93%). Sedangkan pada perlakuan E tingkat pertumbuhan harian terendah (0,28%). Rendahnya tingkat pertumbuhan harian pada perlakuan E sangat berhubungan dengan tingkat ketersediaan nutrien, dimana pada perlakuan E dengan introduksi biomass 900 gr/wadah pada D1 sudah terjadi reduksi amonium yang cukup tinggi, sehingga ketersediaannya cepat berkurang dan menghambat pertumbuhan. Kata kunci : fitoremediasi, reduksi amonium.