PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur)
KATARINA RAMBU BABANG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN TENTANG TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul : Penguatan Kelompok Pengrajin Tenun Ikat Tradisional, Studi Kasus di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, adalah benar merupakan karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan atau dipublikasikan kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan, maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah dinyatakan secara jelas, dalam teks maupun Daftar Pustaka di bagian akhir tulisan ini.
Bogor, Mei 2008
Katarina Rambu Babang Nrp.I.354060165
ABSTRAK KATARINA RAMBU BABANG, Penguatan Kelompok Pengrajin Tenun Ikat Tradisional (Studi Kasus di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur). Dibimbing oleh NURMALA K. PANJAITAN dan SAHARUDDIN. Kemiskinan merupakan masalah yang terus menerus diupayakan penanganannya, namun secara nyata perubahan tersebut membutuhkan strategi yang tepat, menyeluruh dan berkelanjutan yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat. Salah satu upaya strategis dalam menjawab masalah ketidakberdayaan dan kemiskinan masyarakat adalah melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat akan memungkinkan terjadinya peningkatan kemampuan masyarakat dalam berperan untuk menjangkau sumber daya disekitarnya. Peran masyarakat adalah partisipasi yang dapat terwujud melalui pemberdayaan yang disesuaikan dengan potensi lokal baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Di desa Hambapraing, terdapat dua program pemberdayaan yang sedang berproses dalam kehidupan masyarakat, yakni Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penguatan dan Pengembangan Desa menuju Desa Mandiri (P3DM). Kedua program tersebut melakukan bantuan modal bagi pengembangan usaha kerajinan tenun ikat melalui kelompok usaha. Pembentukan kelompok yang sudah dilakukan masing-masing program menimbulkan perbedaan dalam perkembangannya, sehingga terdapat kelompok yang aktif, kelompok kurang aktif, dan kelompok tidak aktif lagi. Hal ini ditinjau dari tiga yakni, aspek-aspek kekuatan kekuatan dalam kelompok, keragaan anggota, dan pengembalian modal. Secara umum kelompok pengrajin mengalami bebarapa masalah dalam proses kerja atau usahanya, yakni, 1) Rendahnya kerjasama antar anggota dalam kelompok dan Rendahnya perasaan berkelompok 2) Rendahnya kerjasama antar kelompok, 3) Keterbatasan pasar, 4) Rendahnya ketrampilan dasar dan penguasaan teknik yang baru, 5) Rendahnya motivasi berusaha 6) Kurang mampu mengelola modal, 7) Keterbatasan modal usaha. Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka dibutuhkan alternatif pemecahan secara partisipatif sesuai potensi yang dimiliki. Langkah awal dilakukan dengan mengidentifikasi stakeholder yang dapat berperan dalam merancang dan melaksanakan program. Program yang dirancang adalah penguatan kelompok yang dilakukan dalam kelompok yang sudah ada, maupun langkah pengorganisasian melalui pembentukan kelompok pengrajin tingkat desa. Program penguatan kelompok meliputi, pertemuan atau rapat rutin, pembentukan kelompok pengrajin tingkat desa, promosi dan pemasaran, produksi bersama, pelatihan ketrampilan dasar dan teknik yang baru, pelatihan pengelolan modal, pendampingan dan sosialisasi, serta kredit lunak. Kegiatan ini akan berlangsung melalui kerjasama semua stakehoder, sesuai tujuan yang diharapkan yaitu pemberdayaan pengrajin.
Kata Kunci : dinamika kelompok, penguatan kelompok, stakeholder, pemberdayaan pengrajin
RINGKASAN KATARINA RAMBU BABANG, Penguatan Kelompok Pengrajin Tenun Ikat Tradisional (Studi Kasus di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur). Dibimbing oleh NURMALA K. PANJAITAN dan SAHARUDDIN. Kemiskinan merupakan masalah yang terus menerus diupayakan penanganannya, namun secara nyata perubahan tersebut membutuhkan strategi yang tepat dan menyeluruh serta berkelanjutan yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat. Salah satu upaya strategis dalam menjawab masalah ketidakberdayaan dan kemiskinan masyarakat adalah melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat akan memungkinkan terjadinya peningkatan kemampuan masyarakat dalam berperan untuk menjangkau sumber daya disekitarnya. Peran masyarakat adalah partisipasi yang dapat terwujud melalui pemberdayaan yang disesuaikan dengan potensi lokal baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Pengembangan komoditas lokal diharapkan dapat membantu terlibatnya masyarakat dalam gerakan membantu dirinya sendiri (self help) yakni seperti usaha ekonomi produktif yang berbasis kerakyatan. Demikian halnya dengan pengembangan usaha kerajinan tenun ikat di Desa Hambapraing. Tenun ikat adalah salah satu komoditas lokal yang menjadi sumber penghasilan sebagian besar warga (30 persen dari total penduduk), selain hasil perkebunan, peternakan, dan kelautan. Keterbatasan usaha kerajinan banyak menghadapi masalah seperti layaknya juga dialami oleh usaha kecil lainnya seperti modal usaha, kendala pasar, hingga kemampuan dan ketrampilan dalam melakukan usaha. Pengembangan usaha kerajinan dilakukan oleh Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penguatan dan Pengembangan Desa menuju Desa Mandiri (P3DM) melalui bantuan modal usaha bergulir bagi kelompok-kelompok usaha yang dibentuk. Kedua program tersebut, melakukan usaha pemberdayaan pada tahap pengguliran modal saja, sedangkan belum berlanjut pada pengembangan usaha yang dapat mendukung keberdayaan pengrajin sekaligus pertumbuhan usaha kerajinan sehingga dapat mengatasi masalah kemiskinan yang dialami masyarakat. Kajian ini merupakan studi kasus pada kelompok pengrajin untuk mengetahui dinamika kelompok dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teknik yang digunakan dalam kajian ini adalah wawancara, studi dokumen, observasi, dan diskusi. Langkah pemecahan masalah dilakukan secara partisipatif melalui diskusi terfokus (focuss group discussion) yang melibatkan semua stakeholder. Hasil pengamatan, kelompok bentukan kedua program dalam prosesnya menimbulkan adanya kelompok yang aktif, kurang aktif dan tidak aktif lagi. Perbedaan dinamika kelompok ditinjau dari tiga sisi yakni, keragaan anggota, pengembalian modal, dan aspek-aspek kekuatan dalam kelompok. Aspek kekuatan dalam kelompok meliputi tujuan kelompok, struktur kelompok, kekompakan kelompok, pembinaan kelompok, suasana kelompok, fungsi tugas, tekanan pada kelompok, dan efektifitas kelompok. Berdasarkan deskripsi setiap kelompok, diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kuat dan lemahnya suatu kelompok. Faktor yang menonjol dalam kelompok aktif
adalah kekompakan kelompok, suasana kelompok, pemenuhan tujuan kelompok, dan efekifitas kelompok. Lemahnya kelompok yang lain, ditunjukkan melalui rendahnya unsur-unsur yang dimiliki untuk mengembangkan usahanya, dibanding dengan kelompok aktif. Keempat hal ini berkaitan dengan masalah yang muncul dalam kelompok secara umum yang menyangkut rendahnya kerjasama dan kekompakan kelompok serta rendahnya motivasi berusaha. Oleh sebab itu pembenahan dilakukan melalui cara atau program yang dikaitkan dengan faktor-faktor tersebut, terutama unsur yang dapat mengikat kekompakan diantara pengrajin atau kerjasama dalam kelompok maupun luar kelompok. Permasalahan yang dihadapi oleh setiap kelompok didominasi oleh rendahnya kerjasama antar kelompok, maupun antar anggota dalam kelompok yang sama. Selain itu, masalah lainnya adalah keterbatasan pasar, atau lemahnya jejaring yang dimiliki untuk pemasaran produk, rendahnya ketrampilan dasar dan penguasaan teknik yang variatif, rendahnya motivasi berusaha, kurangnya kemampuan mengelola modal, dan keterbatasan modal usaha. Pada sisi lain terdapat potensi yang dapat mendukung berkembangnya usaha kerajinan. Potensi tersebut meliputi, 1) ada aktivitas modal sosial yang mengandung nilai kerjasama antar pengrajin yang disebut panjolurungu, yang bermakna arisan tenaga dan bahan baku, 2) jejaring pemasaran sudah ada pada kelompok aktif, dan segmen pasar tenun ikat pada masyarakat lokal, regional, hingga wisatawan asing, 3) ketrampilan tenun ikat dapat dilakukan sepanjang musim, aktivitas warisan keluarga, dan dapat dilakukan perempuan dan laki-laki, 4) kelompok pengrajin merupakan kelompok yang berhasil dalam pengguliran simpan pinjam modal usaha, dukungan dari elemen masyarakat dan tanggapan masyarakat untuk pengembangan usaha tenun ikat kearah yang lebih profesional. Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka dibutuhkan alternatif pemecahannya yang dilakukan secara partisipatif. Langkah awal dilakukan dengan mengidentifikasi stakeholder yang dapat berperan juga dalam merancang aktivitas yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah. Pihak-pihak yang dapat melibatkan diri dalam usaha kerajinan diantaranya adalah, Badan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Unit teknis pelaku program PPK dan P3DM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dekranasda (dalam hal ini Ketua Tim penggerak PKK), Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi, Pembeli perantara, Pemilik toko, Pembeli perantara, Lembaga keuangan (Bank, dan sebagainya), serta masyarakat sekitarnya. Peran setiap stakeholder sebagai sumberdaya yang dapat membantu menyelesaikan kendala yang dihadapi pemgrajin. Keberfungsian setiap stakeholder dapat dijangkau melalui program-program yang berlangsung dan melibatkan kelompok-kelompok pengrajin dalam wadah yang lebih kuat atau ikatan yang lebih solid. Program yang dirancang adalah penguatan kelompok yang dilakukan dalam kelompok yang sudah ada, maupun langkah pengorganisasian melalui pembentukan kelompok pengrajin tingkat desa. Program penguatan kelompok meliputi, pertemuan atau rapat rutin, pembentukan kelompok pengrajin tingkat desa, promosi dan pemasaran, produksi bersama, pelatihan ketrampilan dasar dan teknik yang baru, pelatihan pengelolan modal, pendampingan dan sosialisasi, serta kredit lunak.
Dugaan terhadap rendahnya kerjasama dan kekompakan antar pengrajin dalam proses produksi hingga pemasaran, menyebabkan suatu kesimpulan untuk mengikat kerjasama dan kebersamaan anggota pengrajin dalam menyelesaikan masalahnya. Kelompok pengrajin tingkat desa yang dibentuk menjadi media informasi dan komunikasi yang dapat berperan dalam menjalin kerjasama antar pengrajin sekaligus sebagai wadah untuk penguatan dan pembinaan kelompok. Melalui kelompok ini, akan memudahkan proses-proses yang harus dilakukan secara bersama dalam melibatkan stakeholder, seperti kegiatan-kegiatan yang sudah dirancang bersama. Melalui kelompok ini diharapkan akan mewujudkan pemberdayaan pengrajin, sekaligus melanjutkan pertumbuhan usaha kerajinan. Kegiatan ini akan berlangsung melalui kerjasama semua stakeholder, sehingga dapat mencapai tujuan akhir yakni pemberdayaan pengrajin. Berkembangnya kelompok pengrajin akan menunjang pemberdayaan pengrajin yang terukur melalui adanya jaminan pendapatan, adanya pengembangan kemampuan pengrajin, serta adanya akses usaha dan kesempatan kerja yang lebih luas. Penanganan masalah harus dilakukan secara menyeluruh yakni oleh pengrajin, pemerintah melalui unit teknis, pembeli perantara, pembeli langsung maupun masyarakat sekitarnya, sehingga memberdayakan pengrajin dan menumbuhkan ekonomi lokal secara terencana dan sinergis yang pada akhirnya akan mengentaskan kemiskinan.
Kata kunci : dinamika kelompok, penguatan kelompok, stakeholder, pemberdayaan pengrajin
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008, Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur)
KATARINA RAMBU BABANG
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Tugas Akhir
: Penguatan Kelompok Pengrajin Tenun Ikat Tradisional (Studi Kasus di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Nama
: Katarina Rambu Babang
Nrp
: I.354060165
DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING
Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS.DEA Ketua
Dr. Ir. Saharuddin, MSi Anggota
DIKETAHUI
Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Tanggal Ujian : 15 Mei 2008
Dekan Sekolah Pascasarjana,
Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, MS
Tanggal Lulus :
2008
PRAKATA Puji dan Syukur tak terhingga, kepada Sang Guru Agung, Allah Tritunggal, yang telah memberi limpahan Berkat pendidikan untuk penulis, dalam setiap tahapannya, teristimewa untuk menyelesaikan kajian dengan judul ‘Penguatan Kelompok Pengrajin Tenun Ikat Tradisional (Studi Kasus di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur). Kesempatan ini, saya ingin menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran studi dan penyusunan kajian ini : 1. Komisi Pembimbing yakni Ibu Dr. Nurmala K.Panjaitan, MSDEA dan Bpk Dr. Saharuddin, MS serta Bpk Dr. Djuara P.Lubis, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan kajian ini 2. Pemerintah Kabupaten Sumba Timur yang telah memberikan saya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan 3. Departemen Sosial Republik Indonesia sebagai donatur atau penyelenggara beasiswa studi ini 4. Pemerintah Desa Hambapraing bersama elemennya, sebagai wilayah dan subjek penelitian, bersama stakeholder pendukung 5. Para informan dan responden yang bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian dan penyusunan kajian ini 6. Kedua orang tua yang tercinta, saudaraku, K Martin dan K Ana, K Suster, Johan, Mery, K Bargam sekeluarga, serta semua keluarga besar yang selalu mendoakan dan mendukung saya 7. Teman dekatku, Erik (buat cinta dan kasih sayangnya), sahabat-sahabatku dan kerabat, yang setia memberi suport untuk perjalanan studi ini 8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang dengan caranya masing-masing membantu, mendoakan dan memotivasi saya selalu. Semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan masyarakat umumnya dan secara khusus memberi alternatif pendekatan yang tepat dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang berbasis komunitas. Sekian dan terimakasih.
Bogor, Mei 2008
Katarina Rambu Babang