RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA | 125
Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara
A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan dijelaskan pula jenis tenun ikat serta wilayah pengembangannya di Nusantara. Selanjutnya akan dibahas secara rinci tentang teknik tenun ikat ganda yang termasuk teknik langka serta pembuatannya yang secara tradisional hanya terdapat di beberapa wilayah saja. Penjelasan lain mencakup keanekaragaman corak dan warna tenun ikat Nusantara, peran serta makna simbolisnya. Tenun ikat Nusantara masih terus diproduksi hingga kini. Masyarakat Nusantara dan mancanegara sangat menyukainya. Permintaan pasar terhadap kain-kain dengan teknik ini sangat beragam. Karena itu, ragam hias kain-kain ini pun senantiasa baru, khususnya untuk busana dan pelengkap interior.
126 | T E K S T I L
B. TUJUAN 1. 2. 3.
Setelah mempelajari bab ini, kita diharapkan mampu: Memahami sejarah, daerah-daerah penghasil, jenis dan ciri ragam hias tenun ikat Nusantara. Menghayati keragaman corak ragam hias, peran dan makna simbolik pada kain tenun ikat Nusantara. Membangun kesadaran dan toleransi akan adanya perbedaan berdasarkan keunikan budaya bangsa kita.
C. RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA C.1 Sejarah Ragam Hias Kain Tenun Ikat Nusantara Kain-kain tenun yang dihasilkan dari masa ke masa memperlihatkan betapa tingginya kemampuan seni hias yang dimiliki masyarakat Nusantara. Bahkan dapat dikatakan bahwa Nusantara memiliki khazanah keanekaragaman teknik dan seni kain yang terlengkap di muka bumi ini. Setiap daerah, bahkan lingkungan masing-masing memiliki ungkapan keindahan dalam membuat dan menghias kainkain kebutuhan masyarakatnya. Ada daerah yang hanya bertenun, ada pula yang menggunakan teknik-teknik sulam, sungkit, manikmanik, perca, celup, dan berbagai ragam gabungannya. Namun yang
a
b
c
d
e
Gambar 11.1: Mula-mula benang direntangkan (1). Bagian yang tidak akan dikenai warna ditandai. Kemudian diikat sampai rapat dan tidak tembus cairan pewarna (2). Benang dicelup ke dalam zat pewarna lalu dijemur sampai kering (3). Setelah ikatan dilepas, bagian yang tertutup ikatan menghasilkan bidang-bidang tak berwarna (4). Benang kemudian ditenun dan menghasilkan corak-corak bidang berwarna dan tanpa warna (5)
RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA | 127
paling banyak digunakan sejauh ini, khususnya dalam bidang menghias, adalah tenun ikat dan songket. Tenun ikat dikerjakan hampir di seluruh wilayah Nusantara dan dianggap telah berkembang di pulau Jawa seGambar 11.2: Proses pengikatan corak pada benang kurang-kurangnya sebelum dicelup sejak abad 10. Bahkan sejak jaman prasejarah, Nusantara telah mengenal tenunan dengan corak yang dibuat dengan cara ikat lungsi. Daerah penghasil tenunan ini antara lain pedalaman Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur. MenuGambar 11.3: Susunan benang yang telah selesai diikat rut para ahli, daerahdaerah tersebut tercatat paling awal dalam mengembangkan corak tenun yang rumit ini. Mereka mempunyai kemampuan untuk membuat alat-alat tenun, menciptakan corak dengan mengikat bagian-bagian tertentu dari benang, dan mengenal pula pencelupan warna. Aspek-aspek kebudayaan tersebut oleh para ahli diperkirakan dimiliki oleh masyarakat yang hidup pada dalam jaman perunggu di masa prasejarah Nusantara, yaitu sekitar abad 8 sampai abad 2 sebelum Masehi. Ada beberapa cara untuk melakukan teknik tenun ikat. Namun pengertian mendasar tentang tenun ikat adalah mengikat bagianbagian tertentu dari benang agar tidak terkena zat pewarna saat dicelup. Bagian-bagian yang tidak terikat akan berubah warna sesuai
128 | T E K S T I L dengan warna celupannya. Teknik ikat mulai diperkenalkan ke Eropa sekitar tahun 1880 oleh Prof. A.R. Hein dengan nama ikatten. Sejak itu pula istilah ‘ikat’ menjadi popular di mancanegara serta dianggap sebagai istilah internasional untuk menyebutkan jenis tenunan dengan menggunakan teknik ini. C.2 Jenis Kain Tenun Ikat Ada tiga jenis tenun ikat, yaitu tenun ikat lungsi, tenun ikat pakan, dan tenun ikat ganda. Tenun ikat lungsi adalah corak pada latar kain yang timbul karena ikatan pada susunan benang lungsi. Adapun tenun ikat pakan adalah corak pada latar kain yang timbul karena ikatan pada susunan benang pakan. Adapun tenun ikat ganda merupakan corak pada latar kain yang terlihat karena adanya ikatan pada susunan benang lungsi dan pakan. Proses mengikat dilakukan sebelum benang dicelup. Adapun seluruh pekerjaan dilakukan sebelum penenunan dimulai. Benang tenun yang pertama dikenal, selain yang berasal dari serat rumputrumputan, adalah yang terbuat dari serat kapas. Serat ini dipilin, kemudian dipintal dengan jentera untuk dijadikan benang. Kapas yang sudah menjadi benang terbagi dalam dua jenis, yaitu kelompok benang yang akan dijadikan benang lungsi dan kelompok benang pakan. Kelompok benang lungsi tersusun secara vertikal pada alat tenun, sedangkan kelompok benang pakan menjalin susunan benang lungsi secara horizontal. Benang pakan atau lungsi yang akan diberi corak kemudian disusun pada dua buah kayu di bagian atas dan bawah, atau tonggak kiri dan kanan. Bagian-bagian yang akan bercorak diikat rapat-rapat sampai kedap zat pewarna. Setelah proses pengikatan selesai, benang dicelup ke dalam cairan pewarna. Selanjutnya benang dijemur, setelah kering ikatan dibuka. Barulah, tampak bagianbagian yang terikat masih mempertahankan warna asli benang. Corak benang-benang ini tampil dengan kontur yang tegas, karena bagian-bagian yang tidak diikat sudah berwarna sesuai warna celupan. Proses pencelupan dapat dilakukan lebih dari satu kali sesuai
RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA | 129
dengan nuansa warna dan tampilan corak yang diinginkan. Teknik ini memiliki ciri khas, yaitu garis luar (kontur) corak yang agak bergeser (distorsi), sehingga tampak tidak tegas. Arah pergeseran ini bergantung pada arah ikatan pada benang. Tenun ikat lungsi menghasilkan distorsi ke arah vertikal, sedangkan ikat pakan bercorak dengan distorsi ke arah benang pakan, yaitu horizontal. Sementara itu, corak yang dihasilkan dengan menggunakan teknik ikat ganda adalah corak yang berasal dari ikatan benang lungsi dan benang pakan. Teknik ini membutuhkan ketekunan dan ketelitian yang sangat tinggi karena benangbenang yang belum ditenun sudah diberi corak. Pada saat penenunan benang-benang tersebut diharapkan dapat bertemu pada titik corak yang sama.
Gambar 11.4: Kain dengan teknik tenun ikat lungsi dapat dikenali melalui corak yang berbias (distorsi) ke arah lungsi (vertikal)
Gambar 11.5: Kain dengan teknik tenun ikat pakan mempunyai corak yang berbias (distorsi) ke arah pakan (horisontal)
Gambar 11.6: Kain sarung dari Lamongan, Jawa Timur, dibuat dengan teknik tenun ikat ganda. Corak memiliki biasan (distorsi) ke arah lungsi dan pakan (vertikal & horisontal)
130 | T E K S T I L Pekerjaan mengikat memerlukan kesabaran, ketelitian dan ketekunan. Ini biasanya dikerjakan oleh kaum perempuan. Ada perempuan yang mempunyai keahlian khusus memintal benang, sedangkan yang lainnya bergalaman dalam pekerjaan mengikat. Adapun perempuan yang lainnya mungkin memiliki keahlian menenun. Namun biasanya pekerjaan mengikat dan menenun dilaksanakan oleh satu orang. Dahulu sebelum memulai pekerjaan, para penenun melakukan puasa dan berpantang. Selain itu, diadakan pula upacara-upacara tertentu, antara lain membuat sesaji untuk para dewa dan leluhur agar pekerjaannya berhasil
Gambar 11.7: Kain Seko Mandi dari Toraja, Sulawesi Selatan. Ragam hiasnya dibuat melalui teknik ikat lungsi
Gambar 11.8: Kain Geringsing dari desa Tenganan, Bali, dengan ragam hias yang dibuat melalui teknik ikat ganda
RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA | 131
dengan baik. Menurut kepercayaan beberapa suku bangsa penghasil tenun ikat, pengetahuan tentang pencelupan warna dan corak ikat itu diperoleh dari salah satu dewa. Ada dewa tertentu yang mengilhami pengajarannya kepada mereka. Demikian pula di Bali, ragam hias unik kain tenun ikat ganda geringsing buatan penenun-penenun desa Tenganan, adalah corak yang terlukis di langit yang diciptakan oleh Batara Indra. Wilayah-wilayah di Nusantara yang secara tradisional membuat kain-kain dengan teknik tenun ikat lungsi antara lain di Sumatera Utara, Kalimantan, Toraja, Halmahera, Nusa Tenggara Timur, dan kepulauan Tanimbar. Adapun teknik tenun ikat pakan terdapat di Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Tenggara. Ada juga daerah-daerah yang menghasilkan kain-kain teknik ikat lungsi dan ikat pakan, yaitu antara lain di Gresik, Bali dan Donggala. Kain-kain dengan teknik
Gambar 11.9: Penyederhanaan (stilasi) bentuk manusia pada kain Pua dari Kalimantan
Gambar 11.10: Ulos Mangiring dari Sumatera Utara
Gambar 11.11: Corak Jalaprang dengan teknik batik
132 | T E K S T I L ikat ganda termasuk teknik yang langka di dunia. Selain hanya di beberapa tempat di India dan Jepang, kain dengan teknik ini dulu dibuat di desa Tenganan, Bali dan di Lamongan, Jawa Timur. Hingga kini kain-kain yang dibuat dengan teknik ikat ganda senantiasa masih diminati banyak orang baik untuk kepentingan adat dan kepercayaan, maupun sebagai cenderamata dan koleksi. Sebagaimana ragam hias yang terbentuk melalui proses rekarakit, corak tenun ikat sangat terkait pada jalinan benang ke arah vertikal dan horizontal. Keadaan ini mengakibatkan bentuk ragam hias cenderung kaku dan geometris. Namun hal ini tidak menghalangi daya cipta penenun dalam mengungkapkan bentuk dan corak yang diinginkan. Keterbatasan ini justru mendorong untuk berkreasi menampilkan aneka bentuk alam. Corak manusia, misalnya, tampil dalam bentuk yang sangat geometris dan sederhana (stilasi), serta sarat dengan makna simbolis. Ragam hias ini merupakan corak yang dikeramatkan dan tidak dapat dianggap sebagai hiasan biasa. Demikian pula bentuk-bentuk geometris lainnya, seperti mata panah pada ulos Mangiring. Bentuk itu melambangkan ‘iringan’ adik-adik yang diharapkan akan hadir setelah bayi pertama lahir. Kepiawaian bangsa di Nusantara dalam menggunakan teknik ini berpengaruh pada aneka corak yang ditampilkan. Demikian pula halnya dengan corak-corak yang datang dari mancanegara, seperti Jalaprang. Corak ini mula-mula dikenal dari kain Patola dari India. Ragam hiasnya terdiri dari susunan lingkaran dengan aneka hiasan di sekelilingnya. Corak itu menggambarkan bentuk lingkaran yang terbentuk melalui garis siku-siku untuk mendapatkan kesan bulat. Ragam hias yang diperkenalkan dalam bentuk tenun ikat ini kemudian digambarkan kembali dengan teknik rekalatar. Teknik rekalatar yang lebih bebas dalam menggambarkan lingkaran, akhirnya tetap mengikuti bentuk lingkaran dengan pola garis siku-siku. Kain-kain dengan teknik tenun ikat masih dihasilkan di beberapa daerah di Nusantara. Minat pasar akan kain-kain ini masih tetap besar, mulai dari ragam hias tradisional sampai dengan corakcorak hasil kreasi masa kini.
RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA | 133
C.3 Keunikan ragam hias pada tenun ikat di berbagai daerah Nusantara Tenun ikat dari Palembang, menampilkan nuansa warna utama kemerahan dan keunguan. Ragam hias dengan teknik ini tampil pada bagian sarung yang dikelilingi dengan corak-corak benang emas yang dibuat dengan cara songket. Gabungan antara teknik tenun ikat dan
Gambar 11.12: Tenun ikat dari Troso, Jawa Tengah. Jenis kain ini sudah diproduksi dalam jumlah besar dengan corak dan warna yang disesuaikan dengan perkembangan selera pasar
Gambar 11.13: Tenun ikat ragam hias bebas dan modern
134 | T E K S T I L songket dalam satu kain masih sangat diminati sampai sekarang. Sementara itu, corak-corak tenun ikat yang lebih modern ditenun dalam jumlah besar oleh industri rumah tangga untuk memenuhi permintaan pasar. Produksi kain dengan ragam hias tradisional dalam jumlah besar ini sudah dilakukan sejak tahun 1970-an. Hal ini terjadi sebagaimana perkembangan dunia pertekstilan di jaman modern, seperti misalnya pembuatan kain-kain tenun ikat di Troso, Jawa Tengah, Garut di Jawa Barat, atau di Bali. Ragam hias tenun ikat yang dibuat di daerah-daerah ini tergolong baru dengan warna-warna Gambar 11.14: Kain Hinggi dari Sumba, cerah sesuai perkembangan Nusa Tenggara Timur. Kain dengan teknik tenun ikat lungsi ini masih terus diproduksi gaya. Bahan baku untuk kaindan diminati masyarakat Nusantara dan mancanegara hingga kini kain ini umumnya benang dari serat katun, sutera, rayon atau campurannya. Kain tenunannya juga lebih tipis dan lembut sesuai untuk bahan busana. Pesanan juga datang dari perancangperancang busana tenar untuk keperluan koleksi perancangan mereka. Sementara itu, kain-kain tenun ikat dari wilayah lebih timur, seperti Bali dan Nusa Tenggara, cenderung membuat kain tenun ikat dalam bentuk lembaran. Peminatnya datang dari mancanegara. Kain-kain ini mencerminkan keindahan dan keunikan tenunan tradisional Nusantara. Oleh karena itu, kain-kain yang diminati adalah yang mendekati bentuk dan ragam hias tradisional. Bahan
RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA | 135
baku kain tenun ikat jenis ini lebih mengutamakan benang katun yang tebal. Hasil tenunannya lebih tebal dan kaku, sehingga cocok untuk pelengkap interior rumah, seperti penutup tempat tidur (bed cover), tirai, atau hiasan dinding. Namun tidak jarang kain-kain ini juga digunakan sebagai pelengkap busana modern yang dipadukan dengan tampilan etnik, misalnya sebagai selendang atau ikat kepala.
Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara Latihan 11.1 Kompetensi Konsepsi 1. Pilihlah kain tenun ikat yang kamu paling sukai. a. Perhatikan dan uraikan berbagai corak dan warna yang terdapat pada kain tersebut. b. Perhatikan dan uraikan pola corak dan warna yang terdapat pada kain tenun tersebut. Kompetensi Apresiasi 2. Uraikan penilaianmu terhadap keragaman corak dan warna pada kain tenun ikat tersebut. 3. Ungkapkan perasaanmu tentang keragaman corak dan warna pada kain tenun ikat tersebut. 4. Ungkapkan penilaianmu terhadap proses pembuatan ragam hias yang terdapat pada kain tenun ikat tersebut. 5. Ungkapkan perasaanmu tentang perbedaan kedua teknik tersebut ke dalam cerita, atau puisi. Latihan 11.2 Kompetensi Konsepsi 1. Pilihlah kain tenun ikat yang kamu paling sukai dari dua daerah yang berbeda. a. Perhatikan dan uraikan berbagai corak dan warna yang
136 | T E K S T I L
b.
terdapat pada kain tenun ikat dari kedua daerah tersebut. Perhatikan dan uraikan perbedaan corak dan warna yang terdapat pada kain tenun ikat dari kedua daerah tersebut.
Kompetensi Apresiasi 2. Uraikan penilaianmu terhadap perbedaan corak dan warna pada kain tenun ikat dari kedua daerah tersebut. 3. Ungkapkan perasaanmu tentang perbedaan corak dan warna pada kain tenun ikat dari kedua daerah tersebut ke dalam cerita, atau puisi 4. Uraikan penilaianmu terhadap proses pembuatan ragam hias kain tenun ikat dari kedua daerah tersebut. 5. Ungkapkan perasaanmu tentang perbedaan teknik pembuatan kain tenun ikat dari kedua daerah tersebut ke dalam cerita, atau puisi.