MODUL KULIAH
ILMU UKUR TANAH
POKOK BAHASAN :
PENGKURAN JARAK DAN SUDUT Pengkuran jarak langsung : tanah datar, medan bergelombang; Pengkuran jarak optis (Tacheometry); Pengkuran jarak Elektronik, Pembacaan sudt horizontal : pembacaan dari nol, pembacaan dari kanan, Penentuan sudut arah, Sudut vertical
4.1.
Pengkuran Jarak Langsung Selain sudut, pengkuran jarak merupakan basis yang penting guna penentuan posisi dan beda tinggi titik-titik di lapangan. Ukuran jarak didasarkan pada meter standar atau menggunakan satuan feet akan tetapi di Indonesia umumnya menggunakan meter. Pengukuran jarak langsung lajimnya dilakukan dengan menggunakan pita atau pegas ukur dari kain, baja atau invaar. Untuk jarak pada tanah yang miring digunakan lat bantu
dAB
A Gambar 4.1.
B
Pengkuran jarak langsung dengan pita ukur pada tanah datar
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN
SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
MODUL KULIAH
ILMU UKUR TANAH
3 1
A
B
2
Gambar 4.2. Pengkuran jarak langsung dengan pita ukur pada medan bergelombang
4.2.
Pengkuran Jarak Optis Jarak optis di dapatkan dari pembacaan benang pada rambu baik dengan bantuan alat Theodolit maupun Sipat Datar (Waterpass). Setiap pembacaan benang silang (cross hair) harus selalu terkontrol untuk menghindari kesalahan pembacaan. Dari gambar sebuah alat ukur (Theodolit) digunakan untuk mengkur jarak (Tacheometry)
dengan sudut kemiringan (garis visier) teropong sebesar h
(helling). Selsih pembacaan benag silang (Ba-BB) adalah y. maka jarak miring dari pengkuran optis
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN
SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
MODUL KULIAH
ILMU UKUR TANAH
Y’ = Y cos h Dm = Ay cos h + B Dm = Ay cos h
B A
Gambar 4.3. Pengkuran jarak miring metoda Tacheometry
Dimana Y
:
selisih pembacaan benang atas dan benang bawah
h
:
sudut helling
Dm
:
jarak miring
DD
:
jarak mendatar
4.3.
Pengukuran Jarak Elektronik Perkembangan terakhir pada dekade terakhir adalah pengkuran jarak elektronik (elektronik distance measuring instrument-EDM). Alat ini menentukan panjnag berdasrkan pada perubahan fase yang tejadi sewaktu energi elektromegnetik dengan panjnag gelombang yang diketahui , merambat sari satu ujung garis ke ujung yang lain dan kembali.. Dengan EDM modern, jarak jarak otomatis ditunjukkan secara digitaldan biasnya alat ini juga dilengkapi reduksi arah horizontal dan vertical
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN
SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
MODUL KULIAH
ILMU UKUR TANAH
a. Klasifikasi Alat EDM Instrument elektro optis, memncarkan sinar laser termodulasi atau sinar infra merah yang panjnag gelombangnya sedikit melewati wialayah tampak pada spektrum. Instrumen gelombang renik mmencarkan gelombang renik dengan frekuensi 3-35 CHz Selain itu pengglongan juga sering dikaitkan dengan jarak jangkaun yang umumnya mencapai 5 km untuk jangkaun jarak pendek. Terdapat juga instrumen yang dapat menjangkau jarak mencapai 100 km, alat ini cocok untuk pengkuran geodetis.
Gambar 4.4. Prosedur EDM yang disempurnakan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN
SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
MODUL KULIAH
ILMU UKUR TANAH
b. Prinsip Pemakain EDM EDM mengkur jarak sebuah garis tak diketahui panjangnya dengan jalan membandingkan
dengan panjang gelombang energi elektromeagnetis,
termodulasi. Energi elektromagnetis merambat pada atmosfir dengan persamaan yang digunakan adalah V = f Dimana :
= panjnag gelombang dan f = frekuensi energi terodulasi
Pengkuran EDM mengkikuti prosedur seperti gambar 4.4. dimana EDM di titik A memancarkan gemombang yang dimodulasikan . Di itik B ada sebuah reflektor (receiver) yang akan memantulkan gelombang tersebut Alat EDM dipakai dalam pengkuran tanah dengan alan mengukur pergeseran fase. Energi yang kembali mengalami perubahan fase penuh 360 untuk setiap kelipatan genap dari setengah panjang gelombang yang memisahkan kedua garis.
Instrumen elektro optis yang sering digunakan antara lain terdapat 40 model diantaranya Citation CI 450 (Wild Heerbrugg), RED 2 System Infra Red (Lietz Company) dan Range Master III (Keuffel & Esser), dan HewlttPacckard 3805 A
c. Prinsip Pengkuran Jarak Horizontal EDM mengkur jarak miring dan dapat mereduksi secara otomatis jika sudut verticalnya diketahui. Reduksi jarak miring didasrkan pada perbedaan elevasi atau sudut vertical. Jika beda elevasi yang dipakai maka harus dikethaui tinggi instrumen (he)dan reflektor (hr).
Contoh hitungan : Sebuah jarak miring 165.360 m dikur dari A ke B yang masing-masing elevasinya 447.401 m dan 445.389 m. Hitung jarak AB jika tinggi instrumen (he) = 1,417 m dan tinggi reflektor (hr) = 1,625 m
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN
SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
MODUL KULIAH
ILMU UKUR TANAH
D= (447.401+1,417) m – (445.389+1,625) m= 1,813 m
H
4.5.
(1,813)2 165,360 2 x165,360
165,350m
Pembacaan Lingkaran Horizontal dan Vertical a.
Pada alatTheodolite (pengkur sudut) pembacaan di tandai dengan frame H dengan index berupa garis dobel. Sedangkan pembacaan menit dan detik di baca secara simultan pada mikrometer yang dapat di baca dari sisi kiri atau kanan.
b.
Alat pembacaan sudut horizontal biasanya di lengkapi dengan mikroskop skala, terutama untuk mendapatkan ketelitian tinggi dalam pembacaan ada bermacam-macam tergantung jenis pinstrumen yang di gunakan
c.
Pembacaan di tandai dengan frame V dengan indek berupa garis tunggal. Sedaangkan pembacaan menit yang dapat di baca dari sisi kiri atau kanan
4.6.
Pengukuran Sudut Horizontal Dalam ilmu ukur tanah, yang di maksudkan dengan sudut horizontal (mendatar) merupakan sudut pada bidang datar (proyeksi sudut yang terbentuk dari dua titik di permukaan bumi).Untuk mendapatkan sudut pada bidang proyeksi secara langsung, maka pembacaan ke arah titik A di muka bumi dan proyeksinya (A’) tidak boleh terdapat pertentangan. Kemudian jika teropong kita putar dan di arahkan ke titik B, maka sudut yang terbentuk adalah (…). Untuk pengukuran sudut kita ambil perjanjian perputaran teropong dari kiri ke kanan. Sehingga sudut yang terbentuk merupakan selisih pembacaa di titik B dan A (BA).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN
SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
MODUL KULIAH
ILMU UKUR TANAH
A
B Gambar 4-8: Sudut mendatar
Untuk mendapatkan sudut pada bidang proyeksi secara langsung, maka pembacaan ke arah titik A di muka bumi dan proyeksinya (A’) tidak boleh terdapat pertentangan. Kemudian jika teropong kita putar dan di arahkan ke titik B, maka sudut yang terbentuk adalah (…). Untuk pengukuran sudut kita ambil perjanjian perputaran teropong dari kiri ke kanan. Sehingga sudut yang terbentuk merupakan selisih pembacaa di titik B dan A (B-A).
Sudut vertikal yang di peroleh dari pembacaan lingkaran vertikal adalah sudut yang terbentuk dari garis arah mendatar dan suatu titik tertentu lapangan. Sudut vertikal biasanya di sebut dengan sudut helling.
Pembacaan mikrometer baik untuk sudut horizontal maupun vertical dapat di baca secara langsung dengan garis skala atau estimasi. Sebagai ilustrasi berikut ini di berikan contoh pembacaan pada jenis alat TOPCON TL 6G dan TL 20 G.
a.
Pembacaan Kekanan. Arahkan teropong ke titik A dan kencangkan klem horizontal maupun vertical setelah arahnya tepet pada benang silang.
Lihat posisi garis indek pada lensa pembacaan mikrometer.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN
SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH
MODUL KULIAH
ILMU UKUR TANAH
Putar kenop mikrometer dan tepatkan indek pembacaan sehingga tepat di tengah garis ganda yang berputar. ( dari gambar pembacaan horizontal adalah sebesar 800 17’20”).
Putar teropong searah jarum jam ke titik B (tepatkan dengan penggerak halus, kemudian klem).
Putar kenop mikrometer dan tepatkan indek pembacaan sehingga tepat di tengah garis ganda yang beputar. (dari gambar pembacaan horizontal adalah sebesar 1350 37’00”). Besarnya sudut AOB adalah selisih pembacaan lingkaran di titik B dan titik A = 1350 37’00” – 800 17’20” = 550 19’20”400
1350 37’00”
800 17’20”
Gambar 4-9: Pembacaan dari kiri ke kanan .
b. Mendapatkan sudut horizontal dari pembacaan nol
Putar kenop mikrometer dan set pembacaan menjadi 00’00”.
Kendorkan semua klem horizontal atas dan bawah, kemudian putar teropong sehingga pembacaan lingkaran horizontal mendekati nol.
Kencangkan klem atas dan arahkan pembacaan tepet di angka nol dengan penggerak halus bagian atas.
Putar teropong ke titik B dengan sekrup ats terbaca 800 17’20” berarti sudut yang terbentuk adalah 800 17’20”
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - POLIBAN
SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH