PENGGUNAAN PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI SATAP 6
Yuli Fitriani SMP Negeri Satap 6 Tanjung Jabung Timur, Dusun Makmur Parit XI
[email protected] Abstrak: Strategi pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif digunakan untuk memotivasi siswa terampil berbicara. Keterampilan berbicara tersebut tentu harus memperhatikan kelancaran berbicara, pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), kontak mata. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara setelah pendekatan pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Kata kunci: Pendekatan Pragmatik, Keterampilan Berbicara
Aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP, belum seperti yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan menunjukkan fenomena bahwa keterampilan berbicara siswa SMP berada pada tingkat yang rendah; diksi (pilihan kata)-nya payah, kalimatnya tidak efektif, struktur tuturannya rancu, alur tuturannya pun tidak runtut dan kohesif. Berdasarkan hasil observasi, keterampilan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri Satap 6 Tanjung Jabung Timur. hanya 18,7% (6 siswa) dari 32 siswa yang dinilai sudah terampil berbicara dalam
situasi formal di depan kelas, sedangkan 81,3% (26 siswa) belum. Indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam berbicara, di antaranya kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using language). Jika kondisi pembelajaran semacam itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin keterampilan berbicara di kalangan siswa SMP akan terus berada pada aras yang rendah. Dalam konteks demikian, diperlukan pendekatan pembelajaran keterampilan berbicara yang inovatif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Siswa tidak hanya diajak untuk
323
324, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
belajar tentang bahasa secara rasional dan kognitif, tetapi juga diajak untuk belajar dan berlatih dalam konteks dan situasi tutur yang sesungguhnya dalam suasana yang dialogis, interaktif, menarik, dan menyenangkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif; aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah pendekatan pragmatik. Melalui pendekatan pragmatik, siswa diajak untuk berbicara dalam konteks dan situasi tutur yang nyata dengan menerapkan prinsip pemakaian bahasa secara komprehensif. Dalam pendekatan pragmatik, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berbahasa di dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah senyatanya. Melalui penggunaan pendekatan pragmatik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, para siswa SMP akan mampu menumbuhkembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memaparkan peningkatan keterampilan berbicara para siswa kelas VII SMP Negeri Satap 6 Tanjung Jabung Timur setelah pendekatan pragmatik digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia.
KETERAMPILAN BERBICARA DAN PENDEKATAN PRAGMATIK Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalaksana, ed. 1996:144) dijelaskan bahwa berbicara adalah “berkata; bercakap; berbahasa, atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb.) atau berunding”. Pendekatan Pragmatik dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMP Menurut Halliday (1975) siswa itu belajar berbahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang bahasa. Pengembangan bahasa pada anak memerlukan kesempatan menggunakan bahasa. Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan yang banyak atau kaya bagi siswa untuk menggunakan bahasa di dalam cara-cara yang fungsional (Gay Su Pinnel dan Myna L. Matlin, 1989:2). METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixing methods), yakni memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Masing-masing siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri Satap 6 Tanjung Jabung Timur yang terdiri atas 32 siswa, dengan rincian 12 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober. Adapun materi pelajaran yang akan mendapatkan tindakan adalah menceritakan pengalaman pribadi yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan kepada orang lain. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kelancaran
Fitriani, Penggunaan Pendekatan Pragmatik, 325
berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: a. Observasi (pengamatan): teknik ini digunakan oleh kolaborator untuk mengobservasi pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. b. Wawancara: teknik ini digunakan oleh peneliti dan kolaborator untuk mengetahui respon siswa secara langsung dalam berbicara dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Wawancara terutama dilakukan kepada siswa yang menonjol karena kelebihan atau kekurangannya. c. Jurnal: teknik ini digunakan oleh peneliti setiap kali selesai mengimplementasikan tindakan. Jurnal tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi diri bagi peneliti. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data secara kuantitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap siklus. Hasil tindakan pada setiap siklus dibandingkan dengan hasil tes awal untuk mengetahui persentase peningkatan keterampilan siswa kelas VII SMP Negeri Satap 6 Tanjung Jabung Timur dalam menceritakan pengalaman yang mengesankan. Pada setiap siklus dideskripsikan jumlah skor yang diperoleh semua siswa, daya serap, dan rata-rata skor untuk aspek (1) kelancaran berbicara, (2) ketepatan pilihan kata (diksi), (3) struktur kalimat, (4) kelogisan (penalaran), dan (5) kontak mata. Selain itu, juga dideskripsikan jumlah skor, jumlah nilai, rata-rata nilai, dan tingkat daya serap, dan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis data dari siklus I sampai siklus berikutnya. Hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan, dari perbandi-
ngan tersebut akan diketahui apakah penerapan dengan penggunaaan pendekatan pragmatik dalam berbicara dapat meningkat atau tidak. Penelitian dinyatakan berakhir jika hasil analisis data menunjukkan pengingkatan yang signifikan sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, yaitu 70% (22 siswa) dari 32 siswa klas VII SMP Negeri Satap 6 Tanjung Jabung Timur terampil berbicara berdasarkan aspek kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata. HASIL DAN PEMBAHASAN Peningkatan Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Cerpen Melalui Pendekatan Pragmatik Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di saat prasiklus menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan latihan dalam menulis pengalaman yang paling mengesankan, kemudian menceritakannya di depan kelas. Proses pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan kurang bermanfaat bagi siswa. Siswa cenderung bercanda dan melakukan aktivitas di luar konteks pembelajaran. Selain itu, minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran ini menjadi sangat minim sehingga berakibat tujuan pembelajaran tidak tercapai. Dalam pembelajaran menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif dibutuhkan strategi yang tepat agar siswa dapat lebih berani berbicara. Pada siklus I, merupakan tahap penyampaian materi dan memberikan contoh pengalaman pribadi yang mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Setelah memberikan contoh, guru menjelaskan hal-hal yang menarik dari contoh yang telah disampaikan. Dalam kegiatan inti juga, guru
326, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
mengajukan kepada siswa untuk menanggapi hal-hal yang menarik dari contoh pengalaman yang ada di LKS. Setelah selesai menyampaikan materi dan memberikan contoh, pada tahap ini, guru menyimpulkan materi pelajaran dan memberikan tugas untuk menulis sebuah pengalaman pribadi yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Berdasarkan tabel 1 diperoleh data jumlah skor untuk setiap aspek penilaian kemampuan berbicara yaitu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif diperoleh: jumlah skor dengan (1) aspek kelancaran berbicara 433, (2) aspek pilihan kata (diksi) dengan jumlah skor 410, (3)aspek struktur kalimat dengan jumlah skor 423, (4) aspek kelogisan (penalaran) dengan jumlah skor 447 dan (5) aspek kontak mata diperoleh skor 413 dengan jumlah skor keseluruhan 2126. Maka dapat diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi yang mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif tanpa menggunakan metode pendekatan pragmatik adalah normal. Berdasarkan kategori kemampuan siswa, angka ini masih berada pada skala normal. 1. Kemampuan siswa kategori tinggi sebanyak 6 orang dengan jumlah persentase 18,7% x 100 = 18,7 2. Kemampuan siswa kategori normal sebanyak 23 orang dengan jumlah persentase 71,9% x 100 = 71,9 3. Kemampuan siswa kategori rendah sebanyak 3 orang dengan jumlah persentase 9,4%
x 100 = 9,4 Pada siklus II, penulis menggunakan media audio untuk lebih meningkatkan kegiatan atau proses pembelajaran agar siswa menjadi lebih berminat, lebih memperhatikan dan lebih aktif dari siklus I. Hasil dari penggunaan media audio ini dapat meningkatkan kemampuan berbicara yaitu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Berdasarkan tabel 2 diperoleh data jumlah skor untuk setiap aspek penilaian kemampuan berbicara yaitu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif diperoleh: jumlah skor dengan aspek kelancaran berbicara 535, aspek pilihan kata (diksi) dengan jumlah skor 456, aspek struktur kalimat dengan jumlah skor 474, aspek kelogisan (penalaran) dengan jumlah skor 494 dan aspek kontak mata diperoleh skor 525 dengan jumlah skor keseluruhan 2484. Maka dapat diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi yang mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif dengan menggunakan metode pendekatan pragmatik adalah tinggi. Berdasaran kategori kemampuan siswa, angka ini sudah berada skala tinggi. Dengan tabel 2 juga dapat dirincikan: a) Kemampuan siswa kategori tinggi sebanyak 6 orang dengan jumlah persentase 78,1% x 100 = 78,1 b) Kemampuan siswa kategori normal sebanyak 23 orang dengan jumlah persentase 21,9% x 100 = 21,9
Fitriani, Penggunaan Pendekatan Pragmatik, 327
Tabel 1. Analisis Keterampilan Berbicara (Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan dengan Menggunakan Pilihan Kata dan Kalimat Efektif) sebelum Menggunakan Pendekatan Pragmatik.
Nama Siswa 1 2 1 001 2 002 3 003 4 004 5 005 6 006 7 007 8 008 9 009 10 010 11 011 12 012 13 013 14 014 15 015 16 016 17 017 18 018 19 019 20 020 21 021 22 022 23 023 24 024 25 025 26 026 27 027 28 028 29 029 30 030 31 031 32 032 Jumlah Rata-rata
No
1 3 10 17 10 10 10 13 15 15 15 15 15 15 10 15 17 15 15 15 15 12 14 15 15 10 15 15 15 10 15 10 10 15 433 13,5
Aspek Yang Dinilai 2 3 4 5 4 5 6 7 15 10 15 17 15 15 15 10 10 15 12 15 12 12 14 16 5 10 10 10 10 10 5 10 15 15 15 12 10 10 15 10 17 15 15 14 15 18 14 15 10 15 15 15 15 15 15 15 10 5 10 10 13 10 10 10 10 10 15 15 10 10 15 10 15 15 15 10 15 15 15 15 10 14 15 15 12 15 10 10 14 12 12 10 15 10 10 10 14 15 18 12 10 15 15 10 15 16 15 10 16 15 16 15 10 15 15 15 10 15 15 14 18 10 15 15 15 15 15 15 15 16 18 15 14 15 18 18 410 423 447 413 12,8 13,2 14.0 12,9
Jumlah 8 67 72 62 64 45 48 72 60 76 77 70 75 45 58 67 60 70 75 69 59 62 60 74 60 71 77 70 64 73 70 74 80 2126 66,4
Nilai Akhir 9 6,7 7,2 6,2 6,4 4,5 4,8 7,2 6,0 7,6 7,7 7,0 7,5 4,5 5,8 6,7 6,0 7,0 7,5 6,9 5,9 6,2 6,0 7,4 6,0 7,1 7,7 7,0 6,4 7,3 7,0 7,4 8,0 212,6 6,64
Kategori Penilaian 10 Normal Normal Normal Normal Rendah Rendah Normal Normal Tinggi Tinggi Normal Tinggi Rendah Normal Normal Normal Normal Tinggi Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tinggi Normal Normal Normal Normal Normal Tinggi
328, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
Tabel 2. Analisis Keterampilan Berbicara (Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan dengan Menggunakan Pilihan Kata dan Kalimat Efektif) dengan Menggunakan Pendekatan Pragmatik.
Nama Siswa 1 2 1 001 2 002 3 003 4 004 5 005 6 006 7 007 8 008 9 009 10 010 11 011 12 012 13 013 14 014 15 015 16 016 17 017 18 018 19 019 20 020 21 021 22 022 23 023 24 024 25 025 26 026 27 027 28 028 29 029 30 030 31 031 32 032 Jumlah Rata-rata
No
1 3 15 15 15 20 18 17 18 18 15 18 17 18 17 18 18 18 15 18 15 18 18 15 15 15 15 18 15 18 15 17 15 18 535 16,7
Aspek Yang Dinilai 2 3 4 5 4 5 6 7 15 10 15 18 15 15 20 15 15 15 10 15 15 15 15 20 15 13 15 15 15 15 17 10 15 15 15 15 15 15 15 18 15 15 15 18 15 15 15 18 15 15 15 18 15 15 15 15 10 10 18 15 10 15 17 15 15 15 15 20 15 15 15 15 15 15 15 18 15 15 17 17 15 17 15 18 13 15 10 15 15 15 17 17 15 17 15 17 15 15 17 18 10 15 15 15 15 16 15 15 15 15 15 20 15 15 15 15 10 15 15 15 18 15 15 15 15 15 15 17 15 16 18 15 15 15 18 18 456 474 494 525 14,3 14,8 15,4 16,4
Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa keterampilan berbicara dalam menceritakan pengalaman pribadi
Jumlah 8 73 80 70 85 76 74 78 81 78 81 80 78 70 75 83 78 78 82 80 71 82 79 80 70 76 83 75 73 78 79 79 84 2484 77,6
Nilai Akhir 9 7,3 8,0 7,0 8,5 7,6 7,4 7,8 8,1 7,8 8,1 8,0 7,8 7,0 7,5 8,3 7,8 7,8 8,2 8,0 7,1 8,2 7,9 8,0 7,0 7,6 8,3 7,5 7,3 7,8 7,9 7,9 8,4 248,4 7,76
Kategori Penilaian 10 Normal Tinggi Normal Tinggi Tinggi Normal Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Normal Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Normal Tinggi Tinggi Tinggi Normal Tinggi Tinggi Tinggi Normal Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
dengan menggunakan kata (diksi) dan kalimat yang efektif dengan menggunakan
Fitriani, Penggunaan Pendekatan Pragmatik, 329
metode pendekatan pragmatik dapat dikategorikan dengan nilai tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa upaya meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan pendekatan pragmatik pada siswa kelas VII SMP
Negeri Satap 6 Tanjung Jabung Timur mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus selanjutnya sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Berbicara tanpa dan dengan Penggunaan Pendekatan Pragmatik pada Masing-Masing Siklus. Kemampuan Individual RataNo Siklus rata Ket Tinggi Sedang Rendah Siswa 1 2 3 4 5 6 7 1 Pembelajaran tanpa penggunaan pendekatan 6 23 3 66,4 Normal pragmatik (Siklus I) 2 Pembelajaran dengan penggunaan pendekatan 25 7 0 77,6 Tinggi pragmatik (Siklus II) PEMBAHASAN Peningkatan siswa dalam keterampilan berbicara terutama dalam pelajaran menceritakan pengalaman pribadi yang mengesankan dengan menggunakan kata (diksi) dan kalimat yang efektif tampak setelah diadakan tindakan pada setiap siklus. Dengan membandingkan sebelum hingga akhir penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pragmatik dapat meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam berbicara. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik Bermain Peran bagi Siswa Kelas V SDN 2 Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima Tahun 2012-2013” oleh Wirman Valkinz. Dalam penelitian ini dilakukan dua tindakan, yaitu tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Dalam setiap tindakan dilakukan dua kali pertemuan, setiap pertemuan selama 2x35 menit. Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan teknik bermain peran yang diterapkan belum
dipahami siswa, sehingga perlu dirancang lagi tindakan siklus II. Rancangan pembelajaran dengan menggunakan teknik bermain peran pada tindakan siklus II ini dapat diketahui keterampilan siswa dalam berbicara meningkat. Dalam siklus II keterlibatan guru pada kegiatan pembelajaran di kelas dikurangi mengingat siswa yang diajar mulai terbiasa Guru hanya menyiapkan skenario dialog untuk tiap kelompok dalam kelas itu. Hasil rekapitulasi nilai evaluasi produk akhir dalam siklus II menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan pada seluruh siswa pada tingkat akademik kemampuan rendah sampai tingkat akademik kemampuan tinggi. Berdasarkan uraian di atas dan temuan penelitian dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN 2 Ngali kecamatan Belo Kabupaten Bima. Peningkatan tersebut terdapat pada aspek proses dan hasil pembelajaran. Proses meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan teknik bermain peran, baik tindakan siklus I maupun siklus
330, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
II dilaksanakan dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir dalam pembelajaran. Metode dan media yang digunakan pada penelitian di atas berbeda dengan metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Meskipun demikian, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara. Hal ini berarti bahwa metode apapun yang digunakan dalam pembelajaran di kelas memungkinkan guru lebih memiliki kreativitas dan inovasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pendekatan pragmatik dirasakan sangat relevan pada saat sekarang karena mendukung program pemerintah dalam menumbuhkan dan meningkatkan karakter kebangsaan terutama karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah dianugrahkan Tuhan kepada mereka (PermendikbudNomor 68 Tahun 2013). Dengan demikian, pendekatan pragmatik mampu menjawab tuntutan kurikulum baik pada saat sekarang maupun pada saat yang akan datang. Pendekatan pragmatik baik digunakan karena (1) pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa dan guru, (2) siswa lebih aktif dan kreatif, (3) emosional siswa lebih tergali 4) mengurangi hal-hal yang bersifat verbalistik dan abstrak, (5) menimbulkan respon positif dari siswa yang lamban atau kurang cakap, dan (6) guru lebih dimudahkan dengan pemilihan bahan ajar seperti audio dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan siswa. Walaupun pendekatan pragmatik baik digunakan, namun ada beberapa DAFTAR RUJUKAN Chaniago, Sam Mukhtar; Mukti U.S, Maidar Arsyad. 1997. Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka.
kelemahan yang perlu diperhatikan. Kelemahan tersebut adalah (1) tidak semua siswa memiliki kesiapan mental untuk mengungkapkan ide yang sesuai dengan ilustrasi yang diberikan guru, (2) tidak semua guru bersedia mengenali minat dan emosional siswa, dan (3) tidak ada interaksi antar siswa karena siswa disibukkan untuk menceritakan pengalamannya. PENUTUP Simpulan Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, simpulan penelitian ini adalah, penggunaan pendekatan pragmatik dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada sisea kelas VII SMP Negeri Satap 6 Tanjung Jabung Timur dan dinilai meningkat. Penggunaan pendekatan pragmatik dalam meningkatkan keterampilan berbicara terlihat pada kemampuan individu siswa dari kemampuan tinggi 18,7% pada siklus I menjadi 78,1% pada siklus II. Peningkatan kemampuan kelompok siswa dari IPK 66,4 dengan kategori normal menjadi 77,6 dengan kategori tinggi pada siklus II. Saran Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP, agar dalam pembelajaran berbicara khususnya menceritakan pengalaman pribadi yang mengesankan dengan penggunaan pendekatan pragmatik karena telah terbukti dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Djamarah, Syaiful Bahri & Azwan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halliday, M.A.K. 1975. Language as Social Semiotic: Towards a General Sociolinguistics Theo-
Fitriani, Penggunaan Pendekatan Pragmatik, 331
ry. In Adam Makkai & Valerie Becker Makkai (eds), The First LACUS Forum. Columbia, South Carolina: Hornbeam Press. 17 - 46. Hariwijaya, dkk. 2008. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi. Yogyakarta. Kridalaksana, Harimurti (Ed.). 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kusnandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Leech, Geoffrey N. 1983. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka. Jakarta: UI Press. Lubis, Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa Maksun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Mataram: Raja Wali Pers. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa