PENGGUNAAN NAMA BINATANG SEBAGAI METAFORA DALAM PERIBAHASA KOREA: SEBUAH KAJIAN SEMANTIK Nur Azizah Widyaningsih Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Indonesia E-mail :
[email protected]
Abstrak Jurnal ini membahas mengenai peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara nama binatang sebagai metafora pada peribahasa Korea dengan makna utama peribahasa dan menunjukkan konotasi yang terkandung dalam peribahasa tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang paling banyak berkonotasi negatif yang merupakan penggambaran dari sifat, karakter, tindakan dan perilaku buruk atau bodoh manusia, serta sebagai perumpamaan dari suatu kondisi buruk yang dialami oleh manusia. Kata Kunci : peribahasa, metafora, nama binatang, konotasi
The Usage of Animal’s Name as a Metaphor in Korean Proverbs: A Study of Semantics Abstract This journal is a study of Korean proverbs containing animal-based metaphors. The major objective of this research is to analyze the correlation between the name of animals as a metaphor in Korean proverbs and the main meaning of those proverbs, as well as show the containing connotation of the proverbs. The research method applied in this thesis is a qualitative method using a descriptive elaboration. Based on the analysis of data, it is found that most of Korean proverbs containing animal metaphors have negative connotations, describing and reflecting ill natured characteristics, thoughtless action or behaviors of human beings. Such metaphors also present an imagery of people who suffered from a bad condition. Keywords: proverb, metaphor, animal’s name, connotation
Pendahuluan Setiap bangsa memiliki kekhasan dan keunikan budaya yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang berbeda. Membahas mengenai budaya suatu bangsa tidak akan terlepas dari cara dan media komunikasi. Salah satu media komunikasi yang paling penting adalah bahasa. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan dapat dengan mudah membaurkan diri dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, maupun keinginannya. Menurut Harimurti Kridalaksana (dalam Kentjono, 1990:2) bahasa adalah 1 Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Dengan bahasa, orang dapat berinteraksi untuk mengungkapkan pengalaman, kejadian, obyek, atau perasaan mereka kepada orang lain. Menurut Lakoff dan Johnson (dalam Nurgiyantoro, 2007:83) dalam kehidupan sehari-hari untuk mengekspresikan berbagai keperluan, manusia banyak menggunakan bentuk-bentuk gaya bahasa. Ekspresi yang berupa ungkapan-ungkapan sering lebih tepat disampaikan dengan bentuk gaya bahasa daripada secara literal. Gaya bahasa dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang atau pemakai bahasa (Keraf, 1996: 113). Salah satu gaya bahasa, yaitu gaya bahasa kiasan yang banyak ditemukan dalam peribahasa. Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, tamsil (KBBI susunan Badudu-Zain, 1994). Pada umumnya, kelompok kata atau kalimat dalam peribahasa memiliki struktur susunan yang tetap, dan merupakan kiasan terhadap suatu maksud. Peribahasa merupakan ungkapan yang walaupun tidak langsung, namun secara tersirat menyampaikan suatu hal yang dapat dipahami oleh pendengarnya atau pembacanya karena sama-sama hidup dalam ruang lingkup budaya yang sama. Seseorang mungkin berpikir bahwa peribahasa diproduksi hanya di masa lampau karena merefleksikan cara pandang dan hidup orang-orang dulu. Bagaimanapun, peribahasa baru diproduksi dalam semua masa, termasuk di masa sekarang (Lee Jeyseon, 2006). Bahasa menjadi lebih hidup dan menarik dengan adanya peribahasa dan idiom. Mempelajari penggunaan dari peribahasa sangat penting khususnya di Korea, karena peribahasa sangat populer dan sering digunakan (Miho Choo dan Hye-Young Kwak, 2008: 126). Pembahasan mengenai peribahasa berkaitan erat dengan kiasan yang muncul di dalam banyak peribahasa. Hal yang menarik dari peribahasa salah satunya adalah nama-nama binatang yang muncul di dalamnya (Hanifah, 2013). Pada peribahasa Korea banyak ditemukan nama-nama binatang yang digunakan sebagai metafora. Penggunaan nama binatang sebagai kiasan di dalam peribahasa Korea memiliki makna dan nilai rasa yang berbeda pada setiap nama binatang digunakan. Namun, umumnya 2 Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
kiasan berupa nama binatang dalam peribahasa Korea memiliki makna dan nilai rasa yang cenderung negatif. Makna konotatif dan nilai rasa dari nama binatang yang terkandung dalam peribahasa Korea berkaitan dengan budaya dan cara pandang masyarakat Korea. Pada penelitian ini, penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut mengenai nama binatang sebagai metafora dalam peribahasa Korea. Penelitian ini akan membahas hubungan antara nama binatang sebagai metafora pada peribahasa Korea dengan makna yang dimiliki peribahasa tersebut dan nilai rasa yang terkandung dalam peribahasa Korea yang menggunakan nama binatang.
Tinjauan Teoritis Pada penelitian ini, teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian yaitu semantik, makna konotatif, dan metafora. Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa, sesuai dengan penelitian ini yang menganalisis makna konotatif nama binatang sebagai metafora dalam peribahasa Korea. Berikut ini penjelasan mengenai semantik, makna konotatif, dan metafora. Dunia makna merupakan kajian bidang semantik. Semantik juga dapat didefinisikan sebagai ‘penyelidikan makna’. Istilah ‘semantik’ diciptakan pada akhir abad ke-19 dari verba Yunani yang berarti ‘menandakan’ (Lyons, 1995). Menurut Ogden dan Richards (dalam buku Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, 2007) dalam karya klasik tentang “teori semantik segi tiga” yang sampai saat ini masih berpengaruh dalam teori semantik, kaitan antara lambang, citra mental atau konsep, dan referen atau objek dapat dijelaskan dengan gambar dan uraian sebagai berikut. Citra mental/konsep
Lambang
referen/objek
Gambar Segitiga Makna Ogden dan Richards Sumber: Kushartanti, dkk. 2007. PESONA BAHASA: Langkah Awal Memahami Linguistik.
3 Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semantik mengkaji makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya. Gambar segitiga Ogden dan Richards di atas menunjukkan bahwa di antara lambang bahasa dan konsep terdapat hubungan langsung, sedangkan lambang bahasa dengan referen atau objeknya tidak berhubungan langsung (digambarkan dengan garis putus-putus) karena harus melalui konsep. Garis putusputus antara lambang dan referen dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa hubungan antara keduanya tidak langsung; lambang dihubungkan dengan referennya melalui makna (konseptual) perantara yang berkaitan dengan keduanya secara bebas (Lyons, 1995). Bahan dan Metode Penelitian Korpus data yang digunakan sebagai bahan penelitian bersumber dari empat buah buku mengenai peribahasa Korea dan soal ujian TOPIK (Test of Proficiency in Korean), yaitu sebagai berikut: 1. 속담으로 배우는 한국어 1: Learning Korean Through Proverbs, disusun oleh 최권진, terbitan 한국문화사, Seoul, 2006. (Soktameuro Baeuneun Hangugo 1: Learning Korean Through Proverbs, disusun oleh Choi Gweon Jin, terbitan Hangukmunhwasa, Seoul, 2006) 2. 속담으로 배우는 한국어 2: Learning Korean Through Proverbs, disusun oleh 최권진, terbitan 한국문화사, Seoul, 2007. (Soktameuro Baeuneun Hangugo 2: Learning Korean Through Proverbs, disusun oleh Choi Gweon Jin, terbitan Hangukmunhwasa, Seoul, 2007) 3. 살아있는 한국어 속담, disusun oleh 김선정, 김성수, 이소현, 정재영, terbitan Korea Languange Plus, Seoul, 2009. (Saraittneun Hangugo Soktam, disusun oleh Kim Seon Jeong, Kim Seong Su, Lee So Hyeon, dan Jeong Jae Young, terbitan Korea Languange Plus, Seoul, 2009) 4. 만화로 보는 국어왕의 속담 암기법, disusun oleh 이희정, terbitan 가나출판사, Seoul, 2010. (Manhwaro Boneun Gugeowangeui Soktam Amkibeop, disusun oleh Lee Hee Jeong, terbitan Ganachulphansa, Seoul, 2010) 5. Soal ujian TOPIK (Test of Proficiency in Korean) ke-1 sampai ke-33, 중급 (junggeup/tingkat menengah) dan 고급 (gogeup/tingkat atas).
4 Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti, kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka (Basuki, 2006: 78). Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut (Sugiyono, 2007). Seperti yang diungkapakan oleh Narbuko dan Achmadi (2004: 44) bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang berdasarkan data-data. Maka penelitian deskriptif juga akan menyajikan data, menganalisa, dan menginterpretasikan, dan dapat juga bersifat komparatif dan korelatif. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini data-data yang terkumpul akan diteliti lalu diuraikan, digambarkan, diinterpretasikan secara rasional dan diambil kesimpulan dari penelitian tersebut.
Hasil dan Pembahasan Penggunaan metafora nama binatang pada peribahasa Korea cukup banyak ditemukan. Tidak hanya dalam peribahasa, nama binatang juga banyak ditemukan dalam cerita rakyat dan legenda bangsa Korea. Cerita rakyat tersebut biasanya menghadirkan binatang-binatang yang bermakna simbolis (Lee Sang Bae, 2010). Bahkan, asal usul bangsa Korea yaitu Legenda Dangun menceritakan bahwa nenek moyang bangsa Korea adalah seekor beruang. Tokoh utama Legenda Dangun adalah seekor harimau dan beruang yang diceritakan ingin menjadi manusia. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa bangsa Korea sejak dari zaman dahulu memiliki hubungan yang dekat dengan alam, terutama binatang (Lee Sang Bae, 2010). Nama binatang pada peribahasa Korea umumnya digunakan sebagai kiasan atau perumpamaan baik itu perilaku, kebiasaan, karakter atau sifat manusia. Selain itu, nama binatang yang digunakan pada peribahasa Korea juga menjadi suatu penggambaram kondisi atau situasi yang dialami dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil pengambilan data dari buku 속담으로 배우는 한국어 1: Learning Korean Through
Proverbs,
속담으로
배우는
한국어
5 Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
2:
Learning
Korean Through Proverbs, 살아있는 한국어 속담, 만화로 보는 국어왕의 속담 암기법, 그래서 이런 말이 생겼대요: 속담, dan soal ujian TOPIK (Test of Proficiency in Korean) diperoleh 28
peribahasa Korea yang menggunakan nama binatang sebagai metafora. Dari 28 peribahasa tersebut diperoleh 12 jenis nama binatang, yaitu 개 (gae/anjing), 소 (so/sapi), 쥐 (jwi/tikus), 새 (sae/burung), 개구리
(gaeguri/katak), 까마귀 (kkamagwi/burung gagak), 닭 (dak/ayam),
호랑이 (horangi/harimau), 꿩 (kkweong/burung pegar), 원숭이 (weonsungi/monyet), 용
(yong/naga), dan 고래 (gorae/ikan paus). Berikut ini adalah tabel peribahasa Korea yang digunakan sebagai bahan penelitian. Tabel 1. Peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang pada sumber korpus data
No
Peribahasa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
똥 묻은 개가 겨 묻은 개 나무란다 서당 개 삼 년이면 풍월을 읊는다 닭 쫓던 개 지붕 쳐다본다 하룻강아지 범 무서운 줄 모른다 개 팔자가 상팔자 개똥도 약에 쓰려면 없다 쇠귀에 경 읽기 소 잃고 외양간 고친다 소 뒷걸음질 치다 쥐 잡기 바늘 도둑이 소 도둑 된다 쇠뿔도 단김에 빼렸다 쥐구멍에도 볕들 날이 있다 낮말은 새가 듣고 밤말을 쥐가 듣는다 새 발의 피 뱁새가 황새 따라가면 다리가 찢어진다 참새가 방앗간을 그냥 지나가랴 우물 안 개구리 개구리 올챙이 적 생각 못 한다 까마귀 고기를 먹었다 까마귀 날자 배 떨어진다 꿩 대신 닭 닭 잡아먹고 오리발 내민다 호랑이도 제 말 하면 온다 호랑이는 죽어서 가죽을 남기고 사람은 죽어서 이름을 남긴다 꿩 먹고 알 먹기 원숭이도 나무에서 떨어질 때가 있다 / 원숭이도 나무에서
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
속담으로 배우는 한국어 1 : Learning Korean Through Proverbs
속담으로 배우는 한국어 2 : Learning Korean Through Proverbs
살아있는 한국어 속담
만화로 보는 국어왕의 속담 암기법 √
√ √
√ √
Soal Ujian TOPIK
√ √ √
√
√ √ √
√ √
√
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√
√
√
√ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √
√ √ √
√ √
√ √
√
√
√ √ √
√ √ √ √
6
√
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
√ √
27 28
떨어진다 개천에서 용 난다 고래 싸움에 새우 등 터진다 Jumlah
10
√ √
√
√
√
9
12
15
16
Penelitian ini membagi peribahasa yang menggunakan nama binatang ke dalam dua tipe konotasi, yaitu peribahasa berkonotasi positif dan peribahasa berkonotasi negatif. Nilai rasa yang terkandung dalam peribahasa ditentukan berdasarkan makna yang dimiliki oleh peribahasa tersebut, serta kesan yang muncul ketika mendengar dan memahami makna peribahasa. Walaupun konotasi umumnya digunakan untuk makna suatu kata, namun dalam penelitian ini konotasi digunakan untuk melihat makna utama peribahasa bukan konotasi per kata. Berdasarkan kedua tipe konotasi tersebut, dapat diketahui tipe apa yang paling banyak muncul atau dominan dalam peribahasa Korea yang menggunakan nama binatang. Berikut ini tabel pembagian tipe nilai rasa peribahasa terhadap 28 peribahasa Korea yang menggunakan nama binatang. Tabel 2. Tipe Konotasi Peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Konotasi Positif
Peribahasa 똥 묻은 개가 겨 묻은 개 나무란다 서당 개 삼 년이면 풍월을 읊는다 닭 쫓던 개 지붕 쳐다본다 하룻강아지 범 무서운 줄 모른다 개 팔자가 상팔자 개똥도 약에 쓰려면 없다 쇠귀에 경 읽기 소 잃고 외양간 고친다 소 뒷걸음질 치다 쥐 잡기 바늘 도둑이 소 도둑 된다 쇠뿔도 단김에 빼렸다 쥐구멍에도 볕들 날이 있다 낮말은 새가 듣고 밤말을 쥐가 듣는다 새 발의 피 뱁새가 황새 따라가면 다리가 찢어진다 참새가 방앗간을 그냥 지나가랴 우물 안 개구리 개구리 올챙이 적 생각 못 한다 까마귀 고기를 먹었다 까마귀 날자 배 떨어진다 꿩 대신 닭 닭 잡아먹고 오리발 내민다 호랑이도 제 말 하면 온다 호랑이는 죽어서 가죽을 남기고 사람은 죽어서 이름을 남긴다
7
Konotasi Negatif √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
25 26 27 28
꿩 먹고 알 먹기 원숭이도 나무에서 떨어질 때가 있다 / 원숭이도 나무에서 떨어진다 개천에서 용 난다 고래 싸움에 새우 등 터진다 Jumlah
√ √ √ √ 9
19
Berdasarkan hasil pembagian jenis konotasi terhadap 28 peribahasa Korea yang menggunakan metafora binatang, dapat diketahui bahwa peribahasa berkonotasi positif ada 9 peribahasa dan peribahasa berkonotasi negatif ada 19 peribahasa. Berikut ini adalah pengkategorian peribahasa Korea yang menggunakan nama binatang sebagai metafora yang berkaitan dengan manusia. 1. Sifat atau Pikiran Manusia Nama binatang yang muncul dalam peribahasa Korea juga merupakan cerminan dari sifat atau pikiran manusia yang diperoleh berdasarkan perbandingan persamaan sifat antara manusia dengan binatang. Berikut ini peribahasa Korea yang mencerminkan sifat atau pikiran manusia. 1.1
Peribahasa mengenai orang berpengetahuan sempit Orang yang tidak pernah melihat dunia luar dan hanya berdiam diri di tempat tinggalnya saja tentu memiliki pandangan dan pengetahuan yang sempit. Orang seperti itu diumpamakan dengan peribahasa Korea sebagai berikut ini. (1)
우물 안 개구리 (umul an gaeguri)
Seperti peribahasa Indonesia yang menggunakan perumpamaan katak sebagai metafora orang berpengetahuan dan berpadangan sempit, dalam peribahasa Korea juga menggunakan metafora katak yaitu 개구리 (gaeguri).
1.2
Peribahasa mengenai orang yang melupakan masa lalunya Kesuksesan seseorang tentunya harus dicapai dengan usaha keras. Ada banyak orang sukses yang sebelum mencapai posisinya di masa sekarang harus melewati masamasa yang sulit. Namun, ada juga orang yang sudah sukses atau berhasil tetapi ia melupakan kehidupan sulitnya dahulu. Orang yang berperilaku seperti itu diumpamakan dengan peribahasa berikut ini. (2)
개구리 올챙이 적 생각 못 한다 (gaeguri olchaengi jeok saenggak mot handa)
8
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
Pada peribahasa (2) 개구리 (gaeguri/katak) digambarkan sebagai binatang yang melupakan masa-masa sulitnya sebelum mencapai keberhasilan yaitu ketika masih menjadi seekor 올챙이 (olchaengi/kecebong). 1.3
Peribahasa mengenai orang yang pelupa Sifat pelupa merupakan sifat yang tidak baik, sehingga sifat ini termasuk nilai yang negatif. Terdapat peribahasa Korea yang biasanya diucapkan kepada orang yang sering lupa atau benar-benar lupa akan suatu hal, peribahasa tersebut adalah sebagai berikut. (3)
까마귀 고기를 먹었다 (kkamagwi gogireul meogeonna)
Burung gagak atau yang dalam bahasa Korea disebut dengan 까마귀 (kkamagwi) bagi orang Korea dianggap sebagai burung yang membawa pertanda buruk. Oleh karena itu, peribahasa ini memiliki nilai rasa negatif karena diucapkan sebagai sindiran atau olok-olokan kepada orang yang pelupa. 2. Tindakan atau Perilaku Manusia Selain mencerminkan sifat atau pikiran manusia, peribahasa nama binatang juga merupakan perumpamaan dari tindakan atau perilaku manusia. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan bahwa peribahasa Korea yang menggunakan nama binatang sebagai metafora, sebagian besar menggambarkan tindakan atau perilaku manusia yang tidak baik. Sehingga peribahasa tersebut memiliki konotasi negatif. Berikut ini peribahasa Korea yang menggambarkan tindakan atau perilaku manusia. 2.1
Peribahasa mengenai tindakan atau perilaku bodoh Nama binatang banyak digunakan sebagai metafora dalam peribahasa untuk mengumpamakan tingkah laku atau perilaku manusia yang bodoh. Berikut ini peribahasa
Korea
yang
menggunakan
metafora
nama
binatang
untuk
menggambarkan tingkah laku atau perilaku manusia yang bodoh. (4)
똥 묻은 개가 겨 묻은 개 나무란다 (ttong mudeun gaega gyeo mudeun gae
namuranda) (5)
닭 잡아먹고 오리발 내민다 (dak jabameokko oribal naeminda)
(6)
하룻강아지 범 무서운 줄 모른다 (harutkangaji beom museoun jul moreunda)
9
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
(7)
뱁새가 황새 따라가면 다리가 찢어진다 (baepsaega hwangsae ttarakamyeon
dariga jjijeojinda) Peribahasa (4) yang menggunakan 개 (gae/anjing) sebagai subjek metafora, menggambarkan tingkah laku seseorang yang tidak tahu diri, karena menyalahkan orang lain padahal dirinya sendiri melakukan kesalahan yang lebih besar. Pada peribahasa (5) menggambarkan tingkah laku seseorang yang berusaha menipu, namun dapat dengan mudah ketahuan bohongannya, yang menjadi subjek adalah manusia dan yang menjadi objek untuk perumpamaan yang digunakan adalah 닭 (dak/ayam) dan 오리발 (oribal/kaki bebek). Peribahasa (6) juga merupakan gambaran dari tingkah laku bodoh seseorang karena menantang orang yang lebih kuat dan berkuasa, akibat dari ketidaktahuan orang tersebut yang diumpamakan dengan 하룻강아지 (harutkangaji/anak anjing berumur satu hari). Dan pada pada peribahasa (7) metafora yang digunakan untuk menggambarkan perilaku bodoh seseorang adalah 뱁새 (baepsae/sejenis burung yang berukuran kecil) karena melukai dirinya sendiri akibat mengikuti 황새 (hwangsae/burung bangau) yang jauh lebih besar. 2.2
Peribahasa yang menggambarkan perilaku atau kebiasaan yang buruk Perilaku atau kebiasaan buruk yang dilakukan oleh binatang juga menjadi suatu metafora atau perumpamaan bagi perilaku atau kebiasaan buruk manusia. Berikut ini adalah peribahasa-peribahasa Korea yang bertema tentang perilaku atau kebiasaan buruk. (8) 바늘 도둑이 소 도둑 된다 (baneul dodugi so dodugi doenda) (9) 참새가 방앗간을 그냥 지나가랴 (chamsaega bangatganeul genyang jinagarya) Peribahasa (8) menggunakan nama binatang 소 (so/sapi) yang digambarkan sebagai sesuatu yang berharga, namun bila melihat peribahasa ini secara menyeluruh maka nilai rasa yang muncul adalah nilai rasa negatif karena memiliki makna yaitu kebiasaan buruk walaupun kecil jika dilakukan terus-mmenerus dan menjadi kebiasaan, maka akan menjadi tindak kejahatan yang besar. Peribahasa (9) merupakan peribahasa yang menggunakan metafora 새 (sae/burung) sebagai gambaran perilaku manusia yang tidak dapat mengabaikan hal yang ia disukai. Peribahasa ini menunjukkan bahwa baik burung maupun manusia sulit menahan hawa nafsunya ketika melihat hal yang disukai dan juga menggambarkan
10
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
keserakahan. Oleh karena itu, peribahasa ini termasuk peribahasa yang mengandung nilai rasa negatif. 2.3
Peribahasa mengenai tindakan atau usaha yang sia-sia Peribahasa Korea yang menggunakan nama binatang sebagai metafora untuk mengumpamakan tindakan atau usaha yang sia-sia, antara lain sebagai berikut. (10) 쇠귀에 경 읽기 (soegwie gyeong ilkki) (11) 소 잃고 외양간 고친다 (so ilkho oeyanggan gochinda) (12) 닭 쫓던 개 지붕 쳐다본다 (dak jjotdeon gae jibung cheodabonda) Peribahasa (10) 쇠 (soe/sapi) menjadi objek yang memiliki makna sebagai bintang yang bodoh, sehingga membacakan 경 (gyeong/buku ajaran agama konfusian) kepada sapi adalah hal yang sia-sia karena sapi tidak mengerti dan memahaminya. Peribahasa (11) juga menggambarkan usaha sia-sia seseorang yang memperbaiki kandang sapi setelah sapi sudah terlanjur hilang, sehingga apa yang dilakukan sudah tidak ada gunanya lagi. Peribahasa (12) menggunakan metafora 개 (gae/anjing) sebagai subjek yang menggambarkan bahwa usahanya mengejar 닭 (dak/ayam) siasia ketika ayam kabur ke atas atap, sehingga hanya bisa memandanginya saja.
2.4
Peribahasa mengenai perintah untuk segera menyelesaikan pekerjaan Ketika seseorang mendapat tugas atau pekerjaan yang harus dilakukan, maka menyelesaikan pekerjaan tersebut sesegera mungkin lebih daripada menundanundanya. Karena semakin menunda pekerjaan maka akan semakin sulit atau malas untuk mengerjakannya. Peribahasa di bawah ini memiliki pesan yang memerintahkan untuk segera menyelesaikan pekerjaan. (13) 쇠뿔도 단김에 빼랬다 (soeppuldo dangime ppaeraetta) Peribahasa (13) menggunakan objek metafora 쇠뿔 (soeppul/tanduk sapi) yang mengibaratkan ‘pekerjaan’, dalam peribahasa ini pekerjaan tersebut adalah mencabut tanduk sapi. Waktu yang tepat untuk mencabut tanduk sapi adalah ketika dalam keadaan dipanaskan oleh api, karena lebih mudah. Ketika sudah tidak panas lagi akan susah untuk mencabutnya. Hal tersebut merupakan pengumpamaan dari kondisi ketika sedang antusias atau semangat mengerjakan suatu pekerjaan maka harus segera menyelesaikannya.
11
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
3. Kondisi atau Keadaan Manusia Peribahasa Korea yang menggunakan nama binatang sebagai metafora merupakan gambaran dari kondisi atau keadaan yang dialami dalam kehidupan manusia, baik untuk hal yang baik maupun hal yang buruk. Berikut ini peribahasa Korea yang menggambarkan kondisi atau keadaan yang dialami dalam kehidupan manusia. 3.1
Peribahasa mengenai terjadinya hal baik Suatu kondisi mengenai terjadinya hal baik atau mendapat keberuntungan tentunnya memiliki nilai rasa positif. Penggambaran kondisi tersebut dapat ditemukan dalam kedua peribahasa Korea berikut ini. (14) 소 뒷걸음질 치다 쥐 잡기 (so dwitgeoreumjil chida japgi) (15) 꿩 먹고 알 먹기 (kkweong meokko al meokki) Peribahasa (14) menggunakan nama binatang 소 (so/sapi) dan 쥐 (jwi/tikus) sebagai metafora. Walaupun tikus memiliki kesan dan nilai rasa yang buruk, namun secara keseluruhan makna utama dari peribahasa ini bernilai rasa positif. Hal tersebut karena ‘tikus’ yang dianggap sebagai binatang hama, secara tidak sengaja atau terduga mati tertangkap (terinjak) oleh sapi yang sebenarnya sedang melakukan hal bodoh yaitu jalan mundur. Peribahasa ini menggambarkan bahwa hal baik dapat terjadi ketika kita sedang melakukan hal di luar dugaan. Peribahasa (15) menggunakan metafora 꿩 (kkweong/burung pegar) dalam menggambarkan suatu kondisi ketika seseorang memperoleh dua keuntungan atau manfaat lebih dari pekerjaan yang dilakukan. Oleh karena itu, peribahasa ini memiliki nilai rasa positif.
3.2
Peribahasa yang menggambarkan harapan Hal yang berhubungan dengan harapan memiliki kesan yang baik atau positif, karena harapan merupakan keinginan seseorang terhadap tercapainya suatu hal. Peribahasa yang menggambarkan bahwa harapan akan ada untuk orang hidupnya sulit digambarkan pada peribahasa berikut ini. (16) 쥐구멍에도 볕들 날이 있다 (jwigumeongedo byeothdeul nari itta) Walaupun 쥐 (jwi/tikus) merupakan binatang yang memiliki nilai rasa negatif, begitu pula dengan 쥐구멍 (jwigumeong/lubang tikus). Namun, makna peribahasa (16) memiliki kesan atau nilai rasa yang positif karena menggambarkan bahwa orang yang hidup sulit pun akan memdapatkan keberuntungan atau hari yang baik.
12
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
3.3
Peribahasa mengenai takdir Takdir adalah ketetapan Tuhan yang tidak dapat dirubah. Setiap makhluk di bumi memiliki takdir yang berbeda-beda. Berbeda dengan manusia yang takdir hidupnya penuh dengan berbagai persoalan, anjing yang hidup berdekatan dengan manusia dapat dengan santai menjalani hidupnya. Berikut ini adalah peribahasa Korea yang menggambarkan takdir anjing. (17) 개 팔자가 상팔자 (gae phaljaga sangphalja) Peribahasa (17) menggambarkan bahwa takdir yang dimiliki oleh anjing adalah takdir yang baik karena hidupnya tanpa rasa khawatir, tidak seperti manusia yang memiliki berbagai pekerjaan dan masalah.
3.4
Peribahasa yang menggambarkan asal seseorang Asal-usul seseorang yang hebat atau sukses tidak selalu berasal dari keluarga yang hebat atau kaya, karena banyak kasus yang menunjukkan bahwa orang yang sukses juga berasal dari keluarga sederhana yang biasa-biasa saja bahkan dari keluarga yang tinggal di desa dan dari kalangan bawah. Oleh karena itu, muncul peribahasa yang menggambarkan hal tersebut, seperti peribahasa berikut ini. (18) 개천에서 용 난다 (gaecheoneso yong nanda) Perbahasa (18) menggunakan 용 (yong/naga) sebagai metafora yang bermakna ‘orang yang berkuasa atau hebat’. Penggambaran asal-usul orang hebat yang berasal dari keluarga biasa mengandung nilai rasa positif.
3.5
Peribahasa yang menggambarkan pengaruh lingkungan Lingkungan tempat tinggal seseorang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap orang tersebut, baik dalam kepribadian maupun cara pandang. Lingkungan yang berisi oleh orang-orang yang selalu belajar dan berpendidikan, maka juga akan mempengaruhi orang yang berada di lingkungan tersebut, walaupun ia awalnya bukan orang berpendidikan. Hal tersebut digambarkan pada peribahasa berikut ini. (19) 서당 개 삼 년이면 풍월을 읊는다 (seodang gae sam nyeonimyeon phungweoreul euphneunda) Meskipun 개 (gae/anjing) digambarkan sebagai binatang yang tidak berpendidikan, namun karena ia tinggal di lingkungan orang-orang yang selalu belajar dan berpendidikan maka seekor anjing pun secara alami dapat melakukan hal seperti
13
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
yang dilakukan orang-orang yang berpendidikan, karena anjing tersebut melihat dan mendengar hal yang orang-orang tersebut pelajari secara alami. Oleh karena itu, peribahasa ini mengandung nilai rasa positif. 3.6
Peribahasa mengenai penyesuain terhadap keadaan Ketika membutuhkan suatu barang namun barang tersebut tidak tersedia, biasanya dapat digunakan barang pengganti yang dapat digunakan sebagai alternatif. Kondisi tersebut merupakan penggambaran dari penyesuaian atau adaptasi terhadap suatu keadaan. Peribahasa yang menggambarkan kondisi tersebut adalah sebagai berikut. (20) 꿩 대신 닭 (kkweong daesin dak) Walaupun 닭 (dak/ayam) dijadikan sebagai pengganti atau alternatif karena tidak ada 꿩 (kkweong/burung pegar), namun ayam menjadi sesuatu yang sangat berguna. Oleh
karena itu, nilai rasa positif dari peribahasa ini lebih dominan daripada nilai rasa negatifnya. 3.7
Peribahasa mengenai peninggalan seseorang semasa hidupnya Kenangan setelah orang meninggal merupakan hal yang patut dijaga, kenangan tersebut diperoleh dari hal yang telah diperbuat semasa hidup seseorang. Hal tersebut tersebut digambarkan dalam peribahasa berikut ini. (21) 호랑이는 죽어서 가죽을 남기고 사람은 죽어서 이름을 남긴다 (horangineun jugeoseo kajukeul namgigo sarameun jugeoseo ireumeul namginda) Peribahasa (21) menunjukkan bahwa ketika seseorang meninggal maka ia meninggalkan hal yang nantinya akan dikenang. Bila 호랑이 (horangi/harimau) meninggalkan kulitnya (belangnya), maka manusia meninggalkan namanya. Peribahasa ini memiliki pesan bahwa seseorang harus menjaga nama baiknya dengan melakukan hal yang terhormat agar dikenang oleh anak cucunya.
3.8
Peribahasa mengenai kesalahan yang dilakukan Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Bahkan orang yang mahir dan terbiasa dalam melakukan suatu pekerjaan pun ada kalanya melakukan kesalahan. Penggambaran hal tersebut terdapat dalam peribahasa Korea berikut ini.
14
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
(22) 원숭이도
나무에서
떨어질
때가
있다/원숭이도
나무에서
떨어진다
(weonsungido namueseo tteoreojil ttaega itta/weonsungido namueso tteoreojinda)
Metafora nama binatang 원숭이 (weonsungi/monyet) merupakan gambaran dari seseorang yang mahir dan terbiasa melakukan suatu hal, namun dalam peribahasa ditunjukkan bahwa seseorang yang mahir juga terkadang melakukan kesalahan. 3.9
Peribahasa yang menggambarkan suatu hal yang kecil Sesuatu hal yang kecil atau tidak ada apa-apanya, dianggap sebagai hal yang tidak penting dan bukanlah hal yang menjadi masalah atas sesuatu. Penggambaran kondisi itu digambarkan dalam peribahasa berikut ini. (23) 새 발의 피 (sae bareu phi) 새 (sae/burung) memiliki ukuran tubuh yang kecil, terutama kakinya. Oleh karena itu,
‘새 발의 피’ (sae bareu phi/darah kaki burung) maksudnya adalah hal kecil yang bukan apa-apa. 3.10
Peribahasa mengenai hal yang kebetulan Dua hal yang terjadi secara bersamaan bisa jadi merupakan hal yang kebetulan. Namun, terkadang suatu kebetulan tersebut menimbulkan kecurigaan, seperti yang digambarkan dalam peribahasa Korea berikut ini. (24) 까마귀 날자 배 떨어진다 (kkamagwi nalja bae tteoreojinda) Sebelumnya sudah dibahas bahwa 까마귀 (kkamagwi/burung gagak) merupakan binatang yang memiliki nilai rasa negatif di Korea dikarenakan warnanya yang hitam. Selain itu, makna yang terkandung dalam peribahasa cenderung bernilai rasa negatif, sebab munculnya kecurigaan terhadap dua hal yang terjadi kebetulan secara bersamaan.
3.11 Peribahasa mengenai hal yang tidak berjalan dengan baik Terkadang ada hal yang terjadi tidak sesuai dengan sebagaimana mestinya yaitu ketika sesuatu yang biasanya mudah ditemui dan ada banyak, namun saat dibutuhkan malah tidak bisa ditemukan. Kondisi tersebut digambarkan dalam peribahasa berikut ini. (25) 개똥도 약에 쓰려면 없다 (gaettongdo yake sseuryeomyeon eopta)
15
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
Pada peribahasa (25) objek yang digunakan sebagai metafora adalah 개똥 (gaettong/kotoran anjing) yang merupakan sesuatu yang tidak berguna dan ada banyak, namun ketika dicari tidak dapat ditemukan. 3.12 Peribahasa mengenai orang yang menjadi korban Akibat dari perkelahian antara orang yang kuat atau berkuasa, maka yang menjadi korban dari perkelahian tersebut adalah orang-orang kecil di sekitarnya walaupun tidak ikut terlibat. Oleh karena itu, dalam peribahasa Korea terdapat peribahasa sebagai berikut yang menggambarkan kondisi tersbut. (26) 고래 싸움에 새우 등 터진다 (gorae ssaume saeu deung thojinda) Peribahasa (26) mengumpamakan perkelahian antara 고래 (gorae/ikan paus) sebagai perkelahian antara orang besar atau berkuasa, sedangkan 새우 (saeu/udang) merupakan perumpamaan dari orang kecil dan tidak berdaya yang menjadi korban. Oleh karena itu, peribahasa ini memiliki nilai rasa negatif. 3.13 Peribahasa yang berhubungan dengan perkataan atau pembicaraan Terdapat beberapa peribahasa Korea yang maknanya berhubungan dengan perkataan atau pembicaraan, yaitu mengenai pentingnya berhati-hati dan menjaga lisan ketika berbicara, terutama jika pembicaraan mengenai rahasia maupun keburukan orang lain. Berikut ini peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang yang berhubungan dengan perkataan. (27) 낮말은 새가 듣고 밤말을 쥐가 듣는다 (natmareun saega deudkko bammareul jwiga deudneunda) (28) 호랑이도 제 말 하면 온다 (horangido je mal hamyeon onda) Peribahasa (27) menggunakan metafora 새 (sae/burung) dan 쥐 (jwi/tikus) sebagai binatang yang dapat mendengar pembicaraan dengan jelas di siang dan malam hari, karena itu peribahasa ini termasuk peribahasa bernilai rasa negatif. Pada peribahasa (28) walaupun nuansa atau kesan negatif tidak terlihat secara eksplisit, namun bila menggali lebih dalam peribahasa ini maka dapat diketahui bahwa terdapat nilai rasa negatif berdasarkan asal-usul penggunaan nama binatang 호랑이 (horangi/harimau) serta merupakan peringatan agar tidak membicarakan keburukan seseorang.
16
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan pada peribahasa Korea, maka dapat diketahui bahwa terdapat banyak peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang, baik sebagai subjek maupun objek metafora dalam kalimat peribahasa. Metafora nama binatang yang digunakan sebagai subjek dalam kalimat peribahasa mencerminkan perilaku atau sifat-sifat manusia, sedangkan yang digunakan sebagai objek mencerminkan suatu kondisi atau keadaan yang dialami oleh manusia. Hal tersebut disebabkan karena nenek moyang masyarakat Korea menciptakan peribahasa dengan mengaitkan perilaku atau sifat-sifat binatang sebagai perumpamaan perilaku atau sifat-sifat manusia. Melalui pemahaman perilaku dan sifat-sifat binatang, dibuatlah pengumpamaan sebagai bahan untuk menciptakan peribahasa. Hal tersebut membuktikan bahwa kehidupan orang Korea sangat akrab dan dekat dengan alam, terutama binatang (Lee Sang Bae, 2010). Penggunaan metafora nama binatang di dalam sebuah peribahasa dipengaruhi oleh makna konotatif yang terkandung di dalam nama binatang tersebut. Makna konotatif dari nama binatang, baik yang bernilai rasa positif maupun negatif merupakan cerminan dari sifar-sifat binatang sesuai dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dan disampaikan melalui pesan yang terkandung dalam sebuah peribahasa. Penelitian ini menganalisis 28 peribahasa Korea yang menggunakan nama-nama bintang sebagai berikut, anata lain : 개 (gae/anjing), 소 (so/sapi), 쥐 (jwi/tikus), 새 (sae/burung), 개구리
(gaeguri/katak), 까마귀 (kkamagwi/burung gagak), 닭 (dak/ayam), 호랑이
(horangi/harimau), 꿩 (kkweong/burung pegar), 원숭이 (weonsungi/monyet), 용 (yong/naga), dan 고래 (gorae/ikan paus). 28 Peribahasa yang menggunakan nama-nama binatang tersebut dikategorikan menjadi dua tipe peribahasa, yaitu peribahasa berkonotasi positif dan peribahasa berkonotasi negatif. Setelah dilakukan pengkategorian ke dalam dua tipe peribahasa tersebut maka hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 9 peribahasa memiliki konotasi positif dan sebanyak 19 peribahasa peribahasa memiliki konotasi negatif. Berdasarkan hasil pengelompokan tipe konotasi peribahasa, maka dapat disimpulkan bahwa peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang paling banyak berkonotasi negatif. Hal tersebut berdasarkan perbandingan jumlah peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang, yaitu 9 peribahasa berkonotasi positif dan 19 peribahasa berkonotasi negatif. Berdasarkan hasil analisis peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang, dapat diketahui bahwa metafora nama binatang yang mengandung konotasi negatif
17
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
merupakan penggambaran sifat atau perilaku buruk atau bodoh manusia dan juga sebagai perumpamaan dari suatu kondisi buruk yang dialami oleh manusia. Metafora nama binatang dapat dikelompokan ke dalam konotasi tertentu karena dipengaruhi oleh cara pandang dan budaya masyarakat di suatu bangsa terhadap seekor binatang. Cara pandang suatu masyarakat terhadap seekor binatang dengan masyarakat di tempat lain sangat mungkin memiliki perbedaan, disebabkan pengaruh berbagai faktor baik itu sejarah, agama, maupun kebudayaan. Oleh karena itu, diharapkan seseorang yang mempelajari bahasa Korea dapat lebih memahami cara pandang, budaya, dan nilai-nilai filosofi kehidupan masyarakat Korea melalui pemahaman peribahasa Korea yang menggunakan metafora nama binatang.
Daftar Referensi 김선정, 김성수, 이소현, 정재영. 2009. 살아있는 한국어 속담. 서울: Korea Language Plus.
(Kim, Seon Jeong, Seong Su Kim, So Hyeon Lee, Jae Yeong Jeong. 2009. Saraittneun Hangugo Soktam. Seoul: Korea Language Plus.) 박영순. 2010. 한국어 의미론. 서울: 고려대학교 출판부. (Park, Young Sun. 2010. Hangugo
euimiron. Seoul: Goryeo Daehakkyo chulphanbu.) 송재손. 2006. 우리말 속담 큰 사전. 서울: 서문당. (Song, Jae Son. 2006. Urimal Soktam Kheun
Sajeon. Seoul: Seomundang.) 양철우. 2003. 겨레의 슬기: 속담 3000. 서울: 교학사. (Yang, Cheol Woo. 2003. Gyeoryeeui
Seulgi: Soktam 3000. Seoul: Gyeohaksa.) 임지룡. 2011. 국어 의미론. 서울: (주)탑출판사. (Im, Ji Ryong. 2011. Gugeo Euimiron. Seoul:
(Ju)thapchulphansa.) 이희정. 2010. 만화로 보는 국어왕의 속담 암기법. 서울: 가나출판사. (Lee, Hee Jeong. 2010. Manhwaro Boneun Gugeowangeui Soktam Amkibeop. Seoul: Kanachulphansa.) 최권진. 2006. 속담으로 배우는 한국어 1: Learning Korean Through Proverbs. 서울 : 한국문화사. (Choi, Gweon Jin. 2006. Soktameuro Bauneun Hangugo 1: Learning
Korean Through Proverbs. Seoul: Hangukmunhwasa.) ______. 2007. 속담으로 배우는 한국어 2: Learning Korean Through Proverbs. 서울 : 한국문화사. (______. 2007. Soktameuro Bauneun Hangugo 2: Learning Korean Through Proverbs. Seoul: Hangukmunhwasa.) Badudu, J.S dan Zain, Sutan Mohammad. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. 18
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Ed. Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Choo, Miho dan Kwak Hye-young. 2008. Using Korean: A Guide to Contemporary Usage. New York: Cambridge University Press. Hanifah, Anita Nur. 2013. Kajian Struktural Nama Binatang dalam Peribahasa Bahasa Inggris. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 3, 378 – 389. Kentjono, Djoko. 1990. Dasar-dasar Linguistik Umum. Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Keraf, Gorys. 1996. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2007. PESONA BAHASA: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey. 1981. Semantics : The Study of Meaning. England: Penguin Book. Lee, Jeyseon. 2006. Korean Language in Culture and Society. United States of America: University of Hawai Press. Lee, Sang Bae. 2010. Nyanyian Katak Hijau “굴개굴개 청개구리”. diterjemahkan oleh Koh Young Hun. 파주: 여원미디어. Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik (Introduction to Theoretical Linguistics). diterjemahkan oleh I. Soetikno. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Ogden, C. K dan I. A. Richards. 1936. The Meaning of Meaning. London: Routledge & Kegan Paul. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
19
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
20
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014
21
Penggunaan nama…, Nur Azizah Widyaningsih, FIB UI, 2014