PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi
Oleh : Ika Trisno W. NIM K5106022
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh : Ika Trisno W. NIM K5106022
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 2
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, pada :
Hari
:
Tanggal
:
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S.
Dra. Emi Dasiemi, M.S.
NIP. 19570707 198103 1 006
NIP. 19441026 197208 2 001
3
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Rabu
Tanggal
: 31 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Ketua
: Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes
Sekretaris
: Drs. Maryadi, M.Ag
Penguji I
: Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S
Penguji II
: Dra. Emi Dasiemi, M.S
.................. .................. .................. ..................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas maret Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 19600727 198702 1 001
4
ABSTRAK
Ika Trisno W. PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010. Penelitian ini berkenaan dengan upaya mengatasi agresi verbal pada anak tunalaras menggunakan musikalisasi puisi yang diterapkan melalui pembelajaran Bahasa Indonesia . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan penggunaan musikalisasi puisi untuk mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera surakarta. Musikalisasi puisi merupakan penggunaan perpaduan irama antara permainan musik dan pembacaan puisi yang diharapkan mampu memberi pengaruh positif pada siswa. Sedangkan agresi verbal adalah perilaku kemarahan (agressive) yang tampak dalam bentuk bahasa verbal, baik secara aktif maupun pasif yang biasanya dimiliki secara berlebihan oleh anak tunalaras atau anak gangguan emosi dan perilaku. Penelitian ini berbentuk classroom action research / Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu penelitian yang berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti dengan guru, siswa, serta staf sekolah. Sumber data penelitian ini adalah tempat dan peristiwa kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes (experiment), observasi, dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan face validity dan catalytic validity. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan melakukan deskripsi secara kualitatif yaitu dengan analisis kritis, dan kuantitatif statistik deskriptif komparatif untuk menghitung peningkatan prestasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan musik dan puisi melalui Musikalisasi Puisi dapat mengatasi agresi verbal siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya ketercapaian indikatorindikator yang ditemukan peneliti sebagai berikut: 1. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan pembelajaran; 2. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian tanda jeda pada puisi; 3. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana; dan 4. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari pre-test ke post-test I pada siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II.
5
ABSTRACT
Ika Trisno W. THE USE OF MUSIC AND POEM PASSING POEM MUSICALIZATION TO OVERCOME THE VERBAL AGRESSION AT 6thB Grather SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA OF TEACHING YEAR 2009 / 2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty . Sebelas Maret University, March 2010. This research aims to overcome the verbal aggression of child with behaviour and emotional disturbance use the poem musicalization applied by Indonesian study. The method employed in this research was Classroom Action Research (CAR). The subject treated were the behaviour and emotional disturbance children’s verbal aggression in the 6thb Grather of SLB E Bhina Putera Surakarta as many as 4 students. This research data source is place and event of activity of Indonesian study. Technique of data collecting used observation, documentation, testing (experiment) applied in first cycle and second cycle. For validity of data, researcher used the face validity and catalytic validity. For analyzing, researcher used qualitative description with the critical analysis, and comparability quantitative descriptive statistic to count the increase of achievement learn. Pursuant to research result can be pulled conclusion that use of music and poem passing poem musicalization can overcome the verbal agression of 6thB grather SLB E Bhina Putera Surakarta of teaching Year 2009 / 2010. The mentioned proved with the existence of indicator which found by researcher: 1. 100% student looked the low aggression verbal indication for study activity; 2. 75% student able to read the poem according to gift of interval sign at poem in front of the class; 3. 75% student can make the simple poem; and 4. 75% student show the increase of value from pretest to posttest I at first cycle and improvement from posttest I to posttest II second cycle.
6
MOTTO Sesungguhnya Allah itu indah, dan mencintai keindahan. (Terjemahan Al-Hadits) Ojo dumeh...! (Pepatah Jawa) Keberanian bukan hadir tanpa kegagalan. Tetapi keberanian adalah kemampuan untuk bangkit lagi saat terjatuh dalam kegagalan. (Prince and Me) ...Everything will flow... (Suede)
7
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan Kepada: 1. Bunda dan Ayah tercinta; 2. Adikku tersayang; 3. Almamaterku; 4. Teman-temanku mahasiswa PLB ’06 yang baik.
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian; 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd; 3. Ketua Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes; 4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Maryadi, M.Ag; 5. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S yang selalu saya banggakan selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi; 6. Ibu Dra. Emi Dasiemi, M.S yang selalu saya banggakan pula selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi; 7. Bapak Drs. Rochmad Zaeni, M.M selaku Kepala SLB E Bhina Putera Surakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut; 8. Ibu Ratnaningsih, S.Pd selaku guru kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta sekaligus guru kolaborator yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian ini; 9. Sdr. Edi Djunaidi selaku kolaborator yang membantu dalam arranger dan music player dalam penelitian ini; 9
10. Seluruh bapak dan ibu guru SLB E Bhina Putera Surakarta yang selalu ramah dan telah ikut bekerjasama dengan peneliti selama pelaksanaan penelitian; 11. Siswa kelas SLB E Bhina Putera Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian; 12. Para Pahlawan Tanda Jasaku di TK Trisula Pati, SD Puri 02 Pati, SMPN 5 Pati, dan di SMAN 1 Pati, serta di Program Studi PLB FKIP UNS; 13. Teman-teman PLB ’06; 14. Penghuni dan mantan penghuni ”Kost-song”; 15. Chikuchi, terima kasih untuk ketulusan dan kasih sayangnya; 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Maret 2010
Penulis
10
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………….. ii HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… . iii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………... iv HALAMAN ABSTRAK ................................................................................... v HALAMAN ABSTRACT................................................................................. vi HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. .. viii KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR / SKEMA ....................................................................... xvi DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6 C. Definisi Operasional ..................................................................... 6 D. Tujuan dan Indikator ..................................................................... 6 E. Manfaat .......................................................................................... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 9 A. Kajian teori..................................................................................... 9 1. Teori Tentang Musik................................................................ 9 a. Pengertian Musik ............................................................... 9 b. Berbagai Penelitian Tentang Musik................................... 11 c. Canon in D karya Johann Pachelbel .................................. 14 2. Teori Tentang Puisi.................................................................. 17 a. Pengertian Puisi.................................................................. 17 11
b. Puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail .................... 20 3. Musikalisasi Puisi ................................................................... 22 4. Teori Tentang Anak Gangguan Emosi Perilaku ...................... 23 a. Pengertian Anak Gangguan Emosi dan Perilaku ............... 23 b. Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku............... 25 c. Karakteristik Anak Gangguan Emosi dan Perilaku ........... 27 d. Agresi Verbal pada Anak Gangguan Emosi dan Perilaku . 30 B. Penelitian yang Relevan................................................................. 36 C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 41 D. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 43 A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 43 B. Tempat dan Waktu Peneltian ......................................................... 45 C. Subjek Penelitian............................................................................ 45 D. Pengumpulan Data ......................................................................... 46 E. Analisis Data .................................................................................. 50 F. Validasi Data.................................................................................. 51 G. Indikator Kinerja ............................................................................ 51 H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 52 BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................... 55 A. Deskripsi Setting Penelitian ........................................................... 55 B. Deskripsi Hasil Penelitian.............................................................. 55 1. Pra-Siklus ................................................................................ 55 2. Siklus I ................................................................................... 60 a. Perencanaan ....................................................................... 60 b. Pelaksanaan........................................................................ 64 c. Observasi............................................................................ 73 d. Refleksi .............................................................................. 76 3. Siklus II .................................................................................... 77 a. Perencanaan ....................................................................... 77 b. Pelaksanaan........................................................................ 81 12
c. Observasi............................................................................ 91 d. Refleksi .............................................................................. 93 C. Pembahasan.................................................................................... 95 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................... 103 A. Simpulan ........................................................................................ 103 B. Implikasi......................................................................................... 103 C. Saran............................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………............ 106 LAMPIRAN
13
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ..........................................110 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ........................................117 Lampiran 3 Lembar Observasi Agresi Verbal pada Siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta..................................................................121 Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Agresi Verbal.............................124 Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Membaca dan Menulis Puisi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI SDLB ..............126 Lampiran 6 Instrumen Rincian Kegiatan Musikalisasi Puisi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta 2009/2010 Siklus I ..................................129 Lampiran 7 Instrumen Rincian Kegiatan Musikalisasi Puisi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta 2009/2010 Siklus II.................................135 Lampiran 8 Lembar Soal Tes Tertulis ............................................................142 Lampiran 9 Lembar Soal Tanya Jawab Lisan.................................................144 Lampiran 10 Lembar Membaca Puisi.............................................................145 Lampiran 11 Lembar Menulis Puisi................................................................146 Lampiran 12 Foto-Foto Penelitian ..................................................................147
14
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Tabel Deskripsi Siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta......3 Tabel 3.1 Tabel Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian .................................45 Tabel 3.2 Tabel rincian soal pre-test dan post-test............................................47 Tabel 4.1 Tabel Rincian Kegiatan Pembelajaran Puisi Pra-Siklus ...................56 Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Pra-Siklus...58 Tabel 4.3 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Pra-Siklus..........................59 Tabel 4.4 Tabel Hasil Pre-Test .........................................................................59 Tabel 4.5 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus I ..................................67 Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus I.......72 Tabel 4.7 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus I ..............................73 Tabel 4.8 Tabel Hasil Post-Test 1.....................................................................73 Tabel 4.9 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus I..........74 Tabel 4.10 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus II ...............................84 Tabel 4.11 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus II....89 Tabel 4.12 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus II...........................90 Tabel 4.13 Tabel Hasil Post-Test II ..................................................................91 Tabel 4.14 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus II ......92 Tabel 4.15 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Aktif dari Siklus I ke Siklus II ...........................................................................................96 Tabel 4.16 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Pasif dari Siklus I ke Siklus II ...........................................................................................96 Tabel 4.17 Tabel Hasil Perkembangan dari Pre-Test, Post-Test I, dan Post-Test II Pada Siklus I dan Siklus II ..........................................98 Tabel 4.18 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Pre-Test ke Post-Test I..........98 Tabel 4.19 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Pre-Test ke Post-Test I............99 Tabel 4.20 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II ...99 Tabel 4.21 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II ...100
15
DAFTAR GAMBAR / SKEMA Halaman Gambar 2.1 Tablature bass Canon in D............................................................16 Gambar 2.2 Susunan melodi Canon in D secara utuh ......................................16 Gambar 2.3 Kerangka Pikir ..............................................................................41 Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan menurut Kemmis dan Taggart .........44 Gambar 4.1 Gambar Penataan Ruang Kelas Pada Pelaksanaan Siklus I ..........63 Gambar 4.2 Gambar Pengaturan Tempat Duduk Pada Pelaksanaan Siklus II..81
16
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4. 1 Grafik Perkembangan Nilai Siswa Dari Pre-Test, Post-Test I, dan Post-Test II .............................................................................101
17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, pendidikan menjadi masalah yang sangat penting bagi setiap orang. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak orang yang menyadari bahwa pendidikan adalah suatu kebutuhan yang mendasar dan bersifat konstruktif dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh jika orangtua menuntut agar putra-putri mereka mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 dapat terwujud, yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003:5). Tirtarahardja dan La Sulo (2005) menegaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta memiliki moral yang tinggi. Sesuai dengan pengertian tersebut tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi. Dengan kata lain, pengadaan pendidikan memiliki tujuan untuk menghasilkan manusia yang baik di manapun, kapanpun, dan dengan siapapun (Santoso dalam Tirtarahardja dan La Sulo: 2005) Sedangkan Bruner dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008:1) memberikan pernyataan bahwa pendidikan bukan hanya persoalan teknik dan pengolahan informasi, bahkan bukan pula sekedar penerapan teori belajar di kelas dan penggunaan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran. Oleh Bruner, 1
18
pendidikan didefinisikan sebagai usaha yang kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan anggotanya dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan. Usaha ini merupakan wujud dari tujuan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:5) Demi terwujudnya tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan, setiap lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, mengingat setiap individu memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Sehubungan dengan itu pemerintah telah mencantumkan dalam Undang- Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 32 ayat 1 bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (Depdiknas, 2003:15). Sekolah Luar Biasa bagian E diutamakan bagi anak berkebutuhan khusus di bidang sosial dan emosional, selain di sekolah inklusi dan di sekolah umum yang belum terdeteksi keberbutuhan khususnya. Secara sekilas tidak ada gangguan fisik pada mereka, tetapi setelah di kelas, guru harus bekerja keras untuk memberikan pelayanan khusus atas gangguan emosi yang mereka miliki. Dengan tingkah polah yang mereka perbuat biasanya kegiatan belajar terganggu, sehingga suasana yang kondusif hanya berlaku untuk beberapa menit saja. Wardani, dkk. memberikan penjelasan tentang Sekolah Luar Biasa bagian E sebagai berikut: Sama halnya dengan sekolah luar biasa yang lain, SLB-E memiliki kurikulum dan struktur pelaksanaannya yang disesuaikan dengan keadaan anak tunalaras. Anak yang diterima pada lembaga khusus ini biasanya anak yang memiliki gangguan perilaku yang sedang dan berat; maksudnya perilaku anak telah mengarah pada tindakan kriminal, dan sangat mengganggu lingkungannya (2005: 7.31)
19
Perilaku agresif merupakan salah satu dari sekian banyak karakteristik yang dapat ditemukan pada anak gangguan emosi dan perilaku atau anak tunalaras (Wardani, dkk: 2005). Perilaku agresif atau agresi dalam diri anak tersebut bisa berupa agresi fisik maupun agresi verbal. SLB E Bhina Putera merupakan salah satu sekolah khusus di Surakarta yang diperuntukkan bagi anak-anak tersebut. Sekolah tersebut pula yang ditunjuk sebagai salah satu sekolah penempatan bagi mahasiswa program studi Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret yang sedang menempuh Program Pengalaman Lapangan (PPL). Berdasarkan kegiatan tersebut penulis menyoroti kelas VIB yang di dalamnya terdapat empat siswa dengan karakteristik yang berbeda. Akan tetapi keempat siswa tersebut menampakkan agresi verbal aktif maupun pasif selama pembelajaran. Selain bentuk perilaku agresif, berikut merupakan deskripsi singkat masing-masing siswa di kelas VIB: Tabel 1.1 Tabel Deskripsi Siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta No. Nama Siswa Jenis Kelamin Deskripsi Karakteristik Siswa 1.
A.W
L
Senang melihat orang lain kebingungan karena ulahnya (buang sepatu guru, buang sepatu teman, dsb), tetapi akhirnya mau mengambilkan. Tidak banyak bicara, lambat berpikir.
2.
A. M
P
Tidak bisa diam, emosi tdak terkendali, usil, susah diatur, pintar mencari alas an (:ngeles) Reaksi selalu berlebihan
3.
Frm.
L
Emosi tidak terkendali, ingin menang sendiri, namun bersedia menolong anak lain yang jadi korban kemarahannya
4.
S. M
P
Rasa kurang percaya diri yang tinggi Bila tidak ditanya, anak enggan bertanya.
20
Dalam rangka mengatasi perilaku agresif, bukan konsep dan teori yang dibutuhkan oleh siswa. Akan tetapi bagaimana metode atau langkah yang diambil nanti dapat mempengaruhi emosi siswa agar agresi verbal tidak terjadi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan musik dengan pertimbangan telah banyak masalah emosi dan perilaku yang bisa diatasi dengan musik melalui terapi. Musik yang digunakan dalam penelitian dipadukan dengan pembacaan puisi dengan alasan kedua komponen ini sama-sama memiliki unsur irama. Perpaduan irama pada kedua komponen tersebut secara tidak langsung menarik siswa dalam kegiatan pembelajaran yang bukan hanya menekan reaksi emosi berlebihan dalam bentuk agresi verbal, tetapi juga membantu siswa dalam mencapai kompetensi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Musik merupakan hal yang bukan asing lagi untuk didengar dan diperbincangkan. Penikmat musik bisa berasal dari kalangan anak sampai dewasa, kalangan bawah, menengah, sampai ke atas. Mereka tidak bisa lepas dari peran musik dengan jenis yang berbeda sesuai dengan selera maupun rentang usia. Oleh karena itu, secara langsung ataupun tidak langsung kehidupan manusia tak bisa dipisahkan dengan irama. Denyut nadi dan degup jantung manusia pun memiliki irama khusus. Belahan otak kanan, menunjukkan aktivitas kerja ketika diperdengarkan musik. Seperti apa reaksi yang akan diperlihatkan otak, tergantung dari jenis musik yang mempengaruhinya. Irama yang merupakan salah satu komponen dalam musik ternyata juga dimiliki oleh puisi. Secara etimologi irama berasal dari bahasa Yunani reo yang berarti riak air, gerakan air, gerakan yang teratur, terus-menerus, dan tidak terputus-putus. Hal ini sama dengan yang diungkapkan Rachmat Djoko Pradopo (1993:6) dalam bukunya Pengkajian Puisi bahwa irama dalam puisi merupakan bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang hidup, seperti gercik air yang mengalir turun tak putus-putus.
21
Puisi, dengan segala keindahan diksi yang dimiliki menjadi bagian dalam standar kompetensi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI SD. Oleh karena itu, penulis mengaitkan penelitian ini dengan kegiatan pencapaian standar dan kompetensi yang ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dan berdasarkan informasi yang diperoleh selama PPL dan dari guru kelas seluruh siswa belum mampu menguasai kompetensi dasar tersebut. Perpaduan irama yang terkandung dalam musik dan puisi memberikan pengaruh bagi pendengar dan pembacanya. Keduanya juga tercatat dalam kurikulum pendidikan. Akan tetapi, pengaplikasiannya belum menampakkan hasil yang menonjol. Dalam kegiatan pembelajaran, musik membantu pelajar untuk bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Musik bisa digunakan untuk menata suasana hati, mengubah keadaan, mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. (de Porter, 2005:73). Bobbi de Porter (2005) dalam Quantum Teaching juga menyarankan tentang pilihan musik tertentu yang digunakan saat mempelajari, membaca, belajar, dan presentasi. Salah satu musik yang dianjurkan tersebut adalah Canon in D karya Pachelbel. Pada penelitian ini akan digunakan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail. Atas dasar latar belakang tersebut, muncul ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian dengan judul PENGGUNAAN MUSIK DAN PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI UNTUK MENGATASI AGRESI VERBAL PADA SISWA KELAS VIB SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010.
22
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010? Adapun musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang dipilih adalah puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul “Dengan Puisi, Aku”.
C. Definisi Operasional Musikalisasi
puisi
merupakan
kolaborasi
atau
perpaduan
antara
instrumental musik yang dimainkan saat pembacaan puisi. Musik dan puisi memiliki kesamaan dalam komponennya, yaitu sama-sama memiliki irama. Dengan memadukan kedua elemen tersebut siswa diharapkan dapat terangsang untuk bisa memenuhi standar kompetensi dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan agresi verbal merupakan salah satu bentuk reaksi kemarahan impulsif berupa tindakan kekerasan non-fisik yang bertujuan untuk merendahkan citra atau kepercayaan diri seseorang dan menyakiti psikologis orang lain yang dilakukan secara aktif maupun pasif.
D. Tujuan dan Indikator 1. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dalam mengatasi agresi verbal pada siswa 23
kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta. Dalam penelitian ini musikalisasi puisi digunakan dengan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail.
2. Indikator pencapaian Pada siklus terakhir penelitian tentang penggunaan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi untuk mengatasi agresi verbal siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010, sekurangkurangnya: a. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan pembelajaran; b. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian tanda jeda pada puisi; c. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana; d. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari dari pre-test ke post-test I pada siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II.
E. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini akan menambah khasanah dalam perkembangan ilmu pengetahuan, di bidang pendidikan pada umumnya dan dalam Pendidikan Luar Biasa pada khususnya. Sehingga perkembangan tersebut dapat digunakan dalam meningkatkan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan kajian yang lebih kompleks. 24
2. Manfaat Praktis Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini terdiri dari manfaat bagi guru, siswa, dan sekolah yang diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi guru a. Memberikan variasi dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia b. Memberikan stimulus untuk bisa berkreasi dengan menggunakan musik dalam pembelajaran c. Meningkatkan interaksi antara guru dan siswa 2. Bagi siswa a. Secara langsung 1) Memberikan stimulus untuk berani bicara di depan kelas 2) Memberikan stimulus untuk menggunakan bahasa-bahasa yang indah dalam puisi 3) Memberikan terapi musik (music therapy) b. Secara tidak langsung 1) Menekan agresi verbal pada siswa 2) Mendorong siswa untuk dapat menulis puisi 3) Merefresh semangat dan konsentrasi siswa untuk belajar kembali. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya pengadaan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi para guru Bahasa Indonesia yang lain.
25
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori tentang Musik a. Pengertian Musik Hampir semua orang di dunia menyukai musik dengan latar belakang budaya dan selera yang berbeda-beda. Menurut J. Mosel (1957), musik adalah seni yang mengekspresikan dan membangkitkan emosi tertentu melalui media suara
dan
bunyi.
(http://merawat-anak.blogspot.com/search/label/Dunia%20
Music). Aristoteles (http://id.wikipedia.org/wiki/Musik) menyatakan bahwa musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Don Campbell juga memiliki pendapat tentang musik, yaitu pola titinada yang berubah-ubah dalam musik dapat membangkitkan rangsangan pada telinga kemudian merangsang perkembangan bahasa anak. (2002:5) Pujian terhadap musik juga dinyatakan oleh Wolfgang Amadeus Mozart dalam Don Campbell (2002:10) bahwa musik berbicara dalam bahasa yang dipahami anak secara naluriah, musik menarik pendengar ke dalam orbitnya, mengajak mereka untuk mengikuti pola titinada, bergoyang mengikuti iramanya, dan menggali dimensi-dimensi emosi serta harmoninya dalam seluruh keindahan di dalamnya. Marsapeli (2009) memiliki pendapat bahwa musik adalah sumber rasa keindahan. Bila anak terlibat atau berpartisipasi dalam musik, selain dapat mengembangkan kreativitas mereka, musik juga dapat membantu dalam perkembangan individu anak, mengembangkan sensitivitas anak, membangun rasa keindahan anak, membuat anak dapat mengungkapkan ekspresi, memberi tantangan, melatih disiplin. Berdasarkan sifat anak yang cenderung menyenangi kegiatan yang aktif, seorang guru yang akan mengajarkan pendidikan musik 9
26
haruslah bisa merencanakan pembelajaran yang dapat langsung melibatkan anak dengan kegiatan musik yang aktif dan dapat memberikan sentuhan pribadi pada anak baik secara emosi maupun secara fisik. Jamalus (1988:1) dalam Marsapeli (2009) menarik kesimpulan bahwa musik merupakan suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsurunsur musik, yaitu irama, bentuk/struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesenian. Menurut Sloboda (2008), musik mempunyai fungsi untuk memberi indikasi kondisi-kondisi yang diperlukan untuk flourishing perkembangan individual. Potensi musikal jutaan orang akan dapat dibukakan pintunya dan diaktualkan jika kita dapat menciptakan institusi sosial yang lebih menitikberatkan pada musical enjoyment, personal and communal fulfilment yang menghilangkan penghalang sosial dalam keterlibatan manusia dengan musik. Secara umum unsur-unsur yang terkandung dalam musik sebagaimana yang diungkapkan
oleh
Pandjaitan
(2005)
dalam
http://www.wartaadvent.org/
Warta/WAO_Artikel _Musik_2005.doc adalah sebagai berikut: 1) Melodi, merupakan serangkaian nada yang naik turun. Dari melodi ini kita mengenal lagu atau musik apa yang sedang dimainkan. Lagu atau musik yang baik biasanya mulai dengan melodi pada nada tertentu, kemudian menaik pada bagian klimaks dan kembali menurun pada nada permulaan, keseimbangan pada permulaan, tengah dan akhir lagu. Melodi yang terus menurun untuk waktu yang lama menimbulkan efek depresi pada pendengarnya, sedangkan melodi yang naik terus untuk waktu yang lama menimbulkan stress dan pengulangannya dengan konstan secara terus menerus menimbulkan efek hipnotis seperti pada suasana trance. 2) Harmoni (chord), yaitu struktur dan perkumpulan beberapa nada yang berbunyi bersamaan, yang akan menghadirkan suasana musik tertentu. Harmoni menambah kedalaman, perspektif, suasana dan atmosfir serta warna pada melodi.
27
Susunan harmoni mayor cenderung menggambarkan keadaan positif dan sukacita sedangkan minor cenderung lebih sedih dan pesimis. 3) Irama, adalah suatu pergerakan teratur dalam musik yang membuat musik bergerak dan memiliki jiwa. Pengendalian diperlukan agar irama tidak merusak musik. Terlalu banyak, membuat musik sakit; dan tidak ada irama, membuat musik itu mati. Hanya diperlukan satu atau dua orang pemain timpani untuk membentuk irama dalam sebuah orkes simponi berbanding puluhan pemain biola. Bersama melodi dan harmoni, irama harus di dalam keseimbangan yang terpadu seperti halnya keseimbangan tubuh, mental dan rohani. Perlu disadari bahwa irama tidak saja dapat dibentuk melalui penggunaan instrumen drum seperti yang kebanyakan kita ketahui, tetapi manipulasi penggunaan suara dan harmoni juga dapat membentuk irama tertentu. 4) Intensitas, berkaitan dengan variasi kekuatan atau penekanan pada bagian tertentu dalam sebuah lagu atau musik dan pelan-kerasnya (volume) sebuah lagu atau musik yang diperdengarkan (dinamika termasuk penggunaan amplifier/loud speaker). 5) Syair/kata-kata, merupakan rangkaian bentuk kalimat yang disusun sebagai suatu tema yang memiliki pengertian dan tujuan tertentu. 6) Performer, penyanyi, atau instrumentalis, adalah orang yang terlibat dalam membawakan sebuah lagu atau musik. 7) Instrumen (sound), ialah alat musik yang menghasilkan bunyi tertentu. Penggunaan alat musik harus mendukung keseimbangan dan keselarasan unsur melodi, irama (rhytm), harmoni, vokal, dan unsur-unsur lainnya.
b. Berbagai Penelitian tentang Musik1 Seorang peneliti, Donald Hodges, mengemukakan bahwa bagian otak yang dikenal sebagai Planum Temporale dan Corpus Callosum memiliki ukuran lebih besar pada otak musisi jika dibandingkan dengan mereka yang bukan musisi. Kedua bagian ini bahkan lebih besar lagi jika para musisi tersebut telah belajar 1
Pandjaitan, Ronald. 2005. Artikel Musik. http://www.wartaadvent.org/Warta/WAO_Artikel_Musik_2005.doc.
28
musik sejak usia yang masih sangat muda yakni di bawah usia tujuh tahun. Gilman dan Newman (1996) mengemukakan bahwa Planum Temporale adalah bagian otak yang banyak berperan dalam proses verbal dan pendengaran, sedangkan Corpus Callosum berfungsi sebagai pengirim pesan berita dari otak kiri ke sebelah kanan dan sebaliknya. Seperti kita ketahui otak manusia memiliki dua bagian besar, yaitu otak kiri dan otak kanan. Walaupun banyak peneliti mengatakan bahwa kemampuan musikal seseorang berpusat pada belahan otak kanan, namun pada proses perkembangannya proporsi kemampuan yang tadinya terhimpun hanya pada otak kanan akan menyebar melalui Corpus Callosum ke belahan
otak
kiri.
Akibatnya,
kemampuan
tersebut
berpengaruh
pada
perkembangan linguistik seseorang. Dr. Lawrence Parsons dari Universitas Texas San Antonio menemukan data bahwa harmoni, melodi dan ritme memiliki perbedaan pola aktivitas pada otak. Melodi menghasilkan gelombang otak yang sama pada otak kiri maupun kanan, sedangkan harmoni dan ritme lebih terfokus pada belahan otak kiri saja. Namun secara keseluruhan, musik melibatkan hampir seluruh bagian otak. Dr. Gottfried Schlaug dari Boston mengemukakan bahwa otak seorang laki-laki musisi memiliki Cerebellum (otak kecil) 5% lebih besar dibandingkan yang bukan musisi. Kesemua ini memberikan pengertian bahwa latihan musik memberikan dampak tertentu pada proses perkembangan otak. Mary Griffith, seorang ahli fisiologi, mengemukakan bahwa hipotalamus mengontrol berbagai fungsi saraf otonom, seperti bernapas, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan usus, pengeluaran hormon tiroid, hormon adrenal cortex, hormon sex, bahkan dapat mengontrol seluruh metabolisme tubuh kita. Sebuah studi menemukan adanya peningkatan Luteinizing Hormone (LH) pada saat mendengarkan musik. LH adalah suatu hormon sex yang merangsang pematangan sel telur. Penelitian lain oleh Satiadarma (1990) dalam http://www.wartaadvent.org/ Warta/WAO_Artikel_Musik_2005.doc. dilakukan dengan cara mengukur suhu kulit menggunakan alat Galvanic Skin Response (GSR). Pada saat subyek penelitian mendengarkan musik hingar-bingar, maka suhu kulit lebih rendah dari 29
pada suhu basal (suhu normal individu tersebut tanpa musik). Sebaliknya, ketika musik lembut diperdengarkan, suhu kulit meninggi dari biasanya. Hal ini menunjukkan adanya suatu hormon stress yang dilepaskan oleh otak, yaitu Adrenalin, yang dapat mempengaruhi bekerjanya pembuluh darah di kulit untuk vasokonstriksi (menyempit) atau vasodilatasi (melebar). Pada kondisi stress, adrenalin banyak dikeluarkan dan pembuluh darah kulit menyempit, sehingga suhu kulit menurun. Kesimpulannya adalah jenis musik hingar-bingar dapat menyebabkan kita stress, sedangkan musik lembut memiliki efek menenangkan. Penelitian oleh Ann Ekeberg menunjukkan pengaruh jenis musik terhadap denyut jantung. Siswa di sebuah sekolah menjadi subyek penelitian dan mereka diukur kecepatan denyut nadinya sebelum mendengar musik. Kemudian musik jenis hard rock diperdengarkan selama lima menit. Semua siswa harus tetap duduk tenang di kursi mereka. Pada akhir tes, denyut nadi diperiksa kembali dan dicatat. Hasilnya adalah peningkatan denyut nadi sebesar 7-12 denyut per menit. Tore Sognefest, seorang Master in Music dari Academy of Music, Bergen, Norway, melakukan tes yang serupa terhadap siswa di sekolahnya. Musik dari grup AC/DC, “Hell’s Bells” diperdengarkan dan hasilnya denyut nadi meningkat 10 denyut per menit, sedangkan waktu Air dari Bach dimainkan, denyut nadi menurun lima denyut per menit. David Noebel, meneliti bahwa nada bass dengan getaran frekuensi rendah bersama-sama dengan dentuman drum, mempengaruhi cairan serebrospinal, yang akan mempengaruhi kelenjar Pituitary di otak. Kelenjar ini memiliki fungsi sekresi berbagai hormon tubuh. Peneliti lain di Denver, Colorado, Amerika Serikat membandingkan berbagai macam efek oleh berbagai jenis musik terhadap tanaman. Tanamantanaman itu ditempatkan di dalam lima buah rumah tanaman yang identik. Tanah, cahaya, dan kondisi air dibuat persis sama satu sama lain dan jenis tanamannya pun sama. Selama beberapa bulan peneliti memperdengarkan jenis musik yang berbeda pada masing-masing rumah tanaman tersebut. Rumah pertama, karya 30
Bach, yang kedua musik India, yang ketiga hard rock, yang keempat musik country dan Barat, sedangkan yang kelima tidak diperdengarkan musik apa pun. Hasilnya, di rumah tanaman yang hanya diperdengarkan musik hard rock, tidak ada hasil pertumbuhan sama sekali. Pertumbuhan berhenti dan tidak mau berbunga. Di rumah tanaman yang dengan musik Bach dan India, tanaman nampak hijau, tumbuh dengan subur, sehat, dan berbunga banyak. Tanaman yang mendengarkan musik country dan Barat tumbuh sama seperti tanaman yang tidak diperdengarkan musik, pertumbuhannya biasa saja dengan jumlah bunga normal. Tentunya tidak ada hubungan emosional pada tanaman, namun pasti terjadi sesuatu melalui frekuensi gelombang suara yang mempengaruhi laju pertumbuhan mereka. Musik juga dikenal sebagai wahana terapi. Sejak zaman dahulu dikenal penyembuhan fisik dan mental melalui musik. Daud memainkan kecapi sambil menyanyi untuk menyembuhkan Raja Saul yang sedang gundah. Musik juga dipakai oleh Raja Philip V dari Spanyol, Raja George II dari Inggris, dan Raja Ludwig II dari Bavaria untuk penyembuhan. O’Sullivan (1991) mengemukakan bahwa musik mempengaruhi imaginasi, intelegensi dan memori, di samping juga mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorfin. Endorfin kita ketahui dapat mengurangi rasa nyeri, sehingga dapat mengurangi penggunaan obat analgetik, juga menurunkan kadar katekolamin dalam darah, sehingga denyut jantung menurun. Mornhinweg (1992) meneliti 58 subyek sehat untuk menilai jenis musik mana yang menurunkan stress. Musik klasik ternyata memberikan efek relaksasi yang dapat dibuktikan secara statistik dibandingkan dengan musik new age musik yang menenangkan ini juga dipakai dalam pengobatan penderita serangan jantung, pasien sebelum operasi, bahkan untuk menurunkan stress pasien yang menunggu di ruang tunggu praktek. c. Canon in D karya Johann Pachelbel Zaman barok (1600-1750) merupakan setting waktu diciptakannya Canon in D. (Dallin,-:230). Dallin memaknai musik-musik di zaman tersebut sebagai 31
suatu pergerakan yang terjadi juga di bidang kesenirupaan dan arsitektur. Pergerakan musik tersebut ditandai dengan pengembangan yang lebih kaya, konsep megah, dan desain yang menarik. Melodi dan harmoni lebih didasarkan pada skala mayor atau minor, sehingga nada mayor atau minor merupakan faktor utama dalam pengelolaan musik. Canon in D ditemukan dan pertama kali dipublikasikan pada tahun 1920, dan pertama kali direkam pada tahun 1940 oleh Arthur Fiedler merupakan karya yang terkenal progresi chordnya dan dimainkan saat acara pernikahan serta termasuk dalam CD kompilasi musik klasik bersama dengan karya zaman barok yang terkenal lainnya seperti Air on the G String oleh J.S.Bach. Canon in D menjadi sangat popular di era akhir 1970an melalui suatu perekaman terkenal Jean-Francois Paillard Chamber Orchestra. Bagian bunyi viola pizzicato biasanya ditambahkan dalam setting orchestra atau kwartet ketika harpsichord atau
permainan
organ
tidak
digunakan
untuk
melebihi
batas
bass.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Pachelbel%27s_Canon) Canon in D merupakan karya Johann Pachelbel (1653-1706), komponis kelahiran Nunberg, Jerman yang paling terkenal. (http://www.buzzle.com /editorials/9-1-2006-107303.asp). Dalam (http://www.hinamagazine.com/index .php/2007/01/29/canon-in-d- mayor/) Canon in D Major atau yang lebih dikenal dengan Canon in D oleh Johann Pachelbel dibuka dengan cello atau basso, biola dan harpa mulai terdengar perlahan secara bersamaan, dengan nada yang lembut frekwensi harmonisasi mulai meningkat ketika tiga suara biola dan cello memainkan variasi melodi dimana nada bass tetap memainkan jalur D secara konsisten. Di situ juga disebutkan bahwa bass pada Canon in D yang mengatur tempo komposisi menggunakan chord D, A, Bm, F#m, G, D, G, kemudian kembali ke chord A secara konstan dan berulang sebanyak 30 kali. Bagian paling menarik pada komposisi, ketika Biola satu memainkan variasi A lalu pindah ke Bm, biola dua mulai dengan A. Saat biola Satu berada di D biola dua pindah ke Bm dan biola tiga memulai pada A begitu seterusnya dengan menghasilkan harmonisasi suara biola satu, dua, tiga, serta Cello. 32
Canon in D adalah musik yang mendasarkan pada tiga bagian irama yang tegas secara harmonis dan struktural pada dua landasan bass dasar yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Tablature bass Canon in D Dikutip dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Pachelbel%27s_Canon
Berikut merupakan susunan atau tatanan melodi Canon in D secara keseluruhan yang juga dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/Pachelbel%27s_Canon:
Gambar 2.2 Susunan melodi Canon in D secara utuh Seorang direktur film Amerika Robert Redford menggunakan potongan lagu sebagai tema utama dalam film Ordinary People yang menang dalam Academy Award pada tahun 1980. Selain itu, potongan lagu Canon in D juga digunakan sebagai musik tema dalam film Korea My Sassy Girl. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian musik adalah hasil cipta, rasa, dan karsa dalam bentuk lagu atau komposisi musik dengan pola titinada yang berbeda melalui media suara atau bunyi yang memiliki sifat merangsang dan reaktif bagi para pendengarnya dan diistilahkan sebagai salah satu ekspresi seni.
2. Teori tentang Puisi a. Pengertian puisi
33
Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti “membuat” atau poeisis yang berarti “pembuatan”. Dalam bahasa Inggris disebut dengan poem atau poetry. Puisi berarti pembuatan, karena dengan menulis puisi berarti telah menciptakan sebuah dunia. (Sutedjo dan Kasnadi, 2008:1). Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut. 1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya. 2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi. 3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur. 4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
34
5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam. Dari definisi-definisi tersebut terlihat adanya perbedaan pemikiran, tetapi tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad dalam (Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi tersebut terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Beberapa pendapat tersebut juga mengaitkan definisi puisi dengan musik. Waluyo (1995) mendata berbagai pengertian tentang puisi sehingga mampu menguraikan puisi yang merupakan hasil pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa. Dalam penyusunan puisi unsur-unsur bahasa tersebut dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi. Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif, ditandai dengan kata konkret lewat pengimajian, pelambangan, dan pengiasan, atau dengan kata lain penggunaan kata konkret dan bahasa figuratif. Bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, tidak dapat dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan batin tersebut dapat ditelaah unsur-unsurnya hanya dalam kaitannya dengan keseluruhan. Keseluruhan puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan mood dan pengalaman jiwa serta bersifat imajinatif. Seperti halnya dengan karya-karya sastra yang lain, dalam puisi juga ada beberapa aliran yang biasanya diikuti oleh penyair. Aliran-aliran (Waluyo, 1995) tersebut meliputi:
35
1) Romantik, dalam aliran ini perasaan lebih ditonjolkan, cenderung berlebihlebihan, sehingga menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh keindahan tanpa cela. Perimbangan rasio sering dinomorduakan. Karena aliran romantik sering dikaitkan dengan sifat sentimental atau cengeng, karya-karya puisi romantik seringkali berusaha membuai perasaan pembacanya. 2) Realisme,
berbeda
dengan
aliran
romantik,
aliran
realisme
menggambarkan segala sesuatu secara realistis dan apa adanya. Dalam realisme, seorang penyair sebagai pelukis kejadian menggambarkan secara teliti. Segala sesuatu yang digambarkan tersebut masih dinyatakan secara wajar, tidak berlebihan, dan tidak dikurang-kurangi tetapi masih memperhatikan batas-batas kepantasan, tabu, dan hal-hal yang tidak sopan. 3) Realisme sosial, merupakan penggambaran kenyataan yang dialami oleh golongan masyarakat yang menderita. Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan pertentangan kelas, yakni bangkitnya kaum buruh dan tani untuk melawan kaum borjuis atau kapitalis. Yang dipentingkan dalam realisme sosial adalah kenyataan hidup masyarakat golongan revolusioner. Taufiq Ismail melukiskan penderitaan rakyat pada umumnya selain sebagai akibat penyelewengan para pemimpin di jaman Orde Lama juga yang disebabkan PKI, sebagai contoh karyanya yang berjudul Kemis Pagi. 4) Ekspresionisme, pengungkapan kenyataan dalam aliran ini tidak dilakukan secara objektif melainkan secara subjektif, sesuai dengan gelora kalbunya atau kehendak batinnya. Terkadang penyair realis juga bisa bersifat ekspresionistis, yaitu pada saat ekspresi jiwa tidak berlebihan, tetapi tetap adanya. Ekspresi jiwa Taufiq Ismail dapat ditemukan dalam karyanya Yang Kami Minta Hanyalah yang dinyatakan saat berhadapan dengan kekuasaan Orde Lama berkaitan dengan politik mercusuar. 5) Impresionisme, merupakan perkembangan dari aliran realisme. Kenyataan dalam impresionisme menimbulkan kesan-kesan dalam diri penyair. Apa yang dikemukakan dalam puisi adalah kesan penyair setelah menghayati kenyataan 36
hidup itu. Penyair mengolah kenyataan dalam jiwanya, kemudian mengungkapkan kesan dari kenyataan tersebut. Adapun objek kenyataan tersebut dapat berupa manusia, peristiwa, benda, dan sebagainya. Salah satu karya Taufiq Ismail yang impresionistis dapat dinikmati dalam puisi Dengan Puisi, Aku seperti yang akan digunakan dalam penelitian tentang musikalisasi pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera ini. 6) Imajis, aliran ini berpandangan bahwa kenyataan harus dilukiskan dalam imaji visual yang jernih dan jelas. Kata-kata dipilih secara cermat dan efisien. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari dengan ritme (irama) yang tidak mengikat.
Sehingga
puisi
imajis
hampir
mirip
dengan
prosa.
Selain
mengungkapkan gagasan penyair, kata-kata tersebut mendukung imaji penyair yang hendak diungkapkan.
b. Puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail Dalam Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-anak,
Suyatno (2003)
mencantumkan puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul Dengan Puisi, Aku sebagai berikut: Bait ke-I :Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Di batas cakrawala Bait ke-II :Dengan puisi aku mengenang Keabadian Yang Akan Datang Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris Bait ke-III :Dengan puisi aku mengutuk Nafas zaman yang busuk Dengan puisi aku berdoa 37
Perkenankanlah kiranya. Berdasarkan tipografinya, puisi “Dengan Puisi, Aku” terdiri dari tiga bait. Setiap bait terdiri dari empat baris dan memiliki rima aabb. Baris pertama sampai ke-3 konstan terdiri dari empat kalimat. Baris pertama dan ke-3 diawali dengan frase dengan puisi aku… Puisi tersebut diciptakan Taufiq Ismail, sastrawan dan penyair angkatan ’66, sebagai wujud impresi (kesan)nya terhadap puisi (Kavellania, 2006). Bahkan di masa periode 1966-1970 tersebut karya-karya Taufiq Ismail mendominasi dunia sastra, terutama puisi melalui karya-karyanya yang bersifat protes, selain karya-karya WS. Rendra (Alm.) seperti yang dituliskan Waluyo (1995: 37). Rendra (Alm.) sendiri yang sudah terkenal dengan kumpulan sajaknya yang berjudul Blues untuk Bonnie selain menjadi pusat perhatian masyarakat dalam dunia teater dengan pementasan-pementasan dramanya yang sukses (Waluyo, 1995:63-64) pernah mengungkapkan bahwa puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul Dengan Puisi, Aku tersebut merupakan puisi yang bisa merangkumkan kehidupannya. (Wordpress:2009) Dilihat dari gayanya, Dengan Puisi, Aku memiliki beberapa ciri gaya puisi tahun ‘50an yang ditulis dengan gaya bercerita, atau yang lebih dikenal dengan balada. Selain gaya bercerita tersebut, puisi ini juga memiliki gaya repetisi (pengulangan kata) yang cukup kental. (Waluyo, 1995: 46) Meskipun Dengan Puisi, Aku bukan merupakan puisi demonstrasi, puisi tersebut dimuat dalam Tirani dan Benteng, kumpulan sajak karya Taufiq Ismail yang berisi sajak-sajak demonstrasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa puisi merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dalam bentuk susunan kata yang bersumber pada suasana hati dan pengalaman jiwa dengan gaya menulis berbeda antara satu orang dengan orang yang lain sesuai dengan karakteristik kepribadian maupun usia si penulis.
3. Musikalisasi Puisi 38
Dalam Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTS kelas IX dijelaskan bahwa musikalisasi puisi digolongkan menjadi dua kegiatan, yaitu pembacaan puisi dengan iringan musik dan pemberian titinada atau tangga nada pada baris-baris puisi sehingga puisi tersebut dapat dinyanyikan. Kedua jenis kegiatan tersebut cukup populer di Indonesia. Namun, untuk memberi titi nada pada baris-baris puisi belum banyak dilakukan orang. Beberapa nama penyanyi seperti Ebiet G. Ade, Franky Sahilatua, dan Bimbo merupakan penyanyi yang terkenal. Syair lagunya puitis, dan kental dengan makna. Lagu yang mereka nyanyikan betulbetul layak disebut puisi. Satu contoh lagu yang merupakan gubahan dari sebuah puisi adalah Tuhan yang dipopulerkan oleh Sam Bimbo, padahal lagu tersebut merupakan puisi karaya Taufiq Ismail. Melalui http://groups.yahoo.com/group/pasarbuku/message/9727 seorang anggota group yahoo mengatakan bisa merasakan indahnya puisi melalui musikalisasi puisi. Musik yang mengalun saat puisi dibacakan atau didendangkan bisa dijadikan media untuk belajar membaca puisi. Karena dalam hal tersebut musik merupakan puisi itu sendiri. Musik bisa mempengaruhi cara seseorang dalam membaca puisi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian musikalisasi puisi adalah pemberian titinada pada syair puisi yang kemudian dibawakan secara bersamaan melalui iringan musik yang dimainkan saat pembacaan puisi. Puisi tersebut bisa dibacakan ataupun dilagukan sesuai dengan musik yang dimainkan.
4. Teori Tentang Anak Gangguan Emosi dan Perilaku a. Pengertian Anak Gangguan Emosi dan Perilaku
39
Menurut William James, seorang pakar psikologis yang terkenal di Harvard pada akhir tahun 1800-an dalam buku Pengantar Psikologi (Atkinson, et all:1983) emosi diyakini sebagai umpan balik dari perubahan badani yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang membingungkan atau menakutkan. Emosi bukan peristiwa sesaat, melainkan pengalaman yang terjadi beberapa saat. Oleh karena itu, pengalaman emosional dapat ditimbulkan oleh masukan eksternal pada sistem sensoris. Dari situlah seseorang melihat atau mendengar stimulus yang membangkitkan emosi. Anak gangguan emosi dan perilaku atau yang lebih sering dikenal sebagai anak tunalaras merupakan anak yang melakukan suatu tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan hukum dan dirasakan serta ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan tercela (Hatrasy, 1996:21). Kartono (1989:181) memberikan istilah pada mereka sebagai juvenile delinquency. Juvenile diartikan muda, delinquent berarti jahat, nakal; dan delinquere merupakan istilah untuk pelanggar hukum. Jadi, juvenile delinquency dapat diartikan sebagai anak-anak muda (biasanya di bawah 18 tahun) yang melakukan kenakalan dan menjadi kejahatan jika dilakukan orang dewasa. Dalam diri anak tersebut ada disharmoni dan disfungsi dari macam-macam dorongan sehingga pribadinya tidak bisa diintegrasikan, dan menjurus pada sifat psikotis. Selain itu selalu ada disequilibrium, yaitu ketidaksimbangan pada diri pribadi anak. Sehingga anak selalu berlebihan dalam bertingkah laku, dan impulsnya jadi liar tidak bisa dikemudikan. Perbuatan-perbuatan nakal yang dilakukan anak-anak tersebut akan disebut sebagai kejahatan jika pelakunya adalah orang dewasa. Depdikbud (1977:13) dalam Somantri (1996:115) menggariskan bahwa batasan anak tunalaras merupakan anak yang berumur antara 6 tahun sampai 17 tahun dengan karakteristik bahwa anak tersebut mengalami gangguan atau hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan batasan tersebut tidak ada salahnya jika anak tunalaras juga diistilahkan sebagai
40
anak gangguan emosi dan perilaku. Gangguan yang dialami anak ini akan mengganggu situasi belajarnya. Public Law 94-242, yaitu Undang-Undang tentang Pendidikan Luar Biasa di Amerika Serikat menyebutkan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan emosi sebagai berikut: Gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar: 1) ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor kecerdasan, pengindraan, atau kesehatan, 2) ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan teman dan guru, 3) bertingkah laku yang tidak pantas dalam keadaan normal, 4) perasaan tetekan atau tidak bahagia terus menerus, 5) cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalahmasalah sekolah. (Wardani, dkk: 2005) Selain definisi tersebut, Wardani, dkk (2005: 7.21) juga mengumpulkan beberapa pendapat lain berkaitan dengan ketunalarasan seperti Kauffman (1977) yang mengemukakan bahwa penyandang tunalaras merupakan anak yang secara kronis dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara yang secara sosial tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak menyenangkan tetapi masih dapat diajar untuk bersikap yang secara sosial dapat diterima dan secara pribadi menyenangkan. Sechmid dan Mercer (1981) dalam Wardani, dkk (2005) juga memberikan definisinya mengenai tunalaras yang menyebutkan bahwa tunalaras adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar, meskipun telah menerima layanan belajar serta bimbingan seperti anak lain. Dalam konteks ini, ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, syaraf, atau intelegensi. Nevid, dkk (2005: 164-165) menyebutkan anak tunalaras atau gangguan emosi dan perilaku sebagai gangguan tingkah laku (Conduct Disorder) dan 41
gangguan sikap menentang (Oppositional Defiant Disorder). Anak dengan gangguan tingkah laku secara sengaja bertindak agresif dan kasar, tidak punya perasaan yang tampak dalam bentuk tidak menyayangi, kasar, dan mudah marah, dan tampaknya tidak punya rasa bersalah terhadap kelakuan buruk mereka. Sedangkan anak dengan gangguan sikap menentang dimaknai sebagai anak yang cenderung bersifat negatif atau menentang. Mereka melawan tokoh otoritas, yang ditunjukkan dengan kecenderungan mereka untuk berargumentasi dengan orangtua dan guru serta menolak mengikuti permintaan atau perintah dari orang dewasa. Mereka secara sengaja mengganggu orang lain, mudah marah, sensitif atau mudah tersinggung, menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesalahan mereka, atau bahkan benci, dengki, dan dendam kepada orang lain.
b. Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Perilaku Kartono
(1989:178)
menjelaskan
bahwa
hambatan-hambatan
pada
perkembangan emosi anak didominasi oleh faktor psikologis seperti, ditinggalkan ibu, ayah, atau kedua orangtuanya, atau bahkan anak terpaksa harus dirawat dalam suatu institusi (rumah sakit, panti asuhan, yayasan, dan sebagainya). Hal tersebut membuat anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang serta kering dari perasaan-perasaan. Akibat dari masalah itu adalah ketidakmampuan anak dalam mengadakan hubungan antar kemanusiaan yang normal secara permanen dengan manusia lain pada usia dewasa. Pada akhirnya mereka juga mengalami moral defectiveness. Faktor penyebab anak gangguan emosi dan perilaku juga berkaitan dengan kondisi fisik, masalah perkembangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor yang terjadi bukan hanya dari salah satu faktor saja, melainkan saling mempengaruhi dan saling berhubungan satu sama lain.
1) Kondisi fisik 42
Berbagai penelitian menyatakan kelenjar endoktrine merupakan salah satu penyebab timbulnya kejahatan seperti kesimpulan yang diungkapkan Gunzburg dalam B. Simanjuntak (1974) dalam Somantri (1996: 118). Nevid, dkk (2005: 207) memberi kemungkinan tentang kaitan antara hormon testosterone dengan agresi pada laki-laki, kelebihan maupun kekurangan hormon bisa jadi memiliki peran dalam memunculkan perilaku agresif pada laki-laki. 2) Masalah perkembangan Berkaitan dengan masalah perkembangan, Singgih D. Gunarsa (1995) menjelaskan bahwa setiap memasuki masa perkembangan
baru, individu
dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Somantri (1996:119) kemudian menegaskan jiwa anak yang masih labil dalam masa perkembangan banyak mengandung resiko berbahaya jika kurang mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa. Sehingga anak akan terjerumus pada tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma yang sudah ada. 3) Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang paling pertama dan utama yang memberikan pengaruh bagi pembentukan kepribadian anak. Beberapa di antara banyaknya faktor yang muncul di lingkungan keluarga antara lain, kasih sayang dan perhatian, keharmonisan keluarga, dan kondisi ekonomi. Lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar untuk perkembangan sosial, dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku pada anak. (Somantri, 1996:119-120). Nevid, dkk (2005:208) mengutip ucapan Psikolog David Lykken yang menurutnya ketidakmampuan atau ketidakmauan orangtua, khususnya orangtua tunggal untuk mensosialisasi anak, untuk mengajari mereka yang benar dan salah membuat anak menjadi agresif secara berlebihan. Selain itu agresivitas dari orangtua sendiri dan pemberian reinforcement yang tidak tepat besar kemungkinan memacu gangguan emosi dan perilaku pada anak.
4) Lingkungan sekolah 43
Sekolah merupakan tempat di mana anak melakukan kegiatan belajar untuk mencapai berbagai macam kompetensi dan sikap (Baharudin dan Wahyuni:2008). Oleh karena itu sikap yang ditimbulkan anak juga beragam dan tidak semuanya berjalan seperti aturan yang telah ditetapkan. Sofyan Wilis (1978) dalam (Somantri, 1996:121) telah mengungkapkan bahwa dalam rangka pembinaan anak didik ke arah kedewasaan, terkadang sekolah juga menjadi penyebab dari timbulnya kenakalan remaja. Karena di sekolah anak bertemu dengan berbagai macam karakteristik teman dengan kategori perilaku baik maupun buruk yang memberikan pengaruh cukup kuat pada perilaku individu anak itu sendiri. 5) Lingkungan masyarakat Nevid, dkk (2005:210) telah menuliskan dalam buku yang berjudul Psikologi Abnormal bahwa kurangnya sosialisasi yang tepat merupakan akar dari masalah kekerasan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat sendiri merupakan tempat berpijak bagi anak-anak sebagai makhluk sosial dalam masyarakat. Berbagai pengaruh baik positif maupun negatif menjadi dampak dari terjunnya anak di lingkungan masyarakat. (Somantri: 1996: 121-122).
c. Karakteristik Anak Gangguan Emosi dan Perilaku Masalah yang biasanya menjadi ciri atau karakteristik anak dengan gangguan emosi dan perilaku menurut Drifte (2003) yang disampaikan Aditya, dkk (2009) dalam kuliah Simulasi Dini dan Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus meliputi: 1) Agresif secara verbal dan/atau fisik terhadap anak lain atau orang dewasa; 2) Menarik diri; 3) Pencemas; 4) Terlalu cerewet dan terlalu ramah tidak sesuai dengan usianya; 5) Aneh atau kurang diterima secara sosial; 6) Menyakiti diri sendiri; 7) Sulit menyelesaikan tugas, perlu bimbingan dari orang dewasa; 44
8) Mengacaukan rutinitas; 9) Gagal membuat kemajuan yang diharapkan darinya; 10) Sering membolos atau mempunyai pola absen tertentu; 11) Tidak dapat bekerjasama; 12) Perilaku dan/atau sikap terhadap belajar tak dapat diramalkan; 13) Tampak tidak tertarik terhadap kegiatan atau permainan; 14) Terlalu tergantung pada orang dewasa; 15) Hiperaktif; 16) Tidak dapat bermain bersama anak lain; 17) Tidak dapat berbagi atau bergantian; dan 18) Ketrampilan berbicara atau bercakap-cakap yang buruk. Gangguan perilaku ini kadangkala muncul karena adanya suatu peristiwa di rumah, misalnya: orang yang dicintai meninggal atau binatang kesayangannya hilang, kelahiran adik, dan lain-lain. Hallahan dan Kauffman (1986) dalam Wardani, dkk (2005) menyampaikan karakteristik anak tunalaras berdasarkan dimensi tingkah laku. Karakteristikkarakteristik tersebut antara lain: 1) anak yang mengalami kekacauan tingkah laku, memperlihatkan ciri-ciri: suka berkelahi, memukul, menyerang, mengamuk, membangkang, menantang, merusak milik sendiri atau orang lain, kurang ajar, lancing, melawan, tidak mau bekerja sama, tidak mau memperhatikan, memecah belah, rebut, tidak bisa diam, menolak arahan,, cepat marah, menganggap enteng, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, pembohong, tidak dapat dipercaya, suka berbicara kotor, cemburu, suka bersoal jawab, taksanggup berdikari, mencuri, mengejek, menyangkal, berbuat salah, egois, dan mudah terpengaruh untuk berbuat salah. 2) anak yang sering cemas dan menarik diri dengan ciri: khawatir, cemas ketakutan, kaku, pemalu, segan, menarik diri, terasing, tak berteman, rasa tertekan, sedih, terganggu, rendah diri, dingin malu, kurang percaya diri, mudah bimbang, sering menangis, pendiam, suka berahasia. 45
3) anak yang kurang dewasa memiliki ciri: pelamun, kaku, berangan-angan, pasif, mudah dipengaruhi, pengantuk, pembosan, dan kotor. 4) anak yang agresif bersosialisasi, memiliki ciri: mempunyai komplotan jahat, mencuri bersama kelompoknya, loyal terhadap teman nakal, berkelompok dengan geng, suka di luar rumah sampai larut malam, bolos sekolah, dan minggat dari rumah. Wardani, dkk (2005) sendiri memberikan pandangan mengenai anak tunalaras dari segi akademik, sosial/emosional, dan fisik/kesehatannya. 1) Karakteristik akademik, yang terdiri dari: a) pencapaian hasil belajar yang jauh di bawah rata-rata; b) seringkali dikirim ke kepala sekolah atau bimbingan konseling untuk tindakan disipliner; c) seringkali tidak naik kelas atau bahkan drop out; d) seringkali membolos sekolah; e) lebih sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit atau perlu istirahat; f) seringkali berurusan dengan polisi; g) sering melakukan pelanggaran hukum. 2) Karakteristik sosial/emosional, yang terdiri dari: a) perilaku tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma budaya, dan perilaku melanggar aturan keluarga dan sekolah; b) perilaku ditandai dengan adanya tindakan agresif; c) melakukan kejahatan remaja; d) adanya hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak; e) adanya rasa gelisah. 3) Karakteristik fisik /kesehatan Pada aspek ini, karakteristik anak ditandai dengan adanya gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan. Anak sering merasa adanya sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya, ia mudah mendapat kecelakaan, merasa cemas dengan kesehatannya, dan merasa seolah-olah
46
sakit. Kelainan lain yang ada pada fisik juga bisa berupa gagap, buang air tidak terkendali, sering mengompol, dan jorok. d. Agresi Verbal pada Anak Gangguan Emosi Perilaku Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryaningsih dan Anggraini (http://psikologi-unissula/2009/hubungan-kekerasan-orangtua-terhadap-anakdengan-perilaku-agresif-pada-siswa-smp-negeri-2-ungaran .html) yang berjudul Hubungan Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Dengan Perilaku Agresif Pada Siswa Smp Negeri 2 Ungaran, agresi merupakan pengembangan dari kata agresif (aggressive) dan agresivity (agresifitas). Agresif (aggressive) merupakan bentuk kata sifat yang memiliki makna sifat suka menyerang dan menyakiti orang lain, sedangkan agresivity (agresifitas) bentukan kata benda yang didefinisikan sebagai suatu manifestasi dari keinginan berkuasa atau proyeksi dari individu yang berupa serangan kepada orang lain yang dapat dianggap sebagai saingan atau lawan. Hal tersebut sebagaimana hasil penelitian yang dimuat dalam http://www.pikirdong.org/pendidikan/pend13agresi.php agresivitas juga dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku yang diniati untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis (Buss & Perry, 1992; Baron & Byrne, 2004 dalam Nashori dan Diana, 2009). Agresi (Aggression) merupakan bentuk perilaku dari agresif dan agresifitas. Dalam mitrariset (2009) agresi didefinisikan oleh para psikolog sebagai setiap bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang itu. Medinnus dan Johnson (1974) dalam Mitrariset (2009), menjelaskan bahwa tingkah laku agresi bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal. Berkaitan dengan agresi, Nevid, dkk (2005: 205-210) membagi dalam tiga perspektif, yaitu perspektif biologis, perspektif sosial-kognitif, dan perspektif sosiokultural. Perspektif biologis didasarkan pada teori Freud yang meyakini bahwa agresi merupakan produk insting. Pandangan ini berkembang menjadi pandangan sosiobiologis yang beranggapan bahwa tiap manusia mempunyai kecenderungan-kecenderungan atau disposisi-disposisi perilaku, termasuk agresi, 47
yang meningkatkan kemungkinan pertahanan hidup nenek moyang dan secara genetis diturunkan pada generasi berikutnya. Teori sosial-kognitif yang diajukan oleh Albert Bandura (1973, 1986) berasumsi bahwa agresi merupakan perilaku yang dipelajari, dimunculkan melalui cara yang sama seperti perilaku-perilaku lain. Anak-anak dapat belajar meniru perilaku agresif yang diamati di rumah, di halaman sekolah, di televisi, atau di media lain. Bila mereka kemudian dikuatkan untuk bertindak agresif, kecenderungan untuk melakukan agresi menjadi lebih kuat sejalan dengan waktu. Sedangkan untuk perspektif sosiokultural menyatakan bahwa tindak kekerasan berakar pada penyebab-penyebab sosial, yang banyak di antaranya berjalan beriringan seperti kemiskinan, kurangnya kesempatan, keretakan keluarga, dan pemaparan terhadap model-model peran yang menyimpang. Teori ini juga mempertimbangkan bagaimana nilai-nilai budaya dan metode pengasuhan anak dapat mengembangkan kekerasan. Dalam budayabudaya lain seperti di Thailand dan Jamaika, agresi pada anak secara aktif tidak dikuatkan, dan kesantunan serta kepatuhan ditumbuhkan. Hurlock dalam Perkembangan Anak memberikan gambaran agresi sebagai berikut: Reaksi kemarahan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan besar: impulsif dan ditekan. Reaksi impulsif biasanya disebut agresi. Reaksi ini ditujukan kepada manusia, binatang, atau objek. Reaksi ini dapat berupa fisik atau kata-kata, dan dapat ringan atau kuat. Ledakan kemarahan yang kuat atau “temper tantrums” adalah khas pada anak-anak kecil. (2006: 223) Reaksi impulsif, menurut Hurlock (2006: 223) muncul lebih awal dan lebih tidak dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan salah satu yang digunakan anak sebagai wujud reaksi kemarahan. Bahasa ini dimanifestasikan dalam aktivitas bicara pada anak. Sehingga Hurlock (2006: 202) menjelaskan lagi tentang jenisjenis bicara yang tidak dapat diterima secara sosial, antara lain: 1) anak yang berbicara paling banyak mengenai dirinya sendiri; 2) kritik pedas dan pemberian julukan; 3) sikap yang sinis dan suka berkelahi; dan 4) komentar yang merendahkan. 48
Meskipun tidak secara keseluruhan, tiga dari empat point tersebut bisa dilakukan sebagai reaksi impulsif (agresi) dari seorang anak. Pengelompokan jenis agresi menurut berbagai ahli tetu saja cukup beragam, salah satunya adalah pendapat Buss. Indikator atau ciri-ciri agresivitas menurut Buss
(Nashori,
2008
dalam
Nashori
dan
Diana,
2009
dalam
http://www.pikirdong.org/pendidikan/pend13agresi.php) meliputi perilaku agresif secara fisik dan verbal, secara aktif dan pasif, dan secara langsung dan tidak langsung. Perbedaan antara verbal dan fisik adalah antara menyakiti secara fisik dan menyerang dengan kata-kata. Agresi aktif atau pasif membedakan antara tindakan yang terlihat dengan kegagalan dalam bertindak. Dan agresi langsung berarti melakukan kontak langsung dengan korban yang diserang, sedangkan perilaku agresi tidak langsung dilakukan tanpa adanya kontak langsung dengan korban (Whandi, 2009 dalam http://whandi.net/2009/03/dunia-remaja/perilakuagresif-pada-anak-yang-memiliki-hobi-bermain-video-game.html). Bentuk sikap kekerasan oleh Purniati (1999, dalam Suryaningsih dan Aggraini, 2009) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tindakan kekerasan fisik adalah tindakan yang bertujuan untuk melukai dan menyiksa, menganiaya orang seperti mendorong, memukul, menampar, meninju dan membakar. Kedua, tindakan kekerasan non fisik adalah tindakan yang bertujuan untuk merendahkan citra atau kepercayaan diri seseorang misalnya berkata kasar, membodohkan atau memaksa seseorang melakukan perbuatan yang tidak disukai atau dikehendaki. Ketiga, tindakan kekerasan psikologis adalah tindakan yang bertujuan mengganggu atau menekan emosi korban secara kejiwaan. Rachmawati (2006) dalam http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/tmp /2390.html menjelaskan Penyebab perilaku agresif digolongkan dalam beberapa faktor, sebagai berikut: 1) Faktor Biologis a) Sistem Otak
49
Para peneliti yang menyelidiki kaitan antara cedera kepala dan perilaku kekerasan mengidentifikasikan betapa kombinasi pencederaan fisikal yang pernah dialami. Cedera kepala mungkin ikut melandasi perilaku agresif. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau memperlambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Prescott (Davidoff, 1991) menyatakan bahwa orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit melakukan agresi sedangkan orang yang pernah mengalami kesenangan, kegembiraan cenderung untuk melakukan kekejaman atau penghancuran. b) Gen Merupakan faktor yang tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. c) Kimia Darah Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditemukan pada faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresif (Rita, 2005 : 107 dalam http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/tmp/2390.html). 2) Faktor Lingkungan a) Kemiskinan Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresif mereka secara alami mengalami perbuatan termasuk juga dalam pembentukan agresi verbal. Sebagaimana yang telah disampaikan Hurlock (2006: 198) menyatakan bahwa anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah seringkali mendengar pola bicara yang tidak benar di rumah akan cenderung melakukan kesalahan yang lebih banyak dalam perilaku berbahasa daripada anak yang berasal dari keluarga yang sosial ekonominya baik. Hal ini dapat dilihat dan dialami dalam kehidupan sehari-hari apalagi di kota-kota besar, dalam antrian lampu merah, perempatan jalan. Model agresi baik verbal maupun
50
non verbal seringkali diadopsi anak-anak sebagai model pertahanan diri dan pertahanan hidup. b) Anonimitas Terlalu banyak rangsangan indra kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal artinya antara satu orang dengan orang yang lain tidak saling mengenal. Setiap individu menjadi anonim tidak mempunyai identitas. Bila seorang mempunyai anonim ia cenderung berperilaku menyendiri. c) Suhu Udara Panas Pengaruh polusi udara, kebisingan dan kesesakan karena kondisi manusia yang terlalu berjejal. Kondisi-kondisi itu bisa melandasi perilaku agresif. 3) Faktor Psikologis a) Perilaku Naluriah Menurut Sigmund Freud, dalam diri manusia ada naluri kematian yang ia sebut pula thanatos, yaitu energi yang tertuju untuk perusakan. Agresi terutama berakar dalam naluri kematian yang diarahkan bukan ke dalam diri sendiri melainkan diarahkan pada orang lain. b) Perilaku yang dipelajari. Menurut Albert Bandura perilaku agresif berakar dalam respons-respons yang dipelajari manusia lewat pengalaman-pengalaman di masa lampau (Anantasari, 2006 : 64) 4) Faktor Sosial a) Reaksi Emosi terhadap Frustasi Nashori dan Diana (2009) dalam http://www.pikirdong.org/pendidikan/ pend13agresi.php menuliskan bahwa frustrasi merupakan gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Bila seorang individu hendak pergi ke suatu tempat, melakukan sesuatu, atau menginginkan sesuatu, dan kemudian merasa dihalangi, bisa jadi individu tersebut mengalami frustrasi. Salah satu prinsip 51
dalam psikologi adalah frustrasi cenderung membangkitkan perasaan agresif. Tidak diragukan lagi pengaruh frustasi dalam munculnya agresi verbal. John Dollad berpendapat frustasi bisa mengakari agresif. Kendati demikian tidak setiap anak yang mengalami frustasi akan melakukan agresi. b) Provokasi Langsung Pencederaan fiskal dan ejekan verbal dari orang-orang lain bisa memicu perilaku agresif. Perilaku ini biasanya dilakukan karena anak kurang mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekelilingnya dan anak akan terus akan mencari perhatian. Orangtua anak yang agresif biasanya mempunyai gejolak emosi yang buruk dan situasi emosional perkawinan sebagai reaksi dari penolakan. Akibatnya anak melakukan agresi sebagai reaksi dari penolakan oleh orang tua. c) Peniruan (Modelling) Semua perilaku tidak terkecuali agresif lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Peniruan tidak dilakukan pada semua orang tetapi terhadap figur tertentu seperti ayah, ibu, kakak, atau teman bermainnya yang memiliki perilaku agresif. Orang tua sering bertengkar menyebabkan anak juga akan sering bertengkar. Terdapat kaitan antara agresi dan paparan tontonan kekerasan lewat televisi. Semakin banyak anak menonton kekerasan lewat televisi, maka tingkata agresi anak terhadap orang lain bisa meningkat pula. Ternyata pengaruh tontonan kekerasan lewat televisi bersifat komulatif artinya makin panjang paparan tontonan kekerasan semakin meningkat pula perilaku agresinya. 5) Faktor Situasional Termasuk dalam faktor ini antara lain adalah rasa sakit atau terluka yang dialami anak. Perasaan anak yang terluka bisa berupa rasa kesal, marah, kecewa, sedih dan ia tidak tahu bagaimana cara semestinya untuk mengungkapkan perasaan-perasaan itu, maka ia melampiaskan dengan perilaku agresif. Hal ini mudah dipahami dalam teori atribusi (Mitrariset, 2009). Teori tersebut berpandangan bahwa bila korban menghubungkan frustrasi dengan keadaan yang 52
tidak dapat dihindarkan, tidak akan timbul amarah yang lebih besar. Tetapi, bila tidak ada pembenaran faktor eksternal semacam itu dan bila dibuat pertalian internal, amarah yang timbul akan lebih besar. Nashori dan Diana (2009) membedakan agresi verbal menjadi dua kelompok, yaitu: 1) Agresi verbal aktif, yang dilakukan anak dalam bentuk memaki-maki orang, mengumpat, mengucapkan kata-kata kasar (:misuh, dalam bahasa Jawa), dan sebagainya. 2) Agresi verbal pasif, yang berupa penolakan berbicara dengan orang lain, penolakan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, atau penolakan untuk memberikan perhatian pada suatu pembicaraan dimana seharusnya anak terlibat di dalamnya. Berdasarkan uraian dan wacana tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian anak gangguan emosi dan perilaku adalah anak dengan usia di atas usia balita dan di bawah usia dewasa (batas usia ini sesuai dengan ketetapan tiap negara, untuk di Indonesia antara enam sampai 17 tahun) yang memiliki ketidakstabilan emosi dan penyimpangan berperilaku, salah satunya agresi verbal, dimana penyimpangan perilaku tersebut jika dilakukan oleh orang dewasa merupakan tindak kejahatan sehingga mereka perlu pelayanan pendidikan secara khusus agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. B. Penelitian Yang Relevan 1. Does Rap or Rock Music Provoke Violent Behaviour? Peneliti
: Eliana Tropeano; Western Connecticut State University; 2006
Rangkuman
:
This study examined whether or not watching a violent music video would provoke individuals to answer questions with violent responses. Eleven participants watched a violent music video, 11 participants watched a non-violent music video, and 11 participants were in the control group and did not watch any 53
videos. It was found that watching the violent music video containing violent lyrics, aggressive behavior, and degrading behaviors toward women did make an individual feel and react more violently with regards to responses to questions about fictitious scenarios. The conclusion was that watching violent music videos does negatively affect behavior. Penelitian tersebut memberi gambaran bahwa video musik kekerasan yang ditonton sebelas individu memberi pengaruh buruk pada perilaku individu. Ada 33 partisipan yang dibagi menjadi tiga kelompok, 11 partisipan pertama diperlihatkan video musik kekerasan, 11 partisipan berikutnya diperlihatkan video musik tanpa kekerasan, dan 11 partisipan terakhir tidak diperlihatkan video musik apapun. Setelah itu semua partisipan tersebut diminta menjawab 12 soal pada kuesioner dalam waktu 15 menit. Pada akhir penelitian diperoleh partisipan yang melihat video musik kekerasan dan partisipan yang tidak melihat video musik apapun menunjukkan agresi yang tinggi, sedangkan partisipan yang melihat video musik tanpa kekerasan tidak menunjukkan adanya agresi. 2. Music Therapy and Aggression in 50 Children with Mild Mental Handicap: A Clinical Trial Peneliti
:
Masoud
Nematian,
Reza Khanmohammad,
dan
Nzanin
Hajigholamrezaei; Tehran University of Medical Sciences, Tehran, Iran; 2006 Rangkuman
:
Background Aggression behavior is one of the most common reasons for psychiatric referral of persons with mental retardation. The works by Montello and Coons showed that music therapy investigations produce a lowering of scores in the aggression-hostility scale. In the present study we have investigated the effect of active music therapy on the aggression behavior of children with mental handicap. Method This single blind randomized clinical trial study was performed in a school for mentally handicapped boys in Tehran, Iran. Fifty pupils (all boys, age range: 9-11 years) were randomly selected from 100 pupils with sever aggressive behavior. Raven’s Intelligence Quotient Test and Rosenzweig’s Picture Frustration Study (PFS) were performed for all the cases. They had mild mental retardation (IQ: 50-70) with symptom of aggression confirmed with PFS. They were randomly assigned in a case and control group of 25 each. The case group pupils performed twice a week one-hour session of active music therapy for a 54
period of three months (24 sessions totally). The treatment procedure consisted of improvisation of Persian rhythm based music therapy including music appreciation, improvisation, coral songs, rhythmic movements and relaxation. They were all evaluated for aggressiveness at the end of the three months period using the same method (PFS). Men scores of the PFS were calculated by Student’s T-test. Results The results of the tests were significantly (p<0.05) different before and after the active music therapy intervention. Conclusions Our results are in agree with similar studies and strongly suggest music therapy as an effective way in controlling the behavioral problems in children with mental handicap. However, more investigation is warranted to better understand the role of music therapy in psychiatric problems of children with mental handicap. Key words: Music therapy, mental retardation, Aggression Dalam penelitian ini, para peneliti 50 siswa retardasi mental laki-laki secara acak dari 100 siswa di sekolah khusus dengan usia antara 9-11 tahun. Rosenzweig’s Picture Frustration Study yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan 100 siswa tersebut memiliki tingkat agresif yang tinggi. Sedangkan dengan Raven’s Intelligence Quotient Test menunjukkan bahwa tingkat IQ mereka 50-70 (retardasi mental tingkat rendah). Secara acak pula 50 siswa yang telah dipilih dibagi menjadi dua kelompok, 25 siswa pertama yang akan diberikan terapi musik dan 25 siswa lainnya tanpa diberikan musik. Kelompok siswa pertama akan diberikan terapi musik aktif dua kali seminggu dan satu jam setiap pertemuan
yang
berjalan
selama
tiga
bulan.
Prosedur
pelaksanaanya
menggunakan improvisasi irama musik Persia yang kegiatannya terdiri dari apresiasi musik, improvisasi, mengarang lagu, bergerak sesuai irama, dan relaksasi. Evaluasi dilaksanakan setelah tiga bulan dengan menggunakan Rosenzweig’s Picture Frustration Study yang dihitung menggunakan t-tes. Hasilnya adalah signifikan (p<0.05). Sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini disimpulkan penggunaan terapi musik sebagai salah satu cara yang efektif untuk mengendalikan masalah perilaku pada siswa retardasi mental.
55
3. Emotional and Neurohumoral Responses to Dancing Tango Argentino: The Effects of Music and Partner Peneliti
: Cynthia Quiroga Murcia, M.sc; Stephan Bongard, P.Hd and Gunter Kreutz, P.Hd; Goethe University Frankfurt am Main and Carl von Ossietzky University Oldenburg, Germany; 2009
Rangkuman
:
The present study examines the emotional and hormonal responses to tango dancing and the specific influences of the presence of music and partner on these responses. Twenty-two tango dancers were assessed within four conditions, in which the presence of music and a dance partner while dancing were varied in a 2x2 design. Before each condition and 5 minutes thereafter, participants provided salivary samples for analysis of cortisol and testosterone concentrations and completed the Positive and Negative Affect Schedule. The data suggest that motion with a partner to music has more positive effects on emotionalstate than motion without music or without a partner. Moreover, decreases of cortisol concentrations were found with the presence of music, whereas increases of testosterone levels were associated with the presence of a partner. The authors’ work gives evidence of short-term positive psychobiological reactions after tango dancing and contributes to understanding the differential influence of music and partner. Keywords: dance; music; emotional state; cortisol; testosterone 4. Pengaruh Musik Terhadap Performance Fisik Peneliti
: Dedik S. Santoso, 2002
Rangkuman
:
Tujuan utama dari paper ini adalah untuk menentukan apakah ada pengaruh dari musik terhadap performance dari seseorang saat melaksanakan pekerjaan fisik. Tiga jenis musik digunakan dalam studi ini: musik ringan, hard rock, dan musik favorit masing-masing subjek. Pekerjaan fisik yang sama tanpa musik juga dilaksanakan sebagai kontrol. Sebagai pekerjaan fisik, setiap subjek berjalan di atas treadmill dengan kecepatan konstan (4.8 km/jam) dan kemiringan konstan (4º) selama 6 menit. Setiap subjek diberikan istirahat yang cukup setiap kali selesai melaksanakan satu eksperimen. Sepuluh mahasiswa, tiga wanita dan tujuh pria berpartisipasi secara sukarela dalam studi ini. Program statistik digunakan untuk menganalisa hasil studi. Dari hasil perhitungan, tampak bahwa musik ringan dan favorit secara signifikan mempengaruhi performance fisik. Detak jantung per menit lebih rendah saat subyek mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka sambil melaksanakan pekerjaan fisik, dibandingkan tanpa mendengarkan musik. Pada saat mendengarkan musik hard rock, detak jantung 56
menurun tetapi tidak signifikan. Di lain pihak, konsumsi oksigen tidak menurun secara signifikan bila tanpa musik dibandingkan dengan mendengarkan musik. Karena itu, akan lebih menguntungkan bila pada saat melakukan suatu pekerjaan fisik, pekerja mendengarkan musik ringan atau musik favorit mereka. Kata kunci: musik, performance fisik, detak jantung, konsumsi Oksigen 5. Musikalisasi Puisi Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Puisi Pada Siswa Kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta Peneliti
: Ainul Qoyim, Surakarta, 2009
Rangkuman
:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan teknik musikalisasi puisi dalam pembelajaran apresiasi puisi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Objek penelitian ini adalah siswa kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan tes. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) persiapan, (2) pengenalan masalah, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penyusunan laporan. Proses penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) apresiasi puisi pada siswa kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta dengan menerapkan teknik musikalisasi puisi. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) siswa terlihat tertarik dan lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran apresiasi puisi, (2) siswa terlihat aktif dalam memberikan jawaban maupun membaca puisi di depan kelas, (3) siswa tidak malu lagi saat ditunjuk oleh guru maupun secara sukarela untuk membaca puisi di depan kelas, (4) siswa mau membaca puisi di depan kelas secara sukarela, dan (5) kemampuan siswa dalam memahami isi puisi meningkat dari siklus I, II, dan III.
C. Kerangka Pikir Kemarahan merupakan salah satu emosi wajar yang dimiliki manusia. Akan tetapi kemarahan menjadi hal yang tidak wajar apabila diekspresikan sebagai hal yang merugikan orang lain, lebih-lebih apabila kemarahan tersebut tidak bisa diterima dalam tata krama dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku 57
kemarahan yang juga disebut sebagai agresi bisa berupa perbuatan maupun katakata atau yang lebih dikenal sebagai agresi verbal. Sebagian besar siswa SLB E Bhina Putera tidak terkecuali kelas VIB mengalami perilaku yang disebut sebagai agresi verbal tersebut. Jika dibiasakan hal ini akan menghambat siswa untuk terjun di lingkungan yang baru, baik itu di lingkungan jenjang pendidikan selanjutnya maupun di lingkungan kerja. Oleh karena itu peneliti berusaha memberikan musikalisasi puisi sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi perilaku tersebut. Dengan musikalisasi diharapkan agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera pada khususnya akan berkurang. Kegiatan ini akan diterapkan melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain agresi verbal dapat berkurang, siswa juga dapat memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan puisi. Secara sederhana, kerangka pikir peneliti digambarkan sebagai berikut: Agresi Verbal pada siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera tinggi
Musikalisasi Puisi
Agresi Verbal pada siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera rendah
SKKD tercapai
Gambar 2.3 Kerangka Pikir
Gambar kerangka pikir tersebut menyiratkan bahwa agresi verbal yang dimiliki anak dengan gangguan emosi dan perilaku ditekan intensitasnya dengan kegiatan musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi ini dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Dari kegiatan musikalisasi tersebut, agresi verbal pada anak gangguan emosi dan perilaku dapat berkurang. Berkurangnya perilaku agresi verbal diutamakan selama pembelajaran berlangsung. 58
Kondisi awal siswa sebelum adanya perlakuan adalah adanya agresi verbal yang tinggi. Perilaku tersebut sering dimunculkan selama pembelajaran di kelas dan saling berpengaruh satu sama lainnya. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti memberikan perlakuan musikalisasi puisi pada siswa yang dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Musikalisasi puisi yang digunakan adalah kolaborasi antara pembacaan puisi Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail dengan iringan musik instrumen Canon in D karya Johann Pachelbel yang telah diarrangement ulang menggunakan gitar akustik. Setelah adanya kegiatan ini diharapkan indikasi agresi verbal pada siswa menjadi rendah. Dengan berkurangnya perilaku agresi verbal secara tidak langsung dapat membantu anak untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar pada mata pelajaran bahasa indonesia, karena di dalamnya tertuang standar kemampuan untuk siswa dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis serta kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dengan berpidato, melaporkan isi buku, dan baca puisi. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis yang telah disebutkan, hipotesis tindakan yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut: Penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan dipilih untuk mengetahui keberhasilan punggunaan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010 adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Aqib menggambarkan hakikat penelitian tindakan kelas dengan menjabarkan definisi kata penelitian, tindakan, dan kelas sebagai berikut: Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Sedangkan kelas yaitu sekelompok peserta didik yang sedang belajar. (2007:12) Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan merupakan kegiatan reflektif dalam berpikir dan bertindak dari guru (Dewey dalam Thornton dalam Wiriaatmadja, 2006:12) untuk membantu atau mengatasi masalah peserta didik dalam belajar. Definisi tersebut didukung oleh Kemmis dan Carr dalam Kasbolah (2001:63) yang menyebutkan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan yang prosesnya terdiri dari empat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam Kasbolah (2001:10) Kurt Lewin, seorang ahli psikologi sosial, sebagai orang yang mempopulerkan penelitian tindakan berpendapat bahwa cara terbaik untuk memajukan orang adalah dengan melibatkan mereka dalam 43
60
penelitian yang ada dalam kehidupan mereka. Lewin juga menekankan pentingnya kolaborasi dan partisipasi yang bersifat demokratis. Selanjutnya, Lewin memberikan definisi tentang penelitian tindakan sebagai suatu lingkaran atau rangkaian langkah-langkah yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model atau desain spiral oleh Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja: 2006) yang melakukan penelitian tindakan melalui dua siklus yang bisa digambarkan sebagai berikut:
Plannin
Observin Reflectin g
Acting
Reflectin g
Revised Plannin
Observin g
Acting
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan menurut Kemmis dan Taggart Fokus permasalahan pada rencana penelitian ini adalah adanya agresi verbal yang dimiliki oleh siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta yang berakibat pada rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia yang dimiliki siswa tersebut. Oleh karena itu penelitian difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kualitas
kemampuan
berbahasa
Indonesia
pada
siswa.
Dalam
rangka
merencanakan penelitian ini, peneliti akan memilih tiga variabel yang terdiri dari dua variabel terikat (x) dan satu variabel bebas (y). Variabel bebas terdiri dari penggunaan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail yang dirangkai dalam bentuk musikalisasi puisi. Variabel bebas yang akan diteliti adalah agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta.
61
B. Tempat dan Waktu Penelitian Untuk melakukan penelitian ini tempat yang akan dipilih adalah SLB E Bhina Putera yang beralamatkan di Jl. Bibis baru no. 3, Cengklik, Surakarta. Alasan memilih tempat yang berbentuk bangunan sekolah menghadap ke utara dan berhadapan dengan gereja dan SD Negeri Bibis Luhur ini selain karena masih di wilayah Surakarta juga karena Penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan di tempat tersebut. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Januari 2009 di mana sebelumnya pada bulan November sampai dengan Desember 2009 adalah tahap persiapan melakukan penelitian yang dilakukan untuk pengajuan judul dan penyusunan proposal. Berikut tabel keseluruhan waktu dan kegiatan penelitian: Tabel 3.1 Tabel Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian Bulan No.
Kegiatan Nov.
Des.
Jan.
1.
Judul dan Proposal
2
Perijinan
--xx
x---
3.
Penyusunan instrumen
-xxx
-x--
4.
Pengumpulan data
5.
Analisis data
6.
Penyusunan laporan
Feb.
Mar.
x--x
---x
xxxxxxx xx--
C. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIB yang berjumlah 4 (empat) orang siswa dan terdiri dari 2 (dua) laki-laki dan 2 (dua) perempuan. Siswa di kelas ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga seringkali kegiatan pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar yang
62
tertuang di dalam kurikulum pembelajaran. Di kelas yang berukuran kira-kira 3x3 meter siswa melakukan kegiatan belajar tiap harinya. Keempat siswa yang ada dalam kelas VIB SLB E Bhina Putera tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Siswa I (A.W), memiliki karakteristik senang melihat orang lain kebingungan karena ulahnya (buang sepatu guru, buang sepatu teman, dsb), tetapi akhirnya mau mengambilkan, tidak banyak bicara, dan lambat berpikir. b. Siswa II (A.M), memiliki karakteristik agresif, tidak bisa diam, emosi tdak terkendali, usil, susah diatur, pintar mencari alasan (:ngeles), reaksi selalu berlebihan. c. Siswa III (Frm.), memiliki karakteristik agresif, emosi tidak terkendali, ingin menang sendiri, namun bersedia menolong anak lain yang jadi korban kemarahannya. d. Siswa IV (S.M), memiliki karakteristik rasa kurang percaya diri yang tinggi, bila tidak ditanya anak enggan bertanya.
D. Pengumpulan Data 1. Eksperimen (Tes) Sebagaimana yang telah dituliskan dalam tujuan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera dapat diatasi melalui penggunaan musik dan puisi dalam musikalisasi puisi dengan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah eksperimen. Eksperimen berasal dari kata bahasa Inggris experiment yang artinya percobaan (Echols dan Shadily, 1996:225). Secara tidak langsung eksperimen ini berkaitan dengan pelaksanaan tes. Echols dan Shadily (1996) sendiri juga memberikan makna pengujian dan percobaan dalam kata testing. 63
Sebagai instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data, tes dapat dibedakan menjadi dua (Arikunto, 1996), yaitu: a. Tes Buatan, merupakan tes yang dibuat dengan prosedur tertentu, tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali. b. Tes terstandar, adalah tes yang sudah mengalami uji coba berkali-kali, direvisi berkali-kali, dan sudah tersedia di lembaga testing. Dalam penelitian tentang penggunaan musikalisasi puisi ini akan digunakan tes buatan yang disesuaikan indikator dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VI SD serta sesuai dengan definisi operasional dan teori pada masing-masing variabel. Tes dilaksanakan sebelum dan sesudah pemberian perilaku. Tes dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran dengan menggunakan musikalisasi puisi. Langkahlangkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data menggunakan tes adalah dengan menyiapkan instrumen tes, menilainya, dan mengolah data yang diperoleh. Tes dilakukan dua kali yaitu, pre-test yang dilakukan sebelum pemberian tindakan dan post-test yang dilaksanakan setelah pemberian tindakan. Pre-test dilaksanakan pada akhir bulan Januari tentang kemampuan siswa dalam menggunakan kata bersinonim yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda, soal pemahaman puisi yang terdiri dari lima soal yang sesuai dengan isi puisi dan disampaikan secara lisan, serta soal yang berkaitan dengan kemampuan mengartikan kata-kata sulit yang terdiri dari lima soal dan disampaikan secara lisan pula. Berikut merupakan rincian dari keseluruhan soal pre-test yang diberikan kepada siswa: Tabel 3.2 Tabel rincian soal pre-test dan post-test Aspek Kemampuan
Bentuk Tes
Jumlah Soal 10
Jumlah Skor 10
Menggunakan kata bersinonim
Tertulis
Pemahaman puisi
Lisan
5
10
Mengartikan kata-kata sulit
Lisan
5
10 64
Nilai = Dengan soal dan sistem penilaian yang sama, post-test dilaksanakan dua kali, yaitu pada siklus pertama dan siklus kedua. 2. Observasi Menurut Hamdani dan Hermana (2008:67) observasi atau pengamatan dapat diklasifikasi atas pegamatan melalui cara berperan serta dan tidak berperan serta. Pada pengamatan tanpa peran serta, pengamatan hanya melakukan suatu fungsi yaitu sekedar pengamatan. Sedangkan untuk pengamatan yang berperan serta, peneliti melakukan dua peranan sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dan kelompok yang diamati. Wiriaatmadja (2006) membagi observasi menjadi tiga jenis yaitu, observasi terfokus, observasi terstruktur, dan observasi sistematik. Observasi terfokus digunakan apabila seorang peneliti ingin memfokuskan penelitian pada suatu permasalahan. Misalnya penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada usaha-usaha guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa dengan memberikan respon kepada pertanyaan guru, sehingga penelitian difokuskan pada peningkatan kualitas bertanya siswa. Observasi terstruktur dilakukan setelah menentukan krtiteria yang akan diamati. Sedangkan observasi sistematik merupakan observasi yang menggunakan berbagai macam skala yang dapat dimanfaatkan dalam situasi-situasi tertentu. Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah jenis observasi pengamat penuh dan observasi terfokus. Observasi dilaksanakan selama pembelajaran seperti biasa tanpa musikalisasi puisi dan pada saat pemberian musikalisasi puisi. Observasi dilakukan terhadap siswa dalam rangka mengamat tingkat agresi verbal pada siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan guru dengan dua cara yaitu, dengan peneliti mengambil tempat duduk paling belakang selama guru memberikan penjelasan tanpa musikalisasi puisi dan guru mengamati secara 65
langsung selama proses musikalisasi puisi berlangsung. Skala yang dipakai unntuk lembar observasi ini adalah skala penilaian. Skala penilaian merupakan alat untuk mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seesorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinum atau suatu kategori yang bermakna nilai. Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur proses mengajar guru, proses belajar siswa, atau hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan masalah. (Nana Sudjana: 2008) Penilaian observasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung hasil penilaian observasi yang terdiri dari aspek agresi verbal aktif dan agresi verbal pasif. Agresi verbal aktif terdiri dari 11 item soal dan agresi verbal pasif terdiri dari 5 item soal dengan keterangan skorsing sebagai berikut: 1
: TP (Tidak Pernah)
2
: P (Pernah, intensitas kejadian 1-2 kali)
3
: J (Jarang, ntensitas kejadian lebih dari 2 kali dengan jangka waktu yang tidak selalu)
4
: S (Sering)
Sedangkan untuk rincian hasil penilaiannya adalah sebagai berikut: a.
Penilaian Agresi Verbal Aktif 11-21 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak rendah 22-32 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak sedang 33-44 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak tinggi
b.
Penilaian Agesi Verbal Pasif 5-9
: Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak rendah
10-14 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak sedang 15-20 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak tinggi 3. Dokumentasi Arikunto (1996: 234) dalam Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis menjelaskan bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang bermakna
66
barang-barang tertulis. Barang-barang tertulis tersebut dapat berupa buku-buku, majalah, peraturan, notulen rapat, dan sebagainya. Hamdani dan Hermana (2008) mengungkapkan dokumentasi dapat berupa dokumen-dokumen baik berupa dokumen primer maupun skunder yang menunjang proses pembelajaran di kelas. Elliot dalam Wiriaatmadja (2006:121) yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, antara lain: a. Silabi dan rencana pelajaran, yang dalam penelitian ini dilaksanakan melalui penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum dilakukannya penelitian; b. Laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, diskusi dilaksanakan antara guru dan peneliti untuk membahas kegiatan penelitian yang telah berlangsung dan strategi atau langkah selanjutnya; c. Berbagai macam ujian dan tes, tes dilaksanakan tiga kali, yaitu tes sebelum perlakuan (pre-test), tes saat siklus I (post-test 1), dan tes saat siklus II (posttest 2); d. Laporan rapat, tidak ada kegiatan rapat dalam penelitian ini; e. Laporan tugas siswa, tidak ada pemberian tugas dalam penelitian ini; f. Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, buku teks yang relevan dalam pelajaran digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kemudian dikaitkan dengan pelaksanaan musikalisasi puisi; dan g. Contoh essay yang ditulis siswa, dalam penelitian ini siswa menulis puisi yang tiap siklus menghasilkan tulisan yang berbeda. Selain dokumen yang telah disebutkan, kegiatan dokumentasi juga dilakukan melalui kegiatan memotret beberapa kegiatan selama penelitian. Dalam penelitian ini dokumentasi dilaksanakan untuk mendapatkan nilai kompetensi pada siswa dan mengetahui perkembangan siswa tiap siklus. E. Analisis Data Berdasarkan pendapat Hamdani dan Hermana (2008:78) data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis melalui deskriptif kualitatif. Analisis data 67
dilakukan pada tiap data yang dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan cara kuantitatif sederhana yaitu dengan menggunakan prosentase (%), dan data kualitatif dianalisis dengan membuat penilaian kualitatif (kategori). Secara khusus teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kritis, yang merupakan kegiatan membandingkan hasil tindakan dari tiap siklus dengan indikator ketercapaian yang telah ditetapkan sebelumnya. F. Validasi Data Bentuk validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Face Validity (validitas muka), yaitu pengecekan, penilaian, dan pengambilan keputusan validitas suatu instrumen berdasarkan kegiatan setiap anggota kelompok peneliti tindakan, dimana dalam penelitian ini guru merupakan salah satu di antaranya. Selain itu, digunakan pula Catalytic Validity (Validitas pengetahuan) yang dihasilkan oleh peneliti tindakan bergantung pada kemampuan peneliti sendiri dalam mendorong adanya perubahan (improvement). (Lather Connole, 1994 dalam Suharsimi Arikunto, dkk, 2009) Dalam penelitian ini, face validity dilakukan melalui diskusi antara guru dan peneliti setelah penelitian mulai dari awal pembahasan masalah, perencanaan tindakan, penggunaan instrumen sampai dengan pengambilan keputusan hasil penelitian. Sedangkan catalytic validity dapat dilihat melalui refleksi dan perencanaan tindakan untuk siklus berikutnya dalam rangka mengatasi masalah atau indikator yang belum tercapai pada siklus sebelumnya. G. Indikator Kinerja Untuk mengetahui bahwa penggunaan musik instrumental “Canon in D” karya Johann Pachelbel dan puisi yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” karya Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi dapat mengurangi agresi verbal siswa
68
kelas VIB SLB E Bhina Putera tahun ajaran 2009/2010 maka indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut: a. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan pembelajaran; b. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian tanda jeda pada puisi; c. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana, hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan Armstrong (2004:32) bahwa musik bisa digunakan sebagai pemicu untuk menulis. Anak bisa menuliskan apa yang dipikirkan melalui mesik yang didengarkan tersebut; d. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari pre-test ke post-test I pada siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II. H. Prosedur Penelitian 1. Perencanaan Tindakan (Planning) Dalam penelitian ini masalah yang diselesaikan adalah agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta. Sehingga perlu ada indikatorindikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan penelitian. Jenis tindakan yang digunakan adalah kegiatan musikalisasi puisi. Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan Santoso (2002 dalam http://puslit2. petra.ac.id/ejournal/index.php/ind/article/viewArticle/16005) tentang penggunaan musik yang mampu meningkatkan performance seseorang yang sedang melakukan aktivitas fisik, musik yang akan digunakan dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan stimulus kepada siswa dalam hal berbahasa Indonesia. Praktek penggunaan musik dalam pembelajaran juga telah dilakukan SMA Negeri 1 Citeureup saat mengadakan kegiatan simulasi ujian praktek yang
69
menurut beberapa siswa meskipun suasana terkesan santai mereka menjadi lebih cepat paham. (El’Arsya, 2009 dalam http://www.jurnalbogor.com/?p= 22730). 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Rangkaian kegiatan yang digunakan dalam rangka mengurangi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera meliputi dua kegiatan pokok yaitu pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dan observasi terhadap pelaksaanaan tindakan tersebut. Sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Sukarno (2009: 89) bahwa tindakan pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus hingga diperoleh hasil yang maksimal dan setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Akan tetapi dalam penelitian ini tiap siklus dilaksanakan dalam empat kali pertemuan dengan pertimbangan kegiatan ini ditujukan untuk anak berkebutuhan khusus. Pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada 5 Februari 2010, pertemuan kedua pada 6 Februari 2010, pertemuan ketiga pada 8 Februari 2010, dan pertemuan keempat pada 9 februari 2010. Sedangkan untuk siklus II pertemuan dilaksanakan pada 15 Februari 2010, pertemuan kedua pada 16 Februari 2010, pertemuan ketiga pada 19 Februari 2010, dan pertemuan keempat pada 20 Februari 2010. 3. Pengamatan (Observing) Jenis pengamatan atau observasi yang digunakan adalah observasi terfokus mengingat fokus dari penelitian ini adalah masalah agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera. Dalam Kasbolah (2001:53) pelaksanaan observasi terfokus harus ada persiapan tentang alat-alat yang akan digunakan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, observasi dilaksanakan untuk mengamati agresi verbal yang dimunculkan tiap siswa. Kegiatan pengamatan disertai dengan pengisisan lembar checklist mengenai agresi verbal oleh guru. 70
4. Refleksi (Reflection) Kasbolah (2001:55) menjelaskan bahwa refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas, tercakup di dalamnya adalah kegiatan evaluasi. Refleksi dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah pencermatan yang akan dilakukan peneliti selama dan sesudah tindakan tersebut dilakukan. “Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/atau tidak terjadi, apa yang terjadi dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya”. (Sukarno, 2009:98)
71
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian dilakukan di SLB E Bhina Putera Surakarta, khususnya di kelas VIB dengan subjek penelitian empat siswa, yang terdiri dari dua siswa putra dan dua siswa putri. Selama penelitian siswa duduk dengan dua variasi penataan tempat duduk, yaitu duduk secara berhadapan dan duduk dengan membentuk setengah lingkaran. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain: rekaman musikalisasi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail yang dikemas dalam bentuk softfile, laptop, speaker, dan rol kabel.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Kegiatan diawali dengan pengajuan proposal dan surat ijin penelitian pada hari Rabu, 13 Januari 2010 di kantor Kepala SLB E Bhina Putera Surakarta yang telah menyatakan setuju untuk diadakan penelitian. Persetujuan tersebut ditindaklanjuti penulis dengan menemui guru kelas VIB, Ibu Ratnaningsih untuk identifikasi masalah dan menyamakan persepsi tentang materi yang akan digunakan. Berdasarkan pertemuan pada hari itu telah disepakati untuk melakukan kegiatan pra-siklus karena sebelumnya materi puisi tidak diberikan kepada siswa mengingat semua siswa kelas VIB memiliki kemampuan di bawah rata-rata.
1. Pra-Siklus Kegiatan pra-siklus ini meliputi kegiatan pembelajaran puisi tanpa musikalisasi puisi yang dilaksanakan untuk mendapatkan penilaian awal sebagai pembanding nilai yang akan dihasilkan setelah pelaksanaan tindakan. Kegiatan
55 72
pra-siklus ini dilaksanakan pada hari Jumat, 29 Januari 2010 dan Sabtu, 30 Januari 2010 setelah istirahat. Kegiatan pembelajaran mengenai puisi yang dilaksanakan selama prasiklus ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Tabel Rincian Kegiatan Pembelajaran Puisi Pra-Siklus Tanggal 29 Jan 2010
Bentuk Kegiatan
Keterangan
1. Apersepsi 2. Guru mengenalkan puisi kepada 2.1 Semua siswa mengaku para siswa.
belum pernah mengetahui apa dan bagaimana bentuk puisi.
3. Guru dan peneliti membagikan 3.1 Siswa tampak lembaran
puisi
yang
berjudul bersemangat mendapatkan
Dengan Puisi, Aku karya Taufiq materi puisi karena Ismail.
sebelumnya materi ini belum pernah diberikan
4. Guru menjelaskan tentang bait dan 4.1 Tiga dari empat siswa baris pada puisi.
masih belum bisa membedakan antara bait dengan puisi.
5. Siswa
membacakan
puisi
satu 5.1. Tiga dari empat siswa
persatu maju ke depan kelas.
mengalami kesulitan membaca kata-kata yang baru saja dibaca dalam puisi.
6. Guru menjelaskan isi puisi per bait
6.1 Semua siswa tidak
Bait I : menceritakan bahwa sampai antusias mendengarkan usianya
tua
penulis
akan dan mengeluh
mengungkapkan rasa gembiranya kebingungan.
73
dengan puisi, dan mengungkapkan perasaan cintanya di bawah kaki langit. Bait II : menyiratkan bahwa penulis mengingat kematian dengan katakata
melalui
mengungkapkan
puisi rasa
dan sedihnya
melalui puisi ketika ia menyadari bahwa ia telah kehilangan waktu. Bait III : mengisyaratkan bahwa penulis menggunakan puisi untuk menyumpahi hal-hal yang tidak disukainya
dengan
zaman
ini.
Penulis juga berharap dengan puisi doanya akan didengar. 30 Jan 2010
1. Apersepsi 2. Guru mengulang kembali materi 2.1 Tiga dari siswa yang
disampaikan
sebelumnya
pada
hari
mengaku sudah lupa dan ternyata keempat siswa tidak dapat mengikuti penjelasan guru.
3. Pelaksanaan Pre-test oleh peneliti 3.1 Bentuk pre-test tertulis dibantu guru.
untuk kemampuan menggunakan kata bersinonim dilaksanakan secara serentak dengan suasana tenang. 3.2 Bentuk pre-test lisan 74
untuk kemampuan memahami isi puisi dan mengartikan katakata sulit dilakukan secara bergantian. 4. Guru, peneliti, dan siswa bersama- 4.1 Tiga dari empat siswa sama kembali membaca puisi.
membaca masih tidak beraturan dan sering salah ucap.
5. Siswa
diminta
menulis
puisi
sederhana, minimal siswa disuruh menuliskan apa yang ingin ditulis tentang hal yang sedang dipikirkan dan dirasakan. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa indikator yang telah ditentukan peneliti belum mampu dicapai oleh empat siswa. Suasana selama pra-siklus juga kurang kondusif karena pada hari kedua ada dua orang anak yang bertengkar dan berpengaruh pada semua siswa. Apapun cara yang telah dilakukan peneliti tidak dapat mengembalikan secara total keadaan emosi anak semula. Untuk memudahkan penjelasan tentang hasil dari pra-siklus tentang kemampuan membaca puisi, kemampuan menulis puisi, dan hasil tes yang berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata bersinonim, kemampuan memahami puisi, dan kemampuan mengartikan kata-kata sulit berikut merupakan hasilnya yang dirangkum dalam bentuk tabel. Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Pra-Siklus No. 1.
Nama Siswa A.W
Kemampuan Membaca Puisi Tempo pelan dan tidak banyak pembacaan kata yang tidak tepat, suara pelan
2.
A.M
Membaca tersendat-sendat, banyak pembacaan kata 75
yang tidak tepat. 3.
Frm.
Tempo membaca cepat, banyak pembacaan kata yang tidak tepat, suara lantang
4.
S.M
Hampir tidak mau membaca karena kurang percaya diri, tempo membaca cepat, dan banyak pembacaan kata yang tidak tepat.
Tabel 4.3 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Pra-Siklus No.
Puisi Sederhana (kata/frase/kalimat/paragraf)
Nama Siswa
yang Ditulis Siswa
1.
A.W
Arum mati.
2.
A.M
-
3.
Frm.
Ibu terima kasih ya bu.
4.
S.M
-
Tabel 4.4 Tabel Hasil Pre-Test No.
Skor Soal I
Soal II
Soal III
Nilai PreTest
Nama Siswa
1.
A.W
3
0
0
1
2.
A.M
5
4
2
3.33
3.
Frm.
5
2
0
2.33
4.
S.M
4
0
0
1.33
Keterangan: Soal I
: Soal kemampuan menggunakan kata bersinonim
Soal II
: Soal kemampuan memahami puisi
Soal III
: Soal kemampuan mengartikan kata-kata sulit
76
2. Siklus I a. Perencanaan Berdasarkan data yang dihasilkan selama pra-siklus dan identifikasi masalah yang telah dilaksanakan pada hari-hari sebelumnya guru kelas, Ibu Ratnaningsih menyepakati kegiatan musikalisasi puisi sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi agresi verbal pada hampir semua siswa SLB E Bhina Putera pada umumnya dan sebagian siswa SLB E Bhina Putera kelas VIB pada khususnya, sekaligus sebagai sarana untuk mengajarkan materi puisi yang ada pada kompetensi dasar siswa kelas VI mata pelajaran Bahasa Indonesia. Rincian kegiatan dalam tahap perencanaan di siklus ini adalah sebagai berikut: 1) Peneliti dan guru mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan materi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail yang telah disusun sebelumnya. 2) Peneliti dan guru mendiskusikan desain pembelajaran dengan menggunakan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama: (1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. (2) Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan puisi. (3) Peneliti menanyakan tentang kegiatan membaca puisi yang telah dilakukan sebelumnya tentang judul, pengarang, bait, dan baris pada puisi. 77
(4) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi, semua siswa menyimak. (5) Peneliti menanyakan perbedaan antara puisi yang dibacakan tanpa musik dengan puisi yang dibacakan diiringi musik. (6) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sekali lagi. (7) Peneliti meminta siswa untuk membacakan puisi kembali. (8) Peneliti dan siswa membacakan puisi secara bersama-sama. b) Langkah-langkah pada pertemuan kedua: (1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. (2) Peneliti memberikan tanda jeda pada puisi. (3) Peneliti dan siswa membaca bersama-sama sesuai jeda. (4) Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk membacakan puisi lagi. (5) Peneliti memberikan reward berupa tepuk tangan setelah siswa selesai membaca puisi. (6) Peneliti membuat perjanjian dengan siswa, kalau
ada
yang
mengucapkan kata kasar (:misuh), memaki, mengumpat, dan mengejek temannya harus maju membacakan puisi sampai benar pengucapannya. (7) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan isi puisi per bait. (8) Peneliti mengadakan tes lisan tentang kemampuan memahami puisi.
78
c) Langkah-langkah pada pertemuan ketiga: (1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. (2) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan kata-kata sulit per bait dan per baris. (3) Peneliti mengadakan tes lisan tentang kemampuan mengartikan katakata sulit. (4) Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa yang belum maju membacakan puisi pada hari sebelumnya. (5) Peneliti memberikan reward berupa tepuk tangan setelah siswa selesai membaca puisi. (6) Peneliti kembali memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan persamaan kata-kata dalam puisi. (7) Peneliti mengadakan tes tertulis tentang kemampuan menggunakan kata-kata bersinonim dalam puisi dengan diiringi musik instrumental. d) Langkah-langkah pada pertemuan keempat: (1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. (2) Peneliti mengadakan tanya jawab seputar musikalisasi puisi yang telah dilaksanakan pada hari-hari sebelumnya. (3) Peneliti memancing siswa untuk menulis puisi sendiri. (4) Peneliti memutar rekaman musikalisasi puisi.
79
(5) Peneliti meminta siswa menulis puisi sederhana tentang apapun yang mereka pikirkan, mereka rasakan, dan mereka alami dengan diiringi musik instrumental. 3) Guru dan peneliti mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan selama pelaksanaan tindakan yang meliputi: a) Rekaman musikalisasi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail yang dibacakan dengan iringan musik instrumental yang berjudul Canon in D karya Johann Pachelbel menggunakan gitar akustik. b) File musik instrumental yang berjudul Canon in D karya Johann Pachelbel versi piano arrangement George Winston. c) Laptop. d) Speaker. e) Roll kabel. Persiapan lain yang dilaksanakan antara lain penataan ruang kelas dan tempat duduk yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1 Gambar Penataan Ruang Kelas Pada Pelaksanaan Siklus I
80
Keterangan: = Tempat duduk siswa = Tempat pemutaran musikalisasi puisi
b. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini peneliti menyampaikan materi puisi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi dengan iringan musik instrumental yang berjudul canon in D karya Johann Pachelbel menggunakan gitar akustik. Proses pelaksanaan ini adalah dengan pemutaran rekaman musikalisasi puisi yang isinya sebagai berikut: Intro: D A Bm F#m G D G A D
A
Dengan puisi aku bernyanyi Bm
F#m
Sampai senja umurku nanti G
D
Dengan puisi aku bercinta G
A
Di batas cakrawala D
A
Dengan puisi aku mengenang 81
Bm
F#m
Keabadian Yang akan Datang G
D
Dengan puisi aku menangis G
A
Jarum waktu bila kejam mengiris D
A
Dengan puisi aku mengutuk Bm
F#m
Nafas zaman yang busuk G
D
Dengan puisi aku berdoa G
A
Perkenankanlah kiranya Interlude: D G A Bm F#m G D G A D
A
Reff.1: Dengan puisi aku bernyanyi Bm
F#m
Sampai senja umurku nanti G
D
Dengan puisi aku bercinta
82
G
A
Di batas cakrawala D
A
Dengan puisi aku mengenang Bm
F#m
Keabadian Yang akan Datang G
D
Dengan puisi aku menangis G
A
Jarum waktu bila kejam mengiris Interlude: D G A Bm F#m G D G A D
A
Reff.2: Dengan puisi aku mengutuk Bm
F#m
Nafas zaman yang busuk G
D
Dengan puisi aku berdoa G
A
Perkenankanlah kiranya Kembali ke: Reff 2 Interlude: D G A Bm F#m G D G A 83
Kembali ke: Bait I, bait II, dan bait III Penutup: D G A Bm F#m G D G A Sehingga dapat disebutkan bahwa puisi dibacakan tiga kali dengan total permainan chord D G A Bm F#m G D G A adalah 14 dengan 13 variasi permainan. Sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan, maka hasil pelaksanaan tindakan I adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus I Pertemuan Bentuk Kegiatan ke1. Peneliti memberi salam pada 1 5 Feb ‘10
Keterangan 1.1 Siswa masih tampak
siswa, menanyakan kabar, dan
bersemangat meskipun
menyiapkan siswa.
seusai istirahat.
2. Peneliti menjelaskan kegiatan
2.1 Siswa memperhatikan
yang akan dilaksanakan
dan mendengarkan, salah
berdasarkan standar
seorang menyamakan
kompetensi, kompetensi dasar,
dengan kegiatan pra-
dan indikator pada mata
siklus sebelumnya.
pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan puisi. 3. Peneliti menanyakan tentang
3.1 Tiga dari empat siswa
kegiatan membaca puisi yang
menyatakan lupa, dan
telah dilakukan sebelumnya
satu lagi hanya diam saja.
tentang judul, pengarang, bait, dan baris pada puisi.
3.2 Peneliti mengulangi lagi, kemudian meminta siswa mengulanginya.
4. Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi, semua siswa
4.1 Siswa tampak menikmati dan berusaha mengikuti
84
menyimak.
puisi yang dibacakan melalui musikalisasi puisi.
5. Peneliti menanyakan perbedaan
5.1 Siswa menyatakan bahwa
antara puisi yang dibacakan
lebih “asyik” pembacaan
tanpa musik dengan puisi yang
puisi yang diiringi musik
dibacakan diiringi musik.
dan lebih enak didengar
6. Peneliti memutarkan rekaman
sehingga siswa terlihat
musikalisasi puisi sekali lagi.
menikmati alunan musikalisasi puisi.
7. Peneliti dan siswa membacakan puisi secara bersama-sama.
6.1 Dua dari empat siswa mulai mengikuti rekaman musikalisasi puisi. 7.1 Siswa tampak lebih bersemangat dan antusias membacakan puisi.
2 6 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. 2. Peneliti memberikan tanda jeda pada puisi sebagai berikut: Dengan puisi / aku bernyanyi Sampai senja / umurku nanti Dengan puisi / aku bercinta Di batas / cakrawala Dengan puisi / aku mengenang Keabadian / Yang akan datang Dengan puisi / aku menangis Jarum waktu / bila kejam mengiris
85
Dengan puisi / aku mengutuk Nafas zaman / yang busuk Dengan puisi / aku berdoa Perkenankanlah / kiranya // 3. Peneliti dan siswa membaca bersama-sama sesuai jeda. 4. Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk membacakan
4.1 Dua dari empat siswa
puisi lagi yang telah diberi
secara sukarela maju ke
tanda jeda.
depan, satu siswa membacakan sesuai tanda jeda dan satu siswa lagi membaca dengan cepat dan tergesa-gesa, tetapi menirukan bagian reff pada musikalisasi puisi.
5. Peneliti memberikan reward berupa tepuk tangan setelah siswa selesai membaca puisi
5.1 Siswa lain mengikuti memberikan tepuk tangan kepada teman yang bersedia maju
6. Peneliti membuat perjanjian dengan siswa, kalau ada yang
membacakan puisi. 6.1 Semua siswa menyetujui.
mengucapkan kata kasar (:misuh), memaki, mengumpat, dan mengejek temannya harus 86
maju membacakan puisi sampai benar pengucapannya. 7. Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan isi puisi per bait.
7.1 Siswa konsentrasi menyimak sambil sesekali mengikuti suara dalam rekaman dan apa yang diucapkan peneliti.
8. Peneliti mengadakan tes lisan tentang kemampuan memahami puisi.
8.1 Meskipun tidak secara drastis, keempat siswa mengalami peningkatan skor dari kegiatan prasiklus ke siklus I ini.
3 8 Feb’10
1. Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. 2. Peneliti memutarkan rekaman
2.1 Siswa menyimak dengan
musikalisasi puisi sambil
baik apa yang diutarakan
menjelaskan kata-kata sulit per
peneliti.
bait dan per baris.
2.2 Salah satu siswa sempat membuat masalah dengan menyinggung perasaan temannya, kemudian siswa tersebut dihukum membaca puisi.
3. Peneliti mengadakan tes lisan
3.1 Dua siswa mengalami
tentang kemampuan
kenaikan perolehan skor
mengartikan kata-kata sulit.
dari kegiatan pra-siklus ke siklus I, dua siswa
87
yang lain belum mengalami kenaikan. 4. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa yang belum maju membacakan puisi yang telah diberi tanda jeda pada hari sebelumnya.
4.1 Dua siswa yang lain bersedia maju, satu siswa membaca dengan perlahan dan siswa yang lain membaca cepat dan tersendat-sendat.
5. Peneliti memberikan reward berupa tepuk tangan setelah siswa selesai membaca puisi.
5.1 Siswa lain mengikuti memberikan tepuk tangan kepada teman yang bersedia maju membacakan puisi.
6. Peneliti kembali memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan persamaan kata-kata dalam puisi.
6.1 Siswa konsentrasi menyimak sambil sesekali mengikuti suara dalam rekaman dan apa yang diucapkan peneliti.
7. Peneliti mengadakan tes tertulis tentang kemampuan menggunakan kata-kata bersinonim dalam puisi dengan diiringi musik instrumental. 4 9 Feb ‘10
7.1 Tiga dari empat siswa mengalami kenaikan skor dan satu siswa mendapatkan skor tetap seperti pada pra-siklus.
1. Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. 2. Peneliti mengadakan tanya jawab seputar musikalisasi puisi yang telah dilaksanakan pada hari-hari sebelumnya.
88
3. Peneliti memancing siswa untuk menulis puisi sendiri. 4. Peneliti memutar rekaman musikalisasi puisi. 5. Peneliti meminta siswa menulis puisi sederhana tentang apapun yang mereka pikirkan, mereka rasakan, dan mereka alami dengan diiringi musik instrumental. Hasil dari kegiatan sebelum tindakan pada pra-siklus dan setelah pemberian tindakan pada siklus I sudah tentu membawa perubahan pada kompetensi dan perilaku siswa. Sebagai bahan perbandingan hasil dari kegiatan pelaksanaan tindakan I untuk kemampuan membaca puisi sesuai pemberian tanda jeda, kemampuan menulis puisi, dan kemampuan mengerjakan soal tes yang terdiri dari kemampuan menggunakan kata bersinonim, kemampuan memahami isi puisi, dan kemampuan mengartikan kata-kata sulit disajikan dalam tabel-tabel berikut ini: Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus I No. 1.
Nama Siswa A.W
Kemampuan Membaca Puisi Membaca dengan suara dan tempo perlahan-lahan, semua pembacaan kata benar.
2.
A.M
Membaca masih dengan tempo cepat, tergesa-gesa dan tersendat-sendat.
3.
Frm.
Tempo membaca cepat dan tergesa-gesa, seperti membaca cerita, kemudian mengikuti reff pada musikalisasi puisi.
4.
S.M
Membaca sesuai dengan tanda jeda yang telah diberikan.
89
Tabel 4.7 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus I No.
Puisi Sederhana (kata/frase/kalimat/paragraf)
Nama Siswa
1.
A.W
yang Ditulis Siswa Aku ingin pergi dari rumah Aku ingin minggat saja.
2.
A.M
-
3.
Frm.
Terima kasih ya Bu. Terima kasih ya Yahh. Terima kasih ya ibu Bapak Guru Terima kasih pada teman-temanku.
4.
S.M
Saya mencintai kakak. Saya senang olah raga adik senang pasar-pasaran.
Tabel 4.8 Tabel Hasil Post-Test 1 No.
Skor Soal I
Soal II
Soal III
Nilai PostTest 1
Nama Siswa
1.
A.W
3
2
3
2.67
2.
A.M
6
5
4
3.75
3.
Frm.
6
5
0
3.67
4.
S.M
6
4
0
3.33
Keterangan: Soal I
: Soal kemampuan menggunakan kata bersinonim
Soal II
: Soal kemampuan memahami puisi
Soal III
: Soal kemampuan mengartikan kata-kata sulit
c. Observasi Pada saat kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia materi puisi peneliti sebagai partisipan aktif secara langsung mengamati dan mempelajari kemampuan 90
dan perkembangan siswa, sedangkan guru sebagai pengamat kegiatan yang memberikan masukan dan penilaian demi lancarnya kegiatan pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Jumat, 5 Februari 2010 dan dilaksanakan selama 2x30 menit pada pukul 09.30 WIB seusai istirahat. Kegiatan observasi selama pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempat difokuskan pada agresi verbal yang ditunjukkan siswa selama kegiatan pembelajaran dengan musikalisasi puisi dan kemampuan membaca siswa. Untuk kemampuan membaca puisi pada siswa, guru dan peneliti membuat catatan sebagai berikut: 1. Siswa yang mampu membaca puisi sesuai dengan tanda jeda sebanyak satu dari empat orang siswa; 2. Satu siswa membaca pelan tetapi tidak sesuai dengan tanda jeda; 3. Satu siswa membaca cepat dan tersendat-sendat; 4. Satu siswa membaca cepat seperti bercerita, tetapi diselingi dengan reff pada musikalisasi puisi. Sedangkan untuk hasil observasi melalui pengisian checklist oleh guru adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus I No. A.
Agresi Verbal Aktif
1.
Anak berkata kasar selama kegiatan pembelajaran
2.
Anak membodohkan teman selama kegiatan pembelajaran
3.
Anak melakukan pemaksaan pada teman selama kegiatan pembelajaran
4.
Nama Siswa
Aspek yang diamati
Anak membuat gaduh selama kegiatan
A.W
A.M
Frm
S.M
1
4
4
2
2
4
4
1
1
2
2
1
1
4
3
1 91
pembelajaran di kelas 5.
Anak mengolok-olok teman selama kegiatan pembelajaran
6.
Anak memaki teman selama kegiatan pembelajaran
7.
1
4
2
2
1
3
2
1
1
2
1
1
1
4
1
2
1
3
2
2
1
4
4
2
1
4
2
1
12
38
27
16
4
3
1
1
4
4
1
1
4
4
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
14
16
5
5
Anak menyebarkan gosip (kebohongan atau memfitnah) teman lain selama kegiatan pembelajaran.
8.
Anak suka berbicara tentang dirinya sendiri selama kegiatan pembelajaran
9.
Anak memberi kritik pedas pada teman atau memberi julukan pada teman
10.
Anak suka berkelahi atau perang mulut dengan teman
11.
Anak memberi komentar yang merendahkan Total Skor
B.
Agresi Verbal Pasif
1.
Anak menolak berbicara dengan guru atau teman selama kegiatan pembelajaran
2.
Anak menolak menjawab pertanyaan saat ditanya.
3.
Anak tidak memperhatikan pada penjelasan guru atau tidak memperhatikan teman yang sedang maju ke depan kelas (dalam rangka melaksanakan tugas)
4.
Anak memboikot pendapat teman saat kegiatan pembelajaran
5.
Anak bersikap sinis pada teman. Total Skor
92
Keterangan: 1) 1
: TP (Tidak Pernah)
2
: P (Pernah, intensitas kejadian 1-2 kali)
3
: J (Jarang, ntensitas kejadian lebih dari 2 kali dengan jangka waktu yang tidak selalu)
4
: S (Sering)
2) Penilaian Agresi Verbal Aktif: 11-21 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak rendah 22-32 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak sedang 33-44 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak tinggi 3) Penilaian Agesi Verbal Pasif 5-9
: Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak rendah
10-14 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak sedang 15-20 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak tinggi Berdasarkan data hasil observasi tersebut bisa dinyatakan bahwa ada satu dari empat siswa yang memiliki indikasi agresi verbal yang rendah, dua siswa yang memiliki indikasi agresi verbal yang sedang, dan satu siswa yang memiliki indikasi agresi verbal yang tinggi. d. Refleksi Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pada siklus satu, peneliti dan guru kolaborator mengadakan refleksi sebagai berikut: 1) Penekanan tingkat indikasi agresi verbal pada siswa masih belum tuntas, karena ada dua siswa yang masih memiliki tingkat agresi verbal yang tinggi dan sedang; 2) Pembacaan puisi sesuai dengan tanda jeda juga belum sepenuhnya dilakukan siswa, kemungkinan masih terpengaruh dengan pembacaan pada musikalisasi puisi; 93
3) Kekayaan kosa kata pada siswa masih terlalu sedikit sehingga dalam menuliskan puisi, bahasa dan kata yang mereka gunakan masih terbatas; 4) Pada saat pelaksanaan musikalisasi puisi, para siswa tidak beraturan mengarah ke sumber suara. Dari hasil refleksi tersebut, langkah yang sepakat diambil peneliti dan guru kolaborator adalah: 1) Intensitas pemutaran rekaman musikalisasi ditambah pada setiap kegiatan (selama pelaksanaan penelitian), kecuali sewaktu kegiatan menulis puisi; 2) Peneliti menempelkan lembaran puisi berukuran A3 yang telah diberi tanda jeda sewaktu kegiatan membaca; 3) Pada saat pelaksanaan musikalisasi puisi siswa diminta duduk semua di lantai mengelilingi peneliti yang juga duduk dekat dengan sumber suara. 4) Peneliti dan guru harus lebih waspada dan mengadakan pencegahan atau pencairan suasana jika ada perubahan emosi dan suasana hati pada siswa.
3. Siklus II a. Perencanaan Setelah mempelajari berbagai hasil kegiatan dan data yang diperoleh pada siklus I, hal-hal yang dijadikan solusi oleh guru dan peneliti dalam menunjang pelaksanaan tindakan kedua adalah: 1) Intensitas pemutaran rekaman musikalisasi ditambah pada setiap kegiatan (selama pelaksanaan penelitian), kecuali sewaktu kegiatan menulis puisi; 2) Pemberian hukuman bagi siswa yang menampakkan agresi verbal (terutama secara aktif) harus lebih tegas; 3) Peneliti menempelkan lembaran puisi berukuran A3 yang telah diberi tanda jeda sewaktu kegiatan membaca. 4) Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk memberi tanda jeda.
94
5) Pada saat pelaksanaan musikalisasi puisi siswa diminta duduk semua di lantai mengelilingi peneliti yang juga duduk dekat dengan sumber suara. 6) Peneliti dan guru harus lebih waspada dan mengadakan pencegahan atau pencairan suasana jika ada perubahan emosi dan suasana hati pada siswa. Secara keseluruhan perencanaan untuk pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Peneliti dan guru kolaborator secara bersama-sama mendiskusikan langkahlangkah kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia materi puisi melalui musikalisasi puisi dengan rincian sebagai berikut: a) Langkah-langkah pada pertemuan pertama (1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. (2) Peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berkaitan dengan puisi. (3) Peneliti menanyakan tentang kegiatan membaca puisi yang telah dilakukan sebelumnya tentang judul, pengarang, bait, dan baris pada puisi. (4) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi, semua siswa menyimak. (5) Peneliti menempelkan puisi pada lembar kertas berukuran A3. (6) Peneliti memberi tanda jeda kemudian memberi contoh membaca bait pertama yang telah diberi tanda jeda. (7) Siswa membacakan bait pertama yang telah diberi tanda jeda. (8) Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanda jeda secara bergantian. 95
(9) Peneliti, guru, dan siswa bersama-sama membaca puisi yang telah diberi tanda jeda. (10) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi. b) Langkah-langkah pada pertemuan kedua (1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. (2) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi. (3) Siswa diminta membaca puisi secara bergiliran, lembar puisi yang digunakan adalah lembar puisi A3 yang ditempel di tembok kelas dan telah diberi tanda jeda. (4) Peneliti memberikan reward berupa tepuk tangan setelah siswa selesai membaca puisi. (5) Peneliti membuat perjanjian dengan siswa, kalau
ada
yang
mengucapkan kata kasar (:misuh), memaki, mengumpat, dan mengejek teman (serta agresi verbal secara aktif lainnya) akan membacakan puisi di depan gedung sekolah dan minta maaf pada temannya. (6) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan isi puisi per bait. (7) Peneliti mengadakan tes lisan tentang kemampuan memahami puisi sambil diputarkan rekaman musikalisasi puisi. c) Langkah-langkah pada pertemuan ketiga (1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. (2) Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan kata-kata sulit per bait dan per baris.
96
(3) Peneliti mengadakan tes lisan tentang kemampuan mengartikan katakata sulit sambil memutarkan rekaman musikalisasi puisi. (4) Peneliti kembali memutarkan rekaman musikalisasi puisi sambil menjelaskan persamaan kata-kata dalam puisi. (5) Peneliti mengadakan tes tertulis tentang kemampuan menggunakan kata-kata bersinonim dalam puisi dengan diiringi rekaman musikalisasi puisi. d) Langkah-langkah pada pertemuan keempat (1) Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. (2) Peneliti mengadakan tanya jawab seputar musikalisasi puisi yang telah dilaksanakan pada hari-hari sebelumnya. (3) Peneliti memancing siswa untuk menulis puisi sendiri. (4) Peneliti memutar rekaman musikalisasi puisi. (5) Peneliti meminta siswa menulis puisi sederhana tentang apapun yang mereka pikirkan, mereka rasakan, dan mereka alami dengan diiringi musik instrumental. 2) Peneliti dan guru menyusun RPP yang berkenaan dengan pembelajaran puisi melalui musikalisasi puisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI. 3) Guru dan peneliti mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan selama pelaksanaan tindakan yang meliputi: a) Rekaman musikalisasi puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail yang dibacakan dengan iringan musik instrumental yang berjudul Canon in D karya Johann Pachelbel menggunakan gitar akustik.
97
b) File musik instrumental yang berjudul Canon in D karya Johann Pachelbel versi piano arrangement George Winston. c) Laptop. d) Speaker. e) Roll kabel. Persiapan lain yang dilaksanakan antara lain adalah pengaturan ruang kelas dan tempat duduk yang digambarkan sebagai berikut: Keterangan: = tempat penempelan lembar puisi dan pemutaran rekaman musikalisasi puisi
= tempat duduk siswa
Gambar 4.2 Gambar Pengaturan Tempat Duduk Pada Pelaksanaan Siklus II
b. Pelaksanaan Seperti apa yang telah tertera pada pelaksanaan tindakan siklus I, dalam siklus II peneliti juga menyampaikan materi puisi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail melalui musikalisasi puisi dengan iringan musik instrumental yang berjudul canon in D
98
karya Johann Pachelbel menggunakan gitar akustik, yang isi rekamannya adalah sebagai berikut: Intro: D A Bm F#m G D G A D
A
Dengan puisi aku bernyanyi Bm
F#m
Sampai senja umurku nanti G
D
Dengan puisi aku bercinta G
A
Di batas cakrawala D
A
Dengan puisi aku mengenang Bm
F#m
Keabadian Yang akan Datang G
D
Dengan puisi aku menangis G
A
Jarum waktu bila kejam mengiris D
A
Dengan puisi aku mengutuk
99
Bm
F#m
Nafas zaman yang busuk G
D
Dengan puisi aku berdoa G
A
Perkenankanlah kiranya Interlude: D G A Bm F#m G D G A D
A
Reff.1: Dengan puisi aku bernyanyi Bm
F#m
Sampai senja umurku nanti G
D
Dengan puisi aku bercinta G
A
Di batas cakrawala D
A
Dengan puisi aku mengenang Bm
F#m
Keabadian Yang akan Datang G
D
Dengan puisi aku menangis
100
G
A
Jarum waktu bila kejam mengiris Interlude: D G A Bm F#m G D G A D
A
Reff.2: Dengan puisi aku mengutuk Bm
F#m
Nafas zaman yang busuk G
D
Dengan puisi aku berdoa G
A
Perkenankanlah kiranya Kembali ke: Reff 2 Interlude: D G A Bm F#m G D G A Kembali ke: Bait I, bait II, dan bait III Penutup: D G A Bm F#m G D G A Selain kegiatan yang ada pada siklus I, peneliti juga menambahkan beberapa perlakuan dan kegiatan sebagai bahan pencarian solusi terhadap masalah atau hasil pada siklus I. Hasil pelaksanaan tindakan II adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Tabel Rincian Kegiatan Pelaksanaan Siklus II Pertemuan Bentuk Kegiatan ke1. Peneliti memberi salam pada 1 15 Feb ‘10
Keterangan
siswa, menanyakan kabar, dan
101
menyiapkan siswa. 2. Peneliti menjelaskan kegiatan
2.1 Peneliti menjelaskan
yang akan dilaksanakan
bahwa pada kegiatan
berdasarkan standar kompetensi,
sebelumnya indikator
kompetensi dasar, dan indikator
dan tujuan pembelajaran
pada mata pelajaran Bahasa
belum tercapai, agar
Indonesia yang berkaitan dengan
siswa mengerti.
puisi. 3. Peneliti menanyakan tentang
3.1 Tiga dari empat siswa
kegiatan membaca puisi yang
mau menjawab, satu
telah dilakukan sebelumnya
siswa diam saja, tetapi
tentang judul, pengarang, bait,
setelah didekati dan
dan baris pada puisi.
ditanya ternyata sebenarnya bisa menjawab juga.
4. Peneliti memutarkan rekaman
4.1 Siswa dan peneliti
musikalisasi puisi, semua siswa
membarengi suara
menyimak.
pembacaan puisi dalam rekaman
5. Peneliti menempelkan puisi pada lembar kertas berukuran A3.
6. Peneliti memberi tanda jeda
6.1 Siswa tampak lebih
kemudian memberi contoh
mudah menerima
membaca bait pertama yang
penjelasan yang
telah diberi tanda jeda.
diberikan.
7. Siswa mengikuti membaca bait pertama yang telah diberi tanda
7.1 Satu siswa membacanya sering tertinggal.
jeda. 8. Siswa diberi kesempatan untuk
8.1 Keempat siswa berhasil
102
memberikan tanda jeda secara
mengikuti kegiatan
bergantian, dan sampai
peneliti.
menghasilkan seperti berikut: Dengan puisi / aku bernyanyi Sampai senja / umurku nanti Dengan puisi / aku bercinta Di batas / cakrawala Dengan puisi / aku mengenang Keabadian / Yang akan datang Dengan puisi / aku menangis Jarum waktu / bila kejam mengiris Dengan puisi / aku mengutuk Nafas zaman / yang busuk Dengan puisi / aku berdoa Perkenankanlah / kiranya // 9. Peneliti, guru, dan siswa bersama-sama membaca puisi yang telah diberi tanda jeda. 10. Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi 2 16 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. 2. Peneliti memutarkan rekaman musikalisasi puisi. 3. Siswa diminta membaca puisi
3.1 Tiga dari empat siswa
secara bergiliran, lembar puisi
berhasil membaca puisi
yang digunakan adalah lembar
sesuai dengan penjedaan.
puisi A3 yang ditempel di 103
tembok kelas dan telah diberi tanda jeda. 4. Peneliti memberikan reward
4.1 Tepuk tangan membuat
berupa tepuk tangan setelah
siswa semakin percaya
siswa selesai membaca puisi.
diri, sehingga ada sukarela dari siswa untuk membacakan puisi lagi setelah semuanya selesai maju.
5. Peneliti membuat perjanjian
5.1 Para siswa agak jera,
dengan siswa, kalau ada yang
sehingga selama
mengucapkan kata kasar
pelaksanaan
(:misuh), memaki, mengumpat,
pembelajaran semua
dan mengejek teman (serta agresi
siswa berhati-hati
verbal secara aktif lainnya) akan
menjaga kata dan
membacakan puisi di depan
sikapnya terhadap teman.
gedung sekolah dan minta maaf pada temannya. 6. Peneliti memutarkan rekaman
6.1 Kegiatan diselingi
musikalisasi puisi sambil
dengan tanya jawab pada
menjelaskan isi puisi per bait.
siswa untuk menambah daya ingat siswa.
7. Peneliti mengadakan tes lisan
7.1 Tiga dari empat siswa
tentang kemampuan memahami
berhasil mengalami
puisi sambil diputarkan rekaman
peningkatan skor, dan
musikalisasi puisi.
satu siswa mendapat skor yang sama seperti pada siklus I
3 19 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan
104
menyiapkan siswa. 2. Peneliti memutarkan rekaman
2.1 Kegiatan diselingi
musikalisasi puisi sambil
dengan tanya jawab pada
menjelaskan kata-kata sulit per
siswa untuk menambah
bait dan per baris.
daya ingat siswa.
3. Peneliti mengadakan tes lisan
3.1 Keempat siswa
tentang kemampuan mengartikan
mengalami peningkatan
kata-kata sulit sambil
skor dari siklus I.
memutarkan rekaman musikalisasi puisi. 4. Peneliti kembali memutarkan
4.1 Kegiatan diselingi
rekaman musikalisasi puisi
dengan tanya jawab pada
sambil menjelaskan persamaan
siswa untuk menambah
kata-kata dalam puisi.
daya ingat siswa.
5. Peneliti mengadakan tes tertulis
5.1 Tiga dari empat siswa
tentang kemampuan
mengalami peningkatan
menggunakan kata-kata
skor dari siklus I ke
bersinonim dalam puisi dengan
siklus II, satu siswa
diiringi rekaman musikalisasi
mendapatkan skor tetap
puisi.
seperti pada hasil tes pelaksanaan siklus I.
4 20 Feb ‘10
1. Peneliti memberi salam pada siswa, menanyakan kabar, dan menyiapkan siswa. 2. Peneliti mengadakan tanya jawab 2.1 Siswa tampak lebih aktif seputar musikalisasi puisi yang
menjawab pertanyaan-
telah dilaksanakan pada hari-hari
pertanyaan peneiti.
sebelumnya.
2.2 Peneliti memberikan reward berupa ucapan pintar dan mengelus
105
kepala siswa yang bisa menjawab. 3. Peneliti memancing siswa untuk menulis puisi sendiri.
3.1 Peneliti mengutarakan tentang tulisan yang telah dibuat pada pelaksanaan tindakan sebelumnya sudah bagus, tetapi akan lebih bagus jika siswa lebih bebas mengekspresikan perasaan melalui tulisan lagi.
4. Peneliti memutar rekaman musikalisasi puisi.
4.1 Siswa membarengi pembacaan puisi dalam rekaman.
5. Peneliti meminta siswa menulis puisi sederhana tentang apapun yang mereka pikirkan, mereka rasakan, dan mereka alami dengan diiringi musik instrumental.
Tabel 4.11 Tabel Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Puisi Siklus II No. 1.
Nama Siswa A.W
Kemampuan Membaca Puisi Membaca dengan suara dan tempo perlahan-lahan, tetapi mengikuti tanda jeda.
2.
A.M
Membaca masih dengan tempo cepat, tergesa-gesa dan tersendat-sendat, tanda jeda diikuti semuanya.
3.
Frm.
Suara mantap dan pembacaan sesuai dengan tanda jeda. 106
4.
S.M
Membaca sesuai dengan tanda jeda yang telah diberikan.
Tabel 4.12 Tabel Hasil Kemampuan Menulis Puisi Siklus II No. 1.
Nama Siswa A.W
Puisi Sederhana (kata/frase/kalimat/paragraf) yang Ditulis Siswa Aku jatuh. sepeda Aku disuruh masuk kelas. Saya luka banyak. Nanti diobati rumahku sendiri. Aku keceh.
2.
A.M
Hai kamu, itu jalan pake mata Bukan pake dengkul Bukannya minta maaf Malah tinggal pergi tidak sopan
3.
Frm.
Ibu Aku minta maaf kepada ibu, ayah dulu aku nakal kepada ibu dan ayah juga aku bohong kepadamu ibu Ibu Aku minta maaf Karena aku sudah menjahati ibu dan ayah dan teman-temanku. Aku minta maaf dulu Aku menjahati kamu. minta maaf ya ibu bapak guru dulu aku menjahati ibu dan Bapak guru dan aku terima kasih kepada ibu bapak guru dan teman-temanku.
4.
S.M
Saya bisa marah. Saya marah teman. Saya sedih. Saya senang, gembira, Saya bernyanyi. 107
Tabel 4.13 Tabel Hasil Post-Test II No.
Skor Soal I
Soal II
Soal III
Nilai PostTest 2
Nama Siswa
1.
A.W
4
2
6
4.67
2.
A.M
8
7
6
7
3.
Frm.
7
8
3
6
4.
S.M
6
6
7
6.33
Keterangan: Soal I : Soal kemampuan menggunakan kata bersinonim Soal II : Soal kemampuan memahami puisi Soal III: Soal kemampuan mengartikan kata-kata sulit
c. Observasi Sebagaimana yang telah dibahas pada observasi atau pengamatan pada siklus I bahwa dalam kegiatan observasi peneliti sebagai partisipan aktif secara langsung mengamati dan mempelajari kemampuan dan perkembangan siswa, sedangkan guru sebagai pengamat kegiatan yang memberikan masukan dan penilaian demi lancarnya kegiatan pada pertemuan selanjutnya. Selain itu tahap ini merupakan tahap dimana penelitian difokuskan pada agresi verbal yang ditampakkan siswa dan perilaku atau kemampuan membaca siswa. Pertemuan dengan siswa pada siklus ini diawali pada hari Selasa, 16 Februari 2010. Selama pelaksanaan tindakan II, penilaian agresi verbal berdasarkan pengamatan guru adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Tabel Hasil Pengisian Checklist Agresi Verbal Pada Siklus II No.
Aspek yang diamati
Nama Siswa 108
A.
Agresi Verbal Aktif
1.
Anak berkata kasar selama kegiatan pembelajaran
2.
Anak membodohkan teman selama kegiatan pembelajaran
3.
Anak melakukan pemaksaan pada teman selama kegiatan pembelajaran
4.
Anak membuat gaduh selama kegiatan pembelajaran di kelas
5.
Anak mengolok-olok teman selama kegiatan pembelajaran
6.
Anak memaki teman selama kegiatan pembelajaran
7.
A.W
A.M
Frm
S.M
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
11
16
12
13
2
1
1
1
1
2
1
1
Anak menyebarkan gosip (kebohongan atau memfitnah) teman lain selama kegiatan pembelajaran.
8.
Anak suka berbicara tentang dirinya sendiri selama kegiatan pembelajaran
9.
Anak memberi kritik pedas pada teman atau memberi julukan pada teman
10.
Anak suka berkelahi atau perang mulut dengan teman
11.
Anak memberi komentar yang merendahkan Total Skor
B.
Agresi Verbal Pasif
1.
Anak menolak berbicara dengan guru atau teman selama kegiatan pembelajaran
2.
Anak menolak menjawab pertanyaan saat
109
ditanya. 3.
Anak tidak memperhatikan pada penjelasan guru atau tidak memperhatikan teman yang sedang maju ke depan kelas (dalam rangka
3
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
8
7
5
6
melaksanakan tugas) 4.
Anak memboikot pendapat teman saat kegiatan pembelajaran
5.
Anak bersikap sinis pada teman. Total Skor
Keterangan: 1)
1 : TP (Tidak Pernah) 2 : P (Pernah, intensitas kejadian 1-2 kali) 3 : J (Jarang, ntensitas kejadian lebih dari 2 kali dengan jangka waktu yang tidak selalu) 4 : S (Sering)
2)
Penilaian Agresi Verbal Aktif: 11-21 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak rendah 22-32 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak sedang 33-44 : Indikasi Agresi Verbal Aktif pada anak tinggi
3)
Penilaian Agesi Verbal Pasif 5-9
: Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak rendah
10-14 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak sedang 15-20 : Indikasi Agresi Verbal Pasif pada anak tinggi Sedangkan hasil pengamatan kemampuan membaca puisi guru dan peneliti membuat catatan berikut: 1) Tiga dari empat siswa sudah mampu membaca puisi yang berjudul Dengan Puisi, Aku karya Taufiq Ismail sesuai dengan tanda jeda. 2) Satu siswa lain sebenarnya sudah bisa, tetapi kadang kembali kepada cara membacanya semula yang tergesa-gesa dan tersendat-sendat. 110
d. Refleksi Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran menggunakan musikalisasi puisi dapat berjalan dengan baik. Kekurangan pada pelaksanaan sebelumnya sudah dapat diatasi. Siswa dapat menekan agresi verbalnya dan lebih antusias terhadap pembelajaran puisi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan musikalisasi puisi. Penekanan tingkat indikasi agresi verbal pada siswa yang masih belum tuntas pada siklus sebelumnya diatasi dengan penambahan jumlah pemutaran musikalisasi puisi dan penegasan pada siswa yang menampakkan agresi verbal, sehingga pada siklus ini indikasi agresi verbal pada semua siswa masuk dalam kategori rendah. Pembacaan puisi sesuai dengan tanda jeda yang belum sepenuhnya dilakukan siswa diatasi dengan melibatkan siswa secara aktif dalam memberikan tanda jeda pada puisi sehingga pada akhir pelaksanaan siklus ketiga siswa sudah dapat membawakan puisi sesuai dengan tanda jeda. Pada siklus sebelumnya, siswa secara tidak beraturan mengarah ke sumber suara selama pelaksanaan musikalisasi puisi. Oleh karena itu, pada siklus ini peneliti sengaja mendekatkan siswa dengan sumber suara dengan catatan siswa duduk secara teratur menglilingi peneliti. Melalui kegiatan ini siswa tidak perlu lagi berhamburan mengarah pada sumber suara. Dalam penelitian ini belum ada tindakan secara khusus untuk mengatasi kekayaan kosa kata pada siswa yang masih sangat terbatas. Akan tetapi, puisi yang ditulis siswa lebih banyak daripada siklus sebelumnya.
C. Pembahasan Penelitian tindakan kelas yang berjudul Penggunaan Musik dan Puisi Melalui Musikalisasi Puisi untuk Mengatasi Agresi Verbal Pada Siswa Kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ini dilakukan dalam dua 111
siklus yang pada setiap siklusnya terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap perencanaan, kedua adalah tahap pelaksanaan, yang ketiga tahap observasi, dan terakhir adalah tahap refleksi. Sebelum tahap-tahap kegiatan dalam siklus I dan siklus II dimulai, peneliti mengadakan kegiatan pra-siklus untuk mendapatkan data empiris yang akan digunakan sebagai bahan penguat perbandingan perkembangan kemampuan siswa pada siklus I dan siklus II, selain berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama Program Pengalaman Lapangan. Pada siklus I peneliti berperan sebagai guru dan guru kolaborator berperan sebagai pengamat. Selama pelaksanaan tindakan, ternyata ada masalah yang perlu dibenahi. Masalah-masalah tersebut dijadikan bahan perbaikan ke siklus II. Siklus II merupakan wadah untuk memberikan solusi atas masalah-masalah yang muncul pada siklus I. Keberhasilan penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dalam mengatasi agresi verbal dapat diamati berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan berikut ini: 1. 100% siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan pembelajaran. Sebelum pelaksanaan tindakan, berdasarkan pengamatan peneliti selama Program Pengalaman Lapangan dan didukung oleh informasi dari guru kelas sekaligus guru kolaborator sebagian siswa memiliki tingkat agresi verbal yang tergolong tinggi, terutama untuk agresi verbal aktif. Akan tetapi penggunaan musikalisasi puisi membuat siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang sedang hingga rendah yang bisa dilihat dari hasil pengamatan agresi verbal siswa melalui lembar observasi dari siklus I ke siklus II. Sesuai dengan hasil pengisian lembar observasi yang berupa checklist tersebut semua siswa menunjukkan penurunan angka agresi verbal. Secara tidak langsung hal tersebut memiliki makna bahwa siswa mengalami perkembangan yang berarti dalam menekan agresi verbalnya, terutama di kelas saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Berikut merupakan hasil dari penilaian tersebut: Tabel 4.15 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Aktif dari Siklus I ke 112
Siklus II
1.
Nama Siswa A.W
2.
A.M
38
16
tinggi ke rendah
50%
3.
Frm.
27
12
sedang ke rendah
34.09%
4.
S.M
16
13
rendah ke rendah
6.82%
Rata-rata
23.25
13
sedang ke rendah
23.3%
No.
Siklus I
Siklus II
Keterangan
Prosentase
12
11
rendah ke rendah
2.27%
Sedangkan untuk hasil penilaian agresi verbal pasif adalah sebagai berikut: Tabel 4.16 Tabel Hasil Perkembangan Agresi Verbal Pasif dari Siklus I ke Siklus II Nama No. Siklus I Siklus II Keterangan Prosentase Siswa 1. A.W 14 8 sedang ke rendah 30% 2.
A.M
16
7
tinggi ke rendah
45%
3.
Frm.
5
5
rendah ke rendah
0%
4.
S.M
5
6
rendah ke rendah
-5%
Rata-rata
10
6.5
sedang ke rendah
17.5%
Setelah membaca tabel 4.15 dan 4.16 dapat dinyatakan bahwa empat dari empat siswa mampu menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan pembelajaran menggunakan musikalisasi puisi. Dari keempat siswa yang berhasil tersebut jika diprosentasekan menjadi: 4/4 x 100% = 100%. Jadi, 100% siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan pembelajaran menggunakan musikalisasi puisi. Secara khusus, dari hasil tersebut dapat dinyatakan musikalisasi puisi lebih efektif untuk mengatasi agresi verbal aktif daripada agresi verbal pasif. 2. 75% siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian tanda jeda pada puisi 113
Meskipun dengan tempo membaca yang berbeda-beda, tiga dari empat siswa mampu membaca puisi sesuai dengan tanda jeda pada puisi. Hal itu berarti siswa dapat membedakan antara membaca bacaan cerita dengan puisi. Prosentase keberhasilan: 3/4 x 100% = 75% Jadi, 75% siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera telah mampu membaca puisi sesuai dengan jeda. 3. 75% siswa mampu membuat puisi sederhana Secara umum, semua siswa sudah mampu menulis puisi sederhana. Dengan keterbatasan kosa kata dan gaya bahasa yang mereka miliki, mereka sudah berhasil mengungkapkan apa yang mereka rasakan, apa yang mereka alami, apa yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka inginkan dalam bentuk tulisan. Di kemudian hari, hal itu bisa menjadi stimulus bagi siswa sebagai wadah dari agresi verbal yang kemudian diungkapkan ke dalam bentuk bahasa tertulis. Sehingga makna agresi verbal itu berubah makna dan bentuknya menjadi puisi. Selain itu, kemampuan menulis puisi sederhana ini tampak sekali perkembangannya. Pada kegiatan pra-siklus ada dua dari empat siswa yang mau menulis, meskipun hanya berupa frase saja. Kemudian pada siklus I, tiga dari empat siswa bisa menulis dan bukan sekedar frase saja. Selanjutnya pada siklus II semua siswa menulis puisi sederhana dengan pilihan kata dan gaya bahasa mereka sendiri. Prosentase keberhasilan: 4/4 x 100% = 100% Jadi, 100% siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera mampu membuat puisi sederhana. 4. 75% siswa menunjukkan peningkatan nilai dari pre-test ke post-test. Dalam pelaksanaan pre-test, post-test I, dan post-test II yang dirangkum dari kegiatan pra-siklus, siklus I, sampai dengan siklus II semua siswa mengalami peningkatan capaian nilai kemampuan menggunakan kata-kata bersinonim, kemampuan memahami puisi, dan kemampuan mengartikan kata-kata sulit yang dirangkum dalam tabel 4.17 berikut ini:
114
Tabel 4.17 Tabel Hasil Perkembangan dari Pre-Test, Post-Test I, dan Post-Test II Pada Siklus I dan Siklus II Post-Test Post-Test Keterangan No. Nama Siswa Pre-Test I II 1. A.W 1.0 2.67 4.67 Meningkat 2.
A.M
3.33
3.75
7.0
Meningkat
3.
Frm.
2.33
3.67
6.0
Meningkat
4.
S.M
1.33
3.33
6.33
Meningkat
1.99
3.36
6.0
Meningkat
Rata-rata
a. Pre-Test ke Post-Test I Meskipun pada post-test I siswa mengalami peningkatan nilai dari kegiatan pre-test sebelumnya, siswa belum mencapai standar nilai yang ditentukan. Tabel 4.18 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Pre-Test ke Post-Test I Post-Test Prosentase No. Nama Siswa Pre-Test I Peningkatan 1. A.W 1.0 2.67 16.7% 2.
A.M
3.33
3.75
4.2%
3.
Frm.
2.33
3.67
13.4%
4.
S.M
1.33
3.33
20%
1.99
3.36
13.7%
Rata-rata Keterangan
: Prosentase peningkatan diperoleh dari hasil post-test I dikurangi hasil pre-test dibagi 10 sebagai nilai maksimum kemudian dikalikan dengan 100%.
Pada tabel tersebut prosentase paling tinggi diperoleh S.M yaitu 20% sedangkan prosentasr yang paling rendah diperoleh A.M. Keempat siswa tersebut belum mampu mencapai standar nilai kelulusan minimum yang ditetapkan oleh guru dan peneliti. Dengan peningkatan nilai pada table 4.18 ketuntasan nilai yang dicapai siswa pada siklus I adalah sebagai berikut: 115
Tabel 4.19 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Pre-Test ke PostTest I Post-Test Prosentase No. Nama Siswa Pre-Test I Ketuntasan 1. A.W 1.0 2.67 30.36% 2.
A.M
3.33
3.75
7.63%
3.
Frm.
2.33
3.67
24.36%
4.
S.M
1.33
3.33
36.36%
1.99
3.36
24.91%
Rata-rata Keterangan
: Prosentase ketuntasan diperoleh dari hasil post-test I dikurangi hasil pre-test dibagi 5.5 sebagai standar nilai ketuntasan minimum yang ditentukan, kemudian dikalikan dengan 100%.
Setelah mengamati hasil post-test I, keempat siswa memang telah mengalami peningkatan nilai. Akan tetapi, keempat siswa tersebut belum mampu mencapai standar nilai ketuntasan minimum yang ditentukan, yaitu 5.5. Dengan pertimbangan tersebut, peneliti merasa perlu diadakannya siklus II untuk meningkatkan hasil post-test siswa.
b. Post-Test I ke Post-Test II Tabel 4.20 Tabel Prosentase Peningkatan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II No. Nama Siswa Post-Test Post-Test Prosentase I II Peningkatan 1. A.W 2.67 4.67 20% 2.
A.M
3.75
7.0
32.5%
3.
Frm.
3.67
6.0
23.3%
4.
S.M
3.33
6.33
30%
3.36
6.0
26.4%
Rata-rata
116
Keterangan
: Prosentase peningkatan diperoleh dari hasil post-test II dikurangi hasil post-test I dibagi 10 sebagai nilai maksimum kemudian dikalikan dengan 100%.
Tabel 4.21 Tabel Prosentase Ketuntasan Nilai Post-Test I Ke Post-Test II No. Nama Siswa Post-Test Post-Test Prosentase I II Ketuntasan 1. A.W 2.67 4.67 36.36% 2.
A.M
3.75
7.0
63.64%
3.
Frm.
3.67
6.0
42.36%
4.
S.M
3.33
6.33
54.55%
3.36
6.0
48%
Rata-rata Keterangan
: Prosentase ketuntasan diperoleh dari hasil post-test II dikurangi hasil post-test I dibagi 5.5 sebagai standar nilai ketuntasan minimum yang ditentukan, kemudian dikalikan dengan 100%.
Hasil pada post-test II kembali menunjukkan peningkatan nilai dari kegiatankegiatan sebelumnya. Pada kegiatan ini tiga dari empat siswa telah dapat mencapai standar nilai ketuntasan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil ini, dapat diperoleh kesimpulan empat dari empat siswa mengalami peningkatan nilai, tetapi hanya tiga dari empat siswa yang dapat mencapai standar nilai ketuntasan yang telah ditetapkan.
117
Secara keseluruhan hasil pre-test, post-test I dan post-test II dapat diamati pada grafik berikut:
Nilai
8 6
Pre-Test
4
Post-Test I
2
Post-Test II
0 A. W
A. M
Frm.
S. M
Ratarata
Nama siswa
Grafik 4. 1 Grafik Perkembangan Nilai Siswa Dari Pre-Test, Post-Test I dan Post-Test II
Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa selisih antara nilai pre-test ke post-test I tidak begitu menonjol. Sedangkan pada post-test II perubahan nilai jauh lebih besar daripada tes sebelumnya. Dengan kata lain, selisih antara nilai pre-test dengan post-test I dan selisih antara nilai post-test I dengan post-test II berbeda jauh. Hal ini dikarenakan pada siklus I, tepatnya pada pelaksanaan post-test untuk test lisan terjadi ledakan emosi pada beberapa siswa yang mempengaruhi siswa lainnya. Sehingga meskipun mengalami peningkatan nilai, hasil tes bisa dikatakan belum menginterpretasikan kemampuan siswa secara optimal. Oleh karena itu, pada siklus II peneliti berusaha menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif sehingga tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan emosi secara berlebihan yang diwujudkan dalam bentuk agresi verbal dan akan berpengaruh pada hasil tes, baik tes tertulis maupun tes lisan. Siswa AW mengalami peningkatan nilai sebesar 1.67 dari pre-test ke posttest I, AM sebesar 0.42, Frm sebesar 1.34, dan SM sebesar 2.00, sehingga peningkatan nilai terbesar terjadi pada SM dan terendah pada AM. Sebagaimana yang telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya bahwa selama pelaksanaan
118
siklus I sempat terjadi ledakan emosi, maka tidak diherankan jika hal tersebut berpengaruh pada hasil tes yang diperoleh siswa. Pada post-test kedua ternyata para siswa mengalami peningkatan nilai yang lebih dari peningkatan nilai pada post-test pertama. Dari post-test I ke post-test II selisih nilai AW adalah 2.00 lebih besar dari nilai sebelumnya. Selisih tertinggi memang dialami AM yaitu 4.75 dimana sebelumnya siswa ini mendapatkan selisih nilai yang paling rendah. Sedangkan untuk siswa Frm 2.33 dan SM 3.00. Akan tetapi untuk rata-rata kelas, bisa dikatakan peningkatan nilai hampir terjadi secara konstan. Pada pre-test rata-rata nilai menunjukkan 1.99 kemudian naik menjadi 3.36 pada post-test pertama. Selisih angka sebanyak 1.37. Selanjutnya pada post-test kedua rata-rata nilai para siswa naik lagi menjadi 6.0, sehingga didapatkan angka 2.64 untuk selisih nilai berikutnya antara post-test pertama dengan post-test kedua. Meskipun ada ketidakstabilan peningkatan nilai pada tiap-tiap siswa, secara keseluruhan semua siswa mengalami peningkatan nilai. Ibu Ratnaningsih selaku guru kelas juga menyatakan bahwa, perilaku satu anak berpengaruh pada perilaku anak lain selanjutnya. Hal itu memberi dampak pada hasil belajarnya pula. Jadi, 100% siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera menunjukkan peningkatan nilai dari pre-test ke post-test I kemudian ke post-test II dengan prosentase keberhasilan: 4/4 x 100% = 100%.
119
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan data penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Dalam penelitian ini ternyata musikalisasi puisi lebih efektif digunakan untuk mengatasi agresi verbal aktif. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya ketercapaian indikator sebagai berikut: 5. 100% (4 dari 4) siswa menampakkan indikasi agresi verbal yang rendah selama kegiatan pembelajaran; 6. 75% (3 dari 4) siswa mampu membaca puisi di depan kelas sesuai dengan pemberian tanda jeda pada puisi; 7. 75% (3 dari 4) siswa mampu membuat puisi sederhana; dan 8. 75% (3 dari 4) siswa menunjukkan peningkatan nilai dari dari pre-test ke posttest I pada siklus I dan peningkatan dari post-test I ke post-test II pada siklus II. B. IMPLIKASI Karena penggunaan musik dan puisi melalui musikalisasi puisi dapat mengatasi agresi verbal pada siswa kelas VIB SLB E Bhina Putera Surakarta tahun ajaran 2009/2010, musikalisasi puisi perlu diterapkan pada kegiatan belajar mengajar khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi puisi. Selain menghadirkan suasana yang ramah, riang, dan nyaman, musikalisasi puisi
103 120
menarik minat dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran, serta memberi pengaruh positif pada perilaku siswa di kelas.
C. SARAN Dari hasil simpulan yang telah disampaikan, saran-saran yang bisa diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Saran untuk Kepala Sekolah a. Sebaiknya Kepala Sekolah menyediakan tenaga khusus untuk memberikan sosialisasi dan bimbingan kepada para guru agar dapat mengenal dan memahami musikalisasi puisi hingga dapat menerapkan di kelas. b. Sebaiknya Kepala Sekolah lebih mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah ada agar dapat digunakan di kelas sebagai media pengadaan musikalisasi puisi sebagai wahana terapi bagi siswa-siswa beragresi verbal lainnya dan sebagai bentuk metode dalam menyampaikan materi puisi. 2. Saran untuk Guru a. Guru sebaiknya sesekali menghidupkan suasana kelas melalui musikalisasi puisi. b. Ada baiknya guru menggunakan musikalisasi puisi untuk pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi puisi. 3. Saran untuk Peneliti Selanjutnya Setelah penelitian selesai, ditemukan adanya kekurangan oleh peneliti sebagai berikut: a. Ketiadaan rumus statistik yang digunakan sehingga reliabilitasnya lemah; b. Penelitian ini dilakukakan pada siswa dengan kemampuan intelegensi di bawah rata-rata sehingga penggunaan kata dalam membuat puisi sangat terbatas; c. Pemberian hukuman bagi siswa seharusnya tidak perlu dilakukan; d. Tidak difokuskan pada agresi verbal aktif. 121
Oleh karena itu disarankan kepada peneliti selanjutnya supaya dapat mengkaji lebih lanjut agar hasil penelitian yang dilakukan bisa digeneralisasikan pada SLB E yang lain.
122
DAFTAR PUSTAKA Anantasari. 2006. Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisus Ainul Qoyim. 2009. Musikalisasi Puisi Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Puisi Pada Siswa Kelas V-B SD Negeri Mojosongo 3 Surakarta. Vol. 1 Anynomous. 2006. Johann Pachelbel. http://www.buzzle.com/editorials/9-12006-107303.asp Armstrong, Thomas. 2004. Kamu Itu Lebih Cerdas Daripada yang Kamu Duga. Batam: Interaksara Atkinson, Rita L.,et all.1983. Pengantar Psikologi Jilid 2 (Introduction To Psychology Eighth Edition). Jakarta: Erlangga Campbell, Don. 2002. Efek Mozart Bagi Anak-Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustakan Utama Cynthia Quiroga Murcia, Stephan Bongard and Gunter Kreutz. 2009. Emotional and Neurohumoral Responses to Dancing Tango Argentino: The Effects of Music and Partner. Vol. 1, 14. Music and Medicine Dallin, Leon. Listeners Guide to Musical Understanding. WCB: Brown and Benchmark Publisher De Porter, Bobby, et all. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa Dedik S. Santoso. 2002. Pengaruh Musik Terhadap Performance Fisik. http://puslit2.petra.ac.id/ ejournal/index.php/ind/article/viewArticle/16005 Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Dian Marsapeli oleh Desyandri. 2009. Penerapan PAIKEM dalam Pembelajarn Musik Ensembel Pianica di Kelas V Sekolah Dasar. http//:Penerapan PAIKEM dalam Pembelajaran Musik Ensambel Pianica di Kelas V Sekolah Dasar « Desyandri’s Weblog.html Drajat Aditya, dkk. 2009. Kuliah Simulasi Dini dan Tumbuh Kembang ABK: Masalah-Masalah yang Dihadapi Anak Pra-Sekolah. Surakarta: PLB FKIP UNS Dyah Kusuma. 2008. Cerdas Musik Usia anak.blogspot.com/search/label/ Dunia%20 Music
Dini.
http://merawat123
Echols, John M. dan Hassan Shadily.1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Edi Warsidi dan Farika. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 6 untuk Kelas VI SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas Fadlya El’Arsya. 2009. Musik Iringi http://www.jurnalbogor.com/?p= 22730
Simulasi
Ujian
Praktek.
Fuad Nashori dan Rachmy Diana. 2009. Agresivitas dalam Pendidikan: Masalah dan Solusinya. http://www.pikirdong.org/pendidikan/pend13agresi.php Gojan 36. 2007. Canon in D Mayor. http://www.hinamagazine.com/index .php/2007/01/29/ canon-in-d-mayor/ H. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Herman J. Waluyo. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga Hurlock, Elizabeth B. 2006. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga I.G.A.K. Wardhani, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang Karsidi dan Nafron Hasjim. 2006. Gemar Berbahasa Indonesia 6 untuk Kelas VI SD dan MI. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Kartini Kartono.1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju Maryati. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTS Kelas IX. http://pendidikan-tuban.org/bse/BSE%20SMP-MTs/43.%20Bahasa%20dan %20Satra%20Indonesia-3%20IX%20MARYATI%20SUTOPO/05-Bab %204.pdf. Masoud Nematian, Reza Khanmohammad, dan Nzanin Hajigholamrezaei. 2006. Music Therapy and Aggression in 50 Children with Mild Mental Handicap: A Clinical Trial. Mitrariset. 2009. http://www.mitrariset.com/2009/04/agresivitas.html
Agresivitas.
Nevid, Jeffrey S. dkk.2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga
124
Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana. 2008. Classroom Action Research. Jakarta: Rahayasa Rachmat Djoko Pradopo. 1993. Pengkajian Puisi: Analisis Strata dan Analisis Struktural dan Semiotik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Ronald Pandjaitan. 2005. Artikel Musik. Warta/WAO_Artikel _Musik_2005.doc
http://www.wartaadvent.org/
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya Salcha Hatrasy. 1996. Tuna Laras. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press Sari Rachmawati. 2006. Penanganan Tingkah Laku Agresif di Taman KanakKanak. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/tmp/2390.html Singgih D. Gunarsa. 1995. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia Sloboda, John. 2005. Exploting the Musical Mind: Cognition, Emotion, Ability, Function. Oxford: Oxford University Press Suharsimi Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara . 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (Prinsip-Prinsip Dasar dan Implementasinya). Surakarta: Media Perkasa Sutedjo dan Kasnadi. 2008. Menulis Kreatif, Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen. Yogyakarta: Nadi Pustaka Sutjihati Somantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Suyono Suyatno, dkk. 2003. Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Tropeano, Eliana.2006. Does Rap or Rock Music Provoke Violent Behaviour?. Vol. 1, Journal of Undergraduate Psychological Research. Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Wahyuni Suryaningsih dan Retno Anggraini. 2009. Hubungan Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak Dengan Perilaku Agresif Pada Siswa Smp Negeri 2 125
Ungaran. http://psikologi-unissula/2009/hubungan-kekerasan-orangtuaterhadap-anak-dengan-perilaku-agresif-pada-siswa-smp-negeri-2-ungaran .html Whandi. 2009. Perilaku Agresif pada Anak yang Memiliki Hobi Bermain Video Game. http://whandi.net/2009/03/dunia-remaja/perilaku-agresif-padaanak-yang-memiliki-hobi-bermain-video-game.html Wikipedia. Musik. http://id.wikipedia.org/wiki/Musik . 2006. Pachelbel’s %27s_Canon
Canon.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pachelbel
Yahoo. 2009. Apresiasi Puisi Lewat Musikalisasi Puisi. http://groups.yahoo.com/ group/pasarbuku/message/9727
126