PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR Sumirah SDN Kepatihan Banyuwangi Email:
[email protected]
Abstract Natural science learning that’s experienced by researcher at SDN Kepatihan with lecture method is less effective. It is demonstrated by the acquisition of learning result with a low or average value still below the KKM Natural science is 74. Therefore other methods are needed to increase activity and natural science learning result. One of the methods is applied to Cooperative Learning Model STAD. This method gives priority to the cooperation among students in a group. The purpose of this study is: To determine whether the application of Type STAD Cooperative Learning Model can improve the activity and result of student’s natural science learning class 6 SDN Kepatihan. Metode that’s used in this study is qualitative and kind of classroom action research carried out in 2 cycles, which consists of four stages, namely, planning, execution, observation, and reflection. The subjects which used in this study were students of class 6 SDN Kepatihan by totaling 36 siswa. In this research, data is a description from the observation of student’s activity that’s done by colleagues and subject teachers and learning result in the form of learning completeness in each cycle. The result of natural science learning creative research in indicator 1 with indicator 5, both in cycle 1 and cycle 2 can be categorized the activeness of students in the criteria active. The result of this research shows an increase data in student’s learning result can be seen from the increase in average of student’s learning result in cycle 1 by 38.89 % to 72.22 % in cycle 2. From the result of this study it can be concluded that the application of Cooperative Learning Model type STAD to improve natural science learning activity and result. Therefore subject teachers should be able to implement Cooperative Learning Model Type STAD in the learning process. Keywords: Cooperative Learning Model type STAD, Activity and Learning Result of Student’s Natural Science. Seorang guru yang menyampaikan materi ajar hanya melalui metode ceramah dan tekstual dimungkinkan siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya. Tetapi pada kenyataannya siswa tidak memahaminya secara mendalam materi ajar yang diterimanya. Siswa sering memiliki kesulitan untuk memahami suatu materi ajar apabila pengalaman
belajar yang diberikan hanya sebatas mendengarkan ceramah guru dan sesuatu yang abstrak. Karena tidak semua materi ajar tepat disajikan melalui metode ceramah. Siswa kadang beranggapan bahwa apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajaran tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari 986
987
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/ dimanfaatkan dalam kehidupannya. Pada standar kompetensi: Memahami kelangsungan hidup organisme sudah sangat jelas bahwa kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan menerapkan konsep untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya. Pada kompetensi dasar Mengidentifikasi kelangsungan hidup organisme melalui adaptasi, seleksi alam dan perkembangbiakan diperlukan suatu proses pengalaman belajar yang hanya tidak sekedar disajikan melalui metode ceramah. Pendekatan belajar kontekstual hanya sebuah strategi, seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, pembelajaran kontekstual diterapkan dengan tujuan agar pembelajaran dapat membantu siswa lebih aktif sehingga pemahaman dan hasil belajarnya dapat optimal atau meningkat. Dan pendekatan ini dapat diterapkan tanpa harus mengubah kurikulum atau tataran belajar yang ada. Salah satu model pembelajaran berbasis kontekstual yang digunakan dalam kelas adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Division). Tugas guru membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas menjadi sebuah tim yang bekerja sama dengan membentuk kelompok. Kenyataan dilapangan berdasarkan pengalaman peneliti pada saat memberikan pembelajaran IPA pada kondiai awal menggunakan metode ceramah yang berakibat aktivitas belajar rendah, rendahnya
aktivitas tersebut berdampak hasil belajarnya rendah. Rendahnya hasil belajar tersebut dapat diamati melalui analisis hasil nilai ulangan harian dimana 23 siswa belum tuntas atau rata;rata baru mencapai 41 % dari KKM IPA. Faktor penyebab terjadinya hal tersebut antara lain disebabkan: metode ceramah mengakibatkan pembelajaran monoton, menjemukan dan membosankan, dominasi guru (teacher centered) dalam pembelajaran tanpa adanya aktifitas yang bermakna dari siswa, belum menggunakan media/ alat peraga yang dapat meningkatkan pembelajaran yang masih abstrak, belum menggunakan metode pembelajaran inovatif, kreatif dan menyenangkan. Guna mengatasi masalah tersebut peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penggunakan metode Pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan untuk mengelompokan kemampuan siswa yang berbedabeda sehingga kemungkinan terjadinya interaksi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa secara aktif sehingga diharapkan siswa yang pandai akan membantu siswa yang kurang pandai. Karena dalam metode pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa mempunyai tanggung jawab secara individu dan kelompok, sehingga akan memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA materi pokok kelangsungan hidup organisme melalui penggunaan model
Sumirah, Penggunaan Model Pembelajaran…
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Division) pada siswa kelas 6 SDN Kepatihan Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014. KAJIAN TEORI Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistimatik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Udin S. Winataputra, 1994; 84). Menurut Abdul Majid (Modul PTBK buku 4 Depdiknas: 2005;197) dalam menentukan metode pembelajaran seorang pendidik atau guru harus memperhatikan akomodasi menyeluruh terhadap prinsip – prinsip kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari: (a) Berpusat pada anak didik (student oriented).Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada duaanak yang sama. (b) Belajar dengan melakukan (learning by doing).Guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga memperoleh pengalaman nyata. (c) Mengembangkan kemampuan sosial (learning to live together). Proses pembelajaran sebagai wahana berinteraksi sosial. (d) Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. (e) Mengembangkan kreativitas dan ketramilan memecahkan masalah. Proses kegiatan belajar mengajar tidaklah berdiri sendiri, melainkan terkait dengan komponen materi dan waktu. Langkah
988
pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa secara berurutan sehingga cocok dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Hal ini menunjukan pemahaman terhadap metode dan tehnik pembelajaran tak dapat diabaikan. Berbagai pengertian metode yang telah dikemukakan di atas selanjutkan perlu dikembangkan secara rinci ke dalam tehnik pembelajaran. Aktivitas belajar sebagai proses yang terdiri beberapa unsur yaitu: tujuan belajar, siswa yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, siswa yang memahami situasi, dan pola respon siswa (Sudjana, 1995:105) Menurut Anton M. Mulyono (dalam Depdiknas: 2005; 200), Aktivitas mempunyai arti ”Kegiatan atau keaktifan”, jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupaka aktifitas. Jadi aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil
989
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut: (a) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. (b) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengertian, da, (3) Sikap dan cita-cita STAD (Student Team Achivement Division) merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang paling awal ditemukan.Metode ini sangat populer dikalangan para ahli pendidikan.Dalam metode STAD siswa dipasangkan secara merata
yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah dalam suatu kelompok sebanyak 4–5 orang.Skor kelompok diberikan berdasarkan atas prestasi anggota kelompoknya.Ciri-ciri yang penting dalam STAD adalah bahwa siswa dihargai atas prestasi kelompok dan juga terhadap semangat kelompok untuk bekerjasama. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu: pengajaran kelas, belajar tim, tes atau kuis, skor peningkatan individu dan pengakuan kelompok (Slavin, 2005; 22): (a) Pengajaran, pengajaran yang diberikan di depan kelas adalah secara klasikal dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan sistem koloid. (b) Belajar dalam tim, dalam metode STAD siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen sebanyak 4 – 5 orang. Hal ini dimaksudkan untuk saling meyakinkan bahwa semua anggota kelompok dapat bekerja dalam belajar untuk mencapai tujuan akademik yang diharapkan. (c) Tes, setelah siswa menerima pengajaran dari guru dan bekerjasama dalam kelompoknya, selanjutnya siswa diberikan tes perseorangan.Dalam hal ini masing-masing siswa berusaha dan bertanggungjawab secara individu untuk melakukan yang terbaik sebagai kesuksesan kelompoknya.Karena kegiatan pembelajaran ini terdiri dari 2 putaran, maka tes diberikan sebanyak 2 kali pada setiap akhir putaran. (d) Skor Peningkatan Individu, peningkatan skor individu dapat berupa skor awal dan skor tes individu. Skor awal dapat berupa nilai pretest yang dibentuk pada saat sebelum pelaksanaan pengajaran diberikan. Setelah pemberian tes atau kuis skor tersebut juga akan menjadi skor awal dan selanjutnya bagi
Sumirah, Penggunaan Model Pembelajaran…
perhitungan individu. Skor peningkatan individu merupakan suatu kesepakatan antara guru dan siswa sebelumnya. Skor kelompok merupakan jumlah dari masing-masing anggota kelompok, sehingga setiap siswa bertanggung jawab terhadap skor anggota kelompoknya. Dari skor kelompok inilah dapat ditentukan kelompokkelompok yang memperoleh nilai terbaik dan berhak atas hadiah penghargaan yang dijanjikan.
METODE PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SDN Kepatihan Kabupaten Banyuwangi. Penelitian dilakukan oleh guru IPA sekaligus sebagai peneliti dan dibantu teman sejawat yaitu seorang guru IPA kelas lain. Pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan sejak awal bulan Juli 2013 sampai bulan Desember 2013. Subjek Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas XI-B SDN 1 Kepatihan Kabupaten Banyuwangi Tahun Pelajaran 2013/2014 berjumlah 36 siswa terdiri siswa putra sebanyak 18 orang dan siswa putri sebanyak 18 orang. Siswa kelas 6 dijadikan subjek penelitian didasarkan pertimbangan sebagai berikut: pertama, siswa kelas 6 memiliki karakteristik berupa masih rendahnya aktivitas belajar siswa dalam diskusi yang pernah dilakukan peneliti pada saat pembelajaran kondisi awal jika dibandingkan dengan kelas IX lainnya, kedua: hasil belajar siswa kelas 6 berupa ketuntasan belajar klasikal pada pembelajaran kondisi awal belum tercapai yaitu baru mencapai 50% padahal kriteria ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan guru pada awal Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah 70%. Pengumpulan Data: (a) Tes, tes digunakan untuk mengumpulkan
990
data tentang nilai hasil belajar yang dilakukan akhir kegiatan pembelajaran pada setiap siklus penelitian.Instrumen tes menggunakan soal pilihan ganda berjumlah 20 soal dengan masingmasing soal memiliki 4 pilihan jawaban. Nilai akhir sebagai hasil belajar dihitung dengan menjumlah seluruh jawaban benar yang diperoleh siswa kemudian dikalikan 5. (b) Observasi, observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus penelitian. Pengamatan dilakukan pada saat dilaksanakan proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Fokus pengamatan adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Instrumen observasi menggunakan lembar observasi (pengamatan) terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi tersebut berisi lima indikator aktivitas yang dilakukan siswa meliputi: (1) perhatian siswa terhadap penjelasan guru, (2) kerjasamanya dalam kelompok, (3) kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok, (4) memberi kesempatan berpendapat pada teman lain dalam kelompok dan (5) mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat. Pengisian lembar observasi baik yang dilakukan peneliti maupun teman sejawat dilakukan dengan cara memberi skor 1 dan 0. Skor 1 diberikan kepada siswa yang secara menonjol melakukan aktivitas sesuai indikator pengamatannya, sebaliknya skor 0 diberikan kepada siswa yang tidak melakukan aktivitas sesuai indikator pengamatan tersebut. (c)
991
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
Dokumentasi, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pelaksanaan kegiatan penelitian meliputi: daftar nilai tes hasil belajar, lembar pengamatan guru mapel dan teman sejawat, contoh hasil pekerjaan siswa dan foto-foto kegiatan penelitian.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan empat tahapan penelitian. Keempat tahapan penelitian tersebut meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting) pelaksanaan pengamatan (observation) dan refleksi (reflection). Deskripsi kegiatan penelitian yang dilakukan keempat tahapan penelitian di atas pada setiap siklusnya secara garis besar dapat dirinci sebagai berikut: 1. Perencanaan (planning) Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan pada setiap siklus penelitian ini meliputi: (a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau skenario pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilaksanakan. (b) Menyusun instrumen soal pilihan ganda yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada setiap siklus penelitian. (c) Menyusun lembar observasi yang dipakai untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilaksanakan peneliti berfokus pada upaya pemecahan masalah yaitu meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran yang telah dirancang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus dimana masing-
masing siklus dilakukan dengan tiga kali pertemuan tatap muka di kelas. Secara garis besar, kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pelaksanaan tindakan meliputi: (a) Menjelaskan materi melalui ceramah dan demonstrasi materi sesuai konsep. (b) Membentuk kelompokkelompok. (c) Membagikan LKS pada setiap kelompok. (d) Memberi tugas kepada kelompok untuk berdiskusi mengerjakan LKS sampai selesai. (e) Membimbing dan mengamati jalannya diskusi kelompok. (f) Memberi penghargaan bagi kelompok yang berprestasi. (g) Membuat simpulan dan penguatan bersama siswa dari hasil presentasi kelompok. (h) Memberi tugas membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. (i) Melakukan penilaian hasil belajar 3. Pengamatan (Observation) Kegiatan yang dilakukan pada tahap observasi dalam penelitian ini adalah melakukan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran pada setiap siklus penelitian. Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan proses pembelajaran. Fokus observasi adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kooperatif. Setiap aktivitas yang dilakukan siswa secara menonjol dicatat sesuai dengan indikator pengamatan pada lembar observasi. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan dibantu teman sejawat. Hasil pengamatan selanjutnya dijadikan sebagai bahan kajian untuk tahap refleksi. 4. Refleksi (Reflection) Tahap refleksi merupakan tahap akhir yang dilakukan peneliti pada setiap siklus penelitian tindakan
Sumirah, Penggunaan Model Pembelajaran…
kelas. Kegiatan refleksi bertujuan untuk memperoleh gambaran dan evaluasi yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan pada tindakan yang telah dilakukan peneliti. Kelebihan pada siklus satu akan tetap dipertahankan, sedangkan kekurangan yang dijumpai pada satu siklus akan diperbaiki pada siklus berikutnya dengan cara merencanakan ulang tindakantindakan pada siklus berikutnya. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
Proses belajar mengajar di SDN Kepatihan masih konvensional yakni menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran didominasi oleh guru. Hal ini dialami peneliti pada pembelajaran IPA di kelas 6. Dari pengamatan peneliti terhadap 36 siswa di kelas 6, diperoleh data bahwa siswa yang terlihat aktif dan serius mengikuti pelajaran 16 anak (40%) sedangkan 20 anak (60%) lainnya pasif dan hanya mencatat materi yang ditulis dipapan tulis. Dari hasil belajar diketahui bahwa nilai 12 anak (33%) mencapai KKM 74 dan sisanya 24 anak (67%) tidak mencapai KKM. Ini menunjukkan siswa tidak menguasai materi yang diajarkan. Siklus 1 dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan pada minggu pertama dan minggu kedua bulan Oktober 2013 yaitu pada tanggal 1, 3 dan 8 Oktober 2013. Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut: 1. Planning (Perencanaan) Perencanaan tindakan ini meliputi pembuatan rencana pembelajaran (RPP), penentuan materi yang akan dibahas, menyiapkan carta sesuai materi,
992
menyusun butir soal tes hasil belajar, membuat lembar pengamatan aktifitas belajar. 2. Action (Pelaksanaan) Pelaksanaan siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan, yaitu: (1) Pertemuan ke-1: (a) Guru menuliskan materi pelajaran, standart kompetensi dan kompetensi dasar di papan tulis. (b) Guru menjelaskan gambaran materi yang akan dibahas yaitu mengenai Adaptasi pada Makhluk Hidup dan macammacamnya melalui ceramah dan demonstrasi menggunakan carta. (c) Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 orang siswa, yang dibentuk berdasar perhitungan sesuai urutan tempat duduk dari nomor 1 sampai 9. Kemudian masing-masing nomor berkumpul dalam kelompoknya. (d) Guru membagi lembar kegiatan siswa (LKS) yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok untuk diselesaikan dan dikumpulkan. (e) Guru mata pelajaran memandu jalannya diskusi pada masing-masing kelompok sambil mengamati keaktifan masingmasing siswa bersama teman sejawat. (2) Pertemuan ke-2: (a) Masing-masing ketua kelompok mempresentasikan LKS yang sudah dikerjakan oleh kelompoknya. (b) Kelompok yang lain memperhatikan sambil pro aktif ada yang bertanya tentang hasil presentasi dari setiap kelompok. (c) Setelah selesai presentasi untuk semua kelompok, guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi Adaptasi Makhluk Hidup. (3) Pertemuan ke-3: Guru memberikan tes hasil belajar secara individu. 3. Observatiaon (Pengamatan) Pada saat pembelajaran, peneliti didampingi oleh seorang
993
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
teman sejawat yang bertugas sebagai observer untuk mengamati keaktifan belajar siswa. Pengamatan dilakukan bersama agar hasil yang diperoleh lebih obyektif dan valid. Untuk mengetahuai kemampuan siswa dalam materi Adaptasi Makhluk Hidup maka siswa mengerjakan soal tes hasil belajar soal plihan ganda yang berjumlah 20 butir soal. Dari data diketahui bahwa nilai terendah siswa adalah 55 dan nilai tertinggi mencapai 90. Nilai rata-rata 72,36 masih berada dibawah nilai KKM yaitu 74. Rentang nilai antara nilai tertinggi dan terendah sampai 35, mengindikasikan bahwa siswa belum dapat bekerjasama dan menularkan pengetahuan yang dimilikinya pada siswa lain. Berdasarkan grafik tersebut, siswa yang belum tuntas belajar ada 24 anak (61,11%) sedangkan yang telah tuntas ada 12 anak (38,89%). Sebagian besar siswa belum memahami materi Adapasi Makhluk Hidup dan belum dapat menentukan penyelesaiannya.Hal ini mungkin dikarenakan komunikasi antar siswa belum berjalan dengan lancar. Dari data, diketahui bahwa Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 88,9% tertinggi diantara indikator lain dengan kriteria sangat aktif. Ini terlihat pada indikator Kerjasama dalam kelompok 61,1% berkriteria aktif. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok yaitu 69% dengan kriteria aktif. Siklus 2 dilaksanakan pada minggu kedua dan minggu keempat bulan bulan Oktober 2013.Yaitu pada tanggal 10, 17 dan tanggal 22 Oktober 2013.Siklus 2 siswa menentukan sendiri anggota kelompoknya. Banyaknya anggota
kelompok masih sama masingmasing sebanyak 4 siswa sehingga dalam 1 kelas terbagi menjadi 9 kelompok. Adapun tahapan-tahapan pada siklus 2 adalah sebagai berikut: 1. Planning (Perencanaan) Perencanaan tindakan meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentukan materiyang akan dibahas, menyiapkan carta Perkembangbiakan Makhluk Hidup, membuat soal tes dan lembar pengamatan keeaktifan belajar. 2. Action (Tindakan) Pelaksanaan tindakan padan siklus 2 terdiri dari 3 pertemuan, yaitu: (1) Pertemuan ke-1: (a) Siswa mebemtuk kelompok menjadi 9 kelompok masing-masing beranggotakan 4 orang sesuai pilihan sendiri. (b) Guru menjelaskan gambaran materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup melalui seramah dan demonstrasi carta. (c) Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok untuk dikerjakan dengan diskusi kelompok pada setiap kelompoknya. (d) Siswa dalam kelompok mengerjakan LKS dan guru memantau sambil mengamati keaktifan siswa. (2) Pertemuan ke-2: (a) Siswa berkelompok sesuai kelompok sebelumnya. (b) Setiap ketua kelompok atau yang mewakilinya mempresentasikan LKS hasil kerja kelompok. (c) Kelompok yang lain bersama-sama guru memperhatikan, kadang ada yang bertanya. (d) Setelah selesai presentasi semua kelompok guru memandu untuk membuat kesimpulan dari materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup. (3) Pertemuan ke-3: Guru melakukan tes hasil belajar. 3. Observation (Observasi) Obserasi pada siklus 2 masih dilakukan peneliti dengan teman
Sumirah, Penggunaan Model Pembelajaran…
sejawat yang sama seperti pada siklus 1. Hal ini dilakukan agar ada konsistensi dan keseimbangan. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam konsep Perkembangbiakan Makluk Hidup, siswa mengerjakan soal tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal. Keaktifan belajar siswa dilakukan oleh guru mapel dan teman sejawat. Nilai terendah siswa adalah 65, sedang nilai tertinggi siswa 95. Nilai rata-rata melebihi batas ketuntasan yaitu 77,50 naik dari siklus sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa siswa telah memahami materi pelajaran sehingga hasil belajar meningkat. Siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar juga meningkat menjadi 26 siswa (72,22%). Hasil ini melampaui indikator keberhasilan pembelajaran ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 70%.Karenanya, model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran materi perkembangbiakan makhluk hidup. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru menjadi 29 siswa (80,6%). Kerjasama dalam kelompok mencapai 27 siswa (75%).Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok indikatornya ada 24 siswa
994
(67%). Memberi kesempatan berpendapat pada teman lain indikator ini mencapai 27 siswa (75%). Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat, mencapai 28 siswa (78%). Deskripsi data hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan baik pada kondisi awal maupun kedua siklus sebagaimana diuraikan pada deskripsi di atas dapat disampaikan perbandingan hasil penelitian antar siklus sebagai berikut: Hasil belajar pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1. Pada siklus 1 banyaknya siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan minimal adalah 14 orang atau 38,89%, sedangkan pada siklus 2 banyaknya siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan minimal ada 26 orang atau 72,22%. Nilai rata-rata kelas pada siklus 1 adalah 72,36, sedang pada siklus 2 meningkat menjadi 77,50. Nilai terendah siswa pada siklus 1 adalah 55, pada siklus 2 nilai terendah siswa menjadi 65. Nilai tertinggi siswa yang semula hanya 90 pada siklus 1, ternyata meningkat menjadi 95 pada siklus 2. Pada tabel dibawah diperlihatkan hasil yang didapat dari siklus 1 dan 2:
Tabel Hasil Belajar Siklus 1 dan 2 Hasil Penilaian No
Instrumen Data
1 2 3 4 5 6
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata Jumlah Nilai Siswa yang Tuntas Belajar Siswa yang Belum Tuntas Belajar
Siklus 1 55 90 72,36 2605 14 (38,89%) 22 (61,11%)
Siklus 2 65 95 77,50 2790 26 (72,22%) 10 27,78%)
995
JPPI, Jilid 6, Nomor 9, Edisi Oktober 2014, hlm: 901-1020
Secara klasikal siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal pada siklus 1 adalah 14 siswa atau 38,89% dan siklus 2 adalah 22 siswa atau 61,11%, sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dibandingkan antara siklus 1 dengan siklus 2 maka terdapat peningkatan sebesar 33,33%. Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dimana pada siklus 1 adalah 22 siswa atau 61,11% dan pada siklus 2 adalah 10 siswa atau 27,78%. Hasil pengamatan aktifitas belajar siswa pada siklus 2 juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan
pengamatan siklus 1. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru naik dari 36,11% pada siklus 1 menjadi 88,89% pada siklus 2. Kerjasama dalam kelompok diskusi 1 hanya 33,33% meningkat menjadi 86,11% pada siklus 2. Indikator yang ke 3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok pada siklus 1 hanya 8,33% menjadi 52,78% pada siklus 2. Indikator yang ke 4. Member kesempatan berpendapat pada teman lain dalam kelompok naik dari 61,11% siklus 1 menjadi 86,11% siklus 2. Pada indikator yang ke 5. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat dari 44,44% meningkat menjadi 83,33%. Tabel di bawah memperlihatkan hasil pengamatan aktifitas siswa:
Tabel Hasil Pengamatan Aktifitas Belajar Siswa Antar Siklus No
Indikator Keaktifan Belajar Siswa
1.
Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
2.
Kerjasama dalam kelompok
3. 4. 5.
Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok Memberi kesempatan berpendapat pada teman lain Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat
Berdasarkan semua hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini yang berbunyi “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar IPA Materi Kelangsungan Hidup Organisme Pada Siswa Kelas 6 SDN Kepatihan” dapat diterima. SIMPULAN
Jumlah siswa siklus 1 32
Sikus 1 (dalam %) 88,9
Jumlah siswa siklus 2 29
Siklus 2 (dalam %) 80,6
22
61,1
27
75
25
69,0
24
67
28
77,8
27
75
33
64,0
28
78
Berdasar tujuan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasannya, maka penelitian ini disimpulkan: (1) Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktifitas belajar. Hal ini terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya yang dapat diketahui dari hasil obervasi terhadap aktifitas siswa setiap akhir siklus oleh guru mata pelajaran maupun observer dari teman sejawat. (2) Respon siswa
Sumirah, Penggunaan Model Pembelajaran…
996
Sudjana. 1995. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung; Remaja karya.
terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukan respon positif yang didapat dari pengamatan setiap siklus, sebagian siswa tertarik dan senang dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sikap dan respon positif siswa merupakan salah satu potensi untuk menciptakan situasi belajar yang efektif sehingga pencapaian ketuntasan atau prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dapat meningkat. (3) Prestasi belajar siswa bisa diketahui dari hasil tes akhir siklus 1 dan tes akhir belajar siklus 2 mengalami peningkatan secara signifikan. Peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA, dapat peneliti simpulkan dari peningkatan persentase ketuntasan belajar setiap akhir siklus. Peningkatan tersebut dari 38,89 % pada siklus 1 menjadi 72,22 % pada siklus 2, dengan ratarata dari 72,36 pada siklus 1 menjadi 77,50 pada akhir siklus 2 dengan ketuntasan klasikal 72, 22%.
Nana
DAFTAR PUSTAKA
Udin S. Winata Putra dan Tita Rosita, 1994; Belajar dan Pembelajaran, Jakarta; Gramedia
Abdul Majid, 2008. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta; Bina Aksara.
Nasution, 2004. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta; Bumi aksara. Purwanto, N. 2002. Pendidikan, Trusilo.
Psikologi Bandung;
Robert E Slavin, 2005. Cooperative Learning, Bandung; Nusa Media. Suhartinah Tirtonegoro, 1984, Anak Super Normal dan Pendidikannya, Jakarta; Bina Aksara. Sumadi Suryabrata, 1983. Pengembangan Tes Hasil Belajar, Jakarta; Rajawali Press.