KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KARAKTER SISWA SD (Ari Wibowo, M.Pd) Universitas PGRI Yogyakarta e-mail:
[email protected]
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui perbedaan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT terhadap hasil belajar dan (2) untuk mengetahui perbedaan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT terhadap karakter yang meliputi kreativitas, tanggung jawab, kemandirian, dan empati. Penelitian ini adalah quasi eksperimen untuk membandingkan keefektifan metode klarifikasi nilai dan metode konvensional dalam pembelajaran PKn. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD 1 Padokan, Kasihan, Bantul. Adapun teknik pengambilan sampel dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakuan dengan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar dan sekala Likert untuk mengukur karakter siswa. Untuk mengetahui validitas soal digunakan rumus korelasi product moment, sementara untuk reliabelitas soal menggunakan rumus Cronbach Alpha, uji prasyarat normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov Z dan homogenitas hasil belajar menggunakan Levene. Teknik analisis data hasil belajar dan karakter digunakan independent sample t-test, sedangkan pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan secara signifikan terhadap hasil belajar PPKn siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dibuktikan dari hasil analisis independent sample t-test diperoleh thitung > ttabel (2,343 > 2,000). (2) Terdapat perbedaan secara signifikan terhadap karakter siswa yang meliputi tanggung jawab, kerjasama dan empati yang dibuktikan dari hasil analisis independent sample t-test diperoleh thitung > ttabel (2,846 > 2,000). . Dari perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa kenaikan skor hasil belajar PKn dan karakter siswa yang meliputi tanggung jawab, kerjasama dan empati pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Dengan kata lain bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan tipe TGT. Kata kunci:
STAD, TGT, Hasil Belajar, Karakter
1
The Effectiveness Of The Cooperative Learning Model Type STAD With Type TGT Towards Students’ Achievement And Characters in Elementary School Students (Ari Wibowo, M.Pd) Universitas PGRI Yogyakarta e-mail:
[email protected] ABSTRACT The aims of this research were (1) to find out the difference of effectiveness between cooperative learning model type STAD and type TGT towards students’ achievement in civics class, and (2) to find out the difference of effectiveness between model type STAD and type TGT towards students’ characters in terms of cooperation, responsibility, and empathy. This research was a quasi-experiment research study to compare value clarification method to conventional method in civics class. The population in this research were grade 5th students in SD Padokan, Kasihan, Bantul. The sampling technique used was random sampling. The data was gathered by giving multiple choice tests to measure students’ academic result and Likert scale to measure students’ characters. To find out about whether the questions were valid or not, product moment was used, while for reliability of the questions, Cronbach Alpha was used. Furthermore, for the prerequisite for normality of the data, Kolmogorov Smirnov Z was used, whereas Levene test was used to prove the homogeneity of students’ academic achievement. The data of students’ achievement and characters was analyzed by using independent sample t-test. The result of the result shows that (1) students’ academic results in civics class between the experiment and control group are significantly different. It is proven by the analysis result of independent sample t-test which reveals that t observed > ttable (2,343 > 2,000), (2) there are significant differences towards students’ characters which includs responsibility, cooperation, and empathy. It is proven by the analysis result of independent sample t-test which reveals that t observed > ttable (2,486 > 2,000). From the comparison, it can be concluded that the score of students’ academic result in civics class and students’ characters in the experiment group is higher than control group. In other words, the use of cooperative learning model type STAD was more effective than type TGT. Keywords :
Student Teams Achievement Division, Teams Games and Tournamen, academic result, Character.
A. Pendahuluan Kebhinekaan merupakan karakteristik bangsa yang senantiasa dibanggakan, namun
disisi lain merupakan tantangan berat. Bagi bangsa
Indonesia
yang
heterogen,
kebhinekaan menjadi sangat sulit diwujudkan. Semakin heterogen suatu bangsa, semakin 2
berat pula tantangan yang dihadapi dalam
mata
menjaga
tersebut
Kewarganegaaraan. Kegagalan pendidikan
keinginan,
terkait dengan pembentukan karakter bangsa
harapan, cita-cita, kebutuhan dan sebagainya
tersebut, tidak terlepas dari kegagalan mata
yang sangat variatif
pelajaran PKn dalam usaha menginternalisasi
keutuhannya.
dikarenakan
adanya
Hal
banyak
dibandingkan dengan
bangsa yang homogen.
pelajaran
Pendidikan
nilai-nilai Pancasila. Praktik pendidikan yang
Kecenderungan
yang
semestinya memperkuat aspek karakter atau
heterogen adalah rawan terjadi konflik.
nilai-nilai kebaikan sejauh ini hanya mampu
Banyaknya
ketidak-
menghasilkan berbagai sikap dan perilaku
akan
manusia yang nyata-nyata malah bertolak
mengakibatkan gesekan antar kelompok dan
belakang dengan apa yang diajarkan. Tilaar
berujung pada kekerasan. Pelaku konflik
(2008:142) menyatakan bahwa Pendidikan
menggunakan
Kewarganegaraan
dewasaan
bangsa
kepentingan dalam
dan
menyikapinya
seluruh
kekuatan
serta
sangat
penting
dalam
amenghalalkan segala cara untuk mencapai
pembinaan ideologi Pancasila. Ideologi sangat
tujuan,
penting dalam meracik kesatuan bangsa
untuk
dikarenakan bekerja
lemahnya
sama,
kesadaran
toleransi,
adanya
Indonesia, namun perlu hati-hati dalam
kecurigaan antar kelompok, primordialisme
perumusan dan metodiologinya karena dalam
dan sukuisme. Padahal suatu bangsa dapat
prosesnya dapat jatuh kepada praktik-praktik
tumbuh, berkembang, maju atau bahkan
yang justru bertentangan dengan proses
hancur sangat ditentukan oleh kuat dan
pendidikan dan nilai-nilai
lemahnya kesadaran warga bangsa untuk
sendiri. Pada masa lalu Ideologi Pancasila
hidup bersatu.
diartikan sebagai proses indoktrinasi dari
Pancasila itu
Masalah tersebut tidak terlepas dari
pemerintah kepada generasi muda melalui
proses pendidikan yang terjadi dewasa ini,
pendidikan Kewarganegaraan. Hasilnya justru
mengingat bahwa pendidikan adalah pilar
mengalami
utama berdirinya sebuah negara. Melalui
bertentangan dengan hakikat pendidikan.
pendidikan akan tercetak warga masyarakat
kegagalan
Buyamin
karena
Muftah
(2008:
caranya
143)
sesuai dengan karakter bangsa. Baik buruknya
mengemukakan bahwa dalam
mengajarkan
suatu negara di masa kini tidak terlepas dari
nilai-nilai
perlu secara
pola pendidikan yang diselenggarakan di
terintegrasi
masa lampau. Kenyataan seperti di atas terjadi
pendidikan
pada setiap mata pelajaran, tidak terkecuali
didasari
Pancasila,
PKn
menggunakan nilai secara oleh
pendekatan
langsung,
yang
perspektif sosialisasi, dan 3
pendekatan pendidikan nilai secara tidak
pendidikan dari sekolah dasar sampai
langsung. Pembelajaran PKn pun hendak-
dengan perguruan tinggi. Matapelajaran
nya memiliki kekuatan (powerful), yakni
PKn merupakan bagian integral dari
pembelajaran PKn
yang bermuatan nilai,
muatan
bermakna,
terpadu,
tanggung jawab untuk mewujudkan salah
aktif,
kemampuan berfikir menyenangkan, melalui
mengundang
kritis, demokratis,
efektif,
belajar dengan
efisien,
satu
kurikulum
aspek
yang
yang
berkaitan
kreatif,
kepribadian.
Samsuri
sama
menyatakan
bahwa
bekerja
memikul
dengan (2011:18)
pendidikan
(cooperative learning), dan mengundang
kewarganegaraan
aktivitas
pendagogis pembentukan watak warga
sosial.
Pembelajaran
kooperatif
negara
pembelajaran biasa, karena melalui kooperatif
penalaran moral untuk bertindak atau
siswa lebih leluasa untuk saling memberi dan
tidak bertindak dalam urusan publik
menerima materi tanpa rasa segan.
maupun privat.
penelitian ini penting dilaksanakan untuk mengetahui keefektifan Model pembelajaran
Dalam
baik,
yakni
upaya
dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan
Berkaitan dengan hal tersebut, maka
yang
merupakan
penjelasan
memiliki
pasal
37
UUSPN no 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa
pendidikan
kewarganegaraan
kooperatif tipe TGT dengan tipe STAD untuk
dimaksudkan untuk membentuk peserta
meningkatkan karater dan hasil belajar siswa
didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kelas 5 SD dalam mata pelajaran PPKn.
kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan
Berdasarkan pembatasan masalah di
kata lain, PKn yang diselenggarakan
atas, rumusan masalahnya adalah “Apakah
dengan baik akan menumbuhkan sikap
ada perbedaan karakter antara siswa yang
mental yang cerdas, penuh rasa tanggung
belajar
Model
jawab pada peserta didik dengan perilaku
pembelajaran Kooperatif tipe TGT dengan
yang: (1) beriman dan bertakwa kepada
siswa yang menggunakan metode STAD di
Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati
dengan
menggunakan
falsafah bangsa, (2) berbudi pekerti luhur,
SD 1 Padokan, Kasihan Bantul?”
berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa B. Kajian Teori
dan benegara, (3) bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban
1. Karakteristik PKn Matapelajaran
PKn
merupakan
matapelajaran wajib di semua jenjang
sebagai
warganegara,
(4)
bersifat
profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara, dan (5) aktif memanfaatkan 4
ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
pengalaman
untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa
Perubahan
dan negara.
dalam penguasaan siswa pada pola-pola
Berdasarkan pendapat
di
atas,
itu
sendiri
perilaku
tanggapan
(belajar).
tersebut
(respons)
baru
tampak
terhadap
dapat disimpulkan bahwa terget dari mata
lingkungannya yang berupa keterampilan
pelajaran PKn adalah melahirkan warga
(skill), kebiasaan (habit), sikap atau
negara yang baik atau sering disebut
pendirian
warganegara yang Pancasilais yang dapat
(ability),
diandalkan
pemahaman
(understanding),
(emotional),
apresiasi
menjaga
dalam
bela
keutuhan
negara
NKRI.
dan
Apabila
dijabarkan, target dalam mata pelajaran PKn yaitu terintegrasinya ketiga aspek
pengetahuan
(knowledge), emosi
(appreciation),
jasmani dan etika atau budi pekerti, serta hubungan sosial.
yaitu
(teoritik),
sikap dan tingkah laku (
Cronbach (Soemadi Suryabrata,
praktik). Atas pemahaman yang benar
2002:231) menyatakan bahwa learning is
diharapkan
pembelajarn
shown by a change in behavior as a
(nilai-nilai) diharapkan akan terwujud
result of experience”. Belajar sebagai
materi
pemahaman
kemampuan
pendidikan
suatu
aspek
(attitude),
dalam sikap dan perilaku sesuai warga negara yang baik atau berbudi
pekerti
luhur. Sikap sebenarnya merupakan hasil belajar yang merupakan kecenderungan bertindak atas pemahaman suatu objek tertentu yang berada dalam hati seseorang.
suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Selanjutnya
Howard
L
Kingsley (Djamarah, S. B., 2008: 13) menyatakan bahwa “learning is the
Sedangkan perilaku adalah suatu tindakan
process by which behavior (in the border
atau perbuatan sebagai cerminan dari
sense) is orifinated or changed through
sikapnya.
practice or training” belajar adalah poses dimana tingkah laku (dalam arti luas)
2. Hasil Belajar
menimbulkan atau diubah melalui praktik Good & Brophy (Uno, 2009:15) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu
proses
atau
interaksi
yang
dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu
yang
baru
dalam
bentuk
perubahan perilaku sebagai hasil dari
atau latihan. Nana Sudjana (2009:28) menambahkan
bahwa
belajar
suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada
diri
seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk 5
seperti
perubahan
pemahamannya, lakunya,
pengetahuannya,
sikap
dan
keterampilannya,
bertindak, dapat dipercaya, dan hormat
tingkah
kepada orang lain. Interaksi seseorang
kecakapan
dengan orang lain dapat menumbuhkan
dan kemampuannya, daya reaksinya,
karakter individu tersebut.
daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Doyle & Ponder (Easterbrooks, 2004:255)
Dari berbagai pendapat di atas,
“Character education is the effort to teach basic values and moral reasoning to primary and secondary school students; it is based in the premise that children can be thought basic values and moral reasoning”.
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan pada diri seseorang yang relatif permanen yang ditunjukan dalam berbagai bentuk perilaku seperti perubahan
pengetahuan,
pemahaman,
Jadi menurut Doyle & Ponder
sikap dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan, dan lain-lain yang ada pada individu akibat inteaksi dengan
pendidikan karakter adalah upaya untuk mengajarkan
nilai-nilai
dasar
dan
penalaran moral siswa sekolah dasar dan menengah, hal ini didasarkan pada
lingkungan.
premis bahwa anak-anak dapat dianggap 3. Karakter
memiliki nilai-nilai dasar dan penalaran
Said Hamid Hasan, dkk dalam naskah Pendidikan Bangsa” Nasional
akademik
“Pengembangan
for
dan
Development
Budaya Kementrian (2010:
moral. Sedangkan menurut Association
13)
Karakter Pendidikan
merumuskan
Supervision
and
Curriculum
(Berkowitz,
2005:2)
Pendidikan karakter adalah mengajar anak-anak
tentang
nilai-nilai
dasar
karakter adalah watak, tabiat, kaqlak atau
manusia, termasuk kejujuran, kebaikan,
kepribadian seseorang yang terbentuk
kemurahan hati, keberanian, kebebasan,
dari hasil internaliasai berbagai kebajikan
kesetaraan, dan rasa hormat. Tujuannya
(virtues) yang diyakini dan digunakan
adalah untuk membesarkan anak-anak
sebagai landasan untuk cara pandang,
untuk menjadi bertanggung jawab secara
berfikir,
moral, disiplin warga.
bersikap,
dan
bertindak.
Kebajikan terdiri dari sejumlah nilai, moral dan norma, seperti jujur, berani
Lickona
(1991:
53-62)
menekankan pentingnya tiga komponen 6
karakter yang baik (competents of good
pengajaran yang merupakan satu proses
character) yaitu moral knowing atau
pembelajaran yang melibatkan siswa
pengetahuan moral, moral feeling atau
yang belajar dalam kumpulan yang kecil
perasaan moral, dan moral action atau
di mana siswa dalam kelompok yang
perbuatan bermoral seperti pada gambar
dikehendaki
di bawah ini.
memperlengkap
Karakter yang menjadi target dalam penelitian ini adalah kreatifitas, tanggung
jawab,
kemandirian,
dan
empati. 4. Model Pembelajaran Kooperatif
bekerjasama dan
untuk
memperluas
pembelajaran diri sendiri dan yang lain untuk menerima arahan dari guru dan melaksanakan
tugas
yang
diberikan
secara
bersama-sama.
Slavin
Isjoni
(2011:
“pembelajaran
kooperatif
15)
adalah
suatu
dalam
metode
Isjoni (2011: 14-15) pembelajaran
pembelajaran di mana siswa belajar dan
kooperatif merupakan strategi belajar
bekerja dalam kelompok–kelompok kecil
dengan sejumlah siswa sebagai anggota
secara
kolaboratif
kelompok
terdiri
4-6
kecil
kemampuanya
yang
berbeda
tingkat
yang
setiap
anggota harus bekerja sama dan saling
yang
orang
anggotanya
dengan
struktur
kelompok heterogen”. 1. TIPE STAD
materi
Student Teams Achievement
pelajaran.Pembelajaran koperatif adalah
Division (STAD) merupakan salah
salah satu pendekatan mengajar di mana
satu metode atau pendekatan dalam
murid bekerjasama di antara satu sama
pembelajaran
lain dalam keolmpok belajar kecil untuk
sederhana dan baik untuk guru yang
menyelesaikan
atau
baru mulai menggunakan pendekatan
oleh
kooperatif dalam kelas, STAD juga
membantu
untuk
memahami
tugas
individu
kelompok
yang
diberikan
guru,teknik
pembelajaran
kooperatif
sangat sesuai di dalam sebuah kelas yang berisi
siswa-siswa
yang mempunyai
Johnson dalam Isjoni (2011: 21)
kooperatif
bahwa sebagai
pembelajaran satu
suatu
yang
metode
pembelajaran kooperatif yang efektif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan
berbagai tingkat kecerdasan.
mengatakan
merupakan
kooperatif
kaedah
teman-temannya di Universitas John Hopkin. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar 7
kelompok
murid
,
informasi
akademik
menyajikan baru
kepada
mengerjakan setelah
kuis
yang
diadakan
pembelajaran.
(2)Belajar
murid setiap minggu menggunakan
dalam tim. Murid dibagi menjadi
presentasi verbal atau teks. Guru
beberapa kelompok, tiap kelompok
membagi murid menjadi kelompok-
terdiri dari 4-5 orang dimana mereka
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5
mengerjakan tugas yang diberikan.
orang
Jika ada kesulitan murid yang merasa
dan
terdiri
laki-laki
dan
perempuan yang berasal dari berbagai
mampu
suku, memiliki kemampuan tinggi,
kesulitan.
sedang, rendah.
dilaksanakan setelah pembelajaran.
Slavin
(2011:
21)
Student
membantu (3)Tes
murid
yang
individu
yang
(4)Skor pengembangan individu. Skor
Teams Achievement Division (STAD),
yang
siswa ditempatkan ke tim-tim belajar
selanjutnya dicatat oleh guru untuk
yang beranggotakan empat orang yang
dibandingkan dengan hasil prestasi
bercampur
sebelumnya.
tingkat
kinerja,
jenis
didapatkan
dari
Skor
hasil
tim
tes
diperoleh
kelamin, dan suku bangsa. Guru
dengan
menyajikan pelajaran kemudian siswa
peningkatan semua anggota dalam 1
bekerja dalam kelompok kecil dan
tim. Nilai rata-rata diperoleh dengan
memastikan semua anggota sudah
membagi jumlah skor penambahan
memahami tentang pelajaran yang
dibagi jumlah anggota tim.
diberikan.
menambahkan
skor
1. Penghargaan tim. Penghargaan
Komponen
STAD
menurut
didasarkan nilai rata-rata tim
Slavin (dalam Kamdi, 2009: 3) adalah
dimana
sebagai berikut: (1)Presentasi kelas.
mereka.
Presentasi kelas dalam STAD berbeda
2. Tipe TGT
dari cara pengajaran yang biasa.
Dalam
Masing-masing
dapat
memotivasi
perkembangannya,
kelompok
pembelajaran kooperatif terdiri atas
diskusi
beberapa tipe, salah satu diantaranya
kelompok mereka. Murid harus betul-
adalah tipe TGT (Teams Games and
betul memperhatikan presentasi ini
Tournament). Menurut Saco (2006),
karena
dalam
mempresentasikan
dalam
hasil
presentasi
terdapat
materi yang dapat membantu untuk
TGT
murid
memainkan
permainan dengan anggota tim lain 8
untuk memperoleh skor tinggi untuk
murid yang levelnya paling rendah.
tim
masing-masing.
Penentuan tiap murid yang duduk di
Permainan dapat disusun guru dalam
meja tertentu adalah hasil kesepakatan
bentuk
kelompok.
mereka
quiz
menggunakan
kartu
2)
Selanjutnya
adalah
bernomor yang terkait dengan materi
pelaksanaan turnamen, setiap murid
pelajaran.
mengambil kartu soal yang telah
Permaianan
dalam
disediakan
pada
tiap
meja
dan
pembelajaran tipe TGT dapat berupa
mengerjakannya untuk jangka waktu
pertanyaan-pertanyaan
ditulis
tertentu (misal 3 menit). Murid bisa
pada kartu-kartu yang diberi angka.
mengerjakan lebih dari satu soal dan
Tiap murid anggota kelompok akan
hasilnya
mengambil sebuah kartu yang telah
sehingga diperoleh skor turnamen
diberi
menjawab
untuk tiap individu dan sekaligus skor
pertanyaan yang ada pada kartu
kelompok asal. Murid pada tiap meja
tersebut
nomor
yang
dan
diperiksa
dan
dinilai,
sehingga
memberikan
turnamen sesuai dengan skor yang
untuk
pengumpulan
diperolehnya diberikan gelar seperti:
kontribusi kelompoknya.
superior , very good , good , medium;
Suherman (2009) bahwa jika
3) Bumping, pada turnamen kedua
waktunya memungkinkan TGT bisa
(turnamen
dilaksanakan
beberapa
dilakukan pergeseran tempat duduk
sebagai
pada meja turnamen sesuai dengan
berikut: 1) Buat kelompok murid
sebutan gelar tadi, murid superior
secara heterogen 5 orang kemudian
dalam kelompok meja turnamen yang
berikan
sama,
pertemuan
dalam dengan
informasi
sintak
tentang
pokok
ketiga
begitu
dan
pula
seterusnya)
untuk
meja
materi dan mekanisme kegiatan. 2)
turnamen yang lainnya diisi oleh
Siapkan meja turnamen secukupnya,
murid dengan gelar yang sama; 4)
misal 5 meja di mana tiap meja
Setelah selesai hitunglah skor untuk
ditempati
tiap
5
murid
yang
kelompok
asal
berikan
dan
skor
berkemampuan setara, meja I diisi
individual,
penghargaan
oleh murid dengan level tertinggi dari
terhadap kelompok dan individual.
tiap kelompok asal dan seterusnya sampai meja ke V ditempati oleh 9
pembelajaran tipe STAD dan tipe TGT dalam
C. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Eskperimen. Penelitian
eksperimental
pelajaran PKn. D. Hasil Penelitian
(experimental
Hasil pengujian hipotesis menunjukan
rasearch), yang bertujuan untuk meneliti
adanya perbedaan hasil belajar dan karakter
pengaruh
siswa
dari
suatu
perlakuan
tertentu
yang
menggunakan kooperatif
tipe
Model
terhadap gejala suatu kelompok lain yang
pembelajaran
STAD
sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
dibandingkan dengan tipe TGT. Secara lebih
Penelitian eksperimental dilakukan pada kelas
terperinci dijelaskan sebagai berikut:
yang akan dilakukan perlakuan (treatment) atau
yang
disebut
kelas
eksperimen
1. Tipe STAD Lebih Efektif dari pada
(experimental group) dan kelas pembanding
tipe
yang disebut
Belajar Kognitif Siswa.
dengan kelompok kontrol
(control group). Desain penelitian eksperimen
TGT
Meningkatkan
Berdasarkan
hasil
Hasil
analisis
yang digunakan adalah two group pre test
diskriptif (data pretest dan posttest), nilai
post test design.
hasil belajar baik pada kelas eksperimen
Populasi dan sampel penelitian ini adalah Siswa kelas V di SD Padokan, Kasihan Bantul.
Sedangkan
teknik
pengumpulan
datanya menggunakan teknik non tes. Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui angket dan observasi. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang menggunakan informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui. Angket dalam penelitian ini adalah
jenis
angket
tertutup
dengan
menggunakan skala likert. Dalam kuesioner, pertanyaan yang disampaikan adalah untuk memperoleh informasi karakter siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model
maupun pada kelas kontrol menunjukan adanya perbedaan. Hasil pretest kelas eksperimen
(yang
belajar
dengan
menggunakan STAD) menunjukan bahwa nilai rerata (mean) hasil belajar adalah 62,89; sedangkan untuk kelas kontrol (yang
belajar
menggukanan
TGT)
menunjukan bahwa nilai rerata (mean) hasil belajar adalah 69,81. Sedangkan untuk hasil posttest kelas eksperimen (yang
belajar
dengan
menggunakan
STAD) menunjukan bahwa rerata (mean) hasil belajar adalah 92,78, dan untuk kelas kontrol (yang belajar menggukanan TGT) menunjukan bahwa nilai rerata (mean) hasil belajar adalah 92,96. 10
Maka dari itu, bila dilihat dari
kelas eksperimen (yang belajar dengan
besarnya nilai rerata data pretest dan
menggunakan STAD) menunjukan bahwa
posttest hasil belajar, dapat dilihat bahwa
nilai rerata (mean) karakter siswa adalah
peningkatan kelas eksperimen sebesar
85,63, sedangkan untuk kelas kontrol
30,19, sedankan kelas control sebesar
(yang
23,15.
menunjukan bahwa skor rerata (mean)
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan rerata
lebih
besar
menggukanan
TGT)
karakter siswa adalah 81,33.
skor untuk kedua nilai tersebut, kelas eksperimen
belajar
Bila dilihat dari besarnya nilai
daripada
rerata karakter, maka dapat disimpulkan
peningkatan yang terjadi pada kelas
bahwa ada rerata skor untuk kedua nilai
kontrol
berarti
tersebut, kelas eksperimen lebih besar
pembelajaran
daripada yang terjadi pada kelas kontrol.
lebih
Hal
sebesar.
penggunaan Kooperatif
Hal
Model tipe
STAD
ini
efektif
ini
berarti
pengggunaan
model
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
dibandingkan menggunakan tipe TGT.
efektif daripada menggunakan tipe TGT
Hasil dari analisis diskriptif lebih ditegas
lagi
hipotesis.
dengan
Hasil
dalam meningkatkan karakter siswa.
hasil
pengujian
Hasil dari analisis diskriptif lebih
pengujian
hipotesis
diperjelas lagi dengan hasil pengujian
pertama diperoleh thitung = 2,343. Pada
hipotesis.
taraf signifikansi 0,05 dan df = 52,
pertama diperoleh thitung = 2,486. Pada
diperoleh nilai ttabel = 2,000. Berarti thitung
taraf signifikansi 0,05 dan df = 52,
> ttabel (2,343 > 2,000). Dengan demikian
diperoleh nilai ttabel = 2,000. Berarti thitung
menunjukan
hasil
> ttabel (2,486 > 2,000). Dengan demikian
belajar hasil metode klarifikasi nilai
menunjukan adanya perbedaan karakter
dengan metode konvensional.
siswa
2. Tipe STAD Lebih Efektif dari pada
pembelajaran
adanya
perbedaan
tipe TGT Meningkatkan Karakter
yang
pengujian
belajar
dengan
Kooperatif
tipe
hipotesis
Model STAD
dengan tipe TGT. Berdasarkan pada konteks hakikat dan
Siswa. Berdasarkan
Hasil
hasil
analisis
tujuan pembelajaran PKn yang sudah dibahas
diskriptif, nilai karakter baik pada kelas
di bab ii, maka materi PKn merupakan materi
eksperimen maupun pada kelas kontrol
yang memfokuskan pada pembentukan diri
menunjukan adanya perbedaan. Hasil skor
yang beragam, mulai dari segi agama, bahasa, 11
suku bangsa, budaya, untuk menjadi warga
berhubungan dengan perasaan, sikap, dan
negara yang cerdas, terampil dan berkarakter,
emosi. Melalui kedua model tersebut dapat
sesuai dengan yang diamatkan oleh pancasila
membantu peserta didik untuk berubah,
dan UUD 1945. Bila dicermati lebih jauh,
sehingga mereka bertindak dengan cara yang
muatan materi dalam mata pelajaran PKn
lebih dapat diterima, baik secara personal
memfokuskan diri pada bagaimana membina
maupun sosial. Perubahan yang terjadi dalam
dan mengembangkan kepribadian atau jati diri
bentuk perilaku pada individu, disebabkan
seseorang warga negara yang baik, serta
karena perkenalannya pada informasi baru
memiliki
yang menyebabkan perubahan dalam dasar-
disertai
karakter
kebangsaan,
keragaman
pengetahuan
dengan yang
dasar kepercayaan, nilai, dan sikap.
tersusun secara sistematis, terstruktur, dan logis,
berdasarkan
latar
belakang
yang
Penelitian bahwa
ini
terjadi
juga
mempertegas
pergeseran
dimiliki pererta didik. Hal tersebut sejalan
pembelajaran
dengan tujuan pendidikan karakter. Seperti
kontruktivisme. Seperti yang dikemukakan
yang dinyakan Zubaedi (2011:17) bahwa
oleh Ine Kusuma bahwa pendidikan tidak
pendidikan
sekedar
karakter
merupakan
upaya
dari
paradigma
terfokus
kognitivisme
pada
menjadi
pemindahan
penanaman kecerdasan berpikir, penghayatan
pengetahuan (transfer of knowledge), namun
dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam
disertai pula signifikansi alih sikap (transfer
bentuk perilaku sesuai dengan nilai- luhur
of attitude). Hal ini dapat dilihat dari proses
yang menjadi jati dirinya. Oleh karena itu,
pembelajaran
menurut Ine Kusuma A (2010:78) agar
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe
tercapai tujuan pembelajaran PKn tercapai
TGT, siswa terlihat lebih senang dan aktif
dengan baik, maka metode pembelajaran
dibandingkan dengan yang menggunakan
seyogyanya
metode konvensional. Selain itu, dalam
memiliki
prinsip
pendidikan
dalam proses pembelajaran.
pembelajaran
Penelitian ini membuktikan bahwa
yang
yang
menggunakan
menggunakan
model
model
pembelajaran kooperatif ini guru bukan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebagai
dan TGT merupakan model pembelajaran
sebagai
yang dapat mengimplikasikan perubahan-
memberikan bantuan terharap siswa yang
perubahan dalam kognisi melalui pengetahuan
mengalami
dan informasi, dan ketampilan baru, serta
tingkat berpikir yang lebih tinggi
perubahan
keterampilan pemecahan masalah. Dengan
dalam
segi
afektif
yang
subjek
pembelajaran,
fasilitator.
kesulitan
Guru
belajar,
melainkan berperan
mendorong dan
12
Deaf or Hard of Hearing. American Annals of the Deaf,149, 255-26.
demikian siswa diberikan kebebasan untuk merekonstruksi sendiri pengalaman belajar yang diperoleh pada saat proses pembelajaran dengan pengalaman sebelumnya. E. Daftar Pustaka Anderson, Lorin W. & Krathwohl, David R. (2001) A taxonomy for learning, theacing, and assessing. A revision of Blomm’s taxonomy of educational objectives. New york: longman Inc Berkowitz, M.W., Bier, M.C., (2005). What Works In Character Education: A research-driven guide for educators. Washington, DC : Character Education Partnership.http://mindoh.org/docs/W WCE_Practitioner.pdf Borba,
Isjoni.(2009). Pembelajaran Kooperatif: Yogyakata: Pusaka pelajar Krathwohl, David. R., Benjamin S. Bloom, & Betarm B Masia. (1964). Taxonomy of educational objectives: the classification of educational goal handbook II: affective domain. London: Longman Lickona, Thomas. (1991). Educating fot Character. How Our Schools can Theach Respect and Responsibility. New York: Batam Books. Slavin,
Robert E. 2010. Cooperative Learning: teori, Riset dan Praktik.
Michele. (2008). BuildingMoral Intelligence, (Membangun Kecerdasan Moral) alih bahasa oleh Lina Jusuf. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Bunyamin, Maftuh.(2008). Internalisasi NilaiNilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Educationist Vol. 2 No. 2, Juli 2008 Diknas. (2006). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Doni
Koesoema A. (2007). Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Gagne, Robert M & Brigs, Leslie J (1979). Principles of Instructional design. Second edition. United States of America. Holt rinehart and Winston Easterbrooks, S. R., Scheetz N.A.(2004). Applying Critical Thinking Skills to Character Education and Values Clarification With Students Who Are 13